pengaruh ekstrak etanol 96 % biji jengkol …digilib.unila.ac.id/25326/2/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
PENGARUH EKSTRAK ETANOL 96 % BIJI JENGKOL
(Pithecellobium lobatum Benth.) TERHADAP GAMBARAN
HISTOPATOLOGI PANKREAS TIKUS PUTIH
(Rattus norvegicus) JANTAN GALUR
Sprague dawley
(Skripsi)
Oleh
HESTI ARIYANTI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2017
PENGARUH EKSTRAK ETANOL 96 % BIJI JENGKOL
(Pithecellobium lobatum Benth.) TERHADAP GAMBARAN
HISTOPATOLOGI PANKREAS TIKUS PUTIH
(Rattus norvegicus) JANTAN GALUR
Sprague dawley
Oleh
HESTI ARIYANTI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
SARJANA KEDOKTERAN
Pada
Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2017
ii
ABSTRACT
THE EFFECT OF JENGKOL SEED (Pithecelobium lobatum Benth.) 96 %
ETHANOL EXTRACT ON PANCREAS HISTOPATHOLOGICAL
APPEARANCE OF WHITE MALE RODENT
(Rattus novergicus) STRAIN
Sprague dawley
By
HESTI ARIYANTI
Background: Indonesia in 2014 produced 53 661 tons jengkol and Lampung has
contribute 6,750 tons. The content of the jengkol such as tannins, saponins, and alkaloids
may increase the secretion and enable early pancreatic enzymes. Thats proccess cause
changes in the morphology of pancreatic tissue. This study aimed to determine the effect
of jengkol seeds 96 % ethanol extract on pancreatic histopathological appareance of male
rodent Sprague dawley.
Methods: The design of this study is experimental with 4 treatment groups. Each group
consisted of 5 rodents. Group I (control) was given distilled water, group II (treatment 1)
given jengkol seed 96% ethanol extract dose of 1200 mg / kg body weight per day, group
III (treatment 2) given jengkol seed 96% ethanol extract dose of 2400 mg / kg body
weight per day, group IV (treatment 3) given jengkol seed 96% ethanol extract dose of
4800 mg / kg body weight per day. Data were analyzed using Kruskal-Walis hypothesis
test (p < 0.05) and post hoc Mann Whitney test (p < 0.05).
Results: Group I found a score of 0 and 1, group II found a score of 1 and 2, Group III
found a score of 1,2, and 3, the group IV found a score of 2 and 3.
Conclusion: The jengkol seeds 96 % ethanol extract can affect the pancreas
histopathologic appareance of male rodents Sprague dawley (p = 0.006).
Keywords: ethanol extract, jengkol seed, pancreatic histopathology.
iii
ABSTRAK
PENGARUH EKSTRAK ETANOL 96 % BIJI JENGKOL
(Pithecellobium lobatum Benth.) TERHADAP GAMBARAN
HISTOPATOLOGI PANKREAS TIKUS PUTIH
(Rattus norvegicus) JANTAN GALUR
Sprague dawley
Oleh
HESTI ARIYANTI
Latar Belakang: Indonesia tahun 2014 memproduksi jengkol sebesar 53.661 ton dan
Lampung ikut berkontribusi sebesar 6.750 ton. Kandungan dalam jengkol seperti tanin,
saponin, dan alkaloid dapat meningkatkan sekresi dan mengaktifkan secara dini enzim
pankreas. Rangakaian peristiwa ini diduga menyebabkan perubahan morfologi jaringan
pankreas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol
96 % biji jengkol terhadap gambaran histopatologi pankreas tikus putih jantan galur
Sprague dawley.
Metode: Disain penelitian ini adalah eksperimental dengan 4 kelompok perlakuan.
Masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor tikus. Kelompok I (kontrol) diberikan
akuades, kelompok II (perlakuan 1) diberikan ekstrak etanol 96 % biji jengkol dosis 1200
mg/kgBB per hari, kelompok III (perlakuan 2) diberikan ekstrak etanol 96 % biji jengkol
dosis 2400 mg/kgBB per hari, kelompok IV (perlakuan 3) diberikan ekstrak etanol 96 %
biji jengkol dosis 4800 mg/kgBB per hari. Data dianalisis menggunakan uji hipotesis
Kruskal-Walis (p < 0,05) dan uji post hoc Mann Whitney (p < 0,05).
Hasil: Kelompok I ditemukan skor 0 dan 1, kelompok II ditemukan skor 1 dan 2,
kelompok III ditemukan skor 1,2, dan 3, kelompok IV ditemukan skor 2 dan 3.
Kesimpulan: Pemberian ekstrak etanol 96 % biji jengkol dapat mempengaruhi gambaran
histopatologi pankreas tikus putih jantan galur Sprague dawley (p = 0,006).
Kata kunci: biji jengkol, ekstrak etanol, histopatologi pankreas.
iv
Judul : PENGARUH EKSTRAK ETANOL 96 % BIJI
JENGKOL (Pithecellobium lobatum Benth.)
TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI
PANKREAS TIKUS PUTIH (Rattus novergicus)
JANTAN GALUR Sprague dawley
Nama Mahasiswa : Hesti Ariyanti
No Induk Mahasiswa : 1318011079
Program Studi : Pendidikan Dokter
Fakultas : Kedokteran
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
2. MENGETAHUI
Dekan Fakultas Kedokteran
Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes., Sp.PA
NIP. 197012082001121001
Soraya Rahmanisa, S.Si., M.Sc
NIP. 198504122010122001
dr. Novita Carolia, S.Ked., M.Sc
NIP. 198311102008012001
v
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji:
Ketua : dr. Novita Carolia, S.Ked., M.Sc
Sekertaris : Soraya Rahmanisa, S.Si., M.Sc
Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes., Sp.PA
2. Dekan Fakultas Kedokteran:
Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes., Sp.PA
NIP. 197012082001121001
Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 23 Januari 2017
vi
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan dengan sebenarnya, bahwa:
1. Skripsi dengan judul “PENGARUH EKSTRAK ETANOL 96 % BIJI
JENGKOL (Pithecellobium lobatum Benth.) TERHADAP GAMBARAN
HISTOPATOLOGI PANKREAS TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)
GALUR Sprague dawley” adalah hasil karya saya sendiri dan tidak
melakukan penjiplakan atau pengutipan atas karya penulis lain dengan cara
tidak sesuai tata etika ilmiah yang berlaku dalam masyarakat akademik atau
yang disebut plagiarisme.
2. Hak intelektualistas atas karya ilmiah ini diserahkan sepenuhnya kepada
Universitas Lampung.
