pencegahan kecelakaan kerja s.d osha

6
Pencegahan Kecelakaan Kerja Kecelakaan Kerja adalah sesuatu yang tidak terduga dan tidak diharapkan yang dapat me nga ki bat kan kerugi an har ta ben da, kor ban ji wa / luka / cacat ma upu n pencemaran. Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan yang terjadi akibat adanya hubungan kerja, (terjadi karena suatu pekerjaan atau melaksanakan pekerjaan. Peran asisten administratif sangat penting, karena tanggung jawabnya meliputi : 1 !enger ti tenta ng r ute trans misi penyakit. " !enjag a in#enta ris yang tep at dari dis infek tan, ste rilan t dan barrie r (penutu p. $ Pemelirahaan catata n yan g sesuai deng a per sya rat an dar i %dministr asi Keseha tan dan Keselamatan Kerja. & 'ra nsmisi sampel s por a ke lembaga monitoring  yang tepat untuk menentukan efekti#itas sterilisasi. !enghad iri ses i pel atihan. ) *erif ikasi p emenu han keseh atan dan kesela matan ke rja pa ra pegawai. + !enj aga cat at an peg awai . !enjad walkan pendidikan rutin bagi para staf. - !em#er ifi kas i kuali tas as ura nsi . 1 !enjaga semua berkas data keamanan material. 11 !engatur pembuangan limbah berbahaya.

Upload: albert-artandi

Post on 15-Oct-2015

52 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Kecelakaan Kerja adalah sesuatu yang tidak terduga dan tidak diharapkan yang dapat mengakibatkan kerugian harta benda, korban jiwa / luka / cacat maupun pencemaran. Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan yang terjadi akibat adanya hubungan kerja, (terjadi karena suatu pekerjaan atau melaksanakan pekerjaan. Peran asisten administratif sangat penting, karena tanggung jawabnya meliputi :1) Mengerti tentang rute transmisi penyakit.2) Menjaga inventaris yang tepat dari disinfektan, sterilant dan barrier (penutup).3) Pemelirahaan catatan yang sesuai denga persyaratan dari Administrasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja.4) Transmisi sampel spora ke lembaga monitoring yang tepat untuk menentukan efektivitas sterilisasi.5) Menghadiri sesi pelatihan.6) Verifikasi pemenuhan kesehatan dan keselamatan kerja para pegawai.7) Menjaga catatan pegawai.8) Menjadwalkan pendidikan rutin bagi para staf.9) Memverifikasi kualitas asuransi.10) Menjaga semua berkas data keamanan material.11) Mengatur pembuangan limbah berbahaya.12) Menyediakan pelatihan kontrol infeksi untuk para pegawai baru.13) Berinteraksi dengan agen lain.Bermacam-macam penyakit dapat tertular dari setiap kegiatan pemeriksaan gigi. Untungnya, American Dental Association (ADA) dan Pusat Perlindungan dan Kontrol Penyakit telah menerbitkan prosedur keselamatan dan kontrol infeksi bagi para pekerja kesehatan gigi untuk melindungi dari transmisi penyakit, yaitu pedoman untuk pengendalian infeksi dalam pengaturan perawatan kesehatan gigi yang memberikan rekomendasi untuk :1) Mendidik dan melindungi pekerja kesehatan gigi.2) Mencegah transmisi patogen melalui darah.3) Kebersihan tangan.4) Peralatan perlindungan personal.5) Dermatitis kontak dan hipersensitifitas latex.6) Sterilisasi dan disinfeksi peralatan perawatan pasien.7) Pengendalian infeksi di lingkungan.8) Kualitas air dental unit, aliran airnya, dan biofilm.9) Pertimbangan khusus (contoh: dental handpiece, dan alat lainnya).

TRANSCRIPT

Pencegahan Kecelakaan Kerja

Kecelakaan Kerja adalah sesuatu yang tidak terduga dan tidak diharapkan yang dapat mengakibatkan kerugian harta benda, korban jiwa / luka / cacat maupun pencemaran. Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan yang terjadi akibat adanya hubungan kerja, (terjadi karena suatu pekerjaan atau melaksanakan pekerjaan.

Peran asisten administratif sangat penting, karena tanggung jawabnya meliputi :

1) Mengerti tentang rute transmisi penyakit.

2) Menjaga inventaris yang tepat dari disinfektan, sterilant dan barrier (penutup).

3) Pemelirahaan catatan yang sesuai denga persyaratan dari Administrasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

4) Transmisi sampel spora ke lembaga monitoring yang tepat untuk menentukan efektivitas sterilisasi.

5) Menghadiri sesi pelatihan.

6) Verifikasi pemenuhan kesehatan dan keselamatan kerja para pegawai.

7) Menjaga catatan pegawai.

8) Menjadwalkan pendidikan rutin bagi para staf.

9) Memverifikasi kualitas asuransi.

10) Menjaga semua berkas data keamanan material.

11) Mengatur pembuangan limbah berbahaya.

12) Menyediakan pelatihan kontrol infeksi untuk para pegawai baru.

13) Berinteraksi dengan agen lain.

Bermacam-macam penyakit dapat tertular dari setiap kegiatan pemeriksaan gigi. Untungnya, American Dental Association (ADA) dan Pusat Perlindungan dan Kontrol Penyakit telah menerbitkan prosedur keselamatan dan kontrol infeksi bagi para pekerja kesehatan gigi untuk melindungi dari transmisi penyakit, yaitu pedoman untuk pengendalian infeksi dalam pengaturan perawatan kesehatan gigi yang memberikan rekomendasi untuk :

1) Mendidik dan melindungi pekerja kesehatan gigi.

2) Mencegah transmisi patogen melalui darah.

3) Kebersihan tangan.

4) Peralatan perlindungan personal.

5) Dermatitis kontak dan hipersensitifitas latex.

6) Sterilisasi dan disinfeksi peralatan perawatan pasien.

7) Pengendalian infeksi di lingkungan.

8) Kualitas air dental unit, aliran airnya, dan biofilm.

9) Pertimbangan khusus (contoh: dental handpiece, dan alat lainnya).Penggunaaan Alat Pelindung Diri (Universal Precaution)Alat Pelindung Diri adalah Kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja dan orang sekeliling. Penggunaan APD diatur dalam Menakertrans No. Per. 08/Men/VII/2010.

Sedangkan universal precaution adalah pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi risiko penyebaran infeksi dan didasarkan pada prinsip bahwa darah dan cairan tubuh dapat berpotensi menularkan penyakit, baik berasal dari pasien ataupun tenaga kesehatan. Yang termasuk ke dalam universal precautions adalah:

1) Menjaga kebersihan tangan dengan mencuci tangan menggunakan sabun antiseptic selama 5-10 menit.

2) Sterilisasi peralatan dan dekontaminasi ruangan praktik.

3) Meminimalkan penutupan kembali jarum suntik setelah digunakan. Jika ingin ditutup, maka menggunakan 1 tangan saja.

4) Memakai kacamata pelindung, masker, sarung tangan, dan baju khusus (gown)Kesehatan dan Keselamatan Kerja Praktik Dokter Gigi

1. Pengendalian Infeksi

1) Setelah munculnya antibiotik selama perang dunia II, negara-negara maju menjadi tidak khawatir terhadap penyakit menular. Namun periode itu berakhir dengan munculnya epidemi HIV, bahwa infeksi penyakit menular tidak hanya dapat disembuhkan oleh antibiotik.

2) HIV bukan satu-satunya penyakit infeksius yang dapat menimbulkan infeksi silang selama perawatan gigi. Dokter gigi selalu mempunyai risiko tertular infeksi saluran pernafasan atas dari pasien, tapi infeksi virus hepatitis B (HBV) jauh lebih buruk dibanding penyakit tersebut, dan risiko dari infeksi HBV pada tempat praktik dokter gigi yang tidak terproteksi jauh lebih tinggi dari pada kebanyakan lingkungan lainnya. Sekarang ini pengendalian infeksi merupakan salah satu kekuatan utama dalam membentuk tempat praktik dokter gigi.

2. Pedoman untuk Pengendalian Infeksi

1) Berbagai penyakit dapat bertransmisi pada perawatan dental. Oleh karena itu, dibentuklah American Dental Association (ADA) dan Centers for disease Control and Prevention (CDC) untuk menyusun kontrol infeksi dan prosedur keamanan bagi Dental Health Care Worker (DHCW) guna mencegah transmisi penyakit.

2) ADA dan CDC berisi rekomendasi kontrol infeksi. Rekomendasi tersebut yaitu edukasi dan proteksi terhadap seluruh tenaga medis dental, mencegah transmisi patogen, kebersihan tangan, personal protective equipment (PPE), kontak dermatitis dan hipersensitivitas terhadap latex, sterilisasi dan disinfeksi, kontrol infeksi lingkungan sekitar, dental unit water lines, biofilm dan kualitas air serta pertimbangan khusus seperti handpieces dan peralatan lain, radiologi, medikasi parenteral, prosedur pembedahan dan laboatorium.

3) Semua pedoman ini berdasarkan konsep universal precautions. Konsep ini menekankan prosedur barrier, yaitu menggunakan sarung tangan, masker, dan kacamata pelindung, sebaiknya rutin juga melakukan sterilisasi dengan autoklaf terhadap alat-alat yang berpotensi menyebabkan infeksi silang. Dengan menerapkan universal precautions, risiko transmisi dari HIV atau HBV di tempat praktik dokter gigi akan menjadi rendah. 3. Occupational Safety and Health Administration (OSHA)

1) OSHA didirikan pada bulan Desember 1970. Misinya adalah untuk memastikan keselamatan dan kesehatan dalam lingkungan kerja untuk para pekerja baik pria maupun wanita. OSHA bertanggung jawab untuk menetapkan standar untuk kondisi kerja yang aman dan sehat bagi semua karyawan dan mengatur pemeliharaan standar tersebut. Standar OSHA mencakup hamper semua industry, mulai dari tambang, konstruksi, penebangan, penyedia jasa makanan, yang termasuk di dalamnya industri kesehatan. OSHA juga memiliki standar yang spesifik mengenai pekerja yang menangani substansi atau material yang berbahaya atau diduga berbahaya.

2) Dokter gigi, seperti pekerja lainnya, tunduk pada undang-undang kesehatan dan keselamatan. Regulasi OSHA yang paling mempengaruhi dokter gigi adalah standar Bloodborne Pathogen (BP) yang mulai berlaku sejak Maret 1992. Standar BP berlaku untuk seluruh aktifitas petugas kesehatan yang akan melakukan kontak dengan darah manusia atau cairan tubuh lainnya. Hal ini berlaku di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya, paramedik dan ambulans, bank darah, fasilitas penelitian, dan dental office. Ragulasi ini menyatakan agar setiap dental office mempersiapkan exposure control plan, yang dimaksudkan untuk meminimalisir tertularnya infeksi. Dalam hal ini termasuk sterilisasi instrument dan penyimpanannya, penangan peralatan yang potensial terkontaminasi, pembuangan sampah medik, dan topik terkait lainnya. Secara khusus disebutkan, bahwa dokter gigi harus menawarkan vaksinasi HBV kepada stafnya dan melaporkan insidensi dimana adanya kemungkinan terinfeksi.