skribsi baru

115
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Bel akang Hipertensi mer upakan ist ilah medis unt uk penyakit tekanan darah tinggi dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak di derita di seluruh dunia. Hipertensi adalah penyakit yang umum tanpa di sertai gej ala khusus dan biasan ya dapat dit ang ani sec ara mudah . Namun apabi la dibiar kan tan pa penang ana n dapat menyebabkan berbagai komplikasi, dan yang lebih parah lagi berupa: peny akit jantu ng dan pemb uluh darah seperti atero skler osis, infark mi okar d, gagal jantung, gangguan fungsi gi nj al tahap akhir dan kematian dini (Sani, 2008). Tek ana n darah ting gi serin g dijumpai pad a orang dewasa angka kejadiannya di dunia sebagaimana yang telah dihimpunkan dan dilaporkan oleh Kearley (2005) ialah sekitar 26% pada orang dewasa di berbagai neg ara menderita hip ertensi. Dari hasil survei ter had ap pen gobata n den gan tar get 140 /90 mmHg, kon trol hip erte nsi han ya dapat di scapai pada 29% di Amerika Serikat, 17% Kanada, 10% di empat negara Eropa (Inggris, Jerman, Spanyol, Swedia ) (Lumbantobing, 2008). WHO menunjukkan di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau

Upload: ismail-andi-baso

Post on 08-Apr-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 1/115

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan istilah medis untuk penyakit tekanan

darah tinggi dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat

yang banyak di derita di seluruh dunia. Hipertensi adalah penyakit yang

umum tanpa di sertai gejala khusus dan biasanya dapat ditangani

secara mudah. Namun apabila dibiarkan tanpa penanganan dapat

menyebabkan berbagai komplikasi, dan yang lebih parah lagi berupa:

penyakit jantung dan pembuluh darah seperti aterosklerosis, infark

miokard, gagal jantung, gangguan fungsi ginjal tahap akhir dan

kematian dini (Sani, 2008).

Tekanan darah tinggi sering dijumpai pada orang dewasa

angka kejadiannya di dunia sebagaimana yang telah dihimpunkan dan

dilaporkan oleh Kearley (2005) ialah sekitar 26% pada orang dewasa di

berbagai negara menderita hipertensi. Dari hasil survei terhadap

pengobatan dengan target 140/90 mmHg, kontrol hipertensi hanya

dapat di scapai pada 29% di Amerika Serikat, 17% Kanada, 10% di

empat negara Eropa (Inggris, Jerman, Spanyol, Swedia)

(Lumbantobing, 2008).

WHO menunjukkan di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 2/115

26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi dengan perbandingan

26,6% pria dan 26,1% wanita. Angka ini kemungkinan akan meningkat

menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333

 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara sedang

berkembang, temasuk Indonesia. Ini membalikkan teori sebelumnya

bahwa hipertensi banyak menyerang kalangan ”mapan”. Faktanya,di

negara maju yang sarat kemakmuran justru hipertensi bisa

dikendalikan (Sunanto, 2000).

Berdasarkan penelitian yang telah di lakukan ternyata

prevelensi (angka kejadian) hipertensi meningkat dengan

bertambanhnya usia. Penelitian epidemiologis yang di lakukan di

Indonesia menunjukkan 1,8-28,6% penduduk yang berusia diatas 20

tahun menderita hipertensi (WHO 1992).

Di Indonesia menurut data riset kesehatan dasar (Riskesdas)

tahun 2007, prevelensi nasional obesitas umum pada penduduk

berusia 15 tahun adalah 0,3 % (laki- laki) perempuan 23,8%) (Depkes

Ri, 2009). Dari hasil riskedes di provinsi Kalimantan Timur pada tahun

2008, didapatkan orang dewasa (> 15 tahun), status gizi menurut

indeks masa tubuh menunjukkan bahwa prevelensi obesitas umum

adalah 18,5%, dimana prevelensi pada perempuan jauh lebih tinggi

dari laki-laki, dan obesitas sentral 20,1% dengan prevelensi pada

perempuan juga jauh lebih tinggi dari pada pria (Dinkes Kaltim, 2009).

Sedangkan dari hasil penelitian yang di lakukan oleh Boedhi

2

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 3/115

Darmojo (1990), terdapat 1,8-28,6% penduduk yang berusia diatas 20

tahun adalah penderita hipertensi. Angka 1,8 berdasarkan dari

penelitian di desa Kalirejo, Jawa Tengah dan nilai 28,6% di laporkan

dari hasil penelitian di Sukabumi, Jawa Barat. Saat ini terdapat adanya

kecenderungan bahwa masyarakat perkotaan lebih banyak menderita

hipertensi dibandingkan masyarakat pedesaan. Hal ini antara lain

dihubungkan dengan adanya gaya hidup masyarakat kota yang

berhubungan dengan risiko penyakit hipertensi seperti stress, obesitas

(kegemukan), kurangnya olah raga, merokok, alkohol, dan makan

makanan yang tinggi kadar lemaknya (Gunawan, 1998). Banyak faktor 

yang memicu terjadinya hipertensi yaitu salah satunya adalah masalah

gizi diantaranya adalah tentang pola konsumsi makanan, pengaturan

menu makanan sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi, untuk

menghindari dan membatasi makanan yang dapat meningkatkan kadar 

kolestrol dalam darah serta meningkatkan tekanan darah. Bagi

penderita hipertensi kesalahan mengkonsumsi makanan dapat

mengakibatkan hal yang fatal bahkan bisa menyebabkan kematian

dengan begitu cepat. Untuk itu, bagi penderita hipertensi pengaturan

menu makanan sangat dianjurkan.

Selain pola konsumsi makanan Olahraga juga merupakan

faktor pemicu terjadinya hipertensi. Olah raga sangat penting di

lakukan sebagai upaya untuk mencegah atau mengendalikan tekanan

darah tinggi mengapa Karena olahraga akan memicu jantung yang

3

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 4/115

terdiri atas otot. Demikianlah dengan berolahraga jantung akan menjadi

lebih kuat dan dengan kekuatan yang lebih kecil mampu memompa

darah lebih banyak. Dampaknya adalah berkurangnya tekanan

terhadap pembulu darah.

Selain itu obesitas juga merupakan salah satu faktor yang

menyebabkan terjadinya hipertensi dimana berat badan mencapai

indeks masa tubuh ≥ 27 ( berat badan : kg ) dibagi dengan kuadrat

tinggi badan (m). Obesitas merupakan ciri dari populasi penderita

hipertensi. obesitas dapat meningkatkan kejadian hipertensi, hal ini di

sebabkan lemak dapat menimbun sumbatan pada pembulu darah

sehingga dapat mengakibatkan meningkatnya tekanan darah

( Yogiantoro, 2006 ).

Merokok merupakan salah satu bentuk gaya hidup dan

kebiasaan yang lazim di temui dalam kehidupan sehari – hari,

walaupun sebenarnya merokok sebagai faktor resiko dari beberapa

bentuk gangguan kesehatan termasuk hipertensi. seseorang yang

merokok, asap rokok yang mengandung zat – zat kimia beracun seperti

nikotin dan karbon monoksida yang di hisap dengan merokok masuk

kedalam pembulu darah ( endotel ), dan pada studi otopsi di buktikan

kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan adanya atherosklerosis

pada pembulu darah. Selain dapat meningkatkan tekanan darah oleh

karena adanya peningkatkan tekanan perifer. merokok juga dapat

meningkatkan denyut jantung sebagai konpensasi kebutuhan

4

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 5/115

oksigenisasi yang berkurang untuk otot jantung dan jaringan tubuh

yang lainnya ( Elvina, 2002 )

Berdasarkan laporan bulanan kesakitan provinsi Kalimantan

Timur yang di peroleh, jumlah penderita hipertensi pada tahun 2005

sebesar 31,731 penderita sedangkan pada tahun 2006 meningkat

menjadi 34,460 penderita dan tahun 2007 meningkat lagi menjadi

38,982 dari kejadian tersebut paling banyak di temukan pada usia 45-

54 tahun. Dari data tersebut dapat di simpulkan bahwa terjadi

peningkatan dari tahun ketahun terhadap penderita penyakit hipertensi

di Provinsi Kalimantan Timur (Dinas Kesehatan Provinsi Kaltim, 2009).

Puskesmas Sidomulyo merupakan Pukesmas yang memiliki

cakupan wilayah kerja terluas di Kota Samarinda, dengan cakupan

tujuh kelurahan yaitu Kelurahan Sungai Dama, Karang Mumus,

Kelurahan Pelabuhan, Kelurahan Pasar Pagi, Kelurahan Sidodamai,

Kelurahan Sidomulyo dan Kelurahan Sungai Pinang Luar. Penyakit

hipertensi merupakan penyakit urutan ke tiga dari sepuluh penyakit

terbesar yang ada di Puskesmas Sidomulyo Kota Samarinda.

Berdasarkan data yang di peroleh dari Dinas Kesehatan Kota

Samarinda pada tahun 2009, di peroleh data prevalensi hipertensi dari

berbagai puskesmas di antaranya Puskesmas Temindung sebesar 

(3.171), Puskesmas Karang Asam (2.406), Puskesmas Sidomulyo

(2.289) dan Puskesmas Remaja (2.189). Dari uraian tersebut dapat di

ketahui bahwa Prevelensi tertinggi diduduki oleh Puskesmas

5

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 6/115

Temindung, kemudian Puskesmas Karang asam. Sedangkan

Puskesmas Sidomulyo menduduki urutan ke 3 tertinggi di kota

Samarinda. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk melakukan suatu

penelitian tentang ”Faktor-Faktor Yang Berhungan Dengan Penyakit

Hipertensi” demi menurunkan tingginya angka penderita hipertensi di

wilayah kerja Pukesmas Sidomulyo(Dinas Kesehatan Kota Samarinda).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan pertanyaan

penelitian sebagai berikut “Faktor- Faktor Apakah Yang Berhungan

Dengan Penyakit Hipertensi” di Puskesmas Sidomulyo Kecamatan

Samarinda Ilir Tahun 2010”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui ” faktor- faktor apa saja yang berhungan

Dengan Penyakit hipertensi di Puskesmas Sidomulyo Kecamatan

Samarinda Ilir.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan Pola Konsumsi makan

dengan kejadian penyakit hipertensi di Puskesmas

Sidomulyo Kecamatan Samarinda Ilir.

b. Untuk mengetahui hubungan Olahraga dengan

6

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 7/115

kejadian penyakit hipertensi di Puskesmas Sidomulyo

Kecamatan Samarinda Iir.

c. Untuk mengetahui hubungan obesitas dengan

kejadian penyakit hipertensi di Puskesmas Sidomulyo

Kecamatan Samarinda Ilir.

d. Untuk mengetahui hubungan Prilaku merokok dengan

kejadian penyakit hipertensi di Puskesmas Sidomulyo

Kecamatan Samarinda Ilir.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Peneliti

Memperoleh pengalaman dalam melakukan studi pustaka,

mengembangkan daya pikir dan penalaran serta melaksanakan

kegiatan penelitian dilapangan yang sangat berguna sebagai bekal

untuk melaksanakan penelitian berikutnya.

2. Manfaat Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian mahasiswa

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman

selanjutnya.

3. Manfaat Bagi Instansi Terkait

Sebagai bahan informasi atau masukan bagi instansi terkait

khususnya di Puskesmas Sidomulyo.

7

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 8/115

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Hipertensi

1. Pengertian

Penyakit hipertensi atau sering disebut juga tekanan darah

tinggi merupakan salah satu dari penyakit tidak menular yang masih

menjadi masalah utama di negara-negara maju, dan di negara-

negara berkembang penyakit ini menunjukkan kecenderungan

peningkatan kasus hipertensi di negara berkembang seperti di

Indonesia menjadi masalah tersendiri oleh karena adanya beban

ganda terhadap kegiatan penanggulangan penyakit yaitu pada

pemberantasan penyakit tidak menular hipertensi (Anies, 2006).

Beberapa pendapat para ahli kedokteran tentang Hipertensi

didefinisikan oleh Join National Commitee on Detection, Evaluation

and Treatment of High Blood pressure (JNC) sebagai tekanan yang

Lebih tinggi dari dari 140/90 mm/Hg dan diklasifikasikan sesuai

derajat keparahannya,mempunyai rentang dari tekanan darah (TD)

normal tinggi sampai hipertensi maligna. Keadaan ini dikategorikan

sebagai sebagai primer/esensial (hampir 90% dari semua kasus)

atau sekunder, terjadi sebagai akibat dari kondisi patologi yang

dapat dikenali, seringkali dapat diperbaiki (Doenges, 2000).

Hipertensi adalah suatu tekanan darah sistolik lebih besar 

8

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 9/115

atau sama dengan 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih

besar atau sama dengan 90 mmHg (Danna,1991). Menurut

Mansjoer (1999), hipertensi merupakan suatu keadaan dimana

tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥

90 mmHg, atau apabila pasien memakai obat anti hiperteansi.

Penyakit hipertensi sebagai suatu peningkatan kronis (peningkatan

secara perlahan-lahan, bersifat menetap) dalam tekanan darah

arteri sistolik yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor, tetapi tidak

peduli apa penyebabnya, mengikuti suatu pola yang khas

(Wolff,2005).

