penyebab hilang lumpur.docx

6
1. Penyebab Hilang Lumpur (loss circulation) 2. 1.Fracture dapat terjadi akibat Pressure Surge pada saat masuk pahat (bit) 3. 2. Tekanan pompa yang terlalu mengejut/ terlalu besar 4. 3. Lumpur pemboran terlalu kental dan Gel Strength terlalu besar. 5. 6. Pencegahan Loss Circulation 7. Usaha Pencegahan dapat dilakukan dengan hal – hal sebagai berikut : 8. 1.Berat Lumpur dijaga agar tetap minimum, hanya bisa menahan tekanan Formasi 9. 10. 2. Viscositas dan Gel Strength tetap dijaga tetap kecil, hannya sekedar dapat mengangkat cutting dan menahan cutting ketika tidak ada sirkulasi. 11. 12. 3. Hindari Pressure Surge pada saat Pahat di bottom. 13. 14. Penanggulangan Loss Circulation 15. 16. 1.Loss Circulation Material (LCM), Merupakan material yang dapat digunakan untuk penanganan Loss Circulation. 17. 2.Blind Drilling, pemboran yang dilakukan dengan menggunakan air, karena sengaja cutting agar dapat masuk kedalam zona loss. 18. 3.Cementing Plug, melakukan penyumbatan zona loss dengan cement. 19. 20. 4.BDOC dan BDO, melakukan penyumbatan dengan campuran antara semen, bentonite dan minyak solar. Beberapa metode yang di lakukan untuk menanggulangi lost circulation, yaitu : 1. Mengurangi tekanan pompa Terjadinya lost circulation dapat di ketahui dari flow sensor, atau berkurangnya lumpur di mud pit. Bila berat lumpur normal dan tekanan abnormal bukanlah faktor penyebab, langkah utama dan paling mudah dilakukan adalah mengatur tekanan pompa dan berat lumpur. Tekanan sirkulasi lumpur berkisar antara 900 Psi

Upload: dondy-zobitana

Post on 12-Jan-2016

32 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penyebab Hilang Lumpur.docx

1. Penyebab Hilang Lumpur (loss circulation)2. 1.Fracture dapat terjadi akibat Pressure Surge pada saat masuk pahat (bit)3. 2. Tekanan pompa yang terlalu mengejut/ terlalu besar4. 3. Lumpur pemboran terlalu kental dan Gel Strength terlalu besar.5. 6. Pencegahan Loss Circulation7. Usaha Pencegahan dapat dilakukan dengan hal – hal sebagai berikut :8. 1.Berat Lumpur dijaga agar tetap minimum, hanya bisa menahan tekanan Formasi9.10. 2. Viscositas dan Gel Strength tetap dijaga tetap kecil, hannya sekedar dapat mengangkat cutting

dan menahan cutting ketika tidak ada sirkulasi.11.12. 3. Hindari Pressure Surge pada saat Pahat di bottom.13.14. Penanggulangan Loss Circulation15.16. 1.Loss Circulation Material (LCM), Merupakan material yang dapat digunakan untuk penanganan

Loss Circulation.17. 2.Blind Drilling, pemboran yang dilakukan dengan menggunakan air, karena sengaja cutting agar

dapat masuk kedalam zona loss.18. 3.Cementing Plug, melakukan penyumbatan zona loss dengan cement.19.20. 4.BDOC dan BDO, melakukan penyumbatan dengan campuran antara semen, bentonite dan

minyak solar.

Beberapa metode yang di lakukan untuk menanggulangi lost circulation, yaitu :

1. Mengurangi tekanan pompa Terjadinya lost circulation dapat di ketahui dari flow sensor, atau berkurangnya lumpur di mud pit. Bila berat lumpur normal dan tekanan abnormal bukanlah faktor penyebab, langkah utama dan paling mudah dilakukan adalah mengatur tekanan pompa dan berat lumpur. Tekanan sirkulasi lumpur berkisar antara 900 Psi sampai 3000 Psi, fungsi dari tekanan ini adalah unutuk menanggulangi kehilangan tekanan selama pengaliran lumpur.

