masterplan bumn 2010 2014

190
Gedung Kementerian Badan Usaha Milik Negara Jl. Medan Merdeka Selatan 13 Jakarat Pusat KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

Upload: septian-trisetyo-adi

Post on 22-Nov-2015

363 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

BUMN masa depan

TRANSCRIPT

  • Gedung Kementerian Badan Usaha Milik Negara

    Jl. Medan Merdeka Selatan 13 Jakarat Pusat

    KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

  • i

    DAFTAR ISI

    Hal

    DAFTAR ISI i

    KATA PENGANTAR iv

    BAB I : PENDAHULUAN 1

    I.1. Maksud dan Ruang Lingkup 1

    I.2. Visi dan Misi Presiden Dalam RPJMN 2010-2014 2

    I.3. Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran Kementerian BUMN sesuai Renstra

    Kementerian BUMN Tahun 2010-2014

    5

    I.4. Prioritas RPJMN 2010-2014 Di Bidang Pembinaan BUMN 7

    I.5. Arah Kebijakan Pembinaan BUMN Sesuai Renstra Kementerian BUMN

    Tahun 2010-2014 dan master Plan BUMN Tahun 2010-2014

    9

    I.6. Perkembangan BUMN Dan Kontribusinya Dalam Perekonomian Nasional

    serta Potensi-potensi Yang Dimiliki BUMN

    10

    BAB II : PERKEMBANGAN BUMN TAHUN 2005-2009 17

    II.1. Perkembangan Kinerja BUMN 17

    II.1.1 Perkembangan Jumlah BUMN 17

    II.1.2. Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN 18

    II.1.3. Perkembangan Kontribusi BUMN 19

    II.2. Perkembangan Sektoral BUMN 21

    II.2.1. Sektor Usaha Perbankan 22

    II.2.2. Sektor Usaha Asuransi 23

    II.2.3. Sektor Usaha Jasa Keuangan 24

    II.2.4. Sektor Usaha Jasa Konstruksi 25

    II.2.5. Sektor Usaha Farmasi 26

    II.2.6. Sektor Usaha Aneka Industri 27

    II.2.7. Sektor Usaha Kawasan Industri dan Perumahan 27

    II.2.8. Sektor Usaha Sarana Angkutan dan Pariwisata 28

    II.2.9. Sektor Usaha Prasaran Angkutan 29

    II.2.10. Sektor Usaha Logistik dan Sertifikasi 30

    II.2.11. Sektor Usaha Perkebunan 31

  • ii

    II.2.12. Sektor Usaha Kehutanan 31

    II.2.13. Sektor Usaha Perikanan 32

    II.2.14. Sektor Usaha Kertas, Percetakan, dan Penerbitan 33

    II.2.15. Sektor Usaha Penunjang Pertanian 34

    II.2.16. Sektor Usaha Pertambangan dan Semen 35

    II.2.17. Sektor Usaha Industri Strategis 36

    II.2.18. Sektor Usaha Energi & Sumber Daya Alam 37

    II.2.19. Sektor Usaha Telekomunikasi, Media dan Industri Penunjang

    Telekomunikasi

    38

    II.3. Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik 38

    II. 3.1. Assessment GCG 39

    II. 3.2. Re-Assessment GCG 39

    II. 3.3. Self Assessment GCG (Mandiri) 40

    II. 3.4. Review Tindak Lanjut Hasil Assesment GCG 40

    II. 3.5. Monitoring GCG melalui Kuesioner 41

    II. 3.6. Pelatihan Risk Management dan Internal Control System 41

    II. 3.7. Evaluation Tools atas Internal Control dan Risk Management 41

    II. 3.8. Pengkajian Penyempurnaan Evaluation Tools Penerapan GCG 41

    II. 3.9. Penyusunan Kriteria Penilaian GCG Tingkat Lanjutan 43

    II.4 Program Kemitraan dan Bina Lingkungan 43

    II.4.1. Program Kemitraan Tahun 2005 - 2009 43

    II.4.2. Program Bina Lingkungan Tahun 2005 - 2009 47

    BAB III : RENCANA DAN PELAKSANAAN PROGRAM

    PEMBINAAN BUMN TAHUN 2005-2009

    51

    III.1. Rencana Program Tahun 2005-2009 52

    III.1.1 Rencana Rightsizing Tahun 2005-2009 52

    III.1.2 Rencana Privatisasi Tahun 2005 - 2009 55

    III.1.3 Program Kewajiban Pelayanan Umum (Public Service Obligation -

    PSO) Tahun 2005 - 2009

    55

    III.1.4 Program Optimalisasi Aset BUMN Tahun 2005-2009 57

    III.1.5 Program Pengembangan Teknologi Informasi Tahun 2005-2009 58

    III.2 Pelaksanaan Program Tahun 2005 - 2009 59

    III.2.1 Pelaksanaan Restrukturisasi Tahun 2005 - 2009 59

  • iii

    III.2.2 Pelaksanaan Privatisasi 2005 - 2009 67

    III.2.3 Pelaksanaan Public Servive Obligation (PSO) Tahun 2005-2009 70

    III.2.4 Pelaksanaan Optimalisasi Aset BUMN 2005-2009 71

    III.2.5 Pelaksanaan Penyediaan Data, Informasi serta Teknologi Informasi

    2005 - 2009

    73

    III.2.6 Pelaksanaan Penanganan Bantuan Pemerintah Yang Belum

    Ditetapkan Statusnya (BPYBDS) 2005 - 2009

    75

    BAB IV : PROGRAM PEMBINAAN BUMN TAHUN 2010 - 2014 78

    IV. 1. Program Restrukturisasi 2010 - 2014 78

    IV. 1.1. Definisi, Maksud dan Tujuan Restrukturisasi 78

    IV. 1.2. Ruang Lingkup Restrukturisasi 78

    IV. 1.3. Program Restrukturisasi 79

    IV. 2. Program Privatisasi 2010 - 2014 104

    IV. 2.1. Definisi, Maksud dan Tujuan Privatisasi 104

    IV. 2.2. Arah Kebijakan Privatisasi 104

    IV. 2.3. Kriteria Privatisasi 105

    IV. 2.4. Metode Privatisasi 106

    IV. 2.5. Prosedur Privatisasi 107

    IV. 3. Program Penyelenggaran Public Service Obligation (PSO) 2010 - 2014 111

    IV. 4. Program Optimalisasi Aset BUMN 2010 - 2014 112

    IV. 5. Program Pengembangan Data, Informasi & Teknologi (TI) 2010 - 2014 113

    IV. 6. Monitoring Penyelesaian Bantuan Pemerintah Yang Belum Ditetapkan

    Statusnya (BPYBDS)

    115

    BAB V : KESIMPULAN

    LAMPIRAN

    121

  • KATA PENGANTAR

    Kementerian BUMN sebagai instansi pemerintah yang memiliki tugas merumuskan

    kebijakan di bidang pembinaan dan pengawasan BUMN memiliki peran strategis dan penting

    dalam upaya memacu perekonomian Indonesia. Upaya ini dapat dilakukan melalui: (1)

    perumusan kebijakan yang mengarahkan BUMN agar mampu menyediakan barang/jasa

    berkualitas tinggi dengan harga yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, (2)

    memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian nasional, serta (3) menjadi agen

    pemerintah dalam menyelenggarakan kemaslahatan hidup masyarakat luas sebagaimana

    diamanatkan dalam UU BUMN.

    Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN, maksud dan

    tujuan didirikannya BUMN adalah untuk memberikan sumbangan bagi perkembangan

    perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan Negara pada khususnya, mengejar

    keuntungan, menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang atau jasa yang

    bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak, menjadi perintis

    kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi dan

    turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah,

    koperasi, dan masyarakat.

    Perubahan yang sangat cepat dalam dua dekade terakhir serta diperkirakan akan

    semakin cepat pada masa-masa mendatang menyebabkan semakin perlunya pembentukan

    BUMN-BUMN yang unggul dan berdaya saing tinggi. Oleh karena itu, strategi pengelolaan

    BUMN ke depan perlu diarahkan pada peningkatan daya saing BUMN, perbaikan sinergi

    antar BUMN, pengembangan kemampuan berusaha dan penciptaan peluang-peluang baru

    melalui manajemen yang dinamis dan profesional untuk dapat memasuki dan berkompetisi

    dalam era persaingan global. Disamping itu, perbaikan tata kelola perusahaan (good

    corporate governance) juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam memenangkan

    persaingan.

    Restrukturisasi BUMN merupakan proses yang berkelanjutan dan satu kesatuan yang

    terintegrasi dengan strategi penyelamatan ekonomi nasional. Hal ini diutamakan agar BUMN

    dapat mencapai tujuan memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap ekonomi nasional,

    anggaran negara dan kesejahteraan masyarakat secara luas.

    Master Plan BUMN 2010-2014 ini menggambarkan kebijakan utama penataan

    BUMN ke depan dan di dalamnya dijelaskan berbagai kebijakan Pemerintah dalam

    melaksanakan pembinaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) selaras dengan kebijakan

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1. Maksud Dan Ruang Lingkup

    Master Plan BUMN 2010-2014 memuat berbagai kebijakan Pemerintah dalam

    melaksanakan pembinaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang selaras dengan

    kebijakan sektoral, yang merupakan penyempurnaan terhadap dokumen serupa yang

    diterbitkan pada tahun 2005 oleh Kementerian Negara BUMN.

    Dokumen ini menjelaskan kebijakan pemerintah dalam pembinaan BUMN,

    kerangka analisis program pembinaan BUMN serta tindakan spesifik Kementerian

    BUMN yang telah diambil saat ini atau yang akan direncanakan dalam jangka pendek

    dan jangka panjang (tahun 2010-2014), yang meliputi program restrukturisasi BUMN,

    privatisasi BUMN, public service obligation, optimalisasi aset BUMN, serta data,

    informasi dan teknologi informasi. Disamping program-program tersebut juga

    dijelaskan mengenai program Kemitraan dan Bina Lingkungan serta perkembangan

    Bantuan Pemerintah Yang Belum Ditentukan Statusnya.

    Melalui penerbitan Master Plan ini, Kementerian BUMN bermaksud

    memberikan penjelasan mengenai kebijakan dan program pembinaan BUMN kepada

    publik, pembuat kebijakan, manajemen/ karyawan BUMN dan para pelaku ekonomi.

    Berbagai kebijakan dalam pembinaan BUMN yang dilaksanakan oleh

    Kementerian BUMN pada dasarnya dilakukan dalam rangka peningkatan kinerja dan

    nilai perusahaan. Program pembinaan BUMN tersebut dilandasi oleh peraturan

    perundangan yang berlaku, yaitu pasal 33 Undang-undang Dasar 1945, Undang-

    undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN, Undang-undang Nomor 17 Tahun

    2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025,

    Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka

    Menengah Nasional Tahun 2010-2014, serta peraturan lainnya yang terkait.

