pedoman ejaan yang disempurnakan

30
PEDOMAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN Secara lengkap ketentuan penulisan dengan ejaan yang disempurnakan dapat dipelajari dalam buku ‘Pedoman Umum EYD’. Yang dikemukakan dalam handout ini sangat terbatas karena hanya berdasarkan kesalahan umum yang sering dilakukan para siswa. 1. Penulisan kalimat langsung : - Sebelum berangkat bapak berpesan, “Jaga rumah baik- baik, Bu!” - “Tujuan saya membuat penelitian ini,” katanya menjelaskan, “adalah untuk melengkapi skripsi saya.- “Saya kurang sependapat dengan Anda,” katanya. “Barangkali sebaiknya kita minta pendapat orang ketiga.- “Ketika pintu kubuka, kudengar adik berseru, ‘Mama, kakak pulang!’, dan letihku pun lenyap seketika,” ujar Rudy. - “Kalian dengar suara plungtadi?” tanya Pak Sofyan. - “Dengar, Pak!” jawab kami serempak. 2. Penulisan tentang sesuatu yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan nama Tuhan termasuk kata gantinya : - Meskipun Rina beragama Kristen, ia membaca juga kitab Weda.

Upload: ulfa-fadhilah-rachmawati

Post on 24-Jun-2015

582 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan

PEDOMAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN

Secara lengkap ketentuan penulisan dengan ejaan yang

disempurnakan dapat dipelajari dalam buku ‘Pedoman Umum EYD’. Yang

dikemukakan dalam handout ini sangat terbatas karena hanya berdasarkan

kesalahan umum yang sering dilakukan para siswa.

1. Penulisan kalimat langsung :

- Sebelum berangkat bapak berpesan, “Jaga rumah baik-baik, Bu!”

- “Tujuan saya membuat penelitian ini,” katanya menjelaskan, “adalah

untuk melengkapi skripsi saya.”

- “Saya kurang sependapat dengan Anda,” katanya. “Barangkali sebaiknya

kita minta pendapat orang ketiga.”

- “Ketika pintu kubuka, kudengar adik berseru, ‘Mama, kakak pulang!’, dan

letihku pun lenyap seketika,” ujar Rudy.

- “Kalian dengar suara ‘plung’ tadi?” tanya Pak Sofyan.

- “Dengar, Pak!” jawab kami serempak.

2. Penulisan tentang sesuatu yang berhubungan dengan agama, kitab

suci, dan nama Tuhan termasuk kata gantinya :

- Meskipun Rina beragama Kristen, ia membaca juga kitab Weda.

- Bimbinglah hamba-Mu ini, ya Tuhan Yang Mahakuasa, ke jalan yang

Engkau beri rahmat.

- Kita hanya bisa mengharapkan pertolongan dari Tuhan Yang Maha

Pengasih.

- Masalah-masalah kekristenan dibahas secara mendalam dalam seminar

itu.

3. Penulisan gelar kehormatan :

- Tidak seorang pun melupakan jasa-jasa Raden Ajeng Kartini.

- Walaupun bergelar raden ajeng, ia tak pernah menyombongkan diri.

- Pemimpin yang dihormati di Yogyakarta adalah Sultan Hamengku

Buwono.

Page 2: Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan

- Negara kita dipimpin oleh seorang presiden.

- Hasanuddin, sultan Makasar, digelari Ayam Jantan dari Timur.

- Brigardir Jenderal Waluyo baru saja dilantik menjadi mayor jenderal.

4. Penulisan nama bangsa, suku, bahasa, nama hari, bulan, tahun, dan peristiwa

sejarah :

- Bencana alam yang terjadi di Aceh merupakan peringatan dari Tuhan

kepada bangsa Indonesia.

- Ada banyak suku di Indonesia, misalnya suku Sunda, suku Dayak, maupun

suku Jawa.

- Di sekolah ini pelajaran bahasa Inggris sangat diutamakan.

- Pada tahun 1997 yang lalu, hari Idul Fitri dan hari Natal sama-sama jatuh

di bulan Desember.

- Sejarah kekristenan pernah ternoda oleh peristiwa Perang Salib.

5. Penulisan nama khas dalam geografi :

- Di Indonesia terdapat banyak danau, salah satu yang terkenal adalah

Danau Toba.

- Jangan lengah jika kamu berada di jalan yang ramai itu karena kabarnya

Jalan Diponegoro sering ‘makan’ korban.

- Saat ini sungai-sungai di Kota Jakarta sudah tercemar, lebih-lebih Sungai

Ciliwung.

6. Penulisan nama lembaga, dokumen resmi, dan judul buku :

- Semua undang-undang untuk mengatur negara ini merupakan penjabaran

dari Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.

- Kabarnya keberadaan Departemen Penerangan akan ditiadakan.

- Ia salah seorang kandidat pemimpin sebuah departemen pemerintahan di

republik ini.

- Siapa pernah membaca buku “Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma”?

- Pelajaran Ekonomi untuk Sekolah Lanjutan

Page 3: Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan

7. Perbedaan penulisan antara kata depan dengan awalan di dan ke , serta

partikel pun :

- Letakkan barang ini di atas meja yang tinggi agar tidak dipegang-pegang

oleh adikmu!

- Diatas hal-hal yang berkaitan dengan materi, kita harus juga

mengutamakan sesuatu yang bersifat rohani.

- Ia pergi ke gereja untuk mencari kedamaian hati.

- Siapa nama gadis yang duduk di sampingmu itu?

- Disamping sebagai guru, ia dikenal juga sebagai artis.

- Tidak seorang pun di tempat ini mampu melakukan hal itu.

- Walaupun hujan, acara tetap berlangsung.

- Sekalipun badannya besar, tetapi nyalinya kecil.

- Sekali pun aku tak pernah pergi bersamanya.

8. Penulisan kata gabung:

- Bus antarkota itu setiap hari sarat penumpang.

- Ayahnya seorang purnawirawan ABRI.

- Setiap kata yang dianggap penting perlu digarisbawahi.

- Kita harus menjadi remaja bertanggung jawab.

- Pertanggungjawaban yang dibacakan presiden kurang memuaskan

rakyat.

- Semoga Yang Mahaesa mengabulkan doa Anda.

9. Penulisan kata bilangan :

- Peristiwa mengenaskan itu terjadi sekitar tahun 60-an.

- Uang lima ribuan kabarnya akan ditarik dari peredaran.

- Saat ini Yogyakarta dipimpin oleh Sultan Hamengku Buwono X.

- Saya anak ke-2 dari tiga bersaudara.

- Pada abad kedua puluh inilah puncak kemerosotan moral.

- Lima puluh peserta akan meramaikan acara itu.

- Acara itu akan diramaikan oleh 50 peserta.

Page 4: Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan

10. Penulisan kalimat dengan tanda baca koma, titik koma, dan titik dua :

- Saya membeli kertas, pena, dan tinta.

- Satu, dua, tiga, …mulai!

- Fakultas itu mempunyai dua jurusan, yaitu Ekonomi Umum dan

Ekonomi Perusahaan.

- Fakultas itu mempunyai dua jurusan : Ekonomi Umum dan Ekonomi

Perusahaan.

- Malam makin larut, tetapi anakku belum juga pulang.

- Malam makin larut; anakku belum juga pulang.

11. Penulisan kata yang memerlukan tanda hubung (-) :

- … telah dikenal sebagai alat pertahan-

an yang canggih.

- … telah dikenal sebagai alat perta-

hanan yang canggih.

- … telah dikenal sebagai alat per-

tahanan yang canggih.

- Pipinya yang kemerah-merahan itu sangat menggemaskan.

- Para gubernur se-Indonesia berkumpul di tempat itu mengadakan

pertemuan.

- KTP-nya hilang dua hari yang lalu.

12. Penulisan kalimat yang memerlukan tanda elipsis (…)

- Kalau begitu … baiklah saya maafkan kamu.

- Saya sudah mengerti bahwa….

13. Penulisan kalimat dengan arti khusus atau bermakna konotasi :

- Analisisnya terhadap puisi “Doa” karya Chairil Anwar benar-benar

‘mendalam’.

- Jangan sampai kita ‘tercerabut’ dari akar budaya sendiri.

Page 5: Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan

000

I. PEMAKAIAN HURUFI. PEMAKAIAN HURUF

A. Huruf Abjad

Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut. Nama tiap huruf disertakan di sebelahnya.

Huruf A aB bC cD dE eF fG gH hI i J jK kL lM mN nO oP pQ qR r S sT tU uV vW wX xY yZ z 

Page 6: Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan

B. Huruf Vokal

Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u.

C. Huruf Konsonan

Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.

D. Huruf Diftong

Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.

E. Gabungan Huruf Konsonan

Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy.

F. Pemenggalan Kata

1. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.a. Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di antara kedua huruf vokal itu. Misalnya: ma-in, sa-at, bu-ah

b. Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, di antara dua buah huruf vokl, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.Misalnya: ba-pak, ba-rang, ke-nyang

c. Jika di tengah kata ada huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua hufur konsonan itu. Gabungan huruf konsonan tidak pernah diceraikan.Misalnya: man-di, som-bong

d. Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.Misalnya: in-strumen, in-fra

Page 7: Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan

2. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris.Diposkan oleh www.mahmud-bahasasastra.blogspot.com di 05:00 

II. PEMAKAIAN HURUF KAPITAL DAN HURUF MIRING

II. PEMAKAIAN HURUF KAPITAL DAN HURUF MIRING

A. Huruf Kapital atau Huruf Besar1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.

B. Huruf Miring1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah,

Page 8: Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan

dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk mengaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.3. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.Diposkan oleh www.mahmud-bahasasastra.blogspot.com di 04:59

III. PENULISAN KATA

III. PENULISAN KATA

A. Kata Dasar

Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.

Misalnya: ibu, percaya, kantor

B. Kata Turunan

1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Misalnya: dikelola,

bergeletar, penetapan

2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang

langsung mengikuti atau mendahuluinya. Misalnya: bertepuk tangan, garis bawahi

3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur

gabungan kata itu ditulis serangkai. Mislanya: menggarisbawahi, penghacurleburan 

4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis

serangkai. Misalnya: adipati, mahasiswa, mancanegara

C. Bentuk Ulang

Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Misalnya: anak-anak,

gerak-gerik

D. Gabungan Kata

1. Gabungan kata yang lazin disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya

ditulis terpisah. Misalnya: duta besar, orang tua, kambing hitam

2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian,

dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.

Misalnya: alat pandang-dengar

3. Gabungan kata berikut ditulis serangkai. Misalnya: acapkali, matahari, manasuka

E. Kata Ganti –ku, kau-, -mu, dan –nya

Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku, -mu, dan –nya

ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya: kumiliki, kauambil, bukuku,

rumahmu, bajunya

F. Kata Depan di, ke, dan dari

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam

gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.

Misalnya: di lemari ke pasar, dari Banjarmasin

Page 9: Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan

G. Kata si dan sang

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya: sang Kancil, si pengirim

H. Partikel

1. Paratikel –lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya:

Bacalah buku itu baik-baik. 

2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya: Apa pun yang

dimakannya, ia tetap kurus.

3. Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat yang

mendahului atau mengikutinya. Misalnya: …per 1 April.

I. Singkatan dan Akronim

1. Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.

a. Singkatan nama orang orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda

titik. Misalnya:A.S. Kramawijaya

b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta

nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak

diikuti dengan tanda titik. Misalnya: DPR

c. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Misalnya: dll.

d. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda

titik. Misalnya: Cu, TNT, Rp

2. Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata ataupun

gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.

a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan

huruf kapital. Misalnya: ABRI, LAN, IKIP

b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari

deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital Misalnya: Akabri, Bappenas

c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan

huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil. Misalnya: pemilu, radar,

rapim

J. Angka dan Lambang Bilangan

1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim

digunakan angka Arab atau angka Romawi. Angka Arab: 0, 1, 2 Angka Romawi: I, II

2. Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (ii) satuan waktu,

(iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas. Misalnya: 0,5 sentimeter, 100 yen

3. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada

alamat. Misalnya: Jalan Tanah Abang I No. 15

4. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci. Misalnya: Bab X,

Pasal 5, halaman 252

5. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.

a. Bilangan utuh. Misalnya: dua puluh dua, dua ratus dua puluh dua

b. Bilangan pecahan. Misalnya: seperenam belas, tiga dua pertiga

6. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut. Misalnya: Paku

Page 10: Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan

Buwono X, Bab II, Tingkat V, Abad ke-20

7. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti cara yang berikut. Misalnya:

tahun ’50-an, uang 5000-an

8. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf

kecuali jika beberapa lambang bilagan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan

pemaparan. Misalnya: Amir menonton drama itu sampai tiga kali.

9. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, sesunan kalimat diubah

sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal

kalimat. Misalnya: Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.

10. Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah

dibaca. Misalnya: Perusahaan itu baru saja mendapat pinaman 250 juta rupiah.

11. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam

dokumen resmi seperti akta dan kuitansi. Misalnya: Kantor kami memunyai dua puluh orang

pegawai.

12. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat. Misalnya:

Saya lampirkan tanda uang sebesar Rp 999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh

puluh lima perseratus rupiah).

Diposkan oleh www.mahmud-bahasasastra.blogspot.com di 04:53

IV. PENULISAN UNSUR SERAPAN

IV. PENULISAN UNSUR SERAPAN

Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa lain, baik dari

bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti Sansekerta, Arab, Portugis, Belanda, atau Inggris.

Berdasarkan taraf integrasinya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua

golongan besar.

Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti

reshuffle, shuttle cock. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi

pengucapannya masih mengikuti cara asing.

Kedua, unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa

Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk

Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan dengan bentuk asalnya.

Diposkan oleh www.mahmud-bahasasastra.blogspot.com di 04:17

V. PEMAKAIAN TANDA BACA

V. PEMAKAIAN TANDA BACA

A. Tanda Titik (.)

B. Tanda Koma (,)

C. Tanda Titik Koma (;)

D. Tanda Titik Dua (:)

E. Tanda Hubung (-)

F. Tanda Pisah (—)

G. Tanda Elipsis (…)

H. Tanda Tanya (?)

I. Tanda Seru (!)

Page 11: Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan

J. Tanda Kurung ( (…) )

K. Tanda Kurung Siku ( […] )

L. Tanda Petik ( “…” )

M. Tanda Petik Tunggal ( ‘…’ )

N. Tanda Garis Miring (/)

O. Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)

kalimat bakuOctober 4, 2009 by aiemalissa

Ada beberapa istilah yang dalam konteks soal tes memiliki pengertian yang sama

atau dapat disamakan dengan kalimat baku. Istilah-istilah itu, misalnya, kalimat

efektif dan kalimat yang baik dan benar. Kalimat baku adalah sebuah kalimat

standar yang dipergunakan dalam penulisan karya ilmiah. Penulisan karya ilmiah

mempergunakan kalimat-kalimat yang secara umum dikenal sebagai ragam tulis

formal. Meskipun banyak di antara kita pernah membaca atau bahkan menulis

karya ilmiah, kemampuan kita mengenali atau menulis dengan kalimat yang baku

masih sedikit yang memilikinya.

Sebuah kalimat dapat dikategorikan sebagai kalimat baku jika memenuhi syarat-

syarat: (1) struktur kalimat, (2) bentukan kata, (3) makna kalimat, dan (4) kaidah

ejaan. Keempat syarat tersebut harus dipenuhi. Jika ada yang tidak terpenuhi,

kalimat tersebut tidak dapat disebut kalimat baku.

Struktur Kalimat

Syarat struktur kalimat adalah syarat yang berhubungan dengan kaidah-kaidah

kalimat. Berikut ini beberapa kaidah kalimat yang sering diabaikan sehingga

kalimat yang kita buat bukanlah sebuah kalimat baku.

Memiliki S dan P

Kalimat baku harus memiliki S dan P. Ketidakhadiran S atau P menyebabkan

kalimat tidak baku.

(1) Dalam rapat itu membahas masalah kenaikan gaji pegawai.

Jika dianalisis unsur-unsurnya, kalimat tersebut tidak memiliki S. Kelompok kata

dalam rapat itu berfungsi sebagai K sebab merupakan frase preposisional yang

diawali preposisi dalam. Kata membahas menempati fungsi P. Kelompok kata

masalah kenaikan gaji pegawai adalah O kalimat itu. Pola kalimat tersebut adalah

(1) Dalam rapat itu membahas masalah kenaikan gaji pegawai.

K P O

Karena itu, kalimat tersebut tidak merupakan kalimat baku. Agar menjadi kalimat

Page 12: Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan

baku, perbaikan dapat dilakukan sebagai berikut:

Menghilangkan preposisinya sehingga menjadi frane nominal, dengan demikian

kalimat itu menjadi

(1a) Rapat itu membahas masalah kenaikan gaji pegawai.

S P O

Mengubah kata kerja membahas dalam kalimat itu menjadi dibahas sehingga

kalimat itu menjadi

(1b) Dalam rapat itu dibahas masalah kenaikan gaji pegawai.

K P S

Perhatikan kalimat (2) di bawah ini!

(2) Kecelakaan lalu lintas itu sebab kecerobohan sopir.

Analisis unsurnya menunjukkan kelompok kata kecelakaan lalu lintas menempati

S, sedangkan sebab kecerobohan sopir yang merupakan frase preposisional

(diawali sebab yang pada kalimat itu menjadi kata depan) dan menempati fungsi

K. Dengan demikian, kalimat tersebut berpola

(2) Kecelakaan lalu lintas itu sebab kecerobohan sopir.

S K

Ternyata kalimat tersebut tidak memiliki P sehingga dapat dianggap sebagai

kalimat tidak baku. Kalimat tersebut dapat diperbaiki dengan cara

Mengubah sebab menjadi disebabkan sehingga kalimat menjadi

(2a) Kecelakaan lalu lintas itu disebabkan kecerobohan sopir.

S P Pel.

Menambahkan kata lain, misalnya kata terjadi, yang akan berfungsi sebagai P

(2b) Kecelakaan lalu lintas itu terjadi sebab kecerobohan sopir.

S P K

Perhatikan kalimat (3) di bawah ini!

(3) Jika ekspedisi tersebut tidak menemukan sepotong fosil pun, maka dana

ekspedisi harus dikembalikan.

Pada kalimat tersebut terdapat konjungsi subordinatif jika dan maka. Konjungsi

jika dan maka menandai bahwa klausa yang mengikuti konjungsi tersebut

merupakan klausa terikat yang merupakan perluasan unsur K. Jadi, kalimat

tersebut tidak memiliki S dan P sebab unsur yang ada pada kalimat tersebut

semuanya K. Jika dipolakan akan terlihat polanya seperti di bawah ini

Page 13: Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan

(3) Jika ekspedisi tersebut tidak menemukan sepotong fosil pun,

K

maka dana ekpedisi harus dikembalikan.

K

Agar menjadi kalimat baku, yang dapat dilakukan terhadap kalimat tersebut

adalah menghilangkan salah satu konjungsinya tergantung pada hubungan

antarklausa yang dikehendaki.

(3a) Jika ekspedisi tidak menemukan sepotong fosil pun,

K

dana ekspedisi harus dikembalikan.

S P

Kalimat (3a) merupakan perbaikan kalimat (3) dengan menghilangkan konjungsi

maka sehingga hubungan antarkalimat yang terjadi adalah hubungan syarat atau

pengandaian.

(3b) Ekspedisi tidak menemukan sepotong fosil pun

S P O

maka dana ekspedisi harus dikembalikan.

K

Kalimat (3b) juga merupakan hasil perbaikan kalimat (3), hanya yang dihilangkan

adalah konjungsi jika dan hubungan antarklausa yang terjadi adalah hubungan

akibat.

Hubungan P dengan unsur yang mengikutinya.

Unsur P dapat diikuti O, Pel., atau K bergantung pada jenis kata yang mengisi

unsur P itu. Jika P ditempati oleh kata yang bukan kata kerja, berarti dalam

kalimat itu tidak ada O atau Pel. Di dalam kalimat aktif transitif, hubungan P dan

O sangat rapat sehingga tidak boleh disisipi preposisi. Perhatikan kalimat (4) di

bawah ini.

(4) Kami akan mendiskusikan tentang hal itu nanti.

S P O

Berdasarkan polanya terlihat bahwa kalimat (4) adalah kalimat aktif transitif,

tetapi kalimat itu menjadi tidak baku sebab antara P dan O-nya terdapat preposisi

tentang. Agar menjadi kalimat baku, semestinya preposisi tentang pada kalimat

itu dihilangkan sehingga kalimat menjadi

Page 14: Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan

(4a) Kami akan mendiskusikan hal itu.

S P O

Bila kita ingin mempertahankan preposisi tentang, P kalimat (4) harus diubah

menjadi kata kerja berpartikel. Agar menjadi kata kerja berpartikel, kata

mendiskusikan diubah menjadi berdiskusi sehingga kalimat menjadi

(4b) Kami akan berdiskusi tentang hal itu.

S P Pel.

Jadi, perlu diingat bahwa dalam kalimat aktif transitif antara P dan O tidak boleh

terdapat preposisi.

Pemasifan dengan tepat

Berbicara tentang kalimat pasif biasanya sebagian besar di antara kita terbayang

kalimat dengan P berupa kata kerja berawalan di-. Padahal, ada bentuk kalimat

pasif yang justru tidak boleh mempergunakan kata kerja berawalan di-. Bilamana

kita menggunakan di- atau tidak akan dijelaskan di bawah ini. Perlu diingat yang

dapat dipasifkan adalah kalimat aktif transitif, selain itu tidak dapat dipasifkan.

Perhatikan kalimat (5) di bawah ini.

(5) Kita sedang membicarakan kenaikan tarif listrik.

S P O

Kalimat (5) berdasarkan polanya termasuk ke dalam kalimat aktif transitif

sehingga kalimat tersebut dapat dijadikan kalimat pasif. Sebelum dilakukan

pemasifan, kita harus perhatikan dulu kata yang menempati unsur S. S kalimat

(5) diisi oleh kata kita yang ternyata termasuk ke dalam pronomina persona (kata

ganti orang) pertama. Dalam kaidah bahasa Indonesia, jika S kalimat aktif

ditempati oleh pronomina persona pertama dan kedua, pemasifan tidak boleh

dengan cara mengubah me- menjadi di- pada predikatnya. Langkah pemasifan

dengan S berupa pronomina persona pertama dan kedua sebagai berikut

Hilangkan awalan me- pada kata yang menempati P.

Bila ada adverbia (akan, sedang telah, tidak, …) ke depan pronomina.

Bagian O pada kalimat aktifnya dapat diletakkan di awal atau akhir kalimat.

Hasil pemasifan dengan cara di atas terlihat pada kalimat di bawah ini.

(5a) Sedang kita bicarakan kenaikan tarif listrik.

(5b) Kenaikan tarif listrik sedang kita bicarakan.

Pelesapan unsur dalam kalimat majemuk

Kalimat majemuk baik setara maupun bertingkat sering mengalami pelesapan

Page 15: Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan

unsur yang disebabkan satu atau lebih unsur pada klausa-klausanya diisi oleh

kata atau frase yang sama. Misalnya,

(6) Sebab tidak belajar semalam, Andika tidak bisa menjawab soal itu.

P K S P O

Kalimat (6) di atas merupakan kalimat yang mengalami pelesapan S. Asalnya

kalimat itu berbunyi

(6a) Sebab Andika tidak belajar semalam, Andika tidak bisa menjawab soal itu.

S P K S P O

Kalimat (6a) terdiri atas dua klausa: klausa pertama sebab Andika tidak belajar

dan klausa kedua Andika tidak bisa menjawab soal itu. Kedua klausa itu ternyata

memiliki S yang sama yaitu Andika. Sebab itu, kata Andika yang mengisi S pada

klausa pertama harus dihilangkan agar kalimat lebih hemat. Hasil menghilangkan

unsur pada salah satu klausa sebab adanya kesamaan kata/frase yang mengisi

unsur yang sama pada dua klausa yang berbeda dalam satu kalimat itu disebut

kalimat majemuk pelesapan.

Mari kita analisis kalimat (7) di bawah ini.

(7) Setelah dijemur seharian, Ibu Tuti menggoreng kerupuk itu.

P K S P O

Kalimat (7) terdiri atas dua klausa: klausa pertama setelah dijemur seharian dan

klausa kedua Ibu Tuti menggoreng kerupuk itu. Klausa pertama tidak memiliki S,

sedangkan klausa kedua memiliki S, yaitu Ibu Tuti. Jika kita menduga bahwa

kalimat (7) merupakan kalimat pelesapan S, kita akan keliru sebab S pada klausa

pertama tidak mungkin Ibu Tuti.

(7a) Setelah Ibu Tuti dijemur seharian, Ibu Tuti menggoreng kerupuk itu.

S P K S P O

Rasanya sulit untuk menerima kalimat (7a) di atas sebab tidak mungkin yang

dijemur dalam kalimat tersebut adalah Ibu Tuti. Jadi, kalimat (7) bukan pelesapan

S. Kalaupun kita mengatakan bahwa yang dilesapkan adalah kerupuk itu, itu pun

keliru sebab kerupuk itu pada klausa kedua menempati O, sedangkan klausa

pertama kehilangan S. Jadi, sebenarnya kalimat (7) bukanlah kalimat baku sebab

pelesapan yang terjadi pada kalimat itu tidak tepat. Jika diperbaiki, kalimat (7)

semestinya berbunyi

(7b) Setelah dijemur seharian, kerupuk itu digoreng oleh Ibu Tuti.

P K S P Pel.

Page 16: Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan

Perubahan yang terjadi pada kalimat (7b) menghasilkan kalimat baku. Kalimat

(7b) mengalami pelesapan S sebab berasal dari kalimat

(7c) Setelah kerupuk itu dijemur seharian, kerupuk itu digoreng oleh Ibu Tuti.

S P K S P Pel.

Memperhatikan asas kesejajaran bentuk/paralelisme

Asas kesejajaran atau paralelisme dalam kalimat merupakan penerapan peristiwa

morfologis dalam proses sintaksis. Proses morfologis biasanya berkaitan dengan

pemakaian imbuhan, sedangkan proses sintaksis adalah proses penyusunan

sebuah kalimat. Asas kesejajaran dipakai sebab berkaitan dengan keruntutan

proses berpikir.

Perhatikan kelompok kata di bawah ini.

(8) Pusat Pendidikan dan Latihan

Kelompok kata (8) tidak menerapkan asas kesejajaran. Kata pendidikan dibentuk

dari kata dasar yang diberi konfiks pe-an, sedangkan kata latihan dibentuk dari

kata dasar yang diberi akhiran –an. Agar sejajar, semestinya kata latihan diganti

menjadi pelatihan.

(8a) Pusat Pendidikan dan Pelatihan.

Kalimat (9) di bawah ini juga tidak menerapkan asas kesejajaran.

(9) Pak Ali mengepel lantai, menyapu halaman, dan perbaikan pintu yang rusak.

Ketidaksejajaran kalimat (9) terlihat pada ketidakkonsistenan pemakaian

imbuhan, mengepel dan menyapu menggunakan awalan me-, sedangkan pada

perbaikan menggunakan per-an.

Bentukan Kata

Yang dimaksud bentukan kata adalah proses pengimbuhan dan makna gramatikal

imbuhan. Penerapan imbuhan mempunyai kaidah atau aturan. Melekatkankan

imbuhan pada kata dasar dapat menyebabkan perubahan bentuk imbuhan

bergantung pada kata dasar yang dilekatinyanya agar pengucapannya menjadi

lancar. Setelah dilekatkan pada kata dasar, imbuhan akan memunculkan makna

yang biasanya disebut makna gramtikal. Sering kita keliru memahami makna

imbuhan tersebut sehingga pemakaian kata tersebut dalam kalimat menjadi

salah.

Page 17: Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan

Ketepatan Pengimbuhan

Salah satu kaidah yang perlu diingat agar pengimbuhan menjadi tepat adalah

proses nasalisasi. Proses nasalisasi diambil dari istilah konsonan nasal yaitu

konsonan yang dihasilkan sebab udara yang keluar dari paru-paru melalui hidung.

Konsonan nasal ada empat buat, yaitu /m/, /n/, /ng/, dan /ny/. Proses nasalisasi

terjadi jika awalan me- dan pe- dilekatkan kepada kata yang berfonem awal /k/,

/p/, /t/, dan /s/, lalu fonem awal tersebut berubah menjadi konsonan nasal.

Contoh

me- + kirim = mengirim, /k/ pada kirim berubah menjadi /ng/

me- + pesona = memesona, /p/ pada pesona berubah menjadi /m/

me- + taati = menaati, /t/ pada taati berubah menjadi /n/

me- + sontek = menyontek, /s/ pada kata sontek berubah menjadi /ny/

Namun, me- atau pe- tidak mengalami nasalisasi jika kata yang dilekati itu

berfonem awal berupa konsonan rangkap, seperti /pr/, /kr/, /tr/, dan /sk/.

Contoh

me- + protes = memprotes

me- + kritik = mengkritik

me- + traktir = mentraktir

me- + skor = menskor

Jadi, kalimat yang memiliki S-P atau kalimat sempurna tidak bisa disebut kalimat

baku apabila dalam kalimat tersebut terdapat kata berimbuhan yang tidak tepat.

Misalnya kalimat (10) di bawah ini

(10) Kami tidak mempercayai berita-berita tersebut lagi.

S P O

Kalimat (10) adalah kalimat sempurna, tetapi kalimat tersebut tidak disebut

kalimat baku sebab terdapat kata yang salah, yaitu kata mempercayai, yang

semestinya memercayai.

Ketepatan makna imbuhan

Imbuhan memiliki makna gramatikal, yaitu makna yang muncul setelah imbuhan

itu dilekatkan pada sebuah kata. Imbuhan tidak memiliki makna leksikal; sebuah

imbuhan tidak memiliki arti apa pun sebelum imbuhan itu dilekatkan kepada

sebuah kata. Kaitannya dengan kalimat baku adalah kesalahan menggunakan

imbuhan akan menyebabkan makna yang terbentuk pada kalimat pun ada

kemungkinan keliru.

Page 18: Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan

Imbuhan me-i dan me-kan memiliki perbedaan makna meskipun dengan jumlah

sedikit ada juga persamaannya. Apakah kata yang berimbuhan me-i ataukah me-

kan yang harus dipergunakan dalam sebuah kalimat bergantung kepada makna

keseluruhan kalimat yang ingin disampaikan.

Perhatikan pasangan kata di bawah ini.

menugasi = ‘menyerahi seseorang tugas’

menugaskan = ‘menyerahkan tugas, pekerjaan’

membawahi = ‘menempatkan diri di bawah perintah seseorang’

membawahkan= ‘menempatkan (sesuatu) di bawah’

Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini.

(11) Presiden menugaskan Mendiknas untuk menyelesaikan kasus itu.

Kalimat (11) bukanlah kalimat baku sebab terdapat kata berimbuhan yang tidak

tepat, yaitu menugaskan. Seharusnya, sesuai dengan kalimat (11), kata yang

tepat adalah menugasi bukan menugaskan. Perbaikan yang tepat untuk kalimat

(11) sebagaimana terlihat pada kalimat di bawah ini

(11a) Presiden menugasi Mendiknas untuk menyelesaikan kasus itu.

(11b) Presiden menugaskan penyelesaian kasus itu kepada Mendiknas.

Kalimat (12) di bawah ini juga bukan kalimat baku.

(12) Presiden membawahi menteri-menteri.

Makna keseluruhan kalimat (12) di atas adalah ‘Presiden menempatkan diri di

bawah perintah menteri-menteri” sehingga kalimat itu menjadi tidak baku. Oleh

karena itu, perbaikan untuk kalimat (12) adalah

(12a) Presiden membawahkan menteri-menteri.

(12b) Menteri-menteri membawahi Presdien.

Kehematan

Kalimat baku pun harus memperhatikan kehematan, yaitu menghindari

pemakaian kata yang mubazir. Pemakaian kata mubazir biasanya terjadi akibat

adanya pleonasme atau tautologi dalam kalimat tersebut. Yang dimaksud dengan

pleonasme adalah sebuah usaha menjelaskan sebuah gagasan/ide yang sudah

jelas, sedangkan tautologi adalah usaha menjelaskan sebuah gagasan/ide dengan

gagasan/ide lain yang memiliki makna yang sama.

Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini.

(13) Para hadirin merasa puas atas penjelasan direktur perusahaan tersebut.

Page 19: Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan

(14) Saya melihat peristiwa itu dengan mata kepala saya sendiri.

(15) Buku kuliahnya sangat tebal sekali.

Perbaikan kalimat-kalimat di atas adalah

(13a) Hadirin merasa puas atas penjelasan direktur perusahaan tersebut.

(14a) Saya melihat peristiwa itu.

(15a) Buku kuliahnya sangat tebal.

http://insanpurnama.blogspot.com/2009/03/ada-beberapa-istilah-yang-dalam-

konteks.html

KALIMAT TIDAK BAKU

- Semua peserta daripada pertemuan itu sudah pada hadir

- Kami menghaturkan terima kasih atas kehadirannya

- Mengenai masalah ketunaan karya perlu segera diselsesaikan dengan

tuntas

- Sebelum mengarang terlebih dahulu tentukanlah tema karangan

- Pertandingan itu akan berlangsung antara Regu A melawan Regu B

- Kita perlu pemikiran – pemikiran untuk memecahkan masalah – masalah

yang berkaitan dengan pelaksanaan pengembangan kota

KALIMAT BAKU

- Semua peserta pertemuan itu sudah hadir 

- Kami mengucapkan terima kasih atas kehadiran Saudara

- Masalah Ketunakaryaan perlu segera diselesaikan dengan tuntas 

- Sebelum mengarang, tentukanlah tema karangan

- Pertandingan itu akan berlangsung antara Regu A dan Regu B

- Kita memerlukan pemikiran untuk memecahkan masalah yang berkaitan

dengan pelaksanaan pengembangan kota

KALIMAT EFEKTIF

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan

pemakainya ...

secara tepat dan dapat dipahami secara tepat pula. Berikut ini contoh

kalimat yang kurang efektif. Kalimat (1)diambil dari sebuah tiket bus dan

kalimat (2) diambil dari sebuah majalah.

1. Jika bus ini mengambil penumpang di luar agen supaya melaporkan

Page 20: Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan

kepada kami.

Kalimat ini kurang jelas maksudnya karena ada bagian yang dihilangkan

atau tidak sejajar. Siapakah yang diminta “supaya melaporkan kepada

kami”? Ternyata imbauan ini untuk para penumpang yang membeli tiket

agen. Jika demikian, kalimat ini perlu diubah menjadi:

1a. Jika bus ini mengambil penumpang diluar agen, Anda diharap dapat

melaporkannya kepada kami.

Jika subjek induk kalimat dan anak kalimatnya dibuat sama, ubahannya

menjadi 

1b. Jika bus ini mengambil penumpang diluar agen, harap dilaporkan

kepada kami

2. Mereka mengambil botol air dari dapur yang menurut pemeriksaan

laboratorium berisi cairan racun.

Apakah yang berisi cairan racun itu ? jika jawabnya”dapur”, kalimat ini

sudah baik. Jika jawabnya “botol bir”, letak keterangannya perlu diubah

menjadi :

2a. Dari (dalam) dapur mereka mengambil botol bir yang menurut

pemerikasaan laboratoium berisi cairan racun.

DIPOSKAN OLEH  ALVARO RANO WI JAYA  D I  22 :31

LABEL:  TATA BAHASA

kata baku dan kata tidak baku

NO KATA BAKU KATA TIDAK BAKU

1

2

3

4

5

6

Hafal

Ganti rugi

Aktif

Aktivitas

Apotek

Atlet

Hapal

Ganti untung

Aktip

Aktifitas

Apotik

Atlit

Page 21: Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

Anda

Andal

Analisis

Diagnosis

Asas

Cendekiawan

Detail

Embus

Ekstrem

Ekstremis

Februari

Frekuensi

Fondasi

Hierarki

Hakikat

Ijazah

Izin

Imbau

Isap

Jenazah

Justru

Karier

Kategori

anda

handal

analisa

diagnosa

azas

cendikiawan

detil

hembus

ekstrim

ekstrimis

pebruari

frekwensi

pondasi

hirarki

hakekat

ijasah

ijin

himbau

hisap

jenasah

justeru

karir

katagori

Page 22: Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan

30

31

32

33

34

35

36

37

38

39

40

41

42

43

44

45

46

47

48

49

50

51

52

Konferensi

Kualifikasi

Kualitatif

Kuantitatif

Kualitas

Masjid

Merek

Meterai

Miliar

Misi

Mulia

Museum

Metode

Mungkir

Narasumber

Nasihat

Objek

Objektif

Peduli

Praktik

Provinsi

Risiko

Sekadar

konperensi

kwalifikasi

kwalitatif

kwantitatif

kwalitas

mesjid

mrek

meterei

milyar

missi

mulya

museum

metoda

pungkir

nara sumber

nasehat

obyek

obyektif

perduli

praktek

propinsi

resiko

sekedar

Page 23: Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan

53

54

55

56

57

58

Silakan

Subjektif

Teknik

teknologi

terampil

telanjur

silahkan

subyektif

tehnik

tehnologi

trampil

terlanjur

59

60

61

62

63

64

65

66

67

68

69

70

71

72

73

74

75

76

telantar

bus

doa

durian

gubuk

hadis

imaginasi

insaf

zaman

kalau

konkret

nomor

sistem

pertanggungjawaban

pelanggan

pihak

relative

elektronik

Terlantar

Bis

Do’a

Duren

Gubug

Hadist

Imajinasi

Insyaf

Jaman

Kalo

Konkrit

Nomer

Sistim

Pertanggung jawaban

Langganan

Fihak

Relative

Electronic

Page 24: Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan

77

78

79

80

81

82

83

84

85

86

87

88

89

90

91

92

93

94

95

96

97

98

99

aki

atmosfer

e-mail

foto

jumat

ubah

mengubah

utang

ramai

rapot

sentosa

trotoir

profil

primitive

privat

pasal

kuitansi

kompleks

khawatir

telepon

disahkan

lesung pipi

direktur

Accu

Atmosfir

Email

Photo

Jum’at

Rubah

Merubah

Hutang

Rame

Raport

Sentausa

Trotoar

Propil

Primitip

Prifat

Fasal

Kwitansi

Komplek

Kuatir

Telpon

Disyahkan

Lesung pipit

Director

Page 25: Pedoman Ejaan Yang Disempurnakan

100

101

102

103

104

105

106

taksi

cabai

daftar

fotokopi

hipotesis

karisma

karena

Taxi

Cabe

Daptar

Fotocopy

Hipotesa

kharisma

karna