(sanggahan atas teori “linguistic errors”)

62
TUDUHAN INKONSISTENSI GRAMATIKA AL-QUR’AN DALAM DISKURSUS ORIENTALISME (Sanggahan atas Teori “Linguistic Errors”) Tesis Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama (M.Ag) Dalam Bidang Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Oleh : Rofiatul Muna NIM. 217410731 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR PASCASARJANA MAGISTER (S2) INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA 2019 M/1439 H

Upload: others

Post on 01-Feb-2022

12 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

TUDUHAN INKONSISTENSI GRAMATIKA AL-QUR’AN DALAM

DISKURSUS ORIENTALISME

(Sanggahan atas Teori “Linguistic Errors”)

Tesis

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama

(M.Ag) Dalam Bidang Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Oleh :

Rofiatul Muna

NIM. 217410731

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

PASCASARJANA MAGISTER (S2)

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA

2019 M/1439 H

i

بسم الله الرحمن الرحيمKATA PENGANTAR

Al-Ḫamdu Lillȃh, Puji syukur kepada Allah SWT, atas segala

kenikmatan, dan kekuatan yang dianugerahkan oleh-Nya, sehingga tesis

yang berjudul “Inkonsistensi Gramatika Al-Qur’an dalam Pandangan

Orientalis (Telaah Kritis atas Teori “Linguistic Errors”)” ini dapat

terselesaikan sebagaimana yang diharapkan. Shalawat dan salam semoga

senantiasa tercurahkan untuk baginda Nabi Muhammad SAW, beserta

keluarga dan sahabat.

Dalam proses penelitian tesis ini, penulis tidak dapat

menyelesaikannya sendiri. Ada banyak pihak yang telah berjasa memberikan

dukungan baik moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis ingin

menyampaikan ucapan terimakasih yang amat mendalam kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Huzaemah T. Yanggo, MA. Rektor Institut Ilmu Al-

Qur’an (IIQ) Jakarta

2. Bapak Dr. H. Muhammad Azizan Fitriana, MA. selaku Direktur

Pascasarjana IIQ Jakarta,

3. Bapak Dr. H. Ahmad Syukron, MA. selaku Kepala Program Studi

Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT)

4. Bapak Dr. Arrazy Hasyim, MA. selaku Pembimbing I, yang sejak

awal mendukung penulisan tema ini menjadi tesis, dan selalu

memberikan masukan yang segar

5. Bapak H. M. Ziyad Ulhaq, SQ, S.Hi., MA. Ph.D. selaku Pembimbing

II, yang senantiasa memberikan persepsi-persepsi baru dalam

penulisan tesis ini

6. Bapak, dan Ibu, Dosen Pascasarjana IIQ Jakarta, yang telah

memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi penulis

ii

7. Staf Tata Usaha Pascasarjana IIQ Jakarta, yang telah bersedia

direpotkan oleh penulis untuk berbagai keperluan

8. Kedua orang tua tercinta, Bapak H. Abd. Chamid Abdullah, dan Ibu

Hj. Ni’matin Chamid, serta kakak tersayang, Ulya Himmatin, dan

adek tercinta, M. Ilham Anggita, yang tiada henti mendo’akan dan

mendukung penulis dalam setiap langkah

9. Teman-teman kuliah Prodi IAT angkatan 2017 yang telah

membersamai penulis selama masa studi

10. Semua pihak yang senantiasa mendukung, dan mendoakan yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu

Akhirnya, penulis berharap semoga do’a, dukungan dan partisipasi

dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis,

mendapatkan balasan yang berlipat-ganda dari Allah SWT. Semoga tesis ini

dapat memberikan manfaat, khususnya untuk penulis secara pribadi dan

umumnya bagi pembaca sekalian. Akhir kata, kritik, dan saran dari segenap

pembaca tesis ini senantiasa penulis nanti. Semoga Allah selalu membimbing

kita menuju jalan yang diridhai-Nya, Ȃmȋn.

Jakarta, 10 Agustus 2019

Penulis,

Rofiatul Muna

v

MOTTO

رلك ل و يي لاا # ومنل كلانل ن ور ا وعلوم يدو لا كلانل ي ل و ل ا و لتلك غلافلا سل و وللل تلكو هلدو وللل ا ل ا وع و ل مل و ي ل لكلاال # ا و ف ل لدل

“Seandaianya cahaya ilmu bisa didapatkan hanya dengan berangan-angan

maka tidak akan ada orang bodoh di dunia ini. Berusahalah, jangan malas,

dan jangan menjadi pelupa, karena penyesalan terbesar akan menimpa

orang yang bermalas-malasan”

vi

DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Pernyataan Penulis iii

Lembar Pengesahan iv

Motto v

Daftar Isi vi

Pedoman Transliterasi viii

Abstrak xi

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Permasalahan 16

1. Identifikasi Masalah 16

2. Pembatasan Masalah 17

3. Perumusan Masalah 19

C. Tujuan Penelitian 19

D. Kegunaan Penelitian 20

E. Kajian Pustaka 20

F. Metodologi Penelitian 24

1. Jenis Penelitian 24

2. Data dan Sumber Data 25

3. Metode Penelitian 26

4. Teknik Pengumpulan Data 27

5. Analisis Data 27

G. Sistematika Penulisan 28

BAB II : LANDASAN TEORI

A. Orientalisme: Definisi dan Sejarah 29

B. Orientalis dan Kajian Al-Qur’an 37

C. Tuduhan Inkonsistensi Gramatika Al-Qur’an 44

BAB III: BIOGRAFI ORIENTALIS DAN TEORINYA

A. John Burton 56

B. Ali Dashti 60

C. Anis Shorrosh 60

D. P. Newton dan M. Rafiqul Haqq 66

E. Zakaria Botros 73

F. Abdallah Abd Al-Fadi 79

G. Mohammad Al-Ghazoli 84

vii

BAB IV: SANGGAHAN ATAS TEORI “LINGUISTIC ERRORS” 86

A. Orientalis Barat

a. Skeptisme John Burton 89

B. Kritikus Muslim

a. “Hipokrit” Ali Dashti 125

C. Orientalis Arab

a. Orientalis Arab Kristen

1. “Si Misterius” P. Newton dan M. Rafiqul Haqq 134

2. Zakaria Botros “Public Enemy #1” 152

b. Orientalis Arab Eks-Muslim

1. “Narsisme” Abdallah Abd Al-Fadi 155

2. Mohammad Al-Ghazoli 176

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan 177

B. Saran 178

DAFTAR PUSTAKA 179

viii

PEDOMAN TRANSLITERASI

1. Konsonan

th : ط a : أ

zh : ظ b : ب

ʻ : ع t : ت

gh : غ ts : ث

f : ف j : ج

q : ق ḫ: ح

k : ك kh: خ

l : ل d : د

m : م dz : ذ

n : ن r : ر

w : و z : ز

h : ه s : س

ʼ : ء sy : ش

y : ي sh : ص

dh : ض

2. Vokal

Vokal Tunggal Vokal Panjang Vokal Rangkap

Fatḫah : a آ : ȃ ... ي : ai

Kasrah : i : ȋ ... ي : au

Dhammah : u : ȗ

3. Kata Sandang

a. Kata sandang yang diikuti alif-lam (ال) qamariyah.

Kata sandang yang diikuti alif-lam (ال) qamariyah

ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya. Contoh:

al-Madȋnah : المدينت al-Baqarah : البقرة

ix

b. Kata sandang yang diikuti oleh alif-lam syamsiyah.

Kata sandang yang diikuti oleh alif-lam syamsiyah

ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan

dan sesuai dengan bunyinya. Contoh:

as-Sayyidah : السيدة ar-Rajul : الرجل

ad-Dȃrimȋ : الدارمي as-Syams : الشمس

c. Syaddah (Tasydȋd)

Syaddah (Tasydȋd) dalam sistem aksara Arab digunakan lambang

( ), sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan huruf,

yaitu dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydȋd.

Aturan ini berlaku secara umum, baik tasydȋd yang berada di

tengah kata, di akhir kata ataupun yang terletak setelah kata

sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah. Contoh:

آمنن ب اب : Ȃmannȃ billȃhi

آم السس اء : Ȃmana as-Sufahȃ’u

يي ȋnna al-ladzȋna : ب ن الن ب

الرس ن ب : wa ar-rukkaʻi

d. Ta Marbȗthah (ة)

Ta Marbȗthah (ة) apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh

kata sifat (naʻat), maka huruf tersebut dialih aksarakan menjadi

huruf “h”. Contoh:

اا ي بدةب : al-Af’idah

ينتء مب ب ي al-Jȃmiʻah al-Islȃmiyyah : الل مب تء ااي

e. Huruf Kapital

Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital, akan

tetapi apabila telah dialih aksarakan maka berlaku ketentuan Ejaan

yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti penulisan

awal kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri dan

x

lain-lain. Ketentuan yang berlaku pada EYD berlaku pula dalam

alih akasara ini, seperti cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold)

dan ketentuan lainnnya. Adapun untuk nama diri yang diawali

dengan kata sandang, maka huruf yang diawali dengan kata

sandang, maka huruf yang ditulis kapital adalah awal nama diri,

bukan kata sandangnya. Contoh: ʻAlȋ Ḫasan al-ʻȂridh, al-

ʻAsqalȃnȋ, al-Farmawȋ dan seterusnya. Khusus untuk penulisan

kata Al-Qur’an dan nama-nama surahnya menggunakan huruf

kapital. Contoh: Al-Qur’an, Al-Baqarah, Al-Fȃtiḫah dan

seterusnya.

xi

ABSTRAK

Rofiatul Muna. 2019. Tuduhan Inkonsistensi Gramatika Al-Qur’an dalam

Diskursus Orientalisme (Sanggahan atas Teori “Linguistic Errors”).

Tesis. Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Pascasarjana Institut

Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta. Pembimbing: (1) Dr. Arrazy Hasyim,

MA. (2) H. M. Ziyad Ulhaq, SQ, S.Hi., MA., Ph.D.

Kata Kunci: Gramatika Al-Qur’an, Orientalisme, Linguistic Errors

Penelitian ini berawal dari asumsi bahwa orisinalitas Al-Qur’an

tengah diuji dengan berbagai analisis ilmiah. Usaha menguji otentisitas Al-

Qur’an tampak ditradisikan dari generasi ke generasi. Teori “Linguistic

Errors” dilahirkan melalui kajian Orientalis Barat, dan dikembangkan oleh

para penerusnya dari Timur.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: )1) Tuduhan

Inkonsistensi Gramatika Al-Qur’an dalam Diskursus Orientalisme, )2)

Sanggahan atas Teori “Linguistic Errors”. Rancangan penelitian yang

digunakan yakni pendekatan deskriptif kualitatif dengan model analisis isi.

Sumber data penelitian diambil dari karya tulis masing-masing Orientalis.

Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri.

Berdasarkan penelitian ini ditemukan hasil sebagai berikut: (1)

Tuduhan inkonsistensi gramatika Al-Qur’an dalam diskursus orientalisme

dikemukakan dengan memproduksi teori “Linguistic Errors”. Teori tersebut

pada awalnya berisi analisis tentang 3 kasus dalam 3 ayat yang disinggung

dalam atsar, kemudian dikembangkan menjadi 28 kasus dalam 27 ayat. Hal

itu menjadi sebab terjadinya pergeseran dari hegemoni tradisi orientalisme

Barat sampai kepada banyaknya Kritikus dari Timur yang sarat dengan motif

“evangelisme”. (2) Apa yang disebut Orientalis sebagai teori “Linguistic

Errors” adalah produk logika yang salah kaprah. Al-Qur’an adalah sumber

kaidah tata bahasa Arab. Menjadikan kaidah tata bahasa Arab sebagai standar

kebenaran gramatika Al-Qur’an merupakan logika yang terbalik. Jika terdapat

fenomena gramatika di dalam Al-Qur’an, yang berbeda dari kaidah yang telah

ada, hal itu akan menjadi kaidah baru atau kaidah khusus.

Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan kepada peneliti

selanjutnya untuk mengkaji dampak perkembangan teori “Linguistic Errors”

yang dewasa ini lebih banyak dikembangkan oleh kritikus Arab, bagi dunia

Islam, serta respon para intelektual Muslim terhadap berkembangnya teori ini.

xii

ملخص البحث

الرد على ) في القرآن التناقض النحويحول وجود دعاوى الدستشرقين . 9102رفيعة الدنى. رسالة الداجستير. برنامج الدراسة علوم القرآن و التفسير الدراسات . "الأخطاء اللغوية"(نظرية

( الدكتور زياد 9( الدكتور الرازي ىاشم )0العليا جامعة علوم القرآن جاكرتا. تحت إشراف: ) الحق.

، الأخطاء اللغويةنو الدستشرق، القرآني النحو: الكلمات الرئيسية

إن ىذا البحث معتمدا على افتراض أن ىناك الاختبار عن أصالة القرآن بالتحليلات العلمية. جيلا بعد جيل. نظرية "الأخطاء اللغوية" في يبدو أن محاولة اختبار أصالة القرآن قد تراجعت

أول نشأتها ىي دراسة الدستشرق الغربي، و تم تدويرىا من قبل خلفائو من الشرق.

حول وجود التناقض النحوي في دعاوى الدستشرقين( 0دراسة إلى وصف: )تهدف ىذه النظرية "الأخطاء اللغوية". تصميم البحث الدستخدم ىو التصميم الرد على ( 9، )القرآن

ن و الدقالات التي ألفها الدستشرقو الكيفي الوصفي. أخذت مصادر البيانات من الكتب القرآن. و أداة البحث ىي الباحثة نفسها.بالنسبة إلى "الأخطاء اللغوية" في

أثيرت ادعاءات حول وجود ( 0بناء على ىذه الراسة، تم العثور على النتائج كما يلي: ). احتوت التناقض في القرآن في خطاب الاستشراق عن طريق إنتاج نظرية "الأخطاء اللغوية"

، ثميات الثلاثة الدذكورة في الأثرالآنحوية في الالنظرية في البداية على التحليل لثلاث حالات ىيمنة من تقليد كان ىذا ىو سبب التحولآية. 92حالة النحوية في 92تطورت إلى

ما ( 9) .الشرقيين الذين لديهم الدوافع للتبشير الدسيحيكثرة النقاد الاستشراق الغربي إلى ائب. فالقرآن ىو مصدر قواعد اللغة العربية. و يسميو "الأخطاء اللغوية" ىو نتاج الدنطق الخ

الجاىلي. علاوة كمعايير فصاحة القرآن فهذا ىو الخطأ الدنطقيإذا استخدم قواعد اللغة العربية

xiii

على ذلك، إذا كانت ىناك الظاىرة النحوية في القرآن التي تختلف عن القواعد الحالة فستصبح للغوية قط. قواعدا جديدا أو خاصا، لا من الأخطاء ا

، اقترحت الباحثة إجراء التحليل في تأثير تطور نظرية وبالاعتماد على نتائج ىذا البحثي، و "الأخطاء اللغوية" في القرآن الأكثر تطورىا حاليا عند النقاد العربي، أثرىا للعالم الإسلام

تطور ىذه النظرية.استجابة الدثقفين الدسلمين ل

xiv

ABSTRACT

Rofiatul Muna. 2019. The Allegations of Qur’an’s Grammatical

Inconsistencies within the Discourse of Orientalism (A Rebuttal of

“Linguistic Errors” Theory). Master Thesis. The Qur’an and Tafsir

Postgraduate Program Institute for Qur’anic Studies (IIQ) Jakarta.

Pembimbing: (1) Dr. Arrazy Hasyim, MA. (2) H. M. Ziyad Ulhaq,

SQ, S.Hi., MA., Ph.D.

Kata Kunci: Qur’an’s Grammar, Orientalism, Linguistic Errors

This research begins with the assumption that the originality of the

Qur’an is being tested by various scientific analyses. Attempts to test the

authenticity of the Qur’an seem to have been handed down from one

generation to another. The “Linguistic Errors” theory was born through

Western Orientalist studies and developed by its successors from the East.

