resensi novel ketika cinta bertasbih

5
Resensi Novel Ketika Cinta Bertasbih 1 Judul : Ketika Cinta Bertasbih 1 Penulis : Habiburrahman El Shirazy Penerbit : Republika-Basmalah Tahun terbitan : 2007 Dimensi : 20,5 cm x 13,5 cm Tebal : 477 halaman Diresensi oleh Ifan Iqbal Azzam adalah seorang pemuda sederhana yang memilih untuk menuntut ilmunya di Kampus Al Azhar, Cairo. Azzam dikenal sebagai sosok yang tegas dan dewasa. Dia sangat memegang teguh prinsip-prinsip Islam dalam kehidupan sehari-harinya. Di kalangan teman-temannya pun Azzam menjadi panutan dan sosok yang bisa diandalkan. Setelah bapaknya meninggal, sebagai anak tertua dalam keluarganya, dialah yang menanggung kehidupan keluarganya di Solo. Oleh karena itu, selain sebagai mahasiswa, dia juga bekerja keras sebagai pembuat tempe dan bakso untuk menghidupi ibu dan adik-adik perempuannya di Indonesia serta kehidupannya sendiri di Cairo. Bahkan Azzam, rela meninggalkan kuliahnya untuk sementara dan lebih berfokus untuk mencari rezeki. Meski terkadang ada rasa iri melihat teman-teman satu angkatannya yang sudah terlebih dahulu lulus, bahkan ada yang hampir menyelesaikan S2-nya tapi Azzam segera sadar kalau dia tidak sama dengan teman-temannya yang lain. Azzam lebih dikenal sebagai tukang tempe di kalangan mahasiswa Indonesia yang sedang kuliah di Al-Azhar. Azzam juga sering mendapatkan undangan dari duta besar Indonesia yang ada di Mesir untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pada acara-acara kebesaran. Jadi, selain terkenal di kalangan mahasiswa sebagai tukang tempe, Azzam juga terkenal di kalangan para duta besar. Saat bekerja itulah Azzam mengenal sosok Eliana. Eliana adalah sosok yang sempurna secara fisik. Putri duta besar, cantik, dan salah seorang lulusan Universitas di Jerman. Akan tetapi, prinsip-prinsi keislaman yang Azzam pegang teguh membuat Azzam mampu menepis perasaannya. Saat bekerja juga Azzam secara tidak sengaja bertemu dengan Anna Althafunnisa. Dialah perempuan yang memikat hatinya dan hendak ia lamar.

Upload: amaliaitswariputri

Post on 28-Sep-2015

71 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

resensi

TRANSCRIPT

Resensi Novel Ketika Cinta Bertasbih 1

Resensi Novel Ketika Cinta Bertasbih1

Judul : Ketika Cinta Bertasbih 1Penulis : Habiburrahman El ShirazyPenerbit : Republika-BasmalahTahun terbitan : 2007Dimensi : 20,5 cm x 13,5 cmTebal : 477 halamanDiresensi oleh Ifan Iqbal

Azzam adalah seorang pemuda sederhana yang memilih untuk menuntut ilmunya di Kampus Al Azhar, Cairo. Azzam dikenal sebagai sosok yang tegas dan dewasa. Dia sangat memegang teguh prinsip-prinsip Islam dalam kehidupan sehari-harinya. Di kalangan teman-temannya pun Azzam menjadi panutan dan sosok yang bisa diandalkan.

Setelah bapaknya meninggal, sebagai anak tertua dalam keluarganya, dialah yang menanggung kehidupan keluarganya di Solo. Oleh karena itu, selain sebagai mahasiswa, dia juga bekerja keras sebagai pembuat tempe dan bakso untuk menghidupi ibu dan adik-adik perempuannya di Indonesia serta kehidupannya sendiri di Cairo. Bahkan Azzam, rela meninggalkan kuliahnya untuk sementara dan lebih berfokus untuk mencari rezeki. Meski terkadang ada rasa iri melihat teman-teman satu angkatannya yang sudah terlebih dahulu lulus, bahkan ada yang hampir menyelesaikan S2-nya tapi Azzam segera sadar kalau dia tidak sama dengan teman-temannya yang lain.

Azzam lebih dikenal sebagai tukang tempe di kalangan mahasiswa Indonesia yang sedang kuliah di Al-Azhar. Azzam juga sering mendapatkan undangan dari duta besar Indonesia yang ada di Mesir untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pada acara-acara kebesaran. Jadi, selain terkenal di kalangan mahasiswa sebagai tukang tempe, Azzam juga terkenal di kalangan para duta besar.Saat bekerja itulah Azzam mengenal sosok Eliana. Eliana adalah sosok yang sempurna secara fisik. Putri duta besar, cantik, dan salah seorang lulusan Universitas di Jerman. Akan tetapi, prinsip-prinsi keislaman yang Azzam pegang teguh membuat Azzam mampu menepis perasaannya.

Saat bekerja juga Azzam secara tidak sengaja bertemu dengan Anna Althafunnisa. Dialah perempuan yang memikat hatinya dan hendak ia lamar. Namun, status sosialnya membuat Azzam ditolak. Yang lebih mencengangkan Azzam adalah Anna justru menerima lamaran dari Furqan, sahabat Azzam sendiri yang memiliki status sosial lebih tinggi daripada Azzam.Azzam akhirnya mampu melanjutkan kuliahnya setelah adiknya menyelesaikan pendidikan. Setelah dia lulus dari Al Azhar dengan nilai yang cukup memuaskan, akhirnya setelah 9 tahun terpisah dengan keluarganya tanpa pernah pulang, dia pun pulang dan kembali ke tengah-tengah keluarga tercintanya.

Novel ini menghadirkan kisah percintaan bukan sekedar terhadap lawan jenis tapi jauh mengungkapkan kecintaan terhadap Allah.

Merupakan salah satu novel pembangun jiwa yang penuh akan makna.

Gaya bahasa yang ringan dan alur cerita yang mudah dimengerti membuat pembaca seakan dapat melihat apa yang ingin diperlihatkan penulis novel.

Sarat akan pengetahuan.

KEBERMANFAATAN

Novel percintaan yang satu ini pantas di baca oleh siapa saja. Sesuai dengan konsepnya, yaitu novel pembangun jiwa, novel ini dapat memberikan semangat pada jiwa untuk lebih bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah SWT. selain itu, novel ini penuh dengan ilmu pengetahuan yang akan memperluas wawasan kita terhadap dunia

Judul Buku : Kiat Shalat Khusyu bagi WanitaPenulis : Syaikh Bakr Muhammad IbrahimPenerbit : KhansaTebal : 213 HalamanTerbit : April 2009 (Cetakan III)

Menghadirkan Ke-khusyu-an dalam Salat

MENGHADIRKAN hati atau khusyu ketika mendirikan salat memiliki manfaat yang besar. Karena salat merupakan sarana untuk bermunajat dan memohon pertolongan kepada Allah SWT. Mohonlah pertolongan (kepada Allah SWT) dengan sabar dan salat. Hal itu memang berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu, (Qs Albaqarah [2]: 45).

Ibnu Alqayyim dalam kitab Madarijus Salikin pun mendefinisikan khusyuk sebagai bangkitnya hati di hadapan Allah dengan perasaan tunduk dan hina. Ini berarti mendirikan salat dengan khusyuk atau menghadirkan hati harus sungguh-sungguh diupayakan.

Untuk membantu menghadirkan ke-khusyu-an dalam salat, buku karya Syaikh bakr Muhammad Ibrahim yang berjudul Kiat Shalat Khusyu bagi Wanita bisa dijadikan referensi bagi Anda. Dalam buku setebal 213 halaman yang diterbitkan Khansa (salah satu lini penerbitan MQS Publishing) memberikan tips-tips sederhana untuk dapat melaksanakan salat secara khusyu.

Penulis secara garis besar menjelaskan langkah-langkah mencapai ke-khusyu-an, baik sebelum dan saat melaksanakan salat. Tak ketinggalan, diulas juga makna khusyu, contoh bagaimana nabi dan para sahabat melaksanakan salat secara khusyu, serta tanda orang yang khusyu ketika melakukan salat.

Khusyu adalah kecenderungan diri terhadap kebenaran (haq). Di antara tandanya adalah jika seseorang diluruskan pendapatnya dan ditunjukkan suatu kebenaran, dia mudah menerima dan segera mencabut pendapatnya, tulis Ibnu Alqayyim dalam Madarijus Salikin. (wasis wibowo)

Judul: The Kite RunnerPenulis: Khaled HosseiniPenerjemah: Berliani M. NugrahaniPenerbit: Qanita-MizanCetakan: I, Maret 2006Turnamen Layang-layang Pembawa Petaka

The Kite Runner bertutur tentang perjalanan panjang tokoh sentral Amir, hubungan emosionalnya dengan Baba, persahabatan dan pengkhianatan. Dengan latar belakang kultur Afghanistan yang kental, The Kite Runner membawa pembaca memaknai tindakan seorang anak kaya yang menggunakan kekuatan pengetahuan dan kekuasaan atas sahabatnya Hassan. Hasrat untuk menjadi anak terbaik Babanya yang tidak sudi berbagi ruang bahkan dengan orang yang sangat mencintainya dibalut rasa cemburu, iri hati dan kegelisahan, menuntun Amir kecil melukai Hassan dengan sadar. Sejalan dengan waktu, Amir tidak pernah sungguh-sungguh lepas dari masa kecil dan rasa bersalah terhadap Hassan.

Novel ini dibuka dengan ingatan Amir tentang masa kecilnya di Afghanistan, rangkaian kejadian yang memaksa dia dan Baba meninggalkan tanah kelahiran, menjadi pengungsi di negeri asing, memulai hidup baru di Amerika dan keengganan untuk kembali berhubungan dengan rumah sejati Baba.

Kekuatan novel ini terletak pada kemampuan Khaled Hosseini memberi nilai persahabatan bagi seorang Amir dan seorang Hassan. Karakter Amir dibangun dan bertumbuh atas balutan emosi sisi-sisi gelap yang manusiawi yang membuatnya sangat nyata bagi pembaca. Sentuhan Hosseini menyadarkan kita tentang pilihan yang dapat dibuat oleh seorang manusia, bahkan ketika masih kanak-kanak, yang pada akhirnya bermuara ke pencarian sejati tentang siapa kita sesungguhnya. Toh, kejujuran atas kelemahan seorang Amirlah yang membuat pembaca melihat Amir apa adanya, tidak ada simpati yang berlebihan atau rasa benci yang berkepanjangan. Karakter Hassan, di lain sisi, dibangun dan dipelihara secara konsisten sebagai seseorang yang karena kemurniaan hatinya menciptakan ketidakamanan bagi seseorang yang senormal Amir. Namun dengan cerdas, Hosseini tidak membawa karakter Hassan ke titik dimana kemurniaan jiwa menjadi naif.

Hubungan Amir dengan Baba diwarnai dengan kekuatiran Baba sepanjang kisah akan ketidakmampuan Amir membela dirinya sendiri naluri seorang ayah untuk memberikan yang terbaik bagi anaknya dan hasrat seorang anak untuk menjadi kebanggaan ayahnya. Hubungan ini terbangun jauh melewati batas permainan kanak-kanak seperti yang diungkapkan Amir: we actually deceived ourselves into thinking that a toy made of tissue paper, glue and bambo could somehow close the chasm between us.

Bagi sebuah kisah yang dilatarbelakangi sejarah, perubahan politik di Afghanistan dan tradisi yang kental, The Kite Runner justru menawarkan hubungan manusia yang sangat universal. Seluruh rangkaian peristiwa maupun tokoh-tokoh yang hadir dan memperkaya kehidupan Amir, dipertimbangkan dengan cermat oleh Hosseini tanpa menciptakan hiruk pikuk yang tak berarti. Sebuah kisah yang merefleksikan sesuatu yang terjadi dalam beberapa hari, kadang-kadang bahkan dalam sehari, bisa mengubah keseluruhan jalan hidup seseorang