pengaruh model pencapaian konsep · baiknya. shalawat serta salam tak lupa senantiasa tercurahkan...
TRANSCRIPT
PENGARUH MODEL PENCAPAIAN KONSEP
(CONCEPT ATTAINMENT MODEL) TERHADAP
KEMAMPUAN BERPIKIR INTUITIF MATEMATIS
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Rifky Dian Hasna
(1111017000041)
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
i
ABSTRAK
RIFKY DIAN HASNA (1111017000041), “Pengaruh Model Pencapaian Konsep
(Concept Attainment Model) Terhadap Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis”.
Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Aparil 2016.
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 87 Jakrta tahun ajaran
2015/2016, bertujuan untuk menganalisis pegaruh Model Pencapaian Konsep
(Concept Attainment Model) terhadap kemampuan berpikir intuitif matematis.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experiment dengan
desain penelitian randomized posttest only control group design. Sampel
penelitian diperoleh sebanyak dua kelas dengan teknik Cluster Random Sampling
yang terdiri dari kelas eksperimen (Model Pencapaian Konsep) sebanyak 35 siswa
dan kelas kontrol (konvensional) sebanyak 35 siswa. Berdasarkan hasil penelitian
diperoleh, rata-rata kemampuan berpikir intuitif matematis kelas eksperimen
adalah 80,60 dan rata-rata kemampuan berpikir intuitif matematis kelas kontrol
adalah 75,33. Pada hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan Uji-t pada taraf
nyata 5% diperoleh bahwa > (2,21 > 1,67). Hal ini menunjukkan
bahwa kemampuan berpikir intuitif matematis siswa yang diajar dengan Model
Pencapaian Konsep (Concept Attainment Model) lebih tinggi dibandingkan
dengan kemampuan berpikir intuitif matematis siswa yang diajar dengan
pembelajaran konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa Model Pencapaian
Konsep (Concept Attainment Model) mempunyai pengaruh yang positif terhadap
kemampuan berpikir intuitif matematis siswa.
Kata kunci : Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment Model),
Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis
ii
ABSTRACT
RIFKY DIAN HASNA (1111017000041), “The Effects of Concept Attainment
Model on the Students’ Mathematics Intuitive Ability”. Paper of Mathemtics
Education, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training Syarif Hidayatullah State
Islamis University of Jakarta April 2016.
This research was conducted in 87 Senior High School in Jakarta
academic year 2015/2016. Aimed to analyze the effect of Concept Attainment
Model on the students’ mathematics intuitive ability. The method used in this
study was a quasi experimental method with randomized posstest only control
group design. Samples were obtained from two class by cluster random sampling
technique consisting of experimental class (Concept Attainment Model) with 35
students and control class (convensional) with 35 students. Based on result of this
research obtained that the mathematics intuitive ability average on experiment
class is 80,60 and the mathematics intuitive ability average on control class is
75,33. Based on result of hypothesis testing with the t-test at significance level of
5% it was obtained > (2,21 > 1,67). It can be concluded that
students’ mathematics intuitive ability which taught by Concept Attainment
Model is higher than students’ mathematics intuitive ability tought by
conventional instruction. This indicate that Concept Attainment Model has
positive influence to students’ mathematics intuitive ability.
Keyword : Concept Attainment Model, Mathematics Intuitive Ability.
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan segala karunia, nikmat iman, nikmat Islam, dan
nikmat kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-
baiknya. Shalawat serta salam tak lupa senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW.
Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari banyak pihak. Oleh sebab itu,
penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:
1. Ibu Dr. Lia Kurniawati, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Moria
Fatma, M.Si., selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan waktu,
bimbingan, arahan, motivasi dan semangat dalam membimbing penulis
selama ini. Terlepas dari segala perbaikan dan kebaikan yang diberikan,
semoga Ibu selalu berada dalam KemuliaanNya.
2. Bapak. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Kadir, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Abdul Muin, S.Si, M.Pd., Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Otong Suhyanto, M.Si., selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah
dengan penuh kesabaran telah memberikan bimbingan, arahan, waktu, nasihat
dan semangat dalam membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan.
6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberi ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis
selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu
berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.
7. Staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan Staf Jurusan Pendidikan
Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu dalam
pembuatan surat-surat serta sertifikat.
iv
8. Ibu Hj. Patra Patiah, M.Biomed., Kepala SMA Negeri 87 Jakarta tempat
penulis melakukan penelitian, yang telah mengizinkan penulis melakukan
penelitian di sekolah tersebut.
9. Ibu Dra. Hj. Irdawati, dan Ibu Suprapti, S.Pd yang telah memberikan
semangat kepada penulis untuk segera menyelesaikan studi.
10. Siswa dan siswi kelas XII MIA tahun ajaran 2015/2016 SMA Negeri 87
Jakarta yang telah memberikan semangat kepada penulis.
11. Siswa dan siswi kelas XI MIA tahun ajaran 2015/2016 SMA Negeri 87
Jakarta khususnya kelas XI MIA 1 dan XI MIA 2 yang telah bersikap
kooperatif selama penulis mengadakan penelitian.
12. Keluarga besar tercinta, terutama kedua orangtua Bapak Sumarwadi, Mama
Binti Hasanah, dan adik Reyza Ardhianul Huda yang selalu memberikan
kasih sayang, doa, dukungan dan semangat kepada penulis. Semoga Bapak,
Mama dan Adik selalu berada dalam lindungan Allah SWT.
13. Sahabat seperjuangan selama perkuliahan, Anis Ermayani, Elza Fauza,
Fitriana Rahmawati, Nurul Hidayatur Rahmah, Revi Apriyani, Siti
Khosyyatillah, dan Yuni Alifah yang sudah memberi semangat, ide, nasihat,
bantuan dan menjadi tempat curahan hati penulis selama kuliah dan
penyusunan skripsi. Semangat untuk kita.
14. Teman-teman PPKT, yang selalu menyemangati dan selalu memberikan
keceriaan kepada penulis.
15. Teman seperjuangan saat skipsi, Kholifah, yang selalu memberikan saran,
semangat, terimakasih ya.
16. Rizki Mulia Pradana, S.Pd yang selalu memberikan semangat, dukungan dan
doa kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
17. Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika angkatan 2011.
Terimakasih atas kebersamaan dan bantuannya selama ini baik langsung
maupun tidak langsung.
18. Kakak kelas angkatan 2010 yang sudah membantu penulis selama
penyusunan skripsi ini.
v
Ucapan terima kasih ini juga ditujukan kepada semua pihak yang
namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis hanya dapat berdoa
mudah-mudahan bantuan, bimbingan, dukungan, semangat, masukan dan doa
yang telah diberikan menjadi pintu datangnya ridho dan kasih sayang Allah SWT
di dunia dan akhirat, Amin yaa Robbal „alamin.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat
kekurangan dan masih belum mendekati sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun dari berbagai pihak sangat dibutuhkandemi kesempurnaan
penulis di masa datang. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi
manfaat yang sebesar-besarnya bagi penulis khususnya dan bagi pembaca sekalian
pada umumnya.
Jakarta, April 2016
Penulis
Rifky Dian Hasna
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ……………………………………………………………… i
ABSTRACT …………………………………………………………….. ii
KATA PENGANTAR …………………………………………………. iii
DAFTAR ISI …………………………………………………………… vi
DAFTAR TABEL ……………………………………………………... ix
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………. xi
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………. xiii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………….. 1
A. Latar Belakang Masalah ………………………………...... 1
B. Identifikasi Masalah ………………………………………. 5
C. Pembatasan Maslah ………………………………………. 6
D. Perumusan Masalah ………………………………………. 6
E. Tujuan Penelitian …………………………………………. 7
F. Manfaat Penelitian ………………………………………... 7
BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN
HIPOTESIS PENELITIAN …………………………………. 9
A. Deskripsi Teoritis …………………………………………. 9
1. Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis …………….. 9
a. Pengertian kemampuan berpikir intuitif
matematis …………………………………………. 9
b. Indikator kemampuan berpikir intuitif
matematis …………………………………………. 14
2. Pembelajaran Model Pencapaian Konsep (Concept
Attainment Model) ………………………………………… 16
a. Pengertian Model Pencapaian Konsep (Concept
Attainment Model)………………………………… 16
b. Tahapan pembelajaran …………………………… 18
3. Pembelajaran Konvensional………………………...... 20
vii
B. Hasil Penelitian yang Relevan …………………………… 21
C. Kerangka Berpikir ………………………………………... 22
D. Hipotesis Penelitian ………………………………………. 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN …………………………. 26
A. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………… 26
B. Metode dan Desain Penelitian …………………………… 26
C. Populasi dan Sampel …………………………………….. 27
D. Teknik Pengumpulan Data ………………………………. 28
E. Instrumen Penelitian …………………………………….. 28
1. Validitas Instrumen ………………………………….. 31
2. Reliabilitas Instrumen ……………………………….. 33
3. Taraf Kesukaran …………………………………….. 33
4. Daya Pembeda ………………………………………. 34
F. Teknik Analisis Data ……………………………………. 36
1. Uji Normalitas ………………………………………. 36
2. Uji Homogenitas ……………………………………. 37
3. Uji Hipotesis ………………………………………… 37
G. Hipotesis Statistik ………………………………………. 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………… 40
A. Deskripsi Data ………………………………………….. 40
1. Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis Siswa Kelas
Eksperimen …………………………………………. 40
2. Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis Siswa Kelas
Kontrol ………………………………………………. 42
3. Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis Berdasarkan
Indikator Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis…. 45
4. Perbandingan Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan
Indikator Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis ….. 47
B. Analisis Data ………………………………………………. 50
1. Uji Prasyarat …………………………………………… 50
viii
2. Uji Hipotesis …………………………………………... 52
C. Pembahasan Hasil Penelitian …………………………….... 52
D. Keterbatasan Penelitian ……………………………………. 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………. 70
A. Kesimpulan …………………………………………………. 70
B. Saran ……………………………………………………….. 71
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………. 73
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Definsi Intuisi Menurut Para Ahli ……………................. 9
Tabel 2.2 Dua Alur Proses Berpikir Intuitif dalma Menyelesaikan
Masalah Matematika …………………………………… 13
Tabel 2.3 Indikator Berpikir Intuitif Berdasarkan Indikator………. 14
Tabel 2.4 Tahapan Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment
Model) …………………………………………………... 19
Tabel 2.5 Hubungan antara Model Pencapaian Konsep (Concept
Attainment Model) terhadap Kemampuan Berpikir Intuitif
Matematis ………………………………………………. 24
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penellitian ……………………………. 26
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Berpikir Intuitif
Matematis ………………………………………………. 29
Tabel 3.3 Rubrik Penskoran Kemampuan Berpikir Intutif
Matematis ………………………………………………. 30
Tabel 3.4 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Validitas …………… 32
Tabel 3.5 Rekapitulasi Hasil Daya Pembeda ……………………… 34
Tabel 3.6 Rekapitulasi Hasil Uji Taraf Kesukaran ……………….. 35
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Intuitif
Matematis Siswa Kelas Ekspreimen …………………… 41
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Intuitif
Matematis Siswa Kelas Kontrol ……………………….. 42
Tabel 4.3 Perbandingan Nilai Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis
Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol …………... 44
Tabel 4.4 Deskripsi Data Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis
Siswa Kelas Eksperimen Berdasarkan Indikator ……… 45
Tabel 4.5 Deskripsi Data Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis
Siswa Kelas Kotrol Berdasarkan Indikator ……….… 46
Tabel 4.6 Perbandingan Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis
Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan
x
Indikator Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis …. 47
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas …………………………………. 51
Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas…………………………..…… 51
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Uji-t ………………………………. 52
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Grafik Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi
Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis Kelas
Eksperimen ………………………………………….. 42
Gambar 4.2 Grafik Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi
Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis Kelas
Kontrol ……………………………………………... 43
Gambar 4,3 Persentase Skor Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ……………… 49
Gambar 4.4 Contoh Pemberian Masalah dan Penyajian Data ….. 55
Gambar 4.5 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa Tahap Penyajian Data
dan Identifikasi Konsep …………………………… 55
Gambar 4.6 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa Tahap Penyajian Data
dan Identifikasi Konsep …………………………… 56
Gambar 4.7 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa Tahap Penyajian Data
dan Identifikasi Konsep …………………………… 57
Gambar 4.8 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa Tahap Penyajian Data
dan Identifikasi Konsep …………………………… 57
Gambar 4.9 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa Tahap Pengujian
Pencapaian Konsep ……………………………….. 58
Gambar 4.10 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa Tahap Analisis
Strategi Berpikir ………………………………….. 59
Gambar 4.11 Contoh Jawaban Siswa Kelas Kontrol Pada Indikator
Menyelesaikan Masalah dengan Jawaban yang
Masuk Akal ………………………………………. 60
Gambar 4.12 Contoh Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Pada Indikator
Menyelesaikan Masalah dengan Jawaban yang
Masuk Akal ………………………………………. 60
Gambar 4.13 Contoh Jawaban Siswa Kelas Kontrol Pada Indikator
Kemampuan Menyelesaikan Masalah Menggunakan
xii
Pengetahuan dan Pengalaman yang Sudah Dimiliki
Sebelumnya ……………………………………… 62
Gambar 4.14 Contoh Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Pada Indikator
Kemampuan Menyelesaikan Masalah Menggunakan
Pengetahuan dan Pengalaman yang Sudah Dimiliki
Sebelumnya ……………………………………… 63
Gambar 4.15 Contoh Jawaban Siswa Kelas Kontrol Pada Indikator
Kemampuan Menyelesaikan Masalah Berdasarkan
Generalisasi Dari Contoh atau Konsep ………….. 65
Gambar 4.16 Contoh Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Pada Indikator
Kemampuan Menyelesaikan Masalah Berdasarkan
Generalisasi Dari Contoh atau Konsep ………….. 65
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 RPP Kelas Eksperimen ………………………………… 76
Lampiran 2 RPP Kelas Kontrol …………………………………….. 116
Lampiran 3 Prosedur Penilaian RPP ……………………………….. 154
Lampiran 4 Kompetensi Inti ……………………………………….. 155
Lampiran 5 Contoh Lembar Penilaian Kognitif …………………… 156
Lampiran 6 Contoh Lembar Penilaian Keterampilan ……………… 168
Lampiran 7 Contoh Lembar Penilaian Sikap ………………………. 170
Lampran 8 Lembar Kerja Siswa (LKS) ……………………………. 171
Lampiran 9 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Intuitif
Matematis ……………………………………………… 201
Lampiran 10 Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis 203
Lampiran 11 Kunci Jawaban Tes Kemampuan Berpikir Intuitif
Matematis ……………………………………………… 205
Lampiran 12 Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Intuitif
Matematis …………………………………………….. 208
Lampiran 13 Hasil Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Intuitif
Matematis …………………………………………….. 210
Lampiran 14 Perhitungan Uji Validitas …………………………….. 211
Lampiran 15 Hasil Uji Validitas …………………………………….. 213
Lampiran 16 Perhitungan Uji Reliabilitas …………………………… 214
Lampiran 17 Hasil Uji Reliabilitas …………………………………. 215
Lampiran 18 Perhitungan Uji Taraf Kesukaran ………………………. 217
Lampiran 19 Hasil Uji Taraf Kesukaran ……………………………… 218
Lampiran 20 Perhitungan Uji Daya Pembeda ……………………… 219
Lampiran 21 Hasil Uji Daya Pembeda …………………………….. 220
Lampiran 22 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis Siswa
Kelas Eksperimen ……………………………………… 221
Lampiran 23 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis Siswa
Kelas Kontrol ………………………………………….. 223
xiv
Lampiran 24 Perhitungan Distribusi Frekuensi, Mean, Median, Modus,
Kuartil, Varians, Simpangan Baku, Kemiringan, Ketajaman
Kelas Eksperimen ……………………………………….. 225
Lampiran 25 Perhitungan Distribusi Frekuensi, Mean, Median, Modus,
Kuartil, Varians, Simpangan Baku, Kemiringan, Ketajaman
Kelas Kontrol ………………………………………..….. 228
Lampiran 26 Perhitungan Data Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis
Kelas Eksperimen Berdasarkan Indikator ……………. 231
Lampiran 27 Perhitungan Data Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis
Kelas Kontrol Berdasarkan Indikator …………………. 232
Lampiran 28 Uji Normalitas Hasil Posttest Kelas Eksperimen ……… 233
Lampiran 29 Uji Normalitas Hasil Posttest Kelas Kontrol ………….. 234
Lampiran 30 Perhitungan Uji Homogenitas …………………………. 235
Lampiran 31 Perhitungan Pengujian Hipotesis ………………………. 236
Lampiran 32 Tabel “r” product moment ……………………………… 238
Lampiran 33 Nilai Kritis Distribusi Chi-Kuadrat ……………………. 239
Lampiran 34 Nilai Kritis Distribusi-t …………………………………. 240
LEMBAR UJI REFERENSI
SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN
SURAT KETERANGAN PENELITIAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari. Faktanya, matematika diterapkan dalam berbagai macam kegiatan
seperti perdagangan, ekonomi, teknologi dan sebagainya. Matematika juga
merupakan salah satu bagian yang penting dalam bidang ilmu pengetahuan.1
Demikian pentingnya, matematika juga dijuluki sebagai Queen of Science, ratunya
para ilmu. Matematika sebagai ratu atau ibunya ilmu dimaksudkan bahwa
matematika adalah sumber ilmu dari ilmu lain.2
Berdasarkan peranan matematika tersebut, selain untuk menguasai
materi belajar sebanyak-banyaknya, pembelajaran matematika di sekolah juga
dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Hal ini
bertujuan agar siswa mampu menyelesaikan masalah matematika khususnya yang
berbentuk soal pemecahan masalah. Dalam pembelajaran matematika,
kemampuan memecahkan masalah dianggap menjadi hal penting yang harus
dilatih guru kepada para siswa. Melalui kegiatan memecahkan masalah, siswa
diminta untuk memecahkan masalah langkah demi langkah dengan menggunakan
aturan tertentu tanpa merumuskan aturan tersebut secara verbal.3
Saat siswa dihadapkan pada masalah matematika yang menuntut untuk
segera ditemukan penyelesaiannya, siswa diharuskan dapat menyelesaikan
masalah tersebut dengan segera dan tentunya benar. Hal ini dapat terjadi apabila
mereka telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang baik mengenai masalah
1 Lia Kurniawati, “Pendekatan Pemecahan Maslah dalam Upaya Mengatasi Kesulitan-
kesulitan Siswa pada Soal Cerita” dalam Abdul Muin dan Gusni Satriawati (eds), Pendekatan
Baru dan Proses Pembelajaran Matematika dan Sains Dasar, (Jakarta: PIC UIN Jakarta, 2007),
h.45. 2 Agisna Anindya Putri, “Mengingkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa
Keas VII C SMP Aggrek Banjarmasin melalui Model Pembelajaran STAD dan Scramble”,
makalah diprsesntasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika,
FMIPA UNY, Yogyakarta, 9 November 2013. 3 S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2010), Cet.VIII, h.171.
2
tersebut. Ketika mereka mengalami kebuntuan dalam menyelesaikannya, tentu
mereka akan cenderung berusaha menyelesaikannya dengan perantara atau model
(yang berupa gambar, grafik, atau coretan-coretan lainnya) agar secara intuitif
masalah tersebut mudah diterima dan dipahami.4 Salah satu kemampuan berpikir
yang dibutuhkan adalah kemampuan berpikir intuitif matematis. Supaya hal
tersebut tercapai, dibutuhkan “intuisi” pada siswa. Fischbein menyatakan bahwa
intuisi merupakan kognisi yang self evident (dianggap benar dengan sendirinya),
dapat diterima langsung, holistik, bersifat memaksa, dan ekstrapolatif
(memperkirakan). Intuisi pada siswa akan semakin baik jika mereka selalu
menyelesaikan masalah dengan memunculkan ide-ide yang mereka hasilkan.5
Kemampuan berpikir intuitif dapat dijadikan sebagai “kognisi antara atau
mediating cognitive” yang artinya kemampuan berpikir intuitif tersebut bisa
digunakan sebagai jembatan pemahaman sesesorang sehingga dapat membantu
dan memudahkan dalam mengaitkan objek yang dibayangkan dengan alternatif
solusi yang diinginkan6.
Fischbein berpendapat bahwa melalui proses pelatihan, seseorang dapat
mengembangkan intuis baru. Dengan demikian, perspektif ini menyiratkan bahwa
intuisi bisa dipelajari, diperoleh dan dikembangkan.7 Ahli matematika, fisika,
biologi dan ilmuwan lainnya menekankan pentingnya nilai intuisi dalam
pemecahan masalah.8 Intuisi hadir dan digunakan ketika berhadapan dengan
dilema pemecahan masalah atau pengambilan keputusan. Proses yang mendasari
intuisi pemecahan masalah adalah mencocokkan pola yang dapat dipertajam
melalui pelatihan dan latihan berulang.9
4 Munir, “Model Penalaran Intuitif Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Matematika”,
Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika
FMIPA UNY, Yogyakarta, 10 November 2012. 5 Mulyaningrum Lestari, dkk, “Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Intuisi
untuk Meningkatkan Kemampuan Berpkir Kreatif dalam Memecahkan Masalah Matematika Siswa
Kelas X SMA Negeri 2 Sragen”, Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika, Vol.3, 2015, h.744. 6 Munir, loc. cit..
7 T. Ben-Zeev dan J. Star, Intuitive Mathematics: Theoretical and Educational
Implications.Dalam B. Torff & R.J. Sternberg, Undertanding and teaching the intuitif mind:
student and teacher learning. (Mahwa, N.J. : Lawrence Erlbaum Associates. pp. 7. 8 Nasution, op. cit., h.10.
9 Agus Sukmana, Profil Berpikir Intuitif Matematik, (LPPM Universitas Katholik
Parahiyangan Bandung, 2011), h. 25
3
Secara operasional, kemampuan berpikir intuitif matematis dapat
diidentifikasi dari proses berpikir seseorang dalam menyelesaikan masalah secara
logis (masuk akal), menyelesaikan masalah menggunakan pengetahuan dan
pengalaman yang sudah dimiliki sebelumnya, meyelesaikan masalah berdasarkan
generalisasi dari contoh atau konsep. Berpikir intuitif tidak memiliki langkah-
langkah yang dapat dirumuskan secara pasti dan teliti, lebih merupakan suatu
manuver yang didasarkan atas persepsi implisit dari keseluruhan masalah.10
Menurut Burton, intuisi telah hilang atau diabaikan dalam pembelajaran
matematika11
. Hal ini sesuai dengan pengalaman penulis saat Praktik Profesi
Keguruan Terpadu (PPKT). Banyak siswa yang sulit untuk memunculkan
intuisinya dalam menyelesaikan masalah matematika. Oleh karena itu kemampuan
berpikir intuitif matematis siswa harus lebih dikembangkan dan ditingkatkan lagi.
Hal ini diperkuat dengan adanya hasil dari Programme for
International Student Assesment (PISA) di bawah Organization Economic
Cooperation AND Development (OECD) pada tahun 2009, diperoleh hasil bahwa
hampir setengah dari siswa Indonesia (yaitu 43,5%) tidak mampu menyelesaikan
soal PISA yang paling sederhana (the most basic PISA tasks). Sekitar sepertiga
siswa Indonesia (yaitu 33,1%) hanya bisa mengerjakan soal jika pertanyaan dari
soal kontekstual diberikan secara eksplisit serta semua data yang dibutuhkan
untuk mengerjakan soal diberikan secara tepat. Hanya 0,1% siswa Indonesia yang
mampu mengembangkan dan mengerjakan pemodelan matematika yang menuntut
keterampilan berpikir.12
Pada tahun 2012 PISA mengeluarkan hasil tes bahwa
Indonesia berada diperingkat ke-64 dari 65 negara yang berpartisipasi dalam tes
dengan skor 375, jauh dibawah rata-rata yaitu 494. Khususnya jika dilihat dari
kemampuan siswa Indonesia menyelesaikan soal level 5-6 yang hanya 0,3 sangat
jauh dari rata-rata 12,6.13
10
Nana Syaodih Sukamdinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h. 132. 11
Agus Sukmana, op.cit, h. 11 12
Ariyadi Wijaya, Pendidikan Matematika Realistik (Suatu Alternnatif Pendekatan
Pembelajaran Matematika, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h. 2 13
PISA 2012 Result: What Student Know and Can Do (PISA: OECD Publishing, 2014),
h.19.
4
Menanggapi hasil PISA 2012, Guru Besar Matematika Institut
Teknologi Bandung Iwan Pranoto menilai, dari soal-soal yang diajukan dalam tes,
dapat diketahui kecakapan berpikir seperti apa yang dimiliki anak-anak Indonesia
dan kelemahannya. Iwan menilai soal-soal yang diajukan di website resmi melalui
tes PISA itu berbeda dengan yang diajarkan di sekolah dan yang diujikan dalam
ujian nasional. Ini tidak berarti matematika di Indonesia lebih mudah daripada di
negara lain yang meraih ranking lebih tinggi dalam PISA. Sekolah di Indonesia
masih terlalu fokus mengajarkan kecakapan yang sudah kadaluwarsa, seperti
menghafal dan menghitung rumit14
. Hasil yang rendah tersebut tentunya
disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu faktornya adalah proses pembelajaran
yang membiasakan siswa hanya menerima informasi saja, sehingga tidak
menuntut siswa untuk membangun pengetahuan melalui pemikiran siswa itu
sendiri.
Saat ini memang sudah diterapkan kurikulum 2013 di banyak sekolah,
termasuk sekolah tempat penulis melakukan penelitian. Pada kenyataanya
kurikulum tersebut tidak berjalan sesuai yang diinginkan. Banyak guru yang salah
kaprah, karena beranggapan dengan kurikulum 2013 guru tidak perlu menjelaskan
materi kepada siswa di kelas padahal banyak mata pelajaran khususnya
matematika yang harus tetap ada penjelasan dari guru. Setelah melihat aktivitas
belajar siswa yang kurang terarah dan melihat hasil belajar yang tidak memuaskan
hasilnya, maka banyak guru yang lebih memilih untuk menggabungkan dengan
pembelajaran konvensional. Dengan demikian tetap saja kemampuan berpikir
siswa khususnya kemampuan berpikir intuitif kurang berkembang.
Dalam rangka mewujudkan kemampuan berpikir intuitif matematis
siswa agar berkembang dan meningkat sesuai dengan harapan, maka proses
pembelajaran yang dilaksanakan harus melibatkan siswa secara aktif membangun
pemahamannya sendiri dan memunculkan intuisinya. Satu prinsip teori
konstruktivisme yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa
guru tidak sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus
14
KOMPAS, Skor PISA: Posisi Indonesia Nyaris Jadi Juru Kunci, 2013,
(http://www.kopertis12.or.id), diakses tanggal 24 september 2015.
5
membangun sendiri pengetahuan di benaknya. Guru dapat memberi siswa anak
tangga yang membawa siswa kepada pemahaman yang lebih tinggi dengan
catatan bahwa siswa sendiri yang harus melakukannya.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah Model
Pencapiaan Konsep (Concept Attainment Model), yaitu suatu model pembelajaran
yang berfokus pada pengambilan keputusan dan kategori proses yang mengarah
pada penciptaan15
. Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment Model)
merupakan proses mencari dan mendaftarkan sifat-sifat yang dapat digunakan
untuk membedakan contoh-contoh yang sesuai (bernilai benar) dan contoh-contoh
yang tidak sesuai (bernilai salah) dari berbagai kategori. Ketika siswa telah
sampai pada pencapaian konsep, siswa mampu mendeskripsikan pemikiran
mereka dan mampu membuat definisi menurut kata-kata sendiri, dan siswa
mampu menjabarkan kembali sifat-sifat atau karakteristik dari suatu konsep ke
dalam contoh lain yang nantinya dapat menganalisis hipotesis awal.
Berdasarkan uraian di atas, terlihat adanya hubungan antara indikator
kemampuan berpikir intuitif matematis dengan tahapan-tahapan pada
pembelajaran Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment Model), sehingga
diharapkan dapat menjadi salah satu model pembelajaran yang bisa membantu
guru dalam meningkatkan kemampuan berpikir intuitif matematis dari siswa.
Mengacu pada latar belakang tersebut, penulis bermaksud untuk melakukan suatu
penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pencapaian Konsep (Concept
Attainment Model) terhadap Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat
diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran matematika yang ada belum efektif untuk membuat siswa aktif.
15
Praja Achsani Winasmadi, “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika
dengan Model Concept Attainment Berbantuan CD Interaktif pada Materi Segitiga kelas VII”,
Jurnal Pendidikan Unnes, 2011, h. 120.
6
2. Kemampuan berpikir intuitif matematis siswa masih rendah dan belum
banyak dilatih oleh guru.
3. Kurangnya model pembelajaran yang tepat yang dapat menciptakan suatu
iklim pembelajaran yang bermakna agar siswa mengkonstruk pendapat atau
pemahamannya sendiri.
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini lebih terarah dan terfokus, dibuatlah pembatasan
masalah sebagai berikut:
1. Kemampuan berpikir intuitif yang akan diteliti dalam penelitian ini dibatasi
oleh 3 indikator, yaitu: kemampuan menyelesaikan masalah secara logis
(masuk akal), kemampuan menyelesaikan masalah menggunakan
pengetahuan dan pengalaman yang sudah dimiliki sebelumnya dan
kemampuan menyelesaikan masalah berdasarkan generalisasi dari contoh
atau konsep.
2. Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas XI MIA
3. Penelitian ini dilakukan pada materi aturan pencacahan.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kemampuan berpikir intuitif matematis siswa yang diajar dengan
Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment Model)?
2. Bagaimana kemampuan berpikir intuitif matematis siswa yang diajar dengan
pembelajaran konvensional?
3. Apakah kemampuan berpikir intuitif matematis siswa yang diajar dengan
Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment Model) lebih tinggi
dibandingkan dengan kemampuan berpikir intuitif matematis siswa yang
diajar dengan pembelajaran konvensional?
7
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka
tujuan penelitian dari penulis bertujuan untuk:
1. Mengkaji kemampuan berpikir intuitif matematis siswa yang diajar dengan
Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment Model)
2. Mengkajii kemampuan berpikir intuitif matematis siswa yang diajar dengan
pembelajaran konvensional
3. Mengkaji perbedaan peningkatan kemampuan berpikir intuitif matematis
siswa yang diajar dengan Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment
Model) dengan siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional
F. Manfaat Penelitian
Apabila hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan Model
Pencapaian Konsep (Concept Attainment Model) memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap kemampuan berpikir intuitif matematis siswa, maka
diharapkan bermanfaat bagi berbagai pihak diantaranya:
1. Bagi Siswa
Membantu siswa dalam melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir
intuitif matematisnya dengan menggunakan Model Pencapaian Konsep
(Concept Attainment Model)
2. Bagi Guru
Untuk mendapatkan pengetahuan tentang pembelajaran matematika dan
menjadikan Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment Model) sebagai
salah satu alternative model pembelajaran yang dapat digunakan untuk
pembelajaran matematika, serta sebagai sumber informasi mengenai
penggunaan Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment Model) jika
digunakan dalam pembelajaran matematika.
3. Bagi Sekolah
8
Dapat dijadikan referensi dan memberikan gambaran secara terperinci bahwa
Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment Model) meruapakan salah
satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengembangkan dan
meningkatkan kemampuan berpikir intuitif matematis. Selain itu dapat pula
dijadikan bahan pertimbangan bagi sekolah guna meningkatkan mutu
pembelajaran matematika maupun pembelajaran bidang studi lain.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber informasi dan
bahan rujukan untuk mengedakan penelitian lebih lanjut. Peneliti selanjutnya
diharapkan mengembangkan penelitian ini lebih lanjut.
9
BAB II
KAJIAN TEORITIK DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. KAJIAN TEORI
1. Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis
a. Pengertian Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kemampuan berasal dari
kata “mampu” yang berarti kuasa (bisa, sanggup melakukan sesuatu, dapat,
berada, kaya, mempunyai harta berlebihan).1 Kemampuan adalah sesuatu yang
dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan
kepadanya.2 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan (ability)
merupakan kecakapan setiap individu untuk menyelesaikan pekerjaannya atau
menguasai hal-hal yang ingin dikerjakan dalam suatu pekerjaan, kemampuan juga
dapat dilihat dari tindakan tiap-tiap individu.
Secara sederhana, berpikir adalah memproses informasi secara mental
atau secara kognitif. Secara lebih formal, berpikir adalah penyusunan ulang atau
manipulasi kognitif baik informasi dari lingkungan maupun simbol-simbol yang
disimpan. Dengan demikian, berpikir adalah sebuah representasi simbol dari
beberapa peristiwa atau item.
Definisi intuisi menurut beberapa ahli disajikan dalam Tabel 2.1
sebagai berikut:3
Tabel 2.1
Definisi Intuisi Menurut Para Ahli
Sumber Definisi
Bruner Intuition implies the act of grasping the meaning,significance, or
structure of a problem or situation without explicit reliance on the
analytic apparatus of one's craft.
1 KBBI, Pengertian mampu, 2015, (http://kbbi.web.id/mampu), diakses 25 Agustus 2015
2 E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK. (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h.78 3 Sukmana, op.cit, h. 14.
10
Fischbein A cognition that appears subjectively self evident , directly
applicable, holistic, coercive, and extrapolative.
Burke &
Miller
A cognitive conclusion based on a decision maker’s previous
experiences and emotional input.
Bruner memaknai intuisi sebagai suatu tindakan untuk mendapatkan
suatu makna, signifikansi, struktur atau situasi dari masalah tanpa ketergantungan
secara eksplisit pada peralatan analitik yang dimiliki seorang ahli. Bruner
memberikan contoh situasi dalam matematika bagaimana intuisi dimaknai.
Contoh pertama, seseorang dikatakan berpikir secara intuitif, bila ia telah banyak
bekerja dalam suatu masalah dalam periode waktu lama. Ia dapat segera
memberikan solusi masalah didasarkan atas sesuatu yang pernah ia buktikan
secara formal sebelumnya. Contoh kedua, seseorang disebut matematikawan
intuitif yang baik bila orang lain datang menyodorkan masalah padanya, dia akan
dengan sangat segera memberikan tebakan yang baik untuk solusi masalah, atau
dapat dengan segera memberika beberapa pendekatan alternatif untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Menurut Bruner meskipun ada orang yang
memiliki talenta istimewa (intuisi), namun efektifitas akan tercapai bila ia
memiliki pengalaman belajar dan pemahaman terhadap subyek tersebut.
Fischbein dapat disebut sebagai pelopor kajian intuisi dalam
pembelajaran, terutama pembelajaran matematika dan sains. Fischbein
memaparkan sifat-sifat utama dari intuisi. Sifat yang pertama adalah self evident
yang berarti bahwa konklusi yang diambil dianggap benar dengan sendirinya.
Sifat yang kedua adalah directly applicable yang berarti bahwa solusi diberikan
secara langsung. Sifat yang ketiga adalah holistic yang berarti menyeluruh. Sifat
keempat adalah coercive yang berarti memaksa dan sifat yang kelima adalah
extrapolative yang berarti meramal, menduga dan memperkirakan. Fischbein pula
yang mengelompokkan intuisi berdasarkan proses terbentuknya ke dalam dua
kelompok yaitu intuisi primer dan intuisi sekunder. Keberadaan intuisi sekunder
yang dapat ditata ulang atau direkonstruksi menjadikan pembelajaran merupakan
suatu upaya untuk mengembangkan kemampuan intuisi seseorang.
11
Burke & Miller melakukan penelitian dibidang pengambilan keputusan.
Mereka berpendapat bahwa intuisi bukan sesuatu yang muncul serta merta, tetapi
merupakan hasil dari pengalaman yang panjang dan adanya keterlibatan unsur
emosi didalamnya.
Menurut Baylor intuisi merupakan hasil perpaduan tiga komponen
yaitu: kesegeraan (immediacy), penalaran (reasoning), dan the sensing of
relationship. Melalui model Baylor tersebut tampak jelas perbedaan antara intuisi
dengan insight (beberapa literatur memadankan dua istilah ini), yaitu pada insight
tidak terjadi proses penalaran atau dengan kata lain intuisi adalah insight yang
dilengkapi dengan proses penalaran.
Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik beberapa kesimpulan
mengenai pengertian intuisi, yaitu:
1). Intuisi didasarkan pada pengalaman atau hasil belajar, bukan berdasarkan
inspirasi supernatural, indera keenam atau lainnya yang dipahami oleh
sebagian masyarakat awam.
2). Kemampuan intuitif dimiliki oleh setiap individu tetapi dengan derajat yang
berbeda-beda. Intuisi seseorang memungkinkan untuk dikembangkan, atau
ditata ulang (direkonstruksi) melalui suatu bentuk intervensi / pembelajaran
yang sesuai.
Berdasarkan asal mulanya, intuisi terbagi menjadi dua jenis. Pertama,
intuisi primer (primary intuition), yaitu intuisi yang terbentuk berdasarkan
pengalaman sehari-hari individu dalam situasi normal tanpa menjalani proses
instruksional yang sistematik. Kedua, intuisi sekunder (secondary intuition) yaitu
intuisi yang terbentuk melalui proses pembelajaran (umumnya di sekolah).4
Intuisi dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu, sehingga seseorang
dapat berpikir intuitif dalam bidang tertentu. Variabel-variabel berikut merupakan
variabel yang dianggap dapat mempengaruhi intuisi, yaitu:5
4 Efrain Fischbein, Intuition in science and mathematics: and educational approach
Dordrecht D. Reidel, 1987. pp.71. 5 Nasution, op.cit. h.12.
12
1). Faktor guru. Siswa-siswa akan turut berpikir intuitif bila gurunya melakukan
hal yang demikian. Siswa-siswa tidak akan berpikir intuitif andaikan mereka
tidak pernah melihat bagaimana gurunya melakukan demikian dengan hasil
yang baik.
2). Penguasaan bahan. Orang yang menguasai bidang ilmu tertentu akan lebih
sering berpikir intuitif bila dibandingkan dengan orang yang tidak
menguasainya. Intuisi adalah memperoleh jawaban berdasarkan keterangan
yang sangat terbatas.
3). Struktur pengetahuan. Memahami struktur atau seluk-beluk suatu bidang ilmu
memberi kemungkinan yang lebih besar untuk berpikir intuitif.
4). Prosedur heuristik. Menemukan jawaban dengan cara yang tidak ketat,
misalnya menganjurkan siswa untuk menemukan jawaban atas masalah yang
pelik dengan memikirkan masalah yang ada persamaannya yang lebih
sederhana atau berpikir secara analogi.
5). Menerka. Siswa terkadang sering dianjurkan untuk menerka, meskipun hasil
terkaan mereka tidak sesuai. Namun sering terkaan memberi kemungkinan
untuk mendapatkan jawaban yang tepat, walaupun masih perlu dibuktikan
kemudian. Dalam menghadapi masalah-masalah yang pelik, kita juga sering
harus mengambil keputusan berdasarkan data yang tidak lengkap, sehingga
harus menerka apa tindakan yang sebaiknya dilakukan.
Kemampuan berpikir intuitif matematis merupakan kemampuan
seseorang memahami dan sekaligus menemukan strategi yang tepat dan cepat
dalam menyelesaikan masalah yang muncul secara spontan, bersifat segera
(immediate), global atau mungkin secara tiba-tiba (suddently) dan tidak
diketahuhi dari mana asalnya.6 Melalui berpikir intuitif, seseorang mungkin
sampai pada jawaban atau pemecahan yang sama sekali tidak dapat dipecahkan
6 Muniri, “Karakteristik Berpikir Intuitif Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah
Matematika”, Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan
Matematika , FMIPA UNY, Yogyakarta, l 9 November 2013. h. 1.
