saverina nungky dh

61
 PENGARUH JUS STROBERI (  Fragaria x ananassa) TERHADAP KERUSAKAN HISTOLOGIS PARU MENCIT (  Mus musculus) YANG DIPAPAR ASAP ROKOK SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran SAVERINA NUNGKY DIAN HAPSARI G0008165 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: wahyudi-cahya-aprillian

Post on 14-Oct-2015

40 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    PENGARUH JUS STROBERI (Fragaria x ananassa) TERHADAP

    KERUSAKAN HISTOLOGIS PARU MENCIT (Mus musculus)

    YANG DIPAPAR ASAP ROKOK

    SKRIPSI

    Untuk Memenuhi Persyaratan

    Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

    SAVERINA NUNGKY DIAN HAPSARI G0008165

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA 2011

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    ii

    PENGESAHAN SKRIPSI

    Skripsi dengan Judul : Pengaruh Jus Stroberi (Fragaria x ananassa)

    terhadap Kerusakan Histologis Paru Mencit (Mus musculus) yang Dipapar

    Asap Rokok

    Saverina Nungky Dian Hapsari, NIM : G0008165, Tahun : 2011

    Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi

    Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

    Pada hari Kamis, Tanggal 22 September 2011

    Pembimbing Utama

    Nama : Muthmainah, dr., M.Kes. NIP : 19660702 199802 2 001

    Pembimbing Pendamping

    Nama : Martini, Dra., M.Si. NIP : 19571113 198601 2 001 .

    Penguji Utama

    Nama : E. Listyaningsih S., dr., M.Kes. NIP : 19640810 199802 2 001 .

    Penguji Pendamping

    Nama : Yulia Lanti R.D., dr., M.Si. NIP : 19610320 199203 2 001 .

    Surakarta,

    Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

    Muthmainah, dr., M.Kes Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM

    NIP 19660702 199802 2 001 NIP 19510601 197903 1 002

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    iii

    PERNYATAAN

    Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

    diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

    sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

    ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

    naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

    Surakarta, ..

    Saverina Nungky Dian Hapsari

    NIM G0008165

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    iv

    ABSTRAK

    Saverina Nungky Dian Hapsari, G0008165, 2011. Pengaruh Jus Stroberi (Fragaria x ananassa) Terhadap Kerusakan Histologis Paru Mencit (Mus musculus) yang Dipapar Asap Rokok. Skripsi. Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

    Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jus stroberi (Fragaria x ananassa) dalam mengurangi kerusakan histologis paru mencit (Mus musculus) akibat paparan asap rokok dan untuk mengetahui pengaruh peningkatan dosis jus stroberi (Fragaria x ananassa) dalam meningkatkan efek pengurangan terhadap kerusakan histologis paru mencit (Mus musculus) akibat paparan asap rokok.

    Metode Penelitian : Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan post test only controled group design. Sampel berupa mencit jantan, galur Swiss webster berumur 2-3 bulan dengan berat badan 20 gram. Sampel diambil dengan teknik incidental sampling sebanyak 28 ekor, dibagi dalam 4 kelompok secara random. Kelompok kontrol (KK) dan kelompok perlakuan I (KP1), mencit diberi aquades. Kelompok perlakuan II (KP2) diberi jus stroberi dosis 0,3 ml/20 gr BB mencit selama 14 hari. Kelompok perlakuan III (KP3), mencit diberi jus stroberi dosis 0,6 ml/20 gr BB mencit. Pengasapan 1 batang rokok kretek dipaparkan pada KP1, KP2, dan KP3 selama 14 hari, yaitu 2 jam setelah pemberian jus stroberi. Pada hari ke-15, mencit dikorbankan dan diambil paru kanannya untuk pembuatan preparat dengan pengecatan HE. Kerusakan paru mencit diamati pada setiap lapang pandang pada perbesaran 400x dengan 3 parameter, yaitu edema interstitial, destruksi septum alveolar, dan infiltrasi sel radang untuk menentukan derajat kerusakan preparat tiap lapang pandangnya. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan Kruskal-Wallis dan Mann-Whitney (=0,05). Hasil Penelitian : Pada penelitian ini dengan uji statistik Kruskal-Wallis menunjukkan perbedaan yang bermakna antara keempat kelompok penelitian dengan p = 0,000 (p

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    v

    ABSTRACT

    Saverina Nungky Dian Hapsari, G0008165, 2011. The Effect of Strawberry (Fragaria x ananassa) Juice on Mice (Mus musculus) Histological Lung Damage Exposed by Cigarette Smoke. Script, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta.

    Objectives : The purpose of this research is to know the effect of strawberry (Fragaria x ananassa) juice can reduce histological lung damage of mice (Mus musculus) exposed by cigarette smoke and whether the increasing of the dose of strawberry (Fragaria x ananassa) juice can also increase the protection effect of histological lung damage of mice (Mus musculus) exposed by cigarette smoke. Methods : This research was a laboratorial experiment with post test only controled group design. Samples for this research were male mice, Swiss Webster strain, 2-3 months old age, and 20 grams of weight each. The samples with incidental sampling technique which divided 28 males into 4 groups in random. The control group (KK) and the treatment group I (KP1), mice were given aquadest. The treatment group II (KP2), mice were given strawberry juice 0,3 ml/20 gr body weight of mice for 14 days. The treatment group III (KP3), mice were given strawberry juice 0,6 ml/20 gr body weight of mice. The treatment group I (KP1), treatment group II (KP2), and treatment group III (KP3) were exposed by one bar of cigarette smoke for 14 days continually, 2 hours after strawberry juice had been given. On the 15th day, all of mice were sacrificed for lung histopathological study with the painting of HE. The lung damage was observed on each observation field with 3 signs, destruction of septum, lung oedema, and infiltration of the inflammatory cells. The data was analyzed using Kruskal-Wallis dan Mann-Whitney (=0,05). Results : The result of Kruskal-Wallis statistical test showed a significant difference among the three groups, p = 0,000 (p

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    vi

    PRAKATA

    Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan atas segala kasih dan hikmat-Nya dalam menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh Jus Stroberi (Fragaria x ananassa) Terhadap Kerusakan Histologis Paru Mencit (Mus musculus) yang Dipapar Asap Rokok .

    Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp. PD-KR-FINASIM, selaku Dekan

    Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Muthmainah, dr., M.Kes, selaku Ketua Tim Skripsi Fakultas Kedokteran

    Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Muthmainah, dr., M.Kes, selaku pembimbing utama yang telah berkenan

    meluangkan waktu memberikan bimbingan, saran, dan motivasi. 4. Dra. Martini, M.Si. selaku pembimbing pendamping atas segala bimbingan,

    arahan, dan waktu yang telah beliau luangkan bagi penulis. 5. E. Listyaningsih S., dr., M. Kes selaku penguji utama yang telah berkenan

    menguji serta memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini. 6. Yulia Lanti R.D., dr., M.Si, selaku anggota penguji yang telah memberikan saran

    dan nasihat dalam perbaikan penulisan skripsi ini. 7. F.A. Sri Mardaningsih dan Yohanes Tjatur S selaku orang tua tercinta serta

    Stefanus Risang dan Felisitas Friska serta seluruh keluarga besar penulis atas cinta kasihnya yang telah memberikan doa, memfasilitasi dan memotivasi saat penulisan skripsi ini.

    8. Eva Veronika, Laura Veronika, I.G.A.A. Eka Putri Sunari, Shinta Rizky, Rudy Hartawan, Ancilla Cherisha, Evander Aloysius, Sigit Bayudono dan teman-teman FK UNS angkatan 2008 yang telah memberikan bantuan dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.

    9. Pak Sukidi dan Mbak Dewi selaku Staf Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

    10. Tim Skripsi, Perpustakaan FK UNS yang banyak membantu dalam penyelesaian skripsi dan sebagai salah satu tempat mencari referensi.

    11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang turut membantu penyelesaian skripsi ini.

    Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan selanjutnya. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

    Surakarta, ..

    Saverina Nungky Dian Hapsari

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    vii

    DAFTAR ISI

    PRAKATA vi

    DAFTAR ISI .....vii

    DAFTAR TABEL ..xi

    DAFTAR GAMBAR xii

    DAFTAR LAMPIRAN ....xiii

    BAB I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ...1

    B. Perumusan Masalah ..3

    C. Tujuan Penelitian .................................................................................3

    D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 4

    BAB II. LANDASAN TEORI

    A. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 5

    1. Stroberi (Fragaria x ananassa) 5

    a. Taksonomi 5

    b. Asal Usul Stroberi ..5

    c. Kandungan Gizi Stroberi 7

    d. Antosianin dalam Stroberi . ...8

    e. Vitamin C dalam Stroberi ....................................................... 10

    2. Struktur Histologis Paru .............................................................. 11

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    viii

    a. Bronkus .................................................................................. 11

    b. Bronkiolus Respiratorius ........................................................ 12

    c. Duktus Alveolaris ................................................................... 12

    d. Alveolus .................................................................................. 13

    3. Asap Rokok ................................................................................. 14

    a. Prevalensi Merokok di Indonesia ........................................... 14

    b. Kandungan Asap Rokok ......................................................... 15

    4. Mekanisme Kerusakan Paru oleh Asap Rokok ........................... 18

    5. Mekanisme Proteksi Jus Stroberi terhadap Kerusakan Paru

    Akibat Paparan Asap Rokok ....................................................... 21

    B. Kerangka Pemikiran ........................................................................ . 23

    C. Hipotesis ..................................................................................... ....... 24

    BAB III. METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian ....................................................................................25

    B. Lokasi Penelitian...................................................................................25

    C. Subjek Penelitian ........................................................................... 25

    D. Teknik Sampling .........................................................................26

    E. Desain Penelitian .................................................................................26

    F. Identifikasi Variabel Penelitian ........................................................ . 27

    G. Definisi Operasional Variabel Penelitian........................................... 28

    H. Alat dan Bahan Penelitian ................................................. ................ 30

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    ix

    I. Cara Kerja......................................................................... .................. 31

    J. Teknik Analisis Data Statistik 36

    BAB IV. HASIL PENELITIAN

    A. Hasil Penelitian ................................................................. ............... 37

    B. Analisis Data ......................................................................................38

    BAB V. PEMBAHASAN ......................................................................... ....... 40

    BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN

    A. Simpulan ......................................................................................... . 44

    B. Saran .......................................................................................... ....... 44

    DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 45

    LAMPIRAN

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    x

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Penilaian Derajat Kerusakan Paru untuk Tiap Lapang Pandang

    Tabel 2. Data Gambaran Kerusakan Preparat pada Masing-Masing Kelompok

    Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji Mann-Whitney Antarkelompok Penelitian.

    Tabel 4. Hasil Pengamatan Preparat pada Kelompok Kontrol

    Tabel 5. Hasil Pengamatan Preparat pada Kelompok Perlakuan I

    Tabel 6. Hasil Pengamatan Preparat pada Kelompok Perlakuan II

    Tabel 7. Hasil Pengamatan Preparat pada Kelompok III

    Tabel 8. Hasil Perhitungan Uji Statistik Mann-Whitney Antara Kelompok Kontrol

    dan Kelompok Perlakuan 1

    Tabel 9. Hasil Perhitungan Uji Statistik Mann-Whitney Antara Kelompok Kontrol

    dan Kelompok Perlakuan 2

    Tabel 10. Hasil Perhitungan Uji Statistik Mann-Whitney Antara Kelompok Kontrol

    dan Kelompok Perlakuan 3

    Tabel 11.Hasil Perhitungan Uji Statistik Mann-Whitney Antara Kelompok

    Perlakuan 1 dan Kelompok Perlakuan 2

    Tabel 12. Hasil Perhitungan Uji Statistik Mann-Whitney Antara Kelompok

    Perlakuan 1 dan Kelompok Perlakuan 3

    Tabel 13. Hasil Perhitungan Uji Statistik Mann-Whitney Antara Kelompok

    Perlakuan 2 dan Kelompok Perlakuan 3

    Tabel 14. Nilai Konversi Dosis Manusia ke Hewan

    Tabel 15. Daftar Volume Maksimal Bahan Uji pada Pemberian Secara Oral

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Skema Rancangan Penelitian

    Gambar 2. Skema Pemberian Perlakuan

    Gambar 3. Gambaran Mikroskopis Normal Paru Mencit dengan Pengecatan HE

    pada Perbesaran 400x

    Gambar 4. Gambaran Mikroskopis Kerusakan Ringan Paru Mencit dengan

    Pengecatan HE pada Perbesaran 400x

    Gambar 5. Gambaran Mikroskopis Kerusakan Sedang Paru Mencit dengan

    Pengecatan HE pada Perbesaran 400x

    Gambar 6. Gambaran Mikroskopis Kerusakan Berat Paru Mencit dengan

    Pengecatan HE pada Perbesaran 400x

    Gambar 7. Juicer, Stroberi dan Jus Stroberi

    Gambar 8. Proses Pemberian Jus Stroberi dengan Sonde Lambung

    Gambar 9. Kandang Perlakuan dan Proses Pemaparan Asap Rokok

    Gambar 10. Proses Pengambilan Organ

    Gambar 11. Alat Pengecatan Preparat (Staining Set)

    Gambar 12. Preparat Potongan Paru yang Diamati

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Hasil Pengamatan Preparat pada Kelompok Kontrol

    Lampiran 2. Hasil Pengamatan Preparat pada Kelompok Perlakuan I

    Lampiran 3. Hasil Pengamatan Preparat pada Kelompok Perlakuan II

    Lampiran 4. Hasil Pengamatan Preparat pada Kelompok Perlakuan III

    Lampiran 5. Hasil Perhitungan Uji Statistik Kruskal-Wallis

    Lampiran 6. Hasil Perhitungan Uji Statistik Mann-Whitney

    Lampiran 7. Gambar Mikroskopis Paru Mencit

    Lampuran 8. Foto Alat dan Bahan Penelitian

    Lampiran 9. Konversi Dosis Manusia ke Hewan

    Lampiran 10. Volume Maksimal Bahan Uji Peroral untuk Hewan Coba

    Lampiran 11. Ethical Clearance

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Dalam perkembangan ilmu kesehatan, stres oksidatif diketahui menjadi

    penyebab kerusakan sel, mempercepat proses penuaan, dan memicu timbulnya

    berbagai penyakit. Ketidakseimbangan antara jumlah radikal bebas dan

    antioksidan inilah yang disebut sebagai keadaan stres oksidatif. Radikal bebas

    ditemukan dalam setiap pembakaran, seperti merokok, memasak, serta

    pembakaran bahan bakar mesin dan kendaraan bermotor (Dodik, 2009).

    Indonesia merupakan negara dengan jumlah perokok terbesar ke-3 di dunia,

    setelah Cina dan India. World Health Organization (WHO) merilis data lebih dari

    50% rumah tangga di Indonesia memiliki satu orang perokok di rumahnya,

    sehingga diperkirakan sekitar 50% masyarakat di Indonesia terpapar asap rokok

    (Depkominfo, 2011). Indonesia menduduki urutan ke-lima dalam hal konsumsi

    rokok, yaitu sebanyak 215 milyar per tahun. Konsumsi rokok di Indonesia

    meningkat secara konsisten sejak tahun 1970. Prevalensi merokok penduduk

    dewasa 15 tahun ke atas meningkat dari 26,9% di tahun 1995 menjadi 31,5% di

    tahun 2001. Data WHO menyebutkan bahwa 59% pria dan 3,7% wanita di

    Indonesia adalah perokok. Sebagian besar rokok yang dikonsumsi di Indonesia

    (85-90%) adalah rokok kretek (Sartono, 2005).

    Selain dipicu oleh jumlah radikal bebas yang berlebih, stres oksidatif juga

    dipicu oleh kurangnya antioksidan. Antioksidan adalah zat kimia dengan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    2

    konsentrasi rendah, secara signifikan dapat mencegah atau mereduksi suatu zat

    yang teroksidasi. Antioksidan utama diperankan oleh enzim, seperti superokside

    dismutase (SOD), katalase, dan glutathione peroksidase (GPx), serta vitamin yang

    berupa alpha tokoferol, beta karoten dan asam askorbat (Fouad, 2008). Vitamin C

    dan E merupakan antioksidan potensial yang banyak terkandung dalam buah dan

    sayur. Untuk itu, konsumsi buah dan sayur yang mengandung antioksidan dapat

    menangkal radikal bebas berlebih dalam tubuh (Smolin dan Gosvenor, 2000).

    Buah beri merupakan buah yang kandungan antioksidannya tinggi. Dari

    banyak spesies, blueberry mempunyai kandungan antioksidan paling tinggi.

    Peneliti di United States Department of Agicultural Human Nutrition Center

    (USDA-HNRCA) menyatakan bahwa kandungan antioksidan blueberry

    menempati urutan pertama dibandingkan buah dan sayuran segar lainnya.

    Sedangkan stroberi menempati urutan kedua dan memiliki kandungan vitamin C

    tertinggi dibandingkan buah beri lainnya (USDA, 2007).

    Selain kaya akan vitamin C, stroberi juga mengandung carotenoids, dan

    polyphenol termasuk di dalamnya antosianin (ACN) (Azzini et al., 2010).

    Antosianin merupakan pigmen yang memberi warna merah, ungu, dan biru pada

    berbagai macam sayur, buah, dan bunga. Pigmen ini merupakan antioksidan yang

    termasuk dalam flavonoid (Wrolstad, 2011). Polyphenol bekerja menekan proses

    oksidatif dengan melindungi Low Density Lipoprotein (LDL) dari oksidasi

    sehingga senyawa ini bersifat kardioprotektif dalam hal mencegah aterogenesis.

    Vitamin C bekerja sebagai scavenger secara langsung radikal hidroksil (OH) dan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    3

    anion superoxide (O2

    -), menetralkan oksidan dari stimulasi neutrofil, dan berperan

    dalam regenerasi vitamin E (Fouad, 2008).

    Blueberry sebagai buah yang kandungan antioksidannya paling tinggi telah

    terbukti mampu mengurangi dan mencegah kerusakan sel karena stres oksidatif.

    Namun, buah ini masih sulit diperoleh dan dijangkau kalangan masyarakat

    banyak. Stroberi walaupun kandungan antioksidannya tidak setinggi blueberry,

    buah ini merupakan jenis buah beri yang banyak ditemukan. Stroberi yang

    ditemukan di pasar swalayan adalah stroberi hibrida yang merupakan stroberi

    komersil Fragaria x ananassa var Duchesne (Prihatman, 2000). Berdasarkan hal

    tersebut maka penulis ingin membuktikan apakah jus stroberi dapat mengurangi

    kerusakan histologis paru mencit akibat paparan asap rokok.

    B. Perumusan Masalah

    1. Apakah jus stroberi (Fragaria x ananassa) dapat mengurangi kerusakan

    histologis paru mencit (Mus musculus) akibat paparan asap rokok?

    2. Apakah peningkatan dosis jus stroberi (Fragaria x ananassa) dapat

    meningkatkan efek pengurangan terhadap kerusakan histologis paru mencit

    (Mus musculus) akibat paparan asap rokok?

    C. Tujuan Penelitian

    1. Mengetahui pengaruh jus stroberi (Fragaria x ananassa) dalam mengurangi

    kerusakan histologis paru mencit (Mus musculus) akibat paparan asap rokok.

    2. Mengetahui pengaruh peningkatan dosis jus stroberi (Fragaria x ananassa)

    dalam meningkatkan efek pengurangan terhadap kerusakan histologis paru

    mencit (Mus musculus) akibat paparan asap rokok.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    4

    D. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Teoritis

    Penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan informasi mengenai

    pengaruh jus stroberi sebagai pulmoprotektor.

    2. Manfaat Aplikatif

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah kepada

    masyarakat sehingga dapat mengkonsumsi jus stroberi untuk mengurangi

    kerusakan paru akibat radikal bebas, seperti asap rokok.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    5

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Tinjauan Pustaka

    1. Stroberi (Fragaria x ananassa)

    a. Taksonomi

    Kingdom : Plantae

    Divisio : Magnoliophyta

    Kelas : Magnoliopsida

    Orde : Rosales

    Famili : Rosaceae

    Sub Famli : Rosoideae

    Genus : Fragaria

    Spesies : F. chiloensis

    (GIN Taxonomy Database, 2008)

    b. Asal Usul Stroberi

    Stroberi sudah ada sejak lebih dari 2.000 tahun. Stroberi berasal dari

    kedua belahan bumi, utara dan selatan. Buah ini tumbuh liar di Italia sejak

    tahun 234 sebelum masehi, di mana sebutan stroberi diberikan oleh seorang

    Senator Roma. Penjelajah Eropa menemukan stroberi di Amerika Utara

    pada tahun 1588 ketika mendarat di pantai negara bagian Virginia. Mulai

    pertengahan abad 18, banyak negara bagian di Amerika Serikat menanam

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    6

    stroberi (USDA, 2007). Stroberi dikenal juga dengan nama arbei. Di

    Indonesia, buah ini disebut stroberi (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

    Di belahan bumi selatan, tanaman buah herba ini pertama kali

    ditemukan di negara Chili, Amerika. Salah satu spesiesnya yang terkenal

    adalah Fragaria chiloensis L yang menyebar ke berbagai belahan dunia

    seperti Amerika, Eropa dan Asia. Selain itu, ada spesies stroberi yang lebih

    luas penyebarannya yaitu F. vesca. L dan jenis stroberi inilah yang pertama

    kali masuk ke Indonesia. Pada pertengahan tahun 1990, stroberi mulai

    ditanam di Indonesia. Stroberi dikembangkan oleh petani di daerah

    Rancabali Bandung, Jawa Barat karena udara dingin di daerah tersebut yang

    menyerupai habitat aslinya. Selain di Jawa Barat, stroberi juga

    dikembangkan di Jawa Tengah, yaitu di sentra pertanian Tawangmangu

    Kabupaten Karanganyar. Jenis stroberi yang dikembangkan di sentra

    pertanian Tawangmangu adalah jenis daun keriting dan tristar. Budidaya

    stroberi juga sudah dilakukan di Sukabumi, Lembang, Cipanas, Batu, dan

    Bedugul (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

    Stroberi yang ditemukan di pasar swalayan adalah hibrida yang

    dihasilkan dari persilangan F. virgiana L. var Duchesne asal Amerika Utara

    dengan F. chiloensis L. var Duchesne asal Chili. Persilangan itu

    menghasilkan hibrid yang merupakan stroberi komersil Fragaria x

    ananassa var Duchesne (Prihatman, 2000).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    7

    c. Kandungan Gizi Stroberi

    Stroberi menjadi salah satu buah yang direkomendasikan untuk diet

    sehat. Satu gelasnya, kira-kira 8 buah stroberi ukuran besar, mengandung

    lebih dari 140 persen jumlah vitamin C yang direkomendasikan per harinya,

    tiga gram serat sehingga baik untuk sumber karbohidrat, potasium sebanyak

    setengah pisang ukuran besar, antioksidan dan berbagai mineral penting

    lainnya termasuk kalsium dan zat besi (USDA, 2007).

    Setiap 100 gram stroberi, mengandung 60 SI vitamin A, 60 mg

    vitamin C dan 17,7 mg asam folat (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

    Kandungan gizi buah stroberi segar dalam 160 gram, kurang lebih 1 gelas

    jus stroberi yaitu: energi 50 kalori; protein 1 gram; karbohidrat 11,65 gram;

    serat 3,81 gram; kalsium 23, 24 mg; magnesium 16,60 mg; fosfor 31,54 mg;

    potasium 44,82 mg; selenium 1,16 mg; vitamin C 94,12 mg; folat 29,38 mg;

    vitamin A 44,82 IU (Kumalaningsih, 2007). Dibandingkan dengan jeruk,

    vitamin C stroberi lebih tinggi. Vitamin C ini terbukti mampu melawan

    infeksi dan mencegah berkembangnya sel kanker. Penelitian dari American

    Cancer Society menemukan bahwa mengkonsumsi stroberi dalam jumlah

    tinggi dapat menurunkan risiko kanker saluran pencernaan (Tim Karya Tani

    Mandiri, 2010).

    Stroberi telah dilaporkan menjadi antioksidan dan mengurangi faktor

    risiko penyakit kardiovaskuler, seperti kenaikan tekanan darah,

    hiperglikemi, dislipidemia, dan inflamasi (Basu, et al., 2010). Peneliti di

    United States Department of Agicultural Human Nutrition Center (USDA-

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    8

    HNRCA) menyatakan stroberi menempati urutan kedua dan memiliki

    kandungan vitamin C tertinggi dibandingkan buah beri lainnya. Selain kaya

    akan vitamin C, stroberi juga mengandung carotenoids, dan polyphenol

    termasuk di dalamnya antosianin (ACN) (Azzini et al., 2010).

    Stroberi segar memiliki kandungan total phenolics tertinggi (8503.1

    mg GAE kg(-1) ) yang diikuti cherry, apricot, dan jeruk. Stroberi juga

    merupakan sumber utama asam ellagic sebagai antiproliferatif sel, yang

    ditemukan dalam diet orang Brazil dan lebih dari 50% kandungan phenolic

    ditemukan dalam stroberi. (Pinto et al., 2010).

    d. Antosianin dalam Stroberi

    Banyak warna merah, biru, dan ungu buah-buahan dihasilkan dari

    fitonutrien menyehatkan yang disebut antosianin. Mengkonsumsi makanan

    yang mengandung pigmen tersebut dapat memberikan perlindungan

    terhadap kanker, meningkatkan fungsi otak, dan menjaga kesehatan sistem

    kardiovaskuler. Stroberi kaya akan antosianin dan pigmen inilah yang

    memberi warna stroberi. (Carkeet et al., 2008).

    Saat ini, pigmen antosianin menjadi perhatian karena manfaat

    kesehatan yang dimiliki sebagai antioksidan. Antosianin merupakan salah

    satu kelas dari kandungan flavonoid yang terdapat pada tumbuhan

    polyphenols. (Wrolstad, 2001). Di samping chlorophyll, antosianin

    merupakan kelompok terpenting pigmen tumbuhan. Antosianin ditemukan

    dalam suatu penelitian sebagai antioksidan terkuat di antara 150 kelompok

    flavonoids (Sterling, 2001).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    9

    Dalam proses inflamasi, enzim merusak jaringan pengikat dalam

    pembuluh kapiler sehingga selanjutnya merusak dinding pembuluh darah.

    Antosianin melindungi dalam beberapa cara. Pertama, antosianin sebagai

    antioksidan menetralisir enzim yang menghancurkan jaringan pengikat.

    Kedua, antosianin berkemampuan mencegah oksidan merusak jaringan

    pengikat. Akhirnya, antosianin memperbaiki protein yang rusak pada

    dinding pembuluh darah (Sterling, 2001).

    Pada pembuluh darah besar, antosianin melawan oksidan yang

    menyebabkan aterosklerosis. Pertama, antosianin mencegah tahap awal

    aterogenesis yaitu dengan mencegah oksidasi LDL. Dalam penelitian pada

    manusia di Eropa, para peneliti menemukan bahwa dari 55 wanita dengan

    retardasi pertumbuhan intaruterin yang mengkonsumsi antosianin, oksidasi

    LDL menurun dari 1,104 mU/ml menjadi 726 mU/ml dalam 2 bulan.

    Kedua, antosianin melindungi kesatuan sel endotel pembuluh darah.

    Kerusakan sel endotel menstimulasi migrasi leukosit sehingga menyebabkan

    aterosklerosis kemudian menstimulasi migrasi eritrosit (Sterling, 2001).

    Dalam pembuluh darah kecil, antosianin membantu mempertahankan

    keutuhan mikrokapiler dengan menstabilkan dinding pembuluh darah

    kapiler. Penghambatan dan penurunan oksigen yang diikuti iskemia

    menyebabkan terbentuknya oksidan yang mengakibatkan adhesi leukosit

    dengan dinding mikrokapiler. Proses ini kemudian meningkatkan

    permeabilitas dinding kapiler, menurunkan aliran darah, dan sering

    menyebabkan kerusakan permanen kapiler (Sterling, 2001).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    10

    e. Vitamin C dalam Stroberi

    Untuk melindungi tubuh dari kerusakan oksidatif, tubuh dilengkapi

    berbagai macam enzim, yaitu: catalase, glutathione peroxidase, dan

    superoxide dismutase. Aktivitas enzim tersebut bergantung pada mineral,

    termasuk di dalamnya zink, tembaga, mangan, besi, dan selenium.

    Antioksidan dalam tubuh bekerja di bawah kondisi spesifik untuk

    menghancurkan oksigen yang reaktif. Sedangkan vitamin C yang

    merupakan sumber antioksidan dari luar tubuh dapat menonaktifkan radikal

    bebas, superoksida, dan hidrogen peroksidase. (Smolin dan Gosvenor,

    2000).

    Vitamin C penting untuk pembentukan kolagen, jaringan pengikat

    pada kulit, ligramen, dan tulang, serta penting untuk penyembuhan luka,

    juga berperan membantu pembentukan sel darah merah. Vitamin C

    merupakan antioksidan yang melindungi LDL dari kerusakan oksidatif,

    menunjang sistem imun, dan membantu mencegah kanker. Penelitian

    sebelumnya membuktikan bahwa vitamin C mengaktifkan nitrit oksida yang

    berpengaruh dalam dilatasi pembuluh darah, sehingga mampu mencegah

    spasme arteri yang berkaitan dengan serangan jantung serta penurunan

    tekanan darah (Dunne, 2002).

    Setiap jenis antioksidan bekerja pada lokasi tertentu di dalam sel.

    Glutathione peroxidase bekerja di dalam mitokondria sedangkan katalase

    bekerja di dalam peroksisom. Vitamin E dan beta karoten larut dalam

    lemak, sehingga bekerja dalam membrane sel. Vitamin C, vitamin E, dan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    11

    tembaga yang mengandung protein seruloplasmin bekerja di luar sel dengan

    menonaktifkan radikal bebas yang bersirkulasi dalam darah dan cairan

    tubuh (Smolin dan Gosvenor, 2000).

    Fungsi antioksidan vitamin C adalah kemampuannya sebagai agen

    pereduksi (donor elektron) radikal bebas. Pemberian satu elektron yang

    berasal dari asam askorbat membentuk radikal semi-dehidroaskorbat

    (DHA). Askorbat bereaksi dengan anion superoxide (O2

    -) dan radikal

    hidroksil (OH) untuk membentuk radikal semi-dehidroaskorbat (DHA).

    Asam askorbat mempunyai kemampuan yang lebih kuat daripada tokoferol

    dalam menghambat oksidasi LDL. Konsentrasi askorbat yang digunakan

    untuk menghambat oksidasi LDL adalah sebesar 40-60 ppm (Fouad, 2008).

    2. Struktur Histologis Paru

    Sistem pernapasan dibagi menjadi 2 daerah utama, yaitu bagian konduksi

    dan bagian respirasi. Bagian konduksi terdiri atas rongga hidung, nasofaring,

    laring, trakea, bronki, bronkiolus, dan bronkiolus terminalis. Sedangkan bagian

    respirasi terdiri atas bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, dan alveoli

    (Junquiera dan Carneiro, 2007).

    a. Bronkus

    Bronkus terdiri dari cincin kartilago yang terdapat pada dinding

    bronkus dengan lapisan otot polos. Makin menuju ke alveolus, lapisan

    kartilago makin berkurang, sedangkan lapisan otot polos makin dominan.

    Lapisan epitel bronkus yang dominan adalah epitel kolumner bersilia

    dengan banyak sel goblet dan kelenjar submukosa. Makin ke bawah, tinggi

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    12

    epitel makin berkurang menjadi kuboid. Lamina propria terdiri dari limfosit,

    sel mast, dan neutrofil yang dipisahkan dari epitel oleh lamina basalis

    (Sartono, 2005).

    b. Bronkiolus Respiratorius

    Bagian bronkiolus respiratorius merupakan percabangan dari

    bronkiolus terminalis. Bronkiolus respiratorius dilapisi epitel kuboid bersilia

    dan sel Clara, tetapi pada tepi muara alveolus, epitel bronkus menyatu

    dengan sel-sel alveolus gepeng. Makin ke distal di sepanjang bronkiolus,

    jumlah alveolusnya semakin banyak dan jarak di antaranya semakin pendek.

    Otot polos dan jaringan ikat elastik terdapat di bawah epitel bronkiolus

    respiratorius (Junquiera dan Carneiro, 2007).

    c. Duktus Alveolaris

    Duktus alveolaris dilapisi oleh sel alveolus gepeng dan sangat halus.

    Dalam lamina propia yang mengelilingi tepian alveolus terdapat anyaman

    sel dan otot polos. Otot polos tidak lagi dijumpai pada ujung distal duktus

    alveolaris. Matriks serat-serat elastin dan kolagen merupakan satu-satunya

    penunjang bagi duktus alveolinya. Duktus alveolaris bermuara ke dalam

    atrium, yang berhubungan dengan sakus alveolaris. Bagian ini dikelilingi

    serat elastin dan retikulin yang membentuk jalinan rumit. Serat retikulin

    berfungsi sebagai penunjang yang mencegah pengembangan yang

    berlebihan dan pengusakan pada kapiler-kapiler halus dan septa alveolar

    yang tipis (Junquiera dan Carneiro, 2007).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    13

    d. Alveolus

    Alveolus merupakan evaginasi di bronkiolus respiratorius, duktus

    alveolaris, dan sakus alveolaris. Di dalamnya, terjadi pertukaran O2 dan CO2

    antara udara dan darah. Proses difusi ini dipermudah oleh adanya septum

    atau dinding interalveolar. Satu septum interalveolar terdiri atas 2 lapis

    epitel gepeng tipis, dengan kapiler, fibroblast, serat elastin dan retikulin,

    matriks dan sel jaringan ikat diantara kedua lapisan tersebut. Kapiler dan

    jaringan ikat membentuk interstisium. Di dalam septum interalveolus,

    anastomosis kapiler paru ditunjang oleh jalinan serta retikulin dan elastin,

    yang merupakan alat penyangga struktural utama di alveolus. Membran

    basal, leukosit, makrofag, dan fibroblas juga terdapat di dalam interstisium

    septum (Junquiera dan Carneiro, 2007).

    Terdapat dua tipe sel alveolar yang melapisi alveolus. Sel tipe I atau

    pneumosit tipe I atau sel alveolus gepeng, merupakan sel yang sangat tipis

    yang melapisi permukaan alveolus. Sel tipe I menempati 97% dari

    permukaan alveolus. Sel alveolus tipe II atau pneumosit tipe II tersebar di

    antara sel-sel alveolus tipe I. Kedua jenis sel ini saling melekat melalui taut

    desmosom (Junquiera dan Carneiro, 2007). Sel pneumosit tipe II

    bertanggung jawab terhadap sekresi surfaktan. Surfaktan merupakan zat

    lipoprotein yang dapat mengurangi tegangan permukaan dan mengurangi

    resistensi terhadap pengembangan paru sewaktu inspirasi, dan mencegah

    kolaps pada waktu ekspirasi (Wilson, 2006).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    14

    3. Asap Rokok

    a. Prevalensi Merokok di Indonesia

    Indonesia menempati urutan kelima di antara negara-negara dengan

    tingkat agregat konsumsi tembakau tertinggi di dunia. Antara tahun 1990

    dan 2000, dibandingkan dengan tahun sebelumnya, peningkatan konsumsi

    tembakau lebih jauh sebesar 54% walaupun terjadi krisis ekonomi.

    Prevalensi merokok di kalangan orang dewasa meningkat dari 26,9% pada

    tahun 1995 menjadi 31,5% pada tahun 2001. Pada tahun 2001, 62,2% dari

    pria dewasa merokok, dibandingkan dengan 53,4 % pada tahun 1995. Hanya

    1,3% wanita dilaporkan merokok secara teratur pada tahun 2001 (Depkes RI

    dan WHO, 2003). Lebih dari setengah (57%) rumah tangga mempunyai

    sedikitnya satu perokok dalam rumah dan hampir semuanya (91.8%)

    merokok di dalam rumah, sehingga diperkirakan sekitar 50% masyarakat di

    Indonesia terpapar asap rokok (Depkominfo, 2011).

    Diperkirakan bahwa lebih dari 43 juta anak tinggal bersama dengan

    perokok dan terpapar pada asap tembakau pasif atau asap tembakau

    lingkungan Environmental Tobacco Smoke (ETS). Bayi dan anak yang

    terpapar ETS mengalami peningkatan risiko terkena bronkitis, pneumonia,

    infeksi telinga, serta perlambatan pertumbuhan paru-paru. Orang dewasa

    bukan perokok yang terus menerus terpapar ETS mengalami peningkatan

    risiko kanker paru dan jenis kanker lainnya (WHO dan Depkes RI, 2003).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    15

    b. Kandungan Asap Rokok

    Rokok merupakan sumber utama radikal bebas yang berasal dari

    lingkungan, di samping polusi udara, paparan bahan kimia dan radiasi ion.

    Diketahui bahwa asap rokok mengandung radikal bebas yang sangat tinggi.

    Dalam satu hisapan diperkirakan sebanyak 1014 molekul radikal bebas

    masuk ke dalam tubuh. Asap rokok juga dapat memicu terbentuknya radikal

    bebas dalam tubuh (Subekti, 2006). Polusi udara yang ditimbulkan oleh asap

    arus utama dan asap arus sampingan disebut lingkungan asap rokok atau

    Environmental Tobacco Smoke (ETS). Bagi orang yang menghisap ETS

    disebut sebagai perokok pasif (Hanslavina, 2003).

    Rokok yang digunakan pada masyarakat umumnya terbagi atas rokok

    putih (filter) dan rokok kretek (non filter) di mana pada pangkal rokok filter

    terdapat gabus sedangkan rokok non filter tidak menggunakan gabus. Di

    Indonesia, rokok kretek lebih populer. Dari kelas sosialnya, perokok kretek

    umumnya kelas menengah ke bawah sedangkan rokok putih (filter)

    dikonsumsi oleh kalangan masyarakat ekonomi menengah ke atas (Komala,

    2010).

    Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida, amoniak, asam

    hidrosianat, nitrogen oksida, dan formaldehid. Partikelnya berupa tar, indol,

    nikotin, karbarzol, dan kresol. Zat-zat ini beracun, mengiritasi, dan

    menimbulkan kanker (Kusuma, 2010).

    Rokok yang dihisap menghasilkan asap utama yang berupa arus

    utama/mainstream smoke (MS) dan arus samping/sidestream smoke (SS).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    16

    Mainstream smoke (MS) adalah asap yang dihirup perokok aktif, sedangkan

    sidestream smoke (SS) dihirup perokok pasif yang dihasilkan dari

    pembakaran rokok. Pada penelitian, ditemukan nikotin pada darah dan

    saliva perokok pasif. Sidestream smoke (SS) ini lebih banyak dihasilkan

    pada pembakaran produk tembakau karena di dalam ujung rokok yang

    terbakar tersebut mempunyai temperatur lebih rendah (ASHRAE, 2008).

    Selain itu, hal ini disebabkan juga karena sidestream smoke terus dihasilkan

    selama rokok tetap menyala walaupun tidak dihisap (Susanna et al., 2003).

    Asap rokok arus samping mengandung nikotin lebih banyak daripada

    dalam asap arus utama. Dengan kata lain bahwa kadar nikotin yang

    dilepaskan ke lingkungan lebih banyak daripada nikotin yang dihisap oleh

    perokok. Perbandingan jumlah nikotin dalam asap arus samping lebih

    banyak 4-6 kali daripada yang terdapat dalam asap arus utama (Susanna et

    al., 2003). Perbedaan nikotin dalam berbagai merk rokok dipengaruhi oleh

    berbagai faktor, antara lain jenis dan campuran tembakau yang digunakan,

    jumlah tembakau dalam tiap batang rokok, senyawa tambahan yang

    digunakan untuk meningkatkan aroma dan rasa, serta ada tidaknya filter

    dalam tiap batang rokok. Kandungan nikotin yang terdapat dalam rokok

    jenis kretek lebih besar dari rokok jenis filter, baik dari arus samping

    maupun arus utama (Susanna et al., 2003).

    Asap tembakau terdiri dari suatu campuran partikel dan gas dengan

    beribu-ribu komponen bahan kimia. Partikel di dalam environmental

    tobacco smoke (ETS) berukuran submikro sehingga dapat menembus ke

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    17

    dalam jaringan paru-paru bila terhirup. Saluran pernapasan, dari rongga

    hidung hingga alveoli, menyerap gas sesuai dengan sifat fisik dan kimianya.

    Sebagai contoh, gas sangat mudah larut dan reaktif, seperti formaldehida,

    diserap pada pernapasan bagian atas, sedangkan gas yang lebih sukar larut

    seperti karbon monoksida dapat menjangkau alveoli dan dapat pula diserap

    secara sistemik (Samet et al., 2008).

    Dibandingkan dengan non-perokok, dalam napas dan darah perokok

    terkandung dua kali lebih banyak cadmium, empat kali lebih banyak

    radioaktif polonium-210, sepuluh kali lebih banyak benzene, dan sepuluh

    kali lebih banyak arsenik. Formaldehyde, amonia dan hydrogen cyanide

    merusak silia, rambut-rambut halus yang membersihkan racun dari saluran

    pernapasan. Benzo(a)pyrene, polonium-210, benzene, acrolein dan

    nitrosamines yang terkandung dalam tembakau dapat secara langsung

    merusak DNA, termasuk merusak gen yang melindungi tubuh dari kanker

    (Cancer Research UK, 2009).

    Perbandingan kadar CO pada asap main stream 10-23 mg/batang

    rokok, sedangkan pada side stream 54 mg/batang rokok. Kadar nikotin pada

    main stream 1-2,5 mg/batang rokok, sedangkan pada side stream 5-6

    mg/batang rokok. Benzo(a)pyrene pada main stream sebesar 20-40

    mg/batang rokok, sedangkan pada side stream 0,1 g/batang rokok. Tar

    dalam asap rokok mengandung 10 bahan radikal/g rokok yang stabil dan

    tahan selama beberapa jam. Tar juga mengandung lebih dari 3000 bahan

    aromatik (Sartono, 2005).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    18

    Dari berbagai jenis rokok, dibuktikan bahwa rokok kretek paling

    banyak menimbulkan kerusakan sel. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

    pada 25 ekor tikus, tingkat peroksidase lipid kelompok yang dipapar asap

    rokok kretek paling tinggi dibandingkan kelompok yang dipapar asap rokok

    kretek filter, rokok mild, maupun rokok putih. Tingkat peroksidase lipid ini

    ditentukan dengan membandingkan kadar malondialdehide (MDA) plasma

    dari setiap kelompok (Yuningtyaswari et al., 2002).

    4. Mekanisme Kerusakan Paru oleh Asap Rokok

    Kelainan atau perubahan pada epitel saluran napas akibat asap rokok

    dapat berupa hilangnya silia, hipertrofi kelenjar lendir, dan peningkatan jumlah

    sel goblet. Beberapa penelitian mengesankan bahwa faktor utama yang

    menyebabkan hiperplasia sel goblet adalah pajanan asap rokok pada paru

    secara kronis. Namun, pada penelitian selanjutnya, didapatkan juga hiperplasia

    sel goblet setelah pajanan asap rokok secara akut, yaitu selama 12 minggu pada

    tikus wistar (Hanslavina, 2003).

    Asap rokok diduga menyebabkan peningkatan oksidan di saluran napas,

    secara langsung melalui proses inhalasi dan secara tidak langsung melalui

    inflamasi. Partikel kimia dan gas hasil pembakaran merupakan radikal bebas

    bagi saluran napas. Melalui proses inflamasi, sel neutrofil dan makrofag

    menyebabkan peningkatan radikal bebas sehingga menimbulkan hipersekresi

    mukus, kebocoran membran plasma, bronkokonstriksi, dan pengeluaran

    isoprotanes yang merupakan tanda terjadinya stres oksidatif. Radikal bebas

    tersebut juga menyebabkan penurunan anti protease alfa 1 antitripsin dan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    19

    menghalangi sekresi leukoprotease serta melepaskan TNF- dan IL-8

    (Hanslavina, 2003).

    Stres oksidatif terjadi bila jumlah antioksidan dalam cairan yang

    melindungi epitel tidak cukup mampu menetralkan oksidan atau radikal bebas.

    Reduced glutathione (GSH), antioksidan alami dalam sel, berperan mengatur

    keseimbangan reduksi intraseluler dalam cairan permukaan epitel dan terlibat

    dalam detoksifikasi melalui proses konjugasi langsung atau dengan reaksi

    enzim katalase (Kode et al., 2007). Batasan dosis paparan asap rokok yang

    masih bisa ditoleransi tanpa menyebabkan kerusakan oksidatif dan

    ketidakseimbangan protease-antiprotease belum diketahui (U.S. Department of

    Health dan Human Services, 2010).

    Masuknya partikel asing dalam saluran napas perokok pasif memacu

    reaksi radang. Reaksi ini diperankan oleh sel-sel radang mononuklear seperti

    makrofag, sel limfosit dan sel plasma. Akibat dari aktivitas sel-sel radang

    terjadilah destruksi jaringan. Makrofag mengeluarkan metabolit oksigen,

    lizozim, protease dan bahan lain yang diperlukan untuk mengeluarkan partikel

    asing atau membunuh organisme asing yang masuk. Namun, protease tersebut

    mengakibatkan rusaknya protein seperti kolagen yang menyebabkan perbaikan

    jaringan dan meningkatkan proliferasi fibroblas. Metabolit oksigen

    menyebabkan dihasilkannya radikal hidroksil yang mengakibatkan peroksidasi

    lipid peroksida (Kenconoviati, 2003).

    Asap rokok dapat mengaktifkan makrofag dan epitel secara langsung.

    Makrofag alveolar yang telah teraktivasi dan sel epitel melepaskan mediator

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    20

    seperti LTB4, TNF dan IL-8 yang menginduksi influks neutrofil ke paru. IL-8

    dan LTB4 dikenal sebagai faktor kemotaktik neutrofil yang akan mengaktifkan

    dan merekrut neutrofil ke saluran napas. Makrofag juga melepaskan MCP-1

    yang berberfungsi sebagai kemotaktik untuk menarik monosit dari sirkulasi.

    TNF- mengaktifkan faktor transkripsi Nuclear Factor kB (NF-kB) yang akan

    men-switch on transkripsi gen IL-8 pada sel epitel dan makrofag. Makrofag

    dan neutrofil yang telah teraktivasi masing-masing dapat melepaskan enzim

    MMP-9 yang dapat merusak jaringan ikat pada parenkim paru (Rima et al.,

    2007). Pada perokok, neutrofil dan makrofag berkumpul di alveolus. Neutrofil

    yang berkumpul mengalami pengaktifan dan membebaskan granulanya yang

    kaya akan beragram protease sel sehingga terjadi kerusakan jaringan (Maitra

    dan Kumar, 2007).

    Semua jaringan rentan terhadap kerusakan yang disebabkan radikal

    bebas, tetapi berdasarkan lokasi, anatomi, dan fungsi, maka epitel permukaan

    paru merupakan jaringan yang paling rentan. Hal ini disebabkan luas

    keseluruhan epitel paru yang menutupi permukaan sel dari trakea sampai

    alveolus. Sebagai tempat pertukaran udara, alveolus secara konstan terpapar

    radikal bebas dari udara luar (Kenconoviati, 2003).

    Di epitel bronkial, perubahan metaplastik dan displastik diikuti oleh

    kenaikan ekspresi dari adhesi molekul dan sekresi berbagai sitokin yang

    berperan dalam sistem imun. Jumlah makrofag meningkat, merubah ekspresi

    marker permukaan dengan fagosit dan antigen yang tidak berpasangan.

    Paparan kronik asap rokok menyebabkan peningkatan produksi

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    21

    metalloproteinase (MMP) oleh makrofag dan enzim proteolitik oleh netrofil.

    Enzim tersebut menyebabkan kerusakan dinding alveolar. Peningkatan

    apoptosis jaringan paru menyebabkan pembuangan sisa-sisa material yang

    dapat dianggap sebagai autoantigen dan menjadi sasaran sel sitotoksik

    (Domagala, 2008).

    Pada penelitian sebelumnya, telah ditemukan bahwa bahan kimia yaitu

    polycyclic aromatic hydrocarbons (PAHs) dalam asap rokok merusak DNA

    dengan membentuk ikatan dengan DNA dan menyebabkan mutasi. Sekarang,

    peneliti di University of Pennsylvania School of Medicine's Centre of

    Excellence in Environmental Toxicology (CEET) telah menemukan bahwa

    PAHs dapat juga menyebabkan mutasi gen yang bertanggung jawab atas

    terjadinya kanker paru melalui stres oksidatif, di mana radikal bebas

    terakumulasi dan menyebabkan kematian sel (Cancer Researh UK, 2008).

    5. Mekanisme Proteksi Jus Stroberi terhadap Kerusakan Paru Akibat

    Paparan Asap Rokok

    Radikal bebas dari asap rokok menyebabkan kerusakan paru melalui

    inhalasi dan inflamasi. Kekurangan oksigen mendasari patogenesis jejas sel

    pada iskemia, tetapi sebagian patogenesis jejas sel juga diperankan oleh

    Reactive Oxygen Species (ROS) yang merupakan mediator penting pada

    kematian sel. ROS ini menyebabkan peroksidasi lipid yang akhirnya

    menyebabkan kebocoran membran plasma (Maitra dan Kumar, 2007).

    Asap rokok sebagai benda asing bagi saluran napas dapat memacu reaksi

    radang. Asap rokok dapat mengaktifkan makrofag dan epitel secara langsung.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    22

    Makrofag alveolar yang telah teraktivasi dan sel epitel melepaskan mediator

    seperti LTB4, TNF dan IL-8 yang menginduksi influks neutrofil ke paru.

    Makrofag dan neutrofil yang telah teraktivasi masing-masing dapat melepaskan

    enzim MMP-9 yang dapat merusak jaringan ikat pada parenkim paru (Rima et

    al., 2007). Reaksi radang tersebut menyebabkan perubahan histologis paru

    seperti edema, destruksi alveolar, dan sebukan sel radang pada jaringan paru.

    Kandungan antosianin dalam stroberi, sebagai antioksidan, menetralisir

    enzim yang menghancurkan jaringan pengikat dalam proses inflamasi.

    Antosianin mengeliminasi oksigen yang reaktif sebagai radikal bebas.

    Penghambatan dan penurunan oksigen yang diikuti iskemia menyebabkan

    terbentuknya oksidan yang mengakibatkan adhesi leukosit dengan dinding

    mikrokapiler. Proses ini kemudian meningkatkan permeabilitas dinding kapiler,

    menurunkan aliran darah, dan sering menyebabkan kerusakan permanen

    kapiler (Sterling, 2001). Dalam hal ini, antosianin berperan dalam melindungi

    kesatuan sel endotel pembuluh darah.

    Antosianin juga bekerja sebagai antikanker dan antiinflamasi dengan

    menonaktifkan activator protein-1. AP-1 merupakan protein yang

    mengaktifkan penginduksi karsinogenesis, yaitu: 12-O-tetradecanoylphorbol-

    13-acetate (TPA), epidermal gowth factor (EGF), dan tumor necrosis factor

    (TNF-) (Hou, 2004).

    Fungsi antioksidan vitamin C dalam stroberi adalah kemampuannya

    sebagai agen pereduksi (donor elektron) radikal bebas. Pemberian satu elektron

    yang berasal dari asam askorbat membentuk radikal semi-dehidroaskorbat

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    23

    (DHA). Askorbat bereaksi dengan anion superoxide (O2

    -) dan radikal hidroksil

    (OH) untuk membentuk DHA sehingga radikal bebas yang bersumber dari

    molekul oksigen tidak lagi bebas dan merusak sel (Fouad, 2008). Vitamin C

    juga diketahui dapat membantu pembentukan kolagen (Dunne, 2002).

    B. Kerangka Pemikiran

    Membantu pembentukan

    kolagen

    mencit

    inflamasi

    Peningkatan oksidan

    ROS (Reactive Oxygen Species)

    Penurunan antiprotease

    Kerusakan kolagen

    Jus stroberi

    Destruksi alveolar

    Antosianin

    Sebukan sel radang Peroksidase

    lipid

    Edema paru

    Kerusakan permanen

    endotel

    kebocoran membran plasma

    Keterangan: : memacu : menghambat

    inhalasi Vitamin C

    Donor elektron

    Stimulasi makrofag, limfosit, sel plasma

    Paparan asap rokok

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    24

    C. Hipotesis

    1. Jus stroberi dapat mengurangi kerusakan histologis paru mencit akibat paparan

    asap rokok.

    2. Peningkatan dosis jus stroberi dapat meningkatkan efek pengurangan terhadap

    kerusakan histologis paru mencit akibat paparan asap rokok.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    25

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik. Peneliti

    mengadakan perlakuan terhadap sampel yang telah ditentukan yaitu berupa hewan

    coba di laboratorium.

    B. Lokasi Penelitian

    Penelitian dilakukan di Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran

    Universitas Sebelas Maret Surakarta.

    C. Subjek Penelitian

    1. Populasi : Mencit (Mus musculus) jantan dengan galur Swiss webster

    berusia 2-3 bulan dengan berat badan 20 gram.

    2. Sampel : Menurut Purawisastra (2001), jumlah sampel yang digunakan

    berdasarkan rumus Federer yaitu :

    (k-1)(n-1) > 15

    (4-1)(n-1) > 15

    3 ( n-1) > 15

    3n > 15+3

    n > 6

    Keterangan :

    k : Jumlah kelompok

    n : Jumlah sampel dalam tiap kelompok

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    26

    Pada penelitian ini jumlah sampel untuk tiap kelompok ditentukan

    sebanyak 7 ekor mencit (n > 6), dan jumlah kelompok mencit ada 4 sehingga

    penelitian ini membutuhkan 28 mencit dari populasi yang ada. Sampel didapatkan

    dari Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gajah

    Mada (UGM), Yogyakarta.

    D. Teknik Sampling

    Teknik sampling yang dipakai adalah incidental sampling (Murti, 2010).

    E. Desain Penelitian

    Rancangan penelitian ini adalah the post test only controled group design

    (Taufiqqurohman, 2003).

    Gambar 1. Skema Rancangan Penelitian

    Keterangan :

    S : Subjek Penelitian

    K : Kelompok Kontrol

    KP1 : Kelompok Perlakuan I

    KP2 : Kelompok Perlakuan II

    KP3 : Kelompok Perlakuan III

    X0 : Pemberian aquades peroral 0,3 ml/20 gr BB mencit perhari

    selama 14 hari berturut-turut.

    S

    K

    KP1

    X0 O0

    O1

    X 2 KP2

    KP3 X 3

    O2

    O3

    X 1 Uji statistik

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    27

    X1 : Pemberian aquades peroral sebanyak 0,3 ml/20 gr BB mencit

    perhari selama 14 hari dan 2 jam kemudian diberi paparan asap

    rokok 1 batang perhari.

    X 2 : Pemberian jus stroberi peroral dosis I 0,3 ml/20 gr BB mencit

    perhari selama 14 hari dan diberi paparan asap rokok 1 batang

    perhari 2 jam setelah pemberian jus stroberi.

    X 3 : Pemberian jus stroberi peroral dosis II yaitu 0,6 ml/20 gr BB

    mencit perhari selama 14 hari dan diberi paparan asap rokok 1

    batang perhari 2 jam setelah pemberian jus stroberi.

    O0 : Observasi kelompok kontrol pada hari ke-15 setelah perlakuan.

    O1 : Observasi kelompok perlakuan I pada hari ke-15 setelah perlakuan.

    O2 : Observasi kelompok perlakuan II pada hari ke-15 setelah

    perlakuan.

    O3 : Observasi kelompok perlakuan III pada hari ke-15 setelah

    perlakuan.

    F. Identifikasi Variabel Penelitian

    1. Variabel Bebas

    Pemberian jus stroberi.

    2. Variabel Terikat

    Kerusakan struktur histologis paru mencit.

    3. Variabel luar

    a. Variabel luar yang dapat dikendalikan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    28

    Variasi genetik, jenis kelamin, umur, suhu udara, berat badan, dan jenis

    makanan mencit semuanya diseragamkan.

    b. Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan

    Kondisi psikologis, keadaan awal paru mencit, dan imunitas masing-masing

    mencit.

    G. Definisi Operasional Variabel Penelitian

    1. Variabel Bebas

    Variabel bebas pada penelitian ini adalah pemberian jus stroberi. Jus

    stroberi diberikan secara peroral dengan sonde lambung dalam 2 dosis. Dosis I:

    0,3 ml/20 gr BB mencit/hari diberikan pada mencit KP2. Dosis II: 0,6 ml/20 gr

    BB mencit/hari diberikan pada mencit KP3. Pada KP3 diberikan dosis sebesar

    dua kali lipat dosis KP2 untuk melihat adanya perbedaan pengaruh jus stroberi

    dalam mengurangi kerusakan paru akibat paparan asap rokok pada dosis

    bertingkat. Pemberian jus stroberi dilakukan 2 jam sebelum mencit dipapar

    asap rokok dan dilakukan selama 14 hari berturut-turut. Skala pengukuran

    variabel ini adalah ordinal.

    2. Variabel Terikat

    Variabel terikat pada penelitian ini adalah kerusakan histologis paru

    mencit. Yang dimaksud dengan kerusakan histologis paru mencit adalah

    besarnya kerusakan histologis paru mencit yang dipapar asap rokok setelah

    mencit mendapatkan perlakuan dengan jus stroberi. Parameter yang digunakan

    untuk menentukan derajat kerusakan histologis tersebut adalah edema

    interstitial, destruksi septum alveolar, dan infiltrasi sel radang. Penilaian

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    29

    dilakukan dengan perbesaran 400x pada 3 lapang pandang untuk masing-

    masing preparat.

    Tabel 1. Penilaian Derajat Kerusakan Paru untuk Tiap Lapang Pandang

    Kriteria Keterangan

    Normal Tidak ada edema, destruksi septum, maupun

    infiltrasi sel radang

    Kerusakan ringan Ada edema, destruksi septum, maupun

    infiltrasi sel radang < 1/3 lapang pandang

    Kerusakan sedang Ada edema, destruksi septum, maupun

    infiltrasi sel radang 1/3-2/3 lapang pandang

    Kerusakan berat Ada edema, destruksi septum, maupun

    infiltrasi sel radang > 2/3 lapang pandang

    Skala pengukuran untuk variabel ini adalah ordinal.

    3. Variabel Luar

    a. Variabel luar yang dapat dikendalikan.

    Variabel ini dapat dikendalikan melalui homogenisasi.

    1) Variasi genetik

    Jenis hewan coba yang digunakan adalah mencit (Mus musculus)

    dengan galur Swiss webster.

    2) Jenis kelamin

    Jenis kelamin mencit yang digunakan adalah jantan.

    3) Umur

    Umur mencit pada penelitian ini adalah 2-3 bulan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    30

    4) Suhu udara

    Hewan percobaan diletakkan dalam ruangan dengan suhu udara

    berkisar antara 25-28o C dengan kelembaban 50 % hingga 60 %.

    5) Berat badan.

    Berat badan hewan percobaan + 20 gram.

    6) Jenis makanan.

    Makanan yang diberikan berupa pellet dan minuman dari air PAM.

    b. Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan :

    1) Kondisi psikologis mencit dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.

    Lingkungan yang terlalu ramai dan gaduh, pemberian perlakuan yang

    berulang kali, dan perkelahian antarmencit dapat mempengaruhi kondisi

    psikologis mencit.

    2) Keadaan awal paru mencit tidak diperiksa pada penelitian ini sehingga

    mungkin saja ada mencit yang sebelum perlakuan parunya sudah

    mengalami kelainan.

    3) Masing-masing mencit mempunyai daya tahan atau imunitas yang tidak

    sama.

    H. Alat dan Bahan Penelitian

    1. Alat.

    Alat yang digunakan adalah sebagai berikut :

    a. Kandang mencit 4 buah dengan ukuran 35 x 25 x 12 cm masing-masing

    untuk 7 ekor mencit

    b. Tempat pengasapan mencit dengan asap rokok

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    31

    c. Timbangan mencit dan timbangan elektrik

    d. Alat bedah hewan percobaan (scalpel, pinset, gunting, jarum, meja lilin).

    e. Sonde lambung.

    f. Alat untuk pembuatan preparat histologi.

    g. Mikroskop cahaya medan terang.

    h. Gelas ukur dan pengaduk.

    i. Beker glass

    j. Juicer

    k. Kamera digital

    2. Bahan.

    Bahan yang akan digunakan adalah sebagai berikut :

    a. Rokok kretek

    b. Makanan hewan percobaan (pelet)

    c. Aquades

    d. Bahan untuk pembuatan preparat histologi dengan pengecatan HE

    e. Stroberi

    I. Cara Kerja

    1. Perhitungan Dosis Jus Stroberi

    Peneliti menggunakan 160 gr stroberi segar yang dicuci bersih kemudian

    dimasukkan ke dalam juicer. Stroberi sebanyak 160 gr tersebut merupakan

    jumlah rata-rata stroberi yang dikonsumsi manusia dalam 1 gelasnya. Menurut

    USDA (2007) untuk diet sehat dianjurkan minum 1 gelas jus stroberi per hari,

    di mana 1 gelas jus stroberi terdiri dari 8 buah stroberi besar yang kira-kira

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    32

    setara dengan 160 gr stroberi. Nilai konversi dari manusia (70 kg) ke mencit

    (20 gr) adalah 0,0026 (Ngatidjan, 1991). Jadi dosis untuk mencit adalah 0,0026

    x 160 gr = 0,416 gr = 416 mg stroberi/20 gr BB mencit. Dari uji pendahuluan

    diketahui 160 gr stroberi tanpa pengenceran dihasilkan 100 ml jus stroberi

    dengan ampas 34,5 gr. Ampas tersebut dibuang, sehingga 100 ml jus stroberi

    diperoleh dari 160 gr stroberi segar yang dikurangi ampas. Sehingga untuk 20

    gr mencit, diberikan dosis yang diperoleh dari perhitungan 0,416 gr dikalikan

    100 ml dibagi dengan 125,5 gr (diperoleh dari 160 gr dikurangi 34,5 gr),

    sehingga diperoleh 0,33 ml yang dibulatkan menjadi 0,3 ml. Dosis pemberian

    jus stroberi ini diberikan dalam dua dosis, yaitu dosis I = 0,3 ml/20 gr BB

    mencit perhari dan dosis II = 0,6 ml/ 20 gr BB mencit perhari. Jus stroberi

    dosis I diberikan per oral dengan sonde lambung sehari sekali selama 14 hari

    berturut-turut pada KP2. Sedangkan jus stroberi dosis II diberikan per oral

    dengan sonde lambung sehari sekali selama 14 hari berturut-turut pada KP3. Di

    luar jadwal perlakuan, mencit diberi makan pelet dan minum air PAM ad

    libitum.

    2. Pemberian Paparan Rokok

    Pengasapan dengan 1 batang rokok setiap hari pada kelompok perlakuan

    1, 2, dan 3. Pengasapan rokok dilakukan dalam kandang tertutup berukuran 50

    x 35 x 20 cm dengan ventilasi berukuran 20 x 10 cm. Pengasapan ini dilakukan

    2 jam setelah pemberian jus stroberi.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    33

    3. Persiapan dan Pengelompokan Mencit

    Mencit diadaptasikan selama tujuh hari di Laboratorium Histologi

    Fakultas Kedokteran UNS, Surakarta. Pada hari ke-8 dilakukan

    pengelompokan subjek secara random menjadi 4 kelompok. Selain itu

    dilakukan penimbangan untuk menentukan dosis dan diberi perlakuan. Adapun

    pengelompokan subjek adalah sebagai berikut:

    a. KK = Kelompok kontrol diberi aquadest peroral sebanyak 0,3 ml/20 gr

    BB mencit perhari selama 14 hari berturut-turut.

    b. KP1 = Kelompok perlakuan I diberi aquades peroral sebanyak 0,3 ml/20

    gr BB mencit perhari dan 2 jam kemudian diberi paparan 1

    batang asap rokok.

    c. KP2 = Kelompok perlakuan II diberi jus stroberi peroral sebanyak 0,3

    ml/20 gr BB mencit perhari dan 2 jam kemudian diberi paparan 1

    batang asap rokok.

    d. KP3 = Kelompok perlakuan III diberi jus stroberi peroral sebanyak 0,6

    ml/20 gr BB mencit perhari dan 2 jam kemudian diberi paparan 1

    batang asap rokok.

    Pemberian jus stroberi dan paparan asap rokok dilakukan selama 14 hari

    berturut-turut. Setiap sebelum pemberian jus stroberi, mencit dipuasakan

    dahulu 5 jam untuk mengosongkan lambung. Pemberian paparan asap rokok

    dilakukan 2 jam setelah pemberian jus stroberi karena berdasarkan penelitian

    sebelumnya telah dibuktikan bahwa 2 jam setelah konsumsi buah stroberi

    terdapat peningkatan kadar antioksidan dalam serum (Cao et al., 1998).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    34

    4. Pembuatan Preparat

    Setelah diberi perlakuan selama 14 hari, semua mencit dikorbankan

    secara dislokasi leher, diambil organ paru bagian kanan lobus tengah untuk

    selanjutnya dibuat preparat histologis dengan metode blok parafin dan

    pengecatan HE. Hal ini dilakukan sehari setelah hari ke-14 agar efek perlakuan

    masih tampak nyata. Pengambilan paru bagian kanan lobus tengah ini hanya

    untuk homogenitas sampel. Dari bagian paru yang diambil dari setiap mencit

    dibuat 3 irisan dengan ketebalan 3-4 m. Jarak antara irisan yang satu dengan

    yang lain 25 irisan. Dengan demikian dari setiap kelompok mencit terdapat

    21 irisan/preparat. Pengamatan preparat jaringan paru mula-mula dengan

    pembesaran 100x untuk mengamati seluruh bagian dari irisan/preparat,

    kemudian pengamatan dilakukan dengan perbesaran 400x untuk melihat

    derajat kerusakan preparat tiap lapang pandang.

    5. Pembacaan Preparat

    Setiap preparat jaringan paru diamati gambaran mikroskopisnya dengan

    mikroskop cahaya perbesaran 400x. Dengan perbesaran 400x ini, setiap

    preparat diamati pada 3 lapang pandang secara acak. Dari setiap lapang

    pandang, dilihat apakah gambaran yang terlihat normal (tidak ada kerusakan

    histologis) atau memberikan gambaran mikroskopis kerusakan derajat ringan,

    sedang, atau berat. Gambaran mikroskopis pada satu lapang pandang dikatakan

    normal bila dari satu lapang pandang tersebut tidak ditemukan adanya tanda-

    tanda kerusakan mikroskopis seperti : infiltrasi sel radang, edema interstisial,

    maupun destruksi septum alveolar. Gambaran mikroskopis pada satu lapang

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    35

    pandang dikatakan memberikan gambaran kerusakan ringan bila dari satu

    lapang pandang dijumpai adanya salah satu gambaran dari : infiltrasi sel

    radang, edema interstisial, maupun destruksi septum alveolar atau ketiga-

    tiganya pada < 1/3 lapang pandang. Gambaran mikroskopis pada satu lapang

    pandang dikatakan memberikan gambaran kerusakan sedang bila dari satu

    lapang pandang dijumpai adanya salah satu gambaran dari : infiltrasi sel

    radang, edema interstisial, maupun destruksi septum alveolar atau ketiga-

    tiganya pada 1/3-2/3 lapang pandang. Gambaran mikroskopis pada satu lapang

    pandang dikatakan memberikan gambaran kerusakan berat bila dari satu lapang

    pandang dijumpai adanya salah satu gambaran dari : infiltrasi sel radang,

    edema interstisial, maupun destruksi septum alveolar atau ketiga-tiganya pada

    > 2/3 lapang pandang. Unit analisis untuk penelitian ini adalah lapang pandang

    pada mikroskop cahaya dengan perbesaran 400x. Tiap kelompok terdiri dari 7

    mencit, tiap mencit dibuat 3 preparat, tiap preparat diamati 3 lapang pandang.

    Jadi, di setiap kelompok ada sebanyak 3 x 3 x 7 = 63 unit analisis. Untuk

    keperluan penghitungan statistik, lapang pandang normal diberi skor 0, lapang

    pandang dengan derajat kerusakan ringan diberi skor 1, lapang pandang dengan

    kerusakan sedang diberi skor 2, dan lapang padang dengan derajat kerusakan

    berat diberi skor 3.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    36

    Gambar 1. Skema Rancangan Penelitian

    J. Teknik Analisis Data Statistik

    Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan Uji Kruskal Wallis

    untuk mengetahui perbedan yang bermakna di antara semua kelompok perlakuan.

    Jika terdapat perbedaan yang bermakna maka dilanjutkan dengan uji Mann

    Whitney. Derajat kemaknaan yang digunakan adalah = 0,05 (Murti, 2010).

    Data diolah menggunkaan program komputer SPSS.

    Kelompok Kontrol

    Kelompok Perlakuan 1

    Kelompok Perlakuan 2

    Kelompok Perlakuan 3

    Sampel 28 ekor mencit

    Dipuasakan selama + 5 jam

    Aquades 0,3 ml Jus stroberi 0,3 ml/20 gr BB

    Setelah + 2 jam

    Pengasapan 1 batang rokok

    Perlakuan sampai hari ke-14. Pembuatan preparat pada hari ke-15.

    Jus stroberi 0,6 ml/20 gr BB

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    37

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN

    A. Hasil Penelitian

    Hasil penelitian tentang pengaruh jus stroberi (Fragaria x ananassa)

    terhadap kerusakan histologis paru mencit (Mus musculus) yang dipapar asap

    rokok dapat dilihat pada tabel 2. Data yang diperoleh dari hasil penelitian

    merupakan data ordinal, yaitu gambaran kerusakan histologis paru yang

    dikelompokkan menjadi 4 kategori. Kategori tersebut adalah normal, derajat

    kerusakan ringan, sedang, dan berat. Parameter yang digunakan untuk

    menentukan derajat kerusakan histologis tersebut adalah edema interstitial,

    destruksi septum alveolar, dan infiltrasi sel radang. Adapun unit analisis pada

    penelitian ini adalah lapang pandang pada mikroskop cahaya dengan perbesaran

    400x.

    Tabel 2. Data Jumlah Lapang Pandang yang Normal dan Mengalami Kerusakan pada Masing-Masing Kelompok

    Kelompok Lapang pandang Normal

    Lapang Pandang

    Kerusakan Ringan

    Lapang Pandang

    Kerusakan Sedang

    Lapang Pandang

    Kerusakan Berat

    KK 25 30 8 0 63

    KP1

    0 7 26 30 63

    KP2 0 23 35 5 63

    KP3 0 37 18 8 63

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    38

    Berdasarkan data tersebut, didapatkan gambaran yang bervariasi pada setiap

    kelompok. Pada kelompok kontrol, diketahui bahwa jumlah gambaran paru

    normal paling banyak dibandingkan kelompok lainnya. Sedangkan pada

    kelompok perlakuan 1 didapatkan jumlah gambaran paru derajat kerusakan berat

    terbanyak dibandingkan kelompok lainnya. Pada kelompok perlakuan II,

    gambaran histologis derajat kerusakan berat banyak berkurang dibandingkan

    kelompok perlakuan I. Pada kelompok perlakuan III, didapatkan jumlah gambaran

    histologis derajat kerusakan ringan yang paling banyak dibandingkan kelompok

    perlakuan lainnya.

    B. Analisis Data

    Analisis data hasil penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan

    program SPSS for Windows versi 16.0.

    1. Uji Kruskal-Wallis

    Variabel yang digunakan dalam penelitian merupakan variabel

    kategorikal dengan lebih dari 2 kelompok tidak berpasangan. Untuk itu, uji

    statistik yang digunakan adalah Kruskal-Wallis. Berdasarkan hasil uji Kruskal-

    Wallis yang dilakukan terhadap seluruh kelompok sampel (seperti terlihat pada

    lampiran 5) diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,000 (p < 0,05). Hal ini

    menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan di antara keempat

    kelompok sampel penelitian. Kemudian, untuk mengetahui lebih jelas letak

    perbedaan yang bermakna di antara kelompok sampel, peneliti melanjutkan

    analisis data menggunakan uji Mann-Whitney.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    39

    2. Uji Mann-Whitney

    Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji Mann-Whitney ( = 0,05) Antarkelompok Penelitian.

    Kelompok Nilai probabilitas

    (p = 0,05) Nilai perbedaan

    KK dan KP1 0,000 Bermakna

    KK dan KP2 0,000 Bermakna

    KK dan KP3 0,000 Bermakna

    KP1 dan KP2 0,000 Bermakna

    KP1 dan KP3 0,000 Bermakna

    KP2 dan KP3 0,087 Tidak Bermakna

    Dari hasil perhitungan uji statistik Mann-Whitney, didapatkan adanya perbedaan

    yang bermakna antara KK dan KP1, KK dan KP2, KK dan KP3, KP1 dan KP2, serta

    KP1 dan KP3. Sedangkan untuk KP2 dan KP3 didapatkan hasil yang tidak bermakna.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    40

    BAB V

    PEMBAHASAN

    Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian, terdapat gambaran

    mikroskopis yang bervariasi pada masing-masing kelompok. Ada yang normal dan

    ada pula yang mengalami kerusakan. Derajat kerusakan paru dinilai dengan

    menggunakan parameter edema interstitial, destruksi septum alveolar, dan infiltrasi

    sel radang. Dari ketiga parameter tersebut, parameter yang paling jelas memberikan

    gambaran kerusakan adalah infiltrasi sel radang. Pengamatan dilakukan dengan

    mikroskop cahaya pada perbesaran 400 x dengan unit analisis 63 lapang pandang

    pada setiap kelompoknya.

    Hasil uji statistik tentang pengaruh jus stroberi terhadap gambaran histologis

    parut mencit (Mus musculus) yang dipapar asap rokok menunjukkan perbedaan yang

    bermakna antara kelompok kontrol (KK) dengan kelompok perlakuan I (KP1) dan

    kelompok perlakuan II (KP2) maupun kelompok perlakuan III (KP3). Demikian pula

    terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok perlakuan I (KP1) dengan

    kelompok perlakuan II (KP2) maupun kelompok perlakuan III (KP3).

    Perbedaan yang bermakna antara KK dan KP1, di mana kerusakan pada KP1

    lebih berat, disebabkan karena KP1 mendapat paparan asap rokok yang menyebabkan

    peningkatan oksidan di saluran napas melalui inflamasi. Melalui proses inflamasi, sel

    neutrofil dan makrofag menyebabkan peningkatan radikal bebas sehingga

    menimbulkan hipersekresi mukus, kebocoran membran plasma, bronkokonstriksi,

    dan pengeluaran isoprotanes yang merupakan tanda terjadinya stres oksidatif.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    41

    Radikal bebas tersebut juga menyebabkan penurunan anti protease alfa 1 antitripsin

    dan menghalangi sekresi leukoprotease serta melepaskan TNF- dan IL-8

    (Hanslavina, 2003).

    Proses inflamasi pada penelitian ini ditandai dengan sebukan sel radang pada

    jaringan interstisial alveolus dan di sekitar pembuluh darah kapiler yang

    bervasodilatasi. Menurut Maitra dan Kumar (2007), pada perokok, neutrofil dan

    makrofag berkumpul di alveolus. Neutrofil yang berkumpul mengalami pengaktifan

    dan membebaskan granulanya yang kaya akan beragam protease sel sehingga terjadi

    kerusakan jaringan.

    Adapun menurut Rima et al .(2007), asap rokok dapat mengaktifkan makrofag

    dan epitel secara langsung. Makrofag alveolar yang telah teraktivasi dan sel epitel

    melepaskan mediator seperti LTB4, TNF dan IL-8 yang menginduksi influks

    neutrofil ke paru. IL-8 dan LTB4 dikenal sebagai faktor kemotaktik neutrofil yang

    akan mengaktifkan dan merekrut neutrofil ke saluran napas. Makrofag juga

    melepaskan MCP-1 yang berfungsi sebagai kemotaktik untuk menarik monosit dari

    sirkulasi. Makrofag dan neutrofil yang telah teraktivasi masing-masing dapat

    melepaskan enzim MMP-9 yang dapat merusak jaringan ikat pada parenkim paru.

    Pada kelompok kontrol, ditemukan gambaran mikroskopis kerusakan ringan

    dan sedang. Hal tersebut disebabkan adanya variabel luar yang tidak bisa

    dikendalikan, seperti kondisi psikologis mencit, kondisi awal paru mencit, dan

    imunitas masing-masing mencit.

    Pada penelitian ini didapatkan perbedaan yang bermakna antara KP1 dan KP2

    serta antara KP1 dan KP3, di mana kerusakan pada KP1 lebih berat dibandingkan pada

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    42

    KP2 dan KP3. Hal ini terjadi karena radikal bebas yang terdapat pada KP2 dan KP3

    direduksi oleh antioksidan, terutama vitamin C, yang terkandung dalam jus stroberi.

    Kandungan vitamin C dan antosianin pada stroberi memungkinkan untuk terjadinya

    reduksi radikal bebas dari asap rokok.

    Kandungan antosianin dalam stroberi, sebagai antioksidan, menetralisir enzim

    yang menghancurkan jaringan pengikat dalam proses inflamasi. Antosianin

    mengeliminasi oksigen yang reaktif sebagai radikal bebas (Sterling, 2001). Fungsi

    antioksidan vitamin C dalam stroberi adalah kemampuannya sebagai agen pereduksi

    (donor elektron) radikal bebas. Pemberian satu elektron yang berasal dari asam

    askorbat membentuk radikal semi-dehidroaskorbat (DHA). Selain itu, vitamin C

    dalam stroberi mampu membantu pembentukan kolagen untuk regenerasi sel (Dunne,

    2002).

    Antara KP2 dan KP3 terdapat perbedaan yang tidak bermakna. Hal ini

    menunjukkan bahwa peningkatan dosis belum mampu memberikan perubahan

    perbaikan sel pada kelompok perlakuan III. Kemungkinan yang bisa terjadi adalah

    dosis jus stroberi pada perlakuan III kurang mencukupi.

    Hasil uji statistik menunjukkan bahwa antara KK dan KP2 serta antara KK dan

    KP3 menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna, di mana kerusakan pada KP2

    dan KP3 lebih berat daripada KK. Hal ini dapat diartikan bahwa kandungan

    antioksidan dalam jus stroberi belum cukup mampu memperbaiki keadaan paru

    seperti pada kelompok kontrol.

    Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kandungan antioksidan yang

    terdapat dalam jus stroberi dapat mengurangi kerusakan histologis paru mencit yang

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    43

    dipapar asap rokok. Namun, peningkatan dosis yang digunakan dalam penelitian,

    belum mampu meningkatkan efek pengurangan terhadap kerusakan histologis paru

    mencit akibat paparan asap rokok.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    44

    BAB VI

    SIMPULAN DAN SARAN

    A. Simpulan

    1. Jus stroberi dapat mengurangi kerusakan histologis paru mencit akibat paparan

    asap rokok.

    2. Peningkatan dosis jus stroberi dari 0,3 ml/20 gr BB mencit perhari menjadi 0,6

    ml/20 gr BB selama 14 hari belum dapat meningkatkan efek pengurangan

    terhadap kerusakan histologis paru mencit akibat paparan asap rokok.

    B. Saran

    1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan dosis jus stroberi lebih tinggi

    untuk mengetahui dosis optimum terhadap pengurangan kerusakan histologis

    paru;

    2. Diharapkan dapat dilakukan penelitian serupa dengan lama waktu pemberian

    paparan asap rokok yang berbeda-beda pada tiap-tiap kelompok perlakuan;

    3. Diharapkan dapat dilakukan penelitian tentang pengaruh jus stroberi dan

    paparan asap rokok terhadap fungsi paru dengan parameter yang lain, misalnya

    parameter biokimia yaitu dengan menghitung kadar malondialdehide (MDA)

    dalam darah;

    4. Perlu dilakukan penelitian untuk memperkaya kajian tentang efek jus stroberi

    terhadap organ tubuh lainnya, seperti hepar, ginjal, gaster, dan lain-lain.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    45

    DAFTAR PUSTAKA

    Azzini E., Vitaglione P., Intorre F., Napolitano A., Durazzo A., Foddai M.S., Fumagalli A., et al. 2010. Bioavailability of stroberi antioxidants in human subjects. Br J Nutr. 104(8):1165-73.

    Basu A., Fu D.X., Wilkinson M., Simmons B., Wu M., Betts N.M., Du M., et al.

    2010. Strawberries decrease atherosclerotic markers in subjects with metabolic syndrome. Nutritional Sciences, 301 Human Environmental Sciences, Oklahoma State University. USA. Nutr Res.30(7):462-9. Burton-Freeman B. , Linares A., Hyson D., Kappagoda T. 2010. Stroberi modulates LDL oxidation dan postprdanial lipemia in response to high-fat meal in overweight hyperlipidemic men dan women. J Am Coll Nutr. 29(1):46-54.

    Cancer Research UK. 2009. Concentration of Chemicals in Cigarettes,

    http://info.cancerresearchuk.org/healthyliving/smokingdantobacco/concentrationofchemical /update 25 September 2009. (15 Januari 2011).

    Cao G.R.M., Russel N., Lischner, Prior R. L. 1998. Serum antioxidant capacity is

    increased by consumption of strawberries, spinach, red wine, or vitamin C in elderly woman. J Nur 128:2383-2390.

    Carkeet C., Clevidence B., Novotny J. 2008. Anthocyanin excretion increases

    linearly with increasing stroberi dose. United State Department of Agicultural, Agicultural Research Service.

    Depkes RI dan WHO. 2003. Konsumsi Tembakau dan Prevalensi Merokok di

    Indonesia.http://www.litbang.depkes.go.id/tobaccofree/.../7_konsumsi_prevalensi.pdf (10 Maret 2011).

    Depkominfo. 2011. Jumlah Perokok di Indonesia Peringkat Ke-3 Dunia,

    Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. http://www.depkominfo.go.id/berita/bipnewsroom/jumlah-perokok-di-indonesia-peringkat-ke-3-dunia, (24 Januari 2011).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    46

    Dunne L. J. 2002. Nutrition Almanac Fifth Edition. McGaw-Hill, New York. pp:13

    Dodik S. 2009. Tangkal Radikal bebas dengan Buah dan Sayur,

    http://www.pulaumadura.com/index.php?option=com_contentdanview=articledanid54:tangkal-radikal-bebas-dengan-buah-dan sayurdancatid=45:kesehatandanItemid=94. (24 Januari 2011).

    Domagala-Kulawik J. 2008. Effects of cigarette smoke on the lung dan systemic

    immunity, Department of Internal Medicine, Pneumology dan Allergology, Warsaw Medical University, Warsaw, Poldan. J Physiol Pharmacol. 2008 Dec;59 Suppl 6:19-34.

    Fouad T. 2008. Free Radical, Types, Source dan Damaging Reactions. www.

    thedoctorslounge.net/medlounge/articles/antioxidant. (30 November 2010).

    GIN Taxonomy Database. Germplasm Resources Information Network (GIN).

    http://www.ars-gin.gov/cgibin/npgs/html/taxon.pl?246. Hansel T.T. dan Barnes P.J. 2004. An Atlas of Chronic Obstructive Pulmonary

    Disease. London: Parthenon Publishing Goup. pp: 22-36. Haslavina. 2003. Efek Akut Asap Rokok Kretek Terhadap Hiperplasia Sel Goblet

    pada Saluran Napas Tikus Galur Swiss Webster. Universitas Indonesia. Magister Thesis.

    Hou D. X., Fujii M., Terahara N., Yoshimoto M. 2004. Molecular Mechanisms

    Behind the Chemopreventive Effects of Anthocyanidins. J Biomed Biotechnol. 2004 December 1; 2004(5): 321325.

    Jianliang Z., Juedes N., Narayan V.M., Yue B., Rockwood A.L., Palma N.L., dan

    Patel J.M. 2010. A cellular model to mimic exhaled cigarette smokeinduced lung microvascular endothelial cell injury dan death, Int J Clin Exp Med. 2010; 3(3): 223232, Published online 2010 July 31.

    Junquiera L.C. dan Carneiro, J. 2007. Histologi Dasar: Sistem Pernapasan.

    Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, pp: 343-345.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    47

    Kusuma A. 2010. Kandungan Rokok yang Membahayakan,

    http://airinresty.student.umm.ac.id/2010/07/29/kandungan-rokok-yang-membahayakan. (27 Desember 2010).

    Kenconoviati. 2003. Pengaruh Asap Rokok Terhadap Jaringan Kolagen Serta

    Kandungan Malondialdehid Paru Tikus. Universitas Indonesia. Magister Thesis.

    Kode A., Rajendrasozhan S., Caito S., Yang S., Megson I., dan Rahman I. 2007.

    Resveratrol induces glutathione synthesis by activation of Nrf2 dan protects against cigarette smoke-mediated oxidative stress in human lung epithelial cells. Am J Physiol Lung Cell Mol Physiol 294: L478L488.

    Komala W. 2010. Hubungan Kebiasaan Merokok dengan terjadinya Hairy

    Tongue di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung. Skripsi. Kumalaningsih S. 2007. 3. Antioksidan, Sumber dan Manfaatnya.

    http://antioxidantcentre.com/ (2 Februari 2008). Maitra A. dan Kumar V. 2007. Paru dan Saluran Napas Atas. In : Kumar V.,

    Cotran R., dan Robbins S. (eds). Buku Ajar Patologi Robbins Volume 2 Edisi 7. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, pp: 518.

    Murti B. 2010. Penerapan Metode Statistik Non Parametrik dalam Ilmu

    Kesehatan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, pp: 85-114. Ngatidjan. 1991. Petunjuk Laboratorium Metode Laboratorium dalam

    Toksikologi. Yogyakarta: Pusat Antar Universitas Bioteknologi UGM, pp: 94-152.

    Pinto M. S., de Carvalho J.E., Lajolo F.M., Genovese M.I., Shetty K. 2010.

    Evaluation of antiproliferative, anti-type 2 diabetes, dan antihypertension potentials of ellagitannins from strawberries (Fragaria ananassa Duch.) using in vitro models. Department of Food dan Experimental Nutrition, University of So Paulo, So Paulo, Brazil. J Med Food. 2010 Oct;13(5):1027-35.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    48

    Prihatman K. 2000, Stroberi. Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS. http://www.ristek.go.id

    Purawisastra S. 2001. Penelitian Pengaruh Isolat Galaktomannan Kelapa

    terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Serum Kelinci. http://digilib.itb.ac.id/index.php?mod=browsedanop=readdanid=jkpkbppk-gdl-gey-2001-suryana-108-galaktomandannewlang=english.(26 November 2009).

    Rima A., Suradi, Surjanto E., dan Yunus F. 2007. Korelasi Antara Jumlah

    Makrofag, Neutrofil Dan Kadar Enzim Matrix Metalloproteinase (MMP)-9 Pada Cairan Kurasan Bronkial Perokok. http://www.klikpdpi.com/jurnal-warta/jri-07-07/Dr.%20Ana.htm. (10 Maret 2011).

    Samet J., Bohanon H. R., David B. C., Thomas P. H., Danrew K. P., dan

    Lawrence J. S., et al. 2008. Environmental Tobacco Smoke. American. Society of Heating, Refrigerating dan Air-Conditioning Engineers, Inc (ASHRAE). http://www.ashrae.org . (20 Desember 2010).

    Sartono N. 2005. Pengaruh Pajanan Asap Rokok Kretek Secara Pasif Terhadap

    Epitel Bronkiolus dan Kandungan GSH Paru Tikus Galur Swiss Webster, Universitas Indonesia. Magister Thesis.

    Smolin L. A. dan Gosvenor M. B. 2000. Nutrition Science dan Application,

    Saunders College Publishing. USA. pp:271-275. Sterling M. 2001. Anthocyanins. Nutrition Science News:The Chiropractic

    Resource Organization. http://www.chiro.org/nutrition/FULL/Anthocyanins.shtml (20 Desember 2010).

    Subekti, Untari S. 2006. Pengaruh Pemberian Vitamin E terhadap Proses

    Spermatogenesis Mencit Jantan Strain BALB/C yang Diberi Paparan Asap Rokok. Universitas Diponegoro. Thesis.

    Susanna D., Hartono B., Fauzan H. 2003, Penentuan kadar nikotin dalam asap

    rokok, Makara Kesehatan, Vol. 7, No. 2, Desember 2003 pp : 272 274

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    49

    Taufiqqurohman M. A. 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Surakarta : CSGF.

    Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Bertanam Stroberi. C.V. Nuansa Aulia,

    Bdanung, pp:11-18. University of Illinois Extension. 2011. Strawberries dan More: Nutrition.

    http://urbanext.illinois.edu/strawberries/nutrition.cfm. (5 Januari 2010). USDA 2007, Harvest of The Month, California Department of Public Healths

    Network for a Healthy California. www.urbanext.uiuc.edu/strawberries/ (25 Januari 2010).

    U.S. Department of Health dan Human Services. 2010. How Tobacco Smoke

    Causes Disease: The Biology dan Behavioral Basis for Smoking-Attributable Disease A Report of the Surgeon General, Rockville, MD, Chapter 7: Pulmonary Diseases.

    Wilson L.M. 2006, Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernapasan. In : Price S. A.

    dan Wilson L.M. (eds.) Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Vol. 2 Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, pp: 738.

    Wrolstad R. E. 2001. The Possible