siti nur hilaliyah - 081810301002

95
PENGGUNAAN METODE POTENSIOMETRI DAN SPEKTROMETRI UNTUK MENGUKUR KADAR SPESI NITROGEN (Nitrat: NO 3 - dan Amonium: NH 4 + ) DALAM TANAH PERTANIAN DENGAN TIGA EKSTRAKTAN SKRIPSI Oleh : Siti Nur Hilaliyah NIM 081810301002 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS JEMBER 2013

Upload: anindrian

Post on 11-Nov-2015

35 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

yee

TRANSCRIPT

  • PENGGUNAAN METODE POTENSIOMETRI DAN SPEKTROMETRI

    UNTUK MENGUKUR KADAR SPESI NITROGEN (Nitrat: NO3- dan

    Amonium: NH4+) DALAM TANAH PERTANIAN DENGAN TIGA

    EKSTRAKTAN

    SKRIPSI

    Oleh :

    Siti Nur Hilaliyah

    NIM 081810301002

    JURUSAN KIMIA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS JEMBER

    2013

  • PENGGUNAAN METODE POTENSIOMETRI DAN SPEKTROMETRI

    UNTUK MENGUKUR KADAR SPESI NITROGEN (Nitrat: NO3- dan

    Amonium: NH4+) DALAM TANAH PERTANIAN DENGAN TIGA

    EKSTRAKTAN

    SKRIPSI

    Diajukan guna memenuhi salah satu tugas untuk menyelesaikan Program Strata 1

    (S1) dan mencapai gelar sarjana sains

    Oleh :

    Siti Nur Hilaliyah

    NIM 081810301002

    JURUSAN KIMIA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS JEMBER

    2013

  • ii

    PERSEMBAHAN

    Skripsi ini saya persembahkan untuk:

    1. Agama dan ilmu pengetahuan, jadikanlah keduanya jalan untuk bahagia dunia

    dan akhirat;

    2. Orang tua tercinta, Ibu Hj. Astutik S.pd dan Bapak H. Moch Bisyri yang telah

    mengajarkan arti hidup, kemandirian, memberi doa dan nasehat-nasehat serta

    mengatasi rasa takut;

    3. Adik tersayang, Indatur Rochmah yang telah memberikan kritik yang

    membangun, membantu serta mendukungku selama ini;

    4. Guru-guruku sejak TK Masyitoh, SDN Klurak Candi, SMPN 1 Candi, SMAN

    3 Sidoarjo, serta dosen-dosen di Jurusan Kimia FMIPA UNEJ yang telah

    memberikan ilmu dan membimbing dengan penuh kesabaran;

    5. Almamater Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

    Jember.

  • iii

    MOTTO

    Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung dan Kami

    tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran

    (QS. Al-Hidjr : 19)

    Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar dari padanya

    dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia bersama

    kamu dimana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan

    (QS. Al Hadiid: 4)

    Rahasia Kesuksesan adalah selalu bersyukur atas segala yang kita miliki, sekecil

    apapun itu dan tidak membenci hidup atas hasil yang belum pernah diberikannya

    kepada kita

    ( Walters, J.D)

  • iv

    PERNYATAAN

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

    Nama : Siti Nur Hilaliyah

    NIM : 081810301002

    menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul : PENGGUNAAN

    METODE POTENSIOMETRI DAN SPEKTROMETRI UNTUK MENGUKUR

    KADAR SPESI NITROGEN (Nitrat: NO3- dan Amonium: NH4+) DALAM TANAH

    PERTANIAN DENGAN TIGA EKSTRAKTAN adalah benar-benar hasil karya sendiri,

    kecuali jika dalam pengutipan substansi disebutkan sumbernya, dan belum pernah

    diajukan pada institusi manapun, serta bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab

    atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung

    tinggi.

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa adanya tekanan

    dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika

    ternyata dikemudian hari pernyataan ini tidak benar.

    Jember, Februari 2013

    Yang menyatakan,

    Siti Nur Hilaliyah NIM. 081810301002

  • v

    SKRIPSI

    PENGGUNAAN METODE POTENSIOMETRI DAN SPEKTROMETRI UNTUK MENGUKUR KADAR SPESI

    NITROGEN (Nitrat: NO3- dan Amonium: NH4+) DALAM TANAH PERTANIAN DENGAN TIGA EKSTRAKTAN

    Oleh :

    Siti Nur Hilaliyah NIM 081810301002

    Pembimbing :

    Dosen Pembimbing Utama : Drs. Siswoyo, M.Sc., Ph.D.

    Dosen Pembimbing Anggota : Drs. Zulfikar, Ph.D.

  • vi

    PENGESAHAAN

    Skripsi berjudul Penggunaan Metode Potensiometri Dan Spektrometri Untuk

    Mengukur Kadar Spesi Nitrogen (Nitrat: NO3- Dan Amonium: NH4+) Dalam Tanah

    Pertanian Dengan Tiga Ekstraktan telah diuji dan disahkan oleh Fakultas

    Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember pada:

    hari, tanggal :

    tempat :Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember.

    Tim Penguji

    Ketua,

    Drs. Siswoyo, M.Sc., Ph.D. NIP. 196605291993031003

    Sekretaris,

    Drs. Zulfikar, Ph.D. NIP. 196310121987021001

    Anggota I,

    Dr. Bambang Piluharto, S.Si., M.Si NIP. 197107031997021001

    Anggota II,

    Asnawati, S.Si., M.Si NIP. 196808141999032001

    Mengesahkan

    Dekan,

    Prof. Drs. Kusno, DEA, Ph.D NIP. 196101081986021001

  • vii

    RINGKASAN

    Penggunaan Metode Potensiometri Dan Spektrometri Untuk Mengukur Kadar

    Spesi Nitrogen (Nitrat: NO3- Dan Amonium: NH4+) Dalam Tanah Pertanian

    Dengan Tiga Ekstraktan; Siti Nur Hilaliyah, 081810301002; 2013: 53 halaman;

    Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

    Unsur hara merupakan zat-zat penting yang tersedia dialam yang dapat

    mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Nitrogen merupakan salah satu unsur hara

    penting yang dibutuhkan tanaman. Defisiensi nitrogen akan mempengaruhi

    pertumbuhan tanaman, dimana pada pohon berbuah, rontoknya daun yang terlalu

    awal, kematian tunas-tunas lateral, rangkaian buah yang kurang baik dan

    perkembangan buah yang tidak biasa merupakan tanda-tanda defisiensi nitrogen.

    Kandungan nitrat dan amonium dalam tanah banyak dilakukan dengan

    menggunakan metode spekrofotometri. Metode potensiometri merupakan salah satu

    metode yang banyak digunakan untuk menentukan kandungan ion-ion tertentu di

    dalam suatu larutan, namum belum banyak diterapkan untuk analisis pada sampel

    tanah. Metode potensiometri berdasarkan ion selective electrode (ISE) memiliki

    selektivitas, sensitifitas, keakuratan, dan ketepatan yang relative besar. Elektroda

    selektif ion nitrat dan amonium selektif terhadap ion nitrat dan amonium sehingga

    dapat digunakan untuk mendeteksi ion-ion tersebut secara potensiometri. Oleh karena

    itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari metode alternatif baru yang lebih

    efisien untuk dapat digunakan mengukur kandungan hara pada tanah khususnya

    Nitrat dan Amonium yaitu dengan metode potensiometri berdasarkan ion selektive

    electrode (ISE). Penentuan ekstraktan optimum dilakukan untuk mendapatkan hasil

    yang terbaik dengan variasi jenis ekstraktan yaitu (KCl, CaSO4 dan CaCl2). Dan

    untuk mengetahui kelayakan metode ini maka hasil penelitian dibandingkan dengan

    metode lain yaitu spektrofotometri.

  • viii

    Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris, menggunakan

    sampel tanah dari 3 jenis lokasi berbeda-beda pada masing-masing unsur nitrat dan

    ammonium. Pada hasil penelitian terlihat bahwa ekstraktan optimum baik untuk nitrat

    maupun amonium yaitu CaCl2 karena nilai beda potensial yang dihasilkan lebih tinggi

    daripada laiinya. Nilai beda potensial CaCl2 bisa lebih tinggi dari ektraktan lainnya

    karena CaCl2 mudah terionisasi. Sedangkan untuk variasi waktu tidak memiliki

    perbedaan yang signifikan sehingga dipilih waktu yang terendah dengan

    pertimbangan efisiensi waktu.

    Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian adalah kedua metode berbeda

    signifikan, dimana hasil konsentrasi yang didapat berbeda dan tidak memiliki trend

    yang sama. Hal ini juga dibuktikan dengan uji-t, dimana nilai dari t-hitung lebih besar

    dari t-tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua metode tersebut berbeda

    signifikan. Namun untuk pengukuran amonium menggunakan ekstraktan jenis air,

    kedua metode ini tidak berbeda signifikan. Sedangkan untuk uji karakteristik

    diperoleh linier range 0.9831 dan 0.9959 untuk nitrat dan amonium. Sensitifitas

    sebesar 47.716 mV/dec untuk nitrat dan 51.015 untuk amonium. Limit deteksi

    sebesar 0.73 untuk nitrat dan 0.14 untuk amonium. Reprodusibilitas elektroda nitrat

    maupun amonium cukup baik karena setiap kali melakukan pengulangan, kesalahan

    yang dihasilkan kurang dari 5%.

  • ix

    PRAKATA

    Puji syukur ke hadirat ALLAH SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya

    sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Penggunaan Metode

    Potensiometri Dan Spektrometri Untuk Mengukur Kadar Spesi Nitrogen (Nitrat:

    NO3- Dan Amonium: NH4+) Dalam Tanah Pertanian Dengan Tiga Ekstraktan.

    Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan

    pendidikan strata satu (S1) pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

    Universitas Jember.

    Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu

    penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

    1. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unej, Prof. Kusno

    DEA, Ph.D atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan

    tugas akhir ini;

    2. Drs. Siswoyo, M.Sc., Ph.D. selaku dosen pembimbing utama dan Drs. Zulfikar,

    Ph.D.selaku dosen pembimbing anggota yang telah meluangkan waktu, pikiran,

    tenaga, dan perhatiannya dalam penulisan tugas akhir ini;

    3. Dr. Bambang Piluharto, S.Si., M.Si dan Asnawati, S.Si., M.Si sebagai dosen

    penguji yang banyak memberikan masukan, perhatian, dan waktunya selama

    penulisan tugas akhir ini;

    4. Ayah, Ibu, kakak-kakak dan adik tercinta atas semangat, inspirasi dan kerja

    kerasnya;

    5. Rekan-rekan kerja di Laboratorium Instrumen Fakultas Matematika dan Ilmu

    Pengetahuan Alam, atas semangat dan kekompakan kalian selama penelitian;

    6. Mas Dulkolim dan Mas Darma selaku Teknisi Lab instrumen dan organik yang

    super baik, Mbak Sari selaku Teknisi Laboratorium Fisik atas bantuan-

    bantuannya;

  • x

    7. Patner kerja penelitian seperjuangan Citra Awalul Laili dan Restu Tri Utami atas

    bantuan-bantuan dan kerja sama yang super baik;

    8. Sahabat-sahabatku yang telah memberikan semangat, dukungan dan motivasi;

    9. Teman terdekatku terima kasih atas perhatian, dukungan, dan pengorbanan demi

    kebahagiaan serta kebaikan bersama;

    10. Teman-teman Kimia 2008 dan semua pihak yang telah memberikan bantuan dan

    dukungan dalam penulisan skripsi ini.

    Penulis juga menerima segala kritik dan saran yang membangun dari semua

    pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini

    dapat bermanfaat.

    Jember, Februari 2013 Penulis

  • xi

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

    HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. ii

    HALAMAN MOTTO ................................................................................ iii

    HALAMAN PERNYATAAN .................................................................... iv

    HALAMAN PEMBIMBINGAN ............................................................... v

    HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... vi

    RINGKASAN ............................................................................................. vii

    PRAKATA ................................................................................................. ix

    DAFTAR ISI ... .......................................................................................... x

    DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii

    DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiv

    DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xv

    BAB 1. PENDAHULUAN .......................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 4

    1.3 Batasan Masalah ...................................................................... 4

    1.4 Tujuan Penelitian ................................................................... 4

    1.5 Manfaat Penelitian .................................................................. 5

    BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 6

    2.1 Tanah ...................................................................................... 6

    2.2 Nitrogen ................................................................................... 7

    2.2.1 Nitrat ............................................................................... 10

    2.2.2 Amonium ......................................................................... 10

    2.3 Metode Standar Untuk Analisa Nitrogen ............................... 11

    2.4 Potensiometri ........................................................................... 13

  • xii

    2.4.1 Elektroda Selektif Ion ...................................................... 13

    2.5 Spektrometri ........................................................................... 15

    2.5.1 Spektrofotometri UV-Vis ................................................. 16

    2.6 Ekstraksi .................................................................................. 17

    2.6.1 Ekstraktan ........................................................................ 19

    2.7 Aplikasi ESI pada Tanah Pertanian ....................................... 20

    BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 22

    3.1 Waktu dan Tempat ................................................................. 22

    3.2 Alat dan Bahan ........................................................................ 22

    3.2.1 Alat .................................................................................. 22

    3.2.2 Bahan............................................................................... 22

    3.3 Rancangan Penelitian ............................................................. 23

    3.3.1 Diagram Alir Penelitian ................................................... 23

    3.3.2 Konsep Penelitian ............................................................ 24

    3.4 Pengambilan Sampel (Sampling) ............................................ 25

    3.4.1 Waktu Pengambilan Sampel............................................. 25

    3.4.2 Cara Pengambilan Sampel................................................ 25

    3.5 Prosedur Ekstraksi ................................................................. 25

    3.5.1 Penetapan Kadar Air ........................................................ 25

    3.5.2 Penatapan Ekstraktan Optimum ...................................... 25

    3.5.3 Penetapan Waktu Optimum .............................................. 26

    3.6 Penentuan Sampel dengan Potensiometri .............................. 27

    3.6.1 Larutan Standar Potensiometri ......................................... 27

    3.6.2 Pengukuran Sampel Potensiometri ................................... 27

    3.7 Pengukuran dengan Spektrometri .......................................... 28

    3.7.1 Larutan Standar Spektrometri ........................................... 28

    3.7.2 Pengukuran Sampel Spektrometri .................................... 28

    3.8 Karakteristik Larutan Sampel................................................ 29

    3.8.1 Linier Range .................................................................... 29

  • xiii

    3.8.2 Limit Deteksi ................................................................... 29

    3.8.3 Sensitifitas ....................................................................... 30

    3.8.4 Reprodusibilitas ............................................................... 30

    3.9 Analisis Data ............................................................................ 30

    3.9.1 Uji-t ................................................................................. 30

    BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 32

    4.1 Penentuan Ekstraktan Optimum ........................................... 33

    4.2 Penentuan Waktu Optimum .................................................. 38

    4.3 Karakteristik Pengukuran Nitrat dan Amonium .................. 41

    4.4 Penentuan Kadar Air ............................................................ 46

    4.5 Perbandingan Metode Potensiometri dan Spektrofotometri . 46

    BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 54

    5.1 Kesimpulan ............................................................................. 54

    5.2 Saran ....................................................................................... 54

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 55

    LAMPIRAN ............................................................................................... 57

  • xiv

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    2.1 Pengukuran Potensiometri ................................................................. 14

    2.5 Skema Komponen Spektrofotometer ................................................. 16

    2.6 Gambar Ekstraksi .............................................................................. 18

    2.6.1 Ekstraksi Cair-Cair ................................................................... 18

    2.6.2 Ekstraksi Padat ......................................................................... 18

    4.1 Histogram Hasil Penentuan Ekstraktan Optimum Nitrat .................... 34

    4.2 Histogram Hasil Penentuan Ekstraktan Optimum Amonium .............. 34

    4.3 Grafik Penentuan KCl Sebagai Pengganggu ..................................... 35

    4.3a Grafik Penentuan KCl Sebagai Pengganggu Nitrat ................ 35

    4.3b Grafik Penentuan KCl Sebagai Pengganggu Amonium ......... 36

    4.4 Grafik Penentuan Waktu Optimum Nitrat .......................................... 39

    4.4a Grafik Penentuan Waktu Optimum Nitrat dengan CaCl2 ........ 39

    4.4b Grafik Penentuan Waktu Optimum Nitrat dengan Air.. .......... 39

    4.5 Grafik Penentuan Waktu Optimum Amonium ................................... 40

    4.5a Grafik Penentuan Waktu Optimum Amonium dengan CaCl2. ..... 40

    4.5b Grafik Penentuan Waktu Optimum Amonium dengan Air.......... 40

    4.6 Kurva Kalibrasi Nitrat ....................................................................... 42

    4.7 Kurva Kalibrasi Amonium ................................................................. 43

    4.8 Kurva Perbandingan Nitrat ................................................................ 49

    4.8a Hasil perbandingan kedua metode menggunakan CaCl2 ............. 49

    4.8b Hasil perbandingan kedua metode menggunakan air .................. 50

    4.9 Kura Perbandingan Amonium ........................................................... 51

    4.9a Hasil perbandingan kedua metode menggunakan CaCl2 ............. 51

    4.9b Hasil perbandingan kedua metode menggunakan air .................. 52

  • xv

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    4.1 Hasil Pengukuran Pengenceran Larutan Standar CaCl2 ...................... 37

    4.1a Hasil NO3- dengan CaCl2............................................................ 37

    4.1b Hasil NH4+ dengan CaCl2 .......................................................... 37

    4.2 Nilai Kv Nitrat dan Amonium ........................................................... 45

    4.3 Hasil Perbandingan Konsentrasi Nitrat .............................................. 48

    4.4 Hasil Perbandingan Konsentrasi Amonium ........................................ 51

    4.5 Nilai Uji Statistik t-test ...................................................................... 53

  • xvi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    A. Prosedur Preparasi Bahan ................................................................. 58 A.1 Larutan Standart ISE Nitrat 1000 ppm ........................................... 58

    A.2 Larutan Standart Amonium 1000 ppm .......................................... 58

    A.3 Larutan Standart Spektro Nitrat 1000 ppm .................................... 59

    A.4 Larutan CuSO4 1 M ....................................................................... 59

    A.5 Larutan (NH4)2SO4 2 M ................................................................ 59

    A.6 Larutan CaCl2 ............................................................................... 59

    A.7 Larutan KCl ................................................................................. 60

    A.8 Larutan CaSO4 .............................................................................. 60

    A.9 Larutan HCl 1 M .......................................................................... 60

    A.10 Larutan Fenol .............................................................................. 60

    A.11 Larutan Natrium Nitro Prusida ................................................... 60

    A.12 Larutan Sitrat Alkali .................................................................... 60

    A.13 Larutan Pengoksidasi .................................................................. 60

    B. Respon Elektroda Terhadap Variasi jenis Ekstraktan ..................... 61

    B.1 Nitrat ............................................................................................. 61

    B.2 Amonium....................................................................................... 62

    C. Respon Elektroda Terhadap Variasi Waktu Pengadukan ............... 63

    C.1 Nitrat ............................................................................................. 63

    C.2 Amonium....................................................................................... 65

    D. Perhitungan Limit Deteksi ................................................................. 67

    D.1 Nitrat ............................................................................................. 67

    D.2 Amonium ...................................................................................... 67

    E. Perhitungan Reprodusibilitas ............................................................ 69

    F. Perhitungan Kadar Air ...................................................................... 70

  • xvii

    G. Perhitungan Nilai X Nitrat dan Amonium ........................................ 71

    G.1 Nitrat ............................................................................................. 71

    G.2 Amonium ...................................................................................... 71

    H. Data Konsentrasi Nitrat dan Amonium ............................................ 72

    H.1 Nitrat Secara Spektrofotoetri ......................................................... 72

    H.2 Nitrat Secara Potensiometri ........................................................... 73

    H.3 Amonium Secara Spektrofotometri ................................................ 74

    H.4 Amonium Secara Potensiometri ..................................................... 75

    I. Perhitugan T-Test .............................................................................. 76

    I.1 Nitrat ............................................................................................. 76

    I.2 Amonium ........................................................................................ 77

  • 1

    BAB 1. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena sebagian besar penduduk

    Indonesia mempunyai pencaharian di bidang pertanian atau bercocok tanam. Data

    statistik pada tahun 2001 menunjukkan bahwa 45% penduduk Indonesia bekerja di

    bidang agrikultur. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa negara ini memiliki

    lahan seluas lebih dari 31 juta ha yang telah siap tanam, dimana sebagian besarnya

    dapat ditemukan di Pulau Jawa. Pertumbuhan tanaman pertanian dan perkebunan

    secara langsung terkait dengan tingkat kesuburan dan kualitas tanah. Oleh karena itu

    ketersediaan unsur hara dan nutrient pada tanah di bidang pertanian perlu ditinjau

    secara terus menerus.

    Fungsi tanah dalam bidang pertanian adalah sebagai tempat tumbuh, penyedia

    hara, air dan lingkungan bagi akar dan batang tanaman dalam melakukan aktifitas

    fisiologinya. Pertumbuhan tanaman yang baik memerlukan kualitas tanah tertentu,

    berupa kesuburan tanah baik berupa fisik, kimia maupun biologis (Ajud, 2002).

    Kesuburan tanah ialah kemampuan yang memungkinkan tanah untuk menyediakan

    unsur hara yang memadai, baik dalam jumlah maupun keseimbangannya bagi

    pertumbuhan tanaman dan produksi.

    Unsur hara merupakan zat-zat penting yang tersedia di alam yang dapat

    mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Unsur-unsur yang pada umumnya dibutuhkan

    tanaman dibagi dalam dua kelompok, berdasarkan pada jumlah yang dibutuhkan

    tanaman. Unsur hara makro diperlukan relatif dalam jumlah besar, biasanya diatas

    500 ppm dalam tanaman. Unsur hara mikro diperlukan hanya dalam jumlah sangat

    kecil, biasanya kurang dari 50 ppm dalam tanaman (Henry, 1998). Unsur hara utama

    yang banyak dibutuhkan tanaman adalah unsur nitrogen (nitrat: NO3- dan ammonium:

    NH4+), Phosporus (phosphate : PO43-, hydrophosphate : HPO42-, dihydrophosphate :

    H2PO4-) dan Potasium (potash : K+) adalah elemen yang paling penting (Lin J, et al.,

  • 2

    2008). Tidak terpenuhinya salah satu maka akan menurunkan kualitas dan kuantitas

    hasil produksi tanaman.

