pengembangan masyarakat

48
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM : Setelah mempelajari mata kuliah ini mahasiswa diharapkan mampu melakukan proses-proses pengembangan masyarakat dalam konteks pembangunan seutuhnya. PENDAHULUAN MODUL AJAR PENGEMBANGAN MASYARAKAT LATAR BELAKANG : Adanya perubahan paradigma pembangunan. Perlu jembatan penghubung tiga pilar pembangunan (pemerintah, masyarakat, dan swasta). Perlu model perkuliahan Pengembangan Masyarakat yang berisikan metode dan teknik pengembangan masyarakat. Memberikan panduan praktis kepada mahasiswa

Upload: a-dita-febriyanti

Post on 27-May-2015

18.858 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengembangan Masyarakat

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM :

Setelah mempelajari mata kuliah ini mahasiswa diharapkan mampu melakukan proses-proses pengembangan masyarakat dalam konteks pembangunan seutuhnya.

PENDAHULUAN

MODUL AJAR PENGEMBANGAN MASYARAKAT

LATAR BELAKANG :

Adanya perubahan paradigma pembangunan.

Perlu jembatan penghubung tiga pilar pembangunan (pemerintah, masyarakat, dan swasta).

Perlu model perkuliahan Pengembangan Masyarakat yang berisikan metode dan teknik pengembangan masyarakat.

Memberikan panduan praktis kepada mahasiswa

Page 2: Pengembangan Masyarakat

Komunitas / Masyarakat ?

Makna Pembangunan Model Pembangunan Proses Pembangunan

Masyarakat sebagai fokus pembangunan

Model Pelibatan a

Model Pelibatan b-n

Teknik Pelibatan a

Teknik Pelibatan b-n

Program Pemerintah dalam

Pengembangan Masyarakat

Bunga Rampai Pengembangan Masyarakat

ANALISA INSTRUKSIONAL

Page 3: Pengembangan Masyarakat

BAGIAN PERTAMA MASYARAKAT DAN KOMUNITAS

PEMBAHASAN AKAN DILAKUKAN PADA

PENGERTIAN KOMUNITAS DAN MASYARAKAT

Masyarakat adalah sekumpulan makhluk sejenis, sedangkan

komunitas adalah sekumpulan makhluk sejenis yang memiliki

ciri-ciri yang relatif sama (seragam). Masyarakat Indonesia jika

dipandang dari berbagai agama yang dianut (dipeluk) dapat

disebut terdiri dari berbagai komunitas. Misalnya, komunitas

Islam, komunitas Kristen, komunitas Hindu, dan sebagainya.

Masyarakat Islam Indonesia misalnya, terdiri dari berbagai

komunitas, yaitu Komunitas Nahdatul Ulama, Komunitas

Muhammadiyah, Komunitas Wahidiyah, dan sebagainya.

1. Pengertian komunitas dan masyarakat;

2. Karakteristik penting komunitas;

3. Dinamika kelompok dan komunitas.

Page 4: Pengembangan Masyarakat

ILUSTRASI

Page 5: Pengembangan Masyarakat

2. KARAKTERISTIK PENTING KOMUNITAS

Komunitas menurut Cohen melibatkan dua relasi, yaitu pertama, anggota suatu kelompok yang memiliki kesamaan satu sama lain, dan kedua, sesuatu kebersamaan yang membedakan mereka secara signifikan dari anggota-anggota kelompok yang lain (Cohen 1985 : 12, dalam Smith (2001,2002))

Komunitas menurut (Willmott 1986; Lee and Newby 1983; and Crow and Allen 1995 dalam Mark K. Smith). ditentukan oleh tiga variabel

1. Pendekatan Tempat. Teritori atau tempat komunitas dapat dilihat sebagai dimana orang memiliki sesuatu di dalam kebersamaan, elemen untuk saling berbagi ini dipahami secara geografis. Dalam peristilahan lain dinamakan lokalitas (locality). Pendekatan ini telah meluas dalam literatur yang kaya mengenai studi komunitas dan studi lokalitas, terutama berfokus pada pembagian kerja spasial (spatial division of labour).

Page 6: Pengembangan Masyarakat

2. KARAKTERISTIK PENTING KOMUNITAS

2. Pendekatan Kepentingan. Orang-orang di dalam komunitas kepentingan berbagi karakteristik bersama lebih dari sekedar tempat. Mereka terkait satu sama lain karena faktor seperti kepercayaan beragama, pekerjaan, atau asal etnik. Misalnya komunitas Islam, komunitas China, komunitas Melayu. Konsep identitas ini memainkan peran penting dalam memahami konsep ruang dalam bentuk non ruang.

3. Pendekatan Komuni. Pendekatan ini merupakan suatu sense atau rasa yang menyertai tempat, kelompok, atau ide. Dengan kata lain, dinamakan spirit komunitas. Bentuk paling kuat dari komunion menyandarkannya, tidak hanya dalam hubungan dengan orang lain, tetapi dalam hubungan dengan Tuhan dan Penciptaan. Contohnya adalah communion of saints dari komunitas kristen.

Page 7: Pengembangan Masyarakat

2. KARAKTERISTIK PENTING KOMUNITAS

Komunitas, menurut Frazer, Frazer memberi atribut nilai-nilai atau value terhadap komunitas (Frazer 2000 : 76 dalam Mark K. Smith). Beberapa elemen value biasanya digunakan untuk menciptakan kebersamaan, misalnya solidaritas, komitmen, mutualitas, dan trust atau kepercayaan. Nilai yang paling ideal adalah seperti yang ditunjukkan para pejuang dalam Revolusi Perancis, yaitu fraternity atau persaudaraan atau dalam bahasa William Morris disebutnya sebagai fellowship.

Page 8: Pengembangan Masyarakat

3. DINAMIKA KELOMPOK DAN KOMUNITAS

1.DINAMIKA KELOMPOK

Kelompok merupakan elemen pembentuk komunitas. Kelompok terdiri atas individu-individu. Pengidentifikasian kelompok penting di dalam program pemberdayaan masyarakat karena membangun kelompok lebih strategis daripada membangun komunitas secara umum ataupun daripada menangani individu-individu satu demi satu secara langsung. Bagi para fasilitator komunitas atau community organizer, kelompok merupakan medium strategis sebagai tempat untuk mengerahkan energi pemberdayaan.

Page 9: Pengembangan Masyarakat

Kelompok memainkan peran penting karena tiga alasan, yaitu :

Pertama, kelompok sebagai agen kebudayaan. Dalam kelompok, seorang individu mendapat arahan tingkah laku berdasar pada nilai dan norma yang berlaku dalam komunitas. Di pihak lain, perubahan nilai dan norma komunitas selalu dimulai dari suatu kelompok.

Kedua, kelompok merupakan mediasi antara individu dengan komunitasnya. Individu mampu memuaskan kebutuhan-kebutuhan sosialnya melalui keanggotaannya dalam suatu komunitas tertentu.

Ketiga, perilaku kelompok lebih mudah dipelajari untuk kemudian diarahkan pada perubahan, dibanding dengan mempelajari dan mengubah tingkah laku komunitas secara makro.

Page 10: Pengembangan Masyarakat

Dinamika kelompok menjelaskan bagaimana proses-proses mulai terbentuknya suatu kelompok mekanisme hubungan yang terjadi di antara anggotanya, hingga mekanisme untuk mempertahankan identitas terjadi.

1. Menurut Barry Tuckman : Tahap pembentukan kelompok adalah :

• identifikasi jati diri dan eksistensi yang jelas (pembentukan)

• Pengembangan kelompok (krisis)• Tahap pengaturan (normalisasi)• Tahap eksistensi dan pengakuan (prestasi)

Page 11: Pengembangan Masyarakat

TAHAPAN KELOMPOK

CIRI PERSOALAN DALAM STRUKTUR KELOMPOK

PERSOALAN DALAM KEGIATAN KELOMPOK

Pembentukan

Belum berupa kelompok, masih kumpulan individu.

Individu ingin menetapkan identitas pribadi dalam kelompok dan membuat kesan.

Partisipasi sebatas individu yang telah akrab dengan suasana.

Individu mulai memusatkan pada tugas yang ada dan mendiskusikan tujuan.

Kelompok mulai membicarakan aturan, keputusan, dan tindakan mendatang.

Kekhawatiran muncul yang bersumber dari situasi apa yang sedang dihadapi, apa yang bisa dilakukan pemimpin kelompok, dan tingkah laku apa yang tepat dan tidak tepat.

Belum jelasnya tugas kelompok, dimana anggota masih mencari jawaban dan pertanyaan pokok tersebut, bersamaan dengan adanya pencarian tentang aturan mteode apa yang akan digunakan.

Krisis Dicirikan oleh konflik dan tidak ada persatuan.

Aturan dasar tentang tujuan, kepemimpinan, perilaku dilanggar.

Individu saling bermusuhan, individualitas, dan menonjolkan agenda pribadi.

Perselisihan meningkat, aturan dilanggar, konflik/ perbantahan.

Bila berhasil diatasi, tahap ini mengarah pada suasana baru dan lebih realistis dalam norma, sasaran, dan prosedur.

Konflik muncul antarkelompok atau antarotoritas di dalam kelompok. Kemampuan pemimpin sedang diuji. Pendapat anggota terpecahkan. Anggota bereaksi menentang keputusan kelompok atau pemimpin yang berusaha mengendalikannya.

Pentingnya suatu tugas dan kelayakan pelaksanaannya dipertanyakan oleh anggota. Anggota bereaksi secara emosional terhadap tuntutan tugas yang diberikan kepadanya.

Page 12: Pengembangan Masyarakat

Normalisasi

Konflik dan tidak adanya persatuan.

Saling menerima kekurangan anggota kelompok.

Persatuan berkembang dan dipertahankan.

Semangat kelompok dan keselarasan menjadi hal penting.

Kelompok dimulai menemukan keharmonisan, pengalaman berkelompok sudah menjadi modal kekompakan untuk pertama kalinya. Pengangan apa yang tepat dilakukan, sudah ditemukan mayoritas anggota. Telah muncul saling mendukung dalam kerja satu sama lain.

Kerjasama dalam bertugas mulai terbangun. Perencanaan telah dibuat dan kerja-kerja telah dijalankan berdasarkan standar yang telah disepakati. Komunikasi berbagai pandangan tercipta. Telah ada pengalaman berbagi emosi, baik dalam pekerjaan atau hal lainnya.

Prestasi Kematangan dan produktivitas maksimum.

Dicapai jika tahap sebelumnya terlampaui.

Anggota mengambil peran masing-masing.

Energi disalurkan dalam tugas yang teridentifikasi.

Pemahaman, wawasan, dan solusi muncul.

Karakteristik kelompok telah diterima secara sukarela dan tidak dipersoalkan lagi. Struktur kelompok sudah menjadi dasar pengerjaan tugas-tugas. Peran anggota satu sama lainnya dilihat sebagai cara mencapai tujuan. Dan adanya toleransi terhadap perbedaan.

Kerja kelompok sudah terlihat hasilnya. Kemajuan telah dirasakan sebagai pengalaman bersama. Energi individu telah dianggap sebagai energi kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

Page 13: Pengembangan Masyarakat

2. DINAMIKA KOMUNITASMark K. Smith dalam makalahnya yang mengupas tentang komunitas mengemukakan bagaimana proses pembentukan jejaring membentuk suatu sistem sosial lokal yang memperkuat hubungan di antara para anggota komunitas. Kemudian melalui pendapat beberapa peneliti, Smith menyebutkan beberapa indikasi yang menunjukkan tingkat kualitas hubungan di dalam komunitas. Smith juga mengemukakan bagaimana suatu komunitas menjadi lebih kuat, survive di dalam persoalan mereka, menemukan jati diri dan rasa memiliki, salah satunya adalah jika komunitas memiliki apa yang disebutnya sebagai social capital.

