ringkasan berganda

25
RINGKASAN JURNAL MULTIPLE CROP KHUSUSNYA LAHATADAH HUJAN OLEH : TEDI AL FARUQI 150110070089 ALTERNATIF POLA TANAMAN PADI – PALAWIJA UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS LAHAN SAWAH IRIGASI DI WILAYAH PENGAIRAN JATILUHUR Pola tanam padi tiga kali dalam setahun tidak di anjurkan karena akan menimbulkan masalah did lam perkembangan hama. Dengan meningkatkan intensitas pertanaman sekaligus diharapakan meningkatkan produktifitas lahan. Namun untuk meningkatkan intensitas pertanaman (IP) pada pola tanam padi padi – padi – paliwija khusunya di wilayah jawa barat utara, perlu diikuti pula dengan meningkatkan pendapatan. Dengan menanam kacang tunggak sebelum gora, hasil padi gora meningkat 30% dari 2,3 ton/hektar menjadi 3,3/ha. Dibandingkan dengan hasil gora tanpa penanaman kacang tunggak terlebih dahulu atau diberakan. Selain itu system budidaya gora mempersempit tenggang waktu, sehingga inensitas tanam dapat ditingkatkan, dan tanaman yang diusahakan berikutnya setelah padi kedua masih mendapatkan air dalam demikian dapat diharapkan kejenuhan produktivitas lahan dapat diperbaiki selain juga akan terjadinya peningkatan hasil setiap komoditas yang dirakit kedalam pola tanam tersebut.

Upload: tedi-al-faruqi

Post on 11-Aug-2015

148 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: RINGKASAN BERGANDA

RINGKASAN JURNAL MULTIPLE CROP KHUSUSNYA

LAHATADAH HUJAN

OLEH : TEDI AL FARUQI 150110070089

ALTERNATIF POLA TANAMAN PADI – PALAWIJA UNTUK

MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS LAHAN SAWAH IRIGASI DI

WILAYAH PENGAIRAN JATILUHUR

Pola tanam padi tiga kali dalam setahun tidak di anjurkan karena akan

menimbulkan masalah did lam perkembangan hama. Dengan meningkatkan intensitas

pertanaman sekaligus diharapakan meningkatkan produktifitas lahan. Namun untuk

meningkatkan intensitas pertanaman (IP) pada pola tanam padi padi – padi – paliwija

khusunya di wilayah jawa barat utara, perlu diikuti pula dengan meningkatkan

pendapatan. Dengan menanam kacang tunggak sebelum gora, hasil padi gora

meningkat 30% dari 2,3 ton/hektar menjadi 3,3/ha. Dibandingkan dengan hasil gora

tanpa penanaman kacang tunggak terlebih dahulu atau diberakan. Selain itu system

budidaya gora mempersempit tenggang waktu, sehingga inensitas tanam dapat

ditingkatkan, dan tanaman yang diusahakan berikutnya setelah padi kedua masih

mendapatkan air dalam demikian dapat diharapkan kejenuhan produktivitas lahan

dapat diperbaiki selain juga akan terjadinya peningkatan hasil setiap komoditas yang

dirakit kedalam pola tanam tersebut.

Bila dihitung dengan hasil setara padi, pola tanam padi sawah-walik jerami-

bera memperoleh hasil setara padi paling rendah (9,56 ton/ha/tahun). Hasil gabah

tertinggi dicapai oleh penanaman padi secara walik jerami pada pola tanam padi gora-

walik jerami-kedelai yang menghasilkan produktivitas sebanyak 5.92 ton/ha.

Dihubungkan dengan indeks pertanaman (IP) dan indeks intensitas pertanaman (IIP)

hasil setara padi tertinggi dicapai oleh pola gora-walik jerami-kedelai. Dan pola

tanam gora-walik jerami-kacang panjang yang memiliki IP dan IIP yang tinggi yaitu

masing-masing 300%. dan 95,83%. IP dan IIP yang tinggi tidak selalu selaras dengan

hasil setara padi yang tinggi pula, bergantung pada kecocokan komoditas yang

diusahakan pada lingkungan tersebut,dan nilai ekonomis dari komoditas yang

bersangkutan seperti ditunjukkan pola tanam gora-walik jerami-kacang tanah.

Peralihan dari system budidaya sawah ke gogo rancah yang sebelumnya telah

Page 2: RINGKASAN BERGANDA

ditanami palawija (khususnya kacang-kacangan) dilanjutkan dengan penanaman padi

walik jerami, tampaknya berpotensi sebagai alternative untuk meningkatkan IP dan

IIP.

