praktik pembacaan surah al-ṬᾹriq untuk...

96
PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK MENOLAK HUJAN DI PONDOK PESANTREN AL-MUHIBBIN JOMBANG Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag.) Oleh: Much. Saifuddin Zuhri 1113034000044 PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2020 M

Upload: others

Post on 05-Dec-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK

MENOLAK HUJAN DI PONDOK PESANTREN AL-MUHIBBIN

JOMBANG

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)

Oleh:

Much. Saifuddin Zuhri

1113034000044

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H/2020 M

Page 2: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

dc

PENGESAHAN SIDANG MUNAQASYAH

Skripsi yang berjudul PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-TARIQ UNTUK MENOLAK HUJAN DI PONDOK PESANTREN AL-MUHIBBIN JOMBANG telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 27 Juli 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.

Jakarta, 12 Agustus 2020

Sidang Munaqasyah Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Dr. Eva Nugraha, M.Ag.

Aktobi Ghozali, MA. NIP. 19710217 199803 1 002 NIP. 19730520 200501 1 003

Anggota,

Penguji I, Penguji II,

Moh Anwar Syarifuddin, M.A.

Dr. M. Suryadinata, M.Ag. NIP. 19720518 199803 1 003 NIP. 19600908 198903 1 005

Pembimbing,

Drs. H. Ahmad Rifqi Muchtar, M.A. NIP. 19690822 199703 1 002

Page 3: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬĀRIQ

UNTUK MENOLAK HUJAN DI PONDOK

PESANTREN AL-MUHIBBIN JOMBANG

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar sarjana agama (S.Ag)

Oleh:

Much. Saifuddin Zuhri

1113034000044

Pembimbing

Drs.H.Ahmad Rifqi Muchtar,M.A

NIP: 196908221997031002

JURUSAN ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H/2019

Page 4: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin
Page 5: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

ix

ABSTRAK

Much. Saifuddin Zuhri 1113034000044

Praktik Pembacaan Surah al-Ṭāriq untuk Menolak Hujan di Pondok

Pesantren Al-Muhibbin Jombang.

Skripsi ini membahas fenomena living qur’an surat al-Ṭāriq dalam

acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai

Al-Muhibbin Jombang, Jawa Timur sebagai sarana menolak hujan. Pokok

permasalahan dalam tulisan ini yaitu : Bagaimana proses pembacaan surat

al-Ṭāriq di pondok Al-Muhibbin sebagai tujuan menolak hujan?

Dalam pembahasan skripsi ini penulis menggunakan jenis penelitian

deskriptif kualitatif, dengan cara pendekatan model etnografi untuk

mendeskripsikan praktik pembacaan surat al-Ṭāriq dengan melakukan

pengamatan secara langsung, wawancara informan dan dokumentasi.

Kemudian menganalisis data yang sudah terkumpul. Tulisan ini

menemukan bahwa pembacaan surat al-Ṭāriq dilakukan setiap tradisi

Rajabiyyah setiap setahun sekali. Dalam pelaksanaannya semua santri dan

ustadz membaca dengan serentak di masjid Jami’ al-Muhibbin setelah

jama’ah shalat magrib sampai dengan waktu isya’. Pembacaan surat al-

Ṭāriq dilakukan sebagai washilah serta ikhtiyar supaya kegiatan

Rajabiyyah berjalan dengan lancar dan terhindar dari sesuatu yang tidak

diinginkan, khususnya gejala alam berupa hujan.

Dalam skripsi ini dapat disimpulkan bahwa adanya pembacaan surat al-

Ṭāriq di pesantren al-Muhibbin pertama sebagai ihtiyar untuk menolak

hujan ketika acara sedang berlangsung. Kedua, sebagai persiapan

menyambut bulan suci Ramadhan.

Kata kunci: Living qur’an, Rajabiyyah, al-Muhibbin, al-Ṭāriq.

Page 6: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

x

Page 7: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

xi

KATA PENGANTAR

بسم الله الرهحمن الرهحيم

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang. Puji dan syukur yang tidak terhingga penulis panjatkan ke

hadirat Ilahi atas rahmat dan hidayat-Nya serta inayah-Nya yang selalu

diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pembacaan Surat al-Ṭāriq Sebagai Tujuan Menolak Hujan (Studi Living

Qur’an di Pondok Pesantren Al-Muhibbin Jombang Jawa Timur”

Ṣalawat dan salam penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad Saw, yang

telah banyak memberi pengajaran dan pelajaran agar manusia berada di

jalan yang benar dan lurus dan senantiasa berada dalam keadaan nyaman

dan juga selamat. Melalui upaya dan usaha yang melelahkan, akhirnya

dengan limpahan karunia-Nya lah, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan sebaik-baiknya. Berbagai kesulitan, cobaan dan hambatan yang

penulis rasakan dalam penyusunan skripsi ini, al-ḥamdulillāh dapat teratasi

berkat tuntunan serta bimbingan-Nya dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, penulis ingin menyampaikan ungkapan rasa terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis Lc, MA, selaku

Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Yusuf Rahman, MA, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta para

pembantu Dekan.

3. Bapak Dr. Eva Nugraha, MA, selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan

Tafsir dan Bapak Fahrizal Mahdi, MIRKH, selaku Sekretaris Jurusan

Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.

4. Bapak Dr. Bustamin, S.E., MM, Selaku dosen pembimbing akademik.

Page 8: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

xii

5. Bapak Drs. H. Ahmad Rifqi Muchtar, M.A., selaku dosen pembimbing

skripsi yang selalu memberikan arahan kepada penulis, bersabar

memberikan ilmu dan bimbingannya selama penulis berada di bawah

bimbingannya. Juga melalui beliau, tumbuh ide-ide baru, sehingga

penulis ada gairah semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Segenap jajaran dosen dan civitas akademika Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya jurusan Ilmu Al-Qur’an dan

Tafsir yang dengan ikhlas dan tulus serta penuh sabar dalam mendidik

saya selama menimba ilmu di kampus tercinta ini.

7. Kedua orang tuaku tercinta, ayahanda Much. Mursyid dan ibunda Suyati,

yang telah mengarahkan, dengan penuh kasih sayang tanpa pamrih, dan

tak bosan dalam memberikan dukungan moral maupun materil, serta

do’a dan semangat untuk saya.

8. Serta Kakakku Much. Syuhud, M. Sulthon dan Muhammad Syifak yang

telah membantu dan tidak bosan memberikan semangat dan doanya

untuk saya.

9. Dan seluruh sahabat-sahabat yang telah memberikan support serta

doanya dalam menyelesaikan tugas akhir ini. terutama Ahmad

Safaruddin, S.Hum., Ahmad Dzikrulloh Akbar, S.Hum., Hanif Azhar,

S.Hum.

10. Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin, karena sudah

mengizinkan saya melakukan penelitian untuk menyelesaikan tugas

akhir saya.

Tidak ada kata yang pantas selain ucapan terimakasih yang begitu

mendalam dan seuntai doa senantiasa penulis haturkan kepada mereka agar

senantiasa segala kebaikannya dibalas oleh Allah swt dengan balasan yang

setimpal. Akhirnya, penulis berharap semoga karya penulis ini senantiasa

Page 9: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

xiii

dapat memberikan wawasan mengenai Al-Qur’an dan bermanfaat bagi

semuanya, khususnya bagi penulis sendiri. Aamiin ya rabb.

Ciputat, 5 Juli 2020

Hormat saya

Penulis

Page 10: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

xiv

Page 11: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

xv

PEDOMAN TRANSLITERASI

Keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor: 158 tahun 1987 dan Nomor: 0543 b/u/1987

1. Padanan Aksara

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:

Huruf

Arab Huruf Latin Keterangan

Tidak dilambangkan ا

B Be ب

T Te ت

ṡ es dengan titik atas ث

J Je ج

ḥ ha dengan titik bawah ح

Kh ka dan ha خ

D De د

Ż zet dengan titik atas ذ

R Er ر

Z Zet ز

S Es س

Sy es dan ye ش

ṣ es dengan titik bawah ص

ḍ de dengan titik bawah ض

ṭ te dengan titik bawah ط

ẓ zet dengan titik bawah ظ

Page 12: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

xvi

Koma terbalik di atas hadap kanan „ ع

Gh ge dan ha غ

F Ef ف

Q Qi ق

K Ka ك

L El ل

M Em ـم

N En ن

W We و

H Ha ه

Apostrof ‟ ء

Y Ye ي

2. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari

vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal

tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

A Fathah ـــ

I Kasrah ـــ

U Dammah ـــ

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai

berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

Ai a dan i ـــ ي

Au a dan u ـــ و

Page 13: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

xvii

3. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang dalam bahasa Arab

dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

Ᾱ a dengan topi di atas ىا

Ī i dengan topi di atas ىي

Ū u dengan topi di atas ىو

4. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf,

yaitu dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiyah

maupun huruf kamariah. Contoh: al-rijāl bukan ar-rijāl, al-dīwān bukan ad-

dîwân.

5. Syaddah (Tasydīd)

Syaddah atau tasydīd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan

sebuah tanda (ـــ) dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu

dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal

ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah

kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah. Misalnya, kata

( ورةلضرا ) tidak ditulis ad-darūrah melainkan al-darūrah, demikian

seterusnya.

6. Ta Marbūtah

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat pada kata

yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/

(lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika tamarbûtah

tersebut diikuti oleh kata sifat (na‘t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta

Page 14: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

xviii

marbūtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut

dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).

No Kata Arab Alih Aksara

قةیرط 1 Tarīqah

ةیلإسلامالجامعة ا 2 al-jāmī’ah al-islāmiyyah

دلوجواة حدو 3 wahdat al-wujūd

7. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam alih

aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti

ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), antara lain

untuk menuliskanpermulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan,

nama diri, dan lain-lain. Jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka

yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan

huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: Abū Ḥāmid al-Ghazālī bukan

Abū Ḥāmid Al-Ghazālī, al-Kindi bukan Al-Kindi.

Beberapa ketentuan lain dalam EBI sebetulnya juga dapat diterapkan dalam

alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic) atau

cetak tebal (bold). Jika menurut EBI, judul buku itu ditulis dengan cetak

miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya, demikian seterusnya.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal

dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun

akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-

Palimbani, tidak ‘Abd al- Samad al-Palimbānī; Nuruddin al-Raniri, tidak

Nūr al-Dīn al-Rānīrī.

Page 15: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

xix

8. Cara Penulisan Kata

Setiap kata, baik kata kerja (Fi‘il), kata benda (Isim), maupun huruf (Ḥarfu)

ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas

kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan-

ketentuan di atas

Kata Arab Alih Aksara

dzahaba al-ustādzu ذهب الأستاذ

tsabata al-ajru ث بت لأجر

al-ẖarakah al-‘aṣriyyah الركة العصرية

asyhadu an lā ilāha illā Allāh شهد أن لا إله إلا الله

Maulānā Malīk al-Ṣālih مولان ملك الصالح

Penulisan nama orang harus sesuai dengan tulisan nama diri mereka.

Nama orang berbahasa Arab tetapi bukan asli orang Arab tidak perlu

dialihaksarakan. Contoh: Nurcholish Madjid, bukan Nūr Khālis Majīd;

Mohamad Roem, bukan Muhammad Rūm; Fazlur Rahman, bukan Fazl al-

Rahmān.

Page 16: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

xx

Page 17: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

xxi

DAFTAR ISI

ABSTRAK .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ix

KATA PENGANTAR .............................................................................. xi

PEDOMAN TRANSLITERASI............................................................. xv

DAFTAR ISI .......................................................................................... xxi

DAFTAR TABEL ................................................................................. xxiii

DAFTAR BAGAN ................................................................................ xxv

BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1 B. Identifikasi Masalah .............................................................. 5

C. Pembatasan Masalah .............................................................. 5

D. Perumusan Masalah ............................................................... 6

E. Tujuan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6

F. Manfaat Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6

G. Tinjauan Pustaka .................................................................... 7

H. Metodologi Penelitian ......................................................... 13

I. Sistematika Penulisan ........................................................... 16

BAB II KAJIAN TEORITIS .............................................................. 19

A. Profil Surah al-Ṭāriq ........................................................... 19

1. Penamaan dan Posisi Surah al-Ṭāriq dalam al-Qur’an . 19

2. Kandungan Surah al-Ṭāriq ............................................. 20

3. Fadhilah (keutamaan) Surah al-Ṭāriq . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 27

B. Penjelasan Tentang Hujan ................................................... 28

1. Proses Terjadinya Hujan ................................................. 28

2. Kadar dan Kandungan Air Hujan ................................... 31

3. Fungsi Air Hujan Bagi Kehidupan ................................. 32

4. Penyebutan Hujan dalam Al-Qur’an ........................ 33

BAB III DESKRIPSI PONDOK BUMI DAMAI AL-MUHIBBIN

TAM- BAK BERAS JOMBANG .......................................... 39

A. Penamaan Pondok Bumi Damai al-Muhibbin ..................... 39 B. Letak Geografis ................................................................... 40

C. Visi dan Misi Pondok .......................................................... 40

D. Kepengurusan Pondok al-Muhibbin .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 42

Page 18: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

xxii

E. Proses dan Tahapan Pembelajaran ......................................... 43

F. Aktifitas Pondok al-Muhibbin ............................................ 45

BAB IV PRAKTIK PENOLAKAN HUJAN MELALUI

PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ ..................................... 47

A. Landasan Pembacaan Surah al-Ṭāriq Sebagai Sarana Menolak Hujan .................................................................................... 48

B. Proses dan Tata Cara Pembacaan Surah al-Ṭāriq ............... 51

C. Peserta dan Pimpinan Pembacaan ....................................... 51

D. Respon Serta Pemahaman Ustadz dan Santri terhadap

Pembacaan Surah al-Ṭāriq Untuk Menolak Hujan .............. 54

BAB V PENUTUP .............................................................................. 57

A. Kesimpulan .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 57

B. Saran .................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 59

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 19: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

xxiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Surat dan Jumlah Ayat .............................................................. 34

Tabel 2.2 Surat dan Jumlah Ayat .............................................................. 35

Tabel 2.3 Surat dan Jumlah Ayat .............................................................. 36

Tabel 2.4 Surat dan Jumlah Ayat .............................................................. 38

Tabel 3.1 Program Baca Kitab Kelas 2 Ula............................................... 43

Page 20: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

xxiv

Page 21: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

xxv

DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1 Kepengurusan Pondok al-Muhibbin ......................................... 42

Page 22: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

xxvi

Page 23: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an menjadi modal utama serta pelecut semangat untuk kita dalam

menggali beberapa keilmuan dan menerapkannya dalam aktifitas sehari-

hari. Sebagai umat islam yang baik sangat dianjurkan untuk membaca al-

Qur’an, sesuai dengan firman Allah yang pertama kali diturunkan1. Al-

Quran juga merupakan petunjuk bagi manusia yang memiliki makna dan

ilmu yang sangat luas,2 salah satunya adalah ilmu Living Qur’an, yaitu suatu

kajian ilmiah pada ranah studi al-Qur’an yang meneliti dialektika antara al-

Qur’an dengan realitas sosial masyarakat.3 Yang dalam bahasa Indonesia

biasa disebut dengan “al-Qur’an yang hidup”4. Living Qur’an merupakan

respon dari masyarakat terhadap teks al-Qur’an berdasarkan penafsiran

manusia, termasuk persepsi masyarakat dan hasil penafsiran tersebut5.

Living Qur’an juga menjadi studi Al-Qur’an baru yang berfokus mengkaji

fenomena sehari-hari masyarakat muslim yang menggunakan Al-Qur’an

sebagai subjek, spirit, simbol, media, dan instrumen dalam menjalankan

aktivitas kehidupannya.6 Semakin banyak produktifitas yang dilakukan oleh

Umat Muslim melalui Al-Quran maka semakin baik pula untuk peradaban.

1 Syamsul Ulum, Menangkap Cahaya Al-Qur’an, (Malang: UIN Malang Press,

2007), h, 4. 2 Said Agil Husin al-Munawi, Aktualisasi Nilai-Nilai Qur’ani Dalam Sistem

Pendidikan Islam. (Ciputat: PT, Ciputat Press, 2005), 5. 3 Didi Junaedi, Living Qur’an, Sebuah Pendekatan Baru Dalam Kajian al-Quran.

Jurnal of quran and hadist, Vol. 4. No, 2. (2015), 173. 4 M. Masyur dkk, Living Qur’an Dalam Lintasan Sejarah, (Yogjakarta: TH-Press,

2007), h, 30 5 M. Nurdin Zuhri, Sawaun, Dialog al-Qur’an Dengan Budaya Lokal Nusantara,

Jurnal Maghz, Vol, 2, No, 1, 2017, h, 126 6 Ahmad Zainal Abidin dkk, Pola Perilaku Masyarakat...., 7.

Page 24: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

2

Akan tetapi terkadang keinginan manusia tidak selamanya berjalan lancar,

terhalang oleh beberapa kendala, seperti hujan.

Wilayah kajian Living Qur’an dinilai melengkapi studi Al-Qur’an pada

wilayah ‘internal’ sebagai kajian yang berfokus pada Nas al-Qur’an, baik

terkait ‘Ulūm al-Qur’ān seperti i’jāz al-Qur’ān, asbāb al-Nuzūl, dan lain-

lain. Kajian “Living Qur’an”, merupakan studi al-Qur’an pada wilayah

‘eksternal’ sebagai kajian yang berfokus pada fenomena al-Qur’an yang

secara sadar ataupun tidak, sudah menstruktur pada kesadaran umat Islam

dan membentuk budaya tertentu, yang pada taraf tertentu merupakan tafsir

al-Qur’an yang berwujud sikap dan perilaku, tradisi, dan budaya, bahkan

kehidupan nyata.7

Kajian tentang Living Qur’an ini merupakan studi tentang Al Qur‘an

yang tidak berpusat pada tekstualnya saja, namun studi tentang gejala sosial

masyarakat yang berhubungan dengan hadirnya Al Qur‘an di tempat-tempat

geografis tertentu dan mungkin pada waktu tertentu pula.8 Membicarakan

mengenai Living Qur’an, pada dasarnya juga membicarakan tentang gejala

penafsiran-penafsiran Al Qur‘an yang sangat luas maknanya, artinya yang

muncul di lingkungan sosial yang berbeda dengan hasil penafsiran selama

ini yaitu dengan berbagai macam variasi.

Penelitian atau kajian tentang Al-Qur’an ini sangat penting untuk

kepentingan dakwah dan pemberdayaan serta perkembangan masyarakat,

sehingga mereka akan lebih menghargai dan maksimal dalam merespon

atau memberi penghargaan baik terhadap Al Qur‘an. Kajian tentang Al-

Qur‘an ini memunculkan paradigma atau anggapan baru pada masyarakat

di era kontemporer saat ini. Pada studi Living Qur’an ini kajian tafsir akan

7 Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-quran dan Tafsir, (Yogyakarta: PPLSQ

Ar-Rahmah, 2014), 103-104. 8 M. Mansyur dkk, Living Qur’an Adalah Lintasan.., 39.

Page 25: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

3

lebih banyak menghasilkan respon apresiasi baik dan akan memicu

timbulnya tindakan dan partisipasi dari masyarakat.

Kajian Living Qur’an ini memotret kejadian fenomena sosial, mengenai

interaksi manusia dengan Al Qur‘an yang akhirnya menimbulkan sebuah

tradisi di masyarakat. Yakni, tindakan berpola dari manusia dari masyarakat

yang disebut dengan sistem sosial (social system) atau sosial budaya

(cultural system),9 misalnya seperti fenomena One Day One Juz (ODOJ),

tadarrus, Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ), Haflah Tilawatil Qur’an

(HTQ), pembacaan surat atau ayat-ayat tertentu pada suatu acara atau even-

even tertentu pula, dan lain-lain, ini semua berdasarkan keyakinan

masyarakat itu sendiri yang bersumber dari interaksi manusia dengan Al

Qur‘an.

Praktik-praktik yang berkenaan dengan fenomena Living Qur’an yang

terjadi di masyarakat beraneka ragam dan berbeda-beda. Hal ini

dikarenakan sudut pandang yang berbeda dalam memahami nash al-Qur’an,

meskipun landasan yang digunakan sama. Kultur budaya serta letak

geografis tempat setiap daerah dan kebiasaan yang berbeda juga

mempengaruhi praktik kegiatan masyarakat sehingga tidak menutup

kemungkinan terjadinya aspek-aspek pengalaman yang tidak disadari.

Sebagai contoh terdapat tradisi sima’an, pembacaan ayat al-Qur’an pada

Yaumul Bid, pembacaan surat Jin sebelum menempati rumah baru,

Pembacaan al-Waqiah supaya rezeki lancar, Pembacaan ayat al-Qur’an

untuk penyembuhan penyakit tertentu.

Ada juga kelompok yang membaca surat tertentu dalam al-Qur’an pada

waktu-waktu tertentu, misalnya surat Yasin pada malam Jum’at sehingga

melahirkan tradisi Yasinan. Orang-orang yang mengikuti kegiatan itu

9 Ahmad ‘Ubaydi Hasbilah, Ilmu Living Qur’an Hadist, Ontologi, Epistimologi,

dan Aksiologi, (Ciputat, Yayasan Waqaf Darus-Sunnah, 2019), 43.

Page 26: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

4

mungkin memiliki motivasi beragam, baik motivasi keagamaan untuk

memperoleh fadhilah maupun motivasi sosial, sekadar untuk media

pergaulan, dan sebagainya.

Sehingga dewasa ini dapat ditemukan beragam tradisi yang mulai

melahirkan perilaku-perilaku secara umum yang menunjukan resepsi sosial

masyarakat atau kelompok tertentu terhadap Al-Qur’an. Sebagai contoh

Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin di desa Tambakberas

Jombang. Peneliti sengaja menggunakan Pondok ini sebagai objek

penelitian karena dinilai sangat tepat, sudah sesuai dengan historis dan

peran pondok tersebut pada masyarakat sekitar. Mengingat sudah hampir 2

abad pesantren ini bediri lebih tepatnya sudah 195 Tahun di desa Tambak

beras, Jombang. Kemudian di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-

Muhibbin, Tambakberas Jombang ini terdapat kegiatan atau ritual rutin

Daf’il Maṭār yakni ritual yang dilakukan untuk tujuan menolak hujan, yang

dimaksud menolak hujan bukan berarti menolak secara harfiah, karena

hujan merupakan anugrah Allah dan tidak ada satu kekuatanpun yang bisa

menghentikan keinginan Allah SWT. Namun, berikhtiyar untuk

mengalihkan curah hujan ked aerah lain dengan tawasull dan seizin Allah

SWT. Ritual ini biasanya dilakukan para santri ketika Pondok akan

mengadakan kegiatan besar yang melibatkan masyarakat sekitar, seperti

Peringatan Maulid Nabi, peringatan Isra’ Mi’raj dan Haul Pendiri

Pesantren. Terutama Rajabiyyah. Terdapat kegiatan pembacaan surat

tertentu dalam jumlah tertentu yang dilakukan dalam ritual ini. Di antara

surat yang dibaca dalam ritual Daf’il Maṭār ini adalah al-Ṭāriq 7 kali

kemudian diakhiri dengan do’a Allahumma Khawalayna Wala ‘Alaiyna

sebanyak 100 kali.

Dalam Tafsir Al-‘Azhar karangan seorang tokoh penting Indonesia yakni

Prof. Dr. Hamka atau sering disebut dengan Buya Hamka diterangkan

Page 27: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

5

bahwa pada ayat 11 surat al-Ṭāriq Allah SWT bersumpah dengan langit

sebagai makhlukNya, yang mengandung hujan. Di dalam tafsir Al-‘Azhar

juga disebutkan langitlah yang menyimpan air dan menurunkannya menurut

jangka waktu tertentu. Berangkat dari fenomena ritual ini, peneliti tertarik

untuk meneliti serta mengkaji fenomena tersebut lebih mendalam. Karena

Al-Qur’an pada posisi ini difungsikan sebagai sarana untuk menolak hujan.

Padahal di satu sisi terdapat ritual untuk meminta hujan yang telah terdapat

legitimasinya dalam hadist, ritual tersebut adalah shalat Istisqa’.

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan pada deskripsi latar belakang di atas, nampak bahwa

pembacaan surah al-Ṭāriq untuk Daf’il Maṭār atau ritual menolak hujan di

Pondok Pesantren Al-Muhibbin Tambakberas, Jombang Jawa Timur

menjadi fenomena nyata setiap tahun. Dalam hal ini peneliti memfokuskan

dalam beberapa hal.

1. Surah-surah al-Qur’an yang berkaitan dengan alam seperti,

Surah al-Ra’d, al-Ḥijr, al-Dukhān, al-Ahqāf, al-Żāriyāt, al-Ṭūr,

al-Najm, al-Qamar, al-Ḥadīd, al-Burūj, al-Fajr, al-Balad, al-

Syams, al-Lail, al-Ṭīn, al-Zalzalah, al-‘Aṣr, al-Fīl dan al-Falaq.

2. Surah al-Qur’an yang menjelaskan tentang hujan, seperti Al-

Zukhrūf, al-Naḥl dan al-Ṭāriq

3. Respon santri dalam pembacaan Surah al-Ṭāriq

C. Pembatasan Masalah

Agar pokok permasalahan tidak melebar peneliti perlu memberikan

pembatasan masalah. Dalam penelitian ini peneliti hanya akan membahas

tentang proses pembacaan surah al-Ṭāriq di Pondok Pesantren Bumi Damai

al-Muhibbin Tambakberas Jombang dalam upaya menolak hujan. Adapun

batasan masalahnya adalah tentang proses pembacaan dan keterkaitan surah

Page 28: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

6

al-Ṭāriq serta respon santri Bumi Damai al-Muhibbin terhadap ritual Daf’il

Maṭār.

D. Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang dipaparkan, peneliti merumuskan

beberapa permasalahan yang menjadi inti dari penelitian ini, antara lain:

Bagaimana proses pembacaan surah al-Ṭāriq dan respon santri terhadap

ritual Daf’il Maṭār sebagai upaya menolak hujan di Pesantren Bumi Damai

Al-Muhibbin?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan

sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui proses pembacaan surah al-Ṭāriq dalam ritual

Daf’il Maṭār sebagai upaya menolak hujan di Pesantren Bumi Damai Al-

Muhibbin

2. Untuk mengetahui keterkaitan surah al-Ṭāriq serta respon santri

terhadap ritual Daf’il Maṭār sebagai upaya menolak hujan di Pesantren

Bumi Damai Al- Muhibbin.

F. Manfaat Penelitian

a. Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat sebagai tambahan referensi

dalam kajian studi al-Qur’an khususnya dalam diskursus Living Qur’an,

sehingga diharapkan bisa berguna terutama bagi yang memfokuskan pada

kajian sosio-kultural masyarakat muslim (Indonesia) dalam

memperlakukan atau menggunakan al-Qur’an.

b. Secara praktis, penelitian ini dimaksudkan untuk membantu

memperkenalkan salah satu bentuk keanekaragaman khazanah sosio-kultur

masyarakat Muslim Indonesia, guna meningkatkan kesadaran masyarakat

terhadap pentingnya menjadikan al-Qur’an sebagai bagian dalam hidup.

Page 29: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

7

G. Tinjauan Pustaka

Melihat dari penelitian-penelitian sebelumnya penulis belum

menemukan penelitian secara spesifik yang mengarah pada Living Qur’an

yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Bumi Damai al-Muhibbin. Adapun

dari pembahasan-pembahasan terdahulu, penulis mendapat banyak

informasi yang bisa dijadikan dasar pijakan dan rekomendasi. Berdasarkan

turunan tema yang diangkat dalam kajian ini, ditemukan beberapa referensi

baik berupa jurnal, buku, skripsi maupun tesis yang dapat dimanfaatkan

sebagai perbandingan dan tambahan informasi, di antaranya :

Be a Living Qur’an Petunjuk Praktis Penerapan ayat-ayat al-Qur’an

dalam Kehidupan Sehari-hari.10 Karya Ibrahim Eldeeb yang judul aslinya

adalah Masyru’uk al-Khaṣ Ma’a al-Qur’ān. Buku ini menguraikan tentang

bagaimana langkah-langkah maupun petunjuk yang bisa dipakai bagi umat

Islam untuk menarik kecintaannya terhadap al-Qur’an . Ada perbedaan

dalam buku ini dengan sebelumnya, jika buku sebelumnya membahas

metode penelitian living Qur’an, maka buku ini lebih fokus pada gejala-

gejala sosial yang muncul dalam masyarakat Muslim seperti anjuran

membaca dan menghafal al-Qur’an.

Syahrul Rahman dalam tulisanya yang berbentuk jurnal, “living quran:

Studi Kasus Pembacaan al-Ma’ṡurāt di Pesantren Khalid Bin Walid Pasir

Pengaraian Kab. Rokan Hulu11 menjelaskan motivasi para santri

mengetahui dan mengamalkan pembacaan al-Ma’ṡurāt ini adalah

keutamaannya yang besar, seperti melindungi rumah dari gangguan setan,

10 Ibrahim E. 2009. “Be a Living Qur’an Petunjuk Praktis Penerapan Ayat-ayat

al-Qur’an Dalam Kehidupan Sehari-sehari”. Skripsi. Ushuludin. IAIN Sultan Maulana

Hasanudin. Banten 11 Syahrul Rahman. 2016. living quran: Studi Kasus Pembacaan al-Ma’tsurat di

Pesantren Khalid Bin Walid. Syahadah. Vol, 4. No., 2.

Page 30: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

8

disempurnakan nikmat, dicukupi segala kebutuhan di dunia, sehingga

mereka berusaha mentradisikannya.

Umi masruroh menulis Jurnal, “Tradisi Rebo Wekasan Dalam Kajian

Living Qur’an Di Desa Pakuncen Kecamatan Selomerto Kabupaten

Wonosobo12” yang menjelaskan bahwa tradisi Rebo Wekasan dipandang

sebagai hasil penafsiran masyarakat atau dengan kata lain respons

masyarakat terhadap al-Qur’an. Fenomena yang terdapat dalam tradisi

Rebo Wekasan seperti: pembacaan surat-surat al-Qur’an dan tulisan ayat al-

Qur’an dalam tradisi Rebo Wekasan merupakan hasil dari pemahaman

masyarakat Desa Pakuncen atas fungsi al-Qur’an yang menurut mereka al-

Qur’an mempunyai kekuatan magis. Yakni dengan menggunakan surat-

surat tertentu dalam al-Qur’an dan menulis potongan ayat-ayat al-Qur’an

dalam bentuk rajah/wifiq bisa menyelamatkan mereka dari dari bencana dan

keburukan-keburukan yang tidak diharapakan.

Moh. Muhtador menjelaskan dalam tulisan jurnal “Pemaknaan ayat al-

Quran dalam mujahadah: Studi Living Qur’an di PP al-munawwir Krapyak

komplek al-Kandiyas13”, bahwa Mujahadah menjadi media untuk

mendekatkan diri kepada Tuhan dengan cara berzikir yang diambil dari

potongan ayat-ayat al-Qur’an telah memberikan keyakinan kepada

pengamalnya dan telah menjadikan al-Qur’an hidup dalam kehidupan.

Salah satu keyakinannya adalah potongan ayat al-Qur’an tersebut telah

memberikan ketenangan dalam menjalani hidup, serta dapat mengabulkan

keinginan yang diharapkan. Akan tetapi, placebo effect di dalam diri

pengamal juga aktif untuk ikut serta menyembuhkan yang digantungkan

dalam bacaan-bacaan potongan ayat tersebut.

12 Umi Masruroh. 2017. Tradisi Rebo Wekasan Dalam Kajian Living Qur’an di

Desa Pakuncen. Qaf. Vol, 1. No, 02. 13 Moh. Muhtador. 2014. Pemaknaan ayat al-Quran dalam mujahadah: Studi

Living Qur’an di PP al-munawwir krapyak. Jurnal Penelitian. Vol, 8, No, 1.

Page 31: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

9

Idham Hamid menulis skripsi, “Tradisi Membaca Yasin Di Makam

Annangguru Maddappungan Santri Pondok Pesantren Salafiyah Parappe

Kec. Campalagian Kab. Polewali Mandar14” yang berkesimpulan bahwa

Tradisi ma’baca Yasin di makam Annangguru Maddappungan yang

dilakukan santri pondok Pesantren Salafiyah Parappe dalam pandangan al-

Qur’an tidak terdapat kontradiksi hingga sampai melarang, bahkan tidak

sedikit hadis-hadis Nabi Saw. yang mendukung serta menganjurkan untuk

membaca surah Yasin dalam kondisi maupun kedaan tertentu. Penelitian

Idham membuktikan bahwa dari kegiatan tradisi ma’baca Yasin di makam

Annangguru Maddappungan yang rutin dilakukan setiap hari Jum’at pagi

berimplikasi pada santri, yakni mampu membentuk kepribadian dengan

berlandaskan nilai-nilai qur’ani serta senantiasa dekat dengan ulama

sekalipun yang telah meninggal, dengan harapan dapat meneladani jasa-jasa

para ulama. Selanjutnya dari praktik tradisi ma’baca Yasin di makam

Annangguru Maddappungan, mampu menjadikan sebagai media dakwah

atau komunikasi untuk memperkuat karakter spritual masyarakat.

Muhammad Fauzan Nasir menulis skripsi, “Pembacaan Tujuh Surat

Pilihan Al-Qur’an Dalam Tradisi Mitoni (Kajian Living Al-Qur’an Di

Dusun Sumberjo, Desa Troso, Kecamatan Karanganom, Kabupaten

Klaten)15” yang menjelaskan tentang paradigma fungsional yang digunakan

dalam menggali fungsi dari tujuh surat pilihan dalam al-Qur’an pada saat

upacara mitoni, disimpulkan bahwa pembacaan tujuh surat tersebut,

difungsikan oleh masyarakat Sumberjo dari pemaknaan terhadap surat-surat

dan ayat ayat yang dibaca sebagai kitab suci, obat dan sarana perlindungan.

14 Idam Hamid. 2017. Tradisi Membaca Yasin Di Makam Annangguru

Maddappungan Santri Pondok Pesantren Salafiyah Parappe Kec. Campalagian Kab.

Polewali Mandar. Skripsi. Fakultas Ushuludin dan Filsafat. UIN Alaudin Makasar,

Makasar. 15 M. Fauzan Nasir. 2016. Pembacaan Tujuh Surat Pilihan Al-Qur’an Dalam

Tradisi Mitoni. Skripsi. Fakultas Ushuludin dan Dakwah. IAIN Surakarta. Surakarta.

Page 32: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

10

M. Assyafi’ Syaikhu Z. menulis skripsi, “Karomahan (Studi Tentang

Pengamalan Ayat-Ayat Al-Qur’an Dalam Praktek Karomahan di

Padepokan Macan Putih Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk16)” yang

berkesimpulan bahwa penggunaan ayat al-Qur‟an dalam Padepokan Macan

Putih adalah praktek pembacaan dan pengamalan ayat yang dapat direspon

oleh santri-santri untuk dijadikan karomahan. Media dalam karomahan

menggunakan media lantunan bacaan ayat al-Qur’an dan menggunakan

bahan-bahan alami seperti suara, air, garam, pasir, gelang, dan kayu

menjalin, yang semua itu dibumbui dengan bacaan ayat Qur’an. Selain itu,

cara mempraktekkannya dapat dengan menulis ayat tersebut di kain putih.

Pembacaan ayat ini bertujuan sebagai perantara, agar rahmat Allah SWT

turun sebagai kekuatan dan solusi dari segala masalah yang dihadapi

manusia. Adapun Makna karomahan berdasarkan pada teori sosiologi

pengetahuan Karl Mannheim meliputi tiga kategori makna yaitu, makna

objektif, secara umum karomahan tersebut merupakan praktek pembacaan

dan pengamalan ayat al-Qur‟an yang difungsikan untuk menghasilkan

kekuatan. Makna eksresif yang ditangkap oleh peneliti tujuan dakwah bagi

praktisi dan tujuan mencari keselamatan, pahala, dan ridla Allah bagi santri.

Sedangkan makna dokumenter dilihat dari ruang sosial, karomahan dalam

padepokan menjadi magnet bagi masyarakat. Hal ini karena praktisi seorang

Gus, putra Kiai, sehingga masyarakat merasa aman dan tidak ragu.

Sedangkan sebagian besar masyarakat berstatus Nahdiyyin sehingga simbol

Gus maupun Kiai sangat berpengaruh bagi mereka.

Isnani Sholeha memulis skripsi, “Pembacaan Surat-Surat Pilihan Dari

Al-Qur’an Dalam Tradisi Mujahadah (Studi Living Di Pondok Pesantren

16 M. As-Syafi’i. 2017. Karomahan (Studi Tentang Pengamalan Ayat-Ayat Al-

Qur’an Dalam Praktek Karomahan di Padepokan Macan Putih. Skripsi. Fakultas

Ushuludin dan Dakwah. IAIN Surakarta. Surakarta.

Page 33: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

11

Putri Nurul Ummahat Kotagede, Yogyakarta17)” yang menjelaskan tentang

Prosesi dan pema’naan dalam pembacaan surat-surat pilihan dalam tradisi

mujahadah yang dilaksanakan setiap ba’da jama’ah shalat Isya oleh seluruh

santri secara rutin dan istiqomah.

Yadi Mulyadi menulis tesis, “AL-QUR’AN DAN JIMAT (Studi Living

Qur’an Pada Masyarakat Adat Wewengkon Lebak Banten18)” yang

menyimpulkan bahwa Sebagian besar masyarakat Adat Wewengkon

Kasepuhan dalam kehidupan sehari-harinya meyakini al-Qur’an terdapat

doa-doa khusus yang mengandung beragam keutamaan-keutamaan tertentu.

Kemudian, al-Qur’an diramu hingga dibuat huruf-huruf hijāiyyah dan

dicampurkan dengan nama Allah Swt. Rasulullah Saw. Khulafaur Rasyidin,

malaikat, dan numerik Arab sehingga menjadi sebuah jimat. Adapun makna

dari persepsi masyarakat terhadap al-Qur’an itu bagian dari penghormatan,

pemuliaan dan pelestarian masyarakat terhadap al-Qur’an. Motif dan tujuan

masyarakat Kasepuhan dalam menggunakan jimat karena memiliki

beragam manfaat, antara lain: Pertama, dapat menyelamatkan diri dan

memberikan kepercayaan/ketenangan dalam menyelesaikan berbagai

persoalan hidup. Kedua, dapat berfungsi sebagai karismatik yang tinggi

dalam pandangan setiap manusia demi mempertahankan eksistensi

kekuasaan. Ketiga, digunakan sebagai penglaris dalam perdagangan untuk

kepentingan stabilitas ekonomi. Keempat, sebagai penyembuh dari

berbagai penyakit untuk kepentingan masyarakat luas yang mengendap

penyakit yang tak kunjung sembuh dan lain sebagainya.

Mochammad Rizal Fanani menulis tesis, “Kajian Living Qur’an Ayat-

Ayat Pengobatan Dalam Kitab Sullam Al-futuhat Karya Kh. Abdul Hannan

17 Isnani Sholeha. 2016. Pembacaan Surat-Surat Pilihan Dari Al-Qur’an Dalam

Tradisi Mujahadah. Skripsi. Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam. UIN Sunan

Kalijaga. Yogyakarta 18 Yadi Mulyadi. 2017. Al-qur’an dan Jimat. Program Magister Fakultas

Ushuludin. Tesis. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Page 34: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

12

Ma’shum19” yang menyimpulkan bahwa Dalam kitab Sullam Al-futuhat

terdapat beberapa ayat yang digunakan sebagai media pengobatan dengan

berbagai macam cara yang berbeda beda dalam setiap pengobatan yang

dilakukan. Seperti (1) Obat untuk menolak bala’ dengan media ternak, (2)

Fadilah surah al-Humazah, dalam hal ini surah al-Humazah digunakan

untuk mendeteksi jenis penyakit yang diderita oleh seseorang. Kemudian

dilanjutkan dengan beberapa ritual tertentu; (3) Obat sakit lumpuh, (4)

amalan untuk menenangkan tangisan anak kecil, (5) Obat sakit perut.

Pencantuman ayat-ayat yang terdapat dalam kitab Sullam Al-futuhat oleh

KH. Abdul Hannan Ma’shum memiliki beberapa landasan yaitu penukilan-

penukilan yang dilakukan dari berbagai kitab dan juga ijazah yang diterima

oleh Kyai. Kemudian, amalan-amalan tersebut di amalkan oleh KH. Abdul

Hannan Ma’shum dan telah berhasil. Meskipun begitu, terkadang hasil yang

diperoleh seseorang dengan yang lainnya berbeda. Hal ini terjadi karena

kadar keyakinan serta kemantaban mereka yang berbeda antara satu dengan

yang lainnya. Karena segala amaliyah akan berbuah sesuai dengan kadar

kemantaban si pelaku serta ke Istiqamahannya.

Penelitian di atas adalah sama-sama meneliti tentang living Qur’an

dalam kehidupan sehari-hari. Namun memiliki fokus yang berbeda-beda,

secara konteks penelitian-penelitian diatas adalah sama-sama memiliki satu

tujuan yaitu meneliti tentang penghidupan al-Qur’an. Jadi, relevansinya

dengan penelitian ini adalah bagaimana cara manusia memaknai al-Qur’an

itu sendiri dan bagaimana cara mengamalkannya. Letak perbedaannya

adalah pada fokusnya, yaitu fungsi dari ayat al-Qur’an dan tujuan dalam

mengamalkan ayat al-Qur’an sebagai ritual atau sarana menolak hujan di

Pondok Pesantren Bumi Damai al-Muhibbin.

19 M. Rizal Fanani. 2016. Kajian Living Qur’an Ayat-Ayat Pengobatan Dalam

Kitab Sullam Al-futuhat. Tesis. Pasca Sarjana Ilmu Al-qur’an dan Tafsir. IAIN

Tulungagung. Tulungagung

Page 35: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

13

H. Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam kajian living Qur’an ini adalah metode

yang berkenaan dengan lapangan atau studi kasus. Oleh karena itu,

diperlukan beberapa perangkat untuk membahas hal tersebut. Di antaranya

adalah jenis penelitian, tehnik pengumpulan data dan tehnik pengolahan

data.

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua jenis penelitian secara langsung. Yakni

penelitian kualitatif atau kepustakaan (library research) dan penelitian

lapangan (field research) lapangan20. yaitu suatu penelitian yang

menggambarkan atau memaparkan secara umum mengenai pembacaan

surah al-Ṭāriq terhadap kegiatan Daf’il Maṭār di Pondok Pesantren Bumi

Damai Al-Muhibbin dengan cara mengumpulkan, menganalisis dan

mengintrepretasikan data yang berkaitan dengan penelitian ini.21

2. Subjek Penelitian

Subyek penelitian merupakan tempat untuk memperoleh keterangan22

dalam penelitian ini yang menjadi subyeknya adalah informan yang akan

diteliti, di antaranya:

a. Ustadz atau Ketua Santri yang menjadi panutan di Bumi Damai Al-

Muhibbin.

b.Beberapa santri yang terlibat dalam pembacaan surah al-Ṭāriq sampai

sekarang.

20 Muri Yusuf, Metode Penelitian Kualitatif dan Gabungan, (Jakarta: Paramedia

Group, 2014), 328. 21 John Creswell, Penelitian Kualitatif & Field Research Yogyakarta:Pustaka

Pelajar, 2015, 105. 22 J.R.Rajo. Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik dan Keunggulan ,

Jakarta: Grasindo, 2010, 109.

Page 36: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

14

Informasi di atas bisa saja bertambah sesuai dengan apa yang diterima

dan dialami oleh peneliti selama pengumpulan data.

3. Sumber data

Untuk mendapatkan data yang valid dan benar, peneliti dalam hal ini

menggunakan dua sumber data, sumber data primer berupa penelitian

lapangan yang dibantu dengan data sekunder berupa metode kualitatif yakni

library research.

1. Data Primer

a. Wawancara Ustadz Bumi Damai Al-Muhibbin

b. Wawancara Ketua Santri Bumi Damai Al-Muhibbin

c. Wawancara beberapa santri Bumi Damai Al-Muhibbin

2. Data Sekunder

a. Tafsir terkait surah al-Ṭāriq

b. Hadist Nabi mengenai Hujan

c. Jurnal dan beberapa buku mengenai pemahaman Al-Qur’an

3. Tehnik Pengumpulan Data

Agar mendapat data-data yang valid dan berkualitas, maka penelitian ini

menggunakan beberapa tehnik dalam pengumpulan data, yakni ;

Pertama, Observasi yakni melakukan kegiatan terjun kelapangan dalam

rangka mengamati dan mendengar untuk memahami.23 Terjun kelapangan

merupakan proses mencari jawab dan mencari bukti terhadap fenomena

sosial-keagamaan yang terjadi di masyarakat. Dalam hal ini mencatat,

merekam serta memotret fenomena tersebut guna penemuan data analisis.

Kedua, Wawancara, merupakan cara pengumpulan data yang

berdasarkan pada laporan tentang diri sendiri atau self-report,24 yakni

23 Haris Herdiansyah, M. Si., Metode Kualitatif untuk ilmu-ilmu Sosial, (Jakarta:

Salemba Humanika, 2010), 131. 24 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitaif dan R & D (Bandung:

Alfabeta, 2011), 138.

Page 37: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

15

percakapan yang dilakukan oleh dua pihak dan merupakan yang biasa

digunakan oleh para peneliti lapangan, karena dianggap sebagai salah satu

dari penggalian data yang cukup efektif dan efisien. Pekerjaan ini dilakukan

dengan cara bertanya dan berdialog25 dengan informan (tokoh-tokoh kunci)

yang ditentukan sebagai kunci pokok. Tujuan tehnik ini untuk mendapatkan

data-data yang terkait dengan obyek yang diteliti, yang berhubungan

dengan ritual Daf’il Maṭār.

Ketiga, Dokumentasi merupakan pengumpulan data kualitatif dengan

cara melihat atau menganalisis beberapa dokumen yang dibuat oleh subjek

sendiri atau oleh orang lain tentang subjek26. Data yang diambil dalam

teknik ini adalah dokumentasi yang berupa foto-foto yang berkaitan dengan

obyek yang diteliti.

4. Teknik Pengolahan Data

Penulis menggunakan tiga tahapan dalam mengolah data yang diperoleh

selama pengumpulan data.

Pertama, reduksi data yang merupakan penyeleksian, pemfokusan dan

abstraksi data dari hasil catatan lapangan.27 Data yang diperoleh dalam

ritual Daf’il Maṭār secara keseluruhan dikumpulkan kemudian

diklasifikasikan sesuai dengan konsep penelitian yang telah dirancang

sebelumnya.

Kedua, display atau penyajian data, pada tahap ini penulis melakukan

organisasi data, mengaitkan hubungan-hubungan tertentu antara data yang

satu dengan data yang lain.28 Dalam hal ini misalkan mengenai ritual Daf’il

Maṭār dan bagaimana pembacaan al-Qur’an dalam ritual tersebut. Pada

25 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, 186 26 Haris Herdiansyah, M. Si., Metode Kualitatif untuk ilmu-ilmu Sosial, (Jakarta:

Salemba Humanika, 2010), 143. 27 Haris Herdiansyah, M. Si., Metode Kualitatif untuk ilmu-ilmu Sosial, (Jakarta:

Salemba Humanika, 2010), 175. 28 Moh. Soehadha, Metode Penulisan Sosial Kualitatif untuk Studi Agama, 131.

Page 38: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

16

proses ini penulis menyajikan data yang lebih kongkret dari tahap

sebelumnya, serta telah diklasifikasikan pada tema-tema yang dirancang

oleh peneliti.

Ketiga, Verifikasi, pada tahap ini penulis melakukan penafsiran

(interpretasi) terhadap data yang telah diperoleh dan melalui tahap reduksi

dan display (penyajian), sehingga data yang ada telah memiliki makna.29

Dalam tahap ini interprestasi dapat dilakukan dengan cara

membandingkan, pencatatan tema-tema dan pola-pola, pengelompokan,

melihat kasus per kasus dan melakukan pengecekan terhadap hasil

observasi serta melakukan wawancara dengan informan. Proses ini juga

menghasilkan sebuah hasil analisis yang telah dikaitkan dengan asumsi-

asumsi dari kerangka teoritis yang ada. Selain itu penulis juga menyajikan

jawaban atau pemahaman terhadap rumusan masalah yang dicantumkan di

bagian latar belakang masalah penelitian.

I. Sistematika Penulisan

Penelitian ini secara sistematis akan diuraikan dalam bentuk lima bab

yang terdiri dari:

Pendahuluan, berisi terkait alasan kenapa penelitian ini penting untuk

dilakukan, identifikasi, pembatasan dan perumusan masalah yang menjadi

perhatian utama peneliti yang dijawab pada kesimpulan, tujuan dan manfaat

penelitian, hasil penelitian terdahulu, metodologi penelitian dan sistematika

penulisan.

Kedua, berisi tentang al-Qur’an yang hidup dalam perilaku masyarakat.

Pada bagian ini al-Quran dijadikan sebagai tradisi masyarakat, melihat

tinjauan umum seputar Living Qur-an dan tradisi keagamaan.

29 Moh. Soehadha, Metode Penulisan Sosial Kualitatif untuk Studi Agama, 134.

Page 39: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

17

Ketiga, deskripsi wilayah Pondok Bumi Damai al-Muhibbin yang berada

di Jombang Jawa Timur. Bab ini menjelaskan hasil data dari observasi yang

telah diteliti oleh peneliti, meliputi profil pesantren dan keadaan sosial

agama.

Keempat, pembacaan ayat-ayat al-Qur’an untuk menolak hujan, dalam

bab ini akan memaparkan bagimana cara pelaksaan pembacaan surat at-

Thariq sebagai ritual menolak hujan.

Kelima menjelaskan tentang kesimpulan pada penelitian ini, saran-saran

dari peneliti yang sifatnya membangun serta diakhiri dengan harapan dari

beberapa kritik pembaca sehingga dapat mendorong penulis untuk memicu

potensi dan kualitas yang lebih baik dari sebelumya.

Page 40: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

18

Page 41: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

19

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Profil Surah al-Ṭāriq

1. Penamaan dan Posisi Surah al-Ṭāriq dalam al-Qur’an

Surah al-Ṭāriq adalah surah makkiyah. Para ahli Tafsir sepakat

berpendapat bahwa surah al-Ṭāriq diturunkan pada periode Makkah yaitu

setelah surah al-Balad di mana ayat-ayat dari surah ini diturunkan pada fase

Mekkah sebelum Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam berhijrah ke kota

Madinah.1 Surah ini dinamakan dengan al-Ṭāriq sebagaimana tertera dalam

mushaf al-Iman (usmany) serta di berbagai buku tafsir lainya. Secara

etimologi al-Ṭāriq berarti mengetuk dengan suara yang terdengar keras,

bisa juga dipakai untuk menyebut orang yang sedang berjalan dengan kaki.

Dan secara khusus digunakan pada waktu malam, sebab umumnya pada

waktu malam hari semua pintu rumah kebanyakan ditutup. Kemudian

makna ini diperluas menjadi apa saja yang terlihat pada waktu malam.

Adapun para pakar tafsir mengartikan nama surat ini dengan bintang yang

muncul pada malam hari2

Tema surat ini masih berkisar tentang hari akhirat. Adapun proses utama

pembicaraan adalah tentang manusia, rahasia penciptaan serta tahapan-

tahapannya kemudian memuat tanda-tanda kekuasaan Allah yang tiada

batasnya. Dan pembenaran al-Qur’an sebagai wahyu dan kitab Allah yang

menjadi pembeda anatara kebenaran dan kebatilan. Muatan surat ini ditutup

dengan hiburan kepada Nabi Muhammad supaya tidak terlalau menanggapi

tekanan dari kaum Quraisy. Agar beliau terus berdakwah tanpa memikirkan

1 Jalaluddin as-Suyuti, al-Itqan fi ‘Ulumi al-Qur’an Cet. I (Beirut: Darul Kutub al-

Ilmiah, 2004 M/1425 ), 20. 2 Dr. Jum’ah Ali Abd. Qadir, Ma’âlim Suar al-Qur’ân, Cairo: Universitas al-Azhar,

cet.I, 2004 M/1424 H, vol.2.783.

Page 42: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

20

resiko karena Allah yang akan menanggani dan mengurus mereka.

Kemudian pada ayat 11-12 disebutkan hubungan surat al-Ṭāriq dengan

hujan.

2. Kandungan Surah al-Ṭāriq

Surat al-Ṭāriq merupakan salah satu surat yang terdapat dalam mushaf

al-Qur'an yaitu di dalam juz al-Qur'an yang ke 30. Surah al-Ṭāriq

merupakan surat yang terletak pada urutan surah yang ke-86. Jumlah ayat

yang terdapat dalam surah al-Ṭāriq adalah 17 ayat. Allah berfirman pada

ayat yang pertama:

والسماء والطارق“Demi langit dan yang datang pada malam hari.”

menurut tafsir Mawardi dalam surat pertama surat al-Ṭāriq والسماء

adalah Allah bersumpah demi langit dan Allah juga bersumpah dengan kata

3Sebagaimana yang telah dijelaskan pada tafsir-tafsir surat والطارق

sebelumnya, bahwasannya langit merupakan makhluk terbesar yang dapat

disaksikan melalui kasat mata.

Tidak ada makhluk yang bisa kita saksikan yang lebih luas daripada

langit. Di dalam naungan langit ada matahari, rembulan, bintang-bintang,

menunjukkan betapa luasnya langit. Bahkan ujungnya saja tidak kita

ketahui sampai di mana, dan semua manusia di ujung dunia bagian manapun

bisa menyaksikan. Itulah di antara hikmah mengapa Allah sering

bersumpah dengan langit karena langit adalah benda yang bisa diliat oleh

seluruh makhluk diman apun mereka berada. Allah juga bersumpah dengan

yang datang pada malam hari4.

3 Ali bin Muhammad Abu Hasan Almawardi, Tafsir Al-Mawardi, Jilid 6, 245. 4 Ali bin Muhammad Abu Hasan Almawardi, Tafsir Al-Mawardi, Jilid 6, 246.

Page 43: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

21

ت يان بليل dalam bahasa arab bermakna والطارق yaitu datang pada malam الإ

hari. Artinya apa saja yang datang pada waktu malam. Di antaranya adalah

bintang-bintang karena munculnya pada waktu malam5.

