invasi pertanian

51
Laporan Studi Pustaka PENGARUH PENYULUHAN PERTANIAN TERHADAP TINGKAT ADOPSI INOVASI

Upload: nurdin

Post on 03-Feb-2016

25 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pertanian

TRANSCRIPT

Page 1: Invasi Pertanian

Laporan Studi Pustaka

PENGARUH PENYULUHAN PERTANIAN TERHADAP TINGKAT ADOPSI INOVASI

Page 2: Invasi Pertanian

ii

Page 3: Invasi Pertanian

iii

DAFTAR ISI

PRAKATA.....................................................................................................................vii

DAFTAR ISI.................................................................................................................viii

DAFTAR TABEL...........................................................................................................x

DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................xi

PENDAHULUAN...........................................................................................................1

Latar Belakang..................................................................................................1Rumusan Masalah.............................................................................................2Tujuan Penulisan..............................................................................................2Metode Penulisan..............................................................................................2

RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA..............................................................3

Judul : Adopsi Inovasi Pertanian di Kalangan Petani di Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo........................................................................................3

Judul : Adopsi Teknologi Pengolahan Limbah Pertanian oleh Petani Anggota Gapoktan PUAP di Kabupaten Agam, Sumatera Barat.....................5

Judul : Adopsi Inovasi PTT pada Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi di Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar............6

Judul : Adopsi Petani Padi Sawah terhadap Sistem Tanam Jajar Legowo 2:1 Di Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar.......................8

Judul : Faktor-Faktor yang Memengaruhi Anggota Subak Mengadopsi System Of Rice Intensification (SRI) Di Tujuh Kabupaten Di Provinsi Bali. . .9

Judul : Penyuluhan Pada Petani Marjinal: Kasus Adopsi Inovasi Usahatani Terpadu Lahan Kering Di Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat.......................................................................................................11

Judul : Tingkat Adopsi Teknologi Jagung Hibrida oleh Petani di Lahan Kering Kabupaten Timor Tengah Utara Provinsi Nusa Tenggara Timur......13

Judul : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Petani Kakao dalam Adopsi Inovasi Teknologi Sistem Usahatani Intensifikasi Diversifikasi....................15

Judul : Faktor Penentu Adopsi Sistem Pertanian Sayuran Organik dan Keberdayan Petani Di Provinsi Sumatera Barat.............................................16

Judul : Strategi Komunikasi dalam Penyuluhan dengan M Vendor (Suatu Pendekatan Komunikasi Kelompok & Intrapersonal)....................................18

RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN....................................................................20

Page 4: Invasi Pertanian

iv

Inovasi.............................................................................................................20Adopsi Inovasi................................................................................................20Penyuluhan sebagai Upaya Perubahan Perilaku.............................................22

KESIMPULAN.............................................................................................................25Pertanyaan Penelitian......................................................................................25Kerangka Berpikir..........................................................................................26

Page 5: Invasi Pertanian

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Keuntungan dan kerugian metode penyuluhan.................................. 23

Page 6: Invasi Pertanian

vi

DAFTAR GAMBARGambar 1 Tahapan proses adopsi................................................................... 21Gambar 2 Tahapan proses keputusan inovasi................................................. 22Gambar 3 Kerangka pikir penelitian varietas unggul padi............................. 27

Page 7: Invasi Pertanian

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertanian menjadi sangat penting bagi Indonesia karena sebagian besar mata pencaharian penduduk Indonesia memanfaatkan sumberdaya yang ada di sektor pertanian. Sektor pertanian juga berperan untuk menyediakan kebutuhan pangan penduduk seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat. Jumlah penduduk Indonesia saat ini hampir mencapai 237,64 juta jiwa (BPS 2010). Sumberdaya yang ada di Indonesia terutama di sektor pertanian diharapkan mampu untuk (1) Mencapai swasembada dan swasembada berkelanjutan, (2) Meningkatkan diversifikasi pangan, (3) Meningkatkan nilai tambah, daya saing, dan ekspor, dan (4) Meningkatkan kesejahteraan petani (RKT Kementerian Pertanian 2010).

Berbagai teknologi pertanian terus dikembangkan dan diintroduksikan kepada petani agar petani menerapkan teknologi tersebut. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) telah menghasilkan ±400 inovasi teknologi untuk mendorong sistem dan usaha pertanian yang efisien serta mampu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menurut Rogers (1995) inovasi adalah ide-ide baru, praktek-praktek baru atau objek yang dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh individu atau masyarakat. Inovasi yang dihasilkan oleh Balitbangtan dapat diperkenalkan kepada petani melalui kegiatan penyuluhan pertanian (agricultural extension). Penyuluhan pertanian didefinisikan sebagai suatu sistem pendidikan di luar sekolah (nonformal) untuk para petani dan keluarganya dengan tujuan agar mereka tahu, mau, mampu, dan berswadaya mengatasi masalahnya secara baik dan memuaskan dan meningkatkan kesejahteraannya (Wiriatmadja 1990) dalam (Sadono 2008). Kegiatan penyuluhan pertanian memudahkan dalam menyebarluaskan informasi mengenai inovasi pertanian sehingga dapat membantu dan memudahkan petani dalam menjalankan kegiatan usahataninya.

Di tingkat petani, inovasi teknologi yang telah diperkenalkan masih belum sepenuhnya diadopsi oleh seluruh petani. Kegiatan penyuluhan pertanian belum berpengaruh terhadap perilaku petani untuk mengadopsi sebuah inovasi sehingga tak jarang petani memutuskan untuk menolak inovasi teknologi tersebut. Meskipun inovasi yang diperkenalkan merupakan hasil perbaikan atau modifikasi teknologi yang ada di tingkat petani dan bahkan telah diujicobakan kepada petani lain akan tetapi belum mampu untuk mengubah keyakinan petani dalam mengadopsi sebuah inovasi teknologi. Ketidakpastian dan ketidakterjaminan hasil yang akan diperoleh petani ketika mengadopsi sebuah inovasi baru menyebabkan petani masih berpegang teguh dan bertahan pada teknologi lokal yang selama ini diterapkannya.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian tentang keputusan adopsi inovasi fakta yang ada di masyarakat menunjukkan bahwa apa yang disampaikan kepada petani tidak selalu didengar dan jika didengar tidak selalu dipahami, apabila mereka memahami belum tentu mereka setuju, dan meskipun mereka setuju dengan apa yang disampaikan, ternyata petani belum tentu melakukannya. Jika mereka menerapkan apa yang disampaikan, tidak selalu penerapan inovasi tersebut

Page 8: Invasi Pertanian

2

dipertahankan atau berkelanjutan. Dengan demikian, menarik untuk diteliti mengenai bagaimana pengaruh dari penyuluhan pertanian yang selama ini telah dilakukan oleh berbagai pihak terhadap tingkat adopsi inovasi oleh petani? serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan perilaku petani?

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:(1) Bagaimana konsep penyuluhan?(2) Bagaimana konsep adopsi inovasi?(3) Bagaimana pengaruh penyuluhan terhadap tingkat adopsi inovasi oleh petani.(4) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan perilaku petani?

Tujuan Penulisan

Penulisan ini bertujuan untuk:(1) Merumuskan konsep penyuluhan. (2) Merumuskan konsep adopsi inovasi.(3) Menganalisis pengaruh penyuluhan terhadap tingkat adopsi inovasi oleh

petani. (4) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku petani.

Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan studi pustaka ini adalah metode analisa terhadap data-data sekunder yang relevan dengan topik studi pustaka. Bahan pustaka yang digunakan berasal dari hasil penelitian, yaitu berupa: jurnal ilmiah, tesis, disertasi, dan buku teks. Bahan pustaka yang sudah terkumpul kemudian dipelajari, disusun, dan dianalisis sehingga menjadi suatu tulisan ilmiah yang berisi tinjauan teoritis dan tinjauan faktual beserta analisis dan sintesisnya. Selanjutnnya, dari studi pustaka ini akan menghasilkan kerangka pemikiran serta pertanyaan penelitian yang akan digunakan sebagai acuan dalam penelitian yang akan dilakukan.

Page 9: Invasi Pertanian

3

RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA

1. Judul : Adopsi Inovasi Pertanian di Kalangan Petani di Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo

Tahun : 2011Jenis Pustaka : JurnalBentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Yos Wahyu HarintaNama Jurnal : AgrinVolume (Edisi) : 15, No. 2, Oktober 2011: 164-174ISSN : 1410-0029Alamat URL/doi : http://ejurnal.veteranbantara.ac.id/

index.php/ widyatama/article/download/49/41 Tanggal diunduh : 15 September 2014

Ringkasan Petani sering dianggap sebagai individu yang tidak mempunyai

kemampuan untuk mengubah keadaan usahataninya serta memperbaiki mutu hidupnya. Oleh karena itu, dibutuhkan dorongan dari pihak luar agar membantu petani keluar dari keadaan tersebut melalui kegiatan penyuluhan. Pada kegiatan penyuluhan, petani harus diperkenalkan dengan sesuatu hal yang memiliki sifat pembaharuan atau inovasi sehingga mendorong terjadinya perubahan perilaku petani. Inovasi tidak hanya sekedar sesuatu yang baru, tetapi lebih luas dari itu, yakni sesuatu yang dinilai baru atau dapat mendorong terjadinya pembaharuan dalam masyarakat atau pada lokalitas tertentu (Mardikanto 2002).

Inovasi teknologi yang digunakan untuk meningkatkan produksi padi di Indonesia salah satunya ialah PTT (Pengelolaan Tanaman dan Sumber Daya Terpadu). PTT merupakan suatu pendekatan ekoregional yang ditujukan untuk meningkatkan produktivitas tanaman pangan dengan memperhatikan prinsip efisiensi. Menurut Dinas Pertanian Kabupaten Sukoharjo (2009) komponen unggulan PTT padi antara lain adalah Pengaturan tata tanam; Penanaman varietas unggul; Pemupukan sesuai dengan kebutuhan; Pengendalian hama dan penyakit tanaman secara terpadu dan Penanganan proses panen dan pasca panen dengan baik. Selain berguna untuk meningkatkan produktivitas tanaman pangan, PTT juga bertujuan untuk meningkatkan produksi, pendapatan dan kesejahteraan petani.

