penulisankarya ilmiah - contoh jurnal darjito 3
TRANSCRIPT
i
SKRIPSI PENCIPTAAN KARYA PRODUKSI
PENERAPAN DEVELOPING SHOT DALAM PRODUKSI
DOKUMENTER TELEVISI POTRET INDONESIA
EDISI “MERAJUT HARAPAN DI BALIK RAMUAN”
Oleh
Anissa
Puspaningtyas 011 10
143 324
SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA
“MMTC” YOGYAKARTA
2015
ii
SKRIPSI PENCIPTAAN KARYA PRODUKSI
PENERAPAN DEVELOPING SHOT DALAM PRODUKSI
DOKUMENTER TELEVISI POTRET INDONESIA
EDISI “MERAJUT HARAPAN DI BALIK RAMUAN”
Oleh:
Anissa Puspaningtyas NIM.
011 10 143 324Program Studi Manajemen Produksi Pemberitaan
Telah disetujui oleh:Tim Pembimbing Skripsi Penciptaan Karya
Produksi Sekolah Tinggi Multi Media “MMTC” Yogyakarta Pada Hari Jum’at, 07 Agustus 2015
Pembimbing Utama Dra. Nunuk Parwati, M.M
Pembimbing Pendamping Dardjito Chadori, S.E., M.A
Mengetahui, Ketua Program Studi
D r a. D w i Kor i na R ela w ati, M.A NIP. 196610081990032004
ii
SKRIPSI PENCIPTAAN KARYA PRODUKSI
PENERAPAN DEVELOPING SHOT DALAM PRODUKSI
DOKUMENTER TELEVISI POTRET INDONESIA
EDISI “MERAJUT HARAPAN DI BALIK RAMUAN”
Oleh:
Anissa Puspaningtyas NIM.
011 10 143 324Program Studi Manajemen Produksi Pemberitaan
Telah diujikan dan disetujui oleh:Tim Penguji Skripsi Penciptaan Karya Produksi
Sekolah Tinggi Multi Media “MMTC” Yogyakarta Pada Hari Jum’at, 07 Agustus 2015
Ketua Penguji Dra. Nunuk Parwati, M.M
Anggota Penguji Dardjito Chadori, S.E.,
M.A Anggota Penguji Dr. Drs. Sudono, M.Si
Anggota Penguji Shinto Dwi R, S.Sos., S.H., M.A
Mengetahui,Pembantu Ketua I Bidang Akademik
D r a. Rak h m a w ati, M .M NIP.
196401181990032003
3
KEASLIAN KARYA
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Anissa Puspaningtyas
Program Studi : Manajemen Produksi
Pemberitaan NIM : 011 10 143 324
Jurusan : Penyiaran
Judul Tugas Akhir : Penerapan Developing Shot Dalam Produksi
Dokumenter Televisi Potret Indonesia
Edisi “Merajut Harapan di Balik Ramuan”
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi penciptaan karya produksi ini
adalah asli dan tidak mencontoh karya orang lain kecuali pada bagian
yang saya ambil sebagai acuan. Pernyataan ini saya buat dengan
sebenarnya dan saya bersedia menerima sanksi apabila dikemudian
hari diketahui tidak benar.
Yogyakarta, 7 Agustus 2015
Penulis
Anissa Puspaningtyas
4
PERSEMBAHAN
Saya persembahkan karya ini untuk kedua orang tua saya; Purgiyatno dan
Siti Nur Azizah,kakak saya; Yunika Nurfitriana,
berkat doa dan perjuangannya selama ini saya dapat menyelesaikan karya ini.
Juga saya persembahkan kepada Tim Potret Indonesia;
sebagai hadiah atas semangat dan perjuangannya hingga terselesaikan karya ajaib ini.
Andhika Rithma Espinoza;
Sebagai ucapan terima kasih atas semangat dan dukungannya.
Bukan hanya sebuah karya, namun sebagai hasil dan
tanda cinta terima kasih kepada mereka.
5
MOTTO
When you started out in a team, you have to get the
teamwork going and then you get something back
(Michael Schumacher)
Teruslah berusaha mengejar apa yang kita
inginkan, sampai kita tidak tahu letak dimana
batas kemampuan kita
6
ABSTRAK
PENERAPAN DEVELOPING SHOT DALAM PRODUKSI DOKUMENTER TELEVISI POTRET INDONESIA EDISI “MERAJUT HARAPAN DI BALIK RAMUAN”
Oleh: Anissa Puspaningtyas
Jamu adalah sebutan untuk obat tradisional dari Indonesia. Jamu dibuat dari bahan-bahan alami, berupa bagian dari tumbuhan seperti rimpang (akar-akaran), daun- daunan, kulit batang, dan buah. Karya produksi “Merajut Harapan di Balik Ramuan” mengangkat tentang perjuangan seorang ibu yang berjualan jamu keliling berlokasi di Semarang, Jawa Tengah dengan format dokumenter. Tujuan program acara ini adalah memberikan informasi kepada audience melalui visual tentang perjuangan hidup bu Mariyem di tengah era moderenisasi.Sebagai pengarah acara, penulis menerapkan teknik developing shot yang merupakan teknik pengambilan gambar dengan mengkombinasikan seluruh pergerakan obyek, fokus lensa, framming, pan, tilt, untuk mendukung pergerakan kamera ke dalam satu gerakan untuk membuat shot yang dinamis. Program dokumenter ini memberikan pengetahuan kepada masyarakat melalui shot yang dinamis menggunakan teknik developing shot dengan latar belakang perjuangan hidup bu Mariyem di tengah era moderenisasi.
Kata kunci: Dokumenter, Developing Shot, Pengarah Acara
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga
penulis mampu menyelesaikan Skripsi yang berjudul Penerapan
Developing Shot dalam Produksi Dokumenter Televisi
Potret Indonesia Edisi “Merajut Harapan di Balik Ramuan”.
Skripsi ini sebagai syarat untuk menyelesaikan jenjang
pendidikan Diploma IV pada Sekolah Tinggi Multi Media “ MMTC”
Yogyakarta.
Dalam proses pembuatan Skripsi Penciptaan Karya
Produksi ini penulis mendapat banyak masukan dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena, itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Prof. Drs. Kamsul Abraha, Ph.D selaku Ketua Sekolah Tinggi
Multi Media “MMTC” Yogyakarta.
2. Dra. Rakhmawati, MM selaku Pembantu Ketua I Bidang
Akademik Sekolah Tinggi Multi Media “MMTC” Yogyakarta.
3. Dra. Nunuk Parwati, MM selaku Ketua Jurusan Penyiaran
Sekolah Tinggi Multi Media “MMTC” Yogyakarta.
4. Dra. Dwi Korina Relawati, MA selaku Ketua Program
Studi Manajemen Produksi Pemberitaan.
5. Dra. Nunuk Parwati, MM dan Dardjito Chadori, SE., MA
selaku dosen pembimbing.
8
6. Para dosen di Sekolah Tinggi Multi Media “MMTC” Yogyakarta
yang telah memberi ilmu serta mengajar penulis dalam bidang
broadcasting.
7. Para pembimbing praktik di Sekolah Tinggi Multi Media
“MMTC” Yogyakarta.
8. Orang tua beserta dan keluarga besar atas dukungan dan doanya.
9. Tim Potret Indonesia yang telah berjuang bersama dalam
produksi dokumenter ini.
10. Andhika Rithma Espinoza untuk semangat dan dukungannya.
11.Teman – teman Manarita, Matekstosi, dan Manaprodsi
angkatan 10.
12.Seluruh pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan
karya produksi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi penciptaan karya produksi ini
masih jauh dari sempurna, sehingga penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak. Penulis berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Yogyakarta, 7 Agustus 2015
Anissa Puspaningtyas
9
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... iHALAMAN PENGESAHAN......................................................................... iiHALAMAN KEASLIAN KARYA ..................................................................iiiHALAMAN PERSEMBAHAN .....................................................................ivHALAMAN MOTTO.....................................................................................vABSTRAK ..................................................................................................viKATA PENGANTAR .................................................................................viiDAFTAR ISI ............................................................................................... ixDAFTAR GAMBAR ....................................................................................xiDAFTAR TABEL .......................................................................................xii
BAB I . PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penciptaan .................................................................................1B. Rumusan Ide Penciptaan ...................................................................................41. Konsep Judul 4
2. Judul Karya2.1. Kategori Karya 5
2.2. Format Program Acara .......................................................62.3. Nama Program Acara ........................................................7
2.4. Sub Format Program Acara ................................................................................72.5. Tujuan Acara 9
2.6. Durasi .................................................................................92.7. Target Audience 102.8. Penyiaran 102.9. Karakteristik Produksi .......................................................................................11
2.10. Narasumber ...................................................................112.11. Lokasi Penciptaan ..........................................................122.12. Kerabat Kerja .................................................................12
C. Orisinalitas ....................................................................................13D. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan Penciptaan .....................................................................172. Manfaat Penciptaan ..........................................................................................17
BAB II . LANDASAN TEORI PENCIPTAAN
A. Kajian Pustaka1. Teori Developing Shot ...............................................................192. Komposisi Gambar ....................................................................233. Pengarah Acara .........................................................................314. Dokumenter ...............................................................................33
10
B. Kajian Sumber Penciptaan1. Sumber Informasi Primer............................................................362. Sumber Informasi Sekunder.......................................................38
BAB III . PROSES PENCIPTAAN
A. Ide Penciptaan1. Inti Gagasan 432. Sinopsis 44
3. Treatment...................................................................................454. Shooting List 455. Jadwal Pelaksaan Produksi...............................................................................45
B. Media, Peralatan, dan Teknik Produksi1. Media 462. Peralatan 46
3. Teknik Produksi..........................................................................54
C. Tahapan Penciptaan1. Pra Produksi 552. Produksi 563. Paska Produksi..................................................................................................584. Konsep Penayangan..........................................................................................60
BAB IV . PEMBAHASAN KARYA
A. Deskripsi Karya..................................................................................................61B. Analisis dan Sintesis Karya................................................................................63
BAB V . PENUTUP
A. Kesimpulan 74B. Saran 75
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................76
LAMPIRAN................................................................................................781. Treatment.......................................................................................792. Shooting List...................................................................................923. Jadwal Produksi..............................................................................994. Dokumentasi.................................................................................100
11
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 – Cover Eagle Award Edisi Metro TV.......................................14Gambar 2 – Cover Indonesia Bagus NET.................................................15Gambar 3 – Cover Lentera Indonesia NET...............................................16Gambar 4 – Extreme Long Shot...............................................................24Gambar 5 – Very Long Shot.....................................................................25Gambar 6 – Long Shot..............................................................................26Gambar 7 – Knee Shot.............................................................................26Gambar 8 – Medium Shot.........................................................................27Gambar 9 – Medium Close Up..................................................................28Gambar 10 – Close Up.............................................................................29Gambar 11 – Big Close Up.......................................................................29Gambar 12 – Extreme Close Up...............................................................30Gambar 13 – Zoom H4N...........................................................................54Gambar 14 – MS plang Simpang Lima.....................................................64Gambar 15 – VLS keramaian Lawang Sewu............................................64Gambar 16 – Long Shot lingkungan sekitar..............................................65Gambar 17 – Medium Shot bu Mariyem...................................................65Gambar 18 – Long Shot Aktifitas Bu Mariyem..........................................66Gambar 19 – Long Shot Bu Mariyem.......................................................67Gambar 20 – Long Shot Menawarkan Jamu............................................67Gambar 21 – Medium Close Up Bu Mariyem dan Pembeli......................68Gambar 22 – Long Shot Bu Mariyem ke Kebun.......................................68Gambar 23 – Medium Shot Bu Mariyem...................................................69Gambar 24 – Long Shot Bu Mariyem........................................................69Gambar 25 – Knee Shot Mencari Kayu Bakar..........................................70Gambar 26 – Long Shot bu Mariyem........................................................70Gambar 27 – Long Shot lokasi mencari kunyit.........................................70Gambar 28 – Long Shot bu Mariyem........................................................71Gambar 29 – Medium Shot Kantun Saputra.............................................71
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 – Tabel Peralatan ........................................................................46Tabel 2 – Rincian Anggaran .....................................................................48Tabel 3 – Spesifikasi Canon 5D Mark II ...................................................50Tabel 4 – Treatment .................................................................................79Tabel 5 – Shooting List ............................................................................92Tabel 6 – Jadwal Produksi .......................................................................99
1
BAB I
PE
NDAHULUAN
A. Latar Belakang Penciptaan
Bagi masyarakat Indonesia, racikan jamu tradisional
merupakan salah satu warisan budaya yang tak ternilai
harganya. Jika awalnya jamu tradisional hanya dijadikan sebagai
ramuan obat, kini jamu tradisional banyak digunakan untuk
meningkatkan stamina, melangsingkan dan menjadi minuman
sehari-hari yang bermanfaat bagi tubuh maupun kecantikan.
Jamu adalah sebutan untuk obat tradisional dari
Indonesia. Belakangan populer dengan sebutan herba atau
herbal. Jamu dibuat dari bahan-bahan alami, berupa bagian dari
tumbuhan seperti rimpang (akar-akaran), daun-daunan, kulit
batang, dan buah. Jamu biasanya terasa pahit sehingga perlu
ditambah madu sebagai pemanis agar rasanya lebih dapat
ditoleransi peminumnya.
