organoleptik_2
DESCRIPTION
Farmasi, BiologiTRANSCRIPT
BAB I
Analisis / Uji Organoleptik
A. Pendahuluan
Organoleptik merupakan pengujian terhadap bahan makanan berdasarkan
kesukaan dan kemauan untuk mempergunakan suatu produk. Uji Organoleptik
atau uji indera atau uji sensori sendiri merupakan cara pengujian dengan
menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya
penerimaan terhadap produk. Pengujian organoleptik mempunyai peranan
penting dalam penerapan mutu. Pengujian organoleptik dapat memberikan
indikasi kebusukan, kemunduran mutu dan kerusakan lainnya dari produk.
Adapun syarat-syarat yang harus ada dalam uji organoleptik adalah
adanya contoh (sampel), adanya panelis, dan pernyataan respon yang jujur.
Dalam penilaian bahan pangan sifat yang menentukan diterima atau tidak suatu
produk adalah sifat inderawinya. Penilaian inderawi ini ada enam tahap yaitu
pertama menerima bahan, mengenali bahan, mengadakan klarifikasi sifat-sifat
bahan, mengingat kembali bahan yang telah diamati, dan menguraikan kembali
sifat inderawi produk tersebut.
Dalam Uji organoleptik harus dilakukan dengan cermat karena memiliki
kelebihan dan kelemahan. Uji organoleptik memiliki relevansi yang tinggi
dengan mutu produk karena berhubungan langsung dengan selera konsumen.
Selain itu, metode ini cukup mudah dan cepat untuk dilakukan, hasil
pengukuran dan pengamatannya juga cepat diperoleh. Dengan demikian, uji
organoleptik dapat membantu analisis usaha untuk meningkatkan produksi atau
pemasarannya. Uji organoleptik juga memiliki kelemahan dan keterbatasan
akibat beberapa sifat inderawi tidak dapat dideskripsikan. Manusia merupakan
panelis yang terkadang dapat dipengaruhi oleh kondisi fisik dan mental,
sehingga panelis dapat menjadi jenuh dan menurun kepekaannya. Selain itu
dapat terjadi pula salah komunikasi antara manajer dan panelis.
B. Tujuan Uji Organoleptik
Tujuan diadakannya uji organoleptik terkait langsung dengan selera.
Setiap orang di setiap daerah memiliki kecenderungan selera tertentu sehingga
produk yang akan dipasarkan harus disesuaikan dengan selera masyarakat
setempat. Selain itu disesuaikan pula dengan target konsumen, apakah anak-
anak atau orang dewasa. Tujuan uji organoleptik adalah untuk:
- pengembangan produk dan perluasan pasar
- pengawasan mutu bahan mentah, produk, dan komoditas
- perbaikan produk
- membandingkan produk sendiri dengan produk pesaing
- evaluasi penggunaan bahan, formulasi, dan peralatan baru
Hal-hal yang tercakup dalam pengujian organoleptik
1. Panelis
Untuk penilaian mutu atau analisa sifat-sifat sensorik suatu komoditi
panel bertindak sebagai instrumen atau alat. Panel adalah satu atau
sekelompok orang yang bertugas untuk menilai sifat atau mutu benda
berdasarkan kesan subyektif. Jadi penilaian makanan secara panel adalah
berdasarkan kesan subyektif dari para panelis dengan prosedur sensorik
tertentu yang harus dituruti.
Dalam penilaian organoleptik dikenal beberapa macam panel.
Penggunaan panel-panel ini dapat berbeda tergantung dari tujuannya. Ada 6
macam panel yang biasa digunakan, yaitu: 1) Pencicip perorangan
(individual expert). 2) Panel pencicip terbatas (small expert panel). 3) Panel
terlatih (trained panel). 4) Panel tak terlatih (untrained panel). 5) Panel agak
terlatih. 6) Panel konsumen (consumer panel).
Dalam penilaian organoleptik seorang panelis membutuhkan indra
yang berguna dalam menilai sifat inderawi suatu produk yaitu:
- Penglihatan yang berhubungan dengan warna kilap, viskositas, ukuran
dan bentuk, volume kerapatan dan berat jenis, panjang lebar dan diameter
serta bentuk bahan.
- Indra peraba yang berkaitan dengan struktur, tekstur dan konsistensi.
Struktur merupakan sifat dari komponen penyusun, tekstur merupakan
sensasi tekanan yang dapat diamati dengan mulut atau perabaan dengan
jari, dan konsistensi merupakan tebal, tipis dan halus.
- Indra pembau, pembauan juga dapat digunakan sebagai suatu indikator
terjadinya kerusakan pada produk, misalnya ada bau busuk yang
menandakan produk tersebut telah mengalami kerusakan.
- Indra pengecap, dalam hal kepekaan rasa , maka rasa manis dapat dengan
mudah dirasakan pada ujung lidah, rasa asin pada ujung dan pinggir
lidah, rasa asam pada pinggir lidah dan rasa pahit pada bagian belakang
lidah.
2. Laboratorium Penilaian Organoleptik
Laboratorium penilaian organoleptik adalah suatu laboratorium yang
menggunakan manusia sebagai alat pengukur berdasarkan kemampuan
penginderaannya. Laboratorium ini perlu persyaratan tertentu agar diperoleh
reaksi kejiwaan yang jujur dan murni tanpa pengaruh faktor-faktor lain.
a. Unsur-Unsur Penting dalam Laboratorium Penilaian Organoleptik
1) Suasana: meliputi kebersihan, ketenangan, menyenangkan, kerapian,
teratur serta cara penyajian yang estetis.
2) Ruang: meliputi ruang penyiapan sampel / dapur, ruang pencicipan,
ruang tunggu para panelis dan ruang pertemuan para panelis
3) Peralatan dan Sarana: meliputi alat penyiapan sampel, alat penyajian
sampel, dan alat komunikasi (sistem lampu, format isian, format
instruksi, alat tulis).
b. Persyaratan Laboratorium Penilaian Organoleptik
Untuk menjamin suasana tenang seperti tersebut di atas diperlukan
persyaratan khusus di dalam laboratorium.
1) Isolasi: agar tenang maka laboratorium harus terpisah dari ruang lain
atau kegiatan lain, pengadaan suasana santai di ruang tunggu, dan
tiap anggota perlu bilik pencicip tersendiri
2) Kedap Suara: bilik pencicip harus kedap suara, laboratorium harus
dibangun jauh dari keramaian
3) Kadar Bau: ruang penilaian harus bebas bau-bauan asing dari luar
(bebas bau parfum/rokok panelis), jauh dari pembuangan kotoran
dan ruang pengolahan.
4) Suhu dan Kelembaban: suhu ruang harus dibuat tetap seperti suhu
kamar (20-250C) dan kelembaban diatur sekitar 60%.
5) Cahaya: cahaya dalam ruang tidak terlalu kuat dan tidak terlalu
redup.
c. Bilik Pencicip (Booth)
Bilik pencicip terdapat dalam ruang pencicipan, bilik ini berupa
sekatan-sekatan dengan ukuran panjang 60-80 cm dan lebar 50-60 cm.
Bilik pencicip berupa bilik yang terisolir dan cukup untuk duduk satu
orang panelis. Hal ini dimaksudkan agar tiap panelis dapat melakukan
penilaian secara individual.
Tiap bilik pencicip dilengkapi dengan: a) Jendela (untuk
memasukkan sampel yang diuji); b) Meja (untuk menulis/mencatat
kesan, tempat meletakkan sampel, gelas air kumur); c) Kursi bundar ; d)
Kran pipa air, penampung air buangan.
d. Dapur Penyiapan Sampel
Dapur penyiapan sampel harus terpisah tetapi tidak terlalu jauh dari
ruang pencicipan. Bau-bauan dari dapur tidak boleh mencemari ruang
pencicipan. Kesibukan penyiapan sampel tidak boleh terlihat atau
terdengar panelis di ruang pencicipan.
Cara-cara pengujian organoleptik dapat digolongkan dalam beberapa
kelompok:
- Kelompok Pengujian Pembedaan (Difference Test)
- Kelompok Pengujian Pemilihan/Penerimaan (Preference Test/ Acceptance
Test)
- Kelompok Pengujian Skalar
- Kelompok Pengujian Deskripsi
C. Pengujian Pembedaan (Difference Test)
Pengujian pembedaan digunakan untuk menetapkan apakah ada
perbedaan sifat sensorik atau organoleptik antara dua sampel. Meskipun dapat
saja disajikan sejumlah sampel, tetapi selalu ada dua sampel yang
dipertentangkan.
Uji ini juga dipergunakan untuk menilai pengaruh beberapa macam
perlakuan modifikasi proses atau bahan dalam pengolahan pangan suatu
industri, atau untuk mengetahui adanya perbedaan atau persamaan antara dua
produk dari komoditi yang sama. Jadi agar efektif sifat atau kriteria yang
diujikan harus jelas dan dipahami panelis. Keandalan (reliabilitas) dari uji
pembedaan ini tergantung dari pengenalan sifat mutu yang diinginkan, tingkat
latihan panelis dan kepekaan masing-masing panelis. Pengujian pembedaan ini
meliputi :
1. Uji pembedaan pasangan (Paired comparison atau Dual comparation)
Adalah panelis merasakan dulu di luar ruangan 2 produk yang berbeda A
dan B, lalu masuk ke ruang organoleptik dan merasakan produk dalam 3
bilik dan menilai produk yang sama dengan control.
2. Uji segitiga (Triangle test)
Adalah panelis masuk ke ruang organoleptik tanpa diberi control dan di
dalam bilik merasakan produk lama 2 dan baru 1 A,A,B lalu menilai mana
A, A, B. dan mana yang berbeda dihitung atas jumlah yang sesuai
dengan instruksi.
3. Uji Duo-Trio
Adalah panelis langsung masuk ke ruang organoleptik dan disediakan 2
sampel dan 1 control yang diberi kode, lalu menilai sampel yang sama
dengan control.
4. Uji pembanding ganda (Dual Standard)
Adalah panelis merasakan 2 macam makanan (yang baru B dan yang lama
A) di dalam bilik panelis merasakan lagi dan harus bias menilai mana yang
A dan B.
5. Uji pembanding jamak (Multiple Standard)
Adalah panelis merasakan control yang disajikan bersamaan, 3 yang sama
dan 1 yang berbeda A, B, A, A. dan menentukan mana yang beda.
6. Uji Rangsangan Tunggal (Single Stimulus)
Adalah panelis mencoba produk atau kontrol di luar ruangan, lalu masuk
ke ruang organoleptik dan mencoba produk baru dan menilai sama atau
tidak dengan kontrol yang diberikan sebelumnya.
7. Uji Pasangan Jamak (Multiple Pairs)
Adalah panelis merasakan produk lama A, lalu masuk dan diberi berbagai
macam produk. Lalu menilai yang mana produk yang lama. Untuk
meneliti A dan B tanpa control disajikan bersamaan dengan jumlah 10
sampel.
8. Uji Tunggal
Adalah panelis mencoba produk atau control di luar ruangan, lalu masuk
ke ruang organoleptik dan mencoba produk baru dan menilai sama atau
tidak dengan control yang diberikan sebelumnya.
Berikut ini adalah contoh prosedur kerja salah satu dari Uji atau Analisis
Pembedaan:
Uji pembedaan pasangan yang juga disebut dengan paired comparation,
paired test atau comparation merupakan uji yang sederhana dan berfungsi
untuk menilai ada tidaknya perbedaan antara dua macam produk. Biasanya
produk yang diuji adalah jenis produk baru kemudian dibandingkan dengan
produk terdahulu yang sudah diterima oleh masyarakat. Dalam penggunaannya
uji pembedaan pasangan dapat memakai produk baku sebagai acuan atau hanya
membandingkan dua contoh produk yang diuji. Sifat atau kriteria contoh
disajikan tersebut harus jelas dan mudah untuk dipahami oleh panelis.
1. Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah 1 kg kacang sukro
“Dua Kelinci” (PT Dua kelinci Food Industri), 2 kg kacang sukro curah, 1
botol syrup “Marjan Boundon Cocopandan” (PT Lasalle Food Indonesia), 1
botol syrup “ABC” rasa Cocopandan (PT Heinz ABC Indonesia), dan 1
galon air minum.
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah 2 lusin piring
melamin, 1 lusin gelas sloki, 1 lusin gelas besar, sendok kecil, dispenser, 2
gelas besar pencampur sirup, 2 pengaduk panjang.
2. Metode
Pada praktikum uji pembedaan ini, metode yang digunakan adalah
pengujian secara langsung, praktikan berperan sebagai panelis yang
bertugas untuk menguji sampel yang telah disediakan untuk dibedakan
sebagai jawaban yang benar berdasarkan uji yang digunakan, adapun
langkah kerjanya sebagai berikut :
3. Penyiapan contoh uji
a. Uji pasangan
1) Prosedur kerja
2) Cara penyajian
Dicatat hasil dari pengujian pada format uji dan diserahkan kepada penyaji untuk pengumpulan data
Dilakukan uji pembedaan oleh para panelis
Diberi format uji masing-masing untuk panelis memberikan penilaian terhadap sampel
Dibuat sampel uji oleh penyaji di dapur persiapan, setelah selesai segera disajikan di meja panelis
Bahan uji ditempatkan pada meja, dan diatur untuk memudahkan panelis
Disiapkan alat dan bahan yang akan diuji sifat-sifat organoleptiknya oleh kelompok penyaji
Diberi arahan para panelis oleh penyaji mengenai cara melakukan uji ambang rangsangan
Kacang sukro curah
290401763
Kacang sukro
189237156
b. Uji duo trio
1) Prosedur kerja
2) Cara penyajian
Air penetral
c. Uji segitiga
1) Prosedur kerja
Air penetral Format uji
156 763
PMedia uji
Meja uji
Format uji
Kacang curahKacang sukro
Pembanding kacang curah
310885470999243115
p
Format uji
115 470
312993431
500 ml air + 4-5 sdm sirup
ABC
355
697326 413
981112
500 ml air + 4-5 sdm sirup
Marjan
1) Cara penyajian
Air penetral
- Merk produk
1. Kacang Sukro Dua Kelinci Food Industry, PATI 59163 Indonesia
2. Sirup ABC Cocopandan PT ABC HEINZ Indonesia, Karawang,
41371 Indonesia PO BOX 4608/JKT-10001
3. Sirup Marjan “Boudoin” Cocopandan PT Lasallefood Indonesia.
Depok 16952 – Indonesia www.lasallefood.co.id
Denah ruang pengujian organoleptik
D. Pengujian Pemilihan/Penerimaan (Preference Test/ Acceptance Test) atau
Uji Afektif
1. Uji Hedonik
Adalah uji kesukaan yang mana panelis menilai suatu produk lalu
menilai yang lebih disukai. Uji hedonic terdiri dari :
a. Uji hedonik dengan skala rangking
Adalah uji kesukaan yang mana hasil yang diambil adalah nilai yang
paling terkecil.
b. Uji hedonik dengan skala scoring
Format uji431981112
Ruang Tunggu
Laboratorium Uji
Tempat persiapan
PMedia uji
Meja uji
Format uji
Adalah uji kesukaan yang mana hasil yang diambil adalah nilai yang
terbesar. (Soewarno. S. 1985 : 68-69)
2. Uji Mutu Hedonik
Uji mutu hedonik adalah uji hedonik yang lebih spesifik untuk suatu
jenis mutu tertentu. Uji hedonik biasanya bertujuan untuk mengetahui
respon panelis terhadap sifat mutu yang umum misalnya warna, aroma,
tekstur dan rasa. Sedangkan uji mutu hedonik ingin mengetahui respon
terhadap sifat-sifat produk yang lebih spesifik.
a. Untuk penilaian mutu hedonik dari warna meliputi : kuning terang/
keemasan, kuning kecoklatan, netral, pucat, dan sangat pucat.
b. Untuk penilaian mutu hedonik dari rasa meliputi : sangat gurih, gurih,
agak gurih, netral, hambar, sangat tidak manis.
c. Untuk penilaian mutu hedonik dari tekstur meliputi : sangat kenyal,
kompak padat, agak kenyal, netral, keras, sangat keras.
d. Untuk penilaian mutu hedonik dari aroma meliputi sangat harum, agak
harum, harum, netral, tengik, sangat tengik.
3. Contoh Metode Uji Hedonik
- Alat dan Bahan
a. Alat
Alat-alat yang dibutuhkan dalam pengujian organoleptik adalah
sebagai berikut.
1) 4 buah gelas kecil
2) 1 buah gelas besar
3) Sendok atau pengaduk
b. Bahan
Bahan- bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan sampel yang
akan diuji organoleptik adalah sebagai berikut.
1) 100 gram Bubuk kopi giling pasar
2) 5 sachet Kopi hitam ABC
3) 5 sachet Kopi Kapal Api Special
4) 5 sachet Kopi Tugu Luwak
5) Air mineral
Panelis diminta untuk memberikan kesan suka atau tidak suka
terhadap suatu karakteristik mutu yang disajikan dan kemudian dilanjutkan
dengan tingkat kesukaannya. Tingkat kesukaan skala hedonik berkisar
antara amat sangat suka sampai amat sangat tidak suka. Dalam analisis
datanya, skala hedonik ditransformasikan ke dalam angka. Dengan data ini
dapat dilakukan dengan analisa statistik. Langkah-langkah dalam
melaksanakan uji hedonik adalah sebagai berikut.
a. Masing-masing sampel kopi diseduh dengan air panas, sesuaikan dengan
cara penyajian yang terdapat pada kemasan. Untuk kopi giling pasar 2
sdm diseduh dengan 200 ml air panas.
b. Kopi giling pasar dijadikan standar minuman instan kopi.
c. Setiap jenis kopi disajikan ke dalam 4 gelas berbeda yang diberi kode 3
digit dengan angka yang berbeda-beda untuk setiap jenis kopi.
d. Empat macam jenis kopi disajikan dalam kode yang berbeda dengan cara
sebagai berikut. Setiap panelis dihadapkan pada 3 jenis sampel minuman
kopi dan 1 jenis minuman standar (kopi giling pasar). Dalam
penyajiannya, sampel kopi dapat diberikan bersama atau minuman
standar terlebih dahulu kemudian sampel.
e. Panelis melakukan pengujian organoleptik terhadap warna, aroma, dan
rasa pada sampe kopi dan menuliskan respon panelis pada kuesioner
yang telah disediakan. Setiap pergantian sampel, panelis harus minum air
putih terlebih dahulu.
f. Parameter warna dan tekstur diberi ukuran nilai dari angka 1 (terendah)
hingga 20 (tertinggi)
Gambar 1. Kopi Giling (standar) Gambar 2. Proses Uji Organoleptik
Tabel 1. Penilaian Warna Kopi
No Parameter
Kode
Standar174
Kapal Api
368ABC
625Luwa
k1 Sangat hitam 11 7 8 172 Agak hitam 7 7 12 43 Tidak berbeda 2 7 3 24 Agak kurang hitam 6 5 3 35 Sangat kurang hitam - - - -
Dari tabel di atas diperoleh hasil analisis sebagai berikut.
a. Kopi standar
1) Parameter:
Sangat Hitam 1126
x 100 % = 42,3 %
Agak Hitam 7
26 x 100 % = 26,9 %
Tidak Berbeda 2
26 x 100 % = 7,7 %
Agak Kurang Hitam 6
26 x 100 % = 23,1 %
2) Analisis:
Dari hasil perhitungan yang diambil dari hasil pengujian
organoleptik terhadap kopi giling (standar) oleh penguji yang telah
dikonversikan ke dalam persen, ternyata persen yang paling tinggi
untuk pengujian organoleptik terhadap warna untuk kopi standar
berada pada parameter warna sangat hitam.
b. Kopi 174
1) Parameter :
Sangat Hitam 7
26 x 100 % = 26,9 %
Agak Hitam 7
26 x 100 % = 26,9 %
Tidak Berbeda 7
26 x 100 % = 26,9 %
Agak Kurang Hitam 5
26 x 100 % = 19,3 %
2) Analisis :
Dari hasil perhitungan yang diambil dari hasil pengujian
organoleptik terhadap kopi oleh penguji yang telah dikonversikan ke
dalam persen, ternyata persen yang paling tinggi untuk pengujian
organoleptik terhadap warna untuk sampel kopi kapal api berada
pada 3 parameter warna yang sama yaitu sangat hitam, agak hitam
dan tidak berbeda, dimana masing- masing mempunyai nilai 26,9 %.
c. Kopi 368
1) Parameter :
Sangat Hitam 8
26 x 100 % = 30,8 %
Agak Hitam 1226
x 100 % = 46,1 %
Tidak Berbeda 3
26 x 100 % = 11,6 %
Agak Kurang Hitam 3
26 x 100 % = 11,6 %
2) Analisis :
Dari hasil perhitungan yang diambil dari hasil pengujian
organoleptik terhadap kopi oleh penguji yang telah dikonversikan ke
dalam persen, ternyata persen yang paling tinggi untuk pengujian
organoleptik terhadap warna untuk sampel kopi ABC berada pada
parameter warna agak hitam.
d. Kopi 625
1) Parameter :
Sangat Hitam 1726
x 100 % = 65,4 %
Agak Hitam 4
26 x 100 % = 15,4 %
Tidak Berbeda 2
26 x 100 % = 7,7 %
Agak Kurang Hitam 3
26 x 100 % = 11,5 %
2) Analisis :
Dari hasil perhitungan yang diambil dari hasil pengujian
organoleptik terhadap kopi oleh penguji yang telah dikonversikan ke
dalam persen, ternyata persen yang paling tinggi untuk pengujian
organoleptik terhadap warna untuk sampel kopi luwak berada pada
parameter warna sangat hitam.
Tabel 2. Penilaian Tekstur Kopi
No Parameter KodeStandar 174 Kapal Api 368 ABC 625 Luwak
1 Sangat kental 14 - - 42 Agak kental 9 5 8 103 Tidak berbeda - 3 2 24 Agak kurang kental 3 15 14 85 Sangat kurang kental - 3 2 2
Dari tabel di atas diperoleh hasil analisis sebagai berikut.
a. Kopi Standar
1) Parameter :
Sangat Kental 1426
x 100 % = 53,8 %
Agak Kental 9
26 x 100 % = 34,7 %
Agak Kurang Kental 3
26 x 100 % = 11,5 %
2) Analisis :
Dari hasil perhitungan yang diambil dari hasil pengujian
organoleptik terhadap kopi oleh penguji yang telah dikonversikan ke
dalam persen, ternyata persen yang paling tinggi untuk pengujian
organoleptik terhadap tekstur untuk kopi standar berada pada
parameter tekstur sangat kental.
b. Kopi 174
1) Parameter :
Agak Kental 5
26 x 100 % = 19,3 %
Tidak Berbeda 3
26 x 100 % = 11,5 %
Agak Kurang Kental 1526
x 100 % = 57,7 %
Sangat Kurang Kental 3
26 x 100 % = 11,5 %
2) Analisis :
Dari hasil perhitungan yang diambil dari hasil pengujian
organoleptik terhadap kopi oleh penguji yang telah dikonversikan ke
dalam persen, ternyata persen yang paling tinggi untuk pengujian
organoleptik terhadap tekstur untuk kopi kapal api berada pada
parameter tekstur agak kurang kental.
c. Kopi 368
1) Parameter:
Agak Kental 8
26 x 100 % = 30,8 %
Tidak Berbeda 2
26 x 100 % = 7,7 %
Agak Kurang Kental 1426
x 100 % = 53,8 %
Sangat Kurang Kental 2
26 x 100 % = 7,7 %
2) Analisis:
Dari hasil perhitungan yang diambil dari hasil pengujian
organoleptik terhadap kopi oleh penguji yang telah dikonversikan ke
dalam persen, ternyata persen yang paling tinggi untuk pengujian
organoleptik terhadap tekstur untuk kopi ABC berada pada parameter
tekstur agak kurang kental.
d. Kopi 625
1) Parameter:
Sangat Kental 4
26 x 100 % = 15,4 %
Agak Kental 1026
x 100 % = 38,5 %
Tidak Berbeda 2
26 x 100 % = 7,7 %
Agak Kurang Kental 8
26 x 100 % = 30,8 %
Sangat Kurang Kental 2
26 x 100 % = 7,7 %
2) Analisis:
Dari hasil perhitungan yang diambil dari hasil pengujian
organoleptik terhadap kopi oleh penguji yang telah dikonversikan ke
dalam persen, ternyata persen yang paling tinggi untuk pengujian
organoleptik terhadap tekstur untuk kopi luwak berada pada parameter
tekstur agak kental.
Tabel 3. Penilaian Aroma Kopi
No ParameterKode
Standar 174 Kapal Api 368 ABC 625 Luwak1 Sangat tajam 18 1 - 22 Agak tajam 8 15 9 103 Tidak berbeda - 3 3 14 Agak kurang tajam - 7 10 125 Sangat kurang tajam - 4 1
Dari tabel di atas, didapatkan hasil sebagai berikut.
e. Kopi Standar
1) Parameter:
Sangat Tajam 1826
x 100 % = 69,2 %
Agak Tajam 8
26 x 100 % = 30,8 %
2) Analisis:
Dari hasil perhitungan yang diambil dari hasil pengujian
organoleptik terhadap kopi oleh penguji yang telah dikonversikan ke
dalam persen, ternyata persen yang paling tinggi untuk pengujian
organoleptik terhadap aroma untuk kopi giling sebagai standar berada
pada parameter aroma sangat tajam.
f. Kopi 174
1) Parameter:
Sangat Tajam 1
26 x 100 % = 3,8 %
Agak Tajam 1526
x 100 % = 57,7 %
Tidak Berbeda 3
26 x 100 % = 11,5 %
Agak Kurang Tajam 7
26 x 100 % = 27 %
2) Analisis:
Dari hasil perhitungan yang diambil dari hasil pengujian
organoleptik terhadap kopi oleh penguji yang telah dikonversikan ke
dalam persen, ternyata persen yang paling tinggi untuk pengujian
organoleptik terhadap aroma untuk kopi kapal api berada pada
parameter aroma agak tajam.
g. Kopi 368
1) Parameter:
Agak Tajam 9
26 x 100 % = 34,6 %
Tidak Berbeda 3
26 x 100 % = 11,5 %
Agak Kurang Tajam 1026
x 100 % = 38,5 %
Sangat Kurang Tajam 4
26 x 100 % = 15,4 %
2) Analisis :
Dari hasil perhitungan yang diambil dari hasil pengujian
organoleptik terhadap kopi oleh penguji yang telah dikonversikan ke
dalam persen, ternyata persen yang paling tinggi untuk pengujian
organoleptik terhadap aroma untuk kopi ABC berada pada parameter
aroma agak kurang tajam.
h. Kopi 625
1) Parameter:
Sangat Tajam 2
26 x 100 % = 7,7 %
Agak Tajam 1026
x 100 % = 38,5 %
Tidak Berbeda 1
26 x 100 % = 3,8 %
Agak Kurang Tajam 1226
x 100 % = 46,2 %
Sangat Kurang Tajam 1
26 x 100 % = 3,8 %
2) Analisis :
Dari hasil perhitungan yang diambil dari hasil pengujian
organoleptik terhadap kopi oleh penguji yang telah dikonversikan ke
dalam persen, ternyata persen yang paling tinggi untuk pengujian
organoleptik terhadap aroma untuk kopi luwak berada pada parameter
aroma agak kurang tajam.
Tabel 4. Penilaian Rasa Kopi
No ParameterKode
Standar 174 Kapal Api 368 ABC 625 Luwak1 Sangat pahit 19 7 - 202 Agak pahit 7 14 1 63 Tidak berbeda - - - -4 Agak kurang pahit - 4 6 -5 Sangat kurang pahit - 1 19 -
Dari tabel di atas, hasilnya adalah sebagai berikut.
i. Kopi Standar
1) Parameter:
Sangat Pahit 1926
x 100 % = 73,1 %
Agak Pahit 7
26 x 100 % = 26,9 %
2) Analisis :
Dari hasil perhitungan yang diambil dari hasil pengujian
organoleptik terhadap kopi oleh penguji yang telah dikonversikan ke
dalam persen, ternyata persen yang paling tinggi untuk pengujian
organoleptik terhadap rasa untuk kopi giling sebagai standar berada
pada parameter rasa sangat tajam.
j. Kopi 174
1) Parameter:
Sangat Pahit 7
26 x 100 % = 27 %
Agak Pahit 1426
x 100 % = 53,8%
Agak Kurang Pahit 4
26 x 100 % = 15,4 %
Sangat Kurang Pahit 1
26 x 100 % = 3,8 %
2) Analisis :
Dari hasil perhitungan yang diambil dari hasil pengujian
organoleptik terhadap kopi oleh penguji yang telah dikonversikan ke
dalam persen, ternyata persen yang paling tinggi untuk pengujian
organoleptik terhadap rasa untuk kopi kapal api berada pada
parameter rasa agak tajam.
k. Kopi 368
1) Parameter:
Agak Pahit 1
26 x 100 % = 3,8 %
Agak Kurang Pahit 6
26 x 100 % = 23,1 %
Sangat Kurang Pahit 1926
x 100 % = 73,1 %
2) Analisis :
Dari hasil perhitungan yang diambil dari hasil pengujian
organoleptik terhadap kopi oleh penguji yang telah dikonversikan ke
dalam persen, ternyata persen yang paling tinggi untuk pengujian
organoleptik terhadap rasa untuk kopi ABC berada pada parameter
aroma rasa sangat kurang tajam.
l. Kopi 625
1) Parameter:
Sangat Pahit 2026
x 100 % = 77 %
Agak Pahit 6
26 x 100 % = 23 %
2) Analisis:
Dari hasil perhitungan yang diambil dari hasil pengujian
organoleptik terhadap kopi oleh penguji yang telah dikonversikan ke
dalam persen, ternyata persen yang paling tinggi untuk pengujian
organoleptik terhadap rasa untuk kopi luwak berada pada parameter
rasa sangat tajam.
Yang membedakan rasa masing-masing kopi adalah pH. Tingkat
pH telah diidentifikasi sebagai driver utama untuk perbedaan rasa dalam
varietas kopi yang berbeda. Peningkatan pH menyebabkan perubahan dalam
rasa, aroma, dan mengurangi keasaman. Clifford (1985) menyatakan bahwa
kopi dengan asam tinggi memiliki aroma tajam , menyenangkan, rasa tajam
yang memberi aroma lebih intens dan kualitas yang lebih baik dengan
minuman yang dihasilkan.
E. Pengujian Skalar
Pada uji skalar panelis diminta menyatakan besaran kesan yang
diperolehnya. Besaran ini dapat dinyatakan dalam bentuk besaran skalar atau
dalam bentuk skala numerik. Besaran skalar digambarkan dalam bentuk garis
lurus berarah dengan pembagian skala dengan jarak yang sama dan
digambarkan dalam pita skalar yaitu dengan degradasi yang mengarah (seperti
contoh degradasi warna dari sangat putih sampai hitam). Pengujian skalar ini
meliputi uji skalar garis, uji scoring, uji perbandingan pasangan, uji
perbandingan jamak, uji perjenjangan (uji pengurutan atau ranking). Berikut ini
adalah metode pada Pengujian Skalar:
1. Alat dan Bahan
Bahan yang diperlukan dalam praktikum kali ini adalah tiga jenis
pisang (Raja, Ambon, dan Lampung), lima jenis merk biscuit (Regal,
Nissin, Roma, Khong Guan, dan ATB) dan 1 galon air minum. Alat yang
digunakan adalah 4 lusin piring kecil melamin, 1 lusin gelas besar, talenan,
pisau, dan dispenser.
2. Prosedur Kerja
a. Persiapan Contoh Uji
1) Uji Skor
347 555 264Keterangan :347 : Pisang Raja555 : Pisang Lampung264 : Pisang Ambon
2) Uji Peringkat
Kode :
Lima merk biscuit marie dipotong seragam
Disajikan seperti dibawah ini
Disajikan seperti dibawah ini
Tiga jenis buah pisang dipotong kecil-kecil dengan ukuran yang seragam.
Jenis Biscuit Rasa KerenyahanRegal 451 777Nissin 462 942Khong Guan 933 155ATB 111 762Roma 561 433
b. Penyajian Contoh Uji
1) Uji Skor
Buah pisang dengan tiga jenis berbeda dipotong kecil-kecil
dengan ukuran seragam. Kemudian potongan pisang tadi diletakkan
pada piring melamin terpisah dan diberi kode. Contoh uji siap
disajikan.
Berkode
2) Uji Peringkat
Biscuit dengan lima merk berbeda dipotong dengan ukuran
seragam. Kemudian potongan-potongan biscuit tersebut diletakkan
pada piring melamin terpisah dan diberi kode. Contoh uji siap
disajikan.
Panelis diminta untuk melakukan uji skor dan uji peringkat. Uji skor
dilakukan dengan cara memberikan penilaian berupa skor pada ketiga
sampel buah pisang yang disajikan dengan menggunakan skala numerik. Uji
peringkat dilakukan dengan cara mengurutkan tingkat kerenyahan dan rasa
Berkode Berkode
dari kelima sampel biscuit yang disajikan dari yang tertinggi sampai
terendah.
Pada uji skor tingkat kemanisan buah pisang, panelis diminta untuk
mencicipi ketiga contoh uji buah pisang. Selanjutnya panelis diminta untuk
memberikan penilaian berupa skor terhadap ketiga contoh uji buah pisang
tersebut dengan cara memberi tanda checklist () pada kriteria penilaian
dalam form uji. Adapun skala kriteria yang diberikan, yaitu sangat manis
[7], manis [6], agak manis [5], biasa [4], agak kurang manis [3], kurang
manis [2], dan tidak manis [1].
Pada uji peringkat, panelis diminta untuk mencicipi rasa dan
kerenyahan kelima contoh uji biscuit yang disajikan. Selanjutnya panelis
diminta untuk mengurutkan kelima contoh uji tersebut dari yang paling
tertinggi sampai terendah mutu rasa dan kerenyahannya dengan cara
menulis angka 1-5.
F. Pengujian Deskripsi
Uji deskripsi merupakan uji yang digunakan untuk menentukan sifat dan
intensitas perbedaan tersebut. Uji deskriptif merupakan uji yang membutuhkan
keahlian khusus dalam penilaiannya. Kelompok uji ini membutuhkan panelis
yang terlatih atau berpengalaman karena dalam uji ini panelis harus dapat
menjelaskan perbedaan antara produk-produk yang diuji. Uji ini didesain untuk
mengidentifikasi dan mengukur sifat-sifat sensori. Dalam kelompok pengujian
ini dimasukkan rating atribut atau parameter mutu dimana suatu atribut mutu
dikategorikan dengan suatu skala atau dapat juga berupa “besarnya” suatu
atribut mutu diperkirakan berdasarkan salah satu sampel dengan menggunakan
metode skala rasio. Uji deskripsi ini digunakan untuk mengidentifikasi
karakteristik sensori yang penting pada suatu produk dan memberikan
informasi mengenai derajat atau intensitas karakteristik tersebut .
Atribut mutu yang diuji pada percobaan kali ini adalah mengenai warna,
rasa manis awal dan akhir, rasa berpati, kerenyahan, rasa susu, dan asin.
Atribut mutu tersebut diuji dengan cara penilaian organoleptik. Pengujian
tersebut dilakukan dengan mencicipi satu per satu biskuit dan crackers yang
disediakan. Setelah dimakan, seterusnya dinilai berdasarkan parameter yang
diberikan. Setelah itu, nilai yang didapat tersebut langsung dijumlahkan dan
dibagi dengan jumlah panelis. Hasil yang didapat dari rata-rata tersebut
disubsitusikan kedalam grafik majemuk sebagai kerangka analisis deskriptif
mutu.
Adonan yang telah dicetak kemudian dipanggang dalam oven. Biasanya
pemanggangan biskuit berlangsung antara 2,5 hingga 30 menit. Setelah itu
biskuitdidinginkan dan dikemas. Standar mutu biskuit telah diatur menurut SNI
01-2973-1992.
Karakteristik Syarat mutuKadar air, max 5 %Kadar protein, min 9 %Kadar lemak, min 9.5 %Kadar karbohidrat, min 70 %Kadar abu, max 1.5 %Kadar serat, max 0.5 %Nilai kalori (kal/100 g), min 400Logam berbahaya:Hg, Cu, Pb, As NegatifBau dan rasa Normal, tidak tengikWarna NormalJenis tepung Terigu
BAB II
UJI MIKROBIOLOGIS
A. Pendahuluan
Uji mikrobiologi merupakan salah satu jenis uji yang penting, karena
selain dapat menduga daya tahan simpan suatu makanan, juga dapat digunakan
sebagai indikator sanitasi makanan atau indikator keamanan makanan.
Pengujian mikrobiologi diantaranya meliputi uji kuantitatif untuk menentukan
mutu dan daya tahan suatu makanan, uji kualitatif bakteri patogen untuk
menentukan tingkat keamanannya, dan uji bakteri indikator untuk mengetahui
tingkat sanitasi makanan tersebut (Fardiaz, 1993). Uji yang dilakukan uji
kuantitatif bakteri yaitu metode plate count (angka lempeng). Uji Angka
Lempeng Total (ALT) dilakukan untuk menentukan jumlah atau angka bakteri
mesofil aerob yang mungkin mencemari suatu produk, baik itu makanan-
minuman, obat tradisional ataupun kosmetika.
Suatu mikroorganisme yang bersifat pathogen berarti dapat menimbulkan
penyakit, maka untuk mengatasinya para ahli farmasi atau apoteker harus
berusaha untuk memperoleh sediaan atau obat yang dapat mengendalikan
mikroorganisme penyebab penyakit tersebut, seperti obat-obat anti mikroba
(misalnya : antibiotika, antiseptik, desinfektan dan zat-zat yang bersifat sebagai
preservative). Dalam hal ini dibutuhkan sediaan farmasi atau obat bagi
konsumen yang memerlukan control kualitas yang cukup ketat serta kuantitas
mikroorganisme yang memenuhi syarat. Bila hal ini tidak diperhatikan akan
menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan seperti yang disebutkan tadi dan
menyebabkan bahaya bagi konsumen lainnya. Demikian pula hanya dengan
alat-alat kesehatan yang berhubungan langsung dengan bagian tubuh manusia
perlu dilakukan control kualitas terutama yang berhubungan dengan sterilitas.
Ruangan-ruangan khusus seperti ruang bedah, ruang gawat darurat perlu
mendapatkan perhatian dan pengontrolan yang ketat demikian pula halnya
sarana-sarana lainnya yang di rumah sakit seperti pakaian-pakaian bedah serta
alat bedah dan lain-lain mendapat khusus pula agar terhindar dari ancaman
mikroorganisme tersebut.
Prosedur mikrobiologi untuk pemeriksaan bahan makanan teknik
mikroskopik dan metode pembiakan. Bermacam-macam media selektif dan
diferensial digunakan secara ekstensif untuk memudahkan isolasi dan
perhitungan tipe mikroorganisme tertentu. Macam pemeriksaan yang dilakukan
ditentukan oleh tipe produk pangan yang akan diperiksa dan tujuan
pemeriksaan. Misalnya, suatu contoh makanan yang diselidiki untuk menjajaki
kemungkinan adanya kontaminasi oleh Clostridium botulinium akan diuji
dengan menggunakan penelitian laboratories yang berbeda daripada yang
digunakan untuk memeriksa hanya organism coliform. Makin pentingnya
peranan salmonella dalam penyakit asal makanan telah mengharuskan
dikembangkannya metode yang lebih cepat, dapat diandalkan, dan bila diulang
akan memberikan hasil yang sama. Penggunaan teknik anti bodi florenses
merupakan suatu kemungkinan yang menarik.
Berikut ini adalah salah satu contoh metodologi dan prosedur uji
mikrobiologis pada Penentuan Minimum Inhibitory Concentration (MIC) dari
Suatu Sediaan Uji yang Berpotensi Sebagai Antibiotik
1. Tujuan
Menentukan Minimum Inhibitory Concentration (MIC) suatu sediaan
uji terhadap bakteri Gram positif maupun Gram negatif, dengan
menggunakan metoda MIC cair.
2. Prinsip
- Metode pengenceran konsentrasi
- Adanya kekeruhan yang menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri yang
masih resisten
3. Teori
Suatu antibiotik mempunyai MIC yang berlainan terhadap bakteri
tertentu. Kepekaan mikroba terhadap antibiotik dapat dilihat dari
konsentrasi minimum untuk inhibisi oleh suatu antibiotika terhadap mikroba
tertentu. Penetapan MIC dapat dilakukan dengan menguji sederetan
konsentrasi yang dibuat dengan pengenceran, metode yang digunakan dapat
dengan cara turbidimetri ataupun cara difusi agar. Konsentrasi terendah
dimana pertumbuhan bakteri terhambat dinyatakan sebagai konsentrasi
minimum untuk inhibisi (MIC).
Penentuan kepekaan mikroba terhadap antibiotika harus dilakukan
secara in vitro yang dinyatakan dalam MIC dan aktivitas penghambatannya
pada MIC tersebut. MIC ini tidak dapat dianggap akan setara dengan MIC
in vivo karena dalam tubuh manusia terjadi biotrasformasi antibiotika,
terjadi penguraian atau fiksasi antibiotika pada protein plasma sehingga
aktivitas antibiotika akan berkurang. Setiap antibiotika mempunyai sifat
farmakokinetik yang berbeda tergantung pada sifat fisikokimianya dan
karakteristik fisiologi individual pemakai.
B. Metoda MIC Cair
1. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Mortir dan stamfer
2) Tabung reaksi besar dan kecil
3) Rak tabung
4) Volume pipet berukuran 1 ml dan 10 ml
5) Labu ukur 100 ml
6) Ose dan kompor spirtus
7) Inkubator
b. Bahan
8) Sediaan uji
9) Berbagai suspensi bakteri Gram positif maupun Gram negatif
10) Nutrient Broth (NB) double strength
11) Nutrient Broth (NB)
12) Pelarut sediaan uji
13) Air suling
2. Prosedur
a. Masukkan sediaan uji ke dalam labu ukur, larutkan dengan pelarut
awalnya. Kemudian tambahkan pengencer akhir sampai tanda batas. Jika
sediaan uji berbentuk padat, gerus dahulu dalam mortir, sebelum
dimasukkan dalam labu ukur.
b. Rencanakan pengenceran dan hitung konsentrasi campuran pada masing-
masing tabung besar dan tabung-tabung kecil.
c. Buat pengenceran bertingkat larutan sediaan uji dengan air suling dalam
tabung-tabung reaksi besar.
d. Isi tabung reaksi kecil pertama dengan 1ml NB double strength,
sedangkan tabung-tabung reaksi selanjutnya dengan 1 ml NB biasa.
e. Pipet 1 ml hasil pengenceran terakhir ke dalam tabung 1 berisi NB
double strength, kocok sampai homogen.
f. Pipet 1 ml campuran dari tabung 1 ke tabung 2, kocok sampai homogen.
g. Ulangi langkah tersebut sampai tabung terakhir. Buang 1 ml campuran
dari tabung terakhir.
h. Tambahkan 1 ose bakteri ke dalam masing-masing tabung kecil, kocok
sampai homogen.
i. Ulangi langkah 3 sampai 7 untuk bakteri yang lain.
j. Buat 1 kontrol positif dan 1 kontrol negatif. Kontrol positif terdiri dari 1
ml NB dan 1 ose bakteri (salah satu saja). Kontrol negatif hanya berisi 1
ml NB.
k. Inkubasikan semua tabung kecil pada suhu 37C selama 18-24 jam.
Amati kekeruhan yang terjadi, bandingkan dengan kontrol positif dan
negatif.
l. Tentukan dimana MIC-nya. MIC terletak pada rentang konsentrasi
terkecil yang tidak menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri (berwarna
bening, sesuai dengan kontrol negatif) dan konsentrasi pertama yang
menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri (berwarna keruh).
3. Hasil Pengamatan
PENGAMATANTABUNG REAKSI
1 2 3 4 5 6 7 n
KEKERUHAN
Keterangan : (-) : bening (+) : keruh
DAFTAR PUSTAKA
Ali Hanafiah, Kemas. 1994. Rancangan Percobaan; Teori dan Aplikasinya. Raja Grafindo Perkasa: Jakarta.
Anonim, 2006. Pengujian Organoleptik (Evaluasi Sensori) dalam Industri Pangan. Ebook Pangan.
Kartika, B., B. Hastuti., W. Supartono. 1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. PAU Pangan dan Gizi UGM. Yogyakarta
Soekarto, Soewarno. 1985. Penilaian Organoleptik. PT. Bharata Karya Aksara: Jakarta.
Lowor ST, Amoah FM. Opoku-Ameyaw K (2007). Drying process and Ghanaian green coffee quality crude protein, pH and caffeine levels, Afr. J. Agric.
Res. 2(12): 698-699. Available online at http: //www.academicjournals.org/AJAR [Accessed: 3th Desember, 2013]
Clifford MN (1985). Chemical and physical aspects of green coffee and coffee products. In: M.N. Clifford and K.C. Willson (Eds.), Coffee botany, biochemistry, and production of beans and beverage, pp. 305-374. Croom Helm, London.
Anonim, 2012. ”Penuntun Praktikum Mikrobiologi Farmasi Terapan”. Universitas Muslim Indonesia : Makassar.
Ditjen POM, 1987. ”Farmakope Indonesia Edisi III”. Depkes RI : Jakarta.
Dwyana Zaraswati, 2006. “ Mikrobiologi Farmasi “. Universitas Hasanussin : Makassar.
Entjang Indan. Dr, 2003. ” Mikrobiologi & Parasitologi ”. PT. Citra Aditya Bakti : Bandung.
Lamot J. Richard, 2007. “Oral Microbiology At a Glace”. Jhon Wiley and Sons ltd publication : USA.
Michael J, Pelczar, Jr, dan E.C.S.Chan, 2005. ”Dasar-Dasar Mikrobiologi 2’. UI-Press : Jakarta.
Natsir Djide, 2008. “ Dasar-Dasar Mikrobiuologi Farmasi”. Universitas Hasanuddin : Makassar.
Waluyo Lud, 2008. ”Tehnik Dasar Mikrobiologi” . UN Press : Jakarta