pengkajian penggunaan gunting petik pada komoditas teh di kecamatan cikalong wetan

26
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I........................................................ 2 PENDAHULUAN.................................................. 2 1.1 Latar Belakang......................................... 2 1.2 Tujuan................................................. 3 1.3 Rumusan Masalah........................................ 3 BAB II....................................................... 4 PEMBAHASAN................................................... 4 2.1 Botani Tanaman Teh (Camellia sinensis)......................4 2.2 Proses Panen/Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis)......5 BAB III..................................................... 10 PEMBAHASAN JURNAL........................................... 10 4.1 Pengkajian Penggunaan Gunting Petik pada Komoditas Teh di Kecamatan Cikalong Wetan-Kabupaten Bandung.................10 DAFTAR PUSTAKA 1

Upload: meuthia-khanza

Post on 19-Dec-2015

47 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

panen teh

TRANSCRIPT

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARDAFTAR ISIBAB I2PENDAHULUAN21.1Latar Belakang21.2Tujuan31.3Rumusan Masalah3BAB II4PEMBAHASAN42.1Botani Tanaman Teh (Camellia sinensis)42.2Proses Panen/Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis)5BAB III10PEMBAHASAN JURNAL104.1 Pengkajian Penggunaan Gunting Petik pada Komoditas Teh di Kecamatan Cikalong Wetan-Kabupaten Bandung10DAFTAR PUSTAKA

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dari berbagai jenis komoditi perkebunan yang berkembang di Indonesia, teh merupakan salah satu komoditi yang pernah memberikan kontribusi yang cukup signifikan. Namun berdasarkan data tahun 2003 hingga tahun 2007, luas lahan perkebunan teh cenderung menurun tiap tahun. Tahun 2003 luas lahan perkebunan teh 143.604 ha dan pada tahun 2007 menjadi 133.734 ha. Walaupun luas lahan berkurang, jumlah produksi teh meningkat seperti pada tahun 2006 2007. Jumlah produksi teh pada tahun 2006 sebesar 146.858 ton dan meningkat pada tahun 2007 menjadi 150.623 ton (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2008). Lahan-lahan ini sebagian besar dikonversi menjadi kebun kelapa sawit, sayuran dan tanaman lain yang dianggap lebih menguntungkan (Kompas, 2004).Peningkatan kualitas areal dan produktivitas perkebunan teh merupakan peluang dalam peningkatan produksi teh nasional. Produksi yang tinggi harus diimbangi dengan mutu yang baik. Teh bermutu tinggi sangat diminati konsumen dan hanya dapat dibuat dari pucuk teh yang bermutu tinggi dengan pengolahan yang benar serta penggunaan mesin-mesin yang memadai. Kualitas pucuk teh sangat dipengaruhi oleh jenis dan cara pemanenan. Jenis petikan terbagi menjadi petikan halus, petikan medium, dan petikan kasar (Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia, 1997). Cara pemanenan dapat dilakukan dengan menggunakan mesin petik maupun pemetikan dengan tangan (Dalimoenthe dan Kartawijaya, 1997). Pemanenan atau yang lebih dikenal dengan pemetikan merupakan pekerjaan paling penting dalam budidaya teh dan membutuhkan biaya serta tenaga kerja paling banyak. Pemetikan merupakan cara pengambilan produksi di kebun teh, berupa pucuk yang memenuhi syarat-syarat pengolahan dan berfungsi pula sebagai usaha membentuk kondisi tanaman yang mampu berproduksi tinggi secara kontinyu (Direktorat Jenderal Perkebunan, 1995). Jumlah produksi yang dihasilkan perkebunan teh ditentukan oleh beberapa aspek pemetikan, yaitu jenis 2 pemetikan, jenis petikan, gilir petik, pengaturan areal petik dan tenaga pemetik serta pelaksanaan pemetikan (Setyamidjaja, 2000). Pengelolaan pemetikan mempunyai peranan sangat penting dalam menentukan kualitas pucuk teh, produktivitas tanaman teh dan kebutuhan tenaga kerja pemetik. Oleh karena itu, pengelolaan pemetikan yang tepat dapat meningkatkan mutu teh, produksi teh nasional dan menekan biaya produksi yang dikeluarkan perkebunan. Secara umum pengolahan teh dibagi menjadi tiga macam, yaitu pengolahan teh hitam, teh hijau, dan teh oolong. Biasanya perusahaan besar mengelola teh hitam, sedangkan perusahaan rakyat banyak yang mengusahakan teh hijau dan teh oolong (Iskandar, 1988). Teknik penanganan pasca panen dan pengolahan teh perlu diperhatikan mulai dari mutu bahan baku, mesin yang dipakai, tenaga pengolahan sampai mutu yang dikehendaki (Suryatmo, 2000).

1.2 TujuanUntuk mengetahui berbagai jenis dan teknik pemetikan, serta bagaimana proses pemetikan yang baik dan benar sehingga menghasilkan teh yang berkualitas tinggi.

1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses pemanenan daun teh yang baik dan benar ?2. Apa saja faktor yang mempengaruhi waktu pemanenan ?3. Apa proses atau teknik pemanenan mempengaruhi mutu dan kualitas daun teh ?

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Botani Tanaman Teh (Camellia sinensis)Tanaman teh merupakan salah satu komoditas perkebunana yang termasuk ke dalamtanaman penyegar (Ashari, 2006 dalam Mutiara, 2010). Berikut sistematika dari tanamanteh :Kingdom : PlantaeDivisio : SpermatophytaSub Divisio : AngiospermaeClass : DicotyledoneaeOrdo : GuttiferalesFamili : TheaceaeGenus : CamelliaSpesies : Camellia sinensis L. (Syakir, dkk. 2010)

Gambar 1. Tanaman TehPada Umumnya teh (Camellia sinensis) tumbuh di daerah tropis dengan ketinggian antara 200-2000 m dpl. Suhu cuaca yang baik bagi tanaman teh antara 14-25C. Tanaman teh terdiri dari atas atas 2 variaetas yang banyak dikenal masyarakat, yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensisvar. Sinensis. Tinggi tanaman teh varietas sinensis mencapai hingga 9 meter sedangkan teh varietas Assamica mencapai 12-20 m (Balittri, 2012). Tanaman teh merupakan tanaman perdu yangmempunyai perakaran dangkal, peka terhadap keadaan fisik tanah, dan cukup sulituntuk dapat menembus lapisan tanah (Ashari, 2006dalam Mutiara, 2010). Bunga teh sebagian besarself steril dan memiliki biji berwarna cokelat beruang tiga, berkulit tipis,berbentuk bundar di satu sisi dan datar di sisi lain (Setyamidjaja, 2000dalam Mutiara, 2010).

2.2 Proses Panen/Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis)Tanaman teh dipaenen dengan cara pemetikan pucuk daun teh. Beikut kriteria tanaman teh yang dapat dipanen/dilakukan pemetikan :a. Tanaman telah berumur 30-31 bulan setelah tanamb. Jumlah daun pada pucuk daun antara 4-6 helaic. Bidang petik mencai 60-70cm dengan ketinggian jumlahnya hingga 60%.Fungsi dari pemetikan pucuk tanaman teh agar memenuhi syarat-syarat pengolahan dimana tanaman mampu membentuk suatu kondisi yang berproduksi secara berkesinambungan. Kecepatan pertumbuhan dari tunas baru tergantung dari tebal lapisan daun pendukung pertumbuhan tunas 15-20 cm. Kecepatan pembentukan tunas menentukan aspek-aspek pemetikan seperti: jenis pemetikan, jenis petikan, daun petik, areal petik, tenaga petik, dan pelaksanaan pemetikan. Pada Gambar 2 disajikan penamaan daun teh agar aspek-aspek pemetikan mudah dimengerti kuncup + 2-3 daun muda. Akibat pucuk dipetik maka pembuatan zat pati berkurang untuk pertumbukan tanaman. Pemetikan pucuk akan menghilangkan zat pati sekitar 7,5%, semakin kasar pemetikan semakin tinggi kehilangan zat pati. Kehilangan zat pati akibat pemetikan pucuk tidak akan mengganggu pertumbuhan tanaman asalkan lapisan daun pemeliharaan cukup untuk melakukan proses asimilasi.

Gambar 2. Penamaan Daun TehKeberhasilan pemetikan teh merupakan kunci kesuksesan dalam bisnis tehsecara keseluruhan. Daun teh merupakan produk yang dihasilkan oleh pertumbuhan vegetatif sehingga peranan pemetikan sangat menentukanproduktivitas tanaman. Pemetikan yang hanya mementingkan produksi denganbabad habis tanpa meninggalkan pucuk untuk siklus petik berikutnya, akanmenyebabkan tanaman cepat rusak dan mengalami stres. Akibatnya, kerugianyang dialami bukan hanya untuk satu siklus petik berikutnya, tetapi akan lebihlama lagi (Gandi, 2002 dalam Mutiara, 2010).Gandi (2002)dalam Mutiara, (2010) menyatakan bahwa strategi dasar pemetikan teh adalahmenghasilkan pucuk dengan mutu standar sebanyak-banyaknya secaraberkesinambungan. Beberapa kunci sukses keberhasilan dalam mengelola pemetikan teh adalah :1. Mempertahankan daun pemeliharaan.Daun pemeliharaan (maintenanceleaves) merupakan sekumpulan daun yang ada di bawah bidang petik. Dauntersebut berfungsi sebagai penyangga atau dapur produsen pucuk. Manajemenpetik harus mempertahankan jumlah daun pemeliharaan agar berada padaperimbangan yang ideal sehingga bisa menghasilkan pertumbuhan pucuk yangoptimal. Ketebalan daun pemeliharaan antara 15 - 20 cm. Daun pemeliharaanyang terlalu tipis akan menyebabkan pucuk cenderung cepat membentuk pucukburung, sebaliknya jika terlalu tebal dan banyak menyebabkan jumlah pucuk baruyang tumbuh berkurang.2. Mengatur rumus pucuk pada bidang petik.Dalam pemetikan, perlu dilakukan pengaturan rumus pucuk yang ditinggalkan setelah kegiatan panen agartetap berada di atas bidang petik untuk diambil pada siklus petik berikutnya.Ukuran dan rumus daun yang ditinggalkan bergantung pada periode pertumbuhandan jenis petikan yang dikehendaki, misalnya petik halus, medium atau kasar.3. Mempertahankan dan meningkatkan lebar bidang petik.Produktivitaspucuk di suatu bidang petik ditentukan oleh pucuk per pokok dan jumlah pokokper luas lahan. Kebijakan pemetikan bertujuan selain untuk memperoleh produksipucuk, juga untuk memperluas bidang petik dengan cara tidak melakukanpemetikan dan membiarkan pucuk samping, yaitu pucuk yang tumbuh lateral atauke samping. Manfaat lain yaitu menekan pertumbuhan gulma denganmemperkecil ruang sinar matahari sampai ke tanah.

Macam dan Rumus PemetikanMacam petikan didasarkan pada mutu pucuk yangdihasilkan tanpa memperhatikan bagian yang ditinggalkan, sedangkan rumus digambarkan dengan lambang huruf dan angka. Macam dan rumus petikan ditentukan berdasarkan:(1) Petikan imperial, dimana hanya kuncup peko (p) yang dipetik (p+0),(2) Petikan pucuk pentil, peko+satu daun di bawahnya (p+1m),(3) Petikan halus, peko+satu/dua lembar daunmuda/burung dengan satu lembar daun muda (p+2m, b+1m),(4) Petikan medium, (p+2m, p+3m, b+1m, b+2m, b+3m),(5) Petikan kasar (p+3, p+4, b+1t, b+2t, b+3t)(6) Petikan kepel, daun yang tinggal pada perdu hanya kepel (p+n/k, b+n/k).