Program dokumenter ini mengangkat tentang perjuangan
seorang ibu yang berjualan jamu keliling berlokasi di Semarang,
Jawa Tengah, yang di jaman modern sekarang mulai jarang
dan mulai meninggalkan jamu tradisional. Materi tersebut
menjadi wacana yang menarik dan dapat memberikan
pengetahuan bagi audience. Penulis menggunakan format
2
dokumenter dengan mempertimbangkan bahwa, dokumenter
merupakan film yang
3
menceritakan sebuah kejadian nyata dengan kekuatan ide
kreatornya dalam merangkai gambar-gambar menarik
(sinematography) menjadi istimewa secara keseluruhan dengan
mempertimbangkan unsur realitas (fakta dan data).
Sisi kehidupan bu Mariyem saat menjual jamu
tradisional inilah yang menginspirasi untuk diangkat dalam karya
dokumenter. Hal ini mengkaji dari tulisan Prakosa (2008:123),
documentary berasal dari kata document, sebuah film yang
menggambarkan kejadian nyata, kehidupan dari seseorang,
suatu periode dalam sejarah, atau barangkali sebuah rekaman
dari suatu cara hidup makhluk.
Dalam produksi ini penulis bertindak sebagai pengarah
acara. Dari ide yang ada, penulis bertugas untuk
menerjemahkannya menjadi konsep audio visual. Konsep ini
disusun menjadi sebuah alur cerita yang dapat mengirim pesan
kepada khalayak. Untuk itu, daya imajinatif serta rasa kreatif
menjadi hal penting dalam mengkonsep sebuah sajian televisi
yang terdiri dari unsur audio dan visual. Menurut Morisson
(2005:283), “Seorang pengarah acara harus memiliki jiwa
kepemimpinan, pengetahuan luas, termasuk pengetahuan teknis,
memiliki jiwa seni, cepat mengambil keputusan”.
Visual merupakan elemen penting yang harus ada dalam
tayangan televisi. Peran visual adalah
mempresentasikan
4
kenyataan yang ada dalam sebuah peristiwa dalam bentuk
gambar. Sehingga masyarakat dapat melihat secara langsung
peristiwa yang terjadi. Untuk itu, dalam merangkai gambar yang
ditayangkan seorang pengarah acara harus memiliki motivasi
pada setiap visualnya. Hal ini untuk mempengaruhi emosional
penonton, sehingga pesan yang diterima dapat tersampaikan
dengan baik.
Untuk menghasilkan komposisi yang baik, maka sebagai
seorang pengarah acara yang bekerja sama dengan director of
photography memperhatikan letak objek serta besarnya
headroom dalam sebuah frame, serta merekam kejadian yang saat
itu terjadi.
Produksi dokumenter televisi ini tidak menggunakan
narasi, jadi sebagai seorang Pengarah Acara, penulis dituntut
untuk menjelaskan kepada penonton hanya dengan visual.
Untuk mendapatkan kesan yang diinginkan, maka
penulis menekankan pada penggunaan teknik development shot,
yaitu mengkombinasi seluruh pergerakan obyek, fokus lensa,
framing, pan, dan tilt untuk mendukung pergerakan kamera ke
dalam satu gerakan untuk membuat shot yang dinamis.
Gambar – gambar dengan fokus yang tajam dan
memiliki kedalaman gambar dapat memperkuat tekanan
dramatik dari sebuah film dan untuk mendapatkan respon dari
penonton. Selain itu pergerakan kamera yang stabil, dan lembut
5
diharapkan akan semakin memperkuat informasi dari dokumenter
tersebut, sehingga
6
sangat cocok untuk diterapkan dalam produksi
program dokumenter.
Fokus penulis adalah mampu menyelaraskan komposisi
dan angle kamera dalam developing shot untuk memvariasikan
gambar yang akan ditayangkan. Karena gambar merupakan
medium yang mudah dicerna penonton secara langsung
sehingga informasi tayangan ini bisa menginspirasi dan dapat
diterima secara maksimal kepada penonton.
B. Rumusan Ide Penciptaan
1. Konsep Judul
Penulis sebagai pengarah acara mendapatkan konsep
judul Penerapan Developing Shot dalam Produksi Karya
Dokumenter Televisi “Potret Indonesia“ Edisi “Merajut
Harapan di Balik Ramuan.“
Produksi karya skripsi ini mengangkat tentang perjuangan
seorang ibu penjual jamu tradisional yang mulai
ditinggalkan dengan format dokumenter. Dalam produksi
dokumenter terdapat dua unsur pokok yang kemudian di
padukan, yaitu unsur gambar dan unsur suara (Fred
Wibowo,1997:97).
Dalam program dokumenter yang berjudul “Merajut
Harapan di Balik Ramuan” ini penulis menggambarkan
suasana dan pesan yang disampaikan agar penonton
7
dapat menikmati
8
suasana yang dibangun. Penulis menghadirkan suatu
dokumenter yang berpijak pada fakta dan data mengenai
perjuangan seorang penjual jamu tradisional dengan
mempertimbangkan sudut pengambilan gambar dan
komposisi yang berimbang.
Pengambilan judul diatas merujuk pada pendapat
Morissan (2010:104) yang mengatakan bahwa proses
pengambilan gambar adalah kegiatan yang sangat dinamis
dan penuh kreativitas.
2. Judul Karya
Karya Produksi dokumenter Televisi “Potret Indonesia“ edisi
“Merajut Harapan di Balik Ramuan“ ingin menjelaskan kepada
khalayak bahwa ada seorang ibu di daerah Semarang, Jawa
Tengah yang masih konsisten berjualan jamu tradisional. Ibu itu
masih mengandalkan sisi tradisionalitas pembuatan jamunya.
Konsep Karya
Program acara dokumenter televisi “Potret Indonesia“
edisi “Merajut Harapan di Balik Ramuan“, dijabarkan dalam
konsep sebagai berikut:
2.1 Kategori Karya
Kategori karya program acara “Potret Indonesia“
edisi “Merajut Harapan di Balik Ramuan“ merupakan
9
karya produksi jurnalistik audio-visual yang tersusun
dari fakta atau peristiwa, Fred Wibowo (2007:147),
“sehingga khalayak merasakan betapa peristiwa itu
menjadi sangat bermakna (essensial) bagi suatu
lingkungan kehidupan, dengan memberikan penafsiran
lewat penyusunan fakta yang akhirnya memberikan
makna bagi fakta – fakta tersebut terhadap
lingkungannya.“
2.2 Format Program Acara
Format penyajian program acara adalah
dokumenter, dalam karya produksi ini menyajikan
tentang perjuangan seorang penjual jamu yang
proses pembuatan dilakukan secara tradisional. Karya
produksi dokumenter ini diharapkan mampu
memberikan informasi kepada masyarakat tentang
proses pembuatan jamu yang dilakukan secara
tradisional, dari awal mula rempah-rempah hingga
menjadi jamu yang siap saji.
Fred Wibowo (2007:146) “program dokumenter
adalah program yang menyajikan suatu kenyataan
berdasarkan pada fakta objektif yang memiliki nilai
esensial dan eksistensial, artinya menyangkut
kehidupan, lingkungan hidup, dan situasi nyata”.
10
2.3 Nama Program Acara
Nama sebuah program harus mampu
memberikan gambaran isi program kepada penonton.
Oleh karena itu penulis memilih “Potret Indonesia“
sebagai nama program ini, yang memiliki arti
gambaran atau lukisan yang dibuat dengan kamera.
Sehingga secara umum, Potret Indonesia diartikan
penangkapan dengan kamera yang bertujuan untuk
menampilkan segala macam aspek kehidupan di wilayah
Indonesia.
Program Potret Indonesia merupakan program
yang menyajikan gambaran kehidupan masyarakat
Indonesia, baik mengenai budaya tradisional maupun
budaya modernnya.
2.4 Sub Format Program Acara
Program “Potret Indonesia” edisi “Merajut
Harapan di Balik Ramuan” disajikan dengan sub format
sebagai berikut:
Wawancara
Wawancara merupakan sebuah pertukaran
informasi antara pewawancara dengan yang
diwawancarai. Morissan (2008:42) menjelaskan
tentang wawancara adalah “tanya jawab antara reporter
11
dengan
12
narasumber, dengan tujuan untuk mendapatkan
penjelasan atau keterangan dari narasumber.”
Sedangkan menurut Basuki Sulistyo (2010:170)
wawancara adalah “tanya jawab antara pewawancara
dengan yang diwawancara untuk meminta
keterangan atau pendapat mengenai suatu hal.”
Dalam produksi dokumenter ini,
penulis mewawancarai:
2.4.1 Bu Mariyem, penjual jamu
Menjelaskan alasannya masih konsisten
menjual jamu.
2.4.2 Kantun Saputro, anak penjual jamu
Menjelaskan harapannya untuk ibu
kedepannya.
2.4.3 Bu Wiwit, tetangga bu Mariyem
Menjelaskan sosok bu Mariyem di
lingkungannya dan kegiatannya selain menjual
jamu.
2.4.4 Bu Suwarti, tetangga bu Mariyem
Menjelaskan sosok bu Mariyem di
lingkungannya dan kegiatannya selain menjual
13
jamu.
14
2.5 Tujuan Acara
Tujuan dokumenter televisi Program “Potret
Indonesia” edisi “Merajut Harapan di Balik Ramuan”
adalah sebagai berikut:
2.5.1 Memberikan informasi yang mendidik,
bermanfaat, dan menarik kepada pemirsa
tentang perjuangan hidup ibu penjual jamu yang
bisa menyekolahkan anaknya hingga ke
perguruan tinggi.
2.5.2 Mewujudkan ide Pengarah Acara dalam
penciptaan dokumenter televisi, tayangan yang
informatif dan inspiratif.
2.5.3 Menciptakan skripsi penciptaan karya produksi
yang dapat menyiaratkan melalui pesan visual
agar mengetahui perjuangan hidup seseorang di
tengah era moderenisasi.
2.6 Durasi
Program Dokumenter Televisi “Potret
Indonesia” edisi “Merajut Harapan di Balik Ramuan”
berdurasi total 16 menit, dikarenakan tayangan
dokumenter berisi data dan fakta memerlukan durasi
lebih lama daripada
10
tayangan yang lain agar informasi dapat
tersampaikan dengan baik dan lengkap.
2.7 Target Audience
Jenis Kelamin : Pria dan Wanita
Usia : 17 – 60 tahun
(karena usia 17 – 60
tahun masih memiliki
kemampuan dalam
berfikir secara produktif
guna mencerna suatu
informasi yang akan
disampaikan)
Demografi : Semarang,
Indonesia Golongan Program Siaran : Remaja -
Dewasa
2.8 Penyiaran
Tayangan ini disiarkan setiap hari Minggu, jam
09.00 WIB. Pemilihan hari Minggu karena sesuai
dengan yang dijelaskan oleh Morissan (2009:258)
“ketersediaan audience pada akhir minggu (weekend)
yaitu hari Sabtu dan Minggu agar berbeda dengan hari
biasa. Secara teori, audience anak – anak dan dewasa
10
tersedia pada setiap waktu siaran pada akhir minggu.
11
2.9 Karakteristik Produksi
2.9.1 Menggunakan Multi Camera
2.9.2 Outdoor dan Indoor
2.9.3 Recorded
2.10 Narasumber
Narasumber merupakan orang – orang yang
memiliki keterlibatan secara langsung yang
membantu menjelaskan sesuai apa yang diketahui agar
nilai berita tetap menarik dan layak untuk disimak
oleh khalayak. Menurut Deddy Iskandar Muda
(2003:78) “narasumber merupakan seseorang yang
terlibat secara langsung, mengetahui atau seorang
pengamat atau ahli dibidangnya“.
Adapun sumber terkait antara lain:
2.10.1 Mariyem, Penjual Jamu
2.10.2 Kantun Saputra, Anak Penjual Jamu
2.10.3 Wiwit, Tetangga Bu Mariyem
2.10.4 Suwarti, Tetangga Bu Mariyem
12
2.11 Lokasi Penciptaan
Lokasi penciptaan Produksi Dokumenter Televisi
“Potret Indonesia“ edisi “Merajut Harapan di Balik
Ramuan“ adalah:
2.11.1 Kampung Mbabrik, Semarang (kampung
penjual jamu)
2.11.2 Kawasan yang biasa dilalui penjual jamu
2.11.3 Tugu Semarang
2.11.4 Simpang Lima, Semarang
2.11.5 Lawang Sewu, Semarang
2.12 Kerabat Kerja
2.12.1 Produser :
Anissa
Puspaningtyas
2.12.2 Pengarah Acara :
Anissa Puspaningtyas
2.12.3 Reporter :
Anissa Puspaningtyas
Andhika Rithma Espinoza
Fajar Titis Setianto
Sa’adudin Nasih
13
2.12.4 Penata Kamera :
Sa’adudin Nasih
2.12.5 Asisten Penata Kamera :
Andri Wahyu Setiawan
2.12.6 Loader :
Andhika Rithma Espinoza
2.12.7 Penata Gambar :
Andhika Rithma Espinoza
2.12.8 Penata Suara :
Fajar Titis Setianto
2.12.9 Asisten Penata Suara :
Fitrian Ade Murtanto
2.12.10 Grafis :
Fillias Lanang La Junta
2.12.11 Unit Manager :
Deo Pinto
C. Orisinalitas/ Keaslian Karya
Format Dokumenter Televisi Program “Potret Indonesia“
edisi “Merajut Harapan di Balik Ramuan“ ini merupakan hasil
pemikiran dan gagasan penulis bersama tim dengan melakukan
pendekatan atas karya dokumenter yang sudah ada sebelumnya.