Begitu banyak ahli kedokteran membuat batasan tentang

hipertensi dengan alasan masing-masing. Oleh karena itu, WHO

(World Health Organization, 1992) menentukan standar batasan

tekanan darah manusia agar memudahkan diagnostik dan terapi

atau penatalaksanaan hipertensi dengan membuat batasan yaitu

sebagai berikut :

Tabel 1. Batasan Tekanan Darah Menurut WHO

9

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 10/115

Tekanan Sistolik

( mmHg)

Tekanan Diastolik

(mmHg)Klasifikasi

>140 < 90 Normotensi

141-159 91-94 Perbatasan

>160 >95 Hipertensi

Sumber : WHO (1992) dalam Gunawan

Hipertensi merupakan suatu masalah yang serius karena

penyakit ini berjalan dengan tenang dan biasanya terdiagnosis bila

ada kerusakan-kerusakan pada organ sasaran, seperti pada otak,

  jantung dan ginjal. Hipertensi kronis tidak terkontrol sangat

berkaitan dengan meningkatnya risiko terhadap cerebrovascular 

accident, baik hemoragik maupun trombotik, penyakit jantung

aterosklerotik dan nefropati (Berg, Dale, 2000).

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak

menimbulkan gejala, meskipun secara tidak sengaja beberapa

gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan

tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang

dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing,

wajah kemerahan dan kelelahan, yang bisa saja terjadi baik pada

penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan

darah yang normal.

Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi

secara alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan

darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa. Tekanan darah juga

10

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 11/115

dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat

melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan

darah dalam satu hari juga berbeda, paling tinggi di waktu pagi hari

dan paling rendah pada saat tidur malam hari. Dengan

bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan

tekanan darah. Tekanan sistolik dan tekanan diastolik terus

meningkat sampai usia 80 tahun.

2. Diagnosis

Tata cara diagnosis untuk menentukan derajat hipertensi

tidaklah membutuhkan alat-alat canggih, namun cukup dengan

menggunakan sphigmomanometer air raksa yang sederhana saja,

digunakan dengan baik yaitu sesuai dengan pedoman pengukuran

tekanan darah. Untuk menentukan ukuran dalam penentuan

hipertensi setepat mungkin, cuff sphigmomanometer  harus

dipasang setinggi jantung pasien, beri jeda waktu agar pasien

benar-benar dalam keadaan relaks sebelum dilakukan pengukuran

tekanan darah. Selain itu, perlu juga diperhatikan bahwa bagian air 

raksa dari sphigmomanometer harus bersih dan tidak buram/tidak

miring.

3. Batasan

11

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 12/115

Banyak ahli kedokteran memberikan batasan tentang

hipertensi dengan berbagai alasan. WHO (World Health

Organization, 1992) membuat standar tekanan darah manusia,

untuk berbagai tujuan, antara lain untuk kepentingan diagnosis serta

penatalaksanaannya. Dikatakan tekanan darah tinggi jika pada saat

duduk tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, atau

tekanan diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih, atau keduanya.

Pada hipertensi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan

diastolik (Anies, 2006).

Batasan yang diterapkan di Indonesia untuk menilai

hipertensi adalah sesuai dengan batasan yang dianjurkan WHO

yang tercantum dalam tabel berikut: (Anies, 2006).

a. Tekanan darah normal (normotensi) yaitu bila

sistolik kurang atau sama dengan 140 dan

diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg.

b. Tekanan darah perbatasan yaitu bila sistolik 141-

159 dan diastolik 91-94 mmHg.

c. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik

lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan

diastolik lebih besar atau sama dengan 95 mmHg.

4. Penyebab

12

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 13/115

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat dibedakan

menjadi dua golongan besar, yaitu:

a. Hipertensi esensial (hipertensi primer), yaitu

hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya.

Golongan hipertensi ini terdapat pada lebih dari

90 persen penderita hipertensi.

b. Hipertensi sekunder, yaitu hipertensi yang

diakibatkan oleh penyakit lain.

Mengingat lebih dari 90 persen penderita hipertensi

termasuk golongan hipertensi primer, maka secara umum yang

disebut hipertensi adalah hipertensi primer. Meskipun hipertensi

golongan ini belum diketahui secara pasti penyebabnya, beberapa

faktor berikut sering berperan dalam kasus-kasus hipertensi, yaitu

faktor keturunan, karakteristik seseorang, serta gaya hidup.

a)Faktor keturunan

Tidak setiap penderita hipertensi didapat dari garis

keturunan, tetapi seseorang memiliki potensi untuk

mendapat hipertensi jika orangtuanya adalah penderita

hipertensi.

b)Karakteristik seseorang

Karakteristik seseorang yang mempengaruhi

terjadinya hipertensi adalah usia, jenis kelamin, serta ras.

Semakin bertambah usia, kemungkinan terjadinya hipertensi

13

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 14/115

semakin besar. Hipertensi pada laki-laki umumnya lebih

tinggi dibandingkan perempuan. Di Amerika Serikat,

prevalensi hipertensi pada orang kulit hitam hampir dua kali

lebih banyak dibandingkan dengan kulit putih.

c)Gaya hidup

Gaya hidup sering merupakan faktor risiko penting

bagi timbulnya hipertensi pada seseorang. Gaya hidup

modern dengan pola makan dan pola hidup tertentu,

cenderung mengakibatkan terjadinya hipertensi. Beberapa di

antaranya adalah :

1. Konsumsi lemak dan

garam tinggi

2. Kegemukan dan makan

secara berlebihan

3. Merokok

4. Minum minuman

mengandung alkohol

5. Stres emosional

5. Pencegahan Hipertensi

Pencegahan lebih baik dari pengobatan, demikian juga

terhadap Hipertensi.pada umumnya orang akan berusaha

mengenali hipertensi jika dirinya atau keluarganya mengalami sakit

keras atau meninggal dunia akibat hipertensi. Sebenarnya sangat

14

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 15/115

sederhana dan tidak memerlukan biaya, hanya diperlukan disiplin

dan ketekunan menjalankan aturan hidup sehat, sabar dan ikhlas

dalam mengendalikan perasaan dan keingginan. Di samping

berusaha untuk memperoleh kemajuan selalu sabar dan mawas diri

untuk ikhlas menerima kegagalan atau kesulitan. Usaha

pencegahan juga bermanfaat bagi penderita hipertensi agar 

penyakitnya tidak menjadi parah, tentunya harus disertai pemakaian

obat-obatan yang telah ditentukan oleh dokter. Beberapa upaya

yang perlu dilakukan adalah dengan cara sebagai berikut:

(Gunawan, 2001)

a. Mengurangi konsumsi garam

b. Menghindari kegemukan

c. Membatasi komnsumsi lemak

d. Olahraga teratur 

e. Makan banyak buah dan sayuran

segar 

f. Tidak merokok dan tidak minum

alkohol

g. Berusaha membina hidup yang

positif 

h. Latihan relaksasi

6. Penanggulangan Hipertensi

Telah terbukti dalam beberapa penelitian bahwa dengan

15

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 16/115

mengendalikan tekanan darah, angka mortalitas dan morbiditas

dapat diturunkan. Walaupun etiologinya belum dapat dibuktikan,

pengobatan Hipertensi boleh dimulai. Penanggulangan hipertensi

secara garis besar dibagi menjadi dua jenis penatalaksanaan, yaitu

penatalaksanaan non farmakologis dan penatalaksanaan

farmakologis (Soeparman, 1998).

Penatalaksanaan non farmakologis sama pentingnya

dengan penanggulangan farmakologis, terutama dilakukan pada

hipertensi ringan sehingga penggunaan obat anti hipertensi dapat

dipertimbangkan untuk ditunda pemberiaanya. Penatalaksanaan

non farmakologis sesuai anjuran Join National Commite on

Detection, Evalution and Treatment of High Blood Pressure

( Bustan,2000), yaitu

a. M

e

n

u

u

n

k

a

n

16

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 17/115

 

b

e

a

t

b

a

d

a

n

 

p

a

d

a

 

o

b

e

s

i

t

17

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 18/115

a

s

b. P

e

m

b

a

t

a

s

a

n

 

k

o

m

s

u

m

s

i

g

a

18

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 19/115

a

m

 

d

a

p

u

c. K

u

a

n

g

i

a

l

k

o

h

o

l

19

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 20/115

d. M

e

n

g

h

e

n

t

i

k

a

n

 

o

k

o

k

e. O

l

a

h

20

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 21/115

a

g

a

 

t

e

a

t

u

f. D

i

e

t

e

n

d

a

h

 

l

21

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 22/115

e

m

a

k

 

 j

e

n

u

h

g. P

e

m

b

e

i

a

n

 

k

a

l

22

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 23/115

i

u

m

 

d

a

l

a

m

 

b

e

n

t

u

k

 

m

a

k

a

n

a

23

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 24/115

n

 

(

s

a

y

u

d

a

n

 

b

u

a

h

)

Penatalaksanaan dengan obat atau secara farmakologis

merupakan hal yang utama, dilakukan bila dengan melakukan

penatalaksanaan non farmakologis tertentu belum menunjukkan

tekanan darah ketingkat yang berarti. Pengobatan hipertensi

dilandasi oleh beberapa prinsip (Soeparman,1998), sebagai berikut:

a. P

24

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 25/115

e

n

g

o

b

a

t

a

n

 

h

i

p

e

t

e

n

s

i

e

s

e

25

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 26/115

n

s

i

a

l

d

it

u

 j

u

k

a

n

 

u

n

t

u

k

m

e

n

u

26

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 27/115

u

n

k

a

n

 

t

e

k

a

n

a

n

 

d

a

a

h

 

d

e

27

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 28/115

n

g

a

n

 

h

a

a

p

a

n

 

m

e

m

p

e

p

a

n

 j

28

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 29/115

a

n

g

 

u

m

u

d

a

n

 

m

e

n

g

u

a

n

g

i

ti

29

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 30/115

m

b

u

l

n

y

a

 

k

o

m

p

li

k

a

s

i.

b. U

p

a

y

a

 

30

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 31/115

m

e

n

u

u

n

k

a

n

 

t

e

k

a

n

a

n

 

d

a

a

31

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 32/115

h

 

d

i

c

a

p

a

i

d

e

n

g

a

n

 

m

e

n

g

g

u

n

32

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 33/115

a

k

a

n

 

o

b

a

t

a

n

ti

h

i

p

e

t

e

n

s

i.

c. P

33

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 34/115

e

n

g

o

b

a

t

a

n

 

h

i

p

e

t

e

n

s

i

a

d

a

34

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 35/115

l

a

h

 

p

e

n

g

o

b

a

t

a

n

j

a

n

g

k

a

 

p

a

35

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 36/115

n

 j

a

n

g

,

b

a

h

k

a

n

 

m

u

n

g

k

i

n

 

s

e

36

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 37/115

u

m

u

h

i

d

u

p

.

d. P

e

n

g

o

b

a

t

a

n

 

d

e

37

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 38/115

n

g

a

n

 

m

e

n

g

g

u

n

a

k

a

n

 

s

t

a

n

d

a

38

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 39/115

 p

e

 

h

e

a

 p

 

(

S

T

T

)

m

e

39

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 40/115

n

 j

a

d

i

d

a

s

a

p

e

n

g

o

b

a

t

a

n

 

h

i

40

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 41/115

p

e

t

e

n

s

i.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan obat

anti hipertensi yaitu:

a. Mempunyai efektifitas yang tinggi.

b. Mempunyai toksisitas dan efek samping yang ringan atau

minimal.

c. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.

d. Tidak menimbulkan intoleransi

e. Harga obat relatif murah

Pengobatan standar yang diajukan oleh komite Dokter Ahli

hipertensi (Join National Commite on Detektion, Evaluation and 

Treatment of High Blood Pressure, USA,1988). Menyimpulkan

bahwa obat rematik, penyekat beta, antagonis kalsium, atau

penghambat ACE, dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama

dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang

ada pada penderita.

41

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 42/115

7. Prognosis Hipertensi

Tanpa pengobatan maka hipertensi akan berakibat lanjut sesuai

dengan target organ yang diserangnya. Menurut Bustan (2000), faktor-

faktor yang mempengaruhi prognosis seorang penderita hipertensi

adalah:

a. Etiologi hipertensi

Hipertensi yang ditemukan dengan diketahui penyebabnya ataupun

faktor resikonya akan lebih baik prognosisnya.

b. Umur  

Usia muda mempunyai prognisis yang kurang baik bandingkan

dengan usia lebih tua.

c. Jenis kelamin

Umumnya wanita lebih bisa mentolerir lebih baik terhadap kenaikan

tekanan dari pada pria

d. Suku/ ras

e. Sifat Hipertensi

Tekanan darah yang bersifat labil dan progresif kurang baik

prognosisnya.a

f. Komplikasi

Adanya komplikasi memperberat prognosis.

g. Banyaknya faktor resiko lain: ada tidaknya faktor resiko lain seperti

42

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 43/115

penyakit DM atau kolestrolemia bias memperburuk hipertensi.

B. Tinjauan Umum Tentang Pola Konsumsi Makanan

a. Defenisi

Pengertian pola makan pada dasarnya mendekati defenisi atau

pengertian diet dalam ilmu gizi / nutrisi. Diet diartikan sebagai

pengaturan jumlah dan jenis makanan yang dimakan agar seseorang

tetap sehat. Unyuk mencapai tujuan diet / pola makan sehat tersebut

tidak terlepas dari masukan gizi yang merupakan proses organisme

menggunakan makanan yang dikonsumsi melalui proses digesti,

absobsi, penyimpanan, metabolisme,dan pengeluaran zat – zat yang

digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi

normal organ – organ, serta menghasilkan energi.

(www. Pola-makan.com).

Pola konsumsi makanan adalah sebagai informasi yang

memberikan gambaran mengenai jenis makanan, jumlah makanan dan

frekuensi yang dimakan setiap orang dan merupakan ciri khas untuk

suatu kelompok tertentu. Pola konsumsi di suatu daerah berubah-ubah

sesuai dengan perubahan faktor atau kondisi setempat yang dapat

dibagi dalam dua kelompok. Pertama adalah faktor yang berhubungan

dengan persediaan bahan pangan. Kelompok kedua adalah faktor adat

kebiasaan yang berhubungan dengan konsumen. Taraf sosial ekonomi

dan adat kebiasaan setempat memegang peran penting dalam pola

43

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 44/115

konsumsi makanan penduduk (Soegeng dan Anne, 1995).

Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi

seseorang. Status gizi baik atau status gizi obtimal terjadi bila tubuh

memperoleh cukup zat – zat gizi yang digunakan secara efisien,

sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak,

kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi

mungkin. Gangguan gizi di sebabkan oleh faktor primer atau faktor 

sekunder. Faktor primer adalah bila susunan makanan seseorang

salah dalam kwantitas dan kwalitas yang di sebabkan oleh kurangnya

penyediaan pangan, kurang baiknya distribusi pangan, kemiskinan,

ketidaktauan, kebiasaan makan yang salah, dan sebagainya.

Sedangkan dari faktor sekunder meliputi semua faktor yang

menyebabkan zat – zat gizi tidak sampai di sel – sel tubuh setelah

makanan di konsumsi. ( Almatsier, 2004 )

b. Faktor – Faktor yang mempengaruhi pola makan

beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pola makan

antara lain adalah faktor budaya, agama/ kepercayaan, status

ekonomi, personil preference,rasa lapar, nafsu makan, rasa kenyang,

dan kesehatan.( www.pola makan.com ).

Sistem pangan dan gizi mempunyai tujuan yaitu meningkatkan

dan mempertahankan status gizi masyarakat dalam keadaan optimal.

Sistem pangan dan gizi mempunyai empat kompenen yaitu :

1. Penyediaan pangan

44

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 45/115

Upaya mencapai status gizi masyarakat yang baik atau optimal

dimulai dengan penyediaan pangan yang cukup. Penyediaan

pangan yang cukup diperoleh melalui produksi pangan dalam negri

melalui upaya pertanian dalam menghasilkan bahan makanan

pokok, lauk-pauk, sayur-sayuran,dan buah-buahan. Agar produksi

pangan dapat di manfaatkan setinggi-tingginya perlu diberikan

perlakuan pascapanen sebaik-baiknya. Tujuan utama pascapanen

adalah menyiapkan hasil panen agar tahan di simpan untuk waktu

  jangka panjang tanpa mengalami kerusakan terlalu banyak dan

dapat di pasarkan dalam kondisi baik. Dalam kenyataan

pascapanen di indonesia belum dapat di katakan memuaskan.

Banyak bahan pangan yang terbuang mubazir karena perlakuan

yang kurang baik dalam berbagai tahap penanganan pascapanen.

Kekurangan produksi pangan, bila ada,dipenuhi melalui impor dan

ekspor pangan di lakukan melalui upaya perdagangan.

2. Distribusi Pangan

Agar mencapai kepada masyarakat luas dalam keadaan baik,

distribusi pangan perlu memperhatikan aspek transportasi,

penyimpanan, pengolahan, pengemasan, dan pemasaran. Tujuanya

adalah agar pangan yang di sediakan sampai di masyarakat secara

merata, dalam keadaan baik, tidak banyak terbuang dan dengan

harga yang dapat dijangkau.

45

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 46/115

3. Konsumsi Makanan

Konsumsi makanan oleh masyarakat atau keluarga bergantung

pada jumlah dan jenis pangan yang di beli, pemasakan, distribusi

dalam keluarga, dan kebiasaan makan secara perorangan. Hal ini

bergantung pula pada pendapatan, agama, adat kebiasaan, dan

pendidikan masyarakat bersangkutan.

4. Utilisasi atau Penggunaan Makanan

Penggunaan makanan oleh tubuh bergantung pada pencernaan

dan penyerapan serta metabolisme zat gizi. Hal ini bergantung

kepada kebersihan lingkungan dan ada tidaknya penyakit yang

berpengaruh terhadap gangguan zat – zat gizi oleh tubuh. Tujuan

akhir dari konsumsi dan penggunaan baik makanan oleh tubuh

adalah tercapainya status gizi tubuh yang optimal.

Menurut ahli Antropometri Marget Meat, pola pangan

atau food pattern, adalah cara seseorang atau sekelompok orang

memanfaatkan pangan yang tersedia sebagai reaksi terhadap

tekanan ekonomi dan sosio-budaya yang dialaminya. Pola pangan

ada kaitanya dengan kebiasaan makan ( food habit ). Ditinjau dari

aspek sosial budaya pangan adalah fungsi pangan dalam

masyarakat yang berkembang sesuai dengan keadaan lingkungan,

agama, adat,kebiasaan,dan pendidikan masyarakat tersebut.

Konsumsi makanan adalah makanan yang di makan seseorang.

( Almatsier, 2004 )

46

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 47/115

Ditinjau dari aspek sosio kultural makanan Den Hartog,

Hautvast, ( 1980 ) mengelompokkannya sebagai berikut yaitu :

1. Fungsi kenikmatan atau Gastronomik

Manusia makan untuk kenikmatan. Kesukaan akan makanan

berbeda dari satu bangsa kebangsa yang lain, dari daerah / suku

daerah / suku lain. Makanan di negara tropik berbeda dengan

dinegara empat musim. Makanan di negara tropik biasanya lebih

berbumbu. Ini kemungkinan karena secara naluri penduduk

dinegara tropik sejak dulu kala telah tahu bahwa pemberian bumbu

banyak pada makanan dapat menghambat pembusukan. Di Eropa

semakin keselatan makanan penduduk semakin berbumbu

( dibandingkan antara makanan bangsa inggris yang umumnya

hambar dan makanan itali yang lebih berbumbu ). Di Indonesia,

kesukaan makanan antar daerah / suku juga banyak berbeda.

Sudah terkenal bahwa makanan sumatra, khususnya Sumatra

Barat lebih pedas dari pada makanan di jawa, khususnya Jawa

Tenggah yang suka makanan manis. Secara umum makanan yang

di sukai adalah makanan yang memenuhi selera atau citra rasa

indrawi, yaitu dalam hal rupa, warna, bau, rasa, suhu, dan tekstur.

2. Makanan untuk Menyatakan Jati Diri

Makanan sering di anggap sebagai bagian penting untuk

menyatakan jati diri seseorang atau sekelompok orang. Di Jepang

misalnya, ikan mentah / sushi merupakan makanan terhormat

47

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 48/115

untuk disajikan kepada tamu – tamu. Di sebagian besar Sumatra,

daging dianggap sebagai makanan berprestise. Amatlah

memalukan bila kepada tahu tidak dapat menghidangkan daging.

3. Fungsi Religi dan Magis

Banyak simbol religi dan magis yang berkaitan pada makanan.

Dalam agama islam, kambing sering dikaitkan dengan upacara-

upacara penting dalam kehidupan. Seperti upacara selamatan bayi

baru lahir, atau pada khitanan. Sedangkan pada agama Katolik,

anggur di ibaratkan darah Kristus dan roti tubuhnya. Sedangkan

untuk masyarakat Jawa pada berbagai upacara keselamatan, di

hidangkan nasi tumpeng atau nasi kuning.

4. Fungsi Komunikasi

Makanan merupakan suatu media penting dalam upaya manusia

berhubungan satu sama lain. Didalam keluarga kehangatan

hubungan antar anggotanya terjadi pada waktu makan bersama.

5. Fungsi Status Ekonomi

Makanan sering digunakan untuk menunjukkan prestise dan status

ekonomi. Makanan beras dianggap lebih berprestise dari pada

makan jagung dan umbi – umbian. Oleh karena itu, disamping

karena pertambahan penduduk, konsumsi beras di Indonesia

semakin hari semakin bertambah sehingga menjadi masalah dalam

pengadaannya. Beras putih di anggap lebih berprestise dari pada

beras tumbuk; padahal beras tumbuk mengandung lebih banyak

48

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 49/115

zat – zat gizi dari pada beras giling. Di negara industri, roti putih

dulu dianggap lebih bergengsi dari pada roti yang berwarna

kecoklatan ( dibuat dari tepung gandum yang tidak sempurna

penggilingannya ). Akan tetapi sekarang, karena kesadaran gizi

sudah semakin besar, banyak orang memilih memakan roti

berwarna kecoklatan ( brown bread ) tersebut.

6. Penganekaragaman Pangan

Untuk meningkatkan status gizi penduduk, perlu ditingkatkan

penyediaan beraneka ragam pangan dalam jumlah mencukupi,

disamping peningkatan daya beli masyarakat. Seiring dengan itu

perlu di lakukan upaya untuk mengubah prilaku masyarakat agar 

mengkonsumsi beraneka ragam makanan yang bermutu gizi tinggi.

Pola konsumsi pangan yang lebih banyak menekankan pada energi

yang berasal dari karbohidrat di dorong untuk berubah kearah pola

pangan sesuai dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang ( PUGS).

Kebijaksanaan yang menyertai adalah penyediaan berbagai

komoditas pangan dalam jumlah cukup, terutama ikan dan sumber 

protein hewani lainnya, sayuran, buah – buahan, di samping

kebijaksanaan tentang harga yang terjangkau bagi masyarakat

luas.

7. Peranan Teknologi Pangan

Keanekaragaman konsumsi pangan pada dasarnya merupakan

upaya perubahan perilaku manusia dalam memilih pangan untuk di

49

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 50/115

konsumsi. Selain dari faktor pengetahuan dan faktor ekonomi, hal

ini banyak dipengaruhi oleh ketersediaan pangan di pasar 

tempat makan dalam bentuk yang mudah diolah, mempunyai daya

simpan, bersih, aman, serta memenuhi citra rasa ( indrawi ) dalam

hal kemasan, bentuk, rupa, rasa, tekstur, dan suhu. Hal ini perlu di

sesuaikan dengan kebiasaan makan serta perkembangan sistem

sosial budaya dan ekonomi masyarakat.

Susunan menu makanan yang terdiri atas empat macam

golongan makanan , yaitu makanan pokok, lauk, sayur dan buah.

Makanan pokok berperan sebagai sumber utama energi yang

berasal dari karbohidrat, lauk sebagai sumber protein, sayur dan

buah buahan sebagai sumber mineral dan vitamin. Agar lebih

sempurna di tambah dengan Susu. Kata sempurna jangan diartikan

bahwa tanpa susu hidangan tidak akan sempurna di tinjau dari

kecukupan gizi, tetapi mutu protein yang tinggi dan tersedianya zat

gizi lain yang mudah di serap seperti yang terdapat dalam susu,

akan lebih menyempurnakan mutu hidangan. ( Almatsier, 2004 ).

Secara umum pola konsumsi makanan di Indonesia

mempunyai suatu ciri yang sama yaitu kelompok hidangan yang

terdiri atas 5 golongan antara lain: makanan pokok (beras dan

sumber karbohidrat lainnya), lauk pauk dari hewani dan nabati,

sayur mayur, buah-buahan, dan susu setiap menghidangkan

makanan (Khumaidi, 1997).

50

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 51/115

1. Jenis makanan yang di komsumsi

Jenis konsumsi pangan penduduk Indonesia dapat

digambarkan sebagai berikut: pertama, pola konsumsi pangan

pokok (sumber energi) umumnya didominasi beras setiap hari.

Jenis bahan pangan pokok lain yang dikonsumsi adalah jagung, ubi

  jalar, singkong, talas, sagu, serta hasil olahan seperti mie, bihun,

makaroni, dan lain-lain. Pada daerah tertentu terutama di daerah

yang menghasilkan beras sangat rendah, selalu dikombinasi beras

dengan jagung, beras dengan umbi-umbian ( IPB,2001).

Kedua, pola konsumsi lauk pauk (sumber protein) jenis lauk

hewani yang dikonsumsi adalah daging, ayam, ikan, udang, kerang,

telur dan lain-lain, sedangkan jenis lauk nabati yang dikonsumsi

adalah kacang-kacangan yang berbentuk kering atau hasil

olahannya seperti: tempe, tahu, oncom. Ketiga, pola konsumsi

sayuran dan buah (sumber vitamin dan mineral), jenis sayuran yang

lazim dikonsumsi adalah bayam, kangkung, daun singkong, daun

pepaya, wortel, tomat, labu siam, dan lain-lain. Sedangkan jenis

buah-buahan umumnya pisang, pepaya, wortel, salak, mangga,

melon, sirsak, semangka, dan rambutan dan lain-lain. Keempat pola

konsumsi lemak dan minyak yang sering dikonsumsi adalah minyak

kelapa, minyak sawit dan lain-lain. Kelima, pola konsumsi susu,

susu diperoleh dalam bentuk susu segar, bubuk, atau susu kental,

dan hasil olahan dan yogurt, yakult dan keju dalam jumlah yang

51

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 52/115

ekuivalen (Almasier, 2001).

