plagiat merupakan tindakan tidak terpuji - core.ac.uk · rishe purnama dewi, s.pd., m.hum.,sebagai...

289
KETIDAKSANTUNAN LINGUISTIK DAN PRAGMATIK DALAM RANAH KELUARGA NELAYAN DI KAMPUNG NELAYAN PANTAI TRISIK, DESA BANARAN DAN PANTAI CONGOT, DESA JANGKARAN, KABUPATEN KULONPROGO, YOGYAKARTA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Disusun oleh: Nuridang Fitranagara 091224089 POGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: trinhnhi

Post on 16-May-2019

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

KETIDAKSANTUNAN LINGUISTIK DAN PRAGMATIK

DALAM RANAH KELUARGA NELAYAN

DI KAMPUNG NELAYAN PANTAI TRISIK, DESA BANARAN

DAN PANTAI CONGOT, DESA JANGKARAN,

KABUPATEN KULONPROGO, YOGYAKARTA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Disusun oleh:

Nuridang Fitranagara

091224089

POGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2014

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

i

KETIDAKSANTUNAN LINGUISTIK DAN PRAGMATIK

DALAM RANAH KELUARGA NELAYAN

DI KAMPUNG NELAYAN PANTAI TRISIK, DESA BANARAN

DAN PANTAI CONGOT, DESA JANGKARAN,

KABUPATEN KULONPROGO, YOGYAKARTA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Disusun oleh:

Nuridang Fitranagara

091224089

POGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2014

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

ii

SKRIPSI

KETIDAKSANTUNAN LINGUISTIK DAN PRAGMATIK

DALAM RANAH KELUARGA NELAYAN

DI KAMPUNG NELAYAN PANTAI TRISIK, DESA BANARAN

DAN PANTAI CONGOT, DESA JANGKARAN,

KABUPATEN KULONPROGO, YOGYAKARTA

Disusun oleh:

Nuridang Fitranagara

091224089

Telah disetujui oleh:

Dosen Pembimbing I

Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. Tanggal 10 Desember 2013

Dosen Pembimbing II

Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum. Tanggal 10 Desember 2013

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

iii

SKRIPSI

KETIDAKSANTUNAN LINGUISTIK DAN PRAGMATIK

DALAM RANAH KELUARGA NELAYAN

DI KAMPUNG NELAYAN PANTAI TRISIK, DESA BANARAN

DAN PANTAI CONGOT, DESA JANGKARAN,

KABUPATEN KULONPROGO, YOGYAKARTA

Dipersiapkan dan disusun oleh:

Nuridang Fitranagara

091224089

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji

pada tanggal 27 Januari 2014

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Dr. Yuliana Setiyaningsih ......................

Sekretaris : Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum. ......................

Anggota 1 : Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. ......................

Anggota 2 : Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum. ......................

Anggota 3 : Prof. Dr. Pranowo, M.Pd. ......................

Yogyakarta, 27 Januari 2014

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma

Dekan,

Rohandi, Ph.D.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

iv

MOTTO

Berkacalah pada semut

Sikap gotong royongnya mampu membuat sesuatu yang besar

menjadi seringan kapas dihadapan mereka.

Dan mereka takkan pernah menyerah sampai tercapainya tujuan mereka.

(Nuridang Fitranagara)

Tiadanya keyakinanlah yang membuat orang takut menghadapi tantangan; dan

saya percaya pada diri saya sendiri.

(Muhammad Ali)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

v

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Tuhan Yang Maha Esa yang selalu mendampingi dan melindungi saya

Kedua orang tua saya yang tercinta Bapak Nurgito dan Ibu Ngadiyem

yang selalu mendoakan, memberikan semangat, mendukung, membimbing,

dan menyayangi saya

Adikku tersayang Nuranggi Fanjari Pangestu

Teman-temanku seperjuangan Catarina Erni Riyanti, Clara Dika Ninda Natalia,

Katarina Yulita Simanulang, dan Valentina Tris Marwati, kebersamaan dan

perjuangan kita tidak akan pernah terlupakan dan tergantikan

Seluruh sahabat PBSI 2009

Dwi Desember Tiana, Amd.Keb. yang senantiasa selalu memberikan dukungan,

semangat, dan doa kepada saya

Skripsi ini saya persembahkan sebagai tanda terima kasih yang sebesar-besarnya

atas dukungan yang telah diberikan selama ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 27 Januari 2014

Penulis

Nuridang Fitranagara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Nuridang Fitranagara

Nomor Mahasiswa : 091224089

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

KETIDAKSANTUNAN LINGUISTIK DAN PRAGMATIK DALAM

RANAH KELUARGA NELAYAN DI KAMPUNG NELAYAN PANTAI

TRISIK, DESA BANARAN DAN PANTAI CONGOT, DESA

JANGKARAN, KABUPATEN KULONPROGO, YOGYAKARTA

Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas,

dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk keperluan akademis

tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya

selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 27 Januari 2014

Yang menyatakan

(Nuridang Fitranagara)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

viii

ABSTRAK

Fitranagara, Nuridang. 2014. Ketidaksantunan Linguistik dan Pragmatik dalam Ranah Keluarga Nelayan di Kampung Nelayan Pantai Trisik, Desa Banaran dan Pantai Congot, Desa Jangkaran, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta. Skripsi, Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD.

Penelitian ini membahas tentang bentuk-bentuk tuturan tidak santun dalam ranah keluarga nelayan. Penelitian ini ingin menjawab tiga masalah, yaitu: (a) wujud ketidaksantunan linguistik dan pragmatik berbahasa apa saja yang terdapat dalam ranah keluarga nelayan, (b) penanda ketidaksantunan linguistik dan pragmatik berbahasa apa saja yang digunakan oleh keluarga nelayan, dan (c) maksud apa sajakah yang mendasari orang menggunakan bentuk-bentuk kebahasaan yang tidak santun dalam ranah keluarga nelayan.

Dilihat berdasarkan metodenya, penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah anggota keluarga nelayan di kampung nelayan pantai Trisik, Desa Banaran dan pantai Congot, Desa Jangkaran, Kulonprogo, Yogyakarta. Data penelitian ini berupa tuturan tidak santun yang diucapkan oleh keluarga nelayan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak dan metode cakap dengan teknik sadap dan teknik pancing. Instrumen dalam penelitian ini adalah pedoman atau panduan wawancara (daftar pertanyaan), pancingan, daftar kasus, dan peneliti sendiri. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kontekstual.

Sesuai dengan rumusan masalah, hasil dari penelitian ini adalah pertama wujud ketidaksantunan linguistik yang ditemukan berupa tuturan lisan yang telah ditranskripsi, sedangkan wujud ketidaksantunan pragmatik berupa cara yang menyertai tuturan lisan tidak santun yang disampaikan oleh penutur. Kedua penanda ketidaksantunan linguistik yang ditemukan berupa (1) intonasi, (2) kata fatis, (3) nada tutur, (4) tekanan, dan (5) pilihan kata (diksi). Penanda ketidaksantunan pragmatik dapat dilihat berdasarkan konteks yang melingkupi tuturan. Konteks tersebut meliputi (1) penutur dan mitra tutur, (2) tujuan penutur, (3) situasi dan suasana, (4) tindak verbal, dan (5) tindak perlokusi. Ketiga maksud yang mendasari orang menggunakan bentuk-bentuk kebahasaan yang tidak santun meliputi (1) kategori melanggar norma meliputi maksud berbohong, membela diri, dan menunda; (2) kategori mengancam muka sepihak meliputi maksud menggoda, mengejek, menghindar, membela diri, berbohong, dan menolak; (3) kategori melecehkan muka meliputi maksud mengusir, menolak, malas, menyindir, kesal, memaksa, menakut-nakuti, membela diri, berbohong, kecewa, menagih, mengejek, dan memarahi; (4) kategori menghilangkan muka meliputi maksud kesal, kecewa, memarahi, menasihati, mengejek, dan menggoda; dan (5) kategori menimbulkan konflik meliputi maksud kesal, kecewa, memberitahu, dan menolak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

ix

ABSTRACT

Fitranagara, Nuridang. 2014. Linguistic and Pragmatic Impoliteness in Fisherman Family Domain The Fishing Village Trisik Beach, Banaran Village and Congot Beach, Jangkaran Village, Kulonprogo, Yogyakarta. Thesis, Yogyakarta: PBSI, PBSI, FKIP, USD.

This research discuss about the types of impoliteness utterances which is

used by fisherman family domain. This research try to find out three research problems; (a) forms of linguistic and pragmatic impoliteness in using language which happened is fisherman family domain, (b) linguistic and pragmatic impoliteness marker in language used by the fisherman family domain, and (c) what is the basic purpose for someone who is using impolite utterances in fisherman family domain. According to the method, this research is including to the qualitative descriptive research. The source of the data for this research is family members of fisherman family at fisherman village of Trisik beach, Banaran village and Congot beach, Jangkaran village, Kulonprogo, Yogyakarta. The data of this research are the impolite utterances which are used by the fisherman family. The method of data gathering that is used by this research is listening method and speaking method with tapping technique and enticement technique. The instrument that is used in this research is guideline of questionnaire (list of questions), enticement, list of case, and the researcher himself. The data analysis technique in this research is using the method of contextual. According to the research problem, the results of this research are; first, the form of linguistic impolite which is found is the oral utterances that the writer has made the transcript of it, on the other hand the form of pragmatic impolite is oral utterances is how the utterances is delivered by the speaker. Second is the label of the linguistic impolite that is found are (1) intonation, (2) phatic word, (3) tone, (4) stress and (5) diction. The sign of pragmatic impolite can be seen according to the context which contains utterances in it. The context contains of (1) the speaker and partner, (2) the purpose of the speaker, (3) situation and the condition, (4) verbal action, and (5) perlocutionary act. Third, the basic purpose someone who is using the form of impolite utterances are (1) category of impolite which is break the norm contains of lying, defend one self, and delaying, (2) category of face threaten unilaterally impoliteness contains of tease, mocking, avoid, defend one self, lying, dan refuse; (3) category of face threatening impoliteness contains of extrude, refuse, lazy, satirize, annoyed, require, scare, defend one self, lying, disappointed, remind, mocking, and rebuke; (4) category of impolite omitting the face contains of annoyed, disappointed, rebuke, advise, mocking, and tease; and (5) category of impolite rising conflict contains of annoyed, disappointed, notify, and refuse.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

telah memberikan rahmat dan berkatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul Ketidaksantunan Linguistik dan Pragmatik dalam Ranah

Keluarga Nelayan di Kampung Nelayan Pantai Trisik, Desa Banaran dan Pantai

Congot, Desa Jangkaran, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta. Skripsi ini disusun

sebagai syarat untuk menyelesaikan studi dalam kurikulum Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia (PBSI), Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni (JPBS),

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini berhasil diselesaikan karena bantuan

dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Caecilia Tutyandari, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa

dan Seni, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Dr. Yuliana Setiyaningsih, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Wakil Ketua Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

5. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., sebagai dosen pembimbing I yang

dengan bijaksana, sabar, dan penuh ketelitian membimbing, mengarahkan,

memotivasi, dan memberikan berbagai masukan yang sangat berharga bagi

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., sebagai dosen pembimbing II yang

selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan berbagai

masukan yang memjadikan penulis lebih baik dan dapat menyelesaikan

skripsi ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

xi

7. Seluruh dosen prodi PBSI yang dengan karakteristik masing-masing telah

membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan yang penulis

butuhkan

8. Robertus Marsidiq, selaku karyawan sekretariat prodi PBSI yang dengan

sabar memberikan pelayanan administratif kepada penulis dalam

menyelesaikan berbagai urusan administrasi.

9. Seluruh keluarga nelayan di Desa Banaran dan Desa Jangkaran, kabupaten

Kulonprogo, Yogyakarta yang telah membantu penulis dalam melaksanakan

penelitian.

10. Teman-teman seperjuangan Catarina Erni Riyanti, Clara Dika Ninda

Natalia, Katarina Yulita Simanulang, dan Valentina Tris Marwati yang

selalu penulis sayangi dan selalu bersama dalam tawa dan duka, jatuh dan

bangkit, serta yang selalu berjuang bersama dengan penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

11. Konco-konco kenthel Mikael Jati Kurniawan, S.Pd., Theresia Banik

Putriana, S.Pd., Bambang Sumarwanto, S.Pd., Dedy Setyo Herutomo, Ade

Henta Hermawan, Yudha Hening Pinanditho, Ignatius Satrio Nugroho,

Reinardus Aldo Aggasi, Fabianus Angga Renato, Yustinus Kurniawan,

Yohanes Marwan Setiawan, Danang Istianto, Prima Ibnu Wijaya, Petrus

Temistokles, Agatha Wahyu Wigati, Rosalina Anik Setyorini, Cicilia Verlit

Warasinta, Martha Ria Hanesti, Asteria Ekaristi, Yustina Cantika Advensia,

Elizabeth Ratih Handayani dan semua kawan-kawan PBSI 2009 yang

penulis cintai dan yang telah bersama-sama dalam suka, semangat, lelah,

jatuh, duka, dan akhirnya bersama-sama meraih sukses dari PBSI.

12. Teman-teman kost Narendra Ignatius Satrio Nugroho, Reinardus Aldo

Aggasi, Ulius Ferdian, Ardiansyah Fauzi, Claudius Hans Christian

Salvatore, Faida Fitria Fatma yang selalu selo untuk memberikan semangat

dalam hal apapun.

13. Seluruh keluarga yang selalu mendukung dari awal hingga akhir.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

xii

14. Semua pihak yang belum disebutkan yang turut membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas kehadiran kalian yang telah

memberikan pengalaman luar biasa untuk penulis.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak sekali kekurangan dalam

penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca

dan memberikan inspirasi bagi penelitian selanjutnya.

Yogyakarta, 27 Januari 2014

Penulis

Nuridang Fitranagara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii

HALAMAN MOTO .................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...................................... vii

ABSTRAK ................................................................................................... viii

ABSTRACT .................................................................................................. ix

KATA PENGANTAR ................................................................................. x

DAFTAR ISI ............................................................................................... xiii

DAFTAR BAGAN ....................................................................................... xviii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xix

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 6

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 6

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 7

1.5 Sistematika Penelitian ............................................................................. 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...................................................................... 9

2.1 Penelitian yang Relevan .......................................................................... 9

2.2 Pragmatik ................................................................................................ 15

2.3 Fenomena Pragmatik .............................................................................. 16

2.3.1 Praanggapan .................................................................................. 16

2.3.2 Tindak Tutur ................................................................................. 17

2.3.3 Implikatur ...................................................................................... 19

2.3.4 Deiksis .......................................................................................... 21

2.3.5 Kesantunan ................................................................................... 23

2.3.6 Ketidaksantunan ............................................................................ 26

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

xiv

2.4 Teori Ketidaksantunan ........................................................................... 27

2.4.1 Teori Ketidaksantunan Berbahasa dalam Pandangan

Locher .......................................................................................... 28

2.4.2 Teori Ketidaksantunan Berbahasa dalam Pandangan

Bousfield ...................................................................................... 29

2.4.3 Teori Ketidaksantunan Berbahasa dalam Pandangan

Culpeper ....................................................................................... 31

2.4.4 Teori Ketidaksantunan Berbahasa dalam Pandangan

Terkourafi .................................................................................... 32

2.4.5 Teori Ketidaksantunan Berbahasa dalam Pandangan

Locher and Watts ......................................................................... 34

2.5 Konteks .................................................................................................. 36

2.6 Unsur Segmental .................................................................................... 44

2.6.1 Diksi ............................................................................................. 44

2.6.2 Kategori Fatis ............................................................................... 50

2.7 Unsur Suprasegmental ........................................................................... 52

2.7.1 Tekanan ......................................................................................... 53

2.7.2 Intonasi .......................................................................................... 53

2.7.3 Nada .............................................................................................. 54

2.8 Maksud dan Makna ................................................................................ 55

2.9 Kerangka Pikir ....................................................................................... 57

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 61

3.1 Jenis Penelitian ....................................................................................... 61

3.2 Data dan Sumber Data ........................................................................... 62

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ................................................. 64

3.4 Instrumen Penelitian ............................................................................... 65

3.5 Metode dan Teknik Analisis Data .......................................................... 66

3.5.1 Metode dan Teknik Analisis Data secara Linguitik ...................... 67

3.5.2 Metode dan Teknik Analisis Data secara Pragmatik .................... 67

3.6 Sajian Hasil Analisis Data ...................................................................... 68

3.7 Trianggulasi Data ................................................................................... 68

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

xv

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 70

4.1 Deskripsi Data ........................................................................................ 70

4.2 Analisis Data .......................................................................................... 74

4.2.1 Melanggar Norma ........................................................................ 75

4.2.1.1 Subkategori Menegaskan ................................................. 75

4.2.1.2 Subkategori Menunda ...................................................... 78

4.2.2 Mengancam Muka Sepihak .......................................................... 80

4.2.2.1 Subkategori Menegaskan ................................................. 80

4.2.2.2 Subkategori Mengejek ...................................................... 82

4.2.2.3 Subkategori Menunda ...................................................... 84

4.2.2.4 Subkategori Menolak ....................................................... 85

4.2.3 Melecehkan Muka ........................................................................ 86

4.2.3.1 Subkategori Menyindir .................................................... 87

4.2.3.2 Subkategori Menegaskan ................................................. 88

4.2.3.3 Subkategori Memerintah ................................................. 89

4.2.3.4 Subkategori Menegur ...................................................... 90

4.2.3.5 Subkategori Menolak ....................................................... 92

4.2.3.6 Subkategori Memperingatkan ......................................... 93

4.2.3.7 Subkategori Mengancam .................................................. 94

4.2.3.8 Subkategori Mengusir ..................................................... 95

4.2.3.9 Subkategori Menagih ....................................................... 96

4.2.3.10 Subkategori Mengejek ................................................... 97

4.2.3.11 Subkategori Menasihati ................................................. 98

4.2.4 Menghilangkan Muka .................................................................. 99

4.2.4.1 Subkategori Menyindir .................................................... 100

4.2.4.2 Subkategori Mengejek ..................................................... 101

4.2.4.3 Subkategori Menegur ...................................................... 104

4.2.4.4 Subkategori Menyinggung .............................................. 105

4.2.5 Menimbulkan Konflik .................................................................. 107

4.2.5.1 Subkategori Menegaskan ................................................. 107

4.2.5.2 Subkategori Menolak ....................................................... 109

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

xvi

4.2.5.3 Subkategori Menyinggung .............................................. 111

4.2.5.4 Subkategori Mengumpat ................................................. 112

4.2.5.5 Subkategori Menegur ...................................................... 113

4.2.5.6 Subkategori Mengancam ................................................. 115

4.3 Pembahasan ............................................................................................ 116

4.3.1 Kategori Melanggar Norma ......................................................... 117

4.3.1.1 Subkategori Menegaskan ................................................. 117

4.3.1.2 Subkategori Menunda ...................................................... 122

4.3.2 Kategori Mengancam Muka Sepihak ........................................... 127

4.3.2.1 Subkategori Menegaskan ................................................. 127

4.3.2.2 Subkategori Mengejek ..................................................... 131

4.3.2.3 Subkategori Menunda ...................................................... 136

4.3.2.4 Subkategori Menolak ....................................................... 139

4.3.3 Kategori Melecehkan Muka ......................................................... 143

4.3.3.1 Subkategori Menyindir .................................................... 143

4.3.3.2 Subkategori Menegaskan ................................................. 145

4.3.3.3 Subkategori Memerintah ................................................. 148

4.3.3.4 Subkategori Menegur ...................................................... 150

4.3.3.5 Subkategori Menolak ....................................................... 153

4.3.3.6 Subkategori Memperingatkan ......................................... 155

4.3.3.7 Subkategori Mengancam ................................................. 157

4.3.3.8 Subkategori Mengusir ..................................................... 159

4.3.3.9 Subkategori Menagih ....................................................... 162

4.3.3.10 Subkategori Mengejek ................................................... 164

4.3.3.11 Subkategori Menasihati ................................................. 166

4.3.4 Kategori Menghilangkan Muka ................................................... 169

4.3.4.1 Subkategori Menyindir .................................................... 169

4.3.4.2 Subkategori Mengejek ..................................................... 174

4.3.4.3 Subkategori Menegur ...................................................... 178

4.3.4.4 Subkategori Menyinggung .............................................. 182

4.3.5 Kategori Menimbulkan Konflik ................................................... 184

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

xvii

4.3.5.1 Subkategori Menegaskan ................................................. 185

4.3.5.2 Subkategori Menolak ....................................................... 188

4.3.5.3 Subkategori Menyinggung .............................................. 191

4.3.5.4 Subkategori Mengumpat ................................................. 194

4.3.5.5 Subkategori Menegur ...................................................... 196

4.3.5.6 Subkategori Mengancam ................................................. 199

BAB V PENUTUP ....................................................................................... 202

5.1 Simpulan ................................................................................................ 202

5.1.1 Wujud Ketidaksantunan Linguistik dan Pragmatik ..................... 202

5.1.2 Penanda Ketidaksantunan Linguistik dan Pragmatik .................. 202

5.1.2.1 Kategori Ketidaksantunan Melanggar Norma ................. 203

5.1.2.2 Kategori Ketidaksantunan Mengancam Muka Sepihak .. 203

5.1.2.3 Kategori Ketidaksantunan Melecehkan Muka ................ 204

5.1.2.4 Kategori Ketidaksantunan Menghilangkan Muka ........... 204

5.1.2.5 Kategori Ketidaksantunan Menimbulkan Konflik .......... 205

5.1.3 Maksud Ketidaksantunan Penutur ............................................... 206

5.2 Saran ....................................................................................................... 206

5.2.1 Bagi Peneliti Lanjutan .................................................................. 206

5.2.2 Bagi Keluarga Nelayan ................................................................ 207

5.2.3 Implikasi Penelitian ..................................................................... 207

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 209

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

xviii

DAFTAR BAGAN

Bagan Kerangka Pikir ................................................................................... 57

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

xix

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Data Tuturan Melanggar Norma ...................................................... 70

Tabel 2 Data Tuturan Mengancam Muka Sepihak ....................................... 71

Tabel 3 Data Tuturan Melecehkan Muka ...................................................... 71

Tabel 4 Data Tuturan Menghilangkan Muka ................................................ 73

Tabel 5 Data Tuturan Menimbulkan Konflik ................................................ 73

LAMPIRAN ................................................................................................. 212

BIOGRAFI PENULIS

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Makhluk hidup tidak akan pernah terpisahkan oleh bahasa dan komunikasi,

khususnya manusia. Manusia berkomunikasi melalui bahasa, Sumarsono

(2004:53) memaparkan bahwa masyarakat manusia, apa pun bentuknya, selalu

memerlukan alat atau cara untuk berkomunikasi di antara sesama warganya.

Sedangkan, untuk mengukur apakah seseorang memiliki kepribadian baik atau

buruk adalah dengan melalui ungkapan pikiran dan perasaan melalui tindak

bahasa (baik verbal maupun nonverbal) (Pranowo, 2009:3). Bahasa verbal adalah

bahasa yang diungkapkan secara lisan (bentuk ujaran) atau tertulis, sedangkan

bahasa nonverbal adalah bahasa yang diungkapkan dalam bentuk mimik, gestur,

sikap, atau perilaku. Bahasa sangat penting dalam kehidupan menusia walaupun

sering secara tak sadar kita menganggap itu hanya hal yang sepele.

Linguistik merupakan ilmu yang mengkaji dan menjelaskan tentang bahasa.

Bahasa adalah salah satu ciri yang paling khas manusiawi yang membedakannya

dari makhluk-makhluk yang lain. Ilmu yang mempelajari hakekat dan ciri-ciri

bahasa disebut ilmu lingustik. Linguistiklah yang mengkaji unsur-unsur bahasa

serta hubungan-hubungan unsur itu dalam memenuhi fungsinya sebagai alat

perhubungan antarmanusia (Nababan, 1984:1). Linguistik memiliki dua aspek,

yaitu aspek internal bahasa dan aspek eksternal bahasa. Aspek internal bahasa

mengkaji tentang fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Sedangkan, aspek

eksternal bahasa mengkaji pragmatik yang memiliki ruang lingkup kajian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

2

praanggapan, tindak tutur, implikatur, deiksis, dan kesantunan. Pragmatik

merupakan ilmu yang mempelajari tentang penggunaan bahasa dan selalu terkait

dengan konteks. Rahardi (2003:16) mengemukakan bahwa ilmu pragmatik

sesungguhnya mengkaji maksud penutur di dalam konteks situasi dan lingkungan

sosial-budaya tertentu. Pragmatik yang mengkaji maksud penutur di dalam

konteks situasi dan lingkungan sosial tertentu berkaitan dengan kesantunan dan

ketidaksantunan berbahasa.

Berbahasa secara baik dan benar, secara santun, bahkan berbahasa dengan

menggunakan bahasa slengekan (bahasa slang) merupakan beberapa penyampaian

informasi kepada mitra tutur oleh penutur. Pranowo (2009:4) mengemukakan

bahwa struktur bahasa yang santun adalah struktur bahasa yang disusun oleh

penutur atau penulis agar tidak menyinggung perasaan pendengar atau pembaca.

Berbahasa secara santun biasanya digunakan kepada orang yang lebih tua, lebih

tinggi tingkat sosialnya, atau dapat dikatakan dari yang lebih rendah ke yang lebih

tinggi. Sebenarnya untuk berbicara secara santun tidak perlu melihat tingkat

sosial, umur, atau apa pun. Kita sebagai manusia yang mempunyai jiwa sosial

tinggi seharusnya sadar harus selalu berbicara dengan santun kepada siapa pun

sesuai dengan situasi dan kondisinya.

Kenyataan tersebut menjadi tujuan bagi peneliti untuk mengetahui

bagaimana tingkat ketidaksantunan di dalam keluarga nelayan. Miriam A. Locher

(2008:3) mendefinisikan ketidaksantunan sebagai ‘behaviour that is face-

aggravating in a particular context’. Jadi, menurut Miriam A. Locher

ketidaksantunan adalah perilaku atau tindakan pemakaian bahasa (berbahasa)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

3

yang melecehkan muka (face-aggravating) di dalam keadaan yang sebenarnya.

Dalam buku Impolineteness in Language (2008:3), Derek Bousfield juga

memaparkan tentang ketidaksantunan yang dipahaminya sebagai, ‘I take

impoliteness as constituting the issuing of intentionally gratuitous and conflictive

face-threatening act (FTAs) that are purposeflly performed’. Maksud Bousfield

mengenai ketidaksantunan adalah apabila perilaku berbahasa seseorang itu

mengancam muka, dan ancaman terhadap muka itu dilakukan secara sembrono

(gratuitous), hingga akhirnya tindakan sembrono tersebut mendatangkan konflik,

atau bahkan pertengkaran, dan tindakan itu dilakukan dengan kesengajaan

(purposeflly).

Ketidaksantunan akan dapat menyebabkan rasa curiga, kebencian, sikap

berprasangka buruk oleh mitra tutur terhadap penutur. Contohnya, saat seorang

nelayan pulang dari melaut dalam keadaan lapar dan di rumah tidak ada makanan.

Nelayan yang emosi dengan spontan mengatakan demikian kepada istrinya,

“sedino ki ngopo wae? Wong lanang sayah golek duwit, tekan omah kon mangan

piring!”. Hal ini yang seharusnya dihindari oleh penutur agar terjalin hubungan

yang baik, penuh dengan pikiran positif, dan menjadikan hidup penuh dengan

kebahagiaan dan kesejahteraan. Manusia hidup membutuhkan bantuan manusia

lainnya, manusia hidup secara sosial, perilaku berbahasa sangatlah penting bagi

manusia dalam berkomunikasi, jadi hindari ketidaksantunan dalam berbahasa.

Status sosial atau strata sosial yang terjadi di dalam masyarakat dapat

mempengaruhi cara berkomunikasi atau berbahasa. Kelompok masyarakat terkecil

atau keluarga merupakan awal terbentuknya bagaimana masyarakat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

4

berkomunikasi atau berbahasa, dan itu berkiatan dengan status sosial masing-

masing keluarga. Secara umum, status sosial dibagi menjadi tiga kelas atau

tingkatan, yaitu level masyarakat kelas atas, kelas menengah, dan kelas bawah.

Kelas atas merupakan kelompok atau keluarga elite di masyarakat seperti keluarga

pejabat dan kelompok elite lainnya. Kelas menengah mewakili kelompok

profesional, kelompok pekerja, wiraswasta, pedagang, dan kelompok fungsional

lainnya, sedangkan kelas bawah mewakili kelompok pekerja kasar, buruh harian,

buruh lepas, dan kelompok bawah lainnya. Bungin (2006:49–50) mengemukakan

bahwa kelas sosial ini terjadi pada lingkungan-lingkungan khusus pada bidang

tertentu sehingga content varian strata sosial sangat spesifik berlaku pada

lingkungan itu. Strata sosial tidaklah hanya berpengaruh terhadap cara

berkomunikasi di lingkungan masyarakat, tetapi juga mempengaruhi bagaimana

cara berkomunikasi di dalam keluarga.

Kenyataannya kini banyak orang yang kurang santun terhadap orang lain,

bahkan di dalam keluarga. Ketidaksantunan merupakan penyimpangan dari

kesantunan berbahasa yang dilakukan secara tidak sengaja, sengaja, bahkan sudah

menjadi kebiasaan. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya

ketidaksantunan. Salah satunya adalah faktor keluarga. Pendidikan setiap orang

berawal dari keluarga. Keluarga memiliki pengaruh besar terhadap cara berbahasa

seseorang. Pranowo (2009:26–27) mengemukakan bahwa orang tua yang

mendidik anak di rumah dengan bahasa yang santun, halus, dan baik, ketika

mereka berkomunikasi dengan orang lain di luar rumah, mereka juga akan

berbahasa santun, halus, dan baik. Namun, jika kebiasaan orang tua yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

5

mendidik anak-anaknya dengan keras dan dengan kata-kata yang kurang santun

membuat anak akan menirukan apa yang dilakukan orang tuanya, sehingga bisa

saja terjadi ketidaksantunan berbahasa dalam ranah keluarga.

Tuturan yang diambil sebagai sampel adalah tuturan-tuturan yang dihasilkan

oleh keluarga nelayan di kampung nelayan Pantai Trisik dan Congot, Kabupaten

Kulonprogo, Yogyakarta. Peneliti memilih tuturan keluarga nelayan sebagai

sumber data karena ingin mengetahui ketidaksantunan berbahasa yang terjadi

dalam kehidupan sehari-hari keluarga nelayan di Kabupaten Kulonprogo. Pantai

Trisik yang terletak di Desa Banaran, Galur, Kulonprogo dan Pantai Congot di

Desa Jangkaran, Temon, Kulonprogo memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan

pantai-pantai yang lainnya di Kulonprogo, sebab nuansa nelayan dan

perikanannya yang begitu kuat. Selain itu, kedua desa tersebut merupakan desa

yang nelayannya paling aktif dan memiliki pelabuhan perikanan paling ramai di

Kabupaten Kulonprogo. Pantai Trisik terletak di Desa Banaran, Kecamatan Galur,

Kabupaten Kulonprogo, sedangkan Pantai Congot terletak di Desa Jangkaran,

Kecamatan Temon, Kabupaten Kulonprogo.

Berdasarkan latar belakang di atas, penilitian ini bermaksud mengkaji

ketidaksantunan dalam ranah keluarga nelayan di kampung nelayan Pantai Trisik

di Desa Banaran dan Pantai Congot di Desa Jangkaran, Kabupaten Kulonprogo,

Yogyakarta yang ditinjau dari kajian pragmatik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

6

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut.

1) Wujud ketidaksantunan linguistik dan pragmatik apa sajakah yang terdapat

dalam ranah keluarga nelayan di kampung nelayan Pantai Trisik, Desa

Banaran dan Pantai Congot, Desa Jangkaran, Kabupaten Kulonprogo,

Yogyakarta?

2) Penanda ketidaksantunan linguistik dan pragmatik apa saja yang digunakan

oleh keluarga nelayan di kampung nelayan Pantai Trisik, Desa Banaran dan

Pantai Congot, Desa Jangkaran, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta?

3) Maksud apa sajakah yang mendasari orang menggunakan bentuk-bentuk

kebahasaan yang tidak santun dalam ranah keluarga nelayan di kampung

nelayan Pantai Trisik, Desa Banaran dan Pantai Congot, Desa Jangkaran,

Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1) Mendeskripsikan wujud-wujud ketidaksantunan linguistik dan pragmatik

dalam ranah keluarga nelayan di kampung nelayan Pantai Trisik, Desa

Banaran dan Pantai Congot, Desa Jangkaran, Kabupaten Kulonprogo,

Yogyakarta.

2) Mendeskripsikan penanda ketidaksantunan linguistik dan pragmatik apa saja

yang digunakan oleh keluarga nelayan di kampung nelayan Pantai Trisik,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

7

Desa Banaran dan Pantai Congot, Desa Jangkaran, Kabupaten Kulonprogo,

Yogyakarta.

3) Mendeskripsikan maksud yang mendasari orang menggunakan bentuk-

bentuk kebahasaan yang tidak santun dalam ranah keluarga nelayan di

kampung nelayan Pantai Trisik, Desa Banaran dan Pantai Congot, Desa

Jangkaran, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil bagi berbagai pihak.

Manfaat-manfaat tersebut antara lain sebagai berikut.

1) Manfaat teoretis

a) Penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu

bahasa, khususnya pragmatik di PBSI.

b) Memperluas kajian dan memperkaya khasanah teoretis tentang

ketidaksantunan dalam berbahasa sebagai fenomena pragmatik baru.

Fenomena pragmatik yang tidak dikaji secara mendalam, tidak akan

bermanfaat banyak bagi perkembangan ilmu bahasa, khususnya

pragmatik. Jadi, peneliti akan mengkaji secara mendalam mengenai

fenomena ketidaksanunan dalam berbahasa agar dapat bermanfaat bagi

perkembangan ilmu bahasa, khususnya pragmatik.

2) Manfaat praktis

a) Kajian ini akan dapat digunakan oleh para praktisi dalam ranah keluarga

untuk mempertimbangkan bentuk-bentuk ketidaksantunan berbahasa

yang harus dihindari dalam praktik berkomunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

8

b) Kajian ini akan dapat memperkuat pendidikan karakter dalam lingkup

keluarga, yang merupakan faktor penting dan berpengaruh bagi

pembentukan karakter bangsa.

1.5 Sistematika Penyajian

Penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I adalah bab pendahuluan yang

berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan sistematika penelitian.

Bab II berisi landasan teori yang akan digunakan untuk menganalisis

masalah-masalah yang akan diteliti, yaitu tentang ketidaksantunan berbahasa.

Teori-teori yang dikemukakan dalam bab II ini adalah teori tentang (1) penelitian-

penelitian yang relevan, (2) fenomena pragmatik, (3) teori pragmatik, (4) teori

ketidaksantunan, (5) teori mengenai konteks, (6) unsur segmental, (7) unsur

suprasegmental, dan (8) maksud dan makna.

Bab III berisi metode penelitian yang memuat tentang cara dan prosedur

yang akan digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data. Dalam bab III akan

diuraikan (1) jenis penelitian, (2) subjek penelitian, (3) metode dan teknik

pengumpulan data, (4) instrumen penelitian, (5) metode dan teknik analisis data,

(6) sajian hasil analisis data, dan (7) trianggulasi data.

Bab IV berisi tentang (1) deskripsi data, (2) analisis data, dan (3)

pembahasan hasil penelitian. Bab V berisi tentang kesimpulan penelitian dan

saran untuk penelitian selanjutnya berkaitan dengan penelitian ketidaksantunan

berbahasa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan penelitian yang relevan, landasan teori, dan kerangka

pikir. Penelitian yang relevan berisi tinjauan terhadap topik-topik sejenis yang

dilakukan oleh peneliti-peneliti lain. Landasan teori berisi tentang teori-teori yang

digunakan sebagai landasan analisis dari penelitian ini yang terdiri atas teori

pragmatik, fenomena pragmatik, teori ketidaksantunan, konteks, unsur segmental,

unsur suprasegmental, dan maksud dan makna. Kerangka pikir berisi tentang

acuan teori yang digunakan dalam penelitian ini atas dasar penelitian terdahulu

dan teori terdahulu yang relevan yang akan digunakan untuk menjawab rumusan

masalah.

2.1 Penelitian yang Relevan

Kajian pragmatik tentang ketidaksantunan dalam berbahasa merupakan

fenomena pragmatik baru dan belum banyak dikaji secara mendalam oleh peneliti

bahasa. Maka itu, penelitian pragmatik yang mengkaji tentang ketidaksantunan

berbahasa ini belum banyak ditemukan. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan

beberapa penelitian sebelumnya yang mengkaji tentang ketidaksantunan

berbahasa sebagai penelitian yang relevan. Penelitian-penelitian tentang

ketidaksantunan berbahasa yang ditemukan oleh peneliti adalah penelitian yang

dilakukan oleh Agustina Galuh Eka Noviyanti (2013), Ceacilia Petra Gading May

Widyawari (2013), Elizabeth Rita Yuliastuti (2013), dan Olivia Melissa

Puspitarini (2013).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

10

Penelitian tentang kesantunan berbahasa yang dilakukan oleh Galuh Eka

Noviyanti (2013) berjudul Ketidaksantunan Linguistik dan Pragmatik Berbahasa

Antarsiswa di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013. Jenis

penilitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif komunikatif. Pengumpulan

data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode simak dan

metode cakap dengan teknik sadap dan teknik pancing, dengan instrumen berupa

pedoman atau panduan wawancara, pancingan, dan daftar kasus. Data dalam

penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode kontekstual. Pada penelitian

ini, peneliti menemukan bahwa Pertama, wujud ketidaksantunan linguistik yang

ditemukan berupa tuturan lisan yang telah ditranskripsi, sedangkan wujud

ketidaksantunan pragmatik berupa uraian konteks yang melingkupi setiap tuturan.

Kedua, penanda ketidaksantunan linguistik yang ditemukan berupa (1) nada, (2)

tekanan, (3) intonasi, dan (4) pilihan kata (diksi). Penanda ketidaksantunan

pragmatik dapat dilihat berdasarkan konteks yang melingkupi tuturan. Konteks

tersebut meliputi (1) penutur dan mitra tutur, (2) situasi dan suasana, (3) tindak

verbal, dan (4) tindak perlokusi. Ketiga, makna penanda ketidaksantunan dari

masing-masing jenis ketidaksantunan meliputi (1) makna penanda

ketidaksantunan melecehkan muka adalah penutur menyindir, menghina, dan

mengejek mitra tutur sehingga dapat melukai hati mitra tutur, (2) makna penanda

ketidaksantunan memainkan muka adalah penutur membuat kesal dan jengkel

mitra tutur dengan tingkah laku penutur yang tidak seperti biasanya, (3) makna

penanda ketidaksantunan kesembronoan yang disengaja adalah penutur

bermaksud untuk bercanda sehingga membuat mitra tutur terhibur, tetapi tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

11

menutup kemungkinan bahwa candaannya tersebut dapat menimbulkan konflik,

(4) makna penanda ketidaksantunan menghilangkan muka adalah penutur

membuat mitra tutur benar-benar malu di hadapan banyak orang, dan (5) makna

penanda ketidaksantunan mengancam muka adalah penutur memberikan ancaman

atau tekanan kepada mitra tutur yang menyebabkan mitra tutur terpojok dan tidak

memberikan pilihan bagi mitra tutur.

Penelitian yang mengkaji tentang ketidaksantunan juga dilakukan oleh

Caecilia Petra Gading May Widyawari (2013) dengan judul Ketidaksantunan

Linguistik dan Pragmatik Berbahasa Antarmahasiswa Program Studi PBSID

Angkatan 2009—2011 Universitas Sanata Dharma. Jenis penelitian dari

penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini

mendeskripsikan wujud ketidaksantunan linguistik dan pragmatik berbahasa,

penanda ketidaksantunan linguistik dan pragmatik berbahasa, serta makna

ketidaksantunan berbahasa yang digunakan antarmahasiswa PBSID Angkatan

2009—2011 di Universitas Sanata Dharma. Peneliti menggunakan dua mtode

dalam penelitan ini, pertama metode simak dengan teknik dasar berupa teknik

sadap dan teknik lanjutan berupa teknik simak libat cakap dan teknik cakap,

kedua metode cakap dengan teknik dasar berupa teknik pancing dan dua teknik

lanjutan berupa teknik lanjutan cakap semuka dan tansemuka. Simpulan dari

penelitian ini tidak jauh berbeda dengan simpulan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Galuh Eka Noviyanti (2013). Pertama, wujud ketidaksantunan linguistik

dapat dilihat dari tuturan antarmahasiswa yang terdiri dari melecehkan muka,

sembrono, mengancam muka dan menghilangkan muka. Lalu wujud

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

12

ketidaksantunan pragmatik dapat dilihat berdasarkan konteks (penutur, mitra

tutur, situasi, suasana, tindak verbal, tindak perlokusi dan tujuan tutur). Kedua,

penanda ketidaksantunan linguistik yang ditemukan berupa nada, tekanan,

intonasi, dan diksi. Penanda ketidaksantunan pragmatik dapat dilihat berdasarkan

konteks tuturan yang berupa penutur dan mitra tutur, situasi dan suasana, tindak

verbal, tindak perlokusi, dan tujuan tutur. Ketiga, makna ketidaksantunan

berbahasa yaitu: (1) melecehkan muka, ejekan penutur kepada mitra tutur dan

dapat melukai hati, (2) memain-mainkan muka, membingungkan mitra tutur dan

itu menjengkelkan, (3) kesembronoan, bercanda yang menyebabkan konflik, (4)

menghilangkan muka, mempermalukan mitra tutur di depan banyak orang, dan (5)

mengancam muka, menyebabkan ancaman pada mitra tutur.

Penelitian tentang ketidaksantunan berbahasa lainnya dilakukan oleh

Elizabeth Rita Yuliastuti (2013) berjudul Ketidaksantunan Linguistik dan

Pragmatik Berbahasa antara Guru dan Siswa di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta

Tahun Ajaran 2012/2013. Pengumpulan data pada penelitian ini serupa dengan

penelitian ketidaksantunan sebelumnya, yakni dengan menggunakan metode

simak dan metode cakap. Pada penelitian ini, peneliti menemukan bahwa

pertama, wujud ketidaksantunan linguistik dapat dilihat berdasarkan tuturan lisan

yang tidak santun antara guru dan siswa yang berupa tuturan melecehkan muka,

memain-mainkan muka, kesembronoan, mengancam muka, dan menghilangkan

muka, sedangkan wujud ketidaksantunan pragmatik dapat dilihat berdasarkan

uraian konteks berupa penutur, mitra tutur, tujuan tutur, situasi, suasana, tindak

verbal, dan tindak perlokusi yang menyertai tuturan tersebut. Kedua, penanda

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

13

ketidaksantunan linguistik dapat dilihat berdasarkan nada, tekanan, intonasi, dan

diksi, serta penanda ketidaksantunan pragmatik dapat dilihat berdasarkan konteks

yang menyertai tuturan yakni penutur, mitra tutur, situasi, suasana, tujuan tutur,

tindak verbal, dan tindak perlokusi. Ketiga, makna ketidaksantunan (1)

melecehkan muka yakni hinaan dan ejekan dari penutur kepada mitra tutur hingga

melukai hati mitra tutur, (2) memain-mainkan muka yakni tuturan yang membuat

bingung mitra tutur sehingga mitra tutur menjadi jengkel karena sikap penutur

yang tidak seperti biasanya, (3) kesembronoan yang disengaja yakni penutur

bercanda kepada mitra tutur sehingga mitra tutur terhibur, tetapi candaan tersebut

dapat menimbulkan konflik, (4) mengancam muka yakni penutur memberikan

ancaman kepada mitra tutur sehingga mitra tutur merasa terpojokkan, dan (5)

menghilangkan muka yakni penutur mempermalukan mitra tutur di depan banyak

orang.

Penelitian tentang ketidaksantunan berbahasa selanjutnya dilakukan oleh

Olivia Melissa Puspitarini (2013) yang mengangkat judul Ketidaksantunan

Linguistik dan Pragmatik Berbahasa antara Dosen dan Mahasiswa Program

Studi PBSID, FKIP, USD, Angkatan 2009—2011. Penelitian yang menjadikan

dosen dan mahasiswa Program Studi PBSID sebagai sumber data ini merupakan

penelitian deskriptif kualitatif, serupa dengan penelitian yang telah dilakukan oleh

ketiga peneliti di atas. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah

metode simak dan metode cakap, dengan menggunakan instrumen berupa

panduan wawancara, daftar pertanyaan pancingan, dan daftar kasus. Penelitian ini

juga menemukan hasil serupa seperti penelitian sebelumny, yakni pertama, wujud

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

14

ketidaksantunan linguistik berdasarkan tuturan lisan dan wujud ketidaksantunan

pragmatik berbahasa yaitu uraian konteks tuturan tersebut. Kedua, penanda

ketidaksantunan linguistik yaitu nada, intonasi, tekanan, dan diksi, serta penanda

pragmatik yaitu konteks yang menyertai tuturan yakni penutur, mitra tutur, situasi,

dan suasana. Ketiga, makna ketidaksantunan linguistik dan pragmatik berbahasa

meliputi (1) melecehkan muka yakni penutur menyindir atau mengejek mitra

tutur, (2) memainkan muka yakni penutur membuat jengkel dan bingung mitra

tutur, (3) kesembronoan yang disengaja yakni penutur bercanda kepada mitra

tutur dan mitra tutur terhibur namun candaan tersebut dapat menimbulkan konflik

bila candaan tersebut ditanggapi secara berlebihan, (4) menghilangkan muka

yakni penutur mempermalukan mitra tutur di depan banyak orang, dan (5)

mengancam muka yakni penutur memberikan ancaman atau tekanan kepada mitra

tutur yang menyebabkan mitra tutur terpojok.

Keempat penelitian di atas merupakan penelitian yang mengkaji mengenai

ketidaksantunan berbahasa, khususnya ketidaksantunan berbahasa dalam ranah

pendidikan. Keempat penelitian tersebut menemukan tiga hal penting mengenai

masalah ketidaksantunan, yakni wujud, penanda, dan makna ketidaksantunan

linguistik dan pragmatik berbahasa dalam ranah pendidikan. Dengan mengacu

pada keempat penelitian di atas, peneliti akan mengkaji lebih dalam mengenai

ketidaksantunan berbahasa, khususnya dalam ranah keluarga nelayan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

15

2.2 Pragmatik

Bahasa merupakan alat utama dalam komunikasi. Bahasa sangat dibutuhkan

oleh manusia, karena dengan bahasa manusia bisa menemukan kebutuhan mereka

dengan cara berkomunikasi dengan manusia lainnya. Sebagai anggota masyarakat

yang mempunyai jiwa sosial tinggi, masyarakat merupakan orang yang sangat

bergantung pada penggunaan bahasa. Terjadinya komunikasi tidak pernah lepas

dari suasana dan konteks. Salah satu cara untuk mengetahui tentang hal tersebut

adalah melalui sudut pandang pragmatik.

Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari tentang penggunaan bahasa

dan selalu terikat dengan konteks (siapa yang diajak berbicara, kapan, di mana,

apa, dan dalam keadaan yang bagaimana). Dalam kehidupan bersosial atau

bermasyarakat pasti terjadi komunikasi. Komunikasi yang terjadi di masyarakat

memiliki maksud dan tujuan. Studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis

mengenai apa yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya (Yule, 2006:3).

Yule (2006:3) menyebutkan 4 definsi pragmatik, yaitu (1) bidang yang

mengkaji makna pembicara, (2) bidang yang mengkaji makna menurut

konteksnya; (3) bidang yang mengkaji tentang bagaimana agar lebih banyak yang

disampaikan daripada yang dituturkan, dan (4) bidang yang mengkaji tentang

ungkapan dari jarak hubungan.

Huang (2007:2) memaparkan bahwa “pragmatics is the systematic study of

meaning by virtue of, or dependent on, the use of language”. Huang menjelaskan

definisi pragmatik sebagai studi sistematis tentang makna yang berdasarkan atau

tergantung pada penggunaan bahasa. Definisi lain dijelaskan oleh Levinson

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

16

(1983:9) via Nadar (2009:4) dalam bukunya yang berjudul Pragmatik &

Penelitian Pragmatik, yang mendefinisikan pragmatik sebagai berikut:

“Pragmatics is the study of those relations between language and context that are

grammaticalized, or encoded in the structure of language”. Maksud dari definisi

Levinson adalah pragmatik merupakan kajian hubungan antara bahasa dan

konteks yang tergramatikalisasi atau terkodifikasi dalam struktur bahasa.

Dari definisi beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pragmatik

merupakan ilmu kebahasaan yang mengkaji mengenai maksud sebuah tuturan

yang berdasar pada penggunaan bahasa dan selalu terikat dengan konteks situasi

di mana tuturan itu terjadi. Dengan demikian, pragmatik adalah ilmu yang

mengkaji antara hubungan bahasa dan konteks.

2.3 Fenomena Pragmatik

Pragmatik sebagai cabang ilmu bahasa yang berkembang telah mengkaji

lima fenomena, yaitu praanggapan, tindak tutur, implikatur, deiksis, dan

kesantunan. Kelima fenomena tersebut akan dijelasakan lebih lanjut sebagai

berikut.

2.3.1 Praanggapan

Manusia setiap harinya pasti melakukan komunikasi. Dalam berkomunikasi

pasti terdapat gagasan apa yang akan dituturkan kepada mitra tutur. Anggapan

bahwa ketika penutur menyampaikan informasi tertentu sudah diketahui oleh

pendengarnya. Karena informasi tersebut dianggap sudah diketahui, maka

informasi yang demikian biasanya tidak akan dinyatakan dan akibatnya akan

menjadi bagian dari apa yang disampaikan tetapi tidak dikatakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

17

Praanggapan atau presupposisi adalah sesuatu yang diasumsikan oleh

penutur sebagai kejadian sebelum menghasilkan suatu tuturan (Yule, 2006:43).

Yule (2006:46) membagi presupposisi menjadi enam jenis, yaitu presupposisi

eksistensial, presupposisi faktif, presupposisi nonfaktif, presupposisi leksikal,

presupposisi struktural, presupposisi faktual tandingan.

Levinson (1983:201-202) dalam Nadar (2009:66) menyimpulkan dari

berbagai definisi-definisi pragmatik yang dikemukakan oleh para ahli bahasa,

mengemukakan bahwa presupposisi pragmatik mengandung dua hal pokok yaitu

kesesuaian ‘appropriateness’ atau kepuasan ‘felicity’ dan pemahaman bersama

‘mutual knowledge’, atau ‘common ground’ dan ‘joint assumption’. Dengan

demikian pemahaman bersama ‘common ground’ dan kesesuaian

‘appropriateness’ merupakan hal-hal mendasar dalam berbagai definisi mengenai

presupposisi pragmatik. Jadi, praanggapan merupakan sesuatu yang dianggap

(oleh penutur) sudah diketahui oelh lawan tutur.

2.3.2 Tindak tutur

Tindakan-tindakan yang ditampilkan melalui tuturan biasanya disebut

tindak tutur. Tindakan yang ditampilkan dengan menghasilkan suatu tuturan akan

mengandung tiga tindak yang saling berhubungan. Yang pertama adalah tindak

lokusi, merupakan tindak dasar tuturan atau menghasilkan suatu ungkapan

linguistik yang bermakna. Kedua adalah tindak ilokusi, merupakan beberapa

fungsi yang terbentuk oleh tuturan di dalam pikiran. Tindak ilokusi ditampilkan

melalui penekanan komunikatif suatu tuturan. Ketiga adalah tindak perlokusi,

lawan tutur berasumsi harus melakukan sesuatu sebagai akibat dari suatu tuturan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

18

(Yule, 2006:83–84). Jadi, tindak tutur merupakan suatu uajaran yang mengandung

tindakan sebagai suatu fungsional dalam komunikasi yang mempertimbangkan

aspek situasi tutur.

Yule (2006:92–94) mengklasifikasi tindak tutur menjadi 5 jenis fungsi

umum, yaitu:

1) Deklarasi, adalah jenis tindak tutur yang mengubah dunia melalui tuturan

(penutur harus mempunyai peran institutional). Contoh: Saya nikahkan

Anda. Penutur harus memiliki peran institusional khusus, dalam konteks

khusus, untuk menampilkan suatu deklarasi secara tepat. Pada waktu

menggunakan deklarasi penutur mengubah dunia dengan kata-kata.

2) Representatif, adalah jenis tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini

penutur kasus atau bukan. Berupa suatu fakta, penegasan, kesimpulan, dan

pendeskripsian. Contoh: Bumi itu bundar. Pada waktu menggunakan sebuah

representatif, penutur mencocokkan kata-kata dengan dunia

(kepercayaannya).

3) Ekspresif, adalah jenis tindak tutur yang menyatakan sesuau yang dirasakan

oleh penutur, berupa pernyataan kegembiraan, kesulitan, kesukaan,

kebencian, kesenangan, dan kesengsaraan. Contoh: Sungguh, saya minta

maaf. Tindak tutur itu mungkin disebabkan oleh sesuatu yang dilakukan

oleh penutur atau pendengar, tetapi semuanya menyangkut pengalaman

penutur.

4) Direktif, adalah jenis tindak tutur yang dpakai oleh penutur untuk menyuruh

orang lain melakukan sesuatu, meliputi perintah, pemesanan, pemberian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

19

saran, permohonan, dan lain-lain. Contoh: Tolong matikan lampu itu! Pada

waktu menggunakan direktif, penutur berusaha menyesuaikan dunia dengan

kata (lewat pendengar).

5) Komisif, adalah jenis tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk

mengikatkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan datang,

berupa janji, ancaman, penolakan, ikrar. Contoh: Saya akan kembali. Pada

waktu menggunakan komisif, penutur berusaha untuk menyesuaikan dunia

dengan kata-kata (lewat penutur).

2.3.3 Implikatur

Yule (2006:61) berpendapat bahwa, seorang pendengar mendengar

ungkapan dari seorang penutur, dan dia harus berasumsi bahwa penutur sedang

melaksanakan kerja sama dan bermaksud untuk menyampaikan informasi.

Informasi itu tentunya memiliki makna yang lebih banyak daripada kata-kata yang

dikeluarkan oleh penutur. Makna itulah yang disebut dengan implikatur. Jadi bisa

diartikan bahwa, implikatur merupakan maksud yang tersirat di balik tuturan atau

ujaran yang menyiratkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya

diucapkan. Dalam rangka memahami apa yang dimaksudkan oleh penutur, lawan

tutur harus selalu melakukan interpretasi pada tuturan-tuturannya (Nadar,

2009:60). Implikatur merupakan contoh utama dari banyaknya informasi yang

disampaikan daripada yang dikatakan. Supaya implikatur-implikatur tersebut

dapat ditafsirkan maka beberapa prinsip kerja sama dasar harus lebih dini

diasumsikan dalam pelaksanannya (Yule, 2006:62).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

20

Pada banyak kesempatan, asumsi kerja sama itu begitu meresap sehingga

asumsi kerja sama dapat dinyatakan sebagai prinsip kerja sama percakapan dan

dapat dirinci ke dalam empat sub-prinsip, yang dimaksud dengan maksim

(mengikuti prinsip kerja sama Grice) (Yule, 2006:63).

Yule (2006:69–80) membedakan implikatur menjadi lima macam:

1) Implikatur percakapan

Penutur yang menyampaikan makna lewat implikatur dan pendengarlah

yang mengenali makna-makna yang disampaikan lewat inferensi.

Kesimpulan yang sudah dipilih ialah kesimpulan yang mempertahankan

asumsi kerja sama.

2) Implikatur percakapan umum

Jika pengetahuan khusus tidak dipersyaratkan untuk memperhitungkan

makna tambahan yang disampaikan, hal ini disebut implikatur percakapan

umum.

3) Implikatur berskala

Informasi tertentu yang selau disampaikan dengan memilih sebuah kata

yang menyatakan suatu nilai dari suatu skala nilai. Ini secara khusus tampak

jelas dalam istilah-istilah untuk mengungkapkan kuantitas, seperti yang

ditunjukkan dalam skala (semua, sebagian besar, banyak, beberapa, sedikit)

dan (selalu, sering, kadang-kadang), di mana istilah-istilah itu didaftar dari

skala nilai tertinggi ke nilai terendah. Dasar implikatur berskala adalah

bahwa semua bentuk negatif dari skala yang lebih tinggi dilibatkan apabila

bentuk apapun dalam skala itu dinyatakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

21

4) Implikatur percakapan khusus

Percakapan sering terjadi dalam konteks yang sangat khusus di mana kita

mengasumsikan informasi yang kita ketahui secara lokal. Inferensi-inferensi

yang sedemikian dipersyaratkan untuk menentukan maksud yang

disampaikan menghasilkan amplikatur percakapan khusus.

5) Implikatur konvensional

Kebalikan dari seluruh implikatur percakapan yang dibahas sejauh ini,

implikatur konvensional tidak didasarkan pada prinsip kerja sama atau

maksim-maksim. Implikatur konvensional tidak harus terjadi dalam

percakapan, dan tidak bergantung pada konteks khusus untuk

menginterpretasikannya. Seperti halnya presupposisi leksikal, implikatur

konvensional diasosiasikan dengan kata-kata khusus dan menghasilkan

maksud tambahan yang disampaikan apabila kata-kata tersebut digunakan.

Kata yang memiliki implikatur konvensional adalah kata ‘bahkan’ dan

‘tetapi’.

2.3.4 Deiksis

Deiksis adalah istilah teknis (dari bahasa Yunani) untuk salah satu hal

mendasar yang kita lakukan dengan tuturan. Deiksis berarti ‘penunjukan’ melalui

bahasa. Bentuk linguistik yang dipakai untuk menyelesaikan ‘penunjukan’ disebut

ungkapan deiksis. Ketika seseorang menunjuk suatu objek dan bertanya, “Apa

itu?”, maka ia telah menggunakan ungkapan deiksis (“itu”) untuk menunjuk

sesuatu dalam suatu konteks secara tiba-tiba (Yule, 2006:13).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

22

Deiksis mengacu pada bentuk yang terkait dengan konteks penutur, dan

membedakan antara ungkapan-ungkapan deiksis ‘dekat penutur (proksimal)’ dan

‘jauh dari penutur (distal)’. Ungkapan yang termasuk dalam deiksis dekat penutur

(proksimal) adalah di sini, ini, sekarang, sedangkan deiksis jauh dari penutur

(distal) menggunakan ungkapan itu, di sana, pada saat itu. Istilah-istilah proksimal

biasanya ditafsirkan sebagai istilah ‘tempat pembicara’, atau ‘pusat deiksis’,

sehingga ‘di sini’ umumnya dipahami sebagai acuan terhadap titik atau keadaan

pada saat tuturan penutur terjadi di tempatnya. Sementara itu, untuk istilah distal

yang menunjukkan ‘jauh dari penutur’, tetapi dapat juga digunakan untuk

membedakan antara ‘dekat dengan lawan tutur’ dan ‘jauh dari penutur maupun

lawan tutur’ (Yule, 2006:14).

Deiksis terbagi menjadi 3 jenis, yakni:

1) Deiksis persona, yang artinya ungkapan-ungkapan untuk menunjuk orang.

Misalnya: ku, mu, saya, kamu, dia.

2) Deiksis spasial, yang artinya ungkapan-ungkapan untuk menunjuk tempat.

Misalnya: di sini, di sana, di situ.

3) Deiksis temporal, yang artinya ungkapan-ungkapan untuk menunjuk waktu.

Misalnya: sekarang, kemudian, kemarin, besok, hari ini, nanti malam.

Levinson (1983:62) via Nadar (2009:55) juga menyebutkan bahwa deiksis

dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu deiksis persona (person deixis),

deiksis ruang (place deixis), dan deiksis waktu (time deixis). Definisi yang

dipaparkan oleh Levinson (1983) dalam Nadar (2009:55-56) tidak jauh berbeda

dengan definisi yang dipaparkan oleh Yule (2006). Deiksis persona berhubungan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

23

dengan pemahaman mengenai peserta pertuturan dalam situasi pertuturan di mana

tuturan tersebut dibuat. Deiksis tempat berhubungan dengan pemahaman lokasi

atau tempat yang dipergunakan peserta pertuturan dalam situasi pertuturan.

Deiksis waktu berhubungan dengan pemahaman titik ataupun rentang waktu saat

tuturan dibuat.

2.3.5 Kesantunan

Bahasa Indonesia sudah memiliki kaidah tentang bahasa yang baik dan

benar. Seseorang yang mampu berbahasa secara baik berarti ia mampu

menggunakan bahasa sesuai dengan ragam dan situasi, sedangkan bagi seseorang

yang mampu berbahasa secara benar berarti ia mampu menggunakan bahasa

dengan kaidah-kaidah yang berlaku (Panowo, 2009:4–5). Namun, masih terdapat

satu kaidah berbahasa lagi yang perlu mendapat perhatian yaitu kesantunan.

Ketika seseorang sedang berkomunikasi sebaiknya tidak hanya memperhatikan

penggunaan bahasa yang baik dan benar saja, melainkan penggunaan bahasa yang

santun juga harus diperhatikan. Jika seseorang mampu bertutur kata secara halus

dan santun tentu akan mudah diterima dalam masyarakat dan dapat belajar

menghargai atau menghormati lawan tutur. Pranowo (2009:3) mengungkapkan

bahwa, bahasa merupakan cermin kepribadian seseorang. Bahkan, bahasa

merupakan cermin kepribadian bangsa. Melalui bahasa yang diungkapkan, baik

verbal maupun nonverbal akan terlihat bagaimana kepribadian seseorang baik atau

buruk.

Pranowo (2009:3) menjelaskan bahasa verbal adalah bahasa yang

diungkapkan dengan kata-kata dalam bentuk ujaran atau tulisan, sedangkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

24

bahasa nonverbal adalah bahasa yang diungkapkan dalam bentuk mimik, gerak

gerik tubuh, sikap atau perilaku. Pemakaian bahasa verbal lebih mudah untuk

dilihat atau diamati. Namun, di samping itu terdapat pula bahasa nonverbal yang

mendukung pengungkapan kepribadian seseorang, yakni berupa mimik, gerak-

gerik tubuh, sikap, atau perilaku.

Struktur bahasa yang santun adalah struktur bahasa yang disusun oleh

penutur/penulis agar tidak menyinggung perasaan pendengar atau pembaca

(Pranowo, 2009:4). Ketika berkomunikasi, penggunaan bahasa dengan baik dan

benar saja belum cukup. Agar dapat membentuk perilaku seseorang menjadi lebih

baik hendaknya juga menerapkan penggunaan bahasa yang santun.

Pemakaian bahasa seseorang berbeda-beda, dalam masyarakat masih

terdapat penggunaan bahasa yang santun maupun tidak santun. Pada

kenyataannya, penggunaan bahasa yang tidak santun lebih banyak terjadi dalam

berkomunikasi di lingkungan masyarakat. Pranowo (2009:51) memaparkan

beberapa alasan yang mendasari hal tersebut, antara lain (a) tidak semua orang

memahami kaidah kesantunan, (b) ada yang memahami kaidah tetapi tidak mahir

menggunakan kaidah kesantunan, (c) ada yang mahir menggunakan kaidah

kesantunan dalam berbahasa, tetapi tidak mengetahui bahwa yang digunakan

adalah kaidah kesantunan, dan (d) tidak memahami kaidah kesantunan dan tidak

mahir berbahasa secara santun. Maka dari itu, agar terwujudnya dominasi

penggunaan bahasa santun daripada bahasa yang tidak santun perlu melakukan hal

berikut (a) kaidah kesantunan berbahasa sudah dideskripsikan dengan baik, (b)

kaidah yang sudah dideskripsikan tersebut kemudian disosialisasikan kepada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

25

masyarakat, (c) pimbinaan terus menerus melalui berbagai jalur (sekolah, kantor,

lembaga-lembaga lain yang menjadi tempat berkimpulnya orang bnyak), (d)

pengawasan yang sifatnya “sapa senyum” agar masyarakat semakin sadar untuk

menggunakan bahasa yang santun terus menerus (Pranowo, 2009:52).

