self disclosure

7
Self-Disclosure (Pengungkapan Diri) [4/19/2010 01:23:00 AM | 5 comments ] Dalam suatu interaksi antara individu dengan orang lain, apakah orang lain akan menerima atau menolak, bagaimana mereka ingin orang lain mengetahui tentang mereka akan ditentukan oleh bagaimana individu dalam mengungkapkan dirinya. Pengungkapan diri (self-disclosure) adalah proses menghadirkan diri yang diwujudkan dalam kegiatan membagi perasaan dan informasi dengan orang lain (Wrightsman, 1987). Menurut Morton (dalam Sears, dkk., 1989) pengungkapan diri merupakan kegiatan membagi perasaan dan informasi yang akrab dengan orang lain. Informasi di dalam pengungkapan diri ini bersifat deskriptif atau evaluatif. Deskniptif artinya individu melukiskan berbagai fakta mengenai diri sendiri yang mungkin belum diketahui oleh pendengar seperti, jenis pekerjaan, alamat dan usia. Sedangkan evaluatif artinya individu mengemukakan pendapat atau perasaan pribadinya seperti tipe orang yang disukai atau hal-hal yang tidak disukai atau dibenci. Pengungkapan diri ini dapat berupa berbagai topik seperti informasi perilaku, sikap, perasaan, keinginan, motivasi dan ide yang sesuai dan terdapat di dalam diri orang yang bersangkutan. Kedalaman dan pengungkapan diri seseorang tergantung pada situasi dan orang yang diajak untuk berinteraksi. Jika orang yang berinteraksi dengan menyenangkan dan membuat merasa aman serta dapat membangkitkan semangat maka kemungkinan bagi idividu untuk lebih membuka diri amatlah besar. Sebaliknya pada beberapa orang tertentu yang dapat saja menutup diri karena merasa kurang percaya (Devito, 1992). Dalam proses pengungkapan diri nampaknya individu-individu yang terlibat memiliki kecenderungan mengikuti norma resiprok (timbal balik). Bila seseorang menceritakan sesuatu yang bersifat pribadi, maka akan cenderung memberikan reaksi yang sepadan. Pada umumnya mengharapkan orang lain memperlakukan sama seperti memperlakukan mereka (Raven & Rubin, 1983). “Seseorang yang mengungkapkan informasi pribadi yang lebih akrab daripada yang kita lakukan akan membuat kita merasa terancam dan kita akan lebih senang mengakhiri hubungan semacam ini. Bila sebaliknya kita yang mengungkapkan diri terlalu akrab dibandingkan orang lain, kita akan merasa bodoh dan tidak aman” (Sears, dkk., 1988). Kebudayaan juga memiliki pengaruh dalam pengungkapan diri seseorang. Tiap-tiap bangsa dengan corak budaya masing-masing memberikan batas tertentu sampai sejauh mana individu pantas atau tidak pantas mengungkapkan diri. Kurt Lewin (dalam Raven

Upload: latifa-sary

Post on 29-Nov-2015

53 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Self Disclosure

Self-Disclosure (Pengungkapan Diri)[4/19/2010 01:23:00 AM | 5 comments ]

Dalam suatu interaksi antara individu dengan orang lain, apakah orang lain akan menerima atau menolak,

bagaimana mereka ingin orang lain mengetahui tentang mereka akan ditentukan oleh bagaimana individu dalam

mengungkapkan dirinya. Pengungkapan diri (self-disclosure) adalah proses menghadirkan diri yang diwujudkan

dalam kegiatan membagi perasaan dan informasi dengan orang lain (Wrightsman, 1987).

Menurut Morton (dalam Sears, dkk., 1989) pengungkapan diri merupakan kegiatan membagi perasaan dan

informasi yang akrab dengan orang lain. Informasi di dalam pengungkapan diri ini bersifat deskriptif atau

evaluatif. Deskniptif artinya individu melukiskan berbagai fakta mengenai diri sendiri yang mungkin belum

diketahui oleh pendengar seperti, jenis pekerjaan, alamat dan usia. Sedangkan evaluatif artinya individu

mengemukakan pendapat atau perasaan pribadinya seperti tipe orang yang disukai atau hal-hal yang tidak

disukai atau dibenci.

