session yang menjadi tuan rumah. ldiadakan di kuala lumpur … · 2018-08-27 · rintah memindah...

1
MINGGU, 11 MARET 2018 L ive Design Discourse yang pertama diadakan di Kuala Lumpur dengan melibatkan partisipasi dari PAM, SIA, ASA, dan IAI pada 25-27 Juli 2017 yang merupakan salah satu rangkaian acara Kuala Lumpur Architectural Festival. Workshop kedua diadakan di Singapore pada 9- 13 Oktober 2017 yang menjadi satu rangkaian dengan Archexpo 2017. Penyelenggaraan di Surabaya Indonesia pada 18-24 Februari 2018 merupakan yang ketiga kalinya dalam kurun waktu satu tahun. Acara itu menjadi satu rangkaian dalam perhelatan Indonesia Architecture Convention 2018. Live Design Discourse ini merupakan wadah bagi peserta untuk mengeksplorasi dan menen- tukan penyelesaian masalah melalui pendekatan/proporsi arsitektural ter- hadap suatu lokasi/site. Kegiatan ini meli- batkan 4 praktisi dan 4 mahasiswa dari masing-masing negara (Malaysia, Singapore, Thailand, dan Indonesia). Seluruh peserta kemudian diacak dan ditempatkan dalam 4 kelompok yang dipimpin oleh seorang praktisi. Revitalisasi Fokus studi pada 3rd Live design Discourse beberapa waktu yang lalu mengambil tema ìThe Rise of Kalimas Riverî yaitu mengenai revi- talisasi dae- rah pinggir sungai. Objek studinya pada salah satu segmen sungai Kalimas Surabaya yang bertujuan untuk mengangkat kembali fungsi dan nilai kawasan pinggir Kalimas sehingga menjadi daya tarik dan magnet baru untuk kawasan lain di sekitarnya. Kegiatan inti adalah studio session yang terbagi menjadi 8 sesi dengan rentang waktu antara tanggal 18-24 Februari 2018. Perwakilan dari negara Indonesia yang mengikuti kegiatan 3rd Live Design Discourse sebanyak 4 orang, yaitu Aprilea S Ariadi dan Prana Kusuma mewak- ili mahasiswa dari Jawa Tengah yang berasal dari Universitas Diponegoro, serta Jessica Khow dan Christian Harsono yang berasal dari Universitas Tanjung Pura-Pontianak. Peserta lainnya berasal dari Thailand : Setthawut Phatuma-opas, Kanyarat Eksittichoke, Thamon- on Manaboon dan Jirapinha Jiarawish, Malaysia : Nurul husna Zulfikli, Aimanalfahmi Abdilkashaf, Muhammadaizat Anuar, Syahidah Samsir, dan Singapura : Joshua Tan Seh Kiat, Choo Ee Pin, Lim Teng Yu, Eunice dan Chloe Liang Xiu Ling. Sementara itu tiga dari empat perwakil- an praktisi yang dipi- lih untuk menjadi mentor pada 3rd Live design Discourse dari Indonesia yaitu, Vonny Rimbawidjaja, IAI (indonesia), Parlindungan Ravelino, ST MD IAI (indonesia), Resza Riskiyanto, ST MT IAI (indonesia) dan Ar Nur Safuraa Abd Razak (Malaysia) Pada akhir kegiatan setiap grup diminta untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya pada tang- gal 22 Februari 2017 di Hotel Majapahit, Sesi pre- sentasi tersebut disaksikan oleh setiap Presiden Asosisasi dari Setiap Negara yaitu Ong Tze Boon (SIA), Ar Ezumi Harzani Ismail (PAM), Ahmad Djuhara, IAI (Indonesia) dan beberapa arsitek lainnya. Salah satu hasil karya grup juga dipresen- tasikan di hadapan Walikota Surabaya, Ibu Tri Rismaharini, untuk menjadi bahan masukan bagi pemerintah kota mengenai pe- ngembangan sisi sungai Kalimas Surabaya. Resza Riskiyanto- Bidang Pendidikan Arsi- tektur IAI Daerah Jawa Tengah. (63) Berbagi Ide di 3rd Live Design Discourse Live Design Discourse adalah sebuah kegiatan workshop yang diinisiasi pada pertemuan Tri-Nations di Bangkok. Penyelenggaraannya tidak ditetapkan pada jangka waktu tertentu, namun mengkuti perhelatan acara arsitektur besar yang dilaksanakan di setiap negara yang menjadi tuan rumah. PERKEMBANGAN sejarah Kota Semarang dimulai dari garis pantai utara Jawa dan selalu ter- hubung dengan kondisi geografis pantai rendah dan landai di utara kota yang hijau subur, berbukit dan pegunungan di selatan. Pelabuhan adalah awal dari perubahan dan perkembangan kota pesisir. Kekuatan pemerintah dan modal mulai membangun pelabuhan yang berdampak besar terhadap perkembangan perdagangan. Sejak abad ke-17 Semarang dikuasai Kerajaan Mataram. Ketika VOC datang dan menguasai Semarang, secara bertahap peme- rintah memindah pelabuhan dari Mangkang ke Groete Boom atau Boom Lama (di Kampung Melayu Semarang ada Pasar Boom Lama) di akhir Kali Semarang. Pada abad ke-17 dibangun pelabuhan baru, Havenkanaal, dengan membangun kanal baru Kalibaru abad ke-19. Pada abad ke-20 setelah merdeka, Pelabuhan Semarang di bawah pemerintahan Indonesia. Sungai utama dan besar di Semarang adalah Sungai Kaligarang dan Sungai Banjirkanal. Di satu titik Sungai Kaligarang di Simongan, orang-orang yang membangun Sungai Semarang dari pedalaman kota ke laut. Setelah Sungai Semarang menjadi sistem transportasi, kawasan di sepanjang sungai berangsur-angsur jadi permukiman. Pasar terbentuk karena ada permukiman nelayan, pelabuhan, dan Kali Semarang. Pasar pertama adalah Pasar Ngilir di dekat ujung Kali Semarang yang dibangun abad ke-16 di Kampung Melayu. Sejak abad ke-15 sudah terbentuk permuki- man lain di Bubakan (Jurnatan) dan Pekojan di timurlaut Semarang. Kiai Ageng Pandanaran memperluas kepercayaan umat Islam di Semarang dengan mendirikan permukiman di Bubakan. Putra Kiai Ageng Pandanaran (Kiai Ageng Pandanaran II) kemudian jadi bupati per- tama di Semarang di bawah Kerajaan Demak. Kawasan sekitar Kauman jadi pusat pemerintahan tradisional Kabupaten Semarang dengan alun- alun kota dan masjid utama, Masjid Agung Kauman. Di tengah Kali Semarang dekat Kampung Melayu dan Kauman, karena ada enam pasar di Kampung Melayu dan sekitar Kampung Kauman, dibangunlah pelabuhan kota Sleko di depan Kota Lama. Pelabuhan itu jadi tempat bagi petani dan nelayan menurunkan ikan, sayuran, dan barang lain untuk diperdagangkan di Pasar Johar Lama, Pasar Pedamaran, Pasar Beteng, Pasar Jurnatan, dan Pasar Pekojan yang semula bera- da di sepanjang Kali Semarang. Kampung Kauman pun jadi salah satu pusat perdagangan di Semarang selain Pecinan. Kedatangan Belanda pada 1708 ke Semarang lebih dulu untuk berdagang. Namun secara berta- hap memberlakukan perdagangan monopoli dan terakhir mendirikan pemerintahan. Itu mengubah arah sejarah Semarang dari kota tradisional ke modern. Kota tradisional berkembang alami dengan pusat kota berupa permukiman etnis berbeda yang tinggal bersama. Namun di bawah VOC, secara bertahap dipisahkan dalam kelom- pok etnis sehingga jika terjadi kerusuhan mudah mengatasi. Pertama, VOC membangun benteng militer pada 1705 di ujung Sungai Semarang. Itu sebagai strategi pertahanan dan menyelamatkan aktivitas perdagangan di pelabuhan. Pada 1741 terjadi kerusuhan China di Batavia dan Semarang. Pemberontakan Tionghoa didu- kung orang Jawa yang tak menyukai VOC yang menguntung- kan pedagang Eropa dan Belanda. Didukung pasukan militer dari Batavia, VOC mampu mengatasi pemberontakan. Pada tahun ini, untuk menyelamatkan kota, mere- ka membangun benteng kota (kastil) dengan dinding di sekeliling berupa lima kait yang menghubungkan benteng dengan nama Benteng Fifjhoek. Sebagai konsekuensi dari kerusuhan, VOC mengharuskan penduduk Tionghoa di Semarang tinggal di kamp konsentrasi Pecinan di sela- tan permukiman Belanda. Mereka membangun pos militer untuk men- jaga orang Tionghoa di Pecinan. Orang China harus menunjukkan kartu pas di pos militer setiap kali datang dan pergi. Belanda membawa revolusi industri dengan menghadirkan kereta api. Semarang menjadi kota modern. Angkutan kereta api mengubah gaya hidup masyarakat dari masyarakat agraris ke industri. Perkembangan fasilitas kota, teruta- ma sistem trem dan pengembangan bangunan dari stasiun kereta, perumahan, dan kantor mon- umental di sepanjang jalan utama Jalan Bodjong dan Jalan Pontjol, membuat Semarang menjadi salah satu kota modis di Jawa. Akhir abad ke-19 Semarang jadi gemeente (kota praja), yang mungkin bisa mengatasi kemacetan. Orang Tionghoa tinggal di kompleks padat, Pecinan, di sepanjang sungai. Orang Tionghoa dengan bisnisnya cenderung mendekati orang Belanda. Orang Arab dengan sistem kehidupan dan ekonomi religius cende- rung tinggal di sekitar masjid di pusat kota. Etnis Jawa dan etnis lain hidup kembali di kampung, desa-desa di kota-kota, tersembunyi di balik pepohonan sepanjang sungai. 63) - Dr Ir Krisprantono, staf pengajar Fakultas Arsitektur dan Desain Unika Soegijapranata Semarang Dari Alur Sungai Kota Semarang Berkembang K awasan Kampong Glam ini sudah ada sejak tahun 1950 dan dengan bangunan-bangunan berarsitektur Melayu. Jalan Haji Lane berdekatan dengan Arab Street dan Masjid Sultan yang cukup terkenal di Singapura. Dapat dikatakan kawasan ini merupakan kawasan wisata dan sejarah. Kawasan ini cukup ramai oleh wisa- tawan terutama pada sore hari , banyak restoran dan kafe yang menyajikan makanan halal sehingga ba- nyak wisata- wan muslim yang ber- kunjung. Biasa- nya resto india de- ngan nasi birya- ninya dan tur- ki yang menyaji- kan makan- an kebab, har- ganya pun sangat terjangkau sehingga ka- wasan ini ramai oleh wisatawan. Kawasan Kampong Glam berada diantara bangunan tinggi yang megah dan modern. Salah satunya adalah Raffless Hospital yang berdesain modern. Sementara kawasan ini lebih didominasi oleh arsitektur Melayu. Tam- pak pada gambar koridor Jalan Haji Lane yang kontras dengan latar belakang gedung tinggi. Hal yang kontras ini justru menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung dan menik- mati suasana koridor jalan. Lingkungannya bersih dan teratur, tidak tampak kumuh walau- pun dihiasi mural atau grafiti pada dinding ba- ngunan. Alur pejalan kaki mengalir di sepan- jang koridor Haji Lane tanpa diganggu kenda- raan bermotor yang melintas. Aktivitas wisata- wan untuk bebas berfoto dan berjalan santai sambil berbincang membuat suasana lebih semarak. Mural bisa jadi merupakan elemen untuk menambah citra kawasan yang lebih menarik dan atraktif. Sekarang ini banyak diterapkan di permukiman padat penduduk dan diterapkan pada bangunan dengan tema yang berbeda ñbeda. Hal ini menjadi nilai tambah kawasan permukiman dan menjadi daerah kunjungan wisata. Ke depan sepertinya mural akan tetap menjadi tren dan banyak melibatkan baik pelukis profe- sional maupun anak-anak muda yang kre- atif untuk lebih memperindah lingkungan agar lebih nyaman untuk dikunjungi.(63) Anityas Dian Susanti, ST, MT, IAI, AA. | Pengurus dan anggota IAI Jateng; Dosen Arsitektur di Universitas Pandanaran Semarang Oleh Anityas Dian Susanti TRAVELING ARSITEKTUR : Kawasan Haji Lane Singapura Oleh Krisprantono