Pemakaian bahasa, baik santun maupun tidak dapat dilihat dari dua hal,

yaitu pilihan kata (diksi) dan gaya bahasa. Pilihan kata yang dimaksud adalah

ketepatan pemakaian kata untuk mengefektifkan pesan dalam konteks tertentu

sehingga menimbulkan efek tertentu pada mitra tutur. Sedangkan, gaya bahasa

digunakan untuk memperindah tuturan dan kehalusan budi pekerti penutur.

Beberapa gaya bahasa yang dapat digunakan untuk melihat santun tidaknya

pemakaian bahasa dalam bertutur, antara lain: majas hiperbola, majas

perumpamaan, majas metafora, dan majas eufemisme. Selain hal tersebut,

Pranowo (2009:76–79) menjelaskan adanya dua aspek penentu kesantunan, yaitu

aspek kebahasaan dan aspek nonkebahasaan. Aspek kebahasaan meliputi aspek

intonasi (keras lembutnya intonasi ketika seseorang berbicara), aspek nada bicara

(berkaitan dengan suasana emosi penutur: nada resmi, nada bercanda atau

bergurau, nada mengejek, nada menyindir), faktor pilihan kata, dan faktor struktur

kalimat. Sedangkan, aspek nonkebahasaan berupa pranata sosial budaya

masyarakat (misalnya aturan anak kecil yang harus selalu hormat kepada orang

yang lebih tua, dan sebagainya), pranata adat (seperti jarak bicara antara penutur

dengan mitra tutur, gaya bicara, dan sebagainya).

Melihat fenomena-fenomena kebahasaan yang terjadi dalam masyarakat,

beberapa ahli mengidentifikasikan indikator kesantunan berbahasa. Indikator

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

26

adalah penanda yang dapat dijadikan penentu apakah pemakaian bahasa seseorang

dapat dikatakan santun atau tidak. Dell Hymes (1978) dalam Pranowo (2009:100–

101) menyatakan bahwa ketika seseorang berkomunikasi hendaknya

memerhatikan beberapa komponen tutur yang meliputi latar, peserta, tujuan

komunikasi, pesan yang ingin disampaikan, bagaimana pesan itu disampaikan,

segala ilustrasi yang ada di sekitar peristiwa penutur, pranata sosial

kemasyarakatan, dan ragam bahasa yang digunakan. Sedangkan, Grice (2000)

dalam Pranowo (2009:102) lebih menekankan tata cara ketika berkomunikasi.

Kemudian Leech (1983) via Pranowo (2009:102–103), memaparkan prisnsip

kesantunannya sebagai indikator kesantunan berbahasa, yakni: maksim

kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim kerendahan hati, maksim

kesetujuan, maksim simpati, dan maksim pertimbangan. Selanjutnya, Pranowo

(2009:103–105) mengemukakan indikator kesantunan berupa nilai-nilai luhur

yang mendukung kesantunan, yaitu sikap rendah hati. Sikap rendah hati seseorang

dapat tumbuh dan berkembang jika seseorang mampu memanifestasikan nilai-

nilai lain, seperti tenggang rasa (angon rasa, adu rasa), angon wayah, mau

berkorban, mawas diri, empan papan, dan sebagainya.

2.3.6 Ketidaksantunan

Ketidaksantunan berbahasa ini muncul dengan melihat realita di masyarakat

dalam menggunakan bahasa atau berkomunikasi. Penggunaan bahasa yang santun

dalam berkomunikasi masih jauh dari yang diharapkan.

Ketidaksantunan berbahasa merupakan bentuk yang menunjuk pada

perilaku kebahasaan yang tidak baik, kasar, dan melanggar tata krama. Selain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

27

kelima fenomena di atas, muncul fenomena baru yang belum banyak dikaji oleh

para ahli linguistik dan pragmatik, fenomena tersebut merupakan ketidaksantunan

berbahasa. Pranowo (2009:68-71) memaparkan gejala penutur yang bertutur

secara tidak santun, yaitu penutur menyampaikan kritik secara langsung

(menohok mitra tutur) dengan kata atau frasa kasar, penutur didorong rasa emosi

yang berlebihan ketika bertutur sehingga terkesan marah kepada mitra tutur,

penutur kadang-kadang protektif terhadap pendapatnya (hal demikian

dimaksudkan agar tuturan mitra tutur tidak dipercaya oleh pihak lain), penutur

sengaja ingin memojokkan mitra tutur dalam bertutur, penutur terkesan

menyampaikan kecurigaan terhadap mitra tutur.

Atas dasar identifikasi di atas, Pranowo (2009:72-73) menyebutkan empat

faktor yang menyebabkan ketidaksantunan pemakaian bahasa. Pertama, ada orang

yang memang tidak tahu kaidah kesantunan yang harus dipakai ketika berbicara.

Kedua, faktor pemerolehan kesantunan. Ketiga, ada orang yang sulit

meninggalkan kebiasaan lama dalam budaya bahasa pertama sehingga masih

terbawa dalam kebiasaan baru (interferensi bahasa Indonesia). Keempat, karena

sifat bawaan “gawan bayi” ang memang suka berbicara tidak santun di hadapan

mitra tutur.

2.4 Teori Ketidaksantunan

Dalam buku Impoliteness in Language: Studies on its Interplay with Power

in Teory and Practice yang disusun oleh Bousfield dan Locher (2008) dan telah

dibahasakan oleh Rahardi (2012) dalam presentasinya yang berjudul “Penelitian

Kompetensi: Ketidaksantunan Pragmatik dan Linguistik Berbahasa dalam Ranah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

28

Keluarga (Family Domain)”, tampak bahwa beberapa ahli telah menelaah

fenomena baru ini. Berikut pemaparan beberapa ahli mengenai ketidaksantunan

berbahasa.

2.4.1 Teori Ketidaksantunan Berbahasa dalam Pandangan Locher

Miriam A Locher (2008) dalam Rahardi (2012) berpendapat bahwa

ketidaksantunan dalam berbahasa dapat dipahami sebagai berikut, ‘…behaviour

that is face-aggravating in a particular context.’ Maksud Locher adalah bahwa

ketidaksantunan berbahasa itu menunjuk pada perilaku ‘melecehkan’ muka (face-

aggravate). Perilaku melecehkan muka itu sesungguhnya lebih dari sekadar

‘mengancam’ muka (face-threaten), seperti yang ditawarkan dalam banyak

definisi kesantunan klasik Leech (1983), Brown and Levinson (1987), atau

sebelumnya pada tahun 1978, yang cenderung dipengaruhi konsep muka Erving

Goffman (cf. Rahardi, 2009).

Interpretasi lain yang berkaitan dengan definisi Locher terhadap

ketidaksantunan berbahasa ini adalah bahwa tindakan tersebut sesungguhnya

bukanlah sekadar perilaku ‘melecehkan muka’, melainkan perilaku yang ‘memain-

mainkan muka’. Jadi, ketidaksantunan berbahasa dalam pemahaman Miriam A.

Locher adalah sebagai tindak berbahasa yang melecehkan dan memain-mainkan

muka, sebagaimana yang dilambangkan dengan kata ‘aggravate’ itu.

Berikut ini disampaikan contoh tuturan yang mengandung ketidaksantunan

menurut Locher (2008).

Latar belakang situasi: Kakak sedang menemani adiknya belajar. Kakak

mengomentari tulisan adiknya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

29

Kakak :“Nulis kayak gitu aja lama!” (sambil melihat tulisan adiknya)

“Pantesan lama, ngebatik gitu ko’ nulisnya.”

Adik : “Biarin.”

Berdasarkan contoh tersebut, dapat dilihat seorang kakak yang ‘melecehkan

muka’ adiknya. Dari percakapan di atas, dapat diketahui bahwa sang kakak

bermaksud untuk mengejek tulisan adiknya. Hal tersebut terlihat dari tuturan

kakak “pantesan lama, ngebatik gitu ko’ nulisnya”, kalimat tersebut menandakan

bahwa terdapat tuturan yang tidak santun, walaupun disampaikan kepada adiknya

sendiri dan penyampaian tuturan tersebut disampaikan dengan nada guyonan,

tetapi tuturan tersebut seharusnya tidak disampaikan karena akan menyinggung

perasaan mitra tutur.

Berdasarkan ilustrasi yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa

teori ketidaksantunan berbahasa dalam pandangan Locher ini menfokuskan pada

bentuk penggunaan ketidaksantunan tuturan oleh penutur yang memiliki maksud

untuk melecehkan dan menghina mitra tuturnya.

2.4.2 Teori Ketidaksantunan Berbahasa dalam Pandangan Bousfield

Dalam pandangan Bousfield (2008:3) dalam Rahardi (2012),

ketidaksantunan dalam berbahasa dipahami sebagai, ‘The issuing of intentionally

gratuitous and conflictive face-threatening acts (FTAs) that are purposefully

perfomed.’ Bousfield memberikan penekanan pada dimensi ‘kesembronoan’

(gratuitous), dan konfliktif (conflictive) dalam praktik berbahasa yang tidak

santun itu. Jadi, apabila perilaku berbahasa seseorang itu mengancam muka.

Kemudian ancaman terhadap muka itu dilakukan secara sembrono (gratuitous),

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

30

hingga akhirnya tindakan berkategori sembrono demikian mendatangkan konflik,

atau bahkan pertengkaran, dan tindakan tersebut dilakukan dengan kesengajaan

(purposeful). Berhubungan dengan dimensi-dimensi tersebut, tindakan berbahasa

itu merupakan realitas ketidaksantunan.

Berikut ini disampaikan contoh tuturan yang mengandung ketidaksantunan

menurut Bousfield (2008).

Latar belakang situasi: Sore hari bapak dan ibu duduk santai di beranda

rumah. Tiba-tiba janda kembang menyapa mereka.

Janda : “Permisi, Pak, Bu...”(Sambil melanjutkan perjalanan).

Bapak : (Menggrutu kepada sang istri) “Ayu-ayu ko’ janda yo, Bu.

Eman-eman banget.”

Ibu : “Ya sana, kawin meneh karo jandane kae!”

Berdasarkan contoh tersebut, dapat dilihat bahwa bapak menyampaikan

tuturan secara ‘sembrono’, hingga tindakan berkategori sembrono demikian

mendatangkan ‘konflik’. Hal tersebut terlihat dari tuturan bapak “ayu-ayu ko’

janda yo, Bu. Eman-eman banget”. Kalimat tersebut menandakan bahwa terdapat

tuturan yang tidak santun, walaupun disampaikan bukan dengan maksud yang

negatif (suka atau mempunyai rasa terhadap janda tersebut). Tuturan tersebut

seharusnya tidak disampaikan, karena jelas disampaikan secara sembrono dan

mungkin akan menimbulkan konflik. Kemungkinan timbulnya konflik telihat

dalam tuturan yang dilontarkan oleh ibu “ya sana, kawin meneh karo jandane

kae!”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

31

Berdasarkan ilustrasi yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa

teori ketidaksantunan berbahasa dalam pandangan Bousfield (2008) ini lebih

menfokuskan pada bentuk penggunaan ketidaksantunan tuturan oleh penutur yang

memiliki maksud mengancam muka yang dilakukan secara sembrono dan dapat

memungkinkan terjadinya konflik antara penutur dan mitra tutur.

2.4.3 Teori Ketidaksantunan Berbahasa dalam Pandangan Culpeper

Pemahaman Culpeper (2008) dalam Rahardi (2012) tentang ketidaksantunan

berbahasa adalah, ‘Impoliteness, as I would define it, involves communicative

behavior intending to cause the “face loss” of a target or perceived by the target

to be so.’ Dia memberikan penekanan pada fakta ‘face loss’ atau ‘kehilangan

muka’, kalau dalam bahasa Jawa mungkin konsep itu dekat dengan konsep

‘kelangan rai’ (kehilangan muka). Jadi, ketidaksantunan dalam berbahasa itu

merupakan perilaku komunikatif yang diperantikan secara intensional untuk

membuat orang benar-benar kehilangan muka (face loss), atau setidaknya orang

tersebut ‘merasa’ kehilangan muka.

Berikut ini disampaikan contoh tuturan yang mengandung ketidaksantunan

menurut Culpeper.

Latar belakang situasi: Malam hari sekitar pukul 19.00 sedang ada

perkumpulan keluarga besar.

Pakde : “Kamu ambil jurusan apa kuliahnya Jon?”

Jono : “Ambil Pendidikan Bahasa Indonesia, Pakde.”

Pakde : “Lho, anak STM ko’ ngambil pendidikan? Bisa po?”

Keluarga : (Tersenyum kecil melihat ke arah Jono dan Pakde).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

32

Jono : (Tersenyum berat)

Berdasarkan contoh di atas, dapat dilihat bahwa Jono merasa ‘kehilangan

muka’ akibat tuturan yang dikeluarkan oleh Pakdenya. Tuturan yang disampaikan

pakde yaitu “lho, anak STM ko’ ngambil pendidikan? Bisa po?” sebenarnya

merupakan suatu candaan atau bisa juga berupa sindiran. Tetapi, candaan atau

sindiran tersebut kurang pantas, karena tuturan itu disampaikan tanpa

memperhatikan konteks situasinya. Konteks situasi di atas adalah dalam konteks

situasi yang sedang ramai karena terdapat kumpul keluarga besar. Dalam hal ini

tuturan tersebut dapat dikatakan sebagai tuturan yang tidak santun.

Berdasarkan ilustrasi yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan

bahwa mitra tutur merasa dipermalukan oleh penutur. Ketidaksantunan berbahasa

yang diterapkan dalam situasi di atas, termasuk dalam teori menurut pandangan

Culpeper, yakni teori yang menfokuskan pada bentuk penggunaan

ketidaksantunan tuturan oleh penutur yang memiliki maksud untuk

mempermalukan mitra tuturnya.

2.4.4 Teori Ketidaksantunan Berbahasa dalam Pandangan Terkourafi

Terkourafi (2008) dalam Rahardi (2012), memandang ketidaksantunan

sebagai, ‘impoliteness occurs when the expression used is not conventionalized

relative to the context of occurrence; it threatens the addressee’s face but no

face-threatening intention is attributed to the speaker by the hearer.’ Jadi

perilaku berbahasa dalam pandangannya akan dikatakan tidak santun bilamana

mitra tutur (addressee) merasakan ancaman terhadap kehilangan muka (face

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

33

threaten), dan penutur (speaker) tidak mendapatkan maksud ancaman muka itu

dari mitra tuturnya.

Berikut ini disampaikan contoh tuturan yang mengandung ketidaksantunan

menurut Terkourafi.

Latar belakang situasi: Sebuah keluarga yang beranggotakan Bapak, Ibu,

Kakak, dan Adik sedang makan malam di ruang keluarga sambil menonton

suatu acara di salah satu stasiun televisi swasta.

Kakak : “Minta baksonya, Dik.” (Sambil mengambil satu bakso dari

mengkok adiknya)

Adik : “Waaaasss... Udah punya ko’ masih minta-minta! Kayak

gembel aja.”

Kakak : (Memakan bakso yang diminta dari adiknya dengan asiknya tanpa

menghiraukan apa yang dikatakan oleh adiknya).

Berdasarkan tuturan di atas, menunjukkan bahwa kakak berusaha meminta

bakso milik adiknya, namun hal tersebut membuat adik merasa tidak nyaman.

Dari tuturan yang dihasilkan oleh adik menunjukkan bahwa dia merasakan

ancaman terhadap kehilangan muka, hal ini terlihat dalam tuturan

“waaaasss...udah punya ko’ masih minta-minta! Kayak gembel aja”. Tetapi

kakak tidak merasakan ancaman muka yang dilakukan oleh adiknya yang bertutur

“udah punya ko’ masih minta-minta! Kayak gembel aja”, hal ini terlihat bahwa

kakak tidak merespon ancaman muka yang dilontarkan kepadanya, bahkan kakak

tidak menghiraukannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

34

Berdasarkan ilustrasi di atas, dapat disimpulkan bahwa teori

ketidaksantunan berbahasa menurut pandangan Terkourafi (2008) lebih

menfokuskan pada bentuk penggunaan ketidaksantunan tuturan penutur yang

membuat mitra tutur merasa mendapat ancaman terhadap kehilangan muka, tetapi

penutur tidak menyadari bahwa tuturannya telah memberikan ancaman muka

mitra tuturnya.

2.4.5 Teori Ketidaksantunan Berbahasa dalam Pandangan Locher and

Watts

Locher and Watts (2008) dalam Rahardi (2012), berpandangan bahwa

perilaku tidak santun adalah perilaku yang secara normatif dianggap negatif

(negatively marked behavior), lantaran melanggar norma-norma sosial yang

berlaku dalam masyarakat. Juga mereka menegaskan bahwa ketidaksantunan

merupakan peranti untuk menegosiasikan hubungan antarsesama (a means to

negotiate meaning). Selengkapnya pandangan mereka tentang ketidaksantunan

tampak berikut ini, ‘…impolite behaviour and face-aggravating behaviour more

generally is as much as this negation as polite versions of behavior.’ (cf. Lohcer

and Watts, 2008:5).

Berikut ini disampaikan contoh tuturan yang mengandung ketidaksantunan

menurut Locher and Watts.

Latar belakang situasi: Terdapat anak perempuan bernama Jenni yang

sedang makan di ruang makan.

Jenni : (Sedang makan dengan kaki kanan naik ke atas kursi).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

35

Ibu : “Nduk, turunin kakinya! Gak sopan cewek kok makan sambil

jegang gitu.”

Jenni : (Kaget) “Yahh lupa, Bu. Tapi kan gak ada orang lain, Bu, jadi

yaa gak papa dikit-dikit. Heheheee.”

Ibu : “Gimana sihh kamu tuh, kelakuan jelek kayak gitu kok

dipelihara.”

Bahasa tubuh yang dilakukan oleh Jenni merupakan tindakan yang tidak

santun yakni melanggar norma-norma sosial dalam masyarakat sehingga membuat

ibu marah. Dari percakapan di atas, dapat diketahui bahwa Jenni sebenarnya tahu

bahwa apa yang dia lakukan adalah tindakan yang tidak santun dengan melanggar

norma-norma sosial yang berada dalam masyarakat, terutama keluarga. Selain itu,

Jenni menanggapi hal tersebut dengan tuturan yang bernada tanpa rasa bersalah.

Hal ini terlihat dari tuturan yang dihasilkan oleh Jenni “Yahh lupa, Bu. Tapi kan

gak ada orang lain, Bu, jadi yaa gak papa dikit-dikit. Heheheee”. Tuturan

tersebut merupakan tuturan yang tidak sopan karena telah mengacuhkan dan

melanggar norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat.

Berdasarkan ilustrasi di atas, dapat disimpulkan bahwa teori

ketidaksantunan berbahasa dalam pandangan Locher and Watts (2008) ini lebih

menitikberatkan pada bentuk penggunaan ketidaksantunan tuturan oleh penutur

yang secara normatif dianggap negatif, karena dianggap melanggar norma-norma

sosial yang berlaku dalam masyarakat (tertentu).

Sebagai rangkuman dari teori yang telah dikemukakan di atas, dapat

ditegaskan bahwa, pertama, dalam pandangan Miriam A. Locher (2008),

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

36

ketidaksantunan berbahasa adalah tindak berbahasa yang melecehkan dan

memain-mainkan muka mitra tutur atau bisa dikatakan menyinggung perasaan

mitra tutur. Kedua, ketidaksantunan berbahasa dalam pandangan Bousfield (2008)

adalah perilaku berbahasa yang mengancam muka dilakukan secara sembrono,

hingga mendatangkan konflik. Ketiga, ketidaksantunan menurut pandangan

Culpeper (2008) adalah perilaku berbahasa untuk membuat orang benar-benar

kehilangan muka, atau setidaknya orang tersebut ‘merasa’ kehilangan muka.

Keempat, ketidaksantunan berbahasa menurut pandangan Terkourafi (2008)

adalah perilaku berbahasa yang bilamana mitra tutur merasakan ancaman terhadap

kehilangan muka, dan penutur tidak mendapat maksud ancaman muka tersebut

dari mitra tutur. Kelima, ketidaksantunan menurut pandangan Locher and Watts

(2008) adalah perilaku berbahasa yang secara normatif dianggap negatif, karena

melanggar norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Kelima teori

ketidaksantunan tersebut akan digunakan sebagai landasan untuk melihat

kenyataan berbahasa yang tidak santun dalam ranah keluarga, khususnya keluarga

nelayan di kampung nelayan Pantai Trisik dan Pantai Congot, Kulonprogo,

Yogyakarta.

2.5 Konteks

Kajian pragmatik tidak lepas dari konteks situasi dan lingkungan sosial

tertentu untuk mengartikan maksud penutur kepada mitra tutur. Rahardi (2003:8)

memaparkan bahwa konteks situasi tuturan yang dimaksud menunjuk pada aneka

macam kemungkinan latar belakang pengetahuan yang muncul dan dimiliki

bersama-sama baik oleh si penutur maupun oleh mitra tutur, serta aspek-aspek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

37

non-kebahasaan lainnya yang menyertai, mewadahi, serta melatarbelakangi

hadirnya sebuah tuturan.

Konteks telah dibicarakan oleh Malinowsky (1923) jauh sebelum para pakar

linguistik dan pragmatik lainnya membicarakan tentang konteks. Malinowsky

khususnya membahas mengenai konteks yang berdimensi situasi. Malinowsky

(1923) dalam Verschueren (1998:75) via Rahardi (2012) mengatakan, ‘Exactly as

in the reality of spoken or written languages, a word without linguistics context is

a mere figment and stands for nothing by itself, so in the reality of a spoken living

tongue, the utterance has no meaning except in the context of situation’. Jadi,

Malinowsky (1923) memandang kehadiran konteks situasi menjadi mutlak untuk

menjadikan sebuah tuturan benar-benar bermakna.

Sejalan mengenai apa yang dipaparkan oleh Malinowsky (1923),

Verschueren (1998) dalam Rahardi (2012) mengatakan bahwa ‘utterer’ (penutur)

dan ‘interpreter’ (mitra tutur) menjadi titik utama dalam pragmatik. Verschueren

(1998:76) via Rahardi (2012) menyebutkan empat dimensi konteks yang sangat

mendasar dalam memahami makna sebuah tuturan.

Pertama adalah ‘The utterer’ dan ‘The interpreter’ adalah dimensi yang

paling signifikan dalam pragmatik. Jadi, penutur dan mitra tutur menjadi titik

fokus dalam pragmatik. Penutur atau utterer memiliki banyak suara (many voice)

atau memiliki banyak kemungkinan kata, sedangkan mitra tutur atau interpreter

memiliki banyak peran. Bahkan seorang penutur atau utterer ada kalanya berperan

sebagai mitra tutur atau interpreter. Jadi, selain penutur berperan sebagai penutur

atau pembicara, tetapi juga sekaligus sebagai pengintepretasi atas apa yang sedang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

38

diucapkannya. Hal lain yang juga harus diperhatikan dalam kaitan dengan penutur

dan mitra tutur selain apa yang telah dipaparkan sebelumnya adalah jenis kelamin,

adat-kebiasaan, dan semacamnya. Hal tersebut adalah mengenai ‘the influence of

numbers’ alias ‘pengaruh dari jumlah’ orang yang hadir dalam sebuah

pertutursapaan. Jadi, memang akan menjadi sangat berbeda makna kebahasaan

yang muncul bilamana sebuah pertutursapaan dihadiri orang dalam jumlah

banyak, dan bilamana hanya dihadiri dua pihak saja, yakni penutur (utterer) dan

mitra tutur (interpreter). Seorang penutur tunggal akan sedikit banyak memiliki

beban psikologis jika berhadapan dengan publik yang jumlahnya tidak sedikit.

Sebaliknya, jika mitra tutur hanya berjumlah satu, sedangkan penutur jumlahnya

jauh lebih banyak, mitra tutur itu akan cenderung menginterpretasi dengan hasil

yang berbeda daripada juka penutur itu hanya satu orang saja jumlahnya. Jadi,

kehadiran penutur yang banyak, cenderung akan mempengaruhi proses

interpretasi makna oleh mitra tutur. Demikian juga sebaliknya, jika jumlah

penutur itu banyak, maka interpretasi kebahasaan yang akan silakukan mitra tutur

pasti sedikit banyak terpengaruh.

Dimensi kedua yang dipaparkan oleh Verschueren (1998) adalah mengenai

aspek-aspek mental ‘language users’ (pengguna bahasa). Language users

sesungguhnya dapat menunjuk dua pihak, yakni utterer (penutur) dan interpreter

(mitra tutur). Selain hadirnya pihak ke-1 dan pihak ke-2 dalam suatu pertuturan,

kadangkala hadir juga pihak-pihak lain yang perlu sekali dicermati peran dan

pengaruhnya terhadpa bentuk kebahasaan yang muncul. Kehadiran mereka semua

dalam pertutursapaan, akan berpengaruh besar pada dimensi ‘mental’ penutur atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

39

‘the utterer’. Dengan kata lain harus juga dinyatakan bahwa dimensi-dimensi

mental ‘language users’ dalam peristiwa pertuturan itu berubah. Jadi jelas sekali,

bahwa dimensi-dimensi mental penutur dan mitra tutur benar-benar sangat

penting dalam kerangka perbincangan konteks pragmatik itu. Dalam konteks

pragmatik, aspek kepribadian atau ‘personality’ dari penutur dan mitra tutur,

‘utterer’ dan ‘interpreter’, ternyata mengambil peranan yang sangat dominan.

Aspek lain yang harus diperhatikan dalam kaitan dengan komponen penutur dan

mitra tutur ini adalah aspek warna emosinya (emotions). Selain dimensi

‘personality’ dan ‘emotions’, terdapat pula dimensi ‘desires’ atau ‘wishes’,

dimensi ‘motivations’ atau ‘intentions’, serta dimensi kepercayaan atau ‘beliefs’

yang juga harus diperhatikan dalam kerangka perbicangan konteks pragmatik ini.

Dimensi-dimensi mental ‘language users’ yang telah disebutkan sebelumnya,

semuanya berpengaruh besar terhadap dimensi kognisi dan emosi penutur dan

mitra tutur dalam pertuturan sebenarnya.

Dimensi yang ketiga adalah aspek-aspek sosial ‘language users’ adalah

dimensi-dimensi yang berkaitan dengan keberadaannya sebagai warga masyarakat

dan kultur atau budaya tertentu. Kajian pragmatik sama sekali tidak dapat lepas

dari fakta-fakta sosial-kultural. Aspek-aspek sosial, atau dapat pula diistilahkan

sebagai ‘social setting’ alias seting sosial atau oleh Verschueren (1998) disebut

‘ingredient of the communicative context’ harus diperhatikan dengan benar-benar

baik dalam analisis pragmatik. Aspek kultur juga merupakan satu hal yang sangat

penting sebagai penentu makna dalam pragmatik, khususnya yang berkaitan

dengan aspek ‘norms and values of culture’ dari masyarakat bersangkutan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

40

Dimensi keempat atau yang terakhir dijelaskan oleh Verschueren (1998)

adalah mengenai aspek-aspek fisik ‘language users’. Fenomena deiksis (deixis

phenomenon), baik yang berciri persona (personal deixis), deiksis perilaku

(attitudinal deixis), deiksis waktu (temporal deixis), maupun deiksis tempat

(spatial deixis) menjadi dimensi-dimensi fisik yang menarik perhatian para pakar

linguistik dan pragmatik. Verschueren (1998) telah menegaskan, ‘…phenomena

have exerted a strong fascination on linguists, from long before ‘pragmatics’

became a common notion’, yang artinya bahwa fenomena deiksis telah menjadi

perhatian linguis, bahkan sejak jauh sebelum pragmatik terlahir. Deiksis persona,

lazimnya menunjuk pada penggunaan kata ganti orang, misalnya penggunaan kata

‘saya’, ‘kami’, ‘kita’, dan sebagainya. Selanjutnya masih berkaitan dengan

persoalan deiksis, tetapi yang sifatnya temporal, misalnya saja kapan harus

digunakan ucapan ‘selamat pagi’ atau ‘pagi’ saja dalam bahasa Indonesia. Dalam

konteks waktu pula, kapan orang harus berhati-hati, kapan harus menggunakan

‘event time’ seperti ‘pada Senin’ atau ‘pada 2012’, kapan harus menggunakan

‘time of utterence’ seperti ‘kemarin’, ‘sekarang’, ‘besok’, dan kapan pula harus

menggunakan ‘reference time’ seperti pada ‘ketika, pada saat, manakala’ dan

seterusnya. Aspek-aspek fisik konteks lain di luar apa yang disebutkan di depan

itu adalah ihwal jarak spasial atau ‘space distance’. Ketika orang sedang bertutur

sapa, jarak spasial yang demikian ini sangat menentukan maksud, juga persepsi

terhadap makna yang disampaikan oleh ‘interpreter’.

Leech (1983) via Rahardi (2012) menggunakan istilah ‘speech situations’

atau situasi tutur dalam pemahamannya tentang konteks. Sehubungan dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

41

bermacam-macamnya maksud yang dikomunikasikan oleh penuturan sebuah

tuturan, Leech (1983) dalam Wijana (1996:10−13) mengemukakan sejumlah

aspek yang senantiasa harus dipertimbangkan dalam rangka studi pragmatik.

Aspek-aspek itu adalah sebagai berikut.

1) Penutur dan lawan tutur

Konsep penutur dan lawan tutur ini juga mencakup penulis dan pembaca

bila tuturan bersangkutan dikomunikasikan dengan media tulisan. Aspek-

aspek yang berkaitan dengan penutur dan lawan tutur ini adalah usia, latar

belakang sosial ekonomi, jenis kelamin, tingkat keakraban, dan sebagainya.

2) Konteks tuturan

Konteks tuturan penelitian linguistik adalah konteks dalam semua aspek

fisik atau setting sosial yang relevan dari tuturan bersangkutan. Konteks

yang bersifat fisik lazim disebut koteks (cotext), sedangkan konteks setting

sosial disebut konteks. Di dalam pragmatik konteks itu pada hakikatnya

adalah semua latar belakang pengetahuan (back ground knowledge) yang

dipahami bersama oleh penutur dan lawan tutur.

3) Tujuan penutur

Bentuk-bentuk tuturan yang diutarakan oleh penutur dilatarbelakangi oleh

maksud dan tujuan tertentu. Dalam hubungan ini bentuk-bentuk tuturan

yang bermacam-macam dapat digunakan untuk menyatakan maksud yang

sama. Atau sebaliknya, berbagai macam maksud dapat diutarakan dengan

tuturan yang sama. Di dalam pragmatik, berbicara merupakan aktivitas yang

berorientasi pada tujuan (goal oriented activities). Ada perbedaan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

42

mendasar antara pandangan pragmatik yang bersifat fungsional dengan

pandangan gramatika yang bersifat formal. Di dalam pandangan yang

bersifa formal, setiap bentuk lingual yang berbeda tentu memiliki makna

yang berbeda.

4) Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas

Bila gramatika menangani unsur-unsur kebahasaan sebagai entitas yang

abstrak, seperti kalimat dalam studi sintaksis, proposisi dalam studi

semantik, dan sebagainya, pragmatik berhubungan dengan tindak verbal

(verbal act) yang terjadi dalam situasi tertentu. Dalam hubungan ini,

pragmatik menangani bahasa dalam tingkatannya yang lebih konkret

dibanding dengan tata bahasa. Tuturan sebagai entitas yang konkret jelas

penutur dan lawan tuturnya, serta waktu dan tempat pengutaraannya.

5) Tuturan sebagai produk tindak verbal

Tuturan yang digunakan di dalam rangka pragmatik, seperti yang

dikemukakan dalam kriteria keempat merupakan bentuk dari tindak tutur.

Oleh karenanya, tuturan yang dihasilkan merupakan bentuk dari tindak

verbal. Sebagai contoh, kalimat Apakah rambutmu tidak terlalu panjang?

Dapat ditafsirkan sebagai pertanyaan atau perintah. Dalam hubungan ini,

dapat ditegaskan ada perbedaan yang mendasar antara kalimat (sentence)

dengan tuturan (utturance). Kalimat adalah entitas gramatikal sebagai hasil

kebahasaan yang diidentifikasikan lewat penggunaannya dalam situasi

tertentu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

43

Kemudian Levinson (1983:22−23) via Nugroho (2009:119) menjelaskan

bahwa untuk mengetahui konteks, seseorang harus membedakan antara situasi

aktual sebuah tuturan dalam semua keserbaragaman ciri-ciri tuturan mereka, dan

pemilihan ciri-ciri tuturan tersebut secara budaya dan linguistis yang berhubungan

dengan produksi dan penafsiran tuturan.

Hymes (1974) via Nugroho (2009:119) menghubungkan konteks dengan

situasi tutur. Hymes melibatkan istilah ‘komponen tutur’ dalam menjelaskan

tentang konteks. Seperti yang dikutip oleh Sumarsono (2008:325−334), Hymes

menyebutkan terdapat enam belas komponen tutur, yaitu (1) bentuk pesan

(message form), (2) isi pesan (message content), (3) latar (setting), (4) suasana

(scene), (5) penutur (speaker, sender), (6) pengirim (addressor), (7) pendengar

(hearer, receiver, audience), (8) penerima (addressee), (9) maksud-hasil

(purpose-outcome), (10) maksud-tujuan (purpose-goal), (11) kunci (key), (12)

saluran (channel), (13) bentuk tutur (forms of speech), (14) norma interaksi (norm

of interaction), (15) norma interpretasi (norm of interpretation), dan (16) kategori

wacana (genre). Dalam situasi tutur tersebut, terdapat delapan komponen yang

mempengaruhi tuturan seseorang. Kedelapan komponen tutur tersebut meliputi

latar fisik dan latar psikologis (setting and scene), peserta tutur (participants),

tujuan tutur (ends), urutan tindak (acts), nada tutur (keys), saluran tutur

(instruments), norma tutur (norms), dan jenis tutur (genres) (Hymes, 1974) via

(Nugroho, 2009:119).

Berdasarkan penjelasan di atas, konteks dapat diartikan sebagai segala

sesuatu yang berhubungan dengan situasi dan kondisi peserta tutur dengan latar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

44

belakang pengetahuan yang sama atas apa yang dituturkan dan dimaksudkan oleh

penutur. Konteks tersebut disertai dengan komponen-komponen tuturan yang

sangat mempengaruhi tuturan seseorang. Kehadiran konteks berhubungan dengan

produksi dan penafsiran dari tuturan.

2.6 Unsur Segmental

Unsur segmental berkenaan dengan wujud tuturan. Unsur segmental hanya

akan didapati pada bahasa tulisan, bukan pada bahasa lisan. Unsur ini mencakup

penggunaan diksi, gaya bahasa, dan kategori fatis yang terdapat dalam tuturan.

Berikut pemaparan dari setiap unsur tersebut.

2.6.1 Diksi

Pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai

untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokkan

kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya

mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi. Keraf (1986:24)

mendefinisikan pilihan kata atau diksi sebagai kemampuan membedakan secara

tepat bentuk-benuk makna dari gagasan yang disampaikan, dan kemampuan untuk

menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang

dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Pilihan kata yang tepat dan sesuai

hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata atau

perbendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud dengan

perbendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang

dimiliki oleh sebuah bahasa. Penggunaan kata pada dasarnya berkisar pada dua

persoalan pokok, yaitu pertama, ketepatan pemilihan kata untuk mengungkapkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

45

sebuah gagasan, hal atau barang yang akan diamanatkan, dan kedua, kesesuaian

atau kecocokan dalam mempergunakan kata tadi.

Keraf (1986:87−101) menjelaskan bahwa, pendayagunaan kata pada

dasarnya dibagi menjadi dua persoalan pokok, yakni pertama, ketepatan pilihan

kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang

tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau

dirasakan oleh penulis dan pembicara. Beberapa butir perhatian dan persoalan

berikut hendaknya diperhatikan setiap orang agar bisa mencapai ketepatan pilihan

kata itu. Berikut persyaratan ketepatan diksi.

1) Membedakan secara cermat denotasi dari konotasi. Dari dua kata yang

mempunyai makna yang mirip satu sama lain, harus menetapkan mana yang

akan dipergunakan untuk mencapai tujuan. Kata yang tidak mengandung

makna atau perasaan-perasaan tambahan disebut denotasi, sedangkan makna

kata yang mengandung arti tambahan, perasaan tertentu, nilai rasa tertentu

di samping arti yang umum, dinamakan konotasi

2) Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim. Kata-kata

yang bersinonim tidak selalu memiliki distribusi yang saling melengkapi.

Sebab itu, penulis atau pembicara harus berhati-hati memilih kata dari

sekian sinonim yang ada untuk menyampaikan apa yang diinginkannya,

sehingga tidak timbul interpretasi yang berlainan

3) Membedakan kata-kata yang mirip dalam ejaannya. Bila penulis atau

penutur tidak mampu membedakan kata-kata yang mirip ejaannya itu, maka

akan membawa akibat yang tidak diinginkan, yaitu salah paham.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

46

4) Hindarilah kata-kata ciptaan sendiri. Bahasa selalu tumbuh dan berkembang

sesuai dengan perkembangan dalam masyarakat. Perkembangan bahasa

pertama-tama tampak dari pertambahan jumlah kata baru. Namun, hal itu

tidak berarti bahwa setiap orang boleh menciptakan kata baru seenaknya.

Kata baru biasanya muncul untuk pertama kali karena dipakai oleh orang-

orang terkenal atau pengarang terkenal. Bila anggota masyarakat lainnya

menerima kata itu, maka kata itu lama-kelamaan akan menjadi milik

masyarakat. Neologisme atau kata baru atau penggunaan sebuah kata lama

dengan makna dan fungsi yang baru termasuk dalam kelompok ini.

5) Waspadalah terhadap penggunaan akhiran asing, terutama kata-kata asing

yang mengandung akhiran asing tersebut.

6) Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatis.

7) Untuk menjamin ketepatan diksi, penulis atau pembicara harus

membedakan kata umum dan kata khusus. Kata khusus lebih tepat

menggambarkan sesuatu daripada kata umum. Dengan demikian, semakin

khusus sebuah kata atau istilah, semakin dekat dengan titik persamaan atau

pertemuan yang dapat dicapai antara penulis dan pembaca. Sebaliknya,

semakin umum sebuah istilah, semakin jauh pula titik pertemuan antara

penulis dan pembaca. Sebuah istilah atau kata yang umum dapat mencakup

sejumlah istilah yang khusus.

8) Mempergunakan kata-kata indria yang menunjukkan persepsi yang khusus.

Suatu jenis pengkhususan dalam memilih kata-kata yang tepat adalah

penggunaan istilah-istilah yang menyatakan pengalaman-pengalaman yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

47

diserap oleh pancaindria (serapan indria pengelihatan, pendengaran, peraba,

perasa, dan penciuman. Karena kata-kata indria melukiskan suatu sifat yang

khas dari penserapan pancaindria, maka pemakaiannya pun harus tepat.

9) Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah

dikenal. Kenyataan yang dihadapi oleh setiap pemakai bahasa adalah bahwa

makna kata tidak selalu bersifat statis. Dari waktu ke waktu, makna kata-

kata dapat mengalami perubahan sehingga akan menimbulkan kesulitan-

kesulitan baru pemakain yang terlalu bersifat konservatif. Sebab itu, untuk

menjaga agar pilihan kata selalu tepat, maka setiap penutur bahasa harus

selalu memperhatikan perubahan-perubahan makna yang terjadi. Perubahan-

perubahan makna yang penting diketahui oleh pemakai bahasa adalah

perluasan arti, penyempitan arti, ameliorasi, peyorasi, metafora, dan

metonimi.

10) Memperhatikan kelangsungan pilihan kata. Kalangsungan pilihan kata

adalah teknik memilih kata yang sedemikian rupa, sehingga maksud atau

pikiran seseorang dapat disampaikan secara tepat dan ekonomis.

Kelangsungan dapat terganggu bila seorang pembicara atau pengarang

mempergunakan terlalu banyak kata untuk suatu maksud yang dapat

diungkapkan secara singkat, atau mempergunakan kata-kata yang kabur,

yang bisa menimbulkan ambiguitas (makna ganda).

Persoalan kedua dalam penggunaan kata-kata adalah kecocokan atau

kesesuaian. Terdapat beberapa hal yang perlu diketahui setiap penulis atau

pembicara, agar kata-kata yang dipergunakan tidak akan mengganggu suasana,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

48

dan tidak akan menimbulkan ketegangan antara penulis atau pembicara dengan

para hadirin atau para pembaca. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut

(Keraf, 1986:102−111).

1) Hindarilah sejauh mungkin bahasa atau unsur substandar dalam suatu situasi

yang formal. Bahasa substandar adalah bahasa dari mereka yang tidak

memperoleh kedudukan atau pendidikan yang tinggi. Pada dasarnya bahasa

ini hanya digunakan untuk pergaulan biasa, tidak dipakai pada tulisan-

tulisan, bersenda-gurau, berhumor, atau untuk menyatakan sarkasme atau

menyatakan ciri-ciri kedaerahan. Dengan demikian, dalam suasana formal,

harus dipergunakan unsur-unsur bahasa standar, harus dijaga agar unsur-

unsur nonstandar tidak boleh menyelinap ke dalam tutur seseorang.

2) Gunakanlah kata-kata ilmiah dalam situasi yang khusus saja. Dalam situasi

yang umum hendaknya penulis dan pembicara mempergunakan kata-kata

populer. Kata-kata populer adalah kata-kata yang dikenal dan diketahui oleh

seluruh lapisan masyarakat. Sedangkan kata-kata ilmiah adalah kata-kata yg

biasa dipakai oleh kaum terpelajar, dalam pertemuan-pertemuan resmi,

diskusi-diskusi khusus, teristimewa dalam diskusi ilmiah.

3) Hindarilah jargon dalam tulisan untuk pembaca umum. Jargon merupakan

bahasa yang khusus sekali, maka tidak akan banyak artinya bila dipakai

untuk suatu sasaran yang umum.

4) Penulis atau pembicara sejauh mungkin menghindari pemakaian kata-kata

slang. Kata-kata slang adalah semacam kata percakapan yang tinggi atau

murni. Kata slang adalah kata nonstandar yang informal, yang disusun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

49

secara khas; atau kata-kata biasa yang diubah secara arbitrer; atau kata-kata

kiasan yang khas, bertenaga dan jenaka yang dipakai dalam percakapan.

Kadangkala kata slang dihasilkan dari salah ucap yang disengaja, atau

kadangkala berupa pengrusakan sebuah kata biasa untuk mengisi suatu

bidang makna yang lain.

5) Dalam penulisan jangan mempergunakan kata percakapan. Kata percakapan

adalah kata-kata yang biasa dipakai dalam percakapan atau pergaulan orang-

orang yang terdidik. Kata-kata percakapan mencakup kata-kata populer,

kata-kata idiomatis, kata-kata ilmiah, dan kata-kata yang tidak umum

(slang) yang biasa dipakai oleh golongan terpelajar saja.

6) Hindarilah ungkapan-ungkapan usang (idiom yang mati). Idiom adalah

pola-pola struktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa yang

umum, biasanya berbentuk frasa, sedangkan artinya tidak bisa diterangkan

secara logis atau secara gramatikal, dengan bertumpu pada makna kata-kata

yang membentuknya.

7) Jauhkan kata-kata atau bahasa yang artifisial. Yang dimaksud bahasa

artifisial adalah bahasa yang disusun secara seni. Bahasa yang artifisial tidak

terkandung dalam kata yang digunakan, tetapi dalam pemakaiannya untuk

menyatakan suatu maksud.

Bahasa standar dan bahasa nonstandar digunakan dalam pemilihan kata,

penulis atau pembicara harus dapat membedakan kedua bentuk bahasa tersebut.

Keraf (1986:104) memaparkan pengertian bahasa standar dan bahasa nonstandar

tersebut. Bahasa standar adalah semacam dialek kelas dan dapat dibatasi sebagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

50

tutur dari mereka yang mengenyam kehidupan ekonomis atau menduduki status

sosial yang cukup dalam suatu masyarakat. Secara kasar kelas ini dianggap

sebagai kelas terpelajar. Kelas ini meliputi pejabat-pejabat pemerintah, ahli-ahli

bahasa, ahli-ahli hukum, dokter, pedagang, guru, penulis, penerbit, seniman,

insinyur, serta semua ahli lainnya, bersama keluarganya. Bahasa nonstandar

adalah bahasa dari mereka yang tidak memperoleh kedudukan atau pendidikan

yang tinggi. Pada dasarnya, bahasa ini dipakai untuk pergaulan biasa, tidak

dipakai dalam tulisan-tulisan. Kadang-kadang unsur nonstandar dipergunakan

juga oleh kaum terpelajar dalam bersenda-gurau, berhumor, atau untuk

menyatakan sarkasme atau menyatakan ciri-ciri kedaerahan. Bahasa nonstandar

dapat juga berlaku untuk suatu wilayah yang luas dalam wilayah bahasa standar

tadi.

2.6.2 Kategori Fatis

Kridalaksana (1986:111) mengartikan kategori fatis sebagai kategori yang

bertugas melalui, mempertahankan, atau mengkukuhkan pembicaraan antara

pembicara dan lawan bicara. Sebagian besar kategori fatis merupakan ciri ragam

lisan. Ragam lisan pada umumnya merupakan ragam non-standar, maka

kebanyakan kategori fatis terdapat dalam kalimat-kalimat non-standar yang

banyak mengandung unsur-unsur daerah atau dialek regional.

Berikut adalah bentuk-bentuk dari kata fatis (Kridalaksana, 1986:113–116).

1) ah menekankan rasa penolakan atau acuh tak acuh.

2) ayo menekankan ajakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

51

3) deh menekankan pemksaan dengan membujuk, pemberian persetujuan,

pemberian garansi, sekedar penekanan.

4) dong digunakan untuk menghaluskan perintah, menekankan kesalahan

kawan bicara.

5) ding menekankan pengakuan kesalahan pembicara.

6) halo digunakan untuk memulai dan mengukuhkan pembicaraan di telepon,

serta menyalami kawan bicara yang dianggap akrab.

7) kan apabila terletak pada akhir kalimat atau awal kalimat, maka kan

merupakan kependekan dari kata bukan atau bukanlah, dan tugasnya ialah

menekankan pembuktian. Apabila kan terletak di tengah kalimat maka kan

juga bersifat menekankan pembuktian atau bantahan.

8) kek mempunyai tugas menekankan pemerincian, menekankan perintah, dan

menggantikan kata saja.

9) kok menekankan alasan dan pengingkaran. Kok dapat juga bertugas sebagai

pengganti kata tanya mengapa atau kenapa bila diletakkan di awal kalimat.

10) -lah menekankan kalimat imperatif dan penguat sebutan dalam kalimat.

11) lho bila terletak di awal kalimat bersifat seperti interjeksi yang menyatakan

kekagetan. Bila terletak di tengah atau di akhir kalimat, maka lho bertugas

menekankan kepastian.

12) mari menekankan ajakan.

13) nah selalu terletak pada awal kalimat dan bertugas untuk minta supaya

kawan bicara mengalihkan perhatian ke hal lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

52

14) pun selalu terletak pada ujung konstituen pertama kalimat dan bertugas

menonjolkan bagian tersebut.

15) selamat diucapkan kepada kawan bicara yang mendapatkan atau mengalami

sesuatu yang baik.

16) sih memiliki tugas menggantikan tugas –tah dan –kah, sebagai makna

‘memang’ atau ‘sebenarnya’, dan menekankan alasan.

17) toh bertugas menguatkan maksud; adakalanya memiliki arti yang sama

dengan tetapi.

18) ya bertugas mengukuhkan atau membenarkan apa yang ditanyakan kawan

bicara, bila dipakai pada awal ujaran dan meminta persetujuan atau

pendapat kawan bicara bila dipakai pada akhir ujaran.

19) yah digunakan pada awal atau di tengah-tengah ujaran, tetapi tidak pernah

pada akhir ujaran, untuk mengungkapkan keragu-raguan atau ketidakpastian

terhadap apa yang diungkapkan oleh kawan bicara atau yang tersebut dalam

kalimat sebelumnya, bila dipakai pada awal ujaran; atau keragu-raguan atau

ketidakpastian atas isi konstituen ujaran yang mendahuluinya, bila di tengah

ujaran.

2.7 Unsur Suprasegmental

Dalam bahasa tulisan, tanda baca memiliki peranan penting. Namun, dalam

bahasa lisan tidak akan didapati tanda baca tersebut. Disinilah peranan unsur

suprasegmental. Unsur suprasegmental hanya akan didapati pada bahasa lisan,

unsur ini adalah tekanan, intonasi, nada, jeda. Berikut akan dipaparkan unsur-

unsur suprasegmental tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

53

2.7.1 Tekanan

Tekanan menyangkut masalah keras lunaknya bunyi. Suatu bunyi segmental

yang diucapkan dengan arus udara yang kuat sehingga menyebabkan

amplitudonya melebar, pasti dibarengi dengan tekanan keras. Sebaliknya, sebuah

bunyi segmental yang diucapkan dengan arus udara yang tidak kuat sehingga

amplitudonya menyempit, pasti dibarengi dengan tekanan lunak. Tekanan ini

mungkin terjadi secara sporadis, mungkin juga telah berpola, mungkin juga

bersifat distingtif, dapat membedakan makna, mungkin juga tidak distingtif

(Achmad & Alek, 2013:33−34). Sebelumnya Samsuri (1969:56) dalam bukunya

yang berjudul Fonologi mengungkapkan untuk menandai tekanan dapat dipakai

tanda-tanda diakritik [ “ ] untuk tekanan primer, [ ‘ ] untuk tekanan sekunder.

2.7.2 Intonasi

Intonasi dalam bahasa Indonesia sangat berperan dalam pembedaan maksud

kalimat. Bahkan, dengan dasar kajian pola-pola intonasi ini, kalimat bahasa

Indonesia dibedakan menjadi kalimat berita (deklaratif), kalimat tanya

(interogatif), dan kalimat perintah (imperatif). Kalimat berita (deklaratif) ditandai

dengan pola intonasi datar-turun. Kalimat tanya (interogatif) ditandai dengan pola

intonasi datar-turun. Kalimat perintah (imperatif) ditandai dengan pola intonasi

datar-tinggi (Muslich, 2009:115−117).

Keraf (1991:208) menambahkan kalimat seru ke dalam kalimat bahasa

Indonesia. Kalimat seru adalah kalimat yang menyatakan perasaan hati, atau

keheranan terhadap suatu hal. Kalimat seru ditandai dengan intonasi yang lebih

tinggi dari kalimat inversi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

54

2.7.3 Nada

Dalam penuturan bahasa Indonesia, tinggi-rendahnya (nada) suara tidak

fungsional atau tidak membedakan makna. Oleh karena itu, dalam kaitannya

dengan pembedaan makna, nada dalam bahasa Indonesia tidak fonemis.

Walaupun demikian, ketidakfonemisan ini tidak berarti nada tidak ada dalam

bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor ketegangan pita suara,

arus udara, dan posisi pita suara ketika bunyi itu diucapkan. Makin tegang pita

suara, yang disebabkan oleh arus udara dari paru-paru, makin tinggi pula nada

bunyi tersebut. Begitu juga posisi pita suara. Pita suara yang bergetar lebih cepat

akan menentukan tinggi nada suara ketika berfonasi (Muslich, 2009:112).

Nada berkenaan dengan tinggi rendahnya suatu bunyi. Bila suatu bunyi

segmental diucapkan dengan frekuensi getaran yang tinggi, tentu akan disertai

dengan nada tinggi. Sebaliknya, kalau diucapkan dengan frekuensi getaran

rendah,tentu akan disertai juga dengan nada rendah. Achmad & Alek

(2013:33−34) membedakan empat macam nada, yaitu:

1) Nada yang paling tinggi, diberi tanda dengan angka 4

2) Nada tinggi, diberi tanda dengan angka 3

3) Nada sedang atau biasa, diberi tanda dengan angka 2

4) Nada rendah, diberi tanda dengan angka 1

Nada ditandai dengan diakritik-diakritik [ ˊ ] untuk nada naik, [ ˋ ] untuk

nada turun, [ - ] untuk nada datar, dan [ ̌ ] untuk nada turun-naik, sedangkan [ ̂ ]

untuk nada naik-turun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

55

2.8 Maksud dan Makna

Rahardi (2003:16−17) menjelaskan bahwa pragmatik mengkaji bahasa

untuk memahami maksud penutur di dalam konteks situasi dan lingkungan sosial-

budaya tertentu. Pragmatik dapat dikatakan sejajar dengan semantik dalam

beberapa hal karena pragmatik mengkaji maksud penutur dalam menyampaikan

tuturannya. Semantik merupakan cabang ilmu bahasa yang mengkaji makna

bahasa, tetapi makna bahasa itu dikaji secara internal. Jadi, yang membedakan

antara pragmatik dan semantik adalah bahwa pragmatik mengkaji makna satuan

lingual tertentu secara eksternal, sedangkan semantik mengkaji makna satuan

lingual secara internal. Makna yang dikaji dalam pragmatik bersifat terikat

konteks (context dependent), sedangkan makna yang dikaji secara semantik

berciri bebas konteks (context independent). Makna yang dikaji di dalam semantik

bersifat diadik (diadic meaning) (dapat dirumuskan dengan pertanyaan ‘Apa

makna x itu?’), sedangkan dalam pragmatik makna itu bersifat triadik (triadic

meaning) (dapat dirumuskan dengan pertanyaan ‘Apakah yang kamu maksud

dengan berkata x itu?’). pragmatik mengkaji bahasa untuk memahami maksud

penutur, semantik mempelajarinya untuk memahami makna sebuah satuan lingual

an sich, yang notabene tidak perlu disangkut-pautkan dengan konteks situasi

masyarakat dan kebudayaan tertentu yang menjadi wadahnya.

Wijana & Muhammad (2008:10–11) juga menjelaskan bahwa makna

berbeda dengan maksud dan informasi karena maksud dan informasi bersifat di

luar bahasa. Maksud ialah elemen luar bahasa yang bersumber dari pembicara,

sedangkan informasi adalah elemen luar bahasa yang bersumber dari isi tuturan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

56

Maksud bersifat subjektif, sedangkan informasi bersifat objektif. Lebih jelasnya

dapat dilihat pada kalimat (6), (7), (8), dan (9) berikut.

(6) Anak itu memang pandai. Nilai bahasanya 9.

(7) Anak itu memang pandai. Nilai bahasanya saja 4,5.

(8) Ayah membeli buku.

(9) Buku ini dibeli ayah.

Kata “pandai” dalam kalimat (6) bermakna “pintar” karena secara internal

memang kata “pandai” bermakna demikian. Kata “pandai” dalam kalimat (7) yang

bermakna internal “pintar” dimaksudkan secara subjektif oleh penuturnya untuk

mengungkapkan bahwa dia bodoh. Pengungkapannya yang bersifat subjektif

inilah yang disebut “maksud”. “Pandai” yang menyatakan “pintar” pada kalimat

(6) disebut makna linguistik (linguistic meaning), sedangkan “pandai” yang

menyatakan “bodoh” pada kalimat (7) disebut makna penutur (speaker meaning).

Makna linguistik (makna) menjadi bahan kajian semantik, sedangkan makna

penutur (maksud) menjadi bahan kajian pragmatik. Kalimat (8) jelas memiliki

perbedaan makna (gramatikal) dengan kalimat (9). Kalimat (8) adalah kalimat

aktif, sedangkan kalimat (9) adalah kalimat pasif. Akan tetapi, berdasarkan isi

tuturan secara objektif kedua kalimat di atas menyatakan informasi yang sama,

yakni “ayah yang membeli buku” dan “buku yang dibeli ayah”.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

57

2.9 Kerangka Pikir

Ketidaksantunan dalam berbahasa dapat terjadi di mana saja, kapan saja,

dan oleh siapa saja. Penelitian ini memiliki kerangka pikir sebagai berikut, yang

FENOMENA KETIDAKSANTUNAN

BERBAHASA DI RANAH KELUARGA

TEORI KETIDAKSANTUNAN BERBAHASA

LOCHER (2008)

BOUSFIELD (2008)

TERKOURAFI (2008)

LOCHER AND WATTS (2008)

(2008)

CULPEPER (2008)

METODE DAN TEKNIK ANALISIS DATA:

KONTEKSTUAL

METODE PENGUMPULAN DATA:

METODE SIMAK DAN METODE CAKAP

METODE PENELITIAN DESKRIPTIF

KUALITATIF

PENANDA

KETIDAKSANTUNAN

MAKSUD

PENUTUR

WUJUD LINGUISTIS

DAN PRAGMATIS

HASIL PENELITIAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

58

pertama kali dilakukan adalah pengambilan data atau tuturan yang tidak santun

dalam keluarga nelayan di kampung nelayan Pantai Trisik dan Pantai Congot,

Kulonprogo.

Langkah kedua, penggolongan tuturan yang tidak santun ke dalam teori-

teori ketidaksantunan berbahasa. Terdapat lima teori ketidaksantunan berbahasa

yang digunakan dalam penelitian ini. Pertama, teori ketidaksantunan menurut

Miriam A Locher (2008), yakni tindak berbahasa yang melecehkan (face-

aggravate) dan memain-mainkan muka. Kedua, teori ketidaksantunan berbahasa

menurut Bousfield (2008), yakni apabila perilaku berbahasa seseorang itu

mengancam muka, dan ancaman tersebut dilakukan secara sembrono (gratuitous),

hingga akhirnya tindakan berkategori sembrono demikian mendatangkan konflik

(conflictive), atau bahkan pertengakaran, dan tindakan tersebut dilakukan dengan

kesengajaan (purposeful). Ketiga, teori ketidaksantunan berbahasa menurut

Culpeper (2008), yakni perilaku komunikasi yang diperantikan secara intensional

untuk membuat orang benar-benar kehilangan muka (face lose), atau setidaknya

orang tersebut merasa kehilangan muka. Keempat, teori ketidaksantunan

berbahasa menurut Terkourafi (2008), yakni apabila ketidaksantunan tuturan

penutur yang membuat mitra tutur merasa mendapat ancaman (addressee)

terhadap kehilangan muka, tetapi penutur tidak menyadari bahwa tuturannnya

telah memberikan ancaman muka mitra tuturnya. Kelima, teori ketidaksantunan

berbahasa menurut Locher and Watts, yakni lebih menitikberatkan pada bentuk

penggunaan ketidaksantunan tuturan oleh penutur yang secara normatif dianggap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

59

negatif, karena dianggap melanggar norma-norma sosial yang berlaku dalam

masyarakat (tertentu).

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif.

Penelitian ini mendeskripsikan fenomena ketidaksantunan berbahasa dalam ranah

keluarga, khususnya keluarga nelayan di kampung nelayan Pantai Trisik, Desa

Banaran dan Pantai Congot, Desa Jangkaran, Kabupaten Kulonprogo,

Yogyakarta. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif. Artinya, penelitian ini bermaksud untuk memahami fenomena tentang

apa yang dialami oleh subjek penelitian (perilaku, persepsi, motivasi, tindakan,

dan sebagainya), secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-

kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2007:6).

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode simak dan metode cakap. Peneliti mengumpulkan tuturan keluarga

nelayan dalam berbagai situasi yang terjadi di dalam keluarga tersebut. Tuturan

ini diperoleh dengan memerantikan metode simak, yakni menyimak pertutuan

langsung maupun tidak langsung di dalam keluarga nelayan. Teknik yang

digunakan dalam penerapan metode simak ini adalah teknik catat dan teknik

rekam, baik secara langsung maupun tidak langsung, dan secara terbuka maupun

tersembunyi. Metode cakap adalah metode penyediaan data yang dilakukan

dengan cara mengadakan percakapan. Teknik yang digunakan dalam menerapkan

metode cakap ini adalah teknik pancing. Teknik pancing merupakan teknik dasar

yang digunakan dalam metode cakap, karena dimungkinkan muncul jika peneliti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

60

memberi stimulus (pancingan) pada informan untuk memunculkan gejala

kebahasaan yang diharapkan oleh peneliti (Mahsun, 2007:95).

Metode dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini secara

kontekstual, yakni dengan memerantikan dimensi-dimensi konteks dalam

menginterpretasi data yang telah berhasil diidentifikasi, diklasifikasi, dan

ditipifikasikan. Konteks yang diperantikan adalah metode analisis kontekstual,

yang artinya adalah cara analisis yang diterapkan pada data dengan mendasarkan

dan mengaitkan konteks (cf. Rahardi, 2004; Rahardi, 2006 dalam Rahardi,

2009:36).

Hasil penelitian ini berupa wujud-wujud atau bentuk ketidaksantunan

linguistik dan pragmatik, penanda ketidaksantunan linguistik dan pragmatik, dan

maksud ketidaksantunan penutur dalam ranah keluarga nelayan di kampung

nelayan Pantai Trisik, Desa Banaran dan Pantai Congot, Desa Jangkaran,

Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

61

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi uraian tentang jenis penelitian, subjek penelitian, metode dan

teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, metode dan teknik analisis data,

serta sajian hasil analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini berjenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan

penelitian yang mencoba untuk memberi gambaran secara sistematis tentang

situasi, permasalahan, fenomena, layanan atau program, ataupun menyediakan

informasi tentang, misalnya, kondisi kehidupan suatu masyarakat pada suatu

daerah, tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi, sikap,

pandangan, proses yang sedang berlangsung, pengaruh dari suatu fenomena,

pengukuran yang cermat tentang fenomena dalam masyarakat (Widi, 2010:47–

48). Penelitian ini mendeskripsikan fenomena kebahasaan yang berkaitan dengan

seluk-beluk ketidaksantunan berbahasa dalam ranah keluarga, khususnya keluarga

nelayan di kampung nelayan Pantai Trisik, Desa Banaran dan Pantai Congot,

Desa Jangkaran, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Artinya, penelitian ini

tidak memanfaatkan metode-metode kuantifikasi tertentu, mengingat bahwa

tujuan pokok penelitian ini tidak menuntut pemerantian dari semuanya itu.

Moleong (2007:6) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian

yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

62

subjek penelitian (perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll), secara holistik, dan

dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks

khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai suatu penelitian ilmiah yang

bertujuan untuk memahami fenomena dalam konteks secara alamiah dengan

mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti

dengan fenomena yang diteliti (Herdiansyah, 2010:9).

3.2 Data dan Sumber Data

Sudaryanto (1993:3) via Mahsun (2006:19) dalam bukunya yang berjudul

Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya

mengatakan bahwa, data merupakan bahan jadi (lawan dari bahan mentah), yang

ada karena pemilihan aneka macam tuturan (bahan mentah). Wujud data

penelitian ini berupa bermacam-macam wujud tuturan yang diperoleh secara

natural dalam ranah keluarga, khususnya keluarga nelayan yang di dalamnya

terdapat bentuk-bentuk kebahasaan yang secara linguistis maupun nonlinguistis

mengandung maksud yang tidak santun. Objek sasaran penelitian dan konteksnya

berupa bentuk-bentuk kebahasaan yang bermakna tidak santun baik secara

linguistis maupun nonlinguistis tersebut merupakan objek sasaran penelitiannya

dan sisa bentuk kebahasaan yang ada merupakan konteksnya. Data dari penelitian

ini berupa gabungan keduanya, yakni objek sasaran penelitian yang berupa

bentuk-bentuk kebahasaan yang tidak santun bersama entitas kebahasaan yang

mengikuti dan mengawalinya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

63

Suharsimi Arikunto (2010:172) mengatakan bahwa, sumber data dalam

penelitian adalah subjek darimana data diperoleh. Sumber data merupakan tempat

asal muasal data diperoleh. Sumber data dari penelitian ini diperoleh dari

keluarga nelayan di kampung nelayan Pantai Trisik, Desa Banaran dan Pantai

Congot, Desa Jangkaran, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta. Kata ‘nelayan’

menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:779) adalah orang yang mata

pencaharian utamanya adalah menangkap ikan (di laut). Sedangkan arti kata

‘keluarga’ adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga

dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu

atap dalam keadaan saling ketergantungan. Keluarga nelayan yang dimaksudkan

peneliti dalam penelitian ini adalah sekelompok keluarga yang tinggap pada satu

tempat atau daerah yang memiliki mata pencaharian utama sebagai nelayan.

