silabus (gbpp) sap -...

22
Silabus Matakuliah Pengendalian Hayati (AGT 414) Page 1 of 22 Silabus (GBPP) SAP Matakuliah Pengendalian Hayati (AGT 414) SEMESTER GANJIL 2012/2013

Upload: hadan

Post on 26-Jun-2018

231 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Silabus Matakuliah Pengendalian Hayati (AGT 414) Page 1 of 22

Silabus (GBPP)

SAP

Matakuliah Pengendalian Hayati (AGT 414)

SEMESTER GANJIL 2012/2013

Silabus Matakuliah Pengendalian Hayati (AGT 414) Page 2 of 22

Silabus (GBPP)

Silabus Matakuliah Pengendalian Hayati (AGT 414) Page 3 of 22

SILABUS / GARIS BESAR PROGRAM PERKULIAHAN (GBPP)

Judul matakuliah : Pengendalian Hayati

Kode matakuliah/sks : AGT 414 / 3 (2 – 1)

Dosen pengasuh : 1. Prof. Dr. F.X. Susilo (Penanggungjawab)

2. Ir. Nur Yasin, M.S.

3. Ir. Solikhin, M.P.

Semester : Ganjil 2012 / 2013

Pertemuan : Senin, 10.00 – 12.00 (Pr, LHPT)

Rabu, 15.00 – 16.40 (Kl, A3)

Deskripsi singkat :

Matakuliah yang ditawarkan setahun sekali ini (setiap semester ganjil) merupakan

matakuliah pilihan bagi Program Studi Agroteknologi (AET/AGT) Fakultas Pertanian

UNILA. Prasyarat yang diperlukan adalah lulus matakuliah Entomologi Pertanian, Ilmu

Hama Tumbuhan atau atas izin khusus dari dosen penanggungjawab. Matakuliah

Pengendalian Hayati membekali mahasiswa dengan ilmu pengetahuan lanjut tentang

pengendalian hama, khususnya yang menggunakan musuh alami.

Pokok-pokok bahasan dalam matakuliah ini mencakup (1) Konsep Pengendalian Hayati,

(2) Sejarah Pengendalian Hayati, (3) Dasar-dasar Bioekologi Pengendalian Hayati, (4)

Metode Pengendalian Hayati, dan (5) Pengenalan Agens Pengendalian Hayati. Dengan

demikian diharapkan mahasiswa dapat terbantu dalam mengeksplorasi pendekatan

pengendalian hayati sebagai disiplin ilmu yang dipelajari di kelas dan laboratorium tetapi

juga dapat digunakan untuk mengembangkan riset ilmiah.

Materi kuliah disampaikan dalam bentuk kuliah dan praktikum Untuk itu telah disediakan

buku ajar khusus dan beberapa pustaka yang relevan. Materi-materi disampaikan dengan

metode ceramah, diskusi, simulasi, dan pengamatan spesimen. Prestasi mahasiswa dalam

kuliah dan praktikum dievaluasi melalui ujian, tugas terstruktur, keaktifan, dan kehadiran.

Tujuan Umum Matakuliah:

Setelah lulus dari matakuliah ini mahasiswa diharapkan mampu memperdebatkan

berbagai konsep pengendalian hayati, menceritakan kembali peristiwa-peristiwa

bersejarah pengendalian hayati, menguasai dasar-dasar bioekologi pengendalian hayati,

menguasai metode-metode pengendalian hayati, dan mampu mengidentifikasi agens

pengendalian hayati.

Garis besar program perkuliahan:

Program-program perkuliahan secara garis besar diringkaskan pada Tabel 1.

Silabus Matakuliah Pengendalian Hayati (AGT 414) Page 4 of 22

Tabel 1. Silabus (garis besar program) perkuliahan Pengendalian Hayati (AGT 414)

Tujuan Instruksional Khusus /

Sasaran Pembelajaran

Pokok Bahasan dan Sub-pokok

Bahasan

Estimasi

Waktu

(menit)

Sumber

Kepustakaan

1. a. Membedakan 3 (tiga) makna pengendalian hayati (PH)

b. Membuat diagram peran musuh alami dalam

pengendalian hama

2. Membandingkan makna PH dan pengendalian alami

3. Membandingkan makna PH konvensional dan PH

kontemporer

4. Mengenali dua indikator PH

Konsep PH

1. Makna PH

2. PH versus pengendalian alami

3. PH konvensional versus kontemporer

4. Indikator-indikator PH

3 x 100 Susilo (2007):

hlm. 1 – 15

1. Menuliskan kembali peristiwa PH hama jeruk di Cina

2. Menjelaskan bagaimana orang Eropa setelah era

Renesans memahami fenomena parasitasi hama

3. Menuliskan kembali secara berurutan kegiatan PH

terhadap kutu jeruk di California pada Abad ke 19

4. Menyimpulkan rahasia keberhasilan PH wereng tebu di

Hawaii pada awal Abad ke 20

5. Menuliskan kembali peristiwa PH gulma klamath di

California selama Perang Dunia II

6. Menuliskan kembali peristiwa PH ngengat kelapa di Fiji

pada awal Abad ke 20

7. Menuliskan kembali sejarah penggunaan musuh alami

dalam pengendalian hama di Indonesia.

