pemerikasaan bj urine

34
LABORATORIUM KLINIK: PEMERIKSAAN AIR SENI (URINE ANALYSIS) Dr, Suparyanto, M.Kes JENIS URINE Urine sewaktu: urine yang dikeluarkan pada waktu yang tidak ditentukan (sewaktu-waktu) Untuk pemeriksaan warna, kejernihan, bilirubin, pH Urine pagi: urine yang dikeluarkan pd waktu pagi hari setelah bangun tidur Untuk pemeriksaan: berat jenis, protein, sedimen PENGAMBILAN URINE WADAH Bermulut lebar dan dapat ditutup rapat Harus bersih dan kering Wadah diberi label: nama, nomor dan tanggal VOLUME 20 ml, kecuali untuk berat jenis = 50 ml Harus segera diperiksa, jika ditunda simpan di lemari es (4oC), atau dalam termos es WARNA URINE Prinsip:

Upload: fathurachman-suardi

Post on 18-Jan-2016

179 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pemerikasaan Bj Urine

LABORATORIUM KLINIK: PEMERIKSAAN AIR SENI (URINE ANALYSIS)

 Dr, Suparyanto, M.Kes

JENIS URINE   

Urine sewaktu: urine yang dikeluarkan pada waktu yang tidak ditentukan (sewaktu-waktu)

Untuk pemeriksaan warna, kejernihan, bilirubin, pH Urine pagi: urine yang dikeluarkan pd waktu pagi hari setelah bangun tidur Untuk pemeriksaan: berat jenis, protein, sedimen

PENGAMBILAN URINE

WADAH

Bermulut lebar dan dapat ditutup rapat Harus bersih dan kering Wadah diberi label: nama, nomor dan tanggal

VOLUME

20 ml, kecuali untuk berat jenis = 50 ml Harus segera diperiksa, jika ditunda simpan di lemari es (4oC), atau dalam termos es

WARNA URINE

Prinsip:

warna urine diuji pada ketebalan 7-10cm dengan cahaya tembus

Tujuan:

mengetahui warna urine

Persiapan:

Page 2: Pemerikasaan Bj Urine

Px dilarang makan/minum obat yang memberi warna urine: B-komplek, rifampisin, piramidon dll

Alat yang diperlukan: tabung reaksi

Cara pemeriksaan:

Isi tabung reaksi dengan urine ¾ nya Dilihat dlm posisi miring dng penerangan matahari

Pelaporan:

Tidak berwarna, kuning muda, kuning kemerahan, putih susu Nilai normal: kuning muda – kuning tua

KEJERNIHAN

Prinsip: memeriksa kejernihan urine secara langsung Tujuan: menentukan apakah urine telah keruh pada saat dikeluarkan atau setelah

didiamkan Persiapan: pasien jangan terlalu banyak makan protein

Cara pemeriksaan:

Masukan urine kedlm tabung reaksi, ¾ nya Dilihat dng latar belakang hitam, dengan sinar matahari Dilihat kejernihanya, apakah ada kekeruhan

Pelaporan: jernih, agak keruh, keruh atau sangat keruh Nilai normal: Tidak berwarna/jernih

PEMERIKSAAN BERAT JENIS URINE

Prinsip: memeriksa berat jenis urine dengan alat urinometer Tujuan: mengetahui kepekatan urine Alat yang diperlukan:

1. Urinometer2. Gelas ukur 50 ml3. Termometer 0o-50oc

Page 3: Pemerikasaan Bj Urine

Cara pemeriksaan:

Baca dan catat suhu tera yang tercantum pada alat urinometer, kemudian baca suhu kamar

Tuang urine ke gelas ukur 50 cc Masukan urinometer kedlm gelas ukur, usahakan bebas terapung Baca berat jenis setinggi miniskus bawah (3 angka dibelakang koma)

Perhitungan:

Jika suhu urinometer berbeda dengan suhu kamar, lakukan koreksi → perbedaan 3oC, suhu kamar melebihi sushu tera → berat jenis ditambah 0,001, dibawahnya dikurangi 0,001

Contoh: suhu tera 30oC, urine 33oC → urinometer 1,004 → berat jenis urine 1,004 + 0,001 = 1,005

Nilai normal: 1,003 – 1,030

PEMERIKSAAN DERAJAT KEASAMAN URINE

Prinsip: perubahan warna kertas lakmus dalam suasana keasaman tertentu Tujuan: mengetahui pH urine Alat yang dipakai: kertas lakmus merah – biru

Cara pemeriksaan:

Kertas lakmus merah atau biru dibasahi urine Tunggu 1 menit, perhatikan perubahan warna yang terjadi

Pelaporan:

Urine asam: lakmus biru → merah Urine basa: lakmus merah → biru Urine netral: lakmus merah/biru tidak berubah warna

PEMERIKSAAN SEDIMEN URINE

Prinsip: Berat jenis unsur organik – anorganik > BJ urine → dengan sentrifuge zat-zat tsb akan mengendap

Tujuan: menentukan unsur sedimen organik – anorganik dlm urine secara mikroskopis Persiapan px: dilarang makan obat sulfa

Page 4: Pemerikasaan Bj Urine

Cara pemeriksaan:

Kocok urine dalam botol agar sedimen merata Masukan urine dalam tabung sentrifuge 10 –15 cc → sentrifuge selama 5 menit dengan

kecepatan 2000 rpm Tuang bagian atas urine → tinggal 0,5 – 1 cc → kocok kembali sedimen Tuang dalam obyek glass, tutup dengan cover glass → periksa dibawah mikroskop

Hasil yang mungkin ditemukan:

Sel epitel, eritrosit, lekosit, silinder, kristal, jamur, trikomonas, spermatozoa

Nilai normal:

Eritrosit: 0 – 1 / LP Leukosit: 0 – 3 / LP

Lain lain:

+ : bila jumlahnya sedikit ++ : bila jumlahnya banyak +++ : bila jumlahnya banyak sekali

PEMERIKSAAN PROTEIN URINE

Prinsip: terjadi endapan urine jika direaksikan dengan asam sulfosalisilat Tujuan; menentukan adanya protein dalam urine Alat yang diperlukan:

1. Tabung reaksi dan rak2. Pipet

Cara pemeriksaan:

2 tabung reaksi A & B diisi urine 2cc Tabung A + 8 tetes asam sulfosalisilat 20 % → goyang perlahan agar campur Kekeruhan dilihat dengan latar belakang gelap, bandingkan dengan tabung B

