pemba has an

29
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Multiple sklerosis adalah suatu penyakit oto imun yang ditandai oleh pembentukan antibody terhadap myelin susunan saraf pusat. System saraf perifer tidak terkena. Respon peradangan berperan menimbulkan penyakit dengan menyebabkan pembengkakan dan edema yang merusak neuron neuron dan menyebabkan pembentukan flak jaringan parut pada mielin. Sklerosis multipel merupakan penyakit berat yang secara medis obatnya sampai detik ini belum ditemukan dan sampai sekarang belum ada orang yang sembuh 100 %. Sklerosis multipel memang merupakan penyakit yang terasa atau kelihatan cukup aneh, bukan saja bagi orang lain tetapi juga bagi penderitanya sendiri. Gejala gejala yang timbul terjadi secara tiba tiba dan biasa hilang lagi secara sekejap. Atau menetap selama berhari hari atau berminggu minggu atau bahkan berbulan bulan. 1.2 Tujuan Penulisan Setelah pembahasan asuhan keperawatan klien dengan sclerosis multipel mahasiswa/i diharapkan mampu : 1) Menjelaskan Pengertian Sklerosis Multipel 2) Menjelaskan Etiologi Sklerosis Multipel 3) Menjelaskan Klasifikasi Sklerosis Multipel 4) Menjelaskan Patofisiologi Sklerosis Multipel 5) Menjelaskan Manifestasai Klinis Sklerosis Multipel 6) Menjelaskan Komplikasi Sklerosis Multipel 7) Menjelaskan Pemeriksaan diagnostik Sklerosis Multipel 8) Menjelaskan Penatalaksanaan Sklerosis Multipel 1

Upload: vivi-dwi-andriani

Post on 02-Feb-2016

251 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pembahasan.doc

TRANSCRIPT

Page 1: Pemba Has An

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Multiple sklerosis adalah suatu penyakit oto imun yang ditandai oleh pembentukan

antibody terhadap myelin susunan saraf pusat. System saraf  perifer tidak terkena. Respon

peradangan berperan menimbulkan penyakit dengan menyebabkan pembengkakan dan edema

yang merusak neuron neuron dan menyebabkan pembentukan flak jaringan parut pada mielin.

Sklerosis multipel merupakan penyakit berat yang secara medis obatnya sampai detik ini

belum ditemukan dan sampai sekarang belum ada orang yang sembuh 100 %. Sklerosis

multipel memang merupakan penyakit yang terasa atau kelihatan cukup aneh, bukan saja bagi

orang lain tetapi juga bagi penderitanya sendiri. Gejala gejala yang timbul terjadi secara tiba

tiba dan biasa hilang lagi secara sekejap. Atau menetap selama berhari hari atau berminggu

minggu atau bahkan berbulan bulan.

1.2 Tujuan Penulisan

            Setelah pembahasan asuhan keperawatan klien dengan sclerosis multipel mahasiswa/i

diharapkan mampu :

1)      Menjelaskan Pengertian Sklerosis Multipel

2)      Menjelaskan Etiologi Sklerosis Multipel

3)      Menjelaskan Klasifikasi Sklerosis Multipel

4)      Menjelaskan Patofisiologi Sklerosis Multipel

5)      Menjelaskan Manifestasai Klinis Sklerosis Multipel

6)      Menjelaskan Komplikasi Sklerosis Multipel

7)      Menjelaskan Pemeriksaan diagnostik Sklerosis Multipel

8)      Menjelaskan Penatalaksanaan Sklerosis Multipel

9)      Menjelaskan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Sklerosis Multipel

1.3 Rumusan masalah

1. Bagaimana Pengertian Sklerosis Multipel?

2. Bagaimana Etiologi Sklerosis Multipel?

3. Bagaimana Manifestasi Sklerosis Multipel?

4. Bagaimana Sklerosis Multipel?

1

Page 2: Pemba Has An

5. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang?

6. Bagaimana Penatalaksanaan?

7. Bagaimana Askep Sklerosis Multipel?

2

Page 3: Pemba Has An

BAB II

KONSEP MATERI

2.1 DEFINISI

Multiple sclerosis (MS) merupakan keadaan kronis, penyakit degeneratif

dikarakteristikkan oleh adanya bercak kecil demielinasi pada otak dan medulla spinalis.

Demielinasi menunjukkan kerusakan myelin yakni adanya material lunak dan protein disekitar

serabut-serabut saraf otak. Myelin adalah. Substansi putih yang menutupi serabut saraf yang

berperan dalam konduksi saraf normal (konduksi salutatory). MS merupakan salah satu

gangguan neurologik yang menyerang usia muda sekitar 18-40 tahun. Insidens terbanyak

terjadi pada wanita.

2.2 ETIOLOGI

Penyebab MS belum diketahui secara pasti namun ada dugaan berkaitan dengan virus

dan mekanisme autoimun (Clark, 1991). Ada juga yang mengaitkan dengan factor genetic.

Ada beberapa factor pencetus, antara lain :

- Kehamilan

- Infeksi yang disertai demam

- Stress emosional

- Cedera

2.3 KLASIFIKASI

Menurut Basic Neurologi (Mc. Graw Hill,2000),ada beberapa kategori sklerosis

multipel berdasarkan progresivitasnya adalah :

Relapsing Remitting sklerosis multipel

Ini adalah jenis MS yang klasik yang sering kali timbul pada akhir usia belasan atau

dua puluhan tahun diawali dengan suatu serangan hebat yang kemudian diikuti dengan

kesembuhan semu.Yang dimaksud dengan kesembuhan semu adalah setelah serangan hebat

penderita terlihat pulih.Namun sebenarnya,tingkat kepulihan itu tidak lagi sama dengan

tingkat kepulihan sebelum terkena serangan.sebenarnya kondisinya adalah sedikit demi sedikit

semakin memburuk.jika sebelum terkena serangan hebat pertama penderita memiliki

kemampuan motorik dan sensorik, Hampir 70% penderita sklerosis multipel  pada awalnya

mengalami kondisi ini, setelah beberapa kali mengalami serangan hebat, jenis sklerosis

multipel  ini akan berubah menjadi Secondary Progressiv sklerosis multipel

3

Page 4: Pemba Has An

Primary Progresssiv MS

Pada jenis ini kondisi penderita terus memburuk ada saat – saat  penderita tidak 

mengalami penurunan kondisi, namun jenis sklerosis multipel  ini tidak mengenal istilah

kesembuhan semu. Tingkat progresivitanya beragam pada tingakatan yang paling parah,

penderita sklerosis multipel jenis ini biasa berakhir dengan kematian.

  Secondary Progressiv sklerosis multipel

Ini adalah kondisi lanjut dari Relapsing Remitting sklerosis multipel. Pada jenis ini

kondisi penderita menjadi serupa pada kondisi penderita Primary Progresssiv sklerosis

multipel.

Benign sklerosis multipel

Sekitar 20% penderita sklerosis multipel jinak ini. Pada jenis sklerosis multipel ini

penderita mampu menjalani kehidupan seperti orang sehat tanpa begantung pada siapapun.

Serangan – serangan yang diderita pun umumnya tidak pernah berat sehingga para penderita

sering tidak menyadari bahwa dirinya menderita sklerosis multipel.

2.4 PATOFISIOLOGI

Pada sclerosis multipel, demielinasi menyebar tidak teratur  keseluruh sistem saraf 

pusat. Mielin hilang dari selinder aksis dan akson itu sendiri berdeganarasi. Adanya  plak atau 

potongan kecil pada daerah yang terkena menyebabkan sklerosis, terhentinya alur implus saraf

dan menghasilkan berfariasinya manifestasi, yang bergabung pada saraf-saraf yang terkena.

Daerah yang paling banyak terserang adalah saraf optik, khiasama, traktus, serebrum, batang

otak, serebelum, dan medulla spinalis

4

Page 5: Pemba Has An

2.5 POHON MASALAH

5

Faktor Predis posisi

Edema dan degenarasi mielin

Demielinisasi yang mengerut menjadi multiple plak

Lesi multiple sclerosism terjadi pada substansialba SSP

demielinisasi

Terhentinya alur impuls saraf

Saraf optic dankhiasma

Gangguan penglihatan

Resiko tinggi trauma

Kerusakan komunikasi verbal

Serebelum dan batang otak

nisfagismus

Ataksiaserebelar

disatria

serebrum

Disfungsi serebri

Hilangnya daya ingat dan dimensia.Gangguan efek

Pengabaian diri

Deficit perawatan diri (makan, ,inum, berpakaian, higene)

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh

Euphoria.Kehilangan kemampuan menyelesaikan

masalah perubahan mengawasi keadaan komplek dan berpikir

abstrak, emosilabil, pelupa, apatis, loss deep memory)

Koping individu tidak efektif

Medulla spinalis

Lesikortikospinalis

Gangguan sensorik

kelemahan spastika nggota

gerak

Gangguan eliminasi urine

Hambatan mobilitas fisik

Resiko tinggi kerusakan integritas jaringan

•Penurunan koping keluarga

•Gangguan proses keluarga

Page 6: Pemba Has An

2.6 MANIFESTASI KLINIS

Tergantung pada area system saraf pusat mana yang terjadi demielinasi :

a. Gejala sensorik : paralise ekstremitas dan wajah, parestesia, hilang sensasi sendi dan

proprioseptif, hilang rasa posisi, bentuk, tekstur dan rasa getar.

b. Gejala motorik : kelemahan ekstremitas bawah, hilang koordinasi, tremor intensional

ekstremitas atas, ataxia ekstremitas bawah, gaya jalan goyah dan spatis, kelemahan otot

bicara dan facial palsy.

c. Deficit cerebral : emosi labil, fungsi intelektual memburuk, mudah tersinggung, kurang

perhatian, depresi, sulit membuat keputusan, bingung dan disorientasi.

d. Gejala pada medulla oblongata : kemampuan bicara melemah, pusing, tinnitus, diplopia,

disphagia, hilang pendengaran dan gagal nafas.

e. Deficit cerebellar : hilang keseimbangan, koordinasi, getar, dismetria.

f. Traktus kortikospinalis : gangguan sfingter timbul keraguan, frekuensi dan urgensi

sehingga kapasitas spastic vesica urinaria berkurang, retensi akut dan inkontinensia.

g. Control penghubung korteks dengan basal ganglia : euphoria, daya ingat hilang, demensia.

h. Traktus pyramidal dari medulla spinalis : kelemahan spastic dan kehilangan refleks

abdomen.

Komplikasi

a. Infeksi saluran kemih

b. Konstipasi

c. Dekubitus

d. Edema pada kaki

e. Pneumonia

2.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. Lumbal punction : pemeriksaan elektroforesis terhadap LCS, didapatkan

ikatan oligoklonal yakni terdapat beberapa pita immunoglobulin gamma G (IgG).

b. CT Scan : gambaran atrofi serebral

c. MRI : menunjukkan adanya plak-plak kecil dan bisa digunakan mengevaluasi

perjalanan penyakit dan efek dari pengobatan.

d. Urodinamik : jika terjadi gangguan urinarius.

e. Neuropsikologik : jika mengalami kerusakan kognitif.

6

Page 7: Pemba Has An

2.8 PENATALAKSANAAN

Bersifat simtomatik : sesuai dengan gejala yang muncul

Farmakoterapi :

1) Kortikosteroid, ACTH, prednisone sebagai anti inflamasi dan dapat meningkatkan

a. konduksi saraf.

b. Imunosupresan : siklofosfamid (Cytoxan), imuran, interferon, Azatioprin, betaseron.

c. Baklofen sebagai antispasmodic

d. Blok saraf dan pembedahan dilakukan jika terjadi spastisitas berat dan kontraktur untuk

mencegah kerusakan lenih lanjut.

e. Terapi fisik untuk mempertahankan tonus dan kekuatan otot

f. Keperawatan

Meningkatkan mobilitas fisik ( relaksasi dan koordinasi latihan otot )

Pasien dianjurkan untuk melakukan aktifitas melelahkan dalam   waktu singkat

7

Page 8: Pemba Has An

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN

Identitas klien

Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku

bangsa, tanggal dan jam MRS, no. register, dan diagnosis medis.

Keluhan utama

Sering menjadi alasan klien dan keluarga untuk meminta bantuan medis adalah

kelemahan anggota gerak, penurunan daya ingat, gangguan sensorik, dan penglihatan.

Riwayat penyakit sekarang

Pada anamesis sering klien mengeluhkan parestesia ( baal, perasaan geli, perasaan mati

atau tertusuk-tusuk jarum dan peniti ), kekaburan penglihatan lapang pandang yang makin

menyempit dan  klien sering  mengeluh tungkainya seakan-akan meloncat secara sepontan

terutama apabila ia sedang berada di tempat tidur. Mersa lelah dan berat pada satu tungkai,

dan pada waktu berjalan terlihat jelas kaki yang sebelah terseret maju, dan pengontrolannya

kurang sekali dan sering juga mengeluh retensi akut dan inkontinensial.

Riwayat penyakit dahulu

Pengkajian yang perlu dikaji meliputi : adanya riwayat infeksi virus pada masa kanak-

kanak yang menyebabkan multipel sklerosis pada waktu mulai menginjak usia pada masa

dewasa muda. Virus campak (rubella) diduga menjadi penyebab penyakit ini.

Riwayat penyakit keluarga

Penyakit ini sedikit lebih banyak ditemukan diantara keluarga yang pernah menderita

penyakit tersebut, yaitu kira-kira 5-8 kali lebih sering pada keluarga dekat.

Pengkajian psikososiospritual

Pangakjianmekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai respon emosi klien

terhdap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat

serta respon atau pengarunya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kelurga maupun dalam

masyarakat.

8

Page 9: Pemba Has An

3.2 PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan  umum

Klien dengan multipel sclerosis umumnya tidak mengalami penurunan kesadaran.

Adanya perubahan pada TTV, meliputi : bradikardia, hipotensi, dan penurunan frekuensi

pernafasan berhubungan dengan bercak lesi di medulla spinalis.

1. B1 ( Breathing )

Pada umunya, klien dengan multipel sklerosis tidak mengalami gangguan pada system

pernapasan. Pemeriksaan fisik yang didapat mencakup hal-hal sebagai berikut.

Inspeksi umum

Didapatkan klien batuk atau penurunan kemampuan untuk batuk efektif, peningkatan produksi

sputum, sesak napas dan pengguanan otot bantu napas.

Palpasi

Taktil premitus seimbang kanan dan kiri

Perkusi

Adanya suara resonan pada seluruh lapang paru.

Auskultasi

Bunyi napas tambahan seperti napas berbunyi stridor, rhonki pada klien dengan peningkatan

produksi secret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering didapatkan pada klien

dengan inaktivitas.

2. B2 ( Blood )

Pada umumnya, klien dengan multipel sklerosis tidak mengalami gangguan pada

system kardiovaskular. Akibat dari tirah baring lama dan inaktivitas biasanya klien mengalami

hipotensi postural.

3. B3 ( Brain )

Pengkajian B3 atau Brain merupakan pemeriksaan vokus dan lebih lengkap

dibandingkan pengkajian pada system lain. Inspeksi umum didapatkan berbagai manifestasi

akibat dari perubahan tingka laku.

Pengkajian tingkat kesadaran

Tingkat kesadaran klien biasanya komposmentis

Pengkajian fungsi saraf serebral

Status mental : biasanya sttus mental klien mengalami perubahan yang berhubungan

dengan penurunan status kognitif  penurunan persepsi dan penurunan memori, baik jangka

pendek maupun jangka panjang.

9

Page 10: Pemba Has An

Pengkajian saraf kranial

Pengkajian ini meliputi : pengkajian saraf kranial I- XII

a. Saraf  I : biasanya pada klien multipel sklerosis tidak memiliki kelainan fungsi penciuman.

b. Saraf  II : tes ketajaman penglihatan mengalami perubahan penurunan ketajaman

penglihatan.

c. Saraf  III, IV, dan VI : pada beberapa kasus penyakit multipel sklerosis biasanya tidak

ditemukan adanya kelainan pada saraf ini.

d. Saraf  V : wajah simetris dan tidak ada keleinan.

e. Saraf  VII : presepsi pengecapan dalam batas normal.

f. Saraf  VIII : tidak ditemukan adanya tuli kondusif dan tuli presepsi.

g. Saraf  IX dan X : didapatkan kesulitan dalam menelan makanan yang berhubungan dengan

perubahan status kognitif.

h. Saraf  XI : tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.

i. Saraf  XII : lidah simetris, tidak ada defiasi pda satu sisi dan tidak ada vasikulasi, indra

pengecapan normal

Pengkajian system motorik

Kelemahan spastik anggota gerak, dengan manifestasi berbagai gejala, meliputi

kelemahan anggota gerak pada satu sisi tubuh atau terbagi secara asimetris pada keempat

anggota gerak.

Merasa lelah dan berat pada satu tungkai, dan pada waktu berjalan terlihat jelas yang

sebekah terseret maju,serta pengontrolan yang buruk.

Klien dapat mengeluh tungkainya seakan-akan meloncat secara trauma spontan

terutama jika pasien sedang berada di tempat tidur

Keadaan  spastis yang lebih berat disertai  spasme otot yang nyeri.

Pengkajian refleks

Berikut dijelaskan beberapa pengkajian refleks :

Refleks tendon hiperaktif dan refleks-refleks abdominalis tidak ada

Respon plantar berupa ekstensor ( tanda Babinski). Tanda ini merupakan indikasi

terseranganya lintasan kortikospinsl.

Pengkajian system sensorik

Gangguan sensorik. Parestesia ( baal, perasaan geli, perasaan mati rasa atau tertususk-

tusuk jarum dan peniti ). Gangguan proprioseptif sering menimbulkan ataksia sensori dan

inkoordinasi lengan. Sensasi getar serigkali menghilang.

1. B4 ( Bladder )

10

Page 11: Pemba Has An

Disfungsi kandung kemih. Lesi pada traktus kortikospinalis menimbulkan gangguan

pengaturan sfingter  sehingga timbul keraguan, frekuensi dan urgensi yang menunjukkan

berkurangnya kapasitas kandung kemih yang spastis. Selain itu juga sering menimbulkan

retensi akut dan inkontinensial.

2. B5 ( Bowel )

Pemenuhan nutrisi berkurang berhubungan dengan asupan nutrisi yang kurang karena

kelemahan fisik umum dan perubahan status kognitif. Penurunan akitfitas umum klien sering

mengalami konstipasi.

3. B6 ( Bone )

Pada beberapa keadaan klien multipel sclerosis bisanya didapatkan adanya kesulitan

untuk beraktifitas karena kelemahan spastik anggota gerak. Kelemahan anggota gerak pada

satu sisi tubuh atau terbagi secara asimetri pada keempat anggota gerak. Resiko dari multipel

sklrosis terhadap system ini berupa komplikasi sekunder, seperti resiko kerusakaan integritas

jaringan.

3.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.

2. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan sensori motori.

3. defisit perawatan diri ( Makan,minum,berpakaian dan hygiene) berhubungan dengan

neuro muskuler.

4. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak

mampuan untuk mengabsorbsi nutrisi.

11

Page 12: Pemba Has An

3.5 INTERVENSI

NODIAGNOSA NOC NIC

1. Hambatan mobilitas fisik

berhubungan dengan

penurunan kekuatan otot.

Batasan karakteristik :

- penurunan waktu reaksi.

- kesulitan membolak – balik posisi

- melakukan aktivitas lain sebagai pengganti pergerakan

- disnea setelah beraktivitas

- perubahan cara berjalan

- gerakan bergetar

- keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik halus

- keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik kasar

- keterbatasan rentang pergerakan sendi

- tremor akibat pergerakan

- pergerakan terlambat

- pergerakan tidak terkordinasi

Faktor yang berhubungan :

-intoleransi aktivitas

- perubahan metabolisme selular

Mobility Level

kriteria hasil:

Klien meningkat

dalam

aktivitas fisik

Mengerti tujuan dari

peningkatan mobilitas

Memverbalisasikan

perasaan dalam

meningkatkan

kekuatan dan

kemampuan berpindah

Memperagakan

penggunaan alat Bantu

untuk mobilisasi

(walker)

Exercise

therapy :

ambulation

Monitoring

vital sign

sebelm/

sesudah latihan

dan lihat

respon pasien

saat latihan

Konsultasikan

dengan terapi

fisik

tentang

rencana

ambulasi

sesuai

dengan

kebutuhan

Bantu klien

untuk

menggunakan

tongkat saat

berjalan dan

cegah

terhadap

cedera

Ajarkan

pasien atau

tenaga

kesehatan lain

tentang teknik

ambulasi

12

Page 13: Pemba Has An

- ansietas

- indeks masa tubuh di atas perentil ke-75 sesui usia

- ganguan koknitif

- fisik tidak bugar

- penurunan ketahanan tubuh

-penurunan kendali otot

- gagngguan muskuloskeletar

-gangguan neuromskular

- kurang pengetahuan tentang aktifitas fisik

- keadaan mood depresif

- keterlambatan perkembangan

- ketidak nyamanan

- kurng dukungan lingkungan

- keterbatasan ketahanan kardiovaskuler

- kerusakan integritas struktur tulang

- program pembatasan gerak

- keenganan memulai pergerakan

- gaya hidup mononton

- gangguan sensori perseptual

Kaji

kemampuan

pasien dalam

mobilisasi

Latih pasien

dalam

pemenuhan

kebutuhan

ADLs secara

mandiri sesuai

kemampuan

Dampingi

dan Bantu

pasien saat

mobilisasi dan

bantu penuhi

kebutuhan

ADLs ps.

Berikan alat

Bantu jika klien

memerlukan.

Ajarkan

pasien

bagaimana

merubah

posisi dan

berikan

bantuan jika

diperlukan

13

Page 14: Pemba Has An

2. Gangguan eliminasi urine

berhubungan dengan

sensori motori.

Batasan karakteristik :

-disuria

- sering berkemih

- anyang-anyangan

- inkontinesia

- nokturia

- retensi

Dorongan

Faktor yang

berhubungan :

-obstruksi anatomic

- penyebab multiple

- gangguan sensori motorik

- infeksi saluran kemih

SO : Urinary Elimination

Indikator :

indikator skala

pola eliminasi 3

bau urine 3

jumlah urine 4

warna urine 4

kejelasan urine 3

asupan cairan 3

Kandung kemih

dikosongkan

sepenuhnya

4

Nyeri dengan

buang air kecil

3

frekuensi kencing 3

Urinary

Elimination

Management:

1. Memantau

eliminasi urine,

termasuk frekuensi,

konsistensi, bau,

volume, dan warna

yang sesuai.

2. Memonitor

tanda-tanda gejala

retensi urine.

3. Mengajarkan

pasien tanda-tanda

dan gejala infeksi

saluran kemih.

4. Menyisipkan

suppositorial uretra

yang sesuai.

5. Rujuk ke dokter

jika tanda dan

gejala infeksi

saluran kemih

terjadi.

6. Membantu

pasien dengan

perkembngan toilet

14

Page 15: Pemba Has An

rutin.

7.

Menginstruksikan

pasien untuk

mengosongkan

kandung kemih

sebelum prosedur

yang relevan.

8. Anjurkan pasien

untuk memantau

dan gejala infeksi

saluran kemih.

9. Mengajarkan

pasien untuk

mendapatkan

spesimen urine

pada tanda-tanda

pertama dan

kembaliny tanda-

tanda infeksi dan

gejala.

10.

Mengidentifikasi

faktor-faktor yang

berkontribusi

terhadap episode

inkontinensia.

11. Ajarkan pasien

untuk minum 8 oz

pf cair dengan

makanan, di antara

waktu makan, dan

di sore hari.

12. Anjurkan

pasien untuk

mengosongkan

15

Page 16: Pemba Has An

kandung kemih

sebelum prosedur

yang relevan.

13. Catatan waktu

berkemih prosedur

berikut terlebih

dahulu, sesuai

14. Batasi cairan,

sesuai kebutuhan

3.defisit perawatan diri

( Makan,minum,berpakai

an dan hygiene)

berhubungan dengan

neuro muskuler.

Self care

kriteria

hasil:

Klien terbebas dari

bau

badan

Menyatakan

kenyamanan terhadap

kemampuan untuk

melakukan ADLs

Dapat melakukan

ADLS

dengan bantuan

Self Care

assistane :

ADLs

Monitor

kemempuan

klien untuk

perawatan diri

yang mandiri.

Monitor

kebutuhan

klien untuk

alatalat

bantu untuk

kebersihan diri,

berpakaian,

berhias,

toileting dan

makan.

Sediakan

bantuan

sampai klien

mampu secara

utuh untuk

melakukan

self-care.

Dorong klien

untuk

melakukan

16

Page 17: Pemba Has An

aktivitas

sehari-hari

yang normal

sesuai

kemampuan

yang dimiliki.

Dorong

untuk

melakukan

secara

mandiri, tapi

beri bantuan

ketika klien

tidak mampu

melakukannya.

Ajarkan

klien/ keluarga

untuk

mendorong

kemandirian,

untuk

memberikan

bantuan hanya

jika pasien

tidak mampu

untuk

melakukannya.

Berikan

aktivitas rutin

sehari- hari

sesuai

kemampuan.

Pertimbangkan

usia klien jika

mendorong

pelaksanaan

17

Page 18: Pemba Has An

aktivitas

sehari-hari.

4. Ketidak seimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

berhubungan dengan

ketidak mampuan untuk

mengabsorbsi nutrisi.

Batasan karakteristik :

-kram abdomen

- nyeri abdomen

- menghindari makanan

- berat badan 20% atau lebih di bawah berat badan ideal

- kerapuhan kapiler

- diare

-Kurang makanan

- kurang minat pada makanan

- penurunan bareat badan dengan asupan makanan adekuat

Faktor- faktor yang berhubungan :

-faktor biologis

- ketidak mampuan untuk mengabsorbsi nutrisi

- ketidak mampuan untuk mencerna makanan

- ketidak mampuan menelan makanan

Status nutrisi

Indicator:

Indicator skala

1. Stamina

2. Tenaga

3. Kekuatan

menggenggam

4. Penyembuhan

jaringan

5. Daya tahan tubuh

Keterangan penilaian NOC:

1. Tidak Pernah Menunjukkan

2. Jarang menunjukkan

3. Kadang menunjukkan

4. Sering menunjukkan

Selalu menunjukkan

Nutrition

monitoring:

1. BB klien dalam

batas normal

2. Memonitori adanya

penurunan berat

badan

3. Memonitorii tipe

dan jumlah

aktifitas yang biasa

dilakukan

4. Jadwalkan

pengobatan dan

tindakan tidak

selama jam makan

5. Memonitori kulit

kering dan

perubahan

pigmentasi

6. Memonitori

turgor kulit

7. Memonitori

mual dan

muntah

8. Memonitori

kadar albumin,

total protein,

Hb, dan kadar

Ht

9. Memonitori

pusat

kemerahan dan

kekeringan

jaringan

18

Page 19: Pemba Has An

- faktor psikologis

konjungtiva

10. Memonitori

kalori dan

intake nutrisi

11. Catat adanya

edema,

Hiperemik,

Hipertonik

papila lidah

dan cavitas

oral

Catat jika lidah

berwarna magenta,

scarlet.

3.5 IMPLEMENTASI

Melakukan pendekatan kepada pasien dan keluarga pasien untuk mempermudah proses

keperawatan

Memberikan penjelasan dan motifasi pada pasien tentang penyakitnya

Melakukan pengkajian pada pasien untuk mengetahui tindakan selanjutnya

Mengobservasi TTV

Mengkaji pasien

3.6 EVALUASI

S : pasien mengatakan keluhan-keluhan yang dirasakan saat pengkajian

O : Pemeriksaan TTV

A : masalah teratasi, belum teratasi, atau teratasi sebagian

P : planing selanjutnya

19

Page 20: Pemba Has An

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Sklerosis multipel  merupakan  penyakit pada sistem Persyarafan  yang ditandai

dengan lemah, mati rasa, hilnganya fungsi pendengaran dan penglihatan  yang biasanya terjdi

pada umur 18-40 tahun dan kapan saja. Sklerosis multipel timbul karena pola makan yang

tidak teratur, pola diet, penggunaan obat, konsumsi alcohol, merokok dan kurang beraktifitas.

Klien perluh diberikan pendidikan kesehatan tentang pencegahan,dan pengobatan agar dapat

menjaga kesehatannya.

4.2 Saran

Sebagai perawat disarankan untuk memberi dukungan kepada pasien, dan

menganjurkan pasien maupun keluarga untuk tidak putus asa terhadap kemungkinan buruk

yang akan terjadi, serta menganjurkan pasien untuk mengikuti terapi yang dianjurkan.

Selain itu juga perawat harus memperhatikan personal hygiene untuk mengurangi

dampak yang terjadi pada saat memberikan pelayanan kesehatan pada penderita multiple

skleriosis.

Pada makalah ini penulis menyarankan mahasiswa kesehatan senantiasa menggunakan metode proses keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan Sklerosis multipel  serta  memberikan pendidikan kesehatan.

20

Page 21: Pemba Has An

DAFTAR PUSTAKA

Kushariadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Salemba Medika. Jakarta

Batiticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem

Persarafan. Salemba Medika. Jakarta

http://asuhankeperawatangastroenteritis.blogspot.com/2012/12/askep-multiple-sclerosis.html

(diakses pada tanggal 16 februari 2013)

http://be11nursingae.blogspot.com/2009/06/askep-mutiple-sklerosis.html

(diakses pada tanggal 16 februari 2013)

Muttaqin Arif. 2008. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem.

Salemba Medika. Jakarta

T.Heather Heardman PhD, RN. Diagnosis Keperawatan: Definisi Dan Klasifikasi 2012-2014 /

editor, T.Heather Heardman ; alih bahasa, Made Sumarwati, dan Budhi Subekti ; editor edisi

bahasa Indonesia. Barrarah Barridm Monica Ester, dan Wuri Praptiani. – Jakarta ECG,

MOSBY ELSEVIER. 2008. Nursing Outcomes classification(NOC),Fourth Edition. Affiliate

of Elsevier Inc.

MOSBY ELSEVIER. 2008, 2004, 2000, 1996, 1992. Nursing Interventions

classification(NIC),Fifth Edition. Affiliate of Elsevier Inc

21