13
atau lambat sekali bila ia menggunakan langkah pemecahan masalah melalui
proses analitik.7
Usodo mengatakan bahwa berpikir intuitif berperan penting dalam
pemecahan masalah matematika, karena dengan intuisi siswa mempunyai
gagasan-gagasan dalam memecahkan masalah matematika. Banyak siswa pandai
dalam menyelesaikan soal matematika sering menggunakan cara-cara yang
cerdas, sehingga memberikan jawaban yang singkat dan akurat.8
Berikut pengkajian berpikir intuitif, mula-mula diberikan suatu masalah
matematika, kemudian siswa diharapkan menjawab spontan pada pemecahan
masalah tersebut. Jawaban spontan yang dihasilkan memiliki alur berpikir intuitif.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 2.2 berikut ini:9
Tabel 2.2
Dua Alur proses Berpikir Intuitif dalam Menyelesaikan
Masalah Matematika
7 Aan Hasanah, “Berpikir Intuitif (Intuisi) siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dalam
mengembangkan berpikir kreatif”, Jurnal Pendidikan Matematika, Vol.1, 2011, h.123. 8 Sofia Sa’o, “Berpikir Intuitif dalam Pembelajaran Matematika”, Makalah
dipresentasikan dalam seminar nasional TEQIP, Universitas Negeri Malang, 1 Desember 2014.
h.171. 9 Ibid. h.174.
Informasi (Masalah Matematika)
Ide yang muncul dalam intuisi
Jawaban spontan
Intrinsik, yaitu jawaban
spontan yang munculnya
tiba-tiba
Intervensi, yaitu jawaban spontan yang
muncul akibat adanya hubungan dengan
pengetahuan sebelumnya
Hasil Pemecahan
Masalah
14
Alur berpikir yang pertama adalah proses pemecahan masalah dengan
intuisi intrinsik sampai memperoleh hasil pemecahan masalah. Alur berpikir yang
kedua adalah proses pemecahan masalah matematika dengan intuisi interverensi
sampai memperoleh hasil pemecahan masalah. Kedua alur proses pemecahan
masalah yang dihasilkan tersebut merupakan hipotesis yang harus dibuktikan
kebenarannya dengan menyelesaikan masalah matematika.
Contoh penerapan kedua alur tersebut dapat diperhatikan dari
pertanyaan sederhana, “Apakah sudut yang bertolak belakang mempunyai besar
sudut yang sama?”. Jika siswa langsung menjawab “ya”, maka bisa dipastikan ia
menggunakan intuisi dengan sifat self evident secara intrinsik. Untuk melakukan
pembuktian jawaban setelah menjawab “ya” maka siswa menggunakan intuisi
intervensi.
b. Indikator Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis
Indikator berpikir intuitif yang dapat diamati pada saat menyelesaikan
masalah disajikan dalama Tabel 2.3 sebagai berikut:10
Tabel 2.3
Indikator Berpikir Intuitif Berdasarkan Karakter
Karakter
Berpikir Intuitif Indikator Deskriptor
Catalitic
Inference
Subjek menjawab soal bersifat
langsung, segera atau tiba-tiba,
menggunakan jalan pintas,
jawaban singkat, tidak rinci,
dan tidak mampu memberikan
alasan logis
Jawaban singkat.
Jawaban kurang rinci.
Subjek tidak mampu
memberikan alasan logis.
Gambar yang kurang jelas
ukurannya
Power of
synthesis
Subjek menjawab soal secara
langsung, segera atau tiba-tiba
dengan menggunakan
kemampuan kombinasi rumus
Jawaban subjek kurang rinci
dan kurang teratur.
Jawaban subjek menggunakan
kaidah dan prinsip algoritma.
10
Muniri, op. cit., h. 4.
15
dan algoritma yang dimiliki Gambar yang dibuat berulang-
uang dan bervariasi.
Common Sense Subjek menyelesaikan soal
secara langsung, segera atau
tiba-tiba, menggunakan
langkah-langkah, kaidah-
kaidah didasarkan pada
pengetahuan dan pengalaman
yang dimiliki
Langkah-langkah jawaban
terurut dan teratur logis.
Jawaban mengacu pada
pengetahuan dan pengalaman
(sering latihan).
Gambar yang dibuat sesuai
dengan fakta yang ada.
Menurut Sukmana dan Wahyudin, indikator yang sering muncul saat
siswa menggunakan kemampuan berpikir intuitifnya adalah:11
1) Menggunakan konsep yang masuk akal dari perspektif sehari-hari (logis).
2) Menggunakan konsep yang dibangun lebih berdasarkan pada contoh daripada
definisi.
3) Menggunakan konsep yang merupakan generalisasi dari contoh atau konsep.
Menurut Frieda Parker, indikator berpikir intuitif matematis siswa
terhadap pemikiran matematis ditunjukkan sebagai berikut:12
1) Indikator intuitif yang dapat muncul ketika siswa mempunyai konsep-konsep
yang salah
a) Konsep yang masuk akal dari perspektif sehari-hari.
b) Konsep yang berhubungan dengan pengalaman belajar awal.
c) Konsep yang terus berkembang dalam menghadapi kemungkinan untuk
mengubah konsep.
d) Konsep yang dibangun lebih berdasarkan pada contoh bukan definisi.
e) Konsep atas generalisasi dari contoh atau konsep.
11
Sukmana, A., & Wahyudin. A Teaching Material Development for Developing
Students’ Intitive Thinking Through RAECT Contextual Teaching Approach., Mat Stat, 11(2),
2011, pp. 78. 12
Frieda Parker, A Study of the Role of Intuition in the Development of Students’
Understanding of Span and Linear Independence in an Elementary Linear Algebra Class.
Proceedings of the 13th Annual Conference on Research in Undergraduate Mathematics
Education. 2010. Pp. 11.
16
f) Konsep ini berasal dari representasi bukan dari struktur masalah.
2) Indikator intuitif yang muncul ketika siswa mempunyai konseps-konsep yang
salah atau benar.
a) Kualitas contoh yang ditulis siswa.
b) Metafora dan analogi siswa yang digunakan untuk membangun
pemahaman mereka.
c) Relatif mudah dengan belajar konsep yang berbeda.
Berdasarkan uraian di atas, maka indikator kemampuan berpikir intuitif
yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1). Kemampuan menyelesaikan masalah dengan jawaban yang masuk akal.
Siswa mampu menyelesaikan masalah yang diberikan dengan memberikan
alasan yang logis (masuk akal) sesuai dengan materi yang sedang dipelajari
dan relevan dengan apa yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
2). Kemampuan menyelesaikan masalah menggunakan pengetahuan dan
pengalaman yang sudah dimiliki sebelumnya.
Siswa mampu menyelesaikan masalah yang diberikan dengan memberikan
alasan yang sesuai dengan apa yang telah dipelajari sebelumnya seperti dari
LKS atau bahan belajar lainnya.
3). Kemampuan meyelesaikan masalah berdasarkan generalisasi dari contoh atau
konsep.
Siswa mampu menyelesaikan masalah dengan memberikan alasan berupa
generalisasi konsep yang dipelajari.
2. Pembelajaran Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment Model)
a. Pengertian Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment Model)
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran dalam tutorial.13
Adapun Soekamto dkk mengemukakan bahwa
13
Trianto, Mendesain Model Pembelaaran Inovatif-Progresif. (Jakarta: Kencana Prenada
Group, 2009)h. 22
17
model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran
dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.14
Jadi model
pembelajaran adalah suatu perencanaan yang digunakan guru di kelas sebagai
pedoman dalam mengajar yang dapat membantu siswa untuk memperoleh
informasi atau ilmu di kelas.
Concept Attainment adalah pembelajaran yang masuk dalam kerangka
proses inquiri.15
Pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan karya Jerome
Brunner, Jacqueline Goodnow dan George Austin Bruner. Goodnow dan Austin
yakin bahwa lingkungan sekitar manusia beragam, dan sebagai manusia kita harus
mampu membedakan, mengkategorisasi dan menamakan semua itu. Kemampuan
manusia dalam dalam membedakan, mengelompokkan dan menamakan sesuatu
inilah yang menyebabkan munculnya sebuah konsep.16
Penerapan Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment Model)
akan menentukan aktivitas-aktivitas belajar tertentu. Contoh, jika penekanannya
adalah untuk memperoleh konsep baru, guru harus menekankan melalui
pertanyaan atau komentarnya tentang sifat-sifat di setiap contoh (khususnya
contoh-contoh yang positif) dan nama konsep. Jika penekanannya adalah pada
proses induktif, guru mungkin dapat menyediakan sedikit tanda/isyarat dan
mengajak siswa untuk tekun dan berpartisipasi aktif. Materi (konsep) sebenarnya
kurang penting daripada partisipasi aktif dalam proses induktif. Jika
penekanannya pada analisis berpikir, guru sebaiknya menerapakan latihan
penemuan konsep yan tidak terlalu lama sehingga siswa akan menghabiskan lebih
banyak waktu untuk analisis berpikir.17
14
ibid, h.22. 15
Praja Achsani Winasmadi, “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika
dengan Model Concept Attainment Berbantuan CD Interaktif pada Materi Segitiga kelas VII”,
Jurnal Pendidikan Unnes, 2011, h. 121. 16
Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang
Kreatif da Efektif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), cet.10, h.10 17
Bruce Joyce, Marsha Weil, Emily Calhoun. Model of Teaching (Eight Edition). Terj.
Achmad Fawaid dan Ateilla Mirza, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h.138.
18
b. Tahapan Pembelajaran
Menurut Uno, Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment Model)
mempunyai tiga tahap dalam proses pembelajaran. Pertama adalah tahap
kategorisasi, yaitu upaya mengkategorisasikan sesuatu yang sesuai atau tidak
sesuai dengan konsep yang diperoleh. Kemudian masuk ke tahap selanjutnya
(kedua), kategori yang tidak sesuai disingkirkan, dan kategori yang sesuai
digabungkan sehingga membentuk suatu konsep. Setelah itu, suatu konsep
tertentu baru dapat disimpulkan (ketiga). Tahap terakhir inilah yang dimaksud
dengan perolehan konsep.18
Menurut Joyce, Wiel dan Calhoun, sintak dari pemilihan berorientasi
model Concept Attainment yaitu: Tahap pertama, penyajian data dan identifikasi
konsep, meliputi: (a) guru memberikan contoh yang telah dilabeli, (b) siswa
membandingkan sifat-sifat atau ciri-ciri dalam contoh, dan (c) siswa menjelaskan
sebuah definisi menurut sifat-sifat atau ciri-ciri yang paling esensial. Tahap kedua,
pengujian pencapaian konsep, meliputi: (a) siswa mengidentifikasi contoh-contoh
tambahan, (b) guru menguji hipotesis, menamai konsep dan menyatakan kembali
menurut definisi-definisi menurut sifat-sifat atau ciri-ciri yang paling esensial dan
(c) siswa membuat contoh-contoh. Tahap ketiga, analisis strategi pemikiran,
meliputi: (a) siswa mendeskripsikan pemikiran-pemikirannya, (b) siswa
mendiskusikan peran sifat-sifat dan hipotesis-hipotesis dan (c) siswa
mendiskusikan jenis dan ragam hipotesis.19
Secara lebih rinci, Joyce dkk
membuatnya ke dalam bentuk tabel sebagai berikut:
18
Uno, op.cit., h.11. 19
Winasmadi, loc.cit.
19
Tabel 2.4
Tahapan Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment Model)20
Tahap Pertama Tahap Kedua
Penyajian data dan identifikasi konsep Pengujian pencapaian konsep
1. Guru menyajikan data berupa contoh-
contoh yang telah dilabeli
2. Siswa membandingkan sifat-sifat / ciri-ciri
dalam contoh-contoh positif dan contoh-
contoh negatif
3. Siswa menjelaskan sebuah definisi
menurut sifat-sifat/ ciri-ciri yang paling
esensial (memberikan nama konsep)
1. Siswa mengidentifikasi contoh-
contoh tambahan yang tidak
dilabeli.
2. Guru menguji hipotesis, dan
menyatakan kembali sifat-sifat/
ciri-ciri yang paling esensial.
3. Siswa membuat contoh-contoh
Tahap Ketiga
Analisis strategi-strategi berpikir
1. Siswa mendeskripsikan pemikiran-pemikiran
2. Siswa mendiskusikan peran sifat-sifat dan hipotesis-hipotesis
3. Siswa mendiskusikan jenis dan ragam hipotesis
Tahapan pembelajaran model pencapaian konsep (Concept Attainment
Model) sesuai dengan ide-ide Bruner dalam pembelajaran menurut Woolfolk
digambarkan sebagai berikut: memberi contoh dan bukan contoh dari konsep yang
telah dipelajari, membantu siswa mencari hubungan antara konsep, mengajukan
pertanyaan dan membiarkan siswa mencoba menemukan sendiri jawabannya,
mendorong siswa untuk membuat dugaan yang bersifat intuitif.21
Berdasarkan uraian di atas, maka tahapan Model Pencapaian Konsep
(Concept Attainment Model) yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai
berikut:
Tahap I : Penyajian Data dan Identifikasi Konsep
20
Joyce, op.cit.. h. 136. 21
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Konsep Strategi dan Impeementasinya dalam
KTSP,(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010), h.80.
20
1. Guru menyajikan masalah.
2. Guru menyajikan data dan memastikan ada data-data yang sudah pasti benar
dan salah terkait masalah yang diberikan.
3. Siswa menganalisis data-data yang diberikan oleh guru.
4. Siswa membandingkan data-data yang sudah diberikan untuk nantinya dapat
memberikan keterangan dan kesimpulan awal.
5. Siswa mulai mengidentifikasi konsep yang digunakan.
Tahap II : Pengujian Pencapaian Konsep
1. Guru memberikan data-data yang masih belum diketahui nilai kebenarannya.
2. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan konsep yang sudah diperoleh.
3. Siswa mengidentifikasi data-data tambahan yang diberikan berdasarkan hal-
hal yang paling esesnsial sesuai dengan kesimpulan awal.
Tahap III : Analisis Strategi-Strategi Berpikir
1. Guru mengajak siswa untuk mendiskusikan cara yang tepat untuk
memperoleh suatu konsep.
2. Siswa mendiskripsikan hal-hal yang sudah didapat di tahap I dan tahap II.
3. Siswa menjelaskan hal-hal yang sudah dipelajari di tahap I dan tahap II.
4. Membuat kesimpulan.
3. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang biasa
dilakukan oleh guru dalam mengajar. Dalam penerapan kurikulum 2013
pembelajaran yang biasa digunakan dilandasi teori pembelajaran yang menganut
paham konstruktivis dengan pendekatan scientific melalui proses mengamati
(observing), menanya (questioning), mencoba (experimenting), menalar
(association), dan mengkomunikasikan (communication) berbagai informasi
terkait pemecahan masalah.22
Pembeajaran scientific merupakan pembelajaran
yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan
melalui metode ilmiah.
22
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia Nomor 81A tahun 2013
tentang Implementasi Kurikulum lampiran IV.
21
Langkah-langkah penerapan scientific approach dalam pembelajaran
matematika yaitu:23
1). Mengamati (Observing)
Guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan siswa untuk
melakukan pengamatan melalui panca inderanya seperti mengamati gambar,
menyentuh objek tiruan dan masih banyak lagi.
2). Menanya (Questioning)
Selain utnuk membangkitkan rasa ingin tahu, bertanya berfungsi untuk
melatih siswa untuk berargumentasi sesuai dengan kapasitasnya, belajar
menerima pendapat. Guru memberi kesempatan bagi siswa untuk bertanya
mengenai apa yang telah dilihat, disimak atau dibaca.
3). Mencoba (Experimenting)
Dengan adanya percobaan, siswa dapat belajar sambil mengalami. Guru
mendorong siswa untuk saling bekerjasama dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan dengan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber.
4). Menalar (associating)
Siswa dilatih untuk menghubungkan satu informasi dengan informasi lain dan
memprosesnya untuk menemukan keterkaitannya.
5). Mengkomunikasikan (communication)
Siswa menyajikan kesimpulan dari apa yang telah dipelajari. Guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk menyajikan hasil kerjanya.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
1. Penelitian Satori yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Perolehan
Konsep (Concept Attainment Model) terhadap Kemampuan Penalaran Induktif
Matematis Siswa”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan
penalaran induktif matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran
perolehan konsep (Concept Attainment Model) lebih baik daripada kemampuan
penalatran induktif matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran
konvensional.
23 Ibid.
22
2. Penelitian dari Budi Usodo yang berjudul “Karakteristik Intuisi Siswa SMA
dalam Memecahkan Masalah Matematika Ditinjau dari Kemampuan
Matematika dan Perbedaan Gender”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
a. Dalam memahami masalah, subjek laki-laki berkemampuan matematika
tinggi dan rendah menggunakan intuisi, sedangkan subjek perempuan
berkemampuan matematika yang tinggi dan rendah tidak menggunakan
intuisi.
b. Dalam membuat rencana penyelesaian, subjek laki-laki berkemampuan
matematika tinggi dan rendah menggunakan intuisi, sedangkan subjek
perempuan berkemampuan matematika tinggi menggunakan intuisi dan
subjek perempuan berkemampuan matematika rendah tidak menggunakan
intuisi.
c. Dalam rencana penyelesaian semua subjek tidak menggunakan intuisi.
d. Dalam memeriksa jawaban masalah, subjek dengan kemampuan
matematik yang tinggi baik laki-laki maupun perempuan tidak
menggunakan intuisi.
Kesimpulannya bahwa perbedaan gender memperngaruhi karakteristik
berpikir intuitif matematis dari tiap-tiap siswa.
3. Penelitian Lilis Marini Angraini yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran
Pencapaian Konsep Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa”. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pemahaman konsep matematika siswa yang
diajar dengan model pembelajaran pencapaian konsep lebih baik daripada
pemahaman konsep matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran
konvensional.
C. Kerangka Berpikir
Matematika adalah salah satu ilmu dasar yang berkembang dari waktu
ke waktu. Pada era modern ini matematika merupakan sebuah ilmu pengetahuan
yang menjadi modal utama dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Salah satu harapan yang ingin dicapai dalam pembelajaran matematika di sekolah
di setiap jenjang adalah dimilikinya kemampuan berpikir matematis.
23
Kemampuan berpikir intuitif dapat membantu mengatasi kekurangan
informasi dalam menyelesaikan masalah matematika, khususnya yang berbentuk
pemecahan masalah. Dengan terbiasanya menerka jawaban dari suatu masalah
matematika, lalu mengeceknya dengan dengan cara analitis tentu akan lebih
mengembangkan kemampuan berpikir intuitifnya. Melalui proses pelatihan dan
sosialisasi, seseorang mampu untuk mengembangkan intuisi baru. Dengan
demikian, perspektif ini menyiratkan bahwa intuisi bisa dipelajari, diperoleh, dan
dikembangkan.
Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan
berpikir intuitif matematis adalah Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment
Model). Model ini suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam
tutorial. Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment Model) ini terdiri dari 3
langkah utama, yaitu penyajian data dan identifikasi konsep, pengujian
pencapaian konsep, dan analisis strategi-strategi berpikir.
Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment Model) merupakan
proses mencari dan mendaftarkan sifat-sifat yang dapat digunakan untuk
membedakan data-data yang tepat (bernilai benar) dan data-data yang tidak tepat
(bernilai salah) dari berbagai kategori. Ketika siswa telah sampai pada pencapaian
konsep, siswa mampu mendiskripsikan pemikiran mereka dan mampu membuat
definisi menurut kata-kata sendiri, dan siswa mampu menjabarkan kembali sifat-
sifat atau karakteristik dari suatu konsep ke dalam data lain yang nantinya dapat
menganalisis hipotesis awal. Hal ini tentu saja sangat berhubungan dengan
indikator untuk meningkatkan kemampuan berpikir intuitif yaitu kemampuan
menyelesaikan masalah dengan jawaban yang masuk akal, kemampuan
menyelesaikan masalah menggunakan pengetahuan dan pengalaman yang sudah
dimiliki sebelumnya dan kemampuan menyelesaikan masalah berdasarkan
generalisasi dari contoh atau konsep. Atau secara lebih rinci dapat dijabarkan
dalam Tabel 2.5 berikut ini:
24
Tabel 2.5
Hubungan antara Model Pencapaian Konsep (Concept
Attainment Model) terhadap Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis.
Tahap I
Penyajian Data dan Identifikasi Konsep
Tahap II
Pengujian Pencapaian Konsep
Kemampuan berpikir intuitif matematis
siswa meningkat.
Kemampuan berpikir intuitif matematis rendah
dan kurang dikembangkan
Model Pencapaian Konsep
(Concept Attainment Model)
Tahap III
Analisis Strategi-Strategi Berpikir
sehingga
(1) Mampu menyelesaikan masalah dengan jawaban yang
masuk akal
(2) Mampu menyelesaikan masalah menggunakan pengetahuan
dan pengalaman yang sudah dimiliki sebelumnya.
(3) meyelesaikan masalah berdasarkan generalisasi dari contoh
atau konsep
25
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka penulis mengajukan hipotesis yaitu:
“Kemampuan berpikir intuitif matematis siswa yang diajar
menggunakan Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment Model) lebih
tinggi daripada kemampuan berpikir intuitif matematis siswa yang diajar
menggunakan pembelajaran konvensional”.
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat yang digunakan untuk penelitian ini adalah SMA Negeri 87
Jakarta yang beralamat di Jalan Mawar II Bintaro, Jakarta Selatan. Penelitian
dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2015/2016 sejak bulan Februari
hingga Maret. Jadwal penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini:
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Penelitian
No Jenis Kegaiatan Nov Des Jan Feb Mar Apr
1 Persiapan dan Perencanaan
2 Observasi Sekolah
3 Pelaksanaan di Lapangan
4 Analisis Data
5 Laporan Penelitian
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi
eksperimen. Metode ini dilakukan apabila kontrol tidak bisa dilakukan secara
penuh dan peneliti tidak bisa membuat ketentuan pembagian subyek, maka
diperbolehkan peneliti menggunakan subyek sebagaimana adanya. Penelitian ini
dilakukan dengan membagi kelompok yang diteliti menjadi dua kelompok
pengamatan, yaitu kelompok eksperimen dan kontrol. Kelompok eksperimen
adalah kelompok yang diberi perlakuan pemberian pembelajaran Model
Pencapaian Konsep (Concept Attainment Model) dan kelompok kontrol adalah
kelompok yang diberi perlakuan pemberian pembelajaran konvensional.
Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
Randomized Control Group Post Test Only artinya pengkontrolan secara acak
27
dengan tes hanya diakhir perlakuan. Pemilihan desain ini karena peneliti hanya
ingin mengetahui perbedaan kemampuan berpikir intuitif matematis antara dua
kelompok. Dengan demikian tidak menggunakan skor pretest. Desain
penelitiannya adalah sebagai berikut:1
Tabel 3.2
Desain Penelitain
Kelompok Treatment Post Test
E Y
C Y
Keterangan
E : Kelompok eksperimen
C : Kelompok kontrol
: Perlakuan pada kelompok eksperimen yaitu dengan pembelajaran Model
Pencapaian Konsep (Concept Attainment Model)
: Perlakuan pada kelompok kontrol yaitu pembelajaran secara konvensional
: Tes kemampuan berpikir intuitif yang diberikan kepada kedua kelompok
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah populasi target dan terjangkau.
Populasi target adalah seluruh siswa SMA Negeri 87 Jakarta, sedangkan populasi
terjangkau adalah seluruh siswa kelas XI MIA SMA Negeri 87 Jakarta yang
terdaftar pada semester genap tahun ajaran 2015/2016.
2. Sampel
Sampel ini diambil dari populasi terjangkau dengan teknik Cluster
Random Sampling, yaitu pengambilan 2 unit kelas dari seluruh siswa pada
populasi terjangkau. Satu kelas dipilih secara random sebagai kelas eksperimen,
sedangkan satu kelas lagi dipilih secara random sebagai kelas kontrol.
1 Rusefensi. Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya.
(Semarang: IKIP Semarang Press, 1994) h. 45.
28
D. Teknik Pengumpulan Data
Data diperoleh dari hasil tes kedua kelompok sampel dengan pemberian
tes yang dilakukan pada akhir pokok bahasan materi yang telah dipelajari dan
disusun berdasarkan silabus. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam
pengumpulan data tersebut sebagai berikut:
1) Variabel yang diteliti
Penerapan Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment Model) dan
kemampuan berpikir intuitif matematis siswa dalam proses pembelajaran
matematika.
2) Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa yang menjadi sampel
penelitian.
3) Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes kemampuan
intuitif matematis. Soal tes untuk mengukur tingkat kemampuan berpikir
intuitif matematika siswa yang disusun dalam bentuk uraian (essay).
E. Instrumen Penelitian
Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal-soal
uraian yang diberikan dalam bentuk post test. Instrumen tes ini diberikan pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes yang diberikan kepada kedua kelas
tersebut adalah sama. Instrumen tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan
berpikir intuitif matematis siswa. Tes berpikir intuitif yang menggunakan tes
essay (uraian). Adapun indikator yang akan diukur melalui tes essay akan
dijelaskan pada tabel di bawah ini:
29
Tabel 3.3
Kisi- Kisi Soal Tes Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis
Kompetensi Dasar Indikator Soal
Indikator
KBIMS
No.
Butir
Soal
Jumlah
Butir
Soal 1 2 3
Memahami dan
menerapkan berbagai
aturan pencacahan
melalui beberapa contoh
nyata serta menyajikan
alur perumusan aturan
pencacahan (perkalian,
permutasi dan
kombinasi) melalui
diagram atau cara
lainnya
1. Menerapkan
konsep
permutasi dalam
soal
1
2
2. Menerapkan
konsep
perkalian dalam
soal
4
Menerapkan berbagai
konsep dan prinsip
permutasi dan kombinasi
dalam pemecahan
masalah nyata
1. Menggunakan
konsep
permuatasi dalam
menyelesaikan
masalah nyata
2
2
2. Menggunakan
konsep
kombinasi dalam
menyelesaikan
masalah nyata
3
Mendeskripsikan dan
menerapkan aturan/
rumus peluang dalam
memprediksi terjadinya
suatu kejadian dunia
nyata serta menjelaskan
alasan-alasannya.
1. Memprediksi
peluang suatu
kejadian dan
mampu
menjelaskan
alasannya
5 1
Mendeskripsikan konsep
peluang dan harapan
suatu kejadian dan
menggunakannya dalam
pemecahan masalah
1. Menyelesaikan
suatu masalah
dengan konsep
peluang
6 1
JUMLAH 2 2 2 6
30
Keterangan : Indikator kemampuan berpikir intuitif matematis
1 : Kemampuan menyelesaikan masalah dengan jawaban yang masuk akal
2 : Kemampuan menyelesaikan masalah menggunakan pengetahuan dan
pengalaman yang sudah dimiliki sebelumnya
3 : Kemampuan menyelesaikan masalah berdasarkan generalisasi dari contoh atau
konsep
Untuk memperoleh skor kemampuan berpikir intuitif matematis,
diperlukan pedoman penskoran (rubrik penskoran) terhadap jawaban siswa untuk
tiap butir soal, rubrik penskoran mengacu pada pedoman penskoran secara
analitik, sebagai berikut:
Tabel 3.4
Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis
Indikator Reaksi terhadap soal Skor
Kemampuan
menyelesaikan
masalah dengan
jawaban yang
masuk akal
Jawaban yang diberikan benar. Menyelesaikan
masalah sesuai dengan konten materi pembelajaran
dengan memberikan alasan yang logis.
4
Jawaban yang diberikan benar. Menyelesaikan
masalah sesuai dengan konten materi pembelajaran
tetapi memberikan alasan yang kurang logis.
3
Jawaban yang diberikan salah. Menyelesaikan masalah
dengan memberikan alasan yang kurang logis. 2
Jawaban yang diberikan salah. Menyelesaikan masalah
tanpa memberikan alasan. 1
Tidak menjawab pertanyaan 0
Kemampuan
menyelesaikan
masalah
menggunakan
pengetahuan
dan pengalaman
yang sudah
Jawaban yang diberikan benar. Menyelesaikan
masalah dengan menerapkan konsep-konsep yang
terkait materi pembelajaran dengan tepat dan lengkap
4
Jawaban yang diberikan benar. Menyelesaikan
masalah dengan tidak menggunakan konsep-konsep
yang terkait materi pembelajaran.
3
Jawaban yang diberikan salah. Menyelesaikan masalah 2
31
dimiliki
sebelumnya.
dengan menggunakan konsep-konsep yang terkait
tetapi tidak tepat dan lengkap dalam penyelesaiannya.
Jawaban yang diberikan salah. Menyelesaikan masalah
hanya dengan hanya menyatakan konsep-konsep yang
terkait.
1
Tidak menjawab pertanyaan. 0
Kemampuan
meyelesaikan
masalah
berdasarkan
generalisasi dari
contoh atau
konsep
Jawaban yang diberikan benar. Menyelesaikan
masalah dengan menentukan informasi dalam soal,
menyeleksi informasi yang akan digunakan dan
menerapkannya secara tepat
4
Jawaban yang diberikan benar. Menyelesaikan
masalah dengan menyeleksi informasi yang akan
digunakan dan menerapkannya secara tepat
3
Jawaban yang diberikan salah. Menyelesaikan masalah
dengan menentukan informasi dalam soal, menyeleksi
informasi yang akan digunakan dan menerapkannya
secara tidak tepat
2
Jawaban yang diberikan salah. Menyelesaikan masalah
dengan menentukan informasi pada soal tanpa
menyeleksi dan menerapkannya dengan tepat
1
Tidak menjawab pertanyaan 0
Sebelum digunakan, instrumen tersebut diuji cobakan dahulu dengan
maksud untuk mengetahui apakah soal tersebut memenuhi persyaratan validitas
dan reliabilitas selain itu juga untuk mengetahui tingkat kesukaran dan daya
pembeda soal.
1. Validitas
Untuk mengetahui instrumen kemampuan berpikir intuitif mampu
mengukur apa yang diinginkan pada penelitian ini, maka diadakan uji validitas
yaitu dengan menguji cobakan instrumen penelitian sebelum data sebenarnya
32
dikumpulkan. Validitas yang digunakan adalah validitas butir soal dengan
menggunakan rumus product moment dengan angka kasar2:
∑ ∑ ∑
√[ ∑ ∑ ][ ∑ ∑
]
Keterangan
rxy : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel
yang dikorelasikan
N : Jumlah responden
X : Skor item
Y : Skor total
Uji validitas instrumen dilakukan untuk membandingkan hasil
perhitungan dengan pada taraf signifikansi 5%, dengan terlebih dahulu
menetapkan degrees of freedom atau derajat kebebasan yaitu dk = n-2. Soal
dikatakan valid jika nilai , sebaliknya soal dikatakan tidak valid jika
nilai .
Dari 6 item soal yang diujicobakan dan dilakukan perhitungan
validitasnya, semua item soal dinyatakan valid. Hasil perhitungan tersebut
disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.5
Rekapitulasi Hasil Perhitungan Uji Validitas Instrumen
No. Butir
soal
Validitas Keputusan
r hitung Kriteria
1 0,691 Valid Digunakan
2 0,861 Valid Digunakan
3 0,805 Valid Digunakan
4 0,599 Valid Digunakan
5 0,838 Valid Digunakan
6 0,556 Valid Digunakan
2 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), cet II,
h. 254.
33
2. Reliabilitas
Setelah dilakukan uji validitas kemudian dilakukan uji reliabilitas.Uji
reliabilitas digunakan untuk mengetahui keterpercayaan hasil tes. Suatu tes dapat
dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat
memberikan hasil yang tetap. Reliabilitas yang diuji pada instrumen ini
menggunakan rumus Alpha:3
[
] [
∑
]
Keterangan
r11 : reliabilitas instrumen
n : banyaknya butir pernyataan yang valid
2
i : jumlah varians skor tiap-tiap item
2
t : varians total
Kriteria koefisien reliabilitas adalah sebagai berikut:4
0,80 < ≤ 1,00 : Derajat reliabilitas sangat baik
0,60 < ≤ 0,80 : Derajat reliabilitas baik
0,40 < ≤ 0,60 : Derajat reliabilitas cukup
0,20 < ≤ 0,40 : Derajat reliabilitas rendah
0,00 < ≤ 0,20 : Derajat reliabilitas sangat rendah
Berdasarkan kriteria koefisien reliabilitas tersebut, nilai = 0,824
berada pada interval yang artinya instrumen ini mempunyai derajat reliabilitas
yang sangat baik
3. Uji Taraf Kesukaran
Cara mengetahui apakah soal tes yang diberikan tergolong mudah,
sedang, atau sukar, yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut :5
3 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2013), h. 122 4 Ibid., h.89.
5 Ibid, h.223.
34
Keterangan :
P : Indeks kesukaran
B : jumlah skor maksimal siswa yang menjawab benar
Js : Jumlah seluruh siswa peserta tes
Kriteria untuk indeks tingkat kesulitan adalah sebagai berikut :6
p > 0, 70 = soal kategori mudah
0,30 p 0,70 = soal kategori sedang
p < 0,30 = soal kategori sukar
Rekapitulasi hasil perhitungan uji taraf kesukaran instrumen disajikan
pada tabel berikut:
Tabel 3.7
Rekapitulasi Hasil Uji Taraf Kesukaran
No. Butir soal Taraf kesukaran
P Kriteria
1 0,632 Sedang
2 0,684 Sedang
3 0,779 Mudah
4 0,691 Sedang
5 0,610 Sedang
6 0,250 Sukar
4. Daya Pembeda
Perhitungan daya pembeda soal dimaksudkan untuk mengetahui sejauh
mana soal yang diberikan dapat menunjukkan siswa yang mampu dan yang tidak
mampu menjawab soal. Perhitungan daya pembeda soal dalam penelitian ini
dengan menggunakan rumus :7
6 Arifin, op.cit., h. 272.
7 Ibid., h. 228.
35
Keterangan :
D : indeks daya beda
: jumlah skor siswa kelompok atas
: jumlah skor siswa kelompok bawah
: skor maksimum siswa kelompok atas
: skor maksimum siswa kelompok bawah
Kriteria yang digunakan untuk menentukan daya pembeda adalah sebagai
berikut:8
0,00 D 0,20 = jelek
0,20 D 0,40 = cukup
0,40 D 0,70 = baik
0,70 D 1,00 = baik sekali
Rekapitulasi hasil perhitungan uji daya pembeda instrument disajikan
pada tabel berikut:
Tabel 3.6
Rekapitulasi Hasil Daya Pembeda
No. Butir soal Daya Pembeda
D Kriteria
1 0,294 Cukup
2 0,426 Baik
3 0,412 Baik
4 0,353 Cukup
5 0,515 Baik
6 0,147 Jelek
8 Ibid, h.232
36
F. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah pengujian hipotesis mengenai
perbedaan dua rata – rata populasi. Uji yang digunakan adalah uji – t. Sebelum
dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji persyarat analisis,
yaitu:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti
berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data
hasil penelitian dengan menggunakan Chi-kuadrat atau Chi-Square, dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:9
a. Perumusan hipotesis
Ho: sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
H1: sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal
b. Data dikelompokkan ke dalam distribusi frekuensi
c. Menghitung nilai hitung melalui rumus sbb:
∑
d. Menentukan pada derajat bebas (db) = k-3, dimana k banyaknya kelas
e. Kriteria pengujian
Jika
maka H0 diterima
Jika
maka H0 ditolak
f. Kesimpulan
: sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
:sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal
9 Kadir, Statistik untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: Rose Mata Sampurna, 2010)
h. 111.
37
2. Uji Homogenitas Varians
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel
berasal dari populasi yang variansnya sama (homogen). Uji homogenitas yang
digunakan adalah Uji F. Formula statistik uji F diekspresikan sebagai berikut:10
dan
Hipotesis statistiknya:
Ho :
dengan = varians kelas kontrol
H1 :
= varians kelas eksperimen
Adapun kriteria pengujian:
Jika , maka Ho diterima. Kedua sampel berasal dari populasi
yang homogen.
Jika , maka Ho ditolak. Kedua sampel berasal dari populasi yang
tidak homogen.
3. Uji Hipotesis
Setelah uji persyaratan analisis dilakukan ternyata sebaran distribusi
rata-rata skor kemampuan berpikir intuitif matematis keseluruhan kedua kelas
berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Oleh karena itu, untuk
menguji kesamaan dua rata-rata digunakan uji t dengan formula di bawah ini11
√
dengan
√∑
∑
dan
10
Ibid,h. 118 11
Ibid.,h.195
38
∑ ∑
∑
∑ ∑
∑
Keterangan:
: rata-rata hasil tes kemampuan berpikir intuitif matematis kelas
eksperimen
: rata-rata hasil tes kemampuan berpikir intuitif matematis kelas kontrol
: jumlah siswa kelas eksperimen
: jumlah siswa kelas kontrol
Setelah diperoleh nilai , kemudian bandingkan dengan
untuk dilakukan pengujian hipotesis. Nilai diperoleh dengan menggunakan
tabel t pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan (dk)= .
Adapun kriteria pengujian:
Jika , maka Ho ditolak, artinya terdapat perbedaan nilai rata-rata
yang signifikan antara kedua kelas.
Jika ,maka Ho diterima, artinya tidak ada perbedaan nilai rata-rata
antar kedua kelas.
Jika uji prasyarat analisis tidak terpenuhi, maka untuk menguji hipotesis
digunakan uji statistik non-parametrik. Adapun jenis uji statistik non-parametrik
yang digunakan adalah Uji Mann-Whiteney (Uji “U”). Rumus Uji Mann-Whitney
(Uji “U”) yang digunakan yaitu:12
Jika ukuran sampel lebih besar dari 20, maka distribusi sampling U menurut
Mann dan Whitney akan mendekati distribusi normal dengan rata-rata dan standar
error:
dan
12
ibid., h.275
39
√
Sehingga variabel normal standarnya dirumuskan:
√
Dimana,
U : Statistik Uji Mann Whitney
n1,n2 : Ukuran sampel pada kelompok 1 dan 2
R1 : Jumlah ranking pada sampel dengan ukuran n1 (n terkecil)
G. Perumusan Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik untuk pengujian hipotesis kesamaan dua rata – rata
dengan uji satu pihak kanan adalah sebagai berikut:
H0 : 1 ≤ 2
H1 : 1 2
Keterangan :
1 = rata – rata kemampuan berpikir intuitif matematis siswa pada kelas
eksperimen
2 = rata – rata kemampuan berpikir intuitif matematis siswa pada kelas kontrol
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Penelitian mengenai kemampuan berpikir intuitif matematis ini
dilakukan di SMA Negeri 87 Jakarta pada kelas XI, yaitu XI MIA 2 sebagai kelas
eksperimen dan kelas XI MIA 1 sebagai kelas kontrol. Kelas XI MIA 2 sebagai
kelas ekspreimen yang berjumlah 35 siswa diberikan perlakuan pembelajaran
dengan Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment Model) dan kelas XI MIA
1 sebagai kelas kontrol yang berjumlah 35 siswa diberikan perlakuan
pembelajaran konvensional. Materi matematika yang diajarkan adalah aturan
pencacahan.
Untuk mengetahui kemampuan berpikir intuitif matematis kedua kelas
setelah diberikan perlakuan yang berbeda, di akhir pembelajaran diberikan
posttest yang sama berupa soal-soal tes kemampuan berpikir intuitif matematis
berbentuk uraian sebanyak 6 butir soal. Tes kemampuan berpikir intuitif
matematis tersebut telah diuji coba pada siswa kelas XII MIA 3 di sekolah
tersebut dan telah dianalisis karakteristiknya berupa uji validitas, uji reliabilitas,
uji taraf kesukaran dan uji daya pembeda soal.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan
berpikir intuitif matematis tersebut. Berdasarkan tes kemampuan berpikir intuitif
matematis yang telah diberikan, diperoleh hasil kemampuan berpikir intuitif
matematis siswa dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berikut ini disajikan
data hasil perhitungan tes kemampuan berpikir intuitif matematis siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol setelah pembelajaran dilaksanakan.
1. Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis Siswa Kelas Eksperimen
Dari hasil tes akhir kemampuan berpikir intuitif matematis siswa kelas
eksperimen dengan jumlah siswa sebanyak 35 orang dalam pembelajarann Model
Pencapaian Konsep (Concept Attainment Model) diperoleh nilai terendah 58 dan
41
nilai tertinggi sebesar 96. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.1
berikut ini:
Tabel 4.1.
Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis Siswa
Kelas Eksperimen
No. Nilai Frekuensi
Absolut Relatif (%) Relatif kumulatif
1 58-64 1 2,86 2,86
2 65-71 8 22,86 25,72
3 72-78 4 11,43 37,15
4 79-85 9 25,71 62,86
5 86-92 10 28,57 91,43
6 93-99 3 8,57 100
Jumlah 35 100
Berdasarkan Tabel 4.1, diperoleh nilai rata-rata posttest kemampuan
berpikir intuitif matematis siswa kelas eksperimen adalah 80,60 dengan nilai
tertinggi 96 dan nilai terendah 58. Dari total 35 siswa yang ada pada kelas
eksperimen, jumlah siswa yang mendapat nilai lebih besar dari nilai rata-rata
adalah 13 siswa atau sekitar 37,14%, sedangkan siswa yang mendapat nilai di
bawah rata-rata adalah 22 siswa atau sekitar 62,86%. Artinya adalah sebagian
besar siswa yang diberikan pembelajaran menggunakan Model Pencapaian
Konsep (Concept Attainment Model) mendapat nilai di bawah rata-rata.
Berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran 24, secara visual
distribusi frekuensi kemampuan berpikir intuitif matematis kelas eksperimen
dapat dilihat pada Gambar 4.1.
42
Gambar 4.1
Grafik Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir
Intuitif Matematis Siswa Kelas Eksperimen
2. Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis Siswa Kelas Kontrol
Dari hasil tes ahir kemampuan berpikir intuitif matematis siswa kelas
kontrol dengan jumlah siswa sebanyak 35 siswa yang dalam pembelajaraanya di
berikan pembelajaran konvensional diperoleh nilai terendah sebesar 46 dan nilai
tertinggi sebesar 92. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis Siswa
Kelas Kontrol
No. Nilai Frekuensi
Absolut Relatif (%) Relatif kumulatif
1 46-53 1 2,86 2,86
2 54-61 2 5,71 8,57
3 62-69 6 17,14 25,71
4 70-77 10 28,57 54,28
5 78-85 11 31,43 85,71
6 86-93 5 14,29 100
Jumlah 35 100
0
2
4
6
8
10
12
58-64 65-71 72-78 79-85 86-92 93-99
Fre
kuen
si
Nilai Siswa
43
Berdasarkan Tabel 4.2, diperoleh nilai rata-rata posttest kemampuan
berpikir intuitif matematis siswa kelas kontrol adalah 75,33 dengan nilai tertinggi
92 dan nilai terendah 46. Dari total 35 siswa yang ada pada kelas kontrol, jumlah
siswa yang mendapat nilai lebih besar dari nilai rata-rata adalah 19 siswa atau
sekitar 45,72%, sedangkan siswa yang mendapat nilai di bawah rata-rata adalah
16 siswa atau sekitar 54,28%. Artinya adalah sebagian besar siswa yang diberikan
pembelajaran menggunakan Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment
Model) mendapat nilai di bawah rata-rata.
Berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran 25, secara visual
distribusi frekuensi kemampuan berpikir intuitif matematis kelas eksperimen
dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2
Grafik Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir
Intuitif Matematis Siswa Kelas Kontrol
Untuk lebih memudahkan dalam melihat perbedaan yang diperoleh dari
hasil tes kemampuan berpikir intuitif matematis, perbandingan kemampuan
berpikir intuitif matematis siswa kelas eksperimen yang dalam pembelajaran
diajarkan dengan Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment Model) dan
0
2
4
6
8
10
12
46-53 54-61 62-69 70-77 78-85 86-93
Fre
kuen
si
Nilai Siswa
44
kelas kontrol yang dalam pembelajaran yang diajarkan dengan pembelajaran
konvensional adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3
Perbandingan Nilai Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis Siswa
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Statistika Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Jumlah Sampel (N) 35 35
Mean ( ) 80,60 75,33
Median (Me) 80,83 73,29
Modus (Mo) 86,38 78,64
Varians ( ) 94,54 98,21
Simpangan baku (S) 9,72 9,91
Tingkat Kemiringan -0,59 -0,33
Ketajaman / Kurtois 0,35 0,28
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat perbedaan statistika antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Diketahui bahwa nilai rata-rata ( ) kelas
eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol dengan selisih 5,27,
begitu pula dengan nilai median (Me) serta nilai modus (Mo) yaitu kelas
eksperimen memperoleh nilai lebih tinggi dibandingkan pada kelas kontrol. Nilai
siswa tertinggi dari kedua kelompok tersebut terdapat pada kelas eksperimen
dengan nilai 96, sedangkan nilai terendah terdapat pada kelas kontrol dengan nilai
46. Artinya kemampuan berpikir intuitif matematis perorangan tertinggi terdapat
di kelas eksperimen, sedangkan kemampuan berpikir intuitif matematis
perorangan terendah terdapat di kelas kontrol.
Jika dilihat dari simpangan baku, kelas eksperimen memiliki nilai
simpangan baku yang lebih kecil daripada nilai simpangan baku kelas kontrol. Hal
ini mengindikasikan bahwa nilai kemampuan berpikir intuitif matematis siswa
kelas eksperimen lebih dekat dengan nilai rata-ratanya. Nilai kemampuan berpikir
intuitif matematis siswa kelas kontrol lebih menyebar dan menjauhi nilai rata-rata.
45
3. Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis Berdasarkan Indikator
Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis
Kemampuan berpikir intuitif matematis pada penelitian ini berdasarkan
pada tiga indikator yaitu kemampuan menyelesaikan masalah dengan jawaban
yang masuk akal, kemampuan menyelesaikan masalah menggunakan pengetahuan
dan pengalaman yang sudah dimiliki sebelumnya dan kemampuan menyelesaikan
masalah berdasarkan generalisasi dari contoh atau konsep. Hasil skor kemampuan
berpikir intuitif matematis siswa berdasarkan indikator kemampuan berpikir
intuitif matematis pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut:
a. Kelas Eksperimen
Hasil kemampuan berpikir intuitif matematis siswa jika dilihat
berdasarkan indikator pada kelas eksperimen dapat dilihat pada Tabel 4.4. sebagai
berikut:
Tabel 4.4
Deskripsi Data Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis Siswa
Kelas Eksperimen Berdasarkan Indikator
No Indikator N Skor
Total
Skor
Siswa
Persentase
(%)
1 Kemampuan menyelesaikan masalah
dengan jawaban yang masuk akal 35 280 240 85,71
2 Kemampuan menyelesaikan masalah
menggunakan pengetahuan dan
pengalaman yang sudah dimiliki
sebelumnya
35 280 227 81,07
3 Kemampuan menyelesaikan masalah
berdasarkan generalisasi dari contoh
atau konsep
35 280 213 76,07
Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui bahwa setiap indikator memiliki nilai
ideal yang sama. Hal ini dikarenakan jumlah soal pada setiap inidikator sama
46
yaitu 2 soal. Skor maksimum pada setiap soal pun sama yaitu 4. Indikator pertama
diwakili oleh 2 soal, indikator kedua diwakili oleh 2 soal, indikator ketiga diwakili
oleh 2 soal. Jadi total ada 6 soal. Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui bahwa
persentase tertinggi adalah 85,71% pada indikator 1 yaitu kemampuan
menyelesaikan masalah secara masuk akal, ini berarti bahwa sebagian besar siswa
sudah mampu menyelesaikan masalah yang diberikan dengan alasan yang masuk
akal dan logis. Persentase terendah adalah 76,07% pada indikator 3 yaitu
kemampuan meyelesaikan masalah berdasarkan generalisasi dari contoh atau
konsep, ini berarti kemampuan meyelesaikan masalah berdasarkan generalisasi
dari contoh atau konsep masih kurang dibandingkan dengan indikator lainnya.
b. Kelas Kontrol
Hasil kemampuan berpikir intuitif matematis siswa jika dilihat
berdasarkan indikator pada kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.5 sebagai
berikut:
Tabel 4.5
Deskripsi Data Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis Siswa
Kelas Kontrol Berdasarkan Indikator
No Indikator N Skor
Total
Skor
Siswa
Persentase
(%)
1 Kemampuan menyelesaikan masalah
dengan jawaban yang masuk akal 35 8 223 79,64
2 Kemampuan menyelesaikan masalah
menggunakan pengetahuan dan
pengalaman yang sudah dimiliki
sebelumnya
35 8 199 71,07
3 Kemampuan menyelesaikan masalah
berdasarkan generalisasi dari contoh
atau konsep
35 8 207 73,93
47
Berdasarkan Tabel 4.5 diketahui bahwa setiap indikator memiliki nilai
ideal yang sama. Hal ini dikarenakan jumlah soal pada setiap inidikator sama
yaitu 2 soal. Dan skor maksimum pada setiap soal pun sama yaitu 4. Indikator
pertama diwakili oleh 2 soal, indikator kedua diwakili oleh 2 soal, indikator ketiga
diwakili oleh 2 soal. Jadi total ada 6 soal. Berdasarkan Tabel 4.5 diketahui bahwa
persentase tertinggi adalah 79,64% pada indikator 1 yaitu kemampuan
menyelesaikan masalah secara masuk akal, ini berarti bahwa sebagian besar siswa
sudah mampu menyelesaikan masalah yang diberikan dengan alasan yg masuk
akal dan logis. Persentase terendah adalah 71,07% pada indikator 2 yaitu
kemampuan menyelesaikan masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman
yang dimiliki sebelumnya, ini berarti kemampuan siswa untuk menyelesaikan
masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang diketahui masih kurang
dibandingkan dengan indikator lainnya.
4. Perbandingan Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan Indikator Kemampuan
Berpikir Intuitif Matematis.
Berdasarkan indikator kemampuan berpikir intuitif matematis terlihat
adanya perbedaan kemampuan berpikir intuitif matematis antara kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Untuk lebih memperjelas perbedaan kemampuan berpikir
intuitif matematis berdasarkan indikator antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6
Perbandingan Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis Siswa Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan Indikator Kemampuan
Berpikir Intuitif Matematis
No Indikator Skor
Ideal
Eksperimen Kontrol
Skor
Siswa %
Skor
Siswa %
1 Kemampuan menyelesaikan
masalah dengan jawaban 8 240 85,71 223 79,64
48
yang masuk akal
2
Kemampuan menyelesaikan
masalah menggunakan
pengetahuan dan pengalaman
yang sudah dimiliki
sebelumnya
8 227 81,07 199 71,07
3
Kemampuan menyelesaikan
masalah berdasarkan
generalisasi dari contoh atau
konsep
8 213 76,07 207 73,93
Jumlah 24
Berdasarkan Tabel 4.6 diperoleh bahwa kemampuan berpikir intuitif
matematis kelas eksperimen pada indikator kemampuan menyelesaikan masalah
dengan jawaban yang masuk akal, kemampuan menyelesaikan masalah
menggunakan pengetahuan dan pengalaman yang sudah dimiliki sebelumnya dan
kemampuan menyelesaikan masalah berdasarkan generalisasi dari contoh atau
konsep lebih tinggi daripada kelas kontrol. Perbedaan kemampuan berpikir intuitif
matematis tersebut tidak terlepas dari perbedaan perlakuan selama pembelajaran
pada kedua kelas.
Pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, pencapaian tertinggi indikator
ada di kelas eksperimen yaitu indikator kemampuan menyelesaikan masalah
dengan jawaban yang masuk akal, persentase yang diperoleh sebesar 85,71%.
Pencapaian terendah indikator ada di kelas kontrol yaitu indikator kemampuan
menyelesaikan masalah menggunakan pengetahuan dan pengalaman yang sudah
dimiliki sebelumnya, persentase yang diperoleh sebesar 71,07%.
Untuk indikator 1 yaitu kemampuan menyelesaikan masalah dengan
jawaban yang masuk akal , selisih persentase antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol adalah 6,07%. Untuk indikator 2 yaitu kemampuan menyelesaikan
masalah menggunakan pengetahuan dan pengalaman yang sudah dimiliki
sebelumnya , selisih persentase antara kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah
49
10%. Untuk indikator 3 yaitu kemampuan menyelesaikan masalah berdasarkan
generalisasi dari contoh atau konsep , selisish persentaseanatar kelas eksperimen
dan kelas kontrol adalah 2,14%.
Secara visual, perbandingan persentase kemampuan berpikir intuitif
matematis kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada diagram berikut:
Gambar 4.3
Persentase Skor Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol.
Berdasarkan Gambar 4.3 terlihat bahwa indikator yang paling menonjol
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah indikator 1 yaitu kemampuan
menyelesaikan masalah secara masuk akal. Indikator yang paling rendah pada
kelas eksperimen adalah indikator 3 yaitu kemampuan menyelesaikan masalah
berdasarkan generalisasi dari contoh atau konsep, dan aspek yang paling rendah
pada kelas kontrol adalah indikator 2 yaitu kemampuan menyelesaikan masalah
berdasarkan pengetahuan dan pengelamana yang sudah dimiliki sebelumnya.
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir
intuitif matematis siswa kelas eksperimen yang diberikan pembelajaran dengan
Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment Model) lebih tinggi daripada
siswa kelas kontrol yang diberikan pembelajaran konvensional.
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
90,00
indikator 1 indikator 2 indikator 3
PRESENTASE Eksperimen
PRESENTASE Kontrol
50
B. Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif yaitu suatu teknik
analisis yang penulisannya dilakukan dengan perhitungan matematis, karena
berhubungan dengan angka, yaitu hasil tes kemampuan berpikir intuitif matematis
yang diberikan kepada siswa. Data yang terkumpul baik dari kelas eksperimen
maupun kelas kontrol diolah dan dianalisis untuk dapat menjawab rumusan
masalah dan hipotesis penelitian. Keseluruhan pengolahan data mulai dari
menguji normalitas hingga menguji kesamaan dan rata-rata kelompok penilaian
dilakukan dengan menggunakan Microsoft excel.
1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas.
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Dlaam penelitian ini pengujian
normalitas menggunakan uji Chi-Square ( ) pada taraf signifikansi ( )=0,05.
Uji normalitas diperoleh dari data hasil posttest kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Dari hasil pengujian normalitas data posttest kelas eksperimen
diperoleh nilai = 6,73 (lampiran 28) dan untuk kelas kontrol diperoleh
nilai = 6,49 (lampiran 29). Dari tabel nilai kritis uji Chi-Square
( diperoleh untuk kelas eksperimen dan kontrol dengn n=35 pada taraf
signifikansi ( ) = 0,05 adalah 7,81. Dapat dilihat bahwa pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol, nilai
, maka dapat
disimpulkan bahwa data hasil posttest kedua kelompok tersebut berdistribusi
normal. Hasil uji normalitas kedua kelompok dapat dilihat pada Tabel 4.7 sebagai
berikut:
51
Tabel 4.7
Hasil Uji Normalitas
Statistik Eksperimen Kontrol
Jumlah sampel (N) 35 35
6,73 4,05
7,81 7,81
Kesimpulan Normal Normal
Setelah kedua kelompok sampel pada penelitian ini dinyatakan dari
populasi yang berdistribusi normal, maka selanjutnya dilakukan uji homogenitas
varians kedua kelompok tersebut.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk menguji kesamaan varians dari skor
pada kedua kelompok populasi. Dalam penelitian ini, uji homogenitas dilakukan
dengan menggunakan uji Fisher dengan taraf signifikansi = 0,05. Dari hasil
pehitungan diperoleh = 1,08 dan dari tabel distribusi F dengan derajat
kebebasan pembilang adalah 34 dan penyebutnya 34, diperoleh nilai = 1,77
(lampiran 30). Hasil dari uji homogenitas dapat dilihat pada Tabel 4.8 sebagai
berikut:
Tabel 4.8
Hasil Uji Homogenitas
Kelas Jumlah
Sampel
Varians
(
Kesimpulan
Eksperimen 35 94,54 1,04 1,77 Terima HO
Kontrol 35 98,21
Karena lebih kecil dari (1,04 < 1,77) maka HO diterima,
artinya kedua sampel berasal dari populasi yang homogen.
52
2. Uji Hipotesis
Setelah melakukan uji prasyarat anaisis ternyata sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal dan homogen, selanjutnya dilakukan uji
hipotesis. Adapun uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t.
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai 2,21 (lampiran 31).
Nilai t tabel diperoleh dengan melihat tabel distribusi t dengan taraf signifikansi
( ) = 0,05 dan derajat kebebasan 68 diperoleh nilai = 1,67. Secara ringkas,
hasil pengujian uji-t dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut:
Tabel 4.9
Hasil Perhitungan Uji-t
Derajat Kebebasan
(dk)
Taraf
Signifikansi Kesimpulan
68 0,05 2,21 1,67 Tolak Ho
Dari Tabel 4.9 terlihat bahwa > (2,21 > 1,67) maka dapat
disimpulkan bahwa ditolak dan diterima. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa rata-rata kemampuan berpikir intuitif matematis siswa kelas eksperimen
lebih tinggi daripada kemampuan berpikir intuitif matematis kelas kontrol.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir intuitif
matematis siswa setelah diajarkan dengan Model Pencapaian Konsep (Concept
Attainment Model) secara signifikan lebih baik daripada yang diajarkan dengan
pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang berbasis scientific approach.
Skor rata-rata kemampuan berpikir intuitif matematis siswa dengan Model
Pencapaian Konsep (Concept Attainment Model) secara signifikan juga lebih
tinggi daripada melalui pembelajaran konvensional.
Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment Model) mendorong
siswa untuk aktif mengkonstruk pengetahuannya yang menekankan penemuan
konsep materi yang sudah dipelajari. Dalam kegiatan tersebut siswa dibantu
53
dengan sejumlah data yang dapat mengembangkan dan melatih kemampuan
berpikir intuitif siswa. Berbeda dengan pembelajaran konvensional yaitu
pembelajaran dengan pendekatan scientific approach yang terkadang membuat
siswa bingung dan kurang memiliki kesempatan untuk melatih kemampuan
berpikir intuitif matematis.
Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, Model Pencapaian Konsep
(Concept Attainment Model) terdiri dari 3 tahapan pembelajaran yaitu: penyajian
data dan identifikasi konsep, pengujian pencapaian konsep dan analisis strategi-
strategi berpikir. Tahapan-tahapan Model pencapaian Konsep (Concept
Attainment Model) mampu melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir
intuitif matematis. Awalnya siswa bersama dengan kelompoknya yang sudah
ditentukan diberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berisi permasalahan
matematis beserta pertanyaan-pertanyaan yang sesuai untuk melatih kemampuan
berpikir intuitif melalui Model pencapaian Konsep (Concept Attainment Model).
Bersama dengan kelompoknya LKS dikerjakan mulai dari tahapan awal sampai
tahapan akhir.
Pada pertemuan pertama misalnya, peneliti terlebih dahulu menjelaskan
maksud dari setiap pertanyaan yang terdapat pada lembar kerja, akan tetapi
sebagian siswa merasa bingung dalam mengerjakan LKS tersebut, sehingga
pembelajaran dengan menggunakan Model Pencapaian Konsep (Concept
Attainment Model) pada pertemuan pertama kurang berjalan sesuai dengan
harapan peneliti. Kendala yang dihadapi peneliti saat pertemuan pertama
diantaranya keterbatasan waktu pembelajaran, karena pada saat itu waktu
dipercepat karena ada kegiatan di sekolah yang menjadikan sebagian siswa kurang
fokus dalam pembelajaran, sikap siswa yang kurang mandiri dan
bertanggungjawab atas tugas yang diberikan serta kurang baiknya manajemen
kelas oleh peneliti ketika pertemuan pertama berlangsung. Pada pertemuan
pertama, sebagian kelompok belum menyelesaikan LKS yang diberikan, dengan
alasan waktu yang terbatas dan belum pahamnya pertanyaan-pertanyaan di dalam
LKS. Pada pertemuan kedua, ketiga dan seterusnya siswa mulai terbiasa dengan
54
pembelajaran ini, siswa mampu bertanggungjawab dan mandiri terhadap tugas
yang diberikan. Peneliti juga mengatur waktu agar pembelajaran menjadi efektif.
Secara lebih rinci, pada tahapan pertama siswa ditugaskan untuk
memahami situasi dan kondisi permasalahan yang diberikan, selanjutnya siswa
mengidentifikasi konsep berdasarkan data-data yang telah diberikan oleh peneliti,
dimana data-data tersebut sudah ditentukan nilai kebenarannya terkait dengan
konsep yang sedang dipelajari. Pada pertengahan penelitian, peneliti mulai
mengurangi label nilai kebenaran pada data-data yang diberikan, hal ini bertujuan
agar siswa mampu menentukan sendiri mana data-data yang sesuai dengan
permasalahan, mana yang tidak. Selain itu peneliti juga mulai mengurangi jumlah
data-data yang diberikan. Peneliti ingin siswa mulai terbiasa untuk menentukan
informasi serta fakta-fakta yang terdapat dalam permasalahan yang diberikan
dengan sendirinya. Kemampuan berpikir intuitif mulai dilatih dalam tahapan ini
ketika siswa mulai menduga fakta-fakta yang terdapat dalam permasalahan dan
secara alami data mempertimbangkan dan memutuskan fakta yang paling
berperan. Berikut adalah contoh pekerjaan siswa dalam tahapan penyajian data
dan identifikasi konsep serta perbedaan saat peneliti mulai mengurangi data-data
dan mulai menghilangkan nilai kebenaran pada data-data yang diberikan.
55
Gambar 4.4
Pemberian Masalah dan Penyajian Data
Gambar 4.5
Hasil Pekerjaan Siswa Tahap Penyajian Data dan Identifikasi Konsep
56
Gambar 4.6
Hasil Pekerjaan Siswa Tahap Penyajian Data dan Identifikasi Konsep
Pada Gambar 4.5 yang merupakan bagian dari LKS 3, siswa
menentukan sendiri data-data yang bernilai benar dari data-data yang sudah
diberikan seperti pada Gambar 4.4. Peneliti mulai menghilangan label nilai
kebenaran pada data. Pada Gambar 4.6 peneliti mulai mengarahkan siswa untuk
menulis apa yang mereka ketahui dari permasalahan yang diberikan. Mereka bisa
menambahkan data-data yang bernilai benar yang tidak ada pada data yang
diberikan. Dari data-data yang digunakan (mempunyai nilai kebenaran benar),
siswa mulai bisa mengidentifikasi lebih lanjut menjadi sebuah rumusan awal
tentang konsep yang sedang dipelajari. Seperti yang terlihat pada Gambar 4.7,
siswa membedakan konsep permutasi dengan kombinasi dengan cara mendaftar,
sehingga akan terlihat perbedaan antara konsep permutasi dan kombinasi, apalagi
LKS tentang permutasi dan LKS tentang kombinasi saling berkaitan kontennya.
Hal tersebut dapat terlihat dari hasil pekerjaan siswa pada Gambar 4.7 dan
Gambar 4.8 sebagai berikut:
57
Gambar 4.7
Hasil Pekerjaan Siswa Tahap Penyajian Data dan Identifikasi Konsep
Gambar 4.8
Hasil Pekerjaan Siswa Tahap Penyajian Data dan Identifikasi Konsep
Tahapan yang kedua yaitu pengujian pencapaian konsep. Pada tahapan
ini siswa dilatih untuk fokus terhadap permasalahan apa yang mendasari situasi
58
yang diberikan di LKS. Siswa dilatih untuk mulai menggunakan konsep-konsep
awal hasil identifikasi dari tahapan pertama. Siswa dilatih untuk mampu menebak
data-data yang diberikan, apakah mempunyai bernilai benar atau salah sesuai
dengan konsep yang sudah di dapat dari tahapan 1. Kemampuan berpikir intuitif
juga dilatih pada tahapan ini. Setelah siswa menentukan nilai kebenaran dari data
yang diberikan, siswa juga harus memberkan penjelasan terkait hasil keputusan
mereka.
Gambar 4.9
Hasil Pekerjaan Siswa Tahap Pengujian Pencapain Konsep
Tahapan ketiga adalah analisis strategi berpikir. Pada tahapan ini siswa
dilatih untuk mampu menyimpulkan terkait konsep yang sedang dipelajari
berdasarkan informasi yang ada dan hasil pekerjaan mereka pada tahapan 1 dan
tahapan 2.
59
Gambar 4.10
Hasil Pekerjaan Siswa Tahap Analisis Strategi Berpikir
Hasil kerja yang telah dipaparkan di atas adalah kemampuan berpikir
intuitif matematis. Pada akhir proses pembelajaran, dalam hal ini di akhir pokok
bahasan “Aturan Pencacahan”, kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan
posttest dengan instrument soal yang sama untuk mengetahui kemampuan
berpikir intuitif matematisnya. Kemampuan berpikir intuitif matematis dapat
dilihat dari jawaban yang diberikan. Tes kemampuan berpikir intuitif diberikan
waktu 80 menit. Perbedaan jawaban siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
dideskripsikan sebagai berikut:
1. Soal yang memperlihatkan bagaimana kemampuan berpikir intuitif matematis
pada indikator kemampuan menyelesaikan masalah dengan jawaban yang
masuk akal adalah soal nomor 2 dan 4. Pertanyaan nomor 4 sebagai berikut:
“Menghadapi Hari Raya Idul Adha, usaha
penjualan sapi milik Pak Rizki tentunya
lebih bergeliat dari biasanya. Agar
mempermudahnya, Pak Rizki mempunyai
ide untuk memberikan nomor punggung
60
untuk setiap sapinya. Nomor punggung tersebut terdiri dari 4 digit angka. Jika
banyaknya sapi Pak Rizki ada 50 ekor. Cukupkah nomor yang tersedia untuk
memberi nomor punggung ke lima puluh sapi tersebut? Jelaskan! “
Salah satu contoh jawaban siswa kelas kontrol dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.11
Jawaban Siswa Kelas Kontrol Pada Indikator Menyelesaikan Masalah
Secara Masuk Akal
Salah satu contoh jawaban siswa kelas eksperimen dapat dilihat pada gambar
berikut:
Gambar 4.12
Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Pada Indikator Menyelesaikan Masalah
Secara Masuk Akal
Pada soal posttest nomor 4, siswa ditugaskan untuk menyelesaikan
permasalahan sesuai dengan kemampuan berpikir intuitif matematis. Perbedaan
jawaban siswa kelas kontrol dan kelas eksprerimen dapat dilihat dengan jelas pada
gambar. Meskipun inti dari jawaban siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen
adalah sama-sama cukup untuk memberi nomor punggung kelima puluh sapi, tapi
kita bisa lihat perbedaanya dari alasan yang diberikan. Siswa kelas kontrol
mengestimasi bahwa banyaknya pilihan angka yang bisa digunakan pada digit
pertama sampai digit keempat adalah masing-masing 50 pilihan. Kalau ditelaah
61
secara logis maka akan ada maksimal total 8 deret angka yang terbentuk jika
pilihan angka pada tiap-tiap digit lebih dari 10 (dua angka untuk setiap digit),
tentu alasan tersebut akan terlihat kurang logis jika dibandingkan dengan alasan
yang diberikan oleh siswa kelas eksperimen. Siswa kelas eksperimen
mengestimasi bahwa pilihan angka yang bisa digunakan pada digit pertama
sampai keempat adalah masing-masing 4 angka yang terdiri dari pilihan angka 1,
2, 3 dan 4. Siswa tersebut juga memberi penjelasakan bahwa pada digit pertama
tidak boleh diawali dengan angka 1 dan nomor boleh berulang pada setiap
digitnya. Kalau ditelaah secara logis maka alasan tersebut sangat masuk akal jika
kita analogikan dengan yang biasa terjadi pada kehidupan sehari-hari. Hal tersebut
menunjukkan bahwa siswa kelas eksperimen terbiasa dengan Model Pencapaian
Konsep (Concept Attainment Model) yang selalu melatih siswa untuk memberikan
alasan yang logis terutama pada tahapan pertama yaitu penyajian data dan
identifikasi konsep.
Sebagian besar siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen mampu
menjawab soal dengan benar. Tapi untuk kelas kontrol, beberapa siswa belum bisa
memberikan alasan yang logis karena mungkin pada soal pun tidak ditentukan
ketentuan angka yang dapat digunakan untuk setiap digitnya atau ketentuan angka
tersebut boleh berulang atau tidak boleh berulang pada setiap digitnya.
Hasil perhitungan persentase skor untuk kemampuan menyelesaikan
masalah dengan jawaban yang masuk akal siswa kelas eksperimen sebesar
85,71% dan kelas kontrol sebesar 79,64%. Kemampuan berpikir intuitif
matematis siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol pada
indikator kemampuan menyelesaikan masalah dengan jawaban yang masuk akal.
2. Soal yang memperlihatkan bagaimana kemampuan berpikir intuitif matematis
pada indikator kemampuan menyelesaikan masalah menggunakan
pengetahuan dan pengalaman yang sudah dimiliki sebelumnya adalah soal
nomor 3 dan 5. Pertanyaan nomor 3 sebagai berikut:
62
“Titik B bergerak di atas garis bilangan
dari sebuah titik asal. Sebuah uang koin
dilempar. Jika keluar sisi gambar, B
bergerak ke kanan sejauh +2. Jika keluar
sisi angka, B bergerak ke kiri sejauh -1.
Jika koin dilempar sebanyak 6 kali
berturut-turut, tentukan peluang berikut:
a. B kembali ke titik asal
b. B bergerak di sebelah kiri titik
awal. “
Salah satu contoh jawaban siswa kelas kontrol daat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.13
Jawaban Siswa Kelas Kontrol Pada Indikator Kemampuan Menyelesaikan
Masalah Menggunakan Pengetahuan dan Pengalaman yang Sudah Dimiliki
Sebelumnya
63
Salah satu jawaban siswa kelas eksperimen dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.14
Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Pada Indikator Kemampuan
Menyelesaikan Masalah Menggunakan Pengetahuan dan Pengalaman yang
Sudah Dimiliki Sebelumnya
Pada soal posttest nomor 5, siswa ditugaskan untuk menyelesaikan
permasalahan sesuai dengan kemampuan berpikir intuitif matematis. Perbedaan
jawaban siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat jelas pada gambar.
Terlihat jawaban yang diberikan siswa kelas kontrol dengan siswa kelas
eksperimen berbeda. Siswa kelas kontrol menjawab dengan cara membuat daftar
kemungkinan komposisi yang bisa terbentuk. Kelemahan cara membuat daftar
untuk mengetahui banyaknya kejadian adalah ketidaktelitian dalam
mendaftarkannya, kemungkinan jumlah yang didaftarkan kurang, hal ini yang
terjadi pada siswa kelas kontrol. Siswa kelas eksperimen menjawab permasalahan
dengan lebih sistematis, karena sebelumnya sudah dihitung ada 2 gambar dan 4
angka, maka siswa kelas eksperimen menjawabnya dengan menggunakan konsep
64
kombinasi untuk menghitung banyaknya kejadian. Hal ini dapat mengurangi
resiko kesalahan. Hal ini terjadi karena sebelumnya sudah belajar konsep
kombinasi dan permasalahan yang diberikan sesuai dengan karakteristiknya dapat
dikerjakan dengan konsep tersebut, maka siswa kelas eksperimen kebanyakan
menggunakan konsep kombinasi dalam menjawab permasalahan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa siswa kelas eksperimen terbiasa dengan Model Pencapaian
Konsep (Concept Attainment Model) yang selalu melatih siswa untuk selalu
menggunakan pengetahuan dan pengalaman yang sudah dimiliki sebelumnya
khususnya pada tahapan pengujian pencapaian konsep.
Hasil perhitungan persentase skor untuk kemampuan menyelesaikan
masalah menggunakan pengetahuan dan pengalaman yang sudah dimiliki
sebelumnya siswa kelas eksperimen sebesar 81,07% dan kelas kontrol sebesar
71,07%. Kemampuan berpikir intuitif matematis siswa kelas eksperimen lebih
tinggi daripada kelas kontrol pada indikator kemampuan menyelesaikan masalah
menggunakan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki sebelumnya.
3. Soal yang memperlihatkan bagaimana kemampuan berpikir intuitif matematis
pada indikator kemampuan meyelesaikan masalah berdasarkan generalisasi
dari contoh atau konsep adalah soal nomor 1 dan 6. Pertanyaan nomor 1
sebagai berikut:
“Dalam suatu karang taruna, akan dilakukan pemilihan ketua dan wakil ketua
dengan sistem voting. Sebelumnya panitia harus mengetahui berapa banyak
kemungkinan pasangan calon ketua dan calon wakil ketua yang dapat
terbentuk dari kandidat-kandidat yang sudah dicalonkan. Misalnya:
Banyak kandidat Banyak pasangan
5 kandidat 20 pasangan
6 kandidat 30 pasangan
7 kandidat 42 pasangan
65
Berdasarkan hasil keputusan, jumlah pasangan yang bisa terbentuk tidak
boleh melebihi 100 pasangan. Ada berapa jumlah maksimal kandidat yang
bisa dicalonkan?”
Salah satu contoh jawaban siswa kelas kontrol daat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.15
Jawaban Siswa Kelas Kontrol Pada Indikator Kemampuan Menyelesaikan
Masalah Berdasarkan Generalisasi dari Contoh atau Konsep
Salah satu jawaban siswa kelas eksperimen dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.16
Jawaban Siswa Kelas Kontrol Pada Indikator Kemampuan Menyelesaikan
Masalah Berdasarkan Generalisasi dari Contoh atau Konsep
66
Pada soal postest nomor 1, siswa ditugaskan untuk menyelesaikan
permasalahan sesuai dengan kemampuan berpikir intuitif matematis. Perbedaan
jawaban siswa kelas kontrol dan siswa kelas eksperimen dapat dilihat dengan jelas
pada gambar. Jawaban siswa kelas kontrol dan siswa kelas eksperimen sama yaitu
10 kandidat, alasan akhir yang dikemukakan pun sama. Tetapi perbedaanya bisa
dilihat dari cara memperoleh jawaban dan kesimpulan dari permasalahan. Siswa
kelas kontrol menggunakan logika sederhana untuk menjawab permasalahan
tersebut. Siswa kelas eksperimen lebih menggunakan penjabaran yang masuk akal
dan lebih dimengerti yaitu dengan menggunakan generalisasi dari jumlah kandidat
dan pasangan yang terbentuk, ternyata terbentuklah konsep permutasi. Karena
tabel yang disajikan merupakan penjabaran dari konsep permutasi. Hal tersebut
menunjukkan bahwa siswa kelas eksperimen terbiasa dengan Model Pencapaian
Konsep (Concept Attainment Model) yang selalu melatih siswa untuk membuat
generalisasi dari suatu data terutama pada tahapan ketiga yaitu analisis strategi
berpikir.
Sebagian besar siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen mampu
menjawab soal dengan benar. Hasil perhitungan persentase skor untuk
kemampuan menyelesaikan masalah berdasarkan generalisasi dari contoh atau
konsep sebesar 76,07% dan kelas kontrol sebesar 73,93%. Kemampuan berpikir
intuitif matematis siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol pada
indikator kemampuan meyelesaikan masalah berdasarkan generalisasi dari contoh
atau konsep.
Dari hasil yang telah dijelaskan tentang pencapaian semua indikator
untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol, pencapaian indikator tertinggi untuk
kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah indikator 1 yaitu kemampuan
menyelesaikan masalah dengan jawaban yang masuk akal dengan pencapaian
untuk kelas eksperimen sebesar 85,71% dan kelas kontrol sebesar 79,64%. Salah
satu faktor tingginya indikator tersebut pada kelas eksperimen karena pada Model
Pencapaian Konsep (Concept Attainment Model) siswa dibiasakan untuk
memberikan alasan-alasan yang logis dalam pembelajaran. Pada kelas kontrol
67
yang menggunakan pendekatan saintifik selalu membiasakan siswa untuk bernalar
secara logis.
Pencapaian indikator terendah untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol
berbeda. Indikator terendah untuk kelas eksperimen adalah indikator 3 yaitu
kemampuan meyelesaikan masalah berdasarkan generalisasi dari contoh atau
konsep sebesar 76,07%. Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya
pencapaian indikator tersebut dibandingkan dengan indikator lainnya di kelas
eksperimen karena lebih terbiasanya siswa menggunakan konsep yang masuk akal
atau menggunakan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dalam
menyelesaikan masalah yang diberikan. Aspek generalisasi yang diajarkan dalam
Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment Model) kurang terampil saat
diterapkan siswa dalam menyelesaikan masalah yang diberikan. Kurang
mendetailnya aspek LKS pada tahapan akhir yaitu tahapan analisis strategi-
strategi berpikir juga bisa membuat rendahnya indikator tersebut.
Indikator terendah untuk kelas kontrol adalah indikator 2 yaitu
kemampuan menyelesaikan masalah menggunakan pengetahuan dan pengalaman
yang sudah dimiliki sebelumnya sebesar 71,07%. Salah satu faktor yang
menyebabkan rendahnya pencapaian indikator tersebut dibandingkan dengan
indikator lainnya di kelas kontrol karena pembelajaran konvensional yang
diterapkan di kelas kontrol yaitu pembelajaran yang berbasis scientific approach
yang kurang mengedepankan aspek penggunaan pengetahuan atau pengalaman
yang dimiliki siswa sebelumnya sebagai landasan untuk menerima pengetahuan
baru dalam proses pembelajaran. Makna apersepsi yang ada pada pembelajaran
konvensional pada penerapannya hanya mengaitkan dengan materi yang akan
dipelajari pada hari itu, tidak dikaitkan dengan pengetahuan yang didapat pada
pertemuan sebelumnya.
Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa pembelajaran dengan Model
Pencapaian Konsep (Concept Attainment Model) yang diterapkan selama proses
pembelajaran memberikan pengaruh yang positif pada kemampuan berpikir
intuitif matematis siswa. Persentase rata-rata skor kelompok eksperimen pada
ketiga indikator yang diukur lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Dengan
68
demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir intuitif matematis
kelompok eksperimen lebih baik dari pada kelompok kontrol.
Dalam pencapaian semua indikator untuk kelas eksperimen yang
diajarkan dengan Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment Model) dan
kelas kontrol yang diajarkan dengan pembelajaran kovensional ternyata semua
indikator pencapaiannya di atas 70%. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran
konvensional yang ada ternyata juga sudah baik. Penggabungan antara Model
Pencapaian Konsep (Concept Attainment Model) dengan pembelajaran scientific
approach tentu dapat dijadikan alternatif pilihan saat pembelajaran untuk
meningkatkan kemampuan berpikir intuitif matematis siswa.
Secara mendasar, penelitian ini setidaknya sudah membuktikan bahwa
kemampuan berpikir intutif itu bisa dipelajari dengan pemberian pembelajaran
yang tepat untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir intuitif siswa. Hal
tersebut sesuai apa yang diungkapkan Fischbein bahwa keberadaan intuisi
sekunder dapat ditata-ulang atau direkonstruksi, pemberian pembelajaran yang
tepat merupakan suatu upaya untuk mengembangkan kemampuan intuisi
seseorang.
Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment Model) tak hanya dapat
meningkatkan kemampuan berpikir intuitif matematis, Model tersebut juga bisa
meningkatkan kemampuan berpikir lainnya. Hal ini sudah dibuktikan oleh
penelitian Satori. Satori menemukan bahwa kemampuan penalaran induktif
matematik siswa yang diajar dengan model pembelajaran pencapaian konsep lebih
tinggi daripada kemampuan penalaran induktif matematik siswa yang diajar
dengan pembelajaran konvensional.
D. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari penelitian ini belum sepenuhnya sempura meskipun
berbagai upaya telah dilakukan agar diperoleh hasil yang optimal. Ada beberapa
factor yang sulit dikendalikan sehingga penelitian ini memiliki beberapa
keterbatasan, diantaranya:
69
1. Penelitian ini hanya diteliti pada pokok bahasan Aturan Pencacahan, sehingga
belum bisa digeneralisasikan pada pokok bahasan lain.
2. Proses pembelajaran sempat terhambat karena siswa kelas XII sedang
melaksanakan Try Out, Ujian Sekolah dan UTS, sehingga secara tidak
langsung mengganggu jalannya pembelajaran
3. Alokasi waktu yang terbatas sehingga perlu persiapan dan pengaturan yang
lebih baik agar setiap tahapan dalam pembelajaran Model Pencapaian Konsep
(Concept Attainment Model) dapat berlangsung lebih maksimal.
4. Siswa belum pernah mendapat pembelajaran Model Pencapaian Konsep
(Concept Attainment Model) sebelumnya.
5. Penelitian ini hanya berlangsung selama satu bulan menyebabkan kurang
maksimalnya pengaruh pembelajaran dengan Model Pencapaian Konsep
(Concept Attainment Model) terhadap kemampuan berpikir intuitif matematis.
6. Peneliti hanya melakukan kontrol terhadap subjek penelitian yang meliputi
variabel pembelajaran Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment
Model) dan kemampuan berpikir intuitif matematis. Variabel lain seperti
minat, motivasi, intelegensi, lingkungan belajar dan lain-lain tidak dapat
terkontrol. Hasil penelitian ini mungkin dapat dipengaruhi oleh variabel lain
di luar variabel yang ditetapkan dalam penelitian ini.
70
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan mengenai pembelajaran
dengan Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment Model) terhadap
kemampuan berpikir intuitif matematis di SMA Negeri 87 Jakarta, diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Kemampuan berpikir intuitif matematis siswa kelas eksperimen yang
diajarkan dengan pembelajaran Model Pencapaian Konsep (Concept
Attainment Model) mempunyai rata-rata 80,60. Pencapaian indikator yang
paling tinggi adalah indikator kemampuan menyelesaikan masalah dengan
jawaban yang masuk akal sebesar 85,71%, kemudian indikator kemampuan
menyelesaikan masalah menggunakan pengetahuan dan pengalaman yang
sudah dimiliki sebelumnya sebesar 81,07%, sedangkan indikator terendahnya
adalah kemampuan menyelesaikan masalah bedasarkan generalisasi dari
contoh atau konsep sebesar 76,07%
2. Kemampuan berpikir intuitif matematis siswa kelas kontrol yang diajarkan
dengan pembelajaran konvensional mempunyai rata-rata 75,33%. Pencapaian
indikator yang paling tinggi adalah indikator kemampuan menyelesaikan
masalah dengan jawaban yang masuk akal sebesar 79,64%, kemudian
indikator menyelesaikan masalah berdasarkan generalisasi dari contoh atau
konsep sebesar 73,93%, sedangkan indikator terendahnya adalah adalah
kemampuan menyelesaikan masalah menggunakan pengetahuan dan
pengalaman yang dimiliki sebelumnya sebesar 71,07%.
3. Kemampuan berpikir intuitif matematis siswa yang diajarkan dengan
pembelajaran Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment Model) lebih
tinggi daripada siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional. Hal
ini terlihat dari hasil uji hipotesis dengan nilai 2,21 lebih dari
= 1,67 berada pada daerah penolakan . Hal ini juga didukung dengan
71
pencapaian indikator kemampuan berpikir intuitif matematis siswa yang
diajarkan dengan pembelajaran Model Pencapaian Konsep (Concept
Attainment Model) lebih tinggi dari siswa yang diajarkan dengan
pembelajaran konvensional dengan selisih pencapaian indikator yang paling
besar adalah kemampuan menyelesaikan masalah menggunakan pengetahuan
dan pengalaman yang sudah dimiliki sebelumnya sebesar 10%, kemudian
kemampuan menyelesaikan masalah dengan jawaban yang masuk akal
sebesar 6,07%, dan terakhir adalah kemampuan menyelesaikan masalah
berdasarkan generalisasi dari contoh atau konsep sebesar 2,14%.
B. Saran
Berdasarkan temuan dalam penelitian ini, terdapat beberapa saran yang
dapat penulis berikan sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
Siswa sebaiknya lebih memperhatikan lagi materi yang disampaikan oleh
guru. Lebih menghargai guru dan waktu sehingga pembelajaran berjalan
sesuai yang diinginkan.
2. Bagi Guru
Berdasarkan hasil penelitian Model Pencapaian Konsep (Conncept
Attainment Model) mampu meningkatkan kemampuan berpikir intuitif siswa,
sehingga pembelajaran tersebut dapat dijadikan alternatif pembelajaran
matematika yang dapat diterapkan oleh guru. Bagi guru yang hendak
menggunakan Model Pencapaian Konsep (Conncept Attainment Model)
dalam pembelajaran di kelas diharapkan dapat mendesain pembelajaran
dengan seefektif mungkin agar setiap tahapan dalam Model Pencapaian
Konsep (Conncept Attainment Model) dapat dilaksanakan secara maksimal.
Jika dirasa pembelajaran yang ada di sekolah sudah cukup baik, maka
penggabungan model pembelajaran yang sudah diterapkan dengan Model
Pencapaian Konsep (Conncept Attainment Model)dapat pula menjadi
alternatif pilihan.
72
3. Bagi Sekolah
Berdasarkan hasil penelitian ini, pihak sekolah diharapka mulai
menganjurkan guru-guru untuk menerapkan model-model pembelajaran
inovatif seperti Model Pencapaian Konsep (Conncept Attainment Model)
pada pelajaran matematika atau bidang studi lain. Selain itu dapat pula
menjadi bahan pertimbangan pihak sekolah untuk dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran di sekolah.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber informasi
dan bahan rujukan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut.
b. Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk dapat menerapkan Model
Pencapaian Konsep (Conncept Attainment Model) dengan lebih optimal
terutama pada indikator kemampuan menyelesaikan masalah berdasarkan
generalisasi dari contoh atau konsep yang meruapakan indikator dengan
pencapaian terendah dalam penelitian ini.
c. Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk mendesain bahan ajar
berupa LKS yang lebih menarik dan kontruktif.
d. Adanya keterbatasan dalam melaksanakan penelitian ini sebaiknya
dilakukan penelitian lebih lanjut yang meneliti Model Pencapaian Konsep
(Conncept Attainment Model) pada pokok bahsaan lain atau jenjang
sekolah yang berbeda. Selain itu peneliti selanjutnya disarankan untuk
meneliti kemampuan berpikir intuitif matematis dengan indikator lain
yang belum diteliti dalam penelitian ini.
73
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, cet 1.
2010
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2013.
Ben-Zeev, T., & Star, J. Intuitive mathematics: Theoretical and educational
implications. In B. Torff & R.J. Sternberg (Eds.), Understanding and
teaching the intuitive mind: Student and teacher learning. Marwah, NJ:
Lawrence Erlbaum, 2001.
Bruce Joyce, et al. Models of Teaching (Eight Edition). USA. Diterjemahkan oleh
Achmad Fawaid dan Ateilla Mirza .Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
Fischbein, Efrain. Intuition in science and mathematics: and educational
approach Dordrecht D. Reidel, 1987.
Hasanah, Aan. Berpikir Intitif (Intuisi) siswa Sekolah Menengah Atas (SMA)
dalam mengembangkan berpikir kreatif. JUrnal Pendidikan Matematika
Vol. I, 2011.
Informasi Online, Pengertian Kemampuan”, http://kbbi.web.id/mampu, 11
agustus 2015.
Kadir. Statistik untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Rose Mata Sampurna,
2010.
Kurniawati, Lia. Pendekatan Pemecahan Maslah dalam Upaya Mengatasi
Kesulitan-kesulitan Siswa pada Soal Cerita dalam Pendekatan Baru dan
Proses Pembelajaran Matematika dan Sains Dasar. Jakarta: PIC Uin
Jakarta, 2007.
KOMPAS. Skor PISA:Posisi Indonesia Nyaris Jadi Juru Kunci.
http://www.kopertis12.or.id, 24 September 2015.
Lestari, Mulyaningrum, dkk. Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis
Intuisi untuk Meningkatkan Kemampaun Berpikir Kreatif dalam
74
Memecahkan Maasalah Matematika Siswa kelas X SMA Negeri 2 Sragen.
Jurnal Elektroni Pembelajaran Matematika, Vol 3. 2015
Munir. Model Penalaran Intuitif Siswa dalam Menyelesaikan Masalah
Matematika, Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional
Matematika dan Pendidikan Matematika FMIPA UNY. 2012.
Muniri. Karakteristik Berpikir Intuitif Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah
Matematika, Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional
Matematika dan Pendidikan Matematika dengan tema “Penguatan Peran
Matematika dan Pendidikan Matematika untuk Indonesia yang Lebih
Baik” di Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY. 2013.
Parker, Frieda. A Study of the Role of Intuition in the Development of Students’
Understanding of Span and Linear Independence in an Elementary Linear
Algebra Class. Proceedings of the 13th Annual Conference on Research in
Undergraduate Mathematics Education.
Putri, Agisna Anindya. Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika
Siswa Kelas VII C SMP Anggrek Banjarmasin melalui Model
Pembelajaran STAD dan Scramble. Makalah dipresentasikan dalam
Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika dengan tema
“Penguatan Peran Matematika dan Pendidikan Matematika untuk
Indonesia yang Lebih Baik” di Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA
UNY. 2013.
Nasution, S. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar. Jakarta:
Bumi Aksara, 2010
PISA 2012 Result: What Student Know and Can Do. PISA: OECD Publishing,
2014.
Sa’o, Sofia. Berpikir Intuitif dalam Pebelajaran Matematika. Makalah
diseminarkan dalam seminar nasional TEQIP, Universitas Negeri Malang,
2014.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007.
75
Sukmana, Agus. Profil Berpikir Intuitif Matematik. Bandung : Universitas Katolik
Parahyangan, 2011.
Sukmana, A., & Wahyudin. A Teaching Material Development for Developing
Students’ Intitive Thinking Through RAECT Contextual Teaching
Approach. Mat Stat, 11(2), 2011.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007.
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbyah dan Keguruan
UIN, 2011
Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: PT. Kencana
Predana Group, 2009.
---------, Model Pembelajaran Terpadu Konsep Strategi dan Impeementasinya
dalam KTSP. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010.
Uno, Hamzah, B. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar
yang Kreatif da Efektif. Jakarta: Bumi Aksara, 2014.
Wijaya, Ariyadi. Pendidikan Matematika Realistik (Suatu Alternatif Pendekatan
Pembelajaran Matematika). Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.
Winasmadi, Praja Achsani,. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika
dengan Model Concept Attainment Berbantuan CD Interaktif pada Materi
Segitiga kelas VII,
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpppasca/article/download/1535/17
11 ISSN 2089-3639, 2010.
76
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(KELAS EKSPERIMEN)
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 87 Jakarta
Mata Pelajaran : Matematika Wajib
Kelas/ Semester : XI MIPA / Genap
Materi Pokok : Aturan Pencacahan (aturan perkalian)
Pertemuan ke- : 1 (Satu)
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. KOMPETENSI INTI
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan
pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan
77
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
1.1 Mengahayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2.1 Memiliki motivasi internal, kemampuan bekerjasama, konsisten, sikap
disiplin, ras percaya diri, dan sikap toleransi dalam perbedaan strategi
berpikir dalam memilih dan menerapkan strategi menyelesaikan masalah.
2.2 Mampu mentransformasi diri dalam berperilaku jujur, tangguh menghadapi
masalah, kritis dan disiplin dalam melakukan tugas belajar matematika.
2.3 Menunjukkan sikap bertanggung jawab, rasa ingin tahu, jujur dan perilaku
peduli lingkungan.
3.16 Memahami dan menerapkan berbagai aturan pencacahan melalui beberapa
contoh nyata serta menyajikan alur perumusan aturan pencacahan
(perkalian, permutasi dan kombinasi) melalui diagram atau cara lainnya.
Indikator:
3.16.1. Menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam masalah
yang berkaitan dengan aturan perkalian.
4.13 Memilih dan menggunakan aturan pencacahan yang sesuai dalam
pemecahan masalah nyata serta memberikan alasannya.
Indikator :
1.13.1. Mampu memilih aturan pencacahan yang sesuai untuk
Menyelesaikan masalah
4.14 Mengidentifikasi masalah nyata dan menerapkan aturan perkalian,
permutasi, dan kombinasi dalam pemecahan masalah tersebut
Indikator:
4.14.1.Menyelesaikan masalah dengan menerapkan hasil dari
generalisasi terhadap masalah yang berkaitan dengan aturan
perkalian.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa mampu menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam
masalah yang diberikan berkaitan dengan aturan perkalian.
2. Siswa mampu memilih aturan pencacahan yang sesuai untuk
menyelesaikan masalah.
78
3. Siswa mampu menyelesaikan masalah dengan menerapkan hasil dari
generalisasi terhadap masalah yang berkaitan dengan aturan perkalian.
D. MATERI PEMBELAJARAN
Ketika ditanya banyaknya tablet dalam sebuah botol, tentunya kita akan
membuka botol tersebut dan menumpahkan isinya, kemudian mulai
membilangnya 1,2,3,4 … dan seterusnya sampai tablet terakhir. Cara
membilang seperti ini sangatlah mudah ketika kita mempunyai benda-benda
untuk dibilang. Akan tetapi cara seperti ini akan sulit jika kita tidak diberi
benda-benda untuk dibilang. Pada bagian ini kita akan mempelajari cara
menentukan banyaknya anggota dari suatu himpunan tanpa membilangnya
satu persatu. Cara membiang seperti ini disebut mencacah.
Ada beberapa metode untuk mencacah, salah satunya yang paling dasar
yaitu aturan perkalian.
Prinsip dasar aturan perkalian .
Jika ada k pilihan dengan setiap pilihan memiliki hasil yang
berbeda, banyak hasil berbeda yang mungkin dari k pilihan tersebut secara
berurutan diberikan oleh hasil kali berikut:
E. MODEL/PENDEKATAN/METODE PEMBELAJARAN
Model pembelajaran : Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment
Model)
Metode pembelajaran : Diskusi kelompok, Tanya jawab dan penugasan.
F. MEDIA DAN ALAT PEMBELAJARAN
Laptop, proyektor, LCD, papan tulis, spidol, dan PPT
G. SUMBER BELAJAR
Kanginan, Marthen. 2005. Cerdas Belajar Matematika untuk Kelas XI
(Program Ilmu Alam). Jakarta: Grafindo Media Pratama..
Sutrima dan Budi Usodo. 2009.Wahana Matematika untuk Kelas XI
SMA. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia.
Lembar Kerja Siswa (LKS)
79
H. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan Guru membuka pertemuan dengan
mengucapkan salam lalu berdoa dan
memeriksa kehadiran siswa
Guru melalukan apersepsi untuk mendorong
rasa ingin tahu tentang materi aturan perkalian
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai yaitu tentang aturan perkalian
Guru membagi siswa ke dalam beberapa
kelompok heterogen.
10 menit
Inti
Fase 1:
Penyajian
data dan
identifikasi
konsep
Mengamati
Guru memberikan dan memperlihatkan dari
media power point tentang pengantar dasar
konsep aturan perkalian
Setiap kelompok diberikan Lembar Kerja
Siswa (LKS)
Siswa memperhatikan dan menganalisis contoh
masalah yang ada di LKS.
Siswa mengkategorikan contoh/ karakteristik/
ciri-ciri tersebut dengan cara mengumpulkan
data yang sesuai konsep aturan perkalian dan
menyingkirkan data yang tidak sesuai dengan
konsep aturan perkalian.
Menanya
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah
yang relevan dengan bahan pelajaran kemudian
60 menit
80
Fase 2:
Pengujian
Pencapaian
Konsep
Fase 3:
Analisis
strategi-
strategi
berpikir
diimplementasikan dalam bentuk pertanyaan
Siswa berdiskusi dan menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang terkait dengan data-data yang
ada untuk membantu mendefinisikan konsep
Mengumpulkan informasi (eksplorasi)
Guru memperlihatkan contoh-contoh lain dan
memberikan pertanyaan yang belum diketahui
nilai kebenarannya untuk menguji konsep yang
sudah didapatnya.
Siswa menentukan nilai kebenaran dari
pertanyaan tersebut berdasarkan data-data yang
ada.
Mengasosiasi
Siswa melakukan pemeriksaan untuk
membuktikan benar tidaknya hipotesis yang
sebelumnya sudah di dapat untuk dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan selanjutnya
yang berkaitan dengan konsep aturan
perkalian.
Guru merevisi jawaban atau kesimpulan siswa
yang belum tepat
Mengkomunikasikan
Siswa menarik kesimpulan secara keseluruhan
yang di dapat
Guru memberikan penguatan kesimpulan
kepada siswa tentang materi
Penutup Guru memberi tugas mandiri kepada siswa
untuk dikerjakan
Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari
materi selanjutnya yaitu permutasi
20 menit
81
Guru menutup pelajaran dan mengucapkan
salam sebelum keluar kelas
I. PENILAIAN
1. Prosedur Penilaian: (lampiran 3)
2. Instrumen Penilaian hasil belajar
Lembar Penilaian Kognitif (lampiran 5)
Jakarta, Februari 2016
Peneliti
Rifky Dian Hasna
NIM.1111017000041
82
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(KELAS EKSPERIMEN)
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 87 Jakarta
Mata Pelajaran : Matematika Wajib
Kelas/ Semester : XI MIPA / Genap
Materi Pokok : Aturan Pencacahan (Permutasi)
Pertemuan ke : 2 (Dua)
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. KOMPETENSI INTI
(lampiran)
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
3.16.Memahami dan menerapkan berbagai aturan pencacahan melalui
beberapa contoh nyata serta menyajikan alur perumusan aturan
pencacahan (perkalian, permutasi dan kombinasi) melalui diagram atau
cara lainnya.
Indikator:
3.16.1. Menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam masalah
yang berkaitan dengan konsep permutasi.
3.17 Menerapkan berbagai konsep dan prinsip permutasi dan kombinasi dalam
pemecahan masalah nyata.
Indikator:
1.17.1. Menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam masalah
yang berkaitan dengan konsep permutasi
4.13 Memilih dan menggunakan aturan pencacahan yang sesuai dalam
pemecahan masalah nyata serta memberikan alasannya.
Indikator :
1.13.1. Mampu memilih aturan pencacahan yang sesuai untuk
menyelesaikan masalah
83
‘4.14 Mengidentifikasi masalah nyata dan menerapkan aturan perkalian,
permutasi, dan kombinasi dalam pemecahan masalah tersebut
Indikator:
4.14.1. Menyelesaikan masalah dengan konsep permutasi
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa mampu menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam
masalah yang berkaitan dengan konsep permutasi
2. Siswa mampu memilih aturan pencacahan yang sesuai untuk
menyelesaikan masalah.
3. Siswa mampu menyelesaikan masalah dengan menerapkan konsep
permutasi.
B. MATERI PEMBELAJARAN
Apakah permutasi itu? Coba kalian susun bilangan-bilangan yang
terdiri atas angka 1, 2, dan 3. Kalian akan memperoleh angka 123, 132, 213,
231, 312, 321.
Dalam susunan ini, tentu saja bilangan 123 berbeda dengan 132.
Mengapa? Jika angka 1, 2 tau 3 disebut elemen, susunan elemen-elemen yang
urutannya dipentingkan (urutan 123 berbeda dengan urutan 132) disebut
permutasi. Contoh lainnya adalah masalah antrean, posisi Anto, Samosir,
Grace, Topan tentunya berbeda dengan posisi Anto, Grace, Topan, Samosir.
Contoh yang bukan permutasi dapat dilihat dalam pencampuran warna cat.
Campuran warna merah, kuning, hijau tentunya sama dengan campuran
warna merah, hijau, kuning.
Jadi permutasi adalah susunan semua atau sebagian elemen suatu
himpunan yang mementingkan urutan elemen. Banyaknya permutasi
elemen dari n elemen berbeda diberi notasi dengan r
Banyak permutasi melingkar dari n elemen diberikan oleh
84
C. MODEL/PENDEKATAN/METODE PEMBELAJARAN
Model pembelajaran : Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment
Model)
Metode pembelajaran : Diskusi kelompok, Tanya jawab dan penugasan
D. MEDIA DAN ALAT PEMBELAJARAN
Laptop, proyektor, LCD, papan tulis, spidol, dan PPT
E. SUMBER BELAJAR
Kanginan, Marthen. 2005. Cerdas Belajar Matematika untuk Kelas XI
(Program Ilmu Alam). Jakarta: Grafindo Media Pratama..
Sutrima dan Budi Usodo. 2009.Wahana Matematika untuk Kelas XI
SMA. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia.
Lembar Kerja Siswa (LKS)
F. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahulu
an
Guru membuka pertemuan dengan
mengucapkan salam lalu berdoa dan
memeriksa kehadiran siswa
Guru melalukan apersepsi untuk mendorong
rasa ingin tahu tentang materi permutasi
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai yaitu tentang permutasi
Guru meminta siswa untuk bergabung bersama
kelompok yang telah dibentuk pada pertemuan
sebelumnya.
10
menit
Inti
Fase 1:
Penyajian
data dan
Mengamati
Guru memberikan dan memperlihatkan dari
media power point tentang pengantar dasar
konsep permutasi
60
menit
85
identifikasi
konsep
Fase 2:
Pengujian
Pencapaian
Konsep
Setiap kelompok diberikan Lembar Kerja
Siswa (LKS)
Siswa memperhatikan dan menganalisis contoh
masalah yang ada di LKS
Siswa mengkategorikan contoh/ karakteristik/
ciri-ciri tersebut dengan cara mengumpulkan
data yang sesuai konsep permutasi dan
menyingkirkan data yang tidak sesuai dengan
konsep permutasi.
Menanya
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah
yang relevan dengan bahan pelajaran kemudian
diimplementasikan dalam bentuk pertanyaan
Siswa berdiskusi dan menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang terkait dengan data-data yang
ada untuk membantu mendefinisikan konsep
Mengumpulkan informasi (eksplorasi)
Guru memperlihatkan contoh-contoh lain dan
memberikan pertanyaan yang belum diketahui
nilai kebenarannya untuk menguji konsep yang
sudah didapatnya.
Siswa menentukan nilai kebenaran dari
pertanyaan tersebut berdasarkan data-data yang
ada.
Mengasosiasi
Siswa melakukan pemeriksaan untuk
membuktikan benar tidaknya hipotesis yang
sebelumnya sudah di dapat untuk dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan selanjutnya
86
Fase 3:
Analisis
strategi-
strategi
berpikir
yang berkaitan dengan konsep permutasi
Guru merevisi jawaban atau kesimpulan siswa
yang belum tepat
Mengkomunikasi
Siswa menarik kesimpulan secara keseluruhan
yang di dapat
Guru memberikan penguatan kesimpulan
kepada siswa tentang materi
Penutup Guru memberi tugas mandiri kepada siswa
untuk dikerjakan
Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari
materi selanjutnya yaitu kombinasi
Guru menutup pelajaran dan mengucapkan
salam sebelum keluar kelas
20
menit
G. PENILAIAN
Penilaian Hasil Pembelajaran:
a. Prosedur Penilaian (lampiran)
b. Instrumen Penilaian hasil belajar
Lembar Penilaian Kognitif (lampiran)
Lemabr Penialian Keterampilan (lampiran)
Jakarta, Maret 2016
Peneliti
Rifky Dian Hasna
NIM.1111017000041
87
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(KELAS EKSPERIMEN)
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 87 Jakarta
Mata Pelajaran : Matematika Wajib
Kelas/ Semester : XI MIPA / Genap
Materi Pokok : Aturan Pencacahan (Kombinasi)
Pertemuan ke : 3 (Tiiga)
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. KOMPETENSI INTI
(lampiran)
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
1.16.Memahami dan menerapkan berbagai aturan pencacahan melalui
beberapa contoh nyata serta menyajikan alur perumusan aturan
pencacahan (perkalian, permutasi dan kombinasi) melalui diagram atau
cara lainnya.
Indikator:
3.16.1. Menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam masalah
yang berkaitan dengan konsep kombinasi
3.17 Menerapkan berbagai konsep dan prinsip permutasi dan kombinasi dalam
pemecahan masalah nyata.
Indikator:
1.17.1. Menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam masalah
yang berkaitan dengan konsep kombinasi
4.13 Memilih dan menggunakan aturan pencacahan yang sesuai dalam
pemecahan masalah nyata serta memberikan alasannya.
Indikator :
4.13.1. Mampu memilih aturan pencacahan yang sesuai untuk
Menyelesaikan masalah
88
‘4.14. Mengidentifikasi masalah nyata dan menerapkan aturan perkalian,
permutasi, dan kombinasi dalam pemecahan masalah tersebut
Indikator:
4.14.1. Menyelesaikan masalah dengan menerapkan konsep kombinasi
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa mampu menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam
masalah yang berkaitan dengan konsep kombinasi.
2. Siswa mampu memilih aturan pencacahan yang sesuai untuk
menyelesaikan masalah.
3. Siswa mampu menyelesaikan masalah dengan menerapkan konsep
kombinasi.
D. MATERI PEMBELAJARAN
Bagaimana jika kalian mencampur 3 cat dari 5 cat yang ada merah
(M), kuning (K), biru (B), hijau (H) dan ungu (U)? Apakah campuran cat (M,
K, H) berbeda dengan (M,H,K) atau (H,K,M)?
Tentu saja tidak. Ketiga campuran cat tersebut menghaslkan satu
warna campuran yang sama. Masalah pencampuran warna tergolong
kombinasi. Tidak seperti permutasi, dalam kombinasi urutan tidak
dipentingkan.
Kombinasi adalah susunan dari semua atau sebagian elemen suatu
himpunan yang tidak mementingkan urutan elemen. Banyaknya kombinasi
elemen dari n elemen berbeda diberi notasi dengan r
E. MODEL/PENDEKATAN/METODE PEMBELAJARAN
Model pembelajaran : Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment
Model)
Metode pembelajaran : Diskusi kelompok, Tanya jawab dan penugasan
F. MEDIA DAN ALAT PEMBELAJARAN
Laptop, proyektor, LCD, papan tulis, spidol, dan PPT
G. SUMBER BELAJAR
89
Kanginan, Marthen. 2005. Cerdas Belajar Matematika untuk Kelas XI
(Program Ilmu Alam). Jakarta: Grafindo Media Pratama..
Sutrima dan Budi Usodo. 2009.Wahana Matematika untuk Kelas XI
SMA. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia.
Lembar Kerja Siswa (LKS)
H. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan Guru membuka pertemuan dengan
mengucapkan salam lalu berdoa dan
memeriksa kehadiran siswa
Guru melalukan apersepsi untuk
mendorong rasa ingin tahu tentang materi
kombinasi
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai yaitu tentang permutasi
Guru meminta siswa untuk bergabung
bersama kelompok yang telah ada
sebelumnya
10
menit
Inti
Fase 1:
Penyajian data
dan
identifikasi
konsep
Mengamati
Guru memberikan dan memperlihatkan
dari media power point tentang pengantar
dasar konsep kombinasi
Setiap kelompok diberikan Lembar Kerja
Siswa (LKS)
Siswa memperhatikan dan menganalisis
contoh masalah yang ada di LKS
Siswa mengkategorikan contoh/
karakteristik/ ciri-ciri tersebut dengan
60
menit
90
Fase 2:
Pengujian
Pencapaian
Konsep
cara mengumpulkan data yang sesuai
konsep permutasi dan menyingkirkan
data yang tidak sesuai dengan konsep
kombinasi.
Menanya
Guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin
masalah yang relevan dengan bahan
pelajaran kemudian diimplementasikan
dalam bentuk pertanyaan
Siswa berdiskusi dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan
data-data yang ada untuk membantu
mendefinisikan konsep
Mengumpulkan informasi (eksplorasi)
Guru memperlihatkan contoh-contoh lain
dan memberikan pertanyaan yang belum
diketahui nilai kebenarannya untuk
menguji konsep yang sudah didapatnya.
Siswa menentukan nilai kebenaran dari
pertanyaan tersebut berdasarkan data-data
yang ada.
Mengasosiasi
Siswa melakukan pemeriksaan untuk
membuktikan benar tidaknya hipotesis
yang sebelumnya sudah di dapat untuk
dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan
selanjutnya yang berkaitan dengan konsep
permutasi
Guru merevisi jawaban atau kesimpulan
91
Fase 3:
Analisis
strategi-
strategi
berpikir
siswa yang belum tepat
Mengkomunikasi
Siswa menarik kesimpulan secara
keseluruhan yang di dapat
Guru memberikan penguatan kesimpulan
kepada siswa tentang materi
Penutup Guru memberi tugas mandiri kepada siswa
untuk dikerjakan
Guru mengingatkan siswa untuk
mempelajari materi selanjutnya yaitu
peluang
Guru menutup pelajaran dan mengucapkan
salam sebelum keluar kelas
20
menit
1. PENILAIAN
a. Prosedur Penilaian: (lampiran)
b. Instrumen Penilaian hasil belajar
Lembar Penilaian Kognitif (lampiran)
Jakarta, Maret 2016
Peneliti
Rifky Dian Hasna
NIM.1111017000041
92
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(KELAS EKSPERIMEN)
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 87 Jakarta
Mata Pelajaran : Matematika Wajib
Kelas/ Semester : XI MIPA / Genap
Materi Pokok : Aturan Pencacahan (Peluang)
Pertemuan ke : 4 (Empat)
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. KOMPETENSI INTI
(lampiran)
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
3.18 Memahami konsep ruang sampel dan menentukan peluang suatu kejadian
dalam suatu percobaan
Indikator:
3.18.1. Menentukan ruang sampel untuk menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan peluang
3.19 Memahami dan menerapkan aturan/ rumus peluang dalam meprediksi
terjadinya suatu kejadian dunia nyata serta menjelaskan alas an-
alasannya.
Indikator:
3.19.1. Menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam masalah
yang berkaitan dengan peluang suatu kejadian
3.20 Memahami konsep peluang dan harapan suatu kejadian dan
menggunakannya dalam pemecahan masalah.
Indikator:
1.20.1. Menentukan nilai harapan suatu kejadian untuk menyelesaikan
masalah
93
4.15 Mengidentifikasi, menyajikan model matematika dan menentukan
peluang dan harapan suatu kejadian dari masalah kontekstual.
Indikator:
4.15.1. Menggeneralisasi suatu masalah untuk menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan peluang
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa mampu menentukan ruang sampel untuk menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan peluang.
2. Siswa mampu menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam
masalah yang berkaitan dengan peluang suatu kejadian
3. Siswa mampu menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam
masalah yang berkaitan dengan peluang suatu kejadian
4. Siswa mampu menggeneralisasi suatu masalah untuk menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan peluang
D. MATERI PEMBELAJARAN
Teori peluang muncul dari inspirasi para petaruh yang berusaha
mencari informasi bagaimana kesempatan mereka untuk memenangkan suatu
taruhan. Walaupun teori peluang awalnya lahir dari masalah peluang
memenangkan taruhan, tetapi teori peluang ini segera menjadi cabang
matematika yang digunakan secara luas. Teori ini meluas penggunaannya
dalam bisnis, meteorology, sains, da industry. Misalnya, perusahaan asuransi
jiwa menggunakan peluang untuk menaksir berapa lama seseorang mungkin
hidup, dokter menggunakan peluang untuk memprediksi kesuksesan sebuah
pengobatan, bahkan peluang juga digunakan untuk memprediksi hasil-hasil
sebelum hari pemilihan umum.
Istilah-istilah yang ada dala peluang adalah percobaan, titik
sampel, ruang sampel dan kejadian.
Jika N adalah banyaknya titik sampel pada ruang sampel S sutau
percobaan dan E merupakan suatu kejadian dengan banyaknya n pada
percobaan tersebut, peluang E adalah
94
Langkah-langkah menentukan peluang suatu kejadia adalah:
1. Daftarkan ruang sampel dari percobaan, kemudian tentukan n(S)
2. Daftarkan himpunan yang berkaitan dengan kejadian E, kemudian
tentukan n(E)’
3. Hitung peluang kejadian E dengan
E. MODEL/PENDEKATAN/METODE PEMBELAJARAN
Model pembelajaran : Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment
Model)
Metode pembelajaran : Diskudi kelompok, Tanya jawab dan penugasan
F. MEDIA DAN ALAT PEMBELAJARAN
Laptop, proyektor, LCD, papan tulis, spidol, dan PPT
G. SUMBER BELAJAR
Kanginan, Marthen. 2005. Cerdas Belajar Matematika untuk Kelas XI
(Program Ilmu Alam). Jakarta: Grafindo Media Pratama..
Sutrima dan Budi Usodo. 2009.Wahana Matematika untuk Kelas XI
SMA. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia.
Lembar Kerja Siswa (LKS)
H. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan Guru membuka pertemuan dengan
mengucapkan salam lalu berdoa dan
memeriksa kehadiran siswa
Guru melalukan apersepsi untuk
mendorong rasa ingin tahu tentang materi
peluang
10
menit
95
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai yaitu tentang permutasi
Guru meminta siswa untuk bergabung
bersama kelompok yang telah ada
sebelumnya
Inti
Fase 1:
Penyajian
data dan
identifikasi
konsep
Mengamati
Guru memberikan dan memperlihatkan
dari media power point tentang pengantar
dasar peluang
Setiap kelompok diberikan Lembar Kerja
Siswa (LKS)
Siswa memperhatikan dan menganalisis
contoh masalah yang ada di LKS
Siswa mengkategorikan contoh/
karakteristik/ ciri-ciri tersebut dengan cara
mengumpulkan data yang sesuai konsep
permutasi dan menyingkirkan data yang
tidak sesuai dengan konsep peluang.
Menanya
Guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin
masalah yang relevan dengan bahan
pelajaran kemudian diimplementasikan
dalam bentuk pertanyaan
Siswa berdiskusi dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan
data-data yang ada untuk membantu
mendefinisikan konsep
Mengumpulkan informasi (eksplorasi)
Guru memperlihatkan contoh-contoh lain
60
menit
96
Fase 2:
Pengujian
Pencapaian
Konsep
Fase 3:
Analisis
strategi-
strategi
berpikir
dan memberikan pertanyaan yang belum
diketahui nilai kebenarannya untuk
menguji konsep yang sudah didapatnya.
Siswa menentukan nilai kebenaran dari
pertanyaan tersebut berdasarkan data-data
yang ada.
Mengasosiasi
Siswa melakukan pemeriksaan untuk
membuktikan benar tidaknya hipotesis
yang sebelumnya sudah di dapat untuk
dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan
selanjutnya yang berkaitan dengan konsep
permutasi
Guru merevisi jawaban atau kesimpulan
siswa yang belum tepat
Mengkomunikasi
Siswa menarik kesimpulan secara
keseluruhan yang di dapat
Guru memberikan penguatan kesimpulan
kepada siswa tentang materi
Penutup Guru memberi tugas mandiri kepada siswa
untuk dikerjakan
Guru mengingatkan siswa untuk
mempelajari materi selanjutnya yaitu
frekuensi harapan
Guru menutup pelajaran dan mengucapkan
salam sebelum keluar kelas
20
menit
97
I. PENILAIAN
Penilaian Hasil Pembelajaran:
a. Prosedur Penilaian: (lampiran)
b. Instrumen Penilaian hasil belajar
Lembar Penilaian Kognitif (lampiran)
Jakarta, Maret 2016
Peneliti
Rifky Dian Hasna
NIM.1111017000041
98
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(KELAS EKSPERIMEN)
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 87 Jakarta
Mata Pelajaran : Matematika Wajib
Kelas/ Semester : XI MIPA / Genap
Materi Pokok : Aturan Pencacahan (Frekuensi harapan)
Pertemuan ke : 5 (Lima)
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. KOMPETENSI INTI
(lampiran)
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
3.20 Memahami konsep peluang dan harapan suatu kejadian dan
menggunakannya dalam pemecahan masalah.
Indikator:
3.19.1. Menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam masalah
yang berkaitan dengan frekuensi relative dan frekuensi harapan
4.15 Mengidentifikasi, menyajikan model matematika dan menentukan
peluang dan harapan suatu kejadian dari masalah kontekstual.
Indikator:
4.15.1. Menggeneralisasi suatu masalah untuk menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan frekuensi relative dan frekuesi harapan
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa mampu menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam
masalah yang berkaitan dengan frekuensi relative dan frekuensi harapan.
2. Siswa mampu menggeneralisasi suatu masalah untuk menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan frekuensi relative dan frekuensi harapan
99
D. MATERI PEMBELAJARAN
Peluang dari titik-titik sampel (yang membentuk ruang sampel)
tidak selalu dapat dianggap sama. Misalnya dalam pelemparan sebuah logam
tidak seimbang, maka peluang mendapat masinng-masing sisi uang logam
tidak sama. Contoh lain adalah dalam percobaan menembak sebuah benda,
peluang tembakan berhasil mengenai sasaran tidak sama dengan peluang
tidak berhasil mengenai sasaran. Bia setiap titik sampel dapat dianggap sama,
maka peluang dari masing-masing titik sampel dittentukan berdasarkan hasl
percobaan. Dengan melakukan percobaan secara berulang-ulang kita dapat
mencatat banyak terjadinya suatu titik sampel. Peluang dari titik sampel
adalah hasil bagi dari terjadinya titik sampel dengan banyak percobaan.
Metode mendapatkan peluang seperti ini dikenal sebagai definisi peluang
berdasarkan frekuensi relative.
Jika percobaan dilakukan berulang-ulang, maka kita dapat
mengharapkan beberapa kali suatu kejadian dapat terjadi. Misalnya dalam
pelemparan sebuah uang glogam sebanyak 10 kali, kita dapat mengharapkan
sisi angka muncul sebanyak 5 kali. Harapan banyaknya suatu kejadian
muncul atau berhasul pada percobaan yangdilakukan berulang-ulang [disebut
frekuensi harapan.
Jika suatu percobaan dilakukan sebanyak N kali, dan peluang
kejadian K= P(K) mka frekuensi harapan munculnya kejadian K sama dengan
P(K).N
E. MODEL/PENDEKATAN/METODE PEMBELAJARAN
Model pembelajaran : Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment
Model)
Metode pembelajaran : Diskusi kelompok, Tanya jawab dan penugasasn.
F. MEDIA DAN ALAT PEMBELAJARAN
Laptop, proyektor, LCD, papan tulis, spidol, dan PPT
G. SUMBER BELAJAR
Kanginan, Marthen. 2005. Cerdas Belajar Matematika untuk Kelas XI
(Program Ilmu Alam). Jakarta: Grafindo Media Pratama..
100
Sutrima dan Budi Usodo. 2009.Wahana Matematika untuk Kelas XI
SMA. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia.
Lembar Kerja Siswa (LKS)
H. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan Guru membuka pertemuan dengan
mengucapkan salam lalu berdoa dan
memeriksa kehadiran siswa
Guru melalukan apersepsi untuk mendorong
rasa ingin tahu tentang materi peluang
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai
Guru membagi siswa ke dalam beberapa
kelompok heterogen.
10
menit
Inti
Fase 1:
Penyajian
data dan
identifikasi
konsep
Mengamati
Guru memberikan dan memperlihatkan dari
media power point tentang pengantar dasar
peluang
Setiap kelompok diberikan Lembar Kerja
Siswa (LKS)
Siswa memperhatikan dan menganalisis
contoh-contoh tersebut. Kemudian siswa
mengkategorikan contoh/ karakteristik/ ciri-ciri
tersebut dengan cara mengumpulkan contoh
yang sesuai dengan frekuensi relative dan
frekuensi harapan dan menyingkirkan contoh
yang tidak sesuai dengan konsep peluang.
Menanya
60
menit
101
Fase 2:
Pengujian
Pencapaian
Konsep
Fase 3:
Analisis
strategi-
strategi
berpikir
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah
yang relevan dengan bahan pelajaran kemudian
diimplementasikan dalam bentuk pertanyaan
Siswa berdiskusi dan menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang terkait dengan data-data yang
ada untuk membantu mendefinisikan konsep
Mengumpulkan informasi (eksplorasi)
Guru memperlihatkan contoh-contoh lain dan
memberikan pertanyaan yang belum diketahui
nilai kebenarannya untuk menguji konsep yang
sudah didapatnya. Contoh baru tersebut juga
bisa berasal dari siswa, lalu siswa lain
menjawabnya.
Mengasosiasi
Siswa melakukan pemeriksaan untuk
membuktikan benar tidaknya hipotesis yang
sebelumnya sudah di dapat
Guru merevisi jawaban atau kesimpulan siswa
yang belum tepat
Guru memberikan latihan kepada siswa untuk
menguatkan konsep
Mengkomunikasi
Siswa menarik kesimpulan secara keseluruhan
yang di dapat
Guru memberikan penguatan kesimpulan
kepada siswa tentang materi
Penutup Guru memberi tugas mandiri kepada siswa
untuk dikerjakan di rumah
Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari
20 m
e
n
102
materi selanjutnya yang masih termasuk BAB
Aturan pencacahan
Guru menutup pelajaran dan mengucapkan
salam sebelum keluar kelas
i
t
I. PENILAIAN
Penilaian Hasil Pembelajaran:
a. Prosedur Penilaian: (lampiran)
b. Instrumen Penilaian hasil belajar
Lembar Penilaian Kognitif (lampiran)
Lembar Penilaian Sikap (lampiran)
Lembar Penilaian Keterampilan (lampiran)
Jakarta, Maret 2016
Peneliti
Rifky Dian Hasna
NIM.1111017000041
103
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(KELAS EKSPERIMEN)
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 87 Jakarta
Mata Pelajaran : Matematika Wajib
Kelas/ Semester : XI MIPA / Genap
Materi Pokok : Aturan Pencacahan (kejadian saling lepas)
Pertemuan ke : 6 (Enam)
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. KOMPETENSI INTI
(lampiran)
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
3.19 Memahami dan menerapkan aturan/ rumus peluang dalam meprediksi
terjadinya suatu kejadian dunia nyata serta menjelaskan alas an-
alasannya.
Indikator:
3.19.1. Menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam masalah
yang berkaitan dengan peluang suatu kejadian saling lepas
4.15 Mengidentifikasi, menyajikan model matematika dan menentukan
peluang dan harapan suatu kejadian dari masalah kontekstual.
Indikator:
4.15.1. Menggeneralisasi suatu masalah untuk menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan peluang suatu kejadian saling lepas
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa mampu menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam
masalah yang berkaitan dengan peluang suatu kejadian saling lepas.
2. Siswa mampu menggeneralisasi suatu masalah untuk menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan peluang suatu kejadian saling lepas
104
D. MATERI PEMBELAJARAN
Ketika mengetos dua koin, apakah munculnya tepat satu gambar
dapat terjadi bersamaan dengan munculnya tepatnya dua gambar? Tentu saja
tidak. Misalkan, A= kejadian muncul tepat 1 gambar, dan B= kejadian
muncul tepat 2 gambar, A={(G,A),(A,G)} dan B={(G,G)}. Tampak bahwa
tidak satupun elemen A yang sama dengan elemen B. Kejadian A dan B
seperti ini disebut kejadian saling lepas. Jadi, dua kejadian dengan tidak ada
satupun elemen dari keduanya sama disebut kejadian saling lepas.
E. MODEL/PENDEKATAN/METODE PEMBELAJARAN
Model pembelajaran : Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment
Model)
Pendekatan pembelajaran : Scientific Approach
F. MEDIA DAN ALAT PEMBELAJARAN
Laptop, proyektor, LCD, papan tulis, spidol, dan PPT
G. SUMBER BELAJAR
Kanginan, Marthen. 2005. Cerdas Belajar Matematika untuk Kelas XI
(Program Ilmu Alam). Jakarta: Grafindo Media Pratama..
Sutrima dan Budi Usodo. 2009.Wahana Matematika untuk Kelas XI
SMA. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia.
Lembar Kerja Siswa (LKS)
H. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan Guru membuka pertemuan dengan
mengucapkan salam lalu berdoa dan
memeriksa kehadiran siswa
Guru melalukan apersepsi untuk
mendorong rasa ingin tahu tentang materi
10 menit
105
peluang
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai yaitu tentang permutasi
Guru membagi siswa ke dalam beberapa
kelompok heterogen.
Inti
Fase 1:
Penyajian data
dan identifikasi
konsep
Mengamati
Guru memberikan dan memperlihatkan dari
media power point tentang pengantar dasar
peluang
Setiap kelompok diberikan Lembar Kerja
Siswa (LKS)
Siswa memperhatikan dan menganalisis
contoh-contoh tersebut. Kemudian siswa
mengkategorikan contoh/ karakteristik/ ciri-
ciri tersebut dengan cara mengumpulkan
contoh yang sesuai konsep permutasi dan
menyingkirkan contoh yang tidak sesuai
dengan konsep peluang.
Menanya
Guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin
masalah yang relevan dengan bahan
pelajaran kemudian diimplementasikan
dalam bentuk pertanyaan
Siswa berdiskusi dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan
data-data yang ada untuk membantu
mendefinisikan konsep
Mengumpulkan informasi (eksplorasi)
Guru memperlihatkan contoh-contoh lain
60 menit
106
Fase 2:
Pengujian
Pencapaian
Konsep
Fase 3:
Analisis
strategi-strategi
berpikir
dan memberikan pertanyaan yang belum
diketahui nilai kebenarannya untuk menguji
konsep yang sudah didapatnya. Contoh
baru tersebut juga bisa berasal dari siswa,
lalu siswa lain menjawabnya.
Mengasosiasi
Siswa melakukan pemeriksaan untuk
membuktikan benar tidaknya hipotesis yang
sebelumnya sudah di dapat
Guru merevisi jawaban atau kesimpulan
siswa yang belum tepat
Guru memberikan latihan kepada siswa
untuk menguatkan konsep
Mengkomunikasi
Siswa menarik kesimpulan secara
keseluruhan yang di dapat
Guru memberikan penguatan kesimpulan
kepada siswa tentang materi
Penutup Guru memberi tugas mandiri kepada siswa
untuk dikerjakan di rumah
Guru mengingatkan siswa untuk
mempelajari materi selanjutnya yang masih
termasuk BAB Aturan pencacahan
Guru menutup pelajaran dan mengucapkan
salam sebelum keluar kelas
20 menit
107
3. PENILAIAN
Penilaian Hasil Pembelajaran:
a. Prosedur Penilaian:
b. Instrumen Penilaian hasil belajar
Lembar Penilaian Kognitif (terlampir)
Jakarta, Maret 2016
Peneliti
Rifky Dian Hasna
NIM.1111017000041
108
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(KELAS EKSPERIMEN)
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 87 Jakarta
Mata Pelajaran : Matematika Wajib
Kelas/ Semester : XI MIPA / Genap
Materi Pokok : Aturan Pencacahan (peluang saling bebas)
Pertemuan ke : 7 (Tujuh)
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. KOMPETENSI INTI
(lampiran)
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
3.19 Memahami dan menerapkan aturan/ rumus peluang dalam meprediksi
terjadinya suatu kejadian dunia nyata serta menjelaskan alas an-
alasannya.
Indikator:
3.19.1. Menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam masalah
yang berkaitan dengan peluang suatu kejadian saling bebas
4.15 Mengidentifikasi, menyajikan model matematika dan menentukan
peluang dan harapan suatu kejadian dari masalah kontekstual.
Indikator:
4.15.1. Menggeneralisasi suatu masalah untuk menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan peluang suatu kejadian saling bebas
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa mampu menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam
masalah yang berkaitan dengan peluang suatu kejadian saling bebas
2. Siswa mampu menggeneralisasi suatu masalah untuk menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan peluang suatu kejadian saling bebas
109
D. MATERI PEMBELAJARAN
Dua kejadian dikatakan saling bebas jika munculnya kejadian
pertama tidak mempengaruhi peluang munculnya kejadian kedua. Sebagai
contoh, dalam percobaan mengetos dua buah dadu, peluang munculnya mata
dadu 4 pada dadu pertama tidak mempengaruhi munculnya mata dadu 3 pada
dadu kedua.
E. MODEL/ METODE PEMBELAJARAN
Model pembelajaran : Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment
Model)
F. MEDIA DAN ALAT PEMBELAJARAN
Laptop, proyektor, LCD, papan tulis, spidol, dan PPT
G. SUMBER BELAJAR
Kanginan, Marthen. 2005. Cerdas Belajar Matematika untuk Kelas XI
(Program Ilmu Alam). Jakarta: Grafindo Media Pratama..
Lembar Kerja Siswa (LKS)
H. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan Guru membuka pertemuan dengan
mengucapkan salam lalu berdoa dan
memeriksa kehadiran siswa
Guru melalukan apersepsi untuk mendorong
rasa ingin tahu tentang materi peluang
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai yaitu tentang peluang dua
kejadian saling bebas
Guru membagi siswa ke dalam beberapa
kelompok heterogen.
10
menit
110
Inti
Fase 1:
Penyajian
data dan
identifikasi
konsep
Fase 2:
Pengujian
Pencapaian
Konsep
Mengamati
Guru memberikan dan memperlihatkan dari
media power point tentang pengantar dasar
peluang
Setiap kelompok diberikan Lembar Kerja
Siswa (LKS)
Siswa memperhatikan dan menganalisis
contoh-contoh tersebut. Kemudian siswa
mengkategorikan contoh/ karakteristik/ ciri-ciri
tersebut dengan cara mengumpulkan contoh
yang sesuai konsep permutasi dan
menyingkirkan contoh yang tidak sesuai
dengan konsep peluang.
Menanya
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah
yang relevan dengan bahan pelajaran kemudian
diimplementasikan dalam bentuk pertanyaan
Siswa memberi nama konsep tersebut dan
mendefinisikannya sesuai dari data yang
diperolehnya setelah berdiskusi dengan teman
sekelompok dan berkonsultasi dengan guru
Mengumpulkan informasi (eksplorasi)
Guru memperlihatkan contoh-contoh lain dan
memberikan pertanyaan yang belum diketahui
nilai kebenarannya untuk menguji konsep yang
sudah didapatnya. Contoh baru tersebut juga
bisa berasal dari siswa, lalu siswa lain
menjawabnya.
Mengasosiasi
60
menit
111
Fase 3:
Analisis
strategi-
strategi
berpikir
Siswa melakukan pemeriksaan untuk
membuktikan benar tidaknya hipotesis yang
sebelumnya sudah di dapat
Guru merevisi jawaban atau kesimpulan siswa
yang belum tepat
Guru memberikan latihan kepada siswa untuk
menguatkan konsep
Mengkomunikasi
Siswa menarik kesimpulan secara keseluruhan
yang di dapat
Guru memberikan penguatan kesimpulan
kepada siswa tentang materi
Penutup Guru memberi tugas mandiri kepada siswa
untuk dikerjakan di rumah
Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari
materi selanjutnya yang masih termasuk BAB
Aturan pencacahan
Guru menutup pelajaran dan mengucapkan
salam sebelum keluar kelas
20
menit
I. PENILAIAN
Penilaian Hasil Pembelajaran:
b. Prosedur Penilaian: (lampiran)
c. Instrumen Penilaian hasil belajar
Lembar Penilaian Kognitif (terlampir)
Jakarta, Maret 2016
Peneliti
Rifky Dian Hasna
NIM.1111017000041
112
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(KELAS EKSPERIMEN)
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 87 Jakarta
Mata Pelajaran : Matematika Wajib
Kelas/ Semester : XI MIPA / Genap
Materi Pokok : Aturan Pencacahan (peluang bersayarat)
Pertemuan ke : 8 (Delapan)
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. KOMPETENSI INTI
(lampiran)
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
3.19 Memahami dan menerapkan aturan/ rumus peluang dalam meprediksi
terjadinya suatu kejadian dunia nyata serta menjelaskan alas an-
alasannya.
Indikator:
3.19.1. Menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam masalah
yang berkaitan dengan peluang bersyarat
4.15 Mengidentifikasi, menyajikan model matematika dan menentukan
peluang dan harapan suatu kejadian dari masalah kontekstual.
Indikator:
4.15.1. Menggeneralisasi suatu masalah untuk menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan peluang bersyarat
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa mampu menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam
masalah yang berkaitan dengan peluang bersyarat
2. Siswa mampu menggeneralisasi suatu masalah untuk menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan peluang bersyarat
113
D. MATERI PEMBELAJARAN
Ketika mengetos dua koin, apakah munculnya tepat satu gambar
dapat terjadi bersamaan dengan munculnya tepatnya dua gambar? Tentu saja
tidak. Misalkan, A= kejadian muncul tepat 1 gambar, dan B= kejadian
muncul tepat 2 gambar, A={(G,A),(A,G)} dan B={(G,G)}. Tampak bahwa
tidak satupun elemen A yang sama dengan elemen B. Kejadian A dan B
seperti ini disebut kejadian saling lepas. Jadi, dua kejadian dengan tidak ada
satupun elemen dari keduanya sama disebut kejadian saling lepas.
E. MODEL/PENDEKATAN/METODE PEMBELAJARAN
Model pembelajaran : Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment
Model)
F. MEDIA DAN ALAT PEMBELAJARAN
Laptop, proyektor, LCD, papan tulis, spidol, dan PPT
G. SUMBER BELAJAR
Kanginan, Marthen. 2005. Cerdas Belajar Matematika untuk Kelas XI
(Program Ilmu Alam). Jakarta: Grafindo Media Pratama..
Lembar Kerja Siswa (LKS)
H. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan Guru membuka pertemuan dengan
mengucapkan salam lalu berdoa dan
memeriksa kehadiran siswa
Guru melalukan apersepsi untuk mendorong
rasa ingin tahu tentang materi peluang
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai yaitu tentang permutasi
Guru membagi siswa ke dalam beberapa
kelompok heterogen.
10
menit
114
Inti
Fase 1:
Penyajian
data dan
identifikasi
konsep
Fase 2:
Pengujian
Pencapaian
Konsep
Mengamati
Guru memberikan dan memperlihatkan dari
media power point tentang pengantar dasar
peluang
Setiap kelompok diberikan Lembar Kerja
Siswa (LKS)
Siswa memperhatikan dan menganalisis
contoh-contoh tersebut. Kemudian siswa
mengkategorikan contoh/ karakteristik/ ciri-
ciri tersebut dengan cara mengumpulkan
contoh yang sesuai konsep permutasi dan
menyingkirkan contoh yang tidak sesuai
dengan konsep peluang.
Menanya
Guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin
masalah yang relevan dengan bahan pelajaran
kemudian diimplementasikan dalam bentuk
pertanyaan
Siswa memberi nama konsep tersebut dan
mendefinisikannya sesuai dari data yang
diperolehnya setelah berdiskusi dengan
teman sekelompok dan berkonsultasi dengan
guru
Mengumpulkan informasi (eksplorasi)
Guru memperlihatkan contoh-contoh lain dan
memberikan pertanyaan yang belum
diketahui nilai kebenarannya untuk menguji
konsep yang sudah didapatnya. Contoh baru
tersebut juga bisa berasal dari siswa, lalu
60
menit
115
Fase 3:
Analisis
strategi-
strategi
berpikir
siswa lain menjawabnya.
Mengasosiasi
Siswa melakukan pemeriksaan untuk
membuktikan benar tidaknya hipotesis yang
sebelumnya sudah di dapat
Guru merevisi jawaban atau kesimpulan
siswa yang belum tepat
Guru memberikan latihan kepada siswa
untuk menguatkan konsep
Mengkomunikasi
Siswa menarik kesimpulan secara
keseluruhan yang di dapat
Guru memberikan penguatan kesimpulan
kepada siswa tentang materi
Penutup Guru memberi tugas mandiri kepada siswa
untuk dikerjakan
Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari
materi pada BAB Aturan Pencacahan.
Guru menutup pelajaran dan mengucapkan
salam sebelum keluar kelas
20
menit
I. PENILAIAN
Penilaian Hasil Pembelajaran:
a. Prosedur Penilaian:
b. Instrumen Penilaian hasil belajar
Lembar Penilaian Kognitif (terlampir)
Jakarta, Maret 2016
Peneliti
Rifky Dian Hasna
NIM.1111017000041
116
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(KELAS KONTROL)
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 87 Jakarta
Mata Pelajaran : Matematika Wajib
Kelas/ Semester : XI MIPA / Genap
Materi Pokok : Aturan Pencacahan (aturan perkalian)
Pertemuan ke- : 1 (Satu)
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. KOMPETENSI INTI
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan
pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan
117
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
3.16 Memahami dan menerapkan berbagai aturan pencacahan melalui
beberapa contoh nyata serta menyajikan alur perumusan aturan
pencacahan (perkalian, permutasi dan kombinasi) melalui diagram atau
cara lainnya.
Indikator:
3.16.1. Menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam masalah
yang berkaitan dengan aturan perkalian.
4.13 Memilih dan menggunakan aturan pencacahan yang sesuai dalam
pemecahan masalah nyata serta memberikan alasannya.
Indikator :
1.13.1. Mampu memilih aturan pencacahan yang sesuai untuk
Menyelesaikan masalah
1.14 Mengidentifikasi masalah nyata dan menerapkan aturan perkalian,
permutasi, dan kombinasi dalam pemecahan masalah tersebut
Indikator:
4.14.1. Menyelesaikan masalah dengan menerapkan hasil dari
generalisasi terhadap masalah yang berkaitan dengan aturan
perkalian.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa mampu menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam
masalah yang diberikan berkaitan dengan aturan perkalian.
2. Siswa mampu memilih aturan pencacahan yang sesuai untuk
menyelesaikan masalah.
3. Siswa mampu menyelesaikan masalah dengan menerapkan hasil dari
generalisasi terhadap masalah yang berkaitan dengan aturan perkalian.
D. MATERI PEMBELAJARAN
Ketika ditanya banyaknya tablet dalam sebuah botol, tentunya kita akan
membuka botol tersebut dan menumpahkan isinya, kemudian mulai
membilangnya 1,2,3,4 … dan seterusnya sampai tablet terakhir. Cara
membilang seperti ini sangatlah mudah ketika kita mempunyai benda-benda
118
untuk dibilang. Akan tetapi cara seperti ini akan sulit jika kita tidak diberi
benda-benda untuk dibilang. Pada bagian ini kita akan mempelajari cara
menentukan banyaknya anggota dari suatu himpunan tanpa membilangnya
satu persatu. Cara membiang seperti ini disebut mencacah.
Ada beberapa metode untuk mencacah, salah satunya yang paling dasar
yaitu aturan perkalian.
Prinsip dasar aturan perkalian .
Jika ada k pilihan dengan setiap pilihan memiliki hasil yang
berbeda, banyak hasil berbeda yang mungkin dari k pilihan tersebut secara
berurutan diberikan oleh hasil kali berikut:
E. MODEL/PENDEKATAN/METODE PEMBELAJARAN
Model pembelajaran : Konvensional
Pendekatan pembelajaran : Scientific Approach
Metode pembelajaran : Tanya jawab dan penugasan.
F. MEDIA DAN ALAT PEMBELAJARAN
Papan tulis, dan spidol.
G. SUMBER BELAJAR
Kanginan, Marthen. 2005. Cerdas Belajar Matematika untuk Kelas XI
(Program Ilmu Alam). Jakarta: Grafindo Media Pratama..
Sutrima dan Budi Usodo. 2009.Wahana Matematika untuk Kelas XI
SMA. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia.
H. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan Guru membuka pertemuan dengan
mengucapkan salam lalu berdoa dan
memeriksa kehadiran siswa
Guru melalukan apersepsi untuk mendorong
10
menit
119
rasa ingin tahu tentang materi aturan
perkalian
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai yaitu tentang aturan
perkalian
Inti
Mengamati
Guru memberikan dan memperlihatkan dari
media power point tentang pengantar dasar
konsep aturan perkalian
Guru mengajak siswa lain untuk
memperhatikan dan menyimak, jika ada yang
salah maka siswa lain boleh membenarkan.
Menanya
Guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk bertanya tentang hal-hal yang mereka
belum pahami atau hal-hal yang membuat
mereka bingung terkait jawaban atau
penjabaran dari siswa lain yang sebelumnya
maju
Guru memberi kesempatan siswa yang lain
untuk memberikan tanggapan, jika diperlukan
guru memberikan konfirmasi atas pertanyaan
atau tanggapan siswa tersebut.
Mengumpulkan informasi (eksplorasi)
Guru memberikan tugas kepada siswa untuk
dikerjakan
Guru mengarahkan siswa untuk
menyelesaikan masalah yang diberikan.
Guru membimbing dan mengarahkan siswa
untuk menetapkan konteks permasalahan
60
menit
120
berkaitan dengan ide siswa yang kemudian
dilakukan pengujian.
Mengasosiasi
Guru memberi kesempatan siswa untuk saling
berdiskusi untuk menggali dan mengolah
informasi dari berbagai sumber dan
menemukan keterkaitan satu informasi dengan
informasi lainnya.
Guru mengarahkan dan memfasilitasi siswa
agar terjadi pertukaran ide antar siswa
Guru membawa siswa mengklarifikasi ide
baru.
Mengkomunikasikan
Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk saling bertanya terkaita hal-hal yang
belum mereka pahami
Guru memberi kesempatan pada siswa untuk
merespon soal yang diberikan dengan
penjelasan di depan kelas.
Guru memberi kesempatan pada siswa lain
untuk bertanya atau menanggapinya.
Penutup Guru memberi tugas mandiri kepada siswa
untuk dikerjakan
Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari
materi selanjutnya yang masih termasuk BAB
Aturan pencacahan
Guru menutup pelajaran dan mengucapkan
salam sebelum keluar kelas
20
menit
121
I. PENILAIAN
a. Prosedur Penilaian (lampiran 3)
’b. Instrumen Penilaian hasil belajar
Lembar Penilaian Kognitif (lampiran 5)
Lembar Penilaian Sikap (lampiran 7)
Lembar Penilaian Keterampilan (lampiran 6)
Jakarta, Maret 2016
Peneliti
Rifky Dian Hasna
NIM.1111017000041
122
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(KELAS KONTROL)
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 87 Jakarta
Mata Pelajaran : Matematika Wajib
Kelas/ Semester : XI MIPA / Genap
Materi Pokok : Aturan Pencacahan (permutasi)
Pertemuan ke : 2 (Dua)
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. KOMPETENSI INTI
(lampiran 4)
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
3.16 Memahami dan menerapkan berbagai aturan pencacahan melalui
beberapa contoh nyata serta menyajikan alur perumusan aturan
pencacahan (perkalian, permutasi dan kombinasi) melalui diagram atau
cara lainnya.
Indikator:
3.16.1. Menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam masalah
yang berkaitan dengan konsep permutasi.
3.17 Menerapkan berbagai konsep dan prinsip permutasi dan kombinasi dalam
pemecahan masalah nyata.
Indikator:
3.17.1. Menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam masalah
Yang berkaitan dengan konsep permutasi
4.13 Memilih dan menggunakan aturan pencacahan yang sesuai dalam
pemecahan masalah nyata serta memberikan alasannya.
Indikator :
4.13.1. Mampu memilih aturan pencacahan yang sesuai untuk
Menyelesaikan masalah
123
4.14 Mengidentifikasi masalah nyata dan menerapkan aturan perkalian,
permutasi, dan kombinasi dalam pemecahan masalah tersebut
Indikator:
4.14.1. Menyelesaikan masalah dengan konsep permutasi
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa mampu menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam
masalah yang berkaitan dengan konsep permutasi
2. Siswa mampu memilih aturan pencacahan yang sesuai untuk
menyelesaikan masalah.
3. Siswa mampu menyelesaikan masalah dengan menerapkan konsep
permutasi.
D. MATERI PEMBELAJARAN
Apakah permutasi itu? Coba kalian susun bilangan-bilangan yang
terdiri atas angka 1, 2, dan 3. Kalian akan memperoleh angka 123, 132, 213,
231, 312, 321.
Dalam susunan ini, tentu saja bilangan 123 berbeda dengan 132.
Mengapa? Jika angka 1, 2 tau 3 disebut elemen, susunan elemen-elemen yang
urutannya dipentingkan (urutan 123 berbeda dengan urutan 132) disebut
permutasi. Contoh lainnya adalah masalah antrean, posisi Anto, Samosir,
Grace, Topan tentunya berbeda dengan posisi Anto, Grace, Topan, Samosir.
Contoh yang bukan permutasi dapat dilihat dalam pencampuran warna cat.
Campuran warna merah, kuning, hijau tentunya sama dengan campuran
warna merah, hijau, kuning.
Jadi permutasi adalah susunan semua atau sebagian elemen suatu
himpunan yang mementingkan urutan elemen. Banyaknya permutasi
elemen dari n elemen berbeda diberi notasi dengan r
Banyak permutasi melingkar dari n elemen diberikan oleh
E. MODEL/PENDEKATAN/METODE PEMBELAJARAN
Model pembelajaran : Konvensional
124
Pendekatan pembelajaran : Scientific Approach
Metode pembelajaran : Tanya jawab dan penugasan
F. MEDIA DAN ALAT PEMBELAJARAN
Papan tulis dan spidol
G. SUMBER BELAJAR
Kanginan, Marthen. 2005. Cerdas Belajar Matematika untuk Kelas XI
(Program Ilmu Alam). Jakarta: Grafindo Media Pratama..
H. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan Guru membuka pertemuan dengan mengucapkan
salam lalu berdoa dan memeriksa kehadiran
siswa
Guru melalukan apersepsi untuk mendorong rasa
ingin tahu tentang materi permutasi
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai yaitu tentang permutasi
Guru membagi siswa ke dalam beberapa
kelompok heterogen.
10
menit
Inti
Mengamati
Guru memberikan dan memperlihatkan dari
media power point tentang pengantar dasar
konsep aturan perkalian
Guru mengajak siswa lain untuk memperhatikan
dan menyimak, jika ada yang salah maka siswa
lain boleh membenarkan.
Menanya
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
bertanya tentang hal-hal yang mereka belum
pahami atau hal-hal yang membuat mereka
60
menit
125
bingung terkait jawaban atau penjabaran dari
siswa lain yang sebelumnya maju
Guru memberi kesempatan siswa yang lain untuk
memberikan tanggapan, jika diperlukan guru
memberikan konfirmasi atas pertanyaan atau
tanggapan siswa tersebut.
Mengumpulkan informasi (eksplorasi)
Guru memberikan tugas kepada siswa untuk
dikerjakan
Guru mengarakan siswa untuk menyelesaikan
masalah yang diberikan.
Guru membimbing dan mengarahkan siswa untuk
menetapkan konteks permasalahan berkaitan
dengan ide siswa yang kemudian dilakukan
pengujian.
Mengasosiasi
Guru memberi kesempatan siswa untuk saling
berdiskusi untuk menggali dan mengolah
informasi dari berbagai sumber dan menemukan
keterkaitan satu informasi dengan informasi
lainnya.
Guru mengarahkan dan memfasilitasi siswa agar
terjadi pertukaran ide antar siswa
Guru membawa siswa mengklarifikasi ide baru.
Mengkomunikasikan
Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk saling bertanya terkaita hal-hal yang belum
mereka pahami
Guru memberi kesempatan pada siswa untuk
merespon soal yang diberikan dengan penjelasan
126
di depan kelas.
Guru memberi kesempatan pada siswa lain untuk
bertanya atau menanggapinya.
Penutup Guru memberi tugas mandiri kepada siswa untuk
dikerjakan
Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari
materi selanjutnya yang masih termasuk BAB
Aturan pencacahan
Guru menutup pelajaran dan mengucapkan salam
sebelum keluar kelas
20
menit
4. PENILAIAN
Penilaian Hasil Pembelajaran:
a. Prosedur Penilaian:
b. Instrumen Penilaian hasil belajar
Lembar Penilaian Kognitif (lampiran 5)
Lembar Penilaian Keterampilan (lampiran 6)
Jakarta, Maret 2016
Peneliti
Rifky Dian Hasna
NIM.1111017000041
127
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(KELAS KONTROL)
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 87 Jakarta
Mata Pelajaran : Matematika Wajib
Kelas/ Semester : XI MIPA / Genap
Materi Pokok : Aturan Pencacahan (kombinasi)
Pertemuan ke : 3 (Tiiga)
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. KOMPETENSI INTI
(lampiran 4)
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
3.16 Memahami dan menerapkan berbagai aturan pencacahan melalui
beberapa contoh nyata serta menyajikan alur perumusan aturan
pencacahan (perkalian, permutasi dan kombinasi) melalui diagram atau
cara lainnya.
Indikator:
3.16.1. Menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam masalah
yang berkaitan dengan konsep kombinasi
3.17 Menerapkan berbagai konsep dan prinsip permutasi dan kombinasi dalam
pemecahan masalah nyata.
Indikator:
1.17.1. Menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam masalah
yang berkaitan dengan konsep kombinasi
4.13 Memilih dan menggunakan aturan pencacahan yang sesuai dalam
pemecahan masalah nyata serta memberikan alasannya.
Indikator :
4.13.1. Mampu memilih aturan pencacahan yang sesuai untuk
menyelesaikan masalah
128
1.14 Mengidentifikasi masalah nyata dan menerapkan aturan perkalian,
permutasi, dan kombinasi dalam pemecahan masalah tersebut
Indikator:
4.14.1. Menyelesaikan masalah dengan menerapkan konsep kombinasi
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa mampu menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam
masalah yang berkaitan dengan konsep kombinasi.
2. Siswa mampu memilih aturan pencacahan yang sesuai untuk
menyelesaikan masalah.
3. Siswa mampu menyelesaikan masalah dengan menerapkan konsep
kombinasi.
D. MATERI PEMBELAJARAN
Coba kalian sediakan kartu angka 1, 2 dan 3. Dari ketiga angka
tersebut, kalian dapat menyususn bilangan 123, 213, dan 321. Bilangan 123
berbeda berbeda dengan bilangan 213 atau 321. Mengapa? Contoh tersebut
merupakan masalah permutasi. Dalam permutasi, jelas urutan dipentingkan.
Bilangan 123 berbeda dengan 213 karena setiap angka itu memiliki nilai
tempat. Angka 1 pada 123 bernilai ratusan. Adapun angka 1 pada 213 sebagai
puluhan.
Bagaimana jika kalian mencampur 3 cat dari 5 cat yang ada merah
(M), kuning (K), biru (B), hijau (H) dan ungu (U)? Apakah campuran cat (M,
K, H) berbeda dengan (M,H,K) atau (H,K,M)?
Tentu saja tidak. Ketiga campuran cat tersebut menghaslkan satu
warna campuran yang sama. Masalah pencampuran warna tergolong
kombinasi. Tidak seperti permutasi, dalam kombinasi urutan tidak
dipentingkan.
Kombinasi adalah susunan dari semua atau sebagian elemen suatu
himpunan yang tidak mementingkan urutan elemen. Banyaknya kombinasi
elemen dari n elemen berbeda diberi notasi dengan r
129
E. MODEL/PENDEKATAN/METODE PEMBELAJARAN
Model pembelajaran : Konvensional
Pendekatan pembelajaran : Scientific Approach
Metode pembelajaran : Tanya jawab dan penugasan
F. MEDIA DAN ALAT PEMBELAJARAN
Papan tulis dan spidol.
G. SUMBER BELAJAR
Kanginan, Marthen. 2005. Cerdas Belajar Matematika untuk Kelas XI
(Program Ilmu Alam). Jakarta: Grafindo Media Pratama..
H. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan Guru membuka pertemuan dengan
mengucapkan salam lalu berdoa dan memeriksa
kehadiran siswa
Guru melalukan apersepsi untuk mendorong
rasa ingin tahu tentang materi kombinasi
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai yaitu tentang permutasi
Guru membagi siswa ke dalam beberapa
kelompok heterogen.
10
menit
Inti
Mengamati
Guru memberikan dan memperlihatkan dari
media power point tentang pengantar dasar
konsep aturan perkalian
Guru mengajak siswa lain untuk
memperhatikan dan menyimak, jika ada yang
salah maka siswa lain boleh membenarkan.
Menanya
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
60
menit
130
bertanya tentang hal-hal yang mereka belum
pahami atau hal-hal yang membuat mereka
bingung terkait jawaban atau penjabaran dari
siswa lain yang sebelumnya maju
Guru memberi kesempatan siswa yang lain
untuk memberikan tanggapan, jika diperlukan
guru memberikan konfirmasi atas pertanyaan
atau tanggapan siswa tersebut.
Mengumpulkan informasi (eksplorasi)
Guru memberikan tugas kepada siswa untuk
dikerjakan
Guru mengarakan siswa untuk menyelesaikan
masalah yang diberikan.
Guru membimbing dan mengarahkan siswa
untuk menetapkan konteks permasalahan
berkaitan dengan ide siswa yang kemudian
dilakukan pengujian.
Mengasosiasi
Guru memberi kesempatan siswa untuk saling
berdiskusi untuk menggali dan mengolah
informasi dari berbagai sumber dan
menemukan keterkaitan satu informasi dengan
informasi lainnya.
Guru mengarahkan dan memfasilitasi siswa
agar terjadi pertukaran ide antar siswa
Guru membawa siswa mengklarifikasi ide baru.
Mengkomunikasikan
Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk saling bertanya terkaita hal-hal yang
belum mereka pahami
131
Guru memberi kesempatan pada siswa untuk
merespon soal yang diberikan dengan
penjelasan di depan kelas.
Guru memberi kesempatan pada siswa lain
untuk bertanya atau menanggapinya.
Penutup Guru memberi tugas mandiri kepada siswa
untuk dikerjakan di rumah
Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari
materi selanjutnya yang masih termasuk BAB
Aturan pencacahan
Guru menutup pelajaran dan mengucapkan
salam sebelum keluar kelas
20
menit
1. PENILAIAN
a. Prosedur Penilaian:
b. Instrumen Penilaian hasil belajar
Lembar Penilaian Kognitif (lampiran 5)
Jakarta, Maret 2016
Peneliti
Rifky Dian Hasna
NIM.1111017000041
132
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(KELAS KONTROL)
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 87 Jakarta
Mata Pelajaran : Matematika Wajib
Kelas/ Semester : XI MIPA / Genap
Materi Pokok : Aturan Pencacahan (peluang)
Pertemuan ke : 4 (Empat)
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. KOMPETENSI INTI
(lampiran 4)
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
3.18 Memahami konsep ruang sampel dan menentukan peluang suatu
kejadian dalam suatu percobaan
Indikator:
1.18.1. Menentukan ruang sampel untuk menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan peluang
3.19 Memahami dan menerapkan aturan/ rumus peluang dalam meprediksi
terjadinya suatu kejadian dunia nyata serta menjelaskan alas an-
alasannya.
Indikator:
3.19.1. Menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam masalah
yang berkaitan dengan peluang suatu kejadian
3.20 Memahami konsep peluang dan harapan suatu kejadian dan
menggunakannya dalam pemecahan masalah.
Indikator:
1.20.1. Menentukan nilai harapan suatu kejadian untuk menyelesaikan
masalah
133
4.15 Mengidentifikasi, menyajikan model matematika dan menentukan
peluang dan harapan suatu kejadian dari masalah kontekstual.
Indikator:
4.15.1. Menggeneralisasi suatu masalah untuk menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan peluang
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa mampu menentukan ruang sampel untuk menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan peluang.
2. Siswa mampu menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam
masalah yang berkaitan dengan peluang suatu kejadian
3. Siswa mampu menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam
masalah yang berkaitan dengan peluang suatu kejadian
4. Siswa mampu menggeneralisasi suatu masalah untuk menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan peluang
D. MATERI PEMBELAJARAN
Teori peluang muncul dari inspirasi para petaruh yang berusaha
mencari informasi bagaimana kesempatan mereka untuk memenangkan suatu
taruhan. Walaupun teori peluang awalnya lahir dari masalah peluang
memenangkan taruhan, tetapi teori peluang ini segera menjadi cabang
matematika yang digunakan secara luas. Teori ini meluas penggunaannya
dalam bisnis, meteorology, sains, da industry. Misalnya, perusahaan asuransi
jiwa menggunakan peluang untuk menaksir berapa lama seseorang mungkin
hidup, dokter menggunakan peluang untuk memprediksi kesuksesan sebuah
pengobatan, bahkan peluang juga digunakan untuk memprediksi hasil-hasil
sebelum hari pemilihan umum.
Istilah-istilah yang ada dala peluang adalah percobaan, titik
sampel, ruang sampel dan kejadian.
Jika N adalah banyaknya titik sampel pada ruang sampel S sutau
percobaan dan E merupakan suatu kejadian dengan banyaknya n pada
percobaan tersebut, peluang E adalah
134
Langkah-langkah menentukan peluang suatu kejadia adalah:
Daftarkan ruang sampel dari percobaan, kemudian tentukan n(S)
Daftarkan himpunan yang berkaitan dengan kejadian E, kemudian
tentukan n(E)’
Hitung peluang kejadian E dengan
E. MODEL/PENDEKATAN/METODE PEMBELAJARAN
Model pembelajaran : Konvensional
Pendekatan pembelajaran : Scientific Approach
Metode pembelajaran : Tanya jawab dan penugasan
F. MEDIA DAN ALAT PEMBELAJARAN
Papan tulis dan spidol.
G. SUMBER BELAJAR
Kanginan, Marthen. 2005. Cerdas Belajar Matematika untuk Kelas XI
(Program Ilmu Alam). Jakarta: Grafindo Media Pratama..
H. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan Guru membuka pertemuan dengan
mengucapkan salam lalu berdoa dan memeriksa
kehadiran siswa
Guru melalukan apersepsi untuk mendorong
rasa ingin tahu tentang materi peluang
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai yaitu tentang permutasi
Guru membagi siswa ke dalam beberapa
kelompok heterogen.
10 menit
Inti Mengamati 60 menit
135
Guru memberikan dan memperlihatkan dari
media power point tentang pengantar dasar
konsep aturan perkalian
Guru mengajak siswa lain untuk
memperhatikan dan menyimak, jika ada yang
salah maka siswa lain boleh membenarkan.
Menanya
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
bertanya tentang hal-hal yang mereka belum
pahami atau hal-hal yang membuat mereka
bingung terkait jawaban atau penjabaran dari
siswa lain yang sebelumnya maju
Guru memberi kesempatan siswa yang lain
untuk memberikan tanggapan, jika diperlukan
guru memberikan konfirmasi atas pertanyaan
atau tanggapan siswa tersebut.