14
Pengemasan Dokumenter Televisi Program “Potret
Indonesia” edisi “Merajut Harapan di Balik Ramuan” menghadirkan
cerita yang dinamis dengan menceritakan visual secara
dramatis dan menggunakan ilustrasi music epic ditambah variasi
angle kamera serta dikemas mengadaptasi tayangan yang pernah
dipublikasikan sebagai acuan sehingga segala hal yang
dilakukan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Referensi karya audio visual tersebut adalah program acara:
1. Eagle Award Metrotv
Gambar 1: cover Eagle Awards Metro TV
Program acara televisi “Eagle”, episode Tangan
Kecil Cidurian di Metro TV. Program acara dokumenter
yang meliput berbagai tema kehidupan yang hadir di
sekitar masyarakat kita. Dokumenter ini menceritakan
kehidupan anak kecil yang bekerja keras menambang
pasir dan batu kali. Tayangan ini memberikan sajian
documenter dengan angel atau unsur pengambilan gambar
mengenai hal-hal yang sangat dekat dengan keseharian.
15
2. Indonesia Bagus NET.
Gambar 2: cover Indonesia Bagus NET
Tayangan program yang disiarkan oleh televisi
swasta Net ini sangat menarik untuk dinikmati baik segi
cerita maupun audio visual yang dihasilkan. Program
feature dokumenter yang tidak hanya menampilkan
keindahan alam Indonesia tetapi juga keunikan kehidupan
berbudayanya. Program ini menampilkan penduduk asli
daerah tersebut sebagai narator sekaligus pembawa
cerita. Pencipta mengamati hasil dari pengarahan alur
cerita yang dihasilkan sangat dinamis dan berkarakter. Hal
tersebut akan menjadi acuan pencipta dalam
memproduksi karya dokumenter “Merajut Harapan di Balik
Ramuan”.
16
3. Lentera Indonesia NET.
Gambar 3: cover Lentera Indonesia NET
Tayangan Lentera Indonesia juga merupakan
tayangan dari televisi swata NET, di program ini juga
menayangkan dokemeter yang sangat menarik dan
tayangan ini juga sangat dramatis, jadi bagi penulis
menjadi acuan dalam pembuatan dokumenter ”Merajut
Harapan di Balik Ramuan”.
Dari program – program tersebut, penulis
mendapatkan inspirasi bagaimana cara mengambil shot –
shot dengan angle dan komposisi yang pas sehingga
membuat penonton tidak bosan.
Sedangkan untuk pengemasannya, menggunakan
banyak statement narasumber sehingga meskipun tanpa
narasi, penonton tetap dapat memahami pesan yang
disampaikan melalui visual.
17
D. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
Penciptaan Karya Tugas Akhir ini bertujuan untuk:
1.1 Menyajikan dokumenter eksposisi yang menarik
sehingga dapat mempengaruhi pemirsa lewat pesan
visual bahwa pentingnya menjaga warisan leluhur.
1.2 Mengoptimalkan peranan pengarah acara dalam
suatu produksi dokumenter agar pesannya dapat
tersampaikan dengan baik.
1.3 Memenuhi syarat kelulusan D4 Manajemen
Produksi Pemberitaan STMM Yogyakarta bagi
penulis.
2. Manfaat
2.1 Bagi Penulis
2.1.1 Menambah wawasan dan pegalaman penulis
dalam menciptakan program documenter
televisi.
2.1.2 Mengasah kemampuan Pengarah Acara
dalam mengkreasikan sajian gambar agar
memiliki nilai jurnalistik yang tinggi.
2.1.3 Menerapkan ilmu teori dan ilmu praktek
yang didapat selama perkuliahan.
2.1.4 Mengasah kreativitas pengarah acara dalam
membuat karya produksi di masa mendatang.
18
2.2 Bagi Sekolah Tinggi Multi Media “MMTC” Yogyakarta
2.2.1 Untuk menambah arsip karya audio visual
STMM MMTC.
2.2.2 Menjadi bahan referensi dan pembelajaran
mahasiswa STMM MMTC.
2.2.3 Sebagai bahan evaluasi demi perkembangan
dan perbaikan dimasa dating khususnya dalam
meningkatkan kreativitas yang lebih baik
bagi para mahasiswa untuk penciptaan karya
Tugas Akhir.
2.3 Bagi Masyarakat
2.3.1 Mendapat tayangan yang inspiratif dan
informatif dari program acara dokumenter
televisi Program “Potret Indonesia” edisi
“Merajut Harapan di Balik Ramuan”.
2.3.2 Program dokumenter ini dapat memberikan
pengetahuan kepada masyarakat tentang
perjuangan hidup seorang penjual jamu.
19
BAB II
LANDASAN TEORI PENCIPTAAN
A. Kajian Pustaka
Pada penciptaan karya produksi yang berjudul Penerapan
Developing Shot dalam Produksi Dokumenter Televisi Potret
Indonesia edisi “ Merajut Harapan di Balik Ramuan ” ini,
penulis menggunakan beberapa landasan penciptaan sebagai
pedoman, diantaranya :
1. Teori Developing Shot
Teknik developing shot adalah teknik pengambilan
gambar yang mengkombinasi seluruh pergerakan obyek,
fokus lensa, framing, pan, tilt, untuk mendukung pergerakan
kamera ke dalam satu gerakan untuk membuat shot yang
dinamis.
Macam - macam pergerakan kamera :
1.1 Panning
Adalah pengambilan gambar dengan
menggerakan badan kamera ke arah horizontal
tetapi tidak mengubah posisi kamera.
20
1.1.1 Folowing Pan
Gerakan kamera mengikuti objek dari
kiri ke kanan atau dari kanan ke kiri.
Melakukan folowing pan dalam keadaan
long shot akan mengakibatkan penonton
dapat melihat hubungan yang terjadi antara
objek dengan lingkungannya.
Pan Left : Gerakan kamera mengikuti
objek dari kiri ke kanan.
Pan Right : Gerakan kamera mengikuti
objek dari kanan ke kiri.
1.1.2 Survening Pan
Gerakan kamera secara perlahan-
lahan menyusuri pemandangan baik
pemandangan hanya sekelompok orang
atau pemandangan alam.
1.1.3 Interupted Pan
Gerakan halus tapi dengan tiba-tiba
dihentikan dengan maksud
menghubungkan dua buah objek dimana
objek tersebut terpisah satu dengan
lainnya
21
1.1.4 Whipe Pan
Gerakan panning yang dilakukan
dengan cepat, sehingga tidak dapat
memperlihatkan rincian gambarnya.
Dengan whipe pan dapat menciptakan
hubungan yang dinamis atau komperatif
antar objek yang menghubungkan titik
pandang yang berbeda pada scene yang
sama.
1.2 Tilting
Adalah pengambilan gambar dengan
menggerakan badan kamera ke arah vertikal
tetapi tidak mengubah posisi kamera. Tujuan
dari tilting adalah menunjukan ketinggian atau
kedalaman dan adanya satu hubungan.
Tilt Up : gerak kamera secara vertikal dari bawah
ke atas.
Tilt Down : gerak kamera secara vertikal dari atas
ke bawah.
22
1.3 Tracking
Adalah pengambilan gambar dengan
menggerakan badan kamera dengan arah maju
dan mundur atau depan belakang, bisa
dengan bantuan doly atau manual.
Track In : gerakan maju kedepan.
Track Out : gerakan mundur kebelakang.
1.4 Zooming
Adalah pengambilan gambar dengan
mengubah ukuran gambar dan sudut pandang
antara wide angle (W) dan telephoto (T)
dengan sentuhan tombol. Zooming
mempengaruhi perspektif dalam satu adegan,
oleh karena itu gerakan zooming harus
dilakukan dengan tujuan yang jelas.
1.5 Arching
Adalah pengambilan gambar dengan
menggerakan badan kamera mengelilingi objek
utama seperti lingkaran penuh. Dalam
melakukan arching kamera melakukan gerakan
sapuan sirkuler mengitari objek. Ukuran gambar
yang digunakan CU, MS atau LS selama
melakukan arching, tetapi ukuran gambar harus
senantiasa
23
konstan dan lebih efektif bila tidak dilakukan
kombinasi ukuran gambar.
1.6 Pedestal dan Crane
Adalah pengambilan gambar dengan
menggerakan badan kamera menggunakan alat
penyangga pedestal/ crane.
1.7 Crabbing
Adalah pengambilan gambar dengan
cara menggerakan badan kamera menyamping.
1.8 Following
Adalah pengambilan gambar dengan
menggerakan badan kamera mengikuti objek
yang bergerak.
2. Komposisi Gambar
Komposisi gambar juga menentukan perhatian
penonton, karena dalam prinsip pengambilan gambar
tidak boleh meninggalkan terlalu banyak ruangan kosong
pada layar.
Andi Fachruddin (2012:153), menjelaskan ada
beberapa komposisi gambar lain, antara lain:
Type shot, pada saat memproduksi program televisi,
tipe pengambilan gambar akan disesuaikan dengan format
24
program yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal ini akan
mempermudah proses penyampaian pesan, menghibur,
dan memberi makna yang efektif pada pemirsa televisi,
sehingga tipe pengambilan gambar yang menjadi dasar
pembuatan berbagai program acara televisi diantaranya
adalah :
Developing shot, proses pengambilan gambar
dengan menggunakan seluruh pergerakan kamera
dengan berbagai angle.
Unsur dalam komposisi yang vital salah satunya
adalah framing, Gerald Millerson (1994:125), membagi
ukuran framing yang sering disebut jenis shot antara lain:
2.1 Extreme long shot
Gambar 4. Extreme long shotSumber : dokumen pribadi
Digunakan untuk menggambil gambar yang
sangat-sangat jauh, panjang, luas dan berdimensi
lebar. Menekankan pada setiap perekaman scene
perlu memberikan shot-shot yang dapat
memperkenalkan seluruh lokasi adegan dan isi
25
cerita.
26
Biasanya, Extreme Long Shot digunakan untuk
komposisi gambar indah dan panorama.
2.2 Very long shot
Gambar 5. Very long shotSumber : dokumen pribadi
Digunakan untuk menggambarkan panjang,
lebar dan dimensi yang luas dalam latar tempat
penceritaan. Namun lebih sempit dari extreme long
shot sehingga pemirsa masih dapat mengidentifikasi
bentuk warna dan kontur subjek.
2.3 Long shot
Gambar 6. Long shotSumber : dokumen pribadi
27
Ukuran Long Shot adalah gambar manusia
seutuhnya dari ujung rambut hingga ujung sepatu.
Bentuk shot yang lebih sempit dari very long shot.
Biasanya Long Shot dikenal sebagai Landscape
format yang menghantarkan mata penonton
kepada keleluasaan suatu suasana dan obyek.
2.4 Knee shot
Gambar 7. Knee shotSumber : dokumen pribadi
Yaitu ukuran shot yang menyajikan citra subjek
yang lebih utuh, pada manusia berupa komposisi
gambar dari ujung kepala hingga lutut kaki. Batas
frame tepat dibawah lutut atau diatasnya, tergantung
jenis kelamin dan pakaian subjek serta dinamisasi
pergerakan kamera.
28
2.5 Medium shot
Gambar 8. Medium shotSumber : dokumen pribadi
Ukuran shot dengan batas anatomis pada
subjek manusia dari ujung kepala hingga pinggang,
sehingga ekpresi dari aktor sudah Nampak
walaupun belum mendetail.
2.6 Medium Close up
Gambar 9 . Medium Close UpSumber : dokumen pribadi
Medium Close up dapat dikategorikan sebagai
komposisi “Potret Setengah Badan” dengan latar
belakang yang masih bisa dinikmati. Medium Close
up justru memperdalam gambar dengan lebih
menunjukan profil dari obyek yang direkam.
29
2.7 Close up
Gambar 10. Close upSumber : dokumen pribadi
Dengan batasan anatomis dari leher hingga
ujung kepala, bisa juga diartikan sebagai
komposisi gambar yang “ Fokus kepada Wajah”.
Komposisi Close up memotong di sekitar bagian atas
dada subjek hingga di bawah dagu, sehingga
bagian pundak subjek masih terlihat. Close up
digunakan sebagai komposisi gambar yang paling
baik untuk menggambarkan emosi atau reaksi
seseorang dalam sebuah adegan.
2.8 Big close up
Gambar 11. Big close upSumber : dokumen pribadi
30
Komposisi big close up memotong bagian
atas dahi subjek, sedangkan pada bagian bawah
sedikit diatas dagu. Ukuran shot yang lebih sempit
dari close up sehingga dapat memperlihatkan
perkembangan perubahan mata, kerutan wajah,
emosi dan ekpresi dari sang aktor.
2.9 Extreme close up
Gambar 12. Extreme close upSumber : dokumen pribadi
Ukuran shot yang paling sempit sehingga
hanya membatasi anatomi salah satu indera
manusia saja (mata, telinga, hidung atau organ
lainnya). Sehingga memaksa perhatian pemirsa
untuk mengamati gestur dan bahasa tubuh yang
harus diketahui.
Sudut kamera atau angle kamera memiliki fungsi
dalam penyampaian shot, Baksin (2006:124), menyebutkan
ada empat camera angle, yaitu:
30
2.1 Bird eye view, adalah suatu teknik pengambilan
gambar yang dilakukan dengan posisi kamera
diatas ke tinggian objek yang direkam.
2.2 High angle, merupakan pengambilan gambar dari
atas objek, dengan high angle, maka objek
terlihat lebih kecil.
2.3 Low angle, menggambarkan seseorang yang
berwibawa atau berpengaruh tidak bisa
menggunakan high angle karena kesan yang
ditimbulkan akan melenceng, maka yang tepat
adalah low angle.
2.4 Eye level, adalah teknik pengambilan gambar
yang sejajar dengan objek.
3. Pengarah Acara
Penulis memilih pengarah acara pada produksi
karya tugas akhir ini. Pengarah acara adalah denyut nadi
sebuah program dan seseorang yang memimpin sebuah
produksi hingga proses editing.
Sedangkan definisi Pengarah Acara menurut Andi
Fahruddin, (2012:60) seseorang yang bertanggung jawab
secara teknis pelaksanaan produksi program televisi,
Pengarah Acara bertugas di lapangan untuk mengendalikan
produksi yang ditanganinya.
31
Pengarah Acara adalah seseorang yang ditunjuk
untuk bertanggung jawab secara teknis pelaksanaan
produksi suatu program acara. Pengarah acara
merupakan peran yang sangat strategis dalam sebuah
produksi televisi, karena pengarah acara sangat
berpengaruh dalam menentukan jalannya sebuah produksi.
Pengarah Acara menurut JB Wahyudi (1996:54),
seorang yang bertanggung jawab secara teknis
melaksanakan produksi satu mata acara siaran atau
program acara siaran.
Mengutip Naratama, (2004:2) Sutradara televisi
adalah sebutan bagi seseorang yang mempunyai profesi
menyutradarai program acara televisi baik untuk drama
maupun non drama, dalam produksi single maupun multi
kamera.
Pengarah Acara berperan melakukan liputan audio
visual berdasarkan perencanaan gambar yang akan diambil.
Pengarah Acara menginterpretasikan naskah seorang
Produser menjadi suatu bentuk, dan susunan gambar
dan suara, sehingga hasil karyanya dapat benar – benar
dinikmati. Seorang Pengarah Acara menggunakan sistem
rekaman gambar elektronik, baik untuk single camera
maupun untuk multi camera.
32
Darwanto (2006:2003) mengatakan, Pengarah
Acara harus selalu mengembangkan daya kreativitasnya,
untuk dapat dituangkan dalam bentuk rencana kerjanya
disamping itu harus mampu menjalin kerjasama dengan
pihak lain, dalam usaha menuju keberhasilan tugasnya.
Dari teori – teori diatas dapat disimpulkan seorang
Pengarah Acara merupakan sosok vital dalam sebuah
produksi televisi, mulai dari pra produksi, produksi, hingga
paska produksi, peran Pengarah Acara tetap dibutuhkan.
4. Dokumenter
Dokumenter adalah program informasi yang
bertujuan untuk pembelajaran dan pendidikan namun
disajikan dengan menarik. Menceritakan mengenai suatu
tempat, kehidupan atau sejarah seorang tokoh, kehidupan
atau sejarah suatu masyarakat (misalnya suku terasing)
atau kehidupan hewan dipadang rumput dan sebagainya.
(Morissan, M.A. 2008: 28).
Program dokumenter adalah program yang
menyajikan suatu kenyataan berdasarkan pada fakta
objektif yang memiliki nilai esensial dan ekstensial,
artinya menyangkut kehidupan, lingkungan hidup, dan
situasi nyata. Berusaha menyajikan sesuatu yang
sebagaimana mestinya,
33
meski menyajikannya suatu secara obyektif itu hampir
tidak mungkin. (Fred Wibowo 2009:146).
Menurut Andi Fahrudin (2012:316), mengatakan
karya dokumenter merupakan film yang menceritakan
sebuah kejadian nyata dengan kekuatan ide kreatornya
dalam merangkai gambar – gambar menarik menjadi
istimewa secara keseluruhan.
Dokumenter diciptakan menggunakan kejadian
atau keadaan yang sebenarnya, senada dengan Frank E.
Beaver (1994:119), Film dokumenter biasanya di –shot
disebuah lokasi nyata, tidak menggunakan actor dan
temanya berfokus pada subyek – subyek seperti sejarah,
ilmu pengetahuan, sosial atau lingkungan, dengan tujuan
dasar untuk memberi pencerahan, infomasi, pendidikan,
melakukan persuasi, dan memberi wawasan tentang
dunia yang kita tinggali.
Dari beberapa pengertian itulah penulis
menggunakan format dokumenter untuk mengemas sajian
program dokumenter televisi “Merajut Harapan di Balik
Ramuan”, yang termasuk ke dalam tipe edukasi. Program
acara tersebut dibuat untuk menambah pengetahuan
penonton.
Dalam bukunya, (Fred Wibowo 2009:149) juga
mengatakan bahwa, dalam produksi dokumenter
34
terdapat
35
dua unsur pokok yang kemudian dipadukan, yaitu unsur
gambar dan unsur suara. Unsur gambar atau visual
terdiri dari berbagai materi, antara lain: rangkaian kejadian,
kepustakaan, pernyataan, wawancara, dokumen, layar
kosong/ silhouette. Unsur kedua merupakan unsur suara
atau sound terdiri dari : narasi atau reporter,
synchronous sound, sound effect, musik atau lagu, kosong
atau sepi.
Selain itu, menurut Nova Kristiana (2007:89), “ untuk
mendukung alur dokumenter diperlukan eye catcher yang
merupakan elemen yang berfungsi menarik, mengikuti
mata pengamat pada titik tertentu, untuk mengamati lebih
dalam dan memahami isi pesan”.
Dokumenter memiliki karakteristik sendiri dalam
penyampaiannya, Andi Fahruddin (2012:320) menjelaskan
tipe pemaparan dokumenter:
4.1 Dokumenter Eksposisi, adalah dokumenter yang
paling konvensional, ciri khasnya menggunakan
narrator sebagai penutur tunggal.
4.2 Dokumenter Observasi, tidak menggunakan
narrator sebagai pengisi suara, konsentrasi pada
dialog antar subjek. Produser posisinya sebagai
observer, alur penceritaannya cenderung datar.
36
4.3 Dokumenter Interaktif, dimana produser berperan
aktif, adegan komunikasi antara sutradara dengan
subyeknya terlihat jelas.
4.4 Dokumenter Refleksi, menggambarkan mata
kamera bagaikan mata film yang merekam berbagai
realitas. Fokusnya berada pada pengemasan proses
pembuatan shooting.
4.5 Dokumenter Performatif, fokusnya adalah kemasan.
Kemasan harus semenarik mungkin, alurnya
lebih diperhatikan.
B. KAJIAN SUMBER PENCIPTAAN
Kajian sumber penciptaan merupakan deskripsi tentang
berbagai hal yang mendukung data dalam menciptakan karya.
Sumber-sumber karya dokumenter yang diperoleh dan diamati
oleh pencipta mulai dari pembentukan ide/ gagasan dan konsep
karya penciptaan adalah sebagai berikut :
1. Sumber Informasi Primer
Menurut Septiawan Santana (2003:224), “sumber
informasi primer diartikan sebagai sumber pokok yang
diperoleh secara langsung dari sumber asli. Sumber
informasi primer sebagai berikut:
37
1.1 Wawancara
1.1.1 Mariyem, Penjual Jamu
“ Saya masih konsisten dengan
berjualan jamu tradisional karena saya sudah
menjualnya selama kurang lebih 22 tahun. Dari
hasil berjualan jamu ini saya bisa
menyekolahkan anak – anak saya. Bagi saya
berjualan jamu sudah seperti kehidupan saya
sendiri. Saya senang berjualan jamu, walaupun
hasilnya tidak seberapa tapi saya menikmatinya.
“
1.1.2 Kantun Saputro, Anak Penjual Jamu
“ Ibu itu sosok malaikat yang telah
melahirkan aku dan membesarkan aku. Aku
ingin mengangkat derajat seorang ibu dan
membahagiakannya.”
1.1.3 Wiwit, Tetangga bu Mariyem
“ Jamunya bu Mariyem itu menjadikan
badan saya segar. Jamunya juga bersih, dan
disajikan dengan benar – benar
mengandalkan sisi tradisionalnya. “
38
1.1.4 Suwarti, Tetangga bu Mariyem
“ Bu Mariyem itu kalau lagi nggak
jualan jamu, pergi ngeladang di sawah. “
1.2 Observasi
Menurut Laksono (2010:272), “observasi sendiri
memang lebih dikenal dikalangan jurnalis media
cetak, yang biasanya dikaitkan dengan verifikasi fisik
atas objek liputannya”. Karena itu, observasi berarti
aktivitas jurnalis menggunakan semua panca inderanya
untuk mencari informasi atau menemukan fakta di
lapangan.
2. Sumber Informasi Sekunder/ Dokumentasi
Sumber informasi sekunder digunakan sebagai sumber
pendukung dari informasi primer. Septiawan Santana
(2003:230), sumber – sumber sekunder ini berisi informasi yang
telah dipublikasikan dan dapat diakses secara umum. Berikut ini
adalah sumber pendukung yang didapatkan oleh penulis,
diantaranya:
2.1 Buku Cetak
2.1.1 Tanaman Obat Indonesia, karya Prof. dr. H.
Azwar Agoes, DAFK, Sp.FK(K)
Salah satu bagian dari buku ini adalah
39
membahas tentang tanaman obat yang
berkhasiat untuk pengobatan tradisional. Buku ini
juga memuat
40
Program Menteri Kesehatan, yaitu “Saintifikasi
Jamu” (upaya dan proses pembuktian ilmiah
jamu melalui penelitian berbasis pelayanan
kesehatan).
2.1.2 Jamu Sakti Mengobati Penyakit, karya
Koko Handoyo
Buku ini mengulas tentang segala hal
yang berhubungan dengan jamu. Mulai dari
farmakologi jamu hingga fakta – fakta unik
seputar jamu yang memiliki khasiat yang luar
biasa serta berbagai panduan praktis meramu
jamu sebagai pengobatan yang efektif.
2.1.3 Resep dan Khasiat Jamu Tradisional
Nusantara, karya Soedarsono Djojoseputro
Buku ini akan mengungkap rahasia jamu dari
berbagai penjuru nusantara. Lengkap dengan
resep dan ramuan pencegah dan penyembuh
penyakit.
2.1.4 1001 Khasiat dan Manfaat Jamu Godog
untuk Segala Macam Penyakit, karya Faisal M.
Sakri
Buku ini memberikan informasi yang
41
lengkap, runtut, dan praktis mengenai jamu
godog. Buku ini juga menjelaskan dasyatnya
khasiat jamu,
42
cara membuat dan mengkonsumsi jamu, bahan
– bahan dasar pembuatan jamu, menyiapkan
jamu godog, cara merebus ramuan jamu godog
dan anka resep atau racikan jamu godog.
2.2 Internet
2.2.1 w w w . m anf a a t bu a hd au n. b lo g spo t .c o m / 2 0 1 3/ 1 1/ma n f a a t -
ja mu - b eras - ken c ur - un t uk. h t m l ? m = 1
Minyak atsiri yang dikandung kencur diklaim
memiliki banyak senyawa yang bermanfaat,
diantaranya adalah :
2.2.1.1 Menyegarkan tubuh
2.2.1.2 Menambah stamina
2.2.1.3 Meredakan sakit
2.2.1.4 Mengobati masuk angin hingga migraine
2.2.1.5 Mencegah jerawat
2.2.2 w w w . id. m . w ik i pedia.o r g / w ik i /J am u
Jamu adalah sebutan untuk obat tradisional
dari Indonesia. Belakangan lebih popular dengan
sebutan herba/ herbal. Jamu dibuat dari bahan –
bahan alami, berupa bagian dari tumbuhan, seperti
rimpang (akar – akaran), daun – daunan, kulit batang, dan
buah.
40
2.2.3 w w w . in d onesi a .tra v el/id/de s tinati o n/ 4 57/ y o g yakarta / artic l e/
328/ j a m u - ja w a - tra d is i onal - m an f a a t - d a n - khas i a t - y an g -
di w ar i ska n - t u ru n - t e m urun
Khasiat jamu sangatlah beragam bergantung
pada jenis racikan bahannya. Lebih banyak jamu
dimanfaatkan untuk merawat kecantikan dan kesehatan
dari luar maupun dalam. Jamu juga dikenal tidak
beracun dan tanpa efek samping, khasiatnya telah teruji
oleh waktu.
41
BAB III
PROSES PENCIPTAAN
A. Ide Penciptaan
1. Inti Gagasan
Menurut Fachrudin (2012: 336) “Setiap program
televisi dimulai dari ide yang menjadi dasar pijakan untuk
pekerjaan selanjutnya, sehingga penentuan cerita bisa fokus
namun tetap berkembang sesuai hasil penelusuran dan
situasi di lapangan”.
Dalam produksi dokumenter televisi “Merajut Harapan
di Balik Ramuan” penulis sebagai pengarah acara bertugas
untuk menerjemahkannya menjadi konsep audio visual. Konsep
ini disusun menjadi sebuah alur cerita yang dapat mengirim
pesan kepada khalayak. Untuk itu, daya imajinatif serta rasa
kreatif menjadi hal penting dalam mengkonsep sebuah sajian
televisi yang terdiri dari unsur audio dan visual.
Tayangan televisi merupakan karya audio visual yang
kreatif, inovativ serta memiliki estetika. Salah satu hal yang
harus diperhatikan adalah estetika gambar. Seorang
pengarah acara dalam memvisualkan imajinasinya melalui
media gambar juga harus memahami teori developing shot,
seperti panning,
42
tilting, tracking, zooming, arching, pedestal, crane, crabbing, dan
following.
Dalam karya produksi ini penulis fokus pada
developing shot, dimana setiap gambar yang diambil harus
mengkombinasi seluruh pergerakan obyek, fokus lensa,
framing, pan, tilt, untuk mendukung pergerakan kamera ke
dalam satu gerakan membuat shot yang dinamis.
2. Sinopsis
Sinopsis adalah “ringkasan cerita dari program yang
diinginkan, harus singkat, padat, dan dimengerti oleh siapapun
juga” (Andi Fachrudin. 2012 : 348).
Berikut sinopsis karya skripsi penciptaan karya
“Potret Indonesia” berjudul “Merajut Harapan di Balik Ramuan”.
