pemikiran yusuf al-qaradhawi tentang nikah ......m. hafiz naufal, nim: 1112044200005, pemikiran...

82
PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH MISYAR Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh: Muhammad Hafiz Naufal (1112044200005) PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1438 H/2017 M

Upload: others

Post on 18-Aug-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH

MISYAR

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

Muhammad Hafiz Naufal

(1112044200005)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1438 H/2017 M

Page 2: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah
Page 3: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah
Page 4: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah
Page 5: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

i

ABSTRAK

M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-

Qaradhawi Tentang Nikah Misyar. Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas

Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017

M/ 1348 H. x + 73 Halaman.

Studi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemikiran seorang ulama

kontemporer mesir Yusuf al-Qaradhawi tentang nikah misyar, dan bagaimana

relevansi pernikahan misyar jika di tunjau dari Undang-Undang Perkawinan di

Indonesia. Mengingat UUP di Indonesia dinyatakan bahwa; “Perkawinan adalah

sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaan

itu”.

Penulisan karya ini dilakukan dengan metode pustaka, yaitu dengan cara

menelusuri tulisan-tulisan yang membahas tentang tema ini dari berbagai sumber,

baik yang telah tercetak atau di publish di media online.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Yusuf al-Qaradhawi

memperbolehkan nikah misyar ini karena rukun dan syaratnya terpenuhi, dan

seorang wanita diperbolehkan memberikan tanazul (keringanan) dari sebagian

hak-haknya. Disamping itu alasan sosiologisnya adalah karena di era sekarang ini

rintangan perkawinan sangat beragam yang muncul dari wanita itu sendiri.

Temuan lain menunjukan bahwa Yusuf al-Qaradhawi menganjurkan agar

pernikahan ini tercatat secara resmi sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan

yang ada di Indonesia, yang menetapkan adanya Pencatatan Pernikahan sesuai

dengan pasal 2 ayat (2) UU No 1 tahun 1974.

Kata kunci : Nikah Misyar, Yusuf al-Qaradhawi.

Pembimbing : Dr. H. Ahmad Tholabi Kharlie, S.Ag., S.H., M.H., M.A.

Page 6: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang

senantiasa melimpahkan nikmat, rahmat, taufik, hidayah dan inayahnya kepada

penulis. Sehingga penulis mampu menyusun dan menyelesaikan skripsi yang

berjudul ”Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar”. Sholawat dan

salam semoga senantiasa tercurahkan kepada nabi Muhammad Saw beserta

keluarganya, para sahabat dan para pengikutnya senantiasa patuh dan ta‟at

menjalankan perintah Allah swt dan Rasulnya.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Hukum (SH). Dalam penyusunan ini menyadari sepenuhnya bahwa

skripsi ini masih terdapat banyak kekhilafan, kekurangan dan keterbatasan ilmu

pengetahuan yang penulis miliki. Namun, berkat bimbingan, arahan, dan motivasi

dari berbagai pihak, dan Alhamdulillah pada akhirnya penulis dapat

menyelesaikan. Oleh karena itu penulis secara khusus ingin mengucapkan banyak

terimakasih kepada:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. H. Abdul Halim, M.Ag, Ketua Program Studi Ahwal Syakhshiyyah,

dan Bapak Arif Furqon, M.A. sekretaris Program Studi Ahwal

Syakhshiyyah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 7: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

iii

3. Dr. H. Ahmad Tholabi Kharlie, S.Ag., S.H., M.H., M.A. sebagai dosen

pembimbing, yang telah begitu bijaksana memberikan ilmunya kepada

penulis ditengah kesibukan yang padat, serta membimbing penulis dengan

sabar agar penulis ini selesai dengan baik dan juga bermanfaat.

4. Bapak/Ibu dosen Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik dan mengajarkan ilmu

dan ahlak yang tidak ternilai harganya. Sehingga penulis dapat

menyelesaikan studi di Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Segenap staff akademik dan staff perpustakaan Fakultas Syariah dan

Hukum dan staff Perpustakaan Umum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

6. Orang tua tercinta dan tersayang H. Asmat S.Ag dan Sumartini S.Ag

terimakasih atas semuanya yang telah diberikan selama ini. Terimakasih

atas doa tulusmu, cinta serta kasih sayang yang selalu dicurahkan,

terimakasih atas dukungan, semangat dan motivasi semoga suatu saat aku

bisa menjadi seperti yang ayah dan ibu harapkan.

7. Saudara dan saudari penulis, Andika Nur Fajriansyah, Rahma Alya

Fitriana, Rahmi Andini Fitriani, dan Safira Salsa Maulida yang turut

memberikan motivasi.

8. Sahabat terdekat penulis; Makhdaleva, Ilham Harsya, Hilmi Afif, Reynaldi

Z, Eko Saputra, Rahmat Saiful Haq, Tarmizi Tahir, Rahmat Abdullah,

Ahmad Hersyah, Ziyad Mubarok, Lutfan Adly, Rahmat Muhajir, Adit

Page 8: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

iv

Jambi, Choirul Rofiq, Muhammad Nabil, selalu memberikan bantuan dan

motivasi,

9. Teman-teman Islamic Family Law, Administrasi Keperdataan Islam (IFL)

angkatan 2012 yang memberikan saran dan motivasi dalam menyelesaikan

penulisan skripsi.

10. Ust. Yusuf Mansur, yang selalu memberikan motivasi serta semangat

dalam ceramahnya sehingga penulis tidak berputus asa dalam penulisan

skripsi ini dan lebih mendekatkan diri kepada Allah swt.

11. Dan semua pihak yang telah membantu memberikan kontribusi terhadap

penyelesain skripsi ini dan tiak dapat disebutkan satu persatu namun tidak

mengurangi rasa hormat penulis. Terimakasih dan semoga masukkan dan

bantuannya di catat oleh Allah S.W.T sebagai pahala disisi-Nya. Amiin.

Dan semoga bermanfaat bagi semuanya, Amiin.

Jakarta, 28 Maret 2017

M. HAFIZ NAUFAL

Page 9: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 7

C. Batasan dan Rumusan Masalah ...................................................... 8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 8

E. Review Studi Terdahulu ................................................................. 9

F. Metodelogi Penelitian .................................................................. 10

G. Sistematika Penulisan .................................................................. 13

BAB II PERNIKAHAN MISYAR DALAM FUKIH PADA UMUMNYA 14

A. Pengertian Nikah Misyar.............................................................. 14

B. Syarat dan Rukun Nikah Misyar .................................................. 23

C. Prinsip dan Tujuan dalam Nikah Misyar ..................................... 30

BAB III BIOGRAFI YUSUF AL-QARADHAWI ........................................ 37

A. Riwayat Hidup Yusuf al-Qaradhawi ............................................ 37

B. Karir dan Aktivitas Yusuf al-Qaradhawi ..................................... 42

C. Daftar Karya ................................................................................. 43

BAB IV ANALISIS PANDANGAN YUSUF AL-QARADHAWI

TENTANG NIKAH MISYAR .......................................................... 50

A. Argumen Hukum Yusuf al-Qaradhawi dalam Menghalalkan

Nikah Misyar ................................................................................ 50

B. Argumen Sosiologis Yusuf al-Qaradhawi dalam Menghalalkan

Nikah Misyar ................................................................................ 59

C. Relevansi Pandangan Yusuf al-Qaradhawi dalam Konteks Hukum

Indonesia ...................................................................................... 64

BAB V PENUTUP .......................................................................................... 69

A. Kesimpulan .................................................................................. 69

B. Saran ............................................................................................. 70

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 71

Page 10: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Allah menjadikan manusia dalam bermacam-macam bangsa dan suku

untuk saling mengenal dan saling menghormati seperti yang disebutkan dalam

surat Al-Hujurat ayat 13.

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki

dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan

bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang

paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa

diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”

(Al-Hujarat: 13)1

Ada banyak sekali cara dalam mengenal satu sama lain, diantaranya

adalah pernikahan, dimana pernikahan sebagai tali persatuan baik antara

individu, atau kelompok. Pernikahan dapat dilihat dari beberapa aspek,

diantaranya adalah agama, hukum, social, adat dan budaya. Dikatakan

fenomena budaya karena dalam pernikahan banyak terkait dengan budaya, dan

bahkan terkadang mengalahkan fenomena agama. Seperti ketentuan mahar

1 Departemen Agama Republik Indonesia, Alquran dan Tafsirnya, (Yogyakarta: PT Dana

Bhakti Wakaf, t. Th, Jilid IX Juz 25-26-27, h. 441

Page 11: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

2

yang sangat mahal dan tinggi, bentuk khitbah,2 dan bentuk-bentuk pernikahan

itu sendiri.3

Perkawinan merupakan perilaku makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha

Esa agar kehidupan di alam dunia berkembang baik. Perkawinan bukan saja

dilakukan atau terjadi dikalangan manusia, tetapi terjadi juga pada tanaman dan

hewan. Bedanya makna perkawinan bagi manusia sebagai hewan yang berakal

merupakan satu budaya yang beraturan yang mengikuti perkembangan budaya

manusia dalam kehidupan masyarakat.4

Nikah, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti ikatan (akad)

perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran agama.5

Perkawinan adalah sebuah akad atau kontrak yang mengikat dua pihak yang

setara antara laki-laki dan perempuan yang masing-masing telah memenuhi

persyaratan berdasarkan hukum yang berlaku atas kerelaan dan kesukaan untuk

hidup bersama.6

Dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1974 menyatakan Perkawinan

adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami

istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan

kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.7

2 Khitbah adalah proses lamaran yang dilakukan sebelum pernikahan dilangsungkan.

Adayang melakukan tradisi "menculik" calon mempelai dahulu, kemudian dilaksanakan

pertemuan antar keluarga, seperti yang ada pada perkawinan adat merariq Lombok 3 Nurhakim, Moh, dan Khairi Fadly, Tinjauan Sosiologis Fatwa Ulama Kontemporer

Tentang Status Hukum Nikah Misyar, Volume 14 Nomor 2 Juli - Desember 2011, Universitas

Muhammadiyah Malang. 4 Hilman Hadikusumo, Hukum Perkawinan Indonesia Menurut Perundangan, hukum

adat, hukum agama, (Bandung: Manjar MAju, 1990), h. 1 5 Departemen Pendidikan Nasional, kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama, 2008), cet ke-4 h.962 6 Mulia, Hukum Perkawinan, (Jakarta: 2004), h. 15

7 UU Perkawinan, UU RI No. 1 Th 1974 beserta Penjelasannya, (Yogyakarta : Pustaka

Widyatama, 2004), h. 8

Page 12: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

3

Selain itu, di dalalm Kompilasi Hukum Islam juga dijelaskan bahwa

perkawinan adalah akad yang sangat kuat atau mitssaqan ghalidzan untuk

mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.8

Setiap manusia, secara naluri, senantiasa membutuhkan pendamping

hidupnya yang dapat saling mengisi dan melindungi, dan ketika perasaan ini ada

dan mereka menemukan pasangan yang cocok maka tumbuhlah rasa cinta di

antara mereka. Artinya, tujuan diciptakannya laki- laki dan perempuan adalah

supaya mereka saling mengenal, tumbuh perasaan cinta dan kasih sayang.

Baru kemudian, mereka akan berpikir untuk hidup bersama dalam ikatan

perkawinan sesuai dengan aturan yang ada dalam shari„at, sehingga terciptalah

rumah tangga yang saki>nah, mawaddah, wa rah}mah.

Abu> Ishrah mengatakan bahwa kawin adalah akad yang memberikan

faidah hukum kebolehan mengadakan hubungan keluarga (suami-istri) antara

pria dan wanita dengan memberikan batas hak bagi pemiliknya serta

pemenuhan kewajiban bagi masing-masingnya.9 Berbeda dengan Abu> Ishrah,

Taqy al- Di>n Abu> Bakar Muhammad Shat}a > memberikan pengertian bahwa

kawin adalah akad yang terkenal yang mengandung kebenaran rukun dan

syarat10

. Sedangkan Sayuti Talib mengatakan bahwa kawin adalah suatu

perjanjian yang suci, kuat dan kokoh untuk hidup bersama secara sah antara

seorang laki-laki dengan seorang perempuan, dengan tujuan untuk membentuk

keluarga yang kekal, santun-menyantuni, kasih mengasihi, tentram dan

8 Abdurrahman, KHI di Indonesia, (Jakarta : Akademia Pressindo, 1992), h. 114

9 Nasir, Meneropong pelaku kawin misyar di Surabaya dari sudut dramaturgi Erving

Goffman, Ijtihad, Jurnal Wacana Hukum Islam dan Kemanusiaan Vol. 15, No. 2 (2015), pp. 199-

218, doi : 10.18326/ijtihad.v15i2.199-218), h. 200 10

Muhammad Shatha, I„anat al-Thalibin. (Semarang: Taha Putra, t.th), h. 253

Page 13: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

4

bahagia11

selain Sayuti Thalib, Subekti juga mendefinisikan bahwa perkawinan

adalah pertalian yang sah antara seorang laki-laki dan seorang perempuan

dalam waktu yang lama12

Di dalam Islam terdapat beberapa macam jenis pernikahan yang

dapat dikatakan sebagai bentuk pernikahan yang “tidak umum” yang hingga

saat ini masih diperdebatkan hukumnya oleh para ulama, di antaranya adalah

pernikahan misya>r. Pernikahan misya>r adalah sebuah bentuk pernikahan

dimana wanita itu tidak menuntut hak yang sepatutnya diperoleh dalam

pernikahan, yaitu nafkah lahir. Wanita tersebut telah mencabut haknya

terhadap laki- laki yang mau menikahinya dan wanita tersebut hanya

menuntut nafkah batin saja.

Dalam literatur yang ada, dalam membina rumah tangga dikenal istilah

hak dan kewajiban. Masing- masing suami isteri mempunyai hak dan

kewajiban yang seimbang. Karena dalam ikatan perkawinan akan

menimbulkan status dan peranan, sehingga akan menimbulkan hak dan

kewajiban.13

Dengan demikian kewajiban yang dilakukan oleh suami

merupakan upaya untuk memenuhi hak isteri. Demikian juga kewajiban yang

dilakukan istri merupakan upaya untuk memenuhi hak suami,sebagaiman yang

Rosulullah SAW jelasakan :

11

Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia. (Jakarta: Sinar Grafika, 2000), h. 1 12

Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, (Jakarta: PT Intermasa, 1996), h. 23 13

Moh Rifa‟i, Ilmu Fiqh Islam, (Semarang: CV Toha Putra, 1978), h. 505

Page 14: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

5

“Ketahuilah sesungguhnya kalian mempunyai hak yang harus (wajib) ditunaikan

oleh istri kalian,dan kalian pun memiliki hak yang harus (wajib) kalian

tunaikan.14

Seorang suami berkewajiban untuk membayar mahar, nafkah dan

sebagainya tapi dia punya hak untuk mendapatkan pelayanan yang paripurna

dari isteri. Begitu juga sebaliknya, seorang isteri mempunyai kewajiban untuk

melayani suami dengan pelayanan yang maksimal tapi dia juga punya hak

untuk mendapatkan tempat tinggal, pakaian, nafkah dan sebagainya.15

Namun tidak demikian di dalam praktik kawin misya>r, dalam prakteknya,

model kawin ini tidak ada nafkah, tempat tinggal dan sebagainya, yang ada

hanyalah kepuasan seksual. Artinya, seorang suami tidak dituntut untuk

membayar maskawin, nafkah, pakaian dan sebagainya, melainkan dia hanya

berkewajiban memenuhi kebutuhan biologis si isteri dan mereka tidak tinggal

dalam satu rumah.16

Muhammad Yusuf al-Qaradhawi adalah ulama yang pertama kali

mempopulerkan dan menghalalkan melalui fatwanya tentang praktek kawin

misya>r, yaitu perkawinan yang dilakukan oleh seorang laki-laki dengan

seorang perempuan kaya raya, dengan niatan hanya untuk sementara waktu,

dan laki-laki itu tidak diharuskan membayar biaya dan tempat tinggal kepada

istri. Ia hanya berkewajiban memberi kepuasan biologis si istri, serta biasanya

sepasang suami-istri dalam kawin misya>r ini tidak tinggal dalam satu rumah,

suami tinggal di rumahnya sendiri dan begitu juga dengan istri. Namun, ketika

14

Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam. (Yogyakarta: UII Press, 2007), h.223 15