Mengumpulkan informasi (eksplorasi)
Guru memberikan tugas kepada siswa untuk
dikerjakan
Guru mengarakan siswa untuk menyelesaikan
masalah yang diberikan.
Guru membimbing dan mengarahkan siswa
untuk menetapkan konteks permasalahan
berkaitan dengan ide siswa yang kemudian
dilakukan pengujian.
Mengasosiasi
Guru memberi kesempatan siswa untuk saling
berdiskusi untuk menggali dan mengolah
informasi dari berbagai sumber dan menemukan
keterkaitan satu informasi dengan informasi
136
lainnya.
Guru mengarahkan dan memfasilitasi siswa
agar terjadi pertukaran ide antar siswa
Guru membawa siswa mengklarifikasi ide baru.
Mengkomunikasikan
Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk saling bertanya terkaita hal-hal yang
belum mereka pahami
Guru memberi kesempatan pada siswa untuk
merespon soal yang diberikan dengan
penjelasan di depan kelas.
Guru memberi kesempatan pada siswa lain
untuk bertanya atau menanggapinya.
Penutup Guru memberi tugas mandiri kepada siswa
untuk dikerjakan di rumah
Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari
materi selanjutnya yang masih termasuk BAB
Aturan pencacahan
Guru menutup pelajaran dan mengucapkan
salam sebelum keluar kelas
20 menit
I. PENILAIAN
Penilaian Hasil Pembelajaran:
a. Prosedur Penilaian:
b. Instrumen Penilaian hasil belajar
Lembar Penilaian Kognitif (lampiran 5)
Jakarta, Maret 2016
Peneliti
Rifky Dian Hasna
NIM.1111017000041
137
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(KELAS KONTROL)
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 87 Jakarta
Mata Pelajaran : Matematika Wajib
Kelas/ Semester : XI MIPA / Genap
Materi Pokok : Aturan Pencacahan (frekuensi harapan)
Pertemuan ke : 5 (Lima)
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. KOMPETENSI INTI
(lampiran 4)
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
3.19 Memahami konsep peluang dan harapan suatu kejadian dan
menggunakannya dalam pemecahan masalah.
Indikator:
3.19.1. Menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam masalah
yang berkaitan dengan frekuensi relative dan frekuensi harapan
4.15 Mengidentifikasi, menyajikan model matematika dan menentukan
peluang dan harapan suatu kejadian dari masalah kontekstual.
Indikator:
4.15.1. Menggeneralisasi suatu masalah untuk menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan frekuensi relative dan frekuensi harapan
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa mampu menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam
masalah yang berkaitan dengan frekuensi relative dan frekuensi harapan.
2. Siswa mampu menggeneralisasi suatu masalah untuk menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan frekuensi relative dan frekuensi harapan
D. MATERI PEMBELAJARAN
138
Jika suatu percobaan dilakukan sebanyak N kali, dan peluang kejadian K=
P(K) mka frekuensi harapan munculnya kejadian K sama dengan P(K).N
E. MODEL/PENDEKATAN/METODE PEMBELAJARAN
Model pembelajaran : Konvensional
Pendekatan pembelajaran : Scientific Approach
Metode pembelajaran : Tanya jawab dan penugasan
F. MEDIA DAN ALAT PEMBELAJARAN
Papan tulis dan spidol
G. SUMBER BELAJAR
Kanginan, Marthen. 2005. Cerdas Belajar Matematika untuk Kelas XI
(Program Ilmu Alam). Jakarta: Grafindo Media Pratama..
H. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan Guru membuka pertemuan dengan
mengucapkan salam lalu berdoa dan memeriksa
kehadiran siswa
Guru melalukan apersepsi untuk mendorong
rasa ingin tahu tentang materi peluang
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai yaitu tentang permutasi
Guru membagi siswa ke dalam beberapa
kelompok heterogen.
10
menit
Inti
Mengamati
Guru memberikan dan memperlihatkan dari
media power point tentang pengantar dasar
konsep aturan perkalian
Guru mengajak siswa lain untuk
memperhatikan dan menyimak, jika ada yang
salah maka siswa lain boleh membenarkan.
60
menit
139
Menanya
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
bertanya tentang hal-hal yang mereka belum
pahami atau hal-hal yang membuat mereka
bingung terkait jawaban atau penjabaran dari
siswa lain yang sebelumnya maju
Guru memberi kesempatan siswa yang lain
untuk memberikan tanggapan, jika diperlukan
guru memberikan konfirmasi atas pertanyaan
atau tanggapan siswa tersebut.
Mengumpulkan informasi (eksplorasi)
Guru memberikan tugas kepada siswa untuk
dikerjakan
Guru mengarakan siswa untuk menyelesaikan
masalah yang diberikan.
Guru membimbing dan mengarahkan siswa
untuk menetapkan konteks permasalahan
berkaitan dengan ide siswa yang kemudian
dilakukan pengujian.
Mengasosiasi
Guru memberi kesempatan siswa untuk saling
berdiskusi untuk menggali dan mengolah
informasi dari berbagai sumber dan
menemukan keterkaitan satu informasi dengan
informasi lainnya.
Guru mengarahkan dan memfasilitasi siswa
agar terjadi pertukaran ide antar siswa
Guru membawa siswa mengklarifikasi ide baru.
Mengkomunikasikan
Guru memberikan kesempatan kepada siswa
140
untuk saling bertanya terkaita hal-hal yang
belum mereka pahami
Guru memberi kesempatan pada siswa untuk
merespon soal yang diberikan dengan
penjelasan di depan kelas.
Guru memberi kesempatan pada siswa lain
untuk bertanya atau menanggapinya
Penutup Guru memberi tugas mandiri kepada siswa
untuk dikerjakan di rumah
Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari
materi selanjutnya yang masih termasuk BAB
Aturan pencacahan
Guru menutup pelajaran dan mengucapkan
salam sebelum keluar kelas
20
menit
I. PENILAIAN
Penilaian Hasil Pembelajaran:
a. Prosedur Penilaian:
b. Instrumen Penilaian hasil belajar
Lembar Penilaian Kognitif (lampiran 5)
Jakarta, Maret 2016
Peneliti
Rifky Dian Hasna
NIM.1111017000041
141
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(KELAS KONTROL)
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 87 Jakarta
Mata Pelajaran : Matematika Wajib
Kelas/ Semester : XI MIPA / Genap
Materi Pokok : Aturan Pencacahan (peluang saling lepas)
Pertemuan ke : 6 (Enam)
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. KOMPETENSI INTI
(Lampiran 4)
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
3.19 Memahami dan menerapkan aturan/ rumus peluang dalam meprediksi
terjadinya suatu kejadian dunia nyata serta menjelaskan alas an-alasannya.
Indikator:
3.19.1. Menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam masalah
yang berkaitan dengan peluang suatu kejadian saling lepas
4.15 Mengidentifikasi, menyajikan model matematika dan menentukan
peluang dan harapan suatu kejadian dari masalah kontekstual.
Indikator:
4.15.1. Menggeneralisasi suatu masalah untuk menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan peluang suatu kejadian saling lepas
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa mampu menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam
masalah yang berkaitan dengan peluang suatu kejadian saling lepas.
2. Siswa mampu menggeneralisasi suatu masalah untuk menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan peluang suatu kejadian saling lepas
D. MATERI PEMBELAJARAN
142
Ketika mengetos dua koin, apakah munculnya tepat satu gambar
dapat terjadi bersamaan dengan munculnya tepatnya dua gambar? Tentu saja
tidak. Misalkan, A= kejadian muncul tepat 1 gambar, dan B= kejadian
muncul tepat 2 gambar, A={(G,A),(A,G)} dan B={(G,G)}. Tampak bahwa
tidak satupun elemen A yang sama dengan elemen B. Kejadian A dan B
seperti ini disebut kejadian saling lepas. Jadi, dua kejadian dengan tidak ada
satupun elemen dari keduanya sama disebut kejadian saling lepas.
E. MODEL/PENDEKATAN/METODE PEMBELAJARAN
Model pembelajaran : Konvensional
Pendekatan pembelajaran : Scientific Approach
Metode pembelajaran : Tanya jawab dan penugasan
F. MEDIA DAN ALAT PEMBELAJARAN
Papan tulis dan spidol
G. SUMBER BELAJAR
Kanginan, Marthen. 2005. Cerdas Belajar Matematika untuk Kelas XI
(Program Ilmu Alam). Jakarta: Grafindo Media Pratama..
H. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan Guru membuka pertemuan dengan mengucapkan
salam lalu berdoa dan memeriksa kehadiran
siswa
Guru melalukan apersepsi untuk mendorong rasa
ingin tahu tentang materi peluang
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai yaitu tentang permutasi
Guru membagi siswa ke dalam beberapa
kelompok heterogen.
10
menit
Inti Mengamati 60
143
Guru memberikan dan memperlihatkan dari
media power point tentang pengantar dasar
konsep aturan perkalian
Guru mengajak siswa lain untuk memperhatikan
dan menyimak, jika ada yang salah maka siswa
lain boleh membenarkan.
Menanya
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
bertanya tentang hal-hal yang mereka belum
pahami atau hal-hal yang membuat mereka
bingung terkait jawaban atau penjabaran dari
siswa lain yang sebelumnya maju
Guru memberi kesempatan siswa yang lain untuk
memberikan tanggapan, jika diperlukan guru
memberikan konfirmasi atas pertanyaan atau
tanggapan siswa tersebut.
Mengumpulkan informasi (eksplorasi)
Guru memberikan tugas kepada siswa untuk
dikerjakan
Guru mengarakan siswa untuk menyelesaikan
masalah yang diberikan.
Guru membimbing dan mengarahkan siswa
untuk menetapkan konteks permasalahan
berkaitan dengan ide siswa yang kemudian
dilakukan pengujian.
Mengasosiasi
Guru memberi kesempatan siswa untuk saling
berdiskusi untuk menggali dan mengolah
informasi dari berbagai sumber dan menemukan
keterkaitan satu informasi dengan informasi
menit
144
lainnya.
Guru mengarahkan dan memfasilitasi siswa agar
terjadi pertukaran ide antar siswa
Guru membawa siswa mengklarifikasi ide baru.
Mengkomunikasikan
Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk saling bertanya terkaita hal-hal yang
belum mereka pahami
Guru memberi kesempatan pada siswa untuk
merespon soal yang diberikan dengan penjelasan
di depan kelas.
Guru memberi kesempatan pada siswa lain untuk
bertanya atau menanggapinya
Penutup Guru memberi tugas mandiri kepada siswa untuk
dikerjakan di rumah
Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari
materi selanjutnya yang masih termasuk BAB
Aturan pencacahan
Guru menutup pelajaran dan mengucapkan salam
sebelum keluar kelas
20
menit
I. PENILAIAN
Penilaian Hasil Pembelajaran:
a. Prosedur Penilaian:
b. Instrumen Penilaian hasil belajar
Lembar Penilaian Kognitif (lampiran 5)
Jakarta, Februari 2016
Peneliti
Rifky Dian Hasna
NIM.1111017000041
145
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(KELAS EKSPERIMEN)
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 87 Jakarta
Mata Pelajaran : Matematika Wajib
Kelas/ Semester : XI MIPA / Genap
Materi Pokok : Aturan Pencacahan (peluang saling bebas)
Pertemuan ke : 7 (Tujuh)
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. KOMPETENSI INTI
(lampiran 4)
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
3.19 Memahami dan menerapkan aturan/ rumus peluang dalam meprediksi
terjadinya suatu kejadian dunia nyata serta menjelaskan alas an-alasannya.
Indikator:
3.19.1. Menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam masalah
yang berkaitan dengan peluang suatu kejadian saling bebas
4.15 Mengidentifikasi, menyajikan model matematika dan menentukan
peluang dan harapan suatu kejadian dari masalah kontekstual.
Indikator:
4.15.1. Menggeneralisasi suatu masalah untuk menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan peluang suatu kejadian saling bebas
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa mampu menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam
masalah yang berkaitan dengan peluang suatu kejadian saling bebas
2. Siswa mampu menggeneralisasi suatu masalah untuk menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan peluang suatu kejadian saling bebas
D. MATERI PEMBELAJARAN
146
Dua kejadian dikatakan saling bebas jika munculnya kejadian
pertama tidak mempengaruhi peluang munculnya kejadian kedua. Sebagai
contoh, dalam percobaan mengetos dua buah dadu, peluang munculnya mata
dadu 4 pada dadu pertama tidak mempengaruhi munculnya mata dadu 3 pada
dadu kedua.
E. MODEL/PENDEKATAN/METODE PEMBELAJARAN
Model pembelajaran : Konvensional
Pendekatan pembelajaran : Scientific Approach
Metode pembelajaran : Tanya jawab dan penugasan
F. MEDIA DAN ALAT PEMBELAJARAN
Papan tulis dan spidol
G. SUMBER BELAJAR
Kanginan, Marthen. 2005. Cerdas Belajar Matematika untuk Kelas XI
(Program Ilmu Alam). Jakarta: Grafindo Media Pratama..
H. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan Guru membuka pertemuan dengan
mengucapkan salam lalu berdoa dan
memeriksa kehadiran siswa
Guru melalukan apersepsi untuk mendorong
rasa ingin tahu tentang materi peluang
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai yaitu tentang peluang
dua kejadian saling bebas
Guru membagi siswa ke dalam beberapa
kelompok heterogen.
10 menit
Inti
Mengamati
Guru memberikan dan memperlihatkan dari
60 menit
147
media power point tentang pengantar dasar
konsep aturan perkalian
Guru mengajak siswa lain untuk
memperhatikan dan menyimak, jika ada
yang salah maka siswa lain boleh
membenarkan.
Menanya
Guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk bertanya tentang hal-hal yang mereka
belum pahami atau hal-hal yang membuat
mereka bingung terkait jawaban atau
penjabaran dari siswa lain yang sebelumnya
maju
Guru memberi kesempatan siswa yang lain
untuk memberikan tanggapan, jika
diperlukan guru memberikan konfirmasi
atas pertanyaan atau tanggapan siswa
tersebut.
Mengumpulkan informasi (eksplorasi)
Guru memberikan tugas kepada siswa
untuk dikerjakan
Guru mengarakan siswa untuk
menyelesaikan masalah yang diberikan.
Guru membimbing dan mengarahkan siswa
untuk menetapkan konteks permasalahan
berkaitan dengan ide siswa yang kemudian
dilakukan pengujian.
Mengasosiasi
Guru memberi kesempatan siswa untuk
saling berdiskusi untuk menggali dan
148
mengolah informasi dari berbagai sumber
dan menemukan keterkaitan satu informasi
dengan informasi lainnya.
Guru mengarahkan dan memfasilitasi siswa
agar terjadi pertukaran ide antar siswa
Guru membawa siswa mengklarifikasi ide
baru.
Mengkomunikasikan
Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk saling bertanya terkaita hal-hal yang
belum mereka pahami
Guru memberi kesempatan pada siswa
untuk merespon soal yang diberikan dengan
penjelasan di depan kelas.
Guru memberi kesempatan pada siswa lain
untuk bertanya atau menanggapinya.
Penutup Guru memberi tugas mandiri kepada siswa
untuk dikerjakan
Guru mengingatkan siswa untuk
mempelajari materi selanjutnya yang masih
termasuk BAB Aturan pencacahan
Guru menutup pelajaran dan mengucapkan
salam sebelum keluar kelas
20 menit
I. PENILAIAN
a. Prosedur Penilaian:
b. Instrumen Penilaian hasil belajar
Lembar Penilaian Kognitif (lampiran 5)
Jakarta, Maret 2016
Rifky Dian Hasna
NIM.1111017000041
149
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(KELAS EKSPERIMEN)
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 87 Jakarta
Mata Pelajaran : Matematika Wajib
Kelas/ Semester : XI MIPA / Genap
Materi Pokok : Aturan Pencacahan (peluang bersyarat)
Pertemuan ke : 8 (Delapan)
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. KOMPETENSI INTI
(lampiran 4)
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
3.19 Memahami dan menerapkan aturan/ rumus peluang dalam meprediksi
terjadinya suatu kejadian dunia nyata serta menjelaskan alasannya.
Indikator:
3.19.1. Menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam masalah
yang berkaitan dengan peluang bersyarat
4.15 Mengidentifikasi, menyajikan model matematika dan menentukan
peluang dan harapan suatu kejadian dari masalah kontekstual.
Indikator:
4.15.1. Menggeneralisasi suatu masalah untuk menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan peluang bersyarat
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Siswa mampu menerapkan konsep yang logis dan masuk akal dalam
masalah yang berkaitan dengan peluang bersyarat
2. Siswa mampu menggeneralisasi suatu masalah untuk menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan peluang bersyarat
D. MATERI PEMBELAJARAN
150
Ketika mengetos dua koin, apakah munculnya tepat satu gambar
dapat terjadi bersamaan dengan munculnya tepatnya dua gambar? Tentu saja
tidak. Misalkan, A= kejadian muncul tepat 1 gambar, dan B= kejadian
muncul tepat 2 gambar, A={(G,A),(A,G)} dan B={(G,G)}. Tampak bahwa
tidak satupun elemen A yang sama dengan elemen B. Kejadian A dan B
seperti ini disebut kejadian saling lepas. Jadi, dua kejadian dengan tidak ada
satupun elemen dari keduanya sama disebut kejadian saling lepas.
E. MODEL/PENDEKATAN/METODE PEMBELAJARAN
Model pembelajaran : Konvensional
Pendekatan pembelajaran : Scientific Approach
Metode pe,belajaran : Tanya jawab dan penugasan
F. MEDIA DAN ALAT PEMBELAJARAN
Papan tulis dan spidol
G. SUMBER BELAJAR
Kanginan, Marthen. 2005. Cerdas Belajar Matematika untuk Kelas XI
(Program Ilmu Alam). Jakarta: Grafindo Media Pratama..
Sutrima dan Budi Usodo. 2009.Wahana Matematika untuk Kelas XI
SMA. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia.
H. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan Guru membuka pertemuan dengan
mengucapkan salam lalu berdoa dan
memeriksa kehadiran siswa
Guru melalukan apersepsi untuk
mendorong rasa ingin tahu tentang
materi peluang
Guru menyampaikan tujuan
10
menit
151
pembelajaran yang ingin dicapai yaitu
tentang permutasi
Guru membagi siswa ke dalam beberapa
kelompok heterogen.
Inti
Mengamati
Guru memberikan dan memperlihatkan
dari media power point tentang
pengantar dasar konsep aturan perkalian
Guru mengajak siswa lain untuk
memperhatikan dan menyimak, jika ada
yang salah maka siswa lain boleh
membenarkan.
Menanya
Guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk bertanya tentang hal-hal yang
mereka belum pahami atau hal-hal yang
membuat mereka bingung terkait
jawaban atau penjabaran dari siswa lain
yang sebelumnya maju
Guru memberi kesempatan siswa yang
lain untuk memberikan tanggapan, jika
diperlukan guru memberikan konfirmasi
atas pertanyaan atau tanggapan siswa
tersebut.
Mengumpulkan informasi
(eksplorasi)
Guru memberikan tugas kepada siswa
untuk dikerjakan
Guru mengarakan siswa untuk
menyelesaikan masalah yang diberikan.
60
menit
152
Guru membimbing dan mengarahkan
siswa untuk menetapkan konteks
permasalahan berkaitan dengan ide siswa
yang kemudian dilakukan pengujian.
Mengasosiasi
Guru memberi kesempatan siswa untuk
saling berdiskusi untuk menggali dan
mengolah informasi dari berbagai
sumber dan menemukan keterkaitan satu
informasi dengan informasi lainnya.
Guru mengarahkan dan memfasilitasi
siswa agar terjadi pertukaran ide antar
siswa
Guru membawa siswa mengklarifikasi
ide baru.
Mengkomunikasikan
Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk saling bertanya terkaita hal-
hal yang belum mereka pahami
Guru memberi kesempatan pada siswa
untuk merespon soal yang diberikan
dengan penjelasan di depan kelas.
Guru memberi kesempatan pada siswa
lain untuk bertanya atau menanggapinya.
Penutup Guru memberi tugas mandiri kepada
siswa untuk dikerjakan di rumah
Guru menutup pelajaran dan
mengucapkan salam sebelum keluar
kelas
20
menit
153
I. PENILAIAN
Penilaian Hasil Pembelajaran:
a. Prosedur Penilaian:
b. Instrumen Penilaian hasil belajar
Lembar Penilaian Kognitif (lampiran 5)
Lembar Penilaian Keterampilan (lampiran 6)
Lembar Penilaian Sikap (lampiran 7)
Jakarta, Maret 2016
Peneliti
Rifky Dian Hasna
NIM.1111017000041
154
Lampiran 3
PROSEDUR PENILAIAN
No Aspek yang dinilai Teknik
Penilaian Waktu Penilaian
1. Pengetahuan
a. Menerapkan konsep yang sedang
dipelajari pada soal yang diberikan
b. Mampu memilih aturan
pencacahan yang sesuai dalam
menyelesaikan masalah
c. Menyelesaikan masalah dengan
konsep yang sedang dipelajari
Latihan
Penyelesaian
tugas individu
dan kelompok
2
Keterampilan
a. Terampil menerapkan
konsep/prinsip dan strategi
pemecahan masalah yang relevan
dengan materi
Pengamatan
Penyelesaian
tugas (baik
individu maupun
kelompok) dan
saat diskusi
3 Sikap
a. Interaksi atau komunikasi dengan
teman kelompok.
b. Kerjasama dalam menyelesaikan
masalah yang diberikan dalam
kelompok
c. Keseriusan dalam mengerjakan
tugas dan menyelesaikan masalah
yang diberikan dalam kelompok
d. Menghargai pendapat atau
masukan dari anggota kelompok
Pengetahuan
Pengamatan
Selama
pembelajaran dan
saat diskusi
155
Lampiran 4
KOMPETENSI INTI KELAS XI MATEMATIKA WAJIB
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan
pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan
156
Lampiran 5
LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN KOGNITIF
Mata Pelajaran : Matematika Wajib
Materi : Aturan perkalian
Soal
1. Misalnya, akan disusun plat nomor mobil. Plat ini terdiri dari 4 angka, dengan
ketentuan angka pertama tidak boleh 0. Plat nomor tersebut dapat dibuat dari
angka-angka 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6. Jika produsen ingin membuat plat nomor
sebanyak-banyaknya, maka apa yang harus dilakukan?
2. Terdapat 6 jalur jalan yang menghubungkan kota A dan B serta 4 jalur jalan
yang menghubungkan kota B dan C. Tentukan banyak jalan yang harus
ditempuh jika seseorang ingin pergi dari kota A ke kota C!
3. Panitia penerimaan siswa baru suatu sekolah akan membuat nomor ujian
peserta yang terdiri dari 4 angka, dari angka yang tersedia 1, 2, 3, 4, dan 5.
Tetapi panitia menginginkan bahwa nomor ujian tidak diawali dengan angka 1.
Tentukan banyaknya cara untuk menyusun nomor ujian tersebut jika nomor
ujian tersebut tidak boleh mempunyai angka yang sama!
Jawaban Skor
1. Ada 2 kemungkinan cara menyusun nomor-nomor tersebut, yaitu:
a. Tidak boleh ada angka yang diulang dalam penyusunan plat nomor
mobil
i. Angka-angka boleh diulang dalam penyusunan plat nomor mobil.
Perhitungan:
a. Tidak boleh ada angka yang diulang, berarti:
= angka pertama dapat dipilih dalam 6 cara, = 6
= angka kedua dapat dipilih dalam 6 cara, = 6
= angka ketiga dapat dipilih dalam 5 cara, = 5
= angka keempat dapat dipilih dalam 4 cara, = 4
Sesuai dengan aturan perkalian, banayak plat nomor mobil yang
dapat dibuat adalah
= 6 x 6 x 5 x 4 = 720 plat nomor
b. Angka-angka boleh diulang
= angka pertama dapat dipilih dalam 6 cara, = 6
= angka kedua dapat dipilih dalam 7 cara, = 7
= angka ketiga dapat dipilih dalam 7 cara, = 7
100
157
LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN KOGNITIF
Mata Pelajaran : Matematika Wajib
Materi : Permutasi
Soal
1. Dari 7 siswa, akan dipilih 4 siswa untuk menjadi pengurus kelas, yaitu ketua,
wakil ketua, sekretaris dan bendahara. Berapa banyak susunan pengurus
= angka keempat dapat dipilih dalam 7 cara, = 7
Sesuai denga aturan perkalian, banayak plat nomor mobil yang
dapat dibuat
adalah
= 6 x 7 x 7 x 7 = 2058 plat nomor
Karena produsen ingin membuat plat nomor sebanyak-banyaknya,
maka yang harus ia lakukan adalah membuat plat nomor dengan
ketentuan boleh mengulang angka-angka nya. Sehingga di dapat
jumlah maksimum yaitu 2058 plat nomor mobil.
2. Dari kota A ke kota C harus melewati kota B.
Jalur yang bisa ditempuh dari kota A ke kota B adalah 6 jalur jalan
Jalur yang bisa ditempuh dari kota B ke kota C adalah 4 alur jalan
Menurut aturan perkalian, banyaknya jalur yang dapat ditempuh
adalah 6 x 4 = 24 jalur jalan
3. Nomor ujian tidak boleh mempunyai angka yang sama
Angka pertama (sebagai ribuan) dapat dipilih dengan 4 cara, yaitu
angka 2, 3, 4 dan 5 karena disyaratkan angka pertama tidak boleh
angka 1.
Angak kedua (sebagai ratusan) hanya dapat diisi oleh 4 cara karena
nomor tidak diperbolehkan mempunyai angka yang sama. Misalnya
setelah dipilih angka pertama 2, maka angka kedua yang dapat dipilih
tinggal 4 angka, yaitu 1, 3, 4 dan 5.
Angka keriga (sebagai puluhan) dapat diisi dengan 3 cara
Angka keempat (sebagai satuan) dapat dipilih dengan 2 cara.
Menurut aturan perkalian, seluruhnya terdapat 4 x 4 x 3 x 2 = 96 cara.
Jadi, banyaknya cara untuk menyusun angka 1, 2, 3, 4 dan 5 menjadi
4 angka dengan angka pertama bukan 1 dan tidak boleh ada angka
yang sama adalah 96 cara.
158
apabila setiap calon pengurus mempunyai kemungkinan yang sama untuk
dipilih dan tidak ada pengurus yang rangkap?
2. Dari 3 huruf A, B, C dan tiga angka 1,2,3 akan dibuat pelat nomor motor
yang dimulai dengan satu huruf, diikuti dua angka, dan diakhiri dengan satu
huruf. Karena tidak ada yang mau memakai, pembuat pelat nomor tidak
diperbolehkan membuat plat nomor yang memuat angka 13. Berapa
banyaknya plat nomor yang bisa dibuat? Jelaskan!
3. Sutau keluarga yang terdiri atas 5 orang duduk mengelilingi sebuah meja
makan berbentuk bundar. Berapa banyak cara mereka dapat duduk
mengelilingi meja makan tersebut dengan urutan yang berbeda?
Jawaban Skor
1. Karena sudah ditetapkan apa saja posisi yang akan dipilih, maka
posisi atau urutan mempengaruhi kemungkinan yang akan dipilih.
Oleh karena itu maka digunakanlah konsep permutasi.
2. Diketahui : ada 3 huruf (A,B,C), ada 3 angka (1,2,3), plat nomor
memiliki 4
kotak.
Ditanya : jumlah plat nomor yang dapat dibuat
Jawab : Pelat nomor memiliki 4 kotak
Kotak ke-1 dan ke-4 diisi dengan huruf dari tiga huruf A, B, C yang
dapat dipertukarkan. Masing-masing dapat diisi dalam 3 cara. Kotak
ke-2 dan ke-3 diisi dengan 2 angka dari 1, 2, 3 yang dapat
dipertukarkan dengan
Oleh karena angka 13 tidak diperbolehkan, berkurang 1 cara menjadi
100
159
(6-1) = 5 cara. Dengan demikian banyaknya cara pengisisan kotak
sebagai berikut
3 cara 5 cara 3 cara
Aturan perkalian memberikan 3 x 5 x 3 = 45 plat nomor
3. Banyaknya cara agar 5 orang dapat duduk mengelilingi meja makan
sama dengan banyak permutasi melingkar dari 5 elemen yaitu
LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN KOGNITIF
Mata Pelajaran : Matematika Wajib
Materi : Kombinasi
Soal
1. Dalam pelatihan bulutangkis terdapat 10 orang pemain putra dan 8 orang
pemain putri. Berapakah pasangan ganda yang dapat diperoleh untuk:
a. Ganda putri
b. Ganda campuran
2. Diketahui kisi berukuran 4 x 8.
Jika langkah yang dimungkinkan kanan, kiri, atas, bawah, berapa banyaknya
cara menuju B dari A dalam 8 langkah?
(A adalah titik pada ujung kanan atas pada kotak paling kiri bawah,
sedangkan B adalah titik pada ujung kiri bawah pada kotak paling kanan atas)
3. Seorang siswa akan mengikuti sebuah ujian. Dalam ketentuan yang ada,
siswa tersebut harus mengerjakan 7 soal dari 10 soal yang ada. Tentukan
banyaknya cara siswa tersebut untuk memilih soal yang akan dikerjakan!
160
LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN KOGNITIF
Mata Pelajaran : Matematika Wajib
Materi : Peluang
Soal
1. Ada 13 kartu yang diberi angka 1, 2, 3, 4, ….., 13. Kartu tersebut akan
dikocok dan akan diambil satu kartu secara acak (secara sebarang).
Jawaban Skor
2. a. Karena banyaknya pemain putri ada 8 orang dan dipilih 2, maka
banyaknya cara ada:
b . Ganda campuran berarti 10 orang putra diambil satu dan 8 orang
putri diambil satu, maka
= 80 cara
3. Untuk melangkah dari A menuju B diperlukan 6 lanngkah ke kanan
dan 2 lnagkah ke atas. (Langkah yang diambil untuk jarak
terpendek). Jadi banyaknya langkah ada 8. Akibatnya, banyak
langkah yang dapat terjadi merupakan kombinasi 6 dari 8 atau 2 dari
8, yaitu:
28 cara
4. Karenatidak meperhatikan urutan dalam menylesaikan soal yang
dipilih, maka menggunakan konsep kombinasi. Kombinasi dari 7
soal dari 10 soal yang ada dapat dijabarkan sebagai berikut:
120 cara
100
161
Bagaimana hubungan peluang antara munculnya kartu berangka ganjil dan
munculnya kartu berangka genap? Jelaskan!
2. Dalam percobaan pelemparan sebuah dadu setimbang, K menyatakan
kejadian munculnya mata dadu adalah bilangan genap. Tentukan peluang
kejadian K!
Jawaban Skor
‘1. Untuk mencari hubungan antara peluang munculnya angka
berangka ganjil dan peluang munculnya angka berangka genap.
Terlebih dahulu harus dicarii dulu bagaimana peluang 2
kemungkinan tersebbut.
a. Muncul kartu berangka ganjil
Ruang sampel dalam percobaan ini adalah angka-angka 1 sampai
13.
S = {1, 2, 3, … 13}, n(S) = 13.
Kejadian E muncul kartu berangka ganjil dapat ditulis sebagai
E={1, 3, 5, 7, 9, 11, 13}, n(E)’ = 7.
Jadi peluangnya
b. Muncul kartu berangka genap
Ruang sampel dalam percobaan ini adalah angka-angka 1 sampai
13.
S = {1, 2, 3, … 13}, n(S) = 13.
Kejadian E muncul kartu berangka ganjil dapat ditulis sebagai
E={2, 4, 6, 8, 10, 12}, n(E)’ = 6.
Jadi peluangnya
Peluang munculnya kartu berangka ganjil lebih besar daripada
peluang munculnya kartu berangka genap. Karena jika dilihat
pada ruang sampel pun, dari angka 1 sampai 13 ada 7 angka ganjil
100
162
LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN KOGNITIF
Mata Pelajaran : Matematika Wajib
Materi : Frekuensi harapan
Soal
1. Misal sebuah dadu dilempar sebanyak 30 kali. Dan mata dadu yang muncul
dicatat dan hasilnya disajikan pada tabel berikut ini:
Mata Dadu 1 2 3 4 5 6
Frekkuensi 4 3 6 7 5 5
Tentukan frekuensi relative dari:
a. Muncul mata dadu 3
b. Muncul mata dadu 4
2. Misal sebuah dadu setimbang dilempar sebanyak 30 kali. Tentukan frekuensi
harapan munculnya mata dadu 3!
3. Dari seperangkat kartu bridge yang banyaknya 52 kartu, diambil dua kartu
sekaligus. Jika pengambilan dilakukan sebanyak 884 kali dengan
pengembalian. Tentukan frekuensi harapan yang terambil keduanya kartu As!
Jawaban Skor
1. Banyak percobaan = 4+3+6+7+5+5 = 30.
a. Banyak terjadinya muncul mata dadu 3 sama dengan 6.
Frekuensi relative muncul mata dadu 3 =
b. Banyak terjadinya muncul mata dadu 4 sama dengan 7
Frekuensi relative muncul mata dadu 4 =
100
dan 7 angka genap
‘2. Jumlah kejadian K disimbolkan dengan n(K)= 3 karena bilangan
genap pada sebuah dadu ada 3. Dan n(S) satu dadu adalah 6.
Maka peluang kejadian K yaitu
P(K) =
163
2. Pelemparan dadu setimbang peluang muncul angka 3 =
Banyak percobaan = 30.
Frekuensi harapan muncul angka 3 =
= 5
3. Banyak terjadinya muncul kartu As sama dengan 4, karena pada 1
set kartu bridge ada 4 kartu As.
Banyak percobaan = 884 kali
Frekuensi harapan muncul As =
= 68
LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN KOGNITIF
Mata Pelajaran : Matematika Wajb
Materi : Peluang dua kejadian saling lepas
Soal
1. Sebuah dadu merah dan sebuah dadu putih dittos bersamaan satu kali. Berapa
peluang muncul mata dadu berjumlah 3 atau 10?
1. Misal terdapat 12 kartu yang diberi nomor 1 sampai 12. Jika diambil sebuah
kartu secara acak. Tentukan peluang yang terambil adalah kartu dengan
nomor bilangan prima atau bilangan ganjil!
2. Dari 100 orang mahasiswa yang terdaftar, 40 orang mengikuti kuliah statistic,
55 orang mengikuti kuliah kalkulus dan 30 orang mengikuti kedua mata
kuliah itu. Jika seorang dari antara 100 mahasiswa tersebut dipanggil,
tentukan peluang yang dipanggil itu mengikuti kuliah statistic atau kalkulus!
Jawaban Skor
1. Telah diketahui sebelumnya bahwa untuk percobaan mengetos dua
buah dadu terdapat 36 hasil yang mungkin atau n(S) = 36.
Kejadian mata dadu berjumlah 3
Dadu Merah 1 2
Dadu Putih 2 1
Kejadian mata dadu berjumlah 10
100
164
Dadu Merah 4 5 6
Dadu Putih 6 5 4
Kejadian muncul mata dadu berjumlah 3 dapat ditulis:
A = {(1,2),(2,1)}, n(A)=2
Kejadian muncul mata dadu berjumlah 10 dapat ditulis:
B = {(4,6),(6,4),(5,5)}, n(B) = 3
A dan B tidak memiliki satu elemen pun yang sama. Ini berarti bahwa
A dan B adalah dua kejadian saling lepas sehingga peluang gabungan
A atau B adalah
Jadi Peluang muncul mata dadu berjumlah 3 atau 10 adalah
2. Tentukan terlebih dulu banyak kejadian dan peluang kejadian.
Kejadian muncul kartu dengan nomor bilangan prima dapat ditulis:
A = {2, 3, 5, 7, 11}, n(A)= 5
Kejadian muncul kartu dengan nomor bilangan ganjil dapat ditulis:
B = {1, 3, 5, 7, 9, 11}, n(B) = 6
A dan B tidak memiliki satu elemen pun yang sama. Ini berarti bahwa
A dan B adalah dua kejadian saling lepas sehingga peluang gabungan
A atau B adalah
Jadi Peluang muncul mata dadu berjumlah 3 atau 10 adalah
3. Tentukan terlebih dulu banyak kejadian dan peluang kejadian.
Kejadian untuk mahasiswa yang mengikuti kuliah statistic dapat
ditulis:
n(A)= 40
Kejadian untuk mahasiswa yang mengikuti kuliah kalkulus dapat
ditulis:
n(B) = 55
A dan B tidak saling lepas karena ada mahasiswa yang mengikuti
kedua mata kuliah sekaligus.
peluang gabungan A atau B adalah
165
LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN KOGNITIF
Mata Pelajaran : Matematika Wajib
Materi : Peluang dua kejadian saling bebas
Soal
3. Sebuah dadu merah dan sebuah dadu putih dittos bersamaan satu kali. Berapa
peluang muncul mata dadu merah berjumlah 3 dan dadu putih berjumlah 10?
4. Jika sebuah dadu dan sekeping mata uang dilempar dundi satu kali bersama,
tentukan peluang untu memperoleh gambar pada mata uang dan bilangan
ganjil pada dadu!
5. Dua dadu setimbang dilempar secara bersamaan. TEntukan peluang
munculnya mata dadu pertama 2 dan mata dadu kedua 4!
Jawaban Skor
4. Telah diketahui sebelumnya bahwa untuk percobaan mengetos dua
buah dadu terdapat 36 hasil yang mungkin atau n(S) = 36.
Kejadian mata dadu berjumlah 3
Dadu Merah 1 2
Dadu Putih 2 1
Kejadian mata dadu berjumlah 10
Dadu Merah 4 5 6
Dadu Putih 6 5 4
Kejadian muncul mata dadu berjumlah 3 dapat ditulis:
A = {(1,2),(2,1)}, n(A)=2
Kejadian muncul mata dadu berjumlah 10 dapat ditulis:
B = {(4,6),(6,4),(5,5)}, n(B) = 3
A dan B tidak memiliki satu elemen pun yang sama. Ini berarti bahwa A
dan B adalah dua kejadian saling lepas sehingga peluang gabungan A atau
100
166
LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN KOGNITIF
Materi : Peluang bersyarat
Soal
1. Peluang seorang istri menonton TV sendiri = 0,7. Peluang istri dan suami
sama-sama menonton TV = 0,4. Tentukan peluang suami menonton TV
jika istri telah menonton TV terlebih dahulu!
2. Dua buah dadu setimbang dilempar secara bersamaan. Jika mata dadu
pertama adalah bilangan ganjil, tentukan peluang bahwa jumlah mata dadu
yang muncu kurang dari 5!
B adalah
5. P(A) = P(Gambar pada mata uang)=
P(B) = P(Bilangan ganjil pada dadu) =
6. P(A) = P(mata dadu 6)=
P(B) = P(mata dadu 4) =
167
Jawaban Skor
|
|
1. Misal T adalah kejadian istri menonton TV sendiri, maka P(T) =
0,7
Misal M adalah kejadian suami menonton TV sendiri, maka
P(T M) = 0,4.
Peluang suami menonton TV jika istri telah menonton terlebih
dahulu adalah
2. Misal A adalah kejadian mata dadu pertama yang mmuncul adalah
bilangan ganil, maka P(A)=18/36
Misal B adalah kejadian jumlah mata dadu yang muncul kurang
dari 5, maka P(A B) = 4/36
Peluang kejadian muncul mata dadu yang muncul kurang dari 5
jika mata dadu pertama bilangan ganjil adalah :
100
168
Lampiran 6
LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN KETERAMPILAN
Mata Pelajaran : Matematika Wajib
Kelas : XI MIPA
Semester : Genap
Bubuhkan tanda √ pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan.
No. Nama
Siswa
Menerapkan konsep/prinsip yang relevan
dengan materi untuk menyelesaikan masalah Ket
1 2 3
1.