Dewasa ini, banyak orang yang melupakan tradisi
dan beralih ke hal yang lebih modern. Salah satu dari tradisi
yang mulai terlupakan ialah jamu tradisional yang kini
tergantikan dengan adanya jamu buatan pabrik yang lebih
bersifat instan.
Namun, ada seorang ibu yang berasal dari
Semarang, Jawa Tengah yang masih konsisten dengan
berjualan jamu. Beliau masih mengutamakan tradisionalitas
pembuatan jamu, mulai dari bahan – bahannya maupun cara
pembuatannya.
43
Setiap hari ibu Mariyem berjuang menjual jamu
tradisionalnya melalui jalanan yang berliku dan tanpa
44
mengeluh. Kondisi jalan yang rusak parah ditambah cuaca
Semarang yang sangat panas tak menyurutkan niat bu
Mariyem menjualkan jamunya.
Setelah dari pagi membuat jamu dan menjualkannya,
sore harinya bu Mariyem mencari kayu bakar di hutan
untuk digunakan membuat jamu keesokan harinya. Namun
beliau melakukannya dengan ikhlas, semangatnya
menjualkan jamu tradisional tak pernah padam.
3. TREATMENT
(terlampir)
4. Shooting List
(terlampir)
5. Jadwal Pelaksanaan Produksi
(terlampir)
45
B. Media, Peralatan dan Teknik Produksi
1. Media
Media yang akan penulis beserta tim gunakan dalam
karya dokumenter ini adalah televisi. Televisi merupakan
media audio – visual yang berarti sebuah program harus
memperhatikan kualitas gambar dan juga suara. Hal ini
menjadi tantangan bagi penulis dan tim untuk mewujudkan
program televisi yang dapat diterima oleh masyarakat.
2. Peralatan
Peralatan yang dibutuhkan dalam penciptaan karya
produksi ini meliputi :
Tabel 1. Tabel Peralatan
ALAT TIPE JUMLAH
Kamera
DSLR Canon EOS 5D Mark II 1 unit
Lensa Canon wide 11 – 16 mm 1 unit
Lensa Canon fix 50 mm 1 unit
Lensa Canon Tele 70 – 200 mm 1 unit
Lensa Canon Standar 18 – 55 mm 1 unit
Batterai kamera 5D 2 unit
Charger Batterai 5D 1 unit
Memory CF Extreme 2 unit
46
Tripod Takara 2 unit
Slider Cam 1 unit
Glade Cam 1 unit
Portal 1 unit
Card Reader 1 unit
GoPro Hero 1 unit
Lighting1. LED Portable 2 unit
2. Perleng 4 unit
Audio
Condensor Microphone 1 unit
Audio Recorder Zoom H4n 1 unit
Headphone 1 unit
Kabel XLR Male – Female 1 unit
Memory SD Card 1 unit
47
Tabel 2. Rincian Anggaran
No Nama Barang Jumlah Tipe Keterangan Harga
1 Lensa Tele 1 unit 70-200 mm Sewa / 3 hari Rp 450.000
2 Tripod kamera 2 unit Libec Sewa / 3 hari Rp 60.000
3 Batrai audio 7
Pasang
Alkaline AA
1,5 volt
Beli Rp. 50.000
4 Clipon
Wireless
1 unit - Sewa / 3 hari Rp 375.000
5 Portal 1 unit 2 meter Sewa / 3 hari Rp 450.000
6 Fee
narasumber
1 orang - Bu Mariyem Rp.300.000
7 Konsumsi 5 orang - @20.000/ 3 hari Rp.300,000
8 Biaya tak
terduga
- - - Rp.200,000
9 Transportasi 1 mobil Luxio Jogjakarta –
Semarang PP
Rp.150.000
TOTAL ANGGARAN RP.2.335.000
48
Adapun alasan menggunakan alat-alat tersebut diatas
adalah:
2.1 Kamera DSLR Canon 5D
Didital Single Lens Rflex (DSLR) Canon 5D yaitu
kamera foto yang sudah dilengkapi dengan fitur
perekam Video. Karena kamera ini merupakan DSLR
maka dapat dengan mudah penggunaan mengganti lensa
sesuaikan menurut kebutuhan. Sensor penangkap cahaya
yang dipakai adalah Cmos dengan ukuran 36,0 mm x
24.0 mm dan mampu menghasilkan gambar mencapai
21.1 megapixel. Kamera Canon 5D ini memiliki banyak
pilihan format perekaman seperti:
2.1.1 Full High Definition ( 1920x1080 )
mampu merekam gambar 25 frame atau 24
per detik
2.1.2 High Definition 1280 x 720 mampu
merekam gambar 50 frame per detik
2.1.3 Standar format 4:3 ( 640 x 480 ) dapat
merekam gambar 50 frame per detik.
49
Tabel 3. Spesifikasi Canon DSLR 5D Mark II
Alat Spesifikasi
Type Resolusi 21.1 Megapixel dengan sensor CMOS
APS-C, menghasilkan gambar resolusi tinggi
super quality dan detail.
Image type JPEG, RAW, JPEG+RAW, MOV,sRAW1,sRAW2
DIGIC 4 Imaging Processor’s 14-bit A/D,
memberikan kecepatan pemrosesan hasil
gambar yang cepat dan tepat serta menjaga
detail dan warna tetap halus.Automatic Image
Brightness
Correction
Auto Lighting Optimizer with Face Detection
Auto Lighting Optimizer dengan 4 fungsi
pengaturan : standar, rendah, kuat dan
nonaktifkan. Menganalisa kecerahan subjek
foto, dan secara otomatis memperbaiki bagian-
bagian gelap untuk membuat lebih cerah.Recording size Full HD Video capture resolusi
1920×1080
dengan frame rate yang fleksibel (30p 25p &
24p), 1280 x 720:50fps / 60fps and 640 x
480:50fps / 60fps (SD / movie crop) hingga
4GB per klip dengan output HDMI (CEC
compliant) untuk tampilan HD dan video stills.
50
External
microphone in
terminal
3.5mm dia. Stereo mini jack
AF Points Dengan 9 point auto focus(AF) tingkat akurasi
yang tinggi
Monitor Size and
Dots
LCD Wide, 3.0-inch (3:2) Clear View LCD(1,
040,000 dots)
ISO Speed
(Recommended
exposure
index)
ISO 100 – 6400 (whole-stop increments), ISO
expansion 12800. In Basic Zone modes, Auto ISO
sets the ISO auto matically with in 100 – 3200
the minimum ISO speed when (highlight tone
priority) is enabled Will Be ISO200 In Creative
Zones, ISO Auto’s upper limit (ISO 400 – 6400)
2.2 Tripod Camera
Tripod merupakan alat bantu yang berfungsi untuk
menyangga badan kamera ketika pengambilan gambar
berlangsung agar stabil dan tidak “terinterverensi” oleh
gerakan tubuh. Selain itu berguna untuk mendapatkan titik
horizontal atau kamera dalam keadaan balance. Tripod
juga digunakan dalam pengambilan gambar yang
mengharuskan melakukan pergerakan baik badan atau
lensa kamera seperti : pan, tilt, pedestal.
50
2.3 Lensa
Produksi dokumenter ini menggunakan lensa kamera
DSLR dengan rincian sebagai berikut :
2.3.1 Canon 11-16mm, F : 2,8
Penggunaan lensa ini digunakan untuk
mendapatkan gambaran yang luas dan lebar.
2.3.2 Canon 50mm IS II, F : 1.4
Lensa ini digunakan dalam berbagai frame
yang menampilkan profil sesorang dengan bukaan
yang besar lensa ini berkekuatan untuk menciptakan
depth of field yang tajam.
2.3.3 Canon 70-200mm IS, F : 2.8
Lensa ini memiliki focal lenght yang besar
sehingga dalam penggunanya dapat dimanfaatkan
ketika jarak antara cameraman dan objek berada
cukup jauh, dengan lensa ini jarak tersebut bukan
menjadi masalah. Lensa dengan tipe zoom ini
memberikan keleluasaan cameraman dalam
membuat frame.
2.4 Slider Camera
Slider membantu pengambilan gambar terlihat
bagus. Dengan pergerakan crab left dan crab right. Alat
ini juga bisa melakukan track in dan track out.
51
2.5 Lighting LED Lamp
Dalam produksi dokumenter ini lighting yang
digunakan adalah LED light. Lampu ini memiliki cahaya
yang cukup terang dan memiliki colour temperature
daylight. Lampu ini juga merupakan lampu portable
sehingga pengaplikasianya tidak memakan waktu dan
tidak membebani cameraman dalam mengejar momen.
2.6 Audio Recorder Portable Zoom H4N
Gambar 13. Zoom H4N
Audio recorder portable ini sangat mudah dibawa dan
penggunanya dirasa cukup tepat untuk menutupi
kekurangan kualitas audio DSLR, sehingga nantinya suara
yang dihasilkan juga berkualitas.
3. Teknik Produksi
Proses perekaman menggunakan dua kamera,
dilakukan secara langsung menggunakan memori yang
tersedia di masing-masing kamera. Penggunaan dua
kamera dimaksudkan agar setiap adegan yang dilakukan
tidak ada yang terlewatkan atau di backup oleh kamera
kedua tersebut.
52
Penggunaan dua kamera juga berguna untuk
menghemat waktu pada saat pengambilan gambar.
Dalam produksi dokumenter ini, terdapat berbagai
jenis komposisi agar secara estetis gambar-gambar dapat
memberikan informasi dan pesan. Pemilihan shot yang
bertujuan untuk memperkuat tekanan nilai estetis pada film
dokumenter ini akan diperoleh melalui insert shot pada
objek sehingga menghasilkan dinamika gambar yang
berkesinambungan.
C. Tahapan Penciptaan
1. Pra Produksi
Tahapan pra produksi merupakan tahapan awal dalam
memulai kegiatan produksi. Penulis sebagai pengarah
acara pada tanggal 9 Maret 2015 dan 13 April 2015, telah
melaksanakan observasi ke rumah bu Mariyem di
Semarang, Jawa Tengah mengenai pembuatan jamu dari
bahan – bahan mentah dengan cara ditumbuk dan didihkan
hingga menjadi jamu yang siap untuk dijual dan perjuangan
bu Mariyem menjualkan jamunya dengan berjalan kaki.
Hasil yang didapat dalam observasi, penulis sebagai
pengarah acara membutuhkan lebih dari satu kamera, hal
ini dikarenakan jarak tempuh bu Mariyem menjual jamu yang
jauh sekitar 10 kilometer, memungkinkan banyak terjadi
53
momen
54
didalamnya. Oleh karena itu, diputuskan untuk
menggunakan tiga kamera agar momen tersebut tidak
terlewatkan. Penulis yang memiliki tugas sebagai pengarah
acara menganalisis treatment serta mengembangkannya
menjadi konsep produksi dengan membuat shot list. Penulis
berdiskusi dengan Director of Photography tentang konsep
gambaran yang akan divisualkan, dan menentukan angle -
angle kamera yang akan diambil sesuai dan kemudian
dituangkan dalam bentuk shot list.
2. Produksi
Proses produksi karya dokumenter berlangsung
selama empat hari. Berikut ini rincian proses produksi:
2.1 Senin, 20 April 2015
Hari pertama, penulis bersama tim produksi menuju
Simpang Lima, Semarang untuk mengambil shot
timelapse Masjid Baiturrahman dan suara keramaian
kota Semarang.
Setelah itu, menuju ke Lawang Sewu dan Tugu Muda
untuk mengambil shot timelapse keramaian dan
kondisi kemacetan lalu lintas Semarang, tim juga
mengambil audio atmosphere. Pengambilan visual
kemacetan menggunakan teknik developing shot yaitu
menggunakan portal dan slider.
55
Kemudian penulis bersama tim produksi menuju
rumah bu Mariyem untuk memberitahu bahwa besok
akan mulai di ambil gambar dari awal proses pembuatan
hingga kegiatan bu Mariyem sampai malam hari.
2.2 Selasa, 21 April 2015
Hari kedua, penulis bersama tim melakukan
kegiatan pengambilan gambar awal proses pembuatan
jamu tradisional hingga kegiatan bu Mariyem setelah
berjualan jamu. Kegiatan pengambilan gambar ini
dimulai sejak pukul 04.30 hingga 19.00 WIB.
Pengambilan gambar dimulai dengan mengambil
visual bu Mariyem berangkat ke Musholla untuk
shalat Shubuh, dilanjutkan pengambilan visual proses
pembuatan jamu hingga proses pembuatan jamu
selesai dengan menerapkan developing shot
menggunakan slide dan flycam.
Penulis bersama tim ikut perjuangan bu Mariyem
dalam menjualkan jamunya hingga jamunya habis,
pengambilan dilakukan dengan cara follow
narasumber dengan menggunakan flycam.
Setelah menjualkan jamu, mengikuti bu Mariyem
mencari kunyit dan kayu bakar di kebun. Kegiatan
selanjutnya adalah mengikuti bu Mariyem
membeli
56
bahan – bahan pembuatan jamu menggunakan flycam
dan slide.
Sore harinya, kegiatan bu Mariyem adalah
menyapu halaman. Pengambilan menggunakan flycam
dan camera still.
2.3 Rabu, 22 April 2015
Hari ketiga, penulis bersama tim produksi mengambil
established lingkungan rumah penjual jamu, serta
shot tambahan seperti anak – anak yang sedang
bermain.
Sore harinya, mengambil wawancara dengan bu
Mariyem, putranya, dan opini tetangga bu Mariyem.
Pengambilan gambar menggunakan lensa wide,
slider dan portal untuk menimbulkan kesan gambar yang
luas.