Pola tanam ganda secara sequential (gora-walik jerami-kacang kacangan)

memberikan pendapatan tertinggi yang disertain dengan IP,IIP<dan RC-ratio yang

tinggi pula. Pola tanam gora-walik jerami-kedelai merupakan pola tanam alternative

untuk segera dikembangkan sebagai langkah awal dalam mendukung perbaikan pola

tanam petani agar meningkatkan peroduktifvitas dan pendapatan.

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH TADAH HUJAN

CIANJUR SELATAN MELALUI PENGGUNAAAN SISTEM TANAM

GANDA PADI-PALAWIJA YANG DIBERIKAN PUPUK KANDANG DAN

KALIUM SECARA BERTAHAP

Masalah utama yang dihadapi untk mengambangkan lahan tadah hujan yaitu

kesulitan pengendalian tata air di musim hujan,dan kekeringan pada musim kemarau.

Sebagian besar dari sawah tadah hujan hanya diusahakan untuk pertanaman padi

sekali dam setahun tanpa diikuti oleh tanaman lain and hanya sebagian kecil yang

diusahakan untuk pertanaman padi yang diikuti palawija,sehigga menimbulkan

rendahnya indeks intensitas pertanaman (IIP).untuk meningkatkan IIP dilahan sawah

tadah hujan dapat dilaksanakan melalui penyusunan pola tanam padi gogo rancah-

palawija (kedelai dan atau kacang tanah)-palawija (kacang hijau). Untuk

mengantisipasi kemungkinan fluktuasi curah hujan dengan jumlah dan distribusi yang

bervariasi diperlukan berbagai rakitan komponen teknologi yang mengarah kepada

konservasi hara dan air sehingga unsur hara dapat secara efektif diserap tanaman dan

pada gilirannya mampu meningkatkan profuktivitas lahan.

Page 3: RINGKASAN BERGANDA

Penggunaan pupuk kalium dapat mengatasi masalah kelebihan air apabila

drainas air cukup baik dan kekeringan. Disamping itu pemberian pupuk kandang

perlu dilakukan untuk mencegah K dari efek pencucian di musim tanam kedua.

Dengan demikian di musim tanam ketiga efek sisa K masih dapat dimanfaatkan.

System budidaya gogo rancah membantu memudahkan pengolahan tanah,dan

menjadikan struktur tanah menjadi lebih baik untuk penanaman kacang-kacangan

berikutnya dibandingkan dengan system sawah.

Kerugian yang diperoleh dari pola tanam introduksi parsial padi sawah-

kedelai-bera dan padi sawah-kacang tanah-bera tanpa pupuk kandang disertai pupuk

K menunjukkan bahwa pada tanah liat dengan curah hujan tinggi,terjadi pelumpuran

tanah pada system padi sawah yang tidak cocok pada padi berikutnya. Kedelai dan

kacang tanah sangat sensitif terhadap cekaman kelebihan air pada fase kritis pada

pertumbuhannya. Hasil padi sawah yang ditanam pada tanah berlumpur juga lebih

rendah daripada hasil padi gogo rancah (3,572 ton/ha vs 4,97 ton/ha). Padi gogo

rancah yang ditanam pada lahan yang diolah kering memenuhi syarat terjadinya fisik

tanah. Hal ini menunjukkan bahwa system gogo rancah dapat diterapkan pad tanah

liat dan curah hujan tinggi,karena selama ini system gogo rancah bagi daerah tadah

hujan dengan curah hujan tidak menentu dan penyebarannya tidak merata.

Pada pola tanam introduksi II dengan memasukkan kacang hijau dan kacang

tanah setelah padi gogo rancah degan perlakuan dosis pupuk kandang disertai waktu

pemberian pupuk K (D11-D16), menunjukkan pendapatan/hektar/tahun dan RC/ratio

yang lebih rendah dibandingkan pola tanam introduksi padi gogo rancah-kedelai-

kacang hijau pada perlakuan yang sama. Kacang tanah menunjukkan tidak cocok

ditanam setelah padi gogo rancah pada lingkungan seperti di tanggeung,karena hasil

biji kacang tanah terbentuk didalam tanah. Nilai IIP yang lebih tinggi (95,83%)

merupakan imbalan dari umur kacang tanah yang relative lebih panjang dibandingkan

umur kedelai sehingga mengakibatkan lahan dapat diusahakan lebih lama. Dengan

kata lain masa bera dapat ditekan sekecil-kecilnya (dalam percobaan ini kurang lebih

