rumah melayu

76

Upload: randy-yuddi

Post on 31-Dec-2014

375 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

sdfdfsdf

TRANSCRIPT

Page 1: rumah melayu
Page 2: rumah melayu

Ungkapan-ungkapan di atas mencerminkan, bahwa hakikat rumah balai adalah tempat melakukan kegiatan bermasyarakat dan kegiatan sosial, termasuk tempat mengadakan musyawarah dan sebagainya. Ungkapan-ungkapan di atas memberi petunjuk, bahwa rumah balai melambangkan falsafah hidup gotong royong, senasib sepenanggungan dan kesetiakawanan sosial pada masyarakat Melayu.

Balai Kerapatan Adat Siak Tampak dari Sungai

Rumah Melayu Tradisional I <i| 99

Page 3: rumah melayu

Rumah Ibadah

Yang dimaksud dengan rumah ibadah, adalah bangunan yang didirikan dan berfungsi sebagai tempat melakukan kegiatan ibadah dan kegiatan lain yang berkaitan dengan keagamaan.

Rumah ibadah yang dipakai untuk berjamaah sembahyang Jumat, sembahyang Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha disebut masjid. Tempat pengajian dan sembahyang berjamaah selain sembahyang Jumat dan sembahyang Hari Raya disebut surau. Sedangkan madrasah adalah sekolah khusus untuk belajar agama Islam.

Masjid Sultan Riau di Pulau Penyengat, Tanjung Pinang (Dibangun Tahun 1832)

Rumah Melayu: Memangku Adat Menjemput Zaman

Page 4: rumah melayu

Masjid Tuan Guru Syeh Abdurrahman Siddiq di Parit Hidayat, Sapat, Indragiri Hilir (Dibangun Tahun 1926)

lOOp? ! Rumah Melayu: Memangku Adat Menjemput Zaman

Page 5: rumah melayu

Masjid dan surau pada umumnya berbentuk bujur sangkar. Karena kebanyakan bangunan ini didirikan di atas tiang, maka dapat pula disebut sebagai bangunan pang-gung. Bentuk panggung dipilih agar bangunan tidak terendam oleh air atau dimasuki binatang ternak seperti ayam, kambing, atau binatang peliharaan lainnya. Selain itu, kepandaian membuat rumah panggung sudah turun-temurun, sehingga apapun ba-ngunan yang didirikan, selalu memakai tiang. Hanya saja tiang rumah ibadah tidak setinggi tiang rumah kediaman.

Interior Masjid Sultan Riau di Pulau Penyengat, Tanjung Pinang

Rumah Melayu Tradisional I <i| 99

Page 6: rumah melayu

Rumah Penyimpanan

Yang dimaksud rumah penyimpanan adalah segala bangunan yang dipergunakan untuk tempat menyimpan benda-benda keperluan hidup. Bangunan ini antara lain tempat menyimpan padi yang disebut kepok padi atau rumah petak, dan tempat me-nyimpan benda-benda lainnya yang disebut rumah bangsal atau limbungan atau disebut juga pondok bagan.

Di dalam ungkapan dikatakan:

Bahan utama atap adalah daun nipah dan daun rumbia, tetapi pada perkembangannya sering dipergunakan atap seng. Atap dari daun nipah atau rumbia dibuat dengan cara menjalinnya pada sebatang kayu yang disebut bengkawan, biasanya dibuat dari nibung atau bambu. Pada bengkawan tersebut atap dilekatkan, dijalin dengan rotan, kulit bambu atau kulit pelepah rumbia. Jika atap dibuat dari satu lapis daun saja maka disebut kelarai, sedangkan jika terdiri atas dua lapis disebut mata ketam. Atap mata ketam lebih rapat, lebih tebal, dan lebih tahan dari atap kelarai.

Isi perut rotan atau bambu dipakai sebagai penjalin atau disebut liet. Untuk membuat liet bambu atau rotan dilayuh dengan api, kemudian direndam ke dalam air. Sesudah beberapa waktu baru dibelah dan diambil isinya, dibuat seperti helai-helai rotan yang lazim dipakai sebagai anyaman.

Untuk memasang atap dipergunakan tali rotan, sedangkan untuk memasang perabung dipergunakan pasak yang terbuat dari nibung. Pekerjaan memasang atap disebut dengan menyangit.

Yang disebut rumah penyimpanan Tempat menyimpan mana yang patut

Menyimpan padi di rumah petak Menyimpan kayu di bangsal panjang Menyimpan bahan dalam Limbungan

BAGIAN-BAGIAN RUMAH MELAYU

Atap

Rumah Melayu Tradisional I <i| 99

Page 7: rumah melayu

Rumah Melayu asli memiliki bubungan panjang sederhana dan tinggi. Ada kalanya terdapat bubungan panjang kembar. Pada pertemuan atap dibuat talang yang berguna untuk menampung air hujan. Pada kedua ujung perabung rumah induk dibuat agak terjungkit ke atas, dan pada bagian bawah bubungan atapnya melengkung, menambah seni kecantikan arsitektur rumah Melayu. Pada bagian belakang dapur bubungan atap dibuat lebih tinggi, berjungkit. Bagian ini disebut Gajah Minum atau Gajah Menyusu. Pada ujung rabung yang terjungkit diberi sekeping papan bertebuk sebagai hiasan, yang juga berfungsi sebagai penutup ujung kayu perabung. Selanjutnya pada bagian bawah, papan penutup rabung ini dibuat semacam lisplang berukir, memanjang menurun sampai ke bagian yang sejajar dengan tutup tiang.

Bubungan Atap Menjungkit (Gajah Minum)

lOOp? ! Rumah Melayu: Memangku Adat Menjemput Zaman

Page 8: rumah melayu

Lambang pada Atap

Perabung memiliki bentuk lurus, sebagai lambang lurusnya hati orang Melayu. Sifat lurus itu haruslah dijunjung tinggi di atas kepala dan menjadi pakaian hidup. Dalam ungkapan dikatakan:

Lurus perabung rumah Melayu Bagai damak baru diayuh

Bagai direntang benang arang Lurusnya lurus bersifat

Kalau malam dipeselimut Kalau tidur galang kepala

Kalau berjalan menjadi tongkat Kalau mati menjadi kafan

Atap Kajang

Bentuk atap yang disebut Atap Kajang dikaitkan pula dengan fungsi kajang, yakni tempat berteduh dari hujan dan panas. Hendaknya sikap hidup orang Melayu dapat pula menjadi naungan bagi keluarga dan masyarakat.

Perpustakaan Islam di Bandar Seni Raja Ali Haji, Pekanbaru

lOOp? ! Rumah Melayu: Memangku Adat Menjemput Zaman

Page 9: rumah melayu

Dalam ungkapan dikatakan:

Adat kajang menahan hujan Adat kajang menyangga panas

Adat yang patut ditiru salin Untuk pengungkung rumah tangga Untuk penaung kampung halaman

Atap Layar

Bentuk atap yang bertingkat disebut Atap layar, Ampar Labu, Atap Bersayap, atau Atap Bertinggam, mengandung makna tertentu pula:

Rumah Melayu Tradisional I <i| 99

Tadahan angin atap layar Sampan laju pula terjangkau

Tak ada gawai di laut Kabul niat dengan pinta

Atap bertingkat ampar labu Dicarak melepas haus

Dituntung pencuci tangan Dibenam kian berisi

Menguak ke samping atap bersayap, Terbang menyisi-nyisi langit Membubung ke langit hijau

Tak kan lekat getah di ranting

Tak kan binasa jerat di tanah Berempang leher atap bertinggam

Leher jenjang berterawang Tampak alam sekelilingnya Bangunan Beratap Layar

Page 10: rumah melayu

Atap Lontik

Atap yang kedua ujung perabungnya melentik ke atas melambangkan bahwa pada awal dan akhir hidup manusia akan kembali kepada penciptanya, Allah Yang Maha Besar. Sedangkan lekukan pada pertengahan perabungnya melambangkan "Lembah kehidupan" yang kadang kala penuh dengan berbagai ragam cobaan:

Rumah Tradisional dengan Atap Lontik di Bandar Seni Raja Ali Haji, Pekanbaru

Rumah Melayu: Memangku Adat Menjemput Zaman

Page 11: rumah melayu

Atap Limas

Hingga saat ini belum diketahui apa makna lambang pada bentuk atap limas. Kemungkinan dahulu orang Melayu mengenal lambang pada bentuk ini, terutama yang berkaitan dengan kepercayaan dalam agama Hindu atau Budha, atau juga terpengaruh atap bangunan Eropa. Namun demikian, bentuk limas ini sudah menjadi salah satu bentuk bangunan tradisional Melayu, tersebar di banyak tempat, bahkan beberapa istana dan Balai Raja-raja Melayu mempergunakan bentuk limas ini.

Rumah Tradisional dengan Atap Limas di Bandar Seni Raja Ali Haji, Pekanbaru

lOOp? ! Rumah Melayu: Memangku Adat Menjemput Zaman

Page 12: rumah melayu
Page 13: rumah melayu

Selembayung

Selembayung yang disebut juga Sulo Bayung dan Tanduk Buang, adalah hiasan yang terletak bersilang pada kedua ujung perabung bangunan belah bubung dan rumah lontik. Pada bagian bawah adakalanya diberi pula hiasan tambahan seperti tombak terhunus, menyambung kedua ujung perabung. Hiasan tambahan ini disebut tombak-tombak.

Selembayung, Hiasan Bersilang pada Kedua Ujung Pertemuan Atap

Selembayung mengandung beberapa makna, antara lain

^ Tajuk Rumah: selembayung membangkitkan Seri dan Cahaya rumah. Dalam ungkapan disebutkan:

Sepasang tajuk di ujung Sepasang tajuk di pangkal

Tajuk pembangkit seri pelangi Membangkit cahaya di bumi Membangkit cahaya di langit Membangkit cahaya di laut

Membangkit cahaya di rumah

Rumah Melayu Tradisional I <i| 99

Page 14: rumah melayu

Pekasih Rumah: yakni sebagai lambang keserasian dalam kehidupan rumah tangga.

Selembayung jantan sebelah kanan Selembanyung betina sebelah kiri

Bagai balam dua selenggek Kalau mengukur balam jantan

Angguk mengangguk balam betina

Pasak Atap: yakni sebagai lambang sikap hidup yang tahu diri:

Terpacak selembayung bubung Melayu Tegak pemasak atap rumah

Bagai tangan tadah-tadahan Yang tahu kecil dirinya

Yang tahu papa dengan kedana Yang tahu nasib dengan untungnya

Yang bercakap di bawah-bawah Yang mandi di hilir-hilir

Tangga Dewa: yakni sebagai lambang tempat turun para dewa, mambang, akuan, soko, keramat, dan sisi yang membawa keselamatan bagi manusia.