Sejarah PH

1. Penggunaan Predator di Cina

2. Pengamatan Parasitoid dan PH

Pasca Renesans di Eropa

3. PH Kutu Jeruk di California

4. PH Wereng Tebu di Hawaii

5. PH Gulma Klamath di California

6. PH Ngengat Kelapa di Fiji

7. Program-program PH di Indonesia

3 x 100 Susilo (2007):

hlm. 17 – 47

1. Menjelaskan hubungan antara populasi, sistem trofi, dan PH

2. Mengidentifikasi faktor-faktor pengendali populasi dalam

ekosistem

3. Menjelaskan makna density-dependence

4. Menjelaskan mekanisme terjadinya hama eksotik dan

hama aseli

5. Menjelaskan hubungan antara biodiversitas dan PH

Dasar-dasar Bioekologi PH

1. Populasi dalam Ekosistem

2. Faktor-faktor Pengendali Populasi

3. Mekanisme Terjadinya Hama

Eksotik dan Hama Aseli

4. Biodiversitas versus PH

2 x 100

Susilo (2007):

hlm. 49 – 59

Silabus Matakuliah Pengendalian Hayati (AGT 414) Page 5 of 22

1. Membedakan teknik introduksi, augmentasi, dan

konservasi musuh alami

2. Menghitung tanggap numerik dan tanggap fungsional

predator (dan parasitoid)

3. Menghitung efisiensi penularan dan daya infeksi

Entomopatogen

4. Membandingkan dua metode eksklusi musuh alami

Metode PH

1. Teknik-teknik PH

2. Kuantifikasi Aktivitas Musuh

Alami

4 x 100

Susilo (2007):

hlm. 61 – 82

1. Membandingkan predator dan parasitoid

2. Membandingkan tiga sistem reproduksi Hymenoptera

parasitik

3. Mengidentifikasi taksa dan karakter laba-laba dan tungau

predator

4. Mengidentifikasi taksa dan karakter serangga-serangga

predator dan parasitoid

Pengenalan Agen PH 1. Predator dan Parasitoid

2. Sistem Reproduksi Hymenoptera

Parasitik

3. Laba-laba dan Tungau Predator

4. Serangga-serangga Predator dan

Parasitoid

4 x 100 Susilo (2007):

hlm. 85 – 117

Buku Rujukan Pokok:

Susilo, F.X. 2007. Pengendalian Hayati dengan Memberdayakan Musuh Alami Hama Tanaman. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Penilaian:

Nilai Akhir (NA) = 70% Nilai Kuliah (UTS, UAS dan kuis) + 30% Nilai Praktikum (termasuk tugas)

Silabus Matakuliah Pengendalian Hayati (AGT 414) Page 6 of 22

Satuan Acara Perkuliahan

(SAP)

Silabus Matakuliah Pengendalian Hayati (AGT 414) Page 7 of 22

SAP I

Konsep Pengendalian Hayati Konvensional versus Kontemporer

1. Pokok Bahasan :

Konsep Pengendalian Hayati

2. Sub-pokok Bahasan:

Pengendalian Hayati Konvensional dan Pengendalian Hayati Kontemporer

3. Tujuan Pembelajaran (TP):

Setelah menyelesaikan pembelajaran, mahasiswa diharapkan mampu memahami

konsep PH Konvensional dan PH Kontemporer

4. Sasaran Pembelajaran (SP):

Setelah menyelesaikan pembelajaran, mahasiswa diharapkan mampu

1) Membandingkan definisi PH Konvensional versus PH Kontemporer

2) Menuliskan nama tokoh-tokoh PH Konvensional

3) Menuliskan nama tokoh-tokoh PH Kontemporer

4) Menjelaskan makna istilah ‘bastard definition’ untuk PH Kontemporer

5) Menuliskan empat butir pendapat Garcia et al. tentang pengendalian hayati versus

bioteknologi.

5. Prosedur pembelajaran :

1) Dosen membuka pertemuan

2) Dosen menyampaikan beberapa contoh cara pengendalian hama dan menanyakan

kepada mahasiswa apakah cara-cara tersebut termasuk ke dalam PH atau tidak.

