peningkatan kemampuan berbicara anak usia dini

129
i PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA DINI MELALUI BERCERITA DI TAMAN KANAK-KANAK HARAPAN SILAING BAWAH PADANGPANJANG SKRIPSI untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh : ELYZA FATRI 2008 / 08379 JURUSAN PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2012

Upload: bayu-rahmanto

Post on 23-Oct-2015

2.087 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

i

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK USIA DINI

MELALUI BERCERITA DI TAMAN KANAK-KANAK

HARAPAN SILAING BAWAH PADANGPANJANG

SKRIPSI

untuk memenuhi sebagai persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

ELYZA FATRI

2008 / 08379

JURUSAN PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2012

Page 2: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

i

PERSETUJUAN PEMBIMBING

SKRIPSI

Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini Melalui Bercerita

di Taman Kanak-kanak Harapan Silaing Bawah

Padangpanjang

Nama

Nim

Program studi

Jurusan

Fakultas

:

:

:

Elyza Fatri

2008/08379

Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Ilmu Pendidikan

Padang, Januari 2012

Disetujui oleh :

Pembimbing I,

Dr. Rakimahwati, M.Pd.

NIP 195803051980032003

Pembimbing II,

Asdi Wirman, S.Pd.I

NIP 197911182005011002

Ketua Jurusan,

Dra. Hj. Yulsyofriend, M. Pd.

NIP 196207301988032002

Page 3: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

ii

HALAMAN PENGESAHAN LULUS UJIAN SKRIPSI

Dinyatakan lulus setelah dipertahankan di depan Tim Penguji

Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang

Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini Melalui Bercerita

di Tk Harapan Silaing Bawah

Padangpanjang

Nama

Nim

Program studi

Jurusan

Fakultas

:

:

:

:

:

Elyza Fatri

2008/08379

Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Ilmu Pendidikan

Padang, Januari 2012

Tim Penguji

Nama Tanda tangan

1.

2.

3.

4.

5.

Ketua

sekretaris

Anggota

Anggota

Anggota

:

:

:

:

:

Dr. Hj. Rakimahwati, M.Pd.

Asdi Wirman, S.Pd.I

Drs. Amril Amir, M. Pd.

Serli Marlina, S. Pd

Dra. Rivda Yetti

1.

2.

3.

4.

5.

Page 4: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN

"Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang"

Skripsi ini saya persembahkan pada:

Allah SWT Tuhan Pencipta Alam

Allhamdulilah telah memberikan kelancaran dan banyak

pelajaran dalam hidup

Kedua Orang Tuaku Terima kasih telah memberi semangat dan kasih sayang yang

tak pernah putus untuk semangat dan dukungannya

Keluargaku Suamiku tercinta dan anak-anakku

Terima kasih dukungan, kasih sayang, do’a dan kesabarannya

Apapun tidak akan pernah bisa merubah apa yang telah ada

Page 5: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Karya tulis saya, tugas akhir berupa skripsi dengan judul “Peningkatan

Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini Melalui Bercerita Di Taman

Kanak-kanak Harapan Silaing Bawah Padangpanjang” adalah asli

belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik, baik

Universitas Negeri Padang maupun di Perguruan Tinggi lainnya.

2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri yang

dibantu dan diarahkan oleh pembimbing.

3. Dalam karya tulis ini, tidak terdapat karya tulis atau pendapat yang telah

ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dan jelas

dicantumkan sebagai acuan didalam naskah dengan menyebutkan

pengarang dan dicantumkan pada daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila pada kemudian

hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran di dalam pernyataan ini,

saya bersedia menerima sangsi akademik dan sangsi lainnya sesuai dengan

norma dan ketentuan hukum yang berlaku.

Padang, Januari 2012

Yang menyatakan pernyataan,

Elyza Fatri

NIM 2008/08379

Page 6: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

v

ABSTRAK

ELYZA FATRI. 2011, “Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

Melalui Bercerita Di Tk Harapan Silaing Bawah

Padangpanjang”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru

Pendidikan Anak Usia Dini. Fakultas Ilmu Pendidikan.

Universitas Negeri Padang.

Kebiasaan anak dalam menggunakan bahasa daerah disekolah merupakan

salah satu kendala dalam pembelajaran berbicara dengan menggunakan bahasa

Indonesia yang baik, karena faktor kebiasaan berbicara dalam bahasa daerah maka

membuat anak merasa aneh dan kikuk saat diminta untuk berbicara didepan kelas

dengan menggunakan bahasa Indonesia.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2

siklus, setiap siklus dilakukan 3 kali pertemuan. Subyek dalam penelitian ini

adalah anak di kelompok B1 di Taman Kanak-kanak Harapan Silaing Bawah

tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 18 anak yang terdiri dari 10 anak

perempuan dan 8 anak laki-laki. Penelitian ini bersifat kolaboratif antara peneliti

dan guru kelas pendamping. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara,

dan dokumentasi. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, masing-masing

terdiri dari tiga kali pertemuan.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa kemampuan

berbicara melalui kegiatan bercerita dengan menggunakan buku cerita bergambar

di kelompok B1 di Taman Kanak-kanak Harapan Silaing Bawah Padangpanjang

sebelumnya masih rendah, tetapi setelah penelitian dilakukan, maka kemampuan

berbicara anak meningkat melalui bercerita dengan menggunakan buku cerita

bergambar dapat dijadikan salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan

berbicara anak. Peningkatan kemampuan berbicara anak pada siklus I sebesar

tujuh koma lima persen dan peningkatan kemampuan berbicara anak pada siklus

II mencapai tujuh puluh enam perse. Hasil persentase nilai anak menunjukkan

bahwa Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah dicapai melebihi tujuh

puluh lima persen.

Page 7: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penulisan skripsi ini telah selesai. Skripsi ini diajukan sebagai

tugas akhir dalam mengikuti pendidikan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

pada Jurusan Pendididkan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan,

Universitas Negeri Padang. Skripsi yang berbentuk penelitian tindakan kelas ini

mencermati dan menganalisis peningkatan kemampuan berbicara anak usia dini melalui

bercerita di TK Harapan Silaing Bawah Padangpanjang.

Penyusunan skripsi ini mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik moral

maupun material. Untuk itu, diucapkan terima kasih yang tulus kepada Ibu Dr.

Rakimahwati, M.Pd dan Bapak Asdi wirman, S.Pd.I sebagai pembimbing yang banyak

memberikan arahan, motivasi, dan kemudahan; Ibu Dra. Hj. Yulsyofriend, M.Pd. dan

Ibu Dr. Hj. Rakimahwati, M.Pd. sebagai Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Guru

Pendidikan Anak Usia Dini; Prof. Dr. H. Firman, M.S.,Kons. sebagai Dekan FIP UNP

yang telah memberikan berbagai fasilitas; Ibu Evita sebagai Kepala Taman Kanak-

kanak Harapan Padangpanjang yang telah memberi izin untuk melakukan PTK di

sekolah yang dipimpinnya; Ibu Nurmi J. sebagai kolaborator dalam penelitian ini.

Semoga segala budi baik bapak, ibu, dan teman-teman menjadi amal di sisi Allah SWT.

Akhirnya dipersembahkan penelitian ini kepada tim penguji serta pembaca yang

budiman agar dapat memberikan saran-saran demi kesempurnaan penelitian ini.

Mudah-mudahan penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

Padang, 14 Januari 2012

Peneliti

Page 8: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

vii

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................

HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………

HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................

SURAT PERNYATAAN .................................................................................

ABSTRAK ........................................................................................................

KATA PENGANTAR ………………………………………………………

DAFTAR ISI ………………………………………………………………..

DAFTAR TABEL ...........................................................................................

DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR ............................................................

DAFTAR GRAFIK .........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ………………………………………………….…

B. Identifikasi masalah ………………………………………………

C. Pembatasan masalah ……………………………………………..

D. Rumusan masalah ………………………………………………...

E. Rancangan pemecahan masalah ……………………………….…

F. Tujuan penelitian …………………………………………………

G. Manfaat keguanaan penelitian ……………………………………

H. Defenisi operasional ………………………………………………

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan teori …………………………………………………

1. Bahasa ………………………………………………………...

a. Pengertian bahasa …………………………………………

b. Fungsi bahasa bagi anak …………………………………

c. Tahap-tahap perkembangan bahasa anak ………………..

2. Berbicara ……………………………………………………...

a. Pengertian berbicara ………………………………………

b. Keterampilan berbicara …………………………………..

c. Tahap-tahap perkembangan berbicara ……………………

d. Tujuan keterampilan berbicara ……………………………

e. Tahap-tahap perkembangan bicara anak ……………….…

f. Hambatan-hambatan dalam keterampilan berbicara anak ...

3. Metode bercerita ……………………………………………...

a. Metode bercerita ………………………………………….

b. Tujuan bercerita …………………………………………..

c. Fungsi dan manfaat bercerita ……………………………..

d. Kelebihan dan kekurangan metode bercerita ……………..

4. Media cerita bergambar ………………………………………

a. Pengertian media cerita bergambar ………………………

b. Teknik Bercerita dengan Alat Peraga Buku Bergambar ….

i

ii

iii

iv

v

vi

vii

ix

xi

xii

1

5

6

6

6

7

7

7

9

9

9

10

12

16

16

17

18

19

21

23

26

26

27

28

29

30

30

33

Page 9: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

viii

c. Manfaat Metode Bercerita Untuk meningkatkan

keterampilan berbicara Bagi Anak ……………………….

B. Penelitian yang relevan …………………………………………...

C. Kerangka konseptual ……………………………………………..

D. Hipotesis tindakan ………………………………………………..

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

A. Jenis penelitian ……………………………………………………

B. Subjek penelitian ………………………………………………….

C. Prosedur penelitian ………………………………………………..

D. Instrumentasi Penelitian ………………………………………….

E. Teknik pengumpulan data ………………………………………...

F. Teknik analisis data ……………………………………………….

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Penelitian ………………………………………………….

1. Deskripsi Kondisi Awal ……………………………………….

2. Deskripsi Siklus I ……………………………………………...

3. Deskripsi Siklus II ……………………………………………..

B. Pembahasan ..………………………………………………………

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ………………………………………………………….

B. Saran ……………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………..

LAMPIRAN - LAMPIRAN ………………………………………………

34

35

35

36

37

38

38

47

48

49

52

52

54

71

87

91

92

93

95

Page 10: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

Format wawancara anak ..................................................................

Kemampuan Membaca Anak dalam Proses Pembelajaran ..............

Peningkatan Berbicara Anak Melalui Buku Cerita Bergambar Pada

Kondisi Awal ( sebelum tindakan ) ……………………………….

Hasil Observasi Peningkatan Berbicara Anak Melalui Buku Cerita

Bergambar Siklus I Pertemuan I ( setelah tindakan ) ……………

Hasil Observasi Peningkatan Berbicara Anak Melalui Buku Cerita

Bergambar Siklus I Pertemuan II ( setelah tindakan ) ……………...

Hasil Observasi Peningkatan Berbicara Anak Melalui Buku Cerita

Bergambar Siklus I Pertemuan III ( setelah tindakan ) ……………..

Hasil Wawancara Anak dalam Proses Pembelajaran pada

Siklus I Pertemuan III ( setelah tindakan )…………………………..

Rekapitulasi Peningkatan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini

Melalui Bercerita pada siklus I pertemuan I, II, dan III (Setelah

Tindakan) ..........................................................................................

Hasil Observasi Peningkatan Berbicara Anak Melalui Buku Cerita

Bergambar Melalui Bercerita Siklus II Pertemuan I ……………..

Hasil Observasi Peningkatan Berbicara Anak Melalui Buku Cerita

Bergambar Melalui Bercerita Siklus II Pertemuan II …………….

Hasil Observasi Peningkatan Berbicara Anak Melalui Buku Cerita

Bergambar Melalui Bercerita Siklus II Pertemuan III ……………

Hasil Wawancara Anak dalam Proses Pembelajaran pada

Siklus II Pertemuan III ( setelah tindakan )………………………….

Rekapitulasi Peningkatan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini

Melalui Bercerita ...............................................................................

Persentase Perkembangan Keterampilan Berbicara Anak Melalui

Buku Cerita Bergambar pada Proses Pembelajaran (anak kategori

sangat tinggi) ……………………………………………………...

Persentase Perkembangan Keterampilan Berbicara Anak Melalui

50

51

52

57

61

63

66

69

73

77

81

82

86

91

Page 11: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

x

16

Buku Cerita Bergambar pada Proses Pembelajaran (anak kategori

tinggi) …………………………………………………………….

Persentase Perkembangan Keterampilan Berbicara Anak Melalui

Buku Cerita Bergambar pada Proses Pembelajaran (anak kategori

rendah) ……………………………………….................................

92

93

Page 12: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

xi

DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR

Gambar Halaman

1.

2.

Skema Kerangka Konseptual ……………………………………

Siklus ……………………………………………………………

36

40

Page 13: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

xii

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

1

2

3

4

5

6

7

Peningkatan Berbicara Anak Melalui Buku Cerita Bergambar

Pada Kondisi Awal ( sebelum tindakan ) .........................................

Peningkatan Berbicara Anak dalam Proses Pembelajaran Siklus I

Pertemuan I …………………........................................................

Peningkatan Berbicara Anak dalam Proses Pembelajaran Siklus I

Pertemuan II ...................................................................................

Peningkatan Berbicara Anak dalam Proses Pembelajaran Siklus I

Pertemuan III ..................................................................................

Peningkatan Berbicara Anak dalam Proses Pembelajaran Siklus II

Pertemuan I ....................................................................................

Peningkatan Berbicara Anak dalam Proses Pembelajaran Siklus II

Pertemuan II ...................................................................................

Peningkatan Berbicara Anak dalam Proses Pembelajaran Siklus II

Pertemuan III ..................................................................................

53

58

62

66

74

78

82

Page 14: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang sangat penting

peranannya dalam upaya melahirkan generasi masa depan yang cerdas, kritis,

kreatif, dan berbudaya adalah keterampilan berbicara. Dengan menguasai

keterampilan berbicara, peserta didik akan mampu mengekspresikan pikiran

dan perasaannya secara cerdas sesuai konteks dan situasi pada saat dia sedang

berbicara. Keterampilan berbicara juga akan mampu membentuk generasi

masa depan yang kreatif sehingga mampu melahirkan tuturan atau ujaran

yang komunikatif, jelas, runtut, dan mudah dipahami.

Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang utama

dan yang pertama kali dipelajari oleh manusia dalam hidupnya. Semenjak

seorang bayi terlahir, ia sudah belajar menyuarakan lambang-lambang bunyi

bicara melalui tangisan untuk berkomunikasi dengan lingkungannya. Suara

tangisan itu baru menandakan adanya potensi dasar kemampuan berbicara

dari seorang anak yang perlu dikembangkan lebih lanjut oleh lingkungannya

melalui berbagai latihan dan pembelajaran. Orang akan merasa terusik jika

anaknya lahir tanpa suara tangisan. Orang akan merasa lebih sedih lagi jika

anaknya tumbuh dewasa tanpa memiliki kemampuan berbicara secara lisan.

Setiap manusia dituntut terampil berkomunikasi, terampil menyatakan

pikiran, gagasan, ide, dan perasaan. Terampil menangkap informasi-informasi

Page 15: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

2

yang didapat, dan terampil pula menyampaikan informasi-informasi yang

diterimanya. Kehidupan manusia setiap hari dihadapkan dalam berbagai

kegiatan yang menuntut keterampilan berbicara. Contohnya dalam

lingkungan keluarga, dialog selalu terjadi, antara ayah dan ibu, orang tua dan

anak, dan antara anak-anak itu sendiri. Di luar lingkungan keluarga juga

terjadi pembicaraan antara tetangga dengan tetangga, antar teman

sepermainan, rekan kerja, teman perkuliahan dan sebagainya. Semua situasi

tersebut menuntut agar kita mampu dan terampil berbicara.

Keterampilan berbicara juga memiliki peran penting dalam pendidikan,

baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat luas. Proses transfer

ilmu pengetahuan kepada subyek didik pada umumnya disampaikan secara

lisan. Tata krama dalam pergaulan, nilai-nilai, norma-norma, dan adat

kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat juga banyak diajarkan terlebih

dahulu secara lisan. Hal ini berlaku dalam masyarakat tradisional maupun

masyarakat modern.

Pendidikan anak usia dini memegang peranan yang sangat penting dan

menentukan bagi perkembangan anak selanjutnya, sebab Taman Kanak-

kanak merupakan fondasi bagi dasar kepribadian anak. Anak yang

mendapatkan pembinaan yang baik sejak usia dini akan berdampak pada

peningkatan prestasi belajar, etos kerja dan produktivitas, serta dapat

memupuk bakat dan minatnya sejak dini.

Perkembangan pemakaian bahasa pada anak dipengaruhi oleh

meningkatnya usia anak. Semakin anak bertambah umur, maka akan semakin

Page 16: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

3

banyak kosa kata yang dikuasai dan semakin jelas pelafalan atau pengucapan

katanya. Kemampuan berkomunikasi dengan baik, benar, efektif, dan efisien

adalah tuntutan. Selain pentingnya keterampilan berbicara untuk

berkomunikasi, komunikasi dapat berlangsung secara efektif dan efisien

dengan menggunakan bahasa, sedangkan hakikat bahasa adalah ucapan.

Proses pengucapan bunyi-bunyi bahasa itu tidak lain adalah berbicara. Untuk

dapat berbicara dengan baik diperlukan keterampilan berbicara.

Dari uraian di atas, diketahui betapa pentingnya keterampilan berbicara

bagi seseorang. Oleh karena itu, pembelajaran keterampilan berbicara perlu

mendapat perhatian agar anak memiliki keterampilan berbicara, sehingga

mampu berkomunikasi untuk menyampaikan isi hatinya kepada orang lain

dengan baik. Selain betapa pentingnya keterampilan berbicara bagi seseorang,

pembelajaran keterampilan berbicara perlu mendapatkan perhatian karena

keterampilan berbicara tidak bisa diperoleh secara otomatis, melainkan harus

belajar dan berlatih.

Keterampilan berbicara pada anak di Taman Kanak-kanak pada

dasarnya perlu mendapatkan perhatian yang serius. Hal ini dilakukan agar

mampu memberikan pengetahuan dan dasar keterampilan dalam

berkomunikasi yang lebih baik bagi anak di kemudian hari. Bahasa yang

sederhana, tidak berdasarkan pada kaidah bahasa Indonesia yang baik dan

benar serta bahasa sehari-hari yang masih banyak digunakan dalam berbicara

anak perlu mendapatkan perhatian yang serius agar mampu memberikan

pemahaman yang lebih mendalam sejak dini tentang bagaimana berbicara

Page 17: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

4

dengan bahasa yang baik. Dalam proses pembelajaran tingkat Taman Kanak-

Kanak keterampilan berbicara ditekankan pada kemampuan untuk berbicara

dengan baik, tidak harus sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik

dan benar. Tetapi sedikit banyak harus mampu memberikan dasar

pembelajaran berbahasa yang baik dan benar.

Buku cerita disukai hampir semua anak apa lagi kalau buku cerita

tersebut berupa cerita dengan ilustrasi bagus dengan sedikit permainan yang

melibatkan mereka. Keterampilan anak perlu ditingkatkan, oleh karena itu

pembelajaran harus menarik dan menyenangkan. Salah satu cara untuk

meningkatkan keterampilan adalah melalui cerita bergambar. Anak-anak akan

merasa terlibat dalam petualangan dan konflik-konflik yang dialami karakter-

karakter di dalamnya, sehingga membaca pun akan semakin menyenangkan.

Buku cerita non fiksi menstimulasi pembacanya berpikir mengenai jawaban

dari plot cerita dan membuat pembacanya bertanya-tanya sehubungan plot

yang disajikan.

Kebiasaan anak dalam menggunakan bahasa ibu disekolah merupakan

salah satu kendala dalam pembelajaran berbicara dengan menggunakan

bahasa Indonesia yang baik pada anak di Taman Kanak-kanak Harapan

Silaing Bawah Padangpanjang, karena faktor kebiasaan berbicara dalam

bahasa daerah maka membuat anak merasa aneh dan kikuk saat diminta untuk

berbicara didepan kelas dengan menggunakan bahasa Indonesia.

Permasalahan tersebut di atas disebabkan oleh beberapa faktor

diantaranya media pembelajaran yang kurang menarik, pembelajaran yang

Page 18: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

5

hanya menitik beratkan pada membaca dan berhitung saja dan penggunaan

metode yang statis sehingga membuat anak bosan dan kurang dapat

memunculkan ide kreatifnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini peneliti tertarik

untuk mengangkat permasalahan yang berkaitan dengan proses pembelajaran

dalam upaya meningkatkan keterampilan berbicara pada anak yang ada di

Taman Kanak-kanak Harapan Silaing Bawah Padangpanjang dengan

menggunakan metode cerita bergambar khususnya untuk anak kelompok B1.

Untuk itu dalam penelitian ini peneliti memberikan judul penelitian ini :

“Peningkatan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini melalui Cerita

Bergambar pada Anak Taman Kanak-kanak Harapan Silaing Bawah

Padangpanjang.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukan di atas dapat

diidentifikasi beberapa masalah yang di hadapi dalam peningkatan

keterampilan berbicara pada anak usia dini melalui cerita bergambar pada

anak Taman Kanak-kanak Harapan Silaing Bawah Padangpanjang sebagai

berikut :

1. Kurangnya tingkat keaktifan anak untuk menceritakan pengalamannya di

depan kelas.

2. Guru kurang bisa menerapkan strategi dan pendekatan yang tepat dalam

proses belajar mengajar.

Page 19: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

6

3. Kurangnya media pembelajaran dan penggunaan metode pembelajaran

yang tidak tepat pada anak.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka pembatasan masalah

dibatasi tentang : menghilangkan kebiasaan anak berbicara menggunakan

bahasa daerah dan memberikan kepercayaan diri anak agar tidak kaku

berbicara dengan menggunakan bahasa Indonesia. Oleh sebab itu peneliti

berharap semoga dengan teknik bercerita yang bervariasi dan pendalaman

guru terhadap cerita yang ditampilkan, dapat meningkatkan keterampilan

berbicara anak di Taman Kanak-kanak Harapan Silaing Bawah

Padangpanjang.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka pada

penelitian ini dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : bagaimanakah

peningkatan keterampilan berbicara anak melalui cerita bergambar pada anak

Taman Kanak-kanak Harapan Silaing Bawah Padangpanjang?

E. Rancangan Pemecahan Masalah

Berdasarkan indentifikasi masalah yang dikemukakan diatas maka untuk

mengatasi masalah tersebut peneliti melaksanakan sebuah metode bercerita di

Taman Kanak-kanak Harapan Silaing Bawah Padangpanjang khususnya di

kelompok B1 untuk meningkatkan keterampilan pada anak. Sebelum

bercerita guru menyiapkan dan mendalami bahan cerita yang akan dipaparkan

Page 20: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

7

kepada anak sehingga dapat memberikan dampak pada peningkatan

keterampilan anak dalam berbahasa.

F. Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian

adalah untuk peningkatan keterampilan berbicara pada anak usia dini melalui

becerita di Taman Kanak-kanak Harapan Silaing Bawah Padangpanjang.

G. Manfaat Kegunaaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

1. Bagi Taman Kanak–kanak, diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan

pertimbangan dalam melakukan pembelajaran.

2. Bagi TK Harapan Silaing Bawah Padangpanjang agar proses belajar

mengajar dapat berlangsung dengan optimal dan keterampilan anak

dalam berbicara dapat berkembang dengan baik.

3. Bagi akademis diharapkan menjadi bahan masukan bagi mahasiswa

dalam pembelajaran.

4. Bagi peneliti sendiri menambah wawasan dan pengalaman dalam

kegiatan pembelajaran terutama pada pembelajaran meningkatkan

keterampilan berbicara anak, serta sebagai salah satu syarat dalam

menyelesaikan studi di jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia

Dini.

H. Defenisi Operasional

Keterampilan berbicara adalah kebutuhan kita sebagai manusia.

Berbicara merupakan salah satu cara yang efektif bagi kita untuk

Page 21: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

8

berkomunikasi. Dengan berbicara kita bisa menyampaikan maksud dan tujuan

serta buah pikiran kita dengan cepat.

Bercerita memberikan pengalaman belajar untuk berlatih mendengarkan.

Melalui mendengarkan anak memperoleh bermacam-macam

informasi tentang pengetahuan, nilai dan sikap untuk dihayati dan diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari. Memberikan pengalaman belajar dengan

menggunakan metode bercerita memungkinkan anak mengembangkan

kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotor masing-masing anak. Bila

anak terlatih untuk mendengarkan dengan baik, maka ia akan terlatih untuk

menjadi pendengar yang baik, kreatif, dan ritis.

Cerita bergambar merupakan suatu media yang unik, menggabungkan

teks dan gambar dalam bentuk yang kreatif, sebagai media yang sanggup

menarik perhatian semua orang dari segala usia, karena memiliki kelebihan,

yaitu ilustrasi yang terdapat dalam buku cerita bergambar sangat mudah

dipahami dan diingat oleh anak.

Page 22: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Bahasa

a. Pengertian Bahasa

Bahasa sebagai fungsi dari komunikasi memungkinkan dua

individu atau lebih mengekspresikan berbagai ide, arti, perasaan dan

pengalaman. Menurut Badudu dalam Dhieni (2008:1.11) menyatakan

bahwa bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi antara anggota

masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang menyatakan

pikiran, perasaan dan keinginannya. Bahasa sebagai suatu sistem

lambang bunyi yang bersifat arbitrer (manasuka) digunakan

masyarakat dalam rangka untuk bekerja sama, berinteraksi dan

mengindentifikakan diri. Berbahasa berarti menggunakan bahasa

berdasarkan pengetahuan individu tentang adat sopan santun.

Menurut Bromley dalam Dhieni (2008:1.11) mendefenisikan

bahasa sebagai sistem simbol yang teratur untuk mentransfer berbagai

ide maupun informasi yang terdiri dari simbol-simbol visual maupun

verbal. Simbol-simbol visual tersebut dapat dilihat, ditulis dan dibaca.

Sedangkan simbol-simbol verbal dapat diucapkan dan didengar. Anak

dapat memanipulasi simbol-simbol tersebut dengan berbagai cara

sesuai dengan kemampuan berfikirnya.

Page 23: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

10

Santrock (2007:353) memaparkan bahwa bahasa adalah bentuk

komunikasi, entah itu lisan, tertulis atau isyarat yang berdasarkan pada

suatu sistem dan simbol-simbol. Bahasa terdiri dari kata-kata yang

digunakan oleh masyarakat beserta aturan-aturan untuk menyusun

berbagai variasi dan mengkombinasikannya.

Berdasarkan pendapat di atas, bahasa adalah suatu alat yang

digunakan untuk berkomunikasi kepada orang lain dalam bentuk

simbol baik dalam bahasa tertulis ataupun isyarat. Tujuan utama dari

sebuah pembelajaran bahasa adalah untuk berkomunikasi. Penguasaan

bahasa sendiri dapat terjadi melalui dua proses, yaitu pemerolehan dan

pembelajaran. Pemerolehan bahasa terjadi secara tidak disadari karena

sebagai akibat dari komunikasi alami. Kegiatan bahasa ini dialami

oleh anak-anak dan orang-orang yang cukup lama dalam interaksi

sosial. Berbeda dengan pemerolehan bahasa, pembelajaran bahasa

mengacu pada pengumpulan pengetahuan bahasa melalui sesuatu

yang disadari, berupa kemampuan yang dipelajari, dan bukan

kemampuan yang diperoleh.

b. Fungsi Bahasa bagi anak

Kemampuan bahasa dipelajari dan diperoleh anak usia dini

secara alamiah untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Bromley

dalam Dhieni (2008:1.19) menyebutkan empat macam bentuk bahasa

yaitu

menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Anak menerima

dan mengekspresikan bahasa dengan berbagai cara. Cara anak

Page 24: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

11

dalam menggunakan bahasa akan berpengaruh pada

perkembangan sosial, emosional, fisik dan kognitif.

Bahasa digunakan untuk mengekspresikan keunikan individu.

Bromley dalam Dhieni (2008:1.20) menyebutkan 5 macam fungsi

bahasa sebagai berikut.

1) Bahasa menjelaskan keinginan dan kebutuhan individu. Anak usia

dini belajar kata-kata yang dapat memuaskan kebutuhan dan

keinginan utama mereka.

2) Bahasa dapat mengubah dan mengontrol prilaku. Anak belajar

bahwa mereka dapat mempengaruhi lingkungan dan mengarahkan

prilaku orang dewasa dengan menggunakan bahasa.

3) Bahasa membantu perkembangan kognitif. Secara simbolik

bahasa menjelaskan hal yang nyata dan tidak nyata. Bahasa

memudahkan kita untuk mengingat suatu informasi dan

menghubungkannya dengan informasi yang baru diperoleh.

Bahasa juga berperan dalam membuat suatu kesimpulan tentang

masa lalu, saat ini dan masa yang akan datang. Bahasa merupakan

sistem dimana kita menambah pengetahuan yang kita

akumulasikan melalui pengalaman dan belajar. Bahasa

memudahkan kita untuk menyimpan dan menyeleksi informasi

yang akan kita gunakan untuk menganalisis dan memecahkan

masalah. Bahasa membantu kita untuk mengetahui informasi

secara lebih mendalam.

4) Bahasa membantu mempererat interaksi dengan orang lain.

Bahasa berperan dalam memelihara hubungan anda dengan orang

sekitar anda. Anda dapat menjelaskan pikiran, perasaan dan

prilaku melalui bahasa. Kita menggunakan bahasa untuk

berkomunikasi dalam kelompok dan berpartisipasi dalam

masyarakat. Bahasa berperan untuk kesuksesan sosialisasi

individu.

5) Bahasa mengekspresikan keunikan individu. Anda

mengemukakan pendapat dan perasaan pribadi dengan cara yang

berbeda dari orang lain. Hal ini dengan jelas dapat terlihat dari

cara anak usia dini yang sering kali mengkomunikasikan

pengetahuan, pemahaman dan pendapatnya denga cara mereka

yang khas yang merupakan refleksi perkembangan kepribadian

mereka.

Perkembangan bahasa awal anak seperti yang diidentifikasi oleh

Haliday dalam Eriamsyah (2007:104) yaitu :

Page 25: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

12

1) Bahasa sebagai instrumen yaitu anak menggunakan bahasa

untuk memuaskan kebutuhan pribadi dan memperoleh

sesuatu yang mereka inginkan.

2) Regulatory yaitu anak menggunakan bahasa untuk

mengontrol tingkah laku orang lain.

3) Personal yaitu anak menggunakan bahasa untuk

menceritakan tentang diri mereka sendiri.

4) Interaksional yaitu anak menggunakan bahasa untuk

memperoleh sesuatu dari orang lain.

5) Heuristik yaitu anak menggunakan bahasa untuk

menemukan tentang sesuatu atau memuaskan rasa ingin

tahunya.

6) Imaginasi yaitu anak menggunakan bahasa untuk

menganggap imajinasi menjadi kenyataan.

7) Informatif yaitu menkomunikasikan suatu informasi

kepasda orang lain.

Secara garis besar fungsi bahasa bagi anak adalah untuk

menjelaskan keinginan dan kebutuhan individu anak. Untuk

mengekspresikan keunikan pendapat dengan cara yang khas yang

merupakan perkembangan dari kepribadian anak.

c. Tahap-Tahap Perkembangan Bahasa Anak

Perkembangan bahasa anak meliputi perkembangan fonologi

(yakni mengenal dan memproduksi suara), perkembangan kosa kata,

perkembangan semantik atau makna kata, perkembangan sintaksis

atau penyusunan kalimat, dan perkembangan pragmatik atau

penggunaan bahasa untuk keperluan komunikasi ( sesuai dengan

norma konvensi ).

Menurut Piaget dalam Musfiroh (2005:9) perkembangan bahasa

anak TK masih bersifat egosentrik dan self-expressive, yaitu segala

sesuatu masih berorientasi pada dirinya sendiri. Perkembangan bahasa

dapat dipakai sebagai tolak ukur kecerdasannya dikemudian hari. Pada

Page 26: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

13

masa itu anak menguasai kemampuan bicara, tetapi mereka harus

lebih banyak belajar sebelum mereka mencapai kemampuan bahasa

orang dewasa. Kosa kata yang diperoleh anak pada awal masuk

Taman Kanak-kanak kira kira berjumlah 2000 kata.

Menurut Vygotsky dalam Dhieni (2008:2.15) mengemukakan

bahwa perkembangan kognitif dan bahasa anak berkaitan erat denga

kebudayaan dan masyarakat tempat anak dibesarkan.

Perkembangan bahasa tidak terlepas dari konteks sosial dan

perkembangan anak. Perkembangan kognitif berhubungan erat dengan

perkembangan bahasa karena awal perkembangan bahasa berada pada

stadium sensori motorik yaitu ketika anak berusia 18 bulan. Pada

tahap ini anak sudah memiliki pemahaman terhadap objek-objek

tertentu.

Anak-anak usia taman kanak-kanak berada dalam fase

perkembangan bahasa secara ekspresif. Hal ini berarti bahwa anak

telah dapat mengungkapkan keinginanya, penolakannya maupun

pendapatnya dengan menggunakan bahasa lisan. Bahasa lisan sudah

dapat digunakan anak sebagai alat berkomunikasi. Aspek-aspek yang

berkaitan dengan perkembangan bahasa anak tersebut adalah sebagai

berikut:

Page 27: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

14

1) Kosa Kata

Seiring dengan perkembangan anak dan pengalamannya

berinteraksi dengan lingkungannya, kosakata anak berkembang

dengan pesat.

2) Sintaksis (tata bahasa)

Walaupun anak belum mempelajari tata bahasa, akan tetapi

melalui contohcontoh berbahasa yang didengar dan dilihat anak

dilingkungannya, anak lebih dapat menggunakan bahasa lisan

dengan susunan kalimat yang baik.

3) Semantik

Semantik maksudnya penggunaan kata sesuai dengan

tujuannya. Anak di taman kanak-kanak sudah dapat

mengekspresikan keinginan, penolakan dan pendapatnya dengan

menggunakan kata-kata dan kalimat yang tepat.

4) Fonem (satuan bunyi terkecil yang membedakan kata)

Anak di taman kanak-kanak sudah memiliki kemampuan

untuk merangkaikan bunyi yang didengarnya menjadi satu kata

yang mengandung arti. Misalnya: i, b, u menjadi ibu.

Menurut Tarigan dalam Masitoh (2002:36), tahap-tahap

perkembangan bahasa anak adalah sebagai berikut:

1) Tahap Pralinguistik

Tahap pralinguisik umumnya dialami oleh anak berusia

0-1 tahun. Anak pada usia ini oleh para ahli dianggap belum

dapat berbahasa, walaupun mereka sudah dapat

mengeluarkan bunyi-bunyi. Maksudnya adalah anak belum

Page 28: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

15

dapat mengucapkan “bahasa ucapan” seperti ucapan oleh

orang dewasa.

a) Tahap meraban pertama (0-6) bulan. Pada tahap ini

selama bulan-bulan awal kehidupan, bayi dengan

menangis, mendekut, mendenguk, menjerit, dan

tertawa.

b) Tahap meraban kedua (6-12) bulan. Pada tahap ini anak

mulai aktif arena aspek fisik anak sudah jauh lebih

baik seperti untuk mampu melakukan gerakan-gerakan

seperti memegang dan mengangkat benda.

2) Tahap Linguistik

Tahap linguistik umumnya dialami anak mulai umur 1-

5 tahun. Anak sudah mulai dianggap dapat mengucapkan

bahasa ucapan yang menyerupai orang dewasa. Para ahli

pada tahap ini membagi ke dalam empat bagian.

a) Tahap holofrastik (tahap linguistik pertama 1-2 tahun).

Tahap ini adalah tahap di mana anak sudah mulai

mengucapkan suku kata.

b) Ucapan-ucapan dua kata. Tahap linguistik kedua ini

biasanya mulai menjelang tahun ke dua. Komunikasi

yang ia sampaikan adalah bertanya dan meminta.

c) Pengembangan tata bahasa (2,5-5 tahun).

Perkembangan bahasa pada tahap ini bervariasi, hal ini

bergantung pada perkembangan-perkembangan

sebelumnya yang dialami anak.

d) Tata bahasa menjelang dewasa. Tahap perkembangan

bahasa anak yang ke empat ini biasaya dialami oleh

anak yang sudah berumur antara 5-10 tahun. Pada tahap

ini anak sudah mulai menerapkan struktur tata bahasa

yang rumit.

Tahap perkembangan pada bahasa anak usia dini yang berawal

dari berkenaan dengan fonologi, beberapa anak memiliki kesulitan

dalam mengucapkan kelompok konsonan. Kedua yang berkaitan

dengan morfologi bahwa pada kenyataannya anak-anak itu juga dapat

mengembangkan ungkapannya lebih dari dua kata setiap kalimatnya.

Ketiga, berkenaan dengan sintaksis bahwa anak belajar dan

menerapkan secara aktif aturan-aturan yang dapat ditemukan pada

tingkat sintaksis. Keempat berkenaan dengan semantic, bahwa begitu

Page 29: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

16

sudah mampu menggunakan kalimat lebih dari kata, anak-anak sudah

mulai mampu mengembangkan pengetahuan tentang makna dengan

cepatnya.

2. Berbicara

a. Pengertian berbicara

Secara umum berbicara dapat diartikan sebagai suatu

penyampaian ide, pikiran, gagasan atau isi hati kepada orang lain

dengan menggunakan bahasa lisan, sehingga maksud tersebut dapat

dipahami oleh orang lain.

Dalam Tarigan (1981:15) mengemukakan berbicara adalah

kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk

mengekspesikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan

dan perasaan.

Senada dengan pendapat di atas, Hurlock (1978: 176) menyatakan

bahwa “berbicara adalah suatu bentuk bahasa yang menggunakan

artikulasi kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan maksud,

karena berbicara merupakan bentuk komunikasi yang paling epektif,

penggunaannya paling luas dan penting.

Menurut Suhartono (2005: 23) yang dimaksud dengan bicara anak

adalah suatu penyampaian maksud tertentu dengan mengucapkan

bunyi-bunyi bahasa supaya bunyi tersebut dapat dipahami oleh orang

yang ada dan mendengar disekitarnya.

Page 30: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

17

Berdasarkan beberapa pengertian di atas mengenai pengertian

berbicara, maka yang dimaksud dengan keterampilan berbicara anak

adalah kemampuan anak dalam mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi

atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta

menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan yang digunakan untuk

menyampaikan maksud tertentu pada orang lain, sehingga maksud

tersebut dapat dipahami oleh orang-orang yang berada disekitar anak.

b. Keterampilan berbicara

Menurut Suhartono (2005: 23) yang dimaksud dengan bicara

anak adalah suatu penyampaian maksud tertentu dengan

mengucapkan bunyi-bunyi bahasa supaya bunyi tersebut dapat

dipahami oleh orang yang ada dan mendengar disekitarnya.

Sedangkan Tarigan (1981: 15) mengemukakan bahwa

keterampilan berbicara merupakan kemampuan dalam mengucapkan

bunyi-bunyi artikulasi dari kata-kata untuk mengekspresikan,

menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas mengenai pengertian

berbicara, maka yang dimaksud dengan keterampilan berbicara anak

adalah kemampuan anak dalam mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi

atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta

menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan yang digunakan untuk

menyampaikan maksud tertentu pada orang lain, sehingga maksud

tersebut dapat dipahami oleh orang-orang yang berada disekitar anak.