Atas pernyataan ini, apabila dikemudian hari ternyata ditemukan adanya
ketidakbenaran, saya bersedia menanggung akibat dan sanksi yang diberikan
kepada saya.
Bandarlampung, Januari 2017
Pembuat Pernyataan,
Hesti Ariyanti
NPM 1318011079
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Denpasar pada tanggal 30 Januari 1995 sebagai anak terakhir
dari dua bersaudara dari Bapak Agus Surja Widjaja, S.Si dan Ibu Ana Yuniati,
S.E.
Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) diselesaikan di Aisyiyah Bustanul Athfal
Tuban pada tahun 2001. Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN Paseban 05
pagi pada tahun 2007. Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMPN
1 Jakarta pada tahun 2010. Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 77 Jakarta
pada tahun 2013.
Tahun 2013, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SBMPTN). Selama menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung, penulis pernah menjadi Asisten Dosen Farmakologi dan Clinical Skill
Lab, serta pernah mengikuti organisasi PMPATD PAKIS Rescue Team.
viii
Sebuah persembahan sederhana untuk
Papa, Mama, dan Mba Ayu
Allah will not change
the condition of a people
until they change
what is in themselves
(QS 13:11)
ix
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan segala
kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Ekstrak Etanol 96 % Biji Jengkol (Pithecellobium lobatum
Benth.) terhadap Gambaran Histopatologi Pankreas Tikus Putih (Rattus
norvegicus) Jantan Galur Sprague dawley”.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada :
Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., Selaku Rektor Universitas
Lampung;
Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes., Sp.PA., selaku Dekan Fakultas Kedoketran
Universitas Lampung dan Pembahas;
dr. Novita Carolia, S.Ked., M.Sc selaku Pembimbing Utama atas kesediaannya
untuk meluangkan banyak waktu, memberikan nasihat, bimbingan, saran, dan
kritik yang bermanfaat dalam proses penyelesaian skripsi ini;
Ibu Soraya Rahmanisa, S.Si., M.Sc selaku Pembimbing Kedua atas
kesediaannya untuk meluangkan waktu, memberikan nasihat, bimbingan,
saran, dan kritik yang bermanfaat dalam proses penyelesaian skripsi ini;
x
dr. Ratna Dewi Puspita Sari, Sp.OG selaku Pembimbing Akademik atas
nasihat, bimbingan, saran dan kritik yang bermanfaat selama perkuliahan di
Fakultas Kedokteran;
Seluruh staf dosen Fakultas Kedokteran Universitas Lampung atas ilmu yang
telah diberikan dalam proses perkuliahan;
Seluruh staf akademik, administrasi, dan tata usaha Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung yang telah memberikan bantuan selama penulis menjadi
Mahasiswa Fakultas Kedokteran;
Terimakasih Papa, Mama, dan Mba Ayu yang saya hormati dan saya sayangi
atas doa, perhatian, dukungan yang mengalir setiap saat. Terimakasih telah
memberikan saya pendidikan yang terbaik, baik formal maupun nonformal
yang dapat digunakan untuk bekal dimasa depan;
Sahabat saya “Anti-Wacana” Farras Cahya Puspitha, Nidya Tiaz Putri Azhari,
Siti Masruroh, Wulan Noventi yang telah memotivasi saya untuk terus
bergerak maju.
Sahabat saya “YNWA” Dessy Nurlita dan Silvia Mara Asvita yang telah
menjadi tumpuan saya setiap jatuh semenjak tahun pertama kuliah
Sahabat saya “Anak Ayam” Annisa Aprilia dan Cantika Tara Sabilla yang
sabar menerima kebiasaan saya.
“Arbenta” Ara, Julia, Natasyah, Indah, Atika, Dani, Dara, Devita, Rizky,
Hafiza, dan Imul yang telah menjadi keluarga dari anak rantau seperti saya.
Teman seperjuangan “Tim Jengkol” Farida Alatas, Bayu Arief Hartanto, dan
Restu Pamanggih atas bantuan kalian sehingga penelitian ini dapat
terselesaikan. Semoga kita bisa lebih sukses kedepannya;
xi
Teman sejawat “CERE13ELLUMS” atas kebersamaan dan kekompakan
selama 3,5 tahun perkuliahan. Semoga kita bisa menjadi dokter yang amanah,
kebanggaan orangtua, FK Unila, dan Negara;
Teman KKN “DARRATIH FAMILY” Daryati, Rifky, Rido, Ajito, Tessa, dan
Irfan atas pengalaman menyenangkan selama dua bulan;
“Sahabat SMA” Kenya, Jasmine, Fanny, dan Ilmi;
“Sahabat SMP” Khuryyah Arinal Khaq, Ni Made Dhiar Wulan Vitaloka, dan
Elsa Anindya Putri;
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah
berkontribusi dalam penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat
dan pengetahuan baru kepada setiap orang yang membacanya. Terima kasih.
Bandar Lampung, Januari 2017
Penulis
Hesti Ariyanti
xii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT....................................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................... v
LEMBAR PERNYATAAN............................................................................. vi
RIWAYAT HIDUP......................................................................................... vii
PERSEMBAHAN............................................................................................ viii
SANWACANA................................................................................................ ..ix
DAFTAR ISI.................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL............................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR....................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian....................................................................... 3
1.4. Manfaat Penelitian..................................................................... 3
BAB II TUNJAUAN PUSTAKA
2.1. Pankreas..................................................................................... 4
2.1.1. Anatomi....................................................................... 4
2.1.2. Histologi...................................................................... 6
2.1.3. Fisiologi....................................................................... 7
2.2. Jengkol....................................................................................... 10
2.2.1. Taksonomi.................................................................... 10
2.2.2. Morfologi..................................................................... 10
2.2.3. Kandungan................................................................... 11
2.3. Hewan Coba.............................................................................. 11
2.3.1. Taksonomi.................................................................... 11
xiii
2.3.2. Morfologi..................................................................... 12
2.4. Kerangka Teori.......................................................................... 13
2.5. Kerangka Konsep...................................................................... 14
2.6. Hipotesis.................................................................................... 15
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian................................................. 16
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian................................................... 16
3.3. Sampel Penelitian...................................................................... 17
3.3.1. Kriteria Inklusi dan Eksklusi....................................... 18
3.4. Bahan dan Alat Penelitian......................................................... 18
3.4.1. Bahan Penelitian.......................................................... 18
3.4.2. Alat Penelitian............................................................. 19
3.5. Prosedur Penelitian.................................................................... 19
3.5.1. Posedur Ekstraksi Biji Jengkol.................................... 19
3.5.2. Prosedur Perlakuan...................................................... 20
3.5.3. Prosedur Pembuatan Preparat...................................... 22
3.6. Diagram Alur Penelitian............................................................ 25
3.7. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional.......................... 26
3.7.1. Identifikasi Variabel.................................................... 26
3.7.2. Definisi Operasional Variabel...................................... 26
3.8. Analisis Data.............................................................................. 26
3.9. Etik Penelitian............................................................................ 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian........................................................................... 28
4.1.1. Histopatologi Pankreas Tikus....................................... 28
4.1.2. Analisis Histopatologi Pankreas Tikus......................... 31
4.2. Pembahasan................................................................................ 33
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan..................................................................................... 36
5.2. Saran........................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 37
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Definisi operasional variabel................................................................... 26
2. Hasil skoring histopatologi pankreas tikus.............................................. 31
3. Analisis univariat..................................................................................... 32
4. Hasil analisis Mann Whitney.................................................................... 32
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Histologi pankreas (a) Makroskopis (b) Mikroskopis............................... 6
2. Tanaman jengkol...................................................................................... 11
3. Tikus putih............................................................................................... 12
4. Kerangka teori pengaruh ekstrak etanol 96 % biji jengkol
terhadap gambaran histopatologi pankreas tikus..................................... 14
5. Kerangka konsep ekstrak etanol 96 % biji jengkol
terhadap gambaran histopatologi pankreas tikus..................................... 14
6. Diagram alur penelitian............................................................................ 25
7. Histopatologi pankreas tikus kelompok kontrol....................................... 29
8. Histopatologi pankreas tikus kelompok perlakuan 1............................... 29
9. Histopatologi pankreas tikus kelompok perlakuan 2............................... 30
10. Histopatologi pankreas tikus kelompok perlakuan 3............................... 31
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jengkol merupakan tanaman holtikultura tahunan yang banyak terdapat di
Asia Tenggara. Produksi jengkol di Indonesia tahun 2014 sebesar 53.661
ton dan Lampung ikut berkontribusi sebesar 6.750 ton (Kementrian
Pertanian, 2014). Tanaman jengkol dikenal mempunyai biji yang digemari
rasanya, tetapi juga dihindari karena baunya. Tanaman yang berbau
menusuk diketahui mempunyai aktivitas antioksidan yang tinggi (Cholisoh
& Utami, 2008). Kandungan antioksidan pada jengkol, diantaranya tanin,
saponin, dan alkaloid (Gaol, 2014).
Antioksidan yang dipercaya berkhasiat untuk menjaga kesehatan, di sisi lain
juga berdampak negatif bagi tubuh, salah satunya pada organ pankreas.
Dampak negatif yang dimaksudkan, yaitu tanin, saponin, dan alkaloid dalam
jengkol memiliki afinitas yang tinggi terhadap bahan makanan sehingga
kerja enzim yang seharusnya berikatan dan memetabolisme bahan makanan
tersebut terganggu. Tubuh menginterpretasikan tidak adanya proses
metabolisme bahan makanan akibat dari produksi enzim yang kurang,
2
sehingga hal ini memicu sel asinar pankreas terus mensekresikan enzim
pankreas dan membuat morfologi pankreas menjadi tidak normal. Teori
tersebut diperkuat melalui penelitian yang telah dilakukan oleh Shukri
(2011) pemberian jengkol pada tikus yang diinduksi streptozosin
menyebabkan penyembuhan sel aktif pankreas dinyatakan dengan
penurunan kadar gula darah tikus, sedangkan pemberian 50 g jengkol pada
tikus normal menimbulkan efek toksik pada pankreas, yaitu tampak
membesar (Shukri et al., 2011).
Uji toksisitas penting untuk mendapat informasi tentang gejala keracunan,
penyebab kematian, dan rentang dosis yang mematikan (Ngatidjan, 2006).
Uji toksisitas harus dilengkapi dengan pembuatan sediaan histologi dari
organ yang dianggap dapat memperlihatkan kelainan (Gunawan, 2007). Uji
toksisitas masih jarang dilakukan khususnya pada organ pankreas. Oleh
karena itu, peneliti ingin mengetahui pengaruh ekstrak etanol 96 % biji
jengkol (Pithecellobium lobatum Benth.) terhadap gambaran histopatologi
pankreas tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley.
1.2. Rumusan Masalah
Apakah ekstrak etanol 96 % biji jengkol (Pithecellobium lobatum Benth.)
mempengaruhi gambaran histopatologi pankreas tikus putih (Rattus
norvegicus) jantan galur Sprague dawley ?
3
1.3. Tujuan Penelitian
Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol 96 % biji jengkol
(Pithecellobium lobatum Benth.) pada gambaran histopatologi pankreas
tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah :
1. Bagi penulis, dapat mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol
96 % biji jengkol (Pithecellobium lobatum Benth.) pada gambaran
histopatologis pankreas tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur
Sprague dawley.
2. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi
penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pankreas
2.1.1. Anatomi
Pankreas termasuk organ retroperitoneal sejajar dengan vertebrae
L2. Bagian-bagian pankreas, yaitu caput, corpus, dan cauda.
Hubungan topografis pankreas dengan organ lainnya seperti caput
pancreatic melekat dengan duodenum pars descendens dan pars
horizontalis (Paulsen & Waschke, 2012). Processus uncinatus
bagian bawah caput pancreatic, memanjang ke tengah ke kiri
merangkul arteri dan vena mesentrica superior (Moore & Dalley,
2013). Cauda pancreatic berjalan melewati ren sinistra untuk
mencapai hilum splenicum (Paulsen & Waschke, 2012).
Pankreas memiliki permukaan depan dan belakang. Facies anterior
membentuk posterior bursa omentalis. Facies posterior berfusi
dengan peritoneum parietale. Sistem saluran pada pankreas terdiri
dari (1) duktus pancreaticus (wirsung) berjalan dari cauda
pancreatic menuju caput pancreatic disini ke bawah kemudian
menyatu dengan ductus choledochus membentuk ampulla
5
hepatopancreatica (vateri) menembus duodenum pars descendens
pada papilla duodeni major, (2) ductus pancreaticus accessories
bermuara pada duodeni minor (santorini) (Paulsen & Waschke,
2012).
Sistem sirkulasi pankreas antara lain: (1) caput diperdarahi oleh
arteri. pancreaticoduodenalis superior anterior et posterior (dari a.
gastroduodenalis) dan a. pancreaticoduodenalis inferior anterior et
posterior (a. Mesentrisa superior), (2) corpus dan cauda diperdarahi
oleh a. Splenica yang bercabang menjadi a. pancreatica dorsalis dan
a. pancreatica inferior. Vena-vena pada pankreas sesuai arterinya
dan bermuara melalui v. mesentrica superior dan v. splenica ke
dalam v. porta hepatica (Paulsen & Waschke, 2012).
Pembuluh limfatik pankreas mengikuti pembuluh darah (Moore &
Dalley, 2013). Caput pancreatic nodi lymphoidei
pancreaticoduodenales anteriores et posteriors melalui nodi
lymphoidei hepatici menuju nodi lymphoidei coeliaci atau langsung
ke nodi lymphoidei mesentrici superiors dan akhirnya ke truncus
intestinalis. Corpus pancreatic nodi lymphoidei pancreatici
superiors et inferiors ke nodi lymphoidei coeliaci, terdapat juga
hubungan dengan nodi lymphoidei lumbales retroperitoneal. Cauda
nodi lymphoidei splenici (Paulsen & Waschke, 2012).
6
2.1.2. Histologi
Pankreas adalah kelenjar campuran eksokrin endokrin. Sel eksokrin
pankreas serupa dengan kelenjar parotis. Namun, pankreas tidak
terdapat duktus striata dan diantara sel-sel eksokrin pankreas
tersebar sel endokrin yang dikenal sebagai pulau (islets) langerhans.
Sel eksokrin terdiri dari sel sekretorik mirip anggur yang
diselubungi serat retikuler dan kapiler yang dikenal sebagai asinus.
Setiap asinus pankreas terdiri dari sel asinar. Setiap asinus pankreas
dialiri oleh duktus interkalaris dengan sel-sel awalnya, yaitu sel
sentroasinar yang terpulas pucat. Duktus interkalaris bergabung
membentuk ductus interlobular yang dilapisi epitel columnar
selapis. Sel asinar menghasilkan granula zimogen yang mencapai
maksimum pada hewan yang berpuasa. Setiap hari pankreas
menyekresikan 1,5 - 2 L getah (Mescher, 2011).
Gambar 1. Histologi pankreas (a) Makroskopis (b) Mikroskopis
(sumber: Mescher, 2011).
7
2.1.3. Fisiologi
Pankreas adalah organ yang terletak dibawah dan dibelakang
lambung. Enzim-enzim pencernaan pankreas disekresikan oleh asini
pankreas dan natrium bikarbonat disekresi oleh duktulus kecil dan
duktus lebih besar yang berasal dari asini. Produk kombinasi ini
mengalir melalui duktus pankreatikus, bergabung dengan duktus
hepaticus sebelum mengeluarkan isinya ke duodenum melalui papila
vateri yang dikelilingi sfingter oddi (Guyton & Hall, 2007).
Enzim proteolitik pankreas antara lain (1) tripsinogen disekresikan
ke dalam lumen duodenum, diaktifkan menjadi tripsin oleh
enterokinase (juga dikenal enteropeptidase). Tripsin secara
otokatalisis mengaktifkan lebih banyak tripsinogen. Sebagai proteksi
tambahan, pankreas menghasilkan inhibitor tripsin, yang
menghambat kerja tripsin jika secara tidak sengaja terjadi
pengaktifan tripsinogen dalam pankreas, (2) kimotripsinogen diubah
tripsin menjadi bentuk aktif kimotripsin, dan (3)
prokarboksipeptidase diubah tripsin menjadi bentuk aktif
karboksipeptidase. Produk akhir dari proses ini adalah rantai peptide
pendek dan asam amino. Mucus yang disekresikan oleh usus halus
melindungi dinding usus halus dari kerja enzim proteolitik aktif
(Sherwood, 2011).
8
Amilase pankreas disekresikan dalam bentuk aktif karena tidak
membahayakan sel sekretorik. Kerjanya sama dengan amilase saliva,
yaitu mengubah polisakarida menjadi disakarida maltose. Lipase
pankreas disekresikan dalam bentuk aktif dan berperan
menghidrolisis trigliserida menjadi monogliserida dan asam lemak
bebas (Sherwood, 2011).
Natrium bikarbonat (NaHCO3) yang disekresikan oleh sel asinar
pankreas. Berperan tidak hanya untuk mengoptimalkan enzim
pankreas tetapi juga menetralkan kimus dari lambung sehingga
mencegah kerusakan mukosa duodenum akibat asam (Sherwood,
2011). Mekanisme sekresi natrium bikarbonat yang hampir
seluruhnya isoosmotik adalah karbon dioksida berdifusi dari
sirkulasi ke dalam sel endotel dipengaruhi karbonik anhidrase,
bergabung dengan air membentuk asam karbonat (H2CO3). Asam
karbonat kemudian berdisosiasi menjadi ion bikarbonat dan ion
hidrogen (HCO3- dan H
+). Kemudian ion bikarbonat secara aktif
ditranspor bersama ion natrium ke dalam lumen duktulus. Ion
hidrogen di dalam sel endotel ditukar dengan ion natrium melalui
proses transport aktif sekunder. Proses ini menyebabkan ion natrium
ditranspor ke dalam lumen duktus pankreatikus untuk menetralkan
kelistrikan ion bikarbonat yang disekresi. Keseluruhan gerakan ion
natrium dan bikarbonat menyebabkan osmosis air ke dalam duktus
pankreatikus (Guyton & Hall, 2007).
9
Sekresi eksokrin pankreas terjadi dalam 3 fase, sama dengan sekresi
gastrik, yaitu fase sefalik, fase gastrik, dan fase intestinal. Selama
fase sefalik, asetilkolin dilepaskan dari ujung-ujung nervus vagus
parasimpatis. Selama fase gastrik, terjadi peningkatan sekresi
sebagai respon tehadap gastrin. Namun, stimulasi utama sekresi
pankreas selama fase intestinal. Asam di duodenum memicu
dilepaskannya sekretin yang selanjutnya dibawa oleh darah ke
pankreas. Sedangkan kolesistokinin (CCK) dirangsang adanya lemak
di duodenum. sistem sirkulasi mengankut CCK ke pankreas untuk
meningkatkan sekresi enzim pencernaan. Perbandingan jumlah
enzim yang dikeluarkan tidak berbeda berdasarkan jenis makanan.
Bukti menunjukkan bahwa CCK berperan dalam adaptasi enzim
pencernaan pankreas terhadap perubahan berkepanjangan dalam diet
(Sherwood, 2011).
Sel endokrin pankreas adalah (1) sel 𝛽 menghasilkan insulin yang
menimbulkan efek menurunkan kadar glukosa, asam lemak, dan
asam amino darah, serta mendorong penyerapan bahan-bahan
tersebut dalam sel. (2) sel 𝛼 menghasilkan glucagon. (3) Yang lebih
jarang, sel D menghasilkan somatostatin yang menimbulkan efek
inhibisi terhadap sekresi insulin, glukagon, dan somatostatin itu
sendiri (Sherwood, 2011).
10
2.2. Jengkol
2.2.1. Taksonomi
Pengelompokkan tumbuhan jengkol terdiri atas:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Fabales
Suku : Mimosaceae
Marga : Pithecellobium
Spesies : Pithecellobium lobatum Benth. (Pandey, 2003).
2.2.2. Morfologi
Pohon jengkol merupakan tumbuhan asli Indonesia yang dapat
tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian 1000 mdpl. Umumnya
dijumpai di daerah terbuka atau sedikit ternaungi, lahan yang kurang
terawat pada tanah-tanah liat, lempung maupun yang berbatu dengan
drainase yang baik. Jengkol tumbuh paling baik di daerah kemarau
sedang, yaitu Sumatra, Jawa, Bali, dan Sulawesi Utara. Tinggi pohon
mencapai 26 m dengan diameter 40 cm. Batangnya tegak lurus
dengan bebas cabang lebih dari 3 m dari permukaan tanah (Arsadi,
2011). Tulang daun menyirip dengan panjang 25 cm. Buah polong
berbentuk gepeng berbelit dan berwarna lembayung tua biasanya 3-9
buah dengan lebar diameter 4-5 cm. biji buah berkulit ari tipis dan
11
berwarna cokelat mengkilap seperti pada gambar 2 (Bunawan et al .,
2013).
Gambar 2. Tanaman jengkol (sumber: Bunawan et al., 2013).
2.2.3. Kandungan
Dalam 1 buah jengkol terdapat 1010 kalori, air 733 g, lemak 3 g,
protein 58 g, kalsium 290 mg, fosfor 600 mg, zat besi 7 mg, karoten
3,73 mg, vitamin B1 1,1 mg, vitamin B2 1,1 mg, vitamin B3 8 mg,
dan vitamin C 149 mg (Shukri et al., 2011). Kandungan antioksidan
buah jengkol seperti tanin, saponin, flavonoid, terpenoid, alkaloid
(Gaol, 2014).
2.3. Hewan Coba
2.3.1. Taksonomi
Pengelompokkan tikus terdiri atas:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
12
Kelas : Mammalia
Ordo : Rodentia
Subordo : Myomorpha
Famili : Rattus
Spesies : Rattus norvegicus
Galur : Sprague dawley (Sholichah, 2007).
2.3.2. Morfologi
Tekstur rambut kasar dan agak panjang, hidung tumpul, bentuk
badan silindris agak membesar ke belakang, warna putih, berat 150-
600 gram, panjang kepala + badan 150-250 mm, panjang ekor 160-
210 mm, lebar telinga 18-24 mm, panjang telapak kaki belakang 40-
47 mm (Sholichah, 2007).
Gambar 3.Tikus putih (sumber: Gaol, 2014).
13
2.4. Kerangka Teori
Alkaloid dapat menyebabkan paralisis dari sistem saraf pusat (Tiwari et al.,
2011). Dengan cara memodulasi transmisi kolinergik melalui situs vagal,
sehingga regulasi neurohormonal terganggu. Pankreas gagal menghasilkan
inhibitor tripsin sebagai proteksi tambahan ketika terjadi pengaktifan
tripsinogen dalam pankreas (Saluja et al., 2009).
Tanin adalah antinutrisi dapat mengikat protein dan menimbulkan astrigen
(rasa sepat di mulut) (Tandi, 2010). Tanin menurunkan aktivitas enzim
tripsin dalam menyerap protein (Ambarningrum et al., 2007). Dihambatnya
kerja tripsin dipercaya cukup untuk menstimulasi dilepaskannya CCK dari
usus halus yang diikuti peningkatan produksi enzim pankreas (Greaves,
2012)
Saponin adalah suatu glikosida hidrofilik yang dikombinasikan dengan
derivat triterpene lipofilik (Cahyadi, 2009). Saponin bersifat seperti sabun
berdasarkan kemampuannya membentuk busa (Nuraini, 2007). Saponin
mengikat garam empedu membentuk micelle yang tidak dapat diserap oleh
usus melainkan langsung diekskresikan lewat feses (Lajuck, 2012). Hasil
pencernaan dari lipid yang terdapat pada duonenum, merangsang
dilepaskannya CCK (Price & Wilson, 2005).
CCK meningkatkan konversi tripsinogen menjadi tripsin, Setelah tripsin
terbentuk maka enzim ini mengaktifkan enzim proteolitik lainnya yang
14
menjadi sumber bahaya terhadap pankreas itu sendiri. Kalikrein salah satu
enzim yang diaktifkan oleh tripsin. Kerja kalikrein melepaskan kinin dari
kininogen menyebabkan vadosilatasi dan peningkatan permeabilitas
vaskular, sehingga pankreas tampak edema (Price & Wilson, 2005).
Gambar 4. Kerangka teori pengaruh ekstrak etanol 96 % biji jengkol terhadap gambaran
histopatologi pankreas tikus.
2.5. Kerangka Konsep
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambar 5. Kerangka konsep ekstrak etanol 96 % biji jengkol terhadap
gambaran histopatologi pankreas tikus.
Histopatologi
pankreas tikus
Ekstrak etanol 96 %
biji jengkol
Jengkol
Tanin Alkaloid Saponin
Ikat protein Ikat empedu
Neurohormonal terganggu Tripsin terganggu Lemak di duodenum
Tripsinogen diaktifkan
secara prematur
CCK aktif
Gagal hasilkan proteksi tambahan
Rusak kolinergik vagus
Elastase Lipase Kalikrein
Hemoragi Nekrosis Edema
15
2.6. Hipotesis
Terdapat pengaruh ekstrak etanol 96 % biji jengkol (Pithecellobium lobatum
Benth.) terhadap gambaran histopatologi pankreas tikus putih (Rattus
norvegicus) jantan galur Sprague dawley.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan metode Post Test
Only Control Group Design. Subjek penelitian yang akan digunakan adalah
20 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley, sehat,
umur 3-4 bulan dengan berat badan 200-250 g yang dibeli dari Palembang
Tikus Centre dan dikelompokkan secara randomisasi ke dalam 4 kelompok.
3.2. Waktu dan Tempat
Penelitian telah dilakukan pada bulan September-November 2016 dan
dilakukan dibeberapa tempat antara lain:
1. Pembuatan ekstrak di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Lampung
2. Pengenceran ekstrak di Laboratorium Biomol Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung.
3. Pembuatan preparat di Balai Veteriner Provinsi Lampung
4. Terminasi hewan coba dan pembacaan preparat Laboratorium Patologi
Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
17
3.3. Sampel Penelitian
Sampel menurut Notoadmodjo (2010) adalah sebagian yang diambil dari
keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap memiliki seluruh populasi.