Sumber data penelitian ini berasal dari berbagai macam cuplikan tuturan

yang semuanya diambil secara natural dalam praktik-praktik perbincangan dalam

ranah keluarga, khususnya keluarga nelayan di kampung nelayan Pantai Trisik,

Desa Banaran dan Pantai Congot, Desa Jangkaran, Kabupaten Kulonprogo,

Yogyakarta. Sumber data penelitian ketidaksantunan berbahasa ini juga dapat

berupa rekaman hasil simakan tuturan para orangtua dan anggota keluarga yang

diperoleh baik secara terbuka maupun tersembunyi, sehingga diharapkan data

penelitian yang diperoleh dari sumber termaksud bersifat natural, andal, dan

tepercaya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

64

Untuk mempermudah penelitian, peneliti memberikan batasan-batasan

kriteria keluarga nelayan. Keluarga nelayan yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah keluarga yang memiliki beberapa atau salah satu ciri berikut.

1) Keluarga yang memiliki mata pencaharian sebagai nelayan di Pantai Trisik

dan Pantai Congot, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta.

2) Keluarga yang tinggal di daerah pesisir, khususnya di kampung nelayan

Pantai Trisik, Desa Banaran dan Pantai Congot, Desa Jangkaran, Kabupaten

Kulonprogo, Yogyakarta.

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang menghasilkan terkumpulnya data

merupakan tahapan strategi pertama dalam linguistik menangani bahasa

(Sudaryanto, 1988:57). Tujuan dari tahapan ini adalah tertulisnya dan tertatanya

data secara sistematis dalam transkripsi tertentu dan pada kartu data tertentu.

Penelitian ini menggunakan dua metode, yaitu metode simak dan metode

cakap. Peneliti mengumpulkan tuturan dari keluarga nelayan dalam berbagai

situasi yang terjadi di dalam keluarga tersebut. Tuturan ini diperoleh dengan

memerantikan metode simak, yakni menyimak pertuturan langsung di dalam

keluarga nelayan, yang dipresumsikan di dalamnya terdapat bentuk-bentuk

kebahasaan yang mengandung makna linguistis maupun nonlinguistis. Metode

penyediaan data ini diberi nama metode simak karena cara yang digunakan untuk

memperoleh data dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa (Mahsun,

2006:92). Teknik yang digunakan untuk melaksanakan metode simak ini adalah

teknik catat dan teknik rekam baik secara langsung maupun tidak langsung, baik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

65

secara terbuka mauoun secara tersembunyi. Dari catatan dan rekaman pertuturan

itulah tuturan-tuturan kebahasaan yang di dalamnya mengandung wujud

ketidaksantunan diperoleh sebagai bahan jadi penelitian ketidaksantunan

berbahasa ini.

Metode cakap adalah metode penyediaan data yang dilakukan dengan cara

mengadakan percakapan. Metode cakap dapat pula disejajarkan dengan metode

wawancara (Rahardi, 2009:34). Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua

orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang

lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu

(Mulyana, 2008:180). Terdapat dua jenis wawancara, yaitu wawancara tak

terstruktur (wawancara mendalam) dan wawancara terstruktur. Teknik yang

digunakan dalam menerapkan metode cakap adalah teknik pancing. Mahsun

(2006:95) mengartikan teknik pancing sebagai teknik dasar dari metode cakap,

karena dimungkinkan muncul jika peneliti memberi stimululasi (pancingan) pada

informan untuk memunculkan gejala kebahasaan yang diharapkan oleh peneliti.

Sejalan dengan Mahsun, Rahardi (2009:34) mengemukakan bahwa teknik pancing

merupakan teknik dasar dari metode cakap yang dilakukan dengan cara

memancing seseorang atau beberapa orang agar mereka berbicara.

3.4 Instrumen Penelitian

Suharsimi Arikunto (2010:203) menjelaskan bahwa instrumen penelitian

adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data

agar pekerjaannya menjadi lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih

cermat, lengkap, dan sistematis sehingga mudah diolah. Instrumen yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

66

digunakan dalam penelitian ketidaksantunan berbahasa ini adalah pedoman atau

panduan wawancara (daftar pertanyaan, pancingan, dan daftar kasus) dengan

berbekal teori ketidaksantunan berbahasa. Teori-teori tersebut akan digunakan

untuk menganalisis bentuk tuturan dalam keluarga nelayan. Data-data yang

didapat akan dicatat untuk kemudian dianalisis lebih lanjut selanjutnya.

3.5 Metode dan Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan upaya yang dilakukan untuk mengklasifikasi atau

mengelompokkan data. Sugiyono (2012:244) menyimpulkan bahwa analisis data

adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari

hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara

mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan

yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh

diri sendiri maupun orang lain.

Analisis dilakukan secara kontekstual, yakni dengan memerantikan dimensi-

dimensi konteks dalam menginterpretasi data yang telah berhasil diidentifikasi,

diklasifikasi, dan ditipifikasikan. Adapun konteks yang diperantikan adalah

metode analisis kontekstual, yang artinya adalah cara analisis yang diterapkan

pada data dengan mendasarkan dan mengaitkan konteks (cf. Rahardi, 2004;

Rahardi, 2006 dalam Rahardi, 2009:36). Secara garis besar metode kontekstual ini

sejalan dengan metode padan. Terdapat dua metode yang digunakan untuk

menganalisis data dalam penelitian ini, yakni metode padan intralingual dan

metode padan ekstralingual.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

67

3.5.1 Metode dan Teknik Analisis Data secara Linguistik

Metode dalam analisis data secara linguistik menggunakan metode padan

intralingual. Metode padan intralingual adalah metode analisis dengan cara

menghubung-bandingkan unsur-unsur yang bersifat lingual, baik yang terdapat

dalam satu bahasa maupun dalam beberapa bahasa yang berbeda (Mahsun,

2006:118). Teknik yang digunakan dalam pelaksanaan metode ini adalah teknik

dasar teknik hubung banding yang bersifat lingual.

3.5.2 Metode dan Teknik Analisis Data secara Pragmatik

Metode dalam analisis data secara pragmatik menggunakan metode padan

ekstralingual. Metode padan ekstralingual adalah metode analisis yang digunakan

untuk menganalisis unsur yang bersifat ekstralingual, seperti menghubungkan

masalah bahasa dengan hal yang berada di luar bahasa (Mahsun, 2006:120).

Teknik yang digunakan dalam pelaksanaan metode ini adalah teknik dasar teknik

hubung banding yang bersifat ekstralingual.

Peneliti menganalisis data dalam penelitian ini dengan tahapan sebagai

berikut.

1) Peneliti mengumpulkan dan mentranskripsi data (tuturan ketidaksantunan).

2) Peneliti mengelompokkan data ke dalam teori-teori ketidaksantunan

berbahasa.

3) Peneliti memasukkan dan mengklasifikasi data ke dalam tabulasi yang berisi

tuturan, penanda ketidaksantunan (penanda lingual dan nonlingual), dan

presepsi ketidaksantunan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

68

4) Peneliti menganalisis data yang telah dikelompokkan secara linguistik dan

pragmatik dengan mengacu pada tabulasi yang telah disusun.

5) Peneliti mendeskripsikan dan menyimpulkan hasil analisis data dan

pembahasan ke dalam teori-teori ketidaksantunan berbahasa dalam bentuk

sajian hasil analisis.

3.6 Sajian Hasil Analisis Data

Tujuan akhir analisis data kualitatif adalah untuk memperoleh makna,

menghasilkan pengertian-pengertian, konsep-konsep serta mengembangkan

hipotesis atau teori baru. Data yang telah diinterpretasi dalam tahapan analisis

data itu kemudian hasilnya disajikan secara tidak formal, dalam arti bahwa hasil

analisis data itu dirumuskan dengan kata-kata biasa, bukan dengan simbol-simbol

tertentu karena memang hasil penelitian ini tidak menuntut model sajian demikian

itu.

3.7 Trianggulasi Data

Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan dan

pembanding terhadap data (Moleong, 2007:330). Penelitian ketidaksantunan

berbahasa dalam ranah keluarga nelayan ini menggunakan dua teknik trianggulasi

data. Pertama, teknik trianggulasi teori yang befungsi untuk membandingkan

hasil temuan dengan teori ketidaksantunan berbahasa dari para ahli bahasa.

Kedua, teknik trianggulasi penyidik, yakni dengan membandingkan hasil analisis

data peneliti dengan hasil analisis data peneliti lain dalam satu tim penelitian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

69

Bukan hanya penggunaan kedua teknik trianggulasi diatas, peneliti juga

melakukan bimbingan dengan dosen pembimbing, yaitu Dr. R. Kunjana Rahardi,

M.Hum dan Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

70

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data

Data penelitian yang diambil berupa tuturan lisan dalam situasi tertentu

anggota keluarga nelayan di kampung nelayan Pantai Trisik, Desa Banaran dan

Pantai Congot, Desa Jangkaran, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta selama

bulan April 2013 sampai Juni 2013. Data diambil berdasarkan fenomena

kebahasaan yang berwujud tidak santun. Jumlah data yang terkumpul

diidentifikasi atau dikategorikan menurut kategori ketidaksantunannya.

Tuturan melanggar norma ini memiliki arti bahwa tuturan tersebut secara

normatif dianggap negatif, lantaran melanggar norma-norma atau aturan-aturan

yang berlaku dalam masyarakat atau keluarga. Berikut merupakan tuturan tidak

santun yang termasuk ke dalam kategori melanggar norma.

Tabel 1: Data Tuturan Melanggar Norma

No Tuturan Kode Sukategori

1 Enggak! A1 Menegaskan

2 Yoben... Wong arep ngaji kok ra oleh. A2 Menegaskan

3 Mengko sek, Pak! A3 Menunda

4 Mengko Pak! Filme jek apik kie. A4 Menunda

Tuturan yang mengancam muka sepihak memiliki arti bahwa tuturan

tersebut dapat memberikan ancaman pada mitra tutur sehingga membuat mitra

tutur malu dan tersinggung. Akan tetapi, penutur tidak menyadari bahwa tuturan

yang telah dituturkannya membuat mitra tutur malu dan tersinggung. Berikut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

71

merupakan tuturan tidak santun yang termasuk ke dalam kategori mengancam

muka sepihak.

Tabel 2: Data Tuturan Mengancam Muka Sepihak

No Tuturan Kode Subkategori

1 Sinau barang! (Menyenggol adiknya). B1 Mengejek

2 Mengko ahh... (Melanjutkan tidurnya). B2 Menunda

3 Cah enom kok yahene turu, Bu. B3 Menegaskan

4 Iki lagek nen dalan. (padahal masih di

lokasi).

B4 Menegaskan

5 Wegah, males! B5 Menolak

6 (menginjak kaki kakaknya) Walah...

kepidak...

B6 Menegaskan

7 Timbangane ra dibuang mah mung

marakke penyakit.

B7 Menegaskan

8 Iya... aaa... iya... aaa... (bernada seperti

nada tertawa).

B8 Mengejek

9 Resiko! B9 Mengejek

Tuturan yang melecehkan muka memiliki arti bahwa tuturan tersebut dapat

mengarah pada rasa sakit hati mitra tutur. Tuturan tersebut juga dapat

menimbulkan rasa tersinggung karena mitra tutur merasa seperti dihina oleh

penutur dengan tuturannya itu. Berikut merupakan tuturan tidak santun yang

termasuk ke dalam kategori menghilangkan muka.

Tabel 3: Data Tuturan Melecehkan Muka

No Tuturan Kode Subkategori

1 Nyoh tak kei duwit geg ndang lungo’o.

Rasah ganggu Bapak Ibu sek, lagek

nyambut gawe!

C1 Memerintah

2 Alaaah... jupuk dewe, Pak! C2 Memerintah

3 Cah gede kok jeh do gelud. C3 Menyindir

4 Emoh! C4 Menolak

5 Kalo gak mau makan, kamu gag boleh

pergi sama dia (temannya)!

C5 Mengancam

6 Rasah! Deloken kae enek banyune C6 Memperingatkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

72

abang. Hiii... Makanan ini buatnya

bekas cucian orang nyuci lho dek.

7 Wes nyendal motor galho!” (sambil

berjalan keluar ruangan).

C7 Menegaskan

8 Aaassss... minggat kono!” (melanjutkan

tidurnya).

C8 Mengusir

9 Yo jupuk dewe mbah, manja! C9 Memerintah

10 Kok mung diturahi sak emprit? (nada

tinggi).

C10 Menegur

11 Pak, udah cair belum? C11 Menagih

12 Jenggote koyo kowe, Pak. C12 Mengejek

13 Bu, kok masakane enak temen. Cubo

njenengan cicipi.

C13 Menyindir

14 Adik kok ditukokke dolanan, q ra

ditukokke?

C14 Menegaskan

15 Gemang, jeg sayah! C15 Menolak

16 Kalo memang niatnya masih mau

sekolah, Bapak masih ingin ngragati.

Kalo emang maunya nikah, bilang aja

pengen nikah. Bapak nikahke.

C16 Menasihati

17 Mripatmu ki ndokke sikel? C17 Menegur

18 Makanya kalo siang itu maen terus

seharian.

C18 Menyindir

19 Karang nggone yo koyo ngene, rakyo

sesok.

C19 Menegaskan

20 Sesok, nek ngomongke sesok, ndag lali! C20 Memperingatkan

21 Koe arep nendi? C21 Menegur

22 Iki le ngenei no hp kie tenan po etok-

etokkan? Nek dibel ra nyaut blas, disms

ra ono balesi blas.

C22 Menyindir

23 Pergantian pengurus disms raono balesi,

yowes tinggal bali acarane rampung!

C23 Menyindir

24 Yo embuh! C24 Menegaskan

Tuturan menghilangkan muka memiliki arti bahwa tuturan tersebut dapat

menimbulkan rasa tersinggung dan membuat mitra tutur merasa benar-benar malu

karena tuturan tersebut dikatakan oleh penutur di hadapan orang banyak. Berikut

merupakan tuturan tidak santun yang termasuk ke dalam kategori menghilangkan

muka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

73

Tabel 4: Data Tuturan Menghilangkan Muka

No Tuturan Kode Subkategori

1 Mboten masak, wong wingi dimasakke

yo mboten kepangan kok!

D1 Menyindir

2 Nih kamu gak naik kelas! Gak malu apa

sama yang lain? Besok lagi yang rajin

belajarnya agar naik kelas. Kalo gak

naik kelas lagi mesti kamu mung diisin-

isin karo konco-koncomu.

D2 Menegur

3 Koyo adimu kae lho iso ngoopo-ngopo,

koe kok tura-turu wae.

D3 Menyindir

4 Wah, opo-opo dinas... opo-opo dinas... D4 Menyindir

5 Makanya kalo kamu itu mau belajar ya

belajar, gag belajar cuman maen.

D5 Menegur

6 Halah... Nelayan seprono-seprene

gaweane kok muni ra ngerti!

D6 Mengejek

7 Tak inggoni pitmu motor mas, koe nek

nulisi ora ngono kae! Tulisi ojo

dumeh...

D7 Mengejek

8 Nyuwun ngapunten nggeh, ha kok

njenengan meneng wae.

D8 Mengejek

9 Wah bapak kie pelit, ngene-ngene ra

oleh!

D9 Menyinggung

Tuturan menimbulkan konflik memiliki maksud bahwa tuturan tersebut

dapat mengarah pada rasa tersinggung mitra tutur, sehingga tuturan tersebut dapat

menimbulkan konflik antara penutur dan mitra tutur karena tuturan dikatakan

secara sembrono dan disengaja oleh penutur. Berikut merupakan tuturan tidak

santun yang termasuk ke dalam kategori menimbulkan konflik.

Tabel 5: Data Tuturan Menghilangkan Muka

No Tuturan Kode Subkategori

1 Itu kan tanggungjawab suami. E1 Menyinggung

2 Wolha kurang ajar! Asu cenan. E2 Mengumpat

3 Mbog le noto kayu ora teng jlempah.

Nanti kalo ada tamu, nanti kalo ada

orang lewat. Wong omah yo neng

pinggir dalan.

E3 Menegur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

74

4 Ngematke matane, bawal ko ngene kok

dianggep BS.

E4 Menegaskan

5 Ayo... iso meneng ora! (digeblek atau

dipukul).

E5 Mengancam

6 Alaah Mbok, mbok rasah gemrumung!!

Ijek banter mau bengi. Kui yo wes tak

akonke uwong.

E6 Menegaskan

7 Gak mau! E7 Menolak

8 Wegah! E8 Menolak

9 Iki nggonaku, udu nggonamu iki! E9 Menegaskan

4.2 Analisis Data

Data atau tuturan yang terkumpul diidentifikasi, dikategorisasi, dan

dikodifikasi berdasarkan lima kategori ketidaksantunan, yakni melanggar norma,

mengancam muka sepihak, melecehkan muka, menghilangkan muka, dan

menimbulkan konflik. Aspek-aspek yang diidentifikasi yakni wujud

ketidaksantunan, penanda ketidaksantunan, dan konteks tuturan. Aspek-aspek

tersebut dimasukkan ke dalam tabulasi.

Wujud laporan ini berupa hasil analisis data berdasarkan makna

ketidaksantunan yang meliputi 3 hal berikut, yaitu (1) wujud ketidaksantunan

linguistik dan pragmatik, (2) penanda ketidaksantunan linguistik dan pragmatik,

dan (3) maksud katidaksantunan dari masing-masing kategori ketidaksantunan.

Wujud ketidaksantunan linguistik berupa tuturan lisan tidak santun yang telah

ditranskrip. Sedangkan, wujud ketidaksantunan pragmatik berupa cara yang

menyertai tuturan lisan tidak santun yang disampaikan oleh penutur. Penanda

ketidaksantunan linguistik berupa intonasi, penggunaan kata fatis, nada tutur,

tekanan, dan diksi. Sedangkan, penanda ketidaksantunan pragmatik dapat dilihat

berdasar konteks yang melingkupi tuturan, yakni penutur dan mitra tutur, tujuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

75

penutur, situasi dan suasana, tindak verbal, dan tindak perlokusi. Maksud

ketidaksantunan penutur merupakan maksud penutur menuturkan tuturannya.

Maksud ketidaksantunan ini hanya dimiliki dan diketahui oleh masing-masing

penutur. Berikut ini adalah analisis mengenai ketidaksantunan linguistik dan

pragmatik dalam keluarga nelayan berdasar lima kategori ketidaksantunan, yakni

melanggar norma, mengancam muka sepihak, melecehkan muka, menghilangkan

muka, dan menimbulkan konflik.

4.2.1 Melanggar Norma

Locher and Watts (2008) dalam Rahardi (2012), lebih menitikberatkan pada

bentuk penggunaan ketidaksantunan tuturan oleh penutur yang secara normatif

dianggap negatif(negatively marked behavior), karena dianggap melanggar

norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat (tertentu). Kategori

ketidaksantunan yang melanggar norma memiliki dua subkategori, yaitu

subkategori menegaskan dan menunda. Berikut ini adalah analisis tuturan yang

termasuk dalam subkategori tersebut.

4.2.1.1 Subkategori Menegaskan

Cuplikan tuturan 1 (A1)

MT : “Tadi beli es ya?”

P : “Enggak!”

MT : “Makanya jangan beli es sembarangan! Jadi sakit to?”

(Konteks A1: Tuturan tersebut terjadi pada malam hari saat penutur akan

tidur. Penutur merupakan anak berusia 12 tahun, sedangkan MT

merupakan ayah dari penutur. Sebelumnya penutur melanggar aturan

untuk tidak minum es sembarangan. Penyakit penutur kambuh karena ia

telah minum es. MT bertanya kepada penutur apakah ia melanggar

aturannya atau tidak.)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

76

Cuplikan tuturan 2 (A2)

MT : ”Mau kemana dek?”

P :”Arep ngaji!”

MT : “Kui...mbasan ono gawean malah alasan ngaji, nek raono mung

dolan wae.”

P : “Yo ben... wong arep ngaji kok ra oleh.”

MT : “Dia gag nyapu dibiarin. Malah aku yang jadinya nyapu.”

(mengadu kepada pamannya).

(Konteks A2: Tuturan ini terjadi di rumah pada jam 4 sore. Penutur

merupakan laki-laki berusia 12 tahun, sedangkan MT merupakan

perempuan berusia 15 tahun, kakak dari penutur. Penutur akan pergi

mengaji. MT bertanya kepada penutur dan menegaskan mengenai

kewajibannya. Aturan yang dibuat mengenai pembagian tugas bersih-

bersih rumah.)

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik melanggar norma subkategori

menegaskan adalah berupa transkrip tuturan lisan tidak santun. Wujud

ketidaksantunan linguistik tersebut sebagai berikut.

Tuturan A1 : Enggak!

Tuturan A2 : Yoben... Wong arep ngaji kok ra oleh. (Biarin... Ingin

mengaji kok tidak boleh.)

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan A1 : Penutur berbicara kepada orang yang lebih tua, yakni ayah dari

penutur. Penutur menyampaikan tuturannya dengan cara ketus. Penutur

melanggar aturan yang telah dibuat oleh ayahnya dan telah disepakati oleh

penutur. Penutur melanggar aturan untuk tidak minum es sembarangan.

Penutur berbohong kepada MT.

Tuturan A2 : Penutur berbicara dengan orang yang lebih tua, yakni kakak

dari penutur. Tuturan penutur disampaikan dengan cara ketus. Penutur

melanggar aturan yang telah dibuat oleh pamannya dan telah disepakati

bersama termasuk oleh penutur. Penutur tidak melaksanakan tugasnya. Penutur

beralasan untuk pergi mengaji demi menghindari tugasnya, sedangkan penutur

melimpahkan tugasnya kepada MT.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

77

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan A1 : Diksi yang terdapat dalam tuturan A1 adalah penggunaan

bahasa nonstandar (bahasa tidak baku) dan penggunaan bahasa populer.

Tuturan A1 merupakan tuturan yang berintonasi seru. Penutur berbicara

dengan nada sedang. Tekanan yang terdapat dalam tuturan A1 adalah tekanan

keras pada kata enggak.

Tuturan A2 : Diksi yang terdapat dalam tuturan A2 adalah penggunaan

bahasa nonstandar (bahasa Jawa. Tuturan A2 merupakan tuturan yang

berintonasi berita. Penutur berbicara dengan nada sedang. Tekanan yang

terdapat dalam tuturan A2 adalah tekanan keras pada frasa Yo ben.

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan A1 : Tuturan tersebut terjadi pada malam hari saat akan tidur

malam. Penutur merupakan anak berusia 12 tahun, sedangkan MT merupakan

ayah dari penutur. Penutur menjawab pertanyaan MT dengan kebohongan.

Penutur melanggar aturan untuk tidak minum es sembarangan. Sebelumnya

telah disepakati bahwa penutur tidak boleh membeli es karena MT dan penutur

tahu bahwa penutur mempunyai suatu penyakit yang apabila penutur minum es

sembarangan penyakitnya akan kambuh. Tujuan penutur untuk membohongi

MT, karena penutur tahu telah melanggar janji dan penutur takut akan dimarahi

MT bila ketahuan telah melanggar janjinya. Tindak verbal dari tuturan tersebut

adalah tindak representatif. Tindak perlokusi MT adalah menasihati penutur,

karena MT tahu bahwa penutur telah berbohong dan melanggar janjinya untuk

tidak minum es sembarangan.

Tuturan A2 : Tuturan ini terjadi di rumah pada jam 4 sore. Penutur

merupakan laki-laki berusia 12 tahun, sedangkan MT merupakan perempuan

berusia 15 tahun, kakak dari penutur. Dalam keluarga telah dibuat peraturan

untuk bersih-bersih rumah. Adik mendapat tugas untuk bersih-bersih halaman

rumah, sedangkan kakak mendapat tugas untuk bersih-bersih dalam rumah.

Penutur melanggar aturan yang telah disepakati bersama. MT menyuruh

penutur untuk menyapu halaman rumah karena sudah kotor, tetapi penutur

tidak mau dan beralasan mengaji. Penutur beralasan untuk tidak menyapu

halaman rumah yang sudah menjadi tugasnya. Tujuan penutur adalah

menghindari tugasnya untuk membersihkan halaman rumah yang kotor dengan

alasan pergi mengaji. Tindak verbal tuturan penutur adalah tindak representatif.

Tindak perlokusi MT adalah melapor kepada pamannya karena penutur tidak

mau melaksanakan tugasnya, kemudian MT mengeluh karena justru dia yang

disuruh menyapu halaman rumah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

78

5) Maksud Penutur

Penutur A1 : penutur memiliki maksud membohongi MT.

Penutur A2 : penutur memiliki maksud membela diri.

4.2.1.2 Subkategori Menunda

Cuplikan tuturan 3 (A3)

MT : “Belajar sek le. Ayo TVne dipateni, PRe geg ndang digarap!”

P : “Mengko sek, Pak!”

MT : (langsung mematikan televisi).

(Konteks A3: Tuturan ini terjadi di rumah saat jam belajar malam.

Penutur sedang asik menonton televisi. MT menyuruh penutur untuk

belajar tetapi penutur tidak menghiraukannya dan lebih memilih untuk

melanjutkan menonton televisi. MT sudah membuat aturan mengenai jam

belajar untuk anaknya (penutur) kecuali pada saat hari libur jam belajar

tidak berlaku. Penutur melanggar aturan yang telah dibuat oleh MT.)

Cuplikan tuturan 4 (A4)

MT : “Maghrib, ndang shalat, sinau, TVne ayo dipateni!”

P : “Mengko Pak! Filme jek apik kie.”

MT : (Mematikan sekering listrik).

(Konteks A4: Penutur sedang asik menonton salah satu acara di televisi.

MT menyuruh penutur untuk mematikan televisi kemudian shalat dan

belajar, karena sudah memasuki waktu untuk belajar. Penutur menunda

suruhan MT dan memilih untuk menonton televisi. MT (ayah) telah

membuat peraturan untuk tidak menyalakan televisi pada saat maghrib

dan dilanjutkan untuk belajar, setelah itu baru boleh menonton televisi.

Penutur melanggar aturan yang telah dibuat oleh MT.)

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik melanggar norma subkategori menunda

adalah berupa transkrip tuturan lisan tidak santun. Wujud ketidaksantunan

linguistik tersebut sebagai berikut.

Tuturan A3 : Mengko sek, Pak! (Nanti dulu, Pak!)

Tuturan A4 : Mengko Pak! Filme jek apik kie. (Nanti Pak! Filmnya

masih bagus nih.)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

79

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan A3 : Penutur berbicara kepada orang yang lebih tua, yakni ayah dari

penutur. Tuturan disampaikan penutur dengan cara ketus. Penutur melanggar

aturan, yakni tidak belajar pada saat jam belajar, dan penutur lebih memilih

menonton televisi. Penutur sudah berkali-kali disuruh untuk belajar oleh MT.

Tuturan A4 : Penutur berbicara kepada orang yang lebih tua, yakni ayah dari

penutur. Tuturan penutur disampaikan dengan cara ketus. Penutur melanggar

aturan, yakni tidak kunjung shalat maghrib kemudian belajar. Penutur lebih

memilih melanjutkan menonton televisi. Penutur menjawab suruhan MT

dengan tidak memperhatikan MT.

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan A3 : Diksi yang terdapat dalam tuturan A3 adalah penggunaan

bahasa nonstandar (bahasa Jawa). Tuturan A3 merupakan tuturan yang

berintonasi berita. Penutur berbicara dengan nada sedang. Tekanan yang

terdapat dalam tuturan A3 adalah tekanan keras pada kalimat Mengko sek,

Pak!.

Tuturan A4 : Diksi yang terdapat dalam tuturan A4 adalah penggunaan

bahasa nonstandar (bahasa Jawa). Tuturan A4 merupakan tuturan yang

berintonasi berita. Penutur berbicara dengan nada sedang. Tekanan yang

terdapat dalam tuturan A4 adalah tekanan keras pada frasa Mengko Pak!.

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan A3 : Tuturan ini terjadi di rumah saat jam belajar. Penutur

merupakan anak laki-laki berusia 9 tahun, sedangkan MT merupakan ayah dari

penutur, berusia 48 tahun. Penutur sedang asik menonton televisi. MT

menyuruh penutur untuk belajar tetapi penutur tidak menghiraukannya dan

lebih memilih untuk melanjutkan menonton televisi. MT sudah membuat

aturan mengenai jam belajar untuk anaknya (penutur) kecuali pada saat hari

libur jam belajar tidak berlaku. Penutur melanggar aturan yang telah dibuat

oleh MT. Tujuan penutur adalah menunda belajarnya dan memilih untuk

melanjutkan menonton salah satu acara di televisi. Tindak verbal tuturan

tersebut adalah tindak komisif. Tindak perlokusi MT adalah dengan melakukan

tindakan mematikan televisi.

Tuturan A4 : Penutur merupakan laki-laki berusia 6 tahun, anak dari MT,

sedangkan MT merupakan laki-laki berusia 32 tahun, ayah dari penutur.

Penutur sedang asik menonton salah satu acara di televisi. MT menyuruh

penutur untuk mematikan televisi kemudian shalat dan belajar, karena sudah

memasuki waktu untuk belajar. Penutur menunda suruhan mitra tutur dan

memilih untuk menonton televisi. MT (ayah) telah membuat peraturan untuk

tidak menyalakan televisi pada saat maghrib dan dilanjutkan untuk belajar,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

80

setelah itu baru boleh menonton televisi. Penutur melanggar aturan yang telah

dibuat oleh MT. Tujuan penutur adalah menunda suruhan mitra tutur untuk

shalat kemudian belajar, penutur lebih memilih untuk melanjutkan menonton

televisi. Tindak verbal tuturan tersebut adalah tindak komisif. Tindak perlokusi

MT adalah mematikan sekering listrik.

5) Maksud Penutur

Tuturan A3 : penutur memiliki maksud menunda belajar.

Tuturan A4 : penutur memiliki maksud menunda belajar.

4.2.2 Mengancam Muka Sepihak

Terkourafi (2008) dalam Rahardi (2012) memandang ketidaksantunan

bilaman mitra tutur merasakan ancaman terhadap kehilangan muka (face

threaten), dan penutur tidak mendapatkan maksud ancaman muka dari mitra tutur.

Kategori ketidaksantunan yang mengancam muka sepihak memiliki empat

subkategori, yaitu subkategori menegaskan, mengejek, menunda, dan menolak.

Berikut ini adalah analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut.

4.2.2.1 Subkategori Menegaskan

Cuplikan tuturan 7 (B3)

MT : “Langsung tidur aja, gak usah malem2.”

P : “Cah enom kok yahene turu, Bu.” MT : “Ohh. Nek cah enom koyo ngno to?”

(Konteks B3: Tuturan terjadi di rumah, pada malam hari saat jam tidur.

Penutur sedang menonton televisi. MT menyuruhnya untuk tidur, karena

sudah larut malam. Penutur menolak suruhan MT dengan sanggahan.)

Cuplikan tuturan 10 (B6)

P : (menginjak kaki kakaknya) “Walah... kepidak...”

MT : “Mah dipidak!!!”

P : “Salahe mundur-mundur.”

(Konteks B6: Tuturan ini terjadi di rumah, tepatnya di ruang keluarga.

MT sedang asik mengganggu penutur. Secara tidak sengaja penutur

menginjak kaki MT.)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

81

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik mengancam muka sepihak subkategori

menegaskan adalah berupa transkrip tuturan lisan tidak santun. Wujud

ketidaksantunan linguistik tersebut sebagai berikut.

Tuturan B3 : Cah enom kok yahene turu, Bu. (Anak muda kok jam segini

tidur, Bu.)

Tuturan B6 : (menginjak kaki kakaknya) Walah... kepidak... (Walah...

terinjak...)

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan B3 : Penutur berbicara dengan orang yang lebih tua, yakni ibu dari

penutur. Penutur menyanggah suruhan dari MT. Tuturan penutur disampaikan

dengan cara sinis. Penutur memiliki persepsi bahwa anak muda belum pantas

tidur pada jam-jam tersebut. Penutur tidak memperhatikan MT.

Tuturan B6 : Penutur berbicara dan melakukan tindakan kepada orang yang

lebih tua, yakni kepada kakaknya. Penutur menyampaikan tuturannya dengan

cara spontan. Mitra tutur merasa marah karena tindakan penutur. Penutur tidak

menyadari bahwa tindakan dan tuturannya telah mengancam muka MT,

sedangkan penutur justru berbalik menyalahkan MT.

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan B3 : Tuturan B3 mempunyai intonasi berita. Terdapat kata fatis kok.

Penutur berbicara dengan nada sedang. Tekanan keras pada frasa Cah enom

dan Bu. Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa Jawa.

Tuturan B6 : Tuturan tersebut mempunyai intonasi berita. Penutur berbicara

dengan nada sedang (tetapi kakinya menginjak mitra tutur). Tekanan lunak

pada kata kepidak. Diksi: bahasa nonstandar dengan menggunakan bahasa

Jawa.

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan B3 : Tuturan terjadi di rumah, pada malam hari saat jam tidur.

Penutur laki-laki berusia 16 tahun, anak dari MT. MT perempuan, ibu dari

penutur. Penutur sedang menonton televisi. MT menyuruhnya untuk tidur,

karena sudah larut malam. Penutur menolak suruhan MT dengan sanggahan.

Tujuan penutur adalah menegaskan bahwa ia belum ingin tidur, karena penutur

masih ingin menonton televisi, dan penutur masih muda sehingga belum pantas

tidur pada saat itu. Tindak verbal dari tuturan penutur adalah tindak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

82

representatif. Tindak perlokusi MT adalah menanggapi tuturan penutur dengan

pertanyaan yang sedikit kesal, tetapi penutur tidak menghiraukan MT dan tetap

menonton televisi.

Tuturan B6 : Tuturan ini terjadi di rumah, tepatnya di ruang keluarga.

Penutur laki-laki berusia 12 tahun, adik dari MT, sedangkan MT laki-laki

berusia 22 tahun, kakak dari penutur. MT sedang asik mengganggu penutur.

Secara tidak sengaja penutur menginjak kaki MT. Tujuan: penutur tidak

sengaja menginjak kaki MT dan dalam bawah sadarnya, penutur mengeluarkan

kata-kata yang membuat MT merasa terganggu. Tindak verbal tuturan tersebut

adalah tindak representatif. Tindak perlokusi MT adalah dengan mengeluarkan

kata-kata kasar, tetapi penutur malah menyalahkan MT karena telah

mengganggunya.

5) Maksud Penutur

Tuturan B3 : penutur memiliki maksud membela diri.

Tuturan B6 : penutur memiliki maksud mengejek.

4.2.2.2 Subkategori Mengejek

Cuplikan tuturan 5 (B1)

P : “Sinau barang!” (Menyenggol adiknya).

MT : “Ngopo to? Ganggu wae.”

P : (Tidak menghiraukan dan pergi begitu saja).

(Konteks B1: Tuturan ini terjadi di rumah saat mitra tutur sedang belajar

di ruang keluarga pada tanggal 26 April 2013 jam 19.00. Penutur sedang

berjalan ingin keluar rumah, melewati ruang keluarga dan melihat MT

sedang belajar. Penutur menyenggol MT dengan sengaja. MT merasa

dirinya diganggu oleh penutur.)

Cuplikan tuturan 13 (B9)

MT : “Seng jenengane paku, papan itu kan lama2 menua, padahal yo

jaluk renovasi iku tetep muni.”

P : “Resiko!”

MT : “Yo jenenge wong urip aku percoyo resiko. Tapi kan menjadi

tambah, kudune pikirane awak dewe ra tekan kono.”

P : “Resiko.”

(Konteks B9: Tuturan ini terjadi di rumah, tepatnya di teras rumah sekitar

pukul 4 sore pada tanggal 20 April 2013. MT sedang bercerita mengenai

keluhannya tentang renovasi kapal yang menjadi tanggungan sendiri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

83

Selain penutur dan MT, terdapat juga 2 orang lainnya yang sedang

mendengarkan.)

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik mengancam muka sepihak subkategori

mengejek adalah berupa transkrip tuturan lisan tidak santun. Wujud

ketidaksantunan linguistik tersebut sebagai berikut.

Tuturan B1 : Sinau barang! (Menyenggol adiknya). (Belajar segala!)

Tuturan B9 : Resiko!

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan B1 : Penutur mengganggu MT yang sedang belajar. Penutur

menyampaikan tuturannya dengan sinis. Penutur menyenggol MT dengan

sengaja. Penutur tidak menyadari bahwa dirinya telah mengancam MT.

Tuturan B9 : Penutur berbicara dengan tamunya. Penutur menyampaikan

tuturannya dengan cara menyepelekan MT. MT merasa kesal sehingga

menyanggah tuturan penutur. Penutur tetap mengejek MT dengan kata-kata

yang sama.

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan B1 : Tuturan B1 mempunyai intonasi seru. Penutur berbicara

dengan nada sedang. Tekanan keras pada frasa sinau barang. Diksi yang

digunakan dalam tuturan B1 adalah bahasa nonstandar (bahasa Jawa).

Tuturan B9 : Tuturan tersebut mempunyai intonasi seru. Penutur berbicara

dengan nada sedang. Tekanan lunak pada kata resiko. Diksi: bahasa populer.

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan B1 : Tuturan ini terjadi di rumah saat MT sedang belajar di ruang

keluarga pada tanggal 26 April 2013 jam 19.00. Penutur laki-laki berusia 12

tahun, kakak dari MT. MT laki-laki berusia 6 tahun, adik dari penutur. Penutur

sedang berjalan ingin keluar rumah, melewati ruang keluarga dan melihat MT

sedang belajar. Penutur menyenggol MT dengan sengaja. MT merasa dirinya

diganggu oleh penutur. Tujuan dari penutur adalah penutur tidak memiliki

maksud tertentu, penutur hanya lewat, kemudian melihat MT sedang belajar

dan menghampirinya dengan melakukan tindakan menyenggol/ menggoda.

Tindak verbal dari tuturan penutur adalah tindak ekspresif. Tindak perlokusi

MT adalah MT merasa dirinya terganggu oleh penutur, kemudian MT

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

84

menanggapi penutur dengan ancaman, tetapi penutur pergi begitu saja dengan

acuh.

Tuturan B9 : Tuturan ini terjadi di rumah, tepatnya di teras rumah sekitar

pukul 4 sore pada tanggal 20 April 2013. Penutur laki-laki berusia 42 tahun,

tuan rumah/ kepala nelayan. MT laki-laki berusia 41 tahun, tamu/rekan

penutur. MT sedang bercerita mengenai keluhannya tentang renovasi kapal

yang menjadi tanggungan sendiri. Selain penutur dan MT, terdapat juga 2

orang lainnya yang sedang mendengarkan. Tujuan tuturan penutur adalah

hanya mengejek MT yang sedang mengeluh. Tindak verbal tuturan penutur

adalah tindak ekspresif. Tindak perlokusi MT adalah menanggapi tuturan

penutur dengan sanggahan.

5) Maksud Penutur

Tuturan B1 : penutur memiliki maksud menggoda.

Tuturan B9 : penutur memiliki maksud mengejek.

4.2.2.3 Subkategori Menunda

Cuplikan tuturan 6 (B2)

MT : “Tangi-tangi... Mengko bar tangi langsung asah-asah piring.”

P : “Mengko ah...” (Melanjutkan tidurnya).

MT : “Wolhaa... Anak jaman saiki nek dikon ra tau mangkat.”

(Konteks B2: Tuturan ini terjadi di rumah tepatnya di kamar penutur

pada pagi hari. MT membangunkan penutur kemudian menyuruhnya

untuk mencuci piring.)

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik mengancam muka sepihak subkategori

menunda adalah berupa transkrip tuturan lisan tidak santun. Wujud

ketidaksantunan linguistik tersebut sebagai berikut.

Tuturan B2 : Mengko ahh... (Melanjutkan tidurnya). (Nanti ahh...)

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan B2 : Penutur berbicara dengan orang yang lebih tua. Penutur

menunda suruhan dari MT dan malah melanjutkan tidurnya. Tuturan ini

disampaikan dengan cara ketus. MT merasa kesal dengan penutur. Penutur

tidak menyadari bahwa tuturannya telah mengancam muka MT.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

85

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan B2 : Tuturan B2 mempunyai intonasi seru. Terdapat kata fatis ah.

Penutur berbicara dengan nada sedang. Tekanan keras pada frasa mengko ah....

Diksi yang digunakan dalam tuturan B2 adalah bahasa nonstandar (bahasa

jawa).

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan B2 : Tuturan ini terjadi di rumah tepatnya di kamar Penutur pada

pagi hari. Penutur laki-laki berusia 16 tahun, anak dari MT. MT perempuan,

ibu dari penutur. MT membangunkan penutur kemudian menyuruhnya untuk

mencuci piring. Tujuan tuturan penutur adalah menunda suruhan MT. Tindak

verbal tuturan penutur adalah tindak komisif. Tindak perlokusi MT adalah

bergumam terhadap kelakuan penutur, tetapi penutur malah melanjutkan

tidurnya tanpa memperhatikan MT.

5) Maksud Penutur

Tuturan B2 : penutur memiliki maksud menghindar.

4.2.2.4 Subkategori Menolak

Cuplikan tuturan 9 (B5)

MT : “Tukokke iki neng warung!”

P : “Wegah, males!”

MT : “Awas koe!”

(Konteks B5: Tuturan ini terjadi di rumah. Penutur dan MT sedang

santai. Penutur disuruh oleh kakaknya (MT) untuk membelikannya

sesuatu. Penutur menolak suruhan MT.)

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik mengancam muka sepihak subkategori

menolak adalah berupa transkrip tuturan lisan tidak santun. Wujud

ketidaksantunan linguistik tersebut sebagai berikut.

Tuturan B5 : Wegah, males! (Tidak mau, malas!)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

86

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan B5 : Penutur berbicara dengan orang yang lebih tua. Penutur

menolak suruhan MT. Penutur menyampaikan tuturannya dengan cara ketus.

MT merasa kesal dengan jawaban penutur. Penutur tidak menyadari bahwa

tuturannya telah mengancam muka (membuat kesal) MT.

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan B5 : Tuturan penutur mempunyai intonasi seru. Penutur berbicara

dengan nada tinggi. Tekanan keras pada kata wegah. Diksi: bahasa nonstandar

(penggunaan bahasa Jawa).

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan B5 : Tuturan ini terjadi di rumah. Penutur laki-laki berusia 16

tahun, adik dari MT. MT laki-laki berusia 21 tahun, kakak dari penutur.

Penutur dan MT sedang santai. Penutur disuruh oleh kakaknya (MT) untuk

membelikannya sesuatu. Penutur menolak suruhan MT. Tujuan penutur adalah

menolak suruhan MT. Tindak verbal tuturan penutur adalah tindak komisif.

Tindak perlokusi MT adalah menanggapi tuturan penutur dengan ancaman,

tetapi penutur tetap santai dan diam saja.

5) Maksud Penutur

Tuturan B5 : penutur memiliki maksud menolak.

4.2.3 Melecehkan Muka

Miriam A Locher (2008) dalam Rahardi (2012) berpendapat bahwa

ketidaksantunan berbahasa itu menunjuk pada perilaku ‘melecehkan’ muka (face-

aggravate). Perilaku melecehkan muka itu sesungguhnya lebih dari sekadar

‘mengancam’ muka (face-threaten). Kategori ketidaksantunan yang melecehkan

muka memiliki sebelas subkategori, yaitu subkategori menyindir, menegaskan,

memerintah, menegur, menolak, memperingatkan, mengancam, mengusir,

menagih, mengejek, dan menasihati. Berikut ini adalah analisis tuturan yang

termasuk dalam subkategori tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

87

4.2.3.1 Subkategori Menyindir

Cuplikan tuturan 35 (C22)

P : “Iki le ngenei no hp kie tenan po etok-etokan? Nek dibel ra

nyaut blas, disms ra ono balesi blas.”

MT : “Mburi dewe piro? Enem belas?”

P : “Payah tenan koe kie!”

MT : “lha rak kelep to?”

P : “seng keri, lemu ngenei seng keri!”

MT :” yo ijek yo, aku ra tau ganti-ganti! Nek janji siji ra kelep.”

(Konteks C22: Tuturan ini terjadi di teras rumah sekitar jam setengah 5

sore, pada tanggal 20 April 2013. MT adalah tamu, sedangkan penutur

adalah tuan rumah dan pada saat itu masih terdapat 2 orang tamu lainnya.

MT sudah berpamitan, tetapi penutur menghambat MT dengan bertanya.)

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik melecehkan muka subkategori menyindir

adalah berupa transkrip tuturan lisan tidak santun. Wujud ketidaksantunan

linguistik tersebut sebagai berikut.

Tuturan C22 : Iki le ngenei no hp kie tenan po etok-etokkan? Nek dibel ra

nyaut blas, disms ra ono balesi blas. (Ini memberikan nomer

HP ini benar apa bohong-bohongan? Kalau ditelpon tidak

masuk sama sekali, disms tidak membalas sama sekali.)

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan C22 : Penutur berbicara dengan tamunya. Penutur menyampaikan

tuturannya dengan cara kesal. MT sudah berpamitan dan sudah berada di

halaman rumah tetapi penutur menghambatnya dengan tuturannya. Penutur

tidak percaya dengan nomor Handphone yang MT berikan.

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan C22 : Tuturan C22 mempunyai intonasi tanya dan berita. Penutur

berbicara dengan nada sedang. Tekanan keras pada frasa ra nyaut blas dan

balesi blas. Diksi: bahasa nonstandar (bahasa Jawa).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

88

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan C22 : Tuturan ini terjadi di teras rumah sekitar jam setengah 5 sore,

pada tanggal 20 April 2013. Penutur laki-laki berusia 42 tahun, tuan rumah.

MT laki-laki berusia 41 tahun, tamu. MT adalah tamu, sedangkan penutur

adalah tuan rumah dan pada saat itu masih terdapat 2 orang tamu lainnya. MT

sudah berpamitan, tetapi penutur menghambat MT dengan bertanya. Tujuan

penutur adalah bertanya kepada MT mengenai kebenaran nomor handphone

MT yang diberikan kepada penutur dan penutur mengeluh dengan sikap MT

yang apabila disms tidak membalas dan ditelepon tidak diangkat. Tindak verbal

tuturan penutur adalah tindak representatif. Tindak perlokusi MT adalah

menanggapi tuturan penutur dengan pertanyaan.

5) Maksud Penutur

Tuturan C22: penutur memiliki maksud kesal terhadap MT.

4.2.3.2 Subkategori Menegaskan

Cuplikan tuturan 20 (C7)

MT : “Arep nendi?”

P : “Lungo dijak Bapak.”

MT : “Shalat sek, wes sarungan ngono kok.”

P : “Wes nyendal motor galho!” (sambil berjalan keluar

ruangan).

MT : “Ha iyo shalat sek! Nanggung.”

(Konteks C7: Tuturan ini terjadi di rumah. MT pulang kerja (melaut)

dengan keadaan capek, tetapi tidak mendapatkan hasil yang memuaskan.

Penutur merasa kesal karena MT pergi seharian tetapi tidak membawa

hasil yang diharapkan. MT meminta penutur untuk mengambilkan makan

dan minum.)

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik melecehkan muka subkategori

menegaskan adalah berupa transkrip tuturan lisan tidak santun. Wujud

ketidaksantunan linguistik tersebut sebagai berikut.

Tuturan C7 : Wes nyendal motor galho!” (sambil berjalan keluar

ruangan). (Sudah menyalakan motor itu!)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

89

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan C7 : Penutur berbicara dengan orang yang lebih tua. MT menyuruh

penutur dengan baik. Penutur menjawab suruhan MT dengan ketus sambil

berlalu meninggalkan MT. Penutur menolak suruhan MT.

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan C7 : Tuturan C7 mempunyai intonasi berita. Penutur berbicara

dengan nada sedang. Tekanan keras pada frasa nyendal motor. Diksi: bahasa

nonstandar dan bahasa slang pada kata nyendal.

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan C7 : Tuturan ini terjadi di rumah, tepatnya di ruang keluarga, pukul

16.30 WIB, tanggal 28 April 2013. Penutur laki-laki berusia 12 tahun, adik

dari MT. MT laki-laki berusia 23 tahun, kakak dari penutur. Penutur sudah

memakai sarung hendak beribadah shalat dzuhur. MT sedang tiduran di ruang

keluarga sambil menonton televisi. MT menegur penutur yang tadinya sudah

memakai sarung untuk pergi shalat, tetapi justru melepaskannya kembali

karena diajak ayahnya. Tujuan penutur adalah memberitahu kepada MT bahwa

motornya sudah hidup. Tindak verbal tuturan C7 adalah tindak representatif.

Tindak perlokusi MT diam saja karena adiknya susah dinasihati.

5) Maksud Penutur

Tuturan C7: penutur memiliki maksud membela diri.

4.2.3.3 Subkategori Memerintah

Cuplikan tuturan 15 (C2) MT : “Gawekno wedang ro jupukno maem, Bu...”

P : “Alaaah... jupuk dewe, Pak!”

MT : (mengambil minuman sendiri dengan raut wajah kesal).

(Konteks C2: Tuturan ini terjadi di rumah. MT pulang kerja (melaut)

dengan keadaan capek, tetapi tidak mendapatkan hasil yang memuaskan.

Penutur merasa kesal karena MT pergi seharian tetapi tidak membawa

hasil yang diharapkan. MT meminta penutur untuk mengambilkan makan

dan minum.)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

90

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik melecehkan muka subkategori

memerintah adalah berupa transkrip tuturan lisan tidak santun. Wujud

ketidaksantunan linguistik tersebut sebagai berikut.

Tuturan C2 : Alaaah... jupuk dewe, Pak! (Alaaah... ambil sendiri, Pak!)

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan C2 : Penutur berbicara kepada orang yang lebih tua (suaminya

sendiri). Penutur menyampaikan tuturannya dengan cara ketus. Penutur justru

menyuruh MT setelah mendapat suruhan dari MT.

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan C2 : Tuturan C2 mempunyai intonasi perintah. Penutur berbicara

dengan nada sedang. Tekanan keras pada kata Alaaah dan Pak. Diksi: bahasa

nonstandar (bahasa Jawa).

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan C2 : Tuturan ini terjadi di rumah. Penutur perempuan berusia 32

tahun, istri dari MT. MT laki-laki, suami dari MT, berusia 34 tahun. MT

pulang kerja (melaut) dengan keadaan capek, tetapi tidak mendapatkan hasil

yang memuaskan. Penutur merasa kesal karena MT pergi seharian tetapi tidak

membawa hasil yang diharapkan. MT meminta penutur untuk mengambilkan

makan dan minum. Tujuan penutur adalah kesal terhadap MT dan menyuruh

MT untuk mengambil makanan dan minuman sendiri. Tindak verbal yang

terdapat dalam tuturan C2 adalah tindak direktif. Tindak perlokusi MT adalah

mengambil sendiri minuman yang dia inginkan.

5) Maksud Penutur

Tuturan C2 : penutur memiliki maksud menolak suruhan MT.

4.2.3.4 Subkategori Menegur

Cuplikan tuturan 30 (C17)

P : “Mripatmu ki ndokke sikel?”

MT : (Diam).

P : “Anake nangis neng andinge yo mung meneng wae!”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

91

(Konteks C17: Tuturan ini terjadi di rumah. Penutur melihat anaknya

yang belum genap berusia 1 tahun rewel/ menangis. MT hanya diam saja,

padahal ia tahu bahwa anaknya sedang menangis.)

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik melecehkan muka subkategori menegur

adalah berupa transkrip tuturan lisan tidak santun. Wujud ketidaksantunan

linguistik tersebut sebagai berikut.

Tuturan C17 : Mripatmu ki ndokke sikel? (Matamu itu ditaruh di kaki!)

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan C17 : Penutur berbicara menggunakan kata-kata kasar. Penutur

berbicara kepada istrinya sendiri. Penutur menyampaikan tuturannya dengan

cara keras. Penutur dalam keadaan marah.

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan C17 : Tuturan C17 mempunyai intonasi tanya. Penutur berbicara

dengan nada tinggi. Tekanan keras pada frasa Mripatmu ki. Diksi: bahasa

nonstandar (bahasa Jawa).

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan C17 : Tuturan ini terjadi di rumah. Penutur laki-laki, suami dari MT.

MT perempuan, istri dari penutur. Penutur melihat anaknya yang belum genap

berusia 1 tahun rewel/ menangis. MT hanya diam saja, padahal ia tahu bahwa

anaknya sedang menangis. Tujuan penutur adalah memarahi MT karena tidak

tanggap dengan keadaan anaknya yang menangis. Tindak verbal tuturan C17

adalah tindak ekspresif. Tindak perlokusi MT adalah diam saja karena MT

merupakan orang yang sabar menghadapi penutur dan MT langsung berusaha

menenangkan anaknya yang masih bayi.

5) Maksud Penutur

Tuturan C17 : penutur memiliki maksud kesal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

92

4.2.3.5 Subkategori Menolak

Cuplikan tuturan 17 (C4)

MT : “Ayo... belajar.”

P : “Emoh!”

MT : “Kalo gak belajar gak tak kasih uang jajan!”

(Konteks C4: Tuturan ini terjadi di rumah, pada saat jam belajar tiba. MT

menyuruh penutur untuk belajar. Penutur memang susah bila disuruh

untuk belajar.)

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik melecehkan muka subkategori menolak

adalah berupa transkrip tuturan lisan tidak santun. Wujud ketidaksantunan

linguistik tersebut sebagai berikut.

Tuturan C4 : Emoh! (Tidak mau!)

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan C4 : Penutur berbicara dengan orang yang lebih tua. MT menyuruh

penutur dengan bahasa yang halus. Penutur menyampaikan tuturannya dengan

cara keras. Penutur menolak suruhan MT dengan suara yang keras.

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan C4 : Tuturan C4 mempunyai intonasi berita. Penutur berbicara

dengan nada tinggi. Tekanan keras pada kata Emoh!. Diksi: bahasa nonstandar

(bahasa Jawa).

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan C4 : Tuturan ini terjadi di rumah, pada saat jam belajar tiba. MT

menyuruh penutur untuk belajar. Penutur memang susah bila disuruh untuk

belajar. Penutur laki-laki berusia 6 tahun, anak dari MT. MT laki-laki, bapak

dari penutur, berusia 32 tahun. Tujuan penutur adalah menolak suruhan MT

untuk segera belajar. Tindak verbal yang tredapat dalam tuturan C4 adalah

tindak komisif. Tindak perlokusi MT adalah mengancam penutur.

5) Maksud Penutur

Tuturan C4 : penutur memiliki maksud malas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

93

4.2.3.6 Subkategori Memperingatkan

Cuplikan tuturan 33 (C20)

MT : “Sesok nek ono seng neng kono meneh, aku tak nang...”

P : “Sesok, nek ngomongke sesok, ndag lali!”

(Konteks C20: Tuturan ini terjadi di teras rumah sekitar jam 4 sore, pada

tanggal 20 April 2013. MT menerima 3 tamu yang mempunyai maksud

dan tujuan yang berbeda-beda. MT sedang berbicara atau menyampaikan

sesuatu kepada salah satu tamunya (penutur). Penutur langsung

menanggapi tuturan MT, padahal MT belum selesai berbicara.)

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik melecehkan muka subkategori

memperingatkan adalah berupa transkrip tuturan lisan tidak santun. Wujud

ketidaksantunan linguistik tersebut sebagai berikut.

Tuturan C20 : Sesok, nek ngomongke sesok, ndag lali! (Besok, kalau

membicarakan besok, nanti lupa!)

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan C20 : Penutur berbicara dengan tuan rumah. Penutur berbicara pada

saat MT belum menyelesaikan bicaranya. Penutur menyampaikan tuturannya

dengan cara ketus.

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan C20 : Tuturan C20 mempunyai intonasi seru. Penutur berbicara

dengan nada tinggi. Tekanan keras pada frasa ndag lali. Diksi: bahasa

nonstandar (bahasa Jawa).

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan C20 : Tuturan ini terjadi di teras rumah sekitar jam 4 sore, pada

tanggal 20 April 2013. Penutur laki-laki berusia 41 tahun, tamu. MT laki-laki

berusia 42 tahun, tuan rumah. MT menerima 3 tamu yang mempunyai maksud

dan tujuan yang berbeda-beda. MT sedang berbicara atau menyampaikan

sesuatu kepada salah satu tamunya (penutur). Penutur langsung menanggapi

tuturan MT, padahal MT belum selesai berbicara. Tujuan penutur adalah

menanggapi tuturan MT. Tindak verbal tuturan C20 adalah tindak direktif.

Tindak perlokusi MT adalah diam saja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

94

5) Maksud Penutur

Tuturan C20 : penutur memiliki maksud kesal.

4.2.3.7 Subkategori Mengancam

Cuplikan tuturan 18 (C5)

P : “Makan dulu, mainnya nanti lagi!”

MT : “Gak mau, nanti aja.”

P : “Kalo gak mau makan, kamu gag boleh pergi sama dia

(temannya)!”

(Konteks C5: Tuturan ini terjadi di rumah, pada siang hari. MT sedang

ingin pergi bermain bersama teman-temannya. Penutur menyuruh MT

untuk makan terlebih dahulu, kemudian baru boleh bermain. MT

menolak suruhan penutur.)

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik melecehkan muka subkategori

mengancam adalah berupa transkrip tuturan lisan tidak santun. Wujud

ketidaksantunan linguistik tersebut sebagai berikut.

Tuturan C5 : Kalo gak mau makan, kamu gag boleh pergi sama dia

(temannya)!

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan C5 : Penutur mengeluarkan kata-kata ancaman agar MT menaati

perintahnya. Penutur menyampaikan tuturannya dengan cara kesal. MT merasa

takut dengan ancaman penutur.

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan C5 : Tuturan C5 mempunyai intonasi perintah. Penutur berbicara

dengan nada sedang. Tekanan lunak pada frasa gag boleh pergi sama dia.

Diksi: penggunaan bahasa populer.

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan C5 : Tuturan ini terjadi di rumah, pada siang hari. Penutur laki-laki

berusia 32 tahun, ayah dari MT. MT laki-laki berusia 6 tahun, anak dari

penutur. MT sedang ingin pergi bermain bersama teman-temannya. Penutur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

95

menyuruh MT untuk makan terlebih dahulu, kemudian baru boleh bermain.

MT menolak suruhan penutur. Tujuan penutur adalah mengancam MT karena

susah makan. Tindak verbal tuturan C5 adalah tindak ekspresif. Tindak

perlokusi MT adalah melakukan apa yang diperintah penutur.

5) Maksud Penutur

Tuturan C5 : penutur memiliki maksud memaksa.

4.2.3.8 Subkategori Mengusir

Cuplikan tuturan 21 (C8) MT : “Tangi-tangi... wes jam telu!” (menendang-nendang kaki

kakaknya yang sedang tidur).

P : “Aaassss... minggat kono!” (melanjutkan tidurnya).

MT : “Yowes... damuk kapok mengko.”

(Konteks C8: Tuturan ini terjadi di rumah, tepatnya di ruang keluarga

pada sore hari sekitar jam 3 sore, tanggal 28 April 2013. Penutur sedang

tidur di ruang keluarga. MT membangunkan penutur karena sudah sore

dan MT disuruh oleh ibunya agar membangunkan penutur. MT

membangunkan penutur dengan menendang-nendang kaki penutur.)

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik melecehkan muka subkategori mengusir

adalah berupa transkrip tuturan lisan tidak santun. Wujud ketidaksantunan

linguistik tersebut sebagai berikut.

Tuturan C8 : Aaassss...minggat kono! (melanjutkan tidurnya).

(Aaassss...pergi sana!)

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan C8 : Penutur mengusir MT dengan suara keras dan kata-kata kasar.

MT memiliki niat baik kepada penutur. Penutur menyampaikan tuturannya

dengan cara keras. MT pergi karena penutur marah.

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan C8 : Tuturan C8 mempunyai intonasi perintah. Penutur berbicara

dengan nada tinggi. Tekanan keras pada frasa minggat kono!. Diksi: bahasa

nonstandar (bahasa Jawa).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

96

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan C8 : Tuturan ini terjadi di rumah, tepatnya di ruang keluarga pada

sore hari sekitar jam 3 sore, tanggal 28 April 2013. Penutur laki-laki, kakak

berusia 23 tahun. MT laki-laki, adik berusia 12 tahun. Penutur sedang tidur di

ruang keluarga. MT membangunkan penutur karena sudah sore dan MT

disuruh oleh ibunya agar membangunkan penutur. MT membangunkan penutur

dengan menendang-nendang kaki penutur. Tujuan penutur untuk menyuruh

pergi MT karena telah mengganggu tidurnya. Tindak verbal tuturan C8 adalah

tindak ekspresif. Tindak perlokusi MT adalah pergi meninggalkan penutur.

5) Maksud Penutur

Tuturan C8 : penutur memiliki maksud mengusir.

4.2.3.9 Subkategori Menagih

Cuplikan tuturan 24 (C11)

P : “Pak, udah cair belum?”

MT : “Belum.”

(Konteks C11: Tuturan terjadi di rumah pukul 09.00 WIB, tanggal 5 Mei

2013. MT pernah membuat janji dengan penutur akan membelikan

sesuatu bila sudah mempunyai uang. Penutur menagih janji MT.)

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik melecehkan muka subkategori menagih

adalah berupa transkrip tuturan lisan tidak santun. Wujud ketidaksantunan

linguistik tersebut sebagai berikut.

Tuturan C11 : Pak, udah cair belum?

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan C11 : Penutur berbicara dengan orang yang lebih tua. Penutur

menyampaikan tuturannya dengan cara sinis. Penutur tidak melihat/tahu

kondisi keuangan MT. Penutur menagih janji kepada MT.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

97

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan C11 : Tuturan C11 mempunyai intonasi tanya. Penutur berbicara

dengan nada sedang (sinis). Tekanan lunak pada frasa udah cair belum. Diksi:

bahasa nonstandar (bahasa Jawa) dan bahasa slang pada kata cair.

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan C11 : Tuturan terjadi di rumah pukul 09.00 WIB, tanggal 5 Mei

2013. Penutur laki-laki berusia 15 tahun, anak dari MT. MT laki-laki berusia

43 tahun, bapak dari penutur. MT pernah membuat janji dengan penutur akan

membelikan sesuatu bila sudah mempunyai uang. Penutur menagih janji MT.

Tujuan penutur untuk meminta uang kepada MT untuk membeli sesuatu.

Tindak verbal tuturan C11 adalah tindak ekspresif. Tindak perlokusi MT

adalah menanggapi pertanyaan MT.

5) Maksud Penutur

Tuturan C11 : penutur memiliki maksud menagih janji MT.

4.2.3.10 Subkategori Mengejek

Cuplikan tuturan 25 (C12)

P : “Jenggote koyo kowe, Pak.”

MT : “Kok, kowa-kowe to, ora pantes.”

(Konteks C12: Tuturan terjadi di rumah, tepatnya di ruang keluarga.