2. Mengurai berat lumpur Salah satu fungsi lumpur pemboran adalah untuk mengimbangi tekanan fomasi, semakin besar berat lumpur semakin besar diferensial pressure antara kolam lumpur dan formasi, lumpur yang terlalu berat dapat menyebabkan pecah nya formasi, jadi jika lost yang yang terjadi cukup kecil maka langkah yang harus di ambil yaitu menurunkan berat lumpur sambil melanjutkan drilling dan monitoring circulation.

3. Menaikan viscositas dan gel streng Pada shalow dept, lost sirculation umumnya di sebabkan oleh formasi yang porous yang terdiri dari coarse, gravel atau cavernous, peningkatan viscositas dan gel streng akan membantu memecahkan masalah ini.

Page 2: Penyebab Hilang Lumpur.docx

4. Mengurangi tekanan surge lubang bor Tekanan surge di hasilkan dari penurunan pipa kedalam lubang bor yang terlalu cepat, kondisi ini dapat memecahkan formasi, untuk itu drill string mesti di turunkan dengan lambat untuk mengurangi tekanan surge yang dapat memecahkan formasi.

5. Sealing agent Bila beberapa metode di atas gagal ataupun lost yang terjadi cukup besar biasanya di tambah lost circulation material (LCM), yaitu bahan pengurang kehilangan lumpur.

6. Cement Plug Penggunaan semen untuk mengatasi hilang lumpur terutama di daerah yang banyak mengandung gerowong sebagaimana terdapat pada formasi karbonat.

7. Blind Drilling Drilling blind adalah pemboran yang dilakukan secara membabi buta dimana sirkulasi lumpur tidak ada karena semua lumpur hilang ke formasi, drilling blind sangat berbahaya karena cuting yang tidak terangkat ke permukaan dapat menjepit pipa/ stuck.

8. Aerated drilling Aerated drilling mud di lakukan dengan tujuan untuk menurunkan densitas lumpur, metode ini sangat cocok di terapkan untuk mengatasi lost circulation yang di jumpai pada formasi cavernous, vugs yang besar, metode ini di lakukan dengan memompa campuran air dan udara kedalam lubang. Jumlah air yang di pompa ke dalam lubang dapat di atur sesuai dengan kebutuhan, setelah daerah vugular di lewati, pipa dapat di set atau aerated drilling dapat di teruskan.

2. A. When you drill a hole into the subsurface, the shales are the most unstable formations in the wellbore. They tend to heave into the well causing the bit to get stuck along with the drill pipe. The reason for this is that since shales tend to be fairly impermeable, they do not develop a filter cake on the surface of the formation like a porous sandstone or a porous limestone or dolomite. The filter cake helps stabilize the formation and prevents it from sloughing.

Solutions to this problem are by using KCL based mud systems which penetrate the shales through the substitution of K for Na in the shale's crystal structure. It is great for stabilizing shales but it sucks in the porous formations because salty KCL water also invades deep into the porous formations since they do not develop a strong filter cake to protect the porous formations from fluid invasion. This makes open hole logs hard to read and evaluate and many companies have walked away from oil and gas bearing formations thinking that they were wet with salt water, whereas in truth the oil has merely been pushed far back into the formation.( Ketika Anda mengebor lubang ke bawah permukaan, yang serpih adalah formasi yang paling tidak stabil di sumur bor. Mereka cenderung untuk mengangkat ke dalam sumur menyebabkan sedikit untuk terjebak bersama dengan pipa bor. Alasan untuk ini adalah bahwa karena serpih cenderung cukup kedap, mereka tidak mengembangkan filter cake pada permukaan pembentukan seperti batu pasir berpori atau batu kapur berpori atau dolomit. Filter cake membantu menstabilkan formasi dan mencegah dari peluruhan.

Solusi untuk masalah ini adalah dengan menggunakan sistem lumpur berbasis KCL yang menembus serpih melalui substitusi K untuk Na dalam struktur kristal shale ini. Ini sangat bagus untuk menstabilkan serpih tetapi menyebalkan di formasi berpori karena air KCL asin juga menyerang jauh ke dalam formasi

Page 3: Penyebab Hilang Lumpur.docx

berpori karena mereka tidak mengembangkan filter cake yang kuat untuk melindungi formasi berpori dari invasi fluida. Hal ini membuat log open hole sulit untuk membaca dan mengevaluasi dan banyak perusahaan telah berjalan menjauh dari minyak dan gas bantalan formasi berpikir bahwa mereka basah dengan air garam, sedangkan sebenarnya minyak telah hanya didorong jauh ke belakang formasi.)

B.

5.1.1. Jenis Lumpur Pemboran

Jenis fluida pemboran akan berpengaruh terhadap pemilihan log listrik, khususnya pemilihan resistivity log. Pemilihan resistivity log berdasarkan atas kadar garam dari lumpur pemboran. Induction log lebih optimum untuk sumur dengan lumpur air tawar, sedangkan laterolog optimum untuk lumpur air asin.

Ada beberapa jenis lumpur pemboran yang umum digunakan sebagai fluida pemboran, yaitu : lumpur dasar air (water base mud), oil base mud dan oil base emulsion mud, serta fluida gas/udara (gaseous drilling fluids/empty hole).

5.1.1.1. Water Base Mud

Lumpur jenis ini dibagi menjadi dua macam, yaitu fresh water mud dan salt water mud.

A. Lumpur Air Tawar (Fresh Water Mud)

Lumpur ini mempunyai kadar garam rendah ( kurang dari 10.000 ppm atau 1% berat garam dan kadar Ca kurang dar 50 ppm). Dimana fasanya adalah air tawar. Lumpur ini akan mempengaruhi pengukuran log listrik sehingga pengukuran resistivity tinggi. Ada beberapa lumpur yang termasuk disini, yaitu :

Spud Mud/Natural Mud, lumpur ini merupakan lumpur yang biasa digunakan pada permulaan pemboran (pemasangan casing conductor), sehingga tidak akan berpengaruh pada logging.

Chemicals Threated Muds, lumpur ini merupakan lumpur yang ditambah pengobatan kimia (additive), seperti : bentonite treated, phospat treated, caustic muds, dll.

Page 4: Penyebab Hilang Lumpur.docx

Bahan-bahan yang ditambahkan akan mempengaruhi sifat kelistrikan. Pada dasarnya lumpur ini memiliki sifat tidak menghantarkan listrik (resistivitas tinggi) dan konduktivitas rendah, akan tetapi seperti adanya Galena akan menambah sifat konduktivitas lumpur tersebut. Sedangkan untuk bahan-bahan lainnya, sangat sedikit pengaruhnya terhadap sifat kelistrikan batuan tersebut.

B. Lumpur Air Asin (Salt Water Mud)

Lumpur ini mempunyai kadar garam tinggi, lebih dari 10.000 ppm. Adanya kadar garam ini baik unsaturated salt water mud (lumpur yang dijenuhi oleh NaCl/garam) dapat menimbulkan sifat fluida/lumpur yang konduktif, sehingga menyebabkan pengukuran resistivity yang rendah. Lumpur ini antara lain dicirikan dengan adanya filtrat loss yang besar sekali, kecuali ditreated dengan organic colloid sehingga membentuk mud cake yang tebal. Meskipun pengaruh terhadap logging sangat buruk, lumpur ini biasanya digunakan pada kondisi yang khusus seperti pada pemboran formasi garam.

5.1.1.2. Oil Base Mud

Lumpur ini mempunyai kadar minyak sebagai fasa kontinyu dengan kadar air rendah (3%-5%), maka lumpur ini relatif tidak sensitif terhadap kontaminasi air. Dan disamping itu akan bersifat tidak konduktif dan mempunyai harga resistivity yang tinggi sehingga mempengaruhi peralatan logging terutama log listrik. Karena filtratnya yang kecil, dapat menyulitkan pengukuran yang menggunakan pengaruh adanya invasi lumpur.

5.1.1.3. Gaseous Drilling Fluids

Biasanya digunakan untuk daerah yang mempunyai formasi keras dan kering. Gas atau mempunyai sifat tidak konduktif (tidak mengalirkan arus listrik), sehingga dapat mempengaruhi alat-alat logging (khususnya yang berhubungan dengan adanya arus listrik).

5.1.2. Jenis Batuan Reservoir

Pemilihan kombinasi logging yang optimum tida