Kemudian Allah berfirman:

وما أدراك ما الطارق “Dan tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari itu?”

Ayat ini menegaskan arti kata الطارق yang akan dijelaskan pada ayat

setelahnya. Dalam tafsir Tabari kata الطارق disini menunjukan menengetuk

pada waktu malam6. Allah memberi pertanyaan pada ayat kedua supaya

orang-orang memperhatikanya. Allah berfirman:

النجم الثاقب “(yaitu) bintang yang bersinar tajam”

Disebut bintang karena keluarnya pada malam hari dan menghilang

ketika siang hari, sebagaimana yang sudah dijelaskan oleh hadist :

الا طارقا يطرق بخير يارحمن“Mengetuk pintulah dengan baik-baik”

Kemudian kata الثاقب Ibnu Abbas menjelaskanya dengan sesuatu yang

menerangi. Kemudian imam Suddi berkata الثاقب adalah para setan akan

tembus dengan cahaya tersebut7.

Kemudian Allah berfirman:

ها حافظ إن كل ن فس لما علي “Setiap orang pasti ada penjaganya”

Tidak ada satu jiwa pun melainkan ada pencatat amalnya. Sebagaimana

yang telah berlalu pada tafsir surat al-Infiṭār bahwasanya setiap manusia

5 Jalaludin Al-Mahalli, Tafsir Jalalain, (Surabaya : Nurul Huda), 496. 6 Muhammad Ibnu Jarir Ath-Thabarani, Tafsir Al-Thabari, jilid 24, 351. 7 Muhammad Ali Shabuni, Mukhtasar Ibnu Katsir, (Lebanon: Bairut), 1981, 627.

Page 44: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

22

diikuti oleh para malaikat yang mencatat amalan dia. Sebagaimana yang

telah Allah firmaknkan dalam surah al-Infiṭār ayat 10-12. dalam tafsir Jalalain diartikan sebagai malaikat yang selalu حافظ

menjaga manusia dari kebaikan maupun kejelekan8. Artinya segala sesuatu

yang memiliki ruh akan selalu dijaga oleh Allah SWT baik dalam keadaaan

sadar maupun tidak. Karena Allah sudah mengutus beberapa malaikat untuk

selalu menjaga dan mengawai manusia, seperti yang sudah difirmankan

dalam al-Qur’an surat al-Ra’d ayat 11 yang artinya Bagi manusia ada

malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di

belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah9. Kemudian Allah

berfirman :

نسان مم خلق ف لينظر الإ“Maka hendaknya manusia memperhatikan dari apa dia diciptakan”

خلق من ماء دافق “Dia diciptakan dari air (mani) yang terpancar”

ائب يرج من بي الصلب والت“Yang keluar dari antara tulang punggung dan tulang dada”

Ayat-ayat ini adalah peringatan dari Allah untuk para manusia agar tidak

lupa diri atau untuk merenung dari mana manusia diciptakan agar manusia

tidak dapat menyombongkan dirinya di dunia. Manusia dicicptakan dari air

hina yang keluar (memancar) dari kemaluan laki-laki dan rahim perempuan,

yang keluar dari tulang rusuk lelaki dan tulang dadanya perempuan10. Begitu

lemahnya manusia dilihat dari asal mula diciptakan, sebagaimana firman

Allah SWT dalam surat al-Rūm ayat 27 yang artinya, Dan Dialah Allah

8 Jalaludin Al-Mahalli, Tafsir Jalalain, (Surabaya : Nurul Huda), 497. 9 Muhammad Ali Shabuni, Mukhtasar Ibnu Katsir, (Lebanon: Bairut), 1981, 628.

10 Jalaludin Al-Mahalli, Tafsir Jalalain, (Surabaya : Nurul Huda), 497.

Page 45: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

23

yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan

(menghidupkan)nya kembali11. Kemudian Allah berfirman:

إنه على رجعه لقادر “Sesungوguhnya Allah benar-benar kuasa untuk mengembalikannya”.

Surat al-Ṭāriq diturunkan untuk kaum musyrikin Arab yang

mengingkari hari kebangkitan. Maka Allah ingin mengingatkan

sebagaimana Allah mampu menciptakan manusia dari air mani, Allah lebih

mudah untuk membangkitkan manusia kembali dari kematian12 Secara

logika dan realita semua mengerti bahwasannya mengulangi sesuatu itu

lebih mudah daripada ketika membuatnya pertama kali. Oleh karena itu,

Allah membuat contoh seperti itu agar manusia menggunakan otaknya

untuk merenungkannya.

Namun bagi Allah semuanya mudah dan sama mudahnya. Tentang tafsir

ayat ini, ada 4 pendapat sebagaimana disampaikan oleh Ibnu Jarir At-

Thobari. Pendapat pertama, kata ‘mengembalikannya’ kembali kepada air

mani, yaitu Allah mampu mengembalikan air mani setelah terpancarkan.

Kata orang, kalau air susu sudah keluar dari putingnya maka tidak mungkin

dikembalikan, begitupun dengan air mani kalau sudah keluar dari kemaluan

maka tidak mungkin dikembalikan. Bagi manusia mustahil, tetapi Allah

kuasa untuk mengembalikan itu semua, Allah mampu untuk

mengembalikan air mani yang sudah terpancarkan masuk kembali ke dalam

kemaluan. Pendapat kedua, yaitu Allah mampu mengembalikan manusia

kembali menjadi air mani jika Allah berkehendak. Pendapat ketiga, yaitu

Allah mampu mengembalikan manusia dari kondisi tua kepada kondisi

11 Muhammad Ali Shabuni, Mukhtasar Ibnu Katsir, (Lebanon: Bairut), 1981, 629. 12 Jalaludin Al-Mahalli, Tafsir Jalalain, (Surabaya : Nurul Huda), 497.

Page 46: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

24

muda, dari kondisi muda kepada kondisi anak-anak13.Kemudian Allah

berfirman:

لى السرائر ي وم ت ب “Pada hari ditampakkan segala rahasia” (al-Ṭāriq [86]: 9).

Pada hari kiamat kelak semua rahasia akan terbuka dan terbongkar, tidak

ada rahasia yang tersembunyi pada hari kiamat. Semua dibuka dengan jelas

dan dapat dilihat oleh orang lainya14. Oleh karena itu, hendaknya kita juga

memperhatikan masalah hati kita di samping amalan jawarih (anggota

badan), di antaranya berupa masalah keikhlasan, masalah qana’ah, masalah

beriman kepada takdir, maka masalah hati ini adalah perkara yang sangat

penting. Karena sangat berpengaruh terhadap amalan kita di dunia dan di

akhirat kelak tatkala yaumul hisab, hari kebangkitan.

Kemudian Allah berfirman:

من ق وة ولا نصر فما له “Maka manusia tidak lagi mempunyai suatu kekuatan dan tidak (pula) ada

penolong”

Seseorang tidak akan dapat menghindar dai siksaan Allah dan juga tidak

ada orang lain yang bisa menolong dia. Tidak ada kekuatan dari dirinya dan

tidak pula dari orang lain15 Bagaimana seorang ayah dan ibu akan menolong

anaknya atau sebaliknya -jika telah ditetapkan masuk neraka-, sementara

pada hari kiamat satu sama lain akan lari saling meninggalkan. Allah

berfirman:

ه وأبيه وصاي وم يفر المرء من حبته وبنيه أخيه وأم“34. pada hari ketika manusia lari dari saudaranya,35. dari ibu dan

bapaknya,36. dari istri dan anak-anaknya”. (QS ‘Abasa [80]: 34-36).

13 Muhammad bin Zariri bin Yazid, Jamiul Bayan Fi Ta’wilil Qu’an, (Muassah

Risalah, 2000), 134. 14 Muhammad Ali Shabuni, Mukhtasar Ibnu Katsir, (Lebanon: Bairut), 1981, 630. 15 Jalaludin Al-Mahalli, Tafsir Jalalain, (Surabaya : Nurul Huda), 497.

Page 47: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

25

Oleh karena itu, ingatlah bahwasanya yang akan menolong kita adalah

amalan kita. Jangan pernah berharap kepada orang lain. Kemudian Allah

berfirman:

والسماء ذات الرجع “Demi langit yang mengandung hujan” al-Ṭāriq [86]: 11.

Dikatakan الرجع karena hujan itu berulang-ulang16, sebagaimana dalam

ilmu fisika bahwasannya air itu turun kemudian akan kembali lagi ke langit.

Sehingga disebut dengan berulang-ulang.

Kemudian Allah berfirman:

والأرض ذات الصدع “Dan bumi yang mempunyai tumbuh-tumbuhan”

Yang dimaksud dengan صدع ال adalah التشقق dan الانفطار, yaitu

terbelahnya tanah karena keluarnya tumbuhan ke atas17 kemudian Ibnu

Abbas mengartikanya dengan retak karena tumbuh-tumbuhan18. Maksud

dari ayat-ayat ini adalah langit menurunkan hujan sehingga tercurahkan

kepada tanah yang mati dan tandus, lalu tanah tersebut hidup kembali

dengan keluarnya tetumbuhan pada tanah-tanah tersebut. Maka

demikianlah pula hari kebangkitan, mudah bagi Allah membangkitkan

kembali jasad-jasad yang telah mati sebagaimana mudahnya bagi Allah

untuk menghidupkan kembali tanah yang telah tandus. Kemudian Allah

berfirman:

إنه لقول فصل

16 Jalaludin Al-Mahalli, Tafsir Jalalain, (Surabaya : Nurul Huda), 497. 17 Jalaludin Al-Mahalli, Tafsir Jalalain, (Surabaya : Nurul Huda), 497. 18 Muhammad Ali Shabuni, Mukhtasar Ibnu Katsir, (Lebanon: Bairut), 1981, 631.

Page 48: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

26

“Sungguh (Al-Quran) itu benar-benar firman pemisah (antara yang hak dan

yang batil)”

وما هو بلزل “Dan (Al-Quran) itu bukanlah senda gurauan”

Al-Quran adalah pemutus dan pembeda antara yang hak dan bathil., Ibnu

Abbas menafsirkan dengan hukum yang adil19. Dan apabila sudah datang

ayat dari Allah maka kewajiban kita adalah menerimanya. Apabila sudah

ada ayat, sudah ada hadist, maka seluruh perkataan manusia harus kita

buang. Kita harus mendahulukan perkataan Allah dan perkataan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Seluruh isi kandungan al-Qur’an

adalah serius dan tidak ada yang merupakan senda gurau semata. Maka ini

merupakan bantahan kepada kaum musyrikin yang menyatakan bahwa

ayat-ayat al-Qur’an hanyalah dongeng-dongeng orang-orang terdahulu

yang dibacakan oleh Nabi untuk bercanda dan bersenda gurau20. Kemudian

Allah berfirman:

م يكيدون كيدا إن“Sungguh, mereka (orang kafir) merencanakan tipu daya yang jahat”

وأكيد كيدا“Dan Aku pun membuat rencana (tipu daya) yang jitu”

Orang-orang kafir yang selalu berbuat tipu daya kepada nabi Muhammad

pada akhirnya senjata makan tuan karena Allah Maha mengetahui

segalanya21. Patut diketahui bahwasanya tidak boleh mengatakan Allah

Maha Pembuat Tipu Daya, karena tidak boleh kita menisbatkan sifat tipu

daya yang permanen kepada Allah. Namun Allah terkadang membuat tipu

daya kepada orang yang berbuat tidak baik.. Kemudian Allah berfirman:

ل الكافرين أمهلهم رويدا فمه

19 Muhammad Ali Shabuni, Mukhtasar Ibnu Katsir, (Lebanon: Bairut), 1981, 632. 20 Jalaludin Al-Mahalli, Tafsir Jalalain, (Surabaya : Nurul Huda), 497. 21 Jalaludin Al-Mahalli, Tafsir Jalalain, (Surabaya : Nurul Huda), 497.

Page 49: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

27

“Karena itu berilah penangguhan kepada orang-orang kafir. Berilah mereka

kesempatan untuk sementara waktu”

Oleh karena itu, orang-orang kafir berbuat kerusakan di dunia tinggal

menunggu waktu azab Allah akan turun kepada mereka, baik berupa

siksaan, malapetaka dan kehancuran3022. Sebagaimana firman Allah dalam

surat Luqmān ayat 24 yang artinya, Kami biarkan mereka bersenang-

senang sebentar kemudian kami paksa mereka (masuk) kedalam siksaan

yang keras.

3. Fadhilah (keutamaan) Surah al-Ṭāriq

Setiap huruf dan kata dalam al-Qur’an selalu memiliki makna yang

begitu dalam karena merupakan Kalamullah termasuk juga surah al-Thariq.

Al-Qur’an juga akan bisa menjadi hujjah yang akan membela kita jika kita

mengamalkan kandungannya. Sebaliknya, Al-Qur’an juga akan menuntut

kita, jika kita tidak mengamalkanya. Sesungguhnya Al-Qur’an akan

menjadi musuh pada hari kiamat bagi orang-orang yang membaca dan

menghafalnya saja, namun menyelisihi dan tidak mengamalkannya31. Salah

satu surat dalam al-Qur’an adalah surah al-Ṭāriq. Surah al-Ṭāriq ini

memiliki keistimewaan serta keutamaan tersendiri. Dalam kitab Lamahatul

Anwar wa Nafahatul Azhar, Muhammad bin Abdul Wahid Al-Ghafiqi

menyebutkan beberapa riwayat mengenai keutamaan surah al-Takwīr

(surat-surat pendek juz 30). Pertama, orang yang membaca surah al-Ṭāriq,

maka dia akan mendapatkan pahala dan kebaikan sebanyak bintang-bintang

yang ada di langit. Hal ini berdasarkan riwayat berikut;

ق ار الط و اء م الس و ة ر و س أ ر ق ن م م ل س و ه ي ل ع ى الله ل ص الله ل و س ر ن ع ب ع ك ن ب ب ا ن ع ات ن س ح ر ش ع اء م الس ف م ن ل ك د د ع ب الله اه ط ع أ

22 Muhammad Ali Shabuni, Mukhtasar Ibnu Katsir, (Lebanon: Bairut), 1981, 635. 31 Ustadz Ahmad zainudin,Lc, Keutamaan Membaca Al-Qur’an, https://Artikel

Muslim.Or.id.diambil pada tanggal 11 januari 2020.

Page 50: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

28

Dari Ubay bin Ka’ab, dari Rasulullah Saw; Barangsiapa membaca surah

‘Was samaa-i wath thariq, maka Allah akan memberinya sepuluh kebaikan

sebanyak hitungan bintang yang ada di langit.

Dalam sebuah riwayat yang dikeluarkan oleh Imam Al-Tsa’labi disebutkan

sebagai berikut;

ق ار الط و اء م الس و ة ر و س أ ر ق ن م م ل س و ه ي ل ع ى الله ل ص الله ل و س ر ن ع ب ع ك ن ب ب ا ن ع ات ن س ح ر ش ع اء م س ال ف م ن ل ك د د ع ب ر ج الأ ن م الله اه ط ع ا

Dari Ubay bin Ka’ab, dari Rasulullah Saw; Barangsiapa membaca surah

‘Was samaa-i wath thariq, maka Allah akan memberinya pahala sepuluh

kebaikan sebanyak hitungan bintang yang ada di langit. Kedua, orang yang

membaca surah al-Ṭāriq, maka dia akan dilindungi dan dihalangi dari

musuh-musuhnya.

Ini sebagaimana disebutkan dalam riwayat berikut;

ق ار الط ة ر و س أ ر ق ف ه س ف ى ن ل ع اف خ ن : م ال ق ه ن أ م ل س و ه ي ل ع ى الله ل ص ب الن ن ع ي و ر ه ن ي ب و ه ن ي ب ال ح و ه و د ع ن م الله ه ظ ف ح

Diriwayatkan dari Nabi Saw bahwa beliau bersabda; Barangsiapa takut

terjadi sesuatu pada dirinya, kemudian dia membaca surah al-Ṭāriq, maka

Allah akan menjaganya dari musuhnya, dan Allah akan menghalanginya

dari musuhnya.

Demikianlah beberapa penjelasakan terkait keutamaan surat al-Ṭāriq

menurut beberapa Ulama’ yang sudah disebutkan oleh peneliti.

B. Penjelasan Tentang Hujan

1. Proses Terjadinya Hujan

Al-Qur’an banyak sekali membahas tentang fenomena alam, seperti

eksistensi air, eksistensi laut, eksistensi awan dan angin, eksistensi

tetumbuhan dan pepohonan, eksistensi binatang, kebersihan lingkungan dan

kerusakan lingkungan32. Salah satunya adalah hujan, fenomena alam

tersebut dipahami kadang kala sebagai rahmat dan juga sebagai azab.

32 Muchlis M.Hanafi, Pelestarian Lingkungan hidup (Tafsir al-Qur’an

Tematik),(Jakarta: Lajnah Pentashih Al-Qur’an, 2012), 27.

Page 51: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

29

Padahal hujan tersebut kalau dilihat dari proses turunnya pengertianya sama

yaitu karena proses alam semata yaitu salah satu contoh proses terjadinya

hujan sebagai berikut, air yang terkena sinar matahari akan menguap. Uap

air tersebut akan naik ke angkasa, karena suhu di angkasa itu sangat dingin,

maka suhu itu mengembunkan uap air menjadi titik-titik air. Kumpulan

titik-titik air ini tampak sebagai awan. Tiupan angin yang membawa titik-

titik air dari tempat lain membuat titik-titik air menjadi sangat banyak,

sehingga awan tampak semakin menebal. Suhu yang semakin dingin

membuat titik-titik air semakin besar dan berat hingga akhirnya jatuh ke

bumi sebagai hujan.33

Menurut imam al-Rafi’i sebagaimana dikutip al-Munawi, bahwasanya

hujan turun setiap siang dan malam. Namun, Allah menurunkanya sesuai

kehendak-Nya, dilaut ataupun di darat. Terkadang huja turun tidak sesuai

dengan muslimnya dan terkadang pula hujan turun sesuai dengan

musimnya. Semua itu tergantung pada kehendak sang pemilik alam yaitu

Allah SWT.34

ها ويصرفه الله حيث شاء ما من ليل ولا نار إلا والسماء ت طر ف ي

Ibnu ‘Abbas juga pernah meriwayatkan bahwa setiap tahun hujan turun

tidak lebih sedikit dari tahun sebelumnya. Karena Allah telah membagi

turunnya hujan diantara hamba-hambanya dan sesuai dengan kehendak-

Nya35.

وعن ابن عباس ما من عام أقل مطرا من ع ام ولكن الله قسم ذلك بي ع باده على ما شاء

33 Umi Habibah Dkk,..Ilmu Pengetahuan Alam 5, (Jakarta:CV.Mitra Media

Pustaka,2010), 184. 34 Syarh al-Jami’ al-Shagir, Faidhul Qadir, Maktabah Tajariyatul Kubra, 1971. 35 Mausu’ah al-Hafidz Ibnu Hajar, 560.

Page 52: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

30

Diriwayatkan bahwa malaikat mengetahui jumlah butiran hujan dan

kadar turunnya pada setiap tahun. Dikarenakan butiran hujan yang turun

tidak pernah berbeda, hanya saja butiran hujan yang turun disetiap daerah

berbeda-beda.36

وروي أن الملائكة ي عرف ون عدد المطر وقدره كل عام لأنه لا يت لف لكن تتلف في ه البلاد

Dalam ilmu geografi proses terjadinya hujan ialah berasal dari

penguapan air laut dan permukaan akibat penyinaran matahari. Kemudian

mengalami pengembunan (kondensasi) membentuk titik air yang

berkumpul menjadi awan. Jika titik-titik air sudah berat, maka turunlah

dalam bentuk hujan37. Pendapat di atas bisa kita pahami sebagai proses alam

semata, proses tersebut seakan-akan tidak memperlihatkan kepada manusia

bahwa hujan tidak menimbulkan azab atau musibah, akan tetapi hujan turun

sebagai kabar gembira atau rahmat bagi alam seperti ayat berikut:38

ي د ي ي را ب ش ح ب ل الريا رس ي ي و الذ لت وه ق ا أ ذ إ ت ه ح اب س رحمت حه ا ا ب ن زل ن أ ف يت د م ل ب اه ل ن ق الا س ق ل ث ن ك ه م ا ب ن رج خ أ اء ف م رات الث ل م

رون ذك م ت لك ع ى ل وت م ل ك نرج ا ل ذ ك“Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira

sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan), hingga apabila angin itu telah

membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu

Kami turunkan hujan di daerah itu, Maka Kami keluarkan dengan sebab

hujan itu berbagai macam buah-buahan. seperti Itulah Kami

membangkitkan orang-orang yang telah mati, Mudah-mudahan kamu

mengambil pelajaran.” (Surah al-A’rāf [7]: 57).

36 Syarh al-Jami’ al-Shagir, Faidhul Qadir, Maktabah Tajariyatul Kubra, h, 631

37 Hartono, Geografi 1 jelajah bumi dan alam semesta untuk kelas X

SMA/MA,(Jakarta: CV.Citra Praya.2009),99. 38 Muchlis M.Hanafi, Pelestarian Lingkungan hidup (Tafsir al-Qur’an Tematik),

57.

Page 53: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

31

2. Kadar dan Kandungan Air Hujan

Kandungan H2O atau uap air hujan merupakan kandungan paling

dominan, karena berkisar sekitar 90 hingga 99.9%. Pada saat siklus hujan,

ada yang dinamakan proses penguapan di mana menjadi sumber

terbawanya H2O pada hujan. Penguapan H2O akan membentuk awan kecil

yang akan terbawa angin dan menjadi sumber utama hujan. Hujan

merupakan proses turunnya butiran air dari atmosfer ke permukan bumi

dalam bentuk es, salju, ataupun bentuk cair. Proses turunnya hujan sendiri

diawali dengan proses penguapan air di permukaan bumi. Penguapan paling

besar dibantu oleh energi sinar matahari. Panas dari sinar matahari yang

terpapar pada permukaan air menyebabkan air lapisan permukaan akan

menguap dan mengapung ke udara sampai atmosfer. Uap air ini terkumpul

akibat dorongan angin. Angin yang disebabkan oleh udara yang bergerak

akibat perbedaan tekanan, yakni menuju udara yang meiliki tekanan lebih

rendah. Ditempat dengan tekanan udara yang lebih rendah itulah sedikit

demi sedikit uap air tersebut terkumpul dan menjadi awan yang lebih pekat.

Jika dilihat dari permukaan bumi berupa awan mendung. Saat awan ini

berkumpul menjadi lebih pekat dan mengalami penurunan suhu di atmosfer,

maka air dalam bentuk uap ini berubah menjadi bentuk cairnya kembali dan

turun sebagai hujan.

Siklus air atau siklus hidrologi adalah pergerakan dan perubahan air

didalam hidrosfer39. Siklus ini merupakan pengulangan proses turunnya

hujan. Karena sifat air yang mudah berubah wujud seperti cair, padat, dan

gas. Perubahan wujud air ini bisa disebabkan banyak hal, seperti paparan

sinar matahari dan perubahan musim. Air yang berada di daratan seperti

laut, danau, dan sungai yang terpapar sinar mentari mengalami perubahan

39 Ndarto, Hidrologi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), 4.

Page 54: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

32

wujud menjadi gas atau mengalami penguapan. Kemudian naik ke udara

dan berubah menjadi awan dan mengalami perubahan wujud kembali

menjadi cair dan turun sebagai hujan. Proses tersebut terus mengalami

pengulangan. Terus terjadi berulang-ulang mulai dari proses penguapan air

didaratan, pembentukkan awan, turunnya hujan, hingga menguap kembali.

3. Fungsi Air Hujan Bagi Kehidupan

a. Pemasok air tawar

Penyebab air hujan ini tawar adalah pada saat air laut menguap

kandungan garam yang tercampur pada air tertinggal dan tidak ikut

menguap. Kandungan garam tetap tertinggal, sedangkan air yang menguap

tersebut terpisah dan berubah menjadi zat gas dan naik ke atmosfer.

Pada saat hujan turun air yang dihasilkan adalah air tawar. Hal itu sangat

berpengaruh terhadap kehidupan di bumi. Mengingat setiap makhluk hidup

di Bumi membutuhkan air tawar. Selain untuk minum, air tawar juga

dibutuhkan dalam pengairan tanaman-tanaman yang menjadi sumber

makanan utama hewan dan manusia yang ada di bumi.

b. Energi kinetik air hujan pada run off

Energi kinetik hujan adalah energi gerak yang dihasilkan dari pergerakan

air dari air hujan. Energi kinetik pada air setelah turun sebagai hujan

berperan sangat penting dalam kehidupan di daratan seperti mengangkut

unsur hara ke dataran yang lebih rendah, penggerak mesin, sebagai

pembangkit lisrik dan lain sebagainya40. Manfaat dari pergerakan air ini

secara alami sangat berperan dalam meningkatkan kesuburan tanah yang

berada di dataran yang lebih rendah. Karena air membawa unsur-unsur hara

pada tanah yang nantinya akan menjadikan tumbuhan di dataran rendah

dapat menjadi lebih subur. Jadi tidak hanya berfungsi sebagai pemasok air,

40 Zaglul An-Najar, Abdul Daim Kahlil, Ensiklopedia Mukjizat Ilmiah Al-Qur’an

Dan Hadis, (Jakarta: Lentera Abadi, 2015), 82.

Page 55: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

33

pergerakan air hujan yang sudah turun juga penting dalam meningkatkan

kesuburan tanah yang berada di dataran yang lebih rendah. Karena air

membawa unsur-unsur hara pada tanah yang nantinya akan menjadikan

tumbuhan di dataran rendah dapat menjadi lebih subur. Jadi tidak hanya

berfungsi sebagai pemasok air, pergerakan air hujan yang telah turun juga

sangat penting dalam membawakan unsur hara yang sangat dibutuhkan

tumbuhan. Tumbuhan sebagai produsen tingkat satu dalam rantai makanan

sangat penting perannya dalam ekosistem. Sehingga jika hujan tidak turun

dan tumbuhan mengalami kekurangan air atau pun unsur hara yang dibawa

air dari dataran tinggi akan sangat berpengaruh pada kehidupan hewan dan

manusia.

Dalam hal lain, manusia juga memanfaatkannya sebagai sumber energi

untuk penggerak mesin seperti penggiling dan pompa air di bidang

perkebunan. Di daerah pelosok yang masih belum terjamah oleh listrik

negara pun memanfaatkan sebagai penggerak turbin yang mengubah energi

gerak menjadi energi listrik. Dalam skala besarnya, pengguanaan air

sebagai energi pembangkit listrik terdapat pada waduk yang sengaja

dijadikan pembangkit listrik tenaga air. Pengubahan energi gerak yang

dihasilkan dari pergerakan air sangat membantu dalam kehidupann

manusia. Hal ini sangat membantu dalam menghemat energi lain yang

digunakan sebagai pembangkit listrik, misal minyak bumi yang di gunakan

pada pembangkit listrik tenaga dari generator. Saat hujan turun, maka akan

menaikkan debit air. Jika hujan tidak turun tentu tak akan ada yang

mengangkut air ke dataran tinggi, yang nantinya dimanfaatkan energi

geraknya menjadi sumber energi listrik.

4. Penyebutan Hujan dalam Al-Qur’an

Di antara hikmah diturunkannya al-Qur’an dalam bahasa Arab adalah

kekayaan yang terkandung dalam bahasa Arab itu sendiri. Satu kata dalam

Page 56: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

34

bahasa asing akan dijumpai ungkapannya dalam bahasa Arab dengan

istilah-istilah yang berbeda. Kata “hujan” misalnya, Al-Qur’an

membahasakannya dengan beberapa istilah atau ungkapan. Berdasarkan

penelurusan peneliti, setidaknya ada empat, yaitu: al-Maṭar, al-Ghayth,

Anzala….māa (menurunkan air atau hujan) dan al-Wadqu. Masing-masing

istilah tersebut mempunyai karakter dan makna tersendiri sebagaimana

pemaparan berikut:

a. Maṭar

Kata Maṭar menurut Quraish Shihab yaitu kata ( المطر ) al-Mathar bentuk

jama’nya adalah ( أمطار ) am ṭārun yang artinya hujan41. sedangkan apabila

menggunakan bentuk nakirah atau infinitife ( مطرا ) maṭaran artinya adalah

hujan atau sesuatu yang luar biasa atau ajaib42. di dalam al-Qur’an, baik

dalam bentuk tunggal maupun Jama’, diulang sebanyak 15 kali yang

tersebar di dalam beberapa surah yaitu sebagai berikut.43

Tabel 2.1 Surat dan Jumlah Ayat

Surat Ayat Terulang

al-A’rāf 84 2 kali

Hūd 82 1 kali

al-Ḥijr 74 1 kali

al-Syu’arā 173 3 kali

al-Naml 58 3 kali

al-Anfāl 32 1 kali

al-Furqān 40 2 kali

41 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia (Surabaya:

Pustaka Progresif, 1997), 1343. 42 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, vol. 4,(Jakarta: Lentera Hati, 2002),195. 43 M. Fuad Abdul Baqi, Muʹjam al-Mufahras li al-Fādz al-Qurān al-Karīm (Beirut:

Dar el-Hadith, 2007), 765

Page 57: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

35

al-Nisā’ 102 1 kali

al-Aḥqāf 24 1 kali

b. Ghayth

Kata Yuwghāth, apabila dipahami dari kata ghayth atau hujan, maka

terjemahannya adalah diberi hujan. Dan jika ia berasal dari kata ghawts

yang berarti pertolongan, maka ia berarti perolehan manfaat yang sangat

dibutuhkan guna menampik datangnya mudharat, dari kata inilah lahir

istilah istighātsah44. Dalam Al-Qur’an kata al-Ghayth baik dalam bentuk

tunggal maupun jama’ diulang sebanyak 6 kali yang tersebar di dalam

beberapa surah yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.2 Surat dan Jumlah Ayat

Surat Ayat Terulang

Yūsuf 49 1 kali

al-Kahfi 29 2 kali

Luqmān 34 1 kali

al-Syūra’ 28 1 kali

al-Ḥadīd 20 1 kali

c. Anzala (menurunkan)….mā' (air/hujan)

Al-Qur’an menggunakan kata kunci anzala yang berarti menurunkan dan

kata ini diulang hampir sebanyak penyebutan istilah al-mā atau air dalam

al-Qur’an. Selain menggunakan kata anzala, Allah juga menggunakan kata

yang dekat maknanya dengan menurunkan, yaitu kata ṣabba yang berarti

mencurahkan (air dari langit). Subjek yang menjadi pelaku kata anzala

yakni menurunkan ini adalah Allah yang diungkapan dalam bentuk kata

44 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, vol.6 (Jakarta: lentera hati, 2002), 111.

Page 58: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

36

Allah ismul-jalālah, kata ganti Kami atau Dia. Sementara asal air itu,

disebutkan oleh Al-Qur’an, minas-samā dari langit, sedangkan tempat yang

menjadi penampungan air yang turun dari langit itu adalah al-ard, yaitu

bumi.45

Al-Qur’an menyebut istilah mā' dalam bentuk nakirah (indefinite) dan al

mā' dalam bentuk ma’rifah (definite) yang berarti air sebanyak 59 kali.

Sementara itu, al-Qur’an menyebut (mā'aki), airmu satu kali,(mā'aha)

airnya, dua kali, dan (mā' akum) air kalian, satu kali. Jadi secara keseluruhan

al-Qur’an mengulang istilah (mā') atau air sebanyak 63 kali yang tersebar

dalam 42 surah. Hal ini mengisyaratkan bahwa air, menurut al-Qur’an

merupakan sumber kekayaan alam yang sangat penting, berharga dan

memiliki daya guna dan manfaat yang sangat besar bagi kehidupan

manusia,binatang dan tetumbuhan.46

Di dalam al-Qur’an kata Anzala……Māa dengan berbagai derivasinya

diulang sebanyak 27 kali yang tersebar di dalam beberapa surah yaitu

sebagai berikut47.

Tabel 2.3 Surat dan Jumlah Ayat

Surat Ayat Terulang

al-Baqarah 22 dan 164 2 kali

al-an’ām 99 1 kali

al-A’rāf 57 1 kali

al-Anfāl 11 1kali

Yūnus 24 1kali

45 Muchlis M.Hanafi, Pelestarian Lingkungan hidup (Tafsir al-Qur’an Tematik),

112. 46 Muchlis M.Hanafi, Pelestarian Lingkungan hidup (Tafsir al-Qur’an Tematik),

112. 47 M. Fuad Abdul Baqi, Muʹjam al-Mufahras li al-Fādz al-Qurān al-Karīm, 765.

Page 59: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

37

al-Ra’d 17 1 kali

Ibrāhīm 32 1 kali

al-Ḥijr 22 1 kali

al-Naḥl 10 dan 65 2 kali

al-Kahfi 45 1 kali

Tāhā 53 1 kali

al-Ḥajj 5 dan 63 2 kali

al-Mu’minīn 18 1 kali

al-Furqān 48 1 kali

al-Naml 60 1 kali

al-‘Ankabūt 63 1 kali

al-Rūm 24 1 kali

Luqmān 10 1 kali

al-Fāṭir 27 1 kali

al-Zumar 21 1 kali

Fuṣṣilat 39 1 kali

Az-Zuhruf 11 1 kali

Qaf 9 1 kali

al-Nabā’ 14 1 kali

Page 60: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

38

d. Wadqu

Kata al-Wadq mayoritas ulama memahaminya dengan arti hujan.

Terambil dari kata Wadaqa yang berarti menetes48. Di dalam al Qur’an kata

al-Wadqa di ulang sebanyak 2 kali yaitu sebagai berikut:49

Tabel 2.4 Surat dan Jumlah Ayat

Surat Ayat Terulang

al-Nūr 43 1 kali

al-Rūm 48 1 kali

48 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, vol.8, 576. 49 M. Fuad Abdul Baqi, Muʹjam al-Mufahras li al-Fādz al-Qurān al-Kariym, 838.

Page 61: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

39

BAB III

DESKRIPSI PONDOK BUMI DAMAI AL-MUHIBBIN

TAMBAK BERAS JOMBANG

A. Penamaan Pondok Bumi Damai al-Muhibbi

Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin adalah salah satu unit

dari Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang yang

didirikan oleh KH. Moh. Djamaluddin Ahmad, beliau adalah salah satu

menantu dari alm. KH. Abdul Fattah Hasyim, pendiri Madrasah Mu’allimin

Mu’allimat Atas (MMA). Pada awalnya dengan bermodalkan sebidang

tanah pemberian dari mertua, beliau membangun rumah yang cukup

sederhana dan sebuah kamar di bagian depan.

Selang beberapa waktu mulai datang santri yang berkeinginan untuk ikut

mengabdi pada beliau, dan lama kelamaan kamar tersebut tidak lagi cukup

menampung para santri, untuk itu beliau membuat local kecil dengan

ukuran 4 x 6 m2. Seiring dengan bertambah pesatnya jumlah santri Pondok

Pesantren Bahrul Ulum, semakin banyak pula santri yang nyantri pada KH.

M. Djamaluddin Ahmad, dan dalam waktu singkat kamar yang ada tidak

dapat mampu lagi menampung santri, untuk itu beliau membangun asrama

dengan membuat dua lokal di atas rumah beliau dan satu lokal di lantai

bawah, dan mulai saat itulah beliau memberi nama asrama ini dengan nama

"Al-Muhibbin" yaitu orang-orang yang dicintai oleh Allah SWT. Dalam hal

ini Pengasuh Pesantren memiliki keingginan atau do’a agar santri yang

menuntut ilmu di Pesantren al-Muhibbin selalu dicintai Allah SWT dalam

segala hal1.

1 Achmad Fauzi Darmawan (Ketua Santri al-Muhibbin), diwawancarai oleh Much.

Saifuddin Zuhri, Tambak Beras, 23 April 2020, Jombang.

Page 62: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

40

Karena lokasi yang ada di lingkungan Pondok Induk Bahrul Ulum dirasa

sempit sehingga tidak memungkinkan lagi untuk mengembangkan asrama

guna menampung jumlah santri yang semakin lama semakin bertambah

maka KH. M. Djamaluddin Ahmad beserta Ibu Nyai Hj. Churriyah

mencoba mengembangkan Al-Muhibbin dengan membeli sebidang tanah

yang berada + 500 meter di sebelah selatan pondok Induk Bahrul ulum

dengan luas + 1 hektar. Pada tahun 1992 M dimulailah pembangunan

pondok Pesantren Al-Muhibbin di lokasi yang baru dengan mendirikan

sebuah masjid dengan ukuran 25x 25 m2 sembilan buah kamar untuk

domisili para santri. Pada tahun 1994 M, tepatnya tanggal 28 Rajab 1415 H.

Al-Muhibbin diresmikan di lokasi yang baru dan baru diberi nama “Bumi

Damai Al-Muhibbin”2.

B. Letak Geografis

Pondok Bumi Damai al-Muhibbin ini terletak dijalan KH. Wahab

Hasbullah gg II 120 A. tepatnya berada di dusun Tambak Rejo, desa

Tambak Beras, Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang, Jawa Timur.

Adapun ketentuan batas desa ini adalah:

1) Sebelah utara berdekatan dengan desa Tembelang.

2) Sebelah selatan berdekatan dengan desa Tambak Rejo.

3) Sebelah barat berdekatan dengan desa Ploso Geneng.

4) Sedangkan sebelah Timur berdekatan dengan desa Sariloyo.

C. Visi dan Misi Pondok

Dalam setiap komunitas atau lembaga pasti memiliki visi dan misi agar

tujuan yang akan diraih sesuai dengan apa yang diharapkan dan dapat

2 Achmad Fauzi Darmawan. Wawancara.

Page 63: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

41

mencetak produk ataupun SDM yang unggul. Pondok Pesantren Al-

Muhibbin juga memiliki Visi dan Misi, diantaranya3:

1. Visi

Terwujudnya generasi yang bertaqwa kepada Allah SWT, yang

berakhlaqul karimah dan mampu mengemban amanah, mengajak dan

mengajarkan kebaikan serta Amar Ma’ruf Nahi Munkar.

2. Misi

Misi Bumi Damai Al-Muhibbin adalah mewujudkan cita-cita luhur

pesantren berupa:

a) Terbinanya mental spiritual santri sebagai wujud penghambaan

kepada Allah SWT

b) Terbinanya moral dan etika santri sebagai makhluk sosial yang

beradab

c) Meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan serta wawasan

intelektual islamiyyah, sehingga terciptanya kader dan pemimpin yang

handal dari pesantren.

Fasilitas atau isi pondok pesantren al-Muhibbin Tambakberas

Jombang antara lain:

a) Masjid

b) Asrama santri

c) Lokal madrasah

d) Perpustakaan

e) Lapangan olahraga

f) Koperasi

g) Dll

3 Almuhibbin, Bumi Damai ( 25 Mei, 2020).

Page 64: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

42

D. Kepengurusan Pondok al-Muhibbin

Setiap kepengurusan pasti memiliki struktur untuk membagi peran dan

tugas dalam menjalankan dan memaksimalkan kegiatan yang ada di

organisasi tersebut. Sebagaimana kepengurusan yang ada di pondok Bumi

Damai al-Muhibbin. Dalam hal ini peneliti menjelaskannya melalui tabel

agar mudah dipahami, adapun tabelnya adalah sebagai berikut:

Bagan 3.1 Kepengurusan Pondok al-Muhibbin

Page 65: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

43

E. Proses dan Tahapan Pembelajaran

Untuk program al-Qur’an bagi santri baru menggunakan kitab Yanbu’a

sampai dengan jangka waktu satu tahun. Kemudian ketika sudah lulus

berganti al-Qur’an dan sampai pada murattal. Supaya lebih jelas peneliti

merangkainya seperti dibawah ini4 :

1. Program al-Qur’an

a. Materi Yanbu’a dilaksanakan 5 hari dalam satu pekan selama satu

tahun yang bertempat di masjid Jami’

b. Materi al-Qur’an setiap pertemuan membaca satu halaman mushaf.

Dilaksanakan 5 hari setoran musafahah dengan guru, 1 hari penyelarasan

lagu/murottal bersama di Masjid. Standar mushaf yang dipakai adalah

mushaf Al-Qur’an cetakan kudus atau memakai standart Rosm Usmany.

c. Materi penyelarasan murottal/bacaan Materi ini disampaikan

dengan metode menirukan. Seluruh santri bertempat di masjid. Alat bantu

metode ini menggunakan proyektor.

2. Program baca kitab

a. Kelas 1 Ula, empat hari membaca kitab dengan cara santri maju

untuk menyetorkan bacaan sebanyak 5–10 baris setiap pertemuan, guru

menyimak dan membenarkan bila ada bacaan yang salah dan guru

memberikan pertanyaan tentang materi Nahwu, Shorof, dan pemahaman

Fiqih. Kemudian 1 hari digunakan untuk belajar ilmu Tajwid.

b. Kelas 2 Ula keatas lima hari membaca kitab-kitab yang sudah

ditentukan. Materi pembelajaran:

Tabel 3.1 Program Baca Kitab Kelas 2 Ula

4 Almuhibbin, Bumi Damai ( 25 Mei, 2020).

Pelajaran ULA WUSTHO ULYA

Page 66: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

44

3. Program Takrar

Takrar adalah metode belajar santri dengan cara mengkaji, memahami,

dan mengembangkan materi yang telah diajarkan di Madrasah formal. Di

antara sistem takrar yang diterapkan oleh pondok Bumi Damai al-Muhibbin

adalah :

a. Takrar pola pengajaran, Takrar ini diperuntukkan bagi santri yang

bersekolah di MTsN dan MAN.

b. Takrar Pola Terpimpin, takrar ini diperuntukkan bagi santri kelas

VII dan VIII MTs FH, kelas X MA FH Program Khusus (Program Bahasa),

dan kelas 1 Madrasah Muallimin Muallimat.

c. Takrar pola pendampingan, takrar ini diperuntukkan bagi santri

kelas IX MTs FH, kelas X MA FH Program Reguler (Program Agama),

kelas XI dan XII MA FH serta kelas II sampai VI Madrasah Muallimin

Muallimat.

d. Takrar pola mandiri, takrar ini diperuntukkan bagi santri yang sudah

menjadi mahasiswa.

Baca kitab توشيح فتح القريب تقريب

Nahwu افيه عمريطي جرومية

Shorof مقصود امثلة تصرفية امثلة تصرفية

Fiqih توشيح فتح القريب تقريب

Page 67: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

45

F. Aktifitas Pondok al-Muhibbin

Kegiatan santri pondok Pesantren al-Muhibbin banyak sekali meliputi

kegiatan harian, pelatihan dan pengembangan ketrampilan dan keilmuan.

Agar lebih jelas maka peneliti menjabarkannya sebagai berikut5

1. Kegiatan harian

a. Shalat lima waktu berjama’ah

b. MHM Program al-Qur’an

c. MHM Program kitab

d. MHM Program takror

e. Pengajian wethon

2. Pelatihan dan Pengembangan Ketrampilan

a. Senam Wushu

b. Hadrah al-Banjari

c. Majlis Diba’iyyah

d. Majlis Manaqib

e. Tahlil

f. Kaligrafi

g. Qira’ah

h. Pidato

i. MC

j. Dll

3. Pelatihan dan Pengembangan Keilmuan

a. Forum Bakhtsul kutub

b. Forum Bakhtsul masail

c. Kursus Jurnalistik

d. Dll

5 Almuhibbin, Bumi Damai ( 25 Mei, 2020)

Page 68: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

46

Demikianlah semua aktifitas yang dilakukan oleh santri Bumi Damai Al-

Muhibbin yang sudah dirumuskan oleh pengasuh serta para ustadz demi

merealisasikan visi dan misi pondok Al-Muhibbin. Sehingga dapat

mencetak santri yang dapat berguna bagi agama, nusa dan bangsa.

Page 69: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

47

BAB IV

PRAKTIK PENOLAKAN HUJAN MELALUI

PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ

Kitab suci al-Qur’an yang selalu dan setiap saat mendapatkan perhatian

dan dibaca oleh masyarakat muslim, bahkan juga menjadi landasan amal

dan perbuatan bagi pribadi seorang muslim dalam menjalani kehidupannya

sebagai individu yang menjadi bagian dari masyarakat secara luas. Umat

Islam senantiasa meyakini bahwa al-Qur’an benar-benar hadir secara nyata

di dalam setiap sendi kehidupan, sebagaimana bacaan dan makna ayat-

ayatnya hadir beriringan dalam kehidupan umat Islam di sepanjang masa.1

Dari sinilah muncul penelitian tentang fenomena living Qur’an. Yang

dicari dari penelitian living Qur’an bukanlah kebenaran agama dengan

bukti-bukti ayat-ayat al-Qur’an, yang dengan itu umumnya sebagian

kelompok muslim bisa saja menghakimi kelompok muslim lainnya, atau

terhadap kelompok keagamaan lain yang dianggap tidak sesuai, akan tetapi

living Quran lebih mengedepankan dan mengutamakan penelitian terhadap

tradisi yang ada (fenomena) yang berkembang hingga saat ini dalam

masyarakat dan dilihat dari perspektif kualitatif.2

Adapun al-Qur’an terkadang dijadikan untuk isyarat dan simbol dalam

keyakinan masyarakat yang bisa juga dimanfaatkan sebagai kebaikan, dan

kemudian diapresiasikan dengan norma dan bentuk perilaku keagamaan.

Jadi dengan penelitian living Qur’an, para peneliti menemukan sebuah

kesimpulan hasil penelitian yang mendetail dalam meneliti prilaku suatu

masyarakat dengan karakter sosial keagamaan yang juga sangat unik. Tanpa

1 Kitab (al-Qur‟an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang

bertaqwa. Kementrian Agama RI, al-Qur’an dan terjemahannya, 2. 2 Yusuf dkk, Pendekatan Sosiologi Dalam Penelitian Living Qur’an, 50.

Page 70: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

48

disadari masyarakat muslim Indonesia juga menjadikan dan menggunakan

al-Qur’an sebagai alat kelengkapan bacaan dalam sebuah acara keagamaan.

Seperti tradisi yang berkembang di Pondok Pesantren Al-Muhibbin,

Tambak Beras, Jombang Jawa Timur. Bab ini mengulas pemahaman dan

praktek yang dilakukan oleh para santri Pondok Pesantren Al-Muhibbin

Tambak Beras, Jombang terhadap pembacaan ayat-ayat tertentu dalam al-

Qur’an, maka dalam penelitian ini penulis akan menjelaskan pendapat dan

pandangan, serta praktek yang mereka lakukan terhadap pembacaan surah

al-Ṭāriq dalam berbagai acara keagaamaan seperti yang sudah penulis

sebutkan di atas.

A. Landasan Pembacaan Surah al-Ṭāriq Sebagai Sarana Menolak

Hujan

Para ahli Tafsir sepakat berpendapat bahwa surat al-Ṭāriq diturunkan

pada periode Makkah yaitu setelah surat Al-Balad3. Surat ini dinamakan

dengan al-Ṭāriq sebagaimana sudah tertera dalam muṣḥaf al-Iman (usmany)

serta diberbagai buku tafsir.

Secara etimologi al-Ṭāriq berarti mengetuk dengan suara yang terdengar

keras, bisa juga dipakai untuk menyebut orang yang sedang berjalan dengan

kaki. Dan secara khusus digunakan pada waktu malam, sebab umumnya

pada waktu malam hari semua pintu rumah kebanyakan ditutup. Kemudian

makna ini diperluas menjadi apa saja yang terlihat pada waktu malam.

Adapaun para pakar tafsir mengartikan nama surat ini dengan bintang yang

muncul pada malam hari4.

Tema surat ini masih berkisar tentang hari akhirat. Adapun proses utama

pembicaraan adalah tentang manusia, rahasia penciptaan serta tahapan-

3 Jalaluddin as-Suyuti, al-Itqan fi ‘Ulumi al-Qur’an Cet. I (Beirut: Darul Kutub al-

Ilmiah, 2004 M/1425 ), 20-22. 4 Prof. Dr. Jum’ah Ali Abd. Qadir, Ma’alim Suar al-Qur’an, cet. I, VOL.2 (Cairo:

Universitas al-Azhar, 2004 M/1424 ), 783.

Page 71: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

49

tahapannya kemudian memuat tanda-tanda kekuasaan Allah yang tiada

batasnya. Dan pembenaran al-Qur’an sebagai wahyu dan kitab Allah yang

menjadi pembeda anatara kebenaran dan kebatilan. Muatan surat ini ditutup

dengan hiburan kepada Nabi Muhammad supaya tidak terlalau menanggapi

tekanan dari kaum Quraisy. Agar beliau terus berdakwah tanpa memikirkan

resiko karena Allah yang akan menangani dan mengurus mereka. Kemudian

pada ayat 11-12 disebutkan hubungan surat al-Ṭāriq dengan hujan.

والأرض ذات الصدع والسمآء ذات الرجع “Demi langit yang mengandung hujan. Dan bumi yang mempunyai tumbuh-

tumbuhan” (QS. al-Ṭāriq [86]: 11-12).

Kemudian Allah kembali bersumpah dengan langit. Jika di awal surat ini

langit dihubungkan dengan kegelapan dan bintang yang menerangi dan

menghiasinya, maka pada ayat ini Allah menggandengkan langit dengan

bumi. Menggandengkan langit dengan hujan serta bumi dengan tumbuh-

tumbuhan. Dikatakan raj’i sebagai hujan karena air hujan pada dasarnya

berasal dari bumi dan akan dikembalikan ke bumi ke tempat asalnya untuk

mengairi tumbuhan yang bermacam-macam. Hasan al-Bashri mengatakan

bahwa hujan di sebut raj’i karena kembali dari langit dengan membawa

rizki, padahal tadinya berasal dari bumi berupa air saja. Adapun Ibnu Zaid

menafsirkan raj’i dengan bulan, matahari dan bintang-bintang yang

memiliki orbit tempat kembali mereka5.

Dari air yang sama itu kemudian ketika sampai di bumi berubah menjadi

tumbuhan yang bermacam-macam. Dinamakan al-ṣad’u karena aslinya

terbelah. Biji-bijian dan benih yang tadinya di dalam tanah kemudian

muncul dengan membelah tanah di atasnya, meskipun tak semua tumbuhan

berasal dari dalam tanah6. Tanda-tanda kekuasaan Allah tersebut, langit dan

5 Syihabuddin al-Alusy, Ruhul Maany, Vol. XXX (Beirut: Darul Fikr, 1997

M/1417), 178. 6 Syihabuddin al-Alusy, Ruhul Maany, 179.

Page 72: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

50

bumi serta sebagian fenomena yang diungkap dalam ayat ini digunakan

Allah bersumpah. Semata untuk meneguhkan hakikat al-Qur’an yang

didustakan oleh orang-orang kafir saat diturunkan kepada Nabi Muhammad

Saw.

وما هو بلزل إنه, لقول فصل “Sesungguhnya al-Quran itu benar-benar firman yang memisahkan antara

yang hak dan yang bathil. Dan sekali-kali bukanlah dia senda gurau”. (QS.

al-Ṭāriq [86]: 13-14).

Al-Qur’an tidaklah seperti yang mereka tuduhkan. Bukan gurauan atau

mitos sebagaimana klaim mereka. Al-Qur’an adalah kalam suci yang

diturunkan sebagai pembeda antara kebenaran dan kebatilan. Di dalamnya

termuat kaidah dan risalah serta ajaran yang mengajak kepada kebenaran

serta konsekuensinya. Juga memuat rambu-rambu dan batas-batas yang

menyelamatkan manusia dari kerugian abadi dan kesengsaraan.

Pada dasarnya hujan turun setiap hari disemua belahan dunia, baik siang

maupun malam. Akan tetapi semua itu atas kehendak Allah SWT,

diturunkan kapanpun, dalam situasi musim hujan atau tidak baik di laut

maupun di darat semua tergantung Allah SWT. Sebagaimana yang sudah

dijelaskan oleh imam Rafi’i dalam kitab Faiḍul Qadir50. Dengan ini semua

hujan bisa dipindahkan ketempat lain dengan seizin Allah SWT.

ما من ليل ولا نار إلا والسماء ت ط ر ف ي ه ا و ي ص ر ف ه الله حيث شاء Menurut Ahmad Fauzi Darmawan, ustadz sekaligus ketua santri Pondok

Pesantren Al-Muhibbin surat al-Ṭāriq selalu dibaca sebelum acara besar

dilaksanakan, tujuanya adalah supaya pada hari acara tersebut hujan tidak

turun, curah hujan di daerah pondok Al-Muhibbin dipindahkan kedaerah

lain atas seizin Allah. Pendapat yang sama juga dikatakan oleh salah satu

50 Syarh al-Jami’ al-Shagir, Faidhul Qadir, Maktabah Tajariyatul Kubra, 1971.

Page 73: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

51

warga Tambak Beras, bapak Khairul, dengan seizin Allah dan kemuliaan

al-Quran hujan tidak pernah turun selama acara berlangsung7.

B. Proses dan Tata Cara Pembacaan Surah al-Ṭāriq

Tata cara pembacaan surah al-Ṭāriq sebagai sarana menghentikan hujan

di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin adalah sebagai berikut:

1. Mengirimkan Fatihah kepada Nabi Muhammad Saw. berserta Istri

dan keluarganya

2. Mengirimkan Fatihah kepada para Waliyullah terutama Syaikh

Abdul Qadir al-Jilani

3. Mengirimkan Fatihah kepada Syaikh Massi ‘Ali

4. Mengirimkan Fatihah kepada Syaikh Mahrus ‘Ali

5. Mengirimkan Fatihah kepada Syaikh As-Syukri

6. Mengirimkan Fatihah kepada Ibu Nyai Wahid Hasyim

7. Mengirimkan Fatihah kepada Ibu Nyai Musyarafah Fattah

8. Mengirimkan Fatihah kepada Syaikh Jamaluddin Ahmad

9. Membaca surat al-Ṭāriq sebanyak 7 kali

10. Membaca doa Allahumma Khawalaina Wala ‘Alaina sebanyak 100

kali (diperbanyak jika memungkinkan).8

Tata cara pembacaan surah al-Ṭāriq diatas merupakan ijazah khusus

yang diberikan kepada pengasuh Pondok Pesantren Al-Muhibbin yaitu KH.

Djamaludin Ahmad dari gurunya langsung KH. Jalil Mustaqim,

Tulungagung, Jawa Timur.

C. Peserta dan Pimpinan Pembacaan

Pembacaan surah al-Ṭāriq dilakukan secara berjama’ah setelah shalat

Maktubah melibatkan semua santri yang berjumlah hampir 2000 dan warga

7 Achmad Fauzi Darmawan. Wawancara. 8 Achmad Fauzi Darmawan, Wawancara.

Page 74: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

52

sekitar sebagai peserta dan dipimpin oleh imam Shalat. Biasanya dari

kalangan santri senior atau dari pendiri pondok Al-Muhibbin itu sendiri

yaitu Kiai Jamaluddin Ahmad. Pembacaan surat al-Ṭāriq ini dilakukan di

bulan Rajab sesuai dengan nama kegiatan besarnya yaitu “Rajabiyah”,

biasanya dilakukan pada minggu kedua di bulan Rajab. Dan dilakukan

seminggu sebelum acara berlangsung. Semisal pada acara Rajabiyah bulan

Maret tanggal 9 tahun 2020 kemarin, ritual ini dilakukan mulai tanggal 1

Maret di Masjid Jami’ Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin.9

Acara Rajabiyah dimulai dengan ISHARI se-Jawa Timur, biasanya acara

ini dilakukan di hari sabtu sore sampai malam minggu di halaman Pondok

Pesantren Al-Muhibbin. Kemudian hari berikutnya yakni minggu malam

senin dilanjut dengan santunan yatim piatu dan orang tidak mampu yang

dibarengi dengan Nikah Massal bagi warga setempat dan santri yang ingin

pada moment pernikahannya disaksikan oleh para guru dan Ulama’, pada

momen pernikahan massal sang pengantin dihias di Komplek Al-Amanah

yang diasuh oleh Abdul Khaliq Hasan menantu dari KH. Djamaludin

Ahmad dan diiring menuju Pondok Al-Muhibbin dengan Kereta Kelinci.

Dan pada malam selasa, yakni malam puncak acara Rajabiyyah diadakan

Tablig Akbar dan pengajian umum yang dihadiri oleh Ulama-Ulama sepuh

Nusantara. Di halaman Pondok Pesantren Al-Muhibbin.

Pondok pesantren Al-Muhibbin Tambakberas Jombang selalu

merutinkan pembacaan surat al-Ṭāriq dalam bulan rajab tepatnya sebelum

acara Rajabiyyah diselenggarakan. Pembacaan tersebut ditujukan sebagai

washilah untuk melancarkan acara dan meminimalisir hal-hal yang tidak

diinginkan seperti halnya cuaca buruk atau hujan. Menurut salah satu santri

yaitu Ahmad Safaruddin ketika semua santri membacakan surat al-Ṭāriq

9 Achmad Fauzi Darmawan, Wawancara.

Page 75: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

53

secara berjama’ah memang jarang terjadi hujan. Meskipun cuaca mendung

tapi pada waktu acara hujan tidak turun seperti biasanya10

Beberapa kali dalam acara Rajabiyyah memang turun rintik hujan akan

tetapi curah hujan tidak begitu lebat dan dalam durasi waktu yang tidak

lama sehingga para peserta dan santri tidak terganggu dalam menyimak

pengajian akbar tersebut11. Kemudian Achmad Dzikrullah Akbar

menambahkan gejala alam tidak turunnya hujan ketika acara Rajabiyyah

bukan serta merta tidak ada alasannya. Namun semua itu atas rahmat Allah

SWT melalui ikhtiyar pembacaan surat al-Ṭāriq. Bahkan Akbar

menyakinkan bahwa dia belum pernah menemui acara Rajabiyyah diguyur

dengan hujan lebat12.

Dampak dari pembacaan surat al-Ṭāriq untuk sarana menolak hujan juga

dikuatkan oleh ustadz Lauhul Mahfudz. Menurut beliau ketika semua

urusan diserahkan kepada Allah SWT apalagi ikhtiyarnya dilakukan secara

berjama’ah maka insya Allah akan dikabulkan oleh Allah. Tidak turunnya

hujan ketika acara Rajabiyyah adalah salah satu bukti Rahmat Allah yang

diperlihatkan kepada manusia khususnya masyarakat dan santri yang

mengikuti acara tersebut. Beliau juga menyakinkan bahwa selama beliau

mengikuti acara Rajabiyyah di Pondok Al-Muhibbin belum pernah ada

kendala alam yang menyebabkan ketidaknyamanan peserta yang dalam hal

ini adalah turunnya hujan13.

10 Ahmad Safaruddin (Santri Al-Muhibbin), diwawancarai oleh Much. Saifuddin

Zuhri, Tambak Beras, 24 April 2020, Jombang. 11 M. Faidlun Ni’am (Santri Al-Muhibbin), diwawancarai oleh Much. Saifuddin

Zuhri, Tambak Beras, 24 April 2020, Jombang. 12 Ahmad Dzikrullah Akbar (Santri Al-Muhibbin), diwawancarai oleh Much.

Saifuddin Zuhri, Tambak Beras, 24 April 2020, Jombang. 13 Lauhul Mahfudz (Ustadz Pondok Al-Muhibbin), diwawancarai oleh Much.

Saifuddin Zuhri, Tambak Beras, 24 April 2020, Jombang.

Page 76: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

54

D. Respon Serta Pemahaman Ustadz dan Santri terhadap Pembacaan

Surah al-Ṭāriq Untuk Menolak Hujan

Perbedaan latar belakang pendidikan akan berdampak bedanya

pemahaman dalam kepala masing-masing manusia dan menimbulkan

perbedaan pendapat di kalangan warga, baik yang bersifat formal maupun

non formal. Sedikit maupun banyak sangat mempengaruhi pendapat santri

dan warga tentang bacaan surah di al-Qur’an. Disamping itu, kondisi kultur,

ekonomi dan budaya. Setiap individu warga juga memiliki perebedaan yang

sama. Khususnya latar belakang tersebut memberikan keunikan di setiap

kali memahami al-Qur’an. Seperti warga Tambak Beras, Jombang yang

mayoritas adalah kaum santri, akan tetapi memungkinkan menimbulkan

adanya perbedaan dalam menanggapi dan fungsi surah al-Ṭāriq seperti

halnya yang peneliti temui di Desa Tambak Beras14.

Khairul menceritakan pemahamannya bahwa surah al-Ṭāriq adalah

surah yang artinya sangat bagus untuk dipakai di desa Tambak Beras

apalagi di Bumi Damai Al-Muhibbin yang santrinya sangat banyak15.

Sementara M. Muhdhor mengatakan, “Itu ajaran baik dan surahnya juga

baik, saya masih ingat abah Kiai (Djamaluddin Ahmad) menjelaskan Tafsir

surat al-Ṭāriq dalam pengajian Hikam dan bisa untuk mengalihkan curah

hujan ketempat lain, tentunya dengan izin Allah Swt.”16. Pendapat lain dari

Ustadz Lauhul Mahfudz menegaskan, “Surah al-Ṭāriq kan dari dulu

dibacakan di Muhibbin sebelum acara Rojabiyyah dimulai, semua orang

sudah tau akan hal itu karena salah satu dari Ijazahnya Kiai Djamal untuk

Nyiwer Hujan17.

14 Ahmad Fauzi Darmawan. Wawancara 15 Khairul (warga sekitar pondok),diwawancarai oleh Much. Saifuddin Zuhri,

Tambak Beras, 23 April 2020, Jombang. 16 M. Muhdhor (Santri Al-Muhibbin), diwawancarai oleh Much. Saifuddin Zuhri,

Tambak Beras 25 April 2020, Jombang. 17 Lauhul Mahfudz. Wawancara.

Page 77: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

55

Selain itu, ada juga para santri yang memahami tentang surah al-Ṭāriq

dalam berbagai versi pendapat mereka. Zulkifli santri kelas 3 Aliyah asal

Sidoarjo menceritakan “Surah al-Ṭāriq adalah surah yang sering dibaca

oleh pak Kiai kalau sedang hujan lebat dan ada acara yang cukup besar,

terutama dalam acara Rajabiyyah, Saya tidak tahu kenapa hujan bisa

berhenti mungkin karena dipindah ditempat lain, itu yang saya dengar dan

pahami18. Ahmad Saiful Rizal juga sama halnya berpendapat, ”Yah surat al-

Ṭāriq kan harus dibaca setiap acara Rajabiyyah itu harus dibaca setelah

shalat Maktubah dan gak pernah ketinggalan.19 Bahkan, pendapat

pemahaman mereka juga menyentuh aspek empiris, seperti Ahmad

Dzikrullah Akbar selaku santri senior di Pondok al-Muhibbin menggunakan

ayat ke 11 surah al-Ṭāriq ini sebagai salah satu ayat yang diyakininya

sebagai perisai dan doa meraih rida Allah, sebagaimana ia mengatakan ”Ya

surat al-Ṭāriq itu bagus dibaca dan santri Al-Muhibbin itu selalu

membacanya dan bagi mereka sebelum Ilmuan di dunia membahas terkait

langit dan bintang al-Quran sudah membahasnya melalui surat al-Ṭāriq, dan

menurutku surat ini bisa untuk memindahkan hujan ketempat lain, itulah

kenapa kami selalu membaca surat tersebut sebelum acara rajabiyyah”.51

Pengalaman berinteraksi dengan al-Qur’an menghasilkan pemahaman

dan penghayatan terhadap ayat-ayat tertentu secara atomistik, sebagaimana

dilihat dari pengalaman pembacaan surah al-Ṭāriq di Pondok Pesantren Al-

Muhibbin. Pemahaman dan penghayatan individual yang diungkapkan dan

dikomunikasikan secara verbal maupun dalam bentuk tindakan tersebut

dapat mempengaruhi individu yang membacanya, dan juga individu lain

sehingga membentuk kesadaran bersama, dan pada taraf tertentu

18 Zulkifli (Santri Al-Muhibbin), diwawancarai oleh Much. Saifuddin Zuhri,

Tambak Beras 25 April 2020, Jombang. 19 Ahmad Saiful Rizal (santri al-Muhibbin), diwawancarai oleh Much. Saifuddin

Zuhri, Tambak Beras , 26 April 2020, Jombang. 51 Ahmad Dzikrullah Akbar. Wawancara.

Page 78: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

56

melahirkan tindakan-tindakan kolektif dan terorganisasi. Pengalaman

bergaul dengan al-Qur’an melalui pembacaan ayat-ayat secara mentradisi

seperti pembacaan surah al-Ṭāriq ternyata lekat dengan makna yang dibawa

surah itu sebagai surah dalam al-Qur’an.

Dengan demikian, adanya praktek pembacaan ayat-ayat al-Qur’an yang

mentradisi di sebuah masyarakat seperti pembacaan surah al-Ṭāriq di

kalangan warga Tambak Beras dan Santri Al-Muhibbin benar-benar

menjadikannya al-Qur’an yang hidup di tengah masyarakat yang

mengamalkannya. Salah satu bukti testimoni masyarakat sebagai respon

positif mereka atas praktek living Qur’an ini menegaskan bahwa “mengenai

bacaan surah al-Ṭāriq sebagai amalan yang dilakukan setiap selesai shalat

Maktubah di bulan Rajab. Selain digunakan untuk sarana menghentikan

hujan juga sebagai refleksi bahwa di Bulan Rajab warga Tambak Beras dan

Santri Al-Muhibbin dituntut untuk semakin mendekatkan diri kepada

Allah52”.

52 Lauhul Mahfudz. Wawancara.

Page 79: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

57

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Santri dan para Ustadz pondok al-Muhibbin mempraktikkan riwayat

surah al-Ṭāriq dalam rangkaian acara Rajabiyyah. Hasil penelitian skripsi

yang peneliti lakukan menemukan bahwa pembacaan surah al-Ṭāriq dibaca

selama 7 kali setiap selesai shalat Maktubah dan melibatkan pengurus,

ustadz serta santri Pondok Al-Muhibbin dan setelah itu membaca doa

Allahumma Khawalaina Wala ‘Alaina sebanyak 100 kali. Ayat-ayat itu

dibacakan dalam upacara untuk menolak hujan pada saat acara sedang

berlangsung. Rutinitas ayat-ayat surah al-Ṭāriq itu dibarengi dengan adanya

pemahaman khusus terhadap pilihan pembacaan ayat-ayat tadi, sehingga

menjadi bagian dari Living Qur’an dalam kebiasaan santri al-Muhibbin

Tambak beras Jombang.

Santri al-Muhibbin sendiri masih berpegang teguh dengan tradisi yang

ada, yang masih melekat dalam melaksanakan serta menjalankan tradisi

tersebut, salah satu tradisi yang dipegang dan digunakan hingga sekarang

ialah “Rajabiyyah yang dilakukan pada bulan Rajab” yang dimaksud

dengan Rajabiyyah ialah : salah satu kegiatan yang dilakukan oleh Santri

al-Muhibbin untuk menyongsong bulan suci Ramadan. Santri Al-Muhibbin

Tambak Beras membacakan surah dalam al-Qur’an yaitu surah al-Ṭāriq

secara berjamaah supaya pada hari acaranya tidak turun hujan.

Beberapa praktik pembacaan surah al-Ṭāriq yang digunakan dalam acara

kegiatan Rajabiyyah santri al-Muhibbin dan Ustadz pondok antara lain:

1. Surah al-Ṭāriq digunakan saat acara Rajabiyyah, biasanya di baca

setelah hadarat-hadarat kepada Nabi Muhammad Saw., dan kepada

keluarga yang sudah meninggal dunia, barulah dibacakannya surah al-Ṭāriq

Page 80: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

58

tersebut dengan maksud, agar ketika acara berlangsung tidak ada yang

menghalanginya terutama hujan.

2. Surah al-Ṭāriq dipakai juga sebagai amalan rutin santri al-

Muhibbin, pengurus dan ustadz ketika mulai bulan Rajab sampai datangnya

bulan Ramadan untuk mempersiapkan diri menuju bulan yang suci dan

mulai berlatih riyaḍah secara batin. Karena santri al-Muhibbin mayoritas

mengikuti thariqah Syadziliyyah yang diasuh oleh KH. Djamaluddin

Ahmad selaku Pengasuh Pondok al-Muhibbin dan Mursyid Thariqah

Syadziliyyah.

B. Saran

Penelitian tentang Praktek Pembacaan surah al-Ṭāriq dan acara

Rajabiyyah di Pondok Pesantren al-Muhibbin menjadi salah satu fenomena

Living Qur’an yang harus dikaji lebih dalam. Peneliti merekomendasikan

kepada peneliti selanjutnya agar mampu memperhatikan aspek-aspek lain

dari kehidupan masyarakat Tambak Beras yang mayoritas adalah santri.

Sehingga semakin hari dapat menjadi proses menuju pengalaman al-Qur’an

sesuai dengan tuntunan syari’at Islam. Al-Qur’an kembali kepada fungsi

sebenarnya, dan menjadi pedoman kehidupan untuk menggapai

kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Page 81: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

59

DAFTAR PUSTAKA

Artikel, Buku, Jurnal dan Wawancara.

Abd. Qadir, Jum’ah. Ma’âlim Suar al-Qur’ân, Cairo: Universitas al-Azhar,

cet.I, 2004.

Abdul Baqi, Fuad. Muʹjam al-Mufahras li al-Fādz al-Qurān al-Karim.

_______. Muʹjam al-Mufahras li al-Fādz al-Qurān al-Karīm. Beirut: Dar

el-Hadith, 2007.

Abidin, Zaenal. dkk, Pola Perilaku Masyarakat.

Ahmad ‘Ubaydi Hasbilah, AU. Ilmu Living Qur’an Hadist, Ontologi,

Epistimologi, dan Aksiologi. Ciputat: Yayasan Waqaf Darus-sunnah.

Ahmad Zainal Abidin dkk, Pola Perilaku Masyarakat. 2019.

Ali bin Muhammad Abu Hasan Almawardi, Ali bin Muhammad. Tafsir Al-

Mawardi.

Al-Shagir, al-Jami’. Faidhul Qadir, Maktabah Tajariyatul Kubra, 1971.

Hajar, Ibnu, Mausu’ah al-Hafidz

Creswell, John. Penelitian Kualitatif & Field Research. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar. 2015.

Habibah, Umi Dkk,..Ilmu Pengetahuan Alam 5. Jakarta:CV.Mitra Media

Pustaka,2010.

Hartono. Geografi jelajah bumi dan alam semesta untuk kelas X SMA/MA,

Jakarta: CV.Citra Praya.2009.

Herdiansyah, Haris. Metode Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta:

Salemba Humanika. 2010.

J. Moleong, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif.

Jalaludin Al-Mahalli, Jalaludin. Tafsir Jalalain. Surabaya.

Junaedi, Didi. 2015. Living Qur’an Sebuah Pendekatan Baru Dalam Kajian

al-Qur’an. Vol. 4. No, 2.

Sawaun, Nurdin. 2017. Dialog al-Qur’an Dengan Budaya Lokal

Nusantara,. Vol, 2, No, 1.

M. Hanafi, Muchlis. Pelestarian Lingkungan hidup (Tafsir al-Qur’an

Tematik.

Page 82: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

60

M. Hanafi, Muchlis. Pelestarian Lingkungan hidup (Tafsir al-Qur’an

Tematik)

_______. Pelestarian Lingkungan hidup (Tafsir al-Qur’an Tematik).

Jakarta: Lajnah Pentashih Al-Qur’an, 2012.

Mansur. Muhammad dkk. Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadist.

Yogyakarta: Teras. 2007.

Masyur Muhammad dkk, Living Qur’an Dalam Lintasan Sejarah,

Yogjakarta: TH-Press, 2007.

Masruroh, Umi. 2017. Tradisi Rebo Wekasan Dalam Kajian Living Qur’an

di Desa Pakuncen. Qaf. Vol, 1. No, 02.

Muhammad Ali Shabuni, Muhammad. Mukhtasar Ibnu Katsir. Lebanon,

1981.

Muhammad Ibnu Jarir Ath-Thabarani, Muhammad Ibnu. Tafsir Al-Thabari.

Al-Muhibbin, Bumi Damai.com ( 25 Mei, 2020). Diakses pada 25 Mei

2020.

Muhtador, Mochammad. 2014. Pemaknaan ayat al-Quran dalam

mujahadah: Studi Living Qur’an di PP al-munawwir krapyak. Jurnal

Penelitian. Vol, 8, No, 1

Al-Munawi, SA. Aktualisasi Nilai-Nilai Qur’ani Dalam Sistem Pendidikan

Islam. Ciputat; Ciputat Press. 2005.

Muri Yusuf, Muri. Metode Penelitian Kualitatif dan Gabungan, Jakarta:

Paramedia Group, 2014.

Mustaqim. Abdul. Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir. Yogyakarta:

PPLSQ Ar-Rahmah. 2014.

Al-Najar, Zaglul. Abdul Daim Kahlil, Ensiklopedia Mukjizat Ilmiah Al-

Qur’an Dan Hadis. Jakarta: Lentera Abadi, 2015.

Ndarto, Hidrologi. Jakarta: Bumi Aksara, 2014.

Rahman, Syahrul. 2016. living quran: Studi Kasus Pembacaan al-

Ma’tsurat di Pesantren Khalid Bin Walid. Syahadah. Vol, 4. No., 2.

Rajo, J.R. Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik dan

Keunggulan. Jakarta : Grasindo. 2010.

Shihab, Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati. Vol. 6.

_______. 2002. Tafsir Al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati. Vol. 4.

_______. Tafsir Al-Misbah, Vol. 8.

Page 83: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

61

Soehadha, Moh. Metode Penulisan Sosial Kualitatif untuk Studi Agama.

Syamsul Ulum, Syamsul. Menangkap Cahaya Al-Qur’an, Malang: UIN

Malang Press, 2007

Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R& D. Bandung:

Alfabeta. 2011.

Al-Suyuti, Jalaludin. al-Itqan fi ‘Ulumi al-Qur’an Cet. I (Beirut: Darul

Kutub al-Ilmiah, 2004.

Warson Munawwir, Ahmad. Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia.

Surabaya: Pustaka Progresif, 1997.

Zaid, Moh. 2011. Makna dan Pesan Penguat Sumpah Allah Dalam Surat-

Surat Pendek. Nuansa. Vol 8 No, 1.

Zainudin, Ahmad. Keutamaan Membaca Al-Qur’an, diambil dari

https://Artikel Muslim.Or.id.diambil pada tanggal 11 januari 2020.

Zariri bin Yazid, Muhammad. Jamiul Bayan Fi Ta’wilil Qu’an. 2000.

Disertasi, Skripsi, dan Tesis.

As-Syafi’i, Muhammad. “Karomahan (Studi Tentang Pengamalan Ayat-

Ayat Al-Qur’an Dalam Praktek Karomahan di Padepokan Macan

Putih.” Skripsi S1., IAIN Surakarta 2016.

E, Ibrahim. “Be a Living Qur’an Petunjuk Praktis Penerapan Ayat-ayat al-

Qur’an Dalam Kehidupan Sehari-sehari.” Skripsi S1., IAIN Sultan

Maulana Hasanudin Banten, 2009.

Hamid, Idam. “Tradisi Membaca Yasin Di Makam Annangguru

Maddappungan Santri Pondok Pesantren Salafiyah Parappe Kec.

Campalagian Kab. Polewali Mandar.” Skripsi S1., UIN Alaudin

Makasar, 2017.

Nasir, Fauzan. “Pembacaan Tujuh Surat Pilihan Al-Qur’an Dalam Tradisi

Mitoni.” Skripsi S1., IAIN Surakarta, 2016.

Sholeha, Isnani. “Pembacaan Surat-Surat Pilihan Dari Al-Qur’an Dalam

Tradisi Mujahadah.” Skripsi S1., UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,

2016.

Fanani, Rizal. “Kajian Living Qur’an Ayat-Ayat Pengobatan Dalam Kitab

Sullam al-Futuhat.” Tesis S2., Pasca Sarjana Ilmu Al-qur’an dan

Tafsir. IAIN Tulungagung, 2016.

Page 84: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

62

Mulyadi, Yadi. “Al-qur’an dan Jimat.” Tesis S2., UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2017.

Wawancara Responden/informan.

Akbar, Dzikrullah (Santri Al-Muhibbin). Diwawancarai oleh Much.

Saifuddin Zuhri. Tambak Beras, 24 April 2020, Jombang.

Fauzi D, Achmad (Ketua Santri al-Muhibbin). Diwawancarai oleh Much.

Saifuddin Zuhri. Tambak Beras, 23 April 2020, Jombang.

Khairul (warga sekitar pondok). Diwawancarai oleh Much. Saifuddin

Zuhri. Tambak Beras, 23 April 2020, Jombang.

Mahfudz, Lauhul (Ustadz Pondok Al-Muhibbin). Diwawancarai oleh

Much. Saifuddin Zuhri. Tambak Beras, 24 April 2020, Jombang.

Muhdhor, Muhammad (Santri Al-Muhibbin). Diwawancarai oleh Much.

Saifuddin Zuhri. Tambak Beras 25 April 2020, Jombang.

Ni’am, Faidlun (Santri Al-Muhibbin). Diwawancarai oleh Much. Saifuddin

Zuhri. Tambak Beras, 24 April 2020, Jombang.

Rizal, Saiful (Santri al-Muhibbin). Diwawancarai oleh Much. Saifuddin

Zuhri. Tambak Beras , 26 April 2020, Jombang.

Safaruddin, Ahmad (Santri Al-Muhibbin). Diwawancarai oleh Much.

Saifuddin Zuhri. Tambak Beras, 24 April 2020, Jombang.

Zulkifli (Santri Al-Muhibbin). Diwawancarai oleh Much. Saifuddin Zuhri.

Tambak Beras 25 April 2020, Jombang.

Page 85: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama : Achmad Fauzi Darmawan

Alamat : Jl. Moh Hatta Badang 03/03 Badang, Ngoro, Jombang

Jabatan :Ustadz/Ketua Pondok

Telpon : 085607311414

Email : -

Saya : “Bagaimana praktik pembacaan surah al-Ṭāriq pada

kegiatan Rajabiyyah di Pondok Pesantren al-Muhibbin?”.

Informan : “Pembacaannya biasanya dimulai ketika mendekati acara

Rojabiyyah, Abah (KH Djamaludin Ahmad) Ngendiko (memerintahkan)

kepada semua santri pondok untuk membacakan secara serentak setelah

shalat Maktubah, dilakukan di Masjid ini, yakni Masjid Jami’ al-

Muhibbin”.

Saya : “ Apakah di setiap tahun santri juga melakukan hal yang

sama?

Informan :”Iya, karena sudah menjadi tradisi sejak Pondok dibangun

di Tempat ini, selain untuk tawassul menghentikan hujan abah juga

mengingatkan kita untuk mempersiapkan diri kita semua untuk menjemput

bulan suci Ramadan”.

Saya : “ Kalau boleh tahu dari mana tradisi ini dimulai?

Informan : “ ini aslinya sebuah ijazah dari guru Abah ketika belajar di

pesantren tempo dulu, dikumpulkan oleh abah dan minta restu dari Gurunya

yaitu Kiai Jalil Mustaqim Tulungagung untuk diamalkannya dan beliau

merestuinya, intinya hanya satu kita pasrahkan semuanya kepada Allah

Swt. melalui Ridha dan kebesarannya tidak ada yang tidak mungkin”.

LAMPIRAN 1

Page 86: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

Saya : “Apakah benar ketika sudah membaca surah al-Ṭāriq hujan

benar-benar tidak turun?”

Informan : “Sekali lagi itu semua Qadla dan Qadar Allah, yang saya

rasakan biidznillah semua akan lancar-lancar saja, biasanya dengan cara

berdoa agar hujan dialihkan ketempat yang lain kalau lagi musim hujan ya”.

Saya : “Selain surah al-Ṭāriq adakah doa lain yang dibaca?

Informan :” Ada, doa Allahumma Khawalaina Wala ‘Alaina sebanyak

100 kali ini juga ijazah yang diterima oleh Abah dari gurunya dulu”.

Saya : “Untuk pembacaannya tempatnya dimana, apakah boleh

dilakukan di selain Masjid Jami’?

Informan : ”Boleh saja, karena amalan ini akan dilakukan sampai nanti

bulan puasa, akan tetapi lebih mudah dan biar tidak terasa berat maka lebih

baik dilakukan di Masjid secara bersamaan”.

Page 87: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama : Ahmad Safaruddin

Alamat : Jl. Prapatan Angker Kelet 05/03 Jepara

Jabatan : Santri

Telepon : 085706896121

Email : [email protected]

Saya : “Bagaimana praktik pembacaan surah al-Ṭāriq pada

kegiatan Rajabiyyah di Pondok Pesantren al-Muhibbin?”.

Informan: “Selama saya mengikutinya, pembacaan surat itu ditujukan untuk

maksud menangkal hujan ketika acara berlangsung, biasanya dibaca dua

minggu sebelum acara dimulai dan dibaca setelah shalat wajib”

Saya : “Apakah anda yakin ketika membaca surah al-Ṭāriq hujan

tidak turun?’

Informan : ”Ya yakin, bahkan tidak berani mampir kesini karena yang

doa orang-orang shalih semua hehe”

Saya : “Anda mulai mengikuti sejak kapan?”

Informan : ”Saya mengikuti sejak pertama kali mondok disini,

awalnya saya penasaran dan sedikit tidak percaya namun setelah

mengetahuinya dan mendapatkan penjelasan dari bapak Kiai akhirnya saya

mantap dan percaya. Kan ini juga tidak untuk menolak hujan saja, juga

untuk mendekatkan diri kepada Allah di bulan Rajab”.

Saya : “Anda mondok disini sejak kapan?”

Informan : ”Sudah lama, dari tahun 2005 sampai sekarang.”.

Saya : ”Bagaimana respon santri terhadap pembacaan surah aṭ-

Ṭāriq?

LAMPIRAN 2

Page 88: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

Informan : “Karena itu termasuk amanat dari pak Kiai jadi kita

santrinya harus mengikutinya, semua santri maupun santriwati di sini

mengikuti semua, bahkan sampai ngaji kilatan waktu ramadhan surah al-

Ṭāriq masih diamalkan”.

Page 89: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama : M. Faidlun Ni’am

Alamat : Jl. Masjid No. 12 014/003 gang I, Sarirejo, Mojosari

Mojokerto

Jabatan : santri/Pengurus pondok

Telepon : 08151533391

Email : [email protected]

Saya : “Bagaimana menurut Anda tentang praktik pembacaan

surah al-Ṭāriq pada kegiatan Rajabiyyah di Pondok Pesantren al-

Muhibbin?”.

Informan : “Saya selalu mengikutinya dengan santri yang lain di

Masjid Jami’. Pembacaan surat ini dilakukan untuk melancarkan hajat besar

yaitu Rajabiyyah supaya berjalan dengan lancar dan gak hujan”.

Saya : “Apakah anda yakin dengan membaca surah al-Ṭāriq hujan

tidak turun?’

Informan : ”Iya, saya yakin”.

Saya : ”Apakah anda pernah menyaksikan kejadian diluar logika

tentang pembacaan surah aṭ-Ṭāriq?

Informan : ”Waktu Rajabiyyah kemarin ini, baru saja selesai kemaren

itu yang saya tahu langit mendung, tapi tidak hujan. Saya sudah beberapa

kali mengalami peristiwa seperti itu”.

LAMPIRAN 3

Page 90: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

1.

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama : Ahmad Dzikrullah Akbar

Alamat : Klampisan, Tondowulan, Plandaan, Jombang

Jabatan : Santri/warga sekitar

Telepon : 082333332760

Email : [email protected]

Saya : “Bagaimana menurut Anda tentang praktik pembacaan

surah al-Ṭāriq pada kegiatan Rajabiyyah di Pondok Pesantren al-

Muhibbin?”.

Informan : “Apa ya, yang saya tahu surah al-Ṭāriq selalu dibaca warga

sini ketika ada acara Rajabiyyah di al-Muhibbin dan dapat mengalihkan

hujan, jadi kita mengantisipasi dulu sebelum acara melalui wasilah

pembacaan surat at-Thariq”.

Saya : “Apakah anda juga mengikutinya?”.

Informan : “Iya, biasanya dengan anak saya”

Saya : ”Menurut anda kegiatan ini seperti apa?

Informan :”Ya bagus, dapat pahala banyak kan bulan Rajab”.

LAMPIRAN 4

Page 91: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

2.

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama : Khairul

Alamat : Gang Salaf Tambakberas Jombang

Jabatan : santri/Warga sekitar

Telepon : 085730222844

Email : -

Saya : “Bagaimana menurut Anda tentang praktik pembacaan

surah al-Ṭāriq pada kegiatan Rajabiyyah di Pondok Pesantren al-

Muhibbin?”.

Informan : “Bagus, ini Ijazah dari Kiai Jamal untuk menolak hujan,

saya selalu membaca surah tersebut, apalagi dalam ayat ke 11, itu saya

resapi betul-betul sesuai dengan anjuran bapak Kiai”.

Saya ; ”Anda sudah berapa kali mengikuti Rajabiyyah?

Informan : “Dari pertama saya selalu mengikutinya bahkan dulu saya

pernah menjadi panitia acara tersebut”.

Saya :”Apakah kamu hanya membacanya ketika acara Rajabiyyah

saja?

Informan : “Dulu saya seperti itu, tapi sekarang saya baca terus sampai

bulan puasa datang cak meskipun bolong-bolong hehe”

LAMPIRAN 5

Page 92: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

3.

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama : Ustad Lauhul Mahfudz

Alamat : Cendoro, Palang, Tuban

Jabatan : Ustadz/Pengurus

Telepon : 085733208833

Email : [email protected]

Saya : “Bagaimana menurut anda tentang praktek pembacaan

surah al-Ṭāriq pada kegiatan Rajabiyyah di Pondok Pesantren al-

Muhibbin?”.

Informan : “Ya itu bacaan al-Quran, yang namanya Mushaf kita lihat

saja dapat pahala apalagi membacanya dengan rutin dan berjamaah pasti

akan sangat mustajab”

Saya :”Anda selalu mengikutinya?

Informan : “Iya. Bahkan warga sekitar pun banyak juga yang

mengamalkannya bersama-sama.”

Saya : ”Menurut Anda apa hubungannya surah al-Ṭāriq dengan

menolak hujan?

Informan : ”Surat itu kan diturunkan pada malam hari, dan disalah satu

ayatnya yaitu ayat 11 menerangkan tentang hujan, bahwa semua yang turun

dari langit dan muncul dari bumi adalah milik Allah jadi semua tergantung

dengan izin Allah. Kita hanya berdoa dengan seksama dan saya yakin Allah

akan mengabulkan dengan perantara tersebut”.

Saya : ”Biasanya dilakukan kapan?”

Informan : ”Dibulan Rajab, bulan yang penuh berkah”.

LAMPIRAN 6

Page 93: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama : Ahmad Saiful Rizal

Alamat : gang Salaf Tambakberas Jombang

Jabatan : Santri/warga sekitar

Telepon : 085749375177

Email : [email protected]

Saya : “Bagaimana menurut anda tentang praktek pembacaan

surah al-Ṭāriq pada kegiatan Rojabiyyah di Pondok Pesantren al-

Muhibbin?”.

Informan : “Bagus dan dilakukan terus ketika bulan rajab dan acara

Rajabiyah”.

Saya : ”Anda mondok di al-Muhibbin atau warga setempat?

Informan : ”Rumah saya dekat dengan pondok ini, saya hanya ikut

ngaji dan jama’ah saja tetapi menetap di rumah”.

Saya : ”Bagiamana meurutmu tentang keyakinan menghentikan

hujan dengan pembacaan surah aṭ-Ṭāriq?

Informan : ”Secara saintifik mungkin masih menjadi perdebatan kalau

digunakan untuk menolak hujan tapi secara fisika dan ilmu biologi surat al-

Ṭāriq sudah menjelaskan lebih dulu daripada ilmu lainnya dan lagi-lagi ini

soal kepercayaan warga setempat semua bisa terjadi dan buktinya memang

ada. Ditambah lagi tidak ada efek negatifnya, karena warga dan santri sini

sudah paham betul terkait agama”.

Saya : ”Biasanya anda melakukannya di rumah atau di masjid?

Informan : ” Saya melakukanya di masjid bersama dengan santri”.

LAMPIRAN 7

Page 94: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama :M. Muhdhor

Alamat : Jl. Kyai Achmad 01/04 Magersari, Pandaan, Pasuruan

Jabatan : Santri

Telepon : -

Email : [email protected]

Saya : “Bagaimana menurut anda sebagai santri tentang praktek

pembacaan surah al-Ṭāriq pada kegiatan Rajabiyyah di Pondok Pesantren

al-Muhibbin?”.

Informan : “Menurut saya itu semacam doa agar tidak terjadi hujan

ketika acara Rajabiyyah, saya juga ,asih ingat ketika pengajian Hikam

bersama Abah Jamal, salah satu manfaat surah at-Tahriq bisa mengalihkan

hujan”.

Saya : ”Apakah anda selalu mengikutinya?

Informan : ”Saya selalu mengikutinya dengan santri lainya kalau tidak

kebagian jama’ah sama teman lainnya saya membacanya di kamar”.

Saya : ”Ada berapa orang yang biasanya mengikuti pembacaan

ini?

Informan : ”Banyak sih, semua santri dan santriwati dihimbau untuk

melakukan hal yang sama ditambah dengan kehadiran masyarakat jadi

sangat ramai sekali, terkadang masjid saja sampai tidak muat”

Saya : ”Apakah Anda pernah mengalami ketika ritual ini

dilakukan masih turun hujan?”

Informan : ”Iya pernah tapi tidak terlalu lebat dan tidak mengganggu

tamu-tamu yang sudah hadir”

LAMPIRAN 8

Page 95: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin

Saya : ”Apakah anda hanya melakukanya ketika acara

Rajabiyyah saja?

Informan : ”Tidak, saya juga meneruskannya sampai bulan Ramadhan

dan bahkan ketika saya pulang kampung juga saya masih membaca dengan

orang tua saya”.

Page 96: PRAKTIK PEMBACAAN SURAH AL-ṬᾹRIQ UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52144...acara Rajabiyyah yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Bumi Damai Al-Muhibbin