2.4 Kamis, 23 April 2015
Hari terakhir, penulis bersama tim produksi
mengambil shot tambahan untuk timelapse di kota
Semarang.
3. Pasca Produksi
Pada tahapan ini penulis sebagai pengarah acara
melakukan pengecekan terhadap stok gambar yang ada
dan disesuaikan dengan kebutuhan gambar yang diperlukan.
57
Gambar - gambar kemudian dikelompokkan ke dalam
folder
58
secara terpisah, sesuai dengan kebutuhan masing-masing
sequence. Pemilihan gambar disesuaikan dengan konsep isi
treatment tanpa meninggalkan asas sinema rush copy yaitu
menggambarkan realita yang ada. Pada sequence 1 dipilih
gambar yang menggambarkan identitas kota Semarang.
Gambar yang dipilih memiliki variasi tipe shoot berdasarkan
variasi developing shot, mulai dari long shoot kota Semarang
dan timelapse Tugu Muda sebagai simbol identik Semarang.
Pada sequence 2 penulis memilih gambar - gambar
kegiatan bu Mariyem sebelum membuat jamu berdasarkan
variasi developing shot. Atmosphere dan original sound
diambil menggunakan H4N dan H1N.
Sementara untuk sequence 3, penulis memilih gambar
- gambar proses pembuatan jamu. Pemilihan gambar
memiliki penekanan pada tipe long shoot berdasarkan variasi
developing shot dengan motivasi untuk melihatkan proses
pembuatan jamu serta gambar close up untuk
menyampaikan adegan - adegan dramatik di dapur.
Paska pemilihan gambar yang ada, penulis melakukan
koordinasi dengan editor untuk membedah treatment serta
shotlist untuk kebutuhan editing. Kegiatan editing dilakukan
secara dua tahap, off line dan on line. Kegiatan editing off
line
59
adalah memotong/ membuang video yang tidak di perlukan
dan menyusun adegan per adegan di setiap sequence.
Sementara editing on line memasukkan judul, memberi effect,
backsound, chargent.
D. Konsep Penayangan
Program acara Potret Indonesia setiap hari Minggu, jam
09.00 WIB. Pemilihan hari Minggu karena sesuai dengan yang
dijelaskan oleh Morissan (2009:258) “ketersediaan audience
pada akhir minggu (weekend) yaitu hari Sabtu dan Minggu agar
berbeda dengan hari biasa. Secara teori, audience anak – anak
dan dewasa tersedia pada setiap waktu siaran pada akhir minggu.
Program dikemas secara sederhana tanpa menggunakan
presenter, dalam durasi 16 menit. Pesan yang disampaikan
bersifat tersirat dari setiap visual yang ada dipadukan dengan
ilustrasi musik.
60
BAB IV
PEMBAHASAN KARYA
A. Deskripsi Karya
Penulis sebagai pengarah acara dalam skripsi karya
produksi ini mengangkat judul “Penerapan Developing Shot
dalam Produksi Dokumenter Televisi Potret Indonesia edisi
Merajut Harapan di Balik Ramuan”. Tayangan televisi merupakan
karya audio-visual yang kreatif, inovativ serta memiliki estetika.
Dalam tugasnya, seorang pengarah acara harus dapat
menginterpetasikan ide dari produser untuk dijadikan sebuah
tayangan audio visual.
Visual merupakan satu hal yang sangat penting dalam
karya dokumenter ini. Peran visual disini sebagai media
penyampai pesan. Untuk itu pengarah acara harus dapat
merangkai gambar dan ilustrasi musik yang tepat agar mampu
menarik minat penonton untuk menikmatinya.
Karya dokumenter Potret Indonesia diawali dengan Id’s
Program “Potret Indonesia” berupa visual dan grafis
bermuatkan contoh keaneka ragaman budaya Indonesia serta
semangat persatuan dari ragam masyarakatnya.
Karya dokumenter ini secara garis besar terbagi dalam
tiga sequence. Sebelum memasuki sequence pertama, penulis
menyusun eye catcher berupa cuplikan-cupikan gambar
yang
61
menarik. Secara garis besar berikut penjabaran dari ketiga
sequence tersebut.
1. Sequence pertama, mendeskripsikan mengenai kemacetan
dan modernisasi kota Semarang. Sequence ini lebih bersifat
informatif. Berisi visual yang menggambarkan kota
Semarang. Pada bagian awal ini juga di tampilkan aktifitas
pembuatan jamu serta disisipi statement dari bu Mariyem.
2. Sequence kedua, mendeskripsikan perjuangan bu Mariyem
menjual jamunya. Bagian ini lebih di dominasi oleh
interaksi antara bu Mariyem dengan pembelinya sebagai
pengantar informasi.
3. Sequence ketiga, mendeskripsikan tentang harapan baru
keluarga bu Mariyem. Di bagian awal sequence menyajikan
visual bu Mariyem mencari kunyit dan kayu bakar di kebun.
Berikutnya, ditayangkan visual bu Mariyem membeli bahan
– bahan pembuatan jamu dan kegiatan saat sore hari di
rumahnya. Di akhir sequence sekaligus pengantar menuju
credit tittle ditayangkan statement dari Kantun Saputro, putra
bu Mariyem tentang harapan untuk kedepannya dan
cuplikan beauty shoot dan quote yang diiringi ilustrasi musik.
60
B. Analisis dan Sintesis Karya
Tahapan produksi suatu acara dari perencanaan, produksi,
hingga pasca produksi telah dilalui penulis dan tim. Penulis
sebagai pengarah acara telah berperan dalam setiap tahapan
produksi tersebut terutama dalam penerjemahan ide menjadi alur
cerita dan penyusunan visual. Selain itu, konsep pengambilan
gambar pada produksi ini merupakan peliputan kegiatan bu
Mariyem tanpa ada unsur dirrecting. Hal ini mengacu pada
sistem rush copy, bahwa visual yang ada adalah sebuah realita.
Berikut analisa karyanya.
Pada bagian awal, sebelum memasuki sequence 1, terlebih
dahulu ditayangkan eye catcher. Eye catcher bersisi potongan-
potongan gambar untuk menggugah rasa penasaran pemirsa
agar tetap melihat tayangan ini. Visual yang disajikan pada eye
catcher ini adalah potongan-potongan gambar bu Mariyem saat
proses pembuatan jamu hingga saat menjual jamunya.
Tipe shot yang digunakan mengkombinasikan medium
shot dan close up untuk menampilkan ekspresi dan beberapa long
shot untuk melihatkan lingkungan dan jalan yang dilalui oleh bu
Mariyem. Hal ini mengacu bahwa medium shot bertujuan
untuk menunjukkan subyek lebih detail, dan juga menunjukkan
emosi subyek.
61
1. Sequence 1 (Ramuan Tradisional Jamu)
Sequence ini menjelaskan mengenai ramuan tradisional
jamu. Visual yang ditayangkan adalah aktivitas pembuatan
jamu secara tradisional. Berikut shot-shot yang dipilih dalam
sequence ini beserta analisanya:
Gambar 14. MS plang Simpang Lima
Visual diatas merupakan opening sequence 1. Pemilihan
medium shot (sesuai dengan teori pada halaman 28) sebagai tipe
shot dalam visual ini untuk melihatkan lokasi pengambilan karya.
Pengambilan gambar ini menggunakan teknik panning
left untuk menunjukan kesan gambar yang dinamis dan menarik
(sesuai dengan materi developing shot pada halaman 20).
Gambar 15. VLS keramaian Lawang Sewu
Gambar ini menggunakan tipe very long shot (sesuai
dengan teori halaman 26) untuk menunjukkan keramaian lokasi
penciptaan karya. Pemilihan visual ini menggunakan teknik tilting
62
up (sesuai
63
dengan materi developing shot pada halaman 22) untuk
menunjukan kemegahan Lawang Sewu sebagai ciri khas kota
Semarang.
Gambar 16. Long Shot lingkungan sekitar
Menurut Fachrudin, pengarah acara bertanggung jawab
mengubah sebuah konsep atau naskah menjadi bentuk audio
visual. Dalam visual diatas dipilih tipe long shot (sesuai
dengan materi pada halaman 27), hal ini untuk memberikan
gambaran kepada penonton mengenai lingkungan sekitar rumah
penjual jamu.
Pengambilan visual diatas menggunakan teknik panning left
(sesuai dengan materi developing shot pada halaman 20)
untuk menunjukkan luasnya lingkungan dan aktifitas warga sekitar
rumah penjual jamu.
Gambar 17. Medium shot bu Mariyem
64
Penggunaan tipe Medium shot (sesuai materi pada halaman
28) pada gambar diatas, agar pemirsa dapat fokus
melihat pembuatan jamu secara tradisional yaitu menggunakan
kayu bakar.
Pengambilan gambar ini menggunakan teknik crabe right
(sesuai dengan materi developing shot pada halaman 24)
untuk menunjukkan dapur tempat pembuatan jamu.
Pada sequence 1 tidak terdapat banyak pengambilan
gambar menggunakan developing shot karena saat pembuatan
jamu bu Mariyem tidak banyak bergerak dan dapur juga sempit.
2. Sequence 2 (Perjuangan Bu Mariyem)
Sequence ini membahas tentang proses perjuangan bu
Mariyem dalam menjual jamunya. Sequence ini lebih ke
informasi yang menunjukkan perjuangan dan interaksi antara bu
Mariyem dengan para pembelinya. Untuk menggambarkan hal
tersebut penulis menyusun gambar-gambar berikut:
Gambar 18. Long Shot aktivitas bu Mariyem
Tipe shot yang digunakan adalah long shot untuk lebih
membuat detail penonton dalam melihat aktivitas bu Mariyem
menjual jamunya.
65
Pengambilan visual ini menggunakan teknik crabe right
untuk menunjukkan lokasi tempat bu Mariyem menjualkan jamunya.
Gambar 19. Long shot bu Mariyem
Gambar ini menggunakan tipe long shot dengan
pengambilan eye level. Pengambilan gambar eye level untuk
melihatkan lingkungan yang dilewati oleh bu Mariyem untuk
menjual jamunya.
Pengambilan gambar ini menggunakan teknik following
objek (sesuai dengan materi developing shot pada halaman
24) untuk mengikuti bu Mariyem menjualkan jamu.
Gambar 20. Long shot menawarkan jamu
Pemilihan tipe long shot pada visual diatas untuk
melihatkan bu Mariyem yang sedang menawarkan jamunya.
66
Gambar 21. Medium Close up bu Mariyem dan pembelinya
Pengambilan visual ini menggunakan teknik crabe. Tipe shot
yang digunakan medium close up (sesuai dengan teori pada
halaman 27). Hal ini untuk dapat lebih mendeskripsikan
interaksi antara bu Mariyem dan pembelinya.
3. Sequence 3 (Harapan Baru Keluarga bu Mariyem)
Bagian pertama sequence ini menjelaskan tentang bu
Mariyem yang mencari kunyit dan kayu bakar, dilanjutkan
dengan bu Mariyem yang membeli bahan – bahan pembuatan
jamu. Berikutnya disisipi statement Kantun Saputra, putra bu
Mariyem tentang harapan kedepannya. Berikut ini gambar-gambar
yang dapat menjelaskan sequence ini.
Gambar 22. Long shot bu Mariyem ke kebun
Visual ini akan melihatkan bu Mariyem yang akan mencari
kunyit dan kayu bakar di kebun. Penulis memilih visual ini
untuk menggambarkan lokasi jalan yang dilalui bu Mariyem ke
kebun
67
dengan menggunakan teknik following objek. Gambar-gambar
kelanjutan yang ada adalah gambaran setiap sudut kebun
tempat mencari kunyit dan kayu bakar.
Gambar 23. Medium shot bu Mariyem
Gambar 24. Long Shot Bu Mariyem
Pemilihan gambar diatas adalah menggunakan komposisi
gambar Medium Shot dan Long Shot dengan teknik crabe
untuk menunjukkan lokasi bu Mariyem saat mencari kunyit.
68
Gambar 25. Knee shot mencari kayu bakar
Gambar 26. Long shot bu Mariyem
Gambar 27. Long shot lokasi mencari kunyit
Pemilihan visual ini menggunakan teknik tilting,
menunjukkan lokasi bu Mariyem saat mencari kunyit untuk
pembuatan jamu tradisionalnya.
69
Gambar 28. long shot bu Mariyem
Visual ini menggunakan tipe long shot untuk
menunjukkan lokasi sekitar bu Mariyem. Pengambilan gambar ini
menggunakan teknik following objek untuk mengikuti bu
Mariyem saat membeli bahan – bahan jamu.
Gambar 29. Medium shot Kantun Saputra
Visual ini menggunakan tipe medium shot untuk
melihatkan detail wajah Kantun Saputra saat memberikan
statement.
Dari hasil analisa dapat disimpulkan bahwa karya
produksi ini memiliki kelebihan meskipun mengalami hambatan.
Hal tersebut dijadikan penulis sebagai pelajaran untuk produksi
selanjutnya agar menghasilkan karya yang lebih berkualitas.
Berikut uraian kelebihan dan hambatan karya produksi ini.
70
1. Kelebihan
Dokumenter televisi Potret Indonesia edisi Merajut
Harapan di Balik Ramuan memiliki kelebihan sebagai
berikut.
1.1 Karya ini memiliki kronologis waktu yang diperkuat
dengan statement bu Mariyem sebagai
narasumber utama dalam karya ini.
1.2 Merupakan karya jurnalistik yang menyajikan
gambar sesuai realita di lapangan tanpa ada
unsur pengadeganan.
1.3 Dikemas dengan pemilihan shot, komposisi,
serta kamera angle yang disajikan secara ringan,
proporsional, dan menarik sehingga memiliki
nilai artistik serta pesan yang informatif.
