prom kes
DESCRIPTION
okTRANSCRIPT
Program Promkes (Promosi Kesehatan )
1. PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
Adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu
mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan
kesehatan di masyarakat.
Sesuai fungsinya, petugas Puskesmas melaksanakan pemberdayaan kepada masyarakat
untuk mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan setiap individu, keluarga, dan
lingkungannya secara mandiri dan mengembangkan upaya kesehatan bersumberdaya
masyarakat.
Langkah-langkah Pembinaan PHBS di Rumah Tangga:
1) Mengeluarkan kebijakan tentang pembinaan PHBS di Rumah Tangga di seluruh
desa/kelurahan.
2) Sosialisasi pembinaan PHBS di Rumah Tangga.
3) Bersama puskesmas mengadvokasi Camat dan Lintas sektor terkait untuk
memperoleh dukungan kebijakan dan dana bagi pembinaan PHBS di rumah tangga di
seluruh desa.
4) Menyusun rencan dan melaksanakan kegiatan pembinaan PHBS di rumah tangga
berdasarkan prioritas masalah PHBS di tingkat desa/kelurahan.
5) Melatih TP-PKK desa/kelurahan dalam melaksanakan pembinaan PHBS di rumah
tangga tentang:
6) Bersama Puskesmas memantau kemajuan pelaksanaan pembinaan PHBS di Rumah
Tangga dan pencapaian Rumah Tangga Sehat di seluruh desa.
7) Mengirimkan hasil pengumpulan data PHBS di seluruh desa/kelurahan ke Dinas
Kesehatan kabupaten/kota untuk diolah lebih lanjut melalui Sistem Informasi
Manajemen PHBS (SIM-PHBS).
8) Melaksanakan penilaian PHBS di Rumah Tangga Tingkat desa/kelurahan.
9) Memberikan penghargaan terhadap Pelaksana Terbaik PHBS di Rumah Tangga
tingkat desa/kelurahan.
Rumah tangga sehat adalah rumah tangga yang memenuhi 10 indikator PHBS di Rumah
Tangga sebagai berikut:
1) Pertolongan Persalinan oleh tenaga kesehatan
2) Bayi diberi ASI saja sejak lahir sampai berusia 6 bulan
3) Menimbang bayi dan balita di posyandu
4) Ketersediaan air bersih
5) Ketersediaan jamban sehat
6) Mencuci tangan dengan sabun
7) Memberantas jentik di rumah
8) Makan buah dan sayur setiap hari
9) Melakukan aktivitas fisik setiap hari
10) Tidak merokok di dalam rumah
Hasil pendataan PHBS pada bulan Agustus 2013 adalah sejumlah 30 institusi rumah
tangga. Hasil pendataan PHBS diperoleh 20 institusi rumah tangga dikatakan sehat dan
10 institusi rumah tangga dikatakan tidak sehat.
2. UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat)
UKBM adalah merupakan bentuk nyata pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan
dengan bimbingan provider kesehatan/instansi lain, LSM/Ormas. Tumbuh dan
berkembangnya UKBM merupakan indikator peran serta masyarakat, oleh karena itu
perlu terus dipantau jumlah dan perkembangannya. Untuk mengukur tingkat
perkembangan yang merupakan kualitas suatu UKBM, Kementerian Kesehatan
mengeluarkan alat untuk mengukur tingkat perkembangan UKBM melalui Buku
Pedoman Manajemen ARRIF (Analisis, Rumusan, Rencana dan Forum Komunikasi).
Dengan pengukuran tingkat perkembangan telah disesuaikan dengan sistem skoring dan
menyesuaikan dengan perkembangan program di lapangan.
Jenis UKBM:
1) Poskesdes
Adalah UKBM yang dibentuk di desa / kelurahan dalam rangka
menyediakan/mendekatkan pelayanan kesehatan dasar (promotif dan preventif) bagi
masyarakat dengan melibatkan kader atau tenaga sukarela lainnya.
2) Posyandu balita
Adalah salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat yang dikelola
dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan
dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Merupakan Peran Serta Masyarakat di bidang kesehatan, sasarannya adalah seluruh
masyarakat yaitu bayi, balita, bumil, bufas, buteki, dan PUS.
3) Posyandu Lansia
Adalah suatu wadah pelayanan kepada usia lanjut di masyarakat yang merupakan
salah satu bentuk Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) dimana proses
pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama lembaga
swadaya masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah dan non pemerintah, swasata,
organisasi sosial, dan lain-lain, dengan menitikberatkan pelayanan pada upaya
promotif dan preventif.
4) Polindes
Adalah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat yang berada di desa yang
memberikan pelayanan kesehatan ibu, Anak dan Keluarga Berencana yang
dilaksanakan oleh Bidan.
5) Peskestren
Adalah merupakan salah satu wujud Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)
di lingkungan pondok pesantren, dengan dari, oleh dan untuk warga pondok
pesantren, yang mengutamakan pelayanan promotif (peningkatan) dan preventif
(pencegahan) tanpa mengabaikan aspek kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif
(pemulihan kesehatan), dengan binaan Puskesmas setempat.
6) Saka Bakti Husada
Adalah bentuk UKBM yang merupakan keikutsertaan generasi muda dalam gerakan
Pramuka di bidang kesehatan dalam upaya mewujudkan tenaga kader Pembangunan
kesehatan dalam melembagakan norma hidup sehat.
7) Pos Upaya Kesehatan Kerja (POS UKK)
Adalah wadah pelayanan kesehatan kerja yang berada di tempat kerja dan dikelola
oleh pekerja itu sendiri (kader) dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat pekerja untuk meningkatkan produktivitas kerjanya.
Merupakan salah satu bentuk UKBM bagi kelompok pekerja khususnya pekerja
sektor informal.
8) Posbindu Penyakit Tidak Menular
Adalah pos pembinaan terpadu faktor resiko penyakit tidak menular utama (obesitas,
kolesterol, HT, hiperglikemia, diet tidak sehat, kurang aktifitas fisik dan merokok),
berupa bentuk peran serta kelompok masyarakat yang aktif (Kelompok Masyarakat,
Organisasi, Industri, Sekolah dll) dalam upaya promotif-preventif untuk mendeteksi
secara dini keberadaan faktor resiko PTM utama sekaligus peningkatan pengetahuan
untuk mencegah dan mengendalikan faktor resiko tersebut pada masyarakat,
khususnya usia 20 tahun ke atas.
3. Pengembangan Taman Posyandu
Taman posyandu adalah keterpaduan BKB (Bina Keluarga Balita) PAUD (Pendidikan
Anak Usia Dini) dan Posyandu untuk mengetahui tingkat tahap perkembangan anak
balita. Taman posyandu dilaksanakan sebulan sekali bersamaan dengan posyandu dan
jika sudah berjalan lancar dilaksanakan seminggu sekali.
4. Penyuluhan kesehatan
Kegiatan promosi kesehatan meliputi penyuluhan kelompok dan promosi kesehatan
institusi oleh Puskesmas.
Data Hasil Kegiatan Promosi Kesehatan Penyuluhan Kelompok
No. PENYULUHAN KELOMPOK DENGAN MATERI
PUSKESMASFREKUENSI JML SASARAN
1 KIA dan KB 37 23002 Gizi (Asi Eklusif, Garam Yodium, dll) 37 23003 P2 (Penyakit Menular & Peny. Tdk Menular 13 7804 Kesehatan Lingkungan 23 14845 Narkoba (Napza) & HIV/AIDS 6 9206 Kesehatan Reproduksi Remaja 6 9207 Kesehatan Usila 15 6758 Kesehatan Gigi Mulut 23 14849 Kesehatan Jiwa 13 78010 PHBS Rumah Tangga 13 78011 Lain-lain. (sebutkan)
Data Hasil Kegiatan Promosi Kesehatan Institusi oleh Puskesmas
No. INSTITUSI FREKUENSI PERTAHUN
TOPIK MEDIA YANG DIGUNAKAN
1 Sekolah 1 Kesling, Napza, Kesehatan gigi dan Mulut, Kesehatan Reproduksi
2 Tempat Kerja (Pengelola)
3 Tempat-2 Umum (Pengelola)
1 Sanitasi tempat-2 umum
5. Pendampingan Desa Siaga
Peran adalah keterlibatan individu dalam suatu aktifitas. Keterlibatan ini dapat berupa
keterlibatan langsung maupun tidak langsung. Pendamping adalah petugas yang ditunjuk
untuk memfasilitasi dan melakukan bimbingan kepada masyarakat untuk melalui tahapan-
tahapan dalam sebuah program pembangunan. Upaya pemberdayaan masyarakat atau
penggerakan peran aktif masyarakat melalui proses pembelajaran yang terorganisasi dengan
baik melalui proses fasilitasi dan pendampingan.
Keberhasilan pelaku pemberdayaan dalam memfasilitasi proses pemberdayaan juga dapat
diwujudkan melalui peningkatan partisipasi aktif masyarakat. Fasilitator harus trampil
mengintegrasikan tiga hal penting yakni optimalisasi fasilitasi, waktu yang disediakan, dan
optimalisasi partisipasi masyarakat. Masyarakat pada saat menjelang batas waktu harus diberi
kesempatan agar siap melanjutkan program pembangunan secara mandiri. Sebaliknya,
fasilitator harus mulai mengurangi campur tangan secara perlahan. Tanamkan kepercayaan
pada masyarakat yang selanjutnya akan mengelola program.
Berkaitan dengan jangka waktu keterlibatan fasilitator (pelaku pemberdayaan) dalam
mengawal proses pemberdayaan terhadap warga masyarakat, Sumodiningrat (2000)
menjelaskan bahwa, pemberdayaan tidak bersifat selamanya, melainkan sampai target
masyarakat mampu mandiri, dan kemudian dilepas untuk mandiri, meskipun dari jauh tetap
dipantau agar tidak jatuh lagi. Meskipun demikian dalam rangka menjaga kemandirian
tersebut tetap dilakukan pemeliharaan semangat, kondisi, dan kemampuan secara terus
menerus supaya tidak mengalami kemunduran.
Sebagai tenaga ahli, fasilitator sudah pasti dituntut untuk selalu trampil melakukan (1)
fasilitasi; (2) aktif menciptakan media konsultasi; (3) aktif menjadi mediator; (4) aktif
memberikan animasi dan advokasi; dan (5) trampil memfasilitasi proses problem solving
(pemecahan masalah). Persoalan yang diungkapkan masyarakat saat problem solving tidak
secara otomatis harus dijawab oleh fasilitator tetapi bagaimana fasilitator mendistribusikan
dan mengembalikan persoalan dan pertanyaan tersebut kepada semua pihak (peserta atau
masyarakat). Upayakan bahwa pendapat masyarakatlah yang mengambil alih keputusan. Hal
yang penting juga untuk diperhatikan pelaku pemberdayaan sebagai fasilitator harus dapat
mengenali tugasnya secara baik.
Berkaitan dengan tugas pelaku pemberdayaan sebagai fasilitator oleh Parsons, Jorgensen
dan Hernandez (1994) memberikan kerangka acuan mengenai tugas sebagai berikut; (1)
mendefenisikan siapa yang akan dilibatkan dalam pelaksanaan kegiatan, (2) mendefenisikan
tujuan keterlibatan, (3) mendorong komunikasi dan relasi, serta menghargai pengalaman dan
perbedaan-perbedaan, (4) memfasilitasi keterikatan dan kualitas sinergi sebuah sistem:
menemukan kesamaan dan perbedaan, (5) memfasilitasi pendidikan membangun
pengetahuan dan keterampilan, (6) memberikan contoh dan memfasilitasi pemecahan
masalah bersama mendorong kegiatan kolektif, (7) mengidentifikasi masalah-masalah
prioritas yang akan dipecahkan bersama dan memfasilitasi penetapan tujuan, (8) merancang
solusi-solusi alternative, (9) mendorong pelaksanaan tugas, dan (10) memecahkan
konflik/masalah.
Keberhasilan dalam pendampingan desa siaga diindikasikan dengan output dan outcome
desa siaga. Indikator output desa siaga meliputi :
a. Cakupan Yankes Poskesdes
b. Cakupan Pelayanan UKBM Yang Ada
c. Jml Kasus Kegawatdaruratan & Kejadian Luar
d. Biasa (KLB) Yg Dilaporkan/Diatasi
e. Cakupan Rumah Tangga Yg Mendapat Kunjungan Rumah Kadarzi & PHBS
Sedangkan indikator outcome antara lain :
a. Cakupan Rumah Tangga Yg Mendapat Kunjungan Rumah Kadarzi & PHBS
b. Jumlah Yang Menderita Sakit (Kesakitan Kasar)
c. Jumlah Yang Menderita Gangguan Jiwa
d. Jumlah Ibu Melahirkan Yang Meninggal Dunia
e. Jumlah Bayi & Balita Yang Meninggal Dunia
f. Jumlah Balita Dengan Gizi Buruk