pendidikan islam pada masa daulah bani umayyah 1111111111111

8
PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA DAULAH BANI UMAYYAH Lahirnya Dinasti Umayyah Pemerintahan dinasti Umayyah bermula pada peristiwa kekalahan Ali bin Abi Thalib dalam perang shiffin terhadap Muawiyyah yang di dalamnya juga diwarnai dengan peristiwa arbitrase atau tahkim yang kemudian peristiwa itu diketahui merupakan tipu muslihat dari kubu Mu’awiyah. Peristiwa arbitrase tersebut memunculkan golongan Khawarij yang awalnya berada di pihak Ali kemudian menyatakan keluar karena kekecewaan mereka terhadap putusan Ali yang menerima tahkim dari Muawiyyah. Munculnya kelompok Khawarij ini menyebabkan tentara Ali semakin melemah, sementara posisi Muawiyyah semakin kokoh. Akhirnya, pada tanggal 20 Ramadhan 40 H (660 M) Ali terbunuh oleh salah seorang anggota Khawarij. 1 [1] Jabatan Ali sebagai khalifah sempat digantikan oleh putranya, Hasan selama beberapa bulan. Namun, posisi Hasan yang melemah akhirnya disepakatilah sebuah traktat perdamaian yang menandai kembalinya persatuan umat Islam dibawah pimpinan Mua’wiyyah bin Abu Sufyan. 2 [2] Dengan demikian, berakhirlah apa yang disebut masa al khulafa ar-Rasyidin, dan dimulailah kekuasaan Bani Umayyah dalam sejarah politik Islam. Muawiyyah dinobatkan sebagai khalifah di Ilya’ (Yerussalem) pada 40 H/660 M. 3 [3] Dengan penobatannya itu, ibu kota provinsi Suriah, Damaskus, berubah menjadi ibu kota kerajaan Islam. 4 [4] Muawiyyah memperoleh kekuasaan, kecuali di Syiria dan Mesir, dia memerintah semata-mata dengan pedang. Di dalam dirinya digabungkan sifat-sifat penguasa, politikus, dan administrator. Muawiyyah adalah seorang peneliti sifat manusia yang tekun dan memperoleh wawasan yang tajam tentang pikiran manusia. Dia berhasil memanfaatkan para pemimpin administrator dan politikus paling ahli pada waktu itu, ia merupakan ahli orator ulung. 5 [5] 1 2 3 4 5

Upload: kewin-harahap

Post on 21-Jan-2016

39 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pendidikan Islam Pada Masa Daulah Bani Umayyah 1111111111111

PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA DAULAH BANI UMAYYAH

Lahirnya Dinasti UmayyahPemerintahan dinasti Umayyah bermula pada peristiwa kekalahan Ali bin Abi

Thalib dalam perang shiffin terhadap Muawiyyah yang di dalamnya juga diwarnai

dengan peristiwa arbitrase atau tahkim yang kemudian peristiwa itu diketahui

merupakan tipu muslihat dari kubu Mu’awiyah. Peristiwa arbitrase tersebut

memunculkan golongan Khawarij yang awalnya berada di pihak Ali kemudian

menyatakan keluar karena kekecewaan mereka terhadap putusan Ali yang menerima

tahkim dari Muawiyyah. Munculnya kelompok Khawarij ini menyebabkan tentara Ali

semakin melemah, sementara posisi Muawiyyah semakin kokoh. Akhirnya, pada

tanggal 20 Ramadhan 40 H (660 M) Ali terbunuh oleh salah seorang anggota

Khawarij.1[1]

Jabatan Ali sebagai khalifah sempat digantikan oleh putranya, Hasan selama

beberapa bulan. Namun, posisi Hasan yang melemah akhirnya disepakatilah sebuah

traktat perdamaian yang menandai kembalinya persatuan umat Islam dibawah

pimpinan Mua’wiyyah bin Abu Sufyan.2[2] Dengan demikian, berakhirlah apa yang

disebut masa al khulafa ar-Rasyidin, dan dimulailah kekuasaan Bani Umayyah dalam

sejarah politik Islam.