1.4 Gambar visual diambil menggunakan kamera
DSLR Cannon 5D dan Cannon 60D yang memiliki
kualitas full HD sehingga hasil gambarnya bagus.
1.5 Pengemasan karya visual didukung dengan
original sound dan ilustrasi musik yang
membawa suasana seolah-olah pemirsa juga
berada di sana.
70
2. Hambatan
Dokumenter televisi Potret Indonesia edisi Merajut
Harapan di Balik Ramuan, menemui beberapa
hambatan sebagai berikut.
2.1 Cuaca yang kurang mendukung seperti
mendung sehingga proses pengambilan gambar
harus ditunda mempertimbangkan keamanan alat.
2.2 Banyaknya moment yang ada tidak dapat yang
di cover oleh 3 kameraman.
71
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penciptaan karya produksi “Merajut Harapan di Balik
Ramuan” bertujuan untuk memberikan informasi kepada
masyarakat melalui shot yang dinamis menggunakan teknik
developing shot yang mengkombinasikan seluruh pergerakan
objek, fokius lensa, framing, pan, dan tilt. Karya ini berformat
dokumenter dengan genre documenter profile yang
memberikan informasi kepada masyarakat tentang perjuangan
seorang ibu di daerah Semarang, Jawa Tengah yang di era
moderenisasi ini masih konsisten menjual jamu tradisional.
Dokumeter ini disajikan dengan bahasa visual dan original sound.
Skripsi dengan judul Penerapan Developing Shot dalam
Produksi Dokumenter Televisi “Potret Indonesia” edisi “Merajut
Harapan di Balik Ramuan” secara garis besar menguraikan
tentang peran penulis sebagai pengarah acara yang bertugas
untuk mengimplementasikan ide atau gagasan produser kedalam
konsep audio visual. Pengarah acara memiliki peran dan
tanggung jawab agar mendapatkan rangkaian visual yang
menarik. Hal tersebut penulis lakukan pada saat
mengkoordinasikan kebutuhan gambar kepada kameraman
dan
72
mengarahkan mereka untuk menangkap gambar yang memiliki
nilai estetis.
Tayangan bersifat ringan, inspiratif, dan menghibur
karena menayangkan gambar dengan musik yang sesuai.
Pengemasan topik ini dipenuhi dengan gambar-gambar
developing dengan memperhatikan unsur-unsurnya seperti
komposisi, arah gambar, dan pergerakan gambar.
B. Saran
Untuk mengubah ide menjadi sebuah karya audio
visual diperlukan beberapa tahapan atau proses, yaitu pra
produksi, produksi, dan pasca produksi. Dalam tahapan proses
tersebut ditemui beberapa hambatan. Untuk itu penulis
menyampaikan saran agar setiap hambatan menjadi pelajaran
bagi penciptaan karya selanjutnya.
1. Pentingnya penelusuran dalam pra produksi untuk mengetahui
kondisi yang ada di lapangan sehingga mempermudah proses
produksi.
2. Pentingnya komunikasi dan koordinasi antar kru selama
proses pra hingga pasca produksi.
3. Penggunaan alat sebaiknya disesuaikan dengan spot yang ada
di lapangan sehingga lebih efisien dan tidak mengganggu
kenyamanan produksi.
73
DAFTAR PUSTAKA
Baskin, Askurifai. 2006. Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik. Simbiosa
Rekatama Media: Bandung.
Beaver, Frank. 1994. Dictionary of The Film Terms. an Imprint of Simon &
Schuster Macmillan: New York.
Darwanto. 2006. Produksi Karya Televisi. MMTC: tidak diterbitkan.
Fachruddin, Andi. 2012. Dasar Dasar Produksi Televisi.
Kencana.
Prenada Media Grup: Jakarta.
Kristiana, Nova. 2009. Peranan Eye Catcher dalam Iklan dan
Masalah Pencariannya. Jurnal Nirmala: Jakarta.
Laksono, Dhandy Dwi. 2010. Jurnalisme Investigasi. Mizan Group:
Jakarta Morissan. 2005. JurnalistikTelevisi Mutakhir.
Ramdina Prakasa:
Tangerang.
--------------. 2008. Manajemen Media Penyiaran. Kencana Prenada
Media Group: Jakarta.
--------------. 2008. Jurnalistik Televisi Mutakhir. Kencana Prenada
Media Group: Jakarta.
--------------. 2009. Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio
& Televisi. Kencana Prenada Media Group: Jakarta.
Muda, Deddy Iskandar. 2005. Jurnalistik Televisi: Menjadi Reporter
Professional. Remaja Rosdakarya: Bandung.
74
Naratama. 2004. Menjadi Sutradara Televisi dengan Single dan Multi
Camera. PT Gramedia Widiasarana Indonesia: Jakarta.
Thompson, Roy. 2001. Grammar of The Shot. Copyright Licensing
Agency: London.
Wahyudi, Jb. 1996. Dasar Dasar Jurnalistik Radio dan Televisi. Pustaka
Utama Graffiti: Jakarta.
Wibowo, Fred. 2009. Teknik Produksi Program Televisi. Pinus Book
Publisher: Yogyakarta.
75
LAMPIRAN 1. TREATMENT
TREATMENT
POTRET INDONESIA
Kategori Program : Informasi
Mata Acara : Potret Indonesia
Judul : Merajut Harapan di
Balik Ramuan
Format : Dokumenter
Durasi : 16 menit
Pengarah Acara : Anissa
Puspaningtyas
NO VISUAL AUDIO DUR
1 Colour Bar Tune 5”
2 Count Down Count Down 5”
3 Clapper Blank 5”
4 Blank Blank 5”
5 Id’s Program Ilustrasi Musik 10”
6 Eye catcher Ilustrasi Musik 25”
76
- Timelapse Lawang
Sewu
- Lingkungan
rumah bu
Mariyem
- Kayu bakar
- Bahan jamu
- Bu Mariyem
mengolah
jamu
- Wajah bu Mariyem
- Bu Mariyem 7 SI:
Merajut Harapan di
Balik Ramuan
Ilustrasi Music 5”
SEGMENT 1 “RAMUAN TRADISIONAL JAMU”
7 Cue:
- Timelapse
Masjid Simpang
Lima
Blank
5”
8 Cue:
- Plang Simpang
Lima
Ilustrasi Musik 15”
77
- Visual kemaceta
a. Lawang Sewu
b. Tugu Muda
- Lampu lalu lintas
- Timelapse
Tugu Muda
- Lingkungan
penjual
jamu
- Rumah
penjual jamu10 Cue:
Timelapse Sunrise Blank
5”
11 Cue:
- Wudhu
- Masjid
- Bu Mariyem
berjalan ke
depan
- Memakai mukena
- Mengambil
sajadah
- Berjalan ke luar
- Masjid
---------------- ORIGINAL
SOUND ----------------
- Adzan Shubuh
- Sandal
- Air wudhu
- Berdoa
40”
78
- Orang shalat di
masjid
12 Cue:
Timelapse rumah
gelap ke terang
Ilustrasi Musik 5”
13 Cue:
- Bu Mariyem
membawa
kayu bakar
- Dapur
- Meletakkan
kayu bakar di
pawon
- Kayu bakar
- Pawon
- Korek api
- Mulai
menyalakan api
- Api
------------------ ILUSTRASI
MUSIK ---------------
---------------- ORIGINAL
SOUND ----------------
- Kegiatan di dapur
----------------------SOUND
BITE --------------------
1. Kenapa lebih
memilih berjualan
jamu?
2. Ibu memulai
jualan jamu sejak
kapan?
20”
40”
79
bu?
4. Ibu mendapatkan
ilmu tentang jamu
dari siapa? Turun
temurun atau belajar
sendiri?14 Cue:
- Dapur
- Bu Mariyem mulai
meracik jamu
beras kencur
- Bahan yang
ditumbuk
- Wajah bu Mariyem
- Perasan
bahan jamu
- Panci
- Pawon
- Api
------------------ ILUSTRASI
MUSIK ---------------
----------------- ORIGINAL
SOUND ---------------
- Persiapan
membuat jamu
----------------------SOUND
BITE --------------------
1. Mengapa tidak
menggunakan kompor
gas?
2. Apa yang pertama
dipersiapkan
untuk membuat
jamu?
20”
40”
80
3. Bahan apa saja yang
dibutuhkan untuk
membuat jamu beras
kencur?
4. Bagaimana
proses
pembuatannya?15 Cue:
- Keranjang jamu
- Wajah bu Mariyem
- Mengocok
botol jamu
- Botol jamu
- Jamu yang
dimasukkan
ke dalam botol
- Air panas
yang
dimasukkan
ke botol
------------------ ILUSTRASI
MUSIK ---------------
----------------- ORIGINAL
SOUND ---------------
- Kegiatan
pembuatan jamu
----------------------SOUNDBITE --------------------
1. Dalam sehari
biasanya menjual
berapa botol jamu?
2. Selalu laku semua
bu’ jualannya itu ?
10”
40”
81
3. Bagaimana kalau
dalam sehari jamunya
tidak habis?
SEGMENT 2 “PERJUANGAN BU MARIYEM”
16 Cue:
- Bu Mariyem
bersiap – siap
menjualkan
jamu
- Memakai kebaya
- Dapur
- Menggendong
keranjang
- Bu Mariyem
- Mengambil caping
- Bu Mariyem
- Berjalan ke luar
------------------ ILUSTRASI
MUSIK ---------------
----------------- ORIGINAL
SOUND ---------------
- Persiapan bu
Mariyem berangkat
menjual jamu
------------------------SOUND
BITE ------------------
1. Ibu berangkat
jualan jam berapa?
2. Ibu jualan jamunya
kedaerah mana
saja?
3. Selalu habis di
daerah itu?
10”
40”
82
4. Ibu berjualan jamu
sampai jam berapa?
17 Cue:
- Follow bu
Mariyem
menjualkan jamu
(berangkat sampai
pulang)
- Interaksi
dengan pembeli
- Jamu yang
dituangkan
ke gelas
- Pembeli
meminum jamu
- Pembeli
membayar
jamu
------------------ ILUSTRASI
MUSIK ---------------
------------------ ORIGINAL
SOUND --------------
- Bu Mariyem
menawarkan
jamu kepada para
pembeli
2’ 30”
18 SI:
Wiwit
Tetangga bu
-----------------------SOUND
BITE -------------------
1. Bu Mariyem selain
jualan jamu
30”
83
Mariyem
SI:
Suwarti
Tetangga bu
Mariyem
kegiatannya apa
saja bu?
2. Di lingkungan
sekitar, bu Mariyem
orangnya
bagaimana?
SEGMENT 3 “ HARAPAN BARU KELUARGA BU MARIYEM ”
19 Cue:
- Kaki Bu Mariyem
- Membawa
keranjang, arit,
dan garpu
tanah
- Berjalan ke kebun
- Sampai kebun
------------------ ILUSTRASI
MUSIK ---------------
------------------- ORIGINAL
SOUND -------------
- Bu Mariyem
berjalan ke
kebun
----------------------SOUND
BITE --------------------
1. Ibu sekarang
umurnya berapa
10”
40”
84
tahun?
2. Apakah anak –
anak ibu tidak ada
yang membantu?
20 Cue:
- Kebun
- Wajah bu Mariyem
- Mencari kunyit
- Kunyit
- Keranjang kunyit
- Mencari
kayu bakar
- Kayu bakar
- Menata
kayu bakar
- Meletakkan
kayu bakar
------------------ ILUSTRASI
MUSIK ---------------
------------------- ORIGINAL
SOUND -------------
- Bu Mariyem
mencari kunyit
dan kayu bakar
-----------------------SOUND
BITE -------------------
1. Itu kunyit ibu
tanam sendiri?
2. Pernah berpikir
untuk berhenti
jualan jamu
tidak bu?
10”
50”
85
3. Kenapa nyari
kayunya disini bu?
Ini kebun milik ibu?
4. Apa doa ibu
untuk
kedepannya?
5. Anak – anak
ibu bekerja?
6. Ibu hanya
berjualan jamu ini 21 Cue:
- Mengambil
keranjang
kunyit
- Turun ke sungai
- Mencuci kunyit
- Memakai sandal
- Menyunggi
kayu bakar dan
keranjang
kunyit
- Jalan pulang
- Rumah
- Meletakkan
kayu bakar,
------------------ ILUSTRASI
MUSIK ---------------
------------------- ORIGINAL
SOUND -------------
- Bu Mariyem
mencuci
kunyit
- Bu Mariyem
pulang ke rumah
-----------------------SOUND
BITE -------------------
20”
40”
86
kunyit
- Bu Mariyem
1. Dari dulu ibu hanya
berjualan jamu?
2. Sampai sekarang
ibu tetap
konsisten
berjualan jamu?
3. Ibu masih
mempunyai uneg
– uneg?
22 Cue:
- Bu Mariyem
keluar rumah
- Kaki bu Mariyem
- Berjalan
ke warung
- Membeli
bahan jamu
- Penjual
- Bu Mariyem
- Bahan pembuatan
jamu
- Pulang ke rumah
------------------ ILUSTRASI
MUSIK ---------------
------------------ ORIGINAL
SOUND --------------
- Bu Mariyem
membeli bahan
pembuatan
jamu
----------------------SOUND
BITE --------------------
1. Apa harapan ibu
20”
40”
87
- Kaki bu Mariyem
- Rumah
- Bu Mariyem
untuk kedepannya?
2. Jadi ibu hanya
ingin berjualan
jamu saja?
23 Cue:
- Rumah
- Menyapu halaman
- Wajah bu Mariyem
- Sampah
- Keranjang sampah
- Daun
- Korek api
- Membakar
sampah
------------------ ILUSTRASI
MUSIK ---------------
------------------ ORIGINAL
SOUND --------------
- Bu Mariyem
menyapu
halaman dan
membakar
sampah
20”
40”
------------------------SOUND
BITE ------------------
1. Anak ibu sekarang
ada dimana saja?
2. Laki – laki
semuanya bu?
88
3. Sekarang anak –
anak ibu bekerja
dimana saja?
24 SI:
Kantun Saputra
Putra bu Mariyem
-----------------------SOUND
BITE -------------------
1. Menurut mas, ibu
itu sosok yang
bagaimana?
2. Apa harapan
mas, untuk ibu
kedepannya?
30”
24 Cue:
- Rumah
bu
Mariyem
- Anak – anak yang
sedang bermain
- Kelereng
- Anak perempuan
- Lingkungan
rumah bu
------------------ ILUSTRASI
MUSIK ---------------
------------------- ORIGINAL
SOUND -------------
- Anak – anak yang
sedang bermain
di halaman rumah
20”
25 Cue:
Timelapse rumah dari
10”
89
terang ke gelap Blank
26 - Lampu teplok
- Quotes
Ilustrasi Musik 10”
28 Credit Title Ilustrasi Musik 20”
29 Id’s Program Id’s Program 10”
TOTAL DURASI 16’
90
Lampiran 2. Shooting List
Tabel 5. Shooting List
Shooting List Produksi
Dokumenter Televisi
Kategori Acara Informasi
Format Acara Dokumenter
Mata Acara Potret Indonesia
Durasi 16 menit
Pengarah Acara AnissaPuspaningtyas
Produser AnissaPuspaningtyas
NO Type Shot Movement Detail Dur
EYE CATCHER
1 VLS Still Lawang Sewu 4”
2 LS Crabe Left Rumah 2”
3 CU Track In Api 1”
4 CU Still Rempah 2”
5 CU Still Menumbuk Jamu 2”
6 MCU Still Bu Mariyem 1”
7 FSFollow Over
SholderBu Mariyem tampak
belakang2”
8ECU
Still Tangan bu Mariyemmenuang jamu
1”
9 BCU Still Raut wajah bu Mariyem 1”
10MS
Follow MS Bu Mariyem jalan tampakdepan
1”
91
11MCU
Follow OverSholder
Bu Mariyem jalan tampakbelakang
1”
12KS
Still Bu Mariyem berjalanmelalui jembatan
1”
13 CU Still Kaki bu Mariyem 1”
14 LS Over Sholder Bu Mariyem jalan 1”
15 ECU Still Mencari kunyit 1”
16 MCU Still Wajah bu Mariyem 1”
17 LS Track In Bu Mariyem mencari kunyit 1”
18 VLSOver Sholder Bu Mariyem turun
ke sungai1”
19LS
Still Bu Mariyem berjalanpulang
1”
20 CU Still Wajah bu Mariyem 8”
SEGMENT 1
21 VLS Crabe Right Masjid 5”
22 LS Panning Left Tulisan Simpang Lima 1”
23 LS Still Halte 1”
24 CU Still Keramaian 1”
25 CU Panning Left Keramaian 1”
26 VLS Tilting Up Lawang Sewu 2”
27 LS Tilting Up Lawang Sewu 1”
28 LS Crabe Left Lawang Sewu 3”
29 VLS Panning Left Tugu Muda 2”
30 VLS Still Timelapse Keramaian Tugu Muda
2”
92
31 LS Panning Left Anak kecil bermain 3”
32 VLS Tilting Down Rumah bu Mariyem 3”
33 LS Still Timelapse Sunrise 6”
34 MS Still Wudhu 4”
35 VLS Crabe Right Orang adzan 5”
36 VLS Crabe Left Memakai mukena 7”
37 MS Still Memakai mukena 10”
38 CU Still Mengambil Sajadah 1”
39 LS Crabe Left Mengambil Sajadah 4”
40 LS Crabe Right Masjid 2”
41 KS Still Orang Shalat 4”
42 LS Still Timelapse Rumah 5”
43CU
Still Bu Mariyem menentengkayu
4”
44 LS Track Out Bu Mariyem masuk dapur 4”
45 MS Still Bu Mariyem masuk dapur 3”
46 LS Track Out Bu Mariyem masuk dapur 6”
47 KS Crabe Left Bu Mariyem 3”
48 CU Still Membakar kayu 4”
49 MS Crabe Right Bu Mariyem menata kayu 3”
50 CU Still Kayu bakar 2”
51KS
Track In Bu Mariyem membakarkayu
2”
52 CU Still Tumbukan jamu 3”
53 FS Track In Bu Mariyem membuat 4”
93
jamu
54 CU Still Tumbukan jamu 2”
55FS
Track In Bu Mariyem membuatjamu
4”
56 MCU Still Bu Mariyem menata kayu 2”
57 FS Still Bu Mariyem menata kayu 3”
58 MCU Still Bu Mariyem 4”
59 FS Still Bu Mariyem menata kayu 4”
60 MCU Still Bu Mariyem 5”
61 CU Still Panci 2”
62 FS Still Membuat jamu 2”
63 CU Still Bu Mariyem 2”
64CU
Still Bu Mariyem memerasjamu
4”
65 CU Still Bu Mariyem 6”
66FS
Still Bu Mariyem memerasjamu
3”
67 CU Still Bu Mariyem 2”
68 CU Track Out Kayu 8”
69 FS Still Menuangkan jamu ke botol 4”
70 CU Still Menuangkan jamu 4”
71 CU Still Bu Mariyem 5”
72 FS Still Bu Mariyem 9”
73 CU Still Bu Mariyem 3”
74 MS Track In Menuangkan jamu 4”
94
75 CU Still Menuangkan jamu 2”
76 MS Still Menuangkan jamu 2”
77 CU Still Bu Mariyem 1”
78 CU Still Menuangkan jamu 2”
79 FS Still Menuangkan jamu 11”
80 CU Still Botol jamu 3”
81 CU Still Bu Mariyem 4”
SEGMENT 2
82 FS Crabe Left Memakai Kebaya 5”
83 CU Still Memakai Kebaya 4”
84 MCU Crabe Right Memakai Kebaya 4”
85 FS Follow FS Menggendong Jamu 13”
86 MCU Still Bu Mariyem berstatement 5”
87 KS Follow KS Menggendong Jamu 10”
88 MCU Still Bu Mariyem berstatement 3”
89MCU
Follow MCU Bu Mariyem memakaicaping
12”
90 LS Still Bu Mariyem keluar rumah 6”
91 LS Crabe Right Bu Mariyem keluar rumah 2”
92 MS Panning Right Bu Mariyem berjalan 7”
93 KS Panning Left Bu Mariyem berjalan 8”
94FS
Still Bu Mariyem menawarkanjamu
2”
95LS
Crabe Left Bu Mariyem menjualkanjamu
3”
95
96MCU
Still Bu Mariyem membuatjamu untuk pelanggan
3”
97 CU Tilting Up Bu Mariyem 10”
98 MCUStill Bu Mariyem membuat
jamu untuk pelanggan
3”
99 CU Still Pelanggan bu Mariyem 4”
100 MCU Still Bu Mariyem 9”
101 LSCrabe Left Bu Mariyem menggendong
jamu4”
102MCU
Still Bu Mariyem menggendongjamu
6”
103LS
Crabe Right Bu Mariyem menggendongjamu
4”
104MCU
Still Bu Mariyem menggendongjamu
5”
105 CU Crabe Right Kaki bu Mariyem berjalan 2”
106KS
Over Sholder Bu Mariyem melewatijembatan
4”
107LS
Follow OverSholder
Bu Mariyem berjalan kerumah pelanggan
12”
108 CUFollow Over
SholderPelanggan 2”
109 MS Still Interaksi Pelanggan 2”
110 CU Track In Interaksi Pelanggan 3”
111 FS Still Interaksi Pelanggan 3”
112FS
Still Bu Mariyem melewatijembatan
6”
113 CU Crabe Left Bu Mariyem menjualkan 5”
96
jamu
114CU
Tilting Up Pelanggan membayarjamu
26”
115 FS Tilting Up Bu Mariyem berjalan 5”
116 CU Still Jamu 11”
117 LS Still Bu Mariyem berjalan 1”
118 CU Still Wajah bu Mariyem 5”
119 MS Still Pelanggan meminum jamu 2”
120 CU Still Pelanggan minum jamu 3”
121 MS Still Pelanggan meminum jamu 3”
122 FS Over Sholder Bu Mariyem berjalan 2”
123 MS Track Out Interaksi bu Mariyem 2”
124 LS Still Interaksi bu Mariyem 3”
125 CU Still Pelanggan 3”
126 LS Still Interaksi bu Mariyem 3”
127 VLS Track In Bu Mariyem berjalan 12”
128 MS Follow Bu Mariyem berjalan 3”
129 VLSTilting Up Lingkungan rumah bu
Mariyem7”
130 LS Over Sholder Bu Mariyem masuk rumah 5”
131 MS Still Wawancara Bu Wiwit 3”
132 MS Still Wawancara Bu Suwarti 11”
133 MS Still Wawancara Bu Wiwit 2”
134 MS Still Wawancara Bu Suwarti 7”
SEGMENT 3
97
135 CU Still Kaki bu Mariyem 3”
136 VLS Over Sholder Bu Mariyem menuju kebun 16”
137 FS Over Sholder Bu Mariyem menuju kebun 11”
138 CU Still Wajah bu Mariyem 4”
139 LS Still Bu Mariyem masuk kebun 5”
140FS
Crabe Right Bu Mariyem mencangkultanah
4”
141 MS Tilting Up Bu Mariyem 6”
142 CU Still Bu Mariyem mencari kunyit 3”
143 LS Tilting Down Bu Mariyem mencari kunyit 6”
144 CU Still Wajah bu Mariyem 3”
145 CU Still Tangan bu Mariyem 6”
146 MS Still Bu Mariyem 4”
147 CU Still Bu Mariyem mencari kunyit 1”
148 FS Track In Bu Mariyem mencari kunyit 8”
149 CU Still Wajah bu Mariyem 4”
150 LS Tilting Up Lingkungan sekitar 4”
151 LS Panning Left Bu Mariyem mencari kayu 5”
152 MS Still Bu Mariyem 5”
153 MCU Still Bu Mariyem 1”
154 CU Still Kayu 1”
155 MS Still Bu Mariyem 6”
156 CU Still Kayu 1”
157 MCU Still Bu Mariyem 1”
98
158 MS Tilting Up Bu Mariyem menali kayu 9”
159 MS Still Bu Mariyem menali kayu 4”
160FS
Follow FS Bu Mariyem berjalan kearah sungai
16”
161 VLS Tilting Down Sungai 1”
162 MSOver Sholder Bu Mariyem menuruni
sungai6”
163 FSTilting Up Bu Mariyem
membersihkan kunyit
5”
164CU
Crabe Left Bu Mariyem mengambilsendal
6”
165LS
Panning Right Bu Mariyem berjalanmembawa kayu dan kunyit
2”
166 CU Crabe Left Kaki bu Mariyem 3”
167 FSOver Sholder Bu Mariyem meletakan
kayu6”
168 FS Still Ayam 3”
169LS
Follow LS Bu Mariyem berjalanmenuju warung
9”
170 CU Still Kaki bu Mariyem 3”
171MS
Still Bu Mariyem menujuwarung
4”
172MS
Over Sholder Bu Mariyem masukwarung
1”
173 MS Still Bu Mariyem statement 7”
174MS
Still Bu Mariyem membelibahan
8”
175 VLS Crabe Left Bu Mariyem berjalan 2”
99
menuju rumah
176FS
Follow Bu Mariyem berjalanmenuju rumah
5”
177 CU Still Kaki bu Mariyem 4”
178 LS Crabe Right Bu Mariyem menuju rumah 5”
179 MCU Still Bu Mariyem Statement 6”
180 LS Tilting Down Rumah bu Mariyem 8”
181 MS Still Bu Mariyem menyapu 7”
182 FSFollow Over
SholderBu Mariyem menyapu 4”
183 CU Still Sampah 1”
184 MS Still Bu Mariyem menyapu 3”
185 CU Panning Right Sampah 6”
186 MS Still Bu Mariyem 2”
187 MS Tilting Up Keruk sampah 3”
188MS
Follow OverSholder
Bu Mariyem membuangsampah
5”
189 CU Still Dedaunan 11”
190 CU Still Tangan bu Mariyem 2”
191 MS Still Bu Mariyem 17”
192 MS Still Statement Kantun Saputra 3”
193 MS Still Statement Kantun Saputra 14”
194 LS Tilting Up Rumah bu Mariyem 5”
195 FSStill Anak kecil bermain
kelereng1”
100
196 CU Still Kelereng 1”
197 CU Still Wajah anak kecil 1”
198 CU Still Wajah anak kecil 1”
199 MS Still Anak Kecil 1”
200 LS Tilting Up Lingkungan sekitar 8”
201 LS Still Rumah bu Mariyem 7”
101
LAMPIRAN 3
No. Kegiatan Februari Maret April Mei Juni Juli1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
PRA PRODUKSI
1PembentukanTim
2 Ide
3Rapat IPematangan Konsep
4 Riset
5Rapat IIRincian Anggaran
6Rapat III Jadwal Produksi
7DesignProgram
8DesignProduksi
9 Sinopsis10 Treatment11 List Alat
PRODUKSI
12ShootingMontage
13Shooting Kegiatan Narasumber
14ShootingWawancara
PASCA PRODUKSI15 Editing Offline16 Editing Online17 Mixing18 Review19 Mastering
102
LAMPIRAN 4. DOKUMENTASI