nilai pemuliaan
DESCRIPTION
PemterTRANSCRIPT
MAKALAH PEMULIAAN TERNAK
PARAMETER GENETIK DAN FENOTIPIK
Disusun Oleh:
Kelas : D
Kelompok : 7
Aulia Fajrin 200110130252
Gemah Daria Tri Lugina 200110130255
Chairunnisa 200110130266
Siti Nurhasanah 200110130267
Rena Yulia 200110130268
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2015
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Identifikasi Masalah
1.3 Maksud dan Tujuan
II
PEMBAHASAN
2.1 Nilai Pemuliaan
Nilai pemuliaan (Breeding Value) didefinisikan sebagai nilai seekor ternak
sebagai tetua (the value of an individual as a parent) yanrg diperoleh dari
perkawinan acak. Nilai pemuliaan memberikan gambaran tentang pendugaan
kemampuan mewariskan sifat. Bagi pemulia ternak (animal breeder), tugas
utamanya adalah menentukan seberapa besar keunggulan genetik (dipandang
sebagai superioritas atau interioritas) untuk suatu sifat yang disebabkan oleh efek
genetik aditif. Hal tersebut sangat penting karena keunggulan genetik diwariskan
tetua kepada anak-anaknya melalui gen yang dimilikinya. Keunggulan genetik
dapat diduga pada seekor ternak secara relatif terhadap ternak-ternak lainnya pada
kondisi, lingkungan dan waktu yang sama.
Dugaan Nilai Pemuliaan (Estimated Breeding Value atau EBV) merupakan
salah satu istilah yang digunakan untuk menggambarkan keunggulan. Istilah lain
yang sering digunakan adalah Estimated Progency Difference (EPD.) yang
besarnya setengah dari nilai EBV. EPD itu sendiri menjadi nilai dugaan
penampilan keturunan yang dibandingkan dengan penampilan keturunan dari
individu lainnya pada bangsa yang sama. Dalam hal ini individu-individu
pembanding dikenal sebagai contemporary group.
Nilai pemuliaan ternak digunakan sebagai dasar penyeleksian ternak.
Ternak-ternak dengan nilai pemuliaan tinggi mempunyai peluang untuk
dipertahankan dalam suatu peternakan. Sebaliknya, ternak-ternak yang
mempunyai nilai pemuliaan rendah akan disingkirkan dari peternakan. Oleh
karena itu ternak harus diketahui nilai pemuliaannya. Keunggulan ternak bukan
dilihat dari nilai mutlak hasil pengukuran, tetapi berdasarkan atas hasil
pembanding antara penampilannya dengan penampilan kelompok lain.
Nilai pemuliaan ternak diduga dari hasil kali antara pembobot dengan
selisih rata-rata penampilan dirinya terhadap penampilan pembandingnya.
Besarnya pembobot tergantung pada sumber informasi yang digunakan untuk
menduga nilai pemuliaan. Pada usaha peternakan yang mempunyai tujuan
memperoleh keuntungan, sifat yang memperoleh perhatian adalah sifat yang
mempunyai nilai ekonomis, dalam hal ini adalah sifat kuantitatif. Sifat ini
dipengaruhi oleh aksi gen aditif. Dengan demikian hanya aksi gen aditif yang
mempunyai kontribusi terhadap nilai pemuliaan. Bagian ragam fenotipik yang
dikontrol oleh keragaman genetik aditif merupakan besaran yang sangat penting
dalam pemuliaan ternak.
Pendugaan nilai pemuliaan tidak pernah lepas dengan data-data hasil
pengukuran atau pencatatan sifat kuantitatif. Atas dasar data yang diperoleh, nilai
pemuliaan terduga (Estimated Breeding Value atau EBV) dapat dihitung.
Pendugaan nilai pemuliaan didasarkan pada tiga model pengukuran, yaitu:
1. Pengukuran Tunggal Dirinya Sendiri
Pengukuran tunggal dilakukan untuk memperoleh data dari sifat kuantitatif
tertentu, misalnya produks susu dari satu masa laktasi, bobot badan pedet pada
waktu lahir, bobot badan pedet waktu sapih dan sebagainya. Berikut ini
rumusnya:
Keterangan:
Korelasi antara nilai pemuliaan dengan ukuran fenotipik sering disebut
sebagai kecermatan pendugaan NP. Karena NP digunakan untuk keperluan
selekasi maka kecermatan pendugaan NP sering disebut juga sebagai kecermatan
seleksi. Kecermatan untuk pengukuran tunggal = 2.
2. Pengukuran Berulang Dirinya Sendiri
Catatan berulang dapat diperoleh dari seekor ternak, misalnya pada sapi
perah adalah laktasi pertama, laktasi kedua dan seterusnya, pada domba adalah
produksi wol pencukuran pertama, pencukuran kedua dan seterusnya. Berikut ini
rumusnya :
Keterangan:
Kecermatan seleksi pengukuran berulang, yaitu:
3. Pengukuran Anak-anaknya
Catatan produksi anak sering digunakan untuk pendugaan NP tetuanya,
terutama bapanya. Pada sapi perah tampak nyata bahwa seekor pejantan (bapak)
tidak dapat diketahui tingkat keunggulan dalam menghasilkan susu. Oleh sebab
itu satu-satunya cara untuk mengetahui tingkat keunggulan pejantan adalah
melalui penampilan anak-anaknya yang betina. Prinsip ini yang dikenal dengan
Uji Zuriat atau Uji Keturunan. Berikut ini rumusnya :
Keterangan:
Kecermatan seleksi uji keturunan, yaitu:
Penyederhanaan rumus:
Jika h2=0,25, maka t=0,0625. Kecermatan seleksi uji keturunan menjadi:
Kecermatan relatif uji keturunan biasanya melampaui kecermatan seleksi
individu. Kecermatan relatif uji keturunan terhadap seleksi individu sebesar:
III
KESIMPULAN
Berdasarkan dari pembahasan yang telah dipaparkan maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
DAFTAR PUSTAKA
Kurnianto, Edy. 2013. Ilmu Pemuliaan Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Diponegoro. Semarang.
Martojo, H & S. S. Manjoer. 1995. Ilmu Pemuliaan Ternak. Sisdiknas, Intim. Bogor.
Pallawaruka, 1999. Ilmu Pemuliaan Ternak Perah. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Warwick, E., Astuti J. M., dan Hardjosubroto W. 1995. Pemuliaan Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.