rumah profasdffesi
DESCRIPTION
dsfasfasdfafaTRANSCRIPT
STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR II
RUMAH TINGGAL DOSEN ARSITEKTUR
Di Jalan Ki Hajar Dewantara, Surakarta
DOSEN PEMBIMBING:
Ir. MDE Purnomo, M.T
Kelompok:
Beny Putra K (I0213020)
Carissa Indraeni K (I0213022)
Darumas Rismanu Andang (I0213025)
Endah Retno D (I0213029)
Fauziah Prabarini (I0213032)
Imaduddin Zakky (I0213037)
Intan Salamina (I0213038)
Iqbal Nurhidayat (I0213039)
Irwanda Restu H P (I0213040)
Ishmah Afifah (I0213041)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. DEFINISI
1. PENGERTIAN
RUMAH
- Rumah ru.mah [n] (1) bangunan untuk tempat tinggal; (2) bangunan
pada umumnya (seperti gedung) (Kamus KBBI)
- Rumah dalam arti umum, rumah adalah bangunan yang
dijadikan tempat tinggal selama jangka waktu tertentu. Dalam arti khusus, rumah
mengacu pada konsep-konsep sosial-kemasyarakatan yang terjalin di dalam
bangunan tempat tinggal, seperti keluarga, tempat bertumbuh, makan, tidur,
beraktivitas, dll. (Wikipedia, 2012)
- Rumah adalah bangunan untuk tempat tinggal (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 966:2003).
- Dalam pengertian yang luas, rumah bukan hanya sebuah bangunan
(struktural), melainkan juga tempat kediaman yang memenuhi syarat-syarat
kehidupan yang layak, dipandang dari berbagai segi kehidupan masyarakat.
Rumah dapat dimengerti sebagai tempat perlindungan, untuk menikmati
kehidupan, beristirahat, dan bersuka ria bersama keluarga. Di dalam rumah,
penghuni memperoleh kesan pertama dari kehidupannya di dunia ini. Rumah
harus menjamin kepentingan keluarga, yaitu untuk tumbuh, member
kemungkinan untuk hidup bergaul dengan tetangganya, dan lebih dari itu, rumah
2
harus memberi ketenangan, kesenangan, kebahagiaan, dan kenyamanan pada
segala peristiwa hidupnya. (Frick, 2006:1)
- Rumah merupakan sebuah bangunan, temoat manusia tinggal dan
melangsungkan kehidupannya. Disamping itu rumah juga merupakan tempat
berlangsungnya proses sosialisasi pada saat seorang individu diperkenalkan
kepada norma dan adat kebiasaan yang berlaku di dalam suatu masyarakat. Jadi,
setiap perumahan memiliki nilai yang berlaku bagi warganya. Sistem nilai
tersebut berbeda antara satu perumahan dengan perumahan yang lain, tergantung
pada daerah ataupun keadaan masyarakat setempat. (Sarwono dalam Budihardjo,
1998:148)
- Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau
hunian dan sarana pembinaan keluarga. (UU No.4 Tahun 1992 tentang
Perumahan dan Pemukiman)
DOSEN ARSITEKTUR
Dosen adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu
pengetahuan kepada anak didik di sekolah. Dosen adalah orang yang
berpengalaman dalam bidang profesinya. Dengan keilmuan yang yang
dimilikinya, dia dapat menjadikan anak didik menjadi orang yang cerdas.
(Djamarah, 2006)
Dosen Arsitektur adalah tenaga pendidik yang berpengalaman di bidang
arsitektur.
3
2. RUMAH TINGGAL UNTUK DOSEN ARSITEKTUR
Rumah tinggal untuk dosen arsitektur yang akan didesain merupakan
sebuah desain rumah tinggal yang menampung segala aktifitas yang diperlukan
oleh penggunanya yang berlokasi di Jalan Ki Hajar Dewantara. Secara
keseluruhan rumah dosen arsitektur adalah tempat berlindung manusia dari
keadaan luar, tempat berkumpul bagi keluarga, juga sebagai sarana yang mampu
mewadahi aktivitas atau kegiatan yang lebih spesifik seseorang yang mempunyai
pekerjaan sebagai dosen arsitektur.
3. RANCANGAN RUMAH TINGGAL
Rumah yang akan dirancang adalah rumah tinggal yang nyaman, indah,
aman,dan memberikan suasana refresing dari aktivitas diluar rumah bagi
penggunanya.
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Kebutuhan primer manusia terdiri atas pangan, sandang, dan papan. Ketika
kebutuhan akan pangan dan sandang telah terpenuhi, manusia membutuhkan sebuah
rumah tinggal untuk memenuhi kebutuhan papannya. Kebutuhan akan rumah tinggal ini
tidak hanya untuk kebutuhan perseorangan tetapi juga merupakan sebuah kebutuhan
primer dari sebuah keluarga.
Keluarga membutuhkan tempat tinggal untuk berlindung dan berkumpul
bersama keluarga. Sebuah tempat tinggal dapat berupa rumah pribadi yang mewadahi
semua aktivitas sehari-hari seperti makan, minum, tidur, kebutuhan metabolisme dan
lainnya. Sebuah rumah tinggal yang baik mempunyai program ruang yang dapat
menunjang segala aktivitas didalamnya.
4
Sebuah rumah tinggal juga berfungsi untuk melepas kepenatan dari aktivitas
pekerjaan setiap penghuninya, rumah tinggal merupakan tempat bagi kita beristirahat,
karena itu, suasana dari sebuah rumah tinggal harus memiliki kenyamanan dan
kehangatan yang kuat.
Perancangan rumah tinggal disesuaikan dengan karakteristik pemilik dari rumah
tinggal tersebut, dalam hal ini pemilik rumah tinggal berprofesi sebagai dosen arsitektur.
Maka dari itu desain rumah disesuaikan dengan kebutuhan penggunanya yang memiliki
profesi sebagai dosen arsitektur. Rancangan rumah tersebut dimungkinkan mampu
mewadahi kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan dari pemilik rumah tersebut.
Rumah tinggal ini tidak hanya untuk beristirahat setelah lelah bekerja, tetapi juga
sebagai tempat untuk mengeksplor ide-ide baru bagi dosen arsitektur, menyiapkan materi
perkuliahan bagi dosen arsitektur dan dosen ekonomi, dan untuk belajar bagi kedua anak
(laki-laki dan perempuan) . Sehingga, rumah tinggal ini membutuhkan sebuah ruang kerja
dan ruang belajar untuk penggunanya yang nyaman atau sesuai dengan keinginan
penggunanya.
Rumah tinggal dapat dibangun di daerah tropis seperti misalnya di Indonesia.
Dengan ciri tingkat kelembaban yang cukup tinggi, curah hujan cukup tinggi, sinar
matahari panas, dan memiliki suhu lingkungan 260-310. Pada daerah tropis ini terdapat
ragam rumah tinggal di tengah perkotaan maupun di pinggir perkotaan tentunya dengan
karakteristik lingkungan spesifik yang berbeda. Seperti yang kita ketahui, rumah yang
letaknya di tengah kota memiliki tingkat kesibukan dan kebisingan lingkungan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan pinggiran.
Rumah tinggal bagi dosen arsitektur yang akan dirancang yaitu sebuah rumah
tinggal dengan konsep rumah tropis modern, yang berfungsi sebagai tempat istirahat bagi
5
pemiliknya yang mempunyai kesibukan padat dengan mengajar di jurusan Arsitektur.
Konsep ini digunakan karena rumah tinggal ini terletak di daerah tropis. Desain rumah
tinggal ini akan mempertimbangkan material-material alam dan organisasi ruang yang
mampu membawakan penghawaan secara optimal. Sehingga akan memberikan rasa
nyaman dan disamping itu juga menjadi tempat penyegar pikiran dengan keluarga setelah
beraktivitas di luar rumah.
C. PERMASALAHAN DAN PERSOALAN
1. Permasalahan
a. Bagaimana rumah tinggal yang dapat memenuhi kebutuhan setiap
aktivitas tiap anggota keluarga ?
b. Bagaimana merancang rumah tinggal yang aman untuk ditempati ?
c. Bagaimana merancang rumah tinggal yang nyaman untuk ditempati?
2. Persoalan
a. Rumah tinggal yang dapat memenuhi kebutuhan setiap aktivitas tiap
anggota keluarga:
a.1. Bagaimana kuantitas dan kualitas kebutuhan ruang pada
rumah tinggal dapat mewadahi semua kebutuhan kegiatan tiap
anggota keluarga yang berbeda-beda?
a.2. Bagaimana organisasi ruang rumah tinggal untuk memenuhi
kebutuhan ruangnya?
a.3. Bagaimana sirkulasi pengguna pada organisasi ruang?
6
b. Merancang rumah tinggal yang aman untuk ditempati:
b.1. Bagaimana merancang rumah tinggal yang sesuai dengan
peraturan bangunan setempat?
c. .Merancang rumah tinggal yang nyaman untuk ditempati:
c.1.Bagaimana merancang rumah tinggal yang memiliki
penghawaan optimal dengan membuat bukaan yang cukup untuk
jalur sirkulasi udara?
c.2. Bagaimana pemilihan material alami dan/atau berkarakter
alami yang tetap melestarikan lingkungan?
c.3. Bagaimana pemanfaatan pendinginan pasif dan aktif yang
menunjang kenyamanan pengguna dalam rumah tinggal?
D. TUJUAN
Merancang Rumah Tinggal Dosen Arsitektur yang berdasarkan pada sistem
konsep perancangan, yaitu konsep penataan site, peruangan, struktur, bentuk dan utilitas.
E. SASARAN
a. Rumah tinggal yang dapat memenuhi kebutuhan setiap aktivitas tiap
anggota keluarga:
a.1. Konsep Peruangan :
- Program ruang (kuantitas dan kualitas)
- Organisasi ruang
7
- Sirkulasi
b. Merancang rumah tinggal yang aman untuk ditempati:
b.1. Konsep Penataan Site
c. .Merancang rumah tinggal yang nyaman untuk ditempati:
c.1. Konsep utilitas : Penghawaan
c.2. Konsep Bentuk dan Estetika
F. LINGKUP DAN BATASAN
1. Lingkup
Lingkup perancangan rumah tinggal profesi dosen arsitektur ini adalah bidang
arsitektur.
2. Batasan
Batasan perancangan rumah tinggal profesi dosen arsitektur ini adalah site
yang berada di pertigaan dengan luas 600 m2. Site berada di Jalan Ki Hajar
Dewantara, Surakarta yang merupakan daerah perumahan dengan tingkat
interaksi sosial yang rendah. Site berada di sekitar wilayah Universitas sehingga
apabila saat di siang hari dapat menimbulkan kebisingan. Site berada dekat
dengan taman sehingga apabila jenuh dapat bermain di taman. Di sebelah timur
laut dan tenggara berbatasan dengan rumah warga, di sebelah selatan berbatasan
dengan jalan, dan di sebelah barat berbatasan dengan jalan gang. Pengguna
rumah tinggal ini adalah ayah, ibu, 2 orang anak (laki-laki dan perempuan),
pembantu dan tamu.
8
G. METODA PENYELESAIAN
Secara umum, untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah dirumuskan serta
berdasarkan kepada rumusan masalah dan persoalan, metoda penyelesaian (prosedur,
cara, dan teknik serta alat) dimulai dari:
1. Gagasan awal atau penugasan obyek dan pemahaman awal tentang obyek
yang dirancang
Untuk dapat merancang suatu obyek dengan sebaik-baiknya maka
tindakan awal adalah dengan cara medefinisikan (dari beberapa sumber) dan
memahami dalam lingkup/ranah arsitektur jenis obyek yang akan dirancang
(suatu gambaran rencana awal). Pemahaman awal dari mendefinisikan obyek ini
adalah tahap awal dari rumusan konsep perencanaan (building concept).
2. Penelusuran dan rumusan masalah (problem finding and problem
steatment)
Penelusuran masalah diuraikan sebagai latar belakang masalah, dimulai
dari:
a. Isu-isu makro tentang kebutuhan akan obyek yang akan direncana,
b. Observasi atau survey awal terhadap kebutuhan serta fenomena situasi
dan kondisi yang sedang berlangsung di dalam masyarakat, secara
khusus dihubungkan dengan para pengguna melakukan aktivitas dan
kondisi/situasi yang berlangsung pada fasilitas obyek yang akan
direncana (attribution),
c. Memperhatikan perimbangan terhadap prediksi dari fenomena (kondisi
dan situasi) yang akan terjadi pada masa yang akan datang.
9
3. Kajian pustaka sebagai referensi substansial
Cara yang digunakan adalah melalui kajian substansial (berdasar pada
definisi dan pemahaman awal, masalah dan persoalan yang dirumuskan) dari
sumber-sumber ranah teoretik, pengetahuan empirik, atau kajian preseden.
Dari kajian pustaka dan merupakan referensi substansial akan didapat
gambaran secara umum tentang obyek yang meliputi gambaran tentang:
a. Orang-orang sebagai pengguna,
b. Kecocokan atau kebiasaan setting fisik/lingkungan dimana obyek ini
berada
c. Bagaimana kondisi dan situasi oerkembangan obyek dari waktu ke
waktu serta bagaimana gambaran perdiksi di masa yang akan dating
d. Bagaimana sosok bangunan yang representative terhadap fungsi
e. Mengapa fasilitas bangunan ini dibutuhkan dan dapat menjawab
kebutuhan dan keinginan pengguna
f. Bagaimana cara fasilitas bangunan ini dapat terwujud guna
memecahkan masalah dan persoalan desain yang sudah dirumuskan.
4. Data dan informasi
Dari kajian pustaka akan didapat arahan data dan informasi yang layak
untuk dicari dan dipersiapkan.
a. Data primer : Para penggunan (dan atribusi) dan apak merupakan
data primer yang harus didapat dari sumber langsung di lapangan.
b. Data sekunder: Merupakan data arsip dari pihak ketiga di dalam
mendapatkan data-data substansial yang harus disajikan sebagai konteks.
10
Misalnya, codes, peraturan bangunan yang ditetapkan oleh Pemerintah
Daerah setempat, teknik: teknologi bangunan apa yang sedang
berlangsung, sosial dan budaya setempat yang harus dipahami
merupakan asset rancangan yang sustainable dan menjunjung nilai
lokalitas, serta pengaruh lingkungan fisik dan psikis merupakan materi
konteks yang perlu mendapatkan respons di dalam perancangan
arsitektur.
Kemudian data dan informasi direduksi menjadi substansi-substansi yang
dianggap penting dan digunakan dalam penulisan konsep perancangan/desain.
Pengolahan data ini berlangsung terus-menerus karena adanya tambahan dan
informasi baru serta pengurangan akibat adanya perubahan yang membuat data
sebelumnya dianggap kurang sesuai dengan format yang baru.
5. Gambaran spesifik obyek yang akan dirancang dan rumusan konsep
perencanaan (building performance concept)
Dari temuan hasil analisis gambaran umum obyek yang akan
direncanakan serta data dan informasi akan didapatkan rumusan konsep
perencanaan spesifik sebagai building performance concept.
6. Pendekatan dan rumusan konsep perancangan arsitektur
Pendekatan perumusan konsep perancangan melalui metoda induktif
yaitu pendekatan berdasarkan pengetahuan empirik: untuk meperoleh gambaran
mengenai obyek dan metoda deduktif yaitu pendekatan berdasarkan
teoretik.referensi yang akan membantu mengarahkan pembahasan sesuai dengan
perencanaan yang diinginkan.
11
Cara yang digunakan:
a. Analisis
Menggunakan metoda pemrogaman arsitektur bahwa sistem
bangunan merupakan sistem dari beberapa komponen rancangan yang
diprogramkan. Metoda penguraian dan pengkajian dari data-data dan
informasi yang kemudian digunakan sebagai data relevan bagi
perencanaan dan perancangan. Pada tahapan ini dilakukan dengan
analisis data menggunakan metoda analisis deskriptif yaitu melalui
penguraian data dan informasi disertai gambar sebagai media berdasar
pada teori normatf yang ada. Tahapan analisa akan dilakukan pengolahan
data-data yang telah terkumpul dan dikelompokkan berdasarkan program
fungsional, performansi, dan arsitektural. (Gambar 1)
a.1. Program fungsional bertujuan untuk mengidetifikasi
pengguna
Obyek yang direncanakan yaitu user, kegiatan user, dan
alur kegiatan user yang akan merepresentasikan tema kegiatan.
a.2. Program performansi menerjemahkan secara skematik
kebutuhan calon pengguna pada tema obyek.
Dalam hal ini membahas persyaratan atau kriteria kinerja
rancangan sistem setting aktivitas/ruang/tapak (dengan
memperhatikan obyek) yaitu kebutuhan ruang, persyaratan
ruang, dan program ruang serta penataannya pada setting site
yang ada.
12
Persyaratan atau kriteria setting fisik: peruangan dan tata
tapak kemudian diuraikan sebagai konsep perancangan sistem
peruangan dan tapak serta konsep skematik rancangan peruangan
dan tata tapak (seyogyanya terdapat beberapa alternatif konsep
skematik).
a.3. Analisis arsitektural merupakan tahap penggabungan dari
hasil identifikasi kedua analisis sebelumnya (fungsional dan
performansi). Dalam proses ini akan menganalisis pengolahan
(a) bentuk/citra bangunan, (b) struktur pembentuk, (c) utilitas
pendukung yang menyatukan kebutuhan penggunan dengan
persyaratan-persyaratan atau kriiteria. Seperti pada tahap
pemrograman performancy, kriterian perancangan bentuk,
struktur, dan utilitas digambarkan sebagai konsep perancangan
serta digambarkan berikutnya sebagai Konsep Programatik
Perancangan (bentuk, struktur, dan utilitas).
13
Gambar 1. Metoda Pemrograman Arsitektur
b. Sintesis
Tahap sintesis ini merpakan tahap penggabungan dari hasil
terbaik (dari alternative konsep desain skematik) yang telah dikaji pada
tahap analisis tersebut diolah dan disintesakan atau ditransformasikan ke
dalam bentuk ungkapan fisik yang dikehendaki, sesuai dengan daya
kreatif perancang. Cara mentransformasikan sangat tergantung dari
kecepatan dan pengalaman daya kreasi perancang, tidak ada metoda yang
memaksa kreasi seseorang.
7. Transformasi rancang bangun arsitektur dan rancangan awal (preliminery
design / pra- rancangan)
Hasil rancangan akan banyak dipengaruhi oleh kecepatan kreasi dan
pengalaman seseorang dapat mempresentasikan bagaimana wujud rancangan
14
bangunan fasilitas bermuatan tematik, memecahkan masalah dan persoalan
desain serta kontekstual dan suistainable.
H. POLA PIKIR DAN SISTEMATIKA PEMBAHASAN
1. Pola Pikir
Pola pikir yang dapat digambarkan adalah pola pikir tentang perumusan
konsep yaitu konsep perencanaan dan konsep perancangan atau konsep
programatik perancangan (Gambar 2). Sedangkan pola pikir sintesis dari konsep
skematik perancangan menjadi pra-rancangan sangat variatif tergantung dari
kecepatan kreasi dan pengalaman perancangan.
Gambar 2. Pola Pikir
15
2. Sistematika Pembahasan
Penyusunan Konsep Perencanaan dan Konsep Programatik Perancangan
BAB I. PENDAHULUAN
Bagian ini berisi tentang (a) definisi dan pemahaman awal dalam
lingkup arsitektur tentang judul obyek yang akan dirancang, (b) latar
belakang masalah, (c) rumusan masalah dan persoalan desain, (d) tujuan
dan sasaran pembahasan, (e) lingkup dan batasan pembahasan, (f) pola
pikir dan sistematika pembahasan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Bagian ini akan membahas tentang temuan konsep perencanaan
(building concept atau concept of building) obyek yang akan dirancang
secara umum. Merupakan pemikiran yang logis dan mendekati realistis
apabila sebelum melakukan pekerjaan perancangan (yang didasari dan
diarahkan oleh konsep programatik perancangan) maka pencarian awal
tentang pemahaman atau konsep obyek yang akan dirancang.
Catatan: Pada bagian ini akan tersirat tentang (a) orang-orang sebagai pengguna, (b)
kecocokan atau kebiasaan setting fisik/lingkungan dimana obyek ini berada, (c)
bagaimana kondisi dan situasi perkembangan obyek dari waktu ke waktu serta
bagaimana prediksi di masa yang akan datang, (d) bagaimana sosok bangunan yang
representatif teerhadap fungsi, (e) mengapa fasilitas bangunan ini dibutuhkan dan dapat
menjawab kebutuhan dan keinginan pengguna, dan (f) bagaimana cara fasilitas
bangunan ini dapat terwujud guna memecahkan masalah dan persoalan desain yang
sudah dirumuskan.
16
BAB III. TINJAUAN DATA DAN INFORMASI
Bagian ini akan memaparkan data dan informasi tentang:
a. Pengguna : Identifikasi para pengguna (individu maupun
kelompok/organisasi), aktivitas, dan atribusi yang terjadi pada
setting tertentu.
b. Tapak : Identifikasi dimana tapak berada, dimensi
tapak, kondisi topografi, dan klimatologi pada tapak, dan lain-
lain.
c. Konteks : Mengorganisir informasi-informasi yang harus
diperhatikan sebagai konteks (codes atau peraturan atau
kebijakan yang berlaku), kondisi dan situasi sosial dan budaya
masyarakat, kondisi dan situasi lingkungan fisik.
BAB IV. GAMBARAN UMUM OBJEK YANG AKAN
DIRANCANG DAN RUMUSAN KONSEP PERENCANAAN
Bagian ini akan membahas atau analisis gambaran umum obyek
yang akan direncana (bagian II) dengan data dan informasi (Bagian III)
sehingga bagian ini akan lebih dapat menggambarkan obyek yang
dirancang secara spesifik. Gambaran spesifik ini merupakan temuan
konsep perencanaan yang applicable (terapan).
17
BAB V. ANALISIS PENDEKATAN KONSEP PERANCANGAN
Bagian ini akan membahas tentang pemrograman arsitektur
dimana rumusan sistem konsep perancangan merupakan pengarah atau
patokan dasar tindakan merancang.
Dimana sistem konsep perancangan atau konsep programatik
perancangan terddiri dari program-program (a) penataan tapak: kriteria,
konsep perancangan dan konsep skematik desain, (b) sistem
ruang/peruangan: kriteria, konsep perancangan dan konsep skematik
desain, (c) bentuk: kriteria, konsep perancangan dan konsep skematik
desain, (d) struktur: kriteria, konsep perancangan dan konsep skematik
desain, (e) utilitas: kriteria, konsep perancangan dan konsep skematik
desain.
BAB VI. RUMUSAN KONSEP PERENCANAAN DAN KONSEP
PERANCANGAN
Bagian ini berisi hasil akhir pembahasan yaitu rumusan konsep
perencanaan dan konsep programatik perancangan sebagai pengarah atau
patokan dasar tindakan merancang.
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI RUMAH TINGGAL
1. TEORI
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.4 Tahun 1992 Tentang
Perumahan dan Pemukiman mendefinisikan bahwa:
a. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau
hunian dan sarana pembinaan keluarga,
b. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi
dengan prasarana dan sarana lingkungan,
c. Pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan
lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan
tempat kegiatan yang mendukung perkehidupan dan penghidupan.
Pengertian rumah menurut Budihardjo (1987) antara lain: rumah sebagai
simbol dan pencerminan tata nilai selera pribadi penghuninya atau dengan kata
lain sebagai pengejawantahan jati diri, rumah sebagai wadah keakraban dimana
rasa memiliki, kebersamaan, kehangatan, kasih dan rasa aman tercipta
didalamnya; rumah sebagai tempat kita menyendiri dan menyepi, yaitu sebagau
tempat melepaskan diri dari dunia luar, tekanan dan tegangan, rumah sebagai
tempat untuk kembali pada akar dan menumbuhkan rasa kesinambungan dalam
19
untaian proses ke masa depan, rumah sebagai wadah kegiatan utama sehari-hari,
rumah sebagai pusat jaringan sosial, rumah sebagai struktur fisik dalam arti
rumah adalah bangunan.
a. Dalam pengertian yang luas, rumah bukan hanya sebuah bangunan
(struktural), melainkan juga tempat kediaman yang memenuhi syarat-
syarat kehidupan yang layak, dipandang dari berbagai segi kehidupan
masyarakat. Rumah dapat dimengerti sebagai tempat perlindungan, untuk
menikmati kehidupan, beristirahat dan bersuka ria bersama keluarga. Di
dalam rumah, penghuni memperoleh kesan pertama dari kehidupannya di
dalam dunia ini. Rumah harus menjamin kepentingan keluarga, yaitu
untuk tumbuh, memberi kemungkinan untuk hidup bergaul dengan
tetangganya, dan lebih dari itu, rumah harus memberi ketenangan,
kesenangan, kebahagiaan, dan kenyamanan pada segala peristiwa
hidupnya. (Frick,2006:1).
b. Rumah merupakan sebuah bangunan, tempat manusia tinggal dan
melangsungkan kehidupannya. Disamping itu rumah juga merupakan
tempat berlangsungnya proses sosialisasi pada saat seorang individu
diperkenalkan kepada norma dan adat kebiasaan yang berlaku di dalam
suatu masyarakat.Jadi setiap perumahan memiliki sistem nilai yang
berlaku bagi warganya.Sistem nilai tersebut berbeda antara satu
perumahan dengan perumahan yang lain, tergantung pada daerah ataupun
keadaan masyarakat setempat. (Sarwono dalam Budihardjo, 1998 : 148).
Menurut John Silas (2002), rumah mengandung pengertian:
a. Sebagai tempat penyelenggaraan kehidupan dan penghidupan ,
rumah harus memenuhi kebutuhan yang bersifat biologis seperti makan,
20
belajar, dan lain-lain, juga memenuhi kebutuhan non biologis, seperti
bercengkerama dengan anggota keluarga atau dengan tetangga.
b. Rumah berfungsi sebagai sarana investasi, rumah mempunyai
nilai investasi yang bersifat moneter yang dapat diukur dengan uang dan
non moneter yang tidak dapat diukur dengan uang, tetapi lebih pada
keuntungan moral dan kebahagiaan keluarga.
c. Rumah sebagai sarana berusaha, melalui rumah oenghuni
dapat meningkatkan pendapatannya guna kelangsungan hidupnya.
d. Rumah sebagai tempat bernaung harus memenuhi kebutuhan
ruang akan kegiatan bagi penghuninya. Terdapat beberapa ruang pokok
yang ada pada sebuah rumah, yaitu ruang tidur, ruang belajar atau ruang
kerja, ruang keluarga, ruang servis seperti dapur, dan teras atau ruang
tamu. Makna yang terkandung didalam kebutuhan ruang-ruang tersebut
mencerminkan bahwa rumah adalah tempat untuk istirahat, tempat untuk
mengaktualisasikan diri guna meningkatkan mutu kehidupan, rumah
sebagai tempat sosialisasi utamanya dengan keluarga, rumah sebagai
tempat menyediakan kebutuhan jasmani dan rohani, serta rumah sebagai
tempat bernaung.
Syarat rumah tinggal:
a. Aksesibilitas
a.1. Kebutuhan transportasi terpenuhi dngan mudah dan murah.
a.2. Jarak tempat ke fasilitas umum mudah dan cepat.
a.3. Jalan menuju lokasi kualitasnya cukup baik, aman, dan
nyaman hendaknya lancar.
21
b. Lingkungan
b.1.Kesehatan lingkungan terpenuhi. misalnya : Jauh dari polusi
(pabrik maupun kendaraan umum ).
b.2 Penataan lingkungan cukup asri dan alami.
b.3. Cukup ruang terbuka, misalnya: taman atau komunitas.
b.4. Prasarana dan sarana memadai. misalnya: jalan lingkungan,
tempat-tempat ibadah, olahraga, taman, sekolah dll.
c. Secara fisik rumah itu harus:
c.1. Sesuai dengan organisasi keluarga.
c.2. Sehat
c.3. Nyaman
c.4. Aman
2. EMPIRIK
Secara umum, rumah dapat diartikan sebagai tempat untuk berlindung
atau bernaung dari pengaruh keadaan alam sekitarnya (hujan, matahari, dll) ,serta
merupakan tempat beristirahat setelah bertugas untuk memenuhi kebutuhan
sehari- hari.
22
B. KONSEP OF RUMAH TINGGAL
1. BENTUK
a. Empirik
Sebagai bangunan, rumah berbentuk ruangan yang dibatasi oleh dinding
dan atap.Rumah memiliki jalan masuk berupa pintu dengan tambahan
berjendela.Lantai rumah biasanya berupa tanah, ubin, babut, keramik, atau bahan
material lainnya.Rumah bergaya modern biasanya memiliki unsur-unsur ini.
Ruangan di dalam rumah terbagi menjadi beberapa ruang yang berfungsi secara
spesifik, seperti kamar tidur, kamar mandi, WC, ruang makan, dapur, ruang
keluarga, ruang tamu, garasi, gudang, teras dan pekarangan.
Rumah memiliki berbagai model dan tipe desain yang beragam, selain
model rumah minimalis, terdapat juga beberapa model rumah lain seperti model
rumah kontemporer, rumah tradisional dan model rumah modern. Selain
memiliki beragam model rumah saat ini juga memiliki ukuran baku, seperti
rumah type 36, rumah type 45, rumah type 54.
Contoh desain rumah hook 2lantai:
23
24
25
Gambar kerja arsitektural dan utilitas rumah 2 lantai di lahan hook
26
2. FUNGSI
a. Teori
a.1. Turner (dalam Jenie, 2001 : 45), mendefinisikan tiga fungsi utama
yang terkandung dalam sebuah rumah tempat bermukim, yaitu:
i. Rumah sebagai penunjang identitas keluarga (identity) yang
diwujudkan pada kualitas hunian atau perlindungan yang
diberikan oleh rumah. Kebutuhan akan tempat tinggal
dimaksudkan agar penghuni dapat memiliki tempat berteduh
guna melindungi diri dari iklim setempat.
ii. Rumah sebagai penunjang kesempatan (opportunity) keluarga
untuk berkembang dalam kehidupan sosial budaya dan ekonomi
atau fungsi pengemban keluarga. Kebutuhan berupa akses ini
diterjemahkan dalam pemenuhan kebutuhan sosial dan
kemudahan ke tempat kerja guna mendapatkan sumber
penghasilan.
iii. Rumah sebagai penunjang rasa aman (security) dalam arti
terjaminnya. keadaan keluarga di masa depan setelah
31
mendapatkan rumah. Jaminan keamanan atas lingkungan
perumahan yang ditempati serta jaminan keamanan berupa
kepemilikan rumah dan lahan (the form of tenure).
a.2. Rumah berfungsi sebagai wadah untuk lembaga terkecil masyarakat
manusia,yang sekaligus dapat dipandang sebagai “shelter” bagi tumbuhnya rasa
aman atau terlindung. Rumah juga berfungsi sebagai wadah bagi berlangsungnya
segala aktivitas manusia yang bersifat intern dan pribadi. Jadi, rumah tidak
semata-mata merupakan tempat bernaung untuk melindungi diri dari segala
bahaya, gangguan dan pengaruh fisik belakang melainkan juga merupakan
tempat bernaung untuk melindungi diri dari segala bahaya, gangguan, dan
pengaruh fisik belaka, melainkan juga merupakan tempat tinggal, tempat
berisitirahat setelah menjalani perjuangan hidup sehari-hari. (Ridho, 2001 : 18)
b. Empirik
b.1. Untuk melindungi manusia dari pengaruh sekitar ( Alam )
b.2. Sebagai tempat beristirahat/ tidur setelah beraktifitas
b.3. Sebagai wadah untuk aktifitas-aktifitas harian manusia. seperti :
mandi, makan, masak, dll.
