sriwijaya wijayadocshare04.docshare.tips/files/24274/242749738.pdf · 2017. 3. 4. · 10/11/2014...

12
10/11/2014 Sriwijaya - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas http://id.wikipedia.org/wiki/Sriwijaya 1/12 Sriwijaya Kadatuan Sriwijaya 600-an–1100-an Jangkauan terluas Kemaharajaan Sriwijaya sekitar abad ke-8 Masehi. Ibu kota Sriwijaya, Jawa, Kadaram, Dharmasraya Bahasa Melayu Kuna, Sanskerta Agama Buddha Vajrayana, Buddha Mahayana, Buddha Hinayana, Hindu Pemerintahan Monarki Maharaja - 683 Sri Jayanasa - 702 Sri Indrawarman - 775 Dharanindra - 792 Samaratungga - 835 Balaputradewa - 988 Sri Cudamani Warmadewa - 1008 Sri Mara- Vijayottunggawarman - 1025 Sangrama- Vijayottunggawarman Sejarah - Didirikan 600-an - Invasi Dharmasraya 1100-an Mata uang Koin emas dan perak Warning: Value specified for "continent" does not comply Sriwijaya Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas (Dialihkan dari Kerajaan Sriwijaya) Sriwijaya (atau juga disebut Srivijaya; Jawa: ; Thai: ศร atau "Ṣ rī wichạy") adalah salah satu kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan berdasarkan peta membentang dari Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa Barat dan kemungkinan Jawa Tengah. [1][2] Dalam bahasa Sanskerta, sri berarti "bercahaya" atau "gemilang", dan wijaya berarti "kemenangan" atau "kejayaan", [2] maka nama Sriwijaya bermakna "kemenangan yang gilang-gemilang". Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7; seorang pendeta Tiongkok, I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 dan tinggal selama 6 bulan. [3][4] Selanjutnya prasasti yang paling tua mengenai Sriwijaya juga berada pada abad ke-7, yaitu prasasti Kedukan Bukit di Palembang, bertarikh 682. [5] Kemunduran pengaruh Sriwijaya terhadap daerah bawahannya mulai menyusut dikarenakan beberapa peperangan [2] di antaranya tahun 1025 serangan Rajendra Chola I dari Koromandel, selanjutnya tahun 1183 kekuasaan Sriwijaya di bawah kendali kerajaan Dharmasraya. [6] Setelah jatuh, kerajaan ini terlupakan dan keberadaannya baru diketahui kembali lewat publikasi tahun 1918 dari sejarawan Perancis George Cœdès dari École française d'Extrême-Orient. [7] Daftar isi 1 Catatan sejarah 2 Pembentukan dan pertumbuhan 3 Agama 4 Budaya 5 Perdagangan 6 Penyebaran penduduk Kemaharajaan Bahari 7 Hubungan dengan wangsa Sailendra 8 Hubungan dengan kekuatan regional 9 Masa keemasan 10 Masa penurunan 11 Struktur pemerintahan 12 Raja yang memerintah 13 Warisan sejarah 14 Catatan bawah 15 Rujukan 15.1 Bacaan Lanjutan 16 Pranala luar Catatan sejarah Tidak terdapat catatan lebih lanjut mengenai Sriwijaya dalam sejarah Indonesia; masa lalunya yang terlupakan dibentuk kembali oleh sarjana asing. Tidak ada orang Indonesia modern yang mendengar mengenai Sriwijaya sampai tahun 1920-an, ketika sarjana Perancis George Cœdès mempublikasikan penemuannya dalam surat kabar berbahasa Belanda dan Indonesia. [8] Coedès menyatakan bahwa referensi Tiongkok terhadap "San-fo-ts'i", sebelumnya dibaca "Sribhoja", dan beberapa prasasti dalam Melayu Kuno merujuk pada kekaisaran yang sama. [9] Selain berita-berita diatas tersebut, telah ditemukan oleh Balai Arkeologi Palembang sebuah perahu kuno yang diperkirakan ada sejak masa awal atau proto Kerajaan Sriwijaya di Desa Sungai Pasir, Kecamatan Cengal, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. [10] Sayang, kepala perahu kuno itu sudah hilang dan sebagian papan perahu itu digunakan justru buat jembatan. Tercatat ada 17 keping perahu yang terdiri dari bagian lunas, 14 papan perahu yang terdiri dari bagian badan dan bagian buritan untuk menempatkan kemudi. [10] Perahu ini dibuat dengan teknik pasak kayu dan papan ikat yang menggunakan tali ijuk. Cara ini sendiri dikenal dengan sebutan teknik tradisi Asia Tenggara. Selain bangkai perahu, ditemukan juga sejumlah artefak-artefak lain yang berhubungan dengan temuan perahu, seperti tembikar, keramik, dan alat kayu. [10] Sriwijaya menjadi simbol kebesaran Sumatera awal, dan kerajaan besar Nusantara selain Majapahit di Jawa Timur. Pada abad ke-20, kedua kerajaan tersebut menjadi referensi oleh kaum nasionalis untuk menunjukkan bahwa Indonesia merupakan satu kesatuan negara sebelum kolonialisme Belanda. [8]

Upload: others

Post on 30-Apr-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sriwijaya wijayadocshare04.docshare.tips/files/24274/242749738.pdf · 2017. 3. 4. · 10/11/2014 Sriwijaya - Wikipedia bahasa Indonesia, ... Sejarah - Didirikan 600-an - Invasi Dharmasraya

10/11/2014 Sriwijaya - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

http://id.wikipedia.org/wiki/Sriwijaya 1/12

SriwijayaKadatuan Sriwijaya

600-an–1100-an →

Jangkauan terluas Kemaharajaan Sriwijaya sekitar abadke-8 Masehi.

Ibu kota Sriwijaya, Jawa,Kadaram,Dharmasraya

Bahasa Melayu Kuna,Sanskerta

Agama Buddha Vajrayana,Buddha Mahayana,Buddha Hinayana,Hindu

Pemerintahan MonarkiMaharaja - 683 Sri Jayanasa - 702 Sri Indrawarman - 775 Dharanindra - 792 Samaratungga - 835 Balaputradewa - 988 Sri Cudamani

Warmadewa - 1008 Sri Mara-

Vijayottunggawarman - 1025 Sangrama-

Vijayottunggawarman

Sejarah

- Didirikan 600-an - Invasi

Dharmasraya 1100-an

Mata uang Koin emas dan perak

Warning: Valuespecified for "continent"does not comply

SriwijayaDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas(Dialihkan dari Kerajaan Sriwijaya)

Sriwijaya (atau juga disebut Srivijaya; Jawa: ; Thai: ศรวีชิยั atau "Ṣ̄rī wichạy")adalah salah satu kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di pulau Sumatera dan banyakmemberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan berdasarkan peta membentang dariKamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa Barat dan kemungkinanJawa Tengah.[1][2] Dalam bahasa Sanskerta, sri berarti "bercahaya" atau "gemilang", dan wijayaberarti "kemenangan" atau "kejayaan",[2] maka nama Sriwijaya bermakna "kemenangan yanggilang-gemilang". Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7; seorangpendeta Tiongkok, I Tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 dan tinggalselama 6 bulan.[3][4] Selanjutnya prasasti yang paling tua mengenai Sriwijaya juga berada padaabad ke-7, yaitu prasasti Kedukan Bukit di Palembang, bertarikh 682.[5] Kemunduran pengaruhSriwijaya terhadap daerah bawahannya mulai menyusut dikarenakan beberapa peperangan[2] diantaranya tahun 1025 serangan Rajendra Chola I dari Koromandel, selanjutnya tahun 1183kekuasaan Sriwijaya di bawah kendali kerajaan Dharmasraya.[6]

Setelah jatuh, kerajaan ini terlupakan dan keberadaannya baru diketahui kembali lewat publikasitahun 1918 dari sejarawan Perancis George Cœdès dari École française d'Extrême-Orient.[7]

Daftar isi

1 Catatan sejarah2 Pembentukan dan pertumbuhan3 Agama4 Budaya5 Perdagangan6 Penyebaran penduduk Kemaharajaan Bahari7 Hubungan dengan wangsa Sailendra8 Hubungan dengan kekuatan regional9 Masa keemasan10 Masa penurunan11 Struktur pemerintahan12 Raja yang memerintah13 Warisan sejarah14 Catatan bawah15 Rujukan

15.1 Bacaan Lanjutan16 Pranala luar

Catatan sejarah

Tidak terdapat catatan lebih lanjut mengenai Sriwijaya dalam sejarah Indonesia; masa lalunyayang terlupakan dibentuk kembali oleh sarjana asing. Tidak ada orang Indonesia modern yangmendengar mengenai Sriwijaya sampai tahun 1920-an, ketika sarjana Perancis George Cœdèsmempublikasikan penemuannya dalam surat kabar berbahasa Belanda dan Indonesia.[8] Coedèsmenyatakan bahwa referensi Tiongkok terhadap "San-fo-ts'i", sebelumnya dibaca "Sribhoja",dan beberapa prasasti dalam Melayu Kuno merujuk pada kekaisaran yang sama.[9]

Selain berita-berita diatas tersebut, telah ditemukan oleh Balai Arkeologi Palembang sebuahperahu kuno yang diperkirakan ada sejak masa awal atau proto Kerajaan Sriwijaya di DesaSungai Pasir, Kecamatan Cengal, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.[10] Sayang,kepala perahu kuno itu sudah hilang dan sebagian papan perahu itu digunakan justru buatjembatan. Tercatat ada 17 keping perahu yang terdiri dari bagian lunas, 14 papan perahu yangterdiri dari bagian badan dan bagian buritan untuk menempatkan kemudi.[10] Perahu ini dibuatdengan teknik pasak kayu dan papan ikat yang menggunakan tali ijuk. Cara ini sendiri dikenaldengan sebutan teknik tradisi Asia Tenggara. Selain bangkai perahu, ditemukan juga sejumlah artefak-artefak lain yang berhubungan dengantemuan perahu, seperti tembikar, keramik, dan alat kayu.[10]

Sriwijaya menjadi simbol kebesaran Sumatera awal, dan kerajaan besar Nusantara selain Majapahit di Jawa Timur. Pada abad ke-20, keduakerajaan tersebut menjadi referensi oleh kaum nasionalis untuk menunjukkan bahwa Indonesia merupakan satu kesatuan negara sebelumkolonialisme Belanda.[8]

Page 2: Sriwijaya wijayadocshare04.docshare.tips/files/24274/242749738.pdf · 2017. 3. 4. · 10/11/2014 Sriwijaya - Wikipedia bahasa Indonesia, ... Sejarah - Didirikan 600-an - Invasi Dharmasraya

10/11/2014 Sriwijaya - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

http://id.wikipedia.org/wiki/Sriwijaya 2/12

Candi Muara Takus, salah satukawasan yang dianggap sebagaiibukota Sriwijaya.