Penutur perempuan, anak dari penutur. MT laki-laki, ayah dari penutur.

Penutur dan MT sedang menonton televisi di ruang keluarga.)

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik melecehkan muka subkategori mengejek

adalah berupa transkrip tuturan lisan tidak santun. Wujud ketidaksantunan

linguistik tersebut sebagai berikut.

Tuturan C12 : Jenggote koyo kowe, Pak. (Jenggotnya seperti kamu, Pak.)

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan C12 : Penutur berbicara dengan orang yang lebih tua. Penutur

menyamakan MT dengan seseorang yang berada di TV. Penutur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

98

menyampaikan tuturannya dengan cara bercanda. Penutur menggunakan kata

“kowe” kepada orang yang lebih tua (bapak dari penutur).

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan C12 : Tuturan C12 mempunyai intonasi berita. Penutur berbicara

dengan nada sedang. Tekanan lunak pada kalimat Jenggote koyo koe, Pak.

Diksi: bahasa nonstandar (bahasa Jawa).

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan C12 : Tuturan terjadi di rumah, tepatnya di ruang keluarga. Penutur

perempuan, anak dari penutur. MT laki-laki, ayah dari penutur. Penutur dan

MT sedang menonton televisi di ruang keluarga. Tujuan penutur adalah

mengejek MT (menyamakan mitra tutur dengan apa yang dilihat penutur dalam

TV) . Tindak verbal tuturan C12 adalah tindak representatif. Tindak perlokusi

MT adalah memperingatkan penutur.

5) Maksud Penutur

Tuturan C12 : penutur memiliki maksud mengejek MT.

4.2.3.11 Subkategori Menasihati

Cuplikan tuturan 29 (C16)

P : “Kalo memang niatnya masih mau sekolah, Bapak masih

ingin ngragati. Kalo emang maunya nikah, bilang aja pengen

nikah. Bapak nikahke.”

MT : “Lho kok ngono, Pak!

(Konteks C16: Tuturan ini terjadi saat di rumah dan pada saat situasi

santai. Penutur menasihati MT menganai hubungannya dengan lawan

jenis (pacaran). MT merasa dirinya disalahkan dan sedang terpojok.)

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik melecehkan muka subkategori menasihati

adalah berupa transkrip tuturan lisan tidak santun. Wujud ketidaksantunan

linguistik tersebut sebagai berikut.

Tuturan C16 : Kalo memang niatnya masih mau sekolah, Bapak masih

ingin ngragati (biayai). Kalo emang maunya nikah, bilang

aja pengen nikah. Bapak nikahke.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

99

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan C16 : Penutur membuat pilihan yang memojokkan MT. Penutur

menyampaikan tuturannya dengan cara kesal. Secara tidak langsung penutur

telah menuduh MT lebih mementingkan pacaran daripada sekolah.

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan C16 : Tuturan C16 mempunyai intonasi berita. Penutur berbicara

dengan nada sedang. Tekanan keras pada frasa Bapak nikahke. Diksi: bahasa

nonstandar (campuran antara bahasa Indonesia dan bahasa Jawa).

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan C16 : Tuturan ini terjadi saat di rumah dan pada saat situasi santai.

Penutur laki-laki, ayah dari MT. MT perempuan, anak dari penutur. Penutur

menasihati MT menganai hubungannya dengan lawan jenis (pacaran). MT

merasa dirinya disalahkan dan sedang terpojok. Tujuan penutur menasihati MT

mengenai pendidikan atau pacaran. Tindak verbal tuturan C16 adalah tindak

direktif. Tindak perlokusi MT adalah menanggapi nasihat dari penutur dengan

sangkalan.

5) Maksud Penutur

Tuturan C16 : penutur memiliki maksud memarahi.

4.2.4 Menghilangkan Muka

Culpeper (2008) dalam Rahardi (2012) memberikan penekanan pada fakta

‘face loss’ atau ‘kehilangan muka’, kalau dalam bahasa Jawa mungkin konsep itu

dekat dengan konsep ‘kelangan rai’ (kehilangan muka). Jadi, ketidaksantunan

dalam berbahasa itu merupakan perilaku komunikatif yang diperantikan secara

intensional untuk membuat orang benar-benar kehilangan muka (face loss), atau

setidaknya orang tersebut ‘merasa’ kehilangan muka. Kategori ketidaksantunan

yang mengancam muka sepihak memiliki empat subkategori, yaitu subkategori

menyindir, mengejek, menegur, dan menyinggung. Berikut ini adalah analisis

tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

100

4.2.4.1 Subkategori Menyindir

Cuplikan tuturan 40 (D3)

P : “Koyo adimu kae lho iso ngopo-ngopo, koe kok tura-turu

wae.”

MT : “Joni kae rak tritikan ngene-ngene mesti pengen.”

(Konteks D3: Tuturan terjadi di rumah. MT sedang tiduran dan menonton

televisi. Penutur dan orang ketiga (adik MT) akan pergi bekerja karena

pada saat itu merupakan hari libur. Penutur membandingkan MT dengan

orang ketiga dihadapan orang ketiga.)

Cuplikan tuturan 41 (D4)

MT : “ Habis kumpulan dari kabupaten, ini monggo dicakke.”

P : “Wah, opo-opo dinas... opo-opo dinas...”

(Konteks D4: Tuturan ini terjadi pada saat diadakan perkumpulan

nelayan pantai congot. Penutur laki-laki, nelayan. MT laki-laki, ketua

nelayan salah satu pantai di Kulonprogo. MT sedang mengumumkan

hasil rapat dari Kabupaten mengenai perintah kerja/ pelatihan kerja.

Penutur merasa bahwa MT selalu patuh terhadap dinas.)

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik menghilangkan muka subkategori

menyindir adalah berupa transkrip tuturan lisan tidak santun. Wujud

ketidaksantunan linguistik tersebut sebagai berikut.

Tuturan D3 : Koyo adimu kae lho iso ngopo-ngopo, koe kok tura-turu

wae.

Tuturan D4 : Wah, opo-opo dinas... opo-opo dinas...

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan D3 : Penutur membandingkan MT dengan adik MT. Penutur

menyampaikan tuturannya dengan cara kesal. Penutur membandingkan MT di

depan orang lain. MT merasa dirinya kehilangan muka akibat tuturan dari

penutur.

Tuturan D4 : Penutur berbicara dengan ketua nelayan salah satu pantai di

KP. Penutur kesal kepada MT yang selalu patuh kepada dinas. Penutur

berbicara dengan nada keras kepada MT di hadapan nelayan-nelayan lainnya.

MT merasa tidak dihargai dan kehilangan muka oleh tuturan dari penutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

101

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan D3 : Tuturan D3 mempunyai intonasi berita. Kata fatis: lho dan kok.

Penutur berbicara dengan nada sedang. Tekanan lunak pada frasa koe kok tura-

turu wae. Diksi: bahasa nonstandar (bahasa Jawa).

Tuturan D4 : Tuturan D4 mempunyai intonasi berita. Penutur berbicara

dengan nada tinggi. Tekanan keras pada frasa opo-opo dinas. Diksi: bahasa

nonstandar (bahasa Jawa).

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan D3 : Tuturan terjadi di rumah. Penutur laki-laki, ayah dari MT. MT

laki-laki berusia 21 tahun, anak dari penutur. MT sedang tiduran dan menonton

televisi. Penutur dan orang ketiga (adik MT) akan pergi bekerja karena pada

saat itu merupakan hari libur. Penutur membandingkan MT dengan orang

ketiga dihadapan orang ketiga. Tujuan penutur adalah menyindir MT. Tindak

verbal tuturan D3 adalah tindak ekspresif. Tindak perlokusi MT adalah

menanggapi tuturan penutur dengan sanggahan.

Tuturan D4 : Tuturan ini terjadi pada saat diadakan perkumpulan nelayan

pantai congot. Penutur laki-laki, nelayan. MT laki-laki, ketua nelayan salah

satu pantai di Kulonprogo. MT sedang mengumumkan hasil rapat dari

Kabupaten mengenai perintah kerja/ pelatihan kerja. Penutur merasa bahwa

MT selalu patuh terhadap dinas. Tujuan penutur untuk menyindir MT yang

selalu taat/patuh kepada dinas. Tindak verbal tuturan D4 adalah tindak

ekspresif. Tindak perlokusi MT langsung menanggapi penutur, walaupun

begitu MT merasa dirinya dipermalukan di depan rekan-rekan nelayan.

5) Maksud Penutur

Tuturan D3 : penutur memiliki maksud menyindir.

Tuturan D4 : penutur memiliki maksud kecewa.

4.2.4.2 Subkategori Mengejek

Cuplikan tuturan 43 (D6)

P : “Gampang nek mung kur ngono. Solusino piro anggarane sayap?

Ngertimu piro?”

MT : ”Rung ngerti aku.”

P : “Halah... Nelayan seprono-seprene gaweane kok muni ra

ngerti!”

(Konteks D6: Tuturan ini terjadi di teras rumah sekitar jam setengah 5

sore, pada tanggal 20 April 2013. Dalam situasi ini penutur dan MT

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

102

sedang membahas biaya perbaikan kapal yang sayapnya patah karena

diterjang ombak. Sebelumnya penutur bertanya kepada MT mengenai

anggaran perbaikan sayap kapal, tetapi pertanyaan tersebut hanya

menguji pengetahuan MT. MT menjawab pertanyaan tersebut.)

Cuplikan tuturan 44 (D7)

P : “Tak inggoni pitmu motor mas, koe nek nulisi ora ngono kae!

Tulisi ojo dumeh...”

MT2 : “Diwarai mas.”

P : “Ojo dumeh koe kie sugeh, ojo dumeh koe kie waras, wong sak

lapangan sewengi ra rampung-rampung nek ojo dumeh, ojo

dumeh koe ki ayu, aku yo iso.”

MT2 : (sambil menyela) “iya...aaa... iya...aaa...”

(Konteks D7: Tuturan ini terjadi di teras rumah sekitar jam setengah 5

sore, pada tanggal 20 April 2013. Penutur berada di halaman rumah dan

berada di samping motornya. Di samping motor penutur terdapat motor

MT. Penutur mengomentari tulisan atau stiker yang ada di motor MT. MT

berada di teras rumah beserta 2 orang lainnya.)

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik menghilangkan muka subkategori

mengejek adalah berupa transkrip tuturan lisan tidak santun. Wujud

ketidaksantunan linguistik tersebut sebagai berikut.

Tuturan D6 : Halah... Nelayan seprono-seprene gaweane kok muni ra

ngerti!

Tuturan D7 : Tak inggoni pitmu motor mas, koe nek nulisi ora ngono

kae! Tulisi ojo dumeh...

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan D6 : Penutur berbicara dengan tuan rumah sekaligus ketua nelayan

pantai setempat. Penutur berbicara dengan MT di hadapan tamu lain. Penutur

menyampaikan tuturannya dengan cara sinis. MT merasa kehilangan muka

dengan tuturan tersebut sehingga mengalihkan pertanyaan kepada orang lain.

Tuturan D7 : Penutur berbicara dengan tamu yang baru ia kenal pada saat

itu. Penutur menyampaikan tuturannya dengan cara bercanda. Penutur

berbicara di hadapan tuan rumah dan tamu lain, tuturan penutur bermaksud

untuk mengejek MT. MT merasa kehilangan muka sehingga ia hanya diam saja

dan sedikit tersenyum.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

103

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan D6 : Tuturan D6 mempunyai intonasi seru. Kata fatis: kok. Penutur

berbicara dengan nada sedang. Tekanan keras pada frasa muni ra ngerti. Diksi:

bahasa nonstandar (bahasa Jawa).

Tuturan D7 : Tuturan D7 mempunyai intonasi seru. Penutur berbicara

dengan nada sedang. Tekanan lunak pada frasa koe nek nulisi ora ngono kae.

Diksi: bahasa nonstandar (bahasa Jawa).

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan D6 : Tuturan ini terjadi di teras rumah sekitar jam setengah 5 sore,

pada tanggal 20 April 2013. Penutur laki-laki berusia 41 tahun, tamu. MT laki-

laki berusia 42 tahun, tuan rumah sekaligus ketua nelayan. Dalam situasi ini

penutur dan MT sedang membahas biaya perbaikan kapal yang sayapnya patah

karena diterjang ombak. Sebelumnya penutur bertanya kepada MT mengenai

anggaran perbaikan sayap kapal, tetapi pertanyaan tersebut hanya menguji

pengetahuan MT. MT menjawab pertanyaan tersebut. Tujuan penutur adalah

mengejek MT kapal. Tindak verbal tuturan D6 adalah tindak representatif.

Tindak perlokusi MT menimpali pertanyaan tersebut kepada tamunya yang lain

yang merupakan seorang nelayan berpengalaman juga.

Tuturan D7 : Tuturan ini terjadi di teras rumah sekitar jam setengah 5 sore,

pada tanggal 20 April 2013. Penutur laki-laki berusia 41 tahun, tamu. MT laki-

laki berusia 23 tahun, tamu. Penutur berada di halaman rumah dan berada di

samping motornya. Di samping motor penutur terdapat motor MT. Penutur

mengomentari tulisan atau stiker yang ada di motor MT. MT berada di teras

rumah beserta 2 orang lainnya. Tujuan penutur adalah mengomentari sekaligus

mengejek tulisan yang ada di motor MT. Tindak verbal tuturan D7 adalah

tindak direktif. Tindak perlokusi MT hanya tersenyum karena malu.

5) Maksud Penutur

Tuturan D6 : penutur memiliki maksud mengejek.

Tuturan D7 : penutur memiliki maksud menggoda.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

104

4.2.4.3 Subkategori Menegur

Cuplikan tuturan 39 (D2)

P : “Nih kamu gak naik kelas! Gak malu apa sama yang lain?

Besok lagi yang rajin belajarnya agar naik kelas. Kalo gak

naik kelas lagi mesti kamu mung diisin-isin karo konco-

koncomu.”

(Konteks D2: Tuturan terjadi di halaman rumah. Penutur pulang dari

sekolah mengambil raport anaknya. Tuturan ini terjadi saat penutur, MT,

dan orang ketiga sedang bercakap-cakap membahas nilai MT.)

Cuplikan tuturan 42 (D5)

P : ”Makanya kalo kamu itu mau belajar ya belajar, gag belajar

cuman maen.”

(Konteks D5: Tuturan ini terjadi di rumah. MT mendapat nilai jelek, hal

ini berbanding terbalik dengan keponakan penutur. Dalam situasi ini

terdapat orang ketiga yakni, istri dan keponakan penutur.)

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik menghilangkan muka subkategori

menegur adalah berupa transkrip tuturan lisan tidak santun. Wujud

ketidaksantunan linguistik tersebut sebagai berikut.

Tuturan D2 : Nih kamu gak naik kelas! Gak malu apa sama yang lain?

Besok lagi yang rajin belajarnya agar naik kelas. Kalo gak

naik kelas lagi mesti kamu mung diisin-isin karo konco-

koncomu.

Tuturan D5 : Makanya kalo kamu itu mau belajar ya belajar, gag belajar

cuman maen.

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan D2 : Penutur berbicara dengan MT di depan orang lain. Penutur

menakut-nakuti MT bila tidak naik kelas lagi. Penutur menyampaikan

tuturannya dengan cara halus. MT merasa kehilangan muka karena

dipermalukan di depan orang lain.

Tuturan D5 : Penutur menegur MT di hadapan orang lain. Penutur

mengomentari nilai buruk yang didapat keponakan istrinya dengan kesal.

Penutur kecewa terhadap MT. MT merasa dirinya kehilangan muka karena

tuturan tersebut disampaikan di depan orang lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

105

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan D2 : Tuturan D2 mempunyai intonasi seru. Penutur berbicara

dengan nada sedang. Tekanan keras pada kalimat Nih kamu gak naik kelas dan

pada frasa Gak malu. Diksi: bahasa nonstandar (bahasa Jawa dan bahasa tidak

baku).

Tuturan D5 : Tuturan D5 mempunyai intonasi berita. Partikel: ya. Penutur

berbicara dengan nada tinggi. Tekanan keras pada frasa gag belajar cuman

maen. Diksi: bahasa populer.

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan D2 : Tuturan terjadi di halaman rumah. Penutur laki-laki, ayah dari

MT. MT laki-laki, anak dari penutur. Penutur pulang dari sekolah mengambil

raport anaknya. Tuturan ini terjadi saat penutur, MT, dan orang ketiga sedang

bercakap-cakap membahas nilai MT. Tujuan penutur adalah menasihati

anaknya yang tidak naik kelas di hadapan orang ketiga (ibunya). Tindak verbal

tuturan D2 adalah tindak direktif. Tindak perlokusi MT adalah merasa malu

dan hanya diam saja sambil menundukkan kepala.

Tuturan D5 : Tuturan ini terjadi di rumah. Penutur laki-laki, paman dari MT.

MT laki-laki, keponakan dari istri penutur. MT mendapat nilai jelek, hal ini

berbanding terbalik dengan keponakan penutur. Dalam situasi ini terdapat

orang ketiga yakni, istri dan keponakan penutur. Tujuan penutur adalah

menasihati MT yang mendapat nilai jelek, secara tersirat penutur juga

menyindir dan membandingkan MT dengan keponakannya yang mendapatkan

nilai baik. Tindak verbal tuturan D5 adalah tindak direktif. Tindak perlokusi

MT hanya diam saja.

5) Maksud Penutur

Tuturan D2 : penutur memiliki maksud marah.

Tuturan D5 : penutur memiliki maksud menasihati.

4.2.4.4 Subkategori Menyinggung

Cuplikan tuturan 46 (D9)

P : “Ayo neng pasar, tukokke mobil-mobilan.”

MT : “Sesok yo le.”

P : “Wah bapak kie pelit, ngene-ngene ra oleh!”

MT : “Bapak durung due duit le.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

106

(Konteks D9: Tuturan ini terjadi di rumah. Awalnya penutur bermain

bersama teman-temannya. Penutur meminta mainan seperti milik

temannya kepada MT. MT menolak karena uangnya dipakai untuk hal

yang lebih penting terlebih dahulu dan MT memberi penawaran kepada

penutur untuk lebih sabar, pasti besok akan dibelikan.)

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik menghilangkan muka subkategori

menyinggung adalah berupa transkrip tuturan lisan tidak santun. Wujud

ketidaksantunan linguistik tersebut sebagai berikut.

Tuturan D9 : Wah bapak kie pelit, ngene-ngene ra oleh!

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan D9 : Penutur berbicara dengan orang yang lebih tua. Penutur

berbicara kepada MT dihadapan teman-teman penutur. Penutur menyampaikan

tuturannya dengan cara kesal. Penutur menuduh MT pelit. MT merasa

kehilangan muka karena tuturan tersebut disampaikan di depan orang lain

(teman-teman penutur).

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan D9 : Tuturan D9 mempunyai intonasi seru. Penutur berbicara

dengan nada sedang. Tekanan keras pada frasa bapak kie pelit. Diksi: bahasa

nonstandar (bahasa Jawa).

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan D9 : Tuturan ini terjadi di rumah. Penutur laki-laki berusia 6 tahun,

anak dari MT. MT laki-laki berusia 33 tahun, ayah dari penutur. Awalnya

penutur bermain bersama teman-temannya. Penutur meminta mainan seperti

milik temannya kepada MT. MT menolak karena uangnya dipakai untuk hal

yang lebih penting terlebih dahulu dan MT memberi penawaran kepada

penutur untuk lebih sabar, pasti besok akan dibelikan. Tujuan penutur adalah

menuduh MT pelit karena tidak membelikan mainan. Tindak verbal tuturan D9

adalah tindak ekspresif. Tindak perlukosi MT adalah menanggapi tuturan

penutur dengan malu dan mengakui kalau penutur belum mempunyai uang.

5) Maksud Penutur

Tuturan D9 : penutur memiliki maksud kesal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

107

4.2.5 Menimbulkan Konflik

Bousfield (2008:3) dalam Rahardi (2012) memberi penekanan pada dimensi

‘kesembronoan’ (gratuitous), dan konfliktif (conflictive) dalam praktik berbahasa

yang tidak santun itu. Jadi, apabila perilaku berbahasa seseorang itu mengancam

muka. Kemudian ancaman terhadap muka itu dilakukan secara sembrono

(gratuitous), hingga akhirnya tindakan berkategori sembrono demikian

mendatangkan konflik, atau bahkan pertengkaran, dan tindakan tersebut dilakukan

dengan kesengajaan (purposeful). Kategori ketidaksantunan yang menimbulkan

konflik memiliki enam subkategori, yaitu subkategori menegaskan, menolak,

menyinggung, mengumpat, menegur, dan mengancam. Berikut ini adalah analisis

tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut.

4.2.5.1 Subkategori Menegaskan

Cuplikan tuturan 50 (E4)

P : “Ngematke matane, bawal ko ngene kok dianggep BS.”

MT : “Njajal ayo ditakokke ro liyane iki BS po ora?”

(Konteks E4: Tuturan ini terjadi di TPI (tempat pelelangan ikan). Para

nelayan sedang mengelompokkan ikan bawal.)

Cuplikan tuturan 52 (E6)

MT : “Banyune ki jek banter kae!”

P : “Alaah Mboook, mbog rasah gemrumung!! Ijek banter mau

bengi. Kui yo wes tak akonke uwong.”

MT : “Ha iyo gek didandani!”

(Konteks E6: Tuturan ini terjadi pada saat penutur berada di dalam rumah

dan MT berada di luar rumah hendak mengambil wudhu. Tuturan ini

terjadi pada saat jam shalat maghrib. MT memberitahu bahwa pralon

airnya masih bocor. Penutur merasa emosi karena MT selalu cerewet.)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

108

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik menimbulkan konflik subkategori

menegaskan adalah berupa transkrip tuturan lisan tidak santun. Wujud

ketidaksantunan linguistik tersebut sebagai berikut.

Tuturan E4 : Ngematke matane, bawal ko ngene kok dianggep BS.

(Perhatikan, bawal seperti ini kok dianggap BS.) Tuturan E6 : Alaah Mboook, mbog rasah gemrumung!! Ijek banter mau

bengi. Kui yo wes tak akonke uwong. (Alaah Bu, jangan

ribut! Masih deras tadi malam. Itu juga saya sudah suruh

orang.)

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan E4 : Penutur berbicara dengan nelayan lainnya. Penutur berbicara

kasar dengan orang lain. Penutur menyampaikan tuturannya dengan suara keras

dan dengan cara ketus. Tuturan penutur menyebabkan terjadi adu argumen

antar nelayan yang berada di sana.

Tuturan E6 : Penutur berbicara dengan orang yang lebih tua. Penutur

berbicara dengan suara yang keras kepada MT. Penutur menyampaikan

tuturannya dengan kesal. MT merasa tidak terima karena suara penutur

dianggap terlalu kasar dan keras sehingga mitra tutur menimpali dengan nada

yang tinggi pula.

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan E4 : Tuturan E4 mempunyai intonasi berita. Partikel: kok. Penutur

berbicara dengan nada tinggi. Tekanan keras pada frasa Ngematke matane dan

frasa dianggep BS. Diksi: bahasa nonstandar (bahasa Jawa) dan penggunaan

jargon pada kata BS.

Tuturan E6 : Tuturan E6 mempunyai intonasi berita. Partikel: yo. Penutur

berbicara dengan nada tinggi. Tekanan keras pada frasa Alaah Mboook dan

kata gemrumung. Diksi: bahasa nonstandar (bahasa Jawa).

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan E4 : Tuturan ini terjadi di TPI (tempat pelelangan ikan). Penutur

laki-laki, nelayan. MT laki-laki, nelayan. Para nelayan sedang

mengelompokkan ikan bawal. Tujuan penutur adalah menegaskan dan

memberitahu kepada MT bahwa bawalnya bukan BS. Tindak verbal penutur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

109

adalah tindak ekspresif. Tindak perlokusi MT adalah menanggapi penutur

dengan kata-kata kasar juga.

Tuturan E6 : Tuturan ini terjadi pada saat penutur berada di dalam rumah

dan MT berada di luar rumah hendak mengambil wudhu. Tuturan ini terjadi

pada saat jam shalat maghrib. Penutur perempuan berusia 36 tahun, anak dari

MT. MT perempuan berusia 70-80 tahun, nenek/ ibu dari penutur. MT

memberitahu bahwa pralon airnya masih bocor. Penutur merasa emosi karena

MT selalu cerewet. Tujuan penutur adalah membela diri. Tindak verbal penutur

adalah tindak ekspresif. Tindak perlokusi MT menanggapi tuturan penutur

dengan nada tinggi juga.

5) Maksud Penutur

Tuturan E4 : penutur memiliki maksud memberitahu.

Tuturan E6 : penutur memiliki maksud kesal.

4.2.5.2 Subkategori Menolak

Cuplikan tuturan 53 (E7)

MT : “Ayo ngewangi bapak!”

P : “Gak mau!”

MT : “ Koe nek ra ngewangi bapak, trus sopo seng arep biayani”

(Konteks E7: Tuturan ini terjadi di rumah. Penutur menolak ajakan

ayahnya untuk membantu pekerjaannya. MT merasa tersinggung dengan

ucapan penutur kemudian memarahinya.)

Cuplikan tuturan 54 (E8)

MT : “Tipine dipindah, Mas?”

P : “Wegah!”

MT : (Berlari mencari orang tua dan minta untuk digendong).

(Konteks E8: Tuturan ini terjadi di ruang keluarga. Penutur dan MT

sedang asik menonton salah satu acara televisi. MT merasa bahwa ia

tidak menyukai acara televisi yang sedang mereka tonton. MT menyuruh

penutur untuk mengganti channel/acara televisi tersebut. Penutur

menolak perintah dari MT karena ia menyukai acara televisi tersebut.

Terdapat orang ketiga yang nantinya memarahi penutur karena

tindakannya terhadap MT.)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

110

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik menimbulkan konflik subkategori

menolak adalah berupa transkrip tuturan lisan tidak santun. Wujud

ketidaksantunan linguistik tersebut sebagai berikut.

Tuturan E7 : Gak mau!

Tuturan E8 : Wegah! (Tidak mau!)

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan E7 : Penutur berbicara dengan orang yang lebih tua. Penutur

menolak ajakan MT dengan cara spontan. Penutur menyampaikan tuturannya

dengan cara ketus. MT merasa penutur tidak patuh terhadapnya dan kemudian

memarahinya.

Tuturan E8 : Penutur tidak mau mengalah dengan MT. Penutur menjawab

suruhan MT dengan spontan sambil mempertahankan remote TV-nya dari MT.

Penutur menyampaikan tuturannya dengan cara ketus. MT tidak terima dan

memanggil MT 2 (bapaknya), dan MT 2 memarahi penutur.

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan E7 : Tuturan E7 mempunyai intonasi seru. Penutur berbicara

dengan nada sedang. Tekanan keras pada kalimat Gak mau. Diksi: bahasa

nonstandar (bahasa tidak baku) dan bahasa populer.

Tuturan E8 : Tuturan E8 mempunyai intonasi seru. Penutur berbicara

dengan nada sedang. Tekanan keras pada kata Wegah. Diksi: bahasa

nonstandar (bahasa Jawa).

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan E7 : Tuturan ini terjadi di rumah. Penutur laki-laki berusia 16

tahun, anak dari MT. MT laki-laki, ayah dari penutur. Penutur menolak ajakan

ayahnya untuk membantu pekerjaannya. MT merasa tersinggung dengan

ucapan penutur kemudian memarahinya. Tujuan penutur adalah menolak

ajakan ayahnya untuk membantunya bekerja. Tindak verbal penutur adalah

tindak komisif. Tindak perlokusi MT memarahi penutur.

Tuturan E8 : Tuturan ini terjadi di ruang keluarga. Penutur laki-laki berusia

6 tahun, kakak. MT laki-laki berusia 3 tahun, adik. Penutur dan MT sedang

asik menonton salah satu acara televisi. MT merasa bahwa ia tidak menyukai

acara televisi yang sedang mereka tonton. MT menyuruh penutur untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

111

mengganti channel/acara televisi tersebut. Penutur menolak perintah dari MT

karena ia menyukai acara televisi tersebut. Terdapat orang ketiga yang

nantinya memarahi penutur karena tindakannya terhadap MT. Tujuan penutur

adalah menolak suruhan MT untuk mengganti channel/acara di televisi. Tidak

verbal penutur adalah tindak komisif. Tindak perlokusi MT pergi mencari

orang ketiga (ayah), kemudian orang ketiga memarahi penutur.

5) Maksud Penutur

Tuturan E7 : penutur memiliki maksud menolak.

Tuturan E8 : penutur memiliki maksud menolak.

4.2.5.3 Subkategori Menyinggung

Cuplikan tuturan 47 (E1) MT : “Haduh, Bu. Dino iki ra oleh opo-opo, Bu.”

P : “Itu kan tanggungjawab suami.”

MT : “Wolha kurang ajar.”

(Konteks E1: Tuturan ini terjadi di rumah. Tuturan ini terjadi saat

penutur dan MT sedang bercakap-cakap. Penutur tidak memperhatikan

keadaan MT saat menyampaikan tuturannya. MT sedang dalam keadaan

letih sepulang dari bekerja.)

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik menimbulkan konflik subkategori

menyinggung adalah berupa transkrip tuturan lisan tidak santun. Wujud

ketidaksantunan linguistik tersebut sebagai berikut.

Tuturan E1 : Itu kan tanggungjawab suami.

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan E1 : Penutur berbicara dengan suaminya. Penutur berbicara tanpa

berpikir (ngelantur/ ceplas-ceplos). Penutur berbicara dengan cara ketus. MT

menanggapi tuturan penutur dengan kata-kata kasar sehingga menimbulkan

konflik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

112

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan E1 : Tuturan E1 mempunyai intonasi berita. Partikel: kan. Penutur

berbicara dengan nada sedang. Tekanan keras pada frasa itu kan dan pada kata

suami. Diksi: bahasa populer.

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan E1 : Tuturan ini terjadi di rumah. Penutur perempuan, istri dari MT.

MT laki-laki berusia 43 tahun, suami dari penutur. Tuturan ini terjadi saat

penutur dan MT sedang bercakap-cakap. Penutur tidak memperhatikan

keadaan MT saat menyampaikan tuturannya. MT sedang dalam keadaan letih

sepulang dari bekerja. Tujuan penutur adalah menegaskan bahwa mencari

nafkah merupakan tanggung jawab MT. Tindak verbal penutur adalah tindak

representatif. Tindak perlokusi MT tidak terima dengan tuturan penutur,

sehingga MT menanggapi tuturan penutur dengan kata-kata kasar.

5) Maksud Penutur

Tuturan E1 : penutur memiliki maksud kecewa.

4.2.5.4 Subkategori Mengumpat

Cuplikan tuturan 48 (E2)

MT : “Itu kan tanggungjawab suami.”

P : “Wo lha kurang ajar! Asu cenan.”

MT : “Huuusss... Omongane, Pak.”

(Konteks E2: Tuturan terjadi di halaman rumah. Tuturan ini terjadi saat

penutur dan MT sedang bercakap-cakap. Penutur menanggapi tuturan

MT yang kurang berkenan bagi penutur. Penutur sedang dalam keadaan

letih sepulang kerja.)

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik menimbulkan konflik subkategori

mengumpat adalah berupa transkrip tuturan lisan tidak santun. Wujud

ketidaksantunan linguistik tersebut sebagai berikut.

Tuturan E2 : Wo lha kurang ajar! Asu cenan. (Wolha kurang aja!

Memang anjing.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

113

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan E2 : Penutur berbicara kasar kepada istrinya. Penutur berbicara

tanpa berpikir (ceplas-ceplos). Penutur menyampaikan tuturannya dengan suara

keras. MT merasa tidak terima dengan tuturan penutur sehingga MT memberi

peringatan kepada penutur.

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan E2 : Tuturan E2 mempunyai intonasi perintah. Penutur berbicara

dengan nada tinggi. Tekanan keras pada frasa kurang ajar dan pada frasa asu

cenan. Diksi: bahasa nonstandar (bahasa Jawa).

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan E2 : Tuturan terjadi di halaman rumah. Penutur laki-laki berusia 43

tahun, suami. MT perempuan, istri dari penutur. Tuturan ini terjadi saat

penutur dan MT sedang bercakap-cakap. Penutur menanggapi tuturan MT yang

kurang berkenan bagi penutur. Penutur sedang dalam keadaan letih sepulang

kerja. Tujuan penutur adalah tidak terima dan menanggapi tuturan MT yang

kurang berkenan di hati penutur. Tindak verbal penutur adalah tindak ekspresif.

Tindak perlokusi MT menanggapi tuturan penutur dengan peringatan.

5) Maksud Penutur

Tuturan E2 : penutur memiliki maksud kesal.

4.2.5.5 Subkategori Menegur

Cuplikan tuturan 49 (E3)

P : “Mbog le noto kayu ora teng jlempah. Nanti kalo ada tamu,

nanti kalo ada orang lewat. Wong omah yo neng pinggir

dalan.”

MT : “Karang nggone yo koyo ngene, rakyo sesok!”

P : “Welha...malah nesu.”

(Konteks E3: Tuturan terjadi di halaman rumah pada sore hari. Terdapat

rumah kayu di samping rumah. Penutur menasihati MT untuk merapikan

tatanan kayunya, karena rumah kayunya berada di samping rumah,

sekaligus di pinggir jalan. Tuturan terjadi pada saat MT sedang

merapikan kayu dan penutur sedang duduk-duduk di depan rumah.)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

114

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik menimbulkan konflik subkategori

menegur adalah berupa transkrip tuturan lisan tidak santun. Wujud

ketidaksantunan linguistik tersebut sebagai berikut.

Tuturan E3 : Mbog le noto kayu ora teng jlempah. Nanti kalo ada tamu,

nanti kalo ada orang lewat. Wong omah yo neng pinggir

dalan. (Menata kayunya jangan acak-acakan. Nanti kalau

ada tamu, nanti kalau ada orang lewat. Rumah juga di

pinggir jalan.)

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan E3 : Penutur berbicara kepada istrinya. Penutur menyampaikan

tuturannya dengan cara sinis. Tuturan penutur sangat sembrono karena tidak

melihat apa yang dilakukan MT dan apa yang dilakukan penutur. MT merasa

dirinya disalahkan, sedangkan penutur tidak melakukan apa-apa melainkan

hanya duduk santai. MT menyanggah tuturan penutur sehingga terjadi adu

mulut.

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan E3 : Tuturan E3 mempunyai intonasi berita. Partikel: yo. Penutur

berbicara dengan nada sedang. Tekanan lunak pada kalimat Mbog le noto kayu

ora teng lempah. Diksi: bahasa nonstandar (bahasa Jawa) dan bahasa populer.

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan E3 : Tuturan terjadi di halaman rumah pada sore hari. Penutur laki-

laki, suami. MT perempuan, istri. Terdapat rumah kayu di samping rumah.

Penutur menasihati MT untuk merapikan tatanan kayunya, karena rumah

kayunya berada di samping rumah, sekaligus di pinggir jalan. Tuturan terjadi

pada saat MT sedang merapikan kayu dan penutur sedang duduk-duduk di

depan rumah. Tujuan penutur adalah menyindir sekaligus menasihati MT untuk

merapikan tatanan kayunya. Tindak verbal penutur adalah tindak direktif.

Tindak perlokusi MT adalah tetap melanjutkan merapikan kayunya sambil

menanggapi tuturan dari penutur dengan sanggahan.

5) Maksud Penutur

Tuturan E3 : penutur memiliki maksud memberitahu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

115

4.2.5.6 Subkategori Mengancam

Cuplikan tuturan 51 (E5) MT : (menangis)

P : “Ayo... iso meneng ora!” (digeblek atau dipukul).

(Konteks E5: Tuturan terjadi di halaman rumah. Tuturan terjadi pada saat

MT sedang menangis. Penutur pulang bekerja dengan keadaan yang letih.

Penutur tersulut emosinya karena anaknya rewel terus-terusan.)

1) Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik menimbulkan konflik subkategori

mengancam adalah berupa transkrip tuturan lisan tidak santun. Wujud

ketidaksantunan linguistik tersebut sebagai berikut.

Tuturan E5 : Ayo... iso meneng ora! (digeblek atau dipukul). (Ayo...bisa

diam tidak!)

2) Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan E5 : Penutur berbicara dengan anaknya. Penutur menyampaikan

tuturannya dengan suara keras dan dengan cara ketus. Penutur bermain tangan

(memukul) terhadap MT. Tindakan penutur membuat MT 2 tidak terima. MT 2

marah kepada penutur.

3) Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Tuturan E5 : Tuturan E5 mempunyai intonasi perintah. Partikel: ayo.

Penutur berbicara dengan nada tinggi. Tekanan keras pada frasa iso meneng

ora. Diksi: bahasa nonstandar (bahasa Jawa).

4) Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Tuturan E5 : Tuturan terjadi di halaman rumah. Penutur laki-laki berusia 34

tahun, ayah dari MT. MT laki-laki berusia 6 tahun, anak dari penutur. Tuturan

terjadi pada saat MT sedang menangis. Penutur pulang bekerja dengan keadaan

yang letih. Penutur tersulut emosinya karena anaknya rewel terus-terusan.

Tujuan penutur adalah menyuruh anaknya untuk tidak rewel lagi, tetapi disertai

dengan pukulan kecil (istilah Jawa digeblek). Tindak verbal penutur adalah

tindak komisif. Tindak perlokusi MT melakukan apa yang diperintah penutur,

tetapi terdapat orang ketiga, yakni istrinya yang marah kepada penutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

116

5) Maksud Penutur

Tuturan E5 : penutur memiliki maksud kesal.

4.3 Pembahasan

Hasil dari kajian yang dilakukan terhadap tuturan yang ada di dalam ranah

keluarga nelayan di kampung nelayan Desa Jangkaran, Pantai Trisik dan Desa

Banaran, Pantai Congot, Kulonprogo, Yogyakarta ditemukan beberapa tuturan

yang mengandung ketidaksantunan. Tuturan yang termasuk ke dalam tuturan yang

tidak santun tersebut terbagi menjadi lima kategori ketidaksantunan, yaitu (a)

melanggar norma, (b) mengancam muka sepihak, (c) melecehkan muka, (d)

menghilangkan muka, dan (e) menimbulkan konflik. Tuturan-tuturan

ketidaksantunan tersebut dianalisis berdasarkan wujud linguistik dan pragmatik,

penanda linguistik dan pragmatik, dan maksud penutur. Wujud linguistik berisi

mengenai bentuk tuturan tidak santun dari penutur, dan hasilnya berupa transkrip

tuturan ketidaksantunan, sedangkan wujud pragmatik berisi mengenai cara

penutur dalam menyampaikan tuturannya, sehingga tuturan tersebut dianggap

tidak santun. Penanda ketidaksantunan linguistik meliputi nada, kata fatis,

tekanan, intonasi dan pilihan kata atau diksi, sedangkan penanda ketidaksantunan

pragmatik meliputi aspek-aspek konteks yang dikemukakan oleh Leech (1983),

yakni penutur dan lawan tutur, konteks tuturan, tujuan penutur, tuturan sebagai

tindakan atau aktivitas, dan tuturan sebagai produk tindak verbal. Kedua penanda

tersebut digunakan sebagai acuan untuk mengkategorikan setiap tuturan yang

berbentuk tidak santun tersebut ke dalam lima kategori ketidaksantunan yang

telah disebutkan pada uraian sebelumnya. Selain itu, penanda ketidaksantunan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

117

pragmatik juga digunakan sebagai acuan untuk menentukan subkategori dari

setiap tuturan.Berikut ini adalah contoh tuturannya.

4.3.1 Kategori Melanggar Norma

Locher and Watts (2008) dalam Rahardi (2012), lebih menitikberatkan pada

bentuk penggunaan ketidaksantunan tuturan oleh penutur yang secara normatif

dianggap negatif(negatively marked behavior), karena dianggap melanggar

norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat (tertentu).

4.3.1.1 Subkategori Menegaskan

Cuplikan tuturan 1 (A1)

MT : “Tadi beli es ya?”

P : “Enggak!”

MT : “Makanya jangan beli es sembarangan! Jadi sakit to?”

Cuplikan tuturan 2 (A2)

MT : ”Mau kemana dek?”

P :”Arep ngaji!”

MT : “Kui...mbasan ono gawean malah alasan ngaji, nek raono mung

dolan wae.”

P : “Yo ben... wong arep ngaji kok ra oleh.”

MT : “Dia gag nyapu dibiarin. Malah aku yang jadinya nyapu.”

(mengadu kepada pamannya).

Cuplikan tuturan di atas merupakan contoh tuturan yang termasuk dalam

kategori melanggar norma dengan subkategori menegaskan. Kedua tuturan di atas

memiliki beberapa kesamaan. Penutur tidak mengindahkan teguran atau suruhan

mitra tutur, hal ini ditunjukkan penutur dengan cara ketus dalam penyampaian

tuturannya. Penutur berbicara dengan orang yang lebih tua, sehingga membuat

tuturannya tidak santun. Yang membedakan wujud pragmatik dari kedua tuturan

tersebut adalah ada tuturan A1, penutur berusaha berbohong kepada mitra tutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

118

Sedangkan pada penutur A2, penutur melimpahkan pekerjaan yang seharusnya

dilakukan penutur menjadi dilakukan mitra tutur.

Dilihat dari penanda linguistik, tuturan A1 menggunakan pilihan kata

bahasa populer, sedangkan tuturan A2 menggunakan pilihan kata bahasa

nonstandar. Diksi bahasa populer yang digunakan pada tuturan A1 adalah

penggunaan bahasa Indonesia tidak baku, dan kata-kata ini telah dikenal dan

diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat. Sedangkan pada tuturan A2, penutur

lebih memilih bahasa nonstandar sebagai pilihan katanya. Bahasa nonstandar

disini adalah bahasa yang memiliki unsur kedaerahan, yakni bahasa Jawa.

Tuturan A1 dan A2 dituturkan dengan tekanan keras. Tekanan keras pada

tuturan A1 dimaksudkan untuk menegaskan apa yang penutur yakini. Penutur A1

memberi tekanan kerasnya pada kata seru enggak. Sedangkan pada tuturan A2,

penutur hanya memberi tekanan keras pada frasa Yo ben dari keseluruhan

tuturannya yang tidak santun. Penutur A2 menekankan tuturannya dengan tujuan

menyanggah dengan tegas pernyataan mitra tutur.

Intonasi yang digunakan oleh penutur dalam tuturan A1 dan A2 berbeda.

Tuturan A1 menggunakan intonasi seru. Kalimat seru adalah kalimat yang

menyatakan perasaan hati, atau keheranan terhadap suatu hal. Kalimat seru

ditandai dengan intonasi yang lebih tinggi dari kalimat inversi (Keraf, 1991:208).

Penutur A1 menggunakan intonasi seru dalam penyampaian tuturannya karena ia

menjawab dengan tegas pertanyaan dari mitra tutur. Selain itu, penutur mencoba

untuk menyakinkan mitra tutur dengan kebohongannya. Sedangkan, penutur A2

menggunakan intonasi berita dalam tuturannya. Kalimat berita (deklaratif)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

119

ditandai dengan pola intonasi datar-turun (Muslich, 2009:115−117). Tuturan A2

berintonasi berita karena tuturan tersebut .memiliki tujuan untuk memberitahukan

alasan penutur menghindar dari kewajibannya.

Penutur A1 dan A2 sama-sama menggunakan nada sedang dalam

menyampaikan tuturannya. Meskipun kedua tuturan tersebut memiliki nada

sedang dalam penyampaiannya, kedua tuturan tersebut tetap dianggap tidak

santun. Hal ini dikarenakan pada tuturan A1, penutur berbohong kepada mitra

tutur sekaligus melanggar aturan yang telah disepakati. Tindakan yang serupa

juga dilakukan oleh penutur A2, walaupun ia menggunakan nada sedang, tetapi

penutur telah melanggar aturan yang telah disepakati, sehingga tuturannya

dianggap tidak santun.

Pembahasan penanda ketidaksantunan pragmatik akan dibahas dengan

menggunakan aspek-aspek konteks menurut Leech (1983) dalam Wijana

(1996:10−13), yakni aspek penutur dan mitra tutur, konteks tuturan, tujuan

penutur, tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas, dan tuturan sebagai

produk tindak verbal.

Aspek penutur dan lawan tutur dalam kategori ketidaksantunan melanggar

norma berdasar subkategori menegaskan mengambil contoh pada tuturan A1 dan

A2. Pada tuturan A1, penutur merupakan perempuan berusia 12 tahun, sedangkan

mitra tutur adalah laki-laki, ayah dari penutur. Hubungan mereka berdua adalah

anak dan ayah. Penutur masih duduk di bangku sekolah, yakni SMP. Sedangkan

mitra tutur, bekerja sebagai nelayan di pantai Congot. Penutur dengan tuturan A2

merupakan laki-laki berusia 12 tahun, sedangkan mitra tutur merupakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

120

perempuan berusia 15 tahun, kakak dari penutur. Mereka berdua masih duduk di

bangku sekolah, penutur menempuh pendidikannya di SMP dan mitra tutur

menempuh pendidikannya di SMA. Tingkat keakraban mereka sangat erat, karena

mereka merupakan adik kakak kandung.

Aspek yang kedua adalah konteks tuturan yang berisi mengenai semua latar

belakang pengetahuan (back ground knowledge) yang dipahami oleh penutur dan

mitra tutur. Konteks tuturan A1 adalah penutur dan mitra tutur telah menyepakati

sebuah aturan, yakni penutur tidak boleh membeli dan meminum es sembarangan,

karena penutur mempunyai penyakit yang apabila minum es sembarangan,

penyakit tersebut langsung kambuh. Penutur malanggar aturan tersebut dan

berusaha menutupinya dengan kebohongan, tetapi mitra tutur tahu bahwa penutur

telah melanggar aturan, hal ini terlihat dari penutur yang kambuh kembali

penyakitnya. Sedangkan pada tuturan A2, penutur dan mitra tutur telah diberikan

tanggung jawab masing-masing mengenai tugasnya dalam bersih-bersih rumah

dan lingkungannya oleh peman mereka. Penutur dan mitra tutur tinggal di rumah

pamannya. Penutur diberi tanggung jawab untuk mengurus kebersihan halaman

rumah dan mitra tutur mengurus kebersihan di dalam rumah. Mitra tutur

menyuruh penutur untuk menyapu halaman rumah karena sudah kotor, tetapi

penutur tidak mau dan justru beralasan mengaji. Penutur sadar bahwa dirinya

telah melanggar peraturan yang telah disepakati oleh bersama.

Aspek ketiga yang dikemukakan oleh Leech (1983) dalam Wijana (1996)

adalah tujuan penutur. Tujuan penutur A1 berbicara demikian adalah untuk

menutup-nutupi apa yang terjadi sebenarnya. Penutur berbohong kepada mitra

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

121

tutur karena ia takut akan dimarahi mitra tutur bila tahu ia telah melanggar

janjinya. Tujuan dari tuturan penutur A2 adalah menghindari pekerjaan yang

sudah menjadi tanggung jawabnya, yakni membersihkan halaman rumah. Penutur

berbicara demikian karena dipojokkan oleh mitra tutur.

Aspek yang keempat adalah tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas.

Aspek ini akan membahas mengenai waktu dan tempat terjadinya tuturan. Tuturan

A1 terjadi pada malam hari saat penutur akan tidur malam di rumah, tepatnya di

kamar penutur. Sedangkan, tuturan A2 di halaman rumah, pada jam 4 sore saat

penutur akan pergi mengaji.

Aspek yang terakhir adalah tuturan sebagai tindak verbal. Leech (1983)

menjelaskan bahwa aspek ini memaparkan tindak verbal penutur dan tindak

perlokusi mitra tutur. Tindak verbal penutur A1 dan A2 adalah tindak

representatif. Tindak representatif pada penutur A1 adalah menegaskan apa yang

diyakini oleh penutur. Penutur menegaskan bahwa ia tidak minum es

sembarangan, hal ini dilakukan untuk meyakini mitra tutur. Sedangkan, tindak

representatif penutur A2 hampir sama dengan tindakan penutur A1, yakni sama-

sama melakukan penegasan, yang membedakan hanyalah kasusnya. Pada tuturan

A2, secara tersirat penutur menegaskan bahwa mengaji lebih penting daripada

membersihkan halaman. Tindak perlokusi mitra tutur dari tuturan A1 adalah

menasihati penutur, karena mitra tutur sebenarnya mengetahui bahwa penutur

telah berbohong dan telah minum es. Mitra tutur mengetahui keadaan tersebut

terlihat dari kondisi penutur yang jatuh sakit karena penyakitnya kambuh. Mitra

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

122

tutur pada tuturan A2 memilih tindak perlokusi berupa aduan. Mitra tutur

mengadu kepada pamannya selaku pembuat peraturan.

Berdasar aspek penanda pragmatik yang telah dikemukanan di atas, tuturan

A1 dan A2 termasuk ke dalam subkategori menegaskan. Hal ini terlihat dari

tindak verbal kedua penutur yang menggunakan tindak verbal representatif, dan

mereka cenderung untuk menegaskan apa yang mereka yakini.

Kedua penutur dalam subkategori ini memiliki maksud yang berbeda dalam

penyampaian tuturannya. Maksud penutur dalam tuturan A1 adalah untuk

membohongi mitra tutur. Ia melakukan kebohongan tersebut karena takut

ketahuan bahwa penutur telah melanggar aturannya. Sedangkan, penutur A2

memiliki maksud membela diri. Penutur merasa dirinya tidak bersalah, karena

mengaji memang penting bagi penutur. Alasan lain sehingga penutur mempunyai

maksud membela diri adalah ia dipojokkan oleh mitra tutur.

4.3.1.2 Subkategori Menunda

Cuplikan tuturan 3 (A3)

MT : “Belajar sek le. Ayo TVne dipateni, PRe geg ndang digarap!”

P : “Mengko sek, Pak!”

MT : (langsung mematikan televisi).

Cuplikan tuturan 4 (A4)

MT : “Maghrib, ndang shalat, sinau, TVne ayo dipateni!”

P : “Mengko Pak! Filme jek apik kie.”

MT : (Mematikan sekering listrik).

Cuplikan tuturan di atas merupakan contoh tuturan yang termasuk dalam

kategori melanggar norma dengan subkategori menunda. Kedua tuturan di atas

memiliki beberapa kesamaan. Penutur tidak mengindahkan suruhan mitra tutur,

hal ini ditunjukkan penutur dengan cara ketus dalam penyampaian tuturannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

123

Penutur berbicara dengan orang yang lebih tua, sehingga membuat tuturannya

tidak santun. Kedua penutur tersebut juga lebih mementingkan menonton televisi

ketimbang belajar.

Bukan hanya dari wujud pragmatik saja yang memiliki kesamaan antara

tuturan A3 dan A4, dilihat dari penanda pragmatiknya, kedua tuturan tersebut juga

mempunyai kesamaan. Pilihan kata yang digunakan kedua penutur di atas adalah

bahasa nonstandar. Bahasa nonstandar disini adalah bahasa yang memiliki unsur

kedaerahan, yakni bahasa Jawa.

Tuturan A3 dan A4 dituturkan dengan tekanan keras. Penutur A3 memberi

penekanan keras pada frasa Mengko sek karena penutur menekankan bahwa ia

masih ingin melanjutkan menonton televisi. Kata Mengko sek dalam bahasa

Indonesia berarti Nanti dulu. Jadi, disini penutur jelas menunda belajanya. Hal

sama juga dilakukan oleh penutur A4, ia menekankan pada frasa Mengko Pak

dengan tekanan keras.

Intonasi yang digunakan oleh kedua penutur pun sama. Mereka berdua

menggunakan intonasi berita dalam tuturannya. Kalimat berita (deklaratif)

ditandai dengan pola intonasi datar-turun (Muslich, 2009:115−117). Tuturan A3

dan A4 berintonasi berita karena tuturan tersebut .memiliki tujuan untuk

memberitahukan alasan penutur menunda belajarnya. Selain itu, penutur A4

memberitahukan bahwa acara televisi yang sedang ia saksikan bagus.

Penutur A3 dan A4 sama-sama menggunakan nada sedang dalam

menyampaikan tuturannya. Meskipun kedua tuturan tersebut memiliki nada

sedang dalam penyampaiannya, kedua tuturan tersebut tetap dianggap tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

124

santun. Hal ini dikarenakan pada tuturan A3 dan A4, penutur menentang mitra

tutur sekaligus melanggar aturan yang telah disepakati.

Pembahasan penanda ketidaksantunan pragmatik akan dibahas dengan

menggunakan aspek-aspek konteks menurut Leech (1983) dalam Wijana

(1996:10−13), yakni aspek penutur dan mitra tutur, konteks tuturan, tujuan

penutur, tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas, dan tuturan sebagai

produk tindak verbal.

Setiap tuturan pasti terdapat orang yang menuturkan tuturan dan orang yang

mendengarkan atau menanggapi tuturan tersebut. Aspek pertama dari Leech

(1983) akan membahas aspek tersebut, yakni aspek penutur dan lawan tutur dalam

kategori ketidaksantunan melanggar norma berdasar subkategori menunda. Pada

tuturan A3, penutur merupakan laki-laki berusia 9 tahun, sedangkan mitra tutur

juga laki-laki, berusia 48 tahun. Hubungan keakraban mereka adalah anak sebagai

penutur dan ayah sebagai mitra tutur. Penutur masih bersekolah pada tingkatan

SD, sedangkan mitra tutur bekerja sebagai nelayan. Penutur dengan tuturan A4

adalah laki-laki berusia 6 tahun. Mitra tutur pada tuturan A4 adalah laki-laki

berusia 32 tahun. Hubungan mereka berdua adalah anak dan ayah, sehingga

memiliki hubungan keakraban yang erat. Tingkat sosial penutur masih bersekolah

pada tingkat sekolah dasar, sedangkan mitra tutur bekerja sebagai nelayan di

pantai Trisik.

Aspek yang kedua adalah konteks tuturan yang berisi mengenai semua latar

belakang pengetahuan (back ground knowledge) yang dipahami oleh penutur dan

mitra tutur. Konteks tuturan A3 adalah mitra tutur telah membuat peraturan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

125

mengenai jam belajar, yakni setelah maghrib penutur harus belajar setidaknya 1

jam setiap hari kecuali esoknya adalah hari libur. Penutur sudah mengetahui

aturan tersebut dan menyetujuinya. Pada saat waktu belajar tiba, penutur masih

asik menonton televisi, dan ia pun tahu bahwa sudah tiba waktunya untuk belajar.

Penutur melanggat aturan tersebut dengan sengaja. Hal hampir sama juga

ditunjukkan dalam konteks tuturan A4. Penutur dan mitra tutur telah menyepakati

sebuah aturan mengenai waktu untuk belajar, yakni setelah maghrib televisi harus

sudah mati dan setelah shalat maghrib penutur harus belajar, kemudian setelah

belajar, penutur boleh melanjutkan menonton televisi.

Aspek ketiga yang dikemukakan oleh Leech (1983) dalam Wijana (1996)

adalah tujuan penutur. Tujuan penutur A3 dan A4 sama, yakni untuk melanjutkan

menonton televsi. Tindakan tersebut membuat kegiatan belajarnya tertunda, dan

hal ini berarti penutur telah melanggar aturannya sendiri.

Aspek yang keempat adalah tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas.

Aspek ini akan membahas mengenai waktu dan tempat terjadinya tuturan. Tuturan

A3 terjadi pada malam hari saat jam belajar tiba, yakni setelah maghrib.

Sedangkan, tuturan A4 terjadi di rumah saat adzan maghrib berkumandang.

Aspek yang terakhir adalah tuturan sebagai tindak verbal. Leech (1983)

menjelaskan bahwa aspek ini memaparkan tindak verbal penutur dan tindak

perlokusi mitra tutur. Tindakan kedua penutur tersebut termasuk ke dalam tindak

komisif. Karena tindak komisif merupakan jenis tndak tutur yang dipahami oelh

penutur untuk mengikat dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan

datang, hal ini bisa berupa janji, ancaman, penolakan, dan ikrar. Kedua penutur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

126

tersebut sama-sama memiliki janji atau aturan yang sudah mengikat diri penutur,

tetapi tuturan yang disampaikan penutur mengidikasikan bahwa penutur

melanggar suatu tindakan yang telah mengikat dirinya tersebut. Kedua penutur

menunda suatu tindakan yang seharusnya mereka lakukan sekarang. Penutur saat

itu sadar bahwa dirinya sudah melanggat aturan yang telah mengikat dirinnya, hal

ini terlihat bahwa mitra tutur sudah mengingatkan dan penutur tetap tidak

meresponnya. Selain tindak verbal kedua penutur A3 dan A4 yang sama, tindak

perlokusi mitra tutur juga hampir sama, yakni mereka sama-sama melakukan

suatu tindakan. Tindak perlokusi mitra tutur A3 adalah mematikan televisi yang

sedang penutur saksikan. Mitra tutur merasa kesal dengan tindakan penutur yang

tidak patuh terhadapnya. Bagi mitra tutur, tidak ada kata “toleransi” untuk belajar.

Lagi pula penutur sudah sering melakukan hal sama saat tiba waktu belajar.

Tindakan hampir sama juga dilakukan oleh mitra tutur A4. Jika mitra tutur A3

mematikan televisi, maka mitra tutur A4 mematikan sekering listrik. Penyebab

apa yang dilakukan oleh mitra tutur A4 selain penutur tidak menghiraukan

suruhannya untuk belajar, alasan mitra tutur mematikan sekering listrik adalah

karena penutur takut gelap, sehingga ia akan melaksanakan apa yang

diperintahkan mitra tutur.

Berdasar aspek penanda pragmatik yang telah dikemukanan di atas, tuturan

A3 dan A4 termasuk ke dalam subkategori menunda. Hal ini terlihat dari tindak

verbal kedua penutur yang menggunakan tindak verbal komisif, dan tindakan

mereka dengan jelas terlihat bahwa menunda kegiatan belajarnya. Penutur

menjelaskan bahwa sebenarnya mereka hanya ingin melanjutkan menyaksikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

127

acara televisi tersebut setelah itu mereka akan pergi belajar, mereka hanya

menunda belajarnya sebentar. Jadi, maksud penutur sama dengan subkategori

tuturan tersebut yakni penutur memiliki maksud menunda.

4.3.2 Kategori Mengancam Muka Sepihak

Terkourafi (2008) dalam Rahardi (2012) memandang ketidaksantunan

bilaman mitra tutur merasakan ancaman terhadap kehilangan muka (face

threaten), dan penutur tidak mendapatkan maksud ancaman muka dari mitra tutur.

4.3.2.1 Subkategori Menegaskan

Cuplikan tuturan 7 (B3)

MT : “Langsung tidur aja, gak usah malem2.”

P : “Cah enom kok yahene turu, Bu.” MT : “Ohh. Nek cah enom koyo ngno to?”

Cuplikan tuturan 10 (B6)

P : (menginjak kaki kakaknya) “Walah... kepidak...”

MT : “Mah dipidak!!!”

P : “Salahe mundur-mundur.”

Cuplikan di atas merupakan wujud linguistik dari kategori mengancam

muka sepihak yang termasuk ke dalam subkategori menegaskan. Kesamaan dari

kedua tuturan tersebut adalah penutur tidak peduli bahwa tuturan atau tindakannya

telah mengancam muka mitra tutur. Penutur pada cuplikan tuturan 7 tidak

mengindahkan suruhan dari mitra tutur, penutur justru menyanggah suruhan mitra

tutur dengan cara sinis. Pada tuturan B6, penutur berbicara dengan spontan,

karena ia tidak sengaja menginjak kaki mitra tutur, tetapi tuturannya seolah-olah

mengejek mitra tutur. Kedua penutur tersebut sama-sama berbicara dengan orang

yang lebih tua, yakni penutur pada tuturan B3 berbicara dengan ibunya dan

penutur B6 berbicara dengan kakaknya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

128

Penanda linguis terdiri dari intonasi, nada tutur, kata fatis, tekanan, dan

pilihan kata atau diksi. Penutur B3 dan B6 memiliki intonasi yang sama dalam

tuturannya. Mereka menggunakan intonasi berita. Penutur B3 memberi informasi

kepada mitra tutur bahwa anak muda tidak pantas untuk tidur pada saat mitra tutur

menyuruh penutur untuk tidur, sekitar pukul 21.00. sedangkan intonasi berita pada

tuturan B6 adalah penutur memberi tahu mitra tutur bahwa ia menginjak mitra

tutur, padahal tanpa diberi tahu oleh penutur, mitra tutup pun sudah tahu. Selain

memiliki kesamaan dalam intonasi, kedua penutur juga memiliki kesamaan dalam

hal nada tutur mereka. Kedua penutur di atas menggunakan nada sedang dalam

penyampaian tuturannya. Walaupun menggunakan nada yang sedang kedua

tuturan tersebut menjadi tidak santun karena penutur B3 tidak menuruti suruhan

mitra tutur, justru ia menyanggah suruhan mitra tutur dengan maksud membela

diri, sedangkan tuturan B6 memiliki maksud mengejek mitra tutur. Penutur B3

menggunakan kata fatis kok dalam tuturannya. Kata fatis yang digunakan oleh

penutur B3 memiliki maksud menekankan alasan dan pengingkaran, seperti

dijelaskan oleh Kridalaksana (1986: 113–116). Tekanan keras yang dilakukan

penutur B3 terletak pada kata sapaan Bu. Penutur menekankan pada kata tersebut

karena ia menegaskan sedang berbicara dengan ibunya. Lain halnya dengan

tuturan B6, penutur lebih memilih menggunakan tekanan lunak pada frasa kepidak

untuk menandakan bahwa tuturannya menjadi tidak santun. Persamaan lain dari

kedua tuturan di atas adalah pilihan kata yang penutur gunakan. Hampir seluruh

tuturan yang terkumpul menggunakan pilihan kata bahasa nonstandar, yakni

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

129

bahasa daerah (bahasa Jawa). Hal tersebut juga dilakukan oleh penutur B3 dan

B6.

Penanda pragmatik terdiri dari aspek penutur dan mitra tutur, konteks

tuturan, tujuan penutur, tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas, dan tuturan

sebagai produk tindak verbal (Leech, 1983). Aspek yang wajib ada dalam sebuah

percakapan adalah aspek penutur dan lawan tutur. Aspek ini membicarakan

mengenai hal yang berkaitan dengan penutur dan lawan tutur, seperti usia, latar

belakang sosial ekonomi, jenis kelamin, tingkat keakraban, dan sebagainya. Pada

tuturan B3, penutur merupakan laki-laki berusia 16 tahun. Penutur masih duduk di

bangku sekolah. Mitra tutur merupakan perempuan, ia adalah ibu dari penutur.

Mitra tutur memiliki pekerjaan sebagai petani selain sebagai ibu rumah tangga.

Berdasar apa yang telah dijelaskan oleh penutur, tingkat keakraban penutur dan

mitra tutur hanya biasa saja. Hal ini dikarenakan penutur lebih dekat dengan

ayahnya yang bekerja sebagai nelayan. Alasan penutur mengatakan demikian

adalah karena penutur lebih dikenalkan dengan dunia luar oleh ayahnya, misalnya

penutur sering diajak ayahnya melaut dan melakukan pekerjaan lainnya. Penutur

merasa senang bila ayahnya mengajaknya untuk membantu pekerjaan ayahnya.

Aspek yang kedua yang dipaparkan oleh Leech (1983) adalah konteks

tuturan. Tuturan B3 memiliki konteks bahwa pada saat itu penutur dan mitra tutur

sedang berada di ruang keluarga, sebelumnya mereka sedang menonton televisi.

Waktu sudah menunjukkan pukul 21.00, mitra tutur beranjak dari ruang keluarga

menuju kamar tidurnya sembari menyuruh penutur untuk tidur. Penutur belum

ingin tidur dan ia justru menanggapi suruhan tersebut dengan tuturan yang justru

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

130

membuat mitra tutur kesal. Konteks tuturan pada cuplikan tuturan 10 adalah

penutur dan mitra tutur sedang bercanda. Mitra tutur yang merupakan kakak

penutur mengganggu penutur karena ia gemas dengan penutur yang memiliki

badan gemuk. Penutur menginjak kaki mitra tutur dengan tidak sengaja, dan

penutur mengucapkan tuturannya dengan spontan, hal ini yang membuat mitra

tutur kesal dan penutur justru berbalik menyalahkan mitra tutur.

Kedua penutur di atas memiliki tujuan masing-masing dalam penyampaian

tuturannya. Tujuan penutur B3 adalah untuk melanjutkan menonton televisi dan

belum ingin tidur. Sedangkan penutur B6 tidak memiliki tujuan yang pasti dalam

tuturannya, ia hanya menegaskan bahwa ia telah menginjak kaki mitra tutur.

Waktu dan tempat terjadinya percakapan juga menjadi salah satu aspek

yang selalu ada dalam komunikasi. Tuturan B3 terjadi di ruang keluarga sekitar

pukul 21.00. sedangkan tuturan B6 terjadi di ruang keluarga pada siang hari.

Aspek yang terakhir adalah tuturan sebagai tindak verbal. Leech (1983)

menjelaskan bahwa aspek ini memaparkan tindak verbal penutur dan tindak

perlokusi mitra tutur. Tindak verbal kedua penutur tersebut termasuk ke dalam

tindak representatif. Tindak representatif adalah jenis tindak tutur yang

menyatakan apa yang diyakini penutur suatu kasus atau bukan, hal ini bisa berupa

fakta, penegasan, kesimpulan, dan pendeskripsian. Kedua penutur di atas sama-

sama menegaskan tuturan mereka. Penutur B3 menegaskan bahwa ia belum

pantas untuk tidur pada waktu yang telah dijelaskan di atas. Penutur B6

menegaskan bahwa ia telah menginjak kaki mitra tutur. Selain menjelaskan

mengenai tindak verbal penutur, aspek ini juga menjelaskan mengenai tindak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

131

perlokusi dari mitra tutur. Tindak perlokusi inilah yang menentukan santun

tidaknya penutur. Tindak perlokusi mitra tutur dalam cuplikan tuturan 7 adalah

mitra tutur menanggapi tuturan penutur dengan pertanyaan yang sedikit kesal,

tetapi penutur tidak menghiraukan mitra tutur dan tetap melanjutkan menonton

televisi. Mitra tutur pada cuplikan tuturan 10 lebih memilih untuk membentak

penutur sebagai tindak perlokusinya. Bentakan mitra tutur justru menjadi menjadi

tameng bagi penutur, dan ia berbalik menyalahkan mitra tutur. Tindakan kedua

penutur yang tidak menghiraukan kekesalan mitra tutur menjadikan tuturan

penutur termasuk ke dalam kategori mengancam muka sepihak.

Masuknya tuturan B3 dan B6 ke dalam subkategori menegaskan karena

kedua tuturan tersebut memiliki tindak verbal representatif yakni menegaskan

suatu kasus yang diyakini oleh penutur. Penutur B3 menjelaskan maksud dirinya

mengutarakan tuturan demikian adalah untuk membela diri dari suruhan mitra

tutur. Maksud yang berbeda diutarakan oleh penutur B6, ia menggunakan maksud

mengejek karena ia telah diganggu oleh mitra tutur dan dengan tidak sengaja ia

menginjak mitra tutur, sehingga tindakan tersebut menjadi senjata untuk berbalik

mengejek mitra tutur.

4.3.2.2 Subkategori Mengejek

Cuplikan tuturan 5 (B1)

P : “Sinau barang!” (Menyenggol adiknya).

MT : “Ngopo to? Ganggu wae.”

P : (Tidak menghiraukan dan pergi begitu saja).

Cuplikan tuturan 13 (B9)

MT : “Seng jenengane paku, papan itu kan lama2 menua, padahal yo

jaluk renovasi iku tetep muni.”

P : “Resiko!”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

132

MT : “Yo jenenge wong urip aku percoyo resiko. Tapi kan menjadi

tambah, kudune pikirane awak dewe ra tekan kono.”

P : “Resiko.”

Cuplikan di atas merupakan wujud linguistik dari kategori mengancam

muka sepihak yang termasuk ke dalam subkategori mengejek. Kesamaan dari

kedua tuturan tersebut adalah penutur tidak bahwa tuturan atau tindakannya

telah mengancam muka mitra tutur. Penutur B1 menyampaikan tuturannya

dengan cara sinis, sehingga tuturan tersebut menjadi tidak santun. Selain itu

penutur bermain fisik (menyenggol mitra tutur) dan membuat mitra tutur

terganggu. Hal yang menarik terjadi pada penutur B9, ia menyampaikan

tuturannya dengan cara menyepelekan, padahal penutur berbicara dengan

tamunya.

Pembahasan mengenai penanda linguistik dapat dilihat dari unsur

segmental dan suprasegmental, yakni diksi atau pilihan kata, gaya bahasa, kata

fatis, intonasi, tekanan, dan nada bicara penutur. Tuturan B1 dan B9

mengandung empat unsur bila dilihat dari segi linguistik. Kedua tuturan tersebut

menggunakan intonasi yang sama, yakni intonasi seru. Kalimat seru adalah

kalimat yang menyatakan perasaan hati, atau keheranan terhadap suatu hal.

Kalimat seru ditandai denan intonasi yang lebih tinggi dari kalimat inversi. Nada

yang mereka gunakan juga sama, yakni menggunakan nada sedang dalam

penyampaian tuturannya. Alasan mereka menggunakan nada sedang adalah

karena mereka tidak sedang dalam keadaan emosi, mereka berdua dalam

keadaan santai saat menyampaikan tuturannya, tetapi penutur membuat mitra

tutur terancam muka sepihak. Mitra tutur merasa terganggu dan tidak dihargai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

133

walaupun penutur hanya menggunakan nada sedang. Kesamaan berikutnya

terletak pada pilihan kata yang kedua penutur gunakan. Bahasa nonstandar

menjadi pilihan kata yang penutur pilih. Mereka berdua menggunakan bahasa

Jawa untuk berkomunikasi dengan mitra tutur. Aspek yang berbeda dari kedua

tuturan tersebut bila dilihat dari segi linguistik terletak pada tekanan dalam

tuturan. Penutur B1 menekankan kata Sinau barang dengan tekanan keras

bertujuan untuk mengekspresikan apa yang dilihat penutur. Berbeda dengan

penutur B1 yang menggunakan tekanan keras pada tuturannya, penutur B9

hanya memakai tekanan lunak pada tuturannya. Walaupun menggunakan

tekanan lunak pada tuturan Resiko, tuturan tersebut bermaksud mengejek mitra

tutur, sehingga menjadikan tuturan tersebut menjadi tidak santun.

Sama halnya dengan penanda linguitik yang membahas lima aspek,

penanda pragmatik juga membahas lima aspek menurut Leech (1983). Kelima

aspek tersebut adalah aspek penutur dan mitra tutur, konteks tuturan, tujuan

penutur, tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas, dan tuturan sebagai

produk tindak verbal.

Pertama, aspek penutur dan lawan tutur. Aspek ini membicarakan

mengenai usia, latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin, tingkat keakraban,

dan sebagainya. Pada tuturan B1 penutur merupaka laki-laki berusia 12 tahun. Ia

merupakan kakak dari mitra tutur. Sedangkan, mitra tutur adalah laki-laki

berusia 6 tahun. Mereka berdua masih duduk di bangku sekolah. Hubungan

mereka pun dapat dikatakan sangat erat karena mereka berdua sering bercanda

dan saling menggoda, walaupun kadang pula mereka bertengkar. Pada tuturan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

134

B9, penutur dan mitra tutur merupakan laki-laki, mereka berdua adalah nelayan.

Usia penutur 42 tahun, ia merupakan tuan rumah sekaligus ketua nelayan di

pantai Congot. Mitra tutur berusia 41 tahun, kerabat sekaligus rekan seprofesi

penutur. Penutur memiliki kedudukan dalam perkumpulan nelayan pantai

Congot, sedangkan mitra tutur merupakan pengurus kelompok nelayan di pantai

Glagah. Hubungan mereka sangat akrab, hal ini terlihat dari bagaimana mereka

bercanda dan saling mengejek, walaupun mereka kesal satu sama lain tapi

mereka dengan cepat mengembalikan keadaan menjadi santai kembali.

Aspek yang kedua adalah konteks tuturan yang berisi mengenai semua

latar belakang pengetahuan (back ground knowledge) yang dipahami oleh

penutur dan mitra tutur. Konteks tuturan B1 adalah mitra tutur sedang di ruang

keluarga. Penutur dan mitra tutur memiliki intensitas berkomunikasi yang cukup

tinggi. Mereka berdua sering saling ganggu, saling goda, dan saling bertengkar.

Penutur sedang berjalan ingin keluar rumah, ia melewati ruang keluarga dan

melihat mitra tutur sedang konsentrasi belajar. Melihat mitra tutur yang sedang

konsentrasi belajar, penutur berbuat jahil dengan menggoda mitra tutur, tidak

dengan tuturan saja penutur dalam menggoda adiknya, ia juga menyenggol mitra

tutur. Konteks yang lebih serius terjadi pada tuturan B9. Penutur dan mitra tutur

merupakan nelayan senior yang sudah berpengalaman, sehingga mereka berdua

memiliki jabatan dalam kelompok nelayan daerah mereka masing-masing.

Selain mereka berdua, terdapat 2 mitra tutur lain yang berada di sana, salah satu

dari kedua mitra tutur tersebut adalah nelayan pantai Congot dan yang satunya

adalah tamu dari penutur. Mitra tutur memiliki keluhan yang disampaikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

135

kepada penutur, yakni mengenai renovasi kapal yang menjadi tanggungan

pribadi atau kelompok, padahal pemerintah telah berjanji akan membantu. Mitra

tutur yang sedang berbicara serius ditanggapi dengan ejekan oleh penutur.

Ejekan penutur tersebut disampaikan di depan kedua mitra tutur lain sehingga

tuturan penutur dapat digolongkan ke dalam kategori ketidaksantunan

mengancam muka sepihak.

Aspek ketiga yang dikemukakan oleh Leech (1983) adalah tujuan penutur.

Penutur tidak memiliki maksud tertentu, penutur hanya lewat, kemudian melihat

mitra tutur sedang belajar dan menghampirinya dengan melakukan tindakan

menyenggol atau menggoda. Sedangkan, penutur B9 memang hanya memiliki

tujuan untuk mengejek mitra tutur, karena menurut penutur apa yang dikeluhkan

mitra tutur memang tanggungan dari mitra tutur tersebut.

Aspek yang keempat adalah tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas.

Aspek ini akan membahas mengenai waktu dan tempat terjadinya tuturan.

Tuturan B1 terjadi di ruang keluarga pada tanggal 26 April 2013 pukul 19.00

saat mitra tutur sedang belajar. Tuturan B9 terjadi di teras rumah penutur sekitar

pukul 16.00 pada tanggal 20 April 2013.

Aspek yang terakhir adalah tuturan sebagai tindak verbal. Leech (1983)

menjelaskan bahwa aspek ini memaparkan tindak verbal penutur dan tindak

perlokusi mitra tutur. Tindakan kedua penutur tersebut termasuk ke dalam tindak

ekspresif. Karena kedua penutur tersebut mengutarakan tuturannya dengan

ekspresif. Tindak verbal ekspresif merupakan jenis tindak tutur yang

menyatakan sesuatu yang dirasakan penutur, berupa pernyataan kegembiraan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

136

kesulitan, kesukaan, kebencian, kesenangan, dan kesengsaraan. Bila penutur

memiliki tindak verbal, mitra tutur memiliki tindak perlokusi. Tindak perlokusi

mitra tutur B1 adalah menanggapi tuturan dan tindakan penutur dengan

ancaman, karena dirinya merasa telah diganggu oleh penutur, tetapi penutur

tidak peduli dengan ancaman mitra tutur, dan penutur pergi begitu saja dengan

acuh. Sedangkan mitra tutur B9 memiliki tindak perlokusi yang sama yakni

menaggapi tuturan penutur. Mitra tutur menanggapi penutur dengan sanggahan

karena ia merasa benar, tetapi penutur tetap saja mengejeknya dengan ejekan

yang sama.

Penutur B1 mengungkapkan bahwa dirinya hanya bermaksud sekedar

menggoda mitra tutur, dan tidak memiliki maksud lain. Penutur B9 memiliki

maksud mengejek karena ia menilai apa yang dikeluhkan mitra tutur tidak

sepenuhnya benar, dan penutur lebih memilih untuk mengejeknya ketimbang

menanggapi mitra tutur dengan pernyataan.

4.3.2.3 Subkategori Menunda

Cuplikan tuturan 6 (B2)

MT : “Tangi-tangi... Mengko bar tangi langsung asah-asah piring.”

P : “Mengko ah...” (Melanjutkan tidurnya).

MT : “Wolhaa... Anak jaman saiki nek dikon ra tau mangkat.”

Berdasar hasil analisis, hanya terdapat 1 tuturan yang termasuk ke dalam

kategori mengancam muka sepihak dengan subkategori menunda, yakni pada

tuturan B2. Dilihat dari segi wujud pragmatik tuturan ini dikatakan tidak santun

karena penutur berbicara dengan orang yang lebih tua dan dengan menggunakan

cara yang ketus dalam penyampaian tuturannya. Selain itu, penutur yang menunda

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 157: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

137

suruhan mitra tutur justru melanjutkan tidutnya dan tidak peduli bahwa

tindakannya membuat mitra tutur kesal.

Pembahasan mengenai penanda linguistik dapat dilihat dari unsur segmental

dan suprasegmental, yakni diksi atau pilihan kata, gaya bahasa, kata fatis,

intonasi, tekanan, dan nada bicara penutur. Tuturan B6 memiliki intonasi seru,

yakni dengan ditandai dengan intonasi yang lebih tinggi dari kalimat inversi.

Kalimat seru adalah kalimat yang mengungkapkan perasaan hati. Hal ini terlihat

dari tuturan B2 yang menggambarkan perasaan hati penutur yang masih malas

untuk bangun. Penutur juga menggunakan kata fatis dalam tuturannya. Kata fatis

yang penutur gunakan adalah kata fatis ahh, yang artinya menekankan rasa

penolakan atau acuh tak acuh. Makna kata fatis tersebut tergambar dari penolakan

penutur dari suruhan mitra tutur. Nada yang digunakan penutur dalam

menyampaikan tuturannya adalah nada sedang. Meskipun penutur menggunakan

nada sedang, tuturannya tetap menjadi tuturan tidak santun karena mitra tutur

merasa tidak dihiraukan oleh penutur. Nada yang digunakan penutur adalah nada

sedang, tetapi penutur menekankan tuturannya dengan tekanan keras. Tekanan

keras yang diberikan penutur karena ia menuturkan dengan sedikit tegas, yang

memiliki arti bahwa ia benar-benar belum ingin bangun. Pilihan kata bahasa

nonstandar menjadi pilihan kata yang digunakan penutur. Faktor utama alasan

penutur memilih diksi ini adalah bahwa setiap hari ia berkomunikasi

menggunakan bahasa Jawa dengan keluarganya.

Penanda ketidaksantunan pragmatik yang dipaparkan oleh Leech (1983)

dalam Wijana (1996:10−13) meliputi aspek penutur dan mitra tutur, konteks

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 158: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

138

tuturan, tujuan penutur, tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas, dan tuturan

sebagai produk tindak verbal. Aspek yang pertama adalah aspek penutur dan

mawan tutur. Penutur B2 adalah laki-laki berusia 16 tahun, sedangkan lawan

tuturnya adalah perempuan, yakni ibu dari penutur. Penutur bersekolah di salah

satu SMA di kabupaten Bantul. Ia merupakan anak kedua dari dua bersaudara.

Mitra tutur adalah seorang ibu rumah tangga yang memiliki pekerjaan sebagai

petani. Suami mitra tutur atau ayah dari penutur berkerja sebagai nelayan, selain

bekerja sebagai nelayan, ia mempunyai pekerjaan sampingan sebagai petani.

Hubungan antara penutur dan mitra tutur tidaklah sedekat penutur dengan

ayahnya. Keadaan tersebut dikarenakan penutur lebih sering bersama dengan

ayahnya dalam melakukan banyak hal.

Aspek yang kedua adalah konteks tuturan, yakni mengenai semua latar

belakang pengetahuan (back ground knowledge) yang dipahami oleh penutur dan

mitra tutur. Konteks tuturan B2 adalah penutur masih tidur saat mitra tutur

berusaha membangunkannya. Terdapat kerjaan yang harus dilakukan penutur

setelah bangun tidur, yakni mencuci piring. Penutur menunda suruhan mitra tutur

dan melanjutkan tidurnya. Mitra tutur merasa kesal karena suruhannya tidak

dilaksanakan sesuai kehendak mitra tutur. Tanggapan mitra tutur yang kesal

tersebut menjadikan tuturan penutur tidak santun.

Aspek ketiga yang dikemukakan oleh Leech (1983) dalam Wijana (1996)

adalah tujuan penutur. Tujuan penutur B2 adalah melanjutkan tidurnya, sehingga

penutur harus menunda suruhan mitra tutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 159: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

139

Aspek yang keempat adalah tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas.

Aspek ini akan membahas mengenai waktu dan tempat terjadinya tuturan. Tuturan

B2 saat pagi hari di kamar tidur penutur.

Aspek yang terakhir adalah tuturan sebagai tindak verbal. Leech (1983)

menjelaskan bahwa aspek ini memaparkan tindak verbal penutur dan tindak

perlokusi mitra tutur. Tindakan penutur tersebut termasuk ke dalam tindak

komisif. Karena tindak komisif merupakan jenis tindak tutur yang dipahami oleh

penutur untuk mengikat dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan

datang, hal ini bisa berupa janji, ancaman, penolakan, dan ikrar. Penutur B2

menunda suruhan mitra tutur, sehingga ia menunda suatu tindakan di masa datang

yang seharunya akan penutur kerjakan. Tindak perlokusi mitra tutur adalah

bergumam terhadap kelakuan penutur yang sulit untuk dibangunkan. Mitra tutur

semakin kesal karena penutur tidak memperhatikan mitra tutur dalam bertutur

kata dan justru melanjutkan tidurnya. Hal ini yang menjadi ciri dari tuturan B2

termasuk ke dalam kategori mengancam muka sepihak dan masuk ke dalam

subkategori menunda.

Penutur menjelaskan bahwa sebenarnya ia malas dengan kerjaan mencuci

piring, apalagi pada waktu itu masih pagi. Sehingga penutur menyampaikan

tuturannya dengan maksud menghindari pekerjaan yang diberikan mitra tutur.

4.3.2.4 Subkategori Menolak

Cuplikan tuturan 9 (B5)

MT : “Tukokke iki neng warung!”

P : “Wegah, males!”

MT : “Awas koe!”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 160: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

140

Sama halnya dengan subkategori menunda yang hanya terdapat 1 tuturan,

subkategori menolak juga demikian. Hanya tuturan B5 saja yang masuk ke dalam

subkategori menolak. Tuturan ini disampaikan secara ketus oleh penutur. Bukan

hanya itu saja yang menggambarkan wujud ketidaksantunan pragmatik tuturan ini,

wujud yang lain adalah penutur berbicara dengan orang yang lebih tua, dan ia

tidak merasa dirinya telah mengancam muka mitra tutur.

Penanda linguistik yang terdapat dalam tuturan B5 adalah pertama, intonasi

seru. Keraf (1991) menjelaskan bahwa kalimat seru adalah kalimat yang

menyatakan perasaan hati, atau keheranan terhadap suatu hal. Kalimat ini ditandai

dengan intonasi yang lebih tinggi dari kalimat inversi. Selain ditandai dengan hal-

hal tersebut, dalam intonasi ini juga ditandai dengan tanda baca seru (!). Penutur

memperlihatkan perasaan yang sedang ia rasakan saat itu, yakni perasaan malas.

Kedua, nada tutur yang digunakan saat menyampaikan tuturannya adalah nada

tinggi. Nada tinggi yang diperlihatkan penutur seperti orang membentak. Selain

itu, nada tinggi juga ditandai dengan emosinya si penutur saat menyampaikan

tuturannya. Pranowo (2012:77) memaparkan bahwa jika suasana hati sedang

marah, emosi, nada bicara penutur menaik dengan keras, kasar sehingga terasa

menakutkan. Suasana hati penutur sedang kesal karena ia selalu disuruh oleh

mitra tutur untuk apa saja, dalam tuturan ini penutur disuruh untuk pergi ke

warung. Ketiga, selain nada yang digunakan penutur adalah nada tinggi, penutur

juga memberikan penekanan keras pada frasa wegah. Penekanan pada frasa

tersebut membuktikan bahwa penutur benar-benar menolak keras suruhan mitra

tutur. Keempat, penutur dan mitra tutur dalam keseharian berkomunikasi dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 161: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

141

menggunakan bahasa Jawa, sehingga diksi yang digunakan penutur adalah bahasa

nonstandar (bahasa yang terdapat unsur kedaerahan).

Penanda ketidaksantunan pragmatik yang dipaparkan oleh Leech (1983)

dalam Wijana (1996:10−13) meliputi aspek penutur dan mitra tutur, konteks

tuturan, tujuan penutur, tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas, dan tuturan

sebagai produk tindak verbal. Aspek yang pertama adalah aspek penutur dan

mawan tutur. Penutur B5 adalah laki-laki berusia 16 tahun, sedangkan lawan

tuturnya adalah kakaknya sendiri, yakni laki-laki berusia 21 tahun. Penutur

bersekolah di salah satu SMA di kabupaten Bantul. Mitra tutur sudah berkuliah di

salah satu Univesitas besar di Yogyakarta. Mereka mempunyai hubungan yang

akrab, hal ini dijelaskan sendiri oleh penutur bahwa dirinya dan mitra tutur

sebenarnya mempunyai hubungan yang sangat dekat. Penutur yang setiap hari

tidak bisa berjumpa dengan mitra tutur karena mitra tutur tinggal di Jogja dan

hanya pulang ke rumah pada akhir minggu, mengaku bahwa mereka sering

berkomunikasi melalui telepon genggam dengan intensitas yang cukup tinggi.

Aspek yang kedua adalah konteks tuturan, yakni mengenai semua latar

belakang pengetahuan (back ground knowledge) yang dipahami oleh penutur dan

mitra tutur. Konteks tuturan B5 adalah penutur dan mitra tutur sedang bersantai

dan tiba-tiba mitra tutur menyuruh penutur untuk pergi ke warung membelikan

sesuatu untuk mitra tutur. Penutur kesal karena ia selalu disuruh melakukan

apapun yang sebenarnya mitra tutur bisa lakukan. Penutur menolak suruhan mitra

tutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 162: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

142

Aspek ketiga yang dikemukakan oleh Leech (1983) dalam Wijana (1996)

adalah tujuan penutur. Tujuan penutur B5 adalah menolak suruhan mitra tutur

untuk pergi ke warung. Jelas terlihat bahwa tuturan B5 memiliki tujuan menolak,

hal ini terlihat jelas pada frasa Wegah.

Aspek yang keempat adalah tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas.

Aspek ini akan membahas mengenai waktu dan tempat terjadinya tuturan. Tuturan

ini terjadi di rumah, tepatnya di ruang keluarga pada siang hari.

Aspek yang terakhir adalah tuturan sebagai tindak verbal. Leech (1983)

menjelaskan bahwa aspek ini memaparkan tindak verbal penutur dan tindak

perlokusi mitra tutur. Tindakan penutur tersebut termasuk ke dalam tindak

komisif. Karena tindak komisif merupakan jenis tindak tutur yang dipahami oleh

penutur untuk mengikat dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan

datang, hal ini bisa berupa janji, ancaman, penolakan, dan ikrar. Tuturan penutur

sudah menandakan bahwa penutur menolak suruhan mitra tutur, dan bukti itu

menggambarkan mengenai pengertian tindak verbal komisif. Tindak perlokusi

mitra tutur adalah menanggapi penolakan penutur dengan ancaman. Mitra tutur

mengancam penutur karena ia kesal dengan tindakan mitra tutur yang menolak

suruhannya. Kekesalan mitra tutur tidak diperhatikan oleh penutur, dan penutur

justru sibuk sendiri dengan aktivitasnya.

Penutur membenarkan bahwa ia memang memiliki maksud menolak

suruhan mitra tutur. Penutur kesal dengan mitra tutur karena ia selalu menjadi

korban kemalasan mitra tutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 163: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

143

4.3.3 Kategori Melecehkan Muka

Miriam A Locher (2008) dalam Rahardi (2012) berpendapat bahwa

ketidaksantunan berbahasa itu menunjuk pada perilaku ‘melecehkan’ muka (face-

aggravate). Perilaku melecehkan muka itu sesungguhnya lebih dari sekadar

‘mengancam’ muka (face-threaten).

4.3.3.1 Subkategori Menyindir

Cuplikan tuturan 35 (C22)

P : “Iki le ngenei no hp kie tenan po etok-etokan? Nek dibel ra

nyaut blas, disms ra ono balesi blas.”

MT : “Mburi dewe piro? Enem belas?”

P : “Payah tenan koe kie!”

MT : “lha rak kelep to?”

P : “seng keri, lemu ngenei seng keri!”

MT :” yo ijek yo, aku ra tau ganti-ganti! Nek janji siji ra kelep.”

Cuplikan tuturan di atas merupakan wujud linguistik dari subkategori

menyindir dalam kategori ketidaksantunan melecehkan muka. Wujud pragmatik

dari tuturan C22 adalah penutur berbicara dengan kesal dan tuturan tersebut

disampaikan kepada tamunya.

Pembahasan penanda linguistik berdasar pada aspek intonasi, kata fatis,

nada tutur, tekanan, dan pilihan kata atau diksi. Penutur C22 menggunakan

intonasi tanya dalam tuturannya. Penutur menggunakan intonasi ini untuk

menanyakan kebenaran nomor Hp yang diberikan oleh mitra tutur. Penutur

menggunakan nada sedang dalam penyampaian tuturannya. Penggunaan nada

sedang penutur tetap menjadi tidak santun karena secara tidak langsung penutur

menuduh mitra tutur berohong. Penutur menggunakan tekanan keras pada

tuturannya. Tekanan keras tersebut terletak pada frasa ra nyaut blas dan ra ono

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 164: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

144

balesi blas. Penutur menekankan pada frasa tersebut karena frasa tersebut

merupakan wujud dari kekesalan penutur. Diksi yang digunakan penutur adalah

bahasa nonstandar, yakni bahasa Jawa. Bahasa nonstandar merupakan bahasa

yang mengandung unsur kedaerahan. Penutur memilih diksi ini karena sudah

menjadi bahasa sehari-hari.

Pembahasan dari segi penanda pragmatik menggunakan aspek-aspek yang

dijelaskan oleh Leech (1983). Aspek-aspek penanda pragmatik tersebut adalah

aspek penutur dan lawan tutur, konteks tuturan, tujuan penutur, tuturan sebagai

bentuk tindakan atau aktivitas, dan tuturan sebagai produk tindak verbal. Aspek

penutur dan lawan tutur dalam cuplikan tuturan 35 adalah penutur dan mitra tutur

merupakan laki-laki. Usia penutur adalah 42 tahun, sedangkan mitra tutur lebih

muda 1 tahun dari penutur. Mereka berdua merupakan nelayan, dan penutur

adalah ketua nelayan pantai Congot. Mereka memiliki hubungan yang sangat

akrab, hal ini tergambar dari ejekan mereka yang selalu ditanggapi dengan santai.

Aspek kedua yang dipaparkan oleh Leech (1983) adalah konteks tuturan.

Konteks tuturan pada cuplikan tuturan 35 adalah mitra tutur adalah tamu,

sedangkan penutur adalah tuan rumah dan di situ masih terdapat 2 orang tamu

lainnya. Dulu mitra tutur telah memberikan nomor Hpnya kepada penutur. Mitra

tutur susah dihubungi. Mitra tutur sudah berpamitan akan pulang. Penutur

menghambat mitra tutur dengan bertanya.

Aspek yang ketiga adalah tujuan penutur menyampaikan tuturannya. Tujuan

penutur C22 adalah penutur bertanya kepada mitra tutur mengenai kebenaran

nomor handphone mitra tutur yang diberikan kepada penutur dan penutur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 165: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

145

mengeluh dengan sikap mitra tutur yang bila disms tidak membalas dan ditelepon

tidak diangkat.

Aspek yang keempat adalah tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas.

Aspek ini membahas mengenai waktu dan tempat terjadinya tuturan. Cuplikan

tuturan 35 terjadi di teras rumah penutur. Waktu terjadinya tuturan pada tanggal

20 April 2012, sekitar pukul 16.30.

Aspek yang terakhir adalah aspek tuturan sebagai produk tindak verbal.

Aspek ini membahas tindak verbal penutur dan tindak perlokusi mitra tutur.

Tindak verbal penutur C22 adalah tindak verbal representatif. Tindak verbal

representatif adalah tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini penutur

kasus atau bukan, berupa suatu fakta, penegasan, kesimpulan, dan pendeskripsian.

Tindak perlokusi mitra tutur adalah mitra tutur langsung menanggapi tuturan

penutur dengan pertanyaan.

Berdasar penanda pragmatik di atas, tuturan tersebut tergolong ke dalam

subkategori menyindir. Setiap penutur memiliki maksud masing-masing dalam

penyampaian tuturannya dan hanya penutur itu sendiri yang tahu. Penutur C22

memiliki maksud kesal dalam tuturannya. Kekesalan penutur muncul karena mitra

tutur yang sulit dihubungi bila penutur ada perlu dengannya.

4.3.3.2 Subkategori Menegaskan

Cuplikan tuturan 20 (C7)

MT : “Arep nendi?”

P : “Lungo dijak Bapak.”

MT : “Shalat sek, wes sarungan ngono kok.”

P : “Wes nyendal motor galho!” (sambil berjalan keluar

ruangan).

MT : “Haiyo shalat sek! Nanggung.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 166: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

146

Cuplikan tuturan di atas merupakan wujud linguistik dari subkategori

menegaskan dalam kategori ketidaksantunan melecehkan muka. Wujud pragmatik

dari tuturan C7 adalah penutur berbicara dengan orang yang lebih tua. Mitra tutur

menyuruh penutur dengan baik, tetapi penutur justru menjawab pertanyaan mitra

tutur dengan ketus.

Pembahasan penanda linguistik berdasar pada aspek intonasi, kata fatis,

nada tutur, tekanan, dan pilihan kata atau diksi. Penutur C7 menggunakan intonasi

berita dalam tuturannya. Penutur menggunakan intonasi ini untuk

memberitahukan bahwa ayahnya telah menghidupkan motor. Penutur

menggunakan nada sedang dalam penyampaian tuturannya. Penggunaan nada

sedang penutur tetap menjadi tidak santun karena mitra tutur menjadi kesal dan

merasa tidak dihargai. Penutur menggunakan tekanan keras pada tuturannya.

Tekanan keras tersebut terletak pada keseluruhan kalimat, yakni Wes nyendal

motor galho. Diksi yang digunakan penutur adalah bahasa nonstandar, yakni

bahasa Jawa. Bahasa nonstandar merupakan bahasa yang mengandung unsur

kedaerahan. Penutur memilih diksi ini karena sudah menjadi bahasa sehari-hari.

Selain penggunaan bahasa nonstandar, penutur juga menggunakan bahasa slang

dalam tuturannya, yakni nyendal. Kata nyendal merupakan istilah Jawa untuk

mengkick starter motor.

Pembahasan dari segi penanda pragmatik menggunakan aspek-aspek yang

dijelaskan oleh Leech (1983). Aspek-aspek penanda pragmatik tersebut adalah

aspek penutur dan lawan tutur, konteks tuturan, tujuan penutur, tuturan sebagai

bentuk tindakan atau aktivitas, dan tuturan sebagai produk tindak verbal. Aspek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 167: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

147

penutur dan lawan tutur dalam cuplikan tuturan 20 adalah penutur dan mitra tutur

merupakan laki-laki. Usia penutur adalah 12 tahun, sedangkan mitra tutur berusia

23 tahun. Mereka berdua merupakan adik kakak. Penutur masih bersekolah pada

tingkat SMP, sedangkan penutur merupakan mahasiswa salah satu universitas di

DIY.

Aspek kedua yang dipaparkan oleh Leech (1983) adalah konteks tuturan.

Konteks tuturan pada cuplikan tuturan 20 adalah penutur sudah memakai sarung

hendak beribadah shalat dzuhur. Mitra tutur sedang tiduran di ruang keluarga

sambil menonton televisi. Mitra tutur menegur penutur yang tadinya sudah

memakai sarung untuk pergi shalat justru melepaskannya kembali karena diajak

pergi oleh ayah.

Aspek yang ketiga adalah tujuan penutur menyampaikan tuturannya. Tujuan

penutur C7 adalah penutur memberitahu kepada mitra tutur bahwa motornya

sudah hidup.

Aspek yang keempat adalah tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas.

Aspek ini membahas mengenai waktu dan tempat terjadinya tuturan. Cuplikan

tuturan 20 terjadi di ruang keluarga. Waktu terjadinya tuturan pada tanggal 28

April 2013, sekitar pukul 16.30.

Aspek yang terakhir adalah aspek tuturan sebagai produk tindak verbal.

Aspek ini membahas tindak verbal penutur dan tindak perlokusi mitra tutur.

Tindak verbal penutur C7 adalah tindak verbal representatif. Tindak verbal

representatif adalah tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini penutur

kasus atau bukan, berupa suatu fakta, penegasan, kesimpulan, dan pendeskripsian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 168: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

148

Tindak perlokusi mitra tutur adalah mitra tutur menanggapi penutur, tetapi karena

ia tidak dihiraukan kemudian mitra tutur diam saja karena adiknya susah

dinasihati.

Berdasar penanda pragmatik di atas, tuturan tersebut tergolong ke dalam

subkategori menegaskan. Setiap penutur memiliki maksud masing-masing dalam

penyampaian tuturannya dan hanya penutur itu sendiri yang tahu. Penutur C7

memiliki maksud membela diri dalam tuturannya. Pembelaan diri penutur muncul

karena mitra tutur memojokkannya.

4.3.3.3 Subkategori Memerintah

Cuplikan tuturan 15 (C2) MT : “Gawekno wedang ro jupukno maem, Bu...”

P : “Alaaah... jupuk dewe, Pak!” MT : (mengambil minuman sendiri dengan raut wajah kesal).

Cuplikan tuturan di atas merupakan wujud linguistik dari subkategori

memerintah dalam kategori ketidaksantunan melecehkan muka. Wujud pragmatik

dari tuturan C2 adalah penutur menyampaikan tuturannya dengan ketus kepada

orang yang lebih tua. Penutur justru berbalik menyuruh mitra tutur, padahal

sebelumnya mitra tutur yang menyuruh penutur.

Pembahasan penanda linguistik berdasar pada aspek intonasi, kata fatis,

nada tutur, tekanan, dan pilihan kata atau diksi. Penutur C2 menggunakan intonasi

perintah dalam tuturannya. Penutur menggunakan intonasi ini untuk

memerintahkan kedapa mitra tutur untuk melakukan sesuatu. Penutur

menggunakan nada sedang dalam penyampaian tuturannya. Penggunaan nada

sedang penutur tetap menjadi tidak santun karena penutur bertindak tidak sopan

terhadap orang yang lebih tua. Penutur menggunakan tekanan keras pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 169: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

149

tuturannya. Tekanan keras tersebut terletak pada frasa Alaaah. Diksi yang

digunakan penutur adalah bahasa nonstandar, yakni bahasa Jawa. Bahasa

nonstandar merupakan bahasa yang mengandung unsur kedaerahan. Penutur

memilih diksi ini karena sudah menjadi bahasa sehari-hari.

Pembahasan dari segi penanda pragmatik menggunakan aspek-aspek yang

dijelaskan oleh Leech (1983). Aspek-aspek penanda pragmatik tersebut adalah

aspek penutur dan lawan tutur, konteks tuturan, tujuan penutur, tuturan sebagai

bentuk tindakan atau aktivitas, dan tuturan sebagai produk tindak verbal. Aspek

penutur dan lawan tutur dalam cuplikan tuturan 15 adalah penutur merupakan

perempuan berusia 32 tahun, sedangkan mitra tutur berusia 34 tahun. Penutur

merupakan istri dari mitra tutur. Mitra tutur memiliki mata pencaharian sebagai

nelayan dan penutur hanya sebagai ibu rumah tangga. Hubungan keakraban

mereka sangat dekat, karena mereka adalah suami istri.

Aspek kedua yang dipaparkan oleh Leech (1983) adalah konteks tuturan.

Konteks tuturan pada cuplikan tuturan 15 adalah mitra tutur pulang kerja (melaut)

dengan keadaan capek, tetapi tidak mendapatkan hasil yang memuaskan. Penutur

merasa kesal karena mitra tutur pergi seharian tetapi tidak membawa hasil yang

diharapkan. Mitra tutur meminta penutur untuk mengambilkan makan dan minum.

Penutur justru menyuruh mitra tutur untuk mengambil sendiri makan dan

minumnya.

Aspek yang ketiga adalah tujuan penutur menyampaikan tuturannya. Tujuan

penutur C2 adalah penutur kesal terhadap mitra tutur dan menyuruh mitra tutur

untuk mengambil makanan dan minuman sendiri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 170: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

150

Aspek yang keempat adalah tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas.

Aspek ini membahas mengenai waktu dan tempat terjadinya tuturan. Cuplikan

tuturan 15 terjadi di ruang keluarga. Waktu terjadinya tuturan adalah pada siang

hari sekitar jam 2 siang.

Aspek yang terakhir adalah aspek tuturan sebagai produk tindak verbal.

Aspek ini membahas tindak verbal penutur dan tindak perlokusi mitra tutur.

Tindak verbal penutur C2 adalah tindak verbal direktif. Tuturan penutur dikatakan

tindak verbal direktif karena ia memerintah mitra tutur untuk melakukan sesuatu.

Tindak perlokusi mitra tutur adalah mitra tutur mengambil sendiri makanan dan

minuman yang dia inginkan..

Berdasar penanda pragmatik di atas, tuturan tersebut tergolong ke dalam

subkategori memerintah. Setiap penutur memiliki maksud masing-masing dalam

penyampaian tuturannya dan hanya penutur itu sendiri yang tahu. Penutur C2

memiliki maksud menolak dalam tuturannya. Penolakan penutur dilakukan karena

penutur sudah terlanjur kesal dengan mitra tutur.

4.3.3.4 Subkategori Menegur

Cuplikan tuturan 30 (C17)

P : “Mripatmu ki ndokke sikel?”

MT : (Diam).

P : “Anake nangis neng andinge yo mung meneng wae!”

Cuplikan tuturan di atas merupakan wujud linguistik dari subkategori

menegur dalam kategori ketidaksantunan melecehkan muka. Wujud pragmatik

dari tuturan C17 adalah penutur berbicara dengan kata-kata kasar kepada istrinya

dan penyampaiannya dengan cara keras.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 171: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

151

Pembahasan penanda linguistik berdasar pada aspek intonasi, kata fatis,

nada tutur, tekanan, dan pilihan kata atau diksi. Penutur C17 menggunakan

intonasi seru dalam tuturannya. Penutur menggunakan intonasi ini untuk

menyerukan tuturannya. Penutur dalam keadaan emosi dengan tingkah mitra

tutur. Penutur menggunakan nada tinggi dalam penyampaian tuturannya.

Penggunaan nada tinggi penutur karena penutur emosi dengan mitra tutur yang

tidak peduli apapun. Penutur menggunakan tekanan keras pada tuturannya.

Tekanan keras tersebut terletak pada frasa Mripatmu. Tekanan keras yang

ditekankan pada frasa tersebut memperlihatkan betapa tidak santunnya penutur.

Kata mripatmu termasuk dalam kata-kata kasar dalam bahasa Jawa. Diksi yang

digunakan penutur adalah bahasa nonstandar, yakni bahasa Jawa. Bahasa

nonstandar merupakan bahasa yang mengandung unsur kedaerahan. Penutur

memilih diksi ini karena sudah menjadi bahasa sehari-hari.

Pembahasan dari segi penanda pragmatik menggunakan aspek-aspek yang

dijelaskan oleh Leech (1983). Aspek-aspek penanda pragmatik tersebut adalah

aspek penutur dan lawan tutur, konteks tuturan, tujuan penutur, tuturan sebagai

bentuk tindakan atau aktivitas, dan tuturan sebagai produk tindak verbal. Aspek

penutur dan lawan tutur dalam cuplikan tuturan 30 adalah penutur merupakan

laki-laki berusia 30 tahun, sedangkan mitra tutur perempuan berusia 26 tahun.

Penutur merupakan suami dari mitra tutur. Penutur memiliki mata pencaharian

sebagai nelayan dan penutur hanya sebagai ibu rumah tangga. Hubungan

keakraban mereka sangat dekat, karena mereka adalah suami istri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 172: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

152

Aspek kedua yang dipaparkan oleh Leech (1983) adalah konteks tuturan.

Konteks tuturan pada cuplikan tuturan 30 adalah penutur melihat anaknya yang

belum genap berusia 1 tahun rewel atau menangis. Mitra tutur hanya diam saja,

padahal ia tahu bahwa anaknya sedang menangis. Penutur marah melihat mitra

tutur yang tidak melakukan tindakan terhadap anaknya.

Aspek yang ketiga adalah tujuan penutur menyampaikan tuturannya. Tujuan

penutur C17 adalah penutur memarahi mitra tutur karena tidak tanggap dengan

keadaan anaknya yang menangis.

Aspek yang keempat adalah tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas.

Aspek ini membahas mengenai waktu dan tempat terjadinya tuturan. Cuplikan

tuturan 30 terjadi di ruang keluarga tepatnya di depan televisi karena mitra tutur

sedang menonton televisi.

Aspek yang terakhir adalah aspek tuturan sebagai produk tindak verbal.

Aspek ini membahas tindak verbal penutur dan tindak perlokusi mitra tutur.

Tindak verbal penutur C17 adalah tindak verbal ekspresif. Tuturan penutur

dikatakan tindak verbal ekspresif karena ia marah dengan perilaku mitra tutur.

Tindak perlokusi mitra tutur adalah mitra tutur diam saja karena mitra tutur

merupakan orang yang sabar menghadapi penutur dan mitra tutur langsung

berusaha menenangkan anaknya yang masih bayi daripada menambah keributan.

Berdasar penanda pragmatik di atas, tuturan tersebut tergolong ke dalam

subkategori menegur. Tuturan ini masuk ke dalam kategori melecehkan muka

karena tindak perlokusi mitra tutur yang langsung tanggap dengan maksud

penutur. Setiap penutur memiliki maksud masing-masing dalam penyampaian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 173: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

153

tuturannya dan hanya penutur itu sendiri yang tahu. Penutur C17 memiliki

maksud kesal dalam tuturannya.

4.3.3.5 Subkategori Menolak

Cuplikan tuturan 17 (C4)

MT : “Ayo... belajar.”

P : “Emoh!” MT : “Kalo gak belajar gak tak kasih uang jajan!”

Cuplikan tuturan di atas merupakan wujud linguistik dari subkategori

menolak dalam kategori ketidaksantunan melecehkan muka. Wujud pragmatik

dari tuturan C4 adalah penutur berbicara dengan cara penyampaian tuturan keras

kepada mitra tutur yang usianya lebih tua daripada penutur.

Pembahasan penanda linguistik berdasar pada aspek intonasi, kata fatis,

nada tutur, tekanan, dan pilihan kata atau diksi. Penutur C4 menggunakan intonasi

seru dalam tuturannya. Penutur menggunakan intonasi ini untuk menyerukan

penolakannya terhadap suruhan mitra tutur. Penutur menggunakan nada tinggi

dalam penyampaian tuturannya. Penggunaan nada tinggi penutur karena penutur

memang susah untuk disuruh belajar. Penutur menggunakan tekanan keras pada

tuturannya. Tekanan keras tersebut terletak pada kata Emoh. Tekanan keras yang

ditekankan pada kata tersebut memperlihatkan betapa tidak santunnya penutur

kepada orang tua. Diksi yang digunakan penutur adalah bahasa nonstandar, yakni

bahasa Jawa. Bahasa nonstandar merupakan bahasa yang mengandung unsur

kedaerahan. Penutur memilih diksi ini karena sudah menjadi bahasa sehari-hari.

Pembahasan dari segi penanda pragmatik menggunakan aspek-aspek yang

dijelaskan oleh Leech (1983). Aspek-aspek penanda pragmatik tersebut adalah

aspek penutur dan lawan tutur, konteks tuturan, tujuan penutur, tuturan sebagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 174: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

154

bentuk tindakan atau aktivitas, dan tuturan sebagai produk tindak verbal. Aspek

penutur dan lawan tutur dalam cuplikan tuturan 17 adalah penutur merupakan

laki-laki berusia 6 tahun, sedangkan mitra tutur laki-laki berusia 32 tahun. Penutur

merupakan anak dari mitra tutur. Penutur masih bersekolah pada tingkat SD,

sedangkan penutur berkerja sebagai nalayan di pantai Trisik. Hubungan keakraban

mereka sangat dekat, karena mereka adalah keluarga.

Aspek kedua yang dipaparkan oleh Leech (1983) adalah konteks tuturan.

Konteks tuturan pada cuplikan tuturan 17 adalah bahwa penutur sulit untuk

disuruh belajar. Mitra tutur menyuruh penutur untuk belajar.

Aspek yang ketiga adalah tujuan penutur menyampaikan tuturannya. Tujuan

penutur C4 adalah penutur menolak ajakan mitra tutur untuk segera belajar.

Aspek yang keempat adalah tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas.

Aspek ini membahas mengenai waktu dan tempat terjadinya tuturan. Cuplikan

tuturan 17 terjadi di ruang keluarga tepatnya di depan televisi karena mitra tutur

sedang menonton televisi. Waktu terjadinya tuturan pada saat jam belajar tiba,

yakni setelah maghrib.

Aspek yang terakhir adalah aspek tuturan sebagai produk tindak verbal.

Aspek ini membahas tindak verbal penutur dan tindak perlokusi mitra tutur.

Tindak verbal penutur C4 adalah tindak verbal komisif. Tuturan penutur

dikatakan tindak verbal komisif karena menolak ajakan atau suruhan mitra tutur

untuk belajar. Tindak perlokusi mitra tutur adalah langsung mengancam penutur

untuk segera belajar, karena dengan begitu penutur akan menurut dengan mitra

tutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 175: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

155

Berdasar penanda pragmatik di atas, tuturan tersebut tergolong ke dalam

subkategori menolak. Setiap penutur memiliki maksud masing-masing dalam

penyampaian tuturannya dan hanya penutur itu sendiri yang tahu. Penutur C4

memiliki maksud malas dalam tuturannya. Penutur menjelaskan alasan mengapa

ia menolak suruhan mitra tutur karena penutur malas untuk belajar.

4.3.3.6 Subkategori Memperingatkan

Cuplikan tuturan 33 (C20)

MT : “Sesok nek ono seng neng kono meneh, aku tak nang...” P : “Sesok, nek ngomongke sesok, ndag lali!”

Cuplikan tuturan di atas merupakan wujud linguistik dari subkategori

memperingatkan dalam kategori ketidaksantunan melecehkan muka. Wujud

pragmatik dari tuturan C20 adalah penutur berbicara dengan cara penyampaian

tuturan ketus kepada mitra tutur yang merupakan tuan rumah. Penutur memotong

pembicaraan mitra tutur.

Pembahasan penanda linguistik berdasar pada aspek intonasi, kata fatis,

nada tutur, tekanan, dan pilihan kata atau diksi. Penutur C20 menggunakan

intonasi seru dalam tuturannya. Penutur menggunakan intonasi ini untuk

menyerukan ketidaksatujuannya dengan tuturan mitra tutur. Penutur

menggunakan nada tinggi dalam penyampaian tuturannya. Penggunaan nada

tinggi penutur karena memang ciri khas dari penutur. Penutur menggunakan

tekanan keras pada tuturannya. Tekanan keras tersebut terletak pada frasa nek

ngomongke sesok. Diksi yang digunakan penutur adalah bahasa nonstandar, yakni

bahasa Jawa. Bahasa nonstandar merupakan bahasa yang mengandung unsur

kedaerahan. Penutur memilih diksi ini karena sudah menjadi bahasa sehari-hari.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 176: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

156

Pembahasan dari segi penanda pragmatik menggunakan aspek-aspek yang

dijelaskan oleh Leech (1983). Aspek-aspek penanda pragmatik tersebut adalah

aspek penutur dan lawan tutur, konteks tuturan, tujuan penutur, tuturan sebagai

bentuk tindakan atau aktivitas, dan tuturan sebagai produk tindak verbal. Aspek

penutur dan lawan tutur dalam cuplikan tuturan 33 adalah penutur merupakan

laki-laki berusia 41 tahun, sedangkan mitra tutur laki-laki berusia 42 tahun.

Penutur dan mitra tutur merupakan nelayan. Penutur adalah nelayan pantai

Glagah, sedangkan mitra tutur adalah nelayan pantai Congot. Mitra tutur memiliki

kedudukan tertinggi di dalam kelompok nelayan pantai Congot. Mereka berdua

merupakan teman dekat, sehingga tingkat keakraban mereka sangat tinggi.

Aspek kedua yang dipaparkan oleh Leech (1983) adalah konteks tuturan.

Konteks tuturan pada cuplikan tuturan 33 adalah mitra tutur menerima 3 tamu

yang mempunyai maksud dan tujuan yang berbeda-beda. Mitra tutur sedang

berbicara atau menyampaikan sesuatu kepada salah satu tamunya (penutur).

Penutur langsung menanggapi tuturan mitra tutur, padahal mitra tutur belum

selesai berbicara.

Aspek yang ketiga adalah tujuan penutur menyampaikan tuturannya. Tujuan

penutur C20 adalah penutur menanggapi tuturan mitra tutur karena ia tidak setuju

dengan apa yang dikatakan oleh mitra tutur.

Aspek yang keempat adalah tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas.

Aspek ini membahas mengenai waktu dan tempat terjadinya tuturan. Cuplikan

tuturan 33 terjadi di teras rumah mitra tutur. Waktu tuturan tersebut terjadi pada

tanggal 20 April 2013, sekitar pukul 4 sore.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 177: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

157

Aspek yang terakhir adalah aspek tuturan sebagai produk tindak verbal.

Aspek ini membahas tindak verbal penutur dan tindak perlokusi mitra tutur.

Tindak verbal penutur C20 adalah tindak verbal direktif. Tuturan penutur

dikatakan tindak verbal direktif karena penutur sebenarnya memberi saran kepada

mitra tutur. Tindak perlokusi mitra tutur adalah diam saja, karena ia sadar akan

kalah bila berdebat dengan penutur.

Berdasar penanda pragmatik di atas, tuturan tersebut tergolong ke dalam

subkategori memperingatkan. Setiap penutur memiliki maksud masing-masing

dalam penyampaian tuturannya dan hanya penutur itu sendiri yang tahu. Penutur

C20 memiliki maksud kesal dalam tuturannya. Kekesalan penutur adalah karena

urusan besok justru dibicarakan sekarang.

4.3.3.7 Subkategori Mengancam

Cuplikan tuturan 18 (C5)

P : “Makan dulu, mainnya nanti lagi!”

MT : “Gak mau, nanti aja.”

P : “Kalo gak mau makan, kamu gag boleh pergi sama dia

(temannya)!”

Cuplikan tuturan di atas merupakan wujud linguistik dari subkategori

mengancam dalam kategori ketidaksantunan melecehkan muka. Wujud pragmatik

dari tuturan C5 adalah penutur berbicara dengan cara penyampaian tuturan kesal

kepada mitra tutur. Penutur mengeluarkan kata-kata ancaman agar mitra tutur

menuruti perintahnya.

Pembahasan penanda linguistik berdasar pada aspek intonasi, kata fatis,

nada tutur, tekanan, dan pilihan kata atau diksi. Penutur C5 menggunakan intonasi

perintah dalam tuturannya. Penutur menggunakan intonasi ini untuk memerintah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 178: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

158

mitra tutur seperti yang penutur inginkan. Penutur menggunakan nada sedang

dalam penyampaian tuturannya. Penggunaan nada sedang penutur sudah membuat

mitra tutur takut. Penutur menggunakan tekanan lunak pada tuturannya. Diksi

yang digunakan penutur adalah bahasa populer, yakni bahasa kata-kata yang

dikenal dan diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat.

Pembahasan dari segi penanda pragmatik menggunakan aspek-aspek yang

dijelaskan oleh Leech (1983). Aspek-aspek penanda pragmatik tersebut adalah

aspek penutur dan lawan tutur, konteks tuturan, tujuan penutur, tuturan sebagai

bentuk tindakan atau aktivitas, dan tuturan sebagai produk tindak verbal. Aspek

penutur dan lawan tutur dalam cuplikan tuturan 18 adalah penutur merupakan

laki-laki berusia 32 tahun, sedangkan mitra tutur laki-laki berusia 6 tahun. Penutur

adalah ayah dari mitra tutur. Penutur merupakan nelayan pantai Trisik. Hubungan

keakraban mereka adalah hubungan keluarga.

Aspek kedua yang dipaparkan oleh Leech (1983) adalah konteks tuturan.

Konteks tuturan pada cuplikan tuturan 18 adalah mitra tutur ingin pergi bermain

bersama teman-temannya. Penutur menyuruh mitra tutur untuk makan terlebih

dahulu, kemudian baru boleh bermain. Mitra tutur menolak suruhan penutur.

Penutur mengancam mitra tutur agar mau makan.

Aspek yang ketiga adalah tujuan penutur menyampaikan tuturannya. Tujuan

penutur C20 adalah menyuruh penutur untuk makan, walaupun suruhannya harus

disertai ancaman.

Aspek yang keempat adalah tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas.

Aspek ini membahas mengenai waktu dan tempat terjadinya tuturan. Cuplikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 179: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

159

tuturan 18 terjadi di rumah penutur dan mitra tutur. Waktu tuturan tersebut terjadi

pada siang hari.

Aspek yang terakhir adalah aspek tuturan sebagai produk tindak verbal.

Aspek ini membahas tindak verbal penutur dan tindak perlokusi mitra tutur.

Tindak verbal penutur C5 adalah tindak verbal ekspresif. Tindak verbal ekprseif

adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan penutur, berupa

pernyataan kegembiraan, kesulitan, kesukaan, kebencian, kesenangan, dan

kesengsaraan. Tindak perlokusi mitra tutur adalah mitra tutur melakukan apa yang

diperintah penutur, karena mitra tutur sangat takut bila tidak mempunyai teman.

Berdasar penanda pragmatik di atas, tuturan tersebut tergolong ke dalam

subkategori mengancam. Setiap penutur memiliki maksud masing-masing dalam

penyampaian tuturannya dan hanya penutur itu sendiri yang tahu. Penutur C5

memiliki maksud memaksa dalam tuturannya. Paksaan perlu dilakukan penutur

karena mitra tutur memang susah untuk disuruh makan bila ia sudah bermain

bersama teman-temannya.

4.3.3.8 Subkategori Mengusir

Cuplikan tuturan 21 (C8) MT : “Tangi-tangi... wes jam telu!” (menendang-nendang kaki

kakaknya yang sedang tidur).

P : “Aaassss... minggat kono!” (melanjutkan tidurnya).

MT : “Yowes... damuk kapok mengko.”

Cuplikan tuturan di atas merupakan wujud linguistik dari subkategori

mengusir dalam kategori ketidaksantunan melecehkan muka. Wujud pragmatik

dari tuturan C8 adalah penutur mengusir mitra tutur dengan suara keras dan kata-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 180: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

160

kata kasar. Mitra tutur sebenarnya memiliki maksud baik dengan penutur, tetapi

penutur justru mengusirnya.

Pembahasan penanda linguistik berdasar pada aspek intonasi, kata fatis,

nada tutur, tekanan, dan pilihan kata atau diksi. Penutur C8 menggunakan intonasi

perintah dalam tuturannya. Penutur menggunakan intonasi ini untuk memerintah

mitra tutur pergi, karena penutur merasa terganggu. Penutur menggunakan nada

tinggi dalam penyampaian tuturannya. Penggunaan nada tinggi penutur menandai

bahwa emosi penutur meningkat. Penutur menggunakan tekanan keras pada

tuturannya. Penutur menekankan pada frasa minggat kono, hal ini menandakan

bahwa penutur benar-benar terganggu dan menginginkan mitra tutur untuk pergi.

Diksi yang digunakan penutur adalah bahasa nonstandar, yakni bahasa Jawa.

Penutur menggunakan bahasa Jawa dalam pemilihan katanya karena bahasa Jawa

telah menjadi bahasa komunikasi dalam keluarga ini.

Pembahasan dari segi penanda pragmatik menggunakan aspek-aspek yang

dijelaskan oleh Leech (1983). Aspek-aspek penanda pragmatik tersebut adalah

aspek penutur dan lawan tutur, konteks tuturan, tujuan penutur, tuturan sebagai

bentuk tindakan atau aktivitas, dan tuturan sebagai produk tindak verbal. Aspek

penutur dan lawan tutur dalam cuplikan tuturan 21 adalah penutur merupakan

laki-laki berusia 23 tahun, sedangkan mitra tutur laki-laki berusia 12 tahun.

Penutur adalah kakak dari mitra tutur. Penutur berkuliah di salah satu universitas

di Yogyakarta, sedangkan mitra tutur bersekolah pada tingkat SMP. Hubungan

keakraban mereka sangat dekat, walaupun penutur sering memarahi mitra tutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 181: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

161

Aspek kedua yang dipaparkan oleh Leech (1983) adalah konteks tuturan.

Konteks tuturan pada cuplikan tuturan 21 adalah penutur sedang tidur di ruang

tengah di depan televisi. Hari sudah sore, sekitar pukul 3 sore dan mitra tutur

disuruh oleh ibunya untuk membangunkan penutur. Mitra tutur membangunkan

dengan cara menendang-nendang penutur. Penutur tidak mempermasalahkan

bagaimana cara mitra tutur membangunkannya, hanya saja ia belum ingin bangun,

sehingga menganggap mitra tutur telah mengganggu penutur.

Aspek yang ketiga adalah tujuan penutur menyampaikan tuturannya. Tujuan

penutur C8 adalah menyuruh penutur pergi, karena telah mengganggu tidurnya,

dan penutur masih ingin meneruskan tidurnya.

Aspek yang keempat adalah tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas.

Aspek ini membahas mengenai waktu dan tempat terjadinya tuturan. Cuplikan

tuturan 21 terjadi di rumah penutur dan mitra tutur, tepatnya di ruang keluarga.

Waktu tuturan tersebut terjadi pada sore hari, sekitar pukul 15.00.

Aspek yang terakhir adalah aspek tuturan sebagai produk tindak verbal.

Aspek ini membahas tindak verbal penutur dan tindak perlokusi mitra tutur.

Tindak verbal penutur C5 adalah tindak verbal ekspresif. Tindak verbal ekprseif

adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan penutur, berupa

pernyataan kegembiraan, kesulitan, kesukaan, kebencian, kesenangan, dan

kesengsaraan. Tindak perlokusi mitra tutur adalah mitra tutur menanggapi tuturan

penutur dengan pergi meninggalkan penutur.

Berdasar penanda pragmatik di atas, tuturan tersebut tergolong ke dalam

subkategori mengusir. Setiap penutur memiliki maksud masing-masing dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 182: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

162

penyampaian tuturannya dan hanya penutur itu sendiri yang tahu. Penutur C8

memiliki maksud mengusir dalam tuturannya.

4.3.3.9 Subkategori Menagih

Cuplikan tuturan 24 (C11)

P : “Pak, udah cair belum?”

MT : “Belum.”

Cuplikan tuturan di atas merupakan wujud linguistik dari subkategori

menagih dalam kategori ketidaksantunan melecehkan muka. Wujud pragmatik

dari tuturan C11 adalah penutur berbicara dengan cara sinis kepada orang yang

lebih tua.

Pembahasan penanda linguistik berdasar pada aspek intonasi, kata fatis,

nada tutur, tekanan, dan pilihan kata atau diksi. Penutur C11 menggunakan

intonasi tanya dalam tuturannya. Penutur menggunakan intonasi ini untuk

menanyakan apakah mitra tutur sudah mempunyai uang atau belum, tetapi dibalik

pertanyaan penutur, sebenarnya penutur menagih janji mitra tutur. Penutur

menggunakan nada sedang dalam penyampaian tuturannya. Penggunaan nada

sedang penutur tidak menandakan naiknya emosi penutur, tetapi tuturannya tetap

dianggap tidak santun karena ia berbicara dengan sinis. Penutur menggunakan

tekanan lunak pada tuturannya. Penutur menekankan pada frasa udah cair belum.

Penggunaan tekanan yang halus menjadi tidak santun akibat cara penyampaian

penutur yang sinis dan bisa saja membuat mitra tutur tersinggung. Diksi yang

digunakan penutur adalah bahasa populer, yakni bahasa yang dimengerti atau

dikenal oleh masyarakat. Bukan hanya itu, penutur juga menggunakan bahasa

slang cair. Maksud kata cair dalam tuturan tersebut adalah mengenai kepemilikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 183: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

163

uang. Penutur menanyakan kepada mitra tutur, apakah ia sudah mempunyai

uang?

Pembahasan dari segi penanda pragmatik menggunakan aspek-aspek yang

dijelaskan oleh Leech (1983). Aspek-aspek penanda pragmatik tersebut adalah

aspek penutur dan lawan tutur, konteks tuturan, tujuan penutur, tuturan sebagai

bentuk tindakan atau aktivitas, dan tuturan sebagai produk tindak verbal. Aspek

penutur dan lawan tutur dalam cuplikan tuturan 24 adalah penutur merupakan

laki-laki berusia 15 tahun, sedangkan mitra tutur laki-laki berusia 43 tahun.

Penutur adalah anak dari mitra tutur. Penutur masih bersekolah pada tingkat SMA

dan mitra tutur bekerja sebagai nelayan di pantai Congot. Hubungan keakaban

mereka adalah keluarga, selayaknya anak dengan ayah.

Aspek kedua yang dipaparkan oleh Leech (1983) adalah konteks tuturan.

Konteks tuturan pada cuplikan tuturan 24 adalah sebelumnya penutur pernah

meminta sesuatu kepada mitra tutur, tetapi mitra tutur belum bisa memberikan

pada saat itu, sehingga ia menjanjikan akan memberikan sesuatu tersebut bila

sudah mempunyai uang. Selang beberapa hari penutur menagih janji kepada mitra

tutur secara tidak langsung.

Aspek yang ketiga adalah tujuan penutur menyampaikan tuturannya. Tujuan

penutur C11 adalah menagih apa yang penutur telah minta kepada mitra tutur.

Aspek yang keempat adalah tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas.

Aspek ini membahas mengenai waktu dan tempat terjadinya tuturan. Cuplikan

tuturan 24 terjadi di rumah, tepatnya di halaman rumah saat mitra tutur sedang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 184: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

164

memperbaiki jaring. Waktu tuturan tersebut terjadi pada pagi hari, sekitar pukul

09.00.

Aspek yang terakhir adalah aspek tuturan sebagai produk tindak verbal.

Aspek ini membahas tindak verbal penutur dan tindak perlokusi mitra tutur.

Tindak verbal penutur C11 adalah tindak verbal komisif. Penutur menggunakan

tindak verbal ini karena ia menagih janji mitra tutur. Tindak perlokusi mitra tutur

adalah mitra tutur menjawab pertanyaan penutur.

Berdasar penanda pragmatik di atas, tuturan tersebut jelas tergolong ke

dalam subkategori menagih dan maksud penutur pun menagih janji mitra tutur.

4.3.3.10 Subkategori Mengejek

Cuplikan tuturan 25 (C12)

P : “Jenggote koyo kowe, Pak.”

MT : “Kok, kowa-kowe to, ora pantes.”

Cuplikan tuturan di atas merupakan wujud linguistik dari subkategori

mengejek dalam kategori ketidaksantunan melecehkan muka. Wujud pragmatik

dari tuturan C12 adalah penutur menyamakan bentuk fisik mitra tutur dengan

orang yang berada dalam sebuah acara televisi. Mitra tutur merupakan orang tua

dari penutur, dan penutur tetap mengejeknya.

Pembahasan penanda linguistik berdasar pada aspek intonasi, kata fatis,

nada tutur, tekanan, dan pilihan kata atau diksi. Penutur C12 menggunakan

intonasi berita dalam tuturannya. Penutur menggunakan intonasi ini untuk

memberitahu mitra tutur mengenai apa yang dipahami penutur. Penutur

menggunakan nada sedang dalam penyampaian tuturannya. Penggunaan nada

sedang penutur karena penutur dalam situasi yang santai dan bercanda. Penutur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 185: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

165

menggunakan tekanan lunak pada tuturannya. Penutur menekankan pada frasa

jenggote koyo kowe, hal ini yang menandakan bahwa penutur sedang mengejek

mitra tutur. Diksi yang digunakan penutur adalah bahasa nonstandar, yakni bahasa

Jawa. Penutur menggunakan bahasa Jawa dalam pemilihan katanya karena bahasa

Jawa telah menjadi bahasa komunikasi dalam keluarga ini.

Pembahasan dari segi penanda pragmatik menggunakan aspek-aspek yang

dijelaskan oleh Leech (1983). Aspek-aspek penanda pragmatik tersebut adalah

aspek penutur dan lawan tutur, konteks tuturan, tujuan penutur, tuturan sebagai

bentuk tindakan atau aktivitas, dan tuturan sebagai produk tindak verbal. Aspek

penutur dan lawan tutur dalam cuplikan tuturan 25 adalah penutur merupakan

perempuan, anak dari mitra tutur. Sedangkan, mitra tutur adalah ayah dari

penutur. Penutur masih bersekolah pada tingkatan SD kelas 6 dan penutur bekerja

sebagai nelayan di pantai Congot. Mitra tutur memiliki jabatan dalam kelompok

nelayan di daerah tersebut, ia merupakan sekretaris kelompok nelayan pantai

Congot. Hubungan mereka berdua adalah keluarga.

Aspek kedua yang dipaparkan oleh Leech (1983) adalah konteks tuturan.

Konteks tuturan pada cuplikan tuturan 25 adalah seluruh anggota keluarga sedang

berkumpul menonton salah satu acara televisi. Mereka adalah penutur, mitra tutur,

dan ibu dari penutur. Mitra tutur memiliki jenggot yang lumayan lebat, dan dalam

acara televisi tersebut juga terdapat laki-laki yang hampir sama dengan mitra

tutur, sehingga penutur spontan mengejek mitra tutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 186: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

166

Aspek yang ketiga adalah tujuan penutur menyampaikan tuturannya. Tujuan

penutur C12 adalah mengejek mitra tutur dengan menyamakan dirinya dengan

orang yang berada dalam acara televisi.

Aspek yang keempat adalah tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas.

Aspek ini membahas mengenai waktu dan tempat terjadinya tuturan. Cuplikan

tuturan 25 terjadi di rumah, tepatnya di ruang keluarga. Waktu tuturan tersebut

terjadi saat mereka sedang berkumpul menonton televisi, yakni setelah makan

malam.

Aspek yang terakhir adalah aspek tuturan sebagai produk tindak verbal.

Aspek ini membahas tindak verbal penutur dan tindak perlokusi mitra tutur.

Tindak verbal penutur C5 adalah tindak verbal representatif. Tindak verbal

representatif adalah jenis tintur yang menyatakan apa yang diyakini penutur kasus

atau bukan, berupa suatu fakta, penegasan, kesimpulan, dan pendeskripsian.

Tindak perlokusi mitra tutur adalah mitra tutur menanggapi tuturan penutur

dengan memperingatkan penutur, karena penutur menggunakan kata-kata yang

tidak pantas diucapkan terhadap orang tua.

Berdasar penanda pragmatik di atas, tuturan tersebut tergolong ke dalam

subkategori mengejek dan memiliki maksud yang sama dengan subkategorinya,

yakni maksud mengejek.

4.3.3.11 Subkategori Menasihati

Cuplikan tuturan 29 (C16)

P : “Kalo memang niatnya masih mau sekolah, Bapak masih

ingin ngragati. Kalo emang maunya nikah, bilang aja pengen

nikah. Bapak nikahke.” MT : “Lho kok ngono, Pak!”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 187: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

167

Cuplikan tuturan di atas merupakan wujud linguistik dari subkategori

mengejek dalam kategori ketidaksantunan melecehkan muka. Wujud pragmatik

dari tuturan C16 adalah penutur penutur menyampaikan tuturannya dengan kesal

dan ia berusaha memojokkan mitra tutur.

Pembahasan penanda linguistik berdasar pada aspek intonasi, kata fatis,

nada tutur, tekanan, dan pilihan kata atau diksi. Penutur C16 menggunakan

intonasi berita dalam tuturannya. Penutur menggunakan intonasi ini untuk

memberitahu mitra tutur mengenai apa yang dirasakan penutur. Penutur merasa

kesal dengan sikap mitra tutur. Penutur menggunakan nada sedang dalam

penyampaian tuturannya. Penggunaan nada sedang penutur tetap masuk ke dalam

kategori tidak santun karena ia memojokkan mitra tutur. Penutur menggunakan

tekanan keras pada tuturannya. Tekanan keras ini menandakan bahwa penutur

benar-benar menekankan tuturannya agar mitra tutur paham. Diksi yang

digunakan penutur adalah bahasa nonstandar, yakni bahasa Jawa dan diselingi

bahasa Indonesia. Penutur menggunakan bahasa Jawa dalam pemilihan katanya

karena bahasa Jawa telah menjadi bahasa komunikasi dalam keluarga ini.

Pembahasan dari segi penanda pragmatik menggunakan aspek-aspek yang

dijelaskan oleh Leech (1983). Aspek-aspek penanda pragmatik tersebut adalah

aspek penutur dan lawan tutur, konteks tuturan, tujuan penutur, tuturan sebagai

bentuk tindakan atau aktivitas, dan tuturan sebagai produk tindak verbal. Aspek

penutur dan lawan tutur dalam cuplikan tuturan 29 adalah penutur merupakan

ayah dari mitra tutur dan mitra tutur adalah perempuan berusia 16 tahun. Penutur

memiliki jabatan sebagai ketua nelayan dalam kelompok nelayan yang ia pimpin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 188: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

168

Mitra tutur masih bersekolah di salah satu SMA di kecamatan Temon. Hubungan

mereka berdua adalah ayah dan anak dan memiliki tingkat keakraban selayaknya

keluarga pada umumnya.

Aspek kedua yang dipaparkan oleh Leech (1983) adalah konteks tuturan.

Konteks tuturan pada cuplikan tuturan 29 adalah mitra tutur memiliki pacar dan

penutur tidak senang karena mitra tutur masih bersekolah tetapi sudah berpacaran.

Penutur ingin mitra tutur fokus pada pendidikan terlebih dahulu. Ketidaksenangan

penutur dengan tindakan mitra tutur membuat penutur kesal dan harus menasihati

mitra tutur.

Aspek yang ketiga adalah tujuan penutur menyampaikan tuturannya. Tujuan

penutur C16 adalah menasihati mitra tutur agar ia bisa lebih mementingkan

pendidikannya daripada berpacaran.

Aspek yang keempat adalah tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas.

Aspek ini membahas mengenai waktu dan tempat terjadinya tuturan. Cuplikan

tuturan 29 terjadi di rumah, tepatnya di ruang keluarga. Waktu tuturan tersebut

terjadi saat mereka sedang bersantai sehabis makan malam.

Aspek yang terakhir adalah aspek tuturan sebagai produk tindak verbal.

Aspek ini membahas tindak verbal penutur dan tindak perlokusi mitra tutur.

Tindak verbal penutur C16 adalah tindak verbal direktif. Tindak verbal direktif

jenis tintur yang dipakai oleh penutur untuk menyuruh orang lain melakukan

sesuatu. Meliputi perintah, pemesanan, pemberian saran, permohonan. Tindak

perlokusi mitra tutur adalah mitra tutur menanggapi tuturan penutur karena ia

merasa dipojokkan oleh penutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 189: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

169

Berdasar penanda pragmatik di atas, tuturan tersebut tergolong ke dalam

subkategori menasihati, karena tujuan penutur adalah menyadarkan anaknya yang

telah bertindak keliru dalam pandangan penutur. Walaupun tuturan penutur masuk

ke dalam subkategori menasihati, tetapi penutur memiliki maksud memarahi mitra

tutur agar mitra tutur takut dan tidak melakukan kesalahan yang sama.

4.3.4 Kategori Menghilangkan Muka

Culpeper (2008) dalam Rahardi (2012) memberikan penekanan pada fakta

‘face loss’ atau ‘kehilangan muka’, kalau dalam bahasa Jawa mungkin konsep itu

dekat dengan konsep ‘kelangan rai’ (kehilangan muka). Jadi, ketidaksantunan

dalam berbahasa itu merupakan perilaku komunikatif yang diperantikan secara

intensional untuk membuat orang benar-benar kehilangan muka (face loss), atau

setidaknya orang tersebut ‘merasa’ kehilangan muka.

4.3.4.1 Subkategori Menyindir

Cuplikan tuturan 40 (D3)

P : “Koyo adimu kae lho iso ngopo-ngopo, koe kok tura-turu

wae.”

MT : “Joni kae rak tritikan ngene-ngene mesti pengen.”

Cuplikan tuturan 41 (D4)

MT : “ Habis kumpulan dari kabupaten, ini monggo dicakke.”

P : “Wah, opo-opo dinas... opo-opo dinas...”

Cuplikan di atas merupakan wujud linguistik dari subkategori menyindir

dalam kategori ketidaksantunan menghilangkan muka. Bila dibahas dalam wujud

pragmatik, penutur D3 berbicara dengan cara kesal kepada mitra tutur. Penutur

membandingkan mitra tutur dengan adik mitra tutur di hadapan adiknya. Hal yang

hampir sama juga dilakukan oleh penutur D4, ia menyampaikan tuturan tidak

santunnya kepada mitra tutur di hadapan orang banyak. Penutur mengutarakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 190: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

170

tuturannya dengan cara keras kepada mitra tutur, hal ini mengindikasikan bahwa

penutur sedang dalam keadaan emosi (Pranowo, 2012:77). Kedua tuturan tersebut

disampaikan di hadapan orang lain dan membuat mitra tutur kehilangan muka,

sehingga tuturan tersebut dapat digolongkan ke dalam kategori menghilangkan

muka.

Pembahasan penanda linguistik berdasar pada aspek intonasi, kata fatis,

nada tutur, tekanan, dan pilihan kata atau diksi. Intonasi yang terdapat pada

tuturan D3 dan tuturan D4 adalah intonasi berita. Muslich (2009) menjelaskan

bahwa kalimat berita (deklaratif) ditandai dengan pola intonasi datar-turun.

Penutur D3 memberitahukan kepada mitra tutur bahwa adiknya lebih rajin

daripada dirinya. Sedangkan, penutur D4 menginformasikan sekaligus menyindir

mitra tutur bahwa ia selalu bergantung pada dinas. Penutur D3 menggabungkan 2

kata fatis dalam tuturannya, kata fatis tersebut adalah lho dan kok. Kata fatis lho

yang digunakan penutur D3 terletak di tengah kalimat, berarti kata fatis tersebut

bertugas untuk menekankan kepastian. Pada frasa pertama memang penutur

memastikan bahwa adik mitra tutur bisa apa saja. Kata fatis kok pada tuturan D3

menggambarkan penekanan alasan penutur menjadi kesal. Nada tutur penutur D3

menggunakan nada sedang dalam penyampaian tuturannya. Walaupun

menggunakan nada sedang, tuturan penutur tetap tidak santun karena mitra tutur

merasa kehilangan muka. Penutur D4 yang sudah emosi dengan tindakan mitra

tutur memilih menggunakan nada tinggi dalam pengucapannya. Nada tinggi

penutur mengindikasikan bahwa ia sedang marah atau emosi dengan mitra tutur.

Tekanan lunak terdapat pada tuturan D3 frasa kedua, yakni koe kok tura-turu wae.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 191: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

171

Penutur hanya menekankan tuturan tersebut dengan tekanan lunak, tetapi

memiliki makna menyindir mitra tutur. Hal yang berbeda dilakukan penutur D4

dalam menekankan tuturannya. Ia menekankan frasa opo-opo dinas dengan

menggunakan tekanan keras. Seperti apa yang telah dijelaskan pada nada tutur

penutur D4 bahwa penutur sedang dalam keadaan emosi sehingga tuturannya

diucapkan dengan tekanan yang keras. Kedua penutur menggunakan diksi bahasa

nonstandar. Domisili mereka yang berada dalam daerah berbahasa Jawa dalam

berkomunikasi sehari-hari menjadi faktor kuat penggunaan diksi ini.

Pembahasan dari segi penanda pragmatik menggunakan aspek-aspek yang

dijelaskan oleh Leech (1983). Aspek-aspek penanda pragmatik tersebut adalah

aspek penutur dan lawan tutur, konteks tuturan, tujuan penutur, tuturan sebagai

bentuk tindakan atau aktivitas, dan tuturan sebagai produk tindak verbal. Aspek

penutur dan lawan tutur dalam cuplikan tuturan 40 adalah penutur sebagai laki-

laki, ayah dari mitra tutur yang bekerja sebagai nelayan di pantai Trisik. Mitra

tutur adalah anak laki-laki penutur yang berusia 21 tahun dan sedang menempuh

pendidikan pada tingkat mahasiswa di salah satu universitas di Yogyakarta.

Seperti yang dijelaskan oleh nara sumber bahwa mitra tutur memiliki tingkat

sosial yang tidak suka bekerja di lapangan seperti membantu penutur saat melaut

atau bertani. Tingkat keakraban panutur dan mitra tutur adalah tingkat

kekeluargaan biasa, tidak ada yang istimewa pada tingkatan ini. Aspek penutur

dan lawan tutur pada cuplikan tuturan 41 adalah penutur dan mitra tutur

merupakan laki-laki dan mereka merupakan anggota nelayan pantai Congot. Mitra

tutur memiliki jabatan sebagai ketua dalam perkumpulan nelayan pantai Congot.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 192: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

172

Hubungan keakraban mereka adalah sebagai teman dan rekan kerja. Selain itu,

mereka mempunyai hubungan dalam kelompok nelayan sebagai ketua dan

anggota dari kelompok tersebut.

Aspek kedua yang dipaparkan oleh Leech (1983) adalah konteks tuturan.

Konteks tuturan pada cuplikan tuturan 40 adalah mitra tutur sedang tiduran dan

menonton televisi, sedangkan penutur akan pergi ke ladang bersama adik mitra

tutur. Penutur tidak pergi melaut dikarenakan ombak sedang besar, sehingga ia

bekerja di ladang sebagai pekerjaan kedua. Adik mitra tutur sangat rajin

membantu penutur bekerja di ladang, sedangkan mitra tutur tidak suka dengan

pekerjaan kasar seperti itu. Melihat mitra tutur yang hanya malas-malasan,

penutur menyindirnya dengan membandingkan mitra tutur dengan adiknya.

Konteks tuturan pada cuplikan tuturan 41 adalah sedang diadakannya rapat

kelompok tani. Mitra tutur mendapat perintah dari Kabupaten mengenai pelatihan

kerja. Mitra tutur mengumumkan hasil keputusan dari Kebupaten mengenai

perintah atau pelatihan kerja kepada seluruh anggota nelayan.

Aspek yang ketiga adalah tujuan penutur menyampaikan tuturannya. Tujuan

tuturan D3 adalah penutur menyindir mitra tutur karena tidak mau membantu

penutur bekerja, padahal saat itu adalah hari libur dan mitra tutur hanya bersantai

di rumah, sedangkan adiknya membantu penutur untuk bekerja. Selain penutur

menyindir mitra tutur, ia juga membandingkan mitra tutur yang pemalas dengan

adiknya yang rajin membantu orang tua. Tujuan penutur D4 adalah menyindir

mitra tutur yang selalu patuh kepada dinas. Selain itu, penutur juga memiliki

tujuan untuk menolak perintak dari dinas yang diumumkan oleh mitra tutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 193: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

173

Aspek yang keempat adalah tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas.

Aspek ini membahas mengenai waktu dan tempat terjadinya tuturan. Tuturan D3

terjadi di rumah, tepatnya di ruang keluarga. Waktu tuturan ini terjadi pada saat

hari libur. Cuplikan tuturan 41 terjadi di basecamp nelayan pantai Congot, di Desa

Jangkaran, Kulonprogo saat diadakannya kumpulan rutin nelayan pantai Congot.

Aspek yang terakhir adalah aspek tuturan sebagai produk tindak verbal.

Aspek ini membahas tindak verbal penutur dan tindak perlokusi mitra tutur.

Tindak verbal penutur D3 dan D4 adalah tindak ekspresif. Mereka berdua

mengekspresikan kekesalan mereka kepada mitra tutur di hadapan orang lain.

Tindak verbal ekspresif merupakan jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu

yang dirasakan penutur, berupa pernyataan kegembiraan, kesulitan, kesukaan,

kebencian, kesenangan, dan kesengsaraan. Tindak perkokusi mitra tutur D3

adalah menanggapi tuturan penutur dengan sanggahan. Sedangkan, tindak

perlokusi pada penutur D4 adalah menanggapi tuturan penutur, walaupun penutur

tetap tenang dan tidak emosi, mitra tutur merasa dirinya dipermalukan di depan

anggota nelayan lainnya.

Kedua tuturan tersebut tergolong ke dalam subkategori menyindir, hal ini

teridentifiksi berdasar pada penanda pragmatik tiap tuturan. Walau berada dalam

subkategori yang sama, kedua penutur tersebut memiliki maksud yang berbeda

dalam penyampaian tuturannya. Maksud ketidaksantunan penutur hanya diketahui

oleh masing-masing penutur. Penutur D3 memiliki maksud menyindir dalam

tuturannya, karena ia memang ingin menyindir mitra tutur yang kerjaannya hanya

malas-malasan saat hari libur. Sedangkan, penutur D4 memiliki maksud kecewa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 194: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

174

terhadap tindakan mitra tutur yang selalu patuh terhadap perintah dari dinas.

Kedua mitra tutur merasa dirinya dipermalukan di depan orang lain sehingga ia

merasa kehilangan muka.

4.3.4.2 Subkategori Mengejek

Cuplikan tuturan 43 (D6)

P : “Gampang nek mung kur ngono. Solusino piro anggarane sayap?

Ngertimu piro?”

MT : ”Rung ngerti aku.”

P : “Halah... Nelayan seprono-seprene gaweane kok muni ra

ngerti!”

Cuplikan tuturan 44 (D7)

P : “Tak inggoni pitmu motor mas, koe nek nulisi ora ngono kae!

Tulisi ojo dumeh...”

MT2 : “Diwarai mas.”

P : “Ojo dumeh koe kie sugeh, ojo dumeh koe kie waras, wong sak

lapangan sewengi ra rampung-rampung nek ojo dumeh, ojo dumeh koe ki

ayu, aku yo iso.”

MT2 : (sambil menyela) “iya...aaa... iya...aaa...”

Cuplikan di atas merupakan wujud linguistik dari subkategori mengejek

dalam kategori ketidaksantunan menghilangkan muka. Wujud pragmatik dari

tuturan D6 adalah penutur menyampaikan tuturannya dengan cara sinis kepada

mitra tutur. Mitra tutur merupakan tuan rumah dan penutur merupakan tamu.

Tuturan penutur disampaikan di hadapan tamu lain mitra tutur. Sedangkan pada

tuturan D7, penutur dan mitra tutur sama-sama tamu dari ketua nelayan pantai

Congot. Penutur mengejek mitra tutur, padahal mereka baru saja kenal. Tuturan

penutur membuat mitra tutur malu, karena ia diejek di hadapan orang lain. Kedua

wujud pragmatik tersebut yang menunjukkan bagaimana tuturan penutur menjadi

tidak santun.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 195: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

175

Pembahasan penanda linguistik berdasar pada aspek intonasi, kata fatis,

nada tutur, tekanan, dan pilihan kata atau diksi. Penutur D6 menggunakan intonasi

seru dalam tuturannya. Intonasi seru ini ditandai dengan tanda seru dalam

tuturannya. Intonasi ini juga ditandai dengan perasaan hati penutur yang kesal

terhadap mitra tutur. Intonasi yang terdapat dalam tuturan D7 adalah intonasi

perintah. Kalimat perintah (imperatif) ditandai dengan pola intonasi datar-tinggi

(Muslich, 2009). Penutur D6 menggunakan kata fatis kok dalam tuturannya. Kata

fatis kok yang digunakan penutur terletak di bagian tengah kalimat, hal ini

menandakan bahwa kata fatis tersebut juga dapat bertugas menggantikan kata

tanya mengapa atau kenapa. Persamaan kedua penutur dari segi penanda

linguistiknya adalah pada penyampaian nada tutur dan pilihan kata yang

digunakan. Nada tutur yang mereka gunakan adalah nada sedang. Nada sedang

dapat mengindikasikan bahwa penutur tidak dalam keadaan marah, tetapi tuturan

tersebut tetap dianggap tidak santun karena penutur membuat mitra tutur merasa

kehilangan muka. Pilihan kata yang mereka gunakan adalah bahasa nonstandar,

yakni bahasa Jawa. Mereka menggunakan bahasa Jawa dalam tuturannya karena

bahasa tersebut merupakan bahasa sehari-hari dalam berkomunikasi. Tekanan

yang terdapat dalam tuturan D6 adalah tekanan keras. Penutur menekankan kata

Halah dengan tekanan keras karena penutur merasa tidak percaya dengan tuturan

mitra tutur. Sedangkan, penutur D7 menekankan frasa Tulisi ojo dumeh dengan

tekanan lunak dalam tuturannya karena selain mengkomentari motor mitra tutur,

ia menyuruh mitra tutur untuk menulisi motornya dengan tulisan ojo dumeh.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 196: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

176

Pembahasan dari segi penanda pragmatik menggunakan aspek-aspek yang

dijelaskan oleh Leech (1983). Aspek-aspek penanda pragmatik tersebut adalah

aspek penutur dan lawan tutur, konteks tuturan, tujuan penutur, tuturan sebagai

bentuk tindakan atau aktivitas, dan tuturan sebagai produk tindak verbal. Aspek

penutur dan lawan tutur dalam cuplikan tuturan 43 adalah penutur sebagai laki-

laki berusia 41 tahun, ia merupakan tamu dari mitra tutur. Mitra tutur adalah laki-

laki berusia 42 tahun dan ia merupakan tuan rumah. Mereka berdua adalah

nelayan, penutur nelayan di pantai Glagah dan mitra tutur nelayan di pantai

Congot. Hubungan keakraban mereka sangat akrab, selain sebagai rekan

seprofesi, dapat dikatakan mereka adalah teman dekat, karena mereka sangat

santai dalam berkomunikasi walaupun mereka saling ejek. Pada cuplikan tuturan

44, penutur merupakan laki-laki berusia 41 tahun, sedangkan mitra tutur adalah

laki-laki berusia 23 tahun. Mereka berdua adalah tamu dari ketua nelayan pantai

Congot. Penutur berpancaharian sebagai nelayan, sedangkan mitra tutur adalah

mahasiswa salah satu universitas di Yogyakarta. Mereka berdua baru saling kenal

pada saat itu juga, sehingga hubungan keakraban mereka biasa saja.

Aspek kedua yang dipaparkan oleh Leech (1983) adalah konteks tuturan.

Konteks tuturan pada cuplikan tuturan 43 adalah penutur dan mitra tutur sedang

membahas biaya perbaikan kapal yang sayapnya patah karena diterjang ombak.

Sebelumnya penutur bertanya kepada mitra tutur mengenai anggaran perbaikan

sayap kapal, tetapi pertanyaan tersebut bernadakan untuk menguji pengetahuan

mitra tutur. Konteks tuturan 44 adalah terdapat 4 orang di sana pada saat itu,

termasuk penutur dan mitra tutur. Penutur sudah berpamitan ingin pulang. Penutur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 197: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

177

berada di halaman rumah dan berada di samping motornya, dan di samping motor

penutur terdapat motor mitra tutur. Penutur mengomentari tulisan atau stiker yang

ada di motor mitra tutur.

Aspek yang ketiga adalah tujuan penutur menyampaikan tuturannya. Tujuan

tuturan D6 adalah untuk mengejek mitra tutur yang sudah menjadi nelayan senior

tetapi tidak tahu berapa anggaran sayap kapal. Tujuan tuturan D7 adalah penutur

mengomentari dan mengejek tulisan yang ada di motor mitra tutur, setelah itu

penutur memberi saran kepada mitra tutur.

Aspek yang keempat adalah tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas.

Aspek ini membahas mengenai waktu dan tempat terjadinya tuturan. Cuplikan

tuturan 43 dan 44 memiliki tempat yang sama yakni, terjadi di rumah mitra tutur,

tepatnya di teras rumah pada pada tanggal 20 April 2012 sekitar pukul 16.30.

Aspek yang terakhir adalah aspek tuturan sebagai produk tindak verbal.

Aspek ini membahas tindak verbal penutur dan tindak perlokusi mitra tutur.

Tindak verbal penutur D6 adalah tindak representatif, karena penutur

mengutarakan kesimpulan dari pernyataan mitra tutur. Walaupun mungkin mitra

tutur berbohong. Tindak verbal penutur D7 adalah tindak direktif. Tindak verbal

direktif adalah jenis tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk menyuruh orang

lain melakukan sesuatu. Meliputi perintah, pemesanan, pemberian saran,

permohonan. Tuturan penutur termasuk dalam tindak verbal direktif karena

penutur menyuruh mitra tutur untuk mengganti tulisan yang ada di motornya.

Tindak perlokusi mitra tutur D6 adalah mitra tutur menimpali pertanyaan tersebut

kepada tamunya yang lain yang merupakan seorang nelayan berpengalaman juga.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 198: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

178

Sedangkan, penutur D7 memiliki tindak perlokusi berupa tindakan. Mitra tutur D7

hanya tersenyum malu dengan dituturkannya tuturan penutur.

Kedua tuturan tersebut tergolong ke dalam subkategori mengejek, mengejek

adalah situasi dimana penutur sedang dalam keadaan santai. Walau dalam keadaan

santai, bisa saja tuturan tersebut menjadi tidak santun bila mitra tutur merasa

kehilangan muka. Kesamaan subkategori tidak menandakan bahwa maksud dari

kedua penutur tersebut juga sama. Penutur D6 memiliki maksud mengejek.

Maksud mengejek penutur D6 memiliki adalah ia mengejek mitra tutur yang

merupakan nelayan senior sekaligus ketua nelayan pantai Congot tetapi tidak tahu

anggaran perbaikan sayap kapal. Sedangkan, maksud penutur D7 adalah maksud

menggoda. Alasan penutur menggoda mitra tutur karena ia melihat stiker yang

ada di motor mitra tutur bertuliskan ojo gondoel FU, sehingga ia menyarankan

agar diganti dengan tulisan ojo dumeh. Walaupun tuturan kedua penutur di atas

tidak dalam situasi serius, mitra tutur tetap merasa malu karena mereka diejek dan

digoda di hadapan orang lain.

4.3.4.3 Subkategori Menegur

Cuplikan tuturan 39 (D2)

P : “Nih kamu gak naik kelas! Gak malu apa sama yang lain?

Besok lagi yang rajin belajarnya agar naik kelas. Kalo gak naik

kelas lagi mesti kamu mung diisin-isin karo konco-koncomu.”

Cuplikan tuturan 42 (D5)

P : ”Makanya kalo kamu itu mau belajar ya belajar, gag belajar

cuman maen.”

Cuplikan di atas merupakan wujud linguistik dari subkategori menegur

dalam kategori ketidaksantunan menghilangkan muka. Wujud pragmatik dari

tuturan D2 adalah penutur menyampaikan tuturannya dengan cara halus kepada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 199: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

179

mitra tutur. Cara halus yang digunakan penutur justru membuat mitra tutur takut

karena secara tidak langsung mitra tutur sedang dimarahi penutur. Mitra tutur

ditegur oleh penutur di depan orang lain. Sedangkan pada tuturan D5, penutur

menegur mitra tutur di depan bibi dan saudaranya yang mendapat nilai lebih

bagus dari mitra tutur. Penutur menyampaikan tuturannya dengan kesal dan penuh

dengan kekecewaan.

Pembahasan penanda linguistik berdasar pada aspek intonasi, kata fatis,

nada tutur, tekanan, dan pilihan kata atau diksi. Penutur D2 menggunakan intonasi

seru dalam tuturannya. Intonasi ini ditandai dengan perasaan hati penutur yang

kesal terhadap mitra tutur. Intonasi yang terdapat dalam tuturan D5 adalah

intonasi berita. Kalimat berita (deklaratif) ditandai dengan pola intonasi datar-

turun (Muslich, 2009). Penggunaan kata fatis hanya terdapat pada tuturan D5,

yakni kata fatis ya. Kata fatis ya bertugas mengukuhkan atau membenarkan apa

yang ditanyakan kawan bicara, bila dipakai pada awal ujaran dan meminta

persetujuan atau pendapat kawan bicara bila dipakai pada akhir ujaran. Penutur

D5 menggunakan kata fatis ya bermaksud untuk mengukuhkan dan membenarkan

pendapat penutur. Nada tutur yang digunakan penutur D2 adalah nada sedang.

Sedangkan, penutur D5 menggunakan nada tinggi dalam penyampaian tuturannya.

Nada tinggi dapat mengindikasikan bahwa penutur benar-benar kesal dengan

mitra tutur. Tekanan keras sama-sama menjadi pilihan penutur dalam menekankan

tuturannya. Penutur D2 menekankan pada frasa Nih kamu gak naik kelas,

sedangkan penutur D5 menekankan pada frasa kalo mau belajar ya belajar.

Kedua penutur tersebut juga menggunakan bahasa populer sebagai pilihan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 200: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

180

katanya. Penggunaan bahasa populer ini mereka gunakan karena agar lebih

dipahami oleh mitra tutur. Bahasa populer adalah kata-kata yang dikenal dan

diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat.

Pembahasan dari segi penanda pragmatik menggunakan aspek-aspek yang

dijelaskan oleh Leech (1983). Aspek-aspek penanda pragmatik tersebut adalah

aspek penutur dan lawan tutur, konteks tuturan, tujuan penutur, tuturan sebagai

bentuk tindakan atau aktivitas, dan tuturan sebagai produk tindak verbal. Aspek

penutur dan lawan tutur dalam cuplikan tuturan 39 adalah sebagai berikut. Penutur

dan mitra tutur merupakan laki-laki, penutur adalah ayah dan mitra tutur adalah

anak. Penutur bekerja sebagai nelayan di pantai Trisik, sedangkan mitra tutur

masih duduk di bangku SD. Penutur dan mitra tutur pada cuplikan tuturan 42

adalah laki-laki. Penutur merupakan paman dari mitra tutur. Penutur bekerja

sebagai nelayan di pantai Congot dan mitra tutur masih bersekolah pada tingkatan

SD.

Aspek kedua yang dipaparkan oleh Leech (1983) adalah konteks tuturan.

Konteks tuturan pada cuplikan tuturan 39 adalah penutur pulang dari sekolah

mengambil raport mitra tutur. Mitra tutur mendapat raport jelek dan tidak naik

kelas. Tuturan ini terjadi saat penutur, mitra tutur, dan orang ketiga sedang

bercakap-cakap membahas nilai mitra tutur. Konteks tuturan 42 adalah mitra tutur

mendapat nilai jelek, hal ini berbanding terbalik dengan keponakan penutur. Mitra

tutur merupakan keponakan dari istri yang tinggal bersama penutur. Dalam situasi

ini terdapat orang ketiga yakni, istri dan keponakan penutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 201: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

181

Aspek yang ketiga adalah tujuan penutur menyampaikan tuturannya. Tujuan

tuturan D2 adalah penutur menasihati anaknya yang tidak naik kelas di hadapan

orang ketiga (ibunya). Tujuan tuturan D5 adalah penutur menasihati mitra tutur

yang mendapat nilai jelek, secara tersirat penutur juga menyindir dan

membandingkan mitra tutur dengan keponakannya yang mendapatkan nilai baik.

Aspek yang keempat adalah tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas.

Aspek ini membahas mengenai waktu dan tempat terjadinya tuturan. Cuplikan

tuturan 39 bertempat di halaman rumah penutur pada siang hari setelah penutur

pulang dari mengambil raport. Cuplikan tuturan 42 bertempat di rumah penutur

pada siang hari setelah penutur pulang dari mengambil raport.

Aspek yang terakhir adalah aspek tuturan sebagai produk tindak verbal.

Aspek ini membahas tindak verbal penutur dan tindak perlokusi mitra tutur.

Tindak verbal penutur D2 dan D5 adalah tindak verbal ekspresif. Tindak verbal

ini merupakan jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan

penutur, berupa pernyataan kegembiraan, kesulitan, kesukaan, kebencian,

kesenangan, dan kesengsaraan. Kedua penutur tersebut merasa kesal dan kecewa

dengan apa yang didapat mitra tutur. Tindak perlokusi mitra tutur D2 dan D5

hampir sama yakni, mereka merasa malu dan hanya diam saja sambil

menundukkan kepala.

Kedua tuturan tersebut tergolong ke dalam subkategori menegur, menegur

adalah situasi dimana mitra tutur melakukan hal yang salah sehingga membuat

penutur harus memperingatkannya dengan teguran. Penutur D2 bermaksud untuk

memarahi mitra tutur, karena penutur merasa kecewa dengan tidak naik kelasnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 202: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

182

mitra tutur. Sedangkan penutur D5 bermaksud untuk menasihati mitra tutur yang

mendapat nilai jelek. Kedua penutur di atas sama-sama merasa kecewa dengan

hasil yang diperoleh mitra tutur, tetapi mereka memiliki cara masing-masing

dalam menyampaikan maksud mereka.

4.3.4.4 Subkategori menyinggung

Cuplikan tuturan 46 (D9)

P : “Ayo neng pasar, tukokke mobil-mobilan.”

MT : “Sesok yo le.”

P : “Wah bapak kie pelit, ngene-ngene ra oleh!”

MT : “Bapak durung due duit le.”

Cuplikan di atas merupakan wujud linguistik dari subkategori menyinggung

dalam kategori ketidaksantunan menghilangkan muka. Wujud pragmatik dari

tuturan D9 adalah penutur berbicara dengan cara kesal dengan orang yang lebih

tua dan tuturan tersebut disampaikan di hadapan teman-teman penutur.

Pembahasan penanda linguistik berdasar pada aspek intonasi, kata fatis,

nada tutur, tekanan, dan pilihan kata atau diksi. Penutur D9 menggunakan intonasi

seru dalam tuturannya. Intonasi ini ditandai dengan perasaan hati penutur yang

kesal terhadap mitra tutur. Nada tutur yang digunakan penutur D9 adalah nada

sedang. Walaupun penutur menggunakan nada sedang dalam pengucapannya, hal

tersebut sudah membuat mitra tutur malu. Tekanan keras menjadi pilihan penutur

dalam menekankan tuturannya. Penutur D9 menekankan pada frasa Wah bapak ki

pelit dengan tekanan keras karena frasa tersebut yang membuat mitra tutur

kehilangan muka. Diksi yang digunakan penutur adalah bahasa nonstandar, yakni

bahasa Jawa. Penggunaan bahasa Jawa oleh penutur karena penutur menggunakan

bahasa Jawa dalam berkomunikasi sehari-hari dengan mitra tutur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 203: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

183

Pembahasan dari segi penanda pragmatik menggunakan aspek-aspek yang

dijelaskan oleh Leech (1983). Aspek-aspek penanda pragmatik tersebut adalah

aspek penutur dan lawan tutur, konteks tuturan, tujuan penutur, tuturan sebagai

bentuk tindakan atau aktivitas, dan tuturan sebagai produk tindak verbal. Aspek

penutur dan lawan tutur dalam cuplikan tuturan 46 adalah penutur merupakan

laki-laki berusia 6 tahun, sedangkan mitra tutur juga merupakan laki-laki berusia

33 tahun. Penutur merupakan anak dari mitra tutur yang masih sekolah tingkat

SD. Mitra tutur bekerja sebagai nelayan di pantai Trisik. Hubungan mereka

berdua adalah hubungan keluarga.

Aspek kedua yang dipaparkan oleh Leech (1983) adalah konteks tuturan.

Konteks tuturan pada cuplikan tuturan 46 adalah penutur sedang bermain dengan

teman-temannya. Teman penutur mempunyai mainan baru, dan penutur

menginginkan mainan tersebut. Kemudian penutur memohon kepada mitra tutur

untuk dibelikan mainan yang sama dengan mainan milik temannya. Mitra tutur

menolak karena uangnya dipakai untuk hal yang lebih penting terlebih dahulu dan

mitra tutur memberi penawaran kepada penutur untuk lebih sabar, pasti besok

akan dibelikan.

Aspek yang ketiga adalah tujuan penutur menyampaikan tuturannya. Tujuan

tuturan D9 adalah penutur menuduh mitra tutur pelit karena tidak mau

membelikan mainan.

Aspek yang keempat adalah tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas.

Aspek ini membahas mengenai waktu dan tempat terjadinya tuturan. Cuplikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 204: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

184

tuturan 46 bertempat di rumah penutur pada siang hari saat penutur pulang dari

bermain.

Aspek yang terakhir adalah aspek tuturan sebagai produk tindak verbal.

Aspek ini membahas tindak verbal penutur dan tindak perlokusi mitra tutur.

Tindak verbal penutur D9 adalah tindak verbal ekspresif. Tindak verbal ini

merupakan jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan penutur,

berupa pernyataan kegembiraan, kesulitan, kesukaan, kebencian, kesenangan, dan

kesengsaraan. Penutur merasa kesal dengan tindakan mitra tutur yang tidak ingin

membelikan mainan. Tindak perlokusi mitra tutur D9 yakni, mitra tutur

menanggapi tuturan penutur dengan malu dan mengakui kalau penutur belum

mempunyai uang.

Tuturan tersebut tergolong ke dalam subkategori menyinggung, karena

penutur menyinggung mitra tutur dengan tuduhannya. Penutur D9 memiliki

maksud kesal dalam tuturannya karena ia kecewa dengan mitra tutur yang tidak

ingin membelikannya mainan.

4.3.5 Kategori Menimbulkan Konflik

Bousfield (2008:3) dalam Rahardi (2012) memberi penekanan pada dimensi

‘kesembronoan’ (gratuitous), dan konfliktif (conflictive) dalam praktik berbahasa

yang tidak santun itu. Jadi, apabila perilaku berbahasa seseorang itu mengancam

muka. Kemudian ancaman terhadap muka itu dilakukan secara sembrono

(gratuitous), hingga akhirnya tindakan berkategori sembrono demikian

mendatangkan konflik, atau bahkan pertengkaran, dan tindakan tersebut dilakukan

dengan kesengajaan (purposeful).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 205: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

185

4.3.5.1 Subkategori Menegaskan

Cuplikan tuturan 50 (E4)

P : “Ngematke matane, bawal ko ngene kok dianggep BS.”

MT : “Njajal ayo ditakokke ro liyane iki BS po ora?”

Cuplikan tuturan 52 (E6)

MT : “Banyune ki jek banter kae!”

P : “Alaah Mboook, mbog rasah gemrumung!! Ijek banter mau

bengi. Kui yo wes tak akonke uwong.”

MT : “Ha iyo gek didandani!”

Cuplikan tuturan di atas merupakan wujud linguistik dari subkategori

menegaskan dalam kategori ketidaksantunan menimbulkan konflik. Wujud

pragmatik dari tuturan E4 adalah penutur berbicara dengan cara kasar kepada

mitra tutur. Sedangkan penutur E6 dengan suara keras dan dengan suasana hati

kesal kepada mitra tutur, padahal mitra tutur merupakan orang tua penutur dan

umurnya sudah sangat tua.

Pembahasan penanda linguistik berdasar pada aspek intonasi, kata fatis,

nada tutur, tekanan, dan pilihan kata atau diksi. Penutur E4 dan E6 menggunakan

intonasi berita dalam tuturannya. Intonasi ini ditandai dengan pola intonasi datar-

turun. Kedua penutur tersebut memberitahu pemahamannya mengenai sesuatu

kepada mitra tutur. Kedua penutur tersebut juga menggunakan kata fatis dalam

tuturannya. Penutur E4 menggunakan kata fatis kok. Kata fatis ini dapat

menggantikan kata tanya mengapa atau kenapa. Sedangkan, penutur E6

menggunakan kata fatis ya. Kata fatis ya pada awal kalimat bertugas

mengukuhkan atau membenarkan apa yang ditanyakan mitra tutur. Nada tutur

yang digunakan kedua penutur di atas adalah nada tinggi. Kedua penutur tersebut

sedang dalam suasana hati yang emosi karena tuturan mitra tutur, sehingga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 206: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

186

mereka menggunakan nada tinggi. Selain kedua penutur di atas memiliki intonasi

yang sama, mereka juga menggunakan tekanan yang sama pula dalam tuturannya,

yakni tekanan keras. Penutur E4 menekankan pada frasa Ngematke matane,

sedangkan penutur E6 menekankan pada frasa Kui yo wes tak akonke uwong.

Diksi yang digunakan penutur adalah bahasa nonstandar, yakni bahasa Jawa.

Penggunaan bahasa Jawa oleh penutur karena penutur menggunakan bahasa Jawa

dalam berkomunikasi sehari-hari dengan mitra tutur.

Pembahasan dari segi penanda pragmatik menggunakan aspek-aspek yang

dijelaskan oleh Leech (1983). Aspek-aspek penanda pragmatik tersebut adalah

aspek penutur dan lawan tutur, konteks tuturan, tujuan penutur, tuturan sebagai

bentuk tindakan atau aktivitas, dan tuturan sebagai produk tindak verbal. Aspek

penutur dan lawan tutur dalam cuplikan tuturan 50 adalah penutur dan mitra tutur

merupakan laki-laki, nelayan pantai Congot. Hubungan keakraban mereka hanya

sebatas rekan kerja dan teman biasa. Aspek penutur dan lawan tutur pada cuplikan

tuturan 52 adalah penutur dan mitra tutur merupakan perempuan. Penutur berusia

36 tahun, merupakan anak dari mitra tutur yang berusia 70-80 tahun. Penutur

bekerja sebagai pedagang di pasar tradisional, sedangkan mitra tutur tidak

memiliki pekerjaan karena ia sudah lanjut usia. Hubungan keakraban mereka

adalah keluarga.

Aspek kedua yang dipaparkan oleh Leech (1983) adalah konteks tuturan.

Konteks tuturan pada cuplikan tuturan 50 adalah para nelayan pantai Congot naik

dari melaut, mereka memanen ikan bawal. Nelayan mengelompokkan ikan bawal

di TPI (tempat pelelangan ikan). Keadaan di sana begitu ramai karena selain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 207: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

187

banyaknya nelayan, juga banyak pelelangan ikan. Konteks cuplikan tuturan 52

adalah pralon air di depan rumah bocor sejak sehari yang lalu. Mitra tutur akan

mengambil wudhu pada kran yang pralonnya bocor. Mitra tutur memberitahu

bahwa pralonnya masih bocor. Penutur emosi karena mitra tutur bersuara keras

saat menyampaikan berita tersebut.

Aspek yang ketiga adalah tujuan penutur menyampaikan tuturannya. Tujuan

penutur E4 adalah untuk memberitahu kepada mitra tutur bahwa bawalnya bukan

BS. Cara pemberitahuan penutur sangatlah kasar sehingga tuturan ini masuk ke

dalam tuturan yang tidak santun. Tujuan penutur E6 menyampaikan tuturannya

adalah memberitahu mitra tutur bahwa penutur sudah tahu kalau pralon air di

depan rumah bocor dan sudah menyuruh orang untuk memperbaiki pralon

tersebut.

Aspek yang keempat adalah tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas.

Aspek ini membahas mengenai waktu dan tempat terjadinya tuturan. Cuplikan

tuturan 50 terjadi di tempat pelelangan ikan sekitar pukul 2 siang. Sedangkan

cuplikan tuturan 52 terjadi di rumah pada waktu maghrib tiba.

Aspek yang terakhir adalah aspek tuturan sebagai produk tindak verbal.

Aspek ini membahas tindak verbal penutur dan tindak perlokusi mitra tutur.

Tindak verbal penutur E4 dan E6 adalah tindak verbal ekspresif. Tindak verbal ini

merupakan jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan penutur,

berupa pernyataan kegembiraan, kesulitan, kesukaan, kebencian, kesenangan, dan

kesengsaraan. Tindak perlokusi mitra tutur E4 yakni, mitra tutur menanggapi

tuturan penutur dengan tantangan dan cara penyampaiannya ketus. Sedangkan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 208: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

188

tindak perlokusi mitra tutur E6 adalah menanggapi dengan nada tinggi. Tindak

perlokusi mitra tutur yang tidak terima dengan tuturan penutur merupakan salah

satu faktor menjadikan tuturan ini masuk ke dalam kategori menimbulkan konflik.

Tuturan tersebut tergolong ke dalam subkategori menegaskan, karena

penutur menegaskan apa yang diyakininya. Penutur E4 bermaksud memberitahu

bahwa bawal yang didapatnya bukanlah bawal BS. Sedangkan, penutur E6

memiliki maksud kesal, karena mitra tutur selalu banyak bicara walaupun sudah

lanjut usia.

4.3.5.2 Subkategori Menolak

Cuplikan tuturan 53 (E7)

MT : “Ayo ngewangi bapak!”

P : “Gak mau!”

MT : “ Koe nek ra ngewangi bapak, trus sopo seng arep biayani”

Cuplikan tuturan 54 (E8)

MT : “Tipine dipindah, Mas?”

P : “Wegah!”

MT : (Berlari mencari orang tua dan minta untuk digendong).

Cuplikan tuturan di atas merupakan wujud linguistik dari subkategori

menolak dalam kategori ketidaksantunan menimbulkan konflik. Wujud pragmatik

dari tuturan E7 adalah penutur berbicara dengan cara spontan dan sembrono

kepada mitra tutur, padahal mitra tutur lebih tua dari penutur. Sedangkan penutur

E8 dengan cara ketus kepada mitra tutur.

Pembahasan penanda linguistik berdasar pada aspek intonasi, kata fatis,

nada tutur, tekanan, dan pilihan kata atau diksi. Penutur E7 dan E8 menggunakan

intonasi seru dalam tuturannya. Kedua penutur tersebut menyerukan denga tegas

penolakannya terhadap suruhan mitra tutur.. Nada tutur yang digunakan kedua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 209: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

189

penutur di atas adalah nada sedang. Walaupun penutur menggunakan nada

sedang, tuturan mereka tetap dianggap tidak santun. Selain kedua penutur di atas

memiliki intonasi dan nada yang sama, mereka juga menggunakan tekanan yang

sama pula dalam tuturannya, yakni tekanan keras. Penutur E7 menekankan pada

kata Gak mau, sedangkan penutur E8 menekankan pada kata Wegah. Diksi yang

digunakan penutur E7 adalah bahasa populer, yakni kata-kata yang dikenal dan

diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat. Sedangkan, penutur E8 menggunakan

diksi bahasa nonstandar, yakni bahasa Jawa. Penggunaan bahasa Jawa oleh

penutur karena penutur menggunakan bahasa Jawa dalam berkomunikasi sehari-

hari dengan mitra tutur.

Pembahasan dari segi penanda pragmatik menggunakan aspek-aspek yang

dijelaskan oleh Leech (1983). Aspek-aspek penanda pragmatik tersebut adalah

aspek penutur dan lawan tutur, konteks tuturan, tujuan penutur, tuturan sebagai

bentuk tindakan atau aktivitas, dan tuturan sebagai produk tindak verbal. Aspek

penutur dan lawan tutur dalam cuplikan tuturan 53 adalah penutur dan mitra tutur

merupakan laki-laki. Penutur berusia 161 tahun merupakan anak dari mitra tutur.

Penutur masih bersekolah, sedangkan mitra tutur bekerja sebagai nelayan di

pantai Trisik. Hubungan mereka adalah hubungan keluarga. Aspek penutur dan

lawan tutur dalam cuplikan tuturan 54 adalah penutur dan mitra tutur adalah laki-

laki. Penutur berusia 6 tahun, sedangkan mitra tutur baru berusia 3 tahun. Penutur

sudah bersekolah di tingkat SD dan mitra tutur belum bersekolah. Hubungan

keakraban mereka adalah hubungan keluarga, karena penutur adalah kakak dari

mitra tutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 210: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

190

Aspek kedua yang dipaparkan oleh Leech (1983) adalah konteks tuturan.

Konteks tuturan pada cuplikan tuturan 53 adalah hari saat tuturan ini terjadi

adalah hari libur. Mitra tutur akan pergi menjala di pinggiran pantai Mitra tutur

mengajak penutur untuk membantunya bekerja. Konteks pada cuplikan tuturan 54

adalah penutur dan mitra tutur sedang menonton televisi. • MT merasa bahwa ia

tidak menyukai acara televisi yang sedang mereka tonton. Mitra tutur menyuruh

penutur untuk mengganti channel atau acara televisi tersebut. Penutur menolak

perintah dari mitra tutur karena ia menyukai acara televisi tersebut. Terdapat

orang ketiga yang nantinya memarahi penutur karena tindakannya terhadap mitra

tutur.

Aspek yang ketiga adalah tujuan penutur menyampaikan tuturannya. Tujuan

penutur E7 adalah penutur menolak ajakan bapaknya untuk membantunya

bekerja. Tujuan penutur E8 adalah penutur menolak suruhan mitra tutur untuk

mengganti channel acara di televisi.

Aspek yang keempat adalah tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas.

Aspek ini membahas mengenai waktu dan tempat terjadinya tuturan. Cuplikan

tuturan 53 terjadi di rumah, tepatnya di ruang keluarga pada pagi hari. Sedangkan,

cuplikan tuturan 54 terjadi di ruang keluarga, saat penutur dan mitra tutur

menonton TV.

Aspek yang terakhir adalah aspek tuturan sebagai produk tindak verbal.

Aspek ini membahas tindak verbal penutur dan tindak perlokusi mitra tutur.

Tindak verbal penutur E7 dan E8 adalah tindak verbal komisif. Tindak verbal ini

merupakan jenis tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk mengikatkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 211: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

191

dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan datang, berupa janji,

ancaman, penolakan, ikrar. Tindak perlokusi mitra tutur E7 yakni, mitra tutur

memarahi dan menyindir penutur. Sedangkan, tindak perlokusi mitra tutur E8

adalah mitra tutur pergi mencari orang ketiga (bapak), kemudian orang ketiga

memarahi penutur karena tidak mau mengalah dengan adiknya. Tindak perlokusi

mitra tutur yang tidak terima dengan tuturan penutur merupakan salah satu faktor

menjadikan tuturan ini masuk ke dalam kategori menimbulkan konflik.

Tuturan tersebut tergolong ke dalam subkategori menolak, karena penutur

menolak suruhan mitra tutur. Setiap penutur memiliki maksud masing-masing

dalam penyampaian tuturannya dan hanya penutur itu sendiri yang tahu. Penutur

E7 dan E8 memiliki maksud menolak dalam tuturannya. Mereka sama-sama

menolak suruhan mitra tutur, tetapi penolakan tersebut justru membuat

permasalahan jadi semakin panjang sehingga timbullah konflik antara penutur dan

mitra tutur.

4.3.5.3 Subkategori Menyinggung

Cuplikan tuturan 47 (E1) MT : “Haduh, Bu. Dino iki ra oleh opo-opo, Bu.”

P : “Itu kan tanggungjawab suami.”

MT : “Wolha kurang ajar.”

Cuplikan tuturan di atas merupakan wujud linguistik dari subkategori

menyindir dalam kategori ketidaksantunan menimbulkan konflik. Wujud

pragmatik dari tuturan E1 adalah penutur berbicara dengan cara ketus dan

ngelantur kepada mitra tutur, padahal mitra tutur merupakan suami dari penutur.

Pembahasan penanda linguistik berdasar pada aspek intonasi, kata fatis,

nada tutur, tekanan, dan pilihan kata atau diksi. Penutur E1 menggunakan intonasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 212: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

192

berita dalam tuturannya. Intonasi ini memberitakan atau menginformasikan

sesuatu kepada mitra tutur. Penutur menginformasikan dan mengingatkan kembali

kepada mitra tutur bahwa bekerja dan mencari nafkah itu sudah menjadi tanggung

jawab suami. Penutur menggunakan kata fatis kan pada tuturannya, dan

diletakkan pada tengah kalimat. Kridalaksana (1986) menjelaskan bahwa apabila

kan terletak di tengah kalimat maka kan juga bersifat menekankan pembuktian

atau bantahan. Nada tutur yang digunakan penutur adalah nada sedang. Walaupun

nada tutur yang digunakan adalah nada sedang, tetapi sudah membuat mitra tutur

marah, tuturan tersebut dianggap tidak santun. Seluruh tuturan penutur ditekankan

dengan keras oleh penutur. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya penutur

benar-benar kesal dengan mitra tutur. Diksi yang digunakan penutur E1 adalah

bahasa populer, yakni kata-kata yang dikenal dan diketahui oleh seluruh lapisan

masyarakat.

Pembahasan dari segi penanda pragmatik menggunakan aspek-aspek yang

dijelaskan oleh Leech (1983). Aspek-aspek penanda pragmatik tersebut adalah

aspek penutur dan lawan tutur, konteks tuturan, tujuan penutur, tuturan sebagai

bentuk tindakan atau aktivitas, dan tuturan sebagai produk tindak verbal. Aspek

penutur dan lawan tutur dalam cuplikan tuturan 47 adalah penutur merupakan

perumpuan berusia 40 tahun dan mitra tutur merupakan laki-laki berusia 43 tahun.

Penutur merupakan istri dari mitra tutur. Pekerjaan penutur adalah ibu rumah

tangga, dan mitra tutur bekerja sebagai nelayan di pantai Congot. Mereka berdua

mempunyai hubungan suami istri, jadi hubungan keakraban mereka adalah sangat

dekat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 213: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

193

Aspek kedua yang dipaparkan oleh Leech (1983) adalah konteks tuturan.

Konteks tuturan pada cuplikan tuturan 47 adalah mitra tutur baru saja pulang dari

melaut, tapi tidak mendapat hasil yang memuaskan. Mitra tutur dalam keadaan

lelah sepulangnya dari bekerja. Penutur dan mitra tutur bercakap-cakap di teras

rumah, dan mitra tutur memberitahu penutur bahwa ia tidak membawa hasil yang

banyak. Penutur kesal karena mitra tutur yang bekerja seharian justru pulang

dengan tidak membawa hasil apa-apa.

Aspek yang ketiga adalah tujuan penutur menyampaikan tuturannya. Tujuan

penutur E1 adalah penutur memberitahu mitra tutur bahwa mencari nafkah

merupakan tanggung jawab mitra tutur.

Aspek yang keempat adalah tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas.

Aspek ini membahas mengenai waktu dan tempat terjadinya tuturan. Cuplikan

tuturan 47 terjadi di rumah, tepatnya di teras rumah pada siang hari.

Aspek yang terakhir adalah aspek tuturan sebagai produk tindak verbal.

Aspek ini membahas tindak verbal penutur dan tindak perlokusi mitra tutur.

Tindak verbal penutur E1 adalah tindak verbal representatif. Tindak verbal ini

merupakan jenis tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini penutur kasus

atau bukan, berupa suatu fakta, penegasan, kesimpulan, dan pendeskripsian.

Tuturan ini masuk ke dalam jenis tindak verbal representatif karena penutur

mencoba untuk menegaskan sesuatu yang diyakini oleh penutur. Tindak perlokusi

mitra tutur adalah karena mitra tutur sedang dalam keadaan lelah, kemudian

emosinya juga menaik dan mitra tutur tidak terima dengan tuturan penutur,

sehingga mitra tutur menanggapi tuturan penutur dengan kata-kata kasar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 214: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

194

Tuturan tersebut tergolong ke dalam subkategori menyinggung, karena

tuturan penutur cenderung menyinggung perasaan mitra tutur. Setiap penutur

memiliki maksud masing-masing dalam penyampaian tuturannya dan hanya

penutur itu sendiri yang tahu. Penutur E1 memiliki maksud kecewe dalam

tuturannya. Kekecewaan penutur karena mitra tutur yang pergi seharian tetapi

tidak membawa hasil apa-apa.

4.3.5.4 Subkategori Mengumpat

Cuplikan tuturan 48 (E2)

MT : “Itu kan tanggungjawab suami.”

P : “Wo lha kurang ajar! Asu cenan.”

MT : “Huuusss... Omongane, Pak.”

Cuplikan tuturan di atas merupakan wujud linguistik dari subkategori

mengumpat dalam kategori ketidaksantunan menimbulkan konflik. Cuplikan

tuturan 48 ini merupakan kelanjutan dari cuplikan tuturan 47. Wujud pragmatik

dari tuturan E2 adalah penutur berbicara dengan cara keras, kasar, dan ngelantur

kepada mitra tutur, padahal mitra tutur merupakan istri dari penutur.

Pembahasan penanda linguistik berdasar pada aspek intonasi, kata fatis,

nada tutur, tekanan, dan pilihan kata atau diksi. Penutur E2 menggunakan intonasi

seru dalam tuturannya. Penutur menggunakan intonasi ini untuk membentak mitra

tutur yang sudah membuatnya kesal. Penutur menggunakan nada tinggi dalam

penyampaian tuturannya. Nada tinggi digunakan oleh penutur karena ia sedang

dalam keadaan emosi. Penutur juga menggunakan tekanan keras pada tuturannya.

Tekanan keras tersebut terletak pada frasa kurang ajar dan Asu cenan. Penutur

menekankan pada frasa tersebut karena frasa tersebut yang membuat tuturan

menjadi sangat tidak santun. Diksi yang digunakan penutur adalah bahasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 215: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

195

nonstandar, yakni bahasa Jawa. Bahasa nonstandar merupakan bahasa yang

mengandung unsur kedaerahan. Penutur memilih diksi ini karena selain sudah

menjadi bahasa sehari-hari, keadaan penutur sangat emosi sehingga keluarlah

bahasa Jawa sebagai bahasa yang sering ia gunakan.

Pembahasan dari segi penanda pragmatik menggunakan aspek-aspek yang

dijelaskan oleh Leech (1983). Aspek-aspek penanda pragmatik tersebut adalah

aspek penutur dan lawan tutur, konteks tuturan, tujuan penutur, tuturan sebagai

bentuk tindakan atau aktivitas, dan tuturan sebagai produk tindak verbal. Aspek

penutur dan lawan tutur dalam cuplikan tuturan 48 adalah penutur merupakan

laki-laki berusia 43 tahun dan mitra tutur merupakan perumpuan berusia 40 tahun.

Penutur merupakan suami dari mitra tutur. Pekerjaan penutur adalah nelayan

pantai Congot, dan mitra tutur bekerja sebagai ibu rumah tangga. Mereka berdua

mempunyai hubungan suami istri, jadi hubungan keakraban mereka adalah sangat

dekat.

Aspek kedua yang dipaparkan oleh Leech (1983) adalah konteks tuturan.

Konteks tuturan pada cuplikan tuturan 48 adalah penutur baru saja pulang dari

melaut, tapi tidak mendapat hasil yang memuaskan. penutur dalam keadaan lelah

sepulangnya dari bekerja. Penutur dan mitra tutur bercakap-cakap di teras rumah,

dan penutur memberitahu mitra tutur bahwa ia tidak membawa hasil yang banyak.

Mitra tutur kesal karena penutur yang bekerja seharian justru pulang dengan tidak

membawa hasil apa-apa, sehingga mitra tutur menyinggung penutur dengan kata-

kata yang sembrono.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 216: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

196

Aspek yang ketiga adalah tujuan penutur menyampaikan tuturannya. Tujuan

penutur E2 adalah penutur menanggapi tuturan mitra tutur yang kurang berkenan

di hati penutur.

Aspek yang keempat adalah tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas.

Aspek ini membahas mengenai waktu dan tempat terjadinya tuturan. Cuplikan

tuturan 48 terjadi di rumah, tepatnya di teras rumah pada siang hari.

Aspek yang terakhir adalah aspek tuturan sebagai produk tindak verbal.

Aspek ini membahas tindak verbal penutur dan tindak perlokusi mitra tutur.

Tindak verbal penutur E2 adalah tindak verbal ekspresif. Tindak verbal ekspresif

penutur dikarena ia tidak senang dengan tuturan mitra tutur yang disampaikan

dengan sembrono. Tindak perlokusi mitra tutur adalah mitra tutur menanggapi

tuturan penutur dengan peringatan.

Tuturan tersebut tergolong ke dalam subkategori mengumpat, karena tuturan

penutur menekankan umpatan yang dituturkan penutur. Setiap penutur memiliki

maksud masing-masing dalam penyampaian tuturannya dan hanya penutur itu

sendiri yang tahu. Penutur E2 memiliki maksud kesal dalam tuturannya.

Kekesalan penutur karena mitra tutur yang berbicara seenaknya tanpa

memperhatikan keadaan yang sebenarnya.

4.3.5.5 Subkategori Menegur

Cuplikan tuturan 49 (E3)

P : “Mbog le noto kayu ora teng jlempah. Nanti kalo ada tamu,

nanti kalo ada orang lewat. Wong omah yo neng pinggir

dalan.”

MT : “Karang nggone yo koyo ngene, rakyo sesok!”

P : “Welha...malah nesu.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 217: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

197

Cuplikan tuturan di atas merupakan wujud linguistik dari subkategori

menegur dalam kategori ketidaksantunan menimbulkan konflik. Wujud pragmatik

dari tuturan E3 adalah penutur berbicara kepada istrinya dengan sembrono dan

tuturan penutur disampaikan dengan cara sinis.

Pembahasan penanda linguistik berdasar pada aspek intonasi, kata fatis,

nada tutur, tekanan, dan pilihan kata atau diksi. Penutur E3 menggunakan intonasi

berita dalam tuturannya. Penutur menggunakan intonasi ini untuk memberitahu

mitra tutur mengenai tatanan kayu yang sedang ia tata. Kata fatis yang digunakan

penutur adalah ya. Kata fatis ya bertugas mengukuhkan atau membenarkan apa

yang ditanyakan lawan bicara. Penutur menggunakan nada sedang dalam

penyampaian tuturannya. Penggunaan nada sedang penutur tetap menjadikan

tuturannya tidak santun karena disampaikan dengan sembrono dan tidak dalam

situasi yang tepat. Penutur menggunakan tekanan lunak pada tuturannya. Tekanan

keras tersebut terletak pada frasa Mbog le noto kayu ora teng jlempah. Penutur

menekankan pada frasa tersebut karena frasa tersebut yang membuat tuturan

menjadi sangat tidak santun dan membuat mitra tutur kesal. Diksi yang digunakan

penutur adalah bahasa nonstandar, yakni bahasa Jawa. Bahasa nonstandar

merupakan bahasa yang mengandung unsur kedaerahan. Penutur memilih diksi ini

karena sudah menjadi bahasa sehari-hari.

