rian agustian1), erni rustiani2), mira miranti 1), 2), 3...
TRANSCRIPT
FORMULASI MINUMAN SERBUK EKSTRAK BIJI ALPUKAT (Persea americana Mill)
DENGAN VARIASI PENGISI TEPUNG TALAS (Colocasia esculenta (L.) Schott)
DAN SUSU SKIM
Rian Agustian1)
, Erni Rustiani2)
, Mira Miranti3)
1), 2), 3) Program Studi Farmasi, FMIPA, Universitas Pakuan
Abstrak
Diabetes mellitus adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemi
yang disebabkan oleh gangguan sekresi insulin dan atau kerja insulin sehingga terjadi abnormalitas
metabolisme karbohidrat , lemak dan protein. Tanin merupakan senyawa yang dapat menurunkan
kadar gula darah dalam tubuh. Biji alpukat (Persea americana Mill) merupakan salah satu tanaman
yang mengandung senyawa tanin. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan sediaan minuman
serbuk yang memiliki aktivitas antidiabetes dengan jenis variasi pengisi yang dapat diterima panelis
dan stabil selama penyimpanan pada 3 suhu. Sediaan dibuat dalam 4 formula. Formula 1 dengan
pengisi susu skim, formula 2 dengan pengisi susu skim : tepung talas (1:1), formula 3 dengan pengisi
susu skim : tepung talas (1:2) dan formula 4 dengan pengisi tepung talas. Hasil pengujian dengan
metode uji friedman menunjukkan bahwa parameter warna dan aroma disukai semua panelis,
sedangkan parameter rasa formula 3 yang paling disukai panelis. Kadar tanin pada ekstrak biji alpukat
sebesar 0,0181 mg/g sedangkan pada minuman serbuk 0,0175 mg/g. Berdasarkan uji Accelerated Shelf
Life Time prediksi umur simpan minuman serbuk 1 tahun 2 bulan.
Kata kunci : Biji alpukat, Tanin, Antidiabetes, Minuman serbuk
Abstract
Diabetes mellitus is a metabolic disease characterized by the occurrence of hyperglycemia
caused by impaired insulin secretion and insulin action or causing abnormal metabolism of
carbohydrates, fats and proteins. Tannin are compounds that can lower blood sugar levels in the body.
Avocado seeds (Persea americana Mill) is a plant that contains tannin. This study aims to produce a
drink powder preparation which has antidiabetic activity with types of variation filler are acceptable
panelists and stable during storage at three temperatures. Preparations were made in 4 formulas.
Formula 1 filled with skim milk, formula 2 filled with skim milk : taro flour (1:1), formula 3 filled
with skim milk : taro flour (1:2) and formula 4 filled with taro flour. The test results with the
Friedman’s test method showed that from the parameters of color and scent are preferred by all
panelists, but from the parameters of taste formula 3 is the most preferred by all panelists. Tannin
levels in avocado seeds extract is 0,0181 mg/g, while in the beverage powder is 0,0175 mg/g. Based
from the Accelerated Shelf Life Time test shelf life prediction of a drink powder is about 1 year and 2
months.
Keywords : Avocado seed, Tannin, Antidiabetic, Drink powder
PENDAHULUAN
Diabetes mellitus merupakan penyakit
yang paling banyak menyebabkan terjadinya
penyakit lain (komplikasi). Komplikasi yang
lebih sering terjadi dan mematikan adalah
serangan jantung dan stroke. Hal ini berkaitan
erat dengan kadar gula darah meninggi secara
terus menerus, sehingga berakibat rusaknya
pembuluh darah, saraf dan struktur internal
lainnya (Badawi, 2009).
Hasil penelitian sebelumnya ekstrak
kental biji alpukat dengan dosis 30 g/L yang
diambil 150 ml dan diberikan kepada kelinci
menunjukkan efek yang paling baik dalam
menurunkan kadar gula pada kelinci (Koffi,
2009). Tanin pada biji alpukat diduga
mempunyai kemampuan sebagai astringen
yaitu kemampuan mengendapkan protein
selaput lendir dipermukaan usus halus dan
membentuk suatu lapisan yang melindungi
usus sehingga dapat menghambat asupan
glukosa dan laju peningkatan glukosa darah di
dalam tubuh tidak terlalu tinggi (Monica,
2006).
Tanin terdapat luas dalam tumbuhan
berpembuluh, dalam angiospermae terdapat
khusus dalam jaringan kayu. Tanin terletak
terpisah dari protein dan enzim sitoplasma,
bila jaringan tumbuhan rusak, misalnya hewan
memakannya, maka dapat terjadi reaksi
penyamakan. Sebagian besar tumbuhan yang
banyak mengandung tanin dihindari oleh
hewan pemakan tumbuhan karena rasanya
sepat, sehingga mungkin mempunyai arti
sebagai pertahanan bagi tumbuhan (Harborne,
1987).
Penelitian ini bertujuan untuk
menghasilkan sediaan minuman serbuk yang
memiliki aktivitas antidiabetes dengan variasi
pengisi pemanis yang dapat diterima panelis
dan stabil selama penyimpanan pada 3 suhu.