Page 4: RINGKASAN BERGANDA

5%). Berbeda dengan kedelai yang ditanam pada urutan padi gogo rancah-kedelai-

kacang hijau dengan perlakuan yang sama dengan kacang tanah,mampu tumbuh dan

menghasilkan lebih baik daripada kacang tanah yang diikuti dengan pendapatan

tertinggi dan RC-ratio 1,80 sejalan dengan meningkatnya hasil dari masing-masing

komoditas. Pendapatan yang lebih baik mengisyaratkan bahwa kedelai cocok ditanam

setelah padi gogo rancah dengfan dosisi pupuk kandang 10 ton/ha disertai waktu

pemberian pupuk K sekaligus maupun 2 kali,yang mampu menghasilkan biji kering

1,56 ton/ha, dilanjutkan dengan penanaman kacang hijau tanpa perlu dipupuj lagi,

yang menghasilkan biji kering tertinggi 1,8 ton/ha.

Kacang hijau yang ditanam setelah kedelai lebih tinggi dibandingkan dengan

setelah kacang tanah, karena umur kedelai lebih pendek dibandingkan dengan umur

kacang tanah,sehingga kacang hijau dapat memanfaatkan sisa air setelah kedelai lebih

banyak dibandingkan dengan sisa air setelah kacang tanah.

Dari hasil percobaan ini dapat disimpulan bahwa pola tanam introduksi

dengan urutan padi gogo rancah – kedelai - kacang hijau yang diberi pupuk kandanng

10 ton/ha disertai waktu pemberian pupuk K sekaligus maupun 2 kali pada saat tanam

kedelai, meningkatkan produktivitas lahan sawah tadah hujan pada iklim basah yang

lebih unggul dibandingkan pola-pola yang lainnya.kenyataan ini terukur dari

beberapa variabel hasil setara padi, setara kalori, setara protein, IIP , RC-ratio dan

pendapatan bersih.

Page 5: RINGKASAN BERGANDA

TUMPANG SARI JAGUNG DENGAN LEGUM PENUTUP TANAH

BERUMUR EMPAT BULAN DISERTAI PEMUPUKAN NITROGEN

Permintaan terhadap jagung di inidonesia terus bertambah seiiring dengan

pertambahan jumlah penduduk dan berkembangnya industri yang menggunakan

jagung sebagai bahan bakunya. Pada tanmana belum menghasilkan legume penutup

tanah memberikan banyak manfaat, pertumbuhan gulma dihambat ,kesuburan N

tanah meningkat dan kegemburan tanah dipertahanakan. Kebutuhan N tanman jagung

yang di tumpangsarikan dengan dengan kacang-kacangan penutup tanah sebagian

akan akan dapat dipenuhi dari rembesan ini, sehingga dosis pupuk N tanaman jagung

dapat diperkecil.

Perlakuan kacangan berpengaruh sangat nyata menekan pertumbuhan gulma

pada 3, 7 dan 13 MST. Pemupukan N berpengaruh sangat nyata pada 13 MST

sedangkan pada 3 dan 7 MST pengaruh pemupukan tidak nyata. Perbedaan bobot

kering gulma antara perlakuan tumpangsari dengan yang tidak tumpangsari semakin

jelas terlihat pada pengamatan 13MSTpada saat periode tumbuh gulma sejak

penyiangan kedua sudah berselang 6 minggu. Pada 13 MST pemupukan N

berpengaruh nyata secara linier meningkatkan bobot kering gulma dengan

persamanan Y=2,2109+0,0198N ; R2=0,0846. Rataan perlakuan tumpangsari

menaikan nilai tinggi tanaman dan lilit batang sebanyak 3,2 dan 3,4 persen

dibandingkan perlakuan tanpa kacangan. Perlakuan mulsa lilit batang dan bobot

kering tajuk berturut-turut sebesar 5,4%, 8,7% dan 6,1%.

Pemupukan nitrogen berpengaruh nyata meningkatkan nilai komponen hasil

dan hasil jagung. Pemupukan N berpengaruh nyata meningkatkan semua peubah

komponen hasil dan hasil jagung. Kenaikan tertinggi untuk semua peubah komponen

hasil ditunjukan oleh pemupukan 60 kg N/hasedangkan dosis pupuk 120 dan 180 kg

N/ha memberikan kenaikan yang hamper sama. Hasil pipilan tertinggi (3,73 ton/ha)

Page 6: RINGKASAN BERGANDA

diperoleh pada perlakuan mulsa C. charuleum disertai pemupukan 60 kg N/ha.

Produktifitas jagung dalam percobaan ini rataan dari 20 perlakuan hanya mencapai

2,53 ton/ha. Tingkat produktifitas ini jauh dibawah potensi hasil jagung varietas

arjuna 5-6 ton/ha. Slah satu penyebabnya munkin karena pengaruh alelopati. Hal

kedua yang mengakibatkan produktifitas rendah adalah populasi tanaman yang terlalu

rendah.

Dapat disimpulkan bahwa tanaman jagung dapat di tumpangsarikan dengan

Calopogonium caeruleum maupun Centrosema pubescens yang telah berumur lebih

dari 4 bulan. Dibandingkan dengan pertanaman jagung tanpa kacangan, nilai peubah

pertumbuhan, komponen hasil maupun hasil pada jagung pada pertanaman tumpang

sari tidak lebih rendah. Pada pertanman tumpang sari pemupukan dosis N dosis 60 kg

N/ha memberikan hasil yang tertinggi. Dosis lebih tinggi dari 60 kg N/ha nampaknya

tidak diperlukan karena akan menurunkan aktifitas fiksasi nitrogen oleh rhizobium.

PENGARUH WAKTU TANAM JAGUNG (Zeamays L) DAN KACANG

TANAH (Aracis hypogaea L) YANG BERBEDA TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG TANAH PAD SISTEM

PERTANAMAN TUMPANG SARI.

Pertanaman tumpang sari adalah penanaman dua atau lebih jenis tanaman

sekaligus pada sebidang tanah yang sama dan pada hakekatnya merupakan usaha tani

yang intensif berdasarkan pemanfaatan waktu dan ruang tumbuh. Dalam pelaksanaan

tumpang sari dapat dipilih tanaman yang berakar dalam dengan jenis tanaman yang

berakar dangkal sehingga tidka terjadi persaingan penyerapan unsur hara. Salah satu

kombinasi tanaman dalam tumpang sari yang paling banyak diusahakan adalah

kacang tanah dengan jagung. Secara morfologi bentuk tanaman jagung lebih tinggi,

Page 7: RINGKASAN BERGANDA

sedangkan lebih rendah, sehingga kedua tanaman tersebut ditanam pada waktu yang

sama, dapat menyebabkan terjadinya naungan maksimal dari tanaman jagung

terhadap kacang tanah, juga dapat terjadi kompetisi terhadap faktor-faktor

pertumbuhan.

Waktu tanam jagung yang ditumpang sarikan dengan kacang tanah

berpengaruh terhadap luas daun kacang tanah dan jagung, tetapi terhadap tinggi

kacang tanah pad 10 mst dan bobot kering kacanga tanah tidak meunjukkan

perbedaan. Luas daun jagung pada perlakuan TK-2 sama dengan perlakuan TK+1,

TK+2 dan TK+3. Hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya luas daun jagung tidak

menurun dengan penundaan waktu tanam jagung terhadap kacang tanah. Semakin

lama penundaan penanaman jagung setelah kacnag tanah maka lamanya penaungan

maksimal tanaman jagung terhadap kacang tanah semakin kecil, sehingga tanaman

kacang tanah dapat memperoleh intensitas radiasi yang cukup untuk memperoleh

hasil yang maksimal.

Waktu tanam jagung yang ditumpangsarikan dengan kacang tanah

mempengaruhi komponen hasil kacang tanah, tidak menunjukkan perbedaan.

Meskipun terdapat perbedaan cipo pertanaman kacang tanah antara beberapa

perlakuan, pada umumnya pada cipo pertanaman tidak berbeda. Di pihak lain,jumlah

biji per polong,jumlah polong isi,jumlah biji pertanaman kacang tanah pada

perlakuan TK+1,TK+2 dan TK+3 lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan yang

lainnya. Pertumbuhan reproduktif kacang tanah pada penundaan penanaman jagung

setelah kacang tanah menunjukkan pertumbah reproduktif yang lebih baik

dibandingkan dengan penanaman jagung sebelum dan bersamaan kacang tanah.

Bobot biji kacang tanah per petak pada perlakuan TK+3 tidak berbeda dengan

perlakuan TK+1 dan TK+2, tetapi lebih besar dibandingkan perlakuan lainnya. Hasil

ini menunjukkan lebih meningkatnya hasil pada penundaan waktu tanam jagung tiga

minggu setelah kacang tanah. Pada perlakuan TK+3 nisbah kesetaraan lahan (NKL)

berbeda perlakuan lainnya. Setiap perlakuan menunjukkan NKL >1 yang berarti

Page 8: RINGKASAN BERGANDA

produktivitas lahan atau pemanfaatan lahan pertanaman tumpang sari lebih baik

dibandingkan pertanaman tunggalnya.

Penundaan waktu tanam jagung tiga minggu setelah kacang tanah,

memberikan nilai NKL lebih tinggi, yang berarti pertanaman tumpang sari ini

meningkatkan produktivitas lahan 67% daripada produktivitas lahan pertanaman

tunggalnya. Nisbah kompetisi untuk tanaman kacang tanah (NKa) pada perlakuan

TK-1 dan TK-2 tidak berbeda tetapi keduanya lebih kecil dibandingkan dengan NKa

perlakuan lainnya. Nisbah kompetisi untuk tanaman jagung pada perlakuan TK-1 dan

TK-2 tidak berbeda, tetapi keduanya lebih besar dibandingkan dengan NKb perlakuan

lainnya.

Perbedaan waktu tanam jagung terhadap kacang tanah dalam pertanaman

tumpang sari umumnya tidka menunjukkan perbedaan pertumbuhan kacang tanah,

tetapi menunjukkan perbedaaan komponen hasil kacang tanah dan hasil kacang tanah.

Jumlah biji per polong, jumlah polong isi, jumlah biji pertanaman, dan jumlah bobot

biji pertanaman lebih tinggi pada tanaman kacang tanah yang ditanam terlebih dahulu

dari jagung. Dalam hal bobot biji per petak hanya kacang tanah yang ditanam tinga

minggu sebelum jagung yang lebih baik daripada yang ditanam bersamaan dari

jagung. Nisbah Kesetaraan Lahan (NKL) tertinggi terdapat pada pertanaman jagung

tiga minggu setelah kacang tanah. Nisbah kompetisi kacang tanah (NKa) terkecil dan

nisbah kompetisi jagung (NKb) tertinggi masing-masing terdapat pada penanaman

jagung satu dan dua minggu sesudah kacang tanah.

Page 9: RINGKASAN BERGANDA

ANALISIS NERACA AIR LAHAN PADA CURAH HUJAN NORMAL

UNTUK PERENCANAAN POLA TANAM DI KECAMATAN

TENGGARONG KABUPATEN KUTAI KALIMANTAN TIMUR

Kecamatan tenggarong provinsi Kalimantan timur walaupun terdiri dari

hamparan lahan kering, sebenarnya memiliki potesi yang sangat besar untuk

dikembangkan menjadi daerah pertanian. Hal ini disebabkan karena sunagi

Mahakam yang melintas didaerah tersebut dapat menyediakan air untuk pengairan

secara berlimpah. Perencanaan tanam merupakan salah satu kelemahan karena belum

memperhatikan prediksi aspek agroklimat terutama dalam hal neraca air. Dengan

mengetahui neraca air disuatu wilayah akan diketahui kapan waktu yang tepat untuk

melaksanakan budidaya, sehingga optimalisisasi sarana dan prasarana produksi

pertanian dapat dilakukan seoptimal mungkin.

Kecamatan tenggarong terletak pada 0023’LU dan 117008’BT Luas

wilayahnya sekitar 397 km2 atau hanya 0,42% dari seluruh luas wilayah administratif

kabupaten kutai kartanegara. Wilayah administratifnya mencakup 11 desa dengan

luas wilayah 39.810 ha. Sebanyak 10 desa merupakan desa swasembada. Kondisi

lahanny bervariasi dari dataran rendah,datar,berbukit hingga dataran tinggi yang

didominasi oleh lahan pertanian, kebun rakyat,ladang,dan pemukiman. Dari hasil

analisis neraca air lahan pada curah hujan normal tersebut dapat diketahui bahwa

daerah ini mengalami surplus air selama 8 bulan yang terjadi pada periode bulan

desember sampai dengan juni dan bulan oktober.

Defisit air kumulatif bulanan terjadi pada periode bulan juli-september dan

bulan November yang secara keseluruhan sebanyak 27,4 mm/tahun, perincian deficit

pada bulan juli sebesar 1,5mm/bulan, bulan agustus sebesar 5,4 mm/bulan, bulan

September sebesar 19,2 mm/bulan dan bulan oktober sebesar 1,3 mm/bulan. Untuk

menentukan lamanya musim tanam dapat dilakukan berdasarakan nilai P/PE

(perbandingan antara curah hujan kumulatif rata-rata bulanan dengan rata-rata

Page 10: RINGKASAN BERGANDA

evapotranspirasi kumulatif bulanan). Berdasarkan hasil analisis tersebut maka dapat

diketahui bahwa nilai P/PE pada curah hujan rata-rata kumulatif bulanan selama 11

bulan selalu >0,75, kecuali pada bulan oktober yang <0,5. Menurut batasan yang

diberikan FAO kecamatan tenggarong memiliki panjang musim tanam untuk

pengelolaan tanaman pangan selama 11 bulan atau 330 hari. Potensi yang dimiliki

dengan surplus air selama 8 bulan memungkinkan penanaman padi (sawah dan gogo)

serta palawija dapat dilakukan secara monokultur, tumpang sari maupun tumpang

gilir. Apabila mengacu kepada kebutuhan aiar tanaman dengan menggunakan

pendekatan data kumulatif bulanan maka kondisi neraca air lahan di kecamatan

tenggarong pada curah hujan normal dapat dibudidayakan maksimal dua kali musim

tanam padi sawah dengan satu kali musim tanam palawija (kedelai atau jagung) atau

tiga kali musim tanam padi gogo secara monokultur.

Penanaman padi gogo atau padi sawah dapat dilakukan pada periode bulan

oktober sampai dengan bulan januari dan periode bulan februari sampai dengan bulan

mei, sedangkan penanaman jagung dilakukan pada periode bulan juni sampai dengan

bulan September. Factor pendukung iklim yang memungkinkan dilakukan pola tanam

secara optimal masing-masing sekali musim tanam padi diseling dengan pemberaan

dan selanjutnya penanaman palawija pada periode bulan april sampai dengan agustus.

Neraca air lahan bulanan kecamatan tenggarong menunjukkan surplus selama

8 bulan yang seluruhnya sejumlah 226,6 mm/tahun sedangkan deficit air terjadi

selama 3 bulan sebanyak 27,4 mm/tahun. Daerah ini memiliki periode tanam selama

11 bulan 330 hari, sehingga pola tanam yang dianjurkan adalah dua musim tanam

padi dan satu musim tanaman palawija (kedelai atau jagung).

Page 11: RINGKASAN BERGANDA

TANGGAP FISIOLOGIS TANAMAN JAGUNG DAN KACANG TANAH

DALAM SISTEM TUMPANG SARI DILAHAN BERIKLIM KERING

Tumpang sari merupakan salah satu bentuk system tanam ganda dengan

menanam dua atau lebih jenis tanaman ada suatu areal dan waktu yang bersamaan

dengan jarak tanam tertentu. Budidaya tumpang sari sering juga disebut sebagai

tanaman campuran bila dalam system tersebut tidak menentukan jarak tanam pada

setiap jenis tanaman. Lahan kering beriklim kering merupakan sebidang lahan denagn

pemasokan air untuk kebutuhan tanaman yang tumbuh diatasnya hanya

mengandalkan dari curah hujan. Pemberian air pada tanaman di lahan kering oleh

petani pada dasarnya sering tidak sesuai dari segi waktu maupun jumlah yang

dibutuhkan tanaman sehingga produksi yang diperoleh kadang bervariasi.

Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa pada musim hujan hanya indeks

luas daun, jumlah biji per tongkol dan bobot 100 biji yang mempunyai korelasi positif

terhadap hasil pipilan kering jagung, ILD dengan bobot 100 butir dan jumlah biji

dengan bobot 100 butir, sedangkan tinggi tanaman panjang tongkol memiliki korelasi

positif yang kurang berarti. Pada tanaman kacang tanah yang ditumpang sarikan

dengan jagung, tinggi tanaman, ILD,jumlah polong terbentuk,dan jumlah polong

bernas per rumpun serta bobot 100 butir mempunyai korelasi positif dengan hasil,

tinggi tanaman, ILD, dan jumlah polong bernas dengan bobot 100 butir dan jumlah

polong dengan bobot 100 butir namun umur berbunga dan persentase polong hampa

mempunyai korelasi negative terhadap hasil. Pada musim kemarau, korelasi positif

terjadi diantara tinggi tanaman,ILD,jumlah biji dan bobot 100 butir dengan hasil

jagung, tinggi tanaman,ILD, dan jumlah biji dengan bobot 100 butir, ILD dengan

jumlah biji dan tinggi tanaman dengan ILD sedangkan korelasi negative terjadi

diantara tinggi tanaman dengan umur berbunga.

Bertambah tingginya jagung akan menghambat saat munculnya bunga jantan

dan selanjutnya akan mempengaruhi panjang tongkol. Dengan demikian sifat-sifat

Page 12: RINGKASAN BERGANDA

yang ditampilkan oleh masing-masing tanaman dan tanah saling berkolerasi. Hasil

analisis menunjukkan hubungan antara sifat yang berbeda pada kondisi musim hujan

dengan musim kemarau.

Lingkungan mikro yang tercipta oleh kedua kondisi tersebut mengubah secara

drastis proses fisiologis pada tanaman sehingga pengaruh suatu sifat terhada sifat

lainnya berbeda sama sekali. Analisis statistic menunjukkan bahwa interaksi antara

pemberian bahan organic,frekuensi penyiraman dan waktu tanam kacang tanah dalam

tumpang sari jagung kacang tanah berpengaruh nyata terhadap rasio setara lahan.

Pada penanaman musim hujan dan musim kemarau,hasil setara jagung tertinggi

diperoleh pada pemberian bahan organik 10 ton/ha. Pada musim hujan, LER tertinggi

terjadi pada waktu tanam kacang tanah bersamaan jagung yang disiram setiap empat

hari dan diberikan bahan organic 10 ton/ha, dan waktu musim kemarau dengan

frekuensi LER penyiraman setiap tiga hari. Hal ini sejalan dengan hasil jagung dan

kacang tanah diperoleh pada penanaman secara bersamaan dengan hasil total sebesar

47% lebih tinggi dibandingkan pertanaman tunggal. Jika dilakukan pertanaman

secara bersamaan maka keduanya akan mengalami fase pertumbuhan aktif tidak sama

sehingga pada stadia ini kacang tanah mampu mengikat nitrogen dari udara dan dapat

dimanfaatkan secara efektif oleh jagung.

Terdapat korelasi positif antara ILD, jumlah biji per tongkol dan bobot 100

biji dengan hasil jagung untuk musim hujan sedangkan untuk musim kemarau

disamping ILD,jumlah biji dan bobot 100 biji, tinggi tanaman cukup berarti dalam

menentukan hasil jagung pada musim hujan dan musim kemarau, korelasi positif

terjadi antara tinggi tanaman, ILD, jumlah polong terbentuk dan bobot 100 butir

dengan hasil polong kering namun umur berbunga dan persentase polong hampa

berkorelasi negative terhadap hasil polong kering.

Hasil total setara jagung tertinggi 5,27 ton/ha diperoleh apda interaksi antara

pemberian bahan organic 10 ton/ha, frekuensi penyiraman setiap hari pada musim

Page 13: RINGKASAN BERGANDA

hujan dan tiga hari pada musim kemarau dan waktu tanam jagung dan kacang tanah

bersamaan atau 43% lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata hasil dalam

monokultur 3,81 ton/ha dan pada musim kemarau total 4,46 ton/ha atau 42% lebib

tinggi dibandingkan dengan rata-rata monokultur. Nisbah setara lahan tertinggi

dicapai pada waktu tanam kacang tanah bersamaan jagung yang diberi bahan organik

10 ton/ha dengan frekuensi penyiraman setiap empat hari sekali dalam musim hujan

dan tiga hari sekali dalam musim kemarau dengan nilai LER masing-masing 1,76 dan

1,73.

PERTUMBUHAN VEGETATIF PADI GOGO DAN BEBERAPA VARIETAS

NANAS DALAM SISTEM TUMPANG SARI DILAHAN KERING GUNUNG

KIDUL,YOGYAKARTA

Jumlah penduduk mengakibatkan kebutuhan pangan juga meningkatkan

terjadinya perubahan fungsi lahan untuk pertanian menjadi non pertanian

menyebabkan semakin menurunnya produski bahan pangan. Pada umumnya

penduduk di wilayah lahan kering selain menghadapi masalah pangan juga masalah

kekurangan gizi, terutama buah-buahan. Tumpang sari tanaman pangan dan tanaman

buah-buahan merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh untuk memenuhi

kebutuhan pangan, sekaligus pemenuhan kebutuhan buah-buahan. Jenis tanaman

yang digunakan dalam tumpang sari harus memiliki pertumbuhan dan habitus

berbeda, sehingga dapat memanfaatkan fakto-faktor pertumbuhan dengan lebih baik.

