pengenalan mikroskop
DESCRIPTION
Mikroskop PolarisatorTRANSCRIPT
PRAKTIKUM MINERAGRAFI LABORATORIUM DINAMIS J URUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGENALAN MIKROSKOP
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dengan kemampuan mata manusia yang terbatas maka untuk pengamatan
mineral penyusun batuan lebih lanjut harus menggunakan alat yaitu mikroskop. Yang
dimaksud di sini adalah mikroskop polarisasi yang berbeda dengan mikroskop biasa,
dimana mikroskop biasa hanya memperbesar benda yang diamati. Mikroskop
polarisasi menggunakan cahaya yang dibelokkan atau terbias, bukan cahaya
terpantul. Selain itu, perbedaannya pada beberapa komponen khusus yang hanya
terdapat pada mikroskop ini, antara lain keping analisator, polarisator, kompensator
dan lensa amici bertrand. Jenis/tipe dari mikroskop ini cukup beragam, ada beberapa
tipe yang biasa digunakan misalnya tipe Olympus, Bausch & Lomb, dan Reichert.
Dalam ilmu Geologi analisis sayatan tipis batuan dilakukan karena
sifat- sifat fisik, seperti tekstur, komposisi dan perilaku mineral-mineral penyusun
batuan tersebut tidak dapat dideskripsi secara megaskopis di lapangan. Dalam
hal ini pengamatan yang akan dilakukan adalah pengamataan mineral bijih dan
mineral tranparan menggunakan mikroskop polarisasi yang berbeda dengan
mikroskop biasa yang hanya memperbesar benda yang akan diamati.
Terkait dengan peranan mikroskop polarisasi dalam identifikasi sifat optik
suatu mineral maka dianggap perlu untuk mampu menggunakan mikroskop tersebut.
Oleh karena itu diadakanlah praktikum Pengenalan Mikroskop Polarisasi.
I.2 Maksud dan Tujuan
I.2.1 Maksud
Adapun maksud diadakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui
bagian-bagian dari mikroskop polarisasi serta bagaimana menggunakan mikroskop
ini untuk mengamati mineral bijih dan transparan dengan benar.
I.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Mahasiswa dapat mengetahui bagian-bagian mikroskop Olympus BX41 dan
fungsinya.
ODE RAFSAN RASBIN YOGI LAODE PRINATA 093 2103 0095
PRAKTIKUM MINERAGRAFI LABORATORIUM DINAMIS J URUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGENALAN MIKROSKOP
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara menggunakan mikroskop Olympus BX41
untuk mengamati mineral.
I.3 Alat dan Bahan
I.3.1 Alat
1. Alat Tulis Menulis
2. Mistar
3. Drawing Pen
I.3.2 Bahan
1. Kerta Kalkir
2. Kertas A4
ODE RAFSAN RASBIN YOGI LAODE PRINATA 093 2103 0095
PRAKTIKUM MINERAGRAFI LABORATORIUM DINAMIS J URUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGENALAN MIKROSKOP
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengertian Mikroskop.
Mikroskop terdiri dari dua kata yang diambil dari bahasa Yunani yakni
micros yang artinya kecil dan scopein yang artinya melihat. Jadi mikroskop adalah
sebuah alat yang digunakan untuk melihat objek berukuran kecil yang tidak dapat
dilihat dengan mata telanjang. Mikroskop ditemukan oleh Antony Van Leuwenhoek,
dimana sebelumnya sudah ada Robert Hook dan Marcello Malphigi yang
mengadakan penelitian melalui lensa yang sederhana. Lalu Antony Van
Leuwenhoek mengembangkan lensa sederhana itu menjadi lebih kompleks agar
dapat mengamati protozoa, bakteri dan berbagai makhluk kecil lainnya. Kemudian
pada sekitar tahun 1600 Hanz dan Jansen telah menemukan mikroskop yang dikenal
dengan mikroskop ganda yang lebih baik daripada mikroskop yang dibuat oleh
Antony Van Leuwenhoek.