  • 2

    I.2. Visi Dan Misi Presiden Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah

    Nasional Tahun 2010-2014

    Dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan, Presiden telah menetapkan

    Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, yang

    merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

    (RPJPN) 2005-2025. RPJMN tahun 2010-2014 tersebut telah ditetapkan dalam

    Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010.

    Presiden telah menetapkan VISI1 untuk masa pemerintahan periode 2010-2014

    yaitu Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan, dengan penjelasan

    sebagai berikut:

    - Kesejahteraan Rakyat. Terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat, melalui pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada keunggulan daya saing, kekayaan

    sumber daya alam, sumber daya manusia dan budaya bangsa. Tujuan penting ini

    dikelola melalui kemajuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

    - Demokrasi. Terwujudnya masyarakat, bangsa dan negara yang demokratis, berbudaya, bermartabat dan menjunjung tinggi kebebasan yang bertanggung

    jawab serta hak asasi manusia.

    - Keadilan. Terwujudnya pembangunan yang adil dan merata, yang dilakukan oleh seluruh masyarakat secara aktif, yang hasilnya dapat dinikmati oleh seluruh

    bangsa Indonesia.

    Sedangkan Misi2 yang akan dilaksanakan dalam rangka mencapai visi tersebut

    adalah (1) Melanjutkan Pembangunan Menuju Indonesia yang Sejahtera; (2)

    Memperkuat Pilar-Pilar Demokrasi; (3) Memperkuat Dimensi Keadilan di Semua

    Bidang.

    Misi pemerintah dalam periode 2010-2014 diarahkan untuk mewujudkan

    Indonesia yang lebih sejahtera, aman dan damai, serta meletakkan pondasi yang lebih

    kuat bagi Indonesia yang adil dan demokratis, namun tidak dapat terlepas dari kondisi

    dan tantangan lingkungan global dan domestik pada kurun waktu 2010-2014 yang

    mempengaruhinya.

  • 3

    Dalam mewujudkan visi dan misi pembangunan nasional 2010-2014,

    ditetapkan lima agenda utama pembangunan nasional3 tahun 2010-2014, yaitu: (1)

    Pembangunan Ekonomi dan Peningkatan Kesejahteraan Rakyat; (2) Perbaikan Tata

    Kelola Pemerintahan; (3) Penegakan Pilar Demokrasi; (4) Penegakkan Hukum Dan

    Pemberantasan Korupsi; (5): Pembangunan Yang Inklusif Dan Berkeadilan.

    Visi dan Misi pemerintah 2010-2014 tersebut dirumuskan dan dijabarkan

    lebih operasional ke dalam sejumlah program prioritas4 sehingga lebih mudah

    diimplementasikan dan diukur tingkat keberhasilannya, yaitu: (1) reformasi birokrasi

    dan tata kelola; (2) pendidikan; (3) kesehatan; (4) penanggulangan kemiskinan; (5)

    ketahanan pangan; (6) infrastruktur; (7) iklim investasi dan usaha; (8) energi; (9)

    lingkungan hidup dan bencana; (10) daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan

    paskakonflik; serta (11) kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi.

    Berdasarkan UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

    Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025, tema dari Rencana

    Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-20145 adalah (1)

    memantapkan penataan kembali NKRI; (2) meningkatkan kualitas SDM; (3)

    membangun kemampuan IPTEK; dan (4) memperkuat daya saing perekonomian.

    Bidang-Bidang yang menjadi perhatian utama RPJMN Tahun 2010-2014

    adalah:

    (1) Pertahanan dan Keamanan, yang ditandai dengan: peningkatan

    kemampuan struktur pertahanan Negara dan lembaga keamanan Negara;

    (2) Hukum : meningkatnya kesadaran dan penegakan hukum, tercapainya

    konsolidasi penegakan supremasi hukum, penegakan hak asasi manusia, dan

    kelanjutan penataan sistem hukum nasional;

    (3) Politik, yang ditandai dengan: membaiknya pelaksanaan desentralisasi dan

    otonomi daerah; kuatnya peran masyarakat sipil dan partai politik dalam kehidupan

    bangsa; posisi penting Indonesia sebagai negara demokrasi yang besar makin

    meningkat dengan keberhasilan diplomasi di forum internasional;

    UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025

  • 4

    (4) Pelayanan Publik. Kualitas pelayanan publik yang lebih murah, cepat,

    transparan dan akuntabel makin meningkat yang ditandai dengan terpenuhinya standar

    pelayanan minimum di semua tingkatan pemerintah;

    (5) Kesejahteraan Rakyat yang terus meningkat ditunjukkan oleh

    membaiknya berbagai indikator pembangunan sumber daya manusia : meningkatnya

    pendapatan per kapita; menurunnya angka kemiskinan dan tingkat pengangguran

    disertai dengan berkembangnya lembaga jaminan sosial; meningkatnya tingkat

    pendidikan masyarakat; meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat;

    meningkatnya kesetaraan gender; meningkatnya tumbuh kembang optimal,

    kesejahteraan, dan perlindungan anak; terkendalinya jumlah dan laju pertumbuhan

    penduduk; menurunnya kesenjangan kesejahteraan antarindividu, antarkelompok

    masyarakat, dan antardaerah; dipercepatnya pengembangan pusat-pusat pertumbuhan

    potensial di luar Jawa; makin mantapnya nilai-nilai baru yang positif dan produktif

    dalam rangka memantapkan budaya dan karakter bangsa;

    (6) Daya Saing Perekonomian yang meningkat melalui : penguatan industri

    manufaktur sejalan dengan penguatan pembangunan pertanian dan kelautan serta

    sumber daya alam lainnya sesuai dengan potensi daerah secara terpadu; meningkatnya

    pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; percepatan pembangunan

    infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerja sama antara pemerintah dan dunia

    usaha; peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan; penataan kelembagaan

    ekonomi yang mendorong prakarsa masyarakat; pengembangan jaringan infrastruktur

    transportasi, serta pos dan telematika; peningkatan pemanfaatan energi terbarukan,

    khususnya bioenergi, panas bumi, tenaga air, tenaga angin, dan tenaga surya untuk

    kelistrikan; pengembangan sumber daya air dan pengembangan perumahan dan

    permukiman; industri kelautan yang meliputi perhubungan laut, industri maritim,

    perikanan, wisata bahari, energi dan sumber daya mineral dikembangkan secara

    sinergi, optimal, dan berkelanjutan;

    (7) Pengelolaan SDA dan LH yang makin berkembang melalui : penguatan

    kelembagaan dan peningkatan kesadaran masyarakat yang ditandai dengan

    berkembangnya proses rehabilitasi dan konservasi sumber daya alam dan lingkungan

    hidup yang disertai dengan menguatnya partisipasi aktif masyarakat; terpeliharanya

    keanekaragaman hayati dan kekhasan sumber daya alam tropis lainnya yang

    dimanfaatkan untuk mewujudkan nilai tambah, daya saing bangsa, serta modal

  • 5

    pembangunan nasional pada masa yang akan datang; mantapnya kelembagaan dan

    kapasitas antisipatif serta penanggulangan bencana di setiap tingkatan pemerintahan;

    terlaksananya pembangunan kelautan sebagai gerakan yang didukung oleh semua

    sektor; meningkatnya kualitas perencanaan tata ruang serta konsistensi pemanfaatan

    ruang dengan mengintegrasikannya ke dalam dokumen perencanaan pembangunan

    terkait dan penegakan peraturan dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang.

    I.3. Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran Kementerian BUMN Sesuai Rencana Strategis

    Kementerian BUMN Tahun 2010-2014

    Upaya Pemerintah dalam memperkuat daya saing perekonomian nasional guna

    peningkatan kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat dalam mewujudkan cita-cita

    Bangsa Indonesia pada umumnya dan misi Pembangunan Jangka Panjang (tahun

    2005-2025) dan Pembangunan Jangka Menengah (tahun 2010-2014) pada khususnya,

    memerlukan adanya koordinasi dan peran serta dari seluruh lembaga/institusi

    Pemerintah.

    Kementerian BUMN sebagai instansi pemerintah yang memiliki tugas

    merumuskan kebijakan di bidang pembinaan dan pengawasan BUMN, diharuskan

    mengambil peran dalam upaya perbaikan kondisi perekonomian Indonesia melalui:

    (1) perumusan kebijakan yang mengarahkan BUMN agar mampu menyediakan

    barang/jasa berkualitas tinggi dengan harga yang terjangkau oleh seluruh lapisan

    masyarakat, (2) memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian nasional,

    serta (3) menjadi agen pemerintah dalam menyelenggarakan kemaslahatan hidup

    masyarakat luas sebagaimana diamanatkan dalam UU BUMN.

    Berdasarkan hal-hal tersebut, sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian

    BUMN Tahun 2010-2014, telah ditetapkan Visi6 Kementerian BUMN yaitu

    Mewujudkan BUMN sebagai instrumen Negara untuk peningkatan

    kesejahteraan rakyat berdasarkan mekanisme korporasi.

    Untuk mewujudkan visi tersebut, Kementerian BUMN menetapkan Misi7

    sebagai berikut (1) Meningkatkan kualitas pengelolaan BUMN yang semakin

    transparan dan akuntabel; (2) Meningkatkan peran BUMN untuk mendorong

    pertumbuhan ekonomi nasional dan pendapatan negara; (3) Meningkatkan kualitas

  • 6

    pelaksanaan penugasan pemerintah untuk pelayanan umum(PSO); (4) Meningkatkan

    peran BUMN dalam usaha keperintisan; (5) Meningkatkan peran BUMN dalam

    rangka pengembangan UMKM; (6) Peningkatan peran BUMN untuk percepatan

    pelaksanaan prioritas pembangunan nasional.

    Berdasarkan visi dan misi di atas, Kementerian Negara BUMN di dalam Rencana

    Strategisnya menetapkan 9 (sembilan) tujuan dan 30 sasaran strategis yang ingin

    dicapai dalam periode pemerintahan tahun 2010-2014, sebagai berikut:

    Tujuan 1 : Meningkatnya Kapasitas dan Kemampuan Pembinaan

    BUMN

    Sasaran 1.1 : Terlaksananya reformasi birokrasi

    Sasaran 1.2 : Meningkatnya kapasitas dan kemampuan SDM

    Sasaran 1.3 : Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai

    Sasaran 1.4 : Terlaksananya penyusunan dan harmonisasi peraturan

    perundang-undangan

    Tujuan 2 : Terwujudnya penerapan best practices GCG dan sistem

    penilaian kinerja

    Sasaran 2.1 : Tersusunnya best practice GCG

    Sasaran 2.2 : Terlaksananya penerapan best practice GCG

    Sasaran 2.3 : Terlaksananya sistem remunerasi berbasis kinerja di BUMN

    Sasaran 2.4 : Terlaksananya sistem penilaian kinerja di BUMN yang

    mangacu pada standar internasional.

