paham/gaya arsitektur yang berkembang pada periode pra modern
DESCRIPTION
BAB I PENDAHULUANI.1 Latar Belakang Diawali dengan adanya gejala-gejala yang muncul sebagai suatu bentuk perubahan menuju kearah arsitektur yang lebih ataupun aliran-aliran yang pernah berkembang sebelumnya. Arsitektur modern perkembangannya mulai sekitar akhir abad sembilanbelas dan puncaknya pada abad duapuluh, maka lebih populer disebut arsitektur modern, dan yang terjadi sebelumnya merupakan arsitektur pra modern yang mengawali abad-abad sebelum duapuluhan. Keadaan seperti ini merupakan peTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Diawali dengan adanya gejala-gejala yang muncul sebagai suatu bentuk perubahan
menuju kearah arsitektur yang lebih ataupun aliran-aliran yang pernah berkembang sebelumnya.
Arsitektur modern perkembangannya mulai sekitar akhir abad sembilanbelas dan puncaknya
pada abad duapuluh, maka lebih populer disebut arsitektur modern, dan yang terjadi sebelumnya
merupakan arsitektur pra modern yang mengawali abad-abad sebelum duapuluhan. Keadaan
seperti ini merupakan perkembangan sebelum modern atau pre modern architecture periods.
Pada masa abad ke 19 menjelang abad 20 di Eropa muncul dua kelompok masyarakat
konsumen aritektur dan seni serta pemakainya yang berselisih paham dalam menuju dan
mengikuti perjalanan arsitektur ke depan. Kelompok pertama, adalah revivalis, dimana kelompok
ini menyarankan bahwa gaya arsitektur yang menjadi ciri arsitektur Eropa adalah kembali ke
gaya atau langgam kuno (klasikisme, romantisme, Gothik dengan neo Gothiknya, Barok dan
Rococo) dan kini dikenal dengan paham klasikisme, romantisme, neo gothic dan ekletisme
karena menurut mereka inilah cermin arsitektur mereka sebagai identitas bangsanya (bangsa
Eropa). Kelompok kedua ini menghendaki pengembangkan arsitektur yang betul-betul baru.
Artinya, tema atau kisah baru dengan bahasa yang baru pula.
Dalam perjalanannya, kelompok antirevivalisme lemah dan mundur. Karena pada
kenyataannya kelompok mereka ini banyak melakukan ketidaksingkronan konsep, langgam,
gaya dan ditambah lagi pengaruh kekusaan Napoleon yang menginginkan kembali ke gaya
arsitektur kuno –Ecoles des Beaux Art- yang menganjurkan arsitektur adalah seni semata.
1
I.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan paham/gaya Klasikisme, Romantisme, Neo-Gothic, dan
Ekletisme?
2. Apa saja contoh bangunan pada paham/gaya Klasikisme, Romantisme, Neo-Gothic, dan
Ekletisme?
I.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan paham/gaya Klasikisme, Romantisme,
Neo-Gothic, dan Ekletisme?
2. Untuk mengetahui apa saja contoh bangunan pada paham/gaya Klasikisme, Romantisme,
Neo-Gothic, dan Ekletisme?
I.4 Manfaat
Manfaat dibuatnya makalah ini diharapkan, dapat digunakan sebagai acuan bagi pembaca
agar dapat menambah wawasan tentang paham/gaya Klasikisme, Romantisme, Neo-Gothic, dan
Ekletisme.
I.5 Batasan Masalah
Pada makalah ini masalah yang akan dibahas adalah paham/gaya Klasikisme,
Romantisme, Neo-Gothic, dan Ekletisme dan contoh-contoh bangunan yang berkembang pada
awal abad 19 sampai akhir abad 19.
2
BAB II
ISI
II 1. PENGERTIAN
Abad XIX merupakan abad yang paling pendek bagi perkembangan arsitektur.
Paham/gaya yang berlangsung pada masa tersebut yang cukup kuat bertahan adalah paham
klasikisme, romantisme, neo gothic dan ekletisme. Kempat aliran ini adalah warisan hasil
lembaga pendidikan Ecoles des Beaux Arts.
Gaya arsitektur pre-modern tersebut sebenarnya sangat kental dengan atribut penunjang
estetika yg bisa berfungsi sebagai IDENTITAS bangunan. Masa ini juga ditandai dengan
penggunaan bahan bangunan baru (bahan bangunan produksi mesin) dan kemajuan dalam
sistem pelaksanaan bangunan, seperti beton, baja dan kaca.
II.2 KLASIKISME
Munculnya era arsitektur klasik di periode Klasik dan Abad Pertengahan Eropa,
bangunan bukanlah hasil karya arsitek-arsitek perorangan, melainkan oleh para
seniman/ahli keterampilan bangunan yang dihimpun dalam satu asosiasi untuk
mengorganisasi proyek.
Bentuk geometri pada masa arsitektur klasik hanya mau mengakui bentuk
Euclidian (Geometri ini menggarap apa yang disebut sebagai “garis lurus” yang
menghubungkan dua titik pada benda tegar/rigid body secara unik) atau non-euclidian,
pemakaian diluar bentuk-bentuk tersebut tidak akan diakui sebagai bentuk geometri.
Arsitektur klasik diawali dengan baroque, ecclictism, art nouveau, Victorian,
byzantium, art nouveau, renaissance dll.
Ciri-ciri gaya arsitektur klasik yang dominan di Indonesia biasanya bergaya Yunani
hingga Romawi dengan ciri-ciri antara lain bagian depan bangunan memiliki pilar-pilar
silindris yang berukuran cukup besar, secara umum memiliki atap tidak terlalu curam,
jendela berukuran besar, memiliki portico di bagian depan dan selasar yang cukup luas di
3
bagian belakang bangunan, biasanya bangunan berwarna putih untuk memberi kesan
megah pada bangunan.
CIRI-CIRI PAHAM KLASIKISME:
Terikat pada norma-norma intelektual yang berlaku;
Bentuk selalu seimbang dan harmoni;
Batasan-batasan warna bersifat bersih dan statis;
Raut muka tenang dan berkesan agung;
Menggambarkan kisah/ceritera tentang istana;
Cendrung dilebih-lebihkan.
Indah dan molek.
Dekoratif.
CONTOH BANGUNAN KLASIKISME:
The Charleston Place
4
Nederlandsch Indische Spoorweg
Mij/Gedung Lawang Sewu, Surabaya
Ciri-ciri dari “Empire Style” ini bisa dilihat dari
penggunaan banyak gevel pada bagian
depannya, warna dominan putih, atap datar,
penggunaan pilar-pilar pada pintu masuk atau
tempat strategis lainnya serta volume bangunan yang berbentuk kubus.
Dalam sejarah perkembangan arsitektur
kolonial Belanda di Indonesia, salah satu
bangunan yang dirancang oleh arsitek
profesional yang terkenal dengan gaya Empire
Style pada sekitar tahun 1900-an adalah gedung
“Nederlandsch Indische Spoorweg Mij” yang
saat ini dikenal dengan sebutan Gedung Lawang Sewu.
Bangunan cagar budaya (1912), Pemda
Jakarta Selatan
5
Gedung Masonic Temple di Chicago (1893-
1939)
Arsitek: Burnham dan John Wellborn Root
Gedung Masonic Temple di Chicago adalah
gedung pencakar langit pertama di Amerika.
Gedung setinggi 21 lantai atau 92 meter ini
diklaim sebagai gedung tertinggi pada masanya,
namun sudah diruntuhkan tahun 1939.
II. 3 ROMANTISME
Masa Romantisme yang diawali dengan disadarinya keunikan individu dan
konsekwensinya mengenai pentingnya pengalaman individu sebagai sumber khusus
mengenai arti yang tidak terbatas, ini memberi nilai lebih pada kepribadian dan kreativitas
individu melebihi semua nilai lain.
Aliran romantisme senantiasa memilih kejadian-kejadian dasyat sebagai tema,
penuh khayal dan perasaan, petualangan, atau tentang kejadian-kejadian masa kuno atau
tentang negeri-negeri Timur yang fantastis. Aliran ini lebih menekankan pada bagian
emosional dari tingkah laku dan sifat manusia daripada sifat yang rasional, lebih
mengutamakan kepercayaan dan intuisi, bukan kecerdasan. (Djauhar Arifin, 1985: 125).
6
CIRI-CIRI PAHAM ROMANTISME:
Mengandung ceritera yang dahsyat dan cenderung
emosional;
Penuh gerak secara dinamis;
Batasan-batasan warna bersifat kontras dan meriah;
Pengaturan komposisi hidup;
Mengandung kegetiran, menyentuh perasaan.
Kedahsyatan melebihi kenyataan.
CONTOH BANGUNAN ROMANTISME:
Casa Mila (1906-1910)
Arsitek: Antonio Gaudi
Casa Mila adalah bangunan yang
dirancang oleh Antonio Gaudi
dan dibangun dari tahun 1906-
1910. Casa Mila dibangun untuk
pasangan suami istri Rosario
Segimon and Pere Milà untuk
mengabadian kisah cinta mereka..
7
Taj Mahal
Di bangun seorang raja yang bernama Syah Jahan, untuk mengenang istrinya
yang bernama Muntaz Mahal.
II. 4 NEO GOTHIC
Arsitektur gothik adalah arsitektur yang tumbuh dari arsitektur romanika yang
menyimpang dari aturan-aturan klasik (Yunani dan Romawi). Kata gothik merupakan kata
sindiran bagi arsitektur Romanika yang ada. Arsitektur Gothik merupakan pelurusan dari
arsitektur sebagai ilmu bangunan. Akibat lain dari pada adanya kebebasan adalah karya-karya
arsitektur tak hanya untuk bangunan ibadah, melainkan sampai pada alun-alun, plaza, air mancur
serta permainan tangga untuk ruang luar.
Pada awal tumbuhnya arsitektur gothik sudah menyimpang dari karakter arsitektur itu
sendiri. Perkembangan arsitektur gothik ditinjau dari segi perkembangan bentuk-bentuk busur
atau lengkung menjadi suatu evaluasi yang diawali pada zaman roma hingga zaman romantika.
Pada zaman gothik masyarakat membentuk kelas-kelas berdasarkan kepentingan dan agama.
Kelompok masyarakat tersebut juga mendirikan semacam perguruan yang mewariskan ilmu-
ilmu yang dimiliki dan juga memungkinkan perkembangan dan perluasan pengaruh dari daeraha
satu dengan daerah lain. Kelompok biarawan merupakan kelompok berpikir di berbagai bidang
pada zamannya. Agar ajaran atau pemikiran dapat dibaca dan dimengerti oleh masyarakat yang
8
pada saat itu kebanyakan buta huruf, maka dinding-dinding bangunan diisi cungkilan injil
ataupun hiasan lainnya dari penyebar agama.
Perencanaan pada arsitektur gothik selalu memperhatikan ruang dan waktu baik untuk
ruang dalam dan luar. Akan tetapi, titik tolaknya adalah dari ruang dalam. Jarak antar bangunan
mulai diperhatikan dengan permainan-permainan tangga. Pada arsitektur gothik, bangunan yang
didirikan atau dibangun tidak mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan yang ada. Hal ini
terjadi karena ada pendapat bahwa perkembangan arsitektur gothik tidak lebih dari seni
menghias bangunan.
CIRI-CIRI PAHAM NEO-GOTHIC:
Dalam perkembangannya, arsitektur Gothik memiliki kelebihan dari segi skala
saja, yakni diluar skala manusia.
Arsitektur Gothik juga menampilkan seni hias bangunan yang berlebihan.
Arsitektur Gothik diwarnai dengan busur-busur yang lancip. Kiblat daripada
arsitektur Gothik adalah pada bentuk lengkung dan tidak ada bentuk-bentuk balok dan
tiang.
Struktur dalam bangunan harus mewujudkan struktur yang nyata, dan ada
ketegasan antara struktur dan bukan struktur dikenall sistem konstruksi dengan istilah
Flying buttress (balok miring atau layang) guna penyaluran beban atap.
Arsitektur gothik juga ditandai dengan unsur-unsur vertikal dengan skala di luar
skala manusia karena adanya kebebasan, masing-masing daerah ingin lebih menonjol
dari daerah lainnya.
Untuk mewujudkan karya-karyanya, bangunan arsitektur gothik mempergunakan
bahan mempergunakan bahan yang kecil dan disusun dengan spesi yang rapat. Dengan
bahan ini elastisitas lebih terjamin. Bahan bangunan tidak terbatas hanya bahan lokal
saja, akan tetapi juga mendatangkan dari daerah lainnya.
9
CONTOH BANGUNAN NEO-GOTHIC:
Gereja Katedral, Kepanjen (1889-1901)
Bangunan ini berlanggam Neo Gothic yang
merupakan langgam khas arsitektur Eropa
dengan ciri khas ruang membentuk busur,
kolom dan kuda-kudanya menjadi satu. Atap-
atapnya membentuk kubah disertai pilar-pilar
tinggi.
Abbaye de Cadouin (1115), Prancis
Arsitek: Robert de Arbrissel dan Geraud de
Sales.
Abbaye de Cadouin yang didirikan tahun 1115
di tengah tengah hutan Bessede, oleh Robert de
Arbrissel dan diteruskan oleh Geraud de Sales.
Lokasi biara ini sempat hancur pada saat perang agama (the French War of Religion),
akhirnya dibubarkan pada masa Revolusi Prancis. Pada zaman pemerintahan Louis IX,
raja ini kemudian memerintahkan untuk merenovasi Abbaye ini. Sekarang Abbaye de
Cadouin sudah mengalami renovasi kembali dan terbuka untuk wisata, sekaligus
dijadikan salah satu Patrimoine UNESCO/World Heritage Sites Bergerac.
10
Cheteau de la Malartrie, abad 19
Cheteau de la Malartrie dibangun pada abad
19. Cheteau de la Malartrie adalah sebuah
rumah tinggal dari Jean Tarde, seorang
astronom yang teman dari Galileo Galilei.
Cheteau ini dibangun dengan gaya Neo-
Gothic lengkap dengan kubah untuk
mengamati rasi-rasi bintang.
II. 5 EKLETISME
Eklektik artinya memilih terbaik dari yang sudah ada sebelumnya. Arsitektur
Eklektisme adalah aliran memilih, memadukan unsur-unsur atau gaya ke dalam bentuk
tersendiri. Eklektisme tidak selalu menggabungkan tetapi kadang-kadang hanya
menerapkan salah satu gaya saja, tetapi dalam bentuk sistem konstruksi, fungsi, dan sisi
konseptual, berbeda dari sistem klasik asli. Eklektisme menandai perkembangan arsitektur
abad XIX dengan ketidakpastian gaya percampuran bentuk menghasilkan gaya tersendiri.
Pada masa abad ke 19 menjelang abad 20 di Eropa muncul dua kelompok
masyarakat konsumen aritektur dan seni serta pemakainya yang berselisih paham dalam
menuju dan mengikuti perjalanan arsitektur ke depan.
11
Kelompok pertama, adalah revivalis, dimana kelompok ini menyarankan bahwa
gaya arsitektur yang menjadi ciri arsitektur Eropa adalah kembali ke gaya atau langgam
kuno (klasikisme, romantisme, gothic dengan neo gothicnya, barok dan rococo) karena
menurut mereka inilah cermin arsitektur mereka sebagai identitas bangsanya (bangsa
Eropa).
Sementara ada kelompok lainnya adalah kelompok yang menentang konsep
revivalis atau sebut saja anti revivalis yang beranggapan berbeda. Cara kelompok pertama
menurutnya sama saja dengan kembali ke jaman kuno/lampau. Dengan kata lain menurut
istilah kelompok anti revivalis ini, kisahnya baru tetapi bahasanya lama, ini basi. Kelompok
kedua ini menghendaki pengembangkan arsitektur yang betul-betu baru. Artinya, tema atau
kisah baru dengan bahasa yang baru pula.
Dalam perjalanannya, kelompok antirevivalisme lemah dan mundur. Karena pada
kenyataannya kelompok mereka ini banyak melakukan ketidaksingkronan konsep,
langgam, gaya dan ditambah lagi pengaruh kekusaan Napoleon yang menginginkan
kembali ke gaya arsitektur kuno –Ecoles des Beaux Art- yang menganjurkan arsitektur
adalah seni semata.
Periode ini merupakan era pancaroba , kekacauan, emosional perkembangan
arsitektur dan belum menemukan prinsip jelas mana yang akan dituju. Ini sebetulnya akibat
pertentangan dua kelompok diatas yang pada akhirnya ada kelompok ketiga yang berdiri
diatas keduanya. Lahirlah kemudian gaya arsitektur yang kacau, tambal sulam campuran
berbagai gaya yang dicomot disana sini untuk menandakan arsitektur seperti ini dalah gaya
arsitektur lain dari yang lain atau lain dari biasanya. Inilah arsitektur ekletime seperti yang
dijuluki oleh para ahli kritik arsitektur. Arsitektur ini sebenarnya tidak baru, tetapi boleh
dikatakan tidak lama. Ekletisme adalah pancarobanya perkembangan arsitektur dunia yang
berlangsung cukup lama dalam rentang waktu dari abad sembilanbelas sampai awal abad
duapuluh.
12
CIRI - CIRI PAHAM EKLEKTIK:
Pengulangan bentuk- bentuk lama.
Memadukan unsur - unsur dalam bentuk sendiri, dan dikembangkan menjadi bentuk
baru.
CONTOH BANGUNAN EKLEKTIK:
British Museum London (1823-1846)
Arsitek: Sir Robert Smirke
Pada bagian depan atau pintu masuk
terdapat portico mendukung sebuah
pedimen bergaya Romawi dengan kolom-
kolom ionic octastyle, menerus berderet
hingga sayap kanan dan kirinya.
House of Parliament (1795-1860); London
Arsitek: Sir Charles Barry
Detail otentiknya memancarkan karakter
kuno dari kebangkitan kembali Gothic
pada masa itu. Penampilannya dapat
memberikan kesan formal meskipun
kompleks gedung ini tidak sepenuhnya simetris, dan adanya menara-menara menjulang ke
atas pada bagian dalam kompleks yang letaknya beraturan. Pada bagian atas keempat sisi
sebuah menara yang lainnya terdapat jam besar, diberi nama Big Ben, menjadi pertanda
kota London.
13
Opera de Paris (1861-1874)
Arsitek: Jean Louis Charles Garnier
Banyak dipengaruhi oleh prinsip Beaux-
Arts, khususnya dalam pengambilan
unsure-unsur Renaisans dan Barok.
Terlihat pada ornamen dan bentuk
dekorasi yang bermodel klasik Barok hampir memenuhi semua bagian bangunan; juga
pada denahnya yang simetris diperkuat oleh sumbu-sumbu apabila ditarik garis diantara
ruang-ruangnya.
Roman Chatolic Cathedral British Museum London (1894-1903); J. F. Bentley
Memakai konsep arsitektur Byzantium, ditandai dengan sebuah menara menjulang tinggi
di bagian depan kiri dengan atap kubah. Tiga buah kubah berderet dari depan ke belakang
meng-atapi nave (ruang umat yang cukup luas). Sebuah kubah agak kecil dan ramping,
menutup sanctuary (bag.gereja dimana terdapat altar). Dibelakangnya terdapat apse (ruang
melengkung setengah-lingkaran di belakang altar) untuk paduan suara.
Fitzwilliam Museum (1837-1847); Cambridge; George Basevi
Bercorak Korinthian, dengan kolom-kolom langsing berkepala penuh ukiran, menyangga
pedimen penuh ukiran pula, diadaptasikan dalam bentuk portico “raksasa” jauh lebih besar
dari aslinya. Pada ujung kiri-kanan terdapat penonjolan dengan kolom-kolom pada
sudutnya mem-bentuk pandangan depan simetris, dalam hal ini ciri Barok lebih dominan.
S. George’s Hall (1840-1854);Liverpool; Harvey Lonsdale Elmes
14
Bangunan Neo-Klasik dengan interior ruang konser berbentuk elips, dikelilingi oleh balkon
disangga oleh deretan caryatid (kolom berbentuk patung manusia). Aspek klasik dalam hal
ini adalah Yunani, Romawi dengan sumbu melintang membujur yang sangat kuat,
sehingga membentuk bangunan simetris dan membuatnya berkesan megah.
Gereja Katolik Madelaine (1807-1842); Pierre Vignon
Merupakan contoh representatif dari arsitektur Eklektik. Mengambil gaya kuil antik
Romawi berciri Korinthian, octastyle, dan peripteral sebagaimana terlihat pada kolom-
kolom, kepala-tiang, dan pedimen penuh dengan hiasan dan patung.
Schausspielhaus (1819-1821); Berlin; Karl Friedrich Schinkel
Pengaruh aspek Yunani terlihat pada ketegasan bentuk geometrik, segitiga, balok, segi-
empat, dan pada denahnya. Portico atau bagian depan untuk pintu masuk bercorak Yunani-
Ionik hexastyle (berkolom 6). Identik dengan mauseloum untuk Ratu Louise di atas
pedimen dari portico terdapat sebuah lagi lebih besar, elemen paling dominan dari
bangunan. Entablature semacam kolom melintang antara kolom dengan pedimen menerus
sekeliling bagian atas dinding-dinding luar. Unsur Renaisans terdapat pada bag. Bawah
dari sayap kiri dan kanan pada bangunan simetris ini, berupa konstruksi berkesan kokoh
dengan garis-garis horizontal dan deretan jendela yang monoton.
Jefferson Memorial (1934-1943); Amerika Serikat; John Russel Pope
Identik dengan Pantheon Roma dengan portico berkolom Dorik delapan buah menyangga
sebuah pedimen. Portico ini menempel pada sebuah rotunda (ruangan berdenah lingkaran)
dikelilingi oleh kolom Dorik. Ditengah rotunda terdapat patung Thomas Jefferson
menghadap ke Tidal Basin. Kemegahan memorial ini selain dibentuk oleh arsitekturnya
sendiri, lokasinya yang luas terbuka juga oleh ketinggian letaknya dengan tangga selebar
portico.
15
BAB III
PENUTUP
III. 1 KESIMPULAN
Abad XIX merupakan abad yang paling pendek bagi perkembangan arsitektur.
Paham/gaya yang berlangsung pada masa tersebut yang cukup kuat bertahan adalah paham
klasikisme, romantisme, neo gothic dan ekletisme. Kempat aliran ini adalah warisan
hasil lembaga pendidikan Ecoles des Beaux Arts.
Paham klasikisme yang dimaksud di sini adalah mulai munculnya era arsitektur klasik
di periode Klasik dan Abad Pertengahan Eropa, bangunan bukanlah hasil karya arsitek-
arsitek perorangan, melainkan oleh para seniman/ahli keterampilan bangunan yang
dihimpun dalam satu asosiasi untuk mengorganisasi proyek.
Aliran romantisme senantiasa memilih kejadian-kejadian dasyat sebagai tema, penuh
khayal dan perasaan, petualangan, atau tentang kejadian-kejadian masa kuno atau tentang
negeri-negeri Timur yang fantastis.
Bangunan ini berlanggam Neo Gothic yang merupakan langgam khas
arsitektur Eropa dengan ciri khas ruang membentuk busur, kolom dan kuda-kudanya
menjadi satu. Atap-atapnya membentuk kubah disertai pilar-pilar tinggi. Batu bata yang
menempel di tembok disusun telanjang tanpa dilapisi semen.
Arsitektur Eklektikisme abad XIX. Eklektik artinya memilih terbaik dari yang sudah
ada sebelumnya. Arsitektur Eklektisme adalah aliran memilih, memadukan unsur-unsur
atau gaya ke dalam bentuk tersendiri. Eklektisme tidak selalu menggabungkan tetapi
16
kadang-kadang hanya menerapkan salah satu gaya saja, tetapi dalam bentuk sistem
konstruksi, fungsi, dan sisi konseptual, berbeda dari sistem klasik asli.
III. 2 SARAN
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini tidaklah sempurna, untuk itu
diperlukan adanya saran dan kritik dari para pembaca maupun dari semua yang ingin
meningkatkan ilmu pengetahuan di dalam bidang arsitektur, khususnya dalam periode pra
moderen.
17