menurut kitab undang-undang hukum perdata

15
UKUM s Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata

UKUM s

Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata

Page 2: Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata

g HUKUM WARIS

MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

''1'!>0 se I \4 I se-. I H-\

Lj . Cj 21:> \ j

Oleh: Djaja S. Meliala, SH., M.H .

No. t<k1o:~ } " .~.: •.••• ~ •• ~~); •• ~ . fn u .\.':\.?.~~~ I .':\..? ... ~~.~

Page 3: Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata

HUKUM WARIS MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

Oleh: DJAJA S. MELIALA, S.H., M.H.

Copyright © 2018 pad a PENERBIT NUANSA AULIA

Desain Cover: Media Sembiring layout: Mardiyanto

Montase: Aulia Studio

Cetakan Pertama: Agustus 2018

Diterbitkan oleh: Penerbit Nuansa Aulia Jl. Permai 20 No. 18

Margahayu Permai, Bandung 40218 Telp. (022) 5405300 I Fax (022) 5416748

e-mail: [email protected] website: http:llwww.nuansaaulia.com

ANGGOTA IKAPI

KATALOG DAlAM TERBITAN

Djaja S. Meliala

Hukum Waris Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata I oleh Djaja 5. Meliala. -- Cet.l. -- Bandung: Nuansa Aulia, 2018.

viii+ 136 him.; 14,5 x 21 em. ISBN 978-979-071-321-5

1. Hukum pewarisan I. Judul.

346.052

Dilarang mengutip, menjiplak, memfotokopi sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.

HAK CIPTA DILINDUNGI OLEH UNDANG-UNDANG

--~-= --

Kami men~ I

Hukum Waris 1

senior Fakultat

Bandung ini. akan memper~ umumnya mau

tersirat harapa termasuk golo Undang-Unda ~

diri, khususnyi informasi sele1 Indonesia.

Penulis bL Bapak Djaja S.! mata kuliah I dan pengetal1. dituangkan ke ini didahului ~

hukum perdat! disebut di sin Waris lndones yang diterbitk kaitan dengar Kitab Undang­

lndonesia.

Page 4: Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata

iUKUM WARIS DANG-UNDANG HUKUM PERDATA

Oleh : i. MELIALA, S.H., M.H.

pad a PENERBIT NUANSA AUUA

over: Media Sembiring tout: Mardiyanto 1tase: Aulia Studio

Pertama: Agustus 2018

leh: Penerbit Nuansa Aulia =>ermai 20 No. 18 1 Permai, Bandung 40218 ·05300 I Fax (022) 5416748

[email protected] )://www.nuansaaulia.com

NGGOTA IKAPI

.QG DALAM TERBIIAN

1urut Kitab Undang-Undang Hukum V!eliala. -- Cet.l . -- Bandung: Nuansa

em .

I. Judul.

346.052

1enjiplak, memfotokopi sebagian ni tanpa izin tertulis dari Penerbit. JNGI OLEH UNDANG-UNDANG

KATA SAMBUTAN

Kami menyambut dengan gembira penerbitan buku tentang Hukum Waris Menurut KUHPerdata dari salah seorang dosen senior Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan -Bandung ini. Tentu diharapkan bahwa penerbitan buku ini akan memperkaya khasanah pustaka tentang ilmu hukum pada umumnya maupun hukum waris Indonesia pada khususnya. Juga tersirat harapan bahwa buku ini dapat membantu semua orang, termasuk golongan penduduk yang bagi mereka berlaku Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ataupun yang menundukkan diri, khususnya pada bidang hukum waris untuk memperoleh informasi selengkap mungkin tentang seluk beluk pewarisan di Indonesia.

Penulis buku ini, dosen senior di Fakultas Hukum Unpar, Bapak Djaja S. Melia Ia, S.H, M.H. telah berpuluh tahun mengampu mata kuliah hukum perdata dan hukum waris. Pengalaman dan pengetahuannya tentang bidang inilah yang kemudian dituangkan ke dalam buku ini. Perlu pula dicermati bahwa buku ini didahului karya-karya lain dari penulis yang sama di bidang hukum perdata maupun hukum waris. Salah satu buku yang perlu disebut di sini adalah: Himpunan Hukum Jurisprudensi Hukum Waris Indonesia: Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang diterbitkan 2008. Maka buku ini harus pula dibaca dalam kaitan dengan bagaimana praktik pewarisan menurut hukum Kitab Undang-Undang Hukum Perdata hidup dan berkembang di Indonesia.

iii

Page 5: Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata

Semoga buku ini dapat turut mencerdaskan, terutama dalam kehidupan berhukum.

Bandung, 2 Agustus 2018

Tristam Pascal Moeliono

Dekan Fakultas Hukum UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN

iv

Suatu saat

umumnya menir konflik di anta~

diperlukan atura:

Salah satu perar Hukum Perdata.

Menurut Kii

beralihnya harta didasarkan pada sedarah. Oleh k(l

tidak mengenal saudara tiri, ba i Demikian pula lebih dari satll dalam masyara melangsungkan

Kitab Unda rn hak waris untuk,

sudah menikah ; pertama atau kE

Ciri khasnyii

sekalian para <

pemisahan har memisahkan he menjadi ahli w<

hal inilah yang yang disajikan,

Page 6: Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata

Jat turut mencerdaskan, terutama dalam

2018

ono

' UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN

KATA PENGANTAR

Suatu saat seseorang pasti meninggal dunia dan pada umumnya meninggalkan harta warisan. Supaya tidak terjadi konflik di antara para ahli waris yang ditinggalkan maka diperlukan aturan atau perangkat hukum untuk mengaturnya. Salah satu perangkat hukum itu adalah Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, proses beralihnya harta kekayaan dari si pewaris kepada ahli warisnya didasarkan pada hubungan perkawinan dan hubungan keluarga sedarah. Oleh karena itu, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tidak mengenal anak tiri atau anak angkat, tetapi mengenal saudara tiri, baik saudara tiri seayah atau saudara tiri seibu. Demikian pula tidak mengenal ahli waris yang ditinggalkan lebih dari satu orang istrinya, sebagaimana dapat terjadi dalam masyarakat hukum adat ataupun bagi mereka yang melangsungkan perkawinannya menurut hukum Islam.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ini tidak membedakan hak waris untuk anak laki-laki dan anak perempuan atau apakah ia sudah menikah atau belum, atau apakah ia anak dari perkawinan pertama atau kedua dan seterusnya .

Ciri khasnya ialah sejak kematian pewaris, seketika itu pula sekalian para ahli warisnya dapat meminta pembagian atau pemisahan harta warisan. Bagaimana caranya membagi atau memisahkan harta peninggalan pewaris? Siapa-siapa saja yang menjadi ahli warisnya? Bagaimana kalau ada surat wasiat? Hal­hal inilah yang menjadi substansi dari buku ini. Sebagian materi yang disajikan, pernah dimuat dalam buku penulis, berjudul

v

Page 7: Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata

Hukum Perdata dalam Perspektif BW ataupun buku lain yang berjudul Perkembangan Hukum Perdata tentang Benda dan Hukum Perikatan. Buku ini dimaksudkan untuk melengkapi kedua buku tersebut.

Tentang kedudukan hukum ahli waris dan inbreng

{pemasukan) menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata merupakan bagian {Bab) dari sistem pewarisan menurut surat wasiat, tetapi dalam buku ini pembahasannya dilakukan dalam pewarisan ab intestato agar dapat memudahkan perhitungan pembagian harta warisan manakala ada hibah dari pewaris {semasa hidupnya) atau ada ahli waris yang menerima atau menolak warisan.

Terkait dengan putusan Mahkamah Konstitusi No. 46/PUU­VIII/2010, tanggal 17 Februari 2012 mengenai anak luar kawin, haruslah dimaknai dengan pengertian anak luar kawin dalam arti sempit, yakni anak yang lahir dari hasil hubungan bapak biologis dan ibu biologis yang tidak terikat perkawinan dengan orang lain dan tidak ada larangan untuk melangsungkan perkawinan. Dengan demikian, bukan anak zina dan bukan anak sumbang.

Semoga bermanfaat.

Bandung, Agustus 2018

Penulis

vi

Kata Sambutan l

Kata Pengantar

oaftar isi ........ .. .

BAB I PENDAHUl

A. Hukum Wari!

B. Sejarah HukL

c. Sistem Pewa.

D. Beberapa As

E. Pengertian ~

BAB II AHLI WAF

A.

B.

c. D. Kedudukan I

E. /nbreng (Per

BAB Ill SURAl\/!

A. Pengertian '

B. Penafsiran ~

c. lsi Surat Wa

D. Legitieme P

E. Jnkorting M

F. Jnkorting M

Page 8: Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata

Perspektif BW ataupun buku lain yang 1 Hukum Perdata tentang Benda dan u ini dimaksudkan untuk melengkapi

n hukum ahli waris dan inbreng Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ) dari sistem pewarisan menurut surat ~u ini pembahasannya dilakukan dalam agar dapat memudahkan perhitungan an manakala ada hibah dari pewaris J ada ahli waris yang menerima atau

1san Mahkamah Konstitusi No. 46/PUU­Jruari 2012 mengenai anak luar kawin

I

1n pengertian anak luar kawin dalam arti lahir dari hasil hubungan bapak biologis dak terikat perkawinan dengan orang 5an untuk melangsungkan perkawinan. anak zina dan bukan anak sumbang.

Bandung, Agustus 2018

Penulis

DAFTAR lSI

Kata Sambutan ............................................................... iii

Kata Pengantar ............................................................... v

oaftar isi ......................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN .. .. ........ ..... ..... ... ............. ........... .... 1

A. Hukum Waris Diatur dalam Buku II KUHPerdata ... ..... .. 1

B. Sejarah Hukum Waris ....................... .... ........................ 2

c. Sistem Pewarisan Menurut KUHPerdata ...................... 2

D. Beberapa Asas Hukum Waris dalam KUHPerdata ........ 3

E. Pengertian Hukum Waris ................ .. ........................... 4

BAB II AHLI WARIS AB INTESTATO.................................... 9

A. Memperoleh Warisan atas Dasar Alas Hak Umum ...... 9

B. Empat Golongan Ahli Waris ......................................... 9

C. Mewaris karena Penggantian Tempat .......................... 27

D. Kedudukan Hukum Ahli Waris .... .. ......... ....................... 40

E. lnbreng (Pemasukan) ................................................... 50

BAB Ill SURAT WASIAT .................................................... 58

A. Pengertian Wasiat ........................................................ 58

B. Penafsiran Surat Wasiat ............................................... 64

C. lsi Surat Wasiat (Making) ............................................. 64

D. Legitieme Partie (Bagian Mutlak) ............................... .. 68

E. lnkorting Menurut Pasal 920 KUHPerdata .................. . 70

F. lnkorting Menurut Pasal 916a KUHPerdata ................ . 76

vii

Page 9: Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata

G. lnkorting Menurut Pasal 921 KUHPerdata ................... 83

H. lnkorting Menurut Pasal 924 KUHPerdata ................... 97

I. lnkorting Menurut Pasal 926 KUHPerdata ................... 94

J. Pelaksana Wasiat dan Pengurus Harta Peninggalan .... 97

K. Penarikan Kembali dan Gugurnya Surat Wasiat ........... 100

BAB IV PEMBAGIAN ATAU PEMISAHAN HARTA PENINGGALAN ........................................ 102

A. Ciri Khas Hukum Waris Menurut KUHPerdata 102

B. Pembagian Harta Warisan pada Waktu

Pewaris Masih Hidup ................................................... 103

C. Pembatalan Suatu Pembagian Harta Warisan ............. 104

D. Harta Warisan Menjadi Milik Negara ........................... 105

E. Hak Milik Bersama yang Terikat

dan Hak Milik Bersama yang Bebas ............................. 105

F. Beberapa Yurisprudensi Mahkamah Agung

yang Berkaitan ............................................................. 107

CATATAN KAKI ......... ...... ....... ................ ......... ... ....... ........ 110

DAFTAR PUSTAKA ............................................ ...... ... ...... 114

BIODATA PENULIS ........................................................... 117

LAMPl RAN

Putusan Mahkamah Agung No. 841/Pdt/2003,

Tanggal 24 Februari 2005, yang menyatakan

batal demi hukum dan atau tidak mempunyai

kekuatan hukum akta pembagian saham

yang melanggar bagian mutlak (legitieme partie)... ..... 119

A. Hukum Waris ~ I

Buku II KUHPe1 dan Hak Kebendaa '

Hukum Waris. I

Mengapa Huk

atas harta kekayaa1

KUHPerdata). Di sat. hak mewaris seba

I

milik, sedangkan c!

dalam Buku II KU ~ :

dalam Buku II KU pembentuk undan Buku II KUHPerda

tempat yang khus sebagai hukum ha dan Hukum Perika

NBW. Satu-satuny~

perkembangan a~

Hukum Waris. 1 Hu yang asli, selain y, Misalnya penjuala bagi, tidaklah bert Islam (Putusan Ma

Sip/1967) atau tu telah masuk Islam

Page 10: Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata

>asal 921 KUHPerdata ................... 83

•asal 924 KUHPerdata ................. .. 97

•asal 926 KUHPerdata ................. .. 94

m Pengurus Harta Peninggalan ... .

ian Gugurnya Surat Wasiat .......... .

~U PEMISAHAN :iALAN ....................................... .

ris Menurut KUHPerdata

3risan pada Waktu

97

100

102

102

) ............................................ ...... . 103

~mbagian Harta Warisan ............. 104

3di Milik Negara ........................... 105

ang Terikat

na yang Bebas ............. ..... ........... 105

•nsi Mahkamah Agung

.. .... ...... .. ............ .. ......................... 107

................................................... 110

.. ................................................. 114

.................................................. 117

t\gung No. 841/Pdt/2003,

~005, yang menyatakan

n atau tidak mempunyai

1 pembagian saham

3n mutlak (legitieme partie)....... . 119

BABI

PENDAHULUAN

A. Hukum Waris Diatur dalam Buku II KUHPerdata

Buku II KUHPerdata, tidak hanya mengatur tentang Benda dan Hak Kebendaan semata-mata, tetapi juga mengatur tentang Hukum Waris.

Mengapa Hukum Waris diatur dalam Buku II KUHPerdata?

KUHPerdata memandang hak mewaris adalah hak kebendaan atas harta kekayaan dari orang yang meninggal dunia (Pasal 528 KUHPerdata). Di sam ping itu, Pasal584 KUHPerdata menyebutkan hak mewaris sebagai salah satu cara untuk memperoleh hak milik, sedangkan cara-cara untuk memperoleh hak milik diatur dalam Buku II KUHPerdata, sehingga hukum waris ditempatkan dalam Buku II KUHPerdata. Berdasarkan kedua ketentuan ini pembentuk undang-undang menempatkan Hukum Waris dalam Buku II KUHPerdata. BW Belanda yang baru (NBW) memberi tempat yang khusus untuk Hukum Waris, karena Hukum Waris sebagai hukum harta kekayaan terdiri dari aturan Hukum Benda dan Hukum Perikatan. Hukum Waris ditempatkan dalam Buku 4 NBW. Satu-satunya bidang Hukum Perdata yang belum tersentuh perkembangan atau perubahan oleh undang-undang adalah Hukum Waris. 1 Hukum waris masih terdapat dalam bentuknya yang asli, selain yang telah dikembangkan oleh Yurisprudensi. Misalnya penjualan hak waris atau warisan yang belum dibagi­bagi, tidaklah bertentangan dengan hukum adat ataupun hukum Islam (Putusan Mahkamah Agung tanggal3 April1968, No. 116K/ Sip/1967) atau tukar agama, dalam hal ini. si pembuat wasiat telah masuk Islam tidaklah menyebabkan gugurnya Surat Wasiat

1

Page 11: Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata

(Putusan Mahkamah Agung tanggal 15 Januari 1976 No. SSOK/ Sip/1973).

Demikian pula perbedaan agama tidak menghalangi ahli waris untuk mewarisi harta warisan, sebagaimana putusan Mahkamah Agung No. 51 K/AG/1999 tertanggal 29 September 1999, menyatakan bahwa ahli waris yang bukan beragama Islam, pelaksanaannya dapat melalui lembaga wasiat wajibah.

B. Sejarah Hukum Waris2

Pada mulanya hak milik pribadi (hak milik perorangan) tidak dikenal, yang ada adalah hak milik kelompok (keluarga), sehingga soal warisan tidak menimbulkan masalah. Dalam perkembangan masyarakat selanjutnya, hubungan seseorang dengan hak miliknya begitu erat, sehingga timbullah hak milik perorangan.

Walaupun demikian tidak dengan sendirinya timbul hak mewaris karena apabila seseorang meninggal dunia, barang­barangnya (harta peninggalannya) ikut dikubur bersama-sama. Setelah harta peninggalan tidak ikut dikubur, maka timbullah hak mewaris.

Dalam perkembangan lebih lanjut, terbuka kemungkinan untuk memberikan harta peninggalan kepada orang lain yang bukan ahli waris. Pemberian semacam ini dikenal dengan istilah testamen (wasiat).

C. Sistem Pewarisan Menurut KUHPerdata

Sistem pewarisan yang dianut oleh KUHPerdata, adalah Individual-bilateral, artinya setiap ahli waris berhak menuntut pembagian harta warisan, dan memperoleh bagian yang menjadi haknya, baik harta warisan dari ayahnya maupun harta warisan dari ibunya. Adanya hak bagi ahli waris untuk menuntut bagian warisannya itu, menunjukan bahwa sifat kewarisan yang diatur

2

dalam KUHPerdata (B demikian, dapat diad pemisahan (pembagi dan tiap kali jangka (Pasal 1066 ayat 3 dan

Sistem ini berb lndividuai-Kolektif. Si, adalah juga individ! pewarisan menurut ~

untuk melaksanakan p harta warisan dalam k dengan cara musyawa menurut Kitab Undar berlaku untuk:

1. Golongan Eropa ,

Eropa.

2. Golongan Timur)

3. Golongan Timur menundukkan di1

D. Beberapa Asas H

Didalam Hukum dapat disebutkan:

1. Asas "/e mort sai;

Asas "/e mort s' seseorang menin dan kewajibanny diperlukan penyE

Page 12: Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata

gung tanggal 15 Januari 1976 No. SSOK/

·bedaan agama tidak menghalangi ahli harta warisan, sebagaimana putusan

51 K/AG/1999 tertanggal 29 September Na ahli waris yang bukan beragama Islam, -nelalui lembaga wasiat wajibah.

1ris2

11ilik pribadi (hak milik perorangan) tidak h hak milik kelompok (keluarga), sehingga mbulkan masalah. Dalam perkembangan 'a, hubungan seseorang dengan hak hingga timbullah hak milik perorangan.

n tidak dengan sendirinya timbul hak Ia seseorang meninggal dunia, barang­lggalannya) ikut dikubur bersama-sama. an tidak ikut dikubur, maka timbullah hak

gan lebih lanjut, terbuka kemungkinan ·ta peninggalan kepada orang lain yang erian semacam ini dikenal dengan istilah

lllenurut KUHPerdata

yang dianut oleh KUHPerdata, adalah inya setiap ahli waris berhak menuntut m, dan memperoleh bagian yang menjadi san dari ayahnya maupun harta warisan k bagi ahli waris untuk menuntut bagian jukan bahwa sifat kewarisan yang diatur

dalam KUHPerdata (B.W.) adalah "lndividucd mutlak".3 Namun demikian, dapat diadakan perjanjian untuk tidak melaksanakan pemisahan (pembagian) harta warisan it u selama 5 (lima) tahun dan tiap kali j angka waktu it u terlampaui dapat diperbaharui (Pasal1066 ayat 3 dan ayat 4 KUHPerdata) .

Sistem ini berbeda dengan Hukum Adat yang bersifat lndividuai-Kolektif. Sistem pewarisan menurut Hukum Islam adalah juga individual, tetapi individual bilateral. Sistem pewarisan menurut Hukum Islam tidak mengenal sifat mutlak untuk melaksanakan pembagian harta warisan atau membiarkan harta warisan dalam keadaan tidak terbagi-bagi, tetapi dilakukan dengan cara musyawarah . Untuk siapa berlaku sistem pewarisan menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ini? Sistem ini

berlaku untuk:

1. Golongan Eropa dan yang dipersamakan dengan golongan

Eropa.

2. Golongan Timur Asing Tionghoa.

3. Golongan Timur Asing lainnya dan Golongan Pribumi yang menundukkan diri.

D. Beberapa Asas Hukum Waris dalam KUHPerdata4

Didalam Hukum waris, dikenal beberapa asas, antara lain

dapat disebutkan:

1. Asas "/e mort saisit /e vif' disingkat dengan hak saisine.

Asas "le mort saisit le vif' mengandung arti bahwa jika seseorang meninggal dunia, maka seketika itu pula segala hak dan kewajibannya beralih kepada para ahli warisnya. Tidak diperlukan penyerahan atau perbuatan hukum apapun.

Page 13: Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata

2. Asas Individual

Asas Individual, berarti bahwa yang menjadi ahli waris adalah

perorangan, bukan kelompok ahli waris dan bukan kelompok

suku atau keluarga (Pasal 852 jo Pasal 852a I<UHPerdata).

3. Asas Bilateral

Asas bilateral, berarti bahwa seseorang tidal< hanya mewaris

dari ayahnya saja, tetapi juga dari ibunya, demikian pula

saudara laki-laki mewaris baik dari saudara laki-lakinya

maupun saudara perempuannya, bail< yang sekandung

maupun saudara tiri (Pasal 850, Pasal 854, Pasal 856, dan

Pasal 857 I<UHPerdata).

4. Asas Perderajatan

Asas perderajatan berarti ahli waris yang derajatnya lebih

dekat dengan si pewaris menutup peluang ahli waris

yang lebih jauh derajatnya, maka untuk mempermudah

perhitungan diadakan penggolongan ahli waris (Pasal 832

ayat (1) KUHPerdata). Dalam hal ini berlaku ungkapan

"siapa keluarga sedarah yang paling dekat, maka warisan

yang akan dia dapat". 5 Namun demikian ada kekecualian,

karena terdapat kemungkinan golongan Ill dan golongan IV bersama-sama muncul sebagai ahli waris.

5. Asas Kematian

Suatu pewarisan hanya berlangsung karena kematian (Pasal

830 KUHPerdata). Kekecualian dapat terjadi dalam keadaan

tidak hadir (Pasal467 jo Pasal 470 KUHPerdata).

E. Pengertian Hukum Waris

Hukum waris adalah ketentuan yang mengatur tentang

peralihan harta kekayaan (hak dan kewajiban) dari seseorang

yang meninggal dunia kepada seorang atau lebih.

4

Pengertian

hukum yang n dunia, yaitu mei

bagi yang meni maupun dengai

Dari kedua

1. Pewaris: iaL harta kekay

2. Ahli waris:

3.

4. Pewarisan : kewajiban)

Dari penge

akan menimbu

1.

2. Kapan har1

3. Harta keka

4. Bagaiman<

Ad. 1. Agar h< warisnya,

umum dar

Syarat um

1. Ada 01

2. Ada al

Page 14: Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata

3rti bahwa yang menjadi ahli waris adalah kelompok ahli waris dan bukan kelompok :Pasal 852 jo Pasal 852a KUHPerdata).

·ti bahwa seseorang tidak hanya mewaris tetapi juga dari ibunya, demikian pula

1ewaris baik dari saudara laki-lakinya

~erempuannya, baik yang sekandung 'I (Pasal 850, Pasal 854, Pasal 856, dan rta).

Jerarti ahli waris yang derajatnya lebih

Jewaris menutup peluang ahli waris ~rajatnya, maka untuk mempermudah

an penggolongan ahli waris (Pasal 832 ta). Dalam hal ini berlaku ungkapan arah yang paling dekat, maka warisan lt".s Namun demikian ada kekecualian nungkinan golongan Ill dan golongan IV :ul sebagai ahli waris.

1ya berlangsung karena kematian (Pasa/ ~kecualian dapat terjadi dalam keadaan 7 jo Pasal 470 KUHPerdata).

Maris

rh ketentuan yang mengatur tentang n (hak dan kewajiban) dari seseorang pada seorang atau lebih.

Pengertian lain, Hukum Waris adalah semua peraturan

hukum yang mengatur kekayaan seseorang yang meninggal dunia, yaitu mengenai pemindahan kekayaan tersebut, akibatnya bagi yang memperoleh, baik dalam hubungan antara mereka

maupun dengan pihak ketiga. 6

Dari kedua definisi ini dapat dikenal beberapa istilah, yaitu:

1. Pewaris: ialah orang yang meninggal dunia, dan meninggalkan harta kekayaan kepada orang lain.

2. Ahli waris: orang yang berhak atas harta warisan.

3. Harta warisan: kekayaan yang ditinggalkan berupa aktiva dan passiva (boedel).

4. Pewarisan: proses beralihnya harta kekayaan (hak dan kewajiban) seseorang kepada para ahli warisnya.

Dari pengertian "pewarisan", sebagaimana diuraikan di atas,

akan menimbulkan 4 (empat) pertanyaan, yakni:

1. Apa syarat-syaratnya agar harta kekayaan pewaris beralih kepada ahli warisnya?

2. Kapan harta kekayaan itu beralih?

3. Harta kekayaan apa saja yang beralih?

4. Bagaimana caranya harta kekayaan itu beralih?

Ad. 1. Agar harta kekayaan beralih dari si pewaris kepada ahli warisnya, harus memenuhi 2 (dua) syarat, yaitu: 1) syarat umum dan 2) syarat mutlak.

Syarat umum, ialah:

1. Ada orang yang meninggal dunia (Pasal830 KUHPerdata).

2. Ada ahli waris yang ditinggalkan (Pasal836 KUHPerdata).

Page 15: Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata