nama saya yuni ratna - ugm.ac.id indonesia.pdf · negatif terhadap organisme bukan sasaran seperti...

12
Nama saya Yuni Ratna dan saya bekerja di Fakultas Pertanian, Universitas Jambi, Jambi, Indonesia. Wereng batang padi cokelat (Nilaparvata lugens) telah menyerang tanaman padi di banyak Negara Asia dalam beberapa tahun terakhir. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya ledakan N. lugens dan salah satunya adalah intensifnya penggunaan insektisida pada tanaman padi. Penggunaan insektisida yang kurang bijaksana khususnya yang berspektrum luas akan berdampak negatif terhadap organisme non target, musuh alami, lingkungan dan manusia. Penggunaan insektisida pada konsentrasi subletal dapat mempengaruhi biokimia dan fisiologi tanaman inang, serta fisiologi dan perilaku serangga hama. Beberapa insektisida dapat meningkatkan kadar nutrisi tanaman yang berperan sebagai pemacu makan serangga. Insektisida juga dapat meningkatkan laju makan dan keperidian serangga. Penelitian yang saya lakukan menunjukkan bahwa aplikasi insektisida deltametrin pada konsentrasi subletal mempengaruhi periode perkembangan dan fungsi sistem reproduksi N. lugens. Semakin sering terpapar deltametrin maka potensi reproduksi N. lugens semakin meningkat, yang ditunjukkan dengan memendeknya periode preoviposisi dan meningkatnya periode oviposisi dan lama hidup imago betina, dan pada akhirnya meningkatkan viabilitas telur dan keperidian aktual N. lugens. Oleh karena resurjensi merupakan masalah yang kompleks dan dipengaruhi oleh banyak faktor, maka diperlukan indikator khusus untuk menentukan resurjensi secara dini. Hasil penelitian yang telah saya lakukan menunjukkan bahwa rasio jumlah keturunan dan keperidian aktual dapat digunakan sebagai indikator awal dalam menentukan resurjensi N. lugens. Oleh karena insektisida deltametrin masih digunakan secara luas oleh petani untuk mengendalikan walang sangit (Leptocorixa acuta), maka perlu pengawasan yang lebih ketat terkait dengan penggunaan insektisida ini. Peran pemerintah sangat dibutuhkan dalam mengawasi registrasi dan penggunaan pestisida. (Heong, K.L., 2011)

Upload: dinhhuong

Post on 15-Jun-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Nama saya Yuni Ratna dan saya bekerja di Fakultas Pertanian, Universitas Jambi, Jambi, Indonesia.

Wereng batang padi cokelat

(Nilaparvata lugens) telah menyerang

tanaman padi di banyak Negara Asia

dalam beberapa tahun terakhir.

Banyak faktor yang mempengaruhi

terjadinya ledakan N. lugens dan

salah satunya adalah intensifnya

penggunaan insektisida pada tanaman

padi. Penggunaan insektisida yang

kurang bijaksana khususnya yang

berspektrum luas akan berdampak

negatif terhadap organisme non target, musuh alami, lingkungan dan manusia. Penggunaan insektisida

pada konsentrasi subletal dapat mempengaruhi biokimia dan fisiologi tanaman inang, serta fisiologi dan

perilaku serangga hama. Beberapa insektisida dapat meningkatkan kadar nutrisi tanaman yang berperan

sebagai pemacu makan serangga. Insektisida juga dapat meningkatkan laju makan dan keperidian

serangga.

Penelitian yang saya lakukan menunjukkan bahwa aplikasi insektisida deltametrin pada konsentrasi

subletal mempengaruhi periode perkembangan dan fungsi sistem reproduksi N. lugens. Semakin sering

terpapar deltametrin maka potensi reproduksi N. lugens semakin meningkat, yang ditunjukkan dengan

memendeknya periode preoviposisi dan meningkatnya periode oviposisi dan lama hidup imago betina,

dan pada akhirnya meningkatkan viabilitas telur dan keperidian aktual N. lugens. Oleh karena resurjensi

merupakan masalah yang kompleks dan dipengaruhi oleh banyak faktor, maka diperlukan indikator

khusus untuk menentukan resurjensi secara dini. Hasil penelitian yang telah saya lakukan menunjukkan

bahwa rasio jumlah keturunan dan keperidian aktual dapat digunakan sebagai indikator awal dalam

menentukan resurjensi N. lugens. Oleh karena insektisida deltametrin masih digunakan secara luas oleh

petani untuk mengendalikan walang sangit (Leptocorixa acuta), maka perlu pengawasan yang lebih

ketat terkait dengan penggunaan insektisida ini. Peran pemerintah sangat dibutuhkan dalam mengawasi

registrasi dan penggunaan pestisida.