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam penellitian
ini antara lain adalah biji alpukat (Persea
americana Mill), susu skim, tepung talas,
sukralosa, akuades, asam klorida 2N, asam
klorida 10%, serbuk magnesium, kloroform,
amoniak, besi klorida 1%, pereaksi Meyer,
Wagner, Dragendorf, asam tanat, besi (III)
ammonium disulfat, kalium besi (III) sianida,
larutan gelatin, asam natrium klorida, kaolin.
Sedangkan alat yang digunakan adalah neraca
analitik, oven, grinder, tanur, Moisture
Balance (AND MX-50®), vacum evaporator
(OGAWA®), viscometer Brookfield (DV-I
Prime®), silent crusher (Heidolph
®),
spektrofotometer UV-VIS (Optizen POP®) dan
alat-alat gelas lainnya.
METODE
Pembuatan Serbuk Simplisia Biji alpukat
Biji alpukat yang akan digunakan
diperoleh dari pedagang di kawasan kampus
Universitas Pakuan Bogor. Biji alpukat di
determinasi di Herbarium Bidang Botani Pusat
Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI). Biji dari buah
alpukat yang telah matang sebanyak 6 kg
dibersihkan dan dicuci dengan air mengalir
sampai bersih lalu ditiriskan. Biji alpukat
dipotong kecil-kecil membujur dengan tebal
sekitar 1 mm untuk mempercepat pengeringan.
Potongan biji alpukat dikeringkan didalam
oven pada suhu kurang lebih 50oC, simplisia
kering dibersihkan kembali dari kotoran yang
mungkin tercemar pada saat pengovenan
(sortasi kering). Selanjutnya simplisia kering
digrinder menjadi simplisia serbuk dan diayak
menggunakan ayakan mesh 30 sehingga
diperoleh simplisia serbuk, dan disimpan
dalam wadah bersih tertutup rapat.
Karakterisasi Serbuk Simplisia Biji alpukat
a) Penetapan Kadar Air
Prosedur penentuan kadar air simplisia
dilakukan dengan menggunakan alat moisture
balance
b) Penetapan Kadar Abu
Sebanyak ± 2,5 g simplisia ditimbang
dengan seksama dimasukkan ke dalam krus
platina atau silika yang sudah ditara, kemudian
dipijarkan sampai arangnya habis dalam tanur
pada suhu 700oC, dinginkan, ditimbang
(DepKes RI, 1979).
Pembuatan Ekstrak Kental Biji Alpukat
Sebanyak 1950 g serbuk biji alpukat
dimasukkan kedalam bejana yang berisi 65 L
air dan dipanaskan di atas api langsung sampai
mendidih sampai volumenya 16 L (perlakuan
pertama). Kemudian disaring, filtratnya
dipisahkan (botol A), residu yang diperoleh
ditambahkan lagi dengan akuades 65 L dan
diperlakukan sama seperti perlakuan pertama
hingga 4 kali perlakuan, maka didapatlah
volume filtrat akhir 65 L dengan dosis 30 g/L
(Koffi et al, 2009). Filtrat tersebut dibuat
ekstrak kering dengan vaccum evaporator
dengan suhu 600C.
Uji Fitokimia
a) Uji Saponin
Masukkan 0,5 g serbuk yang diperiksa
kedalam tabung reaksi, ditambahkan 10 ml air
panas, dinginkan dan kemudian kocok kuat-
kuat selama 10 detik. (Jika zat diperiksa
berupa sediaan cair, diencerkan 1 ml sediaan
yang diperiksa dengan 10 ml air dan kocok
kuat-kuat selama 10 menit); terbentuk buih
yang mantap selama tidak kurang dari 10
menit, setinggi 1 cm sampai 10 cm. Pada
penambahan 1 tetes asam klorida 2 N, buih
tidak hilang (DepKes RI, 1989).
b) Uji Tanin
Sebanyak 20 mg sampel tumbuhan yang
telah dihaluskan, ditambah etanol sampai
sampel terendam semuanya. Kemudian
sebanyak 1 ml larutan dipindahkan kedalam
tabung reaksi dan ditambahkan 2-3 tetes
larutan FeCl3 1%. Hasil positif ditunjukkan
dengan terbentuknya warna hitam kebiruan
atau hijau. (Sangi dkk, 2008).
c) Uji Flavonoid
Sebanyak 1 mL sampel ditambahkan
dengan 5 ml etanol dan dipanaskan selama 5
menit didalam tabung reaksi. Selanjutnya
ditambah beberapa tetes asam klorida pekat,
kemudian ditambahkan 0,2 g bubuk Mg. Hasil
positif ditunjukkan dengan timbulnya warna
merah tua (magenta) dalam waktu 3 menit
(Sangi, dkk., 2008).
d) Uji Alkaloid
Ditimbang 500 mg serbuk simplisia,
ditambahkan 1ml asam klorida 2 N dan 9 ml,
panaskan di atas penangas air selama 2 menit,
dinginkan dan saring. Pindahkan 3 tetes filtrat
pada kaca arloji, ditambahkan 2 tetes
Bouchardat LP. Jika pada kedua percobaan
tidak terjadi endapan, maka serbuk tidak
mengandung alkaloid. Jika dengan Mayer LP
terbentuk endapan menggumpal berwarna
putih atau kuning yang larut dengan metanol P
dan dengan Bouchardat LP terbentuk endapan
berwarna coklat sampai hitam, maka ada
kemungkinan terdapat alkaloid (DepKes RI,
1989).
Penetapan Kadar Tanin Total Biji alpukat
a) Penentuan Panjang Gelombang
Maksimal Dibuat larutan induk asam tanat 500
μg/mL dalam akuadestilata dan diencerkan
hingga 25 μg/mL. Sebanyak 2 mL larutan
dipipet, ditambahkan 6 mL besi (III) amonium
disulfat, diaduk selama 20 menit, ditambahkan
6 mL kalium besi (III) sianida dan diaduk
selama 20 menit. Akuades ditambahkan
hingga 50 mL, sehingga diperoleh konsentrasi
akhir 1 μg/mL. Diukur serapannya pada
panjang gelombang 600 - 800 nm.
b) Pembuatan Kurva Kalibrasi
Dari larutan baku asam tanat 25 μg/mL
dipipet masing-masing 2, 4, 6, 8, 10 dan 12
mL ke dalam labu ukur 50 mL. Masing-
masing ditambahkan dengan 6 mL besi (III)
amonium disulfat diaduk 20 menit, dan 6 mL
kalium besi (III) sianida diaduk 20 menit,
kemudian ditambahkan akuadesilata sampai
50 mL. Ukur serapannya pada panjang
gelombang maksimal yang hasilkan.
c) Preparasi Sampel
Sebanyak 1 g serbuk ekstrak kering biji
alpukat dididihkan dengan 80 mL
akuadestilata selama 1 jam dengan suhu 80°C.
Larutan disaring serta dibilas dengan 2 x 5 mL
akuadestilata dan ditepatkan hingga 100 mL.
diambil sebanyak 5 mL ekstrak, ditambahkan
akuadesilata hingga 10 mL. Kemudian diambil
1 mL dari labu ukur 10 mL dan dimasukan
dalam labu ukur 500 mL ditambahkan 60 mL
besi (III) amonium disulfat dan diaduk selama
20 menit. Kemudian ditambahkan 60 mL
kalium besi (III) sianida dan diaduk selama 20
menit serta ditambahkan akuadestilata hingga
500 mL. Larutan diukur serapannya pada
panjang gelombang maksimum yang
dihasilkan.
d) Pembuatan Larutan Blanko Sampel
Sebanyak 1 mL larutan sampel
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 100 mL,
ditambahkan dengan 5 mL larutan gelatin, 10
mL asam natrim klorida dan 2 gram kaolin,
dikocok 10 menit, kemudian ditepatkan hingga
50 mL dan dibiarkan mengendap. Campuran
disaring segera, sebanyak 10 mL filtrat
dimasukkan kedalam erlenmeyer,
ditambahkan 6 mL akuadesilata, 3 mL gelatin,
6 mL larutan asam natrium klorida dan 2 g
kaolin, kemudian dipindahkan ke dalam labu
ukur 50 mL, lalu erlenmeyer dibilas dengan
akuadestilata. Labu ukur ditepatkan sampai 50
mL dengan akuadestilata lalu dikocok selama
10 menit, dibiarkan mengendap dan disaring
segera. Sebanyak 10 mL filtrate dimasukkan
ke dalam labu ukur 50 mL, ditambahkan 6 mL
besi (III) amonium disulfat, diaduk selama 20
menit, ditambahkan 6 mL kalium besi (III)
sianida dan diaduk selama 20 menit serta
ditambahkan akuades hingga 50 mL. Serapan
diukur pada panjang gelombang maksimum
yang dihasilkan.
e) Pengukuran Blanko Gelatin
Sebanyak 1 mL akuadestilata dimasukkan ke
dalam Erlenmeyer 100 mL, ditambahkan
dengan 5 mL larutan gelatin, 10 mL asam
natrim klorida dan 2 gram kaolin, dikocok 10
menit, kemudian ditepatkan hingga 50 mL dan
dibiarkan mengendap. Campuran disaring
segera, sebanyak 10 mL filtrat dimasukkan
kedalam erlenmeyer, ditambahkan 6 mL
akuadesilata, 3 mL gelatin, 6 mL larutan asam
natrium klorida dan 2 g kaolin, kemudian
dipindahkan ke dalam labu ukur 50 mL, lalu
erlenmeyer dibilas dengan akuadestilata. Labu
ukur ditepatkan sampai 50 mL dengan
akuadestilata lalu dikocok selama 10 menit,
dibiarkan mengendap dan disaring segera.
Sebanyak 10 mL filtrate dimasukkan ke dalam
labu ukur 50 mL, ditambahkan 6 mL besi (III)
amonium disulfat, diaduk selama 20 menit,
ditambahkan 6 mL kalium besi (III) sianida
dan diaduk selama 20 menit serta ditambahkan
akuades hingga 50 mL. Serapan diukur pada
panjang gelombang maksimum yang
dihasilkan. (Mustika, 2012).
Serapan Tanin Total dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan :
AT = AS – (Abs – Abg)
AT : Serapan tanin total
AS : Serapan polifenol total
Abs : Serapan senyawa polifenol selain tanin
Abg : Serapan tanin blanko
Tabel 1. Formulasi Minuman Serbuk Ekstrak Biji Alpukat
Bahan Formula I
(%)
Formula II
(%)
Formula III
(%)
Formula IV
(%)
Ekstrak biji alpukat 14,2 14,2 14,2 14,2
Susu skim “Merk X” 85,6 42,8 21,4 -
Tepung talas “Merk Y” - 42,8 64,2 85,6
Sukralosa 0,2 0,2 0,2 0,2
Pengaroma coklat qs qs qs qs
Cara pembuatan
Ekstrak kering biji alpukat ditambahkan
ke dalam formula yang paling baik dari uji
pendahuluan bahan pembawa serbuk skim dan
tepung talas. Masing-masing formula
dimasukan ke dalam wadah kemudian
dicampur satu persatu bahan dengan cara
sedikit demi sedikit dan dimulai dengan zat
aktif ekstrak biji alpukat yang jumlahnya
sedikit supaya bahan yang satu dengan yang
lain tercampur merata, kemudian setelah
semua bahan tercampur secara merata diayak
dengan mesh 100, prosedur yang sama juga
dilakukan pada pembuatan dengan bahan
pembawa tepung talas dan kombinasi. Jumlah
ekstrak biji alpukat yang digunakan adalah
3,55 gram persachet.
Uji Mutu sediaan Minuman serbuk
a. Uji Organoleptik
Pemeriksaan organoleptik dilakukan pada
sediaan minuman serbuk untuk menilai secara
langsung sediaan yang melaputi rasa, warna
dan aroma.
b. Uji Kadar Abu
Penentuan kadar abu sedian minuman
serbuk dilakukan dengan menggunakan
metode gravimetri.
c. Uji kadar air
Penentuan kadar air sedian minuman
serbuk dilakukan dengan menggunakan
moisture balance.
d. Uji Laju Endapan Dan Tinggi Endapan
Uji laju pengendapan dan tinggi endapan
dilakukan dengan cara melarutkan sediaan
dengan air hangat sebanyak selama 1 menit.
Diaduk dan didiamkan hingga mengendap
sempurna, catat berapa lama proses
pengendapanan yang terjadi dan diukur tinggi
endapannya.
e. Uji Viskositas
Pengukuran viskositas dilakukan dengan
menggunakan viskometer Brookfield dengan
kecepatan dan no spindel tertentu hingga
mencapai torsi 100% pada suhu kamar.
f. Uji Hedonik
Uji hedonik dilakukan terhadap 20 orang
panelis dengan kriteria usia >35 tahun dan
sebelumnya para panelis tidak mengkonsumsi
makanan atau minuman yang dapat
mempengaruhi penilaian. Para panelis diminta
mencicipi dan menilai warna, rasa dan aroma
dari sampel sediaan minuman serbuk. Para
panelis diharapkan untuk mengisi kertas
kuisioner yang telah disediakan. Waktu selang
untuk mencicipi formula 1 dengan yang lain
kurang lebih 1 menit dan setelah mencicipi
minuman serbuk diharapkan panelis minum air
putih atau berkumur sebelum mencicipi
formula lainnya.
g. Uji Kadar Tanin Minuman Serbuk
Ditimbang minuman serbuk yang setara
dengan 1 g ekstrak kering biji alpukat.
Penentuan kadar tanin pada minuman serbuk
ekstrak kering biji alpukat (Persea americana
Mill) ini dilakukan tahapan yang sama seperti
penentuan kadar tanin pada ekstrak kering biji
alpukat (Persea americana Mill).
f. Uji Cemaran Mikroba
Pada pengujian ini diketahui seberapa
besar cemaran bakteri pada sediaan minuman
serbuk biji alpukat. Metode yang digunakan
adalah uji angka lempeng total dan kapang
khamir, dengan menghitung koloni bakteri
pada serial pengenceran formula minuman
serbuk. Hasil pengujian dibandingkan dengan
standar uji cemaran mikroba SNI No. 01-
4320-1996. Dimana minuman serbuk yang
dihasilkan mempunyai syarat kontamin 3 ×
103
koloni/ml untuk uji angka lempeng total, 1
x 102
koloni/ml untuk uji kapang dan khamir.
Dilakukan pada minggu ke -0 dan minggu ke-
8
g. Uji Stabilita
Evaluasi kestabilan minuman serbuk
dilakukan dalam sachet untuk mengetahui
kualitas minuman serbuk berdasarkan
parameter organoleptik, kadar air, laju
endapan dan tinggi endapan, viskositas, kadar
tanin dan cemaran mikroba. Uji stabilitas
dilakukan untuk minuman serbuk yang terpilih
berdasarkan uji hedonik. Evaluasi dilakukan
pada 3 suhu yang berbeda, yaitu suhu kamar
(25°-30°C), suhu dipercepat (40°-45°C dan
60°-65°C) selama delapan minggu dengan
pengambilan sampel untuk uji setiap 2
minggu.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakterisasi Serbuk Simplisia Biji
Alpukat
Hasil determinasi di Pusat Penelitian
Biologi LIPI Cibinong bahwa biji alpukat
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
jenis (Persea americana Mill). Besarnya
rendemen simplisia biji alpukat yaitu 35%.
Karakterisasi dari serbuk simplisia biji alpukat
yaitu memiliki warna krem kecoklatan,
aromanya sangat khas dan memiliki rasa yang
sepat di lidah. Hasil pengujian kadar air pada
serbuk simplisia daun papaya 3,50 %
menunjukkan bahwa serbuk simplisia
memenuhi syarat secara umum bahwa kadar
air simplisia biji alpukat tidak boleh lebih dari
5%. Sedangkan hasil pengujian kadar abu pada
serbuk simplisia biji alpukat sebesar 3,9 %.
Keakuratan hasil Pengujian kadar abu dapat
diperoleh bila selisih berat abu dari tiap
pengukuran tidak lebih dari 0,25 %.
Ekstrak Kental Biji alpukat
Sebanyak 1,95 kilogram serbuk simplisia
biji alpukat dilarutkan dalam 65 liter pelarut
yaitu air. Ekstrak cair kemudian dikeringkan
menggunaan alat Vacuum Dry. Didapatkan
ekstrak kering sebanyak 338 gram.
Hasil Pengujian Fitokimia
Pengujian fitokimia dilakukan secara
kualitatif untuk menentukan kandungan
metabolit sekunder yang terkandung dalam
sampel. Hasil pengujian fitokimia terhadap
serbuk simplisia dan ekstrak biji alpukat
positif alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin.
Penetapan Kadar Tanin Biji Alpukat Penetapan kadar tanin dilakukan dengan
pereaksi biru prussi menggunakan metode
spektrofotometer UV-Vis. Penentuan panjang
gelombang maksimum menggunakan asam
tanat sebagai standar yang direaksikan dengan
besi (III) amonium disulfat dan kalium besi
(III) sianida yang menghasilkan warna biru
prussi. Panjang gelombang maksimum yang
didapat yaitu 737 nm. Kurva kalibrasi asam
tanat ditentukan dengan berbagai konsentrasi.
Persamaan yang didapat y = 0,1395x + 0,0872,
dan keakuratan data dapat dilihat pada nilai
koefisien korelasinya r = 0,9995. Pembacaan
nilai absorban tergantung pada warna biru
prussi yang dihasilkan. Warna biru prussi
yang terbentuk akibat adanya reaksi reduksi
Fe3+
oleh gugus polifenol yang terdapat di
dalam sampel menjadi Fe2+
. Fe2+
yang
terbentuk selanjutnya bereaksi dengan kalium
besi (III) sianida yang akan menghasilkan
warna biru kompleks. Reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut :
Fe3+
+ polifenol Fe2+
Fe2+
+ K3Fe(CN)6 3KFe[Fe(CN)6]
Berdasarkan hasil perhitungan regresi
linear diperoleh kadar tanin totalnya yaitu
0,0181 mg/g dari 1 g ekstrak kering biji
alpukat. Hasil kadar tanin yang diperoleh jika
dikonversi ke biji alpukat utuh diperoleh kadar
taninnya 4,1%.
Tabel 2. Hasil Uji Mutu Sediaan Minuman Serbuk
Pengujian Formula
1 2 3 4
Organoleptik
Warna
Aroma
Rasa
Coklat
Coklat
Manis
Coklat
Coklat
Manis
Coklat
Coklat
Manis
Coklat
Coklat
Manis
Kadar Air 3,65 % 3,70 % 3,74 % 4,03 %
Kadar Abu 1,69 % 1,76 % 1,90 % 2,34 %
Laju endapan 10 menit 50 detik 15 menit 22 detik 19 menit 08 detik 28 menit 41 detik Tinggi Endapan 1,95 cm 3,0 cm 3,2 cm 4,05 cm
Viskositas 12,8 cP 29,6 cP 44,7 cP 87,2 cP
Uji Organoleptik
Sediaan minuman serbuk yang dihasilkan
dari keempat formulanya memiliki bentuk
serbuk yang seragam, berwarna coklat, rasa
manis dan aroma khas coklat
Uji Kadar Air
Berdasarkan standar yang ditetapkan oleh
SNI (1996), nilai kadar air untuk minuman
serbuk yaitu tidak lebih dari 3%. Kandungan
air dalam minuman serbuk yang didapat rata-
rata lebih dari 3% kemungkinan dipengaruhi
oleh zat pengisi yang ditambahkan. Tepung
talas yang digunakan mengandung kadar air
14 % dan sifatnya hidroskopis. Menurut Tekle
(2009) dalam Koswara (2012), kadar air
tepung talas 8,49%.