Upload: others

Post on 01-Jan-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: session yang menjadi tuan rumah. Ldiadakan di Kuala Lumpur … · 2018-08-27 · rintah memindah pelabuhan dari Mangkang ke Groete Boom atau Boom Lama (di Kampung Melayu Semarang

MINGGU, 11 MARET 2018

Live Design Discourse yang pertamadiadakan di Kuala Lumpur denganmelibatkan partisipasi dari PAM, SIA,ASA, dan IAI pada 25-27 Juli 2017yang merupakan salah satu rangkaian

acara Kuala Lumpur Architectural Festival.Workshop kedua diadakan di Singapore pada 9-13 Oktober 2017 yang menjadi satu rangkaian

dengan Archexpo 2017. Penyelenggaraan diSurabaya Indonesia pada 18-24 Februari 2018merupakan yang ketiga kalinya dalam kurun waktusatu tahun. Acara itu menjadi satu rangkaiandalam perhelatan Indonesia ArchitectureConvention 2018.

Live Design Discourse ini merupakan wadahbagi peserta untuk mengeksplorasi dan menen-

tukan penyelesaian masalah melaluipendekatan/proporsi arsitektural ter-hadap suatu lokasi/site. Kegiatan ini meli-batkan 4 praktisi dan 4 mahasiswa darimasing-masing negara (Malaysia,Singapore, Thailand, dan Indonesia).Seluruh peserta kemudian diacak danditempatkan dalam 4 kelompok yangdipimpin oleh seorang praktisi.Revitalisasi

Fokus studi pada 3rd Live designDiscourse beberapa waktu yang lalumengambil tema ìThe Rise ofKalimas Riverî yaitumengenai revi-talisasi dae-rah

pinggir sungai. Objek studinya pada salah satusegmen sungai Kalimas Surabaya yang bertujuanuntuk mengangkat kembali fungsi dan nilaikawasan pinggir Kalimas sehingga menjadi dayatarik dan magnet baru untuk kawasan lain disekitarnya.

Kegiatan inti adalah studio session yangterbagi menjadi 8 sesi dengan rentang waktuantara tanggal 18-24 Februari 2018. Perwakilandari negara Indonesia yang mengikuti kegiatan3rd Live Design Discourse sebanyak 4 orang,yaitu Aprilea S Ariadi dan Prana Kusuma mewak-ili mahasiswa dari Jawa Tengah yang berasaldari Universitas Diponegoro, serta Jessica Khowdan Christian Harsono yang berasal dariUniversitas Tanjung Pura-Pontianak. Pesertalainnya berasal dari Thailand : SetthawutPhatuma-opas, Kanyarat Eksittichoke, Thamon-on Manaboon dan Jirapinha Jiarawish, Malaysia: Nurul husna Zulfikli, Aimanalfahmi Abdilkashaf,Muhammadaizat Anuar, Syahidah Samsir, dan

Singapura : Joshua TanSeh Kiat, Choo EePin, Lim Teng Yu,Eunice dan ChloeLiang Xiu Ling.

Sementara itu tigadari empat perwakil-an praktisi yang dipi-lih untuk menjadimentor pada3rd Livedesign

Discourse dari Indonesia yaitu, VonnyRimbawidjaja, IAI (indonesia), ParlindunganRavelino, ST MD IAI (indonesia), ReszaRiskiyanto, ST MT IAI (indonesia) dan Ar NurSafuraa Abd Razak (Malaysia)

Pada akhir kegiatan setiap grup diminta untukmempresentasikan hasil pekerjaannya pada tang-gal 22 Februari 2017 di Hotel Majapahit, Sesi pre-sentasi tersebut disaksikan oleh setiap PresidenAsosisasi dari Setiap Negara yaitu Ong Tze Boon(SIA), Ar Ezumi Harzani Ismail (PAM), AhmadDjuhara, IAI (Indonesia) dan beberapa arsiteklainnya. Salah satu hasil karya grup juga dipresen-tasikan di hadapan Walikota Surabaya, Ibu TriRismaharini, untuk menjadi bahan masukan bagipemerintah kota mengenai pe-ngembangan sisi sungai KalimasSurabaya. Resza Riskiyanto-Bidang Pendidikan Arsi-tektur IAI DaerahJawa Tengah.(63)

Berbagi Ide di 3rd Live Design DiscourseLive Design Discourse adalah sebuah kegiatan workshop yang diinisiasi

pada pertemuan Tri-Nations di Bangkok. Penyelenggaraannya

tidak ditetapkan pada jangka waktu tertentu, namun mengkuti perhelatan

acara arsitektur besar yang dilaksanakan di setiap negara

yang menjadi tuan rumah.

