penulisan karya ilmiah - contoh jurnal bambang 2016

Download PENULISAN KARYA ILMIAH - Contoh Jurnal Bambang 2016

If you can't read please download the document

Upload: diana-amelia-bagti

Post on 07-Jan-2017

579 views

Category:

Education


3 download

TRANSCRIPT

Draft Jurnal IlmiahBambang S.

14

PENGGUNAAN BAHASA TUTUR DALAM PENULISAN NASKAH FEATURE TELEVISI

Oleh:Dwi Budi AstutiDrs. Bambang Sujarwadi, M.Pd.

[email protected]

ABSTRACT

Batur hamlet is an area that has potential as a tourist village. Batur as a central hamlet producer mask, because 80 percent of the population is an artisan mask. They make two types of masks are masks and masks classical batik. In addition, Batur village has a natural charm that is very beautiful waterfall that is often called the "Banyu Nibo". In the region there are also religious tourism called Petilasan UB. Moreover, Batur village also has many other tourist potential.Delivery of messages by the Batur village as a tourist village is done through a feature called "exoticism Village". Tourist feature screenwriting format using speech language in order to facilitate the audience understand the content and the issues presented, as the feature is a light news, human interest, and writing does not use standard language, and imaginative nature.Television feature production goal is to produce a television feature production work using speech language in the writing of the manuscript.The process of writing the script through the stages of the determination of the idea, the initial script writing, and the writing of the final manuscript. Early manuscripts used as guidelines for the production, but in the course of production changes and becomes the final manuscript. Stages of pre-production, production and post-production well underway. This work has advantages in script writing, material, and visualization. Meanwhile there is a shortage on the narrator read the script, but does not change the meaning.

Keywords: speech language , script writing , feature television

PENGGUNAAN BAHASA TUTUR DALAM PENULISAN NASKAH FEATURE TELEVISI

Oleh:Dwi Budi AstutiDrs. Bambang Sujarwadi, M.Pd.

[email protected]

ABSTRAKSIDusun Batur merupakan wilayah yang memiliki potensi sebagai desa wisata. Dusun Batur sebagai sentral penghasil topeng, karena 80 persen penduduknya merupakan pengrajin topeng. Mereka membuat dua jenis topeng yaitu topeng klasik dan topeng batik. Disamping itu, Dusun Batur mempunyai pesona alam yang sangat indah yaitu air terjun yang sering disebut dengan Banyu Nibo. Di wilayah itu juga terdapat wisata religi yang disebut Petilasan Brawijaya. Lebih dari itu, Dusun Batur juga mempunyai banyak potensi wisata lainnya.Penyampaian pesan Dusun Batur sebagai desa wisata tersebut dilakukan melalui sebuah feature dengan nama Eksotisme Desa. Format penulisan naskah feature wisata menggunakan bahasa tutur agar mempermudah pemirsa memahami isi dan permasalahan yang disajikan, karena feature merupakan berita ringan, human interest, dan penulisannya tidak menggunakan bahasa baku, serta sifatnya yang imajinatif. Tujuan produksi feature televisi ini adalah menghasilkan karya produksi feature televisi dengan menggunakan bahasa tutur dalam penulisan naskahnya.Proses penulisan naskah melalui tahapan penentuan ide, penulisan naskah awal, dan penulisan naskah akhir. Naskah awal digunakan sebagai pedoman produksi, namun dalam perjalanan produksi mengalami perubahan dan menjadi naskah akhir. Tahapan pra produksi, produksi, dan pasca produksi berlangsung baik. Karya ini memiliki kelebihan pada penulisan naskah, materi, dan visualisasi. Sementara itu terdapat kekurangan pada narrator dalam membacakan naskah, namun tidak merubah arti.Kata kunci: bahasa tutur, penulisan naskah, feature televisi

PENDAHULUANDi Indonesia banyak terdapat tempat wisata yang sangat menarik dan penting untuk di kunjungi, serta memiliki ragam budaya, mulai dari adat istiadat, bahasa, kekayaan alam dan masih banyak lagi semua itu merupakan aset wisata. Oleh karena itu, sebagai generasi penerus bangsa wajib menjaga dan melestarikan aset wisata serta ragam budaya yang ada. Salah satu tempat yang mempunyai banyak asset wisata adalah Daerah Istimewa Yogyakarta tepatnya di Kabupaten Gunung Kidul. Salah satu kecamatan yang mempunyai aset wisata yang menarik tepatnya berada di Kecamatan Patuk tepatnya Dusun Batur. Dusun ini mempunyai potensi wisata yang unik, menarik dan penting untuk dikunjungi, karena banyak menyimpan keindahan alam, panorama yang sangat mengangumkan, dan mempunyai peninggalan bersejarah. Selain itu penduduknya masih menjunjung tinggi budaya dan adat istiadat Jawa. Dusun Batur memiliki luas hutan sekitar 250 m/segi, dan luas wilayah dusun Batur sendiri sekitar 38 ha, sedangkan luas dari hunian penduduk sekitar 15 ha dan sisanya merupakan hamparan sawah serta perkebunan. Dusun Batur merupakan sentra penghasil topeng. Penduduknya 80 persen merupakan pengrajin topeng. Mereka membuat dua jenis topeng yaitu topeng klasik dan topeng batik. Topeng klasik sering digunakan untuk pentas tari sedangkan topeng batik untuk hiasan dinding atau sebagai cinderamata. Selain topeng mereka juga membuat hiasan-hiasan lainnya yang terbuat dari kayu. Menariknya lagi kerajinan tersebut tidak semuanya melalui proses pewarnaan tetapi ada juga yang dibatik khususnya topeng.Dusun Batur mempunyai pesona alam yaitu air terjun yang sering disebut dengan Banyu Nibo. Letak air terjun ini tidak jauh dari Dusun Batur, namun untuk dapat sampai ke puncak air terjun diperlukan waktu yang cukup lama dan medan yang di lewati yang sedikit berat. Akan tetapi setelah sampai pada puncak air terjun Banyu Nibo, maka akan terlihat pemandangan yang luar biasa indah dengan udara yang sejuk dan asri. Air terjun ini memiliki ketinggian kurang lebih 30 meter dari permukaan tanah atau sekitar 400 meter diatas permukaan laut. Sedangkan aliran air terjun ini berasal dari sungai Gondaimor yang merupakan urat nadi perairan Dusun Batur. Selain air terjun Dusun Batur mempunyai peninggalan sejarah yaitu petilasan Brawijaya V yang dimana dulunya petilasan ini dijadikan tempat singgahnya Prabu Brawijaya V untuk hijrah dan ketika itu lahirlah anaknya bernama Joko Tlangkas. Ari-ari Joko Tlangkas ditanam di daerah hutan Petilasan Brawijaya yang hingga saat ini masih dijaga dan dirawat oleh penduduk setempat, Petilasan ini berukuran sekitar 2,5 meter. Nama dusun Batur sendiri diambil dari nama ari-ari putra selir Prabu Brawijaya V yang bernama Joko Tlangkas. Dengan jumlah penduduk sekitar 252 jiwa dan mayoritas beragama Islam, masyarakat Dusun Batur masih melakukan adat budaya Jawa. Dengan mengadakan kegiatan rutin setiap setahun sekali, yaitu acara upacara adat atau yang lebih dikenal dengan syukuran. Keeksotisan Dusun Batur terlihat pada jalanan yang sedikit curam di area perbukitan dan berkelok-kelok. Demikian juga akses menuju air terjun dirasa masih sulit karena medannya yang masih dipenuhi dengan semak-semak. Masyarkatnya mempunyai hubungan kekerabatan yang erat. Mereka mempunyai pemikiran yang maju yaitu ingin desanya menjadi desa wisata meskipun mereka menyadari bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) masih kurang, serta peralatan pembuat topeng atau kerajinan lain masih sangat tradisional.Dusun Batur memiliki syarat-syarat sebagai Desa Wisata, sebab Penduduknya masih memiliki tradisi dan budaya yang relatif masih asli. Selain itu, beberapa faktor pendukung seperti makanan khas, sistem pertanian dan sistem sosial turut mewarnainya. Di luar faktor-faktor tersebut, alam dan lingkungan yang masih asli dan terjaga. Untuk lebih mengangkat keberadaan Dusun Batur, maka diproduksi program acara berjudul Program Eksotisme desa , Edisi Dusun Batur Berpotensi sebagai Desa Wisata dengan format feature. Menurut Fred Wibowo dalam bukunya Teknik Produksi Program Televisi Feature adalah suatu program yang membahas suatu pokok bahasan, satu tema, diungkapkan lewat berbagai pandangan yang saling melengkapi, mengurai, menyoroti secara kritis,dan disajikan dengan berbagai format. (2007:186).Melalui penyajian Dusun Batur Berpotensi sebagai Desa Wisata dengan format feature diharapkan dapat memberikan manfaat dan bisa mengembangkan aset alam yang dimiliki oleh Dusun batur sehingga dapat disebut sebagai desa wisata.Judul skripsi ini adalah Penggunaan Bahasa Tutur dalam Penulisan Naskah Karya Produksi Televisi feature Eksotisme Desa Edisi Dusun Batur Berpotensi sebagai Desa Wisata. Penulis sebagai penulis naskah, ingin menjabarkan ide dari produser sehingga menghasilkan naskah yang siap di prosuksi. Naskah yang di hasilkan mengajak pemirsa untuk memahami apa yang menjadi peran penulis. Seperti yang diungkapkan oleh Morrisan dalam Jurnalistik Televisi Mutakhir, Penulis Naskah harus memiliki kemampuan berpikir dan menuangkan ide/pemikiran dalam satu tulisan (proposal) untuk suatu program acara secara baik dan sistematis serta mempunyai kemampuan memimpin dan bekerjasama dengan seluruh kerabat kerja dan unsur-unsur produksi yang terkait ( Morrisan, 2008:44 ).Dalam dunia penyiaran, ragam bahasa yang di pergunakan selain bahasa formal, juga bahasa tutur. Ragam bahasa penyiaran lebih banyak bertutur kepada khalayak. Bahasa tutur harus baik, tetapi tidak perlu benar. Bahasa tutur lebih bersifat informal,dalam arti struktur kalimatnya berbeda dengan struktur bahsa formal. Biasanya struktur bahasa yang di gunakan oleh penyiar berita bersifat formal, sedangkan struktur bahasa yang di pergunakan oleh reporter penyajian bersifat informal. (Askurifai Baksin, 2006: 72).

Peran penulis naskah (script writer) sangat diperlukan. hal itu disebabkan karena naskah menjadi salah satu acuan untuk pengambilan visual dan editing. Seorang penulis naskah mengolah datadata yang dalam naskah. Setelah itu, penulis naskah berperanpenting dalam membuat naskah yang bisa menjadi memunculkan ciri khas feature, salah satunya human interest, ciri khas tersebut penting untuk dimunculkan, karena tujuan memproduksi feature Eksotisme Desa salah satunya adalah membuat pemirsa lebih mengetahui tentang keberadaan desa wisata yang ada di gunung kidul. Penulis menggunakan bahasa tutur dalam memproduksi Feature karena bahasa tutur lebih mudah untuk bisa di mengerti oleh pemirsanya sehingga kalimat yang di gunakan pun tidak terlalu panjang.Contoh bahasa tutur dalam naskah yang diproduk feature sebagai berikut:Di Sepanjang Perjalanan Menuju Dusun Batur Kita Bisa Di Manjakan Dengan Pemandangan Alam // Dusun Ini Semakin Eksotik Bila Kita Bisa Menikmatinya// Ke Eksotisan Itu Bisa Terlihat/ Jalanan Yang Menuju Dusun Batur Yang Sangat Terjal/ Yang Masih Sedikit Sulit Untuk Di Lewati Kendaraan//Sub format digunakan untuk menciptakan dinamisasi dalam penyajian dengan penghubung benang merah agar tidak terjadi tumpang tindih informasi. Sub-sub format yang digunakan adalah wawancara (Morissan, 2004: 42) dan voxpop (Fred Wibowo, 1997: 71 ). Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi (Santana, 2003: 226) dan wawancara (Morissan, 2004: 42).

HASIL PEMBAHASANDeskripsi karyaPenelitian ini fokus pada penggunaan bahasa tutur dalam naskah feature pada setiap sequence yang selengkapnya dijabarkan sebagi berikut:

Tahap awal

Pada bagian ini, feature dibuka dengan eye cather. Penampilan gambar eye catcher berdasarkan pembagian sequence dan gambar gambar yang mewakili bagian penting. Pembagian ini berdasarkan pada naskah yang memberikan penekanan di tempat-tempat menarik di dusun batur.Potongan gambar yang di tampilkan dalam eye catcher adalah sebagai berikut: (1) Pemandangan dari atas kota Jogjakarta; (2) Papan penunjuk jalan menuju wonosari; (3) Papan selamat datang menuju gunung kidul; (4) Daerah perbukitan yang ada di gunung kidul; (5) Jalan yang menuju gunung kidul; (6) Air terjun yang ada di dusun batur; (7) Atraksi reok yang ada di dusun batur; (8) Gunungan yang menjadi rebutan wargadusun batur; (9) Pembuatan topeng batikSequence 1 Sequence 1 menunjukkan suasana Dusun Batur dan peninggalan sejarah Petilasan Brawijaya. Sequence ini sekilas menceritakan tentang pemandangan dan alam yang dapat dinikmati ketika menuju Dusun Batur yakni dengan menampilkan beberapa gambar perbukitan, sawah-sawah dan aliran sungai. Untuk dapat mewakali suasana di Dusun Batur gambar yang ditampilkan adalah rumah-rumah tradisional dan ekspresi kecerian anak-anak saat bermain.

Untuk menggambarkan keindahan alam dusun batur, digunakan n bahasa tutur, yakni bahasa percakapan, informal, atau katakata dan kalimat yang biasa dikemukakan dalam obrolan seharisehari.

Sequence 2Sequence ini menceritakan tentang pesona alam yang dimiliki Dusun Batur yakni air terjun Banyu Nibo. Air terjun ini merupakan aset penting bagi masyarakat Dusun Batur karena memenuhi kebutuhan masyarakat sehari-hari, dan visual yang menggambarkan adalah pengairan sawah dan salah satu warga memandikan ternaknya. Selain itu Banyu Nibo juga menjadi tempat bermain anak-anak Dusun Batur. Ekspresi dan keceriaan mereka terpancar saat mereka bermain air visual inilah yang ditonjolkan dalam sequence 2 hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Fred Wibowo halaman 26 bahwa feature merupakan ungkapan ekpresi dari pokok bahasa yang di sajikan. Dari gambar inilah dapat menunjukan bahwa Dusun Batur mempunyai wisata alam yang patut dikembangkan.

Sequence 3Sequence ini menceritkan tentang pembuatan topeng mulai dari topeng hiasan sampai dengan topeng klasik, serta beberapa hiasan yang terbuat dari kayu. Urutan pengambilan gambar disesuaikan dengan proses pembuatan topeng yakni topeng hiasan atau juga bisa disebut topeng batik. Topeng hiasan dibuat oleh beberapa orang sedangkan untuk topeng klasik dalam sequence 2 menampilkan sesepuh pembuat topeng, juga ada sounbyte dari sesepuh pembuat topeng, serta didukung dengan soundbyte dari Ketua Karang Taruna yang menyatakan bahwa topeng pertama kali dibuat yaitu di Dusun Batur.

Sequence 4Pada sequence ini menyajikan sebuah adat Jawa yang sampai saat ini masih dilestarikan yakni Bersih Desa. Bersih Desa ini bertujuan untuk mewujudkan rasa syukur atas limpahan berkah yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu acara ini diramaikan dengan berbagai macam kesenian diantaranya tarian reog khas Dusun Batur. Para penari reog ini akan menjemput gunungan satu persatu. Gunungan sebagai simbol sedekah bumi nantinya diperebutkan oleh warga. Kesenian khas berupa pukul lesung dan penarinya, dan tarian tradisonal yang dimainkan oleh anak-anak. Selain itu, pada malam hari dilanjutkan dengan acara tari-tarian tradisional, ketoprak, dan gamelan. Menurut andi baso mapatoto pada halaman 29 Penulis akan berusaha mengetahui apakah ada sesuatu yang lain dari pada yang lain, sesuatu yang selalu ingin diketahui pembaca, sesuatu yang dramatis, sesuatu yang dapat dijadikan saran kepada pembaca untuk menambah pengetahuannya, sesuatu yang dapat dibandingkan satu dengan yang lainnya. Di sequence terakhir ini ditampilkan vox pop dari masyarakat Dusun Batur yang mengungkapkan keinginan mereka agar Dusun Batur diangkat sebagai Desa Wisata. Adapula soundbyte dari Kepala Dukuh yang menyatakan keinginannya Dusun Batur menjadi desa wisata.

2. Analisis karyaSetiap tahapan dalam penciptaan karya feature Eksotisme Desa edisi Dusun Batur Berpotensi Sebagai Desa Wisata, telah dilaksanankan dengan baik. Perencanaan, usaha, dan realisasi kerja telah dilalui penulis beserta tim produksi untuk mewujudkan karya jurnalistik yang memiliki nilai berita, sekaligus menghibur pemirsa. Penggunaan bahasa tutur dalam penulisan naskah sudah terwujud. Hal tersebut terlihat dari penerapan Bahasa Tutur pada bagian-bagian yang memerlukan penekanan di setiap sequence. Produksi karya feature ini mempunyai beberapa kelebihan, kekurangan, dan kendala. Hal tersebut menjadi pelajaran bagi penulis dan tim, bahwa proses yang dijalankan tidak seluruhnya sesuai dengan perencanaan awal. Namun ketidak sesuaian tersebut justru menjadi pemicu bagi penulis dan tim agar tetap mempersiapkan diri menghadapi perubahan apapun dalam menjalani sebuah proses.a. KelebihanFeature Eksotisme Desa edisi Dusun Batur Berpotensi sebagai desa wisata mempunyai kelebihan dari sisi penulisan naskah, materi, dan visual sebagai berikut.1) Penulis NaskahNarasi mampu menjelaskan materi secara lengkap, jelas dan menarik. Uraian di narasi mengarahkan bahasa tutur sehingga mempermudah pemirsa memahami apa yang dituturkan pada feature. Adanya singkronisasi antara narasi dengan visualsehingga khalayak semakin dimudahkan dalam memahami informasi.Materi

Materi yang disampaikan, yaitu tentang Desa Wisata mempunya nilai berita yang pentin, Nilai penting ini tinggi, karena pemirsa perlu mengetahui tentang keberadaan Dusun Batur yang mempunyai potensi sebagai Desa Wisata. Materi yang di angkat berdampak pada tidak saja untuk Wisatawan Lokal, namun juga Wisatawan Mancanegara.3) VisualVisual yang di tampilkan di ambil dari berbagai angle. Tidak hanya diambil secara formal (sejajar dengan objek). Cameramen juga mengambil visual tentang persawahan yang ada di sekitar Dusun Batur. Hal tersebut juga menunjang visual untuk menjadi gambar yang mampu bercerita. Selain itu, camera pan yang banyak dilakukan cameramen menuju keluasan sebuah tempat, yang diperlukan untuk menggambarkan keindahan yang ada di Dusun Batur.b. KekuranganPenulis menyadari adanya kekurangan dalam proses penciptaan karya feature ini. Kekurangan terletak pada keterbatasan penulis dalam menyusun kalimatkalimat yang sesuai dengan prinsip bahasa tutur.

SIMPULANKarya produksi feature televisi Eksotisme Desa Edisi Dusun Batur Berpotensi Sebagai Desa Wisata memberikan sajian informasi yang padat dan bersifat persuasife kepada pemirsa untuk lebih memperduli atau tertarik pada wisata yang ada di dalam negeri, terutama di daerahdaerah yang terletak di wilayah pedesaan. Dalam hal ini Penulis dan tim menginformasikan tentang desa wisatawan, dan kerajinan yang ada di Dusun Batur.Penulis mewujudkan naskah persuasif untuk lebih memperdulikan wisata dalam negeri dengan menggunakan Bahasa Tutur. Bahasa Tutur mampu menguraikan penjelasan secara jelas dan mudah di pahami oleh pemirsa.Kelebihan karya produksi ini yaitu mempunyai nilai berita yang tinggi, ditunjang dengan data dan informasi yang lengkap sehingga mampu memenuhi keingintahuan khalayak. Di sisi lain, keunggulan dari karya produksi feature televisi Eksotisme Desa edisi Dusun Batur Berpotensi Sebagai Desa Wisata terletak pada narasi. Penulis menerapkan Bahasa Tutur dalam narasi sebagai sudut pandang penciptaan karya produksi untuk tugas akhir ini. Bahasa Tutur diaplikasikan dengan menerapkan katakata tutur pada bagianbagian yang membutuhkan penyederhanaan katakata yang sulit untuk dimengerti.Sebagai penulis naskah, penulis menerjemahkan treatment dengan menuangkan informasiinformasi penting ke dalam sebuah naskah secara runtut. Informasipun logis sehingga mudah dipahami oleh pemirsa.

DAFTAR PUSTAKAAdi Badjuri. 2010. Jurnalistik televisi. Yogyakarta: Graha ilmu.Asep Syamsul M Romli.2005. Jurnalisme Praktis. PT Gramedia.___________2004 Broadcast Journalism : Panduan Menjadi Penyiar, Reporter dan Script Writter. Yogyakarta: Nuansa.

Darmanto, Antonius.1998. Teknik Penulisan Naskah Radio. Yogyakarta: Universitas Atmajaya.

Darwanto Sastro Subroto.1994. Produksi Acara Televisi. Yogyakarta : Duta Wacana University Press.

Deddy Iskandar Muda.2003. Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional. Bandung : ROSDAFred, Wibowo. 1997. Dasar Dasar Produksi Program Televisi. Jakarta : Grasindo____________ 2007. Teknik Produksi Program Televisi. Jakarta : PinusHaris Sumandiria. 2005. Jurnalistik Indonesia ( Menulis Berita dan Feature ). Jakarta : Simbiosa Rekaman Media.

Husnun N Djuraid.2006. Panduan menulis berita. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Ks Usman.2009. Television newsreporting and writing. Bogor: ghalia indonesiasKunjana Rahardi.2007. Bahasa Jurnalistik Tutur. Yogyakarta. Yayasan Pustaka NusantaraLutters, Elizabeth. 2004. Kunci sukses menulis skenario. Yogyakarta: GrasindoMarpatoto, Andi Baso.1994. Teknik penulisan feature ( karangan khas ). Jakarta: ot gramedia pustaka utama

Masduki. 2004. Menjadi broadcaster profesional. Yogyakarta: Pustaka Populer LKiS YogyakartaMorrisan. 2008. Jurnalistik Televisi Mutakhir. Jakarta : Kencana.________2008. Manajemen Media Penyiaran. Jakarta : Kencana.Suardi Idris.1987. jurnalistik televisi, bandung: CV remadja Karya.Septiawan Kurnia Santana.2002 jurnalisme sastra. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Wahyudi, J.B..1994. Dasar Dasar Manajemen Penyiaran. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.