Muawiyyah dinobatkan sebagai khalifah di Ilya’ (Yerussalem) pada 40 H/660 M.3

[3] Dengan penobatannya itu, ibu kota provinsi Suriah, Damaskus, berubah menjadi

ibu kota kerajaan Islam.4[4] Muawiyyah memperoleh kekuasaan, kecuali di Syiria dan

Mesir, dia memerintah semata-mata dengan pedang. Di dalam dirinya digabungkan

sifat-sifat penguasa, politikus, dan administrator. Muawiyyah adalah seorang peneliti

sifat manusia yang tekun dan memperoleh wawasan yang tajam tentang pikiran

manusia. Dia berhasil memanfaatkan para pemimpin administrator dan politikus

paling ahli pada waktu itu, ia merupakan ahli orator ulung.5[5]

Sejarah Pendidikan Islam Masa Bani Umayyah

Sejarah pendidikan Islam pada hakekatnya sangat berkaitan erat dengan sejarah Islam. Periodesasi

pendidikan Islam selalu berada dalam periode sejarah Islam itu sendiri. Secara garis besarnya Harun

Nasution membagi sejarah Islam ke dalam tiga periode. Yaitu periode Klasik, Pertengahan dan Modern.

Kemudian perinciannya dapat dibagi lima periode, yaitu: Periode Nabi Muhammad SAW (571-632 M),

periode Khulafa ar Rasyidin (632-661 M), periode kekuasaan Daulah Umayyah (661-750 M), periode

1

2

3

4

5

Page 2: Pendidikan Islam Pada Masa Daulah Bani Umayyah 1111111111111

kekuasaan Abbasiyah (750-1250 M) dan periode jatuhnya kekuasaan khalifah di Baghdad (1250-sekarang).

[1] Dalam makalah ini penulis mencoba untuk menggambarkan tentang pola pendidikan Islam pada periode

Dinasti Umayyah.

Kekuasaan Bani Umayyah berumur kurang lebih 90 tahun. Ibu kota negara dipindahkan Muawiyyah

dari Madinah ke Damaskus, tempat ia berkuasa sebagai gubernur sebelumnya. Muawwiyah Ibn Abi Sofyan

adalah pendiri Dinasti Umayyah yang berasal dari suku Quraisy keturunan Bani Umayyah yang merupakan

khalifah pertama dari tahun 661-750 M, nama lengkapnya ialah Muawwiyah bin Abi Harb bin Umayyah bin

Abdi Syam bin Manaf.

Setelah Muawwiyah diangkat jadi khalifah ia menukar sistem pemerintahan dari Theo Demikrasi

menjadi Monarci(Kerajaan/Dinasti) dan sekaligus memindahkan Ibu Kota Negara dari Kota Madinah ke

Kota Damaskus. Muawwiyah lahir 4 tahun menjelang Nabi Muhammad SAW menjalankan Dakwah Islam

di Kota Makkah, ia beriman dalam usia muda dan ikut hijrah bersama Nabi ke Yastrib. Disamping itu

termasuk salah seorang pencatat wahyu, dan ambil bagian dalam beberapa peperangan bersama Nabi.

Pada dinasti Umayyah perluasan daerah Islam sangat luas sampai ke timur dan barat. Begitu juga

dengan daerah Selatan yang merupakan tambahan dari Daerah Islam di zaman Khulafa ar Rasyidin yaitu:

Hijaz, Syiria, Iraq, Persia dan Mesir.

Seiring dengan itu pendidikan pada priode Danasti Umayyah telah ada beberapa lembaga seperti:

Kuttab, Masjid dan Majelis Sastra. Materi yang diajarkan bertingkat-tingkat dan bermacam-macam.

Metode pengajarannya pun tidak sama. Sehingga melahirkan beberapa pakar ilmuan dalam berbagai bidang

tertentu.

Pola Pendidikan Islam Pada Priode Dinasti Umayyah

Pada masa dinasti Umayyah pola pendidikan bersifat desentrasi. Desentrasi artinya pendidikan tidak

hanya terpusat di ibu kota Negara saja tetapi sudah dikembangkan secara otonom di daerah yang telah

dikuasai seiring dengan ekspansi teritorial. Sistem pendidikan ketika itu belum memiliki tingkatan dan

standar umur. Kajian ilmu yang ada pada periode ini berpusat di Damaskus, Kufah, Mekkah, Madinah,

Mesir, Cordova dan beberapa kota lainnya, seperti: Basrah dan Kuffah (Irak), Damsyik dan Palestina

(Syam), Fistat (Mesir). Diantara ilmu-ilmu yang dikembangkannya, yaitu: kedokteran, filsafat, astronomi

atau perbintangan, ilmu pasti, sastra, seni baik itu seni bangunan, seni rupa, maupun seni suara.