Candi Gumpung, candi Buddha diMuaro Jambi, Kerajaan Melayu yangditaklukkan Sriwijaya.

Reruntuhan Wat (Candi) Kaew yangberasal dari zaman Sriwijaya diChaiya, Thailand Selatan.

Sriwijaya disebut dengan berbagai macam nama. Orang Tionghoa menyebutnya Shih-li-fo-shih atau San-fo-ts'i atau San Fo Qi. Dalam bahasaSanskerta dan bahasa Pali, kerajaan Sriwijaya disebut Yavadesh dan Javadeh. Bangsa Arab menyebutnya Zabaj[11] dan Khmer menyebutnyaMalayu. Banyaknya nama merupakan alasan lain mengapa Sriwijaya sangat sulit ditemukan.[2] Sementara dari peta Ptolemaeus ditemukanketerangan tentang adanya 3 pulau Sabadeibei yang kemungkinan berkaitan dengan Sriwijaya.[6]

Sekitar tahun 1993, Pierre-Yves Manguin melakukan observasi dan berpendapat bahwa pusat Sriwijaya berada di Sungai Musi antara BukitSeguntang dan Sabokingking (terletak di provinsi Sumatera Selatan sekarang), tepatnya di sekitar situs Karanganyar yang kini dijadikan TamanPurbakala Kerajaan Sriwijaya.[2] Pendapat ini didasarkan dari foto udara tahun 1984 yang menunjukkan bahwa situs Karanganyar menampilkanbentuk bangunan air, yaitu jaringan kanal, parit, kolam serta pulau buatan yang disusun rapi yang dipastikan situs ini adalah buatan manusia.Bangunan air ini terdiri atas kolam dan dua pulau berbentuk bujur sangkar dan empat persegi panjang, serta jaringan kanal dengan luas arealmeliputi 20 hektare. Di kawasan ini ditemukan banyak peninggalan purbakala yang menunjukkan bahwa kawasan ini pernah menjadi pusatpermukiman dan pusat aktifitas manusia.[12] Namun sebelumnya Soekmono berpendapat bahwa pusat Sriwijaya terletak pada kawasan sehiliranBatang Hari, antara Muara Sabak sampai ke Muara Tembesi (di provinsi Jambi sekarang),[6] dengan catatan Malayu tidak di kawasan tersebut,jika Malayu pada kawasan tersebut, ia cendrung kepada pendapat Moens,[13] yang sebelumnya juga telah berpendapat bahwa letak dari pusatkerajaan Sriwijaya berada pada kawasan Candi Muara Takus (provinsi Riau sekarang), dengan asumsi petunjuk arah perjalanan dalam catatan ITsing,[14] serta hal ini dapat juga dikaitkan dengan berita tentang pembangunan candi yang dipersembahkan oleh raja Sriwijaya (Se li chu la wuni fu ma tian hwa atau Sri Cudamaniwarmadewa) tahun 1003 kepada kaisar Cina yang dinamakan cheng tien wan shou (Candi Bungsu, salahsatu bagian dari candi yang terletak di Muara Takus).[15] Namun yang pasti pada masa penaklukan oleh Rajendra Chola I, berdasarkan prasastiTanjore, Sriwijaya telah beribukota di Kadaram (Kedah sekarang).[6]

Pembentukan dan pertumbuhan

Belum banyak bukti fisik mengenai Sriwijaya yang dapatditemukan.[8] Kerajaan ini menjadi pusat perdagangan danmerupakan negara bahari, namun kerajaan ini tidak memperluaskekuasaannya di luar wilayah kepulauan Asia Tenggara, denganpengecualian berkontribusi untuk populasi Madagaskar sejauh3.300 mil di barat. Beberapa ahli masih memperdebatkankawasan yang menjadi pusat pemerintahan Sriwijaya,[16] selainitu kemungkinan kerajaan ini biasa memindahkan pusatpemerintahannya, namun kawasan yang menjadi ibukota tetapdiperintah secara langsung oleh penguasa, sedangkan daerahpendukungnya diperintah oleh datu setempat.[17][18]

Kemaharajaan Sriwijaya telah ada sejak 671 sesuai dengancatatan I Tsing, dari prasasti Kedukan Bukit pada tahun 682 didiketahui imperium ini di bawah kepemimpinan Dapunta Hyang. Diketahui, Prasasti Kedukan Bukitadalah prasasti tertua yang ditulis dalam bahasa Melayu. Para ahli berpendapat bahwa prasasti inimengadaptasi ortografi India untuk menulis prasasti ini.[19] Di abad ke-7 ini, orang Tionghoa mencatatbahwa terdapat dua kerajaan yaitu Malayu dan Kedah menjadi bagian kemaharajaan Sriwijaya.[2]

Berdasarkan prasasti Kota Kapur yang berangka tahun 686 ditemukan di pulau Bangka, kemaharajaanini telah menguasai bagian selatan Sumatera, pulau Bangka dan Belitung, hingga Lampung. Prasasti inijuga menyebutkan bahwa Sri Jayanasa telah melancarkan ekspedisi militer untuk menghukum BhumiJawa yang tidak berbakti kepada Sriwijaya, peristiwa ini bersamaan dengan runtuhnya Tarumanagara diJawa Barat dan Holing (Kalingga) di Jawa Tengah yang kemungkinan besar akibat serangan Sriwijaya.Kemungkinan yang dimaksud dengan Bhumi Jawa adalah Tarumanegara.[20] Sriwijaya tumbuh danberhasil mengendalikan jalur perdagangan maritim di Selat Malaka, Selat Sunda, Laut China Selatan,Laut Jawa, dan Selat Karimata.

Ekspansi kerajaan ini ke Jawa dan Semenanjung Malaya, menjadikan Sriwijaya mengendalikan dua pusat perdagangan utama di Asia Tenggara.Berdasarkan observasi, ditemukan reruntuhan candi-candi Sriwijaya di Thailand dan Kamboja. Di abad ke-7, pelabuhan Champa di sebelahtimur Indochina mulai mengalihkan banyak pedagang dari Sriwijaya. Untuk mencegah hal tersebut, Maharaja Dharmasetu melancarkanbeberapa serangan ke kota-kota pantai di Indochina. Kota Indrapura di tepi sungai Mekong, di awal abad ke-8 berada di bawah kendaliSriwijaya. Sriwijaya meneruskan dominasinya atas Kamboja, sampai raja Khmer Jayawarman II, pendiri kemaharajaan Khmer, memutuskanhubungan dengan Sriwijaya pada abad yang sama.[2] Di akhir abad ke-8 beberapa kerajaan di Jawa, antara lain Tarumanegara dan Holingberada di bawah kekuasaan Sriwijaya. Menurut catatan, pada masa ini pula wangsa Sailendra bermigrasi ke Jawa Tengah dan berkuasa di sana.Di abad ini pula, Langkasuka di semenanjung Melayu menjadi bagian kerajaan.[2] Di masa berikutnya, Pan Pan dan Trambralinga, yang terletakdi sebelah utara Langkasuka, juga berada di bawah pengaruh Sriwijaya.

Setelah Dharmasetu, Samaratungga menjadi penerus kerajaan. Ia berkuasa pada periode 792 sampai 835. Tidak seperti Dharmasetu yangekspansionis, Samaratungga tidak melakukan ekspansi militer, tetapi lebih memilih untuk memperkuat penguasaan Sriwijaya di Jawa. Selamamasa kepemimpinannya, ia membangun candi Borobudur di Jawa Tengah yang selesai pada tahun 825.[2]

Agama

Sebagai pusat pengajaran Buddha Vajrayana, Sriwijaya menarik banyak peziarah dan sarjana dari negara-negara di Asia. Antara lain pendetadari Tiongkok I Tsing, yang melakukan kunjungan ke Sumatera dalam perjalanan studinya di Universitas Nalanda, India, pada tahun 671 dan695, I Tsing melaporkan bahwa Sriwijaya menjadi rumah bagi sarjana Buddha sehingga menjadi pusat pembelajaran agama Buddha. Selain

Page 3: Sriwijaya wijayadocshare04.docshare.tips/files/24274/242749738.pdf · 2017. 3. 4. · 10/11/2014 Sriwijaya - Wikipedia bahasa Indonesia, ... Sejarah - Didirikan 600-an - Invasi Dharmasraya

10/11/2014 Sriwijaya - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

http://id.wikipedia.org/wiki/Sriwijaya 3/12

Arca Buddha langgamAmarawati setinggi 2,77meter, ditemukan di situsBukit Seguntang,Palembang, abad ke-7sampai ke-8 M.

Penyebaran ajaran Buddha dari Indiautara ke bagian lain di Asia, Sriwijayapernah berperan sebagai pusatpembelajaran dan penyebaran ajaranBuddha.

".... banyak raja dan pemimpin yang berada di pulau-pulau padaLautan Selatan percaya dan mengagumi Buddha, dihati merekatelah tertanam perbuatan baik. Di dalam benteng kota Sriwijayadipenuhi lebih dari 1000 biksu Budha, yang belajar dengan tekundan mengamalkannya dengan baik.... Jika seorang biarawan Cinaingin pergi ke India untuk belajar Sabda, lebih baik ia tinggal duludi sini selama satu atau dua tahun untuk mendalami ilmunyasebelum dilanjutkan di India".

— Gambaran Sriwijaya menurut I Tsing.[4]

berita diatas, terdapat berita yang dibawakan oleh I Tsing, dinyatakan bahwa terdapat 1000 orang pendeta yang belajar agama Budha padaSakyakirti, seorang pendeta terkenal di Sriwijaya.[21]

“ Terdapat lebih dari 1000 pandita Buddhis di Sriwijaya yang belajar serta mempraktikkan Dharma dengan baik. Merekamenganalisa dan mempelajari semua topik ajaran sebagaimana yang ada di India; vinaya dan ritual-ritual mereka tidaklahberbeda sama sekali [dengan yang ada di India]. Apabila seseorang pandita Tiongkok akan pergi ke Universitas Nalanda di Indiauntuk mendengar dan mempelajari naskah-naskah Dharma auutentik, ia sebaiknya tinggal di Sriwijaya dalam kurun waktu 1atau 2 tahun untuk mempraktikkan vinaya dan bahasa sansekerta dengan tepat.

”Pengunjung yang datang ke pulau ini menyebutkan bahwa koin emas telah digunakan di pesisir kerajaan. Selain itu ajaran Buddha aliranBuddha Hinayana dan Buddha Mahayana juga turut berkembang di Sriwijaya. Menjelang akhir abad ke-10, Atiśa, seorang sarjana Buddha asalBenggala yang berperan dalam mengembangkan Buddha Vajrayana di Tibet dalam kertas kerjanya Durbodhāloka menyebutkan ditulis padamasa pemerintahan Sri Cudamani Warmadewa penguasa Sriwijayanagara di Malayagiri di Suvarnadvipa.[22]

Kerajaan Sriwijaya banyak dipengaruhi budaya India, pertama oleh budaya Hindu kemudian diikutipula oleh agama Buddha. Peranannya dalam agama Budha dibuktikannya dengan membangun tempatpemujaan agama Budha di Ligor, Thailand.[23] Raja-raja Sriwijaya menguasai kepulauan Melayumelalui perdagangan dan penaklukkan dari kurun abad ke-7 hingga abad ke-9, sehingga secaralangsung turut serta mengembangkan bahasa Melayu beserta kebudayaannya di Nusantara.

Sangat dimungkinkan bahwaSriwijaya yang termahsyursebagai bandar pusatperdagangan di Asia Tenggara,tentunya menarik minat parapedagang dan ulama muslimdari Timur Tengah, sehinggabeberapa kerajaan yang semulamerupakan bagian dariSriwijaya, kemudian tumbuhmenjadi cikal-bakal kerajaan-kerajaan Islam di Sumaterakelak, disaat melemahnyapengaruh Sriwijaya.

Budaya

Berdasarkan berbagai sumber sejarah, sebuah masyarakat yang kompleks dan kosmopolitan yang sangat dipengaruhi alam pikiran BudhaWajrayana digambarkan bersemi di ibu kota Sriwijaya. Beberapa prasasti Siddhayatra abad ke-7 seperti Prasasti Talang Tuo menggambarkanritual Budha untuk memberkati peristiwa penuh berkah yaitu peresmian taman Sriksetra, anugerah Maharaja Sriwijaya untuk rakyatnya. PrasastiTelaga Batu menggambarkan kerumitan dan tingkatan jabatan pejabat kerajaan, sementara Prasasti Kota Kapur menyebutkan keperkasaanbalatentara Sriwijaya atas Jawa. Semua prasasti ini menggunakan bahasa Melayu Kuno, leluhur bahasa Melayu dan bahasa Indonesia modern.Sejak abad ke-7, bahasa Melayu kuno telah digunakan di Nusantara. Ditandai dengan ditemukannya berbagai prasasti Sriwijaya dan beberapa

Page 4: Sriwijaya wijayadocshare04.docshare.tips/files/24274/242749738.pdf · 2017. 3. 4. · 10/11/2014 Sriwijaya - Wikipedia bahasa Indonesia, ... Sejarah - Didirikan 600-an - Invasi Dharmasraya

10/11/2014 Sriwijaya - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

http://id.wikipedia.org/wiki/Sriwijaya 4/12

Arca Maitreya dariKomering, SumateraSelatan, seni Sriwijayasekitar abad ke-9 M.

Model kapal Sriwijaya tahun 800-anMasehi yang terdapat pada candiBorobudur.

prasasti berbahasa Melayu Kuno di tempat lain, seperti yang ditemukan di pulau Jawa. Hubungan dagang yang dilakukan berbagai suku bangsaNusantara menjadi wahana penyebaran bahasa Melayu, karena bahasa ini menjadi alat komunikasi bagi kaum pedagang. Sejak saat itu, bahasaMelayu menjadi lingua franca dan digunakan secara meluas oleh banyak penutur di Kepulauan Nusantara.[24]

Meskipun disebut memiliki kekuatan ekonomi dan keperkasaan militer, Sriwijaya hanya meninggalkan sedikit tinggalan purbakala di jantungnegerinya di Sumatera. Sangat berbeda dengan episode Sriwijaya di Jawa Tengah saat kepemimpinan wangsa Syailendra yang banyakmembangun monumen besar; seperti Candi Kalasan, Candi Sewu, dan Borobudur. Candi-candi Budha yang berasal dari masa Sriwijaya diSumatera antara lain Candi Muaro Jambi, Candi Muara Takus, dan Biaro Bahal. Akan tetapi tidak seperti candiperiode Jawa Tengah yang terbuat dari batu andesit, candi di Sumatera terbuat dari bata merah.

Beberapa arca-arca bersifat Budhisme, seperti berbagai arca Budha yang ditemukan di Bukit Seguntang,Palembang[25], dan arca-arca Bodhisatwa Awalokiteswara dari Jambi[26], Bidor, Perak[27] dan Chaiya,[28] danarca Maitreya dari Komering, Sumatera Selatan. Semua arca-arca ini menampilkan keanggunan dan langgamyang sama yang disebut "Seni Sriwijaya" atau "Langgam/Gaya Sriwijaya" yang memperlihatkan kemiripan —mungkin diilhami — oleh langgam Amarawati India dan langgam Syailendra Jawa (sekitar abad ke-8 sampai ke-9).[29]

Perdagangan

Di dunia perdagangan, Sriwijaya menjadi pengendali jalur perdagangan antara India dan Tiongkok, yaknidengan penguasaan atas Selat Malaka dan Selat Sunda. Orang Arab mencatat bahwa Sriwijaya memiliki anekakomoditas seperti kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, pala, kepulaga, gading, emas, dan timah, yang membuatraja Sriwijaya sekaya raja-raja di India.[14] Kekayaan yang melimpah ini telah memungkinkan Sriwijayamembeli kesetiaan dari vassal-vassal-nya di seluruh Asia Tenggara. Dengan berperan sebagai entreport ataupelabuhan utama di Asia Tenggara, dengan mendapatkan restu, persetujuan, dan perlindungan dari Kaisar Chinauntuk dapat berdagang dengan Tiongkok, Sriwijaya senantiasa mengelola jejaring perdagangan bahari danmenguasi urat nadi pelayaran antara Tiongkok dan India.[30]

Karena alasan itulah Sriwijaya harus terus menjaga dominasi perdagangannya dengan selalu mengawasi— dan jika perlu — memerangi pelabuhan pesaing di negara jirannya. Keperluan untuk menjagamonopoli perdagangan inilah yang mendorong Sriwijaya menggelar ekspedisi militer untukmenaklukkan bandar pelabuhan pesaing di kawasan sekitarnya dan menyerap mereka ke dalam mandalaSriwijaya. Bandar Malayu di Jambi, Kota Kapur di pulau Bangka, Tarumanagara dan pelabuhan Sundadi Jawa Barat, Kalingga di Jawa Tengah, dan bandar Kedah dan Chaiya di semenanjung Melaya adalahbeberapa bandar pelabuhan yang ditaklukan dan diserap kedalam lingkup pengaruh Sriwijaya.Disebutkan dalam catatan sejarah Champa adanya serangkaian serbuan angkatan laut yang berasal dariJawa terhadap beberapa pelabuhan di Champa dan Kamboja. Mungkin angkatan laut penyerbu yangdimaksud adalah armada Sriwijaya, karena saat itu wangsa Sailendra di Jawa adalah bagian dari mandalaSriwijaya. Hal ini merupakan upaya Sriwijaya untuk menjamin monopoli perdagangan laut di AsiaTenggara dengan menggempur bandar pelabuhan pesaingnya. Sriwijaya juga pernah berjaya dalam halperdagangan sedari tahun 670 hingga 1025 M.[31]

Kejayaan bahari Sriwijaya terekam di relief Borobudur yaitu menggambarkan Kapal Borobudur, kapal kayu bercadik ganda dan bertiang layaryang melayari lautan Nusantara sekitar abad ke-8 Masehi. Fungsi cadik ini adalah untuk menyeimbangkan dan menstabilkan perahu. Cadiktunggal atau cadik ganda adalah ciri khas perahu bangsa Austronesia dan perahu bercadik inilah yang membawa bangsa Austronesia berlayar diseantero Asia Tenggara, Oseania, dan Samudra Hindia. Kapal layar bercadik yang diabadikan dalam relief Borobudur mungkin adalah jeniskapal yang digunakan armada Sailendra dan Sriwijaya dalam pelayaran antarpulaunya, kemaharajaan bahari yang menguasai kawasan padakurun abad ke-7 hingga ke-13 masehi.

Selain menjalin hubungan dagang dengan India dan Tiongkok, Sriwijaya juga menjalin perdagangan dengan tanah Arab. Kemungkinan utusanMaharaja Sri Indrawarman yang mengantarkan surat kepada khalifah Umar bin Abdul-Aziz dari Bani Umayyah tahun 718, kembali keSriwijaya dengan membawa hadiah Zanji (budak wanita berkulit hitam), dan kemudian dari kronik Tiongkok disebutkan Shih-li-fo-shih denganrajanya Shih-li-t-'o-pa-mo (Sri Indrawarman) pada tahun 724 mengirimkan hadiah untuk kaisar Cina, berupa ts'engchi (bermaksud sama denganZanji dalam bahasa Arab).[32]

Pada paruh pertama abad ke-10, di antara kejatuhan dinasti Tang dan naiknya dinasti Song, perdagangan dengan luar negeri cukup marak,terutama Fujian, kerajaan Min dan kerajaan Nan Han dengan negeri kayanya Guangdong. Tak diragukan lagi Sriwijaya mendapatkankeuntungan dari perdagangan ini.

Pada masa inilah diperkirakan rakyat Sriwijaya mulai mengenal buah semangka (Citrullus lanatus (Thunb.) Matsum. & Nakai), yang masukmelalui perdagangan mereka.[33][34]

Penyebaran penduduk Kemaharajaan Bahari

Upaya Sriwijaya untuk menjamin dominasi perdagangan bahari di Asia Tenggara berjalan seiring dengan perluasan Sriwijaya sebagai sebuahkemaharajaan bahari atau thalasokrasi. Dengan menaklukkan bandar pelabuhan negara jiran yang berpotensi sebagai pesaingnya, Sriwijayasecara otomatis juga melebarkan pengaruh dan wilayah kekuasaannya di kawasan. Sebagai kemaharajaan bahari, pengaruh Sriwijaya jarangmasuk hingga jauh di wilayah pedalaman. Sriwijaya kebanyakan menerapkan kedaulatannya di kawasan pesisir pantai dan kawasan sungai

Page 5: Sriwijaya wijayadocshare04.docshare.tips/files/24274/242749738.pdf · 2017. 3. 4. · 10/11/2014 Sriwijaya - Wikipedia bahasa Indonesia, ... Sejarah - Didirikan 600-an - Invasi Dharmasraya

10/11/2014 Sriwijaya - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

http://id.wikipedia.org/wiki/Sriwijaya 5/12

Candi Borobudur, pembangunannyadiselesaikan pada masaSamaratungga

Pagoda Borom That bergayaSriwijaya di Chaiya,Thailand.

" Dari Raja sekalian para raja yang juga adalah keturunan ribuanraja, yang isterinya pun adalah cucu dari ribuan raja, yang kebunbinatangnya dipenuhi ribuan gajah, yang wilayah kekuasaannyaterdiri dari dua sungai yang mengairi tanaman lidah buaya, rempahwangi, pala, dan jeruk nipis, yang aroma harumnya menyebarhingga 12 mil. Kepada Raja Arab yang tidak menyembah tuhan-tuhan lain selain Allah. Aku telah mengirimkan kepadamubingkisan yang tak seberapa sebagai tanda persahabatan. Kuharapengkau sudi mengutus seseorang untuk menjelaskan ajaran Islamdan segala hukum-hukumnya kepadaku."

— Surat Maharaja Sriwijaya kepada Khalifah Umar bin AbdulAziz.[32]

besar yang dapat dijangkau armada perahu angkatan lautnya di wilayah Nusantara, dengan pengecualian pulau Madagaskar. Diduga pendudukyang berasal dari Sriwijaya telah mengkoloni dan membangun populasi di pulau Madagaskar yang terletak 3.300 mil atau 8.000 kilometer disebelah barat di seberang Samudra Hindia.[35]

Sebuah penelitian yang dipublikasikan oleh jurnal Proceedings of The Royal Society, bahwa sebagian nenek moyang penduduk Madagaskaradalah orang Indonesia. Para peneliti meyakini mereka adalah pemukim asal Kerajaan Sriwijaya.[36] Migrasi ke Madagaskar diperkirakanterjadi sekitar kurun tahun 830 M. Berdasarkan data DNA mitokondria, suku pribumi Malagasy dapat merunut silsilah mereka kepada 30 nenekmoyang perempuan perintis tiba dari Indonesia 1200 tahun yang lalu.[37] Bahasa Malagasy mengandung kata serapan dari bahasa Sanskertadengan modifikasi linguistik melalui bahasa Jawa dan bahasa Melayu, hal ini merupakan sebuah petunjuk bahwa penduduk Madagaskardikoloni oleh penduduk yang berasal dari Sriwijaya.[38] Periode kolonisasi Madagaskar bersamaan dengan kurun ketika Sriwijayamengembangkan jaringan perdagangan bahari di seantero Nusantara dan Samudra Hindia.[39]

Hubungan dengan wangsa Sailendra

Munculnya keterkaitan antara Sriwijaya dengan dinasti Sailendra dimulai karena adanya namaŚailendravamśa pada beberapa prasasti di antaranya pada prasasti Kalasan di pulau Jawa, prasasti Ligordi selatan Thailand, dan prasasti Nalanda di India. Sementara pada prasasti Sojomerto dijumpai namaDapunta Selendra. Karena prasasti Sojomerto ditulis dalam bahasa Melayu dn bahasa Melayu umumnyadigunakan pada prasasti-prasasti di Sumatera maka diduga wangsa Sailendra berasal dari Sumatera,Walaupun asal usul bahasa melayu ini masih menunggu penelitian sampai sekarang.[14]

Majumdar berpendapat dinasti Sailendra ini terdapat di Sriwijaya (Suwarnadwipa) dan Medang (Jawa),keduanya berasal dari Kalinga di selatan India.[40] Kemudian Moens menambahkan kedatangan DapuntaHyang ke Palembang, menyebabkan salah satu keluarga dalam dinasti ini pindah ke Jawa.[41] SementaraPoerbatjaraka berpendapat bahwa dinasti ini berasal dari Nusantara, didasarkan atas CaritaParahiyangan[42] kemudian dikaitkan dengan beberapa prasasti lain di Jawa yang berbahasa MelayuKuna di antaranya prasasti Sojomerto.[43][44]

Hubungan dengan kekuatan regional

Untuk memperkuat posisinya atas penguasaan kawasan Asia Tenggara, Sriwijaya menjalin hubungan diplomasidengan kekaisaran China, dan secara teratur mengantarkan utusan beserta upeti.[45]

Sejarawan S.Q. Fatimi menyebutkan bahwa pada tahun 100 Hijriyah (718 M), seorang maharaja Sriwijaya(diperkirakan adalah Sri Indrawarman) mengirimkan sepucuk surat kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz dariKekhalifahan Umayyah, yang berisi permintaan kepada khalifah untuk mengirimkan ulama yang dapatmenjelaskan ajaran dan hukum Islam kepadanya.[46] Surat itu dikutip dalam Al-'Iqd Al-Farid karya Ibnu AbduRabbih (sastrawan Kordoba, Spanyol), dan dengan redaksi sedikit berbeda dalam Al-Nujum Az-Zahirah fi MulukMisr wa Al-Qahirah karya Ibnu Tagribirdi (sastrawan Kairo, Mesir).[46]

Peristiwa ini membuktikan bahwaSriwijaya telah menjalin hubungandiplomatik dengan dunia Islam atau duniaArab. Meskipun demikian surat inibukanlah berarti bahwa raja Sriwijayatelah memeluk agama Islam, melainkanhanya menunjukkan hasrat sang raja untukmengenal dan mempelajari berbagaihukum, budaya, dan adat-istiadat dariberbagai rekan perniagaan dan peradabanyang dikenal Sriwijaya saat itu; yakni

Tiongkok, India, dan Timur Tengah.

Pada masa awal, Kerajaan Khmer merupakan daerah jajahan Sriwijaya.Banyak sejarawan mengklaim bahwa Chaiya, di propinsi Surat Thani,Thailand Selatan, sebagai ibu kota kerajaan tersebut. Pengaruh Sriwijayanampak pada bangunan pagoda Borom That yang bergaya Sriwijaya. Setelah kejatuhan Sriwijaya, Chaiya terbagi menjadi tiga kota yakni(Mueang) Chaiya, Thatong (Kanchanadit), dan Khirirat Nikhom.

Seperti disebutkan sebelumnya, Sriwijaya di Sumatra meluaskan wilayah degan perpindahan Wangsa Sailendra ke Jawa. Pada kurun waktutertentu wangsa Sailendra sebagai anggota mandala Sriwijaya berkuasa atas Sriwijaya dan Jawa. Maka Wangsa Sailendra berkuasa sekaligusatas Sriwijaya dan Kerajaan Medang, yaitu Sumatera dan Jawa. Akan tetapi akibat pertikaian suksesi singgasana Sailendra di Jawa antaraBalaputradewa melawan Rakai Pikatan dan Pramodawardhani, hubungan antara Sriwijaya dan Medang memburuk.[47] Balaputradewa kembalike Sriwijaya dan akhirnya berkuasa di Sriwijaya, dan permusuhan ini diwariskan hingga beberapa generasi berikutnya. Dalam prasasti Nalandayang bertarikh 860 Balaputra menegaskan asal-usulnya sebagai keturunan raja Sailendra di Jawa sekaligus cucu Sri Dharmasetu raja Sriwijaya.Dengan kata lain ia mengadukan kepada raja Dewapaladewa, raja Pala di India, bahwa haknya menjadi raja Jawa dirampas Rakai Pikatan.[48]

Persaingan antara Sriwijaya di Sumatera dan Medang di Jawa ini kian memanas ketika raja Dharmawangsa Teguh menyerang Palembang padatahun 990, tindakan yang kemudian dibalas dengan penghancuran Medang pada tahun 1006 oleh Raja Wurawari ( sebagai sekutu Sriwijaya diJawa) atas dorongan Sriwijaya.[49]

Page 6: Sriwijaya wijayadocshare04.docshare.tips/files/24274/242749738.pdf · 2017. 3. 4. · 10/11/2014 Sriwijaya - Wikipedia bahasa Indonesia, ... Sejarah - Didirikan 600-an - Invasi Dharmasraya

10/11/2014 Sriwijaya - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

http://id.wikipedia.org/wiki/Sriwijaya 6/12

Arca emas Avalokiteçvarabergaya Malayu-Sriwijaya,ditemukan diRantaukapastuo,Muarabulian, Jambi,Indonesia.

Sriwijaya juga berhubungan dekat dengan kerajaan Pala di Benggala, pada prasasti Nalanda berangka 860 mencatat bahwa raja Balaputradewamendedikasikan sebuah biara kepada Universitas Nalanda. Relasi dengan Dinasti Chola di selatan India juga cukup baik. Dari prasasti Leidendisebutkan raja Sriwijaya di Kataha Sri Mara-Vijayottunggawarman telah membangun sebuah vihara yang dinamakan dengan ViharaCulamanivarmma, namun menjadi buruk setelah Rajendra Chola I naik tahta yang melakukan penyerangan pada abad ke-11. Kemudianhubungan ini kembali membaik pada masa Kulothunga Chola I, di mana raja Sriwijaya di Kadaram mengirimkan utusan yang memintadikeluarkannya pengumuman pembebasan cukai pada kawasan sekitar Vihara Culamanivarmma tersebut. Namun pada masa ini Sriwijayadianggap telah menjadi bagian dari dinasti Chola. Kronik Tiongkok menyebutkan bahwa Kulothunga Chola I (Ti-hua-ka-lo) sebagai raja San-fo-ts'i, membantu perbaikan candi dekat Kanton pada tahun 1079. Pada masa dinasti Song candi ini disebut dengan nama Tien Ching Kuan, danpada masa dinasti Yuan disebut dengan nama Yuan Miau Kwan.[6]

Masa keemasan

Kemaharajaan Sriwijaya bercirikan kerajaan maritim. Mengandalkan hegemoni pada kekuatan armada lautnyadalam menguasai alur pelayaran, jalur perdagangan, menguasai dan membangun beberapa kawasan strategissebagai pangkalan armadanya dalam mengawasi, melindungi kapal-kapal dagang, memungut cukai, serta untukmenjaga wilayah kedaulatan dan kekuasaanya.[50]

Dari catatan sejarah dan bukti arkeologi, pada abad ke-9 Sriwijaya telah melakukan kolonisasi di hampir seluruhkerajaan-kerajaan Asia Tenggara, antara lain: Sumatera, Jawa, Semenanjung Malaya, Thailand, Kamboja,Vietnam,[2] dan Filipina.[51] Dominasi atas Selat Malaka dan Selat Sunda, menjadikan Sriwijaya sebagaipengendali rute perdagangan rempah dan perdagangan lokal yang mengenakan bea dan cukai atas setiap kapalyang lewat. Sriwijaya mengumpulkan kekayaannya dari jasa pelabuhan dan gudang perdagangan yang melayanipasar Tiongkok, dan India.

Berdasarkan sumber catatan sejarah dari Arab, Sriwijaya disebut dengan nama Sribuza. Pada tahun 955 M, AlMasudi, seorang musafir (pengelana) sekaligus sejarawan Arab klasik menulis catatan tentang Sriwijaya. Dalamcatatan itu, digambarkan Sriwijaya adalah sebuah kerajaan besar yang kaya raya, dengan tentara yang sangatbanyak. Disebutkan kapal yang tercepat dalam waktu dua tahun pun tidak cukup untuk mengelilingi seluruhpulau wilayahnya. Hasil bumi Sriwijaya adalah kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, kayu cendana, pala,kapulaga, gambir dan beberapa hasil bumi lainya.[52]

Catatan lain menuliskan bahwa Sriwijaya maju dalam bidang agraris. Ini disimpulkan dari seorang ahli dariBangsa Persia yang bernama Abu Zaid Hasan yang mendapat keterangan dari Sujaimana, seorang pedagangArab. Abu Zaid menulis bahwasanya Kerajaan Zabaj (Sriwijaya -sebutan Sriwijaya oleh bangsa Arab pada masaitu-) memiliki tanah yang subur dan kekuasaaan yang luas hingga ke seberang lautan.[11]

Sriwijaya menguasai jalur perdagangan maritim di Asia Tenggara sepanjang abad ke-10, akan tetapi pada akhirabad ini Kerajaan Medang di Jawa Timur tumbuh menjadi kekuatan bahari baru dan mulai menantang dominasi Sriwijaya. Berita Tiongkok dariDinasti Song menyebut Kerajaan Sriwijaya di Sumatra dengan nama San-fo-tsi, sedangkan Kerajaan Medang di Jawa dengan nama Cho-po.Dikisahkan bahwa, San-fo-tsi dan Cho-po terlibat persaingan untuk menguasai Asia Tenggara. Kedua negeri itu saling mengirim duta besar keTiongkok. Utusan San-fo-tsi yang berangkat tahun 988 tertahan di pelabuhan Kanton ketika hendak pulang, karena negerinya diserang olehbalatentara Jawa. Serangan dari Jawa ini diduga berlangsung sekitar tahun 990-an, yaitu antara tahun 988 dan 992 pada masa pemerintahan SriCudamani Warmadewa.[53]

Pada musim semi tahun 992 duta Sriwijaya tersebut mencoba pulang namun kembali tertahan di Champa karena negerinya belum aman. Iameminta kaisar Song agar Tiongkok memberi perlindungan kepada San-fo-tsi. Utusan Jawa juga tiba di Tiongkok tahun 992. Ia dikirim olehrajanya yang naik takhta tahun 991. Raja baru Jawa tersebut adalah Dharmawangsa Teguh.[53]

Kerajaan Medang berhasil merebut Palembang pada tahun 992 untuk sementara waktu, namun kemudian pasukan Medang berhasil dipukulmundur oleh pasukan Sriwijaya. Prasasti Hujung Langit tahun 997 kembali menyebutkan adanya serangan Jawa terhadap Sumatera. Rangkaianserangan dari Jawa ini pada akhirnya gagal karena Jawa tidak berhasil membangun pijakan di Sumatera. Menguasai ibu kota di Palembang tidakcukup karena pada hakikatnya kekuasaan dan kekuatan mandala Sriwijaya tersebar di beberapa bandar pelabuhan di kawasan Selat Malaka.Maharaja Sriwijaya, Sri Cudamani Warmadewa, berhasil lolos keluar dari ibu kota dan berkeliling menghimpun kekuatan dan bala bantuan darisekutu dan raja-raja bawahannya untuk memukul mundur tentara Jawa. Sriwijaya memperlihatkan kegigihan persekutuan mandalanya, bertahandan berjaya memukul mundur angkatan laut Jawa.[53]

Sri Cudamani Warmadewa kembali memperlihatkan kecakapan diplomasinya, memenangi dukungan Tiongkok dengan cara merebut hatiKaisarnya. Pada tahun 1003, ia mengirimkan utusan ke Tiongkok dan mengabarkan bahwa di negerinya telah selesai dibangun sebuah candiBuddha yang didedikasikan untuk mendoakan agar Kaisar Tiongkok panjang usia. Kaisar Tiongkok yang berbesar hati dengan persembahan itumenamai candi itu cheng tien wan shou dan menganugerahkan genta yang akan dipasang di candi itu.[54] (Candi Bungsu, salah satu bagian daricandi yang terletak di Muara Takus).[15]

Serangan dari Medang ini membuka mata Sriwijaya betapa berbahayanya ancaman Jawa, maka Maharaja Sriwijaya pun menyusun siasatbalasan dan berusaha menghancurkan Kerajaan Medang. Sriwijaya disebut-sebut berperan dalam menghancurkan Kerajaan Medang di Jawa.Dalam prasasti Pucangan disebutkan sebuah peristiwa Mahapralaya, yaitu peristiwa hancurnya istana Medang di Jawa Timur, di mana HajiWurawari dari Lwaram yang merupakan raja bawahan Sriwijaya, pada tahun 1006 atau 1016 menyerang dan menyebabkan terbunuhnya rajaMedang terakhir Dharmawangsa Teguh.[6][49]

Masa penurunan

Page 7: Sriwijaya wijayadocshare04.docshare.tips/files/24274/242749738.pdf · 2017. 3. 4. · 10/11/2014 Sriwijaya - Wikipedia bahasa Indonesia, ... Sejarah - Didirikan 600-an - Invasi Dharmasraya

10/11/2014 Sriwijaya - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

http://id.wikipedia.org/wiki/Sriwijaya 7/12

Sebuah lukisan dari Siammenunjukkan penyerangan Chola diKedah.

Kawasan Sriwijaya dalam prasasti TanjoreNama kawasan Keterangan

Pannai PannaiMalaiyur MalayuMayirudingamIlangasogam LangkasukaMappappalamMevilimbangamValaippanduruTakkolamMadamalingam TambralinggaIlamuri-Desam LamuriNakkavaram NikobarKadaram Kedah

Tahun 1017 dan 1025, Rajendra Chola I, raja dari dinasti Chola di Koromandel, India selatan, mengirimekspedisi laut untuk menyerang Sriwijaya. Berdasarkan prasasti Tanjore bertarikh 1030, Kerajaan Cholatelah menaklukan daerah-daerah koloni Sriwijaya, seperti wilayah Nikobar dan sekaligus berhasilmenawan raja Sriwijaya yang berkuasa waktu itu Sangrama-Vijayottunggawarman. Selama beberapadekade berikutnya, seluruh imperium Sriwijaya telah berada dalam pengaruh dinasti Chola. Meskipundemikian Rajendra Chola I tetap memberikan peluang kepada raja-raja yang ditaklukannya untuk tetapberkuasa selama tetap tunduk kepadanya.[55] Hal ini dapat dikaitkan dengan adanya berita utusan San-fo-ts'i ke Cina tahun 1028.[56]

Faktor lain kemunduran Sriwijaya adalah faktor alam. Karena adanya pengendapan lumpur di SungaiMusi dan beberapa anak sungai lainnya, sehingga kapal-kapal dagang yang tiba di Palembang semakinberkurang.[57] Akibatnya, Kota Palembang semakin menjauh dari laut dan menjadi tidak strategis.Akibat kapal dagang yang datang semakin berkurang, pajak berkurang dan memperlemah ekonomi danposisi Sriwijaya.[11]

Kerajaan Tanjungpura dan Nan Sarunai di Kalimantan adalah kerajaan yang sezaman dengan Sriwijaya,namun Kerajaan Tanjungpura disebutkan dikelola oleh pelarian orang Melayu Sriwijaya, yang ketikapada saat itu Sriwijaya diserang Kerajaan Chola mereka bermigrasi ke Kalimantan Selatan.[58]

Namun pada masa ini Sriwijaya dianggap telah menjadi bagian dari dinasti Chola. KronikTiongkok menyebutkan bahwa pada tahun 1079, Kulothunga Chola I (Ti-hua-ka-lo) raja dinastiChola disebut juga sebagai raja San-fo-ts'i, yang kemudian mengirimkan utusan untuk membantuperbaikan candi dekat Kanton. Selanjutnya dalam berita Cina yang berjudul Sung Hui Yaodisebutkan bahwa kerajaan San-fo-tsi pada tahun 1082 masih mengirimkan utusan pada masa Cinadi bawah pemerintahan Kaisar Yuan Fong. Duta besar tersebut menyampaikan surat dari raja Kien-pi bawahan San-fo-tsi, yang merupakan surat dari putri raja yang diserahi urusan negara San-fo-tsi,serta menyerahkan pula 227 tahil perhiasan, rumbia, dan 13 potong pakaian. Kemudian jugamengirimkan utusan berikutnya pada tahun 1088.[2] Pengaruh invasi Rajendra Chola I, terhadaphegemoni Sriwijaya atas raja-raja bawahannya melemah. Beberapa daerah taklukan melepaskandiri, sampai muncul Dharmasraya dan Pagaruyung sebagai kekuatan baru yang kemudianmenguasai kembali wilayah jajahan Sriwijaya mulai dari kawasan Semenanjung Malaya,Sumatera, sampai Jawa bagian barat.

Pada tahun 1079 dan 1088, catatan Cina menunjukkan bahwa Sriwijaya mengirimkan duta besarpada Cina.[59] Khususnya pada tahun 1079, masing-masing duta besar tersebut mengunjungi Cina.[59] Ini menunjukkan bahwa ibu kota Sriwijaya selalu bergeser dari satu kota maupun kota lainnya

selama periode tersebut.[59] Ekspedisi Chola mengubah jalur perdagangan dan melemahkan Palembang, yang memungkinkan Jambi untukmengambil kepemimpinan Sriwijaya pada abad ke-11.[60]

Berdasarkan sumber Tiongkok pada buku Chu-fan-chi[61] yang ditulis pada tahun 1178, Chou-Ju-Kua menerangkan bahwa di kepulauan AsiaTenggara terdapat dua kerajaan yang sangat kuat dan kaya, yakni San-fo-ts'i dan Cho-po (Jawa). Di Jawa dia menemukan bahwa rakyatnyamemeluk agama Budha dan Hindu, sedangkan rakyat San-fo-ts'i memeluk Budha, dan memiliki 15 daerah bawahan yang meliputi; Si-lan(Kamboja), Tan-ma-ling (Tambralingga, Ligor, selatan Thailand), Kia-lo-hi (Grahi, Chaiya sekarang, selatan Thailand), Ling-ya-si-kia(Langkasuka), Kilantan (Kelantan), Pong-fong (Pahang), Tong-ya-nong (Terengganu), Fo-lo-an (muara sungai Dungun daerah Terengganusekarang), Ji-lo-t'ing (Cherating, pantai timur semenanjung malaya), Ts'ien-mai (Semawe, pantai timur semenanjung malaya), Pa-t'a (SungaiPaka, pantai timur Semenanjung Malaya), Lan-wu-li (Lamuri di Aceh), Pa-lin-fong (Palembang), Kien-pi (Jambi), dan Sin-t'o (Sunda).[6][13]

Namun, istilah San-fo-tsi terutama pada tahun 1178 tidak lagi identik dengan Sriwijaya, melainkan telah identik dengan Dharmasraya. Daridaftar 15 negeri bawahan San-fo-tsi tersebut, ternyata adalah wilayah jajahan Kerajaan Dharmasraya. Walaupun sumber Tiongkok tetapmenyebut San-fo-tsi sebagai kerajaan yang berada di kawasan Laut Cina Selatan. Hal ini karena dalam Pararaton telah disebutkan Malayu.Kitab ini mengisahkan bahwa Kertanagara raja Singhasari, mengirim sebuah ekspedisi Pamalayu atau Pamalayu, dan kemudian menghadiahkanArca Amoghapasa kepada raja Melayu, Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa di Dharmasraya sebagaimana yang tertulis pada prasastiPadang Roco. Peristiwa ini kemudian dikaitkan dengan manuskrip yang terdapat pada prasasti Grahi. Begitu juga dalam Nagarakretagama yangmenguraikan tentang daerah jajahan Majapahit, juga sudah tidak menyebutkan lagi nama Sriwijaya untuk kawasan yang sebelumnya merupakankawasan Sriwijaya.

Struktur pemerintahan

Masyarakat Sriwjaya sangat majemuk, dan mengenal stratatifikasi sosial.[11] Pembentukan satu negara kesatuan dalam dimensi struktur otoritaspolitik Sriwijaya, dapat dilacak dari beberapa prasasti yang mengandung informasi penting tentang kadātuan, vanua, samaryyāda, mandala danbhūmi.[62]

Kadātuan dapat bermakna kawasan dātu, (tnah rumah) tempat tinggal bini hāji, tempat disimpan mas dan hasil cukai (drawy) sebagai kawasanyang mesti dijaga. Kadātuan ini dikelilingi oleh vanua, yang dapat dianggap sebagai kawasan kota dari Sriwijaya yang di dalamnya terdapatvihara untuk tempat beribadah bagi masyarakatnya. Kadātuan dan vanua ini merupakan satu kawasan inti bagi Sriwijaya itu sendiri. MenurutCasparis, samaryyāda merupakan kawasan yang berbatasan dengan vanua, yang terhubung dengan jalan khusus (samaryyāda-patha) yang dapatbermaksud kawasan pedalaman. Sedangkan mandala merupakan suatu kawasan otonom dari bhūmi yang berada dalam pengaruh kekuasaankadātuan Sriwijaya.

Page 8: Sriwijaya wijayadocshare04.docshare.tips/files/24274/242749738.pdf · 2017. 3. 4. · 10/11/2014 Sriwijaya - Wikipedia bahasa Indonesia, ... Sejarah - Didirikan 600-an - Invasi Dharmasraya

10/11/2014 Sriwijaya - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

http://id.wikipedia.org/wiki/Sriwijaya 8/12

Prasasti Telaga Batu

Penguasa Sriwijaya disebut dengan Dapunta Hyang atau Maharaja, dan dalam lingkaran raja terdapat secara berurutan yuvarāja (putramahkota), pratiyuvarāja (putra mahkota kedua) dan rājakumāra (pewaris berikutnya).[63] Prasasti Telaga Batu banyak menyebutkan berbagaijabatan dalam struktur pemerintahan kerajaan pada masa Sriwijaya. Menurut Prasasti Telaga Batu, selain diceritakan kutukan raja Sriwijayakepada siapa saja yang menentang raja, diceritakan pula bermacam-macam jabatan dan pekerjaan yang ada pada zaman Sriwijaya.[20] Adapun,jabatan dan pekerjaan yang diceritakan tersebut adalah raja putra (putra raja yang keempat), bhupati (bupati), senopati (komandan pasukan),dan dandanayaka (hakim). Kemudian terdapat juga Tuha an watak wuruh (pengawas kelompok pekerja),[Note 1] Adyaksi nijawarna/wasikarana(pandai besi/ pembuat senjata pisau), kayastha (juru tulis), sthapaka (pemahat), puwaham (nakhoda kapal), waniyaga (peniaga), pratisra(pemimpin kelompok kerja), marsi haji (tukang cuci), dan hulun haji (budak raja).[20]

Menurut kronik Cina Hsin Tang-shu, Sriwijaya yang begitu luas dibagi menjadi dua. Seperti yang diterangkan diatas, Dapunta Hyang punya duaorang anak yang diberi gelar putra mahkota, yakni yuvarāja (putra mahkota), pratiyuvarāja (putra mahkota kedua).[20][63] Maka dari itu,Ahmad Jelani Halimi (profesor di Universiti Sains Malaysia) mengatakan bahwa untuk mencegahperpecahan di antara anak-anaknya itulah, maka kemungkinan Kerajaan Sriwijaya dibagi menjadidua.[44]

Raja yang memerintah

Para Maharaja Sriwijaya[2][6]

Tahun Nama Raja Ibukota Prasasti, catatan pengiriman utusan ke Tiongkok sertaperistiwa

671 Dapunta Hyang atauSri Jayanasa

Srivijaya

Shih-li-fo-shih

Catatan perjalanan I Tsing pada tahun 671-685, PenaklukanMalayu, penaklukan Jawa

Prasasti Kedukan Bukit (683), Talang Tuo (684), Kota Kapur(686), Karang Brahi dan Palas Pasemah

702Sri Indrawarman

Shih-li-t-'o-pa-mo

Sriwijaya

Shih-li-fo-shih Utusan ke Tiongkok 702-716, 724

728Rudra Vikraman

Lieou-t'eng-wei-kong

Sriwijaya

Shih-li-fo-shih Utusan ke Tiongkok 728-742

743-774 Belum ada berita pada periode ini

775 Sri Maharaja Sriwijaya Prasasti Ligor B tahun 775 di Nakhon Si Thammarat, selatanThailand dan menaklukkan Kamboja

Pindah ke Jawa (JawaTengah atauYogyakarta)

Wangsa Sailendra mengantikan Wangsa Sanjaya

778 Dharanindra atauRakai Panangkaran Jawa

Prasasti Kelurak 782 di sebelah utara kompleks CandiPrambanan

Prasasti Kalasan tahun 778 di Candi Kalasan

782 Samaragrawira atauRakai Warak Jawa Prasasti Nalanda dan prasasti Mantyasih tahun 907

792 Samaratungga atauRakai Garung

JawaPrasasti Karang Tengah tahun 824,

825 menyelesaikan pembangunan candi Borobudur

840 Kebangkitan Wangsa Sanjaya, Rakai Pikatan

856 Balaputradewa SuwarnadwipaKehilangan kekuasaan di Jawa, dan kembali ke Suwarnadwipa

Prasasti Nalanda tahun 860, India

861-959 Belum ada berita pada periode ini

Page 9: Sriwijaya wijayadocshare04.docshare.tips/files/24274/242749738.pdf · 2017. 3. 4. · 10/11/2014 Sriwijaya - Wikipedia bahasa Indonesia, ... Sejarah - Didirikan 600-an - Invasi Dharmasraya

10/11/2014 Sriwijaya - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

http://id.wikipedia.org/wiki/Sriwijaya 9/12

Busana gadis penari GendingSriwijaya yang raya dan keemasanmenggambarkan kegemilangan dankekayaan Sriwijaya.

960

Sri UdayadityaWarmadewa

Se-li-hou-ta-hia-li-tan

Sriwijaya

San-fo-ts'i Utusan ke Tiongkok 960, & 962

980 Utusan ke Tiongkok 980 & 983: dengan raja, Hie-tche (Haji)

988

Sri CudamaniWarmadewa

Se-li-chu-la-wu-ni-fu-ma-tian-hwa

Sriwijaya

Malayagiri(Suwarnadwipa) San-fo-ts'i

990 Jawa menyerang Sriwijaya, Catatan Atiśa,

Utusan ke Tiongkok 988-992-1003,pembangunan candi untuk kaisar Cina yang diberi namacheng tien wan shou

1008

Sri Mara-Vijayottunggawarman

Se-li-ma-la-pi

San-fo-ts'i

Kataha Prasasti Leiden & utusan ke Tiongkok 1008

1017

Utusan San-fo-ts'i ke Tiongkok 1017: dengan raja, Ha-ch'i-su-wa-ch'a-p'u(Haji Sumatrabhumi (?)); gelar haji biasanya untuk rajabawahan

1025 Sangrama-Vijayottunggawarman

Sriwijaya

Kadaram

Diserang oleh Rajendra Chola I dan menjadi tawanan

Prasasti Tanjore bertarikh 1030 pada candi Rajaraja, Tanjore,India

1030 Dibawah Dinasti Chola dari Koromandel

1079Utusan San-fo-ts'i dengan raja Kulothunga Chola I (Ti-hua-ka-lo) ke Tiongkok 1079 membantu memperbaiki candi TienChing di Kuang Cho (dekat Kanton)

1082 Utusan San-fo-ts'i dari Kien-pi (Jambi) ke Tiongkok 1082 dan1088

1089-1177 Belum ada berita

1178 Laporan Chou-Ju-Kua dalam buku Chu-fan-chi berisi daftarkoloni San-fo-ts'i

1183Srimat TrailokyarajaMaulibhusanaWarmadewa

Dharmasraya Dibawah Dinasti Mauli, Kerajaan Melayu, Prasasti Grahitahun 1183 di selatan Thailand

Warisan sejarah

Meskipun Sriwijaya hanya menyisakan sedikit peninggalan arkeologi dan keberadaanya sempatterlupakan dari ingatan masyarakat pendukungnya, penemuan kembali kemaharajaan bahari ini olehCoedès pada tahun 1920-an telah membangkitkan kesadaran bahwa suatu bentuk persatuan politik raya,berupa kemaharajaan yang terdiri atas persekutuan kerajaan-kerajaan bahari, pernah bangkit, tumbuh,dan berjaya pada masa lalu.

Pada abad ke-14 meskipun pengaruhnya telah memudar, wibawa dan gengsi Sriwijaya masih digunakansebagai sumber legitimasi politik. Sang Nila Utama yang mengaku sebagai keturunan bangsawanSriwijaya dari Bintan, bersama para pengikut dan tentaranya yang terdiri dari Orang Laut, telahmendirikan Kerajaan Singapura di Tumasik. Menurut Sejarah Melayu dan catatan sejarah China yangditulis Wang Ta Yuan, disebutkan bahwa Kerajaan Siam sempat menyerang kerajaan Singapura padakurun tahun 1330 hingga 1340. Serangan Siam ini berhasil dipukul mundur. Akan tetapi seranganMajapahit pada penghujung abad ke-14 telah meruntuhkan kerajaan ini. Akibatnya rajanya yang terakhir,Parameswara, terpaksa melarikan diri ke Semenanjung Melayu. Parameswara kemudiannya

mendirikan Kesultanan Melaka pada tahun 1402.[59] Kesultanan Melayu Melaka akhirnya menggantikan kedudukan Sriwijaya sebagai kuasapolitik Melayu utama di kawasan.[60][61]

Warisan terpenting Sriwijaya mungkin adalah bahasanya. Selama berabad-abad, kekuatan ekononomi dan keperkasaan militernya telah berperanbesar atas tersebarluasnya penggunaan Bahasa Melayu Kuno di Nusantara, setidaknya di kawasan pesisir. Bahasa ini menjadi bahasa kerja ataubahasa yang berfungsi sebagai penghubung (lingua franca) yang digunakan di berbagai bandar dan pasar di kawasan Nusantara.[65] Tersebarluasnya Bahasa Melayu Kuno ini mungkin yang telah membuka dan memuluskan jalan bagi Bahasa Melayu sebagai bahasa nasional Malaysia,dan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu Indonesia modern. Adapun Bahasa Melayu Kuno masih tetap digunakan sampai pada abad ke-14 M.[66]

Di samping Majapahit, kaum nasionalis Indonesia juga mengagungkan Sriwijaya sebagai sumber kebanggaan dan bukti kejayaan masa lampauIndonesia.[67] Kegemilangan Sriwijaya telah menjadi sumber kebanggaan nasional dan identitas daerah, khususnya bagi penduduk kotaPalembang, Sumatera Selatan. Keluhuran Sriwijaya telah menjadi inspirasi seni budaya, seperti lagu dan tarian tradisional Gending Sriwijaya.

Page 10: Sriwijaya wijayadocshare04.docshare.tips/files/24274/242749738.pdf · 2017. 3. 4. · 10/11/2014 Sriwijaya - Wikipedia bahasa Indonesia, ... Sejarah - Didirikan 600-an - Invasi Dharmasraya

10/11/2014 Sriwijaya - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

http://id.wikipedia.org/wiki/Sriwijaya 10/12

Hal yang sama juga berlaku bagi masyarakat selatan Thailand yang menciptakan kembali tarian Sevichai yang berdasarkan pada keanggunanseni budaya Sriwijaya.

Di Indonesia, nama Sriwijaya telah digunakan dan diabadikan sebagai nama jalan di berbagai kota, dan nama ini juga digunakan olehUniversitas Sriwijaya yang didirikan tahun 1960 di Palembang. Demikian pula Kodam II Sriwijaya (unit komando militer), PT Pupuk Sriwijaya(Perusahaan Pupuk di Sumatera Selatan), Sriwijaya Post (Surat kabar harian di Palembang), Sriwijaya TV, Sriwijaya Air (maskapaipenerbangan), Stadion Gelora Sriwijaya, dan Sriwijaya Football Club (Klab sepak bola Palembang). Semuanya dinamakan demikian untukmenghormati, memuliakan, dan merayakan kemaharajaan Sriwijaya yang gemilang. Pada tanggal 11 November 2011 digelar upacarapembukaan SEA Games 2011 di Stadion Gelora Sriwijaya, Palembang. Upacara pembukaan ini menampilkan tarian kolosal yang bertajuk"Srivijaya the Golden Peninsula" menampilkan tarian tradisional Palembang dan juga replika ukuran sebenarnya perahu Sriwijaya untukmenggambarkan kejayaan kemaharajaan bahari ini.[68][69]

Catatan bawah1. ^ Tuha an watak wuruh juga bersifat pengurus perdagangan dan pertukangan. Tugas mereka selain itu adalah menjalankan perdagangan di pasar-pasar

dan merekalah yang bertindak sebagai pengurusnya .[64]

Rujukan

1. ^ Cœdès, George (1930). "Les inscriptions malaises de Çrivijaya". Bulletin de l'Ecole français d'Extrême-Orient (BEFEO) 30: 29–80.2. ^ a b c d e f g h i j k l Munoz, Paul Michel (2006). Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula. Singapore: Editions Didier

Millet. ISBN 981-4155-67-5.3. ^ Gabriel Ferrand, (1922), L’Empire Sumatranais de Crivijaya, Imprimerie Nationale, Paris, “Textes Chinois”4. ^ a b Junjiro Takakusu, (1896), A record of the Buddhist Religion as Practised in India and the Malay Archipelago AD 671-695, by I-tsing, Oxford,

London.5. ^ Casparis, J.G. (1975). Indonesian palaeography: a history of writing in Indonesia from the beginnings to C. A, Part 1500. E. J. Brill. ISBN 90-04-

04172-9.6. ^ a b c d e f g h Muljana, Slamet (2006). In F.W. Stapel. Sriwijaya. PT. LKiS Pelangi Aksara. ISBN 978-979-8451-62-1.7. ^ Cœdès, George (1918). "Le Royaume de Çriwijaya". Bulletin de l'Ecole français d'Extrême-Orient 18 (6): 1–36.8. ^ a b c Taylor, Jean Gelman (2003). Indonesia: Peoples and Histories. New Haven and London: Yale University Press. ISBN 0-300-10518-5.9. ^ Krom, N.J. (1938). "Het Hindoe-tijdperk". In F.W. Stapel. Geschiedenis van Nederlandsch Indië. Amsterdam: N.V. U.M. Joost van den Vondel.

hlm. vol. I p. 149.10. ^ a b c Wijaya, Taufik (24 March 2012). "Perahu Kuno Kerajaan Sriwijaya Ditemukan di Sumatera Selatan"

(http://news.detik.com/read/2012/03/24/173813/1875495/10/perahu-kuno-kerajaan-sriwijaya-ditemukan-di-sumatera-selatan). Detik. Diakses 20 April2012.

11. ^ a b c d Sucipto 2009, hlm. 30.12. ^ Ahmad Rapanie, Cahyo Sulistianingsih, Ribuan Nata, "Kerajaan Sriwijaya, Beberapa Situs dan Temuannya", Museum Negeri Sumatera Selatan, Dinas

Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan.13. ^ a b Soekmono, R. (2002). Pengantar sejarah kebudayaan Indonesia 2. Kanisius. ISBN 979-413-290-X.14. ^ a b c Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, (1992), Sejarah nasional Indonesia: Jaman kuna, PT Balai Pustaka, ISBN 979-407-408-

X15. ^ a b Forgotten Kingdoms in Sumatra, Brill Archive16. ^ George Coedès, Louis-Charles Damais, (1992), Sriwijaya: history, religion & language of an early Malay polity : collected studies, MBRAS, ISBN

9839961411.17. ^ P. J. Suwarno, (1993), Pancasila budaya bangsa Indonesia:Penelitian Pancasila dengan pendekatan historis, filosofis & sosio-yuridis kenegaraan,

Kanisius, ISBN 979413967X.18. ^ Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, (1993), Sejarah Nasional Indonesia II (6 Seri), Edisi Pemuktahiran, PT Balai Pustaka, ISBN

979407408X19. ^ Collins 2005, hlm. 8.20. ^ a b c d Susanti, Dini; Rohman, Yusuf Ali (August 2011). PELAJARAN IPS-SEJARAH BILINGUAL:Untuk SMP/MTs. Kelas VII. Bandung: CV.

YRAMA WIDYA. hlm. 86. ISBN 978-979-543-708-6.21. ^ Supratna, Nana (2008). Sejarah untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas: Program Bahasa (http://books.google.co.id/books?

id=0jBIpIOpgnwC&pg=PA10&dq=Kerajaan+Sriwijaya). Bandung: Grasindo. ISBN 979-758-597-2. Diakses 20 April 2012.22. ^ Cœdès, George (1996). The Indianized States of Southeast Asia. University of Hawaii Press. ISBN 0-8248-0368-X.23. ^ Collins 2005, hlm. 9.24. ^ Melayu Online: Bambang Budi Utomo (http://melayuonline.com/eng/researcher/dig/16/bambang-budi-utomo)25. ^ Bukit Siguntang (http://www.epalembang.com/lang/en/travel-tourism/landmarks/bukit-siguntang/)26. ^ Titik Temu, Jejak Peradaban di Tepi Batanghari, Photograph and artifact exhibition of Muara Jambi Archaeological site, Bentara Budaya Jakarta, 9-11

November 200627. ^ KaalaChaKra, Early Indian Influences in Southeast Asia (http://exhibitions.nlb.gov.sg/kaalachakra/art_and_Architecture1.htm)28. ^ Bridgeman: Avalokitesvara figure from the Srivijaya Period, found in Chaiya, Thailand, 9th-10th century (bronze)

(http://www.bridgemanart.com/image/Srivijaya-7th-13th-Century/Avalokitesvara-figure-from-the-Srivijaya-Period-found-in-Chaiya-Thailand-9th-10th-century-bronze/6680daf37df64243a2cf59d12ea94fb0?key=%20Bangkok%20Thailand&thumb=x150&num=15&page=14)

29. ^ Srivijaya Art In Thailand (http://www.thailandsworld.com/index.cfm?p=183)30. ^ Sucipto 2009, hlm. 28.31. ^ Halimi 2008, hlm. 121.32. ^ a b Azra, Azyumardi (2006). Islam in the Indonesian world: an account of institutional formation. Mizan Pustaka. ISBN 979-433-430-8.33. ^ Natawidjaja 1985, hlm. 28.34. ^ Sobir, PhD, Firmansyah D. Siregar (2010), Budi Daya Semangka Panen 60 Hari (http://books.google.co.id/books?

id=EIjcRG4AXisC&pg=PA16&dq=sejarah+semangka&hl=en&sa=X&ei=VyfaUejpDMaxrgfP7IDIDg&redir_esc=y#v=onepage&q=sejarah&f=false),Penebar Swadaya: Jakarta. Hlm 5-6. Diakses 8 Juli 2013

35. ^ "History of Madagascar" (http://www.lonelyplanet.com/madagascar/history). Lonely Planet.com. Diakses 2010-07-07.36. ^ Iqbal, Muhammad (17 April 2012). "Penghuni Pertama Pulau Madagaskar Berasal dari Kerajaan Sriwijaya"

(http://news.detik.com/read/2012/04/17/081842/1894021/10/penghuni-pertama-pulau-madagaskar-berasal-dari-kerajaan-sriwijaya). Detik. Diakses 18

Page 11: Sriwijaya wijayadocshare04.docshare.tips/files/24274/242749738.pdf · 2017. 3. 4. · 10/11/2014 Sriwijaya - Wikipedia bahasa Indonesia, ... Sejarah - Didirikan 600-an - Invasi Dharmasraya

10/11/2014 Sriwijaya - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

http://id.wikipedia.org/wiki/Sriwijaya 11/12

Bacaan Lanjutan

Pranala luar

(Indonesia) Kerajaan Sriwijaya di MelayuOnline.com (http://history.melayuonline.com/?a=c3NWL29QTS9VenVwRnRCb20%3D=)(Indonesia) Balai Arkeologi Palembang dan Sriwijaya Society (http://arkeologi.palembang.go.id/)(Inggris) Sejarah Melayu, Buddhist Empires (http://www.sabrizain.org/malaya/hindu.htm)(Inggris) Śrīwijaya: A Centre of Learning? (http://epress.anu.edu.au/austronesians/austronesians/mobile_devices/ch15s05.html)

Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sriwijaya&oldid=8189870"

April 2012.37. ^ "Madagascar Founded By Women" (http://news.discovery.com/history/madagascar-women-120320.html). Discovery.com. Diakses 2012-03-23.38. ^ "A small cohort of Island Southeast Asian women founded Madagascar"

(http://rspb.royalsocietypublishing.org/content/early/2012/03/15/rspb.2012.0012.full). Proceedings of The Royal Society B. Diakses 2012-03-23.39. ^ "Wanita Indonesia Nenek Moyang Penduduk Madagaskar" (http://id.berita.yahoo.com/wanita-indonesia-nenek-moyang-penduduk-madagaskar-

050207371.html). Yahoo News Indonesia. 21-03-2012. Diakses 2012-03-23.40. ^ Majumdar, R.C., (1933). "Le rois Çriwijaya de Suvarnadvipa". Bulletin de l'Ecole français d'Extrême-Orient. XXXIII: 121–144.41. ^ Moensr, J.L., (1937). "Çriwijaya, Yāva en Katāha". TBG. LXXVII: 317–487.42. ^ Poerbatjaraka, R.N., (1956). "Çriwijaya, de Çailendra-en de Sanjāyavança". BKI 114: 254–264.43. ^ Boechari (1966). "Preliminary report on the discovery of an Old malay inscription at Sojomerto". MISI III: 241–251.44. ^ a b Halimi 2008, hlm. 120.45. ^ O. W. Wolters, (1967), Early Indonesian Commerce: a study of the origins of Śrīvijaya, Cornell University Press, Ithaca.46. ^ a b Fatimi, S.Q. (1963). "Two Letters from the Maharaja to the Khalifah (http://www.yumpu.com/en/document/view/11876730/two-letters-from-the-

maharaja-to-the-khalifah)". Islamic Studies (Islamabad), 2:1, hlm. 121-40.47. ^ De Casparis. Prasasti Indonesia I. hlm. 110-111.48. ^ Muljana, Slamet (2006). In F.W. Stapel. Sriwijaya. Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara. ISBN 978-979-8451-62-1.49. ^ a b Munoz 2006, hlm. 151.50. ^ Pramono, Djoko (2005). Budaya bahari. Gramedia Pustaka Utama. ISBN 979-22-1351-1.51. ^ Rasul, Jainal D. (2003). Agonies and Dreams: The Filipino Muslims and Other Minorities". Quezon City: CARE Minorities. hlm. pages 77.52. ^ Wade, Geoffrey (2009). "An Early Age of Commerce in Southeast Asia, 900–1300 CE"

(https://www.eastwestcenter.org/fileadmin/resources/education/asdp_pdfs/Early_Age_of_Commerce_1_.pdf). www.eastwestcenter.org. hlm. 252.Diakses 16 January 2013.

53. ^ a b c Munoz 2006, hlm. 150.54. ^ Muljana, Slamet (2006). In F.W. Stapel. Sriwijaya. PT. LKiS Pelangi Aksara. ISBN 978-979-8451-62-1.55. ^ Sastri K. A. N., (1935). The Cholas. University of Madras.56. ^ Kulke, H.; Kesavapany, K.; Sakhuja, V. (2009). Nagapattinam to Suvarnadwipa: reflections on Chola naval expeditions to Southeast Asia. Institute of

Southeast Asian. ISBN 981-230-936-5.57. ^ Sucipto 2009, hlm. 29.58. ^ Suriansyah Ideham. (2007:17). "Kerajaan Nan Sarunai" (http://www.webcitation.org/6AAsd7auh). Melayu online. Diarsipkan dari aslinya

(http://melayuonline.com/ind/history/dig/453/kerajaan-nan-sarunai) tanggal 25 August 2012. Diakses 25 August 2012.59. ^ a b c Munoz. Early Kingdoms. hlm. 165.60. ^ Munoz 2006, hlm. 167.61. ^ Hirth, F.; Rockhill, W.W. (1911). Chao Ju-kua, His Work on the Chinese and Arab Trade in the Twelfth and Thirteen centuries, entitled Chu-fan-chi.

St Petersburg..62. ^ Kulke, H. (1993). "Kadātuan Śrīvijaya’—Empire or Kraton of Śrīvijaya? A Reassessment of the Epigraphic Data". Bulletin de l’École Française

d’Extreme Orient 80 (1): 159–180.63. ^ a b Casparis, J.C., (1956), Prasasti Indonesia II: Selected Inscriptions from the 7th to the 9th century A.D., Vol. II. Bandung: Masa Baru.64. ^ Halimi 2008, hlm. 122.65. ^ Southeast Asia Digital Library: About Malay (http://sea.lib.niu.edu/lang/malay.html)66. ^ Collins 2005, hlm. 12.67. ^ Smith, A.L. (2000). Centrality: Indonesia's changing role in ASEAN Strategic Centrality: Indonesia's changing role in ASEAN

(http://books.google.com/books?id=C-IZCcEuX30C&pg=PA9&dq=Srivijaya+source+of+Indonesia+pride&cd=6#v=onepage&q=Srivijaya%20source%20of%20Indonesia%20pride&f=false/Strategic). Singapore: Institute of Southeast Asian Studies. hlm. 9. ISBN 981-230-103-8.

68. ^ The new Golden Peninsula Games (http://asiapacific.anu.edu.au/newmandala/2011/11/16/the-new-golden-peninsula-games/)69. ^ Spectacular Opening of the 26th SEA GAMES in Palembang (http://www.indonesia.travel/en/news/detail/541/spectacular-opening-of-the-26th-sea-

games-in-palembang)

D. G. E. Hall, A History of South-east Asia. London: Macmillan, 1955.D. R. SarDesai. Southeast Asia: Past and Present. Boulder: Westview Press, 1997.Lynda Norene Shaffer. Maritime Southeast Asia to 1500. London: ME Sharpe Armonk, 1996.Stuart-Fox, Martin. A Short History of China and Southeast Asia: Tribute, Trade, and Influence. London: Allen and Unwin, 2003.Munoz, Paul Michel (2006). Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula. Singapura:Editions Didier Millet. ISBN 981-4155-67-5.Muljana, Slamet (2006). Sriwijaya. Yogyakarta: LKiS. ISBN 9798451627.Halimi, Ahmad Jelani (2008). Sejarah dan Tamadun Bangsa Melayu [Sejarah dan Peradaban Bangsa Melayu] (http://books.google.co.id/books?id=X_wNaey3d7EC) (dalam bahasa Melayu). Kuala Lumpur: Utusan Publication & Distributors Sdn Bhd. ISBN 978-967-61-2155-X Check |isbn=value (help).Collins, James T. (2005). Bahasa Melayu, Bahasa Dunia - Sejarah Singkat (dalam bahasa Indonesia). Jakarta: KITLV bekerjasama dengan Pusat Bahasadan Yayasan Obor Indonesia. ISBN 979-461-537-4.Natawidjaja, P. Suparman (1985). Mengenal Buah-Buahan yang Bergizi (dalam bahasa Indonesia). Jakarta: Pustaka Dian.Sucipto (2009). In Suminto. Perkembangan Masyarakat pada Masa Kerajaan Hindu Budha serta Peningalannya (dalam bahasa Indonesia). Solo: TigaSerangkai. ISBN 978-979-045-686-0.

Page 12: Sriwijaya wijayadocshare04.docshare.tips/files/24274/242749738.pdf · 2017. 3. 4. · 10/11/2014 Sriwijaya - Wikipedia bahasa Indonesia, ... Sejarah - Didirikan 600-an - Invasi Dharmasraya

10/11/2014 Sriwijaya - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

http://id.wikipedia.org/wiki/Sriwijaya 12/12

Kategori: Bekas monarki Kerajaan di Nusantara Kerajaan Sriwijaya

Halaman ini terakhir diubah pada 23.50, 1 Oktober 2014.Teks tersedia di bawah Lisensi Atribusi-BerbagiSerupa Creative Commons; ketentuan tambahan mungkin berlaku. Lihat KetentuanPenggunaan untuk lebih jelasnya.