negeri van orange

22
NEGERI VAN ORANJE Film Negeri Van Oranje merupakan film yang diadaptasi dari Novel best seller karya Wahyuningrat, Adept Widiarsa, Nisa Riyadi, dan Rizki Pandu Permana. Film ini mengisahkan tentang kisah persahabatan 5 mahasiswa yang menimba ilmu di Negeri Oranye, Belanda. Film produksi Falcon Pictures ini akan dibintangi oleh 5 artis papan atas Indonesia. Film Negeri Van Oranje ini melakukan syuting di sejumlah kota di Belanda, termasuk keindahan Kota Praha. Film yang disutradarai oleh Endri Pelita Dharma Kesuma ini pun menghabiskan dana tak kurang dari Rp. 10 miliar untuk menampilkan tontonan yang berkelas. Berikut sinopsisnya : Negeri Van Oranje” bercerita tentang 5 muda-mudi asal Indonesia yang telah kuliah di Belanda. Banjar (Arifin Putra), Wicak (Abimana Arsatya), Daus (Ge Pamungkas), Geri (Chico Jericho), dan Lintang (Tatjana Saphira) adalah mahasiswa asal Indonesia yang sedang menyelesaikan studinya di Belanda. Kelima pemuda trsebut secara kebetulan bertemu dan menjadi sahabat. Semenjak menjadi sahabat dan sering bertemu, kelimanya mulai saling curhat masalah pribadi masing-masing baik cerita senang mampun sedih. Masalah mulai timbul saat keempat sahabat itu mulai memperebutkan Lintang, cewek satu-satunya diantara mereka. Diasaat yang sama, hubungan Lintang dengan pacar Belanda-nya terancam bubar karena karena dia juga menyukai salah satu temannya. Persahabatan mereka berubah menjadi rumit dan hubungan mereka diuji. Detail Fim Negeri Van Oranje : Sutradara : Endri Pelita Dharma Kesuma Produser : Frederica Penulis Naskah: Titien Wattimena Pemain/Cast : Arifin Putra : Banjar Tatjana Saphira : Lintang Chico Jericho : Geri Abimana Arsatya : Wicak Arne Luiting : Jeroen Herman Winterberg Robin Hagens : Greg Agung Udijana : Tyas Ge Pamungkas : Daus Raoul Wijsma : Rendi Genre : Adventure, Drama, Action Country : Indonesia

Upload: fitrianizulkarnain

Post on 09-Jul-2016

26 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Negeri Van Orange

NEGERI VAN ORANJE

Film Negeri Van Oranje merupakan film yang diadaptasi dari Novel best seller karya Wahyuningrat, Adept Widiarsa, Nisa Riyadi, dan Rizki Pandu Permana. Film ini mengisahkan tentang kisah persahabatan 5 mahasiswa yang menimba ilmu di Negeri Oranye, Belanda.

Film produksi Falcon Pictures ini akan dibintangi oleh 5 artis papan atas Indonesia. Film Negeri Van Oranje ini melakukan syuting di sejumlah kota di Belanda, termasuk keindahan Kota Praha. Film yang disutradarai oleh Endri Pelita Dharma Kesuma ini pun menghabiskan dana tak kurang dari Rp. 10 miliar untuk menampilkan tontonan yang berkelas. Berikut sinopsisnya :

“Negeri Van Oranje” bercerita tentang 5 muda-mudi asal Indonesia yang telah kuliah di Belanda. Banjar (Arifin Putra), Wicak (Abimana Arsatya), Daus (Ge Pamungkas), Geri (Chico Jericho), dan Lintang (Tatjana Saphira) adalah mahasiswa asal Indonesia yang sedang menyelesaikan studinya di Belanda. Kelima pemuda trsebut secara kebetulan bertemu dan menjadi sahabat.Semenjak menjadi sahabat dan sering bertemu, kelimanya mulai saling curhat masalah pribadi masing-masing baik cerita senang mampun sedih. Masalah mulai timbul saat keempat sahabat itu  mulai memperebutkan Lintang, cewek satu-satunya diantara mereka.Diasaat yang sama, hubungan Lintang dengan pacar Belanda-nya terancam bubar karena karena dia juga menyukai salah satu temannya. Persahabatan mereka berubah menjadi rumit dan hubungan mereka diuji.

Detail Fim Negeri Van Oranje :

Sutradara         : Endri Pelita Dharma KesumaProduser          : FredericaPenulis Naskah: Titien WattimenaPemain/Cast    : Arifin Putra : BanjarTatjana Saphira : LintangChico Jericho : GeriAbimana Arsatya : WicakArne Luiting : JeroenHerman WinterbergRobin Hagens : GregAgung Udijana : TyasGe Pamungkas : DausRaoul Wijsma : RendiGenre              : Adventure, Drama, ActionCountry           : IndonesiaStudio             : Falcon Pictures

Berikut ini sinopsis Novel Negeri Van Oranje yang merupakan adaptasi dari film dengan judul yang sama tersebut.

Page 2: Negeri Van Orange

Judul: Negeri Van OranjePengarang: Wahyuningrat, Adept Widiarsa, Nisa Riyadi, Rizki Pandu Permana

Tebal: viii + 478 hlm; 20,5 cm

Cetakan: 1, April 2009Penerbit: Bentang Pustaka

Mereka adalah mahasiswa-mahasiswa S2 asal Indonesia di Belanda. Mereka tidak bertemu di ruang kelas, karena mereka belajar di universitas berbeda di kota yang berbeda. Mereka bertemu di stasiun kereta api Amersfort ketika terjadi badai, membutuhkan rokok dan teman bercakap dalam bahasa ibu.  Mereka adalah Banjar, Wicak, Daus, Geri, dan Lintang.

Banjar, pria Banjarmasin lulusan institut teknik ternama di Bandung, manajer pemasaran di salah satu industri rokok paling kondang di Indonesia, mengejar gelar MBA di Rotterdam. Wicak, anak Banten lulusan Fakultas Kehutanan IPB, pekerja sebuah LSM internasional berpusat di Belanda, memutuskan menjadi mahasiswa research master di Wageningen, gara-gara dikejar mafia kayu. Daus, putra Betawi asli lulusan Fakultas Hukum UI (dan bekerja di Departemen Agama), mendapat beasiswa S2 STUNED, memilih program Human Rights Law di Utrecht. Geri, lelaki Bandung yang telah menetap di Belanda sejak bachelor (S1) dan mengambil master di Den Haag. Dan satu-satunya cewek, Lintang, penari tradisional nan cantik, sarjana sastra dari sebuah universitas negeri di Depok, mengambil program master di bidang European Studies, Leiden.

Pertemuan di stasiun kereta api itu menumbuhkan persahabatan di antara mereka. Pembentukan milis  yang diberi nama Aagaban(Aliansi Amersfort Gara-gara Badai di Netherlands) diikuti dengan saling silahturahmi kian mengukuhkan persahabatan mereka. Kebersamaan yang tercipta ternyata tidak hanya mempererat hubungan mereka, tetapi juga memicu kompetisi diam-diam yang lambat laun menjadi terang-terangan. Sebuah kompetisi untuk memenangkan cinta Lintang. Sementara Lintang sendiri, asyik menjalankan misi yang dibawanya dari tanah air, mendapatkan suami WNA yang tinggal di luar negeri.   

Apakah persahabatan di antara mereka akan tetap terjalin ketika cinta –dan sudah pasti cemburu, menyusup di antara mereka? Apakah Lintang akan menguburkan obsesinya terhadap pria WNA untuk satu dari sahabat lelakinya?  Pertanyaan-pertanyaan ini akan terjawab tuntas pada bagian-bagian akhir novel yang diberi judul Negeri Van Oranje. 

Negeri Van Oranje merupakan novel kolaborasi empat pengarang yang telah mengenyam kehidupan sebagai mahasiswa S2 di Belanda. Keempat pengarang itu, Wahyuningrat, Adept Widiarsa, Nisa Riyadi, dan Rizki Pandu Permana, kabarnya tidak sengaja bertemu dan menjalin pertemanan di negara di mana ganja dibolehkan, eutanasia dilegalkan, dan perkawinan sesama gender diizinkan itu. Pertemanan di antara ' satu mawar tiga duri ' tersebut akhirnya melahirkan gagasan untuk mendokumentasikan pengalaman di perantauan.

Novel menjadi bentuk penyaluran yang mereka pilih. Dan sebagai novel, mereka menciptakan karakter yang beranjak dari pribadi mereka yang diadon dengan karakter yang benar-benar fiktif. Oleh karena itu, mereka tidak diberi nama Wahyuningrat, Adept Widiarsa, Nisa Riyadi, dan Rizki Pandu Permana.

Page 3: Negeri Van Orange

Sinopsis Film Bulan Terbelah Di Langit Amerika (2015)

"Bulan Terbelah Di Langit Amerika" menceritakan tentang seorang jurnalis wanita yang sangat cantik bernama Hanum, dia juga harus menemani suaminya bernama Rangga sekolah di Wina, dan juga karena ada sebuah tugas dari atasannya yang bernama Gertrude Robinson untuk membuat artikel yang bertema "Would the world be better without Islam". Artikel tersebut nantinya akan di muat dalam sebuah koran. Gertrude juga meminta kepada Hanum supaya mewawancarai dua narasumber dari pihak muslim dan non muslim di ke Amerika serikat. Narasumber tersebut merupakan para keluarga korban serangan World Trade Center (WTC) pada 11 September 2001 di Washington DC, New York.

Di sisi lain Rangga juga di minta bosnya yang bernama Professor Reinhard untuk pergi ke Washington, agar bisa mengikuti sebuah konferensi internasional dalam bidang bisnis.Dalam konferensi tersebut yang nantinya akan membahas dan mengetengahkan seorang filantropi dunia bernama Brown Phillipus tentang "Strategi The Power of "

Di situlah pasangan suami istri, Hanum dan Rangga mengalami depresi sendiri-sendiri terhadap tekanan pekerjaan dan tugasnya selama di New York, ketika mereka memutuskan untuk mencari narasumber terbaik bagi tugas Hanum. Hanum bersikeras bahwa dia tidak akan menggunakan narasumber pilihan Gertrude sementara Rangga yang sangat menyayangi istrinya dan menginginkan perjalanan ke AS sebagai tamasya selain konferensi mendesak agar Hanum mengikuti kata-kata Gertrude agar mempercepat tugas berakhir.

Setelah pencarian panjang, akhirnya Hanum berhasil menemukan salah satunya yaitu Mr.Michael Jones, yang merupakan narasumber dari golongan non muslim yang kurang menyetujui adanya pembangunan masjid Ground Zero di dekat area tersebut.

Pencarian terhadap satu narasumber lagi akhirnya berakhir dengan susah payah, apalagi pada saat itu sedang memperingati kejadian 11 September di kompleks Ground Zero (titik runtuh gedung WTC yang saat itu masih dalam konstruksi). Dan anehnya lagi ada sebuah kerusuhan kecil terjadi dalam peringatan tersebut.

Di sis lain Hanum terpontang panting di NYC tanpa paspor dan apapun sementara Rangga terlanjur menuju Washington setelah Hanum meminta untuk segera mengejar registrasi konferensi yang hampir ditutup dan selesai.

Hanum akhirnya berlindung di sebuah masjid yang dijadikan isu kerusuhan karena dibangun dekat dengan lokasi GZ. Ia bertemu dengan Julia Collins, seorang muallaf yang memiliki nama Azima Hussein. Rangga tak sengaja bertemu dengan Phillipus Brown dan melakukan wawancara cepat tentang mengapa Brown menjadi seorang filantropi.

Sebuah kejadian yang dialami Rangga dan Hanum secara tak terduga akan mempertemukan Jones, Julia, dan Brown dalam sebuah pertemuan manis yang menggetirkan ketika Brown mengisahkan apa yang melandasinya menjadi seorang filantropi dunia pada acara The Heroes. tersebut.

Banyak sekali makna yang bisa di ambil pasangan suami istri tersebut. saat mereka mencoba melakukan sebuah perjalannan ke New York.

Review Film Bulan Terbelah Di Langit Amerika (2015)

Film Bulan Terbelah Di Langit Amerika diangkat dari novel best seller berjudul sama karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra, menceritakan tentang kisah petualanan tokoh bernama Hanum dan Rangga ketika di Amerika dengan background tragedi runtuhnya gedung WTC pada  11 September.

Page 4: Negeri Van Orange

SINOPSIS MAGIC HOUR

Film drama indonesia "Magic Hour" mengisahkan empat insan manusia yaitu Dimas (Dimas Anggara), Raina (Michelle Zudith), Toby (Rizky Nazar) serta Gweny (Nadya A. Pramudita). Dimas di pertemukan oleh Raina yang membuat Raina merasa sangat nyaman dan tentram bersama dengan dimas.

Akan tetapi dengan seiring waktu berjalan kisah cinta Raina dengan Dimas sedikit demi sedikit mulai memudah sejak kedatangan sahabat sekaligus cinta masa kecilnya Raina yaitu bernama Toby, namun dalam hati kecil Raina berbicara bahwa dia akan menyakiti perasaan Dimas jika dia kembali pada Toby.

Di waktu yang lain Dimas sebenarnya telah di jodohkan dengan sosok putri cantik bernama Gweny, di situlah delima yang muncul antara Dimas dengan Raina, sedikit demi sedikit mereka berdua mencari solusi agar cinta mereka bertahan selamanya.

Page 5: Negeri Van Orange

Sinopsis Novel Perahu Kertas Kategori : Dee, Novel Indonesia, Perahu Kertas

Penulis: Dee (Dewi Lestari)Penerbit: Bentang Pustaka/TruedeeTerbit Pertama Kali: 2010Jumlah Halaman: 444

Novel Perahu Kertas dimulai dengan kisah seorang anak muda bernama Keenan. Ia seorang remaja yang baru saja menyelesaikan sekolah menengah atas-nya di Belanda, tepatnya di Amsterdam. Keenan menetap di Negara tersebut selama hampir 6 tahun lamanya, bersama sang nenek. Keenan terlahir dengan cita-cita menjadi pelukis. Namun, ia dipaksa untuk kembali ke Indonesia oleh sang Ayah. Keluarganya tidak mendukung Keenan menjadi seorang pelukis. Ia pada akhirnya memulai perkuliahan di salah satu Universitas di Bandung. Ia mengalah dan memutuskan untuk belajar di Fakultas Ekonomi.

Tokoh sentral lainnya adalah wanita bertubuh mungil bernama Kugy. Ia digambarkan dengan kepribadian yang riang dan ceria. Berbeda dengan Keenan yang cenderung dingin dan kaku. Kugy juga merupakan sosok yang eksentrik pun nyentrik. Ia akan sangat mudah dikenali jika ada di dalam kerumunan. Kugy menggilai dongeng dan kisah klasik. Sedari kecil ia bercita-cita menjadi seorang penulis dongeng. Ia memiliki sejumlah koleksi buku dongeng, ingin penjadi seorang perancang dongen pun juru dongeng. Namun di tengah impiannya yang menggebu, kenyataan memaksanya sadar bahwa penulis dongen bukan profesi yang banyak menghasilkan materi. Kugy dipaksa untuk menyimpan mimpinya demi sebuah rasionalitas pun realisme. Meski demikian, tokoh Kugy ini tidak patah arang. Ia mencintai dunia tulis-menulis. Hal ini yang membuat ia melanjutkan pendidikannya di Fakultas Sastra di salah satu Universitas di Bandung. Tempat kuliah yang sama dengan tokoh lainnya, Keenan.

Pertemuan antara kedua tokoh ini tak terlepas dari tokoh lain yakni Noni dan Eko. Noni tokoh pendukung cerita yang merupakan sahabat dekat Kugy. Sementara itu, Eko adalah sepupu Keenan. Pertemuan pertama Kugy dan Keenan adalah momen dimana Eko dan Noni menjemput Keenan yang baru tiba di Indonesia.

Seiring berjalannya waktu, Kugy pun Keenan menjalin persahabatan bersama Eko dan Noni. Diam-diam, mereka saling mengagumi. Kugy yang senang bercerita lewat dongeng merasa takjub bertemu dengan Keenan, seseorang yang mampu bercerita lewat gambar. Mereka diam-

Page 6: Negeri Van Orange

diam jatuh cinta dalam diam. Namun, kondisi menuntut mereka untuk terus diam dan menebak. “Diam”-nya mereka terhadap perasaan masing-masing semakin menjadi dikarenakan Kugy telah memiliki pacar bernama Ojos atau Joshua. Sementara itu, Keenan yang belum memiliki pasangan, hendak dijodohkan dengan tokoh bernama Wanda. Wanda sendiri adalah seorang Kurator. Hal ini yang membuat Eko juga Noni bersemangat mendekatkannya dengan Keenan yang jago melukis.

Persahabatan Kugy, Keenan, Eko dan Noni berjalan apa adanya. Namun lambat laun mereka renggang. Kugy sibuk dengan muridnya di sekolah darurat. Ia menjadi salah satu guru relawan. Ia mengajar dengan cara mendongeng. Anak-anak yang semula usil pada Kugy, berbalik suka berkat dongeng petualangan berjudul “Jenderal Pilik dan Pasukan Alit”. Dongeng tersebut dituliskan Kugy dalam sebuah buku. Di waktu mendatang, buku dongeng tersebut ia berikan pada Keenan.

Lain lagi dengan Keenan, ia juga sibuk dengan kehidupannya termasuk kedekatannya dengan Wanda. Pada mulanya, hubungan mereka baik-baik saja. Namun, beberapa waktu hubungan tersebut menjadi pelik dan menghentak Keenan. Ia menyadari bahwa apa yang ia berusaha bangun, hancur dalam hitungan waktu semalam. Ia sedih, remuk dan kecewa. Keenan pun memutuskan untuk meninggalkan Kota Bandung menuju Kota Bali. Di Pulau Dewata tersebut, Keenan tinggal dengan Pak Wayan. Sahabat ibunya.

Sebelum pergi, Kugy memberi Keenan buku dongen “Jenderal Pilik dan Pasukan Alit”. Keenan membawanya ke Bali. Di tempat Pak Wayan, perlahan Keenan membangun hidup dan mimpinya kembali. Ia hidup bersama banyak seniman dan menjadikan naluri seninya dalam melukis semakin terasah. Di Bali, Keenan mengagumi Luhde Laksmi, keponakan Pak Wayan. Pada akhirnya, Setelah beberapa waktu, Keenan menjadi salah satu pelukis yang karyanya diburu. Ia menciptakan serial lukisan yang digemari kolektor. Kisah tersebut adalah dongeng yang sebelumnya Kugy berikan.

Sementara itu, selepas kuliah Kugy kembali ke Jakarta dan menjadi seorang Copywriter. Ia kemudian menjalin hubungan dengan atasannya yang juga merupakan karib kakaknya. Ia dan Remi menjalin hubungan meski diam-diam Kugy masih sering mengenang Keenan. Sampai suatu waktu, Kugy kembali bertemu dengan Keenan yang terpaksa meninggalkan Bali karena ayahnya terkena serangan stroke. Keenan harus melanjutkan perusahaan ayahnya. Pertemuan Kugy dan Keenan di kondisi yang berbeda ini membuat mereka tak bisa lagi menahan perasaan masing-masing. Konflik dimulai dari sini.

Secara umum, Dee mengemas cerita cinta ini dengan sederhana namun sarat makna. Kisah ini tentang pencarian cinta yang dibiarkan mengalir hingga kebali bermuara seperti perahu kertas. Melalui Kugy dan Keenan, Dee menyajikan cerita cinta yang biasa namun dalam. Pemilihan kata serta alur taktis membuat kisah di dalam novel Perahu Kertas ini menarik untuk dibaca. Meski temanya teramat ringan, namun signatur dee dalam derita ini sama memikatnya dengan buku bertema berat milik dee lainnya.

Page 7: Negeri Van Orange

SINOPSIS NOVEL “ S I T I N U R B A Y A ”

(Kasih Tak Sampai)

Judul : Siti Nurbaya (Kasih Tak Sampai)

Pengarang : Marah Rusli (7 Agustus 1889 - 17 Januari 1968)

Cetakan : Ke-44

Penerbit : Balai Pustaka

Tahun Terbit : 2008

Jumlah Halaman : vii + 334 halaman

Cetakan Pertama : 1922

Seorang Penghulu di Padang bernama Sutan Mahmud Syah yang isterinya bernama Sitti

Maryam mempunyai seorang anak tunggal laki-laki bernama Samsul Bahri. Rumah mereka

berdekatan dengan rumah seorang saudagar yang merupakan seorang pedagang yang terbilang

cukup kaya dan ternama yaitu Baginda Sulaeman, yang mempunyai seorang putri tunggal

bernama Sitti Nurbaya. Ibunya meninggal saat Siti Nurbaya masih kanak-kanak, maka bisa

dikatakan itulah titik awal penderitaan hidupnya. Sejak saat itu hingga dewasa dan mengerti cinta

ia hanya hidup bersama Baginda Sulaiman, ayah yang sangat disayanginya. Dua keluarga ini

adalah dua keluarga yang bersahabat karib.

            Samsul Bahri dan Sitti Nurbaya merupakan sahabat akrab dan juga teman satu sekolah.

Tetapi karena kebersamaan, di antara mereka saling tumbuh rasa cinta tetapi belum ada yang

berani untuk mengungkapkannya. Pada suatu hari setelah pulang dari sekolah, Samsulbahri

mengajak Sitti Nurbaya pergi ke gunung padang bersama kedua orang temannya, yaitu

Zainularifin dan  Bahtiar untuk bertamasya. Samsulbahri, Zainularifin, dan Bahtiar akan

melanjutkan sekolah dokter jawa di Jakarta. Tepat pada hari yang ditentukan, berangkatlah

mereka bertamasya ke gunung padang. Disana Samsulbahri menyatakan cintanya kepada  Sitti

Nurbaya dan mendapatkan balasan. Sejak saat itulah mereka berdua menjalin cinta dan membuat

perjanjian untuk sehidup semati.

            Pada satu hari yang telah ditentukan, berangkatlah Samsulbahri melanjutkan sekolahnya

ke Jakarta bersama Zainularifin dan Bahtiar. Di sekolah itu, Samsulbahri satu kelas dengan

Zainularifin.

            Di Padang ada seorang saudagar yang kaya bernama Datuk Maringgih, yang selalu

berbuat kejahatan secara halus sehingga tidak diketahui orang lain. Kekayaannya itu didapatkan

secara tidak halal. Singkatnya dia memiliki tabiat yang burukUntuk itu ia mempunyai banyak

kaki tangan, antara lain ialah pendekar tiga, pendekar empat, dan pendekar lima.

Page 8: Negeri Van Orange

            Melihat kekayaan Baginda Sulaeman, Datuk Maringgih merasa tidak senang. Sehingga

dia membuat rencana untuk melenyapkan atau menghancurkan semua kekayaan Baginda

Sulaeman. Dengan perantara kaki tangan Datuk Maringgih maka dibakarlah tiga buah toko

Baginda Sulaeman, serta perahu-perahunya yang penuh berisi muatan ditenggelamkan.

            Untuk memperbaiki usahanya yang sudah luluh lantak Baginda Sulaeman meminjam

uang kepada Datuk Maringgih yang selalu memberikan bunga besar dengan tujuan yang jahat.

Dan untuk mengembalikan uang pinjamannya itu, Baginda Sulaeman masih mempunyai

pengharapan atas hasil kebun kelapanya. Tetapi alangkah terkejutnya ketika diketahuinya semua

pohon kelapanya sudah tidak berbuah lagi. Kebun kelapanya itu oleh para kaki tangan  Datuk

Maringgih diberi obat-obatan, sehingga pohon kelapanya tidak ada yang berbuah sedikitpun. Di

samping itu, karena hasutan kaki tangan Datuk Maringgih, semua langganan yang telah

berhutang pada Baginda Sulaeman ingkar janji dengan cara tidak membayar hutangnya. Dengan

demikian hancur sudahlah usaha dagang Baginda Sulaeman sehingga ia menjadi orang yang

sangat melarat dan tidak bisa membayar hutangnya kepada Datuk Maringgih.

            Karena Baginda Sulaeman tidak dapat membayar hutangnya, maka Datuk Maringgih

bermaksud menyita rumah dan barang-barang milik Baginda Sulaeman, kecuali jika Sitti

Nurbaya diserahkan kepadanya untuk dijadikan sebagai istri. Awalnya Sitti Nurbaya menolak

dan tidak sudi karena dia telah memiliki kekasih yang sangat ia cintai, di samping itu ia juga

tidak mau bersanding bersama seorang lelaki yang sudah tua bangka, tetapi ketika ayahnya

digiring hendak dimasukan ke dalam penjara, maka secara terpaksalah ia mau dijadikan sebagai

isteri Datuk Maringgih, walaupun hatinya sangat benci padanya. Selanjutnya kejadian yang

menimpa dirinya dan ayahnya itu segera diberitahukan kepada Samsulbahri.

            Setelah setahun di Jakarta, menjelang puasa, pulanglah Samsulbahri ke padang. Seusai

menjumpai orang tuanya yang sehat walafiat, pergilah ia ke rumah Baginda Sulaeman, setelah ia

mendengar dari ibunya, bahwa Baginda Sulaeman sedang sakit. Sesampainya ke tempat yang di

tuju, ia segera menjumpai Baginda Sulaeman yang sedang terbaring sakit. Tidak lama setelah

kedatangan Samsulbahri itu, datanglah Sitti Nurbaya yang memang ayahnya mengharapkan

kedatangannya. Maka berjumpalah Samsulbahri dengan Sitti Nurbaya. Beberapa hari kemudian,

berjumpalah mereka kembali dalam pertemuan di malam hari. Keduanya yang saling melepas

rindu itu, ternyata tidak mengetahui bahwa gerak-gerik mereka sedang diikuti oleh Datuk

Maringgih beserta kaki tangannya. Karena tak tahan akan rindunnya, Samsulbahri dan Sitti

Nurbaya pun berciuman. Pada saat itulah Datuk Maringgih muncul dan terjadilah percekcokan

diantara mereka. Karena mendengar kata-kata yang pedas dari Samsulbahri, maka Datuk

Maringgih memukulkan tongkat dengan sekeras-kerasnya kepada Samsulbahri, tetapi karena

Samsulbahri menghindarkan dirinya sambil memegang Sitti Nurbaya, maka pukulan Datuk

Maringgih tidak mengenai sasarannya, akhirnya ia pun tersungkur. Dengan segera Samsulbahri

pun langsung menendangnya, karena kesakitan, berteriaklah Datuk Maringgih minta tolong.

Page 9: Negeri Van Orange

Mendengar teriakan itu keluarlah Pendekar Lima dari persembunyiannya dengan bersenjatakan

sebilah keris.

            Melihat Pendekar Lima membawa keris itu, berteriaklah Sitti Nurbaya sehingga

teriakannya itu terdengar oleh para tetangga dan Baginda Sulaeman yang sedang sakit itu.

Karena disangkannya Sitti Nurbaya mendapatkan kecelakaan, maka bangkitlah Baginda

Sulaeman dan segera ke tempat anaknya itu. Tetapi karena kurang hati-hati, terperosoklah ia

jatuh, sehingga seketika itu juga Baginda Sulaeman meninggal. Ia dikebumikan di gunung

padang.

            Pada waktu Pendekar Lima hendak menikam Samsulbahri, menghindarlah

Samsulbahri,dan pada saat itu juga ia berhasil menendang tangan Pendekar Lima, sehingga keris

yang ada ditangannya terlepas. Sementara itu, datanglah para tetangga yang mendengar teriakan

Sitti Nurbaya itu. Melihat mereka yang berdatangan, larilah Pendekar lima ke tempat

persembunyiannya.

             Di para tetangga yang berdatangan itu, kelihatan pula Sutan Mahmud Syah yang hendak

menyelesaikan peristiwa itu. Setelah ia mendengar penjelasan Datuk Maringgih tentang

perbuatan yang telah dilakukan oleh anaknya itu, maka tanpa dipikirkan masak-masak lebih

dulu, Samsulbahri pun di usir oleh Sutan Mahmud Syah dari rumahnya, karena menurutnya ia

telah mempermalukan keluarganya. Pada malam hari itu juga secara diam-diam Samsulbahri pun

pergi ke Teluk Bayur untuk naik kapal menuju Jakarta. Pada pagi harinya, ributlah Sitti Maryam

mencari anaknya itu. Setelah gagal mencari kesana-sini, maka dengan sedihnya, pergilah Sitti

Maryam ke rumah saudaranya di Padang Panjang. Disana karena terus menyimpan rasa

kesedihannya itu, ia pun jatuh sakit.

            Sejak kematian ayahnya, Sitti Nurbaya menunjukan kekerasan hatinya kepada Datuk

Maringgih. Ia pun berani mengusirnya dan tidak mau mengakui suaminya lagi. Dengan rasa

geram hati dan dendam, pulanglah Datuk Maringgih ke rumahnya. Ia pun berencana akan

membunuh Sitti Nurbaya.

            Setelah peristiwa pertengkaran dengan Datuk Maringgih itu, Sitti Nurbaya tinggal di

rumah saudara sepupunya bernama Alimah. Dirumah itu Sitti Nurbaya mendapatkan petunjuk-

petunjuk dan nasihat, antara lain ialah untuk menjaga keselamatan atas dirinya, Sitti Nurbaya

dinasihati oleh Alimah agar pergi saja ke Jakarta, berkumpul bersama Samsulbahri. Petunjuk dan

nasihat Alimah  sepenuhnya di terima oleh Sitti Nurbaya, dan diputuskannya ia akan pergi ke

Jakarta bersama Pak Ali yang telah berhenti ikut Sutan Mahmud Syah sejak pengusiran diri atas

Samsulbahri tersebut. Kepada Samsulbahri pun ia memberitahukan kedatangannya itu. Tetapi

malang bagi Sitti Nurbaya, karena percakapannya dengan Alimah tersebut, dapat didengar  oleh

kaki tangan Datuk Maringgih yang memang sengaja memata-matainya.

Page 10: Negeri Van Orange

            Pada hari yang telah ditentukan, berangkatlah Sitti Nurbaya dengan Pak Ali ke Teluk

Bayur untuk segera naik kapal menuju Jakarta. Mereka tidak mengetahui bahwa perjalanan

mereka diikuti oleh Pendekar Tiga dan Pendekar Lima. Setelah Sitti Nurbaya dan Pak Ali

menaiki kapal dan mencari tempat yang tersembunyi, maka berkatalah pendekar Lima kepada

Pendekar Tiga, bahwa ia akan mengikuti perjalanan Sitti Nurbaya ke Jakarta, sedang Pendekar

Tiga disuruhnya pulang untuk memberitahukan peristiwa itu kepada Datuk Maringgih. Setelah

itu, Pendekar Lima pun menaiki kapal tersebut dan mencari tempat yang tersembunyi pula.

            Pada suatu saat tatkala orang menjadi ribut  di kapal, akibat ombak yang sangat besar,

lalu pergilah Pendekar Lima mencari  tempat Sitti Nurbaya bersembunyi. Setelah ia

mendapatkannya, ia pun menyeret Sitti Nurbaya dan akan membuangnya ke laut. Melihat

kejadian itu, Pak Ali pun bertindak, tetapi ia pun mendapatkan pukulan Pendekar Lima dan tidak

mampu melawannya kembali. Sitti Nurbaya pun berteriak sekuat-kuatnya sampai ia pun jatuh

pingsan. Teriakannya itu terdengar oleh semua orang yang berada dalam kapal, lebih-lebih

Kapten kapal itu. Karena takut ketahuan akan perbuatannya itu, Pendekar Lima pun lari untuk

menyembunyikan diri. Sitti Nurbaya pun akhirnya di angkat seseorang ke suatu kamar untuk di

rawat.

            Akhirnya tak lama kapal pun tiba di Jakarta. Di pelabuhan Tanjung Priok, Samsulbahri

sudah gelisah menantikan kedatangan kapal yang ditumpangi oleh kekasihnya itu. Setelah kapal

itu merapat ke darat, maka naiklah Samsulbahri ke kapal untuk mencari Sitti Nurbaya. Alangkah

terkejutnya ketika ia mendengar dari Kapten kapal dan Pak Ali, tentang peristiwa yang menimpa

diri Sitti Nurbaya itu. Dengan di antar Kapten kapal dan Pak Ali, pergilah Samsulbahri ke kamar

Sitti Nurbaya dirawat. Sesampainya ia melihat Sitti Nurbaya terbaring dalam keadaan lemah tak

berdaya.

            Pada saat itu, tiba-tiba datanglah polisi mencari Sitti Nurbaya. Setelah berjumpa dengan

Kapten kapal dan Samsulbahri, diberitahukan kepada mereka bahwa kedatangan mencari Sitti

Nurbaya itu ialah atas perintah atasannya yang telah mendapat telegram dari Padang, bahwa ada

seorang wanita bernama Sitti Nurbaya yang telah melarikan diri dengan membawa barang-

barang berharga milik suaminya dan diharapkan orang itu di tahan, dan dikirim kembali ke

Padang. Mendengar hal itu, mengertilah Samsulbahri bahwa hal itu ialah tidak lain akal busuk

Datuk Maringgih. Ia pun minta kepada polisi itu agar hal tersebut jangan diberitahukan dulu

kepada Sitti Nurbaya, mengingat akan kesehatannya yang sangat mengkhawatirkan itu. Ia

meminta kepada yang berwajib agar kekasihnya itu di rawat dulu di Jakarta, sampai ia sembuh

sebelum kembali ke Padang. Permintaan Samsulbahri pun dikabulkan, setelah Dokter yang

memeriksanya menganggap akan perlunya perawatan atas diri Sitti Nurbaya. Setelah Sitti

Nurbaya sembuh, barulah diberitahukan hal telegram itu kepada kekasihnya. Dengan senang

hati, kabar itu pun di terima oleh Sitti Nurbaya. Ia pun bermaksud kembali ke Padang untuk

Page 11: Negeri Van Orange

menyelesaikan masalah yang didakwakan atas dirinya itu. Samsulbahri berusaha meminta

kepada yang berwajib, agar perkara kekasihnya itu diperiksa di Jakarta saja, namun permintaan

itu tidak dikabulkan. Maka pada hari yang telah ditentukan, berangkatlah Sitti Nurbaya ke

Padang dengan di antarkan oleh pihak yang berwajib. Dalam pemeriksaan di padang, ternyata

Sitti Nurbaya tidak terbukti melakukan kejahatan seperti yang telah didakwakan atas dirinya itu.

Karena itulah, Sitti Nurbaya dibebaskan dan disana ia tinggal di rumah Alimah.

            Pada suatu hari, walaupun tidak disetujui oleh Alimah, Sitti Nurbaya pergi membeli kue

yang dijagakan oleh Pendekar Empat, yaitu kaki tangan Datuk Maringgih. Kue yang sengaja

disediakan khusus untuk Sitti Nurbaya itu telah berisi racun. Setelah penjaga kue itu pergi, Sitti

Nurbaya pun makan kue yang baru saja dibelinya. Setelah makan kue itu, ia merasa kepalanya

pusing. Tidak lama kemudian secara mendadak Sitti Nurbaya pun meninggal. Mendengar dan

melihat hal itu, terkejutlah ibu Samsulbahri yang pada waktu itu sedang menderita sakit keras,

sehingga menyebabkan kematiannya. Lalu kedua jenazah itu dikebumikan di Gunung Padang

bersampingan dengan makam Baginda Sulaeman.

            Kabar kematian Sitti Maryam dan Sitti Nurbaya itu langsung dikabarkan kepada

Samsulbahri di Jakarta. Membaca telegram yang sangat menyedihkan itu, Samsulbahri

memutuskan untuk bunuh diri. Sebelum hal itu dilakukannya, ia menulis surat kepada guru dan

teman-temannya, demikian pula kepada ayahnya di Padang, untuk minta berpisah selama-

lamanya. Kemudian dengan menyaku sebuah pistol, pergilah ia ke kantor pos bersama

Zainularifin untuk memasukan surat. Kabar yang sangat menyedihkan itu dirahasiakan oleh

Samsulbahri, sehingga Zainularifin pun tidak mengetahuinya. Sesampainya ke kantor pos,

Samsulbahri minta berpisah dengan Zainularifin dengan alasan bahwa ia hendak pergi ke rumah

seorang tuan yang telah dijanjikannya. Zaenularifin pun memperkenankannya, tetapi dengan

tidak diketahui oleh Samsulbahri, ia pun mengikuti gerak-gerik sahabatnya itu, karena ia mulai

curiga akan maksud sahabatnya itu.

            Pada suatu tempat yang gelap di mana tidak ada seorang pun di sana, Samsulbahri

berhenti dan mengeluarkan pistolnya yang kemudian menghadapkan ke kepalanya. Melihat yang

dilakukan sahabatnya itu, Zaenularifin segera mengejarnya sambil berteriak. Karena teriakan

Zaenularifin itu, peluru yang telah meletus itu tidak mengenai sasarannya. Akhirnya kabar

tentang seorang murid Sekolah Dokter Jawa di Jakarta yang berasal dari Padang telah bunuh diri

itu tersiar kemana-mana melalui surat kabar. Kabar itu pun sampai di Padang dan di dengar oleh

Sutan Mahmud Syah dan Datuk Maringih.

Page 12: Negeri Van Orange

            Karena perawatan yang baik, sembuhlah Samsulbahri. Ia minta kepada yang berwajib

agar berita mengenai dirinya yang masih hidup itu dirahasiakan, sejak itu lah ia pun berhenti

sekolah. Karena ia menginginkan untuk mati, ia pun menjadi serdadu (tentara). Ia di kirim

kemana-mana antara lain ke Aceh untuk memedamkan kerusakan-kerusakan yeng terjadi di sana.

Karena keberaniannya, maka dalam waktu sepuluh tahun saja, pangkat Samsulbahri dinaikan

menjadi Letnan dengan nama Letnan Mas.

            Pada suatu hari, Letnan Mas bersama kawannya bernama Letnan Van Sta ditugaskan

untuk memimpin anak buahnya memadamkan pemberontakan mengenai masalah Balasting

(pajak) di Padang. Sesampainya di Padang dan sebelum terjadi pertempuran, pergilah Letnan ke

tempat pemakaman ibu, kekasihnya dan Baginda Sulaeman di Gunung Padang.

            Dalam pertempuran dengan pemberontakan itu, bertemulah Letnan Mas dengan Datuk

Maringgih yang termasuk sebagai salah satu pemimpin pemberontakan itu. Setelah bercekcok

sebentar, maka ditembaklah Datuk Maringgih oleh Letnan Mas, sehingga ia pun menemui

ajalnya. Tetapi sebelum ia meninggal, ia pun sempat membalasnya. Dengan ayunan pedangnya,

kenalah kepala Letnan Mas yang menyebabkan ia rebah. Ia rebah diatas timbunan mayat yang

antara lain terdapat mayat Pendekar Empat dan Pendekar Lima. Kemudian Letnan Mas di angkut

ke rumah sakit. Karena dirasakannya bahwa ia  tak lama lagi hidup di dunia ini, maka Letnan

Mas minta tolong kepada dokter yang merawatnya, agar dipanggilkan penghulu di Padang yang

bernama Sutan Mahmud Syah, karena ada hal penting yang harus dikatakan kepadanya. Setelah

Sutan Mahmud Syah datang, maka Letnan Mas pun berkata padanya bahwa Samsulbahri masih

hidup dan sekarang berada di Padang untuk memadakan pemberontakan, tetapi kini ia sedang

dirawat di rumah sakit, karena luka-luka yang dideritanya. Dikatakan pula kepadanya, bahwa

Samsulbahri sekarang bernama Mas, yakni kebalikan dari kata Sam, dan berpangkat Letnan.

Akhirnya disampaikan pula kepada Sutan Mahmud Syah, bahwa pesan anaknya kalau ia

meninggal, ia minta dikebumikan di Gunung Padang di antara makam Sitti Nurbaya dan Sitti

Maryam. Setelah berkata itu, maka Letnan Mas pun meninggal.

            Setelah hal itu ditanyakan oleh Sutan Mahmud Syah kepada dokter yang merawatnya,

barulah Sutan Mahmud Syah mengetahui bahwa yang baru saja meninggal itu adalah anaknya

sendiri, yaitu Letnan Mas alias Samsulbahri. Kemudian dengan upacara  kebesaran, baik pihak

pemerintah maupun dari penduduk Padang, dimakamkanlah jenazah Letnan Mas atau

Samsulbahri itu diantara makam Sitti Maryam, Sitti Nurbaya seperti yang dimintanya.

            Sepeninggalan Samsulbahri, karena sesal dan sedihnya maka beberapa hari kemudian,

meninggal pula Sutan Mahmud Syah. Jenazahnya dikebumikan berdekatan dengan makam

isterinya, yaitu Sitti Maryam. Dengan demikian dikuburan Gunung Padang terdapat lima makam

yang berjajar dan menderet, yaitu makam Baginda Sulaeman, Sitti Nurbaya, Samsulbahri, Sitti

Maryam dan Sutan Mahmud Syah

Page 13: Negeri Van Orange

Sinopsis Novel Sitti Nurbaya : Kasih Tak Sampai Kategori : Marah Rusli, Novel Indonesia, Situ Nurbaya

Penulis: Marah Rusli Penerbit: Balai Pustaka Tahun Pertama terbit: 1922 Jumlah Halaman: 291

Novel ini boleh jadi merupakan salah satu karya terbesar anak bangsa bahkan sampai saat ini. Harus diakui bahwa Marah Rusli telah menyusupkan karyanya bahkan ke dalam sistem budaya bangsa Indonesia. Anda tentu mengerti jika orang-orang berkata “Jangan seperti Sitti Nurbaya” atau “Aku bukan Sitti Nurbaya”. Tokoh Sitti Nurbaya juga kisahnya memang melekat erat dalam benak masyarakat Indonesia. Ia seolah menjadi simbol abadi kasih yang terpaksa, kasih yang tak sampai, kasih yang penuh pertentangan keluarga. Pernah membaca novel apik ini?

Patut disayangkan jika Anda belum pernah melahap abjad demi abjad dalam buku ini. Kisahnya klasik memang, tentang cinta remaja tokoh Sitti Nurbaya dengan seorang pemuda minang bernama Samsulbahri. Sitti Nurbaya sendiri merupakan anak dari seorang bangsawan Baginda Sulaiman sementara itu Samsulbahri adalah anak pembesar bernama Sutan Mahmud Syah. Mereka saling mencintai diam-diam. Pengakuan baru muncul saat Samsulbahri hendak pergi ke Batavia untuk menuntut ilmu. Mereka menghabiskan waktu lama berdua di perbukitan dan saat hendak berpisah Samsulbahri mencium Sitti Nurbaya di depan rumahnya. Hal ini tertangkap oleh ayah Sitti Nurbaya yang seketika berang. Demikian pula dengan masyarakat sekitar. Samsulbahri kemudian dikejar dan keluar dari Padang menuju Batavia.

Tokoh lainnya bernama Datuk Maringgih. Ia seorang yang terpandang di desanya. Bahkan merupakan saingan ayah Siti Nurbaya, Baginda Sulaiman. Datuk Maringgih menyimpan rasa dengki atas keberhasilan bisnis Ayah Sitti Nurbaya. Ia kemudian berbuat hal jahat menjatuhkan usaha Baginda Sulaiman dan membuatnya bangkrut tak berdaya. Tak berhenti sampai di situ, Datuk Maringgih juga membuat ayah Sitti Nurbaya berutang banyak padanya. Saat Datuk Maringgih datang memaksa keluarga Sitti Nurbaya membayar utang, ia kemudian menawarkan diri untuk menikah dengan sang Datuk asalkan semua utang ayahnya dianggap lunas tanpa sisa. Dengan beberapa pertimbangan, akhirnya Datuk Maringgih menerima penawaran tersebut.

Sitti Nurbaya dan Datuk Maringgih akhirnya menikah jua, namun karena perlakuan sang suami yang dianggap kasar, akhirnya Sitti Nurbaya lari ke Batavia dan bertemu dengan Samsulbahri di

Page 14: Negeri Van Orange

sana. Mereka kembali jatuh cinta sampai suatu saat Siti Nurbaya menerima surat dari desa yang menyatakan bahwa ayahnya telah meninggal. Ia akhirnya kembali ke Padang dan meninggal di sana akibat keracunan kue yang diberikan oleh Datuk Maringgih. Samsulbahri sangat terpukul dan mencoba bunuh diri tetapi tak bisa. Pada akhirnya, di suatu kesempatan, ia berhasil membalaskan dendamnya.

Menurut bebrapa pengamat sastra, novel ini tidak menggunakan gaya penuturan Marah Rusli yang sebenarnya sebab pada jaman tersebut semua penulis yang bukunya hendak diterbitkan oleh Balai Pustaka harus mematuhi “gaya” yang telah mereka tetapkan. Meski demikian, pemilihan kata Marah Rusli dalam novel ini sangat memikat meski ia terkesan memilih bahasa yang aman. Dalam novel ini, ia juga banyak menggunakan pantun untuk menyampaikan persaan, salah satunya adalah:

“Padang Panjang dilingkari bukit, bukit dilingkari kayu jati,

Kasih sayang bukan sedikit dari mulut sampai ke hati”