Pola pendidikan Islam pada periode Dinasti Umayyah telah berkembang bila dibandingkan pada masa

Khulafa ar Rasyidin yang ditandai dengan semaraknya kegiatan ilmiah di masjid-masjid dan berkembangnya

Khuttab serta Majelis Sastra. Jadi tempat pendidikan pada periode Dinasti Umayyah adalah:

1. Khuttab

Khuttab atau Maktab berasal dari kata dasar kataba yang berarti menulis atau tempat menulis, jadi

Khuttab adalah tempat belajar menulis. Khuttab merupakan tempat anak-anak belajar menulis dan membaca,

menghafal Al Quran serta belajar pokok-pokok ajaran Islam.

2. Masjid

Setelah pelajaran anak-anak di khutab selesai mereka melanjutkan pendidikan ke tingkat menengah

yang dilakukan di masjid. Peranan Masjid sebagai pusat pendidikan dan pengajaran senantiasa terbuka lebar

Page 3: Pendidikan Islam Pada Masa Daulah Bani Umayyah 1111111111111

bagi setiap orang yang merasa dirinya tetap dan mampu untuk memberikan atau mengajarkan ilmunya

kepada orang-orang yang haus akan ilmu pengetahuan.

Pada Dinasti Umayyah, Masjid merupakan tempat pendidikan tingkat menengah dan tingkat tinggi

setelah khuttab. Pelajaran yang diajarkan meliputi Al Quran, Tafsir, Hadist dan Fiqh. Juga diajarkan

kesusasteraan, sajak, gramatika bahasa, ilmu hitung dan ilmu perbintangan.

Diantara jasa besar pada periode Dinasti Umayyah dalam perkembangan ilmu pengetahuan adalah

menjadikan Masjid sebagai pusat aktifitas ilmiah termasuk sya’ir. Sejarah bangsa terdahulu diskusi dan

akidah. Pada periode ini juga didirikan Masjid ke seluruh pelosok daerah Islam. Masjid Nabawi di Madinah

dan Masjidil Haram di Makkah selalu menjadi tumpuan penuntut ilmu diseluruh dunia Islam dan tampak

juga pada pemerintahan Walid ibn Abdul Malik 707-714 M yang merupakan Universitas terbesar dan juga

didirikan Masjid Zaitunnah di Tunisia yang dianggap Universitas tertua sampai sekarang.

Pada Dinasti Umayyah ini, masjid sebagai tempat pendidikan terdiri dari dua tingkat yaitu: tingkat

menengah dan tingkat tinggi. Pada tingkat menengah guru belumlah ulama besar sedangkan pada tingkat

tinggi gurunya adalah ulama yang dalam ilmunya dan masyhur kealiman dan keahliannya. Umumnya

pelajaran yang diberikan guru kepada murid-murid seorang demi seorang, baik di Khuttab atau di Masjid

tingkat menengah. Sedangkan pada tingkat pelajaran yang diberikan oleh guru adalah dalam satu Halaqah

yang dihadiri oleh pelajar bersama-sama.

3. Majelis Sastra

Majelis sastra merupakan balai pertemuan yang disiapkan oleh khalifah dihiasi dengan hiasan yang

indah, hanya diperuntukkan bagi sastrawan dan ulama terkemuka. Menurut M. Al Athiyyah Al Abrasy

“Balai-balai pertemuan tersebut mempunyai tradisi khusus yang mesti diindahkan seseorang yang masuk

ketika khalifah hadir, mestilah berpakaian necis bersih dan rapi, duduk di tempat yang sepantasnya, tidak

tertawa terbahak-bahak, tidak meludah, tidak mengingus dan tidak menjawab kecuali bila ditanya. Ia tidak

boleh bersuara keras dan harus bertutur kata dengan sopan dan memberi kesempatan pada sipembicara

menjelaskan pembicaraannya serta menghindari penggunaan kata kasar dan tawa terbahak-bahak. Dalam

balai-balai pertemuan seperti ini disediakan pokok-pokok persoalan untuk dibicarakan, didiskusikan dan

diperdebatkan”.

4. Pendidikan Istana

Pendidikan yang diselenggarakan dan diperuntukkan khusus bagi anak-anak khalifah dan para pejabat

pemerintahan. Kurikulum pada pendidikan istana diarahkan untuk memperoleh kecakapan memegang

kendali pemerintahan atau hal-hal yang ada sangkut pautnya dengan keperluan dan kebutuhan pemerintah,

maka kurikulumnya diatur oleh guru dan orang tua murid.

Pada periode Dinasti Umayyah ini terkenal sibuk dengan pemberontakan dalam negeri dan sekaligus

memperluas daerah kerajaan tidak terlalu banyak memusatkan perhatian pada perkembangan ilmiah, akan

tetapi muncul beberapa ilmuwan terkemuka dalam berbagai cabang ilmu seperti yang dikemukana oleh Abd.

Malik Ibn Juraid al Maki dan cerita peperangan serta syair dan Kitabah.

Dibidang syair yang terkenal dikalangan orang Arab diantaranya adalah tentang pujian, syairnya adalah:

Page 4: Pendidikan Islam Pada Masa Daulah Bani Umayyah 1111111111111

Artinya : “Engkau adalah pengendara kuda yang paling baik, engkau adalah orang yang pemurah di atas

dunia ini”.

Periode Dinasti Umayyah pada bidang pendidikan, adalah menekankan ciri ilmiah pada Masjid sehingga

menjadi pusat perkem\bangan ilmu pengetahuan tinggi dalam masyarakat Islam. Dengan penekanan ini di

Masjid diajarkan beberapa macam ilmu, diantaranya syair, sastra dan ilmu lainnya. Dengan demikian

periode antara permulaan abad ke dua hijrah sampai akhir abad ketiga hijrah merupakan zaman pendidikan

Masjid yang paling cemerlang.

Nampaknya pendidikan Islam pada masa periode Dinasti Umayyah ini hampir sama dengan pendidikan

pada masa Khulafa ar Rasyiddin. Hanya saja memang ada sisi perbedaan perkembangannya. Perhatian para

Khulafa dibidang pendidikan agaknya kurang memperhatikan perkembangannya sehingga kurang maksimal,

pendidikan berjalan tidak diatur oleh pemerintah, tetapi oleh para ulama yang memiliki pengetahuan yang

mendalam. Kebijakan-kebijakan pendidikan yang dikeluarkan oleh pemerintah hampir tidak ditemukan.

Jadi sistem pendidikan Islam ketika itu masih berjalan secara alamiah karena kondisi ketika itu diwarnai oleh

kepentingan politis dan golongan.

Walaupun demikian pada periode Dinasti Umayyah ini dapat disaksikan adanya gerakan penerjemahan

ilmu-ilmu dari bahasa lain ke dalam bahasa Arab, tetapi penerjemahan itu terbatas pada ilmu-ilmu yang

mempunyai kepentingan praktis, seperti ilmu kimia, kedokteran, ilmu tata laksana dan seni bangunan. Pada

umumnya gerakan penerjemahan ini terbatas keadaan orang-orang tertentu dan atas usaha sendiri, bukan atas

dorongan negara dan tidak dilembagakan. Menurut Franz Rosenthal orang yang pertama kali melakukan

penerjemahan ini adalah Khalid ibn Yazid cucu dari Muawwiyah.

Selain kemajuan seperti di atas ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa ini adalah:

1. Ilmu agama, seperti: Al-Qur’an, Haist, dan Fiqh. Proses pembukuan Hadist terjadi pada masa Khalifah

Umar ibn Abdul Aziz sejak saat itulah hadis mengalami perkembangan pesat.

2. Ilmu sejarah dan geografi, yaitu segala ilmu yang membahas tentang perjalanan hidup, kisah, dan riwayat.

Ubaid ibn Syariyah Al Jurhumi berhasil menulis berbagai peristiwa sejarah.

3. Ilmu pengetahuan bidang bahasa, yaitu segla ilmu yang mempelajari bahasa, nahu, saraf, dan lain-lain.

4. Bidang filsafat, yaitu segala ilmu yang pada umumnya berasal dari bangsa asing, seperti ilmu mantik,

kimia, astronomi, ilmu hitung dan ilmu yang berhubungan dengan itu, serta ilmu kedokteran.

Runtuhnya Dinasti Umayyah

Ada beberapa faktor yang menyebabkan inasti Umayyah lemah dan

membawanya pada kehancuran. Faktor-faktor itu antara lain:6[26]

1.      Sistem pergantian khlaifah melalui garis keturunan

2.      Penindasan yang terus-menerus terhadap pengikut Ali ra pada khususnya dan

kepada Bani Hasyim pada umumnya

3.      Pertentangan etnis antara Bani Qays dan Bani Kalb yang sudah ada sejak zaman

sebelum Islam makin meruncing sulit untuk menggalang persatuan dan kesatuan,

6

Page 5: Pendidikan Islam Pada Masa Daulah Bani Umayyah 1111111111111

serta memandang rendah kaum muslim yang bukan arab (mawali), sehingga

mereka tidak diberi kesempatan dalam pemerintahan

4.      Lemahnya pemerintahan daulah Umayyah yang disebabkan oleh sikap hidup

mewah di antara para khalifahnya

5.      Adanya kekuatan baru yang dipelopori oleh turunan al-Abbas, yang mendapat

dukungan dari Bani Hasyim dan golongan Syi’ah, serta kaum mawali yang merasa

dikelasduakan oleh pemerintaha daulah Umayyah

Dari kelima faktor tersebut, yang secara langsung menyebabkan runtuhnya

kekuasaan Bani Umayyah adalah adanya revolusi besar oleh Abu Muslim. Gerakan

ini didukung oleh Ali dan Utsman dari golongan Syi’ah yang ingin menuntut balas

atas tewasnya al-Karamani oleh Ibnu Sayyar dalam pertempuran merebut ibu kota

Merv tahun 129 H/747 M. Gabungan pasukan Abu Muslim dan golongan Syi’ah ini

dapat merebut kembali kota Merv, dan Ibnu Sayyar beserta pasukannya tewas di

kota Sawwat tahun 131 H/749 M.7[27]

Kota Merv dan seluruh kota Khurasan dikuasai oleh Abu Muslim al-Khurasani,

sedangkan penduduk setempat mengangkat sumpah setia, baiat terhadap

Abdullah ibn Muhammad yang dikenal dengan Abu Abbas as-Shaffah, pengganti

Ibrahim al-Imam yang wafat dalam penjara Bani Umayyah. Semula Ali dan Utsman,

dua orang putra al-Khurasani membaiat juga, namun karena terbukti kedua tokoh

itu melakukan komplotan rahasia, maka dijatuhi hukuman mati akhir tahun 131

H/749 M. Berita pembaiatan itu mengejutkan khalifah Marwan II. Ketika itu Marwan

II baru saja selesai mengamankan pemberontakan di wilayah Armenia dan Georgia,

sedangkan ia berada di benteng Harran. Ia kemudian mengutus 120.000 prajurit

menuju ke selatan lembah Irak. Bala tentara tersebut mendapat perlawanan dari

tentara Bani Abbasiyyah atas inisiatif Abu Oun, kemudian dibantu oleh pasuka

besar yang dipimpin oleh Abdullah ibn Ali ibn Abdillah ibn Abbas, paman as-Saffah.8

[28]

Abdullah ibn Ali memerintahkan saudaranya, Shaleh ibn Ali untuk melakukan

pengejaran terhadap Marwan II di Mesir. Pasukan Abbasiyyah tidak mendapat

perlawanan yang berarti dan penduduk setempat menyatak kesetiaannya, baiat

terhadap as-Saffah, khalifah pertama Bani Abbas. Akhirnya, Marwan II bersama

pengiringnya ditemukan di sebuah biara di kota pelabuhan Abusir. Marwan

ditangkap dan dibunuh, kepalanya dikirim ke as-Saffah.9[29] Dengan demikian,

7

8

9

Page 6: Pendidikan Islam Pada Masa Daulah Bani Umayyah 1111111111111

maka berakhirlah dinasti Bani Umayyah di Damaskus dan kekuasaan sepenuhnya

di tangan as-Saffah.