motivasi belajar yang terkandung dalam al-qur’an...

56
MOTIVASI BELAJAR YANG TERKANDUNG DALAM AL-QUR’AN SURAH AL-MUJADALAH AYAT 11 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) Oleh: Mohamad Rusdiansyah NIM: 1112011000093 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

Upload: others

Post on 08-Oct-2019

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MOTIVASI BELAJAR YANG TERKANDUNG DALAM

AL-QUR’AN SURAH AL-MUJADALAH AYAT 11

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Oleh:

Mohamad Rusdiansyah

NIM: 1112011000093

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

LE卜IBAR PERSETUJUAN PEⅣ IBIR/1BING

MOTIVASIBELAJAR YANG TERKANDUNG DALAM AL― QUR'AN

SURAH AL―ⅣIUJADALAⅡ AYAT ll

SKRIPSI

DiaitllCall kcpada Fakultas 1lmu Taibiy〔 山 dall Kcgurualll unt■lk Memcn■lhi

Persyaratal■ Mcncapai Gclar Sttana Pendidikan

01ch:

ルIohamad Rusdiansyah

NIⅣl ll12011000093

NIP.195205201981031001

JURUSAN PENDIDIKAN AGAⅣ IA ISLA卜 I

FAKULTAS ILⅣIU TARBIYAⅡ DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAPI NEGERISYARIF ⅡIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

Meny'ctr-r jui.

Perrrl.'i rrr bi ng S kripsi

LE卜IBAR PENGESAHAN PE卜 IBIMBING SKRIPSI

Skripsi yang berjudul "MOTIVASI BELAJAR YANG TERKANDUNG

DALAM AL-QUR'AN SURAH AL-MUJADALAH AYAT 11" disusun oleh

Mohamad Rusdiansyah NIM. 1112011000093, Jurusan Pendidikan Agama

Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya

ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang

ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta,21 Apr1l20l9

NIP。 195205201981031001

Yang u-icngesahkan,

Pembimbing

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul Motivasi Belajar Yang Terkandung Dalam AI-Qur'anSurah Al-Mujadalah Ayat 11 disusun oleh Mohamad Rusdiansyah NIM1112011000093, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah

dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal29 April2019 di hadapan

Dewan Penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan(S. Pd) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Jakarta,2g Apnl20l9

Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal Tanda tangan

Ketua Panitia (Ketua Jurusan)

Dr. Abdul Maiid Khon" M.AeNrP. 19580707 198703 I 005

Sekretaris (Sekretaris Jurusan)

Marhamah Saleh. Lc. MANrP. 19720313 2008012 010

Penguji IDrs. Abdul Haris. M.AsNIP. 19660901 199503 1 001

Penguji IIDr. Zaimudin. M.AeNIP. 19590105 t99t03 t 002

τノ/

』%

wle^.,.*..eY1

ζン資 .咎Ч

b-.A:.-kLq

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatull ah J akarta

|

Dro Suldrin.ⅣIo A

NIP.197103191998032001

蜀鸞淵I世FORM (FR)

No.Dokumen : FI丁 K― FR―AKD-089

Tgl. Terbit : 1 Maret 2010

No. Revisi: : 01

Hal

SURAtt PERNYATAAN KARYA SENDIR:

Saya ynng berlanda tangan di bawah ini,

Mohamad Rusdiansyah

Jakafia, 06 Desemb er 1994

1 1 1201 1000093

Pendidikan Agarna Islarn

Motivasi Belajar yang Terkandung dalam Al-Qur'an Surah

Al-Mujadalah Ayat 11

Dosen Pembimbing : 1. Prof. Dr. H. Rif at Syauqi Nawawi, M.A

dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang sa,va buat benar-benar hasil karya sendiri

dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Pemyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

Jakarta, 07 Apnl2Al9Mahasiswa Ybs.

Mohamad RusdiansyahNrM.1112011000093

N arn a

Tempat/Tgl.Lahir

NIM

Jurusan / Prodi

Judul Skripsi

i

ABSTRAK

Mohamad Rusdiansyah (1112011000093). “Motivasi Belajar yang terkandung

dalam al-Qur;an Surah Al-Mujadalah ayat 11”, Jurusan Pendidikan Agama

Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, April 2019.

Dalam Al-Qur`ân banyak kita temui ayat tentang motivasi. Hal ini

mengindikasikan bahwasanya motivasi belajar merupakan salah satu metode

pembelajaran. Sebagaimana yang terkandung dalam Surah Al-Mujadalah ayat 11,

Namun pada pelaksanaannya masih sedikit yang mengatahui bagaimana ayat

tersebut dapat memotivasi belajar siswa dalam pembelajaran.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif

dengan teknik analisis konten, dengan cara mengumpulkan data atau bahan-bahan

yang berkaitan dengan pembahasan dan permasalahanya, yang diambil dari

sumber-sumber kepustakaan, kemudian dianalisis untuk menyimpulkan data-data

yang diperoleh dari beberapa sumber.

Bedasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwasanya dalam Surah Al-

Mujadalah ayat 11 memiliki motivasi belajar yang menyentuh aspek motivasi

ektrinsik siswa yaitu pertama, seseorang akan mendapatkan derajat dengan cara

beriman kepada Allah SWT yaitu dengan menjalankan segala perintah-Nya dan

menjauhi segala larangan-Nya, kedua, adalah mereka yang diberi Ilmu

pengetahuan, artinya derajat yang tinggi disisi Allah SWT bisa didapatkan dengan

menjadi orang yang berilmu, ketiga, yaitu menjadi keduanya (beriman dan

berilmu) Ilmu dan Imannya selalu beriringan.

Kata kunci: Motivasi, Belajar

ii

KATA PENGANTAR

Asslamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, segala puji dan syukur penulis ucapkan

kepada Allah Swt yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Karena

ridho-Nyalah penulis dapat menyelesaikan seluruh kewajiban dan perjuangan

dalam menyelesaikan tugas akhir sebagai sebagai mahasiswa S1 pada jurusan

Pendidikan Agama Islam, fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, yaitu skripsi yang berjudul “Motivasi Belajar yang

terkandung dalam Al-Qur’an Surah Al-Mujadalah ayat 11.”

Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW,

kepada keluarga dan para sahabatnya serta seluruh muslimin dan muslimah.

Karena beliaulah yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman

yang terang benderang.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan (S. Pd) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, tidak dapat dipungkiri, bahwa

sebagai makhluk sosial penulis tidak dapat hidup sendiri. Penulis membutuhkan

bantuan, dukungan, dan do’a dari berbagai pihak. Sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Untuk itu sebagai ungkapan rasa hormat,

penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A. selaku Rektor UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Dr. Sururin, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

iii

3. Dr. Abdul Majid Khon, M. Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama

Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. Marhamah Saleh, Lc., M.A., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama

Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta..

5. Bapak Dr. Muhammad Dahlan, M. Hum, selaku dosen pembimbing akademik

yang selalu memberikan nasehat, arahan dan semangat akademik kepada

penulis selama tujuh tahun sejak semester satu sampai semester empat belas.

6. Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi Nawawi, M.A selaku dosen pembimbing skripsi

penulis yang dengan sabar memberikan arahan dan support sampai selesainya

skripsi ini

7. Kepada seluruh dosen-dosen dan civitas akademika Jurusan Pendidikan

Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

8. Kepada orang tua Ibunda tercinta Sunarni dan adik penulis M.Rofik Hidayat

dan keluarga besar penulis.

9. Kepada kawan-kawan dari ponpes Babus Salam dari angkatan FF 14 yang

tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang selalu memberikan support baik

berupa moril maupun materil.

10. Kawan-kawan PAI 2012, KANCA C, Amir, Sayyidina, As’ad, Yazid, Abib,

Fikri, Anto, Aenk yang selalu mensuport penulis.

11. Teruntuk Khairrunnisa, terimakasih atas segala motivasi, canda dan tawanya

sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.

12. Dan berbagai pihak yang telah membantu penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini.

iv

Penulis masih menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam

penyusunan skripsi ini. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang

bersifat membangun dari para pembaca. Penulis mengharapkan agar skripsi ini

bermanfaat bagi penulis, pembaca, atau peminat lain pada umumnya. Amin.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, 22 April 2019

Mohamad Rusdiansyah

NIM: 1112011000093

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................................ i

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah ................................................................ 1

B. Identifikasi masalah ..................................................................... 11

C. Pembatasan masalah..................................................................... 12

D. Perumusan masalah ...................................................................... 12

E. Tujuan penelitian .......................................................................... 12

F. Manfaat dan kegunaan penelitian................................................. 12

BAB II KAJIAN TEORI

A. Motivasi........................................................................................ 13

1. Pengertian Motivasi ............................................................... 13

2. Jenis-jenis Motivasi ................................................................ 16

a. Motivasi Ektrinsik ............................................................ 17

b. Motivasi Intrinsik ............................................................. 18

B. Belajar ......................................................................................... 20

1. Pengertian Belajar .................................................................. 19

2. Ciri-ciri Belajar ...................................................................... 23

3. Jenis-jenis Belajar .................................................................. 24

4. Tujuan Belajar ........................................................................ 26

C. Motivasi Belajar .......................................................................... 26

1. Pengertian Motivasi Belajar ................................................... 27

2. Fungsi Motivasi Belajar ......................................................... 29

3. Strategi menumbuhkan Motivasi Belajar ............................... 32

4. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar ................................. 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Objek dan Waktu Penelitian......................................................... 37

B. Jenis penelitian ............................................................................. 37

1. Data Primer ............................................................................ 37

vi

2. Data Skunder .......................................................................... 38

C. Prosedur Penelitian....................................................................... 38

1. Teknik pengumpulan data ...................................................... 38

2. Teknik pengolahan data ......................................................... 38

3. Teknik analisis data ................................................................ 39

4. Pendekatan penelitian pendidikan .......................................... 39

D. Pedoman Penulisan Skripsi .......................................................... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Penelitian ............................................................. 40

1. Teks dan Terjemahan Q. S. Al- Mujadalah/58: 11 ................ 40

2. Munasabat Q. S. Al- Mujadalah/58: 11 ................................. 40

3. Mufradat (Penjelasan Kata) Yang Terkandung

Dalam Q.S. aLMujadalah/58: 11 ....................................... 41

4. Asbabun Nuzul Q.S. aL-Mujadalah/ 58: 11 ........................... 42

5. Tafsir Isi Kandungan Q.S. aL-Mujadalah/ 58: 11

Menurut Beberapa Ahli Tafsir (Mufassir) ............................. 42

B. Interpretasi Data

1. Motivasi Belajar yang terdapat dalam Surat Al-Mujadalah

ayat 11 .................................................................................... 52

2. Penerapan Motivasi belajar yang terkandung dalam

Q.S. Al- Mujadalah/ 58: 11 ................................................... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .................................................................................. 57

B. Saran ............................................................................................. 57

C. Penutup ......................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 59

LAMPIRAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur‟an adalah sumber utama ajaran Islam dan merupakan

pedoman hidup bagi setiap muslim, al-Qur‟an bukan sekedar memuat

petunjuk tentang hubungan manusia dengan Tuhannya, tetapi juga

mengatur hubungan manusia dengan sesamanya, bahkan hubungan

manusia dengan alam sekitarnya. Untuk memahami ajaran islam

secara sempurna (kaffah), maka langkah pertama yang harus dilakukan

adalah memahami kandungan isi al-Qur‟an dan mengamalkannya

dalam kehidupan sehari-hari secara sungguh-sungguh dan konsisten.1

Al-Qur‟an sebagai petunjuk dan pedoman hidup bagi setiap

muslim dalam menghadapi berbagai macam masalah yang timbul dari

zaman ke zaman, didalam Al-Qur‟an banyak ayat yang bisa kita petik

untuk menghadapi kesulitan kehidupan manusia karna didalamnya

memuat begitu banyak nilai serta kandungannya yang luas, seperti

halnya ketika al-Qur‟an menerangkan tentang masalah sosiologi,

astronomi, biologi, sejarah, dan psikologi. Hal tersebeut hanya

sebagian kecil diantara ilmu-ilmu yang disinggung dalam al-Qur‟an,

sehingga, kehadiran al-Qur‟an telah memberi pengaruh yang luar biasa

bagi lahirnya berbagai konsep yang diperlukan manusia dalam

berbagai bidang kehidupan. akan sangat amat berguna dalam setiap

segi kehidupan secara menyeluruh, berbagai persoalan yang timbul

adapun itu bersifat duniawi maupun ukhrowi jika kita mempelajari dan

memahami isi kandungan al-Qur‟an pasti akan menemukan solusi

untuk menyelesaikannya. 2

1 D. Abdul Yasir, Nilai-Nilai Motivasi Belajar yang Terkandung dalam Kisah Nabi Musa

dan Khidir, (Jakarta: 2012), hal. 1 2 Taufik Adnan Amal. Rekonstruksi Sejarah al-Qur’an, (Jakarta; Pustaka Alvabet, 2005),

Cet. 1, hal. 2

2

Dalam bidang pendidikan, tidak diragukan lagi bahwa

keberadaan al-Qur‟an telah memperngaruhi sistem pendidikan

Rasulullah saw dan para sahabat. Lebih-lebih ketika Aisyah ra.

Menegaskan bahwa akhlak beliau adalah Al-Qur‟an. Kehidupan

Rasulullah, baik dalam kondisi damai maupun perang, ketika dirumah

maupun di luar rumah, atau berada ditengah kaumnya bahwa akhlak

Rasulullah adalah al-Qur‟an.3

Dari penjelasan diatas penulis menyimpulkan bahwa sumber

pendidikan Islam itu terdapat pada Al-Qur‟an dan Sunnah, karna al-

Qur‟an memuat berbagai macam ilmu, begitu juga Sunnah yang jika

penulis menemukan masalah yang belum ada solusinya didalam Al-

Qur‟an maka penulis bisa merujuk kepada Sunnah, mengingat yang

ditegaskan oleh Aisyah ra bahwa Sunnah atau akhlak Rasulullah itu

adalah Al-Quran, oleh dari itu Al-Qur‟an dan Sunnah akan saling

berhubungan dan tidak dapat dipisahkan.

Pendidikan dan pengajaran adalah suatu proses yang sadar

tujuan. Maksudnya tidak lain bahwa kegiatan belajar mengajar

merupakan suatu peristiwa yang terikat, terarah pada tujuan dan

dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Ibaratnya kalau yang ingin dituju

itu titik C, titik C inilah yang memberikan arah/ rambu-rambu serta tali

pengikat suatu kegiatan, dalam hal ini kegiatan pendidikan dan

pengajaran. Juga dengan sendirinya proses belajar- mengajar itu belum

selesai apabila yang dicapai itu baru titik A dan B.4

Dalam kegiatan belajar-mengajar, dikenal adanya tujuan

pengajaran, atau yang sudah umum dikenal dengan tujuan

instruksional. Bahkan ada juga yang menyebut tujuan pembelajaran.

Tujuan pengajaran inilah yang merupakan hasil belajar bagi siswa

setelah melakukan proses belajar di bawah bimbingan guru dalam

3 Abdurrahman an-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat,

(Jakarta; Gema Insani Press, 1995), h.29. 4 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,(Jakarta; Rajawali Pers, 2012),

hal. 57

3

kondisi yang kondusif.5

Dalam tujuan pendidikan dan pengajaran dikenal adanya tujuan

akhir dan tujuan intermedier. Hal ini dijadikan dasar motivasi. Tujuan

akhir bersifat filosofis dan politis, karena tujuan itu ditetapkan sebagai

undang-undang atau peraturan. Tujuan intermedier relatif bersifat

operasional, karena akan menunjuk langkah-langkah yang dapat

dikerjakan melalui suatu proses.6

Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam

pendidikan itu terdapat proses pembelajaran, dan proses itu lah yang

menentukan berhasil atau tidaknya tujuan dari pembelajaran yaitu

kepada hasil belajar peserta didik. Artinya inti dari pendidikan itu

sendiri terdapat pada proses pembelajaran.

Belajar yang merupakan proses kegiatan untuk mengubah

tingkah laku peserta didik, ternyata banyak faktor yang

mempengaruhinya. Diantaranya adalah faktor motivasi yang berfungsi

sebagai usaha dalam pencapaian prestasi. Biasanya seseorang

melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang

baik dalam proses belajar akan mendapatkan hasil yang baik pula.

Dengan kata lain, jika ada usaha yang tekun serta dilandasi motivasi

yang kuat, maka seseorang yang belajar akan dapat melahirkan

prestasi yang baik. Artinya Intensitas motivasi siswa akan sangat

menentukan tingkat pencapaian prestasinya dalam belajar. Penilaian

secara kontinu akan mendorong murid-murid untuk belajar, karena

setiap anak memiliki kecenderungan untuk memperoleh hasil yang

baik. Di samping itu, para siswa selalu mendapat tantangan dan

masalah yang harus di hadapi dan di pecahkan, sehingga

mendorongnya belajar lebih teliti dan seksama.7

5 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,(Jakarta; Rajawali Pers, 2012),

hal. 68 6 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,(Jakarta; Rajawali Pers, 2012),

hal. 71 7 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2001), h.167-168

4

Proses pembelajaran adalah suatu proses yang dengan sengaja

diciptakan untuk kepentingan siswa. Agar siswa senang dalam belajar,

guru berusaha menyediakan lingkungan belajar yang kondusif dengan

memanfaatkan keadaan kelas. Keinginan ini selalu ada pada setiap diri

guru di mana pun dan kapan pun, tidak semua keinginan guru itu

terkabul semuanya karena berbagai faktor penyebabnya. Masalah

motivasi adalah salah satu penyebab dari beberapa faktor.8

Pada zaman sekarang ini khususnya pada motivasi belajar

siswa sangat mempengaruhi hasil belajar siswa artinya sebelum siswa

memulai untuk belajar ada nilai plus tersendiri pada motivasi belajar

siswa untuk mencapai hasil belajar yang baik, karena motivasi belajar

merupakan keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang

menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar itu

demi mencapai satu tujuan. motivasi belajar merupakan sesuatu yang

sangat penting bagi kehidupan yang sangat erat kaitannya dengan

keberhasilan siswa dalam belajar.9

Sukses bertumpu pada dua hal yaitu kemampuan dan kemauan.

Sukses belajar misalnya sangat tergantung pada keterampilan belajar

yang dimiliki dan seberapa kuat ia mau menggunakannya. Motivasi

memang berhubungan upaya memenuhi kebutuhan. Siswa yang

memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk

melakukan kegiatan belajar. Semakin besar kebutuhan makin besar

pula dorongan dalam diri seseorang untuk mau melakukan sesuatu.

Karena itu peran motivasi untuk menunjang keberhasilan sangat

penting.10

Menurut Nasution S yang mengutip pendapat Carl R. Rogers

seorang ahli psiko-terapi mengemukakan suatu cara mendidik yang

8 Syaiful Bahri, Aswan Zein, Strategi Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal.147-

148 9 Ali Imran, Belajar & Pembelajaran,( Jakarta : PT Dunia Pustaka Jaya, 1996), cet.1, h.

88 10

Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Press,

2000), h. 75

5

perlu mendapat perhatian kita sebagai guru dan pendidik. Murid-murid

tidak hanya secara bebas, artinya tanpa dipaksa menyelesaikan tugas-

tugas dalam waktu tertentu, akan tetapi juga belajar membebaskan

dirinya untuk menjadi manusia yang berani memilih sendiri apa yang

dilakukannya dengan penuh tanggung jawab.11

Dimyati dan Mudjiono, mengungkapkan motivasi belajar siswa

dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi atau tiadanya motivasi

belajar akan melemahkan kegiatan, sehingga mutu prestasi belajar

akan rendah. Oleh karena itu, motivasi belajar pada diri siswa perlu

diperkuat terus-menerus. Agar siswa memiliki motivasi belajar yang

kuat, pada tempatnya di ciptakan suasana belajar yang

menggembirakan.12

Para ahli pendidikan menjelaskan adanya beberapa faktor yang

dapat mempengaruhi terhadap prestasi belajar, salah satu faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah faktor motivasi belajar.

Adapun yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah keseluruhan

daya pengaruh di dalam diri siswa, yang menimbulkan kegiatan

belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan

memberikan arah pada kegiatan belajar itu, maka tujuan yang

dikehendaki siswa dapat tercapai13

Dari penjelasan di atas, menunjukkan bahwa motivasi belajar

adalah suatu daya (kekuatan) yang sangat penting dan harus ada pada

diri siswa untuk mengaktifkan kegiatan belajar, demi kelangsungan

kegiatan belajar, untuk mencapai tujuan yang dikehendaki (prestasi

belajar).

Namun jika diamati kenyataan yang ada nampaknya motivasi

dalam belajar di Indonesia saat ini dalam taraf yang mengkhawatirkan.

11

Nasution S, Berbagai pendekatan dalam proses belajar dan mengajar,(Jakarta: PT

Bumi Aksara, 2009), Cet. 12, h. 80 12

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009),

h.239 13

WS. Winkle dalam Hardiyanto, 1987, 26

6

Hal ini bisa sama-sama dilihat melalui media elektronik dan media

masa. Seperti TV, radio, internet dan koran. Sebagaimana data yang

penulis sajikan di bawah ini:

Selama 4 hari menggelar operasi pelajar bolos sekolah yakni

mulai Senin (17/9/2018) sampai Kamis (20/9/2018), Satuan

Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Depok tercatat berhasil

menjaring sebanyak 82 pelajar tingkat SMU yang

bolos sekolah.

Mereka kedapatan membolos dengan nongkrong di warung

internet (warnet), rental playstation (PS), pusat perbelanjaan

atau mal, warung kopi (warkop) serta taman di Depok.

Sebanyak 31 pelajar tingkat SMU yang bolos sekolah atau

berkeliaran di jam sekolah, kembali terciduk Satuan Polisi

Pamong Praja (Satpol PP) Depok dalam operasi pelajar bolos

sekolah dari empat lokasi berbeda di Depok, Kamis

(20/9/2018). Para pelajar yang bolos sekolah itu kedapatan

sedang nongkrong di warung kopi (warkop) dan taman. Pada

Kamis (20/9/2018), sebanyak 31 pelajar tingkat SMU yang

bolos sekolah atau berkeliaran di jam sekolah, terciduk Satuan

Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Depok dari empat lokasi

berbeda di Depok, Kamis (20/9/2018).14

Menurut penulis kegiatan bolos sekolah dapat dijadikan

indikator bahwa motivasi belajar siswa rendah, bila siswa memiliki

motivasi belajar yang tinggi, maka siswa tidak akan melakukan

kegiatan bolos sekolah, karena siswa akan memikirkan dampak yang

akan terjadi bila siswa bolos sekolah. Kurangnya perhatian dan

rendahnya motivasi belajar yang dimiliki oleh siswa pada kegiatan

pembelajaran akan berdampak buruk bagi siswa itu sendiri. Motivasi

belajar sangat penting dimiliki siswa dalam kegiatan pembelajaran,

karena akan menjadikan siswa itu sendiri menjadi siswa yang selalu

mengalami perubahan kearah yang lebih baik. Motivasi juga

mendorong siswa untuk mencapai cita-cita yang ingin dicapai.

Tentunya hal demikian terjadi karena beberapa faktor dari

peserta didik yang menyebabkan kurangnya motivasi belajar antara

14

Depok, http://wartakota.tribunnews.com/2018/09/20/selama-4-hari-razia-satpol-pp-

jaring-82-pelajar-bolos-sekolah-di-depok.

7

lain, pertama kejenuhan dalam belajar, siswa sering mengalami hal

tersebut, ia mengalami negative yang disebut jenuh belajar, yang

dalam bahasa psikologi lazim disebut learning plateau atau plateau

saja. Peristiwa jenuh ini jika dialami seorang siswa maka membuat

siswa sia-sia dalam belajar.15

Seorang siswa yang sedang dalam kejenuhan sistem akalnya

tak dapat bekerja sebagaimana yang diharapkan dalam proses item-

item informasi atau pengalaman baru, sehingga kemajuan belajarnya

seakan-akan “jalan di tempat”. Bila kemajuan belajar yang jalan di

tempat ini kita gambarkan dalam bentuk kurva, yang tampak adalah

garis mendatar yang lazim disebut platea.16

Kejenuhan belajar dapat melanda seorang siswa yang

kehilangan motivasi dan konsolidasi salah satu tingkat kemampuan

tertentu sebelum sampai pada tingkat kemampuan berikutnya. Yang

kedua yaitu kesulitan belajar, dapat diartikan sebagai kesukaran siswa

dalam menerima atau menyerap pelajar atau informasi yang diberikan.

Kesulitan belajar ini dapat diketahui melalui gejala-gejala baik

dari perilaku yang menyimpang atau dari hasil belajar yang menurun.

Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya

kelainan perilaku (misbehavior) siswa seperti kesukaan berteriak-

teriak didalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk

sekolah, dan sering minggat atau bolos dari sekolah.17

Dua faktor diatas adalah yang sering terjadi pada siswa yang

menyebabkan peserta didik mengalami kurangnya atau lemahnya

motivasi belajar. Motivasi yang lemah dan tidak konstan akan

menyebabkan kurangnya usaha belajar, yang pada akhirnya akan

berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Dalam Al-Quran maupun Hadits, dapat dijumpai berbagai

15

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : PT

Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. 15, hal. 162. 16

Ibid h. 170 17

Ibid h. 171

8

ungkapan yang menunjukkan dorongan kepada setiap orang muslim

dan mukmin untuk selalu rajin belajar. Anjuran menuntut ilmu

tersebut disertai dengan urgennya faktor-faktor pendukung guna makin

meningkatkan semangat belajar bagi setiap orang. Salah satu faktor

yang utama adalah motivasi, baik itu motivasi yang datang dari dalam

diri sendiri, maupun motivasi yang ditumbuhkan dari peranan

lingkungan sosialnya.

Contohnya pada Surah Al-Mujadalah ayat 11:

يزفع اهلل الذين امنوا منكم والذين اوتواالعلم درجات

Artinya : “Allah akan meninggikan orang- yang beriman dari

kamu sekalian dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat”18

Ayat di atas tidak menyebut secara tegas bahwa Allah akan

meninggikan derajat orang berilmu. Tetapi, menegaskan bahwa

mereka memiliki derajat-derajat, yakni yang lebih tinggi daripada

yang sekedar beriman. Tidak disebutnya kata meninggikan itu sebagai

isyarat bahwa sebenarnya ilmu yang dimilikinya itulah yang

berperanan besar dalam ketinggian derajat yang diperolehnya, bukan

akibat dari faktor di luar itu.

Tentu saja, yang dimaksud dengan ( االعلم درجاتاوتو ) adalah mereka yang

beriman dan menghiasi diri mereka dengan pengetahuan. Ini berarti

ayat di atas membagi kaum beriman kepada dua kelompok besar, yang

pertama sekadar beriman dan beramal saleh dan yang kedua beriman

dan beramal saleh serta memiliki pengetahuan. Derajat kelompok

kedua ini mejadi lebih tinggi, bukan saja karena nilai ilmu yang

disandangnya, tetapi juga amal dan pengajarannya kepada pihak lain,

baik secara lisan, atau tulisan, maupun dengan keteladanan.19

Akhir dari ayat tersebut menerangkan bahwa Allah akan

mengangkat derajat orang yang beriman, taat dan patuh kepada-Nya,

18

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya jilid x, (Jakarta, Percetakan Ikrar

Mandiri abadi, 2010), hal.25 19

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Tangerang, Lentera Hati, 2009), cet. 13, hal.

491

9

berusaha menciptakan suasana damai, aman, dan tenteram dalam

masyarakat, demikian pula orang-orang berilmu yang menggunakan

ilmunya untuk menegakkan kalimat Allah. Dari ayat ini dipahami

bahwa orang-orang yang mempunyai derajat yang paling tinggi di sisi

Allah ialah orang yang beriman dan berilmu. Ilmunya itu diamalkan

sesuai dengan yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya.20

Ilmu yang dimaksud dengan ayat di atas bukan saja ilmu

agama, tetapi ilmu apapun yang bermanfaat. Ini menunjukkan bahwa

ilmu dalam pandangan Al-Qur‟an bukan hanya ilmu agama. Di sisi

lain, itu menunjukkan bahwa itu juga menunjukkan bahwwa ilmu

haruslah menghasilkan khasyyah, yakni rasa takut dan kagum kepada

Allah, yang pada gilirannya mendorong yang berilmu untuk

mengamalkan ilmunya serta memanfaatkannya untuk kepentingan

makhluk.21

Firman Allah di atas merupakan salah satu kabar gembira yang

datang dari Allah SWT, mengenai ditinggikan derajat orang-orang

yang beriman dan berilmu serta mengerjakan amal shaleh.22

Telah jelas dalam firman Allah SWT bahwa derajat antara

orang yang berilmu dan tidak berilmu itu berbeda.

Dari penjelasan tafsir di atas dapat diketahui bahwa seseorang

bisa mendapatkan derajat di sisi Allah dengan cara beriman kepada-

Nya dan menjadi orang yang berilmu atau berpengetahuan, hal ini bisa

menjadi alasan seseorang untuk terdorong menjadi manusia yang

beriman kepada Allah ataupun manusia yang berpengetahuan, tentu

dalam hal ini ada korelasi dalam keduanya.

Kedua hal itu bisa menjadi landasan untuk memotivasi

seseorang untuk mendapatkan derajat di sisi Allah dengan dua cara

20

Kementrian Agama, Op.Cit., h. 25 21

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Tangerang, Lentera Hati, 2009), cet. 13, hal.

491 22

Sayyid Muhammad Bin Muhammad Al-Husaini Al-Zabidi, Ithafus Saadaatil Muttaqin

(Syarah „Ulumuddin), (Beirut; Daar Al-Kutub Al-„Ilmiyah),hal.100-101

10

tersebut yaitu menjadi orang yang beriman dan berilmu.

Dengan landasan mendapatkan derajat di sisi Allah maka

seseorang terpacu untuk menjadi orang yang berilmu, dengan

belajarlah seseorang bisa menjadi orang yang berilmu dan

berpengetahuan, dan ilmu sebagai jembatan seseorang untuk menjadi

orang yang beriman, dan apabila keduanya sudah tercapai maka

seseorang akan mendapatkan derajat di sisi Allah SWT.

Motivasi belajar (menuntut ilmu) bagi setiap penuntut ilmu

memang dibutuhkan, bahkan begitu banyak ayat-ayat Al-quran dan

Hadits yang memberikan pemahaman tentang manfaat menuntut ilmu

dan perintah yang menganjurkan untuk belajar. Semua ungkapan

dalam Al-quran dan Hadits tersebut merupakan dalil-dalil yang dapat

menjadi pedoman sebagai alat untuk memotivasi setiap umat Islam

untuk terus menuntut ilmu.

Mengingat pentingnya motivasi siswa untuk meningkatkan

pembelajaran yang menyenangkan, nyaman serta berintelektual.

Harusnya diperlukan penerapan dan menanamkan nilai-nilai motivasi

dalam dunia pendidikan sekarang ini agar bisa terlepas dari arus

globalisasi ala Barat yang merusak kepribadian motivasi siswa.

Al-Quran dan Hadits merupakan sumber hukum utama dalam

pendidikan islam karena di dalam keduanya terdapat sebuah

pembelajaran, anjuran serta larangan bagi setiap hamba yang ingin

mendalaminya. Dalam Al-Quran terdapat surah Al-Mujadalah ayat 11

terkandung nilai motivasi dalam belajar sehingga bisa dijadikan dalil

dalam pembelajaran serta menambah motivasi siswa dalam proses

pembelajaran berlangsung.

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

yang berjudul “MOTIVASI BELAJAR YANG TERKANDUNG

DALAM AL-QUR’AN SURAH AL-MUJADALAH AYAT 11.”

11

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat

diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Kejenuhan belajar menyebabkan kurangnya motivasi belajar siswa

dalam proses pembelajaran.

2. Rendahnya motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran.

3. Kurangnya pengetahuan dalam memahami kandungan dari

Al-Quran surah Al-Mujadalah ayat 11

C. Pembatasan Masalah

Agar tidak terjadi kesalahfahaman dalam memahami hasil

penelitian ini, maka peneliti perlu menjelaskan batasan penelitian

diantaranya :

1. Menjelaskan Tafsir Surah Al-Mujadalah ayat 11 sebagai

motivasi belajar.

2. Mengidentifikasi motivasi belajar apa saja yang terkandung

dalam Surah Al-Mujadalah ayat 11.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan

pembatasan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

perumusan masalah yang ingin diajukan adalah sebagai berikut:

1. Apakah di dalam Al-Quran surah Al-Mujadalah ayat 11

terkandung motivasi belajar?

2. Motivasi belajar seperti apa yang terkandung dalam Al-

Qur‟an surah Al-Mujadalah ayat 11?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui motivasi belajar yang

terkandung dalam surat Al-Mujadalah ayat 11

12

F. Manfaat dan Kegunaan Penelitian

1. Menambah khazanah keilmuan pada bidang tafsir pendidikan, serta

membuka kemungkinan adanya penelitian lebih lanjut dan peninjauan

kembali dari hasil penelitian ini.

2. Memberi sumbangsih pemikiran terkait konsep dan teori tentang

pendidikan dalam al-Qur`ân, serta menambah khazanah kepustakaan

dalam meneliti dan memahami al-Qur`ân sebagai petunjuk.

3. Bisa dijadikan acuan dan bahan pertimbangan bagi seorang pendidik

dalam memilih metode pembelajaran baik pada pendidikan formal

maupun pendidikan non formal

4. Menambah pengetahuan bagi masyarakat terkait dengan metode tanya

jawab yang terkandung dalam al-Qur`ân

13

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Belajar dan motivasi selalu mendapat perhatian khusus bagi

mereka yang belajar dan mengajar. Pertanyaan yang selalu dikemukakan

ialah: Bagaimanakah memotivasi seseorang agar mempelajari apa yang

harus dipelajarinya? Dalam kehidupan sehari-hari dijumpai orang dengan

penuh antusias dan ketekunan melaksanakan berbagai kehiatan belajar,

sedang dipihak lain ada yang tidak bergairah dan bermalas malasan.

Kenyataan tersebut tentu mempunyai sebab-sebab yang perlu diketahui

lebih lanjut untuk kepentingan motivasi belajar.1

Proses belajar mengajar adalah suatu proses dengan sengaja

diciptakan untuk kepentingan anak didik. Agar anak didik senang

bergairah belajar. Guru berusaha menyediakan lingkungan belajar yang

kondusif dengan memanfaatkan semua potensi kelas yang ada. Keinginan

ini selalu ada pada setiap diri guru dimana pun dan kapan pun, tidak semua

keinginan guru itu terkabul semuanya karena berbagai faktor

penyebabnya. Masalah motivasi adalah salah satu deretan dari sederetan

faktor yang menyebabkan itu.2

Dalam membahas tentang motivasi, sering kita temukan beberapa

istilah yang mengandung relevansi dengan makna motivasi. Diantara

istilah yang penulis maksudkan adalah motif. Dalam psikologi istilah

motif sering dibedakan dengan istilah motivasi. Silverstone menganggap

motif ini merupakan tahap awal dari proses motivasi, karena itu W.S

Winkell menanamkan motif ini baru merupakan suatu kondisi intern atau

1 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,

2008), h. 139 2 Syaiful Bahri, Aswan Zein, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),

hal. 147-148

14

disposisi (kesiapsiagaan) saja.3 Sebab motif-motif itu tidak selamanya

aktif. Motif-motif ini hanya aktif pada saat tertentu saja, yaitu apabila

kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan mendesak. Kata

“motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk

melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari

dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu

demi mencapai suatu tujuan. Bahwa motif dapat diartikan sebagai suatu

kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata “motif” itu, maka

motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif.4

Motivasi belajar, berasal dari dua kata, yaitu "motivasi" dan

"belajar".Motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai daya

upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat

dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk

melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi mencapai suatu tujuan.

Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan).

Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya

penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat

tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan

atau mendesak.James Whittaker memberikan pengertian secara umum

mengenai penggunaan istilah "motivasi" di bidang psikologi.Ia

mengatakan bahwa motivasi adalah kondisi-kondisi atau keadaan yang

mengaktifkan atau memberi semangat atau dorongan kepada makhluk

untuk bertingkah laku, mencapai tujuan yang ditimbulkan oleh motivasi

tersebut.5

Dari penjelasan di atas ada dua point yang bisa di ambil, yaitu

pertama motivasi memiliki peran penting bagi seseorang karena termasuk

salah satu faktor penghambat untuk seseorang mencapai tujuan. Kedua

3 M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum & Perkembangan, (Jakarta, Pedoman Ilmu

Jaya, 1993), h. 129 4 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2007), h. 73 5Wosty Soemanto, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, (Jakarta:

Rineka Cipta 1998), hal 205

15

yaitu makna lain dari motivasi yaitu “motif” walaupun berbeda dengan

motivasi akan tetapi selalu ada korelasi pada keduanya.

Menurut MC Donald: "motivation is an energy change within the

person characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction".

(motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai

dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan).6 Yakni

sebuah perubahan energi pada diri seseorang yang berbentuk nyata berupa

kegiatan fisik. Karena seseorang mempunyai tujuan tertentu dari

aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk

mencapainya. Dan motivasi menurut Sumardi Suryabrata adalah keadaan

yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan

aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan.7

Menurut M. Ustman Najati, “Motivasi adalah kekuatan penggerak

yang membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup, dan menimbulkan

tingkah laku serta mengarahkannya menuju tujuan tertentu”.8 Sedangkan

menurut Prof. Dr. Oemar Hamalik yang dikutip dalam bukunya yang

berjudul “Proses Belajar Mengajar, bahwa motivasi adalah perubahan

energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya

perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.9

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, motivasi diartikan sebagai

usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang

tertentu tergerak untuk melakukan sesuatu, karena ingin mencapai tujuan

yang ingin dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan

perbuatannya.10

Menurut M. Ngalim Purwanto dalam bukunya Psikologi

Pendidikan, menjelaskan bahwa motivasi adalah segala sesuatu yang

6Tabrani Rusyan, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda

Karya, 1989),hal 100. 7 Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 101

8 Abdul Rahman Shaleh, Abdul, Psikologi: Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam,

(Jakarta: Kencana, 2009), h. 183 9 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001), h. 158

10 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2007), cet. 3, hal. 756

16

mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu.11

Tidak jauh

berbeda dengan apa yang dikatakan M. Alisuf Sabri, bahwa motivasi

adalah segala sesuatu yang menjadi pendorong timbulnya suatu tingkah

laku.12

Menurut Muhibbin Syah, motivasi adalah keadaan internal

organism baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat

sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer)

untuk bertingkah laku secara terarah.13

Dari pemaparan definisi-definisi Motivasi oleh para ahli, dapat

dipahami bahwa Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong tingkah

laku, daya gerak, aktivitas seseorang yang menuntut atau mendorong

seseorang untuk mencapai tujuannya. Seseorang yang mempunyai tujuan

dari aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi untuk

mencapainya. Dan semakin kuat motivasi seseorang maka semakin besar

peluang untuk mencapai tujuan.

2. Jenis-jenis Motivasi

Pendapat mengenai klarifikasi motivasi itu bermacam-macam.

Beberapa pendapat para ahli psikologi diantaranya adalah sebagai berikut.

Menutut Chaplin, motivasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu

Physiological Drive dan Social Motives. Physiological drive ialah

dorongan-dorongan yang bersifat fisik, seperti lapar, haus, seks, dan

sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan social motives ialah

dorongan-dorongan yang berhubungan dengan ornag lain, seperti estetis,

dorongan ingin selalu berbuat baik, dan etis. Lindzy G. Hall, memasukkan

kebutuhan berkelompok, kebutuhan terhadap penghormatan, kebutuhan

akan sesuatu yang dicintai ke dalam social motives.14

11

M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

1985), cet. 2, h. 64 12

Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007), cet. 3, h. 85 13

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos, 1999), h. 137 14

Abdul Rahman Shaleh, Abdul, Psiologi Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta:

Kencana, 2009), h. 192

17

Menurut Sardiman AM, motivasi dibagi menjadi dua tipe atau

kelompok yaitu intrinsik dan ekstrinsik :

a. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya

karena ada perangsang dari luar.15

Motivasi ekstrinsik merupakan motif-motif yang aktif dan

berfungsinya karena adanya perangsang dari luat. Contohnya

seseorang itu belajar, karena tahu besok pagi ada ujian dengan harapan

akan mendapatkan nilai baik, atau agar mendapatkan hadiah. Jadi

kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya tidak secara

langsung bergayut dengan esensi apa yang dilakukannya itu.16

Motivasi Ekstrinsik, yaitu motivasi orang kenapa adanya

perangsangan dari luar, seperti: seorang mahasiswa rajin belajar karena

akan ujian.17

Hal-hal yang dapat menimbulkan motivasi ekstrinsik, yang penting

adalah:

1) Ganjaran-ganjaran, yang merupakan alat motivasi, yaitu alat

yang bisamenimbulkan motivasi ekstrinsik. Ganjaran dapat

menjadi pendorong bagi anakuntuk belajar lebih baik.

2) Hukuman-hukuman, biarpun merupakan alat pendidikan yang

tidak menyenangkan. Alat pendidikan yang bersifat negatif,

namun dapat juga dijadikan motivasi, alat pendorong untuk

mempergiat belajarnya murid. Murid yang pernah

mendapatkan hukuman, oleh karena kelalaian tidak

mengerjakan tugas, maka ia akan berusaha untuk tidak

memperoleh hukuman lagi. Hal ini berarti, bahwa ia didorong

untuk selalu belajar.

15

Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafinfo,

2011), hal. 85 16

Ibid, hal. 89-91 17

Abdul Rahman, Op. Cit., h. 194

18

3) Persaingan atau kompetisi. Pesaingan sebenarnya adalah

berdasarkan kepada dorongan untuk kedudukan dan

penghargaan. Kebutuhan akan kedudukan dan penghargaan

adalah merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi

pertumbuhan dan perkembangan. Oleh karena itu, kompetisi

dapat menjadi tenaga pendorong yang sangat besar. Kompetisi

dapat terjadi dengan sendirinya, tetapi dapat pula diadakan

secara sengaja oleh guru.18

b. Motivasi Instrinsik

Motivasi intrinsik merupakan motif-motif yang menjadi aktif

atau berfunsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri

setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

Contohnya seseorang yang senang membaca tidak usah disuruh atau

mendorongnya, ia sudah rajin membaca buku-buku untuk dibacanya.19

Menurut Abdul Rahman Motivasi Intrinsik ialah motivasi yang

berasal dari seseorang itu sendiri tanpa dirangsang dari luar, misalnya:

Orang yang gemar membaca, tidak perlu ada yang mendorong, ia akan

mencari sendiri buku-bukunya untuk dibaca.20

Yang dimaksud dengan motivasi instrinsik adalah motif-motif

yang menjadi aktif atau berfungsinya dorongan dari luar, karena dalam

diri setiap individu, sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

Motivasi intrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan

sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Misalnya, murid

mungkin belajar menghadapi ujian karena dia senang pada pelajaran

yang diujikan itu.

Hal-hal yang dapat menimbulkan motivasi instrinsik yang

penting adalah:

18

Amir Daien Indrakusuma, Op. Cit., hal 164-165 19

Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafinfo,

2011),h. 85 20

Abdul Rahman, Op. Cit, h. 194

19

1) Adanya kebutuhan. Disebabkan oleh adanya kebutuhan, maka

hal ini menjadi pendorong bagi anak untuk berbuat dan

berusaha. Misalnya saja, anak ingin mengetahui isi cerita dari

buku-buku komik. Keinginan untuk mengetahui isi cerita-

cerita ini, dapat menjadi pendorong yang kuat bagi anak untuk

belajar membaca. Karena, apabila ia telah dapat membaca,

maka dapat berarti bahwa kebutuhannya ingin mengetahui isi

cerita dari buku-buku komik itu telah bisa dipenuhi.

2) Adanya pengetahuan tentang kemajuannya sendiri. Dengan

anak mengetahui hasil-hasil atau prestasinya sendiri, dengan

mengetahui apakah ia ada kemajuan atau sebaliknya, ada

kemunduran, maka hal ini dapat menjadi pendorong bagi anak

untuk belajar lebih giat lagi.

3) Adanya aspirasi atau cita-cita. Cita-cita yang menjadi tujuan

dari hidupnya,merupakan pendorong bagi seluruh kegiatan

anak, pendorong bagi belajarnya. Disamping itu, cita-cita dari

seorang anak sangat dipengaruhi oleh tingkat kemampuannya.

Anak yang mempunyai tingkat kemampuan yang

baik,umumnya mempunyai cita-cita yang lebih realistis, jika

dibandingkan dengan anak yang mempunyai tingkat

kemampuan yang kurang atau rendah.21

Dari keterangan di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa

motivasi merupakan motor penggerak seseorang dalam

melakukan suatu tindakan. Dalam proses belajar, motivasi

harus ditumbuhkan dari dalam diri seseorang maupun dari luar

seseorang, jika motivasi sudah tumbuh maka keinginan

seseorang menjadi daya gerak seseorang melakukan sesuatu,

dan motivasi yang tinggi akan berdampak pada tingginya

semangat seseorang dalam belajar sehingga akan mencapai

tujuan dari motivasi itu sendiri.

21

Amir Daien Indrakusuma, Op. Cit., hal 63-64

20

B. Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil

atau tujuan. Belajar bukan hanya mengiat, akan tetapi lebih luas daripada

itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan,

melainkan perubahan kelakuan. Ada juga yang mengatakan bahwa belajar

adalah memperoleh pengetahuan, belajar adalah latihan-latihan

pembentukan kebiasaan secara otomatis dan seterusnya.

Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh

pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap,

dan mengokohkan kepribadian. Dalam konteks menjadi tahu atau proses

memperoleh pengetahuan, menurut pemahaman sains konvensional,

kontak manusia dengan alam diistilahkan dengan pengalaman

(experience). Pengalaman yang terjadi berulang kali melahirkan

pengetahuan, (knowledge), atau a body of knowledge. Definisi ini

merupakan definisi umum dalam pembelajaran sains secara konvensional,

dan beranggapan bahwa pengetahuan sudah terserak di alam, tinggal

bagaimana siswa atau pembelajar bereksplorasi, menggali dan menemukan

kemudian memungutnya, untuk memperoleh pengetahuan.22

Istilah belajar merupakan istilah yang sudah umum dan telah

banyak didefenesikan oleh para ahli. Walaupun terdapat perbedaan, pada

dasarnya definisi-definisi tersebut mengandung prinsip yang sama.

Djamarah dan Zain menyatakan:”1) Belajar adalah proses perubahan

perilaku berkat pengalaman dan latihan; 2) Belajar adalah perubahan yang

terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas

belajar.”23

22

Suryono, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012) hal.9 23

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2006), h. 10

21

Dalam buku lainnya Syaiful Bahri Djamarah berpendapat, bahwa belajar

adalah proses perubahan perilaku, berkat pengalaman dan latihan. Artinya,

tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut

pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek

organisme atau pribadi.24

Menurut Hamalik, belajar adalah modifikasi atau memperteguh

kelakuan melalui pengalaman.25

Daryanto mengemukakan pendapat yang hampir sama dengan

defenisi tersebut yaitu belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.26

Daryanto menjelaskan bahwa

belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.27

Ramayulis mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu proses

yang dilalui oleh individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku ke

arah yang lebih baik sebagai hasil dari pengalaman individu dalam

interaksi dengan lingkungan.28

lalu Ramayulis menjelaskan, perubahan

tingkah laku sebagai hasil belajar dapat terjadi melalui usaha mendengar,

membaca, mengikuti petunjuk, mengamati, memikirkan, menghayati

meniru, melatih atau mencoba sendiri dengan pengajaran atau latihan.

Adapun perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar tersebut relatif tetap

dan bukan hanya perubahan yang bersifat sementara. Tingkah laku

mengalami perubahan menyangkut semua aspek kepribadian, baik

24

Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha

Nasional, 1994) hal. 25

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), h. 27 26

Daryanto, Belajar dan Mengajar (Bandung: Yrama Widya, 2010), h. 2 27

Ibid 28

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2012), h. 334

22

perubahan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, kebiasaan, sikap dan

aspek perilaku lainnya.29

Menurut Thofuri, belajar adalah suatu aktivitas untuk memperoleh

pengetahuan, baik dilakukan secara individual, kelompok, maupun dengan

bimbingan guru sehingga perilakunya berubah.30

Jihad dan Haris menyatakan bahwa belajar adalah kegiatan

berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam

penyelenggaraan jesin dan jenjang pendidikan, hal ini berarti keberhasilan

pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada keberhasilan proses

belajar siswa di sekolah dan lingkungan sekitarnya.31

Sedangkan Arikunto dalam Sagala mengemukakan bahwa belajar

adalah suatu proses yang terjadi karena adanya usaha untuk melakukan

perubahan terhadap dirinya baik berupa pengetahuan, keterampilan,

ataupun sikap.32

Batasan tersebut mengandung pengertian bahwa

perubahan yang diperoleh setelah seseorang melakukan aktivitas belajar

pada dasarnya adalah perubahan pada tiga aspek, yaitu aspek pengetahuan,

keterampilan dan sikap.

Berdasarkan teori-teori belajar dan berbagai uraian yang berbeda-

beda, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah aktivitas yang

dilakukan seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya untuk

memperoleh pengalaman sehingga terjadi perubahan-perubahan, baik

dalam pengetahuan, sikap, dan perilaku yang relatif menetap di dalam diri

individu yang bersangkutan.

Dengan belajar, seseorang dapat menciptakan motivasi dalam

dirinya sendiri, karena tiap ia melakukan aktivitas dan memperoleh

pengalaman, lambat laun ia akan mengetahi apa dari tujuan yang ia

dapatkan, jika seseorang sudah mengetahui apa tujuan dari belajar, maka

29

Ibid 30

Thoifuri, Menjadi Guru Inisiator, (Semarang: Rasai Media Group, 2007), h. 99 31

Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Presindo,

2008), h. 1 32

Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung:

Alfabeta, 2011), h. 166

23

seseorang akan mencari sesuatu yang akan membuat ia semangat untuk

mencapai tujuannya tersebut.

Oleh dari itu belajar sangat penting untuk menciptakan motivasi

pada diri sendiri, dengan pengetahuan yang dipelajari, seseorang akan

berusaha meraih dari apa yang ia pelajari.

2. Ciri-ciri Belajar

Ciri-ciri dan kriteria belajar :33

a. Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada

individu yang belajar (dalam arti perubahan tingkah laku) baik

aktual maupun potensial.

b. Perubahan itu pada dasarnya adalah didapatkannya

kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama.

c. Perubahan itu terjadi karena adanya usaha.

Dengan demikian ciri-ciri yang menunjukkan bahwa

seseorang melakukan kegiatan belajar dapat ditandai dengan

adanya :

1) Perubahan tingkah laku yang aktual atau potensial. Aktual

itu berarti, perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil

belajar yang nyata, sedangkan perubahan potensial yaitu

perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil yang tidak

dapat dilihat perubahannya secara nyata.

2) Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar diatas bagi

individu merupakan kemampuan baru dalam bidang

kognitif, afektif, atau psikomotorik.

3) Adanya usaha atau aktivitas yang sengaja dilakukan oleh

orang yang belajar dengan pengalaman.

33

Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (CV. Pedoman Ilmu Jaya : Jakarta, 1995), hal. 56

24

3. Jenis-jenis Belajar

Ada bermacam-macam kegiatan yang terdapat dalam

proses belajar. Kegiatan ini memiliki corak yang berbeda antara

satu dengan yang lainnya, baik dalam aspek materi dan metodenya

maupun aspek tujuan dan pembaharuan tingkah laku yang

diharapkan. Keanekaragaman jenis belajar ini muncul dalam dunia

pendidikan sejalan kebutuhan kehidupan manusia yang juga

bermacam-macam. Belajar bida dibedakan menjadi 8 jenis, yaitu;

a. Belajar abstrak

Jenis belajar ini merupakan kegiatan yang

menggunakan cara-cara berfikir abstrak, yang bertujuan untuk

memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah

yang tidak nyata. Untuk mempelajari hal-hal yang abstrak ini

diperlukan prinsip, konsep, dan generalisasi. Yang termasuk

dalam jenis ini misalnya : belajar matematika, kimia, tauhid,

dan sebagainya.

b. Belajar keterampilan

Jenis belajar yang satu ini menggunakan gerakan

gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat

syaraf dan neuromuscular dengan tujuan untuk memperoleh

menguasai keterampilan jasmani tertentu. Untuk memperoleh

hasil yang maksimal, maka belajar keterampilan membutuhkan

latihan-latihan yang intensif dan teratur.

c. Belajar sosial

Pada dasarnya belajar sosial ini belajar untuk

memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk

memecahkan masalah tersebut. Tujuannya untuk menguasai

pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah-

25

masalah sosial seperti masalah-masalah lain yang bersifat

kemasyarakatan.

d. Belajar pemecahan masalah

Belajar pemecahan masalah merupakan belajar

menggunakan metode-metode ilmiah atau berfikir secara

sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannya adalah untuk

memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk

memecahkan masalah secara rasional, lugas dan tuntas.

e. Belajar rasional

Belajar rasional ialah belajar dengan menggunakan

kemampuan berfikir secara logis dan rasional (sesuai dengan

akal sehat). Tujuannya ialah untuk memperoleh aneka ragam

kecakapan menggunakan prinsi-prinsip dan konsep.

f. Belajar pembiasaan

Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan

kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan

yang telah ada. Belajar kebiasaan, selain menggunakan

perintah, suri teladan, dan pengalaman khusus, juga

menggunakan hukuman dan ganjaran.

g. Belajar apresiasi

Belajar apresiasi adalah mempertimbangkan

(judgement) arti penting atau nilai suatu objek. Tujuannya

adalah agar siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan

ranah rasa (affective skills) yang dalam hal ini kemampuan

menghargai secara tepat terhadap nilai objrk tertentu misalnya

apresiasi sastra, apresiasi musik dan sebagainya.

26

h. Belajar pengetahuan

Belajar pengetahuan (knowledge) ialah belajar dengan

cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek

pengetahuan tertentu.

Oleh karena itu, dalam proses-proses belajar mengajar

kita harus lebih dahulu mengetahui jenis-jenis belajar dalam

belajar. Karena dengan kita mengetahui jenis-jenis belajar kita

sebagai guru bisa memahami dengan baik apa saja yang

dibutuhkan peserta didik agar bisa menumbuhkan motivasi

belajar pada peserta didik tersebut.

4. Tujuan Belajar

Belajar adalah suatu aktivitas yang bertujuan. Tujuan

belajar ini ada yang benar-benar disadari dan ada pula yang

kurang begitu disadari oleh orang yang belajar. Tujuan belajar

tersebut erat kaitannya dengan perubahan atau pembentukan

tingkah laku tertentu. Dan tujuan belajar yang positif serta

dapat dicapai secara efektif hanyalah mungkin terjadi dalam

proses belajar mengajar disekolah.34

C. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi

Dibalik setiap aktivitas yang dilakukan manusia terdapat suatu

kondisi tertentu yang mendasari aktivitas tersebut. Kondisi ini menjadi

daya penggerak yang mendorong seseorang melakukan suatu aktivitas

yang disebut dengan motivasi. Istilah motivasi, menurut Hasibuan berasal

dari kata latin movere yang berarti dorongan atau menggerakan.35

Sardiman mengemukakan, motivasi berawal dari kata motif yang

diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan

34

Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (CV. Pedoman Ilmu Jaya : Jakarta, 1995), hal. 58 35

Malayu Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,

2007), H. 141

27

sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di

dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai

suatu tujuan.36

berdasarkan kedua definisi ini dapat diartikan bahwa

motivasi adalah daya yang dimiliki seseorang yang mampu

menggerakkannya melakukan suatu kegiatan. Jika dikaitkan dengan

kegiatan belajar, maka dapat dikatakan bahwa keaktifan belajar seorang

siswa ditentukan oleh besarnya daya dorong yang dimiliki siswa tersebut

untuk belajar yang disebut dengan motivasi belajar.

Seorang siswa belajar didasari oleh adanya suatu dorongan untuk

memenuhi suatu kebutuhan. Sehubungan dengan hal tersebut, Uno

menyatakana bahwa motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam

diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang

lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.37

Royani menjelaskan pengertian motivasi adalah usaha yang

disadari oleh pihak guru untuk menimbulkan motif-motif pada diri peserta

didik/ pelajar yang menunjang kegiatan ke arah tujuan-tujuan belajar.38

Pernyataan tersebut mengandung makna bahwa belajar dapat didorong

oleh kebutuhan seseorang antara lain kebutuhan kebutuhan akan

informasi, kebutuhan untuk memenuhi rasa ingintahu, kebutuhan untuk

meningkatkan pengetahuan dan lain-lain. Kebutuhan-kebutuhan tersebut

menimbulkan motivasi yang diwujudkan dalam bentuk perubahan tingkah

laku yaitu melakukan kegiatan belajar.

Motivasi belajar adalah dorongan dari dalam diri siswa untuk mau

belajar secara efektif dan efisien untuk menghasilkan prestasi yang cukup

bisa dibanggakan.Pada diri siswa, terdapat kekuatan mental yang menjadi

penggerak belajar.Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan

mentalnya.Kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, atau cita-

36

Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers,

2010), h. 73 37

Hamzah B, Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya (Jakarta: PT. Bumi Aksara,

2014), h. 3 38

Ahmad Royani H.M, Pengelolaan Pengajran, Sebuah Pengantar Menuju Guru

Profesional, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), cet. 1, hal. 12

28

cita.Ada ahli psikologi pendidikan yang menyebut kekuatan mental yang

mendorong terjadinya belajar tersebut sebagai motivasi belajar.39

Sedangkan menurut Amir Daien Indrakusuma, yang dimaksud

dengan motivasi belajar adalah kekuatan-kekuatan atau tenaga-tenaga

yang dapat memberikan dorongankepada kegiatan belajar murid.40

Sardiman menegaskan bahwa motivasi dan belajar adalah

keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa, yang dapat menimbulkan

kegiatan belajar, yang dapat menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar

dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang

dikehendak oleh subjek belajar itu dapat tercapai.41

Fathurrohman dan Sutikno mengemukakan, “dalam kegiatan

belajar motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di

dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan

memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan yang ada

dapat tercapai.42

Jadi motivasi belajar adalah kekuatan-kekuatan atau tenaga-tenaga

dalam diri siswa, yang dapat menimbulkan kegiatan belajar, yang dapat

menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah

pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek

belajar itu dapat tercapai. Dan dari pendapat-pendapat tersebut semakin

menegaskan betapa pentingnya motivasi dalam kegiatan belajar. Motivasi

belajar ini menjadikan seorang sisiwa bersedia melakukan kegiatan belajar

dan berupaya mengatasi kesulitan-kesulitan yang ditemui untuk mencapai

tujuannya.

39

Dimyati, et.al, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), hal 80 40

Amir Daien Indrakusuma, Ilmu Pendidikan Sebuah Tinjauan Teoritis, (Malang: IKIP,

1997) 41

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Grafindo, 1994_ hal

75) 42

Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung, PT.

Refika Aditama, 2007), h. 19

29

2. Fungsi Motivasi Belajar

Di dalam kegiatan belajar mengajar, apabila ada seseorang

siswa, misalnya tidak bisa berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan,

maka perlu diselidiki sebab-sebabnya. Sebab-sebab itu bermacam-

macam, mungkin ia tidaksenang, mungkin ngantuk, ada problem

pribadi dan lain-lain. Dalam hal ini berarti bahwa pada diri anak, tidak

terjadi perubahan energi, tidak terangsang afeksinya untuk melakukan

sesuatu, karena tidak memiliki tujuan atau kebutuhanbelajar.Oleh

karena itu, pemberian motivasi di sini sangat penting untuk mendorong

siswa melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan, yakni

belajar.Pemberian motivasi merupakan hal yang sangat penting dalam

belajar, yaitu:

a. Motivasi merupakan suatu kegiatan pemilih dari tipe kegiatan

di mana seseorangberkeinginan untuk melakukannya.

b. Motivasi memberi semangat terhadap seorang peserta didik

dalam kegiatanbelajarnya.

c. Motivasi memberi petunjuk pada tingkah laku.43

Oleh karena itu, motivasi belajar penting diketahui oleh

seorang guru.

Pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi belajar

pada siswa, bermanfaat bagi guru. Manfaat tersebut, sebagai

berikut:

1) Membangkitkan, meningkatkan dan memelihara semangat

siswa untuk belajar sampai berhasil, membangkitkan bila

siswa tak bersemangat, meningkatkan bila semangat

belajarnya menurun, memelihara bila semangatnya telah kuat

untuk mencapai tujuan belajar.

2) Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas

bermacam-macam ragamnya, ada yang acuh tak acuh, ada

yang tak memusatkan perhatian, ada yang bermain, disamping

43

Tabrani Rusyan, Op. Cit., hal 90-97

30

ada yang bersemangat belajar. Diantara yang bersemangat

belajar, ada yang berhasil dan ada juga yang tidak berhasil.

Dengan bermacam-macamnya motivasi belajar tersebut, maka

guru dapat menggunakan berbagai strategi belajar-mengajar.

3) Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu

diantara bermacam-macam peran, seperti sebagai penasehat,

fasilitator, temandiskusi, penyemangat, pemberi hadiah, atau

pendidik. Peran pedagogis tersebut sudah barang tentu sesuai

dengan perilaku siswa.

4) Memberi peluang guru “unjuk kerja” rekayasa pedagogis.

Tentang profesionalnya justru terletak pada "mengubah" siswa

tak berminat, menjadi bersemangat belajar. "mengubah" siswa

cerdas yang acuh tak acuh, menjadi bersemangat belajar.44

Fungsi motivasi belajar menurut Oemar Hamalik adalah:

a) Mendorong timbulnya kelakuan atas suatu perbuatan.

Tanpa motivasi, tidak akan timbul perbuatan seperti belajar.

b) Sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada

pencapaian tujuan yang diinginkan.

c) Sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil.

Besar kecilnya motivasi, akan menentukan cepat atau

lambatnya suatu pekerjaan.45

Seseorang yang besar motivasinya akan giat

berusaha, tampak gigih, tidak mau menyerah, giat membaca

buku-buku untuk meningkatkan prestasinya untuk

memecahkan masalahnya. Sebaliknya mereka yang

motivasinya lemah, tampak acuh tak acuh, mudah putus

asa, perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, suka

44

Dimjati, et.al. Op. Cit., hal 85-86 45

Oemar Hamalik, Op. Cit., hal 175

31

mengganggu di kelas, sering meninggalkan pelajaran

akibatnya banyak mengalami kesulitan belajar.46

Hal ini berarti siswa yang memiliki motivasi belajar

tinggi akan tekun dalam belajar dan terus belajar secara

kontinyu tanpa mengenal putus asa serta dapat

mengesampingkan hal-hal yang dapat mengganggu

kegiatan belajr. Menurut Sardiman fungsi motivasi adalah :

1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak

atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini

merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan

dikerjakan.

2) Menentukan arah perbuatan, yaitu ke arah tujuan yang

hendak dicapai. Dengan demikian, motivasi dapat

memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan

sesuai dengan rumusan tujuannya.

3) Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-

perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna

mencapai tujuan, dengan meyisihkan perbuatan-perbuatan

yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Seorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan

harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar,

dan tidak akan menghabiskan waktunya bermain play

station atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan

tujuan yang akan dicapainya. Disamping itu, ada juga

fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi sebagai

pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang

melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya

motivasi yang baik dalam belajar, akan menunjukkan hasil

yang baik. Dengan kata lain, bahwa dengan adanya

motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat

46

Abu Ahmafi, Widodo, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), cet. 3, h. 83

32

melahirkan prestasi yang baik, intensitas motivasi seorang

siswa, akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi

belajarnya.47

Dari penjelasan di atas sangat jelas bahwa motivasi

sangat penting dalam proses belajar mengajar, karena

motivasi dapat mendorong siswa untuk melakukan

aktivitas-aktivitas tertentu yang berhubungan dengan

kegiatan belajar mengajar. Tanpa motivasi dalam diri

pelajar maka akan sulit mencapai tujuan. Maka dalam

proses belajar mengajar tersebut diperlukan suatu upaya

yang dapat meningkatkan motivasi siswa, sehingga siswa

yang bersangkutan dapat mencapai hasil yang optimal

3. Strategi Menumbuhkan Motivasi Belajar

Ada beberapa strategi menumbuhkan motivasi belajar siswa, yaitu:

a. Tujuan belajar harus dijelaskan terlebih dahulu kepada peserta

didik.

Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu

guru menjelaskan tujuan yang akan dicapai kepada siswa, makin

jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam melaksanakan

kegiatan belajar.

b. Hadiah

Guru memberikan hadiah kepada siswa yang berprestasi

atau siswa yang bisa menjawab pertanyaan disaat akhir

pembelajaran. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk

belajar lebih giat lagi.

47

Sardiman, Op. Cit., hal 85

33

c. Saingan atau kompetisi

Guru berusaha mengadakan persaingan diantara siswanya

untuk meningkatkan prestasi belajarnya, dan berusaha

memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.

d. Pujian

Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan

penghargaan atau pujian. Contohnya pujian yang bersifat

membangun.

e. Hukuman

Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan

saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan

harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha

mamacu motivasi belajarnya.

f. Membangkitkan dorongan kepada peserta didik untuk belajar

Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal

pada peserta didik.48

4. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar

Menurut De Dece dan Grawford ada empat fungsi guru sebagai

pengajar yang berhubungan dengan cara pemeliharaan dan

peningkatan motivasi belajar anak didik, yaitu guru harus dapat

menggairahkan anak didik, memberikan harapan yang realistis,

memberikan insentif, dan mengarahkan perilaku anak didik ke arah

yang menunjang tercapainya tujuan pengajaran,49

48

Pupuh Fathurrohman & M. Sobry Sutikno, loc.cit. h. 20-21 49

Syaiful Bahri Djamarah, psikologi belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 169

34

Beberapa upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa

sebagaimana dikatakan Dimyati dan Mudjiono antara lain sebagai

berikut:

a). Optimalisasi penerapan prinsip belajar

Upaya pembelajaran terkait dengan beberapa prinsip belajar

yaitu diantaranya: siswa memahami tujuan belajar, siswa

mampu memecahkan atau menyelesaikan sebuah masalah,

guru mampu memusatkan segala kemampuan mental atau

kepribadian siswa dalam setiap program kegiatan, dan guru

perlu mengetahui dan mengatur kebutuhan-kebutuhan seorang

siswa sesuai dengan perkembangan jiwa siswa.

b). Optimalisasi unsur dinamis belajar dan pembelajaran

Guru harus dapat mengupayakan optimalisasi unsur-unsur

dinamis yang ada dalam diri siswa dan yang ada di lingkungan

siswa. Upaya optimalisasi tersebut di antaranya : memberi

kesempatan siswa untuk mengetahui hambatan belajar yang

dialaminya, memelihara dan meningkatkan minat, kemauan,

dan semangat belajar siswa, meminta kesempatan pada orang

tua siswa atau wali murid agar memberi kesempatan kepada

siswa untuk beraktualisasi diri dalam belajar, memanfaatkan

unsur-unsur lingkungan yang mendorong belajar,

menggunakan waktu secara tertib.

c). Optimalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa

Upaya optimalisasi pemanfaatan pengalaman siswa dapat

dilakukan sebagai berikut: sebelum memulai pembelajaran

siswa ditugaskan membaca bahan belajar terlebih dahulu, dan

meminta siswa untuk mencatat hal-hal yang sukar, untuk

kemudian diserahkan kepada guru catatan-catatan yang belum

35

dipahami oleh siswa dipelajari oleh guru bersama siswa, guru

mencari cara memecahkan materi yang belum dipahami oleh

siswa, guru mengajarkan cara memecahkan dan mendidikan

keberanian mengatasi kesukaran, dan guru mengajak serta

siswa mengalami dan mengatasi kesukaran.

d). Pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar

Upaya mendidik dan mengembangkan cita-cita belajar

dapat dilakukan antara lain sebagai berikut: menciptakan

suasana belajar yang menarik perhatian siswa mengikut

sertakan semua untuk memelihara fasilitas belajar mengajak

serta siswa untuk membuat perlombaan untuk belajar

mengajak serta orang tua siswa untuk memperlengkap fasilitas

belajar.50

Menurut Zakiah Darajat Ada beberapa usaha yang bisa

dilakukan untuk membangkitkan minat anak didik adalah sebagai

berikut:

1) Membangkitkan kebutuhan pada diri anak seperti kebutuhan

rohani, jasmani, sosial, dan sebagainya. Rasa kebutuhan ini akan

menimbulkan keadaan labil, ketidakpuasan yang memerlukan

kepuasan.

2) Pengalaman-pengalaman yang ingin ditanamkan pada anak

hendaknya didasari oleh pengalaman-pengalaman yang sudah

dimiliki.

3) Memberi kesempatan berpartisipasi untuk mencapai hasil yang

diinginkan. Tugas-tugas harus disesuaikan dengan kesanggupan

murid. Anak yang tidak pernah mencapai hasil yang baik atau tidak

50

Dimyati dan Mudjiono, belajar dan pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h.

101-106.

36

pernah dapat menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik, akan

merasa putus asa.

4) .Menggunakan alat-alat peraga dan berbagai metode mengajar.51

Dari berbagai macam cara untuk meningkatkan motivasi

belajar siswa dari yang sudah dipaparkan di atas maka dapat

disimpulkan bahwa segala upaya untuk meningkatkan motivasi

belajar peserta didik harus ada sinkronisasi antara guru dan peserta

didik, yang dimana guru harus mengetahui dan memahami betul

dengan apa setiap siswa disini agar termotivasi, karena setiap orang

berbeda-beda motif dalam mencapai sebuah tujuan.

51

Zakiah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,

2008), h. 143

37

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Objek dan Waktu Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah Motivasi belajar yang terkandung

dalam al-Qur’an Surat al-Mujadalah ayat 11. Adapun waktu penelitian,

dimulai bulan Desember 2018 sampai Maret 2019.

B. Jenis Penelitian

Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid

dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan suatu

pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk

memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah dalam bidang

pendidikan.1 Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode analisis konten.

Penelitian kualitatif ialah penelitian yang dilakukan pada kondisi objek

yang alami, peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data

dilakukan secara gabungan, data yang dihasilkan bersifat deskriftif dan

analisis data dilakukan secara induktif dan penelitian ini lebih menekankan

makna daripada generalisasi.2 Sementara itu, penelitian deskriptif adalah

penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain

yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian.3

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data Primer

Data primer adalah literatur-literatur yang membahas secara

langsung objek permasalahan pada penelitian ini, yaitu berupa Tafsir al-

Maraghi, al-Misbah, Ibnu Katsir, al-Azhar, Departemen Agama RI

1Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 6.

2Sedarmayanti, Metode Penelitian, (Bandung: CV. Mandar Maju, 2011), h.33

3Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi,

(Jakarta: RinekaCipta, 2010), h. 3.

38

2. Data Sekunder

Sumber data sekunder ialah dokumen-dokumen yang mendukung

pada penelitian ini. Dokumen merupakan catatan atau karya seseorang

tentang sesuatu yang sudah berlalu, dokumen dapat berbentuk teks

tertulis (sejarah kehidupan, bografi, karya tulis, dan cerita), artefacts,

gambar, maupun foto.4 yang mengulas tentang motivasi belajar sebagai

penunjang yang berkaitan dengan judul skripsi.

C. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa prosedur penelitian

di anataranya:

1. Teknik Pengumpulan Data

Dalam sebuah penelitian, pengumpulan data dapat menggunakan

sumber primer, dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data

yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber

sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data

kepada pengumpul data.5 Adapun pengumpulan data pada penelitian ini

dilakukan dengan menelusuri literatur, baik primer maupun sekunder

yang membahas tentang motivasi belajar. Data-data dikumpulkan

kemudian membuat ringkasan untuk menentukan batasan yang lebih

khusus tentang objek kajian dari buku-buku, terutama yang berhubungan

dengan tema pokok yang dibahas.

2. Teknik Pengolahan Data

Untuk mendapat data penelitian yang valid. Maka data dari

literature-literatur baik primer maupun sekunder dikelola secara

sistematis dalam bentuk dokumentasi yang setidaknya dapat memberikan

informasi penting tentang motivasi belajar yang terkandung dalam Al-

Qur’an Surah Al-Mujadalah ayat 11.

Setelah data-data itu diperoleh, peneliti mengolah data-data

tersebut dengan cara dibaca dan dianalisis kemudian disimpulkan.

4 Muri Yusuf, Metode Penelitian, (Jakarta: Kencana, 2015), Cet. II, h. 391.

5 Sugiyono, op.cit., h. 308.

39

3. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,

dan dokumentasi, dengan cara melakukan sintesa, memilih mana yang

penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga

mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.6 Analisis data

merupakan cara bagi peneliti untuk menyimpulkan data-data yang

diperoleh dari beberapa sumber, yang mana teknik analisis data yang

digunakan adalah konten analisis.

Mengetahui penelitian ini difokuskan kepada teks/ data yang

diperoleh dari Al-Qur’an Surah Al-Mujadalah ayat 11 sebagai data

primer, maka data yang telah dikumpulkan dalam kegiatan penelitian ini

selanjutnya dianalisis supaya bisa diambil kesimpulan.

4. Pendekatan Penelitian Pendidikan

Pendekatan Penelitian yang digunakan adalah pendekatan Tafsir

Surah Al-Mujadalah ayat 11. Maksud dari pendekatan Tafsir adalah

menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan memaparkan segala aspek yang

terkandung dalam ayat-ayat yang ditafsirkan serta menerangkan makna-

makna yang tercakup sesuai dengan keahlian dan kecenderungan mufasir

dalam menafsirkan ayat-ayat tersebut.7

D. Pedoman Penulisan Skripsi

Teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan

Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)”.

6 Ibid, h. 335.

7 Nashiruddin Baidan, Metodologi penafsiran Al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka pelajar,

1998), Cet. 1, h. 31

57

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan dalam

penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Motivasi belajar yang terkandung dalam surah al-mujadalah ayat 11 yaitu

jenis belajar pembiasaan yang dapat dilakukan melaui pendekatan kognitif

dan stimulus-respon. Dengan hal tersebut motivasi belajar dalam diri

siswa akan tumbuh.

2. Surah al-Mujadalah ayat 11 mengandung motivasi belajar yang

menyentuh aspek ekstrinsik siswa yaitu pertama,, seseorang akan

mendapatkan derajat dengan cara beriman kepada Allah SWT yaitu

dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-

Nya, kedua, adalah mereka yang diberi Ilmu pengetahuan, artinya derajat

yang tinggi disisi Allah SWT bisa didapatkan dengan menjadi orang yang

berilmu, ketiga, yaitu menjadi keduanya (beriman dan berilmu) Ilmu dan

Imannya selalu beriringan.

B. Saran

1. Al-Qur‘an selain sebagai petunjuk bagi umat manusia juga sebagai sumber

ilmu pengetahuan. Mempelajari dan menghayati isi kandungannya

merupakan kewajiban khusus bagi umat muslim. Salah satunya dengan

cara membaca. Mengkaji dan mempelajari penafsiran-penafrsiran para

ulama mengenai isi kandungan al-Qur‘an.

2. Motivasi belajar yang terkandung dalam surat Al-Mujadalah ayat 11 ini

merupakan hal yang sangat penting dalam dunia pendidikan dan jika kita

pelajari dan memahami lebih dalam lagi tentang makna yang terkadung

58

dalam ayat ini maka penulis yakin apa yang menjadi tujuan dari seorang

pendidik akan segera tercapai.

3. Penerapan motivasi belajar yang terkandung dalam surat al-Mujadalah

ayat 11 dalam proses pembelajaran harus disesuaikan dengan kondisi yang

terjadi dalam proses pembelajaran tersebut. Untuk bisa menerapkan nilai-

nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam surat al-mujadalah ayat 11

sebaiknya seorang pendidik melihat dari semua aspek yang berkaitan

dengan pendidikan terutama peserta didik sebab semua peserta didik

memiliki karakter yang berbeda-beda.

D. Penutup

Demikianlah karya tulis ilmiah yang saya susun dan saya

sampaikan. Apabila ada kesalahan penulisan, penggunaan bahasa, maupun

penyampaiannya, saya mohon ma‘af. Semoga karya tulis ini bermanfaat

bagi semuanya. Wa allahu a‘lam.

59

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Yasir, D, Nilai-Nilai Motivasi Belajar yang Terkandung dalam Kisah

Nabi Musa dan Khidir, Jakarta: 2012.

Alisuf Sabri, M, Pengantar Psikologi Umum & Perkembangan, Jakarta,

Pedoman Ilmu Jaya, 1993.

Ahmafi, Abu, dan Widodo, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, cet. 3,

2013.

Amal , Taufik Adnan. Rekonstruksi Sejarah al-Qur’an, Jakarta; Pustaka Alvabet,

Cet, 2005.

A.M , Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta; Rajawali

Pers, 2012.

B, Hamzah, Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya Jakarta: PT. Bumi Aksara,

2014.

Baidan, Nashiruddin, Metodologi penafsiran al-Qur’an, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, Cet. 1, 1998.

Bahri , Syaiful, dan Zein, Aswan, Strategi Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta,

2010.

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta,

2009

Daradjat, Zakiah, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi

Aksara, 2008.

Djaali, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

Djamarah, Syaiful Bahri, dan Zain, Aswan, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:

Rineka Cipta, 2006.

Daryanto, Belajar dan Mengajar , Bandung: Yrama Widya, 2010.

Depok, http://wartakota.tribunnews.com/2018/09/20/selama-4-hari-razia-satpol-

pp-jaring-82-pelajar-bolos-sekolah-di-depok.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:

Balai Pustaka, cet. 3, 2007.

60

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Surabaya: Pustaka Agung

Harapan, 2006.

Fathurrohman, Pupuh, dan Sutikno, M. Sobry, Strategi Belajar Mengajar,

Bandung, PT. Refika Aditama, 2007.

Fakhruddin, Im Ar-Razi, Tafsir al-Fakhr al-Razi, Beirut Libanon: Dar al-Fikr, tt

Hasibuan, Malayu, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT. Bumi

Aksara, 2007.

Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2001.

Hidayati, Heny Narendrany, Bahan Ajar Metodologi Penelitian Pendidikan,

Power Point, slide VII

Hardiyanto, WS. Winkle, 1987.

Indrakusuma , Amir Daien, Ilmu Pendidikan Sebuah Tinjauan Teoritis, Malang:

IKIP, 1997.

Imran , Ali, Belajar & Pembelajaran, Jakarta : PT Dunia Pustaka Jaya, cet.1,

1996.

Jihad, Asep, dan Haris, Abdul, Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta: Multi

Presindo, 2008.

Al-Khafid, Imam Abi al-Ula Muhammad Abdurrahman Ibnu Abdurrahim al-

Mubarakfuri, Tuhfatul Ahwadi bi Syarah Jami’ al-Tirmidzi

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya jilid x, Jakarta, Percetakan Ikrar

Mandiriabadi, 2010)

Al Maraghi, Ahmad Mustafa, Terjemahan Tafsir Al Maraghi, Semarang: Thoha

1999.

Muhajir, Noeng, Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin, Cet.

VII, Edisi ke-3, 1996.

Muhaimin, dkk, Paradigm Pendidikan Islam, Upaya mengefektifkan Pendidikan

Agama Islam di Sekolah, Bandung; Remaja Rosda Karya, 2001.

Muhammad, Sayyid Bin Muhammad Al-Husaini Al-Zabidi, Ithafus Saadaatil

Muttaqin (Syarah ‘Ulumuddin), Beirut; Daar Al-Kutub Al-‘Ilmiyah

61

Ngalim Purwanto, M, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

cet. 2, 1985.

Nata, Abuddin, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2009.

An-Nahlawi , Abdurrahman, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan

Masyarakat, Jakarta; Gema Insani Press, 1995.

Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.

Rusyan, Tabrani, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung:

Remaja Rosda Karya, 1989

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2012.

Ar-Rifai, M. Nasib, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Jakarta: Gema Insani, 2000.

Royani , Ahmad , Pengelolaan Pengajran, Sebuah Pengantar Menuju Guru

Profesional, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010.

Quraish Shihab, M, Tafsir Al-Misbah, Tangerang, Lentera Hati, cet. 13, 2009.

S, Nasution, Berbagai pendekatan dalam proses belajar dan mengajar, Jakarta:

PT Bumi Aksara, Cet. 12, 2009.

Soemanto, Wosty, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan,

Jakarta: Rineka Cipta 1998.

Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung : PT

Remaja Rosdakarya, 2010.

Shaleh, Abdul Rahman, Abdul, Psikologi: Suatu Pengantar dalam Perspektif

Islam, Jakarta: Kencana, 2009.

Suryono, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012.

Sagala, Syaiful, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan,

Bandung: Alfabeta, 2011.

Soehartono, Irwan, Metode Penelitian Sosial, Bandung, Remaja Rosda karya,

Cet. V , 2002.

Al-Shabuni, M. Ali, Shafwah at-Tafasir Juz 111, Beirut Libanon: Dar al-Qur’an

Al-Karim 1981/1401 H

62

Sahirul Alim, R.H.A., Menguak Keterpaduan Sains, Teknplogi, dan Islam,

Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1999.

Soenarjo, A, dkk, Al-Quran dan Terjemahnya , Semarang: Thoha Putra, 1971.

Shaleh, Qomarudin, dkk, Asbabun Nuzul, Bandung: Diponegoro, 1986.

Slamet, Belajar dan faktor yang mempengaruhinya, Bandung :Rineka Cipta,

2010.

Thoifuri, Menjadi Guru Inisiator, Semarang: Rasai Media Group, 2007.

Ulum, Samsul, Menangkap Cahaya Al-Qur’an, Malang, UIN Malang Press,

2007.