Uji Kadar Abu
Nilai kadar abu untuk sediaan minuman
serbuk yaitu tidak lebih dari 1,5% SNI (1996),
sedangkan hasil yang didapat dalam penetapan
kadar abu sediaan minuman serbuk lebih dari
1,5% kemungkinan hal ini dipengaruhi oleh
zat tambahan yaitu berupa tepung talas yang
mempunyai kadar abu sekitar 4,817% (Tekle,
2009 dalam Koswara, 2012).
Uji Laju Endapan dan Tinggi Endapan Penambahan tepung talas pada formula
2,3 dan 4 menghasilkan laju endapan yang
lebih lama dan tinggi endapan yang lebih
tinggi, sedangkan pada formula 1 yang hanya
susu skim menghasilkan laju endapan yang
cepat dan tinggi endapan yang rendah hal ini
dikarenakan susu skim larut dalam air
sehingga yang mengendap hanya ekstrak biji
alpukat. Penggunaan susu skim pada setiap
formula memberikan sifat sebagai suspending
agent sehingga dapat membentuk suspensi
pada saat dilarutkan (Eniza, 2008).
Uji Viskositas
Pengujian viskositas dilakukan
menggunakan viskometer Brookfield dengan
spindle 3 pada kecepatan putar 100 RPM.
Pemilihan spindle dan kecepatan yang
digunakan berdasarkan besarnya nilai
viskositas yang dapat terukur. Viskositas
merupakan ukuran resistensi suatu zat cair,
makin besar resistensi suatu zat cair untuk
mengalir, maka makin besar pula
viskositasnya (Martin dkk).
Uji Hedonik
Uji hedonik merupakan suatu kegiatan
pengujian yang dilakukan oleh seorang atau
beberapa orang panelis yang mana memiliki
tujuan untuk mengetahui tingkat kesukaan atau
ketidaksukaan konsumen tersebut terhadap
suatu produk tertentu. Panelis diminta
tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau
ketidaksukaan. Tingkat kesukaan ini disebut
skala hedonik (Kartika dkk, 1988). Hasil
penilaian uji kesukaan dengan metode uji
friedmen 20 orang panelis usia >35 tahun
menyatakan bahwa warna dan aroma tidak
memiliki pengaruh yang berbeda sedangkan
rasa memiliki pengaruh yang sangat berbeda
nyata. Panelis menyukai formula 3 untuk rasa
dengan pengisi susu skim da tepung talas
(1:2).
Uji Kadar Tanin Minuman Serbuk Hasil pembacaan absorban sampel
minuman serbuk adalah 0,469 A dan hasil
pembacaan absorban blanko sampel dan
blanko gelatin berturut - turut adalah 0,233 A
dan 0,085 A. Absorban kadar tanin total pada
ekstrak kering biji alpukat ini Absorban Total
(AT) = 0,099 A. Kadar tanin total pada
minuman serbuk yaitu 0,0175 mg/g,
sedangkan kadar tanin total pada ekstrak
kering biji alpukat yaitu 0,0181 mg/g. Kadar
tanin pada minuman serbuk mengalami
penurunan sebanyak 0,06%.
Uji Cemaran Mikroba
Uji mikroba pada sediaan minuman
serbuk untuk menjaga atau mempertahankan
jumlah dan menekan pertumbuhan
mikroorganisme yang terdapat dalam sediaan
minuman serbuk hingga jangka waktu tertentu
yang diinginkan. Menurut SNI (1996), syarat
cemaran mikroba untuk minuman serbuk yaitu
3 x 103 koloni/mL untuk angka lempeng total,
1 x 102 koloni/mL untuk cemaran kapang
khamir. Hasil uji cemaran mikroba pada
minuman serbuk ekstrak biji alpukat untuk
pengujian angka lempeng total dan kapang
khamir <10 koloni/mL memenuhi syarat.