Pengungkapan diri ini dapat berupa berbagai topik seperti informasi perilaku, sikap, perasaan, keinginan,

motivasi dan ide yang sesuai dan terdapat di dalam diri orang yang bersangkutan. Kedalaman dan

pengungkapan diri seseorang tergantung pada situasi dan orang yang diajak untuk berinteraksi. Jika orang yang

berinteraksi dengan menyenangkan dan membuat merasa aman serta dapat membangkitkan semangat maka

kemungkinan bagi idividu untuk lebih membuka diri amatlah besar. Sebaliknya pada beberapa orang tertentu

yang dapat saja menutup diri karena merasa kurang percaya (Devito, 1992).

Dalam proses pengungkapan diri nampaknya individu-individu yang terlibat memiliki kecenderungan mengikuti

norma resiprok (timbal balik). Bila seseorang menceritakan sesuatu yang bersifat pribadi, maka akan cenderung

memberikan reaksi yang sepadan. Pada umumnya mengharapkan orang lain memperlakukan sama seperti

memperlakukan mereka (Raven & Rubin, 1983).

“Seseorang yang mengungkapkan informasi pribadi yang lebih akrab daripada yang kita lakukan akan membuat

kita merasa terancam dan kita akan lebih senang mengakhiri hubungan semacam ini. Bila sebaliknya kita yang

mengungkapkan diri terlalu akrab dibandingkan orang lain, kita akan merasa bodoh dan tidak aman” (Sears,

dkk., 1988).

Kebudayaan juga memiliki pengaruh dalam pengungkapan diri seseorang. Tiap-tiap bangsa dengan corak

budaya masing-masing memberikan batas tertentu sampai sejauh mana individu pantas atau tidak pantas

mengungkapkan diri. Kurt Lewin (dalam Raven & Rubin, 1983) dari hasil peneitiannya menemukan bahwa

orang-orang Amerika nampaknya lebih mudah terbuka daripada orang-orang Jerman, tetapi keterbukaan ini

hanya terbatas pada hal-hal permukaan saja dan sangat enggan untuk membuka rahasia yang menyangkut

pribadi mereka. Di lain pihak, orang Jerman pada awalnya lebih sulit untuk mengungkapkan diri meskipun untuk

hal-hal yang bersifat permukaan, namun jika sudah menaruh kepercayaan, maka mereka tidak enggan untuk

membuka rahasia pribadi mereka yang paling dalam.

Page 2: Self Disclosure

Tingkatan-tingkatan pengungkapan diri

Dalam proses hubungan interpersonal terdapat tingkatan-tingkatan yang berbeda dalam pengungkapan diri.

Menurut Powell (dalam Supratikna, 1995) tingkatan-tingkatan pengungkapan diri dalam komunikasi yaitu:

a. Basa-basi merupakan taraf pengungkapan diri yang paling lemah atau dangkal, walaupun terdapat

keterbukaan diantara individu, terapi tidak terjadi hubungan antar pribadi. Masing-masing individu berkomuniikasi

basa-basi sekedar kesopanan.

b. Membicarakan orang lain yang diungkapkan dalam komunikasi hanyalah tentang orang lain atau hal-hal yang

diluar dirinya. Walaupun pada tingkat ini isi komunikasi lebih mendalam tetapi pada tingkat ini individu tidak

mengungkapkan diri.

c. Menyatakan gagasan atau pendapat sudah mulai dijalin hubungan yang erat. Individu mulai mengungkapkan

dirinya kepada individu lain.

d. Perasaan: setiap individu dapat memiliki gagasan atau pendapat yang sama tetapi perasaan atau emosi yang

menyertai gagasan atau pendapat setiap individu dapat berbeda-beda. Setiap hubungan yang menginginkan

pertemuan antar pribadi yang sungguh-sungguh, haruslah didasarkan atas hubungan yang jujur, terbuka dan

menyarankan perasaan-perasaan yang mendalam.

e. Hubungan puncak: pengungkapan diri telah dilakukan secara mendalam, individu yang menjalin hubungan

antar pribadi dapat menghayati perasaan yang dialami individu lainnya. Segala persahabatan yang mendalam

dan sejati haruslah berdasarkan pada pengungkapan diri dan kejujuran yang mutlak.

Sementara Alman dan Taylor mengemukakan suatu model perkembangan hubungan dengan pengungkapan diri

sebagai media utamanya. Proses untuk mencapai keakraban hubungan antar pribadi disebut dengan istilah

penetrasi sosial . Penetrasi sosial ini terjadi dalam dua dimensi utama yaitu keluasan dan kedalaman. Dimensi

keluasan yaitu dimana seseorang dapat berkomunikasi dengan siapa saja baik orang asing atau dengan teman

dekat. Sedangkan dimensi kedalaman dimana seseorang berkomunikasi dengan orang dekat, yang diawali dan

perkembangan hubungan yang dangkal sampai hubungan yang sangat akrab, atau mengungkapkan hal-hal

yang bersifat pribadi tentang dirinya. Pada umumnya ketika berhubungan dengan orang asing pengungkapan diri

sedikit mendalam dan rentang sempit (topik pembicaraan sedikit). Sedangkan perkenalan biasa, pengungkapan

diri lebih mendalam dan rentang lebih luas. Sementara hubungan dengan teman dekat ditandai adanya

pengungkapan diri yang mendalam dan rentangnya terluas (topik pembicaraan semakin banyak) (Sears, dkk. ,

1999).

Fungsi pengungkapan diri.

Menurut Derlega dan Grzelak (dalam Sears, dkk., 1988) ada lima fungsi pengungkapan diri, yaitu :

a. Ekspresi (expression)

Dalam kehidupan ini kadang-kadang manusia mengalami suatu kekecewaan atau kekesalan, baik itu yang

menyangkut pekerjaan ataupun yang lainnya. Untuk membuang semua kekesalan ini biasanya akan merasa

senang bila bercerita pada seorang teman yang sudah dipercaya. Dengan pengungkapan diri semacam ini

Page 3: Self Disclosure

manusia mendapat kesempatan untuk mengekspresikan perasaan kita.

b. Penjernihan diri (self-clarification)

Dengan saling berbagi rasa serta menceritakan perasaan dan masalah yang sedang dihadapi kepada orang lain,

manusia berharap agar dapat memperoleh penjelasan dan pemahaman orang lain akan masalah yang dihadapi

sehingga pikiran akan menjadi lebih jernih dan dapat melihat duduk persoalannya dengan lebih baik.

c. Keabsahan sosial (sosial validation)

Setelah selesai membicarakan masalah yang sedang dihadapi, biasanya pendengar akan memberikan

tanggapan mengenai permasalahan tersebut Sehingga dengan demikian, akan mendapatkan suatu informasi

yang bermanfaat tentang kebenaran akan pandangan kita. Kita dapat memperoleh dukungan atau sebaliknya.

d. Kendali sosial (social control)

Seseorang dapat mengemukakan atau menyembunyikan informasi tentang keadaan dirinya yang dimaksudkan

untuk mengadakan kontrol sosial, misalnya orang akan mengatakan sesuatu yang dapat menimbulkan kesan

baik tentang dirinya.

e. Perkembangan hubungan (relationship development).

Saling berbagi rasa dan informasi tentang diri kita kepada orang lain serta saling mempercayai merupakan saran

yang paling penting dalam usaha merintis suatu hubungan sehingga akan semakin meningkatkan derajat

keakraban.

Pedoman dalam Pengungkapan Diri

Pengungkapan diri kadang-kadang menimbulkan bahaya, seperti resiko adanya penolakan atau dicemooh orang

lain, bahkan dapat menimbulkan kerugian material. Untuk itu, kita harus mempelajari secara cermat

konsekuensi-konsekuensinya sebelum memutuskan untuk melakukan pengungkapan diri. Menurut Devito (1992)

hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengungkapan diri adalah sebagai berikut:

a. Motivasi melakukan pengungkapan diri

Pengungkapan diri haruslah didorong oleh rasa berkepentingan terhadap hubungan dengan orang lain dan diri

sendiri. Sebab pengungkapan diri tidak hanya bersangkutan dengan diri kita saja tetapi juga bersangkutan

dengan orang lain. Kadang-kadang keterbukaan yang kita ungkapkan dapat saja melukai perasaan orang lain.

b. Kesesuaian dalam pengungkapan diri.

Dalam melakukan pengungkapan diri haruslah disesuaikan dengan keadaan lingkungan. Pengungkapan diri

haruslah dilakukan pada waktu dan tempat yang tepat. Misalnya bila kita ingin mengungkapkan sesuatu pada

orang lain maka kita haruslah bisa melihat apakah waktu dan tempatnya sudah tepat.

c. Timbal balik dan orang lain.

Selama melakukan pengungkapan diri, berikan lawan bicara kesempatan untuk melakukan pengungkapan

dirinya sendiri. Jika lawan bicara kita tidak melakukan pengungkapan diri juga, maka ada kemungkinan bahwa

orang, tersebut tidak menyukai keterbukaan yang kita lakukan.

Page 4: Self Disclosure

Membuka Cakrawala Diri Melalui Jendela Johari17 JULY 2009 11,097 VIEWS 10 COMMENTS

Dalam sebuah pelatihan yang diadakan di lingkungan kerja, saya ditanya mengenai hal-hal yang sebetulnya

sudah sering ditanyakan namun masih sulit juga mendapatkan jawaban. Sebelum saya diberi pertanyaan-

pertanyaan tentang diri sendiri dan kehidupan, pelatih menyuruh saya maju ke depan. Pelatih bertanya apa yang

paling saya takuti. Luka dan darah, jawab saya. Saya diam sejenak kemudian saya melanjutkan lagi bahwa saya

takut tidak bisa memenuhi harapan orang lain sehingga ini menjadi sebuah dilema dalam diri saya antara

menjadi diri sendiri dan menjadi apa yang diharapkan orang lain.

Semua peserta memberi tanggapan dengan anggukan kecil, mencerna informasi yang di dapat tentang saya.

Selain bertanya tentang apa yang ditakutkan diri saya, pelatih bertanya tentang apa tujuan saya hidup, apa

motivasi saya menjalani hidup, apa yang diinginkan saya, apa rencana-rencana hidup saya, apa yang saya

maknai dalam hidup saya, apakah kelebihan serta kekurangan saya, dan lainnya. Pertanyaan-pertanyaan itu

menyadarkan saya untuk bertanya pada diri sendiri: siapa sebenarnya diri saya?

Pertanyaan mudah namun sulit dijawab. Mungkin karena saya tidak mengenal diri saya. Lalu apakah Anda

mengenal diri Anda? Jika Anda merasa belum, Anda perlu mengenal Jendela Johari.

Proses mengenal diri dapat dilakukan tidak hanya dengan mencoba mengamati dan mengerti diri sendiri namun

dapat melalui interaksi yang dilakukan dengan orang lain. Asumsi ini membawa Joseph Luft dan Harry Ingham

menciptakan suatu teori atau model sebagai salah satu cara untuk melihat dinamika self-awareness yang

berkaitan dengan perilaku, perasaan, dan motif manusia. Model yang diciptakan tahun 1955 ini bernama Johari

Window atau Jendela Johari.

Jendela Johari terdiri dari sebuah persegi yang terbagi menjadi empat kuadran, yaitu Open, Blind, Hidden,

dan Unknown. Uraiannya dijelaskan di bawah ini:

Page 5: Self Disclosure

Kuadran 1 (Open) merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi yang diketahui oleh diri kita sendiri dan

orang lain. Misalnya orang lain mengetahui nama saya, tempat tinggal saya, warna kesukaan saya, makanan

yang saya sukai, dan lainnya. Ketika seseorang baru berkenalan dengan orang lain, ukuran kuadran 1 yang tidak

terlalu besar akan membuka seiring pertukaran informasi yang di dapat dari interaksi. Ketika proses saling

mengenal terus berlanjut, batas kuadran akan bergeser ke kanan dan ke bawah untuk memperbesar kuadran 1.

Kuadran 2 (Blind) merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi yang diketahui oleh orang lain, tetapi tidak

diketahui oleh diri kita sendiri. Misalnya ketika orang lain menyatakan diri saya sebagai orang yang keras kepala

dan saya tidak menyadarinya. Apa yang diketahui oleh teman-teman saya dan saya yang semula tidak sadar

menjadi sadar membuat kuadran 2 saya mengecil sering dengan membesarnya kuadaran 1. Proses

mengecilnya kuadran 2 bisa terhambat jika orang lain tidak mau memberi tahu apa yang ia ketahui mengenai hal

yang saya tidak tahu. Misalnya ketika saya sedang berbicara dengan lawan bicara saya di depan umum, saya

jarang melakukan kontak mata sehingga membuat lawan bicara saya terganggu. Mungkin lawan bicara saya

tidak berkata apa-apa karena takut mempermalukan saya di depan orang lain. Namun dalam keadaan seperti ini,

saya menjadi kesulitan untuk mendapat informasi dan mengenali diri saya.

Kuadran 3 (Hidden) merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi yang diketahui oleh diri kita sendiri, tetapi

tidak diketahui oleh orang lain. Biasanya hal-hal yang disimpan di kuadran ini bersifat sangat pribadi atau

memalukan. Misalnya saya seorang homoseksual dan tidak bilang kepada orang lain bahwa saya adalah

seorang homoseksual. Ketika saya membuka diri saya dan menyatakan bahwa saya adalah seorang

homoseksual, maka kuadran 3 akan mengecil seiring dengan membesarnya kuadran 1. Proses penyingkapan

diri ini disebut self-disclosure. Selain self-disclosure, terdapat proses lain yaitu menerima umpan balik (feedback)

dari orang lain. Contoh penerimaan umpan balik adalah saya meminta umpan balik kepada orang lain tentang

kesan dan perasaannya setelah mendengar saya adalah seorang homoseksual lalu orang tersebut itu

menyatakan perasaan kecewa dan tidak suka, maka area kuadran 2 saya akan mengecil. Saya menjadi tahu

bahwa saya tidak disukai orang lain karena orientasi seksual saya.

Menurut Anita Kelly, penyingkapan diri tentang rahasia pribadi memiliki resiko. Terkadang seseorang memilih

untuk tidak bercerita hal-hal yang sifatnya personal seperti perilaku seksual, masalah kesehatan mental, atau

kesalahan besar yang pernah dilakukan. ‘If you give people information about yourself, you give them power over

you,’ menurutnya. Kegagalan dalam menemukan orang yang memberi reaksi yang tidak diharapkan membuat

seseorang semakin menutup diri. Daerah yang tidak disadari membuat bagian kepribadian yang di-

repress dalam ketidaksadaran yang tidak diketahui baik oleh diri sendiri maupun orang lain. Namun demikian

ketidaksadaran ini kemungkinan bisa muncul.

Kuadran 4 (Unknown) merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi yang tidak diketahui, baik oleh diri kita

sendiri ataupun oleh orang lain. Misalnya baik saya dan orang lain tidak tahu penyebab gangguan obsesif

kompulsif cuci tangan yang saya alami. Disinilah peran ahli seperti psikolog untuk menyingkap kuadran 4.

Misalnya kemungkinan munculnya gangguan obsesif kompulsif diakibatkan pemerkosaan yang pernah saya

alami ketika kecil bisa terjadi dan ini membuat kuadran 4 saya mengecil sementara kuadran 1 saya membesar

seiring dengan pengetahuan saya tentang penyebab gangguan obsesif kompulsif yang saya alami.

Pentingnya Mengenali Diri Sendiri

Mengenali diri sendiri adalah langkah awal dari proses penciptaan diri. Proses penyingkapan diri (self-disclosure)

dan meminta umpan balik (feedback) dalam model Jendela Johari ini dapat dilakukan ketika berinteraksi dengan

orang lain sebagai jalan untuk membuka cakrawala tentang diri. Dengan mengenali diri sendiri, manusia

mengetahui apa yang diri rasakan dan alasan diri berperilaku. Pemahaman terhadap diri akan memberikan

kesempatan untuk merubah hal-hal yang ingin diubah, secara sadar dan aktif menciptakan kehidupan yang diri

Page 6: Self Disclosure

inginkan. Mengetahui kelebihan dan kekurangan diri dapat membantu seseorang menentukan strategi hidup

untuk mendapatkan tujuan hidupnya. Tanpa tahu diri sendiri, penerimaan dan perubahan diri menjadi hal yang

tidak memungkinkan.