    Nitrogen (N) merupakan unsur yang berlimpah didalam udara dalam bentuk

    N2 , tetapi bentuk tersebut tidak bisa diserap atau dimanfaatkan oleh tanaman dan agar

    bisa dimanfaatkan tanaman maka unsur N yang ada diudara tersebut terlebih dahulu

    harus berfiksasi dengan unsur H ataupun oksigen dan air. Nitrogen yang berlimpah

    menaikkan pertumbuhan dengan cepat dengan perkembangan yang lebih besar pada

    batang dan daun-daun hijau gelap. Defisiensi Nitrogen akan mempengaruhi

    pertumbuhan tanaman, dimana pada pohon berbuah, rontoknya daun yang terlalu

    awal, kematian tunas-tunas lateral, rangkaian buah yang kurang baik dan

    perkembangan buah yang tidak biasa merupakan tanda-tanda defisiensi nitrogen

    (Henry, 1998). Menurut Winarso, S., (2003) sebagian besar N didalam tanah dalam

    bentuk senyawa organik tanah dan tidak tersedia bagi tanaman. Fiksasi N organik ini

    sekitar 95% dari total N yang ada di dalam tanah. Nitrogen dapat diserap tanaman

    dalam bentuk ion NO3- dan NH4+.

    Salah satu cara mengetahui tingkat kesuburan tanah yaitu dengan mengambil

    sampel tanah untuk ditest formulasi pemupukan (Lin J, et al., 2008) yang disebut

    dengan uji tanah. Uji tanah dapat dilakukan dengan menggunakan metode analisis

    spektrometri. (Reza M, et al., 2010) terdapat beberapa metode analisis seperti Atomic

    Absorption, UVVis Spectrometry dan Inductively Coupled Plasma (ICP) yang

    banyak digunakan untuk penentuan kandungan unsur hara pertanaian.

    Spektrometry UV-Vis sering digunakan untuk menentukan kandungan unsur

    hara khususnya nitrogen di tingkat konsentrasi rendah. Spektrometry UV-Vis

    merupakan salah satu teknik analisis spektroskopik yang memakai sumber radiasi

    elektromagnetik sinar tampak dengan menggunakan instrumen spektrofotometer yang

    akan mengukur serapan molekul organik atau anorganik yang diberikan sumber

    cahaya dengan rentang panjang gelombang di daerah UV-Vis 180-770 nm (Mulja dan

    Suharman, 1995). Metode ini larutan yang digunakan harus dikomplekskan terlebih

    dahulu dengan reagen yang menghasilkan senyawa berwarna sehingga membentuk

  • 3

    suatu warna yang spesifik (Hendayana S, 1994). Pegukuran nitrat akan diberikan

    reagen HCl sedangkan pengukuran amonium akan diberikan reagen pengompleks

    larutan fenol, natrium nitro prusida dan larutan pengoksidasi (SNI 01-3554-2006).

    Hal ini membutuhkan perlakuan yang banyak dan cukup memakan waktu, serta

    memerlukan biaya yang sedikit mahal. Oleh karena itu penulis ingin membuat suatu

    pengembangan metode uji tanah dengan cara menentukan kandungan unsur hara

    khususnya spesi nitrogen (nitrat dan amonium), dengan menggunakam elektroda

    selektif ion berdasarkan metode potensiometri. Spesi-spesi nitrogen dipilih karena

    nitrogen merupakan unsur utama penyusun protein tanaman dan pembentukan

    senyawa penting di dalam sel tanaman, sedangkan ESI (elektroda selektif ion) dengan

    metode potensiometri umumnya digunakan untuk uji liquid, namun berdasarkan

    selektifitas, sensitifitas dan keakuratan penulis mencoba mengembangkan metode ini

    untuk analisis tanah pertanian.

    Analisis tanah pertanian menggunakan ESI (elektroda selektif ion) secara

    potensiometri dilakukan dengan cara mengekstrak tanah terlebih dahulu, dimana

    ekstraktan untuk unsur hara nitrogen yang digunakan adalah KCl 2 M, CaCl2 0,01 M dan CaSO4 0,01 M (Griffin Gray et al., 2009). Metode penetapan senyawa nitrogen

    dilakukan dengan metode ekstraksi dengan menggunakan KCl dengan dasar bahwa

    NH4+ dan NO3- dalam tanah dapat dibebaskan oleh KCl 1 N menjadi amonium

    klorida dan kalium nitrat. Nitrat dapat juga diekstraksi dengan menggunakan CaCl2.

    Metode ekstraksi CaCl2 yang digunakan pada penentuan nitrat, sedangkan untuk

    penentuan amonium menggunakan metode ekstraksi KCl (Umariah 2007 dalam

    Harry N).

    Elektroda Selektif Ion (ESI) merupakan suatu sensor elektrokimia yang

    banyak digunakan karena memiliki selektivitas, sensitifitas, keakuratan, dan

    ketepatan yang relatif tinggi. Keefektifan ESI dikarenakan gangguan terhadap kerja

    ESI umumnya hanya sedikit dan mudah diatasi. Contoh larutan keruh (berwarna

    sampat batas tertentu) tidak menyulitkan pengukuran dan prosedur analisisnya

    sederhana, sehingga pengukuran hanya memerlukan waktu singkat, alat-alat

  • 4

    sederhana dan mudah dilakukan. Oleh karena itu ESI dapat digunakan untuk

    pengukuran analisis (Agustiani W, 2007).

    Detektor potensiometri merupakan salah satu teknik analisis elektrokimia

    yang didasarkan pada hubungan antara potensial sel dengan konsentrasi spesi kimia

    dari potensial antara dua elektroda. Metode ini didasarkan pada pengukuran arus

    listrik sebagai fungsi perubahan potensial listrik yang diterapkan pada sel elektrolisis.

    Sel elektrolisis terdiri atas elektroda kerja, elektroda pembanding dan elektroda

    pendukung (Agustiani W, 2007). Detektor potensiometri juga selektif dan sensitif

    terutama untuk penentuan senyawa-senyawa organik. Oleh karena itu penentuan

    unsur nitrogen pada tanah akan dilakukan menggunakan ESI dengan metode

    potensiometri.

    1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah yang dapat

    dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1.2.1 Bagaimana variasi jenis ekstraktan (KCl, CaSO4 dan CaCl2) pada analisis

    kadar spesi Nitrogen (nitrat dan ammonium), dalam tanah pertanian untuk

    mendapatkan hasil yang terbaik

    1.2.2 Bagaimana perbandingan metode potensiometri dan spektrometri untuk

    pengukuran spesi Nitrogen (nitrat dan ammonium), pada tanah pertanian

    1.3 Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1.3.1 Elektroda Selektif Ion (ESI) yang digunakan adalah elektroda komersial

    1.3.2 Sampel tanah yang digunakan diambil di lahan pertanian Agrotechnopark

    Fakultas Pertanian Universitas jember

    1.3.3 Pengambian sampel tanah dilakukan tanpa memperhatikan musim

  • 5

    1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1.4.1 Mengetahui variasi jenis ekstraktan (KCl, CaSO4 dan CaCl2) pada analisis

    kadar spesi Nitrogen (nitrat dan ammonium), dalam tanah pertanian untuk

    mendapatkan hasil yang terbaik

    1.4.2 Mengetahui perbandingan metode potensiometri dan spektrometri untuk

    pengukuran spesi (nitrat dan ammonium), pada tanah pertanian

    1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini, sebagai berikut :

    1.5.1 Menjadi alat dukung dalam implementasi pertanian presisi

    1.5.2 Mempelajari metode terbaru untuk analisis tanah pertanian

    1.5.3 Dapat memudahkan pekerjaan orang-orang yang menganalisis tanah pertanian

    untuk mengetahui unsur hara khususnya spesi nitrogen pada tanah

  • BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Tanah Tanah merupakan hasil evolusi dan mempunyai susunan teratur yang unik yang

    terdiri dari lapisan-lapisan atau horizon-horizon yang berkembang secara genetik (Henry,

    1998). Tanah adalah medium dari tanaman secara normal memperoleh unsur haranya.

    Unsur hara tersebut adalah karbon (C), nitrogen (N), posfor (P). Tiga komponen

    utama tanah yang menyediakan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman adalah bahan

    organik, turunan bahan batuan induk, dan serpih-serpih lempung. Unsur hara

    pertama-tama dibebaskan ke dalam larutan tanah (air tanah) sebelum dipindahkan ke

    dalam sistem perakaran tanaman (Rao, 1994).

    Fungsi tanah dalam bidang pertanian adalah sebagai tempat tumbuh, penyedia

    hara, air dan lingkungan bagi akar dan batang tanaman dalam melakukan aktifitas

    fisiologinya. Pertumbuhan tanaman yang baik memerlukan kualitas tanah tertentu,

    berupa kesuburan tanah baik berupa fisik, kimia maupun biologis (Ajud, 2002).

    Kesuburan tanah ialah kemampuan yang memungkinkan tanah untuk menyediakan

    unsur hara yang memadai, baik dalam jumlah maupun keseimbangannya bagi

    pertumbuhan tanaman dan produksi.

    Pertumbuhan dan perkembangan tanaman ditentukan oleh sejumlah faktor

    dari tanah dan iklim, dan oleh faktor-faktor yang berasal dari tanaman itu sendiri.

    Tanah yang berhasil menghasilkan tanaman dengan baik, pasti mempunyai sesuatu

    yang lain, suatu penyediaan yang cukup dari semua unsur-unsur yang penting

    (esensial) atau unsur-unsur hara. Unsur-unsur yang pada umumnya dibutuhkan

    tanaman dibagi dalam dua kelompok, berdasarkan pada jumlah yang dibutuhkan

    tanaman. Unsur hara makro diperlukan relatif dalam jumlah besar, biasanya di atas

    500 ppm dalam tanaman. Unsur hara mikro diperlukan hanya dalam jumlah sangat

    kecil, biasanya kurang dari 50 ppm dalam tanaman (Henry, 1998).

  • 7

    Unsur hara utama yang banyak dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen

    (nitrat: NO3- dan amonium: NH4+), Phosporus (phosphate : PO43-, hydrophosphate :

    HPO42-, dihydrophosphate : H2PO4-) dan Potasium (potash : K+) adalah elemen yang

    paling penting (Lin J, et al., 2008). Tidak terpenuhinya salah satu maka akan

    menurunkan kualitas dan kuantitas hasil produksi tanaman.

    2.2 Nitrogen

    Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman, yang pada

    umumnya sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian

    vegetatif tanaman, seperti daun, batang dan akar (Sutedjo, 2002). Unsur N banyak

    tersedia atau berlimpah di dalam udara dalam bentuk N2 , tetapi bentuk tersebut tidak

    bisa diserap atau dimanfaatkan oleh tanaman dan agar bisa dimanfaatkan tanaman

    maka unsur N yang ada di udara tersebut terlebih dahulu harus berfiksasi dengan

    unsur hidrogen ataupun oksigen dan air. Menurut Winarso, S., (2003) sebagian besar

    N didalam tanah dalam bentuk senyawa organik tanah dan tidak tersedia bagi

    tanaman. Fiksasi N organik ini sekitar 95% dari total N yang ada di dalam tanah.

    Contohnya, konsentrasi N total (organik dan anorganik) dalam tanah yang ditanami

    Kedelai jauh lebih besar apabila dibandingkan dengan konsentrasi N anorganiknya, N

    dapat diserap tanaman dalam bentuk ion NO3- dan NH4+ (Purwadi, E. 2011). Bentuk

    nitrogen dalam tanah dapat dibedakan menjadi 2 yaitu: nitrogen dalam bentuk

    organik yang terdiri dari protein (asam amino) dan urea, termasuk nitrogen yang

    ditemukan dalam makhluk hidup serta dalam tanaman dan hewan. Nitrogen dalam

    bentuk anorganik, terdiri dari ammonium, gas ammonia, nitrit, dan nitrat.

    Surnber N utama tanah adalah dari bahan organik melalui proses mineralisasi

    NH4+ dan NO3-. Selain itu N dapat juga bersumber dari atmosfir melalui curah hujan,

    penambatan (fiksasi) oleh mikroorganisme tanah baik secara sembiosis dengan

    tanaman maupun hidup bebas. Walaupun sumber ini cukup banyak secara alami,

    namun untuk memenuhi kebutuhan tanaman maka diberikan secara sengaja dalam

  • 8

    bentuk pupuk, seperti Urea, ZA, dan sebagainya maupun dalam bentuk pupuk

    kandang ataupun pupuk hijau. Berikut sumber N dalam tanah :

    a. Hujan

    b. Pemupukan

    c. Mineralisasi N dari bahan organik dan imobilisasinya

    Pengikatan Nitrogen dalam bentuk organik disebut Imobilisasi dan

    pelepasannya secara lambat disebut Mineralisasi. Perubahan-perubahan bentuk Nitrogen dalam tanah dari bahan organik tejadi dalam beberapa tahap :

    1). Aminasi Adalah Pembentukkan senyawa amino dari bahan organik (protein) oleh

    bermacam-macam (heterogenus) mikroorganisme. Protein R-NH2 + CO2 + Energi

    (Kanisius, 1983).

    2). Amonifikasi

    Adalah Pembentukkan amonium dari senyawa-senyawa amino. Amonifikasi

    adalah tersedianya senyawa amonia (NH3) dalam tanah sebagai hasil penguraian

    bahan organik, misalnya :

    - Bahan organik diuraikan oleh makrofauna dan mikroba menjadi senyawa asam

    amino (R-NH2) menjadi NH3-

    R-NH2+ + HOH ROH- +NH3 +Energi

    - Amonia yang terlepas ini, selanjutnya bereaksi dengan air atau asam organik tanah

    dan membentuk ion ammonium (NH4)

    NH3 + HOH NH4+ + OH-

    Amonifikasi dapat terjadi pada lingkungan oksigen atau tanpa oksigen dan

    dapat diperkuat dengan pengapuran, pengairan pada tanah. Pengolahan tanah yang

    baik dan penambahan pupuk hijau yang kaya N (Kanisius, 1983).

  • 9

    3). Nitrifikasi

    Sebagian dari amonia yang berada bebas dalam tanah oleh golongan autotrob

    dioksidasi menjadi NO3. Energi yang terlepas dari reaksi diambil oleh bakteri dan

    mereka mendapat unsur karbon untuk menyusun sel tumbuhnya dari karbondioksida

    udara. Nitrifikasi merupakan proses pengubahan nitrogen amonium secara biologis

    menjadi nitrogen-nitrat. Reaksi pembentukan nitrit dari amonia dikatilisis oleh bakteri

    Nitrosomonas, sedangkan perubahan nitrit menjadi nitrat dikatalisis oleh bakteri

    Nitrobaker. Nitrifikasi bersifat reversible, di bawah kondisi anaerob, karena reduksi

    nitrat menjadi sumber energi bagi bakteri memperbanyak diri (Kanisius, 1983).

    Nitrifikasi ada dua tingkat, yakni : Nitritasi dan Nitratasi

    - Nitritasi adalah perubahan amonia menjadi nitrit, yang dilakukan oleh bakteri

    Nitrosomonas dan Nitrosococus

    NH3 + HOH NH4OH

    2 NH4+ + 3O2 2NO2- + 2H2O + 4H+

    Amonia bereaksi dengan air membentuk amoniak yang melepaskan ion-ion

    amonium dan hidroksil. Ion amonium dioksidasi membentuk ion-ion nitrit dan ion

    hidrogen.

    - Nitratasi adalah perubahan nitrit menjadi nitrat yang dilakukan oleh bakteri

    Nitrobakter

    2 NO2- + O2 2NO3-

    Bakteri nitrifikasi banyak dijumpai pada lapisan tanah olah terutama pada

    tanah-tanah yang subur. Faktor-faktor yang merangsang kegiatan nitrifikasi adalah

    temperatur optimal 27,5o dengan tata udara yang baik, kandungan air cukup, adanya

    senyawa karbonat, bahan organik dan reaksi tanah optimal pada pH 78 (Kanisius,

    1983).

    d. Fiksasi Nitrogen

    Fiksasi nitrogen Merupakan proses konversi langsung N2 dari atmosfer

    menjadi nitrat oleh cahaya. Penambahan sebagian besar nitrogen secara alami ke

  • 10

    tanah ditambahkan melalui fiksasi biologis simbiotik dan non simbiotik. Fikasasi

    nitrogen secara biologis merupakan reaksi reduksi yang memerlukan penambahan

    energi oleh adenosine triphosphat (ATP). Asam piruvat adalah donor hidrogen, dan

    fiksasi terjadi dalam suatu rangkaian tahap-tahap yang mereduksi N2 menjadi NH3

    (Henry, 1998).

    N2 + 8H+ + 8e- + 16 MgATP 2 NH3 + H2 + 16 MgADP + 16 Pi

    (Henry, 1998).

    2.2.1 Nitrat

    Nitrat (NO3-) adalah bentuk utama nitrogen dan merupakan unsur hara utama

    bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat merupakan ion yang mudah bergerak

    (mobile) di dalam tanah. Hal ini disebabkan oleh sifatnya yang mudah sekali larut dan

    tidak terjerap (adsorbsi) oleh koloid tanah. Nitrat menunjukkan bentuk kimia nitrogen

    yang paling mudah teroksidasi dalam sistem alam ((Mukhlis;Fauzi, 2003).

    Nitrat memiliki formula kimia NO3-, yang berarti bermuatan negatif (anion)

    dan sangat mudah berpasanagan dengan ion bermuatan positif (kation), seperti dalam

    garam kalium nitrat, KNO3 atau natrium nitrat, NaNO3. Nitrat merupakan salah satu

    anion yang paling mudah larut dalam air (NECI, 2005 dalam skripsi Trisno N). Ion

    nitrat memiliki struktur segitiga ekuilateral, dengan atom oksigen mengelilingi atom

    nitrogen pusat (Encyclopedia Britannica, 1973 dalam skripsi Trisno N). Nitrat tidak

    berasa, tidak berwarna, dan tidak berbau, sehingga keberadaan nitrat dalam

    lingkungan, khususnya pada air, hanya dapat dianalisa secara laboratorium.

    2.2.2 Amonium

    Amonium adalah suatu ion hasil hidrolisis amonia, dimana amonia merupakan

    hasil hidrolisis dari urea yang ada dalam urin. Amonium adalah ion NH4+ yang

    bersifat tidak berwarna, berbau menyengat dan berbahaya bagi kesehatan. Garam-

    garam amonium umumnya adalah senyawa-senyawa yang mudah larut dalam air.

    Melalui pemanasan, semua garam amonium terurai menjadi amonia dan asam yang

  • 11

    sesuai, kecuali jika asamnya tak mudah menguap. Gas amonia akan dilepaskan ketika

    campuran senyawa dipanaskan.

    NH4+ + OH- NH3 + H2O

    (Svehla, 1985).

    Amonium bersifat basa sebagai substansi bergabung dengan ion hidrogen

    (protons). Amonium dalam larutan berada dalam kesetimbangan seperti berikut :

    NH3 + H2O NH4+ + OH-

    Amonium bereaksi sebagai basa karena adanya pasangan bebas yang aktif

    dari nitrogen. Nitrogen lebih elektronegatif dari hidrogen sehingga menarik ikatan

    elekton pada molekul amonia kearahnya. Atau dengan kata lain dengan adanya

    pasangan bebas terjadi muatan negatif sekitar atom nitrogen. Kombinasi dari

    negatifitas ekstra tersebut dan daya tarik pasangan bebas, menarik hydrogen dari air.

    Dalam hubungannya dengan urin, sifat fisika bau (amonia) tidak berwarna dan

    dalam sifat kimia amonia mempunyai dua reaksi yaitu :

    1). Reaksi subtitusi : masuknya ion H+ (dari molekul H2O) dalam amonia, misal :

    NH3 + H2O NH4OH NH4+ + OH-

    2). Reaksi oksidasi : reaksi Amonia dengan Oksigen membentuk Nitrogen dan Air.

    reaksinya : 4 NH3 + 3 O2 2 N2 + 6 H2O

    (Svehla, 1985).

    2.3 Metode Standar Untuk Analisa Nitrogen

    Analisis standar N total kebanyakan dilakukan dengan metode kjeldhal.

    Metode kjeldhal merupakan prosedur analisis yang tertua diantara semua metode

    analisis. Analisis N total tanah didasari oleh prinsip mengubah N-organik menjadi N-

    amonium oleh asam sulfat yang dipanaskan sekitar 380oC dan dengan menggunakan

    Cu-sulfat + Selenium + Na-sulfat sebagai katalisator. Proses ini disebut digestasi dan

    hasilnya disebut digest; secara keseluruhan disebut Kjeldhal Digestasi. Asam digest

    yang mengandung amonium dibasakan dengan NaOH sehingga ion amonium

    dikonversi menjadi ammoniak. Lalu didestilasi menjadi amonium hidroksida.

  • 12

    NH4OH ditentukan jumlahnya dengan mentitrasi dengan HCl. Analisa protein cara

    Kjeldhal pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga tahapan yaitu proses destruksi,

    proses destilasi dan tahap titrasi :

    1. Tahap Destruksi

    Tahap ini sampel dipanaskan, dalam asam sulfat pekat sehingga terjadi

    destruksi menjdi unsur-unsurnya. Elemen karbon, hidrogen teroksidasi menjadi CO,

    CO2, dan H2O. Nitrogen akan berubah menjadi (NH4)2SO4. asam sulfat yang

    diperunakan untuk destruksi diperhitungkan adanya bahan protein lemak dan

    karbohidrat. Katalisator sering ditambahkan untuk memperepat proses destruksi yaitu

    selenium. Selenium dapat mempercepat proses oksidasi karena zat tersebut selain

    menaikkan itik didih juga mudah mengadakan perubahan dari valensi tinggi ke

    valensi rendah atau sebaliknya. Penggunaan selenium lebih reaktif dibandingkan

    merkuri dan kupri sulfat tetapi selelnium mempunyai kelemahan yaitu karena sangat

    cepatnya oksidasi maka nitrogennya justru mungkit ikut hilang. Hal ini dapat diatasi

    dengan pemakaian selenium yang sangat sedikit yaitu kurang dari 0,25 gram. Proses

    destruksi sudah selesai apabila larutan menjadi jernih atau tidak berwarna.

    2. Tahap Destilasi

    Tahap destilasi, ammonium sulfat dipecah menjadi ammonia dengan

    penambahan NaOH sampai alkalis dan dipanaskan. Agar selama destilasi tidak terjasi

    superheating ataupun pemercikan cairan atau timbulnya gelembung gas yang besar

    maka dapat ditambahkan logam zink. Amonium yang dibebaskan selanjutnya akan

    ditangkap oleh larutan asam standar. Asam standar yang dapat dipakai adalah asam

    klorida atau asam borat 4% dalam jumlah yang berlebihan. Agar kontak antara asam

    dengan ammonia lebih baik maka diusahakan ujung tabung tercelup sedalam

    mungkin dalam asam. Asam dalam keadaan berlebih agar dapat diketahui maka

    diberi indikator misalnya BCG + MR atau PP. Destilasi diakhiri bila semua ammonia

    telah teroksidai sempurna denmgan ditandai destilat tidak bereaksi basa.

  • 13

    3. Tahap Titrasi

    Apabila penampung destilasi digunakan asam borat maka banyaknya asam

    borat yang bereaksi dengan ammonia dapat diketahui dengan titrasi dengan

    menggunakan asam klorida 0,1N dengan indikator BCG + MR, akhir titrasi ditandai

    dengan perubahan warna larutan dari biru menjadi merah muda. Selisih jumlah titrasi

    sampel dan blanko merupakan jumlah ekuivalen nitrogen (Sudarmaji, 1989)

    2.4 Potensiometri

    Potensiometri merupakan salah satu teknik analisis elektrokimia yang

    didasarkan pada hubungan antara potensial sel dengan konsentrasi spesi kimia dari

    potensial antara dua elektroda. Metode ini didasarkan pada pengukuran arus listrik

    sebagai fungsi perubahan potensial listrik yang diterapkan pada sel elektrolisis. Sel

    elektrolisis terdiri atas elektroda kerja, elektroda pembanding dan elektroda

    pendukung (Agustiani W, 2007). Elektroda pembanding merupakan elektroda yang

    harga potensial selnya diketahui, konstan dan sama sekali tidak peka terhadap

    komposisi larutan yang sedang diselidiki. Elektroda indikator merupakan pasangan

    elektroda pembanding yang potensialnya tergantung pada konsentrasi zat yang

    sedang diteliti (Underwood, 1986). Dimana beda potensial dua elektroda yang tidak

    terpolarisasi diukur pada kondisi arus mendekati nol. Pengukuran dalam

    potensiometri, yang merupakan sensor kimia adalah elektroda indikator. Elektroda ini

    dibagi menjadi dua golongan yaitu elektroda logam dan elektroda membran. Yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah elektroda indikator membran sering disebut

    elektroda selektif ion (ISE) (Khopkar, 1990).

    2.4.1 Elektroda Selektif Ion

    Elektroda Selektif Ion (ISE) merupakan setengah sel elektrokimia, yang

    terdiri dari sebuah membran selektif ion, larutan pengisi internal, dan sebuah

    elektroda referensi internal atau terdiri dari membran selektif ion dan sebuah solid

    contact. Elektroda Selektif Ion (ESI) merupakan suatu sensor elektrokimia yang

  • 14

    banyak digunakan karena memiliki selektivitas, sensitifitas, keakuratan, dan

    ketepatan yang relative besar. Keefektifan ESI dikarenakan gangguan terhadap kerja

    ESI umumnya hanya sedikit dan mudah diatasi. Contoh larutan keruh (berwarna

    sampat batas tertentu) tidak menyulitkan pengukuran dan prosedur analisisnya

    sederhana, sehingga pengukuran hanya memerlukan waktu singkat, alat-alat

    sederhana dan mudah dilakukan. Oleh karena itu ESI dapat digunakan untuk

    pengukuran analisis rutin (Agustiani W, 2007). Metode potensiometri dengan ion

    selektif elektroda dapat digunakan untuk menganalisis ion nitrat dan amonium.

    Elektroda selektif Ion ini memiliki membran polimer matriks PVC yang dirancang

    untuk mendeteksi ion nitrat dan ammonium dalam larutan air dan cocok untuk

    lapangan dan aplikasi laboratorium (Nico, tanpa tahun).

    Menentukan konsentrasi ion-ion dalam larutan secara langsung melalui

    pengukuran potensial elektroda selektif ion (ESI), dimana digunakan dua elektroda

    yaitu elektroda pembanding dan elektroda indikator. Skema pengukurannya :

    Elektroda selektif ion yang digunakan pada penelitian ini merupakan elektroda

    komersial yang dikombinasikan dengan elektroda reference dan dialirkan pada volt

    meter (Khopkar, 1990) dimana yang diukur adalah ekstrak dari spesi nitrogen yaitu

    nitrat dan ammonium pada tanah pertanian. Beda potensial akan terukur karena inner

    Gambar 2.1 Pengukuran Potensiometri

    Elektroda Pembanding Elektroda Indikator V

  • 15

    solution atau membrane electrode spesifik dengan analit yang diukur sehingga ion

    analit akan berdifusi ke membran dan menyebabkan adanya perubahan

    kesetimbangan antara elektroda reference dan elektroda kerja yang diterjemahkan

    sebagai beda potensial pengukuran.

    2.5 Spektrometri

    Analisis spektrometri adalah salah satu metode analisis dalam ilmu kimia

    yang didasarkan pada identifikasi dan kuantifikasi spesies analit berdasarkan sifat

    optisnya. Dalam metode ini spektrum radiasi elektromagnetik dimanfaatkan sebagai

    entitas perantara untuk analisis kualitatif dan kuantitatif ketika berinteraksi dengan

    spesies analit yang dapat melalui proses absorpsi, emisi, fluoresensi atau proses

    lainnya (Siswoyo, 2007). Dalam metode spektrometri, larutan sampel menyerap

    radiasi elektromagnetik dari sumber yang tepat, dan jumlah yang diserap terkait

    dengan konsentrasi analit dalam larutan. Transisi elektronik yang terjadi di daerah

    tampak dan ultraviolet dari spektrum adalah karena penyerapan radiasi oleh jenis

    tertentu dari kelompok, obligasi, dan kelompok fungsional dalam molekul. Panjang

    gelombang penyerapan dan intensitas tergantung pada jenis. Panjang gelombang

    serapan adalah ukuran dari energi yang dibutuhkan untuk transisi. Intensitasnya

    tergantung pada probabilitas transisi yang terjadi ketika sistem elektronik dan radiasi

    berinteraksi dan pada polaritas keadaan tereksitasi ( Christian, 1994).

    2.5.1 Spektrfotometri UV-Vis

    Spektrofotometri sinar tampak adalah salah satu teknik analisis spektroskopik

    yang memakai sumber radiasi elektromagnetik sinar tampak dengan menggunakan

    instrument spektrofotometer (Mulja dan Suharman, 1995).

    Spektrofotometer UV-Vis adalah sejenis peralatan yang digunakan untuk

    mengukur serapan molekul organik atau anorganik yang diberikan sumber cahaya

    dengan rentang panjang gelombang di daerah UV-Vis (180-770 nm) (Siswoyo,

    2007).

  • 16

    Semua molekul dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-Vis karena mereka

    mengandung electron, baik sekutu maupun menyendiri, yang dapat dieksitasikan ke

    tingkst energi yang lebih tinggi (Underwood, 1999). Adsorbsi cahaya oleh suatu

    molekul merupakan bentuk interaksi antara gelombang cahaya (foton) dan

    atom/molekul. Energi cahaya diserap oleh ataom/molekul dan digunakan oleh

    elektron di dalam atom/molekul tersebut untuk bertransisi ke tingkat energi elektronik

    yang lebih tinggi. Proses absorbsi cahaya UV-Vis berkaitan dengan promosi elektron

    dari suatu orbital molekul dengan tingkat energi elektronik tertentu ke orbital molekul

    lain dengan tingkat nergi elektronik yang lebih tinggi (Siswoyo, 2007).

    Kompenen yang penting dari suatu spektrofotometer, secara skema dapat

    ditunjukan sebagai berikut :

    1. Suatu sumber energi cahaya yang berkesinambungan yang meliputi daerah

    spektrum dalam mana instrument itu dirancang untuk beroperasi.

    2. Suatu monokromator, yakni suatu piranti untuk memencilkan pita sempit

    panjang-panjang gelombang dari spectrum lebar yang dipancarkan oleh

    sumber cahaya.

    3. Suatu wadah untuk sampel.

    4. Suatu detector, yang berupa transduser yang mengubah energy cahaya

    menjadi suatu isyarat listrik.

    Skema 1. Komponen Spektrofotometer

  • 17

    5. Suatu pengganda (amplifier) dan rangkaian yang berkaitan yang membuat

    isyarat listrik itu memadai untuk dibaca.

    6. Suatu sistem baca yang diperagakan besarnya isyarat listrik (Underwood,

    1999).

    2.6 Ekstraksi

    Ekstraksi merupakan proses pemisahan dua zat atau lebih dengan

    menggunakan pelarut yang tidak saling campur. Berdasarkan fase yang terlibat,

    terdapat dua jenis ekstraksi, yaitu ekstraksi cair-cair dan ekstraksi padat-cair

    (Harborne, 1987).

    a. Ekstraksi Cair-cair

    Ekstraksi cair-cair dikenal sebagai ekstraksi pelarut yang merupakan metode

    pemisahan senyawa berdasarkan kelarutannya dalam dua cairan yang berbeda dan

    tidak saling larut, biasanya air dan pelarut organik. Ekstraksi cair-cair adalah teknik

    dasar dalam laboratorium kimia, di mana dilakukan dengan menggunakan corong

    pisah. Ekstraksi cair-cair dimana solute akan dipisahkan dari cairan pembawa (diluen)

    menggunakan solvent cair. Campuran diluen dan solvent ini disebut heterogen,

    dimana jika dipisahkan terdapat 2 fase, yaitu fase diluen (rafinat) dan fase solvent

    (ekstrak). Seperti pada gambar berikut :

    Gambar 2.6.1 Ekstraksi Cair-cair

  • 18

    Ekstraksi pelarut digunakan dalam pemrosesan nuklir, pengolahan bijih, produksi

    senyawa organik halus, pengolahan parfum, produksi minyak nabati dan biodiesel,

    serta industri lainnya (Harborne, 1987).

    b. Ekstraksi Padat-cair

    Jenis ekstraksi yang penulis gunakan untuk menentukan jumlah hara pada

    tanah yaitu ekstraksi padat-cair. Ekstraksi padat-cair (leaching) adalah proses

    pemisahan zat padat yang terlarut dari campurannya dengan pelarut yang tidak saling

    larut. Pemisahan umumnya melibatkan pemutusan yang selektif, dengan atau tanpa

    difusi. (Perry, 1997). Leaching merupakan proses peluruhan bagian yang mudah

    terlarut (solute) dari suatu padatan dengan menggunakan suatu larutan (pelarut) pada

    temperatur dan proses alir tertentu. Proses sederhana ekstraksi ini bisa dilakukan

    hanya dengan mencampurkan bahan dengan pelarutnya yang kemudian disaring

    menggunakan kertas saring dengan corong biasa untuk memisahkannya.

    Proses ekstraksi ini dilakukan untuk mendapatkan bagian yang mudah terlarut

    karena lebih berharga dari padatannya, misalnya bahan tambang, minyak nabati, dan

    lain-lain, ataupun untuk menghilangkan bahan kontaminan yang mudah terlarut dari

    padatan yang lebih berharga, misalnya pigmen dari kontaminan kimiawi yang bisa

    Gambar 2.6.2 Ekstraksi Padat

    Padatan Pelarut

  • 19

    atau mudah dilarutkan (Harborne, 1987).

    Pemindahan komponen dari padatan ke pelarut pada ekstraksi padat-cair

    melalui tiga tahapan, yaitu difusi pelarut ke pori-pori padatan atau ke dinding sel, di

    dalam dinding sel terjadi pelarutan padatan oleh pelarut, dan tahapan terakhir adalah

    pemindahan larutan dari pori-pori menjadi larutan ekstrak. Ekstraksi padat-cair

    dipengaruhi oleh waktu ekstraksi, suhu yang digunakan, pengadukan, dan banyaknya

    pelarut yang digunakan (Harborne, 1987). Tingkat ekstraksi bahan ditentukan oleh

    ukuran partikel bahan tersebut. Bahan yang diekstrak sebaiknya berukuran seragam

    untuk mempermudah kontak antara bahan dan pelarut sehingga ekstraksi berlangsung

    dengan baik (Sudarmadji & Suhardi, 1989), dimana bahan pengekstraksi disebut

    juga dengan ekstraktan.

    2.6.1 Ekstraktan

    Tes tanah membutuhkan ekstraktan untuk menentukan jumlah hara dalam

    tanah. Sebuah ekstraktan tanah adalah larutan yang terbuat dari air dengan

    konsentrasi tertentu dari bahan kimia. Ekstraktan tersebut akan ditambahkan ke dalam

    tanah sehingga akan bercampur untuk jangka waktu yang ditentukan. Campuran ini

    kemudian dituangkan melalui kertas saring dan ekstraktan sekarang mengandung

    unsur hara yang terlarut. Unsur hara dalam ekstraktan tersebut dianalisis

    menggunakan peralatan laboratorium yang tepat untuk melihat berapa banyak unsur

    hara yang hilang dari tanah. Jumlah unsur hara yang diekstrak akan mewakili

    sebagian kecil dari nutrisi total yang tersedia (Mitchell, 2000). Ekstraktan adalah

    pelarut yang digunakan untuk ekstraksi.

    Tan (1991) menyatakan bahwa pemilihan ekstraktan (bahan pengekstraksi)

    yang baik didasarkan pada dua pertimbangan yaitu : (1) pereaksi yang digunakan

    tidak merubah sifat fisika dan kimia bahan yang diekstrak, (2) pereaksi harus dapat

    memisahkan senyawa dari tanah secara kuantitatif. Ekstraktan yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah KCl 2 M, CaCl2 0,01 M, dan CaSO4 0,01 M (Griffin Gray et al.,

    2009). Metode penetapan senyawa nitrogen dilakukan dengan metode ekstraksi

  • 20

    dengan menggunakan KCl dengan dasar bahwa NH4+ dan NO3- dalam tanah dapat

    dibebaskan oleh KCl 1 N menjadi amonium klorida dan kalium nitrat. Nitrat dapat

    juga diekstraksi dengan menggunakan CaCl2. Metode ekstraksi CaCl2 yang

    digunakan pada penentuan nitrat, sedangkan untuk penentuan amonium

    menggunakan metode ekstraksi KCl (Umariah 2007 dalam Harry N).

    2.8 Aplikasi ESI pada Tanah Pertanian

    Aplikasi elektroda selektif ion (ESI) pada tanah pertanian dapat dilakukan

    dengan tujuan mengukur unsur hara pada tanah pertanian. Elektroda Selektif Ion

    (ESI) merupakan metoda yang digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu ion

    secara kuantitatif dengan menggunakan membran sebagai sensor kimia yang

    potensialnya berubah secara reversibel terhadap perubahan aktivitas ion yang

    ditentukan. Penggunaan elektroda selektif ion biasanya dilakukan dalam

    potensiometri. Metode potensiometri merupakan salah satu metode yang banyak

    digunakan untuk menentukan kandungan ion-ion tertentu di dalam suatu larutan,

    namun belum banyak diterapkan untuk analisa sampel tanah. Dalam jurnal (Abdul, et

    al., 2000) telah dilakukan penerapan metode potensiometri pada penentuan

    kandungan karbon organik total tanah menggunakan elektroda selektif CO2 sebagai

    elektroda penunjuk. Prinsip penentuan kandungan karbon organik total tanah adalah

    mengubah karbon organik total menjadi CO2 yang selanjutnya CO2 yang dihasilkan

    diukur konsentrasinya berdasarkan perubahan potensial elektroda yang ditunjukkan

    oleh elektroda selektif CO2. Konsentrasi CO2 yang didapatkan sebanding dengan

    konsentrasi karbon organik total tanah. Sebelum digunakan untuk pengukuran tanah,

    terlebih dahulu dilakukan karakterisasi terhadap elektroda selektif CO2. Kelayakan

    hasil pengukuran karbon organik total tanah dengan metode potensiometri akan

    dibandingkan dengan metode titrimetri. Hasil pengukuran dari kedua metode tersebut

    menunjukkan bahwa metode potensiometri dapat digunakan untuk menentukan

    kandungan karbon organik total tanah dengan hasil yang diperkirakan lebih akurat

    dibandingkan dengan metode titrimetri biasa. Sekarang penulis mencoba

  • 21

    mengembangkan aplikasi tentang elektroda seletif ion dengan metode potensiometri

    untuk mengukur kadar nitrogen dalam tanah pertanian, dimana untuk mengoreksi

    kelayakan dari metode tersebut maka digunakan metode spektrometri sebagai

    pembandingnya.

  • BAB 3. METODE PENELITIAN

    3.1 Waktu dan Tempat

    Penelitian dilakukan pada bulan September 2012. Pengambilan sampel

    dilaksanakan di tanah pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jember, tanah

    perumahan di Jl.Kalimantan dan tanah pekarangan di belakang Jurusan Kimia

    Universitas Jember. Sedangkan analisa sampel dilakukan di Laboratorium Kimia

    Analitik Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

    Universitas Jember.

    3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat

    Kertas saring, erlenmeyer, gelas kimia, corong, spektrofotometri UV-Vis,

    elektroda komersial untuk nitrat dan ammonium, volt meter, labu ukur, pipet volume,

    pipet tetes, pipet mikro, cawan, buret, oven, desikator, hot plate, stirrer magnetik dan

    anak nya, Potensiometer, pH meter, bulb pipet, lemari asam, botol semprot dan

    neraca timbang.

    3.2.2 Bahan

    Padatan KNO3 (E-Merck), Padatan NaNO3 (E-Merck), larutan HCl (E-

    Merck), serbuk NH4Cl anhidrat (Riedel-de-Han), aquademin, aquades, larutan fenol

    (E-Merck), larutan etanol (E-Merck), serbuk natrium nitroprusida (E-Merck), serbuk

    tri natrium sitrat (E-Merck), kristal NaOH (E-Merck), larutan natrium hipoklorit,

    larutan H2SO4 (E-Merck), serbuk KCl (E-Merck), serbuk CaCl2 (Riedel-de-Han),

    serbuk CaSO4 (E-Merck), larutan CHCl3 (E-Merck), resin kation asam, NaAsO2 (E-

    Merck) dan larutan ISA nitrat ((NH4)2SO4) serta ammonium (CuSO4).

  • 23

    3.3 Rancangan Penelitian

    3.3.1 Diagram Alir Penelitian

    dibandingkan

    Filtrat

    Variasi Larutan Ekstraktan:

    1. KCl 2 M

    2. CaCl2 0,01 M

    3. CaSO4 0,01 M

    4. Air

    Analisis Potensiometri

    Analisis Spektrofotometri UV-Vis

    Data 1

    Variasi Waktu:

    5, 15, 25, 35, dan 45 menit

    Linier Range

    Larutan Standart

    Ekstraksi Tanah

    Filtrat Hasil Optimasi

    Larutan Standart

    Data 2

    Sensitivitas Reprodusibilitas Uji t Limit Deteksi

    Pengambilan Sampel Tanah

    Penentuan Kadar Air

  • 24

    3.3.2 Konsep Penelitian

    Tanggal Aktifitas Hasil Yang Diharapkan

    10 September 2012 Pengambilan sampel tanah Didapatkan sampel tanah yang

    diinginkan untuk dianalisis

    agar diketahui kadar nitrat dan

    amonium dalam tanah

    10 September 2012 Pengolahan sampel tanah

    dengan cara melakukan

    pengeringan pada suhu

    kamar dan pengayakan

    Sampel tanah yang siap untuk

    diuji dan dapat ditentukan

    kadar air tanah tersebut

    10 September 2012 Optimasi ekstraktan

    (Sampel tanah yang didapat

    diekstrak menggunakan

    beberapa ekstraktan yaitu

    KCl, CaCl2 dan CaSO4)

    Diperoleh data ekstraktan yang

    optimum kemudian ekstraktan

    yang optimum digunakan

    untuk mencari waktu ekstraksi

    optimum yaitu dengan

    mevariasikan waktu (lamanya

    pengendapan); 5, 10, 15, 20, 25

    dan 30 menit, serta efisiensi

    ekstraktan yang dilakukan

    menggunakan elektroda

    selektif ion potensiometri

    sehingga didapatkan data

    optimum. Hasil optimum

    tersebut diulangi kembali

    untuk perlakuan pengukuran

    dengan metode spektrometri

    12 November 2012 Ekstraktan yang optimum

    dibandingkan dengan 2

    Agar didapatkan data yang

    kemudian dianalisis linier

  • 25

    metode untuk analisis tanah

    yaitu potensiometri dan

    spektrometri

    range, limit deteksi, sensitivitas

    dan reprodusibilitas. Dan untuk

    membandingkan kedua metode

    dilakukan juga uji-t

    3.4 Pengambilan Sampel (Sampling)

    3.4.1 Waktu Pengambilan Sampel

    Pengambilan sampel dilakukan di Agrotechnopark Fakultas Pertanian

    Universitas Jember, Tanah didaerah Jl.Kalimantan dan Tanah diarea belakang jurusan

    Kimia Universitas Jember pada bulan September sampai Desember.

    3.4.2 Cara Pengambilan Sampel

    Sampel diambil menggunakan scoop atau cangkul pada kedalaman 20 cm

    yang kemudian diletakkan pada sebuah wadah.

    3.5 Prosedur Ekstraksi

    3.5.1 Penetapan Kadar Air

    Sebanyak 5,00 g sampel tanah dimasukkan kedalam cawan dan dikeringkan

    dalam oven pada suhu 105oC selama 4 jam. Setelah dioven selama 4 jam dimasukkan

    ke dalam desikator kemudian ditimbang dengan neraca analitik. Bobot tanah yang

    hilang adalah bobot air. (105) = ( )( ) 100 % Keterangan:

    a = berat cawan saja

    b = berat cawan dan berat sampel tanah

    c = berat cawan dan berat sampel tanah setelah dioven dan dimasukkan ke dalam

    desikator

  • 26

    3.5.2 Penetapan Ekstraktan Optimum

    a. KCl 2,0 M

    Penggunaan ekstraktan ini digunakan rasio perbandingan 1 : 2,5 yaitu 20,00 g

    tanah dilarutkan dengan 50 mL KCl 2,0 M kemudian dilakukan pengadukan selama

    45 menit. Dilakukan penyaringan sehingga didapatkan ekstrak dari tanah tersebut dan

    dilakukan pengukuran secara potensiometri.

    b. CaCl2 0,01 M

    Sebanyak 20,00 g tanah dimasukan ke dalam gelas kimia dan ditambahkan

    larutan CaCl2 0,01 M sebanyak 50 mL. Setelah itu dilakukan pengadukan selama 45

    menit dan disaring menggunakan kertas saring sehingga ekstrak didapatakan. Ekstrak

    dari tanah tersebut dan dilakukan pengukuran secara potensiometri.

    c. CaSO4 0,01 M

    Penggunaan ekstraktan ini digunakan rasio perbandingan 1 : 2,5 yaitu 20,00 g

    tanah dilarutkan dengan 50 mL CaSO4 0,01 M kemudian dilakukan pengadukan

    selama 45 menit. Dilakukan penyaringan sehingga didapatkan ekstrak dari tanah

    tersebut dan dilakukan pengukuran secara potensiometri.

    d. Air

    Sebanyak 20,00 g tanah dimasukan ke dalam gelas kimia dan ditambahkan

    Aquademin sebanyak 50 mL. Setelah itu dilakukan pengadukan selama 45 menit dan

    disaring menggunakan kertas saring sehingga ekstrak didapatakan. Ekstrak dari tanah

    tersebut dan dilakukan pengukuran secara potensiometri.

    3.5.3 Penetapan Waktu Optimum

    Ekstraktan optimum digunakan sebagai ekstraktan untuk penentuan waktu

    optimum. Variasi yang digunakan 5, 15, 25, 35 dan 45 menit. Masing-masing waktu

  • 27

    dilakukan dengan tiga kali pengulangan. Waktu optimum menunjukkan nilai beda

    potensial yang optimum.

    (Ket : Hasil optimum diulangi lagi untuk pengukuran secara spektrofotometri UV-

    Vis)

    3.6 Penentuan Sampel Dengan Potensiometri

    3.6.1 Larutan Standart Potensiometri

    1) Nitrat

    Larutan baku nitrat dibuat dengan mengencerkan NaNO3 anhidrat sebanyak

    1,37 gram dalam 1 Liter dengan aquademin didalam labu ukur. Larutan baku nitrat

    divariasi konsentrasi 0; 0.01; 0.1; 1; 10; 20; 30; 40; 50; 60 mg/L. Larutan baku

    dengan variasi konsentrasi dimasukkan ke dalam beaker glass sebanyak 50 mL

    kemudian ditambahkan 1 mL larutan ISA ( larutan 2M (NH4)2SO4)) pada masing-

    masing larutan baku. Kemudian celupkan elektroda nitrat dan elektroda referensi ke

    dalam larutan tersebut. Tunggu kurang lebih 5 menit sampai nilai potensial yang

    terbaca pada mV meter stabil.

    2) Amonium

    Larutan baku dibuat dengan dengan mengencerkan 2,97 gram NH4Cl pada

    labu ukur 1 L. Larutan baku amonium divariasi konsentrasi 0; 0.01; 0.05; 0.1; 0.5; 1;

    5; 10; 50 mg/L, kemudian dipipet 50 ml pada setiap konsentrasi dan dimasukkan ke

    dalam beaker gelas. Ditambahkan 1 mL larutan ISA ( larutan 1M CuSO4) pada

    masing-masing larutan standart. Kemudian celupkan elektroda amonium dan

    elektroda referensi ke dalam larutan tersebut. Tunggu kurang lebih 5 menit sampai

    nilai potensial yang terbaca pada mV meter stabil.

  • 28

    3.6.2 Pengukuran Sampel Potensiometri

    1) Nitrat

    Ekstrak yang didapat dimasukkan ke dalam beaker gelas sebanyak 50 mL

    kemudian ditambahkan 1 mL larutan ISA ( larutan 2M (NH4)2SO4)) pada masing-

    masing sampel. Kemudian celupkan elektroda nitrat dan elektroda referensi ke dalam

    larutan tersebut. Tunggu kurang lebih 5 menit sampai nilai potensial yang terbaca

    pada mV meter stabil.

    2) Amonium

    Ekstrak yang didapat dimasukkan ke dalam beaker gelas sebanyak 50 mL

    kemudian ditambahkan 1 mL larutan ISA ( larutan 1 M CuSO4) pada masing-masing

    sampel. Kemudian celupkan elektroda amonium dan elektroda referensi ke dalam

    larutan tersebut. Tunggu kurang lebih 5 menit sampai nilai potensial yang terbaca

    pada mV meter stabil.

    3.7 Pengukuran dengan Spektrometri 3.7.1 Larutan Standar Spektrometri

    1) Nitrat

    (SNI 01-3554-2006) Larutan baku nitrat dibuat dari penimbangan 1,63 gram

    KNO3 (E-Merck) kemudian di oven pada suhu 105oC selama 4 jam dan dilarutkan

    pada labu ukur 1000 mL aquademin. Larutan baku divariasi konsentrasi 0; 0,1; 0,2;

    0,4; 0,6; 0,8 dan 1 mg/L ke dalam labu ukur 50 mL. Dimasukkan dalam Erlenmeyer

    100 mL dengan ditambahkan 1 mL HCl 1 N ke dalam masing-masing variasi.

    Dilakukan pengukuran absorban pada panjang gelombang 220 nm dan 275 nm

    sebagai faktor pengoreksi.

    2) Amonium

    (SNI 01-3554-2006) Larutan baku amonium dibuat dari penimbangan 2,97

    gram NH4Cl yang dilarutkan dalam labu ukur 1000 mL aquademin. Larutan baku

  • 29

    divariasi konsentrasi sebesar 0; 0,1; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 dan 1 mg/L ke dalam labu ukur

    25 mL, kemudian pada masing-masing variasi ditambahkan 1 mL larutan natrium

    nitro porusida dan 2,5 mL larutan pengoksidasi. Erlenmeyer masing-masing ditutup

    dengan aluminium foil 15 menit kemudian diukur absorbannya pada panjang

    gelombang 640 nm.

    3.7.2 Pengukuran Sampel Spektrometri

    1) Nitrat

    Ekstrak yang didapat diambil 50 mL, kemudian ditambahkan 1 mL HCl 1N ke

    dalam masing-masing sampel. Dilakukan pengukuran absorban pada panjang

    gelombang 220 nm dan 275 nm sebagai faktor pengoreksi.

    2) Amonium

    Ekstrak yang didapat diambil 25 mL, kemudian ditambahkan 1ml larutan

    natrium nitro porusida dan 2,5 mL larutan pengoksidasi. Erlenmeyer masing-masing

    ditutup dengan aluminium foil 15 menit kemudian diukur absorbannya pada panjang

    gelombang yang sudah optimum pada panjang gelombang 640 nm.

    3.8 Karakteristik Larutan Sampel

    3.8.1 Linier Range

    Linier range dapat digambarkan dari kurva kalibrasi dengan memplotkan

    antara sumbu x dan sumbu y, dimana sumbu x adalah konsentrasi nitrat dan

    ammonium. sedangkan sumbu y adalah potensial yang dihasilkan.

    Respon yang linier ditunjukkan melalui persamaan garis sebagai berikut :

    y = bx + a

    dimana b adalah kemiringan kurva kalibrasi (slope) dan a adalah perpotongan

    terhadap sumbu y (Caulcut, 1995).

  • 30

    3.8.2 Limit Deteksi

    Salah satu analisa data dari detektor adalah kemampuannya untuk

    mendeteksi konsentrasi suatu analit. Semakin kecil konsentrasi yang bisa dideteksi,

    semakin baik analisa data dari detektor tersebut. Batas deteksi biasanya dinyatakan

    dalam mikrogram (g) atau gamma (Svehla, 1985). Limit deteksi adalah konsentrasi

    analit terkecil yang dapat memberikan sinyal atau dideteksi oleh detektor, dapat

    dirumuskan sebagai berikut:

    YLOD = YB + 3 SB

    Dimana :

    YLOD = limit deteksi, SB = standart deviasi kurva kalibrasi

    YB = intersep kurva kalibrasi, (Miller dan Miller, 1991).

    3.8.3 Sensitifitas

    Sensitifitas dinyatakan sebagai slope dari kurva yang diperoleh dengan range

    tertentu (Miller dan Miller, 1991). Menurut IUPAC, sensitifitas yang dinyatakan

    dengan slope merupakan sensitifitas kurva. Kateman (1993) menyatakan sensitifitas

    sebagai rasio perubahan konsentrasi analit. Nilai sensitifitas yang besar berarti bahwa

    perubahan konsentrasi yang kecil dari analit dapat memberikan respon yang berarti.

    3.8.4 Reprodusibilitas

    Pengulangan percobaan yang dilakukan pada reprodusibilitas diharapkan akan

    dihasilkan limit antar percobaan yang sekecil mungkin, dengan nilai setiap

    pendekatan untuk satu kali pengulangan atau lebih yang berbeda adalah 95%

    (Caulcutt, 1995). Hasil pengulangan dapat dinyatakan sebagai koefisien variasi dari

    simpangan induk. = . 100% dimana : SD = standart deviasi, x = signal rata-rata sampel dan Kv = koefisien variasi

    (Miller dan Miller, 1991)

  • 31

    3.9 Analisis Data

    3.9.1 Uji-t

    Analisis data untuk menguji hasil dari metode analitik dengan

    membandingkan dua metode dapat menggunakan uji statistik salah satunya yaitu uji-

    t. Uji-t dapat diperoleh dengan menghitung nilai x untuk respon metode pertama dan

    nilai y untuk respon metode kedua. Nilai t-eksperimen diperoleh melalui persamaan

    berikut : S = {(n 1)S + (n 1)S )(n + n 2) t = x x S 1n + 1n

    dimana = mean data metode pertama

    = mean data metode kedua

    S1 = standar deviasi ratarata metode pertama,

    S2 = standar deviasi ratarata metode kedua

    S = standar deviasi total

    n1 = jumlah pengulangan percobaan metode pertama

    n2 = jumlah pengulangan percobaan metode kedua

    (Miller dan Miller, 1991).

    Jika nilai t-eksperimen lebih kecil dibandingkan dengan nilai t-tabel, maka

    secara statistik kedua metode tersebut tidak mempunyai perbedaan signifikan pada

    selang kepercayaan 95 % ( = 0,05) (Sudjana, 1996).

  • BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pada penelitian ini dilakukan pengukuran terhadap unsur nitrogen pada tanah

    yaitu nitrat dan amonium berdasarkan metode potensiometri. Pengukuran nitrat dan

    amonium diekstrak menggunakan berbagai jenis ekstraktan dengan proses filtrasi,

    dimana dilakukan optimasi jenis ekstraktan sehingga didapatkan ekstraktan optimum

    dengan variasi waktu pengadukan untuk mendapatkan waktu yang efisien. Sebagai

    pembanding telah dilakukan pula penentuan nitrat dan amonium dalam tanah dengan

    metode spektrofotometri. Sampel yang digunakan yaitu tiga jenis sampel tanah,

    dimana tanah yang digunakan yaitu tanah dari lokasi berbeda-beda. Ada tiga lokasi

    tanah yang digunakan yaitu tanah perumahan di Jl.Kalimantan no.46 Jember sebagai

    tanah A, tanah perkarangan daerah belakang kampus FMIPA Kimia Universitas

    Jember sebagai tanah B dan tanah pertanian Agrotechno Park Universitas Jember

    sebagai tanah C.

    Sampel tanah untuk pengukuran ekstraktan optimum nitrat dan amonium

    dieksrak tiga kali dengan masing-masing variasi jenis ekstraktan sehingga didapatkan

    12 sampel siap ukur per tanah. Sedangkan sampel tanah untuk menentukan waktu

    optimum diekstrak tiga kali dengan masing-masing variasi waktu sehingga

    didapatkan 15 sampel siap ukur per tanah. Ekstraktan optimum dan waktu optimum

    yang sudah didapatkan akan digunakan juga untuk pengukuran nitrat dan amonium

    dengan menggunakan metode spektrofotometri. Kemudian hasil pengukuran nitrat

    dan amonium secara spektrofotometri tersebut dibandingkan dengan pengukuran

    secara potensiometri, dimana analisis statistik yang digunakan yaitu uji-t. Penentuan

    ekstraktan dan waktu optimum dilakukan dengan teknik potensiometri, dimana

    sampel yang memberikan respon beda potensial tinggi diasumsikan sebagai hasil

    yang terbaik. Beda potensial akan terukur karena inner solution atau membrane

    electrode spesifik dengan analit yang diukur sehingga ion analit akan berdifusi ke

  • 33

    membran dan menyebabkan adanya perubahan kesetimbangan antara elektroda

    reference dan elektroda kerja yang diterjemahkan sebagai beda potensial pengukuran.

    4.1 Penentuan Ekstraktan Optimum

    Penentuan ekstraktan optimum nitrat dan amonium dalam tanah dilakukan

    menggunakan 4 (empat) jenis ekstraktan, yaitu : air, CaCl2 0.01 M, CaSO4 0.01 M,

    dan KCl 2 M. Sebanyak 40,00 g sampel tanah untuk dilarutkan dalam 100 ml

    ekstraktan. Filtrat yang didapat diambil masing-masing 50 ml dan ditambahkan

    larutan ionic strength adjuster (ISA) 1 ml agar larutan sampel dapat terionisasi

    sempurna. Larutan ISA yang digunakan adalah 2M NH4(SO4)2 untuk nitrat dan 1M

    CuSO4 untuk amonium yang kemudian diukur beda potensial dari masing-masing

    sampel. Pengukuran sampel dilakukan dengan menggunakan volt meter merk Jenway

    yang dihubungkan dengan elektroda jenis Elit 8021 untuk nitrat dan Elit 8051 untuk

    amonium dengan elektroda reference yang digunakan yaitu LiAc. Elektroda

    reference LiAc digunakan berdasarkan rekomendasi elektroda nitrat dan amonium

    (Nico, tanpa tahun).

    Ekstraktan yang memberikan respon beda potensial tertinggi dianggap

    merupakan ekstraktan optimum dengan asumsi bahwa semakin tinggi nilai beda

    potensial yang terukur semakin banyak ion nitrat atau amonium dalam ekstrak

    sampel, namun untuk pengukuran nitrat ekstraktan yang memberikan respon beda

    potensial terendah dianggap merupakan ekstraktan optimum karena kecenderungan

    kurva standar nitrat semakin besar konsentrasi yang diukur maka semakin rendah

    respon nilai beda potensial yang dihasilkan (karakteristik metode; hal 44) sehingga

    nilai beda potensial yang rendah dianggap sebagai respon optimum. Dari hasil

    pengukuran diperoleh bahwa masing-masing ekstraktan tersebut memiliki efektifitas

    ekstraksi yang berbeda-beda terhadap konsentrasi ion yang dihasilkan yang

    dibuktikan dari beda potensial yang dihasilkan selama pengukuran. Efektifitas

    ekstraksi sangat dipengaruhi jenis ekstraktan, dimana semakin polar ekstraktan yang

    digunakan seperti air maka semakin lama proses mengekstraknya dan semakin tinggi

  • 34

    kelarutan ekstraktan maka nilai beda potensial yang dihasilkan semakin tinggi.

    Penentuan jenis ekstraktan diperoleh data pada Gambar 4.1 untuk ekstraktan optimum

    nitrat dan Gambar 4.2 untuk ekstraktan optimum amonium berikut :

    Gambar 4.1 Grafik penentuan jenis ekstraktan optimum nitrat

    Gambar 4.2 Grafik penentuan jenis ekstraktan optimum amonium

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    300

    350

    400

    450

    500

    Tanah A Tanah B Tanah C

    Bed

    a Po

    tens

    ial (

    mV

    )

    Sampel

    Air

    CaCl2

    CaSO4

    KCl

    100

    150

    200

    250

    300

    350

    400

    450

    Tanah A Tanah B Tanah C

    Bed

    a Po

    tens

    ial (

    mV

    )

    Sampel

    Air

    CaCl2CaSO4KCl

  • 35

    Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 mengindikasikan bahwa setiap jenis ekstraktan

    memiliki respon yang berbeda-beda. Respon tertinggi ditunjukkan oleh KCl sehingga

    KCl tampak sebagai ekstraktan optimum pada pengukuran nitrat dan amonium,

    namun karena nilai yang dihasilkan pada pengukuran amonium nilai beda potensial

    yang dihasilkan sangat tinggi sekali dengan kata lain tidak masuk range standar

    kalibrasi amonium, ini menunjukkan bahwa yang terukur oleh elektroda bukan unsur

    hara yang diharapkan melainkan ion dari pengganggu elektroda. Selain itu nilai beda

    potensial yang dihasilkan berbeda jauh dengan respon yang dihasilkan oleh

    ekstraktan lainnya, sehingga KCl masih harus dibuktikan kembali. Berdasarkan Tabel

    4.1 berikut terlihat beda potensial yang dihasilkan dari deret standar yang dilarutkan

    dengan KCl baik untuk unsur nitrat maupun amonium dengan variasi konsentrasi

    tersebut tidak mengalami peningkatan. Gambar 4.3 berikut :

    Gambar 4.3a Hasil penentuan KCl sebagai pengganggu pada nitrat

    290

    310

    330

    350

    370

    390

    410

    -1.00 1.00 1.30 1.48 1.60 1.70 1.78

    Beda

    Pot

    ensi

    al (m

    V)

    Log [C]

    Pengenceran dgn KCl

    Pengenceran dgn Aquademin

  • 36

    Gambar 4.3b Hasil penentuan KCl sebagai pengganggu pada amonium

    Mengingat pula keterbatasan elektroda maka KCl dianggap sebagai

    pengganggu elektroda pada pengukuran nitrat dan amonium. Berdasarkan buku

    panduan dari elektroda Elit, Elektroda nitrat akan terganggu dengan unsur BF4-, Cl-,

    ClO4-, I-, dan NO2- sedangkan elektroda amonium akan terganggu dengan unsur K+

    sehingga dikhawatirkan beda potensial yang terbaca bukan beda potensial dari nitrat

    melainkan beda potensial dari unsur-unsur pengganggunya (Nico, tanpa tahun).

    Berasarkan Tabel 4.1 ini menunjukkan bahwa KCl termasuk pengganggu elektroda,

    oleh karena itu KCl ini tidak digunakan sebagai ekstraktan optimum. Dan respon

    terbaik setelah KCl ditunjukkan oleh CaCl2. CaCl2 memberikan respon yang terbaik karena CaCl2 merupakan bahan yang

    mudah larut dimana jika kelarutan suatu zat semakin besar berarti semakin banyak zat

    tersebut yang larut dan kemungkinan terionisasi juga semakin besar. Oleh karena itu

    dimana suatu zat itu mudah mengion maka beda potensial yang dihasilkan akan

    semakin tinggi, sehingga CaCl2 dipilih sebagai ekstraktan optimum untuk nitrat dan

    amonium. Hal ini berarti kandungan ion nitrat dan ion amonium dalam tanah lebih

    280

    300

    320

    340

    360

    380

    400

    420

    440

    -1.00 0.00 0.30 0.48 0.60 0.70

    Beda

    Pot

    ensi

    al (m

    V)

    Log [C]

    Pengenceran dgn KClPengenceran dgn Aquademin

  • 37

    mudah mengion dengan ekstraktan CaCl2 dari pada ekstraktan yang lain. Selain itu

    CaCl2 dikatakan optimum dapat dilihat juga pada Tabel 4.1 berikut :

    Tabel 4.1a Hasil pengukuran pengenceran larutan standar NO3- dengan CaCl2

    Deret Standar (ppm)

    Beda Potensial (mV) Rata-Rata

    1 2 3

    0.01 373 374 375 374

    0.1 370 371 370 370

    10 367 368 367 367

    20 356 358 359 358

    30 349 348 350 349

    40 340 341 342 341

    50 336 337 338 337

    60 330 332 333 332

    100 323 323 324 323

    Tabel 4.1b Hasil pengukuran pengenceran larutan standar NH4+ dengan CaCl2

    Deret Standar (ppm)

    Beda Potensial (mV) Rata-Rata

    1 2 3

    0.01 240 225 226 230

    0.05 229 231 230 230

    0.1 243 240 241 241

    0.5 246 243 243 244

    1 255 256 255 255

    5 291 290 290 290

    10 311 310 310 310

    50 350 351 351 351

    100 369 369 370 369

  • 38

    Pada Tabel 4.1a dan 4.1b merupakan hasil dari larutan standar yang dilarutkan

    dengan CaCl2 memiliki range beda potensial yang terus meningkat seiring

    bertambahnya konsentrasi larutan standar tersebut. Hal ini menunjukan bahwa beda

    potensial yang terukur merupakan ion dari NO3- dan NH4+. Oleh karena itu penulis

    yakin bahwa CaCl2 merupakan ekstraktan optimum untuk analisa nitrat dan amonium

    secara potensiometri. Selain itu CaCl2 ini juga memiliki respon yang bagus untuk

    unsur hara lainnya seperti kalium, natrium dan fosfat pada tanah. Namun tujuan dari

    penelitian ini mencari ekstraktan yang nantinya akan memudahkan pekerjaan analis

    tanah dan tidak membutuhkan biaya yang begitu mahal, sehingga respon dari air

    masih ingin dilihat. Selain itu air juga lebih mudah diperoleh dari pada CaCl2. Air

    juga memberikan respon yang tidak begitu buruk yang ditunjukkan pada Gambar 4.1

    dan Gambar 4.2 dimana beda potensial yang dihasilakan oleh air masih memenuhi

    syarat yaitu potensial yang dihasilkan masih dapat terbaca oleh elektroda walaupun

    dalam proses filtrasinya air memerlukan waktu yang lama. Sehingga untuk mencari

    waktu optimum dari ekstraksi ini air masih tetap digunakan.

    4.2 Penentuan Waktu Optimum

    Penentuan waktu optimum dilakukan dengan mengamati hasil pengukuran

    berupa respon potensial elektroda selektif ion ketika dicelupkan pada sampel uji yang

    dibuat dengan melarutkan 40,00 g tanah dalam CaCl2 dan 40,00 g tanah dalam air

    yang kemudian disaring untuk diambil filtratnya. Dari dua jenis sampel uji tersebut

    dilakukan variasi waktu pengadukan (menggunakan stirrer) yaitu 5; 15; 25; 35 dan 45

    menit. Pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4 dibawah terlihat bahwa nilai beda potensial

    yang dihasilkan pada masing-masing waktu tidak terlalu berbeda dengan waktu yang

    lainnya. Hal ini bisa terlihat dari selisih antar beda potensial disetiap waktunya tidak

    berbeda banyak, dimana tingkat konsistensi pengukuran ini bisa dikatakan baik

    sehingga bisa diasumsikan dari ketiga lokasi tanah yang diuji memiliki trend yang

    sama yaitu waktu pengadukan tidak berpengaruh pada respon beda potensialnya.

    Keseluruhan nilai beda potensial untuk pengukuran nitrat dan amonium yang hampir

  • 39

    seragam serta nilai SD yang relatif kecil bisa dianggap nilai-nilai tersebut tidak

    berbeda signifikan. Selain itu dari nilai SD yang kecil bisa dihitung nilai

    reprodusibilitas tidak lebih dari 5% sehingga pengukuran tersebut dikatakan

    konsisten. Berdasarkan hasil penentuan variasi waktu optimum nitrat berdasarkan dua

    jenis ekstraktan yaitu Air dan CaCl2 dapat ditunjukan gambar histogramnya sebagai

    berikut :

    Gambar 4.4a Grafik penentuan variasi waktu optimum dengan menggunakan CaCl2 untuk

    nitrat

    Gambar 4.4b Grafik penentuan variasi waktu optimum dengan menggunakan air untuk nitrat

    300310320330340350360370380390400

    Tanah A Tanah B Tanah C

    Bed

    a Po

    tens

    ial (

    mV

    )

    Sampel

    45 menit35 menit25 menit

    15 menit5 menit

    300310320330340350360370380390400

    Tanah A Tanah B Tanah C

    Bed

    a Po

    tens

    ial (

    mV

    )

    Sampel

    45 menit35 menit25 menit15 menit

    5 menit

  • 40

    Pada pengukuran unsur amonium kasus yang dihasilkan juga sama dengan

    nitrat dimana nilai beda potensial yang dihasilkan hampir seragam dengan konsistensi

    pengukurang yang baik sehingga waktu pengadukan dianggap tidak berpengaruh.

    Berdasarkan hasil penentuan variasi waktu optimum amonium secara histogram

    berdasarkan dua jenis ekst