Mikroskop adalah suatu instrumen ilmiah yang terkenal abad ke – 19 dan
telah diterapkan secara luas di dalam banyak ilmu pengetahuan. Akan tetapi, seorang
geologist sudah dapat melihat material-material yang terdapat dalam tanah yang
biasanya tidak bisa dilihat langsung di pegunungan tetapi dengan mikroskop. Pada
tahun 1829, Edinburgh New Philosophical Journal dipublikasikan dalam artikel
sebanyak dua halaman yang diberi judul ”The Nicol Prism” oleh William Nicol
(1768-1851) dosen filsafat di Edinburgh. Prisma ini dibuat dari dua bagian, yaitu
kalsit dan balsam Kanada, sebagai penghasil cahaya bidang polarisasi. Dua tahun
yang lalu Nicol mempublikasikan artikel kedua dengan pokok bahasan tahapan
preparasi mineral dan fosil kayu melalui pemeriksaan mikroskop. Dengan dua artikel
William Nicol, menghadirkan sebuah alat geologi yang sekarang diterapkan pada
Pmikroskop untuk mempelajari batuan. Sorby menulis buku yang dipublikasikan
pada tahun 1850 dan 1860, tetapi sedikit diterima di negerinya, namun banyak
diminati oleh peneliti di beberapa benua, khususnya : Zirkel, Vogelsang, dan
Rosenburgh di Jerman dan Fouque dan Michel Levi di Prancis yang telah
mengangkat ilmu petrografi pada statusyang dapat diterima oleh para ilmuan dan
menjadi cabang ilmu yang mempelajari batuan secara mikroskopis.
ODE RAFSAN RASBIN YOGI LAODE PRINATA 093 2103 0095
PRAKTIKUM MINERAGRAFI LABORATORIUM DINAMIS J URUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGENALAN MIKROSKOP
II.2 Jenis-jenis Mikroskop
Mikroskop yang dipergunakan untuk pengamatan sayatan tipis dari batuan,
pada prinsipnya sama dengan mikroskop yang biasa dipergunakan dalam
pengamatan biologi. Keutamaan dari mikroskop ini adalah cahaya (sinar) yang
dipergunakan harus sinar terpolarisasi. Karena dengan sinar itu beberapa sifat dari
kristal akan nampak jelas sekali. Salah satu faktor yang paling penting adalah warna
dari setiap mineral, karena setiap mineral mempunyai warna yang khusus. Untuk
mencapai daya guna yang maksimal dari mikroskop polarisasi maka perlu dipahami
benar bagian-bagiannya serta fungsinya di dalam penelitian. Setiap bagian adalah
sangat peka dan karenanya haruslah dijaga baik-baik. Kalau mikroskop tidak
dipergunakan sebaiknya ditutup dengan kerudung plastik. Bagian-bagian optik
haruslah selalu dilindungi dari debu, minyak dan kotoran lainnya. Perlu diketahui
bahwa butir debu yang betapapun kecilnya akan dapat dibesarkan berlipat ganda
sehingga akan mengganggu jalannya pengamatan. Adapun jenis-jenis mikroskop
yaitu sebagai berikut :
2.2.1 Mikroskop Cahaya (Light Microscope)
Memiliki dua jenis lensa yaitu obyektif dan okuler, sistem kerjanya dibantu
dengan cara pantulan cahaya yang menembus obyek yang diamati dan mampu
memperbesar bayangan obyek hingga 1000 x . Merupakan mikroskop yang
mempunyai bagian – bagian yang terdiri dari alat-alat yang bersifat optik, berguna
untuk mengamati benda-benda atau preparat yang transparan. Suatu variasi dari
mikroskop cahaya biasa ialah mikroskop ultraviolet, karena cahaya ultraviolet tak
dapat dilihat oleh mata manusia maka bayangan benda harus direkam pada piringan
peka cahaya.
Lensa obyektif berfungsi untuk pembentukan bayangan pertama dan
menentukan struktur serta bagian renik yang akan terlihat pada bayangan akhir serta
berkemampuan untuk memperbesar bayangan obyek sehingga dapat memiliki nilai
“apertura” yaitu suatu ukuran daya pisah suatu lensa obyektif yang akan menentukan
daya pisah spesimen, sehingga mampu menunjukkan struktur renik yang berdekatan
sebagai dua benda yang terpisah.
ODE RAFSAN RASBIN YOGI LAODE PRINATA 093 2103 0095
PRAKTIKUM MINERAGRAFI LABORATORIUM DINAMIS J URUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGENALAN MIKROSKOP
Lensa okuler, adalah lensa mikroskop yang terdapat di bagian ujung atas
tabung berdekatan dengan mata pengamat, dan berfungsi untuk memperbesar
bayangan yang dihasilkan oleh lensa obyektif berkisar antara 4 hingga 25 kali.
Lensa kondensor, adalah lensa yang berfungsi guna mendukung terciptanya
pencahayaan pada obyek yang akan dilihat sehingga dengan pengaturan yang tepat
maka akan diperoleh daya pisah maksimal. Jika daya pisah kurang maksimal maka
dua benda akan terlihat menjadi satu dan pembesarannyapun akan kurang optimal.
Bagian-bagian mikroskop cahaya :
1. Lensa okuler yaitu lensa yang berhadapn langsung dengan mata pengamat, lensa
ini berfungsi untuk membentuk bayangan maya, tegak, dan diperbesar dari lensa
objektif.
2. Tabung mikroskop (tubus), tabung ini berfungsi untuk mengatur fokus dan
menghubungan lensa objektif dengan lensa okuler.
3. Sekrup Pengarah Kasar (Makrometer), makrometer berfungsi untuk menaik
turunkan tabung mikroskop secara cepat.
4. Sekrup Pengarah Halus (Mikrometer), pengatur ini berfungsi untuk menaikkan
dan menurunkan mikroskop secara lambat, dan bentuknya lebih kecil daripada
makrometer.
5. Revolver, berfungsi untuk mengatur perbesaran lensa objektif dengan cara
memutarnya.
6. Lensa Objektif, lensa ini berada dekat pada objek yang di amati, lensa ini
membentuk bayangan nyata, terbalik, di perbesar. Di mana lensa ini di atur oleh
revolver untuk menentukan perbesaran lensa objektif.
7. Pegangan, berfungsi sebagai pegangang pada mikroskop. Pegangan mikroskop
sangat penting apabila mikroskop akan diangkat atau dipindahkan.
8. Pegangan sedia (penjepit kaca), penjepit ini berfungsi untuk menjepit kaca yang
melapisi objek agar tidak mudah bergeser.
9. Meja Objek, berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan objek yang akan di
amati.
10. Kondensor, kondensor berfungsi untuk mengumpulkan cahaya yang masuk, alat
ini dapat putar dan di naik-turunkan.
11. Diafragma, berfungsi untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk.
ODE RAFSAN RASBIN YOGI LAODE PRINATA 093 2103 0095
PRAKTIKUM MINERAGRAFI LABORATORIUM DINAMIS J URUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGENALAN MIKROSKOP
12. Sendi Inklinasi (Pengatur Sudut), untuk mengatur sudut atau tegaknya
mikroskop.
13. Reflektor (cermin), terdiri dari dua jenis cermin yaitu cermin datar dan cermin
cekung. Reflektor ini berfungsi untuk memantulkan cahaya dari cermin ke meja
objek melalui lubang yang terdapat di meja objek dan menuju mata pengamat.
Cermin datar digunakan ketika cahaya yang di butuhkan terpenuhi, sedangkan
jika kurang cahaya maka menggunakan cermin cekung karena berfungsi untuk
mengumpulkan cahaya.
14. Kaki, berfungsi untuk menyangga atau menopang mikroskop.
2.1.2 Mikroskop Lapangan Gelap (Dark Field Microscope)
Mikroskop ini dilengkapi dengan suatu kondensor yang tidak
memungkinkan adanya intensitas cahaya kuat sehingga dengan demikian bisa terjadi
lapangan penglihatan yang kurang begitu terang (relatif gelap). Kegunaannya untuk
melihat gerakan-gerakan bakteri khususnya Treponema pallidum. Treponema
pallidum memiliki gerakan yang khas, sehingga dapat dibedakan dari spesies
Treponema yang lain. Dalam kaitan dengan rapid diagnosis dari penyakit kholera,
mikroskop ini dapat digunakan.
2.1.3 Mikroskop Fluoresen (Fluorescence Microscope)
Mikroskop ini dilengkapi dengan suatu sumber UV light (sinar ultra
violet). Kegunaannya untuk mendeteksi agen etiologik (Ag) atau respon imun (Ab)
pada spesimen penderita penyakit infeksi yang dicurigai. Mikroskop pender ini dapat
digunakan untuk mendeteksi benda asing atau Antigen (seperti bakteri, ricketsia, atau
virus) dalam jaringan. Dalam teknik ini protein antibodi yang khas mula-mula
dipisahkan dari serum tempat terjadinya rangkaian atau dikonjungsi dengan pewarna
pendar. Karena reaksi Antibodi-Antigen itu besifat khas, maka peristiwa pendar
akanan terjadi apabila antigen yang dimaksud ada dan dilihat oleh antibodi yang
ditandai dengan pewarna pendar.
2.1.4 Mikroskop Ultraviolet
Suatu variasi dari mikroskop cahaya biasa adalah mikroskop ultraviolet.
Karena cahaya ultraviolet memiliki panjang gelombang yang lebih pendek dari pada
ODE RAFSAN RASBIN YOGI LAODE PRINATA 093 2103 0095
PRAKTIKUM MINERAGRAFI LABORATORIUM DINAMIS J URUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGENALAN MIKROSKOP
cahaya yang dapat dilihat, penggunaan cahaya ultra violet untuk pecahayaan dapat
meningkatkan daya pisah menjadi 2 kali lipat daripada mikroskop biasa. Karena
cahaya ultra violet tak dapat dilihat oleh mata manusia, bayangan benda harus
direkam pada piringan peka cahaya (photografi Plate). Mikroskop ini menggunakan
lensa kuarsa, dan mikroskop ini terlalu rumit serta mahal untuk dalam pekerjaan
sehari-hari.
2.1.5 Mikroskop Fase Kontras (Contranst phase Microscope)
Cara ideal untuk mengamati benda hidup adalah dalam kadaan alamiahnya,
yakni tidak diberi warna dalam keadan hidup, namun pada jaringan hidup yang
mikroskopik (jaringan hewan atau bakteri) tembus cahaya sehingga pada masing-
masing jaringan tak akan teramati, kesulitan ini dapat diatasi dengan menggunakan
mikroskop fasekontras. Prinsip alat ini sangat rumit. Apabila mikroskop biasa
digunakan nuklus sel hidup yang tidak diwarnai dan tidak dapat dilihat, walaupun
begitu karena nukleus dalam sel, nukleus ini mengubah sedikit hubungan cahaya
yang melalui meteri sekitar inti. Hubungan ini tidak dapat ditangkap oleh mata
manusia disebut fase. Namun suatu susunan filter dan diafragma pada mikroskop
fase kontras akan mengubah perbedaan fase ini menjadi perbedaan dalam terang
yaitu daerah-daerah terang dan bayangan yang dapat ditangkap oleh mata dengan
demikian nukleus (dan unsur lain) yang sejauh ini tidak dapat dilihat menjadi dapat
dilihat.