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo, 12 desa dari 14 desa mulai menerapkan cara PTT di dalam aktivitas pertaniannya. Beragam reaksi dari petani yang pada umumnya tidak mudah menerima adopsi inovasi maka peneliti berupaya untuk melihat hubungan sosial ekonomi petani dan saluran komunikasi dengan adopsi inovasi pertanian. Tujuan dari penelitian ini yakni untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan adopsi inovasi pertanian di kalangan petani di Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo dan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antar faktor-faktor tersebut terhadap kecepatan adopsi inovasi pertanian. Penelitian ini merupakan penelitian survei penjelasan (explanatory/confirmatory) dengan mengambil sampel dari

Page 10: Invasi Pertanian

4

suatu populasi. Metode yang digunakan ialah berupa kuesioner, wawancara, data primer dan data sekunder dengan observasi dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis korelasi antar variabel dan analisis jalur (Path Analysis).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi kecepatan adopsi inovasi pertanian di kalangan petani di Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo seperti sifat/karakteristik inovasi; sifat/karakteristik calon pengguna; pengambilan keputusan adopsi inovasi; saluran komunikasi/media yang digunakan; dan kualifikasi/keadaan petugas PPL, tiga dari lima faktor tersebut berpengaruh terhadap kecepatan adopsi inovasi pertanian menurut uji Path Analysis. Faktor-faktor tersebut antara lain: sifat/karakteristik inovasi dengan indikator keuntungan relatif dan observabilitas; sifat/karakteristik calon pengguna yang terdiri dari tiga faktor utama yakni status sosial ekonomi dengan indikator penguasaan lahan, kepribadian dengan indikator keberanian mengambil resiko, dan perilaku komunikasi dengan indikator tingkat partisipasi dalam keluarga petani, komunikasi interpersonal, dan mencari informasi inovasi; dan saluran komunikasi/media yang digunakan dengan indikatornya saluran antar pribadi dan media massa.

Analisis Data yang diperoleh dan dianalisis menggunakan uji korelasi dan uji

analisis jalur terdapat perbedaan hasil. Hasil dengan uji korelasi menyebutkan bahwa lima variabel yang menjadi faktor yang mempengaruhi adopsi inovasi di kalangan petani di Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo memiliki hubungan yang signifikan dengan variabel adopsi inovasi pertanian. Sementara data yang dianalisis dengan Path Analysis menunjukkan bahwa hanya tiga dari lima variabel yang signifikan secara statistik. Pada hasil dan pembahasan maupun kesimpulan penulis atau peneliti tidak menjelaskan lebih lanjut bagaimana kecepatan adopsi inovasi di kalangan petani (tergolong rendah, sedang atau tinggi) setelah mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kecepatan adopsi inovasi tersebut.

Page 11: Invasi Pertanian

5

2. Judul : Adopsi Teknologi Pengolahan Limbah Pertanian oleh Petani Anggota Gapoktan PUAP di Kabupaten Agam, Sumatera Barat

Tahun : 2012Jenis Pustaka : JurnalBentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Nasrul HosenNama Jurnal : Pertanian TerapanVolume (Edisi) : 12, No. 2, Maret 2012: 89-95ISSN : 1410-5020Alamat URL/doi : http://jptonline.or.id/index.php/ojs-jpt/

article/viewFile/50/41Tanggal diunduh : 19 Desember 2014

Ringkasan Program Kementerian Pertanian yang salah satunya yaitu program

Pengembangan Usaha Pertanian Perdesaan (PUAP) bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan mengurangi kemiskinan dengan meminjamkan dana pinjaman yang digunakan untuk mengembangkan usaha pertanian dan didukung oleh teknologi adaptif. Teknologi pengolahan limbah pertanian dan ternak adalah salah satu cara memanfaatkan hasil dari sumberdaya yang telah terpakai untuk dimanfaatkan kembali dan dapat menghasilkan keuntungan yang lebih sehingga semua sumberdaya dapat termanfaatkan secara keseluruhan. Teknologi ini terdiri dari teknologi pengolahan kompos, teknologi pengolahan pakan, dan teknologi produksi biogas.

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan IV Angkat dan Baso di Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana dengan unit analisis anggota Gapoktan penerima dana PUAP tahun 2008 dan 2009. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan kemudian data dianalisis secara deskriptif, tabulasi, analisis usaha tani dan analisis komparatif pendapatan sistem usaha tani sebelum dan sesudah menerapkan teknologi. Tujuan dari penelitian ini yakni menganalisis mengenai penerapan teknologi pengolahan limbah tanaman dan ternak oleh petani anggota Gapoktan PUAP dalam upaya mengurangi biaya input dari luar dan belajar berusaha secara efisien guna meningkatkan pendapatan.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan teknologi pengolahan limbah tanaman yang digunakan sebagai pupuk sekitar 36,67 persen : 40 persen (Kec. IV Angkat : Kec. Baso). Kemudian penggunaan limbah tanaman yang digunakan sebagai pakan ternak menunjukkan hasil 70 persen : 80 persen. Sementara itu, penggunaan limbah ternak yang digunakan sebagai pupuk di kedua kecamatan terlihat cukup tinggi dengan perbandingan 80 persen : 90 persen. Pada konteks adopsi teknologi pengolahan limbah pertanian pada dua kecamatan di Kabupaten Agam, teknologi yang sudah mulai didopsi dan diterapkan adalah teknologi pengolahan kompos dan pengolahan pakan sedangkan untuk teknologi pengolahan biogas masih belum bisa diterapkan. Hal itu dikarenakan, masih kurangnya sosialisasi atau penyuluhan mengenai penerapan teknologi tersebut dan juga pendampingan penerapan teknologi yang dilakukan oleh penyuluh

Page 12: Invasi Pertanian

6

pendamping dirasa belum optimal. Penerapan teknologi pengolahan limbah dan pemanfaatan kompos ternyata dapat meningkatkan hasil padi rata-rata 15 persen dan jagung 20 persen. Sehingga dengan adanya peningkatan hasil tanaman tersebut maka mampu untuk meningkatkan pendapatan rata-rata petani yaitu sekitar 12,90 persen.

Analisis Penerapan teknologi pengolahan limbah yang dapat meningkatkan hasil

tanaman perlu lebih disosialisasikan kepada petani melalui kegiatan penyuluhan. Hal itu dikarenakan, jika petani menerapkan sistem teknologi tersebut maka banyak keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh seperti: meningkatnya hasil produksi, pendapatan petani, dan biaya produksi akan menjadi efisien. Pada penerapan teknologi pengolahan kompos dan pakan berdasarkan penelitian tersebut cukup banyak petani yang mengetahuinya namun untuk pengaplikasian dilapang petani masih belum banyak yang menerapkan. Salah satu yang menyebakan hal itu terjadi karena petani masih kurang mendapatkan informasi yang benar mengenai tata cara pengolahannya. Tata cara yang biasa dilakukan petani belum sesuai dengan apa yang seharusnya. Sebagaimana yang dikutip dari pernyataan pada hasil dan pembahasan penelitian yakni “petani biasa memberikan limbah tanaman seperti jerami dalam bentuk segar, atau kotoran ternak segar diberikan ke tanaman tanpa diolah menjadi kompos”. Kotoran ternak yang akan dijadikan sebagai pupuk seharusnya diolah atau dibiarkan dahulu selama beberapa hari karena jika kotoran ternak yang masih segar langsung diberikan ke tanaman maka tanaman bisa menjadi mati akibat dari panas yang dihasilkan kotoran tersebut.

3. Judul : Adopsi Inovasi PTT pada Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi di Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar

Tahun : 2014Jenis Pustaka : JurnalBentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Dewi Maryani, Suparta, IG. SetiawanNama Jurnal : Manajemen AgribisnisVolume (Edisi) : 2, No. 2, Oktober 2014: 84-102ISSN : 2355-0759Alamat URL/doi : http://ojs.unud.ac.id/index.php/agribisnis/

article/download/10202/7501Tanggal diunduh : 19 Desember 2014

Ringkasan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) merupakan salah satu pendekatan

yang digunakan sebagai strategi meningkatkan produksi beras nasional. Pengelolaan Tanaman Prinsip Terpadu (PTT) adalah pendekatan dalam pengelolaan lahan, air, tanaman, organisme pengganggu tanaman (OPT) dan iklim secara terpadu dan berkelanjutan dalam upaya peningkatan produktivitas, pendapatan petani dan kelestarian lingkungan (Deptan 2008). Inovasi PTT

Page 13: Invasi Pertanian

7

diperkenalkan kepada petani melalui adanya Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT).

Penelitian yang dilakukan di Kecamatan Sukawati dikarenakan lokasi tersebut telah melaksanakan program SL-PTT padi sejak tahun 2012. Penelitian ini bertujuan: (1) Mendeskripsikan perilaku petani dan tingkat adopsi inovasi PTT di Kecamatan Sukawati, (2) Menganalisis pengaruh faktor karakteristik petani, kompetensi penyuluh, dan sifat inovasi PTT terhadap perilaku petani tentang PTT, (3) Menganalisis pengaruh faktor karakteristik petani, kompetensi penyuluh dan sifat inovasi PTT terhadap adopsi inovasi PTT di Kecamatan Sukawati, dan (4) Menganalisis pengaruh faktor perilaku terhadap adopsi inovasi PTT di Kecamatan Sukawati. Pemilihan sampel dilakukan dengan Proporsional Random Sampling dengan jumlah sampel yang teerpilih sebanyak 157 petani dari 1.568 petani. Metode analisis data yang digunakan yaitu analisis deksriptif dan analisis SEM dengan PLS.

Perilaku petani yang ditunjukkan dengan adanya perubahan dari sisi pengetahuan, sikap, dan keterampilan petani terhadap inovasi PTT. Menurut hasil penelitian, pengetahuan petani tentang inovasi PTT tergolong tinggi meskipun pendidikan formal petani cukup rendah. Pengetahuan yang didapatkan petani dapat diperoleh dari pendidikan non-formal dan pengalaman berusahatani. Sikap petani terhadap inovasi PTT menunjukkan hasil yang tergolong tinggi karena petani setuju mengadopsi inovasi tersebut dengan menggunakan varietas unggul yang baru dibanding dengan varietas lokal. Sementara dilihat dari sisi keterampilan petani menerapkan inovasi masih tergolong sedang. Perilaku petani di Kecamatan Sukawati yang termasuk dalam kategori tinggi ini akan berpengaruh terhadap kemudahan dalam adopsi inovasi PTT. Tingkat adopsi petani mulai dari penggunaan varietas padi unggul, penggunaan benih bermutu dan berlabel, pemberian bahan organik, penanaman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit sampai pada tahap panen secara keseluruhan termasuk kedalam kategori tinggi.

