sppi 1 relevansi pemikiran jamaluddin al-afghani

13
RELEVANSI PEMIKIRAN JAMALUDDIN AL-AFGHANI DENGAN PENDIDIKAN MASA KINI Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah: Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam Dosen Pengampu: Dr. Nurul Hak, M. Hum. Disusun Oleh: Siti Aisah (14204210008) PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH KONSENTRASI SAINS PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

Upload: siti-aisah

Post on 17-Dec-2015

60 views

Category:

Documents


20 download

DESCRIPTION

Relevansi Pemikiran Jamaliddin Al-Afghani

TRANSCRIPT

RELEVANSI PEMIKIRAN JAMALUDDIN AL-AFGHANI DENGAN PENDIDIKAN MASA KINI

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas IndividuMata Kuliah: Sejarah Pemikiran dan Peradaban IslamDosen Pengampu: Dr. Nurul Hak, M. Hum.

Disusun Oleh:Siti Aisah (14204210008)

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH KONSENTRASI SAINSPROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGAYOGYAKARTA2014

A. PendahuluanIslam telah ada sejak zaman kenabian hingga saat ini. Sejak zaman nabi Islam terus berkembang. Periode setelah 1800 Masehi itu dikatakan sebagai Islam modern, termasuk pada abad sekarang. Dimasa modern banyak perkembangan dalam Islam meliputi pendidikan, politik, perdagangan, dan kebudayaan. Periode modern disebut juga periode pembaharuan, karena merupakan zaman kebangkitan dan kesadaran umat Islam terhadap kelemahan dirinya dan adanya untuk memperoleh kemajuan dalam berbagai bidang, terutama bidang pengetahuan dan teknologi. Pada masa ini muncul tokoh yang membawa pembaharuan pada Islam. Salah satunya tokoh pembaharuan yang akan penulis bahas yaitu Jamaluddin Al-Afgani.

B. Biografi Jamaluddin Al-AfghaniSebelum memahami ide-ide yang dimunculkan, menjadi sangat penting untuk mengetahui siapa sesungguhnya Al-Afghani. Ia termasuk seorang pembaru dalam dunia Islam. Al-Afghani diberi gelar sayyid menunjukkan bahwa ia berasal dari keturunan Husain bin Ali bin Abi Thalib. Di samping nama Afghani, ia dikenal dengan nama Asadabadi. Nama Al-Afghani dinisbatkan pada desa kelahirannya. Ia lahir (1835M) dari keluarga penganut mazhab Hanafi. Terdapat dua versi tentang tempat kelahirannya. Menurut pengakuannya sendiri, ia dilahirkan di Asadabad, suatu desa si Konar, wilayah distrik Kabul di Afghanistan. Sedangkan versi lain mengatakan bahwa ia dilahirkan di Asadabad dekat Harnadan, Persia (Iran). Versi kedua ini dimunculkan oleh lawan-lawannya, seperti Syekh Abu Al-Huda yang menyebutkan sebagai seorang Afghanistan. Pengakuannya seorang Afghanistan, menurut Al-Huda, mempunyau tujuan politisi, yaitu agar ia dapat menyelamatkan diri dari kesewenang-wenangan penguasa Persia yang pada saat itu tidak senang dengan dirinya.Terlepas dari kontroversi ini, yang jelas Al-Afghani bersama keluarganya pindah meninggalkan kota kelahirannya dan pernah menetap di Teheran untuk menuntut ilmu pada seorang alim Syiah yang terkenal di sana yaitu Aqashid Shadiq. Kemudian, ia belajar ke An-Najaf di Iraq, pusat perguruan Syiah, dan selama beberapa tahun menjadi murid seorang sarjana Syiah terkenal, Murtadha Al-Anshari.Selain itu, dalam gerak langkah Al-Afghani, yang paling penting dan harus dicatat adalah orang-orang yang sangat berpengaruh terhadap pemikirannya Al-Afghani. Dalam pemikiran keagamaan, Al-Afghani sangat dipengaruhi oleh tradisi Al-Isyraqiyah (iluminasionaslisme) Mulia Shadra (Shard Ad-Din Ashshirazi). Tradisi ini dikembangkan oleh Mulia Shadra dan berkat kegigihannya dalam mengembangkan tradisi intelektual religious ini, lahir seorang pemikir dan pejuang. Muslim modernis pertama dalam sejarah yaitu, Jamaluddin Al-Afghani. Pada masa kecil Al-Afghani tinggal di Afghanistan.Dalam perjalanan hidup dan aktivitasnya, Al-Afghani berpindah dari satu Negara ke Negara lainnya, seperti India, Mesir, dan Paris. Ia mulai mendapat pendidikan di kampungnya, lalu dilanjutkan di Kabul dan Iran. Ia tidak hanya memperlajari ilmu agama, tetapi juga ilmu umum. Ketika berada di Kabul, sampai umur 18 tahun, ia mempelajari beberapa cabang ilmu keIslaman di samping filsafat dan ilmu eksata. Kemudian, ketika berada di India dan tinggal di sana lebih dari satu tahun, ia menerima pendidikan yang lebih modern. Dari India ia pergi ke Mekah pada tahun 1857 untuk menunaikan ibadah haji.Pada tahun 1883 ketika berada di Paris, Al-Afghani mendirikan suatu perkumpulan yang diberi nama Al-Urwah Al-Wutqa (Ikatan yang kuat), yang anggotanya terdiri dari orang Islam dari India, Mesir, Suriah, Afrika Utara, dan lain-lain. Perkumpulan bertujuan, antara lain memperkuat rasa persaudaraan Islam, membela Islam, dan membawa umat Islam kepada kemajuan. Sebagai sarana untuk menyalurkan ide-ide dan kegiatannya, Al-Afghani bersama Muhammad Abduh menerbitkan majalah berkala bernama Al-Urwah Al-Wustqa. Majalah ini hanya berumur delaPlan bulan karena dunia Barat melarang peredarannya di negeri-negeri Islam. Majalah ini dinilai dapat menimbulkan semangat dan persatuan orang-orang Islam.[footnoteRef:1] [1: Abdul Hamid. Yaya, Pemikiran Modern Dalam Islam, ( Bandung: Pustaka Setia, 2010), hlm. 243-245.]