This study aims to describe: (1) Inconsistency of the Qur’anic

Grammar in The Orientalist's perspective, (2) Critical study of the “Linguistic

Errors” theory. The research method used is a descriptive qualitative approach

with a content analysis model. The data sources were taken from the books,

and articles written by the Orientalists. The research instrument is the

researcher herself.

Based on this study the following results were found: (1) The

allegations of the Qur’an’s grammatical inconsistencies within the discourse

of orientalism were raised by producing the “Linguistic Errors” theory. The

theory at first contained an analysis of 3 cases in the 3 verses that mentioned

in the tsar, then developed into 28 cases in 27 verses. That was the cause of

the shift from the hegemony of Western orientalism to the many critics from

the East who were laden with the motives of "evangelism". (2) What

Orientalists call the "Linguistic Errors" theory is a product of mistaken logic.

Al-Qur'an is the source of Arabic grammar rules. Making the rules of Arabic

grammar a standard grammatical truth of the Qur'an’s grammar is a reversed

logic. If there is a grammatical phenomenon in the Qur'an, which is different

from the existing rules, it will be a new rule or a special rule, not grammatical

errors.

Based on the results of this study, it is advisable for further researchers

to analyze the impact of the development of the “Linguistic Errors” theory

which nowadays is currently developed by the Arab critics, for the Muslim

world, and to analyze the Muslim intellectuals responses to the impact of this

theory development.

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Orisinalitas Al-Qur‟an dapat diuji dengan pelbagai analisis ilmiah.

Salah satu analisis yang gencar dilakukan Orientalis1 adalah melalui

pendekatan gramatika bahasa Arab. Sepanjang abad XIX Masehi,

orientalisme telah melahirkan banyak cendekiawan, meningkatkan jumlah

bahasa yang diajarkan di Barat, dan jumlah manuskrip yang

diterjemahkan, dan ditafsirkan.2 Bahkan kajian bahasa Arab dianggap

penting sejak pertengahan abad XV, dan telah dikaji secara mapan di

pelbagai perguruan tinggi di Eropa.3

Orientalisme sejak kemunculannya sarat akan subjektifitas para

cendekianya. Citra dunia Timur yang digambarkan dalam kajian

Orientalis, menimbulkan dampak serius bagi representasi dunia Timur,

dan Islam. Sukses dengan pencitraan, objek orientalisme kemudian lebih

fokus pada kajian Al-Qur‟an. Usaha menguji otentisitas Al-Qur‟an

tampak seperti dimunculkan ke permukaan dari generasi ke generasi.

1 Orientalis jamak diidentikkan dengan “Orang Barat” yang berperan sebagai

intelektual, sedangkan segala hal berkaitan dengan ketimuran adalah objek kajiannya. Hal itu

tentu tidak dapat dipungkiri, disebabkan karena sejarah panjang gerakan orientalisme

memang berawal dari Barat. Namun definisi umum tersebut mulai pudar. Kenyataan bahwa

intelektual Barat lebih tertarik dengan kajian tentang Islam bisa jadi penyebab pergeseran

definisi. Jika demikian, maka tidak sedikit orang timur yang mendalami kajian Islam. Lalu

apakah kemudian mereka disebut Orientalis juga?. Berkaitan dengan hal ini, Quraish Shihab

(transliterasi sesuai dengan tulisan aslinya) menyatakan bahwa tidak mutlak Orientalis harus

orang Barat, karena telah terbukti orang yang berasal dari timur juga mengkaji objek yang

sama. Tetapi karena menyadari citra buruk yang diwariskan para Orientalis masa lalu yang

menimbulkan antipati dari kaum muslim pada umumnya, maka dewasa ini terdapat

kecenderungan untuk menyebut diri mereka yang melakukan studi keislaman menjadi

“Islamis”, bukan “Orientalis”. (M. Quraish Shihab, “Orientalisme”, dalam Jurnal Studi Al-

Qur‟an, Vol. 1 No. 2 2006, h. 22 & 44) 2 Edward Said, Orientalisme, Terjemah oleh Ahmad Fawaid, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2016), h. 144 3 Beryl Smalley, The Study of The Bible in The Midle Ages, (London: Oxford

University Press, 1983), h. 23

2

Upaya masuk melalui ranah linguistik berawal dari karya tulis

Theodore Nöldeke yang diterbitkan pada tahun 1860.4 Dalam tulisan lain

di Encyclopedia Britannica (1891), Theodore Nöldeke menyebutkan

banyak kekeliruan di dalam Al-Qur‟an tentang sejarah awal agama

Yahudi, yaitu kekeliruan dalam penyebutan nama-nama.5 Selanjutnya,

Alphonse Mingana menulis sebuah esai tentang pengaruh bahasa Asing

terhadap kosa-kata Al-Qur‟an yang ditulis pada tahun 1927.6 Selain

Alphonse Mingana, Arthur Jeffery pada tahun 1938 juga menulis The

Foreign Vocabulary of The Qur‟an yang secara spesifik membahas

tentang bahasa Asing dalam Al-Qur‟an. Tulisan Arthur Jeffery tersebut

berisi penelusuran terhadap asal-usul bahasa serapan yang digunakan Al-

Qur‟an.7

Upaya-upaya tersebut dilakukan para Orientalis Barat atas nama

akademis, dan intelektualitas dengan motif untuk membuktikan

orisinalitas Al-Qur‟an, serta penasaran dengan pelbagai misteri yang

meliputi latar kesejarahan Al-Qur‟an. Berkaitan dengan prinsip akademis,

dan intelektual, betul jika dikatakan bahwa tanggapan dalam bentuk

tulisan akan jauh lebih bermanfaat dari pada reaksi yang mengandalkan

4 Alphonse Mingana, “Syriac Influence On The Style Of The Kur‟an”, dalam

Bulletin of the John Rylands Library, vol. 11 (London: Manchester University Press, 1927),

h. 86 5 M. M. Al-Aʻzami, Sejarah Teks Al-Qur‟an, Terjemah oleh Sohirin Solihin dkk,

(Jakarta: Gema Insani, 2013), h. 303 6 Alphonse Mingana berpendapat ada pengaruh beberapa bahasa Asing terhadap Al-

Qur‟an. Ethiopia mewakili 5%, Ibrani 10%, Yunani-Romawi 10%, Persia 5%, dan Syriak

70%. Pengaruh Syriak menjadi yang paling dominan, dan terdapat dalam penyebutan nama-

nama seperti Sulaiman, Fir‟aun, dan lainnya, juga digunakan dalam istilah keagamaan seperti

kȃhin, dan masȋh, digunakan untuk kata-kata umum seperti Abb, dan Istabraq, serta referensi

sejarah asing. Lihat: (Adnin Armas, Metodologi Bibel dalam Studi Al-Qur‟an: Studi Kritis,

(Depok: Gema Insani, 2007), h. 143) 7 Catherine Penacchio, Lexical Borrowing In The Qur‟an: The Problematic Aspects

of Arthur Jeffery‟s List, Terjemah oleh Judith Grumbach, diakses pada 25/03/2019,

(https://journals.openedition.org/bcrfj/6643)

3

emosi,8 di luar ranah akademis. Oleh sebab itu, pelbagai tulisan

intelektual muslim diantaranya, A Comparative Study with the Old and

New Testaments karya M. M. Al-A‟zami telah menanggapi dengan apik

pemikiran Theodore Nöldeke, Alphonse Mingana, Arthur Jeffery, dan

Ignaz Goldziher serta beberapa Orientalis lain.9 Salah satu karya serupa

dari penulis Indonesia, Taufik Adnan Amal, juga mencoba melakukan

pendekatan sejarah, kemudian menanggapi teori-teori yang dikemukakan

Orientalis.10

Studi linguistik Al-Qur‟an rupanya cukup memikat kalangan

Orientalis. Hal ini dapat diketahui dari adanya publikasi ilmiah dari

Orientalis yang mengkaji cabang linguistik yang lebih spesifik, yakni

gramatika. Pembahasan mengenai aspek gramatika bahasa Al-Qur‟an

mulai mendapat perhatian khusus sejak kemunculan artikel berjudul

“Linguistic Errors in The Qur‟an” dalam Journal of Semitic Studies.

Artikel John Burton yang dipublikasi pada tahun 1988 tersebut berisi

analisis terhadap ayat-ayat Al-Qur‟an dari sudut pandang sintaksis Arab.

John Burton mendasarkan asumsinya dengan mengutip riwayat dari

ʻUrwah bin Zubair yang bertanya kepada ʻȂʼisyah r.a tentang sejumlah

ayat, QS. Thȃhȃ ([20]:63), QS. An-Nisaʼ ([4]:162), dan QS. Al-Mȃʼidah

([5]:69).11

Kemudian ʻȂʼisyah r.a menjawab, “(Kesalahan) itu adalah

8 M. Quraisy Shihab, dalam Taufik Adnan Amal, Kata Pengantar: Rekonstruksi

Sejarah Al-Qur‟an, (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2013), h. x 9 Mustafa Al-A‟zami setelah menanggapi teori-teori Orientalis, kemudian mengkaji

kronologi kitab-kitab suci Biblikal. (M. M. Al-Aʻzami, Sejarah Teks Al-Qur‟an, h. 209) 10

Misalnya tanggapan Taufik Adnan Amal terhadap pandangan bahwa susunan

surah Al-Qur‟an direkayasa oleh umat Islam, yang terbantahkan dengan penemuan

manuskrip Al-Qur‟an di Sanʻȃ. Pandangan tersebut oleh Orientalis masih digaungkan bahkan

pada akhir abad XX Masehi. (Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur‟an, h. 213-

214) 11

حذثب أثى يعبويخ، ع هشبو ث عزوح، ع أثيه، قبل: سأنت عبئشخ ع نح انقزآ ع

قىنه تعبن:)ا هذا نسبحزا( و ع قىنه تعبن:)وانقيي انصلاح و انؤتى انزكبح( وع قىنه

هبدوا وانصبثؤو(، فقبنت: يبث أخي، هذا عم انكتبة، أخطؤوا في ا و انذي ايىتعبن: )ا انذي

4

ulah para penulis, mereka salah dalam penulisannya.”12

Menariknya,

dasar analisis John Burton justru berangkat dari literatur Islam.

Beberapa tahun sebelum artikel John Burton dipublikasi,

diterbitkan sebuah buku berjudul “Twenty Three Years: A Study of The

Prophetic Career of Mohammad”. Karya Ali Dashti yang diterjemahkan

dari bahasa Persia tersebut telah menyebut istilah grammatical errors di

tengah penjelasan tentang kemu‟jizatan Al-Qur‟an. Materi yang

dikategorikan sebagai kekeliruan gramatik dibahas secara singkat.

Penggunaan istilah “grammatical errors” tidak menjadikannya berbeda

dengan tema analisis John Burton. Salah satu hal yang membuat penulis

penasaran adalah motif Ali Dashti sesungguhnya di balik kajiannya yang

dituangkan dalam buku yang berjudul asli “Bist O Seh Sal”, khususnya

munculnya terminologi “grammatical errors”. Hal ini dikarenakan, Ali

Dashti merupakan seorang Muslim yang tinggal di Iran, sementara

sebagian besar karirnya dihabiskan sebagai seorang jurnalis yang kritis

pada pemerintah. Selain itu, ia juga dikenal sebagai novelis. Dengan

demikian, perlu ditelisik lebih jauh, sejak kapan Ali Dashti mengalihkan

perhatiannya kepada kajian Islam, serta motif di balik itu, sehingga ia

.انكتبة (As-Suyȗthȋ, Al-Itqȃn fȋ ʻȗlȗm Al-Qur‟an, Juz II, (Jakarta: Dȃr Al-Kutub Al-

ʻȊlmiyyah, 2017M/1437H), h. 226). Berikut sebagian diantara surah-surah yang dianalisis

Burton: ثب أزل إنيك ويب أزل ي قجهك يؤيى ؤيى في انعهى يهى وان انزاسخى نك

ب وانيىو الآخز أونئك سؤتيهى أجزا عظي ثبلل ؤيى كبح وان انز ؤتى لاح وان انص قيي ,و ان إ

م صبنحب فلا خىف وانيىو الآخز وع ثبلل وانصبري ي آي هبدوا و انصبثئى آي ىا وانذي انذي

Berdasarkan pembacaan singkat penulis terhadap artikel Burton, ia .عهيهى ولا هى يحزى

menyebutkan analisis terhadap tiga ayat, diantaranya adalah ayat-ayat tersebut di atas.

Namun, analisis Burton sepertinya tidak mengamati sisi perbedaan bacaan (Qirȃʼȃt) nya

sehingga penulis akan mencoba melihat dari sudut pandang Qirȃʼȃt juga. 12

John Burton, “Linguistic Errors in The Qur‟an”, dalam Journal of Semitic Studies,

Vol. XXXIII Issue 2 1 October 1988, h. 181. Asumsi yang dibangun dari penyebutan atsar

(riwayat yang bersumber dari sahabat Nabi SAW) di bagian awal artikel adalah untuk

mendasarkan adanya indikasi kesalahan gramatika Al-Qur‟an yang disebabkan oleh

kesalahan yang dilakukan oleh para penulis wahyu.

5

memperjuangkan karya tersebut supaya diterbitkan, meskipun situasi Iran

sangat menyulitkan kala itu.

Terinsipirasi oleh artikel John Burton, P. Newton dan M. Rafiqul

Haqq mengangkat isu yang sama dengan judul, “The Qur‟an:

Grammatical Errors”. Tulisan yang dipublikasi pada tahun 1996 tersebut

menggunakan teori John Burton, dan mengembangkan cakupan ayatnya.

Hal ini dikonfirmasi dengan adanya pernyataan bahwa tulisan tersebut

memang terinspirasi dari penelitian Orientalis terdahulu pada tema yang

sama.13

Tulisan tersebut berisi uraian tentang tiga belas ayat yang diduga

mengandung kekeliruan gramatika dalam Al-Qur‟an. Dalam tulisannya

itu, P. Newton, dan M. Rafiqul Haqq menyatakan keraguannya terhadap

orisinalitas Al-Qur‟an. Keduanya berpandangan, terdapat inkonsistensi

gramatika di dalam Al-Qur‟an, sehingga klaim tentang keaslian Al-

Qur‟an patut dipertanyakan.14

Ada dua metode yang digunakan orientalisme untuk

menyuguhkan Timur ke dunia Barat pada awal abad XX. Pertama,

menggunakan ilmu pengetahuan, dan melalui kajian intelektual. Kedua,

melalui konvergensi.15

Selama memasuki abad modern, terjadi

13

Tulisan yang dipublikasi melalui website (https://www.answering-

islam.org/authors/newton.html) ini dikutip pula oleh Adama Bamba Lihat: Adama Bamba,

Al-Mustasyriqȗn wa Daʻwȃ al-Akhthȃ‟ fȋ al-Qur‟ȃn al-Karȋm, (Beirut: Dȃr al-Kutub al-

„Ilmiyyah, 2013), h. 33. Sebenarnya website tersebut masih ada, namun akses terhadap situs

tersebut sulit. Hal itu dikarenakan konten situs diblokir di beberapa negara, dan seluruh

identitas penulis artikel dalam situs tersebut tidak dipublikasi, alias dirahasiakan. 14

P. Newton, dan M. Rafiqul Haqq, The Qur‟an: Grammatical Errors, 1996,

https://www.answering-islam.org/authors/newton.html, diakses tanggal 19/3/2019 15

Konvergensi merupakan usaha untuk mengintegrasikan semua sumber daya yang

ada guna mencapai satu tujuan. Dalam konteks orientalisme, konvergensi dapat dijelaskan

dengan langkah-langkah berikut: adanya upaya meneliti dan mengkaji peradaban, agama,

dinasti, budaya, dan aktifitas penerjemahan naskah-naskah tentang Timur atau sederhananya

adalah usaha Orientalis untuk mengkaji secara tekstual sehingga membentuk pandangan

interpretatif; Meskipun Orientalis mengkaji tentang Timur, tetapi persepsi tentang Timur

selalu di luar Barat; Setelah itu baru kemudian diterangkan jarak kultural, temporal, dan

geografis dengan bahasa-bahasa metafora sehingga secara tidak langsung mempengaruhi

konstruksi pemahaman. Lihat: Edward Said, Orientalisme, h. 339-340

6

pereduksian antara orientalisme laten (kajian Timur klasik), dengan

orientalisme modern.16

Hal tersebut tampak jelas pada metode Orientalis

dalam memproduksi karya, dan mempublikasinya. John Burton, dan para

Orientalis pendahulunya menggunakan metode pertama yang kajiannya

didukung dengan literatur Timur klasik, dan dipublikasi secara resmi

melalui media institusi. Berbeda dengan P. Newton, dan Rekannya, M.

Rafiqul Haqq, yang berada di tengah. P. Newton, dan M. Rafiqul Haqq

mempublikasi artikelnya secara luas di situs web, dengan merahasiakan

identitas aslinya. Adanya pergeseran metode yang berangsur-angsur

mengikuti transisi dari klasik ke modern secara nyata mempengaruhi

aktifitas penulisan, dan penyebaran informasi. Dampak dari transisi

tersebut, akan tampak lebih jelas pada generasi setelah P. Newton, dan M.

Rafiqul Haqq di bawah ini.

Pada tahun 2003, publik Mesir dihebohkan oleh acara Talk Show

di saluran TV Al-Ḫayȃt yang mengkritisi pribadi Nabi Muhammad SAW,

dan ajaran Islam.17

Talk Show mingguan dengan tema “Question about

Faith” itu mendapat kritikan keras dari pelbagai media Mesir. Kehebohan

yang ditimbulkan tidak lain disebabkan oleh pernyataan-pernyataan

Zakaria Botros yang dialamatkan kepada agama dan umat Islam. Diantara

kritiknya yang acap kali disebutkan yakni, urgensi umat Islam untuk

merevisi Al-Qur‟an. Kritik keras Zakaria Botros dilandasi oleh keyakinan

akan adanya “kekeliruan” di dalam Al-Qur‟an. Zakaria Botros juga kerap

menyuarakan tuntutan agar umat Islam menghapus ayat-ayat yang

menyangkal ketuhanan Yesus. Akibat sikap frontalnya, umat Islam

mengecamnya. Meski demikian, Zakaria Botros yang berdalih tinggal di

16

Edward Said, Orientalisme, h. 341 17

Umar Abdur Razzak, Mȃ Lȃ Yuqȃl: Hal Tawaqquf Qanȃt “Al-Hayat” Barȃmij

Zakariyya Botross Matsȋrah Li Al-Jadal?, London: BBC Arabic, 2010,

http://www.bbc.com/arabic/artandculture/2010/05/100517_malayuqal_christians_bbc_tc2.sht

ml, diakses tanggal 19/3/2019

7

Barat dimana kebebasan berpendapat tidak dibatasi, justru semakin

gencar menyuarakan kritiknya. Selanjutnya, Ia mengajukan sepuluh

tuntutan kepada umat Islam jika menginginkannya untuk berhenti

menyuarakan yang diklaimnya sebagai “kebenaran”.18

Kehadiran Zakaria Botros sebagai “kritikus Islam” di dunia Barat,

dan sikap “ngototnya” seperti membawa angin segar bagi dunia Barat.

Salah satu pandangannya yang memantik kontroversi adalah

pernyataanya tentang adanya “kekeliruan” gramatika dalam Al-Qur‟an.

Dalam tulisannya yang dipublikasi di sebuah website19

, dalam

pembahasan mengenai al-Iʻjȃz al-Lughawȋ fȋ Al-Qur‟ȃn, Zakaria Botros

memaparkan ayat-ayat yang menurutnya mengandung kesalahan sintaksis

Arab. Pendeta ini juga mengutip riwayat atsar yang sama dikutip oleh

John Burton sebagai pijakan argumentasinya.20

Tulisan yang berjudul

“Tasȃʼulȃt ḫawl Al-Qur‟ȃn” tersebut merupakan jawaban atas

pertanyaan-pertanyaan seputar kemukjizatan Al-Qur‟an yang diajukan

para penonton kepadanya dalam sesi tanya jawab di salah satu stasiun

TV.

Menurut pendeta yang mulai populer pada awal abad XXI ini,

umat Islam tidak sepatutnya mengkritik Bible, dan menerapkan fanatisme

buta terhadap Al-Qur‟an. Pandangan Zakaria Botros tentang adanya

inkonsistensi penggunaan kaidah bahasa Arab dalam kitab suci umat

Islam digunakannya untuk mempertanyakan otentisitas Al-Qur‟an. Selain

18

The Middle East Media Research Institute (MEMRI), Coptic TV Show Causes

Controversy in Egypt, 2005, http://www.imra.org.il/story.php3?id=26196, diakses pada

19/3/2019 19

Kanal web (www.fatherzakaria.com) dengan slogan “انسيح رجبء كم الأيى” (Isa

Al-Masȋh adalah Harapan Seluruh Umat) yang bergerak untuk mengenalkan Yesus kepada

publik. Situs Zakaria Botros ini telah memiliki kurang lebih tujuh program, baik di televisi

maupun di media digital. Melalui media ini, Zakaria Botros dengan bebas menyuarakan

pandangan-pandangannya melawan ajaran Islam. 20

Zakaria Botros, Tasȃʼulȃt ḫawl Al-Qur‟ȃn, www.fatherzakaria.com, diakses

19/3/2019

8

aktif menulis, Zakaria Botros kini lebih gencar menyuarakan kritik

terhadap Islam melalui Al-Fady TV, kanal digital yang digagasnya. Sikap

kritisnya tersebut di satu sisi mendapatkan sambutan yang baik, meski di

sisi lain memicu reaksi keras dari pelbagai kalangan, khususnya umat

Islam. Menariknya, kritik Zakaria Botros terhadap gramatika Al-Qur‟an

lagi-lagi seakan mengulang pandangan para Orientalis pendahulunya.

Aktif sebagai penginjil dari Timur Tengah, dan menjalankan misi

evangelisme, sebagaimana Zakaria Botros, Anis Shorrosh faktanya lebih

awal menyinggung tentang “grammatical errors” melalui bukunya yang

bertajuk “Islam Revealed: A Christian Arab‟s View of Islam”. Anis

Shorrosh yang lebih populer sebagai pendebat, tidak disangka

menerbitkan buku tersebut pada tahun yang sama dimana John Burton

mempublikasi artikel “Linguistic Errors in The Qur‟an”. Oleh sebab itu,

tulisan Anis Shorrosh di atas perlu menjadi perhatian penulis.

Satu dari hasil “pencitraan” orientalisme terhadap Islam agaknya

dapat dikatakan efektif. Hal ini dikarenakan murtadnya muslim taat

seperti Abdallah Abd Al-Fadi. Berpindah agama setelah belajar di

Amerika, Abdallah Abd Al-Fadi kemudian menetap di perantauannya.21

Mantan pemeluk Islam kelahiran Arab Saudi itu kini berdiri di garda

depan sebagai “kepanjangan tangan Yesus” dalam mendekatkan umat

Islam yang ingin lebih mengenal agama Kristen yang kini dianutnya.22

Mirip dengan Zakaria Botros, Abdallah Abd Al-Fadi juga menggerakkan

masa untuk berpikir kritis mengenai Islam melalui kanal-kanal daring.

21

Billy Hallowell, Ex-Moslem Author: Koran‟s Demand “Jihad” & Teaches

Believers to “Hate” Christians and Jews, 2011,

https://www.theblaze.com/news/2011/09/13/ex-muslim-author-koran-demands-jihad-

teaches-believers-to-hate-christians-and-jews, diakses tanggal 25/03/2019 22

Al-Fadi mendirikan yayasan CIRA International yang dapat diakses secara

digital, (http://www.cirainternational.com/), dengan misi untuk menyadarkan publik tentang

Islam, dan pergerakannya, serta menyampaikan kebenaran tentang ajaran Yesus.

9

Pria yang mempelajari Islam sejak kecil itu menulis buku berjudul

“Is The Qur‟an Infallible?” yang termasuk di dalamnya pembahasan

tentang dua puluh empat persoalan gramatika Al-Qur‟an. Namun

pembahasan Abdallah Abd Al-Fadi dalam bukunya tidak lebih hanya

sekedar asumsi sebab ditulis tanpa diperkuat dengan rujukan yang

beragam, dan mumpuni. Abdallah Abd Al-Fadi mempertanyakan banyak

hal dalam Islam di atas empat ratus halaman lebih, tetapi hanya terdapat

sembilan belas rujukan di daftar pustaka. Tulisannya yang jauh dari

kriteria ilmiah menyebabkan Abdallah Abd Al-Fadi tidak relevan untuk

diklasifikasikan sebagai seorang intelektual.

Meski demikian, tidak dapat dipungkiri tulisan Abdallah Abd Al-

Fadi terbilang cukup populer di kalangan awam, maupun intelektual.

Tingkat keterbacaannya yang lumayan tinggi membuka kancah pemikiran

orang awam tentang Islam,23

serta memancing diskusi di kalangan para

cendekia. Salah seorang cendekiawan muslim yang turut merespon

tulisan Abdallah Abd Al-Fadi yaitu Syed Shakeel Ahmed Anwar. Buku

yang diterbitkan di India oleh Telugu Islamic Publications and Trust itu

bertajuk “The Holy Qur‟an is Infallible”. Karya tersebut ditujukan secara

khusus untuk menjawab tulisan Abdallah Abd Al-Fadi. Namun demikian,

akses terhadap buku tersebut relatif sulit.

Setelah menulis “Is The Qur‟an Infallible?”, Abdallah Abd Al-

Fadi bersama dengan para mantan muslim atau former muslim (Ex-

Muslim) kemudian menulis analisis terhadap Al-Qur‟an. Buku berjudul

The Qur‟an Dilemma itu baru diterbitkan tahun 2010 dalam versi

berbahasa Arab. Setahun kemudian, versi bahasa Inggris sudah dapat

23

Misalnya, dalam sebuah forum tanya jawab dengan dr. Zakir Naik, salah seorang

penanya menanyakan sebuah pertanyaan tentang gramatika Al-Qur‟an yang diambil dari

buku “Is The Qur‟an Infallible?” karya Abdallah Abd. Al-Fadi. Lihat tautan:

https://www.youtube.com/watch?v=VpwsQGl8oIE

10

diterbitkan. Analisis yang dikemukakan secara sistematis sesuai urutan

surah Al-Qur‟an. Pada bagian awal buku ini terdapat pemaparan tentang

Critical Analysis yang di dalamnya termasuk analisis tentang “Linguistic

Errors”.24

Asumsi penulis, pembahasan dalam sub bab “Linguistic

Errors” di buku tersebut tidak akan jauh berbeda dengan tulisan Abdallah

Abd Al-Fadi sebelumnya tentang “Grammatical Errors” dalam buku “Is

The Qur‟an Infallible?”. Dengan demikian, jika akses terhadap buku “The

Qur‟an Dilemma” sulit, maka cukup dengan mengkaji buku “Is The

Qur‟an Infallible?”.

Setelah Abdallah Abd. Al-Fadi yang berasal dari Arab Saudi,

“generasi” selanjutnya juga memiliki latar belakang yang tidak jauh

berbeda. Perbedaannya, Mohammad Al-Ghazoli yang hidup selama 40

tahun sebagai seorang Muslim, tidak mendapat pendidikan Agama yang

memadai. Ia tinggal di lingkaran yang tidak bekerjasama untuk membuka

diskusi mengenai Agama. Akibatnya, ketika seorang yang disebutnya

“teman” mencoba mempengaruhinya, pria berkebangsaan Libya ini

dengan mudahnya terseret dalam tahun-tahun di luar agama. Akhirnya,

pencarian “kebenarannya” berbuntut pada keputusannya untuk menjadi

Kristen. Salah satu bukunya “Christ, Mohammad, and I” mencoba

mengkritisi Al-Qur‟an.25

Melalui buku tersebut, ia mempertanyakan

banyak hal tentang Islam. Diantara persoalan yang dipertanyakan yakni

24

Water Life Publishing, 2010,

http://waterlifepublishing.com/Store/tabid/40/List/0/ProductID/6/Default.aspx, diakses

tanggal 19/03/2019. Penulis hanya bisa mengakses bagian depan dari buku “The Qur‟an

Dilemma” ini, sehingga tidak memungkinkan untuk diteliti. Buku ini hanya penulis paparkan

sebagai informasi. 25

Seluruh isi buku Mohammad Al-Ghazoli berisi tentang kegelisahannya terhadap

Islam, dan Nabi Muhammad, serta kisahnya dari Muslim sampai berpindah menjadi

penganut Kristen. Kritik tentang Gramatika Al-Qur‟an disampaikannya pada bagian ke-5

yang berjudul “Is the Quran GodSent or ManMade?”. Lihat: David W. Daniels, (ed.),

Mohammad Al-Ghazoli, Christ, Muhammad, and I, (Ontario: Chick Publication, 2007), h.

114-119

11

“kemukjizatan Al-Qur‟an” sebagai wahyu Tuhan. Dalam sub pembahasan

“The Miracle of The Qur‟an” ia menyebut 4 ayat yang dipandangnya

mengandung kesalahan gramatika, dan mencoba menyarankan kebenaran

versinya.

Berdasarkan pemaparan di atas, tampak bahwa kritik Orientalis

mengenai Islam tidak hanya gencar disuarakan melalui karya ilmiah.

Belakangan, para pengikut teori “Linguistic Errors” John Burton justru

tidak menonjolkan kajian akademis. Media yang dipilih dalam

menyuarakan pandangan bukan lagi konsisten dengan literatur khas

intelektual, melainkan lebih memaksimalkan media yang menunjang

popularitas dan bersifat bombastis. Hal ini menimbulkan asumsi adanya

perbedaan orientasi pada generasi yang berbeda.

Fenomena ini disebabkan oleh tradisi komunikasi mulai Abad XX

yang mengalami pergeseran. Mulai tahun 1920-an, orang mulai bebicara

mengenai “media masa”. Lalu pada permulaan era televisi tahun 1950-

an,26

perbincangan tentang “revolusi komunikasi” mulai muncul.27

Sejak

saat itu, babak baru era teknologi modern dimulai. Teknologi adalah

faktor penting terjadinya perubahan sosial dalam sebuah bangsa.28

Teknologi memungkinkan individu, atau sekelompok orang untuk

berinteraksi melalui media masa. Media masa menjadi pusat jaringan

sosial, dan sarana menciptakan interaksi yang baru.29

Pada awal tahun

2000-an, media yang menjadi pusat informasi masih bertahan pada

televisi.

26 Asa Briggs, dan Peter Burke, Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai

Internet, Terjemah oleh A. Rahman Zainuddin, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia,

2006), h. 2 27

Asa Briggs, dan Peter Burke, Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai

Internet, h. 1 28

Everett M. Rogers, Communication Technology: The New Media in Society,

(New York: The Free Press, 1986), h. 23 29

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,

2007), h. 220-221

12

Dewasa ini, teknologi yang terus menerus melekat dengan

kehidupan manusia adalah ponsel pintar. Sebagai media digital, ponsel

pintar memberikan pengaruh signifikan terhadap pergeseran budaya

komunikasi, dan pusat informasi. Berkaitan dengan orientalisme,

pergeseran budaya sebagaimana gambaran di atas turut dimanfaatkan

Orientalis untuk menyebarkan pandangan, dan pengaruhnya.

Di era keterbukaan komunikasi, pergerakan Orientalis lebih masif

dilakukan dengan memanfaatkan kanal digital, dan media sosial. Selain

Zakaria Botros, dan Abdallah Abd Al-Fadi, seorang misionaris apologis30

Kristen David Wood juga berkontribusi atas diskusi mengenai Islam.

Debater tersebut aktif menyuarakan pendapatnya melalui media populer

seperti Twitter, Blogger, dan You Tube. Hal ini menyebabkan pengaruh

David Wood di kalangan pengguna media populer cukup signifikan.

Kendati David Wood tidak banyak berbicara mengenai gramatika Al-

Qur‟an, tetapi di salah satu cuitan Twitter, pria yang juga berprofesi

sebagai presenter ini menyatakan adanya “kekeliruan” gramatika Al-

Qur‟an dalam QS. Asy-Syuʻarȃ‟ ([26]:16), kemudian menyebut sumber

video dari You Tube.31

Meski demikian, penulis tidak dapat memasukkan

David Wood ke dalam salah satu nama dalam daftar yang akan diteliti.

30

Apologis merupakan seseorang yang melakukan kajian agama tertentu dengan

motif mempertahankan diri. (M. Arfan Muʻammar, dkk, Studi Islam Kontemporer Perspektif

Insider/Outsider, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2017), h. 75). Dalam kaitannya dengan David

Wood yang merupakan Apologis Kristen, dulu ia adalah seorang ateis yang kemudian

berbalik membela Kristen. (Jonathan Light, “Amazing Grace Amid Profound Controversy”,

dalam Dearborn Free Press, 31 Agustus 2010,

https://www.dearbornfreepress.com/2010/08/31/amazing-grace-amid-profound-controversy/,

diakses tanggal 16/09/2019). David Wood menjalankan fungsi apologinya dengan menjadi

seorang debater yang kerap tampil beradu argumen dengan debater Muslim tentang pelbagai

persoalan akidah, sejarah, maupun isu-isu kekinian. Lihat: David Nicholson, “Debates Look

at Islam, Christianity”, dalam Daily Press, 15 Maret 2008,

https://www.dailypress.com/news/dp-xpm-20080315-2008-03-15-0803140096-story.html,

diakses tanggal 16/09/2019 31

David Wood, A Grammatical Error In The Qur‟an, 2018,

https://twitter.com/Acts17/status/1063661808152649731, diakses 19/03/2019

13

Hal ini dikarenakan, penulis tidak menemukan tulisan ilmiah David

Wood yang berkaitan dengan gramatika Al-Qur‟an.

Adapun munculnya artikel, buku, dan tulisan tentang “linguistic

errors”, justru berbanding terbalik dengan sanggahan dari intelektual

Muslim. Pelbagai macam usaha Orientalis untuk mengoreksi Al-Qur‟an,

bahkan secara tidak langsung didukung oleh seorang intelektual Muslim.

Abd Al-Ḫalȋm Al-Ghazzȋ mencoba memaparkan argumentasi melalui

analisa pada kaidah Qirȃ‟ȃt32

. Melalui kanal (كز انحقبئق)33

Abd Al-Ḫalȋm

Al-Ghazzȋ memaparkan tentang perbedaan bacaan para Imam Qirȃ‟ȃt

dalam QS. Al-Mȃ‟idah ([5]:69) dengan merujuk pada kitab “al-Muʻjam

al-Qirȃ‟ȃt”. Disebutkan bahwa “ ببئون الص ” yang nominatif pada surah

tersebut dibaca “ ه يئببالص ” sebagai akusatif oleh Ibnu Katsȋr, ʻȂ‟isyah,

Ubay bin Ka‟b dan beberapa nama lain, tetapi bacaan tersebut tidak

mutawatir.34

Berdasarkan hal itu, Abd Al-Ḫalȋm Al-Ghazzȋ setuju dengan

pernyataan tentang adanya kesalahan penulisan (imlȃ‟iy) pada saat

penulisan wahyu. Akhirnya hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan

32

Kaidah Qira‟ȃt adalah bidang studi yang mempelajari macam-macam bacaan Al-

Qur‟an. Lihat: Ahmad Fathoni, Kaidah Qiraat Tujuh 1 & 2, (Tangerang Selatan: Yayasan

Bengkel Metode Maisura, 2016), h. 3 33

Dalam pemaparannya, disebutkan surah Al-Mȃ‟idah ayat 46 padahal pada ayat

tersebut tidak terdapat lafal ”As-Shȃbi‟ȗn”. Kemungkinan ayat yang dimaksud adalah ayat

69. Koreksi ini didasarkan penulis pada mushaf ʻUtsmȃnȋ riwayat Ḫafsh sebagaimana

mushaf yang digunakan di Indonesia. Al-Ghazzȋ merupakan salah satu pemuka Syiah yang

produktif menulis serta melakukan kajian melalui kanal You Tube, dan media TV. Namun,

sayangnya penulis tidak menemukan tulisan Al- Ghazzȋ mengenai kaidah Qirȃ‟ȃt yang

dijadikan bahan pembenaran teori Orientalis sebagaimana yang dikemukakan. Lihat: Abd

Al-Ḫalȋm Al-Ghazzȋ, Qirȃ‟ah As-Shȃbi‟ȗn Fȋ Al-Ȃyah 46 Sȗrah Al-Mȃ‟idah fȋ Muʻjam Al-

Qirȃ‟ȃt Al-Qur‟ȃnniyyah, 2016, https://www.youtube.com/watch?v=cxD91VVk-mc, diakses

tanggal 26/03/2019 34

Abd Al-Lathȋf Al-Khathȋb, Al-Muʻjam Al-Qirȃ‟ȃt, Juz II, (Kairo: Dȃr Sa‟d al-Dȋn,

tanpa tahun), h. 321). Al-Ghazzȋ menyebutkan referensi yang dirujuknya adalah kitab “Al-

Muʻjam Al-Qirȃ‟ȃt” pada Juz 2 halaman 46, namun penulis mendapati perbedaan halaman

pada kitab yang ditemukan, yaitu halaman 321. Kemungkinan yang dapat diterima adalah

bahwa kitab, dan pengarang yang sama, namun berbeda percetakan sehingga menyebabkan

perbedaan halaman.

14

bacaan yang berimplikasi pada gramatika Al-Qur‟an atau sintaksis Al-

Qur‟an. Oleh sebab itu, kemungkinan adanya perbedaan bacaan yang

berimplikasi pada sintaksis Al-Qur‟an perlu dikaji lebih dalam.

Jika diamati dari awal, terdapat motif tertentu yang mengerucut

pada tujuan yang sama. Misalnya Zakaria Botros, dengan lantang

mengkritisi kitab suci umat Islam, sembari menegaskan bahwa tidak

seharusnya umat Islam mengkritik Bible. Abdallah Abd Al-Fadi yang

mulanya seorang Muslim taat, kemudian beralih memperjuangkan ajaran

Kristen agar dikenal oleh umat Islam, dan mendiskreditkan Islam melalui

banyak cara. Demikian juga David Wood, debater yang dahulu seorang

ateis, kemudian berbalik memasang badan demi membela agama Kristen.

Ketiganya tampaknya memiliki misi yang sama, yakni membela, dan

menyebarkan ajaran agama, dengan mendiskreditkan Islam.

Gambaran motif yang seolah-olah mencerminkan adanya relasi

antara ketiganya hanya akan menjadi sebuah kebetulan jika Zakaria

Botros tidak memiliki motif yang kuat untuk menyudutkan Islam, atau

Abdallah Abd Al-Fadi tidak berniat mencari perhatian publik karena

merasa paling otoritatif untuk berbicara mengenai Islam sebagai mantan

Muslim, atau David Wood tidak turut berkomentar tentang gramatika Al-

Qur‟an setelah mewawancarai Abdallah Abd Al-Fadi. Uraian di atas

adalah sebagian tendensi yang tampak jelas kesamaan motifnya.

Meskipun belum semua Orientalis disebutkan di atas, tetapi motif-motif

yang tampak dari Ali Dashti, Anis Shorrosh, P. Newton, dan M. Rafiqul

Haqq, serta Mohammed Al-Ghazoli kemungkinan memiliki kesamaan.

Dengan demikian, semua motif yang melandasi Orientalis dalam

mengkaji Al-Qur‟an akan menjadi perhatian khusus bagi penulis.

Sebenarnya pelbagai persoalan gramatika Al-Qur‟an telah dibahas

oleh para Ulama‟ muslim kenamaan. Ibnu Abȋ Dȃwud As-Sijistȃnȋ dalam

15

kitab “Al-Mashȃhif” jauh sebelum abad X Masehi telah menyebutkan

beberapa opsi jawaban mengenai gramatika Al-Qur‟an yang tampak tidak

linier dengan kaidah bahasa Arab. Demikian juga As-Suyȗthȋ dalam kitab

“Al-Itqȃn fȋ „Ulȗm al-Qur´ȃn” yang ditulis sebelum abad XVI Masehi.

Kemudian Muhy al-Dȋn bin Ahmad Musthafȃ Ad-Darwȋsh secara khusus

menulis tentang Iʻrȃb35

Al-Qur‟an. Melalui karya fenomenalnya “Iʻrȃb

al-Qurʻȃn al-Karȋm wa Bayȃnuh”, ia mencoba menganalisis persoalan

seputar gramatika Al-Qur‟an. Selain karya para Ulama‟ di atas, umat

Islam tidak kekurangan karya para Ulamaʻ, dan intelektual Muslim untuk

dijadikan rujukan menangani kritik para Orientalis.

Pembahasan para Ulama‟ tentang gramatika Al-Qur‟an yang

dipermasalahkan oleh Orientalis terdapat dalam banyak kitab secara

terpisah. Sementara itu, tidak semua orang dapat membaca, dan

memahami secara jernih dan utuh pemaparan dalam kitab para Ulama‟

muslim yang sebagian besar berbahasa Arab. Kritik Orientalis terhadap

gramatika Al-Qur‟an dengan menggunakan teori “Linguistic Errors” juga

selalu dikembangkan, dan senantiasa disuarakan. Inisiatif Orientalis untuk

menyebarkan paham melalui media digital yang kian masif dilakukan,

perlu dinetralisir dengan kajian ilmiah. Terdapat urgensi yang tinggi akan

hadirnya karya ilmiah yang dapat menjadi jembatan untuk memahami

pandangan para Ulama‟, serta mengkaunter kritik Orientalis. Selain

merasa bertanggung jawab secara akademis, belum ditemukan pula tesis

yang secara detail membahas pendekatan Orientalis terhadap gramatika

35 Definisi Iʻrab di sini lebih dari definisi umum “perubahan akhir kata atau frasa”,

melainkan erat kaitannya dengan pembuktian Iʻjȃz Al-Qur‟an (Kemukjizatan Al-Qur‟an)

yang dilakukan Orientalis. Oleh sebab itu, dirasa perlu untuk mengutip penjelasan Abdul

Jabbar yang menegaskan bahwa setiap hukum yang menjelaskan Iʻjȃz berarti menjelaskan

fashȃhah baik itu ditemukan dalam ungkapan haqiqi atau majazi. Pandangan ini menafikan

teori bahwa I‟jȃz hanya bisa dibuktikan melalui ayat-ayat yang mengandung unsur balȃghah,

dan badȋʻ sekaligus mengonfirmasi bahwa I‟jȃz berlaku tidak terbatas pada sistem bahasa

saja. Lihat: Nasr Hamid, Tekstualitas Al-Qur‟an: Kritik Terhadap „Ulumul Qur‟an,

Terjemah oleh Khoiron Nahdliyyin, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2016), h. 192.

16

Al-Qur‟an. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis berinisiatif untuk

melakukan penelitian tesis dengan judul, “TUDUHAN

INKONSISTENSI GRAMATIKA AL-QUR’AN DALAM

DISKURSUS ORIENTALISME (Sanggahan atas Teori “Linguistic

Errors”)”.

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang dapat

diidentifikasi berkaitan dengan judul di atas adalah:

a. Gramatika Al-Qur‟an dipandang inkonsisten sehingga kontradiktif

dengan kaidah tata bahasa Arab

b. Pandangan Orientalis tentang adanya Inkonsistensi Gramatika Al-

Qur‟an memberi dampak yang cukup kuat di kalangan masyarakat

Muslim

c. Setelah teori “Linguistic Errors” muncul, ditemukan beberapa

kritikus Timur yang mengemukakan teori serupa

d. Motif kuat Orientalis untuk mengkritisi Al-Qur‟an berkaitan erat

dengan latar belakang, dan pengalaman hidupnya

e. Meskipun wacana inkonsistensi gramatika Al-Qur‟an telah

menuai pelbagai sanggahan dari kalangan Muslim melalui banyak

media, namun belum banyak karya ilmiah yang secara spesifik

mengkaji teori “Linguitic Errors”

f. Kajian Orientalis belum diminati oleh mahasiswa Institut Ilmu Al-

Qur‟an (IIQ) Jakarta dibuktikan dengan langkanya tulisan, artikel,

skripsi, maupun tesis yang berkaitan dengan kajian tersebut di

perpustakaan kampus.

17

2. Pembatasan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi berdasarkan

penemuan penulis terhadap karya tulis para Orientalis yang secara

langsung mengkaji “linguistic errors”, menyebut, atau membahas

tentang hal yang serupa dengan itu, baik berupa artikel, buku, atau

catatan yang telah dipublikasi. Berikut ini Orientalis, dan judul karya

tulisnya; John Burton bisa dikatakan sebagai tokoh yang

mempopulerkan teori “Linguistic Errors”, yang kemudian

menginspirasi lahirnya teori-teori serupa. Istilah “Grammatical

Errors” juga telah ditemukan pada karya Ali Dashti yang ditulis

sebelum artikel John Burton dipublikasi. Anis Shorrosh juga telah

menyebut istilah “Grammatical Errors” dalam bukunya “Islam

Revealed: A Christian Arab‟s View of Islam” yang diterbitkan pada

tahun yang sama dimana John Burton mempublikasi artikelnya.

Kemudian P. Newton, dan M. Rafiqul Haqq mengangkat lagi teori

“Grammatical Errors” beberapa tahun setelah kemunculan artikel

“Linguistic Errors” John Burton. Selain itu, Abdallah Abd Al-Fadi

membahas “Grammatical Question” dalam bukunya “Is The Qur‟an

Infallible?”, serta membahasnya dalam buku selanjutnya yang ditulis

bersama dengan para mantan Muslim dengan memakai istilah

“Linguistic Errors”. Selanjutnya, dalam pelbagai kesempatan Zakaria

Botros menggunakan istilah “Grammatical Mistakes” untuk

menyebut ayat-ayat Al-Qur‟an yang dianggapnya kontradiktif dengan

kaidah tata bahasa Arab. Ia juga mempublikasi tulisan berjudul

القرآن“ حول yang salah satu sub topiknya membahas yang ”تسبؤلات

disebutnya “Grammatical Mistakes”. Terakhir, terdapat Mohammad

Al-Ghazoli yang menyebut tentang “Grammatical Errors” dalam

bukunya “Christ, Mohammed, and I”.

18

Perbedaan terminologi yang digunakan oleh para Orientalis di

atas hanya terdapat pada peristilahan saja, sedangkan konten

pembahasan sama-sama membahas aspek sintaksis Al-Qur‟an. Semua

istilah yang digunakan Orientalis untuk menyebut persoalan

gramatika atau sintaksis36

Al-Qur‟an yang dianggap inkonsisten

merujuk pada teori yang sama. Pendekatan gramatika dalam

penelitian ini secara spesifik membahas tentang “Linguistic Errors”

atau “Grammatical Errors/Mistakes” dalam pandangan Orientalis.

Pernyataan ini cukup menjelaskan bahwa cakupan kajian ini tidak

secara khusus melakukan pendekatan gramatika pada objek selain

sintaksis, seperti morfologi, atau misalnya, jika menemukan istilah

“Grammatical Shift”. Hal ini dikemukakan agar batasan maknanya

tidak menjadi ambigu, karena Grammatical Shift merupakan bagian

dari kajian ilmu pragmatik37

. Namun tidak dapat dipungkiri, kajian di

bidang kebahasaan, tentu tidak dapat terlepas dari cabang ilmu bahasa

yang lain (fonologi, morfologi, semantik, pragmatik)38

.