Page 31: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

18

c. Tahap-tahap perkembangan berbicara

Bicara merupakan kemampuan penting dalam berkomunikasi.

Vygotsky dalam Dhieni (2005: 3.7) mengemukakan bahwa terdapat

tiga

tahapan perkembangan bicara anak yang berkaitan erat dengan

perkembangan berpikir anak, yaitu:

1) Tahap Eksternal. Merupakan suatu tahapan yang terjadi ketika

semua sumber berpikir anak berasal dari luar diri anak. pada tahap

ini anak mencoba berbicara secara eksternal. Biasanya pada tahap

ini sumbernya sebagian besar diperoleh dari orang dewasa yang

memberikan pengarahan, informasi kepada anak.

2) Tahap egosentris. Pada tahap ini anak sudah mulai tidak

tergantung lagi dengan orang dewasa, ia sudah mulai bisa

berbicara sesuai dengan keinginannya sendiri.

3) Tahap internal. Dalam tahapan ini anak sudah bisa memproses

pikirannya sendiri, ia sudah mulai bisa menghayati sepenuhnya

proses berpikirnya.

Pateda dalam Suhartono (2005: 49) menjelaskan tahapan

perkembangan awal ujaran anak, yaitu tahap penamaan, tahap

telegrafis dan tahap transformasional. Ke tiga tahap ujaran anak

tersebut sebelum anak sekolah dapat diuraikan sebagai berikut:

Page 32: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

19

1) Tahap Penamaan

Pada tahap penamaan, anak baru mulai mampu mengucapkan

urutan bunyi kata tertentu dan belum mampu untuk memaknai.

Urutan bunyi yang diucapkan biasanya terbatas dalam satu kata.

Misalnya, anak mengucapkan kata “mama” atau “papa”. Anak

mungkin saja mampu mengucapkan kata tersebut tetapi tidak

mampu mengenal kata itu. Pengucapan kata “mama” atau “papa”,

karena adanya proses peniruan bunyi yang pernah didengarnya

(dari ibunya sendiri atau kakak-kakaknya atau anggota keluarga.

2) Tahap Telegrafis

Menurut Steinbergh dalam Suhartono (2005: 51), pada tahap ini

anak sudah mulai dapat menyampaikan pesan yang diinginkannya

dalam bentuk urutan bunyi yang berwujud dua atau tiga kata.

3) Tahap Transformasional

Anak sudah mulai memberanikan diri untuk bertanya, menyuruh,

menyanggah dan menginformasikan sesuatu. Di sini anak sudah

mulai berani mentransformasikan idenya kepada orang lain dalam

bentuk kalimat yang beragam. Biasanya tahap ini dialami pada

anak yang berusia sekitar lima tahun.

d. Tujuan keterampilan berbicara

Menurut Tarigan (1981:15) tujuan utama berbicara adalah untuk

berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif,

memberitahukan, melaporkan, menghibur, membujuk dan

Page 33: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

20

meyakinkan seseorang. Ada beberapa faktor yang dapat dijadikan

ukuran kemampuan berbicara seseorang yang terdiri dari aspek

kebahasaan dan non kebahasaan. Aspek kebahasaan dalam Dhieni

(2008:3.6). Meliputi faktor-faktor sebagai berikut : (1) ketepatan

ucapan, (2) penempatan tekanan nada, sendi dan durasi sesuai, (3)

pilihan kata, (4) ketepatan sasaran pembicaraan. Aspek non

kebahasaan meliputi (1) sikap tubuh, pandangan, bahasa tubuh dan

mimik yang tepat, (2) kesediaan menghargai pembicaraan maupun

gagasan orang lain, (3) kenyaringan suara dan kelancaran dalam

berbicara, (4) relevansi, penalaran dan penguasaan terhadap topik

tertentu.

Memacu kemampuan anak berbicara merupakan sesuatu yang

penting. Menurut Hurlock dalam Musfiroh (2005:102) kemampuan

berbicara anak sangat mempengaruhi penyesuaian sosial dan pribadi

anak, yaitu :

1) Anak yang pandai bicara akan memperoleh pemuasan

kebutuhan dan keinginan.

2) Anak yang pandai berbicara akan memperoleh perhatian

dari orang lain atau menjadi pusat perhatian.

3) Anak yang pandai berbicara akan mampu membina

hubungan dengan orang lain dan dapat memerankan

kepemimpinannya dari pada anak yang tidak pandai

berbicara.

4) Anak yang pandai berbicara akan memperoleh penilaian

baik, kaitannya dengan isi dan cara berbicara.

5) Anak yang pandai berbicara akan memiliki kepercayaan

diri dan penilaian diri yang positif, terutama setelah

mendengar komentar orang tentang dirinya.

6) Ajak yang pandai berbicara biasanya memiliki kemampuan

akademis yang lebih baik.

Page 34: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

21

7) Anak yang pandai berbicara lebih mampu memberikan

komentar positif dan menyampaikan hal – hal yang baik

kepada lawan bicara.

8) Anak yang pandai berbicara cendrung pandai

mempengaruhi dan meyakinkan teman sebayanya. Hal ini

mendukung posisi anak sebagai pemimpin.

Berbicara bukan hanya sekedar pengucapan bunyi – bunyi atau

kata – kata. Tujuan pengembangan kemampuan berbicara dilakukan

agar anak dapat berbicara dengan penuh percaya diri, menggunakan

bahasa yang baik untuk mendapatkan informasi dan untuk komunikasi

yang efektif dan interaksi sosial dengan orang lain.

e. Tahap-tahap perkembangan bicara Anak

Sebelum mampu berbicara umumnya seorang anak memiliki

perilaku untuk mengeluarkan suara-suara yang bersifat sederhana

kemudian berkembang secara kompleks dan mengandung arti.

Misalnya seorang anak menangis, mengoceh, kemudian dia akan

mampu menirukan kata- kata yang didengar dari orang tua atau

lingkungan sekitarnya , seperti kata mama, papa, makan, minum dan

sebagainya.

Menurut Dickinson dalam Seefeldt (2008:354) untuk belajar

bahasa anak memerlukan kesempatan untk bicara dan didengarkan.

Dialog efektif antara orang dewasa dan anak termasuk orang dewasa

yang mendengarkan ketika anak itu berbicara, mengajukan

pertanyaan yang mendorong anak itu bicara lebih banyak.

Page 35: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

22

Sekalipun terdapat perbedaan kecepatan dalam berbahasa pada

anak, namun komponen-komponen dalam bahasa tidak berubah.

Menurut Hildayani (2005:11.6) komponen tersebut terdiri dari :

1) Perkembangan fonologi berkenaan dengan adanya

pertumbuhan dan produksi sistem bunyi dalam bahasa.

Bagian terkecil dari sistem bunyi tersebut dikenal dengan

istilah fonem, yang dihasilkan sejak bayi lahir hingga satu

tahun.

2) Perkembangan morfologi berkenaan dengan pertumbuhan

dan produksi arti bahasa. Bagian terkecil dari arti bahasa

tersebut dikenal dengan istilah morfem.

3) Sintaksis berkenaan dengan aturan bahasa meliputi

keteraturan dan fungsi kata. Perkembangan sintaksis

merupakan produksi kata-kata yang bermakna sesuai

dengan aturan yang menghasilkan pemikiran dan kalimat

yang utuh.

4) Semantik berkaitan dengan kemampuan anak membedakan

berbagai arti kata. Perkembangan semantik terjadi dengan

kecepatan yang lebih lambat dan lama dibandingkan

perkembangan anak dalam memahami fonologi, morfologi

maupun sintaksis. Perkembangan semantik bermula saat

anak berusia 9-12 bulan, yaitu ketika anak menggunakan

kata benda, kata sifat maupun kata keterangan.

5) Pragmatik berkaitan dengan penggunaan bahasa dalam

mengekspresikan minat dan maksud seseorang untuk

mencapai tujuan yang diharapkan. Seseorang dapat

dikatakan memiliki kompetensi berkomunikasi ketika ia

telah memahami penggunaan bahasa tersebut sesuai dengan

aturan yang berlaku.

Dalam Dhieni (2008:3.6) ada dua tipe perkembangan berbicara

anak :

1) Egosentric speech, terjadi ketika anak berusia 2-3 tahun,

dimana anak berbicara kepada dirinya sendiri (monolog).

Perkembangan anak dalam hal ini sangat berperan dalam

mengembangkan kemampuan berpikirnya.

2) Socialized speech, terjadi ketika anak berinteraksi dengan

temannya ataupun lingkungannya. Hal ini berfungsi untuk

mengembangkan kemampuan adaptasi sosial anak.

Berkenaan dengan hal tersebut, terdapat 5 bentuk socialized

speech yaitu (1) saling tukar informasi untuk tujuan

Page 36: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

23

bersama; (2) penilaian terhadap ucapat atau tingkah laku

orang lain; (3) perintah, permintaan, ancaman; (4)

pertanyaan dan (5) jawaban.

Anak pada umumnya terampil dalam berbahasa. Sebagian besar

dari mereka senang berbicara, khususnya dalam kelompoknya.

Mereka juga perlu dilatih untuk menjadi pendengar yang baik.

Beberapa faktor yang dapat dijadikan ukuran berbicara seseorang

antara lain: ketepatan ucapan, penempatan tekanan kata, nada, dan

durasi yang sesuai dengan pelihan kata dan ketepatan sasaran

pembicaraan. Serta sikap tubuh, pandangan, mimik yang tepat,

kenyaringan suara dan kelancaran dalam berbicara dan penalaran serta

penguasaan terhadap topik tertentu.

f. Hambatan-hambatan dalam keterampilan berbicara anak

Setiap orang yang berada dalam fase pertumbuhan dan

perkembangan (termasuk anak TK) mengalami berbagai hambatan,

gangguan serta kesulitan yang pemecahannya kadang-kadang

memerlukan bantuan orang lain. Masalah - masalah yang tidak

terentaskan secara tepat bisa menimbulkan hambatan dan masalah

pada anak dimasa sekarang, maupun setelah anak melanjutkan ke

jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Menurut Petty dalam Hildayani (2005:11.11) perkembangan

bahasa merupakan suatu proses yang kompleks, yang melibatkan 4

faktor yang mempengaruhinya, yaitu :

1) Berbedanya cara bagaimana si anak mempelajari bahasa

tersebut.

Page 37: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

24

2) Berbedanya jenis bahasa yang dipelajari anak.

3) Berbedanya karakteristik kepribadian anak.

4) Berbedanya lingkungan tempat proses pembelajaran

tersebut.

Dalam hubungannya dengan karakteristik kepribadian anak,

terdapat perbedaan individual yang dapat mendukung dan

menghambat perkembangan bahasa seseorang, yaitu kecerdasan, jenis

kelamin, kondisi fisik, lingkungan keluarga, kondisi ekonomi, setting

sosial atau lingkungan budaya, bilingualism ( penggunaan 2 bahasa).

Menurut Aminah (2006:19) hambatan-hambatan yang ditemui ketika

seseorang akan berbicara adalah sebagai berikut.

1) Keberanian, percaya diri

Dale Carnagie menyatakan bahwa hampir semua orang

mampu berbicara dengan cara yang dapat diterima oleh publik,

kalau dia mempunyai rasa percaya diri dan sebuah ide yang

mendidih dan membara di dalam dirinya. Cara mengembangkan

rasa percaya diri adalah dengan mengerjakan hal yang kita

takutkan dan memperoleh satu catatan dari pengalaman orang-

orang yang sukses. Hambatan berbicara dapat diatasi dengan

adanya pemaksaan dan pelatihan yang dilakukan terus menerus.

2) Rasa grogi, gugup.

Rasa grogi dan gugup biasa dialami oleh sebagian orang pada

saat berbicara, terlebih berbicara di depan umum. Rasa grogi dan

gugup dapat muncul karena keidaksiapan dengan bahan

pembicaraan.

Page 38: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

25

3) Gejala-gejala tertekan

a) Gejala fisik ditunjukan seperti detak jantung yang semakin

cepat, lutut gemetar atau sulit berdiri dengan tenang di muka

pendengar, suara yang bergemetar, gelombang hawa panas,

atau perasaan seperti akan pingsan, kesulitan untuk bernafas,

dan mata berair atau hidung berlendir.

b) Gejala mental. Gejala ini timbul seperti tidak menyadari

mengulang kata, kalimat atau pesan, dan ketidakmampuan

mengingat isi pembicaraan dan melupakan hal-hal penting.

Kegiatan berbicara sebenarnya merupakan kegiatan yang menarik

didalam kelas. Akan tetapi sering terjadi sebaliknya, kegiatan

berbicara sering tidak manarik, tidak merangsang partisipasi siswa,

suasana menjadi kaku dan akhirnya macet. Ini mungkin terjadi karena

penguasaan kosa kata dan pola kalimat oleh anak yang masih sangat

terbatas. Namun apabila guru dapat secara tepat memilih topik

pembicaraan sesuai dengan tingkat kemampuan anak, dan memiliki

kreativitas dalam mengembangkan model - model pengajaran

berbicara yang banyak sekali variasinya, tentu kemacetan tidak akan

terjadi.

Faktor lain yang penting dalam menghidupkan kegiatan berbicara

ialah keberanian anak dan perasaan tidak takut salah. Oleh karena itu

guru harus dapat memberikan dorongan kepada anak agar berani

Page 39: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

26

berbicara kendati dengan resiko salah. Kepada anak hendaknya

ditekankan bahwa takut salah adalah kesalahan yang paling besar.

3. Metode bercerita

a. Metode bercerita

Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara

lisan kepada orang lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang

harus disampaikan dalam bentuk pesan, informasi atau hanya sebuah

dongeng yang untuk didengarkan dengan rasa menyenangkan, oleh

karena itu orang menyajikan cerita tersebut menyampaikannya dengan

menarik.

Menurut Piaget dalam Dhieni (2008:6.5), sejak lahir hingga

dewasa pikiran anak terus berkembang melalui jenjang-jenjang

berpriode sesuai dengan tingkatan kematangan anak itu secara

keseluruhan dengan interaksi-interaksinya dengan lingkungannya.

Metode bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian materi

pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak

didik Taman Kanak-kanak. Dalam pelaksanaan kegiatan

pembelajaran, metode bercerita dilaksanakan dalam upaya

memperkenalkan, memberikan keterangan atau penjelasan tentang hal

baru dalam rangka menyampaikan pembelajaran kepada anak.

Ada beberapa macam teknik bercerita, menurut Moeslichatoen

(2004:158) yaitu :

Page 40: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

27

1) Membaca langsung dari buku cerita.

2) Bercerita denga menggunakan ilustrasi gambar dari buku.

3) Menggunakan papan flanel.

4) Menggunakan boneka.

5) Bermain peran dalam suatu cerita.

Untuk dapat menerapkan metode bercerita dengan baik, maka

diperlukan persiapan dan latihan. Persiapan yang dilakukan antara

lain penguasaan isi cerita serta keterampilan menceritakan, untuk itu

diperlukan latihan dalam irama modulasi suara secara terus menerus

dan intensif agar dapat menarik perhatian anak. Dan juga harus

diperhatikan dalam pemilihan tema cerita yang baik dan cocok

dengan kehidupan sehari – hari anak.

b. Tujuan bercerita

Cerita yang bagus tidak hanya sekedar menghibur tapi juga

sekaligus mendidik dan merangsang berkembangnya komponen

kecerdasan anak. Mendengar cerita yang bagus bagi anak, sama

dengan melakukan serangkaian kegiatan fonologis, sintaksis, semantik

dan pragmatik. Anak akan belajar bagaimana bunyi – bunyian yang

bermakna diujarkan dengan benar, bagaimana kata – kata disusun

secara logis dan mudah dipahami. Dengan kata lain cerita dapat

mendorong anak untuk senang bercerita atau berbicara.

Tujuan bercerita bagi anak usia 4-6 tahun adalah agar anak

mampu mendengarkan dengan seksama terhadap apa yang

Page 41: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

28

disampaikan orang lain. Anak dapat bertanya apabila tidak

memahaminya, anak dapat menjawab pertanyaan, selanjutnya

anakdapat menceritakan dan mengekspresikan terhadap apa yang

didengarkan dan diceritakannya sehingga hikmah dari isi cerita dapat

dipahami dan lambat laun didengarkan, diperhatikan, dilaksanakan

dan diceritakannya pada orang lain. Karena menurut Jerome S. Burner

dalam Dhieni (2008:6.7) bahasa berpengaruh besar pada

perkembangan pikiran anak.

Dalam kegiatan bercerita anak dibimbing untuk mengembangkan

kemampuan mendengarkan cerita yang bertujuan untuk memberikan

informasi atau menanamkan nilai sosial, moral dan keagamaan,

pemberian informasi tentang lingkungan fisik dan sosial.

c. Fungsi dan manfaat bercerita

Menyimak cerita bagi anak adalah aktivitas yang mengasyikkan,

oleh karena itu memberikan pelajaran dan nasihat melalui cerita

adalah cara mendidik yang bijak dan cerdas. Mendidik anak melalui

cerita memberikan efek pemuasan terhadap kebutuhan akan imajinasi

dan fantasi. Menurut Tampubolon dalam Dhieni (2008:6.7), bercerita

kepada anak memainkan peranan penting bukan saja dalam

menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca, tapi juga dalam

mengembangkan bahasa dan pikiran anak. Dengan demikian, fungsi

kegiatan bercerita bagi anak usia 4-6 tahun adalah membantu

perkembangan bahasa anak. Dengan bercerita pendengaran anak dapat

Page 42: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

29

difungsikan dengan baik untuk membantu kemampuan berbicara,

dengan menambah perbendaharaan kosa kata, kemampuan

mengucapkan kata-kata, melatih merangkai kalimat sesuai dengan

tahap perkembangannya.

d. Kelebihan dan kekurangan metode bercerita

Bentuk penyajian proses pembelajaran di Taman Kanak-kanak

adalah terpadu antara Bidang Pengembangan satu dengan yang

lainnya. Dan setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan

kekurangan.

Kelebihannya antara lain :

1) Dapat menjangkau jumlah anak yang relatif lebih banyak.

2) Waktu tersedia dapat dimanfaatkan dengan efektif dan efesien.

3) Pengaturan kelas menjadi lebih sederhana.

4) Guru dapat menguasai kelas dengan mudah.

5) Secara relatif tidak banyak memerlukan biaya.

Kekurangannya antara lain :

1) Anak didik menjadi pasif, karena lebih banyak mendengarkan atau

menerima penjelasan dari guru.

2) Kurang merangsang perkembangan kreativitas dan kemampuan

siswa untuk mengutarakan pendapatnya.

3) Daya serap atau daya tangkap anak didik berbeda dan masih lemah

sehingga sukar memahami tujuan isi pokok cerita tersebut.

Page 43: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

30

4) Cepat menumbuhkan rasa bosan terutama apabila penyajiannya

tidak menarik.

Yang harus disadari dalam penerapan metode bercerita adalah

bahwa cerita bukanlah materi pengisi waktu luang, namun juga

materi penting yang memiliki fungsi yang cukup kompleks. Untuk

dapat menerapkan metode bercerita dengan baik sehingga segala

kekurangan dalam metode bercerita dapat diminimalkan, maka

diperlukan persiapan dan latihan. Persiapan yang dilakukan antara

lain penguasaan isi cerita serta keterampilan menceritakan isi cerita,

maka untuk itu diperlukan latihan dalam irama modulasi suara secara

terus menerus dan intensif agar dapat menarik perhatian anak. Dan

juga harus diperhatikan dalam pemilihan tema cerita yang baik dan

cocok dengan kehidupan sehari – hari anak.

4. Media cerita bergambar

a. Pengertian media cerita bergambar

Buku bergambar adalah buku cerita yang disajikan dengan

menggunakan teks dan ilustrasi atau gambar. Buku bergambar dapat

memotivasi anak-anak untuk belajar. Dengan buku bergambar, anak

akan terbantu dalam proses memahami dan memperkaya pengalaman

dari cerita.

Menurut Stewing dalam Abu (2002:2) buku cerita bergambar

adalah suatu buku yang menjajarkan cerita dengan gambar. Kedua

elemen ini bekerjasama untuk menghasilkan cerita dengan ilustrasi

Page 44: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

31

dan gambar. Selain ceritanya secara verbal harus menarik, buku harus

mengandung gambar sehingga mempengaruhi minat siswa untuk

membaca cerita. Oleh karena itu gambar dalam cerita anakanak harus

hidup dan komunikatif.

William Joyce dalam Hong (2008:152) mengatakan bahwa

gambar selalu berinteraksi dengan tulisan sehingga tulisan

menyampaikan isi cerita 50% begitupun gambar dapat

menyampaikan isi cerita 50% juga sehingga buku cerita bergambar

adalah bahasa visual.

Machei Datasi dalam Hong (2008:149) mendefinisikan bahwa

buku cerita bergambar adalah buku yang dibaca oleh orang dewasa

kepada anak dan bukan yang dibaca sendiri oleh anak.

Dalam dunia buku cerita bergambar, anak dapat melihat gambar

dengan matanya sambil mendengarkan dengan telinganya sehingga

akan memberikan pengalaman yang penuh dengan imajinasi dan

khayalan yang luas dan dalam.

Orang dewasa membaca buku cerita bergambar hanya dengan

sekilas mata, namun bagi anak membaca buku cerita bergambar

sangat dalam karena anak dapat terlibat didalamnya dan akhirnya anak

akan menjadi satu kesatuan dengan buku cerita bergambar.

Hong (2008:150) mengatakan bahwa pada saat anak membaca

buku cerita bergambar sendiri, maka akan ada penyekat waktu

sehingga tidak dapat menjadi satu kesatuan dalam cerita, tetapi

Page 45: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

32

berbeda dengan kalau anak hanya mendengarkan cerita dengan

telinganya dari yang dibacakan oleh orang, maka anak akan menjadi

satu kesatuan dalam buku cerita bergambar.

Biasanya orang tua atau guru hanya membaca tulisan yang tertera

dalam buku cerita bergambar dan anak biasanya hanya melihat

gambar dalam buku. Pembaca harus dapat mulai membaca gambar

tidak hanya membaca tulisan saja karena gambar merupakan karya

seni yang nyata bagi anak. Dari gambar yang dilihat oleh anak secara

perlahan akan menumbuhkan rasa cinta terhadap seni.

Yonagida dalam Hong (2008:154) menekankan bahwa buku

cerita bergambar dalam kehidupan manusia dibaca tiga kali yaitu pada

saat anak masih kecil, orang dewasa, dan orang yang sudah tua. jadi

intinya adalah buku cerita bergambar tidak hanya diperuntukan bagi

anak saja.

Cerita bergambar merupakan sebuah kesatuan cerita disertai

dengan gambar-gambar yang berfungsi sebagai penghias dan

pendukung cerita yang dapat membantu proses pemahaman terhadap

isi cerita tersebut. Menurut wikipedia the free encylopedia dalam

Ardianto (2007: 6) cerita bergambar adalah suatu bentuk seni yang

menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun

sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Gambar adalah

suatu bentuk ekspresi komunikasi universal yang dikenal khayalak

luas. Melalui cerita bergambar diharapkan pembaca dapat dengan

Page 46: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

33

mudah menerima informasi dan diskripsi cerita yang hendak

disampaikan.

b. Teknik Bercerita dengan Alat Peraga Buku Bergambar

Bercerita dengan alat peraga buku bergambar dikategorikan

sebagai reading aloud (membaca nyaring). Bercerita dengan media

buku bergambar dipilih apabila guru memiliki keterbatasan

pengalaman (guru belum berpengalaman bercerita), guru memiliki

kekhawatiran kehilangan detail cerita, dan memiliki keterbatasan

sarana cerita, serta takut salah berbahasa.

Priyono dalam Musfiroh (2005: 142) menyatakan teknik-teknik

membacakan cerita dengan alat peraga buku cerita bergambar adalah

sebagai berikut :

1) Pencerita sebaiknya membaca terlebih dahulu buku yang hendak

dibacakan didepan anak.

2) Pencerita tidak terpaku pada buku, sebaiknya guru menperhatikan

reaksi anak saat membacakan buku tersebut.

3) Pencerita membacakan cerita dengan lambat (slowly) dengan

kalimat ujaran yang lebih dramatik daripada urutan biasa.

4) Pada bagian-bagian tertentu, pencerita berhenti sejenak untuk

memberikan komentar, atau meminta anak-anak memberikan

komentar mereka.

5) Pencerita memperhatikan semua anak dan berusaha untuk

menjalin kontak mata.

6) Pencerita sebaiknya sering berhenti untuk menunjukan gambar-

gambar dalam buku, dan pastikan semua anak dapat melihat

gambar tersebut.

7) Pastikan bahwa jari selalu siap dalam posisi untuk membuka

halaman selanjutnya. Anak-anak yang kreatif mempunyai rasa

ingin tahu yang kuat, mereka akan selalu bertanya-tanya

khususnya tentang kelanjutan cerita yang dibacakan guru

8) Pencerita sebaiknya malakukan pembacaan sesuai rentang atensi

anak dan tidak bercerita lebih dari 10 menit (Wright dalam

Musfiroh, 2005: 143). Hal ini bertujuan agar anak tidak bosan

terhadap cerita yang disampaikan oleh peneliti.

Page 47: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

34

9) Pecerita sebaiknya memegang buku disamping kiri bahu bersikap

tegak lurus kedepan.

10) Saat tangan kanan pencerita menunjukan gambar, arah perhatian

disesuaikan dengan urutan cerita.

11) Pencerita memposisikan tempat duduk ditengah agar anak bisa

melihat dari berbagai arah sehingga anak dapat melihat gambar

secara keseluruhan.

12) Pencerita melibatkan anak dalam cerita supaya terjalin

komunikasi multiarah.

13) Pencerita tetap bercerita pada saat tangan membuka halaman

buku.

14) Pencerita sebaiknya menyebutkan identitas buku, seperti judul

buku dan pengarang supaya anak-anak belajar menghargai karya

orang lain.

Dengan guru memahami tema dan makna dari cerita yang

disajikan kepada anak, dengan sendirinya kosa kata anak menjadi

bertambah. Kosa kata tersebut yang akan mendorong anak untuk

mengembangakan imajinasi dalam cerita yang dibuat oleh anak itu

sendiri berdasarkan cerita yang disajikan oleh guru sehingga

mendorong anak untuk menceritakan kembali cerita yang

didengarnya menurut versinya sendiri.

c. Manfaat Metode Bercerita Untuk meningkatkan keterampilan

berbicara Bagi Anak

Cerita yang bagus tidak sekedar menghibur tapi juga mendidik

sekaligus merangsang berkembangnya komponen kecerdasan

linguistik yang paling penting yakni kemampuan menggunakan

bahasa untuk mencapai sasaran praktis. Mendengar cerita yang bagus

bagi anak sama artinya dengan melakukan serangkaian kegiatan

fonologis, sintaksis, semantik dan pragmatik. Selain menyimak cerita,

anak belajar bagaimana bunyi-bunyian yang bermakna diujarkan

Page 48: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

35

dengan benar, bagaimana kata-kata disusun secara logis dan mudah

dipahami.

Cerita mendorong anak bukan saja senang menyimak cerita tetapi

juga senang bercerita atau berbicara. Kemampuan verbal anak lebih

terstimulasi secara efektif pada saat guru melakukan semacam tes

pada anak untuk menceritakan kembali isi cerita. Disini anak belajar

berbicara, menuangkan kembali gagasan yang didengarkannya

dengan gayanya sendiri. Anak menyusun kata-kata menjadi kalimat

dan menyampaikannya dengan segenap kemampuaannya. Cerita

membuat anak menyadari arti pentingnya berdialog dan menuangkan

gagasan melalui kata-kata yang baik.

B. Penelitian yang Relevan

Marnilis, 2010, dalam penelitian tindakan kelas yang berjudul

“Meningkatkan keterampilan berbicara anak usia dini melalui cerita

bergambar di TK Aisyiyah Malalo” menemukan peningkatan keterampilan

berbicara anak melalui cerita bergambar.

C. Kerangka Konseptual

Untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak usia dini yang

dilakukan melalui metode bercerita melalui cerita bergambar. Belajar bagi

anak usia TK lebih menarik bila menggunakan alat peraga, dengan

menggunakan buku cerita bergambar didalam belajar akan memberikan

motivasi dan nuansa baru bagi anak.

Page 49: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

36

Bagan 1

Skema Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Tindakan

Melalui cerita bergambar dapat meningkatkan keterampilan berbicara

pada anak didik kelompok B, TK Harapan Silaing Bawah Padangpanjang

2011/2012.

Keterampilan berbicara anak rendah

Metode : bercerita

Alat yang digunakan :

Buku cerita bergambar

Anak Kelompok B1

Keterampilan berbicara anak meningkat.

Page 50: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

37

37

BAB III

RANCANGAN PENELITIAN

C. Jenis Penelitian

Berdasarkan rencana penelitian, maka peneliti menggunakan metode

penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan

kelas yang selanjutnya disebut dengan PTK.

Menurut Kunandar (2010:46) PTK adalah:

PTK adalah suatu penelitian yang dilakukan guru dikelas sendiri

dengan jalan merancang, melaksanakan, mengamati dan

merefleksikan tindakan melalui beberapa siklus secara kolaboratif

dan partisipatif yang bertujuan memperbaiki atau meningkatkan

mutu proses pembelajaran dikelasnya.

Menurut Suharsimi ( 2006:91 ) berdasarkan rangkaian ketiga kata

tersebut dapat dijelaskan tiga pengertian, yaitu :

1. Penelitian, kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan

metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang

bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan

penting bagi peneliti.

2. Tindakan, sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan

tertentu yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan.

3. Kelas adalah sekelompok anak dalam waktu yang sama, menerima

pelajaran yang sama dari seorang guru.

Penelitian tindakan kelas ini pada hakikatnya adalah untuk meningkatkan

mutu, proses dan hasil pembelajaran dikelas, dengan melaksanakan

Page 51: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

38

tahapan – tahapan penelitian tindakan kelas, guru dapat menemukan

solusi dari masalah yang timbul dikelasnya sendiri.

Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan oleh seorang guru atau

kolaborasi dengan guru lain melibat anaknya sendiri dengan tujuan

memperbaiki kinerja guru sehingga tercapai tujuan pembelajaran. Penelitian

Tindakan Kelas dilakukan melaui tindakan yang direncanakan, dilaksanakan

dan di evaluasi, sehingga guru memperoleh umpan balik yang sistematis.

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah anak kelompok B1 di Taman Kanak-kanak

Harapan Silaing Bawah Padangpanjang Tahun Ajaran 2011/2012 dengan

jumah anak 18 orang terdiri dari 10 anak perempuan dan 8 anak laki-laki.

E. Prosedur Penelitian

1. Kondisi awal

Selama mengajar di kelompok B1 di Taman Kanak-kanak Harapan

Silaing Bawah Padangpanjang Tahun Ajaran 2011/2012, peneliti

mengamati masih banyaknya anak yang takut atau malu saat diminta

berbicara didepan guru dan teman-temannya ataupun didepan kelas.

Menurut Mahyuddin (2008: 69) proses penelitian tindakan adalah:

Proses daur ulang atau siklus yang dimulai dari aspek

mengembangkan perencanaan tindakan, pengamatan, perenungan

terhadap perencanaan, kegiatan tindakan, dan kesuksesan hasil

yang diperoleh.

Sesuai dengan prinsip umum Penelitian kelas setiap tahap dan

siklus selalu kolaborasi antara peneliti dengan praktisi (guru dan anak)

dalam proses pembelajaran.

Page 52: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

39

2. Siklus I

Siklus merupakan ciri khas penelitian tindakan kelas, menurut

Kunandar ( 2010:71 ) penelitian tindakan kelas dilakukan melalui proses

yang dinamis dan komplementari yang terdiri dari empat “momentum”

esensial yaitu :

a. Perencanaan ( Planing )

b. Tindakan ( Acting )

c. Observasi ( Observing )

d. Refleksi ( Reflecting )

Penelitian yang dilakukan ini terdiri dari beberapa siklus. Perlakuan

pada setiap siklus harus berbeda dari siklus sebelumnya. Sebaiknya siklus

berikutnya didasarkan pada hasil siklus sebelumnya. Siklus akan terus

dilanjutkan dengan siklus berikutnya sampai masalah terpecahkan.

Dalam penelitian ini, peneliti langsung menjadi peneliti dan bekerja

sama dengan teman sejawat dalam melakukan penelitian terhadap proses

pembelajaran berlangsung.

Page 53: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

40

Bagan 1

Siklus

Keterangan:

P1: Perencanaan siklus 1

P2: Perencanaan siklus 2

T; Tindakan

O: Observasi

R: Refleksi

Dalam penelitian ini, peneliti langsung menjadi peneliti dan bekerja

sama dengan teman sejawat dalam melakukan penelitian terhadap proses

pembelajaran berlangsung.

a. Kondisi awal

Selama mengajar di Taman Kanak-kanak Harapan Silaing Bawah

Padangpanjang Tahun Ajaran 2011/2012, peneliti mengamati banyaknya

anak yang berdiam diri ketika guru meminta anak untuk mau bercerita

Kondisi awal

Hasil dan laporan

Page 54: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

41

tentang pengalamannya, dikarenakan kemampuan dan penguasaan kosa

kata anak yang masih minim.

Menurut Mahyiddin (2008: 69) proses penelitian tindakan adalah:

Proses daur ulang atau siklus yang dimulai dari aspek

mengembangkan perencanaan tindakan, pengamatan, perenungan

terhadap perencanaan, kegiatan tindakan, dan kesuksesan hasil

yang diperoleh.

Sesuai dengan prinsip umum Penelitian kelas setiap tahap dan siklus

selalu kolaborasi antara peneliti dengan praktisi (guru dan anak) dalam

prses pembelajaran.

b. Siklus 1

a. Kegiatan perencanaan

Perencanaan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1) Membuat rencana pembelajaran berupa Rencana Kegiatan

Mingguan (RKM) dan Rencana Kegiatan Harian ( SKH ) yang

berhubungan dengan peningkatan keterampilan berbicara pada

anak usia dini.

2) Guru menyiapkan media pembelajaran dan buku - buku cerita

yang akan diberikan kepada anak.

3) Guru menerangkan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan

bersama anak.

4) Menyiapakan lembaran observasi, lembaran wawancara dan

dokumentasi.

5) Membuat dan menyiapkan format penilaian awal dan akhir yang

akan dilakukan untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak.

Page 55: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

42

b. Tindakan

Guru melaksanakan proses pembelajaran dengan menilai

kemampuan anak menunjukkan perbuatan yang benar dan salah sesuai

dengan satuan kegiatan harian yang telah disusun.

Pelaksanaan tindakan terdiri dari tiga bagian utama yaitu kegiatan

awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Untuk lebih jelas akan

dikemukan sebagai berikut ini:

a. Pertemuan pertama

Pertemuan pertama terdiri dari tiga bagian yaitu kegiatan awal,

kegiatan inti dan kegiatan akhir. Untuk lebih jelas dikemukan

sebagai berikut ini:

1) Kegiatan awal ± 30 menit

a) Mencek kehadiran anak dan mengkondisikan tempat

duduk anak.

b) Apersepsi, yaitu memberikan kaitan pembelajaran yang

akan diberikan kepada anak.

c) Menciptakan kegiatan pembelajaran yang menarik melalui

tanya jawab dan percakapan.

2) Kegiatan inti ± 60 menit

a) Pertama kali guru memperkenalkan tema kepada anak.

b) Guru menginformasikan kepada anak-anak kalau bu guru

akan bercerita.

c) Guru memperlihatkan buku cerita bergambarnya tersebut.

Page 56: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

43

d) Guru menyebutkan judul buku yang akan dipakai buat

bercerita. Kemudian peneliti menyebutkan nama tokoh-

tokoh yang ada dalam cerita, penerbit dan nama pengarang

buku cerita bergambar.

e) Guru memulai bercerita dengan buku cerita bergambar.

f) Guru mengulas tentang isi cerita bergambar.

g) Guru mengulas ulang isi cerita bergambar untuk

mengetahui sejauh mana anak merespon isi cerita.

h) Di akhir kegiatan peneliti ini, peneliti melakukan review

kegiatan anak selama proses kegiatan bercerita

berlangsung. Peneliti melakukan tanya jawab dan

mengobservasi kreativitas anak yang dibantu kepala

sekolah dan guru kelas.

3) Kegiatan akhir ± 30 menit

a) Guru mengadakan tanya jawab kepada anak, untuk

evaluasi terhadap cerita bergambar yang telah didengar

anak.

b) Diskusi kegiatan hari ini dan informasi untuk kegiatan

pembelajaran besok.

b. Pertemuan kedua

Pertemuan kedua juga terdiri dari tiga bagian yaitu kegiatan

awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Untuk lebih jelasnya

dikemukan sebagai berikut ini:

Page 57: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

44

1. Kegiatan awal ± 30 menit

a. Mencek kehadiran anak dan mengkondisikan tempat

duduk anak.

b. Apersepsi, yaitu memberikan kaitan pembelajaran yang

akan diberikan kepada anak.

c. Menciptakan kegiatan pembelajaran yang menarik melalui

tanya jawab dan percakapan.

2. Kegiatan inti ± 60 menit

a. Pertama kali guru memperkenalkan tema hari kepada

anak.

b. Guru memperlihatkan cerita bergambarnya dan

memberikan kesempatan kepada anak untuk memberi

tahu judul cerita tersebut.

c. Guru mulai bercerita, dengan intonasi yang baik, dan

bervariasi.

d. Guru mempersilahkan anak untuk berceritakan kembali

cerita.

e. Guru memberikan penghargaan dengan pujian, tepuk

tangan kepada anak yang berhasil dan bagi anak yang

berani untuk maju bercerita, sedangkan yang belum mau

diberikan bimbingan dan motivasi.

Page 58: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

45

3. Kegiatan akhir ± 30 menit

a. Guru berdiskusi bersama anaka dengan mengadakan

tanya jawab kepada anak, tentang cerita yang telah

diceritakan guru, kesimpulan dan makna cerita, sehingga

anak mampu .

b. Guru menyimpulkan cerita dan makna dari cerita.

c. Mengucapkan syukur ”Hamdallah” dan informasi besok.

c. Pertemuan ketiga

Pertemuan ketiga juga terdiri dari tiga bagian yaitu kegiatan

awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Untuk lebih jelasnya

dikemukan sebagai berikut ini:

1. Kegiatan awal ± 30 menit

a. Mencek kehadiran anak dan mengkondisikan tempat

duduk anak.

b. Apersepsi, yaitu memberikan kaitan pembelajaran yang

akan diberikan kepada anak.

c. Menciptakan kegiatan pembelajaran yang menarik melalui

tanya jawab dan percakapan.

2. Kegiatan inti ± 60 menit

a. Guru memperkenalkan sebuah cerita kepada anak, dan

bertanya tentang cerita yang kemaren yang sudah

diceritakan guru.

Page 59: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

46

b. Guru memberikan kesempatan kembali kepada anak untuk

mnceritakan kembali isi cerita yang telah diceritakan oleh

guru pada pertemuan sebelumnya.

c. Guru memberikan apresiasi dengan tepuk tangan dan

pujian kepada anak yang berani maju untuk bercerita.

d. Guru mulai bercerita, dengan gaya baru, cerita baru.

e. Guru mempersilahkan anak untuk menceritakan kembali

cerita yang sudah didengarkan anak

f. Guru memberikan penghargaan kepada anak yang maju

kedepan untuk bercerita.