Hasil:

1. Negatif : tidak ada kekeruhan

Page 5: Pemerikasaan Bj Urine

2. Positif + : kekeruhan ringan tanpa butiran3. Positif ++ : kekeruhan dengan butiran4. Positif +++ : kekeruhan dengan kepingan5. Positif ++++ : kekeruhan dengan gumpalan

PEMERIKSAAN BILIRUBINE URINE

Prinsip: oksidasi pigmen empedu oleh asam → biliverdin (hijau) atau bilisianin (biru) atau choletelin (ungu)

Tujuan; mengetahui adanya bilirubin dalam urine Persiapan px; dilarang minum obat pyridin

Alat yang digunakan:

1. Corong kaca, 2. Kertas saring, 3. Tabung reaksi dan rak4. Reagen: 5. Barium klorit 10 %6. Reagen Fouchet

Cara pemeriksaan

Masukan urine dlm tabung reaksi 5cc + 5cc barium klorit 20 % Campur lalu saring dengan kertas saring Kertas saring dengan endapan dikeringkan Tetesi endapan dengan reagen fouchet 2-3 tetes Perhatikan perubahan warna

Hasil:

Positif : ada warna hijau Negatif : tidak ada warna hijau

PEMERIKSAAN REDUKSI URINE

Prinsip: glukosa dapat mereduksi ion cupri dalam larutan alkalis → terjadi perubahan warna dari hijau → merah

Tujuan: menentukan adanya glukose dalam urine Persiapan px: Dilarang minum obat vit.C, salisilat, sterptomisin → memberi hasil positif palsu

Page 6: Pemerikasaan Bj Urine

Alat yang digunakan:

1. Tabung reaksi2. Pipet3. Lampu spiritus4. Penjepit tabung5. Reagen: 6. Fehling7. Benedict

Cara pemeriksaan (Metode Benedict):

Masukan 2,5cc reagen benedict kedlm tabung reaksi Tambahkan urine 4 tetes Panaskan dalam air mendidih 5 menit atau dengan api spiritus 2 menit, jaga jangan

sampai mendidih Angkat tabung dan baca hasilnya

Hasil:

1. Negatif : tetap biru atau kehijauan2. Positif +: hijau kekuningan keruh3. Positif ++: kuning keruh4. Positif +++: Jingga atau lumpur keruh5. Positif ++++: Merah bata keruh

PEMERIKSAAN GALLI MAININI TEST

Prinsip: menemukan spermatozoa dlm urine katak jantan yg dirangsang oleh HCG urine Tujuan: mengetahui kehamilan dng menggunakan katak jantan Persiapan: katak jantan yg dipergunakan tidak boleh mengandung sperma → dng pipet

diambil cairan di lubang pengeluaran → periksa mikroskop → jika ada sperma tidak boleh dipakai

Alat yg digunakan:

Spuit 5cc, Kaca obyek, Mikroskop

Cara pemeriksaan:

Urine 5cc disuntikan sc di perut 1 ½ cm didepan cloaca → lepas ditoples berisi air

Page 7: Pemerikasaan Bj Urine

1 jam kmdn → periksa urine katak, jika tdk ada sperma → periksa 1 jam lagi Jika ada sperma GM (+), jika tidak GM (-)

PEMERIKSAAN TES KEHAMILAN IMUNOLOGIK

Tujuan: untuk mengetahui kehamilan dengan tes serologi Prinsip:

1. Reaksi hambatan aglutinasi antara antibodi HCG dengan lateks (reagen) oleh HCG2. Lateks akan diendapkan oleh antibodi HCG3. Adanya HCG bebas dalam urine → antibodi akan dinetralkan → sehingga pengendapan

tidak terjadi

Alat yg diperlukan:

Kaca obyek, pipet, pengaduk

Reagen:

Antibodi HCG serum, HCG-lateks (antigen)

Cara pemeriksaan:

1 tetes urine + 1 tetes anti serum → pada kaca obyek →aduk Tambah 1 tetes antigen → goyang → baca

Hasil

Positif: tidak ada penggumpalan Negatif: ada penggumpalan

REFERENSI

1. Harper, Rodwell, Mayes, 1977, Review of Physiological Chemistry2. Colby, 1992, Ringkasan Biokimia Harper, Alih Bahasa: Adji Dharma, Jakarta, EGC3. Wirahadikusumah, 1985, Metabolisme Energi, Karbohidrat dan Lipid, Bandung, ITB4. Harjasasmita, 1996, Ikhtisar Biokimia Dasar B, Jakarta, FKUI5. Toha, 2001, Biokimia, Metabolisme Biomolekul, Bandung, Alfabeta6. Poedjiadi, Supriyanti, 2007, Dasr-Dasar Biokimia, Bandung, UI Press7. Depkes, 1991, Petunjuk Pemeriksaan Laboratorium Puskesmas,Jakarta,Depkes

Page 8: Pemerikasaan Bj Urine

MENGUKUR BERAT JENIS URIN

Maret 5, 2012 oleh eviesetya

MENGUKUR BERAT JENIS URIN

Alat :

Urin 24 jam

Urometer berikut tabung

Bengkok

Tisu

Cara kerja :

1. Pegang tabung urometer, letakkan bengkok dibawahnya2. Tuang urin yang telah diaduk secara berlahan kedalam urometer sambil tabung dimiringkan agar

tidak timbul busa3. Bila timbul busa, hilangkan dengan tisu4. Urine dituang sampai urometer bisa mengapung5. Baca angka yg tertulis dalam urometer tepat pada permukaan urin

Perhatian !

Bila urin tidak mencukupi dapat dilakukan pemeriksaan berat jenis urin campuran

CARA MEMERIKSA BARAT  JENIS CAMPURAN

1. Berat campuran ( urin + air ) = ( berat jenis campuran ) x ( volume campuran )2. Berat urin = (ber at campuran – berat air )3. Berat jenis urin = ( volume urin : berat urin )

Contoh

Volume urin yang ada         = 50 cc

Air penambahnya                = 25 cc

Bj campuran                         = 1008

Penghitungannya :

Page 9: Pemerikasaan Bj Urine

Berat campuran = BJ campuran x volume campuran

= 1008 x 75  = 75.600

Berat urin           = berat campuran – berat air

= 75.600g – 25.000g = 50.600g

Bj urine   = 50.600 / 50.000

= 1.012 

disebabkan olehintakecairan yang berlebihan, hipotermi, alkalosis dan kegagalan ginjalyang menahun (Wi rawan dkk . , 1983 ) . Be ra t j en i s yang r endah i n i b i s a d i s ebabkan o l eh  banyak minum, udara dingin, dan diabetes insipidus. Berat jenis yang tinggi disebabkan olehdehidrasi, proteinuria, dan diabetes mellitus (Oka, 1998).Urinomter adalah hidrometer untuk penentuan bobot jenis dari urine dan diterakhusus untuk penentuan tersebut. Urinometer memiliki skala 1.0000-1.0060 (tiga desimal)dan umumnya dipergunakan pada temperatur 60oF atau 15,5oC. Bila temperatur cairan yangakan dikur bukan 15,5oC, maka harus diadakan koreksi. Koreksi tersebut dilakukan dengan   j a l an menambah angka s a tu pada angka ke t i ga d i be l akang koma un tuk s e t i ap 3od i a t a s temperatur peneraan atau mengurangi 1 angka pada angka ketiga di belakang koma untuk setiap 3odi bawah temperatur peneraan. Rumusnya adalah sebagai berikut.FK = x 0,001Keterangan :FK = faktor koreksiTk = temperatur cairan yang diukur Tp = temperatur peneraan (tetera di urinometer)(Cholacha, 2008)V . A l a t d a n B a h a na. Alat- U r o m e t e r   - T a b u n g r e a k s i - G e l a s u k u r   - K e r t a s s a r i n g - S a r u n g t a n g a n -T i s s u e

 

Page 10: Pemerikasaan Bj Urine

- M a s k e r     b . B a h a n - S a m p e l u r i n -E t h e r  V I . C a r a K e r j a1.Urometer yang akan digunakan ditera dengan menggunakan akuadest2.Bila pada peneraan tidak mendapatkan hasil 1,000 (misalkan 1,005), maka hasil akhir pembacaan dikurangi 1,0053.Gelas ukur diisi dengan urin hingga ¾ bagian4.Buih yang terbentuk dihilangkan dengan kertas saring atau dengan penambahansatu tetes eter 5 . U r o m e t e r d i m a s u k k a n k e d a l a m g e l a s u k u r d a n d i p u a r p a d a s u m b u p a n j a n g . Urometer tidak boleh menyentuh dinding gelas6.Meniskus dibaca dimana 1 strip = 0,001V I I . H a s i lPembacaan pada meniskus skala : 4 strip = 0,004Hasil akhir = 1,004.Koreksi terhadap suhu ruangan kerja 320C, yaitu dengan menggunakan rumus :FK = x 0,001, di mana pada alat, Tp = 20oC= x 0,001= 0,004Jadi, BJ urin uji setelah dikoreksi menjadi 1,004 + 0,004 = 1,008.BJ urin normal = 1,003 – 1,030

  V I I I . P e m b a h a s a nPada pengujian berat jenis urin dilakukan dengan menggunakan alat yang disebuturometer. Tujuan dari pengukuran berat jenis adalah untuk mengetahui keadaan faal urin,dimana urin yang encer memiliki berat jenis yang rendah dan sebaliknya urin yang pekatmemiliki berat jenis yang tinggi. Berat jenis yang rendah ini bisa disebabkan oleh banyak minum, uda ra d ing in , dan d i abe t e s i n s ip idus . Be ra t j en i s yang t i ngg i d i s ebabkan o l eh dehidrasi, proteinuria, dan diabetes mellitus.Hal pertama yang dilakukan adalah menera urometer dengan menggunakan akuadest,t u j u a n n y a u n t u k m e n g k a l i b r a s i a l a t s e h i n g g a d i d a p a t k a n d a t a y a n g v a l i d . U r o m e t e r   d imasukkan ke da l am akuades t dan d ipu t a r , pengukuran d i l akukan dengan pembacaan meniskus. Air memiliki berat jenis 1,000. Jadi jika hasil akhir yang didapatkan 1,000 makaurometer siap digunakan, jika lebih dari 1,000 (misal 1,005) maka pada hasil akhir dikurangidengan nominal kelebihan tersebut (dikurangi 0,005). Selanjutnya dilakukan pengujian padau r in s ampe l dengan ca r a u rome te r d imasukkan dan d ipu t a r da l am u r in s ampe l , s e t e l ah urometer stabil, lalu pengukuran dilakukan dengan membaca meniskus dan dilakukan pada t empa t yang da t a r aga r t i dak mempenga ruh i ha s i l pengukuran . Has i l yang d idapa t pada  pengukuran adalah 1,004 namun terdapat nilai koreksi pada suhu, dimana setiap kenaikan3o

Page 11: Pemerikasaan Bj Urine

C terdapat penambahan berat jenis sebanyak 0,001. Sehingga hasil akhir yang didapatsebesar 1,008. Jika dibandingkan dengan berat jenis urin normal (1,003-1,030) maka urinsampel berada dalam keadaan normal.I X . K e s i m p u l a nBerat jenis urin sampel pada praktikum 1,008 dimana masih dalam rentang normal(1,003-1,030)DAFTAR PUSTAKACholacha, Acef. 2010. Kimia Analitik . Available at : http://acef-cholacha.blogspot.com/2010/07/kimia-analitik.html (cited 7 Juni 2011)Oka, Tjok Gede. 1998. Diktat Penuntun Praktikum Patologi Klinik . Laboratorium PatologiKlinik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Denpasar Wirawan, R., S. Immanuel, R. Dharma. 1983. Penilaian Hasil Pemeriksaan Urin. Bag i an Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSCM. Jakarta

Pengukuran Berat Jenis Urin Metode Refraktometer dan carik Celup

Berat jenis adalah perbandingan relatif antara massa jenis sebuah zat dengan massa jenis air murni. Berat jenis urine tergantung dari jumlah zat yang larut di dalam urine atau terbawa dalam urine. Berat jenis plasma (tanpa protein) adalah 1010, bila ginjal mengencerkan urine (misalnya sesudah minum air), maka berat jenisnya kurang dari angka 1010. Bila ginjal memekatkan urine, sebagaimana fungsi ginjal semestinya, maka berat jenis urine naik di atas 1010.

Pada praktikum kimia klinik kali ini adalah pemeriksaan Glukosa, Protein, Berat Jenis, dan Enzim diastase dalam urine.Berikut jurnal hasil praktikum:

1. GLUKOSAMetoda : Benedict

Prinsip: Glukosa akan mereduksi CuSO4 dalam suasana basa kuat dan panas membentuk Cu2O yang mengendap dan berwarna kuning sampai merah bata sebanding dengan kadar glukosa dalam urin.Pereaksi: Benedict, CuSO4.5H2O 17,3 gram, Na-Sitrat 173 gram, Na2CO3100 gram, Aquades ad 1000 mL.

Cara Kerja:1. Memasukkan 0,5 mL urin ke dalam tabung reaksi2. Menambahkan 5 mL pereaksi Benedict3. Mencampur sampai homogen dan dipanaskan dalam waterbath mendidih selama 5 menit4. Diangkat dan disimpan pada rak kemudian didinginkan5. Mengamati perubahan yang terjadi dan menentukan hasilnya.

Page 12: Pemerikasaan Bj Urine

Hasil Pemeriksaan yang mungkin terjadi:1. Untuk kontrol kriterianya: Cairan biru jernih2. Negatif kriterianya: Cairan biru jernih atau sedikit kehijauan dan tampak agak keruh (kadar 0 – 0,1)3. Positif 1 kriterianya: Cairan hijau dengan Endapan Kuning (kadar 0,5 – 1)4. Positif 2 kriterianya: Endapan kuning banyak (kadar 1 – 1,5)5. Positif 3 kriterianya: Endapan orange (kadar 1,5 – 2,5)6. Positif 4 kriterianya: Endapan merah bata (kadar 2,5 – 4)Hasil: Cairan biru jernih berarti urin Riska adalah negatif.

2.PROTEINMetoda : Bang

Prinsip: Protein dalam urin akan membentuk kekeruhan atau gumpalan oleh asam karena mendekati titik isoelektrik protein dibantu dengan pemanasan, sehingga terbentuk kekeruhan, butiran, kepingan, atau gumpalan sesuai dengan banyaknya kandungan protein dalam urin.

Reagen (Bang): Na-Acetat 11,8 gram, Asam asetat pekat 5,85 mL, dan aquadest ad 100 mL.

Cara Kerja: 1. Memasukkan 5 mL urin ke dalam tabung reaksi2. Menambahkan 0,5 mL pereaksi Bang3. Mencampurkan sampai homogen dan dipanaskan dalam penangas air mendidih selama 5 menit.4. Mengangkat dan menyimpan pada rak kemudian didinginkan5. Mengamati perubahan yang terjadi dengan menggoyangkan cairan dan mengamati kekeruhan yang terjadi dan menentukan hasilnya.

Hasil Pemeriksaan yang mungkin:1. Sebagai kontrol kriterianya: cairan jernih2. Negatif kriterianya: tidak ada kekeruhan (kadarnya 0,5)

Hasil praktikum: Tidak ada kekeruhan berarti urin Riska adalah negatif.

3. Berat Jeniscara Kerja: 1. Urin segar dimasukkan ke dalam labu urinometer sebanyak 3/4 bagian2. Mencatat suhu tera Urinometer3. Mengamati Skala pada urinometer4. Mengukur suhu urin dengan thermometer5. Memasukkan urinometer ke dalam labu urinometer dan diputar6. Mengamati miniskus cairan pada skala berapa saat urinometer berada di tengah cairan7. Hitung berat jenis sebenarnya (BJ terukur)

Pengamatan:1. Temperatur Tera Urinometer (TT) = 20 derajat Celsius

Page 13: Pemerikasaan Bj Urine

2. Temperatur urin (TU) = 26 derajat Celsius3. BJ Terukur = 1,012 derajat Celsius

Perhitungan :BJ sebenarnya = BJ terukur + (TU-TT)/3 x 0,001= 1,012 + (26-20)/3 x 0,001= 1,012 + 0,002= 1,014

4. Pemeriksaan Aktivitas Enzim Diastase UrineTujuan: untuk mengetahui aktivitas enzim diastase dalam menghidrolisis amilum. Enzim diastase dapat ditemukan di dalam air liur di mulut yang dikeluarkan dari kelenjar air liur dan di dalam usus halus yang dikeluarkan dari pankreas.

metode: Wohlgemuth

Prinsip reaksi: Diastase adalah enzim yang bekerja memecah amilum. Tahap awal enzim bekerja mengubah amilum menjadi dekstrin yang berwarna ungu dengan iodium. Kemudian menjadi eritrodekstrin yang memberikan perubahan warna iodium. Akhirnya diubah menjadi maltosa yang juga tidak memberikan warna dengan Iodium.cara Penentuan aktivitasnya dapat dilakukan dengan mengencerkan enzim tersebut agar dapat diketahui aktivitasnya. Hasilnya dinyatakan dalam satuan unit.1. Unit diastase, diartikan dengan banyaknya mL amilum yang dapat diuraikan oleh enzim yang terdapat dalam 1 mL sampel (serum atau urin) pada suhu 37 derajat Celsius selama 30 menit.Kadar atau aktivitas enzim diastase normal yang terdapat dalam urin adalah 32 U/L, sedangkan dalam serum adalah 16 U/L

Alat-alat:1. Tabung reaksi2. Maat pipet 1, 2, 5, 103. Water bath

Bahan-bahan:1. Larutan NaCl 0,9%2. Larutan amilum 1% dan buffer phosphat pH 6,83. Larutan Iodium 0,1 N

cara Kerja:1. Menyediakan 12 tabung reaksi, beri nomor secara berurutan.2. Ke dalam tabung nomor 1 dan 2, masukkan 1 mL urin dan ke dalam tabung nomor 2 sampai 12 masukkan masing-masing 1 mL larutan NaCl 0,9%3. Mencampur tabung 2 sampai homogen, dipindahkan sebanyak 1 mL dari tabung 2 ke tabung ke 3.4. Mencampur tabung 3 sampai homogen, dipindahkan sebanyak 1 mL dari tabung 3 ke tabung ke 4, dan seterusnya sampai tabung 12. Dari tabung 12 buang sebanyak 1 mL.

Page 14: Pemerikasaan Bj Urine

5. Ke dalam tiap tabung ditambahkan masing-masing 2 mL larutan amilum 1% dan 2 mL larutan buffer phosphat pH 6,8 kocok sampai homogen.6. Memasukkan semua tabung ke dalam penangas air dengan suhu 7 derajat Celsius selama 30 menit.7.Didinginkan, kemudian pada tabung 1 dan 2 tambahkan 3 tetes larutan iodium 0,1 N, sedangkan pada tabung lainnya masing-masing ditambahkan 2 tetes larutan iodium 0,1 N.8. Mengamati perubahan warna yang terjadi.9. menentukan kadar enzim diastase dalam sampel.

Contoh perhitungan:misalkan dari tabung 1-4 berwarna merah/ungu, sedangkan pada tabung 5-12 berwarna biru. Pada tabung 4, terjadi pengenceran urin sebanyak 1/8X. Amilum yang ditambahkan pada tiap tabung reaksi adalah 2 mL (tiap tabung mengandung 2U enzim diastase). Sehingga kadar diastasepada tabung 4 adalah 1/ (1/18) x 2 unit = 8 x 2U = 16 unit.Atau dengan cara melihat pada tabung ke berapa terjadi perubahan. Dalam contoh ini adalah pada tabung ke-4, jadi kadar diastasenya = 2^4 = 16 unit. Bila terjadi pada tabung nomor 5, maka kadar diastasenya = 2^5 = 32 unit. Bila terjadi pada tabung nomor X, maka kadar diastasenya = 2^x = … unit.

Hasil Pemeriksaan:Tabung 1 (pengenceran: 1/1): beningTabung 2 (pengenceran: 1/2): beningTabung 3 (pengenceran: 1/4): beningTabung 4 (pengenceran: 1/8): unguTabung 5 (pengenceran: 1/16): biruTabung 6 (pengenceran: 1/32): biruTabung 7 (pengenceran: 1/64): biruTabung 8 (pengenceran: 1/128): biruTabung 9 (pengenceran: 1/256): biruTabung 10 (pengenceran: 1/512): biruTabung 11 (pengenceran: 1/1024): biruTabung 12 (pengenceran: 1/2048): biru

Laporan Fisiologi Berat Jenis Urine

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ginjal berfungsi untuk mengatur jumlah air di dalam tubuh agar sesuai dengan kebutuhan.

Jika air dalam tubuh berlebih, maka ginjal akan mengeluarkan air lebih banyak. Jika kekurangan

akan ditahan. Selain itu, ginjal juga berfungsi untuk mengeluarkan racun yang diproduksi tubuh.

Page 15: Pemerikasaan Bj Urine

Air merupakan sumber kehidupan dan komponen terbesar dalam tubuh. Oleh karena itu

keberadaannya harus diatur sedemikian rupa. Cara mudah mengetahui fungsi ginjal adalah

dengan melihat jumlah urin yang keluar. Dalam keadaan normal, urin berjumlah 1000-1500 cc

dalam 24 jam untuk pria dan wanita. Pemeriksaan yang lebih ilmiah juga dapat dilakukan dengan

memeriksa kadar kreatinin dalam darah. Kreatinin adalah zat yang hanya dibuang oleh ginjal,

bukan organ tubuh lainnya. Jika zat tersebut naik, maka fungsi ginjal pun harus diwaspadai.

Kadar kreatinin dalam darah sebenarnya dapat dikondisikan. Jika kita kurang mengkonsumsi

air putih dan kadar kreatinin naik, maka ada gangguan di dalam ginjal.

Warna urin tidak dapat dijadikan patokan karena terkadang menipu, hal tersebut terkait

dengan banyaknya kita mengkonsumsi air minum. Jika kita minum banyak, maka urin berwarna

jernih. Begitu pula sebaliknya.

Ginjal yang terganggu dapat menyebabkan penyakit pada ginjal dan di luar ginjal, yang

seringkali menjadi sebab terganggunya fungsi ginjal. Misalnya: Diabetes, batu ginjal, dan lain

sebagainya. Terganggunya fungsi ginjal juga berdampak pada semua sistem dalam tubuh, darah

berkurang, kulit gatal, pencernaan terganggu sehingga mengakibatkan mual, muntah, tidak dapat

makan, serta paru tertimbun air karena air tidak dapat keluar. (1)

B. Tujuan

1. Mengukur berat jenis urine.

2. Melihat fungsi ginjal dalam pemekatan dan pengenceran urine.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Fungsional Ginjal

Ginjal seseorang seukuran kepalan tinju. Jika dicermati secara melintang, ginjal mudah

dibagi menjadi dua wilayah yaitu korteks dan medula. Darah, limfatik, dan suplai saraf yang

masuk ginjal melalui hilus bersama-sama dengan Ureter, yang membawa urin dari ginjal ke

kandung kemih, dimana disimpan sampai dikosongkan dengan buang air kecil.

Page 16: Pemerikasaan Bj Urine

Dalam ginjal manusia, medula berakhir di beberapa struktur kerucut yang disebut papila.

Pelvis ginjal pada dasarnya adalah perpanjangan ureter. Hal ini dibagi menjadi struktur

berbentuk cangkir yang disebut calyxes papilla yang mengelilingi masing-masing dan membawa

kotoran urin ke ureter.

Sebuah lapisan jaringan ikat disebut kapsult, yang melindungi parenkim lebih lembut,

meliputi ginjal. Sekitar 1 juta nefron sebagian besar terdapat pada parenkim di masing-masing

ginjal manusia. Nefron merupakan unit fungsional yang menghasilkan ultrafiltrate awal plasma

pada titik asalnya dalam glomerulus dan memodifikasi ultrafiltrate oleh proses reabsorpsi dan

sekresi untuk mengendalikan laju ekskresi zat terlarut dan air.(2 :334)

Tiga mekanisme fungsi utama ginjal yaitu :

(1) Besar jumlah air dan zat terlarut disaring dari darah.

(2) Urin primer memasuki tubulus, di mana sebagian besar diserap kembali, dengan kata lain, ia

keluar dari tubulus dan melewati kembali ke dalam darah.

(3) Zat tertentu (misalnya, racun) tidak hanya tidak diserap tetapi juga secara aktif disekresi ke dalam

tubulus lumen. Non-diserap kembali filtrat residual dikeluarkan bersama-sama dengan zat yang

dikeluarkan dalam urin akhir.

Fungsi ginjal adalah sebagai berikut : (3 : 148)

(1) Menyesuaikan garam dan ekskresi air untuk menjaga konstan ekstraselular

fluida volume dan osmolalitas;

(2) Membantu untuk mempertahankan homeostasis asam-basa;

(3) Menghilangkan produk akhir metabolisme dan zat asing;

(4) Mempertahankan senyawa berguna (misalnya, glukosa) oleh reabsorpsi;

(5) Memproduksi hormon (misalnya, erythropoietin) dan hormon aktivator (renin), dan

(6) Fungsi metabolisme (katabolisme protein dan peptida, glukoneogenesis, dll).

B. Prinsip Dasar Osmosis dan Tekanan Osmotik

Osmosis adalah difusi netto cairan yang menyeberangi membran permeabel selektif dari

tempat yang konsentrasi airnya tinggi ke tempat yang konsentrasinya tinggi ke tempat yang

konsentrasi airnya lebih rendah. Bila suatu zat terlarut ditambahkan pada air murni, zat ini akan

menurunkan konsentrasi air dalam campuran. Jadi, semakin tinggi konsentrasi zat terlarut dalam

Page 17: Pemerikasaan Bj Urine

suatu larutan, semakin rendah konsentrasi airnya. Selanjutnya, cairan berdifusi dari daerah

dengan konsentrasi zat terlarut yang tinggi (konsentrasi air yang rendah).

Osmolalitas dan Osmolaritas. Konsentrasi osmol suatu larutan disebut osmolalitas bila

konsentrasi dinyatakan sebagai osmol per kilogram air; dan disebut osmolaritas bila dinyatakan

sebagai osmol per liter larutan. Pada larutan encer seperti cairan tubuh, kedua istilah ini dapat

digunakan hampir secara sinonim karena perbedaannya kecil.

Tekanan osmotik. Osmosis molekul air yang melintasi membran permeabel selektif dapat

dihambat dengan memberi tekanan yang berlawanan arah dengan osmosis. Besar tekanan yang

dibutuhkan untuk mencegah osmosis disebut tekanan osmotik. Karenanya, tekanan osmotik

adalah pengukuran tak langsung air dan konsentrasi zat terlarut pada larutan. Semakin tinggi

tekanan osmotik suatu larutan, semakin rendah konsentrasi air dan konsentrasi zat terlarut

semakin tinggi.(4 : 296)

C. Pengaruh Gangguan Fungsi Ginjal

Ada beberapa kelaianan yang umum terjadi pada beberapa penyakit ginjal. Sering kali pada

beberapa jenis penyakit ginjal ditemukan adanya protein dalam urine, lekosit, sel darah merah

dan silinder, yaitu potongan-potongan protein yang mengendap di tubulus dan di dorong oleh

urine ke dalam vesika urinaria. Akibat penyakit ginjal lainnya yang juga penting ialah hilangnya

kemampuan pemekatan atau pengenceran urine, uremia, asidosis, dan retensi Na+ abnormal.

1) Proteinuria

Pada beberapa penyakit ginjal dan pada kelainan ginjal tidak berbahaya, permeabilitas

kapiler glomerulus meningkat, dan protein dapat ditemukan di urine dalam jumlah yang

lebih besar daripada normal (proteinuria). Sebagian besar protein ini berupa albumin, dan

kelainan ini biasanya disebut albuminuria.

2) Hilangnya kemampuan pemekatan dan pengenceran.

Pada penyakit ginjal, urine yang terbentuk mungkin kurang pekat dan volumenya sering

bertambah, yang menimbulkan gejala-gejala poliuria dan nokturia (bangun malam untuk

berkemih) kemampuan untuk membentuk urine encer sering kali tetap ada, tetapi pada

penyakit ginjal yang lanjut, oslmolalitas urine menetap kira-kira sama dengan plasma,

yang menunjukkan bahwa fungsi pengenceran dan pemekatan ginjal sudah tidak ada lagi.

Page 18: Pemerikasaan Bj Urine

Kehilangan ini sebagian disebabkan oleh kerusakan pada mekanisme countercurrent,

tetapi penyebab yang lebih penting ialah rusaknya nefron-nefron yang berfungsi.

3) Uremia

Bila hasil metabolisme protein menumpuk di dalam darah akan menimbulkan gejala yang

disebut uremia. Gejala uremia antara lain letargia, anoreksia, mual dan muntah,

deteriorasi mental dan kebingungan, kedutan otot, kejang-kejang, dan akhirnya koma.

4) Asidosis

Asidosis sering ditemukan pada penyakit ginjal menahun akibat penurunan kemampuan

ginjal untuk mengeksresikan asam-asam hasil pencernaan dan metabolisme.

5) Gangguan metabolisme Na+

Sering kali pada penderita penyakit ginjal ditemukan adanya retensi Na+ yang berlebihan

yang disertai edema.(5 : 696)

D. Berat Jenis Urine dan Tes Fungsi Ginjal

Berat jenis urine tergantung dari jumlah zat yang terlarut di dalam urine atau terbawa di

dalam urine. Berat jenis plasma (tanpa protein) adalah 1010. Bila ginjal mengencerkan urine

(misalnya sesudah minum air) maka berat jenisnya kurang dari 1010. Bila ginjal memekatkan

urine (sebagaimana fungsinya) maka berat jenis urine naik di atas 1010. Daya pemekatan ginjal

diukur menurut berat jenis tertinggi yang dapat dihasilkan, yang seharusnya dapat lebih dari

1025.

Tes fungsi ginjal. Terdapat banyak macam tes, tetapi beberapa yang sederhana ialah :

1) Tes untuk protein (albumin). Bila ada kerukan pada glomeruli atau tubula, maka protein dapat

membocor masuk urine.

2) Mengukur konsentrasi urea darah. Bila ginjal tidak cukup mengeluarkan ureum maka ureum darah

naik di atas kadar normal 20-24 mg per 100 ccm darah. Karena filtrasi glomerulus harus

menurun sampai sebanyak 50 persen sebelum kenaikan urea darah terjadi, maka tes ini bukan tes

yang sangat peka.

3) Tes konsentrasi. Dilarang makan atau minum selama 12 jam untuk melihat sampai berapa tinggi

berat jenis naik.(6 : 249)

E. Proses Pembentukan Urine

Page 19: Pemerikasaan Bj Urine

Terdapat tiga proses penting yang berhubungan dengan proses pembentukan urine, yaitu:

1. Filtrasi (Penyaringan)

Kapsula bowmen dari dalam malphigi menyaring darah dalam glomelurus yang

mengandung air, garam, gula, urea, dan zat bermolekul besar (protein dan sel darah)

sehingga dihasilkan filtrat glomelurus (Urine Primer). Di dalam filtrat ini terlarut zat

yang masih berguna bagi tubuh maupun zat yang tidak berguna bagi tubuh, misalnya

glukosa, asam amino, dan garam-garam.

2. Reabsorpsi (Penyerapan Kembali)

Dalam tubulus kontortus proksimal dalam urine primer yang masih berguna akan

direabsorpsi yang dihasilkan oleh filtrat tubulus (Urine Sekunder) dengan kadar urea

yang tinggi.

3. Eksresi (Pengeluaran)

Dalam tubulus kontortus distal, pembuluh darah menambahkan zat lain yang tidak

dipergunakan dan terjadi reabsorpsi aktif ion NA+ dan Cl- dan sekresi H+ dan K+.

Ditempat ini sudah terbentuk urine yang sesungguhnya yang tidak terdapat glukosa dan

protein lagi, selanjutnya akan disalurkan ke tubulus kolektifus ke pelvis renalis.

Dari kedua ginjal, urine dialirkan oleh pembuluh ureter ke kandung urine (Vesica

Urinaria) kemudian melalui uretra, urine dikeluarkan dari tubuh. Hewan yang

menghasilkan zat sisa dalam bentuk amonia, urea, dan asam urat, berturut-turut disebut

amonotelik, ureotelik, dan urikotelik.(7)

F. Mekanisme Pemekatan dan Pengenceran Urine.

Bila terdapat kelebihan air dalam tubuh, ginjal dapat mengeluarkan urin encer sebanyak 20

L/hari, dengan konsentrasi sebesar 50 mOsm/L. Ginjal melakukan tugas yang hebat ini dengan

mereabsorpsi zat terlarut terus menerus dan pada saat yang sama, tidak mereabsorpsi sejumlah

besar air di nefron bagian distal, yang meliputi tubulus distal akhir dan duktus koligentes.

Bila terdapat kekurangan air dalam tubuh, ginjal membentuk urin pekat dan pada saat yang

bersamaan juga meningkatkan reabsorpsi air dan menurunkan volume urin yang terbentuk.

Ginjal manusia dapat memroduksi urin pekat dengan konsentrasi maksimal sebesar 1200-1400

mOsm/L, yaitu 4-5 kali osmolaritas plasma.

Hormon yang memengaruhi fungsi sistem urinarius yaitu :

1. Norepinefrin & Epinefrin

Page 20: Pemerikasaan Bj Urine

Hormon ini dilepaskan dari medula adrenal. Hormon ini memberi sedikit pengaruh pada

hemodinamika ginjal, kecuali pada kondisi ekstrim, seperti pada pendarahan hebat.

Hormon ini memberikan efek berupa konstriksi arteriol aferen dan eferen sehingga

menurunkan GFR dan RBF.

2. Endotelin

Hormon ini dihasilkan oleh sel endotel vaskuler ginjal atau jaringan lain yang rusak. Jika

pembuluh darah rusak, maka endotelnya pun akan rusak dan melepaskan endotelin.

Hormon ini memiliki efek untuk vasokonstriktor kuat sehingga dapat mencegah

hilangnya darah. Efeknya terhadap ginjal adalag menurunkan GFR.

3. Angiotensin II & Aldosteron

Angiotensin II dapat merangsang sekresi hormon aldosteron oleh korteks adrenal.

Keduanya memainkan peranan penting dalam mengatur reabsorpsi natrium oleh tublus

ginjal. Bila asupan natrium rendah, peningkatan kadar kedunya akan merangsang

reabsorpsi natrium oleh ginjal sehingga dapat mencegah kehilangan natrium yang besar.

Sebaliknya, dengan asupan natrium yang tinggi, penurunan pembentukan kedua hormon

ini memungkinkan ginjal mengeluarkan natrium dalam jumlah besar.

4. Prostaglandin & Bradikinin

Kedua hormon ini cenderung mengurangi efek vasokonstriktor ginja akibat aktivitas saraf

simpatis, sehingga meningkatkan GFR.

5. Antidiuretik Hormon/ADH (Vasopresin)

ADH berperan dalam pengaturan konsentrasi urin, sehingga juga turut mengatur

osmolaritas plasma dan konsenrasi natrium. Jika osmolaritas plasma meningkat di atas

normal (zat terlarut dalam cairan tubuh terlaru pekat), kelenjar hipofisis posterior akan

terangsang untuk menyekresikan ADH. ADH akan meningkatkan permeabilitas tubulus

distal dan duktus koligentes terhada air sehingga meningkatkan reabsorpsi air dan

mengurangi volume urin. Sebaliknya, jika terdapat kelebihan air di dalam tubuh

(osmolaritas cairan ekstrasel menurun), sekresi ADH akan dikurangi. Hal ini akan

mengakibatkan menurunnya permeablitas tubulus distal & duktus koligentes terhadap air

sehingga urin menjadi encer.

Saraf yang memengaruhi fungsi sistem urinarius yaitu :

Page 21: Pemerikasaan Bj Urine

a. Saraf utama yang memengaruhi fungsi sistem urinarius adalah saraf pelvis yang berasal dari

pleksus sakralis dari segemen sakralis 2 & 3 medula spinalis. Saraf ini memiliki 2 bentuk

persarafan, yaitu:

1. Serabut saraf sensorik

Serabut saraf sensorik mendeteksi derajat peregangan dalam kandung kemih,

khususnya uretra posterior sehingga memicu refleks mikturisi.

2. Serabut saraf motorik

Serabut ini berperan sebagai serabut saraf parasimpatis yang berakhir di ganglion

dalam dinding kandung kemih. Saraf ini berperan untuk menginervasi otot detrusor.

b. Serabut saraf lainnya adalah serabut motorik skeletal (melalui saraf pudendus) yang

menginervasi dan mengatur otot rangka volunter sfingter eksterna uretra.

c. Persarafan simpatik berjalan melalui saraf hipogastrik yang berasal dari segmen lumbal 2

dari medula spinalis. Persarafan ini merangsang pembuluh darah dan meberi sedikit efek

terhadap proses kontraksi kandung kemih.

d. Serabut saraf untuk sensasi rasa penuh dan nyeri.(8)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Nama Percobaan

“Pemeriksaan Berat Jenis Urine”

B. Alat dan Bahan

a) Gelas penampung

b) Timbangan

c) Strip untuk urinalis (combistik)

d) Urinometer

e) Urine

f) Tabung reaksi

g) Aquadest

h) Spuit

Page 22: Pemerikasaan Bj Urine

i) Handscoon

j) Pinset

C. Prosedur Kerja

1. Kita menggunakan orang 2 orang coba percobaan.

2. Kedua orang coba urinenya di tampung pada tempat yang berbeda.

3. Pada orang pertama minum air sebanyak 500 ml tunggu selama 30 menit kemudian miksi

kembali. Sedangkan orang kedua diminta beraktivitas fisik selama 30 menit tanpa minum

air.

4. Ambil 4 cc urine dengan spuit masing-masing urine kemudian simpan dalam tabung reaksi.

5. Masukkan urinometer ke dalam tabung sample urine kemudian ukur berat jenis urinenya.

6. Pada percobaan yang menggunakan combistik masukkan kertas combistik kedalam tabung

yang berisi urine. Tunggu selama 30 detik kemudian lihat perubahannya.

D. Hasil Percobaan

Orang coba pertama : Tn. HR

Umur : 18 Tahun

Berat badan : 55 Kg

Jenis kelamin : Laki-laki

Waktu (menit) 0 30

Volume 4 ml 4 ml

Warna Jernih Bening

Berat jenis 1,046 1,026

Osmolalitas Normal Menurun

Orang coba kedua : Tn. FI

Umur : 19 Tahun

Berat badan : 60 Kg

Jenis kelamin : Laki-laki

Waktu (menit) 0 30

Volume 4 ml 4 ml

Warna Jernih Pekat

Page 23: Pemerikasaan Bj Urine

Berat jenis 1,026 1,036

Osmolalitas Normal Meningkat

Hasil percobaan pada kedua orang coba :

PemeriksaanTn. HR Tn. FI

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

Glukosa (-) 0 0 0 0

Protein (-) ±0,15 ±0,15 ±0,15 ±0,15

pH (5) 6 6 5 5

E. Analisis Hasil Percobaan

1) Dari pemeriksaan yang dilakukan didapatkan hasil yaitu : osmolalitas Tn. HR menurun.

Sebelum Tn. HR meminum air mineral sebanyak 500 cc, berat jenis urinenya 1,046

menjadi 1,026 setelah minum air. Hal ini disebabkan karena banyaknya volume air yang

diminum sehingga dapat mempengaruhi osmolalitas, warna pada urinenya berubah

menjadi bening. Hal ini juga di pengaruhi dari volume air yang diminum. Hati tidak

menghasilkan renin, sehingga tidak terjadi pembentukan renin dengan angiotensin.

Sehingga, lubang intra seluler dan Na+ dengan air dalam tubuh bisa keluar, sehingga urine

yang dihasilkan adalah urine encer.

2) Dari percobaan yang dilakukan pada Tn. FI diperoleh hasil yaitu : osmolalitas pada Tn. FI

meningkat. Sebelum Tn. FI melakukan aktivitas berat jenis urinenya 1,026 tetapi setelah

melakukan aktivitas berat jenis urinenya berubah menjadi 1,036. Hal ini disebabkan

karena dipengaruhi oleh aktivitas yang dilakukan selama 30 menit tanpa meminum air

yang menyebabkan pengeluaran keringat yang mempengaruhi osmolalitas, ini juga

disebabkan oleh osmoreseptor yang berada di otak yaitu hipotalamus yang memiliki

kelenjar hipofisis posterior yang menghasilkan ADH. ADH yang meningkat menyebabkan

reabsorpsi air yang meningkat menyebabkan reabsorpsi air meningkat yang menyebabkan

warna pada urine yang dihasilkan menjadi berwarna pekat.

3) Pada tes yang dilakukan saat penggunaan combistik yang dilakukan pada kedua orang coba

Tn.HR dan Tn. FI didapatkan glukosa tidak ditemukan dan ph masih pada ambang batas

normal yaitu antara 4,8-7,5 hal ini berarti orang coba dalam keadaan normal. Tapi pada

pemeriksaan protein didapat ±0,15 hal ini disebabkan mungkin karena orang coba kurang

Page 24: Pemerikasaan Bj Urine

istirahat, penyaringan protein pada glomerulus kurang sempurna, sehingga protein

ditemukan pada urine.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Mengukur berat jenis urine dapat dilakukan dengan menggunakan urinometer, dengan

cara membandingkan berat jenis urine dan H2O pada volume sama, dan dengan

menggunakan reagen strip.

2. Ginjal berperan dalam pemekatan dan pengenceran uirne, hal ini disebabkan oleh adanya

hormon ADH yang mempengaruhi kental/pekat atau tidaknya urine. ADH meningkatkan

permeabilitas tubulus dan duktus kolektivius sehingga menyebabkan meningkatnya

reabsorsi air dan urine menjadi pekat. Sebaliknya kurangnya ADH membuat sedikitnya

air yang terserap kembali sehingga ekskresi urine yang dihasilkan encer.

B. Saran

Sebaiknya pada saat percobaan orang coba dalam keadaan normal dan tanpa pengaruh dari

beberapa faktor seperti kurang tidur, obat dan lain-lain agar hasil yang didapatkan akurat.

Sebaiknya alat yang digunakan dalam praktikum ditambah guna memperlancar proses

praktikum.

Sebaiknya ruangan diperluas agar semua kelompok dapat masuk secara bersamaan untuk

mengifisienkan waktu. Ruangan juga sebaiknya dipasang penyejuk ruangan agar mahasiswa

tidak mengalami kegerahan dalam melakukan praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sanya.2010.Cek Fungsi Ginjal.in www.sanya.student.umm.ac.id.Las UpdateMinggu, 11 Juli 2010.

2. Johnson, Leonard R.2003.Edisi 3.Essential Medical Physiology.Amerika:Elsevier.

Page 25: Pemerikasaan Bj Urine

3. Despopoulos, Agamemnon.2003.Edisi 5.Color Atlas of Physiology.Jerman: Georg Thieme Verlag.

4. Guyton, Arthur.2006.Edisi 11.Text Book of Medical Physiology.Cina:Elsevier Saunders.

5. Ganong, William F.2008.Edisi 20.Fisiologi Kedokteran.Jakarta:EGC.

6. Pearce, Everlyn C.2008.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.Jakarta:Gramedia

7. Tabin Amin.2010.Laporan Praktikum Tentang Uji Amonia dan Glukosa dalam Urine.in www.lihatkita.co.cc.Last Update Minggu, 11 Juli 2010.

8. Ismidina.2010.Laporan Tutorial Minggu 2 Blok 1.5.in www. islamadinafifa.wordpress.com.Last Update Minggu 11 Juli 2010.

Diposkan oleh Haerul Rachmat di 5/09/2011 08:44:00 PM Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook