motivasi berprestasi pada mahasiswa yang berkuliah

17
MOTIVASI BERPRESTASI PADA MAHASISWA YANG BERKULIAH DENGAN JURUSAN PILIHAN ORANG TUA R. Damar Adi Hartaji, S.Psi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan penjelasan tentang penyebab mahasiswa memilih berkuliah dengan jurusan pilihan orang tua, mendapatkan penjelasan tentang gambaran motivasi berprestasi pada mahasiswa yang berkuliah dengan jurusan pilihan orang tua dan mendapatkan penjelasan tentang apa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi pada mahasiswa yang berkuliah dengan jurusan pilihan orang tua. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan subjek mahasiswa yang berkuliah dengan jurusan pilihan orang tua dan telah menjalani kuliah kurang lebih selama empat atau lima semester. Adapun jumlah subjek dalam penelitian ini sebanyak satu orang. Berdasarkan hasil penelitian mengenai motivasi berprestasi pada mahasiswa yang berkuliah dengan jurusan pilihan orang tua dapat disimpulkan bahwa, faktor yang menyebabkan subjek memilih jurusan pilihan orang tua yaitu faktor pertama adalah adanya adjustment sehingga subjek menyesuaikan dengan keinginan dari luar untuk membahagiakan orang tuanya. Faktor kedua yaitu karena merupakan pilihan orang tua. Faktor ketiga yaitu adanya pengetahuan dari lingkungan sekitar mengenai sisi positif perkuliahan subjek seperti kemudahan dalam mendapatkan pekerjaan dan masa depan yang terjamin. Terdapat beberapa gambaran yang menggambarkan motivasi berprestasi subjek, yaitu kurang tanggung jawab terhadap kuliah, tidak ada pertimbangan resiko, penyelesaian tugas yang tidak efektif, kreatif dan inovatif, dan tidak memanfaatkan waktu untuk belajar. Terakhir yaitu terdapat dua faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi subjek, diantaranya faktor internal dan eksternal Kata kunci : motivasi berprestasi, mahasiswa, kuliah, jurusan pilihan orang tua

Upload: nguyentuyen

Post on 12-Jan-2017

261 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: MOTIVASI BERPRESTASI PADA MAHASISWA YANG BERKULIAH

MOTIVASI BERPRESTASI PADA MAHASISWA YANG BERKULIAH DENGAN

JURUSAN PILIHAN ORANG TUA

R. Damar Adi Hartaji, S.Psi

Fakultas Psikologi

Universitas Gunadarma

Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan penjelasan tentang penyebab mahasiswa

memilih berkuliah dengan jurusan pilihan orang tua, mendapatkan penjelasan tentang gambaran

motivasi berprestasi pada mahasiswa yang berkuliah dengan jurusan pilihan orang tua dan

mendapatkan penjelasan tentang apa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi pada

mahasiswa yang berkuliah dengan jurusan pilihan orang tua. Penelitian ini menggunakan metode

kualitatif, dengan subjek mahasiswa yang berkuliah dengan jurusan pilihan orang tua dan telah

menjalani kuliah kurang lebih selama empat atau lima semester. Adapun jumlah subjek dalam

penelitian ini sebanyak satu orang. Berdasarkan hasil penelitian mengenai motivasi berprestasi

pada mahasiswa yang berkuliah dengan jurusan pilihan orang tua dapat disimpulkan bahwa,

faktor yang menyebabkan subjek memilih jurusan pilihan orang tua yaitu faktor pertama adalah

adanya adjustment sehingga subjek menyesuaikan dengan keinginan dari luar untuk

membahagiakan orang tuanya. Faktor kedua yaitu karena merupakan pilihan orang tua. Faktor

ketiga yaitu adanya pengetahuan dari lingkungan sekitar mengenai sisi positif perkuliahan subjek

seperti kemudahan dalam mendapatkan pekerjaan dan masa depan yang terjamin. Terdapat

beberapa gambaran yang menggambarkan motivasi berprestasi subjek, yaitu kurang tanggung

jawab terhadap kuliah, tidak ada pertimbangan resiko, penyelesaian tugas yang tidak efektif,

kreatif dan inovatif, dan tidak memanfaatkan waktu untuk belajar. Terakhir yaitu terdapat dua

faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi subjek, diantaranya faktor internal dan eksternal

Kata kunci : motivasi berprestasi, mahasiswa, kuliah, jurusan pilihan orang tua

 

 

 

Page 2: MOTIVASI BERPRESTASI PADA MAHASISWA YANG BERKULIAH

PENDAHULUAN

Dalam pemilihan jurusan, ada beberapa

orang tua yang memilihkan dan memaksakan

kehendaknya pada anak untuk berkuliah sesuai

dengan pilihan mereka. Orang tua yang

memilihkan jurusan tanpa mempedulikan minat

anaknya, akan membuat anak merasa terbebani

dalam menjalani kuliah mereka dan tidak

memiliki motivasi. Ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam memilih jurusan kuliah,

salah satunya adalah minat. Sayangnya faktor

minat kadang kala terlupakan oleh siswa dan

para orang tua. Padahal pemilihan jurusan yang

sesuai dengan minat berpartisipasi pula dalam

menentukan motivasi belajar serta prestasi saat

menimba ilmu di perguruan tinggi (Harian

Media Indonesia, 2009). Motivasi berprestasi

sangat dibutuhkan dalam proses belajar.

Motivasi berperan penting dalam setiap

pencapaian tujuan seseorang. Berdasarkan

beberapa penjelasan yang ada, anak yang

berkuliah tidak sesuai dengan minatnya

menyebabkan rendahnya motivasi berprestasi

sehingga berakibat buruk terhadap prestasi

akademiknya. Oleh karena itu motivasi

berprestasi sangat dibutuhkan dalam proses

belajar, karena jika segala sesuatunya itu

dipaksakan maka akan berpengaruh terhadap

hasil yang diperoleh. Hal ini merupakan

pertanda bahwa jika sesuatu yang dikerjakan itu

tidak sesuai dengan kebutuhannya akan

membuat seseorang tidak termotivasi. Sesuatu

yang menarik minat orang tua belum tentu

menarik minat anak selama sesuatu itu tidak

berkenaan dengan kebutuhannya. Winkel (1991)

menegaskan bahwa motivasi berprestasi

merupakan daya penggerak dalam diri siswa

untuk mencapai taraf prestasi akademik yang

setinggi mungkin demi penghargaan kepada diri

sendiri. Dalam mencapai prestasi yang setinggi

mungkin, setiap individu harus memiliki

keinginan yang kuat demi mencapai tujuannya.

Dimana hal itu sangat tergantung pada usaha,

kemampuan dan kemauan dari individu itu

sendiri. Lutan (1988) mengungkapkan bahwa

seseorang yang memiliki kadar motivasi

berprestasi yang tinggi memperlihatkan

kecenderungan pendekatan yang positif dalam

menjalankan tugasnya dan selalu berorientasi

pada prestasi.

TINJAUAN PUSTAKA

MOTIVASI BERPRESTASI

Menurut Woolfolk (1993) pengertian

motivasi berprestasi sebagai suatu keinginan

untuk berhasil, berusaha keras dan

mengungguli orang lain berdasarkan suatu

standar mutu tertentu. Dwivedi dan Herbert

(dalam Asnawi, 2002) juga mengungkapkan

motivasi berprestasi sebagai dorongan untuk

sukses dalam situasi kompetisi yang

Page 3: MOTIVASI BERPRESTASI PADA MAHASISWA YANG BERKULIAH

didasarkan pada ukuran keunggulan

dibanding standarnya sendiri maupun orang

lain. Sedangkan menurut Royanto (2002)

motivasi berprestasi adalah keinginan

mencapai prestasi sebaik-baiknya, biasanya

yang menjadi ukurannya adalah diri sendiri

(internal) ataupun orang lain (eksternal).

Terdapat kemiripan diantara penjelasan

mereka dimana motivasi berprestasi pada

tiap individu memiliki suatu standar atau

ukuran tertentu. Slavin (1994) juga

mendefinisikan motivasi berprestasi sebagai

keinginan untuk mencapai sukses dan

berpartisipasi dalam kegiatan, dimana

sukses itu tergantung pada upaya dan

kemampuan individu. Sama halnya dengan

Santrock (2008) yang merumuskan bahwa

motivasi berprestasi adalah suatu dorongan

untuk menyempurnakan sesuatu, untuk

mencapai sebuah standar keunggulan dan

untuk mencurahkan segala upaya untuk

mengungguli. Jadi motivasi berprestasi

sangat tergantung pada usaha dan upaya

seseorang.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik

pengertian bahwa motivasi berprestasi

merupakan suatu dorongan atau keinginan

dalam diri untuk mencapai kesuksesan yang

setinggi mungkin sehingga tercapai

kecakapan pribadi yang tinggi, sehingga

individu berusaha keras dengan sebaik-

baiknya dalam pencapaian prestasi di bidang

akademik.

Faktor-faktor yang Menyebabkan

Motivasi Berprestasi

Menurut Morgan (1990), terdapat beberapa

faktor yang mempengaruhi motivasi

berprestasi. Faktor-faktor tersebut antara

lain :

a. Tingkah laku dan karakteristik model

yang ditiru oleh anak melalui

observational learning

Motivasi berprestasi dipengaruhi oleh

tingkah laku dan karakteristik model

yang ditiru anak melalui observational

learning. Melalui observational learning

anak mengambil beberapa karakteristik

dari model, termasuk kebutuhan untuk

berprestasi.

b. Harapan orang tua

Harapan orang tua terhadap anaknya

berpengaruh terhadap perkembangan

motivasi berprestasi. Orang tua yang

mengharapkan anaknya bekerja keras

akan mendorong anak tersebut untuk

bertingkah laku yang mengarah pada

pencapaian prestasi (Eccles dalam

Prabowo, 1998).

Page 4: MOTIVASI BERPRESTASI PADA MAHASISWA YANG BERKULIAH

c. Lingkungan

Faktor yang menguasai dan mengontrol

lingkungan fisik dan sosial sangat erat

hubungannya dengan motivasi

berprestasi, bila menurun akan

merupakan faktor pendorong dalam

menuju kondisi depresi.

d. Penekanan kemandirian

Terjadi sejak tahun-tahun awal

kehidupan. Anak didorong

mengandalkan dirinya sendiri, berusaha

keras tanpa pertolongan orang lain, serta

diberikan kebebasan untuk mengambil

keputusan penting bagi dirinya akan

meningkatkan motivasi berprestasi yang

tinggi.

e. Praktik pengasuhan anak

Pengasuhan anak yang demokratis, sikap

orang tua yang hangat dan sportif,

cenderung menghasilkan anak dengan

motivasi berprestasi yang tinggi atau

sebaliknya, pola asuh yang cenderung

otoriter menghasilkan anak dengan

motivasi berprestasi yang rendah.

Aspek-aspek Motivasi Berprestasi

Terdapat empat aspek utama yang

membedakan tingkat motivasi berprestasi

individu (Asnawi, 2002)

a. Mengambil Tanggung jawab atas

Perbuatan-perbuatannya

Individu dengan motivasi berprestasi

tinggi merasa dirinya bertanggung

jawab terhadap tugas yang

dikerjakannya. Seseorang akan

berusaha untuk menyelesaikan setiap

tugas yang dilakukan dan tidak akan

meninggalkannya sebelum

menyelesaikan tugasnya.

b. Memperhatikan Umpan Balik Tentang

Perbuatannya

Pada individu dengan motivasi

berprestasi tinggi, pemberian umpan

balik atas hasil usaha atau kerjanya

yang telah dilakukan sangat disukai dan

berusaha untuk melakukan perbaikan

hasil kerja yang akan datang.

c. Mempertimbangkan Resiko

Individu dengan motivasi berprestasi

tinggi cenderung mempertimbangkan

resiko yang akan dihadapinya sebelum

memulai pekerjaan. Ia akan memilih

tugas dengan derajat kesukaran sedang,

yang menantang kemampuannya,

namun masih memungkinkan untuk

berhasil menyelesaikan dengan baik.

Page 5: MOTIVASI BERPRESTASI PADA MAHASISWA YANG BERKULIAH

d. Kreatif-Inovatif

Individu dengan motivasi berprestasi

tinggi cenderung bertindak kreatif,

dengan mencari cara baru untuk

menyelesaikan tugas seefektif dan

seefisien mungkin.

MAHASISWA

Dalam kamus bahasa indonesia,

mahasiswa didefinisikan sebagai orang yang

belajar di perguruan tinggi (Poerwadarmita,

1999). Sedangkan menurut Somadikarta

(1996) mahasiswa merupakan peserta didik

dari salah satu bentuk perguruan tinggi yang

terdiri dari akademik, politeknik, sekolah

tinggi, institut dan universitas. Daryanto

(1998) mendefinisikan mahasiswa adalah

seseorang yang belajar di perguruan tinggi.

Lalu diperjelas oleh Salim dan Salim (2002)

yang menyebutkan mahasiswa sebagai

orang yang terdaftar dan menjalani

pendidikan dalam perguruan tinggi. Badudu

dan Zaih (2001) juga mendefinisikan

mahasiswa sebagai siswa perguruan tinggi.

Adapun secara harfiah lebih lanjut dikatakan

mahasiswa adalah sebagai siswa yang

tertinggi atau paling akhir dalam status

mencari ilmu.

Berdasarkan definisi-definisi tersebut

diatas, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa

adalah seseorang yang sedang dalam proses

menimba ilmu ataupun belajar dan terdaftar

sedang menjalani pendidikan pada salah

satu bentuk perguruan tinggi, yang terdiri

dari akademik, politeknik, sekolah tinggi,

institut dan universitas.

ORANG TUA

Orang tua adalah orang terdekat yang paling

besar peranannya pada perkembangan anak.

Orang tua sangat berperan dalam merawat

dan membesarkan anak, memenuhi

kebutuhan fisiologis dan psikis,

membimbing dan mengarahkan,

memberikan contoh dan teladan yang baik,

memberikan afeksi atau kasih sayang yang

menimbulkan kehangatan, rasa aman dan

terlindungi yang diperlukan oleh anak

(Gunarsa, 2001). Menurut Sunarto (dalam

Safaria, 2005) orang tua yang terdiri dari

ayah dan ibu sangat berperan penting dalam

pengasuhan yang dipadukan dengan rasa

kasih sayang yang tulus dan pada umumnya

anak adalah tumpuan kasih sayang dan

harapan dari kedua orang tua. Begitu juga

diungkapkan oleh Spock (1982) Orang tua

sangat berperan dalam merawat anak,

Page 6: MOTIVASI BERPRESTASI PADA MAHASISWA YANG BERKULIAH

mendidik dan memelihara serta bertanggung

jawab untuk semua kebutuhan anak.

Berdasarkan uraian diatas dapat

disimpulkan bahwa orang tua yang terdiri

dari ayah dan ibu yang menggambarkan

tentang tugas dalam pengasuhan,

memberikan kasih sayang, memenuhi segala

kebutuhan anak, membimbing dan

mengarahkan serta melatih anak agar hidup

mandiri dan memberikan sesuatu yang

terbaik untuk anak agar kelak anak dapat

tumbuh menjadi dewasa dan mampu

menyesuaikan diri dengan lingkungan.

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini akan digunakan metode

kualitatif dimana pendekatan ini dilakukan

untuk mengembangkan pemahaman dalam

mengintepretasi apa yang ada dibalik

peristiwa, latar belakang pemikiran manusia

yang terlibat di dalamnya serta bagaimana

manusia meletakkan makna pada peristiwa

yang terjadi tersebut (Sarantakos dalam

Poerwandari, 1998). Menurut Heru Basuki

(2006) penelitian kualitatif adalah penelitian

yang bertujuan untuk mendapatkan

pemahaman yang mendalam tentang

masalah manusia dan sosial, peneliti

menginterpretasikan bagaimana subjek

memperoleh makna dari lingkungan

sekeliling dan bagaimana makna tersebut

mempengaruhi perilaku mereka. Penelitian

dilakukan dalam setting yang alamiah bukan

hasil perlakuan (treatment) atau manipulasi

variabel yang dilibatkan

Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan metode kualitatif dengan

teknik wawancara dan observasi. Pada

penelitian ini digunakan metode wawancara

dengan pedoman umum, dimana peneliti

dilengkapi pedoman wawancara yang sangat

umum, yang mencantumkan isu–isu yang

harus diliput tanpa menentukan urutan

pertanyaan, bahkan mungkin tanpa bentuk

pertanyaan eksplisit. Peneliti juga

menggunakan teknik observasi non-

partisipan, dimana peneliti tidak ikut serta

dalam kegiatan yang dilakukan subjek.

Peneliti berfungsi sebagai penonton dan

pencatat langsung dimana pencatat hasil

observasi segera setelah pengamatan

dilakukan atau ketika pengamatan sedang

berlangsung.

Teknik Analisis Data

Page 7: MOTIVASI BERPRESTASI PADA MAHASISWA YANG BERKULIAH

Adapun proses analisis data yang dilakukan

dalam penelitian ini akan dianalisa dengan

teknik data kualitatif yang diajukan oleh

Marshall dan Rossman. Menurut Marshall

dan Rossman (1995) dalam menganalisa

penelitian kualitatif terdapat beberapa

tahapan yang perlu dilakukan, yaitu :

1. Mengorganisasikan Data

Peneliti mendapatkan data langsung dari

subjek melalui wawancara, yang mana

data direkam dengan tape recorder

dibantu alat tulis lainnya. Kemudian

dibuatkan transkripnya dengan

mengubah hasil wawancara dari bentuk

rekaman menjadi bentuk tertulis secara

verbatim setelah selesai menemui subjek.

Data yang telah didapat dibaca berulang-

ulang, agar penulis mengerti benar data

atau hasil yang telah didapat.

2. Pengelompokan Berdasarkan Kategori,

Tema dan Pola Jawaban

Dalam tahapan ini dibutuhkan pengertian

yang mendalam terhadap data, perhatian

yang penuh dan keterbukaan terhadap

hal-hal yang muncul diluar apa yang

ingin digali. Berdasarkan kerangka teori

dan pedoman wawancara peneliti

menyusun sebuah kerangka awal analisis

sebagai acuan dan pedoman dalam

melakukan koding. Peneliti kemudian

kembali membaca transkrip wawancara

dan melakukkan koding, melakukan

pemilihan data relevan dengan pokok

pembicaraan. Data yang relevan diberi

tema, kemudian dikategorikan.

3. Menguji Asumsi atau Permasalahan yang

Ada Terhadap Data

Setelah kategori dan pola data tergambar

dengan jelas, peneliti menguji data

tersebut terhadap asumsi yang

dikembangkan dalam penelitian ini. Pada

tahap ini kategori yang telah didapat

melalui analisis ditinjau kembali

berdasarkan landasan teori yang telah

dijabarkan dalam bab II, sehingga dapat

dicocokan apakah ada kesamaan antara

landasan teoritis dengan hasil yang

dicapai. Walaupun penelitian ini tidak

memiliki hipotesis tertentu, namun dari

landasan teori dapat dibuat asumsi-

asumsi mengenai hubungan antara

konsep-konsep dan faktor-faktor yang

ada.

4. Mencari Alternatif Penjelasan Bagi Data

Setelah kaitan antara kategori dan pola

data asumsi terwujud, penulis masuk ke

dalam tahap penjelasan. Berdasarkan

pada kesimpulan yang telah didapat dari

kaitan tersebut, penulis perlu mencari

suatu alternatif penjelasan lain tentang

Page 8: MOTIVASI BERPRESTASI PADA MAHASISWA YANG BERKULIAH

kesimpulan yang telah didapat. Sebab

dalam penelitian kualitatif memang

selalu ada alternatif penjelasan yang lain.

Dari hasil analisis, ada kemungkinan

terdapat hal-hal yang menyimpang dari

asumsi atau tidak terpikirkan

sebelumnya. Dalam tahap ini akan

dijelaskan dengan alternatif lain melalui

referensi atau teori-teori lain. Alternatif

ini akan sangat berguna pada bagian

kesimpulan, diskusi dan saran.

5. Menulis Hasil Penelitian

Penulisan analisis data subjek dan

significant other yang telah berhasil

dikumpulkan, merupakan suatu hal yang

membantu penulis untuk memeriksa

kembali apakah kesimpulan yang dibuat

telah selesai. Dalam penelitian ini,

penulisan yang dipakai adalah presentasi

data yang didapat yaitu, penulisan data-

data hasil penelitian berdasarkan

wawancara mendalam dan observasi

dengan subjek. Prosesnya dimulai dari

data-data yang telah diperoleh dari tiap

subjek dibaca berulang kali sampai

penulis mengerti benar permasalahannya

lalu dianalisis, sehingga didapatkan

gambaran mengenai penghayatan

pengalaman masing-masing subjek.

Selanjutnya dilakukan interpretasi secara

keseluruhan dimana didalamnya

mencakup keseluruhan kesimpulan dari

hasil penelitian ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Faktor Penyebab Mahasiswa Memilih

Jurusan Pilihan Orang Tua

Berdasarkan penelitian yang dilakukan

penulis menyimpulkan tentang penyebab

subjek memilih berkuliah dengan jurusan

pilihan orang tua, terdapat di antaranya

adanya adjustment dalam diri subjek, karena

pilihan orang tua dan informasi dari

lingkungan.

Faktor pertama yaitu adanya

adjustment dalam diri subjek. Subjek dalam

menjalani kuliah pilihan orang tuanya,

subjek menyesuaikan diri pada tuntutan

orang tuanya meskipun jurusan kuliah

subjek tidak sesuai minat subjek karena

subjek berkeinginan untuk menjadikan

dirinya lebih berguna untuk keluarga dan

keinginan untuk membuat kedua orang tua

subjek bangga terhadap subjek juga sebagai

pembuktian diri subjek bahwa subjek

mampu menyelesaikan kuliah pilihan orang

tuanya karena subjek ingin membahagiakan

Page 9: MOTIVASI BERPRESTASI PADA MAHASISWA YANG BERKULIAH

orang tua dan ingin bisa menyelesaikan

kuliah pilihan orang tuanya juga agar lebih

mudah mendapatkan pekerjaan. Hal ini pun

didukung oleh teori yang diungkapkan

Chaplin (dalam Gunarsa, 2000) motivasi

berprestasi adalah kecenderungan untuk

mencapai sukses atau memperoleh apa yang

menjadi tujuan akhir yang dikehendaki.

Sedangkan menurut Davis (dalam Asnawi,

2002) motivasi berprestasi adalah dorongan

untuk mengatasi rintangan dan mencapai

keberhasilan,sehingga menyebabkan

individu bekerja lebih baik lagi.

Faktor kedua adalah karena pilihan

orang tua, orang tua subjek meminta subjek

untuk berkuliah dengan jurusan pilihan

orang tua subjek yaitu teknik mesin. Karena

orang tua subjek memiliki obsesi yang tidak

tercapai sehingga subjek menjadi objek

pelampiasan orang tua subjek, dan menurut

orang tua subjek jurusan pilihannya

memiliki masa depan yang baik. Hal ini

sesuai dengan teori harapan orang tua

terhadap anaknya berpengaruh terhadap

perkembangan motivasi berprestasi. Orang

tua yang mengharapkan anaknya bekerja

keras akan mendorong anak tersebut untuk

bertingkah laku yang mengarah pada

pencapaian prestasi (Morgan dkk, 1990).

Keterlibatan orang tua dengan cara

melakukan hal-hal khusus yang berkaitan

dengan hasil di sekolah secara tidak

langsung menunjukan harapan orang tua

kepada anaknya. Hal ini mengarahkan anak

termotivasi untuk mencapai suatu

keberhasilan atau prestasi di sekolah.

Faktor ketiga yang membuat subjek

memilih berkuliah dengan pilihan orang

tuanya yaitu adanya informasi dari

lingkungan sekitar mengenai sisi positif

perkuliahan subjek seperti kemudahan

dalam mendapatkan pekerjaan dan masa

depan yang terjamin sehingga subjek

memilih untuk berkuliah meskipun dengan

pilihan orang tua. Punya banyak teman dan

luasnya jaringan sosial bisa memberikan

keuntungan positif. Baik orang tua maupun

anak bisa saling bertukar informasi dengan

yang lain mengenai segala sesuatu yang

berkaitan dengan pilihan studi. Kalau

mencari sendiri butuh waktu yang lama,

maka kalau saling bertukar informasi, tentu

akan lebih efektif dan efisien (Susilowati,

2008).

Gambaran Motivasi Berprestasi

Mahasiswa Yang Berkuliah dengan

Jurusan Pilihan Orang Tua

Pada pertanyaan penelitian kedua mengenai

gambaran motivasi berprestasi, dilihat dari

Page 10: MOTIVASI BERPRESTASI PADA MAHASISWA YANG BERKULIAH

hasil wawancara dan hasil observasi

motivasi berprestasi terdapat beberapa

gambaran yang menggambarkan motivasi

berprestasi subjek yang cenderung rendah.

Gambaran-gambaran ini memperlihatkan

bahwa sikap dan perilaku subjek

menunjukan motivasi berprestasi yang

rendah seperti kurangnya tanggung jawab

subjek terhadap kuliah, tidak adanya

pertimbangan resiko, penyelesaian tugas

yang tidak efektif, kreatif dan inovatif juga

tidak memanfaatkan waktu untuk belajar.

Pertama yaitu kurang bertanggung jawab

terhadap kuliah. Subjek tidak menunjukkan

tanggung jawabnya pada kuliahnya,

terkadang membolos pada saat jam kuliah

meskipun subjek selalu berusaha

mengerjakan tugas-tugas kuliahnya namun

tidak didukung oleh tingkat kehadiran

subjek di kelas demi kelancaran proses

belajarnya. Kehadiran subjek di kampus

masih kurang karena subjek masih kerap

membolos di setiap kesempatan dan hanya

masuk kuliah apabila ada kegiatan praktek

dan ujian-ujian saja. Menurut Asnawi

(2002) individu dengan motivasi berprestasi

tinggi merasa dirinya bertanggung jawab

terhadap tugas yang dikerjakannya.

Seseorang akan berusaha untuk

menyelesaikan setiap tugas yang dilakukan

dan tidak akan meninggalkannya sebelum

menyelesaikan tugasnya. Ganda (1987)

menjelaskan salah satu sikap ideal

mahasiswa yaitu tidak mangkir (bolos)

dalam keadaan apapun selama masih

memungkinkan untuk hadir di kampus,

kecuali ada hal-hal yang sangat kritis. Ia

harus memiliki rasa penasaran untuk bisa

hadir dalam perkuliahan. Dengan demikian

kontinuitas penimbaan ilmu tidak tersendat-

sendat atau terhambat. Namun subjek

terkadang hanya hadir dalam perkuliahan

pada saat-saat tertentu saja seperti ujian dan

pengumpulan tugas-tugas. Hal ini jelas

berhubungan dengan motivasi berprestasi

subjek yang cenderung rendah sehingga

membuat subjek sering membolos. Menurut

Susilowati (2008) salah memilih jurusan

bisa mempengaruhi motivasi berprestasi dan

tingkat kehadiran. Kalau makin sering tidak

masuk kuliah, makin sulit memahami

materi, makin tidak suka dengan

perkuliahannya akhirnya makin sering

bolos. Padahal, tingkat kehadiran

mempengaruhi nilai.

Kedua yaitu subjek tidak

maksimal dalam mengerjakan tugas. Pada

saat subjek mengerjakan tugas-tugas

kuliahnya subjek tidak mempedulikan

resiko-resiko yang akan dihadapinya dan

Page 11: MOTIVASI BERPRESTASI PADA MAHASISWA YANG BERKULIAH

cenderung hanya mementingkan untuk

menyelesaikannya. Subjek dalam

menyelesaikan tugas yang terpenting adalah

subjek bisa menyelesaikan semua tugas-

tugas kuliahnya bagaimanapun caranya,

meskipun tugas itu sulit maupun mudah

bagi subjek. Sesuai dengan teori yang

diungkapkan Asnawi (2002) yaitu individu

dengan motivasi berprestasi rendah akan

cenderung menyukai tugas yang sangat

mudah maupun sangat sukar. Hal ini

dilakukan dengan alasan tugas yang sangat

mudah pasti akan mendatangkan

keberhasilan, sedangkan tugas yang sangat

sukar akan menyebabkan kegagalan dimana

dirinya tidak dapat disalahkan karena

kegagalan tersebut.

Ketiga yaitu penyelesaian tugas yang tidak

efektif, kreatif maupun inovatif. Cara subjek

untuk menyelesaikan tugas menunjukkan

bahwa subjek kurang efektif dalam

menyelesaikannya, apabila menemui

kesulitan subjek cenderung mengandalkan

teman-temannya untuk menyelesaikan tugas

dan juga menunda-nunda hingga saat-saat

terakhir dalam menyelesaikan tugas subjek.

Menurut Asnawi (2002) individu dengan

motivasi berprestasi tinggi cenderung

bertindak kreatif, dengan mencari cara baru

untuk menyelesaikan tugas seefektif dan

seefisien mungkin. Namun berbeda dengan

subjek, subjek terlihat tidak efektif dan

efisien dalam menyelesaikan tugas-tugasnya

dan ini merupakan salah satu gambaran

rendahnya motivasi berprestasi subjek.

Keempat yaitu tidak memanfaatkan waktu

untuk belajar. Menurut Ganda (1987) yang

terpenting bagi seorang mahasiswa adalah

belajar. Belajar adalah syarat mutlak untuk

mencapai tujuan ilmiah. Apapun alasannya

untuk tidak belajar, pada hakikatnya adalah

alasan yang terlalu dicari-cari. Di saat waktu

luang subjek, subjek tidak begitu

memperlihatkan bahwa subjek cukup

memanfaatkan waktu untuk belajar di

rumah, subjek menentukan untuk belajar

atas kemauannya sendiri dan subjek mengisi

waktu luangnya dengan membaca buku

selain buku kuliah. Menurut Ganda (1987)

sikap dan upaya ideal yang harus dilakukan

seorang mahasiswa yaitu tekun dan ulet

belajar dalam memecahkan setiap problem

ilmiah, belajar dan menghafal secara rutin,

terarah dan terencana. Mahasiswa harus

menempa diri untuk rajin dan berdisiplin

belajar dan menghafal dalam kurun waktu

yang direncanakan secara sistematis. Namun

semua itu tidak terlihat pada subjek.

Bagaimanapun belajar adalah penting dan

berkaitan dengan motivasi berprestasi yang

Page 12: MOTIVASI BERPRESTASI PADA MAHASISWA YANG BERKULIAH

dimiliki subjek. Dengan demikian tinggi

rendahnya motivasi berprestasi dapat dilihat

dari bagaimana subjek memanfaatkan

waktunya untuk belajar.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa

Yang Berkuliah dengan Jurusan Pilihan

Orang Tua

Pada pertanyaan penelitian ketiga mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi

berprestasi subjek, Menurut Gage dan

Berliner (1991) faktor-faktor yang

mempengaruhi motivasi berprestasi dibagi

menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor

eksternal. Dari hasil penelitian terdapat dua

faktor yang mempengaruhi motivasi

berprestasi subjek diantaranya faktor

internal dan faktor eksternal. Pada faktor

internal terdapat adanya perasaan belum

berhasil dalam diri, kurang percaya diri

terhadap kemampuan akademik dan

perasaan beban terhadap tangung jawab.

Pada faktor eksternal terdapat terdapat

adanya dorongan orang tua, adanya reward

dan dukungan lingkungan kuliah. Jika

dilihat kedua faktor antara faktor internal

dan eksternal, dari faktor eksternal

sebenarnya cukup dapat mendukung subjek

untuk dapat memotivasi dirinya, namun

faktor dari dalam diri subjek (internal) yang

cenderung lebih mempengaruhi motivasi

berprestasi subjek sehingga membuat

motivasi berprestasi subjek rendah. Faktor-

faktor tersebut menunjukan adanya rasa

takut akan kegagalan yang lebih dominan

daripada harapannya akan sukses. Menurut

Atkinson (dalam Jaali, 2008) bahwa dalam

diri setiap individu selalu terdapat

pertentangan antara harapan akan sukses

dan rasa takut akan mengalami kegagalan,

jika kedua keadaan ini terjadi pada diri

individu pada waktu bersamaan maka

motivasi yang muncul dalam diri individu

tersebut merupakan hasil dari kedua

keadaan tersebut, di mana keadaan yang

dominan akan mendominasi. Menurutnya

jika rasa takut akan kegagalan lebih

dominan dibandingkan dengan harapan akan

sukses, maka individu akan cenderung

menjauhi pencapaian tujuan tersebut.

Dari faktor internal, subfaktor yang pertama

adalah merasa banyak kekurangan dalam

diri. Subjek merasa belum berhasil dan

subjek masih merasa banyak kekurangan

dalam diri dan kuliahnya, sehingga

membuat subjek malas-malasan dalam

kuliah. Subjek berusaha untuk meraih

semua keinginannya namun subjek merasa

belum berubah dan belum membuktikan

Page 13: MOTIVASI BERPRESTASI PADA MAHASISWA YANG BERKULIAH

apapun. Menurut teori dari Susilowati

(2008) memilih jurusan tidak sesuai dengan

minat diri juga punya dampak psikologis,

yakni menurunnya daya tahan terhadap

tekanan, konsentrasi dan menurunnya daya

juang. Apalagi kalau pelajaran kian sulit,

masalah semakin bertambah, bisa

menyebabkan kuliah terancam terhenti di

tengah jalan. Perasaan yang dialami subjek

dapat berdampak buruk bagi subjek karena

subjek akan merasa kurang percaya diri di

lingkungannya sehingga motivasi

berprestasi subjek menjadi rendah. Lebih

lanjut Susilowati (2008) mengatakan bahwa

ketidaksesuaian minat membuat anak tidak

nyaman dan tidak percaya diri. Ia merasa

tidak mampu menguasai materi perkuliahan

sehingga ketika hasilnya tidak memuaskan,

ia pun merasa minder karena merasa dirinya

bodoh sehingga dia menjaga jarak dengan

teman lain, makin pendiam, menarik diri

dari pergaulan, lebih senang mengurung diri

di kamar, takut bergaul karena takut

kekurangannya diketahui.

Subfaktor yang kedua dari faktor internal

adalah adanya kurang percaya diri terhadap

kemampuan akademik. Subjek merasa

kurang percaya diri terhadap kemampuan

akademik subjek, dan munculnya perasaan

kurang percaya diri subjek terhadap

kemampuan akademik subjek dikarenakan

jurusan kuliah subjek merupakan pilihan

orang tua subjek. Menurut Susilowati

(2008) problem akademis yang bisa terjadi

jika salah mengambil pilihan, seperti

kesulitan memahami materi, kesulitan

memecahkan persoalan, ketidakmampuan

untuk mandiri dalam belajar, dan buntutnya

adalah rendahnya nilai indeks prestasi.

Selain itu, salah memilih jurusan bisa

mempengaruhi motivasi belajar dan tingkat

kehadiran. Kurang percaya dirinya subjek

terhadap kemampuan akademiknya juga

dapat berpengaruh menurunnya motivasi

berprestasi subjek.

Subfaktor yang ketiga, adanya perasaan

beban terhadap tanggung jawab. Subjek

merasa terbebani oleh tanggung jawab yang

dijalaninya untuk menyelesaikan kuliahnya

dan tuntutan orang tua subjek karena subjek

merasa diandalkan oleh orang tua subjek

dan subjek takut mengecewakan orang

tuanya. Menurut Susilowati (2008)

mempelajari sesuatu yang tidak sesuai

minat, bakat dan kemampuan, merupakan

pekerjaan yang sangat tidak menyenangkan,

apalagi kalau itu bukan kemauan atau

pilihan anak, tapi desakan orang tua. Belajar

karena terpaksa itu akan sulit dicerna otak

karena sudah ada blocking emosi. Kesal,

Page 14: MOTIVASI BERPRESTASI PADA MAHASISWA YANG BERKULIAH

marah, sebal, sedih, itu semua sudah

memblokir efektivitas kerja otak dan

menghambat motivasi. Anak kemungkinan

akan berusaha setengah mati supaya

hasilnya baik, but at the cost of his/her

being. Dia mengabaikan panggilan

hidupnya, perasaannya, demi orangtua.

Kepahitan dan kegetiran, marah, penyesalan

dan penasaran bisa jadi membayangi setiap

langkah hidup anak. Beberapa siswa

mempunyai tingkat kecemasan yang tinggi

dan konstan sehingga bisa mengganggu

kemampuan mereka untuk meraih prestasi,

tingkat kecemasan yang tinggi lantaran

orang tua membebankan standar prestasi

yang tidak realistis pada diri anak mereka

karena mereka menghadapi banyak ujian,

perbandingan sosial dan beberapa kegagalan

(Eccles, Wigfield dan Schiefle dalam

Santrock, 2008)

Dari faktor eksternal, subfaktor yang

pertama adanya dorongan yang diberikan

orang tua subjek yang begitu dirasakan oleh

subjek. Orang tua subjek sangat

menginginkan subjek berusaha semaksimal

mungkin untuk meraih prestasi sebaik

mungkin dan orang tua subjek selalu

mendukung untuk itu. Hal ini sesuai dengan

teori Eccles (dalam Prabowo, 1998) jika

orang tua mengharapkan anaknya untuk

berusaha keras dalam mencapai kesuksesan

maka orang tua akan mendorong anaknya

untuk melakukan hal tersebut untuk

bertingkah laku yang berorientasi prestasi

tersebut.

Subfaktor yang kedua yaitu adanya reward.

Subjek mendapatkan reward positif dari

orang tua subjek apabila subjek menunjukan

prestasinya namun tidak secara berlebihan.

Sehingga dapat membuat subjek sedikit

ingin berusaha untuk meraih prestasi yang

lebih baik. Hal ini sesuai dengan teori

bahwa tinggi rendahnya penghargaan orang

tua terhadap prestasi akademik anak akan

mempengaruhi motivasi berprestasinya.

Taraf penghargaan yang tinggi akan

meningkatkan motivasi berprestasi anak dan

sebaliknya (Suryabrata, 1993).

Subfaktor yang ketiga yaitu dukungan

lingkungan kuliah. Lingkungan kuliah

subjek sangat mendukung subjek untuk

melakukan kegiatan kuliah secara optimal.

Seperti subjek mendapatkan dukungan dari

teman kuliah dan dosen subjek yang sedikit

berpengaruh terhadap motivasi berprestasi

subjek secara tidak langsung. Hal ini sesuai

dengan teori dari Gage dan Berliner (1991)

motivasi untuk berprestasi pada siswa

terutama pada masa remaja, sangat

dipengaruhi oleh teman sebaya, khususnya

Page 15: MOTIVASI BERPRESTASI PADA MAHASISWA YANG BERKULIAH

teman dari kelompok acuannya atau peer.

Apabila seorang siswa yang memiliki

teman-teman yang yang memiliki motivasi

berprestasi rendah maka kemungkinan besar

siswa tersebut juga memiliki motivasi

berprestasi yang rendah pula. Dan juga

segala sesuatu di lingkungan sekolah dapat

juga mempengaruhi tinggi rendahnya

motivasi berprestasi. Seorang guru dapat

mendorong siswanya untuk memiliki

motivasi berprestasi yang tinggi dengan cara

memberikan dukungan kepada siswanya

agar aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang

ada di sekolah (Gage dan Berliner, 1991) .

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai

motivasi berprestasi pada mahasiswa yang

berkuliah dengan jurusan pilihan orang tua

dapat disimpulkan bahwa, faktor yang

menyebabkan subjek memilih jurusan

pilihan orang tua yaitu faktor pertama

adalah adanya adjustment sehingga subjek

menyesuaikan dengan keinginan dari luar

untuk membahagiakan orang tuanya. Faktor

kedua yaitu karena merupakan pilihan orang

tua. Faktor ketiga yaitu adanya pengetahuan

dari lingkungan sekitar mengenai sisi positif

perkuliahan subjek seperti kemudahan

dalam mendapatkan pekerjaan dan masa

depan yang terjamin.

Pada pertanyaan penelitian kedua mengenai

gambaran motivasi berprestasi terdapat

beberapa gambaran yang menggambarkan

motivasi berprestasi subjek, yaitu kurang

tanggung jawab terhadap kuliah, tidak ada

pertimbangan resiko, penyelesaian tugas

yang tidak efektif, kreatif dan inovatif, dan

tidak memanfaatkan waktu untuk belajar.

Terakhir yaitu terdapat dua faktor yang

mempengaruhi motivasi berprestasi subjek,

diantaranya faktor internal dan eksternal.

Pada faktor internal terdapat adanya

perasaan belum berhasil, kurang percaya

diri terhadap kemampuan akademik dan

perasaan beban terhadap tanggung jawab.

Pada faktor eksternal terdapat adanya

dorongan orang tua, adanya reward dan

dukungan lingkungan kuliah. Jika dilihat

kedua faktor, dari faktor eksternal

sebenarnya cukup mendukung subjek untuk

dapat berprestasi tinggi, namun faktor dari

dalam diri subjek (internal) yang tampak

menunjukan motivasi berprestasi rendah dan

cenderung lebih berpengaruh terhadap

motivasi berprestasi subjek sehingga

membuat motivasi berprestasi subjek

rendah.

Page 16: MOTIVASI BERPRESTASI PADA MAHASISWA YANG BERKULIAH

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2009). Pemilihan jurusan di

perguruan tinggi. Dalam koran harian

Media Indonesia. Edisi 14 Maret 2009.

Jakarta.

Asnawi, S. (2002). Teori motivasi. Jakarta.

Studia press.

Badudu, J. S. & Zaih, S. M. (2001). Kamus

umum Bahasa Indonesia. Jakarta :

Pustaka Sinar Harapan.

Daryanto, S.S. (1998). Kamus lengkap

Bahasa Indonesia. Surabaya : Apollo.

Gage, N.L.,& David, B. (1991). Educational

psychology. (5th ed.). Boston :

Houghton mifflin. Co.

Ganda, Y. (1987). Petunjuk praktis (cara

mahasiswa belajar di perguruan

tinggi). Jakarta : Cipta restu perdana.

Gunarsa, S. D. & Gunarsa, Y. S. (2000).

Anak, remaja dan keluarga. Jakarta :

PT. BPK Gunung mulia.

Gunarsa, S. D. & Gunarsa, Y. S. (2001).

Psikologi praktis. Jakarta : Erlangga.

Heru Basuki, A. M. (2006). Penelitian

kualitatif untuk ilmu-ilmu kemanusiaan

dan budaya. Jakarta : Penerbit

gunadarma.

Jaali, H. (2008). Psikologi pendidikan.

Jakarta : Bumi aksara.

Lutan, R. (1988). Belajar keterampilan

motorik : Pengantar teori dan metode.

Jakarta : Departeman Pendidikan dan

Kebudayaan.

Marshall, C & Rossman. (1995). Designing

qualitative research. London: Sage

publication, Inc.

Morgan, C. T. & King, R. A. (1990).

Introduction to psychology. Tokyo :

Mcgraw hill.

Poerwadarmita, W. J. S. (1999). Kamus

umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai

pustaka.

Page 17: MOTIVASI BERPRESTASI PADA MAHASISWA YANG BERKULIAH

Poerwandari, E.K. (1998). Pendekatan

kualitatif dalam penelitian psikologi.

Jakarta: Universitas Indonesia.

Prabowo, H. & B. P. Dwi Riyanti. (1998).

Psikologi umum 2. Jakarta : Universitas

Gunadarma.

Royanto, L. (2002). Motivasi berprestasi

ditumbuhkan dalam keluarga. Majalah

Ayah Bunda. Edisi 19 Oktober-1

November 2002 No. 21 Halaman 50.

Jakarta.

Safaria, T. (2005). Autisme pemahaman

baru untuk hidup bermakna bagi orang

tua. Yogyakarta : Graha ilmu.

Salim, P. & Salim, Y. (2002). Kamus

Bahasa Indonesia kontemporer. Jakarta

: Modern english press.

Santrock, J.W. (2008). Educational

psychology, (2nd ed.). Jakarta : Kencana.

Slavin, R.E. (1994). Educational psychology

: Theory and practice, (4th ed.). Boston

: Allyn and Bacon.

Somadikarta, S. (1996). Buku informasi

Universitas Indonesia. Depok : UI

Press.

Spock, B. (1982). Membina watak anak.

Jakarta : Gunung jati.

Suryabrata S. (1993). Psikologi pendidikan.

Jakarta : PT. Raja grafindo persada.

Susilowati, P. (2008). Memilih jurusan di

perguruan tinggi. www.e-

psikologi.com. Diakses tanggal

10/12/2008.

Winkel, W. S. (1991). Psikologi

pengajaran. Jakarta : PT. Grasindo.

Woolfolk, A.E. (1993). Educational

psychology, (4th ed.). Englewood Cliffs,

New Jersey : Prentice hall, Inc.