36

Sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari hubungan formal antara

kata atau frasa yang satu dengan lainnya dalam suatu kalimat. (Moh. Ainin dan Imam Asrori,

Semantik Bahasa Arab, (Malang: Bintang Sejahtera, 2014), h. 9). Penggunaan istilah

“gramatika” atau “linguistik” dalam pelbagai hal memang lebih familiar didengar. Hal ini

disebabkan karena secara tradisional, istilah “sintaksis” lebih sering disebut dengan tata

bahasa (gramatika). (Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2014), h. 206).

Karena Orientalis menyebut dengan “gramatika” atau “linguistik”, maka penulis akan

menggunakan istilah yang sama supaya tidak menimbulkan persepsi yang berbeda. Dalam

bahasa Arab, sintaksis familiar disebut ilmu nahwu, yaitu ilmu gramatika bahasa Arab yang

mempelajari tentang perubahan akhir kata atau frasa dalam suatu kalimat. 37

Pragmatik di sini didefinisikan sebagai sebuah pendekatan bahasa untuk

memahami konteks sebuah wacana. (Moh. Ainin, Fenomena Pragmatik dalam Al-Qur‟an:

Studi Kasus terhadap Pertanyaan, (Malang: Misykat, 2010), h. 35). Objek kajian pragmatik

lebih kepada makna dalam konteks wacana, sedangkan sintaksis mengkaji posisi kata atau

frasa dalam suatu kalimat. 38

Kajian linguistik diklasifikasikan menjadi beberapa tataran. Tataran fonologi,

tataran morfologi, tataran sintaksis, tataran semantik, dan tataran leksikon. Tataran morfologi

dan sintaksis biasa disebut sebagai gramatika atau tata bahasa. Di atas semua itu terdapat

tataran pragmatik. Lihat: (Abdul Chaer, Linguistik Umum, h. 36). Fonologi adalah cabang

linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa.

Morfologi membicarakan tentang proses pembentukan kata. Pragmatik mempelajari

19

Dalam penelitian ini, kajian tentang tata bahasa Arab Al-

Qur‟an tidak dapat terlepas dari kajian Hadis, Tafsir Al-Qur‟an,

maupun studi Agama secara umum. Hal ini dikarenakan, teori

“linguistik errors” didasarkan pada atsar dari Sahabat Nabi yang

hanya dapat diakses melalui studi Hadis. Selain itu, referensi dari

Tafsir Al-Qur‟an sudah barang tentu menjadi rujukan untuk menilik

penafsiran para ulama‟, serta studi Agama. Hal ini disebabkan karena

latar belakang, dan motif para Orientalis dalam pembahasan

gramatika Al-Qur‟an erat kaitannya dengan misi keagamaan. Dengan

demikian, batasan dalam penelitian ini memiliki koridor yang jelas

sebagai studi Agama secara umum, dan kajian ilmu Al-Qur‟an, dan

Tafsir secara khusus.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan masalah-masalah yang diuraikan dalam identifikasi

masalah serta dibatasi dalam pembatasan masalah, maka permasalahan

dalam penelitian ini dirumuskan sebagaimana berikut:

1. Bagaimana Tuduhan Inkonsistensi Gramatika Al-Qur‟an dalam

Diskursus Orientalisme?

2. Bagaimana Sanggahan atas Teori “Linguistic Errors”?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

sebagai berikut:

1. Memaparkan Tuduhan Inkonsistensi Gramatika Al-Qur‟an dalam

Diskursus Orientalisme;

2. Mengemukakan Sanggahan atas Teori “Linguistic Errors”.

penggunaan bahasa dan pelbagai aspeknya sebagai sarana komunikasi verbal. Sedangkan

semantik mengkaji makna terlepas dari konteksnya.

20

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan menfaat sebagai

berikut:

1. Secara Teoritis: melengkapi wawasan keilmuan yang telah ada,

demi terciptanya konstruk pemikiran yang berimbang antara

pandangan Orientalis dengan intelektual muslim, serta

memberikan sudut pandang yang berbeda di tengah-tengah

perdebatan yang ada.

2. Secara Praktis: menjadi bahan bacaan, dan penalaran yang dapat

menginspirasi seluruh kalangan, khususnya para cendekia agar

menyuarakan pemikirannya terhadap pandangan Orientalis. Selain

itu, penelitian ini, dapat menyumbang informasi bagi peneliti

selanjutnya.

E. Kajian Pustaka

Meskipun greget kajian Orientalis di kalangan mahasiswa Institut

Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta masih belum gencar, namun beragam jurnal

ilmiah segar tentang kajian Islam dan kajian Al-Qur‟an dapat penulis

akses di perpustakaan. Salah satu tulisan penting yang berkaitan erat

dengan tema yang akan penulis bahas yaitu artikel ilmiah berjudul

“Orientalisme” yang ditulis oleh seorang pakar, M. Quraish Shihab

membahas orientalisme dengan pendekatan historis. Artikel dalam Jurnal

Studi Al-Qur‟an tersebut tidak banyak menyinggung persoalan gramatika

Al-Qur‟an dalam pemikiran Orientalis. Dengan mengutip satu contoh, M.

Quraish Shihab menanggapi pandangan Orientalis tentang kekeliruan

gramatika Al-Qur‟an. Dalam penjelasannya, M. Quraish Shihab

menegaskan adanya kesalahpahaman yang diakibatkan oleh kelemahan

Orientalis yang tidak menguasai ilmu bahasa Arab secara utuh. Mereka

menutup mata dari fakta sejarah yang membuktikan bahwa kaidah bahasa

21

Arab baru dilahirkan setelah Al-Qur‟an diturunkan.39

Meskipun telah

sampai pada kesimpulan demikian, pandangan Orientalis tentang

kekeliruan gramatika Al-Qur‟an perlu diuraiakan, dan dianalisis secara

lebih mendalam sebelum kemudian diketahui istinbatnya.

Selanjutnya, terdapat artikel berjudul “Klarifikasi Al-Darwish atas

Pandangan Orientalis tentang Kontradiksi Ayat Al-Qur‟an dengan

Kaidah Naḫw” yang diterbitkan dalam Jurnal Mutawatir.40

Artikel yang

ditulis oleh Amnah Tidjani dari Institut Dirosat Islamiyah al-Amien

Sumenep ini mencoba memaparkan penjelasan Al-Darwish guna

mengklarifikasi pernyataan Zakaria Botros dalam tulisannya “Tasȃʼulȃt

Ḫawl al-Qurȃn”. Sebagai sebuah artikel, tulisan ini dirasa cukup

informatif. Meski demikian, artikel ini kurang rinci dalam memaparkan

latar belakang persoalannya, sehingga pemaparannya tidak berimbang,

dan kesimpulannya terkesan diambil dari satu sudut pandang saja.

Pada strata sarjana, penulis mendapati skripsi berjudul “Tinjauan

Kritik terhadap Teori Abdallah Abd Al-Fadi tentang Kesalahan Sintaksis

Arab dalam Al-Qur‟an (Studi Deskriptif terhadap Teori Abdallah Abd Al-

Fadi tentang Kesalahan Sintaksis Arab dalam Al-Qur‟an)” yang ditulis

oleh Fakhrur Razi Bin Mohd Rafi pada tahun 2017. Hasil penelitian ini

menyebutkan bahwa teori Abdallah Abd Al-Fadi “salah” sebab

kurangnya pemahamannya mengenai sintaksis Arab. Sebagaimana

39

Contoh, QS. Al-Aʻrȃf [7]:56 ( انحسي خ الله قزيت ي رح قزيت kata ,(إ

semestinya berbentuk muannats/feminin“ قزيجخ” karena menurut kaidah bahasa Arab adjektif

dari suatu subjek harus disesuaikan dengan subjeknya, dan karena kata “ خ adalah ”رح

feminin sehingga adjektifnya harus feminin. Kemudian Quraish Shihab menjawab

pertentangan tersebut dengan menegaskan bahwa kaidah kebahasaan itu terbatas. Tidak

dapat menampung semua fenomena gramatika Al-Qur‟an. Karena ada sebagian kecil

fenomena gramatika yang dikategorikan secara khusus. (M. Quraish Shihab, “Orientalisme”,

Jurnal Studi Al-Qur‟an, h. 32) 40

Amnah Tidjani, “Klarifikasi Al-Darwish atas Pandangan Orientalis tentang

Kontradiksi Ayat Al-Qur‟an dengan Kaidah Naḫw”, Mutawatir:Jurnal keilmuan Al-Qur‟an

dan Hadis, Vol. IV No. 1 Juni 2014, h. 139

22

dinyatakan dalam judul, dan abstrak skripsinya, tujuan penelitian tersebut

adalah untuk mengkritik, atau membantah teori Abdallah Abd Al-Fadi.

Namun pada kesimpulan penelitian ini tidak terdapat pernyataan yang

membantah teori Abdallah Abd Al-Fadi, melainkan hanya menyebutkan

aspek kesalahan sintaksis yang disoroti oleh Abdallah Abd Al-Fadi dari

Al-Qur‟an.41

Dengan demikian, selain penelitian ini tidak detail

pembahasannya, mahasiswa program sarjana ini juga tidak konsisten

menjalankan tujuan penelitiannya. Namun penulis mengapresiasi usaha

penulis skripsi yang telah berani mengangkat tema tersebut.

Dalam pencarian mengenai karya ilmiah terkait tema penelitian

ini, penulis menemukan sebuah penelitian tesis dari University of Aljazair

Tesis berjudul .(زيلميضبوية) yang ditulis oleh Zilmi Daouia (جبمعةالجسائر)

القرآن" في لغوية أخطبء وجود حول المستشرقيه وقدية(الكريمدعبوى تحليلية ")دراسة

mencoba menelisik melalui empat perumusan masalah meliputi motif

Orientalis, argumentasi dan bukti yang dikemukakannya, dan apakah Al-

Qur‟an tunduk pada kaidah Nahwu, serta pertanyaan seputar

kemukjizatan Al-Qur‟an yang paling menonjol.42

Namun setelah

membaca abstrak penelitian, penulis tidak mendapati kesimpulan ilmiah

seperti yang diharapkan kecuali uraian mengenai isi konten dari setiap

babnya, yang dalam tradisi penulisan di Indonesia mirip gaya penulisan

pada “sistematika penulisan”.

Penulis mencoba membaca isi penelitian tersebut dengan

pembacaan cepat. Berdasarkan pembacaan penulis, tesis ini menjabarkan

secara historis sejarah orientalisme sampai minat, dan motifnya terhadap

41

Fakhrur Razi, “Tinjauan Kritik terhadap Teori Abdallah Abd Al-Fadi tentang

Kesalahan Sintaksis Arab dalam Al-Qur‟an (Studi Deskriptif terhadap Teori Abdallah Abd

Al-Fadi tentang Kesalahan Sintaksis Arab dalam Al-Qur‟an)”, Skripsi, Universitas

Pendidikan Indonesia (UPI), 2017. Tidak Diterbitkan (t.d) 42

Zilmi Daouia, “Orientalists Claims about The Existence of Linguistic Errors in

The Qur‟an (Analytical and Critical Study)”, Tesis, Jȃmiʻah Aljazair, 2014/2015. Tidak

Diterbitkan (t.d)

23

kajian Al-Qur‟an yang pada akhirnya menggaris-bawahi karya paling

berpengaruh yang dilahirkan Orientalis. Kemudian pemaparan mengenai

motif, dan kajian Orientalis terhadap linguistik Al-Qur‟an yang meliputi

kesastraan Al-Qur‟an, fawȃtiḣ al-suwar, sintaksis, dan morfologi.

Terakhir pembahasan mengenai Iʻjȃz Al-Qur‟ȃn yang ditemukan dari

kompleksitas bahasa, dan susunan idiomatiknya, serta ungkapan-

ungkapan majaz yang mewarnainya.

Melalui pengamatan tersebut, terlihat bahwa penelitian tesis yang

dilakukan oleh mahasiswi Islamic Studies dengan konsentrasi

perbandingan agama ini tidak fokus menjawab persoalan inti

sebagaimana judulnya (dalam bahasa Inggris) “Orientalists Claims about

The Existence of Linguistic Errors in The Qur‟an (Analytical and Critical

Study)”. Hal ini menyebabkan pembahasan yang diuraikan mengalami

perluasan yang cukup berlebihan. Namun, usahanya untuk menganalisis

latar kesejarahan kajian Orientalis terhadap Al-Qur‟an, dan mengkaunter

klaim Orientalis bisa menjadi khazanah dalam menginspirasi munculnya

penelitian, dan karya ilmiah berikutnya.

Selain penelitian di atas, penulis menemukan sebuah artikel

berjudul “New Perspective On The Phenomenology Of Error (Laḫn) In

Scriptural Qur‟an”. Artikel tersebut ditulis oleh seorang intelektual

muslim kenamaan Nigeria. Artikel ini tidak secara fokus membahas

fenomena sintaksis melainkan lebih mencoba membuat arus perspektif

baru tentang konsekuensi Al-Qur‟an secara verbal (sebelum ditulis), dan

Al-Qur‟an setelah ditulis (menjadi teks). Meski demikian, terdapat sedikit

pemaparan tentang rekaman kondisi yang menyebabkan terjadinya

perbedaan antara Usman, dan Aisyah tentang bacaan, dan tulisan Al-

24

Qur‟an.43

Hal tersebut bisa menjadi sebuah wawasan yang menarik untuk

penulis perhatikan. Selain itu, tulisan singkat tersebut diharapkan dapat

menyumbang persepsi ilmiah yang berkaitan dengan penelitian ini.

Berdasarkan uraian di atas, minat dan greget penelitian terhadap

tema bahasan yang akan dikaji oleh penulis belum banyak digandrungi

oleh para intelektual. Kajian-kajian historis mengenai sejarah Al-Qur‟an

sebenarnya telah turut andil berperan dalam melestarikan kajian

orientalisme. Misalnya, karya monumental Orientalis Jerman, Theodore

Nöldeke, “Geschichte des Qurans” (1981), dan karya John Burton “The

Collection of The Qur‟an” (1977). Karya intelektual Muslim yang

merespon kajian sejarah Al-Qur‟an yang dilakukan Orientalis telah

banyak diproduksi. Namun kajian yang spesifik menelaah gramatika Al-

Qur‟an dapat dikatakan dalam kondisi kelangkaan. Hal ini menjadi daya

pacu tersendiri bagi penulis untuk melakukan penelitian ini. Meski

demikian, penulis akan tetap berupaya untuk mencari karya ilmiah,

khususnya penelitian terdahulu. Hal ini perlu diupayakan untuk

menemukan posisi yang tepat di tahap mana sebetulnya penelitian terkait

tema ini berada, serta untuk memperkaya wawasan dalam penelitian ini.

F. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan studi pemikiran Orientalis yang

dikaji melalui teks-teks yang diproduksi. Peneliti akan berhadapan

langsung dengan pelbagai literatur yang dapat menyajikan informasi

43

Amidu Sanni, New Perspective On The Phenomenology Of Error (Lahn) In

Scriptural Qur‟an, 2015, diakses tanggal 25/03/2019, (http://www.ayk.gov.tr/wp-

content/uploads/2015/01/SANNI-Amidu-NEW-PERSPECTIVES-ON-THE-

PHENOMENOLOGY-OF-ERROR-LAHN-IN-SCRIPTURAL-

QUR%E2%80%99%C4%80N.pdf)

25

mengenai objek penelitian.44

Berdasarkan ciri khas tersebut,

penelitian ini termasuk dalam kategori studi literatur (literary review)

atau studi kepustakaan (library research). Oleh sebab itu, inti dari

penelitian ini adalah membaca, menelaah, dan mempelajari kitab,

buku, dan seluruh literatur yang dapat memberikan jawaban bagi

masalah-masalah yang diteliti.

2. Data dan Sumber Data

Data penelitian diambil dari sumber primer, dan sekunder.

Sumber primer dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, pertama,

sumber primer dari karya tulis Orientalis; kedua, sumber primer dari

karya tulis, baik buku, maupun kitab yang ditulis oleh para intelektual

Muslim. Adapun data-data yang diperoleh dari kutipan penulis lain di

bukunya merupakan sumber sekunder yang tidak dapat disebutkan di

sini. Di bagian ini, penulis hanya akan menyebutkan sumber primer

dari karya tulis Orientalis; 1) Artikel John Burton yang berjudul

“Linguistic Errors in The Qur‟an” yang diterbitkan di Journal of

Semitic Studies pada tahun 1988. 2) Pembahasan “The Miracle of The

Qur‟an” dalam buku Ali Dashti yang berjudul “Twenty Three Years:

A Study of Prophetic Career of Muhammad” yang diterbitkan pada

1985. 3) Artikel P. Newton dan M. Rafiqul Haq “The Qur‟an:

Grammatical Errors” yang diterbitkan pada tahun 1996. 4) Tulisan

Zakaria Botros “Tasȃʼulȃt Hawl al-Qurȃn” pada pembahasan pertama

tentang al-Iʻjȃz al-Lughawiy fȋ al-Qurʼȃn. 5) Pembahasan

“Grammatical Question” dalam buku Abdallah Abd Al-Fadi “Is The

Qur‟an Infallible?” yang diterbitkan pada tahun 1995. 6) Buku

“Christ, Muhammad, and I” sub pembahasan “The Miracle of The

44

Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

2008), h. 4

26

Qur‟an” Mohammad Al-Ghazoli. Semua karya tulis Orientalis yang

diperlukan telah penulis dapatkan secara lengkap dalam format pdf,

dan word, kecuali buku Anis Shorrosh “Islam Revealed: A Chrishtian

Arab‟s View of Islam”. Penulis akan meneruskan pembahasan yang

dibutuhkan terkait Anis Shorrosh, seperti latar belakang kehidupan,

dan karya tulisnya tentang Al-Qur‟an. Namun jika karya Anis

Shorrosh tidak penulis dapatkan, maka penelitian terhadap buku

“Islam Revealed: A Chrishtian Arab‟s View of Islam” tidak dapat

penulis paparkan dalam penelitian ini. Oleh sebab itu, nama Anis

Shorrosh, dan bukunya tidak disebutkan di atas.

3. Metode Penelitian

Penentuan metode penelitian yang hendak digunakan

bergantung pada tujuan penelitian. Penelitian yang bertujuan untuk

mendeskripsikan gambaran tentang suatu masalah, fakta, peristiwa,

dan realita secara luas dan mendalam lebih tepat menggunakan

metode kualitatif.45

Karena tujuan penelitian ini sesuai dengan yang

telah diuraikan, maka metode yang digunakan adalah kualitatif.

Penelitian kualitatif bersifat deskriptif sehingga model analisis yang

digunakan adalah analisis isi (content analysis).46

Dalam penelitian

yang bersifat deskriptif, terdapat tiga tahapan yang harus dilalui yaitu

penyediaan data, analisis data, dan penyajian atau perumusan hasil

analisis.47

Salah satu karakteristik penelitian kualitatif yakni manusia

sebagai peneliti secara langsung bertindak sebagai instrumen

45

Conny R. Semiawan, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Grasindo, 2010), h.

67 46

Rancangan penelitian deskriptif mencakup usaha pencatatan, penganalisaan, dan

penginterpretasian atas kondisi yang terjadi pada objek penelitian. Penelitian ini bertujuan

untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta, dan

hubungan antar fenomena yang diteliti. (Moh. Ainin, Metodologi Penelitian Bahasa Arab,

(Malang: Bintang Sejahtera, 2013), h. 71) 47

Mahsun, Metode Penelitian Bahasa: Tahapan, Strategi, Metode, dan Tekniknya,

(Depok: Rajagrafindo Persada, 2017), h. 56

27

penelitian.48

Oleh karena itu, data-data penelitian akan diungkapkan

dalam bentuk deskriptif oleh peneliti yang sekaligus bertanggung

jawab sebagai instrumen penelitian (Human Instrument).

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah dokumentasi. Teknik dokumentasi dilakukan apabila

informasi atau data yang akan dianalisis berupa dokumen, misalnya

buku, jurnal, berita tertulis, majalah, transkrip, dan sejenisnya.49

Terdapat tiga jenis dokumen yang perlu dipertimbangkan untuk

digunakan, yaitu dokumen pribadi, dokumen resmi, dan dokumen

budaya populer.50

5. Analisis Data

Sesuai dengan karakter penelitian kualitatif. Analisis data

menggunakan model interaktif di mana peneliti melakukan analisis

dengan beberapa langkah. Setelah data hasil observasi dikumpulkan,

selanjutnya dilakukan reduksi data. Kemudian penyajian data, dan

penyimpulan data dilakukan secara interaktif.51

Reduksi data

dilakukan untuk mengekstrak informasi sehingga ditemukan konsep

dan hubungan yang esensial. Proses ini dilakukan untuk memisahkan

tema utama, dan pendukung. Setelah melakukan ekstraksi, dan

48

I Wayan Suwendra, Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Ilmu Sosial,

Pendidikan, Kebudayaan, dan Keagamaan, (Bali: Nilacakra, 2018), h. 9 49

Moh. Ainin, Metodologi Penelitian Bahasa Arab, h. 130-131 50

Dokumen pribadi diproduksi oleh individu untuk keperluan pribadi, dan

penggunaannya terbatas. Contoh dokumen pribadi diantaranya surat, buku harian,

otobiografi, dan album foto. Dokumen resmi misalnya memo, buletin, dan file. Sedangkan

dokumen budaya populer diproduksi untuk tujuan komersial, misalnya iklan, program TV,

laporan berita, rekaman audio atau visual. Lihat: Bogdan, dan Biklen, dalam Albi Anggito,

dan Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Sukabumi, Jawa Barat: CV Jejak,

2018), h. 147 51

Ajat Rukajat, Pendekatan Penelitian Kualitatif (Qualitative Research Approach),

(Yogyakarta: Penerbit Deepublish, 2018), h. 36; Asfi Manzilati, Metodologi Penelitian

Kualitatif: Paradigma, Metode, dan Aplikasi, (Malang: UB Press, 2017), h. 87

28

mengkombinasikan informasi menjadi beberapa unit bahasan, maka

data disajikan. Kemudian data tersebut diinterpretasikan, dan

disimpulkan.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang akan digunakan dalam tesis ini terdiri dari

5 (lima) bab, dan tiap bab tebagi dalam beberapa sub bab, yakni:

Bab I Pendahuluan, yang terdiri dari Latar Belakang, Permasalahan:

Identifikasi Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah,

Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Kajian Pustaka,

Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan

Bab II Landasan Teori, yang meliputi penjelasan tentang Orientalisme:

Definisi dan Sejarah, Orientalis dan Kajian Al-Qur‟an, Tuduhan

Inkonsistensi Gramatika Al-Qur‟an

Bab III Kajian Obyek Penelitian, terdiri dari Biografi Orientalis dan

Teorinya; sub bab untuk masing-masing tokoh

Bab IV Analisis Hasil Penelitian, Sanggahan atas Teori “Linguistic

Errors”; sub bab untuk setiap Orientalis dan Teorinya

Bab V Penutup, yang terdiri dari Kesimpulan, dan Saran.

177

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini yaitu, Tuduhan

Inkonsistensi Gramatika Al-Qur’an dalam Diskursus Orientalisme,

dan Sanggahan atas Teori “Linguistic Errors”, sehingga kesimpulan

hasil penelitian tesis ini sebagai berikut:

1. Tuduhan inkonsistensi gramatika Al-Qur’an dalam diskursus

orientalisme dikemukakan dengan memproduksi teori tentang

adanya inkonsistensi gramatika di dalam Al-Qur’an. Sebagian

Orientalis berupaya keras untuk membuktikan teorinya,

sementara mayoritas lainnya hanya turut menyebarkan, dan

membuat tuduhan tak berdasar. Teori “Linguistic Errors” pada

awalnya berisi analisis tentang 3 kasus sintaksis dalam 3 ayat

yang disinggung dalam atsar. Kemudian oleh generasi-generasi

selanjutnya dikembangkan menjadi 28 kasus dalam 27 ayat.

Perkembangan teori tersebut mengalami pergeseran dari

hegemoni tradisi orientalisme Barat sampai kepada dominasi

banyaknya Kritikus dari Timur yang sarat dengan motif

“evangelisme”.

2. Apa yang disebut Orientalis sebagai teori “Linguistic Errors”

adalah produk logika yang salah kaprah. Al-Qur’an adalah

sumber kaidah tata bahasa Arab. Menjadikan kaidah tata bahasa

Arab sebagai standar kebenaran gramatika Al-Qur’an merupakan

logika yang terbalik. Jika terdapat fenomena gramatika yang

berbeda dari kaidah yang telah ada, hal itu akan menjadi kaidah

178

baru atau kaidah khusus. Dengan demikian, tuduhan adanya

inkonsistensi gramatika dalam Al-Qur’an tidak dapat dibuktikan.

B. Saran

Sesungguhnya banyak aspek yang dapat ditelaah lebih mendalam

berangkat dari penelitian ini. Respon umat Islam secara luas terhadap

teori ini belum dikaji oleh penulis. Namun, diantara efek samping

dipopulerkannya teori “Linguistic Errors”, beberapa Muslim terbukti

terpengaruh oleh pandangan Orientalis. Diantara mereka ada yang

memilih mempercayai secara mutlak, kemudian berpindah agama. Selain

itu, terdapat hubungan yang erat antara murtadnya seorang Muslim yang

taat, dengan pengalaman pahit sebagai “korban” aksi ekstrem kanan

Islam. Demikian pula tumbuhnya kebencian pemeluk agama lain terhadap

Islam, besar kaitannya dengan pengalaman-pengalaman buruk akibat aksi

Islam radikal, dan anarkisme yang menimpa pribadi mereka atau orang

terdekatnya. Terakhir, beberapa kritik yang penulis telaah, seringkali

dikutip dari qirȃ’ȃt syadzdzah, dan hanya mengulang penafsiran

intelektual Muslim kenamaan, yang kemudian diputar-balikkan. Dengan

demikian, hal-hal yang penulis sebutkan dapat sebutkan di atas dapat

menjadi informasi untuk ditelaah secara mendalam. Demikian saran-saran

penelitian yang dapat penulis kemukakan berkaitan dengan tema

penelitian ini.

179

DAFTAR PUSTAKA

ʻAbd al-ʻAzȋz, Farȋd, Al-Khilȃf at-Tashrȋfȋ wa Atsaruhȗ ad-Dalȃlȋ fȋ al-

Qur‟ȃn al-Karȋm, Beirut: Dȃr Ibnu al-Jauzȋ, 1427 H/2006 M.

Abdel Haleem, M. A. S, The Qur‟an: A New Translation, New York: Oxford

University Press, 2004.

Abdel Haleem, Muhammad, Exploring the Qur‟an: Context and Impact, New

York: I.B. Tauris & Co. Ltd, 2017.

Abdel Malek, Anouar, “Orientalism in Crisis”, dalam Diogenes: SAGE

Journal, Vol. 11 Issue. 44 1 Dec. 1963.

ʻAbdullȃh, Yusrȋ ʻAbdul Ghanȋ, Dȋwȃn al-Khirniq binti Badr bin Hiffȃn Ukht

Tharafah bin al-ʻAbd: Riwȃyah Abȗ ʻAmr bin al-ʻAlȃ‟, Beirut: Dȃr al-

Kutub al-ʻIlmiyyah, 1410 H/1990 M.

Abdul-Raof, Hussein, New Horizons in Qur‟anic Linguistics: A Syntactic,

Semantic, and Stylistic Analysis, New York: Routledge: 2018.

Abȋ Ḫȃtim, ʻAbd ar-Raḫmȃn, Al-Jarḫ wa at-Taʻdȋl, Beirut: Dȃr al-Kutub al-

ʻIlmiyyah, 1371 H/1952 M.

Abraham, William James, The Logic of Evangelism, Michigan: W.B.

Eerdmans Publishing.Co, 1989.

Abȗ Muḫammad Makkȋ al-Qaisȋ, Musykil Iʻrȃb al-Qur‟ȃn, Jilid I, Beirut:

Muassasah ar-Risȃlah, 1405 H/1984 M.

Ad-Dȃnȋ, Abȗ ʻAmr, Al-Muqniʻ, Riyadh: Dȃr at-Tadmuriyyah, 1431 H/ 2010

M.

Ad-Dȃnȋ, Abȗ ʻAmr, Jȃmiʻ al-Bayȃn fȋ al-Qirȃʻȃt as-Sabʻ, Beirut: Dȃr al-

Kutub al-„Ilmiyyah, 1426H/2005M.

Ad-Darwȋsy, Muḫy ad-Dȋn, Iʻrȃb al-Qur‟ȃn al-Karȋm wa Bayȃnuh, Homs,

Suriah: Dȃr al-Irsyȃd li asy-Syu‟ȗn al-Jȃmiʻiyyah, 1400 H/1980 M.

180

Ad-Dhabbȃr, Bouchaib, “Ittahama al-Muslimȋn bi Ḫubb as-Syudzȗdz al-Jinsȋ

wa Syakkaka fȋ Taʻȃlȋm ad-Dȋn al-Ḫanȋf”, dalam Al-Insȃn al-Jadȋd,

Maroko, 23 November 2007.

Adz-Dzahabȋ Muḫammad bin Aḫmad, Siyaru Aʻlȃm an-Nubalȃ‟, Juz I,

Beirut: Dȃr al-Afkȃr ad-Dauliyyah, 2004.

Ahmed, Zahoor, Essentials of Arabis Grammar for Learning Quranic

Language, Pakistan: Darussalam, 2008.

Ainin, Moh., dan Asrori, Imam, Semantik Bahasa Arab, Malang: Bintang

Sejahtera, 2014.

Ainin, Moh., Fenomena Pragmatik dalam Al-Qur‟an: Studi Kasus terhadap

Pertanyaan, Malang: Misykat, 2010.

Ainin, Moh., Metodologi Penelitian Bahasa Arab, Malang: Bintang

Sejahtera, 2013.

Ajami, Fouad, The Vanished Imam: Musa Al Sadr and The Shia of Lebanon,

New York: Cornel University Press, 1986.

Al-Atsȋr, Ibnu, An-Nihȃyah fȋ Gharȋb al-Ḫadȋts wa al-Atsar, Juz IV, Aleppo:

Al-Maktabah Al-Islȃmiyyah, 1363 H/1963 M.

Al-Afghȃnȋ, Saʻȋd, Fȋ Ushȗl an-Naḫwȋ, Beirut: al-Kutub al-Islȃmȋ, 1407

H/1987 M.

Al-Afghȃnȋ, Saʻȋd, Min Tȃrȋkh an-Naḫwȋ, Beirut: Dȃr al-Fikri, t.t..

Al-Albȃnȋ, Muhammad Nȃshir ad-Dȋn, Silsilah al-Aḫȃdȋts ad-Dhaʻȋfah wa

Atsaruhȃ as-Sayyi‟ fȋ al-Ummah, Juz 14, Riyadh: Maktabah al-

Maʻȃrif, 1425 H/ 2004 M.

Al-Andalȗsȋ, Abȗ Ḫayyȃn, Tafsȋr al-Baḫr al-Muḫȋth, Juz I, Beirut: Dȃr al-

Kutub al-ʻIlmiyyah, 1413 H/1993 M.

Al-Ashfahȃnȋ, Ar-Rȃghib, Al-Mufradȃt fȋ Gharȋb al-Qur‟ȃn, Juz I, tt.p.:

Maktabah Nizȃr Mushthafȃ al-Bȃz, t.t..

181

Al-ʻAsqalanȋ, Ibn Ḫajar Nuzhat an-Nazhr fȋ Taudhȋḫi Nukhbat al-Fikr fȋ

Mushthalaḫi Ahl al-Atsr, Madinah: Maktabah al-Malik Fahd, 1429

H/2008 M.

Al-ʻAsqalanȋ, Ibn Ḫajar Taqrȋb at-Tahdzȋb, Beirut: Al-Resalah Publishers,

1420 H/1999 M.

Al-Aʻzami, M. M., Sejarah Teks Al-Qur‟an, Terjemah oleh Sohirin Solihin

dkk, Jakarta: Gema Insani, 2013.