3. Kegiatan akhir ± 30 menit

a. Guru mengadakan tanya jawab seputar cerita yang telah

didengar anak.

b. Guru menyimpulkan cerita dan makna dari cerita,

sehingga benar-benar berkesan bagi anak.

c. Mengucapkan syukur ”Hamdallah” dan informasi besok.

c. Observasi

Kegiatan observasi dilakukan untuk mengamati aktifitas dan

perilaku anak dalam proses pembelajaran dan kehidupan sehari-hari.

Selama kegiatan berlangsung, guru dan kolaborator memantau

proses pembelajaran seperti interaksi belajar anak, keaktifan anak,

baik secara individu maupun secara berkelompok.

Page 60: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

47

Observer yang memantau kegiatan guru dan anak dengan

menggunakan panduan observasi dan membuat catatan yang

diperlukan tentang kejadian penting selama proses pembelajaran

berlangsung setiap kali pertemuan.

b. Refleksi

Semua pengamatan yang dilakukan oleh kolaborator didiskusikan

bersama dengan peneliti. Dari catatan tersebut diadakan refleksi

sehingga kelemahan yang terdapat pada siklus I akan diperbaiki dan

lebih disempurnakan pada siklus berikutnya.

c. Siklus II

Dalam siklus II ini, peneliti akan melakukan perbaikan kegiatan

pembelajaran yang belum tercapai pada siklus I berdasarkan hal-hal yang

ditemukan pada siklus I. Siklus I dan siklus II akan dilaksanakan

sebanyak empat kali pertemuan. Langkah – langkah pada siklus II ini,

sama urutannya dengan siklus I yang terdiri dari perencanaan, tindakan

observasi, dan refleksi.

F. Instrumentasi Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan instrumen antara lain :

1. Format observasi

Lembaran observasi merupakan cara mengumpulkan data untuk

mendapatkan informasi dengan cara pengamatan langsung terhadap

proses pembelajaran. Agar observasi lebih terarah, maka diperlukan

pedoman observasi yang dikembangkan oleh guru dengan mengacu pada

Page 61: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

48

indikator yang telah ditetapkan. Dimana pedoman observasi digunakan

untuk mengecek kegiatan yang dilakukan berdasarkan indikator yang

sudah ditentukan sebelumnya yang berkaitan dengan proses belajar

mengajar.

2. Dokumentasi

Dokumentasi berupa penelitian dan kamera yang digunakan untuk

merekam pembelajaran yang sedang berlangsung.

3. Format penilaian hasil belajar anak

Format ini berisikan tentang penilaian pembelajaran yang telah

dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung.

4. Format wawancara

Format wawancara dilakukan untuk mengamati anak, sejauh mana

anak memahami tentang permainan menulis dengan menjawab beberapa

pertanyaan terhadap proses pembelajaran menulis yang telah berlangsung.

G. Teknik Pengumpulan Data

Cara yang peneliti lakukan untuk mendapatkan data adalah sebagai

berikut :

1. Teknik observasi

Observasi dilakukan selama proses pembelajaran dari kegiatan awal

sampai kegiatan akhir Observasi ini dilakukan selama proses

pembelajaran berlangsung dan hasil observasi ditulis pada lembaran

observasi.

Page 62: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

49

2. Teknik dokumentasi

Peneliti menggunakan dokumentasi berupa fortofolio, format

penilaian dan hasil rekaman dalam pembelajaran.

3. Teknik wawancara

Dilakukan untuk mengetahui keaktifan anak terhadap kegiatan yang

sudah dilakukan

H. Teknik Analisa Data

Data yang diperoleh dari hasil observasi belajar mengajar akan

dianalisis, setiap kegiatan mengajar yang dilakukan merupakan sebagian

untuk menentukan tindakan berikutnya. Disamping itu juga seluruh data

digunakan untuk mengambil kesimpulan dan tindakan yang dilakukan.

1. Cara menganalisa hasil observasi

Data yang dikumpulkan dengan teknik persentasi, yaitu

membandingkan yang muncul dari keseluruhan anak yang hadir dikalikan

100% untuk melihat kecendrungan data, data ditampilkan dalam bentuk

tabel dan diolah secara deskriptif. Data yang diperoleh dari anak adalah :

hasil pengamatan anak dari lembar observasi. Data diperoleh selama

proses pembelajaran diolah dengan teknik persentase yang dikemukakan

oleh Anas Sudijono ( 2009:43 ) sebagai berikut :

P = F X 100%

N

Keterangan

P = Persentase aktivitas

F = Frekuensi aktivitas yang dilakukan anak

Page 63: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

50

N = Jumlah anak dalam satu kelas

2. Data tentang aktivitas anak yang diamati

Untuk menentukan bahwa aktivitas anak meningkat, maka

intervestasi aktivitas belajar anak adalah sebagai berikut : Suharsimi

(2006:241) melambangkan dengan sangat tinggi (ST) rentang

persentasenya antara 75% - 100% dengan kriteria berkerja mandiri tapi

masih ada sedikit kesalahan tinggi (T) rentang 74% - 41%dan rendah ( R )

rentang persentasenya 0% - 40% dengan kriteria masih perlu bimbingan

dan masih terdapat banyak kesalahan. Dengan demikian dapat

dikategorikan : anak yang berkategori bernilai sangat tinggi berarti anak

sudah dikatakan mampu, anak yang kategori tinggi berarti anak masih

berkembang dan anak yang kategori rendah berarti anak perlu bimbingan.

3. Cara menganalisis hasil wawancara

Tabel 1

Format wawancara anak No Pertanyaan Jawaban

1 Apakah kamu bisa menyebutkan nama

binatang yang terdapat pada cerita ?

2 Menirukan kembali 4 – 5 urutan kata

yang didengar

3 Coba kamu lanjutkan kembali isi cerita

yang telah didengar ?

Page 64: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

51

Tabel 2

Kemampuan Membaca Anak dalam Proses Pembelajaran

No Aspek yang dinilai

Nilai

ST T R

F % F % F %

1 Mampu mengucapkan kosa kata

melalui cerita bergambar

2 Dapat bercerita dengan gambar

yang disediakan

3

Mampu berbicara lancar dengan

lafal yang benar

Persentase rata - rata

Keterangan :

ST : sangat tinggi

T : Tinggi

R : Rendah

Setelah selesai dilakukan wawancara terhadap anak, maka hasil

wawancara direkapitulasi langsung dengan setiap aktivitas anak.

Page 65: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

52

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Temuan Penelitian

1. Deskripsi Kondisi Awal

Pada kondisi awal sebelum penelitian ini dilakukan, keterampilan

anak dalam berbicara di kelompok B1 di Taman Kanak-kanak Harapan

Silaing Bawah Padangpanjang masih rendah, hal ini terbukti sebagian

besar anak di kelas mengalami kesulitan ketika diminta untuk bercerita

dengan menggunakan kosa kata yang benar dan berbicara dengan lafal

yang baik. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3

Peningkatan Berbicara Anak Melalui Buku Cerita Bergambar

Pada Kondisi Awal ( sebelum tindakan )

No Aspek yang dinilai

Nilai

ST T R

F % F % F %

1 Mampu mengucapkan kosa kata

melalui cerita bergambar 0 0 2 11 16 89

2 Dapat bercerita dengan gambar

yang disediakan 0 0 1 5,5 17 94,5

3 Menceritakan kembali cerita yang

sudah diceritakan 0 0 1 5,5 17 94,5

Persentase rata - rata 0 7,3 92,7

Keterangan :

ST : sangat tinggi

T : Tinggi

R : Rendah

F = Frekuensi aktivitas yang dilakukan anak

Page 66: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

53

Berdasarkan tabel 3 diatas, terlihat rata-rata persentase dalam

peningkatan kemampuan berbicara sebelum tindakan ( kondisi awal )

yaitu pada aspek pertama yakni mampu mengucapkan kosa kata melalui

cerita bergambar, persentase jumlah anak sangat tinggi 0 %, persentase

jumlah anak tinggi 11 %, anak yang rendah 89 %. Sedangkan pada aspek

ke dua yaitu dapat bercerita dengan gambar yang disediakan rata-rata

persentase anak yaitu, persentase sangat tinggi 0 %, persentase anak yang

tinggi 5,5 %, persentase anak yang rendah 94,5 %. Sedangkan pada aspek

ke tiga yaitu menceritakan kembali cerita yang sudah diceritakan,

persentase sangat tinggi 0 %, persentase tinggi 5,5 %, persentase rendah

94,5 %. Sesuai tabel diatas dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

Grafik 1

Peningkatan Berbicara Anak Melalui Buku Cerita Bergambar

Pada Kondisi Awal ( sebelum tindakan )

Pada penelitian ini pembelajaran dilakukan dalam dua siklus

sebagai berikut :

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

1 2 3

Sangat Tinggi

Tinggi

Rendah

Page 67: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

54

2. Deskripsi Siklus I

Deskrips hasil penelitian diuraikan dalam tahapan yang berupa

siklus-siklus yang dilakukan. Pada penelitian ini pembelajaran dilakukan

dalam dua siklus, yaitu :

a. Siklus I Pertemuan Pertama

Siklus pertama dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan. Pada

tanggal 6 Desember 2011 diadakan pertemuan untuk mengetahui

kondisi awal dari anak di kelompok B1 di Taman Kanak-kanak

Harapan Silaing Bawah Padangpanjang. Setelah itu dilanjutkan pada

pertemuan pertama yang dilaksanakan pada tanggal 8 Desember 2011,

pertemuan ke dua dilaksanakan pada tanggal 10 Desember 2011,

pertemuan ke tiga dilaksanakan pada tanggal 13 Desember 2011.

1) Perencanaan

Guru melakukan Analisis Kurikulum untuk menentukan

kompetensi dasar dan indikator yang akan disampaikan kepada

anak dalam kegiatan bercerita dengan media cerita bergambar.

Kompetensi dasarnya adalah anak mampu memahami konsep

sederhana berkomunikasi secara lisan, mampu melafalkan kosa

kata dengan baik dan benar serta memiliki perbendaharaan kata.

Dengan indikatornya adalah mampu mengucapkan kosa kata

dengan benar, mampu memahami bunyi bahasa, perintah, dan

cerita yang dilisankan, mampu berbicara lancar dengan lafal yang

benar.

Page 68: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

55

Perencanaan yang dilakukan adalah membuat persiapan

mengajar seperti Satuan Kegiatan Harian ( SKH ) yang akan

dilaksanakan, selanjutnya menentukan metode yang akan

digunakan yaitu, praktek langsung dan memberikan tugas.

Kemudian, guru mempersiapkan media yang akan digunakan di

dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu buku cerita bergambar.

2) Tindakan

Guru melaksanakan proses pembelajaran membaca sesuai

dengan SKH yang telah disusun dan guru menggunakan buku

cerita bergambar sebagai alat peraganya sesuai dengan satuan

kegiatan yang telah dirancang. Pada awal pembelajaran, guru

melakukan diskusi dengan anak tentang kegiatan yang akan

dilaksanakan.

Siklus I Pertemuan Pertama Kamis/8 Desember 2011

Tema : Binatang

Sub Tema : Nama-nama Binatang

4) Kegiatan awal ± 30 menit

d) Mencek kehadiran anak dan mengkondisikan tempat

duduk anak.

e) Apersepsi, yaitu memberikan kaitan pembelajaran yang

akan diberikan kepada anak.

f) Menciptakan kegiatan pembelajaran yang menarik

melalui tanya jawab dan percakapan.

Page 69: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

56

5) Kegiatan inti ± 60 menit

i) Pertama kali guru memperkenalkan tema kepada anak.

j) Guru menginformasikan kepada anak-anak kalau guru

akan bercerita.

k) Guru memperlihatkan buku cerita bergambarnya

tersebut.

l) Guru menyebutkan judul buku yang akan dipakai buat

bercerita. Kemudian peneliti menyebutkan nama tokoh-

tokoh yang ada dalam cerita, penerbit dan nama

pengarang buku cerita bergambar.

m) Guru memulai bercerita dengan buku cerita bergambar.

n) Guru mengulas tentang isi cerita bergambar.

o) Guru mengulas ulang isi cerita bergambar untuk

mengetahui sejauh mana anak merespon isi cerita.

6) Kegiatan akhir ± 30 menit

(1) Guru menyimpulkan kegiatan pembelajaran.

(2) Guru mengadakan tanya jawab kepada anak, untuk

mengevaluasi terhadap cerita bergambar yang telah

didengar anak.

Guru mengakhiri pembelajaran dengan memberikan tepuk

tangan dan pujian kepada anak-anak, serta mengucapkan

Alhamdulillah.

Page 70: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

57

3) Observasi

Dari tahap awal pengamatan pada siklus I pertemuan pertama,

keterampilan anak dalam berbicara di kelompok B1 di Taman Kanak-

kanak Harapan Silaing Bawah Padangpanjang masih rendah hal ini

terbukti sebagian besar anak di kelas mengalami kesulitan ketika

diminta untuk bercerita dengan menggunakan kosa kata yang benar

dan berbicara dengan lafal yang baik. Pada tahap penelitian ini,

peneliti bekerja sama dengan teman sejawat, dalam mengamati dan

mencatat pembelajaran yang telah dilakukan dengan mengisi format

observasi, format wawancara serta format penilaian pada pertemuan

pertama ini. Untuk lebih jelas dapat di lihat pada tabel dan grafik dari

pengamatan peneliti dan hasil wawancara sebagai berikut ini.

Tabel 4

Hasil Observasi Peningkatan Berbicara Anak Melalui Buku Cerita

Bergambar Siklus I Pertemuan I ( setelah tindakan )

No Aspek yang dinilai

Nilai

ST T R

F % F % F %

1

Mampu mengucapkan kosa

kata melalui cerita

bergambar

1 5,5 3 17 14 77,5

2 Dapat bercerita dengan

gambar yang disediakan 0 0 2 11 16 89

3

Menceritakan kembali

cerita yang sudah

diceritakan

0 0 1 5,5 17 94,5

Persentase rata - rata 2 11 87

Page 71: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

58

Berdasarkan tabel 4 diatas, terlihat rata-rata persentase

kemampuan mengucapkan kosa kata melalui cerita bergambar,

persentase jumlah anak sangat tinggi yaitu, persentase jumlah anak

sangat tinggi 5,5 %, persentase jumlah anak tinggi 17 %, anak yang

rendah 77,5 %. Rata-rata persentase dapat bercerita dengan gambar

yang disediakan rata-rata persentase anak yaitu, persentase sangat

tinggi 0 %, persentase anak yang tinggi 11 %, persentase anak yang

rendah 89 %. Rata-rata persentase menceritakan kembali cerita yang

sudah diceritakan , persentase sangat tinggi 0 %, persentase tinggi 5,5

%, persentase rendah 94,5 %. Sesuai tabel diatas dapat dilihat pada

grafik dibawah ini.

Grafik 2

Peningkatan Berbicara Anak dalam Proses Pembelajaran

Siklus I Pertemuan I ( setelah tindakan )

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

1 2 3

Sangat Tinggi

Tinggi

Rendah

Page 72: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

59

b. Siklus I Pertemuan Kedua

1) Perencanaan

Perencanaan yang dilakukan oleh guru adalah membuat

persiapan mengajar seperti Satuan Kegiatan Harian (SKH) yang akan

dilaksanakan pada pertemuan ini. Dengan indikatornya adalah mampu

mengucapkan kosa kata dengan benar, mampu memahami bunyi

bahasa, perintah, dan cerita yang dilisankan, mampu berbicara lancar

dengan lafal yang benar.

2) Tindakan

Guru melaksanakan proses pembelajaran membaca sesuai

dengan SKH yang telah disusun dan guru menggunakan buku cerita

bergambar sesuai dengan satuan kegiatan yang telah dirancang. Pada

awal mula pembelajaran, guru melakukan diskusi dengan anak tentang

kegiatan yang akan dilaksanakan. Pada pertemuan kedua ini, guru

mengadakan apersepsi pada pertemuan yang lalu (pertama) setelah itu

melanjutkan kegiatan yang telah dirancang. Untuk lebih jelasnya

dikemukan sebagai berikut ini:

Siklus I Pertemuan ke dua Sabtu/10 Desember 2011

Tema : Binatang

Sub Tema : Nama-nama dan jenis-jenis Binatang

a) Kegiatan awal ± 30 menit

(1) Mencek kehadiran anak dan mengkondisikan tempat duduk

anak.

Page 73: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

60

(2) Apersepsi, yaitu memberikan kaitan pembelajaran yang akan

diberikan kepada anak.

(3) Menciptakan kegiatan pembelajaran yang menarik melalui

tanya jawab dan percakapan.

b) Kegiatan inti ± 60 menit

(1) Pertama kali guru memperkenalkan tema kepada anak.

(2) Guru menginformasikan kepada anak-anak kalau guru akan

bercerita.

(3) Guru memperlihatkan buku cerita bergambarnya tersebut.

(4) Guru menyebutkan judul buku yang akan dipakai buat

bercerita. Kemudian peneliti menyebutkan nama tokoh-tokoh

yang ada dalam cerita, penerbit dan nama pengarang buku

cerita bergambar.

(5) Guru memulai bercerita dengan buku cerita bergambar.

(6) Guru mengulas tentang isi cerita bergambar.

(7) Guru mengulas ulang isi cerita bergambar untuk mengetahui

sejauh mana anak merespon isi cerita.

c) Kegiatan akhir ± 30 menit

(1) Guru menyimpulkan kegiatan pembelajaran.

(2) Guru mengadakan tanya jawab kepada anak, untuk

mengevaluasi terhadap cerita bergambar yang telah

didengar anak.

Page 74: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

61

(3) Guru mengakhiri pembelajaran dengan memberikan tepuk

tangan dan pujian kepada anak-anak, serta mengucapkan

Alhamdulillah.

3) Observasi

Pada siklus I pertemuan kedua ini, minat dan perhatian anak

terhadap tema pembelajaran mulai ada peningkatan. Dari aspek yang

dinilai, telah muncul beberapa anak yang yang mendapatkan nilai

sangat tinggi. Pada penelitian ini, peneliti bekerja sama dengan teman

sejawat, dalam mengamati dan mencatat pembelajaran yang telah

dilakukan dengan mengisi format observasi, format wawancara serta

format penilaian pada pertemuan pertama ini. Untuk lebih jelas dapat

di lihat pada tabel dan grafik dari pengamatan peneliti dan hasil

wawancara sebagai berikut ini.

Tabel 5

Hasil Observasi Peningkatan Berbicara Anak Melalui Buku Cerita

Bergambar Siklus I Pertemuan II ( setelah tindakan )

No Aspek yang dinilai

Nilai

ST T R

F % F % F %

1

Mampu mengucapkan kosa

kata melalui cerita

bergambar

2 11 4 22 12 67

2 Dapat bercerita dengan

gambar yang disediakan 0 0 4 22 14 78

3

Menceritakan kembali

cerita yang sudah

diceritakan

1 5,5 2 11 15 83,5

Persentase rata - rata 5,5 18,5 76

Page 75: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

62

Berdasarkan tabel 5 diatas, terlihat rata-rata persentase

kemampuan mengucapkan kosa kata melalui cerita bergambar, yaitu,

persentase jumlah anak sangat tinggi 11 %, persentase jumlah anak

tinggi 22 %, anak yang rendah 67 %. Rata-rata persentase dapat

bercerita dengan gambar yang disediakan rata-rata persentase anak

yaitu, persentase sangat tinggi 0 %, persentase anak yang tinggi 22 %,

persentase anak yang rendah 78 %. Rata-rata persentase menceritakan

kembali cerita yang sudah diceritakan, persentase sangat tinggi 5,5 %,

persentase tinggi 11 %, persentase rendah 83,5 %. Sesuai tabel diatas

dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

Grafik 3

Peningkatan Berbicara Anak dalam Proses Pembelajaran

Siklus I Pertemuan II ( setelah tindakan )

c. Siklus I Pertemuan Ketiga

1) Perencanaan

Perencanaan yang dilakukan oleh guru adalah membuat persiapan

mengajar seperti Satuan Kegiatan Harian (SKH) yang akan

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

1 2 3

Sangat Tinggi

Tinggi

Rendah

Page 76: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

63

dilaksanakan pada pertemuan ini. Dengan indikatornya adalah mampu

mengucapkan kosa kata dengan benar, mampu memahami bunyi

bahasa, perintah, dan cerita yang dilisankan, mampu berbicara lancar

dengan lafal yang benar.

2) Tindakan

Pertemuan ketiga juga terdiri dari tiga bagian yaitu kegiatan awal,

kegiatan inti dan kegiatan akhir . Untuk lebih jelasnya dikemukan

sebagai berikut ini:

Pertemuan ke tiga Selasa/13 Desember 2011

Tema : Binatang

Sub Tema : Nama dan jenis Binatang

a) Kegiatan awal ± 30 menit

(1) Mencek kehadiran anak dan mengkondisikan tempat duduk

anak.

(2) Apersepsi, yaitu memberikan kaitan pembelajaran yang akan

diberikan kepada anak.

(3) Menciptakan kegiatan pembelajaran yang menarik melalui

tanya jawab dan percakapan.

b) Kegiatan inti ± 60 menit

(1) Pertama kali guru memperkenalkan tema kepada anak.

(2) Guru menginformasikan kepada anak-anak kalau guru akan

bercerita.

(3) Guru memperlihatkan buku cerita bergambarnya tersebut.

Page 77: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

64

(4) Guru menyebutkan judul buku yang akan dipakai buat

bercerita. Kemudian peneliti menyebutkan nama tokoh-tokoh

yang ada dalam cerita, penerbit dan nama pengarang buku

cerita bergambar.

(5) Guru memulai bercerita dengan buku cerita bergambar.

(6) Guru mengulas tentang isi cerita bergambar.

(7) Guru mengulas ulang isi cerita bergambar untuk mengetahui

sejauh mana anak merespon isi cerita.

c) Kegiatan akhir ± 30 menit

(1) Guru menyimpulkan kegiatan pembelajaran.

(2) Guru mengadakan tanya jawab kepada anak, untuk

mengevaluasi terhadap cerita bergambar yang telah didengar

anak.

(3) Guru mengakhiri pembelajaran dengan memberikan tepuk

tangan dan pujian kepada anak-anak, serta mengucapkan

Alhamdulillah.

3) Observasi

Pada siklus I pertemuan ketiga ini, minat, keaktifan dan

perhatian anak terhadap tema pembelajaran mulai ada peningkatan.

Pada penelitian ini, peneliti bekerja sama dengan teman sejawat,

dalam mengamati dan mencatat pembelajaran yang telah dilakukan

dengan mengisi format observasi, format wawancara serta format

penilaian pada pertemuan pertama ini. Untuk lebih jelas dapat di lihat

Page 78: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

65

pada tabel dan grafik dari pengamatan peneliti dan hasil wawancara

sebagai berikut ini.

Tabel 6

Hasil Observasi Peningkatan Berbicara Anak Melalui Buku Cerita

Bergambar Siklus I Pertemuan III ( setelah tindakan )

No Aspek yang dinilai

Nilai

ST T R

F % F % F %

1 Mampu mengucapkan kosa

kata melalui cerita

bergambar

2 11 6 33,5 10 55,5

2 Dapat bercerita dengan

gambar yang disediakan 1 5,5 5 28 12 66,5

3

Menceritakan kembali

cerita yang sudah

diceritakan

1 5,5 3 17 14 77,5

Persentase rata - rata 7,5 26 66,5

Berdasarkan tabel 6 diatas, terlihat rata-rata persentase

kemampuan mengucapkan kosa kata melalui cerita bergambar yaitu,

persentase jumlah anak sangat tinggi 11 %, persentase jumlah anak

tinggi 33,5 %, anak yang rendah 55,5 %. Rata-rata persentase dapat

bercerita dengan gambar yang disediakan rata-rata persentase anak

yaitu, persentase sangat tinggi 5,5 %, persentase anak yang tinggi 28

%, persentase anak yang rendah 66,5 %. Rata-rata persentase

kemampuan menceritakan kembali cerita yang sudah diceritakan,

persentase sangat tinggi 5,5 %, persentase tinggi 17 %, persentase

Page 79: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

66

rendah 77,5 %. Sesuai tabel diatas dapat dilihat pada grafik dibawah

ini.

Grafik 4

Peningkatan Berbicara Anak dalam Proses Pembelajaran

Siklus I Pertemuan III ( setelah tindakan )

Tabel 7

Hasil Wawancara Anak dalam Proses Pembelajaran pada

Siklus I Pertemuan III ( setelah tindakan )

No Pertanyaan Jawaban Alasan

%

Jml

Anak

1 Apakah kamu bisa

menyebutkan nama

binatang yang terdapat

pada cerita ?

3 anak menjawab

bisa

Menirukan kembali

bunyi/suara dengan

benar

16,5

15 anak menjawab

tidak bisa

Mau bercerita kembali

tetapi masih malu-

malu

83,5

2 Menirukan kembali 4 – 5

urutan kata yang didengar

2 anak menjawab

bisa

Menirukan kembali

bunyi/suara dengan

benar

11

16 anak menjawab

tidak bisa

Tidak mau bersuara

sama sekali 89

3 Coba kamu lanjutkan

kembali isi cerita yang

telah didengar ?

2 anak menjawab

bisa

Bercerita kembali 11

16 anak menjawab

tidak bisa

Menirukan kembali

cerita dengan ragu-

ragu

89

0102030405060708090

100

1 2 3

Sangat Tinggi

Tinggi

Rendah

Page 80: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

67

Pada pertanyaan pertama dibahas tentang Apakah kamu

bisa menyebutkan nama binatang yang terdapat pada cerita ?

Dinyatakan 3 anak menjawab bisa dengan persentase 16,5%, 15

anak menjawab tidak mampu dengan persentase 83,5%. Untuk

pertanyaan kedua, apakah kamu bisa menirukan kembali urutan

kalimat yang didengar? 2 anak menjawab bisa dengan persentase

11%, 16 anak menjawab tidak bisa dengan persentase 89%. Pada

pertanyaan ketiga, coba kamu lanjutkan kembali isi cerita yang tadi

telah didengar? 2 anak menjawab bisa menceritakan kembali

dengan persentase 11%, dan 16 anak tidak bisa dengan persentase

89%.

d. Refleksi Siklus I

Pada kondisi awal sebelum penelitian dilakukan dan Siklus I,

peneliti bersama dengan kolaborator mengamati keterampilan anak

dalam berbicara di kelompok B1 di Taman Kanak-kanak Harapan

Silaing Bawah Padangpanjang masih rendah, hal ini terbukti sebagian

besar anak di kelas mengalami kesulitan ketika diminta untuk bercerita

dengan menggunakan kosa kata yang benar dan berbicara dengan lafal

yang baik.

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I sudah sesuai dengan

rencana, berdasarkan hasil pengamatan dampak pembelajaran belum

cukup berhasil.

Page 81: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

68

1) Peningkatan keterampilan berbicara anak usia dini melalui

bercerita, yaitu :

a) Mampu mengucapkan kosa kata melalui cerita bergambar,

anak yang mencapai persentase sangat tinggi memperoleh nilai

dari 0% menjadi 11%.

b) Dapat bercerita dengan gambar yang disediakan, anak yang

mencapai persentase sangat tinggi memperoleh nilai dari 0%

menjadi 5,5%.

c) Menceritakan kembali cerita yang sudah diceritakan, anak

yang mencapai persentase sangat tinggi memporeh nilai dari

0% menjadi 5,5%.

2) Ditinjau dari aktifitas guru dalam pembelajaran Siklus I sudah

berjalan baik dan berhasil, hal ini bisa dilihat dari persentase

kemampuan anak yang semakin meningkat selain hal positif yang

telah dicapai, adapula hal-hal yang harus menjadi perhatian guru,

yaitu :

1) Masih banyak anak yang perlu bimbingan dalam melakukan

kegiatan berbicara, sehingga kegiatan berbicara belum

berkembang dengan baik.

2) Semua indikator yang dinilai pada Siklus I belum mencapai

persentase rata-rata Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 75%.

3) Anak masih ada yang malas dan tidak tertarik dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran.

Page 82: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

69

Untuk mengatasi hal tersebut diatas, maka peneliti

melakukan hal sebagai berikut :

1) Mendampingi dan memperhatikan anak secara individual

terutama bagi anak-anak yang masih mengalami kesulitan

dalam berbicara.

2) Merancang pembelajaran dengan memperhatikan kondisi anak

dengan cara mengurangi rentang waktu kegiatan bercerita.

3) Merevisi kembali semua indikator yang belum tercapai pada

Siklus I.

Melihat hasil pengamatan siklus I masih sangat rendah maka

penilitian ini dilanjutkan pada siklus II.

Tabel 8

Rekapitulasi Peningkatan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini Melalui

Bercerita pada siklus I pertemuan I, II, dan III (Setelah Tindakan)

No Aspek yang dinilai

Siklus I

Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III

ST T R ST T R ST T R

1 Mampu mengucapkan kosa

kata melalui cerita bergambar 5,5 17

77,

5 11 22 67 11

33,

5

55,

5

2 Dapat bercerita dengan gambar

yang disediakan 0 11 89 0 22 78 5,5 28

66,

5

3 Mampu berbicara lancar

dengan lafal yang benar 0 5,5

94,

5 5,5 11

83,

5 5,5 17

77,

5

Persentase rata - rata 2 11 87 5,5 18,

5 76 7,5 26

66,

5

3. Deskripsi Siklus II

Dari hasil pelaksanaan Siklus I, ternyata belum mencapai

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Sebab tingkat keterampilan

Page 83: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

70

berbicara anak pada Siklus I masih dibawah 75%. Sebagaimana

dinyatakan Alwen (2005: 10) apabila indikator tingkat keberhasilan

anak belum mencapai 75% berarti belum mencapai Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM), maka peneliti melanjutkan penelitian

pada Siklus II yang dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan. Untuk

lebih jelas dikemukan sebagai berikut ini:

a. Siklus II Pertemuan Pertama

1) Perencanaan

Perencanaan yang dilakukan oleh guru adalah membuat

persiapan mengajar seperti Satuan Kegiatan Harian (SKH) yang

akan dilaksanakan pada pertemuan ini. Dengan indikatornya adalah

mampu mengucapkan kosa kata dengan benar, mampu memahami

bunyi bahasa, perintah, dan cerita yang dilisankan, mampu

berbicara lancar dengan lafal yang benar.

2) Tindakan

Anak yang sudah meningkat keterampilan berbicaranya

dipisah dari anak yang masih belum bisa memaksimalkan

keterampilan berbicaranya agar lebih mudah untuk membimbing

dan mengarahkan kelompok anak tersebut untuk meningkatkan

keterampilan berbicara. Proses pembelajaran pada Siklus II lebih

baik dan lebih lancar dibandingkan Siklus I.

Siklus II Pertemuan Pertama Kamis/15 Desember 2011

Tema : Binatang

Page 84: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

71

Sub Tema : Nama dan jenis Binatang

a) Kegiatan awal ± 30 menit

(1) Mencek kehadiran anak dan mengkondisikan tempat

duduk anak.

(2) Apersepsi, yaitu memberikan kaitan pembelajaran yang

akan diberikan kepada anak.

(3) Menciptakan kegiatan pembelajaran yang menarik

melalui tanya jawab dan percakapan.

b) Kegiatan inti ± 60 menit

(1) Pertama kali guru memperkenalkan tema kepada anak.

(2) Guru menginformasikan kepada anak-anak kalau guru

akan bercerita.

(3) Guru memperlihatkan buku cerita bergambarnya

tersebut.

(4) Guru menyebutkan judul buku yang akan dipakai buat

bercerita. Kemudian peneliti menyebutkan nama tokoh-

tokoh yang ada dalam cerita, penerbit dan nama

pengarang buku cerita bergambar.

(5) Guru memulai bercerita dengan buku cerita bergambar.

(6) Guru mengulas tentang isi cerita bergambar.

(7) Guru mengulas ulang isi cerita bergambar untuk

mengetahui sejauh mana anak merespon isi cerita.

Page 85: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

72

c) Kegiatan akhir ± 30 menit

(1) Guru menyimpulkan kegiatan pembelajaran.

(2) Guru mengadakan tanya jawab kepada anak, untuk

mengevaluasi terhadap cerita bergambar yang telah

didengar anak.

(3) Guru mengakhiri pembelajaran dengan memberikan

tepuk tangan dan pujian kepada anak-anak, serta

mengucapkan Alhamdulillah.

3) Observasi

Pada siklus II pertemuan satu ini, minat dan perhatian anak

terhadap tema pembelajaran mulai ada peningkatan. Dari aspek

yang dinilai, telah muncul beberapa anak yang yang mendapatkan

nilai sangat tinggi. Pada penelitian ini, peneliti bekerja sama

dengan teman sejawat, dalam mengamati dan mencatat

pembelajaran yang telah dilakukan dengan mengisi format

observasi, format wawancara serta format penilaian pada

pertemuan pertama ini. Untuk lebih jelas dapat di lihat pada tabel

dan grafik dari pengamatan peneliti dan hasil wawancara sebagai

berikut ini.

Page 86: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

73

Tabel 9

Hasil Observasi Peningkatan Berbicara Anak Melalui Buku Cerita

Bergambar Melalui Bercerita Siklus II Pertemuan I

No Aspek yang dinilai

Nilai

ST T R

F % F % F %

1 Mampu mengucapkan kosa kata

melalui cerita bergambar 5 28 7 39 6 33

2 Dapat bercerita dengan gambar

yang disediakan 4 22 6 33 8 45

3 Menceritakan kembali cerita yang

sudah diceritakan 4 22 4 22 10 56

Persentase rata - rata 24 31 45

Berdasarkan tabel 10 diatas, terlihat rata-rata persentase

kemampuan mengucapkan kosa kata melalui cerita bergambar,

yaitu, persentase jumlah anak sangat tinggi 28%, persentase jumlah

anak tinggi 39%, anak yang rendah 33 %. Rata-rata persentase

dapat bercerita dengan gambar yang disediakan rata-rata

persentase anak yaitu, persentase sangat tinggi 22%, persentase

anak yang tinggi 33%, persentase anak yang rendah 45%. Rata-rata

persentase kemampuan menceritakan kembali cerita yang sudah

diceritakan, persentase sangat tinggi 22%, persentase tinggi 22%,

persentase rendah 56%. Sesuai tabel diatas dapat dilihat pada grafik

dibawah ini.

Page 87: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

74

Grafik 5

Peningkatan Berbicara Anak dalam Proses Pembelajaran

Siklus II Pertemuan I ( setelah tindakan )

b. Siklus II Pertemuan Kedua

1) Perencanaan

Perencanaan yang dilakukan oleh guru adalah membuat

persiapan mengajar seperti Satuan Kegiatan Harian (SKH) yang

akan dilaksanakan pada pertemuan ini. Dengan indikatornya adalah

mampu mengucapkan kosa kata dengan benar, mampu memahami

bunyi bahasa, perintah, dan cerita yang dilisankan, mampu

berbicara lancar dengan lafal yang benar.

2) Tindakan

Anak yang sudah meningkat keterampilan berbicaranya

dipisah dari anak yang masih belum bisa memaksimalkan

keterampilan berbicaranya agar lebih mudah untuk membimbing

dan mengarahkan kelompok anak tersebut untuk meningkatkan

keterampilan.

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

1 2 3

Sangat Tinggi

Tinggi

Rendah

Page 88: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

75

Siklus II Pertemuan Kedua Sabtu/17 Desember 2011

Tema : Binatang

Sub Tema : Nama dan jenis Binatang

a) Kegiatan awal ± 30 menit

(1) Mencek kehadiran anak dan mengkondisikan tempat

duduk anak.

(2) Apersepsi, yaitu memberikan kaitan pembelajaran yang

akan diberikan kepada anak.

(3) Menciptakan kegiatan pembelajaran yang menarik

melalui tanya jawab dan percakapan.

b) Kegiatan inti ± 60 menit

(1) Pertama kali guru memperkenalkan tema kepada anak.

(2) Guru menginformasikan kepada anak-anak kalau guru

akan bercerita.

(3) Guru memperlihatkan buku cerita bergambarnya

tersebut.

(4) Guru menyebutkan judul buku yang akan dipakai buat

bercerita. Kemudian peneliti menyebutkan nama tokoh-

tokoh yang ada dalam cerita, penerbit dan nama

pengarang buku cerita bergambar.

(5) Guru memulai bercerita dengan buku cerita bergambar.

(6) Guru mengulas tentang isi cerita bergambar.

Page 89: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

76

(7) Guru mengulas ulang isi cerita bergambar untuk

mengetahui sejauh mana anak merespon isi cerita.

c) Kegiatan akhir ± 30 menit

(1) Guru menyimpulkan kegiatan pembelajaran.

(2) Guru mengadakan tanya jawab kepada anak, untuk

mengevaluasi terhadap cerita bergambar yang telah

didengar anak.

(3) Guru mengakhiri pembelajaran dengan memberikan

tepuk tangan dan pujian kepada anak-anak, serta

mengucapkan Alhamdulillah.

3) Observasi

Pada siklus II pertemuan II ini, minat dan perhatian anak

terhadap tema pembelajaran mulai ada peningkatan. Dari aspek

yang dinilai, telah muncul beberapa anak yang yang

mendapatkan nilai sangat tinggi. Pada penelitian ini, peneliti

bekerja sama dengan teman sejawat, dalam mengamati dan

mencatat pembelajaran yang telah dilakukan dengan mengisi

format observasi, format wawancara serta format penilaian pada

pertemuan pertama ini. Untuk lebih jelas dapat di lihat pada

tabel dan grafik dari pengamatan peneliti dan hasil wawancara

sebagai berikut ini.

Page 90: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

77

Tabel 10

Hasil Observasi Peningkatan Berbicara Anak Melalui Buku Cerita

Bergambar Melalui Bercerita Siklus II Pertemuan II

No Aspek yang dinilai

Nilai

ST T R

F % F % F %

1 Mampu mengucapkan kosa kata

melalui cerita bergambar 7 39 6 33 5 28

2 Dapat bercerita dengan gambar

yang disediakan 6 33 7 39 5 28

3 Menceritakan kembali cerita yang

sudah diceritakan 5 28 5 28 8 44

Persentase rata - rata 33 33 34

Berdasarkan tabel 10 diatas, terlihat rata-rata persentase

kemampuan mengucapkan kosa kata melalui cerita bergambar,

yaitu, persentase jumlah anak sangat tinggi 39%, persentase jumlah

anak tinggi 33 %, anak yang rendah 28 %. Rata-rata persentase

Dapat bercerita dengan gambar yang disediakan rata-rata

persentase anak yaitu, persentase sangat tinggi 33%, persentase

anak yang tinggi 39%, persentase anak yang rendah 28%. Rata-rata

persentase kemampuan menceritakan kembali cerita yang sudah

diceritakan, persentase sangat tinggi 28%, persentase tinggi 28%,

persentase rendah 44%. Sesuai tabel diatas dapat dilihat pada

grafik dibawah ini.

Page 91: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

78

Grafik 6

Peningkatan Berbicara Anak dalam Proses Pembelajaran

Siklus II Pertemuan II ( setelah tindakan )

c. Siklus II Pertemuan Ketiga

1) Perencanaan

Tahap perencanaan pada Siklus II ini sama seperti pada

Siklus I yaitu peneliti membuat persiapan mengajar seperti

membuat SKH yang akan dilaksanakan dengan kegiatan bercerita

yang lebih membangun motivasi anak sehingga anak merasa lebih

tertarik dan lebih memahami arti dan makna cerita yang

disampaikan, maka peneliti mengadakan proses bercerita diluar.

2) Tindakan

Anak yang sudah meningkat keterampilan berbicaranya

dipisah dari anak yang masih belum bisa memaksimalkan

keterampilan berbicaranya agar lebih mudah untuk membimbing

dan mengarahkan kelompok anak tersebut untuk meningkatkan

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

1 2 3

Sangat Tinggi

Tinggi

Rendah

Page 92: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

79

keterampilan berbicara. Proses pembelajaran pada Siklus II lebih

baik dan lebih lancar dibandingkan Siklus.

Siklus II Pertemuan Ketiga Senin/19 Desember 2011

Tema : Binatang

Sub Tema : Nama dan jenis Binatang

a) Kegiatan awal ± 30 menit

(1) Mencek kehadiran anak dan mengkondisikan tempat

duduk anak.

(2) Apersepsi, yaitu memberikan kaitan pembelajaran yang

akan diberikan kepada anak.

(3) Menciptakan kegiatan pembelajaran yang menarik

melalui tanya jawab dan percakapan.

b) Kegiatan inti ± 60 menit

(1) Pertama kali guru memperkenalkan tema kepada anak.

(2) Guru menginformasikan kepada anak-anak kalau guru

akan bercerita.

(3) Guru memperlihatkan buku cerita bergambarnya

tersebut.

(4) Guru menyebutkan judul buku yang akan dipakai buat

bercerita. Kemudian peneliti menyebutkan nama tokoh-

tokoh yang ada dalam cerita, penerbit dan nama

pengarang buku cerita bergambar.

(5) Guru memulai bercerita dengan buku cerita bergambar.

Page 93: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

80

(6) Guru mengulas tentang isi cerita bergambar.

(7) Guru mengulas ulang isi cerita bergambar untuk

mengetahui sejauh mana anak merespon isi cerita.

c) Kegiatan akhir ± 30 menit

(1) Guru menyimpulkan kegiatan pembelajaran.

(2) Guru mengadakan tanya jawab kepada anak, untuk

mengevaluasi terhadap cerita bergambar yang telah

didengar anak.

(3) Guru mengakhiri pembelajaran dengan memberikan

tepuk tangan dan pujian kepada anak-anak, serta

mengucapkan Alhamdulillah.

3) Observasi

Pada siklus II pertemuan III ini, minat dan perhatian anak

terhadap tema pembelajaran mulai ada peningkatan. Dari aspek

yang dinilai, telah muncul beberapa anak yang yang mendapatkan

nilai sangat tinggi. Pada penelitian ini, peneliti bekerja sama

dengan teman sejawat, dalam mengamati dan mencatat

pembelajaran yang telah dilakukan dengan mengisi format

observasi, format wawancara serta format penilaian pada

pertemuan pertama ini. Untuk lebih jelas dapat di lihat pada tabel

dan grafik dari pengamatan peneliti dan hasil wawancara sebagai

berikut ini.

Page 94: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

81

Tabel 11

Hasil Observasi Peningkatan Berbicara Anak Melalui Buku Cerita

Bergambar Melalui Bercerita Siklus II Pertemuan III

No Aspek yang dinilai

Nilai

ST T R

F % F % F %

1 Mampu mengucapkan kosa kata

melalui cerita bergambar 14 78 4 22 0 0

2 Dapat bercerita dengan gambar

yang disediakan 15 83 3 17 0 0

3 Menceritakan kembali cerita yang

sudah diceritakan 12 67 6 33 0 0

Persentase rata - rata 76 24 0

Berdasarkan tabel 11 diatas, terlihat rata-rata persentase

kemampuan mengucapkan kosa kata melalui cerita bergambar,

yaitu, persentase jumlah anak sangat tinggi 78%, persentase jumlah

anak tinggi 22 %, anak yang rendah 0%. Rata-rata persentase

Dapat bercerita dengan gambar yang disediakan rata-rata

persentase anak yaitu, persentase sangat tinggi 83%, persentase

anak yang tinggi 17%, persentase anak yang rendah 0%. Rata-rata

persentase kemampuan menceritakan kembali cerita yang sudah

diceritakan, persentase sangat tinggi 67%, persentase tinggi 33%,

persentase rendah 0%. Sesuai tabel diatas dapat dilihat pada grafik

dibawah ini.

Page 95: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

82

Grafik 7

Peningkatan Berbicara Anak dalam Proses Pembelajaran

Siklus II Pertemuan III ( setelah tindakan )

Tabel 12

Hasil Wawancara Anak dalam Proses Pembelajaran pada

Siklus II Pertemuan III ( setelah tindakan )

No Pertanyaan Jawaban Alasan % Jml

Anak

1

Apakah kamu bisa

menyebutkan nama

binatang yang terdapat

pada cerita ?

17 anak menjawab

bisa

Menirukan kembali

bunyi/suara dengan

benar

94,5

1 anak menjawab

tidak bisa

Mau bercerita kembali

tetapi masih malu-

malu

5,5

2

Menirukan kembali 4

– 5 urutan kata yang

didengar

18 anak menjawab

bisa

Menirukan kembali

bunyi/suara dengan

benar

100

0 anak menjawab

tidak bisa

Tidak mau bersuara

sama sekali 0

3

Coba kamu lanjutkan

kembali isi cerita yang

telah didengar ?

16 anak menjawab

bisa

Bercerita kembali 89

2 anak menjawab

tidak bisa

Menirukan kembali

cerita dengan ragu-

ragu

11

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

1 2 3

Sangat Tinggi

Tinggi

Rendah

Page 96: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

83

Pada pertanyaan pertama dibahas tentang Apakah kamu bisa

menyebutkan nama binatang yang terdapat pada cerita ?

Dinyatakan 17 anak menjawab bisa dengan persentase 94,5 %, 1

anak menjawab tidak mampu dengan persentase 5,5 persen. Untuk

pertanyaan kedua, apakah kamu bisa menirukan kembali urutan

kalimat yang didengar? 18 anak menjawab bisa dengan persentase

100%, 0 anak menjawab tidak bisa dengan persentase 0%. Pada

pertanyaan ketiga, coba kamu lanjutkan kembali isi cerita yang tadi

telah didengar? 16 anak menjawab bisa menceritakan kembali

dengan persentase 89%, dan 2 anak tidak bisa dengan persentase

11%.

d. Refleksi Siklus II

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh pada Siklus II Jumlah

anak yang memperoleh rata-rata mampu meningkat dan mencapai Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan. Hal ini terlihat dari

persentase rata-rata pertemuan III Siklus II 76% . Hal ini berarti metode

bercerita dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak di kelompok

B1 di Taman Kanak-kanak Harapan Silaing Bawah Padangpanjang

melebihi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 75%.

a. Ditinjau dari aktifitas guru, pembelajaran pada Siklus II sudah

berjalan dengan baik dan berhasil. Peningkatan keterampilan berbicara

anak usia dini melalui bercerita, yaitu :

Page 97: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

84

1) Mampu mengucapkan kosa kata melalui cerita bergambar, anak

yang mencapai persentase sangat tinggi memperoleh nilai dari 0%

menjadi 78%.

2) Dapat bercerita dengan gambar yang disediakan, anak yang

mencapai persentase sangat tinggi memperoleh nilai dari 0%

menjadi 83%.

3) Menceritakan kembali cerita yang sudah diceritakan, anak yang

mencapai persentase sangat tinggi memporeh nilai dari 0%

menjadi 67%.

b. Ditinjau dari aktifitas guru dalam pembelajaran Siklus II sudah

berjalan dengan baik dan berhasil, hal ini bisa dilihat dari persentase

kemampuan anak yang semakin meningkat terlihat selama Siklus II

sebagai berikut :

1) Anak tidak memerlukan bimbingan dalam melakukan kegiatan

berbicara, sehingga kegiatan berbicara dapat berkembang dengan

baik.

2) Semua indikator yang dinilai pada Siklus II sudah mencapai

persentase rata-rata Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 75%.

3) Walaupun masih malu-malu, anak sudah mampu berbicara

dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran.

Pada paparan diatas menunjukkan bahwa pembelajaran dengan

teknik bercerita dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak, nilai

Page 98: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

85

rata-rata yang diperoleh dari pencapaian keseluruhan sudah mencapai

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Peningkatan keterampilan

berbicara anak melalui bercerita di kelompok B1 di Taman Kanak-kanak

Harapan Silaing Bawah Padangpanjang terjadi peningkatan mulai dari

kondisi awal, Siklus I, dan Siklus II. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel dibawah ini :

Page 99: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

86

Tabel 13

Rekapitulasi Peningkatan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini Melalui Bercerita

N

o Aspek yang dinilai

Kondisi Awal Siklus I Siklus II

Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III

ST T R ST T R ST T R ST T R ST T R ST T R ST T R

1

Mampu mengucapkan

kosa kata melalui

cerita bergambar

0 11 89 5,5 17 77,

5 11 22 67 11

33,

5

55,

5 28 39 33 39 33 28 78 22 0

2

Dapat bercerita dengan

gambar yang

disediakan

0 5,5 94,

5 0 11 89 0 22 78 5,5 28

66,

5 22 33 45 33 39 28 83 17 0

3

Mampu berbicara

lancar dengan lafal

yang benar

0 5,5 94,

5 0 5,5

94,

5 5,5 11

83,

5 5,5 17

77,

5 22 22 56 28 28 44 67 33 0

Persentase rata - rata 0 7,3 92,

7 2 11 87 5,5

18,

5 76 7,5 26

66,

5 24 31 45 33 33 34 76 24 0

Page 100: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

87

B. Pembahasan

Hasil penelitian Peningkatan Kemampuan berbicara Anak usia dini

melalui bercerita di TK Harapan Silaing Bawah Padangpanjang khususnya

pada kelas B1, diperlukan pembahasan guna menjelaskan dan memperdalam

kajian dalam penelitian ini.

Pada kondisi awal diperoleh gambaran kemampuan berbicara anak

masih rendah dimana sebagian anak di TK Harapan Silaing Bawah

Padangpanjang mengalami kesulitan ketika diminta untuk bercerita dengan

menggunakan kosa kata yang benar dan berbicara dengan lafal yang baik.

Setelah melihat kondisi awal tentang kemampuan berbicara anak di

TK Harapan Silaing Bawah Padangpanjang, peneliti melakukan tindakan

untuk memperbaiki kemampuan berbicara melalui bercerita dengan

menggunakan media buku cerita bergambar. Penelitian ini terdiri dari dua

siklus yang masing-masing siklus terdiri dari tiga kali pertemuan.

1. Analisis Siklus I

Pelaksanaan pembelajaran pada Siklus I sudah sesuai dengan

rencana, berdasarkan hasil pengamatan dampak pembelajaran belum

cukup berhasil ini terlihat dari :

a. Peningkatan keterampilan berbicara anak usia dini melalui bercerita,

yaitu :

1) Mampu mengucapkan kosa kata melalui cerita bergambar, anak

yang mencapai persentase sangat tinggi memperoleh nilai dari 0%

menjadi 11%.

Page 101: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

88

2) Dapat bercerita dengan gambar yang disediakan, anak yang

mencapai persentase sangat tinggi memperoleh nilai dari 0%

menjadi 5,5%.

3) Menceritakan kembali cerita yang sudah diceritakan, anak yang

mencapai persentase sangat tinggi memporeh nilai dari 0%

menjadi 5,5%.

b. Ditinjau dari aktifitas guru dalam pembelajaran Siklus I sudah

berjalan baik dan berhasil, hal ini bisa dilihat dari persentase

kemampuan anak yang semakin meningkat selain hal positif yang

telah dicapai, adapula hal-hal yang harus menjadi perhatian guru,

yaitu :

1) Masih banyak anak yang perlu bimbingan dalam melakukan

kegiatan berbicara, sehingga kegiatan berbicara belum

berkembang dengan baik.

2) Semua indikator yang dinilai pada Siklus I belum mencapai

persentase rata-rata Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 75%.

3) Anak masih ada yang malas dan tidak tertarik dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran.

Untuk mengatasi hal tersebut diatas, maka peneliti melakukan

hal sebagai berikut :

1) Mendampingi dan memperhatikan anak secara individual

terutama bagi anak-anak yang masih mengalami kesulitan dalam

berbicara.

Page 102: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

89

2) Merancang pembelajaran dengan memperhatikan kondisi anak

dengan cara mengurangi rentang waktu kegiatan bercerita.

3) Merevisi kembali semua indikator yang belum tercapai pada

Siklus I.

Melihat hasil pengamatan siklus I masih sangat rendah maka

penilitian ini dilanjutkan pada siklus II

2. Analisis Siklus II

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh pada Siklus II Jumlah

anak yang memperoleh rata-rata mampu meningkat dan mencapai Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan. Hal ini terlihat dari

persentase rata-rata pertemuan III Siklus II 76% . Hal ini berarti metode

bercerita dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak di kelompok

B1 di Taman Kanak-kanak Harapan Silaing Bawah Padangpanjang

melebihi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 75%.

Ditinjau dari aktifitas guru, pembelajaran pada Siklus II sudah

berjalan dengan baik dan berhasil. Peningkatan keterampilan berbicara

anak usia dini melalui bercerita, yaitu :

1) Mampu mengucapkan kosa kata melalui cerita bergambar, anak

yang mencapai persentase sangat tinggi memperoleh nilai dari 0%

menjadi 78%.

2) Dapat bercerita dengan gambar yang disediakan, anak yang

mencapai persentase sangat tinggi memperoleh nilai dari 0%

menjadi 83%.

Page 103: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

90

3) Menceritakan kembali cerita yang sudah diceritakan, anak yang

mencapai persentase sangat tinggi memporeh nilai dari 0%

menjadi 67%.

Teknik bercerita untuk meningkatkan keterampilan berbicara

anak nilai rata-rata yang diperoleh dari pencapaian keseluruhan sudah

mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Peningkatan

keterampilan berbicara anak melalui bercerita di kelompok B1 di Taman

Kanak-kanak Harapan Silaing Bawah Padangpanjang terjadi peningkatan

mulai dari kondisi awal, Siklus I, dan Siklus II.

Page 104: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

91

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan temuan dan pembahasan pada Bab IV sebelum ini,

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Tujuan peningkatan keterampilan berbicara dapat tercapai secara

optimal, diperlukan strategi dan pendekatan yang sesuai dengan

karakteristik pembelajaran di TK, yaitu melalui bermain dengan

menggunakan metode mengajar yang tepat untuk meningkatkan

keterampilan berbicara serta melibatkan anak dalam kegiatan yang

dapat memberikan berbagai pengalaman bagi anak.

2. Keterampilan berbicara anak dalam proses pembelajaran dapat

meningkat dengan menggunakan kegiatan bercerita dengan

menggunakan buku cerita bergambar pada anak di kelompok B1 di

Taman Kanak-kanak Harapan Silaing Bawah Padangpanjang.

3. Kegiatan bercerita dengan menggunakan buku cerita bergambar dapat

memberikan pengaruh yang cukup nyata untuk meningkatkan

keterampilan berbicara anak, dengan adanya peningkatan persentase

dari sebelum tindakan, Siklus I ke Siklus II.

4. Bercerita dengan buku cerita bergambar dapat meningkatkan

keterampilan anak dalam mengucapkan kosa kata dengan

benar,mampu memahami bunyi bahasa, perintah, dan cerita yang

dilisankan dan mampu berbicara lancar dengan lafal yang benar

Page 105: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

92

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti memberikan saran

untuk peningkatan keterampilan berbicara pada anak sebagai berikut :

1. Agar pembelajaran berjalan lebih kondusif dan menarik bagi anak

sebaiknya guru mampu mengoptimalkan kegiatan pembelajaran

dengan menggunakan media buku cerita bergambar yang menarik,

menyenangkan dan bervariasi agar dapat membuat anak berminat dan

antusias terhadap proses pembelajaran.

2. Dalam menggunakan metode bercerita untuk meningkatkan

keterampilan berbicara anak, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

oleh guru, diantaranya adalah: cerita yang dibawakan harus menarik,

tema-tema cerita yang disampaiakan kepada anak jangan monoton,

olah vokal dan mimik wajah dalam bercerita perlu juga diperhatikan

dan durasi cerita yang disampaikan kepada anak hendaknya jangan

tidak terlalu panjang

3. Diharapkan agar peneliti yang lain dapat melakukan dan

mengungkapkan lebih jauh tentang peningkatan keterampilan

berbicara anak melalui metode dan media yang lainnya.

4. Diharapkan pembaca dapat menggunakan skripsi ini sebagai sumber

ilmu pengetahuan guna menambah wawasan.

Page 106: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

93

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Siti, Dkk. 2007. Pembelajaran Terpadu. Jakarta : Universitas Terbuka

_________. 2007. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia

Dini. Jakarta : Universitas Terbuka

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta

Dhieni, Nurbiana. 2008. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta : Universitas

Terbuka

Depdiknas 2003. Bunga Rampai Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran atau

Bimbingan dan Konseling. Jakarta

Djamarah, Bahri, S, Dkk. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rineka

Cipta

_________.2004. Kurikulum TK. Jakarta : Depdiknas.

_________.2008. Pengembangan Kemampuan Motorik Halus di Taman Kanak –

Kanak. Jakarta : Depdiknas

Eriamsyah. 2007. Psikologi Perkembangan Anak Usia Taman Kanak Kanak.

Padang : UNP

Hildayani, Rini, Dkk. 2006. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta : Universitas

Terbuka

Hurlock, Elizabeth. 1978. Psikologi Perkembangan Jilid 1. Jakarta : Erlangga

Jamaris, Martini. 2006. Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman

Kanak – Kanak. Jakarta : PT. Grasindo

Kunandar. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Masitoh, Dkk. 2005. Pendekatan Belajar Aktif di Taman Kanak – Kanak. Jakarta

: Dirjen Dikti Depdiknas

Masitoh, Dkk. 2007. Strategi Pembelajaran TK. Jakarta : Universitas Terbuka

Moeslichatoen. 2004. Metode Pengajaran di Taman Kanak- Kanak. Jakarta : PT.

Rineka Cipta

_________. 2005. Bercerita Untuk Anak Usia Dini. Jakarta : Dirjen Dikti

Depdiknas

Page 107: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

94

PG-PAUD. 2010. Panduan Penulisan Skripsi. Padang : UNP

Seefeldt, Carol. 2008. Pendidikan anak usia dini menyiapkan anak usia tiga,

empat, dan lima tahun masuk sekolah. Jakarta. PT. Indeks

Sudono, Anggani. 1995. Alat Permaianan dan Sumber Belajar. Jakarta :

Depdikbud Dirjen Proyek Pendidikan Tenaga Kependidikan

Sisdiknas. 2003. Undang Undang RI No. 20. Jakarta : PT. Sinar Grafika

Syafril. 2003. Media Pengajaran TK. Padang : UNP

Solehuddin, Dkk. 2008. Pembaharuan Pendidikan TK. Jakarta : Universitas

Terbuka

Sudijono, Anas. 2009. Statistik Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Tarigan, Guntur, H. 1981. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung : PT. Angkasa

Yulsyofriend. 2011. Pengembangan Baca Tulis ( Literacy ) Anak Usia Dini.

Padang : UNP

Zaman, Badru, Dkk. 2007. Media dan sumber Belajar TK. Jakarta : Universitas

Terbuka

Page 108: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

95

LAMPIRAN

SATUAN KEGIATAN HARIAN UNTUK SIKLUS I PERTEMUAN I

Semester/Minggu

Tema/Subtema

Hari/Tanggal

Waktu

:

:

:

:

I/XVI

Binatang/Nama-nama Binatang

Sabtu/10 Desember 2011

08:00 – 11:00 wib

Indikator Kegiatan Pembelajaran Sumber

Belajar

Penilaian

Perkembangan

Anak

Alat Anak

- Berdoa sebelum dan

sesudah melakukan

kegiatan dengan lebih tertib

(Pb)

- Melaksanakan kegiatan

ibadah sesuai aturan

menurut keyakinannya (Pb)

I. Pembukaan ± 30 menit

- Berbaris, ikrar, nyanyi,

salam, do’a

Anak

Observasi

- Membedakan dan

menirukan kembali

bunyi/suara tertentu (Bhs)

- Menirukan kembali 4-5

urutan kata (Bhs)

II. Inti ± 60 menit

Sentra Persiapan

- Bercerita tentang

nama-nama binatang

dengan buku cerita

bergambar

Buku

cerita

bergambar

Penugasan

- Membersihklan peralatan

makan setelah digunakan

(Pb)

III. Istirahat ± 30 menit

- Cuci tangan, doa

makan , makan dan

cuci piring

Observasi

- Berbicara dengan suara

yang ramah dan teratur

(Pb)

IV. Penutupan ± 30 menit

- Diskusi

- Doa pulang dan salam

Observasi

Mengetahui,

Kepala sekolah

Evita NIP. 195906021986032002

Padangpanjang, 10 Desember

2011

Guru Kelompok B1

Elyza Fatri

Page 109: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

96

LAMPIRAN

SATUAN KEGIATAN HARIAN UNTUK SIKLUS I PERTEMUAN II

Semester/Minggu

Tema/Subtema

Hari/Tanggal

Waktu

:

:

:

:

I/XVI

Binatang/Nama-nama Binatang

Senin/12 Desember 2011

08:00 – 11:00 wib

Indikator Kegiatan Pembelajaran Sumber

Belajar

Penilaian

Perkembangan

Anak

Alat Anak

- Berdoa sebelum dan

sesudah melakukan

kegiatan dengan lebih tertib

(Pb)

- Melaksanakan kegiatan

ibadah sesuai aturan

menurut keyakinannya (Pb)

I. Pembukaan ± 30 menit

- Berbaris, ikrar, nyanyi,

salam, do’a

Anak

Observasi

- Membedakan dan

menirukan kembali

bunyi/suara tertentu (Bhs)

- Menirukan kembali 4-5

urutan kata (Bhs)

- Mendengarkan dan

menceritakan kembali

cerita secara urut (Bhs)

II. Inti ± 60 menit

Sentra Persiapan

- Bercerita tentang

nama-nama binatang

dengan buku cerita

bergambar

Buku

cerita

bergambar

Penugasan

- Membersihklan peralatan

makan setelah digunakan

(Pb)

III. Istirahat ± 30 menit

- Cuci tangan, doa

makan , makan dan

cuci piring

Observasi

- Berbicara dengan suara

yang ramah dan teratur

(Pb)

IV. Penutupan ± 30 menit

- Diskusi

- Doa pulang dan salam

Observasi

Mengetahui,

Kepala sekolah

Evita NIP. 195906021986032002

Padangpanjang, 12 Desember 2011

Guru Kelompok B1

Elyza Fatri

Page 110: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

97

LAMPIRAN

SATUAN KEGIATAN HARIAN UNTUK SIKLUS I PERTEMUAN III

Semester/Minggu

Tema/Subtema

Hari/Tanggal

Waktu

:

:

:

:

I/XVII

Binatang/Nama-nama Binatang

Rabu/14 Desember 2011

08:00 – 11:00 wib

Indikator Kegiatan Pembelajaran Sumber

Belajar

Penilaian

Perkembangan

Anak

Alat Anak

- Berdoa sebelum dan

sesudah melakukan

kegiatan dengan lebih tertib

(Pb)

- Melaksanakan kegiatan

ibadah sesuai aturan

menurut keyakinannya (Pb)

I. Pembukaan ± 30 menit

- Berbaris, ikrar, nyanyi,

salam, do’a

Anak

Observasi

- Membedakan dan

menirukan kembali

bunyi/suara tertentu (Bhs)

- Menirukan kembali 4-5

urutan kata (Bhs)

- Mendengarkan dan

menceritakan kembali

cerita secara urut (Bhs)

II. Inti ± 60 menit

Sentra Persiapan

- Bercerita tentang

nama-nama binatang

dengan buku cerita

bergambar

Buku

cerita

bergambar

Penugasan

- Membersihklan peralatan

makan setelah digunakan

(Pb)

III. Istirahat ± 30 menit

- Cuci tangan, doa

makan , makan dan

cuci piring

Observasi

- Berbicara dengan suara

yang ramah dan teratur

(Pb)

IV. Penutupan ± 30 menit

- Diskusi

- Doa pulang dan salam

Observasi

Mengetahui,

Kepala sekolah

Evita NIP.

195906021986032002

Padangpanjang, 14 Desember

2011

Guru Kelompok B1

Elyza Fatri

Page 111: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

98

LAMPIRAN

SATUAN KEGIATAN HARIAN UNTUK SIKLUS II PERTEMUAN I

Semester/Minggu

Tema/Subtema

Hari/Tanggal

Waktu

:

:

:

:

I/XVII

Binatang/Nama-nama Binatang

Jum,at/16 Desember 2011

08:00 – 11:00 wib

Indikator Kegiatan Pembelajaran Sumber

Belajar

Penilaian

Perkembangan

Anak

Alat Anak

- Berdoa sebelum dan

sesudah melakukan

kegiatan dengan lebih tertib

(Pb)

- Melaksanakan kegiatan

ibadah sesuai aturan

menurut keyakinannya (Pb)

I. Pembukaan ± 30 menit

- Berbaris, ikrar, nyanyi,

salam, do’a

Anak

Observasi

- Membedakan dan

menirukan kembali

bunyi/suara tertentu (Bhs)

- Menirukan kembali 4-5

urutan kata (Bhs)

- Mendengarkan dan

menceritakan kembali

cerita secara urut (Bhs)

II. Inti ± 60 menit

Sentra Persiapan

- Bercerita tentang

nama-nama binatang

dengan buku cerita

bergambar

Buku

cerita

bergambar

Penugasan

- Membersihklan peralatan

makan setelah digunakan

(Pb)

III. Istirahat ± 30 menit

- Cuci tangan, doa

makan , makan dan

cuci piring

Observasi

- Berbicara dengan suara

yang ramah dan teratur

(Pb)

IV. Penutupan ± 30 menit

- Diskusi

- Doa pulang dan salam

Observasi

Mengetahui,

Kepala sekolah

Evita NIP. 195906021986032002

Padangpanjang, 16 Desember 2011

Guru Kelompok B1

Elyza Fatri

Page 112: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

99

LAMPIRAN

SATUAN KEGIATAN HARIAN UNTUK SIKLUS II PERTEMUAN II

Semester/Minggu

Tema/Subtema

Hari/Tanggal

Waktu

:

:

:

:

I/XVII

Binatang/Nama-nama Binatang

Senin/19 Desember 2011

08:00 – 11:00 wib

Indikator Kegiatan Pembelajaran Sumber

Belajar

Penilaian

Perkembangan

Anak

Alat Anak

- Berdoa sebelum dan

sesudah melakukan

kegiatan dengan lebih tertib

(Pb)

- Melaksanakan kegiatan

ibadah sesuai aturan

menurut keyakinannya (Pb)

I. Pembukaan ± 30 menit

- Berbaris, ikrar, nyanyi,

salam, do’a

Anak

Observasi

- Membedakan dan

menirukan kembali

bunyi/suara tertentu (Bhs)

- Menirukan kembali 4-5

urutan kata (Bhs)

- Mendengarkan dan

menceritakan kembali

cerita secara urut (Bhs)

II. Inti ± 60 menit

Sentra Persiapan

- Bercerita tentang

nama-nama binatang

dengan buku cerita

bergambar

Buku

cerita

bergambar

Penugasan

- Membersihklan peralatan

makan setelah digunakan

(Pb)

III. Istirahat ± 30 menit

- Cuci tangan, doa

makan , makan dan

cuci piring

Observasi

- Berbicara dengan suara

yang ramah dan teratur

(Pb)

IV. Penutupan ± 30 menit

- Diskusi

- Doa pulang dan salam

Observasi

Mengetahui,

Kepala sekolah

Evita NIP.

195906021986032002

Padangpanjang, 19 Desember

2011

Guru Kelompok B1

Elyza Fatri

Page 113: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

100

LAMPIRAN

SATUAN KEGIATAN HARIAN UNTUK SIKLUS II PERTEMUAN III

Semester/Minggu

Tema/Subtema

Hari/Tanggal

Waktu

:

:

:

:

I/XVII

Binatang/Nama-nama Binatang

Rabu/21 Desember 2011

08:00 – 11:00 wib

Indikator Kegiatan Pembelajaran Sumber

Belajar

Penilaian

Perkembangan

Anak

Alat Anak

- Berdoa sebelum dan

sesudah melakukan

kegiatan dengan lebih tertib

(Pb)

- Melaksanakan kegiatan

ibadah sesuai aturan

menurut keyakinannya (Pb)

I. Pembukaan ± 30 menit

- Berbaris, ikrar, nyanyi,

salam, do’a

Anak

Observasi

- Membedakan dan

menirukan kembali

bunyi/suara tertentu (Bhs)

- Menirukan kembali 4-5

urutan kata (Bhs)

- Mendengarkan dan

menceritakan kembali

cerita secara urut (Bhs)

II. Inti ± 60 menit

Sentra Persiapan

- Bercerita tentang

nama-nama binatang

dengan buku cerita

bergambar

Buku

cerita

bergambar

Penugasan

- Membersihklan peralatan

makan setelah digunakan

(Pb)

III. Istirahat ± 30 menit

- Cuci tangan, doa

makan , makan dan

cuci piring

Observasi

- Berbicara dengan suara

yang ramah dan teratur

(Pb)

IV. Penutupan ± 30 menit

- Diskusi

- Doa pulang dan salam

Observasi

Mengetahui,

Kepala sekolah

Evita NIP. 195906021986032002

Padangpanjang, 21 Desember

2011

Guru Kelompok B1

Elyza Fatri

Page 114: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

101

Lampiran

Lembaran Penilaian Peningkatan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini Melalui Bercerita

Pada kondisi awal

Keterangan

No Nama Anak Aspek yang Nilai

1 2 3

1 Alfin R R R

2 Adit R R R

3 Aditia Agustra R R R

4 Aulia R R R

5 Dinda R R R

6 Ferdi R R R

7 Nabila R R R

8 Nisa T R R

9 Nila R R R

10 Rani R R R

11 Ratu R R R

12 Regina R T R

13 Rita R R R

14 Roni R R T

15 Sergi R R R

16 Vira R R R

17 Viola T R R

18 Yudi R R R

Aspek yang di nilai:

1. Mampu mengucapkan kosa kata melalui cerita bergambar Bhs)

2. Dapat bercerita dengan gambar yang disediakan (Bhs)

3. Menceritakan kembali cerita yang sudah diceritakan (Bhs)

Kriteria Penilaian:

Sangat Tinggi (ST)

Menirukan kembali bunyi/suara dengan benar

Bercerita kembali

Tinggi (T)

Menirukan kembali cerita dengan ragu-ragu

Mau bercerita kembali tetapi masih malu-malu

Rendah (R)

Tidak mau bersuara sama sekali

Perlu bimbingan

Page 115: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

102

Lampiran

Lembaran Penilaian Peningkatan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini Melalui Bercerita

Pada Siklus I Pertemuan I

Keterangan

No Nama Anak Aspek yang Nilai

1 2 3

1 Alfin R R R

2 Adit R R R

3 Aditia Agustra R R R

4 Aulia T R R

5 Dinda R T R

6 Ferdi R R R

7 Nabila R R R

8 Nisa ST R R

9 Nila R R R

10 Rani R R R

11 Ratu R R R

12 Regina T T R

13 Rita R R R

14 Roni R R T

15 Sergi R R R

16 Vira R R R

17 Viola T R R

18 Yudi R R R

Aspek yang di nilai:

1. Mampu mengucapkan kosa kata melalui cerita bergambar Bhs)

2. Dapat bercerita dengan gambar yang disediakan (Bhs)

3. Menceritakan kembali cerita yang sudah diceritakan (Bhs)

Kriteria Penilaian:

Sangat Tinggi (ST)

Menirukan kembali bunyi/suara dengan benar

Bercerita kembali

Tinggi (T)

Menirukan kembali cerita dengan ragu-ragu

Mau bercerita kembali tetapi masih malu-malu

Rendah (R)

Tidak mau bersuara sama sekali

Perlu bimbingan

Page 116: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

103

Lampiran

Lembaran Penilaian Peningkatan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini Melalui Bercerita

Pada Siklus I Pertemuan II

Keterangan

No Nama Anak Aspek yang Nilai

1 2 3

1 Alfin T R R

2 Adit R R R

3 Aditia Agustra R R R

4 Aulia T R R

5 Dinda R T T

6 Ferdi R R R

7 Nabila R R R

8 Nisa ST T R

9 Nila R R R

10 Rani R R R

11 Ratu R R R

12 Regina ST T R

13 Rita R R R

14 Roni R R T

15 Sergi T R R

16 Vira R R R

17 Viola T R R

18 Yudi R T R

Aspek yang di nilai:

1. Mampu mengucapkan kosa kata melalui cerita bergambar Bhs)

2. Dapat bercerita dengan gambar yang disediakan (Bhs)

3. Menceritakan kembali cerita yang sudah diceritakan (Bhs)

Kriteria Penilaian:

Sangat Tinggi (ST)

Menirukan kembali bunyi/suara dengan benar

Bercerita kembali

Tinggi (T)

Menirukan kembali cerita dengan ragu-ragu

Mau bercerita kembali tetapi masih malu-malu

Rendah (R)

Tidak mau bersuara sama sekali

Perlu bimbingan

Page 117: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

104

Lampiran

Lembaran Penilaian Peningkatan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini Melalui Bercerita

Pada Siklus I Pertemuan II

Keterangan

No Nama Anak Aspek yang Nilai

1 2 3

1 Alfin T R R

2 Adit R T R

3 Aditia Agustra R R T

4 Aulia T R R

5 Dinda R T ST

6 Ferdi T R R

7 Nabila R R R

8 Nisa ST T R

9 Nila R R R

10 Rani T R T

11 Ratu R R R

12 Regina ST T R

13 Rita R R R

14 Roni R R T

15 Sergi T R R

16 Vira R T R

17 Viola T R R

18 Yudi R ST R

Aspek yang di nilai:

1. Mampu mengucapkan kosa kata melalui cerita bergambar Bhs)

2. Dapat bercerita dengan gambar yang disediakan (Bhs)

3. Menceritakan kembali cerita yang sudah diceritakan (Bhs)

Kriteria Penilaian:

Sangat Tinggi (ST)

Menirukan kembali bunyi/suara dengan benar

Bercerita kembali

Tinggi (T)

Menirukan kembali cerita dengan ragu-ragu

Mau bercerita kembali tetapi masih malu-malu

Rendah (R)

Tidak mau bersuara sama sekali

Perlu bimbingan

Page 118: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

105

Lampiran

Lembaran Penilaian Peningkatan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini Melalui Bercerita

Pada Siklus II Pertemuan I

Keterangan

No Nama Anak Aspek yang Nilai

1 2 3

1 Alfin T T R

2 Adit T ST T

3 Aditia Agustra R T ST

4 Aulia ST R R

5 Dinda R ST ST

6 Ferdi T T R

7 Nabila R R R

8 Nisa ST ST T

9 Nila R R R

10 Rani T R ST

11 Ratu T R R

12 Regina ST T R

13 Rita R R R

14 Roni T T ST

15 Sergi ST R T

16 Vira R T T

17 Viola ST R R

18 Yudi T ST R

Aspek yang di nilai:

1. Mampu mengucapkan kosa kata melalui cerita bergambar Bhs)

2. Dapat bercerita dengan gambar yang disediakan (Bhs)

3. Menceritakan kembali cerita yang sudah diceritakan (Bhs)

Kriteria Penilaian:

Sangat Tinggi (ST)

Menirukan kembali bunyi/suara dengan benar

Bercerita kembali

Tinggi (T)

Menirukan kembali cerita dengan ragu-ragu

Mau bercerita kembali tetapi masih malu-malu

Rendah (R)

Tidak mau bersuara sama sekali

Perlu bimbingan

Page 119: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

106

Lampiran

Lembaran Penilaian Peningkatan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini Melalui Bercerita

Pada Siklus II Pertemuan II

Keterangan

No Nama Anak Aspek yang Nilai

1 2 3

1 Alfin T T R

2 Adit ST ST T

3 Aditia Agustra R T ST

4 Aulia ST R R

5 Dinda R ST ST

6 Ferdi T T R

7 Nabila R R R

8 Nisa ST ST T

9 Nila R T R

10 Rani T R ST

11 Ratu T T R

12 Regina ST ST R

13 Rita R R R

14 Roni T T ST

15 Sergi ST T T

16 Vira T ST ST

17 Viola ST R T

18 Yudi ST ST T

Aspek yang di nilai:

1. Mampu mengucapkan kosa kata melalui cerita bergambar Bhs)

2. Dapat bercerita dengan gambar yang disediakan (Bhs)

3. Menceritakan kembali cerita yang sudah diceritakan (Bhs)

Kriteria Penilaian:

Sangat Tinggi (ST)

Menirukan kembali bunyi/suara dengan benar

Bercerita kembali

Tinggi (T)

Menirukan kembali cerita dengan ragu-ragu

Mau bercerita kembali tetapi masih malu-malu

Rendah (R)

Tidak mau bersuara sama sekali

Perlu bimbingan

Page 120: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

107

Lampiran

Lembaran Penilaian Peningkatan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini Melalui Bercerita

Pada Siklus II Pertemuan III

Keterangan

No Nama Anak Aspek yang Nilai

1 2 3

1 Alfin ST ST R

2 Adit ST ST ST

3 Aditia Agustra T ST ST

4 Aulia ST T ST

5 Dinda ST ST ST

6 Ferdi ST ST T

7 Nabila T R T

8 Nisa ST ST ST

9 Nila T ST T

10 Rani ST T ST

11 Ratu ST ST T

12 Regina ST ST T

13 Rita T ST T

14 Roni ST ST ST

15 Sergi ST ST ST

16 Vira ST ST ST

17 Viola ST T ST

18 Yudi ST ST ST

Aspek yang di nilai:

1. Mampu mengucapkan kosa kata melalui cerita bergambar Bhs)

2. Dapat bercerita dengan gambar yang disediakan (Bhs)

3. Menceritakan kembali cerita yang sudah diceritakan (Bhs)

Kriteria Penilaian:

Sangat Tinggi (ST)

Menirukan kembali bunyi/suara dengan benar

Bercerita kembali

Tinggi (T)

Menirukan kembali cerita dengan ragu-ragu

Mau bercerita kembali tetapi masih malu-malu

Rendah (R)

Tidak mau bersuara sama sekali

Perlu bimbingan

Page 121: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

108

Lampiran

Lembar Wawancara Anak

1. Apakah kamu bisa menyebutkan nama binatang yang terdapat pada cerita

?

2. Menirukan kembali 4 – 5 urutan kata yang didengar

3. Coba kamu lanjutkan kembali isi cerita yang telah didengar ?

Page 122: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

109

Gambar 1.Pengenalan cerita oleh peneliti dengan media buku cerita bergambar

Page 123: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

110

Gambar 2.Penyampaian cerita oleh peneliti dengan media buku cerita bergambar

Page 124: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

111

Gambar 3. Penyampaian cerita oleh peneliti dengan media buku cerita bergambar

Page 125: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

112

Gambar 4.Aktivitas anak ketika tampil didepan kelas untuk bercerita

Page 126: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

113

Gambar 5. Penyampaian cerita oleh peneliti dengan media buku cerita bergambar

Page 127: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

114

Page 128: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

115

Page 129: Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

116