2.
dst.
Indikator terampil menerapkan konsep titik dan garis dalam pemecahan masalah
nyata:
1 : Kurang terampil, apabila menunjukkan sudah ada usaha untuk menerapkan
konsep persegi panjang dan persegi dalam pemecahan masalah nyata, tetapi
kurang baik.
2 : Terampil, apabila menunjukkan adanya usaha untuk menerapkan konsep
persegi panjang dan persegi dalam pemecahan masalah nyata, tetapi cukup
baik.
3 : Sangat terampil, apabila menunjukkan adanya usaha untuk menerapkan
konsep persegi panjang dan persegi dalam pemecahan masalah nyata dan
sudah baik.
169
Keterangan:
A : Sangat baik, apabila siswa mampu memehuhi semua indikator keterampilan
dengan sangat terampil.
B : Baik, apabila siswa mampu memenuhi semua indikator keterampilan, tetapi
hanya salah satu yang terpenuhi dengan sangat terampil.
C : Cukup baik, apabila siswa mampu memenuhi semua indikator keterampilan,
tetapi hanya hanya mencapai indikator terampil.
D : Kurang baik, apabila siswa mampu memenuhi semua indikator keterampilan,
tetapi hanya hanya mencapai indikator kurang terampil.
E : Tidak baik, apabila siswa tidak mampu memenuhi semua indikator
keterampilan.
170
Lampiran 7
LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN SIKAP
Mata Pelajaran : Matematika Wajib
Materi : Peluang
Kelas : XI MIPA
Semester : Genap
Bubuhkan tanda √ pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan.
No
Nama
Siswa
Sikap
Ket Amalkan
ajaran
agama
Jujur Disiplin Tanggung
jawab Peduli
Santun
Percaya
Diri
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
dst.
Keterangan:
A : Sangat baik, apabila siswa mampu memehuhi semua indikator sikap.
B : Baik, apabila siswa mampu memenuhi tiga atau empat dari beberapa indikator
sikap.
C : Cukup baik, apabila siswa hanya mampu memenuhi dua dari beberapa
indikator sikap.
D : Kurang baik, apabila siswa hanya mampu memenuhi satu indikator sikap.
E : Tidak baik, apabila siswa tidak mampu memenuhi semua indikator sikap.
171
Kelompok :
Kelas :
Nama Anggota Kelompok :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Tujuan Pembelajaran:
1. Siswa mampu menerapkan konsep yang logis dan
masuk akal dalam masalah yang berkaitan dengan
aturan perkalian
2. Siswa mampu memilih aturan pencacahan yang
sesuai untuk menyelesaikan masalah
3. Siswa mampu menyelesaikan masalah dengan
menerapkan hasil dari generalisasi terhadap
masalah yang berkaitan dengan aturan perkalian
Lampiran 8
LEMBAR KERJA SISWA 1 ATURAN PERKALIAN
Perhatikan masalah di bawah ini! ILUSTRASI 1
DAFTAR MENU
Kantin Ibu Yuni menyediakan 5 makanan dan 4 minuman yang sudah disebutkan di atas.
Pembeli bebas memilih menu makanan dan minuman sesuai selera selama persediaan masih
ada. Bagaimana cara menentukan jumlah susunan menu yang nantinya bisa dipilih oleh
pembeli?
Gado-gado Nasi goreng Pecel Nasi kuning Nasi uduk
Es Jeruk Kopi Kopi Susu Teh
172
Berdasarkan ilustrasi di atas didapat data sebagai berikut:
Makanan Minuman
1. Jika memilih gado-gado, dengan pilihan minuman
yang tersedia, maka ada 4 pilihan menu [B]
2. Jika memilih nasi goreng, dengan pilihan minuman
yang tersedia, maka ada 4 pilihan menu [B]
3. Jika memilih pecel, dengan pilihan minuman yang
tersedia, maka ada 4 pilihan menu [B]
4. Jika memilih nasi kuning, dengan pilihan minuman
yang tersedia, maka ada 4 pilihan menu [B]
5. Jika memilih nasi uduk, dengan pilihan minuman
yang tersedia, maka ada 4 pilihan menu [B]
6. Banyak total pilihan menu yang tersedia adalah 5
makanan x 4 minuman = 20 pilihan menu [B]
1. Jika memilih es jeruk, dengan pilihan
makanan yang tersedia, maka ada 4 pilihan
menu [S]
2. Jika memilih kopi, dengan pilihan makanan
yang tersedia, maka ada 4 pilihan menu [S]
3. Jika memilih kopi susu, dengan pilihan
makanan yang tersedia, maka ada 4 pilihan
menu [S]
4. Jika memilih teh, dengan pilihan makanan yang
tersedia, maka ada 4 pilihan menu [S]
5. Banyak total pilihan menu yang tersedia adalah
4 minuman x 4 makanan= 16 pilihan menu [S]
Perhatikan data yang ada di atas!
a. Berapa jumlah pilihan makanan yang tersedia? …………………………….
b. Berapa jumlah pilihan minuman yang tersedia? ……………………………
c. Jika makanan dimisalkan sebagai dan minuman dimisalkan sebagai , maka menu yang
dapat dipilih dari kombinasi manakan dan minuman yang tersedia sebanyak?
……………………………………………………………………………….
Pada pukul 13.30 menu makanan yang tersisa di kantin ibu Yuni hanya nasi kuning, pecel dan gado-
gado. Sedangkan menu minuman yang tersisa hanya es jeruk dan teh. Ujilah kebenaran
kemungkinan-kemungkinan berikut berdasarkan siatuasi setelah maknaan dan minuman yang
tersedia sudah tidak lengkap.
1. Jika Nurul ingin makan gado-gado, maka ada 2 pilihan menu yang bisa dipilih B / S
2. Jika Anis ingin minum es jeruk, maka ada 2 pilihan menu yang dapat dipilih B / S
Mengapa?
Mengapa?
A. Penyajian Data dan Identifikasi Konsep
B. Pengujian Pencapaian Konsep
173
3. Total pilihan menu makanan yang dapat dipilih adalah 3 menu makanan x 2 menu minuman
= 6 pilihan menu B / S
4. Total pilihan menu makanan yang dapat dipilih adalah 3 menu makanan + 2 menu minuman
= 5 pilihan menu B / S
Dari keterangan-keterangan yang ada, maka bisa didapat informasi sebagai berikut:
1. Untuk situasi saat pilihan makanan masih lengkap (5 makanan) dan (4 minuman).
Dimisalkan muniman = ….
Makanan = ….
Jumlah pilihan menu yang dapat dipesan =
………………………………………………………………………………………………
2. Untuk situasi saat pilihan makanan tersisa 3 pilihan dan minuman tersisa 2 pilihan.
Dimisalkan minuman = …….
Makanan = ……..
Jumlah pilihan menu yang dapat dipesan =
………………………………………………………………………………………………
Atau secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut.
Jika suatu kejadian dapat terjadi dalam cara, dan jika kejadian tersebut diikuti oleh kejadian
kedua yang dapat terjadi dalam cara, jika kedua kejadian tersebut diikuti oleh kejadian ketiga
yang terjadi dalam cara, … demikian seterusnya, maka k kejadian yang terjadi secara
berurutan tersebut dapat dirumuskan menjadi:
Mengapa?
Mengapa?
C. Analisis Strategi Berpikir
174
ILUSTRASI 2
Sepulang sekolah, Revi harus melakukan beberapa kegiatan, yaitu:
Pergi ke Bank, membeli buku, menjemput adik dan mengembalikan buku Elza. Bagaimana cara
menentukan susunan kegiatan yang harus Revi lakukan dari awal sampai akhir?
Berdasarkan ilustrasi di atas, didapat data sebagai berikut:
1. Ada 4 pilihan kegiatan yang bisa dipilih oleh Revi untuk pertama kali. [B]
2. Ada 4 pilihan kegiatan yang bisa dipilih oleh Revi untuk kegiatan terakhirnya [S]
3. Hanya tersisa satu kegiatan saja yang bisa dipilih Revi untuk kegiatan akhirnya [B]
Perhatikan data-data di atas!
Revi pulang sekolah pukul 14.00 WIB, karena takut Bank segera tutup, maka Revi memutuskan
untuk pergi ke Bank terlebih dahulu. Saat menuju Bank, Revi mendapat kabar bahwa Elza pada
hari tersebut sedang tidak di rumah, sehingga Revi Revi tidak jadi mengembalikan buku Elza
pada hari tersebut. Ujilah kebenaran kemungkinan-kemungkinan berikut setelah Revi tahu bahwa
Yuni tidak di rumah.
1. Hanya ada satu pilihan kegiatan awal Revi B / S
2. Ada 3 pilihan kegiatan yang bisa dipilih Revi untuk kegiatan keduanya B / S
3. Banyaknya pilihan cara untuk menyelesaikan semua kegiatan Revi setelah
mendapat kabar dari Elza ada 6 pilihan cara B / S
1. Berapa banyak pilihan untuk kegiatan pertama?
2. Berapa banyak pilihan untuk kegiatan kedua?
3. Berapa banyak pilihan kegiatan untuk kegiatan
ketiga?
4. Berapa banyak pilihan untuk kegiatan keempat?
Total banyakanya pilihan
cara Revi untuk
menyelesaikan semua
kegiatannya adalah ….
Mengapa?
Mengapa?
A. Penyajian Data dan Identifikasi Konsep
B. Pengujian Pencapaian Konsep
175
Dari keterangan-keterangan yang ada, maka didapat keterangan-keterangan sebagai berikut:
1. Apakah kegiatan yang sudah dilakukan akan bisa diulang?
………………………………………………………………………………………………
2. Ada berapa pilihan kegiatan yang bisa dilakukan diawal? …………………………………
3. Ada berapa pilihan kegiatan yang bisa dilakukan setelah melakukan kegiatan pertama?
………………………………………………………………………………………………
4. Ada berapa pilihan kegiatan yang bisa dilakukan setelah melakukan kegiatan kedua?
………………………………………………………………………………………………
5. Ada berapa pilihan kegiatan yang bisa dilakukan setelah melakukan kegiatan ketiga?
……………………………………………………………………………………………….
6. Ada berapa jumlah susunan kegiatan yang bisa Revi lakukan?
……………………………………………………………………………………….
Jadi, jumlah susunan kegiatan yang bisa dilakukan dari n kegiatan yang ada dapat ditulis
sebagai berikut:
C. Analisis Strategi Berpikir
176
Kelompok :
Kelas :
Nama Anggota Kelompok :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Tujuan Pembelajaran:
1. Siswa mampu menerapkan konsep yang logis dan
masuk akal dalam masalah yang berkaitan dengan
konsep permutasi.
2. Siswa mampu memilih aturan pencacahan yang
sesuai untuk menyelesaikan masalah
3. Menyelesaikan masalah dengan konsep
permutasi
LEMBAR KERJA SISWA 2 PERMUTASI
Petunjuk Pengisian LKS
1. Bacalah setiap perintah dan ilustrasi yang diberikan dengan cermat
2. Jawab dan beri penjelasan berdasarkan hasil pemikiran masing-masing
3. Diskusikan bersama kelompok setiap permasalahan yang diberikan
4. Setiap anggota kelompok harus terlibat aktif untuk menyelesaikan LKS ini
Perhatikan masalah di bawah ini!
ILUSTRASI 1
Saat seleksi paskibra di kota Tangerang tahun 2016, panitia harus memilih 3 paskibra
sebagai pengibar dari 5 paskibra yang terlatih. Julian, Revy, Iqbal, Bayu dan Bagas adalah
kelima paskibra yang nantinya akan dipilih. Paskibra yang dipilih pertama akan berposisi
sebagai pembawa baki. Paskibra yang dipilih kedua akan berposisi sebagai pengerek bendera
dan paskibra yang dipilih ketiga akan berposisi sebagai pembentang bendera. Ada berapa
susunan paskibra yang bisa dipilih? Bagaimana cara menentukannya?
Berdasarkan ilustrasi di atas, maka didapat data sebagai berikut
1. Dari ilustrasi tersebut kita akan menyusun 3 paskibra dari 5 paskibra yang ada
2. Posisi pertama dapat ditempati oleh kelima paskibra yang ada
3. Paskibra yang sudah terpilih di posisi pertama bisa terpilih lagi untuk posisi dua atau posisi
3
4. Banyaknya susunan yang dapat dipilih adalah 60 susunan
A. Penyajian Data dan Identifikasi
Konsep
177
Dari data yang telah diberikan, data yang bernilai benar dan sesuai dengan ilustrasi
adalah:
1. ………………………………………………………………………………………..
2. ……………………………………………………………………………………….
3. ………………………………………………………………………………………..
Jika pelatih memilih Bagas, Iqbal, dan Julian maka yang berposisi sebagai pembawa baki
adalah ………………………..
Jika pelatih memilih Iqbal, Julian, dan Bagas maka yang berposisi sebagai pembawa baki
adalah ………………………..
Apakah urutan tempat pemilihan mempengaruhi jumlah susunan kemungkinan
pemilihan?
……………………………………………………………………………………………..
Ada berapa kemungkinan susunan yang dapat pelatih pilih?
……………………………………………………………………………………………..
Ujilah kebenaran kemungkinan-kemungkinan di bawah ini
1. Jika kita akan memilih 3 paskibra dari 5 paskibra, maka banyaknya susunan
yang berbeda adalah 5 x 4 x 3 B / S
2. Jika kita akan memilih 3 paskibra dari 5 paskibra, maka banyaknya susunan
yang berbeda adalah 5 x 4 x 3 x 2 x 1 B / S
3. Jika Bayu tidak diikutsertakan dalam pemilihan itu, maka banyaknya susunan
3 pasibra yang dapat dipilih oleh pelatih adalah 24 susunan B / S
Mengapa?
Mengapa?
Mengapa?
B. Pengujian Pencapaian Konsep
178
Banyaknya susunan berbeda yang mungkin merupakan banyak permutasi 3 objek dari 5
objek yang tersedia, dan ditulis dengan . Atau penjabarannya dapat diubah menjadi
Jadi permutasi adalah
Permutasi objek dari objek yang tersedia dapat dirumuskan sebagai berikut:
ILUSTRASI 2
Ada 4 orang duduk bersama mengelilingi suatu meja
bundar.
Misal orang pertama adalah A
Orang kedua adalah B
Orang ketiga adalah C
Orang keempat adalah D
Bagaimana cara menyusun tempat duduk untuk keempat orang tersebut?
Berdasarkan ilustrasi di atas, maka di dapat data sebagai berikut:
1. A bisa duduk berdampingan dengan B atau C atau D [B]
2. ABCD, ABDC, ACBD, ACDB, ADBC, ADCB adalah susunan cara keempat orang
tersebut untuk duduk mengelilingi meja [B]
3. ABCD, ABDC, ACBD, ACDB, ADBC, ADCB, BACD, BADC, BCAD, BCDA,
BDAC, BDCA, CABD, CADB, CBAD, CBDA, CDAB, CDBA, DABC, DACB,
DBAC, DBCA, DCAB, DCBA adalah susunan cara keempat orang tersebut untuk
duduk mengelilingi meja [S]
4. Dalam permutasi melingkar (siklis), ABCD = DABC = CDAB= BADC [B]
C. Analisis Strategi Berpikir
A. Penyajian Data dan Identifikasi
Konsep
179
( …. - …. )!
Perhatikan data-data di atas dan fokuslah pada pernyataan-pernyataan yang benar.
Banyaknya permutasi 4 unsur yang disusun secara melingkar sama dengan …. Atau bila
dikaitkan dengan konsep faktorial menjadi
Ada 6 orang akan duduk mengelilingi sebuah meja bundar. Ada 2 orang tertentu yang
harus duduk bersebelahan apapun yang terjadi
1. Dua orang tersebut harus kita jadikan 1 bagian saja karena mereka tidak
mungkin akan terpisah B / S
2. Berdasarkan konsep yang sudah dipakai di masalah sebelumnya, maka
akan ada 48 susunan posisi duduk B / S
3. Berdasarkan konsep yang sudah dipakai di masalah sebelumnya, maka
akan ada 24 susunan posisi duduk B / S
Berdasarkan data-data yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Jika ada 4 orang duduk melingkar di meja bundar, maka akan ada …. susunan posisi
duduk
Mengapa?
Mengapa?
Mengapa?
B. Pengujian Pencapaian Konsep
C. Analisis Strategi Berpikir
180
2. Jika ada 6 orang duduk melingkar di meja bundar, maka aka nada …. susunan posisi
duduk
3. Konsep yang digunakan adalah konsep ….
4. Sehingga dapat disimpulkan bahwa banyaknya permutasi yang dapat disusun
secara melingkar sama dengan
181
Kelompok :
Kelas :
Nama Anggota Kelompok :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Tujuan Pembelajaran:
1. Siswa mampu menerapkan konsep yang logis dan
masuk akal dalam masalah yang berkaitan
dengan konsep kombinasi.
2. Siswa mampu memilih aturan pencacahan yang
sesuai untuk menyelesaikan masalah
3. Menyelesaikan masalah dengan konsep
kombinasi.
LEMBAR KERJA SISWA 3 KOMBINASI
Petunjuk Pengisian LKS
1. Bacalah setiap perintah dan ilustrasi yang diberikan dengan cermat
2. Jawab dan beri penjelasan berdasarkan hasil pemikiran masing-masing
3. Diskusikan bersama kelompok setiap permasalahan yang diberikan
4. Setiap anggota kelompok harus terlibat aktif untuk menyelesaikan LKS ini
Perhatikan masalah di bawah ini!
ILUSTRASI 1
Saat seleksi paskibra di kota Tangerang tahun 2016, panitia harus memilih 3 paskibra sebagai
pengibar dari 5 paskibra yang terlatih. Julian, Revy, Iqbal, Bayu dan Bagas adalah kelima
paskibra yang nantinya akan dipilih. 3 paskibra yang dipilih dianggap memiliki kemampuan
sama, sehingga tidak diperhatikan lagi paskibra yang membawa bendera ataupun pengerek
bendera.
Berdasarkan ilustrasi di atas, maka di dapat data-data sebagai beerikut:
1. Bayu, Julian, Revy = Revy, Bayu, Julian
2. Julian, Bagas, Iqbal Iqbal, Bagas, Julian
3. Ada 10 cara memilih pengibar bendera
4. Ada 4 cara memilih pengibar bendera
A. Penyajian Data dan Identifikasi Konsep
182
Dari data yang telah diberikan, data yang bernilai benar dan sesuai dengan ilustrasi
adalah:
1. ………………………………………………………………………………………..
2. ……………………………………………………………………………………….
3. ………………………………………………………………………………………..
Dalam permutasi didapat 60 pilihan. Karena susunan tidak diperhatikan, maka urutan pun
akan banyak yang sama.
1. Revy , Julian, Bayu = Bayu, Julian, Revy = Julian, Revy, Bayu = Julian Bayu = Revy
= Revy, Bayu, Julian = Bayu, Revy, Julian ( 1 kombinasi)
2. …………………..
3. ……………………..
…………………….
Ada berapa kemungkinan susunan yang dapat pelatih pilih?
………………………………………………………………………………………………………
Apakah urutan tempat mempengaruhi jumlah susunan kemungkinan?
……………………………………………………………………………………………….
𝐶 =
183
Kombinasi k objek dari n objek yang ada dapat dirumuskan sebagai berikut:
Jika yang dipilih hanya 2 paskibra dari 5 paskibra yang ada, maka tentukanlah nilai-nilai
kebenaran dari pernyataan di bawah ini:
1. Jika hanya 2 orang yang dipilih, maka banyaknya cara memilih ada 10 cara B / S
2. Jika yang dipilih hanya 2 orang, maka banyaknya cara memilih ada 5 cara B / S
3. Jika 1 paskibra sakit dan mengundurkan diri, maka banyaknya cara memilih
3 paskibra dari paskibra yang tersisa adalah 10 cara B / S
Berdasarkan ilustrasi di awal tentang 3 paskibra yang bisa dipilih dari 5 paskibra yang
ada. Maka banyaknya susunan yang mungkin untuk memilih 3 objek dari 5 objek yang
tersedia, dan ditulis dengan . Atau penjabarannya dapat diubah menjadi :
Jadi kombinasi adalah
Mengapa?
Mengapa?
Mengapa?
B. Pengujian Pencapaian Konsep
C. Analisis Strategi Berpikir
184
Kelompok :
Kelas :
Nama Anggota Kelompok :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Tujuan Pembelajaran:
1. Siswa mampu menentukan ruang sampel untuk
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
peluang
2. Siswa mampu menerapkan konsep yang logis dan
masuk akal dalam masalah yang berkaitan
dengan peluang suatu kejadian
3. Siswa mampu menggeneralisasi suatu masalah
untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan peluang
Petunjuk Pengisian LKS
1. Bacalah setiap perintah dan ilustrasi yang diberikan dengan cermat
2. Jawab dan beri penjelasan berdasarkan hasil pemikiran masing-masing
3. Diskusikan bersama kelompok setiap permasalahan yang diberikan
4. Setiap anggota kelompok harus terlibat aktif untuk menyelesaikan LKS ini
LEMBAR KERJA SISWA 4 PELUANG
ILUSTRASI
Nurul dan Osha sedang bermain tebak-tebakan dengan menggunakan dua buah dadu. Dua buah dadu
tersebut akan ditos secara bersamaan. Nurul mempredisksi bahwa dua dadu yang ditos tersebut akan
menghasilkan angka prima semuanya. Osha memprediksi bahwa dua dadu yang ditos tersebut akan
menghasilkan jumlah angka keduanya sama dengan 5. Siapakah yang mempunyai peluang paling besar
untuk memenangi tebak-tebakkan tersebut? Bagaimana caranya jika Nurul atau Osha memprediksi hal
lain yang mungkin terjadi saat kedua dadu tersebut ditos?
Berdasarkan ilustrasi di atas, maka didapat data sebagai berikut
1. Ada 4 sampel dari prediksi Nurul yaitu (1,1), (2,2), (3,3), (5,5)
2. Ada 4 sampel dari prediksi Osha yaitu (1,4), (2,3), (3,2), (4,1)
3. Peluang benar untuk prediksinya Nurul adalah
B. Penyajian Data dan Identifikasi Konsep
185
Dari data yang telah diberikan, data yang bernilai benar dan sesuai dengan ilustrasi
adalah:
1. ………………………………………………………………………………………..
2. ……………………………………………………………………………………….
Apakah kalian bisa menemukan data-data bernilai benar yang lain dari ilustrasi di atas? Jika ya,
sebutkan!
……………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………..
Perhatikan data-data di atas, kemudian isilah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!
1. Ada berapa ruang sampel untuk pengetosan dua dadu?.....
Lengkapilah!
Berilah tanda lingkaran pada kejadian yang diprediksi oleh Nurul
Berilah tanda persegi pada kejadian yang diprediksi oleh Osha
1 2 3 4 5 6
1
2
3
4
5
6
2. Jika A adalah kejadian yang diprediksi oleh Nurul, maka perbandingan A dengan ruang
sampel adalah …………………………………………...
3. Jika B adalah kejadian yang diprediksi oleh Osha, maka perbandingan B dengan ruang sampel
adalah …………………………………………..
4. Jika perbandingan suatu kejadian dengan ruang sampel diamakan peluang. Maka peluang
kejadian yang diprediksi oleh Nurul adalah ……………………………. Dan peluang kejadian
yang diprediksi oleh Osha adalah ………………………………………
Jika Elza ikut menebak hasil dari pengetosan dua buah dadu dan Elza menebak bahwa mata dadu
yang keluar menghasilkan jumlah angka keduanya sama dengan 8. Maka bagaimana peluang
Elza untuk memenangi tebak-tebakan tersebut?
B. Pengujian Pencapaian Konsep
186
1. Jika Elza membuat perkiraan hasil seperti itu maka ada 4 kejadian yang B / S
terjadi (2,6), (3,5), (5,3), (6,2)
2. Peluang tebakannya Elza benar adalah
B / S
3. Peluang Elza untuk menag lebih besar daripada Osha B / S
Dari hasil tersebut, maka perhatikan dan jawab pertanyaan berikut ini!
1. Berapakah peluang kejadian yang diprediksi oleh Nurul? …………………………………..
2. Berapakah peluang kejadian yang diprediksi oleh Osha? ……………………………………
3. Berapakah peluang kejadian yang diprediksi oleh Elza? ……………………………………
4. Apakah ruang sampel yang digunakan pada peluang yang diprediksi oleh Nurul, Osha dan
Elza sama?
………………………………………………………………………………………..
Jika = banyak kejadian yag terjadi
= banyak ruang sampel
Peluang dari suatu kejadian dapat didefinikan sebagai
Maka
Mengapa?
Mengapa?
Mengapa?
C. Analisis Strategi Berpikir
187
Kelompok :
Kelas :
Nama Anggota Kelompok :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Tujuan Pembelajaran:
1. Siswa mampu menerapkan konsep yang
logis dan masuk akal dalam masalah yang
berkaitan dengan frekuensi harapan
2. Siswa mampu menggeneralisasi suatu
masalah untuk menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan frekuensi harapan
Petunjuk Pengisian LKS
1. Bacalah setiap perintah dan ilustrasi yang diberikan dengan cermat
2. Jawab dan beri penjelasan berdasarkan hasil pemikiran kalian sendiri
3. Diskusikan bersama kelompok setiap permasalahan yang diberikan
4. Setiap anggota kelompok harus terlibat aktif untuk menyelesaikan LKS ini
LEMBAR KERJA SISWA 5 FREKUENSI HARAPAN
ILUSTRASI
Dari ilustrasi sebelumnya dinyatakan bahwa prediksinya Nurul (dua
dadu yang dittos akan menghasilkan angka prima semuanya)
mempunyai peluang yang lebih kecil daripada prediksi Osha (dua dadu
yang dittos akan menghasilkan jumlah angka keduanya samadengan 8).
Nurul menginginkan agar dua dadu tersebut dilempar sebanyak 108
kali. Apakah Nurul akan tetap mempunyai peluang yang lebih kecil
daripada Osha atau sebaliknya?
Berdasarkan ilustrasi di atas, maka didapat data sebagai berikut
1. Ruang sampel untuk dua dadu yang akan dilempar adalah 35
2. Peluang untuk prediksi Osha adalah adalah
3. Peluang untuk prediksi Nurul adalah
4. Karena Ada 108 kali pelemparan, maka frekuensi harapan untuk Nurul adalah 9 kali
A. Penyajian Data dan Identifikasi Konsep
188
Dari data yang telah diberikan, data yang bernilai benar dan sesuai dengan ilustrasi
adalah:
1. ………………………………………………………………………………………..
2. ……………………………………………………………………………………….
Apakah kalian bisa menemukan data-data bernilai benar yang lain dari ilustrasi di atas? Jika ya,
sebutkan!
……………………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………..
Perhatikan data-data di atas, kemudian isilah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!
a. Ada berapa ruang sampel untuk pengetosan dua dadu?.....
1 2 3 4 5 6
1
2
3
4
5
6
b. Apakah ada perbedaan antara peluang dan frekuensi harapan? Jelaskan!
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
Karena Nurul menganggap bahwa terlalu banyak jika dua dadu tersebut harus dilempar sebanyak
108 kali, maka Annisa mempunyai ide untuk mengurangi jumlah lemparan menjadi 72 lemparan.
Apakah dengan mengurangi lemparan tersebut akan mempengaruhi frekuensi harapan untuk
prediksi Osha dan Nurul?
1. Meskipun jumlah lemparan dua dadu berkurang, tetapi peluang B / S
tetap sama
Mengapa?
B. Pengujian Pencapaian Konsep
189
2. Frekuensi Harapan untuk Nurul menjadi 6 kali B / S
3. Semakin sedikit jumlah percobaan maka semakin kecil juga frekuensi harapan B / S
Untuk suatu kejadian
Dari ilustrasi yang ada, maka jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!
Apa yang dimaksud dengan frekuensi harapan?
Frekuensi harapan untuk Nurul saat 108 kali lemparan adalah ……………………..
Frekuensi harapan untuk Nurul saat 72 kali lemparan adalah ………………………
Frekuensi harapan untuk Osha saat 108 kali lemparan adalah ………………………
Frekuensi harapan untuk Osha saat 72 kali lemparan adalah ……………………….
Jika frekuesni harapan dimisalkan dengan F(h), peluang kejadian A dimisalkan dengan p(A) dan
banyaknya kejadian adalah n.
Maka rumus untuk mencari frekuensi harapan secara umum adalah :
Mengapa?
Mengapa?
C. Analisis Strategi Berpikir
190
Kelompok :
Kelas :
Nama Anggota Kelompok :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Tujuan Pembelajaran:
1. Menerapkan konsep yang logis dan masuk
akal dalam masalah yang berkaitan dengan
peluang suatu kejadian saling lepas.
2. Menggeneralisasi suatu masalah untuk
menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan peluang suatu kejadian saling lepas
Petunjuk Pengisian LKS
1. Bacalah setiap perintah dan ilustrasi yang diberikan dengan cermat
2. Jawab dan beri penjelasan berdasarkan hasil pemikiran masing-masing
3. Diskusikan bersama kelompok setiap permasalahan yang diberikan
4. Setiap anggota kelompok harus terlibat aktif untuk menyelesaikan LKS ini
LEMBAR KERJA SISWA 6 PELUANG KEJADIAN SALING LEPAS
ILUSTRASI
Dalam sebuah kantong terdapat 20 kartu, masing-masing diberi
nomor yang berurutan dari 1 sampai 20.
Yulia akan mengambil kartu tersebut secara acak.
Misalnya A adalah kejadian terambilnya kartu bernomor kelipatan 3 dan B
adalah kejadian terambilnya kartu bernomor kelipatan 7. Bagaimana cara
menentukan peluang kejadian A atau B?
Dari ilustrasi di atas di dapat dapat sebagai berikut:
1. Kejadian A terdiri sebanyak 6 kali yaitu kartu bernomor 3, 6, 9, 12, 15 dan 18
2. Peluang kejadian A adalah
3. A dan B adalah kejadian yang tidak berbeda
4. Peluang kejadian A atau B adalah
A. Penyajian Data dan Identifikasi Konsep
191
Dari data yang diberikan, data yang bernilai benar dan sesuai dengan ilustrasi adalah:
1. …………………………………………………………………………………….
2. …………………………………………………………………………………….
Apakah kalian bisa menemukan data-data bernilai benar yang lain dari ilustrasi di atas?
Jika ya, sebutkan!
……………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………….
Berdasarkan data-data yang sudah diketahu, maka:
a. Peluang kejadian A adalah …………………………………………….
b. Peluang kejadian B adalah …………………………………………….
c. Peluang kejadian A atau B adalah ……………....................................
d. Apakah ada titik sampel di kejadian A dan kejadian B yang sama?
………………………………………………………………………...
Karena Yulia mengubah definisi dari B. Yulia mendefinisikan ulang bahwa B adalah kejadian
terambilnya kartu bernomor bilangan prima. Bagaimana cara menentukan peluang A atau B
setelah Yulia mengganti definisi B?
Setelah membuat definisi baru tentang B, Yulia harus terlebih dahulu menentukan peluang B
untuk dapat menentukan peluang A atau B.
1. Banyaknya kejadian B ada 7 yaitu 2, 5, 7, 11, 13, 17, 19 B / S
2. Peluang kejadian B adalah
B / S
Mengapa?
Mengapa?
B. Pengujian Pencapaian Konsep
192
3. Peluang kejadian A atau B sekarang adalah
. B / S
Berdasarkan data-data yang sudah diperoleh sebelumnya, maka jawablah pertanyaan
berikut
1. Apakah peluang A dan B sama?
………………………………………………………….
2. Apakah peluang A dan B saling mempengaruhi?
………………………………………..
Jadi, apakah yang disebut dengan peluang kejadian saling lepas?
Jika peluang kejadian A atau B dimisalkan dengan symbol P( ), maka
P( ) =
+
Mengapa?
C. Analisis Strategi Berpikir
193
Kelompok :
Kelas :
Nama Anggota Kelompok :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Tujuan Pembelajaran:
1. Menerapkan konsep yang logis dan masuk
akal dalam masalah yang berkaitan
dengan peluang suatu kejadian saling
bebas.
2. Menggeneralisasi suatu masalah untuk
menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan peluang suatu kejadian saling
bebas
Petunjuk Pengisian LKS
1. Bacalah setiap perintah dan ilustrasi yang diberikan dengan cermat
2. Jawab dan beri penjelasan berdasarkan hasil pemikiran masing-masing
3. Diskusikan bersama kelompok setiap permasalahan yang diberikan
4. Setiap anggota kelompok harus terlibat aktif untuk menyelesaikan LKS ini
LEMBAR KERJA SISWA 7 PELUANG KEJADIAN SALING BEBAS
ILUSTRASI
Dalam sebuah kantong terdapat 20 kartu, masing-masing diberi
nomor yang berurutan dari 1 sampai 20.
Yulia akan mengambil kartu tersebut secara acak.
Misalnya A adalah kejadian terambilnya kartu bernomor 6 dan B adalah
kejadian terambilnya kartu bernomor 10. Bagaimana cara menentukan
peluang kejadian A dan B?
Dari ilustrasi di atas di dapat dapat sebagai berikut:
1. Peluang kejadian A adalah
2. A dan B adalah kejadian yang tidak berbeda dan tidak saling mempengaruhi
3. Kejadian A dan B terjadi secara bersama-sama
4. Peluang kejadian A dan B adalah
A. Penyajian Data dan Identifikasi Konsep
194
Dari data yang diberikan, data yang bernilai benar dan sesuai dengan ilustrasi adalah:
1. …………………………………………………………………………………….
2. …………………………………………………………………………………….
Apakah kalian bisa menemukan data-data bernilai benar yang lain dari ilustrasi di atas?
Jika ya, sebutkan!
……………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………….
Berdasarkan data-data yang sudah diketahu, maka:
a. Peluang kejadian A adalah …………………………………………….
b. Peluang kejadian B adalah …………………………………………….
c. Peluang kejadian A dan B adalah ……………....................................
Secara kebetulan, tiba-tiba Puput datang. Puput memperkirakan A adalah kejadian munculnya
kartu bernomor 8 dan B adalah kejadian munculnya kartu bernomor 20.. Bagaimana cara
menentukan peluang A dan B berdasarkan definisi yang dibuat oleh Puput?
Karena pendefinisan kejadian A dan B Puput berbeda dari Tari, maka untuk menentukan
peluang A dan B menurut Puput maka terlebih dahulu harus mengetahui peluang kejadian A
dan peluang kejadian B.
1. Peluang kejadian A adalah
B / S
2. Peluang kejadian B adalah
. B / S
3. Peluang kejadian A dan B adalah
B / S
Mengapa?
Mengapa?
Mengapa?
B. Pengujian Pencapaian Konsep
195
Berdasarkan data-data yang sudah diperoleh sebelumnya, maka jawablah pertanyaan
berikut
1. Apakah peluang A dan B saling mempengaruhi?
………………………………………………………………………….…………..
2. Apakah kejadian A dan kejadian B terjadi secara bersama-sama?
……………………………………………………………………………………….
Jadi, apakah yang disebut dengan peluang kejadian saling bebas?
Jika peluang kejadian A atau B dimisalkan dengan symbol P( ), maka
P( ) =
x
C. Analisis Strategi Berpikir
196
Kelompok :
Kelas :
Nama Anggota Kelompok :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Tujuan Pembelajaran:
1. Menerapkan konsep yang logis dan masuk
akal dalam masalah yang berkaitan dengan
peluang bersyarat.
2. Menggeneralisasi suatu masalah untuk
menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan peluang bersayarat
Petunjuk Pengisian LKS
1. Bacalah setiap perintah dan ilustrasi yang diberikan dengan cermat
2. Jawab dan beri penjelasan berdasarkan hasil pemikiran kalian sendiri
3. Diskusikan bersama kelompok setiap permasalahan yang diberikan
4. Setiap anggota kelompok harus terlibat aktif untuk menyelesaikan LKS ini
LEMBAR KERJA SISWA 8 PELUANG BERSYARAT
ILUSTRASI 1
Seorang pesulap akan bermain dengan sebuah kantong hitam yang berisi kumpulan bola.
Di dalam kantong tersebut ada 9 bola yaitu 5 bola merah dan 4 bola biru. Pesulap tersebut
menyuruh seorang anak kecil unruk mengambil 2 bola dari kantong tersebut dengan satu
persatu tanpa pengembalian. Bagimana cara menentukan peluang anak kecil tersebut
mengambil bola merah dipengambilan pertama dan megambil bola biru dipengambilan
kedua?
Dari ilustrasi di atas di dapat dapat sebagai berikut:
1. Peluang terambilnya bola merah pada pengambilan yang pertama adalah
2. Banyak bola saat pegambilan kedua tetap 9 bola
3. Peluang terambilnya bola biru pada pengambilan kedua adalah
4. Pengambilan pertama mempengaruhi pengambilan kedua
5. Peluang terambilnya bola pertama merah dan bola kedua biru adalah
A. Penyajian Data dan Identifikasi Konsep
197
Dari data yang diberikan, data yang bernilai benar dan sesuai dengan ilustrasi adalah:
1. …………………………………………………………………………………….
2. …………………………………………………………………………………….
Apakah kalian bisa menemukan data-data bernilai benar yang lain dari ilustrasi di atas?
Jika ya, sebutkan!
……………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………….
Berdasarkan data-data yang sudah diketahui, maka:
a. Peluang terambilnya bola merah dipengambilan pertama adalah
…………………………………………….
b. Peluang terambilnya bola biru dipengambilan kedua adalah
…………………………………………….
c. Peluang terambilnya bola merah di pengambilan petama dan bola biru dipengambilan
kedua adalah ……………....................................
Jika pesulap tersebut menyuruh satu orang anak kecil lagi untuk mengambil dua bola lagi dari
bola yang tersisa setelah diambil anak kecil yang pertama. Maka bagaimana peluang jika anak
kecil tersebut mengambil bola merah pada pengambilan pertama dan bola merah lagi pada
pengambilan kedua?
Saat anak kedua akan mengambil bola. Maka terlebih dahulu ditentukan sisa bola di dalam
kantong dan komposisi bola tersebut.
1. Peluang terambilnya bola merah pada pengambilan pertama adalah B / S
2. Peluang terambilnya bola merah pada pegambilan kedua adalah B / S
Mengapa?
Mengapa?
B. Pengujian Pencapaian Konsep
198
3. Peluang terambilnya bola merah pada pengambilan petama dan bola B / S
merah lagi pada pengambilan kedua adalah
Berdasarkan data-data yang sudah diperoleh sebelumnya, maka jawablah pertanyaan
berikut
Dimisalkan kejadian pengambilan bola pertama adalah A dan kejadian pengambilan bola
kedua adalah B
1. Apakah peluang A dan B sama?
………………………………………………………….
2. Apakah peluang A dan B saling mempengaruhi?
………………………………………..
3. Apakah nilai peluang kejadian B tergantung pada nilai kejadian pertama?
…………………………………………………………………………………………
….
4. Apakah kejadian A dan B terjadi secara berurutan?
……………………………………..
Jadi, apakah yang disebut dengan peluang bersayarat?
Peluang terjadinya kejadian A disimbolkan dengan
Peluang terjadinya kejadian B setelah kejadian A terjadi disimbolkan dengan P( )
Peluang terjadinya kejadian A dan B disimbolkan dengan P( ) maka ilusrtrasi di
awal dapat diselesaikan dengan rumus.
Mengapa?