PERKEMBANGANsejarah Kota Semarangdimulai dari garis pantai utara Jawa dan selalu ter-hubung dengan kondisi geografis pantai rendahdan landai di utara kota yang hijau subur, berbukitdan pegunungan di selatan. Pelabuhan adalahawal dari perubahan dan perkembangan kotapesisir. Kekuatan pemerintah dan modal mulaimembangun pelabuhan yang berdampak besarterhadap perkembangan perdagangan.

Sejak abad ke-17 Semarang dikuasaiKerajaan Mataram. Ketika VOC datang danmenguasai Semarang, secara bertahap peme-rintah memindah pelabuhan dari Mangkang keGroete Boom atau Boom Lama (di KampungMelayu Semarang ada Pasar Boom Lama) di

akhir Kali Semarang. Pada abad ke-17dibangun pelabuhan baru, Havenkanaal,dengan membangun kanal baru Kalibaruabad ke-19. Pada abad ke-20 setelahmerdeka, Pelabuhan Semarang dibawah pemerintahan Indonesia.

Sungai utama dan besar di Semarangadalah Sungai Kaligarang dan SungaiBanjirkanal. Di satu titik Sungai

Kaligarang di Simongan, orang-orang yangmembangun Sungai Semarang dari pedalamankota ke laut. Setelah Sungai Semarang menjadisistem transportasi, kawasan di sepanjangsungai berangsur-angsur jadi permukiman.Pasar terbentuk karena ada permukimannelayan, pelabuhan, dan Kali Semarang. Pasarpertama adalah Pasar Ngilir di dekat ujung KaliSemarang yang dibangun abad ke-16 diKampung Melayu.

Sejak abad ke-15 sudah terbentuk permuki-man lain di Bubakan (Jurnatan) dan Pekojan ditimurlaut Semarang. Kiai Ageng Pandanaranmemperluas kepercayaan umat Islam diSemarang dengan mendirikan permukiman diBubakan. Putra Kiai Ageng Pandanaran (KiaiAgeng Pandanaran II) kemudian jadi bupati per-tama di Semarang di bawah Kerajaan Demak.

Kawasan sekitar Kaumanjadi pusat pemerintahantradisional KabupatenSemarang dengan alun-alun kota dan masjidutama, Masjid AgungKauman.

Di tengah Kali Semarangdekat Kampung Melayu danKauman, karena ada enam pasardi Kampung Melayu dan sekitarKampung Kauman, dibangunlahpelabuhan kota Sleko di depan Kota Lama.Pelabuhan itu jadi tempat bagi petani dannelayan menurunkan ikan, sayuran, dan baranglain untuk diperdagangkan di Pasar Johar Lama,Pasar Pedamaran, Pasar Beteng, PasarJurnatan, dan Pasar Pekojan yang semula bera-da di sepanjang Kali Semarang. KampungKauman pun jadi salah satu pusat perdagangandi Semarang selain Pecinan.

Kedatangan Belanda pada 1708 ke Semaranglebih dulu untuk berdagang. Namun secara berta-hap memberlakukan perdagangan monopoli danterakhir mendirikan pemerintahan. Itu mengubaharah sejarah Semarang dari kota tradisional kemodern. Kota tradisional berkembang alami

dengan pusat kota berupa permukiman etnisberbeda yang tinggal bersama. Namun di bawahVOC, secara bertahap dipisahkan dalam kelom-pok etnis sehingga jika terjadi kerusuhan mudahmengatasi. Pertama, VOC membangun bentengmiliter pada 1705 di ujung Sungai Semarang. Itusebagai strategi pertahanan dan menyelamatkanaktivitas perdagangan di pelabuhan.

Pada 1741 terjadi kerusuhan China di Bataviadan Semarang. Pemberontakan Tionghoa didu-

kung orang Jawa yang takmenyukai VOC yang menguntung-kan pedagang Eropa dan Belanda.Didukung pasukan militer dariBatavia, VOC mampu mengatasipemberontakan. Pada tahun ini,untuk menyelamatkan kota, mere-ka membangun benteng kota(kastil) dengan dinding di sekelilingberupa lima kait yangmenghubungkan benteng dengannama Benteng Fifjhoek. Sebagaikonsekuensi dari kerusuhan, VOCmengharuskan pendudukTionghoa di Semarang tinggal dikamp konsentrasi Pecinan di sela-tan permukiman Belanda. Merekamembangun pos militer untuk men-

jaga orang Tionghoa di Pecinan. Orang Chinaharus menunjukkan kartu pas di pos militer setiapkali datang dan pergi.

Belanda membawa revolusi industri denganmenghadirkan kereta api. Semarang menjadikota modern. Angkutan kereta api mengubahgaya hidup masyarakat dari masyarakat agrariske industri. Perkembangan fasilitas kota, teruta-ma sistem trem dan pengembangan bangunandari stasiun kereta, perumahan, dan kantor mon-umental di sepanjang jalan utama Jalan Bodjongdan Jalan Pontjol, membuat Semarang menjadisalah satu kota modis di Jawa.

Akhir abad ke-19 Semarang jadi gemeente(kota praja), yang mungkin bisa mengatasikemacetan. Orang Tionghoa tinggal di komplekspadat, Pecinan, di sepanjang sungai. OrangTionghoa dengan bisnisnya cenderungmendekati orang Belanda. Orang Arab dengansistem kehidupan dan ekonomi religius cende-rung tinggal di sekitar masjid di pusat kota. EtnisJawa dan etnis lain hidup kembali di kampung,desa-desa di kota-kota, tersembunyi di balikpepohonan sepanjang sungai. 63)

- Dr Ir Krisprantono, staf pengajar FakultasArsitektur dan Desain Unika SoegijapranataSemarang

Dari Alur SungaiKota SemarangBerkembang

Kawasan Kampong Glam ini sudahada sejak tahun 1950 dan denganbangunan-bangunan berarsitektur

Melayu. Jalan Haji Lane berdekatan denganArab Street dan Masjid Sultan yang cukupterkenal di Singapura. Dapat dikatakankawasan ini merupakan kawasan wisata dansejarah. Kawasan ini cukup ramai oleh wisa-tawan terutama pada sore hari , banyak

restoran dan kafe yangmenyajikan makanan

halal sehingga ba-nyak wisata-

wan muslimyang ber-

kunjung.Biasa-nyarestoindiade-ngannasibirya-

ninyadan tur-

ki yangmenyaji-

kan makan-an kebab, har-

ganya pun sangatterjangkau sehingga ka-

wasan ini ramai oleh wisatawan.

Kawasan Kampong Glam berada diantarabangunan tinggi yang megah dan modern.Salah satunya adalah Raffless Hospital yangberdesain modern. Sementara kawasan inilebih didominasi oleh arsitektur Melayu. Tam-pak pada gambar koridor Jalan Haji Laneyang kontras dengan latar belakang gedungtinggi. Hal yang kontras ini justru menjadi dayatarik wisatawan untuk berkunjung dan menik-mati suasana koridor jalan. Lingkungannyabersih dan teratur, tidak tampak kumuh walau-pun dihiasi mural atau grafiti pada dinding ba-ngunan. Alur pejalan kaki mengalir di sepan-jang koridor Haji Lane tanpa diganggu kenda-raan bermotor yang melintas. Aktivitas wisata-wan untuk bebas berfoto dan berjalan santaisambil berbincang membuat suasana lebihsemarak.

Mural bisa jadi merupakan elemen untukmenambah citra kawasan yang lebihmenarik dan atraktif. Sekarang ini banyakditerapkan di permukiman padat pendudukdan diterapkan pada bangunan dengantema yang berbeda ñbeda. Hal ini menjadinilai tambah kawasan permukiman danmenjadi daerah kunjungan wisata. Ke depansepertinya mural akan tetap menjadi trendan banyak melibatkan baik pelukis profe-sional maupun anak-anak muda yang kre-atif untuk lebih memperindah lingkunganagar lebih nyaman untuk dikunjungi.(63)

— Anityas Dian Susanti, ST, MT, IAI,AA. | Pengurus dan anggota IAI Jateng;

Dosen Arsitektur di UniversitasPandanaran Semarang

OlehAnityas Dian Susanti

TRAVELING ARSITEKTUR : Kawasan Haji Lane Singapura

Oleh Krisprantono