Menurut Frederer, rumus penentuan sampel untuk uji eksperimental adalah
t (n-1) ≥ 15
Dimana t merupakan jumlah kelompok percobaan dan n merupakan jumlah
pengulangan atau jumlah sampel setiap kelompok. Penelitian ini
menggunakan 4 kelompok perlakuan sehingga perhitungan sampel menjadi:
4 (n-1) ≥ 15
4n-4 ≥ 15
4n ≥ 19
n ≥ 4,75
Jadi, sampel yang digunakan tiap kelompok percobaan sebanyak 5 ekor (n
≥ 4,75) dan jumlah kelompok yang digunakan adalah 4 kelompok sehingga
penelitian ini menggunakan 20 ekor tikus dari populasi yang ada. Untuk
mengantisipasi hilangnya eksperimen maka dilakukan dengan koreksi:
N = n / (1-f)
Dimana N adalah besar sampel koreksi, n adalah besar sampel awal, dan f
adalah perkiraan proporsi drop out sebesar 10% sehingga,
N = 5 / (1–10 %)
N = 5 / 0,9
N = 5,5
18
Jadi sampel yang digunakan tiap kelompok percobaan sebanyak 6 ekor (N =
5,5 dibulatkan). Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan 24 ekor tikus
yang dibagi kedalam 4 kelompok.
3.3.1. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
A. Kriteria inklusi
1. Jantan
2. Berat badan 200-250 g
3. Usia 3-4 bulan
4. Rambut putih
B. Kriteria Ekslusi
1. Penurunan berat badan lebih dari 10 % selama masa adaptasi
2. Rambut kusam dan rontok
3. Kaki patah dan tidak aktif bergerak
3.4. Bahan dan Alat Penelitian
3.4.1. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan selama perlakuan, yaitu ekstrak etanol biji
jengkol dengan dosis 1200 mg/kgBB, 2400 mg/kgBB, 4800
mg/kgBB, aquades, ekstrak etanol 96 % biji jengkol, tikus putih jantan
galur Sprague dawley, dan pakan tikus.
19
Bahan yang digunakan untuk pembuatan preparat histologi dengan
metode paraffin, yaitu larutan formalin 10 %, alkohol 70 %, alkohol
96 %, alkohol absolut, xylol, pewarna Hematoksisilin Eosin (HE),
dan entelan.
3.4.2. Alat Penelitian
Alat yang digunakan selama perlakuan, yaitu neraca analitik Metler
Toledo dengan tingkat ketelitian 0,01 g untuk menimbang berat
tikus, sonde lambung untuk mencekoki ekstrak biji jengkol, spuit
oral 1 cc dan 5 cc, minor set untuk membedah perut tikus
(laparatomi), handschoen, kandang tikus, botol minum tikus, dan
kamera digital.
Alat yang digunakan untuk pembuatan preparat histologi, yaitu
object glass, deck glass, tissue cassette, rotary microtome, oven,
waterbath, platening table, autotechnicome processor, staining jar,
staining rack, kertas saring, histoplast, dan paraffin dispenser.
3.5. Prosedur Penelitian
3.5.1. Prosedur Ekstraksi Biji Jengkol
Bahan baku biji jengkol yang masih segar dikumpulkan, dibuang
bagian yang tidak diperlukan (sortasi basah), dicuci bersih di bawah
air mengalir, dan ditiriskan. Biji jengkol selanjutnya dirajang kecil-
kecil dan dikeringkan di bawah matahari, dibuang benda-benda asing
20
atau kotoran yang masih tertinggal pada simplisia kering (sortasi
kering), kemudian dihaluskan dengan mortar dan lalu disimpan
dalam wadah bersih. Dihasilkan serbuk biji jengkol (simplisia) dan
selanjutnya dilakukan ekstraksi. Pembuatan ekstrak etanol biji
jengkol dilakukan dengan metode maserasi. Maserasi adalah
penarikan simplisia dengan cara merendam simplisia tersebut dalam
cairan penyari. Serbuk simplisia direndam dalam 2 liter etanol 96 %
selama 24 jam, selanjutnya disaring hingga didapatkan filtrat. Filtrat
tersebut kemudian dievaporasi menggunakan Rotary evaporator
hingga dihasilkan ekstrak kental. Ekstrak kental tersebut selanjutnya
diencerkan menggunakan aquades sesuai dengan dosis yang
dibutuhkan, yaitu 1200 mg/kgBB, 2400 mg/kgBB, dan 4800
mg/kgBB (Gaol, 2014).
3.5.2. Prosedur Perlakuan
Prosedur perlakuan, pembuatan dan pembacaan preparat disajikan
dalam Gambar 6 dan dijelaskan sebagai berikut:
1. Selama 7 hari tikus dibiarkan adaptasi dengan kandang
(aklimatisasi) dan diukur berat badannya menggunakan neraca
analitik sebelum diberi perlakuan. Selama masa adaptasi dan
masa perlakuan, tikus diberi makan pelet ayam serta minum air
ad libitum.
2. Tikus sebanyak 20 ekor dikelompokkan dalam 4 kelompok.
Kelompok 1 sebagai kelompok kontrol negatif, dimana hanya
21
diberi akuades per oral. Kelompok 2,3, dan 4 sebagai kelompok
perlakuan. Dimana kelompok 2 diberikan ekstrak etanol 96 % biji
jengkol 1200 mg/kgbb per oral sekali sehari, kelompok 3
diberikan ekstrak etanol 96% biji jengkol 2400 mg/kgbb per oral
sekali sehari, kelompok 4 diberikan ekstrak etanol 96% biji
jengkol 4800 mg/kgbb per oral sekali sehari.
3. Tikus dipuasakan selama 8-12 jam, kemudian ukur mencekoki
tikus kelompok 2, 3 dan 4 dengan ekstrak etanol biji jengkol
sebanyak 3 cc, dengan dosis masing-masing 1200, 2400 dan 4800
mg/kgBB selama 14 hari, satu kali setiap hari.
4. Pada hari ke-15, tikus dari tiap kelompok dianastesi dengan
Ketamine˗xylazine 75˗100 mg/kgBB + 5˗10 mg/kgBB secara
intraperitoneal (IP) lalu tikus di euthanasia berdasarkan
Institutional Animal Care and Use Committee (IACUC)
menggunakan metode cervical dislocation dengan cara ibu jari
dan jari telunjuk ditempatkan dikedua sisi leher di dasar kranium.
Sementara tangan lain memegang pada pangkal ekor dan dengan
cepat ditarik sehingga menyebabkan pemisahan antara tengkorak
dan otak dari sumsum tulang belakang..
5. Setelah tikus mati, dilakukan laparotomi, pankreas tikus diambil
untuk sediaan mikroskopis. Pembuatan sediaan mikroskopis
dengan metode paraffin dan pewarnaan HE.
6. Sampel pankreas difiksasi dengan formalin 10 %
7. Teknik pembuatan preparat histopatologi
22
3.5.3. Prosedur Pembuatan Preparat
1. Fixation
Spesimen berupa potongan organ pankreas yang telah dipotong
secara representatif kemudian segera difiksasi dengan formalin
10% selama 3 jam Kemudian, cuci di bawah air mengalir
sebanyak 3−5 kali
2. Trimming
Organ pankreas dibuat kecil ±3 mm. Kemudian, dimasukkan ke
embedding cassette.
3. Dehydration
Embedding cassette dikeringkan dari air dengan menggunakan
kertas tisu. Perendaman organ pankreas dimulai berturut-turut
dengan alkohol 70 %, 96 %, absolut I, II, III masing-masing
selama satu jam
4. Clearing
Alkohol dibersihkan dengan menggunakan xylol I, II, III masing-
masing selama 30 menit.
5. Impregnasi
Paraffin I dan II digunakan masing-masing selama satu jam dalam
inkubator dengan suhu 65,1 ⁰C.
6. Embedding
Tuang paraffin dalam pan, pindahkan satu per satu embedding
cassette ke dasar pan. Lepaskan paraffin yang berisi pankreas dari
pan dengan memasukkan ke dalam suhu 4-6 ⁰C beberapa saat.
23
Potong paraffin sesuai dengan letak jaringan dengan
menggunakan scalpel. Letakkan pada balok kayu, ratakan
pinggirnya dan buat ujungnya sedikit meruncing. Blok paraffin
siap dipotong dengan mikrotom.
7. Cutting
Sebelum blok paraffin dipotong, dinginkan terlebih dahulu.
Lakukan potongan kasar lanjutkan potongan halus sebesar 4˗5
mikron. Pilih lembaran potongan yang paling baik, apungkan
pada air dan hilangkan kerutannya dengan cara tekan salah satu
sisi lembaran jaringan tersebut dengan ujung jarum dan sisi yang
lain ditarik menggunakan kuas runcing. Pindahkan lembaran
jaringan ke dalam water bath selama beberapa detik sampai
mengembang sempurna. Dengan gerakan menyendok, ambil
lembaran jaringan tersebut dengan slide bersih dan tempatkan di
tengah atau pada sepertiga atas atau bawah, cegah jangan sampai
ada gelembung udara di bawah jaringan. Slide yang berisi
jaringan ditempatkan pada inkubator (suhu 37oC) selama 24 jam
sampai jaringan melekat sempurna.
8. Staining
Pilih slide terbaik selanjutnya secara berurutan memasukkan ke
dalam zat kimia dibawah ini dengan waktu sebagai berikut.
Pertama, dilakukan deparafinisasi dalam xylol I selama 5 menit,
xylol II selama 5 menit, ethanol absolut selama 1 jam. Kedua,
dilakukan hidrasi dalam alkohol 96% selama 2 menit, alkohol
24
70% selama 2 menit, air selama 10 menit. Ketiga, dibuat pulasan
inti dengan menggunakan Harris Hematoksilin selama 15 menit,
dibilas dengan air mengalir, diwarnai kembali dengan eosin
selama maksimal 1 menit. Keempat, didehidrasi dengan
menggunakan alkohol 70%, 96%, absolut masing-masing selama
2 menit. Kelima, dijernihkan dengan xylol I dan II masing-masing
selama 2 menit.
9. Mounting
Letakkan slide diatas kertas tissue pada tempat datar. Kemudian,
ditetesi dengan bahan mounting yaitu entelan dan ditutup dengan
cover glass, cegah adanya gelembung udara.
10. Baca slide dengan mikroskop
Slide diperiksa dibawah mikroskop cahaya dengan pembesaran
400 x.
25
3.6. Diagram Alur Penelitian
Gambar 6. Diagram alur penelitian.
Siapkan alat dan bahan
Timbang BB tikus
Penelitian selama 14 hari
K2
Aquades
p.o dosis
tunggal
Ekstrak etanol 96 %
biji jengkol 2400
mg/kgBB p.o dosis
tunggal
Ekstrak etanol 96 %
biji jengkol 4800
mg/kgBB p.o dosis
tunggal
Ekstrak etanol 96 %
biji jengkol 1200
mg/kgBB p.o dosis
tunggal
Hari ke-15 tikus di anastesi dan eutanasia
Laparotomi, pankreas diambil
Fiksasi dengan formalin 10%
Kirim sampel ke lab. PA
Amati preparat dibawah mikroskop
Interpretasi
K1 K4 K3
26
3.7. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional
3.7.1. Identifikasi Variabel
1. Variabel Independen
a. Kontrol negatif pemberian aquadest.
b. Perlakuan 1,2,3 pemberian ekstrak etanol 96 % biji jengkol.
2. Variabel Dependen
Gambaran histopatologi pankreas.
3.7.2. Definisi Operasional Variabel
Penjelasan definisi operasional melalui tabel 5x2 dibawah ini:
Tabel 1. Definisi operasional variable.
Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Dosis
ekstrak
etanol
96% biji
jengkol
Ekstrak etanol 96% biji
jengkol yang diberikan
secara oral dengan
menggunakan sonde.
Analytical
Balance,
gelas ukur,
dan pipet
tetes
Dosis dalam penelitian:
1200 mg/kgBB,
2400 mg/kgBB, dan
4800 mg/kgBB
Kategori
Ordinal
Histo-
patologi
pankreas
Gambaran jaringan
pankreas tikus dengan
melakukan pengamatan
pada perbesaran 400x.
Mikroskop
cahaya
Edema parenkim pankreas
sebagai berikut:
0 = tak tampak
1 = < 25 %
2 = 25-50 %
3 = > 50 % (De Cock et
al., 2007)
Kategori
Ordinal
3.8. Analisis Data
Analisis data penelitian diproses dengan aplikasi pengolahan data statistik.
Dengan tingkat signifikansi p = 0,05. Hasil penelitian dideskripsikan dengan
Analisis Univariat, dilanjutkan dengan metode Chi Squere. Data tidak
27
memenuhi syarat maka alternatifnya dipilih uji Kruskal Wallis. Hipotesis
dilanjutkan dengan analisis post hoc Mann Whitney.
3.9. Etik Penelitian
Penelitian ini telah lulus Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung dengan nomor surat 120/UN
26.8/DL/2017.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh pemberian ekstrak etanol 96 % biji jengkol
(Pithecellobium lobatum) terhadap gambaran histopatologi pankreas tikus
putih (Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley.
5.2. Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan dari penelitian ini yaitu
sebagai berikut:
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pengaruh kandungan lain biji
jengkol terhadap organ pankreas.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pengaruh biji jengkol terhadap
kadar enzim-enzim pankreas.
3. Peneliti lain disarankan untuk menguji lebih lanjut toksisitas sub akut
dan kronik dari ekstrak etanol 96% biji jengkol.
DAFTAR PUSTAKA
Arsadi B. 2011. Kualitas kayu lapis dari kayu bulat berdiameter kecil jenis dadap
(Erythrina variegata Lamk.), kemiri (Aleurites moluccana Willd.) dan
jengkol (Pithecellobium jiringa Benth. I. C. Nielsen) [Skripsi]. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
Ambarningrum TB, Arthadi, Pratiknyo H, Priyanto S. 2007. Ekstrak kulit jengkol
(Pithecellobium lobatum): pengaruhnya sebagai antimakan dan terhadap
efisiensi pemanfaatan makanan larva instar v Heliothis armigera. J Sains
MIPA. 13(3):165-170.
Bryant W, Shariat-Madar W. 2009. Human plasma kallikrein-kinin system:
physiological and biochemical parameters. Bentham Science Publishers
Ltd.7(3):234-250.
Bunawan H, Dusik L, Bunawan SN, Amin NM. 2013. Botany, traditional uses,
phytochemistry, and pharmacology of Archidendron jiringa. Global J
Pharmacol. 7(4):474–478.
Cahyadi, R. 2009. Uji toksisitas akut ekstrak etanol buah pare (Momordica
charantia L.) terhadap larva Artemia salina Leach dengan metode brine
shrimp lethality test [Skripsi]. Semarang: Universitas Diponegoro.
Cholisoh Z, Utami W. 2008. Aktivitas penangkapan radikal ekstrak etanol 70 %
biji jengkol. Pharmacon. 9(1):33-40
De Cock HEV, Forman MA, Farver TB, Marks SL. 2007. Prevalence and
histopathologic characteristics of pancreatitis in cats. Vet Pathol. 44:39-49.
Gaol F. 2014. The effect of djenkol (Pithecellobium lobatum Benth.) seeds
ethanol extract on levels of blood glucose, urea, and creatinine in white male
38
rats (Rattus norvegicus) Sprague dawley strain induced alloxan. J Majority.
3(3):63-70.
Greaves P. 2012. Histopathology of preclinical toxicity studies.Edisi ke-4.
Canada: Elsevier.
Gunawan S. 2007. Farmakologi dan terapi. Edisi ke-5. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Guyton AC, Hall JE. 2007. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-11. Jakarta:
EGC.
Hillmeister P, Persson B. 2012. The kallikrein-kinin system. Acta Physiol.
206:215–219.
Jia D, Yamamoto M, Otsuki M. 2015. Effect of endogenous cholecystokinin on
the course of acute pancreatitis in rats. World J Gastroenterol. 21(25):7742-
7753.
Kementrian Pertanian. 2015. Statistik produksi holtikultura tahun 2014. Jakarta:
Kementrian Pertanian.
Lajuck P. 2012. Ekstrak daun salam (Eugenia poliantha) lebih efektif
menurunkan kadar kolesterol total dan LDL dibandingkan statin pada
penderita dislipidemia [Tesis]. Bali: Universitas Udayana.
Lunagariya N, Patel NK, Jagtap SC, Bhutani KK. 2014. Inhibitors of pancreatic
lipase: state of the art and clinical perspectives. EXCLI J. 13:897-921.
Mescher AL. 2011. Histologi dasar junquiera. Edisi ke-12. Jakarta: EGC.
Moore KL, Dalley AF. 2013. Anatomi berorientasi klinis. Edisi ke-5. Jakarta:
Erlangga.
Ngatidjan. 2006. Metode laboratorium dalam toksikologi. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada.
39
Noel P, Patel K, Durgampudi C, Trivedi RN, de Oliveira C, Crowell MD, et al.
2016. Peripancreatic fat necrosis worsens acute pancreatitis independent of
pancreatic necrosis via unsaturated fatty acids increased in human
pancreatic necrosis collections.Gut . Author manuscript. 65(1):100-111
Notoadmodjo S. 2010. Metodelogi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nuraini AD. 2007. Ekstraksi komponen antibakteri dan antioksidan dari biji
teratai (Nymphaea pubescens Willd.) [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Palupi NS. 2007. Metode evaluasi efek negatif komponen non gizi. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Pandey BP. 2003. A textbook of botany: angiosperms - taxonomy, anatomy,
embryology. New Delhi: S.Chand & Company Ltd.
Paulsen F, Waschke J. 2012. Sobotta: atlas anatomi manusia: organ-organ dalam.
Edisi ke-23. Jakarta: EGC.
Prameswari OM, Widjanarko SM. 2014. The effect of pandan wangi leaf to
decrease blood glucose levels and pancreatic histopathology at diabetes
mellitus rats. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 2(2):16-27.
Price SA, Wilson LM. 2005. Patofisiologi. Edisi ke-6. Jakarta: EGC.
Saluja AK, Singh VP, Phillips P. 2009. Physiology of experimental pancreatitis.
Dalam: Berger HG, Bucheler M, Kozarek R, Lerch M, Neoptolemos J,
Shiratori K, penyunting. The pancreas: an integrated textbook of basic
science, medicine, and surgery. Edisi ke-2. Australia:Blackwell.
Sherwood L. 2011. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: EGC.
Sholichah Z. 2007. Mengenal jenis tikus. Jakarta: Departemen Kesehatan. (5):18-
19.
40
Shukri R, Mohamed S, Mustapha NM, Hamid AA. 2011. Evaluating the toxic and
beneficial effects of jering beans (Archidendron jiringa) in normal and
diabetic rats. J Sci Food Agric. 91(14):2697-2706.
Tandi J. 2010. Pengaruh tanin terhadap aktivitas enzim protease. Seminar
Nasional Teknologi Peternakan Dan Veteriner 2010. (1993):567-570.
Tiwari P, Kumar B, Mandeep K, Kaur G, Kaur H. 2011. Phytochemical screening
and extraction. Int Pharmaceutica Sci. 1(1):98–106.