sejarah peradaban dan pemikiran bani umayyah i

27
DAFTAR ISI 1. Pendahuluan ....................................... 1 2. Perjalanan Dinasti Bani Umayyah I.................. 2 3. System Pemerintahan Dinasti Umayyah I.............. 6 4. Perkembangan Peradaban Dinasti Umayyah I........... 8 5. Penyebab Keruntuhan Bani Umayyah I................ 15 6. Daftar Pustaka.................................... 17

Upload: rifky-rosian-an-nur

Post on 13-Jun-2015

15.510 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sejarah Peradaban Dan Pemikiran Bani Umayyah i

DAFTAR ISI

1. Pendahuluan ..................................................................................................... 1

2. Perjalanan Dinasti Bani Umayyah I.................................................................. 2

3. System Pemerintahan Dinasti Umayyah I........................................................ 6

4. Perkembangan Peradaban Dinasti Umayyah I.................................................. 8

5. Penyebab Keruntuhan Bani Umayyah I......................................................... 15

6. Daftar Pustaka................................................................................................ 17

Page 2: Sejarah Peradaban Dan Pemikiran Bani Umayyah i

SEJARAH PERADABAN DAN PEMIKIRAN

BANI UMAYYAH I

A. Pendahuluan

Sebagai bagian dari khazanah masa lalu, sejarah panjang perjalanan islam

telah membentuk suatu peradaban yang mengalami pasang surut. Hal ini

tampak dalam hadis Nabi yang menjelaskan tentang keadaan dan kondisi umat

islam, yang dalam hal ini Nabi cirikan dengan keadaan para penguasanya.

Setidaknya beliau membagi fase peradaban islam setelah beliau wafat dalam

empat fase. Fase pertama adalah fase dimana kepemimpinan kaum muslimin

dikelola oleh orang-orang yang mengacu pada cara (manhaj) kepemimpinan

nabi, yang adil dan mengangkat kewibawaan Islam. fase ini disepakati sudah

berlalu dengan para aktornya adalah khulafaa-ur-rasyidiin.

Fase kedua merupakan masa dimana para penguasanya kebanyakan adalah

penguasa yang sombong, angkuh dan tidak lagi menggunakan manhaj

kepemimpinan nabi. Walaupun begitu, para penguasa di fase ini masih

menggunakan hukum-hukum Islam sebagai dasar perundangan negara.

Selanjutnya kaum muslimin akan dihadapkan dengan masa dimana para

penguasanya adalah penguasa yang zholim, kejam dan menindas kaumnya

sendiri. Fase inilah yang kemudian ditengarai sedang terjadi di dunia Islam

pada masa-masa sekarang. setelah fase yang ketiga ini selesai, maka akan

muncul masa dimana kepemimpinan umat Islam akan diusung kembali oleh

penguasa yang adil. Yaitu orang-orang yang memimpin sesuai dengan manhaj

kepemimpinan Rasulullah. Fase-fase peradaban Islam di atas, juga mewariskan

berbagai macam hal yang sangat mempengaruhi dan berharga pada dinamika

kehidupan peradaban manusia. Ditinjau dari warisan peradaban Islam dari masa ke

masa, akan terlihat perbedaan mendasar karakteristik warisan itu, sesuai dengan fase

peradaban Islam yang saat itu terjadi1.

1 Tinjauan Kritis Terhadap Fase-Fase Peradaban Islam, Afzalurrahman Assalam,http://WordPress.com

1

Page 3: Sejarah Peradaban Dan Pemikiran Bani Umayyah i

Dalam makalah ini kami membatasi diri dalam pembahasan dinasti Bani

Umayyah I, yang menjadi tonggak awal terbentuknya sistem monarkhi dalam

islam dan perkembangan peradaban di dunia islam.

B. Perjalanan Dinasti Bani Umayyah I

Bani Umayyah merupakan anak turun dari Umayyah bin Abdul Syams,

yang merupakan salah satu dari suku Quraisy. Pada masa sebelum islam bani

Umayyah selalu bersaing dengan bani Hasyim yang juga termasuk suku

Quraisy. Pada masa itu, bani Umayyah memegang peranan penting dalam

masyarakat Mekah. Merekalah yang menguasai pemerintahan dan

perdagangan pada masa itu. Akan tetapi, ketika agama islam mulai

berkembang dan mendapatkan pengikut, mereka merasa bahwa kekuasaan dan

perekonomiannya menjadi terancam2. Sehingga pada waktu itu mereka sangat

memusuhi agama islam. Namun pada akhirnya, ketika islam menjadi kuat dan

dapat menguasai Mekah, mereka mulai menyerah dan bahkan mau memeluk

islam. Diantara mereka terdapat Mu’awiyah bin Abu Sufyan yang dikemudian

hari menjadi pendiri dinasti Umayyah.

Kerajaan Bani Umayyah didirikan oleh Mu’awiyah Bin Abu Sufyan pada

tahun 41 H/661 M di Damaskus dan berlangsung hingga pada tahun 132H/750

M. Muawiyah bin Abu Sufyan adalah seorang politisi handal dimana

pengalaman politiknya sebagai gubernur Syam pada masa khalifah Utsman

bin Affan cukup mengantar dirinya mampu mengambil alih kekuasaan dari

gegaman keluarga Ali bin Abi Thalib. Tepatnya setelah Husein putra Ali bin

Thalib dapat dikalahkan oleh Umayyah.

Kekhalifahan Muawiyah ini diperoleh melalui kekerasan, diplomasi, dan

tipu daya , tidak dengan pemilihan. Hal ini berbeda dengan proses pemilihan

kepala Negara pada masa sebelumnya, yang diniliai cukup demokrasi. Dia

memang tetap menggunakan istilah khalifah, namun dia memberikan

interprestasi baru dari kata-kata itu untuk mengagungkan jabatan tersebut. Dia

2 Ensiklopedia Islam, dewan redaksi ensiklopedi islam, Ikhtiar Baru van Hoeve, Jakarta, 1994, vol. V hlm.130

2

Page 4: Sejarah Peradaban Dan Pemikiran Bani Umayyah i

menyebutnya "Khalifah Allah" dalam pengertian "penguasa" yang diangkat

oleh Allah.

Keberhasilan Muawiyah mendirikan Dinasti Umayyah bukan hanya akibat

dari kemenangan terbunuhnya Khalifah Ali, akan tetapi ia memiliki basis

rasional yang solid bagi landasan pembangunan politiknya dimasa depan.

Adapun faktor keberhasilan tersebut adalah :

1. Dukungan yang kuat dari rakyat Syria dari keluarga Bani Umayyah.

2. Sebagai administrator, Muawiyah mampu berbuat secara bijak dalam

menempatkan para pembantunya pada jabatan-jabatan penting.

3. Muawiyah memiliki kemampuan yang lebih sebagai negarawan sejati,

bahkan mencapai tingkat hilm sifat tertinggi yang dimiliki oleh para

pembesar Mekkah zaman dahulu, yang mana seorang manusia hilm seperti

Muawiyah dapat menguasai diri secara mutlak dan mengambil keputusan-

keputusan yang menentukan, meskipun ada tekanan dan intimidasi3.

Adapun raja-raja yang berkuasa pada dinasti Umayyah I ini berjumlah 14,

antara lain :

1. Mu’awiyah I bin Abi Sufyan (41-61H/661-680M)

2. Yazid bin Mu’awiyah (61-64H/680-683M)

3. Mu’awiyah II bin Yazid (64-65H/683-684M)

4. Marwan bin Hakam (65-66H/684-685M)

5. Abdul Malik bin Marwan (66-86H/685-705M)

6. Al-Walid bin Abdul Malik (86-97H/705-715M)

7. Sulaiman bin Abdul Malik (97-99H/715-717M)

8. Umar bin Abdul Azis (99-102H/717-720M)

9. Yazid bin Abdul Malik (102-106H/720-724M)

10. Hisyam bin Abdul Malik (106-126H/724-743M)

11. Al-Walid II bin Yazid (126-127H/743-744M)

12. Yazid III bin Walid(127H/744M)

13. Ibrahim bin Malik (127H/744M)

3 Kepemimpinan Pada Masa Bani Umayyah Dan Bani Abasiyah, http://zanikhan.multiply.com/

3

Page 5: Sejarah Peradaban Dan Pemikiran Bani Umayyah i

14. Marwan II bin Muhammad (127-133H/744-750M)

Ketika Yazid naik tahta, sejumlah tokoh terkemuka di Madinah tidak mau

menyatakan setia kepadanya. Yazid kemudian mengirim surat kepada

gubernur Madinah, memintanya untuk memaksa penduduk mengambil

sumpah setia kepadanya. Dengan cara ini, semua orang terpaksa tunduk,

kecuali Husein ibn Ali dan Abdullah ibn Zubair. Bersamaan dengan itu,

Syi’ah (pengikut Ali) melakukan konsolidasi (penggabungan) kekuatan

kembali. Perlawanan terhadab Bani Umayyah dimulai oleh Husein ibn Ali.

Setelah Yazid wafat, pemerintahan digantikan oleh Mu’awiyah II bin

Yazid. Namun, Mu’awiyah II tidak sanggup memerintah dan menyerahkan

kepemimpinannya kepada Marwan bin Hakam. Akan tetapi, Marwan hanya

memerintah selama 9 bulan dan mengundurkan diri karena tidak bisa

menghadapi pergolakan politik yang terjadi. Suasana kerajaan bisa dipulihkan

setelah kekhalifahan dipegang oleh Abdul Malik bin Marwan, tepatnya ketika

gerakan yang dipimpin oleh Abdullah bin Zubeir berhasil ditumpas. Pada masa

inilah kemajuan dinasti Umayyah dimulai, diantaranya :

a. Menetapkan Bahasa Arab sebagai bahasa resmi.

b. Mendirikan Balai kesehatan untuk rakyat.

c. Mendirikan Masjid di Damaskus.

Kejayaan Kerajaan Umayyah semakin menonjol setelah diperintahkan Al-Walid

bin Abdul Malik, yaitu tahun 705-715 M. Pada masanya, kerajaan Umayyah

mampu memperluas wilayah kekuasaan Islam sampai ke India, Afrika Utara,

hingga Maroko, dan Andalusia. Pada masa ini perluasan wilayah Islam

meliputi sebagai berikut:

a. Wilayah kekuasaan Kerajaan Romawi di Asia Kecil meliputi Ibukota

Konstantinopel serta perluasan ke beberapa pulau di Laut Tengah.

b. Wilayah Afrika Utara sampai ke pantai Atlantik dan menyeberangi selat

Jabal tarik (Selat Gibraltar).

c. Wilayah Timur, Bagian Utara di seberang sungai Jihun (Amru Daria).

4

Page 6: Sejarah Peradaban Dan Pemikiran Bani Umayyah i

Pada masa pemerintahan Khalifah Umar ibn Abd Al-Aziz (717-720 M)

hubungan pemerintah dengan golongan oposisi mulai membaik. Ketika

dinobatkan sebagai khalifah, Beliau menyatakan bahwa memperbaiki dan

meningkatkan negeri yang berada dalam wilayah Islam lebih baik daripada

menambah perluasannya. Ini berarti bahwa prioritas utama adalah

pembangunan dalam negeri. Meskipun masa pemerintahannya sangat singkat,

dia berhasil menjalin hubungan baik dengan golongan Syi’ah. Dia juga

memberi kebebasan kepada penganut agama lain untuk beribadah sesuai

dengan keyakinan dan kepercayaannya. Pajak diperingan, kedudukan Mawali

disejajarkan dengan muslim Arab.

Sepeninggal Umar ibn Abd Al-Aziz, kekuasaan Bani Umayyah berada di

bawah khalifah Yazid ibn Abd al-Malik (720- 724 M). Penguasa yang satu ini

terlalu gandrung kepada kemewahan dan kurang memperhatikan kehidupan

rakyat. Masyarakat yang sebelumnya hidup dalam ketenteraman dan

kedamaian, pada zamannya berubah menjadi kacau. Dengan latar belakang

dan kepentingan etnis politis, masyarakat menyatakan konfrontasi terhadap

pemerintahan Yazid ibn Abd Al-Malik. Kerusuhan terus berlanjut hingga

masa pemerintahan Khalifah berikutnya, Hisyam ibn Abd Al-Malik (724-743

M). Bahkan di zaman Hisyam ini muncul satu kekuatan baru yang menjadi

tantangan berat bagi pemerintahan Bani Umayyah. Kekuatan itu berasal dari

kalangan Bani Hasyim yang didukung oleh golongan Mawali dan merupakan

ancaman yang sangat serius. Dalam perkembangan berikutnya kekuatan baru

ini, mampu menggulingkan dinasti Umayyah dan menggantikannya dengan

dinasti baru, Bani Abbas. Sebenarnya Hisyam ibn Abd al-Malik adalah

seorang khalifah yang kuat dan terampil. Akan tetapi, karena gerakan oposisi

terlalu kuat khalifah tidak berdaya mematahkannya.

Sepeninggal Hisyam ibn Abd al-Malik, khalifah-khalifah Bani Umayyah

yang tampil bukan hanya lemah tetapi juga bermoral buruk. Hal ini makin

memperkuat golongan oposisi. Akhirnya, pada tahun 750 M, Daulat Umayyah

digulingkan Bani Abbas yang bersekutu dengan Abu Muslim al-Khurasani.

5

Page 7: Sejarah Peradaban Dan Pemikiran Bani Umayyah i

Marwan bin Muhammad, khalifah terakhir Bani Umayyah, melarikan diri ke

Mesir, ditangkap dan dibunuh di sana.

C. System Pemerintahan Dinasti Umayyah I

Memasuki masa kekuasaan Mu’awiyyah yang menjadi awal kekuasaan

bani Umayyah ini, sistem pemerintahan islam yang dulunya bersifat

demokrasi berubah menjadi monarki heredetis (kerajaan turun temurun).

Suksesi kepemimpinan secara turun temurun dimulai ketika Muawiyah

mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya,

Yazid4. Beliau menjadikan azas nepotisme sebagai dasar pengangkatan

khalifah. Hal ini menunjukkan bahwa Muawiyah bermaksud mencontoh

monarchi di Persia dan Bizantium, yakni penerapan garis-garis

kepemimpinan.

Perintah ini tentu saja memberikan sinyal awal bahwa kesetiaan terhadap

Yazid merupakan bentuk pengokohan terhadap sistem pemerintahan yang

turun temurun telah coba dibangun oleh Mu’awiyah. Tidak ada lagi suksesi

kepemimpinan berdasarkan asas musyawarah (syuro) dalam menentukan

seorang pemimpin baru. Mu’awiyah telah merubah model kekuasaan dengan

model kerajaan yang membenarkan regerisasi kekuasaan dengan cara

memberikan kepada putera mahkota. Orang-orang yang berada di luar garis

keturunan Mu’awiyah, secara substansial tidak memiliki ruang dan

kesempatan yang sama untuk memimpin pemerintah Umat Islam, karena

sistem dinasti hanya membenarkan satu kebenaran bahwa suksesi hanya bisa

diberikan kepada keturunan dalam dinasti tersebut5.

Tradisi bentuk khilafah konfederasi yang dicanangkan Rasul pada tahun

622 M (awal periode Madinah), terus berlanjut hingga masa Dinasti Umayyah

sejak tahun 661 M. Bedanya, Rasul menerapkan bentuk konfederasi kabilah,

sedangkan Dinasti Umayyah menerapkan konfederasi propinsi. Untuk

4 Taqiyuddin Ibnu Taimiyah, As-Syiyasah As-Syar’iyah fi Islah Ar-Ra’iyah (Mesir, Darul Kitab al-Gharbi, 1951), hlm. 42

5 Dinasti Bani Umayyah : (Perkembangan Politik, Gerakan Oposisi, Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Kejatuhan Dinasti), Mohammad Suhaidi RB http://deemuhammad.blogspot.com

6

Page 8: Sejarah Peradaban Dan Pemikiran Bani Umayyah i

menangani banyaknya propinsi yang ada, maka khalifah ketika itu, Muawiyah

bin Abu Sofyan, mencoba menggabung beberapa wilayah menjadi satu

propinsi. Wilayah-wilayah ini terus berkembang sejalan dengan keberhasilan

program futuhat. Setiap gubernur memilih amir atas jajahan yang berada

dalam kekuasaannya, dan para amir tersebut bertanggung jawab langsung

kepada khalifah. Konsekuensinya, para amir berfungsi sebagai khalifah di

daerah. Nilai politis kebijakan ini adalah upaya sentralisasi wilayah

kekuasaan, mengingat potensi daerah-daerah tersebut dalam menopang

jalannya pemerintahan, baik dari sudut pandang ekonomi, maupun keamanan

dan pertahanan nasional. Pada masa Hisyam bin Abdul Malik, Gubernur

mempunyai wewenang penuh dalam hal administrasi politik dan militer dalam

propinsinya, namun penghasilan daerah ditangani oleh pejabat tertentu (sahib

al-kharaj) yang mempunyai tanggung jawab langsung pada khalifah.

Pada masa pemerintahan Muawiyah Konsolidasi Internal mulai dilakukan.

Tujuannya adalah untuk memperkokoh barisan dalam rangka pertahanan dan

keamanan dalam negeri, antisipasi atas setiap gerakan pemberontak, dan untuk

memperlancar program futuhat. Ada lima diwan (lembaga) yang menopang

suksesnya konsolidasi yang dilakukan, yakni: Diwan al-Jund (Urusan Kemiliteran),

Diwan ar-Rasail (Urusan Administrasi dan Surat), Diwan al-Barid (Urusan Pos),

Diwan al-Kharaj (Urusan Keuangan), dan Diwan al-Khatam (Urusan Dokumentasi)6.

Dari segi organisasi militer, pada masa dinasti ini bangsa arab telah

mencapai perkembangan yang cukup signifikan. Jumlah tentara ketika

pemerintahan berada dibawah kekuasan Muawiyah berjumlah 60.000 orang,

dengan anggaran sebesar 60 juta dirham. Setelah penaklukan Bizantium,

angkatan perang Umayyah didata dalam sebuah organisasi yang cukup besar.

Satu divisi terdiri dari 5 corp, dua corp untuk barisan depan, satu corp untuk

barisan tengah, dan dua corp lagi adalah untuk barisan belakang. Organisasi

ini masih terus berlangsung hingga akhir pemerintahan Marwan (II) bin

Muhammad. Ia menghapus organisasi ini dan mengenalkan susunan tentara

6 Dinasti Umayyah : Perkembangan Politik, Hermain El-Hermawan, Forum Kajian Islam Strategis Sumatra Utara

7

Page 9: Sejarah Peradaban Dan Pemikiran Bani Umayyah i

yang disebut kurdus. Para tentara dilengkapi dengan senjata canggih pada

masa itu, seperti peluru yang digerakkan dengan roket.

Dari segi cara hidup, para khalifah Dinasti Umayyah telah meninggalkan

pola dan cara hidup Nabi Muhammad SAW dan Khulafa' Ar-Rasyidun.

Mereka menjaga jarak dengan masyarakat, dengan tinggal di istana yang

dikelilingi oleh para pengawal. Baitul mal yang selama masa pemerintahan

sebelumnya difungsikan sebagai dana swadaya masyarakat yang difungsikan

untuk kepentingan rakyat, pada masa Umayyah telah berubah fungsi. Kecuali

ketika dinasti Umayyah di bawah pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, kas

negara adalah milik penguasa dan keluarganya. Rakyat hanya wajib untuk

menyetor pajak tanpa mempunyai hak menanyakan penggunaannya. Pada

masa ini pajak Negara dialihkan menjadi harta pribadi para kholifah.

Pendapatan pajak diperoleh dari, pajak tanah, jizyah, zakat, cukai dan pajak

pembelian, upeti yang harus dibayar menurut perjanjian, seperlima ghonimah,

fai’, impor tambahan hasil bumi, hadiah festifal, dan upeti anak dari bangsa

barbar7.

D. Perkembangan Peradaban Dinasti Umayyah I

Dari berbagai periode pemerintahan Dinasti Umayyah, penaklukan

merupakan program utama pemerintah yang sudah mentradisi, kecuali pada

periode Umar bin Abdul Azis. Ekspansi yang terhenti pada masa khalifah

Utsman dan Ali dilanjutkan kembali oleh dinasti ini. Penaklukan tersebut erat

kaitannya dengan kondisi angkatan darat dan laut yang tangguh dan sistem

administrasi yang mapan, rapi, dan komplit. Konsekuensinya, segala

kebijakan pemerintah menentukan berhasil tidaknya penaklukan. Dengan

keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah, baik di timur maupun barat,

wilayah kekuasaan Islam masa Bani Umayyah ini betul-betul sangat luas.

Daerah-daerah itu meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina, Jazirah

Arabia, Irak, sebagian Asia Kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang

disebut Pakistan, Turkmenia, Uzbek, dan Kirgis di Asia Tengah.7 Pertumbuhan Dan Perkembangan Budaya Arab Pada Masa Dinasti Umayyah, Fadlil

Munawwar Manshur, majalah Humaniora Volum VI

8

Page 10: Sejarah Peradaban Dan Pemikiran Bani Umayyah i

Disamping ekspansi kekuasaan Islam, Bani Umayyah juga banyak berjasa

dalam pembangunan di berbagai bidang. Semasa bani Umayyah berkuasa,

banyak institusi politik dibentuk, misalnya undang-undang pemerintahan,

dewan menteri, lembaga sekretariat negara, jawatan pos dan giro serta

penasihat khusus di bidang politik. Dalam tatanan ekonomi dan keuangan juga

dibentuk jawatan ekspor dan impor, badan urusan logistik, lembaga sejenis

perbankan, dan badan pertanahan negara. Sedang dalam tatanan teknologi,

dinasti ini telah mampu menciptakan senjata-senjata perang yang canggih

pada masanya, sarana transportasi darat maupun laut, sistem pertanian maupun

pengairan8.

Muawiyah mendirikan dinas pos dan tempat-tempat tertentu dengan

menyediakan kuda yang lengkap dengan peralatannya di sepanjang jalan. Dia

juga berusaha menertibkan angkatan bersenjata dan mencetak mata uang.

Lambang Negara yang sebelumnya tidak pernah dibuat oleh Al-Khulafaur

Rasyidin, mulai dibuat pada masa ini. Ia menetapkan bendera merah sebagai

lambang negaranya, yang menjadi ciri khas kerajaan Umayyah.

Kholifah Abd Al-Malik mengubah mata uang Bizantium dan Persia yang

dipakai di daerah-daerah yang dikuasai Islam. Untuk itu, dia mencetak uang

tersendiri pada tahun 659 M dengan memakai kata-kata dan tulisan Arab. Ia

juga berhasil melakukan pembenahan-pembenahan administrasi pemerintahan

dan memberlakukan bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi

pemerintahan Islam.

Keberhasilan Khalifah Abd Al-Malik diikuti oleh puteranya Al-Walid ibn

Abd Al-Malik (705- 715 M) seorang yang berkemauan keras dan

berkemampuan melaksanakan pembangunan. Dia membangun panti-panti

untuk orang cacat. Semua personel yang terlibat dalam kegiatan yang humanis

ini digaji oleh negara secara tetap. Dia juga membangun jalan-jalan raya yang

menghubungkan suatu daerah dengan daerah lainnya, pabrik-pabrik, gedung-

gedung pemerintahan dan masjid-masjid yang megah.

8 Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam: Melacak Akar-akar Sosial, Politik dan Budaya Umat Islam: Rajawali Pers: Ajid Thohir hal 37

9

Page 11: Sejarah Peradaban Dan Pemikiran Bani Umayyah i

Selain melakukan perbaikan di berbagai bidang seperti yang telah

disebutkan di atas, dinasti Umayyah juga melakukan perubahan dalam

beberapa bidang, seperti :

a. Bidang sosial

Pada masa dinasti ini, stratifikasi sosial mulai dikenal. Rakyat

imperium arab terbagi kedalam empat golongan. Golongan pertama

merupakan golongan yang terdiri atas kaum muslimin yang memegang

kekuasaan dan dikepali oleh anggota istana serta kaum ningrat dari

penakluk arab. Golongan kedua merupakan golongan neomuslim, baik

dengan atas kemauan sendiri maupun paksaan. Golongan ketiga

merupakan kaum non muslim yang mengikat perjanjian dengan kaum

muslim. Golongan keempat merupakan golongan budak yang merupakan

golongan terendah.

Meskipun sistem pemerintahan tidak berjalan demokratis, namun

kondisi sosial pada masa dinasti Umayyah tetap damai dan adil.

Kebebasan memeluk agama pun juga dijamin. Diantara usaha positif yang

dilakukan oleh para khilafah daulah Bani Umayyah dalam

mensejahterakan rakyatnya ialah dengan memperbaiki seluruh sistem

pemerintahan dan menata administrasi yang bertugas mengurusi masalah

keuangan negara yang dipergunakan untuk:

1. Gaji pegawai dan tentara serta gaya tata usaha Negara.

2. Pembangunan pertanian, termasuk irigasi.

3. Biaya orang-orang hukuman dan tawanan perang

4. Perlengkapan perang9

Disamping usaha tersebut Daulah Bani Umayyah memberikan Hak

dan perlindungan kepada warga Negara yang berada dibawah pengawasan

dan kekuasaannya. Masyarakat mempunyai hak untuk mendapatkan

perlindungan hukum dan kesewenangan. Oleh karena itu Daulah ini

9 Sistem Sosial Budaya dan Model Pemerintahan Pada Masa Bani Umayyah, Imronfauzi.wordpress.com.

10

Page 12: Sejarah Peradaban Dan Pemikiran Bani Umayyah i

membentuk lembaga kehakiman. Lembaga kehakiman ini dikepalai oleh

seorang ketua Hakim (Qadli). Seorang hakim (Qadli) memutuskan perkara

dengan ijtihadnya. Para hakim menggali hukum berdasarkan Al-Qur’an

dan sunnah Nabi. Disamping itu kehakiman ini belum terpengaruh atau

dipengaruhi politik, sehingga para hakim dengan kekuasaan penuh berhak

memutuskan suatu perkara tanpa mendapat tekanan atau pengaruh suatu

golongan politik.

b. Bidang pendidikan

Nampaknya pendidikan Islam pada masa periode Dinasti Umayyah ini

hampir sama dengan pendidikan pada masa Khulafa ar Rasyiddin. Para

Khulafa agaknya kurang memperhatikan bidang pendidikan, sehingga

perkembangannya pun kurang maksimal. Meskipun demikian, Dalam

bidang ini, dinasti Umayyah memberikan andil yang cukup signifikan bagi

perkembangan budaya arab pada masa sesudahnya, terutama dalam

pengembangan ilmu-ilmu agama islam, sastra, dan filsafat.

Bila dibandingkan dengan masa Khulafa Ar-Rasyidin, pola pendidikan

Islam pada periode Dinasti Umayyah telah mengalami perkembangan. Hal

ini ditandai dengan semaraknya kegiatan ilmiah di tempat-tempat yang

telah disediakan untuk kegiatan tersebut. Materi yang diajarkan bertingkat-

tingkat dan bermacam-macam, dimana kurikulumnya telah disesuaikan

dengan tingkatannya masing-masing. Metode pengajarannya pun tidak

sama. Sehingga melahirkan beberapa pakar ilmuwan dalam berbagai

bidang tertentu.

Tempat-tempat yang telah disediakan demi perkembangan pendidikan

Islam pada masa Dinasti Umayyah ada tiga yaitu: Kuttab, Mesjid, dan

Majelis Sastra. Khuttab merupakan tempat anak-anak belajar menulis dan

membaca, menghafal Al Quran serta belajar pokok-pokok ajaran Islam.10

Setelah pelajaran anak-anak di kuttab selesai mereka melanjutkan

pendidikan yang dilakukan di mesjid. Pada Dinasti Umayyah ini,

10 Mahmud. Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta, PT. Hida Karya Agung, 1981, h. 39

11

Page 13: Sejarah Peradaban Dan Pemikiran Bani Umayyah i

pendidikan yang dilaksanakan di mesjid terdiri dari dua tingkat yaitu:

tingkat menengah dan tingkat tinggi. Pada tingkat menengah guru

belumlah ulama besar sedangkan pada tingkat tinggi gurunya adalah ulama

yang dalam ilmunya dan masyhur kealiman serta keahliannya. Sedangkan

Majelis sastra, merupakan balai pertemuan untuk membahas masalah

kesusasteraan dan juga sebagai tempat berdiskusi mengenai urusan politik

yang disiapkan oleh khalifah yang dihiasi dengan hiasan yang indah dan

hanya diperuntukkan bagi sastrawan dan ulama terkemuka.

c. Bidang seni

Pada masa Daulah Bani Umayyah ini bidang seni juga mengalami

perkembangan, terutama seni bahasa, seni suara, seni rupa, dan seni

bangunan (Arsitektur). Dalam bidang arsitektur, peranan kholifah daulah

Umayyah sangat menonjol. para kholifah sangat menyokong

perkembangan seni ini seperti menara yang diperkenalkan oleh

Mu’awiyah. Kubah as-sakhra di yerussalem yang dibangun oleh Abdul

Malik pada tahun 691, merupakan salah satu contoh hasil karya arsitek

muslim zaman permulaan yang paling cantik. Bangunan ini merupakan

masjid yang pertama kali ditutup dengan kubah. Pada sekitar abad VII

Walid ibn Abdul Malik membangun masjid agung di syiria berdasarkan

nama-nama penguasa dinasti umayyah. Dengan demikian, perkembangan

arsitektur mencapai puncaknya pada bentuk dan arsitektur masjid-masjid.

d. Ilmu pengetahuan

Pada masa dinasti ini, tepatnya pada paroh terakhir dinasti Umayyah, cabang-

cabang ilmu baru yang sebelumnya belum pernah diajarkan dalam dunia islam

mulai diajarkan seperti, tata bahasa, sejarah, geografi dan lain-lain. Pada masa

Umayyah, ilmu pengetahuan terbagi menjadi dua macam, yaitu :

1. Al-Adaabul Hadits (ilmu-ilmu baru), yang meliputi : Al-ulumul Islamiyah

(ilmu al-Qur’an, Hadist, Fiqh, al-Ulumul Lisaniyah, At-Tarikh dan al-

Jughrafi), Al-Ulumul Dakhiliyah (ilmu yang diperlukan untuk kemajuan

12

Page 14: Sejarah Peradaban Dan Pemikiran Bani Umayyah i

Islam), yang meliputi : ilmu thib, filsafat, ilmu pasti, dan ilmu eksakta

lainnya yang disalin dari Persia dan Romawi ;

2. Al-Adaabul Qadamah (ilmu lama), yaitu ilmu yang telah ada pasa zaman

Jahiliyah dan ilmu di zaman khalifah yang empat, seperti ilmu lughah, syair,

khitabah dan amtsal.11

Usaha yang tidak kalah pentingnya pada masa Dinasti Umayyah ini

dimulainya penterjemahan ilmu-ilmu dari bahasa lain ke dalam Bahasa

Arab, seperti yang dilakukan oleh Khalid ibn Yazid ibn Mu'awiyah. Ia

merupakan seorang orator dan penyair yang berpikiran tajam. Ia pula

orang yang pertama kali menerjemahkan ilmu pengetahuan yunani ke

dalam bahasa arab, seperti astronomi, kedokteran dan kimia12. Bahkan, Ia

memperoleh gelar kesarjanaan dalam bidang kimia dan kedokteran serta

mengarang beberapa buku dalam bidang tersebut. Pada masa Umar ibn

Abdul Aziz, sekolah kedokteran yang pada awalnya berada di Alexandria

dipindahkan ke Antokia. Di bawah pemerintahannya karya yunani banyak

yang diterjemahkan ke dalam bahasa arab.

Pada masa ini pula ilmu tafsir dan tafsir al-qur’an mulai berkembang

dengan pesat. Ilmu tafsir memiliki letak yang strategis, disamping karena

faktor luasnya kawasan Islam ke beberapa daerah luar Arab yang

membawa konsekwensi lemahnya rasa seni sastra arab, juga karena

banyaknya yang masuk Islam. Hal ini menyebabkan pencemaran bahasa

Al Quran dan makna Al Quran yang digunakan untuk kepentingan

golongan tertentu. Pencemaran Al Quran juga disebabkan oleh faktor

intervensi yang didasarkan kepada kisah-kisah Israiliyyat. Karena tuntutan

untuk mempelajari dan menafsirkan al-qur'an itulah, dua jenis ilmu

11 Dinasti Bani Umayyah : (Perkembangan Politik, Gerakan Oposisi, Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Kejatuhan Dinasti), Mohammad Suhaidi RB http://deemuhammad.blogspot.com

12 Ensiklopedia Islam vol. 5, dewan redaksi ensiklopedi islam, Ikhtiar Baru van Hoeve, Jakarta : 1994

13

Page 15: Sejarah Peradaban Dan Pemikiran Bani Umayyah i

pengetahuna yakni filologi dan leksikografi mendapatkan perhatian oleh

banyak orang13.

Selain ilmu tafsir, ilmu hadist juga mendapatkan perhatian serius.

Khalifah Umar ibn Abdul Aziz yang memerintah hanya dua tahun 717-720

M pernah mengirim surat kepada Abu Bakar ibn Amir bin Ham dan

kepada ulama yang lain untuk menuliskan dan mengumpulkan hadist-

hadist, namun hingga akhir pemerintahannya hal itu tidak terlaksana.

Sungguhpun demikian pemerintahan Umar ibn Aziz telah melahirkan

metode pendidikan alternative, yakni para ulama mencari hadist ke

berbagai tempat dan orang yang dianggap mengetahuinya yang kemudian

dikenal metode Rihlah. Pada masa dinasti inilah, kitab tentang ilmu hadist

sudah mulai dikarang oleh para ulama muslim. Beberapa ulama hadist

yang terkenal pada masa itu, antara lain : Abu Bakar Muhammad bin

Muslim bin Ubaidilah bin Abdullah bin Syihab az-Zuhri, Ibnu Abi

Malikah (Abdullah bin Abi Malikah at-Tayammami al-Makky, Al-Auza’i

Abdurrahman bin Amr, Hasan Basri as-Sya’bi.14

Dibidang fiqh secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua

kelompok yaitu aliran ahli al-Ra’y dan aliran al hadist, kelompok aliran

pertama ini mengembangkan hukum Islam dengan menggunakan analogi

atau Qiyas, sedangkan aliran yang kedua lebih berpegang pada dalil-dalil,

bahkan aliran ini tidak akan memberikan fatwa jika tidak ada ayat Al

Quran dan hadits yang menerangkannya. Nampaknya disiplin ilmu fiqh

menunjukkan perkembangan yang sangat berarti. Periode ini telah melahirkan

sejumlah mujtahid fiqh. Terbukti ketika akhir masa Umayyah telah lahir tokoh

mazhab yakni Imam Abu Hanifah di Irak dan Imam Malik Ibn Anas di Madinah,

sedangkan Imam Syafi’i dan Imam Ahmad ibn Hanbal lahir pada masa

Abbasyiyah.15

E. Penyebab Keruntuhan Dinasti Umayyah I

13 Pertumbuhan Dan Perkembangan Budaya Arab Pada Masa Dinasti Umayyah, Fadlil Munawwar Manshur, majalah Humaniora Volum VI

14 http://muhlis.files.wordpress.com.15 Munawar Chalil, Empat Biografi Imam Mazhab, Jakarta, Bulan Bintang, 1989, h. 23

14

Page 16: Sejarah Peradaban Dan Pemikiran Bani Umayyah i

Ada beberapa faktor yang menyebabkan dinasti bani Umayyah menjadi

lemah, yaitu :

1. Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang

baru bagi tradisi Arab yang lebih menekankan aspek senioritas.

Pengaturannya tidak jelas. Ketidakjelasan sistem pergantian khalifah ini

menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat di kalangan anggota

keluarga istana.

2. Latar belakang terbentuknya dinasti Bani Umayyah tidak bisa dipisahkan

dari konflik-konflik politik yang terjadi di masa Ali. Sisa-sisa Syi’ah (para

pengikut Ali) dan Khawarij terus menjadi gerakan oposisi, baik secara

terbuka seperti di masa awal dan akhir maupun secara tersembunyi seperti

di masa pertengahan kekuasaan Bani Umayyah. Penumpasan terhadap

gerakan-gerakan ini banyak menyedot kekuatan pemerintah.

3. Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, pertentangan etnis antara suku

Arabia Utara (Bani Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada

sejak zaman sebelum Islam, makin meruncing. Perselisihan ini

mengakibatkan para penguasa Bani Umayyah mendapat kesulitan untuk

menggalang persatuan dan kesatuan. Disamping itu, sebagian besar

golongan mawali (non Arab), terutama di Irak dan wilayah bagian timur

lainnya, merasa tidak puas karena status mawali itu menggambarkan suatu

inferioritas, ditambah dengan keangkuhan bangsa Arab yang diperlihatkan

pada masa Bani Umayyah.

4. Lemahnya pemerintahan daulat Bani Umayyah juga disebabkan oleh sikap

hidup mewah di lingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak

sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi

kekuasaan. Disamping itu, golongan agama banyak yang kecewa karena

perhatian penguasa terhadap perkembangan agama sangat kurang.

15

Page 17: Sejarah Peradaban Dan Pemikiran Bani Umayyah i

5. Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan dinasti Bani Umayyah adalah

munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan Al-Abbas ibn

Abd Al-Muthalib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari Bani

Hasyim dan golongan Syi’ah, dan kaum mawali yang merasa dikelas

duakan oleh pemerintahan Bani Umayyah.

6. Kaum Mawali yang tidak mendapatkan posisi strategis di pemerintahan

turut menggerogoti kepemimpinan dinasti Mu'awiyah

7. Sikap antipati Ulama terhadap kehidupan mewah keluarga kerajaan.

DAFTAR PUSTAKA

16

Page 18: Sejarah Peradaban Dan Pemikiran Bani Umayyah i

1. Ensiklopedia Islam, dewan redaksi ensiklopedi islam, Ikhtiar Baru van

Hoeve, Jakarta

2. Pertumbuhan Dan Perkembangan Budaya Arab Pada Masa Dinasti

Umayyah, Fadlil Munawwar Manshur, majalah Humaniora Volum VI

3. Dinasti Umayyah : Perkembangan Politik, Hermain El-Hermawan, Forum

Kajian Islam Strategis Sumatra Utara

4. Artikel Khalifah Bani Umayyah (Masa Kemajuan Islam) oleh: azwarti

5. Sistem Sosial Budaya dan Model Pemerintahan Pada Masa Bani Umayyah,

Imronfauzi.wordpress.com.htm

17