Fase pertumbuhan tanaman padi gogo terdiri dari,fase vegetatif, reproduktif dan

pemasakan. Fase pertumbuhan tanaman nanas terdiri dari fase vegetative lambat,fase

vegetative cepat,generative,dan vegetative berikutnya.

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa tanamaan padi gogo sampai

dengan 77 hari setelah tanam tidka dipengaruhi oleh perlakuan. Pertumbuhan tinggi

padi gogo berlangsung cepat mulai 21 hari sampai dengan 56 hari setelah tanam dan

Page 14: RINGKASAN BERGANDA

setelah umur 56 pertumbuhan lebih lambat. Keberadaan tanaman nanas dalam

tumpang sari dengan tanaman padi gogo tidak menggaggu pertumbuhan tinggi

tanaman padi gogo,keadaan ini disebabkan karena sampai dengan umur 77 hari HST

pertumbuhan vegetative awal tanaman nanas masih lambat dan belum menaungi

tanaman padi gogo. Luas daun dan indeks luas daun pada tumpang sari tanaman padi

gogo dengan nanas queen blitar secara nyata lebih rendah daripada tumpang sari

dengan nanas queen hijau bogor dan caynne subang, tanaman padi gogo lebih giat

melakukan fotosintesis sehingga mampu menghasilkan berat kering tanaman yang

tinggi.

Hasil analisis pertumbuhan vegetative tanaman nanas sampai 40 HST

menunjukan bahwa varietas nanas berpengaruh terhadap tinggi tanaman ,jumlah

daun,lebar kanopi,berat kering,dan indeks luas daun pada umur 144 hari HST. Derajat

tumpang sari sampai pada 140 HST secara tunggal tidak berpengaruh terhada

pertumbuhan nanas. Pertumbuhan vegetative tanaman akan berpengaruh terhadap

bahan kering total tanaman yang terbentuk. Keadaan ini dipengaruhi oleh

tinggi,jumlah dauh,lebar kanopi,dan indeks luas daun. Tanaman nanas varietas

caynne yang ditanam secara monokultur paling tinggi dibandingkan kombinasi

perlakuan yang lain sehingga berat kering total tanaman yang terbentuk juga paling

tinggi.

Pertumbuhan vegetatit tanaman padi gogo yang terbaik diperoleh pada

monokultur padi gogo,sedangkan pertumbuhan vegetative awal tanaman nanas yang

paling cepat diperoleh pada monokultur nanas vaietas caynne subang.

Page 15: RINGKASAN BERGANDA

KAJIAN KELAYAKAN USAHA TANI POLA TANAM SAMBILOTO

DENGAN JAGUNG

Sambiloto (Andrografis paniculata Nees) secara alami hidup subur diantara

tegakan hutan. Hal ini mengindikasikan bahwa tanaman ini toleran terhadap naungan.

Kajian pola tanam jagung dan sambiloto diharapkan mendorong efisiensi produksi

dan meningkatkan daya saing.

Hasil penelitian ini menunjukkan mutu simplicia semua pola tanam memenuhi

standar material medica Indonesia. Produktifitas sambiloto meter2 makin menurun

engan kerapatan pola tanam; pada pola monokuktur diperoleh hasil 1,1 kg/m2

sedangkan pada pola tanam dengan jagung jarak tanak 90x20cm menghasilkan 0,5

kg/m2 karena basah. Produktifias jagung meningkat dengan makin rapatnya pola

tanam yaitu mecapai 13,3 tongkol pada jagung jarak tanam 150cm x 20cm, dan 22,2

tongkol pad jarak tanam jagung 90cm x 20cm yaitu 36%. Untuk menekan biaya

usaha tani disarankan petani melakukan penyemaian benih sendiri. Pola tanam

sambiloto dengan jagung jarak tanam 90cm x 20cm, paling layak secara financial

dengan pendapatan bersih mencapai Rp 1.188.360 dan b/c ratio 1,45/1000m2 lahan

dna memberikan sumbangan lebih dari 20% terhadap pendapatan petani sebagai

manajer usaha tani, mempunyai daya adaptasi yang cukup fleksibel terhadap

perubahan biaya produksi dan harga produk, serta memberikan tambahan pendapatan

bersih Rp. 51.675/1000m2 lahan dibandingkan pola monokultur.

Page 16: RINGKASAN BERGANDA

TUGAS

MATA KULIAHTANAMAN BERGANDA

RIVIEW JURNAL MULTIPLE CROP LAHAN TADAH HUJAN

Disusun oleh :

Tedi Al Faruqi

150110070089

JURUSAN BUDIDAYA

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2013