Uji Stabilita
Pengujian ini bertujuan untuk melihat
stabilitas fisik dari sediaan minuman serbuk
pada kondisi suhu yang berbeda. Minuman
serbuk dibuat sebanyak 60 sachet untuk
penyimpanan pada 3 suhu, setiap suhu
disimpan 20 sachet dimana 1 sachet berisi 25 g
minuman serbuk. Pengujian stabilita fisik
dilakukan dengan menyimpan sampel pada
suhu yang berbeda, yaitu suhu kamar (15°-
30°C), suhu dipercepat (40°-45°C) dan (60°-
65°C) selama 8 minggu. Selama periode waktu
penyimpanan tersebut dilakukan pengamatan
organoleptik, kadar air, viskositas, laju
endapan dan tinggi endapan, kadar tanin dan
cemaran mikroba setiap 2 minggu. Formula
yang diuji stabilita berdasarkan hasil uji
kesukaan adalah formula 3. Hasil uji stabilita
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Uji Stabilitas
Suhu
penyimpanan Parameter uji
Minggu ke-
0 2 4 6 8
Suhu kamar
(25-30oC)
Organoleptik :
Warna
Aroma
Rasa
Coklat
Coklat
Manis
Manis
Khas
Coklat
Coklat
Coklat
Manis
Coklat
Coklat
Manis
Coklat
Coklat
Manis
Kadar air 3,74 3,81 3,89 3,93 3,98
Laju endapan - 21 menit
38 detik -
22 menit
08 detik -
Tinggi endapan - 3,3 - 3,3 -
Viskositas (cP) - 47,9 - 49,65
Kadar tanin 0,0175 mg/g - 0,0164 mg/g - 0,0163 mg/g
Cemaran mikroba
ALT
Kapang khamir
7,2 x 102
< 10
- - -
4,5 x 103
8,0 x 101
Suhu
dipercepat
(40-45oC)
Organoleptik :
Warna
Aroma
Rasa
Coklat
Coklat
Manis
Coklat
Coklat
Manis
Coklat
Coklat
Manis
Coklat
Coklat
Manis
Coklat
Coklat
Manis
Kadar air (%) 3,74 3,67 3,61 3,58 3,54
Laju endapan - 22 menit
08 detik -
23 menit
31 detik -
Tinggi endapan - 3,3 - 3,4 -
Viskositas (cP) - 53,55 - 55,6 -
Kadar tanin 0,0175 mg/g - 0,0164 mg/g - 0,0155 mg/g
Cemaran mikroba
ALT
Kapang khamir
7,2 x 102
< 10
- - -
8,8 x 104
8,0 x 101
Suhu
dipercepat
(60-65oC)
Organoleptik :
Warna
Aroma
Rasa
Coklat
Coklat
Manis
Coklat
Coklat
Manis
Coklat
Coklat
Manis
Coklat tua
Coklat
Manis
Coklat tua
Coklat
Manis
Kadar air (%) 3,74 3,58 3,47 3,39 3,32
Laju endapan - 24 menit
16 detik -
24 menit
46 detik -
Tinggi endapan - 3,4 - 3,5 -
Viskositas (cP) - 58,1 - 61,15 -
Kadar tanin 0,0175 mg/g - 0,0157 mg/g - 0,0144 mg/g
Cemaran mikroba
ALT
Kapang khamir
7,2 x 102
< 10
- - -
7,2 x 104
< 10
Berdasarkan data diatas, dapat
disimpulkan bahwa rasa aroma dan warna
minuman serbuk relatif stabil selama
penyimpanan pada suhu kamar dan suhu
dipercepat 40o-45
oC. Hasil pengujian kadar air
minuman serbuk pada suhu penyimpanan 25ºC
mengalami peningkatan setiap 2 minggu
waktu penyimpanan yang berbanding terbalik
pada suhu penyimpanan 40ºC dan 60ºC yang
mengalami penurunan. Kadar air pada suhu
25ºC meningkat karena kelembaban udara
sekitarnya selama waktu penyimpanan. Hal ini
bisa terjadi karena Relative Humadity (RH)
lebih tinggi pada suhu 25ºC mengakibatkan
kadar air meningkat. Pengujian laju endapan
dan tinggi endapan selama proses stabilitas
baik tidak ada pengaruh nyata dianalisis
menggunakan SPSS 17. Hasil pengujian
viskositas sediaan minuman serbuk mengalami
peningkatan viskositas. Pengukuran ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu
dan suhu penyimpanan terhadap kekentalan
sediaan. Peningkatan nilai viskositas dapat
terjadi karena tepung talas pada saat dilarutkan
salam air panas menjadi kental. Sedangkan
kadar tanin pada sediaan minuman serbuk
mengalami penurunan. Penurunan kadar tanin
pada minuman serbuk dipengaruhi oleh waktu
penyimpanan. Uji cemaran mikroba minuman
serbuk mengalami cemaran pada metode
angka lempeng total (ALT) tidak memenuhi
syarat mutu minuman serbuk menurut SNI
sedangkan kapang khamir memenuhi syarat.
Penentuan kadar tanin di atas kemudian
ditentukan umur simpan sediaan minuman
serbuk. Menurut Hine (2000) dalam Edria
(2010), menyatakan bahwa istilah umur
simpan mengandung pengertian tentang waktu
antara saat produk mulai dikemas sampai
dengan mutu produk masih memenuhi syarat
dan dalam kondisi memuaskan untuk
dikonsumsi. Labuza (1982) Edria (2010),
menyatakan penilaian tentang umur simpan
dapat dilakukan dengan kondisi dipercepat
(accelerated shelf life test) yang selanjutnya
dapat memprediksi umur simpan yang
sebenarnya.
Penentuan umur simpan sediaan minuman
serbuk ekstrak biji alpukat berdasarkan kadar
zat tanin pada sediaan yang di simpan selama
penyimpanan 8 minggu pada pengamatan
minggu ke-0, 4 dan 8. Kadar tanin yang
diperoleh kemudian dimasukan ke dalam
rumus reaksi orde I sehingga diperoleh kurva
berupa garis linear pada plot ln k terhadap
(1/T) dengan slope –Ea/R. Berdasarkan
persamaan y = -1079,4x – 2,3707 dengan nilai
kolerasi r2 = 1, dimana x dari persamaan
dimasukan 1/T suhu kamar hingga diperoleh
nilai k dan dimasukan ke persamaan t ½
sehingga diperoleh umur simpan sediaan
minuman serbuk 437 hari atau 1 tahun 2 bulan.
Umur simpan yang diperoleh pada sediaan
minum serbuk cukup lama dengan tanpa
pemberian bahan tambahan pengawet pada
sediaan.
Kesimpulan
1. Ekstrak biji alpukat (Persea americana
Mill) dapat dibuat sediaan minuman
serbuk dengan variasi pengisi tepung talas
dan susu skim.
2. Perbedaan jenis pengisi terhadap daya
terima panelis tidak memiliki pengaruh
yang berbeda nyata pada parameter warna
dan aroma sedangkan parameter rasa
berbeda nyata dan formula 3 dengan
pengisi susu skim dan tepung talas (1:2)
yang paling disukai panelis.
3. Kadar tanin total pada ekstrak kering biji
alpukat adalah 0,0181 mg/g sedangkan
pada minuman serbuk dengan pengisi
susu skim dan tepung talas (1:2) adalah
0,0175 mg/g
4. Minuman serbuk ekstrak biji alpukat
mempunyai batas daluarsa selama 437
hari atau 1 tahun 2 bulan.
Daftar pustaka
Badan Standar Nasional. 1996. Syarat Mutu
Minuman Serbuk Tradisional.
Dalam Standar Nasional Indonesia
No. 01-4320-1996.
Badawi, 2009. Melawan Dan Mencegah
Diabetes. Jogjakarta : Araskah.
Bartoll, J., B. Jackisch, M. Most, E. Wenders
de Calisse, C.M. Vogtherr. 2007.
Early Prussian blue. Blue and green
pigments in the painting by Watteau,
Lancret and pater in the collection of
Frederick II of Prussia in : Techne.
25, 39-46p. Dep.Kes. 1978. Materia Medika Indonesia,
Jilid II. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta.
Halaman : 70
_______. 1998. Materia Medika Indonesia.
Jilid V. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta.
Halaman : 549-553
_______. 2000. Parameter standar Umum
Ekstrak Tumbuhan Obat.
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta. Halaman : 10-11
Desmiaty, Y., Ratih H., Dewi M.A., Agustin
R. 2008. Penentuan Jumlah Tanin
Total pada Daun Jati Belanda
(Guazuma ulmifolia Lamk) dan
Daun Sambang Darah (Excoecaria
bicolor Hassk.) Secara Kolorimetri
dengan Pereaksi Biru Prusia.
Artocarpus, vol. 8 No. 2 September
2008. Jurusan Farmasi, FMIPA
Universitas Jendral Achmad Yani,
Bandung.
Edria, D. 2010. Penentuan Umur Simpan
Minuman Fungsional Cinna-Ale
Instan Dengan Metode Arrhenius.
Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Eniza. 2004. Teknologi Pengolahan Susu dan
Ikutan Ternak. Universitas Sumatera
Utara.Dep.Kes.RI. 1979. Farmakope
Indonesia, Edisi III. Direktorat
Pengawasan Obat dan Makanan.
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.
Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia :
Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan, Diterjemahkan : K.
Padmawinata dan I. Soediro, Terbitan
kedua. Institut Teknologi Bandung.
Bandung. Halaman : 102-104
Koffi, N. Ernest, A.K. Dodiomon, S. 2009.
Effect Of Aqueous Extract Of
Persea Americana Seeds On The
Glycemia Of Diabetic Rabbits.
European Journal of Scientific
Research. ISSN : 1450-216X Vol.26
No. 3, pp.376-385
Koswara, S. 2012. Tenologi Pengolahan
Umbi-umbian. Bogor. Institut
Pertanian Bogor. Halaman : 9
Labuza, T. P. 1982. Open Shelf-Life Dating of
Foods. Food Science and Nutrition.
Press Inc., Westport. Connecticut. Martin A, Swarbrick J, Cammarata A. Farmasi
fisik : dasar-dasar farmasi fisik
dalam ilmu farmaseutik Edisi 3.
2008. Jakarta : Penerbit Universitas
Indonesia (UI-Press). Monica, F. 2006. Pengaruh Pemberian Air
Seduhan Serbuk Biji Alpukat
(Persea Americana Mill) Terhadap
Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar
Yang Diberi Beban Glukosa. Karya
Tulis Ilmiah Fakultas Kedokteran
Universitas Diponogoro. Semarang.
Mustika, V. 2012. Ekstrak Daun Binahong
(Anredera cordifolia (Ten.) Steenis)
Sebagai Antioksidan. Skripsi.
Farmasi Universitas Pakuan. Bogor.
SNI. 2009. Batas Maksimum Cemaran
Mikroba Dalam Pangan. Bogor.
Badan Standarisasi Nasional.