Al-Baghdȃdȋ, Ibnu as-Sirȃj an-Naḫwȋ, Al-Ushȗl fȋ an-Naḫwȋ, Juz I, Beirut:

Mu‟assasah ar-Risȃlah, 1417 H/1996 M.

Al-Baidlȃwȋ, ʻAbdullȃh bin ʻUmar, Anwȃr at-Tanzȋl wa Asrȃr at-Ta‟wȋl,

Beirut: Dȃr Iḫyȃ‟ at-Turȃts al-ʻArabȋ, 1418 H/1998 M

Al-Baidlȃwȋ, ʻAbdullȃh bin ʻUmar, Anwȃr at-Tanzȋl wa Asrȃr at-Ta‟wȋl,

Beirut: Dȃr Iḫyȃ‟ at-Turȃts al-ʻArabȋ, 1418 H/1998 M.

Al-Fadi Biography, dalam Coast to Coast am with George Noory,

https://www.coasttocoastam.com/guest/fadi-al/60876, diakses tanggal

21/7/2019

Al-Farrȃ‟, Yaḫyȃ bin Ziyȃd, Maʻȃnȋ al-Qur‟ȃn, Juz I, Mesir: Dȃr al-Kutub al-

Mishriyyah, t.t..

Al-Ghazoli, Mohammad, Christ, Muhammad, and I, Ontario: Chick

Publication, 2007.

Al-Ghazoli, Mohammad, Christ, Muhammad, and I, Ontario: Chick

Publication, 2007.

Al-Ḫanafȋ, Ismȃʻȋl bin Muḫammad, Ḫasyiyah al-Qȗnawȋ ʻalȃ Tafsȋr al-Imȃm

al-Baidlȃwȋ, Beirut: Dȃr al-Kutub al-ʻIlmiyyah, 1422 H/ 2001 M.

Al-Hȃsyimȋ, Aḫmad, Al-Qawȃʻid al-Asȃsiyyah lȋ al-Lughah al-ʻArabiyyah,

Beirut: Dȃr al-Fikri, 1354 H/1935 M.

182

Ali Shah, Zulfiqar, Anthropomorphic Depictions of God: The Concept of

God in Judaic, Christian, and Islamic Traditions, Washington: The

International Institute of Islamic Thought, 1433 H/2012 M.

Ali, Mohammad Mohar, The Qur‟ȃn and The Orientalists, Ipswich: Jamʻiyat

Ihyaa‟ Minhaaj Al-Sunnah, 2004.

Al-Jauziyyah, Ibn al-Qayyim, Irsyȃd as-Sȃlik ilȃ Ḫalli Alfiyah Ibn Mȃlik, Juz

2, tt.p.:Adhwȃ‟ as-Salaf, 1419 H/1998 M.

Al-Khathȋb, Abd Al-Lathȋf, Al-Muʻjam Al-Qirȃ‟ȃt, Kairo: Dȃr Sa‟d al-Dȋn,

t.t..

Al-Maḫallȋ, Jalȃl ad-Dȋn, As-Suyȗthȋ, Jalȃl ad-Dȋn, Tafsȋr al-Jalȃlain al-

Muyassar, Beirut: Maktabah Libnȃn Nȃsyirȗn, 2003.

Al-Marzabȃnȋ, Muḫammad bin ʻUmar, Asyʻȃr an-Nisȃ‟, Baghdad: ʻȂlam al-

Kutub, 1369 H/1976 M.

Al-Muʻjam al-Wasȋth, Mesir: Maktabah as-Syurȗq ad-Dauliyyah, 1425

H/2004 M.

Al-Mukhtȃr, Muḫammad, Tȃrȋkh an-Naḫw al-ʻArabȋ fȋ al-Masyriq wa al-

Maghrib, Beirut: Dȃr al-Kutub al-ʻIlmiyyah, 1429 H/2008 M.

Al-Qȃsim bin Salȃm, Abȗ ʻUbaid, Fadhȃ‟il Al-Qur‟ȃn, Juz II, Maroko:

Mathbaʻah Fadhȃlah, 1415 H/1995 M.

Al-Qaththȃn, Mannȃʻ, Mabȃḫits fȋ ʻUlȗm Al-Qur‟ȃn, Kairo: Maktabah

Wahbah, 2000.

Al-Qaththȃn, Mannȃʻ, Mabȃḫits fȋ ʻUlȗm al-Qur‟ȃn, Terjemah Oleh

Mudzakir AS., Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2012.

Al-Qurthubȋ, Muḫammad, Al-Jȃmiʻ li Aḫkȃm al-Qur‟ȃn, Juz XXII, Beirut:

Muassasah ar-Risȃlah, 1427 H/2006 M.

Al-Saffee, Al-Mahdy, The True Furqan, Enumclaw, Washington: WinePress

Publishing, 1999.

183

Al-ʻUkbarȋ, At-Tibyȃn fȋ Iʻrȃb al-Qur‟ȃn, Heliopolis (Masr Al Jadidah): ʻȊsȃ

al-Bȃbȋ al-Ḫalabȋ wa Syarakȃh, 1396 H/1976 M

Amal, Taufik Adnan, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur‟an, Jakarta: Pustaka

Alvabet, 2013.

An-Naḫḫȃs Abȗ Jaʻfar, Iʻrȃb al-Qur‟ȃn, Beirut: Dȃr al-Maʻrifah, 1429

H/2008 M.

An-Nasafȋ, ʻAbdullȃh bin Aḫmad, Madȃrik at-Tanzȋl wa Ḫaqȃ‟iq at-Ta‟wȋl,

tt.p.: Maktabah Nizȃr Mushthafȃ al-Bȃz, t.t..

App, Urs, The Birth of Orientalism, Philadelphia: University of Prnnsylvania

Press: 2010.

Armas, Adnin, Metodologi Bibel dalam Studi Al-Qur‟an: Studi Kritis,

Depok: Gema Insani, 2007.

Ar-Rȃzȋ, Fakhr ad-Dȋn, At-Tafsȋr al-Kabȋr, Beirut: Dȃr al-Fikri, 1401 H/1981

M.

As-Shȃbȗnȋ, Muḫammad ʻAlȋ, At-Tibyȃn fȋ ʻUlȗm al-Qur‟ȃn, Mekkah: Dȃr

al-Kutub al-Islȃmiyyah, 1424 H/2003 M.

As-Shȃbȗnȋ, Muḫammad ʻAlȋ, Shafwah at-Tafȃsir, Beirut: Dȃr al-Qur‟ȃn al-

Karȋm, 1402 H/1981 M.

As-Sijistȃnȋ, Ibn Abȋ Dȃwud, Al-Mashȃḫif, Juz I, Dȃr al-Basyȃ‟ir al-

Islȃmiyyah, 1423 H/2002 M.

As-Suyȗthȋ, Jalȃl ad-Dȋn, Al-Itqȃn fȋ ʻȗlȗm Al-Qur‟an, Juz II, Jakarta: ad-Dȃr

al-ʻȂlamiyyah, 1437 H/2017 M.

As-Suyȗthȋ, Jalȃl ad-Dȋn, Lubȃb an-Nuqȗl fȋ Asbȃb an-Nuzȗl, Beirut:

Muassasah al-Kutub ats-Tsaqȃfiyyah, 1422 H/2002 M.

As-Syȃfiʻȋ, ʻAbdullȃh al-Hararȋ, Tafsȋr Ḫadȃiq ar-Rauḫ wa ar-Raiḫȃn fȋ

Rawȃbȋ ʻUlȗm al-Qur‟ȃn, Makkah: Dȃr Thauq an-Najȃh, 1421

H/2001 M.

184

As-Syawkȃnȋ, Muḫammad bin ʻAli bin Muḫammad, Fatḫ al-Qȃdir: al-

JȃmiʻBaina ar-Riwȃyah wa ad-Dirȃyah fȋ ʻIlm at-Tafsȋr, Beirut: Dȃr

al-Maʻrifah, 1428 H/2007 M.

At-Thabarȋ, Ibnu Jarȋr, Jȃmiʻ al-Bayȃn ʻan Ta‟wȋli Ȃy al-Qur‟ȃn, Juz I,

Beirut: Muassasah ar-Risȃlah, 1415 H/1994 M.

At-Thabarsȋ, Al-Fadl bin Ḫasan, Majmaʻ al-Bayȃn fȋ Tafsȋr al-Qur‟ȃn,

Beirut: Dȃr al-Maʻrifah, 1408 H/1988 M

Az-Zajjȃj, Iʻrȃb al-Qur‟ȃn , Jilid I, Beirut: Dȃr al-Kutub al-Libnȃnȋ, tt..

Az-Zamakhsyarȋ, Maḫmȗd bin ʻUmar, Tafsȋr al-Kassyȃf, Beirut: Dȃr al-

Maʻrifah, 1430 H/2009 M.

Az-Zayadi, Muhammad Fathullah, Zhȃhirah Intisyȃr Al-Islȃm Wa Mauqif

Baʻdh Al-Mustasyriqȋna Minhȃ, Tripoli:Al-Mansya‟ah Al-„Ȃmmah li

an-Nasyr wa at-Tauzȋʻ, 1983.

Babti, ʻAzizah Fawwal, Al- Muʻjam al-Mufasshal fȋ an-Naḫw al-ʻArabȋ, Juz

II, Beirut: Dȃr al-Kutub al-ʻIlmiyyah, 2017.

Bamba, Adama, Asȃmȋ al-Aḫȃdȋts an-Nabawȋ fȋ Mashȃdir at-Turȃts as-

Syarʻȋ”, Beirut: Dȃr al-Kutub al-ʻIlmiyyah, 2010.

Bamba, Adama, Al-Mustasyriqȗn wa Daʻwȃ al-Akhthȃ‟ fȋ al-Qur‟ȃn al-

Karȋm, Beirut: Dȃr al-Kutub al-„Ilmiyyah, 2013.

Bamba, Adama, Asmȃ‟ Al-Qur‟ȃn al-Karȋm wa Asmȃ‟ Suwarihȋ wa Ȃyȃtihȋ”,

Dubai: Almajid Centre, 2009.

Bannister, Andrew G., An Oral-Formulaic Study of The Qur‟an, New York:

Lexington Books, 2014.

Banoe, Pono, Kamus Musik, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2003.

Bays, Patricia, This Anglican Church of Ours, Canada: World Lake

Publishing Inc., 2012.

185

Bȃzmȗl, Muḫammad bin ʻUmar bin Sȃlim, “Al-Qirȃ‟ȃt wa Atsaruhȃ fȋ at-

Tafsȋr wa al-Aḫkȃm”, Disertasi, Jȃmiʻah Umm al-Qurȃ, 1412 H/1993

M, Tidak diterbitkan (t.d).

Bellamy, James A., More Proposed Emendations to The Text of The Koran,

Vol. 116 No. 2 Apr. – Jun. 1996.

Bellamy, James A., Some Proposed Emendations to The Text of The Koran,

Vol. 113 No. 4 Oct. – Dec. 1993.

Bogdan, dan Biklen, dalam Anggito, Albi dan Setiawan, Johan, Metodologi

Penelitian Kualitatif, Sukabumi, Jawa Barat: CV Jejak, 2018.

Bosch, David J., Transformasi Misi Kristen: Sejarah Teologi Misi yang

Mengubah, dan Berubah, Terjemah oleh Stephen Seleeman, Jakarta:

PT BPK Gunung Mulia, 2006.

Botros, Zakaria, Tasȃʼulȃt ḫawl Al-Qur‟ȃn, www.fatherzakaria.com, diakses

19/3/2019.

Breckenridge, Carol A., Veer, Peter van der, (ed.), Orientalism and The

Postcolonial Predicament: Perspectives on South Asia, Philadelphia:

University of Pennsylvania Press, 1993.

Briggs, Asa dan Burke, Peter, Sejarah Sosial Media: Dari Gutenberg sampai

Internet, Terjemah oleh A. Rahman Zainuddin, Jakarta: Yayasan

Pustaka Obor Indonesia, 2006

Brisard, Frank, Östman, Jan-Ola, Verschueren, Jef, (ed.), Grammar, Meaning

and Pragmatics, Philadelphia: John Benjamin Company, 2009.

Burton, John, “Linguistic Errors in The Qur‟an”, dalam Journal of Semitic

Studies, Vol. XXXIII Issue 2 1 October 1988.

Burton, John, The Collection of The Qur‟an, Cambridge: Cambridge

University Press: 1977.

Cassandra, Thirty-Three Secrets Arab Men Never Tell American Women,

Philadelphia: Xlibris Publishing, 2008.

186

Chaer, Abdul, Linguistik Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 2014.

Chisholm, Hugh, (ed.), Encyclopædia Britannica, Cambridge: Cambridge

University Press, 1911.

Chryssides George D.,. Wilkins, Margaret Z, Christian in The 21st Century,

New York: Routledge, 2014.

Coughlan, Sean, Oldest Koran Fragments Found in Birmingham University,

22 Juli 2015, https://www.bbc.com/news/business-33436021, diakses

tanggal 14/7/2019.

D. Hidayat, Al-Balȃghah li al-Jamȋʻ wa al-Syawȃhid min Kalȃm al-Badȋʻ,

Semarang: Toha Putra, t.t..

Daouia, Zilmi, “Orientalists Claims about The Existence of Linguistic Errors

in The Qur‟an (Analytical and Critical Study)”, Tesis, Jȃmiʻah

Aljazair, 2014/2015, Tidak Diterbitkan (t.d).

Dashti, Ali, Twenty Three Years: A Study of The Prophetic Career of

Mohammad, Terjemah oleh F.R.C.Bagley, California: Mazda

Publishers, 1985.

David J.A. “The New Literary Criticism” dalam J. Cherly Exum, (ed.), The

New Literary Criticism and The Hebrew Bible, Sheffield: JSOT Press,

1993.

Davis, Brian Lee, Qaddafi: Terrorism, and The Origins of The U.S Attack on

Libya, New York: Greenwood Press, Inc., 1990.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat

Bahasa, 2008.

Devaney, Robert A. et.al., The Yearbook of Experts, Authorities &

Spokespersons, Vol. XXV No. II, Washington DC: Broadcast

Interview Source, Inc., 2006.

Dodson, Michael S., Orientalism, Empire, and National Culture, New York:

Palgrave Macmillan, 2007.

187

Doner, Fred M., Muhammad dan Orang Beriman: Asal Usul Islam, Terjemah

oleh Syafaatun Almirzanah, Jakarta: Gramedia, 2015.

Doner, Fred M., The Qur‟an In Recent Scholarship: Challenges and

Desiderata, dalam The Qur‟an In Its Historical Context, New York:

Routledge, 2008.

Dukes, Kais, et.al, Syntactic Annotation Guidelines for The Qur‟anic Arabic

Dependency Treebank, University Of Leeds, 2010.

Ernst, Carl W., How to Read The Qur‟an: A New Guide with Select

Translation, North Carolina: University of North Carolina Press,

2011.

Esposito, John L., (ed.), The Oxford Dictionary of Islam, Oxford: Oxford

University Press, 2003.

Everett M. Rogers, Communication Technology: The New Media in Society,

New York: The Free Press, 1986.

Fathoni, Ahmad, Kaidah Qirȃ‟ȃt Tujuh, Jakarta: Yayasan Bengkel Metode

Maisura, 2016

Fathoni, Ahmad, Kaidah Qiraat Tujuh 1 & 2, Tangerang Selatan: Yayasan

Bengkel Metode Maisura, 2016.

Fathoni, Ahmad, Tuntunan Praktis 101 Maqra‟ Qira‟at Mujawwad & al-

Kalimȃt al-Farsyiyyah Riwayat al-Dȗriy dan as-Sȗsiy, Jilid II,

Tangerang Selatan: Wasa Printing, 2016.

Fathoni, Ahmad, Tuntunan Praktis 99 Maqra‟ Qira‟at Plus al-Kalimȃt al-

Farsyiyyah Mujawwad & Murattal Riwayat al-Bazziy dan Qunbul,

Tengerang Selatan: Cipta Media, 2016.

