renungan buka sabat & aneka beritagelorafirman.org/wp-content/uploads/rebuska-21-februari... ·...

42
Tahun Ke-XVI Disebarkan Secara Gratis

Upload: hahanh

Post on 04-Jul-2018

260 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Renungan Buka Sabat & Aneka Beritagelorafirman.org/wp-content/uploads/REBUSKA-21-FEBRUARI... · Web viewBahkan, orang-orang sekampungnya serta orang Yahudi pada umumnya, sangat membenci

Tahun Ke-XVI

Disebarkan Secara Gratis

Page 2: Renungan Buka Sabat & Aneka Beritagelorafirman.org/wp-content/uploads/REBUSKA-21-FEBRUARI... · Web viewBahkan, orang-orang sekampungnya serta orang Yahudi pada umumnya, sangat membenci

Tahun Ke-XVI

Disebarkan Secara Gratis

Page 3: Renungan Buka Sabat & Aneka Beritagelorafirman.org/wp-content/uploads/REBUSKA-21-FEBRUARI... · Web viewBahkan, orang-orang sekampungnya serta orang Yahudi pada umumnya, sangat membenci
Page 4: Renungan Buka Sabat & Aneka Beritagelorafirman.org/wp-content/uploads/REBUSKA-21-FEBRUARI... · Web viewBahkan, orang-orang sekampungnya serta orang Yahudi pada umumnya, sangat membenci

Akhir-akhir ini cuaca berubah-ubah, kadang sehari bisa panas terik namun hari berikutnya sudah hujan deras. Dalam situasi cuaca seperti ini menjaga kondisi tubuh tetap fit adalah sangat penting supaya kesehatan bisa terjaga. Makan makanan yang bergizi terutama perbanyak makan sayur-sayuran dan buah-buahan, akan sangat berguna.

Memakai masker di kota Jakarta maupun daerah-daerah yang udaranya mulai kotor bukanlah hal yang baru, apalagi setelah Gunung Kelud mengembuskan debunya sampai ke Jakarta, asap menerpa Riau semakin tidak sehatlah udara yang memang sudah sangat polusi. Udara bersih menjadi kerinduan semua orang.

Secara Rohani, kita juga memiliki banyak polusi lingkungan, sehingga kita perlu penyegaran rohani dalam kehidupan kita sehari-hari.

Semoga kehadiran REBUSKA pekan ini membawa kesegaran rohani tersendiri bagi kita semua.

Bila saudara mau berbagi cerita, pengalaman ataupun berita yang dapat menguatkan para pembaca. kirimkan ke Redaksi melalui email [email protected] atau [email protected]

Terima kasih kami kepada para kontributor KADNet yang memungkinkan KADNet tetap terbit dan menjadi berkat bagi Pembaca.

Selamat Sabat, semoga berkat kegembiraan Sabat menjadi bagian kita bersama.

MELVIN SIMATUPANG

Page 5: Renungan Buka Sabat & Aneka Beritagelorafirman.org/wp-content/uploads/REBUSKA-21-FEBRUARI... · Web viewBahkan, orang-orang sekampungnya serta orang Yahudi pada umumnya, sangat membenci

OLEH PDT. RAM SIMA KENI

I. LATAR BELAKANGa. Berasal dari bhs Gk Zakchaios, Heb. Zakkai, yang berarti “pure,” atau “righteous one” tetapi sayangnya, zakheus tidak menghidupkan kehidupan sesuai dengan namanya. Sebaliknya Zakheus, sebagai seorang pemungut cukai menghidupkan kehidupan yang bertentangan dengan namanya. Bahkan, orang-orang sekampungnya serta orang Yahudi pada umumnya, sangat membenci dia karena pekerjaannya memeras orang lain.

Dimata orang Yahudi, Zakheus adalah orang berdosa dan tidak layak untuk selamat, tapi dimata Yesus, Zakheus adalah seorang yang berharga.

b. Ciri-ciri Zakheus: Lukas 19:2,3: Kepala pemungut cukai, kaya, tidak dapat melihat Yesus, Pendek.Kata pemungut cukai sendiri muncul 24 kali dalam PB, dan hanya terdapat di kitab Injil. lukeOrang yahudi dan farisi menggolongkan pemungut cukai sebagai orang berdosa (Lukas 5:30; 7:34; 15:1).

Zakheus adalah orang terakhir yang diberi nama oleh penulis Injil sebelum Yesus memasuki Yerusalem.

II. PELAJARAN-PELAJARAN SEDERHANA DARI ZAKHEUS:

a. Seorang yang dewasa menjadi anak-anak (vv.2-4).

Di daerah timur, tidaklah biasa bagi seorang dewasa berlari, khususnya seorang yang kaya dan mempunyai pengaruh besar, dan pejabat pemerintah; tetapi Zakheus berlari dijalanan seperti seorang anak kecil yang berlari mengikuti satu parade pawai. Bahkan, ia rela memanjat pohon—hal yang anak kecil biasa lakukan—demi melihat Yesus. Rasa ingin tahu yang besar biasanya adalah ciri-ciri dari anak-anak, dan pada hari itu, Zakheus telah termotivasi dengan rasa ingin tahunya tentang Yesus.

John Calvin menulis: “Rasa ingin tahu adalah persiapan awal dari sebuah iman.” Ini di alami oleh Zakheus; ada apa dengan orang banyak? Mengapa ramai? Siapa Yesus orang Nazaret yang mereka elu-elukan itu? Apa yang saya lewatkan?

Yesus berkata dalam Lukas 18:17,”Aku berkata kepadamu: sesungghnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya.”

Zakheus memiliki sifat dari seorang anak kecil, yang membuat pada akhirnya memungkinkan dia masuk kedalam kerajaan Allah.

b. Dari seorang yang mencari Yesus menjadi seorang yang dicari Yesus

ZAKHEUSADA DI SEKITAR KITA

Page 6: Renungan Buka Sabat & Aneka Beritagelorafirman.org/wp-content/uploads/REBUSKA-21-FEBRUARI... · Web viewBahkan, orang-orang sekampungnya serta orang Yahudi pada umumnya, sangat membenci

Dalam Lukas 19:3, Zakheus berusaha untuk mencari dan berjumpa dengan Yesus, tetapi sesungguhnya Yesuslah yang mencari dia dan mau berjumpa dengannya (Lukas 19:10). Roma 3:11, menerangkan bahwa secara alamiah, orang berdosa yang hilang tidak mencari Allah. Masih ingat pada saat nenek moyang kita berdosa, mereka bersembunyi, tetapi Tuhan datang dan mencari mereka. Selama pelayanan Yesus di dunia, Ia pergi untuk mencari yang hilang, maka pada hari ini juga, melalui gereja (saudara dan saya), Ia (Yesus) sedang mencari yang hilang.Kita tidak tahu bagaimana Allah bekerja di hati Zakheus untuk mempersiapkan dia berjumpa dengan Yesus. Apakah Matius/Lewi (Lukas 5:27-29) adalah salah satu dari teman-temannya? Apakah dia yang telah menceritakan Yesus kepada Zakheus? Apakah dia berdoa untuk Zakheus? Apakah Zakheus berubah setelah mendengar khotbah Yohanes pembaptis? (Lukas 3:12,13) Ellen G. White mengatakan dalam buku Kerinduan Segala Zaman, hal. 171, “Hanya beberapa mil dari Yerikho, Yohanes Pembaptis telah berkhotbah di Yordan, dan Zakheus telah mendengar panggilan kepada pertobatan. Petunjuk kepada pemungut cukai, “Jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah ditentukan bagimu,” meskipun tidak dihiraukan secara lahiriah, namun telah mempengaruhi pikirannya. Ia mengetahui Kitab Suci dan diyakinkah bahwa kebiasaanya salah.”

c. Seorang yang kecil menjadi seorang yang besar

Bukanlah kesalahan Zakheus sehingga ia memiliki tubuh yang pendek, dan tidak dapat melihat ditengah keramaian. Ia melakukan apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi kekurangannya dengan cara mengesampingkan harga dirinya sebagai seorang kaya dan pejabat pemerintah, ia kemudian memanjat pohon. Secara spiritual, kita semua adalah “kecil” karena dosa, dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3:23). Tetapi ironinya, banyak dari kita sebagai orang berdosa yang hilang justru berpikir bahwa kita “besar”. Kita mengukur diri kita dengan standar manusia—uang, posisi, kekuasaan, ketenaran—hal-hal mana dikagumi manusia, tetapi di benci Allah.Tetapi Zakheus menaruh percaya kepada Yesus dan menjadi “Anak Abraham yang sejati” Ia menjadi orang yang besar dipemandangan Allah. Zakheus kecil secar fisik, tetapi besar secara status.

d. Seorang yang miskin menjadi seorang yang kaya

Orang berpikir bahwa Zakheus adalah orang yang kaya, tetapi sesungguhnya ia adalah orang berdosa yang

bankrut secara rohani serta membutuhkan karunia surga yaitu kehidupan kekal. Bukankah percuma bagi seseorang memiliki harta dunia tetapi kehilangan kehidupan kekal? Kemiskinan Zakheus berakhir pada saat ia berespon melalui iman kepada karunia Tuhan. Ingat bahwa Alkitab menjelaskan bahwa harta yang sesungguhnya adalah keselamatan dan bukan harta dunia.

Sebelum Zakheus pada akhirnya berjumpa dengan Yesus, ia memiliki pergumulan untuk bisa berjumpa dengan Yesus, ini terlihat jelas dari karakteristik yang dimilikinya: a. Ia adalah seorang pemungut cukaib. Orang yang dibencic. Kaya- Yesus berkata, “orang kaya sukar masuk dalam kerajaan Allah”d. Pendek- tidak bisa melihat Yesus

III. ZAKHEUS DAN ORANG DISEKITARNYAKesulitan dan halangan yang Zakheus miliki adalah juga menggambarkan keadaan orang-orang yang ada di sekitarnya: Pemungut Cukai (Luk 18:9-14), anak kecil (Luk 18:15-17), saudagar kaya (Luk 18:18-27), dan pengemis buta (Luk 18:35-43). Karakteristik dari Zakheus juga menggambarkan hal yang sama dengan orang-orang yang ada disekitarnya. Jadi, “jika sulit bagi keempat orang ini untuk diselamatkan atau mendapatkan jalan untuk berjumpa dengan Yesus, maka akan sulit juga bagi Zakheus untuk dapat melihat Yesus” (Sabuin, Ministry Magazine, Juni 2010).

a. Orang Farisi dan Pemungut cukai—Lukas 18:9-14Masalah dari Pemungut cukai ini untuk dapat berjumpa dengan Yesus adalah: ia adalah seorang perampok, tidak berpuasa, tidak membayar persepuluhan, sangat dibenci, sungguh berdosa dan merasa tidak layak (menurut pandangan orang Farisi).Namun cerita ini ditutup dengan perkataan Yesus,”Orang ini pulang kerumahnya sebagai seorang yang dibenarkan.”Banyak orang yang seperti ini berada disekitar kita. Apa pendapat saudara tentang mereka?

b. Anak kecil—Lukas 18:15-17Masalah dari anak kecil untuk bisa berjumpa Yesus: tidak bisa datang sendiri, masih kecil, sering dimarahi dan dihalang-halangi.Cerita ini ditutup dengan perkataan Yesus, “Aku berkata kepadamu: sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut

Page 7: Renungan Buka Sabat & Aneka Beritagelorafirman.org/wp-content/uploads/REBUSKA-21-FEBRUARI... · Web viewBahkan, orang-orang sekampungnya serta orang Yahudi pada umumnya, sangat membenci

Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya.”Banyak orang disekitar kita memiliki masalah seperti anak kecil ini. Apa yang saudara dapat lakukan untuk menolong mereka?

c. Saudagar kaya—Lukas 18:18-26Masalah dari saudagar kaya untuk bisa masuk kedalam hidup (melihat Yesus): kaya, mencintai harta dunia, penurut hukum tapi tidak menurut Yesus. Yesus berkata,”sukar bagi orang kaya untuk masuk ke dalam kerajaan Allah.” Artinya jika itu sulit bagi saudagar kaya untuk masuk ke dalam hidup, maka itu juga akan sulit bagi Zakheus.Namun Cerita ini ditutup dengan perkataan Yesus, “Apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah” (meski pada akhirnya pemuda ini “memilih” hartanya daripada memilih Yesus).Orang jenis ini mungkin kita bisa temukan dalam persekutuan jemaat. Dalam kasus ini, “memilih/pilihan” memiliki peran yang sangat penting.

d. Pengemis buta—Lukas 18:35-43Masalah dari pengemis buta untuk bisa jumpa Yesus: buta, miskin, orang termarjinasi, kelas bawah, sering dimarahi, dipandang rendah.Namun cerita ini berakhir dengan perkataan Yesus, “Melihatlah engkau, imanmu telah menyelamatkan engkau.”Jenis orang seperti ini pun dapat kita temukan disekitar kita. Apa yang akan Adna lakukan terhadap mereka?

PENUTUP

Banyak orang memiliki masalah untuk dapat berjumpa dengan Yesus. Bahkan mungkin Anda juga memiliki masalah yang sama dengan mereka. Tetapi kabar baik melalui pekabaran ini adalah; Zakheus, meski dipandang “tidak layak” oleh orang yang “telah lebih dahulu” mengenal Yesus, namun dipemandangan-Nya Zakheus sangat berharga. Yesus menyediakan jalan bagi Pemungut cukai, anak kecil, saudaragar kaya, pengemis buta dan Zakheus, untuk bisa berjumpa dengan dia. Sebuah jalan yang tidak dapat ditemukan di tempat lain, selain Yesus. Saudaraku, Zakheus ada disekitar kita. Pertanyaannya adalah; adakah kita menyediakan jalan bagi mereka untuk bisa berjumpa dengan Yesus? Pikirkanlah itu!

Ket. Penulis: Sekarang ini bekerja sebagai editor di Indonesia Publishing House yang berkedudukan di Jawa Barat.

Page 8: Renungan Buka Sabat & Aneka Beritagelorafirman.org/wp-content/uploads/REBUSKA-21-FEBRUARI... · Web viewBahkan, orang-orang sekampungnya serta orang Yahudi pada umumnya, sangat membenci

OLEH TISMAIL HARTOYO

Salam Sejahtera bagi kita semua, di dalam kehidupan kita sehari-hari

begitu sibuknya dan kadang-kadang kita melupakan hal-hal yang kecil tetapi membawa dampak yang sangat besar dalam mencari kualitas hidup yang sebenarnya.

Kami mencoba memunculkan kembali kisah–kisah kehidupan yang sangat sederhana kepada seluruh Pembaca KADNet di mana saja berada. Mungkin Saudara pernah membaca atau mendengar kisah seperti di bawah ini, namun penulis merasa penting untuk ditampilkan karena pada dasarnya hakekat kehidupan adalah tidak bisa dipisahkan dari pujian. Firman Allah dalam Mazmur 51:15, mengatakan “Ya Tuhan, bukalah bibirku, supaya mulutku memberitakan puji-pujian kepada-Mu”.

Dikisahkan di sebuah rumah yang cukup mewah, tinggal sepasang suami istri yang masih muda. Banyak orang merasa iri dengan keharmonisan di antara mereka berdua. Yang laki-laki berwajah ganteng dan ahli musih serta handal bermain piano. Sedangkan istrinya berparas cantik dan bersuara merdu. Saat denting piano mengiringi nyanyian, sesekali terdengar komentar, “sayang, bagian depan nadanya kurang tinggi, atau duh… bagian tengah seharusnya lebih perlahan lagi dan bagian ahkirnya mestinya turun sedikit”

Saat istrinya bersenandung pun, si suami selalu sibuk memasang telinga dan memberi berbagai komentar untuk memperbaiki nada yang dilagukan, kejadian ini berulang hampir di setiap kesempatan. Dan celakanya komentarnya semakin hari semakin pedas dan kasar,

seakan tidak ada hal baik yang bisa diucapkan. Akhirnya si istri pun malas beryanyi terutama jika suaminya berada di sekelilingnya, aku menyanyikan lagu apapun selalu saja ada yang kurang, Malah ujungnya berahkir dengan bertengkar dengan suamiku. Ah, lebih baik aku tidak usah menyanyi lagi, kata hatinya dengan sedih.

Singkat cerita, karena suatu musibah sang suami meninggal dan lama setelah itu, wanita ini menikah lagi dengan seorang Tukang bangunan. Suami yang ini sama sekali tidak mengerti musik, yang ia tahu, istrinya punya suara yang sangat merdu. Maka dia selalu mengagumi dan memuji istrinya jika sedang bernyanyi.

Jika si istri bertanya , bagaimana laguku Pa ?Jawabnya. “wah Ma, aku selalu ingin cepat pulang karena tidak sabar mendengarkan mu menyanyi, “suara mama begitu indah dan menawan.”

Suatu hari , si suami berkata. Ma, aku sungguh beruntung menikah denganmu, kalau tidak, mungkin aku sudah gila; karena bunyi dentuman, bunyi gergaji, dan bunyi gesekan pipa-pipa yang kudengar sepanjang hari, sebelum menikah denganmu, suara-suara yang bising itu membuatku stress, bahkan terbawa-bawa hingga tidur, tapi sekarang hidupku sungguh bahagia, suara dan nyanyian mama selalu tergiang-ngiang di kepalaku.

Istrinya sangat senang dan merasa tersanjung dengan pujian tulus yang diterimanya itu. Ia pun menjadi makin gemar bernyanyi dan terus bernyanyi, semakin baik saat memasak, berkebun, mandi, apalagi jika suaminya

Page 9: Renungan Buka Sabat & Aneka Beritagelorafirman.org/wp-content/uploads/REBUSKA-21-FEBRUARI... · Web viewBahkan, orang-orang sekampungnya serta orang Yahudi pada umumnya, sangat membenci

berada di sekitar dia, tanpa disadarinya, ia terus melatih diri, suaranya semakin bagus hingga terdengar oleh seorang sahabat dari perusahaan rekaman. Dengan persetujuan dan dorongan suaminya, album perdana sang istri pun dirilis dan ternyata, sambutan masyarakat sangat antusias karena lagu dan suara sang penyanyi.

Wanita itu ahkirnya menjadi seorang penyanyi terkenal. Seorang pengamat musik kemudian berkomentar, sang diva sukses berkarir bukan pada saat bersuamikan seorang seniman musik yang cemerlang, tetapi justru saat bersuamikan seorang yang tidak mengerti music sama sekali tetapi mampu menghargai dan memuji setiap lagu yang dinyanyikan oleh istrinya.

Narasi yang luar biasa

Pujian yang tulus mampu memberikan rasa diterima, sekaligus semangat dan dorongan untuk melakukan suatu hal dengan baik dan lebih baik lagi, pujian juga dapat membuat seseorang mampu meraih prestasi tertinggi yang bisa diraihnya.

Sebaliknya omelan, bentakan, kecaman, amarah, tipu muslihat, kritik yang tidak membangun justru tidak banyak mengubah seseorang bahkan bisa menghentikan semua bakat baik yang pernah dimiliki seseorang sebagai talenta di kehidupannya.

Maka, jika ada pilihan daripada kita mengkritik jauh lebih baik kita memberikan pujian untuk mendorong agar orang yang kita puji bisa berprestasi kehidupan. Dan lebih dari itu, memberi pujian tidah membutuhkan biaya apapun. Sebagai penutup dalam kolom editorial ini, mari kita renungkan sejenak apa yang dikatakan firman Tuhan dalam Mazmur 71:14, “Tetapi aku senantiasa mau berharap dan menambah puji-pujian kepada-Mu”.

Selamat membaca terbitan minggu ini semoga kita memperoleh manfaat Rohani dalam kehidupan kita. Ahkir kata kami ucapkan selamat Sabat.

COVER PAGE: Seminar Keuangan di Palembang

GGOODNESSOODNESSBY MRS. ELLEN G. WHITE

A good man obtaineth favour of the Lord. Prov. 12:2

True goodness is accounted of Heaven as true greatness. The condition of the moral affections determines the worth of the man. A person may have property and intellect, and yet be valueless, because the glowing fire of goodness has never burned upon the altar of his heart. Goodness is the result of divine power transforming human nature. By believing in Christ, the fallen race he has redeemed may obtain that faith which works by love and purifies the soul from all defilement. Then Christlike attributes appear: for by beholding Christ men become

changed into the same image from glory to glory, from character to character. Good fruit is produced. The character is fashioned after the divine similitude, and integrity, uprightness, and true benevolence are manifested toward the sinful race. The Lord has placed every human being on test and trial. He desires to prove and to try us, to see if we will be good and do good in this life, to see if he can trust us with eternal riches, and make us members of the royal family, children of the heavenly King.

There is no limit to the good you may do. If you make the Word of God the rule of your life, and govern your actions by its precepts, making all your purposes and exertions in the fulfilling of your duty a blessing and not a curse to others, success will crown your efforts. You have placed yourself in connection with God; you have become a channel of light to others. You are honored by becoming co-laborers with Jesus; and no higher honor can you receive than the blessed benediction from the lips of the Saviour: "Well done, good and faithful servant." From My Life Today - Page 58

Page 10: Renungan Buka Sabat & Aneka Beritagelorafirman.org/wp-content/uploads/REBUSKA-21-FEBRUARI... · Web viewBahkan, orang-orang sekampungnya serta orang Yahudi pada umumnya, sangat membenci

CELAKALAH HAI KAMUYANG KAYA

ari ini akan membahas Yak 5: 1-6 bersama-sama. Di dalam perikop ini, Yakobus menyampaikan kecaman serius kepada orang-

orang kaya. Dia bukan sekadar mengungkapkan dosa-dosa mereka; dia juga berkata bahwa Allah akan menghakimi dosa-dosa mereka. Siapakah orang orang kaya yang ditegur ini? Orang orang Kristen di gereja atau orang orang yang tidak percaya? Banyak penafsir Alkitab yang berpendapat bahwa orang-orang kaya yang dimaksudkan di sini bukanlah orang-orang percaya karena Yakobus tidak menyebut mereka dengan sapaan saudara seiman. Tentu saja, sangat sulit bagi kita untuk memastikan apakah mereka orang percaya atau bukan. Namun satu hal yang pasti adalah bahwa surat dari Yakobus ini ditujukan kepada jemaat. Seperti surat-surat Paulus yang dibacakan di depan jemaat, surat dari Yakobus juga dibacakan keras-keras di depan jemaat di gereja. Surat-surat dari para rasul itu tidak dikirimkan kepada orang-orang non-Kristen. Jika kita adalah orang orang percaya, maka kita wajib memperhatikannya.

H

Setiap kali kita membaca Alkitab, kita tidak boleh mematok bahwa firman dalam Alkitab itu ditujukan kepada pihak pihak tertentu. Sebagai contoh, ada orang yang berpendapat bahwa suatu firman ditujukan kepada orang Yahudi, dan ada pula firman yang ditujukan kepada orang-orang yang tidak percaya, jadi firman-firman yang semacam itu tidak berkaitan dengan orang Kristen. Akibatnya setiap firman yang tidak enak didengar lalu dianggap sebagai firman yang ditujukan kepada orang Yahudi dan orang yang tidak percaya, sedangkan firman yang berisi janji serta berkat dianggap ditujukan kepada orang Kristen. Saya rasa ini mungkin merupakan salah satu penyebab mengapa orang kaya di sini dianggap bukan orang Kristen. Banyak orang merasa bahwa Yak 5:1-6 ditujukan kepada orang yang tidak percaya karena dikatakan di sini bahwa Allah akan menghakimi orang-orang kaya ini. Kita berasumsi bahwa

Allah tidak menghakimi orang-orang Kristen jadi setiap ayat yang berbicara tentang penghakiman dianggap ditujukan kepada orang yang tidak percaya. Bukankah pemahaman Anda seperti itu? Dalam pembahasan surat Yakobus berikutnya nanti, kita akan sama-sama melihat apakah anggapan ini sejalan dengan ajaran Alkitab.

Kalau kita benar ingin mendapat manfaat dari firman Tuhan, pertama-tama kita harus membiarkan firmannya itu menerangi hati kita. Membaca firman dengan membawa anggapan bahwa target firman itu terbagi-bagi tidak akan memberi manfaat apa-apa buat kita. Saya yakin sepenuhnya bahwa firman yang disampaikan oleh Yakobus ini ditujukan kepada gereja. Selain alasan-alasan yang sudah saya kemukakan sebelumnya, kita juga telah melihat di dalam Yakobus pasal 2 bahwa jemaat memiliki kecenderungan untuk mengejar kekayaan. Kita bisa melihat banyaknya masalah yang ditimbulkan oleh kekayaan ke dalam gereja. Di dalam 1 Korintus kita juga melihat persoalan, yang diungkap oleh rasul Paulus, yang ditimbulkan oleh orang-orang Kristen yang di Korintus terhadap gereja. Oleh karenanya, kita tidak boleh terlalu cepat beranggapan bahwa semua itu adalah masalah orang-orang yag tidak percaya. Pokok yang kita bahas ini adalah masalah kekayaan, entah Anda Kristen atau bukan.Pertama-tama, kita lihat bahwa Yakobus menyebut tentang 4 dosa orang-orang kaya di dalam ayat 1-6: dosa yang pertama ada di ayat 3, bahwa mereka hanya peduli pada urusn menimbun kekayaan; dosa kedua ada di ayat 4, bahwa mereka menahan atau menekan upah para pekerjanya; dosa ketiga ada di ayat 5, bahwa mereka menceburkan diri pada kesenangan duniawi; dosa keenam ada di ayat 6, bahwa mereka membunuh orang-orang benar. Walaupun Yakobus menguraikannya menjadi 4 macam dosa, namun semua itu memiliki akar yang sama, yaitu keserakahan. Semua dosa itu adalah hasil dari keserakahan.Jika Anda mengerti bahasa Yunani, Anda akan tahu bahwa ungkapan 'mengumpulkan harta' di ayat 3 itu adalah kata kerja yang berarti 'menyimpan (save)' atau' mengumpulkan (gather); pada umumnya, benda yang kita simpan adalah harta yang berharga, jadi kata benda untuk ungkapan tersebut bermakna 'harta (treasure)'. Apakah arti dari 'mengumpulkan' itu? Maknanya adalah menimbun sisa yang lebih, entah berupa hasil panen, pakaian, emas maupun perak. Kelebihan itu ditimbun dan disimpan. Itulah awal dari keserakahan. Mengapa saya berkata sedemikian? Karena dengan kelebihan tersebut, kita bukan menyalurkan kepada orang yang membutuhkannya; kita justru menimbunnya sampai menjadi rusak atau buruk. Kita tidak mau berbagi dengan orang-orang lain yang benar benar membutuhkannya.

Page 11: Renungan Buka Sabat & Aneka Beritagelorafirman.org/wp-content/uploads/REBUSKA-21-FEBRUARI... · Web viewBahkan, orang-orang sekampungnya serta orang Yahudi pada umumnya, sangat membenci

Jika Anda ingin menimbun kekayaan untuk kepentingan pribadi, secara alamiah Anda akan tergerak untuk membuat perencanaan sesuai dengan kepentingan Anda dalam berbagai aspek. Sekalipun Anda berhutang kepada orang lain, hal itu tidak meresahkan hati Anda karena yang penting adalah uang Anda semakin bertambah. Itulah sebabnya di ayat 4, Yakobus berkata bahwa orang-orang kaya itu sering berhutang upah kepada para pekerjanya. Ini bukan karena mereka tak punya uang untuk membayar upah. Yang mereka pikirkan hanya bagaimana cara untuk terus bisa memperbanyak jumlah uang mereka. Berhutang upah pada para pekerja atau mempertaruhkan kesejahteraan pekerja, adalah taktik yang lazim dipakai orang-orang kaya dalam menambah kekayaan mereka.

Setelah menimbun kekayaan, tentunya Anda akan berfoya-foya menikmatinya. Orang yang terus-menerus hidup dalam keserakahan dan berkubang dalam kesenangan jasmani, secara alami mereka menjadi tidak takut kepada Allah, mereka juga tidak peduli pada kebenaran; lagi pula, bukankah uang yang membuat segala sesuatu menjadi lancar? Mereka bahkan tidak akan takut untuk menghukum orang benar.Justru karena sangat seringnya masalah keserakahan ini terjadi, maka Alkitab sering memperingatkan kita untuk tidak mencintai uang. Jika Anda telusuri isi PB, Anda akan dapati bahwa ajaran PB tentang kekayaan itu selalu bersifat pesimis. Tak hentinya Alkitab memperingatkan kita kalau kita ingin mengasihi Allah maka kita tidak boleh mencintai uang. Mari kita baca Matius 6:24. Yesus telah memperingatkan para murid sejak awal pengajaran-nya bahwa mereka perlu membuat pilihan yang tegas antara Allah dan uang, karena kita tak bisa memilih keduanya sekaligus. Orang yang mengasihi kekayaan tak bisa menjadi orang Kristen karena dia hanya punya satu hati dan dia tak bisa melayani dua majikan sekaligus dalam waktu yang bersamaan.Di dalam Lukas 18:24-25, Yesus juga berkata bahwa sangatlah sukar bagi seorang kaya untuk bisa masuk ke dalam kerajaan Allah. Bagi orang kaya, uang adalah hal yang paling berharga buat mereka, sangat sukar bagi mereka untuk melepaskan berhala yang satu ini dan berpaling kepada Allah. Di dalam 1 Timotius 6:9-10, Paulus juga memperingatkan Timotius bahwa cinta uang adalah akar dari segala kejahatan. Banyak orang yang meninggalkan kebenaran karena mereka mencintai uang. Mereka campakkan agama dan Tuhan demi uang. Perhatikan bahwa di surat ini Paulus berbicara kepada Timotius. Bahkan kepada seorang hamba Allah saja Paulus tetap memperingatkan untuk menjaga jarak dari kekayaan, apalagi terhadap jemaat awam?

Itulah sebabnya mengapa tadi saya katakan bahwa ucapan dari rasul Yakobus ini ditujukan kepada gereja. Alkitab tanpa henti menyuruh orang Kristen untuk menjauh dari kecintaan terhadap uang. Dalam kehidupan kita sehari-hari - di tengah gereja - ada banyak orang Kristen yang mencintai keduniawian dan mamon. Di dalam pasal 2 dari kitab Yakobus, kita telah melihat masalah sikap berat sebelah dalam menangani jemaat kaya dan miskin di gereja. Kalau Anda tidak mencintai uang, lalu mengapa terjadi sikap yang berat sebelah dalam menangani jemaat yang kaya dan yang miskin? Kemunculan sikap yang berat sebelah itu mencerminkan adanya keserakahan dalam diri kita.

Di dalam Yak 5:3, rasul Yakobus mengecam orang-orang kaya yang hanya tahu menimbun kekayaan saja. Tadi sudah saya sebutkan bahwa kata 'mengumpulkan harta' itu dalam bahasa Yunaninya berasal dari kata kerja yang berarti 'menabung (saving)'. Dalam bentuk kata benda, maka maknanya adalah 'harta (treasure)' atau 'khazanah (treasury)', yang bisa kita samakan dengan rekening di bank. Apakah manfaat dari simpanan di bank? Untuk menyimpan kelebihan uang yang kita memilki, agar bisa dipakai pada saat memerlukannya.

Apakah menabung itu sesuatu kebiasaan yang baik atau buruk? Bagaimana Alkitab menyikapi masalah tabungan ini?Mari kita baca Mat 6:19-20. Yesus dengan jelas memerintahkan para murid untuk tidak mengumpulkan harta di bumi, melainkan mengumpulkannya di surga. Apa itu artinya? Mat 19-21. Yesus menyuruh orang muda yang kaya untuk menjual semua hartanya dan memberikan hasil penjualan itu kepada orang miskin, maka ia akan menikmati harta di surga. Apakah arti dari menjual semua hartanya? Tentu saja itu berarti menjual harta yang Anda timbun. Di dalam Lukas 12:22, Yesus memperingatkan para murid untuk menjual segala hartanya dan membagi hasilnya kepada orang miskin. Saya rasa, Anda akan langsung tidak suka membaca ayat-ayat ini, akan tetapi itu semua adalah perintah Yesus kepada kita.

Mari kita baca lagi Lukas 12:21. Yesus berkata di dalam perumpamaan ini, memberitahu kita bahwa orang yang menimbun harta di bumi adalah orang bodoh. Dari ayat-ayat tersebut, kita bisa sampai pada kesimpulan, yakni Alkitab menyuruh kita tidak menimbun harta di bumi. Apakah Anda suka dengan kesimpulan ini? Kita sering mendengar bagaimana orang-orang tua mengajari kita bahwa menabung adalah kebiasaan yang baik. Frase ini memang tidak salah. Kita memang harus belajar untuk menghargai apa yang ada dan tidak menyia-nyiakan

Page 12: Renungan Buka Sabat & Aneka Beritagelorafirman.org/wp-content/uploads/REBUSKA-21-FEBRUARI... · Web viewBahkan, orang-orang sekampungnya serta orang Yahudi pada umumnya, sangat membenci

segala sesuatu. Akan tetapi, kita harus membedakan antara hemat dengan serakah. Yang kita timbun itu adalah kelebihan dari harta dan kita tidak ingin berbagi dengan orang-orang yang kekurangan. Sebaliknya, kita justru menimbunnya. Rasul Yakobus berkata di dalam 4:2-3 bahwa sebagian orang menimbun berbagai macam barang sampai membusuk dan dimakan ulat. Itu akan menjadi bukti dari dosa yang akan dituduhkan kepada kita.Hal apakah yang sedang saya sampaikan? Saya ingin memberitahu setiap orang bahwa Akitab menentang perilaku kita menimbun harta karena Akitab tahu bahwa tindakan menimbun itu hanya memuaskan keserakahan kita yang nantinya membuat kita tidak bisa masuk ke dalam kerajaan Allah. Anda mungkin berkata, "Apakah saya tidak boleh membuat perencanaan untuk masa depan?" Tentu saja kita harus membuat rencana masa depan kita. Bukankah itu hal yang disampaikan oleh Yesus? Kita harus mengumpulkan harta yang tidak akan busuk di surga. Apakah ini bukan perencanaan untuk masa depan? Apakah ini masa depan yang Anda maksudkan? Kelihatannya bukan. Orang yang hanya mengurusi hal menimbun harta di bumi tidak akan peduli pada hal-hal yang kekal. Jika mereka memang peduli pada hal-hal yang kekal, maka mereka pasti sudah bertindak sesuai dengan perintah Yesus.

Saat kita membaca Yak 5:1-6, kita tidak boleh gegabah menghakimi orang-orang kaya. Sebenarnya, kita juga tidak berbeda dengan mereka. Banyak orang Kristen yang juga ingin menimbun harta di bumi. Demi memperkaya diri, mereka melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hati nurani. Sebagai contoh: dusta, penggelapan pajak, pencurian aset perusahaan dsb, supaya mereka bisa memperkaya diri. Semua ini dimotivasi oleh keserakahan kita.Dampak dari mengumpulkan harta di bumi adalah bahwa kita akan mendasarkan jaminan rasa aman kita pada harta duniawi dan iman kita kepada Allah akan semakin berkurang, karena kita semakin bergantung kepada kekayaan yang kita miliki di bumi, apakah kita masih perlu untuk percaya kepada Allah? Banyak orang Kristen, demi menimbun harta untuk jaminan masa depan, sampai mencurahkan segenap waktu dan tenaga bekerja keras memperbesar penghasilan mereka. Mereka tak punya waktu untuk Allah. Yesus menyuruh kita untuk mencari dahulu Kerajaan Allah dan Kebenarannya namun firman tersebut semakin diabaikan. Yang kita pedulikan serta kita kejar adalah rasa aman dan kekayaan duniawi.Yesus berkata bahwa kalau kita mencari kerajaan-Nya dan kebenaran lebih dahulu, maka hal-hal yang kita butuhkan sehari-hari akan disediakan bagi kita.

Bagaimana kita bisa tahu bahwa hal ini benar? Kalau Anda punya banyak kekayaan di bumi, tentu saja anda tidak akan mengalami realitas dari firman tersebut. Malahan, Anda tidak perlu mengalami realitas firman tersebut karena Anda sudah memiliki segalanya.

Carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semua itu akan ditambahkan kepadamu. Mereka yang memilih untuk taat kepada Firman Tuhan dan tidak menimbun harta mendapat berkat dan mampu mengalami realitas Tuhan.

Pendeta Jeremiah

Hargai orang lain, siapapun itu, dan jangan pernah menaruh dendam kepada siapapun. Isi

setiap harimu dengan kebaikan.

Masalah adalah cara Tuhan untuk membuatmu dewasa, jangan lari dari mereka tapi hadapilah.

Hanya mereka yg membuatmu bijaksana.

Apa yang hilang darimu, relakanlah. Jangan mengeluh. Percayalah Tuhan telah

menyediakan yang lebih baik.

Page 13: Renungan Buka Sabat & Aneka Beritagelorafirman.org/wp-content/uploads/REBUSKA-21-FEBRUARI... · Web viewBahkan, orang-orang sekampungnya serta orang Yahudi pada umumnya, sangat membenci
Page 14: Renungan Buka Sabat & Aneka Beritagelorafirman.org/wp-content/uploads/REBUSKA-21-FEBRUARI... · Web viewBahkan, orang-orang sekampungnya serta orang Yahudi pada umumnya, sangat membenci

WILSON’S SOUTH PACIFIC VISIT INCLUDES MEETINGS WITH GOVERNMENT LEADERS, EVANGELISM OUTREACHADVENTIST CHURCH PRESIDENT ALSO HELPS OPEN NEW COLLEGE CAMPUSFebruary 18, 2014 | Port Moresby, Papua New Guinea | Kent Kingston and Jarrod Stackelroth/SPD Record and ANN staff

During a trip to the South Pacific, Adventist Church President Ted N. C. Wilson, right, met with Papua New Guinea Prime Minister Peter O'Neill, left. Wilson also met with opposition leader Belden Namah and Theo

Zurenoc, speaker of Parliament. [photos courtesy SPD Record]

Seventh-day Adventist Church President Ted N. C. Wilson this month visited several countries in the denomination’s South Pacific Division, meeting with government leaders, participating in an evangelism series and speaking at the opening of a new campus of an Adventist College.

Along with his wife Nancy and a delegation of local church officials, Wilson visited Papua New Guinea(PNG), Solomon Islands and Fiji—three countries that comprise approximately 75 percent of the South Pacific Division church membership.

The delegation met with Prime Minister Peter O’Neill, as well as with opposition leader Belden Namah and the speaker of PNG’s Parliament, Theo Zurenoc. 

Namah, an Adventist, later said he was moved by the Bible verse from Romans 12 that Wilson quoted during their discussion, encouraging Namah and his opposition colleagues to refrain from a negative spirit in their work and to instead “overcome evil with good” as they work with the government for the good of the country.

Speaker Zurenoc explained to Wilson his recent orders that a number of traditional carvings be removed from Parliament House. He reiterated his concern that the totem pole in the Great Hall represents immorality and witchcraft and showed the Adventist delegation a concept drawing for a proposed “Unity Pillar” that he hopes will replace it.

With each leader, Pastor Wilson offered spiritual counsel and prayer, thanking the prime minister, in particular, for the religious freedom enjoyed in PNG.

Accompanying Wilson were SPD President Barry Oliver and PNG Union Mission President Leigh Rice.

Wilson was received in PNG with the same protocol offered to a visiting head of state, including security and

Page 15: Renungan Buka Sabat & Aneka Beritagelorafirman.org/wp-content/uploads/REBUSKA-21-FEBRUARI... · Web viewBahkan, orang-orang sekampungnya serta orang Yahudi pada umumnya, sangat membenci

police vehicles escorting the delegation through the streets of Port Moresby.

Prior to Pastor Wilson’s arrival, a series of evangelistic meetings at Port Moresby’s Jack Pidik Park had attracted daily crowds of more than 15,000. The main speaker, Chris Moses, secretary of the Central Papua Conference, offered the pulpit to Wilson for the final three meetings, which included the Sabbath morning service. “It’s good to see that when our world leader comes to Papua New Guinea, he opens the word of God,” said Central Papua Conference President Pastor Kove Tau.

Wilson and the delegation also traveled to Solomon Islands, where they met with Prime Minister Gordon Darcy Lilo. He congratulated the Seventh-day Adventist Church on its 100th anniversary since the denomination’s first missionaries landed on the nation’s shore, a government news release said.

Adventist Church President Ted N. C. Wilson help cut the ribbon to open Fulton College's new campus in Sabeto, Fiji.“Mr. President, this year … marks the 100th Anniversary of the landing of Pastor Griffith Jones and his wife Marion in Solomon Islands,” the Solomon Starreported. Lilo also informed Wilson about the role of Christian churches, including the Adventist Church, in nation building, particularly in the areas of education, health, youth development and spirituality.“I would … like to wish all its members happy celebrations. Most important of all, I pray that God will continue to lead and direct you in the next 100 years,” Lilo said.Wilson told Lilo: “It is the first time for me to be in this part of the world and this is a historic visit for me,” the Solomon Times reported. “I will make sure I inform the Church members worldwide of your wonderful country and people.” 

The Adventist leaders also travelled to Kukudu in

Solomon Islands’ Western Province, the site of the establishment of the first Adventist mission.

The final leg of the trip was to Fiji, where Pastor Wilson officially opened the new campus of 109-year-old Fulton College at Sabeto, on the outskirts of Nadi. Also joining the delegation were Trans-Pacific Union Mission President Glenn Townend and Fiji Mission President Luke Narabe.

The new site—15 minutes from Nadi International Airport—caters to the nearly 60 percent of Fulton’s students who come from other countries.

“Without a well-prepared human mind, the abundance of information available can be a cacophony not a symphony,” said Fiji Education Minister Filipe Bole, speaking at the ceremony. “Your education at Fulton will prepare you to conduct the orchestra of the world’s information.”

Wilson said Fulton was forever indebted to the people of Sabeto for providing land for the facility, the Fiji Times reported.

"This has been given with a lot of love and respect and I commend the people of Sabeto," Wilson said.

INNOVATION KEY TO RELEVANCE IN NEW ‘ATTENTION ECONOMY,’ MEDIA EXPERTS SAY ADVENTIST TECH, COMMUNICATION CONFERENCE HIGHLIGHTS NEED FOR ‘CREATION MINDSET’

February 18, 2014 | Linthicum Heights, Maryland, United States | Elizabeth Lechleitner/ANN

Pushing the boundaries is no longer enough. Seventh-day Adventist tech and media professionals at this year’s Global Adventist Internet Network conference were challenged to leave the boundaries in the rearview mirror or risk becoming irrelevant.  Speaking at morning worship February 13, Pardon Mwansa, a general vice president for the Adventist world church, told hundreds of Web professionals that the “boundary mindset” and the “expansion mindset” are limiting the scope of Adventist mission and ministry. A boundary mindset is throttled by traditions; an expansion mindset is content reimagining those traditions. What’s needed instead, he said, is a “creation mindset.” 

Page 16: Renungan Buka Sabat & Aneka Beritagelorafirman.org/wp-content/uploads/REBUSKA-21-FEBRUARI... · Web viewBahkan, orang-orang sekampungnya serta orang Yahudi pada umumnya, sangat membenci

Author and marketing consultant Martha Gabriel discusses macro and micro tech trends during her

keynote at the 2014 Global Adventist Internet Network conference in Linthicum Heights, Maryland, United

States last week. [photos: Ansel Oliver]

“It’s easier to go where others have already been. But who is it who has improved this world? People who have broken the boundaries,” Mwansa said, citing early explorers, civil rights leaders and tech innovators.“We will not get anywhere with a boundary mindset,” he told 400 GAiN participants meeting at the Conference Center at the Maritime Institute in Linthicum Heights, Maryland, United States. Author and marketing consultant Martha Gabriel amplified that idea in her February 14 keynote, describing what she called “simplicity plateaus,” where an organization stagnates at a level of technology they have mastered.“We can’t stay here. Know the next level you need to conquer,” she said.And, perhaps more importantly, she added, know your audience. In today’s “attention economy,” messages compete for relevance, Gabriel said. “You need to understand what makes your audience’s hearts beat faster. If you are not part of the message they want to hear, you are part of the noise,” she said. Organizations that thrive in the attention economy know that the currency of ideas and information is no longer enough to succeed. “Ideas alone are worthless. What we need now are people who make things happen,” Gabriel said.For Adventist pastor Sam Neves and a development team from the church’s British Union Conference, that meant not waiting for the church to get behind a comic book style trivia game called “Heroes.”The first game for iPhone and iPad designed by Seventh-day Adventist members, “Heroes” was downloaded 3,000 times in the first 48 hours of its release, tripling the

benchmark analysts say a mobile app should meet in its first week to be considered successful. On the final day of GAiN, the Adventist world church Youth Ministries department signed a deal to help support the Android release of “Heroes.”

Pardon Mwansa, a general vice president for the Adventist world church, challenges media professionals to chart a new course for Adventist technology.The game reintroduces players to heroic biblical characters—such as Abraham, David and Esther—while testing their Bible knowledge with quiz questions. Players can compare scores with their friends on Facebook. At GAiN, a demo of the game pitted players from the church’s Trans-European Division with other divisions.“We realized that to bring a sense of identity to a new generation, we needed to remind them of who their heroes are,” Neves said. “And what better way, than to use a medium they are very familiar with?”Indeed, said Daryl Gungadoo, distribution and network engineer for Adventist World Radio Europe, “gamification” is the new frontier and successful companies will find ways to engage their audience with games. He cited an example from Sweden, where a marketing campaign from Volkswagen turned the oft-loathed speed cameras into a lottery, where people who drive the speed limit are automatically entered into a pool to win the fines paid by motorists who speed.  Another presenter challenged the popular adage that “content is king” in social media. Sonja Kovacevic, content manager of LIFEconnect in the church’s Trans-European Division, proposed that instead, “the audience is king.”“[Our audience] prefers to trust someone they know. And they come to know us when we offer useful content. They come to like us when they enjoy our content. And

Page 17: Renungan Buka Sabat & Aneka Beritagelorafirman.org/wp-content/uploads/REBUSKA-21-FEBRUARI... · Web viewBahkan, orang-orang sekampungnya serta orang Yahudi pada umumnya, sangat membenci

they come to trust us when our content is credible, consistent and free,” Kovacevic said. Brazilian businessman and philanthropist Milton Soldani Afonso received this year's NetAward from Adventist Church President Ted N. C. Wilson. Afonso was key in establishing and funding the Adventist Church's use of media outreach in South America. “Even more than his money, his vision for the church in communication and technology has been his greatest contribution,” said Williams Costa Jr., Communication director for the Adventist world church.This year’s GAiN conference also featured a presentation by Antonio Monteiro, who was released last month from a prison in Togo after nearly two years of detainment. Monteiro and four others were imprisoned on charges of conspiracy to commit murder in a case that captured the attention of the Adventist world church.

In December 2012, a social media campaign calling for a day of prayer helped raise awareness of the situation in Togo. Facebook followers interacted with “Pray for Togo” content more than 50,000 times, while the Twitter event hashtag reached more than 7 million users. Later, a Change.org petition to release Monteiro reached more than 60,000 signatures.Monteiro received thousands of Christmas cards during a December 2013campaign to encourage Adventists in prison on false charges and forced to spend the holidays separated from family.

“I told my wife, ‘We will plaster them onto a wall in our home,’” Monteiro said, thanking his world church family for their support during an ordeal he says both tested and strengthened his faith. 

CHURCH CHAT: PARTNERING WITH MAJOR CORPORATIONS, ROMANIA’S LATEST CAMPAIGN AGAINST DOMESTIC VIOLENCE HAS DIFFERENT ANGLE GOLEANU SAYS ADRA’S ‘TRUE MAN’ INITIATIVE SHOWS CARE, LOVING ACTIONSFebruary 18, 2014 | Silver Spring, Maryland, United States | Ansel Oliver/ANN

For years the Seventh-day Adventist Church in Romania has promoted campaigns against domestic violence, but its most recent initiative in the Eastern European country had a new twist—showing good behavior instead of the usual depiction of violence and injuries.

ADRA Romania held a two-month campaign that raised awareness of domestic violence using the symbol of a blue scarf as a gift for men who treat their wives in a loving way. Above, a church member distributes a campaign pamphlet at a mall in Bucharest. [photo

courtesy ADRA Romania]

The Adventist Development and Relief Agency in Romania partnered with Adventist Church organizations, government agencies and corporations to launch a nationwide “True Man”initiative, which began in December and ran through the end of January. 

Organizers chose the symbol of a blue scarf that women would give to a “true man” who showed care and love. The two-month appeal included partnerships with nearly 20 national and local media outlets, as well as posters and some 250,000 pamphlets distributed through partnering retailers. 

The series of several campaigns over the years hasn’t just raised awareness of the issue throughout the nation, it has helped change laws to empower victims and also given the Adventist Church major recognition in a country where it finds itself a little-known minority.

The Adventist Church in Romania is one of many local administrative units that heavily promote messages against domestic violence. The focus saw resurgence after the denomination launched its first official worldwide abuse-prevention initiative in 2001.

In an interview, ADRA Romania director Sorin Goleanu explained why he thinks the benefits outweigh the risks of partnering with outside entitles. The 38-year-old also discussed what he’s learned to do differently since the first campaign and the importance of knowing when to use professional help. 

Edited excerpts:Adventist News Network: Why did you think it was beneficial to show kind behavior instead of the usual method of depicting domestic violence?

Page 18: Renungan Buka Sabat & Aneka Beritagelorafirman.org/wp-content/uploads/REBUSKA-21-FEBRUARI... · Web viewBahkan, orang-orang sekampungnya serta orang Yahudi pada umumnya, sangat membenci

Sorin Goleanu: All other campaigns against domestic violence use specific violent words, sounds and images in order to transmit their message. Basically they show a constant re-victimization—the victims are always placed in humiliating situations, and men, in general, are portrayed as permanent aggressors. We think these generalizations bring damage both to the victims and to the general confidence in men as sensitive human beings interested in the well-being of their family.

ANN: How do you know this kind of message is needed?

Goleanu: According to data received from the national emergency number 112 (the equivalent of 911 in the U.S.), from January 1, 2012, until October 9, 2013, there were almost 140,000 confirmed cases of domestic violence nationwide. Unfortunately, these data do not necessarily reflect reality—many cases of violence remain unreported for various reasons such as shame, fear of being left without economic support, cultural and religious pressure, the victim is convinced that it was her fault or that it is an isolated case.

ANN: What has ADRA Romania done in previous campaigns?

Goleanu: There was one that featured Romanian boxing champion Leonard Doroftei and the slogan “You like to hit? Choose the right opponent!” Another one had the slogan “Shut out loud!,” in order to encourage women who are abused to take action and notify the authorities.

ANN: How have you built on the momentum of previous campaigns?

Goleanu: From our point of view, even each of our preceding campaigns was a success and helped us, image-wise, become the most visible organization among those who address this problem. This year’s campaign surpassed even our own expectations. And when I say this I’m referring specifically to our partnerships: Carrefour is one of the most important retailers in the country, with millions of customers every day. SanoVita is the biggest health-food company in Romania. They signed a strategic partnership with us, and they have on all their products stickers with ADRA Romania’s projects.

ANN: What was the reaction?

Goleanu: Three national television networks chose to double the broadcasting period—up to two months—and

the TV spot was seen daily by millions of Romanians. Really, the reactions were amazing. Representatives of many public institutions, and, also, many people from the public had only nice words to say. For example, two partner institutions, City Hall of Bucharest and the Bucharest Police, said, “We are proud that we are your partners in such a big campaign against domestic violence.”

ANN: Are there any plans for similar campaigns in the future?

Goleanu: Certainly! All our actions must be supported by actual work as well as promoting an image. We are involved and interested in getting into society. Sure, not all of our campaigns have the same level because they have different audiences. In a few days we will launch a new campaign to raise 2 percent—in Romania, each employee can choose a direction for 2 percent of their total income tax. In previous years, because of our promotion of the issue, our revenues tripled for this initiative.

ANN: What have you learned over the years regarding how to make your campaigns more effective? In other words, what do you wish you would have known the first time you did this?

Goleanu: I learned that it is best to be professionals and to aim higher. Of course we’re grateful for our volunteers and it’s important to mobilize them, but in some areas you really need professionals. Sure, it costs more, but the benefits are much higher in the end. We know how to be thrifty, to save, but never save in quality or trust in God. Also, we are usually more inclined to keep work inside the church, but we chose to go outside the church much more. Though it could have been dangerous, and some people were suspicious, God has helped us to prove the contrary. Now we have numerous partnerships with major institutions and large companies. That allows us to invest more in the development of people and society without weighing down the church and to maintain serious partnerships with the society in which we live

Page 19: Renungan Buka Sabat & Aneka Beritagelorafirman.org/wp-content/uploads/REBUSKA-21-FEBRUARI... · Web viewBahkan, orang-orang sekampungnya serta orang Yahudi pada umumnya, sangat membenci

PETUNJUK ALKITAB DALAM MEMBERIOLEH BREDLY SAMPOUW

TK RSA BANDUNG

i dalam Alkitab diberikan banyak contoh bagaimana memberi dan Tuhan mengharapkan kita untuk memberi,

memberi dengan sukacita, memberi dengan limpah serta memberi bukan dengan paksa tetapi dengan sepenuh hati, itulah landasan utama hal memberi. Berikut ini 7 landasan utama bagaimana kita memberi : (Sediakan Alkitab untuk membaca ayat-ayat)

D

1. Melalui Karya AnugrahNya: Melalui hubungan dengan Dia, memberi merupakan hasil karya anugrah Tuhan dalam hidup sehingga itu menghasilkan komitmen hidup seseorang pada Tuhan dengan pemberian yang mengalir keluar dari komitmen itu (2 Kor. 8:1-2, 6-7; 9:9-11).

2. Dalam Iman: Dia telah berjanji untuk mencukupi seluruh kebutuhan kita; pemberian kita tidak akan membuat kita kekurangan (2 Kor. 9:7; Fil. 4:19).

3. Dengan Memiliki Tujuan: Kita memberi dengan perencanaan yang seksama dan dibawa dalam doa. “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya” (2 Kor. 9:7).

4. Secara Teratur: “Dihari pertama setiap minggu” menolong untuk mendorong ketekunan dan disiplin dalam memberi. Ini menciptakan konsistensi dan keteraturan yang menyatakan niat kedalam tindakan (1 Kor. 16:2).

5. Secara Pribadi: “Biarlah setiap kamu” memenuhi kebutuhan setiap orang percaya dengan membuat pemberian sebagai tanggung jawab pribadi yang diberikan Tuhan (1 Kor. 16:2).

6. Secara Sistematis: “sisihkan dan simpan” menimbulkan kebutuhan untuk memiliki metode atau system dimana uang untuk pekerjaan Tuhan secara khusus disisihkan, disimpan untuk diberikan, sehingga tidak digunakan untuk hal lain (1 Kor. 16:2).

7. Secara Proporsional: Dalam Perjanjian Baru, menyisihkan sebagian untuk diberikan (sebagai persepuluhan) telah digantikan oleh prinsip anugrah pemberian, secara sukarela, bertujuan, dan proporsional. Standar baru sekarang ini adalah “sesuai berkatNya” (1 Kor. 16:2), “memberi menurut kemampuan mereka” (2 Kor. 8:3), “Sebab jika kamu rela

Page 20: Renungan Buka Sabat & Aneka Beritagelorafirman.org/wp-content/uploads/REBUSKA-21-FEBRUARI... · Web viewBahkan, orang-orang sekampungnya serta orang Yahudi pada umumnya, sangat membenci

untuk memberi, maka pemberianmu akan diterima, kalau pemberianmu itu berdasarkan apa yang ada padamu, bukan berdasarkan apa yang tidak ada padamu. Sebab kamu dibebani bukanlah supaya orang-orang lain mendapat keringanan, tetapi supaya ada keseimbangan. Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan.…” ( 2 Kor. 8:12-15, Mark 12:41-44), dan “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan” (2 Kor. 9:7).

Kepada Siapa Kita Harus Memberi?

1. Gereja “Dan baiklah dia, yang menerima pengajaran dalam Firman, membagi segala sesuatu yang ada padanya dengan orang yang memberikan pengajaran itu” (Gal. 6:6; . juga 1 Tim. 5:17-18). Jika gereja local akan membentuk pusat pelayanan keluar, maka sudah sewajarnya jika itu menjadi prioritas pertama anda dalam memberi.

2. Organisasi dan Individu. Ini termasuk misi, kelompok para-church dan individu yang terlibat dalam pelayanan ini (3 John 5-8).

3. Sesama Orang Percaya yang Membutuhkan. Mereka yang tidak mampu menyokong diri sendiri atau yang menghadapi masalah serius harus ditolong sebisa mungkin. Mereka yang menolak bekerja jangan didukung (1 John 3:17; Jam. 2:15-16; Gal. 6:10; Heb. 10:33-34; 13:1-3 with 2 Thess. 3:6-10).

4. Orang Belum Percaya yang Membutuhkan. Prioritas pertama kita adalah mereka yang seiman, tapi kita juga menjangkau orang lain yang membutuhkan sebisa mungkin (Gal. 6:10).

Pemberian yang Proporsional

Apa artinya memberi secara proporsional? Bagaimana itu menentukan berapa banyak yang harus diberi? Sangat mudah menentukan sepuluh persen dari seluruh jumlah pendapatan kita sebulan. Tetapi berapa banyak pemberian proposional itu? Apakah “sekehendak hatinya,” atau “sebanyak dia diberi,” atau “semakmurnya dia,” atau “jika ada kemauan maka baiklah memberi menurut apa yang didapat …” Sebanyak apa itu?

1. Itu bukan suatu jumlah tertentu, atau persentase tertentu, tapi suatu proporsi didasarkan atas apa yang dimiliki seseorang, kebutuhan seseorang, dan kebutuhan orang lain, termasuk pekerjaan Kristus atau pelayanan gereja lokal.

2. Mereka yang memiliki sedikit juga memberi semampu mereka (2 Kor. 8:2-3).

3. Mereka yang tidak memiliki apapun, jika ada kerelaan, tidak diharapkan memberi apapun (2 Kor. 8:12).

4. Mereka yang kurang (kebutuhan pokok) akan menerima dari mereka yang lebih sehingga ada keseimbangan (2 Kor. 8:13-15). Ini bukan socialism atau komunisme yang memaksa dan mengusahakan adanya kesamaan diluar keragaman lingkungan dalam bekerja, bakat, dan insentif pribadi (cf. 2 Tim. 6:17f).

5. Tuhan tidak meminta mereka yang memiliki banyak untuk menjadi miskin atau membebadi mereka yang kaya (2 Kor. 8:13). Keseimbangan yang dinyatakan dalam pemberian yang proporsional ada 2 sisi: (a) Meliputi bantuan untuk menolong orang yang membutuhkan sampai mereka mampu secara keuangan melalui bekerja (Eph. 4:28; 2 Thess. 3:10-15). Kita tidak memberi sehingga orang lain bisa hidup enak atau memiliki standar hidup yang sama dengan semua orang. (b) Ini menciptakan keseimbangan dalam pengertian bahwa mereka yang kurang memberi sesuai kemampuan demikian juga yang mampu sesuai dengan kemampuannya.

6. Mereka yang berkelimpahan harus kaya dalam pekerjaan baik, mereka harus

Page 21: Renungan Buka Sabat & Aneka Beritagelorafirman.org/wp-content/uploads/REBUSKA-21-FEBRUARI... · Web viewBahkan, orang-orang sekampungnya serta orang Yahudi pada umumnya, sangat membenci

menggunakan kelimpahannya dengan bebas untuk Kristus (2 Kor. 8:14; 2 Tim. 5:17-18).

7. Kemakmuran yang meningkat janganlah menghasilkan standar hidup yang terus meninggi, atau pengeluaran yang percuma,tapi peningkatan dalam memberi, tidak hanya jumlah tapi dalam persentase. Jika orang percaya masa kini berkomitmen pada pemberian yang proporsional, banyak orang yang akan memberi lebih dari sepuluh persen. Statistik menunjukan, sebagian besar orang percaya memberi kurang dari 3-5 persen.

Definisi Pemberian yang Proporsional

Pemberian yang proporsional adalah pemberian yang sesuai dengan berkat Tuhan, sebagai pelayan yang ingin menginvestasikan hidupnya dalam kekayaan surgawi. Pemberian yang proprosional tidak berarti memberi lebih, tapi memberi sebagian besar dari pendapatan seseorang—bagian terbesar diberikan untuk pekerjaan Tuhan.

Dalam Pemberian yang Proporsional:

1. MOTIF KITA dalam memberi adalah berkat Tuhan, untuk meningkatkan buah dan mendatangkan kemuliaan bagi Tuhan (2 Kor. 9:8-15).

2. UKURAN KITA dalam memberi adalah berkat material dari Tuhan (1 Kor. 16:2).

Janji Tuhan untuk Pemberi yang Murah Hati

Lukas 16:10-11: Umumnya, Tuhan tidak mempercayakan kekayaan yang lebih banyak pada kita sampai kita terbukti setia dengan apa yang kita punya sekarang.

2 Korintus 9:8-11: Pemberian kita tidak akan membuat kita kekurangan; Tuhan tidak saja menyediakan apa yang telah kita berikan, tapi dia akan meningkatkan kemampuan kita dalam memberi saat kita memberi dengan limpah.

Tujuannya disini bukan untuk meningkatkan kekayaan pribadi.

Marilah kita memberi secara sistimatis dan teratur, terencana untuk Tuhan dengan demikian pemberian kita menjadi berkat baik untuk orang lain yang menerima terlebih untuk kita pemberi. Didalam memberi kepada Tuhan kita tidak harus mewngjhitung-hitung untung ruginya, karena pemikliran seperti itu bukan jadi berkat tetapi laknat. Ketika kita menerima Anugerah Tuhan dan keselamatan, tuhan tidak menghitung untung rugi tetapi Kasihlah yang menjadi landasan utama. Mari kita memberi dengan hati yang tulus untuk Tuhan. “Lebih berkat memberi daripada menerima”

BREDLY SAMPOUW

Page 22: Renungan Buka Sabat & Aneka Beritagelorafirman.org/wp-content/uploads/REBUSKA-21-FEBRUARI... · Web viewBahkan, orang-orang sekampungnya serta orang Yahudi pada umumnya, sangat membenci

MAZMUR 95:11

"Sebab itu Aku bersumpah dalam murka-Ku: 'Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku.' " Kita meyakini bahwa setiap orang percaya pasti mengalami proses pembentukan dari Tuhan, dan bahwa pembentukan Tuhan itu selalu mendatangkan kebaikan bagi kita. Namun yang sering membuat kita bertanya tanya: mengapa Tuhan begitu lama membentuk kita? Kita merasa sudah tidak kuat lagi.

Sesungguhnya lama tidaknya proses itu sangat bergantung dari respons kita sendiri atau kesediaan kita dibentuk oleh Tuhan. Contohnya bangsa Israel harus mengalami pembentukan dari Tuhan dalam waktu yang sangat lama yaitu 40 tahun. Bagaimana mungkin? Apakah Tuhan tidak sanggup membentuk mreka dengan cepat?

Bangsa Israel harus mengalami proses pembentukan yang lama oleh karena kesalahan mereka sendiri: tidak taat dan memberontak kepada Tuhan. Jadi akar masalahnya ada pada mereka sendiri. Bangsa Israel adalah bangsa yang keras hati (tegar tengkuk) padahal mereka telah melihat dan mengalami perbuatan-perbuatan ajaib Tuhan. Tidak hanya itu, mereka juga

suka bersungut-sungut dan mengeluh. Dari mulut mereka tidak pernah keluar ucapan syukur.

Karena itu, berhentilah bersungut-sungut! Semakin kita sering bersungut-sungut kita pun akan semakin dalam dibentuk oleh Tuhan, dan pastilah pembentukan itu sakit. apa pun yang saat ini terjadi belajarlah mengucap syukur, sebab apa yang dikerjakan Tuhan bagi kita itulah yang terbaik buat kita.

Sadarilah bahwa pembentukan itu membutuhkan waktu, dan ketika kita sabar menantikan waktu Tuhan kita pun akan menerima berkat dan mujizat-Nya.

Tuhan memberkati kita.

LORAN NAPITUPULUTK MEDAN

BUTUH WAKTU DALAM PROSES PEMBENTUKAN

Page 23: Renungan Buka Sabat & Aneka Beritagelorafirman.org/wp-content/uploads/REBUSKA-21-FEBRUARI... · Web viewBahkan, orang-orang sekampungnya serta orang Yahudi pada umumnya, sangat membenci

PEMUDA ADVENT GABUNGAN SE KOTA MEDAN

DILAPORKAN OLEH: FRIENDLY DEJAVU PURBA, TK MEDAN

MEDAN [KADNET] – Sebagai persembahan terakhir dari Pengurus BAKORPASM (Badan Koordinasi Pemuda Advent Senior Medan) periode 2012-2013 sekaligus merayakan hari kasih sayang diantara Pemuda Advent Medan, maka tanggal 15 Februari 2014 diadakanlah acara Pemuda Advent Gabungan Se Kota Medan di GMAHK William Iskandar. Bila PAG sebelumnya bertema “MEDAN GOT A TALENT IN GOD”, PAG kali ini mengambil tema “RAHASIA MEMPERTAHANKAN CINTA DAN PASANGAN”.

Acara PAG kali ini berbentuk talk show yang menghadirkan tiga keluarga (suami dan istri) untuk memberikan pengalaman kehidupan cinta dalam keluarga masing-masing. Narasumber yang pertama adalah Kel

Frengky Harianja, selanjutnya Kel Jekson Napitupulu dan yang terakhir Kel Loran Napitupulu.Talkshow ini langsung dipimpin oleh Wenny Simatupang, yang sangat piawai dalam menggali informasi. Dari pengalaman ketiga keluarga ini dapat diambil kesimpulan bahwa rahasia dalam mempertahankan cinta dan pasangan adalah komitmen yang sungguh sungguh dalam memberikan waktu khusus setiap hari bersama pasangan, menyelesaikan masalah secepat mungkin, dan selalu mendoakan pasangan setiap hari. Ditengah-tengah acara talkshow diadakan kuis mengenai makna cinta menurut pemuda, dan persembahan lagu pujian dari PA Teladan, ABC Voice, Crosby Silaban dan PA William Iskandar.

Pdt. BH Panjaitan dan Pdt. Sembi Naibaho juga hadir dan memberikan pengalaman mereka ketika masih muda. Akhirnya Pdt. Des Han Lingga sebagai Dir. Pemuda DSKU memberikan ulasan Firman Tuhan tentang perbedaan cinta dan suka dalam kebaktian tutup Sabat sekaligus kesimpulan akan pembahasan di PAG ini.

Page 24: Renungan Buka Sabat & Aneka Beritagelorafirman.org/wp-content/uploads/REBUSKA-21-FEBRUARI... · Web viewBahkan, orang-orang sekampungnya serta orang Yahudi pada umumnya, sangat membenci

Seusai acara PAG, diadakanlah rapat BAKORPASM untuk memilih pengurus periode 2014-2015 yang langsung dipimpin oleh Pdt. Des Han Lingga. Sesudah diskusi yang a lot, terpilihlah pengurus yang baru yang diketuai oleh Feris Tampubolon menggantikan Friendly Purba yang telah 2 tahun menjabat.Kiranya dengan kepengurusan yang baru ini, semangat penginjilan orang muda akan semakin meningkat sehubungan dengan program Medan City Evangelism. Selamat untuk Pengurus BAKORPASM yang baru dan selamat bertugas.

SABAT GABUNGAN DISTRIK DI KOTA MEDAN

DILAPORKAN OLEH: FRIENDLY DEJAVU PURBA, TK MEDAN

MEDAN [KADNET] – Sebuah kebaktian khusus dan special tercipta pada hari Sabat tanggal 15 Februari 2014 karena Pimpinan dan Staff Daerah Sumatera Kawasan Utara full team melayani mulai dari Jumat sore hingga Sabat sore. Kota Medan yang terdiri dari 8 distrik, mengadakan kebaktian Vesper dan Sabat Gabungan di empat lokasi berbeda. Distrik Medan Pusat dan Medan Utara, berbakti di Jemaat Veteran. Distrik Medan Barat dan Medan Baru, berbakti di Taman Doa Sola Gratia Pancur Batu. Distrik Medan Selatan dan Medan Tamora, berbakti di Aula Perguruan Parulian I dan Distrik Medan Timur dan Medan Labuhan, berbakti di Jemaat William Iskandar.

Acara Sabat gabungan ini merupakan strategi dari Daerah dalam hal penyampaian program penginjilan kepada jemaat-jemaat di Kota Medan yang dalam hal ini Medan City Evangelism. Penyampaian materi melalui bentuk seminar maupun dialog interaktif telah dimulai di Kebaktian Buka Sabat, di lanjutkan kembali pada Siang Sabat sesudah acara kebaktian khotbah selasai. Tidak bosan bosannya Pimpinan dari Daerah untuk mengajak jemaat untuk terlibat aktif dalam Medan City Evangelism ini karena sebelumnya sudah diadakan Kebaktian Gabungan sekota Medan di Gedung Pertemuan Advent Medan tanggal 21 Desember 2013 dan Pertemuan Majelis Gereja Se Kota Medan tanggal 18 January 2014. Mari doakan acara besar yaitu Medan City Evangelism ini supaya benar-benar dapat berjalan sesuai dengan target. Baik Daerah, Gembala Distrik maupun anggota jemaat dapat bersinergi dan bersatu hati untuk memajukan pekerjaan mulia ini. Amin

KESAKSIAN HIDUP ZORO SINAGA

DILAPORKAN OLEH FRIENDLY PURBA, TK MEDAN - DEPT. KOMUNIKASI JEMAAT PADANG BULAN MEDAN

MEDAN [KADNET] - Nama saya Zoro Sinaga, saat ini saya mau bersaksi bagaimana saya menenemukan kebenaran dalam kehidupan saya.

Saya anak ke 10 dari 11 bersaudara. Saya lahir tanggal 30 Agustus 1990 di keluarga Kristen yang beribadah setiap hari Minggu. Saya besar di Samosir sampai saya lulus SMK. Tahun 2008 sesudah saya tamat SMK, saya pergi merantau ke tempat yang jauh dari orang tua. Disana saya mendapat pekerjaan yang cukup baik. Hari lepas hari, saya mulai ikut-ikutan minum minuman keras, merokok, bahkan mengkomsumsi narkoba. Semakin lama kebiasaan buruk ini semakin mendalam lebih dari 2 tahun. Saya seorang Kristen

Page 25: Renungan Buka Sabat & Aneka Beritagelorafirman.org/wp-content/uploads/REBUSKA-21-FEBRUARI... · Web viewBahkan, orang-orang sekampungnya serta orang Yahudi pada umumnya, sangat membenci

seperti yang dijalani oleh orang tua saya, tapi Kristen itu sendiri saya tidak mengerti dan jalani.

Hingga pada suatu malam, saya bertanya dalam hati saya, Kok hidup ini begini-begini saja, rasanya membosankan dan terasa hampa. Seketika saya melihat Alkitab di kamar dan membaca isi dari Alkitab itu. Sambil membaca Alkitab, saya mulai bertanya-tanya lagi, mengapa saya bisa bernafas, bergerak, merasakan sesuatu, mengapa saya ada dan untuk apa saya diciptakan. Saya mulai berdoa untuk meminta jawaban atas pertanyaan saya. Setelah malam itu, setiap hari sayapun belajar sendiri dari Alkitab, belajar untuk memberikan hati dan pikiran sepenuhnya kepada Tuhan. Pada pada pertengahan tahun 2013, saya putusakan untuk pulang kembali ke rumah orang tua saya di Samosir. Disana saya lebih giat lagi dalam belajar akan Firman Tuhan disamping membantu orang tua saya di ladang, dan pergi ke gereja setiap hari minggu bersama orang tua saya.

Setiap saya belajar Firman Tuhan, saya merasa dipuaskan dan merasakan perbedaan dalam hal pemikiran dan persaaan hati dari yang sebelumnya.

Sedikit demi sedikit saya mulai bisa mememahami arti hidup saya. Dan akhirnya saya bisa berhenti merokok, minum minuman keras, dan menkonsumsi narkoba. Saya percaya itu semua karena kuasa Tuhan Yesus yang bekerja dalam diri saya.Hingga pada bulan Desember 2013, sepupu saya di Medan menawarkan kepada saya pekerjaan, saya pun menerima dan berangkat ke Medan. Disana saya tinggal di rumah Bibi saya bersama sepupu saya ini. Saya sangat bersuka cita dan berterima kasih kepada Tuhan karena saya telah mendapatkan pekerjaan lagi. Ini membuat saya semakin bersemangat dan kerinduan saya untuk belajar Firman Tuhan semakin tinggi.

Suatu hari, saya menemukan dan membaca sebuah buku di rumah bibi saya ini. Satu buku rohani yang berjudul “Ketika Sang Pencipta berkata Ingatlah Hari Sabat” yang di tulis oleh Mark A Finley. Buku ini bukan hanya membuat saya belajar memahami hari tentang hari Sabat, tetapi juga membuat saya mengerti adanya perubahan hukum Allah yang dilakukan Iblis melalui manusia. Setelah membaca buku ini, saya mulai berfikir berarti SABAT yang biasa saya kuduskan itu ternyata tidaklah tepat karena saya menguduskan hari Minggu, sedangkan SABAT yang dijelaskan buku ini adalah hari Sabtu. Karena saya ingin kebenaran yang sebenarnya, saya bawa pergumulan saya ini dalam Doa, supaya Tuhan yang menyertai dan memberikan hikmat kepada saya.Pada saat itu juga, saya memutuskan dan niatkankan untuk menguduskan hari Sabat yaitu Sabtu. Kemudian saya menanyakan kepada sepupu saya apakah ada di sekitar tempat tinggal kami orang Kristen yang bergereja pada hari Sabtu. Dari sepupu saya ini saya mendapatkan alamat sebuah Gereja Advent yang tidak jauh dari tempat tinggal saya.

Pada hari Sabat di pertengahan Desember saya datang pergi ke Gereja Advent untuk pertama kali dalam hidup saya. Saya disambut dengan ramah, dan saya melihat mereka sangat bersukacita menyambut saya. Dalam acara perbaktian, saya merasakan kehadiran Tuhan dalam hati saya untuk meyakinkan bahwa inilah Gereja yang benar.Tidak lama sesudah itu, di hari Sabat tanggal 18 Januari 2014, akhirnya saya menerima kebenaran Sabat dengan menerima acara Baptisan yang Kudus oleh Pdt. Bagio Herikusnanto di Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Jemaat Padang Bulan Medan.Secara pribadi, saya merasakan berkat setiap saya menguduskan dan masuk ke perhentian yang di tetapkan Allah yaitu hari Sabat, karena Tuhan Allah juga memberkati hari itu, yang juga merupakan salah satu dari 10 Hukum Taurat. Saya sangat bersukacita di dalam Tuhan karena saya menjadi orang yang melakukan

Page 26: Renungan Buka Sabat & Aneka Beritagelorafirman.org/wp-content/uploads/REBUSKA-21-FEBRUARI... · Web viewBahkan, orang-orang sekampungnya serta orang Yahudi pada umumnya, sangat membenci

perintah Tuhan meskipun banyak ujian yang saya hadapi. Banyak janji Allah yang menjadi pedoman hidup saya dan saya percaya janji-janji itu akan suatu hari akan menjadi bagian hidup saya.

Inilah sedikit kesaksian hidup saya, dan saya berharap supaya saudara-saudara sekalian mendoakan saya supaya saya tetap setia sampai Tuhan yang kedua kali. Kiranya Tuhan menyinari dengan wajahnya dan memberi kita kasih karunia serta damai sejahtera. Amin.

SEMINAR KEUANGAN(PERAN BENDAHARA JEMAAT DALAM

TRANSPARANSI KEUANGAN DAN MEMOTIVASI KESETIAAN UMAT)

PALEMBANG, 13 – 15 FEBRUARI 2014DILAPORKAN OLEH: VICTOR JOE SINAGA, KOMUNIKASI DSKS – PALEMBANG

PALEMBANG, DSKS [KADNET] – Untuk pertama kali dalam beberapa tahun ini diselenggarakan Seminar Keuangan untuk para pemimpin gereja dan secara khusus untuk para bendahara jemaat di Daerah Sumatera Kawasan Selatan. Acara penting ini diadakan pada tanggal 13-15 Februari yang lalu di Gedung GMAHK Jemaat Ratna Palembang. Peserta yang hadir ialah para Bendahara, Ketua dan beberapa Gembala jemaat yang datang dari berbagai tempat di Daerah ini. Mengingat betapa pentingnya pertemuan ini, Pimpinan dari kantor Uni dalam bidang keuangan telah mempersiapkan para pembicara dan motivator untuk hadir dalam pertemuan kali ini. Tercatat ada 6 orang narasumber :- Bapak BF. Sihotang (Bendahara UIKB)- Bapak R. Doloksaribu (Wakil Bendahara UIKB)- Bapak Tatang Sumardhie (Auditor UIKB)- Bapak Tekjon Naibaho (Programer/Awam)- Bapak R. Manurung (Motivator/Awam)- Ibu M. Manurung (Motivator/Awam) Dalam sesi pembukaan, Pdt. E. Simanjuntak (Ketua Daerah) mengucapkan terimakasih kepada seluruh peserta yang sudah hadir dan teristimewa kepada para narasumber yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan pelatihan kepada para peserta seminar. Dalam renungan pembukaan acara, mengajak seluruh pemimpin jemaat dan para bendahara untuk tetap mengikuti segala aturan dan petunjuk yang ditetapkan oleh oraganisasi untuk tujuan memaksimalkan kemajuan roda pelayanan organisasi dalam bidang keuangan.

Ucapan selamat datang kepada para narasumber ditandai dengan penyematan ‘tanjak’ khas Palembang.

Satu hal yang menarik dari pertemuan ini, melalui Bapak Tekjon Naibaho para peserta diperkenalkan dengan satu sistem pencatatan dan pelaporan keuangan jemaat oleh bendahara, yang tentu membutuhkan waktu untuk beradaptasi mempelajari dan memahami program tersebut.

Pada hari Sabat diadakan kebaktian gabungan se-kota Palembang, dan para narasumber memberikan pelayanan yang baik sepanjang kebaktian dari Sekolah Sabat sampai jam khotbah. Bapak BF. Sihotang menyampikan firman Tuhan di acara khotbah, dan mengajak semua umat untuk tetap setia dalam pelayanan di jemaat dan terus berharap kepada Allah sebagai sumber berkat bagi setiap rumah tangga umat-umat Tuhan. Seminar masih di lanjutkan pada sore hari sampai acara tutup Sabat yang dibawakan oleh Bapak R. Doloksaribu dan Bapak BF. Sihotang.

Ada banyak pengalaman baru yang didapatkan para peserta selama mengikuti seminar ini, selain materi pembahasan yang relevan serta pelatihan singkat yang diberikan juga melalui ramuan pembahasan dan kesaksian dari berbagai tempat memotivasi pendengar untuk lebih giat lagi melakukan tugasnya. Harapannya, agar ketika para bendahara dan pemimpin jemaat ini kembali ke tempatnya akan membawa satu pengaruh dan perubahan yang baik di jemaat masing-masing.

Page 27: Renungan Buka Sabat & Aneka Beritagelorafirman.org/wp-content/uploads/REBUSKA-21-FEBRUARI... · Web viewBahkan, orang-orang sekampungnya serta orang Yahudi pada umumnya, sangat membenci

PELAYANAN GMAHK JEMAAT GRACIA MAGETAN KE GMAHK

JEMAAT BANARAN KEDIRIDILAPORKAN OLEH: DALE D. SOMPOTAN, TK MADIOEN

KEDIRI [KADNET] - Sabat 8 Februari 2014 GMAHK Gracia Magetan mengadakan kunjungan Pelayanan ke GMAHK Banaran Kediri, dengan 4 kendaraan meluncur ke Kota Kediri yang berjarak lebih kurang 3 jam perjalanan dari Magetan dan Madiun.

Tiba dengan selamat dan disambut dengan hangat oleh Jemaat Banaran Kediri, pelayanan Sabat diambil oleh Jemaat Gracia, Diskusi pelajaran SS disatukan oleh Pdt. Djoko Sukatno.Kemudian kotbah dibawakan oleh Ibu Eliyanawati Jinawan - Sekretaris Jemaat Gracia Magetan, didampingi oleh Ibu Ning dan Ibu Candra. Selesai Kebaktian Sabat sedikit penyampaian mengenai terbentuknya GMAHK

Banaran pada tahun 2010 yang lalu disampaikan oleh Ketua Jemaat Bpk. Sunartedjo.

Page 28: Renungan Buka Sabat & Aneka Beritagelorafirman.org/wp-content/uploads/REBUSKA-21-FEBRUARI... · Web viewBahkan, orang-orang sekampungnya serta orang Yahudi pada umumnya, sangat membenci

Dan pertemuan siang itu diakhiri dengan ramah tamah bersama dengan menu istimewa yang sudah disediakan oleh Jemaat Banaran, Jemaat Gracia sendiri setelah Kebaktian Sabat beranjak menuju Puhsarang untuk menikmati keindahan alam ciptaan Tuhan di wilayah pegunungan tersebut.

Page 29: Renungan Buka Sabat & Aneka Beritagelorafirman.org/wp-content/uploads/REBUSKA-21-FEBRUARI... · Web viewBahkan, orang-orang sekampungnya serta orang Yahudi pada umumnya, sangat membenci

anganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini

Allahmu;JAku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengantangan kanan-Ku yang membawa kemenangan, Yesaya 41:10.

Tentunya kita sebagai umat percaya sangat senang karena mendapat janji yang pasti dari Tuhan kita Yesus Kristus, apakah lagi yang harus ditakutkan dan membuat kita bimbang, Dia begitu baik bagi kita, sepanjang satu minggu bekerja kita sudah melewati berbagai hal baik senang ataupun sedih, baik untung ataupun rugi.

Memasuki Sabat yang indah ini, marilah kita tetap teguh percaya kepada-Nya, merenungkan kasih Tuhan kepada kita, bersekutu dengan-Nya dan menikmati hadirat-Nya.

Selamat Hari Sabat.

Tuhan Yesus Memberkati. Amin.

MEILINE

Page 30: Renungan Buka Sabat & Aneka Beritagelorafirman.org/wp-content/uploads/REBUSKA-21-FEBRUARI... · Web viewBahkan, orang-orang sekampungnya serta orang Yahudi pada umumnya, sangat membenci

TEAM KADNET INTERNATIONAL 2013

Los Angeles, CA: Eric Sumanti; Highland, CA: Roger Tauran; Torrance, CA: Jerry Kiroyan; Seattle, WA: Glen Walean, Eddie E. Saerang, Hendrik Padmasana, Jobby Nelwan; Toledo, Ohio: Lina Cantwell; Thousand Oaks, CA: Lim T. Swee; Laguna, CA: Kenneth Mambo, Ferdie Santosa; New Jersey, NJ: Frederik Wantah, Roosye Mawuntu; San Bernardino, CA: Blihert Sihotang; Denver, CO: Megawaty Waworuntu Nielson Assa, Eli Waworundeng, Wayne Rumambi; Riverside:  Harry Legoh SSD & Manila, Philippines:, Yane Sinaga; AIIAS, AUP & Manila: S Sonny Situmorang,Sydney, Australia: Irma Hill; Bangkok, Thailand: Sam Carolus; Africa: Max Langi; Jakarta: Peggy Iskandar-Wowor, Wilhon Silitonga, Bonar Panjaitan, Samuel Pandiangan, Ivan Kembuan, Erick Tumetel, Willy Wuisan, Early Hutapea, Dewi Muskita, Christo Tambingon, Ramlan Sormin, Stevanus Wijaya, Jannus Hutapea, Amir Manurung, Handry Sigar, Sondang Panjaitan-Sirait, Edison Mawikere, Wisyanti Siahaan, Lorraine Lesiasel, Stance Triwandono-Mambu, Arieta Pulumahuny, Ketty Sunarto, Gunawan Tjokro, Muriel Siagian, Ronie Panambunan, Michael Mangowal, Leonora Manullang, May Linda Manurung, Joice Manurung, Ricky Lomboan, Harry Legoh, Philips Marbun, Marvin R. Sigar, Joe Laluyan, Alvin Lumbanraja, Melati Silalahi, Lianto Napitupulu, Frankie Tambingon, Dolly Rumagit, Yoshen Danun, Eldrin Kumendong, Donald Weley, Randolp Glamond Manurung, Bruce Sumendap, David Panjaitan, Richard Tamba; Franklin Tambunan, Edmund Situmorang, Dave Sampouw, Jerry Karundeng, Reuben Supit; Janette Sepang, Medan:  Loran Napitupulu; Friendly Purba, Pematang Siantar: Rudolf W. Sagala; Richard Sabuin, Riau: Melvin Simatupang, Christian Sihotang, Royke Sundalangi;Kepulauan Riau: Joy Sitompul, Donly Sinaga; Palembang, Sumatera Selatan: Lin Saputra, Dickson Simanungkalit, Pdt. Victor Sinaga; RSA Bandung: Reynold Malingkas, Bradly Sampouw, Indra Malingkas; UNAI, Bandung: Iim Heriyana, Albinur  Limbong, Elmor Wagiu, Nelson Pandjaitan, Josua Tobing; Franklin Hutabarat; IPH, Bandung: Roy Hutasoit; Bandung: Athinson Naibaho, Nico Simbolon;  Cimahi: Denny Kalangi, Albert Marbun; Batam: Jonathan Wagiran, Jones Napitupulu, Hadi Waluyo; Solo: Ari Palgunadi; Salatiga: Wiendy Kusuma;Jawa Tengah: Supriyono Sarjono;  Jatim: Henky Wijaya, Dale Sompotan, Fabyo Rumagit; Surabaya: Henky Wijaya, Kristiyono Sarjono, Jerry Wauran, Hendra Kurniawan; Denpasar, Bali: Bobby Lalamentik; Nusa Tenggara: James Ulyreke;  Balikpapan: Adiat Sarman, Yance Pua, Larry Martosiswoyo, Ronald Setiobowo, Meilien Langi; Bontang: Robby Tengor; Manado: Boldwin Sampouw, Yotam Bindosano, Lucky Mangkey, Robert Walean Jr., Tommy Pantouw, Caddy Malonda, Royke Yonathan, Jenry Rawung; Herschel Najoan, Glen Rumalag, Stephen Salainti, Linda Sumarauw, Bryan Sumendap; Bolaang Mongondow: Swingly D. Suak; UNKLAB: Douglas Sepang, Green Mandias, Cherry Lumingkewas, Freddy Kalangi; Sangihe Talaud: Brussi Soriton; Minahasa: Jimi Pinangkaan, Hentje Suoth; Ratahan: Lorraine Poneke, Refly Ompi; Tomohon: Larry Wenur, SLA Kawangkoan: Janice Losung; Daniel Lasut; Makassar: Wiesye Schrim, Davy Politon, Edwin Tumangkeng; Luwu-Tana Toraja:  Irma Pakasi, Hartoyo Tismail, Manokwari: Harry Salainti, Hendy Sahetapy; Jayapura: Bruce Mauri;   Timika: Frangky Watulingas, Harold Oijaitou, Herold Somba; Kuala Kencana:Samuel Rorimpandey, Stanly Keles; Sorong: Benny Yandeday  Ontario-Bloomington, CA: Hudyard Muskita; Silver Spring, MD: Ellen Missah, Jonathan Kuntaraf; Azusa, CA: Harlond Naibaho; Sacramento, CA: Richard H. Hutasoit; Loma Linda, CA: Jackie Sihotang, Deborah Panggabean-Pardede, Shally Lendeng-Halim, Charles Pakpahan, Martein Moningka, Widdy Widitora, Denny Sondakh, Hamonangan Tambunan, Alberth Situmorang, Richard Legoh, Karen Wemay, James Waworoendeng. Guangzhou, China: Janette Najoan.  Canada:  Fransisca Manurung

KADNet media ministry is a non-profit media project  We publish religious news and articles for the Indonesian Seventh-Day Adventist community and their friends worldwide. Articles selected and the staff of KADNet support

the beliefs and doctrines of the Seventh-day Adventist Church. Subscription is free. KADNet adalah proyek nirlaba. Penerbit, tulisan dan staff KADNet mendukung dan menghormati kepercayaan

Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, GMAHK.