Page 14: Pengembangan Masyarakat

1. Jejaring Komunitas

Wenger mengidentifikasi lima jenis jejaring, yaitu: Jejaring yang mendukung ketergantungan keluarga secara

lokal. Terutama pada rumah tangga yang hidup bersama pada lokalitas tertentu.

Jejaring yang mendukung integrasi lokal. Terdiri dari keluarga, pertemanan, dan pertetanggaan secara lokal.

Jejaring yang mendukung kemandirian lokal. Biasanya dibatasi oleh skala, dan terdiri dari kelompok pertetanggaan utama. Bentuk ini biasanya tidak terlalu melibatkan hubungan keluarga.

Jejaring yang mendukung komunitas lebih luas yang terfokus. Melibatkan aktivitas-aktivitas komunitas pada tingkat tinggi, dan terdiri dari sejumlah besar pertemanan dan keluarga.

Jejaring yang mendukung kelompok privat terbatas. Dikarakterkan oleh ketiadaan hubungan keluarga, dan lebih sedikit hubungan ketetanggaan dan pertemanan.

Page 15: Pengembangan Masyarakat

Perubahan komposisi jejaring dilihat dengan menggunakan tiga kriteria, yaitu adanya kedekatan keluarga, tingkat keterlibatan dalam keluarga, teman ataupun tetangga, dan tingkat interaksi secara sukarela di dalam anggota komunitas

Gagasan mengenai jejaring sosial ini dianggap penting oleh para ahli sosiologi. Hal ini karena sebelumnya, komunitas dianggap sebagai ide yang tidak memiliki konsep sehingga pendekatan yang dilakukan para ahli lebih kepada identifikasi sistem sosial lokal. Jejaring sosial dapat dipetakan dan terukur. Koneksitasnya, atau disebut juga kerapatan atau kualitas jejaring merupakan aspek kunci yang membantu menjelaskan dan menggambarkan pengalaman orang-orang, sehingga mampu mendeskripsikan gagasan dan konsep komunitas.

Apa yang dinamakan komunitas bagi seseorang, menurutnya, adalah suatu jejaring yang paling sering mereka masuki

Page 16: Pengembangan Masyarakat

2. Kualitas hubungan komunitas

Terdapat nilai-nilai dalam komunitas yang menentukan kualitas kehidupan mereka, yaitu apa yang harus mereka miliki dan apakah setiap individu mengambilnya sebagai nilai individu mereka. Nilai-nilai ini adalah:

Toleransi, yaitu keterbukaan terhadap yang lain, respek, dan kemauan untuk mendengar dan belajar.

Kepercayaan, yaitu suatu keyakinan ekspektasi bahwa orang lain, lembaga, dan segala sesuatu, akan berperikaku konsisten, jujur, dan dengan cara yang semestinya. Terkait erat dengan norma resiprositas dan keterkaitan antarwarga. Kepercayaan sosial membuat orang saling bekerjasama dan saling membangun.

Resiprositas, yaitu yaitu suatu keyakinan, jika kita melakukan sesuatu untuk orang lain, tanpa berekspektasi atau mengharapkan balasan, tetapi terdapat suatu keyakinan orang lain akan membalas kebaikan tersebut. Dalam jangka pendek hal ini berarti altruisme, dan dalam jangka panjang terdapat unsur kepentingan pribadi.

Page 17: Pengembangan Masyarakat

BAGIAN KE DUA PEMBANGUNAN DALAM PERSPEKTIF, PROSES, MODEL DAN PERAN MASYARAKAT

PEMBAHASAN AKAN DILAKUKAN PADA

1. Makna pembangunan.

2. Model-moded pembangunan.

3. Konsep Modal sosal

4. Pengembangan masyarakat dalam konteks pembangunan di

era otonomi daerah.

DUA PERSPEKTIF TERHADAP PEMBANGUNAN

1. Persfektif Traditional Economic Measures lebih menekankan

pada pertumbuhan

2. Persfektif The New Economic View of Dev’t tidak hanya

menekankan pada pertumbuhan, tetapi melibatkan kriteria

kemiskinan, pengangguran,dan distribusi pendapatan

Page 18: Pengembangan Masyarakat

FORMULASI PEMBANGUNAN MELALUI BEBERAPA PERTANYAAN SEBAGAI BERIKUT (TODARO, DUDLEY SEERS: 1981):

1.Apakah taraf kehidupan telah meningkat yang diindikasikan pada indikator kemiskinan, tingkat pernyebaran pendapatan, tingkat pekerjaan, kualitas dan kuantitas pendidikan, kesehatan, dan peningkatan fasilitas dan pelayanan sosial lainnya ?

2.Apakah peningkatan ekonomi telah meningkatkan kehormatan suatu individu maupun kelompok tertentu baik di lingkungannya, di masyarakatnya, di negaranya, maupun antar negara ?

3.Apakah peningkatan ekonomi telah memperluas pula pilihan-pilihan manusia dan membebaskan orang dari ketergantungan terhadap pihak lainnya ?

Page 19: Pengembangan Masyarakat

1.life sustenance, diartikan sebagai adanya kemampuan dari seluruh masyarakat suatu wilayah dalam memenuhi kebutuhan pokok.

2.self esteem, yaitu bagaimana seseorang sebagai subjek dan objek pembangunan ini memiliki penghargaan atas dirinya sendiri. Penghargaan ini dapat diciptakan dengan tidak menghancurkannya nilai-nilai lokal suatu daerah.

3.freedom yaitu adanya kebebasan melakukan pilihan-pilihan ekonomi. Freedom diartikan sebagai tidak teraleniasinya seseorang dari kehidupannya, alamnya, pembedaan gender, kesusahan, maupun institusi yang melingkupinya

TUJUAN PEMBANGUNAN ADALAH :

BEBERAPA MODEL PEMBANGUNAN ADALAH :

1.Model tahapan pengembangan wilayah. 2.Model Kutub Pertumbuhan. 3.Model Pengembangan Agropolitan. 4.Model Interaksi Keruangan.

Page 20: Pengembangan Masyarakat

PENGERTIAN MODAL SOSIAL (Francis Fukuyama) sebagai sebuah norma yang terbentuk secara informal yang mendorong kerjasama antara dua atau lebih individu.

(James Coleman) sebagai sumberdaya yang lahir dari kumpulan suatu ikatan sosial tertentu.

(World Bank) menunjuk kepada lembaga-lembaga, hubungan-hubungan dan norma-norma yang membentuk kualitas dan kuantitas dari interaksi sosial masyarakat

COMMUNITY DEV’T DAN MODAL SOSIAL 1. CD merupakan aktivitas transformasi ide/gagasan/sosial,

2. CD mentransformasikan nilai atau perilaku,

3. CD melibatkan partisipasi aktif masyarakat,

4. CD melakukan pengambilalihan, penyediaan, penambahan dan penguatan asset bagi masyarakat dan

5. CD melakukan perubahan pola pikir, pola sikap dan pola tindak ke arah yang lebih produktif dan mandiri

Page 21: Pengembangan Masyarakat

BAGIAN KE TIGA MASYARAKAT SEBAGAI FOKUS PEMBANGUNAN

PEMBAHASAN AKAN DILAKUKAN PADA :

1. Fokus Masyarakat Dalam Pembangunan 2. Makna Pemberdayaan, Pengembangan,

dan Partisipasi Masyarakat3. Konsep dan Model Community Based

Development (Pembangunan Berbasis Masyarakat).

Page 22: Pengembangan Masyarakat

1. Fokus Masyarakat dalam Pembangunan

Pembangunan berarti menaruh kepercayaan kepada masyarakat untuk membangun dirinya sendiri sesuai dengan kemampuan yang ada padanya. Kepercayaan ini dinyatakan dalam bentuk kesempatan yang sama, kebebasan memilih, dan kekuasaan untuk memutuskan (empowerment)

Dalam proses pembangunan, masyarakat harus dipercaya “membangun dirinya sendiri” sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Ini berarti masyarakat merupakan aktor atau pelaku dalam pembangunan. Pandangan yang menempatkan masyarakat sebagai “subjek” pembangunan sesungguhnya baru muncul pada dekade 1970-an, dimana dipercayai terjadinya perubahan pendekatan dalam pembangunan.

Perubahan paradigma pembangunan tersebut menekankan pada pentingnya nilai-nilai kemanusiaan sehingga peran dan kedudukan manusia menjadi aspek penting yang tidak dapat diabaikan dalam proses pembangunan.

Page 23: Pengembangan Masyarakat

Prof. Ir. Johan Silas dalam salah satu makalahnya[1], mengemukakan terjadinya pergeseran paradigma pembangunan, dari people centered development kepada people based development. Kedua paradigma ini berbeda secara esensial. Paradigma pertama, pembangunan yang berpusat masyarakat menempatkan pembangunan agar hasil-hasilnya dapat dinikmati oleh masyarakat. Artinya pembangunan itu untuk masyarakat. Masalah siapa yang memiliki ide membangun, apa yang dibangun, bagaimana proses dibangun, tidak dipersoalnya, yang penting hasilnya dapat dinikmati oleh masyarakat. Hal ini, walaupun telah menempatkan aspek kemanusiaan di dalam pembangunan, belum menjamin keberhasilan pembangunan. Karena program pembangunan yang berjalan, hasil pelaksanaannya masih diukur dari sisi akuntabilitas dan administratif ketimbang akuntabilitas dampaknya terhadap masyarakat. Pembangunan berjalan, tetapi kemiskinan tetap merajalela. Sementara, paradigma kedua, community based bermakna bersama masyarakat. Artinya, masyarakat harus terlibat secara aktif dalam prosesnya. Pembangunan menuntut tanggung jawab bersama, dan masyarakat juga menjadi pihak yang memiliki peran, dan diberi kepercayaan untuk melaksanakan apa yang menjadi aspirasinya. Paradigma yang kedua ini diakomodasikan dalam konsepsi pembangunan partisipatif atau pembangunan yang bersifat bottom up.

[1] Prof. Ir. Johan Silas, Penataan dan Pembangunan Kota dalam Penyelesaian Masalah Kemiskinan, disampaikan pada Diskusi Bulanan PDPP – Kelompok Kerja PDPP FTSP ITS pada 30 Agustus 2003 di Surabaya.

Page 24: Pengembangan Masyarakat

2. Makna Pemberdayaan, Pengembangan, dan Partisipasi Masyarakat

Secara umum, istilah pemberdayaan haruslah memiliki pemahaman sebagai berikut: [1]

konsep kekuatan/daya; upaya memberi kekuatan/daya kepada seseorang atau kelompok

orang yang tidak memilikinya; mengijinkan orang atau kelompok orang untuk menerima, memiliki, dan

menggunakan kekuatan/daya; mendistribusikan kembali kekuatan/daya dair pihak yang memiliki

kepada yang tidak memiliki; ada pihak yang memberi kekuatan/daya dan ada yang menerimanya; ada strategi, metoda, dan substansi pemberdayaan.

[1] Pelatihan Dasar Pemberdayaan Masyarakat (2003), Materi Pengertian Dasar Pemberdayaan Masyarakat oleh Corporate Forum for Community Development.

Page 25: Pengembangan Masyarakat

Makna Pengembangan Masyarakat

Istilah pengembangan masyarakat juga mengemuka dalam paradigma pembangunan yang bersifat bottom up. Pengembangan masyarakat[1] menunjuk pada adanya usaha guna mengembangkan atau menaikkan kualitas hidup. Istilah ini umumnya digunakan dalam pemahaman yang lebih sempit, yaitu untuk menerima masukan stimulan dari luar ke dalam lingkungan suatu komunitas dengan tujuan mendorong dan membantu pendayagunaan sumber lokal guna meningkatkan taraf hidup. [1] Pelatihan Dasar Pemberdayaan Masyarakat (2003), Materi Metode-Metode Partisipatif dalam Pengembangan Masyarakat oleh Corporate Forum for Community Development.

Diana Conyers[1] mengemukakan tiga komponen pengembangangan masyarakat. Pertama, adanya fugnsi kemandirian, termasuk sumber dan tenaga setempat serta kemampuan manajemen lokal. Kedua, penekanan pada penyatuan masyarakat sebagai satu kesatuan, terlihat dari adanya pembentukan organisasi lokal termasuk lembaga yang bertanggung jawab atas masalah administrasi suatu lembaga masyarakat. Ketiga, keyakinan mengenai situasi dan arah perubahan sosial serta masalah yang ditimbulkannya [1] Conyers, Diana (1994), Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Page 26: Pengembangan Masyarakat

Makna Partisipasi Masyarakat

Istilah partisipasi adalah pelibatan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, serta pengawasan pembangunan. Secara khusus, terdapat tipe definisi partisipasi yang berbeda[1]. Pertama, adalah definisi dari para perencana pembangunan formal. Partisipasi diartikan sebagai dukungan masyarakat, dimana ukuran yang menyatakan tinggi rendahnya adalah kemauan masyarakat untuk ikut menanggung biaya pembangunan, baik uang maupun tenaga. Definisi ini dari sudut pandang sosiologis, sebenarnya tidak dapat dikatakan partisipasi, melainkan hanya mobilisasi masyarakat yang hanya dapat mengatasi permasalahan pembangunan dalam jangka pendek. Definisi kedua berlaku lebih universal, yaitu partisipasi merupakan kerjasama yang erat antara perencana dengan masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan, dan mengembangkan hasil pembangunan yang telah dicapai. Ukuran tingkat partisipasi menurut definisi ini adalah ada tidaknya kemauan masyarakat untuk secara mandiri melestarikan dan mengembangkan hasil pembangunan.

[1] Sangadji, S, S. Sos, MT, Intervensi Komunitas dalam Pembangunan Partisipatif, dalam Renbang Sidoarjo Vol. 01/No. 01/2003 hal. 7 – 8.

Page 27: Pengembangan Masyarakat

3. Konsep dan Model CBD

Bila dicermati secara teliti substansi utama dari konsep CBD, maka terlihat dengan jelas bahwa dasar filosofis yang dimiliki tidak lain adalah untuk mendudukkan masyarakat (society) tidak saja sebagai “objek”, tetapi juga sebagai “subjek” dari pembangunan. Dengan dasar filosofis seperti ini, dapat dimengerti bila kemudian konsep CBD sangat menekankan pentingnya partisipasi masyarakat, baik pada proses perumusan program pembangunan, maupun pada tahap implementasinya. Pertimbangan akademis atas pentingnnya partisipasi masyarakat tersebut adalah, hanya dengan mendudukkan masyarakat sebagai subjek pembangunanlah, akan tercipta apa yang disebut development for society (pembangunan untuk masyarakat). Begitu juga sebaliknya, yaitu jika masyarakat hanya difungsikan sebagai objek, maka hasil akhir yang akan dituai lebih pada society for development (masyarakat untuk pembangunan).

Page 28: Pengembangan Masyarakat

Secara konseptual, sedikitnya terdapat lima prinsip dasar konsep CBD. Pertama, untuk mempertahankan eksistensinya, CBD memerlukan

break even dalam setiap kegiatan yang dikelola. Namun, berbeda dengan organisasi bisnis, kendati pemungutan “fee” telah menjadi pertimbangan dalam CBD, tetapi keuntungan yang diperoleh harus dapat didistribusikan kembali kepada masyarakat dalam bentuk program atau kegiatan pembangunan lainnya. Secara spesifik, Rubin[1] menyatakan bahwa: To remain solvent, CBDOs need to break even in their work, but unlike for profit companies, it tries to ensure that at least some of the benefits redound to the poor and support a broader community renewal.

Kedua, konsep CBD selalu melibatkan partisipasi masyarakat, baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan program; (CBDOs encourage community members to share in the self esteem that occurs as a neighbourhood that other have abandoned takes on a new life) (Rubin, 1993:432).

Ketiga, dalam melaksanakan CBD antara kegiatan pelatihan dan pembangunan fisik misalnya kegiatan pengembangan usaha, merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

Keempat, dalam mengimplementasikan CBD harus dapat memaksimalkan sumberdaya khususnya dalam hal dana, baik yang berasal dari pemerintah, swasta, maupun sumber-sumber lain, misalnya donasi dari sponsor pembangunan sosial.

Kelima, CBD harus lebih memfungsikan diri sebagai catalist yang menghubungkan kepentingan pemerintah yang bersifat makro dan kepentingan masyarakat yang bersifat lebih mikro. [1] Herbert J. Rubin (1993 : 431), Understanding The Etos of Community Based Development dalam Hidayat (2001).

3. Konsep dan Model CBD

Page 29: Pengembangan Masyarakat

Contoh Kasus Implementasi Konsep CBD dalam Pengembangan Ekonomi Rakyat

Lima tahap CBD dalam Pengembangan Ekonomi Rakyat:

1. Seleksi jenis usaha2. Studi kelayakan usaha3. Rekruitmen binaan4. Pelatihan5. Bantuan modal usaha6. Pembinaan pasca proyek

Page 30: Pengembangan Masyarakat

BAGIAN KEEMPAT

TEKNIK-TEKNIK PENDAMPINGAN MASYARAKAT

TUJUAN INSTRUKSIONAL:

Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan mengetahui model-model pendampingan yang dapat diterapkan dalam proses pengembangan masyarakat, sehingga jika saat berperan menjadi pendamping ataupun fasilitator pada proses pengembangan masyarakat, mahasiswa dapat menerapkan model yang paling sesuai dengan karakteristik masyarakat yang dihadapinya.

Page 31: Pengembangan Masyarakat

Environmental Scanning

Bagian dari perencanaan strategis yang memberikan bekal kemampuan untuk menjelajahi keseluruhan daur ulang program bagi semua stakeholders. Komponen ini sangat esensial dalam proses pendampingan, karena keseluruhannya merupakan titik tolak kegiatan ke depan. Oleh karena itu, ES lebih berfokus pada penelaahan situasi lingkungan.

PENDEKATAN ENVIRONMENTAL SCANNING :

- Strategic Scenarios Analysis (SSA)- Customer Analysis (CA)- Critical Strategic Issues (CSI)

Page 32: Pengembangan Masyarakat

Metode Logical Framework Approach (LFA)

Metode pendampingan dalam pengembangan masyarakat yang dilaksanakan dalam suatu lokakarya (workshop) secara bertahap dan berkesinambungan, yang diterapkan dalam suatu kelompok yang mewakili semua stakeholder yang terkait dengan program yang direncanakan (seperti program pengembangan komunitas).

PENDEKATAN LFA :

- Analisis Keadaan- Rancangan Implementasi Aksi.- Rancanan Pelaksanaan Aksi- Rancanan Pengendalian Aksi

Page 33: Pengembangan Masyarakat

PARTICIPATORY IMPACT MONITORING (PIM)

PIM merupakan alat analisis baru untuk mengelola suatu program, yang didesain untuk proyek-proyek dalam bentuk kelompok atau organisasi yang mandiri, termasuk organisasi masyarakat. Peran pendamping dalam metode PIM adalah memfasilitasi terwujudnya PIM dalam proyek pengembangan masyarakat/ pengembangan komunitas.

PRINSIP PENDEKATAN PARTICIPATORY IMPACT MONITORING

• Harus ada kepercayaan dan keinginan timbal balik untuk mengelola proyek dengan metode PIM

- Anggota masyarakat yang terlibat dalam pelaksanaan PIM- berkeinginan untuk menerima perubahan.

- Pendamping harus tegas dalam dukungan metodologi, dan diskusi- harus dilakukan oleh kelompok masyarakat itu sendiri.

Page 34: Pengembangan Masyarakat

Focus Group Discussion (FGD)

Wawancara kelompok dari sejumlah individu dengan status sosial relatif sama, yang memfokuskan interaksi dalam kelompok berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan oleh pendamping yang berperan sebagai moderator dalam kelompok diskusi tersebut.

PENDEKATAN FGD Partisipan atau peserta FGD dalam suatu diskusi tidak lebih

dari sepuluh orang dengan status sosial atau tingkat jabatan formal yang relatif sama.

Pemilihan partisipan atau peserta menjadi sangat selektif dan tergantung dengan topik yang akan didiskusikan dan keberhasilan pelaksanaan pengembangan masyarakat sangat tergantung pada peranan pendamping sebagai moderator FGD.

Page 35: Pengembangan Masyarakat

BAGIAN KE LIMA

TEKNIK – TEKNIK PENGEMBANGAN MASYARAKATPEMBAHASAN AKAN DILAKUKAN PADA TEKNIK-

TEKNIK : 1. TOP.

2. ORID

3. FGD.

4. Manajemen konflik.

ENERGIZER Energizers ini digunakan untuk membantu partisipan dan fasilitator untuk memecahkan kebekuan hubungan.

Permainan yang bisa dilakukan adalah Community dance, Animal Farm, Cash Register, dan Count 1 to 50

Page 36: Pengembangan Masyarakat

GETTING TO KNOW YOU merupakan permainan untuk memperkenalkan masing-masing peserta/partisipan. Selain itu pula, permainan ini pun dapat dilakukan untuk ice breaking sebagaimana pada energizers.

Permainan yang bisa dilakukan adalah Rolling Stone , Basket of names and things , Arrange according to .... , dan Opposites attract.

PENGUNGKAPAN HARAPAN untuk mengetahui kebutuhan dari partisipan di dalam suatu workshop.

Permainan yang bisa dilakukan adalah Hide and seek , dan Who am i ?

ANALISA SOSIAL untuk menggali permasalahan-permasalahan yang ada dengan asumsi bahwa permasalahan ini tidak saja dapat digali oleh seorang ahli, atau akademisi, akan tetapi juga dapat dilakukan oleh sekelompok orang yang sehari-hari merasakannya.

Permainan yang bisa dilakukan adalah Ah – Hah ! , dan Who am i ? (shape me) .

Page 37: Pengembangan Masyarakat

METODE DISKUSI – ORID

PENUTUP: Lakukan konfirmasi lagi terhadap berbagai keputusan kelompok

Tingkat DECISIONAL (PENGAMBILAN KEPUTUSAN): Tantanglah partisipan untuk memutuskan respon-respon mereka dan keterkaitannya dengan topik. Pertanyaan kuncinya adalah penyelesaian kedepan, opini kelompok, pengusulan langkah berikutnya, sesuatu yang dapan dan akan dilakukan.

Tingkat INTERPRETATIVE (INTERPRETASI): Tanyakan suatu pemikiran kritis terhadap pengalaman/permasalahan. Pertanyaan kunci terletak pada pikiran atas pengertian, nilai-nilai dan kepentingannya.

Tingkat REFLECTIVE (REFLEKSI): Elaborasikan reaksi-reaksi dari data atau fakta yang diperoleh dari partisipan. Pertanyaan kuncil terletak pada perasaan terhadap emosi, ingatan dan asosiasi lainnya.

TOPIK

Tujuan berdasarkan rasional Tujuan berdasarkan pengalaman

Pemahaman konteks/pembukaan: Pengenalan topik apa yang akan dibahas

Tingkat OBJECTIVE (TUJUAN): Carilah fakta-fakta dan data-data yang mendukung topik. Pertanyaan kunci terletak pada sensitivitas diri atas; apa yang dilihat, apa yang didengar, apa yang dirasakan, apa yang terraba.

Page 38: Pengembangan Masyarakat

METODE WORKSHOP KONTEKS: Ciptakan konteks (situasi) workshop , pengenalan pertanyaan fokus yang mengikat partisipan. Mengatur tingkatan-tingkatan di dalam workshop. Bahas dan jelaskan pertanyaan-pertanyaan workshop. Buat outline mengenai proses dan waktu workshop. Rangsanglah partispan untuk berpatisipasi dan berkontribusi dalam workshop.

BRAINSTORMING : Bangkitkan ide-ide individu, kelompok kecil dan semua kelompok. Mintalah pada partisipan untuk membuat list ide-ide individua dalam selembar kertas. Aturlah sebuah kelompok diskusi kecil dimana setiap partisipan dapat melakukan sharing dan diskusi pada semua ide individual. Buatlah 5-7 dari ide-ide mereka yang paling penting dan tulislah ide-ide tersebut pada kartu ide. Tempelkanlah kartu ide tersebut pada papan. Berikanlah penjelasan kepada kelompok lainnya sehingga partisipan lainnya mampu menangkap dengan jelas.

PENGELOMPOKKAN : bentuklah suatu hubungan baru antara satu grup dengan grup lainnya melalui proses diskusi yang sama dengan tahap brainstorming. Mintalah kelompok untuk membuat 4-6 pasangan ide yang mirip secara intuitif. Pada masing-masing kelompok berikan label secara cepat dengan 1-2 kata. Buatlah pengelompokkan lagi pada semua kartu ide yang telah ditempelkan di depan.

PEMBERIAN NAMA : Lakukanlah pandangan kolektif. Artikulasikan kesepakatan kelompok. Lakukan diskusi pada setiap kelompok ide: apa yang dikatakan oleh masing-masing kelompok? Apa yang mereka pahami tentang itu? Berikan masing-masing kelompok ide 3-5 kata yang secara langsung menggambarkan fokus pertanyaannya. REFLEKSI : lakukanlah konfirmasi pada hasil yang diperolehnya. Diskusikan kepentingan hasil proses kelompok tersebut. Bantulah kelompok untuk membuat desain untuk tetap memegang konsesus yang telah tercapai.Lakukanlah diskusi pada tahap selanjutnya.

Page 39: Pengembangan Masyarakat

KONTEKS: Ciptakan konteks (situasi) workshop , pengenalan kegiatan atau aktivitas dan sepakati diantara partisipan. Mengatur tingkatan-tingkatan pada metode perencanaan aksi. Bahas dan jelaskan kegiatan atau aktivitas yang direncanakan. Buat outline mengenai pertimbangan proses dan waktu. Rangsanglah partispan untuk berpatisipasi dan berkontribusi.

LINGKARAN KEMENANGAN : Definisikan arti kemenangan/kesuksesan pada suatu aktivitas. Mintalah pada partisipan untuk memperinci aktivitas yang akan dilakukan. Hari setelah hari H, apa yang akan mereka lihat ? bagaimana mereka rasakan ? dan apa yang dikatakan orang-orang ?. Buatlah list respon-respon atas beberapa pertanyaan sebelumnya pada kertas yang akan ditempelkan.

REALITAS YANG ADA : lakukanlah pencermatan terhadap realitas yang ada untuk melihat apakah rencana tersebut merupakan rencana yang bisa diimplementasikan atau tidak. Mintalah kelompok untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari situasi sekarang. Kemudian lakukan dengan cara yang sama untuk potensi peluang dan hambatan yang akan muncul. Buatlah list respon-respon atas beberapa pertanyaan sebelumnya pada kertas yang akan ditempelkan.

METODE PERENCANAAN AKSI

Page 40: Pengembangan Masyarakat

METODE PERENCANAAN AKSI (LANJUTAN)KOMITMEN : bangunlah suatu penyataan misi atau perjanjian tentang perencanaan

aktivitas. Bacalah komitmen tersebut dengan mengingat-ingat list realitas yang ada untuk

mempertimbangkan implikasi dari perencanaan aksi yang telah diformulasikan. Gabungkan komitmen kelompok tersebut pada makna kesuksesan bagi aktivitas

tersebut. Catatlah beberapa hal itu pada kertas yang akan ditempelkan. Formulasikan penyataan sebuah kalimat atau paragrap dari ruang lingkup dan hasil

perencanaan aksi tersebut. MENCARI AKSI KUNCI : Identifikasikan aksi-aksi yang dibutuhkan dan bentuklah

kelompok kerja. Pandulah suatu workshop untuk mengidentifikasikan semua kebutuhan aksi kunci

untuk merealisasikan kesuksesan. Ketika sudah dilakukan pengelompokkan aksi, seleksilah kelompok kerja yang akan

bertugas sebagai pengimplementasi aksi dan pengawas dari implementasi.

KALENDER DAN PENUGASAN : Jadwalkan aksi-aksi yang diperlukan oleh kelompok kerja. Bangunlah suatu mekanisme koordinasi untuk mencapai implementasi rencana aksi yang efektif.

Partisipan dibagi dalam berbagai macam kelompok kerja dan kemudian disepakati. Dengan kartu ide, bangunlah workshop aksi kunci, mintalah masing-masing kelompok

kerja untuk mengorganisasi aksi kunci yang teridentifikasi sesuai dengan kronologisnya (meliputi pada waktu aksinya). Defisinikan setiap aksi pada tiga tahapan, yaitu aktivitas untuk permulaan, sedang terjadi dan kesuksesan.

Ketika aksi kunci berhasil dipilah oleh masing-masing kelompok kerja, tuliskanlah aktivitas tersebut dari suatu kartu yang kemudian ditempelkan di papan.

Mintalah wakil kelompok kerja untuk mempresentasikan aksi kuncinya yang kemudian dikoordinasikan kembali dengan jadwal pada kelompok kerja lainnya.

Secara keseluruhan, mintalah partisipan untuk mengidentifikasi aktivitas lain yang belum teridentifkasi pada tahap sebelumnya. Target dan biaya juga harus menjadi pertimbangan dalam sesi ini pula.

Page 41: Pengembangan Masyarakat

MANAJEMEN KONFLIK

Konflik dinyatakan hubungan antara dua individu atau lebih

(individu atau kelompok) yang memiliki atau yang merasa

memiliki, sasaran-sasaran yang tidak sejalan.

Ada beberapa alat bantu dalam analisa konflik, yaitu:

1. penahapan konflik,

2. urutan kejadian,

3. pemetaan konflik,

4. segitiga spk,

5. analogi bawang bombay,

6. pohon konflik,

7. analisa kekuatan konflik,

8. analogi pilar, dan

9. primida.

Page 42: Pengembangan Masyarakat

BAGIAN KE ENAM

PROGRAM PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT

TUJUAN INSTRUKSIONAL:

Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan mengetahui contoh-contoh program yang diterapkan oleh pemerintah dalam rangka pengembangan masyarakat untuk mendukung berlangsungya proses pembangunan. Dengan memahami program-program ini, diharapkan mahasiswa dapat menentukan program apa yang paling tepat untuk diterapkan dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.

Page 43: Pengembangan Masyarakat

PEMBERDAYAAN DAERAH DALAM MENGHADAPI DAMPAK KRISIS EKONOMI

Sejak tahun 1997 Indonesia menghadapi permasalahan yang sangat serius, yaitu musim kemarau yang berkepanjangan, dan terjadinya krisis moneter yang meluas menjadi krisis ekonomi. Untuk menganggulangi dampak krisis ekonomi tersebut, sejak tahun 1998/1999 pemerintah mengambil kebijaksanaan dan langkah-langkah dalam bentuk Program Pemberdayaan Daerah Dalam Menghadapi Dampak Krisis Ekonomi, yang disingkat PDM-DKE.

TUJUAN PDM - DKE :- Meningkatkan kemampuan daya beli masyarakat

miskin melalui peningkatan pendapatan

- Menggerakan kembali ekonomi rakyat melalui pemberian modal

usaha.

- Meningkatkan fungsi sarana dan prasarana sosial ekonomi rakyat

dengan tetap memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup.

Page 44: Pengembangan Masyarakat

PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN PERKOTAAN (P2KP)

Program penanggulangan kemiskinan di perkotaan yang terkait dengan bidang perumahan dan permukiman. Program ini telah dilaksanakan sejak tahun 1999 dan telah menghasilkan perkembangan yang positif, khususnya dalam hal mengokohkan lembaga masyarakat warga setempat, sebagai dasar bagi pelaksanaan pembangunan berkelanjutan di tingkat lokal.

PENDEKATAN PROGRAM P2KPStrategi P2KP didasarkan pada pendekatan “pembangunan

bertumpu pada kelompok” (Community Based Development Approach), dimana kelompok-kelompok dapat terjadi atau dibangun atas dasar ikatan-ikatan sebagai berikut: Kesamaan tujuan, kesamaan kegiatan, kesamaan domisili yang mengarah pada efisiensi efektivitas, serta mendorong tumbuh dan berkembangnya kapital sosial.

Page 45: Pengembangan Masyarakat

PARTICIPATORY IMPACT MONITORING (PIM)

PIM merupakan alat analisis baru untuk mengelola suatu program, yang didesain untuk proyek-proyek dalam bentuk kelompok atau organisasi yang mandiri, termasuk organisasi masyarakat. Peran pendamping dalam metode PIM adalah memfasilitasi terwujudnya PIM dalam proyek pengembangan masyarakat/ pengembangan komunitas.

PRINSIP PENDEKATAN PARTICIPATORY IMPACT MONITORING

- Harus ada kepercayaan dan keinginan timbal balik untuk mengelola

proyek dengan metode PIM

- Anggota masyarakat yang terlibat dalam pelaksanaan PIM berkeinginan untuk menerima perubahan.

- Pendamping harus tegas dalam dukungan metodologi, dan diskusi

harus dilakukan oleh kelompok masyarakat itu sendiri.

Page 46: Pengembangan Masyarakat

PEMBANGUNAN PERUMAHAN BERTUMPU PADA KELOMPOK (P2BPK)

Pola pembangunan P2BPK menekankan nilai guna (use value) dan mendudukan penghuni sebagai tokoh sentral dalam seluruh proses merumahkan diri. Secara singkat pembangunan perumahan bertumpu pada masyarakat adalah pola pembangunan yang mendudukkan masyarakat (individu/kelompok) sebagai pelaku utama dan penentu semua keputusan dan tindakan pembangunan.

PENDEKATAN P2BPK a. Pengorganisasian Warga Masyarakat dan Peningkatan

Kemampuan b. Pengorganisasian Sumber Daya dan Peluangc.Mempertemukan kelompok Dengan Sumber Daya dan

Peluang

Page 47: Pengembangan Masyarakat

PROGRAM DASAR PEMBANGUNAN PARTISIPATIF (PDPP)

PDPP adalah program yang mendasari dan sekaligus memberi kerangka bagi berbagai upaya pembangunan daerah dalam memobilisasi sumber daya sesuai dengan semangat otonomi daerah. PDPP memberikan pendekatan yang sistematis dan terarah menuju pencapaian kinerja pembangunan kabupaten/kota yang berkelanjutan.

Tujuan PDPPPDPP bertujuan untuk menyediakan instrumen bagi

pemerintah daerah Kabupaten/Kota dalam merencanakan dan mengelola pembangunan daerah yang partisipatif, berorientasi pada pencapaian hasil (kinerja), berjangka menengah, dan mencakup investasi pembangunan multi sektorat. Selain itu, diharapkan dapat tercipta proses pembangunan yang sesuai dengan aspirasi kebutuhan dan kemampuan masyarakat

Page 48: Pengembangan Masyarakat

SEKIAN DAN TERIMA KASIH