Pembahasan dari segi penanda pragmatik menggunakan aspek-aspek yang

dijelaskan oleh Leech (1983). Aspek-aspek penanda pragmatik tersebut adalah

aspek penutur dan lawan tutur, konteks tuturan, tujuan penutur, tuturan sebagai

bentuk tindakan atau aktivitas, dan tuturan sebagai produk tindak verbal. Aspek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 218: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

198

penutur dan lawan tutur dalam cuplikan tuturan 49 adalah penutur merupakan

laki-laki berusia 42 tahun dan mitra tutur merupakan perumpuan berusia 39 tahun.

Penutur merupakan suami dari mitra tutur. Pekerjaan penutur adalah nelayan

pantai Congot, dan mitra tutur bekerja sebagai pedagang dan ibu rumah tangga.

Mereka berdua mempunyai hubungan suami istri, jadi hubungan keakraban

mereka adalah sangat dekat.

Aspek kedua yang dipaparkan oleh Leech (1983) adalah konteks tuturan.

Konteks tuturan pada cuplikan tuturan 49 adalah terdapat rumah kayu di samping

rumah penutur. Penutur sedang duduk santai di teras rumah, sedangkan mitra tutur

sedang sibuk menata kayu. Penutur menegur mitra tutur untuk merapikan tatanan

kayunya, karena rumah kayunya berada di samping rumah, sekaligus di pinggir

jalan, sehingga bila tidak rapi akan merusak pemandangan.

Aspek yang ketiga adalah tujuan penutur menyampaikan tuturannya. Tujuan

penutur E3 adalah penutur menegur mitra tutur untuk merapikan tatanan kayunya.

Aspek yang keempat adalah tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas.

Aspek ini membahas mengenai waktu dan tempat terjadinya tuturan. Cuplikan

tuturan 49 terjadi di rumah, penutur berada di teras rumah, sedangkan mitra tutur

berada di samping rumah. Waktu tuturan ini terjadi pada sore hari.

Aspek yang terakhir adalah aspek tuturan sebagai produk tindak verbal.

Aspek ini membahas tindak verbal penutur dan tindak perlokusi mitra tutur.

Tindak verbal penutur E3 adalah tindak verbal direktif. Tindak verbal direktif

penutur dikarena ia menyuruh mitra tutur untuk melakukan sesuatu, yakni

merapikan tatanan kayunya. Tindak perlokusi mitra tutur adalah mitra tutur tetap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 219: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

199

melanjutkan merapikan kayunya sambil menanggapi tuturan dari penutur dengan

sanggahan.

Berdasar penanda pragmatik di atas, uturan tersebut tergolong ke dalam

subkategori menegur. Setiap penutur memiliki maksud masing-masing dalam

penyampaian tuturannya dan hanya penutur itu sendiri yang tahu. Penutur E3

memiliki maksud memberitahu dalam tuturannya. Pemberitahuan penutur

sebenarnya baik, tetapi ia tidak melihat situasi yang sedang terjadi saat itu,

sehingga justru membuat suasana menjadi tidak enak.

4.3.5.6 Subkategori Mengancam

Cuplikan tuturan 51 (E5) MT : (menangis)

P : “Ayo... iso meneng ora!” (digeblek atau dipukul).

Cuplikan tuturan di atas merupakan wujud linguistik dari subkategori

mengancam dalam kategori ketidaksantunan menimbulkan konflik. Wujud

pragmatik dari tuturan E5 adalah penutur berbicara dengan ketus dan dibarengi

dengan ancaman terhadap mitra tutur.

Pembahasan penanda linguistik berdasar pada aspek intonasi, kata fatis,

nada tutur, tekanan, dan pilihan kata atau diksi. Penutur E5 menggunakan intonasi

perintah dalam tuturannya. Penutur menggunakan intonasi ini untuk

memerintahkan mitra tutur melakukan sesuatu. Kata fatis yang digunakan penutur

adalah ayo. Kata fatis ayo bertugas menekankan ajakan atau suruhan. Penutur

menggunakan nada tinggi dalam penyampaian tuturannya. Penggunaan nada

tinggi penutur dikarenakan penutur kesal dengan mira tutur yang selalu menangis

(cengeng). Penutur menggunakan tekanan keras pada tuturannya. Tekanan keras

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 220: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

200

tersebut terletak pada frasa Iso meneng ora. Penutur menekankan pada frasa

tersebut karena frasa tersebut merupakan ancaman dari penutur. Diksi yang

digunakan penutur adalah bahasa nonstandar, yakni bahasa Jawa. Bahasa

nonstandar merupakan bahasa yang mengandung unsur kedaerahan. Penutur

memilih diksi ini karena sudah menjadi bahasa sehari-hari.

Pembahasan dari segi penanda pragmatik menggunakan aspek-aspek yang

dijelaskan oleh Leech (1983). Aspek-aspek penanda pragmatik tersebut adalah

aspek penutur dan lawan tutur, konteks tuturan, tujuan penutur, tuturan sebagai

bentuk tindakan atau aktivitas, dan tuturan sebagai produk tindak verbal. Aspek

penutur dan lawan tutur dalam cuplikan tuturan 51 adalah penutur dan mitra tutur

merupakan laki-laki. Usia mitra tutur baru 6 tahun. Penutur bekerja sebagai

nelayan di pantai Trisik. Hubungan keakraban mereka adalah ayah dan anak.

Aspek kedua yang dipaparkan oleh Leech (1983) adalah konteks tuturan.

Konteks tuturan pada cuplikan tuturan 51 adalah tuturan terjadi pada saat mitra

tutur sedang nangis di rumah. Penutur pulang bekerja dengan keadaan yang letih.

Penutur tersulut emosinya karena anaknya rewel terus-terusan.

Aspek yang ketiga adalah tujuan penutur menyampaikan tuturannya. Tujuan

penutur E5 adalah penutur menyuruh anaknya untuk tidak rewel lagi, tetapi

disertai dengan ancaman akan memukul.

Aspek yang keempat adalah tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas.

Aspek ini membahas mengenai waktu dan tempat terjadinya tuturan. Cuplikan

tuturan 51 terjadi di rumah, tepatnya di halaman rumah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 221: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

201

Aspek yang terakhir adalah aspek tuturan sebagai produk tindak verbal.

Aspek ini membahas tindak verbal penutur dan tindak perlokusi mitra tutur.

Tindak verbal penutur E5 adalah tindak verbal komisif. Tindak verbal komisif

penutur dikarena ia mengancam mitra tutur. Tindak perlokusi mitra tutur adalah

mitra tutur melakukan apa yang diperintah penutur, tetapi terdapat orang ketiga,

yakni istrinya yang marah kepada penutur karena kasar terhadap anak.

Berdasar penanda pragmatik di atas, uturan tersebut tergolong ke dalam

subkategori mengancam. Setiap penutur memiliki maksud masing-masing dalam

penyampaian tuturannya dan hanya penutur itu sendiri yang tahu. Penutur E5

memiliki maksud kesal dalam tuturannya. Kekesalan penutur muncul karena

anaknya yakni mitra tutur sering menangis, ditambah lagi dengan keadaan penutur

yang letih sehabis pulang dari kerja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 222: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

202

BAB V

PENUTUP

Dalam bab ini akan diuraikan dua hal, yaitu (1) simpulan dan (2) saran.

Simpulan meliputi rangkuman atas keseluruhan penelitian ini. Saran meliputi hal-

hal relevan yang kiranya perlu diperhatikan, baik untuk mahasiswa jurusan

pendidikan bahasa maupun penelitian lanjutan.

5.1 Simpulan

Dari hasil analisis data ditemukan tuturan yang tidak santun dalam interaksi

dalam ranah keluarga nelayan di kampung nelayan Pantai Trisik, Desa Banaran

dan Pantai Congot, Desa Jangkaran, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta.

Simpulan hasil analisis dapat dikemukakan sebagai berikut.

5.1.1 Wujud Ketidaksantunan Lingustik dan Pragmatik

Wujud ketidaksantunan linguistik yang ditemukan dalam ranah keluarga

nelayan di kampung nelayan Pantai Trisik, Desa Banaran dan Pantai Congot,

Desa Jangkaran, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta berupa tuturan lisan tidak

santun yang telah ditranskrip, yakni tuturan yang melanggar norma, mengancam

muka sepihak, melecehkan muka, menghilangkan muka, dan menimbulkan

konflik. Sedangkan, wujud ketidaksantunan pragmatiknya berupa cara yang

menyertai tuturan lisan tidak santun yang disampaikan oleh penutur.

5.1.2 Penanda Ketidaksantunan Linguistik dan Pragmatik

Penanda ketidaksantunan linguistik yang ditemukan berupa intonasi,

penggunaan kata fatis, nada tutur, tekanan, dan diksi yang dapat diuraikan dalam

masing-masing kategori ketidaksantunan. Sedangkan, penanda ketidaksantunan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 223: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

203

pragmatik dapat dilihat berdasar konteks yang melingkupi tuturan. Konteks

tuturan tersebut meliputi penutur dan mitra tutur, tujuan penutur, situasi dan

suasana, tindak verbal, dan tindak perlokusi. Selanjutnya diuraikan dalam masing-

masing kategori ketidaksantunan di bawah ini.

5.1.2.1 Kategori ketidaksantunan melanggar norma

Kategori ketidaksantunan melanggar norma ditandai dengan

intonasi berita; nada tutur sedang; tekanan keras; dan penggunaan pilihan

kata bahasa nonstandar. Tuturan yang melanggar norma biasanya

dikatakan oleh anak.

Tuturan kategori melanggar norma cenderung dikatakan oleh anak,

karena biasanya aturan dalam keluarga akan diberikan kepada anak.

Tuturan ini dapat terjadi dalam suasana yang cenderung santai. Tindak

verbal penutur dalam kategori melanggar norma berupa tindak

representatif dan komisif. Sedangkan, tindak perlokusi mitra tutur dalam

kategori melanggar norma cenderung berusaha melakukan sesuatu

sehingga penutur melakukan kewajibannya tersebut.

5.1.2.2 Kategori ketidaksantunan mengancam muka sepihak

Kategori ketidaksantunan mengancam muka sepihak ditandai

dengan intonasi berita dan seru; nada tutur sedang; tekanan keras dan

lunak; dan penggunaan pilihan kata bahasa nonstandar, terdapat juga

penggunaan pilihan kata slang dan artifisial.

Tuturan yang mengancam muka sepihak biasanya dapat dikatakan

oleh siapa saja dalam anggota keluarga, tetapi anak cenderung lebih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 224: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

204

banyak menggunakan tuturan dalam kategori mengancam muka sepihak.

Tuturan kategori mengancam muka sepihak dapat terjadi dalam suasana

yang santai dan serius. Tindak verbal penutur dalam kategori melanggar

norma berupa tindak representatif, ekspresif, dan komisif. Sedangkan,

tindak perlokusi mitra tutur dalam kategori mengancam muka sepihak

adalah mitra tutur merasa tersinggung, kemudian menanggapi

ketidaksantunan penutur, tetapi tidak disadari oleh penutur.

5.1.2.3 Kategori ketidaksantunan melecehkan muka

Kategori ketidaksantunan melecehkan muka ditandai dengan

intonasi berita, perintah, dan seru; kata fatis kok, ya, dan lho; nada tutur

tinggi dan sedang; tekanan keras dan lunak; dan penggunaan pilihan kata

bahasa nonstandar.

Tuturan yang melecehkan muka dapat dikatakan oleh siapa saja

dalam anggota keluarga. Tuturan kategori melecehkan muka terjadi

dalam berbagai suasana, dapat terjadi dalam susasana santai maupun

serius. Tindak verbal penutur dalam kategori melecehkan muka berupa

tindak ekspresif, representatif, direktif, dan komisif. Sedangkan, tindak

perlokusi mitra tutur dalam kategori melecehkan muka adalah biasanya

mitra tutur diam saja; mitra tutur pergi; dan mitra tutur menanggapi

penutur kerena ia merasa kesal dengan penutur.

5.1.2.4 Kategori ketidaksantunan menghilangkan muka

Kategori keidaksantunan melanggar norma ditandai dengan

intonasi berita dan seru; kata fatis kok dan ya; nada tutur sedang dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 225: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

205

tinggi; tekanan keras dan lunak; dan penggunaan pilihan kata bahasa

nonstandar dan bahasa populer.

Tuturan yang menghilangkan muka dapat dikatakan oleh siapa saja

dalam anggota keluarga, bahkan tamu pun bisa mengatakannya. Tuturan

kategori menghilangkan muka terjadi dalam suasana yang cenderung

santai dan serius. Tindak verbal penutur dalam kategori menghilangkan

muka berupa tindak ekspresif. Sedangkan, tindak perlokusi mitra tutur

dalam kategori menghilangkan muka cenderung menanggapi tuturan

penutur karena dirinya merasa dipermalukan atau telah kehilangan muka.

5.1.2.5 Kategori ketidaksantunan menimbulkan konflik

Kategori keidaksantunan melanggar norma ditandai dengan

intonasi seru dan tanya; kata fatis yo ;nada tutur tinggi dan sedang;

tekanan keras; dan penggunaan pilihan kata bahasa nonstandar.

Tuturan yang menimbulkan konflik dapat dikatakan oleh seluruh

angggota keluarga. Tuturan kategori menimbulkan konflik terjadi dalam

suasana yang santai dan serius. Tindak verbal penutur dalam kategori

menimbulkan konflik berupa tindak ekspresif, komisif, dan representatif.

Sedangkan, tindak perlokusi mitra tutur dalam kategori menimbulkan

konflik cenderung berusaha menanggapi tuturan penutur dengan suasana

hati yang emosi, biasanya hingga terjadi adu mulut atau bertengkar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 226: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

206

5.1.3 Maksud Ketidaksantunan Penutur

Maksud ketidaksantunan merupakan maksud penutur menuturkan

tuturannya. Maksud ketidaksantunan ini hanya dimiliki oleh masing-masing

penutur dan hanya penutur yang mengerti maksud tuturannya.

Kategori melanggar norma ditemukan 3 maksud penutur dari 4 penutur

yang berbeda, yakni maksud berbohong, membela diri, dan menunda. Kategori

mengancam muka sepihak ditemukan 6 maksud penutur dari 9 penutur yang

berbeda, yakni maksud menggoda, mengejek, menghindar, membela diri,

berbohong, dan menolak. Kategori melecehkan muka ditemukan 13 maksud

penutur dari 24 penutur yang berbeda, yakni maksud mengusir, menolak, malas,

menyindir, kesal, memaksa, menakut-nakuti, membela diri, berbohong, kecewa,

menagih, mengejek, dan memarahi. Kategori menghilangkan muka ditemukan 7

maksud penutur dari 9 penutur yang berbeda, yakni maksud kesal, kecewa,

memarahi, menasihati, mengejek, dan menggoda. Kategori terakhir adalah

menimbulkan konflik, dalam kategori ini ditemukan 4 maksud penutur dari 9

penutur yang berbeda, yakni maksud kesal, kecewa, memberitahu, dan menolak.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil yang telah ditemukan, peneliti memberikan beberapa

saran bagi peneliti lanjutan yang ingin meneliti topik yang serupa dengan

penelitian ini. Berikut ini adalah saran-saran peneliti.

5.2.1 Bagi Peneliti Lanjutan

1) Penelitian ini hanya meneliti ketidaksantunan berbahasa linguistik dan

pragmatik dalam lingkup keluarga nelayan saja. Bagi peneliti lain,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 227: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

207

penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan subjek dan ranah

yang berbeda.

2) Instrumen dalam penelitian ini masih membutuhkan penyempurnaan,

sehingga untuk penelitian selanjutnya dapat mengembangkan instrumen

penelitian ini menjadi lebih luas.

3) Penelitian ini hanya sebatas analisis mengenai wujud dan penanda

ketidaksantunan berbahasa, serta maksud ketidaksantunan penutur. Oleh

sebab itu, untuk peneliti selanjutnya dapat memperdalam konsep

ketidaksantunan ini.

5.2.2 Bagi Keluarga Nelayan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan atau gambaran umum

mengenai bentuk ketidaksantunan berbahasa dalam keluarga, khususnya keluarga

nelayan. Sehingga, dengan adanya acuan ketidaksantunan dalam berbahasa,

anggota keluarga dapat mengurangi bahkan menghindari percakapan atau

komunikasi yang tidak santun. Dengan hasil penelitian yang telah diuraikan,

adanya ikatan kekeluargaan yang erat seharunya dapat menghindari penggunaan

bahasa yang tidak santun antar anggota keluarga maupun dengan orang lain.

5.2.3 Implikasi Penelitian

Fenomena ketidaksantunan berbahasa dalam keluarga membuat dampak

negatif bagi semua anggota keluarga. Cara yang efektif untuk mencegah atau

menanggulangi ketidaksantunan berbahasa dalam keluarga nelayan adalah melalui

pendidikan dini yang diajarkan kepada anak. Anak-anak rentan akan perilaku

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 228: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

208

berbahasa yang buruk, karena anak-anak akan menerima apa yang biasa ia lihat, ia

alami, dan kemudian ia pelajari.

Sosialisasi kepada orang tua agar berkomunikasi dengan baik, benar, dan

santun merupakan cara yang akan membantu berkurangnya ketidaksantunan

berbahasa dalam keluarga nelayan. Jadi, bila orang tua membiasakan berbahasa

dengan baik, benar, dan santun, anak akan mengikuti kebiasaan baik orang tuanya

tersebut, sehingga komunikasi dalam keluarga akan terjalin dengan baik dan

harmonis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 229: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

209

DAFTAR PUSTAKA

Achmad dan Alek Abdullah. 2013. Linguistik Umum. Jakarta: Erlangga.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Bousfield, Derek dan Miriam A. Locher.2008. Impoliteness in Language: Studies

on its Interplay with Power in Theory and Pratice. New York: Mouton de

Gruyter.

Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus

Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana.

Depdikbud. 2009. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang

Disempurnakan. Jakarta: Gramedia.

Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia: Edisi Ketiga. Jakarta: Balai

Pustaka.

George, Yule. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualiitatif untuk Ilmu-ilmu

Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Huang, Yan. 2007. Pragmatics. New York: Oxford Univercity Perss.

Keraf, Gorys. 1987. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.

___________. 1991. Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia. Jakarta: Grasindo.

Kridalaksana, Harimurti. 1986. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:

Gramedia.

Leech, Geoffrey. 1983. Principles of Pragmatics. London: Longman.

Mahsun. 2006. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan

Tekniknya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Melissa Puspitarini, Olivia. 2013. Ketidaksantunan Linguistik dan Pragmatik

Berbahasa antara Dosen dan Mahasiswa Program Studi PBSID, FKIP,

USD, Angkatan 2009—2011. Skripsi. Yogyakarta: PBSID, JPBS, FKIP,

USD.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 230: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

210

Mulyana, Deddy. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu

Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muslich, Masnur. 2009. Fonologi Bahasa Indonesia: Tinjauan Deskriptif Sistem

Bunyi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Nababan. 1984. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia.

Nadar, F.X. 2009. Pragmatif & Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Noviyanti, Agustina Galuh Eka. 2013. Ketidaksantunan Linguistik dan Pragmatik

Berbahasa Antarsiswa di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran

2012/2013. Skripsi. Yogyakarta: PBSID, JPBS, FKIP, USD.

Nugroho, Miftah. 2009. “Konteks dalam Kajian Pragmatik” dalam Peneroka

Hakikat Bahasa. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Pranowo. 2009. Berbahasa secara Santun. Yogyakarta: Pusataka Pelajar.

Rahardi, Kunjana. 2003. Berkenalan dengan Ilmu Bahasa Pragmatik. Malang:

Dioma.

_______________. 2009. Sosiopragmatik. Jakarta: Erlangga.

_______________. 2012. “Penelitian Kompetensi: Ketidaksantunan Pragmatik

dan Linguistik Berbahasa dalam Ranah Keluarga (Family Domain)”.

Presentasi. Yogyakarta: PBSID, JPBS, FKIP, USD.

_______________. 2012. “Re-interpretasi Konteks Pragmatik”. Jurnal.

Samsuri. 1969. Fonologi: Ichtisar Analisa Bahasa Pengantar Kepada Linguistik.

Malang: Lembaga Penerbitan IKIP Malang.

Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik: Bagian Pertama, ke Arah Memahami

Metode Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sumarsono. 2004. Filsafat Bahasa. Jakarta: Grasindo.

Widi, Restu Kartiko. 2010. Asas-asas Metodologi Penelitian: Sebuah Pengenalan

dan Penuntun Langkah demi Langkah Pelaksanaan penelitian. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 231: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

211

Widyawari, Caecilia Petra Gading May. Ketidaksantunan Linguistik dan

Pragmatik Berbahasa Antarmahasiswa Program Studi PBSID Angkatan

2009—2011 Universitas Sanata Dharma. Skripsi. Yogyakarta: PBSID,

JPBS, FKIP, USD.

Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi.

Wijana, I Dewa Putu & Muhammad Rohmadi. 2008. Semantik: Teori dan

Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka.

Yuliastuti, Elizabeth Rita. 2013. Ketidaksantunan Linguistik dan Pragmatik

Berbahasa antara Guru dan Siswa di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun

Ajaran 2012/2013. Skripsi. Yogyakarta: PBSID, JPBS, FKIP, USD.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 232: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

KORPUS DATA DAN TABULASI DATA

KETIDAKSANTUNAN BERBAHASA KATEGORI MELANGGAR NORMA

NO. KODE TUTURAN

PENANDA KETIDAKSANTUNAN PRESEPSI

KETIDAKSANTUNAN LINGUAL NONLINGUAL

(Topik dan Situasi)

1. A1 Cuplikan tuturan 1

MT: “Tadi beli es ya?”

P: “Enggak!”

MT: “Makanya jangan

beli es sembarangan!

Jadi sakit to?”

Intonasi seru.

Nada tutur: penutur

berbicara dengan

nada sedang.

Tekanan: keras pada

kata “enggak”.

Diksi: bahasa

populer.

Tuturan ini terjadi di rumah pada

malam hari saat akan tidur malam.

Penutur perempuan, anak berusia 12

tahun. MT laki-laki, bapak dari penutur.

Penutur melanggar aturan atau janji

yang telah disepakati.

Penutur dan MT telah sepakat bahwa

penutur tidak diperbolehkan membeli

es sembarangan, karena penutur

mempunyai salah satu penyakit yang

apabila meminum es sembarangan

langsung kambuh.

Penutur melanggar aturannya sendiri

dengan meminum es.

MT mengetahui bahwa penutur telah

melanggar aturannya.

Tujuan: penutur membohongi MT

bahwa dirinya tidak membeli es.

Tindak verbal: representatif.

Tindak perlokusi: MT tahu bahwa

penutur bohong dan MT pun tahu

bahwa penutur telah minum es,

kemudian MT menasihati penutur.

Jenis ketidaksantunan:

melanggar norma.

Makna ketidaksantunan:

menegaskan.

Wujud ketidaksantunan:

Penutur berbicara dengan

orang yang lebih tua.

Tuturan disampaikan dengan

cara ketus

Penutur melanggar aturan

(tidak boleh membeli es

sembarangan).

Penutur berbohong kepada

MT.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 233: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

2. A2 Cuplikan tuturan 2

MT: ”Mau kemana

dek?”

P: :Arep ngaji!”

MT: “Kui...mbasan ono

gawean malah alasan

ngaji, nek raono mung

dolan wae.”

P: “Yo ben... wong

arep ngaji kok ra

oleh.”

MT: “Dia gag nyapu

dibiarin. Malah aku

yang jadinya nyapu.”

(mengadu kepada

pamannya).

Intonasi berita.

Nada tutur: MT

berbicara dengan

nada sedang.

Tekanan: keras frasa

Yo ben...

Diksi: nonstandar

Tuturan ini terjadi di rumah pada jam 4

sore.

Penutur laki-laki, adik berusia 12 tahun.

MT perempuan, kakak dari penutur,

berusia 15 tahun.

Terdapat aturan yang telah disepakati

bersama mengenai tugas-tugas di

rumah terutama mengenai bersih-bersih

rumah.

Penutur melanggar aturan mengenai

bersih-bersih rumah.

MT menyuruh penutur untuk menyapu

halaman rumah karena sudah kotor,

tetapi penutur tidak mau dan beralasan

mengaji.

Tujuan: penutur beralasan untuk tidak

menyapu halaman rumah yang sudah

menjadi tugasnya.

Tindak verbal: representatif.

Tindak perlokusi: MT melapor kepada

pamannya karena penutur tidak mau

melaksanakan tugasnya.

Jenis ketidaksantunan:

melanggar norma. Makna ketidaksantunan:

menegaskan. Wujud ketidaksantunan:

Penutur berbicara dengan

orang yang lebih tua.

Tuturan disampaikan dengan

cara ketus. Penutur melanggar aturan

(tidak melaksanakan

tugasnya untuk bersih-bersih

halaman rumah). Penutur melarikan diri

dengan mengaji sebagai

alasannya. Penutur melimpahkan

tugasnya kepada MT.

3. A3 Cuplikan tuturan 3

MT: “Belajar sek le.

Ayo TVne dipateni,

PRe geg ndang

digarap!”

P: “Mengko sek,

Pak!”

Intonasi berita.

Nada tutur: penutur

berbicara dengan

nada sedang.

Tekanan: keras.

Diksi: nonstandar

Tuturan terjadi di rumah pada saat jam

belajar.

Penutur laki-laki, anak berusia 9 tahun.

MT laki-laki, ayah dari penutur, berusia

48 tahun.

MT sudah membuat aturan mengenai

jam belajar untuk anaknya (penutur)

Jenis ketidaksantunan:

melanggar norma. Makna ketidaksantunan:

menunda. Wujud ketidaksantunan: Penutur berbicara dengan

orang yang lebih tua.

Tuturan ini disampaikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 234: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

MT: (langsung

mematikan televisi).

kecuali pada saat hari libur.

Penutur melanggar aturan tersebut,

yakni asik menonton televisi pada saat

jam belajar.

MT menyuruh penutur untuk belajar.

Tujuan: penutur ingin menunda

belajarnya karena masih ingin

menonton televisi

Tindak verbal: komisif

Tindak perlokusi: MT mematikan

televisi.

dengan cara ketus. Penutur melanggar aturan

(tidak belajar pada saat jam

belajar telah tiba). Penutur lebih memilih untuk

menonton televisi daripada

belajar.

Penutur sudah berkali-kali

disuruh untuk belajar oleh

MT.

4. A4 Cuplikan tuturan 4

MT: “Maghrib, ndang

shalat, sinau, TVne ayo

dipateni!”

P: “Mengko Pak!

Filme jek apik kie.”

MT: (Mematikan

sekering listrik).

Intonasi berita.

Nada tutur: penutur

berbicara dengan

nada sedang.

Tekanan: keras pada

frasa Mengko Pak!.

Diksi: nonstandar

Tuturan ini terjadi di rumah, tepatnya di

ruang keluarga.

Penutur laki-laki, anak berusia 6 tahun.

MT laki-laki, ayah dari penutur, berusia

32 tahun

MT (bapak) telah membuat peraturan

untuk tidak menyalakan televisi pada

saat maghrib dan dilanjutkan untuk

belajar, setelah itu baru boleh menonton

televisi.

Penutur melanggar aturan tersebut

dengan tetap menonton televisi pada

jam shalat maghrib.

Penutur menolak suruhan MT untuk

shalat maghrib dan memilih

melanjutkan menonton televisi.

Tujuan: penutur menunda suruhan MT

dan lebih memilih melanjutkan

Jenis ketidaksantunan:

melanggar norma. Makna ketidaksantunan:

menunda. Wujud ketidaksantunan:

Penutur berbicara dengan

orang yang lebih tua. Tuturan disampaikan dengan

cara ketus. Penutur melanggar aturan

(saat maghrib TV harus mati

dan setelah shalat maghrib

dilanjutkan belajar).

Penutur lebih memilih

menonton televisi. Penutur menjawab suruhan

MT dengan tidak

memperhatikan MT,

melainkan lebih asik dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 235: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

menonton televisi.

Tindak verbal: komisif.

Tindak perlokusi: MT langsung

mematikan sekering listrik dan

membuat seisi rumah yang

membutuhkan listrik menjadi mati. Hal

ini dilakukan karena penutur takut

gelap.

acara di televisi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 236: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

KORPUS DATA DAN TABULASI DATA

KETIDAKSANTUNAN BERBAHASA KATEGORI MENGANCAM MUKA SEPIHAK

NO. KODE TUTURAN

PENANDA KETIDAKSANTUNAN PRESEPSI

KETIDAKSANTUNAN LINGUAL NONLINGUAL

(Topik dan Situasi)

1. B1 Cuplikan tuturan 5

P: “Sinau barang!”

(Menyenggol

adiknya).

MT: “Ngopo to?

Ganggu wae.”

P: (Tidak menghiraukan

dan pergi begitu saja).

Intonasi seru.

Nada tutur: penutur

berbicara dengan

nada sedang.

Tekanan: keras pada

frasa sinau barang.

Diksi: nonstandar.

Tuturan ini terjadi di rumah saat MT

sedang belajar di ruang keluarga pada

tanggal 26 April 2013 jam 19.00.

Penutur laki-laki, kakak berusia 12

tahun. MT laki-laki, adik dari penutur,

berusia 6 tahun.

Penutur sedang berjalan ingin keluar

rumah, melewati ruang keluarga dan

melihat MT sedang belajar.

Penutur menyenggol MT, dan terus

berjalan.

MT merasa dirinya diganggu oleh

penutur.

Tujuan: penutur tidak memiliki maksud

tertentu, penutur hanya lewat,

kemudian melihat MT sedang belajar

dan menghampirinya dengan

melakukan tindakan menyenggol/

menggoda.

Tindak verbal: ekspresif

Tindak perlokusi: MT merasa dirinya

terganggu oleh penutur, kemudian MT

menanggapi penutur dengan ancaman,

Jenis ketidaksantunan:

mengancam muka sepihak.

Makna ketidaksantunan:

mengejek.

Wujud ketidaksantunan:

Penutur mengganggu MT

yang sedang belajar.

Penutur menyampaikan

tuturannya dengan sinis.

Penutur menyenggol MT

dengan sengaja.

Penutur tidak menyadari

bahwa dirinya telah

mengancam muka MT.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 237: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

tetapi penutur pergi begitu saja dengan

acuh.

2. B2 Cuplikan tuturan 6

MT: “Tangi-tangi...

Mengko bar tangi

langsung asah-asah

piring.”

P: “Mengko ah...”

(Melanjutkan

tidurnya).

MT: “Wolhaa... Anak

jaman saiki nek dikon

ratau mangkat.”

Intonasi seru.

Kata fatis: ahh.

Nada tutur: MT

berbicara dengan

nada sedang.

Tekanan: keras pada

frasa mengko ahh....

Diksi: bahasa

nonstandar.

Tuturan ini terjadi saat pagi hari.

Tuturan ini terjadi di rumah tepatnya di

kamar Penutur.

Penutur laki-laki, anak berusia 16

tahun. MT perempuan, ibu dari penutur.

MT membangunkan penutur kemudian

menyuruhnya untuk mencuci piring.

Tujuan: penutur menolak suruhan MT.

Tindak verbal: komisif.

Tindak perlokusi: MT bergumam

terhadap kelakuan penutur, tetapi

penutur malah melanjutkan tidurnya

tanpa memperhatikan MT.

Jenis ketidaksantunan:

mengancam muka sepihak. Makna ketidaksantunan:

menunda.

Wujud ketidaksantunan: penutur berbicara dengan

orang yang lebih tua. Penutur menunda suruhan

dari MT dan malah

melanjutkan tidurnya. Tuturan ini disampaikan

dengan cara ketus.

MT merasa kesal dengan

penutur. Penutur tidak menyadari

bahwa tuturannya telah

mengancam muka MT.

3. B3 Cuplikan tuturan 7

MT: “Langsung tidur

aja, gak usah malem2.”

P: “Cah enom kok

yahene turu, Bu.” MT: “Ohh. Nek cah

enom koyo ngno to?”

Intonasi berita.

Nada tutur: penutur

berbicara dengan

nada sedang.

Partikel: kok.

Tekanan: keras.

Diksi: bahasa

nonstandar dengan

menggunakan

bahasa Jawa

Tuturan terjadi di rumah.

Malam hari saat jam tidur.

Penutur laki-laki, anak berusia 16

tahun. MT perempuan, ibu dari penutur

Penutur sedang menonton televisi.

MT menyuruhnya untuk tidur, karena

sudah larut malam.

Tujuan: menegaskan bahwa panutur

belum ingin tidur, karena penutur masih

ingin menonton televisi, dan penutur

masih muda sehingga belum pantas

Jenis ketidaksantunan:

menghilangkan muka sepihak. Makna ketidaksantunan:

menegaskan. Wujud ketidaksantunan:

Penutur berbicara dengan

orang yang lebih tua.

Penutur menyanggah

suruhan MT. Penutur memiliki persepsi

bahwa anak muda pada jam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 238: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

tidur pada saat itu.

Tindak verbal: representatif.

Tindak perlokusi: MT menanggapi

tuturan penutur dengan pertanyaan

yang sedikit kesal, tetapi penutur tidak

menghiraukan MT dan tetap menonton

televisi.

tersebut belum pantas untuk

tidur. Penutur menyampaikan

tuturannya dengan cara

sinis.

MT merasa kesal karena

tuturan penutur.

Penutur tidak menyadari

bahwa tuturannya telah

mengancam muka MT.

4. B4 Cuplikan tuturan 8

MT: “Koe nandi kok

belum pulang?”

P: “Iki lagek nen

dalan.” (padahal

masih di lokasi).”

Intonasi berita.

Nada tutur: penutur

berbicara dengan

nada tinggi.

Tekanan: keras pada

kata dalan.

Diksi: bahasa

nonstandar

Tuturan ini terjadi pada malam hari saat

penutur tidak berada di rumah, dan MT

berada di rumah.

Penutur laki-laki, anak berusia 16

tahun. MT perempuan, ibu dari penutur.

MT menelepon penutur yang sedang

berada di luar rumah karena telah larut

malam dan belum pulang.

Saat pergi penutur tidak pamit kepada

MT akan pergi kemana dan sampai

kapan.

MT merasa khawatir terhadap penutur.

Tujuan: penutur membohongi MT, MT

khawatir dengan keadaan penutur

karena sudah larut malam belum pulang

dan tidak pamit saat ia pergi

Tindak verbal: representatif.

Tindak perlokusi: MT menaanggapi

tuturan dengan menyuruh penutur

untuk segera pulang.

Jenis ketidaksantunan:

mengancam muka sepihak. Makna ketidaksantunan:

menegaskan.

Wujud ketidaksantunan:

Penutur berbicara dengan

orang yang lebih tua.

Penutur menyampaikan

tuturannya dengan cara

ketus. Penutur menegaskan

kepada MT tetapi

membohongi MT yang

mengkhawatirkan penutur.

Penutur tidak menyadari

bahwa tindakannya

membuat khawatir MT.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 239: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

5. B5 Cuplikan tuturan 9

MT: “Tukokke iki neng

warung!”

P: “Wegah, males!”

MT: “Awas koe!”

Intonasi seru.

Nada tutur: penutur

berbicara dengan

nada tinggi.

Tekanan: keras pada

kata wegah.

Diksi: bahasa

nonstandar

Tuturan ini terjadi di rumah.

Penutur laki-laki, adik berusia 16 tahun.

MT laki-laki, kakak berusia 21 tahun.

Penutur disuruh oleh kakaknya untuk

membelikannya sesuatu.

Penutur menolak suruhan MT.

Penutur dan MT sedang santai.

Tujuan: penutur menolak suruhan MT.

Tindak verbal: komisif.

Tindak perlokusi: MT menanggapi

tuturan penutur dengan ancaman, tetapi

penutur tetap santai dan diam saja.

Jenis ketidaksantunan:

mengancam muka sepihak. Makna ketidaksantunan:

menolak. Wujud ketidaksantunan:

Penutur berbicara dengan

orang yang lebih tua.

Penutur menolak suruhan

MT. Penutur menyampaikan

tuturannya dengan cara

ketus.

MT merasa kesal dengan

jawaban penutur.

Penutur tidak menyadari

bahwa tuturannya telah

mengancam muka MT.

6. B6 Cuplikan tuturan 10

P: (menginjak kaki

kakaknya)

“Walah... kepidak...”

MT: “Mah dipidak!!!”

P: “Salahe mundur-

mundur.”

Intonasi berita.

Nada tutur: penutur

berbicara dengan

nada sedang (tetapi

kakinya menginjak

MT).

Tekanan: lunak pada

kata kepidak.

Diksi: bahasa

nonstandar

Tuturan ini terjadi di rumah, tepatnya di

ruang keluarga.

Penutur laki-laki, adik berusia 12 tahun.

MT laki-laki, kakak berusia 22 tahun.

MT sedang asik mengganggu penutur.

Secara tidak sengaja penutur menginjak

kaki MT.

Tujuan: penutur tidak sengaja

menginjak kaki MT dan dalam bawah

sadarnya, penutur mengeluarkan kata-

kata yang membuat MT merasa

terganggu.

Tindak verbal: representatif.

Jenis ketidaksantunan:

mengancam muka sepihak.

Makna ketidaksantunan:

menegaskan.

Wujud ketidaksantunan:

Penutur berbicara dan

melakukan tindakan kepada

orang yang lebih tua.

Penutur menyampaikan

tuturannya dengan cara

spontan.

MT merasa marah karena

tindakan penutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 240: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

Tindak perlokusi: MT mengeluarkan

kata-kata kasar, tetapi penutur malah

menyalahkan mitra tutur karena telah

mengganggunya.

Penutur tidak menyadari

bahwa tindakan dan

tuturannya telah

mengancam muka MT.

Penutur menyalahkan MT.

7. B7 Cuplikan tuturan 11

P: (Buang angin).

MT: “Ealah Pak, wong

yo lagi do mangan kok

ngentute diserokke.”

P: “Timbangane ra

dibuang mah mung

marakke penyakit.”

Intonasi berita

Nada tutur: penutur

berbicara dengan

nada sedang.

Tekanan: lunak pada

frasa mung marakke

penyakit.

Diksi: bahasa

nonstandar

Tuturan ini terjadi di rumah pada saat

jam makan malam.

Penutur laki-laki, suami. MT

perempuan, istri.

Penutur buang angin (kentut) pada saat

sedang makan malam bersama anggota

keluarganya.

MT mengeluh terhadap tindakan

penutur.

Tujuan: penutur beralasan atau lebih

mengarah kepada pembelaan diri

mengenai tindaknnya.

Tindak verbal: representatif.

Tindak perlokusi: MT hanya

menggeleng-gelengkan kepala sambil

mengeluh.

Jenis ketidaksantunan:

mengancam muka sepihak.

Makna ketidaksantunan:

membela diri/ mengelak/

menegaskan.

Wujud ketidaksantunan:

Sebelumnya penutur buang

angin (kentut) pada saat

makan malam bersama

anggota keluarga.

Penutur menyampaikan

tuturannya dengan cara

bercanda.

MT beserta anggota

keluarga lainnya merasa

terganggu dan mengeluh.

Penutur tidak merasa bahwa

dirinya telah mengancam

muka MT dan anggota

keluarga.

8.

B8 Cuplikan tuturan 12

MT: “Aku kroso ora

diperhatekke nang

Intonasi seru.

Nada tutur: penutur

berbicara dengan

nada sedang.

Tekanan: lunak pada

tuturan ini terjadi di rumah, tepatnya di

teras rumah sekitar pukul 4 sore pada

tanggal 20 April 2013.

Penutur laki-laki, tuan rumah/ kepala

nelayan berusia 42 tahun. MT laki-laki,

Jenis ketidaksantunan:

mengancam muka sepihak.

Makna ketidaksantunan:

mengejek.

Wujud ketidaksantunan:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 241: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

kabupaten, ora opo-opo.

Mergane opo? Mergane

kelompok nek ra eksis

pancen yo tibo nangi.

Ketika nibo nangi

tulung seng 30 ton itu

buat contoh yang di

Pacitan, maupun 30 ton

yang baru. Mana

hasilnya?

P: “Iya... aaa... iya...

aaa... (bernada seperti

nada tertawa).

MT: “lha kepiye?

Sama-sama dari

provinsi maupun

pemerintah.”

frasa

iya..aaa..iya...aaa....

Diksi: bahasa slang

dan bahasa artifisial.

tamu/rekan penutur berusia 41 tahun.

MT sedang bercerita mengenai

keluhannya terhadap pemerintah.

Selain penutur dan MT, juga terdapat 2

orang lainnya yang sedang

mendengarkan.

Tujuan: penutur hanya mengejek MT

yang sedang mengeluhkan perhatian

pemerintah.

Tindak verbal: ekspresif.

Tindak perlokusi: MT menanggapi

penutur dengan pertanyaan kesal dan

menjawabnya sendiri.

Penutur berbicara dengan

tamunya.

MT belum selesai berbicara

tetapi penutur langsung

menimpali dengan tuturan

tersebut.

Penutur menyampaikan

tuturannya dengan cara

seperti tertawa tetapi

dibuat-buat.

MT merasa kesal dengan

tuturan penutur.

Penutur tidak menyadari

bahwa tuturannya telah

mengancam muka MT.

9. B9 Cuplikan tuturan 13

MT: “Seng jenengane

paku, papan itu kan

lama2 menua, padahal

yo jaluk renovasi iku

tetep muni.”

P: “Resiko!”

MT: “Yo jenenge wong

Intonasi seru.

Nada tutur: penutur

berbicara dengan

nada sedang.

Tekanan: lunak pada

kata resiko.

Diksi: bahasa

populer.

tuturan ini terjadi di rumah, tepatnya di

teras rumah sekitar pukul 4 sore pada

tanggal 20 April 2013.

Penutur laki-laki, tuan rumah/ kepala

nelayan berusia 42 tahun. MT laki-laki,

tamu/rekan penutur berusia 41 tahun.

MT sedang bercerita mengenai

keluhannya tentang renovasi kapal

menjadi tanggungan sendiri.

Selain penutur dan MT, juga terdapat 2

Jenis ketidaksantunan:

mengancam muka sepihak.

Makna ketidaksantunan:

mengejek.

Wujud ketidaksantunan:

Penutur berbicara dengan

tamunya.

Nada bicara penutur seperti

orang mengejek.

Penutur menyampaikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 242: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

urip aku percoyo resiko.

Tapi kan menjadi

tambah, kudune

pikirane awak dewe ra

tekan kono.”

P: “Resiko.”

orang lainnya yang sedang

mendengarkan.

Tujuan: penutur hanya mengejek MT

yang sedang mengeluh.

Tindak verbal: ekspresif.

Tindak perlokusi: menanggapi tuturan

penutur dengan sanggahan.

tuturannya dengan cara

menyepelekan.

MT merasa kesal sehingga

menyanggah tuturan

penutur.

Penutur tetap mengejek MT

dengan kata-kata yang

sama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 243: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

KORPUS DATA DAN TABULASI DATA

KETIDAKSANTUNAN BERBAHASA KATEGORI MELECEHKAN MUKA

NO. KODE TUTURAN

PENANDA KETIDAKSANTUNAN PRESEPSI

KETIDAKSANTUNAN LINGUAL NONLINGUAL

(Topik dan Situasi)

1. C1 Cuplikan tuturan 14

P: “Ngopo nyusul

dene?”

MT: (Rewel atau

menangis).

P: “Nyoh tak kei

duwit geg ndang

lungo’o. Rasah

ganggu Bapak Ibu

sek, lagek nyambut

gawe!”

Intonasi perintah.

Nada tutur: penutur

berbicara dengan

nada sedang.

Tekanan: keras.

Diksi: nonstandar

Tuturan ini terjadi di ladang pada siang

hari.

Penutur laki-laki, bapak berusia 34

tahun. MT laki-laki, anak dari penutur,

berusia 6 tahun.

Penutur memiliki pekerjaan sampingan

sebagai petani, selain pekerjaan

pokoknya sebagai nelayan.

MT menghampiri penutur yang sedang

bekerja dengan keadaan rewel/

menangis.

Tujuan: penutur memarahi MT sebagai

anak penutur yang mengganggu orang

tuanya saat bekerja.

Tindak verbal: direktif.

Tindak perlokusi: MT menerima uang,

kemudian pergi dan tidak menggangu

pekerjaan yang dilakukan orang tuanya.

Jenis ketidaksantunan:

melecehkan muka.

Makna ketidaksantunan:

memerintah.

Wujud ketidaksantunan:

Penutur memarahi MT.

Penutur menyampaikan

tuturannya dengan cara

ketus.

Penutur seolah mengusir

MT dengan memberinya

uang.

2. C2 Cuplikan tuturan 15

MT: “Gawekno wedang

ro jupukno maem,

Bu...”

Intonasi perintah.

Nada tutur: penutur

berbicara dengan

nada sedang.

Tuturan ini terjadi di rumah.

Penutur perempuan, istri berusia 32

tahun. MT laki-laki, suami dari MT,

berusia 34 tahun.

Jenis ketidaksantunan:

melecehkan muka.

Makna ketidaksantunan:

memerintah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 244: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

P: “Alaaah... jupuk

dewe, Pak!” MT: (mengambil

minuman sendiri

dengan raut wajah

kesal).

Tekanan: keras.

Diksi: nonstandar

MT pulang kerja (melaut) dengan

keadaan capek, tetapi tidak

mendapatkan hasil yang memuaskan.

Penutur merasa kesal karena MT pergi

seharian tetapi tidak membawa hasil

yang diharapkan.

MT meminta penutur untuk

mengambilkan makan dan minum.

Tujuan: penutur kesal terhadap MT dan

menyuruh MT untuk mengambil

makanan dan minuman sendiri.

Tindak verbal: direktif.

Tindak perlokusi: MT mengambil

sendiri minuman yang dia inginkan.

Wujud ketidaksantunan:

Penutur berbicara kepada

orang yang lebih tua

(suaminya sendiri).

Penutur menyampaikan

tuturannya dengan cara

ketus.

Penutur bergantian

menyuruh MT setelah

mendapat suruhan dari MT.

3. C3 Cuplikan tuturan 16

MT1&MT2:

(bertengkar).

P: ”Cah gede kok jeh

do gelud.”

Intonasi berita.

Partikel: kok.

Nada tutur: penutur

berbicara dengan

nada sedang.

Tekanan: keras pada

kata gelud.

Diksi: bahasa

nonstandar

Tuturan ini terjadi di rumah.

Penutur laki-laki, bapak dari MT. MT

laki-laki, adik dan kakak, remaja

berusia 16 tahun dan 22 tahun.

Terdapat MT1 dan MT2.

MT1 dan MT2 merupakan kakak-adik.

MT1 dan MT2 sedang berkelahi

layaknya kakak-adik.

Tujuan: penutur menyindir kedua MT

yang masih saja berkelahi walaupun

sudah besar.

Tindak verbal: representatif.

Tindak perlokusi: MT berhenti

berkelahi.

Jenis ketidaksantunan:

melecehkan muka.

Makna ketidaksantunan:

menyindir.

Wujud ketidaksantunan:

Penutur secara langsung

menyindir kedua MT.

Penutur menyampaikan

tuturannya dengan cara

sinis.

MT merupakan anak dari

penutur.

4. C4 Cuplikan tuturan 17 Intonasi seru. Tuturan ini terjadi di rumah, pada saat Jenis ketidaksantunan:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 245: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

MT: “Ayo... belajar.”

P: “Emoh!”

MT: “Kalo gak belajar

gak tak kasih uang

jajan!”

Nada tutur: penutur

berbicara dengan

nada tinggi.

Tekanan: keras.

Diksi: nonstandar.

jam belajar tiba.

MT menyuruh penutur untuk belajar.

Penutur memang susah bila disuruh

untuk belajar.

Penutur laki-laki, anak berusia 6 tahun.

MT laki-laki, bapak dari penutur,

berusia 32 tahun.

Tujuan: penutur menolak ajakan MT

untuk segera belajar.

Tindak verbal: komisif.

Tindak perlokusi: MT langsung

mengancam penutur untuk segera

belajar.

melecehkan muka.

Makna ketidaksantunan:

menolak.

Wujud ketidaksantunan:

Penutur berbicara dengan

orang yang lebih tua.

MT menyuruh penutur

dengan bahasa yang halus.

Penutur menyampaikan

tuturannya dengan cara

keras.

Penutur menolak suruhan

MT dengan suara yang

keras.

5. C5 Cuplikan tuturan 18

P: “Makan dulu,

mainnya nanti lagi!”

MT: “Gak mau, nanti

aja.”

P: “Kalo gak mau

makan, kamu gag

boleh pergi sama dia

(temannya)!”

Intonasi perintah.

Nada tutur: penutur

berbicara dengan

nada sedang.

Tekanan: lunak.

Diksi: bahasa

populer.

Tuturan ini terjadi di rumah, pada siang

hari.

Penutur laki-laki, bapak berusia 32

tahun. MT laki-laki, anak dari penutur,

berusia 6 tahun.

MT sedang ingin pergi bermain

bersama teman-temannya.

Penutur menyuruh MT untuk makan

terlebih dahulu, kemudian baru boleh

bermain.

MT menolak suruhan penutur.

Tujuan: penutur mengancam MT

karena susah makan.

Tindak verbal: ekspresif.

Tindak perlokusi: MT melakukan apa

Jenis ketidaksantunan:

melecehkan muka.

Makna ketidaksantunan:

mengancam.

Wujud ketidaksantunan:

Penutur mengeluarkan kata-

kata ancaman agar MT

menaati perintahnya.

Penutur menyampaikan

tuturannya dengan cara

kesal.

MT merasa takut dengan

ancaman penutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 246: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

yang diperintah penutur.

6. C6 Cuplikan tuturan 19

MT: “Pak, tumbas

kae?”

P: “Rasah! Deloken

kae enek banyune

abang. Hiii...

Makanan ini buatnya

bekas cucian orang

nyuci lho dek.”

Intonasi seru

Partikel: lho

Nada tutur: penutur

berbicara dengan

nada tinggi pada saat

melarang anaknya

untuk jajan..

Tekanan: keras pada

kata rasah.

Diksi: bahasa

nonstandar

Tuturan ini terjadi di depan/ halaman

rumah, pada siang hari.

Penutur laki-laki, bapak berusia 32

tahun. MT laki-laki, anak dari MT,

berusia 3 tahun.

Terdapat penjual jajanan (bakso tusuk)

berhenti di halaman rumah.

MT meminta penutur untuk

membelikan jajanan yang lewat di jalan

dekat rumahnya.

Tujuan: penutur menginginkan agar

MT tidak jajan sembarangan.

Tindak verbal: representatif

Tindak perlokusi: MT tidak jadi jajan.

Jenis ketidaksantunan:

melecehkan muka.

Makna ketidaksantunan:

memperingatkan.

Wujud ketidaksantunan:

Penutur memperingatkan

MT dengan suara keras,

padahal MT baru berusia 3

tahun.

Penutur memberikan

stimulus/ penegasan kepada

MT dengan kata-kata yang

kurang pantas didengar

anak usia balita.

7. C7 Cuplikan tuturan 20

MT: “Arep nendi?”

P: “Lungo dijak

Bapak.”

MT: “Shalat sek, wes

sarungan ngono kok.”

P: “Wes nyendal

motor galho!” (sambil

berjalan keluar

ruangan).

MT: “Haiyo shalat sek!

Nanggung.”

Intonasi berita.

Nada tutur: penutur

berbicara dengan

nada sedang.

Tekanan: keras.

Diksi: bahasa

nonstandar dan

bahasa slang pada

kata nyendal.

Tuturan ini terjadi di rumah, tepatnya di

ruang keluarga, pukul 16.30 WIB,

tanggal 28 April 2013.

Penutur laki-laki, adik berusia 12 tahun.

MT laki-laki, kakak berusia 23 tahun.

Penutur sudah memakai sarung hendak

beribadah shalat dzuhur.

MT sedang tiduran di ruang keluarga

sambil menonton televisi.

MT menegur penutur yang tadinya

sudah memakai sarung untuk pergi

shalat malah melepaskannya kembali

karena diajak Bapaknya.

Jenis ketidaksantunan:

melecehkan muka.

Makna ketidaksantunan:

menegaskan.

Wujud ketidaksantunan:

Penutur berbicara dengan

orang yang lebih tua.

MT menyuruh penutur

dengan baik

Penutur menyampaikan

tuturannya dengan cara

ketus..

Penutur menjawab suruhan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 247: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

Tujuan: penutur memberitahu kepada

MT bahwa motornya sudah hidup.

Tindak verbal: representatif.

Tindak perlokusi: MT diam saja karena

adiknya susah dinasihati.pergi.

MT dengan ketus dan

sambil berlalu

meninggalkan MT.

Penutur menolak suruhan

MT.

8. C8 Cuplikan tuturan 21

MT: “Tangi-tangi... wes

jam telu!” (menendang-

nendang kaki kakaknya

yang sedang tidur).

P: “Aaassss... minggat

kono!” (melanjutkan

tidurnya).

MT: “Yowes... damuk

kapok mengko.”

Intonasi perintah.

Nada tutur: penutur

berbicara dengan

nada tinggi.

Tekanan: keras.

Diksi: bahasa

nonstandar

Tuturan ini terjadi di rumah, tepatnya di

di ruang keluarga pada sore hari sekitar

jam 3 sore, tanggal 28 April 2013.

Penutur laki-laki, kakak berusia 23

tahun. MT laki-laki, adik berusia 12

tahun.

Penutur sedang tidur di ruang keluarga.

MT membangunkan penutur karena

sudah sore dan MT disuruh oleh ibunya

agar membangunkan penutur.

MT membangunkan penutur sambil

menendang-nendang kaki penutur.

Tujuan: penutur menyuruh pergi MT

karena telah mengganggu tidurnya.

Tindak verbal: ekspresif.

Tindak perlokusi: MT pergi.

Jenis ketidaksantunan:

melecehkan muka.

Makna ketidaksantunan:

mengusir.

Wujud ketidaksantunan:

Penutur mengusir MT

dengan suara keras dan

kata-kata kasar.

MT memiliki niat baik

kepada penutur.

Penutur menyampaikan

tuturannya dengan cara

keras.

merasa penutur marah

kemudian MT pergi begitu

saja.

9. C9 Cuplikan tuturan 22

P: “Arep maem ra

mbah?”

MT: “Yo keno.”

P: “Yo jupuk dewe

mbah, manja!”

Intonasi perintah.

Partikel: yo.

Nada tutur: penutur

berbicara dengan

nada sedang.

Tekanan: lunak.

Diksi: bahasa

nonstandar

Tuturan ini terjadi di rumah, tepatnya di

meja makan pada jam makan malam.

Penutur laki-laki, cucu berusia 12

tahun. MT perempuan, nenek berusia

70-80 tahun.

Penutur sedang ingin mengambil

makan malam.

MT sedang menonton televisi.

Jenis ketidaksantunan:

melecehkan muka.

Makna ketidaksantunan:

memerintah.

Wujud ketidaksantunan:

Penutur berbicara dengan

orang yang lebih tua.

Sebelumnya penutur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 248: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

Penutur menawarkan kepada MT untuk

diambilkan makan sekalian atau tidak.

MT menyetujui tawaran penutur untuk

diambilkan makan malam.

Tujuan: penutur menyuruh MT untuk

mengambil sendiri makanannya,

padahal sebelumnya penutur

menawarkan kepada MT..

Tindak verbal: direktif.

Tindak perlokusi: MT diam saja.

menawarkan ingin

mengambilkan makan

untuk MT, tetapi penutur

berbalik menyuruh dan

mengejek MT.

Penutur menyampaikan

tuturannya dengan cara

sinis.

10. C10 Cuplikan tuturan 23

P: “Kok mung

diturahi sak emprit?”

(nada tinggi).

MT: “Iwak sakmono

kok arep dipakani

sakmono!”

Intonasi tanya.

Partikel: kok.

Nada tutur: penutur

berbicara dengan

nada tinggi.

Tekanan: keras.

Diksi: bahasa

nonstandar dan

bahasa slang pada

kata emprit.

Tuturan ini terjadi di rumah, tepatnya di

dapur pada pagi hari sekitar jam 8.

Penutur perempuan, nenek berusia 70-

80 tahun dan MT laki-laki, cucu dari

penutur, berusia 12 tahun.

Penutur menyuruh MT untuk memberi

makan ikan di kolam yang berada di

samping rumah.

Penutur menyuruh MT untuk

menyisakan separuh pakan ikan yang

diberikan.

MT melaksanakan suruhan penutur.

MT hanya menyisakan sedikit pakan

ikannya.

MT memberikan sisa makanan ikan

tersebut kepada penutur.

Tujuan: penutur bertanya kepada MT.

Tindak verbal: ekspresi.

Tindak perlokusi: MT langsung

Jenis ketidaksantunan:

melecehkan muka.

Makna ketidaksantunan:

menegur.

Wujud ketidaksantunan:

Penutur kurang terima

dengan tindakan yang

dilakukan MT (hanya

menyisakan sedikit pakan

ikan).

Penutur menyampaikan

tuturannya dengan cara

keras.

Penutur berbicara dengan

suara yang keras padahal

MT tidak berada jauh dari

penutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 249: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

menjawab pertanyaan MT.

11. C11 Cuplikan tuturan 24

P: “Pak, udah cair

belum?”

MT: “Belum.”

Intonasi tanya.

Nada tutur: penutur

berbicara dengan

nada sedang (sinis).

Tekanan: lunak.

Diksi: bahasa

populer dan bahasa

slang cair.

Tuturan terjadi di rumah pukul 09.00

WIB, tanggal 5 Mei 2013.

Penutur laki-laki, anak, berusia 15

tahun. MT laki-laki, bapak dari penutur,

berusia 43 tahun.

MT pernah membuat janji dengan

penutur akan membelikan sesuatu bila

sudah mempunyai uang.

Penutur menagih janji MT.

Tujuan: menagih janji mitra tutur.

Tindak verbal: komisif.

Tindak perlokusi: MT menanggapi

pertanyaan MT.

Jenis ketidaksantunan:

melecehkan muka.

Makna ketidaksantunan:

menagih.

Wujud ketidaksantunan:

penutur berbicara dengan

orang yang lebih tua.

Penutur menyampaikan

tuturannya dengan cara

sinis.

Penutur tidak melihat/ tahu

kondisi keuangan MT.

Penutur menagih janji

kepada MT.

12. C12 Cuplikan tuturan 25

P: “Jenggote koyo

kowe, Pak.”

MT: “Kok, kowa-kowe

to, ora pantes.”

Intonasi berita.

Nada tutur: penutur

berbicara dengan

ada sedang.

Tekanan: lunak.

Diksi: bahasa

nonstandar

Tuturan terjadi di rumah, tepatnya di

ruang keluarga.

Penutur perempuan, anak. MT laki-laki,

bapak dari MT.

Penutur dan MT sedang menonton

televisi di ruang keluarga.

Tujuan: penutur mengejek MT

(menyamakan MT dengan apa yang

dilihat penutur dalam TV) .

Tindak verbal: representatif.

Tindak perlokusi: MT memperingatkan

penutur.

Jenis ketidaksantunan:

melecehkan muka.

Makna ketidaksantunan:

mengejek.

Wujud ketidaksantunan:

penutur berbicara dengan

orang yang lebih tua.

Penutur menyamakan MT

dengan seseorang yang

berada di TV.

Penutur menyampaikan

tuturannya dengan cara

bercanda.

Penutur menggunakan kata

“kowe” kepada orang yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 250: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

lebih tua (bapak dari

penutur).

13. C13 Cuplikan tuturan 26

P: “Bu, kok masakane

enak temen. Cubo

njenengan cicipi.”

MT: “Kenging nopo,

Pak? Kasinen nopo?”

Intonasi perintah.

Partikel: kok.

Nada tutur: penutur

berbicara dengan

nada sedang.

Tekanan: lunak pada

kata Bu.

Diksi: bahasa

nonstandar

Penutur makan di meja makan.

Penutur laki-laki, suami. MT

perempuan, istri dari penutur.

Penutur sedang makan di meja makan.

MT sedang melakukan sesuatu, tetapi

jarak mereka tidak begitu jauh.

Masakan MT kurang berkenan

(keasinan/ kurang asin) bagi penutur.

Tujuan: penutur menanggapi masakan

MT dan menyindir masakan MT,

kemudian penutur menyuruh M T untuk

mencicipi masakannya.

Tindak verbal: ekspresif.

Tindak perlokusi: MT menanggapi

sindiran penutur dengan bertanya.

Jenis ketidaksantunan:

melecehkan muka.

Makna ketidaksantunan:

menyindir.

Wujud ketidaksantunan:

Penutur menyindir masakan

MT.

Penutur menyampaikan

tuturannya dengan cara

sinis.

Sindiran penutur

menggunakan kata-kata

yang halus, tetapi membuat

MT tersinggung.

14. C14 Cuplikan tuturan 27

P: “Adik kok

ditukokke dolanan,

aku ra ditukokke?”

MT: “Jileh nggone

adimu sek wae, durung

ono duwite.”

P: “Emoh!”

MT: “Yo sesuk to le.”

P: “Tenan lo, Bu.”

Intonasi tanya.

Partikel: kok.

Nada tutur: penutur

berbicara dengan

nada sedang.

Tekanan: keras.

Diksi: bahasa

nonstandar

Tuturan ini terjadi di rumah, siang hari

saat kakak pulang sekolah.

Penutur laki-laki, anak. MT perempuan,

ibu dari penutur.

Kakak melihat adiknya mempunyai

mainan baru.

Kakak merasa iri karena adiknya

dibelikan mainan dan dia tidak.

Tujuan: penutur merasa iri dengan MT

karena dibelikan mainan baru dan

penutur ingin dibelikan juga.

Tindak verbal: ekspresif.

Jenis ketidaksantunan:

melecehkan muka.

Makna ketidaksantunan:

menegaskan.

Wujud ketidaksantunan:

Penutur berbicara dengan

orang yang lebih tua.

Penutur tidak mau kalah

dengan adiknya.

Penutur menyampaikan

tuturannya dengan cara

kesal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 251: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

Tindak perlokusi: MT menjawab atau

menanggapi pertanyaan penutur.

Penutur merasa MT tidak

adil.

15. C15 Cuplikan tuturan 28

MT: “Mbog tulung kae

nek mamak agek repot

diewangi umbah-

umbah?”

P: “Gemang, jeg

sayah!”

Intonasi seru.

Nada tutur: penutur

berbicara dengan

nada tinggi.

Tekanan: keras.

Diksi: bahasa

nonstandar

Tuturan ini terjadi di rumah saat

penutur pulang sekolah.

Penutur perempuan, anak. MT laki-laki,

bapak dari penutur.

MT melihat penutur sedang santai

menonton televisi.

MT melihat istrinya sedang sibuk dan

repot sehingga menyuruh penutur untuk

membantu.

Tujuan: MT menolak suruhan penutur

untuk membantu ibunya yang sedang

repot karena MT sedang capek/ letih.

Tindak verbal: komisif.

Tindak perlokusi: penutur memaklumi

keadaan MT.

Jenis ketidaksantunan:

melecehkan muka.

Makna ketidaksantunan:

menolak.

Wujud ketidaksantunan:

Penutur berbicara dengan

orang yang lebih tua.

Penutur menolak suruhan

MT dengan nada tinggi.

Penutur menyampaikan

tuturannya dengan cara

ketus.

Penutur sedang santai dan

hanya menonton TV.

16. C16 Cuplikan tuturan 29

P: “Kalo memang

niatnya masih mau

sekolah, Bapak masih

ingin ngragati. Kalo

emang maunya nikah,

bilang aja pengen

nikah. Bapak

nikahke.”

MT: “Lho kok ngono,

Pak!”

Intonasi berita.

Nada tutur: penutur

berbicara dengan

nada sedang.

Tekanan: keras.

Diksi: bahasa

nonstandar

(campuran antara

bahasa Indonesia

dan bahasa Jawa).

Tuturan ini terjadi saat di rumah dan

pada saat situasi santai.

Penutur laki-laki, bapak. MT

perempuan berusia 16 tahun, anak dari

penutur.

Penutur menasihati MT menganai

hubungannya dengan lawan jenis

(pacaran).

MT merasa dirinya salah dan sedang

terpojok.

Tujuan: penutur memarahi MT dan

menasihati MT mengenai pendidikan

Jenis ketidaksantunan:

melecehkan muka.

Makna ketidaksantunan:

menasihati.

Wujud ketidaksantunan:

Penutur membuat pilihan

yang memojokkan MT.

Penutur menyampaikan

tuturannya dengan cara

kesal.

Secara tidak langsung

penutur telah menuduh MT

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 252: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

atau pacaran.

Tindak verbal: direktif.

Tindak perlokusi: MT menanggapi

nasihat dari penutur dengan sangkalan.

lebih mementingkan

pacaran daripada sekolah.

17. C17 Cuplikan tuturan 30

P: “Mripatmu ki

ndokke sikel?”

MT: (Diam).

P: “Anake nangis neng

andinge yo mung

meneng wae!”

Intonasi seru.

Nada tutur: penutur

berbicara dengan

nada tinggi.

Tekanan: keras.

Diksi: bahasa

nonstandar.

Tuturan ini terjadi di rumah.

Penutur laki-laki, suami. MT

perempuan, istri dari penutur.

Penutur melihat anaknya yang belum

genap berusia 1 tahun rewel/ menangis.

MT hanya diam saja, padahal ia tahu

bahwa anaknya sedang menangis.

Penutur marah melihat MT tidak

melakukan tindakan terhadap anaknya.

Tujuan: penutur memarahi MT karena

tidak tanggap dengan keadaan anaknya

yang menangis.

Tindak verbal: ekspresif.

Tindak perlokusi: MT diam saja karena

MT merupakan orang yang sabar

menghadapi penutur dan MT langsung

berusaha menenangkan anaknya yang

masih bayi.

Jenis ketidaksantunan:

melecehkan muka.

Makna ketidaksantunan:

menegur.

Wujud ketidaksantunan:

Penutur berbicara

menggunakan kata-kata

kasar.

Penutur berbicara kepada

istrinya sendiri.

Penutur menyampaikan

tuturannya dengan cara

keras.

Penutur dalam keadaan

marah.

18. C18 Cuplikan tuturan 31

P: “Makanya kalo

siang itu maen terus

seharian.”

MT: (diam).

Intonasi berita.

Nada tutur: penutur

berbicara dengan

nada sedang.

Tekanan: keras pada

kata makanya dan

frasa maen terus

Tuturan terjadi di rumah pada malam

hari, saat jam belajar.

Penutur laki-laki, paman. MT laki-laki,

keponakan dari penutur.

Sebelumnya, pada siang hari MT

kerjaannya hanya bermain, tidak tidur

siang.

Jenis ketidaksantunan:

melecehkan muka.

Makna ketidaksantunan:

menyindir.

Wujud ketidaksantunan:

Penutur berbicara dengan

keponakannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 253: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

seharian.

Diksi: bahasa

populer.

Keadaan MT mengantuk sehingga

membuat penutur kesal karena MT

tidak belajar melainkan tidur.

Tujuan: penutur menyindir MT yang

tidak belajar melainkan tidur karena

kecapekan seharian bermain.

Tindak verbal: ekspresif.

Tindak perlokusi: MT lalu diam atas

tuturan penutur tersebut.

Penutur menyampaikan

tuturannya dengan cara

kesal.

Penutur kesal kepada

keponakannya karena tidak

belajar.

19. C19 Cuplikan tuturan 32

MT: “Mbog le noto

kayu ora teng jlempah.

Nanti kalo ada tamu,

nanti kalo ada orang

lewat, wong omah yo

neng pinggir dalan.”

P: “Karang nggone yo

koyo ngene, rakyo

sesok.”

Intonasi berita.

Partikel: yo.

Nada tutur: penutur

berbicara dengan

nada tinggi.

Tekanan: keras.

Diksi: bahasa

nonstandar.

Tuturan terjadi di halaman rumah, pada

sore hari.

Penutur perempuan, istri. MT laki-laki,

suami dari penutur.

Di samping rumah terdapat rumah

kayu.

Penutur sedang merapikan kayu bakar.

MT sedang duduk-duduk santai di

depan rumah.

MT mengkomentari tatanan kayu yang

sedang dilakukan penutur.

Tujuan: penutur memberitahu MT

bahwa tempatnya tidak memungkinkan

kemudian menjanjikan untuk dilakukan

besok (tapi entah kapan).

Tindak verbal: representatif.

Tindak perlokusi: MT menanggapi

tuturan penutur.

Jenis ketidaksantunan:

melecehkan muka.

Makna ketidaksantunan:

menegaskan.

Wujud ketidaksantunan:

Penutur berbicara dengan

suaminya.

Penutur berbicara dengan

nada tinggi dan dalam

keadaan kesal.

Penutur menyampaikan

tuturannya dengan cara

kesal.

Penutur menanggapi tuturan

MT dengan tidak

memperhatikan MT.

20. C20 Cuplikan tuturan 33

Intonasi seru.

Nada tutur: penutur

Tuturan ini terjadi di teras rumah

sekitar jam 4 sore, pada tanggal 20

Jenis ketidaksantunan:

melecehkan muka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 254: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

MT: “Sesok nek ono

seng neng kono meneh,

aku tak nang...”

P: “Sesok, nek

ngomongke sesok,

ndag lali!”

berbicara dengan

nada tinggi.

Tekanan: keras.

Diksi: bahasa

nonstandar.

April 2013.

Penutur laki-laki, tamu berusia 41

tahun. MT laki-laki, tuan rumah berusia

42 tahun.

MT menerima 3 tamu yang mempunyai

maksud dan tujuan yang berbeda-beda.

MT sedang berbicara atau

menyampaikan sesuatu kepada salah

satu tamunya (penutur).

Penutur langsung menanggapi tuturan

MT, padahal MT belum selesai

berbicara.

Tujuan: penutur menanggapi tuturan

MT.

Tindak verbal: direktif.

Tindak perlokusi: MT diam saja.

Makna ketidaksantunan:

memperingatkan.

Wujud ketidaksantunan:

Penutur berbicara dengan

tuan rumah.

Penutur berbicara pada saat

MT belum menyelesaikan

tuturannya.

Penutur menyampaikan

tuturannya dengan cara

ketus.

21. C21 Cuplikan tuturan 34

MT: “Monggo le

pengandikan ditutukke.

Aku tak mlaku-mlaku.”

P: “Koe arep nendi?”

MT: “Ealah, iki mau yo

wes tak omongke.”

Intonasi tanya.

Nada tutur: penutur

berbicara dengan

nada tinggi.

Tekanan: keras.

Diksi: bahasa

nonstandar.

Tuturan ini terjadi di teras rumah

sekitar jam setengah 5 sore, pada

tanggal 20 April 2013.

Penutur laki-laki, tuan rumah berusia

42 tahun. MT laki-laki, tamu berusia 41

tahun.

MT adalah tamu.

MT ingin berpamitan.

Tujuan: penutur bertanya kepada MT,

padahal sebelumnnya MT sudah

memberitahu tujuannya selanjutnya.

Tindak verbal: ekspresif.

Tindak perlokusi: MT menanggapi

Jenis ketidaksantunan:

melecehkan muka.

Makna ketidaksantunan:

menegur.

Wujud ketidaksantunan:

Penutur berbicara dengan

tamunya.

Penutur menyampaikan

tuturannya dengan cara

ketus.

Penutur sudah mengetahui

bahwa MT berpamitan dan

tetap menanyainya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 255: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

tuturan penutur dengan jawaban kesal.

22. C22 Cuplikan tuturan 35

P: “Iki le ngenei no hp

kie tenan po etok-

etokan? Nek dibel ra

nyaut blas, disms ra

ono balesi blas.”

MT : “Mburi dewe

piro? Enem belas?”

P: “Payah tenan koe

kie!”

MT: “lha rak kelep to?”

P: “seng keri, lemu

ngenei seng keri!”

MT:” yo ijek yo, aku ra

tau ganti-ganti! Nek

janji siji ra kelep.”

Intonasi tanya

Nada tutur: penutur

berbicara dengan

nada sedang.

Tekanan: keras pada

frasa ra nyaut blas

dan balesi blas.

Diksi: bahasa

nonstandar

Tuturan ini terjadi di teras rumah

sekitar jam setengah 5 sore, pada

tanggal 20 April 2013.

Penutur laki-laki, tuan rumah berusia

42 tahun. MT laki-laki, tamu berusia 41

tahun.

MT adalah tamu, sedangkan penutur

adalah tuan rumah dan di situ masih

terdapat 2 orang tamu lainnya.

MT sudah berpamitan.

Penutur menghambat MT dengan

bertanya.

Tujuan: penutur bertanya kepada MT

mengenai kebenaran nomor handphone

MT yang diberikan kepada penutur dan

penutur mengeluh dengan sikap MT

yang bila disms tidak membalas dan

ditelepon tidak diangkat.

Tindak verbal: representatif.

Tindak perlokusi: MT langsung

menanggapi tuturan penutur dengan

pertanyaan.

Jenis ketidaksantunan:

melecehkan muka.

Makna ketidaksantunan:

menyindir.

Cara penyampaian: kesal.

Wujud ketidaksantunan:

Penutur berbicara dengan

tamunya.

Penutur menyampaikan

tuturannya dengan cara

kesal.

MT sudah berpamitan dan

sudah berada di halaman

rumah tetapi penutur

menghambatnya dengan

tuturan tersebut.

Penutur tidak percaya

dengan nomor HP yang MT

berikan.

23. C23 Cuplikan tuturan 36

P: “Pergantian

pengurus disms raono

balesi, yowes tinggal

Intonasi berita.

Nada tutur: penutur

berbicara dengan

nada sedang.

Tekanan: keras pada

Tuturan ini terjadi di teras rumah

sekitar jam setengah 5 sore, pada

tanggal 20 April 2013.

Penutur laki-laki, tuan rumah berusia

42 tahun. MT laki-laki, tamu berusia 41

Jenis ketidaksantunan:

melecehkan muka.

Makna ketidaksantunan:

menyindir.

Wujud ketidaksantunan:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 256: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

bali acarane

rampung!”

MT: “Lha iki panggilan

ra terjawab wae ra

krungu.”

P: “Podo aku.”

frasa pergantian

pengurus dan

acarane rampung.

Diksi: bahasa

nonstandar

tahun.

MT adalah tamu, sedangkan penutur

adalah tuan rumah dan di situ masih

terdapat 2 orang tamu lainnya.

Awalnya penutur bertanya mengenai

kepastian nomor handphone MT.

MT beralasan bahwa Hpnya tenggelam,

tetapi nomornya tetap menggunakan

nomor yang dahulu..

Penutur masih tetap kesal.

Tujuan: penutur mengeluhkan sikap

MT yang bila disms tidak membalas,

padahal sedang diadakan rapat

pergantian kepengurusan anggota

nelayan.

Tindak verbal: ekspresif.

Tindak perlokusi: MT beralasan bahwa

sering tidak tahu bila ada telepon

masuk.

Penutur berbicara dengan

tamunya.

Penutur menyampaikan

tuturannya dengan cara

kesal.

Penutur merasa kesal

dengan MT.

24. C24 Cuplikan tuturan 37

MT : “Takon seng wes

pengalaman wae. Piro

pak Sujad?”

P: “Yo embuh!”

MT : “Kok embuh,

digenahke iki!”

Intonasi seru.

Partikel: yo.

Nada tutur: penutur

berbicara dengan

nada sedang.

Tekanan: keras.

Diksi: bahasa

nonstandar.

Tuturan ini terjadi di teras rumah

sekitar jam setengah 5 sore, pada

tanggal 20 April 2013.

Penutur laki-laki, tamu berusia 35

tahun. MT laki-laki, tuan rumah berusia

42 tahun.

Dalam situasi ini penutur dan MT

sedang membahas biaya perbaikan

kapal yang sayapnya patah karena

diterjang ombak.

Jenis ketidaksantunan:

melecehkan muka.

Makna ketidaksantunan:

menegaskan.

Wujud ketidaksantunan:

Penutur berbicara dengan

tuan rumah.

Penutur menjawab

pertanyaan MT dengan

spontan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 257: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

MT menanyakan anggarannya kepada

penutur.

MT menganggap penutur lebih

berpengalaman.

Tujuan: penutur menjawab pertanyaan

MT.

Tindak verbal: representatif.

Tindak perlokusi: MT menanggapi

tuturan penutur dengan kesal.

Penutur menyampaikan

tuturannya dengan cara

ketus.

MT yakin bahwa penutur

mengerahui apa yang

ditanyakan MT.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 258: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

KORPUS DATA DAN TABULASI DATA

KETIDAKSANTUNAN BERBAHASA KATEGORI MENGHILANGKAN MUKA

NO. KODE TUTURAN

PENANDA KETIDAKSANTUNAN PRESEPSI

KETIDAKSANTUNAN LINGUAL NONLINGUAL

(Topik dan Situasi)

1. D1 Cuplikan tuturan 38

MT: “Wes masak

durung, Bu?”

P: “Mboten masak,

wong wingi

dimasakke yo

mboten kepangan

kok!”

Intonasi berita.

Nada tutur: penutur

berbicara dengan nada

sedang.

Tekanan: lunak.

Partikel: kok dan yo.

Diksi: bahasa

nonstandar.

Tuturan ini terjadi di rumah saat MT

pulang bekerja dan merasa lapar,

kemudian MT bertanya kepada penutur

sudah masak atau belum.

Penutur perempuan, istri. MT laki-laki,

suami dari MT.

Penutur sedang bercengkrama dengan

tetangganya di depan rumah.

Tujuan: penutur memberitahu MT

bahwa ia tidak memasak dan menyindir

MT.

Tindak verbal: ekspresif.

Tindak perlokusi: MT merasa malu

karena terdapat orang lain yang

mendengarnya, kemudian MT

menanggapi penutur.

Jenis ketidaksantunan:

Menghilangkan muka.

Makna ketidaksantunan:

menyindir.

Wujud ketidaksantunan:

Penutur berbicara dengan

suaminya.

Penutur menyindir MT di

depan tetangganya.

Penutur menyampaikan

tuturannya dengan cara

sinis.

Walaupun nada tutur yang

digunakan penutur halus

tetapi membuat MT malu.

2. D2 Cuplikan tuturan 39

P: “Nih kamu gak

naik kelas! Gak malu

apa sama yang lain?

Besok lagi yang rajin

belajarnya agar naik

Intonasi seru.

Nada tutur: MT

berbicara dengan nada

sedang.

Tekanan: keras.

Diksi: bahasa

Tuturan terjadi di halaman rumah.

Penutur laki-laki, bapak. MT laki-laki,

anak dari penutur.

Penutur pulang dari sekolah mengambil

raport anaknya.

Tuturan ini terjadi saat penutur, MT,

Jenis ketidaksantunan:

Menghilangkan muka. Makna ketidaksantunan:

memperingatkan. Wujud ketidaksantunan: Penutur berbicara dengan

MT di depan orang lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 259: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

kelas. Kalo gak naik

kelas lagi mesti kamu

mung diisin-isin karo

konco-koncomu.”

nonstandar (bahasa

Jawa dan bahasa tidak

baku).

dan orang ketiga sedang bercakap-

cakap membahas nilai MT.

Tuturan ini terjadi di rumah.

Tujuan: penutur menasihati anaknya

yang tidak naik kelas di hadapan orang

ketiga (ibunya).

Tindak verbal: ekspresif.

Tindak perlokusi: MT merasa malu dan

hanya diam saja sambil menundukkan

kepala.

Penutur menakut-nakuti

MT bila tidak naik kelas

lagi.

Penutur menyampaikan

tuturannya dengan cara

halus. MT merasa kehilangan

muka karena dipermalukan

di depan orang lain.

3. D3 Cuplikan tuturan 40

P: “Koyo adimu kae

lho iso ngopo-ngopo,

koe kok tura-turu

wae.”

MT: “Joni kae rak

tritikan ngene-ngene

mesti pengen.”

Intonasi berita.

Kata fatis: lho, kok.

Nada tutur: penutur

berbicara dengan nada

sedang.

Tekanan: lunak.

Diksi: bahasa

nonstandar (bahasa

Jawa).

Tuturan terjadi di rumah.

Penutur laki-laki, bapak. MT laki-laki,

anak berusia 21 tahun.

MT sedang tiduran dan menonton

televisi.

Penutur dan orang ketiga (adik MT)

akan pergi bekerja karena pada saat itu

merupakan hari libur.

Penutur membandingkan MT dengan

orang ketiga dihadapan orang ketiga.

Tujuan: penutur menyindir MT karena

tidak mau membantu bapaknya bekerja,

penutur mambandingkan MT dengan

orang ketiga yang rajin membantu

orang tua.

Tindak verbal: ekspresif.

Tindak perlokusi: MT menanggapi

tuturan penutur dengan sanggahan.

Jenis ketidaksantunan:

Menghilangkan muka.

Makna ketidaksantunan:

menyindir.

Wujud ketidaksantunan: Penutur membandingkan

MT dengan adik MT. Penutur menyampaikan

tuturannya dengan cara

kesal.

Penutur membandingkan

MT di depan orang lain. MT merasa dirinya

kehilangan muka akibat

tuturan dari penutur.

4. D4 Cuplikan tuturan 41 Intonasi berita. Tuturan ini terjadi pada saat kumpulan Jenis ketidaksantunan:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 260: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

MT: “ Habis

kumpulan dari

kabupaten, ini monggo

dicakke.”

P: “Wah, opo-opo

dinas... opo-opo

dinas...”

Nada tutur: penutur

berbicara dengan nada

tinggi.

Tekanan: keras.

Diksi: bahasa

nonstandar (bahasa

Jawa).

nelayan yang dihadiri oleh nelayan-

nelayan pantai congot.

Penutur laki-laki, nelayan. MT laki-

laki, ketua nelayan salah satu pantai di

Kulonprogo.

MT sedang mengumumkan hasil rapat

dari Kabupaten mengenai perintah

kerja/ pelatihan kerja.

Penutur merasa bahwa MT selalu patuh

terhadap dinas

Tujuan: penutur menyindir MT yang

selalu taat/ patuh kepada dinas.

. Tindak verbal: ekspresif.

Tindak perlokusi: MT langsung

menanggapi penutur, walaupun begitu

MT merasa dirinya dipermalukan di

depan rekan-rekan nelayan.

Menghilangkan muka. Makna ketidaksantunan:

menyindir.

Wujud ketidaksantunan: Penutur berbicara dengan

ketua nelayan salah satu

pantai di KP.

Penutur kesal kepada MT

yang selalu patuh kepada

dinas.

Penutur menyampaikan

tuturannya dengan cara

keras. Penutur berbicara dengan

nada keras kepada MT di

hadapan nelayan-nelayan

lainnya.

MT merasa tidak dihargai

dan kehilangan muka oleh

tuturan dari penutur

5. D5 Cuplikan tuturan 42

P: ”Makanya kalo

kamu itu mau

belajar ya belajar,

gag belajar cuman

maen.”

Intonasi berita.

Partikel: ya.

Nada tutur: penutur

berbicara dengan nada

tinggi.

Tekanan: keras.

Diksi: bahasa populer.

Tuturan ini terjadi di rumah.

Penutur laki-laki, paman. MT laki-laki,

keponakan dari penutur.

MT mendapat nilai jelek, hal ini

berbanding terbalik dengan keponakan

penutur.

MT merupakan keponakan istri yang

tinggal bersama penutur.

Dalam situasi ini terdapat orang ketiga

yakni, istri dan keponakan penutur.

Jenis ketidaksantunan:

Menghilangkan muka.

Makna ketidaksantunan:

menegur.

Wujud ketidaksantunan: Penutur berbicara menegur

MT di hadapan orang lain. Penutur mengomentari nilai

buruk yang didapat

keponakan istrinya dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 261: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

Tujuan: penutur menasihati MT yang

mendapat nilai jelek, secara tersirat

penutur juga menyindir dan

membandingkan MT dengan

keponakannya yang mendapatkan nilai

baik.

Tindak verbal: ekspresif.

Tindak perlokusi: MT hanya diam saja.

kesal. Penutur menyampaikan

tuturannya dengan cara

kesal. Penutur kecewa terhadap

MT. MT merasa dirinya

kehilangan muka karena

tuturan tersebut

disampaikan di depan orang

lain.

6. D6 Cuplikan tuturan 43

P: “Gampang nek

mung kur ngono.

Solusino piro

anggarane sayap?

Ngertimu piro?”

MT: ”Rung ngerti

aku.”

P: “Halah... Nelayan

seprono-seprene

gaweane kok muni ra

ngerti!”

Intonasi seru.

Kata fatis: kok.

Nada tutur: penutur

berbicara dengan nada

sedang.

Tekanan: keras.

Diksi: bahasa

nonstandar (bahasa

Jawa).

Tuturan ini terjadi di teras rumah

sekitar jam setengah 5 sore, pada

tanggal 20 April 2013.

Penutur laki-laki, tamu berusia 41

tahun. MT laki-laki, tuan rumah

sekaligus ketua nelayan berusia 42

tahun.

Dalam situasi ini penutur dan MT

sedang membahas biaya perbaikan

kapal yang sayapnya patah karena

diterjang ombak.

Sebelumnya penutur bertanya kepada

MT mengenai anggaran perbaikan

sayap kapal, tetapi pertanyaan tersebut

bernadakan hanya menguji pengetahuan

MT.

MT menjawab pertanyaan tersebut

(belum tahu aku).

Tujuan: penutur mengejek MT yang

Jenis ketidaksantunan:

Menghilangkan muka.

Makna ketidaksantunan:

mengejek.

Wujud ketidaksantunan:

Penutur berbicara dengan

tuan rumah sekaligus ketua

nelayan pantai setempat.

Penutur berbicara dengan

MT di hadapan tamu lain.

Penutur menyampaikan

tuturannya dengan cara

sinis.

MT merasa kehilangan

muka dengan tuturan

tersebut sehingga

mengalihkan pertanyaan

kepada orang lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 262: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

sudah menjadi nelayan senior tetapi

tidak tahu berapa anggaran sayap kapal.

Tindak verbal: representatif.

Tindak perlokusi: MT menimpali

pertanyaan tersebut kepada tamunya

yang lain yang merupakan seorang

nelayan berpengalaman juga.

7. D7 Cuplikan tuturan 44

P: “Tak inggoni

pitmu motor mas,

koe nek nulisi ora

ngono kae! Tulisi ojo

dumeh...”

MT2: “Diwarai mas.”

P: “Ojo dumeh koe kie

sugeh, ojo dumeh koe

kie waras, wong sak

lapangan sewengi ra

rampung-rampung nek

ojo dumeh, ojo dumeh

koe ki ayu, aku yo

iso.”

MT2: (sambil

menyela) “iya...aaa...

iya...aaa...”

Intonasi perintah.

Nada tutur: penutur

berbicara dengan nada

sedang.

Tekanan: lunak.

Diksi: bahasa

nonstandar (bahasa

Jawa).

Tuturan ini terjadi di teras rumah

sekitar jam setengah 5 sore, pada

tanggal 20 April 2013.

Penutur laki-laki, tamu berusia 41

tahun. MT laki-laki, tamu berusia 23

tahun.

Penutur sudah berpamitan ingin pulang.

Penutur berada di halaman rumah dan

berada di smaping motornya.

Di samping motor penutur terdapat

motor MT.

Penutur mengomentari tulisan atau

stiker yang ada di motor MT.

MT berada di teras rumah beserta 2

orang lainnya.

Tujuan: penutur mengomentari tulisan

yang ada di motor MT.

Tindak verbal: direktif.

Tindak perlokusi: MT hanya tersenyum

karena malu.

Jenis ketidaksantunan:

Menghilangkan muka.

Makna ketidaksantunan:

mengejek.

Wujud ketidaksantunan:

Penutur berbicara dengan

tamu yang baru ia kenal

pada saat itu.

Penutur menyampaikan

tuturannya dengan cara

bercanda.

Penutur berbicara di

hadapan tuan rumah dan

tamu lain, tuturan penutur

bermaksud untuk mengejek

MT.

MT merasa kehilangan

muka sehingga ia hanya

diam saja dan sedikit

tersenyum.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 263: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

8. D8 Cuplikan tuturan 45

P: “Monggo mas?”

MT: “Nggeh Pak.”

P: “Nyuwun

ngapunten nggeh, ha

kok njenengan

meneng wae.”

Intonasi berita.

Partikel: kok.

Nada tutur: penutur

berbicara dengan nada

sedang.

Tekanan: lunak.

Diksi: bahasa

nonstandar (bahasa

Jawa).

Tuturan ini terjadi di teras rumah

sekitar jam setengah 5 sore, pada

tanggal 20 April 2013.

Penutur laki-laki, tamu berusia 41

tahun. MT laki-laki, tamu berusia 23

tahun.

Sebelumnya penutur berpamitan dan

MT meanggapi tuturan penuutur.

Penutur berada di halaman rumah,

sedangkan MT berada di teras rumah

bersama 2 orang lainnya.

Tujuan: penutur mengejek MT yang

tadi hanya diam saja karena motornya

dikomentari oleh penutur.

Tindak verbal: eksprsif.

Tindak perlokusi: MT hanya tersenyum

karena malu.

Jenis ketidaksantunan:

Menghilangkan muka.

Makna ketidaksantunan:

mengejek.

Wujud ketidaksantunan:

Penutur berbicara dengan

tamu yang baru ia kenal

pada saat itu.

Penutur berbicara di

hadapan tuan rumah dan

tamu lain.

Penutur menyampaikan

tuturannya dengan cara

bercanda.

Tuturan penutur bermaksud

untuk mengejek M.

MT merasa kehilangan

muka sehingga ia hanya

sedikit tersenyum.

9. D9 Cuplikan tuturan 46

P: “Ayo neng pasar,

tukokke mobil-

mobilan.”

MT: “Sesok yo le.”

P: “Wah bapak kie

pelit, ngene-ngene ra

oleh!”

MT: “Bapak durung

due duit le.”

Intonasi seru.

Nada tutur: penutur

berbicara dengan nada

sedang.

Tekanan: keras.

Diksi: bahasa

nonstandar (bahasa

Jawa).

Tuturan ini terjadi di rumah.

Penutur laki-laki, anak berusia 6 tahun.

MT laki-laki, bapak dari penutur

berusia 33 tahun.

Awalnya penutur bermain bersama

teman-temannya.

Penutur meminta mainan seperti milik

temannya kepada MT.

MT menolak karena uangnya dipakai

untuk hal yang lebih penting terlebih

dahulu dan MT memberi penawaran

Jenis ketidaksantunan:

Menghilangkan muka.

Makna ketidaksantunan:

menyinggung.

Cara penyampaian: kesal.

Wujud ketidaksantunan:

penutur berbicara dengan

orang yang lebih tua.

Penutur berbicara kepada

MT dihadapan teman-teman

penutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 264: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

kepada penutur untuk lebih sabar, pasti

besok akan dibelikan.

Tujuan: penutur menuduh MT pelit

karena tidak dibelikan mainan.

Tindak verbal: ekspresif.

Tindak perlukosi: MT menanggapi

tuturan penutur dengan malu dan

mengakui kalau penutur belum

mempunyai uang.

Penutur menyampaikan

tuturannya dengan cara

kesal.

Penutur menuduh MT pelit.

MT merasa kehilangan

muka karena tuturan

tersebut disampaikan di

depan orang lain (teman-

teman penutur).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 265: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

KORPUS DATA DAN TABULASI DATA

KETIDAKSANTUNAN BERBAHASA KATEGORI MENIMBULKAN KONFLIK

NO. KODE TUTURAN

PENANDA KETIDAKSANTUNAN PRESEPSI

KETIDAKSANTUNAN LINGUAL NONLINGUAL

(Topik dan Situasi)

1. E1 Cuplikan tuturan 47

MT: “Haduh, Bu.

Dino iki ra oleh opo-

opo, Bu.”

P: “Itu kan

tanggungjawab

suami.”

MT: “Wolha kurang

ajar.”

Intonasi berita.

Kata fatis: kan.

Nada tutur: penutur

berbicara dengan nada

sedang.

Tekanan: keras.

Diksi: bahasa populer.

Tuturan ini terjadi di rumah.

Penutur perempuan, istri. MT laki-laki,

suami dari penuutur, berusia 43 tahun.

Tuturan ini terjadi saat penutur dan MT

sedang bercakap-cakap dan

disampaikan secara ngelantur.

Penutur tidak memperhatikan keadaan

MT saat menyampaikan tuturannya.

MT sedang dalam keadaan letih

sepulang dari bekerja.

Tujuan: penutur memberitahu MT

bahwa mencari nafkah merupakan

tanggung jawab MT.

Tindak verbal: representatif.

Tindak perlokusi: MT tidak terima

dengan tuturan penutur, sehingga MT

menanggapi tuturan penutur dengan

kata-kata kasar.

Jenis ketidaksantunan:

Menimbulkan konflik.

Makna ketidaksantunan:

menyinggung.

Wujud ketidaksantunan:

penutur berbicara dengan

suaminya.

Penutur berbicara tanpa

berpikir (ngelantur/ ceplas-

ceplos).

Penutur berbicara dengan

cara ketus.

MT menanggapi tuturan

penutur dengan kata-kata

kasar sehingga

menimbulkan konflik.

2. E2 Cuplikan tuturan 48

MT: “Itu kan

tanggungjawab

Intonasi seru.

Nada tutur: penutur

berbicara dengan nada

Tuturan terjadi di halaman rumah.

Penutur laki-laki, suami berusia 43

tahun. MT perempuan, istri dari

Jenis ketidaksantunan:

Menimbulkan konflik. Makna ketidaksantunan:

mengumpat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 266: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

suami.”

P: “Wo lha kurang

ajar! Asu cenan.”

MT: “Huuusss...

Omongane, Pak.”

tinggi.

Tekanan: keras.

Diksi: bahasa

nonstandar (bahasa

Jawa).

penutur.

Tuturan ini terjadi saat penutur dan MT

sedang bercakap-cakap dan

disampaikan secara ngelantur.

penutur menanggapi tuturan MT yang

kurang berkenan bagi penutur.

penutur sedang dalam keadaan letih

sepulang kerja.

Tujuan: penutur menanggapi tuturan

MT yang kurang berkenan di hati

penutur.

Tindak verbal: ekspresif.

Tindak perlokusi: MT menanggapi

tuturan penutur dengan peringatan.

Wujud ketidaksantunan: penutur berbicara kasar

kepada istrinya.

penutur berbicara tanpa

berpikir (ceplas-ceplos).

Penutur menyampaikan

tuturannya dengan keras.

MT merasa tidak terima

dengan tuturan penutur

sehingga MT memberi

peringatan kepada penutur.

3. E3 Cuplikan tuturan 49

P: “Mbog le noto

kayu ora teng

jlempah. Nanti kalo

ada tamu, nanti kalo

ada orang lewat.

Wong omah yo neng

pinggir dalan.”

MT: “Karang nggone

yo koyo ngene, rakyo

sesok!”

P: “Welha...malah

nesu.”

Intonasi berita.

Partikel: yo.

Nada tutur: penutur

berbicara dengan nada

sedang.

Tekanan: lunak.

Diksi: bahasa

nonstandar (bahasa

Jawa)

Tuturan terjadi di halaman rumah pada

sore hari.

Penutur laki-laki, suami. MT

perempuan, istri.

Rumah kayu berada di samping rumah.

Penutur menegur istri untuk merapikan

tatanan kayunya, karena rumah

kayunya berada di samping rumah,

sekaligus di pinggir jalan.

Tuturan terjadi pada saat MT sedang

merapikan kayu dan penutur sedang

duduk-duduk di depan rumah.

Tuturan terjadi di halaman rumah.

Tujuan: penutur menyindir sekaligus

Jenis ketidaksantunan:

Menimbulkan konflik. Makna ketidaksantunan:

menegur. Wujud ketidaksantunan:

Penutur berbicara kepada

istrinya. Penutur menegur MT yang

sedang sibuk menata kayu

tetapi penutur hanya duduk

santai di teras rumah. Penutur menyampaikan

tuturannya dengan cara

sinis.

Tuturan penutur sangat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 267: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

menegur MT untuk merapikan tatanan

kayunya.

Tindak verbal:direktif.

Tindak perlokusi: MT tetap

melanjutkan merapikan kayunya

sambil menanggapi tuturan dari penutur

dengan sanggahan.

sembrono karena tidak

melihat apa yang dilakukan

MT dan apa yang dilakukan

penutur. MT merasa dirinya

disalahkan sedangkan

penutur tidak melakukan

apa-apa. MT meyanggah tuturan

penutur sehingga terjadi adu

mulut.

4. E4 Cuplikan tuturan 50

P: “Ngematke

matane, bawal ko

ngene kok dianggep

BS.”

MT: “Njajal ayo

ditakokke ro liyane iki

BS po ora?”

Intonasi berita.

Partikel: kok.

Nada tutur: penutur

berbicara dengan nada

tinggi.

Tekanan: keras.

Diksi: bahasa

nonstandar (bahasa

Jawa) dan penggunaan

jargon.

Tuturan ini terjadi di TPI (tempat

pelelangan ikan).

Penutur laki-laki, nelayan. MT laki-

laki, nelayan.

Para nelayan sedang mengelompokkan

ikan bawal.

Tujuan: penutur memberitahu kepada

MT bahwa bawalnya bukan BS.

Tindak verbal: ekspresif.

Tindak perlokusi: MT langsung

menanggapi penutur dengan cara

penyampaian yang ketus.

Jenis ketidaksantunan:

Menimbulkan konflik.

Makna ketidaksantunan:

menegaskan.

Wujud ketidaksantunan: Penutur berbicara dengan

nelayan lainnya. Penutur berbicara kasar

dengan orang lain. Penutur menyampaikan

tuturannya dengan cara

keras. Tuturan penutur

menyebabkan terjadi adu

argumen antar nelayan yang

berada di sana.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 268: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

5. E5 Cuplikan tuturan 51

MT: (menangis)

P: “Ayo... iso

meneng ora!”

(digeblek atau

dipukul).

Intonasi perintah.

Kata fatis: ayo.

Nada tutur: penutur

berbicara dengan nada

tinggi.

Tekanan: keras.

Diksi: bahasa

nonstandar (bahasa

Jawa).

Tuturan terjadi di halaman rumah,

Penutur laki-laki, bapak berusia 34

tahun. MT laki-laki, anak dari penutur,

berusia 6 tahun.

Tuturan terjadi pada saat MT sedang

nangis di rumah.

Penutur pulang bekerja dengan keadaan

yang letih.

Penutur tersulut emosinya karena

anaknya rewel terus-terusan.

Tujuan: penutur menyuruh anaknya

untuk tidak rewel lagi, tetapi disertai

dengan pukulan kecil (istilah Jawa

digeblek).

Tindak verbal: komisif.

Tindak perlokusi: MT melakukan apa

yang diperintah penutur, tetapi terdapat

orang ketiga, yakni istrinya yang marah

kepada penutur.

Jenis ketidaksantunan:

Menimbulkan konflik. Makna ketidaksantunan:

mengancam. Wujud ketidaksantunan:

Penutur berbicara dengan

anaknya.

Penutur menyampaikan

tuturannya dengan cara

keras.

Penutur bermain tangan

dengan memukul MT.

Tindakan penutur membuat

MT2 tidak terima.

MT2 marah kepada

penutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 269: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

6. E6 Cuplikan tuturan 52

MT: “Banyune ki jek

banter kae!”

P: “Alaah Mboook,

mbog rasah

gemrumung!! Ijek

banter mau bengi.

Kui yo wes tak

akonke uwong.”

MT: “Ha iyo gek

didandani!”

Intonasi berita.

Partikel: yo.

Nada tutur: penutur

berbicara dengan nada

tinggi.

Tekanan: keras.

Diksi: bahasa

nonstandar (bahasa

Jawa).

Tuturan ini terjadi pada saat penutur

berada di dalam rumah dan MT berada

di luar rumah hendak mengambil

wudhu.

Tuturan ini terjadi pada saat jam shalat

maghrib.

Penutur perempuan, anak berusia 36

tahun. MT perempuan, nenek/ ibu dari

penutur, berusia 70-80 tahun.

MT memberitahu bahwa pralon airnya

masih bocor.

Penutur merasa emosi karena MT

dianggap selalu cerewet.

Tujuan: memberitahu MT bahwa

penutur sudah tahu dan sudah berusaha

menyuruh orang untuk memperbaiki

pralon tresebut.

Tindak verbal: ekspresif.

Tindak perlokusi: MT menanggapi

tuturan penutur dengan nada tinggi

juga.

Jenis ketidaksantunan:

Menimbulkan konflik. Makna ketidaksantunan:

menegaskan. Wujud ketidaksantunan:

Penutur berbicara dengan

orang yang lebih tua.

Penutur berbicara dengan

suara yang keras kepada

MT.

Penutur menyampaikan

tuturannya dengan cara

kesal dan keras. MT merasa tidak terima

karena suara penutur

dianggap terlalu kasar dan

keras sehingga MT

menimpali dengan nada

yang tinggi pula.

7. E7 Cuplikan tuturan 53

MT: “Ayo ngewangi

bapak!”

P: “Gak mau!”

MT: “ Koe nek ra

ngewangi bapak, trus

sopo seng arep

Intonasi seru.

Nada tutur: penutur

berbicara dengan nada

sedang.

Tekanan: keras.

Diksi: bahasa populer,

Tuturan ini terjadi di rumah.

Penutur laki-laki, anak berumur 16

tahun. MT laki-laki, bapak dari penutur.

Penutur menolak ajakan bapaknya

untuk membantu pekerjaannya.

MT merasa tersinggung kemudian

memarahinya.

Jenis ketidaksantunan:

Menimbulkan konflik. Makna ketidaksantunan:

menolak. Wujud ketidaksantunan: Penutur berbicara dengan

orang yang lebih tua.

Penutur menolak ajakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 270: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

biayani” Tujuan: penutur menolak ajakan

bapaknya untuk membantunya dalam

bekerja.

Tindak verbal: komisif.

Tindak perlokusi: MT memarahi

penutur.

MT dengan spontan

menjawabnya. Penutur menyampaikan

tuturannya dengan cara

ketus.

MT merasa penutur tidak

patuh terhadapnya dan

kemudian memarahinya.

8. E8 Cuplikan tuturan 54

MT: “Tipine dipindah,

Mas?”

P: “Wegah!”

MT: (Berlari mencari

orang tua dan minta

untuk digendong).

Intonasi seru.

Nada tutur: penutur

berbicara dengan nada

sedang.

Tekanan: keras.

Diksi: bahasa

nonstandar (bahasa

Jawa).

Tuturan ini terjadi di ruang keluarga.

Penutur laki-laki, kakak berusia 6

tahun. MT laki-laki, adik berusia 3

tahun.

Penutur dan MT sedang asik menonton

salah satu acara televisi.

MT merasa bahwa ia tidak menyukai

acara televisi yang sedang mereka

tonton.

MT menyuruh penutur untuk

mengganti channel/ acara televisi

tersebut.

Penutur menolak perintah dari MT

karena ia menyukai acara televisi

tersebut.

Terdapat orang ketiga yang nantinya

memarahi penutur karena tindakannya

terhadap MT.

Tujuan: penutur menolak suruhan MT

untuk mengganti channel/ acara di

televisi.

Jenis ketidaksantunan:

Menimbulkan konflik. Makna ketidaksantunan:

menolak. Wujud ketidaksantunan:

penutur tidak mau

mengalah dengan MT.

Penutur menjawab suruhan

MT dengan spontan sambil

mempertahankan remote

TV-nya dari MT. Penutur menyampaikan

tuturannya dengan cara

ketus.

MT tidak terima dan

memanggil MT2

(bapaknya), MT2 memarahi

penutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 271: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

Tidak verbal: komisif.

Tindak perlokusi: MT pergi mencari

orang ketiga (bapak), kemudian orang

ketiga memarahi penutur.

9. E9 Cuplikan tuturan 55

P: “Iki nggonaku,

udu nggonamu iki!”

MT: ”Ra wae!

Nggonku kok.”

P: “Nggonku!”

Intonasi seru.

Nada tutur: penutur

berbicara dengan nada

tinggi.

Tekanan: keras.

Diksi: bahasa

nonstandar (bahasa

Jawa).

Tuturan ini terjadi di rumah.

Penutur adalah laki-laki, kakak berusia

10 tahun. MT laki-laki, adik penutur

berusia 6 tahun.

Penutur dan MT berebut mainan.

Tujuan: penutur merebut mainan dari

adiknya yang sedang bermain dan

menyatakan bahwa mainan itu

miliknya.

Tindak verbal: representatif.

Tindak perlokusi: MT merebut kembali

mainan tersebut dari tangan penutur,

hingga akhirnya mereka berdua saling

berebut.

Jenis ketidaksantunan:

Menimbulkan konflik.

Makna ketidaksantunan:

menegaskan.

Wujud ketidaksantunan:

Penutur berbicara dengan

MT sambil merebut mainan

MT.

Penutur menyampaikan

tuturannya dengan cara

kesal.

MT tidak mau kalah

sehingga mainan tersebut

direbut kembali.

Penutur dan MT berebut

mainan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 272: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

PARAMETER PENENTU KETIDAKSANTUNAN

No

Kategori

ketidaksantunan

Lingual Nonlingual Contoh

cuplikan

tuturan Nada Kata

fatis

Into-

nasi

Tekan-

an

Diksi Penutur

dan

lawan

tutur

Situasi

tutur

Tujuan

tuturan

Waktu

dan

tempat

Tindak

verbal

dan

tindak

perlokusi

1. Melanggar norma Tuturan

dikata-

kan

dengan

nada

sedang.

Tidak

ditemu

kan

kata

fatis

dalam

kategor

i ini.

Intonasi

yang

digunak

an ada-

lah

intonasi

berita

Tuturan

ditekank

an

dengan

tekanan

keras.

Diksi

yang

digunaka

n adalah

bahasa

nonstan-

dar

(bahasa

Jawa).

Orang yang

terlibat

dalam

tuturan

kategori ini

bisa siapa

saja yang

terlibat

dalam

komunikasi

dan yang

melanggar

aturan.

Situasi

terjadinya

tuturan

adalah

situasi

santai.

Menolak

atau

menunda

tuturan

lawan

tutur yang

menyuruh

nya untuk

melakukan

tugasnya.

Waktu

terjadiny

a tuturan

bisa

kapan

saja.

Tempat

terjadiny

a tuturan

bisa

dimana

saja.

Tindak

verbal:

representa

-tif dan

komisif.

Tindak

perlokusi:

melakukan

sesuatu

sehingga

penutur

melakukan

tugasnya.

MT: “Bel-

ajar sek le.

Ayo TVne

dipateni,

PRe geg

ndang

digarap!”

P: “Meng-

ko sek,

Pak!”

MT: (lang-

sung

mematikan

televisi).

2. Mengancam muka

sepihak

Tuturan

dikata-

kan

dengan

nada

sedang.

Tidak

ditemu

kan

kata

fatis

dalam

kategor

i ini.

Intonasi

yang

digunak

an ada-

lah

intonasi

berita

dan

Tuturan

ditekank

an

dengan

tekanan

keras dan

lunak.

Diksi

yang

digunaka

n adalah

bahasa

nonstan-

dar

(bahasa

Orang yang

terlibat

dalam

tuturan

kategori ini

bisa siapa

saja dalam

anggota

Tuturan

dalam

kategori

ini dapat

terjadi

dalam

situasi

santai dan

Menangga

pi tuturan

lawan

tutur.

Waktu

terjadiny

a tuturan

bisa

kapan

saja.

Tempat

terjadiny

Tindak

verbal:

representa

-tif,

ekspresif,

dan

komisif.

Tindak

P: “Sinau

barang!”

(Menyengg

ol

adiknya).

MT:

“Ngopo to?

Ganggu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 273: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

seru. Jawa),

slang,

dan

artifisial.

keluarga

yang

terlibat

komunikasi.

serius. a tuturan

bisa

dimana

saja.

perlokusi:

menangga

pi tuturan

penutur

dengan

kesal/

tersinggun

g, tetapi

tidak

disadari

oleh

penutur.

wae.”

P: (Tidak

menghirauk

an dan pergi

begitu saja).

3. Melecehkan muka Tuturan

dikata-

kan

dengan

nada

tinggi

dan

sedang.

Terda-

pat kata

fatis

kok, ya,

dan lho.

Intonasi

yang

digunak

an ada-

lah

intonasi

berita,

perinta

h, dan

seru.

Tuturan

ditekan-

kan

dengan

tekanan

keras dan

lunak.

Diksi

yang

digunaka

n adalah

bahasa

nonstan-

dar

(bahasa

Jawa).

Orang yang

terlibat

dalam

tuturan

kategori ini

bisa siapa

saja dalam

anggota

keluarga

yang

terlibat

komunikasi.

Tuturan

ini dapat

terjadi

dalam

berbagai

suasana,

baik santai

maupun

serius.

Menangga

pi tuturan

lawan

tutur.

Waktu

terjadiny

a tuturan

bisa

kapan

saja.

Tempat

terjadiny

a tuturan

bisa

dimana

saja.

Tindak

verbal:

ekspresif,

represen-

tatif,

direktif,

dan

komisif.

Tindak

perlokusi:

lawan

tutur diam

saja atau

lawan

tutur

menangga

pi penutur

karena ia

MT:

“Tangi-

tangi... wes

jam telu!”

(menendang

-nendang

kaki

kakaknya

yang sedang

tidur).

P:

“Aaassss...

minggat

kono!”

(melanjutk

an

tidurnya).

MT: “Yo

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 274: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

merasa

kesal

dengan

penutur.

wes...

damuk

kapok

mengko.”

4. Menghilangkan

muka

Tuturan

dikata-

kan

dengan

nada

sedang

dan

tinggi.

Terda-

pat kata

fatis

kok dan

ya.

Intonasi

yang

diguna-

kan

adalah

intonasi

berita

dan

seru.

Tuturan

ditekan-

kan

dengan

tekanan

keras dan

lunak.

Diksi

yang

digunaka

n adalah

bahasa

nonstan-

dar

(bahasa

Jawa)

dan

bahasa

populer.

Orang yang

terlibat

dalam

tuturan

kategori ini

bisa siapa

saja dalam

anggota

keluarga

yang

terlibat

komunikasi

Tuturan

ini dapap

tejadi

dalam

suasana

yang

santai dan

serius.

Menangga

pi tuturan

lawan

tutur.

Waktu

terjadiny

a tuturan

bisa

kapan

saja.

Tempat

terjadiny

a tuturan

bisa

dimana

saja.

Tindak

verbal:

ekspresif.

Tindak

perlokusi:

menangga

pi tuturan

penutur

karena

dirinya

merasa

dipermalu

kan atau

telah

kehilangan

muka.

MT: “Habis

kumpulan

dari

kabupaten,

ini monggo

dicakke.”

P: “Wah,

opo-opo

dinas...

opo-opo

dinas...”

5. Menimbulkan

muka

Tuturan

dikata-

kan

dengan

nada

tinggi

dan

sedang.

Terda-

pat kata

fatis yo

(ya).

Intonasi

yang

diguna-

kan

adalah

intonasi

seru

dan

tanya.

Tuturan

ditekan-

kan

dengan

tekanan

keras.

Diksi

yang

digunaka

n adalah

bahasa

nonstan-

dar

(bahasa

Jawa).

Orang yang

terlibat

dalam

tuturan

kategori ini

bisa siapa

saja dalam

anggota

keluarga

yang

Tuturan

ini dapap

tejadi

dalam

suasana

yang

santai dan

serius

Menangga

pi tuturan

lawan

tutur.

Waktu

terjadiny

a tuturan

bisa

kapan

saja.

Tempat

terjadiny

a tuturan

bisa

Tindak

verbal:

ekspresif,

komisif,

dan repre-

sentatif.

Tindak

perlokusi:

menangga

pi tuturan

P:

“Ngematke

matane,

bawal ko

ngene kok

dianggep

BS.”

MT: “Njajal

ayo

ditakokke

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 275: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

terlibat

komunikasi

dimana

saja.

penutur

dengan

suasana

hati yang

emosi,

biasanya

hingga

terjadi adu

mulut atau

bertengkar

.

ro liyane iki

BS po ora?”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 276: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

INSTRUMEN MAKSUD TUTURAN KETIDAKSANTUNAN

No Jenis/ Kategori Makna/

Subkategori

Kode Tuturan Maksud Penutur

1. Melanggar norma Menegaskan A1 Enggak! Berbohong

A2 Yoben... Wong arep ngaji kok ra oleh. Membela diri

Menunda A3 Mengko sek, Pak! Menunda

A4 Mengko Pak! Filme jek apik kie. Menunda

2. Mengancam muka

sepihak

Mengejek B1 Sinau barang! (Menyenggol adiknya). Menggoda

B8 Iya... aaa... iya... aaa... (bernada seperti nada tertawa). Mengejek

B9 Resiko! Mengejek

Menunda B2 Mengko ahh... (Melanjutkan tidurnya). Menghindar

Menegaskan B3 Cah enom kok yahene turu, Bu. Membela diri

B4 Iki lagek nen dalan. (padahal masih di lokasi). Berbohong

B6 (menginjak kaki kakaknya) Walah... kepidak... Mengejek

B7 Timbangane ra dibuang mah mung marakke penyakit. Membela diri

Menolak B5 Wegah, males! Menolak

3. Melecehkan muka Memerintah C1 Nyoh tak kei duwit geg ndang lungo o. Rasah ganggu Bapak

Ibu sek, lagek nyambut gawe!

Mengusir

C2 Alaaah... jupuk dewe, Pak! Menolak

C9 Yo jupuk dewe mbah, manja! Malas

Menyindir C3 Cah gede kok jeh do gelud. Menyindir

C13 Bu, kok masakane enak temen. Cubo njenengan cicipi. Menyindir

C18 Makanya kalo siang itu maen terus seharian. Kesal

C22 Iki le ngenei no hp kie tenan po etok-etokkan? Nek dibel ra

nyaut blas, disms ra ono balesi blas.

Kesal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 277: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

C23 Pergantian pengurus disms raono balesi, yowes tinggal bali

acarane rampung!

Kesal

Menolak C4 Emoh! Malas

C15 Gemang, jeg sayah! Menolak

Mengancam C5 Kalo gak mau makan, kamu gag boleh pergi sama dia

(temannya)!

Memaksa

Memperingatkan C6 Rasah! Deloken kae enek banyune abang. Hiii... Makanan ini

buatnya bekas cucian orang nyuci lho dek.

Menakut-nakuti

C20 Sesok, nek ngomongke sesok, ndag lali! Kesal

Menegaskan C7 Wes nyendal motor galho!” (sambil berjalan keluar ruangan). Membela diri

C14 Adik kok ditukokke dolanan, q ra ditukokke? Kesal

C19 Karang nggone yo koyo ngene, rakyo sesok. Membela diri

C24 Yo embuh! Berbohong

Mengusir C8 Aaassss... minggat kono!” (melanjutkan tidurnya). Mengusir

Menegur C10 Kok mung diturahi sak emprit? (nada tinggi). Kecewa

C17 Mripatmu ki ndokke sikel? Kesal

C21 Koe arep nendi? Menggoda

Menagih C11 Pak, udah cair belum? Menagih

Mengejek C12 Jenggote koyo kowe, Pak. Mengejek

Menasihati C16 Kalo memang niatnya masih mau sekolah, Bapak masih ingin

ngragati. Kalo emang maunya nikah, bilang aja pengen nikah.

Bapak nikahke.

Memarahi

4. Menghilangkan

muka

Menyindir D1 Mboten masak, wong wingi dimasakke yo mboten kepangan

kok!

Kesal

D3 Koyo adimu kae lho iso ngoopo-ngopo, koe kok tura-turu Menyindir

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 278: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

wae.

D4 Wah, opo-opo dinas... opo-opo dinas... Kecewa

Menegur D2 Nih kamu gak naik kelas! Gak malu apa sama yang lain?

Besok lagi yang rajin belajarnya agar naik kelas. Kalo gak

naik kelas lagi mesti kamu mung diisin-isin karo konco-

koncomu.

Memarahi

D5 Makanya kalo kamu itu mau belajar ya belajar, gag belajar

cuman maen.

Menasihati

Mengejek D6 Halah... Nelayan seprono-seprene gaweane kok muni ra

ngerti!

Mengejek

D7 Tak inggoni pitmu motor mas, koe nek nulisi ora ngono kae!

Tulisi ojo dumeh...

Menggoda

D8 Nyuwun ngapunten nggeh, ha kok njenengan meneng wae. Menggoda

Menyinggung D9 Wah bapak kie pelit, ngene-ngene ra oleh! Kesal

5. Menimbulkan

konflik

Menyinggung E1 Itu kan tanggungjawab suami. Kecewa

Mengumpat E2 Wolha kurang ajar! Asu cenan. Kesal

Menegur E3 Mbog le noto kayu ora teng jlempah. Nanti kalo ada tamu,

nanti kalo ada orang lewat. Wong omah yo neng pinggir

dalan.

Memberitahu

Menegaskan E4 Ngematke matane, bawal ko ngene kok dianggep BS. Memberitahu

E9 Iki nggonaku, udu nggonamu iki! Kesal

E6 Alaah Mbok, mbok rasah gemrumung!! Ijek banter mau

bengi. Kui yo wes tak akonke uwong.

Kesal

Mengancam E5 Ayo... iso meneng ora! (digeblek atau dipukul). Kesal

Menolak E7 Gak mau! Menolak

E8 Wegah! Menolak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 279: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 280: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

Instrumen Penelitian

Kasus/Situasi

KUESIONER PENELITIAN KETIDAKSANTUNAN DALAM

BERBAHASA

A. Pertanyaan Kasus/Situasi untuk Orang Tua dalam Relasi dengan

Anggota Keluarga

PETUNJUK:

Tulislah bentuk kebahasaan yang akan Anda gunakan sebagai respons Anda

terhadap situasi-situasi berikut dengan sejujurnya (pertanyaan disesuaikan

dengan situasi dalam keluarga)!

Situasi 1:

Keluarga Anda memiliki jam belajar pukul 20.00 WIB. Ketika waktu

menunjukkan pukul 20.00 WIB, anak Anda belum juga belajar, tetapi justru

masih menonton televisi. Apa yang akan Anda katakan untuk

memperingatkan anak Anda?

Respons Anda:

---------------------------------------------------------------------------------------------

---------------------------------------------------------------------------------------------

Situasi 2:

Saat Anda menasihati anak Anda ketika terlibat perkelahian di sekolah, anak

Anda justru memainkan handphone dan tidak memperdulikan nasihat Anda.

Apa yang akan Anda katakan untuk memperingatkan anak Anda?

Respons Anda:

---------------------------------------------------------------------------------------------

---------------------------------------------------------------------------------------------

Situasi 3:

Ketika Anda sedang menerima telepon dari teman, anak Anda menghidupkan

musik dengan volume yang keras dan tidak menyadari bahwa hal itu

mengganggu percakapan Anda. Apa yang akan Anda katakan untuk

memperingatkan anak Anda?

Respons Anda:

---------------------------------------------------------------------------------------------

---------------------------------------------------------------------------------------------

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 281: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

Instrumen Penelitian

Kasus/Situasi

Situasi 4:

Ketika sedang menonton sebuah acara televisi favorit Anda, tiba-tiba anak

Anda mengganti saluran televesi tersebut tanpa meminta izin dari Anda. Apa

yang akan Anda katakan untuk memperingatkan anak Anda?

Respons Anda:

---------------------------------------------------------------------------------------------

---------------------------------------------------------------------------------------------

Situasi 5:

Keluarga Anda membuat kesepakatan jam malam untuk anak Anda sampai

pukul 22.00 WIB. Suatu malam, anak Anda pulang melampaui jam yang

telah disepakati. Apa yang akan Anda katakan untuk memperingatkan anak

Anda?

Respons Anda:

---------------------------------------------------------------------------------------------

---------------------------------------------------------------------------------------------

B. Pertanyaan Kasus/Situasi untuk Anggota Keluarga dalam Relasi dengan

Orang Tua

PETUNJUK:

Tulislah bentuk kebahasaan yang akan Anda gunakan sebagai respons

Anda terhadap situasi-situasi berikut dengan sejujurnya (pertanyaan

disesuaikan dengan situasi dalam keluarga)!

Situasi 1:

Anda meminta supaya dibelikan handphone baru karena handphone lama

Anda sudah ketinggalan zaman. Anda sudah meminta berulang kali, tetapi

belum juga dibelikan. Apa yang akan Anda katakan kepada orang tua Anda?

Respons Anda:

---------------------------------------------------------------------------------------------

---------------------------------------------------------------------------------------------

Situasi 2:

Anda dipaksa oleh ibu Anda untuk membeli sayur di pasar, padahal Anda

tidak suka berbelanja di pasar. Apa yang akan Anda katakan dalam situasi

seperti ini?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 282: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

Instrumen Penelitian

Kasus/Situasi

Respons Anda:

---------------------------------------------------------------------------------------------

---------------------------------------------------------------------------------------------

Situasi 3:

Anda diajak teman-teman keluar rumah pada malam hari. Namun, orang tua

tidak mengizikinkan Anda untuk pergi. Apa yang akan Anda katakan kepada

orang tua Anda di depan teman-teman Anda?

Respons Anda:

---------------------------------------------------------------------------------------------

---------------------------------------------------------------------------------------------

Situasi 4:

Ketika Anda pulang sekolah dan merasa lapar, tidak ada makanan di rumah.

Apa yang akan Anda katakan kepada orang tua Anda?

Respons Anda:

---------------------------------------------------------------------------------------------

---------------------------------------------------------------------------------------------

Situasi 5:

Ketika Anda sedang dimarahi oleh orang tua karena Anda dianggap pergi

tanpa seizin mereka, padahal Anda merasa sudah meminta izin kepada orang

tua Anda. Apa yang akan Anda katakan dalam situasi seperti ini?

Respons Anda:

---------------------------------------------------------------------------------------------

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 283: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

Instrumen Penelitian Maksud Penutur

Kode Tuturan :

1. Lokasi :

2. Suasana :

3. Keadaan emosi :

4. Identitas penutur :

a. Gender :

b. Umur :

c. Pekerjaan :

d. Domisili :

e. Daerah Asal :

f. Bahasa yang dipakai sehari-hari :

5. Identitas lawan tutur :

a. Gender :

b. Umur :

c. Pekerjaan :

d. Domisili :

e. Daerah Asal :

f. Bahasa yang dipakai sehari-hari :

6. Tanggal percakapan :

7. Waktu percakapan :

Tuturan:----------------------------------------------------------------------------------------

----------------------------------------------------------------------------------------

----------------------------------------------------------------------------------------

Maksud:----------------------------------------------------------------------------------------

----------------------------------------------------------------------------------------

----------------------------------------------------------------------------------------

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 284: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

Instrumen Penelitian

Panduan Wawancara

A. Daftar Pertanyaan untuk Orang Tua dalam Relasi dengan Anggota

Keluarga

PETUNJUK:

Gunakan daftar pertanyaan berikut untuk mewawancarai informan, kemudian

tulislah atau rekamlah bentuk kebahasaan yang disampaikan oleh informan

(pertanyaan disesuaikan dengan situasi dalam keluarga)!

1. Wujud teguran apa yang akan Anda katakan kepada anak Anda jika anak

perempuan Anda yang sudah cukup dewasa belum bisa memasak atau

anak lelaki Anda yang sudah cukup dewasa hanya bermalas-malasan di

rumah? (melecehkan muka)

Penjelasan Informan:

------------------------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------------------------

2. Wujud teguran apa yang akan Anda katakan kepada anak Anda ketika

anak Anda menjawab sekenanya dan terkesan acuh saat Anda memberikan

nasihat? (menimbulkan konflik)

Penjelasan Informan:

------------------------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------------------------

3. Wujud teguran apa yang akan Anda katakan kepada anak Anda jika anak

Anda yang sudah kuliah semester 12 belum lulus atau anak Anda yang

masih bersekolah tidak naik kelas jika situasinya sedang ada pertemuan

keluarga? (menghilangkan muka)

Penjelasan Informan:

------------------------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------------------------

4. Wujud teguran apa yang akan Anda katakan kepada anak Anda jika anak

Anda yang sedang membersikan rumah tanpa sengaja mengganggu

aktivitas Anda (misalnya menulis, membaca, atau menonton televisi)?

(mengancam muka sepihak)

Penjelasan Informan:

------------------------------------------------------------------------------------------

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 285: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

Instrumen Penelitian

Panduan Wawancara

------------------------------------------------------------------------------------------

5. Wujud teguran apa yang akan Anda katakan kepada anak Anda jika anak

Anda terlambat pulang ke rumah tanpa alasan yang jelas, padahal sudah

disepakati bersama dalam keluarga bahwa batasan jam pulang malam

tidak boleh dilanggar? (melanggar aturan)

Penjelasan Informan:

------------------------------------------------------------------------------------------

B. Daftar Pertanyaan untuk Anggota Keluarga dalam Relasi dengan Orang

Tua

PETUNJUK:

Gunakan daftar pertanyaan berikut untuk mewawancarai informan, kemudian

tulislah atau rekamlah bentuk kebahasaan yang disampaikan oleh informan

(pertanyaan disesuaikan dengan situasi dalam keluarga)!

1. Bagaimana respon Anda ketika mengetahui bahwa orang tua Anda tidak

dapat mengoperasikan komputer? (melecehkan muka)

Penjelasan Informan:

------------------------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------------------------

2. Bagaimana respon Anda ketika orang tua Anda menegur Anda karena

mendengarkan musik dengan volume yang keras? (menimbulkan konflik)

Penjelasan Informan:

------------------------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------------------------

3. Bagaimana respon Anda ketika orang tua Anda berusaha membanding-

bandingkan nilai Anda dengan kakak/adik yang memiliki nilai lebih baik

dari Anda? (menghilangkan muka)

Penjelasan Informan:

------------------------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------------------------

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 286: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

Instrumen Penelitian

Panduan Wawancara

4. Bagimana respon Anda bila saat Anda belajar, orang tua Anda meminta

bantuan Anda, tetapi hanya dengan meneriakkan nama Anda tanpa

memberikan penjelasan mengenai bantuan apa yang diperlukan?

(mengancam muka sepihak)

Penjelasan Informan:

------------------------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------------------------

5. Bagaimana respon Anda ketika orang tua Anda mengotak-atik handphone

Anda dan membaca pesan singkat antara Anda dengan teman dekat Anda?

(melanggar aturan)

Penjelasan Informan:

------------------------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------------------------------------------------------

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 287: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 288: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 289: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.,sebagai dosen pembimbing II yang selalu mengarahkan, membimbing, memotivasi, dan memberikan

BIOGRAFI PENULIS

Nuridang Fitranagara lahir di Kulonprogo, Yogyakarta,

tanggal 15 April 1990. Pendidikan dasar ditempuh di SD

Negeri Cibinong 3, Komplek. Yon Bekang 1 Cibinong,

Bogor tahun 1996 – 2000. Ia menamatkan pendidikan

tingkat sekolah dasar di SD Negeri Kanoman 2, Panjatan,

Kulonprogo tahun 2000 – 2002. Pada tahun 2002 – 2005,

ia melanjutkan pendidikannya di SMP Negeri 1 Panjatan, Kulonprogo.

Pendidikan tingkat menengah atas ditempuhnya di SMK Negeri 1 Temon,

Kulonprogo tahun 2005 – 2008. Setahun kemudian, ia menempuh studi S1

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Masa pendidikan S1 tersebut berakhir

pada tahun 2014.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI