modul - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/buku/komputerisasi_akuntansi.pdfmodul...
TRANSCRIPT
MODUL
KOMPUTERISASI AKUNTANSI
SEDERHANA BAGI PESANTREN
CONCEPTS
PRINCIPLES
AND
APPLICATIONS
YUNIKA MURDAYANTI, SE, M.Si, M.Ak
DITA PURUWITA, S.Pd, M.Si
ZUL FADLI ICHSAN, SE
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penyusun sampaikan kehadirat ALLAH SWT, yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga modul komputerisasi
akuntansi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Kami menyusun modul komputerisasi akuntansi ini untuk memenuhi Tri
Dharma Perguruan Tinggi yaitu unsur Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat sekaligus sebagai wujud nyata dari rasa tanggung jawab kami
terhadap pencapaian tujuan pembangunan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan sumberdaya manusia Indonesia seutuhnya.
Akhir kata kami selaku Tim Pelaksana Penyusunan modul komputerisasi
akuntansi mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak-pihak yang telah
mendukung dan membantu untuk mensukseskan modul komputerisasi akuntansi
ini.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................xiii
BAB I AKUNTANSI DALAM KEHIDUPAN ORGANISASI PESANTREN
A. Akuntansi Dan Kehidupan Berorganisasi ...................................................1
B. Pesantren Sebagai Suatu Organisasi .........................................................11
C. Perlunya Akuntansi di Pesantren ..............................................................12
BAB II PERAN AKUNTANSI DALAM OPERASI PESANTREN
A. Operasi Pesantren ......................................................................................14
B. Struktur Organisasi Pesantren ...................................................................17
C. Arus Wewenang Pesantren .......................................................................20
D. Arus Kegiatan Pesantren ...........................................................................21
E. Unit Usaha Pesantren ................................................................................22
BAB III PROSES/SIKLUS AKUNTANSI PESANTREN
A. Proses Akuntansi ......................................................................................24
B. Aturan Debit Kredit Dan Persamaan Akuntansi ......................................25
C. Proses Penjurnalan Umum .......................................................................27
D. Pembuatan Buku Besar ............................................................................29
E. Pembuatan Neraca Saldo Sementara .......................................................30
F. Pembuatan Jurnal Penyesuaian ................................................................31
G. Pembuatan Laporan Keuangan ................................................................32
H. Pembuatan Jurnal Penutup .......................................................................37
BAB IV KOMPONEN ASET
A. Komponen Aset .......................................................................................39
B. Akun Kas .................................................................................................39
iii
C. Akun Piutang .........................................................................................45
D. Akun Persediaan ....................................................................................50
E. Akun Peralatan ......................................................................................54
F. Akun Perlengkapan ...............................................................................59
G. Aset Atas Sumber Daya Yang Memiliki Manfaat Lebih
Dari Satu Tahun ....................................................................................61
BAB V KOMPONEN UTANG DAN DANA
A. Komponen Utang ..................................................................................63
B. Pendapatan Diterima Dimuka ...............................................................63
C. Utang Jangka Pendek ............................................................................65
D. Tambahan Pembayaran Dan Utang Jangka Panjang ............................66
E. Komponen Dana ...................................................................................70
F. Asupan Dana Pemilik ...........................................................................71
G. Hibah ....................................................................................................72
H. Dana Terikat .........................................................................................73
BAB VI KOMPONEN PENDAPATAN DAN BEBAN
A. Komponen Pendapatan .........................................................................74
B. Pendapatan Operasi ..............................................................................75
C. Pendapatan Lain-lain ............................................................................76
D. Komponen Beban .................................................................................77
E. Beban Operasi ......................................................................................78
F. Beban Lain-lain ....................................................................................80
BAB VII PROSES PEMBUATAN LAPORAN KEUANGAN.......................81
DAFTAR PUSTAKA………………………………………….......................94
iv
DAFTAR TABEL
Tabel III.1 Bentuk Jurnal Umum 28
Tabel III.2 Bentuk Buku Besar 29
Tabel III.3 Bentuk Neraca Saldo Sementara 31
Tabel III. 4 Bentuk Jurnal Penyesuaian 32
Tabel III. 5 Bentuk Laporan Posisi Keuangan 34
Tabel III. 6 Bentuk Laporan Operasi Pesantren 35
Tabel III. 7 Bantuk Laporan Perubahan Dana 36
Tabel III. 8 Bentuk Laporan Arus Kas 37
Tabel III. 9 Bentuk Jurnal Penutup 38
Tabel IV. 1 Pencatatan Jurnal Kas Atas Setoran Dana Hibah 40
Tabel IV. 2 Pencatatan Buku Besar Kas Atas Setoran Dana Hibah 40
Tabel IV. 3 Pencatatan Jurnal Kas Dalam Hubungannya
Untuk Memperoleh Aset Lain 41
Tabel IV. 4 Pencatatan Buku Besar Kas Dalam Hubungannya
Untuk Memperoleh Aset Lain 41
Tabel IV. 5 Pencatatan Jurnal Umum Kas Untuk Membayar Utang 42
Tabel IV. 6 Pencatatan Buku Besar Kas Untuk Membayar Utang 42
Tabel IV. 7 Pencatatan Jurnal Umum Kas Untuk Mencatat
Perolehan Pendapatan 43
Tabel IV. 8 Pencatatan Buku Besar Kas Untuk Mencatat
Perolehan Pendapatan 43
v
Tabel IV. 9 Pencatatan Jurnal Kas Untuk Membiayai
Operasi Keorganisasian 44
Tabel IV. 10 Pencatatan Buku Besar Kas Untuk Membiayai
Operasi Keorganisasian 44
Tabel IV. 11 Pencatatan Jurnal Umum Piutang Atas Pendapatan 45
Tabel IV. 12 Pencatatan Buku Besar Piutang Atas Pendapatan 46
Tabel IV. 13 Pencatatan Jurnal Umum Pembayaran Penagihan
Piutang 46
Tabel IV. 14 Pencatatan Buku Besar Pembayaran Penagihan
Piutang 46
Tabel IV. 15 Pencatatan Jurnal Umum Kemungkinan Atas
Tidak Tertagihnya Piutang 47
Tabel IV. 16 Pencatatan Buku Besar Kemungkinan Atas
Tidak Tertagihnya Piutang 48
Tabel IV. 17 Buku Besar Pembantu Piutang 49
Tabel IV. 18 Pencatatan Jurnal Umum Akun Persediaan 51
Tabel IV. 19 Pencatatan Buku Besar Akun Persediaan 52
Tabel IV. 20 Pencatatan Buku Besar Pembantu Akun Persediaan
Metode Masuk Pertama Keluar Pertama 52
Tabel IV. 21 Pencatatan Buku Besar Pembantu Akun
Persediaan Metode Harga Rata-Rata 53
Tabel IV. 22 Proses Pencatatan Jurnal Umum Akun Peralatan 56
Tabel IV. 23 Proses Pencatatan Buku Besar Akun Peralatan 56
vi
Tabel IV. 24 Buku Kontrol Peralatan 58
Tabel IV. 25 Proses Pencatatan Jurnal Penyesuaian Perlengkapan 59
Tabel IV. 26 Proses Pencatatan Buku Besar Perlengkapan 60
Tabel IV. 27 Tabel Daftar Perlengkapan 60
Tabel IV. 28 Proses Pencatatan Jurnal Umum Aset Dengan
Masa Manfaat Lebih Dari Satu Tahun 62
Tabel IV. 29 Proses Pencatatan Buku Besar Aset Dengan
Masa Manfaat Lebih Dari Satu Tahun 62
Tabel V. 1 Proses Pencatatan Jurnal Umum Pendapatan
Diterima Dimuka 64
Tabel V. 2 Proses Pencatatan Buku Besar Pendapatan
Diterima Dimuka 64
Tabel V. 3 Proses Pencatatan Jurnal Utang Jangka Pendek 66
Tabel V. 4 Proses Pencatatan Buku Besar Utang Jangka Pendek 66
Tabel V. 5 Proses Pencatatan Jurnal Umum Akun Utang
Jangka Panjang 67
Tabel V. 6 Proses Pencatatan Buku Besar Akun Utang
Jangka Panjang 68
Tabel V. 7 Proses Pencatatan Jurnal Umum Akun
Tambahan Pembiayaan 68
Tabel V. 8 Proses Pencatatan Buku Besar Akun
Tambahan Pembiayaan 68
Tabel V. 9 Buku Besar Pembantu Utang Jangka Panjang 69
vii
Tabel V. 10 Proses Pencatatan Jurnal Umum Asupan Dana Pemilik 71
Tabel V. 11 Proses Pencatatan Buku Besar Asupan Dana Pemilik 71
Tabel V. 12 Proses Pencatatan Jurnal Umum Akun Hibah 72
Tabel V. 13 Proses Pencatataan Buku Besar Akun Hibah 72
Tabel V. 14 Proses Pencatataan Jurnal Umum Akun Dana Terikat 73
Tabel V. 15 Proses Pencatataan Buku Besar Akun Dana Terikat 73
Tabel VI. 1 Proses Pencatatan Jurnal Umum Akun
Pendapatan Operasi 75
Tabel VI. 2 Proses Pencatatan Buku Besar Akun Pendapatan
Operasi 76
Tabel VI. 3 Proses Pencatatan Jurnal Umum Akun Pendapatan
Lain-Lain 77
Tabel VI. 4 Proses Pencatatan Jurnal Umum Akun Pendapatan
Lain-Lain 77
Tabel VI. 5 Proses Pencatatan Jurnal Umum Akun Beban Operasi 79
Tabel VI. 6 Proses Pencatatan Buku Besar Akun Beban Operasi 79
Tabel VI. 7 Proses Pencatatan Buku Besar Akun Beban Lain-Lain 80
Tabel VI. 8 Proses Pencatatan Buku Besar Akun Beban Lain-Lain 80
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Struktur Organisasi Pesantren Kompleks 18
Gambar II.2 Struktur Organisasi Pesantren Sederhana 19
Gambar II.3 Sentralisasi dan Desentralisasi 21
Gambar II.4 Akuntansi Dalam Arus Kegiatan 22
Gambar II. 5 Penggabungan Laporan Keuangan Unit Usaha
Pesantren dan Pesantren 23
1
BAB I
AKUNTANSI DALAM KEHIDUPAN ORGANISASI PESANTREN
A. Akuntansi Dan Kehidupan Berorganisasi
Di era globalisasi ini organisasi semakin berkembang pesat dari tahun ke
tahun. Jenisnya pun beraneka ragam, muai dari organisasi ekonomi, organisasi
pendidikan, organisasi sosial, organisasi pemerintah, dan lain-lain.
Perkembangan ini dipicu kebutuhan masyarakat yang semakin berkembang
pada sektor-sektor tersebut sehingga dibutuhkan sebuah oragnisasi untuk
mencukupinya. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan organisasi? Organisasi
adalah sebuah kelompok yang beranggotakan lebih dari satu individu dan
memiliki tujuan tertentu. Organisasi ekonomi misalnya, memiliki tujuan untuk
memperoleh keuntungan ekonomi melalui berbagai kegiatannya untuk
menghasilkan keuntungan atau organisasi pendidikan yang tujuannya untuk
memberikan fasilitas pendidikan secara gratis maupun berbayar.
Sebuah organisasi memiliki suatu struktur yang kompleks atau minimal
berurutan secara sederhana. Dengan adanya struktur ini, otomatis terdapat
tanggungjawab serta hubungan antara satu bagian dengan bagian yang lain
dalam struktur oragnisasi yang sama. Semakin kompleks suatu organisasi atau
semakin berkembangnya suatu organisasi biasanya menimbulkan tanggung
jawab yang semakin besar serta hubungan yang semakin kompleks satu sama
lain. Tanggung jawab inilah yang selanjutnya menimbulkan suatu kebutuhan
2
tertentu bagi suatu organisasi guna menjalankan setiap tanggung jawabnya.
Salah satu bentuk kebutuhan yang muncul dari oragnisasi untuk terus
berkembang dan mendukung kompleksitasnya adalah kebutuhan akan
pengelolaan sistem keuangan. Berangkat dari hal tersebut, maka timbulah
kebutuhan akan ilmu akuntansi, sebagai suatu ilmu yang memberikan fasilitas
untuk menyediakan sistem keuangan, manajemen keuangan, serta pelaporan
keuangan.
Akuntansi sebagai fasilitator mampu memberikan kebutuhan tersebut
melalui kandungan ilmu yang terkandung di dalamnya. Akuntansi secara
singkat dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang pengindentifikasian,
pencatatan, dan pengkomunikasian informasi keuangan mampu
mencukupi kebutuhan suatu organisasi maupun kebutuhan pihak-pihak yang
berelasi secara langsung maupun tidak langsung dalam suatu organisasi.
Terkait dengan pihak-pihak yang membutuhkan informasi akuntansi,
hubungan suatu oragnisasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu: hubungan dengan
pihak internal maupun hubungan dengan pihak eksternal. Pihak internal
merupakan pihak yang berada di dalam suatu organisasi seperti karyawan,
manajer, siswa, staff, dan lain-lain. Sebaliknya, pihak eksternal merupakan
pihak-pihak yang berasal dari luar suatu organisasi seperti penyumbang,
analis, pemilik, dan lain-lain.
Oleh sebab itu, pentingnya akuntansi sebagai salah satu ilmu yang mampu
mencukupi kebutuhan suatu organisasi terhadap sistem keuangan, manajemen
keuangan, pelaporan keuangan, dan peristiwa-peristiwa ekonomi yang terjadi
3
di dalam suatu organisasi membuat akuntansi sangat dibutuhkan dalam
mengelola suatu organisasi, khususnya dalam hal yang bersifat keuangan dan
terukur secara keuangan.
Akuntansi dalam proses pembuatan menjadi suatu laporan keuangan adalah
suatu keberkahan. Landasan dari Makna Keberkahan adalah
Pertama : Iman Kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Inilah syarat pertama dan terpenting agar rizki kita diberkahi Allah Subhanahu
wa Ta’ala, yaitu dengan merealisasikan keimanan kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
كن كذبوا فأخذناهم بما كانوا ولو أن أهل القرى آمنوا واتقو ا لفتحنا عليهم بركات من السماء واألرض ول
يكسبون
“Andaikata penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami
akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi. Tetapi,
mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya” [Al-A’raf/7 : 96].
Demikian, balasan Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi hamba-hamba-Nya yang
beriman, dan sekaligus menjadi penjelas bahwa orang yang kufur kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala, niscaya tidak akan pernah merasakan
keberkahan dalam hidup.
Di antara perwujudan iman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang
berkaitan dengan penghasilan, ialah senantiasa yakin dan menyadari bahwa
rizki apapun yang diperoleh merupakan karunia dan kemurahan Allah
4
Subhanahu wa Ta’ala , bukan semata-mata jerih payah atau kepandaian
manusia. Yang demikian itu, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah
menentukan kadar rizki setiap manusia semenjak ia masih berada dalam
kandungan ibunya.
Demikian, sekilas penjelasan peranan iman kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala, yang terwujud pada menyebut nama-Nya ketika hendak menggunakan
suatu kenikmatan, sehingga mendatangkan keberkahan pada harta dan anak
keturunan.
Kedua : Amal Shalih
Yang dimaksud dengan amal shalih, ialah menjalankan perintah dan menjauhi
larangan-Nya sesuai dengan syari’at yang diajarkan Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam. Inilah hakikat ketakwaan yang menjadi syarat datangnya
keberkahan sebagaimana ditegaskan pada surat Al-A’raf ayat 96 diatas.
Tatkala Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakan tentang Ahlul Kitab yang
hidup pada zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman.
نجيل وما أنزل إ ليهم من ربهم ألكلوا من فوقهم ومن تحت أرجلهم ولو أنهم أقاموا التوراة واإل
“Dan sekiranya mereka benar-benar menjalankan Taurat, Injil dan (Al-
Qur’an) yang diturunkan kepada mereka, niscaya mereka akan mendapatkan
makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka” [Al-Ma’idah : 66]
Para ulama tafsir menjelaskan, bahwa yang dimaksud dengan “mendapatkan
makanan dari atas dan dari bawah kaki”, ialah Allah Subhanahu wa Ta’ala
akan meielimpahkan kepada mereka rizki yang sangat banyak dari langit dan
5
dari bumi, sehingga mereka akan mendapatkan kecukupan dan berbagai
kebaikan, tanpa susah payah, letih, lesu, dan tanpa adanya tantangan atau
berbagai hal yang mengganggu ketentraman hidup mereka.
Di antara contoh nyata keberkahan harta orang yang beramal shalih, ialah
kisah Khidir dan Nabi Musa bersama dua orang anak kecil. Pada kisah
tersebut, Khidir menegakkan tembok pagar yang hendak roboh guna menjaga
agar harta warisan yang dimiliki dua orang anak kecil dan terpendam di
bawah pagar tersebut , sehingga tidak nampak dan tidak bisa diambil oleh
orang lain.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirmn.
ا الجدار فكان لغالمين يتيمين في المدينة وكان تحته كنز لهما وكان أبوهما صا لحا فأراد ربك أن يبلغا وأم
ا ويستخرجا كنزهما رحمة من ربك أشدهم
“Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua anak yatim di kota itu, dan
dibawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya
adalah seorang yang shalih, maka Rabbmu menghendaki agar mereka sampai
kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat
dari Rabbmu” [Al-Kahfi/18 : 82]
Demikian, penjelasan dua syarat penting guna meraih keberkahan.
AMAL SHALIH MEMBANTU MENDATANGKAN KEBERKAHAN
Pertama : Mensyukuri Segala Nikmat
Tiada kenikmatan, apapun wujudnya yang dirasakan menusia, melainkan
datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Atas dasar itu, Allah Subhanahu wa
6
Ta’ala mewajibkan manusia untuk senantiasa bersyukur kepada-Nya. Dengan
cara senantiasa mengingat bahwasanya kenikmatan tersebut datang dari Allah
Subhanahu wa Ta’ala, diteruskan mengucapkan hamdalah, dan selanjutnya
menafkahkan sebagai kekayaannya di jalan-jalan yang diridhai Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Seseorang yang telah mendapatkan taufik untuk
bersyukur, ia akan mendapatkan keberkahan dalam hidupnya, sehingga Allah
akan senantiasa melipatgandakan kenikmatan baginya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
وإذ تأذن ربكم لئن شكرتم ألزيدنكم ولئن كفرتم إن عذابي لشديد
“Dan ingatlah tatkala Rabbmu mengumandangkan : “Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih”
[Ibrahim/14 : 7]
Pada ayat lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
ومن شكر فإنما يشكر لنفسه
“Dan barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya ia bersyukur demi
(kebaikan) dirinya sendiri” [An-Naml/27: 40]
Imam Al-Qurthubi rahimahullah berkata :”Manfaat bersyukur tidak akan
dirasakan, kecuali oleh pelakunya sendiri. Dengan itu, ia berhak mendapatkan
kesempurnaan dari nikmat yang telah ia dapatkan, dan nikmat tersebut akan
kekal dan bertambah. Sebagaimana syukur, juga berfungsi untuk mengikat
kenikmatan yang telah didapat serta menggapai kenikmatan yang belum
dicapai”
7
Kedua : Membayar Zakat (Sedekah)
Zakat, baik zakat wajib maupun sunnah (sedekah), merupakan salah satu
amalan yang menjadi faktor yang dapat menyebabkan turunnya keberkahan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
دقات با ويربي الص الر يمحق �
“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah” [Al-Baqarah/2 : 276]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
هما: اللهم أعط منفقا خلفا. ويقول اآلخر: اللهم ما من يوم يصبح العباد فيه إال ملكان ينزالن فيقول أحد
أعط ممسكا تلفا. متفق عليه
“Tiada pagi hari, melainkan ada dua malaikat yang turun, kemudian salah
satunya berkata (berdo’a) : “Ya Allah, berilah pengganti bagi orang yang
berinfak”, sedangkan yang lain berdo’a :”Ya Allah, timpakanlah kepada
orang yang kikir (tidak berinfak) kehancuran” [Muttafaqun alaih]
Ketiga : Bekerja Mencari Rizki Dengan Hati Qona’ah, Tidak Dipenuhi
Ambisi dan Tidak Serakah
Sifat qona’ah dan lapang dada dengan pembagian Allah Subhanahu wa
Ta’ala, merupakan kekayaan yang tidak ada bandingannya. Dengan jiwa yang
dipenuhi dengan qona’ah, dan keridhaan dengan segala rizki yang Allah
turunkan untuknya, maka keberkahan akan datang kepadanya. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
تبارك وتعالى يبتلي عبده بما أعطاه. فمن رضي بما قسم هللا له بارك هللا له في ) ه ووسعه . ومن إن �
أحمªªªªªªد والبيهقªªªªªªي وصªªªªªªححه األلبªªªªªªاني لم يرض لم يبارك له ولم يزده على ما كتب له) رواه
8
“Sesungguhnya Allah Yang Maha Luas Karunia-nya lagi Maha Tinggi, akan
menguji setiap hamba-Nya dengan rizki yang telah Ia berikan kepadanya.
Barangsiapa yang ridha dengan pembagian Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka
Allah akan memberkahi dan melapangkan rizki tersebut untuknya. Dan
barangsiapa yang tidak ridha (tidak puas), niscaya rizkinya tidak akan
diberkahi” [HR Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Albani]
Oleh karena itu, Islam mengajarkan kepada umatnya agar senantiasa menjaga
kehormatan agama dan diri dalam setiap usaha yang ditempuhnya guna
mencari rizki. Sehingga, seorang muslim tidak akan menempuh, melainkan
jalan-jalan yang telah dihalalkan dan dengan telah menjaga kehormatan
dirinya.
Keempat : Bertaubat Dari Segala Perbuatan Dosa
Sebagaimana perbuatan dosa menjadi salah satu penyebab terhalangnya rizki
dari pelakunya, maka sebaliknya, taubat dan istighfar merupakan salah satu
faktor yang dapat mendatangkan rizki dan keberkahannya. Allah Subhanahu
wa Ta’ala menceritakan tentang Nabi Hud Alaihissallam bersama kaumnya.
ة إ تكم وال تتولوا ويا قوم استغفروا ربكم ثم توبوا إليه يرسل السماء عليكم مدرارا ويزدكم قو لى قو
مجرمين
“Dan (Hud berkata) : Hai kaumku, beristighfarlah kepada Rabbmu lalu
bertaubatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan atasmu hujan yang sangat
deras, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu dan
janganlah kamu berpaling dengan berbuta dosa” [Hud/11 : 52]
9
Kelima : Menyambung Tali Silaturahmi
Di antara amal shalih yang akan mendatangkan keberkahan dalam hidup,
yaitu menyambung tali silaturrahim. Ini merupakan upaya menjalin hubungan
baik dengan setiap orang yang akan terkait hubungan nasab dengan kita.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
ه أن يبسط له في رزقه أو ينسأ له في أثره فليصل رحمه . ( متفق عليه ( من سر
“Barangsiapa yang senang untuk dilapangkan (atau diberkahi) rizkinya, atau
ditunda (dipanjangkan) umurnya, maka hendaknya ia bersilaturrahim”
[Muttafaqun ‘alaih].
Yang dimaksud dengan ditunda ajalnya, ialah umurnya diberkahi, diberi
taufiq untuk beramal shalih, mengisi waktunya dengan berbagai amalan yang
berguna bagi kehidupannya di akhirat, dan ia terjaga dari menyia-nyiakan
waktunya dalam hal yang tidak berguna. Atau menjadikan nama harumnya
senantiasa dikenang orang. Atau benar-benar umurnya ditambah oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala.
Keenam : Mencari Rizki Dari Jalan Yang Halal.
Merupakan syarat mutlak bagi terwujudnya keberkahan harta, ialah
memperolehnya dengan jalan yang halal. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda.
زق ، فإنه لن يموت العبد حتى يبلغه آخر رزق هو له، فأجملوا ف ي الطلب: أخذ الحالل،ال تستبطئوا الر
.وترك الحرام
“Janganlah kamu merasa bahwa rizkimu datangnya terlambat. Karena
sesunguhnya, tidaklah seorang hamba akan meninggal, hingga telah datang
10
kepadanya rizki terakhir (yang telah ditentukan) untuknya. Maka, tempuhlah
jalan yang baik dalam mencari rizki, yaitu dengan mengambil yang halal dan
meninggalkan yang haram” [HR Abdur-Razaq, Ibnu Hibbanm dan Al-
Hakim].
Salah satu yang mempengaruhi keberkahan ini ialah praktek riba. Perbuatan
riba termasuk faktor yang dapat menghapus keberkahan.
دقات يمح با ويربي الص ق � الر
“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah” [Al-Baqarah/2 : 276]
Ketujuh : Bekerja Saat Waktu Pagi.
Di antara jalan untuk meraih keberkahan dari Allah, ialah menanamkan
semangat untuk hidup sehat dan produktif, serta menyingkirkan sifat malas
sejauh-jaunya. Caranya, senantiasa memanfaatkan karunia Allah Subhanahu
wa Ta’ala dengan hal-hal yang berguna dan mendatangkan kemaslahatan bagi
hidup manusia.
Termasuk waktu yang paling baik untuk memulai bekerja dan mencari rizki,
ialah waktu pagi. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
memanjatkan do’a keberkahan.
تي في بكورها ( رواه أبو داود والترمذي والنسائي وابن ماجة وصححه األلباني ( اللهم بارك ألم
“Ya Allah, berkahilah untuk ummatku waktu pagi mereka” [HR Abu Dawud,
At-Tirmidzi, An-Nasa-i, Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani]
Hikmah dikhususkannya waktu pagi dengan doa keberkahan, lantaran waktu
pagi merupakan waktu dimulainya berbagai aktifitas manusia. Saat itu pula,
seseorang merasakan semangat usai beristirahat di malam hari. Oleh
11
karenanya, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendo’akan keberkahan pada
waktu pagi ini agar seluruh umatnya memperoleh bagian dari doa tersebut.
B. Pesantren Sebagai Suatu Organisasi
Pesantren sebagai suatu organisasi dapat dikatakan sebuah organisasi yang
berjenis organisasi sosial sekaligus pendidikan. Pesantren sebagai organisasi
sosial karena bukan merupakan organisasi yang mencari keuntungan atas
kegiatan operasinya. Sedangkan diakatakan organisasi pendidikan karena
beroperasi untuk memberikan fasilitas pendidikan bagi para santri putra
maupun putri yang berada di dalamnya.
Pesantren dapat didefinisikan sebagai suatu organisasi yang bergerak
dalam bidang keilmuan dan sosial, yang secara langsung maupun tidak
langsung berkontribusi terhadap kebutuhan ilmu dan sosial bagi masyarakat,
yang mana ilmu yang diajarkan bukan hanya ilmu-ilmu formal seperti sekolah
pada umumnya, namun juga ilmu-ilmu keagamaan dengan harapan agar moral
dan moril yang terbangun dalam masyarakat sesuai dengan syariat-syariat
agama.
Sudut pendidikan pesantren yang unik terdapat pada pembangunan
karakter agama yang ditanamkan kepada santrinya. Untuk menempuh tujuan
karakter yang sesuai agama, cara pesantren beroperasi dapat digolongkan
menjadi, dua, yaitu: pendidikan penuh dan pendidikan biasa.
1. Pesantren dengan pendidikan penuh melakukan kegiatan belajar mengajar
secara penuh, dimana para santri bukan hanya menempuh kegiatan
12
pendidikan saja namun juga tinggal dalam lingkungan pesantren agar
terbiasa dengan cara hidup di pesantren dan menjadi bekal bagi santri
apabila hidup di masyarakat.
2. Pensantren dengan pendidikan biasa melakukan kegiatan belajar
mengajarnya dengan memberikan pelajaran formal dan agama, namun
santri tidak serta merta tinggal di dalam pesantren. Para santri datang ke
pesantren untuk menimba ilmu dan tetap hidup di masyarakat tempat
tinggal santri.
Kemudian sudut sosial dari pesantren terletak pada operasi pesantren
yang tidak berfokus pada pencarian keuntungan melainkan kegiatan sosial.
Pesantren biasanya tetap menampung santri-santri yang kurang mampu
untuk tetap memperoleh pendidikan dan bahkan tinggal di lingkungan
pesantren hingga memperoleh ijazah sebagai modal untuk mencari
pekerjaan. Hal ini dimaksudkan agar setiap masyarakat yang kurang
mampu namun hendak memperoleh pendidikan guna masa depan yang
lebih baik tetap tercukupi kebutuhannya.
C. Peranan Penting Akuntansi di Pesantren
Perkembangan pesantren yang semakin baik dari hari ke hari tidak terlepas
dari gagalnya pesantren sebagai suatu organisasi. Meskipun pertumbuhan
pesantren semakin tinggi dan kebutuhan masyarakat akan pendidikan
pesantren juga meningkat, masih terdapat pesantren yang gagal untuk berdiri
dan bahkan stagnan dalam perkembangannya. Hal ini disebabkan oleh
13
berbagai faktor seperti: kondisi perekonomian pesantren yang kurang baik,
kurangnya dukungan dari berbagai pihak, pengelolaan yang kurang baik, dan
masih banyak faktor lainnya.
Perlu diketahui bahwa pesantren merupakan salah satu organisasi yang
kurang diperhatikan oleh beberapa pihak keberadaannya. Fakta di lapangan
menunjukan, pesantren-pesantren di Jakarta masih kurang mendapat dukungan
dari berbagai pihak sehingga perkembangannya stagnan. Meskipun terdapat
pesantren yang perkemabangannya cukup melesat, hal ini disebabkan daya
yang dimiliki oleh pesantren itu sendiri. Daya tersebut dapat berupa dukungan
keuangan yang memadai, dukungan pengelolaan, dukungan lingkungan
pesantren, dan lain-lain.
Oleh sebab itu, dengan adanya ketimpangan pertumbuhan tersebut, perlu
adanya akuntansi yang menjamah organisasi pesantren sebagai ilmu yang
diharapkan mampu memberikan kontribusi terkait dukungan pengelolaan yang
lebih baik. Sebagai suatu ilmu tentang keuangan, akuntansi tidak hanya
berkaitan dengan pengelolaan untuk mencari keuntungan, tetapi juga berguna
dalam pengelolaan yang lebih baik dan pertimbangan pengambilan keputusan
yang lebih baik. Dengan memahami dan menggunakan ilmu akuntansi yang
sesuai dengan karakteristik organisasi pesantren yang unik diharapkan mampu
memberikan manfaat bagi organisasi pesantren untuk mengelola dan
mempertimbangkan pengambilan keputusan yang lebih baik.
14
BAB II
PERAN AKUNTANSI DALAM OPERASI PESANTREN
A. Operasi Pesantren
Operasional yang dilakukan dalam menjalankan transaksi ekonominya
berlandaskan pada Alquran dalam Pengaturan Masalah Ekonomi. Alquran
telah menjelaskan prinsip-prinsip ekonomi yang semua cabang-cabang kembali
kepadanya. Hal itu karena masalah-masalah ekonomi kembali kepada dua prinsip:
Pertama: Kecerdasan di dalam mencari harta.
Kedua: Kecerdasan di dalam membelanjakan pada tempat-tempatnya.
[Jalan Mencari Harta*]
Perhatikanlah bagaimana di dalam kitab-Nya, Allah membuka jalan-jalan untuk
mencari harta, dengan cara-cara yang sesuai dengan kehormatan dan agama. Allah
telah menerangi jalan di dalam hal tersebut. Dia berfirman,
الة فانتشروا في األرض وابتغوا من فضل هللا واذكروا هللا كثيرا لعلكم تفلحون فإذا قضيت الص
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung.” (Q.S. Al-Jumu’ah/62: 10).
Allah juga berfirman,
وءاخرون يضربون في األرض يبتغون من فضل هللا
“Ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di
muka bumi mencari sebagian karunia Allah.” (Q.S. Al-Muzammil/73: 20).
Allah juga berfirman,
15
بكم ن ر ليس عليكم جناح أن تبتغوا فضال م
“Tidak ada dosa bagimu mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Rabb-
mu.” (Q.S. Al-Baqarah/2: 198).
Allah juga berfirman,
نكم إال أن تكون تجارة عن تراض م
“Kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di
antara kamu.” (Q.S. An-Nisa’/4: 29).
Allah juga berfirman,
وأحل هللا البيع
“Dan Allah menghalalkan jual beli.” (Q.S. Al-Baqarah/2: 275).
Allah juga berfirman,
ا غنمتم حالال طيبا فكلوا مم
“Maka makanlah dari sebagian rampasan perang yang telah kamu ambil itu,
sebagai makanan yang halal lagi baik.” (Q.S. Al-Anfaal/8: 69).
Dan (ayat-ayat) selain itu.
[Metode Membelanjakan Harta]
Dan perhatikanlah, bagaimana Allah memerintahkan sikap hemat di dalam
membelanjakan harta,
والتجعل يدك مغلولة إلى عنقك والتبسطها كل البسط
“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan
janganlah kamu terlalu mengulurkannya.” (Q.S. Al-Isra’/17: 29).
والذين إذآ أنفقوا لم يسرفوا ولم يقتروا وكان بين ذلك قواما
16
“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-
lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah
antara yang demikian.” (Q.S. Al-Furqan/25: 67).
ويسئلونك ماذا ينفقون قل العفو
“Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah,
‘Yang lebih dari keperluan.’” (Q.S. Al-Baqarah/2: 219).
Dan perhatikanlah, bagaimana Allah melarang membelanjakan harta pada perkara
yang tidak halal membelanjakan harta padanya,
فسينفقونها ثم تكون عليهم حسرة ثم يغلبون
“Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka
dan mereka akan dikalahkan.” (Q.S. Al-Anfaal/8: 36).
Kegiatan utama pesantren lebih mangutamakan kegiatan social dan
kegiatan pendidikan dalam menghasilkan transaksi perekonomiannya. Dalam
kegiatan pendidikan, pesantren melakukan belajar-mengajar pendidikan formal
dan agama, sedangkan dalam kegiatan sosial, pesantren melakukan kontribusi
secara langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat tanpa mengejar
upaya-upaya keuntungan ekonomi. Dalam hubungannya dengan akuntansi,
peristiwa-peristiwa ekonomi yang masuk dalam proses akuntansi adalah peristiwa
ekonomi terkait kegiatan pendidikan dan kegiatan sosial yang terjadi di pesantren.
Operasi pesantren juga berkaitan dengan struktur organisasi pesantren,
arus wewenang pesantren, arus kegiatan utama pesantren serta unit usaha yang
dikelola pesantren. Sehingga berjalan/tidaknya kegiatan suatu pesantren secara
keseluruhan bergantung dari bagaimana keempat hal tersebut terjadi. Penting
17
untuk mengetahui bagaimana keempat hal tersebut sebelum memahami lebih
lanjut hubungannya dengan akuntansi yang terjadi pada organisasi pesantren.
B. Struktur Organisasi Pesantren
Struktur organisasi merupakan tatanan/bagian-bagian yang
berkesinambungan dalam suatu oragnisasi baik secara vertikal maupun
horizontal. Dalam struktur organisasi dapat ditentukan fungsi dan tugas dari
masing-masing bagian. Sehingga, kesinambungan dan penyelesaian kegiatan
suatu organisasi dapat berlangsung dengan baik dan jelas.
Sebagai suatu organisasi, pesantren memiliki struktur organisasi. Bentuk
dan pembagian tugas dan fungsi struktur organisasi di pesantren pun berbeda-
beda tergantung kebutuhan pesantren dalam menjalankan operasinya. Semakin
kompleks kegiatan operasi pesantren, maka keperluan akan struktur organisasi
yang lebih kompleks diperlukan. Sebaliknya, semakin sederhana kegiatan
pesantren berlangsung, maka pesantren hanya membutuhkan struktur
organisasi yang juga sederhana.
Selain kegiatan, kompleksitas struktur organisasi pesantren juga
dipengaruhi biaya pembentukan dan pengoperasiannya. Karena semakin
banyak bagian dalam struktur organisasi pesantren akan membuat biaya
operasi suatu pesantren semakin tinggi. Sebaliknya, semakin sederhana
struktur organisasi pesantren, maka semakin rendah pula biaya operasi suatu
pesantren. Oleh sebab itu, pesantren memiliki struktur organisasi sesuai
dengan kebutuhan operasinya.
18
Struktur organisasi pesantren yang kompleks dan sederhana dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar II.1
Struktur Organisasi Pesantren Kompleks
Dalam struktur organisasi pesantren yang kompleks, pesantren dapat
terdiri dari 3 atau lebih departemen disertai dengan unit usaha pesantren yang
mana setiap departemen memiliki fungsi dan tugas masing-masing. Misalnya,
pada departemen pendidikan memilki fungsi melaksanakan kegiatan
pendidikan sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan oleh pesantren.
Kemudian menjalankan tugas seperti pelaksanaan belajar-mengajar,
pendidikan karakter, pendidikan keagamaan dan lain-lain. Untuk menjalankan
fungsi dan tugas tersebut departemen biasanya memiliki bagian-bagian yang
lebih kecil dibawahnya seperti bagian sekolah SD, sekolah MTS, bagian
administrasi, kepala sekolah, dan lain-lain. Setiap bagian ini memiliki tugas
dan fungsinya masing-masing searah dengan fungsi dan tugas departemen
yang menjadi naunagnnya. Dalam contoh departemen pendidikan, bagian-
Kyai/Pemilik Pesantren
Departemen Pendidikan
Departemen Pengelolaan
Lingkungan/Tempat Tinggal
Departemen Pembangunan dan
Pemberdayaan
Unit Usaha Pesantren
19
bgagian tersebut terdiri dari guru, staff bagian konsultasi, staff bagian
keuangan, dan lain-lain.
Gambar II.2
Struktur Organisasi Pesantren Kompleks
Berbeda halnya dengan struktur organisasi pesantren sederhana. Pada
struktur ini, pesantren hanya terdiri dari dua atau kurang departemen dalam
struktur organisasi pesantren secara keseluruhan. Dua atau kurang departemen
ini biasanya berkaitan langsung dengan kegiatan utama pesantren. Sebagai
contoh diatas, pesantren memiliki satu departemen berupa departemen
pendidikan yang merupakan kegiatan utama pesantren. Di dalam departemen
pendidikan terdiri dari bagian-bagian yang lebih kecil seperti keuangan,
administratsi, dan lain-lain. Namun, tidak terdapat pemisahan dalam hal
perawatan lingkungan dan pembedayaan. Segala bentuk pamasukan dan
pengeluaran diolah pada satu bagian yang sama dalam departemen
pendidikan. Sebagai contoh, apabila pesantren ingin melakukan pembangunan
gedung dan perawatan, proses pencatatan terjadi pada departemen pendidikan
pada bagian keuangan dan tidak terdapat pemisahan pada departemen lain.
Kendati demikian, pada struktur organisasi pesantren sederhana tidak
menutup kemungkinan terdapatnya unit usaha. Karena, unit usaha yang
Kyai/Pemilik Pesantren
Departemen Pendidikan
Unit Usaha Pesantren
20
dimiliki pesantren merupakan unit bisnis yang terintegerasi dengan pesantren
dan dikelola secara independen, meskipun pengelola unit usaha tetap
melaporakan hasil operasi nya kepada pemilik pesantren sebagai pusat
wewenang.
Dalam hubungannya dengan akuntansi, struktur organisasi pesantren
digunakan untuk mengetahui departemen/bagian mana yang mengelola
keuangan pada pesenatren, seperti bagian akuntansi/administrasi di
departemen tertentu. Selain itu, dalam struktur organisasi, akuntansi juga
berhubungan dengan pengguna informasi yang dihasilkan seperti, pimpinan
pesantren yang menggunakan informasi untuk pengambilan keputusan.
C. Arus Wewenang Pesantren
Dalam ilmu organisasi, arus wewenang dapat dikategorikan menjadi dua,
yaitu: arus wewenang sentralisasi dan arus wewenang desentralisasi. Arus
wewenang sentralisasi merupakan arus wewenang yang mana segala bentuk
pengambilan keputusan dilakukan oleh pimpinan pusat. Sedangkan arus
wewenang desentralisasi memungkinkan pengambilan keputusan pada tingkat
departemen-departemen atau bagian-bagian dan pimpinan pusat berperan
dalam melakukan evaluasi. Di dalam organisasi pesantren, arus wewenang
bisa saja dalam bentuk sentralisasi yang mana Kyai/pimpinan pesantren
berperan sebagai pengambil keputusan segala bentuk operasi yang terjadi di
pesantren. Atau sebaliknya, yang mana kepala departemen atau bagian dalam
21
struktur organisasi memungkinkan untuk mengambil keputusan pada
departemen/bagiannya.
Hubungan antara arus wewenang dalam organisasi pesantren dengan
akuntansi terletak dari hasil pengambilan keputusan berdasarkan informasi
yang dihasilkan melalui akuntansi. Melalui hasil laporan akuntansi dapat
diketahui keputusan terbaik yang bisa diambil kedepannya.
Gambar II.3
Sentralisasi dan Desentralisasi
D. Arus Kegiatan Pesantren
Arus kegiatan pesantren berkaitan dengan kegiatan-kegaiatan yang
dilakukan pesantren dari input sampai dengan output yang dihasilkan. Yang
dimaksud input adalah segala bentuk sumber daya yang digunakan untuk
melaksanakan kegiatan, sedangkan output merupakan hasil dari kegiatan yang
dilaksanakan oleh pesantren.
Input dari pesantren searah dengan operasi utama pesantren itu sendiri
sebagai organisasi pendidikan sekaligus organisasi sosial. Sebagai contoh,
untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar diperlukan ruang kelas yang
berisikan kursi, meja, papan tulis, dan peralatan mengajar lainnya. Untuk
Pimpinan Pesantren
Departemen
Pendidikan
Departemen
Pemberdayaan
Departemen
Pengembangan
Pimpinan Pesantren
Departemen A
Departemen C
Departemen D
Departemen B
22
dapat terwujudnya kegiatan belajar mengajar tersebut, pihak pesantren
membeli kepada toko peralatan sekolah. Hasil pembelian dari toko inilah yang
selanjutnya disebut sebagai input. Setelah kegiatan belajar mengajar
terlaksana, maka pesantren mendapatkan output. Hasil dari output ini dapat
berupa iuran dari santri, hibah yang diberika dermawan, santri yang kompeten,
dan lain-lain.
Dalam kaitannya dengan akuntansi, tidak seluruh input dan output yang
terjadi di dalam pondok pesantren akan diolah menjadi informasi keuangan.
Hanya segala bentuk input dan output yang bersifat ekonomi dan mengandung
informasi keuangan saja yang selanjutnya dapat diolah melalui akuntansi.
Sebagai contoh, informasi output terkait dengan iuran santri, informasi input
terkait dengan pembelian LCD proyektor guna mendukung media
pembelajaran, dan lain-lain.
Gambar II.4
Akuntansi Dalam Arus Kegiatan
E. Unit Usaha Pesantren
Unit usaha pesantren merupakan sebuah unit usaha yang dimiliki oleh
pesantren dan melakukan operasinya secara independen namun tetap dalam
pengawasan pemilik pesantren. Unit usaha pesantren biasanya dikelola oleh
orang-orang dari dalam pesantren atau orang diluar pesantren.
Tujuan dari dibentuknya unit usaha pesantren adalah:
Input Ekonomi
Kegiatan Berlangsung
Output Ekonomi
23
1. Berkontribusi dalam pemenuhan kebutuhan dana pesantren.
2. Media bagi santri untuk belajar mengelola usaha.
3. Membentuk kemandirian pesantren dalam mencukupi kebutuhannya
melalui keuntungan yang dihasilkan oleh unit usaha pesantren.
Dalam hubungannya dengan akuntansi, unit usaha pesantren dianggap
sebagai unit usaha yang terpisah dengan pesantren. Sesuai dengan salah satu
asas akuntansi, yaitu asas kontinuitas, yang menyatakan bahwa suatu unit
usaha/bisnis terpisah dari pemiliknya. Hal ini dilakukan agar keberlangsungan
suatu usaha tetap terjaga dan mencegah terjadinya intervensi yang berlebihan
sehingga menghambat perkembangan dari unit usaha itu sendiri. Meskipun
pengawasan dan pelaporan dipegang oleh pesantren, namun perencanaan,
pengelolaan, dan prospek dari unit usaha ini harus dilakukan oleh pengelola
unit usaha tersebut. Oleh sebab itu, dalam akuntansi proses pencatatan dan
pelaporan antara pesantren dan unit usahanya akan dipisahkan. Setelah
masing-masing laporan berhasil disimpulkan, baru kedua laporan tersebut
dikombinasikan menjadi sebuah laporan keuangan yang utuh atas
namapesantren sebagai pusat organisasi.
Gambar II.5
Penggabungan Laporan Keuangan Unit Usaha Pesantren dan Pesantren
Laporan Keuangan Unit
Usaha Pesantren
Laporan Keuangan Pesantren
Laporan Keuangan
Pesantren Secara Keseluruhan
Organisai
24
BAB III
PROSES/SIKLUS AKUNTANSI PESANTREN
A. Proses Akuntansi
Proses akuntansi/siklus akuntansi merupakan tahap-tahapan suatu
peristiwa ekonomi diolah menjadi suatu informasi yang bisa digunakan para
pemangku kepentingan. Untuk diterapkan pada pesantren, proses akuntansi
bisa mengacu pada pedoman akuntansi yang berlaku tentang siklus akuntansi,
layaknya organisasi-organisasi lainnya. Adapun pedoman tersebut berupa
PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan). Sebelum memahami
siklus/proses akuntansi yang terjadi pada organisasi pesantren perlu dipahami
terlebih dahulu:
1. Aturan debit dan kredit
2. Persamaan akuntansi
Kedua hal ini merupakan dasar dalam ilmu akuntansi dan merupakan
konsup yang digunakan untuk menjalankan setiap tahapan dalam siklus
akuntansi. Setelah dipahami, pada bagian selanjutnya akan dibahas mengenai
setiap tahapan pada proses akuntansi sebagai berikut:
1. Proses penjurnalan Umum
2. Pembuatan Buku Besar
3. Pembuatan Neraca Saldo Sementara
4. Pembuatan Jurnal Penyesuaian
5. Pembuatan Laporan Keuangan
25
6. Dan, Pembuatan Jurnal Penutup
B. Aturan Debit Kredit Dan Persamaan Akuntansi
Pada siklus akuntansi, aturan debit kredit memuat infromasi tentang
kenaikan atau penurunan nilai pada akun-akun yang digunakan, seperti: kas,
persediaan, gedung, pendapatan, dana, dan lain-lain. Lalu, bagaimana suatu
akun dinyatakan mengalami kenaikan atau penurunan dicatat pada sisi debit
atau di sisi kredit ?
Perlu diketahui bahwa setiap akun pada dasarnya memiliki saldo normal.
Saldo normal merupakan dasar penentuan suatu akun dicatat
kenaikan/penurunannya di sisi debit/kredit. Sebagai contoh, aset memiliki
saldo normal pada sisi debit, maka kenaikan pada akun-akun komponen aset
akan dicatat pada sisi debit sedangkan penurunannya dicatat di sisi kredit. Kas
misalnya, yang merupakan salah satu komponen aset, saat kas bertambah,
maka kenaikannya di catat di sisi debit, namun pada saat berkurang di catat di
sisi kredit. Oleh sebab itu, Saldo normal inilah yang menentukan suatu akun
akan mengalami kenaikan atau penurunan bila di sisi debit atau justru
mengalami kenaikan atau penurunan di sisi kredit. Pemahaman lebih lanjut
mengenai saldo normal untuk menerapkan aturan debit kredit pada akun-akun
akan dijelaskan bersamaan dengan proses per akun pada bagian-bagian
selanjutnya.
Hal selanjutnya yang perlu dipahami adalah persamaan akuntansi.
Persamaan akuntansi adalah Aset = Utang + Modal (Pendapatan-Beban).
26
Dalam kasus organisasi pesantren persamaan akuntansi dapat dinyatakan
sebagai berikut: Aset = Utang + Dana (Pendapatan-Beban). Persamaan
akuntansi berkesinambungan dengan konsep debit kredit dan saldo normal
yang dibahan sebelumnya. Bila mayoritas akun-akun komponen aset berada
di sisi debit apabila mengalami kenaikan, maka akun-akun komponen utang
dan dana justru berada di sisi kredit. Sehingga dapat dinyatakan, dalam
akuntansi jumlah debit dan kredit adalah sama.
Lalu apa itu aset ? utang ? dana ? Pendapatan ? dan Beban ? Penjelasan
lebih rinci komponen-komponen persamaan akuntansi tersebut akan
dijelaskan pada bagian selanjutnya. Namun, untuk pemahaman awal, aset
adalah sumber daya yang dimiliki suatu organisasi untuk melakukan kegiatan
operasinya. Contoh aset adalah perlengkapan seperti alat-alat kantor,
persediaan seperti beras, telur (dalam hal pesantren), peralatan seperti
Microphone, Meja. Sedangkan utang merupakan kewajiban yang dimiliki
organisasi dan harus dibayar pada periode yang telah disepakati. Contoh utang
adalah utang sewa, utang usaha, utang dagang. Sedangkan dana merupakan
aset bersih yang dimiliki oleh organisasi, karena merupakan hasil dari Aset-
Utang. Modal dipengaruhi oleh pendapatan dan beban yang terjadi dalam
suatu organisasi.
Pendapatan adalah arus masuk sumber daya ekonomi saat ini atau yang
pasti diterima dimasa mendatang akibat peristiwa ekonomi saat ini atau masa
lampau. Sebaliknya, beban adalah arus keluar sumber daya ekonomi saat ini
atau dimasa mendatang akibat peristiwa ekonomi saat ini atau masa lampau.
27
Setiap pendapatan dan beban yang terjadi dalam 1 periode (1 tahun) akan
ditutup (akan dijelaskan selanjutnya) dan hasilnya akan dimasukan dalam
komponen akun modal. Sedangkan setiap akun aset, utang dan modal akan
dibawa ke periode selanujutnya.
C. Proses Penjurnalan Umum
Setelah memahami aturan debit dan kredit serta persamaan akuntansi,
maka hal yang perlu dipahami selanjutnya terkait dengan tahapan-tahapan
akuntansi. Tahapan pertama dalam siklus akuntansi adalah tahap penjurnalan
umum. Penjurnalan merupakan proses pencatatan dalam akuntansi. Setiap
peristiwa ekonomi yang terjadi dicatat dalam bentuk akun. Lalu apa
sebenernya yang dimaksud dengan akun ? Akun adalah pengelompokan suatu
peristiwa ekonomi menjadi istilah akuntansi. Contohnya, pada saat pesantren
membeli persediaan kebutuhan sehari-hari seperti telur, tepung, beras, dan
minyak goreng, pencatatan pembelian ini akan masuk dalam kelompok akun
persediaan. Penjelasan bahwa persediaan tersebut berupa persediaan sehari-
hari ditulis dibawah akun yang dicatat dalam jurnal sebagai keterangan.
Proses penjurnalan dalam akuntansi dimulai pada tahap identifikasi
peristiwa ekonomi, kemudian diukur nilainya secara moneter (seperti Rp
2.000.000,-) dan berakhir pada proses pencatatan, bila perlu ditulis keterangan
dibawah jurnal yang dicatat untuk lebih memudahkan ditahap pencatatan
selanjutnya.
28
Selain itu, Penjurnalan juga mencatat pengaruh suatu akun terhadap akun lain
sesuai dengan prinsip persamaan akuntansi dan aturan debit kredit. Sehingga
jumlah debit dan kredit dalam proses penjurnalan akan mempunyai jumlah
yang
sama. Bentuk dari jurnal umum adalah sebegai berikut:
Tabel III.1
Bentuk Jurnal Umum
Komponen tabel dalam jurnal umum dimulai dengan tanggal yang
mencatat tanggal terjadinya peristiwa ekonomi. Kemudian akun yang
berisikan pencatatan akun atas peristiwa ekonomi yang terjadi. Lalu pada
bagian Referensi berisikan tentang nomor bukti-bukti peristiwa ekonomi
seperti nota, bon, invoice. Dan pada tabel debit dan kredit berisikan nominal
saldo normal akun atas peristiwa ekonomi yang terjadi. Perlu ditekankan,
bahwa nominal pada kolom debit dan kredit harus sama.
29
D. PEMBUATAN BUKU BESAR
Buku besar merupakan tabel yang berisikan ringkasan setiap akun dari
transaksi ekonomi yang terjadi dalam periode tertentu. Sumber referensi
utama pengisian tabel buku besar adalah jurnal umum yang telah dibuat
sebelumnya. Bentuk umum buku besar adalah sebagai berikut:
Tabel III.2
Bentuk Buku Besar
Pada tabel buku besar isi dari tanggal, debit dan kredit disesuaikan dengan
jurnal umum yang telah dibuat sebelumnya. Sedangkan kolom keterangan
dapat ditulis peristiwa ekonomi yang terjadi seperti: Pembelian perlengkapan
pesantren, pembelian peralatan pesantren. Kemudian, kolom REF berisikan
tentang referensi dalam pencatatan buku besar, misalnya, pencatatan di
dasarkan pada jurnal umum pada halaman 1 maka pada kolom refrensi ditulis
JU1. Hal ini bertujuan memudahkan pembaca informasi dalam membaca
peristiwa ekonomi yang terjadi. Sedangkan pada kolom saldo berisikan
tentang hasil debit dikurangi kredit atau sebaliknya tergantung saldo normal
dari akun buku besarnya. Apabila suatu akun memiliki saldo normal di debit,
30
kamudian hasil pengurangan debit dan kredit menunjukan hasil yang positif
maka dicatat secara positif (tanpa tanda negatif/tanda kurung). Sebaliknya,
bila akun bersaldo normal kredit, dan hasil pengurangan kredit dikurangi debit
menunjukan hasil negatif, maka pencatatan dilakukan tandap tanda negatif
maupun tanda kurung.
E. Pembuatan Neraca Saldo Sementara
Neraca saldo sementara berisikan tentang ringkasan hasil saldo normal
setiap akun pada buku besar. Neraca saldo digunakan sebagai salah satu
referensi dalam penyusunan Laporan Keuangan, yang mana merupakan hasil
akhir dari kegiatan pencatatan akuntansi. Neraca saldo juga dapat digunakan
sebagai pemeriksaan pencatatan, hal ini dilakukan dengan membandingkan
jumlah debit dan kredit yang ada pada neraca saldo. Apabila jumlahnya sama,
maka tidak terdapat kesalahan dalam pencatatan, sebaliknya jika terdapat
perbedaan, besar kemungkinan terdapat kesalahan pada proses sebelumnya.
Bentuk umum Neraca Saldo Sementara adalah sebagai berikut:
31
Tabel III.3
Bentuk Neraca Saldo Sementara
F. Pembuatan Jurnal Penyesuaian
Jurnal penyesuaian merupakan proses pencatatan jurnal yang berbeda
dengan jurnal umum. Jurnal penyesuaian berisikan pencatatan akun yang perlu
disesuaikan nilainya untuk diketahui nilai yang sebenarnya. Proses pencatatan
jurnal penyesuaian dilakukan pada akhir periode sedangkan proses pencatatan
jurnal umum bisa dilakukan pada awal, pertengahan, atau menjelang akhir
periode. Sebagai contoh, Pesantren Al-Iqbal membeli perlengkapan senilai Rp
1.000.000,- pada awal tahun 2010. Pada akhir tahun 2010 diketahui
perlengkapan tersebut tidak habis digunakan, dan diperkirakan masih
memiliki nilai sebesar Rp 200.000,-. Maka dalam jurnal penyesuaian dicatat
sebagai berikut:
32
Beban Perlengkapan Rp 800.000,-
Perlengkapan Rp 800.000,-
(Rp 1.000.000 – Rp 200.000)
Hal ini berarti selama 1 periode akuntansi perlengkapan yang habis digunakan
sebesar Rp 800.000,- dan sisa perlengkapan yang bisa digunakan pada periode
selanjutnya sebesar Rp 200.000,-. Bentuk umum Jurnal Penyesuaian adalah
sebagai berikut:
Tabel III.4
Bentuk Jurnal Penyesuaian
Pada dasarnya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara bentuk
jurnal umum dengan jurnal penyesuaian. Hanya saja, terdapat perbedaan
informasi yang dicatat.
G. Pembuatan Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan ringkasan dari seluruh proses yang telah
dilakukan sebelumnya. Laporan keuangan memuat informasi yang siap
33
digunakan oleh pengguna informasi terkait peristiwa, perkembangan, maupun
penurunan yang terjadi dalam suatu organisasi. Laporan keuangan juga
bermanfaat sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang harus diambil
berdasarkan peristiwa ekonomi yang terjadi.
Dalam hal neraca saldo sementara telah dibuat dan jurnal penyesuaian juga
sudah dibuat maka kedua bentuk pencatatan tersebut merupakan referensi
utama dalam menyusun Laporan Keuangan. Laporan keuangan dalam
organisasi pesantren dapat dibagi menjadi 4 bentuk umum menyesuaikan
dengan peristiwa yang terjadi di dalamnya, yaitu:
1. Laporan Posisi Keuangan
Laporan ini menyajikan nilai aset, utang, dan modal yang dimiliki
oleh organisasi pada suatu periode. Pada laporan ini, sisi aset biasanya
dipisah dengan sisi utang dan dana. Kemudian ditotal jumlahnya untuk
diketahui untuk masing-masing sisi, untuk mengetahui kesamaan atas
prinsip Aset = Utang + Dana. Bentuk umum Laporan Posisi Keuangan
adalah sebagai berikut:
34
Tabel III.5
Bentuk Laporan Posisi Keuangan
2. Laporan Operasi Pesantren
Laporan ini menyajikan laba yang diperoleh oleh suatu organisasi
pesantren melalui pendapatan dan beban yang terjadi selama 1 periode.
Sehingga laporan ini memuat arus masuk hasil operasi pesantren selama 1
periode dan arus keluar dari operasi pesantren agar operasi dapat
teraksana. Bentuk umum Laporan Operasi Pesantren adalah sebagai
berikut:
35
Tabel III.6
Bentuk Laporan Operasi Pesantren
3. Laporan Perubahan Dana
Laporan ini menyajikan informasi kenaikan dan penurunan dana
yang terjadi pada suatu periode. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
dana dipengaruhi oleh pendapatan dan beban yang terjadi, sehingga salah
satu yang menyebabkan naik atau turunnya dana adalah surplus/minus
selama satu periode. Dana juga dipengaruhi adanya penarikan/tambahan
dana disetor selama satu periode. Bentuk umum Laporan Perubahan dana
adalah sebagai berikut:
36
Tabel III.7
Bantuk Laporan Perubahan Dana
4. Laporan Arus Kas
Laporan ini memuat informasi tentang ketersediaan kas yang
dimiliki oleh suatu organisasi pesantren. Kas merupakan aset yang paling
lancar dibandingkan dengan aset lainnya. Dan seringkali kecurangan atau
kesalahan pencatatan terjadi pada kas. Oleh sebab itu, akuntansi
menyediakan laporan khusus arus kas guna mengetahui secara detail
pemasukan dan pengeluaran kas selama 1 periode. Terdapat pembagian
dalam laporan arus kas, yaitu, arus kas yang berasal dari aktivitas operasi,
arus kas dari aktivitas pendanaan, dan arus kas dari aktivitas investasi.
Aktivitas operasi memuat segala kegiatan operasi yang mempengaruhi
kas, seperti piutang, pendapatan, beban, dll. Sedangkan aktivitas investasi
berisikan kegiatan penambahan/pengurangan nilai dengan cara investasi
dan akhirnya mempengaruhi jumlah kas. Dan aktivitas pendanaan
berisikan kegiatan pinjam meminjam atau penambahan sumber-sumber
pendanaan lainnya yang mempengaruhi jumlah kas. Bentuk umum
Laporan Arus Kas adalah sebagai berikut:
37
Tabel III.8
Bentuk Laporan Arus Kas
Pada kolom Kas pada akhir periode, jumlah kas pada akhir periode harus
sama dengan jumlah kas yang tertera pada Laporan Posisi Keuangan.
H. PEMBUATAN JURNAL PENUTUP
Pembuatan jurnal penutup merupakan tahap akhir dalam proses dan siklus
akuntansi. Jurnal penutup mencatat informasi terkait akun-akun yang harus
ditutup pada periode berakhir dan tidak dibawa nilainya pada periode
selanjutnya. Adapun akun tersebut adalah akun-akun pendapatan dan beban.
Kedua akun ini ditutup karena jumlah akhir (pendapatan-beban) selanjutnya
dimasukan dalam akun dana.
Tidak ada perbedaan dalam bentuk dar jurnal umum dan jurnal penutup.
Letak perbedaan diantara keduanya terdapat pada informasi yang dicatat dan
disajikan di dalamnya. Jurnal penutup berisikan akun-akun pendapatan dan
beban yang ditutup dan dibandingkan dengan akun ikshtisar surplus/minus
atau dana (hasil surplus/minus). Jurnal penutup juga mencatat penutupan akun
38
penarikan dana yang disandingkan dengan akun dana. Adapun bentuk umum
Jurnal Penutup adalah sebagai berikut:
Tabel III.9
Bentuk Jurnal Penutup
39
BAB IV
KOMPONEN ASET
A. Komponen Aset
Komponen aset merupakan akun-akun yang masuk dalam kategori aset.
Terdapat banyak akun-akun yang masuk dalam komponen aset. Namun,
dalam organisasi pesantren dapat diringkas komponen aset berupa akun-akun
yang umum digunakan sebagai berikut:
1. Kas
2. Piutang Usaha
3. Persediaan
4. Peralatan
5. Perlengkapan
6. Aset atas sumber daya yang memiliki manfaat lebih dari 1 periode
akuntansi.
B. Akun Kas
Kas merupakan aset yang paling cair/likuid diantara seluruh aset lainnya.
Yang dimaksud cair adalah fleksibilitas penggunaannya. Semakin cair suatu
aset maka semakin fleksibel aset tersebut digunakan untuk berbagai hal. Kas
dapat berupa uang tunai, tabungan, giro, yang mana sangat fleksibel
penggunaannya bagi organisasi untuk melakukan segala aktivitas
keorganisasiannya. Kas merupakan salah satu sumber daya yang dimiliki oleh
40
organisasi dan memiliki saldo normal di debit. Artinya, ketika kas bertambah
pada organisasi akan dicatat pada kolom debet, dan pada saat berkurang akan
dicatat pada kolom kredit. Sebagai ilustrasi, disajikan contoh
berkesinambungan sebagai berikut:
1. Perolehan kas atas setoran dana hibah
Pada tanggal 1 Januari 20X0 Pesantren Al-Iqbal didirikan. Ketika
didirikan terdapat seorang donatur yang memberikan sumbangannya
sebesar Rp 200.000.000,- yang rencananya untuk digunakan oleh
pesantren selama 1 periode kedepan. Adapun proses pencatatannya adalah
sebagai berikut:
Tabel IV.1
Pencatatan Jurnal Kas Atas Setoran Dana Hibah
Tabel IV.2
Pencatatan Buku Besar Kas Atas Setoran Dana Hibah
41
2. Penggunaan kas dalam hubungannya untuk memperoleh aset lain.
Diketahui pada Tanggal 20 Januari 20X0 Pesantren Al-Iqbal
membeli perlengkapan kantor penerimaan siswa/i sebesar Rp 2.000.000,-
untuk digunakan selama 1 tahun. Bukti peristiwa ekonomi ini terdapat
pada nota nomor 3121. Maka proses pencatatannya adalah sebagai berikut:
Tabel IV.3
Pencatatan Jurnal Kas Dalam Hubungannya Untuk Memperoleh Aset
Lain.
Tabel IV.4
Pencatatan Buku Besar Kas Dalam Hubungannya Untuk
Memperoleh Aset Lain.
3. Penggunaan kas untuk membayar utang
Diketahui tahun sebelumnya, Pesantren Al-Iqbal mengadakan
acara Maulid Nabi Muhammad SAW. Dalam pelaksanaan acaranya,
42
pesantren Al-Iqbal membutuhkan panggung beserta tenda. Untuk
memenuhi hal tersebut Pesantren Al-Iqbal menyewanya dari luar dengan
janji akan dibayar pada tanggal 21 Januari 20X0 sesuai bukti transaksi
ekonomi berupa nota nomor 1111 sebesar Rp 2.000.000,-. Maka proses
pencatatannya adalah sebagai berikut:
Tabel IV.5
Pencatatan Jurnal Umum Kas Untuk Membayar Utang
Tabel IV.6
Pencatatan Buku Besar Kas Untuk Membayar Utang
4. Kas untuk mencatat perolehan pendapatan
43
Pada tanggal 30 Januari 20X0 Pesantren Al-Iqbal memperoleh
iuran sebesar Rp 20.000.000,- dari 40 santrinya. Maka proses
pencatatannya adalah sebagai berikut:
Tabel IV.7
Pencatatan Jurnal Umum Kas Untuk Mencatat Perolehan
Pendapatan
Tabel IV.8
Pencatatan Buku Besar Kas Untuk Mencatat Perolehan Pendapatan
5. Penggunaan kas untuk membiayai operasi keorganisasian
Pada tanggal 31 Januari 20X0 Pesantren Al-Iqbal membayar listrik sebesar
Rp 1.500.000,- dan membayar air sebesar Rp 1.000.000,- sesuai dengan
44
surat PLN nomor 132, dan surat PAM nomor 456. Maka proses
pencatatannya sebagai berikut:
Tabel IV.9
Pencatatan Jurnal Kas Untuk Membiayai Operasi Keorganisasian
Tabel IV.10
Pencatatan Buku Besar Kas Untuk Membiayai Operasi
Keorganisasian
45
C. Akun Piutang
Piutang merupakan hak yang dimiliki organisasi atas jasa yang telah
diberikan terlebih dahulu. Piutang memiliki saldo normal debit. Piutang bisa
diperoleh atas pendapatan yang seharusnya diterima saat ini namun belum
diterima. Dan dalam piutang, juga terdapat kemungkinan tidak tertagihnya
piutang itu sendiri. Berikut ini merupakan penggunaan akun piutang dan
proses pencatatannya:
1. Piutang atas pendapatan
Pada tanggal 1 Februari 20X0 diketahui 5 dari 45 Santri Pesantren Al-
Iqbal belum membayarkan iuran sebesar Rp 400.000,-/Santri. Dalam hal
ini pesantren memberikan kebijaksanaan hingga tanggal 5 Februari 20X0
untuk segera melunasi pembayaran iuran. Maka proses pencatatannya
adalah sebagai berikut:
Tabel IV.11
Pencatatan Jurnal Umum Piutang Atas Pendapatan
46
Tabel IV.12
Pencatatan Buku Besar Piutang Atas Pendapatan
2. Pembayaran Penagihan Piutang
Pada tanggal 5 Februari Pesantren Al-Iqbal menerima iuran dari 4
santrinya sebesar Rp 1.600.000,-. Maka proses pencatatannya sebagai
berikut:
Tabel IV.13
Pencatatan Jurnal Umum Pembayaran Penagihan Piutang
Tabel IV.14
Pencatatan Buku Besar Pembayaran Penagihan Piutang
47
3. Kemungkinan atas tidak tertagihnya piutang
Hingga tanggal 6 Februari 20X0 diketahui satu santri tidak mampu
membayar iuran. Oleh sebab itu, pesantren memberikan kebijakan untuk
menghapus piutang atas iuran santri tersebut dan memberikan keringanan
untuk tidak membayar iuran pada bulan Januri 20X0 sebesar Rp 400.000,-.
Nilai piutang tidak langsung dikurangi atas transaksi ini, namun dibuat
akun beban atas piutang tak tertagih disandikan dengan akumulasi piutang
tak tertagih yang akan muncul pada neraca pada sisi aset bersaldo normal
kredit sebagai pengurang piutang. Proses pencatatan atas transaksi ini
adalah sebagai berikut:
Tabel IV.15
Pencatatan Jurnal Umum Kemungkinan Atas Tidak Tertagihnya
Piutang
48
Tabel IV.16
Pencatatan Buku Besar Kemungkinan Atas Tidak Tertagihnya
Piutang
4. Buku Besar Pembantu Piutang
Piutang merupakan salah satu aset yang cair setelah kas. Peranan
piutang yang penting, membuat diperlukannya buku besar pembantu
piutang. Pada buku besar pembantu piutang, informasi yang disajikan
tidak hanya dalam bentuk nominal dan peristiwa ekonomi yang terjadi,
namun juga pihak-pihak yang memiliki piutang terhadap organisasi. Buku
besar pembantu ini juga menyediakan data historis pembayaran pihak
yang berpiutang, karena terdapat kemungkinan bahwa piutang bisa lebih
dari 1 tahun, sehingga diperlukan data historis untuk keakuratan
pencatatan dan kesalahan pencatatan yang mungkin terjadi. Perlu
ditekankan bahwa nilai yang tertera pada buku besar pembantu akun
piutang harus sama dengan nilai piutang yang disajikan dalam buku besar
piutang. Bentuk buku besar pembantu piutang disajikan sebagai berikut:
49
Tabel IV.17
Buku Besar Pembantu Piutang
Pada tabel tersebut nomor mencatat sebagai angka sesuai dengan
urutan. Tanggal mencatat waktu awal piutang terjadi. Kemudian,
pihak/organisasi mencatat pihak-pihak/organisasi yang memiliki piutang
dengan organisasi (pesantren). Kolom total piutang mencatat total piutang
yang harus dibayarkan oleh pihak yang berpiutang. Kolom pembayaran 1,
pembayaran 2, dan seterusnya berisikan tentang pembayaran yang telah
dilakukan oleh pihak yang berpiutang. Kolom ini dapat diperbanyak sesuai
dengan perkiraan jumlah pembayaran piutang terbanyak yang akan terjadi.
Bukti berisikan nomor bukti berupa kwitansi atau nota pembayaran
piutang yang telah dilakukan oleh pihak yang berpiutang. Dan total
terbayar berisikan jumlah yang telah dibayarkan pihak yang berpiutang.
Pentingnya buku besar pembantu piutang selain untuk melihat data
pembayaran piutang secara historis, juga berperan dalam memberikan
pertimbangan bagi para pengguna informasi, khususnya pengambil
keputusan untuk mengetahui perkembangan pembayaran piutang yang
terjadi dan mendeteksi lebih awal langkah-langkah yang perlu dilakukan.
50
D. Akun Persediaan
Persediaan merupakan barang yang digunakan untuk melakukan kegiatan
operasi organisasi. Persediaan memiliki saldo normal debit. Dalam
perhitungan persediaan terdapat 2 metode yang bisa digunakan serta diakui di
Indonesia, yaitu:
1. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama
Pada metode ini persediaan yang digunakan merupakan persediaan yang
pertama kali diperoleh. Dan pengakuan atas persediaan yang telah dipakai
berdasarkan harga dari persediaan yang pertama kali masuk.
2. Metode Rata-rata
Metode ini menjumlahkan seluruh rata-rata persediaan yang ada,
kemudian membaginya sesuai jumlah unit persediaan untuk diketahui
berapan jumlah nilai per unit dari persediaan. Kemudian pembebanan
persediaan didasarkan pada penjumlahan unit yang digunakan dikali
dengan harga per unit persediaan yang telah dihitung sebelumnya.
Contoh perhitungan dan pencatatan persediaan adalah sebegai berikut:
Pada tanggal 6 Februari Pesantren Al-Iqbal membeli beras sebanyak 2 Ton
dengan harga Rp 10.000.000, telur 10 Kg sebesar Rp 200.000,- untuk
keperluan konsumsi santri selama satu bulan. Dalam hal perhitungan
persediaan Pesantren Al-Iqbal menggunakan metode rata-rata. Maka terlebih
dahulu di cari harga per unit dari beras dan telur yang dibeli. Selama 10 hari
terakhir yaitu periode 1-10 Februari 20X0 Pesantren Al-Iqbal menghabiskan
51
100 Kg beras dan 8 Kg telur. Maka proses perhitungan dan pencatatan
persediaan adalah sebagai berikut:
Harga per unit beras = Rp 10.000.000,- / 2000 Kg = Rp 5.000/Kg
Harga Per Unit Telur = Rp 200.000/10 Kg = Rp 20.000/Kg
Penggunaan beras sampai dengan tanggal 10 Februari 20X0
= Rp 5000 X 100 Kg
= Rp 500.000,-
Penggunaan telur sampai dengan tanggal 10 Februari 20X0
= Rp 20.000 X 8 Kg
= Rp 160.000,-
Tabel IV.18
Pencatatan Jurnal Umum Akun Persediaan
52
Tabel IV.19
Pencatatan Buku Besar Akun Persediaan
Dalam kasus pesantren memiliki banyak persediaan untuk melaksanakan
kegiatan operasinya serta memiliki unit usaha pesantren, maka pada akun
persediaan diperlukan buku besar pembantu persediaan guna mendeteksi
persediaan secara historis dan detail dari persediaan yang ada. Seperti yang
sudah dijelaskan sebelumnya, terdapat dua metode untuk menghitung
persediaan. Dan untuk masing-masing metode memiliki bentuk buku besar
pembantu yang sedikit berbeda. Adapun bentuk buku besar pembantu akun
persediaan dapat disajikan sebagai berikut:
Tabel IV.20
Pencatatan Buku Besar Pembantu Akun Persediaan Metode Masuk
Pertama Keluar Pertama
53
Tabel IV.21
Pencatatan Buku Besar Pembantu Akun Persediaan Metode Harga Rata-
Rata
Buku besar pembantu akun persediaan akan lebih baik dibuat untuk per
item persediaan, terutama persediaan yang jumlahnya cukup banyak dan harus
dikontrol penggunaannya secara detail. Sebagai contoh, persediaan beras,
persediaan minyak goreng, persediaan tepung terigu dan lain-lain yang
digunakan untuk kegiatan operasi pesantren. Sedangkan dalam hal pesantren
membukan unit usaha, buku besar pembantu persediaan dapat dibuat
berdasarkan per item atau kategori tertentu. Misalnya, jika pesantren memiliki
unit usaha dagang yang memiliki berbagai produk, akan lebih baik jika buku
besar pembantu persediaan disajikan berdasarkan kategori, seperti kategori
makanan ringan yang terdiri dari beberapa item memiliki satu buku besar
pembantu, sedangkan untuk kategori lain dibuat buku besar pembantu baru.
Hal ini ditujukan agar pendeteksian atas persediaan menjadi jelas dan
terkontrol.
Komponen-komponen dalam tabel persediaan terdiri dari tanggal yang
mencatat waktu masuk keluarnya persediaan. Jumlah persediaan yang
54
mencatat jumlah persediaan dalam satuan seperti Kg, Pcs, dan lain-lain. Total
yang mencatat harga dari total persediaan. Penggunaan yang mencatat
keluarnya persediaan dalam satuan. Harga satuan yang mencatat harga
persediaan dalam satuan. Total penggunaan yang mencatat hasil kali dari
penggunaan dengan harga satuan. Dan saldo persediaan mencatat jumlah
nominal persediaan saat ini.
Isi dari tabel persediaan kedua metode mayoritas adalah sama, kecuali
harga satuan. Pada kolom harga satuan metode masuk pertama keluar pertama
mengandung nilai nominal per item sesuai dengan harga beli. Namun, untuk
kolom persediaan harga rata-rata, memungkinkan perubahan harga satuan
mengikuti perkembangan dari harga pasar. Apabila pembelian persediaan
selanjutnya cenderung naik, maka pada metode rata-rata, harga satuan
persediaan rata-rata merupakan rata-rata dari jumlah total persediaan.
E. Akun Peralatan
Peralatan merupakan aset jangka panjang yang manfaatnya lebih dari satu
tahun atau satu periode akuntansi. Peralatan memiliki saldo normal debit.
Contoh peralatan adalah Microphone, Meja belajar, transportasi, dan lain-lain.
Peralatan biasanya disusutkan berdasarkan perkiraan manfaat ekonomi
yang dimilikinya. Tujuan dari penyusutan ini adalah mengalokasikan sejumlah
dana apabila peralatan perlu diganti sesuai waktunya atau perlu adanya
perawatan khusus atas peralatan tersebut. Pada saat peralatan disusutkan, dana
yang dialokasikan (disisihkan) akan masuk dalam akun Akumulasi
55
Penyusutan Peralatan yang bersaldo normal di kredit dan Beban Penyusutan
yang bersaldo normal didebit sebagai akun pembanding. Terdapat beberapa
metode daam menghitung penyusutan peralatan, diantaranya:
1. Metode garis lurus
Metode ini membagi nilai total perolehan peralatan dengan perkiraan
manfaat peralatan tersebut.
2. Metode saldo menurun berganda
Metode ini membagi nilai total peralatan secara menurun, dengan asumsi
bahwa fungsi optimal peralatan adalah pada awal periode, sedangkan pada
periode selanjutnya, fungsi peralatan relatif mengalami penurunan,
sehingga penyusutannya pun demikian.
3. Metode persentasi/jumlah penggunaan
Pada metode ini peralatan disusutkan dengan cara menetapkan terlebih
dahulu perkiraan jumlah pakai melalui peralatan tersebut. Misalnya, Meja
belajar dapat digunakan selama 2000 kali pembelajaran. Kemudian dicari
nilai dari per penggunaan peralatan tersebut. Barulah dapat ditentukan
berapa dana yang harus dialokasi dari penggunaan peralatan tersebut.
Sebagai contoh, Pada tanggal 11 Februari 20X0, Pesantren Al-Iqbal
memiliki membeli sebuah Microphone untuk keperluan belajar mengajar
sebesar Rp 1.200.000,-. Pesantren Al-Iqbal menerapkan metode garis lurus
untuk menyusutkan peralatannya. Dan Microphone ini diperkirakan memiliki
masa manfaat selama 2 tahun. Maka perhitungan untuk penyusutannya adalah
sebagai berikut:
56
Penyusutan = Rp 1.200.000,- / 2 = Rp 600.000,- / tahun
Untuk Per bulan maka = Rp 600.000/12 = Rp 50.000,-
Maka penyusutan yang dialokasikan pada akhir bulan februari sebesar Rp
50.000,- dan proses pencatatannya adalah sebagai berikut:
Tabel IV.22
Proses Pencatatan Jurnal Umum Akun Peralatan
Tabel IV.23
Proses Pencatatan Buku Besar Akun Peralatan
57
Selain pencatatan jurnal umum dan buku besar akun peralatan pada
pesantren juga memerlukan buku kontrol atas peralatan. Pembuatan buku
kontrol ini terlepas dari pencatatan yang telah dilakukan sebelumnya. Buku
kontrol peralatan ini berguna untuk memberikan informasi kepada pengelola
peralatan pesantren khususnya untuk mengambil keputusan pengendalian atas
peralatan pesantren yang menjadi tanggungjawabnya. Buku kontrol peralatan
disajikan sebagai berikut:
58
Tabel IV.24
Buku Kontrol Peralatan
Buku kontrol berisikan kolom tanggal, jenis peralatan, harga peralatan,
reparasi, dan biaya reparasi. Bentuk ini bisa dikembangkan sesuai kebutuhan
pesantren dalam mengontrol peralatan yang ada. Pada kolom tanggal berisikan
tanggal pembelian peralatan. Kemudian, jenis peralatan berisikan nama
barang-barang yang masuk dalam kategori peralatan. Kolom harga peralatan
berisikan harga pembelian dari peralatan. Kolom reparasi berisikan tanggal
peralatan mengalami reparasi atau perawatan. Kolom ini memungkinkan
untuk diperbanyak sesuai dengan perkiraan reparasi yang akan terjadi selama
masa manfaat peralatan. Dan kolom harga reparasi berisikan biaya reparasi
yang dikeluarkan atas reparasi peralatan. Dengan menggunakan informasi dari
buku kontrol peralatan, pengelola peralatan pesantren dapat mengambil
keputusan-keputusan terkait pengelolaan peralatan yang ada di pesantren.
59
F. Perlengkapan
Perlengkapan merupakan barang yang digunakan sebagai alat dalam
melaksanakan aktivitas operasi organisasi. Alat-alat ini biasanya habis dalam
jangka waktu kurang atau sama dengan 1 periode akuntansi. Dalam
perhitungan perlengkapan diperlukan penyesuaian-penyesuaian tertentu guna
mengetahui berapa perlengkapan yang habis dipakai dan ketersediaan
perlengkapan untuk periode selanjutnya. Pencatatan penyesuaian ini dilakukan
pada jurnal penyesuaian. Menggunakan contoh pada perhitungan kas dalam
melakukan pembelian perlengkapan, proses pencatatan akuntansi penyesuaian
perlengkapan adalah sebagai berikut:
Diketahui hingga akhir Februari 20X0, jumlah perlengkapan yang tersisa
untuk digunakan sebesar Rp 1.900.000,-. Maka jumlah perlengkapan yang
digunakan dari Bulan Januari hingga Bulan Februari adalah sebagai berikut:
Rp 2.000.000 – Rp 1.900.000 = Rp 100.000,-
Tabel IV.25
Proses Pencatatan Jurnal Penyesuaian Perlengkapan
60
Tabel IV.26
Proses Pencatatan Buku Besar Perlengkapan
Hal lain yang perlu dicatat oleh pesantren terkait dengan akun
perlengkapan adalah detail informasi tentang perlengkapan itu sendiri.
Sehingga, diperlukan suatu tabel daftar perlengkapan. Tabel ini berisikan
daftar lengkap perlengkapan yang ada di pesantren, dan dapat mendeteksi
perlengkapan apa saja yang perlu dibeli tahun depan karena habis atau hilang.
Tabel daftar perlengkapan disajikan sebagai berikut:
Tabel IV. 27
Tabel Daftar Perlengkapan
61
Pada tabel daftar perlengkapan tersebut dapat diketahui segala
perlengkapan yang dimiliki oleh pesantren. Kolom no berisikan nomor sesuai
dengan urut-urutan. Kolom tanggal berisikan tanggal pembelian perlengkapan.
Kolom perlengkapan berisikan nama perlengkapan yang dimiliki oleh
pesantren. Kolom jumlah berisikan satuan jumlah perlengkapan. Kolom harga
satuan berisikan harga per item dari perlengkapan dan kolom total berisikan
total nominal dari harga perlengkapan. Melalui tabel daftar perlengkapan ini
dapat dicross check lebih lanjut perlengkapan mana yang habis/hilang dan
perlu dipenuhi di masa mendatang untuk keperluan operasi.
G. Aset Atas Sumber Daya Yang Memiliki Manfaat Lebih Dari Satu Tahun
Jenis aset ini merupakan pengeluaran sumber daya organisasi untuk
melakukan kegiatan keorganisasinnya, namun masih memiliki manfaat di
masa
mendatang. Oleh sebab itu, pengeluaran tersebut diakui sebagai aset hingga
masa manfaatnya habis. Sebagai contoh: Diketahui ternyata pada tanggal 1
Februari 20X0 Pesantren Al-Iqbal menyewa lapangan sekitar wilayah
pesantren untuk digunakan dalam kegiatan belajar mengajar santri. Lapangan
tersebut disewa 1 tahun sebesar Rp 1.200.000,-. Oleh sebab itu, maka manfaat
atas sewa ini hingga akhir Februari sebesar:
Sewa = Rp 1.200.000,-/Tahun
Sewa = Rp 1.200.000,-/12 = Rp 100.000,-/ Bulan
Maka proses pencatatan akun ini adalah sebagai berikut:
62
Tabel IV.28
Proses Pencatatan Jurnal Umum Aset Dengan Masa Manfaat Lebih Dari
Satu Tahun
Tabel IV.29
Proses Pencatatan Buku Besar Aset Dengan Masa Manfaat Lebih Dari
Satu Tahun
63
BAB V
KOMPONEN UTANG DAN DANA
A. Komponen Utang
Utang merupakan kewajiban yang dimiliki oleh organisasi. Berdasarkan
jangka waktunya, utang dibagi menjadi dua, yaitu utang jangka pendek dan
utang jangka panjang. Utang jangka pendek merupakan utang yang jatuh
tempo kurang atau sama dengan 1 tahun, sedangkan utang jangka panjang
adalah utang yang jatuh tempo lebih dari satu tahun. Pembahasan komponen
utang pada pesantren akan disederhanakan pada akun utang jangka pendek
seperti pendapatan yang diterima dimuka dan pinjaman jangka pendek
sekaligus akun-akun pendapatan dan beban yang mempengaruhi akun
tersebut. Dan utang jangka panjang yang berfokus pada pembayaran pinjaman
utang jangka panjang.
B. Pendapatan Diterima Dimuka
Pendapatan diterima dimuka merupakan akun dalam kategori utang jangka
pendek tetapi bisa saja termasuk utang jangka panjang bergantung pada
periode jatuh temponya. Pendapatan diterima dimuka merupakan arus masuk
sumber daya yang diterima terlebih dahulu sebelum jasa diberikan dan
bersaldo normal di kredit. Contoh pendapatan diterima dimuka adalah iuran
pembangunan santri yang dibayar di awal waktu. Pada saat pesantren
menerima iuran pembangunan tersebut, psantren masih belum melaksanakan
64
pembangunan tersebut sehingga pendapatan yang diterima termasuk dalam
pendapatan diterima dimuka. Contoh proses pencatatan akuntansi pendapatan
diterima dimuka adalah sebagai berikut:
Pada bulan Juni 20X0 Pesantren Al-Iqbal membuka pendaftaran santri
baru. Salah satu syarat administrasi pendaftaran adalah membayar uang
pembangunan sebesar Rp 6.000.000. Pembayaran ini dapat dilakukan pada
saat pendaftaran maupun dicicil selama 1 tahun. Dan pembayaran ini hanya
dibayarkan 1 kali hingga santri lulus. Pada saat pembayaran diketahui terdapat
3 santri yang langsung membayar lunas iuran pembangunan ini.
Tabel V.1
Proses Pencatatan Jurnal Umum Pendapatan Diterima Dimuka
Tabel V.2
Proses Pencatatan Buku Besar Pendapatan Diterima Dimuka
65
Setelah pendapatan yang diterima dimuka tersebut sudah benar-benar
direalisasikan penggunaannya maka dilakukan pencatatan jurnal umum secara
terbalik, dimana pendapatan diterima dimuka berada di sisi debit dan kas yang
dikeluarkan berada di sisi kredit sebagai bentuk pengeluaran dana. Hasil
pencatatan jurnal umum kemudian dipindahkan ke buku besar untuk diketahui
saldo pada akun pendapatan diterima dimuka dan akun kas.
C. Utang Jangka Pendek
Utang jangka pendek adalah utang yang jatuh tempo kurang dari satu
tahun. Utang jangka pendek dapat beraneka ragam bentuknya, seperti
pinjaman kas yang jatuh tempo kurang dari satu tahun atau pembelian barang
perlengkapan dan persediaan secara utang. Sebagai contoh, pada bulan Juni
20X0 Pesantren Al-Iqbal meminjam kepada unit usaha pesantren sebesar Rp
1.000.000,- untuk keperluan pembayaran pagar. Pada saat yang sama Unit
Usaha Pesantren Al-Iqbal membeli barang persediaan untuk keperluan operasi
secara utang sebesar Rp 2.000.000,- maka proses pencatatannya adalah
sebagai berikut:
66
Tabel V.3
Proses Pencatatan Jurnal Utang Jangka Pendek
Tabel V.4
Proses Pencatatan Buku Besar Utang Jangka Pendek
D. Tambahan Pembayaran Dan Utang Jangka Panjang
Tambahan pembayaran (dalam kasus bank konvensional disebut bunga)
merupakan pembayaran lebih yang dilakukan organisasi atas pendanaan yang
diperolehnya. Perbedaan tambahan pembayaran dengan bunga terletak pada
kesepakatan dan kestabilan pembayaran yang dilakukan. Tambahan
67
pembayaran bisa termasuk dalam hutang jangka pendek maupun hutang
jangka panjang, tergantung dari lamanya jangka waktu pembayarannya.
Sedangkan utang jangka panjang merupakan pinjaman organisasi kepada
pihak lain yang menimbulkan kewajiban bagi organisasi untuk membayar
dalam periode lebih dari 1 tahun. Kedua jenis utang ini bersaldo normal di
kredit. Sebagai contoh: Pesantren Al-Iqbal berencana melakukan
pembangunan Masjid di pesantrennya. Untuk membangun Masjid diperlukan
dana sebesar Rp 500.000.000,-. Untuk memenuhi kebutuhan dana ini
pesantren Al-Iqbal mengadakan pinjaman pada Januari 20X0 dengan bank
Syariah setempat, dan disepakati bersama tingkat pengembalian sebesar Rp
510.000.000,- dalam kurun waktu 5 tahun. Bagaimana alokasi dana untuk
membayar utang dalam 5 tahun kedepan?
Pinjaman pokok = Rp 500.000.000 dalam 5 tahun
Alokasi dana per tahun = Rp 500.000.000/5 = Rp 100.000.000,-
Tambahan Pembayaran = Rp 10.000.000,- dalam 5 tahun
Alokasi dana per tahun = Rp 10.000.000/5 = Rp 2.000.000,-
Tabel V.5
Proses Pencatatan Jurnal Umum Akun Utang Jangka Panjang
68
Tabel V.6
Proses Pencatatan Buku Besar Akun Utang Jangka Panjang
Tabel V.7
Proses Pencatatan Jurnal Umum Akun Tambahan Pembiayaan
Tabel V.8
Proses Pencatatan Buku Besar Akun Tambahan Pembiayaan
69
Dalam hal utang jangka panjang pesantren berelasi dengan beberapa
pihak, maka pada kolom keterangan di buku besar dapat ditulis pihak-pihak
yang menjadi kreditor pesntren. Sehingga setiap pembayaran utang yang
dilakukan oleh pesantren dapat terdeteksi, kreditor mana yang sudah lunas dan
belum lunas. Namun apabila diperlukan, bisa saja dibentuk buku besar
pembantu utang untuk melihat secara historis pembayaran utang jangka
panjang beserta dengan tambahan pembayaran yang telah dilakukan. Buku
besar pembantu utang jangka panjang disajikan sebagai berikut:
Tabel V.9
Buku Besar Pembantu Utang Jangka Panjang
Pada buku besar pembantu utang jangka panjang terdapat kolom kreditor
yang mencatat nama kreditor (peminjam). Tepat dibawah nama peminjam
tertera kolom yang akan diisi secara horizontal berupa tambahan pembayaran
yang mencatat tambahan pembayaran per setiap pembayaran cicilan utang.
Kemudian pada kolom tanggal pinjaman mencatat waktu utang diambil.
Selanjutnya, kolom total pinjaman mencatat total pinajaman yang diambil.
Kemudian, kolom pembayaran 1, 2, dan seterusnya dapat dibuat sesuai
70
kebutuhan mencatat pembayaran yang telah dilakukan. Dan terakhir, pada
kolom total terbayar mencatat jumlah utang yang sudah dibayar kepada
kreditor.
E. Komponen Dana
Dana merupakan aset bersih yang dimiliki oleh suatu organisasi.
Komponen dana memiliki saldo normal kredit. Ditinjau dari keterikatannya,
dana dapat dibagi menjadi dana yang bersifat tidak terikat dan dana terikat.
Dana tidak terikat berisikan dana-dana yang tidak menumbulkan kewajiban
tertentu dan pemilik/pimpinan pesantren dapat menggunakan dana tersebut
sesuai keputusannya. Sebaliknya, dana terikat merupakan dana yang
menimbulkan kewajiban/komitmen tertentu dimasa mendatang, sehingga
pemilik/pimpinan pesantren yang menerima dana tersebut hanya berhak
menggunakan dana tersebut sesuai dengen pemberi dana.Contoh dana tidak
terikat seperti surplus hasil operasi pesantren, keuntungan unit usaha pesantren
yang diatribusikan, dan lain-lain. Sedangkan contoh dana yang terikat seperti
wakaf, sumbangan pembangunan oleh donatur, dan lain-lain.
Dana dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti surplus yang diperoleh
organisasi dalam 1 periode akuntansi, asupan dana oleh pemilik, wakaf
maupun hibah. Dalam hal terjadi kenaikan dana akibat laba, akan tampak pada
Laporan perubahan dana yang berkesinambungan dengan Laporan operasi
pesantren dan Laporan Posisi Keuangan.
71
F. Asupan Dana Pemilik
Asupan dana pemilik merupakan penambahan kas atau barang oleh
pemilik kepada organisasi pesantren. Penambahan ini bertujuan untuk
berbagai hal, mulai dari upaya peningkatan kualitas operasi, pengembangan,
dll. Asupan dana pemilik termasuk dalam dana tidak terikat. Sebagai contoh:
Pada awal Februari 20X0 pemilik pesantren Al-Iqbal memberikan dana
sebesar Rp 300.000.000,- untuk mendanai pembangunan ruang kelas pada
bulan Juni 20X0. Maka proses pencatatan akuntansinya adalah sebagai
berikut:
Tabel V.10
Proses Pencatatan Jurnal Umum Asupan Dana Pemilik
Tabel V.11
Proses Pencatatan Buku Besar Asupan Dana Pemilik
72
G. Hibah
Hibah merupakan sumbangan atau hadiah yang diberikan oleh pihak lain
selain pemilik kepada organisasi tanpa adanya timbal balik. Contohnya,
sumbangan kepada pesantren, pemberian tanah kepada pesantren. Sebagai
gambaran, Pada awal Maret 20X0 Pesantren Al-Iqbal menerima hibah berupa
mobil senilai Rp 150.000.000,- untuk menunjang operasinya, maka proses
komputerisasinya adalah:
Tabel V.12
Proses Pencatatan Jurnal Umum Akun Hibah
Tabel V.13
Proses Pencatataan Buku Besar Akun Hibah
73
H. Dana Terikat
Dana terikat merupakan dana yang sudah ditentukan penggunaannya dan
tidak bisa digunakan untuk tujuan lain. Perolehan atas dana terikat ini diakui
sebagai aset yang tidak likuid atau bahkan tidak akan digunakan kecuali untuk
tujuan dari perolehan dana tersebut. Kendati demikian, perolehan dana terikat
tetap di catat dan dilaporkan pada laporan keuangan. Sebagai contoh, pada
bulan April 20X0 Pesantren Al-Iqbal menerima sumbangan untuk tujuan
pembangunan sebesar Rp 100.000.000,- maka proses pencatatannya adalah
sebagai berikut:
Tabel V.14
Proses Pencatataan Jurnal Umum Akun Dana Terikat
Tabel V.15
Proses Pencatataan Buku Besar Akun Dana Terikat
74
BAB VI
KOMPONEN PENDAPATAN DAN BEBAN
A. Komponen Pendapatan
Pendapatan merupakan manfaat ekonomi yang akan diperoleh organisasi
di masa mendatang dan dapat diukur jumlahnya secara moneter. Pendapatan
yang diperoleh bisa berasal dari transaksi ekonomi saat ini ataupun transakssi
yang terjadi di masa lalu. Berdasarkan sumbernya, pendapatan dibagi menjadi
dua jenis. Yang pertama merupakan pendapatan operasi/operasional dan yang
kedua merupakan pendapatan lain-lain. Yang dimaksud dengan pendapatan
operasi adalah pendapatan yang berasal dari aktivitas utama organisasi (dalam
hal pesantren, pendapatan operasinya diperoleh dari iuran yang dibayarkan
santri setiap bulannya). Sedangkan pendapatan lain-lain merupakan
pendapatan yang diperoleh bukan dari aktivitas utama organisasi, sebagai
contoh: Pendapatan yang diperoleh dari aset tetap yang dimiliki oleh
organisasi. Pendapatan yang diperoleh organisasi pada suatu periode akan
ditutup pada akhir periode pada akun dana. Apabila pendapatan lebih besar
daripada beban yang ditanggung organisasi pada suatu periode (Surplus) maka
akan menambah akun dana tidak terikat. Sebaliknya, bila beban yang
ditanggung justru lebih besar dibandingkan pendapatan yang dihasilkan oleh
organisasi (Minus) maka akan mengurangi dana tidak terikat pesantren.
75
B. Pendapatan Operasi
Pendapatan operasi diperoleh dari aktivitas utama organisasi. Dalam hal
operasi pesantren, pendapatan dihasilkan dari jasa pengajaran dan bimbingan
yang diberikan Guru pesantren kepada siswa pesantren dalam bentuk jasa
pendidikan. Contoh proses pencatatan akuntansi pendapatan Pendapatan
Operasi adalah sebagai berikut:
Pesantren Al-Iqbal memiliki setidaknya 100 santri. Pesantren Al-Iqbal
menarik iuran dari para santrinya sebesar Rp 200.000,-/ Bulan. Biaya ini
ditujukan untuk keperluab pengurusan pesantren seperti biaya litrik, air,
telefon, biaya gaji guru, dll. Namun pada bulan September 20X0 diketahui, 10
Santri belum bisa membayar iurannya. Maka proses komputerisasinya adalah
sebagai berikut:
Total Pendapatan Operasi = 100 X Rp 200.000,-
= Rp 20.000.000,-
Yang diterima Tunai = 90 X Rp 200.000
= Rp 18.000.000,-
Masih menjadi Piutang = 10 X Rp 200.000,-
= Rp 2.000.000,-
Tabel VI.1
Proses Pencatatan Jurnal Umum Akun Pendapatan Operasi
76
Tabel VI.2
Proses Pencatatan Buku Besar Akun Pendapatan Operasi
C. Pendapatan Lain-lain
Pendapatan lain-lain merupakan pendapatan yang berasal dari kegiatan
yang bukan aktivitas operasi utama organisasi. Pendapatan lain-lain
dipisahkan letaknya dalam laporan Laba Rugi. Sebagai contoh, Pesantren Al-
Iqbal memiliki meja belajar yang sudah tidak dipakai namun sangat layak
digunakan. Pada September 20X0 ada sekolah umum yang berminat untuk
membeli meja belajar tersebut untuk keperluan mengajar. Setelah negosiasi
harga, telah disepakati oleh kedua belah pihak sebesar Rp 18.000.000,- untuk
total seluruh 100 unit meja belajar. Maka proses komputerisasinya sebagai
berikut:
77
Tabel VI.3
Proses Pencatatan Jurnal Umum Akun Pendapatan Lain-Lain
Tabel VI.4
Proses Pencatatan Jurnal Umum Akun Pendapatan Lain-Lain
D. Komponen Beban
Beban merupakan arus keluar manfaat ekonomi dari organisasi. Beban
merupakan hal yang pasti ada dalam suatu organisasi, karena beban pada
dasarnya merupakan upaya untuk menghasilkan pendapatan. Beban terjadi
akibat transaksi yang dilakukan saat ini seperti beban listrik, beban air dan
beban telepon pada akhir bulan, atau terjadi akibat transaksi di masa lalu
78
seperti beban atas hak yang telah dibayarkan terlebih dahulu, seperti beban
sewa atas sewa yang sudah dibayar dimuka.
Beban berdasarkan sumbernya juga dapat dikategorikan menjadi beban
operasi dan beban lain-lain. Yang dimaksud dengan beban operasi adalah
beban-beban yang dikeluarkan untuk menunjang aktivitas operasi organisasi,
sedangkan beban lain-lain merupakan beban yang terjadi akibat aktivitas
diluar aktivitas operasi organisasi. Sama halnya dengan pendapatan, pada
akhir periode seuruh akun beban akan ditutup kepada akun dana. Apabila
beban lebih besar dari pendapatan (Minus) maka akan mengurangi modal.
Sebaliknya, apabila beban lebih kecil (Surplus) maka akan menambah modal.
E. Beban Operasi
Beban operasi merupakan beban-beban yang terjadi akibat kegiatan
operasi yang dilakukan oleh organisasi. Dalam kasus pesantren, beban operasi
dapat berupa beban gaji guru, beban listrik, beban air, dan beban telepon.
Sebagai contoh, Pada akhir Februari 20X0 Pesantren Al-Iqbal mendapat
tagihan dari PLN sebesar Rp 5.000.000,-, PAM sebesar Rp 2.000.000,- dan
Telkom sebesar Rp 1.000.000,-. Maka proses pencatatan akuntansinya adalah
sebagai berikut:
79
Tabel VI.5
Proses Pencatatan Jurnal Umum Akun Beban Operasi
Tabel VI.6
Proses Pencatatan Buku Besar Akun Beban Operasi
80
F. Beban Lain-lain
Beban lain-lain merupakan beban yang terjadi akibat peristiwa ekonomi
diluar aktivitas utama organisasi. Beban lain-lain dapat terjadi karena berbagai
faktor seperti alam, kejadian tak terduga, dan tidak terencana. Sebagai contoh:
Pada akhir Februari 20X0 Pesantren Al-Iqbal mengalami kerusakan genteng
akibat hujan badai diwilayahnya. Sehingga, harus segera diperbaiki,
berdasarkan estimasi diperkirakan kerugian sebesar Rp 5.000.000,- untuk
memperbaiki genteng. Maka proses komputerisasi akuntansinya adalah
sebagai berikut:
Tabel VI.7
Proses Pencatatan Buku Besar Akun Beban Lain-Lain
Tabel VI.8
Proses Pencatatan Buku Besar Akun Beban Lain-Lain
81
BAB VII
PROSES PEMBUATAN LAPORAN KEUANGAN
Setelah mempelajari seluruh komponen yang ada dalam akuntansi
pesantren, maka tahapan selanjutnya adalah mengolah suatu peristiwa ekonomi
menjadi sebuah informasi keuangan melalui akuntansi. Bagian ini menjelaskan
gambaran proses pembuatan laporan keuangan yang dimulai pada tahap
pencatatan hingga penyusunan laporan keuangan. Guna memudahkan, maka
setiap tahapan merupakan aplikasi dari studi kasus yang akan dijelaskan pada
bagian berikut:
Pesantren Al-Iqbal merupakan pesantren yang berdiri sejak 20X0. Pada awal
pendiriannya pesantren ini sudah memiliki Tanah senilai Rp 1.000.000.000,
gedung siap pakai senilai Rp 400.000.000,-, mobil senilai Rp 360.000.000,- serta
peralatan lain-lain senilai Rp 240.000.000 yang merupakan hasil wakaf. Wakaf ini
selanjutnya dipercayai kepada pemilik pesantren saat ini untuk dikelola lebih
lanjut. Diawal pembentukannya pesantren ini sudah memiliki 30 santri. Selama
Bulan Januari 20X0 terdapat peristiwa ekonomi sebagai berikut:
1. 1 Januari 20X0 Pemilik memberikan asupan dana untuk kepentingan
operasional sebesar Rp 250.000.000,-
2. 4 Januari 20X0 dibeli perlengkapan secara tunai sebesar Rp 12.000.000
untuk digunakan selama 1 tahun. Sampai dengan akhir januari jumlah
perlangkapan masih Rp 11.600.000
82
3. 5 Januari 20X0 dibeli peralatan tambahan berupa meja sebesar Rp
120.000.000,- untuk seluruh ruang kelas. Meja ini akan disusutkan
menggunakan metode garis lurus dan diperkirakan memiliki masa manfaat
selama 4 tahun. Untuk peraatan lain-lain juga disusutkan dengan metode
yang sama pada jangka waktu yang sama. Sedangkan untuk mobil
diperkiran memiliki masa manfaat selama 5 tahun dan gedung selama 20
tahun dengan metode yang sama. Dan untuk tanah, tidak dilakukan
penyusutan.
4. 8 Januari 20X0 dibayar periklanan untuk menarik santri sebesar Rp
12.000.000 untuk 1 tahun.
5. 10 Januari 20X0 Dibeli persediaan beras senilai Rp 20.000.000,- bahan
lauk sebesar Rp 1.000.000,- dan stok pengolahan bahan mentah seperti gas
LPG, minyak goreng senilai Rp 1.000.000,-. Diketahui pada akhir periode
tersisa beras senilai Rp 10.000.000,- dan pengolahan bahan mentah senilai
Rp 100.000,-
6. 15 Januari 20X0 dibayarkan gaji para guru sebesar Rp 5.000.000,-. Pada
akhir periode pesantren mengakui Gaji guru bulan Februari selama 15 hari
yang belum terbayarkan.
7. 20 Januari 20X0 diperoleh pembayaran iuran sebesar Rp 20.000.000,- dari
20 santri yang ada. Sedangkan 10 santri lainnya melapor akan
membayarnya pada bulan berikutnya.
8. 26 Januari 20X0 diadakan pinjaman kepada Bank Syariah untuk
melakukan perluasan dan pembangunan fasilitas sebesar Rp 300.000.000,.
83
Dari pinjaman ini disepakati pengembalian sebesar Rp 312.000.000,-
untuk jangka waktu 5 tahun. Pembayaran dilakukan setiap bulan, dan
dimulai sejak bulan Januari 20X0.
9. 31 Januari 20X0 Dibayarkan listrik sebesar Rp 4.000.000, Air sebesar Rp
1.000.000 dan kebersihan serta keamanan sebesar Rp 100.000,-
10. Pada akhir bulan Januari 20X0 juga diterima hibah berupa uang tunai dari
donatur sebesar Rp 10.000.000,- serta penambahan asupan dana oleh
pemilik sebesar Rp 100.000.000-
94
DAFTAR PUSTAKA
Kieso, Weygandt, Warfield. Intermediate Accounting Volume 1 IFRS Edition.
2010. United States: University of California, Santa Barbara.
Kieso, Weygandt, Warfield. Intermediate Accounting Volume 2 IFRS Edition.
2010. United States: University of California, Santa Barbara.
Fess, Reeve, Warren. Pengantar Akuntansi dan Bisnis Edisi ke-21. 2009. United
South Western: Thomson.
Syahputra, Eka. 2017. Perancangan Aplikasi EFA pada CV Dafi Production.
Karya Ilmiah. UNJ.
Suyono. Komputer Akuntansi Kelas IX Jilid I. 2013. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Referensi Online :
https://almanhaj.or.id/3723-agar-rizki-mendapat-keberkahan.html
https://pengusahamuslim.com/2272-ternyata-alquran-telah-mengatur-masalah-
ekonomi.html
https://images.sftcdn.net/images/t_optimized,f_auto/p/32945860-9b66-11e6-b2c7-
00163ed833e7/232021544/microsoft-excel-screenshot.jpg Diakses pada 18
Februari 2018 pada pukul 00.21 WIB
https://www.posbali.id/wp-content/uploads/2016/06/5yi96r.jpg Diakses pada 18
Februari 2018 pada pukul 00.28 WIB
LANGKAH 1
Jurnal Umum
Tanggal Akun Referensi Debit Kredit
LANGKAH 6
Jurnal Penutup
Tanggal Akun Referensi Debit Kredit
TOTAL
TOTAL
LANGKAH 2
KAS
TANGGAL KETERANGAN REF Penambahan KREDIT SALDO
PERSEDIAAN
no jenis aset nilai umur ekonomis beban reparasi SALDO
LANGKAH 5
ASET UTANG
TOTAL
DANA
TOTAL
TOTAL TOTAL
PESANTREN AL-IQBAL
LAPORAN POSISI KEUANGAN
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 20X0
LANGKAH 7
Pendapatan
Beban
Laba
LANGKAH 8
Dana Awal Tidak Terikat
Dana Awal Terikat
(+/-) Laba / Rugi
(+/-) Penarikan dan tambahan modal
Modal Akhir
PESANTREN AL-IQBAL
LAPORAN OPERASI
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 20X0
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 20X0
LAPORAN PERUBAHAN DANA
PESANTREN AL-IQBAL
LANGKAH 8
Jumlah Kas Awal Periode
Aktivitas Operasi
Aktivitas Investasi
Aktivitas Pendanaan
Jumlah Kas Akhir Periode
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 20X0
LAPORAN ARUS KAS
PESANTREN AL-IQBAL
LANGKAH 3
NERACA SALDO
AKUN DEBIT KREDIT
Komponen Aset
Komponen Utang
Komponen Dana
Komponen Penapatan
Komponen Beban
TOTAL
LANGKAH 4
Jurnal Penyesuaian
Tanggal Akun Referensi Debit Kredit
TOTAL
Jurnal Umum
Tanggal Akun Referensi Debit Kredit
1 Januari 20X0 Kas 200.000.000Rp
Dana Hibah 200.000.000Rp
20 Januari 20X0 Perlengkapan Nota 3121 2.000.000Rp
Kas 2.000.000Rp
21 Januari 20X0 Utang Sewa Nota 1111 2.000.000Rp
Kas 2.000.000Rp
30 Januari 20X0 Kas 20.000.000Rp
Pendapatan Iuran 20.000.000Rp
TOTAL
KAS
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT KREDIT SALDO
1 Januari 20X0 JU1 200.000.000Rp 200.000.000Rp
20 Januari 20X0 JU1 2.000.000Rp 198.000.000Rp
21 Januari 20X0 JU1 2.000.000Rp 196.000.000Rp
30 Januari 20X0 JU1 20.000.000Rp 216.000.000Rp
DANA HIBAH
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT KREDIT SALDO
1 Januari 20X0 JU1 200.000.000Rp 200.000.000Rp
PERLENGKAPAN
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT KREDIT SALDO
20 Januari 20X0 JU1 2.000.000Rp 2.000.000Rp
30 Februari 20X0 JP 100.000Rp 1.900.000Rp
UTANG SEWA
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT KREDIT SALDO
1 Januari 20X0 Saldo Awal 2.000.000Rp 2.000.000Rp
21 Januari 20X0 JU1 2.000.000Rp -Rp
PENDPATAN IURAN
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT KREDIT SALDO
30 Januari 20X0 JU1 20.000.000Rp 20.000.000Rp
1 Februari 20X0 JU2 2.000.000Rp 22.000.000Rp
Jurnal Umum
Tanggal Akun Referensi Debit
31 Januari 20X0 Beban Listrik Surat 132 1.500.000Rp
Beban Air Surat 456 1.000.000Rp
Kas
1 Februari 20X0 Piutang Iuran 2.000.000Rp
Pendapatan Iuran
5 Februari 20X0 Kas 1.600.000Rp
Piutang Iuran
Jurnal Umum
Tanggal Akun Referensi Debit
6 Februari 20X0 Beban Piutang Tak Tertagih 400.000Rp
Akm. Piutang tak Tertagih
6 Februari 20X0 Persediaan 10.200.000Rp
Kas
10 Februari 20X0 Beban Persediaan 660.000Rp
Persediaan
11 Februari 20X0 Peralatan 1.200.000Rp
Kas
Jurnal Umum
Tanggal Akun Referensi Debit
28 Februari 20X0 Beban Penyusutan Perl. 50.000Rp
Akum. Penyusutan Peralatan
1 Februari 20X0 Sewa Dibayar Dimuka 1.200.000Rp
Kas
Jurnal Penyesuaian
TOTAL
TOTAL
TOTAL
Kredit BEBAN LISTRIK
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT
31 Januari 20X0 JU2 1.500.000Rp
2.500.000Rp
2.000.000Rp
BEBAN AIR
1.600.000Rp TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT
31 Januari 20X0 JU2 1.000.000Rp
Kredit
KAS
400.000Rp TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT
31 Januari 20X0 JU2
5 Februari 20X0 JU2 1.600.000Rp
10.200.000Rp 6 Februari 20X0 JU3
11 Februari 20X0 JU3
1 Februari 20X0 JU4
660.000Rp
PIUTANG IURAN
1.200.000Rp TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT
1 Februari 20X0 JU2 2.000.000Rp
5 Februari 20X0 JU2
Kredit
50.000Rp
BEBAN PIUTANG TAK TERTAGIH
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT
1.200.000Rp 6 Februari 20X0 JU3 400.000Rp
AKUMULASI PIUTANG TAK TERTAGIH
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT
6 Februari 20X0 JU3
Kredit
100.000Rp PERSEDIAAN
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT
6 Februari 20X0 JU3 10.200.000Rp
10 Februari 20X0 JU3
BEBAN PERSEDIAAN
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT
10 Februari 20X0 JU3 660.000Rp
PERALATAN
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT
11 Februari 20X0 JU3 1.200.000Rp
BEBAN PENYUSUTAN PERALATAN
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT
30 Februari 20X0 JU4 50.000Rp
AKUMULASI PENYUSUTAN PERALATAN
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT
30 Februari 20X0 JU4
BEBAN PERLENGKAPAN
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT
30 Februari 20X0 JU4 100.000Rp
SEWA DIBAYAR DIMUKA
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT
1 Februari 20X0 JU4 1.200.000Rp
KREDIT SALDO NoTanggal
1.500.000Rp
KREDIT SALDO
1.000.000Rp
KREDIT SALDO
2.500.000Rp 213.500.000Rp Tanggal
215.100.000Rp
10.200.000Rp 204.900.000Rp
1.200.000Rp 203.700.000Rp
1.200.000Rp 202.500.000Rp
KREDIT SALDO
2.000.000Rp
1.600.000Rp 400.000Rp
KREDIT SALDO
400.000Rp Tanggal
KREDIT SALDO
400.000Rp 400.000Rp
KREDIT SALDO
10.200.000Rp
660.000Rp 9.540.000Rp
Tanggal
KREDIT SALDO
660.000Rp
KREDIT SALDO
1.200.000Rp
KREDIT SALDO No
50.000Rp
KREDIT SALDO
50.000Rp 50.000Rp
KREDIT SALDO
100.000Rp
KREDIT SALDO
1.200.000Rp
Pihak/Organisasi Total Piutang Pembayaran 1 Bukti
Jumlah Persediaan Total Penggunaan Harga Satuan
Jumlah Persediaan Harga Satuan Penggunaan Total Penggunaan
Jurnal Umum
Tanggal Akun Referensi Debit Kredit
Juni 20X0 Kas 18.000.000Rp
Pendapatan diterima dimuka 18.000.000Rp
TOTAL
KAS
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT KREDIT SALDO
Juni 20X0 18.000.000Rp 18.000.000Rp
PENDAPATAN DITERIMA DIMUKA
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT KREDIT SALDO
Juni 20X0 18.000.000Rp 18.000.000Rp
Jurnal Umum
Tanggal Akun Referensi Debit
Januari 20X0 Kas 500.000.000Rp
Utang Pembiayaan
Desember 20X0 Beban Pembiayaan 2.000.000Rp
Kas
Desember 20X0 Utang Pembiayaan 100.000.000Rp
Kas
TOTAL
Kredit KAS
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT
Januari 20X0 500.000.000Rp
500.000.000Rp Desember 20X0
Desember 20X0
2.000.000Rp
UTANG PEMBIAYAAN
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT
100.000.000Rp Januari 20X0
Desember 20X0 100.000.000Rp
BEBAN PEMBIAYAAN
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT
Desember 20X0 2.000.000Rp
Jurnal Umum
Tanggal Akun
KREDIT SALDO
500.000.000Rp Februari 20X0 Kas
2.000.000Rp 498.000.000Rp Dana Hibah
100.000.000Rp 398.000.000Rp
Maret 20X0 Peralatan
Hibah
KREDIT SALDO
500.000.000Rp 500.000.000Rp
400.000.000Rp
KREDIT SALDO
2.000.000Rp
TOTAL
Referensi Debit Kredit KAS
TANGGAL KETERANGAN REF
300.000.000Rp Februari 20X0
300.000.000Rp
150.000.000Rp
150.000.000Rp
MODAL DISETOR
TANGGAL KETERANGAN REF
Februari 20X0
PERALATAN
TANGGAL KETERANGAN REF
Maret 20X0
HIBAH
TANGGAL KETERANGAN REF
Maret 20X0
DEBIT KREDIT SALDO
300.000.000Rp 300.000.000Rp
DEBIT KREDIT SALDO
300.000.000Rp 300.000.000Rp
DEBIT KREDIT SALDO
150.000.000Rp 150.000.000Rp
DEBIT KREDIT SALDO
150.000.000Rp 150.000.000Rp
Jurnal Umum
Tanggal Akun Referensi Debit Kredit
September 20X0 Kas 18.000.000Rp
Piutang Iuran 2.000.000Rp
Pendapatan Operasi 20.000.000Rp
September 20X0 Kas 18.000.000Rp
Pendapatan Lain-lain 18.000.000Rp
TOTAL
KAS
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT KREDIT SALDO
September 20X0 18.000.000Rp 18.000.000Rp
September 20X0 18.000.000Rp 36.000.000Rp
PIUTANG IURAN
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT KREDIT SALDO
September 20X0 2.000.000Rp 2.000.000Rp
PENDAPATAN OPERASI
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT KREDIT SALDO
September 20X0 20.000.000Rp 20.000.000Rp
PENDAPATAN LAIN-LAIN
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT KREDIT SALDO
September 20X0 18.000.000Rp 18.000.000Rp
Jurnal Umum
Tanggal Akun Referensi Debit Kredit
Februari 20X0 Beban Listrik 5.000.000Rp
Beban Air 2.000.000Rp
Beban Telepon 1.000.000Rp
Kas 8.000.000Rp
Februari 20X0 Beban Lain-lain 5.000.000Rp
Kas 5.000.000Rp
TOTAL
KAS
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT KREDIT
Februari 20X0 8.000.000Rp
Februari 20X0 5.000.000Rp
BEBAN LISTRIK
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT KREDIT
Februari 20X0 5.000.000Rp
BEBAN AIR
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT KREDIT
Februari 20X0 2.000.000Rp
BEBAN TELEPON
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT KREDIT
Februari 20X0 1.000.000Rp
BEBAN LAIN-LAIN
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT KREDIT
Februari 20X0 5.000.000Rp
SALDO
8.000.000Rp
13.000.000Rp
SALDO
5.000.000Rp
SALDO
2.000.000Rp
SALDO
1.000.000Rp
SALDO
5.000.000Rp
Jurnal Umum
Tanggal Akun Referensi Debit
20X0 Tanah 1.000.000.000Rp
Gedung 400.000.000Rp
Mobil 360.000.000Rp
Peralatan Lain-lain 240.000.000Rp
Wakaf
1 Januari 20X0 Kas 250.000.000Rp
Modal Disetor
4 Januari 20X0 Perlengkapan 12.000.000Rp
Kas
5 Januari 20X0 Peralatan (Meja) 120.000.000Rp
Kas
8 Januari 20X0 Iklan dibayar dimuka 12.000.000Rp
Kas
10 Januari 20X0 Persediaan 22.000.000Rp
Kas
15 Januari 20X0 Beban Gaji 5.000.000Rp
Kas
20 Januari 20X0 Kas 20.000.000Rp
Piutang Iuran 10.000.000Rp
Pendapatan Iuran
26 Januari 20X0 Kas 300.000.000Rp
Utang Pengembangan
31 Januari 20X0 Beban Listrik 4.000.000Rp
Beban Air 1.000.000Rp
Beban Lain-lain 100.000Rp
Kas
31 Januari 20X0 Kas 10.000.000Rp
Pendapatan Hibah
31 Januari 20X0 Kas 100.000.000Rp
Modal disetor
31 Januari 20X0 Utang Pengembangan 5.000.000Rp
Kas
31 Januari 20X0 Beban Tambahan Utang 200.000Rp
Kas
2.871.300.000Rp
Jurnal Penyesuaian
Tanggal Akun Referensi Debit
31 Januari 20X0 Beban Perlengkapan 400.000Rp
Perlengkapan
31 Januari 20X0 Beban Penyusutan Meja 2.500.000Rp
Akm. Peny. Meja
31 Januari 20X0 Beban Penyusutan Mobil 6.000.000Rp
Akm.Peny.Mobil
31 Januari 20X0 Beban Peny. Per. Lain-lain 5.000.000Rp
Akm.Peny.Per.Lain-lain
31 Januari 20X0 Beban Penyusutan Gedung 1.666.667Rp
Akm.Peny. Gedung
31 Januari 20X0 Beban Iklan 1.000.000Rp
Iklan Dibayar Dimuka
31 Januari 20X0 Beban Persediaan 11.900.000Rp
Persediaan
31 Januari 20X0 Beban Gaji 2.500.000Rp
Utang Gaji
TOTAL
Kredit KAS
TANGGAL KETERANGAN REF
1 Januari 20X0 JU1
4 Januari 20X0 JU1
5 Januari 20X0 JU1
2.000.000.000Rp 8 Januari 20X0 JU1
10 Januari 20X0 JU1
15 Januari 20X0 JU1
250.000.000Rp 20 Januari 20X0 JU1
26 Januari 20X0 JU1
31 Januari 20X0 JU1
12.000.000Rp 31 Januari 20X0 JU1
31 Januari 20X0 JU1
31 Januari 20X0 JU1
120.000.000Rp 31 Januari 20X0 JU1
12.000.000Rp TANAH
TANGGAL KETERANGAN REF
20X0 JU1
22.000.000Rp
5.000.000Rp GEDUNG
TANGGAL KETERANGAN REF
20X0 JU1
30.000.000Rp
MOBIL
300.000.000Rp TANGGAL KETERANGAN REF
20X0 JU1
5.100.000Rp PERALATAN LAIN-LAIN
TANGGAL KETERANGAN REF
20X0 JU1
10.000.000Rp
100.000.000Rp WAKAF
TANGGAL KETERANGAN REF
20X0 JU1
5.000.000Rp
200.000Rp ASUPAN DANA
TANGGAL KETERANGAN REF
2.871.300.000Rp 1 Januari 20X0 JU1
31 Januari 20X0 JU1
Kredit
PERLENGKAPAN
400.000Rp TANGGAL KETERANGAN REF
4 Januari 20X0 JU1
2.500.000Rp
PERALATAN
6.000.000Rp TANGGAL KETERANGAN REF
5 Januari 20X0 JU1
5.000.000Rp
IKLAN DIBAYAR DIMUKA
1.666.667Rp TANGGAL KETERANGAN REF
8 Januari 20X0 JU1
1.000.000Rp
PERSEDIAAN
11.900.000Rp TANGGAL KETERANGAN REF
10 Januari 20X0 JU1
2.500.000Rp
DANA HIBAH
TANGGAL KETERANGAN REF
10 Januari 20X0 JU1
PIUTANG IURAN
TANGGAL KETERANGAN REF
20 Januari 20X0 JU1
PENDAPATAN IURAN
TANGGAL KETERANGAN REF
20 Januari 20X0 JU1
UTANG PENGEMBANGAN
TANGGAL KETERANGAN REF
26 Januari 20X0 JU1
31 Januari 20X0 JU1
BEBAN LISTRIK
TANGGAL KETERANGAN REF
31 Januari 20X0 JU1
BEBAN AIR
TANGGAL KETERANGAN REF
31 Januari 20X0 JU1
BEBAN LAIN-LAIN
TANGGAL KETERANGAN REF
26 Januari 20X0 JU1
PENDAPATAN HIBAH
TANGGAL KETERANGAN REF
31 Januari 20X0 JU1
BEBAN TAMBAHAN UTANG
TANGGAL KETERANGAN REF
26 Januari 20X0 JU1
DEBIT KREDIT SALDO
250.000.000Rp 250.000.000Rp
12.000.000Rp 238.000.000Rp
120.000.000Rp 118.000.000Rp
12.000.000Rp 106.000.000Rp
22.000.000Rp 84.000.000Rp
5.000.000Rp 79.000.000Rp
20.000.000Rp 99.000.000Rp
300.000.000Rp 399.000.000Rp
5.100.000Rp 393.900.000Rp
10.000.000Rp 403.900.000Rp
100.000.000Rp 503.900.000Rp
5.000.000Rp 498.900.000Rp
200.000Rp 498.700.000Rp
DEBIT KREDIT SALDO
1.000.000.000Rp 1.000.000.000Rp
DEBIT KREDIT SALDO
400.000.000Rp 400.000.000Rp
DEBIT KREDIT SALDO
360.000.000Rp 360.000.000Rp
DEBIT KREDIT SALDO
240.000.000Rp 240.000.000Rp
DEBIT KREDIT SALDO
2.000.000.000Rp 2.000.000.000Rp
DEBIT KREDIT SALDO
250.000.000Rp 250.000.000Rp
100.000.000Rp 350.000.000Rp
DEBIT KREDIT SALDO
12.000.000Rp 12.000.000Rp
DEBIT KREDIT SALDO
120.000.000Rp 120.000.000Rp
DEBIT KREDIT SALDO
12.000.000Rp 12.000.000Rp
DEBIT KREDIT SALDO
22.000.000Rp 22.000.000Rp
DEBIT KREDIT SALDO
22.000.000Rp 22.000.000Rp
DEBIT KREDIT SALDO
10.000.000Rp 10.000.000Rp
DEBIT KREDIT SALDO
30.000.000Rp 30.000.000Rp
DEBIT KREDIT SALDO
300.000.000Rp 300.000.000Rp
5.000.000Rp 295.000.000Rp
DEBIT KREDIT SALDO
4.000.000Rp 4.000.000Rp
DEBIT KREDIT SALDO
1.000.000Rp 1.000.000Rp
DEBIT KREDIT SALDO
100.000Rp 100.000Rp
DEBIT KREDIT SALDO
10.000.000Rp 10.000.000Rp
DEBIT KREDIT SALDO
200.000Rp 200.000Rp
NERACA SALDO SEMENTARA
AKUN DEBIT KREDIT
KAS 498.700.000Rp
PIUTANG IURAN 10.000.000Rp
PERLENGKAPAN 12.000.000Rp
PERSEDIAAN 22.000.000Rp
TANAH 1.000.000.000Rp
GEDUNG 400.000.000Rp
MODIL 360.000.000Rp
PERALATAN LAIN-LAIN 240.000.000Rp
IKLAN DIBAYAR DIMUKA 12.000.000Rp
PERALATAN 120.000.000Rp
UTANG PENGEMBANGAN 295.000.000Rp
WAKAF 2.000.000.000Rp
ASUPAN DANA 350.000.000Rp
DANA HIBAH 10.000.000Rp
BEBAN GAJI 5.000.000Rp
BEBAN LISTRIK 4.000.000Rp
BEBAN AIR 1.000.000Rp
BEBAN LAIN-LAIN 100.000Rp
BEBAN TAMBAHAN UTANG 200.000Rp
PENDAPATAN IURAN 30.000.000Rp
TOTAL 2.685.000.000Rp 2.685.000.000Rp
Jurnal Penyesuaian
Tanggal Akun Referensi Debit Kredit
31 Januari 20X0 Beban Perlengkapan 400.000Rp
Perlengkapan 400.000Rp
31 Januari 20X0 Beban Penyusutan Meja 2.500.000Rp
Akm. Peny. Meja 2.500.000Rp
31 Januari 20X0 Beban Penyusutan Mobil 6.000.000Rp
Akm.Peny.Mobil 6.000.000Rp
31 Januari 20X0 Beban Peny. Per. Lain-lain 5.000.000Rp
Akm.Peny.Per.Lain-lain 5.000.000Rp
31 Januari 20X0 Beban Penyusutan Gedung 1.666.667Rp
Akm.Peny. Gedung 1.666.667Rp
31 Januari 20X0 Beban Iklan 1.000.000Rp
Iklan Dibayar Dimuka 1.000.000Rp
31 Januari 20X0 Beban Persediaan 11.900.000Rp
Persediaan 11.900.000Rp
31 Januari 20X0 Beban Gaji 2.500.000Rp
Utang Gaji 2.500.000Rp
BEBAN PERLENGKAPAN
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT KREDIT
31 Januari 20X0 JP1 400.000Rp
BEBAN PENYUSUTAN MEJA
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT KREDIT
31 Januari 20X0 JP1 2.500.000Rp
AKUMULASI PENYUSUTAN MEJA
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT KREDIT
31 Januari 20X0 JP1 2.500.000Rp
BEBAN PENYUSUTAN MOBIL
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT KREDIT
31 Januari 20X0 JP1 6.000.000Rp
AKUMULASI PENYUSUTAN MOBIL
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT KREDIT
31 Januari 20X0 JP1 6.000.000Rp
BEBAN PENYUSUTAN PERALATAN LAIN-LAIN
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT KREDIT
31 Januari 20X0 JP1 5.000.000Rp
AKUMULASI PENYUSUTAN PERALATAN LAIN-LAIN
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT KREDIT
31 Januari 20X0 JP1 5.000.000Rp
BEBAN PENYUSUTAN GEDUNG
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT KREDIT
31 Januari 20X0 JP1 1.666.667Rp
AKUMULASI PENYUSUTAN GEDUNG
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT KREDIT
31 Januari 20X0 JP1 1.666.667Rp
BEBAN IKLAN
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT KREDIT
31 Januari 20X0 JP1 1.000.000Rp
BEBAN PERSEDIAAN
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT KREDIT
31 Januari 20X0 JP1 11.900.000Rp
UTANG GAJI
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT KREDIT
31 Januari 20X0 JP1 2.500.000Rp
IKLAN DIBAYAR DIMUKA
SALDO TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT
400.000Rp 8 Januari 20X0 JU1 12.000.000Rp
31 Januari 20X0 JP1
PERSEDIAAN
SALDO TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT
2.500.000Rp 10 Januari 20X0 JU1 22.000.000Rp
31 Januari 20X0 JP1
BEBAN GAJI
SALDO TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT
2.500.000Rp 15 Januari 20X0 JU1 5.000.000Rp
31 Januari 20X0 JP1 2.500.000Rp
PERLENGKAPAN
SALDO TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT
6.000.000Rp 4 Januari 20X0 JU1 12.000.000Rp
31 Januari 20X0 JP1
SALDO
6.000.000Rp
SALDO
5.000.000Rp
SALDO
5.000.000Rp
SALDO
1.666.667Rp
KREDIT SALDO
12.000.000Rp
1.000.000Rp 11.000.000Rp
Pendapatan:
Pendapatan Iuran
KREDIT SALDO Total Pendapatan
22.000.000Rp
11.900.000Rp 10.100.000Rp Beban:
Beban Gaji
Beban Listrik
Beban Air
KREDIT SALDO Beban Lain-lain
5.000.000Rp Beban Tambahan Utang
7.500.000Rp Beban Perlengkapan
Beban Iklan
Beban Persediaan
Beban Penyusutan
KREDIT SALDO Total Beban
12.000.000Rp
400.000Rp 11.600.000Rp Minus
Aset:
Kas 498.700.000Rp
Piutang Iuran 10.000.000Rp
Perlengkapan 11.600.000Rp
Persediaan 10.100.000Rp
Tanah 1.000.000.000Rp
Gedung 400.000.000Rp
Akm. Gedung (1.666.667)Rp
Mobil 360.000.000Rp
Akm. Mobil (6.000.000)Rp
Peralatan Lain-lain 240.000.000Rp
Akm. Per.Lain-lain (5.000.000)Rp
Peralatan 120.000.000Rp
Akm. Peralatan (2.500.000)Rp
Iklan Dibayar Dimuka 11.000.000Rp
Total Aset
PESANTREN AL-IQBAL
LAPORAN OPERASI
PER 31 JANUARI 20X0
PESANTREN AL-IQBAL
Modal Awal
Penambahan/Pengurangan Modal
Asupan Modal
Rugi Operasi
Total
Modal Akhir
Aktivitas Opersaional
Pendapatan Iuran
Pendapatan Hibah
Beban Listrik, Air, dan Lain-lain
Beban Gaji yang dibayarkan
Kenaikan Perlengkapan
Kenaikan Persediaan
Iklan Dibayar Dimuka
Kas Dari Aktivitas Operasi
Aktivitas Investasi
Kenaikan Peralatan
Kas Dari Aktivitas Investasi
Aktivitas Pendanaan
Setoran Modal
Penambahan Modal
Kenaikan Utang
Penurunan Utang
Pembayaran Tambahan Utang
Kas Dari Aktivitas Pendanaan
Ketersediaan Kas Untuk Periode Selanjutnya
LAPORAN PERUBAHAN DANA
PER 31 JANUARI 20X0
30.000.000Rp
30.000.000Rp
7.500.000Rp
4.000.000Rp
1.000.000Rp
100.000Rp
200.000Rp
400.000Rp
1.000.000Rp
11.900.000Rp
15.166.667Rp
41.266.667Rp
(11.266.667)Rp
Utang:
Utang Pengembangan 295.000.000Rp
Utang Gaji 2.500.000Rp
Modal:
Wakaf 2.000.000.000Rp
Asupan Dana 338.733.333Rp
Hibah 10.000.000Rp
2.646.233.333Rp Total Utang + Modal
PESANTREN AL-IQBAL
LAPORAN OPERASI
PER 31 JANUARI 20X0
PESANTREN AL-IQBAL
LAPORAN POSISI KEUANGAN
PER 31 JANUARI 20X0
PESANTREN AL-IQBAL
250.000.000Rp
100.000.000Rp
(11.266.667)Rp
88.733.333Rp
338.733.333Rp
20.000.000Rp
10.000.000Rp
(5.100.000)Rp
(5.000.000)Rp
(12.000.000)Rp
(22.000.000)Rp
(12.000.000)Rp
(26.100.000)Rp
(120.000.000)Rp
(120.000.000)Rp
250.000.000Rp
100.000.000Rp
300.000.000Rp
(5.000.000)Rp
(200.000)Rp
644.800.000Rp
Ketersediaan Kas Untuk Periode Selanjutnya 498.700.000Rp
PESANTREN AL-IQBAL
LAPORAN ARUS KAS
PER 31 JANUARI 20X0
LAPORAN PERUBAHAN DANA
PER 31 JANUARI 20X0
Jurnal Penutup
Tanggal Akun Referensi Debit Kredit
31 Januari 20X0 Pendapatan Iuran 30.000.000Rp
Pendapatan Hibah 10.000.000Rp
Ikhtisar Surplus/Minus 40.000.000Rp
31 Januari 20X0 Ikhtisar Surplus/Minus 41.266.667Rp
Beban Gaji 7.500.000Rp
Beban Listrik 4.000.000Rp
Beban Air 1.000.000Rp
Beban Lain-lain 100.000Rp
Beban Tambahan Utang 200.000Rp
Beban Perlengkapan 400.000Rp
Beban Iklan 1.000.000Rp
Beban Persediaan 11.900.000Rp
Beban Penyusutan 15.166.667Rp
31 Januari 20X0 Dana 1.266.667Rp
Ikhtisar Laba Rugi 1.266.667Rp
2.636.233.333Rp
Ikhtisar Laba Rugi
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT KREDIT
31 Januari 20X0 JP1 40.000.000Rp
31 Januari 20X0 JP1 41.266.667Rp
31 Januari 20X0 JP1 1.266.667Rp
PENDAPATAN IURAN
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT KREDIT
20 Januari 20X0 JU1 30.000.000Rp
31 Januari 20X0 JP1 30.000.000Rp
BEBAN LISTRIK
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT KREDIT
31 Januari 20X0 JU1 4.000.000Rp
31 Januari 20X0 JP1 4.000.000Rp
BEBAN AIR
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT KREDIT
31 Januari 20X0 JU1 1.000.000Rp
31 Januari 20X0 JP1 1.000.000Rp
BEBAN LAIN-LAIN
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT KREDIT
26 Januari 20X0 JU1 100.000Rp
31 Januari 20X0 JP1 100.000Rp
PENDAPATAN HIBAH
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT KREDIT
31 Januari 20X0 JU1 10.000.000Rp
31 Januari 20X0 JP1 10.000.000Rp
BEBAN TAMBAHAN UTANG
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT KREDIT
26 Januari 20X0 JU1 200.000Rp
31 Januari 20X0 JP1 200.000Rp
BEBAN IKLAN
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT KREDIT
31 Januari 20X0 JP1 1.000.000Rp
31 Januari 20X0 JP1 1.000.000Rp
BEBAN PERLENGKAPAN
SALDO TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT
40.000.000Rp 31 Januari 20X0 JP1 400.000Rp
(1.266.667)Rp 31 Januari 20X0 JP1
-Rp
BEBAN PENYUSUTAN MEJA
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT
31 Januari 20X0 JP1 2.500.000Rp
SALDO 31 Januari 20X0 JP1
30.000.000Rp
-Rp
BEBAN PENYUSUTAN MOBIL
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT
31 Januari 20X0 JP1 6.000.000Rp
SALDO 31 Januari 20X0 JP1
4.000.000Rp
-Rp
BEBAN PENYUSUTAN PERALATAN LAIN-LAIN
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT
31 Januari 20X0 JP1 5.000.000Rp
SALDO 31 Januari 20X0 JP1
1.000.000Rp
-Rp
BEBAN PENYUSUTAN GEDUNG
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT
31 Januari 20X0 JP1 1.666.667Rp
SALDO 31 Januari 20X0 JP1
100.000Rp
-Rp
BEBAN GAJI
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT
15 Januari 20X0 JU1 5.000.000Rp
SALDO 31 Januari 20X0 JP1 2.500.000Rp
10.000.000Rp 31 Januari 20X0 JP1
-Rp
BEBAN PERSEDIAAN
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT
SALDO 31 Januari 20X0 JP1 11.900.000Rp
200.000Rp 31 Januari 20X0 JP1
-Rp
ASUPAN DANA
TANGGAL KETERANGAN REF DEBIT
SALDO 1 Januari 20X0 JU1
1.000.000Rp 31 Januari 20X0 JU1
-Rp 31 Januari 20X0 JP1 1.266.667Rp
KREDIT SALDO
400.000Rp
400.000Rp -Rp
KREDIT SALDO
2.500.000Rp
2.500.000Rp -Rp
KREDIT SALDO
6.000.000Rp
6.000.000Rp -Rp
KREDIT SALDO
5.000.000Rp
5.000.000Rp -Rp
KREDIT SALDO
1.666.667Rp
1.666.667Rp -Rp
KREDIT SALDO
5.000.000Rp
7.500.000Rp
7.500.000Rp -Rp
KREDIT SALDO
11.900.000Rp
11.900.000Rp -Rp
KREDIT SALDO
250.000.000Rp 250.000.000Rp
100.000.000Rp 350.000.000Rp
348.733.333Rp