nur jamal sha'id-fdk.pdf
TRANSCRIPT
PENGARUH BIMBINGAN AGAMA TERHADAP
PENGUATAN KEIMANAN MUALLAF
DI PESANTREN PEMBINAAN MUALLAF
YAYASAN AN NABA CENTER SAWAH BARU CIPUTAT
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh:
Nur Jamal Sha’id
NIM: 1111052000005
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H./2015 M.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 02 Oktober 2015
Nur Jamal Sha’id
i
ABSTRAK
Pengaruh Bimbingan Agama Terhadap Penguatan Keimanan Muallaf di
Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An Naba` Center Sawah Baru
Ciputat.
Oleh Nur Jamal Sha’id (1111052000005) Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi dibawah
Bimbingan Bapak Fauzun Jamal, Lc., MA
Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An Naba` Center Sawah Baru Ciputat
adalah lembaga pendidikan non formal yang menampung para muallaf untuk
melahirkan pribadi-pribadi muslim yang kaffah, berkarakter dan berjiwa mandiri.
Pesantren ini didirikan untuk membina, mendidik dan menyantuni muallaf sampai
mampu berdiri sendiri. Sekaligus memupuk kepedulian, kebersamaan, dan
tanggungjawab seluruh komponen umat Islam dalam membina dan membimbing
muallaf.
Muallaf adalah orang yang hatinya dibujuk dan dijinakan hatinya agar cenderung
kepada Islam. Mereka adalah orang-orang yang baru mengetahui dan belum
memahami tentang Islam. Oleh karena itu mereka berada dalam posisi
membutuhkan pembinaan dan bimbingan ajaran-ajaran agama Islam.
Pada umumnya bimbingan agama memberikan pengaruh positif terhadap
masyarakat khususnya muallaf. Namun penulis belum menemukan kajian tentang
bimbingan agama terhadap penguatan keimanan muallaf. Hal ini dipandang
penting karena keimanan merupakan merupakan motor penggerak kehidupan
seseorang dalam menjalankan agama dan kepercayaannya. Keimanan atau
keyakinan merupakan kekuatan spiritual yang menjadi asas dalam aktifitas
kehidupan.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan
desain deskriptif, informan dalam penelitian ini terdiri dari dua orang pembimbing
dan empat orang santri muallaf yang telah mengikuti kegiatan bimbingan agama
selama satu tahun. Adapun teknik pengambilan informan yang menjadi subjek
dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik bola salju. Dalam teknik
ini, pengumpulan data dimulai dari beberapa orang yang memenuhi kriteria untuk
dijadikan sampel.
Dari hasil observasi dan wawancara, proses bimbingan agama terhadap muallaf
berjalan dengan baik dan memberikan pengaruh positif terhadap keimanan
muallaf. Hal ini terlihat dari pemahaman muallaf tentang ajaran agama Islam,
pelaksanaan ibadah yang mereka lakukan meningkat, semangat dan antusias para
muallaf dalam menuntut ilmu, serta perubahan sikap dan prilaku (akhlakul
karimah) dalam kehidupan sehari-hari yang ditunjukan oleh para muallaf. Metode
yang digunakan pembimbing meliputi ceramah, diskusi, tanya jawab dan
menghafal dalil-dalil. Sedangkan materi yang disampaikan meliputi aqidah,
ibadah dan al-Qur’an dengan fokus pada kajian rutin tentang dasar-dasar akidah
Islamiyah dan kristologi (ilmu perbandingan agama) untuk membentengi akidah
para muallaf. Selain itu para muallaf juga dibekali dengan pelatihan khutbah dan
ceramah supaya kelak dapat menjadi da’i yang handal di tengah masyarakat.
Kata Kunci: Bimbingan Agama, Keimanan, Muallaf
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis sampaikan atas kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan limpahan Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis
sehingga dapa menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Bimbingan
Agama terhadap Penguatan Keimanan Muallaf di Pesantren Pembinaan
Muallaf Yayasan An Naba Center Sawah Baru Ciputat”, sesuai dengan waktu
yang telah direncanakan. Shalawat teriring salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa perubahan besar hingga
dapat kita rasakan sampai saat ini.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa begitu banyak
perjuangan yang dilewati. Namun berkat dukungan dan perhatian yang dirasakan
penulis dari berbagai pihak sehingga segala kesulitan dan hambatan dalam
menyusun skripsi ini akhirnya dapat dilalui. Untuk itu dalam kesempatan ini,
dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Ayah dan Ibu tercinta yang tiada henti memberi semangat,
memanjatkan doa dan limpahan kasih sayang kepada penulis. Skripsi
ini dipersembahkan untuk ayah dan ibu.
2. Bapak Dr. Arif Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, Suparto, M.Ed., Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang
Akademik, Roudhanah, M. Si selaku Wakil Dekan Bidang
iii
Administrasi Umum, dan Drs. Suhaimi, M. Si selaku Wakil Dekan
Bidang Kemahasiswaan.
3. Dra. Rini Laili Prihatini, M. Si dan Ir. Noor Bekti Negoro, SE., M. Si
selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
4. Bapak Fauzun Jamal, Lc., MA selaku dosen pembimbing yang
senantiasa meluangkan tenaga, waktu dan pikiran untuk memberikan
bimbingan, arahan dan nasehat dalam penyusunan skripsi ini.
5. Prof. Dr. H. Daud Effendi, MA selaku dosen penasehat akademik yang
senantiasa memberikan bimbingan dan motivasinya selama ini.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
mendidik dan memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis
selama menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Keluarga Besar Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba`
Center, Ustadz Nababan dan Ustadz Ozi Setiadi yang tak pernah lelah
dalam membantu penulis.
8. Keluarga Besar Ikada Jabodetabek yang senantiasa menemani dan
membimbing penulis. Doa kalian adalah semangat bagi penulis.
9. Keluarga Besar BPI UIN Jakarta semuanya yang tidak bisa disebutkan
satu persatu. Terimakasih telah memberi warna baru dan senantiasa
berbagi serta menghadirkan cerita dalam kehidupan penulis.
10. Teman-teman Ma’had dan FORMABI UIN Jakarta terimakasih telah
menjadi bagian dalam hidup penulis.
iv
11. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian skripsi ini yang
tidak bisa disebutkan satu persatu, tanpa mengurangi rasa hormat,
penulis mengucapkan terimakasih.
Semoga semua bantuan dan perhatian yang tercurah mendapat balasan
pahala berlipat ganda dari Allah SWT. Selain itu semoga apa yang menjadi cita-
cita dan impian kita semua terwujud di masa depan serta mendapat ridha dan
keberkahan dari Allah SWT. Aamiin.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan. Namun penulis berharap adanya masukan, kritikan dan saran
yang membangun supaya menjadi acuan pembelajaran yang baik bagi penulis.
Akhir kata semoga skripsi ini dapat menjadi manfaat bagi para pembaca pada
umumnya dan bagi segenap keluarga besar jurusan Bimbingan dan Penyuluhan
Islam.
Jakarta, 22 September 2015
Nur Jamal Sha’id
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................................ 6
1. Batasan Masalah............................................................................. 6
2. Rumusan Masalah .......................................................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 7
1. Tujuan Penelitian ........................................................................... 7
2. Manfaat Penelitian ......................................................................... 7
D. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 8
E. Sistematika Penulisan .......................................................................... 10
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Bimbingan Agama ............................................................................... 12
1. Pengertian Bimbingan Agama ....................................................... 12
2. Tujuan Bimbingan Agama ............................................................. 15
3. Fungsi Bimbingan Agama.............................................................. 17
4. Materi Bimbingan Agama .............................................................. 18
5. Metode Bimbingan Agama ............................................................ 20
B. Iman...................................................................................................... 22
1. Pengertian Iman .............................................................................. 22
2. Indikator Manusia Beriman ............................................................ 24
3. Faktor-faktor dalam Penguatan Keimanan ..................................... 27
C. Muallaf ................................................................................................. 30
1. Pengertian Muallaf ......................................................................... 30
2. Muallaf dalam Islam ...................................................................... 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Desain Penelitian ....................................................... 34
B. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 35
C. Subjek dan Objek Penelitian ................................................................ 36
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 37
E. Sumber Data ......................................................................................... 39
F. Asumsi ................................................................................................. 39
G. Teknik Analisa Data ............................................................................. 40
H. Teknik Pemeriksa Data ........................................................................ 40
I. Teknik Penulisan .................................................................................. 43
vi
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum Pesantren Pembinaan Muallaf ................................ 44
1. Sejarah Singkat Berdirinya Pesantren Pembinaan Muallaf ........... 44
2. Visi, Misi dan Tujuan Pesantren Pembinaan Muallaf .................... 45
3. Program Pesantren Pembinaan Muallaf ......................................... 47
4. Prosesi Pengislaman ....................................................................... 50
5. Struktur Organisasi ........................................................................ 51
6. Sarana dan Prasarana...................................................................... 52
B. Temuan dan Analisis Data
1. Deskripsi Informan......................................................................... 52
2. Kegiatan Bimbingan Agama .......................................................... 58
3. Pengaruh Bimbingan Agama Terhadap Penguatan Keimanan
Muallaf di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An Naba
Center ............................................................................................. 65
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 70
B. Saran .................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 73
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sifat hakikat manusia adalah makhluk beragama (homoreligius), yaitu
makhluk yang mempunyai fitrah untuk memahami dan menerima nilai-nilai
kebenaran yang bersumber dari agama serta sekaligus menjadikan kebenaran
agama itu sebagai rujukan bagi sikap dan perilaku. Dapat juga dikatakan
bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki motif beragama, rasa kemauan
dan kemampuan untuk memahami serta mengamalkan nilai agama.1
Manusia merupakan makhluk yang menentukan diri, dalam arti bahwa
ia memiliki kebebasan untuk memilih kebutuhan dalam hidupnya. Manusia
pada dasarnya ingin bebas dan bertanggungjawab atas pandangan hidup dan
menentukan takdirnya sendiri. Individu dipengaruhi keinginan pribadi yang
dihubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri.2
Indonesia merupakan salah satu negara yang tidak memberi ruang pada
warganya untuk tidak beragama dan tidak percaya pada Tuhan. Orang bebas
memilih agama, tetapi tidak bebas untuk tidak beragama sehingga identitas
agama dicantumkan dalam kartu tanda penduduk serta dokumen resmi lain.3
Adanya kebebasan beragama yang dilindungi oleh negara ini membuat
manusia Indonesia bebas memilih kepercayaan atau agama yang akan
dianutnya. Tidak jarang kita temukan diberbagai tempat ibadah seperti
1 Syamsu dan Juntika, Landasan Bimbingan dan Konseling (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2006), cet ke-2 h. 155. 2 Gerald Corey dan Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja Pemimpin
Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 136. 3 Komaruddin Hidayat, Agama Punya Seribu Nyawa (Jakarta: Noura Books, 2012), h. xviii.
2
Masjid, Gereja, Wihara atau tempat ibadah lainnya, ada orang yang
menyatakan keimanan untuk meyakini salah satu agama. Hal ini termasuk
beberapa orang yang berpindah keyakinan (konversi beragama) dari agama
Kristen-Katholik menjadi agama Islam atau biasa disebut sebagai muallaf
(orang-orang yang baru masuk Islam).
Menurut Sayyid Sabiq, muallaf adalah golongan yang diusahakan untuk
merangkul dan menarik serta mengukuhkan hati mereka dalam keislaman
yang disebabkan karena belum mantapnya keimanan mereka, atau untuk
menolak bencana yang mungkin mereka lakukan terhadap kaum muslimin
dan mengambil keuntungan yang mungkin dimanfaatkan untuk kepentingan
mereka.4
Kedudukan muallaf sendiri dalam Islam diartikan sebagai orang yang
hatinya dijinakan agar cenderung kepada Islam dan orang yang belum
mengetahui dan memahami ajaran Islam. Oleh karena itu posisi muallaf
sendiri masih membutuhkan pembinaan, bimbingan, dan pengetahuan seputar
agama Islam. Sebagaimana tertera dalam al-Qur`an Surat at-Taubah ayat 60 :
Artinya :
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk
orang yang di jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan,
4 Sayyid Sabiq. Terjemah Fiqih Sunah. Jilid 3 (Bandung: Al-Ma’arif, 1994) h. 113.
3
sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana”.5 (Q.S. at-Taubah : 60)
Setelah menyatakan keislamannya, banyak muallaf (orang-orang yang
baru masuk Islam) hidup dalam keadaan serba kesulitan. Mereka kehilangan
tempat tinggal, pekerjaan dan terusir dari keluarga yang tidak mau menerima
keislaman mereka. Kondisi hidup yang jauh dari kelayakan, merasa terbuang
dan kehilangan kesejahteraan yang dulu pernah dimiliki, mereka pilih demi
memenuhi gemuruh batin akan kebenaran ajaran Islam.6 Keadaan ini
ditambah dengan keimanan para muallaf yang masih lemah karena baru
memeluk Islam. Untuk itu persoalan penguatan keimanan muallaf menjadi
hal penting dalam melakukan bimbingan agama Islam karena mereka (para
muallaf) membutuhkan keteguhan iman, kalau hal ini dibiarkan maka para
muallaf ini akan kembali pada agama sebelumnya. Sebagai orang baru yang
pindah agama, muallaf membutuhkan perhatian, kasih sayang, ajakan,
bimbingan dari orang-orang atau lembaga yang memperhatikan kondisi
tersebut.
Keputusan untuk menjadi muallaf merupakan sebuah keputusan yang
sangat sulit dalam hidup mereka, karena menyangkut nasib mereka di dunia
dan juga di akhirat. Mereka memilih agama melalui ketekunan dan
pengorbanan. Berbagai tekanan mereka rasakan baik dari keluarga, karib-
kerabat, dan kawan-kawan non muslim yang menentang keputusan mereka,
ditambah tuntutan untuk mempelajari agama baru dalam waktu yang singkat.7
Dua kaimat syahadat merupakan pintu gerbang untuk memasuki Islam.
5 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: PT Sygma Examedia
Arkanleema, 2009), h. 196. 6 Muallaf News, Geliat Dakwah di Papua (Ciputat: Yayasan An-Naba Center, 2012), h. 3.
7 Ibid, h. 3.
4
Sebagai orang yang baru masuk Islam sangat penting untuk mengetahui
agama yang dianutnya. Semakin banyak pengetahuan yang didapat, maka
semakin banyak pula manfaat yang akan didapat. Hal ini tentu harus
dilaksanakan melalui program bimbingan dan pembinaan yang intensif
kepada muallaf melalui pesantren khusus.
Bimbingan agama adalah proses pemberian bantuan terhadap individu
agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga
dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.8 Bimbingan agama
dilaksanakan dalam upaya memberikan kecerahan batin kepada seseorang
dalam menghadapi segala macam persoalan. Dan bimbingan agama yang
dilakukan sesuai dengan ajaran agama individu.9 Selain itu bimbingan agama
juga diharapkan dapat membangkitkan semangat baru dalam menguatkan
keimanan muallaf yang telah mengalami gejolak kejiwaan.
Iman merupakan motor penggerak kehidupan seseorang dalam
menjalankan agama dan kepercayaanya. Keimanan akan terimplementasi
dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini didasarkan pada pengertian iman
menurut beberapa ulama. Iman menurut Ulama salaf (termasuk Imam
Ahmad, Malik, dan Syafi’i) adalah :
ان ك ر ل ا ب ل م ع و ان لس ال ب ق ط ن و ان ن لج ا ب اد ق ت ع ا
Artinya : “Sesuatu yang diyakini di dalam hati, diucapkan dengan lisan,
dan diamalkan dengan anggota badan”10
8 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam (Yogyakarta: UII Press, 2001)
cet. ke-2, h. 4. 9 H. M. Arifin, Pokok-Pokok tentang Bimbingan Penyuluhan Agama (Jakarta: Bulan Bintang,
1976), h. 25. 10
Yunahar Ilyas, Kuliah Akidah Islam, (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan
Islam, 2013) cet. Ke-15, h. 4.
5
Sahl bin Abdullah At-Tustari ketika ditanya tentang apakah sebenarnya
iman itu beliau menjawab “Qaulun wa amalun wa niyyatun wa sunnatun.”
Artinya ucapan yang disertai dengan perbuatan diiringi dengan ketulusan niat
dan dilandasi dengan Sunnah. Selanjutnya beliau mengatakan “Sebab iman
itu apabila hanya ucapan tanpa disertai perbuatan adalah kufur apabila hanya
ucapan dan perbuatan tanpa diiringi ketulusan niat adalah nifaq sedang
apabila hanya ucapan perbuatan dan ketulusan niat tanpa dilandasi dengan
sunnah adalah bid’ah”.11
Imam Hasan Basri mengatakan “Iman itu bukanlah sekedar angan-
angan dan bukan pula sekedar basa-basi dengan ucapan akan tetapi sesuatu
keyakinan yang terpatri dalam hati dan dibuktikan dengan amal perbuatan”.12
Dengan demikian, iman merupakan kesatuan atau keselarasan antara
hati, ucapan, dan laku perbuatan, serta dapat juga dikatakan sebagai
pandangan dan sikap hidup atau gaya hidup.
Muallaf yang kurang mendapat bimbingan dan pembinaan Islam akan
cenderung memilih kembali ke agama lamanya apabila imannya masih
lemah.13
Penguatan keimanan dalam hal ini menjadi sesuatu yang paling
penting untuk diperhatikan karena iman merupakan hal pertama yang harus
ditanamkan kuat pada muallaf sebelum berislam.
11
Ibid. h. 4. 12
Al-Islam, Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia. Bag 1 h. 18. 13
Wawancara pribadi dengan Ustadz Ozi Setiadi, Jakarta 10 Juni 2015.
6
Iman seseorang bisa bertambah dan bisa berkurang tergantung pada
waktu dan tempat dimana saja dia berada. Karena itulah hidup manusia
adalah perjuangan mempertahankan dan meningkatkan imannya.14
Keberadaan Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An Naba Center di
daerah Sawah Baru Ciputat Kota Tangerang Selatan memberikan harapan
baru bagi para muallaf supaya tidak ada lagi kekhawatiran dalam
menjalankan keislamannya, tidak ada lagi rasa terbuang dan tentunya tidak
lagi kembali murtad (kembali ke agama lamanya) karena mendapati Islam
merupakan agama yang membawa kedamaian bagi para pemeluknya. Selain
itu keimanan muallaf sebagai seorang muslim yang baru diharapkan
meningkat dan menjadi penerus perjuangan dakwah Islam kepada semua
orang.15
Berdasarkan fenomena dan kejadian yang telah dipaparkan diatas,
penulis akan membahas lebih lanjut dan akan menuangkan dalam sebuah
penelitian yang berjudul “Pengaruh Bimbingan Agama Terhadap
Penguatan Keimanan Muallaf di Yayasan An Naba Center Sawah Baru
Ciputat Tangerang Selatan”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas terhadap masalah-
masalah yang akan diteliti, maka penulis membatasi permasalahan pada
aspek layanan bimbingan agama dengan meninjau dari aspek
pembimbing, aspek terbimbing, aspek metode dan aspek materi dalam
14
Rusjdi Hamka, Etos Iman, Ilmu dan Amal dalam Gerakan Islam (Jakarta: Pustaka
Panjimas, 1986), h. 7. 15
Wawancara pribadi dengan Ustadz Ozi Setiadi, Jakarta, 10 Juni 2015
7
penguatan keimanan muallaf di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan
An Naba Center Jl. Cendrawasih IV No. 1 RT/RW 02/03, Sawah Baru
Ciputat Tangerang Selatan Banten.
2. Perumusan Masalah
Dari batasan penelitian di atas, maka rumusan masalah yang akan
penulis kaji :
a. Bagaimana pengaruh bimbingan agama terhadap penguatan keimanan
muallaf di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An Naba Center
Sawah Baru Ciputat ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan bimbingan agama di
Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An Naba Center Sawah Baru
Ciputat.
b. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh bimbingan agama
terhadap penguatan keimanan muallaf di Pesantren Pembinaan
Muallaf Yayasan An Naba Center Sawah Baru Ciputat.
2. Manfaat Penelitian
a. Memberikan sumbangan keilmuan dan pengetahuan yang meliputi
Ilmu Bimbingan Penyuluhan Islam dan keagamaan khususnya
berkaitan dengan pengaruh bimbingan agama terhadap penguatan
keimanan muallaf di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An Naba
Center Sawah Baru Ciputat.
8
b. Memberikan kontribusi positif bagi pengembangan keilmuan dan
kurikulum Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
c. Dijadikan bahan evaluasi bagi Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan
An Naba Center tentang pengaruh bimbingan agama terhadap
penguatan keimanan muallaf di Pesantren Pembinaan Muallaf
Yayasan An Naba Center Sawah Baru Ciputat.
D. Tinjauan Pustaka
Setelah melakukan penelusuran skripsi di Perpustakaan Utama dan
Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, penulis mengadakan tinjauan kepustakaan
terhadap beberapa skripsi yang memiliki kemiripan judul untuk menghindari
bentuk plagiat, mereview hasil penelitian terdahulu, antara lain :
1. Abdul Hakim Jahid, Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Jakarta angkatan 2007
dengan judul “Motivasi Konversi Agama dan Pembinaan Muallaf di
Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An Naba Center Sawah Baru
Ciputat”. Skripsi ini berisikan tentang motivasi para muallaf dalam
melakukan konversi agama dan bagaimana pembinaan yang diaplikasikan
di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An Naba Center. Skripsi ini
menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
2. Peppy Mutawallie, Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Jakarta angkatan 2009
dengan judul “Pengaruh Bimbingan Agama Pada Korban Perdagangan
9
Manusia (Trafficking) dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri (Self
Confidence) di Rumah Perlindungan Sosial Wanita (RPSW) Mulya Jaya
Pasar Rebo”. Penelitian ini berisikan tentang pengaruh layanan bimbingan
agama dalam aspek pembimbing, aspek terbimbing, aspek metode dan
materi dalam meningkatkan kepercayaan diri korban perdagangan
manusia (Trafficking). Skripsi ini menggunakan penelitian kualitatif
dengan desain deskriptif.
3. Umma Auliya’ul Hidayah, Program Studi Komunikasi dan Penyiaran
Islam, UIN Jakarta angkatan 2008 dengan judul “Pola Komunikasi antara
Ustadz dan Mullaf dalam Pembinaan Tahfidzul Qur`an di Pondok
Pesantren Pembinaan Muallaf An-Naba”. Penelitian ini berisikan tentang
pola komunikasi antara pembina dan muallaf, upaya pembina dalam
menciptakan komunikasi yang efektif dengan muallaf serta faktor
pendukung dan penghambat dalam pembinaan tahfidz Qur`an di
Pesantren Pembinaan Muallaf An-Naba. Skripsi ini menggunakan
penelitian kualitatif dengan analisis deskriptif.
4. Taufiq Halily, Program Studi Manajemen Dakwah, UIN Jakarta angkatan
2009 dengan judul “Metode Dakwah Ustadz Syamsul Arifin Nababan
dalam Membina Akidah Santri Muallaf di Pondok Pesantren Pembinan
Muallaf An-Naba”. Penelitian ini berisikan tentang metode dakwah ustadz
Syamsul Arifin Nababan dalam pembinaan akidah muallaf. Skripsi ini
menggunakan penelitian kualitatif dengan metode analisis deskriptif.
5. Setyo Kurniawan, Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam, UIN
Jakarta angkatan 2006 dengan judul “Pengaruh Bimbingan Agama
10
Terhadap Motivasi Beribadah Jamaah Masjid Raya Pondok Indah Jakarta
Selatan”. Dalam skripsi ini membahas tentang pengaruh bimbingan
agama yang meliputi kajian mingguan terhadap motivasi beribadah
jamaah masjid. Skripsi ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
jenis pendekatan kausal.
Dari kelima hasil penelitian di atas, penulis menyatakan bahwa hasil
penelitian penulis sangat berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya.
Penelitian ini berfokus pada pengaruh bimbingan agama terhadap penguatan
keimanan muallaf di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An Naba` Center
Sawah Baru Ciputat.
E. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan merupakan bab awal yang berisi latar belakang
masalah, pembahasan dan perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II Landasan Teori yang berisikan masalah inti dari judul skripsi ini,
yaitu memuat tentang Bimbingan Agama yang meliputi :
pengertian bimbingan agama, tujuan bimbingan agama, fungsi
bimbingan agama, materi dan metode bimbingan agama.
Keimanan yang meliputi : pengertian iman, indikator manusia
beriman, faktor penguat keimanan. Muallaf yang meliputi :
pengertian muallaf dan Muallaf dalam Islam.
BAB III Metodologi Penelitian, meliputi pendekatan penelitian, subjek
penelitian, teknik pengumpulan data, prosedur penelitian.
11
BAB IV Temuan dan Analisa Data yang berisikan gambaran umum
lembaga Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An Naba` Center
Sawah Baru Ciputat meliputi sejarah berdirinya, visi dan misi,
sarana dan prasarana, program kegiatan dan tujuannya, struktur
organisasinya. Dalam bab ini juga akan dijelaskan tentang analisa
data yang meliputi deskripsi informan, kegiatan bimbingan agama
dan analisis pengaruh bimbingan agama terhadap penguatan
keimanan muallaf.
BAB V : Penutup berisi kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran.
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Bimbingan Agama
1. Pengertian Bimbingan Agama
Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata
guidance berasal dari kata to guide yang artinya menunjukan,
membimbing, menuntun, ataupun membantu.1
Istilah guidance juga diterjemahkan dengan arti bantuan atau
tuntunan. Ada juga yang menterjemahkan kata guidance dengan arti
pertolongan. Berdasarkan arti ini, secara etimologis, bimbingan berarti
bantuan, tuntunan atau pertolongan.2 Secara harfiah, bimbingan adalah
menunjukan, memberi jalan, atau menuntun orang lain ke arah tujuan yang
bermanfaat bagi kehidupan dimasa kini dan masa yang akan datang.3
Kemudian pengertian yang lebih utuh dari kata bimbingan, adalah
usaha membantu orang lain dengan mengungkapkan dan membangkitkan
potensi yang dimilikinya. Sehingga dengan potensinya itu, ia akan
memiliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya secara wajar dan
optimal, yakni dengan cara memahami dirinya, mengenal lingkungannya,
mengarahkan dirinya, mampu mengambil keputusan untuk hidupnya, dan
1 Hallen A, Bimbingan dan Konseling (Ciputat: PT Ciputat Press, 2005), cet. ke-3, h. 2.
2 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah Berbasis Integrasi
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h. 15-16. 3 H. M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama (Jakarta:
Golden Terayon Press), h. 1.
13
dengannya ia akan dapat mewujudkan kehidupan yang baik, berguna, dan
bermanfaat di masa kini dan masa yang akan datang.4
Bimbingan berasal dari kata bahasa inggris guidence, yang artinya
bantuan atau tuntunan. Adapun menurut Bimo Walgito, bimbingan adalah
bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan
individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di
dalam kehidupannya agar individu atau sekumpulan individu-individu itu
dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.5
Menurut Prof. Dr. Singgih D. Gunarsa dan Dra. Ny Singgih D.
Gunarsa bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada seseorang, agar
mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki dalam dirinya sendiri
dalam mengatasi persoalan-persoalan, sehingga dapat menentukan jalan
hidupnya sendiri secara bertanggungjawab tanpa harus bergantung kepada
orang lain.6
Jadi penulis dapat menarik kesimpulan bahwa secara singkat
bimbingan adalah proses bantuan yang diberikan kepada seseorang
ataupun sekelompok orang agar individu dapat memahami dirinya,
sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya sesuai dengan lingkungannya
dan dapat mengarahkan tingkah lakuya ke arah yang lebih baik.
Lalu dalam kaitannya dengan definisi agama yang dipaparkan oleh
para ilmuan belum sepenuhnya sepadan. Menurut Zakiah Daradjat, agama
adalah kebutuhan jiwa (psikis) manusia, yang akan mengatur dan
4 M. Luthfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 6. 5 Bimo Walgito, Bimbingan dan Koseling (Bandung: Andi Publisher, 1995), h. 4.
6 Singgih D. Gunarsa dan Ny Y. Singgih D. Gunarsa, Psikologi untuk Membimbing
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), cet. ke-11 h. 11-12.
14
mengendalikan sikap, pandangan hidup, kelakuan, dan cara menghadapi
tiap-tiap masalah.7
Harun Nasution mendefinisikan agama mengandung arti ikatan yang
harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan dimaksud berasal dari suatu
kekuatan yang lebih tinggi dari manusia sebagai kekuatan gaib yang tak
dapat ditangkap oleh panca indera, namun mempunyai pengaruh yang
besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari.8
Agama ialah kepercayaan kepada Tuhan yang dinyatakan dengan
mengadakan hubungan dengan Dia melalui upacara, penyembahan,
permohonan dan membentuk sikap hidup berdasarkan ajaran agama itu.9
Arifin melihat Islam sebagai agama dari dua aspek, yaitu pertama,
aspek subyektif (pribadi manusia), ialah tingkah laku manusia yang dijiwai
oleh nilai-nilai keagamaan, berupa getaran batin yang dapat mengatur dan
mengarahkan tingkah laku tersebut kepada pola hubungan dengan
masyarakat, dan alam sekitarnya. Maka disini nilai-nilai keagamaan telah
membudaya dalam batinnya, dan menjadi rujukan dari setiap orientasi
hidup sehari-hari. Kedua, aspek obyektif (doktrinair), berupa peraturan
yang bersifat Ilahi yang menuntun orang-orang berakal budi ke arah
ikhtiar, untuk mencapai kesejahteraan hidup di dunia, menuju kebahagiaan
di akhirat. Agama Islam disini masih berbentuk doktrin Tuhan, yang
7 Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama dan Pembinaan Mental (Jakarta: Bulan Bintang,
1982), cet. ke-3, h. 52. 8 Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h. 14.
9 Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), h.40.
15
belum membudaya pada diri manusia melalui tingkah laku dan sikap
sehari-hari.10
Dengan demikian, bisa dipahami bahwa agama adalah sebuah sistem
kepercayaan serta praktis dalam mengatur kehidupan manusia supaya
hidup bermoral dengan norma-norma kemasyarakatan dan nilai-nilai
kebenaran yang mereka yakini.
Sedangkan pengertian bimbingan agama adalah proses pemberian
bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan
dan petunjuk Allah SWT, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di
dunia dan di akhirat.11
Bimbingan agama dilaksanakan dalam upaya
memberikan kecerahan batin kepada seseorang dalam menghadapi segala
persoalan, dan bimbingan agama yang dilakukan sesuai dengan ajaran
agama individu.12
Dengan demikian, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa
bimbingan agama adalah suatu upaya untuk memberikan bantuan atau
pertolongan kepada seseorang dalam memecahkan segala persoalannya,
dengan dilandasi nilai-nilai agama untuk memberikan keteguhan iman agar
seseorang dapat hidup sesuai dengan apa yang telah diajarkan agama
Islam.
10
M. Luthfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 14. 11
Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam (Yogyakarta: UII Press,
2001), cet. Ke-2, h. 4. 12
H. M. Arifin, Pokok-Pokok Tentang Bimbingan Penyuluhan Agama (Jakarta: Bulan
Bintang, 1976), h. 25.
16
2. Tujuan Bimbingan Agama
Tujuan bimbingan menurut Ainur Rahim Faqih dalam bukunya
Bimbingan dan Konseling Islam dibagi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus,
a. Tujuan Umum
Membantu individu supaya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak.13
b. Tujuan Khusus
1) Membantu individu agar tidak menghadapi masalah. Maksudnya
pembimbing berusaha membantu mencegah jangan sampai
individu menghadapi atau menemui masalah.14
2) Membantu mengatasi masalah yang dihadapi.15
3) Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan
kondisi yang baik atau telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih
baik, sehingga tidak menjadi sumber masalah bagi dirinya dan
orang lain.16
Menurut Hamdan Bakry Adz-Dzikry menjelaskan tujuan dari
bimbingan dalam Islam adalah :
a. Untuk menghasilkan suatu perubahan, kesehatan dan kebersihan jiwa
dan mental. Jiwa menjadi tenang dan mendapat pencerahan dari Allah
SWT.
13
Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam (Yogyakarta: UII Press,
2001), cet. ke-2, h. 36. 14
Ibid, h. 36. 15
Ibid, h. 36. 16
Ibid, h. 36.
17
b. Untuk menghasilkan suatu perubahan perbaikan dan kesopanan
tingkah laku yang memberikan manfaat bagi dirinya, lingkungan
keluarga maupun sosial.
c. Untuk menghasilkan kecerdasan emosi pada individu dan berkembang
rasa toleransi, kesetiakawanan, tolong menolong dan rasa kasih
sayang.
d. Untuk mendapatkan kecerdasan spiritual pada individu, sehingga
muncul dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat kepada
Tuhannya, ketulusan mematuhi segala perintah-Nya serta ketabahan
dalam menerima ujian-Nya.
e. Untuk menghasilkan potensi ilahiyah sehingga fungsi diri sebagai
khalifah dimuka bumi ini dapat terlaksana dengan baik dan benar.17
Secara substansial tujuan bimbingan agama sifatnya hanya
membantu individu atau orang lain dalam mewujudkan cita-cita hidupnya,
yakni kehidupan yang berguna, harmonis dan dinamis serta menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhannya. Oleh karena itu,
selama proses perjalanan hidupnya agar menjadi manusia yang beriman,
bertakwa dan bermanfaat dalam setiap ruang kehidupan maka setiap
individu senantiasa memerlukan bimbingan dan pengarahan secara terus
menerus hingga akhir hayatnya.18
Dapat dipahami bahwa tujuan dari bimbingan agama adalah
membantu individu untuk memahami potensi diri dan kemampuan dirinya
17
Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam (Yogyakarta: Fajar
Pustaka Baru, 2002), h. 221. 18
M. Luthfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 100.
18
dalam mengatasi segala permasalahannya sehingga mampu
mengembangkan dan mengaktualisasi diri serta dapat mengadaptasikan
diri dengan lingkungannya secara mandiri, sadar dan sesuai dengan ajaran
Islam.