Hal ini tercantum dalam UU No. 1 tahun 1974, KHI, dan Kitab-Kitab Fiqih Klasik

seperti Fathul Muin, al Muhadzab, dan Kitab Fikih Klasik lainnya. 16

Nasir, Meneropong Kawin Misyar di Surabaya, h. 201

Page 15: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

6

mereka membutuhkan hubungan suami-istri (jima>‟), maka mereka akan

melakukan perjanjian mengenai waktu dan tempatnya.17

Dalam kaitannya dengan praktik kawin misya>r, Yusuf al-Qaradhawi

mengatakan bahwa perkawinan ini memang bukan tipe perkawinan yang

dianjurkan dalam Isla>m, tetapi hal itu diperbolehkan (halal) dilakukan oleh

para wanita kaya raya yang masih lajang yang tidak punya waktu untuk

memikirkan perkawinan sementara usianya sudah melebihi dari usia matang

untuk membangun sebuah rumah tangga.18

Fenomena nikah misyar telah banyak dijumpai dalam masyarakat pada

masa lalu dan sekarang. Orang-orang Qatar dan orang-orang di Negara Teluk

lainnya seringkali bepergian sampai ber bulan-bulan, sebagian dari mereka ada

yang kawin dengan wanita-wanita Afrika, Asia dan wanita-wanita kaya di

tempat mereka bepergian. Hal itu dilakukan selain untuk memenuhi ke butuhan

biologis mereka juga untuk mempertahankan hidup mereka di perantauan.19

Model kawin misya>r ini merupakan perkawinan alternatif bagi wanita

karier kaya yang tidak mau ribet dengan urusan suami. Sebab dalam praktik

kawin misya>r ini antara suami dan istri tidak tinggal dalam satu rumah tangga

layaknya suami istri. Istri tinggal di rumahnya sendiri, begitu juga dengan

suami. Dalam rumah tangga kawin misya>r ini, segala sesuatunya dikendalikan

oleh istri. Artinya, biaya hidup sandang, papan dan pangan semuanya

17

Yusuf al-Qardhawi, Zawajul Misyar Haqiqatuhu Wa Hukmuhu, (Kairo: Maktabah

wahbah 1999), h. 4-7 18

Yusuf al-Qaradhawi, zawajul misyar haqiqatuhu wa hukmuhu, h. 3 19

Chomim tohari, Fatwa Ulama Tentang Hukum Nikah Misyar Perspektif Maqasid

Shari‟ah, Jurnal Al-Tahrir, Vol. 13, No. 2 November 2013, Islamic Law Marmara University

Turkey, h. 210

Page 16: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

7

ditanggung oleh istri. Bahkan masalah hubungan “ranjang” dan cerai

semuanya dia yang mengatur. Suaminya hanyalah sebagai teman curhat dan

pemuas nafsunya ketika istri sedang membutuhkannya.20

Sebagaimana bentuk-bentuk pernikahan sebelumnya, pernikahan

seperti ini juga menimbulkan perdebatan terutama di kalangan ulama

kontemporer. Karena model nikah misya>r baru dikenal masa kini, maka para

ulama kontemporer berbeda pendapat menghukuminya.

Sebenarnya masalah nikah misya>r di Indonesia belum banyak dikaji

atau diperbincangkan oleh para ahli hukum Islam. Sehingga dalam hal ini

peneliti merasa tertarik untuk mengkaji lebih mendalam permasalahan nikah

misyar dalam pemikiran Yusuf al-Qaradhawi dan hukum Islam.

Dari latarbelakang tersebut penulis tertarik untuk mengkajinya lebih

lanjut dalam skripsi yang akan penulis tulis dengan judul: ”PEMIKIRAN

YUSUF YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH MISYAR”.

B. Identifikasi Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan nikah misyar?

2. Bagaimana nikah misyar dalam praktiknya?

3. Bagaimana pandangan Yusuf al-Qaradhawi terhadap nikah misyar?

4. Bagaimana pendapat para ulama tentang nikah misyar?

5. Bolehkah nikah misyar dilakukan?

20

Nasiri, Meneropong Kawin Misyar di Surabaya, h. 1

Page 17: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

8

6. Apa yang menjadi dasar hukum Yusuf al-Qaradhawi dalam mengeluarkan

fatwa tentang kebolehan atau keharaman nikah misyar?

C. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Dalam penulisan ini, Penulis akan meneliti tentang tinjauan hukum

Islam terhadap nikah misyar. Agar masalah tidak terlalu meluas, penulis

akan membahas tentang Nikah Misyar dalam pemikiran Yusuf al-

Qaradhawi.

2. Rumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini menyoal tentang pendapat

Yusuf al-Qaradhawi terhadap kebolehan Nikah Misyar menjawab

beberapa penelitian sebagai berikut :

a. Apa argumentasi hukum Yusuf al-Qaradhawi dalam menghalalkan

nikah misyar?

b. Apa argumentasi sosiologis Yusuf al-Qaradhawi dalam menghalalkan

nikah misyar?

c. Bagaimana relevansi pandangan Yusuf al-Qaradhawi dalam konteks

hukum Indonesia?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Untuk mengetahui argumentasi hukum Yusuf al-Qaradhawi dalam

menghalalkan nikah misyar.

Page 18: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

9

2. Untuk mengetahui argumentasi sosiologis Yusuf al-Qaradhawi dalam

menghalalkan nikah misyar.

3. Untuk mengetahui relevansi pandangan Yusuf al-Qaradhawi dalam

konteks hukum Indonesia.

E. Review Studi Terdahulu

Berdasarkan hasil penelusuran yang penulis lakukan, ditemukan hasil

penulisan yang menyangkut tentang perkawinan misyar. Di antaranya adalah

sebagai berikut:

Judul Karya Ilmiah Pembahasan Perbedaan

Nasiri, Meneropong

pelaku kawin misyar di

Surabaya dari sudut

dramaturgi Erving

Goffman, Jurnal Wacana

Hhukum Islam dan

KeIslaman, 2015

Tulisan Ini Adalah

Sebuah Jurnal Yang

Diterbitkan Oleh Jurnal

Wacana Hukum Islam

Dan KeIslaman.

Penulis Dalam Jurnal Ini

Membahs Tentang

Praktik Kawin Misyar Di

Indonesia, Khususnya Di

Surabaya.

Dalam Penelitian Ini,

Penulis Mencoba

Mencari Apa Faktor

Yang Melatar Belakangi

Terjadinya Perkawinan

Misyar Yang Terjadi Di

Kota Surabaya

Perbedaan jurnal ini

dengan skripsi yang akan

penulis tulis adalah

bahwa Penulis pada

jurnal ini membahs

tentang praktik

perkawinan misyar di

kota surabaya,

sedangakan skripsi yang

kaanpenulis tulis adalah

pemikiran Yusuf Al-

qaradhowi Tentang

Nikah Misyar.

Page 19: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

10

Koko Setyo

(060710191020), Nikah

Misyar Dalam Perspektif

Hukum Pernikahan Di

Indonesia, Fakultas

Hukum Universitas

Jember 2013

Penulis pada skripsi ini

membahas tentnag kajian

yuridis terhadap

perkawinan misyar,

bagaimana pandangan

hukum pernikahan di

Indonesia terhadap

perkawinan jenis ini,

bagaimana status

anaknya kelak bila pelaku

kawin misyar mempunyai

anak, dan juga bagaimana

sistem kewarisan sebagai

akibat dari sebuah

perkawinan.

Dalam penulisan skripsi

ini, mengaitkan status

hukum nikah misyar

dalam hukum pernikahan

di Indonesia, sedangkan

skripis yang akan penulis

tulis adalah mengaitkan

pemikiran Yusuf al-

Qaradhowi Tentang

Nikah Misyar.

Moh. Nurhakim,

Tinjauan Sosiologis

Fatwa Ulama

Kontemporer Tentang

Status Hukum Nikah

Misayar, Jurnal

Universitas

Muhammadiyah Malang

2011

Penulis pada jurnal ini

membahas tentnag

bagaimana tinjauan

sosiologis fatwa ulama

kontemporer tentang

status hukum nikh misyr.

skripsi yang akan penulis

tulis adalah mengaitkan

pemikiran Yusuf al-

Qaradhawi Tentang

Nikah Misyar.

F. Metodologi Penelitian

Dalam pengumpulan data agar mengandung suatu kebenaran yang

obyektif, maka Penulis menggunakan metode penelitian ilmiah sebagai

berikut:

Page 20: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

11

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, Penulis menggunakan jenis penelitian studi

pustaka (library research) dengan menggunakan metode normatif.

Penelitian hukum normative adalah penelitian hukum yang meletakan

sebagai sebuah bangunan sistem norma.21

Sistem norma yang dimaksud

adalah norma hukum Islam serta kaidah-kaidah ushuliyah yang

diberlakukan dalam hukum Islam.

2. Pendekatan

Dengan menggunakan pendekatan normatif, yaitu penelitian yang

hanya merupakan studi pustaka.

3. Sumber Penelitian

Sumber yang digunakan adalah data primer dan data sekunder,

yaitu sebagai berikut:

1. Data primer, sumber asli yang memuat informasi atau data bahan-

bahan hukum yang mengikat. Sumber primer dalam penelitian in

adalah berupa buku-buku dan kitab-kita klasik yang membahas

tentang perkawinan khususnya tentang perkawinan misyar, terutama

kitab karangan Yusuf Alqordhowi “Zawajul Misyar Haqiqatuhu wa

Hukmuhu”, Fatwa-Fatwa Kontemporer dan buku Dr. Muhammad

Fu‟ad Syakir tentang “Perkawinan Terlarang”.

2. Data sekunder, yaitu menjadikan penjelasan mengenai bahan hukum

primer tersebut. Data sekunder memberikan penjelasan mengenai

21

Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum, (Ciputat:

Lembaga Penelitian, 2010). h. 31

Page 21: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

12

bahan hukum tersebut. Data sekunder dalam penelitian ini adalah studi

kepustakaan, buku-buku, artikel ilmiah, arsip-arsip yang mendukung

atau dokumen-dokumen.

4. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dengan studi pustaka, yaitu dengan

mengumpulkan data yang membahas tentang perkawinan misyar

5. Analisis data

Dalam proses penelitian ini, penulis menggunakan metode

kualitatif untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan. Agar fakta dan

analisa menjadi tepat, maka sifat penelitian ini adalah deskriptif-analitik

yang bertujuan menggambarkan secara integra tema-tema umum seperti

perkawinan misyar. Untuk memperoleh data tersebut, penulis melakukan

penelitian dengan menggunakan penelitian pustaka (libarary research),

yaitu menelaah buku-buku, kitab-kitab dan sebagainya yang berkaitan

dengan obyek penelitian yang kemudian dijadikan sebagai sumber data.

6. Teknik Penulisan

Penulisan skripsi ini berpedoman pada buku “pedoman Panduan

Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN SYarif Hidayatullah

Jakarta” tahun 2012.

Page 22: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

13

G. Sistematika Penulisan

Penulisan ini terdiri dari lima bab yang terdiri dari sub-sub bab sebagai

berikut:

Bab pertama, dalam bab ini membahas tentang latar belakang masalah,

identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, review studi terdahulu, kerangka teori dan konseptual, metode

penelitian, sistematika penulisan dan daftar pustaka.

Bab kedua, bab ini membahas tentang perkawinan misyar dalam fikih

konvensional yang meliputi pengertian perkawinan misyar, syarat dan rukun

nikah misyar, prinsip dan tujuan dalam perkawina misyar.

Bab ketiga, bab ini membahas tentang biografi Yusuf al-Qaradhawi

yang meliputi riwayat hidup, perjalanan pendidikan dan karir serta daftar

karya Yusuf al-Qaradhawi.

Bab keempat, bab ini membahas tentang perkawinan misyar dalam

pandangan Yusuf al-Qaradhawi yang meliputi argumentasi hukum, tinjauan

sosiologis pemikiran Yusuf al-Qaradhawi dalam Menghalalkan nikah misyar

dan Relevansi Pandangan Yusuf al-Qaradhawi dalam Konteks Hukum

Indonesia.

Bab kelima, dalam bab ini penulis menjelaskan tentang penutup dan

kesimpulan serta kritik dan saran.

Page 23: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

14

BAB II

PERKAWINAN MISYAR DALAM FIKIH PADA UMUMNYA

A. Pengertian Nikah Misyar

Sejalan dengan perubahan waktu dan peradaban manusia yang kian

hari semakin maju, populasi yang terus meningkat dan sarana transformasi

sebagai faktor mudahnya manusia berimigrasi dari satu tempat ke tempat

yang lain. Seakan mudahnya mengubah luasnya bola dunia menjadi bulatan

kecil yang tidak bisa ita masukan kedalam genggam tangan. Perjalanan yang

penuh dilakukan pra ekspeditor seperti Columbus, Copernicus, Deandels, atau

Ibnu Batuta yang menelan waktu berbulan-bulan bahkan puluhan tahun, dapat

ditempuh saat ini hanya dengan hitugan jam.1

Pada kondisi dunia yang akan tanpa sekat dan batas, terjadinya

asimilasi dan percampuran budaya menjadi salah satu yang tidak bisa

dihindarkan, slah satu terjadinya percampuran budaya dengan melangsungkan

pernikahan campur antara penduduk negara atau suku tertentu dengan yang

lainnya. Di Indonesia saat ini, dunia hiburan dan perfilman banyak digeluti

oleh bintang-bintang muda yang berlatar belakang campuran antau indo.

Perkawinan yang terjadi antara laki-laki yang sedang melakukan

perjalanan baik liburan, tugas kerja, menjalani studi atau yang lainnya,

dengan perempuan setempat, dikenal dikalangan masyarakat Arab dengan

1 Adi Irfan Jauhari, “Nikah Misyar dan Hak Wanita dalam Perkawinan : Studi Analisis

Hukum Islam”, Tesis S2 Konsentrasi Syariah Universitas Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007,

h.52

Page 24: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

15

sebutan nikah misyar. Perkawinan misyar adalah pengaruh dari semakin cepat

dan mudahnya transformasi antara negara dan daerah di belahan dunia.

Sehubung dengan pernikahan campur yang terjadi hal tersebut juga

didukung oleh tradisi dan adat pada daerah tertentu, terutama di negara teluk,

dimana pernikahan merupakan sebuah perhelatan besar yang menelan tidak

sedikit biaya, budaya macam ini banyak menimbulkan awanis (wanita yang

belum menikah di usia lanjut), sebab para pria memilih untuk menikah

dengan wanita dari daerah bahkan negara lain yang lebih mudah dan ringn

dalam pembiayaan. Penduduk laki-laki dari negara Kuait dan Uni Emirat

biasanya melakukan perjalanan liburan ke negara berkembang seperti Syiria

dan Mesir yang kemudian melangsungkan pernikahan dengan wanita

setempat.2

Pada hakikatnya perkawinan misyar dilaksanakan oleh seorang laki-

laki dengan akad yang benar, mencukupi rukun dan syaratnya, hanya saja

sang istri harus mengalah dari beberapa hak-haknya seperti mendapatkan

tempat tinggal, atau tempat yang disiapkan oleh suaminya, dan dari hak

nafkah, yaitu pembagian yang adil antara dia dengan istri lainnya. Dia harus

rela tinggal dirumah orang tua bersama keluarganya, jika sang suami tidak

mengadakan perjalanan ke daerah tempat istri berada, yang semestinya sang

suami harus mendatanginya satu hari dalam seminggu misalkan atau beberapa

hari dalam sebulan.3 Kata misyar berasal dari bahasa Arab sara, sira, sirah

tasayaram, masdar dan juga masirah, yang berarti berjalan dan perjalanan.