2. Frekuensi makan

Frekuensi makan umumnya 3 kali sehari yaitu: makan pagi,

makan siang dan makan malam. Tetapi adakalanya seseorang

hanya makan 2 kali sehari. Makan pagi adalah makan yang

dilewatkan. Alasan yang diberikan bermacam-macam, seperti tidak

biasa makan pagi, tidak ada waktu, tidak ada teman makan

bersama, tidak ada selera dan lain-lain (Hui, 1985).

Faktor gizi sangatlah berkaitan dengan terjadinya hipertensi.

Gizi berasal dari bahasa Arab yaitu Al-Gizai artinya makanan dan

manfaatnya untuk kesehatan. Semua makhluk yang bernama

manusia dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya, sejak

ia mulai dari proses pembuahan sampai sempurna menjadi wujud

manusia, memerlukan zat gizi yang terkandung dalam makanan.

Selama ini kita sering mendengar istilah gizi, tatapi arti gizi

tampaknya tidak banyak orang yang mengetahui. Orang mengenal

gizi melalui bentuk makanan yang dikatakan mengandung gizi

seperti buah-buahan dan sebagainya. Biasanya manusia

mendapatkan zat gizi atau nutrien dalam bentuk makanan yang

berasal dari hewan (hewani) dan tumbuh-tumbuhan (nabati). Di

dalam gizi terdapat zat-zat yang berguna bagi tubuh seperti:

Karbohidrat, protein, dan lemak yang disebut sebagai zat gizi

makro. Demikian juga di dalam zat gizi terkandung vitamin yang

52

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 53/115

disebut dengan zat gizi mikro. Untuk memperlancar proses

metabolisme dalam tubuh, manusia senantiasa memerlukan air dan

serat. Karena itu tubuh manusia membutuhkan aneka ragam

makanan untuk dapat memenuhi kebutuhannya terhadap gizi.

Sekalipun gizi sangat berguna bagi tubuh manusia tetapi

pemenuhannya harus dilakukan dengan cara yang seimbang.

Orang yang mengalami kekurangan atau kelebihan salah satu unsur 

gizi maka hal itu akan menyebabkan kelainan atau penyakit bagi

tubuh. Oleh karena itu, perlu diterapkan kebiasaan untuk

mengkonsumsi makanan yang seimbang sejak usia dini dengan

 jumlah yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu agar 

tercapai kesehatan yang prima. Bagi penderita hipertensi ada

sepuluh langkah yang bisa dilakukan untuk menjaga keseimbangan

gizi dalam tubuh agar kesehatan kita senantiasa terjaga selamanya

yaitu dengan cara sebagai berikut :

a. Mengkomsumsi aneka ragam

makanan.

b. Mengkomsumsi makanan

yang yang dapat mencukupi

energi.

c. Makanlah sumber karbohidrat

setengah dari kebutuhan

energi.

53

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 54/115

d. Batasi makan lemak dan

berminyak.

e. Sebaiknya gunakan garam

beryodium.

f. Mengkomsumsi makanan

yang banyak mengandung

sumber zat besi.

g. Membiasakan sarapan pagi.

h. Cukupi kebutuhan kita

terhadap air mineral.

i. Olah raga secara teratur.

  j. Kenali bahan makanan yang

anda beli mengenai lebel pada

makanan kemasan yang kita

beli.

Banyak faktor yang memicu terjadinya hipertensi yaitu salah

satunya adalah masalah gizi diantaranya tentang pola komsumsi

makanan, pengaturan menu makanan sanagat dianjurkan bagi

penderita hipertensi untuk menghindari dan membatasi makanan

yang dapat meningkatkan kadar kolestrol dalam darah serta

meningkatkan tekanan darah. Bagi penderita hipertensi, kesalahan

mengkonumsi makanan dapat mengakibatkan hal yang fatal bahkan

bisa menyebabkan kematian dengan begitu cepat. Untuk itu, bagi

54

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 55/115

penderita hipertensi sangat penting mengatur menu makannya

dengan benar.

Di bawah ini ada beberapa jenis menu makanan yang harus

dihindari dan di batasi yaitu :

a. Makanan yang berkadar lemak jauh

tinggi, seperti otak, ginjal, paru, minyak

kelapa dan gajih.

b. Makanan yang diolah dengan

menggunakan garam natrium seperti:

biskuit, craker, keripik, dan makanan

yang banyak mengandung garam.

c. Makanan dan minuman dalam kaleng

sepert: sarden, sosis, cornet, sayuran,

serta buah-buahan dalam kaleng dan

 juga soft drink.

d. Makanan yang diawetkan, seperti

dendeng, asinan sayur atau buah, abon,

ikan asin, pindang, udang kering, telur 

asin, selai kacang.

e. Susu full cream, mentega, margarine,

keju mayonnaise, serta sumber protein

yang tinggi kolestrol seperti daging

merah (sapi atau kambing), kuning telur 

55

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 56/115

dan kulit ayam.

f. Bumbu-bumbu seperti: kecap, maggi,

terasi, saus tomat, saus sambal, tauco,

serta bumbu penyedap lain yang pada

umumnya mengandung garam natrium.

g. Alkohol dan makanan yang

mengandung alkohol seperti: durian,

tape. Dan harus diingat daging kambing

dan durian harus dihindari oleh

penderita hipertensi (Rusdi, 2009).

Perubahan pola makan menjurus ke sajian siap santap yang

mengandung lemak, protein, dan garam tinggi tapi rendah serat

pangan (dietary fiber), membawa konsekuensi terhadap

berkembangnya penyakit degeneratif (jantung, diabetes mellitus,

aneka kanker, osteoporosis, dan hipertensi ).

Pengaturan menu bagi penderita hipertensi dapat dilakukan

dengan empat cara yaitu sebagai berikut :

a. Diet rendah garam, yang terdiri dari diet

ringan (konsumsi garam 3,75-7,5 gram

per hari), menengah (1,25-3,75 gram

per hari) dan berat (kurang dari 1,25

gram per hari).

b. Diet rendah kolesterol dan lemak

56

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 57/115

terbatas.

c. Diet tinggi serat.

d. Diet rendah energi bagi yang Obesitas

(Gisianturi, 2003).

C. Tinjauan Umum Tentang Olahraga

Olahraga merupakan suatu kegiatan aktivitas fisik yang

dilakukan sehari – hari yang mengacu pada setiap gerakan tubuh

yang membakar kalori, misalnya memotong rumput, naik tangga,

membereskan tempat tidur atau membawa anjing berjalan-jalan.

Olahraga merupakan suatu bentuk aktivitas fisik yang lebih terarah. Ini

termasuk serangkaian gerakan berulang kali yang dirancang untuk

memperkuat atau mengembangkan bagian tubuh tertentu dan

meningkatkan kapasitas jantung dan paru-paru, seperti kebugaran

  jantung. Olahraga meliputi jalan kaki, berenang, bersepeda, dan

banyak aktivitas lainnya (Mayo, Clinic, 2006).

Olahraga merypakan suatu aktivitas fisik yang sangat penting

dilakukan sebagai upaya mencegah atau mengendalikan tekanan

darah tinggi. Karena aktivitas, akan memacu jantung yang terdiri atas

otot itu. Demikianlah, dengan berolahraga jantung menjadi lebih kuat

dan dengan kekuatan yang lebih kecil mampu memompa darah lebih

banyak. Dampaknya adalah berkurangnya tekanan terhadap pembuluh

darah. Aktivitas fisik yang teratur dapat menurunkan tekanan darah

tinggi sampai hampir sama besarnya seperti kerja obat tekanan darah

57

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 58/115

tinggi yaitu 5-10 mm merkuri. Bahkan bukan tidak mungkin anda tidak

perlu lagi minum obat. Jika sedang minum obat, olahraga dapat

membantu obat bekerja lebih efektif. Konsistensi jauh lebih penting

daripada intensitas. Cobalah melakukan aktivitas dengan intensitas

sedang sedikitnya selama 30 menit/hari, sedapatnya, 4-5 hari dalam

seminggu. Aktivitas aerobik memberi dampak paling besar terhadap

tekanan darah.

Kurang berolahraga juga dapat menghambat upaya

penyembuhan bagi penderita hipertensi, sekaligus dapat

menimbulkanterjadinya berbagai penyakit bagi mereka yang normal.

Karena itu, sekalipun kondisi tubuh anda normal, dalam artian tidak

mengidap hipertensi, kita tetap berkewajiban melakukan olahraga agar 

kondisi kesehatan kita tetap selalu terjaga. Bagi penderita

hipertensi, ada beberapa jenis olahraga yang harus dilakukan agar 

ancaman naiknya tensi darah.

Beberapa olahraga yang harus dilakukan bagi penderita

hipertensi adalah sebagai berikut :

1. Jalan kaki

Jalan kaki menurut Dr. Sadososumoharjono dalam bugar dengan

  jalan kaki ( 2007:16:11) jalan kaki merupakan olahraga yang

cukup murah dengan segudang manfaat bagi tubuh kita. Salah

satu manfaat dari olahraga jalan kaki adalah dapat membuat

tubuh kita menjadi ramping. Seseorang yang terbiasa jalan kaki

58

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 59/115

secara teratur, apalagi di lakukan sepanjang hidup mereka maka

sangat kecil resiko mereka untuk terkena penyakit

 jantung,penyakit pembulu darah koroner dan Hipertensi. hal ini

karena jalan kaki dapat menguatkan otot – otot tubuh, ligamen,

tendon,serta mengencangkan otot – otot kaki. Menurut Agus

Rasidi, sedikitnya 13 manfaat yang bisa diperoleh dari kebiasaan

olahraga jalan kaki diantaranya yaitu :

1) Rata-rata, jalan kaki setiap menit dapat memperpanjang

hidup.

2) Jalan kaki selama 20 menit setiap hari akan membakar 7

pound lemak pertahun.

3) Jalan kaki lebih lama setiap hari selama 40 menit adalah

terbaik untuk menurunkan berat badan.

4) Jalan kaki cepat dari 20 – 25 menit adalah kondisi terbaik

bagi jantung dan paru- paru.

5) Memperbaiki aktifitas jantung dan paru-paru.

6) Memperbaiki lemak dalam tubuh.

7) Meningkatkan metabolisme sehingga tubuh membakar kalori

lebih cepat, bahkan sekalipun tengah beristirahat.

8) Membantu mengontrol selera makan.

9) Menurunkan tekanan darah tinggi.

10)Menurunkan Kolestrol dalam darah.

11) Memperlambat penuaan.

59

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 60/115

12) Meningkatkan Energi.

13) Memperkuat otot kaki, paha, dan tulang.

2. Joging

Joging adalah salah satu olahraga yang bersifat isotonik ( bersifat

ringan)yang sangat cocok di lakukan oleh penderita hipertensi dan

semua orang pada umumnya.melakukan joging secara teratur dapat

memberikan manfaat baik buat kondisi tubuh. Selain manfaat

kesehatan joging juga ternyata memberikan kesenangan, baik secara

fisik maupun mental. Ada beberapa manfaat yang bisa di dapat oleh

mereka yang rutin melakukan olahraga joging antara lain adalah :

1) joging dapat mempercepat sistem pencernaan dan

membantu tubuh kita menyingkirkan masalah – masalah

yang berhubungan dengan pencernaan

2) joging dapat membuat jantung kuat, disamping dapat

memperlancar peredaran darah serta pernapasan.

3) Dapat membantu kita membakar lemak lemak dan

mengatasi kegemukan.

E. Tinjauan Umum Tentang Obesitas

Kegemukan bisa disebabkan oleh kebanyakan makan, dalam

hal karbohidrat, lemak maupun protein, tetapi juga karena kurang

bergerak. Kegemukan dapat menyebabkan gangguan dalam fungsi

tubuh, merupakan risiko untuk menderita penyakit kronis, seperti

diabetes mellitus, hipertensi, penyakit jantung koroner, penyakit kanker,

60

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 61/115

dan dapat memperpendek harapan hidup (Almatsier, Sunita, 2001).

IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status

gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan

kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal

memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih

panjang. Orang-orang yang berada di bawah ukuran berat normal

mempunyai risiko terhadap penyakit infeksi, sementara yang berada

diatas ukuran normal mempunyai risiko tinggi terhadap penyakit

degeneratif (Wirapuspita, Ratih, 2007).

Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut :

Berat badan (kg)

IMT =Tinggi badan (m) × Tinggi badan (m)

Tabel 2: Kategori Ambang Batas IMT untuk IndonesiaKategori IMT

KurusKekurangan berat badantingkat berat

< 17,0

Kekurangan berat badan

tingkat ringan

17,0 – 18,5

Normal > 18,5 – 25,0

GemukKelebihan berat badan tingkatringan

> 25,0 – 27,0

Kelebihan berat badan tingkatberat

> 27,0

Bila kelebihan lemak tubuh, cenderung menahan sodium. Untuk

mencairkan sodium tambahan ini, tubuh menahan lebih banyak air. Ini

akan meningkatkan volume darah dan akhirnya meningkatkan tekanan

61

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 62/115

di dalam pembuluh darah. Tekanan yang meningkat ini membuat

  jantung harus bekerja lebih keras. Itulah sebabnya kelebihan berat

badan sering kali terkait dengan meningkatnya denyut jantung dan

penurunan kapasitas pembuluh darah untuk mengalirkan darah. Kedua

faktor ini pula yang dapat meningkatkan tekanan darah dan bisa

mengarah terjadi pecahnya pembuluh darah dalam otak / stroke

hemoragis (Mayo, Clinic, 2006).

Berat badan dan indeks masa tubuh (IMT) berkolerasi langsung

dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Resiko relatif 

untuk menderita hipertensi pada orang-orang gemuk 5 kali

dibandingkan dengan seseorang yang berat badannya normal

(Elvina, 2002).

Sekitar sepertiga energi yang digunakan setiap hari oleh orang

normal adalah untuk kegiatan otot, dan pada buruh kurang lebih dua

pertiga atau tiga perempat cadangan kalori dipakai untuk kegiatan otot.

Kegemukan yang cenderung terjadi karena pola makan berlebih

biasanya dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya faktor psikogenik,

kelainan neurologik yang disebabkan oleh lesi pada nukleus

ventromedialis hipotelamus, faktor genetik, dan kelebihan nutrisi pada

kanak-kanak (Guyton,1997).

Menurut Arisman (2004), penilaian status gizi (kegemukan atau

tidak) pada orang dewasa (usia di atas 18 tahun) dapat ditentukan

dengan beberapa cara dan masing-masing memiliki nilai yang

62

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 63/115

dipresentasikan berbeda diantaranya:

1. Cara yang paling sederhana, namun

tingkat kesalahanya cukup tinggi dengan

menggunakan rumus Broca yaitu :

BB normal = TB-100

BB ideal = ( TB-100) -10%

BB lebih jika berat badan seseorang lebih dari 15% dari

berat badan normal. Rumus Broca memang cocok bagi orang

Eropa, namun tidak dapat untuk orang Asia. karena itu perhitungan

berat badan ideal dan berat badan normal ditentukan dengan

menggunakan rumus Broca yang dimodifikasi oleh Katsura, yaitu :

BB normal untuk tinggi badan < 160 cm = TB - 105

BB normal untuk tinggi badan > 160 cm = TB - 110

2. Indeks masa tubuh (IMT), merupakan

rumus sistematis yang berkaitan dengan

lemak tubuh orang dewasa, dan

dinyatakan sebagai berat badan (dalam

satuan kilogram) dibagi dengan kuadrat

tinggi badan (dalam ukuran meter): IMT

= BB / TB2

Interpretasi hasil pengukuran IMT sebagai Berikut :

a. Kurus tingkat berat jika IMT < 17

b. Kurus tingkat ringan jika IMT 17,0 – 18,4

63

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 64/115

c. Normal jika IMT 18,5 – 25,00

d. Gemuk tingkat ringan jika IMT 25,1 – 27.00

e. Gemuk tingkat berat jika IMT > 27

3. Lipatan lemak bawah kulit, cara ini tidak

sulit dilakukan, dan parameter ketebalan

lemak bawah kulit merupakan indikator 

lemak tubuh paling akurat diantara

sekian jenis teknik antropometris,

karena lebih dari 85% lemak tubuh

tersimpan dalam jaringan tersebut,

faktor kesalahannya kecil hanya sekitar 

2-3%. Masalah yang kerap timbul

adalah baku acuan yang tersedia yang

cenderung berlaku hanya untuk daerah

asal baku acuan tersebut didapat. Jika

hasil pengukuran ketebalan kulit

kelompok masyarakat lain diacu kenilai

baku tersebut , kesalahan yang terjadi

akan lebih besar lagi (5-10%). Lipatan

lemak bawah kulit yang paling banyak

dan mudah diukur, serta sangat

berkorelasi dengan lemak tubuh adalah

lipatan kulit trisep, dan subskapula.

64

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 65/115

Lokasi lain adalah supra iliaka, biseps,

perut, paha dan dada.

F. Tinjauan Umum Tentang Prilaku Merokok

Merokok merupakan salah satu bentuk gaya hidup dan

kebiasaan yang lazim ditemui dalam kehidupan sehari-hari, walaupun

sebenarnya merokok sebagai faktor resiko dari beberapa bentuk

gangguan kesehatan termasuk hipertensi. Seseorang yang merokok,

asap rokok yang mengandung zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan

karbon monoksida yang dihisap dengan merokok masuk kedalam

pembuluh darah dan akan merusak dinding pembuluh darah (endotel),

dan pada studi autopsi dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan

merokok dengan adanya atherosklerosis pada seluruh pembuluh

darah. Selain dapat meningkatkan tekanan darah oleh karena adanya

peningkatan tekanan perifer merokok juga meningkatkan denyut

 jantung sebagai kompensasi kebutuhan oksigenisasi yang berkurang

untuk otot jantung dan jaringan tubuh lainnya (Elvina, 2002).

Berdasarkan Jenis Rokok di golongkan ada dua macam yaitu :

Rokok filter (RF) adalah rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat

gabus sedangkan Rokok non filter (RNF): rokok yang pada bagian

pangkalnya tidak terdapat gabus. Rokok sangat membahayakan bagi

kesehatan karena Asap rokok mengandung kurang lebih 4000 bahan

kimia yang 200 diantaranya beracun dan 43 jenis lainnya dapat

menyebabkan kanker bagi tubuh. Asap rokok yang baru mati di asbak

65

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 66/115

mengandung tiga kali lipat bahan pemicu kanker di udara dan 50 kali

mengandung bahan pengeiritasi mata dan pernapasan. Seseorang

yang mencoba merokok biasanya akan ketagihan karena rokok

bersifat candu yang sulit dilepaskan dalam kondisi apapun Harga

rokok yang mahal akan sangat memberatkan orang yang tergolong

miskin, sehingga dana kesejahteraan dan kesehatan keluarganya

sering dialihkan untuk membeli rokok. Sebagian perokok biasanya

akan mengajak orang lain yang belum merokok untuk merokok agar 

merasakan penderitaan yang sama dengannya, yaitu terjebak dalam

ketagihan asap rokok kegiatan yang merusak tubuh adalah perbuatan

dosa, sehingga rokok dapat dikategorikan sebagai benda atau barang

haram yang harus dihindari dan dijauhi sejauh mungkin.

Kosentrasi karbon monoksida dalam Hemoglobin (COHb) pada

orang yang merokok sangat bergantung dengan jumlah batang rokok

yang dihisap. Menurut Stoker dan Seager (1972), dalam Sudrajat

(2006), pada merokok ringan dimana menghabiskan kurang dari ½ pak

rokok per  hari kadar COHb 2,3% - 3,8%, pada perokok sedang

(½ pak - 2 pak/hari) kadar CoHb 5,9% dan pada perokok berat yang

menghisap lebih dari 2 pak perhari kadar COHb mencapai 6,9%,

keadaan tersebut jauh diatas kadar COHb bagi orang yang tidak

merokok sebesar 1,3%. ( Elvina,2002)

Nikotin yang terkandung didalam darah merangsang hormon

adrenalin yang akibatnya akan mengubah matabolisme lemak

66

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 67/115

sehingga kadar HDL (High Density Lipoprotein) atau kolestrol baik

akan menurun. Adrenalin selain merangsang kerja jantung dan

menyempitkan pembuluh darah juga menyebabkan terjadinya

pengelompokkan trombosit sehingga semua proses penyempitan akan

terjadi (Anies,2006 : 138).

Efek rokok bagi tubuh antara lain : kanker , paru – paru dan

kerongkongan, kanker esofagus, kandung kemih dan serangan jantung

selain itu juga rokok dapat meningkatkan resiko kefatalan bagi

penderita pnemonia, gagal jantung dan tekanan darah tinggi.

( Elvina, 2002 )

Rokok adalah benda beracun yang memberi efek santai dan

sugesti merasa lebih jantan. Dibalik kegunaan atau manfaat rokok yang

secuil itu terkadang bahaya yang sangat besar bagi yang merokok

maupun orang disekitar perokok yang bukan perokok. Asap rokok

mengandung kurang lebih 4000 bahan kimia yang 200 diantaranya

beracun dan 43 jenis lainya dapat menyebabkan kanker bagi tubuh.

Beberapa zat yang berbahaya yaitu tar, nikotin,karbon monoksida dan

lain sebagainya. Selain rokok asap rokok yang baru mati di asbak

rokok juga mengandung tiga kali lipat bahan pemicu terjadinya kanker 

di udara dan 50 kali mengandung bahan pengeiritasi mata dan

perbafasan. Semakin pendek rokok semakin tinggi kadar racun yang

siap melayang ke udara. Suatu tempat yang dipenuhi polusi asap rokok

adalah tempat yang berbahaya dari pada populasi di jalanan yang

67

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 68/115

macet. Seseorang yang mencoba rokok biasanya akan ketagihan

karena rokok bersifat candu yang sulit dilepaskan dalam kondisi

apapun. ( Rusdi dan Nurlaela,2009).

Dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2001 dalam

Anies (2006) menyebutkan bahwa 27% penduduk berusia diatas 10

tahun menyatakan merokok dalam satu bulan terakhir 54,5% penduduk

laki-laki merupakan perokok dan hanya 1,2% perempuan yang

merokok. Sebesar 68,5% penduduk mulai merokok pada usia 20 tahun

(Anies,2006).

Selain alkohol, kebiasaan buruk yang perlu dihindari terutama

bagi penderita hipertensi adalah merokok. oleh karena itu, kebiasaan

merokok ini juga harus sebaiknya di hentikan, terutama bagi mereka

yang menderita hipertensi. karena terjadi penyempitan Dalam saluran

paru – paru sehingga dapat memicu kerja ginjal dan jantung semakin

lebih cepat, sehingga kemungkinan naiknya tensi darah tidak dapat di

hindari. ( Rusdi dan Nurlaela,2009).

G. Kerangka Teori

Kerangka Teori Hendrik L. Bloom

0100090000037400000002001c000000000004000000030108000500000 

00b0200000000050000000c023e07d00d040000002e0118001c000000fb

029cff0000000000009001000000000440001254696d6573204e65772052 

6f6d616e0000000000000000000000000000000000040000002d0100000 

68

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 69/115

1. Genetik

Faktor keturunan yang mempengaruhi kejadian hipertensi seperti:

Riwayat keluarga, Umur, Jenis kelamin.

2. Prilaku

Faktor yang berhungan dengan kebiasaan hidup seseorang yang

bisa memicu terhadap timbulya penyakit hipertensi seperti : Pola

konsumsi makanan, Berolahraga, Obesitas, Prilaku Merokok.

3. Lingkungan

Lingkungan dimana seseorangn tinggal dan bisa mengakibatkan

timbulnya masalah kesehatan.

4. Pelayanan Kesehatan

Yakni pelayanaan yang di berikan untuk penanganan masalah

kesehatan.

69

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 70/115

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian menggunakan survey cross sectional  yang

bertujuan untuk melihat hubungan antara Pola Konsumsi makanan,

Olahraga, Obesitas dan Prilaku Merokok terhadap kejadian penyakit

hipertensi di Puskesmas Sidomulyo Kecamatan Samarinda Ilir.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2010 di Wilayah

kerja Puskesmas Sidomulyo Kecamatan Samarinda Ilir.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita

hipertensi dan tidak hipertensi yang berkunjung ke Puskesmas

Sidomulyo Kecamatan Samarinda Ilir. Berdasarkan data yang

70

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 71/115

diperoleh, jumlah kunjungan Penderita hipertensi pada bulan

Febuari 2010 berdasarkan data sebanyak 309 penderita.

2. Sampel

Sampel merupakan sebagian dari seluruh populasi yang

menjadi objek penelitian, pengambilan sampel pada penelitian ini

menggunakan accidental sampling yaitu pengambilan sampel yang

dilakukan dengan mengambil kasus sebanyak 100 penderita.

Sampel dalam penelitian ini adalah penderita hipertensi yang

berkunjung ke Puskesmas Sidomulyo Kecamatan Samarinda Ilir 

sebanyak 100 penderita.

3. Besar Sampel

Pengambilan sampel ditentukan dengan menggunakan

rumus Solvin yaitu: (Umar, 2002)

N

n =

1 + Ne2

Keterangan :

n = Ukuran sampel

N = Ukuran populasi

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena salah dalam

pengambilan sampel yang dapat ditolerir, penulis

menetapkan 10%

Dari rumus diatas, penulis dapat menghitung jumlah sampel

71

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 72/115

UMUR Jenis Kelamin

sebagai berikut :

Nn =

1 + Ne2

  309  

=1 + 309 ( 0,10)2

 309

=3,1

= 99.67 dibulatkan menjadi 100

Jadi, berdasarkan perhitungan diatas diperoleh jumlah

sampel sebanyak 100 responden.

D. Kerangka Konsep

72

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 73/115

  Gambar 3.1 Kerangka Konsep

  Keterangan

: Variabel yang diteliti 

: Variabel yang tidak diteliti 

E. Hipotesis Penelitian

a. Ada hubungan penyakit hipertensi dengan Pola Makan di

Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Kecamatan Samarinda

Ilir.

b. Ada hubungan penyakit hipertensi dengan Olahraga di

Wilayah Kerja Puskesmas Sidomolyo Kecamatan Samarinda

Ilir.

c. Ada hubungan penyakit hipertensi dengan Obesitas di

Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Kecamatan Samarinda

Ilir.

d. Ada hubungan penyakit hipertensi dengan Prilaku Merokok

di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Kecamatan

Samarinda Ilir.

F. Variabel Penelitian

1. Variabel Dependen : Hipertensi

2. Variabel Independen : Pola Makan , Olahraga,

73

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 74/115

Obesitas, Prilaku Merokok.

G. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif 

Definisi Operasional adalah difinisi yang didasarkan atas sifat-

sifat yang dapat diamati atau di observasi di lapangan (Akhmat, 2004).

Tabel 3.1. Definisi Operasional

VariabelDefinisi

OperasionalKriteriaObjektif 

CaraUkur 

Alat Ukur SkalaUkur 

VariabelDependenHipertensi

Tekanan darahtinggi adalah:tekanan darahlebih dari160/95mmHgberdasarkanpemeriksaandokter/perawat

1. Ya,  jika

 tekanan da

Pengukurantekanandarah.

Sphigmomanometer.Stescope.Kuisioner.

Ordinal

74

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 75/115

ah

 lebih dar i

 140/90mmHg.

2. Tidak,  ji

ka tekanan 

d

75

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 76/115

ar 

ah kur ang d

ar i 140/90 mmHg. 

VariabelIndependenPola makan

Pola makanadalahgambaran jenismakanan dan

 jumlahfrekuensimakanseseorang

1. Baik

,  jika memb

a

Recall24 jam

Kuisioner dengankriteria.1. dikatakan

baik jikaskore ≥ 3pertanyaan.2. dikatakantidak baik jika skore ≤3 pertnyaan

Ordinal

76

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 77/115

ta

si/mengur ag

i konsumsi makanan ya

ng ber kadar 

 

77

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 78/115

ko

lestr ol tin

ggi, banyak gar am nat

r ium, makan

a

78

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 79/115

n/

 minuman ka

leng dan makanan yang

 di awetkan

.

79

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 80/115

2. Ku

r ang baik, 

 jika ser ing mengkonsu

msi makanan

 

80

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 81/115

ya

ng ber kadar 

 kolestr ol tinggi,ban

yak gar am n

a

81

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 82/115

tr 

ium, makana

n/ minuman kaleng, da

n makanan y

a

82

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 83/115

ng

 di awetkan

.Olahraga Olahraga

adalahmelakukangerak atauberolahragaminimal 3Xdalamseminggu.

1. Ya,  jika melakukan g

er ak atau b

e

Wawancara

Kuisioner Nominal

83

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 84/115

r o

lahr aga, mi

nimal 3x dalam seming

gu2. T

idak,  ji

k

84

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 85/115

tidak melak

ukan ger ak atau ber ol

ahr aga, min

i

85

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 86/115

ma

l 3x dalam 

seminggu 

Obesitas Obesitasadalahkeadaan beratbadan lebihyangditentukanberdasarkanIMT.

1. Obesitas,  ji

ka IMT 25,1

.

Pengukuran BBPengukuran TB

Kuisioner .TimbanganBB.Pengukurantinggibadan.

Ordinal

86

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 87/115

2. Ti

dak obesita

s,  jika IMT <25,1. 

PrilakuMerokok

Kebiasaanmenghisap

rokok yangpernahdilakukan

1. Tidakmerokok,

 jika tidakpernahmerokok.

2. Merokok, jika ernahmerokok.

Wawancara

Terpimpin

Kuisioner Nominal

H. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

1. Data Primer 

Diperoleh dengan cara melakukan wawancara terpimpin

87

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 88/115

dengan menggunakan kuesioner dan Recall 24 jam. Data primer ini

adalah lembar jawaban responden dari kwisioner dan Recall 24 jam

yang diberikan pada saat penelitian

2. Data Sekunder 

Diperoleh dari: Profil Puskesmas Sidomulyo, data Dinas

Kesehatan Kota Samarinda, Laporan Bulanan Dinas Kesehatan

Provinsi Kalimantan Timur.

I. Teknik Analisa Data

Analisa data merupakan kegiatan yang sangat penting dalam

suatu penelitian, karena melalui analisis, data dapat mempunyai arti

atau makna yang dapat berguna untuk memecahkan masalah

penelitian.

1. Pengolahan Data

Agar analisis penelitian menghasilkan informasi yang benar 

maka harus maka harus melalui empat tahapan dalam pengolahan

data (Hastono, 2001), yaitu :

a. Editing

Kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir atau

kuisioner,apakah jawaban yang sudah lengkap, jelas, releven,

88

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 89/115

dan konsisten.

b. Coding

Yaitu memberikan kode jawaban secara angka atau kode

tertentu sehingga lebih mudah dan sederhana.

c. Processinng

Yaitu memproses data dengan cara melakukan entry data

 jawaban kuisioner dari setiap responden ke program komputer.

d. Cleaning

Yaitu kegiatan pengecekan kembali data-data yang

sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak , maka perlu

dilanjutkan dengan melakukan interpretasi hasil analisis

tersebut. Prosedur analisis data pada metode penelitian

kuantitatif yaitu: menggunakan analisis deskriptif (univariat ) dan

analisis analitik (bivariat, multivariat). Analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini:

1) Analisa Univariat

Tujuan analisa ini adalah untuk menjelaskan dan

mendiskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang

diteliti, baik variabel terikat: kejadian hipertensi, maupun

variabel bebas yaitu: aktifitas fisik, usia , obesitas. dan

selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan

presentase.

89

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 90/115

2) Analisis Bivariat

Dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel

bebas (Independen) dengan variabel terikat (dependent).

Dalam penelitian ini analisis bivariat menggunakan uji Chi 

Square, dimana menurut Hastono (2001) aturan yang

berlaku pada uji Chi Square sebagai berikut :

a) Bila pada tabel 2x2 di jumpai nilai E (harapan) kurang dari

5, maka uji yang digunakan adalah Fisher Exact.

b) Bila tabelnya 2x2 tidak ada nilai E <5, maka uji yang

dipakai Pearson Chi Square.

c) Pada tabelnya lebih dari 2x2, misalnya 3x2, 3x3, dan lain-

lain, maka gunakan uji Pearson Chi Square.

Dengan aturan penggunaan uji Chi Square maka

dapat dibuat rancangan analisis bivariat sebagai berikut :

a) Nilai E (harapan) / p value yang digunakan untuk analisa

hubungan masing-masing variabel bebas

b) (aktifitas fisik dan usia) dengan variabel terikat

c) Kejadian hipertensi adalah p value output Pearson Chi 

Square.

d) Nilai E (harapan) / p value yang digunakan untuk analisa

hubungan variabel bebas (kegemukan) dengan variabel

terikat (kejadian hipertensi) adalah p value output 

continuity Correction atau Fisher Exact.

90

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 91/115

2. Pengujian Hipotesa

Pengujian hipotesa dilakukan dengan bantuan software

pengolahan data statistik, menggunakan uji Chi Square (X2) model

Continuity atau Fisher Exact pada confidence interval 95% dan α

= 0,05 untuk hipotesa ”ada hubungan obesitas dengan kejadian

hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo”. Sedangkan

untuk Hipotesanya ”ada hubungan aktifitas fisik dengan kejadian

hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo“ menggunakan

uji Chi Square (X2) model Pearson Chi Square pada confidence

interval  95% dan α = 0,05. Pengambilan keputusan uji

hipotesis dengan menggunakan kriteria penolakan dan

penerimaan hipotesa berdasarkan nilai probabilitas dengan

(p value ) yaitu : Ho di tolak, jika p value >α = 0.05 dan Ho

di terima, jika p value > α= 0,05.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

91

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 92/115

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Sidomulyo

Samarinda Kalimantan Timur. Puskesmas Sidomulyo, merupakan

salah satu dari 3 (Tiga) puskesmas yang ada di wilayah

Kecamatan Samarinda Ilir. Lokasi Puskesmas Sidomulyo, berada

di Jalan Jelawat Gang 6 RT.08 Kelurahan Sidodamai. Lokasinya

yang kurang strategis ini yaitu berada dalam gang, turut memberi

pengaruh dalam akses keterjangkauan oleh masyarakat.

Jumlah penduduk diwilayah kerja Puskesmas Sidomulyo

berjumlah 64.866 dari 17.083 kepala keluarga, yang terbagi

menjadi 235 Rukun tetangga, dengan jumlah penduduk laki – laki

sebanyak 32.833 dan jumlah penduduk perempuan sebanyak

32.033.

Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat, Puskesmas Sidomulyo mempunyai 3 Puskesmas

pembantu, yaitu : Pusban Sungai Pinang Luar yang terletak di

Jl.Danau Jempang Kel. SPL, Pusban Lestari yang terletak di

Jl.Sabulus Salam Kel. Sidomulyo, dan Pusban Kenanga yang

terletak di Jl. Damai Kel. Sidodamai. Puskesmas Sidomulyo

bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan

di 7 (Tujuh) kelurahan, yaitu : Kelurahan Pelabuhan, Kelurahan

Pasar Pagi, Kelurahan Karang Mumus, Kelurahan Sungai Dama,

Kelurahan Sidodamai, Kelurahan Sidomulyo, dan Kelurahan

92

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 93/115

Sungai Pinang Luar.

2. Gambaran Karakteristik Responden

a. Menurut Usia

Tabel 4.1. Distribusi Usia

Di Puskesmas Sidomulyo Samarinda Tahun 2010

No Usia Frekuensi Presentase %1 21 – 27 7 7.0

2 28 – 34 17 17.03 35 – 41 28 28.04 42 – 48 29 29.05 49 – 55 8 8.06 56 – 62 9 9.07 63 – 69 1 1.08 70 – 76 1 1.0

Total 100 100  Sumber : Hasil Penelitian di Puskesmas Sidomulyo, 2010

Berdasarkan Tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa dari 100 orang

yang dijadikan responden dalam penelitian yang dilakukan di Puskesmas

Sidomulyo hipertensi tertinggi terjadi pada umur 42 – 48 tahun sebanyak

29 orang. sedangkan yang terendah yaitu terjadi pada usia 63 – 69 tahun

dan 70 – 76 tahun sebanyak 1 orang.

3. Analisa Univariat

Analisa ini dilakukan untuk memperoleh gambaran atau deskripsi

tiap-tiap variabel yang digunakan dalam penelitian, data yang dianalisis

berasal dari distribusi frekuensi setiap variabel.

a. Kejadian Hipertensi

Hipertensi adalah suatu keadaan gangguan pada pembuluh

darah yang mengakibatkan suplai oksigen atau nutrisi, yang dibawa oleh

93

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 94/115

darah, terhambat sampai kejaringan tubuh yang membutuhkannya

( Vita Health,2005 ). Sedangkan menurut Arjatmo ( 2004 ) dalam Warlina

( 2007 ), Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis

dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis( menurut jangka

waktu lama ).

Tabel 4.2. Distribusi Hipertensi

Di Puskesmas Sidomulyo Samarinda Tahun 2010

No Hipertensi Frekuensi Presentase %

1 Ya 76 76.0

2 Tidak 24 24.0

Total Jumlah 100 100.0

Sumber : Data Hasil penelitian di Puskesmas Sidomulyo

Berdasarkan Dari Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 100 orang

yang di jadikan responden, 76 orang mengalami hipertensi, sedangkan

24 orang tidak mengalami hipertensi.

b. Menurut Pola Makan

Pengertian pola makan pada dasarnya mendekati definisi

pengertian diet dalam buku ilmu gizi / nutrisi.diet diartikansebagai

pengaturan jumlah dan jenis makanan yang dimakan agar seseorang

tetap sehat. Untuk mencapai tujuan diet / pola makan sehat tersebut tidak

terlepas dari masukan gizi yang merupakan proses organisme

menggunakan makanan yang di konsumsi melalui proses digesti, absobsi,

transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat – zat yang

tidak digunakan lagi oleh tubuh untuk mempertahankan kehidupan,

pertumbuhan, dan fungsi normal organ – organ, serta menghasilkan

energi ( www. Pola makan.com ).

94

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 95/115

Tabel 4.3. Distribusi Pola Makan di Puskesmas Sidomulyo

Samarinda Tahun 2010

No Pola makan Frekuensi Presentase %

1 Baik 62 81,6

2 Tidak 14 18,4

Total Jumlah 76 100.0

Sumber : Data Hasil Penelitian di Puskesmas Sidomulyo

Dari Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 76 orang yang dijadikan

Respondent dan yang dikategorikan memiliki pola makan baik ada

sebanyak 62 orang ( 81,6 % ), sedangkan 14 ( 18,4 % ) orang sisanya

tidak mempunyai kebiasan pola makan yang baik.

c. Menurut Olahraga

Bentuk latihan yang paling tepat untuk penderita hipertensi adalah

 jalan kaki, senam, berenang, aerobik. Olahraga yang bersifat kompetisi

dan meningkatkan kekuatan tidak di perbolehkan bagi penderita hipertensi

karena akan memicu emosi sehingga akan mempercepat peningkatan

tekanan darah ( Kusmana,2002 ).

Tabel 4.4. Distribusi Kelompok Olahragadi Puskesmas Sidomulyo Samarinda Tahun 2010

No Olahraga Frekuensi Presentase %

1 Ya 7 9,2

95

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 96/115

2 Tidak 69 90,8

Total Jumlah 76 100,0

Sumber : Data Hasil penelitian di Puskesmas Sidomulyo

Berdasarkan Dari Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 76 orang

yang dijadikan respondent dan yang dikatagorikan mempunyai

kebiasaan olahraga sebanyak 7 ( 9,2 ) Orang, sedangkan 69 ( 90,8 )

orang sisanya menyatakan tidak pernah melakukan olahraga.

d. Menurut Obesitas

Obesitas adalah ketidak seimbangan antara konsumsi kalori

dengan kebutuhan energi yang tersimpan dalam bentuk lemak ( jaringan

subkutan tirai usus, organ vital jantung, paru dan hati ) yang

menyebabkan jaringan lemak ini aktif sehingga beban kerja jantung

meningkat. Obesitas juga didefinisikan sebagai kelebihan berat badan

sebesar 20% atau lebih dari berat badan ideal. Obesitas adalah

penumpukan jaringan lemak tubuh yang berlebihan dengan IMT lebih

dari 27.0. Distribusi frekuensi responden dengan katagorik obesitas dan

tidak obesitas dapat dilihat pada tabel 4.5 Distribusi di bawah ini.

Tabel 4.5. Distribusi Obesitas

di Puskesmas Sidomulyo Samarinda Tahun 2010

No Obesitas Frekuensi Presentase

96

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 97/115

1 Ya 35 46,0

2 Tidak 41 54,0

Total Jumlah 76 100.0

  Sumber : Data Hasil Penelitian di Puskesmas Sidomulyo

Dari Tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa dari 100 orang yang

dijadikan respondent dan dikatakan memiliki berat badan berlebih atau

obesitas ada sebanyak 35 ( 46,0 % ) orang , sedangkan 41 ( 54,0 %)

orang sisanya tidak memiliki berat badan yang berlebih atau obesitas.

f. Menurut Merokok

Tekanan darah ditunjang oleh pemekatan darah dan penyempitan

pembuluh darah akibat dari kandungan bahan kimia, terutama gas

karbonmonoksida dan nikotin serta zat kimia lain yang terdapat dalam

rokok ( medicastro.com,2008 ). Berikut ini adalah tabel distribusi

frekuensi responden yang perokok dan tidak perokok.

4.6. Distribusi Merokok

di Puskesmas Sidomulyo Samarinda Tahun 2010

No Merokok Frekuensi Presentase %

1 Ya 44 57,9

2 Tidak 32 42,1

Total Jumlah 76 100.0

  Sumber : Data Hasil di Puskesmas Sidomulyo

Dari Tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa dari 76 orang yang

dijadikan respondent , 44 ( 57,9 % ) orang menyatakan merokok,

sedangkan 32 ( 42,1 % ) orang lainya menyatakan tidak merokok.

4. Analisis Hubungan Antar Variabel ( Analisis Bivariat )

97

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 98/115

Analisa Bivariat dilakukan untuk mengetahui besarnya hubungan

antara Variabel bebas ( Independen ) dengan Variabel terikat

( Dependen ), dengan menggunakan uji Chi Square.

a. Hubungan antara Hipertensi dengan Pola makan

Setelah diadakan penelitian dipuskesmas sidomulyo

samarinda maka diperoleh hasil analisis hubungan antara variabel

Hipertensi dengan pola makan yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.7. Hubungan antara Hipertensi dengan Pola makan di

Puskesmas Sidomulyo Samarinda Tahun 2010

Hipertensi Pola Makan Total OR P Value

Ya Tidakn % N % N %

Ya 61 80,3 15 19,7 76 100.0 0,370 0,325

Tidak 22 91,7 2 8,3 24 100.0

Jumlah 83 83,0 17 17,0 100  Sumber Data : Hasil Penelitian di Puskesmas Sidomulyo

Berdasarkan tabel 4.7 dari 100 orang yang mengalami

hipertensi yang dijadikan responden pada penelitian ini terdapat

61( 80,3%) orang yang memiliki pola makan baik sedangkan 15

orang lagi memiliki pola makan yang tidak baik.

Hasil uji statistik diperoleh nilai P value = 0, 325, maka

dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara polamakan dengan

kejadian hipertensi Dari hasil analisis tersebut juga diperoleh nilai

OR = 0,370 artinya tidak ada hubungan antara pola makan yang

baik dengan kejadian penyakit hipertensi.

b. Hubungan Antara Hipertensi Dengan Olahraga

98

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 99/115

Hubungan antara faktor kebiasaan berolahraga dengan

kejadian hipertensi di wilayah di wilayah kerja puskesmas

Sidomulyo Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4.8. Hubungan antara Hipertensi denganOlahraga

di Puskesmas Sidomulyo Samarinda Tahun 2010

HipertensiOlagraga Total OR P Value

Baik Tidak Baikn % N % N %

Ya 32 42,1 44 57,9 76 100.0 0,436 0,131

Tidak 15 62,5 9 37,5 24 100.0

Jumlah 47 47 53 53,0 100 100,0Sumber : Data dari hasil penelitian

Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui proporsi dilihat dari

hipertensi terhadap Aktifitas fisik Olahraga dari 100 orang,

32 (42,1%) 0rang Menyatakan memiliki aktifitas fisik yang baik

dengan berolahraga secara teratur, kurang lebih 30 menit sehari.

Sedangkan 44 ( 57,9%) orang respondent sisanya menyatakan

tidak pernah melakukan aktifitas fisik seperti olahraga.

Hasil uji statistik di peroleh nilai P value = 0,131 maka

dapat di simpulkan bahwa tidak ada hubungan antara Hipertensi

dengan aktifitas fisik Olahraga terhadap resiko Penyakit Hipertensi.

sedangkan dari hasil analisis diperoleh juga nilai OR = 0,436 yang

artinya tidak ada pengaruh antara olahraga terhadap kejadian

penyakit hipertensi.

99

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 100/115

c. Hubungan Hipertensi Dengan Obesitas

Tabel 4.9. Hubungan antara Hipertensi dengan Obesitas

di Puskesmas Sidomulyo Samarinda Tahun 2010

HipertensiObesitas Total OR P Value

Baik Tidak Baikn % N % N %

Ya 35 46,1 41 53,9 76 100.0 4,268 0,020

Tidak 4 16,7 20 83,3 24 100.0

Jumlah 39 39,0 61 61,0 100 100,0Sumber : Data dari hasil penelitian

Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui proporsi dilihat dari

hipertensi terhadap Kelompok Obesitas dari 100 orang, di peroleh

35 ( 46,1% ) 0rang dinyatakan obesitas dan 41 ( 53,9 %) orang

sisanya tidak mengalami obesitas atau kegemukan.

Hasil uji statistik di peroleh nilai P value = 0,020 maka

dapat di simpulkan ada hubungan antara Hipertensi dengan

kejadian Obesitas atau kegemukan. Dari hasil analisis juga di

peroleh OR = 4, 268 yang artinya orang yang Obesitas atau

kegemukan mempunyai peluang lebih besar terkena penyakit

hipertensi dibandingkan dengan orang yang tidak obesitas atau

orang yang tidak gemuk.

d. Hubungan Antara Hipertensi dengan Merokok

 Tabel 5.0. Hubungan antara Hipertensi dengan Merokok

di Puskesmas Sidomulyo Samarinda Tahun 2010

HipertensiObesitas Total OR P Value

Baik Tidak Baik

10

0

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 101/115

n % N % N %

Ya 44 57,9 32 42,1 76 100.0 3,339 0,026

Tidak 7 29,2 17 70.8 24 100.0

Jumlah 51 51,0 49 49,0 100 100,0Sumber : Data dari hasil penelitian

Berdasarkan tabel 5.0 dapat diketahui proporsi dilihat dari

hipertensi terhadap Kelompok Merokok dari 100 orang , 44 0rang

( 57,9 ) menyatakan telah aktif merokok sedangkan 32 (42,1%)

0rang lainya menyatakan tidak pernah merokok.

Hasil uji statistik di peroleh nilai P value = 0,026 maka

dapat di simpulkan ada hubungan antara Hipertensi dengan

merokok . Dari hasil analisis juga di peroleh OR = 3,339 yang

artinya orang yang merokok memiliki peluang lebih besar terkena

penyakit hipertensi dibandingkan dengan orang yang tidak pernah

merokok.

B. PEMBAHASAN

Arjatmo ( 2004 ) dalam warlina ( 2007 ), tekanan darah tinggi

atau hipertensi adalah kondisi medis dimana terjadi peningkatan

tekanan darah secara kronis ( Menurut dalam jangka waktu lama ).

10

1

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 102/115

Penderita yang sekurang – kurangnya tiga bacaan tekanan darah

yaitu tekanan darah systole 140 mmHg dan diastole 90mmHg saat

istirahat diperkirakan mempunyai tekanan darah tinggi. Tekanan

darah yang selalu tinggi adalah salah satu faktor resiko stroke,

serangan jantung, gagal jantung dan merupakan penyebab utama

gagal jantung kronis.

Hasil penelitian yang telah di lakukan di Puskesmas

Sidomulyo didapatkan hasil pemeriksaan hipertensi dengan

mengukur tekanan darah responden bila tekanan darah berada pada

hasil lebih dari 140mmHg, responden tersebut dinyatakan menderita

hipertensi sedangkan bila saat pemeriksaan tekanan darah barada

pada kurang dari 140/90mmHg responden tersebut tidak dinyatakan

sedang menderita hipertensi.Berdasarkan hasil penelitian di

Puskesmas Sidomulyo pada 100 orang responden ditemukan 76

orang responden menderita hipertensi. Resiko tubuh jika seseorang

menderita hipertensi dapat diketahi secara dini tanpa merasakan

sakit sebelumnya.

Faktor resiko terjadinya hipertensi, beberapa

diantaranya tidak dapat dikendalikan dan dikontrol yaitu pola makan,

olahraga, Kegemukan (obesitas),Prilaku merokok, umur, jenis

kelamin ( Braverman,2006). Faktor – faktor resiko terjadi

hipertensi juga mendukung 76 orang responden yang menderita

hipertensi.

10

2

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 103/115

Dampak hipertensi bagi tubuh jika terjadi tekanan

darah tinggi yang kronis terutama sangat mempengaruhi jantung dan

arteri. Jika tekanan darah tinggi artinya jantung harus bekerja lebih

berat dari biasanya untuk mengedarkan darah keseluruh tubuh.

Setelah beberapa waktu hal ini membuat menjadi aus terpakai, dan

seperti otot lain, membesar karena usaha yang berlebihan, yang

mempengaruhi kerjanya dalam memompa darah. Perlahan – lahan

 jantung akan semakin kurang mampu memenuhi tuntutan tubuh dan

mulai gagal berfungsi ( Braverman,2006)

Namun masih ada 24 orang responden, di Puskesmas

Sidomulyo yang hasil pemeriksaan tekanan darahnya tidak

menderita hipertensi. Walaupun sebagian besar mempunyai

hipertensi ( tekanan darah tinggi). Akan tetapi bila faktor – faktor 

yang mendukung terjadinya hipertensi seperti rajin berolahraga

secara teratur, tidak berada dalam kelompok obesitas dan tidak

mempunyai kebiasaan merokok dapat diikuti dengan baik dan selalu

menjaga pola makan, maka tingkat prevelensi bias ditekan dengan

baik.

Faktor yang mempengaruhi tidak menderita hipertensi

yaitu menjaga dan mengatur makanan dengan diet seimbang

sangatlah penting agar tidak terjadi penumpukan lemak yang di

sebabkan karena adanya asupan lemak maka akan mengganggu

peredaran darah.

10

3

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 104/115

Cara yang paling baik dalam menghindari tekanan

darah tinggi atau hipertensi adalah dengan mengubah gaya hidup

yang sehat, yaitu dengan pola makan yang baik,meningkatkan

konsumsi buah dan sayuran, olah raga yang teratur minimal 3x

dalam seminggu, dengan waktu berolahraga minimal 30 menit.

1. Pola Makan

Pengertian pola makan adalah pengaturan jumlah dan jenis

makanan yang dimakan agar seseorang tetap sehat. Untuk

mencapai tujuan diet / pola makan sehat tersebut tidak terlepas dari

masukan gizi yang di gunakan makanan yang dikonsumsi melalui

proses digesti, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

dan pengeluaran zat – zat yang di gunakan untuk mempertahankan

kehidupan, pertumbuhan dan fungs normal organ – organ, serta

menghasilkan energi

Dari hasil penelitian yang di lakukan di Puskesmas

Sidomulyo di dapatkan hasil 61 ( 80,3%) orang yang termasuk

dalam kategori memiliki pola makan yang baik, Yang mengalami

hipertensi.”sedangkan yang termasuk dalam kategori pola makan

yang tidak baik terdapat 15 ( 19,7 % ) yang menderita hipertensi.

Dari hasil uji yang di lakukan terlihat tidak adanya hubungan antara

pola makan dengan terjadinya hipertensi. Yaitu P value = 0,325 >

0,05.

Dalam penelitian ini kebanyakan masyarakat tidak menyukai

10

4

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 105/115

mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung garam atau

makanan asin, makan yang mengandung kadar lemak tinggi,

makanan yang mengandung kolesterol dan makanan siap saji.

Di karenakan mereka takut untuk terkena hipertensi, padahal

makanan tersebut banyak di jual di warung – warung tetapi

masyarakat tidak tertarik untuk membelinya. Karena menambah

kolesterol maka dapat memicu hipertensi. Responden kebanyakan

lebih suka mengkonsumsi makanan seperti sayur – sayuran,

lauk – pauk seperti ikan segar sebagai kebutuhan sehari – hari

biasanya mereka membeli sayur sebagai pelengkap pada

makanan, jadi sayuran ini selain sebagai pelengkap juga sebagai

kebutuhan untuk melindungi diri dari terkena penyakit hipertensi.

Situasi dalam penelitian ini responden mengatakan bahwa

mereka telah mendapatkan pengetahuan dari informasi yang di

dapatkan baik langsung dari petugas kesehatan maupun dari surat

kabar / berita/ radio tentang pentingnya menjaga pola makan

Menurut rusdi, 2009 banyak factor yang mempengaruhi

terjadinya hipertensi salah satunya adalah masalah Gizi

diantaranya yaitu tentang pola makan. Perubahan pola makan

menjurus kemakanan Siap saji yang mengandung lemak, protein,

dan garam tinggi tapi rendah pangan ( dietry fiber ) membawa

konsekuensi terhadap berkembangnya penyakit degeneratif seperti

penyakit hipertensi. Jika di bandingkan dengan hasil penelitian

10

5

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 106/115

diatas bahwa tidak terdapat adanya hubungan yang significan

antara hipertensi dengan pola makan.

Menurut hasil penelitian yang Telah dilakukan oleh Subair 

Tahun 2009 terlihat ada hubungan yang bermakna antara pola

makan dengan kejadian Hipertensi di Puskesmas Temindung

Tahun 2009 dengan nilai P Velue ( 0,045) dan nilai OR ( 2,120).

Seperti yang kita ketahui Hal ini tidak sejalan dengan penelitian

yang telah di lakukan tersebut dimana tidak ada hubungan antara

Pola makan dengan terjadinya Hipertensi di Puskesmas Sidomulyo

2. Olahraga

Makna olahraga menurut ensiklopedi indonesia adalah gerak

badan yang di lakukan oleh satu orang atau lebih yang merupakan

regu atau rombongan sedangkan menurut webster’s New

Collegiate Dictonary yaitu ikut dalam aktifitas fisik untuk

mendapatkan kesenangan, dan aktifitas khusus.

Pada penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas

Sidomulyo responden yang tidak melakukan olahraga sebanyak 44

responden ( 57,9 %) , menderita hipertensi. Hal ini di karenakan

karena prilaku responden yang malas berolahraga. Padahal

mereka mengetahui manfaat dan dampak yang di akibatkan dari

kurangnya berolahraga bagi kesehatan.

 Menurut Uji – Square dengan α 0,05 diperoleh nilai P

Velue Dari hasil penelitian yang di lakukan terdapat 32 ( 42,1%)

10

6

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 107/115

orang yang termasuk dalam kategori mempunyai kebiasaan

olahraga yang baik. Sedangkan Yang tidak melakukan olahraga

sebanyak 44 orang ( 57,9 %). Dari hasil uji yang di lakukan terlihat

tidak adanya hubungan antara olahraga dengan terjadinya

hipertensi. Yaitu dengan P value = 0,131 > 0,05.

Menurut Rusdi, 2009 olahraga merupakan aktifitas fisik

sebagai upaya mencegah atau mengendalikan tekanan darah

tinggi. Aktifitas fisik akan memicu jantung yang terdiri atas otot

dengan cara berolahraga secara teratur. Jika di bandingkan dengan

hasil penelitian diatas bahwa tidak terlihat adanya hubungan antara

Olahraga dengan kejadian hipertensi.

Menurut teori aktifitas fisik seperti olahraga memicu pada

setiap gerakan tubuh yang membakar kalori. Olahraga merupakan

suatu bentuk aktifitas fisik yang lebih terarah. Gaya hidup santai

( kurang gerak , banyak duduk ).dapat memicu terjadinya

hipertensi. Aktifitas fisik seperti berolahraga jalasn cepat, aerobik,

lari – lari kecil dan berenang telah terbukti dapat mencegah dan

menurunkan tekanan darah tinggi.

Olah raga yang di lakukan secara teratur akan menurunkan

atau mengontrol tekanan. Menurut penelitian di sebutkan bahwa

orang yang tidak pernah melakukan olahraga mempunyai resiko

mendapat tekanan darah tinggi 35 % lebih besar. Orang yang tidak

pernah olahraga bahkan menjadi 1,5 kalinya. Olahraga yang di

10

7

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 108/115

butuhkan hanya olahraga ringan sedang selama 30 – 45 menit

setiap 3 – 5 kali seminggu. Olah raga yang sering dilakukan oleh

responden adalah jalan kaki dan bersepeda, hal ini di karenakan

tempat tinggal mereka berada di daerah dataran tinggi atau

pegunungan yang mengharuskan mereka untuk berjalan kaki.

Menurut situasi dalam penelitian yang di lakukan di

Puskesmas Sidomulyo, responden yang melakukan olahraga

karena mereka ingin melakukan pencegahan dini karena

responden telah mengetahui sebelumnya bahwa mayoritas orang

yang obesitas ( kegemukan ), biasanya terkena penyakit hipertensi

maka dari itu mereka mencegah agar tehindar dari obesitas yang

dapat menyebabkan hipertensi, mereka telah mendapatkan

informasi dari petugas kesehatan, radio, maupun televisi tentang

informasi penyakit darah tinggi.

Menurut hasil penelitian yang Telah dilakukan oleh Subair 

2009 terlihat ada hubungan antara hipertensi dengan aktifitas fisik

olahraga, di wilayah kerja Temindung.

Seperti yang kita ketahui Hal ini sejalan dengan penelitian

tersebut dimana telihat ada hubungan antara olahraga dengan

kejadian Hipertensi dengan nilai P = 0,028 dan dengan nilai

OR = 2,120.

3. Obesitas

Obesitas dapat didefinisikan sebagai kelebihan bobot badan

10

8

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 109/115

20% di atas standar. Obesitas merupakan refleksi ketidak

seimbangan antara konsumsi energi dan pengeluaran energi.

Penyebab dari obesitas ada yang bersifat exogenous, yaitu :

konsumsi energi yang berlebihan dan penyebab endogenous yang

berarti adanya gangguan metabolik dalam tubuh ( Khomsan,

2003).

Responden dengan katagorik obesitas dan hipertensi Dari

hasil penelitian yang telah di lakukan terdapat 35 ( 46,1 % ) orang

yang termasuk dalam kategori mempunyai berat badan berlebih

atau obesitas. Sedangkan 41 (53,9%) orang sisanya tidak

mengalami kegemukan atau obesitas. Dari hasil uji chi square yang

telah di lakukan terlihat adanya hubungan antara Obesitas dengan

kejadian Hipertensi yaitu dengan P Value = 0,020< 0,05

Faktor yang berhubungan dengan obesitas terhadap

hipertensi yaitu tidak melakukan olahraga sebanyak 53 orang

( 53%) responden. Responden bisa obesitas dan terkena hipertensi

  jika hanya mengkonsumsi makanan tetapi tidak malakukan

olahraga. Olahraga sangatlah penting untuk menghindari terjadinya

hipertensi yang di sebabkan oleh penumpukan lemak maka

diperlukan olahraga yang rutin karena jika melakukan olahraga

maka akan terjadi pembakaran kalori. Hal ini di dukung oleh

penelitian yang di lakukan oleh Jono ( 2008 ) yang mendapatkan

kesimpulan bahwa ada hubungan antara kurang berolahraga

10

9

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 110/115

dengan hipertensi dengan P value = 0,001.

Termasuk dalam katagori obesitas dan menderita hipertensi

adanya atau pola gaya hidup yang kurang sehat yang dipengaruhi

oleh lingkungan misalnya apa yang dimakan dan berapa kali

seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya.

Menurut Almatsier, 2001 Kegemukan atau obesitas bisa

disebabkan oleh kebanyakan makan, dalam hal karbohidrat, lemak

maupun protein, tetapi juga karena kurang bergerak. Kegemukan

dapat menyebabkan gangguan dalam fungsi tubuh, merupakan

risiko untuk menderita penyakit kronis, seperti diabetes mellitus,

hipertensi, penyakit jantung koroner, penyakit kanker, dan dapat

memperpendek harapan hidup. Menurut hasil penelitian yang telah

di peroleh bahwa adanya hubungan antara obesitas dengan

kejadian hipertensi. Tentunya hal ini Sangat sejalan dengan teori

yang ada dan hal ini dapat memperkuat keyakinan bahwa obesitas

itu mempunyai pengaruh yang Sangat besar terhadap kejadian

hipertensi.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Abd. Rahman

dengan menggunakan Uji Chi square dengan P > α ( 0,036 )

maka dapat di simpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna

antara obesitas dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Kuaro

Tahun 2009. perhitungan selanjutnya diperoleh P Value 0,187 yang

artinya terdapat hubungan asosiasi kecil atau tidak ada asosiasi

11

0

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 111/115

antara factor obesitas dengan kejadian hipertensi di Puskesmas

Kuaro Tahun 2010.Seperti yang kita ketahui Hal ini sejalan dengan

penelitian tersebut dimana tidak ada hubungan antara Obesitas

dengan kejadian Hipertensi.

4. Merokok

Rokok dikenal sebagai salah satu pemicu terjadinya

hipertensi karena didalamnya terdapat bahan yang dapat

meningkatkan kekentalan darah yang dapat memaksa jantung

untuk memompa darah lebih kuat lagi. Jika darah semakin kental

dan menempel di pembulu darah. Hal ini sesuai dengan teori alfin

( 2009 ), yang mengatakan bahwa rokok mengandung ribuan zat

kimia yang berbahaya bagi tubuh, seperti : tar, nikotin, dan gas

karbon monoksida. Tar merupakan bahan yang dapat memacu

pengeluaran zat catechomine tubuh seperti hormon adrenalin.

Hormon adrenalin memacu kerja jantung menjadi cepat lelah.

Karbon monoksida ( CO ) dapat meningkatkan keasaman sel

darah, sehingga darah menjadi lebih kental dan menempel di

dinding pembulu darah. Penyempitan pembulu darah memaksa

 jantung memompa darah lebih kuat lagi, sehingga tekanan darah

meningkat.

Dari hasil penelitian yang di lakukan terdapat 44 ( 57,9 % )

termasuk dalam kategori mempunyai mempunyai kebiasaan

11

1

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 112/115

merokok sedangkan 32 ( 42,1 % ) mengaku tidak pernah

merokok. Dari uji chi square yang telah dilakukan terlihat adanya

hubungan antara merokok dengan terjadinya hipertensi yaitu

dengan P value = 0,0 < 0,05.

Hal ini di dukung oleh teori heryman ( 2007 ), menyatakan

bahwa rokok dapat mengakibatkan penyakit jantung dan

hipertensi. Rokok selain mengandung racun ( toksin ) yang

berjumlah jutaan, juga menjadi oksidan ( radikal bebas) yang

merusak dinding pembuluh darah menyebabkan keeslastisan

pembuluh darah berkurang. Akibatnya tekanan darahnya

meningkat.

Menurut hasil penelitian Abd Rahman tentang pengaruh

rokok terhadap kejadian hipertensi dengan menggunakan

Uji Chisquare dengan α 0,05 diperoleh nilai P < α ( 2,70 )

maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang

bermakna antara factor kebiasaan merokok dengan

kejadian hipertensi. Seperti yang kita ketahui Hal ini tidak sejalan

dengan penelitian tersebut dimana penelitian yang telah dilakukan

terlihat adanya hubungan antara merokok dengan hipertensi.

11

2

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 113/115

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di puskesmas sidomulyo,

maka dapat di simpulkan sebagai berikut :

11

3

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 114/115

1. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pola makan

dengan terjadinya penyakit hipertensi di Puskesmas

Sidomulyo Samarinda yaitu dengan P. Value = 0,325 > 0,05

2. Tidak ada hubungan yang signifkan antara olahraga dengan

terjadinya penyakit hipertensi di puskesmas sidomulyo yaitu

dengan P. Value = 0,131 > 0,05

3. Ada hubungan yang signifikan antara Obesitas terhadap kejadian

penyakit hipertensi di Puskesmas Sidomulyo. Yaitu dengan P.

Value = 0,20 < 0,05

4. Ada hubungan yang signifikan antara merokok dengan kejadian

penyakit hipertensi di puskesmas sidomulyo yaitu dengan P.

Value = 0,026 < 0,05

B. SARAN

1. Disarankan bagi penderita hipertensi untuk tidak mengkonsumsi

makanan yang dapat meningkatkan tekanan darah. hendaknya

rutin mengontrol tekanan darah dan melakukan tindakan

pencegahan dengan melaksanakan pola hidup sehat dengan

mengurangi mengkonsumsi makanan yang bersumber lemak tinggi

11

4

8/6/2019 Skribsi baru

http://slidepdf.com/reader/full/skribsi-baru 115/115

berolah raga teratur dan untuk menurunkan berat badan.

2. Jauhkan diri dari kebiasaan merokok terutama bagi penderita

hipertensi karena, terjadinya penyempitan dalam saluran

paru – paru dapat memicu verja ginjal dan jantung menjadi lebih

cepat, sehingga kemungkinan naiknya tensi darah tidak bisa di

hindari.

3. Cobalah melakukan aktivitas fisik seperti berolahraga dengan

intensitas sedang sedikitnya selama 30 menit/hari, sedapatnya, 4-5

hari dalam seminggu. Agar menjaga tekanan darah agar tidak

terserang penyakit tekanan darah tinggi. Jaga berat badan anda

agar tidak terjadi obesitas orang yang memiliki kelebihan berat

badan atau obesitas Sangat berpotensi terkena hipertensi apabila

tidak dilakukan upaya penurunan berat badan.

4. Puskesmas sebagai sarana kesehatan untuk masyarakat

hendaknya perlu meningkatkan pelayanan kesehatan baik dari segi

waktu pelayanan puskesmas, Untuk Puskesmas agar lebih

11

5