3. Fungsi Bimbingan Agama
Menurut Dewa Ketut Sukardi, bila ditinjau dari sifat aslinya, layanan
bimbingan dapat berfungsi sebagai :
a. Fungsi Preventif atau Pencegahan, yaitu layanan bimbingan ini dapat
berfungsi sebagai pencegahan, artinya merupakan usaha pencegahan
terhadap timbulnya masalah.
b. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan yang akan menghasilkan
pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu.
c. Fungsi Perbaikan yaitu fungsi bimbingan yang akan menghasilkan
terpecahnya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami
individu (terbimbing).
d. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan yaitu fungsi ini berarti
bahwa layanan bimbingan dapat membantu para individu dalam
memelihara dan mengembangkan pribadinya secara menyeluruh,
mantap, terarah, dan berkelanjutan.
4. Materi Bimbingan Agama Islam
Bimbingan agama merupakan salah satu bidang terpenting seseorang
di dalam menjalani kehidupannya baik yang sifatnya keimanan dan juga
kehidupan sehari-hari. Materi dalam bimbingan agama sebagai berikut :
19
a. Akidah
Akidah ialah keyakinan, kepercayaan, sumbernya yaitu Al-
Qur`an. Hakekatnya iman sebagaimana yang diterangkan oleh
Rasulullah SAW kepada para sahabatnya, ketika Nabi didatangi oleh
laki-laki yang ternyata malaikat Jibril yang menanyakan apakah Iman,
Islam dan Ihsan itu ? Nabi Muhammad SAW menjawab dalam sebuah
hadits :
Artinya : dari Umar bin Khatab ra, ia berkata : ketika
kami sedang duduk di dekan Rasulullah SAW, tiba-tiba
muncul seorang laki-laki yang berpakaian putih, berambut
hitam pekat, bekas jalannya tidak terlihat dan tidak seorang
pun di antara kami yang mengenalinya. Ia duduk menghadap
Rasulullah SAW, lalu meletakan kedua lututnya ke lutut Nabi
dan meletakan kedua tangannya diatas kedua paha Nabi seraya
berkata : Wahai Muhammad, terangkan kepadaku tentang
Islam ! Rasulullah SAW, menjawab : Islam adalah engkau
bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad
utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat,
berpuasa di bulan Ramadhan, dan melakukan ibadah haji ke
Baitullah jika memenuhi syaratnya. Ia berkata : engkau benar.
Kami keheranan karenanya, dia yang bertanya tetapi
membenarkannya. Lebh lanjut ia berkata : sekarang
terangkanlah kepadaku tentang Iman ! Rasulullah SAW,
menjawab : engkau beriman kepada Allah, kepada para
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, dan hari
kiamat, serta engkau beriman kepada baik dan jeleknya
takdir.....(HR. Muslim).19
Dengan demikian antara iman dan Islam adalah satu kesatuan
yang saling terkait satu sama lain. Abdul A‟la Mauhadi mengatakan
hubungan antara iman dan islam laksana hubungan pohon dengan
akar. Mustahil seorang yang memiliki iman untuk memulai dirinya
menjadi seorang muslim. Masalah akidah merupakan hal yang
fundamental, akidah sebagai motor penggerak bagi seorang muslim.
19
Salim Bahreisj, Riyadhus Shalihin (Bandung: PT. Al-Ma‟arif, 1987), cet. ke-10, h. 34.
20
Kepercayaan harus menjadi keyakinan yang mutlak dan bulat,
keyakinan yang mutlak kepada Allah SWT dengan membenarkan dan
mengakui wujud Allah SWT, sifat, hukum-hukum Allah SWT,
kekuasaan-Nya, hidayah dan taufik-Nya.
b. Akhlak
Kata akhlak diartikan sebagai suatu tingkah laku yang
dilakukan secara berulang-ulang. Tingkah laku ini tidak cukup hanya
sekali melakukan perbuatan baik, atau hanya sewaktu-waktu saja.
Seseorang dikatakan berakhlak jika timbul dengan sendirinya
didorong oleh motivasi dari dalam diri dan dilakukan tanpa banyak
pertimbangan pemikiran apalagi pertimbangan yang sering diulang-
ulang, sehingga terkesan sebagai keterpaksaan untuk berbuat. Apabila
perbuatan tersebut dilakukan dengan terpaksa bukanlah pencerminan
dari akhlak.
c. Ibadah
Ibadah merupakan tugas yang diemban oleh manusia ketika ia
sudah sampai pada masa aql baligh (bisa berpikir dengan penuh
perhitungan). Dalam ibadah diajarkan istilah khusyuk yang sepadan
dengan konsentrasi. Disini akan sedikit mengendalikan hal-hal yang
negatif ketika ibadah tersebut berlangsung, sehingga tekanan-
ketegangan (stress-strain) akan mudah dikendalikan.
5. Metode Bimbingan Agama
Pengertian secara harfiah, metode adalah jalan yang harus dilalui
untuk mencapai suatu tujuan. Metode berasal dari kata “meta” yang berarti
21
melalui dan “hodos‟ yang berarti jalan. Namun hakikat pengertian dari
metode tersebut adalah segala sarana yang dapat digunakan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan,20
baik sarana tersebut bersifat fisik
seperti alat peraga, alat administrasi yang menunjang pelaksanaan
kegiatan, bahkan pembimbing juga termasuk metode media.
Dengan penjelasan tentang “metode” di atas maka dapat dipahami
tentang metode bimbingan agama adalah segala jalan atau sarana yang
dapat digunakan dalam proses bimbingan agama. Maka metode yang
dipakai dalam proses bimbingan agama itu adalah sebagai berikut :
a. Ceramah
Metode ceramah yaitu penjelasan yang bersifat umum, cara ini
lebih tepat diberikan dalam bimbingan kelompok (group guidance).
Tetapi pembimbing mesti berupaya untuk menyesuaikan apa-apa yang
disampaikannya dengan kondisi terbimbing yang beragam.21
b. Wawancara
Wawancara adalah salah satu cara atau teknik yang digunakan
untuk mengungkapkan dan mengetahui mengenai fakta-fakta mental
atau kejiwaan (psikis) yang ada pada diri terbimbing.22
Wawancara dapat berjalan dengan baik bilamana memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
1) Pembimbing harus bersifat komunikatif kepada yang dibimbing
20
H. M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama (Jakarta:
Golden Terayon Press, 1982), h. 43. 21
M. Luthfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 136. 22
Ibid, h. 122.
22
2) Pembimbing harus dapat dipercaya oleh seseorang yang
dibimbing sebagai pelindung
3) Pembimbing harus dapat menciptakan situasi dan kondisi yang
memberikan perasaan damai dan aman serta santai kepada
seseorang yang dibimbing.23
c. Teknik Rasional-Emotif
Dalam istilah lain teknik ini disebut dengan “rational-emotif
therapy”, atau model „RET‟ yang dikembangkan oleh Dr. Albert Ellis
(ahli psikologi klinis). Teknik ini dimaksudkan untuk mengatasi
pikiran-pikiran yang tidak logis (tidak rasional) yang disebabkan
dorongan emosinya yang tidak stabil.24
Selain metode yang diuraikan diatas, dalam perspektif al-Qur‟an ada
metode yang biasa dilakukan, yaitu :
a. Metode “bil-hikmah”, metode ini digunakan dalam menghadapi orang-
orang yang terpelajar, intelek, dan memiliki tingkat rasional yang
tinggi, yang kurang yakin akan kebenaran ajaran agama.
b. Metode “bil mujadalah”, perdebatan yang digunakan untuk
menunujkan dan membuktikan kebenaran ajaran agama, dengan
menggunakan dalil-dalil Allah yang rasional.
c. Metode “bil mauidzah”, dengan menunjukan contoh yang benar dan
tepat, agar yang dibimbing dapat mengikuti dan menangkap dari apa
23
H. M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama (Jakarta:
Golden Terayon Press, 1982), h. 45. 24
M. Luthfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 132.
23
yang diterimanya secara logika dan penjelasan akan teori yang masih
baku (tekstual).25
B. Iman
1. Pengertian Iman
Iman secara bahasa artinya percaya, setia, melindungi dan
menempatkan sesuatu di tempat yang aman.26
Iman berasal dari bahasa
arab dengan kata dasar amana-yu’minu-imanan. Artinya beriman atau
percaya. Percaya dalam bahasa indonesia artinya meyakini atau yakin
bahwa sesuatu (yang dipercaya) itu, memang benar atau nyata adanya.27
Iman secara bahasa berarti kepercayaan, keyakinan, ketetapan hati
atau keteguhan hati.28
Abul „Ala al-Maududi menterjemahkan iman dalam
bahasa inggris yaitu, to know, to believe, to be convinced beyond the last
shadow of doubt yang artinya : mengetahui, mempercayai, meyakini yang
di dalamnya tidak terdapat keraguan apapun.29
Iman secara istilah diartikan sebagai pembenaran terhadap ajaran
Nabi Muhammad SAW, yakni beriman kepada Allah, Malaikat, Nabi dan
Rasul, Hari Kiamat, Qada dan Qadar. Demikian makna iman menurut
hadits Nabi SAW.30
Iman menurut istilah ahli bahasa adalah kepercayaan yang meresap
dalam hati dan penuh keyakinan serta tidak bercampur dengan keraguan
25
Ibid, h. 135-136. 26
Tim Saluran Teologi Lirboyo, Akidah Kaum Sarungan, (Tamatan Aliyah Lirboyo
Angkatan 2005), h. 179. 27
Kaelany HD, Islam, Iman dan Amal Saleh (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 58. 28
WJS Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2000), h. 18. 29
Abu A’la Al-Maududi, Toward Understanding, (Comiti Riyadh: Islamic Dakwah, 1985), h. 18. 30
Tim Saluran Teologi Lirboyo, Akidah Kaum Sarungan (Tamatan Aliyah Lirboyo
Angkatan 2005), h. 179.
24
dan syirik dan juga memberi pengaruh terhadap pandangan hidup atau
perbuatan yang membuktikan keyakinan tersebut.31
Iman sering juga
dikenal dengan istilah akidah. Akidah artinya ikatan, yaitu ikatan hati.
Bahwa seseorang yang beriman mengikatkan hati dan perasaan dengan
suatu kepercayaan yang tidak lagi ditukarnya dengan kepercayaan lain.
Iman juga bisa diartikan tashdiq (membenarkan), menurut istilah ahli ilmu,
tashdiq ialah tashdiqur rosuli fi ma jaabihi an rabbihi (membenarkan
Rasul terhadap apa yang didatangkan Tuhannya).32
Akidah tersebut akan
menjadi pedoman dan pegangan hidup, mendarah daging dalam diri
(jasmani dan rohani) yang tidak dapat dipisahkan lagi dari diri seorang
mukmin, bahkan jiwanya demi mempertahankan akidahnya.33
Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan bahwa iman dalam
Islam adalah keyakinan atau kepercayaan kepada Allah SWT, para
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari kiamat, qada dan
qadar tanpa ada keraguan sedikit pun dalam hatinya.
2. Indikator Manusia Beriman
Dalam menciptakan segala sesuatu, Allah SWT telah menciptakan
manfaat serta ciri-cirinya sendiri-sendiri. Begitu pula dalam hak keimanan,
seorang insan pun memiliki indikator yang jelas. Diantara indikator
tersebut adalah :
31
Yusuf Qardhawi, Iman dan Kehidupan (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), cet. Ke-3, h. 3. 32
Hasbi Ash-Shieddieqy, Mutiara Hadits Iman Kepada Allah (Semarang: PT. Pustaka
Riski Putra, 2002), jilid I. h. 16. 33
Kaelany HD, Islam, Iman dan Amal Saleh (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 58.
25
a. Jika disebutkan Asma Allah maka bergetar hatinya dan jika dibacakan
ayat-ayat-Nya maka bertambahlah keimanannya serta semakin
tawakal.34
QS. Al-Anfal : 2
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman[594] ialah mereka
yang bila disebut nama Allah[595] gemetarlah hati mereka, dan
apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka
(karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal”.35
b. Ridha atas segala cobaan yang diberikan-Nya
Dalam al-Qur‟an surat al-Bayyinah ayat 8 Allah menjelaskan
kepada kita tentang hamba-hambanya yang ridha kepada-Nya. Allah
pun akan memberikan cobaan bagi setiap hamba-hamba-Nya yang Ia
kehendaki. Hal ini adalah untuk menguji ketabahan dan keridhoann
akan ujian yang diberikan-Nya.36
Sebagaimana firman Allah dalam
Surat Al-Anam ayat 17.
“dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu,
Maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. dan
jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, Maka Dia Maha Kuasa
atas tiap-tiap sesuatu”.37
34
Musa Sueb. Urgensi Keimanan dalam Abad Globalisai (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,
1996) cet-1 h. 51. 35
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: PT Sygma Examedia
Arkanleema, 2009), h. 136. 36
Musa Sueb. Urgensi Keimanan dalam Abad Globalisai (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,
1996) cet-1 h. 54. 37
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: PT Sygma Examedia
Arkanleema, 2009), h. 229.
26
c. Mencintai Allah dan Rasul-rasul-Nya
Orang-orang yang beriman akan merasa takut akan balasan
Allah di akhirat nanti jika ia mengingkari akan apa yang telah
difirmankan Allah kepadanya.38
d. Tawakkal dalam pengertian berserah diri setelah berdaya upaya secara
maksimal (7 T) Tenang, Tahan, Tabah, Tekun, Teliti, Tanggulangi,
dan Tawakkal.39
e. Apabila mendapat musibah mereka bersabar/tidak berkeluh kesah,
tahan banting (QS. Ali Imran : 120 dan 200).40
“Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih
hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira
karenanya. jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya
mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu.
Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan”
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan
kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan
negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.”
38
Musa Sueb. Urgensi Keimanan dalam Abad Globalisai (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,
1996) cet-1 h. 54. 39
Mawardi Labay El-Sulthani. Zikir dan Doa Iman Pengaman Dunia (Jakarta: Al-
Mawardi Prima, 2000), h.34. 40
Mawardi Labay El-Sulthani. Zikir dan Doa Iman Pengaman Dunia (Jakarta: Al-
Mawardi Prima, 2000), h.37.
27
3. Faktor Penguat Keimanan
Keimanan dalam konsep ajaran Islam merupakan energi, kekuatan,
spirit, dan suatu keniscayaan yang banyak mempengaruhi polarisasi dari
sikap, tingkah laku dan prilaku manusia dalam kehidupan sehari-harinya.41
a. Selalu menambah ilmu pengetahuan (terutama ilmu-ilmu agama)
Kunci dari semua kehidupan dan iptek tentu ada di dalam
kandungan Al-Qur`an. Oleh karena itu, hendaklah kita selalu dapat
menyimak dan mengkaji apa yang ada dalam kandungannya, agar kita
tidak menjadi manusia yang lemah imannya dan sombong.42
Mendalami dan memperluas pengetahuan tentang keimanan
dengan memperbanyak muhasabah dan dzikir kepada Allah SWT
dapat membantu seseorang untuk meningkatkan keimanan dan
memperkuat akidahnya.
b. Memperbanyak amal shaleh (terutama shalat)
Dalam sejarah membuktikan para sahabat Nabi SAW akan
mempergunakan dengan sebaik-baiknya pada setiap kesempatan yang
ada untuk selalu beramal saleh. Seperti apa yang dituturkan Abu
Bakar As-Shiddiq, “tatkala ditanya oleh Rasulullah SAW. ”Siapakah
diantara kamu sekalian yang berpuasa pada hari ini?” Abu Bakar
menjawab, “Saya”. Beliau bertanya lagi “Lalu siapakah diantara kamu
yang menjenguk orang sakit pada hari ini ?” Abu Bakar menjawab
41
M. Luthfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 66. 42
Mawardi Labay El-Sulthani. Zikir dan Doa Iman Pengaman Dunia (Jakarta: Al-
Mawardi Prima, 2000), h.38.
28
lagi, “Saya”. Lalu Rasulullah SAW berkata, “Tidaklah amal-amal ini
menyatu dalam diri seseorang melainkan dia akan masuk sorga”.
Dalam kisah diatas menunjukan kepada kita bahwa Abu Bakar As-
Shiddiq RA. Sangat antusias dalam mempergunakan setiap
kesempatan untuk memperbanyak ibadah. Jadi bukan hanya amalan-
amalan shalatnya, meskipun shalat adalah perkara fardhu.43
c. Menjauhi segala yang dilarang Allah dan rasul-Nya
Sebagaimana yang telah difirmankan Allah dalam Al-Qur`an
surat Al-Ahzab ayat 70-71.
Allah SWT menyerukan demikian karena dikhawatirkan manusia
akan berjalan di luar garis yang telah ditentukan-Nya. Jangankan telah
menyimpang, mendekati larangan-larangan-Nya pun maka
dikhawatirkan manusia akan terperosok di dalamnya.44
Selain beberapa faktor diatas, iman seseorang juga dipengaruhi oleh
metode dalam bimbingan dan pembinaan. Metode dalam membimbing dan
membina seorang muallaf berpengaruh besar terhadap peningkatan akidah.
Pendekatan interpersonal dan psikologis mampu mengarahkan santri
muallaf pada peningkatan keimanan melalui kajian teori dan praktek. Teori
yang digunakan dalam membina muallaf berdasarkan pendekatan pribadi,
dikusi, dialog dan konsultasi.45
43
Mawardi Labay El-Sulthani. Zikir dan Doa Iman Pengaman Dunia (Jakarta: Al-
Mawardi Prima, 2000), h.39. 44
Ibid, h. 39. 45
Taufik Halily. Metode Dakwah Ustadz Syamsul Arifin Nababan dalam Membina
Akidah Santri Muallaf di Pondok Pesantren Pembinan Muallaf An-Naba. Skripsi pada Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013, h. iii.
29
Dalam paradigma Islam dipahami bahwa pada dasarnya potensi
keimanan dan dimensi ketakwaan dalam bentuk yang sangat minimal pun
sudah dianugerahkan Tuhan kepada setiap manusia. Wujudnya berupa
jiwa keagamaan yang hanif atau punya kegandrungan yang positif
sebagaimana adanya. Seringkali dikatakan bahwa keberadaanya hanya
potensi dalam bentuk daya-daya (dimensi energi), yang mana selanjutnya
diperlukan upaya-upaya bimbingan, pembinaan dan pengembangan yang
berkelanjutan sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan setiap
individu. Karena itu, dalam upaya-upaya yang menjadi perhatian dalam
rangkaian program bimbingan agama adalah menggali dan
mengembangkan potensi iman dan dimensi takwa yang ada pada diri
terbimbing.46
C. Muallaf
1. Pengertian Muallaf
Ada beberapa pendapat mengenai muallaf, yang diambil dari
beberapa sumber adalah sebagai berikut :
a. Dalam Ensiklopedi Dasar Islam, muallaf adalah seseorang yang
semula kafir dan baru memeluk Islam.47
b. Dalam Ensiklopedi Hukum Islam, muallaf adalah orang yang hatinya
diteguhkan atau dijinakan agar hatinya cenderung kepada Islam.48
46
M. Luthfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 79. 47
Achmad Roestandi, Ensiklopedi Dasar Islam (Jakarta: PT. Pradaya Paramita, 1993), h.
173. 48
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam (Jakarta: PT. Pradaya Paramita, 1993),
h. 173.
30
c. Dalam Ensiklopedi Islam Indonesia dipaparkan bahwa muallaf
adalah orang-orang yang sedang dijinakan atau dibujuk hati
mereka.49
d. Dalam Fikih Sunnah juga disebutkan bahwa muallaf adalah orang
yang diusahakan dirangkul dan ditarik serta diteguhkan hatinya
dalam keislaman disebabkan belum mantapnya keimanan mereka.50
Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa muallaf adalah orang
yang hatinya dibujuk dan dijinakan hatinya agar cenderung kepada Islam.
Mereka adalah orang-orang yang baru mengetahui dan belum memahami
tentang Islam. Oleh karena itu mereka berada dalam posisi membutuhkan
pembinaan dan bimbingan ajaran-ajaran agama Islam.
Kata muallaf berasal dari bahasa arab yaitu “allafa-ya’lafu-alfan”
yang artinya menjinakan, menjadi jinak, dan mengasihi. Sehingga kata
muallaf dapat diartikan sebagai orang yang dijinakan atau dikasihi.
Sebagaimana tertera dalam firman Allah SWT, dalam surat at-Taubah
ayat 60 :
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam
49
Harun Nasution dkk, Ensiklopedi Islam Indonesia (Jakarta: Djambatan, 1992), h. 130. 50
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah. Penerjemah Mahyuddin Syarif (Bandung: Al-Ma‟arif,
1996), h. 96.
31
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah
Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”.51
Dalam ayat diatas terdapat kata “muallafati qulubuhum” yang
artinya orang-orang yang sedang dijinakan atau dibujuk hatinya. Mereka
dibujuk adakalanya karena merasa baru memeluk agama Islam dan
Imannya belum teguh. Karena belum teguhnya Iman seorang muallaf,
maka mereka termasuk golongan yang berhak menerima zakat. Hal ini
dimaksudkan agar lebih meneguhkan iman para muallaf terhadap agama
Islam.
Kategori muallaf dalam penelitian ini ialah muallaf yang masih
lemah secara ekonomi dan pengetahuan agama, namun mereka telah
mendapat hidayah untuk memeluk agama Islam.
2. Muallaf dalam Islam
Menurut Buya Hamka muallaf adalah orang yang dijinakan hatinya
dan diteguhkan hatinya agar mantap dalam keislamannya dan
kedudukannya disamakan tingginya dengan orang Islam lainnya.52
Pada masa Nabi SAW, para muallaf tersebut diposisikan sebagai
penerima zakat untuk menjamin kelestarian mereka kepada Islam dengan
terus memberikan pembinaan dan pengajaran tentang agama Islam. Salah
satu alasan Nabi SAW, memberikan zakat kepada mereka adalah
51
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: PT Sygma Examedia
Arkanleema, 2009), h. 196. 52
Yunus Yahya, Muslim Tionghoa Kumpulan Karangan (Jakarta : Yayasan Abu Karim
Oei Tjeng Hien, 1985), h. 75.
32
menyatukan hati mereka pada Islam. Oleh karena itu mereka dinamakan
“Al-Muallafah Qulubuhum”.53
Pada masa pemerintahan Abu Bakar, para muallaf tersebut masih
menerima zakat seperti yang dicontohkan Nabi SAW. Namun tidak
demikian pada masa khalifah Umar bin Khattab, beliau memperlakukan
ketetapan penghapusan bagian untuk para muallaf karena ummat Islam
telah kokoh dan kuat. Para muallaf tersebut juga telah menyalahgunakan
pemberian zakat dengan enggan melakukan syari‟at dan
menggantungkan kebutuhan hidup dengan zakat sehingga mereka enggan
berusaha.54
Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, ada dua orang muallaf
menemui Umar yaitu Uyainah bin Hisa dan Aqra‟ bin Haris meminta hak
mereka dengan menunjukan surat yang telah direkomendasikan oleh
Khalifah Abu Bakar pada masa pemerintahannya. Tetapi umar menolak
surat itu dengan mengatakan : “Allah sudah memperkuat Islam dan tidak
memerlukan kalian. Kalian tetap dalam Islam atau hanya pedang yang
ada”. Ini adalah suatu Ijtihad Umar dalam menerapkan suatu Nash al-
Qur‟an yaitu surat at-Taubah ayat 60 yang menunjukan pembagian zakat
kepada muallaf. Umar melihat pada berlakunya tergantung pada keadaan,
kepada siapa harus diberlakukan. Jika keperluan itu sudah tidak ada lagi,
ketentuan itu pun tidak berlaku, inilah jiwa nash tadi.55
53
Syarif Hade Masyah, Hikmah di balik Hukum Islam (Jakarta: Mustaqim, 2002), h. 306-
307. 54
Haidar Barong, Umar bin Khattab dalam Perbincangan (Jakarta: Yayasan Cipta
Persada Indonesia, 2000), h. 294. 55
Ibid, h. 295.
33
Dari penjelasan diatas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
muallaf adalah orang yang baru memeluk Islam yang dirangkul dan
diteguhkan hati mereka kedalam keislaman. Karena mereka baru
memeluk Islam dan baru mengetahui agama Islam, maka mereka berada
pada posisi pihak yang membutuhkan pembinaan dan bimbingan agama
Islam agar dapat mengetahui syari‟at Islam untuk diamalkan dalam
kehidupan sehari-hari serta untuk memperkuat keimanannya.
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Desain Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis deskriptif
dengan pendekatan kualitatif, yaitu studi tentang penelitian yang berupaya
menghimpun data, mengolah dan menganalisis secara deskriptif dengan
menafsirkan secara kualitatif. Untuk itu data-data penelitian yang
dikumpulkan adalah dalam bentuk konsep-konsep. Menurut Taylor yang
dikutip oleh Lexy Moleong, penelitian kualitatif yaitu semua penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-
angka, semua yang dikumpulkan kemungkinan menjadi kunci terhadap apa
yang sudah diteliti.1
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada
kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya eksperimen) dimana peneliti
adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara
triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.2
Dalam hal ini penulis melakukan observasi, wawancara, studi
kepustakaan, dan dokumentasi. Data yang diperoleh akan dianalisa serta
disajikan dalam suatu pandangan yang utuh.
1 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung : PT. Rosda Karya, 2002), cet. ke-
17, h. 3. 2 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D (Bandung : Alfabeta, 2014),
cet. Ke-21, h. 9.
35
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini bertempat di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan
An Naba Center Jl. Cendrawasih IV no. 1 RT 02 RW 03 Kelurahan
Sawah Baru Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten
Kode Pos 15413.
Adapun alasan penulis memilih tempat penelitian ini didasarkan
pada fakta sebagai berikut :
a. Mayoritas santri muallaf di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An
Naba Center adalah korban yang terusir dari keluarga, sahabat dan
tempat kerja, selain itu mereka hidup tanpa perlindungan kedua orang
tua dan orang-orang terdekatnya hanya karena memilih keyakinan
bahwa Islam sebagai petunjuk hidupnya.
b. Keberadaan muallaf yang selama ini kurang begitu diperhatikan oleh
lembaga, instansi maupun ormas-ormas Islam yang cukup besar
maupun kecil dalam memberikan bimbingan dan pembinaan.
Mengingat mereka sangat membutuhkan hal itu dari sesama
saudaranya sebagai muslim.
c. Ketertarikan peneliti untuk mengetahui lebih jauh mengenai pengaruh
bimbingan agama terhadap penguatan keimanan muallaf di Pesantren
Pembinaan Muallaf Yayasan An Naba Center Sawah Baru Ciputat.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini terhitung mulai tanggal 04 Juni 2015 sampai
tanggal 09 Oktober 2015.
36
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah semua orang yang menjadi sumber atau
informan yang dapat memberikan keterangan mengenai masalah
penelitian.3 Dalam penelitian ini yang akan dijadikan subjek penelitian
adalah sekelompok orang yang dapat memberikan informasi yang
relevan dengan obyek yang diteliti yaitu dua orang ustadz
(pembimbing/pembina) dan empat orang muallaf di Pesantren Pembinaan
Muallaf Yayasan An Naba Center Sawah Baru Ciputat.
Adapun teknik pengambilan informan yang menjadi subjek dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik bola salju. Dalam
teknik ini, pengumpulan data dimulai dari beberapa orang yang
memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel. Maka kemudian menjadi
sumber informasi tentang orang lain yang juga dapat dijadikan anggota
sampel. Orang-orang yang ditunjukan ini kemudian dijadikan anggota
sampel dan selanjutnya diminta menunjukan orang lain lagi yang
memenuhi kriteria menjadi anggota sampel. Demikian prosedur ini
dilanjutkan sampai jumlah anggota sampel yang diinginkan terpenuhi.4
2. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian.5 Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah kegiatan
3 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pengantar (Jakarta: Bina Aksara,1989), h.
91. 4 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004),
cet. Ke-6, h. 63. 5 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pengantar (Jakarta: Bina Aksara,1989), h.
59.
37
bimbingan agama pada Muallaf di Pesantren Pembinaan Muallaf
Yayasan An Naba Center Sawah Baru Ciputat.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dari penelitian lapangan ini, penulis
menggunakan metode pengumpulan data berupa :
1. Observasi
Sebagai metode ilmiah, observasi adalah suatu pengumpulan data
untuk memperoleh data dalam bentuk pengamatan dan pencatatan
dengan sistematis tentang fenomena yang diselidiki.6 Peneliti mengamati
secara langsung bagaimana pelaksanaan kegiatan bimbingan agama pada
muallaf di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An Naba Center
Sawah Baru Ciputat.
2. Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam adalah percakapan yang dilakukan secara
mendalam yang diarahkan pada masalah tertentu, dengan tujuan tertentu
dan dengan bertanya secara langsung kepada sejumlah responden.7
Peneliti melakukan wawancara mendalam dengan Ustadz Syamsul
Arifin Nababan untuk menggali data dan informasi mengenai bimbingan
agama di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba’ Center
Sawah Baru Ciputat. Untuk mendapatkan data yang valid, peneliti
mewawancarai dua orang pembimbing dan empat orang muallaf yang
sudah masuk Islam selama satu tahun tentang bimbingan agama dan
6 Sutisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Andi Office, 1989), h.93.
7 Lexi J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006),
Cet. Edisi Revisi, h. 38.
38
penguatan keimanan muallaf di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan
An Naba Center Sawah Baru Ciputat.
3. Dokumentasi
Peneliti mengumpulkan, membaca dan mempelajari berbagai
macam data seperti data tertulis, pengambilan foto, data statistik dan
data-data di perpustakaan atau instansi terkait lainnya yang dapat
dijadikan analisa untuk hasil dalam penelitian ini.8
Peneliti mengumpulkan data dari berbagai macam informasi
seperti buku-buku, majalah, artikel melalui website, dan data lainnya
mengenai bimbingan agama dan keimanan. Selanjutnya peneliti
melakukan observasi dan wawancara secara langsung pada subjek
penelitian. Dalam mendokumentasikan data, peneliti menggunakan
seperangkat alat untuk menyimpan dan merekam hasil wawancara dan
hasil dari observasi, seperti kamera, recorder, buku cacatan, pena, serta
seperangkat alat pendukung lainnya.
4. Catatan Lapangan
Catatan yang berisi tentang hal-hal yang diamati oleh peneliti
dianggap penting. Catatan lapangan harus dibuat secara lengkap dan
deskriptif dengan keterangan tanggal, waktu dan menyertakan informasi-
informasi dasar seperti dimana observasi dilakukan, siapa saja yang
hadir, bagaimana fisik lingkungan, interaksi sosial, aktifitas apa saja yang
berlangsung dan lain sebagainya.
8 Ibid, h. 39.
39
E. Sumber Data
Dalam penelitian ini yang dijadikan sumber data adalah sebagai
berikut :
1. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung
dari sumber asli atau sumber pertama melalui observasi atau pengamatan
langsung, artinya peneliti berperan sebagai pengamat dan wawancara
langsung lagi mendalam kepada informan. Data primer yang diperoleh
dalam penelitian ini melalui pengamatan dan wawancara dengan
pembimbing/pembina agama dan para muallaf di Yayasan An-Naba`
Center Sawah Baru Ciputat.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari atau melalui
sumber-sumber informasi tidak langsung, seperti catatan-catatan atau
dokumen yang berkaitan dengan penelitian. data sekunder biasanya
digunakan sebagai pendukung data primer agar mendapatkan data yang
tepat dan sesuai dengan tujuan penelitian. data sekunder yang digunakan
dalam penelitian ini diantaranya data yang diperoleh dari studi
kepustakaan.
F. Asumsi
Puncak keimanan manusia yang sesungguhnya adalah keyakinan atau
kepercayaan dengan tidak ada keraguan sedikit pun didalam hatinya,
meridhai bahwa Allah SWT adalah tuhannya, Islam sebagai agamanya dan
yakin bahwa Nabi Muhammad SAW merupakan nabi dan rasul-Nya.
40
G. Teknik Analisa Data
Menurut Bodgan dan Biklen dalam Lexy J. Moleong mengemukakan
bahwa teknik analisa data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan
jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi
bahan yang dapat dikelola, mensintensiskannya, mencari dan menemukan
pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan
apa yang akan diceritakan kepada orang lain.9
Dalam melakukan analisa data, penulis mengumpulkan catatan
lapangan baik berupa observasi, wawancara, ataupun dokumentasi yang
diperoleh dari hasil lapangan, yang kemudian menyimpulkannya, serta
menganalisis persoalan yang telah ditetapkan. Selanjutnya
mempresentasikannya secara deskriptif sesuai dengan persoalan yang
dibahas.
H. Teknik Pemeriksa Data
Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari
konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (realibilitas).10
Untuk dapat
menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksa data, dalam hal ini
peneliti menggunakan triangulasi. Triangulasi disini adalah teknik pemeriksa
keabsahan data melalui sumber lainnya diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Jadi triangulasi
sebagai teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu
yang lain diluar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu. Adapun teknik triangulasi yang banyak
9 Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1989),
h. 248. 10
Ibid, h. 321.
41
digunakan dalam pemeriksaan keabsahan data adalah pemeriksaan melalui
sumber lainnya.11
Triangulasi menurut sumber lainnya berarti membandingan dan
mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui
waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. (Patton 1987:331),
hal itu dapat dicapai dengan jalan :12
1. Membandingkan dua hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
2. Membandingkan apa yang di katakan orang di depan umum dengan
apa yang di katakan secara pribadi.
3. Membandingkan apa yang di katakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang di katakannya sepanjang waktu.
4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang.
5. Membandingkan isi wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
Dalam hal ini jangan sampai banyak mengharapkan bahwa hasil
pembanding tersebut merupakan kesamaan pandangan, pendapat, atau
pemikiran. Yang penting disini adalah bisa mengetahui adanya alasan-alasan
terjadinya perbedaan-perbedaan tersebut.13
Triangulasi data digunakan sebagai proses memantapkan derajat
kepercayaan (kredibilitas/validitas) dan konsistensi (reliabilitas) data, serta
bermanfaat juga sebagai alat bantu analisis data dilapangan. Kegiatan
11
M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Pernada Media Group,
2009), cet. ke-4, h. 330. 12
Ibid, h. 330-331. 13
Ibid, h. 330-331.
42
triangulasi dengan sendirinya mencakup proses pengujian hipotesis yang
dibangun selama pengumpulan data. Hipotesis yang tidaklah sama dengan
hipotesis penelitian kuantitatif yang memerlukan dukungan teori. Triangulasi
menurut Mantja (2007:84) dapat juga digunakan untuk memantapkan
konsistensi metode silang, seperti pengamatan dan wawancara atau
penggunaan metode yang sama, seperti wawancara dengan beberapa
informan. Kredibilitas (validitas) analisis lapangan dapat juga diperbaiki
melalui triangulasi . Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan
data.14
Triangulasi mencari dengan cepat pengujian data yang sudah ada
dalam memperkuat tafsir dan meningkatkan kebijakan, serta program yang
berbasis pada bukti yang telah tersedia. Triangulasi adalah suatu pendekatan
analisa data yang mensintesa data dari berbagai sumber. Menurut Bachri
(2010:55) dengan cara menguji informasi dengan mengumpulkan data
melalui metode berbeda, oleh kelompok berbeda dan dalam populasi
(informan) berbeda, penemuan mungkin memperlihatkan bukti penetapan
lintas data, mengurangi dampaknya dari penyimpangan potensial yang bisa
terjadi dalam satu penelitian tunggal. Triangulasi menyatukan informasi dari
penelitian kuantitatif dan kualitatif, menyertakan pencegahan dan kepedulian
memprogram data, dan membuat penggunaan pertimbangan pakar.
Triangulasi bisa menjawab pertanyaan terhadap kelompok risiko, keefektifan,
kebijakan dan perencanaan anggaran, dan status epidemik dalam suatu
lingkungan berubah. Triangulasi menyediakan satu perangkat kuat ketika
14
Ibid., h. 218
43
satu respons cepat diperlukan, atau ketika data ada untuk menjawab satu
pertanyaan spesifik.15
I. Teknik Penulisan
Dalam teknik penulisan skripsi, penulis menggunakan buku “Pedoman
Penulisan Skripsi, Tesis dan Desesrtasi” dalam buku pedoman akademik yang
diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011.
15
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2013), Ed. 1, cet. 1, h. 218.
44
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Singkat Berdirinya Pesantren Pembinaan Muallaf
Pendirian Pesantren Pembinaan Muallaf ini berawal dari keprihatinan
Ustadz Syamsul Arifin Nababan yang mendapati para muallaf terlantar dan
tidur di kolong-kolong Masjid Istiqlal Jakarta. Kondisi mereka sangat
memprihatinkan karena setelah masuk Islam, mereka terusir dari rumah dan
hidup tanpa perlindungan orang tua atau keluarga. Jalan terjal ini mereka
pilih karena mereka yakin Islam sangat cocok dalam memenuhi gemuruh
batin akan kebenaran agama.
Pilihan ini tidaklah mudah, sehingga berakibat pada keterlantaran
mereka dari pelukan keluarga yang mengasihi. Mereka dianggap bukan lagi
bagian dan bahkan mengalami ancaman teror. Kondisi berat ini dirasa
sangat sulit, ditambah kurangnya pembinaan iman Islam kepada mereka
yang mengakibatkan sebagian dari mereka murtad kembali. Hal semacam
ini bila dilihat dari optik ajaran Islam tentu sangat disayangkan. Mengapa
mereka terlantar ? mengapa mereka murtad kembali ? mengapa mereka
dibiarkan menderita sendirian ?1.
Dalam rangka menjawab problematika ini, Pesantren Pembinaan
Muallaf Yayasan An-naba` Center hadir sebagai solusi atas persoalan
mendasar para muallaf. Pesantren ini dirancang untuk membina, mendidik,
1 Wawancara pribadi dengan Ustadz Syamsul Arifin Nababan, Jakarta, 06 Agustus 2015.
45
dan menyantuni para muallaf sampai mereka mampu menjadi juru dakwah.
Para muallaf dididik secara sistemik dan programatik berorientasi pada
pembentukan aqidah Islam yang kuat dan kaffah. Membekali mereka
dengan keterampilan khusus, sehingga memiliki kemampuan yang nantinya
dapat bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Visi, Misi dan Tujuan Pesantren Pembinaan Muallaf An-Naba` Center
Visi dan misi adalah suatu aspek penting dalam menjalankan suatu
organisasi, setiap langkah yang diterapkan mengacu pada visi dan misi, hal
ini karena perlunya pembinaan yang terarah tidak hanya belajar dan belajar
asal jadi. Dalam rangka pencapaian tujuan tersebut, Pesantren Pembinaan
Muallaf memiliki visi dan misi yang jelas sebagai penuntun langkah
kedepan.
a. Visi
Membentuk pribadi Muslim yang kaffah dan mampu menjadi advant-
guard (penjaga gawang) bagi penguatan akidah islamiyah.2
b. Misi
Sebagai sebuah instansi Pendidikan non formal yang akan melahirkan
pribadi-pribadi Muslim yang kaffah, berkarakter serta berjiwa
kemandirian, maka misi Yayasan An-Naba Center` dituangkan dalam
beberapa poin sebagai berikut :
1) Menggugurkan seluruh sisa-sisa keyakinan sebelumnya dan
menggantikan dengan iman Islam yang lurus.
2 Muallaf News, Geliat Dakwah di Papua (Ciputat: Yayasan An-Naba Center, 2012), h. 4.
46
2) Menanamkan fondasi keislaman yang kokoh berdasarkan al-Qur`an
dan Sunnah.
3) Mencetak juru dakwah (Da`i) yang militan berwawasan perbandingan
agama.
4) Membentuk pribadi Muslim yang berakhlakul karimah, mandiri dan
terampil.
5) Menggalang kesatuan dan persatuan diantara kaum Muslimin
Indonesia dalam memberikan daya dukung terhadap kebangunan iman
dan taqwa yang mantap di kalangan saudara kita kaum Muallaf.
6) Sebagai ikhtiar kelembagaan dalam kerangka mengajak masyarakat
untuk peduli melihat keterbelakangan pendidikan dan pembinaan para
muallaf Indonesia sebagai salah satu potensi dan aset umat yang dapat
diandalkan keberadaanya bagi bangunan sebuah masyarakat bangsa
yang beriman dan bertaqwa.3
c. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan didirikannya Pesantren ini adalah untuk
membantu pemerintah dalam usaha pemerataan pelayanan, pembinaan,
dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pendidikan yang
berguna. Dilihat dari sudut ini, tampak jelas peran dan fungsi Pesantren
Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba` Center yang semula hanya
bergerak di bidang dakwah secara kecil-kecilan, kemudian merambah
pada wilayah-wilayah lain yang lebih luas, bahkan sampai ke luar negeri.
Wilayah operasional Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba`
3 Ibid, h. 4.
47
Center yang semakin luas tersebut sesuai dengan tuntutan zaman yang
menghendaki implementasi syi`ar Islam bukan hanya pada tataran
konvensional, melainkan juga pada tataran teknis kehidupan.
3. Program Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan AN-Naba` Center
Di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba` Center kegiatan
bimbingan agama dan pembinaan dilakukan setiap hari. Pada kegiatan
bimbingan agama dan pembinaan ini diikuti oleh seluruh santri muallaf
yang tinggal di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba` Center
tersebut. Untuk lebih jelasnya, penulis akan memampang program kegiatan
muallaf di pesantren tersebut.
Adapun program kegiatan di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan
An-Naba` Center sebagai berikut :
No. Hari Waktu Kegiatan
1.
Senin 03.30-04.30 WIB
04.30-05.00 WIB
05.00-06.00 WIB
06.00-06.30 WIB
18.15-18.40 WIB
19.20-19.40 WIB
Qiyamul Lail
Shalat Subuh dan Dzikir
Kajian Fikih (kitab Bulughul
Maram)
Tahfidz dan Tahsin al-Qur’an
Shalat Maghrib dan Kultum
Shalat Isya
2.
Selasa 03.30-04.30 WIB
04.30-05.00 WIB
05.00-06.00 WIB
Qiyamul Lail
Shalat Subuh dan Dzikir
Kajian Fikih (kitab Bulughul
Maram)
48
06.00-06.30 WIB
18.15-18.40 WIB
19.20-19.40 WIB
19.40-20.50 WIB
Tahfidz dan Tahsin al-Qur’an
Shalat Maghrib dan Kultum
Shalat Isya
Bahasa Arab
3.
Rabu 03.30-04.30 WIB
04.30-05.00 WIB
05.00-06.00 WIB
06.00-06.30 WIB
18.15-18.40 WIB
19.20-19.40 WIB
Qiyamul Lail
Shalat Subuh dan Dzikir
Kajian Fikih
Tahfidz dan Tahsin al-Qur’an
Shalat Maghrib dan Kultum
Shalat Isya
4.
Kamis 03.30-04.30 WIB
04.30-05.00 WIB
05.00-06.00 WIB
06.00-06.30 WIB
18.15-18.40 WIB
19.20-19.40 WIB
19.40-20.50 WIB
Qiyamul Lail
Shalat Subuh dan Dzikir
Kajian Fikih (kitab Bulughul
Maram)
Tahfidz dan Tahsin al-Qur’an
Shalat Maghrib dan Kultum
Shalat Isya
Bahasa Arab
5.
Jum’at 03.30-04.30 WIB
04.30-05.00 WIB
05.00-06.00 WIB
06.00-06.30 WIB
18.15-18.40 WIB
19.20-19.40 WIB
Qiyamul Lail
Shalat Subuh dan Dzikir
Kajian Fikih
Tahfidz dan Tahsin al-Qur’an
Shalat Maghrib dan Kultum
Shalat Isya
49
6.
Sabtu 03.30-04.30 WIB
04.30-05.00 WIB
05.00-06.00 WIB
06.00-06.30 WIB
16.00-17.00 WIB
18.15-18.40 WIB
19.20-20.30 WIB
Qiyamul Lail
Shalat Subuh dan Dzikir
Kajian Akidah
Tahfidz dan Tahsin al-Qur’an
Kajian Ulumul Hadits
Shalat Maghrib dan Kultum
Liqa Tarbiyah
7.
Ahad 03.30-04.30 WIB
04.30-05.00 WIB
05.00-06.00 WIB
06.00-08.00 WIB
13.00-14.30 WIB
16.00-17.00 WIB
18.15-18.40 WIB
19.20-19.40 WIB
19.40-20.50 WIB
Qiyamul Lail
Shalat Subuh dan Dzikir
Tahfidz dan Tahsin al-Qur’an
Kajian Kristologi
Kajian Akidah
Kajian Ulumul Hadits
Shalat Maghrib dan Kultum
Shalat Isya
Muhadlarah atau Latihan Pidato
Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari, dan bagi muallaf yang sekolah
atau kuliah diberikan kebebasan waktu oleh pembimbing.
a. Program Pembinaan
1) Memberikan dasar-dasar aqidah Islamiyah melalui kajian rutin
2) Memberikan dasar-dasar ilmu perbandingan agama
3) Memberikan pelatihan khutbah atau ceramah-ceramah umum
50
b. Program Pendidikan
1) Menyelenggarakan pendidikan non formal dengan pola pesantren
c. Program Pengembangan
1) Menghafal al-Quran dan tafsirnya
2) Menghafal Hadits dan syarahnya
3) Penguasaan Bahasa Arab
4) Penguasaan Bahasa Inggris
5) Penguasaan Komputer
4. Prosesi Pengislaman di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-
Naba` Center
Ada beberapa proses pengislaman muallaf yang dilakukan di
Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba` Center terhadap para
calon Muallaf antara lain :
a. Dilakukan wawancara antara pihak Pengurus dan pihak calon muallaf
b. Dialog dan diajarkan mengucapkan 2 (dua) kalimat syahadat yang
dipimpin langsung oleh pengasuh dibaca bersama-sama yang disaksikan
oleh hadirin.
Setelah mengucapkan dua kalimat syahadat maka calon muallaf
tersebut sudah menjadi seorang muslim, kewajiban-kewajiban serta
larangan-larangan dalam Islam berlaku atas dirinya.
Hal ini merupakan upacara pengislaman yang dilakukan di Pesantren
Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba` Center. Kemudian penjelasan
singkat dari pengasuh tentang dasar-dasar Islam. Setelah perjanjian selesai,
para muallaf diharapkan memahami apa yang telah disampaikan oleh
51
pengasuh tersebut terutama yang paling penting adalah menghafal 2 (dua)
kalimah syahadat beserta terjemahannya.4
5. Struktur Organisasi Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba`
Center
Struktur organisasi merupakan fungsi yang paling penting untuk
mencapai tujuan bersama. Dimana struktur itu adalah sebuah mekanisme
dalam suatu organisasi yang disusun dan dibangun secara teratur, sedangkan
organisasi adalah sarana atau alat untuk mencapai tujuan, karena organisasi
merupakan sekumpulan orang-orang di dalamnya mempunyai tujuan yang
sama dan saling bekerja sama serta terikat secara formal dalam
kelembagaan.
Adapun struktur organisasi Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan
An-Naba` Center adalah :
Ketua : Ustadz Syamsul Arifin Nababan (Kristologi)
Sekretaris : Ozi Setiadi
Bendahara : Laily Yuheni Hasibuan
Pembina 1 : Ustadz Sunali (Liqa Tarbiyah)
Pembina 2 : Ustadz Ali Akbar (Fikih)
Pembina 3 : Ustadz Abdul Aziz Laia (Akidah dan Akhlak)
Pembina 4 : Ustadz Mukhlis (Bahasa Arab)
Pembina 5 : Ustadz Idham Chalid (Tahfidz al-Qur’an)
Pembina 6 : Ustadz Khairul Insan (Ulumul Hadits)
Pembina 7 : Ustadz Muhammad Rofiq (Tahsin al-Qur’an)5
4 Wawancara pribadi dengan Ustadz Ozi Setiadi, Jakarta, 11 Juli 2015.
5 Wawancara pribadi dengan Ustadz Ozi Setiadi, Jakarta, 11 Juli 2015.
52
6. Sarana dan Prasarana
Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba` Center juga
memberikan semua fasilitas yang ada pada muallaf, untuk bisa digunakan
sebagai penunjang kegiatan muallaf. Sarana dan prasarana yang ada di
Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba` Center adalah :
1. Aula dan Asrama
2. Ruang belajar dan perpustakaan
3. Lab. Komputer
4. Tunjangan-tunjangan lainnya, seperti :
a) Pendidikan sekolah sampai perguruan tinggi dibantu oleh pihak
pesantren
b) Mendapatkan uang saku setiap hari
c) Mendapatkan peralatan mandi
d) Mendapatkan alat transportasi (motor) bagi yang jauh sekolahnya
B. Hasil dan Analisa Data Penelitian
1. Deskripsi Informan
Dalam penelitian ini, penulis melakukan observasi dan wawancara
langsung dalam kegiatan bimbingan agama pada muallaf. Informan yang
diwawancarai penulis dalam skripsi ini terdiri dari pembimbing agama,
pembina muallaf serta beberapa santri muallaf yang telah mengikuti
kegiatan bimbingan dan pembinaan lebih dari satu tahun. Adapun gambaran
umum mengenai informan adalah sebagai berikut :
a. Pembimbing Agama
1) Pembimbing 1 (Pembina dan Spesialis Kristologi)
53
Nama : Syamsul Arifin Nababan
TTL : Tebing Tinggi (Sumatera Utara), 10 Nopember 1966
Alamat : Sawah Baru, Ciputat, Tangerang Selatan
Ustadz Syamsul Arifin Nababan mulai menjadi pembimbing
agama bagi para muallaf sejak tahun 1998. Pada awalnya kegiatan
bimbingan agama pada mualaf belum terprogram seperti pada saat ini.
Saat Pesantren Pembinaan Muallaf didirikan pada tahun 2008,
kegiatan bimbingan agama terprogram dalam sistem pesantren.
Motivasinya menjadi pembimbing agama khususnya bagi para
muallaf adalah karena berawal dari keprihatinan melihat banyak para
muallaf yang terlantar di masjid-masjid besar. Belum ada lembaga
atau organisasi Islam yang memperhatikan keberadaan muallaf yang
sejatinya sangat membutuhkan bimbingan agama. Berkat kegigihan
dan semangatnya dalam menjalankan dakwah Islam, Ustadz Samsul
Arifin Nababan berhasil mendirikan sebuah pesantren khusus untuk
pembinaan para muallaf.
Selain itu, Ustadz Syamsul Arifin Nababan berharap kepada
para muallaf supaya bisa berdaya guna menjadi ujung tombak dari
dakwah Islam. Menurutnya kalau muallaf ini berdakwah, bobot
dakwahnya bisa lebih hebat daripada ustadz yang lahir dari Islam
karena mereka punya pengalaman dua agama. Beliau selalu
mendorong para muallaf supaya mereka menjadi orang yang alim
(berilmu) dan menjadi da’i nantinya.6
6 Wawancara Pribadi dengan Ustadz Syamsul Arifin Nababan, Ciputat, 06 Agustus 2015.
Lokasi : Ruang Sekretariat Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba Center Sawah Baru.
54
2) Pembimbing 2 (Spesialis Aqidah dan Akhlak Islam)
Nama : Abdul Aziz Laia, S.Sos.I
TTL : Nias Selatan, 25 Oktober 1980
Alamat : Sawah Baru, Ciputat, Tangerang Selatan
Pendidikan : S1 STIDDI Al-Hikmah Mampang
Ustadz Abdul Aziz Laia mulai jadi pembimbing agama bagi
muallaf sejak tahun 2014. Beliau adalah salah satu lulusan Pesantren
Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba Center angkatan pertama.
Motivasinya menjadi pembimbing agama karena beliau merasakan
betul keberadaan seorang muallaf apalagi ketika dijauhkan dari
keluarga. Ustadz Abdul Aziz berharap kepada para muallaf supaya
mereka mampu memahami dan mengenal Islam secara kaffah supaya
mereka tidak mudah murtad atau tidak kembali lagi ke agama
sebelumnya. Selain itu diharapkan para muallaf ini mampu menjadi
juru dakwah atau dai di kampung halamannya atau di tempat lainnya.7
b. Santri Muallaf
1) Anas Mansur Zebua/Atanasious Fidel Zaibua
Remaja yang lahir di Nias pada tangga 22 Oktober 1996 ini
tertarik dengan Islam setelah mendengarkan suara adzan dan
ceramah-ceramah agama Islam di televisi dan lingkungan sekitarnya
saat ia bekerja di sebuah apotek di Gunung Sitoli. Ketertarikannya
terhadap Islam membuat ia selalu mencari tahu tentang Islam baik
dari buku-buku, radio dan acara di televisi. Hal ini diawali dengan
7 Wawancara Pribadi dengan Ustadz Abdul Aziz Laia, Ciputat, 11 Juli 2015. Lokasi :
Ruang Sekretariat Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba Center Sawah Baru.
55
kegelisahan dan kegundahan hatinya ketika tidak menemukan
ketenangan batin dari gereja dan lingkungan asalnya. Keputusannya
berpindah agama dari agama Katholik ke agama Islam diusianya
yang masih relatif muda merupakan sebuah keputusan yang sangat
berat baginya. Namun karena keyakinan dan keteguhan hati yang
lebih kuat, keputusan itu ia ambil meski dengan segala konsekuensi
yang besar. Kabar berpindahnya agama Annas ke agama Islam
membuatnya dijauhi teman-temannya dan dikucilnya masyarakat di
daerahnya.
Kegigihannya dalam mempelajari Islam ternyata diperhatikan
oleh tokoh agama dan masyarakat di tempatnya bekerja. Annas
kemudian dianjurkan untuk belajar di pesantren supaya belajarnya
lebih kondusif dan waktunya lebih banyak. Melalui ustadz yang
mengajarinya tentang Islam, Anas dipertemukan dengan Ustadz
Abdul Aziz Laia yang kebetulan berasal dari Nias dan menjadi
pengajar di Pesantren An-Naba. Setelah berdialog beberapa saat,
Annas langsung mengiyakan ajakan untuk belajar di Pesantren An-
Naba. Ia begitu senang dan bersemangat karena ia akan tinggal dan
belajar agama lebih banyak di tempat yang mayoritas santrinya
adalah yang senasib dengannya yaitu sebagai seorang muallaf.8
2) Khoirunnisa/Odete Soarez
Khoirunnisa lahir di Ossu, pada tanggal 15 April 1990. Ia
adalah anak pertama dari tujuh bersaudara. Khairunnisa lahir dari
8 Wawancara Pribadi dengan Annas Mansur Zaibua, Ciputat, 11 Juli 2015. Lokasi : Ruang
Sekretariat Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba Center Sawah Baru.
56
keluarga seorang petani dan beragama katholik karena memang
mayoritas didaerahnya adalah penganut katholik namun ia bukan
penganut agama katholik yang taat. Keinginannya untuk
mendapatkan pendidikan yang lebih baik dari orang tuanya sangat
kuat. Sampai ada seseorang yang datang ke NTT mengajak anak-
anak yang berminat untuk melanjutkan sekolahnya ke tanah jawa
secara gratis di sebuah yayasan Islam. Tawaran itu pun langsung
ditanggapi Khairunnisa dan meyakinkan kedua orang tuanya supaya
diizinkan untuk merantau dan belajar di tanah jawa. Setelah satu
minggu akhirnya kedua orang tuanya memberikan izin untuk
melanjutkan pendidikan di sebuah yayasan di tanah jawa. Setelah
masuk yayasan itulah kemudian Nisa sekolah dan belajar mengenai
Islam dan akhirnya memeluk agama Islam.
Setelah lulus dari SMA, khairunnisa berkeinginan untuk bisa
kuliah di perguruan tinggi. Pertemuannya dengan Muhammad
Orlando mendatangkan kabar baik bagi nisa karena Orlan adalah
orang yang membantunya untuk bisa kuliah di perguruan tinggi
Jakarta. Pada tahun 2013 Nisa dipertemukan dengan Ustadz Syamsul
Arifin Nababan yang merupakan pendiri dan pimpinan Pesantren An-
Naba. Sejak saat itulah Nisa tinggal dan belajar di Pesantren
Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba Center kuliah di STIDDI Al-
Hikmah, Mampang, Jakarta.9
3) Lukman Hakim / Euriko Menenjes
9 Wawancara Pribadi dengan Khairunnisa, Ciputat, 12 Juli 2015. Lokasi : Ruang Sekretariat
Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba Center Sawah Baru.
57
Lukman lahir di Timor Leste, pada tanggal 07 Nopember
1997. Ketertarikannya terhadap Islam berawal dari melihat kakanya
yang telah sekolah dan belajar di Yayasan Islam di tanah Jawa. Ia pun
kemudian mengikuti jejak kakaknya untuk belajar dan sekolah di
jawa. Di pesantren Al-Ikhlas, lukman belajar Islam dengan para santri
lainnya. Dan di pesanntren itu pula, ia akhirnya belajar mengenal
Islam lebih dalam dan akhirnya memeluk Islam. Namun karena
usianya yang masih belia, ia belum begitu banyak memahami tentang
Islam. Sampai akhirnya pada tahun 2013 ia berangkat ke Jakarta
untuk melanjutkan sekolahnya ke jenjang SMA.
Selama di Jakarta, Lukman diajak oleh Muhammad Orlando
dan kakak kandungnya Khairunnisa untuk tinggal dan belajar di
Pesantren An-Naba. Selama di pesantren An-Naba ini, lukman
merasakan betul belajar ilmu agama dengan teman-teman yang
senasib dengannya yaitu sebagai muallaf. Ia merasa bersemangat
karena teman-teman serta para ustadz di Pesantren An-Naba selalu
memberikan support terhadapnya. Selain belajar di pesantren An-
Naba, ia juga melanjutkan pendidikannya di SMK Al-Ummah
Ciputat.10
4) Mustofa Jayyidin/Emiliano Ruas Uato Lari
Mustafa lahir di Timor Leste, pada tanggal 28 April 1991.
Pada awalnya Mustafa berniat hanya ingin merantau saja ke tanah
jawa. Namun saat itu kedua orang tuanya tidak mengizinkan karena
10
Wawancara Pribadi dengan Lukman Hakim, Ciputat, 11 Juli 2015. Lokasi : Ruang
Sekretariat Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba Center Sawah Baru.
58
ia masih kecil dan duduk di bangku Sekolah Dasar. Ia meyakinkan
kedua orang tuanya supaya diizinkan untuk melanjutkan sekolahnya
di jawa. Karena tekadnya yang kuat, akhirnya kedua orang tuanya
pun memberikan izin kepada mustafa dengan syarat ketika kembali
ke kampung halamannya ia harus kembali ke agama katholik. Syarat
itu kemudian mustafa iyakan karena keinginannya merantau begitu
kuat. Setelah lama di jawa dan kemudian pindah ke Jakarta dan
masuk pesantren An-Naba pada tahun 2013, ia merasa semakin yakin
dan mantap terhadap ajaran Islam. Ia bahkan bertekad, jika ada yang
menyuruhnya untuk murtad, maka ia akan langsung menolak dengan
tegas termasuk jika yang menyuruh itu adalah orang tuanya sendiri.
Mustafa mengaku masuk Islam atas dasar kemauan sendiri dan
karena menemukan kebenaran dalam Islam, bukan atas paksaan dari
siapa pun.
2. Kegiatan Bimbingan Agama
Kegiatan Bimbingan Agama Islam merupakan kegiatan dari dakwah
Islamiyah. Dakwah yang baik adalah dakwah yang mengarahkan umatnya
dalam mencapai kesesimbangan hidup di dunia dan akhirat. Bimbingan
Agama pada muallaf merupakan sebuah upaya dalam memberikan bantuan,
pertolongan dan pemberdayaan supaya dapat berdaya guna sebagai seorang
yang baru memeluk agama Islam sehingga keyakinannya kepada Islam
semakin kokoh dan tidak mudah goyah oleh godaan apapun yang
mengganggu keimanannya. Seperti yang diungkapkan oleh Ustadz Syamsul
Arifin Nababan :
59
“Tujuan Bimbingan Agama adalah supaya terbentuknya
pribadi muslim yang kaffah, utuh dan serius. Ketika diberikan
ilmu agama, dan mereka paham maka mereka bersyukur
menjadi orang Islam. Tentu akan berdampak pada
keimanannya nanti. Aqidahnya akan semakin kokoh ketika
dibimbing dan dibina secara serius”.11
Hal serupa juga sebagaimana diungkapkan oleh Ustadz Abdul Aziz
Laia :
“Tujuan bimbingan agama disini tentunya adalah sebagai
benteng aqidah buat mereka agar tidak mudah murtad kembali.
Kedua, sebagai hujjah jika berdebat dengan keluarga mereka
yang notabene nya adalah non Islam. Ketiga, sebagai alasan
dalam menegakan ibadah dan menjalankan Islam”.12
Dari hasil observasi dan wawancara, penulis dapat menggambarkan
kegiatan bimbingan agama di lapangan sebagai berikut :
a. Kegiatan Bimbingan Agama
Kegiatan bimbingan agama dilaksanakan setiap hari mulai dari
pukul 05.00-06.00 WIB di mushala Pesantren Pembinaan Muallaf
Yayasan An-Naba` Center. Untuk kegiatan pagi atau setelah shalat
berjamaah subuh, para santri muallaf diajarkan membaca Al-qur`an.
Sedangkan bagi santri yang sudah bisa membaca Al-qur`an diwajibkan
untuk menghafalnya. Hal ini dipandang penting karena sebagai seorang
muslim, harus bisa membaca Al-qur`an terlebih dahulu sebelum
mengkaji isi kandungannya secara lebih mendalam. Ketika seseorang
memahami ajaran Islam lebih mendalam, maka ia akan lebih condong
kepadanya dan lebih menguatkan imannya. Untuk kegiatan bimbingan
11
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Syamsul Arifin Nababan, Ciputat, 06 Agustus 2015.
Lokasi : Ruang Sekretariat Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba Center Sawah Baru. 12
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Abdul Aziz Laia, Ciputat, 11 Juli 2015. Lokasi :
Ruang Sekretariat Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba Center Sawah Baru.
60
malam hari dilaksanakan pada pukul 18.00-21.00 WIB dengan diselang
waktu shalat Isya berjamaah. Kegiatan diisi dengan menghafal al-Qur’an
dan muhadlarah atau kultum.
Sementara itu, untuk materi aqidah dan kristologi dilaksanakan
setiap hari sabtu dan minggu pada pukul 05.00-06.30 WIB. Kegiatan
bimbingan agama ini dipimpin langsung oleh ustadz Syamsul Arifin
Nababan untuk materi kristologi (ilmu perbandingan agama). Materi ini
biasanya disampaikan kepada santri muallaf yang masih baru memeluk
Islam atau baru masuk pesantren An-Naba. Selain itu untuk materi
aqidah dan akhlak Islam di pimpin oleh ustadz Abdul Aziz Laia. Untuk
materi-materi ibadah seperti tata cara berwudhu, shalat, dzikir dan yang
lainnya diajarkan dan dibimbing sampai para santri muallaf ini bisa
melaksanakan ibadah sesuai dengan syariat.
Selain itu, dalam upaya meningkatkan dan menguatkan keimanan
para muallaf diberikan bimbingan akidah dan materi kristologi (ilmu
perbandingan agama). Hal ini untuk mengajarkan tauhid yang
sesungguhnya dalam Islam. Karena persoalan tauhid ini merupakan
struktur utama dalam mempengaruhi pandangan hidup (way of life) dan
perilaku seorang muslim.13
Seperti yang diungkapkan oleh Annas :
“Ada banyak perubahan yang saya rasakan setelah
mengikuti bimbingan agama disini. Dulu saya orang yang
emosional dan selalu bicara kotor. Tapi sekarang saya sudah
merasa tenang, bisa mengontrol emosi, bertutur kata yang
halus dan sopan. Semuanya berubah perlahan setelah
mengikuti bimbingan agama disini”.14
13
Yayasan An-Naba Center. Muallaf News. H. 16. 14
Wawancara Pribadi dengan Annas Mansur Zaibua, Ciputat, 11 Juli 2015. Lokasi : Ruang
Sekretariat Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba Center Sawah Baru.
61
Hal senada juga diungkapkan Mustafa :
“Kegiatan bimbingan agama disini sangat membantu
khususnya kepada saya yang tadinya belum memahami
betul ajaran agama Islam. Ada banyak orang muallaf disana
kurang dibimbing dan dibina sehingga mudah sekali
kembali murtad ke agama sebelumnya.”15
Demikian pula disampaikan oleh Khairunnisa :
“Kegiatan bimbingan agama disini sangat baik dan sangat
membantu para muallaf dalam memahami ajaran Islam dan
membantu menguatkan akidah/keimanan para muallaf. Saya
merasakan adanya ketenangan yang lebih dan banyak lagi
pencerahan tentang ilmu-ilmu agama Islam. Banyak ilmu
baru dan rasa ingin tahu saya semakin besar.”16
Dari kutipan wawancara diatas, memberikan pengertian kepada
penulis bahwa kegiatan bimbingan agama pada muallaf di pesantren An-
Naba` cukup baik dan efektif, hal ini terlihat dari semangat dan antusias
para santri muallaf dalam mengikuti kegiatan bimbingan agama.
Komunikasi yang dibangun oleh para pembimbing atau ustadz kepada
para santri sangat baik, sehingga mereka merasa para muallaf merasa
mempunyai keluarga baru ketika tinggal di pesantren tersebut. Mereka
juga tidak dipungut biaya apa pun oleh pihak pesantren sehingga mereka
diharapkan fokus dan serius dalam belajar ilmu agama.
b. Metode Bimbingan Agama
Metode yang digunakan dalam kegiatan bimbingan agama di
Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba` adalah metode
ceramah, diskusi dan tanya jawab. Ada beberapa metode ceramah yang
15
Wawancara Pribadi dengan Mustafa Jayyidin, Ciputat, 11 Juli 2015. Lokasi : Ruang
Sekretariat Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba Center Sawah Baru. 16
Wawancara Pribadi dengan Khairunnisa, Ciputat, 11 Juli 2015. Lokasi : Ruang
Perpustakaan Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba Center Sawah Baru.
62
dilakukan oleh pembimbing yaitu dengan cara direktif dan rasional
emotif therapy (RET). Berikut diungkapkan oleh Ustadz Syamsul Arifin
Nababan :
“Metode saya, mereka yang baru masuk Islam saya tanya
sudah berapa persen keimanan mereka terhadap Islam ?
mereka rata-rata menjawab ada yang 80-90 persen. Jadi
jarang yang langsung 100 persen. Untuk menggugurkan
sisa-sisa kepercayaan itu ilmu yang saya gunakan adalah
kristologi atau perbandingan agama. Supaya mereka tahu
bahwa masuk Islam itu adalah pilihan tepat. Saya jelaskan
kesalahannya dimana dan kebenaran Islam dimana. Saya
ajak mereka berpikir rasional supaya mudah dipahami”.
Demikian pula disampaikan oleh Ustadz Abdul Aziz Laia :
“Ada tiga metode yang kita gunakan yaitu pertama metode
ceramah atau demo. Kedua, metode diskusi. Ketiga, metode
presentasi santri. Keempat, metode menghafal dalil yang
berkaitan tentang hukum.”.
1) Metode Direktif
Metode direktif merupakan bentuk psikoterapi yang paling
sederhana, karena pembimbing atas dasar metode ini secara
langsung memberika jawaban-jawaban terhadap problem yang
oleh klien disadari sumber kecemasannya.17
Metode direktif
adalah salah satu teknik yang diberikan dan digunakan bagi
klien yang tidak mengerti masalahnya dan mengalami kesulitan
dalam memahami dan memecahkannya.18
17
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam (Jakarta: Hamzah, 2010), h. 71. 18
M. Luthfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h. 130.
63
2) Metode RET (Rasional Emotif Therapy)
Metode Rasional Emotif Therapy (RET) yaitu bentuk
terapi yang berupaya membimbing dan menyadarkan diri klien,
sesungguhnya cara berpikir yang tidak rasional itulah yang
menyebabkan terjadinya gangguan-gangguan emosionalnya.19
3) Metode Diskusi atau Tanya Jawab
Metode lain yang digunakan pembimbing yaitu tanya
jawab, biasanya dilakukan setelah selesai penyampaian materi.
Apabila ada santri muallaf yang belum mengerti tentang materi
yang disampaikan pembimbing maka santri diperbolehkan untuk
bertanya.
Dari hasil pengamatan penulis, penggunaan metode yang
digunakan oleh pembimbing cukup baik, karena dengan cara
mengarahkan dan membimbing santri muallaf untuk berpikir
rasional, setidaknya dapat menambah dan menguatkan keimanan
para muallaf agar tidak kembali murtad. Selain itu, dengan metode
tanya jawab yang digunakan oleh pembimbing sangat baik, karena
dengan begitu komunikasi berjalan tidak satu arah tapi dua arah
(two way terafic communication) sehingga para santri muallaf
dapat memahami materi yang disampaikan oleh pembimbing.
c. Materi Bimbingan Agama
Secara umum materi yang disampaikan oleh pembimbing
mencakup seluruh ajaran Islam dalam kehidupan sehari hari. Namun ada
19
Ibid, h. 132.
64
materi khusus diawal bimbingan yaitu materi aqidah dan kristologi. Hal
ini untuk menguatkan keyakinan dan keimanan para muallaf. Berikut
pernyataan Ustadz Syamsul Arifin Nababan :
“Adapun materi yang disampaian kepada muallaf seperti aqidah,
al-Quran, fikih, sirrah nabawiyah, bahasa arab. Untuk materi
khususnya kristologi atau perbandingan agama. Karena mereka ini
berlatar belakang muallaf semua, banyak diantara mereka belum
memahami agama sebelumnya. Hal ini untuk menguatkan
keimanan mereka”.20
Hal serupa juga disampaikan Ustadz Abdul Aziz Laia :
“Materi yang saya sampaikan adalah khusus materi aqidah dan
akhlak. Kitab yang memberikan penjelasan tentang ma’rifatullah
(mengenal Allah), Islam, dan Rasul. Hal ini tentu untuk
membentengi aqidah para muallaf”.21
Dari hasil wawancara yang dilakukan, penulis melihat bahwa
materi yang disampaikan oleh pembimbing disesuaikan dengan
kebutuhan para muallaf. Materi tersebut yaitu meliputi aqidah, akhlak,
kristologi (perbandingan agama), al-quran, fikih, sirrah nabawiyah,
bahasa arab, dan ibadah. Semua materi yang disampaikan, bertujuan
supaya santri muallaf menjadi pribadi muslim yang kaffah, mempunyai
iman yang kokoh serta mampu menjadi da’i yang handal sebagai penerus
dakwah Islam di dunia. Hal ini sesuai dengan ungkapan Lukman :
“Alhamdulillah mudah, karena kita belajar dari hati ke
hati”.22
Demikian pula disampaikan oleh Mustafa Jayyidin :
20
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Syamsul Arifin Nababan, Ciputat, 06 Agustus 2015.
Lokasi : Ruang Sekretariat Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba Center Sawah Baru 21
Wawancara Pribadi dengan Ustadz Abdul Aziz Laia, Ciputat, 11 Juli 2015. Lokasi :
Ruang Sekretariat Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba Center Sawah Baru 22
Wawancara Pribadi dengan Lukman Hakim, Ciputat, 11 Juli 2015. Lokasi : Ruang
Sekretariat Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba Center Sawah Baru.
65
“Alhamdulillah mudah, karena banyak hal yang bisa saya
pahami dari penjelasan para ustadz. Jika kami belum paham,
kami selalu punya kesempatan untuk bertanya saat kegiatan
belajar berlangsung. Para ustadz selalu sabar dalam
menghadapi kami, karena kami adalah para pemula.”.23
Hal senada juga disampaikan Khairunnisa :
“Alhamdulillah mudah, para ustadz menyesuaikan keadaan
santri muallaf”.24
Hal lain juga diungkapkan Annas :
“Relatif mudah dipahami karena ustadz disini selalu
memberikan kesempatan untuk diskusi dan tanya jawab
setelah menyampaikan materinya. Selalu mengulang materi
kalau kami belum paham. Sesuai harapan saya untuk
mempelajari ilmu agama lebih dalam.”.25
Dengan demikian, penulis dapat simpulkan bahwa materi
bimbingan agama seperti akidah dan ibadah dirasakan mudah untuk
dipahami oleh para santri muallaf karena dimulai dari materi yang sangat
dasar dalam ajaran Islam.
3. Pengaruh Bimbingan Agama terhadap Penguatan Keimanan Muallaf
Potensi yang dimiliki manusia secara umum disebut fitrah
keagamaan, yaitu berupa kecenderungan untuk bertauhid. Sebagai potensi,
maka perlu adanya pengaruh yang berasal dari luar diri manusia. Pengaruh
23
Wawancara Pribadi dengan Mustafa Jayyidin, Ciputat, 11 Juli 2015. Lokasi : Ruang
Sekretariat Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba Center Sawah Baru. 24
Wawancara Pribadi dengan Khairunnisa, Ciputat, 12 Juli 2015. Lokasi : Ruang
Sekretariat Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba Center Sawah Baru. 25
Wawancara Pribadi dengan Annas Mansur Zaibua, Ciputat, 11 Juli 2015. Lokasi : Ruang
Sekretariat Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba Center Sawah Baru.
66
tersebut dapat berupa bimbingan, pembinaan, latihan, pendidikan, interaksi
antar sesama dan sebagainya, yang secara umum disebut sosialisasi.26
Hakikat prinsipil dari bimbingan agama yaitu dengan
membangkitkan dan mengaktualisasikan potensi iman dan takwa yang ada
pada orang lain secara tepat dan terarah, untuk mengembalikannya kepada
hakikat pribadi muslim yang sejati menurut tuntunan Allah dan Rasul-
Nya.27
Ketahanan mental dan spiritual akan senantiasa suvive bila aktifitas
hidup senantiasa dibekali dengan akidah (iman), ibadah (amal saleh) dan
kebajikan, serta dihiasi dengan budi pekerti yang mulia/luhur (akhlakul
karimah) dan senantiasa pula dipupuk serta disirami dengan nilai-nilai
ketakwaan.28
Para muallaf di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba`
Center sebagian besar adalah mereka yang masih duduk di bangku SMA
sederajat dan kuliah. Mereka yang sempat putus sekolah kemudian
disekolahkan oleh pihak pesantren. Begitu pula bagi yang belum kuliah,
pihak pesantren bekerjasama dengan STIDDI Al-Hikmah Mampang Jakarta
untuk membiayai kuliah bagi para muallaf yang tinggal di Pesantren An-
Naba`. Sebagian dari mereka juga adalah orang-orang yang dikucilkan dan
diusir dari keluarganya karena memeluk agama Islam. Bahkan tidak heran
jika mereka kerap mendapatkan ancaman dan siksaan dari keluarga yang
26
Ridjaluddin FN, Agama dan Pengaruhnya dalam Kehidupan (Jakarta: Pusat Kajian
Islam FAI UHAMKA, 2008), h. 82. 27
M. Luthfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 16. 28
M. Luthfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 16.
67
tidak menerima keislamannya. Keadaan ini membuat mereka merasa
terancam dan rentan kembali murtad jika aqidahnya belum kokoh dan
pemahaman agamanya yang masih kurang.
Muallaf adalah orang yang dijinakan hatinya untuk condong kepada
Islam. Mereka merupakan orang-orang mendapatkan hidayah dari Allah
SWT dan termasuk orang-orang yang belum mengerti betul ajaran Islam.
Maka sangat pantas jika mereka adalah golongan yang membutuhkan
perhatian, pertolongan dan bimbingan supaya dapat menjadi pribadi muslim
yang baik.
Bimbingan agama dalam menguatkan keimanan muallaf salah
satunya melalui pembekalan materi aqidah dan kristologi (perbandingan
agama) yang diberikan oleh para pembimbing kepada para santri. Iman
merupakan kondisi hati dan jiwa yang timbul dari pengetahuan tentang
sesuatu dan kecondongan kepadanya. Iman itu bisa bertambah dan bisa
berkurang, tergantung pada lemah atau kuatnya kedua faktor tersebut, yaitu
pengetahuan dan kecondongan.29
Iman yang hakiki itu bertingkat-tingkat.
Hanya tidak setiap tingkat akan selalu mendesak pemiliknya untuk
melakukan konsekuensi praktisnya. Semakin kuat dan sempurna iman
seseorang, maka semakin besar pengaruhnya untuk melakukan amal
perbuatan yang sesuai dengan keimanannya.30
Konsekuensi dari iman
adalah kesungguhan dan tekad secara global untuk mengamalkan ajaran-
ajaran Illahi dan hukum-hukum-Nya.31
Perubahan yang terjadi pada muallaf
29
Yazdi, Muhammad Taqi Mishbah, Penerjemah Ahmad Marzuki Amin, Iman Semesta
Merancang Piramida Keyakinan, (Jakarta: Al-Huda, 2005), cet-1. h. 426. 30
Ibid, h. 434. 31
Ibid, h. 427.
68
setelah mengikuti bimbingan agama di Pesantren Pembinaan Muallaf
Yayasan An-Naba` Center dirasakan betul oleh para muallaf seperti lebih
rajin dalam beribadah, semangat dan antusias dalam belajar serta
menjunjung tinggi akhlakul karimah. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh
Annas :
“Pengaruhnya sangat saya rasakan terutama dalam memahami
ketuhanan. Tidak mungkin kita menyembah sesuatu yang
dilahirkan atau diciptakan. Natal dalam agama kristen itu kan
kelahirannya Yesus atau Isa Al-Masih, tetapi kalau kita
telusuri sejarahnya tidak ada. Tidak mungkin Allah itu beranak
dan diperanakan. Allah itu Maha Berdiri Sendiri. Saya lebih
baik mati syahid daripada harus kembali murtad.”.32
Hal senada juga diungkapkan Khairunnisa :
“Pengaruhnya saya merasa iman semakin bertambah kuat.
Keyakinan saya terhadap Islam semakin besar. Saya semakin
ingin betul-betul fokus mengikuti kajian agama Islam disini
supaya saya bisa mempersiapkan untuk menjadi juru dakwah
Islam yang tangguh sehingga nanti bisa mengajak seluruh
keluarga dan saudara-saudara saya masuk Islam”.33
Hal lain juga diungkapkan Mustafa Jayyidin :
“Tentu ada. Sebelum masuk pesantren ini saya selalu bergaul
sama teman-teman yang berandal sehingga ibadah pun selalu
tertinggal, namun setelah disini saya merasa keimanan saya
semakin kuat dan bertambah. Saya jadi lebih rajin beribadah,
semangat menuntut ilmu dan selalu ingin berbagi pada
sesama”.34
Hal serupa juga diungkapkan Lukman :
32
Wawancara Pribadi dengan Annas Mansur Zaibua, Ciputat, 11 Juli 2015. Lokasi : Ruang
Sekretariat Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba Center Sawah Baru. 33
Wawancara Pribadi dengan Khairunnisa, Ciputat, 12 Juli 2015. Lokasi : Ruang
Sekretariat Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba Center Sawah Baru. 34
Wawancara Pribadi dengan Mustafa Jayyidin, Ciputat, 11 Juli 2015. Lokasi : Ruang
Sekretariat Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba Center Sawah Baru.
69
“Sebelumnya masuk pesantren ini saya merasa biasa saja,
namun setelah disini saya merasa keimanan saya semakin kuat
dan bertambah”.35
Dari ungkapan Annas, Khairunnisa, Mustafa dan Lukman
terlihat adanya perubahan keyakinan secara drastis dari keimanan
terhadap agama sebelumnya dengan setelah mengikuti kegiatan
bimbingan agama di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-
Naba` Center. Mereka mampu memahami materi yang disampaikan
oleh pembimbing sehingga memberikan pengaruh terhadap keimanan
atau keyakinan mereka terhadap Islam. Hal lain juga terlihat dari
pelaksanaan ibadah yang mereka lakukan meningkat seiring adanya
bimbingan yang terpadu. Semangat atau antusias para muallaf dalam
menuntut ilmu menjadi bukti bahwa keimanan mereka meningkat.
Selain itu perubahan sikap dan prilaku sehari-hari juga terjadi seiring
faktor lingkungan pesantren yang mendukung adanya perubahan pada
diri mereka dalam kehidupan sosial.
35
Wawancara Pribadi dengan Lukman Hakim, Ciputat, 11 Juli 2015. Lokasi : Ruang
Sekretariat Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba Center Sawah Baru.
70
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di Pesantren Pembinaan Muallaf
Yayasan An-Naba` Center Sawah Baru Ciputat tentang Pengaruh
Bimbingan Agama terhadap Penguatan Keimanan Muallaf dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Bimbingan agama di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-
Naba` Center Sawah Baru Ciputat berpengaruh postitif dalam upaya
menguatkan dan meningkatkan keimanan Muallaf. Hal ini terlihat dari
meningkatnya pemahaman muallaf tentang ajaran agama Islam,
pelaksanaan ibadah yang mereka lakukan meningkat, semangat dan
antusias para muallaf dalam menuntut ilmu (belajar agama), serta
perubahan sikap dan prilaku (akhlakul karimah) dalam kehidupan
sehari-hari yang ditunjukan oleh para muallaf sebagaimana indikator
manusia beriman seperti bergetarnya hati dan jiwa mereka ketika
dibacakan ayat-ayat suci al-Qur’an, berhijrah dan berjihad di jalan
Allah SWT, sabar dan ridha atas segala cobaan yang Allah berikan,
mencintai dan menyayangi sesama muslim, bertawakal dan berserah
diri hanya kepada Allah SWT, tidak mudah menyerah dan tidak
berkeluh kesah dengan keadaan yang ada.
2. Kegiatan bimbingan agama dilaksanakan setiap hari secara terjadwal
rapi dalam kurikulum pesantren yang disampaikan oleh para ustadz
atau pembimbing. Materi yang disampaikan mencakup seluruh ajaran
71
agama Islam dalam kehidupan sehari-hari seperti aqidah, akhlak,
fikih, ibadah, al-Qur’an dan hadits. Namun fokus kajian rutin diawal
bimbingan agama adalah penekanan materi akidah dan kristologi
(ilmu perbandingan agama) untuk menguatkan iman dan
membentengi akidah para muallaf. Sedangkan metode yang digunakan
pembimbing meliputi ceramah, tanya jawab dan menghafal dalil-dalil
al-Qur’an dan Hadits supaya santri muallaf lebih mudah memahami
ajaran agama. Selain itu para muallaf juga dibekali dengan pelatihan
khutbah dan ceramah supaya kelak dapat menjadi da’i yang handal di
tengah masyarakat.
B. Saran
Dari hasil pengamatan penulis mengenai pengaruh bimbingan
agama terhadap penguatan keimanan muallaf di Pesantren Pembinaan
Muallaf Yayasan An-Naba` Center Sawah Baru Ciputat, penulis
memberikan saran sebagai berikut :
1. Hendaknya lebih ditingkatkan lagi bimbingan dan pembinaan terhadap
muallaf dengan mengoptimalkan SDM (sumber daya manusia) melalui
jalan mengikuti pelatihan-pelatihan wirausaha mikro dan pelatihan
umum lainnya.
2. Lebih ditingkatkan dan diperbanyak literatur (buku-buku) agama dan
umum di perpustakaan supaya para muallaf dapat mempelajari Islam
melalui bacaan buku-buku yang refresentatif.
72
3. Perlu adanya perhatian dari masyarakat khususnya umat (ormas) Islam
terhadap keberadaan para muallaf agar mereka mendapat bimbingan,
pembinaan dan perhatian.
4. Pemerintah khususnya Kementrian Agama melalui dirjen BIMAS Islam
supaya lebih memperhatikan keberadaan Pesantren Pembinaan Muallaf
Yayasan An-Naba` Cente ini karena merupakan lembaga murni sosial
keagamaan yang membutuhkan dukungan penuh baik secara riil
maupun materil.
5. Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba` Center Sawah Baru
Ciputat dapat dijadikan sebagai lembaga percontohan yang berbasis
pesantren dalam pembinaan dan bimbingan agama secara efektif kepada
para muallaf.
73
DAFTAR PUSTAKA
Adz-Dzaky, Hamdani Bakran. Konseling dan Psikoterapi Islam. Yogyakarta:
Fajar Pustaka Baru, 2002.
Al-Islam. Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia. 2005.
Amin, Samsul Munir. Bimbingan dan Konseling Islam. Jakarta: Hamzah, 2010.
Arifin, Bambang Syamsul. Psikologi Agama, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2008.
Arifin, H. M. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Penyuluhan Agama. Jakarta:
Golden Terayon Press, 1976.
___________. Pokok-pokok tentang Bimbingan Penyuluhan Agama. Jakarta:
Bulan Bintang, 1976.
Arikunto, Suharsini. Prosedur Penelitian Suatu Pengantar. Jakarta: Bina Aksara,
1989.
Ash-Shieddieqy, Hasbi. Mutiara Hadits “Iman Kepada Allah”. Semarang: PT.
Pustaka Riski Putra, 2002.
Ath-Thabari, Abu Ja’far Muhammad bin Jarir. Tafsir Ath-Thabari Jakarta:
Pustaka Azzam, 2008.
Bahreisj, Salim. Riyadhus Shalihin. Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1987.
Barong, Haidar. Umar bin Khattab dalam Perbincangan. Jakarta: Yayasan Cipta
Persada Indonesia, 2000.
Budiman, Arif. Agama Demokrasi dan Keadilan. Jakarta: PT. Gramedia, 1993.
Bungin, M. Burhan. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Pernada Media
Group, 2009.
Corey, Gerald dan Wasty Soemanto. Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja
Pemimpin Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 1998.
Dahlan, Abdul Aziz. Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta: PT. Pradaya Paramita,
1993.
Daradjat, Zakiah. Pendidikan Agama dan Pembinaan Mental. Jakarta: Bulan
Bintang, 1982.
74
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: PT Sygma
Examedia Arkanleema, 2009.
El-Sulthani, Mawardi Labay. Zikir dan Doa Iman Pengaman Dunia. Jakarta: Al-
Mawardi Prima, 2000.
Faiz Zayadi, Dasma dkk. Materi Bimbingan Agama Pada Muslim Pemula
(Muallaf). Jakarta: Kementrian Agama RI, Dirjen BIMAS Islam, 2012.
Faqih, Aunur Rahim. Bimbingan dan Konseling dalam Islam. Yogyakarta: UII
Press, 2001.
Gunarsa, Singgih D. dan Ny Y. Singgih D. Gunarsa, Psikologi untuk
Membimbing. Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2007.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2013.
Hadi, Sutisno. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Office, 1989.
Halily, Taufik. Metode Dakwah Ustadz Syamsul Arifin Nababan dalam Membina
Aqidah Santri Muallaf di Pondok Pesantren Pembinan Muallaf An-Naba.
Skripsi pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2013.
Hallen A, Bimbingan dan Konseling. Ciputat: PT Ciputat Press, 2005.
Hamka, Rusjdi. Etos Iman, Ilmu dan Amal dalam Gerakan Islam. Jakarta: Pustaka
Panjimas, 1986.
Hendropistpito. Sosiologi Agama. Yogyakarta: Kanisius, 1984.
Hidayat, Komaruddin. Agama Punya Seribu Nyawa, Jakarta: Noura Books, 2012.
Ilyas, Yunahar. Kuliah Aqidah Islam. Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan
Pengamalan Islam, 2013.
Jahid, Abdul Hakim. Motivasi Konversi Agama dan Pembinaan Muallaf di
Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An Naba Center Sawah Baru
Ciputat. Skripsi pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.
Jalaludin dan Ramayulis. Pengantar Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2002.
Kaelany HD. Islam, Iman dan Amal Saleh. Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
75
Kiswati, Tsuroya. Al-Juwaini Peletak Dasar Teologi Rasional dalam Islam.
Jakarta : Penerbit Erlangga, 2007.
Luthfi, M. Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam. Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.
Masyah, Syarif Hade. Hikmah di balik Hukum Islam. Jakarta: Mustaqim, 2002.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2002.
Mutawallie, Peppy. Pengaruh Bimbingan Agama Pada Korban Perdagangan
Manusia (Trafficking) dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri (Self
Confidence) di Rumah Perlindungan Sosial Wanita (RPSW) Mulya Jaya
Pasar Rebo. Skrisi pada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
Nasution, Harun dkk. Ensiklopedi Islam Indonesia. Jakarta: Djambatan, 1992.
Nottingham, Elizabeth K. Agama dan Masyarakat. Suatu Pengantar Sosiologi
Agama, Terj. Abdul Muis Naharong, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1997.
Prawira, Anwar R. Petunjuk Praktis Bagi Calon Pemeluk Agama Islam. Jakarta:
YPI Al-Azhar, 2001.
Qardhawi, Yusuf. Iman dan Kehidupan. Jakarta: Bulan Bintang, 1993.
Roestandi, Achmad. Ensiklopedi Dasar Islam. Jakarta: PT. Pradaya Paramita,
1993.
Sabiq, Sayyid. Terjemah Fiqih Sunnah. Jilid 3 Bandung: Al-Ma’arif, 1994.
Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2004.
Soekanto,Soejono. Kamus Sosiologi. Jakarta, Kalam Mulia, 1986.
Sueb, Musa. Urgensi Keimanan dalam Abad Globalisai. Jakarta: Pedoman Ilmu
Jaya, 1996.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta, 2014.
Syamsu dan Juntika. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, 2006.
76
Tim Saluran Teologi Lirboyo. Akidah Kaum Sarungan. Tamatan Aliyah Lirboyo
Angkatan 2005.
Tohirin. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah Berbasis Integrasi.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2008.
Yahya, Yunus. Muslim Tionghoa Kumpulan Karangan. Jakarta : Yayasan Abu Karim Oei
Tjeng Hien, 1985.
Yayasan An-Naba Center. Muallaf News, 2015.
Yazdi, Muhammad Taqi Mishbah, Penerjemah Ahmad Marzuki Amin, Iman
Semesta Merancang Piramida Keyakinan. Jakarta: Al-Huda, 2005.
PEDOMAN WAWANCARA
Untuk Santri Muallaf Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba` Center
Sawah Baru Ciputat
Nama : Anas Mansur Zebua/Atanasious Fidel Zaibua
TTL : Nias, 22 Oktober 1996
Alamat : Sawah Baru, Ciputat, Tangerang Selatan
Pendidikan : SMK Al-Ummah Ciputat
Agama sebelumnya : Katholik
1. Sudah berapa lama saudara menjadi seorang muslim (Muallaf) ?
Saya masuk Islam pada tahun 2013, berawal dari sering mendengarkan ceramah-
ceramah agama Islam, suara ngaji dan adzan. Saya selalu menangis ketika mendengarkan
suara ngaji dan adzan. Saya mencari tahu tentang agama Islam dari buku-buku, baca di
internet dan sering mendengarkan ceramah-ceramah agama di televisi.
2. Bagaimana proses bimbingan agama pada muallaf di Pesantren ini ?
Proses bimbingan agama disini dimulai dengan materi dasar. Pertama kami diajarkan
tentang akidah Islam. Kemudian materi kristologi yang dibimbing langsung oleh Ustadz
Syamsul Arifin Nababan. Setelah itu baru dibimbing bagaimana cara membaca Al-quran,
tata cara berwudhu, tata cara shalat dan semua ibadah dalam agama Islam.
3. Apakah materi yang disampaikan dapat dimengerti dan sesuai harapan saudara ?
Relatif mudah dipahami karena ustadz disini selalu memberikan kesempatan untuk diskusi
dan tanya jawab setelah menyampaikan materinya. Selalu mengulang materi kalau kami
belum paham. Sesuai harapan saya untuk mempelajari ilmu agama lebih dalam.
4. Apakah metode yang digunakan pembimbing/ustadz mudah diikuti ?
Metodenya seperti ceramah, diskusi dan tanya jawab serta menghafal. Semuanya mudah
untuk diikuti, yang paling mudah adalah diskusi dan menghafal dalil karena ketika kita
berdebat dengan orang lain, kita bisa menjawab dengan dalil dan ilmu.
5. Apa saja faktor yang menjadi pendukung dan penghambat bagi saudara dalam mengikuti
bimbingan agama ?
Lingkungan disini sangat mendukung, support dari para ustadz yang tidak pernah
memaksa tapi selalu membujuk. Selain itu teman-teman santri muallaf selalu setia
mendengar keluh kesah dan kisah saya. Ini menjadi pendorong bagi saya untuk semangat
dalam mengikuti kegiatan bimbingan agama disini. Hambatannya kalau lagi ingat
keluarga di kampung halaman jadi fikiran saya terganggu dan jadi kurang fokus
belajarnya.
6. Apa yang saudara rasakan setelah mengikuti bimbingan agama ?
Saya merasa lebih nyaman, tenang dan merasa damai. Keyakinan terhadap agama
sebelumnya perlahan-lahan gugur setelah belajar banyak dalam agama Islam. Pikiran
saya menjadi lebih terbuka semenjak masuk ke Pesantren ini.
7. Apakah ada pengaruh terhadap keimanan saudara ?
Ya ada, pengaruhnya sangat saya rasakan terutama dalam memahami ketuhanan. Tidak
mungkin kita menyembah sesuatu yang dilahirkan atau diciptakan. Natal dalam agama
kristen itu kan kelahirannya Yesus atau Isa Al-Masih, tetapi kalau kita telusuri sejarahnya
tidak ada. Tidak mungkin Allah itu beranak dan diperanakan. Allah itu Maha Berdiri
Sendiri. Saya lebih baik mati syahid daripada harus kembali murtad.
8. Apakah ada sikap yang saudara perbaiki setelah mengikuti kegiatan bimbingan agama ?
Ada banyak perubahan yang saya rasakan setelah mengikuti bimbingan agama disini.
Dulu saya orang yang emosional dan selalu bicara kotor. Tapi sekarang saya sudah
merasa tenang, bisa mengontrol emosi, bertutur kata yang halus dan sopan. Semuanya
berubah perlahan setelah mengikuti bimbingan agama disini.
9. Bagaimana pandangan saudara terhadap bimbingan agama ?
Bimbingan agama disini sangat baik untuk muallaf karena kami dibimbing dan diajarkan
ilmu agama dari dasar. Saya merasa nyaman aja belajar disini. Banyak ilmu yang saya
dapatkan terutama tentang keislaman.
10. Apa harapan saudara setelah selesai mengikuti bimbingan agama ?
Harapannya semoga nanti saya bisa mensyiarkan Islam kepada keluarga saya disana.
Setelah itu, saya ingin mendakwahkan Islam di tengah-tengah masyarakat karena masih
banyak muslim yang masih ragu terhadap keislamannya sehingga banyak diantara
mereka banyak yang murtad. Hal ini tentu karena lemahnya iman dan kurangnya
pemahaman tentang ajaran Islam.
11. Apakah saudara meyakini (mengimani) rukun iman yang 6 (iman kepada Allah, Malaikat,
Kitab, Rasul, Hari Kiamat, Qada dan Qadar ?
Ya tentu. Sejak saya memutuskan untuk menjadi muallaf, saya belajar Islam mulai dari
dasar. Disini lebih dalam dikenalkan tentang Allah, malaikat, kitab suci, rasul, hari
kiamat, qada dan qadar. Banyak ilmu yang saya dapatkan disini dan terutama ilmu
agama Islam (aqidah).
12. Apakah saudara sudah melaksanakan kewajiban saudara sebagai muslim (rukun Islam) ?
Ya alhamdulillah saya sudah melaksanakan semua rukun Islam kecuali ibadah haji
karena belum mampu. Disini juga kami diajarkan tata cara beribadah seperti wudhu,
shalat, dan baca al-Qur’an. Dalam prakteknya tentu selalu dilaksanakan. Shalat selalu
berjamaah. Ini adalah tahun pertama saya menjalankan ibadah puasa.
13. Apa yang saudara rasakan ketika Asma Allah dan ayat-ayat al-Qur’an dibacakan ?
Ketika saya mendengar asma Allah dan lantunan ayat al-Quran, hati saya merasa luluh,
ingin menangis dan hati saya bergetar. Meskipun saya dulu belum mengerti artinya, tetapi
al-Qur’an selalu enak untuk didengarkan. Saya masuk Islam juga awalnya dari sering
mendengar adzan dan lantunan ayat suci al-Qur’an.
14. Apakah saudara dapat membaca Al-Qur`an ?
Alhamdulillah sekarang sudah bisa baca Al-Quran. Bahkan saya sudah hafal 2 juz.
15. Apakah ada cobaan/ujian saat saudara memeluk agama Islam ?
Ya ada. Awal masuk Islam, Allah menguji saya dengan sakit sampai harus di rawat di RS.
Kedua, saya mendapat ancaman dan teror dari keluarga sendiri sampai saya dihantui
rasa cemas dan tidak nafsu makan. Saat itu saya bicara dengan ustadz nababan, beliau
yang membantu menenangkanku dari masalah yang kuhadapi. Saya belajar ikhlas dan
sabar untuk menghadapi apa pun. Keputusan saya untuk masuk Islam telah saya pikirkan
matang-matang sebelum bersyahadat. Keimanan saya belum teruji kalau belum ada
cobaan datang.
16. Bagaimana saudara menghadapi berbagai persoalan dan permasalahan dalam hidup ?
Dalam hidup tentu banyak hal yang kita hadapi. Saya serahkan segala urusan hanya
kepada Allah ketika ditempa kesulitan. Tugas saya adalah untuk terus menuntut ilmu dan
beribadah pada-Nya.
17. Bagaimana keyakinan saudara terhadap Isa Al-Masih ?
Saya meyakini bahwa Yesus atau Isa Al-Masih itu adalah nabi dan rasul utusan Allah
kepada ummat manusia khususnya kaum bani Israil bukan anak Tuhan. Saya tidak lagi
meyakini lagi bahwa Yesus itu tuhan, tetapi ia manusia biasa yang mengemban amanah
sebagai nabi dan rasul untuk manusia.
18. Apakah saudara sudah bisa melaksanakan shalat dengan khusyu ?
Alhamdulillah sekarang sudah bisa, dulu saya hanya belajar mengikuti gerakan-
gerakannya saja. Setelah berada disini saya tahu doa-doa dan bacaannya serta
bagaimana khusyuk di dalam melaksanakan shalat. Apalagi disini selalu berjamaah
shalat lima waktu.
19. Bagaimana hubungan saudara dengan teman-teman di lingkungan sekitar ?
Disini kami sangat akrab, bahkan sudah seperti keluarga sendiri. Saya senang bisa
tinggal dan belajar Islam disini. Ajaran Islam juga kan mengatakan bahwa sesama
muslim adalah saudara.
20. Apakah saudara bersyukur atas hidayah Islam pada diri saudara ?
Ya sangat bersyukur sekali karena saya bisa mendapatkan hidayah sebelum ajal
menjemput. Bagi saya dunia ini hanyalah sementara, tetapi akhiratlah yang kekal. Dunia
adalah lahan bagi manusia untuk sebanyak-banyaknya mengumpulkan bekal dengan amal
shaleh.
Ciputat, 11 Juli 2015
Pewawancara,
Nur Jamal Sha’id
Informan,
Annas Mansur Zaibua
PEDOMAN WAWANCARA
Untuk Santri Muallaf Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba` Center
Sawah Baru Ciputat
Nama : Khairunnisa/Odete Soarez
TTL : Ossu, 15 April 1990
Alamat : Sawah Baru, Ciputat, Tangerang Selatan
Pendidikan : S1 STIDDI Al-Hikmah Mampang Jakarta
Agama sebelumnya : Katholik
1. Sudah berapa lama saudari menjadi seorang muslim (Muallaf) ?
Saya masuk Islam pas kelas 1 SMP berarti sudah hampir 11 tahun.
2. Bagaimana proses bimbingan agama pada muallaf di Pesantren ini ?
Bimbingan agama disini sangat aktif setiap hari. Kami diajarkan cara membaca Al-Quran
supaya nanti bisa mengerti juga isi kandungannya. Selain itu yang paling utama disini
adalah adanya pembinaan akidah untuk menguatkan keimanan para santri muallaf.
3. Apakah materi yang disampaikan dapat dimengerti dan sesuai harapan saudari ?
Alhamdulillah mudah, para ustadz selalu menyesuaikan dengan keadaan santri muallaf.
Selalu ada diskusi dan tanya jawab, jadi santri bisa langsung bertanya saat materi yang
disampaikan ustadz masih belum dapat dipahami.
4. Apakah metode yang digunakan pembimbing/ustadz mudah diikuti ?
Metodenya mudah untuk diikuti, para ustadz biasanya mengulang-ngulang materi supaya
mudah dihafal dan dipahami oleh para santri.
5. Apa saja faktor yang menjadi pendukung dan hambatan bagi saudari dalam mengikuti
bimbingan agama ?
Faktor pendukungnya disini sarana pra sarana hampir lengkap sehingga kita belajar juga
dimudahkan dengan adanya media yang digunakan pada ustadz dalam menyampaikan
materi. Kita disini juga bebas biaya artinya semuanya gratis dari pesantren. Kita tinggal
semangat dalam belajar dan menuntut ilmu disini.
Hambatannya mungkin hanya dari internal dari diri saya sendiri. Misalnya ketika ustadz
menyampaikan materi syurga dan neraka, saya selalu teringat keluarga di rumah.
Terpikir bagaimana keluarga saya yang masih belum beragama Islam.
6. Apa yang saudari rasakan setelah mengikuti bimbingan agama ?
Setelah ikut kegiatan bimbingan agama, saya merasakan adanya ketenangan yang lebih
dan lebih banyak lagi pencerahan tentang ilmu-ilmu agama Islam. Saya lebih banyak
menemukan ilmu baru dan semakin besar rasa ingin tahu lebih dalam lagi tentang Islam.
7. Apakah ada pengaruh terhadap keimanan saudari ?
Ya ada. Pengaruhnya saya merasa iman semakin bertambah kuat. Keyakinan saya
terhadap Islam semakin besar. Saya semakin ingin betul-betul fokus mengikuti kajian
agama Islam disini supaya saya bisa mempersiapkan untuk menjadi juru dakwah Islam
yang tangguh sehingga nanti bisa mengajak seluruh keluarga dan saudari-saudari saya
masuk Islam. Alhamdulillah dua adik saya sudah masuk Islam dan ada di Pesantren An-
Naba juga.
8. Apakah ada sikap yang saudari perbaiki setelah mengikuti kegiatan bimbingan agama ?
Perubahan sikap pasti ada, misalnya dari segi pakaian yang saya gunakan. Dulu ketika di
kristen tidak ada aturan bagaimana saya harus berpakaian baik. Selain itu dulu selalu
berbahasa kasar termasuk kepada orang tua. Tetapi dalam Islam ada adab yang
diajarkan untuk selalu berakhlakul karimah. Soal kedisiplinan juga karena dalam Islam
kan sudah diatur mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali.
9. Bagaimana pandangan saudari terhadap bimbingan agama ?
Kegiatan bimbingan agama disini sangat baik dan sangat membantu para muallaf dalam
menggali dan memahami ajaran agama Islam serta memantu mempertahankan dan
menguatkan akidah para santri muallaf.
10. Apa harapan saudari setelah selesai mengikuti bimbingan agama ?
Harapan saya setelah tamat dari sini, saya ingin mengamalkan ilmu yang saya dapatkan
dan ingin melanjutkan perjuangan Ustadz Syamsul Arifin Nababan dalam membimbing
para muallaf di kampung halaman saya nanti.
11. Apakah saudari meyakini (mengimani) rukun iman yang 6 (iman kepada Allah, Malaikat,
Kitab, Rasul, Hari Kiamat, Qada dan Qadar ?
Iya saya mengimaninya. Keenam hal yang harus kita imani adalah kepada Allah,
Malaikat-Nya, Kitab-Nya, Rasul-Nya, Hari Kiamat, Qada dan Qadar. Disini saya
diberikan pencerahan dan dibukakan logika khususnya tentang ketuhanan. Saya tidak lagi
meyakini bahwa yesus itu adalah tuhan, tetapi sebagai manusia biasa yang diberikan
amanah oleh Allah untuk menjadi nabi dan rasul.
12. Apakah saudari sudah melaksanakan kewajiban saudari sebagai muslim (rukun Islam) ?
Sudah. Mulai dari dua syahadat yang merupakan gerbang awal dari keislaman seseorang,
kemudian shalat, zakat, puasa di bulan ramadhan, dan pergi haji jika mampu. Semua
telah saya laksanakan kecuali ibadah haji karena belum mampu. Saya alhamdulillah
sudah melaksanakan umrah saat diberi hadiah dari Ustadz Syamsul Arifin Nababan.
13. Apa yang saudari rasakan ketika Asma Allah dan ayat-ayat al-Qur’an dibacakan ?
Saya merasakan getaran hati yang begitu hebat, saya merasa luluh dan batin saya
gemuruh saat mendengar lantunan ayat suci al-Qur’an. Bagi saya al-Qur’an adalah obat
hati saat gundah dan gelisah.
14. Apakah saudari dapat membaca Al-Qur`an ?
Alhamdulillah saya sudah bisa membaca Al-Quran dan sekarang sudah bisa menghafal
beberapa juz. Ya kira-kira sudah 4 juz.
15. Apakah ada cobaan/ujian saat saudari memeluk agama Islam ?
Ya ada. Banyak ujian dan cobaan sebenarnya. Dulu waktu mondok di Pesantren Al-Ikhlas
di jawa, ada fitnah pada orang tua saya bahwa saya di perlakukan seperti pembantu di
pesantren itu. Padahal disana adalah pendidikan supaya anak-anak mandiri. Tapi
alhamdulillah saat saya memberi kabar lewat surat, orang tua jadi tidak panik dengan
fitnah dari orang-orang. Intinya saat menghadapi cobaan apa pun, saya harus berusaha
tenang dan sabar dalam menghadapinya.
16. Bagaimana saudari menghadapi berbagai persoalan dan permasalahan dalam hidup ?
Hidup ini pasti penuh dengan permasalahan, tergantung pada kita menghadapinya. Saya
selalu menghadapi persoalan apa pun dalam hidup ini, yang penting menyerahkan segala
urusan hanya kepada Allah semata. Berserah diri kepada Allah merupakan hal yang
selalu saya lakukan. Karena kita semua pada hakikatnya adalah milik Allah.
17. Bagaimana keyakinan saudari terhadap Isa Al-Masih ?
Yesus atau Isa Al-Masih bagi saya adalah sebagai nabi dan rasul utusan Allah untuk
manusia. Dia bukanlah tuhan sebagaimana dalam keyakinan agama saya sebelumnya.
18. Apakah saudari sudah bisa melaksanakan shalat dengan khusyu ?
Alhamdulillah sudah. Shalat khusyu memang tidaklah mudah, tetapi kalau kita mau
belajar dan berusaha untuk khusyu, nikmat ibadah akan dapat kita rasakan
19. Bagaimana hubungan saudari dengan teman-teman di lingkungan sekitar ?
Di Pesantren ini semuanya sudah seperti keluarga saya sendiri. Apalagi dalam Islam
dikatakan bahwa sesama muslim adalah saudara. Jadi kita harus menjaga ikatan
silaturrahim antar sesama.
20. Apakah saudari bersyukur atas hidayah Islam pada diri saudari ?
Saya sangat bersyukur sekali, karena saya merasa setelah memeluk agama Islam ini
betul-betul dimuliakan oleh Allah SWT. hidayah ini adalah anugerah dari Allah untuk
saya. Saya ingin mendakwahkan Islam kepada keluarga saya, saudari-saudari saya dan
masyarakat di kampung halaman saya supaya mereka juga mendapat hidayah seperti
yang saya terima.
Ciputat, 12 Juli 2015
Pewawancara,
Nur Jamal Sha’id
Informan,
Khairunnisa
PEDOMAN WAWANCARA
Untuk Santri Muallaf Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba` Center
Sawah Baru Ciputat
Nama : Lukman Hakim/Euriko Menenjes
TTL : Timor Leste, 07 Nopember 1997
Alamat : Sawah Baru, Ciputat, Tangerang Selatan
Pendidikan : SMK Al-Ummah Ciputat
Agama sebelumnya : Katholik
1. Sudah berapa lama saudara menjadi seorang muslim (Muallaf) ?
Saya sudah 9 tahun masuk islam yaitu sejak duduk di kelas 6 SD, atas ajakan dari ust.
Orlando. Saya masuk pesantren ini sudah dua tahun setengah mulai dari tahun 2012.
2. Bagaimana proses bimbingan agama pada muallaf di Pesantren Pembinaan Muallaf
Yayasan An-Naba` Center ?
Awalnya kita dikenalkan dengan pelajaran kristologi yaitu ilmu perbandingan agama dan
penguatan aqidah. Salah satunya dikenalkan perbedaan pandangan tentang status Yesus
dalam agama Kristen dan Islam. Setelah akidah mantap, kemudian dilanjut dengan
pengkajian fikih dan Ibadah.
3. Apakah materi yang disampaikan dapat dimengerti dan sesuai harapan saudara ?
Alhamdulillah mudah, karena kita belajar dari hati ke hati.
4. Apakah metode yang digunakan pembimbing/ustadz mudah diikuti ?
Ada banyak, tergantung dari ustadz yang ngajar. Kebanyakan para ustadz memakai
metode talaqqi/diperdengarkan atau ceramah. Karena kebanyakan kami adalah para
pemula yang belajar Islam. Namun ada juga sesi tanya jawab kalau ada materi yang
belum dipahami.
5. Apa saja faktor yang menjadi pendukung dan hambatan bagi saudara dalam mengikuti
bimbingan agama ?
Kita disini gratis dan tidak perlu memikirkan biaya yang harus dibayar ke pesantren.
Sarana pra sarana sudah hampir lengkap. Selain itu selalu ada support atau dorongan
dari para ustadz di Pesantren.
Hambatannya mungkin dari keluarga, dulu awal-awal masuk selalu disuruh pulang oleh
orang tua. Semenjak kelas 1 SD saya belum pernah bertemu dengan orang tua lagi. Saya
merasa rindu dan kangen kepada orang tua. Jadi ketika belajar kemudian ingat orang tua
di kampung halaman, konsentrasi saya jadi terganggu. Selain itu juga saya lemah dalam
menghafal baik Al-Quran maupun Hadits.
6. Apa yang saudara rasakan setelah mengikuti bimbingan agama ?
Saya merasa lebih tenang, lebih nyaman dan benar-benar merasakan bahwa Islam itu
indah. Pikiran saya menjadi lebih terbuka.
7. Apakah ada pengaruh terhadap keimanan saudara ?
Sebelumnya masuk pesantren ini saya merasa biasa saja, namun setelah disini saya
merasa keimanan saya semakin kuat dan bertambah. Lingkungan disini sangat
mendukung dalam perubahan hidup saya. Mulai dari dukungan para ustadz, teman-teman
dan tuntutan untuk senantiasa semangat dalam belajar.
8. Apakah ada sikap yang saudara perbaiki setelah mengikuti kegiatan bimbingan agama ?
Dahulu karena masih kecil, saya masih jarang shalat dan masih bolong, namun pas disini
selalu berjamaah. Dulu saya orangnya individualis, tidak peduli kepada orang lain.
Tetapi setelah disini rasa persaudaraan dan solidaritas semakin terasa. Saya semakin
terdorong untuk menjadi seorang muslim yang lebih baik.
9. Bagaimana pandangan saudara terhadap bimbingan agama ?
Kegiatan bimbingan agama disini sangat baik dan terasa. Kita selalu dibimbing dan
dibina sejak pagi atau subuh. Kita selalu diatur untuk sungguh-sungguh dalam menuntut
ilmu.
10. Apa harapan saudara setelah selesai mengikuti bimbingan agama ?
Harapannya semoga saya bisa mengamalkan apa yang sudah diberikan para ustadz
disini. Saya berharap bisa menjadi juru dakwah sehingga saya bisa mengajak keluarga
tetangga saya dikampung bisa masuk Islam.
11. Apakah saudara meyakini (mengimani) rukun iman yang 6 (iman kepada Allah, Malaikat,
Kitab, Rasul, Hari Kiamat, Qada dan Qadar ?
Ya saya meyakini dan mengimani rukun iman yang enam. Iman kepada Allah, Malaikat,
Kitab, Rasul, hari kiamat, qada dan qadar. Keenam hal ini yang wajib diyakini oleh setiap
muslim. Batal keimanannya apabila tidak mengimani salah satunya saja. Kesempurnaan
dari keimanan kan meyakini semua rukun iman yang 6, kita diwajibkan mengimani
semuanya. Salah satunya saya tidak merasa putus asa meskipun ditakdirkan terpisah dari
keluarga, dikucilkan oleh tetangga walaupun masih ada keluarga saya di kampung
halaman.
12. Apakah saudara sudah melaksanakan kewajiban saudara sebagai muslim (rukun Islam) ?
Ya alhamdulillah saya sudah melaksanakan kewajiban saya sebagai muslim yaitu
menjalankan rukun islam yang lima yaitu syahadat, shalat, zakat, puasa dan ibadah haji
jika mampu. Hanya ibadah haji yang belum saya laksanakan karena belum mampu.
13. Apa yang saudara rasakan ketika Asma Allah dan ayat-ayat al-Qur’an dibacakan ?
Yang saya rasakan hati saya bergetar dan merasa merinding kalau ayat al-Qur’an
dibacakan. Apalagi jika yang melantunkan dengan nada merdu. Beda rasanya
mendengarkan al-Qur’an dengan musik-musik.
14. Apakah saudara dapat membaca Al-Qur`an ?
Sudah. Sekarang sudah bisa menghafal kurang lebih 2 juz al-Qur’an.
15. Apakah ada cobaan/ujian saat saudara memeluk agama Islam ?
Tentu ada. Dulu pernah difitnah oleh orang-orang yang tidak suka terhadap keislaman
saya, mereka menghasut kedua orang tua saya bahwa saya diperlakukan seperti budak di
pesantren. Padahal, pesantren mendidik saya supaya menjadi anak yang mandiri. Saya
hanya bisa bersabar dalam menghadapi semuanya. Saya jelaskan kepada kedua orang tua
bahwa saya baik-baik saja, dan tidak seperti perkataan orang-orang tentang saya di
pesantren.
16. Bagaimana saudara menghadapi berbagai persoalan dan permasalahan dalam hidup ?
Menghadapi berbagai permasalahan saya hadapi dengan tenang, tidak tergesa-gesa dan
tentunya selalu minta pertolongan dan berserah diri hanya kepada Allah.
17. Bagaimana keyakinan saudara terhadap Isa Al-Masih ?
Keyakinan saya terhadap Yesus atau Isa Al-Masih sekarang meyakini bahwa dia adalah
manusia seperti kita semua yang diutus menjadi nabi dan rasul. Bukan sebagai tuhan
sebagaimana yang diyakini oleh agama saya yang lama.
18. Apakah saudara sudah bisa melaksanakan shalat dengan khusyu ?
Sudah alhamdulillah. Perlahan saya belajar mulai dari gerakannya sampai pada doa-
doanya dalam shalat. Disini selalu shalat berjamaah dan sangat terasa kekhusyuannya
ketika berjamaah.
19. Bagaimana hubungan saudara dengan teman-teman di lingkungan sekitar ?
Disini ukhuwwah nya sangat saya rasakan. Seperti keluarga kedua bagi saya. Teman-
teman disini sangat baik dan saya selalu bersosialisasi dengan siapa pun.
20. Apakah saudara bersyukur atas hidayah Islam pada diri saudara ?
Saya sangat merasa bersyukur atas hidayah yang Allah berikan kepada saya. Sebelum
saya masuk Islam saya merasa tidak ada arahan hidup. Berpikir hanya keduniawian,
namun sekarang semenjak masuk Islam semuanya sudah diatur, hidup kita semakin
teratur dan seimbang karena Islam mengatur segala aspek kehidupan manusia.
Ciputat, 11 Juli 2015
Pewawancara,
Nur Jamal Sha’id
Informan,
Lukman Hakim
PEDOMAN WAWANCARA
Untuk Santri Muallaf Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba` Center
Sawah Baru Ciputat
Nama : Mustofa Jayyidin/Emiliano Ruas Uato Lari
TTL : Timor Leste, 28 April 1991
Alamat : Sawah Baru, Ciputat, Tangerang Selatan
Pendidikan : SMK Al-Ummah Ciputat
Agama sebelumnya : Katholik
1. Sudah berapa lama saudara menjadi seorang muslim (Muallaf) ?
Saya masuk Islam ketika umur 12 tahun. Sudah hampir 9 tahun. Masuk pesantren di jawa
akhirnya saya masuk Islam.
2. Bagaimana proses bimbingan agama pada muallaf di Pesantren Pembinaan Muallaf
Yayasan An-Naba` Center ?
Awalnya kita diajarkan kristologi (ilmu perbandingan agama) dan bimbingan aqidah.
Salah satunya dikenalkan perbedaan pandangan tentang status Yesus dalam agama
Kristen dan Islam. Setelah akidah mantap, kemudian dilanjut dengan pengkajian fikih dan
Ibadah dan baca Al-quran. Setelah itu diajarkan juga tata cara beribadah seperti wudhu,
shalat dan yang lainnya.
3. Apakah materi yang disampaikan dapat dimengerti dan sesuai harapan saudara ?
Alhamdulillah mudah, karena banyak hal yang bisa saya pahami dari penjelasan para
ustadz. Jika kami belum paham, kami selalu punya kesempatan untuk bertanya saat
kegiatan belajar berlangsung. Para ustadz selalu sabar dalam menghadapi kami, karena
kami adalah para pemula.
4. Apakah metode yang digunakan pembimbing/ustadz mudah diikuti ?
Mudah. Metode yang digunakan seperti ceramah, diskusi dan tanya jawab. Kalau kami
belum paham, maka boleh untuk bertanya langsung.
5. Apa saja faktor yang menjadi pendukung dan hambatan bagi saudara dalam mengikuti
bimbingan agama ?
Faktor lingkungan disini sangat mendukung dalam mengikuti bimbingan agama. Sarana
pra sarana lengkap. Kita disini juga semuanya gratis sehingga tidak perlu memikirkan
biaya sepeser pun ke pesantren. Selain itu selalu ada support atau dorongan dari para
ustadz dan teman-teman di Pesantren.
Hambatannya mungkin dari diri saya sendiri, seperti rasa malas selalu menghantui diri
saya ketika sulit memahami materi yang disampaikan ustadz.
6. Apa yang saudara rasakan setelah mengikuti bimbingan agama ?
Saya merasa lebih tenang, lebih nyaman dan benar-benar merasakan bahwa Islam itu
indah. Ukhuwwah dan kebersamaan disini benar-benar terasa. Niat masuk pesantren pun
ingin berubah menjadi pribadi muslim yang lebih baik.
7. Apakah ada pengaruh terhadap keimanan saudara ?
Tentu ada. Sebelum masuk pesantren ini saya selalu bergaul sama teman-teman yang
berandal sehingga ibadah pun selalu tertinggal, namun setelah disini saya merasa
keimanan saya semakin kuat dan bertambah. Saya jadi lebih rajin beribadah, semangat
menuntut ilmu dan selalu ingin berbagi pada sesama.
8. Apakah ada sikap yang saudara perbaiki setelah mengikuti kegiatan bimbingan agama ?
Ada banyak sikap yang saya rubah, seperti shalat yang dulu kadang bolong tetapi
sekarang lebih sering berjamaah. Terus belajar juga sekarang tidak perlu menunggu
untuk disuruh, sekarang lebih bisa belajar sendiri seperti membaca buku di perpustakaan.
9. Bagaimana pandangan saudara terhadap bimbingan agama ?
Kegiatan bimbingan agama disini sangat membantu khususnya kepada saya yang tadinya
belum memahami betul ajaran agama Islam. Ada banyak orang muallaf disana kurang
dibimbing dan dibina sehingga mudah sekali kembali murtad ke agama sebelumnya.
10. Apa harapan saudara setelah selesai mengikuti bimbingan agama ?
Harapannya semoga saya bisa mengamalkan apa yang sudah diberikan para ustadz
disini. Saya berharap ada banyak lembaga-lembaga seperti ini supaya para muallaf tidak
terlantar dari bimbingan dan pembinaan agama Islam. Saya ingin mendakwahkan Islam
kepada keluarga dan saudara saya di rumah. Disini saya semakin yakin terhadap Islam
dan jika ada yang menyuruh saya murtad, saya akan menolak dengan tegas termasuk
kepada orang tua saya. Karena saya masuk Islam atas dasar kemauan sendiri dan
menemukan kebenaran, bukan atas paksaan dari siapa pun.
11. Apakah saudara meyakini (mengimani) rukun iman yang 6 (iman kepada Allah, Malaikat,
Kitab, Rasul, Hari Kiamat, Qada dan Qadar ?
Ya, saya meyakini dan mengimani rukun iman yang enam. Semuanya wajib kita imani
sebagai seorang muslim.iman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab, para rasul, hari
kiamat, qada dan qadar. Disini kami juga belajar tentang keimanan ini. Dikenalkan siapa
Allah, siapa rasulullah dan para makhluk ciptaan-Nya.
12. Apakah saudara sudah melaksanakan kewajiban saudara sebagai muslim (rukun Islam) ?
Tentu sudah. Menjalankan rukun islam adalah bentuk aplikasi dari keimanan. Hanya
yang belum ibadah haji karena belum mampu. Mulai dari membacakan dua kalimat
syahadat, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa di bulan ramadhan dan ibadah
haji ke tanah suci jika sudah mampu.
13. Apa yang saudara rasakan ketika Asma Allah dan ayat-ayat al-Qur’an dibacakan ?
Hati saya bergetar dan merinding saat mendengar asma Allah. Bagi saya, al-Qur’an
adalah obat penyejuk hati. Ada hal yang beda saat mendengarkan lantunan ayat suci al-
Qur’an.
14. Apakah saudara dapat membaca Al-Qur`an ?
Alhamdulillah saya sudah bisa baca Al-Quran. Insya Allah sekarang sudah menghafal 3
juz yaitu juz 30, 1, dan juz 3.
15. Apakah ada cobaan/ujian saat saudara memeluk agama Islam ?
Ada banyak tentunya. Mulai dari pengucilan teman-teman saya sendiri dan masyarakat di
kampung halaman, ditambah orang tua yang sempat memaksa saya untuk kembali lagi ke
agama lama saya (murtad). Tapi saya tetap pada pendirian dan pilihan saya untuk tetap
memeluk Islam sebagai agama saya. Ini hanya bagian dari cobaan kecil yang harus saya
hadapi dengan penuh kesabaran.
16. Bagaimana saudara menghadapi berbagai persoalan dan permasalahan dalam hidup ?
Permasalahan hidup pasti selalu ada. Saya menghadapinya sendiri karena saya yakin
segala bentuk persoalan yang Allah berikan kepada saya, berarti sesuai dengan
kesanggupan dan kemampuan saya. Yang terpenting selalu bertawakal kepada Allah
setelah urusan kita hadapi.
17. Bagaimana keyakinan saudara terhadap Isa Al-Masih ?
Dulu saya meyakini bahwa Yesus atau Isa Al-Masih adalah Tuhan. Namun sejak masuk
pesantren dan belajar kristologi bersama Ustadz Nababan, saya mendapat pencerahan
dan meyakini bahwa Yesus atau Isa adalah nabi dan rasul utusan Allah. Tuhan itu Maha
Pencipta (khalik) bukan yang diciptakan (Makhluk) sementara Yesus atau Isa itu lahir
berarti diciptakan (makhluk). Sangat tidak masuk akal kalau tuhan itu diciptakan.
18. Apakah saudara sudah bisa melaksanakan shalat dengan khusyu ?
Saya masih belajar supaya bisa shalat dengan khusyu. Yang paling terasa adalah saat
menjalankan shalat malam (tahajud). Disitu saya merasakan begitu dekat dengan Allah.
Saya curahkan segala isi hati hanya kepada-Nya saat shalat malam.
19. Bagaimana hubungan saudara dengan teman-teman di lingkungan sekitar ?
Disini semuanya senasib sebagai mualaf dan senasib terusir juga dari keluarga. Saya
merasakan ukhuwah yang begitu erat. Seperti keluarga sendiri. Mencintai sesama muslim
adalah bukti keimanan kita. Dalam hadits dikatakan bahwa tidak termasuk beriman
seseorang sampai ia menyayangi saudaranya sebagaimana ia menyayangi dirinya sendiri
20. Apakah saudara bersyukur atas hidayah Islam pada diri saudara ?
Sangat bersyukur, tidak semua orang mendapatkan hidayah dari Allah. Banyak dari
mereka yang berislam hanya di KTP saja tanpa ada amaliah Islamnya. Bersyukur karena
Allah telah membukakan hati untuk belajar agama Islam lebih baik.
Ciputat, 11 Juli 2015
Pewawancar,
Nur Jamal Sha’id
Informan,
Mustafa Jayyidin
PEDOMAN WAWANCARA
Untuk Pembimbing Agama di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba` Center
Sawah Baru Ciputat
Nama : Abdul Aziz Laia, S.Sos.I
TTL : Nias Selatan, 25 Oktober 1980
Alamat : Sawah Baru, Ciputat, Tangerang Selatan
No. Hp. : 081371258276
Pendidikan : S1 STIDDI Al-Hikmah Mampang
Materi yang diajarkan : Aqidah dan Akhlak Islam
Agama sebelumnya : Katholik
1. Sudah berapa lama bapak menjadi pembimbing agama pada Muallaf ?
Sudah satu tahun sejak 2014. Saya adalah lulusan dari Pesantren ini angkatan pertama.
Saya diamanahkan untuk mengajar aqidah dan akhlak Islam.
2. Bagaimana proses bimbingan agama pada muallaf di Pesantren Pembinaan Muallaf
Yayasan An-Naba` Center ?
Pertama-tama saya menjelaskan perbedaan dua agama/perbandingan agama. Kedua,
mengajarkan materi-materi aqidah Islam. Ketiga, mengajarkan Alquran, Fikih, Hadits,
Sejarah Islam, dan Ilmu keumuman. Semua terjadwal setiap hari. Para santri di
sekolahkan dan di kuliahkan. Mereka adalah anak-anak sekolah SMA sederajat dan
selebihnya kuliah. Tahapan pertama para santri dikumpulkan dalam halaqah
keseluruhan. Kedua, dikumpulkan halaqah privat yaitu sesuai dengan kapasitas
pemahaman masing-masing santri atau sesuai dengan materi yang sudah didapat oleh
santri.
3. Apakah tujuan diadakannya bimbingan agama pada Muallaf ?
Tujuannya adalah sebagai benteng aqidah untuk santri muallaf agar tidak mudah murtad
kembali. Kedua, sebagai hujjah atau alasan jika berdebat dengan keluarga mereka yang
masih non Islam. Ketiga, sebagai hujjah atau alasan dalam menegakan ibadah dan
menjalankan Islam.
4. Apakah fungsi dari bimbingan agama pada Muallaf ?
Fungsinya agar para santri muallaf bisa memahami Islam dengan baik, dapat beribadah
dengan baik dan benar sehingga dapat mengajarkan kembali kepada orang lain.
5. Apa saja materi yang disampaikan dalam bimbingan agama pada Muallaf ?
Materinya aqidah dan akhlak Islam. Kitab yang digunakan seperti kitab Ushulutsalatsah
karya syekh Muhammad Ibnu Abdul Wahab, kitab At-Tauhid karya Dr. Syekh Soleh
Fauzan. Dua kitab ini adalah tahap awal. Tahap selanjutnya ada kitab Qowaid Arba’ah
dan kitab Aqidah Washitiyah karya Imam Ibnu Taimiyah, dan kitab Aqidah Tohawiyah
karya Imam At-Tohawi.
6. Apakah ada materi khusus untuk menguatkan keimanan Muallaf ?
Kitab tadi yang saya sebut. Kitab yang memberikan penjelasan tentang ma’rifatullah
(mengenal Allah), ma’rifatul Islam, dan ma’rifaturrosul (pengenalan rosul).
7. Metode apa saja yang digunakan pembimbing/ustadz dalam kegiatan bimbingan agama ?
Ada tiga metode yang digunakan yaitu metode ceramah (demo), diskusi, presentasi santri.
dan menghafal dalil yang berkaitan tentang hukum. Semua metode diterapkan dalam
setiap pertemuan. Metode yang lebih mengena adalah menghafal dalil yang berkaitan
dengan hukum.
8. Apa saja faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam melaksanakan
bimbingan agama pada Muallaf ?
Faktor pendukungnya adanya fasilitas atau sarana pra sarana seperti perpustakaan,
dukungan dana dari para muhsisnin.
Hambatannya yang pertama masalah kejiwaan atau mental yang dilema karena mereka
adalah non muslim semuanya. Ketidakstabilan jiwa mereka yang mungkin masih menjadi
hambatan. Kedua yaitu susahnya menerima setiap teguran atau masih ada keras hati.
Ketiga, yaitu masalah IQ masing-masing yang berbeda. Dan keempat faktor egoistis dan
emosional dari para santri muallaf. Kelima, faktor fanatik kesukuan. Hal ini mengenai
bagaimana menyesuaikan dengan lingkungan dan bagaimana kita mempersaudarakan
mereka semua.
9. Apakah ada pengaruh terhadap keimanan muallaf setelah mengikuti kegiatan bimbingan
agama ?
Ya tentu sangat ada. Tandanya pertama, mereka antusias dan bangga berislam. Kedua,
mereka mampu berargumentasi dan menjawab kepada orang yang bertanya tentang islam
(kenapa memilih Islam). Ketiga, mampu memahami ajaran Islam dengan baik.
10. Apakah ada perubahan sikap Muallaf setelah mengikuti kegiatan bimbingan agama ?
Ya, ada. Mereka dapat merubah sikap jahiliyah menjadi lebih baik seperti mampu
berlemah lembut dan mampu berkata-kata dengan sopan.
11. Apa harapan pembimbing pada muallaf setelah mengikuti kegiatan bimbingan agama ?
Harapannya yang pertama para santri mampu memahami dan mengenal Islam secara
kaffah. Kedua, mereka tidak murtad atau tidak kembali lagi ke agama sebelumnya.
Ketiga, mereka mampu menjadi juru dakwah atau dai di kampung halamannya atau di
tempat lainnya.
Ciputat, 11 Juli 2015
Pewawancara,
Nur Jamal Sha’id
Informan,
Abdul Aziz Laia, S. Sos. I
PEDOMAN WAWANCARA
Untuk Pembimbing Agama di Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan An-Naba` Center
Sawah Baru Ciputat
Nama : Ustadz Syamsul Arifin Nababan
TTL : Tebing Tinggi, 10 Nopember 1966
Materi yang diajarkan : Aqidah dan Kristologi
Agama sebelumnya : Kristen Protestan
1. Sudah berapa lama bapak menjadi pembimbing agama bagi Muallaf ?
Kalau secara terprogram Pesantren Muallaf ini berdiri tahun 2008. Tetapi saya
membimbing para muallaf sejak tahun 1998. Berarti sudah 17 tahun saya membimbing
para muallaf. Hanya kalau yang sudah terprogram sudah 7 tahun. Saya mulai memeluk
Islam sejak tahun 1991.
2. Bagaimana proses bimbingan agama pada muallaf di Pesantren Pembinaan Muallaf
Yayasan An-Naba` Center ?
Pesantren An-Naba ini mempunyai kurikulumnya seperti pesantren pada umumnya
walaupun kita non formal. Materi atau ilmu yang paling ditekankan disini adalah masalah
aqidah. Bagaimana aqidah muallaf itu kokoh, tidak ragu dalam berislam, mereka yakin
Islam satu-satunya agama yang benar dan mereka total meninggalkan semua sisa-sisa
kepercayaan kepada agama sebelumnya. Ketika aqidah mereka sudah kokoh, baru secara
simultan kita bimbing Al-quran karena orientasi kita menghafal Al-Quran, kemudian
hadits, sejarah, fikih. Seperti kurikulum pada umumnya di pesantren yang lain.
Ada skala prioritas. Pertama, setelah kita gugurkan sisa-sisa kepercayaan terhadap
agama sebelumnya, mereka kita perkuat dengan bimbingan aqidah. Mereka kita kenalkan
dengan Allah. Siapa itu Allah ?. Mereka kita kenalkan mereka dengan rasulnya Nabi
Muhammad. Siapa itu Rasulullah ? bagaimana sejarah kehidupannya. Setelah itu kita
perkenalkan dengan ajaran Islam dengan segala seluk beluknya. Jadi awalnya dari
aqidah. Jangan sampai mereka hanya bersaksi Allah sebagai tuhanku, tetapi siapa
sesungguhnya Allah ? kita jelaskan Allah itu yang menciptakan langit, bumi dan segala
isinya, Allah menciptakan manusia, tumbuh-tumbuhan. Kemudian nabi muhammad kita
kenalkan. Semua ini adalah untuk penguatan akidah atau keimanan muallaf.
3. Apa yang bapak rasakan selama membimbing dan membina para muallaf ?
Ya membimbing para muallaf ini banyak suka dukanya. Sukanya kita berbahagia sekali
bisa memantapkan dan mengokohkan iman para muallaf yang tadinya tidak mengenal
Islam kemudian menjadi penganut Islam yang kuat, militan dan fanatik. Itu sebuah
kebahagiaan tersendiri bagi saya. Tetapi dukanya, kalau saya kurang berhasil mendidik
mereka seperti mereka yang murtad kembali. Sejauh ini yang sudah pasti ada satu orang
yang murtad kembali. Ya karena dia juga karena tidak betah saja disini dan hanya
sebentar (beberapa hari saja) belajar Islam disini.
4. Apakah tujuan diadakannya bimbingan agama pada Muallaf ?
Tujuan Bimbingan Agama adalah supaya terbentuknya pribadi muslim yang kaffah, utuh
dan serius. Ketika diberikan ilmu agama, dan mereka paham maka mereka bersyukur
menjadi orang Islam. Tentu akan berdampak pada keimanannya nanti. Aqidahnya akan
semakin kokoh ketika dibimbing dan dibina secara serius
5. Apa fungsi dari bimbingan agama pada Muallaf ?
Fungsinya tentu supaya para santri muallaf bisa memahami Islam dengan baik dan kelak
dapat mengajarkannya kepada orang lain serta supaya mereka dapat beribadah secara
baik dan benar.
6. Apa saja materi yang disampaikan dalam bimbingan agama pada Muallaf ?
Adapun materi yang disampaian kepada muallaf seperti aqidah, al-Quran, fikih, sirrah
nabawiyah, bahasa arab. Untuk materi khususnya kristologi atau perbandingan agama.
Karena mereka ini berlatar belakang muallaf semua, banyak diantara mereka belum
memahami agama sebelumnya. Hal ini untuk menguatkan keimanan mereka
7. Apakah ada materi khusus untuk menguatkan keimanan Muallaf ?
Ada yaitu kristologi atau perbandingan agama. Karena mereka ini berlatar belakang
muallaf semua, banyak diantara mereka belum memahami agama sebelumnya. Sudah
keburu mendapat hidayah dari Allah SWT karena melihat keunggulan Islam. Mereka tahu
Islam itu unggul tetapi tidak tahu kelemahan agama sebelumnya. Jadi kita kasih materi
muatan kristologi atau perbandingan agama itu yang khusus untuk menguatkan keimanan
Muallaf.
8. Apa saja Metode yang digunakan dalam kegiatan bimbingan agama pada Muallaf ?
Metode saya, mereka yang baru masuk Islam itu saya tanya sudah berapa persen
keimanan mereka terhadap Islam ? mereka rata-rata menjawab ada yang 80-90 persen.
Jadi jarang yang langsung 100 persen. Untuk menggugurkan sisa-sisa kepercayaan itu
ilmu yang saya gunakan adalah kristologi atau perbandingan agama itu. Supaya mereka
tahu bahwa masuk Islam itu adalah pilihan tepat. Karena agama yang sebelumnya dianut
adalah salah. Saya jelaskan kesalahannya dimana dan kebenaran Islam dimana. Saya
tidak selalu monolog dalam melakukan bimbingan agama, selalu ada dialog atau diskusi
dengan para muallaf.
9. Apa saja faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam melaksanakan kegiatan
bimbingan agama ?
Faktor pendukung dalam bentuk sarana dan pra sarananya kita ada proyektor, metode
pengajaran itu kita pakai power point supaya jelas. Ada juga internet dan whiteboard.
Semua itu adalah sarana dan pra sarana untuk mendukung kemudahan mereka dalam
memperoleh kemudahan pelajaran Islam. Semua media yang kita gunakan.
Hambatannya kadang-kadang dari diri santri muallaf itu sendiri seperti malas, lesu,
kurang semangat. Jadi kalau mereka rendah motivasi dirinya ya sedikitlah mereka
mendapat bimbingan itu. Jadi lebih banyak dari faktor internal diri muallaf sendiri. Kalau
faktor dari luar tidak ada yang terlalu berarti menghambat.
10. Apakah ada pengaruh terhadap keimanan muallaf setelah mengikuti bimbingan agama ?
Ya tentu sangat ada. Itu pasti. Mereka ini rata-rata dalam sebulan sudah bisa membaca
Al-Quran. Ada pengaruh pada penguatan keimanan mereka setelah mengikuti bimbingan
agama di Pesantren An-Naba ini. Mereka rata-rata antusias dalam mengikuti bimbingan
agama.
11. Apakah ada perubahan sikap Muallaf setelah mengikuti kegiatan bimbingan agama ?
Ya pasti ada banyak sekali. Mereka rata-rata masuk kesini dengan mental jahiliyah,
belum mengenal akhlakuk karimah, kesopanan. Apalagi kebanyakan dari mereka berasal
dari luar jawa yang sudah biasa kasar. Ketika masuk ke lingkungan Pesantren An-Naba
ini kan penuh dengan adab-adab, tata tertib, akhlakuk karimah jadi perubahannya drastis
secara spontan mereka berubah. Lingkungan juga mempengaruhi mereka.
12. Apa harapan pembimbing pada muallaf setelah mengikuti bimbingan agama ?
Harapan kita kepada mereka bagaimana muallaf ini bisa berdaya guna menjadi ujung
tombak dari dakwah Islam. Karena kalau muallaf ini berdakwah, bobot dakwahnya bisa
lebih hebat daripada ustadz yang lahir dari Islam karena mereka punya pengalaman dua
agama. Maka mereka saya dorong supaya mereka menjadi orang yang alim (berilmu) dan
menjadi dai nantinya. Saya yakin ketika mereka berdakwah atau berceramah, respon
publik terhadap mereka lebih tinggi daripada ustadz yang sejak lahir dari Islam atau
turunan. Ada beberapa alumni dari Pesantren An-Naba disini sudah menjadi juru dakwah
atau dai yang eksis di masyarakat seperti Utadz Abdul Aziz Laia, Ustadz Orlando dan M.
Khalifah.
Ciputat, 06 Agustus 2015
Pewawancara,
Nur Jamal Sha’id
Informan,
Drs. Syamsul Arifin Nababan, MA
Lembar Triangulasi
Nama : Annas Mansur Zaibua
Usia : 19 tahun (1 tahun menjadi Santri Muallaf)
No. Pertanyaan Jawaban Kata Kunci Hubungan Antar
Kata Kunci Teori Refleksi
Bimbingan Agama
1.
Bagaimana
proses
bimbingan
agama pada
muallaf di
Pesantren
ini ?
Proses bimbingan agama
disini dimulai dengan
materi dasar. Pertama
kami diajarkan tentang
akidah Islam. Kemudian
materi kristologi yang
dibimbing langsung oleh
Ustadz Syamsul Arifin
Nababan. Setelah itu
baru dibimbing
bagaimana cara
membaca Al-quran, tata
cara berwudhu, tata cara
shalat dan semua ibadah
dalam agama Islam.
Bimbingan
akidah
Bimbingan
kristologi
(ilmu
perbandingan
agama)
Bimbingan
ibadah
Pada point ke-1,
informan menjelaskan
bahwa proses
bimbingan agama
yang ia terima dimulai
dengan bimbingan
akidah (point ke10),
kemudian diiringi
dengan ilmu kristologi
(perbandingan agama)
disamping dibimbing
tentang tata cara
beribadah dalam
agama Islam (point
ke-11).
Informan mengaku
materi yang
disampaikan oleh
pembimbing mudah
untuk dipahami (point
ke-2) karena
dukungan penuh dari
Bimbingan Agama
Menurut M. Arifin
Bimbingan adalah
usaha pemberian
bantuan kepada
seseorang yang
mengalami kesulitan,
baik lahirah maupun
batiniyah, yang
menyangkut
kehidupan di masa
kini dan di masa
datang.
Arif Budiman melihat
agama dalam dua
kategori, pertama,
agama sebagai
keimanan (doktrin),
dimana orang percaya
terhadap kehidupan
Dari hasil Observasi dan
Wawancara yang
dilakukan peneliti,
Informan (Muallaf 1) telah
memiliki keimanan sejak
ia memutuskan untuk
memeluk agama Islam
(muallaf). Namun setelah
mengikuti bimbingan
agama secara simultan di
Pesantren Pembinaan
Muallaf Yayasan An-
Naba` Center Sawah Baru
Ciputat, terdapat
perubahan yang terjadi
pada diri informan
termasuk meningkatnya
keimanan muallaf. Hal ini
terlihat dari pemahaman
agama Islamnya
meningkat, motivasinya
dalam beribadahnya yang
2.
Apakah
materi yang
disampaikan
mudah
dimengerti
dan sesuai
harapan
Relatif mudah dipahami
karena ustadz disini
selalu memberikan
kesempatan untuk
diskusi dan tanya jawab
setelah menyampaikan
materinya. Selalu
Materi
mudah
dipahami
Selalu ada
diskusi
Ada tanya
jawab setelah
saudara ?
mengulang materi kalau
kami belum paham.
Sesuai harapan saya
untuk mempelajari ilmu
agama lebih dalam.
penyampaian
materi
Pengulangan
materi
ustadz dan teman-
teman yang senasib
(point ke-5), selain itu
metode yang
dilakukan selalu ada
diskusi, tanya jawab,
menghafal dalil (point
ke-3) dan
pengulangan materi
jika para santri
muallaf belum
memahaminya.
Pada point ke-5,
informan merasakan
manfaat dari
bimbingan agama
yaitu adanya
kenyamanan(point
ke-8), ketenangan
(point ke-7), dan
kedamaian dalam diri.
Keyakinan terhadap
agama sebelumnya
perlahan mulai gugur
dan pikirannya
terbuka. Manfaat lain
yang dirasakan adalah
adanya perubahan
sikap dan perilaku dari
kekal dikemudian
hari, lalu orang
mengabdikan dirinya
untuk kepercayaan
tersebut. Kedua,
agama sebagai yang
mempengaruhi
perilaku manusia.
Sedangkan menurut
Ainur Rahim Faqih
Bimbingan Agama
adalah proses
pemberian bantuan
terhadap individu atau
kelompok agar
mampu hidup selaras
dengan ketentuan dan
petunjuk Allah,
sehingga dapat
mencapai kebahagiaan
hidup di dunia dan
akhirat.
Menurut Hamdan
Bakry Adz-Dzikry
tujuan dari bimbingan
dalam Islam adalah :
a. Untuk
meningkat, kesabaran dan
ketabahannya dalam
menghadapi berbagai
cobaan, semangat
jihadnya dalam menuntut
ilmu agama, dan tentunya
pelaksanaan kewajibannya
sebagai seorang muslim
(menjalankan rukun
Islam).
3.
Apakah
metode
yang
digunakan
pembimbing
/
ustadz
mudah
diikuti ?
Metodenya seperti
ceramah, diskusi dan
tanya jawab serta
menghafal. Semuanya
mudah untuk diikuti,
yang paling mudah
adalah diskusi dan
menghafal dalil karena
ketika kita berdebat
dengan orang lain, kita
bisa menjawab dengan
dalil dan ilmu.
Metode
ceramah,
diskusi, tanya
jawab dan
menghafal
dalil
Metode
bimbingan
agama
mudah
diikuti
4.
Apa saja
faktor yang
menjadi
penghambat
dan
pendukung
bagi saudara
dalam
mengikuti
kegiatan
bimbingan
agama ?
Lingkungan disini sangat
mendukung, support dari
para ustadz yang tidak
pernah memaksa tapi
selalu membujuk. Selain
itu teman-teman santri
muallaf selalu setia
mendengar keluh kesah
dan kisah saya. Ini
menjadi pendorong bagi
saya untuk semangat
dalam mengikuti
kegiatan bimbingan
Support/duku
ngan ustadz
Dukungan
teman-teman
senasib
Hambatan
internal
(ingat
keluarga)
Fokus belajar
berkurang
agama disini.
Hambatannya kalau lagi
ingat keluarga di
kampung halaman jadi
fikiran saya terganggu
dan jadi kurang fokus
belajarnya.
informan seperti bisa
mengendalikan emosi
dan bertutur kata yang
sopan (point ke-7).
Pada point ke-6,
informan merasakan
adanya peningkatan
keimanan setelah
mengikuti kegiatan
bimbingan agama
terutama dalam
memahami konsep
ketuhanan. Hal ini
karena pemahaman
tentang keagamaan
sudah lebih dalam
melalui pemberian
materi aqidah dan
kristologi (point ke-
1). Informan
menjelaskan bahwa
yesus atau Isa Al-
Masih ia yakini
sebagai nabi dan rasul
(point ke-16) bukan
tuhan seperti
kepercayaan pada
agama sebelumnya.
menghasilkan
suatu perubahan,
kesehatan dan
kebersihan jiwa
dan mental. Jiwa
menjadi tenang
dan mendapat
pencerahan dari
Allah SWT.
b. Untuk
menghasilkan
suatu perubahan
perbaikan dan
kesopanan tingkah
laku yang
memberikan
manfaat bagi
dirinya,
lingkungan
keluarga maupun
sosial.
c. Untuk
menghasilkan
kecerdasan emosi
pada individu dan
berkembang rasa
toleransi,
kesetiakawanan,
tolong menolong
dan rasa kasih
5.
Apa yang
saudara
rasakan
setelah
mengikuti
bimbingan
agama ?
Saya merasa lebih
nyaman, tenang dan
merasa damai.
Keyakinan terhadap
agama sebelumnya
perlahan-lahan gugur
setelah belajar banyak
dalam agama Islam.
Pikiran saya menjadi
lebih terbuka semenjak
masuk ke Pesantren ini.
Nyaman,
tenang dan
damai
Keyakinan
pada agama
sebelumnya
gugur
Pikiran
terbuka
6.
Apakah ada
pengaruh
terhadap
keimanan
saudara ?
Ya ada, pengaruhnya
sangat saya rasakan
terutama dalam
memahami ketuhanan.
Tidak mungkin kita
menyembah sesuatu
yang dilahirkan atau
diciptakan. Natal dalam
agama kristen itu kan
kelahirannya Yesus atau
Isa Al-Masih, tetapi
kalau kita telusuri
Keimanan
pada satu
Tuhan
(Allah)
Yesus adalah
nabi dan
rasul bukan
anak tuhan
Siap berjihad
sejarahnya tidak ada.
Tidak mungkin Allah itu
beranak dan
diperanakan. Allah itu
Maha Berdiri Sendiri.
Saya lebih baik mati
syahid daripada harus
kembali murtad.
Pada point ke-12,
informan mengaku
selalu menangis saat
adzan
dikumandangkan. Ia
juga merasakan
getaran hati saat
mendengarkan
lantunan ayat suci al-
Qur’an. Seorang yang
beriman akan luluh
hatinya saat
mendengar asma
Allah, dan bergetar
hatinya saat dibacakan
ayat-ayat-Nya. Selain
itu manusia beriman
juga mengimani rukun
iman yang 6 (point
ke-10) dalam Islam,
melaksanakan
kewajibannya sebagai
muslim dengan
mengamalkan rukun
islam yang 5 (point
ke-11), bersabar atas
segala cobaan Allah
SWT. (point ke-14),
sungguh-sungguh
sayang.
d. Untuk
mendapatkan
kecerdasan
spiritual pada
individu, sehingga
muncul dan
berkembang rasa
keinginan untuk
berbuat taat kepada
Tuhannya,
ketulusan
mematuhi segala
perintah-Nya serta
ketabahan dalam
menerima ujian-
Nya.
e. Untuk
menghasilkan
potensi ilahiyah
sehingga fungsi
diri sebagai
khalifah dimuka
bumi ini dapat
terlaksana dengan
baik dan benar.
Keimanan
Menurut Al-Juwaini
iman adalah
pembenaran di dalam
7.
Apakah ada
sikap yang
diperbaiki
setelah
mengikuti
kegiatan
bimbingan
agama ?
Ada banyak perubahan
yang saya rasakan. Saya
sudah merasa tenang,
bisa mengontrol emosi,
bertutur kata yang halus
dan sopan. Semuanya
berubah perlahan setelah
mengikuti bimbingan
agama disini.
Ketenangan
batin
Bisa
mengendalik
an emosi
Bertutur kata
sopan
8.
Bagaimana
pandangan
saudara
terhadap
bimbingan
agama ?
Bimbingan agama disini
sangat baik untuk
muallaf karena kami
dibimbing dan diajarkan
ilmu agama dari dasar.
Saya merasa nyaman aja
belajar disini. Banyak
ilmu yang saya dapatkan
terutama tentang
keislaman.
Kenyamanan
dalam belajar
Banyak
mendapat
ilmu
9.
Apa harapan
saudara
setelah
Harapannya semoga
nanti saya bisa
mensyiarkan Islam
Semangat
untuk
berdakwah
selesai
mengikuti
bimbingan
agama ?
kepada keluarga saya
disana. Setelah itu, saya
ingin mendakwahkan
Islam di tengah-tengah
masyarakat karena masih
banyak muslim yang
masih ragu terhadap
keislamannya sehingga
banyak diantara mereka
banyak yang murtad. Hal
ini tentu karena
lemahnya iman dan
kurangnya pemahaman
tentang ajaran Islam.
Keinginan
untuk
menjadi da’i
dalam menuntut ilmu,
tawakkal (point ke-
15), selalu bersyukur
(point ke-19),
khusyuk dalam ibadah
shalat (point ke-17),
dan mencintai
saudaranya sesama
muslim (point ke-18)
hati kemudian
diucapkannya dengan
lisan akan keberadaan
Tuhan Sedangkan
menurut Ulama salaf
(termasuk Imam
Ahmad, Malik, dan
Syafi’i) Iman adalah
sesuatu yang diyakini
di dalam hati,
diucapkan dengan
lisan, dan diamalkan
dengan anggota badan
Musa Sueb dalam
bukunya “Urgensi
Keimanan dalam
Abad Globalisai” dan
Mawardi Labay El-
Sulthani dalam
bukunya “Zikir dan
Doa Iman Pengaman
Dunia” menyebutkan
beberapa indikator
manusia beriman yaitu
:
a. Jika disebutkan
Asma Allah maka
bergetar hatinya
dan jika dibacakan
Keimanan
10.
Apakah
saudara
meyakini
(mengimani
) rukun
iman yang 6
(iman
kepada
Allah,
Malaikat,
Kitab,
Rasul, Hari
Kiamat,
Qada dan
Qadar ?
Ya tentu. Sejak saya
memutuskan untuk
menjadi muallaf, saya
belajar Islam mulai dari
dasar. Disini lebih dalam
dikenalkan tentang
Allah, malaikat, kitab
suci, rasul, hari kiamat,
qada dan qadar. Banyak
ilmu yang saya dapatkan
disini dan terutama ilmu
agama Islam (aqidah).
Beriman
kepada rukun
iman yang 6
Penguatan
aqidah
melalui ilmu
11.
Apakah
saudara
sudah
melaksanak
an
kewajiban
saudara
sebagai
muslim
(rukun
Islam) ?
Ya alhamdulillah saya
sudah melaksanakan
semua rukun Islam
kecuali ibadah haji
karena belum mampu.
Disini juga kami
diajarkan tata cara
beribadah seperti wudhu,
shalat, dan baca al-
Qur’an. Dalam
prakteknya tentu selalu
dilaksanakan. Shalat
selalu berjamaah. Ini
adalah tahun pertama
saya menjalankan ibadah
puasa.
Melaksanaka
n rukun
Islam kecuali
ibadah haji
karena belum
mampu
Bimbingan
ibadah
ayat-ayat-Nya
maka
bertambahlah
keimanannya (QS.
Al-Anfal : 2)
b. Berhijrah dan
berjihad di Jalan
Allah
c. Berhukum dan
menghukum atas
hukum Allah
SWT. (QS. An-
Nur : 51)
d. Ridha atas segala
cobaan yang
diberikan Allah
SWT.(QS. al-
Bayyinah : 8 dan
QS. Al-Anam : 17)
e. Mencintai Allah
dan Rasul-rasul-
Nya
f. Mencintai Sesama
Muslim
g. Tawakkal dalam
pengertian
berserah diri
setelah berdaya
upaya secara
maksimal (7 T)
12.
Apa yang
saudara
rasakan
ketika
Asma Allah
dan ayat-
ayat al-
Qur’an
dibacakan ?
Ketika saya mendengar
asma Allah dan lantunan
ayat al-Quran, hati saya
merasa luluh, ingin
menangis dan hati saya
bergetar. Meskipun saya
dulu belum mengerti
artinya, tetapi al-Qur’an
selalu enak untuk
didengarkan. Saya
masuk Islam juga
awalnya dari sering
mendengar adzan dan
lantunan ayat suci al-
Hati luluh,
bergetar dan
ingin
menangis
Masuk Islam
karena sering
mendengar
adzan dan
ayat al-
Qur’an
dilantunkan
Qur’an. Tenang, Tahan,
Tabah, Tekun,
Teliti,
Tanggulangi, dan
Tawakkal.
h. Mendirikan shalat
yang khusyuk
mengerjakan shalat
dengan rohani dan
jasmani.
i. Menafkahkan
sebagian harta
yang
dianugerahkan
Allah kepada
orang yang berhak
menerimanya.
j. Apabila mendapat
musibah mereka
bersabar/tidak
berkeluh kesah,
tahan banting (QS.
Ali Imran : 120
dan 200).
13.
Apakah
saudara
dapat
membaca
Al-Qur`an ?
Alhamdulillah sekarang
sudah bisa baca Al-
Quran. Bahkan saya
sudah hafal 2 juz.
Sudah hafal 2
juz al-Qur’an
14.
Apakah ada
cobaan/ujia
n saat
saudara
memeluk
agama Islam
?
Ya ada. Awal masuk
Islam, Allah menguji
saya dengan sakit sampai
harus di rawat di RS.
Kedua, saya mendapat
ancaman dan teror dari
keluarga sendiri sampai
saya dihantui rasa cemas
dan tidak nafsu makan.
Saat itu saya bicara
dengan ustadz nababan,
beliau yang membantu
menenangkanku dari
masalah yang kuhadapi.
Saya belajar ikhlas dan
sabar untuk menghadapi
apa pun. Keputusan saya
untuk masuk Islam telah
saya pikirkan matang-
matang sebelum
bersyahadat. Keimanan
saya belum teruji kalau
belum ada cobaan
datang.
Pembimbing
membantu
menenangka
n batin
Bersabar atas
ujian/cobaan
yang
diberikan
Allah
15.
Bagaimana
saudara
menghadapi
berbagai
persoalan
dan
permasalaha
n dalam
hidup ?
Dalam hidup tentu
banyak hal yang kita
hadapi. Saya serahkan
segala urusan hanya
kepada Allah ketika
ditempa kesulitan. Tugas
saya adalah untuk terus
menuntut ilmu dan
beribadah pada-Nya.
Berserah diri
hanya kepada
Allah
16.
Bagaimana
keyakinan
saudara
terhadap Isa
Al-Masih ?
Saya meyakini bahwa
Yesus atau Isa Al-Masih
itu adalah nabi dan rasul
utusan Allah kepada
ummat manusia
khususnya kaum bani
Israil bukan anak Tuhan.
Saya tidak lagi meyakini
lagi bahwa Yesus itu
tuhan, tetapi ia manusia
biasa yang mengemban
amanah sebagai nabi dan
rasul untuk manusia.
Keyakinan
bahwa Isa
Al-Masih
adalah nabi
dan rasul
17.
Apakah
saudara
sudah bisa
melaksanak
an shalat
dengan
khusyu ?
Alhamdulillah sekarang
sudah bisa, dulu saya
hanya belajar mengikuti
gerakan-gerakannya saja.
Setelah berada disini
saya tahu doa-doa dan
bacaannya serta
bagaimana khusyuk di
Khusyu
dalam
melaksanaka
n shalat
dalam melaksanakan
shalat. Apalagi disini
selalu berjamaah shalat
lima waktu.
18.
Bagaimana
hubungan
saudara
dengan
teman-
teman di
lingkungan
sekitar ?
Disini kami sangat akrab,
bahkan sudah seperti
keluarga sendiri. Saya
senang bisa tinggal dan
belajar Islam disini.
Ajaran Islam juga kan
mengatakan bahwa
sesama muslim adalah
saudara.
Akrab,
seperti
keluarga
sendiri
19.
Apakah
saudara
bersyukur
atas hidayah
Islam pada
diri saudara
?
Ya sangat bersyukur
sekali karena saya bisa
mendapatkan hidayah
sebelum ajal menjemput.
Bagi saya dunia ini
hanyalah sementara,
tetapi akhiratlah yang
kekal. Dunia adalah
lahan bagi manusia
untuk sebanyak-
banyaknya
mengumpulkan bekal
dengan amal shaleh.
Bersyukur
atas hidayah
Allah
Lembar Triangulasi Nama : Khairunnisa
Usia : 25 tahun (2 tahun menjadi Santri Muallaf)
No. Pertanyaan Jawaban Kata Kunci Hubungan Antar
Kata Kunci Teori Refleksi
Bimbingan Agama
1.
Bagaimana
proses
bimbingan
agama pada
muallaf di
Pesantren ini ?
Bimbingan agama disini
sangat aktif setiap hari.
Kami diajarkan cara
membaca Al-Quran
supaya nanti bisa mengerti
juga isi kandungannya.
Selain itu yang paling
utama disini adalah adanya
pembinaan akidah untuk
menguatkan keimanan
para santri muallaf.
Bimbingan al-
Qur’an supaya
bisa membaca
dan paham
maknanya
Bimbingan
akidah yang
paling utama
Pada point ke-1,
informan menjelaskan
bahwa proses
bimbingan agama
yang ia terima dimulai
dengan bimbingan al-
Qur’an supaya dapat
membaca kemudian
memahami maknanya,
namun yang paling
utama ditekankan
adalah bimbingan
akidah untuk
menguatkan keimanan
muallaf (point ke-8).
Informan mengaku
materi yang
disampaikan oleh
pembimbing mudah
untuk dipahami (point
ke-2) karena selalu
ada diskusi, tanya
jawab dan
pengulangan materi
jika para santri
muallaf belum
memahami materi
yang disampaikan
Bimbingan Agama
Menurut M. Arifin
Bimbingan Agama
adalah usaha pemberian
bantuan kepada
seseorang yang
mengalami kesulitan,
baik lahirah maupun
batiniyah, yang
menyangkut kehidupan
di masa kini dan di
masa datang.
Arif Budiman melihat
agama dalam dua
kategori, pertama,
agama sebagai
keimanan (doktrin),
dimana orang percaya
terhadap kehidupan
kekal dikemudian hari,
lalu orang mengabdikan
dirinya untuk
kepercayaan tersebut.
Kedua, agama sebagai
yang mempengaruhi
perilaku manusia.
Dari hasil Observasi dan
Wawancara yang dilakukan
peneliti, Informan (Muallaf 4)
telah memiliki keimanan
sejak ia memutuskan untuk
memeluk agama Islam
(muallaf). Namun setelah
mengikuti bimbingan agama
secara simultan di Pesantren
Pembinaan Muallaf Yayasan
An-Naba` Center Sawah Baru
Ciputat, terdapat perubahan
yang terjadi pada diri
informan termasuk
meningkatnya keimanan
muallaf. Hal ini terlihat dari
pemahaman agama Islamnya
meningkat, kesabaran dan
ketabahannya dalam
menghadapi berbagai cobaan,
semangat jihadnya dalam
menuntut ilmu agama, dan
tentunya pelaksanaan
kewajibannya sebagai
seorang muslim (menjalankan
rukun Islam).
2.
Apakah materi
yang
disampaikan
mudah
dimengerti dan
sesuai harapan
saudara ?
Alhamdulillah mudah,
para ustadz selalu
menyesuaikan dengan
keadaan santri muallaf.
Selalu ada diskusi dan
tanya jawab, jadi santri
bisa langsung bertanya
saat materi yang
disampaikan ustadz masih
belum dapat dipahami.
Materi mudah
dipahami
Selalu ada
diskusi dan
tanya jawab
3.
Apakah
metode yang
digunakan
pembimbing/
ustadz mudah
diikuti ?
Metodenya mudah untuk
diikuti, para ustadz
biasanya mengulang-
ngulang materi supaya
mudah dihafal dan
dipahami oleh para santri.
Metode
pengulangan
materi
Metode
bimbingan
agama mudah
diikuti
4.
Apa saja faktor
yang menjadi
penghambat
dan pendukung
bagi saudara
dalam
mengikuti
kegiatan
bimbingan
agama ?
Faktor pendukungnya
disini sarana pra sarana
hampir lengkap sehingga
kita belajar juga
dimudahkan dengan
adanya media yang
digunakan pada ustadz
dalam menyampaikan
materi seperti infokus.
Kita disini juga bebas
biaya artinya semuanya
gratis dari pesantren. Kita
tinggal semangat dalam
belajar dan menuntut ilmu
disini.
Hambatannya mungkin
hanya dari internal dari
diri saya sendiri. Misalnya
ketika ustadz
menyampaikan materi
syurga dan neraka, saya
selalu teringat keluarga di
rumah. Terpikir bagaimana
keluarga saya yang masih
belum beragama Islam.
Sarana pra
sarana belajar
lengkap
Media
pembelajaran
(infokus)
Bebas biaya
pendidikan
(gratis)
Hambatan
internal (ingat
keluarga)
oleh pembimbing
(point ke-3), selain itu
ada media yang
digunakan oleh
pembimbing dalam
pembelajaran seperti
infokus (point ke-4)
supaya materi mudah
dicerna. Para muallaf
tidak dibebani biaya
sepeserpun oleh
pesantren sehingga
hambatan hanya dari
internal muallaf saja
saat ingat keluarga.
Pada point ke-5,
informan merasakan
manfaat dari
bimbingan agama
yaitu adanya
ketenangan dan
pencerahan (point ke-
10). Informan
mengaku banyak
mendapat ilmu baru
setelah mengikuti
bimbingan agama. Hal
ini membuat ia
semakin ingin tahu
banyak hal tentang
Islam (point ke-6).
Informan merasakan
adanya peningkatan
keimanan dan
keyakinan terhadap
Islam bertambah kuat
Sedangkan menurut
Ainur Rahim Faqih
Bimbingan Agama
adalah proses
pemberian bantuan
terhadap individu atau
kelompok agar mampu
hidup selaras dengan
ketentuan dan petunjuk
Allah, sehingga dapat
mencapai kebahagiaan
hidup di dunia dan
akhirat.
Menurut Hamdan
Bakry Adz-Dzikry
tujuan dari bimbingan
dalam Islam adalah :
a. Untuk menghasilkan
suatu perubahan,
kesehatan dan
kebersihan jiwa dan
mental. Jiwa
menjadi tenang dan
mendapat
pencerahan dari
Allah SWT.
b. Untuk menghasilkan
suatu perubahan
perbaikan dan
kesopanan tingkah
laku yang
memberikan
manfaat bagi
dirinya, lingkungan
keluarga maupun
5.
Apa yang
saudara
rasakan setelah
mengikuti
bimbingan
agama ?
Setelah ikut kegiatan
bimbingan agama, saya
merasakan adanya
ketenangan yang lebih dan
lebih banyak lagi
pencerahan tentang ilmu-
ilmu agama Islam. Saya
lebih banyak menemukan
ilmu baru dan semakin
besar rasa ingin tahu lebih
dalam lagi tentang Islam.
Ketenangan dan
mendapat
pencerahan
Mendapat
banyak ilmu
baru
Semakin ingin
tahu banyak hal
6.
Apakah ada
pengaruh
terhadap
keimanan
saudara ?
Pasti ada. Pengaruhnya
saya merasa iman semakin
bertambah kuat.
Keyakinan saya terhadap
Islam semakin besar. Saya
semakin ingin betul-betul
fokus mengikuti kajian
agama Islam disini supaya
saya bisa mempersiapkan
untuk menjadi juru
dakwah Islam yang
tangguh sehingga nanti
bisa mengajak seluruh
keluarga dan saudari-
saudari saya masuk Islam.
Alhamdulillah dua adik
saya sudah masuk Islam
dan ada di Pesantren An-
Naba juga.
Keimanan
bertambah
Keyakinan
terhadap Islam
semakin kuat
Ingin fokus
mengikuti
kajian Islam
setelah mengikuti
kegiatan bimbingan
agama. Perubahan
yang dialami oleh
informan seperti
dalam hal berpakaian
yang rapi sesuai
dengan syariat Islam,
bertutur kata yang
baik dan sopan serta
kedisiplinan (point
ke-7) menunjukan
adanya peningkatan
pada keimanan
dirinya.
Pada point ke-8,
informan mengaku
sangat terbantu
dengan adanya
bimbingan agama di
pesantren. Ia merasa
terbantu dalam
memahami ajaran
Islam dan menguatkan
akidah nya supaya
tidak mudah goyah.
Pemahaman informan
tentang yesus atau isa
al-masih setelah
mengikuti bimbingan
agama adalah sebagai
manusia biasa bukan
sebagai tuhan seperti
kepercayaan pada
agama sebelumnya.
Pada point ke-12,
sosial.
c. Untuk menghasilkan
kecerdasan emosi
pada individu dan
berkembang rasa
toleransi,
kesetiakawanan,
tolong menolong
dan rasa kasih
sayang.
d. Untuk mendapatkan
kecerdasan spiritual
pada individu,
sehingga muncul
dan berkembang
rasa keinginan untuk
berbuat taat kepada
Tuhannya, ketulusan
mematuhi segala
perintah-Nya serta
ketabahan dalam
menerima ujian-
Nya.
e. Untuk menghasilkan
potensi ilahiyah
sehingga fungsi diri
sebagai khalifah
dimuka bumi ini
dapat terlaksana
dengan baik dan
benar.
7.
Apakah ada
sikap yang
diperbaiki
setelah
mengikuti
kegiatan
bimbingan
agama ?
Perubahan sikap pasti ada,
misalnya dari segi pakaian
yang saya gunakan. Dulu
ketika di kristen tidak ada
aturan bagaimana saya
harus berpakaian baik.
Selain itu dulu selalu
berbahasa kasar termasuk
kepada orang tua. Tetapi
dalam Islam ada adab yang
diajarkan untuk selalu
berakhlakul karimah. Soal
kedisiplinan juga karena
dalam Islam kan sudah
diatur mulai dari bangun
tidur sampai tidur kembali.
Berpakaian rapi
dan tertutup
Lebih disiplin
Bertutur kata
sopan
8. Bagaimana Kegiatan bimbingan Membantu
pandangan
saudara
terhadap
bimbingan
agama ?
agama disini sangat baik
dan sangat membantu para
muallaf dalam menggali
dan memahami ajaran
agama Islam serta
memantu mempertahankan
dan menguatkan akidah
para santri muallaf.
muallaf dalam
memahami
Islam
Mempertahanka
n dan
menguatkan
akidah
informan merasakan
adanya getaran hati
saat asma Allah
dibacakan dan
batinnya gemuruh saat
mendengarkan
lantunan ayat suci al-
Qur’an. Ia juga
merasakan getaran
hati saat
mendengarkan
lantunan ayat suci al-
Qur’an. Seorang yang
beriman akan luluh
hatinya saat
mendengar asma
Allah, dan bergetar
hatinya saat dibacakan
ayat-ayat-Nya. Selain
itu manusia beriman
juga mengimani rukun
iman yang 6 (point
ke-10) dalam Islam,
melaksanakan
kewajibannya sebagai
muslim dengan
mengamalkan rukun
islam yang 5 (point
ke-11), bersabar atas
segala cobaan Allah
SWT. (point ke-14),
sungguh-sungguh
dalam menuntut ilmu,
tawakkal (point ke-
15), selalu bersyukur
kepada Allah (point
Keimanan
Menurut Al-Juwaini
iman adalah
pembenaran di dalam
hati kemudian
diucapkannya dengan
lisan akan keberadaan
Tuhan Sedangkan
menurut Ulama salaf
(termasuk Imam
Ahmad, Malik, dan
Syafi’i) Iman adalah
sesuatu yang diyakini di
dalam hati, diucapkan
dengan lisan, dan
diamalkan dengan
anggota badan
Musa Sueb dalam
bukunya “Urgensi
Keimanan dalam Abad
Globalisai” dan
Mawardi Labay El-
Sulthani dalam bukunya
“Zikir dan Doa Iman
Pengaman Dunia”
menyebutkan beberapa
indikator manusia
beriman yaitu :
a. Jika disebutkan
Asma Allah maka
bergetar hatinya dan
jika dibacakan ayat-
ayat-Nya maka
bertambahlah
keimanannya (QS.
9.
Apa harapan
saudara setelah
selesai
mengikuti
bimbingan
agama ?
Harapan saya setelah tamat
dari sini, saya ingin
mengamalkan ilmu yang
saya dapatkan dan ingin
melanjutkan perjuangan
Ustadz Syamsul Arifin
Nababan dalam
membimbing para muallaf
di kampung halaman saya
nanti.
Ingin
mengamalkan
ilmu/berdakwah
di kampung
halaman
Keimanan
10.
Apakah
saudara
meyakini
(mengimani)
rukun iman
yang 6 (iman
kepada Allah,
Malaikat,
Kitab, Rasul,
Hari Kiamat,
Qada dan
Qadar ?
Iya saya mengimaninya.
Keenam hal yang harus
kita imani adalah kepada
Allah, Malaikat-Nya,
Kitab-Nya, Rasul-Nya,
Hari Kiamat, Qada dan
Qadar. Disini saya
diberikan pencerahan dan
dibukakan logika
khususnya tentang
ketuhanan. Saya tidak lagi
meyakini bahwa yesus itu
adalah tuhan, tetapi
sebagai manusia biasa
yang diberikan amanah
oleh Allah untuk menjadi
nabi dan rasul.
Beriman kepada
rukun iman
yang 6
Pencerahan dan
dibukakan
logika tentang
ketuhanan
Yesus/ Isa al-
Masih adalah
manusia yang
menjadi nabi
dan rasul
11.
Apakah
saudara sudah
melaksanakan
kewajiban
saudara
sebagai
muslim (rukun
Islam) ?
Sudah. Mulai dari dua
syahadat yang merupakan
gerbang awal dari
keislaman seseorang,
kemudian shalat, zakat,
puasa di bulan ramadhan,
dan pergi haji jika mampu.
Semua telah saya
laksanakan kecuali ibadah
haji karena belum mampu.
Saya alhamdulillah sudah
melaksanakan umrah saat
diberi hadiah dari Ustadz
Syamsul Arifin Nababan.
Melaksanakan
rukun Islam
kecuali ibadah
haji karena
belum mampu
Sudah
melaksanakan
umrah
ke-19), khusyuk
dalam ibadah shalat
(point ke-17), dan
mencintai saudaranya
sesama muslim (point
ke-18)
Al-Anfal : 2)
b. Berhijrah dan
berjihad di Jalan
Allah
c. Berhukum dan
menghukum atas
hukum Allah SWT.
(QS. An-Nur : 51)
d. Ridha atas segala
cobaan yang
diberikan Allah
SWT.(QS. al-
Bayyinah : 8 dan
QS. Al-Anam : 17)
e. Mencintai Allah dan
Rasul-rasul-Nya
f. Mencintai Sesama
Muslim
g. Tawakkal dalam
pengertian berserah
diri setelah berdaya
upaya secara
maksimal (7 T)
Tenang, Tahan,
Tabah, Tekun,
Teliti, Tanggulangi,
dan Tawakkal.
h. Mendirikan shalat
yang khusyuk
mengerjakan shalat
dengan rohani dan
jasmani.
i. Menafkahkan
sebagian harta yang
dianugerahkan Allah
kepada orang yang
12.
Apa yang
saudara
rasakan ketika
Asma Allah
dan ayat-ayat
al-Qur’an
dibacakan ?
Saya merasakan adanya
getaran hati yang begitu
hebat, saya merasa luluh
dan batin saya gemuruh
saat mendengar lantunan
ayat suci al-Qur’an. Bagi
saya al-Qur’an adalah obat
hati saat gundah dan
gelisah.
Merasakan
getaran hati
Batin gemuruh
Al-Qur’an
adalah obat hati
13.
Apakah
saudara dapat
membaca Al-
Qur`an ?
Alhamdulillah saya sudah
bisa membaca Al-Quran
dan sekarang sudah bisa
menghafal beberapa juz.
Ya kira-kira sudah 4 juz.
Sudah hafal 4
juz al-Qur’an
14.
Apakah ada
cobaan/ujian
saat saudara
memeluk
agama Islam ?
Ya ada. Banyak ujian dan
cobaan sebenarnya. Dulu
waktu mondok di
Pesantren Al-Ikhlas di
jawa, ada fitnah pada
orang tua saya bahwa saya
di perlakukan seperti
pembantu di pesantren itu.
Ada fitnah pada
keluarga
Tenang dan
sabar dalam
menghadapi
cobaan
Padahal disana adalah
pendidikan supaya anak-
anak mandiri. Tapi
alhamdulillah saat saya
memberi kabar lewat surat,
orang tua jadi tidak panik
dengan fitnah dari orang-
orang. Intinya saat
menghadapi cobaan apa
pun, saya harus berusaha
tenang dan sabar dalam
menghadapinya.
berhak
menerimanya.
j. Apabila mendapat
musibah mereka
bersabar/tidak
berkeluh kesah,
tahan banting (QS.
Ali Imran : 120 dan
200).
15.
Bagaimana
saudara
menghadapi
berbagai
persoalan dan
permasalahan
dalam hidup ?
Hidup ini pasti penuh
dengan permasalahan,
tergantung pada kita
menghadapinya. Saya
selalu menghadapi
persoalan apa pun dalam
hidup ini, yang penting
menyerahkan segala
urusan hanya kepada Allah
semata. Berserah diri
kepada Allah merupakan
hal yang selalu saya
lakukan. Karena kita
semua pada hakikatnya
adalah milik Allah.
Menyerahkan
segala urusan
dan berserah
diri hanya
kepada Allah
16.
Bagaimana
keyakinan
saudara
terhadap Isa
Al-Masih ?
Yesus atau Isa Al-Masih
bagi saya adalah sebagai
nabi dan rasul utusan
Allah untuk manusia. Dia
bukanlah tuhan
sebagaimana dalam
keyakinan agama saya
sebelumnya.
Keyakinan
bahwa Isa Al-
Masih adalah
nabi dan rasul
bukan sebagai
tuhan
17. Apakah Alhamdulillah sudah. Belajar khusyu
saudara sudah
bisa
melaksanakan
shalat dengan
khusyu ?
Shalat khusyu memang
tidaklah mudah, tetapi
kalau kita mau belajar dan
berusaha untuk khusyu,
nikmat ibadah akan dapat
kita rasakan
dalam
melaksanakan
shalat
18.
Bagaimana
hubungan
saudara
dengan teman-
teman di
lingkungan
sekitar ?
Di Pesantren ini semuanya
sudah seperti keluarga
saya sendiri. Apalagi
dalam Islam dikatakan
bahwa sesama muslim
adalah saudara. Jadi kita
harus menjaga ikatan
silaturrahim antar sesama.
Seperti keluarga
sendiri
Sesama muslim
adalah saudara
19.
Apakah
saudara
bersyukur atas
hidayah Islam
pada diri
saudara ?
Saya sangat bersyukur
sekali, karena saya merasa
setelah memeluk agama
Islam ini betul-betul
dimuliakan oleh Allah
SWT. hidayah ini adalah
anugerah dari Allah untuk
saya. Saya ingin
mendakwahkan Islam
kepada keluarga saya,
saudari-saudari saya dan
masyarakat di kampung
halaman saya supaya
mereka juga mendapat
hidayah seperti yang saya
terima.
Bersyukur atas
hidayah Allah
Ingin
mendakwahkan
Islam kepada
keluarga dan
masyarakat di
kampung
halaman.
Lembar Triangulasi Nama : Lukman Hakim
Usia : 18 tahun (2 tahun menjadi Santri Muallaf)
No. Pertanyaan Jawaban Kata Kunci Hubungan Antar
Kata Kunci Teori Refleksi
Bimbingan Agama
1.
Bagaimana
proses
bimbingan
agama pada
muallaf di
Pesantren ini ?
Awalnya kita dikenalkan
dengan pelajaran kristologi
yaitu ilmu perbandingan
agama dan penguatan
aqidah. Salah satunya
dikenalkan perbedaan
pandangan tentang status
Yesus dalam agama
Kristen dan Islam. Setelah
akidah mantap, kemudian
dilanjut dengan pengkajian
fikih dan Ibadah.
Bimbingan
akidah melalui
kajian kristologi
(ilmu
perbandingan
agama)
Bimbingan
ibadah
Pada point ke-1,
informan menjelaskan
bahwa proses
bimbingan agama
yang ia terima dimulai
dengan bimbingan
akidah melalui kajian
kristologi
(perbandingan agama)
disamping dibimbing
tentang tata cara
beribadah dalam
agama Islam (point
ke-11).
Informan mengaku
materi yang
disampaikan oleh
pembimbing mudah
untuk dipahami (point
ke-2) karena
dukungan penuh dari
ustadz dan teman-
teman yang senasib
(point ke-4 dan point
ke-6), selain itu
metode yang
dilakukan selalu ada
diskusi, tanya jawab,
Bimbingan Agama
Menurut M. Arifin
Bimbingan adalah
usaha pemberian
bantuan kepada
seseorang yang
mengalami kesulitan,
baik lahirah maupun
batiniyah, yang
menyangkut kehidupan
di masa kini dan di
masa datang.
Arif Budiman melihat
agama dalam dua
kategori, pertama,
agama sebagai
keimanan (doktrin),
dimana orang percaya
terhadap kehidupan
kekal dikemudian hari,
lalu orang mengabdikan
dirinya untuk
kepercayaan tersebut.
Kedua, agama sebagai
yang mempengaruhi
perilaku manusia.
Dari hasil Observasi dan
Wawancara yang dilakukan
peneliti, Informan (Muallaf 2)
telah memiliki keimanan
sejak ia memutuskan untuk
memeluk agama Islam
(muallaf). Namun setelah
mengikuti bimbingan agama
secara simultan di Pesantren
Pembinaan Muallaf Yayasan
An-Naba` Center Sawah Baru
Ciputat, terdapat perubahan
yang terjadi pada diri
informan termasuk
meningkatnya keimanan
muallaf. Hal ini terlihat dari
pemahaman agama Islamnya
meningkat, sikap sosialnya,
motivasinya dalam
beribadahnya yang
meningkat, kesabaran dan
ketabahannya dalam
menghadapi berbagai cobaan,
semangat jihadnya dalam
menuntut ilmu agama, dan
tentunya pelaksanaan
kewajibannya sebagai
seorang muslim (menjalankan
2.
Apakah materi
yang
disampaikan
mudah
dimengerti dan
sesuai harapan
saudara ?
Alhamdulillah mudah,
karena kita belajar dari
hati ke hati. Ustadz disini
selalu memberikan
kesempatan untuk diskusi
dan tanya jawab setelah
menyampaikan materinya.
Selalu mengulang materi
kalau kami belum paham.
Sesuai harapan saya untuk
mempelajari ilmu agama
lebih dalam.
Materi mudah
dipahami
Selalu ada
diskusi
Ada tanya
jawab setelah
penyampaian
materi
Pengulangan
materi
3.
Apakah
metode yang
digunakan
pembimbing/
Kebanyakan para ustadz
memakai metode
talaqqi/diperdengarkan
atau ceramah. Karena
Metode
ceramah
(talaqqi),
ustadz mudah
diikuti ?
kebanyakan kami adalah
para pemula yang belajar
Islam. Namun ada juga
sesi tanya jawab kalau ada
materi yang belum
dipahami.
diskusi, dan
tanya jawab
Metode
bimbingan
agama mudah
diikuti
dan pengulangan
materi jika para santri
muallaf belum
memahaminya.
Namun hambatan
yang dirasakannya
karena faktor dari
internal informan
ketika teringat
keluarga di kampung
halaman yang
membuat fokusnya
kadang berkurang dan
lemah dalam hafalan
(point ke-4).
Pada point ke-5,
informan merasakan
manfaat dari
bimbingan agama
yaitu adanya
kenyamanan(point
ke-8), ketenangan
(point ke-7) dan
pikirannya terbuka.
Selain itu, informan
juga merasakan
hidupnya lebih teratur
(point ke-19), lebih
tenang dan sabar
dalam menghadapi
masalah (point ke-
15), serta lebih bisa
bersosialisasi dengan
baik (point ke-18).
Informan merasakan
Sedangkan menurut
Ainur Rahim Faqih
Bimbingan Agama
adalah proses
pemberian bantuan
terhadap individu atau
kelompok agar mampu
hidup selaras dengan
ketentuan dan petunjuk
Allah, sehingga dapat
mencapai kebahagiaan
hidup di dunia dan
akhirat.
Menurut Hamdan
Bakry Adz-Dzikry
tujuan dari bimbingan
dalam Islam adalah :
a. Untuk menghasilkan
suatu perubahan,
kesehatan dan
kebersihan jiwa dan
mental. Jiwa
menjadi tenang dan
mendapat
pencerahan dari
Allah SWT.
b. Untuk menghasilkan
suatu perubahan
perbaikan dan
kesopanan tingkah
laku yang
memberikan
manfaat bagi
dirinya, lingkungan
rukun Islam).
4.
Apa saja faktor
yang menjadi
penghambat
dan pendukung
bagi saudara
dalam
mengikuti
kegiatan
bimbingan
agama ?
Kita disini gratis dan tidak
perlu memikirkan biaya
yang harus dibayar ke
pesantren. Sarana pra
sarana sudah hampir
lengkap. Selain itu selalu
ada support atau dorongan
dari para ustadz di
Pesantren.
Hambatannya mungkin
dari keluarga, dulu awal-
awal masuk selalu disuruh
pulang oleh orang tua.
Semenjak kelas 1 SD saya
belum pernah bertemu
dengan orang tua lagi.
Saya merasa rindu dan
kangen kepada orang tua.
Jadi ketika belajar
kemudian ingat orang tua
di kampung halaman,
konsentrasi saya jadi
terganggu. Selain itu juga
saya lemah dalam
menghafal baik Al-Quran
maupun Hadits.
Biaya
pendidikan
gratis
Sarana pra
sarana lengkap
Dorongan dari
para ustadz
Hambatan
internal (ingat
keluarga)
Fokus belajar
berkurang
Lemah dalam
hafalan
5. Apa yang
saudara
Saya merasa lebih tenang,
lebih nyaman dan benar- Tenang dan
Nyaman
rasakan setelah
mengikuti
bimbingan
agama ?
benar merasakan bahwa
Islam itu indah. Pikiran
saya menjadi lebih
terbuka.
Pikiran terbuka adanya peningkatan
keimanan dalam
dirinya. Hal ini karena
faktor lingkungan
(dukungan ustadz dan
teman-teman) yang
sangat mendukung
terjadinya perubahan
pada hidupnya (point
ke-6). Keyakinannya
terhadap agama
sebelumnya mulai
gugur. Hal ini terlihat
dari pandangannya
terhadap Isa Al-Masih
atau Yesus yang ia
yakini sebagai
manusia yang menjadi
nabi dan rasul (point
ke-16) bukan sebagai
tuhan.
Perubahan lain yang
dirasakan informan
adalah motivasi
ibadahnya meningkat
dan sikap
solidaritasnya dalam
pergaulan(point ke-
7).
Pada point ke-12,
informan mengaku
hatinya selalu bergetar
dan merinding saat
mendengarkan
lantunan ayat suci al-
keluarga maupun
sosial.
c. Untuk menghasilkan
kecerdasan emosi
pada individu dan
berkembang rasa
toleransi,
kesetiakawanan,
tolong menolong
dan rasa kasih
sayang.
d. Untuk mendapatkan
kecerdasan spiritual
pada individu,
sehingga muncul
dan berkembang
rasa keinginan untuk
berbuat taat kepada
Tuhannya, ketulusan
mematuhi segala
perintah-Nya serta
ketabahan dalam
menerima ujian-
Nya.
e. Untuk menghasilkan
potensi illahiyah
sehingga fungsi diri
sebagai khalifah
dimuka bumi ini
dapat terlaksana
dengan baik dan
benar.
6.
Apakah ada
pengaruh
terhadap
keimanan
saudara ?
Sebelumnya masuk
pesantren ini saya merasa
biasa saja, namun setelah
disini saya merasa
keimanan saya semakin
kuat dan bertambah.
Lingkungan disini sangat
mendukung dalam
perubahan hidup saya.
Mulai dari dukungan para
ustadz, teman-teman dan
tuntutan untuk senantiasa
semangat dalam belajar.
Keimanan
semakin kuat
Lingkungan
sangat
mendukung
dalam
perubahan
Dukungan dari
para ustadz dan
teman-teman
7.
Apakah ada
sikap yang
diperbaiki
setelah
mengikuti
kegiatan
bimbingan
agama ?
Dahulu karena masih
kecil, saya masih jarang
shalat dan masih bolong,
namun pas disini selalu
berjamaah. Dulu saya
orangnya individualis,
tidak peduli kepada orang
lain. Tetapi setelah disini
rasa persaudaraan dan
solidaritas semakin terasa.
Saya semakin terdorong
untuk menjadi seorang
muslim yang lebih baik.
Selalu
berjamaah
Menjaga
solidaritas
Terdorong
untuk menjadi
muslim yang
lebih baik
8.
Bagaimana
pandangan
saudara
terhadap
Kegiatan bimbingan
agama disini sangat baik
dan terasa. Kita selalu
dibimbing dan dibina sejak
Bimbingan
sejak subuh
Sungguh-
sungguh
bimbingan
agama ?
pagi atau subuh. Kita
selalu diatur untuk
sungguh-sungguh dalam
menuntut ilmu.
menuntut ilmu Qur’an. Seorang yang
beriman akan luluh
hatinya saat
mendengar asma
Allah, dan bergetar
hatinya saat dibacakan
ayat-ayat-Nya. Selain
itu manusia beriman
juga mengimani rukun
iman yang 6 (point
ke-10) dalam Islam,
melaksanakan
kewajibannya sebagai
muslim dengan
mengamalkan rukun
islam yang 5 (point
ke-11), bersabar atas
segala cobaan Allah
SWT. (point ke-14),
sungguh-sungguh
dalam menuntut ilmu,
tawakkal (point ke-
15), selalu bersyukur
(point ke-19),
khusyuk dalam ibadah
shalat (point ke-17),
dan mencintai
saudaranya sesama
muslim (point ke-18)
Keimanan
Menurut Al-Juwaini
iman adalah
pembenaran di dalam
hati kemudian
diucapkannya dengan
lisan akan keberadaan
Tuhan Sedangkan
menurut Ulama salaf
(termasuk Imam
Ahmad, Malik, dan
Syafi’i) Iman adalah
sesuatu yang diyakini di
dalam hati, diucapkan
dengan lisan, dan
diamalkan dengan
anggota badan
Musa Sueb dalam
bukunya “Urgensi
Keimanan dalam Abad
Globalisai” dan
Mawardi Labay El-
Sulthani dalam bukunya
“Zikir dan Doa Iman
Pengaman Dunia”
menyebutkan beberapa
indikator manusia
beriman yaitu :
a. Jika disebutkan
Asma Allah maka
bergetar hatinya dan
jika dibacakan ayat-
ayat-Nya maka
bertambahlah
9.
Apa harapan
saudara setelah
selesai
mengikuti
bimbingan
agama ?
Harapannya semoga saya
bisa mengamalkan apa
yang sudah diberikan para
ustadz disini. Saya
berharap bisa menjadi juru
dakwah sehingga saya bisa
mengajak keluarga
tetangga saya dikampung
bisa masuk Islam.
Semangat untuk
berdakwah
Keinginan
untuk menjadi
da’i
Keimanan
10.
Apakah
saudara
meyakini
(mengimani)
rukun iman
yang 6 (iman
kepada Allah,
Malaikat,
Kitab, Rasul,
Hari Kiamat,
Qada dan
Qadar ?
Ya saya meyakini dan
mengimani rukun iman
yang enam. Iman kepada
Allah, Malaikat, Kitab,
Rasul, hari kiamat, qada
dan qadar. Keenam hal ini
yang wajib diyakini oleh
setiap muslim. Batal
keimanannya apabila tidak
mengimani salah satunya
saja. Kesempurnaan dari
keimanan kan meyakini
semua rukun iman yang 6,
kita diwajibkan
mengimani semuanya.
Salah satunya saya tidak
merasa putus asa
meskipun ditakdirkan
terpisah dari keluarga,
dikucilkan oleh tetangga
walaupun masih ada
Beriman kepada
rukun iman
yang 6
Tidak merasa
putus asa
keluarga saya di kampung
halaman.
keimanannya (QS.
Al-Anfal : 2)
b. Berhijrah dan
berjihad di Jalan
Allah
c. Berhukum dan
menghukum atas
hukum Allah SWT.
(QS. An-Nur : 51)
d. Ridha atas segala
cobaan yang
diberikan Allah
SWT.(QS. al-
Bayyinah : 8 dan
QS. Al-Anam : 17)
e. Mencintai Allah dan
Rasul-rasul-Nya
f. Mencintai Sesama
Muslim
g. Tawakkal dalam
pengertian berserah
diri setelah berdaya
upaya secara
maksimal (7 T)
Tenang, Tahan,
Tabah, Tekun,
Teliti, Tanggulangi,
dan Tawakkal.
h. Mendirikan shalat
yang khusyuk
mengerjakan shalat
dengan rohani dan
jasmani.
i. Menafkahkan
sebagian harta yang
11.
Apakah
saudara sudah
melaksanakan
kewajiban
saudara
sebagai
muslim (rukun
Islam) ?
Ya alhamdulillah saya
sudah melaksanakan
kewajiban saya sebagai
muslim yaitu menjalankan
rukun islam yang lima
yaitu syahadat, shalat,
zakat, puasa dan ibadah
haji jika mampu. Hanya
ibadah haji yang belum
saya laksanakan karena
belum mampu. Disini
selalu dibimbing dalam hal
ibadah juga
Melaksanakan
rukun Islam
kecuali ibadah
haji karena
belum mampu
Bimbingan
ibadah
12.
Apa yang
saudara
rasakan ketika
Asma Allah
dan ayat-ayat
al-Qur’an
dibacakan ?
Yang saya rasakan hati
saya bergetar dan merasa
merinding kalau ayat al-
Qur’an dibacakan. Apalagi
jika yang melantunkan
dengan nada merdu. Beda
rasanya mendengarkan al-
Qur’an dengan musik-
musik.
Hati bergetar
dan merinding
saat mendengar
ayat al-Qur’an
13.
Apakah
saudara dapat
membaca Al-
Qur`an ?
Sudah. Sekarang sudah
bisa menghafal kurang
lebih 2 juz al-Qur’an.
Sudah hafal 2
juz al-Qur’an
14.
Apakah ada
cobaan/ujian
saat saudara
memeluk
agama Islam ?
Tentu ada. Dulu pernah
difitnah oleh orang-orang
yang tidak suka terhadap
keislaman saya, mereka
menghasut kedua orang
tua saya bahwa saya
diperlakukan seperti budak
Pembimbing
membantu
menenangkan
batin
Bersabar atas
ujian/cobaan
yang diberikan
di pesantren. Padahal,
pesantren mendidik saya
supaya menjadi anak yang
mandiri. Saya hanya bisa
bersabar dalam
menghadapi semuanya.
Saya jelaskan kepada
kedua orang tua bahwa
saya baik-baik saja, dan
tidak seperti perkataan
orang-orang tentang saya
di pesantren.
Allah
dianugerahkan Allah
kepada orang yang
berhak
menerimanya.
j. Apabila mendapat
musibah mereka
bersabar/tidak
berkeluh kesah,
tahan banting (QS.
Ali Imran : 120 dan
200).
15.
Bagaimana
saudara
menghadapi
berbagai
persoalan dan
permasalahan
dalam hidup ?
Menghadapi berbagai
permasalahan saya hadapi
dengan tenang, tidak
tergesa-gesa dan tentunya
selalu minta pertolongan
dan berserah diri hanya
kepada Allah.
Tenang dalam
menghadapi
masalah
Berserah diri
hanya kepada
Allah
16.
Bagaimana
keyakinan
saudara
terhadap Isa
Al-Masih ?
Keyakinan saya terhadap
Yesus atau Isa Al-Masih
sekarang meyakini bahwa
dia adalah manusia seperti
kita semua yang diutus
menjadi nabi dan rasul.
Bukan sebagai tuhan
sebagaimana yang diyakini
oleh agama saya yang
lama.
Keyakinan
bahwa Isa Al-
Masih adalah
manusia yang
diutus menjadi
nabi dan rasul
17.
Apakah
saudara sudah
bisa
melaksanakan
shalat dengan
khusyu ?
Sudah alhamdulillah.
Perlahan saya belajar
mulai dari gerakannya
sampai pada doa-doanya
dalam shalat. Disini selalu
shalat berjamaah dan
Khusyu dalam
melaksanakan
shalat
sangat terasa
kekhusyuannya ketika
berjamaah.
18.
Bagaimana
hubungan
saudara
dengan teman-
teman di
lingkungan
sekitar ?
Disini ukhuwwah nya
sangat saya rasakan.
Seperti keluarga kedua
bagi saya. Teman-teman
disini sangat baik dan saya
selalu bersosialisasi
dengan siapa pun.
Selalu
bersosialisasi
Seperti keluarga
sendiri
19.
Apakah
saudara
bersyukur atas
hidayah Islam
pada diri
saudara ?
Saya sangat merasa
bersyukur atas hidayah
yang Allah berikan kepada
saya. Sebelum saya masuk
Islam saya merasa tidak
ada arahan hidup. Berpikir
hanya keduniawian,
namun sekarang semenjak
masuk Islam semuanya
sudah diatur, hidup kita
semakin teratur dan
seimbang karena Islam
mengatur segala aspek
kehidupan manusia.
Bersyukur atas
hidayah Allah
Merasakan
hidup lebih
teratur
Lembar Triangulasi Nama : Mustafa Jayyidin
Usia : 24 tahun (2 tahun menjadi Santri Muallaf)
No. Pertanyaan Jawaban Kata Kunci Hubungan Antar
Kata Kunci Teori Refleksi
Bimbingan Agama
1.
Bagaimana
proses
bimbingan
agama pada
muallaf di
Pesantren ini ?
Proses bimbingan agama
disini Awalnya kita
diajarkan kristologi (ilmu
perbandingan agama) dan
bimbingan aqidah. Salah
satunya dikenalkan
perbedaan pandangan
tentang status Yesus dalam
agama Kristen dan Islam.
Setelah akidah mantap,
kemudian dilanjut dengan
pengkajian fikih dan
Ibadah dan baca Al-quran.
Setelah itu diajarkan juga
tata cara beribadah seperti
wudhu, shalat dan yang
lainnya.
Bimbingan
akidah
Bimbingan
kristologi (ilmu
perbandingan
agama)
Bimbingan
ibadah (wudhu,
shalat dan
membaca al-
Qur’an)
Pada point ke-1,
informan menjelaskan
bahwa proses
bimbingan agama
yang ia terima dimulai
dengan bimbingan
akidah (point ke10),
kemudian diiringi
dengan ilmu kristologi
(perbandingan agama)
disamping dibimbing
tentang tata cara
beribadah dalam
agama Islam (point
ke-11).
Informan mengaku
materi yang
disampaikan oleh
pembimbing mudah
untuk dipahami (point
ke-2) karena
dukungan penuh dari
ustadz dan teman-
teman yang senasib
(point ke-4), selain itu
metode yang
dilakukan selalu ada
diskusi, tanya jawab
Bimbingan Agama
Menurut M. Arifin
Bimbingan Agama
adalah usaha pemberian
bantuan kepada
seseorang yang
mengalami kesulitan,
baik lahirah maupun
batiniyah, yang
menyangkut kehidupan
di masa kini dan di
masa datang.
Arif Budiman melihat
agama dalam dua
kategori, pertama,
agama sebagai
keimanan (doktrin),
dimana orang percaya
terhadap kehidupan
kekal dikemudian hari,
lalu orang mengabdikan
dirinya untuk
kepercayaan tersebut.
Kedua, agama sebagai
yang mempengaruhi
perilaku manusia.
Dari hasil Observasi dan
Wawancara yang dilakukan
peneliti, Informan (Muallaf 3)
telah memiliki keimanan
sejak ia memutuskan untuk
memeluk agama Islam
(muallaf). Namun setelah
mengikuti bimbingan agama
secara simultan di Pesantren
Pembinaan Muallaf Yayasan
An-Naba` Center Sawah Baru
Ciputat, terdapat perubahan
yang terjadi pada diri
informan termasuk
meningkatnya keimanan
muallaf. Hal ini terlihat dari
pemahaman agama Islamnya
meningkat, motivasinya
dalam beribadahnya yang
meningkat, kesabaran dan
ketabahannya dalam
menghadapi berbagai cobaan,
semangat jihadnya dalam
menuntut ilmu agama, dan
tentunya pelaksanaan
kewajibannya sebagai
seorang muslim (menjalankan
rukun Islam).
2.
Apakah materi
yang
disampaikan
mudah
dimengerti dan
sesuai harapan
saudara ?
Alhamdulillah mudah,
karena banyak hal yang
bisa saya pahami dari
penjelasan para ustadz.
Jika kami belum paham,
kami selalu punya
kesempatan untuk
bertanya saat kegiatan
belajar berlangsung. Para
ustadz selalu sabar dalam
menghadapi kami, karena
Materi mudah
dipahami
Selalu ada
diskusi
Ada tanya
jawab setelah
penyampaian
materi
kami adalah para pemula. (point ke-3) dan
pengulangan materi
jika para santri
muallaf belum
memahaminya.
Pada point ke-5,
informan merasakan
manfaat dari
bimbingan agama
yaitu adanya
ketenangan (point ke-
7), dan kenyamanan
dalam belajar.
Kebersamaan atau
ukhuwwah kuat
(point ke-5) yang ia
rasakan juga menjadi
pendorong untuk tetap
semangat dalam
mengikuti bimbingan
agama. Hal ini
ditunjukan dari lebih
sering membaca buku
di perpustakaan (point
ke-7). Manfaat lain
yang dirasakan adalah
motivasi ibadahnya
meningkat sehingga
lebih sering berjamaah
shalat.
Pada point ke-6,
informan merasakan
adanya peningkatan
keimanan setelah
mengikuti kegiatan
Sedangkan menurut
Ainur Rahim Faqih
Bimbingan Agama
adalah proses
pemberian bantuan
terhadap individu atau
kelompok agar mampu
hidup selaras dengan
ketentuan dan petunjuk
Allah, sehingga dapat
mencapai kebahagiaan
hidup di dunia dan
akhirat.
Menurut Hamdan
Bakry Adz-Dzikry
tujuan dari bimbingan
dalam Islam adalah :
a. Untuk menghasilkan
suatu perubahan,
kesehatan dan
kebersihan jiwa dan
mental. Jiwa
menjadi tenang dan
mendapat
pencerahan dari
Allah SWT.
b. Untuk menghasilkan
suatu perubahan
perbaikan dan
kesopanan tingkah
laku yang
memberikan
manfaat bagi
dirinya, lingkungan
3.
Apakah
metode yang
digunakan
pembimbing/
ustadz mudah
diikuti ?
Mudah. Metode yang
digunakan seperti
ceramah, diskusi dan tanya
jawab. Kalau kami belum
paham, maka boleh untuk
bertanya langsung.
Metode
ceramah,
diskusi, dan
tanya jawab
Metode
bimbingan
agama mudah
diikuti
4.
Apa saja faktor
yang menjadi
penghambat
dan pendukung
bagi saudara
dalam
mengikuti
kegiatan
bimbingan
agama ?
Faktor lingkungan disini
sangat mendukung dalam
mengikuti bimbingan
agama. Sarana pra sarana
lengkap. Kita disini juga
semuanya gratis sehingga
tidak perlu memikirkan
biaya sepeser pun ke
pesantren. Selain itu selalu
ada support atau dorongan
dari para ustadz dan
teman-teman di Pesantren.
Hambatannya mungkin
dari diri saya sendiri,
seperti rasa malas selalu
menghantui diri saya
ketika sulit memahami
materi yang disampaikan
ustadz.
Faktor
lingkungan
Support/dukung
an ustadz
Dukungan
teman-teman
senasib
Faktor
kemalasan jika
sulit memahami
materi
5.
Apa yang
saudara
rasakan setelah
mengikuti
bimbingan
agama ?
Saya merasa lebih tenang,
lebih nyaman dan benar-
benar merasakan bahwa
Islam itu indah.
Ukhuwwah dan
kebersamaan disini benar-
Tenang dan
Nyaman belajar
di Pesantren
Merasakan
kebersamaan
yang kuat
benar terasa. Niat masuk
pesantren pun ingin
berubah menjadi pribadi
muslim yang lebih baik.
Motivasi diri
untuk berubah
menjadi lebih
baik
bimbingan agama Hal
ini ditunjukan dengan
lebih rajin beribadah
(point ke-7) dan
semangat dalam
menuntut ilmu.
Informan mengaku
dengan mengikuti
bimbingan agama di
pesantren sangat
membantunya dalam
memahami Islam
(point ke-8) lebih
dalam sehingga
mempengaruhi pada
keinginannya untuk
menjadi juru dakwah
(point ke-9) di
kampung halamannya.
Pada point ke-12,
informan mengaku
hatinya selalu bergetar
saat asma Allah
dibacakan dan batin
nya gemuruh saat
mendengar ayat-ayat
al-Qur’an. Baginya al-
Qur’an adalah sebagai
obat penyejuk hati.
Seorang yang beriman
akan bergetar hatinya
saat mendengar asma
Allah, dan bertambah
keimanannya saat
dibacakan ayat-ayat-
keluarga maupun
sosial.
c. Untuk menghasilkan
kecerdasan emosi
pada individu dan
berkembang rasa
toleransi,
kesetiakawanan,
tolong menolong
dan rasa kasih
sayang.
d. Untuk mendapatkan
kecerdasan spiritual
pada individu,
sehingga muncul
dan berkembang
rasa keinginan untuk
berbuat taat kepada
Tuhannya, ketulusan
mematuhi segala
perintah-Nya serta
ketabahan dalam
menerima ujian-
Nya.
e. Untuk menghasilkan
potensi ilahiyah
sehingga fungsi diri
sebagai khalifah
dimuka bumi ini
dapat terlaksana
dengan baik dan
benar.