2 Misyar Mariage: http://answering-Islam.org.uk/index/ M/Misyar.html

3 Muhammad Fu‟ad Syakir, Perkawinan Terlarang: AL-Misyar, Al-Urfi dan Mut‟ah,

(Jakarta: Cendekia, 2002), Cet- 1, h. 65

Page 25: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

16

Dari sudut terminologi pernikahan misyar adalah pernikahan dimana

pengantin lelaki tinggal di rumah pengantin perempuan tetapi pengantin

perempuan tidak pula berpindah kerumah pengantin lelaki.

Menurut Ahmad Al-Tamini, misyar ialah pernikahan yang dibina

dengan akad yang sah menurut syarah dan memenuhi rukun-rukunnya, tetapi

pasangannya bertolak ansur dari segi tempat tinggal dan nafkah.

Menurut Ibnu Mani‟ia, pernikahan misyar ialah pernikahan yang

memenuhi syarat dan rukunnya, tetapi kedua padangan saling ridha meridhai

dan bertujuan bahwa si istri tidak mempunyai hak pembagian giliran

bermalam.4

Wahbah zuhaily melihat misyar pada kelaziman yang terjadi

dikalangan masyarakat Arab, yakni biasanya perkawinan ini dijadikan oleh

laki-laki telah memiliki istri, tetapi karena syarat, atau kondisi tertentu istri

kedua tidak mendapat beberapa haknya sebagaimana dijamin dalam Islam.

Definisi ini dibangun atas kejadian yang berkembang pada kalangan

pria yang berasal dari negara petro-dollar. Biasanya mereka melakukan

pernikahan dengan wanita di negara berkembang, sementara merek juga

memiliki istri di tempat asal mereka.5

Ulama kontemporer lain yang cukup perhatian dengan polemik misyar

adalah Yusuf al-Qaradhawi, ia mendefinisikan misyar dengan pernikahan

dimana suami mendatangi kediaman istri dan istri tidak berpindah hidup

bersama di rumah suami.

4 Muhammad To‟maah al-Qudhah, “Zawaj al-Misyar: Hukmuhu al-Shar‟i”, artikel

diakses pada tanggal 22 oktober 2016 dari www.arabLawInfo.com 5 Wahbah Zuhaily, Tajdid al-Fiqh al-Islam, (Damaskus: Dar al-Fikr, 2000), h. 170

Page 26: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

17

Definisi ini nampaknya terilhami dari kejadian yang melanda seorang

perempuan yang hidup tidak jauh dari lingkungan tinggal Yusuf al-

Qaradhawi.6 Ketika ia membahas polemik misyar. Ia menganalogikan dengan

kejadian tentang seorang wanita yang di tinggal mati oleh suaminya, dari

suami yang pertama ini sang wanita memiliki dua anak dan harta yang cukup

untuk dirinya dan dua anaknya. Sehubungan dengan usianya yang masih

muda, ia kemudian melangsungkan perkawinan dengan pria yang tinggal

berbeda kota dengannya, pria tersebut tidak hidup satu atap bersama mereka,

tetapi hanya berkunjung sesekali, ia juga tidak memberikan nafkah materi

dikarenakan wanita tersebut memiliki harta yang cukup bahkan lebih.

Dari sinilah kemudian ia mendefinisikan misyar sebagai sebuah

perkawinan yang dijalani oleh pasangan dimana suami tidak hidup bersama

dengn istri yang tentu kondisi seperti ini menjadi istri kehilangan hak-hak

perkawinannya.

Dalam pandangan Islam di samping pernikahan itu sebagai perbuatan

ibadah, ia juga merupakan sunnah Allah dan sunnah Rasul. Sunnah Allah

berarti: menurut qudrat dan iradat Allah dalam penciptaan alam ini,

dedangkan sunnah Rasul berarti suatu tradisi yang telah ditetapkan oleh Rasul

untuk dirinya sendiri dan umatnya.7 Adapun pandangan para ulama mazhab

tentang nikah misyar sebagai berikut:

6 Yusuf al-Qardhawi, Zawajul Misyar Haqiqatuhu Wa Hukmuhu, h. 9

7 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat dan

UU Perkawinan (Jakarta: Prenada Media, 2007), Cet-2 h. 41

Page 27: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

18

Pernikahan misyar dibina berdasarkan tolak ansur antara suami istri

mengenai tempat tinggal, nafkah pembagian giliran antara suami –istri dan

sebagainya.

1. Perumahan (Tempat Tinggal)

a. Pendapat Ulama Mazhab Hanafi.

Menyediakan rumah adalah tanggung jawab suami, karena

nafkah dalam segala bentuknya adalah tanggungan suami, mahar

adalah milik penuh istri, tidak ada suatu dalil pun yang mewajibkan

istri menyediakan fasilitas tersebut.8

b. Pendapat Ulama Mazhab Maliki

Istri harus ikut membantu suami dalam penyediaan rumah,

bantuan istri tersebut dalam batas mahar yang diambilnya, atau dalam

batas-batas tradisi yang ada di daerah tersebut. Bahwa agama

memberikan hak tempat tinggal kepada istri, baik dalam bentuk kerja

sama dengan suami ataupun tidak.9

2. Pembagian Yang Adil

Kondisi berpindah-pindah dari satu daerah ke daerah lainnya,

biasanya menyulitkan suami untuk memenuhi tuntutan keadilan dalam

membagi waktu antara istri-istrinya. Apabila suami beristri lebih dari satu,

tidak boleh ia berdiam disalah satu istrinya kurang dari satu malam, hal ini

tidak ada perselisihan. Apabila ia berdiam lebih dari satu malam di rumah

salah satu istri istrinya, ada beberapa pendapat:

8 Fu‟ad Syakir, Perkawinan Terlarang, h. 22

9 Fu‟ad Syakir, Perkawinan Terlarang, h. 22

Page 28: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

19

a. Mazhab Hanafi

Suami harus menentukan masa berdiam di salah satu istrinya,

tidak di tentukan oleh syariat, tapi dikembalikan oleh kebijaksanaan

suami, akan tetapi syariat tidak memberikan suami begitu saja, syariat

memberikan batasan jangan sampai lebih dari empat bulan, karena

empat bulan adalah batas waktu habisnya ilaa‟.10

b. Mazhab Maliki

Mazhab Maliki membolehkan lebih dari sehari semalam, dan

boleh juga waktu itu dikurangi, kalau tidak ada kerelaan baik itu

dalam penambahan maupun pengurangan, maka wajib bagi suami

membaginya dengan adil. Hal ini bisa dilakukan apabila istri-istrinya

berada di daerah yang sama, atau di dua daerah yang berbeda dalam

satu teritorial.11

c. Mazhab Syafi‟i

Mazhab Syafi‟i berpendapat bahwa lebih baik suami membagi

waktu antara istrinya satu malam penuh dan di bolehkan membagi dua

malam atau tiga malam tanpa kerelaan mereka, tetapi mazhab Syafi‟i

tidak membolehkan lebih dari tiga malam, tanpa kerelaan mereka,12

hal ini disebabkan oleh:

1) Berkemungkinan suami meninggal dalam waktu sepanjang itu,

sementara ia belum memenuhi kewajiban tinggal pada salah satu

10

Ilaa‟ adalah sumpah suami terhadap istri untuk tidak menemuinya selama empat bulan 11

Fu‟ad Syakir, Perkawinan Terlarang, h. 25 12

Fu‟ad Syakir, Perkawinan Terlarang, h. 25

Page 29: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

20

istrinya yang berhak atas itu, maka pada saat itu ia telah melalaikan

kewajibannya, karena tidak adil dalam pembagian.

2) Waktu yang panjang dapat menyebabkan istri yang lain merasa

kesunyian dan kegelisahan karena kesendiriannya.

d. Mazhab Hambali

Tidak boleh suami berdiam di salah satu istrinya lebih dari satu

malam tanpa izin dari istri-istrinya yang lain. Imam nawawi

mengomentari tentang bulan madu di tetapkan sebagai hak

perempuan, dan harus didahulukan dari yang lain apabila perempuan

itu masih perawan, maka dia berhak selama tujuh hari tujuh malam

tanpa mengganti, kalau ia janda maka ia berhak memilih boleh tujuh

malam, maka suami harus berdiam di tempat istri yang lain selama

tujuh malam juga, atau tiga malam ini tanpa harus menggantinya pada

hari yang lain.13

Adapun ulama-ulama yang mengeluarkan fatwa-fatwa terkini tentang

perkawinan misyar sebagai berikut:

1. Mufti Mesir: Dr. Natsir Farid Washil

Ia berkata, perkawinan misyar terjadi karena realita, dan

keterjepitan kondisi pada sebagian kelompok masyarakat, seperti Arab

Saudi yang mengeluarkan fatwa membolehkan perkawinan ini.

Perkawinan ini beda dengan perkawinan mut‟ah dan perkwinan temporal

lainnya, perkawinan misyar adalah perkawinan yang mencukupi rukun dan

13

Fu‟ad Syakir, Perkawinan Terlarang, h. 26

Page 30: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

21

akad yang disyariatkan, seperti : ijab, qabul, saksi, dan wali. Perkawinan

ini adalah sah, hanya saja dalam perkawinan ini, laki-laki mensyaratkan

kepada perempuan untuk menyatakan bahwa dia tidak akan menuntut hak-

haknya yang berhubungan dengan tanggungan laki-laki sebagai

suaminya.14

Jika istri dalam kondisi membutuhkan terhadap hak-haknya, ia

boleh menuntut karena itu adalah hak-hak yang selayaknya ada dan

berhubungan berat dengan perkawinan, meskipun sebenarnya dia kaya

atau orang tuanya memberikan nafkah kepadanya, tapi apabila istri sedang

membutuhkannya, boleh menuntut nafkah.15

Sama dengan warisan, istri berhak menerima warisan dari

suaminya. Meskipun dia sudah tanazul (mengalah) dalam masalah nafkah,

tidak semestinya dia juga mengalah dalam masalah warisan, kecuali

apabila suaminya sudah meninggal sedangkan dia sudah mendapatkan

jatah warisan dan menerima haknya, karena warisan adalah hak umum

yang tidak dibolehkan tanazul padanya kecuali apabila haknya sudah di

berikan. Sebagaimana dalam al-Qur‟an surat an-Nisa ayat 33.

“Bagi tiap-tiap harta peninggalan dari harta yang ditinggalkan ibu bapak

dan karib kerabat, kami jadikan pewaris-pewarisnya dan (jika ada) orang-

orang yang kamu telah bersumpah setia dengan mereka, maka berilah

kepada mereka bagiannya. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala

sesuatu”. (QS. An-Nisa: 33).

14

Fu‟ad Syakir, Perkawinan Terlarang, h. 33 15

Fu‟ad Syakir, Perkawinan Terlarang, h. 34

Page 31: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

22

2. Prof. Dr. Muhammad Rawi

Anggota Badan Peneliti Islam (Majma‟ al-Buhuts al-Islamiah) dan

sebagai Dekan Fakultas al-Qur‟an al-Karim di Universitas al-Imam

Muhammad Ibn Sa‟ud, dia berpendapat bahwa suatu perkawinan

mempunyai hukum-hukum dan ketentuan-ketentuannya, permasalahan

peredaman dan keterlambatan kawin sering muncul, bagaimana kita

menghindari pengaruh buruknya. Bahwa tidak ada cara untuk memelihara

kemanusiaan, khususnya perempuan dari kerusakan, kecuali dengan

mengisi kekosongan dengan pekerjaan, mengarahkan kemauan dengan

iffah (menjaga diri dari maksiat) dan membiasakan diri dengan sabar.16

Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur‟an surat an-Nuur ayat 33

yang berbunyi:

“Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaknya menjaga

kesucian (dirinya), sehngga Allah memampukan mereka dengan karunia-

Nya”. (QS. An-Nuur:33).

Kecenderungan seksual adalah kecenderungan yang menyebabkan

timbulnya misyar atau bahkan kawin „urfi (di bawah tangan), untuk

kecenderungan ini, maka Allah telah mensyariatkan perkawinan dengan

hukum-hukum dan ketentuan-ketentuannya. Tapi kita harus memudahkan

bukan merumitkan, pada saat kita memudahkan pintu-pintu yang halal

maka pintu-pintu yang haram akan terbuka. Tidak ada penyelesaian dari

16

Fu‟ad Syakir, Perkawinan Terlarang, h. 39

Page 32: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

23

krisis ini kecuali kembali pada apa yang diperintahkan oleh Allah dan

Rasul-Nya.

3. Menurut Dr. Fauziah Abdussattar

Dosen Hukum pidana di Universitas Cairo, berkata, dia mempunyai

beberapa analisa tentang perkawinan misyar ini dan akan saya simpulkan

kedalam beberapa poin yaitu:17

a. Dalam perkawinan misyar, suami kehilangan harga dirinya karena

tidak memenuhi semua kewajiban, maka dia hanya menjadi

tanggungan bagi istri.

b. Menurut saya keterlambatan kawin karena uzur lebih baik dari pada

perkawinan perjalanan seperti ini, karena tidak terealisasikan tujuan-

tujuan perkawinan, dan hanya akan membuaka pintu-pintu untuk

menyimpang.

c. Sesungguhnya perkawinan misyar tidak bisa menerapkan persyaratan

“adil” antara para istri, karena suami berdiam pada salah seorang istri

beberapa hari sementara di tempat lain satu tahun.

B. Syarat dan Rukun Nikah Misyar

Pernikahan misyar tidak jauh berbeda dengan pernikahan biasanya,

artinya segala sesuatu yang menjadi syarat dan rukun dari pernikahan

biasa terdapat pula pada nikah misyar.

Menurut syariat agama Islam, setiap perbuatan hukum harus

memenuhi dua unsur, yaitu rukun dan syarat. Rukun ialah unsur pokok

17

Fu‟ad Syakir, Perkawinan Terlarang, h. 42

Page 33: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

24

dalam setiap perbuatan hukum, sedang syarat ialah unsur pelengkap dalam

setiap perbuatan hukum. Dalam Ensiklopedi hukum Islam, syarat

dirumuskan dengan, “sesuatu yang tergantung padanya keberadaan hukum

syar‟i, dan dia berada diluar hukum itu sendiri”.18

Perbedaan antara rukun

dan syarat, khususnya rukun dan syarat dalam hal akad nikah, tanpak

begitu tipis. Atas dasar ini maka tidaklah mengherankan jika berkenaan

dengan ihwal rukun dan syarat nikah, ada hal-hal tertentu yang oleh

sebagian ulama dikategorikan kedalam syarat nikah. Jadi rukun dan syarat

mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam setiap akad.19

Apabila kedua unsur tidak terpenuhi, maka perbuatan dianggap

tidak sah menurut hukum, demikian pula untuk sahnya suatu pernikahan

harus dipenuhi rukun dan syarat.

1. Rukun dalam perkawinan

a. Adanya calon mempelai pria

b. Adanya calon mempelai wanita

c. Adanya wali

d. Adanya dua orang saksi

e. Adanya ijab (dari wali calon mempelai perempuan atau wakilnya)

dan qabul (dari calon mempelai laki-laki atau wakilnya)20

2. Syarat dalam perkawinan

18

Tim Penyusun, Enseklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997),

Jilid 5, h. 1691 19

Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, cet. 2 (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2005), h. 95-96 20

Aslih Kurniawan, dkk, Pedoman Pelaksanaan Akad Nikah dan Beberapa Kasus

Perkawinan, (Jakarta: Seksi Urusan Agama Islam Kemenag Jakarta Selatan, 2010), h. 24

Page 34: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

25

Pada garis besarnya syarat-syarat sahnya perkawinan itu ada dua:

a. Calon mempelai perempuannya halal dikawin oleh laki-laki yang

ingin menjadikannya istri. Perempuannya itu bukan merupakan

orang yang haram untuk dinikahi

b. Akad nikahnya dihadiri para saksi

Secara rinci masing-masing rukun diatas akan dijelaskan

syarat-syaratnya sebagai berikut:

1) Adanya laki-laki dan perempuan

Islam hanya mengakui perkawinan antara laki-laki dan

perempuan dan tidak boleh lain dari itu, seperti sesama laki-

laki atau sesama perempuan, adapun syarat yang harus di

penuhi untuk laki-laki dan perempuan adalah sebagai berikut:21

a. Bagi calon mempelai laki-laki

1. Beragama Islam

2. Pria

3. Tidak dipaksa

4. Tidak beristri empat orang

5. Bukan mahramnya calon istri

6. Tidak mempunyai istri yang haram dimadu dengan

calon istrinya

7. Megetahui calon istrinya tidak haram dinikahinya

8. Tidak sedang melakukan ihram

21

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat

dan UU Perkawinan (Jakarta: Prenada Media, 2007), h. 64

Page 35: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

26

b. Bagi calon mempelai perempuan

1. Beragama Islam

2. Wanita

3. Telah memberi izin kepada wali untuk menikahkannya

4. Tidak bersuami dan tidak dalam masa iddah

5. Bukan mahramnya calon suami

6. Jelas orangnya

7. Tidak sedang dalam ihram22

2) Adanya wali

Yang dimaksud dengan wali secara umum adalah

seseorang yang karena kedudukannya berwenang untuk

bertindak terhadap dan atas orang lain dan dalam perkawinan

wali adalah seseorang yang bertindak atas nama mempelai

perempuan dalam suatu akad nikah. Akad nikah dilakukan oleh

dua pihak, yaitu pihak laki-laki yang dilakukan oleh mempelai

laki-laki itu sendiri dan pihak perempuan yang dilakukan oleh

walinya.23

Syarat wali sebagai berikut:

a. Beragama Islam

b. Balig berakal

c. Tidak dipaksa

22

Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) DKI Jakarta,

Membina Keluarga Sakinah, (Jakarta: 2009), h. 15-16 23

Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat dan

Undang-Undang Perkawinan, h. 69

Page 36: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

27

d. Terang lelakinya

e. Adil bukan fasiq

f. Tidak sedang ihram atau umroh

g. Tidak dicabut haknya dalam menguasai harta bendanya

oleh pemerintah (mahjur bissafah)

h. Tidak rusak pikirannya karena tua atau sebagainya.

3) Adanya saksi

Sabda Nabi SAW:

“Dari Ibnu Abas, R.A berkata tidak sah nikah tanpa wali dan

kedua saksi yang adil” (HR. Imam Ahmad)24

Syarat saksi diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Beragama Islam

b. Laki-laki

c. Baligh

d. Berakal

e. Adil

f. Mendengar

g. Tidak tuli

h. Bisa bercakap-cakap (tidak bisu)

24

Abdullah Ahmad bin Hambal, Musnad Imam Ahmad bin Hambal (Beirut: al-Maktab

al-Islami, 1985), h. 250 lihat juga Ala al-din Ali Ibnu Balban al Farisi shahih ibn Hibban Bitartibi

Ibnu Balban (Beirut: Muassasah al-risalah, 1997), h. 386

Page 37: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

28

i. Tidak pelupa (mughoffal)

j. Menjaga harga diri mengerti ijab dan qabul

k. Tidak merangkap menjadi wali25

4) Ijab dan Qabul Syarat-syaratnya:

a. Adanya pernyataan mengawinkan dari wali

b. Adanya pernyataan penerimaan dari calon mempelai

c. Ijab dan qabul harus berbentuk dari asal kata “inkah” atau

“tazwij” atau terjemah dari dua kata tersebut yang dalam

bahasa berarti “menikahkan”. Contohnya adalah sebagai

berikut:

1. Ijab dari wali calon mempelai perempuan “hai fullan

bin fulah, saya nikahkan fulanah, anak kandung saya

dengan engkau, dengan mas kawin

(mahar)..............dibayar tunai (hutang).

2. Qabul dari calon mempelai pria “saya terima nikahnya

dan kawinnya fulanah binti................dengan mas kawin

yang tersebut tunai.26

a. Antara ijab dan qabul bersambungan

b. Antara ijab dan qabul jelas maksudnya

c. Orang yang terkait dengan ijab dan qabul tidak

sedang ihram, haji atau umrah

25

Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) DKI Jakarta,

Membina Keluarga Sakinah, h. 25 26

Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia: Studi

Kritis Perkembangan Hukum Islam dari fikih, UU no. 1/1974 sampai KHI, (Jakarta: Kencana,

2006), cet. 1, h. 26

Page 38: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

29

d. Majlis ijab dan qabul itu harus di hadiri minimum

empat orang yaitu calon mempelai atau wakilnya,

wali dari mempelai wanita dan dua orang saksi.27

5) Mahar

Disamping rukun dan syarat yang tersebut di atas, menurut

para ulama, mahar itu hukumnya wajib dan ditempatkan

sebagai sarat sahnya dalam perkawinan. Pengertian mahar

adalah pemberian khusus yang bersifat wajib berupa uang atau

barang yang diserahkan mempelai laki-laki kepada mempelai

perempuan ketika atau akibat dari berlangsungnya akad

nikah.28

Tentang mahar ini terdapat dalam firman Allah pada

surat an-Nisa‟ ayat 4 yang bunyinya:

“Berikanlah mahar kepada perempuan (yang kamu nikahi)

sebagai pemberian penuh kerelaan. Kemudian jika mereka

menyerahkan kepada kamu sebagian dari mahar itu dengan

senang hati, maka makanlah pemberian itu (sebagai makanan)

yang sedap lagi baik akibatnya”.(QS, an-Nisa: 4)

Dan Nabi SAW bersabda kepada seorang laki-laki yang ingin

menikah

27

Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia: Studi

Kritis Perkembangan Hukum Islam dari fikih, UU no. 1/1974 sampai KHI, h. 63 28

Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat dan

Undang-Undang Perkawinan, h. 85

Page 39: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

30

“Dari Sahal bin Sa‟ad bahwa Nabi Shallallahun Alaihi Wa Sallam

berkata pada seorang laki-laki nikahilah oleh kamu walaupun dengan mas

kawin berupa cincin dari besi” (HR. Bukhari)29

C. Prinsip dan Tujuan dalam Nikah Misyar

1. Prinsip dan tujuan nikah misyar

Ada beberapa prinsip perkawinan menurut hukum Islam,yang

perlu di perhatikan agar perkawinan itu benar-benar berarti dalam

hidup manusia melaksanakan tugasnya mengabdi pada Tuhan.

Pada hakekatnya, nikah misyar tidak jauh berbeda dengan

nikah biasa, artinya segala sesuatu yang menjadi syarat dan rukun dari

nikah biasa terdapat pula pada pernikahan misyar. Sehigga prinsip-

prinsip perkawinan misyar dengan pernikahan dalam Islam, yaitu:

a) Memenuhi dalam melaksanakan perintah agama

Bahwa perkawinan adalah sunnah Nabi, itu berarti bahwa

tuhan melaksanakan perkawinan itu pada hakekatnya merupakan

dari ajaran agama-agama mengatur perkawinan itu, memberi

batasan, rukun dn syarat-syarat yang perlu. Apabila rukun dan

syarat tidak terpenuhi, batal atau fasidlah perkawinan itu. Dengan

demikian dalam perkawinan misyar ada ketentuan lain selain

rukun dan syarat, ada mahar dalam perkawinan dan juga harus ada

kemampuan.

Selain itu untuk memenuhi kebutuhan biologis (naluri seks)

sekaligus memuliakan dan menjaga agar tidak tergelincir dalam

29

Al Imam Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mugirah bin Bardizbah

al-Bukhari, Shahih Bukhari, (Beirut: Dar Al Fikr, t.th), juz III, h. 252

Page 40: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

31

perbuatan zina, sudah menjadi kodrat iradat Allah. Manusia

diciptakan berpasang-pasangan dan diciptakan oleh Allah

mempunyai keinginan untuk berhubungan antara laki-laki dan

perempuan artinya dalam hal ini saling memerlukan satu sama

lainnya.30

b) Kerelaan dan persetujuan

Sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh pihak

yang hendak melangsungkan pernikahan ialah “Ikhtiyar” (tidak

dipaksa) pihak yang melangsungkan perkawinan itu dirumuskan

dengan kata-kata kerelaan calon istri dan suami atau persetujuan

mereka.31

Prinsip kerelaan ini dalam perkawinan misyar merupakan

unsur yang utama untuk melaksanakan perkawinan ini. Dimana

kerelaan sang istri yang disadari dari sikap mengalah istri untuk

tidak diberikan hak nafkah dari suami berupa materi.

c) Perkawinan untuk selamanya

Tujuan perkawinan antara lain untuk dapat keturunan dan

untuk ketenangan, ketentraman dan antara cinta serta kasih sayang.

Kesemuanya ini dapat dicapai hanya dengan prinsip bahwa

perkawinan adalah untuk selamanya, bukan hanya dalam waktu

tertentu saja. Itulah prinsip perkawinan dalam Islam yang harus

atas dasar kerelaan hati dan sebelumnya yang bersangkutan. Telah

30

Abd. al- Muhaimin As‟ad, Risalah Nikah Penuntun Perkawinan, (Surabaya: Bulan

Terang, 1993), cet. I, h.33 31

Abd. Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Prenada Media, 2003), h.120

Page 41: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

32

melihat terlebih dahulu sehingga nantinya tidak menyesal setelah

melangsungkan perkawinan dan dengan melihat dan mengetahui

lebih dahulu akan dapat mengekalkan persetujuan antara suami dan

istri.32

2. Tujuan Perkawinan Misyar

a. Untuk menambah keturunan

Seperti yang diungkapkan bahwa naluri manusia

mempunyai kecendrungan untuk mempunyai keturunan yang sah

keabsahan anak keturunan yang diakui oleh dirinya sendiri, agama

memberi jalan hidup manusia agar hidup bahagia di dunia dan

akhirat. Kebahagian dicapai dengan hidup berbakti kepada tuhan

secara sendiri-sendiri, berkeluarga dan bermsyarakat. Kehidupan

keluarga bahagia, umumnya ditentukan oleh kehadiran anak-anak.

Anak merupakan buah hati dan belahan jiwa.

Sebagaimana dalam firman Allah SWT surah al-Furqan 74:

"dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah

kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami dan keturunan

kami sebagai penyenang hati (Kami), dan jadikanlah kami imam

bagi orang-orang yang bertakwa. (Q.S al-Furqan:74).

32

Dirjen Bimbingan Islam Depag RI, Ilmu Fiqh, (Jakarta: Proyek Pembinaan Prasarana

dan Sarana Perguruan Tinggi Agama, 1995), Jilid 2, h 70-73

Page 42: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

33

Anak sebagai keturunan bukan saja menjadi buah hati,

tetapi juga sebagai pembantu-pembantu dalam hidup di dunia,

bahkan akan memberi tambahan amal kebijakan di akhirat nanti,

manakala dapat memdidiknya menjadi anak yang shaleh.

b. Memenuhi hajat manusia untuk menyalurkan syahwat

Sudah menjadi kodrat iradah Allah SWT, manusia diciptakan

berjodoh-jodoh dan diciptakan oleh Allah SWT mempunyai

keinginan untuk berhubungan antara pria dan wanita, sebagaimana

digambarkan bahwa pria dan wanita bagaikan pakaian, artinya

yang satu memerlukan yang lain, sebagaimana terdapat dalam

surah al-Baqarah ayat 187:

..

Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur

dengan istri-istri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan

kamupun adalah pakaian bagi mereka... (Q.S al-Baqarah:187).

Di samping perkawinan untuk pengaturan naluri seksual

juga untuk menyalurkan cinta dan kasih sayang di kalangan pria

dan wanita. Penyaluran cinta dan kasih sayang yang di luar

perkawinan tidak menghasilkan keharmonisan dan tanggung jawab

yang layak, karena didasarkan atas kebebasan yang tidak terikat

oleh satu norma. Satu-satunya norma ialah yang ada pada dirinya

masing-masing, sedangkan masing-masing orang mempunyai

kebebasan. Perkawinan mengikat adanya kebebasan menumpahkan

cinta dan kasih sayang secara harmonis.

Page 43: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

34

c. Memelihara diri dari perbuatan zina

Ketenangan hidup dan cinta serta kasih sayang keluarga

dapat ditunjukan melalui perkawinan. Orang-orang yang tidak

melakukan penyalurannya dengan perkawinan akan mengalami

ketidak wajaran dan dapat menimbulkan kerusakan dalam dirinya

dengan melakukan perbuatan zina, karena manusia mempunyai

nafsu, sedangkan nafsu itu condong untuk mengajak kepada

perbuatan yang tidak baik, sebagaimana terdapat dalam firman

Allah SWT surat Yusuf ayat 53:

Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan...”

(Q.S Yusuf: 53).

Dorongan nafsu yang utama ialah nafsu seksual, karenanya

perlulah menyalurkannya dengan baik, yakni dengan cara

perkawinan. Perkawinan dapat mengurangi dorongan yang kuat

atau dapat mengembalikan gejolak nafsu seksual. Dalam hal ini

sebagaimana hadits Nabi SAW:

“ ... sesungguhnya perkawinan itu dapat mengurangi liarnya

pandangan dan dapat menjaga kehormatan... “(H.R Bukhari dan

Muslim).33

33

Ibnu Daqiq al-Aydi, Ihkam al-Ihkam Sarhu Umdat al-Ahkam, (Lebanon: Daar al-Jail,

1995), h. 552

Page 44: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

35

d. Mewujudkan kerjasama dan keserasian hidup antara laki-laki dan

wanita untuk kehidupan berumah tangga.

Suatu kenyataan bahwa manusia di dunia tidaklah berdiri

sendiri melainkan bermasyarakat yang terdiri dari unit-unit terkecil

yaitu keluarga yang terbentuk melalui perkawinan.

Dalam hidupnya manusia memerlukan ketenangan dan

ketentraman hidup. Ketentraman dan ketenangan untuk dicapai

dengan adanya ketenangan dan ketentraman bagian masyarakat

menjadi faktor yang terpenting dalam penentuan ketenangan dan

ketentraman. Dalam hal ini keberhasilan pembinaan yang harmonis

diciptakan oleh adanya kesadaran terhadap keluarga. Allah

menjadikan unit keluarga yang dibina dengan perkawinan antara

suami dan istri dalam membentuk ketenangan dan ketenangan serta

mengembangkan cinta dan kasih sayang.

Demikian diungkapkan dalam al-Quran surah Ar-Rum ayat 21:

"Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan

untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung

dan merasa terteram kepadanya, dan di jadikan-Nya diantaramu

rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu

benar-benar terdapat tanda tanda bagi kaum yang berfikir. (Q.S

Ar-Rum:21).

Page 45: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

36

Setiap insan yang hidup pasti menginginkan dan

mendabakan sesuatu kehidupan yang bahagia, tentram, sejahtera,

penuh dengan keamanan dan ketenangan atau bisa dikatakan

kehidupan yang sakinah, karena memang sifat dasar manusia

adalah senantiasa condong kepada hal-hal yang bisa menentramkan

jiwa serta membahagiakan anggota badannya, sehingga berbagai

cara dan usaha ditempuh untuk meraih kehidupan yang sakinah.34

34

Fu‟ad Syakir, Perkawinan Terlarang, h. 12-15

Page 46: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

37

BAB III

BIOGRAFI YUSUF YUSUF AL-QARADHAWI

A. Riwayat Hidup Yusuf al-Qaradhawi

Nama lengkapnya adalah Yusuf Mustafa Yusuf al-Qaradhawi,

beliau lahir di daerah Safat Turab, Mesir pada tanggal 9 september 1926

M, bertepatan dengan tanggal 1 Rabi‟ul Awal 1345 H. Beliau berasal dari

keluarga yang taat agama Islam. Ketika berusia 2 tahun, ayahnya

meninggal dunia. Sebagai anak yatim, ia diasuh dan dididik oleh

pamannya. Ia mendapatkan perhatian yang besar dari pamannya sehingga

ia menganggap pamannya seperti orang tuanya sendiri. Keluarga

pamannya juga taat menjalankan agama Islam, tidak heran bila Yusuf al-

Qaradhawi menjadi orang yang kuat menjalankan agama.1

Kampung halaman Yusuf al-Qaradhawi layaknya perkampungan

mesir lainnya, unsur utama yang sangat mempengaruhi kehidupan

masyarakat adalah agama. Agama sebagai petunjuk arah bagi pemikiran

serta sumber utama untuk membentuk budaya mereka dan memberikan

pengaruh yang besar dalam pelaksanaan ibadah mereka. Aktivitas

keagamaan yang menjadi tradisi di kampung kelahirannya terdiri dari

peringatan maulid para wali seperti peringatan hari lahir Sayyid Syaikh

Ahmad al-Badawi, Maulid Nabi saw, Hari Asyura, Isra Mi‟raj malam Nisf

Sya‟ban. Perhatian masyarakat terhadap al-Qur‟an juga besar. Sebagai

1 Yusuf al-Qaradhawi, Ibn al-Qaryab wa al-Kutab; Malamih Shirab wa Masirah, Terj.

Cecep Taufikurrahman, Perjalanan Hidupku I, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2003), cet. 1, h. 10

Page 47: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

38

bentuk perhatian mereka terhadap al-Qur‟an didirikan beberapa halaqah

al-Qur‟an, yang pada setiap hari jumat dilksanakan di masjid Sayyid

Abdullah bin Harits dan pada hari sabtu dilaksanakan di kampung

kelahiran Yusuf al-Qaradhawi yang bernama masjid al-Mutawalli.2

Ketika berusia 5 tahun, ia dididik menghafal Al-Qur‟an secara

intensif oleh pamannya, dan pada usia 10 tahun ia sudah menghafalkan

seluruh Al-Qur‟an dengan fasih, karena kefasihan dan kemerduan

suaranya, Yusuf al-Qaradhawi sering diminta untuk menjadi imam dalam

shalat-shalat jahriyyah (yang menjaharkan/mengeraskan bacaan, seperti

maghrib, isya dan shubuh). Setelah menamatkan pendidikannya di Ma‟had

Thantha dan Ma‟had Tsanawi Yusuf al-Qaradhawi terus melanjutkan ke

Universitas al-Azhar, Fakultas Ushuluddin. Dan dulu tahun 1952-1953

dengan predikat terbaik. Setelah itu ia melanjutkan pendidikannya di

jurusan bahasa Arab selama 2 tahun. Di jurusan ini ia lulus dengan

peringkat pertama diantara 500 mahasiswa. Kemudian ia melanjutkan

stadinya ke lembaga Tinggi Riset dan Penelitian Masalah-Masalah Islam

dan Perkembangannya selama 3 tahun. Pada tahun 1960 Yusuf al-

Qaradhawi memasuki pascasarjana (Dirasah Al-„Ulya) di Universitas al-

Azhar, Cairo di fakultas ini ia memilih jurusan Tafsir-Hadits atau jurusan

Akidah Filsafat.3 Ia bukan lulusan Fakultas Syariah yang lebih

mengkhususkan pengkajian pada bidang fiqih dan ushul fiqih. Namun

2 Yusuf al-Qaradhawi, Ibn al-Qaryab wa al-Kutab; Malamih Shirab wa Masirah, Terj.

Cecep Taufikurrahman, Perjalanan Hidupku I, h.10 3 Abdul Aziz Dahlan, “Yusuf al-Qaradhawi, Yusuf, Einsklopedi Hukum Islam, (Jakarta:

PT. Ichitiar Baru Van Hoeve, 2006). Jilid 5, cet. Ke-7, h 1448

Page 48: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

39

demikian perbedaan fakultas bukan menjadi penghalang baginya untuk

senantiasa mempelajari fiqih, baik sejarahnya, ushul, maupun qawa‟idnya.

Sebaliknya mempelajari semua itu dapat menambah semangatnya dalam

belajar filsafat kebudayaan dan sejarah disamping juga kebudayaan Islam.4

Setelah itu beliau melanjutkan program doctor dan menulis

disertasi berjudul Fiqh az-Zakat (Fikih Zakat) yang selesai dalam dua

tahun, terlambat dari yang direncanakan semula karena sejak tahun 1968-

1970, ia ditahan (masuk penjara) oleh penguasa militer Mesir karena

dituduh mendukung gerakan Ikhwanul Muslimin5, setelah keluar dari

tahanan, ia hijrah ke Daha, Qatar dan di sana ia bersama teman-teman

seangkatannya mendirikan Ma‟had Din (Institusi Agama). Madrasah inilah

yang menjadi cikal bakal lahirnya Fakultas Syariah Qatar yang kemudian

berkembang menjadi Universitar Qatar dengan beberapa Fakultas. Yusuf

al-Qaradhawi sendiri duduk sebagai dekan Fakultas Syariah pada

Universitas tersebut.6

Dalam perjalanan hidupnya, Yusuf al-Qaradhawi pernah

mengenyam “pendidikan” penjara sejak mudanya. Saat Mesir dipegang

Raja Faruk, dia masuk bui tahun 1949, saat umurnya masih 23 tahun,

4 Yusuf Yusuf al-Qaradhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer, (Jakarta: Gema Insani, 1995).

Jilid 1, cet ke 1 h. 16 5 Ikhwanul Muslimin berdiri di kota ismailiah, Mesir pada Maret 1928 dengan pendiri

Hassan Al-Bana bersama keenam tokoh lainnya. Ikhwanul Muslimin pada saat itu dipimpin oleh

Hasan Al- Banna. Pada tahun 1930, Anggaran dasar Ikhwanul muslimin dibuat dan disahkan pada

rapat umum Ikhwanul Muslimin pada tanggal 24 september 1930. Kemudian pada tahun 1934,

Ikhwanul Muslimin membentuk divisi Persaudaraan Muslimah. Divisi ini ditujukan untuk para

wanita yang ingin bergabung di Ikhwanul Muslimin. Ikhwanul Muslimin empunyai kredo: (1)

Allah tujuan kami, (2) Rasulullah teladan kami, (3) Al-Quran landasan kami, (4) Jihad jalan kami,

(5) Mati Syahid dijalan Allah adalah cita-cita tertinggi kami.

(http;//id.wikipedia.org/wiki/Ikhwanul_Muslimin, diakses tgl 25 oktober 2016) 6 Abdul Aziz Dahlan, “Yusuf al-Qaradhawi, Einsklopedi Hukum Islam, hlm 1448

Page 49: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

40

karena keterlibatannya dalam pergerakan Ikhwanul Muslimin. April tahun

1956, ia di tangkap lagi saat terjadi Revolusi juni di Mesir. Bulan oktober

ia kembali mendekam di penjara militer selama dua tahun.

Yusuf al-Qaradhawi dikenal sebagai ulama yang berani dan kritis.

Pandangannya sangat luas dan tajam. Karena itulah banyak pihak yang

„gerah‟ dengan berbagai pemikirannya yang seringkali dianggap

menyudutkan pihak tertentu, termasuk pemerintah Mesir. Akibat

pandangan-pandangannya itu pula, tak jarang pria kelahiran Mesir, pada

tanggal 9 September 1926 ini harus mendekam dibalik jeruji besi. Namun

demikian, ia tak pernah berhenti menyuarakan dan menyampaikan

pandangannya, dalam membuka cakrawala umat. Ia pun juga dikenal

sebagai ulama dan pemikir Islam yang unik sekaligus istimewa, keunikan

dan keistimewaannya itu tak lain dan tak bukan ia memiliki cara atau

metodologi khas dalam menyampaikan risalah Islam, lantaran

metodologinya itulah ia mudah di terima di kalangan dunia barat sebagai

seorang pemikir yang selalu menmpilkan Islam secara ramah, santun dan

moderat, kapasitasnya itulah yang kerap Yusuf al-Qaradhawi kerap kali

menghadiri pertemuan internasional para pemuka agama di Eropa maupun

di Amerika sebagai wakil dari kelompok Islam.7

Selain itu ia juga terkenal dengan khutbah-khutbahnya yang sangat

berani sehingga sempat dilarang sebagai khatib di sebuah masjid di daerah

Zamalik. Alasannya, khutbah-khutbahnya dinilai menciptakan tentang

7 http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-Islam/khazanah/12/02/28, diakses pada tgl

26 Oktober 2016

Page 50: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

41

opini umum tentang ketidak adilan rzim saat itu. Yusuf al-Qaradhawi

memiliki tujuh anak. Empat putri dan tiga putra. Sebagai seorang ulama

yang sangat terbuka, dia membebaskan anak-anaknya untuk menuntut

ilmu apa saja sesuai dengan minat dan bakat serta kecenderungan masing-

masing. Dan hebatnya lagi, dia tidak membedakan pendidikan yang harus

ditempuh anak-anak perempuannya dan anak laki-lakinya.

Salah seorang putrinya memperoleh gelar doktor fisika dalam

bidang nuklir dari Inggris. Putri keduanya memperoleh gelar doktor dalam

bidang kimia juga dari Inggris, sedangkan yang ketiga masih menempuh

S3. Adapun yang keempat telah menyelesaikan pendidikan S1-nya

Universitas Texas Amerika.

Anak laki-laki yang pertama menempuh S3 dalam dalam bidang

teknik elektro di Amerika, yang kedua belajar di Universitas Darul Ulum

Mesir. Sedangkan yang bungsu telah menyelesaikan kuliahnya pada

Fakultas Teknik jurusan listrik.

Dilihat dari beragamnya pendidikan anak-anaknya, orang-orang

bisa membaca sikap dan pandangan Yusuf al-Qaradhawi terhadap

pendidikan modern. Dari tujuh anaknya hanya satu yang belajar di

Universitas Darul Ulum Mesir dan menempuh pendidikan agama.

Sedangkan yang lainnya, mengambil pendidikan umum dan semuanya

ditempuh di luar negeri. Sebabnya ialah, karena Yusuf al-Qaradhawi

merupakan seorang ulama yang menolak pembagian ilmu secara

dikitomis. Semua ilmu bisa Islami dan tidak Islami, tergantung kepada

Page 51: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

42

orang yang memandang dan mempergunakannya. Pemisahan ilmu secara

dikotomis itu, menurut Yusuf al-Qaradhawi telah menghambat kemajuan

umat Islam.8

B. Karir dan Aktivitas Yusuf al-Qaradhawi

Jabatan struktural yang sudah lama di pegangnya adalah ketua

Jurusan Studi Islam pada Fakultas Syariah Universitas Qatar. Sebelumnya

ia adalah direktur Lembaga Agama Tingkat Sekolah Lanjutan Atas di

Qatar.

Sebagai warga negara Qatar dan ulama kontemporer Yusuf al-

Qaradhawi sangat bersahaja dalam usaha mencerdaskan bangsanya

melalui berbagai aktivitasnya di bidang pendidikan, baik formal maupun

nonformal. Dalam bidang dakwah, ia aktif menyampaikan pesan-pesan

keagamaan melalui program khusus di radio dan televisi Qatar, antara lain

melalui acara mingguan yang diisi dengan tanya jawab tentang

keagamaan.

Melalui bantuan Universitas, lembaga-lembaga keagamaan, dan

yayasan Islam di dunia Arab, Yusuf al-Qaradhawi sanggup melakukan

kunjungan ke berbagai negara-negara baik Islam maupun non-Islam untuk

mengisi acara keagamaan. Pada tahun 1989 ia sudah pernah ke Indonesia.

Dalam berbagai kunjungan ke negara-negara lain, ia aktif mengikuti

berbagai kegiatan ilmiah, seperti seminar tentang Islam serta hukum Islam,

8 Yusuf al-Qardhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer, (Jakarta: Gema Insani, 2002). Jilid 1,

cet ke 1, h. 21.

Page 52: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

43

misalnya seminar tentang hukum Islam di Libya, muktamar I tarikh Islam

di Beirut, muktamar Internasional I mengenai ekonomi Islam di Makkah,

dan muktamar hukum Islam di Riyadh.9

C. Daftar Karya

Yusuf al-Qaradhawi telah menulis berbagai kitab (buku) dalam

bidang berbagai keilmuan Islam. Terutama dalam bidang sosial, dakwah.

Sekitar ada 150-an karya beliau, belum lagi jurnal-jurnal pemikiran beliau.

Kitab–kitab beliau sangat diminati oleh umat Islam di seluruh dunia.

Bahkan kitab-kitab tersebut di terjemahkan dalam berbagai bahasa, terasuk

bahasa Indonesia. Kitab-kitab tersebut juga d cetak ulang berpuluh-puluh

kali. Disamping itu kitab-kitab tersebut juga menjelaskan perjuangan dan

pemikiran Yusuf al-Qaradhawi secara rinci. Masterpiece karya beliau

adalah fiqh az-zakat dan fiqh a-jihad. Berikut adalah karya-karya beliau:

1. Fikih dan Usul Fikih

Sebagai seorang ahli fiqh, beliau telah menulis beberapa buah buku

yang terkenal seperti berikut: Al-Halal wa Al-Haram fi Al-Islam.

a. Fatawa Mu‟asarah, 2 jilid.

b. Al-Ijtihad fi al-Shari‟at al-Islamiyah, (ijtihad dalam syariat Islam).

c. Madkhal li Dirasat al-Shariat al-Islamiyah.

d. Min Fiqh al-Dawlh al-Islamiah, (Fikih Kenegaraan).

e. Nahw Fiqh Taysir, (Ke arah Fikih yang Mudah).

9 Abdul Aziz Dahlan, “Al-Qaradhawi, Yusuf. Einsklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT.

Ichitiar Baru Van Hoeve 2006), Jilid 5. hlm 1448-1449.

Page 53: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

44

f. Al-Fatwa bayn al-Indibat wa al-Tasayyub.

g. Al-Figh al-Islami bayn al-Asalah wa-al Tajdid.

h. Awamil al-Sa‟ah wa al-Murunah fi al-Syari‟ah al-Islamiah.

i. Al-Ijtihad al-Mu‟asir bayn al-Indibat wa al Infirat.

2. Ekonomi Islam

a. Fiqh al-Zakat 2 juz.

b. Mushkilat al-Faqr wa kayfa Alajaha al-Islam.

c. By‟u al-Murabahah li al-Amri bi al-Shira.

d. Fawa‟id al-Bunuk Hiya al-Riba al-Haram.

3. Pengetahuan tentang al-Quran dan al-Sunnah.

Yusuf al-Qaradhawi juga melakukan kajian mengenai al-Quran

dan al-Sunnah terutama dalam memahami metodologi, cara berinteraksi

dan membetulkan kefahaman mengenai al-Quran dan al-Sunnah. Dalam

bidang ini beliau telah menulis:

a. Al-Agl wa al-Ilm al-Quran.

b. Al-Sabru fi al-Quran.

c. Tafsir Surah al-Ra‟d.

d. Al-Sunnah Masdaran li al Ma‟rifah wa al-Hadarah.

4. Aqidah Islam

Mengenai persoalan tauhid, Yusuf al-Qaradhawi telah menulis

beberapa buku:

a. Wujud Allah

b. Haqiqat al-Tawhid

Page 54: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

45

5. Dakwah dan Pendidikan

Yusuf al-Qaradhawi juga merupakan seorang juru dakwah

yang penuh semangat. Dalam bidang ini beliau telah menulis buku-

buku terkenal:

a. Thaqafat al-Da‟iyyah.

b. Al-Tarbiah al-Islamiah wa Madrasah Hassan al-Banna

c. Al-Rasul wa al-Ilmi.

d. Al-Waqt fi Hayat al-Muslim.

e. Risalat al-Azhar bayn al-Ams al-Yawmi wa al-Ghad al-Muslimun.

6. Kepastian mengatasi Masalah dengan cara Islam

Menurut pandangan Yusuf al-Qaradhawi, Islam adalah suatu

kepastian yang wajib diikuti untuk mengatasi semua masalah yang kita

hadapi. Tidak ada suatu sistem yang dapat mengatasi persoalan umat

keculi Islam. Malah sistem selain Islam hanya akan menambahkan luka

parah yang sudah di alami umat. Mengenai masalah ini beliau telah

menulis:

a. Al-Hulul al-Mustwaradah wa Kayfa janat ala Ummaatina.

b. Al-Hall al-Islami faridatan wa daruratan.

c. Bayinat al-hall al-Islami wa Syubuhat al-Ilmaniyyin wa al-

Mustaqhribin.

d. Ada al-hall al-Islami

Page 55: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

46

7. Tokoh Islam

Yusuf al-Qaradhawi juga menulis beberapa buah buku tentang

sejarah hidup para tokoh:

a. Al-Imam al-Ghazali bayn Madihi wa Naqidihi.

b. Al-Shaykh al-Ghazali Kama Araftuhu Khilala Nisf al-Qarn

c. Nisa Mu’minat.

d. Abu Hasan al-Nadwi Kama „Araftuh.

e. Fi Wada al-A’lam.

8. Dalam bidang Akhlak berdasarkan al-quran dan al-sunnah.

a. Al-Hayat al-Rabbaniah wa al-Ilm.

b. Al-Niyat wa al-Ikhlas.

c. Al-Tawakkal.

d. Al-Tawbah ila Allah.

9. Kebangkitan Islam

Kebangkitan Islam yng sedang rancak dan merebak ke seluruh

dunia, belangkangan ini juga menjadi perhatian Yusuf al-Qaradhawi.

Beliau adalah seorang tokoh aktivis yang sering memberikan gagasan-

gagasan yang meluruskan gerakan kebangkitan Islam pada jalan

tengah dan mencakupi hampir semua permasalahan umat. Tulisan

beliau dalam persoalan ini menyeluruh, mendalam dan bersesuaian

dengan realiti semasa hidupnya. Yusuf al-Qaradhawi dalam masalah ini

telah menulis beberapa buah buku yang terkenal:

a. Al-Sahwah al-Islamiah Bayn al-Juhud wa al-Tatarruf.

Page 56: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

47

b. Al-Sahwah al-Islamiah bayn al-Ikhtilaf al-Mashru‟ wa al-

Tafaruq al- Madzmum.

c. Al-Sahwah al-Islamiah wa Humum al-Watan al-Arabi.

10. Penyatuan fikrah bagi Petugas Islam

Yusuf al-Qaradhawi juga menulis buku mengenai asas-asas

yng diperlukan bagi petugas Islam dengan mengambil asas pendidikan

yang telah ditetapkn oleh Hassan al-banna. Antaranya ialah:

a. Syumul al-Islam.

b. Al-Marji‟yyat al-Ulya fi al-Islam al-Quran wa al-Sunnah

Pada awal tahun 1950an, Yusuf al-Qaradhawi menulis isu-isu

kezaliman yang dilakukan oleh pemerintah Mesir di bawah Raja Faruk.

Beliau menulis risalah-rsalah kecil seperti alim wa taghiyyat yang

mengunakan uslub drama. Yusuf al-Qaradhawi menjelaskan mengenai

kebenaran said bin Jubair dengan Hujaj bin Yusuf dalam menyatakan

kebenaran. Yusuf al-Qaradhawi menyeru orang ramai supaya berpendirian

seperti Said bin Jubair. Yusuf al-Qaradhawi menyebutkan bahwa beliau

melihat kisah Said Jubir dengan Hujaj mempunyai banyak kesesuaian kerana

drama tersebut mempunyai satu maklumat khususnya dalam memerangi

golongan yang zalim seperti kezaliman Hujaj, maka perlu kita mengambil

pendirian seperti pendirian Said Jubair. Oleh sebab itu, Yusuf al-Qaradhawi

menulis drama ini, satu pertiga ditulis di penjara Tur dan sisanya selepas

keluar penjara. Dari sini jelaslah bahwa isu utama yang dibawa oleh Yusuf al-

Page 57: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

48

Qaradhawi dalam buku ini yaitu menentang kezaliman oleh penguasa Mesir

ketika itu.

Pada tahun 1970an Yusuf al-Qaradhawi menulis buku-buku yang

berkaitan Islam sebagai alternatif terbaik untuk manusia. Perkara ini

disebabkan kegagalan kapitalis dan sosialis dalam meyelesaikan

permasalahan manusia. Pada tahun 1971, beliau menulis buku Penyelesian

import dan bagaimana ia mengentam umat Kita. Pada tahun 1977, beliau

menulis buku Shari’at al-Islamiah (Syariat Islam sesuai untuk pelaksanaan

setiap masa dan tempat) Buku ini asalnya merupakan kertas kerja yng

dibentangkan di Nadwah Perundangan di Libya pada Mei 1972. Pada tahun

1974, Yusuf al-Qaradhawi menulis buku Penyelesian Islam Tuntutan dan

Darurat merupakan siri kedua dalam siri penyelesaian Islam. Pada tahun

1977, Yusuf al-Qaradhawi menerbitkan buku Khasa’is al-Islamiah

(Keistimewaan agama Islam). Apabila isu kafir mengkafir semakin

memuncak di kalangan umat Islam, beliau menulis buku tentang fenomena

fanatik dalam kafir mengkafir.

Yusuf al-Qaradhawi juga menulis buku yang berkaitan dengan

ekonomi Islam. Beliau menulis mengenai permasalahan miskin dan

pandangan Islam mengenainya pada tahun 1966. buku tersebut menceritakan

sikap Islam terhadap kemiskinan dn bahaya kepada akidah umat Islam.

Menurut Yusuf al-Qaradhawi, beliau senantiasa mengambil perhatian dalam

isu-isu syariat Islam dan sentisa menyeru dilaksanakan dalam segala aspek

kehidupan.

Page 58: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

49

Karya beliau tentang wanita-wanita solehah seperti Khadijah bin

Khuwailid, Fatimah al-Zahra, Asma, Ummu Sulaim dan Ummu Imarah

dalam buku Nisa al- Mu’minat (wanita Muslimah) yang diterbitkan pada

tahun 1979. kemudian beliau, menulis mengenai Imam al-Ghazali pada tahun

1987, sejarah hidup dan hubungan akrabnya dengan Muhammad al-Ghazali

pada tahun 1994 dan sejarah hidup Abu Hassan al-Nadwi pada tahun 2001.

Yusuf al-Qaradawi juga menulis syarah kepada usul ashirin (20 perkara-

perkara asas) yang dikarang oleh Hassan al-Banna. Yusuf al-Qaradawi

menulis buku-buku tersebut atas nama ke arah Penyatuan pemikiran untuk

petugas Islam. Sehingga kini ada lima buah buku yang diterbitkan dalam seri

ini. Yusuf al-Qaradhawi juga menulis buku-buku yang bercorak tasauf dan

kerohanian atas tajuk fiqih akhlak dalam Yusuf al-Quran dan al-Sunnah.

Sebanyak 4 buah buku telah diterbitkan dalam siri ini10

10 http://tamanulama.com/2010/07/dr-yusuf-al-qaradawi-sejarah-hidup- diakses

26 Oktober 2016

Page 59: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

50

BAB IV

PANDANGAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH MISYAR

A. Argumen Hukum Yusuf al-Qaradhawi dalam Menghalalkan Nikah

Misyar

Yusuf al-Qaradhawi tidak mengira bahwa fatwa yang dikeluarkan

dalam menanggapi permasalahan kawin misyar akan megegerkan Qatar dan

negara-negara teluk lainnya. Ketika ia berkunjung ke Suriah kurang lebih 2

minggu, ia merasakan imbas dari itu semua. Ia mengira perbedaan pendapat

adalah hal yang wajar sebagai respons dari fenomena yang baru muncul. Hal

itu dialami oleh semua lapisan masyarakat, baik oleh orang awam maupun

orang terpelajar. Perbedaan pendapat kadang berakhir dengan satu persepsi,

tetapi kadang kala juga akan terus berlangsung sehingga menimbulkan

perpecahan dan sekat-sekat.1

Ia menekankan bahwa perbedaan dalam masalah furu (persial fiqih)

bukan hal yang baru lagi. Perbedaan pendapat tidak akan menimbulkan

masalah bagi orang-orang yang imannya kuat selama berkisar tentang

perbedaan sudut pandang, hanya mempertentangkan tingkat dalil yang

digunakan oleh masing-masing pihak untuk menguatkan pendapatnya dengan

tidak semata-mata menuruti kehendak nafsu. Jadi apabila perbedaan yang

terjadi semacam itu maka akan diperoleh jalan solusi yang terbaik. Akan

tetapi apabila perbedaan yang timbul karena dorongan emosi dan sekedar

1 Yusuf al-Qardhawi, Zawajul Misyar Haqiqatuhu Wa Hukmuhu, (Kairo: Maktabah

wahbah 1999), h. 1

Page 60: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

51

mengikuti nafsu, maka hanya akan memperkeruh masalah dan semakin

menjauhkan dari kebenarn hakiki, seperti dalam firman Allah SWT.2

ي يس هدفإى لن يستجيبىا لك فٲعلن أوا يتبعىى أهىاءهن وهي أضل هوي ٱتبع هىيه بغ

هي ٱلله إى ٱلله لا يهدي ٱلقىم ٱلظلويي

”...Dan siapakah yang lebih sesat dari pada orang-orang yang mengikuti

hawa nafsunya (belaka) dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah

sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang

yang dzalim (al-Qashash: 50)

Sebagian teman Yusuf al-Qaradhawi mengatakan bahwa banyak

wanita yang tidak senang kepadanya, berkenan dengan fatwanya tentang

kawin misyar dan menyarankan agar menarik kembali fatwa tersebut agar

seperti ulama-ulama lain yang melarang dilakukannya kawin misyar, semata-

mata untuk mencari perhatian kaum wanita. Ia mengatakan kepada mereka,

“Apabila seorang alim dalam memberikan fatwa hanya menginginkan

acungan jempol dan agar disegani masyarakat tertentu, meskipun Allah

marah dengan fatwanya itu, maka ulama tersebut telah meninggalkan ajaran

agamanya dan perjalalan hidupnya akan tersesat. Karena bagaimanapun

perbuatan yang hanya bertujuan untuk memperoleh hati masyarakat adalah

perbuatan yang tidak akan pernah kesampaian.”3

2 Yusuf al-Qardhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer, (Jakarta: Gema Insani, 2002). Jilid 3,

cet ke 1, h.391 3 Yusuf al-Qardhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer, Jilid 3, h. 392

Page 61: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

52

Dalam pepatah Arab disebutkan,“Adakah seseorang yang semua

orang senang kepadanya, namun dia tidak mau mengikuti hawa

nafsunya?”4 Allah SWT berfirman:

هن بركسهن ف هن ولى ٱتبع ٱلحق أهىاءهن لفسدت ٱلسوىت وٱلأزض وهي فيهي بل أتي

عي ذكسهن هعسضىى

“Andai kata kebenaran itu menurut hawa nafsu mereka, pasti binasalah

langit dan bumi ini dan semua yang ada di dalamnya... (QS. al-

Mu‟minuun: 71)

Menurut Yusuf al-Qaradhawi seorang ahli agama tidak mempunyai

alasan untuk melarang seorang wanita yang melaksanakan perkawinan

dengan model perkawinan ini (misyar), yaitu dengan melakukan tanazul

dari sebagian hak-haknya, kalau niatnya benar-benar murni untuk

kebaikan dirinya sendiri. Ada beberapa faktor yang menjadikan seseorang

rela untuk mengurangi haknya diantaranya adalah tujuannya untuk

mendapatkan sesuatu yang lebih bermanfaat bagi dirinya, seperti yang

dilakukan oleh salah satu istri Rasulullah SAW. Yaitu Saudah binti

Zam‟ah.

Ia adalah istri pertama yang dinikahi Rasulullah setelah Khadijah.

Saudah adalah perempuan yang sudah tua, dia merasa bahwa Nabi tidak

akan memperlakukannya dengan mesra, sebagaimana sebelumnya. Ia

sangat khawatir kalau Nabi menceraikannya, predikatnya sebagai Ummul

Mukminin akan hilang. Ia juga takut kalau nantinya setelah hari

pembalasan, tidak bisa mendampingi (menjadi istri) Rasulullah SAW di

4 Yusuf al-Qardhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer, Jilid 3, h. 392

Page 62: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

53

surga. Untuk itu ia cepat-cepat memberikan tanazul (keringanan) untuk

Nabi SAW. Dan diberikannya hak tersebut kepada istri Rasulullah yang

lain, yaitu Aisyah. Dengan adanya keringanan ini, Rasulullah sangat

berterima kasih dan menempatkan Saudah pada tempat yang sesuai dengan

firman Allah SWT dalam surat an-Nisa ayat 128.

“Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh

dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan

perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik dari

mereka,,,” (QS.an-Nisa‟:128)

Yusuf al-Qaradhawi menekankan lebih setuju kalau tanazul ini

tidak disebutkan dalam akad, cukup antara kedua belah pihak saling

mengerti dan saling memahami dengan sendirinya, walaupun jika tanazul

tersebut disebutkan dalam akad, hal ini tidak membatalkan akad.

Menurutnya memenuhi syarat-syarat adalah sebuah kewajiban,

sebagaimana yang telah diperintahkan Allah SWT.5

Ketika Yusuf al-Qaradhawi ditanya mengenai kawin misyar, ia

berkata, “Saya tidak perduli dengan istilah; yang menjadi perhatian dan

permasalahan adalah hukum dan hakikatnya bukan istilah atau namanya.

Dalam kaidah syara‟, kita mengenal istilah,‟ yang dianggap dalam akad

adalah tujuan dan maknanya bukan lafal dan istilahnya. Mereka

5 Yusuf Qardhawi, Zawajul Misyar Haqiqatuhu wa Hukmuhu, h. 10

Page 63: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

54

mengistilahkan kawin misyar terserah maunya, yang penting dalam akad

perkawinan syarat dan rukunnya harus terpenuhi. Rukun pertama kawin

adalah ijab dan qabul yang dilakukan oleh orang yang mempunyai hak

untuk melaksanakannya. Disamping itu ijab dan qabul diharapkan dapat

diketahui oleh khalayak ramai agar dapat dibedakan antara kawin yang

dilaksanakan secara sah dan zina atau hubungan gelap.

Dalam hal pengiklanan atau pemberitahuan kepada khalayak

ramai, agama telah memberikan batasan minimum, yaitu adanya dua orang

saksi dan wali (menurut pandangan Imam Malik, Imam Syafi‟i, dan Imam

Ahmad). Yang perlu diperhatikan selanjutnya adalah masa perkawinan

tidak boleh dibatasi dengan waktu serta kedua mempelai harus mempunyai

niat untuk melanggengkan pernikahan mereka. Apapun adanya upaya laki-

laki yang melaksanakan perkawinan ini untuk merahasiakan perkawinan

ini dengan tujuan supaya keluargnya tidak mengetahui, jika syarat sahnya

akad sudah dipenuhi maka menurut jumhur nikahnya sah. Menurut ulama

Malikiyah yang membatalkan nikah itu adalah apabila dalam akad disertai

syarat agar saksi merahasiakan perkawinan ini. Namun apabila permintaan

dari pihak laki-laki untuk merahasiakan perkawinan ini adalah setelah

pelaksanaan akad, maka pernikahannya tetap dianggap sah, karena

pernikahan semacam ini dilaksanakan dengan benar.6

Kemudian seorang laki-laki harus membayar mas kawin, baik

dalam jumlah yang banyak maupun sedikit, meskipun setelah maskawin

6 Yusuf al-Qardhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer, Jilid 3, h. 409

Page 64: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

55

tersebut diserahkan kepada calon istrinya, boleh si istri tanazul

„menyerahkan kembali‟ sebagian dari maskawin itu atau bahkan

keseluruhannya, sesuai dengan firman Allah SWT7.

“Berikanlah maskawin atau (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi),

sebagai pemberian yang penuh kerelaan. Kemudian jika mereka

menyerahkan kepada kamu sebagian dari mas kawin itu dengan senang

hati maka makanlah (ambilah) pemberian itu sebagai (makanan) yang

sedap lagi baik akibatnya.” (an-Nisa :4).

Apabila ada seorang laki-laki menikahi seorang wanita tanpa

memberikan mahar atau maskawin, maka akadnya tetap dianggap sah.

Tetapi wanita tersebut mempunyai hak mahar misl (mahar yang

disamakan)8. Dan setelah terpenuhinya empat perkara diatas ijab dan qabul

yang dilakukan oleh kedua mempelai, adanya pengiklanan atau

pemberitahuan kepada khalayak ramai agar perkawian tersebut diketahui

oleh orang banyak atau hanya diketahui oleh khalayak secara terbatas,

perkawinan itu tidak dibatasi masanya, dan dipenuhi mahar, yang

meskipun setelah akad si istri mengembalikannya maka nikah tersebut

menurut syara dianggap sah. Ada pun ketika dilaksanakannya akad nikah

seorang wanita memberikan keringanan, yaitu dengan tidak meminta hak-

haknya kecuali hak bersenggama, syarat seperti ini tidak boleh ketika akad

7 Yusuf al-Qardhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer, Jilid 3, h. 395.

8 Mahar misl yaitu mahar yang menjadi hak seorang wanitaketika terjadi pisah antara dia

dan suaminya. Dan besarnya mahar ini disamakan dengan mahar yang diperoleh oleh seorang

wanita yang sederajat dengannya.

Page 65: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

56

karena dapat menghilangkan tujuan dilaksanakannya nikah, maka akad

tersebut adalah batal.

Seorang ahli fiqih tidak mempunyai hak untuk membatalkan akad

nikah misyar karena rukun dan syaratnya sudah terpenuhi atau

menganggap pernikahan ini adalah bagian dari zina, gara-gara adanya

tanazul. Karena seorang wanita adalah seorang mukalaf yang tahu

kemaslahatan dirinya dan menurut pertimbangannya (dalam memandang

segi positif dan negatif) pernikahannya dengan laki-laki yang dia pilih,

walaupun laki-laki tersebut hanya menyisakan waktu untuknya pada saat-

saat tertentu dan terbatas saja, masih lebih baik dari pada dia kesepian

sepanjang tahun9.

Yusuf al-Qaradhawi mengatakan nikah misyar ini bukan

perkawinan yang baik. Dan ia memulai kalimat ini dengan pengumuman

dan halaqah “aku bukan orang yang mengajak dari nikah misyar, dan aku

bukan orang yang menyenangi nikah misyar, dan tidaklah aku berkhutbah

mengajak nikah misyar, setiap sesuatu dalam urusan aku bertanya dengan

pertanyaan akan persoalan-persoalan nikah misyar maka akan memperluas

perbedaan pendapat. Dan itu akan menyempitkan hati dan merusak agama

dan akan menimbulkan kebencian.10

Orang-orang yang menentang dilangsungkannya kawin misyar

mengatakan, kawin semacam ini tidak bisa memenuhi tujuan

dilaksanakannya kawin secara syara, karena kawin semacam ini hanya

9 Yusuf al-Qardhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer, jiid, 3, h. 396

10 Yusuf Qardhawi, Zawajul Misyar Haqiqatuhu wa Hukmuhu, h.3

Page 66: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

57

pelampiasan hawa nafsu dan sebatas mencari kesenangan. Dalam Islam

nikah mempunyai tujun lebih dari itu, nikah dijadikan sebagai wahana agr

spesies manusia terjaga, sebagai sarana untuk mencari ketenangan, serta

sebagai tempat saling kasih dan menyayangi. Hal ini sesuai dengan apa

yang telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam masalah zawaaj an-

Nahaariyaat wallayaaliyyaat (kawin yang hanya berlangsung untuk

beberapa hari atau untuk beberapa malam). Ia berkata, “Nikah seperti itu

adalah bukan termasuk nikah dalam perspektif Islam (tidak termasuk nikah

yang sempurna), karena sesuai dengan hadits Nabi SAW. “Tidaklah iman

seorang mukmin dianggap sempurna apabila tidak mencintai saudaranya

sebagaiana ia mencintai dirinya sendiri.”

Nikah semacam ini bukanlah nikah yang dianjurkan Islam, tetapi

nikah diperbolehkan karena adanya desakan kebutuhan, imbas dan

perkembangan masyarakat dan karena berubahnya keadaan zaman, dengan

catatan akad nikahnya harus dilaksanakan karena kalau sampai akad

ditiadakan maka nikahnya batal.11

Seorang laki-laki yang melangsungkan perkawinan dengan seorang

perempuan tua renta yang tidak mungkin mempersembahkan keturunan

atau seorang perempuan kawin dengan seorang laki-laki yang sudah pikun,

apakah pernikahan mereka batal hanya karna tidak dapat mencapai tujuan

pernikahan, yaitu untuk menghasilkan keturunan?. Dan apakah syara

melarang seorang laki-laki mengawini wanita yang tidak mampu untuk

11

Yusuf al-Qardhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer, Jilid 3, h. 401

Page 67: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

58

hamil? Apakah akad nikah akan batal, hanya karena wanita yang di kawini

berkehidupan suram, dalam artian tidak dapat diharapkan untuk

memberikan kasih sayang dan ketenangan.

Seorang muslim sangat berharap perkawinannya nanti akan

mencapai tujuan pernikahan, tetapi tidak semua harapan itu bisa terwujud,

karena dia hanya berusaha sekuat tenaga agar tujuan tersebut dapat

tercapai, sedangkan yang menentukan untuk mencapai atau tidaknya

tujuan tersebut hanyalah Allah SWT.12

Dengan demikin kawin misyar

menurutnya tidak diharamkan, karena tujuannya untuk menghormati dan

mensucikan wanita, dan juga mempertimbangkan kemaslahatan dan

kerugiannya, manfaat dan mudharatnya. Seperti yang dikatakannya

“Namakanlah pernikahan ini sebagaimana yang disebut oleh banyak

orang, tetapi yang penting menurut saya adalah terpenuhinya rukun dan

syarat ikatan pernikahan”.13

Dalam pendapat Yusuf al-Qaradhawi yang mengatakan bahwa para

ahli fiqih tidak memiliki alasan untuk membatalkan akad perkawinan

semacam ini yang telah memenuhi rukun dan syaratnya perkawinan,

menurut penulis sangat beralasan, karena terpenuhinya syarat dan rukun

nikah merupakan hakekat timbulnya hukum pernikahan sendiri, dengan

tidak terpenuhi syarat maupun rukun nikah maka tidak ada pula

hukum pernikahan itu. Dengan terpenuhinya rukun dan syarat pernikahan

ini juga akan menimbulkan akibat syara' yang berupa penetapan halal atau

12

Yusuf al-Qardhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer, Jilid 3, h. 401 13

Yusuf Qardhawi, Zawajul Misyar Haqiqatuhu wa Hukmuhu, h.11.

Page 68: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

59

kebolehan hubungan antara laki-laki dan perempuan.14

Selain itu jika

syarat dan rukunnya terpenuhi, maka pernikahan menjadi sah dan dari

sanalah timbul skala kewajiban dan hak-hak pernikahan.15

Dalam menghadapi masalah yang belum ada keputusan hukumnya

dalam al-Qur‟an, hadits dan ijma‟, ataupun masalah-masalah yang belum

diberikan fatwa hukumnya oleh para ulama terdahulu, maka tanpa ragu

beliau melakukan ijtihad baru secara kolektif dengan menggunakan

metode analogi deduktif.16

Metode deduktif ini merupakan cara berfikir dengan menarik suatu

kesimpulan di mulai dari pernyataan umum menuju pernyataan-pernyataan

khusus dengan menggunakan penalaran atau rasio.17

B. Argumen Sosiologis Yusuf al-Qaradhawi dalam Menghalalkan Nikah

Misyar

Dalam konteks nikah misyar, bentuk pemikiran ini relatif baru jika

dibandingkan dengan nikah mut‟ah dan nikah muhallil. Keduanya

mempunyai sejarah dalam kehidupan umat Islam sejak zaman nabi.

Sedangkan nikah misyar baru muncul dan berkembang di era kehidupan

masyarakat muslim yang sudah mulai modern. Akan tetapi kawin misyar

ini merupakan fenomena yang masyhur dikalangan masyrakat sejak

14

Abdul Wahhab, Kaidah-kaidah Hukum Islam, Ilmu Ushuhul Fiqh, (Jakarta : PT Raja

Grafindo Persada, 2000), h. 180 15

Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Jilid 2, (Beirut-Libanon: Dar al-Fikr, 1992), h. 48 16 Nouruzzaman Shiddiqy, Jeram-jeram Peradaban Muslim, (Yogyakarta :

Pustaka Pelajar, 1996), h. 228

17 Nana Sudjana, Tuntutan Penyusunan Karya Ilmiah, (Bandung: Sinar Baru,1999),

h. 5-6

Page 69: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

60

dahulu. Yusuf al-Qaradhawi mengartikan kawin misyar adalah dimana

seorang laki-laki pergi ke pihak wanita dan wanita tidak pindah atau

bersama laki-laki dirumahnya (laki-laki). Biasanya kawin semacam ini

terjadi pada istri kedua dan laki-laki yang melaksanakan kawin semacam

ini sudah mempunyai istri lebih dulu tinggal bersama di rumahnya.18

Tujuan kawin semacam ini ialah agar suami terbebas dari

kewajiban terhadap istri kedua untuk memberikan tempat tinggal,

memberikan nafkah, memberikan hak yang sama dibanding istri yang lain

(istri pertama). “Diskon” ini hanya diperoleh oleh seorang laki-laki dari

seorang wanita yang sangat membutuhkan peren seorang suami dalam

mengayomi dan melindunginya (meskipun dalam bidang materi sang

suami tidak dapat diharapkan).19

Alasan Yusuf al-Qaradhawi memperbolehkan perkawinan ini, dia

menganggap bahwa di era sekarang ini, rintangan perkawinan sangat

beragam, yang sebagian besar muncul dari diri wanita itu sendiri. Dari sini

kemudian bermunculan kaum awanis, yaitu:

1. Wanita-wanita yang melajang usia tua, yang telah lewat masa untuk

melangsungkan perkawinan.

2. Wanita-wanita yang masih hidup dengan orang tua mereka, dan tidak

mampu memenuhi fitrah dalam membangun sebuah keluarga dan

menjadi seorang ibu.

18

Yusuf Qardhawi, Zawajul Misyar Haqiqatuhu wa Hukmuhu, h. 5 19

Yusuf al-Qardhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer, h. 394

Page 70: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

61

3. Wanita-wanita yang mengalami perceraian, fenomena ini sangat

banyak sekali.

4. Janda yang ditinggal mati oleh suaminya sendirian atau bersama

dengan harta yang melimpah ruah.

5. Wanita-wanita karier, berkarya dan bekerja sendiri, seperti guru,

instruktur, dokter, apoteker, pengacara atau profesi lainnya yang

berpenghasilan tetap.20

Dengan adanya kaum awanis tersebut di atas, maka mereka

semuanya tidak menuntut hak materi dari suaminya. Mereka mau

melakukan perkawinan ini berdasarkan niatnya yang benar-benar murni

untuk kebaikan dirinya sendiri. Karena dia (wanita tersebut) adalah orang

yang lebih mengetahui mana yang terbaik bagi dirinya, dia adalah orang

yang berakal, baligh, pandai yang mengetahui mana yang dapat

mendatangkan manfaat dan mana yang dapat mendatangkan kerugian dan

tidak masuk dalam kategori orang yang harus dilindungi, seperti anak

kecil, orang gila dan orang bodoh.

Dari alasan Yusuf al-Qaradhawidi atas dapat diketahui bahwa kawin

misyar pada hakekatnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan biologis

(naluri seks) sekaligus memuliakan dan menjaga agar tidak tergelincir

dalam perbuatan zina.21

Seperti halnya kaum awanis yang merupakan

20

Yusuf al-Qardhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer, h. 397. 21

Mengenai tujuan perkawinan ini terdapat beberapa rumusan dari kalangan ulama,

namun pada intinya yaitu untuk mendekatkan diri (taqqarub) kepada Allah SWT; untuk

mewujudkan rumah tangga yang sakinah mawadah dan rahmah; untuk memenuhi kebutuhan

biologis (naluri sex) sekaligus memuliakan dan menjaga agar tidak tergelincir dalam perbuatan

zina; dan melangsungkan keturunan. Lihat Dirjen Lembaga Islam Depag RI, Ilmu Fiqh, Jilid 2,

(Jakarta : Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama, 1995), hlm. 64-69

Page 71: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

62

wanita-wanita dari segi materi sudah berkecukupan sehingga tidak

menuntut hak materi dari suaminya, dimana perkawinan bagi mereka

yang terpenting adalah status hukum dan status dalam kehidupan

bermasyarakat. Perkawinan bagi kaum awanis bila ditinjau dari hukum

perkawinan adalah wajib.22

Orang yang menentang perkawinan ini mengatakan bahwa

apabila dihalalkan kawin ini hanya sebagai solusi bagi orang-orang kaya

yang terlambat melaksanakan perkawinan, bagaimana dengan orang-

orang miskin yang tidak mampu melangsungkan pernikahan?. Yusuf al-

Qaradhawi berkata kepada mereka, “Ketidakmampuan kita dalam

menangani suatu persoalan, tidak mengharuskan kita untuk tidak berbuat

sama sekali, serta tidak berusaha mencari solusi berikutnya.”

Mengenai sebagian dari suatu permasalahan masih lebih baik dari

pada tidak sama sekali. Dalam hal ini yang harus kita lakukan adalah

berusaha sesuai dengan kemampuan kita, karena masing-masing kita

mempunyai batas kemampuan. Dengan demikian akan memberikan

kesempatan kepada yang lain untuk berbuat seperti apa yang telah kita

perbuat. Semuanya kita kembalikan ke niat kita masing-masing, sesuai

dengan firman Allah.23

…. …

“...Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan

mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rizki dari arah yang

tidak disangka-sangka... (QS. at-Thalaaq: 2-3)

22

Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia, (Jakarta : UI Press, 1974), h. 49 23

Yusuf al-Qardhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer, h. 412

Page 72: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

63

Ada sebagian pendapat yang mengatakan bahwa mengapa kita

tidak mencari solusi, langsung ke akarnya saja, yaitu dengan cara

mempermudah dilaksanakannya perkawinan biasa yang sesuai dengan

syara. Dengan cara ini alasan tidak dilaksanakannya kawin karena

mahalnya mahar dapat diminimalisir, atau kita menetapkan keringanan

pemberian mahar (pemberian dari seorang calon suami kepada calon

istri), serta melonggarkan syarat-syarat yang telah ditetapkan Allah SWT.

Dalam memilih pasangan hidup (dari segi akhlaknya dan lain sebagainya).

Yusuf al-Qaradhawi menjawab, “Apa yang telah saya lakukan

adalah tanggung jawab bersama. Saya telah berusaha lebih dari 30 tahun

memahamkan masyarakat tentang permasalahan ini lewat mimbar-

mimbar, makalah-makalah, masjid, televisi, dan radio. Akan tetapi taqlid

yang telah tertancap pada pemahaman mereka, tidak dapat hilang begitu

saja. Meskipun misalnya saya dapat berhasil mendapatkan jalan keluar

bagi orang-orang yang sulit mendapatkan jodoh, namun masih banyak

kita jumpai janda-janda (baik yang di tinggal mati suaminya ataupun yang

ditalak).”

Ketika mereka (wanita-wanita yang tidak bersuami) mendapati

model kawin misyar adalah salah satu solusi (tentunya dengan memilih

laki-laki yang betul-betul baik budi pekertinya dan mereka sudah sama-

sama ridha). Padahal zaman sekarang adalah zaman di mana pintu

perbuatan haram terbuka lebar-lebar. Yusuf al-Qaradhawi berharap agar

apa yang dilakukan ini dapat menjadi sebuah solusi dan sebagai jalan

Page 73: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

64

petunjuk yang benar. Allah SWT adalah Yang Berkata benar dan sebaik-

baik Pemberi petunjuk.24

C. Relevansi Pandangan Yusuf al-Qaradhawi dalam Konteks Hukum

Indonesia

Adapun pengertian perkawinan dalam hukum positif telah diatur

dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan yaitu bahwa

perkawinan adalah “Ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang

wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah

tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha

Esa”.25

Pengertian perkawinan yang telah digariskan oleh UU No. 1

Tahun1974 di atas mengandung pengertian bahwa sebagai negara yang

berdasarkan Pancasila, dimana sila yang pertamanya ialah Ketuhanan

Yang Maha Esa, maka perkawinan mempunyai hubungan erat sekali

dengan agama/kerohanian sehingga perkawinan bukan saja mempunyai

unsur lahir/jasmani tetapi unsur batin/ruhani juga mempunyai peranan

yang penting. Membentuk keluarga yang bahagia erat hubungannya

dengan keturunan yang juga merupakan tujuan perkawinan, dimana

pemeliharaan dan pendidikan anak menjadi hak dan kewajiban orang tua.26

Disamping definisi yang diberikan oleh UU No. 1 Tahun 1974,

Kompilasi Hukum Islam di Indonesia juga memberikan definisi lain yang

24

Yusuf al-Qardhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer, h. 413 25

Undang –Undang Perkawinan (UU RI No.1 Tahun 1974) Beserta penjelasannya,

(Yogyakarta : Pustaka Widyatama, 2004), h 8 26 Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 9.

Page 74: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

65

tidak mengurangi beberapa arti definisi undang-undang tersebut namun

bersifat menambah penjelasan dengan rumusan pasal 2 bab II KHI yaitu

“Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan yaitu akad yang

sangat kuat atau mîtsâqan ghalîzhan untuk mentaati perintah Allah Swt.

dan melaksanakannya merupakan ibadah”.27

Bila kita lihat hukum perkawinan di Indonesia tentang sahnya

perkawinan, disebutkan dalam Undang-Undang Perkawinan pasal 2 ayat (1)

dikatakan bahwa perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut agamanya

dan kepercayaannya itu.28

Maka bagi umat Islam ketentuan mengenai

terlaksananya akad nikah dengan baik tetap mempunyai kedudukan yang sangat

menentukan untuk sah atau tidaknya sebuah perkawinan. Maksud dari

perkawinan yang sah disini adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh orang-

orang Islam Indonesia, memenuhi baik rukun-rukun maupun syarat-syarat

perkawinan, seperti yang diatur dan ditentukan oleh Undang-undang Nomor 1

tahun 1974.29

Selain dilakukan menurut agamanya dan kepercayaannya, perkawinan

harus dicatatkan. Ketentuan ini dalam Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974

pasal 2 ayat (2) : “Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-

undangan yang berlaku”. Dan pencatatan adalah salah satu bukti otentik dalam

berinteraksi.

27

Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang 1974 tentang Perkawinan dan Peraturan Pemerintah

Nomor 9 Tahun 1975 serta Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Departemen Agama

RI, 2004), h. 128. 28

Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995), h.

71 29

Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam, (Yogyakarta : UII Press, 1999), h. 8.

Page 75: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

66

Dengan demikian ketentuan pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) tersebut

mengindikasikan bahwa suatu perkawinan dianggap sah apabila telah memenuhi

dua syarat, yaitu :

1. Telah memenuhi ketentuan materiil, yaitu telah dilakukan dengan memenuhi

syarat dan rukun menurut hukum Islam

2. Telah memenuhi ketentuan hukum formil, yaitu telah dicatatkan pada

Pegawai Pencatat Nikah yang berwenang.

Perkawinan yang hanya memenuhi ketentuan hukum materil tetapi tidak

memenuhi ketentuan hukum formil dianggap tidak pernah ada perkawinan atau

wujuduhu ka‟adamihi, sedang perkawinan yang telah memenuhi ketentuan

hukum formil tetapi ternyata tidak memenuhi ketentuan hukum materiil dapat

dibatalkan.30

Ketentuan sahnya perkawinan menurut peraturan perundangan di

Indonesia tersebut di atas, bila dikaitkan dengan pendapat Yusuf al-Qaradhawi

tentang kawin misyar, dapat dikatakan bahwa pendapatnya tersebut sesuai

dengan ketentuan Undang-undang No 1 tahun 1974 pasal 2 tentang sahnya

perkawinan. Dalam pasal 2 ayat (1), terlihat kesesuaiannya dengan pendapat

Yusuf al-Qaradhawi yang mengatakan "pernikahan ini sebagaimana yang disebut

oleh banyak orang, tetapi yang penting menurut saya adalah terpenuhinya rukun

dan syarat ikatan pernikahan". Sedangkan pada pasal 2 ayat (2) juga terlihat

kesesuaiannya dimana Dia mensyaratkan pernikahan ini tidak dilakukan secara

sembunyi dan rahasia, melainkan dilakukan pencatatan secara resmi di institusi

yang kompeten menanganinya.

30

A. Mukti Arto, “Masalah Pencatatan Perkawinan dan Sahnya Perkawinan”, dalam

Mimbar Hukum, (Jakarta : Intermasa, 1993), hlm. 47

Page 76: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

67

Penjelasan Yusuf al-Qaradhawi tentang nikah misyar konsepnya sama

dengan perkawinan poligami. Poligami sendiri adalah memiliki istri lebih dari

satu, secara implisit regulasi mengenai poligami di Indonesia, tertulis

dalam berbagai peraturan perundang-undangan perkawinan. Regulasi

tersebut, terdapat dalam Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang

Perkawinan, Peraturan Pemerintah RI Nomor 9 tahun 1975 tentang

Pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan.

Pasal-pasal tentang poligami yang ada pada Undang-undang

Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, Pasal 3 ayat 2: Pengadilan,

dapat memberi izin kepada seorang suami untuk beristeri lebih dari

seorang apabila dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan.31

Pasal 4 ayat 1 : Dalam hal seorang suami akan beristri lebih dari

seorang, sebagaimana tersebut dalam pasal 3 ayat 2 Undang-undang ini,

maka ia wajib mengajukan permohonan kepada pengadilan di daerah

tempat tinggalnya. Pasal 4 ayat 2 : Pengadilan dimaksud dalam ayat 1

pasal ini hanya memberikan izin kepada seorang suami yang akan

beristeri lebih dari seorang apabila :

a) Isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri,

b) Isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat

disembuhkan,

c) Isteri tidak dapat melahirkan keturunan.

31

Undang –Undang Perkawinan No.1 Tahun 1974, h. 2

Page 77: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

68

Pasal 5. ayat 1 : Untuk dapat mengajukan permohonan kepada

pengadilan dalam pasal 4 ayat 2 undang-undang ini harus dipenuhi

syarat-syarat sebagai berikut:

a) adanya persetujuan dari isteri/ isteri-isteri,

b) adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan-

keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anak mereka.

c) adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri

dan anak-anak mereka.

Pasal 5. ayat 2 : Persetujuan yang dimaksud pada ayat 1 huruf (a)

pasal ini tidak diperlakukan bagi seorang suami apabila isteri-isterinya

tidak mungkin dimintai persetujuan dan tidak dapat menjadi pihak dalam

perjanjian, atau apabila tidak ada kabar dari iasterinya sekurang-

kurangnya 2 tahun, atau karena sebab-sebab lainnya yang perlu

mendapat penilaian dari hakim pengadilan.32

Apabila konsep poligami dalam nikah misyar sudah memenuhi

persyaratan yang diatur dalam Undang-undang perkawinan, maka terdapat

kesesuaian dan dapat dikatakan sah menurut Hukum Perkawinan Indonesia

32

Undang –Undang Perkawinan No.1 Tahun 1974, h. 2

Page 78: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

69

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian dan pembahasan yang telah penulis sampaikan mengenai

Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar, maka penulis dapat

mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Alasan Yusuf al-Qaradhawi memperbolehkan nikah misyar ini karena

rukun dan syaratnya sudah terpenuhi, dan seorang wanita diperbolehkan

memberikan tanazul (keringanan) dari sebagian hak-haknya dan sekaligus

memuliakan dan menjaga agar tidak tergelinci dari perbuatan zina.

2. Alasan sosiologis Yusuf al-Qaradhawi yaitu karena di era sekarang ini

rintangan perkawinan sangat beragam yang muncul dari wanita itu sendiri,

seperti kaum awanis yang tidak lagi menuntut hak materi dari suaminya,

dan melakukan perkawinan ini dengan niat yang murni untuk kebaikan

dirinya sendiri.

3. Seseorang yang melakukan nikah misyar ini banyak terjadi di bawah

tangan, maksudnya tidak tercatat secara resmi. Namun Yusuf al-

Qaradhawi menganjurkan agar pernikahan ini tercatatkan secara resmi

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada, agar memiliki sisi

aman bagi si istri dan anak-anak yang terlahir dalam hubungan ini, tetapi

apabilah dilakukan di bawah tangan sudah sepantasnya dilarang. Konsep

nikah misyar ini sama dengan perkawinan poligami, jika nikah misyar sudah

memenuhi persyaratan perkawinan poligami seperti yang diatur dalam Undang-

Page 79: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

70

undang perkawinan, maka dapat diktakan sah dalam Hukum Perkawinan

Indonesia.

B. Saran

Dalam bab ini, penulis juga ingin mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Menikah adalah suatu hal yang sangat mulia, sudah sepatutnya

dilaksanakan dengan niat yang baik dan dengan cara-cara yang baik.

2. Nikah misyar yang terpenuhi syarat dan rukunya, meskipun tercatat secara

resmi, penulis menyarankan agar tidak dilakukan, karena berpotensi

menimbulkan adanya kerusakan dalam rumah tangga.

3. Kajian yang penulis lakukan berkaitan dengan nikah misyar ini semoga

bermanfaat bagi kaum muslimin yang hendak melakukan pernikahan.

Page 80: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

71

DAFTAR PUSTAKA

Abd. Ghazaly. Fiqh Munakahat. Jakarta: Prenada Media. 2003.

Ahmad, Abdullah bin Hambal. 1985. Musnad Imam Ahmad bin Hambal

(Beirut: al-Maktab al-Islami. lihat juga Ala al-din Ali Ibnu Balban al

Farisi shahih ibn Hibban Bitartibi Ibnu Balban. 1997. Beirut:

Muassasah al-risalah.

Ahmadi, Fahmi Muhammad dan Jaenal Aripin. Metode Penelitian Hukum,

Ciputat: Lembaga Penelitian. 2010.

Al Imam Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mugirah bin

Bardizbah al-Bukhari, Shahih Bukhari, (Beirut: Dar Al Fikr, t.th), juz

III.

al-Qardhawi, Yusuf. Fatwa-Fatwa Kontemporer. Jakarta: Gema Insani. Jilid

3. cet ke 1. 2002.

al-Qardhawi, Yusuf. Ibn al-Qaryab wa al-Kutab; Malamih Shirab wa

Masirah, Terj. Cecep Taufikurrahman. Perjalanan Hidupku I. Jakarta:

Pustaka al-Kautsar. cet. 1. 2003.

Amin Suma, Muhammad. Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam. Jakarta:

Raja Grafindo Persada. cet-2. 2005.

Arto, A. Mukti. “Masalah Pencatatan Perkawinan dan Sahnya Perkawinan”.

dalam Mimbar Hukum. Jakarta: Intermasa. 1993.

As‟ad, Abd. al- Muhaimin. Risalah Nikah Penuntun Perkawinan. Surabaya:

Bulan Terang. cet. I. 1993.

Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) DKI Jakarta.

Membina Keluarga Sakinah. Jakarta. 2009.

Basyir, Ahmad Azhar. Hukum Perkawinan Islam. Yogyakarta: UII Press.

1999

Basyir, Ahmad Azhar. Hukum Perkawinan Islam. Yogyakarta: UII Press.

2007.

Dahlan, Abdul Aziz. “Al-Qaradhawi, Yusuf. Einsklopedi Hukum Islam.

Jakarta: PT. Ichitiar Baru Van Hoeve. Jilid 5. 2006

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Tafsirnya.

Yogyakarta: PT Dana Bhakti Wakaf. Jilid IX Juz 25-26-27

Page 81: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

72

Departemen Pendidikan Nasional. kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama. cet ke-4. 2008.

Dirjen Bimbingan Islam Depag RI. Ilmu Fiqh. Jakarta: Proyek Pembinaan

Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama. Jilid 2. 1995.

Hadikusumo, Hilman. Hukum Perkawinan Indonesia Menurut Perundangan

hukum adat, hukum agama. Bandung: Manjar MAju. 1990.

http///:Wikipedia.com/biografi-Yusuf-Qaradhawi/?- diakses tgl 26 Oktober

2016.

http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/02/28, diakses

pada tgl 26 Oktober 2016.

Jauhari, Adi Irfan. “Nikah Misyar dan Hak Wanita Dalam Perkawinan: Studi

Analisis Hukum Islam”, Tesis S2. Konsentrasi Syariah Universitas

Negri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2007.

Kurniawan, Aslih, dkk. Pedoman Pelaksanaan Akad Nikah dan Beberapa

Kasus Perkawinan. Jakarta: Seksi Urusan Agama Islam Kemenag

Jakarta Selatan. 2010.

Muhammad To‟maah al-Qudhah, “Zawaj al-Misyar: Hukmuhu al-Shar‟i”,

artikel diakses pada tanggal 22 oktober 2016 dari

www.arabLawInfo.com

Mulia. Hukum Perkawinan, Jakarta: Sinar Grafika. 2004.

Nasir, Meneropong pelaku kawin misyar di Surabaya dari sudut dramaturgi

Erving Goffman, (Ijtihad, Jurnal Wacana Hukum Islam dan

Kemanusiaan Vol. 15, No. 2 (2015), pp. 199-218, doi:

10.18326/ijtihad.v15i2.199-218),

Nurhakim, Moh, dan Khairi Fadly. Tinjauan Sosiologis Fatwa Ulama

Kontemporer Tentang Status Hukum Nikah Misyar. Volume 14

Nomor 2 Juli - Desember 2011. Universitas Muhammadiyah Malang.

Nuruddin, Amiur, dan Azhari Akmal Tarigan. Hukum Perdata Islam di

Indonesia: Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari fikih, UU

no. 1/1974 sampai KHI. Jakarta: Kencana. cet. 1. 2006.

Qardhawi, Yusuf. Zawajul Misyar Haqiqatuhu Wa Hukmuhu. Kairo:

Maktabah wahbah. 1999.

Rifa‟i, Moh. Ilmu Fiqh Islam. Semarang: CV Toha Putra. 1978.

Page 82: PEMIKIRAN YUSUF AL-QARADHAWI TENTANG NIKAH ......M. HAFIZ NAUFAL, NIM: 1112044200005, Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi Tentang Nikah Misyar.Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah

73

Rofiq, Ahmad. Hukum Islam di Indonesia. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

1995.

Sabiq, Sayyid. Fiqh Sunnah, Jilid 2. Beirut-Libanon: Dar al-Fikr. 1992.

Shatha, Muhammad, I„anat al-Thalibin. Semarang: Taha Putra, t.th

Shiddiqy, Nouruzzaman. Jeram-jeram Peradaban Muslim. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar. 1996.

Subekti. Pokok-pokok Hukum Perdata. Jakarta : PT Intermasa. 1996.

Sudarsono. Hukum Perkawinan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta. 2010.

Sudjana, Nana. Tuntutan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung: Sinar Baru.

1999.

Syakir, Muhammad Fu‟ad. Perkawinan Terlarang: AL-Misyar, Al-Urfi dan

Mut‟ah Jakarta: Cendekia. Cet- 1. 2002.

Syarifuddin, Amir. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh

Munakahat dan UU Perkawinan. Jakarta: Prenada Media. Cet-2. 2007

Talib, Sayuti. Hukum Kekeluargaan Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, 2000.

Thalib, Sayuti. Hukum Kekeluargaan Indonesia. Jakarta: UI Press. 1974.

Tim Penyusun. Enseklopedi Hukum Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve.

Jilid 5. 1997.

Tohari, Chomim. Fatwa Ulama Tentang Hukum Nikah Misyar Perspektif

Maqasid Shari‟ah, Jurnal Al-Tahrir, Vol. 13, No. 2 November 2013,

Islamic Law Marmara University Turkey.

Wahbah Zuhaily. Tajdid al-Fiqh al-Islam. Damaskus: Dar al-Fikr. 2000.

Wahhab, Abdul. Kaidah-kaidah Hukum Islam, Ilmu Ushuhul Fiqh. Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada. 2000.