Faktor karakteristik petani, kompetensi penyuluh, dan karakteristik inovasi menunjukkan hasil bahwa faktor tersebut berpengaruh terhadap perilaku petani. Dari ketiga faktor tersebut karakteristik inovasi sangat berpengaruh terhadap perilaku petani. Faktor yang berpengaruh terhadap adopsi inovasi PTT yakni faktor karakteristik inovasi sementara faktor karakteristik petani dan kompetensi penyuluh tidak berpengaruh terhadap adopsi inovasi.

Analisis Perubahan perilaku petani yang dapat dipengaruhi dari proses pendidikan

non-formal dan pengalaman berusahatani ternyata dapat berpengaruh terhadap adopsi inovasi PTT. Perubahan perilaku yang dimaksud adalah perubahan terhadap pengetahuan terhadap inovasi yang diperkenalkan, sikap petani yang terhadap inovasi tersebut serta keterampilan petani dalam menerapkan inovasi. Perilaku petani dapat berubah dikarenakan ada faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya yakni karakteristik petani, kompetensi penyuluh serta karakteristik inovasi. Adopsi inovasi PTT di Kecamatan Sukawati dipengaruhi paling besar oleh faktor karakteristik inovasi sementara karakteristik petani dan kompetensi penyuluh berpengaruh tidak secara langsung terhadap adopsi inovasi PTT melalui perilaku petani. Selain itu, intensitas kegiatan penyuluhan dan

Page 14: Invasi Pertanian

8

pendampingan kepada petani juga harus lebih ditingkatkan agar dapat menghasilkan perubahan perilaku yang lebih meningkat sehingga akan berpengaruh juga terhadap tingkat adopsi petani.

4. Judul : Adopsi Petani Padi Sawah terhadap Sistem Tanam Jajar Legowo 2:1 Di Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar

Tahun : 2012Jenis Pustaka : JurnalBentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Hajrah Lalla, M.Saleh. Ali, SaadahNama Jurnal : Sains & TeknologiVolume (Edisi) : 12, No. 3, Desember 2012: 255-264ISSN : 1411-4674Alamat URL/doi : http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/

4ac467540f1dae9544904cb234748e7f.pdfTanggal diunduh : 19 Desember 2014

Ringkasan Inovasi teknologi terus dikembangkan seiring dengan kebutuhan dalam

upaya meningkatkan produksi padi. Paket teknologi sistem tanam jajar legowo 2:1 merupakan suatu rekayasa teknologi yang ditujukan untuk memperbaiki produktivitas usaha tani padi. Teknologi ini merupakan pengganti dari teknologi sebelumnya yakni teknologi jarak tanamn tegel. Sistem tanam jajar legowo mampu untuk meningkatkan hasil padi dikarenakan populasi tanaman pada sistem ini lebih banyak jika dibandingkan dengan sistem jarak tanam sebelumnya. Oleh karena itu, sistem ini dapat dipertimbangkan untuk dijadikan sebagai rujukan bagi para petani dalam kegiatan berusahatani padi.

Dalam penelitian yang dilakukan di Kelurahan Panrannuangku, Desa Timbuseng dan Desa Ko’mara, Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar, peneliti ingin mengetahui sejauhmana tingkat adopsi teknologi jajar legowo 2:1 pada tanaman padi sawah dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi adopsi petani terhadap sistem tanam jajar legowo 2:1. Dari total jumlah populasi sebanyak 146 orang petani padi sawah yang menerapkan teknologi jajar legowo 2:1, sebanyak 51 orang petani yang terpilih sabagai sampel (Kelurahan Panrannuangku sebanyak 16 orang, Desa Timbuseng 14 orang dan Desa Ko’mara sebanyak 18 orang). Penelitian ini menggunkan data primer dari pengamatan lapangan, wawancara terstruktur dengan kuesioner. Data sekunder melalui kepustakaan, laporan dan dokumen yang relevan. Data yang telah didapat kemudian diolah dan dianalisis dalam bentuk tabel frekuensi dan bantuan SPSS.

Berdasarkan hasil penelitian ini, tingkat adopsi di tiga lokasi penelitian termasuk dalam kategori rendah karena komponen yang diterapkan pada teknologi jajar legowo ini masih belum terlaksana dengan baik. Faktor internal petani terdiri dari: umur, lama pendidikan, pengalaman berusahatani, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan usaha tani, motivasi, frekuensi mengunjungi sumber informasi, dan sifat inovasi. Dari faktor internal petani tersebut motivasi, tingkat keuntungan relatif, tingkat kerumitan dan tingkat kemudahan untuk dicoba

Page 15: Invasi Pertanian

9

ternyata berpengaruh terhadap tingkat adopsi teknologi jajar legowo. Sedangkan faktor eksternal petani keseluruhannya tidak mempengaruhi adopsi teknologi tersebut.

Analisis Pada faktor internal yang dapat mempengaruhi adopsi inovasi sistem jajar

legowo hanya motivasi dan tiga dari sifat inovasi yakni tingkat keuntungan relatif, tingkat kerumitan dan tingkat kemudahan untuk dicoba. Motivasi petani tergolong sangat tinggi tetapi petani belum mampu untuk mencari-cari atau mendapatkan informasi lebih banyak mengenai sistem tersebut sehingga dalam pengadopsian inovasi hasil yang diperoleh belum cukup baik. Hal demikian terjadi karena kurang optimalnya peranan penyuluh, Dinas Pertanian, BPP dalam menyediakan informasi paket jajar legowo secara mendalam.

Faktor eksternal petani yang meliputi tingkat ketersediaan informasi dan intensitas penyuluhan tidak berpengaruh pada adopsi sistem tanam jajar legowo. Hal ini menunjukkan bahwa proses penyuluhan belum berjalan baik sehingga belum mampu untuk mempengaruhi petani untuk mengadopsi inovasi. Inovasi yang disodorkan kepada petani juga harus dianalisis terlebih dahulu jangan sampai inovasi tersebut bukan menjadi solusi dari apa yang dibutuhkan oleh petani.

5. Judul : Faktor-Faktor yang Memengaruhi Anggota Subak Mengadopsi System Of Rice Intensification (SRI) Di Tujuh Kabupaten Di Provinsi Bali

Tahun : 2012Jenis Pustaka : DisertasiBentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : I Gede Setiawan Adi PutraKota dan Nama Penerbit

: Bogor-Institut Pertanian Bogor

Alamat URL/doi : http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/55089

Tanggal diunduh : 26 September 2014

Ringkasan System Of Rice Intensification (SRI) adalah salah satu metode dalam

kegiatan usahatani padi sawah yang menghasilkan produksi padi lebih tinggi jika dibandingkan dengan penerapan metode konvensional. Metode ini merupakan teknologi usahatani yang ramah lingkungan dengan mengefisiensikan input. Pada saat pembenihan jumlah benih yang digunakan metode SRI lebih sedikit dibandingkan dengan metode konvensional, masa tanam padi juga lebih cepat, dapat menanam dengan hanya satu bibit padi, jumlah anakan yang banyak, pupuk yang digunakan juga dapat berupa pupuk organik, anorganik maupun gabungan dari keduanya dan tidak membutuhkan air yang berlebih. Berdasarkan kelebihan-kelebihan dari metode SRI maka anggota Subak tertarik untuk mengadopsi inovasi ini pada sawah mereka. Bagi anggota Subak, metode SRI ini dapat sangat menguntungkan karena dapat meminimalkan pengeluaran yang akan digunakan untuk membeli pupuk pestisida. Sekaligus karena, jika penggunaan pestisida

Page 16: Invasi Pertanian

10

dilakukan secara berlebih maka akan berdampak pada ketidakseimbangan alam yang ada disekitar persawahan.

Penelitian ini dilakukan kepada petani anggota subak di Bali, dengan tujuan untuk: (1) Menemukan faktor-faktor yang memengaruhi pengadopsian SRI di kalangan petani subak, (2) Menganalisis pengaruh faktor-faktor persepsi anggota subak tentang SRI, sikap anggota subak terhadap SRI, dan kemandirian anggota subak menerapkan SRI terhadap pengadopsian SRI, (3) Menganalisis hubungan kausalitas (sebab-akibat) diantara faktor-faktor yang memengaruhi pengadopsian SRI, dan (4) Merumuskan model pengadopsian SRI di kalangan petani subak yang sesuai dengan sistem sosial subak. Penelitian ini termasuk dalam penelitian Ex post facto (guna menentukan sebab, atau alasan adanya perbedaan tingkah laku atau status kelompok individu) dengan model Structural Equation Model (menjelaskan jenis dan hubungan antara suatu set peubah yang diamati dalam suatu sistem kausal). Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan data primer dan sekunder serta menggunakan uji validitas isi yang dilanjutkan dengan korelasi Cronbach alpha (menentukan tingkat realibilitas pertanyaan dalam kuesioner).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengadopsian SRI di kalagan petani subak yaitu karakteristik individu petani, kompetensi fasilitator, kompetensi pengurus, persepsi tentang SRI, sikap anggota subak, kemandirian dan adopsi anggota subak dalam berusahatani metode Sri. Pada faktor karakteristik individu petani, peubah umur, tingkat pendidikan dan pengalaman berusahatani padi menjadi faktor yang mempengaruhi adopsi. Faktor kompetensi fasilitator berpengaruh terhadap SRI karena adanya kemampuan fasilitator beradaptasi dengan klien, kemampuan fasilitator menyampaikan materi secara sistematis, dan kemampuan fasilitator memberikan semangat kepada klien untuk mengadopsi SRI. Faktor kompetensi pengurus subak tergolong tinggi berdasarkan hasil penilaian responden, dengan peubah yang berpengaruh terhadap adopsi SRI adalah kompetensi pengurus memberikan semangat dan kompetensi pengurus dalam mencarikan jalan keluar masalah yang dihadapi oleh petani. Pada faktor persepsi anggota subak terhadap SRI peubah yang paling memengaruhi adalah persepsi bahwa SRI sesuai dengan tata nilai, adat, dan kebiasaan setempat. Faktor sikap anggota subak yang berpengaruh terhadap adopsi SRI dikarenakan SRI hemat akan air, dan SRI banyak menghasilkan jumlah anakan/rumpun. Kemandirian anggota subak dalam mengadopsi SRI dikarenakan adanya pengaruh anggota subak yang dapat belajar mandiri dan kemampuan pengambilan keputusan yang tepat.

Pengaruh persepsi anggota subak terhadap adopsi SRI tergolong dalam kategori yang sangat tinggi. Sikap anggota subak dalam memandang SRI juga dapat dikatakan positif karena SRI dianggap menguntungkan bagi anggota subak. Kemandirian anggota subak termasuk dalam kategori sedang karena pada beberapa karakteristik kemandirian, anggota subak masih rendah. Berdasarkan dari faktor-faktor yang memengaruhi pengadopsian SRI maka dapat dikatakan pengadopsian SRI termasuk tinggi. Adopsi SRI akan semakin berjalan lebih baik jika faktor-faktor yang memengaruhi pengadopsian mulai dari karakteristik anggota subak, kompetensi fasilitator, kompetensi pengurus subak, persepsi, sikap, dan kemandirian anggota subak semakin baik juga. Rekomendasi model pengembangan SRI yang dianggap tepat bagi anggota subak adalah model

Page 17: Invasi Pertanian

11

pengembangan kemandirian dengan menekankan pada belajar mandiri di kalangan anggota subak.

Analisis Pada bab pendahuluan penulis mengatakan bahwa “hasil peneraan

SRI dibeberapa lokasi penelitian menunjukkan bahwa budidaya padi metode SRI telah meningkatkan hasil dibandingkan dengan budidaya padi metode konvensional”, akan tetapi penulis tidak mencantunkan sumber maupun data yang mempertegas atau mempekuat pernyataan tersebut. Dalam pendefinisian istilah penulis mengulang kata yang seharusnya didefinisikan seperti contoh “kompetensi pengurus subak adalah kemampuan pengurus subak dalam membantu menyebarluaskan inovasi”.

6. Judul : Penyuluhan Pada Petani Marjinal: Kasus Adopsi Inovasi Usahatani Terpadu Lahan Kering Di Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat

Tahun : 2010Jenis Pustaka : Disertasi Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Kurnia Suci IndraningsihKota dan Nama Penerbit

: Bogor-Institut Pertanian Bogor

Alamat URL/doi : http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/55076

Tanggal diunduh : 25 September 2014 Ringkasan

Inovasi teknologi usahatani terpadu yang merupakan hasil dari modifikasi teknologi yang ditujukan untuk membantu para petani di dalam kegiatan usahataninya ternyata masih belum sepenuhnya diadopsi oleh petani. Sikap petani sangat bervariasi dalam menerima sebuah inovasi. Menerima sampai mengadopsi dengan antusias inovasi tersebut dan ada pula yang menolak inovasi teknologi tersebut dikarenakan terdapat kesenjangan antara teknologi yang dianjurkan penyuluh dengan teknologi yang dibutuhkan petani. Proses penyuluhan yang digunakan untuk menyampaikan inovasi baru kepada petani terkadang cenderung lebih top down. Tak jarang petani tidak dilibatkan dalam proses perencanaan sehingga hasil dari penyuluhan tersebut bukanlah sesuatu yang dibutuhkan oleh petani. Oleh karena itu, petani memandang kegiatan penyuluhan adalah sebagai suatu kegiatan yang belum mampu untuk membantu petani di dalam mengadopsi suatu inovasi.

Penelitian ini dilakukan di dua desa pada dua kabupaten yang berbeda yakni Desa Talaga, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur dan Desa Jatiwangi, Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten Garut. Tujuan dari penelitian ini yakni mengkaji persepsi petani terhadap penyuluhan dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan persepsi tersebut, mengkaji persepsi petani terhadap ciri-ciri inovasi teknologi usahatani terpadu yang diperkenalkan,

Page 18: Invasi Pertanian

12

dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan persepsi tersebut, dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam mengadopsi teknologi. Penelitian ini menggunakan metode survei yang bersifat eksplanasi, yakni menjelaskan fenomena perilaku petani yang terjadi dalam tahapan proses keputusan inovasi. Pengambilan sampel petani dilakukan dengan teknik sampel acak stratifikasi (stratified random sampling). Data dikumpulkan melalui data primer dengan wawancara kuesioner dan melalui data dari sumber lain (informan kunci).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi petani terhadap penyuluhan tergolong ke dalam kategori sedang baik persepsi petani terhadap kompetensi penyuluh, peran penyuluh, materi penyuluhan maupun metode penyuluhan. Petani masih mengeluhkan bahwa penyuluh kurang berperan dalam meningkatkan produktivitas, dan pengendalian hama penyakit, terutama komoditas nonpadi. Materi penyuluhan juga seharusnya dapat membantu mengubah dan mendorong perubahan dengan memperhatikan apa yang sesungguhnya dibutuhkan petani. Metode yang dilakukan masih dominan dengan diskusi kelompok belum memanfaatkan media elektronik sebagai media pembelajaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi petani terhadap penyuluhan adalah karakteristik petani (mobilitas, luas lahan, intelegensi, dan sikap terhadap perubahan) dan perilaku komunikasi (kerja sama, kekosmopolitan, dan keteredahan terhadap media).

Persepsi petani terhadap inovasi teknologi akan meningkat apabila inovasi tersebut sesuai dengan aspek kebutuhan, preferensi petani terhadap teknologi lokal, petani lebih berani untuk mengambil resiko dan lebih berorientasi ke luar sistem sosialnya. Faktor yang dapat mempengaruhi persepsi petani terhadap inovasi adalah ketersediaan input dan sarana pemasaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk mengadopsi teknologi adalah keuntungan relatif, kesesuaian teknologi terhadap nilai-nilai sosial budaya, kerumitan penerapan teknologi, dan pengaruh media dalam penyampaian teknologi.

Analisis Pada bab hasil dan pembahasan, subbab persepsi petani terhadap peran

penyuluh penulis mencantumkan persentase rata-rata tingkat pendidikan anggota kelompok tani namun tidak menyebutkan atau menjelaskan sumber persentase tersebut diperoleh. Kesimpulan dari disertasi tersebut menunjukkan bahwa persepsi petani terhadap penyuluhan tergolong kategori sedang hingga tinggi apabila intensitas penyuluhan dilakukan secara intensif akan tetapi belum menggambarkan bagaimana hasil di masing-masing lokasi penelitian. Pembahasan terkait dengan adopsi petani terhadap inovasi teknologi usahatani terpadu pada kondisi di lapang tidak dijelaskan secara jelas apa-apa saja yang benar-benar diadopsi oleh petani di kedua lokasi penelitian tersebut.

7. Judul : Tingkat Adopsi Teknologi Jagung Hibrida oleh Petani di Lahan Kering Kabupaten Timor Tengah Utara Provinsi Nusa

Page 19: Invasi Pertanian

13

Tenggara Timur

Tahun : 2011Jenis Pustaka : Jurnal Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Falo Marsianus, Amiruddin Saleh, W.E

Lumintang RichardNama Jurnal : Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Lahan Kering

(JIIPLK)Volume (Edisi) 2, No. 2, Desember 2011: 197-212ISSN : 2088-5873Alamat URL/doi : http://repository.ipb.ac.id/bitstream/

handle/123456789/57522/ART2011Amiruddinsaleh.pdf

Tanggal diunduh : 19 Oktober 2014

Ringkasan Perkembangan teknologi dalam pembangunan di sektor pertanian menjadi

sangat penting karena dengan adanya sebuah inovasi baru dapat membantu mengatasi permasalahan sektor pertanian. Mosher (1987) menyatakan bahwa salah satu ciri pertanian maju yaitu teknologi dan efisiensi usahatani secara berkelanjutan terus diperbaiki guna memperbaiki tingkat hidup petani beserta keluarganya dan untuk meningkatkan pendapatan dari sektor pertanian. Provinsi Nusa Tenggara Timur yang berkeinginan untuk menjadikan jagung sebagai komoditas unggulan dengan berusaha meningkatkan produksi usahataninya melalui pengembangan teknologi jagung hibrida. Pemerintah pusat maupun pemerintah daerah bekerja sama dengan dinas pertanian dan perkebunan berusaha untuk terus dapat mengoptimalisasikan teknologi jagung hibrida tersebut sehingga nantinya akan dapat meningkatkan pendapatan, produktivitas usaha dan pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Pengenalan teknologi jagung hibrida kepada para petani terus dilakukan oleh pemerintah dengan harapan bahwa petani mampu untuk mengadopsi teknologi tersebut pada aktivitas pertaniannya.

Penelitian ini dilakukan pada empat desa/kelurahan di Provinsi Nusa Tenggara Timur Desa Subun, Desa Lapeon, Desa Letneo, dan Kelurahan Atmen, Kecamatan Insana Barat, Kabupaten Timor Tengah Utara. Populasi penelitian adalah seluruh masyarakat yang berprofesi sebagai petani yang terlibat dalam sasaran program pengembangan teknologi jagung hibrida di lahan kering yang berjumlah 904 orang. Pengambilan responden dilakukan dengan penarikan sampel secara acak sederhana, sebanyak 133 orang yang terpilih dari keempat desa. Tujuan penelitian ini adalah : (1) Mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang berhubungan dengan tingkat adopsi petani pada teknologi jagung hibrida di lahan kering Kabupaten Timor Tengah Utara, (2) Menganalisis tingkat adopsi petani pada teknologi jagung hibrida di lahan kering Kabupaten Timor Tengah Utara, (3) Menganalisis tingkat kinerja petani pada teknologi jagung hibrida di lahan kering Kabupaten Timor Tengah Utara, (4) Menganalisis hubungan faktor internal dan eksternal dengan tingkat adopsi petani pada teknologi jagung hibrida di lahan kering Kabupaten Timor Tengah Utara, (5) Menganalisis hubungan

Page 20: Invasi Pertanian

14

tingkat adopsi pada teknologi jagung hibrida dengan kinerja petani di lahan kering Kabupaten Timor Tengah Utara.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap tingkat adopsi petani pada teknologi jagung hibrida di lahan kering antara lain: pendidikan formal, pendidikan nonformal, pengalaman berusahatani jagung hibrida, luas lahan garapan, akses terhadap informasi, dan akses terhadap modal keuangan. Faktor-faktor tersebut menunjukkan tingkat kategori rendah dalam mempengaruhi tingkat adopsi petani. Sementara itu, faktor umur, jumlah anggota keluarga, dan keaktifan dalam kelompok tani, ketersediaan sarana dan prasarana, intensitas penyuluhan, akses terhadap pasar, dan sifat inovasi tergolong kategori sedang dalam mempengaruhi tingkat adopsi petani pada teknologi jagung hibrida di lahan kering. Tingkat adopsi petani pada teknologi jagung hibrida di lahan kering Kabupaten Timor Tengah Utara mulai dari tahap pemilihan varietas unggul jagung hibrida, pengendalian HPT, panen dan pascapanen termasuk ke dalam kategori sedang. Tingkat kinerja petani pada penerapan teknlogi jagung hibrida di lahan kering dengan berdasarkan pada hasil produksi jagung hibrida dan pendapatan yang dihasilkan dari usahatani jagung hibrida, kinerja petani Kabupaten Timor Tengah Utara tergolong rendah.

Hubungan faktor internal dengan tingkat adopsi petani mengenai teknologi jagung hibrida menunjukkan bahwa faktor internal tidak berhubungan nyata dengan tingkat adopsi petani. Akan tetapi, dilihat dari jenis kegiatan teknologi jagung hibrida, faktor internal umur berhubungan nyata dengan kegiatan pascapanen, pendidikan formal berhubungan nyata dengan kegiatan pascapanen, pendidikan nonformal berhubungan nyata pada kegiatan pemupukan, pengairan, pengendalian HPT kemudian jumlah keluarga berhubungan nyata dalam kegiatan panen. Faktor eksternal ketersediaan sarana dan prasarana berhubungan nyata dengan tingkat adopsi petani dalam penerapan teknologi jagung hibrida, dan intensitas penyuluhan berhubungan nyata pada kegiatan pengairan. Secara umum, hubungan antara tingkat adopsi petani pada teknologi jagung hibrida dengan kinerja petani berhubungan nyata dalam kegiatan produksi maupun dari indikator pendapatan usahatani jagung hibrida.

Analisis Pada hasil dan pembahasan jurnal tersebut tidak memberikan penjelasan

lebih lanjut hasil yang diperoleh. Seperti contoh pada poin hubungan faktor internal dan eksternal dengan tingkat adopsi petani di lahan kering penulis hanya menjawab faktor internal tidak berhubungan nyata dengan tingkat adopsi petani namun tidak menjelaskan mengapa hal demikian terjadi. Begitu pula, pada hubungan faktor eksternal penulis tidak menjawab bagaimana hubungan faktor eksternal secara keseluruhan dengan tingkat adopsi petani pada teknologi jagung hibrida. Penulis hanya menjelaskan tingkat adopsi petani pada teknologi jagung hibrida dengan menggolongkannya ke dalam kategori rendah, sedang, dan tinggi namun lebih baik penulis menjelaskan juga bagaimana tahapan proses adopsi tersebut, apakah secara keseluruhan indikator teknologi jagung hibrida petani masih pada tahap kesadaran atau memang sudah sampai pada tahap adopsi.

Judul : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Petani

Page 21: Invasi Pertanian

15

8.Kakao dalam Adopsi Inovasi Teknologi Sistem Usahatani Intensifikasi Diversifikasi

Tahun : 2010Jenis Pustaka : Tesis Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Nur AlamKota dan Nama Penerbit

: Bogor-Institut Pertanian Bogor

Alamat URL/doi : http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/57052/2010nal.pdf

Tanggal diunduh : 20 Oktober 2014

Ringkasan Usaha pengembangan pertanian dengan penerapan inovasi teknologi harus

disesuaikan dengan kondisi wilayah setempat baik dari aspek teknis, sosial ekonomi, budaya dan kelembagaan. Inovasi teknologi yang diterapkan dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan dan kebutuhan petani. Departemen Pertanian melalui Badan Litbang Pertanian membuat sebuah program yang dikenal dengan Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (PRIMA TANI) pada tahun 2005. Program ini dilaksanakan di 33 provinsi yang mencakup 200 kabupaten, dengan tujuan untuk mempercepat proses diseminasi dan adopsi teknologi inovatif dengan introduksi inovasi, selain itu memperoleh umpan balik mengenai karakteristik teknologi tepat guna spesifik pengguna dan lokasi, mempercepat pencapaian kesejahteraan petani, dan melestarikan sistem pertanian dan lingkungan (Tim Teknis Prima Tani Pusat 2007).

Penelitian ini dilakukan di desa Lambandia, Kecamatan Lambandia, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian ini termasuk penelitian survei yang bersifat deskriptif analitis, yakni metode yang memusatkan perhatian pada permasalahan saat ini dengan mengumpulkan data, menyusun dan menganalisisnya. Pemilihan lokasi penelitian dengan pertimbangan bahwa daerah desa Lambandia merupakan wilayah sentra produksi kakao dan mengembangkan teknologi kakao melalui program Prima Tani. Responden penelitian ini adalah keseluruhan petani yang tergabung dalam kelompok tani. Jumlah responden sebanyak 125 orang dari lima kelompok tani yang tergolong dalam program Prima Tani dan masing-masing kelompok berjumlah 25 orang. Tujuan dari penelitian ini yaitu : (1) Mengidentifikasi keragaman tingkat adopsi petani kakao terhadap inovasi teknologi SUID dan (2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani kakao mengadopsi inovasi teknologi SUID.

Keragaman tingkat adopsi petani kakao terhadap inovasi teknologi SUID di Desa Lambandia termasuk ke dalam kategori sedang. Teknologi usahatani yang dibentuk ke dalam beberapa paket teknologi mulai dari paket teknologi pemeliharaan kakao, perbaikan tanaman kakao dan teknologi panen dan pascapanen dapat disimpulkan bahwa belum sepenuhnya kegiatan-kegiatan tersebut diterapkan oleh petani kakao. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani kakao mengadopsi inovasi teknologi SUID antara lain peubah independen yang berupa umur, pendidikan formal, pendidikan nonformal,

Page 22: Invasi Pertanian

16

pegalaman usahatani kakao, penguasaan lahan usahatani, tenaga kerja keluarga, modal, pendapatan usahatani, pencarian informasi-informasi mengenai teknologi tersebut, persepsi dan keberanian mengambil resiko, perilaku petani, dukungan penyuluhan, kelompok tani, dan kelembagaan-kelembagaan yang mendukung berjalannya teknologi SUID, dukungan sarana produksi dan dukungan pemasaran produk.

Analisis Pada bab hasil dan pembahasan, subbab pemupukan modal usahatani

kakao penulis mengatakan bahwa “rendahnya pemupukan modal usahatani kakao disebabkan pendapatan yang diperoleh petani masih tergolong rendah yaitu rata-rata Rp. 5,1 juta/hektar/tahun”. Pada penjelasan tersebut penulis tidak mencatumkan sumber atau data yang mendukung kalimat atau penjelasan tersebut. Dukungan penyuluhan yang menurut para reponden tergolong tinggi mampu untuk mempercepat adopsi inovasi teknologi SUID petani karena aktivitas penyuluh yang tergolong aktif dan mudah ditemui ketika diperlukan serta penyuluh yang sering mengikuti pertemuan-pertemuan kelompok tani yang menjadikan responden menilai positif kegiatan penyuluhan terhadap adopsi inovasi teknologi SUID tersebut. Akan tetapi dalam kegiatan penyuluhan tersebut masih terdapat kekurangan perihal metode penyampaian materi teknologi karena sebagian petani masih belum mengerti terhadap aspek materi maupun teknis pelaksanaannya.

9. Judul : Faktor Penentu Adopsi Sistem Pertanian Sayuran Organik dan Keberdayan Petani Di Provinsi Sumatera Barat

Tahun : 2014Jenis Pustaka : DisertasiBentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Zulvera Kota dan Nama Penerbit

: Bogor-Institut Pertanian Bogor

Alamat URL/doi : http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/70102/2014zul1.pdf?sequence=1

Tanggal diunduh : 13 November 2014

Ringkasan Inovasi menurut Rogers (2003) adalah ide-ide baru, praktek-praktek baru,

atau obyek yang dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh individu atau masyarakat. Van den Ban dan Hawkins (1999) menyatakan bahwa inovasi adalah suatu gagasan, metode atau objek, yang dianggap sebagai sesuatu yang baru, tetapi tidak selalu merupakan hasil dari penelitian mutakhir. Keputusan petani untuk menerapkan maupun menolak mengadopsi inovasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang bukan hanya berasal dari diri individu petani melainkan dapat juga yang ada diluar diri individu. Perilaku petani dalam mengadopsi inovasi dapat didukung dengan adanya kegiatan penyuluhan. Penyuluhan

Page 23: Invasi Pertanian

17

merupakan suatu pendidikan nonformal yang ditujukan pada orang dewasa untuk mengubah perilaku seseorang sehingga meninggalkan kebiasaan lama dan menggantinya dengan perilaku baru yang lebih baik.

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar di Provinsi Sumatera Barat dengan menggunakan paradigma penelitian kuantitatif dengan pengumpulan data menggunakan metode survei. Tujuan dari penelitian ini yaitu: (1) Menganalisis perilaku petani dalam adopsi sistem pertanian sayuran organik dan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku petani, (2) Menganalisis tingkat adopsi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat adopsi sistem pertanian sayuran organik, (3) Menganalisis tingkat keberdayaan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat keberdayaan petani sayuran, dan (4) Menganalisis faktor penentu dan merumuskan model yang efektif dalam meningkatkan adopsi sistem pertanian sayuran organik untuk mengembangkan keberdayaan petani sayuran di Provinsi Sumatera Barat. Populasi penelitian yakni petani sayuran yang pernah mengikuti program pengembangan pertanian sayuran organik. Penarikan sampel dilakukan secara acak sederhana dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 300 orang, 168 orang berasal dari Kabupaten Agam dan 132 orang dari Kabupaten Tanah Datar. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner dan pengamatan langsung sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga atau dinas yang terkait dengan penelitian.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa perilaku petani dalam merespon sistem pertanian sayuran organik yang dilihat dari aspek pengetahuan mengenai sistem tersebut tergolong sedang, sikap petani menunjukkan yang positif sedangkan aspek keterampilan petani dalam menerapkan sistem pertanian organik tergolong rendah. Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku petani dalam merespon sistem pertanian sayuran organik antara lain: karakteristik internal petani, intensitas belajar, dan intensitas penyuluhan. Tingkat adopsi petani terhadap sistem pertanian sayuran organik di Kabupaten Agam dan Tanah Datar termasuk ketegori rendah dan faktor yang berhubungan dengan tingkat adopsi sistem tersebut yakni karakteristik individu petani, dukungan lingkungan, sifat inovasi serta dukungan penyuluhan pertanian.

Tingkat keberdayaan petani yang pernah mendapatkan program pengembangan sayuran organik tergolong rendah dan faktor-faktor yang berhubungan nyata dengan tingkat keberdayaan petani antara lain: karakteristik internal petani, dukungan penyuluhan pertanian, dukungan lingkungan, dan dukungan sumberdaya alam. Faktor penentu yang menyebabkan rendahnya tingkat adopsi dan keberdayaan petani ialah: kurang responnya perilaku petani terutama dalam keterampilan petani menerapkan sistem pertanian sayuran organik, rendahnya dukungan lingkungan baik dari dukungan kebijakan, kelembagaan usahatani maupun dukungan sumberdaya lahan, rendahnya persepsi petani terhadap sifat inovasi, serta kurangnya dukungan penyuluhan pertanian. Model pengembangan sistem pertanian sayuran organik untuk keberdayaan petani dapat dilakukan dengan pendekatan penguatan faktor perilaku petani, dukungan lingkungan, persepsi petani terhadap sifat inovasi serta penguatan dukungan penyuluhan.

Analisis

Page 24: Invasi Pertanian

18

Perilaku petani yang dilihat dari tiga aspek yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan belum seluruhnya baik terutama pada aspek keterampilan petani dalam menerapkan sistem pertanian sayuran organik. Dalam penelitian tersebut penulis belum menjelaskan mengapa keterampilan petani di Kabupaten Agam dan Tanah Datar tergolong rendah. Salah satu faktor penentu yang mempengaruhi adopsi petani terhadap sistem pertanian sayuran organik ialah dukungan penyuluhan. Faktor ini belum mampu untuk membuat petani mau mengadopsi inovasi tersebut padahal penyuluhan menjadi faktor yang akan mempengaruhi perilaku petani secara langsung terhadap sistem tersebut. Di dalam kegiatan penyuluhan, faktor kompetensi penyuluh menjadi faktor yang masih rendah padahal seorang penyuluh harus merupakan orang yang menguasai bidang tersebut. Maka dari itu, pemerintah terutama pemerintah masing-masing daerah perlu mempertimbangkan terlebih dahulu kompetensi agen penyuluh yang akan mendampingi kelompok-kelompok tani karena seorang penyuluh pertanian menjadi sangat penting didalam proses kegiatan penyuluhan.

10. Judul : Strategi Komunikasi dalam Penyuluhan dengan M Vendor (Suatu Pendekatan Komunikasi Kelompok & Intrapersonal)

Tahun : 2010Jenis Pustaka : Jurnal Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Eko MurdiyantoNama Jurnal : SEPAVolume (Edisi) 6, No. 2, Februari 2010: 69-77ISSN : 1829-9946Alamat URL/doi : http://repository.upnyk.ac.id/3240/1/

SEPA_Vol_6_No_2_20102DEkoMurdiyanto.pdf

Tanggal diunduh : 19 Desember 2014

Ringkasan Penyuluhan berperan sangat penting dalam menyebarkan teknologi baru

atau difusi inovasi kepada petani. Pada proses adopsi dan difusi inovasi diperlukan seorang komunikator yang mampu untuk menyampaikan atau mengkomunikasikan dengan baik inovasi tersebut kepada orang lain. Proses difusi inovasi berkaitan erat dengan proses komunikasi model S-M-C-R-E dengan elemen difusi yang terdiri atas inventor, inovasi, saluran, anggota dalam sistem sosial dan konsekuensi. Unsur yang paling penting dalam komunikasi ialah bukan hanya sebatas pada apa yang ditulis atau dikatakan, melainkan pada karakter dan bagaimana pesan atau informasi tersebut dapat disampaikan kepada penerima pesan.

Model komunikasi penyuluhan di Indonsia cenderung menerapkan pendekatan kelompok. Proses komunikasi yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan adalah model komunikasi S-M-C-R-E (source, messaage, channel, receiver, dan effect). Model ini menggambarkan proses linier yang satu arah dalam proses komunikasi. Pada kegiatan penyuluhan dengan menggunakan

Page 25: Invasi Pertanian

19

komunikasi model tersebut yang statis dan satu arah serta tidak menghasilkan umpan balik maka dikatakan model tersebut kurang tepat untuk dilakukan pada kegiatan penyuluhan. Model pendekatan kelompok yang sering dilakukan dalam kegiatan penyuluhan mulai dari metode ceramah dalam pertemuan kelompok, kunjungan kelompok dan pembuatan demonstrasi usahatani kelompok semakin menunjukkan adanya kesenjangan diantara anggota kelompok.

Pada proses komunikasi penyuluhan saat ini maka harus dilakukan suatu perubahan model komunikasi yakni dengan menggabungkan pendekatan komunikasi kelompok dengan komunikasi antar pribadi. Komunikasi antar pribadi pada proses penyuluhan dapat dilakukan dengan adanya seorang perantara atau vendor antara penyuluh dengan petani. Namun demikian seseorang yang menjadi perantara ini harus merupakan petani yang dianggap lebih mumpuni dibandingkan dengan petani lainnya seperti contoh petani yang sudah lama melakukan adopsi teknologi.

Analisis Model pendekatan komunikasi kelompok memang terkadang menonjolkan

sisi yang top down dan tidak menghasilkan umpan balik dari petani dalam kegiatan penyuluhan. Seorang penyuluh akan dipandang sebagai orang yang hanya terus menerus memberikan informasi tanpa mendapatkan umpan balik dari para peserta penyuluhan. Untuk menambah pengetahuan petani terhadap informasi inovasi pertanian model pendekatan dengan teknik ceramah, diskusi kelompok atau komunikasi kelompok lainnya memang mampu untuk meningkatkan pengetahuan petani. Meskipun demikian model tersebut kurang efektif dalam mempengaruhi atau mengubah sikap dan keterampilan petani.

Adanya seseorang yang dijadikan sebagai perantara antara penyuluh dengan petani memang efektif dalam menyebarluaskan informasi pertanian di kalangan petani. Terutama jika perantara tersebut berasal dari kalangan petani sendiri yang telah berpengalaman dan diandalkan oleh petani lainnya. Dengan demikian, diharapkan proses penyebarluasan sebuah inovasi dapat berjalan dengan baik dan semua petani mengadopsi inovasi yang ditawarkan.

RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN

Inovasi

Inovasi diartikan oleh Rogers (1995) ialah ide-ide baru, praktek-praktek baru atau obyek-obyek yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh individu atau masyarakat. Van den Ban dan Hawkins (1996) mengartikan inovasi adalah suatu gagasan, metode atau obyek yang dianggap sesuatu yang baru tetapi

Page 26: Invasi Pertanian

20

tidak selalu merupakan hasil penelitian baru. Ide atau gagasan yang dihasilkan tidak harus sesuatu yang berasal dari hasil penelitian yang baru melainkan dapat pula ide yang digagas oleh masyarakat petani itu sendiri. Lionberger dan Gwin (1982) dalam Setiana (2005) menyatakan bahwa inovasi tidak sekedar sesuatu yang baru, namun lebih luas dari itu, yakni sesuatu yang dinilai baru atau sesuatu yang dapat mendorong terjadinya pembaharuan dalam masyarakat lokalitas atau komunitas tertentu.

Mardikanto (2009) menjelaskan bahwa inovasi bukan hanya terbatas pada benda atau barang hasil produksi saja, melainkan dapat mencakup ideologi, kepercayaan, sikap hidup, informasi, perilaku atau gerakan-gerakan menuju kepada proses perubahan disegala bentuk kehidupan masyarakat. Leeuwis (2009) menyatakan bahwa inovasi diartikan sebagai keseluruhan kerja baru, cara baru atau hal-hal baru yang benar-benar dilakukan didalam kehidupan sehari-hari. Sesuatu yang dianggap “baru” tidak saja diartikan sebagai baru secara pengetahuan melainkan dapat menghasilkan kebaruan dalam perubahan perilaku petani sebagai pelaku yang menjalankan inovasi. Setiana (2005) mendefinisikan inovasi sebagai sesuatu ide, perilaku, produk, informasi, dan praktek-praktek baru yang belum banyak diketahui, diterima, dan diterapkan atau dilaksanakan oleh sebagian besar masyarakat dalam lokalitas ataupun komunitas tertentu yang digunakan dalam mendorong terjadinya perubahan di segala aspek kehidupan untuk terwujudnya peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.

Berdasarkan literatur pustaka yang diringkas, hampir semua penelitian tersebut membahas mengenai inovasi pertanian yang berupa teknologi dan praktek-praktek terbaru dalam upaya membantu masyarakat petani meningkatkan produktivitas hasil pertanian dan mengatasi permasalahan didalam usaha taninya. Penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2012) mengenai teknologi usaha tani dengan menggunakan metode SRI (System Rice Intensification) dianggap sangat menguntungkan masyarakat petani Subak di Bali karena metode SRI lebih dapat meningkatkan hasil padi dibanding dengan metode konvensional. Metode SRI dianggap sebagai metode dalam budidaya padi yang berprinsip ramah lingkungan dan berkelanjutan. Hal demikian dikarenakan dalam penerapan metode SRI menggunakan bahan organik mulai dari pengolahan lahan, pemupukan hingga penanggulangan hama.

Adopsi Inovasi

Setiana (2005) menyatakan bahwa adopsi diartikan sebagai sesuatu proses mentalitas pada diri seseorang atau individu, dari mulai seseorang tersebut menerima ide-ide baru sampai memutuskan menerima atau menolak ide-ide tersebut. Ketika seseorang memutuskan untuk mengadopsi suatu inovasi maka akan terjadi proses mentalitas yang bertahap. Van den Ban dan Hawkins (1996) menjelaskan lima tahapan proses adopsi, yaitu: (1) Sadar (awareness), yaitu tahap seseorang menyadari adanya suatu inovasi baik

yang didengar sendiri atau dari orang lain namun belum mendapatkan informasi yang lengkap.

(2) Minat (interest), yaitu tahap seseorang mulai menaruh minat terhadap inovasi tersebut dan mencari lebih lanjut informasi tentang hal itu.

Page 27: Invasi Pertanian

21

(3) Penilaian (evaluation), yaitu tahap seseorang membuat penilaian terhadap inovasi tersebut dengan menghubungkan situasi dirinya saat ini dengan yang mendatang serta menentukan menerima atau menolak.

(4) Mencoba (trial), yaitu tahap seseorang mulai menerapkan inovasi tersebut dalam skala kecil untuk menentukan kegunaan dan kesesuaian inovasi itu bagi dirinya.

(5) Adopsi (adoption), yaitu tahap seseorang telah menggunakan inovasi tersebut dalam skala lebih luas.

Gambar 1 Tahapan proses adopsi

Rogers (1995) mengkonsepkan lima tahap proses keputusan adopsi inovasi, yaitu: (1) Mengetahui, yaitu ketika seorang individu atau unit pengambilan keputusan

lainnya mengetahui adanya inovasi dan memperoleh beberapa pemahaman tentang fungsi inovasi tersebut.

(2) Persuasi, yaitu ketika seorang individu atau unit pengambilan keputusan lainnya membentuk sikap berkenan atau tidak berkenan terhadap inovasi.

(3) Keputusan, yaitu ketika seorang individu atau unit pengambilan keputusan lainnya terlibat dalam kegiatan yang mengarah pada pilihan untuk mengadopsi atau menolak inovasi.

(4) Implementasi, yaitu ketika seorang individu atau unit pengambilan keputusan lainnya mulai menggunakan inovasi.

(5) Konfirmasi, yaitu ketika seorang individu atau unit pengambilan keputusan lainnya berusaha untuk mencari penguatan dari inovasi yang telah diputuskan atau membalikkan keputusan sebelumnya untuk mengadopsi atau menolak inovasi.

Pada tahap proses keputusan adopsi inovasi terdapat faktor kondisi awal yang dapat mempengaruhinya, antara lain: (1) praktek sebelumnya, (2) kebutuhan atau masalah yang dirasakan, (3) inovasi, dan (4) norma-norma. Pada tahap knowlegde (mengetahui) keputusan individu dipengaruhi oleh faktor karakteristik pengambilan keputusan. Tahap persuation (persuasi) dipengaruhi oleh faktor karakteristik inovasi. Selanjutnya tahap decision (keputusan) individu mulai berhadapan pada keputusan untuk mengadopsi atau menolak suatu inovasi kemudian pada tahap implementation (implementasi) dan confirmation (konfirmasi) merupakan tahap proses lanjutan dari apa yang telah individu putuskan pada tahap decision. (Gambar 2)

Gambar 2 Tahapan proses keputusan inovasi

Kondisi Sebelum

1. Praktek sebelumnya

2. Kebutuhan atau masalah yang dirasakan

3. Inovasi 4. Norma-norma

Persuasion

Knowledge Decision Implementation

Confirmation

Awareness Interest Evaluation Trial Adoption

Page 28: Invasi Pertanian

22

Sumber: Rogers, M. Everett. 1995. Diffusion of Innovation. USA: The Free Press

Dalam tahap proses adopsi terkadang seseorang tidak menyadari saat kapan mereka telah melalui tahapan proses tersebut dan juga tidak semua tahapan-tahapan proses adopsi dilakukan secara berurutan. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Hosen (2012), petani cenderung telah mengetahui mengenai manfaat limbah tanaman dan limbah kotoran ternak untuk dijadikan sebagai kompos dan pakan tetapi pada kenyataannya banyak petani yang belum menerapkan inovasi tersebut pada kesehariannya. Petani yang belum menerapkan inovasi tersebut dikarenakan petani belum mendapatkan informasi lengkap tata cara pengolahan limbah tersebut sehingga akhirnya petani masih menggunakan cara yang biasa dilakukan yang dapat dikatakan sebagai cara yang salah. Jika dikaitkan dengan tahapan proses keputusan adopsi inovasi maka petani di Kabupaten Agam masih berada pada tahap mengetahui. Penelitian yang dilakukan oleh Indraningsih (2010) memperkuat penjelasan sebelumnya, penelitian tersebut menjelaskan bahwa petani cenderung akan melihat hasil uji coba yang dilakukan petani lain dan bila dinilai berhasil maka baru akan diikuti.

Penyuluhan sebagai Upaya Perubahan Perilaku

Van den Ban dan Hawkins (1996) menyatakan bahwa penyuluhan ialah keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar guna untuk membantu seseorang memberikan pendapat sehingga dapat memutuskan keputusan yang benar. Margono (2003) mendefinisikan penyuluhan pertanian adalah suatu sistem pendidikan luar sekolah (pendidikan non formal) untuk petani dan keluargannya dengan tujuan agar mereka mampu dan sanggup memerankan dirinya sebagai warga negara yang baik sesuai dengan bidang profesinya, serta mampu, sanggup dan berswadaya memperbaiki atau meningkatkan kesejahteraannya sendiri dan masyarakatnya. Setiana (2005) mendefinisikan penyuluhan sebagai suatu sistem pendidikan di luar sekolah untuk anggota masyarakat, terutama yang berada di pedesaan agar meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mentalnya menjadi lebih produktif sehingga mampu

Rejection

- Melanjutkan adopsi- Mengadopsi kemudian

Karakteristik Pengambilan Keputusan

1. Karakteristik sosial ekonomi

2. Peubah individu3. Perilaku komunikasi

Karakteristik Inovasi

1. Relative advantage2. Compatibility3. Complexity4. Trialibility 5. Observability

Adoption

- Tidak melanjutkan - Melanjutkan/menolak

Page 29: Invasi Pertanian

23

untuk meningkatkan pendapatan keluarganya dan pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

Pada dasarnya penyuluhan dapat dikatakan sebagai proses upaya perubahan perilaku. Begitu pula efektivitas atau keberhasilan kegiatan penyuluhan dapat diukur dengan sejauhmana perubahan perilaku individu yang dilihat dari tiga komponen perilaku yaitu: pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Setiana (2005) menjelaskan faktor-faktor yang mendukung efektivitas penyuluhan, antara lain: (1) metode penyuluhan, (2) media penyuluhan, (3) materi penyuluhan, dan (4) waktu dan tempat penyuluhan.

Metode penyuluhan berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin dicapai, digolongan menjadi tiga metode, yaitu:(1) Metode berdasarkan pendekatan perorangan(2) Metode berdasarkan pendekatan kelompok(3) Metode berdasarkan pendekatan massal

Tabel 1 Keuntungan dan kerugian metode penyuluhan

Metode Keuntungan/Kebaikan Kekurangan1. Penyuluhan

massal Tidak terlalu resmi, pertanian

massal Penuh kepercayaan Langsung dapat dirasakan

Memakan waktu lebih banyak

Biaya lebih besar Bersifat kurang efisien

pengaruhnya2. Penyuluhan

kelompok Relatif lebih efisien, pertanian

kelompok Komunikator tidak tersamar

Masalah pengorganisasian Pendektan aktifitas

pembentukan kelompok bersama

Kesulitan dalam pengorganisasian aktivitas diskusi

Memerlukan pembinaan calon pimpinan kelompok yang cakap dan dinamis

3. Penyuluhan perorangan

Waktu lebih efisien Adanya persiapan yang

mantap

Komunikator tersamar Sifatnya lebih formal Pengaruhnya relatif sukar Relatif lebih mudah diukur

Sumber: Setiana (2005), “Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat”, Cetakan Pertama, Bogor 2005, hal. 51

Media penyuluhan menurut Mardikanto (1993) dalam Setiana (2005) adalah alat atau benda yang dapat diamati, didengar, diraba, atau dirasakan oleh indera manusia yang berfungsi untuk memperagakan atau menjelaskan uraian yang disampaikan penyuluh guna membantu proses belajar sasaran penyuluhan agar materi penyuluhan mudah diterima dan dipahami. Media penyuluhan diartikan sebagai segala sesuatu yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan. Materi yang disampaikan harus sesuai dengan kebutuhan dari individu petani, dapat memunculkan rasa ingin lebih tahu mendalam dan memotivasi, dapat memecahkan permasalahan yang dialami oleh petani. Waktu dan tempat kegiatan diadakan penyuluhan juga harus dipertimbangkan karena keduanya dapat mempengaruhi proses dan hasil dari kegiatan penyuluhan.

Page 30: Invasi Pertanian

24

Berdasarkan literatur pustaka yang telah diringkas, dalam penelitian Zulvera (2014) yang dilakukan di Provinsi Sumatera Barat menjelaskan bahwa ketepatan metode, kesesuaian materi, kesesuaian model komunikasi, kompetensi penyuluh dan frekuensi penyuluhan ternyata berhubungan secara positif dengan perilaku petani dalam merespon sistem pertanian sayuran organik. Memfokuskan pada metode penyuluhan, metode penyuluhan perorangan lebih dirasakan kurang berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan petani jika dibandingkan dengan metode pernyuluhan kelompok. Sebaliknya untuk meningkatkan keterampilan petani metode yang lebih tepat digunakan ialah dengan metode perseorangan. Dalam upaya pengadopsian suatu inovasi maka kegiatan penyuluhan sangat penting untuk dilakukan.

KESIMPULAN

Penyuluhan merupakan sebuah kegiatan pendidikan di luar sekolah untuk para petani dan keluarganya sehingga petani mampu mengatasi masalah di dalam kegiatan berusahatani. Pengaruh dari kegiatan penyuluhan dapat dilihat dari adanya perubahan perilaku petani baik dari pengetahuan, sikap dan keterampilan. Fungsi dari kegiatan penyuluhan yakni membantu petani dan keluarganya agar mampu untuk meningkatkan kesejahteraannya sehingga penyuluhan dilakukan atas dasar kebutuhan dan masalah yang dihadapi petani bukan semata-mata melakukan program yang dirancang oleh pemerintah. Tidak semua program atau bantuan dari pemerintah sesuai dengan kebutuhan petani maka seorang penyuluh

Page 31: Invasi Pertanian

25

penting untuk mengetahui kebutuhan dan masalah yang sesungguhnya dirasakan oleh petani agar solusi yang diberikan dapat sesuai dan dirasakan manfaatnya.

Adopsi inovasi adalah suatu proses yang melibatkan mental seseorang atau individu pada keputusan untuk menerima atau menolak suatu ide-ide baru, gagasan, praktek-praktek baru, informasi, program serta perilaku baru sehingga dapat meningkat produktivitas usahatani dan meningkatkan kesejahteraan petani. Pada proses adopsi terdapat beberapa tahapan proses keputusan inovasi mulai dari mengetahui, persuasi, keputusan, implementasi dan konfirmasi. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi inovasi di antaranya: faktor yang berasal dari individu petani dan faktor dari karakteristik inovasi tersebut.

Pengaruh penyuluhan yang selama ini telah dilakukan oleh berbagai pihak menunjukkan bahwa ternyata penyuluhan belum terlalu berpengaruh terhadap tingkat adopsi inovasi petani. Belum optimalnya kegiatan penyuluhan dapat dikarenakan kurangnya agen penyuluh yang berkompeten, frekuensi atau intensitas penyuluhan yang kurang, serta ketidaksesuaian materi atau inovasi yang diberikan terhadap kebutuhan atau masalah yang dihadapi petani. Oleh karena itu, perilaku petani belum cenderung menunjukkan perubahan dalam menanggapi inovasi yang ditawarkan kepada mereka.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku petani di antaranya yaitu: penyuluhan serta karakteristik petani. Pada faktor penyuluhan terdapat beberapa indikator yaitu metode penyuluhan, materi penyuluhan, komunikasi penyuluhan, intensitas penyuluhan dan kompetensi penyuluh. Sedangkan faktor karakteristik petani dilihat dari komponen umur, pengalaman, tingkat pendidikan, luas lahan, motivasi, modal, dan keberanian mengambil resiko.

Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rangkuman dan pembahasan, dan kesimpulan yang telah dibuat, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian, antara lain: (1) Bagaimana tingkat adopsi varietas unggul padi oleh petani dan faktor-faktor

apa saja yang mempengaruhinya?(2) Bagaimana pengaruh penyuluhan terhadap perilaku petani dan faktor-faktor

apa saja yang mempengaruhinya?

Kerangka Berpikir

Tingkat adopsi varietas unggul padi oleh petani adalah penerapan ide- gagasan, praktek atau teknologi dengan menggunakan varietas unggul padi yang dilakukan petani dalam praktek pertaniannya. Tingkat adopsi ini dapat diukur dengan melihat waktu atau lamanya adopsi, kesesuaian prosedur, serta keberlanjutan adopsi. Tingkat adopsi inovasi petani dapat dipengaruhi oleh perubahan perilaku petani sebagai output dari kegiatan penyuluhan pertanian, serta karakteristik inovasi. Karakteristik inovasi dicirikan dengan (1) Tingkat keuntungan relatif, (2) Tingkat kerumitan, (3) Tingkat kesesuaian, (4) Kemudahan dicoba, dan (5) Kemudahan untuk dilihat hasilnya.

Perilaku petani yang diakibatkan oleh adanya kegiatan penyuluhan menghasilkan perubahan tingkat pengetahuan, kecenderungan sikap petani

Page 32: Invasi Pertanian

26

terhadap sesuatu hal yang baru, dan tingkat keterampilan petani. Perubahan perilaku petani juga dapat dipengaruhi oleh faktor karakteristik petani. Karakteristik petani yaitu diartikan sebagai ciri-ciri yang melekat pada individu sehingga menjadikan individu tersebut berbeda dengan individu lainnya. Ciri tersebut antara lain umur, tingkat pendidikan formal, tingkat pendidikan non formal, luas lahan, pengalaman usahtani, tingkat keberanian mengambil resiko, dan motivasi. Dalam mengikuti penyuluhan keberhasilan atau tidaknya individu petani dapat dianalisis berdasarkan ciri atau karakteristik masing-masing individu petani. Pada akhirnya perilaku petani akan mempengaruhi tingkat adopsi petani terhadap suatu inovasi.

Selain faktor karakteristik petani, perilaku petani juga dipengaruhi oleh kegiatan penyuluhan. Penyuluhan pertanian dicirikan terdiri dari beberapa komponen antara lain ketepatan metode yang digunakan, kesesuaian materi yang disampaikan dengan kebutuhan petani, media komunikasi yang digunakan dapat menarik perhatian petani, kompetensi penyuluh yang baik dan berpengalaman sangat dianjurkan dalam kegiatan penyuluhan, serta frekuensi atau intensitas diadakannya penyuluhan.

X1 Karakteristik Petani

X1.1 Umur X1.2 Tingkat pendidikan formalX1.3 Tingkat pendidikan

nonformalX1.4 Luas lahanX1.5 Pengalaman usaha taniX1.6 Tingkat keberanian mengambil resikoX1.7 Motivasi

X2 Karakteristik Inovasi

X2.1 Tingkat Keuntungan Relatif

X2.2 Tingkat Kerumitan X2.3 Tingkat Kesesuaian X2.4 Kemudahan dicoba X2.5 Kemudahan dilihat

hasilnya

Page 33: Invasi Pertanian

27

Gambar 3 Kerangka pikir penelitian varietas unggul padi

Keterangan:

: berhubungan (diuji)

DAFTAR PUSTAKA

Alam N. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Petani Kakao dalam Adopsi Inovasi Teknologi Sistem Usahatani Intensifikasi Diversifikasi [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [Internet]. [diunduh tanggal 20 Oktober 2014]. Dapat diunduh dari: http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/57052/2010nal.pdf

Ali MSS, Lalla H, Saadah. 2012. Adopsi Petani Padi Sawah terhadap Sistem Tanam Jajar Legowo 2:1 Di Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar. J Sains & Teknologi. [Internet]. [diunduh tanggal 19 Desember 2014]. 12(3): 255-264. Dapat diunduh dari: http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/4ac467540f1dae9544904cb234748e7f.pdf

BPS (Badan Pusat Statistik). 2010. Jumlah Penduduk Indonesia tahun 2010. [Internet]. [diunduh tanggal 13 November 2014]. Dapat diunduh dari:

X3 Penyuluhan

X3.1 Kesesuaian metode penyuluhan

X3.2 Ketepatan media penyuluhan

X3.3 Kesesuaian materi penyuluhan

X3.4 Tingkat kompetensi penyuluh

X3.5 Intensitas Penyuluhan

Y2 Tingkat Adopsi Inovasi Petani

Y2.1 Waktu Adopsi

Y2.2 Kesesuaian Prosedur

Y2.3 Keberlanjutan Adopsi

Y1 Perilaku Petani

Y1.1 Tingkat pengetahuan petani

Y1.2 Kecenderungan Sikap Petani

Y1.3 TingkatKeterampilan Petani

Page 34: Invasi Pertanian

28

http://bps.go.id/download_file/Penduduk_Indonesia_menurut_desa_SP2010.pdf

Harinta YS. 2011. Adopsi Inovasi Pertanian di Kalangan Petani di Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo. J Agrin. [Internet]. [diunduh tanggal 15 September 2014]. 15(2): 164-174. Dapat diunduh dari:http://ejurnal.veteranbantara.ac.id/index.php/widyatama/article/download/49/41

Hosen N. 2012. Adopsi Teknologi Pengolahan Limbah Pertanian oleh Petani anggota Gapoktan Puap di Kabupaten Agam, Sumatera Barat. J Pertanian Terapan. [Internet]. [diunduh tanggal 19 Desember 2014]. 12(2): 89-95. Dapat diunduh dari: http://jptonline.or.id/index.php/ojs-jpt/article/viewFile/50/41

Indraningsih KS. 2010. Penyuluhan Pada Petani Marjinal: Kaus Adopsi Inovasi Usahatani Terpadu lahan Kering Di Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Garut Peovinsi Jawa Barat [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [Internet]. [diunduh tanggal 25 September 2014]. Dapat diunduh dari: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/55076

Kementrian Pertanian. 2010. RKT (Rencana Kinerja Tahunan) Kementerian Pertanian. [Internet]. [diunduh tanggal 14 November 2014]. Dapat diunduh dari: http://www.pertanian.go.id/sakip/admin/data/RKT_KEMENTAN2014.pdf

Leeuwis C. 2009. Komunikasi untuk Inovasi Pedesaan. Yogyakarta (ID): KanisiusMarsianus F, Saleh A, Lumintang WE. 2011. Tingkat Adopsi Teknologi Jagung

Hibrida oleh Petani di Lahan Kering Kabupaten Timor Tengah Utara Provinsi Nusa Tenggara Timur. JIIPLK. [Internet]. [diunduh tanggal 19 Oktober 2014]. 2(2): 197-212. Dapat diunduh dari: http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/57522/ART2011Amiruddinsaleh.pdf

Maryani D, Setiawan IG, Suparta. Adopsi Inovasi PTT pada Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi di Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. JMA. [Internet]. [diunduh tanggal 19 Desember 2014]. 2(2): 84-102. Dapat diunduh dari:

http://ojs.unud.ac.id/index.php/agribisnis/article/download/10202/7501 Murdiyanto E. 2010. Strategi Komunikasi dalam Penyuluhan dengan M Vendor

(Suatu Pendekatan Komunikasi Kelompok & Intrapersonal). J SEPA. [Internet]. [diunduh tanggal 19 Desember 2014]. 6(2): 69-77. Dapat diunduh dari: http://repository.upnyk.ac.id/3240/1/SEPA_Vol_6_No_2_20102DEkoMurdiyanto.pdf

Rogers EM. 1995. Diffusion of Innovation. USA: The Free Press.Sadono D. 2008. Pemberdayaan Petani: Paradigma Baru Penyuluhan Pertanian Di

Indonesia. JP. [Internet]. [diunduh tanggal 3 September 2014]. 4(1): 65-74. Dapat diunduh dari: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/43076

Setiana L. 2005. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Bogor(ID): Ghalia Indonesia.

Setiawan IG. 2012. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Anggota Subak Mengadopsi System Of Rice Intensification (SRI) Di Tujuh Kabupaten Di

Page 35: Invasi Pertanian

29

Provinsi Bali [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [Internet]. [diunduh tanggal 26 September 2014]. Dapat diunduh dari: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/55089

Slamet M. 2003. Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. Bogor(ID): IPB Press.

Van den Ban & Hawkins. 1996. Agricultural Extension. Melbourne: Blackwell Science.

Zulvera. 2014. Faktor Penentu Adopsi Sistem Pertanian Sayuran Organik dan Keberdayan Petani Di Provinsi Sumatera Barat [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [Internet]. [diunduh tanggal 13 November 2014]. Dapat diunduh dari: http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/70102/2014zul1.pdf?sequence=1

.