diansti umayyah

Upload: indaza

Post on 06-Feb-2018

413 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/21/2019 Diansti Umayyah

    1/65

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR i

    DAFTAR ISI ii

    BAB I PENDAHULUAN 1

    BAB II PEMBAHASAN 2

    A. Perkembangan Islam di Masa Bani Umayyah 2

    B. Tokoh-tokoh Bani Umayyah 3

    C. Kejayaan dan Kemunduran 11

    D. Keruntuhan Dinasti Umayyah dan Hikmahnya 15

    BAB III PENUTUP 17

    Simpulan 17

    DAFTAR PUSTAKA 18

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang Masalah

    Keberhasilan Muawiyah mencapai ambisi mendirikan kekuasaan dinasti Umayyah disebabkan di dalam diri

    Muawiyah terkumpul sifat-sifat penguasa, politikus dan adiministratur. Ia pandai bergaul dengan berbagai

    temperamen manusia, sehingga ia dapat mengakumulasikan berbagai kecakapan tokoh-tokoh pendukungnya,

    bahkan bekas lawan politiknya sekalipun.Berdirinya pemerintahan dinasti Umayyah tidak semata-mata peralihan kekuasaan, namun peristiwa tersebut

    mengandung banyak implikasi, diantaranya adalah perubahan beberapa prinsip dan berkembangnya corak baru

    yang sangat mempengaruhi imperium dan perkembangan umat Islam.

    Memasuki masa kekuasaan Muawiyah yang menjadi awal kekuasaan Bani Umayyah, pemerintahan yang

    bersifat demokaratis berubah menjadi monarchi heridetis (kerajaan turun temurun).

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. Perkembangan Islam di Masa Bani Umayyah

    Daulat Bani Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abi Sofyan bin Harb bin Umayyah pada tahun 41 H.

    Berdirinya daulah ini, karena Muawiyah tidak mau meyakini kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Sehingga pada waktu

    itu terjadi perang saudara di antara umat Islam yaitu anatar pasukan Ali melawan pasukan Muawiyah. Dalam

    pertempuran yang sengit itu banyak mengorbankan jiwa kaum muslimin, hingga pada akhirnya diadakan

    perundingan.

    Dalam perundingan itu Ali mengutus Abu Musa Al-Asyari seorang ahli hukum, zakelyk dan jujur. Sedang

    Muawiyah mengutus Amr bin Ash, seorang diplomat yang ulung, cerdik dan pandai mengatur siasat. Dari

    perundingan tersebut keduanya memutuskan akan menurunkan Ali serta Muawiyah dari kekhalifahan, dan untukselanjutnya khalifah akan diangkat oleh kaum muslimin.

  • 7/21/2019 Diansti Umayyah

    2/65

    Atas kelicikan Amr bin Ash, maka Abu Musa dipersilahkan terlebih dahulu untuk mengumumkan penurunan Ali

    dari jabatannya sebagai khalifah, dengan alasan karena Abu Musa lebih tua usianya dari Amr bin Ash, maka

    sudah sepantasnyalah diberi kesempatan yang pertama.

    Sesudah Abu Musa mengumumkan penurunannya Ali sebagai khalifah di hadapan kaum muslimin, naiklah Amr

    bin Ash, dan berkata: Wahai kaum muslimin tadi barulah kita dengar bersama pernyataan dari Abu Musa Al -

    Asyari, bahwa beliau pada hari ini telah menurunlkan Ali bin Abi Thalib dari jabatannya sebagai khalifah. Dengan

    kekosongan khalifah itu, maka pada hari ini saya mengangkat Muawiyah bin Abi Sofyan sebagai khalifah.

    Sejak itulah Muawiyah menjadi khalifah kaum muslimin secara resmi, meskipun diperoleh dengan tidak wajar

    dan sekaligus menyimpang dari ajaran Islam.[1]

    Sejak berdirinya pemerintahan Bani Umayah pada tahun 661 M dimulai pula tradisi baru dalam sistem

    pemerintahan Islam. Sistem pemilihan secara demokratis yang dikembangkan selama masa kekhalifahan ar -

    Rasyidin telah tidak dikenal lagi dalam proses pemilihan khlaifah. Proses pergantian khalifah untuk seterusnya

    dilakukan mengikuti sistem turun-temurun. Dalam literatur Islam sistem itu dikenal sebagai Daulah Islamiyah,

    yang berarti kekuasaan Islam yang berciri kedinastian atau ashobiyah.

    Dalam pada itu pemerintahan Islam yang ditegakkan dengan cara perebutan kekuasaan oleh Muawiyah

    terhadap Khalifah Ali yang sah, harus tetap waspada terhadap setiap pengkritik. Oleh karenanya selalu menaruh

    kecurigaan terhadap kemungkinan terjadinya intrik istana maupun gerakan perlawanan terhadap khalifah. Oleh

    karenanya tidaklah mengherankan kalau Bani Umayyah menjadi sangat kuat, sehingga berhasil menegakkan

    kekhalifahan Bani Umayyah selama 90 tahun. Selama itu pula telah memerintah 14 orang khalifah, sebagai

    berikut:

    1. Khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan (661-689 M)

    2. Khalifah Yazid I (680-683 M)

    3. Khalifah Muawiyah II (683-684 M)

    4. Khalifah Marwan I bin al-Hakam (684-685 M)

    5. Khalifah Abdul Malik (685-705 M)6. Khalifah Al-Walid (705-715 M)

    7. Khalifah Sulaiman (715-717 M)

    8. KhalifahUmar bin Abdul Aziz (717-720 M)

    9. Khalifah Yazid II (720-724 M)

    10. Khalifah Hisyam (724-743 M)

    11. Khalifah Al-Walid II (743-744 M)

    12. Khalifah Yazid III dan Ibrahim (744-744 M)

    13. Khalifah Marwan II bin Muhammad (744-750 M)[2]

    B. Tokoh-Tokoh Bani Umayah. Empat orang khalifah memegamg kekuasaan sepanjang 70 tahun, yaitu Muawiyah, Abdul Malik, al-Walid

    I, dan Hisyam. Sedangkan sepuluh khalifah sisanya hanya memerintah dalam jangka waktu 20 tahun saja. Para

    pencatat sejarah umumnya sependapat bahwa khalihah-khalifah terbesar mereka ialah: Muawiyah, Abdul Malik

    dan Umar bin Abdul Aziz.

    Muawiyah adalah bapak pendiri dinasti Umayah. Dialah pembangun besar. Namanya disejajarkan dalam

    deretan Khulafa ar-Rasyidin. Bahkan kesalahannya yang mengkhianati prinsip pemilihan kepala negara oleh

    rakyat, dapat dilupakan orang karena jasa-jasa dan kebijaksanaan politiknya yang mengagumkan. Muawiyah

    mendapat kursi kekhalifahan setelah Hasan ibn Ali ibn Abi Thalib berdamai dengannya pada tahun 41 H. Umat

    Islam sebagiannya membaiat Hasan setelah ayahnya itu wafat. Namun Hasan menyadari kelemahannya

    sehingga ia berdamai dan menyerahkan kepemimpinan umat kepada Muawiyah sehingga tahun itu dinamakan

  • 7/21/2019 Diansti Umayyah

    3/65

    amul jamaah, tahun persatuan. Muawiyah menerima kekhalifahan di Kufah dengan syarat -syarat yang diajukan

    oleh Hasan, yakni:

    1. Agar Muawiyah tiada menaruh dendam terhadap seorang pun penduduk Irak.

    2. Menjamin keamanan dan memaafkan kesalahan-kesalahan mereka.

    3. Agar pajak tanah negeri Ahwaz diperuntukkan kepadanya dan diberikan tiap tahun.

    4. Agar Muawiyah membayar kepada saudaranya, Husain, 2 juta dirham.

    5. Pemberian kepada Bani Hasyim haruslah lebih banyak dari pemberian kepada Bani Abdis Syams.

    Muawiyah dibaiat oleh umat Islam di Kufah sedangkan Hasan dan Husain dikembalikan ke Madinah. Hasan

    wafat di kota Nabi itu tahun 50 H. diantara jasa-jasa Muawiyah ialah mengadakan dinas pos kilat dengan

    menggunakan kuda-kuda yang selalu siap di tiap pos. ia juga berjasa mendirikan Kantor Cap (percetakan mata

    uang), dan lain-lain.[3]

    Miawiyah bin Abi Sufyan dapat menduduki kursi khalifah dengan berbagai cara dan tiga, yaitu dengan ketajaman

    mata pedangnya, dengan siasatnya yang halus dan dengan tipu muslihatnya yang amat licin. Bukanlah ia

    mendapat pangkat yang mulia itu dengan ijma dan persetujuan umat Islam, melainkan karena licinnya jua.

    Dengan kenaikan Muawiyah, berakhirlah hukum syura, pilihan menurut hasil permusyawaratan yang terbanyak,

    yang berlaku di zaman al-Khulafaur Rasyidin, yaitu hukum yang menyerupai aturan pemerintahan Republik

    (Jumhuriyah) di zaman kita ini. Dan pangkat khalifah menjadi pusaka turun-temurun, maka daulat Islampun telah

    berubah sifatnya menjadi daulat yang bersifat kerajaan (monarchie).

    Sesungguhnya Muawiyah telah amat terpengaruh oleh peraturan-peraturan peninggalan orang Romawi di negeri

    Syam, yakni di negeri tempat ia memerintah.

    Kemegahan dan kemuliaan raja-raja yang belum pernah ditiru oleh khalifah-khalifah yang terdahulu daripadanya,

    telah diteladan dan dipakainya. Dia telah memakai singggasana dan kursi kerajaan serta mengadakan barisan

    pengawal yang senantiasa menjaga dirinya siang malam. Bahkan dalam mesjidpun dibuatnya suatu kamar

    istimewa, tempat dia sembahyang sorang diri, dijaga oleh pengawalnya dengan pedang tercabut. Hal ini

    dilakukannya karena ia takut kalau-kalau terjadi pula atas dirinya apa yang telah terjadi atas diri Ali bin AbiThalib.[4]

    Muawiyah wafat tahun 60 H. di Damaskus karena sakit dan digantikan oleh anaknya, Yazid yang telah

    ditetapkannya sebagai putra mahkota sebelumnya. Yazid tidak sekuat ayahnya dalam memerintah, banyak

    tantangan yang yang dihadapinya, antara lain ialah membereskan pemberontakan kaum Syiah yang telah

    membaiat Husain sepeninggal Muawiyah. Terjadi perang di Karbala yang menyebabkan terbunuhnya Husain,

    cucu nabi SAW itu. Yazid menghadapi para pemberontak di Mekkah dan Madinah dengan keras. Dinding Kabah

    runtuh dikarenakan terkena lemparan manjaniq, alat pelempar batu kearah lawan. Peristiwa tersebut merupakan

    aib besar pada masanya.

    Penduduk Madinah memberontak terhadap Yazid dan memecatnya untuk kemudian mengangkat Abdullah ibn

    Hanzalah dari kaum Anshar. Mereka juga memenjarakan kaum Umaiyah di Madinah dan mengusirnya dari kotasuci kedua bagi umat Islam itu, sehingga terjadilah bentrok pisik antara pasukan yang dikirim oleh Yazid yang

    dipimpin oleh Muslim ibn Uqbah al-Murri, dan penduduk Madinah. Peperangan antara kedua pasukan itu terjadi

    di al-Harrah yang dimenangkan oleh pasukan Yazid, pada tahun 63 H. sedangkan kaum Quraisy mengangkat

    Abdullah ibn Muti sebagai pemimpin mereka tanpa pengkuan terhadap kepemimpinan Yazid.

    Penduduk Makkah lain lagi keadaannya, sebagian dari mereka membaiat Abdullah ibn Zubair sebagai khalifah.

    Maka, pasukan Yazid yang telah menundukkan Madinah meneruskan perjalanannya ke Makkah untuk

    menguasainya. Abdullah ibn Zubair selamat dari gempuran pasukan Yazid karena ada beri ta bahwa Yazid

    mangkat sehingga ditariklah pasukannya ke Suriah. Tetapi kota Mekkah menjadi porak poranda akhir perlakuan

    pasukan Yazid tersebut. Yazid meninggal tahun 64 H setelah memerintah 4 tahun dan digantikan oleh anaknya,

    Muawiyah II.[5]

  • 7/21/2019 Diansti Umayyah

    4/65

    Sebelum Yazid meniggal dunia dia telah berwasiat supaya putranya Muawiyah diangkat menggantikan dia

    menjadi khalifah, menurut cara yang telah dilakukan oleh ayahandanya Muawiyah bin Abi Sufyan.

    Akan tetapi Muawiyah II bin Yazid ini hanya memerintah 40 hari saja lamanya. Oleh karena dia berpenyakitan

    dan jiwanya sendiri memberontak, tidak dapat menanggung jawab atas perobahan-perobahan dan kerusakan-

    kerusakan yang ditinggalkan ayahnya. Maka turunlah dia dengan kemauan sendiri dari singgasana khilafat dan

    pangkat khalifah itupun diserahkannya kepada permusyawaratan umat Islam, agar mereka dengan merdeka

    memilih dan mengangkat siapa yang mereka kehendaki. Tetapi cita-citanya itu tidak dapat berlaku, sebab

    pemilihan khalifah telah ditentukam oleh kemauan Bani Umayyah.[6]

    Muawiyah diganti oleh Marwan ibn Hakam, seorang yang memegang stempel khilafah pada masa Utsman ibn

    Affan. Ia adalah Gubernur Madinah dimasa Muawiyah dan penasehat Yazid di Damaskus dimasa pemerintahan

    putra pendiri Daulah Umayyah itu. Ketika Muawiyah II wafat dan tidak menunjuk siapa penggantinya, maka

    keluarga besar Muawiyah mengangkatnya sebagai khalifah. Ia dianggap orang yang dapat mengendalikan

    kekuasaan karena pengalamannya, sedangkan orang lain yang pantas memegang jabatan khilafah itu tidak

    didapatkannya. Padahal keadaan begitu rawan dengan perpecahan di tubuh bangsa Arab sendiri dan ditambah

    dengan pemberontakan kaum Khawarij dan Syiah yang bertubi-tubi. Khalifah yang baru itu menghadapi segala

    kesulitan satu demi satu. Ia dapat mengalahkan kabilah ad-Dahhak ibn Qais. Kemudian menduduki Mesir, dan

    menetapkan putranya, Abdul Aziz sebagai Gubernurnya. Abdul Aziz adalah ayah Umar, seorang khalifah Bani

    Umayyah yang masyhur itu. Marwan menundukkan Palestina, Hijaz, dan Irak. Namun ia cepat pergi, hanya

    sempat memerintah 1 tahun saja, ia wafat tahun 65 H dan menunjuk anaknya, Abdul Malik dan Abdul Aziz

    sebgai pengganti sepeniggalnya secara berurutan.

    Khalifah Abdul Malik adalah orang kedua yang terbesar dalam deretan para khlaifah Bani Umayyah yang

    disebut-sebut sebgai Pendiri Kedua bagi kedaulatan Umayyah. Ia dikenal sebagai seorang khalifah yang dalam

    ilmu agamanya, terutama di bidang fiqih. Dia telah berhasil mengembalikan sepenuhnya intregitas wilayah dan

    wibawa dan kekuasaan keluarga Umayyah dari sagala pengacau negara yang merajalela pada masa-masa

    sebelumnya. Mulai dari gerakan separatis Abdullah ibn Zubair di Hijaz, pemberontakan kaum Syiah danKhawarij sampai kepada aksi teror yang dilakukan oleh Mukhtar ibn Ubaidah as-Saqafy di wilayah Kufah, dan

    pemberontakan yang dipimpin oleh Musab ibn Zubair di Irak. Ia juga menundukkan tentara Romawi yang

    sengaja membuat kegoncangan sendi-sendi pemerintahan Umayyah. Ia memerintahkan pemakaian bahasa

    Arab sebagai bahasa administrasi di wilayah Umayyah, yang sebelumnya masih memakai bahasa yang

    bermacam-macam, seperti bahasa Yunani di Syam, bahasa Persia di Persia, dan bahas Qibti di Mesir. Ia juga

    memerintahkan untuk mencetak uang secara teratur, membangun gedung-gedung, masjid-masjid dan saluran-

    saluran air.

    Khalifah Abdul Malik memerintah paling lama, yakni 21 tahun ditopang oleh para pembantunya yang juga

    termasuk orang kuat dan menjadi kepercayaannya, seperti al-Hajjaj ibn Yusuf yang gagah berani di medan

    perang, dan Abdul Aziz, saudaranya yang dipercaya memegang jabatan sebagai Gubernur Mesir. Yang tersebutpertama itu menjadi Gubernur wilayah Hijaz setelah menundukkan Abdullah ibn Zubair yang memberontak di

    wilayah tersebut. Gubernur itu dipindahkan ke Irak setelah dapat pula menaklukkan raja bangsa Turki, Ratbil

    yang berusaha menyerang Sijistan yang sudah menjadi wilayah Islam dan membunuh Gubernurnya, dengan

    pasukan yang dipimpin oleh Abdurrahman ibn al-Asyas. Padahal telah disepakati perjanjian damai antara kedua

    belah pihak, sehingga penguasa Turki itu harus membayar jizyah kepada Umayyah. Tetapi pasukan Islam

    berakhir dengan tragis karena perselisihan intern yang terdapat dalam elite penguasa Muslim sendiri, yakni

    antara al-Hajjaj dengan al-Asyas. Tidak terelakkan lagi terjadinya kontak senjata antara keduanya yang akhirnya

    dimenangkan oleh pasukan al-Hajjaj karena dibantu oleh Khalifah Abdul Malik. Disamping berjaya di medan

    perang al-Hajjaj juga berhasil memperbaiki saluran-saluran sungai Euphrat dan Tigris, memajukan perdagangan,

    dan memperbaiki sistem ukuran timbang, takaran dan keuangan, disamping menyempurnakan tulisan mushhaf

  • 7/21/2019 Diansti Umayyah

    5/65

    al-Quran dengan titik pada huruf-huruf tertentu. Khalifah Abdul Malik wafat tahun 86 H dan diganti oleh putranya

    yang bernama al-Walid.

    Khalifah al-Walid ibn Abdul Malik memerintah sepuluh tahun lamanya (86-96 H). pada masa pemerintahannya

    kejayaan dan kemakmuran melimpah ruah. Kekuasaan Islam melangkah ke Spanyol di bawah pimpinan

    pasukan tariq ibn Ziyad ketika Afrika Utara dipegang oleh Gubernur Musa ibn Nusair. Karena kekayaan

    melimpah maka ia sempurnakan gedung-gedung, pabrik-pabrik, dan jalan-jalan yang dilengkapi dengan sumur

    untuk para kafilah yang berlalu lalang di jalur tersebut. Ia membangun masjid al-Amawi yang terkenal hingga

    masa kini di Damaskus. Di samping itu ia menggunakan kekayaan negerinya untuk menyantuni para yatim piatu,

    fakir miskin, dan pederita cacat seperti orang lumpuh, buta, sakit kusta. Khalifah itu wafat tahun 96 H dan

    digantikan oleh adiknya, Sulaiman sebagaimana wasiat ayahnya.

    Khalifah Sulaiman ibn Abdul Malik tidak sebijaksana kakaknya, ia kurang bijaksan, suka harta sebagaimana yang

    diperlihatkan ketika ia menginginkan harta rampasan perang (ganimah) dari Spanyol yang dibawa oleh Musa ibn

    Nusair. Ia menginginkan harta itu jatuh ke tangannya, bukan ke tangan kakaknya, al-Walid yang saat itu masih

    hidup walau dalam keadaan sakit. Musa ibn Nusair diperintahkan oleh Sulaiman agar memperlambat datangnya

    ke Damaskus dengan harapan harta yang dibawanya itu jatuh ke tangannya. Namun Musa enggan

    melaksanakan perintah Sulaiman tersebut, yang mengakibatkan ia disiksa dan dipecat dari jabatannya ketika

    Sulaiman naik menjadi Khalifah menggantikan al-Walid.

    Ia dibenci oleh rakyatnya karena tabiatnya yang kurang bijaksana itu. Para pejabatnya terpecah belah, demikian

    pula masyarakatnya. Orang-orang yang berjasa dimasa para pendahulunya disiksanya, seperti keluarga al-Hajjaj

    ibn Yusuf dan Muhammad ibn Qasim yang menundukkan India. Ia menunjuk Umar ibn Adul Aziz sebagai

    penggantinya sebelum meninggal pada tahun 99 H.

    Adapun khalifah ketiga yang besar ialah Umar ibn Abdul Aziz. Meskipun masa pemerintahannya sangat pendek,

    namun Umar merupakan lembaran putih Bani Umayyah dan sebuah periode yang berdiri sendiri, mempunyai

    karakter yang tidak terpengaruh oleh kebijaksanaan-kebijaksanaan Daulah Umayyah yang banyak disesali. Dia

    merupakan personifikasi seorang khalifah yang takwa dan bersih, suatu sikap yang jarang sekali ditemukan padasebagian besar pemimpin Bani Umayyah.

    Khalifah yang adil itu adalah putra Abdul Aziz, Gubernur Mesir. Ia lahir di Hilwan dekat Kairo, atau Madinah kata

    sumber yang lain. Rupanya keadilannya itu menurun dari Khalifah Umar ibn Khattab yang menjadi kakeknya dari

    jalur ibunya. Ia menghabiskan waktunya di Madinah untuk mendalami ilmu pengetahuan dimasa kecil, dan

    memang kota tersebut menjadi pusat ilmu dan kebudayaan Islam pada saat itu. Ia mendalami ilmu agama Islam

    khususnya ilmu hadits, dan ketika ia menjadi khalifah memerintahkan kaum Muslimin untuk menuliskan hadits,

    dan inilah perintah resmi pertama dari penguasa Islam. Umar adalah orang yang rapi dalam berpakaian,

    memakai wewangian dengan rambut yang panjang dan cara jalan yang tersendiri, sehingga mode Umar itu ditiru

    banyak orang di masanya.

    Ia dikawinkan dengan Fatimah, putri Abdul Malik, Khalifah Umayyah yang sekaligus sebagai pamannya. Iadiangkat menjadi Gubernur Madinah oleh Khalifah al-Walid ibn Abdul Malik, salah seorang sepupunya, tetapi ia

    dipecat dari jabatannya itu karena masalah putra mahkota. Berbekal dengan pengalamannya sebagai pejabat,

    kaya akan ilmu dan harta sebagi bangsawan Arab yang mulia, ia diangkat menjadi Khalifah menggantikan

    Sulaiman, adik al-Walid. Khalifah Umar ibn Abdul Aziz berubah tingkah lakunya, ia menjadi seorang zahid,

    sederhana, bekerja keras, dan berjuang tanpa henti sampai akhir hayatnya yang hanya memerintah kurang lebih

    dua tahun saja.

    Khalifah yang kaya itu dengan menguasai tanah-tanah perkebunan di Hijaz, Syam, Mesir, Yaman, dan Bahrain,

    yang menghasilkan kekayaan 40.000 dinar tiap tahun, setelah menduduki jabatan barunya mengembalikan

    tanah-tanah yang dihibahkan kepadanya dan meninggalkan kebiasaan-kebiasaan lamanya serta menjual

    barang-barang mewahnya untuk diserahkan hasil penjualannya ke baitul mal. Disamping itu ia mengadakan

  • 7/21/2019 Diansti Umayyah

    6/65

    perdamaian antara Amawiyah dan Syiah serta Khawarij, menghentikan peperangan, mencegah caci maki

    terhadap Khalifah Ali ibn Abi Thalib dalam khutbah Jumat dan diganti dengan bacaan ayat:

    Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan

    Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar

    kamu dapat mengambil pelajaran.(An-Nahl: 90)

    Khalifah yang adil itu berusaha memperbaiki segala tatanan yang ada dimasa kekhalifahannya, sepeti menaikan

    gaji para gubernurnya, memeratakan kemakmuran dengan memberikan santunan kepada para fakir dan miskin,

    dan memperbaharui dinas pos. Ia juga menyamakan kedudukan orang-orang non Arab yang menempati sebagai

    warga negara kelas dua, dengan orang-orang Arab ia mengurangi beban pajak dan menghentikan pembayaran

    jizyah bagi orang Islam baru. Khalifah Umar meninggal pada tahun 101 H dan diganti oleh Yajid II ibn Abdul

    Malik (101-105 H) pada masa pemerintahannya timbul lagi perselisihan antara kaum Mudhariyah dan

    Yamaniyah. Pemerintahannya yang singkat itu mempercepat proses kemunduran Umayyah.

    Kekhalifahan Umayyah mulai mundur sepeninggal Khalifah Umar ibn Abdul Aziz. Walau tidak secemerlang tiga

    khalifah yang masyhur sebagaimana tersebut di atas, Khalifah Hisyam ibn Abdul Malik perlu dicatat juga sebagai

    khalifah yang sukses. Ia memerintah dalam waktu yang panjang, yakni 20 tahun (105-125 H). Ia dapat pula

    dikategorikan sebagai khalifah Umayyah yang terbaik, karena kebersihan pribadinya, pemurah, gemar kepada

    keindahan, berakhlak mulia dan tergolong teliti terutama dalam soal keuangan, disamping bertaqwa dan berbuat

    adil. Dalam masa pemerintahannya terjadi gejolak yang dipelopori oleh kaum Syiah yang bersekutu dengan

    kaum Abbasiyah. Mereka menjadi kuat karena kebijaksanaan yang diterapkan oleh Khalifah Umar ibn Abdul Aziz

    yang bertindak lemah lembut kepada semua kelompok. Dalam diri keluarga Umayyah sendiri terjadi perselisihan

    tentang putra mahkota yang melemahkan posisi Umayyah.

    Masih ada empat khalifah lagi setelah Hisyam yang memerintah hanya dalam waktu tujuh tahun, yakni al-Walid II

    ibn Yazid II, Yazid III ibn al-Walid, Ibrahim ibn al-Walid dan Marwan ibn Muhammad. Yang tersebut terakhiradalah penguasa Umayyah penghabisan yang terbunuh di Mesir oleh pasukan Bani Abbasiyah pada tahun 132

    H/750 M.[7]

    C. Kejayaan dan Kemunduran

    Masa pemerintahan Bani Umayyah terkenal sebagai suatu era agresif, dimana perhatian tertumpu kepada usaha

    perluasan wilayah dan penaklukan, yang terhenti sejak zaman Khulafa ar-Rasyidin terakhir. Hanya dalam jangka

    waktu 90 tahun, banyak bangsa di penjuru empat mata angin beramai-ramai masuk kedalam kekuasaan Islam,

    yang meliputi tanah Spanyol, seluruh wilayah Afrika Utara, Jazirah Arab, Suriyah, Palestina, separoh daerah

    Anatolia, Irak, Persia, Afganistan, India dan negeri-negeri yang sekarang dinamakan Turkmenistan, Uzbekistan

    dan Kirgiztan yang termasuk Sovyet Rusia.[8]Memasuki kekuasaan masa Muawiyah yang menjadi awal kekuasaan Bani Umayyah, pemerintah yang bersifat

    demokratis berubah menjadi monarchiheridetis (kerajaan turun temurun). Kekhalifahan Muawiyah diperoleh

    dengan kekerasaan, diplomasi dan tipu daya, tidak dengan pemilihan atau suara terbanyak. Suksesi

    kepemimpinan secara turun temurun dimulai ketika Muawiyah mewajibkan seluruh rakyatnya untuk meyatakan

    setia terhadap anaknya, Yazid. Muawiyah mencontoh monarchi di Persia dan Bizantium. Dia memang

    menggunakan istilah khalifah, namun dia menberikan interprestasi baru dari kata-kata itu untuk mengagungkan

    jabatan tersebut. Dia menyebutkan khalifah Allah dalam pengertian penguasa yang diangkat oleh Allah.[9]

    Kekuasaan Bani Umayyah berumur kurang lebih 90 tahun. Ibu kota negara dipindahkan Muawiyah dari Madinah

    ke Damaskus, tempat ia berkuasa menjadi gubernur sebelumnya. Khalifah-khalifah besar dinasti Bani Umayyah

    ini adalah Muawiyah ibn Abi Sufyan (661-680 M), Abd al-Malik ibn Marwan (685-705 M), al-Walid ibn Abd Malik(705-715), Umar ibn Abdul Aziz (71720 M) dan Hisyam ibn Abd al-Malik (724-743 M).

  • 7/21/2019 Diansti Umayyah

    7/65

    Ekspansi yang terhenti pada masa Usman dan Ali dilanjutkan oleh dinasti ini. Di zaman Muawiyah, Tunisia dapat

    ditaklukan. Di sebelah timur, Muawiyah dapat menguasai daerah Khurasan sampai ke sungai Oxus dan

    afganistan sampai ke Kabul. Angkatan-angkatan lautnya melakukan serangan-serangan ke Bizantium,

    Konstantinopel. Ekspansi ke timur yang dilakukan Muawiyah kemudian dilakukan oleh Abd al-Malik. Dia

    mengirim tentaranya menyebrangi sungai Oxus dan dapat berhasil menundukan Balk, Bukhara, Khawarizm,

    Ferghana dan Samarkand. Tentaranya bahkan sampai ke India dan dapat menguasai Balukhistan, Sind dan

    daerah Punjab sampai ke Maltan.

    Ekspansi ke barat secara besar-besaran dilanjutkan oleh al-Walid ibn Abd al-Malik. Masa pemerintahan al-Walid

    adalah masa ketentraman, kemakmuran dan ketertiban. Umat Islam merasa hidup bahagia. Pada masa

    pemerintahannya yang berlangsung kurang lebih sepuluh tahun itu tercatat suatu ekspedisi militer dari Afrika

    Utara menuju wliyah barat daya, Benua Eropa, yaitu pada tahun 711 M setelah al -Jazair dan Marokko dapat

    ditundukan, Thariq bin Ziyad, pemimpin pasukan Islam, dengan pasukannya menyeberangi laut yang

    memisahkan antara Marokko dengan benua Eropa, dan mendarat di suatu tempat yang sekarang dikenal

    dengan nama Gibraltar (Jabal Tariq). Tentara Spanyol dapat dikalahkan. Dengan demikian, Spanyol menjadi

    sasaran ekspansi selanjutnya. Ibu kota Spanyol, Kordova, dengan cepat dapat dikuasai. Menyusul setelah itu

    kota-kota lain seperti Seville, Elvira dan Toledo yang dijadikan ibu kota Spanyol yang baru setelah jatuhnya

    Kordova. Pasukan Islam memperoleh kemenangan dengan mudah karena mendapat dukungan rakyat setempat

    yang sejak lama menderita akibat kekejaman penguasa. Di zaman Umar ibn Abd Aziz, serangan dilakukan ke

    Perancis melalui pegunungan Piranee. Serangan ini dipimpin oleh Abd al-Rahman ibn Abdullah al-Ghafiqi. Ia

    mulai menyerang Bordeau, Poitiers. Dari sana dia menyerang Tours, namun peperangan yang terjadi di luar kota

    Tours, al-Ghafiqi terbunuh, dan tentaranya mundur kembali ke Spanyol. Disamping daerah-daerah tersebut di

    atas, pulau-pulau yang berada di laut tengah juga jatuh ke tangan Islam pada zaman Bani Umayyah ini.

    Dengan keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah, baik di timur maupun barat, wilayah kekuasaan Bani

    Umayyah ini betul-betul sangat luas. Daerah-daerah ini meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syiria, Palestina, Jazirah

    Arabia, Irak, sebagian Asia kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang ini disebut Pakistan, Purkmenia,Uzbek, dan Kirgis di Asia Tengah.

    Disamping ekspansi kekuasaan Islam, Bani Umayyah juga banyak berjasa dalam pembangunan di berbagai

    bidang. Muawiyah mendirikan dinas pos dan tempat-tempat tertentu dengan menyediakan kuda yang lengkap

    dengan peralatannya di sepanjang jalan. Dia juga berusaha menertibkan angkatan bersenjata dan mencetak

    mata uang. Pada masanya, jabatan khusus seorang hakim (qadhi) mulai berkembang menjadi profesi tersendiri,

    Qadhi adalah seorang spesialis dibidangnya. Abdul Malik mengubah mata uang Bizantium dan Persia yang

    dipakai di daerah-daerah yang dikuasai Islam. Untuk itu, dia mencetak uang tersendiri pada tahun 659 M dengan

    memakai kata-kata dan tulisan Arab. Khalifah Abdul Malik juga berhasil melakukan pembenahan-pembenahan

    administrasi pemerintahan memberlakukan bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi Islam. Keberhasilan

    Khalifah Abdul Malik diikuti oleh putranya al-Walid ibn Abdul Malik (705-715 M) seorang yang berkemauan kerasdan berkemampuan melaksanakan pembangunan. Dia membangun panti-panti untuk orang cacat. Semua

    personel yang terlibat dalam kegiatan yang humanis ini digaji oleh negara secara tetap. Dia juga membangun

    jalan-jalan raya yang menghubungkan suatu daerah dengan daerah lainnya, pabrik-pabrik, gedung-gedung

    pemerintahan dan masjid-masjid yang megah.[10]

    Ibu kota Daulah Umayyah pindah ke Damaskus, suatu kota tua di negeri Syam yang telah penuh dengan

    peninggalan kebudayaan maju sebelumnya.

    Daerah kekuasaannya, selain yang diwariskan oleh Khulafa ar-Rasyidin, telah pula menguasai Andalu, Afrika

    Utara, Syam, Irak, Iran, Khurosan, terus ke Timur sampai benteng Tiongkok. Dalam daerah kekuasaannya

    terdapat kota-kota pusat kebudayaan, seperti: Yunani, Iskandariyah, Antiokia, Harran, Yunde, Sahfur, yang

    dikembangkan oleh ilmuwan-ilmuwan beragama Yahudi, Nasrani dan Zoroaster. Setelah masuk Islam parailmuwan itu tetap memelihara ilmu-ilmu peninggalan Yunani itu, bahkan mendapat perlindungan. Di antara

  • 7/21/2019 Diansti Umayyah

    8/65

    mereka ada yang mendapat jabatan tinggi di istama Khalifah. Ada yang menjadi dokter pribadi, bendaharawan,

    atau wazir, sehingga kehadiran mereka, sedikit banyak, mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan.[11]

    Dinasti Bani Umayyah mengalami masa kemunduran, ditandai dengan melemahnya sistem politik dan

    kekuasaan karena banyak persoalan yang dihadapi para penguasa dinasti ini. Diantaranya adalah masalah

    polotik, ekonomi, dan sebagainya.[12]

    Adapun sebab-sebab kemunduran dinasti Bani Umayyah adalah sebagai berikut:

    1. Khalifah memiliki kekuasaan yang absolute. Khalifah tidak mengenal kompromi. Menentang khalifah

    berarti mati. Contohnya adalah peristiwa pembunuhan Husein dan para pengikutnya di Karbala. Peritiwa ini

    menyimpan dendam dikalangan para penentang Bani Umayyah. Sehingga selama masa-masa kekhalifahan

    Bani Umayyah terjadi pergolakan politik yang menyebabkan situasi dan kondisi dalam negeri dan pemerintahan

    terganggu.

    2. Gaya hidup mewah para khalifah. Kebiasaan pesta dan berfoya-foya dikalangan istana, menjadi faktor

    penyebab rendahnya moralitas mereka, disamping mengganggu keuangan Negara. Contohnya, Khalifah Abdul

    Malik bin Marwan dikenal sebagai seorang khalifah yang suka berfoya-foya dan memboroskan uang Negara.

    Sifat-sifat inilah yang tidak disukai masyarakat, sehingga lambat laun mereka melakukan gerakan

    pemberontakan untuk menggulingkan kekuasaan dinasti Bani Umayyah.

    3. Tidak adanya ketentuan yang tegas mengenai sistem pengangkatan khalifah. Hal ini berujung pada

    perebutan kekuasaan diantara para calon khalifah.

    4. Banyaknya gerakan pemberontakan selama masa-masa pertengahan hingga akhir pemerintahan Bani

    Umayyah. Usaha penumpasan para pemberontak menghabiskan daya dan dana yang tidak sedikit, sehingga

    kekuatan Bani Umayyah mengendur.

    5. Pertentangan antara Arab Utara (Arab Mudhariyah) dan Arab Selatan (Arab Himariyah) semakin

    meruncing, sehingga para penguasa Bani Umayah mengalami kesulitan untuk mempertahankan kesatuan dan

    persatuan serta keutuhan Negara.

    6. Banyaknya tokoh agama yang kecewa dengan kebijaksanaan para penguasa Bani Umayah, karena tidakdidasari dengan syariat Islam.[13]

    D. Keruntuhan Dinasti Umayyah dan Hikmahnya

    Setelah sekian lama mengalami masa-masa kemunduran, akhirnya dinasti Bani Umayah benar-benar

    mengalami kehancuran atau keruntuhan. Keruntuhan ini terjadi pada masa pemerintahan Marwan bin

    Muhammad setelah memerintah lebih kurang 6 tahun (744-750 M).

    Keruntuhan dinasti Bani Umayyah ditandai dengan kekalahan Marwan bin Muhammad dalam pertempuran zab

    hulu melawa pasukan Abu Muslim al-Khurasani pada tahun 748 M. pada peristiwa itu terjadi pembersihan etnis

    terhadap anggota keluarga Bani Umayyah. Selain itu, pasukan Marwan bin Muhammad yang ditawan dibunuh.

    Sementara yang tersisa dan masih hidup, terus dikejar dan kemudian dibunuh. Bahkan Marwan bin Muhammadyang sempat melarikan diri dapat ditangkap dan kemudian dibunuh oleh pasukan Abu Muslim al-Khurasani.

    Pertikaian dan pembunuhan ini menimbulkan kekacauan sosial dan politik, sehingga negara menjadi tidak aman

    dan masyarakat yang pernah merasa tersisih bersatu dengan kelompok Abu Muslim dan Abul Abbas.

    Bergabungnya masyarakat untul mengalahkan kekuatan Bani Umayyah, menandai berakhirnya masa-masa

    kejayaan Bani Umayyah, sehingga sekitar tahun750 M Bani Umayyah tumbang.

    Adapun sebab-sebab utama terjadinya keruntuhan dinasti Bani Umayyah adalah sebagai berikut:

    1. Terjadinya persaingan kekuasaan di dalam anggota keluarga Bani Umayyah.

    2. Tidak ada pemimpin politik dan militer yang handal yang mampu mengendalikan kekuasaan dan menjaga

    keutuhan negara.

    3. Munculnya berbagai gerakan perlawanan yang menentang kekuasaan Bani Umayyah, antara lain gerakankelompok Syiah.

  • 7/21/2019 Diansti Umayyah

    9/65

    4. Serangan pasukan Abu Muslim al-Khurasani da pasukan Abul Abbas ke pusat-pusat pemerintahan dan

    menghancurkannya.

    Banyak hikmah yang dapat diambil dari kehancuran dinasti Bani Umayyah. Diantaranya adalah:

    1. Tidak boleh rakus dalam kekuasaan.

    2. Tidak boleh boros, apalagi menggunakan uang negara yang sumbernya berasal dari uang rakyat.

    3. Harus berlaku adil dalam segala hal ketika menjadi penguasa dan setelahnya.

    4. Berakhlak mulia dan jangan sombong.

    5. Harus dekat dengan Tuhan dan rakyat yang mendukung kekuasaannya.

    6. Mengasihi fakir miskin dan orang-orang lemah.

    BAB III

    PENUTUP

    Simpulan

    Berdirinya pemerintahan dinasti Bani Umayyah tidak semata-mata peralihan kekuasaan, namun peristiwa

    tersebut mengandung banyak implikasi, diantaranya adalah perubahan beberapa prinsif dan berkembangnya

    corak baru yang sangat mempengaruhi imperium dan perkembangan umat Islam.

    Muawiyah adalah putra Abu Sufyan, seorang pemuka Quraisy telah sekian lama menjadi musuh nabi yang

    sangat kejam. Muawiyah beserta seluruh keluarganya dan seluruh keluarga keturunan Bani Umayyah memeluk

    Islam pada saat terjadi penaklukan Makkah.

    Muawiyah adalah penguasa Islam pertama yang menggantikan sistem demokratis republik Islam menjadi sistem

    Monarkis (kerajaan). Ia pendiri dinasti Bani Umayyah dan penguasa imperium Islam yang sangat luas. Selama

    19 tahun masa pemerintahannya ia terlibat sejumlah peperangan dengan penguasa Romawi baik dalam

    pertempuran darat maupun laut.Penguasa sesudah Muawiyah antara lain Yazid ibn Muawiyah, Muawiyah II, Marwan, Abdul Malik, Walid ibn

    Abdul Malik/Walid I, Sulaiman ibn Abul Malik, Umar ibn Abdul Aziz, Yazid II, hisyam, al-Walid II, Yazid III dan

    ibrahim, Marwan bin Muhammad.

    DAFTAR PUSTAKA

    Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993. Suud, Abu. Islamologi (Sejarah Ajaran dan Peranannya Dalam Peradaban Umat Islam). Jakarta: PT.

    Rineka Cipta, 2003.

    Rasyidi, Badri, Sejarah Peradaban Islam. Bandung: CV. Armico, 1997.

    Syalahi. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: PT. Alhusna, 1997.

    Murodi. Sejarah Kebudayaan Islam. Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1987.

    Asman, Latif. Ringkasan Sejarah Islam. Jakarta: Widjaya, 1983.

    Mufradi, Ali. Islam di Kawasan Kebudayaan. Jakarta: Logos, 1997.

    Sunanto, Musyrifah. Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam. Jakarta Timur:

    Prenada Media, 2004.

    [1] Drs. H. Badri Rasyidi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: CV. Armico, hal 28.

  • 7/21/2019 Diansti Umayyah

    10/65

    [2] Prof. Dr. Abu Suud, Sejarah Ajaran dan Perannya dalam Peradaban Umat Manusia, Jakarta: RINEKA

    CIPTA, hal. 66-67.

    [3] Dr. Ali Mufradi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jakarta: Logos, hal 72-73.

    [4] A. Latif Asman, Ringkasan Sejarah Islam, Jakarta: Widjaya, hal. 28.

    [5] Ali Mufradi, op. cit., hal 74.

    [6] Latif Asman, op. cit., hal 83.

    [7] Ali Mufradi, op.cit., hal 75-80.

    [8] Ibid., hal 81

    [9] Dr. Badri Yatim, M.A, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, hal. 42.

    [10] Ibid., hal. 43-45.

    [11] Prof. Dr. Hj. Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, Jakarta:

    Prenada Media, hal. 38-39.

    [12] Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam, Semarang: PT. Karya Toha Putra, hal. 26.

    [13] Ibid., hal. 27-28.

    BAB II

    PEMBAHASAN

    1. A. Sistem Pemerintahan Pada Masa Dinasti Umayyah

    Daulat Bani Umayyah mengambil nama keturunan dari Umayyah ibnu abdi Syams ibn

    abdi Manaf. Dia seorang yang terkemuka dalam persukuan Quraisy di zaman jahiliyah,

    bergandingan dengan pamannya Hasyim ibnu Abdi Manaf. Diantara Umayyah dengan

    Hasyim adalah dua sosok yang paling keras dalam merebut kedudukan kalangan

    Quraisy.[1]

    Dinasti Umayyah berdiri pada tahun 661 M s.d 750 M. Meskipun dinasti ini kurang dari

    satu abad, tetapi pencapaian ekspansi sangat luas. Ekspansi ke negeri negeri yang

    sangat jauh dari pusat kekuasaan islam dilakukan dalam waktu kurang dari setengah

    abad. Ini tentunya merupakan kemenangan yang sangat menakjubkan dari suatu

    bangsa yang sebelumnya tidak pernah mempunyai pengalaman politik yang memadai.[2]

    Pendirian dinasti ini, berawal dari masalah tahkimyang menyebabkan perpecahan

    dikalangan pengikut Ali, yang berakhir dengan kematiannya. Sepeninggalan Ali itu

    sebenarnya masyarakat secara beramai ramai membaiat Hasan putra Ali untuk

    menjadi khalifah. Tetapi Hasan memang kurang berminat untuk menjadi Khalifah.

    Karena itu setelah Hasan berkuasa dalam beberapa bulan, Muawiyah meminta agar

    jabatan khalifah diberikan kepadanya, Hasan kemudian menyetujui permintaan tersebut

    http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftn1http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftn1http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftn1http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftn2http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftn2http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftn2http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftn2http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftn1
  • 7/21/2019 Diansti Umayyah

    11/65

    dan memberikan beberapa persyaratan kepada Muawiyah. Dengan demikian jabatan

    Khalifah dilimpahkan secara penuh kepada Muawiyah. Peristiwa ini kemudian dikenal

    dengan istilah amul jamaah, atau tahun persatuan umat islam. Sejak itulah Muawiyah

    resmi menjadi kholifah baru umat islam yang berpusat di Damaskus. Adapun syarat

    yang di kemukakan oleh Hasan adalah jaminan hidup, dan ketika Muawiyah meninggal

    supaya jabatan itu diserahkan kembali kepadanya.[3]

    Langkah awal yang diambil oleh Muawiyah adalah memindahkan pusat pemerintahan

    dari Madinah ke Damaskus. Hal ini dapat dimaklumi karena jika dianalisa setidaknya ada

    2 faktor yang mempengaruhi, yaitu di Madinah sebagai pusat pemerintahan

    khulafaurrasyidin sebelumnya, masih terdapat sisa sisa kelompok yang antipati

    terhadapnya. Sedangkan di Damaskus pengaruhnya telah menciptakan nilai simpatik

    masyarakat, basis kekuatannya cukup kuat.[4]

    Kemudian, Muawiyah melakukan penggantian sistem kekhalifahan kepada sistem

    kerajaan (Monarchi absolut). Sehingga pergantian pemimpin dilakukan berdasarkan

    garis keturunan (monarchi heridetis), bukan atas dasar demokrasi sebagaimana yang

    terjadi di zaman sebelumnya. Model pemerintahan yang di tetapkan oleh Muawiyah ini

    banyak di ambil dari model pemerintahan Byzantium. Karena Syiria pernah dikuasai

    Byzantium selama kurang lebih 500 tahun sampai kedatangan islam, sedang Damaskus

    menjadi pusat pemerintahannya.[5]

    Pada masa Muawiyah mulai diadakan perubahan perubahan administrasi pemerintah,

    dibentuk pasukan bertombak pengawal raja dan dibangun bagian khusus di dalam

    masjid untuk pengamanan tatkala dia menjalankan shalat. Muawiyah juga

    memperkenalkan materai resmi untuk pengiriman memorandum yang berasal dari

    Khalifah. Para sejarawan mengatakan bahwa di dalam sejarah Islam, Muawiyah lah

    yang pertama tama mendirikan balaibalai pendaftaran dan menaruh perhatian atas

    jawatan pos, yang tidak lama kemudian berkembang menjadi suatu susunan teratur,

    yang menghubungkan berbagai bagian negara.

    Pada masa Bani Umayyah dibentuk semacam dewan sekertaris negara (Diwan al-

    kitabah) untuk mengurus berbagai urusan pemerintahan, yang terdiri dari lima orang

    sekertaris yaitu: katib ar Rasail, katib al Kharraj, katib al Jund, katib asy

    Syurtahdan katib al Qodi. Untuk mengurusi administrasi pemerintahan di daerah,

    diangkat seorangAmir al Umara(Gubernur jenderal) yang membawahi beberapa

    amir sebagai penguasa suatu wilayah.

    Dinasti Umayyah yang ibukota pemerintahannya di Damaskus, berlangsung selama 91

    tahun dan diperintah oleh 14 orang khalifah, mereka itu ialah : Muawiyah ibn Abi

    Sufyan (661 680), Yazid ibn Muawiyah (680 683), Muawiyah II ibn Yazid (683),

    Marwan ibn hakam (683 685), Abdul malik ibn Marwan (685 705), Walid ibn Abdul

    Malik (705 715), Sulaiman ibn Abdul malik (715 717), Umar ibn Abdul Aziz (717

    720), Yazid II ibn Abdul Malik (720 724), Hisyam ibn Abdul Malik (724 743), Walid

    http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftn3http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftn3http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftn3http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftn4http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftn4http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftn4http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftn5http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftn5http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftn5http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftn5http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftn4http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftn3
  • 7/21/2019 Diansti Umayyah

    12/65

  • 7/21/2019 Diansti Umayyah

    13/65

    mengadakan kerjasama dengan Kaum Syiah. Pada tahun 750 M pertempuran terakhir

    antara pasukan Abbasiah yang dipimpin Abu Muslim al Khurasani dan pasukan

    Muawiyah terjadi di Irak. Yang mana waktu itu kepemimpinan Bani Umayyah dipegang

    oleh Marwan II. Tidak lama kemudian Damaskus jatuh ke tangan kekuasaan Bani

    Abbas.[7]

    Runtuhnya Bani Umayyah di Damaskus dimulai dari Khalifah Yazid II sampai khalifah

    Marwan II. Disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya:

    1. Perselisihan antar putra mahkota.

    2. Permusuhan antar suku-suku Arab yang dihidupkan lagi setelah kematian Yazid II.

    3. Beberapa Khalifah memanjakan diri dengan kemewahan.

    4. Beberapa Khalifah bersikap tidak adil terhadap warga negara sehingga menjadi kecewa dan ingin dibebaskan

    diri dari mereka.

    5. Keadaan pertanian hancur dan perbandaharaan kosong.

    6. Para menteri yang diberi kepercayaan justru mementingkan permasalahan mereka sendiri dan

    menyembunyikan segala permasalahan pemerintah.

    7. Gaji pasukan perang tidak dibayarkan.

    8. Para musuh meminta bantuan untuk menyerang/melawan meraka, tetapi mereka tidak mampu menyerang

    serangan karena pembantu sangat sedikit.

    9. Penyembunyian berita-berita merupakan salah satu faktor dasar penyebab runtuhnya kerajaan.

    1. B. Perkemangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Kesenian

    Meskipun masa kepemimpinan Bani Umayyah di Damaskus sarat dengan intrik politik

    internal maupun eksternal yang kemudian menghasilkan perluasan wilayah Islam,

    namun mereka tidak melupakan perkembangan intelektual. Berbagai perkembangan

    peradaban dan kebudayaan yang ada meliputi:

    1. 1. Arsitektur

    Pada masa dinasti Umayyah seni arsitektur bertumpu pada bangunan sipil berupa kota-

    kota dan bangunan agama berupa masjid-masjid. Corak bangunan yang ada pada masa

    ini merupakan gaya perpaduan Persia, Romawi, dan Arab yang dijiwai semangat Islam.

    Pembangunan yang dilakukan meliputi perbaikan kota lama dan membangun beberapa

    kota baru. Damaskus yang dulunya merupakan ibukota Kerajaan Romawi Timur di

    Syam pada masa sebelum Islam, merupakan kota lama yang dibangun kembali serta

    dijadikan ibukota Daulah ini. Di kota ini dibangun gedung-gedung indah, jalan-jalan dan

    taman-taman rekreasi yang menakjubkan. Pada masa kekhalifahan Walid dibangun

    masjid agung yang terkenal dengan nama Masjid Damaskus. Arsitek pembangunan

    masjid ini adalah Abu Ubaidah ibn Jarrah.

    http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftn7http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftn7http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftn7http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftn7
  • 7/21/2019 Diansti Umayyah

    14/65

    Kota Kairawan merupakan salah satu kota baru yang dibangun pada masa ini oleh

    Uqbah ibn Nafi ketika ia menjabat sebagai gubernur di wilayah ini pada masa Khalifah

    Muawiyah. Kota Kairawan dibangun dengan gaya arsitektur Islam dan dilengkapi

    dengan berbagai gedung, masjid, taman rekreasi, pangkalan militer, dsb.

    Pada masa Umawiyah ini juga dilakukan perbaikan-perbaikan masjid tua yang ada sejak

    zaman Rasulullah. Khalifah Abdul Malik bin Marwan menyediakan dana sebesar 10.000

    dinar emas untuk memperluas Masjid al-Haram yang disempurnakan pada masa khalifah

    Walid.

    Demikian juga dengan Masjid Nabawi, diperluas dan diperindah dengan konstruksi Syiria

    di bawah pengawasan Umar ibn Abd Al- Aziz, yang pada saat itu menjabat sebagai

    gubernur Madinah. Dinding masjid ini dihiasi mozaik dan batu permata. Tiangnya dari

    batu marmer, lantainya dari batu pualam, plafonnya bertahtakan emas murni, ditambahempat buah menara.[8]

    1. 2. Organisasi Militer

    Organisasi militer pada masa Bani Umayyah terdiri dari angkatan darat (al-jund),

    angkatan laut (al-bahriyah), dan angkatan kepolisian (as-syurthah). Bala tentara pada

    masa ini muncul atas dasar paksaan. Angkatan bersenjata terdiri dari orang-orang arab.

    Setelah wilayah kekuasaan meluas sampai ke Afrika Utara orang luar pun terutama

    bangsa Barbar turut ambil bagian dalam kemiliteran ini. Pada masa Abd al-Malik ibn

    Marwan diberlakukan Undang-Undang Wajib Militer (Nidam at-Tajdid al-Ijbari).

    1. 3. Perdagangan

    Daerah kekuasaan daulah Bani Umayyah yang semakin luas menjadikan lalu lintas

    perdagangan mendapat jaminan yang layak. Lalu lintas darat melalui jalan Sutera ke

    Tiongkok meliputi perdagangan sutera, keramik, obat-obatan, dan wewangian.

    Sedangkan lalu lintas laut ke arah negeri-negeri belahan timur untuk mencari rempah-

    rempah, bumbu, kasturi, permata, logam mulia, gading, dan bulu-buluan. Keadaan ini

    membawa ibukota Basrah di teluk Persi menjadi pelabuhan dagang yang ramai dan

    makmur, begitu pula Kota Aden. Perkembangan perdagangan ini mendorong

    meningkatnya kemakmuran bagi Bani Umayyah.

    1. 4. Kerajinan

    http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftn8http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftn8http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftn8http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftn8
  • 7/21/2019 Diansti Umayyah

    15/65

    Pada masa khalifah Abd Malik mulai dirintis pembuatan tiraz(semacam bordiran), yaitu

    cap resmi yang dicetak pada pakaian khalifah dan para pembesar pemerintahan. Abdul

    Aziz (gubernur Mesir), mengganti formattirazyang semula merupakan terjemahan dari

    rumus Kristen menjadi rumus Islam dengan lafaz la illaha illa Allah.

    Begitu juga seni lukis, sejak khalifah Muawiyah sudah mendapat perhatian masyarakat.

    Sebuah lukisan yang ditorehkan oleh khalifah Walid I adalah lukisan berbagai gambar

    binatang, tetapi corak dan warna masih bersifat Hellenisme(budaya Yunani) yang

    kemudian dimodifikasi menrut cara-cara Islam. Hal ini menarik para penulis Eropa.[9]

    1. 5. Kedokteran

    Khalifah Al-Walid telah memberikan sumbangan berupa pemisahan antara ahli tentang

    penyebab penyakit dengan ahli tentang pengobatan. Khalifah Umar telah memindahkan

    sekolah kedokteran dari Iskandariyah ke Antiokhia dan Harran.

    Khalifah Khalid ibn Yazid memerintahkan penterjemahan buku-buku kedokteran, kimia,

    dan astrologi dari bahasa Yunani dan Kopti kedalam bahasa Arab.[10]

    1. Sejarah atau historiografi

    Munculnya Ubaid bin Syarya seorang penulis sejarah dalam

    bentuksirahdan maghazidan telah menginformasikannya ke Muawiyah tentang

    pemerintahan bangsa Arab dahulu dan asal usul ras mereka.

    Muncul tokoh-tokoh sejarah seperti Wahab ibn Munabbih (W.728M), Kaab Al Akhbar

    (W.625/654M) dan lainnya.[11]

    1. 7. Musik dan Syair

    Munculnya Said bin Miagah (W.714M) orang yang pertama kali memasukkan nyanyian

    Persia dan byzantium kedalam bahasa arab.

    Seni sastra berkembang dengan pesatnya, sehingga mampu menembus ke dalam jiwa

    manusia dan berkedudukan tinggi di dalam masyarakat. Sehingga syair yang muncul

    senantiasa menonjolkan sastranya, disamping isinya yang sangat bermutu. Para penyair

    tersebut diantaranya adalah Junair (653-733M), Al-Farazdah (641-732M), dan Imran bin

    Hattan.

    Dalam seni suara yang sangat berkembang adalah seni bca al-quran, qasidah, dan seni

    musik kalinnya.

    http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftn9http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftn9http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftn9http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftn10http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftn10http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftn10http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftn11http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftn11http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftn11http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftn11http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftn10http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftn9
  • 7/21/2019 Diansti Umayyah

    16/65

    1. Kondisi Keagamaan

    Pada masa Bani Umayah sudah muncul berbagai pemikiran keagamaan seperti Syiah,

    Khawarij, Murjiaah, Mutazilah, disamping Jabariyah dan Qadariyah yang sebelumnya

    sudah ada. Pada masa Umayyah kita dapat melihat cikal bakal gerakan-gerakan filosofis

    keagamaan yang berusaha menggoyahkan pondasi agama islam yaitu:

    Pertama Mutazilah, kaum Mutazilah mengembangkan teologi (kalam) rasionalistik yang

    menekankan keesaan dan kesederhanaan Tuhan, yang harus tercemin dalam integritas

    umat.[12]Orang mutazilah (penentang) karena mendakwah ajaran bahwa siapapun

    yang melakukan dosa besar dianggap telah keluar dari golongan orang yang beriman,

    tapi tidak menjadikan kafir, dalam hal ini orang berada dalam kondisi pertengahan

    antara kedua status itu.Kelompok kedua Qodariyah Aliran ini terkenal dengan pemikiran Free Will dan Free act

    (kebebasan berkehendak dan berbuat). Aliran ini beranggapan bahwa manusia memiliki

    kehendak bebas dan bertanggungjawab atas tindakan mereka sendiri.[13]

    KetigaKhowarij, yang berpandangan bahwa orang berbuat dosa besar adalah kafir, halal

    darahnya dan wajib dibunuh.

    KeempatSyiah, merupakan salah satudari dua kubu islam pertama yang berbeda

    pendapat dalam persoalan kekhalifahan. Para pengikut Ali ini membentuk kelompok

    yang solid pada masa dinasti Umayyah. Sistem imamah kemudian menjadi unsur yang

    beda antara kaum sunni dan kaum syiah.Kelima Murjiah yang berpendapat bahwa orang berdosa besar tetap masih mukmin dan

    bukan kafir. Permasalahan dosa yang dilakukan diserahkan kepada Allah SWT untuk

    mengampuni atau tidak orang tersebut.

    Selain itu sebagian tokoh Islam sudah mulai mengenal filsafat Yunani dengan

    penerjemahan naskah-naskah asing yang berbasa Yunani ke dalam bahasa Arab

    sehingga mempengaruhi pola pikir mereka dalam bidang keagamaan dan ini sebagai

    buah dari kebebasan berpikir.[14]Para cendekiawan muslim besar yang muncul pada

    zaman itu seperti Hasan al-Basri dan Washil bin Atha.

    http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftn12http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftn12http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftn12http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftn13http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftn13http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftn13http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftn14http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftn14http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftn14http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftn13http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftn12
  • 7/21/2019 Diansti Umayyah

    17/65

    BAB III

    PENUTUP

    1. A. Kesimpulan

    Dinasti Umayyah berdiri pada tahun 661 M s.d 750 M. Meskipun dinasti ini kurang dari

    satu abad, tetapi capaian ekspansi sangat luas. Pada masa Bani Umayyah terjadi

    pergantian sistem kekhalifahan kepada sistem kerajaan (Monarchi absolut) dan

    pergantian pusat pemerintahan dari Madinah ke Damaskus. Bani Umayyah membentuk

    semacam dewan sekertaris negara (Diwan al-kitabah) untuk mengurus berbagai urusan

    pemerintahan. Periode Bani Umayyah dapat dibagi menjadi 3 masa : permulaan,

    kejayaan dan keruntuhan. Masa permulaan ditandai dengan usahausaha Muawiyah

    meletakkan dasar dasar pemerintahan dan orientasi kekuasaan, Kejayaan Bani

    Umayyah dimulai pada masa pemerintahan Abdul Malik. Dia dianggap sebagai pendiri

    daulah Bani Umayyah ke dua. pemerintahannya termasyhur seperti halnya

    pemerintahan orthodox yaitu pemerintahan Abu Bakar dan Umar. Sepeninggalan Umar

    II kekhalifahan mulai melemah dan akhirnya hancur.

    Selain terjadi lika-liku dalam bidang politik, pada masa Bani Umayyah juga mengalami

    perkembangan dalam peradaban dan kebudayaan. Perkembangan tersebut meliputi

    bidang ilmu pengetahuan, arsitektur, organisasi militer, perdagangan, kerajinan, dan

    kesenian.

    Pada masa Bani Umayah sudah muncul berbagai pemikiran keagamaan seperti Syiah,

    Khawarij, Murjiaah, Mutazilah, disamping Jabariyah dan Qadariyah yang sebelumnya

    sudah ada. Selain itu banyak bermuncul para cendekiawan Muslim besar seperti Hasan

    al-Basri, Washil bin Atha, dan lain-lainnya dan sebagian besar sudah mengenal filsafat

    yunani yang mempengaruhi pola pikir mereka.

    1. B. Saran

    Setelah memahami sejarah perkembangan kebudayaan islam, pada masa Dinasti

    Umayyah, maka perlu disarankan agar para pembaca dapat mengambil suatu hal positif

    dari perjalanan Dinasti umayyah.

  • 7/21/2019 Diansti Umayyah

    18/65

    Daftar Pustaka

    Bakar, Istianah Abu.2008. Sejarah Peradaban Islam.Malang: UIN Malang Press.

    Fuadi,Imam.2011.Sejarah Peradaban Islam.Yogyakarta: Teras.Hamka.1951.Sejarah Ummat Islam.Jakarta: Bulan Bintang.

    Karen, Armstrong.2002. Sejarah Islam Singkat.Yogyakarta: ELBANIN MEDIA.

    Malik, Maman A dkk.2005. Sejarah Kebudayaan Islam.Yogyakarta: Pokja Akademik UIN

    Sunan Kalijaga.

    Maryam, Siti.2002.Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga Masa

    Modern.Yogyakarta: LESFI.

    http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/197706022003122-

    YENI_KURNIAWATI_SUMANTRI/umayyah.pdf

    [1]Hamka. Sejarah Ummat Islam (Jakarta: Bulan Bintang.1951) hlm 78.

    [2]Imam Fuadi,Sejarah Peradaban islam (Yogyakarta : Teras, 2011) hlm 69.

    [3]Ibid, hlm 7071

    [4]Ibid, hal 71

    [5]Ibid hal 73

    [6]Ali Soddiqin dkk, Sejarah Peradaban Islam ( Yogyakrta : penerbit lesfi, 2009) hlm 7172.

    [7]Ibid 6970

    [8]Siti Maryam dkk.(ed). Sejarah Peradaban Islam:Dari Masa Klasik Hingga Masa

    Modern.(Yogyakarta: LESFI.2002). hlm

    [9]Ibid hlm 77

    [10]Abu Bakar, Sejarah Peradaban Islam. (Malang;UIN malang press) hlm 5960

    [11]Istianah Abu Bakar. Sejarah Peradaban Islam (Malang;UIN malangpress.2008). hlm 48

    http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/197706022003122-YENI_KURNIAWATI_SUMANTRI/umayyah.pdfhttp://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/197706022003122-YENI_KURNIAWATI_SUMANTRI/umayyah.pdfhttp://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/197706022003122-YENI_KURNIAWATI_SUMANTRI/umayyah.pdfhttp://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftnref1http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftnref1http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftnref2http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftnref2http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftnref3http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftnref3http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftnref4http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftnref4http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftnref5http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftnref5http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftnref6http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftnref6http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftnref7http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftnref7http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftnref8http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftnref8http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftnref9http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftnref9http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftnref10http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftnref10http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftnref11http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftnref11http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftnref11http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftnref10http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftnref9http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftnref8http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftnref7http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftnref6http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftnref5http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftnref4http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftnref3http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftnref2http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftnref1http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/197706022003122-YENI_KURNIAWATI_SUMANTRI/umayyah.pdfhttp://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/197706022003122-YENI_KURNIAWATI_SUMANTRI/umayyah.pdf
  • 7/21/2019 Diansti Umayyah

    19/65

    [12]Karen Armstrong, Sejarah Islam Singkat, (Yogyakarta:ElbaninMadia.2002). hlm. 64

    [13]Karen Armstrong, Sejarah Islam Singkat, (Yogyakarta:ElbaninMedia.2002). hlm. 62

    [14]Maman A. Malik, dkk Sejarah Kebudayaan Islam, (Yogyakarta:Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga,

    2005), hlm. 113

    PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN ISLAM PADA

    MASA BANI UMAYYAH DI DAMASKUS DAN

    BANI ABBASIYAHMata Kuliah : Sejarah Kebudayaan Islam

    Pengampu : Bapak Sauki

    Agita Fajar : 13690005

    Anik Masruroh : 13690010

    Khusnul Khotimah : 13690042

    Sadiyah : 13690007

    PENDIDIKAN FISIKA

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

    YOGYAKARTA

    2013

    BAB I

    PENDAHULUAN

    http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftnref12http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftnref12http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftnref13http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftnref13http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftnref14http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftnref14http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftnref14http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftnref13http://nurikasuccess94.wordpress.com/2013/05/09/islam-pada-masa-bani-umayyah-di-damaskus/#_ftnref12
  • 7/21/2019 Diansti Umayyah

    20/65

    A. Latar Belakang

    Sejarah merupakan suatu rujukan yang sangat penting saat kita akan

    membangun masa depan. Namun, kadang kita sebagai umat Islam malas untuk

    melihat se ja rah. Sehingga ki ta cenderung berjalan tanpa tujuan dan mungkin mengulangi

    kesalahan yang pernah ada di masa lalu. Disnilah sejarah berfungsi sebagai cerminanbahwa dimasa sil am tel ah terj ad i sebuah ki sah yang pa tut ki ta pelaj ar i untuk

    merancang sert a merencan akan matang-matang untuk masa depan yang lebih

    cemerlang. Sangat memilukan ketika masyarakat Indonesia yang religius dewasa ini terpuruk

    dalam himpitan krisis dan terbelakang dalam aspek kehidupan. S e j a r a h men c a t a t

    k o n d i s i k eb esa ran I s l am b erk a t k emaju an i lmu p en g e tah u an

    d a n t e k n o l o g i , d i m a n a p a d a w a k t u i t u d u n i a I s l a m m e n j a d i k i b l a t

    p e r k e m b a n g a n i l m u pengetahuan dan teknologi dunia. I r o n i s k e t ik a s aa t in i

    m e nj ad i t e rb al i k, n e ga r a Bar a t menjadi model bagi negara-negara berkembang

    termasuk Indonesia.

    Perk emb an g an I s l am p ad a zaman Nab i Mu h ammad SAW d an ParaS a ha b a t ad a l a h merupakan masa keemasan agama Islam, hal itu bisa terlihat bagaimana

    kemurnian Islam itusendiri dengan adanya pelaku dan faktor utamanya yaitu

    Rasulullah SAW. Kemudian padazaman selanjutnya yaitu zaman para sahabat,

    terkhusus pada zaman Khalifah empat atauyang lebih terkenal dengan sebutan

    Khulafaur Rasyidin, Islam berkembang dengan pesatdimana hampir 2/3 bumi

    yang kita huni ini hampir dipegang dan dikendalikan oleh Islam. Hal itu tentunya

    tidak terlepas dari para pejuang yang sangat gigih dalam mempertahankandan

    juga dalam men yebarkan Is lam seba gai agama Tauhid yang di ridhoi .

    PerkembanganIslam pada zaman inilah merupakan titik tolak perubahan peradaban kearah

    yang lebih maju. Maka tidak heran para sejarawan mencatat bahwa Is lam padazaman Nabi Muhammad dan Khulafaur Rasyidin merupakan Islam yang luar

    bias a pengaruhnya. Berlanjut pada masa pada masa Bani Umayyah Di Damaskus, Bani

    Abbasiyyah Di Baghdad dan Bani Umayyahdi Andalusia serta Afrika Utara (Murabbitun,

    Muwahhidun, dan Fathimiyyah), serta DinastiMamluk di Mesir. Namun yang terkadang

    menjadi pertanyaan adalah kenapa pada zaman se ka ra ng in i se ol ah kit a

    melup akann ya. Seka i tan denga n i tu per lu k i ra nya k i t a mel ih at kembali dan

    mengkaji kembali bagaimana sejarah Islam yang sebenarnya

  • 7/21/2019 Diansti Umayyah

    21/65

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. BANI UMAYYAH

    1. Asal Mula Bani Umayyah

    Bani Umayyah diambil dari nama Umayyah, kakeknya Abu Sofyan bin Harb, atau

    moyangnya Muawiyah bin Abi Sofyan. Umayyah hidup pada masa sebelum Islam, ia

    termasuk bangsa Quraisy. Daulah Bani Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan

    dengan pusat pemerintahannya di Damaskus dan berlangsung selama 90 tahun (41 132 H /661750 M).

    Muawiyah bin Abi Sufyan sudha terkenal siasat dan tipu muslihatnya yang licik, dia

    adalah kepala angkatan perang yang mula-mula mengatur angkatan laut, dan ia pernah

    dijadikan sebagai amir Al-Bahar. Ia mempunyai sifat panjang akal, cerdik cendekia lagi

    bijaksana, luas ilmu dan siasatnya terutama dalam urusan dunia, ia juga pandai mengatur

    pekerjaan dan ahli hikmah.

    Muawiyah bin Abi Sufyan dalm membangun Daulah Bani Umayyah menggunakan

    politik tipu daya, meskipun pekerjaan itu bertentangan dengan ajaran Islam. Ia tidak gentar

    melakukan kejahatan. Pembunuhan adalah cara biasa,asal maksud dan tujuannya tercapai.Daulah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus, telah diperintah oleh 14 orang

    kholifah. Namun diantara kholifah-kholifah tersebut, yang paling menonjol adalah : Kholifah

    Muawiyah bin Abi Sufyan, Abdul Malik bin Marwan, Walid bin Abdul Malik, Umar bin

    Abdul Aziz dan Hisyam bin Abdul Malik.

    2. Peta Daerah Perkembangan Islam Pada Masa Kejayaan Bani Umayyah

    Dalam upaya perluasan daerah kekuasaan Islam pada masa Bani Umayyah,

    Muawiyah selalu mengerahkan segala kekuatan yang dimilikinya untuk merebut kekuasaan

    di luar Jazirah Arab, antara lain upayanya untuk terus merebut kota Konstantinopel. Ada tiga

    hal yang menyebabakan Muawiyah terus berusaha merebut Byzantium. Pertama, karena kotatersebut adalah merupakan basis kekuatan Kristen Ortodoks, yang pengaruhnya dapat

    membahayakan perkembangan Islam. Kedua, orang-orang Byzantium sering melakukan

    pemberontakan ke daerah Islam. Ketgia, Byzantium termasuk wilayah yang memiliki

    kekayaan yang melimpah.

    Pada waktu Bani Umayyah berkuasa, daerah Islam membentang ke berbagai negara

    yang berada di benua Asia dan Eropa. Dinasti Umayyah, juga terus memperluas peta

    kekuasannya ke daerah Afrika Utara pada masa Kholifah Walid bin Abdul Malik , dengan

    mengutus panglimanya Musa bin Nushair yang kemudian ia diangkat sebagai gubernurnya.

    Musa juga mengutus Thariq bin Ziyad untuk merebut daerah Andalusia.

  • 7/21/2019 Diansti Umayyah

    22/65

    Keberhasilan Thariq memasuki Andalusia, membuta peta perjalanan sejarah baru bagi

    kekuasaan Islam. Sebab, satu persatu wilayah yang dilewati Thariq dapat dengan mudah

    ditaklukan, seperti kota Cordova, Granada dan Toledo. Sehingga, Islam dapat tersebar dan

    menjadi agama panutan bagi penduduknya. Tidak hanya itu, Islam menjadi sebuah agama

    yang mampu memberikan motifasi para pemeluknya untuk mengembangkan diri dalam

    berbagai bidang kehidupan social, politik, ekonomi, budaya dan sebaginya. Andalusia pun

    mencapai kejayaan pada masa pemerintahan Islam.

    3. Kemajuan dan Keunggulan Bani Umayyah

    Di masa Bani Umayyah ini, kebudayaanmengalami perkembangan dari pada masa

    sebelumnya. Di antara kebudayaan Islam yang mengalami perkembangan pada masa ini

    adalah seni sastra, seni rupa, seni suara, seni bangunan, seni ukir, dan sebaginya.

    Pada masa ini telah banyak bangunanhasil rekayasa umat Islam dengan mengambil

    pola Romawi, Persia dan Arab. Contohnya adalah bangunan masjid Damaskus yang

    dibangun pada masa pemerintahan Walid bin Abdul Malik, dan juga masjid Agung Cordova

    yang terbuat dari batu pualam.

    Seni sastraberkembang dengan pesatnya, hingga mampu menerobos ke dalam jiwa

    manusia dan berkedudukan tinggi di dalam masyarakat dan negara. Sehingga syair yang

    muncul senantiasa sering menonjol dari sastranya, disamping isinya yang bermutu tinggi.

    Dalamseni suarayang berkembang adalah seni baca Al-Quran, qasidah, musik dan

    lagu-lagu yang bernafaskan cinta. Sehingga pada saat itu bermunculan seniman dan qori/

    qoriah ternama.

    Perkembanganseni ukiryang paling menonjol adalah penggunaan khot Arab sebagai

    motif ukiran atau pahatan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya dinding masjid dan tembok-

    tembok istana yang diukur dengan khat Arab. Salah satunya yang masih tertinggal adalah

    ukiran dinding Qushair Amrah (Istana Mungil Amrah), istana musim panas di daerah

    pegunungan yang terletak lebih kurang 50 mil sebelah Timur Amman.

    Dalam bidang ilmu pengetahuan, perkembangan tidak hanya meliputi ilmu

    pengetahuan agama saja, tetapi juga ilmu pengetahuan umum, seperti ilmu kedokteran,

    filsafat, astronomi, ilmu pasti, ilmu bumi, sejarah, dan lain-lain.

    Pada ini juga,politiktelah mengaami kamajuan dan perubahan, sehingga lebih teratur

    dibandingkan dengan masa sebelumnya, terutama dalam hal Khilafah (kepemimpinan),

    dibentuknya Al-Kitabah (Sekretariat Negara), Al-Hijabah (Ajudan), Organisasi Keuangan,

    Organisasi Keahakiman dan Organisasi Tata Usaha Negara.

    Kekuatan militerpada masa Bani Umayyah jauh lebh berkembang dari masa

    sebelumnya, sebab diberlakukan Undang-Undang Wajib Militer (Nizhamut Tajnidil Ijbary).

    Sedangkan pada masa sebelumnya, yakni masa Khulafaurrasyidin, tentara adalah merupakan

    pasukan sukarela. Politik ketentaraan Bani Umayyah adalah politik Arab, dimana tentara

    harus dari orang Arab sendiri atau dari unsure Arab.

    Pada masa ini juga, telah dibangun Armada Islam yang hampir sempurna hingga

    mencapai 17.000 kapal yang dengan mudah dapat menaklukan Pulau Rhodus dengan

    panglimanya Laksamana Aqabah bin Amir. Disamping itu Muawiyah juga telah membentuk

    Armada Musin Panas dan Armada Musim Dingin, sehingga memungkinkannya untukbertempur dalam segala musim.

  • 7/21/2019 Diansti Umayyah

    23/65

    Dalam bidangsocial budaya, kholifah pada masa Bani Umayyah juga telah banyak

    memberikan kontribusi yang cukup besar. Yakni, dengan dibangunnya rumah sakit

    (mustasyfayat) di setiap kota yang pertama oleh Kholifah Walid bin Abdul Malik. Saat itu

    juga dibangun rumah singgah bagi anak-anak yatim piatu yang ditinggal oleh orang tua

    mereka akibat perang. Bahkan orang tua yang sudah tidak mampu pun dipelihara di rumah-

    rumah tersebut. Sehingga usaha-usaha tersebut menimbulkan simpati yang cukup tinggi dari

    kalangan non-Islam, yang pada akhirnya mereka berbondong-bondong memeluk Islam.

    4. Pembunuhan Terhadap Marwan bin Muhammad dan Yazid bin Umar

    Salah satu pendiri daulah Bani Abbasiyah, Abul Abbas As-Shaffah mengirimkan

    pasukannya untuk melumpuhkan kepemimpinan Marwan. Sebagai panglima, ia mengutus

    Abdullah bin Ali. Kholifah MArwan juga telah mempersiapkan pasukannya yang besar

    dengan membaginya dengan dua lapis. Lapis pertama, adalah terdiri dari pasukan yang selalu

    mengalami kemenangan dalam setiap peperangan, yang kedua, adalah pasukan yang selalu

    mengalami kekalahan dalam setiap peperangan.

    Kedua pasukan tersebut bertempur di lembah Sungai az-Zab, salah satu cabang

    Sungai Djlah (Tigris) dari sebelah timur. Pertempuran berlaku sengit. Angkatan perang

    Marwan memang cukup besar dan memiliki perbekalan yang banyak. Namun, itu semua

    tidak menyurutkan keinginan pasukan Abbasiyah untuk memperoleh kemenangan demi masa

    depan yang cemerlang. Demikianlah angkatan tentara Abbasiyah mencapai kemenagan atas

    pasukan Kholifah Marwan.

    Sejak saat itu, Marwan terus diburu untuk benar-benar dibunuh, sehingga tidak ada

    lagi kekuasaan Bani Umayyah yang tersisa. Marwan terus menerus melakukan pengunduran

    dari satu tempat ke tempat lain, dimulai dari ia mundur dari Harran, Qinnisirin (Syiria),

    kemudian Hims, Damsyik, Palestin dan akhirnya Mesir. Di Mesir, Marwan dan sedikitpasukannya yang tersisa masih harus melakukan pertempuran kecil, dan saat itu pula ia

    tewas.

    Moment inilah yang menyebabkan kemunduran dan kehancuran daulah Bani

    Umayyah yang sudah berkuasa selama 90 tahun.

    5. Peradaban dan Pemerintahan pada masa Bani Umayyah di Damaskus

    Semenjak berkuasa, Muawiyyah (661-680) memulai langkah-langkah baru untuk

    merekonstruksi otoritas dan sekaligus kekuasaan khilafah, dan menerapkan paham golongan

    bersama dengan elite pemerintah. Muawiyyah mulai mengubah koalisi kesukuan Arab

    menjadi sebuah sentralisasi monarkis. Ia memperkuat barisan militer dan memperluaskekuasaan administratif negara dan alasan-alasan moral dan politis yang baru demi kesetiaan

    terhadap khalifah.

    Beberapa dekade dari masa pemerintahan Muawiyyah tidak terlepas dari faktor-faktor

    perselisihan akibat perang sipil pertama.Warga Madinah menentang Quraisy lantaran

    merampas kedudukan mereka. Kalangan Syiah menginginkan penguasaan terhadap jabatan

    khilafah. Konflik kesukuan bangsa Arab berkobar kembali. Muawiyyah mampu

    mengendalikan bangsa Arab dengan kecakapan pribadinya dan dibentengi kekuatan militer,

    namun ketika ia meninggal dunia, peperangan sipil berlangsung kembali. Zaman kekacauan

    ini berlangsung kembali. Zaman kekacauan ini berlangsung antara 680-692.

    Ketika Yazid naik tahta, Ia harus menghadapi berbagai serangan-serangan dari paralawannya, diantaranya adalah Abdullah bin Zubair, putra dari seorang yang terbunuh oleh

  • 7/21/2019 Diansti Umayyah

    24/65

    kelompok Ali. Bersamaan itu, putra Ali, Husain, berusaha meninggalkan Madinah menuju

    Kuffah untuk menjadi pimpinan bagi pengikutnya di wilayah tersebut, namun pasukannya

    yang berjumlah kecil dihadang di padang Karbala dan dibunuh oleh suruhan Yazid, dan pada

    perang tersebut Husain meninggal dunia dan kepalanya terpisah dengan tubuhnya dan kepala

    Husain dibawa kehadapan Yazid.

    Meskipun rezim Muawiyyah pada dasarnya adalah keluarga penguasa, militer, dan

    suku-suku yang bernaung dibawahnya, sekelompok elite kecil memerintah sebuah imperum

    besar yang desentralis, sementara itu khalifah berusaha keras menegakkan sentralisasi

    kekuasaan pemerintah. Abdul Malik dan Al-Walid menyusun peralihan pejabat-pejabat pajak

    dari orang-orang yang berbahasa Yunani dan Syiria kepada orang-orang yang berbahasa

    Arab.selanjutnya Khalifah mengadakan pengorganisaisan keuangan di berbagai daerah. Pada

    masa khalifah Umar II, khalifah mengusulkan sebuah revisi yang penting mengenai aturan

    dan bebrapa prinsip perpajakan untuk menghilangkan ketidakseragaman yng lebih besar dan

    demi persatuan. Khalifah Hisyam, berusaha menerapkan kebijakan Umar II di wilayah

    Khurasan, Mesir Metopotamia.

    Kejayaan kaisar khalifah, dukungan resmi negara kepada agama dan pembangunan

    gereja, ataupun dalam hsl ini pembangunan sejumlah masjid adalah terilhami oleh kebijakan

    Bizantium. Para khalifah Umayyah mendatangkan motif-motif Yunani dan bahkan ahli

    bidang bangunan dan seniman Yunani untuk menghiasi masjid-masjid merekan dan

    kemudian menjadikan desain-desain dan dekorasi Sasania untuk menghiasi istana mereka.

    Bahkan dalam meminjam ide-ide dari beberapa imperium terdahulu, penguasa Umayyah

    memindahkan motif-motif tradisional dan mengadakan peniruan dari bentuk-bentuk lama

    dengan sesuatu yang baru untuk menciptakan simbol Islam dan imperium terdahulu, tetapi ia

    lebih diberi tekanan khas keislaman.

    B. BANI ABBAS

    1. Sebab-sebab Berdirinya Daulah Abbasiyah

    Menjelang akhir dinasti Umayyah, terjadi bermacam-macam kekacauan, yang di

    antaranya disebabkan:

    a. Penindasan yang terus-menerus terhadap pengikut Ali dan bani Hasyim.

    b. Merendhkan kaum Muslimin yang bukan bangsa Arab sehingga mereka tidak diberi

    kesempatan dalam pemerintahan.

    c. Pelanggaran terhadap ajaran Islam dan hak-hak asasi manusia dengan cara

    terang-terangan.

    Alasan-alasan di atas menjadi sebab berdirinya khalifah Abbasiyah, oleh karena itu,

    logis kalau bani Hasyim mencari jalan keluar denganmendirikan gerakan rahasia untuk

    menumbangkan dinasti Umayyah. Gerakan ini menghimpun:

    a. Keturunan Ali (Alawiyah), pemimpinnya Abu Salamah

    b. Keturunan Abbas (Abbasiyah), pemimpinnya Ibrahim al-Imam

    c. Keturunan bangsa Persia, pemimpinnya Abu Muslim al-Khurasany

    Mereka membagi tiga poros (Humairah, Kufah, Khurasan) yang merupakan pusat

    kegiatan, antar satu degan yang lain mempunyai kedudukan tersendiri dalam memainkan

    perannya untuk menegakkan kekuasaan keluarga besar paman Nabi SAW. Dengan usaha ini,

    pada tahun 132 H./750 M., tumbanglah daulah Umayyah dengan terbunuhnya Marwan dan

    mulailah berdirinya daulah Abbasiyah dengan diangkatnya khalifah pertama, Abdullah bin

  • 7/21/2019 Diansti Umayyah

    25/65

    Muhammad, dengan gelar Abu al-Abbas al-Saffah, pada tahun 132-136 H./750-754 M.

    (Machfud syaefudin, dkk, 2013: 63)

    2. Pemerintahan Daulah Abbasiyah

    Kekuasaan dinasti Bani Abbas atau khalifah Abbasiyah, melanjutkan kekuasaan

    Dinasti Bani Umayyah. Dinamakan khalifah Abbasiyah Karena para pendiri dan penguasa

    dinasti ini adalah keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad Saw. Dinasti Abbasiyah

    didirikan oleh Abdullah Al-Saffan ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Al-Abass.

    Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H 656 H.

    Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan

    perubahan politik, sosial, dan budaya. Sistem politik yang dijalankan oleh Daulah Bani

    Abbasiyah antara lain :

    a. Para Khalifah tetap dari keturunan Arab, sedang para menteri, panglima, Gubernur

    dan para pegawai lainnya dipilih dari keturunan Persia dan mawali .

    b. Kota Baghdad digunakan sebagai ibu kota negara, yang menjadi pusat

    kegiatan politik, ekonomi sosial dan kebudayaan.

    c. Ilmu pengetahuan dipandang sebagai suatu yang sangat penting dan mulia .

    d. Kebebasan berfikir sebagai HAM diakui sepenuhnya .

    e. Para menteri turunan Persia diberi kekuasaan penuh untuk menjalankan

    tugasnya

    dalam pemerintah.

    Para sejarawan membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode :

    a. Periode Pertama (132 H/750 M - 232 H/847 M), disebut periode pengaruh Persia pertama.

    b. Periode Kedua (232 H/847 M - 334 H/945 M), disebut masa pengaruh Turki

    pertama.

    c. Periode Ketiga (334 H/945 M - 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti

    Buwaih dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa

    pengaruh Persia kedua.

    d. Periode Keempat (447 H/1055 M 590 H/1194 M), masa kekuasaan dinasti

    Bani Seljuk dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah, biasanya disebut juga dengan

    masa pengaruh Turki kedua.

    e. Periode Kelima (590 H/1194 M 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari

    pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kotaBagdad.

    Pada periode pertama, pemerintah Bani Abbas mencapai masa keemasannya. Secarapolitis, para khalifah merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Periode ini

    berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam

    islam. Setelah periode ini berakhir, pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang

    politik.

    Masa pemerintahan Abu Al-Abbas, pendiri dinasti ini, sangat singkat yaitu dari tahun

    750 M sampai 754 M. Pembina dari daulat Abbasiyah adalah Abu Jafar Al -Manshur (754-

    775 M). Dia dengan keras menghadapi lawannya dari Bani Ummayah, Khawarij, dan juga

    Syiah yang merasa dikucilkan dari kekuasaan. Untuk mengamankan kekuasaannya, tokoh-

    tokoh besar yang mungkin menjadi saingan baginya satu per satu disingkirkan.

    Pada mulanya, ibu kota negara adalah Al-Hasyimiyah, dekat kufah. Namun, untukmemantapkan dan menjaga stabilitas negara, Al-Manshur memindahkan ibu kota negara ke

  • 7/21/2019 Diansti Umayyah

    26/65

    Bagdad, dekat bekas ibu kota Persia, Ctesiphon, tahun 762 M. Di bidang pemerintahan, dia

    menciptakan tradisi baru dengan mengangkat wazir sebagai koordinator departemen, Wazir

    pertama yang diangkat adalah Khalid bin Barmak, berasal dari Balkh, Persia. Dia juga

    membentuk protokol negara, sekretaris negara, dan kepolisian negara. Al-Manshur

    meningkatkan peran dari Jawatan pos, yang sudah ada sejak masa dinastii Bani Umayyah.

    Yang dahulu fungsinya hanya sebagai pengantar surat, sekarang ditegaskan untuk

    menghimpun seluruh informasi di daerah-daerah, sehingga administrasi kenegaraan dapat

    berjalan lancar.

    Khalifah Al-Manshur berusaha menaklukkan kembali daerah-daerah yang

    sebelumnya membebaskan diri dari pemerintah pusat dan memantapkan keamanan di daerah

    perbatasan. Diantara usaha-usaha tersebut adalah merebut benteng di Asia, kota Malatia,

    wilayah Coppadocia, dan Cicilia pada tahun 756 758 M. Puncak keemasan dari dinasti ini

    berada pada tujuh khalifah sesudahnya, yaitu Al-Mahdi (775-785 M), Al-Hadi (775-786 M),

    Harun Al-Rasyid (786-809 M), Al-Mamun (813-833 M), Al-Mutashim (833-842 M), Al-

    Wasiq (842-847 M), dan Al-Mutawakkil (847-861 M).

    Pada masa Al-Mahdi perekonomian mulai meningkat dengan peningkatan di sektor

    pertanian, melalui irigasi dan peningkatan hasil pertambangan seperti perak, emas, tembaga,

    dan besi. Bashrah menjadi pelabuhan yang penting. Daulat Abbasiyah mencapai puncaknya

    di zaman khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M) dan puteranya Al-Mamun (813-833 M).

    Kekayaan yang banyak dimanfaatkan Harun Al-Rasyid untuk keperluan sosial. Rumah sakit,

    lembaga pendidikan, dokter, dan farmasi didirikan. Di samping itu, pemandian-pemandian

    umum juga dibangun. Tingkat kemakmuran yang paling tinggi terwujud pada zaman khalifah

    ini. Kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta

    kesusasteraan berada pada zaman keemasannya. Pada masa inilah Negara islam

    menempatkan dirinya sebagai Negara terkuat dan tak tertandingi. Al-Mamun dikenal sebagai

    khalifah yang sangat cinta kepada ilmu. Pada masa pemerintahannya, penerjemahan buku-

    buku asing digalakkan. Ia juga banyak mendirikan sekolah, salah satu karya besarnya yang

    terpenting adalah pembangunanBait al-Hikmah, pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai

    perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar. Pada masa Al-Mamun inilah Bagdad

    mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan.

    Walaupun mengalami kemajuan yang pesat, dalam periode ini banyak tantangan dan

    gerakan politik yang mengganggu stabilitas Negara. Gerakan-gerakan itu seperti gerakan

    sisa-sisa Bani Umayyah dan kalangan intern Bani Abbas, revolusi al-Khawarij di Afrika

    Utara, gerakan Zindik di Persia, gerakan Syiah, dan konflik antarbangsa serta aliran

    pemikiran keagamaan, semuanya dapat dipadamkan. Dinasti Bani Abbasiyah pada periode

    pertama lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada perluasan

    wilayah.

    Demikianlah kemajuan politik dan kebudayaan yang pernah dicapai oleh

    pemerintahan Islam pada masa klasik, kemajuan yang tidak ada tandingannya di kala itu.

    Pada masa ini, kemajuan politik berjalan seiring dengan kemajuan peradaban dan

    kebudayaan, sehingga Islam mencapai masa keemasan, kejayaan, dan kegemilangan. Masa

    keemasan ini dicapai Bani Abbasiyah pada periode pertama. Namun sayang, setelah periode

    ini berakhir, Islam mengalami masa kemunduran.

    3. Peradaban perekonomian Daulah Abbasiyah

  • 7/21/2019 Diansti Umayyah

    27/65

    Pada masa bani Abbasiyah, ekonomi perdagangan berkembang antar daerah-daerah

    penghasil pertanian dan perindustrian atau kerajinan. Pada masa itu, telah berkembang pula

    sistem perdagangan internasional, baik dengan dunia Barat (Byzantium dan Eropa pada

    umumnya) maupun dunia Timur (India, Tiongkok, dan Nusantara), dengan daerah-daerah

    Islam atau pusat-pusat kehidupan sosial-budya dan pemerintahan sebagai pusat-pusat

    perdagangan internasional (Machfud Syaefudin, dkk, 2013: 71).

    Di sebelah timur, para pegadang Islam telah menjelajah hingga ke Cina. Yang

    menjadi tulang punggung perdagangan ini adalah sutra, yang merupakan kontribusi terbesar

    dari Cina kepada dunia Barat. Di sebalah barat, para pedagang Islam telah mencapai Maroko

    dan Spanyol. Mereka membawa kurma, gula, kapas, dan kain wol juga peralatan dari baja,

    dan gelas. Lalu mereka mengimpor barang dagangan seperti rempah-rempah, kapur barus dan

    sutera dari kawasan Asia yang lebih jauh, juga gading, kayu eboni, dan budak kulit hitam dari

    Afrika.

    Industri penting lainnya adalah pembuatan kertas tulis, yang diperkenalkan pada

    pertenghan abad ke-8 dari Cina ke Samarkand. Kertas Samarkand, yang diduduki oarang

    Islam pada 740 M, saat itu tak ada tandingannya. Sebelum akhir abab ke-8, Baghdad

    memiliki pabrik ketas pertama. Kemudian disusul oleh kota-kota lain seperti, Mesir sekitar

    900 M, Maroko sekitar 1100 M, Spanyol sekitar 1150 M. Pabrik kertas saat itu juga

    menghasilkan berbagai jenis kertas, baik putih maupun berwarna.

    Seni mengelola perhiasan juga mengalami kemajuan. Salah satu perhiasan yang

    paling terkenal dalam sejarah Arab adalah rubi besar yang pernah dimiliki oleh beberapa raja

    Persia, yang di atasnya diukir nama Harun ketika ia membelinya seharga 40 ribu dinar.

    Sedangkan sumber tambang utama kerajaan yang memungkinkan tumbuhnya industri

    perhiasan adalah emas dan perak yang diambil dari Khurasan, yang juga menghasilkan

    marmer dan air raksa, rubi, lazuli dan azuridari Transoxinia, tembaga dan perak dari

    Karman, mutiara dari Bahrian, turquoisedari Naisabur.

    Alat transportasi yang digunakan ada tiga macam yaitu, pergadangan maritim

    menggunakan kapal layar sebagai armada pengangkut, perdagangan caravan menggunakan

    hewan sebagai alat pengangkut, dan pergadangan sungai menggunakan alat pengangkut

    sungai dan kapal. Kemajuan ekonomi tersebut sudah pasti meninkatkan kemakmuran rakyat

    secara keseluruhan. Puncak kemakmuran rakyat terjadi ada masa khalifah Harun al-Rasyid

    dan putranya, al-Ma'mun. Kekayaan yang melimpah tersebut dimanfaatkan untuk kegiatan

    sosial banyak didirikan seperti rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, farmasi, Disamping

    itu juga kesejahteraan sosial, kesehatan, penddidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan sreta

    kesatraan (Machfud Syaefudi, dkk, 2013: 73).

    4. Peradaban Ilmu Pengetahuan

    Abad X Masehi di sebut pembangunan daulah Islamiyah di mana dunia Islam, mulai

    dari Kordova di Sponyol sampai ke Multan Pakistan, mengalami pembangunan di segala

    idang teknologi dan seni. Hal ini disebabkan agama yang dibawa Nabi Muhammad telah

    menimbulkan dorongan untuk menimbulkan suatu kebudaya