3. KONTEKS
a. Peraturan Daerah Surakarta No.8 Tahun 2009 Tentang Bangunan
a.1. Peraturan Daerah Surakarta No.8 Tahun 2009 Tentang Bangunan
i. Letak garis sepadan bangunan terluar adalah separuh lebar
ruang milik jalan atau daerah milik jalan (damija) ditambah satu
meter dihitung dari as jalan.
32
ii. Garis sepadan bangunan terluar pada bagian samping dan atau
belakang yang berbatasan dengan tetangga minimal 2 meter dari
batas kapling.
iii. Apabila garis sepadan bangunan dengan garis sepadan jalan,
cucuran atap atau teritis atau overstek maksimal 1.5 meter,
ketinggian minimal 3 meter dari lantai dasar.
a.2. Peraturan Daerah Surakarta No.1 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Surakarta
i. Pengembangan rumah tinggal tunggal diizinkan setinggi-
tingginya tiga lantai dengan mempertimbangkan daya dukung
lingkungan.
b. Sosial budaya
Masyarakat tiap daerah mempunyai kemampuan dan kreativitas yang
berbeda dalam mengadaptasi dan mengolah kebudayaan baru. Hal ini
mempengaruhi dan mengakibatkan bervariasinya hasil-hasil budaya itu, antara
lain adalah beragamnya kekhasan arsitektur yang mampu mencerminkan budaya
daerah. Rumah dengan segala perwujudan bentuk ,fungsi dan maknanya
senantiasa diatur, diarahkan, dan ditanggapi atau diperlakukan oleh penghuni
menurut kebudayaan yang mempengaruhi masyarakat yang bersangkutan.
Sebagaimana setiap suku bangsa mempunyai corak rumah masing-
masing baik bentuk maupun funsi dari rumah tinggal yang di huninya. Rumah
tempat tinggal dapat berlainan menurut ukuran serta kemewahannya, karena
sebuah rumah orang Jawa dapat juga memperlihatkan bagaimana status sosial
dari penghuninya. Arsitektur merupakan salah satu hasil budaya yang dapat
menunjukkan identitas masyarakat pendukungnya.
33
c. Lingkungan
Ketika memilih rumah baru, lokasi merupakan salah satu faktor yang
paling penting untuk dipertimbangkan.Memastikan bahwa lingkungan tempat
tinggal memiliki kemudahan fasilitas yang tentu juga berkualitas perlu
dilakukan. Namun, hal lain yang perlu diperhatikan adalah kondisi lingkungan
tersebut strategis atau tidak, yang kemudian akan menentukan harga properti.
Lingkungan yang strategis juga dapat diartikan sebagai lingkungan yang
dimana anda hanya menghabiskan sedikit waktu perjalanan menuju tempat
bekerja, sehingga menghemat energy dan ramah bagi lingkungan. Hal ini akan
menambah nilai bagi lingkungan dan rumah-rumah yang terletak di kawasan
ramah lingkungan untuk dijual di masa depan.
Lingkungan strategis dianggap sempurna untuk membesarkan anak-anak,
dimana terdapat taman dan tempat bermain di sekitar lokasi. Kata ‘strategis’
dapat mengacu padake nyamanan lingkungan juga.Dimana kawasan ini nyaman
untuk anda dapat merawat hewan peliharaan ataupun bersantai
untuk bersepeda di sore hari.
4. FILOSOFI
Tema sangat beragam dan dapat muncul dari berbagai aspek.Namun yang perlu
diperhatikan adalah bagaimana mengaplikasikan tema kedalam sebuah rancangan rumah
tinggal. Tidak hanya ketepatan interpretasi terhadap tema, tetapi juga menerapkan tema
selama proses perancangan hingga terwujud sebuah rumah tinggal.
Perancangan rumah dari jaman kejaman mengalami perubahan.Bagi sebagian
orang, rumah tinggal sudah menyerupai“fashion” yang berfungsi sebagai alat aktualisasi
34
diri. Rumah tidak sekedar sebagai ruangan untuk beraktivitas, tetapi juga sebagai media
komunikasi pemilik rumah untuk “menyuarakan” apa yang ada didalamnya.
C. ARSITEKTUR TROPIS
Arsitektur tropis adalah sebuah karya arsitektur yang mencoba untuk
memecahkan problematika iklim setempat (tropis). Hal yang penting dalam arsitektur
tropis adalah apakah rancangan tersebut dapat menyelesaikan masalah pada iklim tropis
seperti hujan deras, terik matahari, suhu udara tinggi, kelembaban tinggi, dan kecepatan
angin rendah, sehingga manusia yang semula tidak nyaman berada di alam terbuka
menjadi nyaman ketika berada di dalam bangunan tropis.
Ciri-ciri iklim tropis lembab adalah:
1. Curah hujan tinggi (2000 – 3000 mm/tahun)
2. Radiasi matahari relative tinggi (1500 – 2500 kWh/m2/tahun)
3. Suhu udara relative tinggi (180 C - 280 C)
4. Kelembaban tinggi (60% - 95%)
5. Kecepatan angin relatif rendah.
Arsitektur tropis tidak hanya dilihat dari bentuk atau estetika bangunan beserta
elemen-elemennya, namun lebih kepada kualitas fisik ruang yang ada didalamnya.
Berikut strategi penghematan energi dalam bangunan:
1. Mencegah terjadinya efek rumah kaca
Dinding-dinding transparan yang ditembus oleh cahaya matahari
langsung akan menimbulkan efek rumah kaca.
2. Mencegah terjadinya akumulasi panas pada ruang antara atap dan
langit-langit.
35
Untuk bangunan dengan atap miring perlu dipikirkan untuk
menghindari terjadinya akumulasi panas pada ruang antara penutup atap
dengan langit-langit. Untuk itu ruang ini perlu diberi bukaan, sehingga
memungkinkan aliran udara silang menyingkirkan panas yang
terakumulasi ini.
3. Meletakan ruang-ruang penahan panas pada sisi timur-barat
Pada sisi-sisi timur dan barat bangunan yang langsung
berhadapan dengan jatuhnya sinar matahari sebaiknya diletakkan ruang-
ruang yang berfungsi sebagai ruang antara guna mencegah aliran panas
menuju ruang utama.
4. Melindungi pemanasan dinding yang menghadap timur atau barat
Seandainya pada sisi timur dan barat bangunan tanpa dapat
dihindari harus diletakkan ruang-ruang utama, maka untuk menghindari
pemanasan pada ruang tersebut dinding ruang perlu diberi penghalang
terhadap sinar matahari langsung.
5. Mencegah jatuhnya radiasi matahari pada permukaan keras
Karena permukaan keras cenderung merupakan material yang
menyerap panas (kemudian dipancarkan kembali ke udara), maka suhu
udara di atas permukaan keras yang terkena radiasi matahari cenderung
lebih tinggi disbanding dengan di atas rumput atau perdu misalnya.
6. Memanfaatkan aliran udara malam hari yang bersuhu rendah
Dalam rangka penghematan energi dalam bangunan potensi ini
dimanfaatkan dengan cara mengalirkan angina yang bersuhu rendah
tersebut melalui dinding serta lantai. Tujuan dari pengaliran udara ini
36
adalah menurunkan suhu massa bangunan serendah mungkin mendekati
atau sama dengan suhu udara minimum tersebut.
Langkah-langkah agar panas dalam rumah dapat berkurang secara alamiah –
tanpa AC dan seandainya terpaksa menggunakan AC, daya AC dapat diminimalkan,
adalah:
1. Prinsip utama menurunkan suhu didalam rumah adalah mengurangi
perolehan panas radiasi matahari yang jatuh mengenai bangunan rumah
semaksimal mungkin. Pengurangan radiasi matahari ini dapat melalui
pembayangan bangunan lain di sekitarnya atau dengan pembayangan
pohon besar disekitar rumah. Jika perolehan matahari dapat
diminimalkan, maka suhu udara didalam rumah menjadi lebih rendah.
2. Usahakan agar ruang di bawah atap ( antara penutup atap dan langit-
langit) diberi ventilasi semaksimal mungkin. Hal ini dimaksudkan agar
udara panas yang terperangkap dibawah penutup atap dapat dibuang atau
dialirkan keluar, sehingga panas tersebut tidak merambat ke langit-langit
melalui proses konduksi, yang akhirnya memanaskan ruang di bawahnya
melalui proses radiasi.
3. Dalam membuat bukaan perlu diperhatikan masuknya burung atau
kelelawar, untuk itu lubang-lubang ventilasi perlu diberi kawat. Atap
merupakan komponen utama yang membuat rumah menjadi panas. Jika
panas dari atap dapat dibuang, ruangan di bawahnya cenderung lebih
dingin.
4. Jika ruangan menggunakan AC, usahakan agar terjadi aliran udara
yang menerus didalam rumah, terutama bagi ruang-ruang yang dirasa
37
panas. Dari sisi akustik hal ini memang kurang menguntungkan, namun
ini merupakan pilihan, mana yang perlu dikalahkan.
5. Hindarkan penempatan ruang-ruang utama pada sisi barat, kecuali ada
pembayangan dari bangunan lain atau pohon besar pada sisi tersebut.
6. Minimalkan penggunaan material keras untuk menutup permukaan
halaman, taman atau parkir tanpa adanya peneduh.
Tema ini sangat cocok bila kita gunakan di Indonesia dilihat dari iklim di
Indonesia itu sendiri yaitu iklim tropis. Tema tropis ini harus menghasilkan respon positif
dari efek iklim tropis itu sendiri. dalam arsitektur tropis, hal-hal yang harus diperhatikan
seperti penggunaan bahan-bahan alami, sirkulasi udara dalam bangunan, serta
pemanfaatan dari pencahayaan alami. Bangunan tropis lebih mengutamakan pemakaian
material yang berasal dari alam. Adapun contoh-contoh material alami tersebut yang
sering digunakan dalam bangunan tropis seperti kayu, bambu dan batuan-batuan alam.
Dari segi sirkulasi udara, bukaan-bukaan dalam bangunan perlu diperhatikan. Sehingga
udara yang masuk akan membuat ruangan terasa nyaman dan mendapatkan udara yang
segar dan menyehatkan. Bukaan-bukaan tersebut juga harus memperhatikan dari segi arah
cahaya, yaitu memanfaatkan cahaya sehat pada pagi hari dan menghindari cahaya kurang
baik pada siang hingga sore hari.
Pembangunan pada bangunan tropis yang lebih cenderung bersifat vertikal,
sehingga makin banyak lahan tersisa untuk penghijauan dan peresapan air tanah.
Meskipun tidak memiliki taman di atas tanah, bisa juga menggunakan taman di atas atap
dan beton, hal ini juga mulai menjadi tren, sehingga tetap ada area untuk bersantai bagi
keluarga menikmati alam.
Gaya ini umumnya memiliki ciri-ciri:
38
1. Mempunyai atap yang tinggi dengan kemiringan diatas 300. Ruang di
bawah atap berguna untuk meredam panas.
2. Mempunyai teritisan/overstek atap yang cukup lebar untuk
mengurangi efek tampias dari hujan yang disertai angin. Selain itu, juga
untuk menahan sinar matahari langsung yang masuk ke dalam bangunan.
3. Mempunyai lubang untuk ventilasi udara secara silang, sehingga suhu
di dalam ruangan bisa tetap nyaman.
4. Pada daerah tertentu, rumah panggung menjadi ciri utama yang kuat
untuk antisipasi bencana alam dan ancaman binatang buas.
5. Desain tropis umumnya menggunakan material alam yang sumbernya
bisa didapat di sekitarnya.
E. KENYAMANAN TERMAL
Olgyay (1963) mendefinisikan zona kenyamanan sebagai suatu keadaan di mana
manusia berhasil mengurangkan pengeluaran tenaga dalam badannya untuk
menyesuaikan dirinya dengan persekitarannya. ASHRAE Standard 55-1992
mendefinisikan kenyamanan termal sebagai keadaan pikiran yang menyatakan puas
terhadap persekitaran termal. Standar ini juga menentukan persekitaran termal yang boleh
diterima sebagai keadaan di mana 90% penghuni berasa nyaman.
Auliciems (1977) menyatakan bahwa kenyamanan termal adalah suatu interaksi
termal antara manusia dan persekitarannya yang memuaskan pikiran manusia. Manusia
sebagai individu memiliki sifat-sifat yang sangat bervariasi seperti sifat-sifat fisik, sifat
dan kemudahan menyesuaikannya, sehingga tidak mungkin menyedia sebuah ‘suhu ideal’
yang boleh memuaskan semua kelompok pelbagai persekitaran termal.
39
1. Sistem Pengendalian Termal
Menurut Olesen (1982) terdapat penerima termal, khususnya pada kulit,
yang berfungsi sebagai penerima deria dingin dan panas. Apabila suhu berubah,
penerima termal ini akan membalas dan mengirim maklumat melalui gerakan
urat saraf ke otak. Otak pula akan menyelaraskan semua tindak balas penerima
termal supaya suhu inti menjadi tetap.
Dalam keadaan dingin, proses penyempitan pembuluh (vaso-
constriction) berlaku yang menyebabkan berkurangnya peredaran darah di
sekeliling tubuh, khususnya tangan dan kaki. Hal ini mengurangkan bekalan
kalor yang seterusnya mengurangkan suhu kulit dan menyebabkan kehilangan
kalor ke persekitaran. Apabila suhu inti turun, otot akan meningkatkan
tegangannya dan menyebabkan gigil yang kemudian meningkatkan keluaran
kalor metabolik dalam badan.
Apabila suhu inti naik, terdapat proses pembesaran pembuluh (vaso-
dilation) di mana bekalan darah ke sekeliling meningkat dan menyebabkan suhu
kulit naik. Hal ini berarti kehilangan kalor tubuh ke persekitaran meningkat
dengan cara transpirasi dan perolakan pada permukaan kulit. Demikian pula
sebaliknya, persekitaran sekeliling melepaskan kalor kepada tubuh apabila suhu
inti turun.
2 .Keseimbangan Kalor
Givoni (1976) menyatakan bahwa secara rata-rata 20% daripada kalor
yang dihasilkan oleh tubuh digunakan, manakala 80% lagi dilepaskan ke
persekitaran. Kalor tidak dikeluarkan secara merata pada seluruh tubuh sehingga
berlaku kepelbagaian suhu kulit daripada satu tempat ke tempat lain (McIntyre,
40
1980). Kalor dilepaskan ke persekitaran melalui empat cara, yaitu radiasi,
perolakan, pengaliran dan penyejatan. Tubuh manusia melepaskan kalor ke
persekitarannya dengan cara radiasi. Pada masa yang sama tubuh menerima
radiasi daripada permukaan sekitarnya, yang kebanyakannya berlaku seragam
pada seluruh badan, sesuai dengan tahap pendedahannya terhadap permukaan
sekitar. Pertukaran kalor antara tubuh dengan persekitarannya adalah berkadar
terus dengan perbedaan kuasa empat suhu tubuh dan suhu permukaan ‘rata-rata’.
Agar menjadi seimbang, tubuh akan melepaskan kalor apabila permukaan sekitar
lebih dingin, atau, tubuh akan menggandakan kalorapabila permukaan sekitar
lebih panas. Pertukaran kalor antara tubuh manusia dan permukaan sekitarnya
dipengaruhi oleh bentuk tubuh.
3. Faktor-Faktor Kenyamanan Termal
Fanger (1976) menyatakan bahwa kenyamanan termal dipengaruhi oleh
faktor iklim dan peribadi. Faktor iklim terdiri dari suhu udara, suhu radiasi rata-
rata, kelembaban relatif dan kecepatan udara, manakala faktor peribadi terdiri
daripada aktiviti dan pakaian.
Suhu Udara (Ta)
Suhu udara merupakan parameter penting yang mempengaruhi
kenyamanan termal.Suhu udara biasa (air temperature), suhu radiasi rata-rata
( mean radiant temperature = MRT, radiasi rata-rata dari permukaan bidang yang
mengelilingi seseorang).
Kenyamanan termal sulit dicapai bila suhu udara biasa dan MRT
memiliki perbedaan 5oC atau lebih.
Kelembaban Relatif (RH)
41
Presentase kelembaban udara didapat dari perbandingan antara keadaan
kenyataan uap air dan jumlah maksimal uap air). Kelembaban udara menjadi
penting saat suhu udara mendekati atau melampaui ambang batas daerah
kenyamanan termal dan kelembaban udara mencapai >70 % atau <30%
Kecepatan Udara (Va)
Pengaruh kecepatan udara terhadap kenyamanan seorang manusia
berbeda berbanding dengan faktor-faktor iklim yang diterangkan di atas. Semakin
tinggi nilai kecepatan udara semakin rendah suhu rata-rata.
Aktivitas
Aktivitas mempengaruhi kadar pengeluaran metabolik tubuh (Fanger,
1976). Kadar metabolik bersandar kepada jenis aktivitas yang dijalankan. Kadar
metabolik dinyatakan dalam ‘met’ yang didefinisikan sebagai kadar metabolik
seorang yang sedang melakukan kerja ringan (seperti duduk, rehat) untuk setiap
keluasan Dubois. Satu met sama dengan 50 kcal/j.m2 (ASHRAE, 1989).
Pakaian
Pakaian yang digunakan akan mempengaruhi pertukaran kalor antara
tubuh dan persekitaran sekelilingnya, yang juga akan memberi pengaruh kepada
kenyamanan (Fanger, 1976). Apabila kalor yang dihasilkan tubuh harus
dilepaskan kepada persekitarannya agar suhu inti tetap, maka pakaian akan
melambatkan hilangnya kalordaripada tubuh. Pada suhu udara yang rendah,
pakaian yang tebal diperlukan untuk menjaga pelepasan kalordaripada tubuh
kepada persekitarannya. Pakaian merupakan juga alat penunjuk keadaan iklim
tempatan. Di daerah yang beriklim panas, manusia cenderung menggunakan
pakaian nipis dan longgar berbanding dengan daerah yang beriklim sederhana.
42
Penggunaan pelbagai pakaian menunjukkan bahwa manusia telah menyesuaikan
kepada iklim tempatan.
Faktor-Faktor Lain
Selain daripada faktor-faktor di atas, Humphreys (1976) pula menyatakan
bahwa terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi kenyamanan. Faktor-faktor
ini meliputi jantina, bentuk tubuh badan (gemuk, keluasan Dubois), perbedaan
bangsa, lokasi geografi atau keadaan iklim yang biasa untuk manusia, ritme
sirkadia, perubahan termal, persekitaran sebelumnya, penyesuaian (aklimatisasi),
pemakanan dan minuman yang digunakan setiap hari oleh manusia, warna,
kesesakan, tekanan udara dan beberapa faktor yang lain. Penyelidikan pada
aspek-aspek ini dijalankan pada tempat yang berbeda-beda yang melibatkan
manusia yang berbeda pula dengan berbagai hasil. Walau bagaimanapun,
menurut Fanger (1976) faktor-faktor tersebut di atas tidak memberikan pengaruh
yang penting terhadap kenyamanan termal.
4. Standar Kenyamanan Termal
Berdasarkan kepada kajian-kajian secara luas dengan menggunakan
pelbagai pendekatan, standar untuk kenyamanan telah dibangunkan.
Bagaimanapun, beberapa standar untuk kenyamanan dalaman kebanyakannya
dikembangkan untuk sistem penyaman udara. Dua standar paling penting yang
secara luas digunakan sampai sekarang adalah ASHRAE Standard 55-1992 dan
ISO 7730-1994.
ASHRAE Standard 55-1992 mendefinisikan zona kenyamanan di mana
90% atau lebih manusia akan berasa nyaman secara termal. Nilai sepadan rentang
merupakan hasil daripada kerja-kerja uji kaji yang amat sesuai dengan pelbagai
43
manusia dalam bilik termal. ASHRAE Standard mendefinisikan persekitaran
nyaman berdasarkan suhu operatif (To).
ISO 7730-1994 berasas kepada persamaan Fanger (1970) yang
mendefinisikan zona nyaman berada pada ‘predicted percentage dissatisfied’
(PPD) kurang daripada 10 % dan ‘predicted mean vote’ (PMV) antara –0.5
hingga +0.5. Standar ini secara matematik dan fisikal berorientasi kepada
ASHRAE. Dengan menggunakan persamaan Fanger, semua gabungan yang
mungkin daripada parameter (suhu udara, suhu radiasi rata-rata, kelembaban
relatif dan kecepatan udara), parameter pribadi (aktiviti dan pakaian), keadan
nyaman dapat dilibatkan dalam ramalan.
F. KENYAMANAN RUANG
Dalam merencanakan bangunan khususnya rumah tinggal, ada beberapa faktor
teknis yang harus dipikirkan dengan baik agar diperoleh bangunan yang nyaman, yaitu
faktor cahaya dan udara. Perbandingan ideal antara luas ruang dengan luas jendela adalah
20%. Contoh, bila luas kamar tidur 12m² maka kebutuhan luas bukaan/jendela adalah
20% x 12m² = 2,4m² (berdasarkan SNI DPU). Sebisa mungkin dalam perencanaan rumah
tinggal letak kamar tidur langsung menghadap ruang luar/halaman untuk mendapatkan
pencahayaan alami yang seoptimal mungkin.
Penataudaraan atau ventilasi alami terjadi bila ada perbedaan tekanan luar suatu
bangunan yang disebabkan oleh angin atau perbedaan temperatur. Ventilasi alami akan
menyediakan bukaan permanen yang terdiri dari jendela, pintu, dan sarana lain seperti
jalusi atau roster. Bukaan-bukaan tersebut data mengalirkan udara ke dalam ruangan.
Perhitungan praktisnya adalah dengan menggunakan persyaratan ventilasi yang tidak
44
boleh kurang dari 5% terhadap luas lantai ruangan untuk bangunan hunian/rumah dan
tidak boleh kurang dari 10% untuk bangunan kantor, perdagangan, gudang, pabrik, dan
lain-lain. Misal, bila ruang tamu berukuran 4m x 5m, maka luas ventilasi yang
dibutuhkan adalah 5% x 20m² = 1m². Demikian pula untuk ruang kantor dengan ukuran
4m x 5m, luas ventilasi yang dibutuhkan 10% x 20m²= 2m². Bila tidak dapat diperoleh
bukaan dengan ukuran 1m² atau 2m², solusinya adalah pada ruang tersebut dapat dibuat
pencahayaan dan ventilasi buatan.
Kenyamanan sebuah bangunan khususnya hunian/rumah menjadi tuntutan setiap
orang karena berpengaruh langsung pada betah tidaknya seseorang tinggal di rumah
tersebut. Hal ini dipengaruhi oleh temperature, kelembaban, kebersihan, dan keamanan.
Selain itu juga terkait dengan pencahayaan, pengudaraan, dan lingkungan sekitar.
Hal-hal yang perlu dipikirkan dalam perencanaan rumah tinggal supaya menjadi
nyaman, tidak panas, dan terasa lega antara lain:
1.Ketinggian rumah (jarak antara lantai dan plafon)
Ketinggian plafon bangunan jangan terlalu rendah, ditinggikan
sesuai dengan proporsinya (minimum adalah 2,8m dari level lantai).
Selain itu peninggian kemiringan atap juga salah satu solusi dalam
mengontrol suhu rumah selain bahan penutup atap yang digunakan.
2. Cukup ventilasi dan jendela
Pemasangan ventilasi tidak hanya pada dinding bangunan, tetapi
juga dapat diletakkan pada sopi-sopi atap atau dibuat semacam cerobong
asap bila model atap rumah tidak memungkinkan diberi ventilasi.
Sementara untuk mendapatkan cahaya secara maksimal tentu harus
dibuatkan bukaan sinar dari jendela, bovenlight, roster atau kaca motif.
45
Dengan banyaknya cahaya alami yang masuk dan kombinasi tata
udara menyilang akan didapat rumah yang sejuk. Cahaya yang dimaksud
di sini adalah cahaya matahari tidak langsung (terang langit/sky light).
3. Adanya teras atau beranda
Fungsi teras yaitu meredam masuknya cahaya dan angin secara
langsug. Teras, beranda, dan konsol di daerah pintu masuk dan jendela
akan mengurangi radiasi matahari yang masuk secara langsung sehingga
suhu di dalam akan tidak panas.
4. Kombinasi warna yang tepat
Pemakaian warna secara tepat antara warna gelap dan terang
berdasarkan fungis ruang akan diperoleh kenyamanan tersendiri yang
terkait dengan sifat warnanya.
5. Penggunaan material alami
Bahan bangunan yang bersumber dari alam seperti batu belah,
batu paras, batu candi, serta batu bata mampu menyerap panas lebih
maksimal dan menahan suhu sejuk lebih lama. Dapat dilihat pada
bangunan tradisional yang umumnya lebih tinggi dan memakai material
alam sehingga lebih nyaman dihuni.
6. Arah hadap / orientasi bangunan
Diusahakan jangan menghadap ke arah barat, karena di saat
matahari di arah barat suhu sedang panas-panasnya, sehingga
berpengaruh pada suhu rumah. Orientasi yang baik yaitu menghadap ke
selatan, utara, atau timur, disesuaikan juga dengan pergerakan matahari
terutama di daerah tropis seperti Indonesia. Selain itu juga
46
memperhatikan arah angin, misal di daerah pantai arah angin dari laut
dan di daerah gunung arah angin dari wilayah gunung/pegunungan. Jika
rumah sudah terlanjur menghadap ke barat, bisa diatasi dengan menanam
pohon penghalang sinar matahari langsung, atau konsol yang cukup
lebar.
7. Penggunaan unsur air sebagai pengendali suhu
Air merupakan salah satu elemen pengendali suhu. Jika ruang
dan anggaran memungkinkan bisa dibuat kolam kecil di dalam rumah
misal antara ruang keluarga dan ruang makan atau di sekitar teras rumah.
Di saat suhu luar cukup panas maka uap air bisa menurunkan temperature
di dalam rumah dan mempengaruhi aliran udara.
Persyaratan tersebut di atas mutlak harus diperhatikan saat akan
membangun rumah bila diinginkan rumah yang nyaman, sejuk, dan
sehat, terutama jika luas lahan yang dimiliki mencukupi dan biaya
tersedia. Tetapi bila lahan sempit dan biaya terbatas maka perlu
pemikiran teknis untuk merekayasa syarat-syarat tersebut. Rekayasa
teknis tersebut berupa perencanaan arsitektur atau dengan tata cahaya dan
tata udara buatan.
G. PENGHAWAAN (SIRKULASI UDARA)
Sistem sirkulasi udara pada bangunan rumah tinggal biasanya didapatkan melalui
ventilasi atau lubang angin. Untuk ruangan diwilayah terluar bangunan menggunakan
ventilasi untuk mengalirkan udara, sementara untuk ruangan yang posisinya ditengah
bangunan bisa menggunakan channel penangkap angin, atau biasa disebut saluran
47
penangkap angin atau menara penangkap angin. Untuk membuat udara bisa mengalir
alami biasanya lubang ventilasi dibuat pada dua buah bidang dinding. Perbedaan tekanan
didalam dan diluar bangunan akan membantu udara mengalir dari ventilasi pada bidang
dinding yang satu menuju vetilasi pada bidang dinding yang lain. Jumlah ventilasi udara
pada bangunan (rumah) harus cukup untuk mendukung proses sirkulasi udara ,
mengalirkan udara segar dari luar kedalam ruangan.
Jika penggunaan ventilasi udara dirasakan masih kurang, maka dapat dilakukan
cara-cara alternatif yaitu metode ventilasi aktif dengan menambahkan exhauster (exhaust
fan dibagian dinding atau blower dibagian atap) yang secara aktif dengan bantuan energi
listrik akan menyedot dan mengalirkan udara keluar dari dalam ruangan, untuk dipaksa
bertukar dengan udara yang lebih segar dari luar melalui lubang ventilasi.
Bila rumah berada didaerah perkotaan dan kondisi di rumah memang benar-
benar tidak memungkinkan untuk menggunakan penghawaan alami (faktur polusi,
kepadatan atau tingkat kerapatan bangunan yang tinggi), dapat menggunakan sistem
penghawaan buatan seperti Air Conditioner (AC).
Sistem pengudaraan buatan telah berkembang dengan banyak variasi pada jenis
maupun sistem pengudaraan yang diterapkan. Namun bedanya, biasanya pada sistem
pengudaraan buatan, udara yang berputar tidak selalu harus bertukar dengan ruang luar
yang ada di sekitar ruangan tersebut, namun metode yang digunakan tetap sama, yaitu
menciptakan pergerakan udara di dalam ruangan, sehingga udara dapat terus berputar dan
berganti. Sebut saja kipas angin dan exhaust fan, yang mendorong udara keluar ruangan
sehingga udara yang baru dapat masuk ke dalam ruangan melalui bukaan lainnya.
Biasanya exhaust fan pada rumah terdapat pada ruangan yang spesifik dan
sensitif terhadap pengudaraan, seperti ruang dapur dan kamar mandi. Pada
48
perkembangannya, sistem pengudaraan buatan saat ini dapat juga digunakan untuk
mengatur suhu serta kelembapan dalam sebuah ruangan, yaitu dengan menggunakan
pengkondisi udara / AC. Pemanfaatan AC pada rumah tinggal saat ini sudah banyak
menjadi pilihan pada rumah tinggal di Indonesia, namun, ada baiknya apabila sistem
pengudaraan alami tetap menjadi dominan pada rumah, sehingga penggunaan AC
maupun rekayasa pengudaraan lainnya dapat diminimalisir, sehingga juga menghemat
penggunaan listrik.
Salah satu contoh diagram menjelaskan sistem pertukaran udara gabungan (alami dan buatan)
Cara yang dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan AC dalam sebuah
ruangan:
Misalkan ukuran ruangan 3m x 4m.
Luas ruangan = Panjang ruangan x lebar ruangan
Luas ruangan = 4m x 3m = 12 m²
Koefisien BTU (British Thermal Unit) » 500 BTU untuk 1 m² luas ruangan
Kapasitas AC = Luas Ruangan x Koefisien BTU
49
Kapasitas AC = 12 m² x 500 BTU
Kapasitas AC = 6000 BTU
Kapasitas standar AC yang tersedia dipasaran, diantaranya adalah:
- AC kapasitas ½ PK setara dengan 5000 BTU
- AC kapasitas ¾ PK setara dengan 7000 BTU
- AC kapasitas 1,0 PK setara dengan 9000 BTU
Maka ruangan dengan luas 12 m² membutuhkan AC dengan kapasitas
6000 BTU » Pakai AC ¾ PK
Karena luas ruangan (L) = 12 m² dan kapasitas AC yang dibutuhkan sebesar 6000
BTU, sebaiknya kita membeli AC ¾ PK. Tidak perlu menggunakan AC 1 PK karena akan
terjadi pemborosan daya, jangan juga memasang AC ½ PK, karena kinerja AC kurang
cukup untuk mendinginkan ruangan.
Dalam hal pemasangan AC sangat di anjurkan untuk memperhatikan posisi/letak
pemasangan AC agar terlihat cantik dan dinamis juga menambah kesan ruangan menjadi
indah, karena jangan sampai setelah AC di pasang malahan akan mengganggu
kenyamanan dan kesulitan untuk Perawatan AC.
Beberapa hal yang harus di hindari pada saat menentukan lokasi pemasangan AC:
1. Gas yang mudah terbakar.
2. Udara yang mengandung kadar garam tinggi.
3. Oli mesin.
4. Kondisi lingkungan khusus.
Cara menentukan lokasi pemasangan AC yang baik (agar AC tahan lama dan
awet):
50
1. Unit dalam (Indoor AC)
a. Tempat yang tidak menghalangi udara masuk dan keluar.
b. Pemasangan indoor ac jangan terlalu rapat dengan atap plafon
+ 15 cm dari atap.
c. Pasang indoor AC pada tempat yang dapat menahan beratnya
unit.
d. Berhati-hati bila memasang pada dinding yang memakai
batako.
e. Pilih posisi yang memudahkan pemasangan pipa dan kabel
kabel yang menuju unit luar (outdoor) untuk menhindari
banyaknya tekukan tekukan pipa AC
f. Sediakan tempat yang cukup luas untuk memudahkan
perawatan rutin (filter indoor) dan pelepasan cashing indoor pada
saat servis AC.
g. Pastikan buangan air AC mengalir dengan baik dan benar
untuk menghindari terjadinya luapan air buangan AC ke dalam
unit indoor.
h. Pasang unit dalam (indoor) pada dinding minimal jarak 2,5
meter dari lantai.
2. Unit luar (Outdoor AC)
a. Unit luar tidak boleh di pasang terbalik karena oli pelumas
kompresor akan masuk ke sirkuit pendingin sehinggga dapat
merusak unit AC.
51
b. Pilih tempat terbuka dan kering dan hindari dari sumber panas
matahari langsung.
c. Pasang di tempat yang tidak menggangu jalan.
d. Pilih posisi yang mudah dalam penyambungan pipa ac yang
terhubung ke indoor AC, Panjang pipa minimal 5 meter dan
maksimal 15 meter (lebih dari itu jangan pasang AC).
e. Tempatkan unit luar pada posisi yang dapat membuang udara
secara bebas agar udara panas outdoor tidak feedback.
f. Pilih tempat yang suara operasi AC dan hembusan udara
outdoor tidak menggangu tetangga.
g. Buat jarak pemasangan outdoor AC yang memudahkan dalam
hal perawatan AC.
h. Jika unit luar (outdoor) di pasang terlalu tinggi, perhatikan
kekuatan bracket penyangganya.
i. Jika pemasangan instalasi pipa AC melewati atap rumah (di
atas plafon) usahakan agar pipa pipa AC tersebut di balut
kembali dengan ductape AC (isolasi) untuk menghindari
kondensasi AC yang dapat merusak plafon, jika ingin di pendam
di dalam tembok usahakan terbungkus di dalam pipa PVC karena
kondensasi AC ini lama kelamaan akan membuat tembok
menjadi rusak dan berlumut.
Sistem AC (Air Conditioning) adalah sebagai berikut:
52
Kenyamanan dalam suatu ruangan di perkantoran atau rumah, merupakan
kebutuhan, terutama di Indonesia yang memiliki iklim tropis (panas). Karena itu sistem
pendingin udara atau sistem tata udara (sistem AC) telah menjadi kebutuhan di gedung-
gedung perkantoran, mall / plaza, bandara, rumah dan lain-lain.
Diantara fungsi dari sistem tata udara / air conditioning adalah:
1. Mengatur suhu udara
2. Mengatur sirkulasi udara
3. Mengatur kelembaban (humidity) udara
4. Mengatur kebersihan udara
Dengan demikian, secara umum sistem tata udara berfungsi mempertahankan
kondisi udara baik suhu maupun kelembaban agar udara terasa lebih nyaman.
Sebelum merencanakan atau memasang AC, maka perlu mempertimbangkan
beberapa hal berikut agar AC tersebut bisa berfungsi maksimal dan efisien:
53
1. Penggunaan atau fungsi ruang
Penggunaan ruang berpengaruh terhadap suhu ruangan karena
pada dasarnya manusia yang mengisi suatu ruangan mengeluarkan kalori
yang cukup tinggi. Kamar tidur yang hanya diisi dua orang berbeda
dengan ruang keluarga yang frekwensi keluar masuk penghuninya cukup
tinggi. Semakin banyak pengguna maka semakin besar daya AC yang
dibutuhkan.
2. Ukuran Ruangan
Ukuran ruangan menentukan berapa banyak BTU (British
Thermal Unit) atau kecepatan pendinginan. BTU adalah kecepatan
pendinginan untuk ruangan satu meter persegi dengan tinggi standar
(umumnya tiga meter). Semakin besar satu ruangan tentunya akan
semakin besar pula BTU yang dibutuhkan.
3. Beban pendinginan
Beban pendinginan berasal dari dalam ruangan (internal heat
gain). Misalnya dari jumlah penghuni, dan penggunaan penerangan,
seperti lampu. Beberapa jenis lampu mengeluarkan panas yang tinggi,
yang berarti juga harus memilih AC dengan daya yang lebih tinggi.
Selain dari dalam, beban pendinginan juga berasal dari luar. Seperti
cahaya matahari yang mengeluarkan energi panas melalui dinding, atap
atau jendela.
4. Banyaknya jendela kaca
Saat ini banyak rumah yang mempunyai jendela kaca atau
menggunakan blok kaca (glass block). Untuk ruangan yang
54
menggunakan kaca sebanyak 70% atau lebih, sebaiknya gunakan kaca
film yang dapat menahan sinar ultraviolet untuk mengurangi beban
pendinginan.
5. Penempatan AC
Pemasangan unit indoor perlu memperhatikan arus angin (air
flow) dari blower AC. Penentuan arus angin atau hembusan yang tepat
membuat udara yang dikeluarkan lebih merata dan tidak hanya
berkumpul di satu titik.
Selain itu, agar arus angin tidak mengenai pengguna secara
langsung. Terpaan angin dingin secara terus menerus dapat berakibat
buruk bagi kesehatan. Usahakan mengarahkan swing ke bagian atas
kepala karena udara yang dikeluarkan AC mempunyai berat jenis yang
lebih berat dari udara.
Penempatan kompresor harus diletakkan di tempat dengan
sirkulasi udara yang cukup, ada tempat untuk udara masuk dan udara
keluar, dan terlindung dari hujan. Untuk AC ukuran 1 PK, jarak yang
aman antara unit indoor dengan kompresor berkisar antara 5-7 meter. Jika
memasang AC lebih dari satu, hindari peletakkan kompresor secara
berhadapan dengan kompresor lain. Sebaiknya letakkan sejajar sehingga
sirkulasi udara tidak terganggu.
Ada 3 faktor yang harus diperhatikan dalam memilih AC yaitu:
1. Daya pendinginan AC (BTU/h – British Thermal Unit per hour),
Satuan dari pendinginan AC adalah BTU/h ( British Thermal Unit per
hour)
55
2. Daya listrik (watt),
3. Daya Kompresor AC (PK atau HP atau daya kuda).
Istilah PK atau HP atau daya kuda (Paard Kracht/Daya
Kuda/Horse Power (HP) pada AC sebenarnya merupakan satuan daya
pada kompresor AC bukan daya pendingin AC. Untuk daya pendingin
AC satuannya BTU/hr.
Dalam proses pendinginan udara, sistem pendingin udara dibagi menjadi 2 jenis,
yaitu: mengunakan system langsung (direct cooling), dan sistem tidak langsung (indirect
cooling).
Direct Cooling (sistem langsung). Dalam sistem ini, menggunakan refrigerant
sebagai media pendingin ruangan. Sistem ini merupakan sistem yang dipakai pada skala
ruangan yang lebih kecil, seperti rumah, perkantoran sekala kecil, atau ruang-ruang
control yang memerlukan perlakuan khusus dalam hal temepeartur/ suhu. Merupakan
jenis yang biasa digunakan. Jenis ini kurang cocok untuk pendinginan ruangan yang
besar, karena disamping ruangan yang dibutuhkan sangat besar, terutama outdoor, juga
dalam pengoperasiannya lebih mahal.
Ada beberapa varian jenis Ac yang menggunakan refrigerant sebagai media
pendingin, yaitu:
1. AC Split
AC split merupakan AC yang dipegunakan di rumah-rumah.
Umumnya berkapasitas rendah. AC ini terdiri dari 1 outddot dan 1
indoor.
56
2. AC VRV
Merupakan suatu AC yang mempunyai outdoor 1 buah, tetapi
mempunyai indoor yang banyak (lebih dari 1).
3. AC Presisi
Seperti halnya AC biasa AC presisi pada prinsipnya sama
dengan AC biasa, tetapi ia biasanya terdiri dari 2 buah aC yang dipasang
berhadapan, dan bekerka secara sequencing (bergantian) , tergantung
berapa jam ia di setel. AC presisi ini biasanya digunakan di bank-bank,
untuk pendinginan mesin sortir atau data center.
Indirect cooling system (sistem tidak langsung). Dalam sistem ini dipakai media
air es / chilled water dengan temperature sekitar 50 C. Model ini banyak dipakai dalam
bangunan tinggi, disamping menghemat tempat juga biaya operasional lebih efisien.
Dalam model ini diperlukan mesin pembuat air es / chilled yang dinamakan dengan
Chiller, yang kemudian didistribusikan melalui pipa menuju AHU (Air Handling Unit),
sebagai pengolah sirkulasi udara.
Contoh peletakan AC didalam ruangan:
57
Kabinet di dapur ternyata bisa difungsikan sebagai tempat untuk menyimpan AC.
Biasanya, kabinet di dapur digunakan untuk menyimpan berbagai perabotan dan
perlengkapan memasak. Ide seperti ini memang belum banyak diketahui banyak orang.
Bagi sebagian orang AC merupakan syarat mutlak untuk memberikan kenyamanan lebih
pada sebuah ruangan tidak terkecuali d Tetapi, kadang AC di ruang dapur akan
mengganggu pemandangan karena penggunaannya bisa dikatakan kurang lazim. Maka
agar tidak mengganggu pemandangan sekaligus membuatnya lebih rapi, AC dapat
diletakkan di dalam kabinet. Kabinet bagian bawah berisi peralatan memasak seperti
biasa, kemudian bagian atasnya yang berbentuk horizontal memanjang sebagai tempat
penyimpanan AC.
Ketika akan menggunakan AC, cukup buka pintu kabinet. Setelah selesai
beraktifitas di dapur, maka AC dapat dimatikan kembali dan pintu kabinet ditutup
kembali agar dapur tampak rapi. Ketika AC sedang dinyalakan pun pintu kabinet juga
bisa dibiarkan tertutup. Karena kesejukan udara AC tetap akan keluar dari sela-sela pintu
kabinet.
H. MATERIAL BAHAN BANGUNAN
Semen, keramik, batu bata, aluminium, kaca, dan baja sebagai bahan baku utama
dalam pembuatan sebuah bangunan berperan penting dalam mewujudkan konsep
bangunan ramah lingkungan.
Untuk kerangka bangunan utama dan atap, kini material kayu sudah mulai
digantikan material baja ringan.Isu penebangan liar (illegal logging) akibat pembabatan
kayu hutan yang tak terkendali menempatkan bangunan berbahan kayu mulai berkurang
sebagai wujud kepedulian dan keprihatinan terhadap penebangan kayu dan kelestarian
bumi.Peran kayu pun perlahan mulai digantikan oleh baja ringan dan aluminium.
58
Baja ringan dapat dipilih berdasarkan beberapa tingkatan kualitas tergantung dari
bahan bakunya.Rangka atap dan bangunan dari baja memiliki keunggulan lebih kuat,
antikarat, antikeropos, antirayap, lentur, mudah dipasang, dan lebih ringan sehingga tidak
membebani konstruksi dan fondasi, serta dapat dipasang dengan perhitungan desain
arsitektur dan kalkulasi teknik sipil.
Kusen jendela dan pintu juga sudah mulai menggunakan bahan aluminium
sebagai generasi bahan bangunan masa datang. Aluminium memiliki keunggulan dapat
didaur ulang (digunakan ulang), bebas racun dan zat pemicu kanker, bebas perawatan dan
praktis (sesuai gaya hidup modern), dengan desain insulasi khusus mengurangi transmisi
panas dan bising (hemat energi, hemat biaya), lebih kuat, tahan lama, antikarat, tidak
perlu diganti sama sekali hanya karet pengganjal saja, tersedia beragam warna, bentuk,
dan ukuran dengan tekstur variasi (klasik, kayu).
Bahan dinding dipilih yang mampu menyerap panas matahari dengan baik. Batu
bata alami atau fabrikasi batu bata ringan (campuran pasir, kapur, semen, dan bahan lain)
memiliki karakteristik tahan api, kuat terhadap tekanan tinggi, daya serap air rendah,
kedap suara, dan menyerap panas matahari secara signifikan.
Penggunaan keramik pada dinding menggeser wallpaper merupakan salah satu
bentuk inovatif desain. Dinding keramik memberikan kemudahan dalam perawatan,
pembersihan dinding (tidak perlu dicat ulang, cukup dilap), motif beragam dengan warna
pilihan eksklusif dan elegan, serta menyuguhkan suasana ruang yang bervariasi.
Fungsi setiap ruang dalam rumah berbeda-beda sehingga membuat desain dan
bahan lantai menjadi beragam, seperti marmer, granit, keramik, teraso, dan parquet.
Merangkai lantai tidak selalu membutuhkan bahan yang mahal untuk tampil artistik.
59
Lantai teraso (tegel) berwarna abu-abu gelap dan kuning yang terkesan sederhana
dan antik dapat diekspos baik asal dikerjakan secara rapi. Kombinasi plesteran pada
dinding dan lantai di beberapa tempat akan terasa unik. Teknik plesteran juga masih
memberi banyak pilihan tampilan.
Konsep ramah lingkungan dewasa ini juga telah merambah ke dunia sanitasi.
Septic tank dengan penyaring biologis (biological filter septic tank) berbahan fiberglass
dirancang dengan teknologi khusus untuk tidak mencemari lingkungan, memiliki sistem
penguraian secara bertahap, dilengkapi dengan sistem desinfektan, hemat lahan, antibocor
atau tidak rembes, tahan korosi, pemasangan mudah dan cepat, serta tidak membutuhkan
perawatan khusus.
Kotoran diproses penguraian secara biologis dan filterisasi secara bertahap
melalui tiga kompartemen. Media kontak yang dirancang khusus dan sistem desinfektan
sarana pencuci hama yang digunakan sesuai kebutuhan membuat buangan limbah kotoran
tidak menyebabkan pencemaran pada air tanah dan lingkungan.
Untuk mengantisipasi krisis air bersih, kita harus mengembangkan sistem
pengurangan pemakaian air (reduce), penggunaan kembali air untuk berbagai keperluan
sekaligus (reuse), mendaur ulang buangan air bersih (recycle), dan pengisian kembali air
tanah (recharge).
Beberapa arsitek sudah mulai mengembangkan sistem pengolahan air limbah
bersih yang mendaur ulang air buangan sehari-hari (cuci tangan, piring, kendaraan,
bersuci diri) maupun air limbah (air buangan dari kamar mandi) yang dapat digunakan
kembali untuk mencuci kendaraan, membilas kloset, dan menyirami taman, serta
membuat sumur resapan air (1 x 1 x 2 meter) dan lubang biopori (10 sentimeter x 1
meter) sesuai kebutuhan.
60
Penggunaan panel sel surya meringankan kebutuhan energi listrik bangunan dan
memberikan keuntungan tidak perlu takut kebakaran, hubungan pendek (korsleting),
bebas polusi, hemat listrik, hemat biaya listrik, dan rendah perawatan. Panel sel surya
diletakkan di atas atap, berada tepat pada jalur sinar matahari dari timur ke barat dengan
posisi miring. Kapasitas panel sel surya harus terus ditingkatkan sehingga kelak dapat
memenuhi kebutuhan energi listrik setiap bangunan.
Menurut Wulfram, bahan bangunan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Bahan bangunan alami, tidak mengandung zat yang mengganggu
kesehatan penghuni seperti batu alam, kayu, bambu, dan tanah liat.
2. Bahan bangunan buatan, mengandung zat kimia yang dapat
membahayakan kesehatan manusia seperti pipa, plastik, rock wool, cat
kimia, dan perekat.
Zat yang mempengaruhi kesehatan manusia adalah zat-zat yang menghilang
dalam udara (berbentuk limbah gas), baik bau maupun gas yang dihirup.
Menggunakan material lokal merupakan salah satu bentuk dukungan terhadap
ekonomi dan mengurangi jumlah transportasi, apalagi transportasi melalui laut, karena
jauh dan banyak memerlukan energi.
Beberapa bahan bangunan alami:
1. Kayu
Kayu merupakan bahan produk alam yang berasal dari hutan.Kayu
merupakan bahan alami yang dapat diperbarui.Dari aspek kekuatan, kayu
cukup kuat dan kaku walaupun bahan kayu tidak sepadat bahan baja atau
beton.Kayu mudah dikerjakan dan disambung dengan alat relatif
sederhana.Bahan kayu merupakan bahan yang dapat didaur ulang.Karena
61
dari bahan alami, kayu merupakan bahan bangunan ramah
lingkungan.Kayu mudah diproses dengan sedikit menggunakan energi,
memiliki sifat elastis, ulet, dan mempunyai ketahanan terhadap
pembebanan yang tegak lurus dengan seratnya. Kayu dikategorikan ke
dalam beberapa kelas keawetan, antara lain:
a. Kelas awet I (sangat awet) contohnya: Kayu Jati, Kayu Sonokeling
b. Kelas awet II (awet), contohnya: Kayu Merbau, Kayu Mahoni
c. Kelas awet III (kurang awet),contohnya: Kayu Karet, Kayu Pinus
d. Kelas awet IV (tidak awet), contohnya: Kayu Albasia.
e. Kelas awet V (sangat tidak awet)
2. Bambu
Bambu merupakan produk hasil hutan non kayu yang telah dikenal
bahkan dekat dengan kehidupan masyarakat umum karena pertumbuhannya
ada di sekeliling masyarakat. Bambu termasuk tanaman Bamboidae anggota
sub familia rumput, memiliki keanekaragaman jenis bambu di dunia sekitar
1250-1500 jenis sedangkan di Indonesia memiliki hanya 10% sekitar 154
jenis bambu (Wijaya, 1994). Beberapa jenis bambu yang paling sering
digunakan untuk bangunan bambu adalah:
a. Bambu petung/betung (Dendrocalamus asper).
Bambu ini tumbuh subur di hampir semua pulau besar di
Indonesia.Memiliki dinding yang tebal dan kokoh serta diameter
yang dapat mencapai lebih dari 20 cm. Dapat tumbuh hingga lebih 25
meter.Bambu petung banyak digunakan untuk kolom atau penyangga
62
bangunan.Juga sering di belah untuk keperluan reng/usuk
bangunan.Bambu petung yang peling umum ada dua jenis yakni
petung hijau dan petung hitam.
b. Bambu hitam atau bambu wulung (Gigantochloa atroviolacea).
Banyak tumbuh di jawa dan sumatra. Jenis bambu ini dapat
mencapai dimeter hingga 14 cm dan tinggi lebih dari 20 meter. Banyak
digunakan sebagai bahan bangunan dan perabot bambu karena relatif
lebih tahan terhadap hama.
c. Bambu apus atau tali (Gigantochloa apus).
Jenis ini banyak digunakan sebagai komponen atap (reng dan
kasau) dan dinding pada bangunan.Diameter antara 4 hingga 10 cm. Juga
sangat cocok untuk mebel dan kerajinan tangan. Sebagai dinding, bambu
apus dapat digunakan secara utuh maupun dibuat anyaman.
(www.sahabatbambu.com).
3. Alang-alang, rumbia, dan ijuk.
Bahan utama pelapis atap rumbia adalah daun-daun rumbia, bahan
utama atap alang-alang adalah rumput liar alang-alang dan bahan utama atap ijuk
adalah serat dari pohon aren.Alang-alang telah banyak digunakan sebagai
penutup atap bangunan resor di Bali.Sebagai penutup atap, alang-alang memiliki
tebal sekitar 30 cm dan dapat diikat pada bambu seperti welitan atau sebagai ikat
yang dijepit dengan bilah bambu pada reng.
63
4. Tanah.
Tanah sebagai bahan bangunan dalam kondisi alami dan yang telah
diproses banyak digunakan dalam dalam pelaksanaan pembangunan, contohnya:
a. Bahan tanah tanpa diolah
Sebagai contoh adalah pasir yang merupakan tanah
dengan butiran yang kasar.Pasir merupakan bahan yang
digunakan langsung menjadi bahan urugan. Sedangkan sebagai
bahan yang melalui proses dicampur dengan bahan lain,
misalnya dicampur dengan PC, semen merah atau kapur,
campuran tersebut akan menjadi spesi atau bahan perekat.
b. Bahan tanah yang diolah.
Bahan tanah yang diolah adalah bahan tanah yang
digunakan sebagai bahan bangunanyang memerlukan proses
lanjutan dan dapat dibentuk sesuai dengan kebutuhan. Tanah
jenis ini umumnya merupakan tanah lempung, dimana lempung
dalam keadaan aslinya dengan atau tanpa bahan tambahan perlu
diproses karena sifat muai susutnya yang besar sehingga tidak
dapat langsung digunakan dalam keadaan aslinya. Contoh dari
bahan ini antara lain: i) Batu bata, ii) Genteng, iii) Pipa tanah liat.
I. ATAP HIJAU
Atap hijau atau yang sering disebut roof garden adalah suatu model taman yang
dikembangkan secara khusus pada bagian atap bangunan (atau struktur bangunan lain
yang memungkinkan) untuk tjuan tertentu. Dari pengertian tersebut diperoleh suatu
konsep dasar bagi pengembangan taman atap yaitu menyatu dengan suatu bangunan,
64
dengan kata lain taman atap bukanlah model atap yang dikembangkan secara terpisah
pada lahan tertentu sebagaimana taman-taman pada umumnya. Dalam hal ini, taman atap
(roof garden) dikembangkan sebagai upaya untuk memperoleh sejumlah keuntungan
(terutama ekologis, estetik, dan ekonomi) yang dibutuhkan bagi peningkatan nilai suatu
bangunan, orang-orang yang berada didalamnya, maupun bagi lingkungan masyarakat
sekitarnya.
Secara umum, manfaat dari roof garden (Rooftops Hijau, 2008, Holladay, 2006)
adalah sebagai berikut:
1. Mengurangi tingkat polusi udara. Vegetasi pada roof garden dapat mengubah
polutan (toksin) di udara menjadi senyawa berbahaya melalui reoksigenation.
2. Menstabilkan jumlah gas rumah kaca (karbon dioksida) di atmosfer sehingga
dapat menekan efek rumah kaca.
3. Menurunkan suhu. Kehadiran roof garden dapat mengurangi efek radiasi panas
dari matahari dan dari dinding tanah.
4. Konservasi air. Taman atap dapat menyimpan sebagian besar air yang berasal
dari air hujan sehingga menyediakan mekanisme evaporasi-transpirasi yang lebih
efisien.
5. Mengurangi polusi udara / kebisingan. Komposisi vegetasi pada roof garden
memiliki potensi yang baik dalam mengurangi kebisingan yang berasal dari luar
bangunan (kebisingan dari kendaraan bermotor atau kegiatan industri).
6. Menampilkan keindahan bangunan (estetika).
7. Memberikan aspek pembangunan keindahan yang terlihat lebih hidup, indah,
dan nyaman.
65
Berdasarkan jumlah biaya (maintrenance) yang dibutuhkan, kedalaman tanah
(media tanam), dan jenis tanaman yang digunakan, roof garden ini dibagi menjadi tiga
macam (The Site.org, Lingkungan, 2006), yaitu:
1. Roof garden ekstensif.
Jenis biaya roof garden pemeliharaan cukup rendah, media tanam (tanah)
dangkal, dan tanaman yang digunakan adalah tanaman hias ringan. Roof garden
memiliki skala yang bangunan ringan dan sempit yang banyak digunakan di
rumah yang tidak terlalu luas seperti garasi, atap, teras, atau dinding.
2. Roof garden semi-ekstensif
Taman atap memiliki kedalaman media tanam (tanah) lebih dari sebuah
taman atap yang luas, dapat menampung sejumlah besar tanaman dan lebih
dekoratif. Taman atap membutuhkan struktur yang lebih kuat dan berat.
3. Roof garden intensif
Taman atap memiliki ukuran luas dari struktur yang besar dan kuat,
mampu menampung berbagai jenis tanaman kecil dan besar (pohon). Taman atap
jenis ini banyak digunakan pada bangunan besar (pencakar langit) dan dapat
digunakan sebagai darana rekreasi.
Keuntungan roof garden meliputi:
1. Keuntungan ekologi
a. Dapat menciptakan iklim mikro yang sejuk.
b. Mengundang hewan-hewan seperti burung dan unggas lainnya.
c. Melestarikan tanaman lain.
d. Mengurangi polusi udara.
66
2. Keuntungan teknis
a. Sebagai penghambat laju air hujan.
b. Sebagai pelindung atas atap, sehingga beton menjadi lebih tahan lama.
c. Dapat mengurangi kebisingan perkotaan.
3. Keuntungan bagi pemilik bangunan
a. Atap bangunan lebih tahan lama sehingga perawatan lebih hemat.
b. Menambah ruang baru yang akan digunakan.
c. Meningkatkan daya jual bangunan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat roof garden adalah:
1. Waterproofing
Adalah suatu cara yang diterapkan ke daerah penanaman untuk
mencegah air dan akar yang merusak atap. Hal ini dapat dilakukan dengan
menambah lapisan dasar, atap membrane (liner kolam atau liner butyl), filter
lembar, selimut lapisan kelembaban dan drainase ke permukaan atap. Biarkan
lembaran untuk dioverlap satu sama lain untuk mencegah kebocoran. Drainase
yang tersumbat dapat menyebabkan air meluap, yang dapat merusak atap.
2. Mempersiapkan daerah penanaman
Mempersiapkan daerah penanaman dapa dilakukan dengan membuat
tempat tidur tanam dengan les atau framing. Ini akan menjaga tanah agar tidak
mengalir selama hujan lebat. Selain itu, juga dapat dengan membuat bingkai
minimal 4 iinci lebih tinggi dari lapisan atas tanah. Tempat tidur tanam digunakan
untuk menanam tanaman yang lebih kecil seperti sayuran dan bunga-bunga yang
tidak tumbuh besar. Menggunakan wadah seperti pot dan perkebunan sangat ideal
67
untuk pohon dan tanaman dengan akar lebih besar atau invasive. Tambahkan
windbreaks tahan lama yang terbuat dari pagar dan teralis untuk mencegah angin
kuat yang merusak tanaman.
3. Menambahkan irigasi
Untuk menjaga keberlanjutan roof garden, hal yang perlu dilakukan
adalah memasang sistem penyimpanan air aatau penyimpanan air otomatis untuk
lebih mudah menyirami taman atap secara berkala. Memilih sistem irigasi tetes
bukan alat penyiram untuk membantu menyelamatkan air dengan membatasi
aliran air. Cara lain untuk menghemat waktu dan uang adalah dengan membuat
reservoir air untuk mengumpulkan air hujan.
4. Pemilihan tanaman
Untuk membuat roof garden pilihlah tanaman yang dapat menahan
unsure-unsur kasar. Tanaman yang tahan dengan kekeringan sangat ideal untuk
taman atap karena mereka dapat bertahan lama tanpa penyiraman setiap hari,
karena taman atap memiliki resiko yang lebih tinggi dengan sinar matahari
langsung daripaada taman yang biasa ditanam di permukaan tanah. Lumut,
sedum, rumput hias, bunga liar, pohon-pohon palem, bamboo, dan agaves adalah
contoh tanakan yang baik di atas atap. Untuk atap bertingkat tinggi, tanaman
yang cocok adalah tanaman tumbuh di dataran tinggi seperti sumac, juniper, dan
Yarrow.
68
Contoh penerapan roof garden:
69
BAB III
TINJAUAN DATA DAN INFORMASI
A. DATA PENGGUNA
1. 1 keluarga terdiri dari 4 orang, 1 pembantu dalam rumah, dan tamu
Ayah ( 63 tahun )
Ibu ( 59 tahun )
Anak laki-laki ( 17 tahun )
Anak perempuan ( 15 tahun )
Pembantu ( 22 tahun )
Tamu ( Sesuai tamu yang dating )
2. Profesi:
Ayah sebagai Dosen Arsitektur
Ibu sebagai Dosen Ekonomi
Anak laki-laki sebagai pelajar SMA
Anak perempuan sebagai pelajar SMP
Pembantu sebagai pembantu rumah tangga
3. Hobbi keluarga:
1 keluarga bersepeda
4. Data lain:
Mempunyai 2 mobil, 2 sepeda motor, dan 4 sepeda.
70
B. DATA AKTIVITAS
1. Ayah
Ayah berusia 63 tahun dan berprofesi sebagai dosen Arsitektur di universitas
negeri di Surakarta. Ayah mempunyai kebiasaan selalu menjalankan solat di masjid.
Setelah bangun tidur pukul 04.00, ayah bergegas pergi ke masjid untuk menjalankan solat
Subuh. Sepulang dari masjid (pukul 04.30), ayah mandi dan mempersiapkan segala hal
yang dibutuhkan untuk perkuliahan. Pada pukul 06.00 setelah sarapan selesai disiapkan,
ayah memimpin doa dan sarapan bersama keluarga di ruang makan. Hingga pada pukul
07.00 ayah berangkat menuju tempat beliau biasa mengajar.
Ayah menyelesaikan pekerjaanya pukul 15.00 dan kembali menuju rumah.
Biasanya selalu menyempatkan diri solat Asar sebelum kembali ke rumah. Pada pukul
18.30, setelah menyelesaikan solat Maghrib, ayah memimpin makan malam yang telah
disiapkan di ruang makan. Pukul 19.30 setelah makan dan solat Isya, ayah selalu belajar
di ruang kerjanya hingga pada pukul 21.00. Kemudian beliau pergi menuju kamar tidur
untuk mengakhiri aktivitas hari itu.
Tak lupa setiap hari sabtu dan minggu -weekend- ayah bersama ibu selalu
bersepeda 06.00 berkeliling kota hingga berjalan sejauh 20-30 kilometer, karena ayah dan
ibu mempunyai hobi bersepeda.
2. Ibu
Ibu berusia 59 tahun. Berprofesi sebagai seorang dosen Ekonomi pada sebuah
universitas Negeri. Pagi jam 04.00 ibu bangun dan melaksanakan solat Subuh. Setelah
itu, ibu mempersiapkan segala hal yang diperlukannya untuk perkuliahan hari itu. Pukul
06.00, ibu sarapan bersama keluarga di ruang makan. Pukul 07.00 ibu berangkat
menuju tempat perkuliahan.
71
Ibu menyelesaikan perkuliahan dan kembali ke rumah pukul 15.00. Sebelum
kembali ke rumah, ibu biasanya menyempatkan untuk solat Asar terlebih dahulu. Pukul
18.00 ibu solat Maghrib, kemudian pukul 18.30 ibu makan malam bersama keluarga di
ruang makan. Pukul 19.30 setelah selesai makan dan solat Isya, ibu belajar di ruang
kerjanya. Pada pukul 21.00, selesai belajar dan menyiapkan materi hari esok, ibu pergi ke
kamar dan menyelesaikan aktivitas hari ini.
Tak lupa setiap hari sabtu dan minggu -weekend- ayah bersama ibu selalu
bersepeda 06.00 berkeliling kota hingga berjalan sejauh 20-30 kilometer, karena ayah
dan ibu hobi bersepeda
3. Anak laki-laki (Kakak)
Anak laki-laki berusia 17 tahun, berprofesi sebgai pelajar SMA disalah satu
sekolah Negeri. Pada pukul 04.00 bangun tidur, solat Subuh dan bersiap-siap untuk
berangkat ke sekolah. Pada pukul 06.00, sarapan bersama keluarga di ruang makan.
Kemudian pada pukul 06.30, anak laki-laki berangkat kesekolah bersama anak
perempuan (adik).
Pukul 15.00 kakak bersama adik menyelesaikan kegiatan belajar mengajar di
sekolah. Pada pukul 18.00 setelah menyelesaikan solat Maghrib, kakak dan adik pergi
menuju ruang makan untuk makan malam bersama keluarga. Pukul 19.30 kakak dan adik
belajar di ruang belajar mereka, mempersiapkan materi untuk hari berikutnya ataupun
mengerjakan tugasnya. Hingga pukul 21.00 kakak dan adik menuju kamar mereka
masing-masing untuk mengakhiri aktvitas hari itu.
4. Anak perempuan (Adik)
Anak perempuan berusia 15 tahun, berprofesi sebgai pelajar SMP disalah satu
sekolah Negeri. Pada pukul 04.00 bangun tidur, solat dan bersiap-siap untuk berangkat
72
pergi kesekolah. Pada pukul 06.00 sarapan bersama keluarga di ruang makan. Kemudian
pada pukul 7.00 anak berangkat kesekolah bersama anak perempuan (adik).
Pukul 15.00 Kakak bersama Adik menyelesaikan kegiatan belajar mengajar di
sekolah. Hingga pada pukul 18.30 setelah menyelesaikan solat, kakak dan adik pergi
menuju ruang makan untuk makan malam bersama keluarga. Pukul 19.30 kakak dan adik
belajar di ruang belajar mereka, mempersiapkan materi untuk hari berikutnya ataupun
mengerjakan tugasnya. Pukul 21.00 kakak dan adik menuju kamar mereka masing-
masing untuk mengakhiri aktvitas hari itu.
5. Pembantu
Pembantu berusia 22 tahun berkerja sebagai pembantu di rumah . Pada pukul
04.00 bangun, solat Subuh, dan segera menyiapkan makanan untuk sarapan hari ini.
Pukul 06.00 sarapan bersama keluarga di ruang makan, kemudian membersihkannya.
Pukul 07.00 sampai 09.00 mencuci, menjemur dan menyetrika yang telah dicuci dan
dijemur di hari sebelumnya.
Pukul 12.00 pembantu solat Dhuhur. Pukul 15.00 solat Asar. Pukul 16.00
membersihkan-menyapu dan mengepel- rumah. Pukul 17.00 menyiapkan makan malam
Pukul 18.00 menjalankan solat Maghrib, kemudian makan malam bersama keluarga pada
pukul 18.30. Pukul 19.30 setelah selesai makan malam dan solat Isya, kemudian
membersihkan makan. Kemudian pukul 21.00 pergi tidur.
6. Tamu
Tamu kemungkinan datang pada pukul 16.00.
73
C. TABEL AKTIVITAS
Ayah Ibu Anak 1 Anak 2 Pembantu Tamu
04.00 Bangun
tidur, solat
Bangun
tidur, solat
Bangun
tidur, solat
Bangun
tidur, solat
Bangun tidur,
solat
05.00 Menyiapkan
sarapan
06.00 Sarapan Sarapan Sarapan Sarapan Sarapan
06.30 Berangkat
sekolah
Berangkat
sekolah
Membereskan
sarapan
07.00 Berangkat
bekerja
Berangkat
bekerja
Sekolah Sekolah Bersih-bersih
08.00 Bekerja Bekerja Mencuci
09.00 Menjemur dan
menyetrika
12.00 Solat
15.00 Pulang Pulang Pulang Pulang Solat
16.00 Membersihkan
rumah
*)
*) kemungkinan ada tamu yang datang
17.00 Menyiapkan
makan malam
74
18.00 Solat Solat Solat Solat Solat
18.30 Makan
malam
Makan
malam
Makan
malam
Makan
malam
Makan malam
19.00 Solat Solat Solat Solat Solat
19.30 Belajar Belajar Belajar Belajar Membersihkan
makan malam
21.00 Tidur Tidur Tidur Tidur Tidur
75
D. DATA SITE
76
1. Batas-batas site :
- Batas Timur Laut Rumah warga
- Batas Tenggara Rumah warga
- Batas Selatan Jalan Ki Hajar Dewantara
- Batas Barat Jalan gang
2. Potensi Site
a. Akses kebutuhan sehari-hari dekat dengan jalan raya.
b. Dekat dengan taman.
c. Lokasi site aman dan tenang, karena letak site yang berada di dalam
kompleks perumahan.
3. Kendala Site
a. Daerah site yang tingkat kebisingan tinggi dan juga bersuhu panas.
b. Lahan disekitar masih kosong, yang menjadikan lingkungan sedikit
sepi, karena sedikitnya tetangga yang ada.
4. Aturan Pembangunan
a. Peraturan Daerah Surakarta No.8 Tahun 2009 Tentang Bangunan
a.1. Peraturan Daerah Surakarta No.8 Tahun 2009 Tentang Bangunan
i. Letak garis sepadan bangunan terluar adalah separuh lebar
ruang milik jalan atau daerah milik jalan (damija) ditambah satu
meter dihitung dari as jalan.
77
ii. Garis sepadan bangunan terluar pada bagian samping dan atau
belakang yang berbatasan dengan tetangga minimal 2 meter dari
batas kapling.
iii. Apabila garis sepadan bangunan dengan garis sepadan jalan,
cucuran atap atau teritis atau overstek maksimal 1.5 meter,
ketinggian minimal 3 meter dari lantai dasar.
a.2. Peraturan Daerah Surakarta No.1 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Surakarta
i. Pengembangan rumah tinggal tunggal diizinkan setinggi-
tingginya tiga lantai dengan mempertimbangkan daya dukung
lingkungan.
5. Data Lingkungan Sekitar
Site berada di Jalan Ki Hajar Dewantara,Surakarta yang merupakan
daerah perumahan dengan tingkat interaksi sosial yang rendah. Site berada di
sekitar wilayah Universitas sehingga apabila saat di siang hari dapat
menimbulkan kebisingan. Site berada dekat dengan taman sehingga apabila jenuh
dapat bermain di taman. Di sebelah timur laut dan tenggara berbatasan dengan
warga, di sebelah selatan berbatasan dengan jalan,dan di sebelah barat berbatasan
dengan jalan gang.
78
E. DATA LAIN
a. Sinar matahari
b. Arah angin
Arah angin pada site dari arah barat laut ke arah timur laut.
79
c. View
80
BAB V
KONSEP PERANCANGAN
A. KONSEP PENATAAN SITE
1. Adanya vertical planes berupa vegetasi seperti pohon besar untuk
penyerapan gelombang suara, dan vegetasi dengan tinggi sedang agar
dapat mengurangi view kedalam agar privasi dirumah ini juga dapat
terjaga.
2. Karena site berada di pertigaan maka pojokan dari site harus di potong .
3. Untuk merespon angin yang memasuki site maka pagar akan dibentuk
solid yang nantinya mengalami sedikit pengurangan berupa pelubangan
pada pagar karena pagar. Hal ini difungsikan untuk melindungi area
halaman dari angin yang cukup besar.
4. Untuk perilaku masyarakat sekitar yang cenderung tertutup, maka pagar
memiliki tinggi relative pendek sekitar 1 m agar pemilik rumah berkesan
tidak menutup diri dengan lingkungan sekitar.
5. Dilihat dari analisis peraturan pembangunannya , maka perancangan
rumah tinggal memiliki besaran luas bangunan berkisar antara 30-40%
dari luas total site, dan posisi bangunan berada 3 meter dari jalan utama
dan 2 meter dai jalan gang
U
81
DE
B
C
A
Gambar diatas adalah memperlihatkan gambaran sederhana dari site .pada
gambar bernotasi A merupakan carport bagi tamu,sedangkan gambar yang bernotasikan c
carport bagi user. Carport tamu hanya berkapasitas 1 mobil sedangkan carport bagi user
berkapasitas 2 mobil sejajar .
Gambar yang bernotasi B adalah Zona private (bangunan rumah tinggal)
Pada zona ini adalah bangunan rumah tinggal. konsep rumah tinggal akan
dijelaskan pada bagian konsep peruangan.Sedangakan gambar yang bernotasi
D dan E adalah zona servis ,untuk keterangan lebih lanjut akan di jelaskan pada
sub bab selanjutnya .
View buatan di sisi timur dan di sisi barat Untuk mengisi halaman samping
rumah, maka pada space ini akan diciptakan view buatan. Ground planes di
space ini adalah rumput dan sedikit tumbuhan kecil berbunga.
Untuk vertical planes di space ini akan memakai vegetasi yang banyak,
berupa pohon .Sehingga vegetasi yang ada akan ditata dengan pola linier
dengan perbedaan ketinggian kontur tanah pada setiap titik tumbuh vegetasinya.
82
B. KONSEP PERUANGAN
a. Program ruang
Dalam menentukan kebutuhan ruang dalam suatu obyek rancang bangun
(dalam hal ini adalah rumah tinggal), yang perlu dilakukan pertama kali adalah
mengetahui kebiasaan, kebutuhan, dan karakter dari para penghuni rumah
tinggal tersebut. Setelah melewati proses pengkajian data yang diperoleh dari
individu-individu yang berkaitan dalam Kebutuhan ruang pada konsep
perancangan rumah tinggal profesi dosen arsitektur ini adalah
1. Ayah
Ayah berusia 63 tahun dan berprofesi sebagai dosen Arsitektur di
universitas negeri di Surakarta. Ayah mempunyai kebiasaan selalu menjalankan
solat di masjid. Setelah bangun tidur pukul 04.00, ayah bergegas pergi ke masjid
untuk menjalankan solat Subuh. Sepulang dari masjid (pukul 04.30), ayah mandi
dan mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan untuk perkuliahan. Pada pukul
06.00 setelah sarapan selesai disiapkan, ayah memimpin doa dan sarapan
bersama keluarga di ruang makan. Hingga pada pukul 07.00 ayah berangkat
menuju tempat beliau biasa mengajar.
Ayah menyelesaikan pekerjaanya pukul 15.00 dan kembali menuju
rumah. Biasanya selalu menyempatkan diri solat Asar sebelum kembali ke
rumah. Pada pukul 18.30, setelah menyelesaikan solat Maghrib, ayah memimpin
makan malam yang telah disiapkan di ruang makan. Pukul 19.30 setelah makan
dan solat Isya, ayah selalu belajar di ruang kerjanya hingga pada pukul 21.00.
Kemudian beliau pergi menuju kamar tidur untuk mengakhiri aktivitas hari itu.
Tak lupa setiap hari sabtu dan minggu -weekend- ayah bersama ibu
selalu bersepeda 06.00 berkeliling kota hingga berjalan sejauh 20-30 kilometer,
karena ayah dan ibu mempunyai hobi bersepeda.
2. Ibu
Ibu berusia 59 tahun. Berprofesi sebagai seorang dosen Ekonomi pada
sebuah universitas Negeri. Pagi jam 04.00 ibu bangun dan melaksanakan solat
Subuh. Setelah itu, ibu mempersiapkan segala hal yang diperlukannya untuk
83
perkuliahan hari itu. Pukul 06.00, ibu sarapan bersama keluarga di ruang
makan. Pukul 07.00 ibu berangkat menuju tempat perkuliahan.
Ibu menyelesaikan perkuliahan dan kembali ke rumah pukul 15.00.
Sebelum kembali ke rumah, ibu biasanya menyempatkan untuk solat Asar
terlebih dahulu. Pukul 18.00 ibu solat Maghrib, kemudian pukul 18.30 ibu makan
malam bersama keluarga di ruang makan. Pukul 19.30 setelah selesai makan
dan solat Isya, ibu belajar di ruang kerjanya. Pada pukul 21.00, selesai belajar
dan menyiapkan materi hari esok, ibu pergi ke kamar dan menyelesaikan
aktivitas hari ini.
Tak lupa setiap hari sabtu dan minggu -weekend- ayah bersama ibu
selalu bersepeda 06.00 berkeliling kota hingga berjalan sejauh 20-30 kilometer,
karena ayah dan ibu hobi bersepeda
3. Anak laki-laki (Kakak)
Anak laki-laki berusia 17 tahun, berprofesi sebgai pelajar SMA disalah
satu sekolah Negeri. Pada pukul 04.00 bangun tidur, solat Subuh dan bersiap-
siap untuk berangkat ke sekolah. Pada pukul 06.00, sarapan bersama keluarga
di ruang makan. Kemudian pada pukul 06.30, anak laki-laki berangkat kesekolah
bersama anak perempuan (adik).
Pukul 15.00 kakak bersama adik menyelesaikan kegiatan belajar
mengajar di sekolah. Pada pukul 18.00 setelah menyelesaikan solat Maghrib,
kakak dan adik pergi menuju ruang makan untuk makan malam bersama
keluarga. Pukul 19.30 kakak dan adik belajar di ruang belajar mereka,
mempersiapkan materi untuk hari berikutnya ataupun mengerjakan tugasnya.
Hingga pukul 21.00 kakak dan adik menuju kamar mereka masing-masing untuk
mengakhiri aktvitas hari itu.
4. Anak perempuan (Adik)
Anak perempuan berusia 15 tahun, berprofesi sebgai pelajar SMP disalah
satu sekolah Negeri. Pada pukul 04.00 bangun tidur, solat dan bersiap-siap untuk
berangkat pergi kesekolah. Pada pukul 06.00 sarapan bersama keluarga di
ruang makan. Kemudian pada pukul 7.00 anak berangkat kesekolah bersama
anak perempuan (adik).
84
Pukul 15.00 Kakak bersama Adik menyelesaikan kegiatan belajar
mengajar di sekolah. Hingga pada pukul 18.30 setelah menyelesaikan solat,
kakak dan adik pergi menuju ruang makan untuk makan malam bersama
keluarga. Pukul 19.30 kakak dan adik belajar di ruang belajar mereka,
mempersiapkan materi untuk hari berikutnya ataupun mengerjakan tugasnya.
Pukul 21.00 kakak dan adik menuju kamar mereka masing-masing untuk
mengakhiri aktvitas hari itu.
5. Pembantu
Pembantu berusia 22 tahun berkerja sebagai pembantu di rumah . Pada
pukul 04.00 bangun, solat Subuh, dan segera menyiapkan makanan untuk
sarapan hari ini. Pukul 06.00 sarapan bersama keluarga di ruang makan,
kemudian membersihkannya. Pukul 07.00 sampai 09.00 mencuci, menjemur dan
menyetrika yang telah dicuci dan dijemur di hari sebelumnya.
Pukul 12.00 pembantu solat Dhuhur. Pukul 15.00 solat Asar. Pukul 16.00
membersihkan-menyapu dan mengepel- rumah. Pukul 17.00 menyiapkan
makan malam Pukul 18.00 menjalankan solat Maghrib, kemudian makan malam
bersama keluarga pada pukul 18.30. Pukul 19.30 setelah selesai makan malam
dan solat Isya, kemudian membersihkan makan. Kemudian pukul 21.00 pergi
tidur.
6. Tamu
Tamu kemungkinan datang pada pukul 16.00.