Gellately, Robert, Lenin, Stalin, dan Hitler: Era Bencana Sosial, Terjemah

oleh: Rina Buntaran dkk, Jakarta: Gramedia, 2007.

Gibbs, Eddie, Kepemimpinan Gereja Masa Mendatang, Jakarta: Gunung

Mulia, 2010.

188

Grenz, Sanley J., The Baptist Congregation: A Guide to Baptist Belief and

Practice, Canada: Regent College Publishing, 2002.

Grundler, Beatrice, The Development of The Arabic Script, Atlanta, Georgia:

Scholars Press, 1993.

Grysa, Bartłomiej, Życie, działalność i wkład wielebnego Zakarijji Buṭrosa w

dialog z islamem, Poznan, Polandia: Adam Mickiewicz University,

2009.

Guidère, Mathieu, Historical Dictionary of Islamic Fundamentalism,

Plymouth, UK: The Scarecrow Press, Inc., 2012.

Hallowell, Billy, Ex-Moslem Author: Koran‟s Demand “Jihad” & Teaches

Believers to “Hate” Christians and Jews, 2011,

https://www.theblaze.com/news/2011/09/13/ex-muslim-author-koran-

demands-jihad-teaches-believers-to-hate-christians-and-jews, diakses

tanggal 25/03/2019.

Hamid, Abdul, Pengantar studi Al-Qur‟an, Jakarta: Prenadamedia Group,

2016.

Hamid, Nasr, Tekstualitas Al-Qur‟an: Kritik Terhadap „Ulumul Qur‟an,

Terjemah oleh Khoiron Nahdliyyin, Yogyakarta: IRCiSoD, 2016.

Hanegraaff, Hank, Muslim: What You Need to Know about The World‟s

Fastest Growing Religion, Nashville: W Pubishing Group, 2017.

Ḫasan, ʻAbbȃs, An-Naḫw al-Wȃfȋ, Kairo: Dȃr al-Maʻȃrif, t.t..

Hoffmann, Thomas, dan Trousdale, Graeme, (ed.), The Oxford Handbook of

Construction Grammar, Oxford: Oxford University Press, 2013.

http://africanulama.org, diakses tanggal 17/7/2019.

http://africanulama.org/blog/2017/01/04/ الإفريقية-للقضايا-العميق-التحليل , diakses

tanggal 17/7/2019.

http://www.fatherzakaria.com/, diakses tanggal 21/7/2019.

189

https://www.birmingham.ac.uk/facilities/cadbury/birmingham-quran-

mingana-collection/mingana-collection/index.aspx, diakses tanggal

14/7/2019.

https://www.soas.ac.uk/staff/staff30518.php, diakses tanggal 16/09/2019.

Iain McLean, Alistair McMillan, (ed.), The Concise Oxford Dictionary of

Politics, Third Edition, Oxford: Oxford University Press, 2009

Ibnu Al-Khathȋb, Al-Furqȃn, Beirut: Dȃr al-Kutub al-ʻIlmiyyah, tanpa tahun

t.t..

Ibnu ʻAqȋlah, Az-Ziyȃdah wa al-Ihsȃn fȋ ʻUlȗm al-Qur‟ȃn, Juz I, Sharjah,

UEA: University of Sharjah, 2006.

Ibnu Jinnȋ, Sirru Shinȃʻat al-Iʻrȃb, Juz I, Damaskus: Dȃr al-Qalam, 1413

H/1993 M.

Ibnu Khȃlwaih, Mukhtashar fȋ Syawȃdzdz Al-Qur‟ȃn min Kalȃm al-Badȋʻ,

Kairo: Maktabah al-Mutanabbȋ, t.t..

Ibnu Qutaibah, As-Syiʻr wa as-Syuʻarȃ‟, Juz I, Kairo: Dȃr al-Maʻȃrif, 1377

H/1958 M.

Ibnu Warraq, Why I Am Not A Moslem, New York: Prometheus Books, 1995.

Ibrȃhȋm, ʻAbd al-Munʻim, Mughnȋ al-Murȋd: al-Jȃmiʻ li Syurȗḫ Kitȃb at-

Tauḫȋd li Syaikh al-Islȃm Muḫammad bin ʻAbd al-Wahhȃb, Riyadh:

Maktabah Nizȃr Mushthafȃ al-Bȃz, 1420 H/2000 M.

Ibrahim, Raymond, Crucified Again: Exposing Islam‟s New War on

Christians, Washington DC: Regnery Publishing INC., 2013.

Idri, Hadis dan Orientalis, Depok: PT. Balebak Dedikasi Prima, 2017.

Jeffery, Arthur, The Foreign Vocabulary of The Qur‟an, Baroda, India:

Oriental Institute, 1938.

Jeffery, Arthur, The Qur‟an as Scripture, New York: R.F. Moore Co., 1952.

190

Juang, Richard M., Morrissette, Noelle, (ed.), Africa and The Americas:

Culture, Politics, and History, Vol. I, California: ABC-CLIO, Inc.,

2008.

Kentjono, Djoko, Dasar-dasar Linguistik Umum, Depok: Fakultas Sastra UI,

1990.

Kercher, Bruce, “Radhika Singha, A Despotism of Law: Crime and Criminal

Justice in Early Colonial India”, dalam Louis A. Knafla, (ed.), Crime,

Punishment, and Reform in Europe, Vol. 18, Westport, Connecticut,

USA: Greenwood Publishing Group, 2003.

Kilpatrick, William, Christianity, Islam, and Atheism: The Struggle for The

Soul of The West, San Francisco: Ignatius Press, 2000.

Kithcart, David, “A Jihadist Overcome by The Love of Jesus”, dalam CBN

News, http://www1.cbn.com/700club/jihadist-overcome-love-jesus,

diakses tanggal 21/7/2019.

Light, Jonathan, “Amazing Grace Amid Profound Controversy”, dalam

Dearborn Free Press, 31 Agustus 2010,

https://www.dearbornfreepress.com/2010/08/31/amazing-grace-amid-

profound-controversy/, diakses tanggal 16/09/2019.

Lutzer, Erwin W., When A Nation Forgets God: 7 Lessons We Must Learn

From Nazi Germany, Chicago: Moody Publishers, 2010.

Luxenberg, Christoph, The Syro-Aramaic Reading of The Koran: A

Contribution to the Decoding of the Language of the Koran, ed. Tim

Mücke, Berlin: Verlag Hans Schiler, 2007.

Macfie, Alexander Lyon, Orientalism, New York: Routledge, 2002.

Mahsun, Metode Penelitian Bahasa: Tahapan, Strategi, Metode, dan

Tekniknya, Depok: Rajagrafindo Persada, 2017.

Manzilati, Asfi, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma, Metode, dan

Aplikasi, Malang: UB Press, 2017.

191

Marston, Daniel, The Indian Army and The End of The Raj, Cambridge:

Cambridge University Press, 2014.

Meyer, Michael, (ed.), Word & Image in Colonial and Postcolonial

Literatures and Cultures, New York: Rodopi, 2009.

Michell, George, (ed.), dalam “John Burton-Page:An Introduction”, Indian

Islamic Architecture: Forms and Typologies, Sites and Monuments,

Leiden: Koninkklijke Brill NV, 2008.

Miller, Duane Alexander, Living Among The Breakage: Contextual

Theology-Making and Ex-Muslim Christians, Eugene, Oregon:

Pickwick Publications, 2016.

Mingana, Alphonse, “Syriac Influence On The Style Of The Kur‟an”, dalam

Bulletin of the John Rylands Library, vol. 11, London: Manchester

University Press, 1927.

Moshay, G.J.O., Anatomy of The Qur‟an, Ontario, Chich Publications, 2007.

Muʻammar, M. Arfan, dkk, Studi Islam Kontemporer Perspektif

Insider/Outsider, Yogyakarta: IRCiSoD, 2017.

Muḫammad Syaraf, Jamȃl ad-Dȋn, Musḫaf as-Shaḫȃbah fȋ al-Qirȃȃt al-ʻAsyr

al-Mutawȃtirah min Tharȋq as-Syȃthibiyyah wa ad-Durrah, Tanta:

Dȃr as-Shaḫȃbah lȋ at-Turȃts, 1425 H/2004 M.

Muhammad, Abdullah, Tafsir Ibnu Katsir, Terjemah oleh M. Abdul Ghoffar

dkk, Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi‟i, 2004.

Muḫammad, Aḫmad Saʻd, At-Taujȋh al-Balȃghȋ li al-Qirȃ‟ȃt al-Qur‟ȃniyyah,

Kairo: Maktabah al-Ȃdab, 1418 H/1997 M

Muir, Sir William, The Life of Mahomet, London: Smith Elder & Co, 1878.

Murad, Yahya, Iqtirȃ‟ȃt Al-Mustasyriqȋn „Alȃ Al-Islȃm Wa Ar-Radd „Aiaihȃ,

Beirut: Dȃr al-Kutub al-ʻIlmiyyah, 2004.

192

Mȗsȃ, Muḫammad bin Ḫasan bin ʻAqȋl, Iʻjȃz Al-Qur‟ȃn baina al-Imȃm as-

Suyȗthȋ wa al-ʻUlamȃ‟, Jedah: Dȃr al-Andalus al-Khadhrȃ‟, 1417 H/

1997 M.

N. Hanif, Islam and Modernity, New Delhi: Sarup & Sons, 1997.

Newton, P., dan Haqq, M. Rafiqul, The Qur‟an: Grammatical Errors, 1996,

https://www.answering-islam.org/authors/newton.html, diakses

tanggal 19/3/2019.

Nicholson, David, “Debates Look at Islam, Christianity”, dalam Daily Press,

15 Maret 2008, https://www.dailypress.com/news/dp-xpm-20080315-

2008-03-15-0803140096-story.html, diakses tanggal 16/09/2019.

Nöldeke Theodore, et. al., The History of The Qurȃn, Leiden: Koninklijke,

2013.

Obituaries: Dr. Anis Shorrosh,

https://obits.al.com/obituaries/mobile/obituary.aspx?n=anis-

shorrosh&pid=189016503&fhid=18121, diakses tanggal 21/7/2019.

Penacchio, Catherine, Lexical Borrowing In The Qur‟an: The Problematic

Aspects of Arthur Jeffery‟s List, Terjemah oleh Judith Grumbach,

(https://journals.openedition.org/bcrfj/6643), diakses pada 25/03/2019

Persatuan Islam (Indonesia), Risalah, Vol. 32, Yayasan Risalah Pers, 1994.

Qabȃwah, Fakhr ad-Dȋn, Iʻrȃb al-Jumal wa Asybȃh al-Jumal, Halab: Dȃr al-

Qalam al-ʻArabiyyah, 1392 H/1972 M.

Rakhmat, Jalaluddin, Psikologi Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosda

Karya, 2007.

Razi, Fakhrur, “Tinjauan Kritik terhadap Teori Abdallah Abd Al-Fadi

tentang Kesalahan Sintaksis Arab dalam Al-Qur‟an (Studi Deskriptif

terhadap Teori Abdallah Abd Al-Fadi tentang Kesalahan Sintaksis

Arab dalam Al-Qur‟an)”, Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia

(UPI), 2017. Tidak Diterbitkan (t.d).

193

Reynolds, Gabriel Said, Introduction: Quranic Studies and Its Controversies,

dalam The Qur‟an In Its Historical Context, New York: Routledge,

2008.

Rukajat, Ajat, Pendekatan Penelitian Kualitatif: Qualitative Research

Approach, Yogyakarta: Penerbit Deepublish, 2018.

Sabbath, Roberta Sterman, (ed.), Sacred Tropes: Tanakh, New Testament,

and Qur‟an as Literature and Culture, Leiden: Koninklijke Brill NV,

2009.

Saeed, Abdullah, Islamic Thought: An Introduction, Canada: Routledge,

2006.

Said, Edward, Orientalisme, Terjemah oleh Ahmad Fawaid, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2016.

Said, Hasani Ahmad, “Potret Studi Al-Qur‟an di Mata Orientalis”, dalam

Jurnal At-Tibyan, Vol. 3 No. 1 Juni 2018.

Sale, George, The Koran: Commonly Called The Alcoran of Mohammed,

Philadelphia: J.W. Moore, 1856.

Sanni, Amidu, New Perspective On The Phenomenology Of Error (Lahn) In

Scriptural Qur‟an, 2015, (http://www.ayk.gov.tr/wp-

content/uploads/2015/01/SANNI-Amidu-NEW-PERSPECTIVES-

ON-THE-PHENOMENOLOGY-OF-ERROR-LAHN-IN-

SCRIPTURAL-QUR%E2%80%99%C4%80N.pdf)

Savage, Michael, The Enemy Within: Saving America from The Liberal

Assault on Our Schools, Faith, and, Military, Nashville: Thomas

Nelson Inc., 2003.

Sawma, Gabriel, The Qur‟an: Misinterpreted, Mistranslated, And Misread:

The Aramaic Language of the Qur‟an, Washington D.C.: Adi Books,

2006.

Semiawan, Conny R., Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: Grasindo, 2010.

194

Shihab, M. Quraish, “Orientalisme”, Jurnal Studi Al-Qur‟an, Vol. 1 No. 2

2006.

Shihab, M. Quraish, dalam Taufik Adnan Amal, Kata Pengantar:

Rekonstruksi Sejarah Al-Qur‟an, Jakarta: Pustaka Alvabet, 2013.

Smalley, Beryl, The Study of The Bible in The Midle Ages, London: Oxford

University Press, 1983.

Sorensen, David R., Kinser, Brent E., (ed.), On Heroes, Hero Worship, and

the Heroik in History: Thomas Carlyle, London: Yale University

Press, 2013.

Stevenson, Angus (ed.), Oxford Dictionary of English, Third Edition,

Oxford: Oxford University Press, 2010

Sullivan, Kimberly L., Muammar al-Qaddafi‟s Libya, Minneapolis, USA:

Lerner Publishing Group, Inc., 2009.

Suwendra, I Wayan, Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Ilmu Sosial,

Pendidikan, Kebudayaan, dan Keagamaan, Bali: Nilacakra, 2018.

Syaʻrȃwȋ, Muḫammad Mutawallȋ, Tafsȋr as-Syaʻrȃwȋ, Jilid VII, Kairo:

Akhbȃr al-Yaum, 1991.

Team STFT Surya Agung Bumi Bandung, Damai Bagimu: Katekismus

Katolik, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1977.

Thabl, Ḫasan, Uslȗb al-Iltifȃt fȋ al-Balȃghah al-Qur‟ȃniyyah, Kairo: Dȃr al-

Fikr al-ʻArabȋ, 1418 H/1998 M.

Thomas, Meghan C., “Orientalism: Cultural Field Study”, dalam

Encyclopaedia Britannica,

https://www.britannica.com/science/Orientalism-cultural-field-of-

study, akses 19/7/2019.

Tidjani, Amnah, “Klarifikasi Al-Darwish atas Pandangan Orientalis tentang

Kontradiksi Ayat Al-Qur‟an dengan Kaidah Naḫw”,

195

Mutawatir:Jurnal keilmuan Al-Qur‟an dan Hadis, Vol. IV No. 1 Juni

2014.

ʻUmar, Ahmad Mukhtȃr, Asasu ʻIlmi al-Lughah, Kairo: ʻȂlam al-Kutub,

1419 H/1998 M.

ʻUtsmȃn, Muḫammad Ḫasan, Iʻrȃb al-Qur‟ȃn wa Bayȃn Maʻȃnȋhi, Jilid II,

Kairo: Dȃr ar-Risȃlah, 1423 H/2003 M.

Wafi, Ali Abdul Wahid, „Ilm Al-Lughah, Kairo: Nahdet Misr Publishing,

2004.

Yamanaka, Yuriko, dan Nishio, Tetsuo, Arabian Nights and Orientalism:

Perspectives from East and West, New York: I.B. Tauris & Co Ltd,

2006.

Zed, Mestika, Metode Penelitian Kepustakaan, Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia, 2008.

Zwemer, S. M., Translations of the Koran, Vol V, The Moslem World, 1915.