2.1.6 Mikroskop Elektron (Elektrone Microscope)
Adalah sebuah mikroskop yang mampu melakuakan peambesaran obyek
sampai duajuta kali, yang menggunakan elektro statik dan elektromagnetik untuk
mengontrol pencahayaan dan tampilan gambar serta memiliki kemampuan
pembesaran objek serta resolusi yang jauh lebih bagus dari pada mikroskop cahaya.
Mikroskop elektron ini menggunakan jauh lebih banyak energi dan radiasi elektro
maknetik yang lebih pendek dibandingkan mikroskop cahaya.Macam- macam
mikroskop elektron:
1. Mikroskop transmisi elektron (TEM)
2. Mikroskop pemindai transmisi elektron (STEM)
3. Mikroskop pemindai elektron
4. Mikroskop pemindai lingkungan electron (ESEM)
ODE RAFSAN RASBIN YOGI LAODE PRINATA 093 2103 0095
PRAKTIKUM MINERAGRAFI LABORATORIUM DINAMIS J URUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGENALAN MIKROSKOP
5. Mikroskop refleksi elektron (REM)
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
III.1 Mikroskop Polarisasi
Mikroskop polarisasi adalah mikroskop yang cara kerjanya membiaskan
cahaya, bukan memantulkan cahaya. Dasar yang membedakan mikroskop polarisasi
dengan mikroskop biasa yakni adanya beberapa komponen khusus yang hanya
terdapat pada mikroskop ini, antara lain keping analisator, polarisator, kompensator,
dan lensa amici bertrand. Jenis dari mikroskop ini cukup beragam, ada beberapa tipe
mikroskop polarisasi yang biasa digunakan, yakni Nikon, Olympus dan Reetchet.
Perbedaan tipe mikroskop tersebut hanya pada penempatan kedudukan bagian-
bagiannya, tapi secara umum prinsip penggunaannya relatif sama.
III.2 Bagian-bagian Mikroskop Polarisasi
Adapun bagian-bagian dari mikroskop Polarisasi beserta fungsinya yaitu :
III.2.1 Tubus atas bagian atas, meliputi :
1. Lensa okule : Berfungsi untuk melihat objek yang akan diamati.
2. Eye piece : Berfungsi sebagai tempat meletakkan mata saat mengamati objek.
3. Dioptring : Berfungsi untuk memperjelas bayangan benda pada saat pengamatan
dan mengatur posisi lensa okuler.
4. Pin hole : Berfungsi untuk mengatur gelap-terangnya lensa amici Bertrand.
5. Lensa Amici Bertrand : Berfungsi untuk memperjelas gambar interferensi bagian
dalam.
6. Skala lensa amici Bertrand ; Sebagai skala dalam memperjelas gambar
interferensi bagian dalam.
7. Pengunci tubus atas bagian atas : Berfungsi untuk mengunci tubus atas bagian
atas.
ODE RAFSAN RASBIN YOGI LAODE PRINATA 093 2103 0095
PRAKTIKUM MINERAGRAFI LABORATORIUM DINAMIS J URUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGENALAN MIKROSKOP
3.2.2 Tubus atas bagian tengah, meliputi :
1. Analisator : Berfungsi untuk mendapatkan warna obsorbs maksimum pada saat
pengamatan nikol silang.
2. Pengunci skala analisator : Berfungsi untuk mengunci skala analisator.
3. Skala analisator : Berfungsi untuk menunjukkan nilai kedudukan analisator
secara detail.
4. Skala nonius analisator : Berfungsi untuk menunjukkan nilai kedudukan
analisator lebih detail.
5. Kompensator : Berfungsi untuk menentuan WI maksimum, bias rangkap dan
TRO.
6. Keping gips (530 mm) : Berfungsi untuk menentukan tambahan dan
pengurangan warna interferensi yang berharga 530 mm.
7. Keping mika : Menentukan harga bias rangkap dan warna interferensi yang
tinggi pada kristal yang mempunyai harga 50 mm.