TABEL AKTIVITAS
Melihat dari table aktivitas dari pelaku pada pengguna rumah ini maka di dapat
macam macam kebutuhan ruang sebagai berikut
Ayah Ibu Anak 1 Anak 2 Pembantu Tamu
04.00 Bangun
tidur, solat
Bangun
tidur, solat
Bangun tidur,
solat
Bangun
tidur, solat
Bangun tidur,
solat
85
05.00 Menyiapkan
sarapan
06.00 Sarapan Sarapan Sarapan Sarapan Sarapan
06.30 Berangkat
sekolah
Berangkat
sekolah
Membereskan
sarapan
07.00 Berangkat
bekerja
Berangkat
bekerja
Sekolah Sekolah Bersih-bersih
08.00 Bekerja Bekerja Mencuci
09.00 Menjemur dan
menyetrika
12.00 Solat
15.00 Pulang Pulang Pulang Pulang Solat
16.00 Membersihkan
rumah
*)
*) kemungkinan ada tamu yang datang
17.00 Menyiapkan
makan malam
18.00 Solat Solat Solat Solat Solat
18.30 Makan
malam
Makan
malam
Makan
malam
Makan
malam
Makan malam
19.00 Solat Solat Solat Solat Solat
86
19.30 Belajar Belajar Belajar Belajar Membersihkan
makan malam
21.00 Tidur Tidur Tidur Tidur Tidur
Kebutuhan ruang
Melihat dari table aktivitas dari pelaku pada pengguna rumah ini maka di
dapat macam macam kebutuhan ruang sebagai berikut :
1. Ruang tamu : 1 buah
2. Musholla : 1 buah
3. Ruang keluarga : 2 buah
4. Ruang makan : 1 buah
5. WC / kamar mandi: 4 buah (2 dalam ruangan + 2 luar ruangan)
6. R kerja ayah : 1 buah
7. R.kerja ibu : 1 buah
8. R.belajar : 1 buah
9. R.musik : 1 buah
10. R.tidur utama : 1 buah
11. R.baca : 1 buah
12. R.tidur anak : 2 buah
13. Dapur bersih : 1 buah
14. Dapur kotor : 1 buah
15. R.cuci : 1 buah
16. R.tidur pembantu : 1 buah
17. R.setrika : 1 buah
18. Gudang : 1 buah
b. Konsep Perancangan Luasan Ruang
1. Table perancangan luasan ruang lantai 1
User Aktifitas Program Besaran zona
87
ruang
Ayah
Ibu
Anak laki-laki
Anak perempuan
Menyambut tamu
Ruang tamu ± 15 m² Public
Ayah
Ibu
Anak laki-laki
Anak perempuan
Pembantu
Olahraga Halaman ± 20 m² Public
Ayah
Ibu
Anak laki-laki
Anak perempuan
Ibadah sholat
Tadarus
Musholla ± 11 m² Semi private
Ayah
Ibu
Anak laki-laki
Anak perempuan
Berkumpul
Menonton tv
Bersantai
Ruang keluarga
± 20 m² Semi private
Ayah
Ibu
Anak laki-laki
Anak perempuan
Makan
Minum
Ruang makan
± 10.6 m² Semi private
Ayah
Ibu
Anak laki-laki
Anak perempuan
Pembantu
Mandi
Buang air besar
Buang air kecil
Kamar mandi /
WC
± 6 m² Servis
Ayah Bekerja Ruang kerja ayah
±12 m² Private
Ayah Tidur Kamar ±22 m² Private
88
Ibu
Istirahat
utama
Ayah
Ibu
Mandi
Buang air besar
Buang air kecil
WC/kamar mandi dalam
±4.3 m² Private
Ibu
Anak perempuan
Pembantu
Menyiapkan makanan
Menyimpan makanan
Dapur bersih ± 9.5m² Servis
Ibu
Anak perempuan
Pembantu
Memasak
Menyuci bahan masakan
Menyimpan bahan masakan
Dapur kotor ± 9.5m² Servis
Ibu
Anak perempuan
Pembantu
Menyuvi baju
Menyuci peralatan dapur
Tempat cuci ± 4 m² Servis
Pembantu Tidur
Istirahat
Kamar pembantu
± 6 m² Servis
Pembantu Melipat pakaian
Menyetrika
Ruang setrika
± 4 m² Servis
Ayah
Ibu
Anak laki-laki
Anak perempuan
Pembantu
Menyimpan barang bekas sementara
Gudang ± 5 m² Servis
89
Ayah
Ibu
Anak laki-laki
Anak perempuan
Pembantu
Menyimpan mobil,motor sepeda.
Garasi ±50 m² Servis
1. Table perancangan luasan ruang lantai 2
User Aktifitas Program
ruang
Besaran Zona
Anak
perempuan
Anak laki lak
Ibu
Ayah
Berkumpul
Menonton tv
Bersantai
Ruang
keluarga
±4.5 m² Semi private
Anak
perempuan
Anak laki laki
Mandi
Buang air besar
Buag air kecil
Kamar
mandi /
Wc
±6 m² Semi private
Anak
perempuan
Tidur
Istirahat
kamar tidur ±13 m² Private
Anak laki-laki Tidur
Istirahat
Kamar tidur ±12.6 m² Private
Anak
perempuan
Anak laki –laki
Belajar
Main computer
Ruang
belajar anak
±10 m² Private
Ayah
Ibu
Anak laki-laki
Anak
perempuan
Bermain musik
Ruang musik ±14 m² Private
90
Ayah
Ibu
Anak laki-laki
Anak perempuan
Membaca buku
Diskusi
Ruang baca ±22 m² Private
Ibu Bekerja Ruang kerja
ibu
±14 m² private
1. Teras depan
Teras depan yang berfungsi sebagai sebagai ruangan transisi dari site
kedalam rumah seharusnya memiliki kesan dan ramah, agar aktifitas menerima
tamu dapat terwadahi dengan baik mulai dari bentuk bangunan terutama teras.
Teras juga harus dapat terlihat jelas dari site, agar tamu yang datang tidak
bingung akan entrance menuju bangunan.
2. Ruang tamu
Ruang tamu adalah zona publik yang berfungsi sebagai tempat
menerima tamu. Sehingga jika dilihat dari profesi seorang dosen arsitek, ruang
tamu ini haruslah nyaman dan memiliki luas yang cukup untuk menaruh
furnitureSelain itu agar tamu merasa nyaman, ruang tamu harus memiliki
penghawaan alami, dan adanya sarana dari dalam ruang tamu untuk mendapat
view yang menarik .
3. Ruang keluarga
Ruang keluarga adalah ruang yang berfungsi sebagai tempat
berkumpulnya keluarga.Sehingga seharusnya ruangan ini dapat mengakrabkan
anggota keluarga yang jarang bertemu mengingat aktifitasnya yang sibuk dan
beragam. Serta berkesan luas, adanya penghawaan alami, pencahayaan alami
dan dapat menurunkan kejenuhan didalam ruangan dengan melihat view
vegetasi yang ada. Ruangan ini adalah tempat untuk mengurangi kejenuhan
setelah beraktifitas sehari-hari, maka perlunya sarana hiburan pada ruangan ini.
4. Dapur
91
Dapur di bagi menjadi dua , dapur bersih dan dapur kotor.Dapur kotor
sebagai area service untuk memasak makanan, dimana setelah itu makanan
yang sudah masak di sajikan di dapur bersih dan setelah di sajikan di dapur
bersih ditata di ruang makan dan kemudian dimakan di dalam ruang makan.
Sehingga antara dapur kotor ,dapur bersih dan ruang makan memiliki
keterkaitan. Mengingat letaknya yang berada di area servis dan hubungan
ruangnya dengan ruang makan, maka secara visual dapur bersih ini harus
terlihat bersih dan tidak penuh dengan kotoran. Untuk ukurannya tidak terlalu
luas, cukup untuk menyajikan dan menyimpan makanan.
5. Ruang makan
Ruang makan adalah ruang dalam bangunan yang dipakai untuk
mewadahi aktifitas makan keluarga. Sehingga ruang makan seharusnya dapat
menghangatkan hubungan antar anggota keluarga di pagi hari sebelum
beraktifitas. Selain itu, untuk kenyamanan user, maka dalam ruangan ini user
harus dapat menikmati view buatan diluar, mendapat sirkulasi udara dan
medapat pencahayaan alami.
6. Ruang kerja ayah
Ruang kerja ayah adalah tempat untuk mewadahi kegiatan kerja ayah.
Aktifitas tersebut memerlukan keprivasian dan membuat nyaman ayah yang
memiliki kebiasaan saat mendesain sesuatu senang memandangi mobil sambil
merokok.Desain ruang kerja ini diharapkan tidak membuat jenuh pengguna yang
melakukan aktifitas disini, sehingga perlu diberikan view buatan untuk
mengurangi sedikit kejenuhan.
7. Kamar Tidur utama + km/wc di dalam
Kamar tidur utama berfungsi sebagai tempat istirahat ayah dan
ibu, sehingga kamar tidur ini akan dirancang senyaman mungkin untuk kapasitas
2 orang dengan fasilitas sebuah kamar mandi didalam kamar. Kamar tidur ini
seharusnya memiliki pencahayaan alami dan penghawaan alami, agar dapat
menghemat biaya penggunaan listrik. Memiliki view dari dalam keluar, agar di
92
dalam kamar ayah dan ibu tidak mengalami ke jenuhan. Kamar tidur utama ini
memiliki tingkat privasi yang tinggi.
8. 2 Kamar tidur anak
Kamar tidur setiap anak, tidak memiliki kamar mandi dalam. Kamar
tidur anak seharusnya lebih sempit dari kamar utama, karena user stiap kamar
tidur ini hanya 1. 2 kamar tidur anak ini terletak di lantai 2 yang mempunyai
hubungan langsung dengan ruang belajar.
9. Ruang kerja ibu
Ruang kerja ibu di pisah dengan ruang kerja ayah mengingat ayah
apabila mendesain mempunyai kebiasaan sambil merokok. Luasan dari ruang
kerja ibu cukup besar di karenakan seorang dosen ekonomi mempunyai data
yang banyak dan terdapat 2 meja ,1 untuk meja bekerja dan 1 untuk meja
komputer.
10. Ruang baca + 1 kamar mandi/wc
Ruang baca adalah ruang yang di peruntukan sebagai perpustakan dan
kegiatan membaca. Ruang baca mempunyai kamar mandi dalam di peruntukan
apabila sedang fokus membaca tidak perlu repot untuk ke luar ruangan.
11. Ruang musik
Ruang musik merupakan ruangan yang menyediakan berbagai macam
alat musik akustik. Karena alat yang dimainkan merupakan alat music akustik
sehingga tidak memerlukan pengedap suara .
12. 2 kamar mandi luar
2 kamar mandi luar ruangan yang 1 erletak di lantai 1 dan 1 terletak di
lantai 2. Pada lantai 2 kamar mandi luar berhubungan langsung dengan kamar
mandi anak tujuannya agar apabila anak akan menggunakan wc/kamar mandi
tidaka perlu jalan terlalu jauh.
13. Kamar pembantu
93
Kamar pembantu merupakan kamar yang di peruntukan pembantu, kamar
pembantu di buat nyaman agar ketika pembantu ingin hiburan tidak perlu ke
dalam ruang keluarga.Kamar pembantu berhubungan langsung dengan tempat
cuci dan ruang setrika.
14. Tempat cuci
Tempat cuci di peruntukan menyuci pakaian dan menyuci perlatan
masak,luasan dari tempat cuci tidak besar mengingat aktifitas yang digunakan
hanya sekedar menyuci
15. Ruang setrika
Ruang setrika merupakan tempa untuk pembantu menyetrika dan
memindahkan jemuran yang sudah kering dari tempat jemur ke dalam ruang
setrika yang selanjutnya pakaian akan di setrika oleh pembantu . Luasan dari
ruang setrika tidak luas mengingat aktifitas di dalam ruang setrika hanya
menyimpan jemuran dan menyetrika .
16. Gudang
Gudang merupakan tempat untuk menyimpan barang barang yang sudah
tidak terpakai namun ayah menghendaki bahwa gudang hanya untuk menyimpan
barang barang bekas yang sifatnya sementara dan selanjutnya akan di buang .
17. Garasi
Garasi merupakan tempat untuk menyimpan berbagai kendaaan ,
anatara lain adalah 2 mobil , sepeda motor dan sepeda . garasai di
desain melebar agar ketika salah satu mobil akan keluar tidak perlu
repot memindahkan mobil yang lain. Pintu dari garasi sendi
menggunakan rolling door.
c. Konsep Perancangan Organisasi Ruang
Konsep perancangan organisasi ruang akan di jelaskan melalui diagam
matrix .
1. Gambar diagram matrix lantai 1
94
2. Gambar diagram matrix lantai 2
95
C. KONSEP BENTUK
Berdasarkan analisis, yang dilakukan maka konsep bentuk dan tampilan bangunan
menjadi seperti ini :
Bentuk bangunan
Bentuk bangunan dibentuk berdasarkan dari lantai, dinding, dan atap. Ketiganya
adalah unsur pembentuk ruang. Oleh sebab itu ketiganya saling berhubungan
dan mempengaruhI.
o Dinding dirancang menyusaikan setiap ruang-ruangnya dengan bukaan
menyesuaikan konsep pemograman ruang.
o Atap bertipe pelana asimetris dengan bentangan sesuai ukuran 9m kayu.
Agar mudah dikenali pojok dari bangunan berbentuk ¼ lingkaran
Tampilan bangunan
Tampilan bangunan didesain menggunakan prinsip estetika, yaitu pola,
keseimbangan irama, datum, repetisi, warna, tekstur, dan dominasi.
o Pola tampilan bangunan adalah linier dengan elemen pembangunnya
adalah jendela, dan penonjolan dinding. Pola linier memanjang mengikuti
panjang dinding.
96
o Keseimbangan bangunan memakai keseimbangan asimetris dengan unsure
pembentuknya adalah atap, penonjolan dinding yang mengikuti denah,
jendela, pintu.
o Irama dibentuk melalui lebar jendela yaitu dengan kelipatan 50 cm
o Datum dibentuk melalui tinggi dinding, datum ditarik dari garis lurus dari
ujung dinding yang satu dengan yang lain.
o Repetisi dibentuk melalui pengulangan unsure jendela dan penonjolan
dinding.
o Warna yang digunakan ada 2 yaitu menggunakan 1 warna terang dan 1
warna gelap.
o Dominasi terdapat pada atap dimana atap bangunan terdapat ornament
yang dapat menjadi point of interest bangunan.
D. KONSEP STRUKTUR
Dari analaisis data yang telah dilakukan, site berada di Surakarta,
Jawa Tengah, Indonesia. Oleh sebab itu struktur bangunan akan
berbentuk massive, dengan pertimbangan iklim yang ada adalah iklim
tropis dengan intensitas hujan yang tinggi, maka dinding akan lebih
bertahan lama jika berbentuk masiv dan kokoh. Sedangkan atap akan
berbentuk pelana asimetris dengan tritisan, sehingga tempias air hujan
tidak terlalu berefek kepada dinding dan kusen serta air tidak terlalu
banyak masuk kedalam teras dan ruangan yang memang sengaja diberi
bukaan lebih.
Material bahan dinding bangunan memakai batu bata dengan kolom
memakai besi tulangan untuk menghemat biaya dan batu bata dirasa
cukup baik untuk bertahan di iklim tropis Indonesia. Selain itu dinding batu
bata dapat menyerap suhu panas serta cukup untuk memantulkan
gelombang suara yang berasal dari kebisingan disekitar site.
Material kusen, kuda-kuda, reng, usuk, gording akan memakai kayu
yang selain murah juga dapat memperindah fasad bangunan karena
97
berkesan alami jika material ini diekspos..
Sebagai bahan penutup atap akan memakai genting dari tanah liat,
dengan pertimbangan genting berbahan tanah liat juga dapat menahan
panas matahari, sehingga ruangan dibawahnya menjadi tidak terlalu
panas.
Untuk lantai ruang-ruang utama memakai keramik, lantai kamar
mandi memakai keramik kecil, untuk ruang cuci dan carport memakai
paving, sedangkan lantai pada taman akan memakai batu kali.
E. KONSEP UTILITAS
1. Pemasangan wc di lantai 2 dipasang tepat berada di atasnya, untuk
menghemat penggunaan pipa dan mempermudah jalur pembuangan
black water dan pengaliran air bersih.
2. Pemberian bukaan seperti jendela kaca. Dimana setiap ruangan
akan memiliki sedikitnya 2 daun jendela yang dapat dibuka, untuk
pencahayaan dan penghawaan alami dan menghemat penggunaan
ac.
3. Pemberian vegetasi yang lumayan banyak dengan pola mengelilingi
rumah.
4. Peletakan septictank di samping rumah, yang bertujuan untuk
memberi pupuk buatan pada tanah dibelakang rumah. Selain itu
peletakkan septictank diletakkan dekat kamar mandi. Satu berada di
dekat kamar dalam kamar utama dan didekat 2 kamar mandi diarea
servis.
5. Pemasangan instalasi listrik, agar pada malam hari, rumah tidak gelap
gulita.
6. Pemberian ac untuk pengatur suhu pada dalam ruangan.
7. Pemberian ventilasi pada atas dinding, untuk sirkulasi udara kecil.
8. Sumber air bersih menggunakan saluran dari PAM dan penggunaan
sumur Bor.
98
9. Pemberian saluran air hujan, seperti pipa pembuangan untuk
mengalirkan air hujan ketempat yang diinginkan.
10. Pemberian saluran drainase untukmencegah terjadinya pengumpulan
air pada areal rumah yang lebih rendah.
11. Pemberian tempat sampah untuk menaruh sampah dari sisa kegiatan
didalam rumah.Pada setiap lubang ventilasi diberi kasa
99