(Heong, K.L., 2011)

Nama saya Jacqualine Arriani Bunga dan saya bekerja di Politeknik Pertanian Negeri Kupang.

Kelapa merupakan tanaman utama di Timor dan kumbang kelapa

(Oryctes rhinoceros) adalah hama yang paling berbahaya. Insektisida

kimia sangat mahal, karena itu petani setempat mengendalikan

kumbang dengan cara menebang tanaman kelapa atau palem lain yang

sudah tidak produktif dan terserang kumbang. Kumbang dikumpulkan

dan dibunuh sebulan sekali serta tempat hidupnya dihancurkan. Batang

yang tumbang dan membusuk dimanfaatkan sebagai kayu api atau

dikubur. Sampah di areal pertanaman dibersihkan setiap 6 bulan.

Di Timor, pengendalian menggunakan nematoda belum pernah dilakukan. Nematoda lokal

dapat digunakan karena petani bisa melakukan perbanyakan massal sehingga mengurangi biaya

pengendalian. Nematoda diisolasi dari habitat yang sama dengan kumbang, sehingga nematoda

yang digunakan dapat lebih efektif karena sudah beradaptasi dengan lingkungan.

Sebagai bio-insektisida, nematoda entomopatogen memiliki beberapa keunggulan, yaitu

mempunyai reseptor kimia dan virulensi tinggi sehingga dapat menemukan dan membunuh

inang dengan cepat. Nematoda juga dapat diproduksi dengan biaya murah, mudah diterapkan

menggunakan sprayer standar, dan kompatibel dengan beberapa pestisida kimia. Selain itu,

nematoda juga memiliki potensi untuk berkembang biak dengan baik di lingkungan. Meski

nematoda entomopatogen ini memiliki kisaran inang yang luas, namun tidak berpengaruh

negatif terhadap organisme bukan sasaran seperti lebah madu, burung, mamalia dan

vertebrata lainnya.

Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan isolat nematoda entomopatogen dari Timor yang

memiliki potensi untuk mengendalikan O. rhinoceros. Nematoda diisolasi dari tanah di enam

desa di Timor. Sampel tanah diambil dari rhizosfer beberapa tanaman. Nematoda dari vegetasi

rumput diidentifikasi sebagai Steinernematidae yang mampu bereproduksi dengan baik dan

efektif mengendalikan O. rhinoceros di laboratorium. Di masa depan penelitian ini diharapkan

dapat membantu petani mengembangkan alternatif lain dalam mengendalikan O. rhinoceros

karena lebih mudah beradaptasi, murah dan ramah lingkungan.

Nama saya Araz Meilin dan saya bekerja untuk Kementerian Pertanian Republik Indonesia pada

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi.

Wereng cokelat (Nilaparvata lugens) merupakan hama penting pada tanaman padi di

Indonesia, khususnya pada saat ini. Populasi hama dipengaruhi oleh luas tanaman, musuh

alami, sistem pertanian dan penggunaan insektisida. Parasitoid adalah musuh alami yang

potensial untuk pengendalian hayati hama wereng coklat. Jika pengendalian hayati berhasil,

penggunaan insektisida seperti deltametrin dapat dikurangi.

Tidak ada informasi yang tersedia saat ini tentang pengaruh

insektisida deltametrin pada lama hidup, lama perkembangan

dan keperidian parasitoid A. nilaparvatae (Hymenoptera:

Mymaridae). Efek ini dapat dipelajari dengan mengaplikasikan

insektisida konsentrasi subletal.

Penelitian kami menanyakan pertanyaan berikut, apakah

insektisida deltametrin konsentrasi subletal mengurangi lama

hidup, lama perkembangan dan keperidian parasitoid?

Parasitoid A. nilaparvatae dipapar dengan deltametrin konsentrasi subletal LC10 (0,023 ppm)

dan LC40 (2,235 ppm) menggunakan metode kontak dalam tabung reaksi. Kontrol tidak

diperlakukan dengan insektisida. A. nilaparvatae yang sudah terpapar digunakan untuk

memarasit telur N. lugens pada bibit padi. Pengamatan dilakukan terhadap lama hidup, lama

perkembangan dan keperidian parasitoid

A. nilaparvatae.

Penelitian kami menunjukkan bahwa aplikasi insektisida deltametrin konsentrasi subletal LC10

dan LC40 memiliki efek negatif terhadap lama hidup, lama perkembangan dan keperidian baik

aktual maupun potensial A. nilaparvatae dewasa dan keturunannya.

Pesan utamanya adalah tidak perlu penggunaan insektisida deltametrin pada pertanaman padi

jika terdapat parasitoid (A. nilaparvatae).

Nama saya, Siwi Indarti, staf pengajar pada Jurusan Perlindungan Tanaman, Fakultas Pertanian,

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Nematoda Sista Kentang (NSK) merupakan salah satu hama yang sangat merusak pada tanaman kentang

yang tersebar di seluruh dunia. Mempunyai ukuran mikroskopis, sista NSK menjadi sulit terdeteksi

keberadaanya di dalam massa tanah dan mudah menyebar melalui bahan tanaman maupun partikel-

partikel tanah. Kemampuan nematoda parasit tersebut membentuk sista untuk melindungi telur-telur

yang ada didalam tubuhnya, menjadikan NSK bisa bertahan pada kondisi lingkungan yang ekstrim dalam

kurun waktu yang lama sehingga sulit dikendalikan. Luas dan daerah penyebaran NSK di Indonesia terus

meningkat dari tahun ke tahun, khususnya pada sentra pertanaman kentang di Provinsi Jawa Tengah.

Pengendalian kimiawi hanya efektif untuk stadia larva, penggunaan varietas tahan akan mendorong

terbentuknya patotipe baru NSK yang lebih virulen terhadap tanaman inangnya. Oleh karena itu, perlu

dilakukan pengembangan alternatif teknik pengendalian untuk menekan populasi dan daerah

penyebaran NSK di Indonesia. Para ahli nematologi mengantisipasi nematoda pembentuk sista dengan

memanfaatkan musuh alami yang seringkali ditemukan pada ekosisitem nematoda.

Penelitian yang kami lakukan adalah mengembangkan teknik pengendalian hayati dengan memanfa-

atkan musuh alami, terutama jamur parasit telur dan sista nematoda, untuk merusak stadia NSK yang

resisten terhadap teknik-teknik pengendalian yang lain.

Sista NSK (Nematoda Sista Kentang) (kiri) dan telur NSK (kanan) terinfeksi jamur parasit nematoda

Hasil penelitian kami menemukan beberapa spesies jamur parasit nematoda dari lahan pertanaman

kentang terserang NSK di Indonesia yang bersifat merusak dan menekan perkembangan telur dan sista

nematoda, sehingga potensial untuk dikembangkan sebagai agens hayati pengendali NSK.

Nama saya Mofit Eko Poerwanto dan saya bekerja di Fakultas Pertanian, Universitas

Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta, Indonesia.

Penyakit CVPD telah menyapu bersih kebun jeruk yang luas, produksi jeruk hancur, dan petani

telah banyak merugi.

Penyakit ini disebarkan oleh serangga yang disebut psylid. Penggunaan insektisida yang

berlimpah telah gagal untuk membunuh mereka.

Cara lain untuk mengurangi jumlah psyllid adalah dengan menyemprot pohon dengan minyak

mineral. Penelitian kami menyelidiki bagaimana minyak ini membunuh psyllids.

Kami menemukan bahwa minyak menghambat bau tanaman jeruk, mendorong tanaman untuk

menghasilkan bau yang aneh sehingga tidak dapat dikenal oleh psyllid. Jadi psyllid menjadi

bingung dalam mencari makanan, tempat untuk bertelur, dan membesarkan anak mereka.

Temuan penelitian menunjukkan kemampuan minyak untuk menggantikan insektisida dalam

memusnahkan penyakit CVPD dari dunia tanpa menyebarkan banyak polusi dan meningkatkan

kesengsaraan manusia.

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui apa yang menyebabkan munculnya bau

aneh, dan mengapa serta kapan bau aneh tersebut dihasilkan tanaman sehingga cocok untuk

diaplikasikan ke tanaman dan mudah digunakan oleh petani.

APAKAH KEMURNIAN ITU PENTING?

Halo, saya Susi Melina, salah seorang staff teknis dari Bidang Proteksi BBP2TP Surabaya.

Di Filipina, kapas umumnya ditanam di Pulau Mindanau. Para petani yang berada di daerah ini

menghadapi masalah serius dengan ulat penggerek buah kapas, yang serangannya dapat menyebabkan

gagal panen. Biasanya mereka menggunakan insektisida untuk mengatasi masalah ini, meskipun tidak

memiliki pengetahuan yang memadai tentang cara penggunaan yang tepat. Apa akibatnya? Serangan

hama meluas dan kerugian

yang diderita petani menjadi

tidak tertanggungkan. Selain

itu, semakin tinggi dosis

insektisida yang digunakan

pada suatu lahan, semakin

banyak residu beracun yang

mengendap di lahan

tersebut.

Sebagaimana makhluk hidup

lainnya, ulat penggerek buah kapas memiliki banyak musuh alami. Beberapa jenis virus dapat

membunuh serangga ini (gejala yang ditimbulkannya seperti pada gambar). Keberadaan virus ini

menjadi potensi yang dapat dikembangkan sebagai suatu cara efektif dan aman untuk mengendalikan

penggerek buah kapas. Masalahnya, saat diekstrak dari serangga, virus dapat tercampur dengan

berbagai virus lain yang dapat menurunkan kapasitasnya untuk mengendalikan hama ini. Karena itu

dilakukan suatu penelitian untuk membandingkan efektivitas virus yang ada di alam dengan virus yang

telah dimurnikan. Apakah kemurnian diperlukan untuk meningkatkan efektivitasnya?

Dalam prosesnya virus alami diproduksi secara massal, diekstrak dan dipisahkan menjadi klon-klon virus.

Virulensi klon-klon yang dihasilkan ini kemudian dibandingkan dengan campuran awal virus (virus alami)

dalam hal kecepatan dan jumlah yang dibutuhkan untuk membunuh hama penggerek buah kapas.

Semakin cepat dan semakin sedikit jumlah virus yang dibutuhkan semakin baik.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa isolat-isolat dari virus yang ada secara alami terdiri dari dua klon

yang berbeda. Akan tetapi virulensinya sama baiknya dengan virus alami. Karena itu petani dapat

langsung menggunakan virus alami tanpa harus mengkhawatirkan efektivitasnya.

Mati dengan sepertiga atau setengah bagian tubuh menggantung kebawahmerupakan ciri khas gejala infeksi virus. Kulit serangga yang telah mati ini akan mudah pecah mengeluarkan cairan tubuh mengandung jutaan virus ke alam.

Nama saya Muryati, saya bekerja sebagai peneliti pada bidang hama dan penyakit tanaman di Balai

Penelitian Tanaman Buah Tropika Solok, Sumatra Barat.

Lalat buah telah banyak menyebabkan kerusakan pada buah dan sayur di

Indonesia. Petani lebih banyak bertumpu pada aplikasi insektisida sintetis

untuk mengendalikan hama pada tanamannya termasuk lalat buah,

meskipun pada sebagian petani cara lain juga digunakan. Bahan kimia ini

dapat menyebabkan kerusakan lingkungan seperti terbunuhnya serangga

berguna seperti halnya membunuh serangga hama. Saat ini kita harus

melakukan sesuatu untuk menyelamatkan lingkungan dari kerusakan yang

lebih parah.

Indonesia, sebagai negara tropis mempunyai banyak sumber daya alam

yang dapat dieksplorasi untuk mendapatkan bahan kimia alami untuk

mengendalikan lalat buah. Jika kita dapat menemukan salah satu yang efektif diantaranya, maka hal ini

akan menguntungkan baik bagi petani maupun lingkungan. Penelitian yang kami lakukan saat ini adalah

untuk mendapatkan senjata alami yang ideal untuk melawan serangan lalat buah pada mangga.

Kami melakukan eksperimen

dengan cara memaparkan lalat

buah pada buah mangga yang

telah diperlakukan dengan bahan

kimia asal tanaman sereh wangi

yang diekstrak menggunakan

pelarut yang berbeda dan

membiarkannya memilih untuk

meletakkan telur pada buah yang

telah diperlakukan tersebut.

Bahan kimia dari sereh wangi

yang diekstrak dengan metanol

menyebabkan jumlah telur yang

diletakkan oleh betina lalat buah

pada mangga lebih rendah

dibandingkan pada buah dengan perlakuan yang lain. Hanya bahan kimia dari sereh wangi yang

diekstrak dengan metanol yang dapat efektif bekerja sebagai pencegah peletakan telur lalat buah dan

tentu saja dalam aplikasinya harus dipastikan bahwa buah terlindungi dengan sempurna dengan

menyemprot secara merata. Dalam proses pencegahan peletakan telur ini, sepertinya bukan karena

lalat buah tidak menyukai aroma dari bahan kimia tersebut tetapi kemungkinan karena rasanya yang

tidak disukai. Bahan ini kemungkinan dapat menyelamatkan buah mangga dari serangan lalat buah.

Karena eksperimen ini masih pada skala laboratorium, untuk selanjutnya hasil ini akan diuji untuk

melihat efektivitasnya pada skala lapang.

Nama saya adalah Vivi Yuskianti. Saya bekerja di Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan

Tanaman Hutan di Indonesia.

Mempertahankan tingkat keragaman genetik yang tinggi dikebun benih

merupakan hal yang penting agar tanaman dapat beradaptasi terhadap

berbagai perubahan lingkungan. Kebun benih adalah tempat untuk

memproduksi benih yang berkualitas. Benih tersebut berasal dari

serangkaian kegiatan yang meliputi koleksi dari beberapa populasi,

penanaman dan beberapa kali seleksi. Pada akhir proses seleksi, hanya

tersisa pohon-pohon dengan penampilan pertumbuhan yang terbaik. Biji

yang dihasilkan dari pohon-pohon tersebut kemudian diambil dan

digunakan untuk pembangunan perkebunan.

Tingkat keragaman genetik dapat diukur menggunakan karakteristik pertumbuhan fisik seperti tinggi,

panjang batang dan bentuk pohon. Tetapi cara ini membutuhkan waktu dan hasil pengukurannya juga

sulit untuk diinterpretasikan karena adanya pengaruh lingkungan tempat tumbuh. Analisa DNA

merupakan alat yang tepat untuk mengukur keragaman genetik karena tidak dipengaruhi oleh

lingkungan.

Penelitian saya adalah untuk mengetahui tingkat keragaman genetik kebun benih sengon (Falcataria

moluccana) yang berada di Candiroto, Jawa Tengah, Indonesia. Analisa dilakukan untuk mendapatkan

informasi mengenai keragaman genetik dan hubungan kekerabatan antar populasi yang ada di kebun

benih tersebut.

Analisa DNA menunjukkan bahwa kebun benih sengon tersebut mempunyai tingkat keragaman genetik

yang tinggi. Analisa hubungan kekerabatan menunjukkan bahwa populasi sengon di Jawa Timur tidak

berasal dari Jawa tetapi kemungkinan merupakan hasil introduksi dari Papua. Studi ini juga menemukan

bahwa dua populasi sengon di Papua (Wamena dan Biak) kemungkinan berasal dari sumber benih yang

sama. Hasil penelitian ini akan mempengaruhi strategi pembangunan dan pengelolaan kebun benih

sengon. Secara keseluruhan, sengon di kebun benih tersebut beragam secara genetik dan produksi

benih yang berkualitas dapat diharapkan dari kebun benih tersebut. Tetapi karena beberapa populasi

mempunyai hubungan kekerabatan yang dekat maka kehati-hatian diperlukan dalam mendesain kebun

benih sengon yang baru agar tidak terjadi perkawinan sendiri atau inbreeding.

Nama saya Eliana Wulandari. Saya bekerja sebagai staf pengajar di Fakultas Pertanian, Universitas

Padjadjaran, Bandung, Indonesia.

Indonesia kaya akan sumber daya alam khususnya sumber daya pertanian. Risiko dalam pertanian tidak

dapat dihindari, tapi kita bisa menguranginya dengan memahami dan mengelola sumber-sumber risiko

tersebut. Cabai merupakan salah satu tanaman di Indonesia yang mempunyai risiko yang tinggi. Risiko,

terutama perubahan iklim, mengakibatkan produksi dan harga cabai yang berfluktuasi. Harga cabai yang

tinggi di pasar berkontribusi sekitar 0,3% dengan tingkat inflasi, kontribusi ini merupakan kedua terbesar

setelah padi. Produksi cabe di Indonesia telah mengalami penurunan sebesar hampir 4%, padahal

konsumsi cabai meningkat 3%. Penurunan produksi cabai ini mengakibatkan berkurangnya pendapatan

petani cabai.

Risiko apa saja yang dihadapi oleh petani cabai? Risiko apa

yang paling dominan terjadi dan bagaimana seharusnya

petani mengelola risiko-risiko tersebut? Ini adalah

pertanyaan-pertanyaan yang akan ditelaah lebih lanjut.

Risiko dapat dibagi menjadi risiko internal dan eksternal.

Risiko internal terkait dengan aktivitas disekitar petani,

input-input pertanian yang diperlukan oleh petani dan

pemasok. Risiko eksternal berhubungan dengan lingkungan,

kebijakan pemerintah, pasar dan lembaga lainnya yang

terkait dengan aktivitas petani.

Risiko-risiko yang perlu mendapat prioritas untuk segera

ditangani adalah pencurian cabe, jumlah pemasok yang

sedikit, kontinuitas pasokan, pengendalian hama dan

penyakit, intensitas curah hujan yang tinggi, periode

pembayaran oleh lembaga keuangan (misalnya bank, koperasi) dan periode kekeringan yang panjang.

Pengelolaan risiko-risiko ini dapat dilakukan dengan menerapkan Prosedur Operasi Standar (SOP),

menyediakan penampungan air untuk mengatasi kekeringan, pengendalian hama dan penyakit dapat

ditingkatkan dengan penerapan pengelolaan hama terpadu yang efektif dan ramah lingkungan,

penerapan pertanian organik dengan memanfaatkan sumber daya lokal sehingga mengurangi

ketergantungan pada pasokan yang dibeli, dan ketersediaan pinjaman.

Kami terus bekerja untuk menciptakan sistem peringatan dini untuk mengingatkan petani akan berbagai

risiko ini. Kami juga mencoba untuk membuat petani menyadari untuk mengadopsi strategi dalam

mengurangi dampak dari risiko-risiko ini.

Nur Asbani, peneliti entomologi di Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas).

Kebijakan pemerintah Indonesia untuk mengurangi subsidi harga bahan

bakar minyak akan mendorong penggunaan bahan pengganti alternatif.

Jarak pagar merupakan salah satu sumber bahan baku untuk pengganti

BBM. Budidaya tanaman ini mengalami beberapa kendala, di antaranya

yang cukup penting adalah permasalahan serangan hama.

Jarak pagar termasuk komoditas pertanian yang relatif baru

dikembangkan sehingga jenis hama dan cara pengendaliannya belum banyak dipahami.

Keterbatasan informasi tentang hama ini berakibat pada pengembangan teknik

pengendaliannya.

Penelitian saya diharapkan dapat menjawab jenis-jenis hama penting yang menyerang dan

bagaimana cara pengendaliannya yang efektif namun tetap ramah lingkungan. Pengendalian

hayati menjadi salah satu pilihan dan penggunaan pestisida menjadi pilihan yang terakhir.

Pada awal pengembangan jarak pagar,

ada kepercayaan bahwa tanaman ini

tahan terhadap serangan hama dan

penyakit. Hal ini cukup beralasan karena

tanaman ini mengandung beberapa

bahan yang bersifat racun. Selama

beberapa tahun pengembangan jarak

pagar telah terbukti bahwa kepercayaan

tersebut tidak benar. Jarak pagar dapat

mengalami kerusakan yang cukup serius akibat serangan thips dan tungau. Mereka menyerang

daun, tunas, dan buah sehingga menurunkan produksi dan mutu.

Penelitian selama beberapa tahun terakhir telah berhasil untuk mendapatkan musuh alami.

Beberapa di antaranya adalah tungai predator Amblyseius, Mymarothrips, Blepyrus, Scolothrips

dan Chrysopa.

Nama saya Suputa dan saya bekerja sebagai staf di Universitas Gadjah Mada, Indonesia.

Lalat buah merupakan salah satu kelompok hewan

darat yang dominan di daerah tropis. Masing-

masing spesies memiliki peranan dan fungsi

penting di dalam ekosistem pertanian. Lalat buah

ordo Diptera famili Tephritidae tersebar luas di

seluruh dunia dan beberapa spesiesnya merupakan

hama penting secara ekonomi serta dapat

mengakibatkan penurunan hasil pada tanaman

buah dan sayur.

Di Indonesia pengetahuan tentang lalat buah masih sangat terbatas. “Apakah spesies lalat buah tersebut

merupakan hama atau bukan?” adalah pertanyaan yang perlu dijawab, konsekuensinya adalah bahwa

eksplorasi keberadaan spesies lalat buah di Indonesia dan mengamati peranan masing-masing spesies

lalat buah di dalam sistem pertanian merupakan hal yang penting untuk dilakukan.

Penelitian ini akan menjawab dua pertanyaan penting, yaitu

“Apa sajakah spesies lalat buah yang ada di Indonesia?” dan

“Apakah fungsi dan peranan masing-masing lalat buah

tersebut di dalam ekosistem pertanian?”

Pemerangkapan lalat buah yang telah dilakukan

mendapatkan 24 spesies lalat huah; 7 spesies diantaranya

adalah berperan sebagai hama tanaman dan 17 spesies

lainnya bukan berperan sebagai hama. Berdasarkan

pengamatan karakter morfologi dan sidik DNA

menunjukkan bahwa terdapat satu spesies lalat buah baru di Indonesia. Spesies baru tersebut bukan

merupakan spesies lalat buah hama yang diberi nama Bactrocera gamais Suputa nov.sp.; oleh karena

tidak ada yang spesifik pada karakter spesies ini maka nama spesiesnya adalah gamais yang berasal dari

GAMA yang dilatinkan. GAMA adalah kata singkatan Universitas Gadjah Mada di masa lampau.

Hasil penelitian jelas menunjukkan bahwa tidak semua spesies lalat buah yang ada di Indonesia adalah

hama tanaman. Sebagian besar spesies lalat buah di Indonesia adalah bukan hama dan mempunyai

peranan penting sebagai jejaring pakan di dalam ekosistem. Informasi ini akan mengubah pengetahuan

masyarakat umum tentang lalat buah dan akan memberikan pemahaman dalam rangka pengambilan

keputusan pada tindakan penanganan lalat buah secara ekonomi di dalam bidang pertanian.

Hai, nama saya Arini Wahyu Utami, biasa dipanggil Ayuk. Saya staf muda di Jurusan Sosial

Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Pada masa sekarang ini, kita seringkali sulit membedakan antara musim hujan dan kemarau.

Terkadang musim hujan lebih panjang atau sebaliknya, musim kemarau yang lebih panjang.

Bahkan pernah juga terjadi saat dimana hujan turun hampir setiap hari meskipun semestinya

musim kemarau. Fenomena cuaca ekstrim ini disebut El Nino dan La Nina, yang saya yakin

sudah sering kita dengar di televisi atau kita baca di surat kabar. Berlebihnya hujan maupun

kekeringan akan menyebabkan gagal panen. Hujan yang terus menerus turun dapat

menyebabkan banjir di lahan, sementara kekeringan menyebabkan tanaman mati. Hingga kini,

kita masih bergantung pada pertanian untuk pemenuhan kebutuhan pangan kita sehari-hari.

Kejadian cuaca ekstrim akan mengganggu ketersediaan pangan kita.

Riset kami menganalisis

bagaimana dampak cuaca ekstrim

terhadap stok beras. Seperti kita

tahu, beras merupakan makanan

pokok bagi sebagian besar

masyarakat Indonesia. Dengan

menggunakan 14 tahun data deret

waktu, mulai tahun 1992, dari

Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,

Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan

di Indonesia, kami menganalisis

pengaruh kejadian El Nino dan La

Nina terhadap produksi beras. Hasilnya menunjukkan bahwa stok beras di keempat provinsi

produsen beras nasional terancam oleh kejadian La Nina. Berlebihnya hujan pada saat La Nina

ternyata menurunkan stok beras kita. Di lain pihak, El Nino, cuaca ekstrim yang identik dengan

kekeringan karena menyebabkan berkurangnya hujan, tidak berpengaruh apa-apa terhadap

stok beras.

Jadi, perlukah kita merasa khawatir dengan kejadian cuaca ekstrim? Menurut pendapat kami,

tidak perlu. Ada masa-masa dimana cuaca ekstrim tidak mengancam produksi beras. Selain itu,

petani di Indonesia tampaknya masih sangat termotivasi untuk menanam padi karena

memadainya harga yang mereka peroleh.