6.
Apakah ada
pengaruh
terhadap
keimanan
saudara ?
Tentu ada. Sebelum masuk
pesantren ini saya selalu
bergaul sama teman-teman
yang berandal sehingga
ibadah pun selalu
tertinggal, namun setelah
disini saya merasa
keimanan saya semakin
kuat dan bertambah. Saya
jadi lebih rajin beribadah,
semangat menuntut ilmu
dan selalu ingin berbagi
pada sesama.
Peningkatan
keimanan
Ibadah lebih
rajin
Semangat
menuntut ilmu
7.
Apakah ada
sikap yang
diperbaiki
setelah
mengikuti
kegiatan
bimbingan
agama ?
Ada banyak sikap yang
saya rubah, seperti shalat
yang dulu kadang bolong
tetapi sekarang lebih
sering berjamaah. Terus
belajar juga sekarang tidak
perlu menunggu untuk
disuruh, sekarang lebih
bisa belajar sendiri seperti
membaca buku di
perpustakaan.
Lebih sering
berjamaah
Lebih sering
membaca buku
di perpustakaan
(belajar sendiri)
8.
Bagaimana
pandangan
saudara
terhadap
bimbingan
agama ?
Kegiatan bimbingan
agama disini sangat
membantu khususnya
kepada saya yang tadinya
belum memahami betul
ajaran agama Islam. Ada
banyak orang muallaf
Bimbingan
agama
membantu
muallaf
memahami
Islam
disana kurang dibimbing
dan dibina sehingga
mudah sekali kembali
murtad ke agama
sebelumnya.
Nya. Selain itu
manusia beriman juga
mengimani rukun
iman yang 6 (point
ke-10) dalam Islam,
melaksanakan
kewajibannya sebagai
muslim dengan
mengamalkan rukun
islam yang 5 (point
ke-11), bersabar atas
segala cobaan Allah
SWT. (point ke-14),
sungguh-sungguh
dalam menuntut ilmu,
tawakkal (point ke-
15), selalu bersyukur
(point ke-19),
khusyuk dalam ibadah
shalat (point ke-17),
dan mencintai
saudaranya sesama
muslim (point ke-18)
Keimanan
Menurut Al-Juwaini
iman adalah
pembenaran di dalam
hati kemudian
diucapkannya dengan
lisan akan keberadaan
Tuhan Sedangkan
menurut Ulama salaf
(termasuk Imam
Ahmad, Malik, dan
Syafi’i) Iman adalah
sesuatu yang diyakini di
dalam hati, diucapkan
dengan lisan, dan
diamalkan dengan
anggota badan
Musa Sueb dalam
bukunya “Urgensi
Keimanan dalam Abad
Globalisai” dan
Mawardi Labay El-
Sulthani dalam bukunya
“Zikir dan Doa Iman
Pengaman Dunia”
menyebutkan beberapa
indikator manusia
beriman yaitu :
a. Jika disebutkan
Asma Allah maka
bergetar hatinya dan
jika dibacakan ayat-
ayat-Nya maka
bertambahlah
9.
Apa harapan
saudara setelah
selesai
mengikuti
bimbingan
agama ?
Harapannya semoga saya
bisa mengamalkan apa
yang sudah diberikan para
ustadz disini. Saya
berharap ada banyak
lembaga-lembaga seperti
ini supaya para muallaf
tidak terlantar dari
bimbingan dan pembinaan
agama Islam. Saya ingin
mendakwahkan Islam
kepada keluarga dan
saudara saya di rumah.
Disini saya semakin yakin
terhadap Islam dan jika
ada yang menyuruh saya
murtad, saya akan
menolak dengan tegas
termasuk kepada orang tua
saya. Karena saya masuk
Islam atas dasar kemauan
sendiri dan menemukan
kebenaran, bukan atas
paksaan dari siapa pun.
Semangat untuk
berdakwah
Masuk Islam
atas dasar
keinginan
sendiri tanpa
ada paksaan
Keimanan
10.
Apakah
saudara
meyakini
(mengimani)
rukun iman
Ya, saya meyakini dan
mengimani rukun iman
yang enam. Semuanya
wajib kita imani sebagai
seorang muslim.iman
Beriman kepada
rukun iman
yang 6
Bimbingan
akidah
yang 6 (iman
kepada Allah,
Malaikat,
Kitab, Rasul,
Hari Kiamat,
Qada dan
Qadar ?
kepada Allah, malaikat,
kitab-kitab, para rasul, hari
kiamat, qada dan qadar.
Disini kami juga belajar
tentang keimanan ini.
Dikenalkan siapa Allah,
siapa rasulullah dan para
makhluk ciptaan-Nya.
Disini selalu dibimbing
masalah akidah
keimanannya (QS.
Al-Anfal : 2)
b. Berhijrah dan
berjihad di Jalan
Allah
c. Berhukum dan
menghukum atas
hukum Allah SWT.
(QS. An-Nur : 51)
d. Ridha atas segala
cobaan yang
diberikan Allah
SWT.(QS. al-
Bayyinah : 8 dan
QS. Al-Anam : 17)
e. Mencintai Allah dan
Rasul-rasul-Nya
f. Mencintai Sesama
Muslim
g. Tawakkal dalam
pengertian berserah
diri setelah berdaya
upaya secara
maksimal (7 T)
Tenang, Tahan,
Tabah, Tekun,
Teliti, Tanggulangi,
dan Tawakkal.
h. Mendirikan shalat
yang khusyuk
mengerjakan shalat
dengan rohani dan
jasmani.
i. Menafkahkan
sebagian harta yang
11.
Apakah
saudara sudah
melaksanakan
kewajiban
saudara
sebagai
muslim (rukun
Islam) ?
Tentu sudah. Menjalankan
rukun islam adalah bentuk
aplikasi dari keimanan.
Hanya yang belum ibadah
haji karena belum mampu.
Mulai dari membacakan
dua kalimat syahadat,
mendirikan shalat,
menunaikan zakat, puasa
di bulan ramadhan dan
ibadah haji ke tanah suci
jika sudah mampu. Kami
selalu diajarkan tata cara
beribadah
Melaksanakan
rukun Islam
kecuali ibadah
haji karena
belum mampu
Bimbingan
ibadah
12.
Apa yang
saudara
rasakan ketika
Asma Allah
dan ayat-ayat
al-Qur’an
dibacakan ?
Hati saya bergetar, batin
saya gemuruh saat
mendengar asma Allah.
Bagi saya, al-Qur’an
adalah obat penyejuk hati.
Ada hal yang beda saat
mendengarkan lantunan
ayat suci al-Qur’an.
Hati bergetar
dan batin
gemuruh
Al-Qur’an
adalah obat
penyejuk hati
13.
Apakah
saudara dapat
membaca Al-
Alhamdulillah saya sudah
bisa baca Al-Quran. Insya
Allah sekarang sudah
Sudah hafal 3
juz al-Qur’an
Qur`an ? menghafal 3 juz yaitu juz
30, 1, dan juz 3.
dianugerahkan Allah
kepada orang yang
berhak
menerimanya.
j. Apabila mendapat
musibah mereka
bersabar/tidak
berkeluh kesah,
tahan banting (QS.
Ali Imran : 120 dan
200).
14.
Apakah ada
cobaan/ujian
saat saudara
memeluk
agama Islam ?
Ada banyak tentunya.
Mulai dari pengucilan
teman-teman saya sendiri
dan masyarakat di
kampung halaman,
ditambah orang tua yang
sempat memaksa saya
untuk kembali lagi ke
agama lama saya (murtad).
Tapi saya tetap pada
pendirian dan pilihan saya
untuk tetap memeluk
Islam sebagai agama saya.
Ini hanya bagian dari
cobaan kecil yang harus
saya hadapi dengan penuh
kesabaran.
Pembimbing
membantu
menenangkan
batin
Bersabar atas
ujian/cobaan
yang diberikan
Allah
15.
Bagaimana
saudara
menghadapi
berbagai
persoalan dan
permasalahan
dalam hidup ?
Permasalahan hidup pasti
selalu ada. Saya
menghadapinya sendiri
karena saya yakin segala
bentuk persoalan yang
Allah berikan kepada saya,
berarti sesuai dengan
kesanggupan dan
kemampuan saya. Yang
terpenting selalu
bertawakal kepada Allah
setelah urusan kita hadapi.
Berserah diri
hanya kepada
Allah
16.
Bagaimana
keyakinan
saudara
terhadap Isa
Dulu saya meyakini bahwa
Yesus atau Isa Al-Masih
adalah Tuhan. Namun
sejak masuk pesantren dan
Keyakinan
bahwa Isa Al-
Masih adalah
nabi dan rasul
Al-Masih ?
belajar kristologi bersama
Ustadz Nababan, saya
mendapat pencerahan dan
meyakini bahwa Yesus
atau Isa adalah nabi dan
rasul utusan Allah. Tuhan
itu Maha Pencipta (khalik)
bukan yang diciptakan
(Makhluk) sementara
Yesus atau Isa itu lahir
berarti diciptakan
(makhluk). Sangat tidak
masuk akal kalau tuhan itu
diciptakan.
Bimbingan
akidah melalui
materi
kristologi
17.
Apakah
saudara sudah
bisa
melaksanakan
shalat dengan
khusyu ?
Saya masih belajar supaya
bisa shalat dengan khusyu.
Yang paling terasa adalah
saat menjalankan shalat
malam (tahajud). Disitu
saya merasakan begitu
dekat dengan Allah. Saya
curahkan segala isi hati
hanya kepada-Nya saat
shalat malam.
Belajar khusyu
dalam
melaksanakan
shalat
18.
Bagaimana
hubungan
saudara
dengan teman-
teman di
lingkungan
sekitar ?
Disini semuanya senasib
sebagai mualaf dan
senasib terusir juga dari
keluarga. Saya merasakan
ukhuwah yang begitu erat.
Seperti keluarga sendiri.
Mencintai sesama muslim
adalah bukti keimanan
kita. Dalam hadits
dikatakan bahwa tidak
termasuk beriman
Kebersamaan
sangat terasa.
Mereka seperti
keluarga sendiri
seseorang sampai ia
menyayangi saudaranya
sebagaimana ia
menyayangi dirinya
sendiri
19.
Apakah
saudara
bersyukur atas
hidayah Islam
pada diri
saudara ?
Sangat bersyukur, tidak
semua orang mendapatkan
hidayah dari Allah.
Banyak dari mereka yang
berislam hanya di KTP
saja tanpa ada amaliah
Islamnya. Bersyukur
karena Allah telah
membukakan hati untuk
belajar agama Islam lebih
baik.
Bersyukur atas
hidayah Allah
Lembar Triangulasi
Nama : Abdul Aziz Laia, S. Sos. I
Usia : 35 tahun (1 tahun menjadi Pembimbing Agama)
No. Pertanyaan Jawaban Kata Kunci Hubungan Antar
Kata Kunci Teori Refleksi
Bimbingan Agama
1.
Bagaimana
proses
bimbingan
agama pada
muallaf di
Pesantren ini ?
Pertama-tama saya
menjelaskan perbedaan
dua agama/perbandingan
agama. Kedua,
mengajarkan materi-
materi aqidah Islam.
Ketiga, mengajarkan
Alquran, Fikih, Hadits,
Sejarah Islam, dan Ilmu
keumuman. Semua
terjadwal setiap hari.
Para santri di sekolahkan
dan di kuliahkan.
Mereka adalah anak-
anak sekolah SMA
sederajat dan selebihnya
kuliah. Tahapan pertama
para santri dikumpulkan
dalam halaqah
keseluruhan. Kedua,
dikumpulkan halaqah
privat yaitu sesuai
dengan kapasitas
pemahaman masing-
masing santri atau sesuai
dengan materi yang
sudah didapat oleh
Menjelaskan
perbandingan
dua agama
Mengajarkan
materi aqidah
Islam
Mengajarkan al-
Qur’ann, fikih,
hadits, sejarah
Islam, dan ilmu
umum
Tahap pertama
semua santri
muallaf
dikumpulkan
Tahap kedua
dikumpulkan
sesuai kapasitas
pemahaman
masing-masing
santri muallaf
Bimbingan Agama
Menurut M. Arifin
Bimbingan Agama
adalah usaha pemberian
bantuan kepada
seseorang yang
mengalami kesulitan,
baik lahirah maupun
batiniyah, yang
menyangkut kehidupan
di masa kini dan di
masa datang.
Arif Budiman melihat
agama dalam dua
kategori, pertama,
agama sebagai
keimanan (doktrin),
dimana orang percaya
terhadap kehidupan
kekal dikemudian hari,
lalu orang mengabdikan
dirinya untuk
kepercayaan tersebut.
Kedua, agama sebagai
yang mempengaruhi
Dari hasil Observasi dan
Wawancara yang dilakukan
peneliti, Informan 1 telah
memiliki keimanan sejak ia
memutuskan untuk memeluk
agama Islam (muallaf).
Namun setelah mengikuti
bimbingan agama secara
simultan di Pesantren
Pembinaan Muallaf Yayasan
An-Naba` Center Sawah Baru
Ciputat, terdapat perubahan
yang terjadi pada diri
informan termasuk
meningkatnya keimanan
muallaf. Hal ini terlihat dari
pemahaman agama Islamnya
meningkat, motivasinya
dalam beribadahnya yang
meningkat, kesabaran dan
ketabahannya dalam
menghadapi berbagai cobaan,
semangat jihadnya dalam
menuntut ilmu agama, dan
tentunya pelaksanaan
kewajibannya sebagai
seorang muslim (menjalankan
santri. perilaku manusia.
Sedangkan menurut
Ainur Rahim Faqih
Bimbingan Agama
adalah proses
pemberian bantuan
terhadap individu atau
kelompok agar mampu
hidup selaras dengan
ketentuan dan petunjuk
Allah, sehingga dapat
mencapai kebahagiaan
hidup di dunia dan
akhirat.
Menurut Hamdan
Bakry Adz-Dzikry
tujuan dari bimbingan
dalam Islam adalah :
a. Untuk menghasilkan
suatu perubahan,
kesehatan dan
kebersihan jiwa dan
mental. Jiwa
menjadi tenang dan
mendapat
pencerahan dari
Allah SWT.
b. Untuk menghasilkan
suatu perubahan
perbaikan dan
kesopanan tingkah
rukun Islam).
2.
Apakah tujuan
diadakannya
bimbingan
agama pada
Muallaf ?
Tujuannya adalah
sebagai benteng aqidah
untuk santri muallaf agar
tidak mudah murtad
kembali. Kedua, sebagai
hujjah atau alasan jika
berdebat dengan
keluarga mereka yang
masih non Islam. Ketiga,
sebagai hujjah atau
alasan dalam menegakan
ibadah dan menjalankan
Islam.
Membentengi
akidah muallaf
Sebagai hujjah
dalam berdebat
Sebagai ujjah
dalam
menjalankan
ibadah
3.
Apakah fungsi
dari bimbingan
agama pada
Muallaf ?
Fungsinya agar para
santri muallaf bisa
memahami Islam dengan
baik, dapat beribadah
dengan baik dan benar
sehingga dapat
mengajarkan kembali
kepada orang lain.
Memahami
Islam dengan
baik
Dapat
mengajarkan
kembali kepada
orang lain
4.
Apa saja materi
yang
disampaikan
dalam
bimbingan
agama pada
Muallaf ? Apakah ada
materi khusus
untuk
menguatkan
keimanan
Muallaf ?
Materinya aqidah dan
akhlak Islam. Kitab yang
digunakan seperti kitab
Ushulutsalatsah karya
syekh Muhammad Ibnu
Abdul Wahab, kitab At-
Tauhid karya Dr. Syekh
Soleh Fauzan. Dua kitab
ini adalah tahap awal.
Tahap selanjutnya ada
kitab Qowaid Arba’ah
dan kitab Aqidah
Washitiyah karya Imam
Akidah dan
akhlak Islam
Pengenalan
Allah SWT.
Pengenalan
Rasul
Pengenalan
Islam
Ibnu Taimiyah, dan kitab
Aqidah Tohawiyah karya
Imam At-Tohawi. Kitab
tadi yang saya sebut.
Kitab yang memberikan
penjelasan tentang
ma’rifatullah (mengenal
Allah), ma’rifatul Islam,
dan ma’rifaturrosul
(pengenalan rosul).
laku yang
memberikan
manfaat bagi
dirinya, lingkungan
keluarga maupun
sosial.
c. Untuk menghasilkan
kecerdasan emosi
pada individu dan
berkembang rasa
toleransi,
kesetiakawanan,
tolong menolong
dan rasa kasih
sayang.
d. Untuk mendapatkan
kecerdasan spiritual
pada individu,
sehingga muncul
dan berkembang
rasa keinginan untuk
berbuat taat kepada
Tuhannya, ketulusan
mematuhi segala
perintah-Nya serta
ketabahan dalam
menerima ujian-
Nya.
e. Untuk menghasilkan
potensi ilahiyah
sehingga fungsi diri
sebagai khalifah
dimuka bumi ini
dapat terlaksana
dengan baik dan
5.
Metode apa saja
yang digunakan
pembimbing/ust
adz dalam
kegiatan
bimbingan
agama ?
Ada tiga metode yang
digunakan yaitu metode
ceramah (demo), diskusi,
presentasi santri. dan
menghafal dalil yang
berkaitan tentang hukum.
Semua metode
diterapkan dalam setiap
pertemuan. Metode yang
lebih mengena adalah
menghafal dalil yang
berkaitan dengan hukum.
Metode
ceramah atau
demo
Metode diskusi
Metode
presentasi santri
Metode
menghafal dalil-
dalil
6.
Apa saja faktor
yang menjadi
pendukung dan
penghambat
dalam
melaksanakan
bimbingan
agama pada
Muallaf ?
Faktor pendukungnya
adanya fasilitas atau
sarana pra sarana seperti
perpustakaan, dukungan
dana dari para muhsisnin.
Hambatannya yang
pertama masalah
kejiwaan atau mental
yang dilema karena
mereka adalah non
muslim semuanya.
Ketidakstabilan jiwa
mereka yang mungkin
Dukungan
sarana prasarana
seperti
perpustakaan
Dukungan dana
dari para
muhsinin
Hambatannya
kondisi mental
kejiwaan
muallaf yang
dilema
Keras hati
masih menjadi hambatan.
Kedua yaitu susahnya
menerima setiap teguran
atau masih ada keras hati.
Ketiga, yaitu masalah IQ
masing-masing yang
berbeda. Dan keempat
faktor egoistis dan
emosional dari para
santri muallaf. Kelima,
faktor fanatik kesukuan.
Hal ini mengenai
bagaimana menyesuaikan
dengan lingkungan dan
bagaimana kita
mempersaudarakan
mereka semua.
(susah
menerima
teguran)
IQ masing-
masing santri
yang berbeda
Egoistis dan
emosional
Fanatik
kesukuan
benar.
7.
Apakah ada
pengaruh
terhadap
keimanan
muallaf setelah
mengikuti
kegiatan
bimbingan
agama ?
Ya tentu sangat ada.
Tandanya pertama,
mereka antusias dan
bangga berislam. Kedua,
mereka mampu
berargumentasi dan
menjawab kepada orang
yang bertanya tentang
islam (kenapa memilih
Islam). Ketiga, mampu
memahami ajaran Islam
dengan baik.
Antusias dan
bangga berislam
Mampu
berargumentasi
dan menjawab
pertanyaan
Mampu
memahami
ajaran Islam
dengan baik
8.
Apakah ada
perubahan sikap
Muallaf setelah
mengikuti
kegiatan
bimbingan
Ya, ada. Mereka dapat
merubah sikap jahiliyah
menjadi lebih baik
seperti mampu berlemah
lembut dan mampu
berkata-kata dengan
Perubahan sikap
Lemah lembut
Berkata-kata
dengan sopan
agama ? sopan.
9.
Apa harapan
pembimbing
pada muallaf
setelah
mengikuti
kegiatan
bimbingan
agama ?
Harapannya yang
pertama para santri
mampu memahami dan
mengenal Islam secara
kaffah. Kedua, mereka
tidak murtad atau tidak
kembali lagi ke agama
sebelumnya. Ketiga,
mereka mampu menjadi
juru dakwah atau dai di
kampung halamannya
atau di tempat lainnya.
Mampu
memahami
Islam secara
kaffah
Tidak kembali
murtad
Mampu menjadi
juru dakwah
atau dai di
kampung
halamannya
Lembar Triangulasi
Nama : Ustadz Syamsul Arifin Nababan
Usia : 49 tahun (17 tahun menjadi Pembimbing Agama)
No. Pertanyaan Jawaban Kata Kunci Hubungan Antar
Kata Kunci Teori Refleksi
Bimbingan Agama
1.
Bagaimana
proses
bimbingan
agama pada
muallaf di
Pesantren ini ?
Pesantren An-Naba ini
mempunyai kurikulumnya
seperti pesantren pada
umumnya walaupun kita
non formal. Materi atau
ilmu yang paling
ditekankan disini adalah
masalah aqidah.
Bagaimana aqidah muallaf
itu kokoh, tidak ragu
dalam berislam, mereka
yakin Islam satu-satunya
agama yang benar dan
mereka total
meninggalkan semua sisa-
sisa kepercayaan kepada
agama sebelumnya.
Ketika aqidah mereka
sudah kokoh, baru secara
simultan kita bimbing Al-
quran karena orientasi kita
menghafal Al-Quran,
kemudian hadits, sejarah,
fikih. Ada skala prioritas.
Pertama, setelah kita
gugurkan sisa-sisa
Menggunakan
kurikulum
pesantren (non
formal)
Bimbingan
akidah melalui
kajian
kristologi
(ilmu
perbandingan
agama)
Bimbingan
ibadah
Bimbingan Agama
Menurut M. Arifin
Bimbingan Agama
adalah usaha pemberian
bantuan kepada
seseorang yang
mengalami kesulitan,
baik lahirah maupun
batiniyah, yang
menyangkut kehidupan
di masa kini dan di
masa datang.
Arif Budiman melihat
agama dalam dua
kategori, pertama,
agama sebagai
keimanan (doktrin),
dimana orang percaya
terhadap kehidupan
kekal dikemudian hari,
lalu orang mengabdikan
dirinya untuk
kepercayaan tersebut.
Kedua, agama sebagai
yang mempengaruhi
Dari hasil Observasi dan
Wawancara yang dilakukan
peneliti, Informan
(Pembimbing) telah memiliki
keimanan sejak ia
memutuskan untuk memeluk
agama Islam (muallaf).
Namun setelah mengikuti
bimbingan agama secara
simultan di Pesantren
Pembinaan Muallaf Yayasan
An-Naba` Center Sawah Baru
Ciputat, terdapat perubahan
yang terjadi pada diri
informan termasuk
meningkatnya keimanan
muallaf. Hal ini terlihat dari
pemahaman agama Islamnya
meningkat, motivasinya
dalam beribadahnya yang
meningkat, kesabaran dan
ketabahannya dalam
menghadapi berbagai cobaan,
semangat jihadnya dalam
menuntut ilmu agama, dan
tentunya pelaksanaan
kewajibannya sebagai
kepercayaan terhadap
agama sebelumnya,
mereka kita perkuat
dengan bimbingan aqidah.
Mereka kita kenalkan
dengan Allah, Nabi dan
Rasul-Nya. Setelah itu
kita perkenalkan dengan
ajaran Islam dengan
segala seluk beluknya.
Jadi awalnya dari aqidah.
Jangan sampai mereka
hanya bersaksi Allah
sebagai tuhanku, tetapi
siapa sesungguhnya Allah
? kita jelaskan Allah itu
yang menciptakan langit,
bumi dan segala isinya,
Allah menciptakan
manusia, tumbuh-
tumbuhan. Kemudian nabi
muhammad kita kenalkan.
Semua ini adalah untuk
penguatan akidah atau
keimanan muallaf.
perilaku manusia.
Sedangkan menurut
Ainur Rahim Faqih
Bimbingan Agama
adalah proses
pemberian bantuan
terhadap individu atau
kelompok agar mampu
hidup selaras dengan
ketentuan dan petunjuk
Allah, sehingga dapat
mencapai kebahagiaan
hidup di dunia dan
akhirat.
Menurut Hamdan
Bakry Adz-Dzikry
tujuan dari bimbingan
dalam Islam adalah :
a. Untuk menghasilkan
suatu perubahan,
kesehatan dan
kebersihan jiwa dan
mental. Jiwa
menjadi tenang dan
mendapat
pencerahan dari
Allah SWT.
b. Untuk menghasilkan
suatu perubahan
perbaikan dan
kesopanan tingkah
seorang muslim (menjalankan
rukun Islam).
2.
Apakah tujuan
diadakannya
bimbingan
agama pada
Muallaf ?
Ya tentu tujuannya adalah
terbentuknya pribadi
muslim yang kaffah. Jadi
bahwa mereka berislam
itu tidak sekedar KTP.
Bukan hanya ganti status.
Bahwa mereka berislam
betul-betul menjadi
muslim yang kaffah, yang
utuh dan yang serius. Nah
Membentuk
pribadi
muslim yang
kaffah
Supaya
menjadi juru
dakwah atau
dai
Kontrak sosial
dari pesantren
untuk bisa sampai kepada
muslim yang kaffah kan
harus lewat pendidikan.
Kita kasih muatan-muatan
ilmu agama, setelah
mereka paham itu ya jadi
mereka bersyukur menjadi
orang Islam karena paham
akan agamanya. Kontrak
sosial kita dengan semua
santri muallaf adalah
apabila telah selesai atau
tamat dari pesantren ini,
mereka akan kita
pulangkan ke daerah
masing-masing untuk
berdakwah kepada
keluarganya, kerabatnya,
masyarakatnya. Saya
katakan kepada mereka
bahwa belajar itu harus
sungguh-sungguh, karena
sesungguhnya kalian
sudah ditunggu oleh
masyarakat disana untuk
berdakwah. Ini yang
menjadi tujuan utama kita
sebenarnya.
Ukuran mereka telah
selesai pendidikan disini
adalah setelah mereka
menjadi sarjana. Mereka
semua kami kuliahkan.
Mereka diluar dapat ilmu
dan disini dapat ilmu. Jadi
adalah
mengembalika
n para muallaf
ke kampung
halaman untuk
menjadi juru
dakwah
laku yang
memberikan
manfaat bagi
dirinya, lingkungan
keluarga maupun
sosial.
c. Untuk menghasilkan
kecerdasan emosi
pada individu dan
berkembang rasa
toleransi,
kesetiakawanan,
tolong menolong
dan rasa kasih
sayang.
d. Untuk mendapatkan
kecerdasan spiritual
pada individu,
sehingga muncul
dan berkembang
rasa keinginan untuk
berbuat taat kepada
Tuhannya, ketulusan
mematuhi segala
perintah-Nya serta
ketabahan dalam
menerima ujian-
Nya.
e. Untuk menghasilkan
potensi ilahiyah
sehingga fungsi diri
sebagai khalifah
dimuka bumi ini
dapat terlaksana
dengan baik dan
setelah menjadi sarjana
kita akan pulangkan.
Tetapi bukan berarti
dilepas begitu saja, ada
keterikatan dan menjadi
bagian juga dengan
Pesantren An-Naba. Saya
akan bangunkan lembaga
pendidikan kecil di daerah
supaya para santri yang
sudah tamat ada lahan
untuk berdakwah.
Lembaga cabang dari
Pesantren An-Naba.
benar.
3.
Apakah fungsi
dari bimbingan
agama pada
Muallaf ?
Fungsinya tentu supaya
para santri muallaf bisa
memahami Islam dengan
baik dan kelak dapat
mengajarkannya kepada
orang lain serta supaya
mereka dapat beribadah
secara baik dan benar.
Memahami
Islam dengan
baik
Dapat
mengajarkan
kembali
kepada orang
lain
4.
Apa saja materi
yang
disampaikan
dalam
bimbingan
agama pada
Muallaf ?
Apakah ada
materi khusus
untuk
menguatkan
keimanan
Muallaf ?
Kalau materi ya yang
kurikulum tadi sudah saya
sebutkan seperti Aqidah,
Al-Quran, fikih, Sirrah
Nabawiyah, Bahasa Arab. Ada yaitu kristologi atau
perbandingan agama.
Karena mereka ini berlatar
belakang muallaf semua,
banyak diantara mereka
belum memahami agama
sebelumnya. Sudah keburu
mendapat hidayah dari
Materi aqidah
Materi Al-
Qur’an
Fikih
Bahasa Arab
Kristologi
(ilmu
perbandingan
agama)
Allah SWT karena melihat
keunggulan Islam. Mereka
tahu Islam itu unggul
tetapi tidak tahu
kelemahan agama
sebelumnya. Jadi kita
kasih materi muatan
kristologi atau
perbandingan agama itu
yang khusus untuk
menguatkan keimanan
Muallaf.
5.
Metode apa saja
yang digunakan
pembimbing/ust
adz dalam
kegiatan
bimbingan
agama ?
Metode saya, mereka yang
baru masuk Islam itu saya
tanya sudah berapa persen
keimanan mereka terhadap
Islam ? mereka rata-rata
menjawab ada yang 80-90
persen. Jadi jarang yang
langsung 100 persen.
Untuk menggugurkan sisa-
sisa kepercayaan itu ilmu
yang saya gunakan adalah
kristologi atau
perbandingan agama itu.
Supaya mereka tahu
bahwa masuk Islam itu
adalah pilihan tepat.
Karena agama yang
sebelumnya dianut adalah
salah. Saya jelaskan
kesalahannya dimana dan
kebenaran Islam dimana.
Saya tidak selalu monolog
dalam melakukan
Metode
ceramah
Metode
diskusi
Metode tanya
jawab
bimbingan agama, selalu
ada dialog atau diskusi
dengan para muallaf.
6.
Apa saja faktor
yang menjadi
pendukung dan
penghambat
dalam
melaksanakan
bimbingan
agama pada
Muallaf ?
Faktor pendukung dalam
bentuk sarana dan pra
sarananya kita ada
proyektor, metode
pengajaran itu kita pakai
power point supaya jelas.
Ada juga internet dan
whiteboard. Semua itu
adalah sarana dan pra
sarana untuk mendukung
kemudahan mereka dalam
memperoleh kemudahan
pelajaran Islam. Semua
media yang kita gunakan.
Hambatannya kadang-
kadang dari diri santri
muallaf itu sendiri seperti
malas, lesu, kurang
semangat. Jadi kalau
mereka rendah motivasi
dirinya ya sedikitlah
mereka mendapat
bimbingan itu. Jadi lebih
banyak dari faktor internal
diri muallaf sendiri. Kalau
faktor dari luar tidak ada
yang terlalu berarti
menghambat.
Sarana dan pra
sarana lengkap
(proyektor)
Hambatan dari
muallaf yang
kadang malas,
lesu dan
kurang
semangat
Motivasi
rendah
7.
Apakah ada
pengaruh
terhadap
keimanan
Ya tentu sangat ada. Itu
pasti. Mereka ini rata-rata
dalam sebulan sudah bisa
membaca Al-Quran. Ada
Sebulan sudah
bisa membaca
al-Qur’an
Antusias
muallaf setelah
mengikuti
kegiatan
bimbingan
agama ?
pengaruh pada penguatan
keimanan mereka setelah
mengikuti bimbingan
agama di Pesantren An-
Naba ini. Mereka rata-rata
antusias dalam mengikuti
bimbingan agama.
dalam
mengikuti
kegiatan
bimbingan
agama
8.
Apakah ada
perubahan sikap
Muallaf setelah
mengikuti
kegiatan
bimbingan
agama ?
Ya pasti ada banyak
sekali. Mereka rata-rata
masuk kesini dengan
mental jahiliyah, belum
mengenal akhlakuk
karimah, kesopanan.
Apalagi kebanyakan dari
mereka berasal dari luar
jawa yang sudah biasa
kasar. Ketika masuk ke
lingkungan Pesantren An-
Naba ini kan penuh
dengan adab-adab, tata
tertib, akhlakuk karimah
jadi perubahannya drastis
secara spontan mereka
berubah. Lingkungan juga
mempengaruhi mereka.
Berakhlakul
karimah
Sikap sopan
santun
Berbahasa
yang lemah
lembut
9.
Apa harapan
pembimbing
pada muallaf
setelah
mengikuti
kegiatan
bimbingan
agama ?
Harapan kita kepada
mereka bagaimana muallaf
ini bisa berdaya guna
menjadi ujung tombak dari
dakwah Islam. Karena
kalau muallaf ini
berdakwah, bobot
dakwahnya bisa lebih
hebat daripada ustadz yang
lahir dari Islam karena
Bisa menjadi
juru dakwah
atau dai yang
handal
Menjadi orang
alim (berilmu)
supaya dapat
menyebarkan
ke orang lain
mereka punya pengalaman
dua agama. Maka mereka
saya dorong supaya
mereka menjadi orang
yang alim (berilmu) dan
menjadi dai nantinya. Saya
yakin ketika mereka
berdakwah atau
berceramah, respon publik
terhadap mereka lebih
tinggi daripada ustadz
yang sejak lahir dari Islam
atau turunan. Ada
beberapa alumni dari
Pesantren An-Naba disini
sudah menjadi juru
dakwah atau dai yang
eksis di masyarakat seperti
Utadz Abdul Aziz Laia,
Ustadz Orlando dan M.
Khalifah.
DOKUMENTASI
Wawancara pribadi dengan Ustadz Syamsul Arifin Nababan
Wawancara pribadi dengan Ustadz Abdul Aziz Laia
Wawancara pribadi dengan Annas Mansur Zaibua
Wawancara pribadi dengan Lukman Hakim
Wawancara Pribadi dengan Khairunnisa
Wawancara pribadi dengan Mustafa Jayyidin
s
Prosesi Pengislaman Muallaf
Kegiatan Bimbingan Agama dan Santri Muallaf An Naba`