Mahasiswa menyimak pertanyaan tersebut dan menjawab berdasar pengalaman dan

pengetahuannya masing-masing.

3) Dosen merespons jawaban-jawaban mahasiswa dan mengarahkan bahasan pada

konsep PH konvensional versus PH kontemporer.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

4) Dosen menuliskan nama-nama tokoh pengendalian hayati konvensional.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

5) Dosen menuliskan nama-nama tokoh pengendalian hayati konemporer.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

6) Dosen menjelaskan makna istilah ‘bastard definition’ untuk PH kontemporer.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

7) Dosen menyampaikan pendapat Garcia et al. (1988) ttg PH versus bioteknologi.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

8) Dosen merangkum seluruh materi kuliah.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

9) Dosen menutup pertemuan.

Silabus Matakuliah Pengendalian Hayati (AGT 414) Page 8 of 22

SAP II

Konsep Pengendalian Hayati versus Pengendalian Alami

1. Pokok Bahasan :

Konsep Pengendalian Hayati

2. Sub-pokok Bahasan:

Pengendalian Hayati (PH) versus Pengendalian Alami (PA)

3. Tujuan Pembelajaran (TP):

Setelah menyelesaikan pembelajaran, mahasiswa diharapkan mampu membandingkan

konsep PH dan PA

4. Sasaran Pembelajaran (SP):

Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu:

1) Membedakan konsep PH versus konsep PA

2) Mengidentifikasi persamaan konsep PH dan konsep PA

3) Membuat bagan atau diagram ketercakupan PH atas PA, dan sebaliknya

5. Prosedur pembelajaran :

1) Dosen membuka pertemuan

2) Dosen menyatakan bahwa selain ada konsep pengendalian hayati (PH) ada juga

konsep pengendalian alamai (PA). Kemudian dosen menanyakan kepada

mahasiswa apakah PH sama dengan PA.

Mahasiswa menyimak pertanyaan tersebut dan menjawab berdasar pengalaman dan

pengetahuannya masing-masing.

3) Dosen merespons jawaban-jawaban mahasiswa dan mengarahkan bahasan pada

konsep PA.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

4) Dosen menuliskan fenomena-fenomena di alam di mana hama terkendali oleh

faktor-faktor abiotik dan biotik (termasuk musuh alami) kemudian menanyakan

kepada mahasiswa manakah dari fenomena-fenomena tersebut yang termasuk PH

atau PA.

Mahasiswa menyimak pertanyaan tersebut dan menjawab berdasar pengalaman dan

pengetahuannya masing-masing.

5) Dosen merespons jawaban-jawaban mahasiswa dan menguatakan jawaban-

jawaban tersebut.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

6) Dosen menjelaskan perbedaan makna istilah ‘biological natural control’ versus

‘non-biological natural control’ dan menunjukkan posisi masing-masing pada

konteks PH atau PA.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

7) Dosen merangkum seluruh materi kuliah.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

8) Dosen menutup pertemuan.

Silabus Matakuliah Pengendalian Hayati (AGT 414) Page 9 of 22

SAP III

Indikator Pengendalian Hayati

1. Pokok Bahasan :

Konsep Pengendalian Hayati

2. Sub-pokok Bahasan:

Indikator Pengendalian Hayati

3. Tujuan Pembelajaran (TP):

Setelah menyelesaikan pembelajaran, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan dua

indikator PH, yaitu density dependence dan self sustenance

4. Sasaran Pembelajaran (SP):

Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu:

1) Menjelaskan konsep density dependence.

2) Membedakan konsep density dependence dan konsep density independence.

3) Menjelaskan konsep self sustenance

5. Prosedur pembelajaran :

1) Dosen membuka pertemuan

2) Dosen mengulas kembali secara singkat perbedaan antara konsep PH Konvensional

versus PH Kontemporer dan menekankan fokus bahasan pada PH Konvensional.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

3) Dosen menanyakan kepada mahasiswa bagaimana kira-kira cara menentukan

apakah suatu kasus pengendalian hama tergolong PH atau tidak.

Mahasiswa menyimak pertanyaan tersebut dan menjawab berdasar pengalaman dan

pengetahuannya sejauh ini.

4) Dosen merespons jawaban-jawaban mahasiswa dan mengarahkan bahasan /

jawaban tersebut pada konteks indikator PH, yaitu density dependence dan self-

sustenance.

. Mahasiswa menyimak dan mencatat.

5) Dosen menjelaskan konsep density dependence

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

6) Dosen menjelaskan konsep self-sustenance.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

7) Dosen merangkum seluruh materi kuliah dan menekankan bahwa suatu kasus

pengendalian hama dapat digolongkan kasus PH jika memenuhi syarat density

depedence dan self-sustenance.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

8) Dosen menutup pertemuan.

Silabus Matakuliah Pengendalian Hayati (AGT 414) Page 10 of 22

SAP IV

Kasus Pengendalian Hayati Hama Jeruk di Cina Menggunakan Semut

1. Pokok Bahasan :

Sejarah Pengendalian Hayati

2. Sub-pokok Bahasan:

Pengendalian Hayati Hama Jeruk di Cina Menggunakan Semut Rangrang

3. Tujuan Pembelajaran (TP):

Setelah menyelesaikan pembelajaran, mahasiswa diharapkan mampu memetik

hikmah dari kasus pengendalian hayati hama jeruk di Cina.

4. Sasaran Pembelajaran (SP):

Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu

● Menjelaskan tiga cara penggunaan semut rangrang untuk mengendalikan hama jeruk

di Cina.

● Menjelaskan keunggulan dan kelemahan penggunaan semut rangrang dalam

pengendalian hama jeruk.

● Menjelaskan bahwa semut rangrang memenuhi syarat sebagai musuh alami yang

self-sustenance dan density dependent.

● Menjelaskan bahwa penggunaan semut rangrang lebih baik daripada penggunaan

insektisida kimia.

5. Prosedur pembelajaran :

1) Dosen membuka pertemuan.

2) Dosen menjelaskan tiga cara penggunaan semut rangrang untuk mengendalikan

hama jeruk di Cina.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

3) Dosen menjelaskan keunggulan dan kelemahan penggunaan semut rangrang dalam

pengendalian hama jeruk.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

4) Dosen menjelaskan bahwa semut rangrang memenuhi syarat sebagai musuh alami

yang self-sustaining dan density dependent.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

5) Menjelaskan bahwa penggunaan semut rangrang di Cina lebih baik daripada

penggunaan insektisida kimia.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

6) Dosen merangkum seluruh materi kuliah.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

7) Dosen menutup pertemuan.

Silabus Matakuliah Pengendalian Hayati (AGT 414) Page 11 of 22

SAP V

Kasus Pengendalian Hayati Kutu Jeruk di California (PH Klasik)

1. Pokok Bahasan :

Sejarah Pengendalian Hayati

2. Sub-pokok Bahasan:

Pengendalian Hayati Kutu Jeruk di California

3. Tujuan Pembelajaran (TP):

Setelah menyelesaikan pembelajaran, mahasiswa diharapkan mampu memetik hikmah

dari kasus pengendalian hayati kutu jeruk di California.

4. Sasaran Pembelajaran (SP):

Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu:

● Menjelaskan dua alasan mengapa kasus PH hama kutu jeruk California itu disebut

juga PH klasik.

● Menjelaskan mekanisme terjadinya hama kutu jeruk di California tersebut.

● Menjelaskan kronologi peristiwa dalam kasus PH hama kutu jeruk California.

5. Prosedur pembelajaran :

1) Dosen membuka pertemuan.

2) Dosen menjelaskan dua alasan mengapa kasus PH hama kutu jeruk California itu

disebut juga PH klasik.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

3) Dosen menjelaskan mekanisme terjadinya hama kutu jeruk di California tersebut.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

4) Dosen menayangkan kurva dan menjelaskan kronologi peristiwa dalam kasus PH

hama kutu jeruk California.

Mahasiswa menyimak, mencatat, dan menyalin kurva yang ditayangkan dosen.

5) Dosen merangkum seluruh materi kuliah.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

6) Dosen menutup pertemuan.

Silabus Matakuliah Pengendalian Hayati (AGT 414) Page 12 of 22

SAP VI

Kasus Pengendalian Hayati Ngengat Kelapa di Fiji

1. Pokok Bahasan :

Sejarah Pengendalian Hayati

2. Sub-pokok Bahasan:

Pengendalian Hayati Ngengat Kelapa di Fiji

3. Tujuan Pembelajaran (TP):

Setelah menyelesaikan pembelajaran, mahasiswa diharapkan mampu memetik hikmah

dari kasus pengendalian hayati ngengat kelapa di Fiji.

4. Sasaran Pembelajaran (SP):

Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu:

1) Menceritakan kembali kasus pengendalian hayati ngengat kelapa di Fiji 1920-an.

2) Menjelaskan faktor-faktor penentu keberhasilan PH ngengat kelapa di Fiji.

5. Prosedur pembelajaran :

1) Dosen membuka pertemuan.

2) Dosen menjelaskan mekanisme terjadinya hama ngengat kelapa di Fiji.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

3) Dosen menjelaskan upaya-upaya pemerintah Fiji untuk mengatasi masalah tersebut.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

4) Dosen menjelaskan secara secara kronologis tiga ekspedisi pencarian musuh alami

ngengat kelapa Fiji.

Mahasiswa menyimak, mencatat, dan menyalin kurva yang ditayangkan dosen.

5) Dosen merangkum seluruh materi kuliah dan menggarisbawahi faktor-faktor

penentu keberhasilan PH ngengat kelapa Fiji.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

6) Dosen menutup pertemuan.

Silabus Matakuliah Pengendalian Hayati (AGT 414) Page 13 of 22

SAP VII

Bioekologi Pengendalian Hayati

1. Pokok Bahasan :

Bioekologi Pengendalian Hayati

2. Sub-pokok Bahasan :

Pengendalian populasi dalam ekosistem pertanian

3. Tujuan Pembelajaran (TP) :

Setelah menyelesaikan pembelajaran, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan

mekanisme pengendalian hayati dalam agroekosistem.

4. Sasaran Pembelajaran (SP) :

Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu:

1) Menjelaskan sifat dan ciri populasi dalam agroekosistem

2) Menjelaskan konsep rantai makanan dan jaring makanan dalam agroekosistem

3) Menjelaskan mekanisme mekanisme pengendalian hayati hama dalam

agroekosistem

5. Prosedur pembelajaran :

1) Dosen membuka pertemuan.

2) Dosen menjelaskan komponen-komponen agroekosistem.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

3) Dosen menjelaskan sifat dan ciri populasi hama tanaman di agroekosistem.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

4) Dosen menjelaskan konsep rantai makanan dan jaring makanan di agroekosistem.

Mahasiswa menyimak, mencatat, dan menyalin kurva yang ditayangkan dosen.

5) Dosen merangkum seluruh materi kuliah dan menggarisbawahi fungsi musuh alami

(predator, parasitoid, entomopatogen) sebagai agen pengendali hama (herbivora) di

agroekosistem.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

6) Dosen menutup pertemuan.

Silabus Matakuliah Pengendalian Hayati (AGT 414) Page 14 of 22

SAP VIII

Mekanisme Terjadinya Hama (Resurjensi) di Agroekosistem

1. Pokok Bahasan :

Bioekologi Pengendalian Hayati

2. Sub-pokok Bahasan :

Mekanisme Terjadinya Hama

3. Tujuan Pembelajaran (TP) :

Setelah menyelesaikan pembelajaran, mahasiswa diharapkan mampu memahami

mekanisme terjadinya hama dan resurjensi hama di agroekosistem

4. Sasaran Pembelajaran (SP) :

Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu:

1) Menjelaskan akibat aplikasi insektisida (intensif) terhadap kekuatan asosiasi

antarpopulasi tiga kelompok arthropoda (hama, musuh alami, pesaing) pada

agroekosistem monokultur

2) Menjelaskan akibat aplikasi insektisida (intensif) terhadap kekuatan asosiasi

antarpopulasi tiga kelompok arthropoda (hama, musuh alami, pesaing) pada

agroekosistem polikultur

3) Menjelaskan mekanisme terjadinya hama (resurjensi) di agroekosistem monokultur

4) Menjelaskan mekanisme terjadinya hama (resurjensi) di agroekosistem polikultur

5. Prosedur pembelajaran :

1) Dosen membuka pertemuan.

2) Dosen menjelaskan interelasi antara tumbuhan, hama (herbivora), musuh alami

(nir-herbivora), dan pesaing hama (herbivora nir-hama).

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

3) Dosen mengilustrasikan kasus-kasus hama yang justru terjadi setelah aplikasi

insektisida (resurjensi).

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

4) Dosen menjelaskan dampak aplikasi insektisida terhadap interelasi antartiga

populasi atau sub-populasi serangga di agroekosistem (hama-musuh alami, hama-

pesaing, dan musuh alami-pesaing).

Mahasiswa menyimak, mencatat, dan menanggapi pernyataan dosen bila

diperlukan.

5) Dosen mengaitkan naik-turunnya interelasi antartiga populasi serangga di

agroekosistem dengan potensi terjadinya ledakan hama di ekosistem tersebut.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

6) Dosen merangkum seluruh materi kuliah dan menggarisbawahi bahwa hama dapat

mengalami ledakan populasi melalui jalur persaingan (kompetisi) atau jalur

permakanan (trofi).

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

7) Dosen menutup pertemuan.

Silabus Matakuliah Pengendalian Hayati (AGT 414) Page 15 of 22

SAP IX

Metode Pengendalian Hayati

1. Pokok Bahasan :

Metode Pengendalian Hayati

2. Sub-pokok Bahasan:

Teknik Pengendalian Hayati

3. Tujuan Pembelajaran (TP):

Setelah menyelesaikan pembelajaran, mahasiswa diharapkan mampu membedakan tiga

teknik pengendalian hayati, yaitu introduksi, augmentasi, dan konservasi

4. Sasaran Pembelajaran (SP):

Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu:

1) Mengidentifikasi perbedaan tiga teknik pengendalian hayati, yaitu introduksi,

augmentasi, dan konservasi

2) Mengidentifikasi situasi dan kondisi yang melatarbelakangi penggunaan masing-

masing dari ketiga teknik pengendalian hayati tersebut.

5. Prosedur pembelajaran :

1) Dosen membuka pertemuan.

2) Dosen mengulas kembali (rekonstruksi) tiga kasus pengendalian hayati:

pengendalian kutujeruk California, pengendalian hama jeruk di Cina menggunakan

semut rangrang, dan pengendalian penggerek batang di perkebunan-perkebunan

tebu.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

3) Dosen menanyakan kepada mahasiswa apakah mahasiswa dapat menunjukkan

perbedaan cara / teknik penggunaan musuh alami pada masing-masing dari ketiga

kasus pengendalian hayati tsb.

Mahasiswa menyimak, mencatat, dan menjawab pertanyaan dosen.

4) Dosen mengafirmasi / mengoreksi jawaban mahasiswa dan menekankan adanya

tiga perbedaan cara / teknik pengendalian hayati, yaitu introduksi (pada kasus

pertama), augmentasi (pada kasus kedua), dan konservasi (pada kasus ketiga).

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

5) Dosen menjelaskan situasi dan kondisi yang melatarbelakangi penggunaan masing-

masing dari ketiga teknik pengendalian hayati tersebut.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

6) Dosen merangkum seluruh materi kuliah dan menggarisbawahi bahwa

pengendalian hayati dapat dilakukan dengan cara introduksi, augmentasi, atau

konservasi musuh alami.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

7) Dosen menutup pertemuan.

Silabus Matakuliah Pengendalian Hayati (AGT 414) Page 16 of 22

SAP X

Metode Kuantifikasi Aktivitas Musuh Alami (Predator dan Parasitoid)

1. Pokok Bahasan :

Metode Pengendalian Hayati

2. Sub-pokok Bahasan:

Kuantifikasi Aktivitas Musuh Alami (Predator dan Parasitoid)

3. Tujuan Pembelajaran (TP):

Setelah menyelesaikan pembelajaran, mahasiswa diharapkan mampu menguantifikasi

aktivitas predator dan parasitoid

4. Sasaran Pembelajaran (SP):

Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu:

1) Menjelaskan perbedaan konsep tanggap fungsional versus tanggap numerik predator

2) Menghitung persentase parasitasi parasitoid

5. Prosedur pembelajaran :

1) Dosen membuka pertemuan.

2) Dosen mengulas kembali (rekonstruksi) dua indikator pengendalian hayati, yaitu

density dependence dan self-sustenance.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

3) Dosen menanyakan kepada mahasiswa apakah mahasiswa dapat menjelaskan /

mengira-ngira bagaimana cara mengukur atau menguantifikasi kedua konsep

tersebut.

Mahasiswa menyimak, mencatat, dan menjawab pertanyaan dosen.

4) Dosen mengafirmasi / mengoreksi jawaban mahasiswa dan menekankan bahwa

density dependence dapat diukur dengan analisis tanggap fungsional sedangkan

self-sustenance dapat diukur dengan menganalisis tanggap numerik predator

(musuh alami).

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

5) Dosen menjelaskan konsep tanggap fungsional dan tanggap numerik predator.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

6) Dosen menjelaskan cara menghitung persentase parasitasi parasitoid.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

7) Dosen merangkum seluruh materi kuliah dan menggarisbawahi bahwa kinerja

pengendalian hayati (musuh alami) dapat diukur atau dikuantifikasi dengan

menganalisis kurva tanggap fungsional / tanggap numerik dan menghitung persen

parasitasi.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

8) Dosen menutup pertemuan.

Silabus Matakuliah Pengendalian Hayati (AGT 414) Page 17 of 22

SAP XI

Metode Kuantifikasi Aktivitas Musuh Alami (Entomopatogen)

1. Pokok Bahasan :

Metode Pengendalian Hayati

2. Sub-pokok Bahasan:

Kuantifikasi Aktivitas Musuh Alami (Entomopatogen)

3. Tujuan Pembelajaran (TP):

Setelah menyelesaikan pembelajaran, mahasiswa diharapkan mampu menguantifikasi

aktivitas entomopatogen

4. Sasaran Pembelajaran (SP):

Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu:

1) Menghitung efisiensi penularan (daya tular) entomopatogen

2) Menghitung daya infeksi entomopatogen

5. Prosedur pembelajaran :

1) Dosen membuka pertemuan.

2) Dosen menjelaskan model patosistem serangga hama dan komponen-

komponennya.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

3) Dosen menjelaskan teori penjangkitan penyakit dan peluruhan penyakit serangga

hama.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

4) Dosen menjelaskan kaitan antara penjangkitan penyakit dan daya tular

entomopatogen serta antara peluruhan penyakit dan daya infeksi entomopatogen

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

5) Dosen menjelaskan cara menghitung daya tular dan daya infeksi entomopatogen

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

6) Dosen merangkum seluruh materi kuliah dan menggarisbawahi bahwa aktivitas

entomopatogen dapat dihitung / dikuantifikasi berdasar efisiensi penularannya

dan/atau daya infeksinya pada serangga hama (inang).

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

7) Dosen menutup pertemuan.

Silabus Matakuliah Pengendalian Hayati (AGT 414) Page 18 of 22

SAP XII

Metode Eksklusi Musuh Alami

1. Pokok Bahasan :

Metode Pengendalian Hayati

2. Sub-pokok Bahasan:

Eksklusi Musuh Alami

3. Tujuan Pembelajaran (TP):

Setelah menyelesaikan pembelajaran, mahasiswa diharapkan mampu membedakan dua

cara menguantifikasi aktivitas musuh alami, yaitu melalui teknik eksklusi kimiawi dan

mekanis

4. Sasaran Pembelajaran (SP):

Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu mengenali

perbedaan pada studi eksklusi kimiawi dan eksklusi mekanis

5. Prosedur pembelajaran :

1) Dosen membuka pertemuan.

2) Dosen menjelaskan bahwa ada cara lain dalam menguantifikasi aktivitas musuh

alami; di antaranya adalah eksperimen menggunakan pendekatan eksklusi musuh

alami.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

3) Dosen menjelaskan metode eksklusi kimiawi.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

4) Dosen menjelaskan metode eksklusi mekanis

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

5) Dosen merangkum seluruh materi kuliah dan menggarisbawahi bahwa aktivitas

musuh alami dapat juga dihitung / dikuantifikasi secara eksperimental

menggunakan metode eksklusi kimiawi atau eksklusi mekanis.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

6) Dosen menutup pertemuan.

Silabus Matakuliah Pengendalian Hayati (AGT 414) Page 19 of 22

SAP XIII

Identifikasi Predator dan Parasitoid

1. Pokok Bahasan :

Pengenalan Agen Pengendalian Hayati (Musuh Alami)

2. Sub-pokok Bahasan:

Predator dan Parasitoid

3. Tujuan Pembelajaran (TP):

Setelah menyelesaikan pembelajaran, mahasiswa diharapkan mampu membedakan

sifat-sifat predator versus parasitoid

4. Sasaran Pembelajaran (SP):

Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu:

1) Membedakan sifat-sifat (karakter) predator versus parasitoid

2) Membedakan berbagai golongan (serangga) parasitoid dan parasitisme

5. Prosedur pembelajaran :

1) Dosen membuka pertemuan.

2) Dosen mengulas kembali (merekonstruksi) pengertian musuh alami (agen hayati)

dalam konteks pengendalian hayati konvensional, khususnya predator dan

parasitoid.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

4) Dosen menjelaskan secara rinci perbedaan sifat predator versus parasitoid.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

5) Dosen menjelaskan adanya berbagai sifat dan golongan parasitoid (parasitisme),

sebagai berikut.

● parasitoid primer versus parasitoid sekunder (hiperparasitoid)

● endoparasitoid versus ektoparasitoid

● parasitoid soliter versus parasitoid gregarius

● superparasitisme versus parasitisme ganda

● parasitoid telur/larva/pupa

● parasitoid soliter versus parasitoid greg

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

6) Dosen merangkum seluruh materi kuliah dan menggarisbawahi:

● Adanya sifat dan karakter yang berbeda antara predator dan parasitoid.

● Ada berbagai golongan parasitoid (tipe parasitisme).

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

7) Dosen menutup pertemuan.

Silabus Matakuliah Pengendalian Hayati (AGT 414) Page 20 of 22

SAP XIV

Sistem Reproduksi Hymenoptera Parasitik

1. Pokok Bahasan :

Pengenalan Agen Pengendalian Hayati (Musuh Alami)

2. Sub-pokok Bahasan:

Sistem Reproduksi Hymenoptera Parasitik

3. Tujuan Pembelajaran (TP):

Setelah menyelesaikan pembelajaran, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan

sistem reproduksi pada serangga Hymenoptera parasitik

4. Sasaran Pembelajaran (SP):

Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan

perbedaan dan persamaan antatiga sistem reproduksi pada Hymenoptera parasitik.

5. Prosedur pembelajaran :

1) Dosen membuka pertemuan.

2) Dosen mengulas kembali (merekonstruksi) pengertian tentang parasitoid dan

Mengingatkan kembali bahwa salah satu kelompok parasitoid adalah serangga dari

ordo Hymenoptera.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

3) Dosen menjelaskan bahwa Hymenoptera memiliki sistem reproduksi umum yang

disebut sistem haplodiploidi, di mana ovum yang terbuahi akan berkembang menjadi

zuriat betina (diploid) sedangkan ovum yang tidak terbuahi akan berkembang

menjadi zuariat jantan (haploid).

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

4) Dosen menjelaskan bahwa efektivitas parasitasi ditentukan oleh kemampuan tetua

parasitoid untuk menghasilkan zuriat betina.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

4) Dosen menjelaskan bahwa sistem reproduksi haplodiploidi pada Hymenoptera

parasitik dapat mengambil salah satu dari tiga bentuk (tipe), yaitu:

● arrhenotoky

● deuterotoky

● thelyotoky

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

6) Dosen merangkum seluruh materi kuliah dan menggarisbawahi adanya tiga tipe

(sistem) reproduksi Hymenoptera parasitik.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

7) Dosen menutup pertemuan.

Silabus Matakuliah Pengendalian Hayati (AGT 414) Page 21 of 22

SAP XV

Identifikasi Ordo Arthropoda Musuh Alami

1. Pokok Bahasan :

Identifikasi (Pengenalan) Musuh Alami

2. Sub-pokok Bahasan:

Identifikasi Ordo-ordo Arthropoda Musuh Alami

3. Tujuan Pembelajaran (TP):

Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu

mengidentifikasi berbagai ordo arthropoda musuh alami.

4. Sasaran Pembelajaran (SP):

Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu mengenali

sifat dan ciri berbagai ordo Arachnida dan Serangga musuh alami.

5. Prosedur pembelajaran :

1) Dosen membuka pertemuan.

2) Dosen mengulas kembali (merekonstruksi) pengertian tentang predator dan

parasitoid (serangga parasitik).

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

3) Dosen menjelaskan tentang sifat dan ciri Araneae (laba-laba).

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

4) Dosen menjelaskan tentang sifat dan ciri Acari predator.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

5) Dosen menjelaskan tentang sifat dan ciri Odonata.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

6) Dosen menjelaskan tentang sifat dan ciri Dermaptera predator.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

7) Dosen menjelaskan tentang sifat dan ciri Orthoptera predator.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

8) Dosen menjelaskan tentang sifat dan ciri Coleoptera predator.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

9) Dosen menjelaskan tentang sifat dan ciri Hemiptera predator.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

10) Dosen menjelaskan tentang sifat dan ciri Diptera predator dan parasitik.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

11) Dosen menjelaskan tentang sifat dan ciri predator dan parasitik.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

12) Dosen merangkum seluruh materi kuliah dan menggaribawahi nama-nama ordo

Arachnida dan Serangga musuh alami.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

13) Dosen menutup pertemuan.

Silabus Matakuliah Pengendalian Hayati (AGT 414) Page 22 of 22

SAP XVI

Identifikasi Famili Capung (Odonata)

1. Pokok Bahasan :

Identifikasi (Pengenalan) Musuh Alami

2. Sub-pokok Bahasan:

Identifikasi Famili Capung

3. Tujuan Pembelajaran (TP):

Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu

mengidentifikasi berbagai famili capung.

4. Sasaran Pembelajaran (SP):

Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu mengenali

sifat dan ciri berbagai famili capung.

5. Prosedur pembelajaran :

1) Dosen membuka pertemuan.

2) Dosen mengulas kembali (merekonstruksi) kasus bahwa capung merupakan salah

satu kelompok serangga yang seluruh anggotanya berperilaku sebagai predator.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

3) Dosen menjelaskan tentang morfologi umum capung.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

4) Dosen menjelaskan tentang morfologi kepala capung.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

5) Dosen menjelaskan tentang morfologi sayap capung.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

6) Dosen menjelaskan tentang morfologi abdomen capung.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

7) Dosen merangkum seluruh materi kuliah dan menggaribawahi bahwa:

● pengenalan atas famili-famili capung dapat dilakukan berdasar morfologi kepala,

sayap dan abdomennya.

● pengenalan atas famili-famili arthropoda musuh alami lainnya juga dapat

dilakukan berdasar kekhasan morfologi tubuh masing-masing.

Mahasiswa menyimak dan mencatat.

8) Dosen menutup pertemuan.