8. Baji kuarsa : Berfungsi untuk menentukan penambahan dan pengurangan warna
interferensi yang mempunyai harga 0,009 mm.
9. Pengunci tubus atas bagian tengah : Berfungsi untuk mengunci tubus atas bagian
tengah.
3.2.3 Tubus atas bagian bawah, meliputi :
1. Filter : Berfungsi untuk menyaring debu pada mikroskop.
2. Mikrofotometri : Untuk mengambil gambar sayatan tipis batuan.
3. Tabung halogen : Berfungsi untuk digunakan pada saat pengamatan mineral
bijih.
4. Cincin tabung halogen : Berfungsi sebagai letakan lensa pada tabung halogen.
5. Dusty cup : Berfungsi untuk membersihkan debu pada mikroskop.
3.2.4 Tubus tengah, meliputi :
1. Lengan mikroskop : Berfungsi sebagai penyangga tubus atas dan tubus tengah
serta sebagai pegangan saat mengangkat mikroskop.
2. Pengarah halus : Untuk mengatur kedudukan meja objek secara halus.
3. Pengarah kasar : Untuk mengatur kedudukan meja objek secara kasar.
4. Revolver : Untuk mengatur kedudukan lensa objektif.
ODE RAFSAN RASBIN YOGI LAODE PRINATA 093 2103 0095
PRAKTIKUM MINERAGRAFI LABORATORIUM DINAMIS J URUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGENALAN MIKROSKOP
5. Lensa objektif perbesaran 5 X : Berfungsi untuk memperbesar 5 kali
kenampakan objek.
6. Lensa objektif perbesaran 10 X : Berfungsi untuk memperbesar 10 kali
kenampakan objek.
7. Lensa objektif perbesaran 20 X : Berfungsi untuk memperbesar 20 kali
kenampakan objek.
8. Lensa objektif perbesaran 100 X : Berfungsi untuk memperbesar 100 kali
kenampakan objek.
9. Meja objek : Berfungsi sebagai tempat meletakkan objek saat pengamatan.
10. Lubang meja objek : Berfungsi untuk meneruskan cahaya dari kondensor ke
meja objek.
11. Penjepit preparat : Berfungsi untuk menjepit preparat pada saat pengamatan.
12. Skala meja objek : Berfungsi sebagai penunjuk kedudukan meja objek .
13. Skala nonius meja objek : Berfungsi sebagai penunjuk kedudukan meja objek
secara detail.
14. Pengunci meja objek : Berfungsi untuk mengunci meja objek.
15. Pengarah sumbu absis : Berfungsi untuk mengarahkan kedudukan sumbu-x.
16. Pengarah sumbu ordinat : Berfungsi untuk mengarahkan kedudukan sumbu-y.
17. Skala absis : Berfungsi untuk menunjukkan nilai sumbu-x.
18. Skala ordinat : Berfungsi untuk menunjukkan nilai sumbu-y.
19. Skala nonius absis : Berfungsi untuk menunjukkan nilai sumbu-x secara detail.
20. Skala nonius ordinat : Berfungsi untuk menunjukkan nilai sumbu-y secara detail.
21. Substage unit : Berfungsi untuk meneruskan cahaya dari lamp socket ke meja
objek.
22. Pengunci substage unit : Berfungsi untuk mengunci substage unit.
23. Pengarah horizontal substage unit : Berfungsi sebagai pengarah substage secara
horizontal.
24. Pengarah vertikal substage unit : Berfungsi untuk mengarahkan substage secara
vertikal.
25. Diafragma : Berfungsi untuk mengatur banyak-sedikitnya cahaya yang masuk
pada kondensor.
26. Kondensor : Berfungsi menampilkan sinar agar preparat dapat terlihat dengan
jelas.
ODE RAFSAN RASBIN YOGI LAODE PRINATA 093 2103 0095
PRAKTIKUM MINERAGRAFI LABORATORIUM DINAMIS J URUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGENALAN MIKROSKOP
27. Skala bukaan diafragma : Berfungsi sebagai penunjuk kedudukan mukaan
diafragma.
3.2.5 Tubus bawah, meliputi :
1. Iluminator : Berfungsi untuk menangkap dan meneruskan cahaya dari lamp
socket.
2. Pengarah iluminator : Berfungsi untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk
dalam iluminator.
3. Selubung iluminator : Berfungsi sebagai pelindung iluminator.
4. Brightness control dial : Berfungsi untuk mengatur jumlah cahay yang masuk ke
mikroskop.
5. Lamp socket : Berfungsi sebagai sumber cahaya pada mikroskop.
6. Kabel penghubung : Berfungsi untuk mengalirkan arus listrik ke mikroskop.
7. Orientation plate : Untuk mengetahui keseimbangan mikroskop.
8. Kaki mikroskop : Berfungsi sebagai penyangga mikroskop secara keseluruhan.
9. Transformator : Berfungsi sebagai mengatur energi listrik yang masuk ke
mikroskop.
3.3 Cara Menggunakan Mikroskop Polarisasi
Pertama ambil mikroskop dengan memegang lengan mikroskop dengan
tangan kanan dan menyangga dari bawah menggunakan tangan kiri. Kemudian
letakkan mikroskop diatas meja dengan diberi lap kasar terlebih dahulu sebagai
pengalas. Kemudian alirkan listrik ke mikroskop melalui kabel peghubung lalu atur
mikroskop agar seimbang. Pengaturan yang paling penting dilakukan sebelum
mengamati adalah memusatkan perputaran meja objek/centering, pengaturan arah
getaran polarisator sejajar dengan salah satu benang silang, dan pengaturan arah
getar analisator agar tegak lurusarah getar polarisator. Centering penting dilakukan
agar pada saat pengamatan dengan menggunakan perputaran meja objek, mineral
yang kita amati tetap berada pada medan pandangan (tidak keluar dari medan
pandangan).
ODE RAFSAN RASBIN YOGI LAODE PRINATA 093 2103 0095
PRAKTIKUM MINERAGRAFI LABORATORIUM DINAMIS J URUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGENALAN MIKROSKOP
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
IV.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1. Mikroskop adalah sebuah alat yang digunakan untuk melihat objek berukuran
kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.
2. Jenis-jenis mikroskop meliputi mikroskop cahaya, mikroskop polarisasi,
mikroskop elektron, mikroskop ultra violet, mikroskop fluoresen dan mikroskop
stereo.
3. Mikroskop polarisasi adalah mikroskop yang cara kerjanya membiaskan cahaya.
Perbedaan mikroskop polarisasi dengan mikroskop biasa yakni adanya beberapa
komponen khusus yang hanya terdapat pada mikroskop ini, antara lain keping
analisator, polarisator, kompensator, dan lensa amici bertrand.
4. Mikroskop polarisasi Olympus memiliki 64 komponen yang memilki fungsi
masing-masing.
4.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah :
1. Untuk praktikan, sebaiknya disediakan ruangan yang bisa memenuhi kapasitas
para praktikan serta agar disediakan alat-alat yang masih kurang.
2. Untuk asisten sebaiknya lebih mampu untuk mengenal serta dapat mengetahui
cara menggunakan mikroskop dengan baik dan benar.
ODE RAFSAN RASBIN YOGI LAODE PRINATA 093 2103 0095
PRAKTIKUM MINERAGRAFI LABORATORIUM DINAMIS J URUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
PENGENALAN MIKROSKOP
DAFTAR PUSTAKA
Sasmita, Indah Amalia. 2014. Pengenalan Mikroskop Polarisasi. Universitas Halu
Oleo; Kendari
Umar, hamid dan Muhammad, Akbar. 1994. Pedoman Mineral Optik. Universitas
Hasanuddin. Ujung Pandang.
.
ODE RAFSAN RASBIN YOGI LAODE PRINATA 093 2103 0095