C. Analisis Strategi Berpikir
199
ILUSTRASI 2
1. Peluang gagal ada dipercobaan 1 dan 3
2. Peluang gagal utuk percobaan pertama adalah
3. Peluang gagal untuk percobaan kedua adalah
4. Peluang gagal di percobaan pertama dan kedua adalah
x
Dari data yang diberikan, data yang bernilai benar dan sesuai dengan ilustrasi adalah:
1. …………………………………………………………………………………….
2. …………………………………………………………………………………….
Apakah kalian bisa menemukan data-data bernilai benar yang lain dari ilustrasi di atas?
Jika ya, sebutkan!
……………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………….
Berdasarkan data-data yang sudah diketahui, maka:
a. Banyaknya percobaan sebanyak
………………………………………………………………
b. Peluang gagal untuk percobaan pertama adalah
………………………………………………
c. Peluang gagal untuk percobaan kedua adalah
………………………………………………...
d. Peluang gagal untuk percobaan pertama atau P(gagal)
……………………………………….
Setelah 2 kali gagal, Arum kembali mencobanya untuk ketiga kali. Dan akhirnya berhasil.
Maka perhatikanlah pernyataan-pernyataan di bawah ini!
1. Sisa nomor telepon yang belum dihubungi adalah 2 nomor telepon B / S
Mengapa?
A. Penyajian Data dan Identifikasi Konsep
B. Pengujian Pencapaian Konsep
Ada 5 nomor telepon tanpa nama di kertas yang tergeletak di atas meja. Salah satu dari nomor itu
adalah nomor Reyza. Arum yang tidak tahu pasti yang mana nomor Reyza mencoba menelepon satu-
satu nomor tersebut. Tentukan peluang bahwa yang ditelpon adalah Rani pada percobaan ketiga!
200
2. Kemungkinan berhasil pada percobaan ketiga adalah
B / S
3. Peluang nomor tersebut berhasil dihubungi setelah 2 kali gagal adalah
B / S
Peluang gagal disimbolkan dengan
Peluang sukses setelah 2 kali gagal disimbolkan dengan P( )
Peluang sukses dan gagal disimbolkan dengan P( ) maka ilusrtrasi di awal dapat
diselesaikan dengan rumus.
Mengapa?
C. Analisis Strategi Berpikir
Mengapa?
201
Lampiran 9
Kisi- Kisi Soal Tes Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis
Kompetensi Dasar Indikator Soal
Indikator
KBIMS
No.
Butir
Soal
Jumlah
Butir
Soal
1 2 3
Memahami dan
menerapkan berbagai
aturan pencacahan
melalui beberapa contoh
nyata serta menyajikan
alur perumusan aturan
pencacahan (perkalian,
permutasi dan
kombinasi) melalui
diagram atau cara
lainnya
1. Menerapkan
konsep
permutasi dalam
soal
1
2
2. Menerapkan
konsep
perkalian dalam
soal
4
Menerapkan berbagai
konsep dan prinsip
permutasi dan kombinasi
dalam pemecahan
masalah nyata
1. Menggunakan
konsep
permuatasi dalam
menyelesaikan
masalah nyata
2
2
2. Menggunakan
konsep
kombinasi dalam
menyelesaikan
masalah nyata
3
Mendeskripsikan dan
menerapkan aturan/
rumus peluang dalam
memprediksi terjadinya
suatu kejadian dunia
nyata serta menjelaskan
alasan-alasannya.
1. Memprediksi
peluang suatu
kejadian dan
mampu
menjelaskan
alasannya
5 1
Mendeskripsikan konsep
peluang dan harapan
suatu kejadian dan
menggunakannya dalam
pemecahan masalah
1. Menyelesaikan
suatu masalah
dengan konsep
peluang dan
kejadian harapan
6 1
JUMLAH 2 2 2
202
Keterangan : Indikator kemampuan berpikir intuitif matematis
1 : Kemampuan menyelesaikan masalah dengan jawaban yang masuk akal
2 : Kemampuan menyelesaikan masalah menggunakan pengetahuan dan
pengalaman yang sudah dimiliki sebelumnya
3 : Kemampuan menyelesaikan masalah berdasarkan generalisasi dari contoh
atau konsep
203
Lampiran 10
INSTRUMEN TES KEMAMPUAN
BERPIKIR INTUITIF MATEMATIS
1. Dalam suatu karang taruna, akan dilakukan pemilihan ketua dan wakil ketua dengan
sistem voting. Sebelumnya panitia harus mengetahui berapa banyak kemungkinan
pasangan calon ketua dan calon wakil ketua yang dapat terbentuk dari kandidat-
kandidat yang sudah dicalonkan. Misalnya:
Berdasarkan hasil keputusan, jumlah pasangan yang bisa terbentuk tidak boleh
melebihi 100 pasangan. Ada berapa jumlah maksimal kandidat yang bisa
dicalonkan?
2. Sebuah lemari besi (brankas) milik Nurul dengan kunci
berbentuk lingkaran memiliki 50 angka yang mengelilingi
kunci tersebut. Untuk membuka lemari, Nurul harus
memutarnya ke sebuah angka, kemudian memutar lagi
ke angka kedua, dan memutar sekali lagi ke angka ketiga.
Berapa banyak kode berbeda yang dapat Nurul pilih
untuk membuka brankasnya? Jelaskan
3. Kota impian terdiri dari beberapa lorong yang digambarkan sebagai garis-garis pada
gambar di bawah ini
B
A
Banyak kandidat Banyak pasangan
5 kandidat 20 pasangan
6 kandidat 30 pasangan
7 kandidat 42 pasangan
204
Jika Fitriana akan bepergian dari titik A ke titik B dengan jalur yang seefisien
mungkin, maka ada berapa banyak jalur yang bisa dilalui oleh Fitriana? Jelaskan!
4. Menghadapi Hari Raya Idul Adha, usaha penjualan sapi milik Pak Rizki tentunya
lebih bergeliat dari biasanya. Agar
mempermudahnya, Pak Rizki mempunyai
ide untuk memberikan nomor punggung
untuk setiap sapinya. Nomor punggung
tersebut terdiri dari 4 digit angka. Jika
banyaknya sapi Pak Rizki ada 50 ekor.
Cukupkah nomor yang tersedia untuk
memberi nomor punggung ke lima puluh
sapi tersebut? Jelaskan!
5. Titik B bergerak di atas garis bilangan
dari sebuah titik asal. Sebuah uang koin
dilempar. Jika keluar sisi gambar, B
bergerak ke kanan sejauh +2. Jika keluar
sisi angka, B bergerak ke kiri sejauh -1.
Jika koin dilempar sebanyak 6 kali
berturut-turut, tentukan peluang
berikut:
a. B kembali ke titik asal
b. B bergerak di sebelah kiri titik awal.
6. Tersedia 15 kunci berbeda dan ada 1 kunci yang dapat digunakan untuk
membuka sebuah pintu. Kunci diambil satu persatu tanpa pengembalian.
Tentukan peluang kunci yang terambil dapat digunakan untuk membuka pintu
pada pengambilan kesepuluh!
205
Lampiran 11
KUNCI JAWABAN INSTRUMEN TES KEMAMPUAN
BERPIKIR INTUITIF MATEMATIS
1. Karena mementingkan urutan elemen dalam setiap pemilihan pasangan, maka
konsep permutasi yang digunakan:
( )
( )
( )
( )
( )
( )
Karena jumlah pasangan tidak boleh lebih dari 100, maka kita harus menebak
kira-kira berapa kandidat yang bisa dicalonkan.
Setelah memperkirakan, maka kandidat yang bisa dicalonkan maksimal hanya
10 kandidat.
( )
( )
Karena apabila ada 11 kandidat, maka calon pasangan yang terbentuk adalah
110 pasangan, melebihi batas maksimal. Jadi, maksimal kandidat yang bisa
diicalonkan adalah 10 kandidat.
2. Mamutar sebuah kunci
1 : berlawanan jarum jam
2 : searah jarum jam
3 : berlawanan jarum jam
Ada 3 kali putaran, meskipun diputar berlawanan atau searah jarum jam,
angka yang dituju tetap sama. Dengan susunan angka yang berbeda. Oleh
karena itu digunakan konsep permutasi.
( )
( )
206
Sehingga ada 117.600 kode yang dapat dibentuk
( )
( ) jalur
4. Karena angka yang digunakan tidak dibatasi dan tidak ada ketentuan bahwa
angka tersebut boleh diulang atau tidak, maka jawaban bisa bervariasi, yang
peting konsep yang digunaka adalah aturan perkalian
Total ruang sampelnya
1). Misal
4 3 2 1
= 4x 3 x 2 x 1 = 24 nomor. Karena sapi sapi Pak Rizki ada 50 ekor,
jelaslah bahwa angka-angka yang sudah disiapkan Pak Rizki tidak mampu
untuk melabeli seluruh sapinya
2). Misal
10 10 10 10
= 10 x 10 x 10 x 10 = 10000 nomor. Angka pada setiap digit boleh
berulang dari angka 0-9. Karena sapi sapi Pak Rizki ada 50 ekor, jelaslah
bahwa angka-angka yang sudah disiapkan Pak Rizki mampu untuk
melabeli seluruh sapinya.
3). Dan jawaban lainnya yang masuk akal dan logis.
3. Dengan cara apapun mencoba, akan memperoleh jalur terpendek dari A ke B
dengan melangkah 4x ke kanan dan 5x ke atas. Mengapa? Karena untuk
mendapatkan jalur terpendek, tidak bisa berbalik arah ke kiri atau ke bawah.
Ini mengandung arti bahwa ada 9 langkah dimana 4 langkahnya harus ke
kanan. Dengan demikian akan disusun 4 unsur dari 9 unsur yang ada
menggunakan kombinasi, yaitu
( )
( ) jalur
Jika mengartikan bahwa jalur terpendek dari A ke B adalah melalui 9 langkah
dimana 5 langkahnya harus ke atas, maka kita akan menyususn 5 unsur dari 9
unsur sebagai berikut:
207
5. a. Kembali ke titik asal berarti 0. Yang menghasilkan 0 adalah
Dua kali ke kanan, dan empat kali ke kiri
( )
( )
Peluangnya adalah
b. Bergerak ke sebelah kiri titik awal. Artinya pasti negative, untuk
menghasilkan negative maka sisi gambar hanya boleh keluar maksimal 1
kali atau bahkan tidak sama sekali. Dengan cara mendaftar akan ada 7
cara.
Peluangnya adalah
( | )
6. Masalah tersebut berarti pada pengambilan ke-1 sampai ke-9 gagal dan
pengambilan ke-10 sukses. Peluang gagal pada pengambilan ke-1 sampai ke-9
berturut-turut adalah
x
x … x
=
Peluang sukses pada pengambilan ke-10 adalah
( ) ( ) x ( | )
208
Lampiran 12
Rubrik Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Intuitif Matematis
Indikator Reaksi terhadap soal Skor
Kemampuan
menyelesaikan
masalah dengan
jawaban yang
masuk akal
Jawaban yang diberikan benar. Menyelesaikan
masalah sesuai dengan konten materi pembelajaran
dengan memberikan alasan yang logis.
4
Jawaban yang diberikan benar. Menyelesaikan
masalah sesuai dengan konten materi pembelajaran
tetapi memberikan alasan yang kurang logis.
3
Jawaban yang diberikan salah. Menyelesaikan masalah
dengan memberikan alasan yang kurang logis.
2
Jawaban yang diberikan salah. Menyelesaikan masalah
tanpa memberikan alasan.
1
Tidak menjawab pertanyaan 0
Kemampuan
menyelesaikan
masalah
menggunakan
pengetahuan
dan pengalaman
yang sudah
dimiliki
sebelumnya.
Jawaban yang diberikan benar. Menyelesaikan
masalah dengan menerapkan konsep-konsep yang
terkait materi pembelajaran dengan tepat dan lengkap
4
Jawaban yang diberikan benar. Menyelesaikan
masalah dengan tidak menggunakan konsep-konsep
yang terkait materi pembelajaran.
3
Jawaban yang diberikan salah. Menyelesaikan masalah
dengan menggunakan konsep-konsep yang terkait
tetapi tidak tepat dan lengkap dalam penyelesaiannya.
2
Jawaban yang diberikan salah. Menyelesaikan masalah
hanya dengan hanya menyatakan konsep-konsep yang
terkait.
1
Tidak menjawab pertanyaan. 0
Kemampuan
meyelesaikan
masalah
Jawaban yang diberikan benar. Menyelesaikan
masalah dengan menentukan informasi dalam soal,
menyeleksi informasi yang akan digunakan dan
4
209
berdasarkan
generalisasi dari
contoh atau
konsep
menerapkannya secara tepat
Jawaban yang diberikan benar. Menyelesaikan
masalah dengan menyeleksi informasi yang akan
digunakan dan menerapkannya secara tepat
3
Jawaban yang diberikan salah. Menyelesaikan masalah
dengan menentukan informasi dalam soal, menyeleksi
informasi yang akan digunakan dan menerapkannya
secara tidak tepat
2
Jawaban yang diberikan salah. Menyelesaikan masalah
dengan menentukan informasi pada soal tanpa
menyeleksi dan menerapkannya dengan tepat
1
Tidak menjawab pertanyaan 0
210
Lampiran 13
HASIL UJI COBA INSTRUMEN TES KEMAMPUAN BERPIKIR
INTUITIF MATEMATIS
No. Nama Skor
1 A 11
2 B 16
3 C 20
4 D 18
5 E 20
6 F 18
7 G 17
8 H 19
9 I 17
10 J 19
11 K 15
12 L 5
13 M 7
14 N 16
15 O 20
16 P 7
17 Q 17
18 R 18
19 S 16
20 T 22
21 U 7
22 V 11
23 W 16
24 X 6
25 Y 9
26 Z 15
27 AA 6
28 AB 19
29 AC 22
30 AD 20
31 AE 6
32 AF 18
33 AG 17
34 AH 6
Skor tertinggi = 22
211
Lampiran 14
PERHITUNGAN UJI VALIDITAS
Nama x y xy
A 2 11 4 121 22
B 3 16 9 256 48
C 4 20 16 400 80
D 3 18 9 324 54
E 4 20 16 400 80
F 4 18 16 324 72
G 2 17 4 289 34
H 3 19 9 361 57
I 2 17 4 289 34
J 3 19 9 361 57
K 3 15 9 225 45
L 2 5 4 25 10
M 2 7 4 49 14
N 2 16 4 256 32
O 3 20 9 400 60
P 2 7 4 49 14
Q 2 17 4 289 34
R 2 18 4 324 36
S 2 16 4 256 32
T 4 22 16 484 88
U 2 7 4 49 14
V 2 11 4 121 22
W 1 16 1 256 16
X 1 6 1 36 6
Y 2 9 4 81 18
Z 2 15 4 225 30
AA 2 6 4 36 12
AB 4 19 16 361 76
AC 4 22 16 484 88
AD 4 20 16 400 80
AE 2 6 4 36 12
AF 2 18 4 324 36
AG 3 17 9 289 51
AH 1 6 1 36 6
Jumlah 86 496 246 8216 1370
212
Contoh perhitungan uji validitas soal nomor 1
∑ (∑ )(∑ )
√( ∑ (∑ ) ) ( ∑ ( ) )
( )( ) ( )( )
√(( )( ) ( ) ) (( )( ) ( ) )
= 0,691
Dengan dk= n-2 = 34- 2 = 32 dan = 0,05 diperoleh 0,349
Karena maka soal nomor 1 valid
Perhitungan validitas butir soal selanjutnya menggunakan Microsoft excel
213
Lampiran 15
HASIL UJI VALIDITAS
No. Nama Butir Soal Jumlah
Skor 1 2 3 4 5 6
1 A 2 3 4 2 0 0 11
2 B 3 3 4 1 2 3 16
3 C 4 4 4 4 4 0 20
4 D 3 4 4 2 4 1 18
5 E 4 4 3 4 4 1 20
6 F 4 4 4 2 4 0 18
7 G 2 3 4 4 4 0 17
8 H 3 4 4 4 3 1 19
9 I 2 4 4 4 2 1 17
10 J 3 4 4 4 4 0 19
11 K 3 3 4 2 2 1 15
12 L 2 1 1 1 0 0 5
13 M 2 0 1 2 2 0 7
14 N 2 4 4 2 2 2 16
15 O 3 3 4 4 4 2 20
16 P 2 1 0 2 2 0 7
17 Q 2 3 4 4 2 2 17
18 R 2 3 4 4 2 3 18
19 S 2 3 1 4 4 2 16
20 T 4 4 4 4 4 2 22
21 U 2 0 1 4 0 0 7
22 V 2 1 4 1 1 2 11
23 W 1 3 4 2 4 2 16
24 X 1 2 1 2 0 0 6
25 Y 2 2 1 2 2 0 9
26 Z 2 4 4 3 2 0 15
27 AA 2 1 1 2 0 0 6
28 AB 4 4 4 2 4 1 19
29 AC 4 3 4 4 4 3 22
30 AD 4 3 4 3 4 2 20
31 AE 2 0 2 2 0 0 6
32 AF 2 3 4 4 2 3 18
33 AG 3 4 4 2 4 0 17
34 AH 1 1 2 1 1 0 6
∑ 86 93 106 94 83 34 496
0,691 0,861 0,805 0,599 0,838 0,556
0,349 0,349 0,349 0,349 0,349 0,349
Kriteria Valid Valid Valid Valid Valid Valid
214
Lampiran 16
PERHITUNGAN UJI RELIABILITAS
Tentukan nilai varians tiap soal, missal varians skor nomor 1
∑
(∑ )
∑
(∑ )
(
)
Perhitungan nilai varians skor soal yang lainnya dan varians total menggunakan
Microsoft excel.
Di dapat jumlah varians ∑
Varians total = 29,703 sehingga reliabilitasnya diperoleh:
(
)(
∑
)
(
) (
)
Dari uji reliabilitas yang dilakukan pada butir soal yang valid, didapatkan
reliabilitasnya sebesar 0,837 dengan tingkat reliabilitas tinggi
215
Lampiran 17
HASIL UJI RELIABILITAS
Nama Butir Soal Jumlah
Skor 1 2 3 4 5 6
A 2 3 4 2 0 0 11
B 3 3 4 1 2 3 16
C 4 4 4 4 4 0 20
D 3 4 4 2 4 1 18
E 4 4 3 4 4 1 20
F 4 4 4 2 4 0 18
G 2 3 4 4 4 0 17
H 3 4 4 4 3 1 19
I 2 4 4 4 2 1 17
J 3 4 4 4 4 0 19
K 3 3 4 2 2 1 15
L 2 1 1 1 0 0 5
M 2 0 1 2 2 0 7
N 2 4 4 2 2 2 16
O 3 3 4 4 4 2 20
P 2 1 0 2 2 0 7
Q 2 3 4 4 2 2 17
R 2 3 4 4 2 3 18
S 2 3 1 4 4 2 16
T 4 4 4 4 4 2 22
U 2 0 1 4 0 0 7
V 2 1 4 1 1 2 11
W 1 3 4 2 4 2 16
X 1 2 1 2 0 0 6
Y 2 2 1 2 2 0 9
Z 2 4 4 3 2 0 15
AA 2 1 1 2 0 0 6
AB 4 4 4 2 4 1 19
AC 4 3 4 4 4 3 22
AD 4 3 4 3 4 2 20
AE 2 0 2 2 0 0 6
AF 2 3 4 4 2 3 18
AG 3 4 4 2 4 0 17
AH 1 1 2 1 1 0 6
∑ 86 93 106 94 83 34 496
0,929 1,333 1,365 1,130 1,521 1,101
216
0,863 1,776 1,865 1,276 2,315 1,212
∑ 9,307
∑ 29,704
0,837
Kriteria Sangat
Baik
217
Lampiran 18
PERHITUNGAN UJI TARAF KESUKARAN
Contoh perhitungan taraf kesukaran soal nomor 1
P = 0,63 berada pada interval 0,30 p < 0,70, maka soal nomor 1 memiliki taraf
kesukaran dengan kriteria sedang.
Perhitungan taraf kesukaran butir soal yang lainnya menggunkan Microsoft excel
218
Lampiran 19
HASIL UJI TARAF KESUKARAN
No. Nama Butir Soal Jumlah
Skor 1 2 3 4 5 6
1 A 2 3 4 2 0 0 11
2 B 3 3 4 1 2 3 16
3 C 4 4 4 4 4 0 20
4 D 3 4 4 2 4 1 18
5 E 4 4 3 4 4 1 20
6 F 4 4 4 2 4 0 18
7 G 2 3 4 4 4 0 17
8 H 3 4 4 4 3 1 19
9 I 2 4 4 4 2 1 17
10 J 3 4 4 4 4 0 19
11 K 3 3 4 2 2 1 15
12 L 2 1 1 1 0 0 5
13 M 2 0 1 2 2 0 7
14 N 2 4 4 2 2 2 16
15 O 3 3 4 4 4 2 20
16 P 2 1 0 2 2 0 7
17 Q 2 3 4 4 2 2 17
18 R 2 3 4 4 2 3 18
19 S 2 3 1 4 4 2 16
20 T 4 4 4 4 4 2 22
21 U 2 0 1 4 0 0 7
22 V 2 1 4 1 1 2 11
23 W 1 3 4 2 4 2 16
24 X 1 2 1 2 0 0 6
25 Y 2 2 1 2 2 0 9
26 Z 2 4 4 3 2 0 15
27 AA 2 1 1 2 0 0 6
28 AB 4 4 4 2 4 1 19
29 AC 4 3 4 4 4 3 22
30 AD 4 3 4 3 4 2 20
31 AE 2 0 2 2 0 0 6
32 AF 2 3 4 4 2 3 18
33 AG 3 4 4 2 4 0 17
34 AH 1 1 2 1 1 0 6
∑ 86 93 106 94 83 34 496
p 0,6324 0,6838 0,7794 0,6912 0,6103 0,25
Kriteria Sedang Sedang Mudah Sedang Sedang Sukar
219
Lampiran 20
PERHITUNGAN DAYA PEMBEDA
Contoh perhitungan daya pembeda untuk butir soal nomor 1
( )
( )
= 0,294 berada pada interval 0,20 < 0,40, maka butir soal nomor 1
memiliki daya pembeda dengan kriteria cukup.
Untuk butir soal nomor 2 dan seterusnya, perhitungan daya pembedanya sama
dengan cara perhitungan daya pembeda butir soal nomor 1
220
Lampiran 21
HASIL UJI DAYA PEMBEDA
Kel
om
pok
Ata
s
No Nama Butir Soal
Skor 1 2 3 4 5 6
1 T 4 4 4 4 4 2 22
2 AC 4 3 4 4 4 3 22
3 C 4 4 4 4 4 0 20
4 E 4 4 3 4 4 1 20
5 O 3 3 4 4 4 2 20
6 AD 4 3 4 3 4 2 20
7 H 3 4 4 4 3 1 19
8 J 3 4 4 4 4 0 19
9 AB 4 4 4 2 4 1 19
10 D 3 4 4 2 4 1 18
11 F 4 4 4 2 4 0 18
12 R 2 3 4 4 2 3 18
13 AF 2 3 4 4 2 3 18
14 G 2 3 4 4 4 0 17
15 I 2 4 4 4 2 1 17
16 Q 2 3 4 4 2 2 17
17 AG 3 4 4 2 4 0 17
Jumlah 53 61 67 59 59 22 321
Kel
om
pok
Baw
ah
No Nama Butir Soal
Skor 1 2 3 4 5 6
18 B 3 3 4 1 2 3 16
19 N 2 4 4 2 2 2 16
20 S 2 3 1 4 4 2 16
21 W 1 3 4 2 4 2 16
22 K 3 3 4 2 2 1 15
23 Z 2 4 4 3 2 0 15
24 A 2 3 4 2 0 0 11
25 V 2 1 4 1 1 2 11
26 Y 2 2 1 2 2 0 9
27 M 2 0 1 2 2 0 7
28 P 2 1 0 2 2 0 7
29 U 2 0 1 4 0 0 7
30 X 1 2 1 2 0 0 6
31 AA 2 1 1 2 0 0 6
32 AE 2 0 2 2 0 0 6
33 AH 1 1 2 1 1 0 6
34 L 2 1 1 1 0 0 5
Jumlah 53 32 39 35 24 12 175
0,294 0,426 0,412 0,353 0,515 0,147
Kriteria Cukup Baik Baik Cukup Baik Jelek
221
Lampiran 22
HASIL TES KEMAMPUAN BERPIKIR INTUITIF MATEMATIS
KELAS EKSPERIMEN
No Nama
Indikator Total
Skor Nilai
Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3
1 A 6 5 3 14 58
2 B 7 8 8 23 96
3 C 8 7 5 20 83
4 D 6 6 4 16 67
5 E 7 8 8 23 96
6 F 6 5 6 17 71
7 G 6 7 7 20 83
8 H 8 6 8 22 92
9 I 6 7 7 20 83
10 J 7 8 8 23 96
11 K 7 6 6 19 79
12 L 7 6 8 21 88
13 M 7 7 6 20 83
14 N 7 6 7 20 83
15 O 6 7 5 18 75
16 P 7 7 5 19 79
17 Q 7 8 3 18 75
18 R 7 7 7 21 88
19 S 7 8 6 21 88
20 T 8 7 7 22 92
21 U 6 5 8 19 79
22 V 7 8 6 21 88
23 W 8 6 8 22 92
24 X 6 7 4 17 71
25 Y 7 6 5 18 75
26 Z 7 5 4 16 67
27 AA 7 6 4 17 71
28 AB 7 4 6 17 71
29 AC 7 5 5 17 71
30 AD 7 5 5 17 71
31 AE 7 7 8 22 92
32 AF 7 7 8 22 92
33 AG 6 7 5 18 75
34 AH 8 6 7 21 88
35 AI 6 7 6 19 79
222
240 227 213
Skor
maksimal 280 280 280
% 85,71% 81,07% 76,07%
Keterangan:
Indikator 1 = Kemampuan menyelesaikan masalah dengan jawaban yang masuk
akal.
Indikator 2 = Kemampuan menyelesaikan masalah menggunakan pengetahuan
dan pengalaman yang sudah dimiliki sebelumnya.
Indikator 3 = Kemampuan meyelesaikan masalah berdasarkan generalisasi dari
contoh atau konsep
223
Lampiran 23
HASIL TES KEMAMPUAN BERPIKIR INTUITIF MATEMATIS
KELAS KONTROL
No Nama Indikator Total
Skor Nilai
Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3
1 A 6 5 4 15 63
2 B 3 4 4 11 46
3 C 6 5 5 16 67
4 D 7 5 4 16 67
5 E 8 7 7 22 92
6 F 6 5 7 18 75
7 G 5 4 5 14 58
8 H 8 6 6 20 83
9 I 4 7 7 18 75
10 J 7 5 6 18 75
11 K 7 8 5 20 83
12 L 7 6 5 18 75
13 M 7 6 6 19 79
14 N 6 8 5 19 79
15 O 8 5 6 19 79
16 P 5 7 7 19 79
17 Q 6 5 5 16 67
18 R 7 6 5 18 75
19 S 7 5 6 18 75
20 T 7 7 7 21 88
21 U 5 6 7 18 75
22 V 7 6 8 21 88
23 W 5 5 6 16 67
24 X 7 5 7 19 79
25 Y 8 6 6 20 83
26 Z 6 6 3 15 63
27 AA 7 5 7 19 79
28 AB 8 5 6 19 79
29 AC 8 5 7 20 83
30 AD 6 5 6 17 71
31 AE 7 8 6 21 88
32 AF 7 7 7 21 88
33 AG 3 5 6 14 58
34 AH 6 4 7 17 71
35 AI 6 5 6 17 71
223 199 207
224
Skor
maksimal 280 280 280
% 79,64% 71,07% 73,93%
Keterangan:
Indikator 1 = Kemampuan menyelesaikan masalah dengan jawaban yang masuk
akal.
Indikator 2 = Kemampuan menyelesaikan masalah menggunakan pengetahuan
dan pengalaman yang sudah dimiliki sebelumnya.
Indikator 3 = Kemampuan meyelesaikan masalah berdasarkan generalisasi dari
contoh atau konsep
225
Lampiran 24
PERHITUNGAN DAFTAR DISTRIBUSI FREKUENSI, MEAN, MEDIAN,
MODUS, KUARTIL, VARIANS, SIMPANGAN BAKU, KEMIRINGAN,
KETAJAMAN KELAS EKSPERIMEN
A. Ditribusi Frekuensi
1. Banyak data (n) = 35
2. Perhitungan rentang
R = = 96 – 48 = 38
3. Perhitungan banyak kelas
K = 1+ 3,3 log (n)
= 1 + 3,3 log (35)
= 1 + 3,3 (1,54)
= 6,10 = 6 (pembulatan ke bawah )
4. Perhitungan panjang kelas
= 6,15 = 7 (pembulatan ke atas)
Membuat tabel distribusi sebagai berikut:
No Interval Batas
Atas
Batas
Baw
ah
Frekuensi Titik
Tengah
(xi)
xi2 fi.xi fi.xi
2
fi fi (%) fk
1 58-64 57,5 64,5 1 2,86 1 61 3721 61 3721
2 65-71 64,4 71,5 8 22,86 9 68 4624 544 36992
3 72-78 71,5 78,5 4 11,43 13 75 5625 300 22500
4 79-85 78,5 85,5 9 25,71 22 82 6724 738 60516
5 86-92 85,5 92,5 10 28,57 32 89 7921 890 79210
6 93-99 92,5 99,5 3 8,57 35 96 9216 288 27648
Jumlah 35 100 2821 230587
226
B. Perhitungan Mean
∑ ∑
.
C. Perhitungan Median
(
)
(
)
D. Perhitungan Modus
(
)
(
)
E. Perhitungan Kuartil
(
)
(
)
(
)
(
)
F. Perhitungan Persentil
(
)
227
(
)
(
)
(
)
G. Perhitungan Varians
∑
(∑ )
( )
( ) ( )
( )
H. Perhitungan Simpangan Baku
√
I. Perhitungan Kemiringan
J. Perhitungan Ketajaman / Kurtosis
( )
( )
228
Lampiran 25
PERHITUNGAN DAFTAR DISTRIBUSI FREKUENSI, MEAN, MEDIAN,
MODUS, KUARTIL, VARIANS, SIMPANGAN BAKU, KEMIRINGAN,
KETAJAMAN KELAS KONTROL
A. Ditribusi Frekuensi
1. Banyak data (n) = 35
2. Perhitungan rentang
R = = 92 – 46 = 46
3. Perhitungan banyak kelas
K = 1+ 3,3 log (n)
= 1 + 3,3 log (35)
= 1 + 3,3 (1,54)
= 6,10 = 6 (pembulatan ke bawah )
4. Perhitungan panjang kelas
= 7,52 = 8 (pembulatan ke atas)
Membuat tabel distribusi sebagai berikut:
No Interval Batas
Atas
Batas
Bawa
h
Frekuensi Titik
Tengah
(xi)
xi2 fi.xi fi.xi
2
fi fi (%) fk
1 46-53 45,5 53,5 1 2,86 1 49,5 2450,25 49,5 2450,25
2 54-61 53,5 61,5 2 5,71 3 57,5 3306,25 115 6612,5
3 62-69 61,5 69,5 6 17,14 9 65,5 4290,25 393 25741,5
4 70-77 69,5 77,5 10 28,57 19 73,5 5402,25 735 54022,5
5 78-85 77,5 85,5 11 31,43 30 81,5 6642,25 896,5 73064,8
6 86-93 85,5 93,4 5 14,29 35 89,5 8010,25 447,5 40051,3
Jumlah 35 100 35 100 2636,5 201943
229
B. Perhitungan Mean
∑ ∑
.
C. Perhitungan Median
(
)
(
)
D. Perhitungan Modus
(
)
(
)
E. Perhitungan Kuartil
(
)
(
)
(
)
(
)
F. Perhitungan Persentil
(
)
230
(
)
(
)
(
)
G. Perhitungan Varians
∑
(∑ )
( )
( ) ( )
( )
H. Perhitungan Simpangan Baku
√
I. Perhitungan Kemiringan
J. Perhitungan Ketajaman / Kurtosis
( )
( )
231
Lampiran 26
PERHITUNGAN DATA KEMAMPUAN BERPIKIR INTUITIF
MATEMATIS KELAS EKSPERIMEN BERDASARKAN INDIKATOR
KEMAMPUAN BERPIKIR INTUITIF
No. Indikator n Skor Ideal
Maksimum
Skor
Siswa
Persentase
(%)
1 Indikator 1 35 280 240 85,71%
2 Indikator 2 35 280 227 81,07%
3 Indikator 3 35 280 213 76,07%
Keterangan:
Indikator 1 = Kemampuan menyelesaikan masalah dengan jawaban yang masuk
akal.
Indikator 2 = Kemampuan menyelesaikan masalah menggunakan pengetahuan
dan pengalaman yang sudah dimiliki sebelumnya.
Indikator 3 = Kemampuan meyelesaikan masalah berdasarkan generalisasi dari
contoh atau konsep
1. Banyak data (n) = 35
2. Skor ideal per indikator
Indikator 1 = 8 x 35 = 280
Indikator 2 = 8 x 35 = 280
Indikator 3 = 8 x 35 = 280
3. Persentase (%)
Indikator 1 =
= 85,71%
Indikator 2 =
Indikator 3 =
= 76,07%
232
Lampiran 27
PERHITUNGAN DATA KEMAMPUAN BERPIKIR INTUITIF
MATEMATIS KELAS KONTROL BERDASARKAN INDIKATOR
KEMAMPUAN BERPIKIR INTUITIF
No. Indikator n Skor Ideal
Maksimum
Skor
Siswa
Persentase
(%)
1 Indikator 1 35 280 223 79,64%
2 Indikator 2 35 280 199 71,07%
3 Indikator 3 35 280 207 73,93%
Keterangan:
Indikator 1 = Kemampuan menyelesaikan masalah dengan jawaban yang masuk
akal.
Indikator 2 = Kemampuan menyelesaikan masalah menggunakan pengetahuan
dan pengalaman yang sudah dimiliki sebelumnya.
Indikator 3 = Kemampuan meyelesaikan masalah berdasarkan generalisasi dari
contoh atau konsep
1. Banyak data (n) = 35
2. Skor ideal per indikator
Indikator 1 = 8 x 35 = 280
Indikator 2 = 8 x 35 = 280
Indikator 3 = 8 x 35 = 280
3. Persentase (%)
Indikator 1 =
= 79,64%
Indikator 2 =
Indikator 3 =
= 73,93%
233
Lampiran 28
UJI NORMALITAS HASIL POSTTEST KELAS EKSPERIMEN
No Kelas
Interval
Batas
Kelas Z F(Z)
Luas
Kelas
Interval
( )
57,5 -2,38 0,008738
1 58-64 0,0391 1,3668 1 0,098
64,4 -1,67 0,04779
2 65-71 0,1268 4,4377 8 2,860
71,5 -0,94 0,174582
3 72-78 0,2399 8,3963 4 2,302
78,5 -0,22 0,414475
4 79-85 0,2784 9,7452 9 0,057
85,5 0,50 0,69291
5 86-92 0,1967 6,8833 10 1,411
92,5 1,22 0,889577
6 93-99 0,0845 2,9576 3 0,001
99,5 1,94 0,974079
Mean 80,60
Simpangan Baku (S) 9,72
6,73
7,81
Kesimpulan : Terima Ho
Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Z = (batas kelas) – (rata-rata) / simpangan baku
F(Z) = NORMMDIST(Z)
Luas kelas interval = selisih F(Z) yang berikutnya dengan F(Z) yang
mendahuluinya.
= banyak siswa (n) x luas kelas interval
∑( )
Keterangan:
frekuensi observasi
= frekuensi ekspektasi
234
Lampiran 29
UJI NORMALITAS HASIL POSTTEST KELAS KONTROL
No Kelas
Interval
Batas
Kelas Z F(Z)
Luas
Kelas
Interval
( )
41,5 -3,41 0,00032
1 42-50 0,0058 0,2027 1 3,14
50,5 -2,51 0,006113
2 51-59 0,0490 1,7142 2 0,05
59,5 -1,60 0,055091
3 60-68 0,1903 6,6590 6 0,07
68,5 -0,69 0,245348
4 69-77 0,3413 11,9461 10 0,32
77,5 0,22 0,586664
5 78-86 0,2835 9,9223 11 0,12
86,5 1,13 0,870159
6 87-95 0,1089 3,8126 5 0,37
95,5 2,04 0,979091
Mean 75, 33
Simpangan Baku (S) 9,91
4,05
7,81
Kesimpulan : Terima Ho
Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Z = (batas kelas) – (rata-rata) / simpangan baku
F(Z) = NORMMDIST(Z)
Luas kelas interval = selisih F(Z) yang berikutnya dengan F(Z) yang
mendahuluinya.
= banyak siswa (n) x luas kelas interval
∑( )
Keterangan:
frekuensi observasi
= frekuensi ekspektasi
235
Lampiran 30
PERHITUNGAN UJI HOMOGENITAS
A. Menentukan Hipotesis Statistik
Ho :
= varians kelas kontrol
H1 :
= varians kelas eksperimen
B. Menentukan dan kriteria pengujian
Dari tabel F untuk jumlah sampel pada varian terbesar dan terkecil adalah
35 pada taraf signifikasni ( ) 5% dan pada taraf signifikansi 0,05 untuk dk
penyebut (varian terkecil) 34 dan dk pembilang (varian terbesar) 34,
diperoleh = 1,77. Kriteria pengujian untuk uji homogenitas sebagai
berikut:
Jika , maka Ho diterima
Jika , maka Ho ditolak
C. Menentukan
D. Membandingkan dengan
= FINV(0,05;34;34) yaitu 1,77
Dari hasil perhitungan diperoleh, = 1,04 < 1,77
E. Kesimpulan
Dari pengujian homogenitas dengan uji Fisher diperoleh ,
maka Ho diterima, artinya kedua sampel berasal dari populasi yang homogen.
236
Lampiran 31
PERHITUNGAN PENGUJIAN HIPOTESIS
A. Menentukan Hipotesis Statistik
H0 : 1 ≤ 2
H1 : 1 2
Keterangan:
1 = Rata-rata kemampuan berpikir intuitif matematis siswa pada kelas
eksperimen
2 = Rata-rata kemampuan berpikir intuitif matematis siswa pada kelas
kontrol
H0 = Rata-rata kemampuan berpikir intuitif matematis siswa pada kelas
eksperimen lebih kecil sama dengan rata-rata kemampuan berpikir
intuitif matematis siswa kelas kontrol
H1 = Rata-rata kemampuan berpikir intuitif matematis siswa pada kelas
eksperimen lebih tinggi dari rata-rata kemampuan berpikir intuitif
matematis siswa kelas kontrol
B. Menentukan dan kriteria pengujian
Statistik Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Rata-rata 75,33 80,60
Varian 98,21 94,54
Untuk mencari karena hipotesisnya satu pihak maka untuk menentukan
( )( )
Dengan ( ) ( )
= TINV(0,1;68)
Pada taraf signifikansi = 0,05 diperoleh .
Kriteria pengujian untuk uji hipotesis statistic sebagai berikut:
Jika , maka Ho diterima
Jika , maka H1 diterima
237
C. Menentukan
√( )
( )
√( )( ) ( )( )
√
√
D. Membandingkan dengan
Dari hasil perhitunga diperoleh
E. Kesimpulan
Dari pengujian hipotesis dengan uji-t diperoleh maka
Ho ditolak dan H1 diterima atau dengan kata lain rata-rata kemampuan
berpikir intuitif matematis siswa pada kelas eksperimen lebih dari rata-rata
kemampuan berpikir intuitif matematis siswa pada kelas kontrol
238
Lampiran 32
Tabel “r” product moment
239
Lampiran 33
Nilai Kritis Distribusi Chi-Kuadrat
240
Lampiran 34
Nilai Kritis Distribusi-t