C. Ide PemikiranJamaluddin Al-Afghani melihat berbagai bentuk penjajahan barat di negara-negara Islam yaitu merusak kepribadian Islam. Sedangkan bentuk yang paling berbahaya adalah berusaha merusak akidah seorang muslim. Penjajah barat menciptakan keragu-raguan maupun menghilangkan akidah dari hatinya dengan memasukkan paham ateis pada umat Islam dan ia melihat dunia Kristen sebagai berikut:[footnoteRef:2] [2: Akhmad Taufik, dkk, Sejarah Pemikiran dan Tokoh Modernisme Islam, (Jakarta: Raja Gravindo Persada, 2005), hlm. 91.]

1. Sekalipun berbeda-beda dalam keturunan, kebangsaan, tetapi manakala mereka menghadapi dunia Islam, mereka bersatu untuk menghancurkannya2. Negara Kristen senantiasa membela sesamanya. Mereka memandang Islam lemah dan terbelakang, maka mereka selalu berusaha menghancurkannya3. Kebencian terhadap umat Islam bukan hanya sebagaian, tetapi keseluruhannya, perasaan dan aspirasi umat Islam diejek dan difitnah oleh Kristen.Menghadapai penjajahan tersebut Al-Afghani sadar bahwa umat Islam sangat terancam oleh kekuatan barat yang dinamis. Sedangkan umat Islam dalam keadaan lemah, yang dikarenakan lemahnya persaudaraan di antara Negara-negara Islam itu sendiri. Untuk mengatasi hal tersebut, Al-Afghani menuntut perlawanan dengan mengobarkan semangat persatuan umat Islam melalui Plan-Islamisme yang berpusat di Kanul Afghanistan. Pergerakan tersebut mempergunakan aliran pikiran modern dan menghendaki persatuan umat Islam di bawah satu pemerintahan Islam seperti zaman khalifah dahulu. Gerakan Plan-Islamisme sebagai gerakan yang sangat revolusioner dan anti penjajahan.Plan-Islamisme bertujuan untuk melepaskan cengkeraman bangsa barat. Kemajuan umat Islam tidak akan berhasil bila perpecahan terjadi pada umat Islam. Oleh karena itu ia mengajak umat Islam:[footnoteRef:3] [3: Ibid, hlm. 92.]