Selembayung balai belian Tangga Dewa nama asalnya

Tempat berpijak Deo mambang Tempat turun soko Akuan

Tempat injakan Keramat Sidi Tempat melenggang Wali-wali

Yang turun ke Balai puncak Yang turun ke bilik Dalam

Yang turun ke tanah sekepal mula jadi

lOOp? ! Rumah Melayu: Memangku Adat Menjemput Zaman

Page 15: rumah melayu

Yang turun ke bumi selebar dulang Yang turun dari langit sekembang payung

Dalam upacara Bedukun, selembayung yang terdapat pada "Balai Ancak"nya, mengandung makna yang mirip dengan Tangga Dewa.

Selembayung dua kemuncak Ujungnya menyundak langit Kaki menyusur-nyusur atap

Tempat turun nenek di gunung Tempat turun nenek di padang

Tempat turun nenek bunian Tempat turun nenek bia sati

Turunnya turun beradat

Turun berpijak pada kemuncak turun ke Balai Deo Balai Ancak

Ancak berisi panggang mondung Lengkap dengan nasi kunyitnya

Di muka tempat pelesungan Di belakang beras berteh

Di bawah lantai selari Di atas berselembayung

Turun segala penunggu lawang Turun bermanis-manis muka

Membawa Obat dengan penawar Membuang salah dengan silih

Rumah Beradat: yakni sebagai tanda bahwa bangunan itu adalah tempat kediaman orang berbangsa, balai atau tempat kediaman orang patut-patut.

Di mana tegak selembayung Di Balai tingkat bertingkat Di Istana beranjung tinggi

Rumah Melayu Tradisional I

Page 16: rumah melayu

Di rumah besar berbilik dalam Tempat berunding bermufakat Tempat bertitah raja berdaulat Tempat berpetuah datuk-datuk Tempat Dubalang kuat kuasa

Tempat Penghulu pemangku adat Tempat orang nan patut-patut

Tempat beradat berlembaga Kalau tingginya tampak jauh

Kalau dekatnya tidak tergamak

Tuah Rumah: yakni sebagai lambang bahwa bangunan itu mendatangkan tuah kepada pemiliknya.

Yang bernama Sulo bayung bagi mengetam bulan naik

Yang bernama Tanduk Baung bagi mengetam bulan turun

Mengetam cahaya ke muka Menyimbah tuah ke rumah Mengetam cahaya ke kaki Menyimbah tuah mendaki

Selembayung ini adalah selembayung yang bentuknya seperti bulan sabit atau tanduk kerbau.

Lambang Keperkasaan dan Wibawa: selembayung yang dilengkapi dengan tombak-tombak melambangkan keturunan dalam rumah tangga, sekaligus sebagai lambang keperkasaan dan wibawa pemiliknya. Dalam ungkapan dikatakan:

Selembayung bertombak-tombak Untuk penunggu-nunggu rumah

Untuk penyedap-nyedap hati

lOOp? ! Rumah Melayu: Memangku Adat Menjemput Zaman

Page 17: rumah melayu

Kan penahan balak dengan bala Kan penahan salah dengan silih

Tombak-tombak ujung perabung Tak membilang-bilang lawan

Tahan asak dan tahan banting

Lambang Kasih Sayang: motif ukiran selembayung (daun-daun dan bunga) melambangkan perwujudan, tahu adat dan tahu diri, berlanjutnya keturunan serta serasi dalam keluarga.

Jalin berjalin akar pakis lapis berlapis kelopak bunga

Susun bersusun kuntum jadi Seluk berseluk dahan kayu

Yang berjalan kasih sayang Yang berlapis panggilan gelar Yang bersusun gadis pingitan Yang berseluk sanak saudara

Sayap Layang-layang atau Sayap Layangan

Hiasan ini terdapat pada keempat sudut cucuran atap. Bentuknya hampir sama dengan selembayung. Setiap bangunan yang berselembayung haruslah memakai sayap layangan sebagai padanannya.

Sayap Layang pada Keempat Cucuran Atap

Rumah Melayu Tradisional I <i| 99

Page 18: rumah melayu

Letak sayap layang-layang pada keempat sudut cucuran atap merupakan lambang "empat" pintu hakiki sebagaimana disebut dalam ungkapan:

Empat sudut cucuran atap Empat sayap layang-layangan

Empat alam terkembang Empat pintu terbuka

Pertama pintu rizki Kedua pintu hati Ketiga pintu budi

Keempat pintu Ilahi

Sayap layang-layang juga merupakan lambang kebebasan, sesuai dengan namanya. Dalam ungkapan disebutkan:

Nan bernama sayap layangan Nan membubung ke langit tinggi

Menengok alam sekelilingnya Di tebang tidak tertebang

Di tebas jua jadinya Dihempas tidak terhempas

Di lepas jua jadinya

Tapi walaupun dilepas Di beri bertali panjang

Hendak menyimpang tali di genjur

Jadi, kebebasan yang tergambar dalam sayap layang-layang adalah kebebasan yang tahu batas dan tahu diri.

Lebah Bergantung

Hiasan yang terletak di bawah cucuran atap (lisplang) dan kadang-kadang di bagian bawah anak tangga disebut Lebah Bergantung atau Ombak-ombak. Ada beberapa

lOOp? ! Rumah Melayu: Memangku Adat Menjemput Zaman

Page 19: rumah melayu

jenis lebah bergantung antara lain Kembang Jatun, Tampuk Manggis, Kuntum Setaman, Kelopak Empat, dan sebagainya. Hiasan ini melambangkan 'manis'nya kehidupan rumah tangga, rela berkorban dan tidak mementingkan diri sendiri. Lambang ini berpijak pada motif sarang lebah yang tergantung di dahan kayu.

Lebah Bergantung Kembang Jatun

Lebah Bergantung Kuntum Setaman

Lebah Bergantung Kelopak Empat

Lebah Bergantung Tampuk Manggis

Berbagai Ragam Hias Lebah Bergantung

Rumah Melayu Tradisional I <i| 99

Page 20: rumah melayu

Dalam ungkapan disebut:

Lebah bergantung di cucuran atap Di muka perpagar madu

Di belakang pagar manisan Manisnya cucuran ke bilik dalam

Manisnya rasa merasa Manisnya isap mengisap

Sikap rela berkorban dan tidak mementingkan diri sendiri diangkat dari sifat lebah yang memberikan madunya untuk kepentingan manusia. Dari ungkapan disebutkan:

Kalau kumbang menyeri bunga manisnya ditelan diam-diam kalau lebah mengisap madu

manisnya tumpah ke tangan orang

Di daerah Riau, upacara mengambil madu lebah disebut menumbai. Lebah dipuja sebagai putri yang baik laku, yang mengorbankan madunya untuk manusia. Pohon Sialang tempat lebah bersarang dipuja pula sebagai Balai yang indah. Upacara ini sampai sekarang masih banyak dijumpai, terutama di Riau daratan.

Perabung

Hiasan yang terdapat pada perabung rumah adalah hiasan yang terletak di sepanjang perabung, disebut Kuda Berlari. Hiasan ini amat jarang dipergunakan. Lazimnya hanya dipergunakan pada perabung istana, Balai Kerajaan dan balai penguasa tertinggi wilayah tertentu.

Hiasan ini mengandung beberapa lambang, antara lain:

Lambang kekuasaan: yakni pemilik bangunan itu adalah penguasa tertinggi di wilayahnya.

Kalau tampak kuda berlari Dari jauh mengangkat tangan

lOOp? ! Rumah Melayu: Memangku Adat Menjemput Zaman

Page 21: rumah melayu

Sudah dekat menjunjung duli Si situ tempat raja berdaulat

Di situ berhimpun kuat kuasa Di situ adat diadakan

Lambang lainnya terdapat pada bentuk dan nama ukirannya. Ukiran yang terdapat di tengah-tengah terlenggek-lenggek disebut Kunyit-kunyit atau Gombak-gombak.

Dalam ungkapan dikatakan:

Yang di tengah kunyit-kunyit Yang tegak bergombak-gombak Di situ berhimpun segala tuah

Di situ berkumpul segala daulat Yang dijunjung di atas kepala

Yang memayung orang banyak

Nama kunyit-kunyit berasal dari kunyit yakni sejenis umbi yang lazim dipergu-nakan sebagai bumbu dapur. Dalam kehidupan orang Melayu dipergunakan pula untuk pewarna nasi kunyit dan beras kunyit. Kegunaan lainnya yang penting adalah untuk obat tetemas atau keteguran. Sebab itulah hiasan kunyit-kunyit itu melambangkan tangkal atau penangkal bala.

Dalam ungkapan disebut:

Kunyit penangkal hantu setan Yang dipalit di tengah kening Tetemas di laut balik ke laut

Keteguran di darat balik ke darat Pulang ke asal mula jadinya

Pergi segala bala Pergi segala bala

Rumah Melayu Tradisional I

Page 22: rumah melayu

Ukiran lainnya yang berbentuk memanjang di atas perabung, dari kunyit-kunyit ke selembayung, disebut Ular-ular atau Awan Larat. Ular-ular pada umumnya memakai motif ular naga, tetapi ada pula motif akar-akaran. Penggunaan motif ular naga, kemungkinan ada kaitannya dengan arsitektur Cina. Awan larat memiliki motif akar, daun, dan bunga.

Kedua bentuk motif diatas mengandung makna tertentu. Ular-ular sebagai lambang keperkasaan dan Awan Larat lambang "panjang umur" atau keabadian. Dalam ungkapan disebut:

Singap/Bidai

Singap disebut Teban layar, Ebek, atau Bidai. Bagian ini biasanya dibuat bertingkat dan diberi hiasan yang sekaligus berfungsi sebagai ventilasi. Pada bagian yang menjorok keluar diberi lantai yang disebut Teban Layar atau Lantai Alang Buang atau disebut juga Undan-undan. Bidai lazimnya dibuat dalam tiga bentuk, yakni bidai satu, bidai dua dan bidai tiga. Setiap nama itu mempunyai lambang tertentu.

Bidai satu. adalah bidai rata. Bangunan dengan bidai satu ini adalah bangunan umum, yang dapat dibuat oleh siapa saja.

Membangun ular kuda berlari Membangun seri pelangi

Membangun kuat dengan kuasa Membangun daulat dengan tuah.

Awan Larat berjunjung tinggi Berangkat bersambung panjang

Panjang tidak ada ujungnya Kalau genting tidak memutus

Kalau patah tidak bercerai Kalau habis tidak memunah

lOOp? ! Rumah Melayu: Memangku Adat Menjemput Zaman

Page 23: rumah melayu

Salah Satu Tipe Rumah Adat Melayu

hewan yang sangat kecil saja mampu membangun "rumah" kediaman, maka mustahil-lah manusia tidak mampu mendirikan rumah kediamannya. Orang tua-tua mengata-kan: "kalau manusia tidak berumah, seperti beruk buta di dalam rimba". Ungkapan ini bagi orang Melayu sangat memalukan, bukan saja bagi pribadinya, tetapi juga bagi keluarga dan kaum kerabatnya. Orang Melayu juga mendambakan rumah ke-diaman yang baik dan sempurna, yaitu yang bangunan fisiknya memenuhi ketentuan adat dan keperluan penghuninya, sedangkan dari sisi spiritualnya rumah itu dapat mendatangkan kebahagiaan, kenyamanan, kedamaian, dan ketenteraman.

Hal ini menjadikan rumah mustahak dibangun dengan berbagai pertimbangan yang cermat, dengan memperhatikan lambang-lambang yang merupakan refleksi nilai budaya masyarakat pendukungnya. Dengan cara demikian diyakini sebuah rumah akan benar-benar dapat memberikan kesejahteraan lahir dan batin, bagi penghuni rumah dan bagi masyarakat sekitarnya.

Lambang-lambang yang berkaitan dengan bangunan tradisional Melayu bukan saja ter-dapat pada bagian-bagian bangunan, tetapi juga dalam bentuk berbagai upacara, bahan bangun-an dan nama-namanya, serta letak sebuah bangunan.

Bangunan tradisional Melayu adalah suatu bangunan yang utuh, yang dapat dijadikan tempat

Rumah Melayu: Memangku Adat Menjemput Zaman

Page 24: rumah melayu

Bidai satu bidai selapis Yang dipakai orang banyak

Kecilnya tidak bernama Besarnya tidak bergelar

Ukiran Dasar Bidai Susun Satu

Bidai Dua. adalah bidai dua tingkat. Pada setiap tingkat diberi lantai yang disebut Lantai Buang atau Teban Layar dan Undan-undan. Bangunan ini melambangkan bahwa pemilik bangunan itu adalah orang berbangsa atau orang patut-patut.

Kalau bidai bertingkat dua Dua lapis lantai buangnya

Dua kaum penghuninya Pertama orang berbangsa Kedua orang patut-patut

Orang berasal dan berusul Orang beradat berlembaga

Ukiran Dasar Bidai Susun Dua

Rumah Melayu Tradisional

Page 25: rumah melayu

Bidai Tiga: adalah bidai tiga tingkat. Bangunan ini khusus untuk istana, balai kerajaan, balai adat, atau kediaman Datuk-datuk dan orang besar kerajaan.

Rumah besar berumah kecil Bagai kayu beranak laras

Tiga tingkat bidai di kanan Tempat beradu raja berdaulat

Tempat titah diturunkan Tempat runding diselesaikan Tempat perkara diputuskan

Tempat Datuk pemegang adat Tempat Penghulu beraneka

Ukiran pada Bidai Susun Tiga

lOOp? ! Rumah Melayu: Memangku Adat Menjemput Zaman

Page 26: rumah melayu

Tiang

Bangunan tradisional Melayu adalah bangunan bertiang. Tiang dapat berbentuk bulat atau bersegi. Sanding tiang yang bersegi diketam dengan ketam khusus yang disebut kumai. Sanding tiang adalah sudut segi-segi tiang. Di antara tiang-tiang itu terdapat tiang utama, yang disebut Tiang Tua dan Tiang Seri. Tiang Seri adalah Tiang-tiang yang terdapat pada keempat sudut rumah induk, merupakan tiang pokok rumah tersebut. Tiang ini tidak boleh bersambung, harus utuh dari tanah sampai ke tutup tiang. Sedangkan tiang yang terletak di antara tiang seri pada bagian depan rumah, disebut Tiang Penghulu.

Jumlah tiang rumah induk paling banyak 24 buah, sedangkan tiang untuk bagian bangunan lainnya tidaklah ditentukan jumlahnya. Pada rumah bertiang 24, tiang-tiang itu didirikan dalam 6 baris, masing-masing baris 4 buah tiang, termasuk tiang seri.

Jika keadaan tanah tempat rumah itu didirikan lembek atau rumah itu terletak di pinggir laut, maka tiang-tiang itu ditambah dengan tiang yang berukuran lebih kecil. Tiang tambahan itu disebut Tiang Tongkat. Tiang Tongkat biasanya hanya sampai ke rasuk atau gelagar. Untuk menjaga supaya rumah tidak miring, dipasang tiang pembantu sebagai penopang ke dinding atau ke tiang lainnya. Tiang ini disebut Sulai.

Bahan untuk Tiang Seri haruslah kayu pilihan, biasanya teras kayu Kulim, Naling, Resak, dan Tembesu. Untuk Tiang Tongkat atau Sulai cukup mempergunakan kayu biasa. Tiang-tiang lainnya mempergunakan kayu keras dan tahan lama. Bila di daerah itu kayu sukar dicari, maka nibung (kayu dari pohon kelapa) dipergunakan sebagai Tiang Tongkat atau Sulai. Tetapi nibung tidak dapat dipergunakan untuk Tiang Seri atau tiang-tiang lainnya.

Ukuran maksimum dan minimum sebuah tiang tidak ditentukan. Ukuran ini bergantung kepada besar atau kecilnya rumah. Semakin besar rumahnya, besar pula tiang-tiangnya. Tiang yang kelihatan di bagian dalam rumah selalu diberi hiasan berupa ukiran. Untuk pemilik rumah yang mampu, seluruh tiangnya dibuat persegi. Tetapi bagi yang kurang mampu, tidak seluruh tiang persegi melainkan hanya tiang seri atau beberapa tiang lainnya, atau bahkan semuanya bulat.

Rumah Melayu Tradisional I <i| 99

Page 27: rumah melayu

Lambang-lambang pada Tiang

Tiang Tua : adalah tiang utama yang terletak di sebelah kanan dan kiri pintu tengah, atau tiang yang terletak di tengah bangunan yang pertama kali ditegakkan. Dalam ungkapan, tiang tua ini melambangkan tua rumah, yakni pimpinan di dalam bangunan itu, pimpinan di dalam keluarga dan masyarakat.

Yang disebut tiang tua Tua umur tua marwahnya Tua sebagai pucuk rumah Tua menjadi ikatan kaum Tua tanda rumah beradat

Kalau serai ada rumpunnya Kalau ayam ada induknya Kalau rumah ada tuanya Tua terletak di tiang tua

160 Rumah Melayu: Memangku Adat Menjemput Zaman

Tiang Berjajar pada Pintu Masuk Kantor Bupati Kabupaten Pelalawan

Page 28: rumah melayu

Tiang Seri: adalah tiang yang terletak di keempat sudut bangunan induk, dan tidak boleh bersambung dari tanah terus ke atas. Tiang Seri melambangkan Datuk Berempat atau "induk berempat", serta melambangkan empat penjuru mata angin. Di dalam ungkapan dikatakan:

Apa tanda rumah beradat Di sana tertegak tiang yang empat

Empat cahaya di langit Empat cahaya di bumi

Empat penjuru alamnya Tempat dinding bertemu kasih

Tempat belebat bergalang ujung Tempat adat didirikan

Tempat lembaga ditegakkan Bila tertegak tiang yang empat Tiang Seri mengandung adat

Tanda Empat sahabat nabi Tanda Empat alam ditunggui

Tanda Empat datuk negeri Tanda Empat asal mula jadi

Tiang Penghulu : adalah tiang yang terletak di antara pintu muka dengan tiang seri di sudut kanan muka bangunan. Tiang ini melambangkan bahwa rumah itu didirikan menurut ketentuan adat istiadat, dan sekaligus melambangkan bahwa kehidupan didalam keluarga wajib disokong oleh anggota keluarga lainnya.

Kalau terdiri Tiang Penghulu Di sana adat dilabuhkan

Rumah Melayu Tradisional I <i| 99

Page 29: rumah melayu

Di sana lembaga dituangkan Tanda hidup bertolongan

Tanda senasib sepenanggungan

Tiang Penghulu bertiang panjang Lurusnya bagaikan alif

Yang menahan beban rumah Yang memikul beban atap

Yang menyangga berat dinding

Beban hutang kepada umat Beban hutang kepada Allah

Beban hidup kepada keluarga Beban bersama orang ramai

Tiang Tengah: ialah tiang yang terletak di antara tiang-tiang lainnya, terdapat di antara tiang seri dan tiang tua. Dalam ungkapan dikatakan:

Kalau berdiri tiang tengah Berdiri adil dengan benarnya

Duduk di tengah dengan timbangan Tegak di tengah dengan takaran

Menimbang menurut adilnya Menyukat menurut benarnya

Tiang Bujang : ialah tiang yang dibuat khusus di bagian tengah bangunan induk, tidak bersambung dari lantai sampai ke loteng atau alangnya. Tiang ini melambangkan kaum kerabat dan anak istri. Di dalam ungkapan dikatakan:

Bila terdiri tiang bujang Tanda berkembang sanak saudara

Tanda berbiak anak cucunya Di situ adat diletakkan

Di situ tunjuk ajar diberikan Di situ kasih disampaikan

Rumah Melayu: Memangku Adat Menjemput Zaman

Page 30: rumah melayu

Tiang dua belas : ialah tiang gabungan dari 4 buah tiang seri, 4 buah tiang tengah, 2 buah tiang tua, 1 buah tiang penghulu, dan 1 buah tiang bujang.

Tegak rumah dengan tiangnya Tiang tua dengan tiangnya

Tiang penghulu dan tiang bujang Tiang tengah ragam beragam

Disebut tiang dua belas Dua belas tuahnya naik Dua belas pusaka turun

Tongkat menjadi penumpu rumah Sulai menjadi penjaga rumah Bunga menjadi tuah rumah

Gantung menjadi perias rumah Tiang nan banyak penjaga tua

Kalau tertegak tiang bulat Bulat tertuang dalam mufakat

Bulat tercurah dalam pembuluh Bulat Ucap dengan kata Bulat niat dengan hajat Bulat hati bulat pikiran

Bulat seperti bulan penuh

Kalau tiang bersegi empat Empat alam dikandungnya Empat pintu ditunggunya

Kalau tiang bersegi lima Lima hukum dikandungnya

Lima rukun di dalamnya

Kalau tiang bersegi enam Enam rukun di dalamnya Enam iman diyakininya

Kalau tiang bersegi tujuh Tujuh lapis petala langit Tujuh lapis petala bumi

Rumah Melayu Tradisional I <i| 99

Page 31: rumah melayu

Susun Sirih adalah cara pemasangan seperti memasang atap rumah, yakni papan yang berada di bagian atas menindih se-bagian papan yang ada di bawahnya. Pada umumnya dinding Susun Sirih tidak diketam, karena biasanya dinding ini tidak per-manen. Pemiliknya akan berusaha menggantinya dengan dinding Tindih Kasih atau Pian. Pemasangannya tidak vertikal, tetapi horizontal.

Pada umumnya dinding terbuat dari kayu meranti, punak, medang, atau kulim. Tetapi untuk dinding telo atau dapur, ada kalanya dipergunakan kulit kayu meranti, pelepah rumbia, atau bambu.

Papan dinding umumnya berukuran tebal 2—5 cm, lebar 15—20 cm, sedangkan panjangnya bergantung kepada tinggi jenjang.

Hiasan dan Perlambang pada Dinding

Makna dinding selalu dikaitkan dengan sopan santun, yakni sebagai batas kesopanan. Dalam ungkapan disebutkan:

Kalau rumah tidak berdinding Angin lalu tempias lalu

Bagai tepian tengah malam Siapa pelak siapa mandi Siapa haus siapa minum

Dinding disusun apit mengapit Dinding dipasang tindih menindih

yang mengapit malu di rumah Yang menindih aib di bawah

lOOp? ! Rumah Melayu: Memangku Adat Menjemput Zaman

Page 32: rumah melayu

Dinding Lidah Pian dengan Ikat Pinggang Penutup Papan Lantai

Lambang lain terdapat pada papan pertemuan dinding yang disebut pengepih, dan pada lis-lis dinding yang disebut tekop. Dalam ungkapan disebut:

Pengepih penuntun retak Tekop penutup lubang

Tak terbuka retak di rumah Tak terbakar lubang di bilik

Yang retak dilapisi Yang lubang dikunci mati

Rumah Melayu Tradisional I <i| 99

Page 33: rumah melayu

Hiasan lain yang terdapat pada bagian bawah dinding adalah hiasan Gando Ari, yaitu hiasan sepanjang kaki dinding muka dan belakang rumah lontik. Hiasan ini melambangkan:

a. Bentuk seperti lancang atau pelancang, melambangkan sikap hidup orang Melayu yang bersebati dengan laut. Makna lain adalah gambaran manusia yang menjalani hidup di dunia seperti perahu layar. Sebab itulah bangunan ini disebut Rumah Lancang atau Rumah Pencalang.

Hiasan Sepanjang Kaki Dinding

Kaki dinding Lancang mengambang Lancang memupuk laut luas

Nan Bertenggek di puncang ombak Nan menukik-nukik ke pusaran arus

Kalau di lambung-lambung gelombang Ke atas tercium anyir langit

Ke bawah tampak Kerak Bumi Itu tanda hidup di Dunia

b. Motif ukiran berbentuk daun, bunga, kuntum, dan akar-akaran, sebagai lambang kehidupan manusia dengan alam sekitarnya, sekaligus lambang kemakmuran dan kesuburan.

Jalin berjalin akar di rimba Berselang tindih daun kayu

Kuntum berangkai dengan bunga Di situ tempat orang menumpang

Di situ benih ditaburkan Di situ letak dilepaskan

lOOp? ! Rumah Melayu: Memangku Adat Menjemput Zaman

Page 34: rumah melayu

• r diaman keluarga, tempat bermusyawarah, tempat beradat berketurunan, tempat :---indung siapa saja yang memerlukannya.

Hal itu tergambar dari sebuah ungkapan tradisional di Riau yang berbunyi:

Yang bertiang dan bertangga Beratap penampung hujan penyanggah panas

Berdinding penghambat angin dan tempias Berselasar dan berpelantar

Rumah Melayu Tradisional I

Page 35: rumah melayu

Dinding rumah dibuat dari papan yang dipasang vertikal dan dijepit dengan kayu penutup (dinding kembung). Kira-kira 20 cm di bawah tutup tiang biasa-nya dibuat lubang angin. Pada lubang angin ini diberi hiasan dengan tebukan. Makin tinggi nilai tebukan ini, makin tinggilah martabat serta makin terpandang si empunya rumah.

Anggai terdapat pada dinding dapur, dibuat ber-bentuk para-para kecil, menonjol keluar dinding dan terletak di bawah atap. Pada anggai ini dipisahkan tempat untuk me-

letakkan piring, mangkuk, periuk, dan alat-alat dapur lainnya. Nama lain untuk anggai adalah selang pinggan. Selain itu terdapat pula anggai tikar, tempat menyimpan tikar yang terdapat pada serambi belakang.

Selang luar, jambur dan peranginan, beranda, dan anjungan tidak ditutup dengan dinding, tetapi cukup dibatasi dengan kisi-kisi setinggi tiga kaki.

Gando Ari, Hiasan Sepanjang Kaki Dinding Rumah Lontik

Rumah Melayu Tradisional

Page 36: rumah melayu

SUSUNAN RUANGAN

Susunan ruangan pada rumah Melayu tradisional pada umumnya dapat dilihat pada denah di bawah.

Keterangan: 1. Selang depan 2. Serambi depan 3. Rumah induk 4. Selang samping 5. Serambi belakang 6. Dapur 7. Lantai selang 8. Guci tempat air

Denah Lantai Ruangan

Rumah Melayu: Memangku Adat Menjemput Zaman

Page 37: rumah melayu

Selang Depan. Ruang ini merupakan tempat untuk meletakkan barang yang tidak perlu dibawa ke dalam rumah, dan merupakan bagian depan yang terendah. Di samping anak tangga yang berjumlah tiga buah untuk naik ke selang depan, biasanya ditempatkan sebuah guci berisi air untuk mencuci kaki.

Serambi Depan. Letaknya lebih tinggi satu kaki dari selang depan. Untuk sampai ke ruangan ini, orang harus menaiki beberapa anak tangga yang berjumlah ganjil. Pada serambi depan biasanya tidak dijumpai kursi ataupun meja, hanya tikar atau permadani yang terbentang. Ruang ini memiliki banyak jendela setinggi bahu orang duduk. Dari jendela orang yang sedang duduk di lantai ruangan dapat melihat ke halaman.

Ruang Induk. Ruang di belakang serambi depan adalah serambi tengah atau ruang rumah induk. Lantainya lebih tinggi 30 cm dari serambi depan. Pada zaman dahulu antara serambi depan dan rumah induk tidak dibatasi dinding, tetapi karena perkembangan zaman, maka sekarang terdapat dinding pemisah antara ruang serambi depan dan rumah induk. Pada ruang induk ini terdapat tangga menuju ke loteng atau tempat tidur anak gadis. Jendela-jendela di ruang ini serupa dengan serambi depan, letak daunnya setinggi bahu orang yang duduk di lantai dan dihiasi dengan terawang ukiran Melayu.

Serambi Belakang. Pada sisi kanan rumah, terdapat selang samping yang mirip bentuknya dengan selang depan. Juga terdapat guci berisi air di dekat kaki tangga naik. Anak tangga menuju ruang ini berjumlah ganjil. Dari selang samping ini dengan melalui beberapa anak tangga berjumlah ganjil orang sampai ke serambi belakang. Letaknya di belakang rumah induk dan tingginya sama dengan serambi depan. Keadaan di ruang ini sama dengan ruang serambi depan.

Ruang Dapur dan Lantai Selang. Dari serambi belakang melalui sebuah pintu sampailah ke ruang dapur dengan menuruni anak tangga berjumlah ganjil. Jadi, lantai dapur lebih rendah dari serambi belakang dan serambi depan. Pada dinding dapur dibuat selangan -pinggan, tempat meletakkan piring dan mangkuk yang telah dicuci.

Di samping dapur, terdapat suatu tempat tidak beratap yang disebut lantai selang. Susunan lantai selang dibuat jarang, dan untuk sampai ke tanah orang harus menuruni lagi beberapa anak tangga berjumlah ganjil. Di dekat kaki tangga terdapat guci tempat menyimpan air untuk pencuci kaki.

Rumah Melayu Tradisional I <i| 99

Page 38: rumah melayu

wanita. Rumah tradisional Melayu yang berbentuk rumah panggung selain untuk men-jaga keselamatan penghuni dari ancaman binatang buas, juga dimaksudkan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan pemilik rumah.

Banyaknya jendela dan lubang angin menjamin kesegaran dan kenyamanan orang yang menempati rumah. Rumah serta letak jendela dan pintu yang tinggi membuat kedatangan tamu ataupun ancaman telah tampak dari jauh, sehingga persiapan penyambutan dapat dilakukan dengan baik.

RAGAM HIAS

Hiasan yang menstilir tumbuh-tumbuhan amat banyak dipergunakan. Motif tumbuh-tumbuhan hampir menguasai setiap bentuk hiasan yang dibuat. Namun secara umum, berbagai ragam ukiran itu dimasukkan ke dalam tiga kelompok induk yang menjadi dasar ukiran, yaitu kelompok Kaluk Pakis, kelompok Bunga-bungaan, dan kelompok Pucuk Rebung.

Kelompok Kaluk Pakis

Ukiran kaluk pakis biasanya ditempatkan pada bidang memanjang, seperti pada papan tutup kaki dinding, daun pintu, ambang pintu, lis dinding, tiang, dan lis venti-lasi. Yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah semua bentuk bermotif daun-daunan dan akar-akaran.

Rumah Melayu Tradisional I <i| 99

Ukiran Motif Dasar Kaluk Pakis

Page 39: rumah melayu

Yang memakai motif daun-daunan adalah:

a. Daun Susun : yakni segala bentuk daun baik bergerigi atau tidak, panjang atau pendek. Daun susun berarti daun yang disusun bertindihan, sambung-menyambung atau sejajar tegak lurus. Dalam variasinya, daun-daun dapat diberi garis-garis penghubung berbentuk lengkungan atau spiral.

b. Daun Tunggal: yaitu daun sehelai yang tidak bersambung, bertindihan atau berjejer dengan daun lain. Variasinya diletakkan pada keliling daun, berupa garis lengkung atau spiral.

c. Daun Bersanggit: yaitu ukiran bermotif daun yang bersanggit (bertemu) antara ujung yang satu dengan ujung daun yang lain. Variasinya sama seperti pada ukiran daun lainnya.

Yang memakai motif akar-akaran adalah:

a. Akar Pakis: yaitu bentuk ukiran yang mempergunakan garis lengkung lemas dan pada setiap ujung ukiran berbentuk spiral.

b. Akar Rotan: yaitu ukiran dengan mempergunakan garis lengkung lemas juga tetapi setiap ujungnya tidak diberi lingkaran spiral.

c. Akar Tunjang: bentuk ukiran dengan garis lemas, dan biasanya gabungan antara ukiran akar pakis dengan ukiran akar rotan.

Makna Pada Ukiran

Ukiran daun susun: melambangkan kasih sayang antara sepasang suami istri, kerukunan rumah tangga dan keluarga.

Ukiran daun tunggal: melambangkan kepribadian yang kuat, tetapi kekuatan itu baru dapat dimanfaatkan dan berguna kalau dilengkapi dengan ilmu pengetahuan. Garis-garis variasinya melukiskan liku-liku kehidupan dalam masyarakat. Lengkungan ke atas melambangkan kejayaan dan lengkungan ke bawah melukiskan kemelaratan. Sedangkan garis-garis datar melambangkan kehidupan yang wajar.

Ukiran daun bersanggit: melambangkan kehidupan bermasyarakat. Keakraban dan persaudaraan hendaknya dijalin dengan sungguh-sungguh antara semua pihak, sehingga melahirkan keharmonisan dalam kehidupan.

lOOp? ! Rumah Melayu: Memangku Adat Menjemput Zaman

Page 40: rumah melayu

Ukiran akar pakis: melambangkan kehidupan yang akhirnya kembali kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, Tuhan Seru Sekalian Alam. Lingkaran-lingkaran berbentuk spiral pada ujung setiap ukiran mencerminkan lingkaran dalam berbagai tingkat "alam", yakni alam dunia, alam akhirat dan alam akhir setelah nasib manusia ditentukan di Yaumil Mahsyar (surga atau neraka). Oleh karena itu lingkaran berbentuk spiral setidak-tidaknya dibuat tiga buah. Jika dibuat lebih, tidak menjadi masalah, asal jumlahnya ganjil.

Ukiran akar rotan: melambangkan kehidupan yang harus dapat berkembang. Rotan, walaupun batangnya kecil tetapi liat dan kuat, sehingga dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan. Pucuknya akan terus memanjang ke atas, bahkan melampaui pucuk-pucuk kayu rimba. Oleh karena itu walaupun manusia pada lahirnya lemah, tetapi memiliki berbagai kelebihan dari alam, sehingga harus dapat hidup dan ber-kembang serta memberi manfaat kepada alam sekitarnya.

Ukiran akar tunjang: melambangkan tempat berpijak, yakni dasar hidup manusia. Setiap manusia harus menyadari, bahwa dalam menjalani hidup hendaknya sesuai menurut adat, agama dan kepercayaan yang dianutnya. Betapapun kaya raya dan tinggi martabatnya dalam masyarakat, namun kesemuanya itu baru bermanfaat dan berguna bagi sesamanya apabila ia berpijak atas landasan dasar yang benar dan kuat.

Selain motif daun-daunan dan akar-akaran di atas, yang termasuk ke dalam kelompok kaluk pakis adalah Genting Tak Putus dan Lilit Kangkung.

Genting Tak Putus merupakan lengkung yang berlilit-lilit ke kanan dan ke kiri, kait-mengait dengan variasi daun yang disesuaikan dengan tem-patnya berada. Ada kalanya lilitan daun digabung dengan bentuk-bentuk fauna seperti burung ataupun ikan. Makna yang terkandung dalam ragam hias genting tak putus adalah bahwa sesusah-susahnya manusia menjalani hidup, tidak akan sampai habis sama sekali.

Ragam Hias Genting Tak Putus

Rumah Melayu Tradisional I <i| 99

Page 41: rumah melayu

Genting Tak Putus ditempatkan pada lubang bawah bagian dalam. Yang dimaksud dengan lubang bawah bagian dalam adalah batas antara serambi tengah dengan ruang kamar, dibatasi oleh dinding sebagai penyekatnya. Pada bagian atas dinding penyekat ini ditempatkan papan yang diberi ukiran terawang, dapat berbentuk segi tiga ataupun segi empat, sesuai dengan bentuk konstruksi atap rumah. Ragam hias ini berfungsi sebagai ventilasi pada bagian dalam.

Lilit Kangkung merupakan hiasan yang memanjang mengikuti garis-garis lurus, meliuk ke kanan atau ke kiri dengan berbagai variasi, sehingga mengesankan menjun-jung bagi arah yang tegak dan melebar bagi arah horizontal. Ragam hias Lilit Kang-kung banyak ditempatkan pada tiang atau sebagai lis dinding rumah. Ragam hias Lilit Kangkung memiliki makna semangat yang tak kunjung padam, maju terus walaupun mendapat halangan, namun tujuan disesuaikan dengan kondisi waktu itu.

Ragam Hias Lilit Kangkung

Kelompok Bunga-bungaan

Bunga Tunggal

a. Bunga Kundur: motif ini diambil dari bentuk bunga kundur (sejenis sayuran). Bentuk asli bunga kundur tidak jauh berbeda dari bentuk motifnya.

Rumah Melayu: Memangku Adat Menjemput Zaman

Page 42: rumah melayu

b. Bunga Melati: motif ini diambil dari bunga melati. Bentuk motif sama seperti bentuk bunga melati.

Motif Bunga Melati 2

Rumah Melayu Tradisional I <i| 99

Page 43: rumah melayu

c. Bunga Manggis: disebut juga tampuk manggis. Bentuk motif ini sama seperti bentuk kelopak tampuk manggis dan bunga yang ada di bagian bawah buah manggis.

Motif Bunga Manggis

d. Bunga Cengkih: bentuk motif sama seperti bunga cengkih.

Motif Bunga Cengkih

e. Bunga Melur: bentuk motif sama seperti bunga melur.

Motif Bunga Melur

lOOp? ! Rumah Melayu: Memangku Adat Menjemput Zaman

Page 44: rumah melayu

f. Bunga Cina: disebut juga bunga Susun Kelapa. Bunganya berkelopak seperti bunga melati, berwarna putih.

Motif Bunga Cina

g. Bunga Hutan: motif ini menggambarkan segala bentuk bunga, baik yang ada dalam kenyataan, maupun tidak. Biasanya bentuk ini adalah gabungan dari berbagai bentuk kelopak bunga yang disusun menjadi satu bunga, (misalnya: pada bagian bawahnya berkelopak runcing, bagian atasnya berkelopak bulat dan sebagainya).

Motif Bunga Hutan

Rumah Melayu Tradisional I <i| 99

Page 45: rumah melayu

Rumah ada adatnya Tepian ada bahasanya

Jalan bersetabik Cakap bersetina Duduk berbatuh Makan berkatab

Salah Satu Tipe Rumah Tradisional Melaka

Rumah Melayu Tradisional

Page 46: rumah melayu

Arti Simbolik

Bunga Kundur: melambangkan ketabahan dalam hidup. Bunga kundur berukuran kecil, berwarna kuning dan selalu kelihatan di dalam semak. Dalam masyarakat Melayu Riau bunga kundur selalu ditanam di ladang. Bunganya akan kelihatan di sela-sela padi. Buah kundur selain dimasak sebagai sayur, juga dipergunakan untuk obat panas. Daging buah itu diparut, diremas di dalam air dan dijadikan kompres bagi si sakit.

Bunga Melati dan Bunga Melur, melambangkan kesucian. Kedua jenis bunga ini selalu dipergunakan di dalam berbagai upacara sebagai alat upacara.

Bunga Manggis dan Bunga Cengkih; melambangkan kemegahan.

Bunga Cina; melambangkan keikhlasan hati.

Bunga Hutan, melambangkan keanekaragaman dalam kehidupan masyarakat. Di dalam masyarakat terdapat banyak ragam manusia, dan banyak pula tingkatan sosialnya.

Bunga Rangkai

a. Bunga Matahari

Ragam hias Bunga Matahari berbentuk setangkai bunga matahari yang dikelilingi secara simetris dengan sulur daun-daunan. Di sebelah kanan-kiri diberi hiasan bunga lengkap dengan vasnya. Pada bagian atas terdapat sederetan susunan bunga matahari

Ragam Hias Bunga Matahari

lOOp? ! Rumah Melayu: Memangku Adat Menjemput Zaman

Page 47: rumah melayu

tanpa daun. Ragam hias Bunga Matahari tidak memiliki arti khusus, hanya berfungsi sebagai lubang angin (ventilasi) dan menambah keindahan rumah saja. Walaupun demikian ada juga sebagian orang yang berpendapat bahwa hiasan ini bermakna keten-teraman dan kerukunan pemilik rumah, serta memberi berkah dan rasa nyaman bagi penghuninya.

Ukiran Bunga Matahari ditempatkan pada singap dalam, yaitu penyekat bagian atas antara ruang induk dengan ruang belakang atau ruang depan. Bagian bawah antara ruang induk (serambi tengah) dan ruang belakang tidak dibatasi oleh dinding penyekat. Ruangan ini seolah-olah merupakan suatu ruangan besar, dan hanya singap dalam inilah yang membedakan ruang tengah dengan ruang belakang.

b. Tampuk Pinang

Ragam hias Tampuk Pinang merupakan susunan tampuk pinang. Satu dengan lainnya saling berkaitan dan berhubungan, sehingga mengingatkan pada bentuk tegel. Ragam hias ini dapat diperpanjang atau diperpendek sesuai dengan tempat yang tersedia. Ragam hias tampuk pinang diletakkan pada singap dalam.

Ragam Hias Tampuk Pinang

Rumah Melayu Tradisional I <i| 99

Page 48: rumah melayu

c. Roda Bunga

Ragam hias Roda Bunga berbentuk setengah lingkaran, yang mengingatkan pada bentuk setengah roda dengan hiasan jari-jarinya dibuat dari tangkupan bunga. Pada bagian atas di sudut kanan dan kiri diisi dengan hiasan berbentuk mahkota dari sulur-sulur daun dan bunga. Kese-muanya ini dibingkai dengan bentuk empat persegi. Ragam hias roda bunga berarti ketenteraman bagi pemilik rumah.

Kelompok Pucuk Rebung

Pucuk Rebung berbentuk segitiga dengan garis-garis lengkung dan lurus di dalamnya. Pada umumnya di dalam segitiga tersebut terdapat satu garis tegak lurus

lOOp? ! Rumah Melayu: Memangku Adat Menjemput Zaman

Ragam Hias Roda Bunga

Page 49: rumah melayu

Beberapa Motif Pucuk Rebung yang dirangkai dengan ranting (garis-garis) melengkung ke kiri dan ke kanan. Garis-garis lengkung inilah yang membentuk pola ukiran pucuk rebung. Motif ini diambil dari pucuk bambu yang baru tumbuh.

Sulo Lalang, bentuknya sama dengan pucuk rebung, tetapi segitiganya tidak sama kaki. Dalam sebuah ukiran sulo lalang, terdapat beberapa segitiga yang disusun ber-lenggek (bertindihan satu dengan yang lainnya) semakin ke atas semakin kecil.

Nama kedua ukiran di atas sesuai dengan motif dasarnya, yang diambil dari bentuk rebung bambu dan cula lalang, yang runcing ke atas. Ukiran ini melambangkan kesu-buran dan kebahagiaan dalam kehidupan manusia.

Dalam hal pemilihan warna, tidak ada ketentuan khusus yang harus diikuti. Umum-nya dipakai warna-warna primer, tetapi lazim pula dipakai warna hijau untuk daun. Putih, kuning, merah, atau warna emas untuk kelompok bunga. Hijau dan biru untuk tangkainya. Warna hitam jarang dipakai. Dalam tata hidup tradisional, warna kuning hanya boleh dipakai oleh golongan bangsawan.

Ukiran dibuat dengan pahatan timbul, cekung, tembus, atau dengan cat. Sebelum ukiran dibuat di atas kayu atau bahan lainnya, terlebih dahulu dibuat "mal"nya dengan pensil atau arang dapur. Untuk bahan ukiran kayu, dipilih kayu yang keras atau liat, yakni kayu kemuning, surian, tembesu, dan cempedak. Bahan lainnya adalah logam atau tempurung. Pengrajin yang belum mahir biasanya terlebih dahulu membuat ukir-an percobaan pada kayu pulai. Setelah sesuai dan kelihatan bagus, barulah ia mulai mengukir di atas bahan sesungguhnya.

Rumah Melayu Tradisional I <i| 99

Page 50: rumah melayu

Ukiran pucuk rebung ditempatkan di bagian bawah tiang yang tampak di dalam rumah, serta untuk hiasan pinggir ukiran lainnya. Bila ditambah variasi tertentu dengan sedikit mengubah bentuk segitiga bidang dasarnya sehingga mirip separuh lengkungan, dapat pula dipergunakan sebagai hiasan lisplang.

Di daerah Riau tidak banyak ragam hias yang memakai motif hewan. Pada beberapa bentuk hiasan yang mempergunakan hewan sebagai motifnya, penggambaran detail dari hewan distilir (disamarkan). Misalnya ukiran Semut Beriring, disebut demikian karena bentuknya mirip semut yang berjalan beriringan. Ukiran Itik Sekawan, dinamakan demikian karena bentuknya mirip itik berjalan berkawan-kawan. Demikian pula, nama ukiran Lebah Bergantung muncul karena bentuknya mirip sarang lebah bergantung.

Hewan yang pernah dijadikan motif dalam bentuk yang agak jelas adalah Naga. Tetapi ukiran ini tidak dipergunakan sebagai hiasan pada rumah, melainkan terbatas pada beberapa benda perhiasan tertentu, dan hanya boleh dipergunakan oleh orang tertentu pula, misalnya ukiran untuk hiasan kepala atau kopiah pengantin golongan bangsawan di Kerajaan Pelalawan atau hiasan gelang di Bukit Batu.

Nama dan Bentuk Ukiran Fauna

Bentuknya mirip semut yang berjalan beriringan. Bagian badan dan kepala semut diberi hiasan berupa lengkungan atau daun-daunan, sedangkan pada bagian kakinya diberi hiasan berupa kuntum atau kembang.

a. Semut Beriring

Ukiran Motif Semut Beriring

lOOp? ! Rumah Melayu: Memangku Adat Menjemput Zaman

Page 51: rumah melayu

b. Lebah Bergantung

Diambil dari bentuk sarang lebah yang tergantung di dahan kayu. Diberi variasi dengan lekukan dan bunga-bungaan. Ukiran ini disebut juga ombak-ombak.

Lebah Bergantung Kuntum Setaman

c. Itik Sekawan

Biasa pula disebut Itik Pulang Petang, memiliki bentuk dasar huruf "S" yang bersam-bung. Huruf S itu dapat dibuat tegak atau pun miring. Di bagian tengah diberi variasi berupa daun-daunan, bunga, dan sebagainya. Huruf "S" itulah yang mirip seekor itik.

Ukiran Motif Itik Sekawan dan Itik Pulang Petang

d. Siku Keluang

Bentuk ukiran ini hampir sama dengan ukiran pucuk rebung. Pada ukiran siku keluang garis-garis segitiganya saling bersusun berderetan, ke kiri, dan ke kanan. Dinamakan demikian sesuai dengan gerak sayap keluang (kalong) yang terbang. Jika sayapnya ke atas, seakan segitiga terbalik dan jika sayapnya ke bawah seakan segitiga tegak. Oleh karena itu ukiran ini berbentuk segitiga yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, sekurang-kurangnya dua segitiga.

Rumah Melayu Tradisional I <i| 99

Page 52: rumah melayu

Sket Siku Keluang Padu

e. Burung-burung:

Ukiran ini mengambil motif dari berbagai jenis burung. Yang banyak dipergunakan adalah burung merpati. Nama ukiran ini hanya burung-burung saja, tidak ada nama khusus, walaupun bentuk burung yang digambar bisa saja bermacam-macam.

Motif Burung-burung

Rumah Melayu: Memangku Adat Menjemput Zaman

Page 53: rumah melayu

/. Ular-ularan:

Bentuk ukiran ini ada dua macam. Bentuk yang pertama hampir sama dengan ukiran akar pakis dan akar rotan, sedang yang kedua berbentuk ular atau ular naga. Pada ukiran berbentuk ular ularan, yang banyak dipergunakan adalah ukiran berbentuk ular naga. Badannya seperti ular biasa atau ular naga yang terdapat pada kelenteng Cina, tetapi pada kepalanya terdapat mahkota. Bentuk mahkota tersebut bermacam-macam. Ada yang berupa mahkota biasa dan ada pula yang dibuat seperti daun-daunan. Ular naga dalam ukiran dan lukisan Cina memiliki kaki, sedangkan dalam ukiran Melayu Riau tidak memiliki kaki. Di sekeliling badan diberi hiasan ukiran yang dijalin seperti daun-daunan.

Penempatan Ukiran

Ukiran Lebah Bergantung biasanya ditempatkan pada lisplang. Tempat lainnya adalah sebagai hiasan pada pinggir bawah bidang yang memanjang. Ukiran Semut Beriring dan Itik Pulang Petang atau Itik Sekawan, ditempatkan pada bidang yang memanjang, seperti kerangka pintu, lis dinding, lis pintu dan jendela, tiang, dan sebagainya.

Arti dan Maksud

Semut dianggap sebagai binatang yang baik, rukun, dan penuh kegotongroyongan. Pengertian lainnya adalah bahwa semut mendatangkan rezeki. Semakin banyak semut, bertambah banyak pula rezeki bagi pemilik rumah itu.

Lebah adalah binatang yang mendatangkan manfaat bagi manusia. Madunya amat berguna untuk kesehatan tubuh. Di dalam menumbai, yakni upacara mengambil madu

Rumah Melayu Tradisional I <i| 99

Page 54: rumah melayu

lebah, lebah dianggap sebagai "putri" yang amat cantik, baik hati, dan mendatangkan kebahagiaan bagi penduduk. Karena itu pada waktu upacara berlangsung, sang Kemantan menyanyikan tumbainya (pantun puji-pujian) untuk membujuk lebah itu supaya jangan menyakiti manusia.

Itik lambang kerukunan dan ketertiban. Mereka akan serentak ke kandang di waktu senja, dan serentak keluar di pagi hari. Ini adalah teladan yang baik bagi manusia, supaya seia sekata dalam mencari kehidupannya.

Ular-ularan melambangkan kesuburan dan kemakmuran. Ular biasa melambangkan kecerdikan saja, sedangkan ular naga melambangkan kecerdikan dan kekuasaan. Oleh karena itu ukiran ular naga lazimnya hanya dipergunakan oleh raja-

Ragam Hias Naga Berjuang pada Lambang Kerajaan Pelalawan

lOOp? ! Rumah Melayu: Memangku Adat Menjemput Zaman

Page 55: rumah melayu

raja (di antaranya Sultan Kerajaan Siak dan Sultan Kerajaan Pelalawan yang memakai simbol Naga pada mahkotanya).

Ragam hias ukiran Melayu yang mengambil motif fauna lainnya adalah ragam hias Naga Berjuang dan Roda Bunga dan Burung.

Ragam hias Naga Berjuang berbentuk dua ekor naga yang berhadapan dalam bentuk setengah lingkaran.

Menurut beberapa pendapat bentuk ragam hias Naga Berjuang ini hanya dipergunakan sebagai lambang. Walaupun bentuk yang digambarkan tidak berupa naga, melainkan sulur-suluran dengan bunga dalam bentuk simetris, ragam hias seperti ini bisa digolongkan ke dalam Naga Berjuang. Mengingat di Indonesia tidak ada naga, maka besar kemungkinan ragam hias ini berasal dari atau mendapat pengaruh dari Cina.

Lambang Kerajaan Siak Sri Indrapura

Rumah Melayu Tradisional I <i| 99

Page 56: rumah melayu

Karena luasnya kandungan makna dan fungsi bangunan dalam kehidupan orang Melayu, yang akan menjadi kebanggaan dan memberikan kesempurnaan hidup, bangunan sebaiknya didirikan melalui tata cara pembuatan yang sesuai dengan ketentuan adat. Dengan memakai tata cara yang tertib, barulah sebuah bangunan dapat disebut "Rumah sebenar Rumah".

Iklim setempat turut menentukan bentuk/arsi-tektur tradisional rumah Melayu. Hal ini terlihat pada kampung Melayu yang berbentuk meman-jang, berbanjar mengikuti jalur sungai atau jalur jalan. Pada umumnya rumah Melayu memiliki halaman yang luas dan ditumbuhi dengan pohon buah-buahan. Sirkulasi udara dan cahaya matahari harus cukup memasuki setiap ruangan rumah, se-hingga penghuni merasa segar dan nyaman.

Berdasarkan iklim ini pula maka bentuk arsi-tektur rumah Melayu baik Salah Satu Rumah Melayu Lama di Pekanbaru di darat maupun dekat dengan sungai dan pantai pada dasarnya berkolong atau berpanggung dan bertiang tinggi. Bentuk rumah panggung ini sangat berguna untuk penyelamatan dari bahaya banjir dan ancaman binatang buas, mengatasi kelembapan udara, dan merupakan tempat kerja darurat serta menyimpan perkakas kerja.

Dalam membangun rumah tradisional Melayu syariat agama Islam sangat diperhatikan. Letak ruang kaum lelaki berbeda dengan ruang para wanita. Ragam hias ukiran jarang dibuat dengan motif hewan ataupun manusia. Tetapi dengan

lOOp? ! Rumah Melayu: Memangku Adat Menjemput Zaman

Page 57: rumah melayu

Ragam hias Roda Bunga dan Burung berbentuk roda bunga dengan burung-burung yang sedang mengisap madu pada bu-nga. Ragam hias ini berbentuk bunga dengan sulur-suluran daun, dengan burung di sebelah kanan dan kiri serta dibatasi dengan bingkai yang berbentuk setengah lingkaran di dalam sebuah empat persegi panjang.

Ragam hias Naga Berjuang diletakkan pada lubang angin di atas pintu depan. Ragam hias Roda Bunga dan Burung dapat diletakkan pada lubang angin pintu depan ataupun di atas sebuah jendela. Juga ragam hias tumbuh-tumbuhan dan burung diletakkan di atas daun pintu atau jendela yang berfungsi sebagai lubang angin.

Ragam hias Naga Berjuang mengandung arti kemampuan dan keberanian. Dengan demikian hiasan ini dipakai oleh penduduk yang serba kecukupan, berani, kaya, dan terpandang.

Ragam hias Roda Bunga dan Burung melambangkan kemakmuran. Jika diteliti, kedua ragam hias ini mirip dengan bunga balai, yaitu bunga yang dibuat dari kertas dengan telur yang dibungkus, ter-gantung pada seuntai benang. Benang ini terikat pada tangkai yang dibuat dari kertas kuning yang melambangkan kea-gungan. Jadi dapat disim-

Lubang Angin dengan Motif Naga Berjuang pulkan bentuk ragam hias

lOOp? ! Rumah Melayu: Memangku Adat Menjemput Zaman

Lubang Angin dengan Motif Roda Bunga dan Burung-burung

Page 58: rumah melayu

Roda Bunga dan Burung ini mengangkat bentuk bunga balai, diterapkan dalam bentuk tebukan pada lubang angin.

Ragam hias Roda Bunga dan Burung dimaksudkan agar pemilik rumah memperoleh berkah dan keagungan dalam hidup dan kehidupan. Demikian pula dengan ragam hias tumbuh-tumbuhan dan burung. Memiliki makna kemakmuran dan kebahagiaan bagi pemilik rumah.

Motif alam tidak banyak dipergunakan. Yang agak mendekati bentuk alam adalah ukiran bintang-bintang, sedangkan ukiran Awan Larat hanya namanya saja yang dari alam (awan) sedangkan bentuknya tidak mirip dengan awan. Motif Bintang-bintang dinamakan demikian karena bentuknya agak menyerupai bintang yang bersinar.

Bintang-bintang berbentuk seperti bintang dengan segi ganjil atau genap. Jumlah seginya tidak terbatas. Motif ini dapat dibuat berlapis-lapis (saling bertindihan) semakin ke atas semakin kecil. Sudutnya boleh sejajar dan boleh bersilangan. Bentuk sudutnya dapat berupa segitiga, tetapi dapat pula berupa daun-daunan. Bagian tengahnya boleh berbentuk segi empat, bulat, atau oval, tetapi dapat pula berupa bunga dengan kelopak terbuka, separuh terbuka, atau kuntum.

Ukiran Motif Bintang-bintang

Rumah Melayu Tradisional I <i| 99

Page 59: rumah melayu

Bentuk ukiran Awan Larat tidak terikat, tetapi pola dasarnya berupa garis-garis lemas dan lengkung. Hiasannya berupa daun-daunan, bunga dan kuntum. Ukiran ini hampir sama dengan ukiran Kaluk Pakis. Ukiran Bintang-bintang umumnya berwarna putih, kuning, dan keemasan. Sedangkan Awan Larat lazimnya berwarna hijau, biru, merah, kuning, putih. Cara membuatnya sama seperti membuat ukiran lainnya.

Ukiran Bintang-bintang lazim ditempelkan pada loteng sebagai tempat tali gantungan lampu. Tempat lainnya adalah hiasan pada panel daun pintu dan daun jendela. Ukiran Awan Larat ditempatkan pada bidang memanjang, bersegi atau bulat, jadi tidak terikat pada bagian tertentu.

Ukiran Bintang-bintang mengandung makna keaslian, kekuasaan Tuhan dan sumber sinar dalam kehidupan manusia. Oleh karenanya ukiran ini biasanya ditempatkan di loteng sebagai tempat gantungan lampu. Ukiran Awan Larat, melambangkan kelemahlembutan dalam pergaulan dan dapat ditempatkan dimana saja, serta dapat masuk kemana saja. Ukiran ini tidak mempengaruhi ruangan dimana ia ditempatkan, tetapi menyesuaikan dirinya dengan tempat dimana ia berada.

Agama Islam dianut oleh sebagian besar masyarakat Melayu sehingga pengaruh Islam sangat menonjol. Pengaruh kebudayaan Islam antara lain tampak pada bentuk kubah masjid yang diterapkan pada ragam hias Pucuk Rebung, ataupun ragam hias Gigi Belalang. Kepercayaan yang merupakan tradisi turun-temurun umumnya tidak terlalu menonjol karena sudah tergambar dalam bentuk-bentuk ukiran flora, fauna, dan alam. Pengaruh Islam terlihat pada motif ukiran kaligrafi Arab yang lazim disebut kalimah, maupun ragam hias ukiran dengan pola-pola geometris.

lOOp? ! Rumah Melayu: Memangku Adat Menjemput Zaman

Page 60: rumah melayu

Bentuk kaligrafi adalah huruf-huruf Arab yang dibuat dalam berbagai variasi. Tulisan ini adalah kalimat-kalimat yang terdapat dalam kitab suci Al Qur'an atau lazim disebut ayat-ayat Al Qur'an. Jalinan huruf-huruf itu dibentuk menyerupai burung, orang, dan sebagainya. Secara pasti belum diketahui siapa yang membawa ukiran ini. Tetapi karena ukiran ini berbentuk kaligrafi, tidak mustahil masuknya akibat pengaruh

Islam, terutama di zaman kerajaan-kerajaan Melayu Riau masih jaya.

Bentuk tulisan tidak menunjukkan asal-usul kaligrafi, karena umumnya gaya tulisan kaligrafi yang ditemukan adalah gaya tulisan biasa (yang lazim dipergunakan di dalam kitab Alquran),

sedangkan gaya tulisan Arab lainnya belum dijumpai. Ayat-ayat yang lazim dipergunakan adalah Ayat Qursi, Fatihah, Surat Ikhlas, Allah, Muhammad, Bismillahirrahmanirrahim, Allahu Akbar, dan ayat-ayat lainnya yang pendek-pendek.

Prinsip pembuatan kaligrafi sama seperti membuat ukiran lainnya. Keahlian khu-sus yang harus dimiliki pembuatnya adalah teknik menulis Arab dengan berbagai bentuk hurufnya. Variasinya dapat berupa jalinan terpadu antara huruf (khat) itu dengan daun-daunan, bunga, dan kuntum, tidak boleh ada hewan. Kalau ayat itu ditulis khusus, "bingkainya dapat dibuat ukiran lainnya.

Ukiran ini biasanya ditempatkan pada tempat ketinggian, terutama di atas ambang pintu. Karena hiasan ini umumnya diambil dari ayat-ayat suci, maka amatlah pantang terlangkahi. Di rumah tempat tinggal, ukiran ini biasanya ditempatkan di ruang muka dan ruang tengah, sedangkan di rumah ibadah (masjid atau surau), terutama diletakkan di mimbar dan dinding.

Kaligrafi dipakai sebagai alat pendidikan agama Islam di dalam keluarga. Penghuni rumah diajarkan membaca ayat-ayat tersebut, kemudian secara berangsur-angsur diberikan penjelasan apa makna dan hakikat ayat itu.

Di kalangan umat Islam di daerah Riau terdapat kepercayaan, bahwa ayat-ayat kitab suci itu mengandung "khasiat" tertentu. Pemilihan ayat-ayat biasanya dilakukan oleh orang yang ahli, kemudian barulah diukir oleh pengukir. Di antara ayat-ayat itu adalah Surat Ikhlas, Qursi, Fatihah, dan ratusan ayat lainnya.

Rumah Melayu Tradisional I <i| 99

Page 61: rumah melayu

Di dalam Islam terdapat larangan untuk membuat hiasan makhluk bernyawa, seperti binatang ataupun manusia. Akan tetapi dengan adanya perkembangan zaman, bertambahnya pengalaman putra-putra Melayu yang merantau, dimana setelah pulang ke kampung pengaruh dari daerah-daerah yang dilihatnya di perantauan diterapkan di kampungnya.

Oleh karena itu, pada perkembangannya muncul ragam hias yang bermotifkan hewan berupa burung, ikan-ikan, ular naga, dan lain-lain. Tentu saja tidak semudah yang bisa dilihat saat ini. Motif-motif hewan ini tentu saja menjadi perdebatan sengit di antara keluarga dan masyarakat. Namun dengan prinsip bahwa gambar hewan tersebut bukan untuk disembah, melainkan hanya sebagai hiasan, maka pada saat sekarang ini sudah banyak terdapat ragam hias yang bermotifkan hewan.

lOOp? ! Rumah Melayu: Memangku Adat Menjemput Zaman

Page 62: rumah melayu

Selain ragam hias seperti yang telah dibahas terdahulu, masih ada lagi beberapa ragam hias yang termasuk dalam khazanah perbendaharaan Melayu. Ragam hias itu antara lain adalah

a. Jala-jala,

b. Terali Biola, dan

c. Ricih Wajid.

Ragam hias Jala-jala berbentuk belah ketupat, dengan cara penyusunan kayu yang sejajar dan saling berlawanan arah. Ragam hias Terali Biola berbentuk lekuk-lekuk tebukan yang disesuaikan dengan bentuk biola, yang terbentuk dari kepingan papan yang diukir kemudian disatukan. Ragam hias Ricih Wajid atau disebut juga Gigi Belalang, berbentuk potongan wajid, yaitu sejenis makanan yang terbuat dari beras pulut. Ter-bentuk dari kepingan papan yang diukir kemudian disatukan.

Ragam hias Jala-jala hanya berwarna kecokelat-cokelatan atau warna putih kapur saja. Ragam hias ini sangat sederhana, namun banyak dipakai. Ragam hias Terali Biola berwarna keemasan, kuning putih ataupun hijau dan warna kayu saja.

Ragam hias Jala-jala paling mudah dibuat, yaitu dengan cara menyilangkan beberapa papan kecil, sehingga terbentuk lubang-lubang berbentuk belah ketupat. Ragam hias Terali Biola dibuat dari kepingan papan yang diukir menurut pola biola kemudian digergaji pada tepi kanan dan kiri papan dan ditebuk pada bagian tengah

papan. Selanjutnya semua papan yang telah diukir tersebut disatukan. Cara membuat ragam hias Ricih Wajid sama dengan ragam hias Terali Biola.

Motif Jala-jala

Rumah Melayu Tradisional I

Page 63: rumah melayu

Ragam hias Jala-jala ter-dapat pada bagian atas jen-dela, pintu ataupun lubang angin di dapur. Ragam hias Terali Biola terdapat pada jerajak atau teralis beranda, teralis jendela, ataupun sebagai hiasan pada lis-plang.

Ricih Wajid dapat juga dibuat bertingkat, ditem-patkan pada bagian bawah tepi lantai, sehingga fung-sinya sebagai hiasan pada tutup angin atau ikat ping-gang.

Ragam hias Jala-jala tidak memiliki arti apa-apa, hanya berfungsi sebagai ventilasi dan keindahan. Ragam hias Terali Biola juga tidak memiliki arti apa-apa, hanya berfungsi sebagai pagar beranda atau jendela. Ragam hias Ricih Wajid (Gigi Belalang) adalah lam-bang pemersatu pada ma-syarakat Melayu.

Motif Terali Biola

Motif Ricih Wajid

lOOp? ! Rumah Melayu: Memangku Adat Menjemput Zaman

Page 64: rumah melayu

Masjid Lama Senapelan, Pekanbaru

Masjid Syeh Abdurrahman Siddicj Al Masjid Lama Sultan Kadriah, Banjari, di Sapat, Indragiri Hilir, Riau Pontianak, Kalbar

160 Rumah Melayu: Memangku Adat Menjemput Zaman

Masjid Sultan Riau, Pulau Penyengat, Tanjung Pinang, Riau

Masjid Lama Kraton Melayu Sambas, Kalbar

Page 65: rumah melayu

Masjid Kampung Keling Melaka

Masjid Raya Siak, Riau

Masjid Tinggi di Bagan Serai, Perak

Masjid Lama Majlis Agama Islam Perak Masjid Jamik Airtiris, Kabupaten Kampar

Arsitektur Melayu Dalam Gambar

Page 66: rumah melayu

Istana Siak Sri Indrapura, Siak

Istana Raja Ali Haji di Pulau Penyengat, Tanjung Pinang

Istana Sultan Langkat "Darul Aman", Tanjungpura

Istana Kerajaan Rokan, di Rokan IV Koto, Kabupaten Rokan Hulu

Balai Kerapatan Kerajaan Deli

lOOp? ! Rumah Melayu: Memangku Adat Menjemput Zaman

Page 67: rumah melayu

masuknya pengaruh kebudayaan timur jauh dan negara-negara tetangga, serta motif-motif yang diperoleh pengukir-pengukir Melayu dari perantauan, maka muncullah ukiran-ukiran yang bermotifkan margasatwa, berupa gambar naga, ikan, burung, atau binatang lain. Motif-motif ini sudah barang tentu telah disesuaikan dengan iklim, adat resam, dan syariat agama Islam.

LAMBANG-LAMBANG DALAM BANGUNAN MELAYU RIAU

Hal penting yang harus diperhatikan dalam mewujudkan bangunan dan lambang-lambangnya adalah musyawarah. Oleh karena itu langkah pertama sebelum mendirikan sebuah bangunan adalah melakukan musyawarah, baik antar keluarga ataupun dengan melibatkan anggota masyarakat lainnya.

Di dalam musyawarah itu dibicarakan tentang jenis bangunan yang akan didirikan, kegunaannya, bahan yang diperlukan, lokasi bangunan, tukang yang akan mengerjakannya, dan waktu dimulainya pekerjaan. Biasanya dalam musyawarah itu dijelaskan pula segala pantangan dan larangan, adat dan kebiasaan yang harus dijalankan dengan tertib. Pengerjaannya ditekankan pada asas gotong royong yang disebut Batobo, Besolang, ataupun Betayan.

Seorang anggota masyarakat yang mendirikan sebuah bangunan tanpa mengadakan musyawarah dapat dianggap orang yang 'kurang adab' atau 'tak tahu adat'. Orang tua-tua merasa dilangkahi dan orang muda-muda merasa ditinggalkan. Bangunan yang didirikan tanpa musyawarah terlebih dahulu akan menyebabkan pemiliknya mendapat umpatan dari masyarakat sedangkan bangunan itu sendiri dianggap gawai atau sewal yaitu mendatangkan sial, seperti diungkapkan:

Rumah siap pahat berbunyi Yang mati berbalik hidup Terkena tangkap sesentak Berseliu bulan berkalan

Bersilang tongkat dengan tugal Lantai berjungkat tengah rumah Kasau jantan menyundak kepala

Ke hilir terhelah-helah Ke hulu terdudu-dudu

Rumah Melayu Tradisional I <i| 99

Page 68: rumah melayu

Istana Maimun Deli, Medan

Istana Sultan Asahan

Kraton Melayu Al Watziqubillah, Sambas, Kalbar

Istana Datuk Lima Laras

Arsitektur Melayu Dalam Gambar \

Istana Al-Kadriah, Pontianak, Kalbar

Page 69: rumah melayu

Bangunan Kerajaan Negeri Perak Darul Ridzuan

Muzium DiRaja Kuala Kangsar

Istana Balai Besar Kedah

Istana Seri Menanti Negeri Istana Teratak Perpatih Negeri Sembilan Sembilan

160 Rumah Melayu: Memangku Adat Menjemput Zaman

Page 70: rumah melayu

Rumah Melayu Indragiri Hilir (Riau)

Rumah Melayu Indragiri Hulu, Riau Rumah Adat Melayu Batam (Riau)

Rumah Adat Melayu Kepulauan Riau Rumah Adat Melayu Pekanbaru

Arsitektur Melayu Dalam Gambar

Page 71: rumah melayu

Rumah Adat Melayu Kampar (Riau)

Rumah Kediaman Haji Tenas Effendy di Pekanbaru

Rumah Datuk Laksamana di Bukit Batu, Bengkalis

Rumah Arsitektur Melayu Bengkalis Salah Satu Rumah Lama Melayu di Pekanbaru

160 Rumah Melayu: Memangku Adat Menjemput Zaman

Page 72: rumah melayu

Rumah Melayu Lama di Sedanau, Natuna

Rumah Tradisional Melayu di Negeri Sembilan

Rumah Tradisional Riau

Salah Satu Rumah Lama, di Rokan Hulu, Riau

Rumah Tradisional Melayu di Kulim, Kedah

Arsitektur Melayu Dalam Gambar

Page 73: rumah melayu

Rumah Baitul Rahmah Bukit Candan (Perak)

Rumah Lama di Bukit Semanggol, Kerian

Rumah Tradisional di Johor

Rumah Melayu Tradisional Kelantan

I Rumah Melayu: Memangku Adat Menjemput

Rumah Lama di Mukim Beriah, Kerian

Zaman

Page 74: rumah melayu

Gedung DPRD Provinsi Riau

Balai Kerapatan Adat Kabupaten Siak Kantor Kabupaten Pelalawan, Riau

Gedung Daerah Indragiri Hilir, Engku Kelana

Kantor Kabupaten Indragiri Hilir, Riau

Arsitektur Melayu Dalam Gambar

Page 75: rumah melayu

KARAKTERISTIK RUMAH MELAYU

Nama

Rumah tradisional Melayu pada umumnya terdiri atas tiga jenis, yaitu: Rumah Tiang Enam, Rumah Tiang Enam Berserambi, dan Rumah Tiang Dua Belas, atau Rumah Serambi. Rumah Tiang Dua Belas atau Rumah Serambi merupakan rumah besar de-ngan tiang induk sebanyak dua belas buah.

Tipologi

Tipologi rumah tradisional Melayu adalah rumah panggung atau berkolong, dan memiliki tiang-tiang tinggi. Hal ini sesuai dengan iklim setempat serta kebiasaan yang

Rumah Panggung Melayu dengan Dinding Papan

Rumah Melayu Tradisional

Page 76: rumah melayu

sudah turun-temurun. Tinggi tiang penyangga rumah sekitar dua sampai dua setengah meter. Tinggi rumah induk bagian atas sekitar tiga atau tiga setengah meter. Suasana di dalam ruangan sejuk dan segar karena banyak memiliki jendela serta lubang angin (ventilasi).

Fungsi Tiap-tiap Ruangan

Setiap ruangan pada rumah Melayu memiliki nama dan fungsi tertentu. Selang depan berfungsi sebagai tempat meletakkan barang-barang tamu, yang tidak dibawa ke dalam ruangan. Ruang serambi depan berfungsi sebagai tempat menerima tamu pria, tetangga dekat, orang-orang terhormat, dan yang dituakan. Ruang serambi tengah atau ruang induk berfungsi sebagai tempat menerima tamu agung, dan yang sangat dihormati. Ruang selang samping berfungsi sebagai tempat meletakkan barang yang tidak dibawa ke dalam ruang serambi belakang. Tempat ini merupakan jalan masuk bagi tamu wanita. Ruang dapur dipergunakan untuk memasak dan menyimpan barang-barang keperluan dapur. Karena susunan papan lantainya jarang, maka sampah dapat langsung dibuang ke tanah.

Ruangan kolong rumah biasanya digunakan sebagai tempat bekerja sehari-hari dan menyimpan alat-alat rumah. Sedangkan WC dan kandang kambing atau ayam letaknya agak di belakang rumah.

Rumah Kediaman

Rumah kediaman lazim disebut rumah tempat tinggal atau rumah tempat diam, yaitu rumah yang khusus untuk tempat kediaman keluarga.

Di dalam ungkapan dikatakan:

JENIS RUMAH MELAYU

Tuah semut ada sarangnya Tuah ayam ada sangkaknya

lOOp? ! Rumah Melayu: Memangku Adat Menjemput Zaman