Jenis PemetikanBeberapa aspek pemetikan tersebut antara lain jenis pemetikan, jenispetikan, gilir petik, pengaturan areal petik dan tenaga pemetik serta pelaksanaan pemetikan. Jenis pemetikan terdiri atas pemetikan jendangan, pemetikan produksi, dan pemetikan gendesan.1. Pemetikan jendangan adalah pemetikan yang dilakukan pada tahap awal setelah tanaman teh dipangkas. Tujuan pemetikan jendangan yaitu membentukbidang petik yang lebar dan rata dengan ketebalan lapisan daun pemeliharaanyang cukup, agar tanaman mempunyai potensi produksi daun yang tinggi.Pemetikan jendangan dilakukan pada 3 4 bulan setelah pangkas dengan rumus petik p+1. Tinggibidang petik jendangan dari bidang pangkasan tergantungpada tinggi pangkasan.(1) Pangkasan 40-45 cm, tinggi jendangan 20-25 cm,(2) Pangkasan 45-50 cm, tinggi jendangan 15-20 cm,(3) Pangkasan 50-55 cm, tinggi jendangan 15-20 cm,(4) Pangkasan 55-60 cm, tinggi jendangan 10-15 cm,(5) Pangkasan 60-65 cm, tinggi jendangan 10-15 cm.Pemetikan jendangan dapat dilaksanakan apabila 60% areal telah memenuhi syarat untuk dijendang. Biasanya pemetikan jendangan dilakukan setelah 10 kali pemetikan, kemudian dilanjutkan dengan pemetikan produksi.2. Pemetikan produksi merupakan pemetikan pucuk teh setelah pemetikanjendangan selesai dan terus dilakukan hingga tiba giliran pemangkasan produksiberikutnya. Pemetikan produksi dilakukan selama 3 4 tahun dengan rumus petikmaksimum p+3.Sedangkan pemetikan produksi dapat dilakukan terusmenerus dengan jenis petikan tertentu sampai pangkasandilakukan. Berdasarkan daun yang ditinggalkan, pemetikanproduksi dapat dikategorikan sbb:(1) pemetikan ringan, apabila daun yang tertinggal pada perdu satu atau dua daun di atas kepel (rumus k+1 atauk+2),(2) pemetikan sedang, apabila daun yang tertinggal pada bagian tengah perdu tidak ada, tetapi di bagian pinggir ada satu atau dua daun di atas kepel (rumus k+o pada bagian tengah, k+1 pada bagian pinggir),(3) petikan berat, apabila tidak ada daun yang tertinggal pada perdu di atas kepel (k+0). Umumnya yang dilakukan hanya pemetikan sedang dengan bidang petik rata.3. Pemetikan gendesan adalah pemetikan yang dilakukan pada kebun yangakan dipangkas produksi. Semua pucuk yang memenuhi syarat untuk diolah akandipetik tanpa memperhatikan daun yang ditinggalkan. Berdasarkan jenispemetikan tersebut, dilihat dari rumus petiknya, mutu pucuk hasil petikanjendangan lebih baik daripada jenis pemetikan produksi dan pemetikan gendesan.Produktivitas tanaman teh hasil pemetikan gendesan akan lebih besardibandingkan dengan pemetikan jendangan dan petikan produksi karena petikangendesan memetik semua pucuk tanpa memperhatikan rumus pucuk.

Jenis PetikanMaksud dari jenis petikan yaitu macam pucuk yang dihasilkan dari pelaksanaan pemetikan. Berdasarkan jumlah helaian daun, jenis petikan terdiri atas beberapa kategori,seperti tersaji pada Gambar

Gambar 3. Jenis petikan; (1) petikan halus, (2) petikan medium, (3) petikan kasar(1) Petikan halus, pucuk peko (p) dengan satu daun, atau pucuk burung (b) dengan satu daun muda (m), rumus p+1 atau b+1m.(2) Petikan medium, pucuk peko dengan dua atau tiga daun muda, serta pucuk burung dengan satu, dua atau tiga daun muda (p+2, p+3, b+1m, b+2m, b+3m).(3) Petikan kasar, pucuk peko dengan lebih empat daun dan pucuk burung dengan beberapa daun tua (t) { (p+4 atau lebih, b+(1-4t)}.

Daur PetikPengertian tentang daur petik adalah jangka waktu pemetikan yang pertama dan jadwal selanjutnya. Lamanya waktu daur petik tergantung pertumbuhan pucuk teh. Beberapa faktor yang menentukan pertumbuhan pucuk teh antara lain:a. Umur pangkas yang makin lambat berakibat pada daur petik yang semakin panjang.b. Makin tinggi letak kebun pertumbuhan semakin lambat sehingga daur petik jadi panjang.c. Daur petik lebih panjang pada musim kemarau dibanding musim hujan.d. Tanaman makin sehat maka daur petik lebih cepat dibandingkan dengan yang kurang sehat.

BAB IIIPEMBAHASAN JURNAL

4.1 Pengkajian Penggunaan Gunting Petik pada Komoditas Teh di Kecamatan Cikalong Wetan-Kabupaten Bandung

METODE PENELITIAN

A. Objek PenelitianPengkajian dimulai dari bulan Agustus 2005Desember 2005 di perkebunan teh rakyat Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung. Kelompok Tani yang terlibat dalam kegiatan adalah kelompok tani Tunas Maju. Metodologi pendekatan yang dilakukan yaitu metode deskriptif melalui kegiatan pengkajian penggunaan gunting petik.

B. Tahap PersiapanSebelum dilakukan kegiatan pengkajian, terlebih dahulu dilakukan kegiatan pelatihan dengan narasumber dari peneliti PPTK Gambung. Bahan yang digunakan sebagai bahan pengkajian adalah gunting petik buatan PPTK Gambung dengan spesifikasi pada Tabel 1 dan Gambar 1.

Tabel 1 . Spesifikasi gunting petik

Di dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan juga disampaikan tata cara pemakaian gunting petik yang meliputi: pemeriksaan kecukupan pucuk yang optimal untuk dapat dipetik, penggunaan gunting dengan posisi sejajar bidang petik, pemakaian bantalan minimal 3 cm untuk pemula danpemetikan maksimal 5 kali siap dipindah ke keranjang serta perawatan gunting petik.

Gambar 1. Gunting petikSebelum tahapan penggunaan gunting petik, tanaman teh diberi perlakuan pemupukan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan tanaman teh yang dapat diakibatkan oleh adanya perlakuan penggunaan gunting petik, dengan kriteria disajikan pada Tabel 2, sebagai berikut:

Tabel 2 . Dosis Pemakaian Pupuk untuk Kebun Pengkajian Gunting Petik

C. Tahap PengkajianPengkajian dilakukan dengan cara penggunaan kombinasi gunting petik dan manual (3 kali gunting dan 1 kali manual) sebagaimana rekomendasi dari Djohan (2005), dibandingkan dengan cara manual menggunakan tangan. Masing-masing perlakuan dilakukan ulangan sebanyak 2 kali. Adapun luas plot, jumlah pohon, interval dan frekuensi petik yang digunakan dalam pelaksanaan kajian disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Luas Plot, Jumlah Pohon, Interval dan Frekuensi Petik Per plot

D. Tahap Analisis HasilParameter yang diamati berdasarkan hasil pengkajian meliputi waktu petik, produktivitas, prestasi petik, biaya pemetikan, harga pucuk, interval petik, persentase daun dan ranting. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kualitas mutu pucuk, dari masing-masing hasil yang diperoleh kemudian dianalisa dengan cara diambil sampel sebanyak 200 gram dan dihitung berdasarkan banyaknya mutu pucuk yang telah dipetik baik dari bobot maupun jumlah. Sedangkan untukmengetahui dampak akibat perlakuan penggunaan guntingpetik, dilakukan analisa daur petik, penambahan bidang petik dan ketebalan daun pemeliharaan. Adapun data yang telah diperoleh kemudian dianalisa secara diskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASANSebagai langkah awal sebelum pengembangan penggunaan gunting petik, terlebih dahulu dilakukan pelatihan penggunaan gunting petik kepada para tenaga pemetik. Pelatihan dilaksanakan di rumah dan kebun Ketua Kelompok Tani Tunas Maju yang berjumlah 11 orang tenaga pemetik teh. Pelatihan diawali dengan penyampaian materi berupa teori pemetikan dan aplikasi gunting petik dari PPTK Gambung. Materi yang disampaikan meliputi kaidah-kaidah pemetikan, nomenklatur pemetikan, pemetikan secara mekanis, spesifikasi gunting petik, waktu pemetikan, teknik pemetikan, hasil penelitian di lapangan, analisis petikan, analisis pucuk, daur petik dan kesehatan tanaman.Penggunaan gunting petik, pada dasarnya sama dengan pemetikan tangan, namun tujuan dan caranya berbeda. Pada umumnya pemakaian gunting petik dilakukan untuk mengatasi kelangkaan tenaga pemetik, meningkatkan produktivitas atau kapasitas pemetik dengan mempertahankan kualitas pucuk dan kesehatan tanaman. Adapun sarana pemetik yang harus dipersiapkan diantarnya yaitu junak (keranjang), waring dan gunting petik sesuai jumlah pemetik. Pada pelaksanaan pemakaian gunting petik, faktor yang perlu diperhatikan yaitu tanaman harus dalam kondisi sehat, karena pada prinsipnya pemetikan dengan gunting merupakan petikan berat. Pemetikan memacu tunas, namun tunas-tunas tersebut didukung oleh daun-daun yang ditinggalkan pada perdu, sehingga faktor pucuk yang ditinggalkan perlu diperhatikan (Kartawijaya dkk., 1997).Aplikasi pelatihan pencontohan pemakaian gunting petik dilakukan di lapangan/on job training (OJT). Dalam pemakaian gunting, gerakan dilakukan oleh satu tangan dengan satu tangan lainnya diam, dan pemetikan rata dengan bidang petik, sehingga diperoleh tapakan yang bagus dan hasil pucuk yang halus. Pelaksanaan pelatihan gunting petik di lapangan, sebagaimana terlihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Pelaksanaan pelatihan gunting petik di lapanganSelanjutnya dilakukan ujicoba oleh para pemetik dengan menggunakan gunting petik. Berdasarkan hasil pemetikan dengan menggunakan gunting, dengan kapasitas sekali penampung penuh diperoleh pucuk halus sebesar 325 gram dan pucuk kasar sebesar 275 gram. Hasil pemetikan, kemudian dilakukan analisa pucuk dan tapak bekas petikan. Berdasarkan hasil analisa, sebanyak 30 % dari anggota menghasilkan petikan dengan bekas tapakan yang sudah bagus. Hasil analisa merupakan kinerja pemetik berdasarkan hasil pelatihan pada tahap pertama. Seiring dengan pelaksanaan di lapangan, pemetik masih mendapatkan pendampingan lebih lanjut, terkait dengan optimasi serta efisiensi penggunaan gunting petik. Dalam rangka pelaksanaan kegiatan pengkajian di lapang, telah disusun juknis mengenai pemetikan dengan menggunakan gunting petik. Pada saat aplikasi pemetikan dengan menggunakan gunting, akan diimbangi dengan pemupukansecara intensif dalam satu tahun.Berdasarkan hasil pengkajian diperoleh hasil pengamatanpemetikan dengan cara manual dan menggunakan gunting sebagaimana tertera pada Tabel 4 dibawah ini.

Tabel 4. Hasil pemetikan dengan cara manual dan kombinasi gunting petik

Penggunaan gunting petik pada saat pemetikan teh, membutuhkan waktu petik yang lebih singkat yaitu selama 6,57 jam/plot dengan prestasi petik sebesar 18,05 kg/jam.Sedangkan dengan cara manual, dibutuhkan waktu selama 7,09 jam/plot dengan prestasi petik sebesar 16 kg/jam. Apabila dibandingkan antara penggunaan gunting petik dan cara manual terkait dengan interval petik rata-rata gunting petik sebesar 20,57 hari dan cara manual 12 hari, dan belum diperoleh hasil yang optimal. Hal ini kemungkinan terjadi karena tenaga pemetik belum sepenuhnya terampil menggunakan gunting petik. Disamping itu berdasarkan hasil uji petik, petani merasa belum membutuhkan gunting petik pada saat tenaga kerja melimpah. Sehingga dalam aplikasinya, belum tercipta usaha yang maksimal untuk mengoptimalkan pemakaian gunting petik. Untuk mengantisipasi kelangkaan tenaga pemetik nantinya, perlu adanya pembinaan keterampilan lebih lanjut mengenai pemakaian gunting petik.Penggunakan gunting petik, diperoleh hasil dengan persentase daun lebih besar yaitu 76,25 %, dibandingkan dengan cara manual diperoleh persentase daun sebesar 75,77 %. Banyaknya ranting yang dihasilkan ini, sangat mempengaruhi mutu teh kering yang nantinya akan dihasilkan. Dengan semakinbanyaknya ranting yang dihasilkan, nantinya juga akan semakin banyak tulang yang dihasilkan pada teh kering.Cara pemetikan berpengaruh terhadap persentase mutu pucuk yang dihasilkan. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap bobot pucuk dalam 200 gram sampel yang diambil, diperoleh mutu sebagaimana tertera pada Tabel 5. Pemetikan dengan cara manual dihasilkan mutu pucuk peko sebesar 44,99 %, sedangkan dengan menggunakan gunting diperoleh mutu pucuk peko lebih banyak yaitu sebesar 46,14 %. Secara keseluruhan masih dihasilkan pucuk dengan mutu burung lebih banyak. Hal ini menunjukkan bahwasannya pemetikan yang dilakukan oleh petani masih banyak dihasilkan mutu pucuk kasar dibandingkan mutu pucuk halusnya. Hal ini dimungkinkan juga petani masih terbawa kebiasaan belum memperhatikan mutu pucuk yang dihasilkan, sehingga masih diperlukan adanya pembinaan dan pendampingan lebih lanjut dalam penerapan pemetikan yang baik, secara manual maupun dengan menggunakan gunting petik.Cara pemetikan yang memperhatikan mutu pucuk yang dihasilkan, masih sulit diterapkan di tingkat petani. Hal ini sangat terkait dengan harga pucuk yang mereka jual, dimana belum ada perbedaan harga yang signifikan antara pucuk halus dan pucuk kasar. Para petani kembali berorientasi dengan mutu kuantitas yang dihasilkan dan bukan pada mutu yang dihasilkan. Padahal kalau dibandingkan, pucuk yang bagus dihasilkan dengan menggunakan gunting petik, dapat dijual dengan harga rata-rata Rp 757,14 dan hasil dari pemetikan dengan cara manual dijual dengan harga rata-rata Rp 750,00. Kalau melihat nilainya, mungkin tidak jauh beda. Akan tetapi, kalau kita melihat mutu teh yang nantinya akan dihasilkanharus diperhatikan mutu pucuknya. Mutu pucuk yang bagus,akan menghasilkan mutu teh yang bagus pula

Tabel 5. Pengaruh cara pemetikan terhadap bobot pucuk dalam 200 gram sampel

Cara pemetikan berpengaruh terhadap persentase mutu pucuk yang dihasilkan, dapat juga dilihat dari hasil pengamatan terhadap jumlah pucuk dalam 200 gram sampel yang diambil, sebagaimana tertera pada Tabel 6. Pemetikan dengan cara manual dihasilkan mutu pucuk peko sebesar 46,04 %, sedangkan dengan menggunakan gunting diperoleh mutu pucuk peko lebih banyak yaitu sebesar 53.36 %. Berdasarkan jumlah pucuk dari 200 sampel yang diambil dari hasil pemetikan, diperoleh hasil dengan menggunakan gunting dihasilkan mutu yang lebih baik dibandingkan dengan cara manual. Dengan demikian, perlu adanya pengembangan lebih lanjut mengenai penggunaan gunting petik ini.

Tabel 6. Pengaruh cara pemetikan terhadap jumlah pucuk dalam 200 gram sampel

Cara pemetikan juga mempengaruhi kapasitas produksi yang dihasilkan, dimana dengan menggunakan gunting petik relatif lebih besar dibandingkan dengan cara manual.Kapasitas produksi ini, juga berbeda pada tiap bulannya.Pada umumnya, kapasitas produksi meningkat setelah bulanOktober. Hal ini dimungkinkan, karena pada bulan Oktobersudah mulai turun hujan sehingga makin banyak pucuk yang dihasilkan (Gambar 3).

Cara pemetikan mempengaruhi pertambahan bidang dan ketebalan daun pemeliharaan, sebagaimana tertera pada Tabel 7. Dalam waktu 5 bulan, dengan cara manual diperoleh pertambahan bidang petik sebesar 14,67 cm dan 10,6 cm dengan menggunakan gunting petik. Sedangkan ketebalan daun pemeliharaan 14,67 cm pada pemetikan dengan cara manual dan 7,33 dengan menggunakan gunting petik. Hal ini sangat terkait dengan kerusakan tanaman teh, dimana telah diantisipasi dengan cara mengkombinasikan 3 kali pemakaiangunting petik dan 1 kali manual.

Tabel 7. Pengaruh Cara Pemetikan dan Daur Pemetikan Terhadap Pertambahan Bidang Petik serta Ketebalan Daun Pemeliharaan Selama 5 Bulan

KESIMPULANPenggunaan gunting petik pada saat pemetikan teh, membutuhkan waktu petik yang lebih singkat yaitu selama 6,57 jam/plot dengan prestasi petik sebesar 18,05 kg/jam. Perbandingan antara penggunaan gunting petik dan cara manual tehadap interval petik rata-rata gunting petik sebesar 20,57 hari dan cara manual 12 hari dan belum diperoleh hasil yang optimal. Penggunakan gunting petik, diperoleh hasil dengan persentase daun lebih besar yaitu 76,25 % dibandingkan dengan cara manual. Pemetikan dengan cara manual dihasilkan mutu pucuk peko sebesar 44,99 %, sedangkan menggunakan gunting diperoleh mutu pucuk peko lebih banyak yaitu sebesar 46,14 %. Penggunaan gunting petik dapat meningkatkan prestasi petik dan mutu pucuk yang dihasilkan. Untuk optimalisasi kinerja gunting petik masih dibutuhkan peningkatan ketrampilan dalam penggunaannya, sedangkan kuantitas hasil pucuk, disamping dipengaruhi oleh cara pemanenan juga dipengaruhi oleh musim.

DAFTAR PUSTAKA

Balittri. 2012. Tanaman Teh. Badan Penelitian Industri dan Penyegar. Sukabumi, Jawa Barat. Melalui http://balittri.litbang.pertanian.go.id. (Diakses pada tanggal 29 April 2015 pukul 17.15 WIB).

Butar Butar, Candra. 2012. ANALISIS DAMPAK SISTEM MEKANISASI PANEN TEH TERHADAP TINGKAT PENGGUNAAN TENAGA KERJA, PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA, PENDAPATAN DAN EFISIENSI UNIT KEBUN SIDAMANIK, PTPN IV. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=58803&val=4143. (Diakses pada tanggal 28 April 2014 pukul 16. 12 WIB).

Herawati, Heny dan Agus Nurawan. 2009. PENGKAJIAN PENGGUNAAN GUNTING PETIK PADA KOMODITAS TEH DI KECAMATAN CIKALONG WETAN-KABUPATEN BANDUNG. http://www.jurnal-agritech.tp.ugm.ac.id/ojs/index.php/agritech/article/view/9. (Diakses pada tanggal 29 April 2014 pukul 16. 52 WIB).

Mutiara, Dina. 2010. Pengelolaan Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kunt.) di Unit Perkebunan Tambi PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah. http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/59095. (Diakses pada tanggal 28 April 2014 pukul 16. 05 WIB).

Syakir; Effendi, Soleh Dedi; Yusro dan Wiratno. 2010. Budidaya Dan Pasca Panen Teh.Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Bogor, Jawa Barat. Melalui http://perkebunan.litbang.pertanian.go.id. (Diakses pada tanggal 29 April 2015 pukul 17.23 WIB).

5