1. Untuk kembali pada al-Quran, menghilangkan fanatisme mazhab, menghilangkan taqlid golongan2. Mengadakan ijtihad terhadap al-Quran3. Menyesuaikan prinsip al-Quran dengan kondisi kehiduPlan umat4. Menghilangkan kurafat dan bidah5. Mengambil peradaban, kebudayaan dan ilmu pegetahuan barat yang positif sesuai dengan agama Islam, serta menciptakan satu pemerintahan Islam yang berhubungan satu sama lain.Dengan perjuangannya melawan imperialism barat tersebut, AL-Afghani ingin mengubah keadaan umat Islam yang lemah menjadi kuat, agar mereka dapat menghadapi permusuhan barat dengan persiaPlan yang teratur dan kuat. Ia mengkritik kekuasaan Astanah Syah Iran dan Khedive Mesir, sebab mereka tidak memberikan kebebasan mengeluarkan pendapat serta ia mnyerukan agar umat Islam bersatu dengan non-muslim dalam Negara Islam tanpa diskriminasi. Menghetikan pertikaian kelompok Syiah dan Sunni, karena pemerintahan yang absolut dan penjajahan bangsa asing masih hidup subur di dunia Islam.Pergerakan Al-Afghani diwarnai dengan warna politik otokratis yang dianut oleh Negara-negara Islam. Ia lebih banyak bergerak menentang musuh untuk mencapai kemerdekaan politik negar-negara timur Islam. Ia merupakan seorang pembaru yang memiliki Plandangan yang mendalam tentang sejarah hidup dan pemikiran Islam. Bahkan para pakar menyatakan jika ia memusatkan kekuatan intelektual demi agama Islam, ia akan membuahkan hasil, yakni Islam saat sekarang menjadi kuat. Ia juga dikenal sebagai tokoh yang tak kenal lelah dalam melakukan perbaikan umat Islam, bahkan ia telah mengingatkan pada Negara-negara Islam mengenai bahaya yang ditimbulkan oleh intervensi barat.Untuk mengantisipasi bahaya tersebut ia membentuk Plan-Islamisme guna membangkitkan rasa solidaritas (ukhuwah) Islamiyah seluruh dunia. Mengambil peradaban barat yang positif merupakan upaya untuk menggugah umat Islam yang sebagian memiliki faham fatalism, agar menjadi umat dinamis guna mencapai kemajuan sesuai ajaran Islam. Mengenai teori Plan-Islamisme Al-Afghani, untuk saat sekarang masih layak digunakan oleh Negara-negara Islam untuk mempersatukan umat Islam agar tidak mudah diadu domba dan untuk menghadapi ancaman bangsa barat dengan teroris dan memiliki senjata pemusnah masal. Selai itu juga, untuk mengangkat harkat dan martabat umat Islam di dunia. Walaupun gagasan Plan-Islamisme Al-Afghani waktu itu tidak berhasil mempersatukan umat Islam, tapi pemikirannya mempengaruhi pemikiran para murid-muridnya, yang juga sebagai penerus dan penyebar Plan-Islamisme.[footnoteRef:4] [4: Ibid, hlm. 93.]

Al-Afghani berpendapat bahwa agama pada umumnya memberikan kepada akal manusia tiga kepercayaan dan empat pekerti yang merupakan tiang bagi berdirinya umat mengenalkan pergaulan hidup. Kepercayaan yang pertama adalah bahwa manusia merupakan pemilik dunia ini dan ia adalah makhluk yang paling mulia. Kepercayaan kedua adalah bahwa umat Islam adalah umat yang paling mulia. Ketiga adalah manusia berada di dunia ini untuk memperoleh kesempurnaan yang menyiapkan pada alam yang lebih tinggi dan lebih luas daripada alam duniawi ini.Lebih lanjut Afghani mengedePlankan kelebihan Islam dibading agama lainnya, pertama kelebihan Islam adalah agama yang memimpin akal dengan tauhid dan menyucikannya dari karat-karat kepercayaan yang salah. Ajaran pokok kedua adalah membuka pintu kemuliaan bagi juwa manusia dan menetapkan bahwa setiap orang mempunyai hak untuk menjadi banggsa yang terpilih dan kelompok yang utama. Islam juga mengokohkan manusia dengan kesempurnaan akal dan jiwa. Ketiga, Islam merupakan satu-satunya agama yang mencegah orang yang mempercayai sesuatu tanpa dalil dan mencela orang yang hanya mengikuti prasangka saja. Pada waktu Islam berbicara, yang diajak bicara adalah akal, dan pada waktu Islam menghukum sesuatu, hokum berdasarkan akal. Malapetaka ataupun kecelakaan itu muncul akibat dari kebodohan dan tidak adanya perhatian untuk penggunaan akal. Keempat, Islam mewajibkan umatnya untuk mengajar bangsa-bangsa lain dan menerangi akal mereka dengan ilmu pengetahuan, dan mewajibkan bagi seorang guru untuk melaksanakan tugas mengajar dan menetapkan pendidikan supaya memerintahkan orang berbuat baik dan mencegah perbuatan yang tidak diinginkan.[footnoteRef:5] [5: Binti Maunah, Perbandingan Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Teras, 2011), hlm. 232-233.]

D. Relevansi Pemikiran Jamaludin Afghani dengan Pendidikan Masa KiniIde pemikiran Jamaludin Al-Afghani lebih berfokus pada bidang politik. Afghani membentuk sebuah gerakan yang disebut Plan-Islamisme. Gerakan ini bertujuan untuk membangkitkan rasa solidaritas Islamiyah seluruh dunia. Gerakan Plan-Islamisme berisi ajakan kepada kaum muslim untuk kembali pada Al-quran, menghilangkan fanatisme mazhab, menghilangkan taqlid golongan, menyesuaikan prinsip Al-quran dengan kondisi umat islam (dinamis), menghilangkan kufarat dan bidah, mengambil nilai-nilai dari ajaran barat yang sesuai dengan ajaran islam.Meskipun gerakan Plan-Islamisme ini berfokus pada bidang politik, isi/ajakan dari gerakan Plan-Islamisme dapat direlevansikan dengan pendidikan masa kini yaitu, mengenai perubahan-perubahan peraturan pendidikan. Belum lama ini di Indonesia telah merubah kurikulum pendidikan dari KTSP menjadi K-13. K-13 ini merupakan pembenahan dan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya. K-13 memiliki tujuan pendidikan yang mulia. Sesuai dengan ajakan gerakan Plan-Islamisme yaitu ajakan untuk kembali pada al-quran, k-13 juga mengajak para siswanya menjadi manusia yang memiliki karakarter yang baik dan beraklak mulia. K-13 lebih menekankan pada pembentukan karakter siswa yang berakhlak mulia, dapat menghargai sesama, dan membetuk siswa untuk mencintai sebuah proses belajar.Bukti dari pembentukan karakter ini dapat dilihat dari program buku bersambung, dimana siswa diberi buku catatan yang diisi oleh guru dan orangtua sesuai dengan hal yang dikerjakan siswa saat di sekolah maupun di rumah. Sehingga pembentukan akhlak siswa dapat terPlantau dan terlihat perkembangannya.Selain itu, K-13 ini mengajak siswa untuk menjadi manusia yang kritis. Siswa diberikan kebebasan untuk berekspresi di dalam maupun di luar kelas. Kebebasan-kebebasan tersebut diberikan dengan catatan hal tersebut tidak keluar dari aturan agama masing-masing siswa.

E. KesimpulanIde pemikiran Afghani masih relevansi jika ditepakan dalam pendidikan masa kini. Ajakan dari gerakan Plan-Islamisme Afghani sesuai dengan tujuan Kurikulum 2013 yang belum lama digunakan di dunia pendidikan. Inti dari ajakan tersebut adalah mengajak menjadi manusia yang berakhlak mulia, berkarakter, saling menghargai, berintelektual tinggi, dan kebebasan berpikir untuk perkembangan kreatifitasnya dengan catatan tidak keluar dari aturan agama.

F. Daftar PustakaHamid, Abdul. Yaya. 2010. Pemikiran Modern Dalam Islam. Bandung: Pustaka Setia.Maunah, Binti. 2010. Perbandingan Pendidikan Islam. Yogyakarta: Teras.Taufik, Akhmad. Dkk. 2005. Sejarah Pemikiran dan Tokoh Modernisme Islam. Jakarta: Raja Gravindo Persada.

7