memory strategies gabungan fix

Download Memory Strategies GABUNGAN FIX

If you can't read please download the document

Upload: alinnnchan6180

Post on 03-Jul-2015

843 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

LAPORAN HASIL MEMBACA DAN DISKUSI CHAPTER 6 Memory Strategies and Metacognition Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi Kognitif Oleh: Arlina Oktaviani 190110090009 (Ketua Kelompok Diskusi Kelas A) Rini Dwi Wulansari Anggi Septia Nizarwan Aktaria Linanda Nur Fitri Anggraini S. Khrisnavidya R. Gerhana R. Nuri Handayani Nerissa Arviana Mochammad Ridwan Yushifani Belladina 190110090003 190110090014 190110090026 190110090028 190110090029 190110090034 190110090040 190110090049 190110090054 190110090055

Universitas Padjadjaran Fakultas Psikologi Jatinangor 2010

1

IntroductionLaporan ini dibuat berdasarkan pemahaman saya dan hasil diskusi kelompok terhadap buku Cognition, 6th Edition karangan Margaret W. Matlin. Kita akan mulai chapter Memory Strategies and Metacognition dengan mereview beberapa strategi dalam meningkatkan memori berdasarkan chapter yang sudah dibahas sebelumnya. Pada chapter ini kita akan melihat beberapa strategi yang akan dikendalikan oleh metakognisi. Metakognisi adalah pengetahuan yang mengontrol proses kognitif. Penelitian mengenai metakognisi akan memberikan saran dalam membantu kita untuk memonitori dan meregulasi strategi belajar, memahami fenomene tip of the tongue, dan cara efektif membaca textbook. Laporan ini akan memberikan gambaran mengenai Memory Strategies and Metacognition (berdasarkan hasil pemahaman saya dari beberapa sumber dan hasil diskusi pada hari Kamis dan Jumat, 7-8 Oktober 2010) yang dapat membantu kita dalam menemukan atau mengembangkan strategi memori yang efektif serta membantu kita dalam belajar. 1. Memory Strategies Memory Strategies adalah aktivitas mental yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan encoding dan retrieval. (Bransford et al., 2000; Hermann et al., 2002). Strategi memori tidak hanya digunakan untuk mengingat hal-hal pada masa lalu, tetapi juga untuk mengingat hal-hal yang akan dilakukan di masa yang akan datang. 1.1. Suggestions from Previous Chapters: A review

1.1.1. Levels of Processing Level of Processing menunjukkan bagaimana kita meng-recall informasi lebih akurat jika proses mengcoding dilakukan secara mendalam dibandingkan melakukan encoding dengan level dangkal (deep level). Ketika mempelajari informasi diharuskan konsentrasi pada maknanya dan dikembangkan dengan cara elaborate encodings (menghubungkan satu konsep dengan konsep yang 2 lain). Sebaliknya, rehearsal atau

pengulangan adalah strategi teburuk ketika belajar (Payne et al., 1999, p.91). Deep processing membantu siswa dalam mempelajari ilmu psikologi. Sebagai contoh, dalam mempelajari teori psikologi kepribadian akan lebih baik jika kita langsung mengaplikasikan teori tersebut dengan menganalisis kepribadian politikus, teman dekat, artis, dan public figure lainnya. Contoh tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa telah mengembangkan dan menganalisis teori lebih kompleks dan bermakna dibandingkan hanya sekedar melakukan pengulangan materi. Cara di atas dinamakan elabotare encodings merupakan salah satu dari prinsip level of processing. Salah satu keuntungan dari dari level of processing adalah self reference effect, meningkatkan kemampuan memori dengan mengaitkan informasi sesuai dengan pengalaman kita sendiri. Sebagai contoh, Matlin banyak memberikan demonstrasi pada buku ini dengan tujuan agar kita mendapatkan pengalaman dari psikologi kognitif. 1.1.2. Encoding Specifity Encoding specifity menyatakan recall lebih baik jika konteks pada saat pengkodean sesuai dengan konteks ketika kemampuan retrieval diuji. Contoh, bentuk soal pada UTS Mata Kuliah Perkembangan adalah essai, retrieval yang akan kita lakukan adalah recall tidak semudah recognition (soal pilihan ganda). Maka konteks ketika melakukan encoding dan retrieval dalam konteks yang sama, yaitu membuat kuis sendiri dengan menutup textbook dan mencoba mengingat materi yang sudah dibaca. Selama belajar juga kita dapat membuat pertanyaan essay dan menjawabnya sendiri. 1.1.3. Overconfidence Overconfidence adalah percaya diri yang berlebihan. Kita sering percaya bahwa ingatan tentang informasi pada pengalaman kita memiliki tingkat keakuratan yang tinggi. Seperti yang seringkali terjadi yang disebut dengan flashbulb memories dimana memori kita sebenarnya mengalami kesalahan karena terpengaruh oleh informasi lain yang ada. Ketika kita melakukan kesalahan dalam mengingat kejadian, kita pun pasti akan 3 sendiri berdasarkan prinsip

melakukan kesalahan dalam mengingat apa saja yang terjadi pada kejadian tersebut 1.1.4. Divided Attention Divided attention adalah membagi atensi kepada dua situmulus atau lebih dalam waktu yang bersamaan. Hal ini menyebabkan tugas-tugas yang dilakukan menggunakan divided attention biasanya tidak dapat dilakukan secara efektif. Sehingga memory performance menurun dan tidak akurat dalam mengingat. Terdapat suatu penelitian yang berhubungan dengan divided attention mengenai tipe belajar. Banyak siswa yang lebih mudah belajar dengan mendengarkan musik. Penelitian menyebutkan bahwa ketika mengcoding suatu informasi, orang yang ekstrovert tidak akan terganggu ketika musik melatarbelakangi mereka ketika belajar. Sebaliknya orang introvert akan mengalihkan diri pada musik ketika belajar, mereka tidak dapat memfokuskan atensi pada tugas memori (Furnham dan Bradley, 1997). 1.2. Dalam Practice bahasan sebelumnya, kita telah mengetahui beberapa cara

mengembangkan memori. Strategi memori selanjutnya adalah practice atau latihan. Seringkali kita mendengar pernyataan Semakin sering kamu latihan, semakin mudah kamu mengingatnya. Kita akan menguasai materi jika membaca materi dua sampai tiga kali dan berlatih me-retrieve materi yang sudah dibaca. Latihan me-retrieve ini juga menggunakan encoding specificity principle, dan penelitian memperlihatkan bahwa latihan me-retrieve akan meningkatkan performa kita saat ujian. Ada tiga cara atau strategi dalam mengingat dan mengembangkan memori kita, yaitu : 1. The Total Time Hypothesis 2. The Distributed Practice Effect 3. The Testing Effect 4

1.2.1. The Total Time Hypothesis Seperti judulnya, total time hypothesis adalah hipotesis yang menjelaskan bahwa jika kita belajar dengan waktu yang lebih banyak, maka kita akan memahami lebih banyak dan mendapat grade yang bagus di kelas. Total materi yang dipelajari tergantung pada waktu yang digunakan untuk belajar (Baddeley, 1997). Namun, ternyata satu jam yang digunakan secara aktif untuk belajar dengan deep level processing lebih efektif dibandingkan kita menggunakan waktu 2 jam hanya dengan melihat lihat halaman saja tanpa mempelajarinya secara mendalam. Hal ini tidak akan membantu walaupun kita membaca materi berulang kali. Faktanya, peneliti telah mengemukakan bahwa variabel jumlah waktu yang diluangkan untuk belajar bukan jalan yang baik dalam memprediksi nilai siswa di sekolah. Waktu belajar akan memprediksikan nilai siswa ketika peneliti meninjau pula kualitas dari cara belajarnya. Intinya, yang menentukan bukanlah kuantitas, melainkan kualitas. Poin penting mengenai practice adalah practice dapat meningkatkan kemampuan mengingat pada materi yang baru saja dipelajari. Practice tidak dapat memperkuat kemampuan meningat secara umum. Banyak para pendidik yang salah manafsirkan bahwa latihan mengingat dapat meningkatkan kemampuan otak, seperti angkat besi dapat menguatkan otot. Namun, ternyata kita tidak dapat meningkatkan kemampuan secara umum dalam mengingat materi secara efektif (Glisky, 1995). 1.2.2.The Distributed Practice Effect Distributed Practice effect biasa disebut spacing effect. Maksud dari latihan ini adalah menyicil bahan materi yang diberikan. Jadi kita tidak menghapal secara keseluruhan dalam satu kali atau yang disebut massed learning, hal ini dapat mengurangi daya ingat kita terhadap materi tersebut.

5

Menurut Robert Bjork (1999) ada alasan lain mengapa distributed practice effect ini sangat membantu dalam long-term recall kita karena istilah desirable difficulties, yaitu situasi belajar yang terkadang menantang tetapi hal ini tidak terlalu sulit. Dalam hal ini, kita memerlukan key concept, atau konsep kunci yang dapat membantu kita dalam mengingat. Jika kita mengetes diri tentang satu konsep berulangkali, konsep ini akan lebih mudah kita ingat kembali. Tips dari distributed practice effect ini, yaitu sebaiknya kita mengulang materi yang kita dapat. Misalnya pelajaran tentang long term memori di kelas psikologi kognitif, minimal satu kali, karena jika kita membiarkan waktu bergulir dan kita tidak mengulang materinya. Maka hal ini akan menjadi lebih sulit bagi kita untuk menghafal materinya karena kita sudah mulai lupa, dan ketika kita belajar lagi tentang materi yang sama, kita harus memberikan atensi lebih. 1.2.3.The Testing Effect Strategi lain untuk meningkatkan memori kita adalah dengan cara mengetes. Jadi, dengan mengetes diri kita, kita akan menjadi lebih tertantang, dan dapat merecall memori kita lebih baik. Seperti dijelaskan dalam Figure 6.1. Peneliti ingin mengetahui keefektifitasan testing effect ini. Responden diberikan short essay. Setengah responden diberikan essay tersebut dengan cara biasa, membaca dan memahami semua essay tersebut. Setengah responden lainnya diberikan dengan cara pertanyaan dan jawaban yang mengetes kita. Kemudian setelah 5 menit, 2 hari dan 1 minggu, responden diberikan tes mengenai essay tersebut. Responden yang belajar dengan cara pemahaman utuh, lebih cepat merecall materi nya pada 5 menit pertama. Namun, pada 2 hari bahkan 1 minggu setelahnya, responden yang diberikan pertanyaan dan dites memberikan peningkatan signifikan. Hal ini menjelaskan bahwa testing effect merupakan cara yang baik untuk mengingat kembali materi yang telah kita pelajari. 1.3. Mnemonics Using Imagery

6

Mnemonic adalah mental strategi yang dirancang untuk meningkatkan memori. Ketika kita menggunakan mnemonic yang menekankan pada imagey, mental kita mewakili obyek atau tindakan yang tidak ditampilkan secara fisik. Bower dan Winzenz melakukan eksperimen di mana partisipan diminta untuk menghapalkan pasangan kata berikut hanya dengan menghapal katanya, tidak menggunakan cara lain: CUSTARD JAIL LUMBER IVY LIZARD SCISSORS CANDY MOTHER PAPER BEAR

CLOWN SLIPPER CANDLE

ENVELOPE SHEEPSKIN MOUNTAIN FRECKLES HAMMER

STAR

APPLE TREE

BOOK

OCEAN

PAINT

Lalu partisipan diminta untuk me-recall kata tersebut : ENVELOPE ____________ JAIL IVY ____________ ____________

FRECKLESS ____________ TREE CANDY SCISSORS CUSTARD ____________ ____________ ____________ ____________

SHEEPSKIN ____________ BOOK LIZARD HAMMER ____________ ____________ ____________

Setelah itu, partisipan melakukan eksperimen kedua pada subyek yang sama. Subyek diminta untuk membayangkan dan membuat imagery dari rangkaian kata berikut: SOAP MERMAID MIRROR RABBIT

7

FOOTBALL DIAMOND PENCIL CAR GLASS CANDLE

-

LAKE

HOUSE

-

-

LETTUCE

LAMB BREAD

-

MOON -

HONEY

-

DANCER FLEA

LIPS DOLLAR

-

MONKEY -

DANDELION ELEPHANT

Lalu partisipan diminta untuk me-recall kata tersebut : CANDLE ____________ DOLLAR CAR LIPS PENCIL SOAP HOUSE ____________ ____________ ____________ ____________ ____________ ____________

DANDELION ____________ BREAD MIRROR LAMB FOOTBALL ____________ ____________ ____________ ____________

Kesimpulan dari penelitian di atas menunjukkan bahwa imagery lebih baik untuk partisipan ketika menghapalkan rangkaian kata. Dengan menggunakan cara tersebut, maka jumlah rangkaian kata yang bisa diingat lebih banyak daripada dengan menggunakan metoda menghapal. Berikut adalah 2 jenis alat yang menggunakan mental imagery : 1.3.1. The Keyword Method Jika kita ingin mengingat kata yang tidak familiar, the keyword method adalah bantuan yang istimewa. Di dalam keyword method, kita bisa mengidentifikasi kata berbahasa Inggris yang memiliki suara yang sama dengan kata baru yang akan kita pelajari. Lalu kita bisa membuat gambaran yang menghubungkan dengan makna pada kata baru tersebut. 8

Penelitian pada keyword method memperlihatkan bahwa metode ini dapat membantu siswa yang sedang belajar vocabuary bahasa Inggris, vocabuary dalam bahasa lain, atau nama orang. Metode kata kunci digunakan untuk mempelajari perbendaharaan kata asing. Misalnya kita ingin mempelajari kata Spanyol caballo berarti kuda. Metode kata kunci memiliki dua tahap. Pertama adalah menemukan bagian dari kata dalam bahasa asing yang bunyinya mirip dengan kata bahasa Inggris. Caballo diucapkan cob-eye-yo, eye berfungsi sebagai kata kunci. Langkah kedua, membuat bayangan yang menghubungkan dengan kata kunci. Misalnya, kita membayangkan kuda menendang mata besar. Hal ini akan menciptakan hubungan antara kata dalam bahasa Spanyol dan Inggris. Jadi, untuk mengingat arti kata caballo, kita akan lebih dulu mengambil kata kunci eye dan kemudian membuat bayangan yang menghubungkan dengan kata kuda (Smith, et al., 2003 hal 303). Carney dan Levin melakukan penelitian yang memperlihatkan binatang tidak familiar, beberapa bagian dengan nama binatang. Siswa kelompok eksperimental diinstruksikan untuk membayangkan binatang yang disebut dengan capybara dengan topi yang ditarik menutupi matanya. Kelompok siswa kontrol diperintahkan untuk menggunakan metode menghapal seperti yang mereka lakukan. Hasil menunjukkan bahwa pelajar imagery-group secara signifikan lebih akurat dibandingkan kelompok kontrol dalam mengidentifikasi nama dari binatang dalam video klip, serta sketsanya. 1.3.2. The Method of Loci Jika kita akan menggunakan metoda ini, maka kita harus mengasosiasikan sesuatu yang ingin kita pelajari dengan rangkaian gambaran visual pada lokasi secara fisik. Contohnya adalah ketika kita harus menghapal daftar belanjaan yaitu daging, telur, susu kotak, dan roti. Kita gunakan method of loci dengan cara membayangkan barang tersebut terpampang pada bagian rumah kita. Misalnya kita mulai membayangkan seiris daging yang tergantung depan pintu, gantungan lampu yang membentuk telur, susu 9

kotak terletak pada masing-masing meja makan, roti yang bentuknya seperti sofa. Dengan begitu kita akan lebih mudah menghapalkan barangbarang tersebut.

1.4.

Mnemonics Using Organization

Organization adalah usaha untuk membuat sistematika dari materi yang kita pelajari. Proses retreival akan lebih mudah dilakukan ketika kita telah mengkonstruksikan sebuah kerangka kerja dengan organisasi yang baik (Bellezza, 1996; Wolfe, 2005). Ada empat jenis mnemonics yang menekankan sebuah organisasi. 1.4.1. Chunking Sebuah proses di mana kita mengombinasikan beberapa angka atau huruf menjadi sebuah kelompok-kelompok yang memiliki kesamaan. Chunking merupakan salah satu cara yang efektif dalam melakukan organisasi ketika mengingat. Sebuah studi oleh Bower dan Springston (1970) menyatakan bahwa kita akan lebih mudah mengingat informasi jika deretan huruf-huruf berada dalam kelompok yang memiliki makna dan familiar dibandingkan deretan huruf yang tidak dikelompokkan. 1.4.2. Hierarchy Techniques Sistem organisasi yang dilakukan dengan cara menyusun item yang ingin diingat ke dalam kelas-kelas yang berbeda mulai dari kelas yang paling umum ke kelas yang lebih khusus. Pengorganisasian dengan cara ini ternyata memang benar-benar efektif dalam meningkatkan kemampuan kita dalam proses recall. Hal ini dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Gordon Bower dan koleganya (1969) di mana mereka membagi dua kelompok untuk mengingat beberapa kata dengan cara yang berbeda. Kelompok pertama diperlihatkan kata yang sudah menggunakan urutan kelas sedangkan kelompok yang satunya lagi diberikan kata secara acak. Ternyata terbukti bahwa kelompok yang diberi urutan kelas dapat mengingat jumlah kata yang lebih baik. 10

Salah satu bentuk hierarchy adalah mengorganisasikan material yang ingin kita ingat ke dalam garis besarnya terlebih dahulu. Cara ini akan sangat efektif dilakukan ketika kita ingin mengingat apa saja isi materi dalam sebuah buku. Misalnya saja pada buku cognitive, di setiap awal chapter telah diberikan garis besar dari apa saja yang akan dibahas di dalamnya. Tentu saja penyajian garis besar ini ditujukan untuk memudahkan kita dalam mengingat materi apa saja yang ada dalam buku ini. Namun sayangnya, mahasiswa yang belajar psikologi sendiri jarang menggunakan garis besar atau outline yang ada pada awal chapter untuk mengingat materi sebelum ujian (Gurung, 2003)

1.4.3. First-Letter Technique Teknik pengorganisasian materi dengan cara mengingat huruf atau kata pertama dari setiap item yang ingin kita ingat. Cara seperti ini sudah banyak dilakukan oleh para pengajar untuk memudahkan siswa mengingat suatu pelajaran. Misalnya ketika kita ingin mengingat apa saja warna dari pelangi biasanya kita mengingat ejaan me-ji-ku-hi-bi-ni-u yang berarti merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Pengorganisasian dengan cara seperti itu terbukti lebih efektif dibandingkan jika kita harus mengingat semua kata secara menyeluruh. Walaupun tingkat keefektifan teknik ini belum secara konsisten didemonstrasikan dalam penelitian psikologi, akan tetapi banyak sekali para pelajar terutama mahasiswa yang menggunakan teknik ini ketika mengingat suatu materi. 1.4.4. Narrative Technique Cara organisasi materi yang ingin kita ingat dengan membuat cerita yang terkait dengan kata atau angka dari materi yang sedang dipelajari. Dalam sebuah studi klasik, Bower dan Clark (1969) membuat sebuah penelitian ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama diberi sebuah cerita atau narasi yang berhubungan dengan beberapa kata dalam Bahasa Inggris. Kelompok lainnya diberikan beberapa kata dalam Bahasa Inggris begitu saja. Hasilnya menunjukan bahwa kelompok subjek yang mengingat 11

dengan cara narrative-technique dapat melakukan recall enam kali lebih banyak dibandingkan dengan kelompok subjek yang diberikan kata begitu saja. Bagaimana pun cara seperti ini akan lebih efektif jika kita memiliki kemampuan untuk menghasilkan sebuah narasi dengan mudah, baik pada saat pembelajaran maupun pada saat recall.

1.5.

Comprehensive Approach to Memory Improvement

Beberapa tahun terakhir, para ahli berusaha untuk mengritik pendekatan mnemonics untuk meningkatkan memori. Mereka berkesimpulan bahwa menggunakan pendekatan tradisional untuk meningkatkan memori terlalu sederhana. Para ahli menekankan pada dua pendekatan yang lebih komprehensif untuk memecahkan masalah ini. Douglas Herrmanns multimodal approach menekankan bahwa orang serius untuk memperkuat memorinya harus mengadopsi sebuah pendekatan yang komprehensif untuk meningkatkan memori. Secara spesifik, pendekatan ini memerlukan perhatian dari kondisi fisik, seperti istirahat yang cukup, memelihara kegiatan sehari-hari secara optimal, konsultasi kesehatan. Oleh karena itu, kesehatan fisik sangat penting. Misalnya, orang yang depresi lebih besar kemungkinan untuk mengalami masalah dalam test, baik itu dalam hal memori implisit atau memori eksplisit. Ellen Langer (2000) telah mengembangkan sebuah perspektif yang disebut dengan mindfulness yang menawarkan dimensi lain dari comprehensive improving memory. Mindfulness memerlukan pendekatan yang fleksibel pada dunia, dengan bagian yang sensitif pada sesuatu yang baru dan sebuah apresiasi pada sebuah pendekatan dengan jalan yang baru pada sebuah masalah.

1.6.

Improving Prospective Memory

Prospective memory adalah mengingat bahwa kita perlu melakukan sesuatu di masa yang akan datang. Sebuah tugas memori prospektif memerlukan dua 12

komponen, pertama kita harus membuat niat untuk mengerjakan sesuatu di masa depan, kedua kita harus mengerjakan niat itu ketika saatnya tiba. Yang paling sulit dalam memori prospektif ini adalah mengingat isi dari aksinya. Mungkin kita pernah mengalami kejadian di mana kita merasa harus melakukan sesuatu, tapi kita tidak bisa mengingat apa yang harus kita lakukan itu. 1.6.1. Comparing Prospective Memory and Retrospective Memory Memori retrospektif adalah memanggil kembali informasi yang sudah kita pelajari sebelumnya. Peneliti lebih banyak mempelajari memori retrospektif daripada memori prospektif. Namun kenyataannya kebanyakan orang mengeluhkan kegagalan dalam memori prospektif ini. Memori prospektif memerlukan kita untuk merencanakan sesuatu yang akan dilakukan di masa yang akan datang. Pada hal ini, memori prospektif membangun problem solving yang terfokus pada aksi sedangkan memori retrospektif terfokus pada mengingat informasi dan ide. 1.6.2. Naturalistic Research on Prospective Memory Berikut beberapa contoh penelitian tentang memori prospektif: 1. Anggaplah kita sedang mengerjakan tugas yang memerlukan divided attention. Kita akan cenderung melupakan tugas memori prospektif yang tidak berhubungan dengan apa yang kita kerjakan sekarang. 2. Ketika kita sedang mengerjakan tugas 1, dan kita harus menyelesaikan tugas memori prospektif nantinya. Jika kita tiba-tiba berganti mengerjakan tugas 2, kita biasanya tidak akan mengerjakan tugas memori prospektif tadi. 3. Kita tahu bahwa spesifikasi encoding terkadang meningkatkan memori. Jika kita ingin mengerjakan tugas memori prospektif nanti malam, apakah mengasosiasikan tugas itu dengan gambaran tentang tempat dimana kita akan berada nanti malam akan membantu? Jawabannya iya, jika kita

13

benar-benar berada di tempat itu nantinya, dan jawabannya tidak apabila kita tidak berada disana. 1.6.3. Absentmindedness Tugas memori prospektif memerlukan atensi yang terbagi. Kita harus fokus dengan apa yang sedang kita kerjakan, juga tugas yang akan kita kerjakan nantinya. Perilaku absentminded cenderung terjadi ketika tugas yang diniatkan mengganggu kebiasaan yang kita lakukan. Sebagai contoh, ketika kita sedang menyetir dan memiliki sebuah tugas memori prospektif (misalnya berbelanja di toserba). Pada kasus ini, kebiasaan kita menyetir akan mendominasi memori prospektif kita yang rapuh, sehingga terjadilah perilaku absentminded. 1.6.4. Suggestions for Improving Prospective Memory Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan memori prospektif kita adalah dengan menggunakan pengingat. Namun pengingat yang kita pilih harus bersifat berbeda. Sebagai contoh, jika kita ingin mengirimkan pesan kepada Tonya, tidak cukup dengan hanya mengulang-ulang nama Tonya. Kita harus membuat koneksi kuat antara nama Tonya dengan fakta kita harus mengirimkan ia pesan. External Memory Aid merupakan alat di luar tubuh kita yang memfasilitasi memori kita dengan berbagai cara. Beberapa contohnya ialah daftar belanja, gelang karet di tangan kita, meminta orang lain mengingatkan kita dan alarm dari jam kita. Penempatan external memory aid sangatlah penting. Contohnya, Andy terkadang menyetir ke rumah ibunya untuk makan malam, dan ibunya biasanya memberitahu tentang benda-benda di kulkas untuk dibawanya pulang. Setelah beberapa kali melupakan benda-benda itu, Andy berpikir tentang external memory aid: ketika sampai di rumah ibunya, dia meletakkan kunci mobil di samping kulkas. Dengan cara ini, kecil kemungkinan dia akan melupakan benda di kulkas yang harus dibawanya pulang. 14

Dewasa ini, banyak memory aid komersil tersedia untuk membantu memori prospektif kita. Sebagai contoh, banyak orang yang menggunakan PDA, yang bisa diprogram untuk menyediakan pengingat tentang tugas-tugas memori prospektif kita. Bagaimana pun, alat ini hanya akan membantu jika kita bisa menggunakannya dengan baik dan mereka bisa mengingatkan kita dengan baik tentang apa yang harus kita kerjakan. Memory-Improvement Strategies a. Jangan membagi atensi antara beberapa tugas secara bersamaan b. Proses informasi dengan memaknakan, encoding elaboratif, distinctive, dan self-reference c. Pelajari materi dengan konteks yang sama dengan apa yang akan diujikan d. Jangan terlalu yakin dengan akurasi memori tentang kejadian dalam hidup e. Jumlah yang dipelajari bergantung dengan waktu yang dihabiskan f. Dengan belajar menggunakan jangka waktu, kita akan mempelajari lebih banyak g. Memori akan bertambah dengan mengikuti tes tentang materi tersebut h. Gunakan visualisasi yang menunjukkan hubungan benda benda yang akan di-recall i. j. Gunakan metode keyword Gunakan metoede loci ketika mempelajari benda dengan

mengasosiasikannya pada lokasi fisik k. Gunakan chunking dengan mengombinasikan benda menjadi unit yang bermakna l. Bangun hierarki dengan menyusun benda sesuai kelas

m. Akronimkan benda benda yang ingin kita pelajari (contoh:mejikuhibiniu) 15

n. Buat narasi atau cerita yang menghubungkan kata kata yang ingin dipelajari o. Peningkatan memori harus komprehensif, dengan atensi pada kesehatan fisik dan mental, faktor sosial dan penggunaan strategi memori yang fleksibel; harus penuh makna p. Buat gambaran mental yang hidup dan interaktif untuk membantu recall q. Buat pengingat yang spesifik atau sebuah external memory aid

2. Metacogniton Metakognisi berhubungan dengan pengetahuan dan mengontrol proses kognitif. Satu fungsi penting dari metakognisi adalah untuk mengawasi cara anda dalam memilih dan menggunakan memori strategi anda. Metakognisi adalah proses yang luar biasa aktif. Pikirlah tentang macam-macam dari pengetahuan metakognitif yang anda miliki. Sebagai contoh, anda tahu faktor-faktor yang mempengaruhi memori kita. Faktornya seperti waktu di hari itu, motivasimu, tipe material, dan keadaan sosial. Sebagai tambahan, Anda tahu cara mengontrol dan mengatur strategi belajar anda. Jika ada sesuatu yang sulit anda ingat, anda akan menghabiskan waktu lebih lama untuk menghapalnya. Contoh pengetahuan metakognitif yaitu apakah informasi sudah seperti tip of your tongue. Pengetahuan metakognitif berfokus pada pemahaman bahan yang anda baca.

16

Metakognisi adalah topik yang sangat menggugah rasa ingin tahu karena kita menggunakan proses kognitif untuk memikirkan tentang proses kognitif. Hal ini sangat penting karena pengetahuan tentang proses kognitif bisa memandu kita dalam pemilihan strategi untuk meningkatkan pelaksanaan kognitif masa depan kita. Metakognisi juga penting karena tujuan umum di universitas harus belajar tentang bagaimana kita berfikir dan bagaimana menjadi orang yang reflective. Sebagai manusia reflective, anda bisa mempertimbangkan apa yang akan kamu kerjakan dan apa yang akan kamu rencanakan. Topik yang berhubungan dengan metakognisi salah satunya terdapat di chapter 3, kami melihat bahwa orang mempunyai kesadaran yang terbatas tentang proses mental. Hasilnya, mereka tidak mampu untuk mengidentifikasi faktor apa yang bisa membantunya untuk memecahkan masalah. Begitu juga di chapter 5 yang mendiskusikan tentang orang yang mempunyai kesulitan dalam tugas source-monitoring. Contohnya, anda tidak mengingat apakah sebenarnya anda sudah mengembalikan buku yang anda pinjam dari teman atau anda hanya mengimajinasikannya bahwa anda sudah mengembalikan buku tersebut. Topik pertama yang akan kita bahas adalah metamemori, topik yang berhubungan dengan pengetahuan yang dimiliki seseorang dan mengontrol memori mereka. Metamemori memainkan peran besar di kemajuan memori. Dua kajian yang berhubungan dengan metakognisi adalah meta comprehension dan fenomena tip-of-the-tongue. Kita juga akan membahas tiga aspek metamemori, yaitu (1) keakuratan manusia dalam memprediksi memory performance, (2) pengetahuan manusia tentang strategi memori, dan (3) pengetahuan manusia bagaimana cara mengatur strategi belajar. 2.1. Metamemory and the Prediction of Memory Performance

Apakah anda pernah mengalami situasi berikut? Anda berpikir bahwa anda mengetahui bahan untuk ujian tengah semester, dan anda mengira anda menerima nilai yang bagus. Namun, kenyataannya Anda mendapat nilai C. 17

Jika situasi ini familiar, Anda menyadari bahwa metamemori Anda tidak selalu akurat dalam memprediksi memory performance. Dalam keadaan apakah metamemori memprediksi memory performance secara akurat? Jawaban dari pertanyaan ini tergantung dari aspek mana metamemori diuji: 1. Ketika orang memperkirakan skor total nya dalam tes memori, pada umumnya mereka terlalu percaya pada nilai yang bagus, dibandingkan ketelitian 2. Ketika orang harus mengingat beberapa item dengan akurat, mereka dapat memperkirakan items yang akan diingat dan yang dilupakan.

2.1.1. Metamemory on a Total-Score Basis. Dalam pembelajaran metamemori, siswa memulai dengan mempelajari daftar kata yang berhubungan, seperti coat-sandwich. Dengan kata lain, ketika mereka melihat kata coat, mereka tahu bahwa mereka harus merespon sandwich. Kemudian mereka diminta untuk memperkirakan total jumlah jawaban benar yang akan mereka sampaikan pada tes selanjutnya. Pada situasi ini, kemungkinan besar mereka melakukan foresight bias; yang artinya mereka menaksir terlalu tinggi jumlah jawaban benar pada suatu tes. Masalah disini adalah mereka mereka mempelajari kata berpasangan tersebut ketika jawaban benarnya tampak, sehingga prediksi mereka kemungkinan tidak realistis. Pada pembelajaran lain, para pelajar memperkirakan skor total mereka setelah menyelesaikan ujiannya. Contonya, Dunning dan koleganya (2003) meminta siswa memperkirakan skor total yang mereka pikir mereka bisa mencapainya. Kemudian penelitian memeriksa hasil ujian dan membagi para siswa menjadi empat grup, menurut nilai mereka yang sebenarnya.

18

Figur 6.4 memperlihatkan hasil dari empat grup, kuartil bawah, kuartil kedua, kuartil ketiga, dan kuartil teratas. Perhatikan pada kuartil teratas memperkirakan skor total sangat akurat dan pada kuartil ketiga hampir akurat. Namun, siswa pada kuartil terbawah menaksir terlalu tinggi sampai 30%. Ironisnya, grup inbitidak sadar dengan keterbatasan mereka. Mereka tidak tahu bahwa mereka tidak tahun bahannya. Dunning pun melakukan tes serupa tentang keahlian kognitif, lagi-lagi hasilnya pun sama, siswa dengan keahlian kognitif yang lemah kemungkinan besar menaksir terlalu tinggi total skor mereka dalam tes. 2.1.2. Metamemory on an Item-by-Item Basis. Tegasnya, metamemori seseorang bisa menjadi akurat ketika kita memikirkan prediksi kita tentang item individual yang mereka ingat dan yang mereka lupa. Dalam studi klasik, Eugene Lovelace (1984) menunjukkkan pasangan kata yang tidak berhubungan, seperti disease-railroad. Partisipan diberitahu bahwa mereka akan dites untuk pembelajaran asosiasi-berpasangan. Mereka akan melihat kata pertama, dan mereka diminta untuk mengisi kata kedua. Mari kita pertimbangkan prediksi siswa yang melihat setiap pasang kata untuk 8 detik. Setelah pasangan kata terakhir sudah dimunculkan, partisipan menaksir kemungkinan jawaban benar pada tes. Setelah penilaian, partisipan melihat kata pertama dalam setiap pasang, dan mereka diberitahukan untuk mengisi kata kedua yang tepat. Seperti yang anda lihat pada figur 6.5, orang bisa memprediksi secara akuratkemungkinan mereka untuk merecall item. Ketika mereka memberikan rating 1 dalam sebuah benda, mereka bisa mengingat kembali hanya 45%, sedangkan ketika mereka memberikan rating 5 pada benda tersebut, mereka bisa mengingatnya sampai 80%. Satu faktor yang membuat siswa membuat prediksi seperti ini adalah apakah mereka mudah untuk mengeneralisasi image linking dalam dua kata secara bersama-sama. Namu, metamemori lebih diingat ketika tugasnya mmerupakan pembelajaran asosiasi berpasangan. 19

Suatu penelitian menemukan bahwa orang akan lebih akurat dalam memperkirakan mana benda yang akan mereka recall jika mereka menunda keputusannya, dibandingkan jika membuatnya segera setelah belajar. Keputusan yang tertunda itu menyediakan penaksiran yang akurat dari performa memori kita karena mereka menaksir memori jangka panjang. Dan tugas memori yang sebenarnya memerlukan memory jangka panjang. Namun, keputusan yang diambil segera menaksir memori bekerja, dimana itu kurang relevan dalam tugas memori. 2.2. Individual Differences: Metamemory and Adults with Attention-

Deficit/Hyperactive Disorder. Karakteristik utama dari seseorang yang mengidap Attention-

Deficit/Hyperactive Disorder (ADHD) adalah sulitnya sang penderita dalam memberikan atensi dalam menjalankan aktivitasnya (American Psychiatric Assosiation, 2000). Secara umum, pengidap ADHD lebih sering menaksir terlalu tinggi mengenai kemampuannya dalam menjalankan tugas-tugas yang melibatkan memory dibandingkan orang yang tidak mengidap ADHD. Contohnya, mahasiswa yang mengidap ADHD mungkin menaksir skor kemampuan tugas-tugas memori dengan angka 30%, sedangkan mahasiswa yang tidak mengidap ADHD menaksir skor kemampuannya memorinya sebesar 20%. Laura Knouse dan koleganya (2006) ingin mengetahui bagaimana penderita ADHD mengerjakan tugas memori di mana metamemory diukur satu persatu. Sampel dalam penelitian ini menggunakan 28 orang yang diambil dari universitas dan komunitas sekitar yang memenuhi kriteria sebagai pengidap ADHD. Semua partisipan berusia 18-60 tahun. Para peneliti juga menggunakan 28 orang yang tidak mengidap ADHD, yang cocok dengan kelompok pertama dalam aspek umur, jenis kelamin, dan universitas versus status komunitas. Dalam hari penelitiannya, pengidap ADHD tidak menerima pengobatan. Dalam penelitiannya, Knouse dan dan koleganya menunjukkan sepasang kata seperti DISEASE-RAILROAD di layar computer selama 8 detik. Kemudian partisipan diminta untuk mengestimasi 20 dari skala 0 sampai 100%

kemungkinan mereka dalam mengulang huruf kedua, saat diberikan kata pertama. Untuk 30 pasang pertama, setiap orang memberikan estimasi dengan cepat setelah kata pertama ditampilkan. Untuk 30 pasang kata tambahan, setiap orang mengalami pelambatan dalam estimasi metamemory, setelah nomor acak ditampilkan untuk menganggu kita manghafal kata. Hasilnya menunjukkan tidak ada perbedaan kecermatan dalam keputusan yang cepat antara pengidap ADHD dengan orang yang tidak mengidap ADHD. Kedua kelompok sedikit akurat dalam memprediksi kata yang dapat mereka ingat dan kata yang akan sepertinya mereka lupa. Knouse dan koleganya menjelaskan bahwa sampel mereka untuk pengidap ADHD ini luar biasa. Orang yang mengidap ADHD yang juga sekaligus seorang mahasiswa biasanya mempunyai fungsi yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang mengidap ADHD dalam lingkungan umumnya. 2.3. Metamemory about Factors Affecting Memory

Berdasarkan penelitian, banyak mahasiswa yang yang tidak sadar betapa pentingnya pengaruh strategi terhadap tugas-tugas mengingat kita. Faktanya membuktikan bahwa siswa yang mendapat skor rendah dalam tesnya biasanya tidak menggunakan strategi tertentu dalam menghapal materi untuk ujian nanti (McDouggal & Gruneberg, 2002) Metamemory juga membantu siswa untuk mengidentifikasi strategi seperti apa yang bekerja dengan baik untuk mereka dan yang mana yang tidak berfungsi untuk kita. Karena Suzuki-Slakter (1988) mengungkapkan bahwa semua strategi memori tidaklah sama. Contohnya, dia menginstruksikan satu kelompok untuk menghapal materi dengan cara mengulang-ulang materi tersebut (strategi ini diketahui tidak efektif). Siswa ini cenderung memberikan estimasi tinggi untuk hasil hafalan materinya sedangkan kelompok yang lain diminta untuk menyusun cerita dan gambar mengenai materi yang akan dihafal (strategi ini diketahui efektif). Siswa ini cenderung memberikan estimasi rendah terhadap hasil hapalan materinya.

21

Studi yang lainnya menunjukkan bahwa orang-orang tidak menyadari bahwa metode keyword lebih efektif dibandingkan mengulang-ulang (Pressley et al., 1984, 1988). Namun, saat orang berlatih denga kedua metode tersebut dan melihat hasil mereka yang sangat bagus dengan metode keyword, mereka akan lebih suka menggunakan metode tersebut untuk saat yang akan datang. Ada poin penting yang terdapat dalam penelitian ini, yaitu coba untuk mempelajari berbagai macam strategi. Identifikasi metode mana yang sangat efektif untuk kamu. Kamu akan meninjau kembali jika strategi pilhanmu itu tidak berpengaruh terhadap hasil tugas-tugas memorimu. 2.4. IN DEPTH: Metamemory and The Regulation of Study

Strategies Kadang, kita sering mengembangkan metamemory kita dengan cara atau strategi belajar yang terbaik yang bisa kita lakukan. Namun, pada saat ujian, dalam proses mengerjakannya itu tetap tidak begitu baik, kecuali apabila cara belajar kita itu dengan lebih banyak memepelajari topik-topik yang sulit. Penelitian mengenai aturan dalam strategi belajar ini menekankan bahwa tugas memori membutuhkan jumlah yang substansial dalam membuat keputusan seperti yang kamu rencanakan bagaimana menguasai meteri (Koriat & Helstrup, 2007; Metcalfe, 2000). Kita itu harus mengkoordinasikan antara dua proses kognitif, dalam kasus ini memori dan decision making. Ketika materi-materi yang akan kita pelajari itu lebih menantang atau lebih sulit dan dalam waktu yang terbatas, maka kita akan menghabiskan banyak waktu dalam belajar, dan materipun ada dalam genggaman kita (Kornell & Metcalfe, 2006)

2.4.1. Mengalokasi Waktu ketika Tugasnya Mudah Ditemukan bahwa pelajar mengalokasikan waktu belajar yang lebih untuk materi materi yang mereka yakini akan sulit untuk dikuasai. Pelajar kurang ideal dalam mengatur cara belajatnya. Mereka menghabiskan waktu yang lebih lama dibandingkan mempelajari hal-hal yang seperlunya

22

dan tidak memiliki cukup waktu untuk mempelajari materi-materi yang belum dikuasainya. Lisa Son dan Janet Metcalfe menemukan bahwa 35 dari 46 siswa mendemonstrasikan bahwa mereka menghabiskan lebih banyak waktu dalam materi yang sulit. Namun, mereka menemukan bahwa semua pelajar menguji secara relative materi-materi yang mudah, seperti mempalajari sepasang kata (Matlin, 2009: 189). Disamping itu mereka memiliki cukup waktu untuk mempelajari semua materi. Son dan Metcalfe pun berspekulasi bahwa kemungkinan pelajar-pelajar tersebut menggunakan strategi dalam keadaan lain.

2.4.2. Mengalokasi Waktu ketika Tugasnya Sulit Dilakukan percobaan oleh Son dan Metcalfe. Mereka meminta siswa untuk membaca buku biografi. Normalnya, waktu membaca buku tersebut adalah 60 menit secara lengkap. Namun mereka memberikan sedikit tekanan denga meminta siswa untuk membaca dalam watu 30 menit. Hasilnya, siswa menghabiskan banyak waktu mereka pada biografi yang mereka anggap mudah sehingga mereka bisa menguasai materi lebih banyak dalam waktu yang terbatas. 2.4.3. Kesimpulan dari Pengaturan Strategi Belajar Siswa dapat mengatur cara belajar mereka dalam model yang mutakhir. Ketika mereka memiliki waktu untuk menguasai tugas yang relative mudah, mereka akan mengalokasikan banyak waktunya untuk materimateri yang sulit. Jadi, dalam tugas yang lebih menantang dan waktu yang terbatas, mereka akan secara realistis mengubah strategi belajar mereka sehingga mereka fokus pada materi yang sekiranya dapat dikuasai dalam waktu yang telah ditentukan (Kornell & Metcalfe, 2006).

2.5.

The Tip-of-the-Tongue Phenomenon

23

Tip-of-the-Tongue phenomenon adalah perasaan subjektif yang dialami ketika kita merasa keyakinan bahwa kita mengetahui suatu kata yang sedang dicari, tetapi kita tidak mampu untuk merecallnya (Schwartz, 1999, 2002)

2.5.1. Brown and McNeills Classic Research Roger Brown dan David Mcneill (1966) merupakan tokoh pertama yang melakukan penelitian dalam bidang ini secara formal. Dalam penelitiannya, mereka menciptakan keadaan tip-of-the-tongue dengan memberikan partisipan beberapa definisi dari sebuah kata yang tidak biasa dalam bahasa Inggris, misalnya sampan, ambergris, dan nepotism. Terkadang, partisipan mempu menyebutkan kata yang tidak biasa tersebut dengan segera dan pada waktu yang lain partisipan menyatakan dengan yakin tidak mengetahui kata tersebut. Pada kasus lain, definisidefinisi dari kata tersebut menghasilkan keadaan tip-of-the tongue. Pada kasus ini, peneliti meminta partisipan untuk menyebutkan kata yang memiliki bunyi serupa dengan kata-kata yang sedang dicari tersebut, meskipun tidak memiliki makna. Misalnya, jika kata yang sedang dicari adalah sampan, maka partisipan dapat menyebutkan kata-kata yang memiliki kesamaan bunyi, seperti saipan, siam, dan sarong. Hasilnya, kata-kata dengan bunyi serupa yang disebutkan oleh partisipan memiliki kesamaan dengan kata yang sedang dicari. Kata-kata dengan kesamaan bunyi memiliki kesesuaian dengan huruf pertama sebanyak 49 % dan kesesuaian suku kata sebanyak 48 %. Fenomena tip-of-the-tongue merupakan salah satu jenis metakognisi. Kita cukup mengetahui mengenai kata-kata target pada memori kita untuk dapat diucapkan Kata-kata ini sudah ada di ujung lidah saya. Pengetahuan tersebut cukup akurat karena kita mampu mengidentifikasi huruf pertama dan hal-hal tambahan lain dari kata-kata target.

24

Fenomena ini berhubungan dengan topik psikologi kognitif lain, seperti kesadaran, memori semantik, dan dalam menghasillkan bahasa. Hal ini menunjukkan bahwa proses-proses kognitif saling berhubungan.

2.5.2. Later Researcher on the-tip-of-Tongue Phenomenon Para peneliti menyimpulkan bahwa kita mengalami fenomena ini kira-kira satu kali dalam sepekan pada aktivitas keseharian (James & Burke, 2000; Schwartz, 2002). Orang-orang bilingual mengalami fenomena ini lebih sering dibandingkan orang-orang monolingual. Hal ini disebabkan oleh orang-orang bilingual memiliki jumlah kata-kata terpisah dalam memori semantik dibandingkan orang-orang monolingual. Ketika kita berhasil meretrieve sebuah kata selama setengah jam, seringkali kita mengalami fenomena the-tip-of-tongue pada dua menit pertama. Kata-kata yang menghasilkan sensasi the-tip-of-tongue kuat akan menghasilkan ketepatan dalam pengenalan kata-kata tersebut pula (Schwartz, 2002; Schwartz et al., 2000). Ketika kita mengalami keadaan the-tip-of-tongue, kita dapat menebak dengan tepat huruf pertama pada kata target sebanyak 50 hingga 70 % kali, mengidentifikasi suku kata dari kata-kata target dengan tingkat keakuratan 45 hingga 85 % (Brown, 1991; Schwartz, 2002). Lebih jauh lagi, kata dapat mengidentifikasi karakteristik dari kata-kata target, misalnya apakah kata-kata tersebut menyenangkan, netral atau tidak menyenangkan (Koriat et al., 2003). Penelitian menganai bidang ini pun dilakukan pada partisipan yang menggunakan bahasa non-inggris, seperti Jepang dan Itali (Schwartz, 1999, 2002).

2.5.3. Feeling of Knowing Feeling of knowing merupakan prediksi mengenai apakah kita dapat mengenali jawaban dari sebuah pertanyaan dengan tepat atau tidak

25

(Schwartz & Perfect, 2002). Secara umum, fenomena the-tip-of-tongue merupakan efek yang tidak disadari. Sebaliknya, perasaan mengetahui merupakan pengalaman yang disadari, kita dapat menilai apakah kita dapat mengenali suatu jawaban atau tidak ketika kita diberikan sejumlah pilihan (Koriat & Helstrup, 2007) Kita pun akan mengalami perasaan mengetahui ketika seseorang meminta kita untuk menuliskan sebanyak mungkin anggota dari sebuah kategori yang spesifik, misalnya menuliskan jenis buah dan nama pelajar pada sekolah kita. Kita akan memiliki perasaan mengetahui yang kuat jika kita mampu meretrieve bagian informasi dalam jumlah yang besar (Koriat & Helstrup, 2007; Schwartz et al., 1997; Schwartz & Smith, 1997). Misalnya, ketika kita berusaha mengingat nama depan guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris SD, perasaan mengetahui akan semakin kuat saat kita mendapatkan informasi-informasi petunjuk mengenai nama tersebut, seperti terdiri dari dua suku kata dan huruf terakhir pada nama tersebut merupakan kombinasi konsonan yang tidak terdapat dalam alfabet bahasa Indonesia. Nama depan tersebut benar-benar terdapat pada ujung lidah kita, tetapi kita tidak mampu untuk merecallnya. Bagaimana pun, kita tahu bahwa kita mampu memilih kata yang tepat dari sekumpulan pilihan nama. Kemudian, dengan cepat kita dapat menemukan nama tersebut sebagai Hadist. Perasaan mengetahui ini akan semakin melemah ketika petunjuk mental tersedia dalam jumlah terbatas.

2.6.

Metacomprehension

Yaitu mengacu pada pikiran kita mengenai pemahaman. Banyak penelitian mengenai 2002). 2.6.1.Metacomprehension Accuracy metacomprehension yang memfokuskan pada membaca pemahaman dari pada memahami kemampuan berbicara (Maki & McGuire,

26

Umumnya para mahasiswa tidak terlalu akurat dengan kemampuan metacomprehension-nya, contohnya adalah mereka tidak mungkin melihat inkonsistensi atau informasi yang hilang dalam sebuah bagian tertulis. Sebaliknya mereka berpikir bahwa mereka telah memahaminya (Maki, 1998; Mayer 2004; McNamara & Shapiro, 2005). Seperti dalam percobaan Pressley dan Ghatala ( 1988 ). Mereka menguji kemampuan membaca sejumlah mahasiswa. Mereka menguji mahasiswa tersebut dengan SAT. Mahasiswa tersebut menjawab pertanyaan multiple-choice, kemudian mereka menyebutkan tingkat keyakian mereka terhadap jawaban benar atas pertanyaan tersebut. Tingkat keyakinan mereka merupakan ukuran metacomprehension. Hasilnya, ketika mahasiswa tersebut menjawab pertanyaan reading comprehension dengan benar, mereka memberikan rata-rata kepastian sebanyak 73 %. Dengan kata lain, para mahasiswa tersebut cukup yakin tentang item ini, yang sesuai. Bagaimana pun, ketika mereka menjawab pertanyaan dengan tidak benar, mereka telah memberikan rata-rata keyakinan sebesar 64 %. Sayangnya, ini adalah tingkat yang sama mengenai kepercayaan mereka yang menunjukkan item yang mereka jawab dengan benar. Data tersebut mengindikasikan bahwa para mahasiswa terlalu percaya diri dalam berbagai kasus. Sekitar dua-pertiga mahasiswa percaya bahwa mereka mengerti bahan yang telah mereka baca, ketika mereka menjawab pertanyaan dengan kurang tepat. 2.6.2.Improving Metacomprehension Idealnya mahasiswa seharusnya dapat lebih akurat dalam menilai apa yang mereka mengerti terhadap apa yang mereka baca. Dengan kata lain penilaian subjektif mereka seharusnya lebih cocok dengan kemampuan dalam objective test. Suatu cara untuk meningkatkan metacomprehension mereka adalah dengan cara mengambil pretest, yang dapat memfeedback pemahaman kita, sebelum mengambil tes yang sesungguhnya (Glenberg et al, 1987 ; Maki, 1998). Metode efektif lainnya untuk meningkatkan metacomprehension adalah dengan cara membaca sebuah kutipan pendek, menunggu beberapa 27

menit, dan kemudian mencoba mengambil kesimpulan dari sebuah kutipan pendek tersebut. Prosedur ini tidak hanya meningkatkan keputusan Anda tentang bagaimana anda mengetahui suatu pesan pendek, tapi juga meningkatkan nilai anda pada sebuah tes tentang materi ini ( Baker & Dunlosky, 2006 ; Dunlosky et al., 2005 ; Thiede et al., 2005 ). Selanjutnya, ketika anda menggunakan jenis aktif membaca ini, Anda cenderung untuk "keluar zona" dan gagal untuk menyadari bahwa anda tidak lagi memperhatikan bacaan (Schooler et al., 2004). Salah satu komponen metacomprehension, mengharuskan Anda untuk memahami bagian secara akurat. Metacomprehension juga mengharuskan Anda untuk mengatur membaca Anda, sehingga Anda tahu cara membaca yang lebih efektif.

28

Daftar Pustaka : Matlin, Margaret W. 2005. Cognition sixth edition. United States of America: John Wiley & Sons, Inc. Matlin, Margaret W. 2009. Cognition seventh edition. United States of America: John Wiley & Sons, Inc. Smith, Edward E. et al. 2003. Atkinson and Hilgards Introduction to Psychology. USA: Wadsworth/Thomson Learning

29

30