    Tujuan 3 : Meningkatnya peran BUMN dalam pengelolaan SDA

    strategis dan pertahanan nasional

    Sasaran 3.1 : Terwujudnya kebijakan untuk meningkatkan porsi SDA

    strategis yang dikelola oleh BUMN

    Sasaran 3.2 : Terlaksananya penerapan peraturan perundang-undangan yang

    berpihak pada BUMN untuk mengelola SDA strategis

    Sasaran 3.3 : Terlaksananya penerapan peraturan perundangan yang

    berpihak pada BUMN dalam pengembangan industri

    pertahanan

    Sasaran 3.4 : Terwujudnya kemampuan BUMN industri pertahanan untuk

    penyediaan alutsista

    Tujuan 4 : Meningkatnya Kinerja BUMN

    Sasaran 4.1 : Meningkatnya keuntungan BUMN

    Sasaran 4.2 : Meningkatnya sinergi antar BUMN

  • 7

    Tujuan 5 : Meningkatnya peran BUMN untuk mendorong

    pertumbuhan ekonomi nasional

    Sasaran 5.1 : Meningkatnya belanja modal (Capital Expenditure) BUMN

    Sasaran 5.2 : Meningkatnya belanja operasional (Operating Expenditure)

    BUMN

    Tujuan 6 : Meningkatnya kualitas pelaksanaan penugasan

    pemerintah untuk pelayanan umum

    Sasaran 6.1 : Terlaksananya pemisahan tanggungjawab antara pemberi

    tugas (Pemerintah) dan pelaksana tugas (BUMN) secara

    konsisten

    Sasaran 6.2 : Terwujudnya pelaksanaan tugas pelayanan umum secara

    transparan.

    Tujuan 7 : Meningkatnya peran BUMN dalam keperintisan usaha

    dan pengembangan UMKM

    Sasaran 7.1 : Meningkatnya peran BUMN dalam program Public Private

    Partnership (P3)

    Sasaran 7.2 : Meningkat dan meluasnya jangkauan penyaluran dana PKBL

    Sasaran 7.3 : Meningkatnya efektivitas penyaluran dana pemerintah (KUR)

    untuk pengembangan UMKM

    Tujuan 8 : Terwujudnya sistem pengelolaan BUMN yang semakin

    sehat dan kompetitif

    Sasaran 8.1 : Terwujudnya harmonisasi peraturan perundang-undangan

    yang mengarah pada perwujudan pengelolaan BUMN

    berbasis mekanisme korporasi

    Sasaran 8.2 : Terwujudnya jumlah BUMN yang ideal

    Sasaran 8.3 : Berkurangnya BUMN yang rugi dan bermasalah

    Tujuan 9 : Meningkatnya peran BUMN dalam percepatan

    pelaksanaan prioritas pembangunan nasional

    Sasaran 9.1 : Meningkatnya peran BUMN untuk ketahanan energi

    Sasaran 9.2 : Meningkatnya peran BUMN untuk ketahanan pangan

    Sasaran 9.3 : Meningkatnya peran BUMN untuk pembangunan

    infrastruktur

    Sasaran 9.4 Meningkatnya peran BUMN untuk peningkatan pertahanan

    Sasaran 9.5 Meningkatnya peran BUMN dalam pengembangan UMKM

    Sasaran 9.6 Meningkatnya peran BUMN untuk lingkungan hidup

  • 8

    I.4. Prioritas RPJMN Tahun 2010-2014 Di Bidang Pembinaan BUMN

    Permasalahan dan tantangan dalam pembinaan dan pengawasan BUMN yang

    dicantumkan dalam RPJM 2010-2014 adalah sebagai berikut: (1) masih terdapatnya

    ketidakharmonisan peraturan perundang-undangan yang menyebabkan penafsiran

    yang berpengaruh terhadap kepastian hukum di bidang pengurusan, pengawasan, dan

    pembinaan BUMN; (2) kondisi ekonomi baik nasional, regional, maupun global yang

    sedang dalam tahap pemulihan; (3) persaingan usaha yang makin ketat; (4)

    pelaksanaan otonomi daerah yang sering tidak kondusif bagi pengembangan usaha;

    serta (5) pelaksanaan tata kelola yang baik (good governance).

    Terkait dengan hal tersebut, dalam RPJMN tahun 2010-2014, sasaran

    pembangunan dalam pembinaan BUMN8 adalah sebagai berikut: (1) meningkatnya

    kapasitas dan kemampuan pembinaan BUMN; (2) terwujudnya penerapan best

    practices GCG dan sistem penilaian kinerja; (3) meningkatnya peran BUMN dalam

    pengelolaan SDA strategis dan pertahanan nasional; (4) meningkatnya keuntungan

    BUMN; (5) meningkatnya peran BUMN untuk mendorong pertumbuhan ekonomi

    nasional; (6) meningkatnya kualitas pelaksanaan penugasan pemerintah untuk

    pelayanan umum; (7) meningkatnya peran BUMN dalam keperintisan usaha dan

    pengembangan UMKM; (8) terwujudnya sistem pengelolaan BUMN yang semakin

    sehat dan kompetitif; (9) meningkatnya peran BUMN dalam percepatan pelaksanaan

    prioritas pembangunan nasional.

    Selanjutnya, kegiatan prioritas yang terkait dengan Kementerian BUMN

    dalam RPJMN 2010-2014 adalah program di bidang Pembinaan dan Pengawasan

    BUMN9, sebagai berikut:

    (1) Dukungan pelaksanaan program prioritas Pemerintah bidang energi (Prioritas

    Nasional), yaitu :

    a. Transformasi dan konsolidasi BUMN bidang energi dimulai dari PLN dan

    Pertamina yang selesai selambat-lambatnya 2010 dan diikuti oleh BUMN

    lainnya.

  • 9

    b. Peningkatan kapasitas pembangkit listrik sebesar rata-rata 3.000 MW per

    tahun mulai 2010 dengan rasio elektrifikasi yang mencakup 62% pada

    2010 dan 80% pada 2014; dan produksi minyak bumi sebesar lebih dari

    1,2 juta barrel per hari mulai 2014.

    c. Peningkatan pemanfaatan energi terbarukan termasuk energi alternatif

    geothermal sehingga mencapai 2.000 MW pada 2012 dan 5.000 MW pada

    2014 dan dimulainya produksi coal bed methane untuk membangkitkan

    listrik pada 2011 disertai pemanfaatan potensi tenaga surya, microhydro,

    dan nuklir secara bertahap.

    d. Revitalisasi industri pengolah hasil ikutan/turunan minyak bumi dan gas

    sebagai bahan baku industri tekstil, pupuk dan industri hilir lainnya.

    e. Perluasan program konversi minyak tanah ke gas sehingga mencakup 42

    juta Kepala Keluarga pada 2010; penggunaan gas alam sebagai bahan

    bakar angkutan umum perkotaan di Palembang, Surabaya, dan Denpasar.

    (2) Restrukturisasi BUMN besar/ penting/ strategis (Prioritas Nasional)

    (3) Penyusunan best practice GCG

    (4) Penetapan system remunerasi berbasis kinerja di BUMN

    (5) Penyusunan peraturan mengenai penerapan system penilaian yang mengacu pada

    standar internasional

    (6) Kajian, evaluasi dan monitoring pendayagunaan asset BUMN

    (7) Penetapan target, monitoring dan evaluasi kinerja BUMN

    (8) Penetapan peraturan pelaksanaan pemisahan administrasi keuangan PSO dan

    Perpres tentang SOP pelaksanaan PSO

    (9) Penyusunan peraturan perundangan yang mengarah pada perwujudan pengelolaan

    BUMN berbasis mekanisme korporasi murni

    (10) Kajian BUMN rugi dan bermasalah

    (11) Penyusunan dan pelaksanaan Program Tahunan Privatisasi

    (12) Kajian rightsizing BUMN

    (13) Uji kepatutan dan kelayakan calon Direksi dan Dewan Komisaris

    (14) Dukungan pelaksanaan program prioritas Pemerintah bidang ketahanan pangan

    (15) Dukungan pelaksanaan program prioritas Pemerintah bidang infrastruktur

  • 10

    I.5. Arah Kebijakan Pembinaan BUMN Sesuai Rencana Strategis Kementerian

    BUMN Tahun 2010-2014 Dan Master Plan BUMN Tahun 2010-2014

    Arah kebijakan utama terkait dengan pembinaan BUMN adalah

    restrukturisasi, revitalisasi dan profitisasi BUMN secara bertahap dan

    berkesinambungan. Melalui penerapan kebijakan ini, BUMN yang ada akan

    dikelompokkan ulang berdasarkan sektor industrinya. Dalam rangka mencapai jumlah

    dan skala BUMN yang ideal, maka dalam Master Plan BUMN Tahun 2010-2014,

    Kementerian BUMN menyusun program rightsizing untuk memperbaiki struktur

    bisnis BUMN secara menyeluruh. Hal ini dilakukan dalam upaya meningkatkan

    kinerja dan nilai (value) perusahaan.

    Peningkatan kinerja dan nilai BUMN tersebut dilakukan melalui langkah-

    langkah restrukturisasi dan privatisasi. Restrukturisasi dilakukan baik secara sektoral

    maupun korporasi. Restrukturisasi sektoral dilakukan untuk menciptakan iklim usaha

    yang kondusif sehingga tercapai efisiensi dan pelayanan yang optimal. Sedangkan

    restrukturisasi korporasi meliputi penataan kembali bentuk badan usaha, kegiatan

    usaha, organisasi, manajemen dan keuangan. Privatisasi dilakukan dalam rangka

    meningkatkan kinerja dan nilai tambah perusahaan, perbaikan struktur keuangan dan

    manajemen, penciptaan struktur industri yang sehat dan kompetitif, pemberdayaan

    BUMN yang mampu bersaing dan berorientasi global, penyebaran kepemilikan oleh

    publik serta pengembangan pasar modal domestik.

    Selain itu, dalam konteks pembinaan BUMN juga akan diambil kebijakan

    berupa: (1) pemantapan proses seleksi pengurus BUMN secara profesional, transparan

    dan obyektif; (2) penetapan peraturan pelaksanaan UU BUMN dan harmonisasi

    peraturan perundang-undangan lainnya sesuai dengan UU Perseroan Terbatas

    dan/atau Capital Market Protocol; (3) penerapan Good Governance dan Good

    Corporate Governance; (4) peningkatan kinerja dan daya saing dan keberlanjutan

    usaha BUMN; (5) peningkatan kualitas pelaksanaan pelayanan umum; serta (6)

    peningkatan peran BUMN dalam mendorong pelaksanaan prioritas pembangunan

    nasional.

  • 11

    I.6. Perkembangan, Kontribusi Dalam Perekonomian Nasional Serta Potensi-Potensi

    Yang Dimiliki BUMN

    Sampai dengan akhir tahun 2009 terdapat 141 BUMN yang terdiri dari 14

    BUMN berbentuk Perum, 112 BUMN berbentuk Persero, dan 15 BUMN yang

    merupakan Persero Terbuka. Adapun perkembangan jumlah BUMN dan kepemilikan

    Negara minoritas tahun 2005-2009 sebagaimana tersebut pada Tabel 1.

    Tabel 1. Perkembangan Jumlah BUMN Tahun 2005-2009

    Uraian

    2005

    2006

    2007

    2008

    2009

    Perum 13 13 14 14 14

    Persero 114 114 111 113 112

    Persero Tbk 12 12 14 14 15

    Jumlah BUMN 139 139 139 141 141

    Kepemilikan Negara Minoritas 21 21 21 20 19

    BUMN memiliki potensi yang sangat besar untuk berkembang yang sampai

    dengan saat ini belum termanfaatkan secara optimal. Seperti yang telah disebutkan

    dalam Rencana Strategis Kementerian Negara Tahun 2010-2014, potensi-potensi

    tersebut antara lain: (1) keberadaan BUMN di hampir semua sektor usaha, (2)

    kepemilikan aset yang besar, (3) brand image BUMN, (4) pengalaman usaha BUMN,

    (5) profesionalisme SDM. Disamping itu data, informasi dan teknologi informasi

    pada BUMN telah tersedia dan terbangun dengan baik.

    I.6.1. Keberadaan BUMN

    Sesuai dengan Pasal 33 UUD 1945, BUMN merupakan salah satu

    penggerak utama perekonomian nasional, di samping usaha swasta dan koperasi.

    Dalam menjalankan kegiatan usahanya, BUMN, swasta dan koperasi

    melaksanakan peran saling mendukung berdasarkan demokrasi ekonomi. BUMN

    berperan strategis sebagai pelaksana pelayanan publik, penyeimbang kekuatan-

    kekuatan swasta besar dan turut membantu pengembangan usaha kecil/koperasi.

    BUMN juga merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang signifikan

    dalam bentuk berbagai jenis penerimaan Negara, antara lain pajak dan dividen.

    Pada masa awal kemerdekaan, peran BUMN/pemerintah dalam

    perekonomian nasional cukup penting. Di awal era pembangunan,

    BUMN/pemerintah masuk antara lain ke dalam sektor-sektor yang memerlukan

    pembiayaan cukup besar, tidak diminati swasta dan bersifat pioneering. Sektor

  • 12

    korporasi yang andal dalam membangun perekonomian nasional diperlukan untuk

    menciptakan lapangan kerja, menghasilkan barang dan jasa untuk dalam negeri

    maupun ekspor, dan memberi layanan yang optimal bagi konsumen.

    Jika melihat pada BUMN yang ada saat ini, kita akan mengetahui bahwa

    BUMN adalah sebuah entitas yang memiliki potensi untuk dapat berkembang

    menjadi sebuah entitas bisnis yang besar dan kuat. Hampir di semua lini bisnis dan

    sektor usaha yang ada di Indonesia, terdapat BUMN yang menjalankan usahanya.

    Bahkan di beberapa sektor usaha, BUMN adalah penguasa pasar (market leader)

    sehingga memiliki peran yang sangat signifikan baik bagi stabilitas sektor bisnis

    maupun ekonomi secara umum.

    Jumlah BUMN yang mencapai 141 dan tersebar hampir di semua sektor

    usaha tidak hanya membuat BUMN sangat berpotensi untuk berkontribusi yang

    signifikan kepada masyarakat dan negara secara umum, tetapi juga memiliki

    potensi yang besar untuk menjalin sinergi yang saling menguntungkan diantara

    sesama BUMN sehingga akan memberikan percepatan dalam pencapaian kinerja

    perusahaan.

    Keberadaan BUMN selama ini telah memberikan kontribusi yang besar

    kepada Negara, baik berupa dividen, penerimaan Negara dari Pajak dan

    kontribusinya bagi pergerakan sektor riil. Rata-rata dividen yang diberikan BUMN

    kepada Negara selama periode 20052009 sebesar Rp.23,14 Triliun per tahun,

    demikian juga kontribusi BUMN dalam bentuk pajak cenderung meningkat dimana

    rata-rata pajak yang diberikan selama periode 20052009 sebesar Rp.73,27 Triliun

    per tahun. Belanja modal (capital expenditures/Capex) dan belanja operasional

    (operational expenditures/Opex) BUMN juga mengalami peningkatan. Pada awal

    tahun 2004, Capex BUMN adalah Rp.32,26 triliun dan Opex sebesar Rp.453,40

    triliun, sedangkan posisi pada akhir tahun 2008 Capex sebesar Rp.128,32 triliun

    dan Opex sebesar Rp.1.028,37 triliun. Peningkatan Capex dan Opex tersebut

    menunjukkan kontribusi BUMN bagi pergerakan sektor riil.

  • 13

    BUMN sebagai badan usaha juga dapat berperan dalam mendorong

    penerapan praktek-praktek bisnis dengan standar etika dan transparansi,

    independensi, akuntabilitas, responsibilitas dan fairness (GCG) serta

    profesionalisme pengelolaan perusahaan. Dorongan untuk meningkatkan praktek

    good corporate governance perlu mendapatkan perhatian, sehingga upaya-upaya

    restrukturisasi/revitalisasi/ profitisasi yang berkelanjutan perlu terus dilaksanakan.

    I.6.2. Kepemilikan Aset

    Sampai dengan akhir tahun 2009, total aset BUMN tercatat mencapai

    Rp2.150 Triliun yang sebagian besar masih menggunakan nilai buku. Sebuah nilai

    yang sangat besar yang apabila mampu dimanfaatkan secara maksimal tentu akan

    memicu pertumbuhan sektor riil dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan

    (sustainability growth). Namun, dari total aset BUMN tersebut, belum seluruhnya

    dimanfaatkan secara optimal dengan baik guna menghasilkan pendapatan bagi

    perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari rasio return on asset (ROA) BUMN yang

    masih relatif kecil, yaitu sebesar 3,39%. Dari total aset yang mencapai + 2.150

    trilliun tersebut, laba BUMN pada akhir tahun 2009 hanya mencapai Rp.72,84

    triliun, dengan return on equity (ROE) sebesar 12,89%.

    Aset yang belum didayagunakan tersebut menjadi potensi tersendiri bagi

    BUMN dalam upayanya untuk terus memperbaiki kinerja agar dapat memberikan

    kontribusi yang lebih besar kepada kesejahteraan rakyat. Melalui kerja sama usaha

    dengan swasta maupun BUMN, aset-aset yang masih idle tersebut akan menjadi

    salah satu kunci dalam upaya untuk mewujudkan BUMN yang sehat, berkinerja

    baik, dan berdaya saing tinggi.

    I.6.3. Brand image BUMN

    Tidak dapat dipungkiri bahwa perjalanan sejarah telah membuat BUMN

    memiliki brand image yang sangat kuat khususnya di dalam negeri. Dengan usaha-

    usaha yang dijalankan di sektor perintisan membuat nama BUMN dikenal luas di

    seluruh nusantara. Pos Indonesia, Bank BRI, Pegadaian, PLN, dan Pertamina adala

    BUMN-BUMN yang sudah sangat melekat di benak seluruh rakyat Indonesia.

    Bukan hanya karena mereka menguasai hajat hidup orang banyak tetapi lebih dari

    itu, mereka adalah bagian dari sejarah perkembangan bangsa Indonesia.

  • 14

    Brand image yang sangat kuat ini merupakan salah satu competitive

    advantage yang dimiliki oleh BUMN untuk bersaing dengan perusahaan swasta

    lain. Competitive advantage ini harus dapat dioptimalkan sehingga bisa

    mendukung upaya penciptaan BUMN yang sehat, berkinerja baik dan berdaya

    saing tinggi sehingga mampu memberikan kontribusi yang optimal bagi

    perekonomian nasional.

    Brand image BUMN semakin membaik yang tergambar dari semakin

    meningkatnya jumlah BUMN yang mendapatkan penghargaan ditingkat nasional,

    regional, dan internasional.

    I.6.4. Pengalaman usaha BUMN

    Jika dilihat secara seksama, hampir seluruh BUMN lahir pada awal

    kemerdekaan Indonesia bahkan ada beberapa BUMN yang merupakan hasil

    nasionalisasi perusahaan-perusahaan belanda. Dengan usia yang sudah sedemikian

    lama, BUMN seharusnya memiliki pengalaman yang jauh lebih banyak daripada

    perusahaan-perusahaan swasta lain yang belum begitu lama berdiri.

    Pengalaman adalah salah satu nilai tambah yang sangat penting bagi

    perusahaan terutama untuk menghadapi persaingan usaha yang semakin kompetitif.

    Pemahaman yang mendalam tentang nature of business menjadi salah satu kunci

    agar suatu perusahaan mampu berkembang dan bisa menjawab setiap tantangan

    zaman. Namun patut diperhatikan juga bahwa, pengalaman usaha BUMN tersebut

    harus selalu diiringi dengan inovasi dan kreativitas usaha sehingga BUMN akan

    tetap mendapat kepercayaan dari masyarakat.

    I.6.5. Profesionalisme SDM

    Dengan eksistensi di dalam perekonomian dan pengalaman yang cukup

    lama di dunia bisnis serta besarnya jumlah aset yang dikelola, maka sumber daya

    manusia dan profesionalisme yang dimiliki oleh BUMN kiranya tidak perlu

    diragukan lagi. Perbaikan sistem remunerasi yang semakin berkeadilan dan

    berbasis kinerja semakin mendorong peningkatan profesionalisme SDM BUMN.

    Ketatnya pengawasan dalam pengelolaan BUMN juga semakin mendorong

    peningkatan integritas SDM BUMN. Mekanisme penetapan pengurus BUMN yang

    semakin transparan dan mengutamakan nilai-nilai profesionalisme dan integritas

  • 15

    semakin mendorong persaingan SDM BUMN untuk meningkatkan kapasitas dan

    kemampuan dalam setiap pengambilan keputusan.

    I.6.6. Data, Informasi dan Teknologi Informasi

    Disamping hal-hal tersebut diatas, penguasaan terhadap data, informasi, dan

    teknologi informasi menjadikan BUMN memiliki sarana yang relatif lebih lengkap

    dalam menghadapi persaingan di pasar lokal maupun pasar global serta

    memberikan kemampuan bagi BUMN untuk menciptakan nilai tambah dan

    mengembangkan usaha. Dalam situasi turbulensi ekonomi, BUMN membutuhkan

    kecepatan dalam seluruh aspek pengambilan keputusan korporasi. Tanpa

    penguasaan data dan informasi, BUMN akan kehilangan kesempatan dan

    kecepatan mengantisipasi perubahan.

    Penguasaan data dan informasi menjadi faktor yang penting karena data

    dan informasi yang dapat disajikan dengan cepat, tepat, dan lengkap akan

    membantu manajemen melakukan analisis dan mengambil keputusan dengan cepat

    dan akurat. Bagi perusahaan, implementasi teknologi informasi akan sangat

    berperan dalam pengendalian internal perusahaan. Agar teknologi informasi yang

    diimplementasikan di BUMN dapat dipastikan memberikan outcome sesuai dengan

    kebutuhan bisnis, maka BUMN perlu mempunyai kebijakan tata kelola teknologi

    informasi yang menjadi bagian dari tata kelola perusahaan yang baik (good

    corporate governance). Kini, implementasi teknologi informasi lebih mengarah

    pada sinergi pemanfaatan informasi dan teknologi informasi yang digunakan pada

    rantai bisnis baik di lingkungan internal maupun eksternal, dengan demikian

    pemanfaatan teknologi informasi akan meningkatkan efisiensi dan menciptakan

    nilai tambah perusahaan.

  • 16

    Keberadaan BUMN sebagai salah satu pelaku ekonomi Indonesia dengan

    segala peran, bentuk kontribusinya terhadap perekonomian serta potensi-potensi

    yang dimilikinya, seyogianya dapat menjadi lokomotif ataupun pelaku ekonomi yang

    handal yang dapat mendukung, baik Visi dan Misi Pemerintah untuk

    mensejahterakan rakyat, mewujudkan demokrasi dan memeratakan keadilan,

    bidang-bidang/program-program yang tertuang dalam RPJM 2010-2014, maupun

    dalam mewujudkan Visi dan Misi Kementerian BUMN, yakni mewujudkan BUMN

    menjadi instrumen negara untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat berdasarkan

    mekanisme korporasi.

    Peningkatan peran dan kualitas pembinaan dan pengawasan BUMN dalam

    melaksanakan tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran strategis yang dicantumkan

    dalam Renstra Kementerian BUMN 2010-2014, dalam mengatasi permasalahan dan

    tantangan yang dihadapi maupun dalam mencapai sasaran-sasaran pembangunan

    dalam pembinaan BUMN seperti yang tercantum dalam RPJM 2010-2014, maka

    transformasi/konsolidasi/

    restrukturisasi/revitalisasi secara bertahap dan berkesinambungan, dalam kerangka

    untuk terus meningkatkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good

    corporate governance), menjadi sangat penting artinya.

    Segala upaya yang telah dilakukan selama ini, baik yang telah berhasil,

    sedang dalam penyelesaian, belum berhasil maupun yang masih akan dilakukan,

    pada dasarnya adalah untuk meningkatkan efisiensi/efektifitas perusahaan sehingga

    kinerja dan nilai perusahaan meningkat. Yang pada gilirannya akan memberikan

    kontribusi yang optimal bagi perekonomian nasional.

    Seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) diharapkan memahami

    ketentuan/peraturan perundang-undangan yang berlaku terkait dengan BUMN dan

    menjalankan peran, fungsi, tugas dan tanggungjawab masing-masing untuk

    mendukung peningkatan peran dan kualitas pembinaan dan pengelolaan BUMN

    dalam rangka meningkatkan kinerja/nilai dan kontribusi perusahaan dalam

    perekonomian nasional.

  • 17

    BAB II

    PERKEMBANGAN BUMN TAHUN 2005-2009

    Kinerja BUMN dalam lima tahun terakhir (2005-2009) sebagian besar

    menunjukkan kecenderungan perbaikan, meskipun terdapat sebagian kecil BUMN masih

    menghadapi kendala-kendala untuk berkembang. Di bawah ini disajikan perkembangan

    kinerja BUMN masing-masing sektor, penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik

    (GCG) dan perkembangan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan.

    II. 1. Perkembangan Kinerja BUMN

    II. 1.1.Perkembangan Jumlah BUMN

    Jumlah BUMN di Indonesia pada tahun 2009 sebanyak 141 perusahaan dan

    beroperasi pada hampir seluruh sektor usaha, khususnya industri hulu. Di samping itu,

    negara juga memiliki saham dengan kepemilikan minritas pada 19 badan usaha.

    Perkembangan jumlah BUMN dan kepemilikan negara minoritas dapat dilihat pada

    Tabel 1.

    Tabel 1 : Perkembangan Jumlah BUMN di Indonesia

    Periode tahun 2005 - 2009

    Pada Tahun 2005 terjadi pengurangan jumlah Perjan (Perjan Rumah Sakit dan RRI

    berubah menjadi Badan Layanan Umum/BLU) dan pengurangan jumlah Persero (Merger

    4 Persero Perikanan, PT TVRI menjadi BLU dan Likuidasi PT AAF). Tahun 2007,

    terdapat 2 (dua) Persero menjadi Tbk, Likuidasi PT ISI dan terbentuknya Perum LKBN

    Antara. Pada tahun 2008 terjadi penambahan jumlah BUMN yaitu PTDI dan PT Askrindo,

    dan pada tahun 2009 terjadi penambahan BUMN Tbk yaitu PT Bank BTN.

    Jumlah BUMN ( Saham Negara ? 51%) 2005 2006 2007 2008 2009

    Persero Tbk 12 12 14 14 15 Persero 114 114 111 113 112 Perum 13 13 14 14 14 Perjan 0 0 0 0 0 Jumlah BUMN 139 139 139 141 141 Jumlah Perusahaan Dengan Saham Negara ? 51 %

    21 21 21 19 19

  • 18

    II. 1.2.Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN

    Data kinerja BUMN periode tahun 2005-2009 secara umum dapat dilihat pada

    tabel 2 sebagai berikut.

    Tabel 2 : Perkembangan Kinerja BUMN Periode tahun 2005 - 2009

    Rp Miliar

    2005 2006 2007 2008 Prog 2009

    Total Aset 1.291.254 1.451.371 1.717.322 1.969.117 2.150.032

    Total Hutang 921.193 1.005.481 1.217.626 1.454.487 1.584.998

    Ekuitas 370.060 445.890 499.696 514.630 565.034

    Pendapatan 655.152 754.720 865.349 1.161.496 931.000

    Laba Bersih 25.770 49.171 63.307 64.185 72.840

    Dari tabel 2 tersebut di atas, terlihat bahwa kinerja BUMN mengalami

    peningkatan/pertumbuhan yang terlihat dari total asset, total ekuitas, total pendapatan, dan

    total laba bersih.

    Selanjutnya, perkembangan ROA, ROE, laba, aset, ekuitas dan kontribusi BUMN

    dapat dilihat pada grafik-grafik dan tabel-tabel sebagai berikut :

    a. Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE)

    Return on Asset (ROA) periode 2005 2009 berkisar antara 2,00% - 3,69% atau rata-

    rata 3,15% per tahun, sedangkan Return on Equity (ROE) berfluktuasi dari tahun ke tahun

    dengan kisaran antara 6,96% - 12,89% atau rata-rata 11,20% per tahun. Gambaran

    perkembangan ROA dan ROE dapat dilihat dalam grafik berikut:

    Grafik 1: Perkembangan ROA dan ROE

  • 19

    b. Perkembangan Total Aktiva, Ekuitas dan Hutang

    Dilihat dari sisi jumlah aset, tampak terjadi pertumbuhan yang cukup signifikan dalam

    periode tahun 2005-2009. Namun pertumbuhan jumlah aset tersebut dirasakan belum

    proporsional dengan pertumbuhan modal perusahaan yang pertumbuhannya relatif lambat.

    Hal ini disebabkan sebagian besar aset dibiayai dari dana eksternal/hutang.

    Grafik 2: Perkembangan Total Aktiva, Ekuitas dan Hutang

    (dalam Rp Triliun)

    c. Perkembangan Jumlah Laba Bersih

    Sama halnya dengan jumlah aset, jumlah laba bersih yang diperoleh BUMN pada periode

    tahun 2005-2009 juga mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan yaitu tumbuh rata-

    rata 20,28%/tahun.

    II. 1.3. Perkembangan Kontribusi BUMN

    Kontribusi BUMN terhadap penerimaan negara pada dasarnya bersumber dari

    dividen BUMN dan pajak yang disetorkan BUMN.

    a. Kontribusi Dividen

    Pada periode tahun 2004-2009 terjadi pertumbuhan kontribusi deviden rata-rata

    25,09% per tahun. Pertumbuhan tersebut disamping karena meningkatnya keuntungan

    BUMN, juga disebabkan oleh kebijakan pemerintah untuk meningkatkan devidend pay out

    ratio dari rata-rata 20% sebelum krisis moneter 1997, menjadi sekitar 40% setelah krisis

    moneter, bahkan beberapa BUMN dikenakan lebih dari 50%. Gambaran kontribusi

    dividen BUMN sebagaimana terlihat pada Grafik 5 sebagai berikut.

  • 20

    Grafik 5: Kontribusi Dividen BUMN

    Catatan : Pembagian laba tahun 2009 belum ditetapkan oleh RUPS

    b. Kontribusi Pajak

    Kontribusi BUMN lainnya yaitu pajak, pada periode tahun 2005-2009 juga

    mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu rata-rata 18,13% per tahun. Peningkatan

    kontribusi pajak BUMN antara lain disebabkan oleh adanya peningkatan keuntungan

    BUMN. Gambaran kontribusi pajak sebagaimana terlihat pada Grafik 6 sebagai berikut.

    Grafik 6: Kontribusi Pajak

    Selain kontribusi dalam bentuk deviden dan pajak, maka sebelum 5 tahun terakhir

    terdapat hasil divestasi/privatisasi BUMN yang disetorkan ke kas Negara karena situasi

    keuangan Pemerintah maupun kebijakan pada saat itu. Namun demikian, kurang lebih

    dalam waktu 5 tahun terakhir, telah diambil kebijakan yang pada intinya hasil privatisasi

    BUMN terutama adalah untuk keperluan mendukung pengembangan BUMN itu sendiri.

    Sampai dengan tahun 2009 telah dilakukan privatisasi terhadap 15 BUMN melalui

    metode IPO dan SPO (13 BUMN) dan metode EMBO (2 BUMN). Adapun gambaran

    hasil privatisasi 2004-2009 sebagaimana terlihat pada Grafik 7 sebagai berikut.

  • 21

    Grafik 7: Kontribusi Privatisasi

    Peran 15 BUMN Tbk dalam Pasar Modal cukup besar, hal ini dapat dilihat dari

    penguasaan kapitalisasi pasar per 30 Desember 2009 yang mencapai 31,57% atau senilai

    Rp 637,48 Triliun dari total kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia (BEI) . Adapun

    gambaran kapitalisasi pasar BUMN Terbuka 2005-2009 sebagaimana terlihat pada Grafik

    8 sebagai berikut.

    Grafik 8 : Kapitalisasi Pasar BUMN Terbuka

    260

    493

    589

    355

    637

    31,57%32,97%

    29,64%

    40,23%

    32,40%

    0

    100

    200

    300

    400

    500

    600

    700

    2005 2006 2007 2008 2009

    0,00%

    5,00%

    10,00%

    15,00%

    20,00%

    25,00%

    30,00%

    35,00%

    40,00%

    45,00%

    Kapitalisasi Pasar BUMN Tbk % Kapitalisasi Pasar BUMN Tbk

    II. 2. Perkembangan BUMN Secara Sektoral

    Dalam Rencana Strategis Kementerian BUMN tahun 2010-2014 terdapat 19 sektor

    usaha BUMN yang meliputi : sektor usaha perbankan, asuransi, jasa keuangan, jasa

    konstruksi, industri farmasi, aneka industri, kawasan industri dan perumahan, sarana

    angkutan dan pariwisata, prasarana angkutan, logistik dan jasa sertifikasi, perkebunan,

    kehutanan, perikanan, kertas percetakan dan penerbitan, penunjang pertanian,

    pertambangan dan semen, industri strategis, energi dan sumber daya mineral serta sektor

    telekomunikasi, media dan penunjang telekomunikasi.

  • 22

    II. 2.1. Sektor Usaha Perbankan

    Terdapat 4 Bank BUMN (Mandiri, BNI, BRI dan BTN) yang semuanya merupakan

    BUMN Terbuka. Masing-masing bank BUMN ini memiliki fokus bisnis yang berbeda

    yaitu Corporate Banking, Commercial Banking dan Consumer Banking (Mandiri dan

    BNI), micro banking (BRI) dan pembiayaan perumahan (BTN). Isu utama BUMN

    perbankan adalah adanya PBI No.8/16/2006 Tentang Kepemilikan Tunggal (Single

    Presence Policy) Pada Perbankan Indonesia yang mengharuskan keempat Bank BUMN

    untuk masuk dalam satu kepemilikan (misalnya holding atau merger). Sedangkan Bank

    Ekspor Indonesia (BEI) sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 2009 telah

    berubah menjadi Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) yang pembinaan dan

    pengawasanya berada di bawah Menteri Keuangan.

    Kinerja operasional Bank BUMN tahun 2005-2009 tercermin dari tingkat Capital

    Adequency Ratio (CAR), Net Non Performing Loan (NPL), tingkat penyaluran pinjaman,

    serta Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun. Tabel 3 menunjukkan rata-rata

    CAR dan NPL, serta total penyaluran pinjaman dan dana pihak ketiga yang dihimpun oleh

    4 BUMN selama periode tahun 2005-2009.

    Tabel 3. Kinerja Operasional BUMN Perbankan

    Periode Tahun 2005-2009

    2005 2006 2007 2008 2009

    CAR 17,89% 19,24% 19,03% 14,82% 16,07%

    NPL Net 6,91% 3,93% 2,28% 1,56% 1,25%

    Loan/Kredit (Rp Juta) 260.317.540 292.499.989 363.520.599 478.618.745 564.224.717

    DPK (Rp Juta) 438.172.120 487.565.432 583.330.640 685.262.593 804.162.583

    Adapun kinerja Bank BUMN tahun 2005 - 2009 pada umumnya meningkat yang

    antara lain disebabkan Bank BUMN telah berhasil dalam melakukan restrukturisasi, baik

    yang bersifat operasional maupun finansial. Peningkatan kinerja tersebut antara lain

    tercermin dalam peningkatan pencapaian pendapatan dan laba bersih perseroan. Dalam

    kurun waktu 5 tahun, terjadi pertumbuhan aset yang cukup tinggi, yaitu 15,4%,

    pertumbuhan aset tersebut diikuti dengan peningkatan pertumbuhan laba bersih rata-rata

    26,9%. Gambaran mengenai data keuangan pokok BUMN Perbankan tersaji dalam Tabel

    4 sebagai berikut.

  • 23

    Tabel 4. Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Perbankan

    Tahun 2005 20091 Rp Miliar

    Keterangan 2005 2006 2007 2008 Prognosa

    2009

    Aset 563.054 624.234 742.855 851,248 938,427

    Ekuitas 49.943 59.774 68.688 71.380 86.989

    Pendapatan 61.602 68.186 75.877 88.039 92.667

    Laba Bersih 6.263 8.969 10.484 13.576 17.484

    II. 2.2.Sektor Usaha Asuransi

    Terdapat 10 (sepuluh) BUMN yang bergerak di sektor usaha asuransi, PT Askes, PT

    Jamsostek, PT Taspen, PT Asabri, PT Jasindo, PT Jasa Raharja, PT Jiwasraya, PT ASEI,

    PT Askrindo dan PT RUI. Adapun isu utama BUMN Sektor Asuransi adalah adanya

    Undang-undang Nomor 40/2004 tanggal 19 Oktober 2004 tentang Sistem Jaminan

    Nasional (SJSN) yang menetapkan perlu adanya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

    Nasional. Keempat BUMN asuransi yang direncanakan akan dijadikan/ditunjuk sebagai

    badan penyelenggara jaminan sosial, adalah PT Askes, PT Jamsostek, PT Taspen dan PT

    Asabri, dengan kemungkinan perubahan bentuk/status hukum BUMN tersebut.

    Selama periode tahun 2005-2009, BUMN Asuransi mampu meningkatkan kinerja

    operasional yang tercermin dari peningkatan premi/iuran yang dihimpun, dana investasi,

    dan cadangan teknis. Gambaran mengenai kinerja operasional tersebut dapat dilihat pada

    tabel 5 berikut.

    Tabel 5. Perkembangan Premi, Investasi, dan Cadangan Teknis BUMN Asuransi

    Tahun 2005 2009

    Rp Miliar

    Premi 11,118 12,965 15,038 19,088 18,557

    Investasi 63,712 79,426 97,484 104,566 109,362

    Cadangan Teknis 27,516 31,650 38,116 45,144 60,588

    20092005 2006 2007 2008

    Dalam kurun waktu 5 tahun, terjadi pertumbuhan aset yang cukup tinggi, yaitu

    20,7%, pertumbuhan aset tersebut diikuti dengan peningkatan pertumbuhan laba bersih

    rata-rata 27,8%. Secara agregat, data keuangan pokok BUMN Sektor Asuransi dapat

    dijelaskan dalam Tabel 6 di bawah ini.

    1 Sumber: Data publikasi diolah

  • 24

    Tabel 6. Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Asuransi

    Tahun 2005 2009 Rp Miliar

    Keterangan 2005 2006 2007 2008 Prognosa

    2009

    Aset 69.561 86.219 105.450 133.828 147.076

    Ekuitas 6.690 9.719 12.026 12.327 18.793

    Pendapatan 15.815 21.341 25.212 33.622 36.455

    Laba Bersih 1.728 2.318 2.606 3.291 4.548

    II. 2.3. Sektor Usaha Jasa Keuangan

    Terdapat 7 (tujuh) BUMN yang bergerak di sektor usaha jasa keuangan dan 1

    (satu) perusahaan minoritas. Masing-masing BUMN Usaha Jasa Keuangan memiliki

    karakteristik berbeda sehingga isu yang dihadapi juga berbeda-beda. Sebagai contoh, PT

    PANN Multi Finance saat ini dalam kondisi ekuitas negatif terkait beban bunga hutang

    SLA untuk proyek pesawat terbang dan kapal ikan yang merupakan penugasan

    pemerintah. Sementara itu, PT PPA yang semula hanya mengelola aset eks BPPN, saat ini

    sesuai PP 61 tahun 2008 mendapat tambahan tugas untuk melakukan restrukturisasi dan

    revitalisasi BUMN, pengelolaan aset BUMN dan kegiatan investasi. Terkait fungsi untuk

    melakukan restrukturisasi dan revitalisasi BUMN, maka PT PPA telah memperoleh PMN

    sebesar Rp 1,5 Triliun pada tahun 2008 dan sebesar Rp 1 Triliun pada tahun 2009. Saat ini

    BUMN yang telah dan sedang dalam program restrukturisasi oleh PT PPA per 31

    Desember 2009 adalah 17 BUMN.

    5 BUMN lain di sektor ini meliputi PT Danareksa (sekuritas, investasi dan

    manajemen investasi), Perum Pegadaian, Perum Jamkrindo (penjaminan kredit kecil),

    PT PNM (jasa pembiayaan), dan PT Kliring Berjangka Indonesia (kliring berjangka dan

    resi gudang). Untuk Perum Pegadaian saat ini dalam proses pemerseroan. Perum

    Jamkrindo dan PT PNM terlibat intensif dalam penjaminan dan penyaluran kredit

    kecil/KUR yang memerlukan perhatian Pemerintah untuk menjaga kelayakan tingkat

    modal minimal apabila menghadapi kredit bermasalah. Sedangkan untuk PT Danareksa,

    restrukturisasi lanjutan untuk penguatan likuiditas dan permodalan, perlu dilakukan

    mengingat PT Danareksa masih memiliki akumulasi kerugian yang cukup besar.

    Selanjutnya PT Kliring Berjangka Indonesia memerlukan dukungan dari instansi terkait

    untuk kegiatan usaha resi gudang.

  • 25

    Dalam 5 tahun terakhir terlihat adanya pertumbuhan laba, ekuitas dan aset BUMN

    Jasa Keuangan, sebagaimana terlihat pada Tabel 7 dibawah ini, dengan rata-rata

    pertumbuhan aset 26,7% per tahun dan laba bersih 19,6% per tahun.

    Tabel 7. Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Jasa Keuangan

    Tahun 2005 2009 Rp Miliar

    Keterangan 2005 2006 2007 2008 Prognosa

    2009

    Aset 11.974 13.711 16.943 22.133 30.553

    Ekuitas 1.423 1.963 3.025 5.218 7.076

    Pendapatan 2.661 3.107 3.543 4.198 5.380

    Laba Bersih 520 767 754 973 1.010

    II. 2.4. Sektor Usaha Jasa Konstruksi

    BUMN Sektor Usaha Jasa Konstruksi terdiri dari 14 BUMN yang 2 (dua)

    diantaranya adalah BUMN Terbuka. Keempat belas BUMN tersebut adalah PT Adhi

    Karya, PT Wijaya Karya, PT PP, PT Waskita Karya, PT Hutama Karya, PT Amarta

    Karya, PT Nindya Karya, PT Istaka Karya, PT Brantas Abipraya, PT Indra Karya, PT

    Bina Karya, PT Indah Karya, PT Virama Karya dan PT Yodya Karya. Disamping itu

    terdapat perusahaan konsruksi dimana kepemilikan negara adalah minoritas, yaitu PT

    Rekayasa Industri. Periode 2005 2009, terjadi pertumbuhan aset BUMN Jasa Konstruksi

    rata-rata 21,6% per tahun dengan kenaikan laba yang meningkat rata-rata 25,8% per tahun,

    sedangkan total ekuiti per tahun tumbuh 27,1%.

    Isu strategis yang dihadapi BUMN konstruksi antara lain meningkatnya kebutuhan

    modal kerja yang disebabkan oleh meningkatnya proyek yang diterima dan meningkatnya

    harga bahan baku yang menimbulkan tingkat hutang tinggi (leverage) sehingga

    mempengaruhi kinerja perusahaan, persaingan yang ketat dalam mendapatkan proyek baik

    proyek pemerintah maupun proyek swasta, serta keterbatasan dalam tenaga ahli.

    Secara agregat, dari tahun 2005-2009, kinerja BUMN Sektor Usaha Jasa

    Konstruksi mengalami trend yang positif, ditandai dengan kenaikan beberapa indikator

    kinerja keuangan utama sebagaimana terlihat dalam Tabel 8 sebagai berikut.

  • 26

    Tabel 8. Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Jasa Konstruksi

    Tahun 2005-2009

    Rp Miliar

    Keterangan 2005 2006 2007 2008 Prognosa

    2009

    Aset 10.672 12.499 16.274 20.768 23.116

    Ekuitas 1.482 1.607 2.737 3.159 3.763

    Pendapatan 13.478 16.163 19.361 25.324 29.843

    Laba Bersih 254 295 417 512 657

    II. 2.5. Sektor Usaha Industri Farmasi

    BUMN Sektor Usaha Farmasi meliputi 3 (tiga) BUMN yang 2 (dua) diantaranya

    berbentuk Persero Terbuka yang bergerak di bidang farmasi dan obat-obatan (PT Kimia

    Farma Tbk dan PT Indofarma Tbk) serta 1 (satu) BUMN yang bergerak di bidang produk

    vaksin yang sahamnya dimiliki 100% oleh Negara RI (PT Bio Farma). Isu-isu strategis

    yang dihadapi oleh BUMN farmasi meliputi antara lain :

    a. Kecenderungan upaya merger/akuisisi perusahaan-perusahaan farmasi di Indonesia maupun global untuk langkah efisiensi dan pengembangan pasar.

    2

    b. Dalam kaitannya Obat Generik BUMN Farmasi menghadapi masalah impor bahan baku dan harga beli Pemerintah terhadap Obat Generik.

    c. Persaingan obat-obat kimia dengan obat-obat herbal dengan penitrasi pasar yang cukup tajam dan harga yang relatif lebih kompetitif.

    Total aset BUMN Farmasi meningkat rata-rata 13,0% dan laba bersih rata-rata

    23,0% per tahun dalam kurun waktu 2005-2009, sebagaimana dapat dilihat dalam Tabel 9

    di bawah ini.

    Tabel 9. Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Farmasi

    Tahun 2005 - 2009

    Rp Miliar

    Keterangan 2005 2006 2007 2008 Prognosa

    2009

    Aset 2.240 2.548 3.148 3.342 3.627

    Ekuitas 1.557 1.666 1.828 2.018 2.321

    Pendapatan 2.934 3.832 4.384 4.989 5.083

    Laba Bersih 118 145 180 198 267

    2 Sumber: www.pfizer.com dan Laporan Tahunan PT Kalbe Farma

  • 27

    II. 2.6. Sektor Usaha Aneka Industri

    BUMN Sektor Aneka Industri meliputi 4 (empat) BUMN yang terdiri dari 2 (dua)

    BUMN yang bergerak di bidang usaha TPT (Tekstil dan Produk Tekstil) yaitu PT Industri

    Sandang Nusantara (ISN) dan PT Primissima. PT IGLAS bergerak dalam industri gelas

    dan PT Garam bergerak dalam industri garam. Beberapa isu strategis yang dihadapi oleh

    BUMN Aneka Industri antara lain :

    a. Alat-alat produksi relatif tua sehingga produktivitas rendah dan biaya perawatan tinggi sehingga mengurangi daya saing.

    b. Beban hutang cukup besar dan mengalami kesulitan likuiditas/modal kerja.

    Kenaikan total aset BUMN sektor Aneka Industri selama periode 2005 2009

    sangat kecil, yaitu hanya 3,0% per tahun, namun demikian dalam kurun waktu tersebut

    BUMN Sektor Aneka Industri belum mampu membukukan laba. Gambaran umum kinerja

    BUMN Aneka Industri 2004-2009 terlihat pada Tabel 10 sebagai berikut.

    Tabel 10. Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Aneka Industri

    Tahun 2005 - 2009

    Rp Juta

    Keterangan 2005 2006 2007 2008 Prognosa

    2009

    Total Aktiva 876.741 804.468 778.308 874.226 971.543

    Ekuitas 214.944 119.302 47.261 45.168 (65.832)

    Pendapatan/sales 658.648 554.513 557.661 441.221 473.101

    Laba/(Rugi) Bersih (53.432) (94.117) (72.014) (158.210) (97.948)

    II. 2.7. Sektor Usaha Kawasan Industri dan Perumahan

    BUMN Kawasan Industri dan Perumahan terdiri dari 5 (lima) BUMN Kawasan

    Industri, PT KI Makasar, PT KI Wijayakusuma, PT KBN, PT PDIP Batam dan PT KI

    Medan, 1(satu) BUMN Perumahan, Perum Perumnas. Disamping itu terdapat 3

    perusahaan dengan kepemilikan negara minoritas. Isu-isu strategis yang dihadapi oleh

    BUMN Kawasan Industri dan Perumahan antara lain adalah persaingan pembangunan

    perumahan oleh BUMN dengan swasta, dan perlunya sinkronisasi kebijakan/regulasi

    antara Pusat dengan Daerah (pembebasan lahan/lokasi, perijinan, dll).

    Selama 5 tahun terakhir, BUMN sektor Kawasan Industri dan Perumahan

    mengalami pertumbuhan aset yang cukup signifikan, yaitu 4,3%, dengan pertumbuhan

  • 28

    laba bersih 35,9%. Gambaran umum kinerja BUMN Sektor Usaha Kawasan Industri dan

    Perumahan tahun 20052009, terlihat pada Tabel 11 sebagai berikut.

    Tabel 11. Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Kawasan Industri dan

    Perumahan Tahun 2005 2009 Rp Juta

    Keterangan 2005 2006 2007 2008 Prognosa

    2009

    Aset 1.862.744 1.844.286 1.882.827 1.975.317 2.194.730

    Ekuitas 992.286 1.033.394 977.377 1.035.817 784.543

    Pendapatan 614.335 541.794 569.469 795.642 547.035

    Laba Bersih 66.319 59.479 (44.540) 69.965 79.056

    II. 2.8. Sektor Usaha Sarana Angkutan dan Pariwisata

    BUMN yang bergerak di sektor usaha sarana angkutan dan pariwisata terdiri dari 9

    (sembilan) BUMN Sarana Angkutan dan 3 (tiga) BUMN Pariwisata, yakni PT Garuda

    Indonesia, PT Merpati Nusantara, PT PELNI, PT Djakarta Lloyd, PT ASDP, PT Pelayaran

    Bahtera Adhiguna, Perum Damri, Perum PPD, PT Kereta Api Indonesia, PT TWCBPB,

    PT BTDC, PT Hotel Indonesia Natour. Isu Strategis BUMN Sarana Angkutan dan

    Pariwisata meliputi antara lain :

    a. Penyelesaian restrukturisasi perusahaan meliputi restrukturisasi hutang, organisasi dan

    SDM.

    b. Kondisi armada angkutan yang sudah tua yang menggangu tingkat kenyamanan dan keselamatan penumpang.

    c. Pemberlakuan UU No. 17 Th 2008 tentang pelayaran, yang intinya memisahkan antara regulator dan operator sehingga akan berdampak negatif pada kinerja perusahaan

    pelayaran.

    d. BUMN Sektor Perhotelan mengalami kesulitan untuk melakukan pengembangan usaha karena kekurangan modal kerja dan pada umumnya bangunan hotel sudah tua

    serta mengalami kelebihan jumlah pegawai

    Aset BUMN sarana angkutan dan pariwisata tumbuh relatif kecil yakni rata-rata

    9,9% per tahun, sedangkan pendapatan usaha tumbuh lebih baik yaitu 11,1%. Sekalipun

    demikian sampai dengan tahun 2008 BUMN sarana angkutan dan pariwisata masih merugi

    sekalipun dari tahun ke tahun kerugiannya menurun dan pada tahun 2009 telah

    memperoleh laba.

    Perkembangan kinerja keuangan BUMN Sektor Usaha Sarana Angkutan dan

    Pariwisata tahun 2004-2009 dapat dilihat dalam Tabel 12 sebagai berikut.

  • 29

    Tabel 12. Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Sarana Angkutan dan

    Pariwisata Tahun 2005-2009

    Rp Juta

    Keterangan 2005 2006 2007 2008 Prognosa

    2009

    Aset 20.838.857 22.745.403 26.236.458 29.773.930 30.157.259

    Ekuitas 8.455.946 8.558.845 6.094.218 8.957.672 11.524.591

    Pendapatan 19.756.565 20.900.200 23.421.342 30.915.881 29.117.797

    Laba Bersih (1.078.189) (641.928) (259.700) (67.269) 1.285.381

    II. 2.9. Sektor Usaha Prasarana Angkutan

    BUMN Sektor Prasarana Angkutan terdiri dari 4 (empat) BUMN Kepelabuhanan,

    PT Pelindo I IV dan 2 (dua) BUMN Kebandarudaraan, PT Angkasa Pura I & II, 1 (satu)

    BUMN Pengerukan, PT Rukindo, dan 1 (satu) BUMN Operator Jalan Tol, PT Jasa Marga.

    Total aset BUMN sektor Usaha Prasarana Angkutan tumbuh 13,2% dengan pertumbuhan

    laba bersih mencapai 14,1% per tahun.

    Isu strategis yang dihadapi oleh BUMN Sektor Usaha Prasarana Angkutan antara

    lain :

    a. Pemberlakuan UU No 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, maka akan ada pemisahan antara operator dan regulator yang akan diatur oleh Badan Otoritas Pelabuhan

    b. Pemberlakuan Undang-undang No.1 th 2009 tentang penerbangan serta antisipasi pemisahan Air Traffic Services (ATS), maka investasi untuk segmen usaha ATS

    dibatasi untuk investasi yang sangat prioritas. Investasi difokuskan kepada segmen

    usaha jasa layanan penumpang, jasa pendaratan dan segmen usaha non aeronautika.

    Perkembangan kinerja BUMN Sektor Prasarana Angkutan dapat dilihat dalam Tabel 13

    sebagai berikut.

    Tabel 13. Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Prasarana Angkutan Tahun

    2005-2009

    Rp Juta

    Keterangan 2005 2006 2007 2008 Prognosa

    2009

    Aset 29.756.136 31.581.510 39.905.883 44.119.357 48.430.061

    Ekuitas 18.156.546 20.156.595 27.771.345 31.167.157 33.925.330

    Pendapatan 9.220.220 10.170.750 11.544.916 13.885.706 14.976.955

    Laba Bersih 2.224.508 2.168.984 2.669.753 3.818.881 3.534.367

  • 30

    II. 2.10. Sektor Usaha Logistik dan Jasa Sertifikasi

    Terdapat 10 (sepuluh) BUMN yang bergerak di Sektor Perdagangan, Pergudangan,

    Distribusi, dan Jasa Sertifikasi, meliputi PT Perusahaan Perdagangan Indonesia, PT PP

    Berdikari, PT Sarinah, PT Banda Ghara Reksa, PT Varuna Tirta Prakasya, PT Pos

    Indonesia, PT Surveyor Indonesia, PT Sucofindo, PT Biro Klarifikasi Indonesia dan PT

    Survey Udara Penas. Isu strategis yang dihadapi BUMN Sektor Perdagangan,

    Pergudangan, Distribusi, dan Jasa Sertifikasi antara lain :

    a. Kinerja BUMN Perdagangan kurang optimal. Di samping tingkat kompetisi di sektor perdagangan dan masalah internal antara lain keuangan dan operasional, namun

    BUMN Perdagangan memiliki beberapa kelebihan berupa jaringan pemasaran yang

    cukup luas, klien yang cukup banyak dan SDM yang kompeten

    b. BUMN sektor pergudangan terkendala dengan keterbatasan pendanaan untuk ekspansi usaha dan terkait erat dengan regulasi Pemda dan laju pengembangan daerah setempat

    c. Bisnis utama PT Pos Indonesia, khususnya jasa pengiriman kalah bersaing dengan perusahaan swasta. Beban PSO yang ditanggung PT Pos tidak seimbang dengan dana

    kompensasi PSO dari Pemerintah. Saat ini pemisahan biaya antara PSO dan non PSO

    belum dapat dilaksanakan.

    d. Untuk sektor Jasa Penilai di samping PT Sucofindo dan PT Surveyor Indonesia perlu bersaing dengan swasta, maka masalah cross ownership diantara keduanya perlu

    diseleisaikan.

    e. Khusus PT Survey Udara, kinerja keuangannya sangat buruk dan mengalami kesulitan likuiditas. Perusahaan ini tidak dapat bersaing dan memiliki alat produksi yang sudah

    tua.

    Kinerja BUMN sektor perdagangan, pergudangan, distribusi dan jasa sertifikasi,

    dalam 5 tahun terakhir relatif berfluktuasi dengan kecenderungan tumbuh. Hal ini

    ditunjukkan dengan rata-rata pertumbuhan pendapatan mencapai 20,6% dan aset tumbuh

    rata-rata 7,1%. Perkembangan kinerja BUMN sektor perdagangan, pergudangan, distribusi

    dan jasa sertifikasi 20052009 mengalami pertumbuhan yang baik sebagaimana terlihat

    pada Tabel 14 sebagai berikut.

    Tabel 14. Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Logistik dan Jasa Sertifikasi

    Tahun 20052009 Rp Juta

    Keterangan 2005 2006 2007 2008 Prognosa

    2009

    Aset 19.061.184 17.164.292 22.581.622 24.702.243 24.055.692

    Ekuitas 7.397.124 7.051.687 7.569.082 5.243.791 4.730.631

    Pendapatan 14.438.575 13.020.885 16.421.619 23.966.967 28.766.245

    Laba Bersih (28.672) 63.687 201.019 153.864 (493.168)

  • 31

    II. 2.11. Sektor Usaha Perkebunan

    BUMN Sektor Perkebunan terdiri dari 14 PT Perkebunan Nusantara (PTPN I s.d.

    XIV) & PT RNI. Isu strategis yang dihadapi BUMN Sektor Perkebunan antara lain:

    a. Produk dan produktivitas perkebunan pada umumnya rendah karena umur tanaman

    yang sudah tua dan komposisi tanaman tidak ideal. Hal tersebut timbul karena

    keterlambatan replanting.

    b. Kemampuan leverage secara umum rendah sehingga perlu dilakukan holding.

    c. Sebagian usia fasilitas pabrik sudah tua.

    d. Kemampuan dan kualifikasi SDM belum memenuhi standardisasi.

    e. Kemampuan untuk membiayai investasi rendah karena kemampuan leverage secara

    sendiri-sendiri sangat rendah, untuk itu perlu dilakukan holding.

    Adapun perkembangan kinerja BUMN Sektor Perkebunan dari tahun 2005- 2009

    dapat dilihat pada Tabel 15. Dengan pertumbuhan aset selama periode 2005 2009 rata-

    rata sebesar 14,6% per tahun, terjadi pula peningkatan laba bersih rata-rata 26,9%,

    sedangkan ekuitas meningkat rata-rata 16,7%.

    Tabel 15. Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Perkebunan

    Tahun 2005-2009

    Rp Juta

    Keterangan 2005 2006 2007 2008 Prognosa

    2009

    Aset 21.686.263 24.024.230 29.148.790 34.817.283 37.221.838

    Ekuitas 7.288.544 7.688.783 9.915.193 12.124.789 13.338.934

    Pendapatan 20.708.684 21.392.560 27.947.074 33.328.532 33.212.420

    Laba Bersih 1.236.507 1.003.547 2.474.774 2.929.335 1.803.400

    II. 2.12. Sektor Usaha Kehutanan

    BUMN Sektor Kehutanan terdiri atas 6 (enam) BUMN yaitu PT Inhutani I s.d. V

    dan Perum Perhutani. Isu strategis yang dihadapi BUMN Sektor Kehutanan antara lain:

    a. Keterbatasan areal lahan yang dikuasai PT Inhutani I-V, akibat adanya pencabutan

    areal kerja yang dikelola oleh Departemen Kehutanan pada awal tahun 2000-an.

    b. Keterbatasan modal kerja, investasi pada usaha kehutanan memerlukan time period

    yang cukup lama yaitu sampai dengan 7-8 tahun untuk dapat menikmati hasilnya. Oleh

  • 32

    sebab itu dunia perbankan sampai dengan saat ini belum ada yang mau menyalurkan

    modalnya di usaha kehutanan.

    c. Peralatan industri milik PT Inhutani yang sudah tidak sesuai lagi dengan produksi hasil

    hutan saat ini, karena desain awal industri ditujukan untuk produk kayu alam.

    d. Kondisi sosial lingkungan wilayah hutan yang belum mendukung sepenuhnya

    keamanan dan kelestarian hutan, sehingga diperlukan penanganan khusus dari BUMN

    pengelola hutan.

    e. Pasar kayu HTI terbatas pada industri kertas dalam negeri.

    Kinerja keuangan BUMN kehutanan cenderung membaik dalam 5 tahun terakhir.

    Hal ini ditunjukkan dengan pertumbuhan laba bersih rata-rata 48,9%, pendapatan tumbuh

    12,9%. Sekalipun demikian, aset belum tumbuh secara optimal karena hanya tumbuh 0,1%

    sedangkan ekuitas mengalami pertumbuhan negatif sebesar 1,9%.

    Perkembangan kinerja keuangan BUMN Sektor Usaha Kehutanan tahun 2005-

    2009 terlihat dalam Tabel 16 sebagai berikut.

    Tabel 16. Tabel Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Kehutanan

    Tahun 2005-2009

    Rp Juta

    Keterangan 2005 2006 2007 2008 Prognosa 2009

    Aset 2.652.404 2.746.187 2.712.451 2.681.087 2.660.510

    Ekuitas 2.054.601 2.055.379 1.934.810 1.904.732 1.894.671

    Pendapatan 1.587.490 1.814.031 2.352.597 2.603.839 2.530.760

    Laba Bersih 41.104 45.043 37.487 118.131 103.736

    II. 2.13. Sektor Usaha Perikanan

    Terdapat 2 (dua) BUMN yang bergerak di sektor usaha perikanan yaitu Perum

    Prasarana Perikanan Samudra (PPS) dan PT Perikanan Nusantara. Isu strategis yang

    dihadapi BUMN Sektor Perikanan antara lain :

    a. Paska penggabungan perusahaan perikanan belum beroperasi dengan baik

    b. Kondisi perusahaan secara keseluruhan kurang baik. Kondisi keuangan perusahaan sangat buruk dengan ekuitas negatif. Perusahaan beroperasi belum normal sebagai

    dampak peleburan BUMN PT Tirta Raya Mina, PT Usaha Mina, dan PT Perikani.

    Banyak aktiva perusahaan yang tidak produktif.

    c. Jumlah dan umur armada serta modal kerja masih menjadi hambatan untuk kelancaran operasi.

  • 33

    Kinerja BUMN perikanan masih memprihatinkan meskipun terdapat

    perkembangan positif dalam beberapa aspek. Hal ini ditunjukkan dengan pertumbuhan

    aset mencapai 20,1% meskipun masih menderita ekuitas negatif.

    Perkembangan kinerja keuangan BUMN Sektor Usaha Perikanan terlihat

    sebagaimana dalam Tabel 17 sebagai berikut.

    Tabel 17. Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Perikanan

    Tahun 2005-2009

    Rp Juta

    Keterangan 2005 2006 2007 2008 Prognosa

    2009

    Aset 102.304 147.613 197.204 198.112 202.116

    Ekuitas 82.592 (77.037) (16.463) (21.457) (22.224)

    Pendapatan 72.472 103.459 98.232 123.294 156.563

    Laba Bersih (1.263) (15.955) (11.907) (253) 2.223

    II. 2.14. BUMN Sektor Usaha Kertas, Percetakan dan Penerbitan

    BUMN Sektor Usaha Kertas, Percetakan dan Penerbitan terdiri dari 2 (dua)

    BUMN Kertas, PT Kertas Kraft Aceh, PT Kertas Leces dan 4 (empat) BUMN Percetakan

    dan Penerbitan, PT Balai Pustaka, PT Pradya Paramita, Perum Peruri, Perum PNRI. Isu

    strategis yang dihadapi BUMN Sektor Kertas, Percetakan dan Penerbitan antara lain :

    a. Sektor kompetitif dan daya saing sangat rendah karena , mesin sudah cukup tua sehingga beban pemeliharaan tinggi , struktur permodalan kurang sehat, ekuitas

    negatif karena mengalami rugi terus-menerus, dan kesulitan memperoleh pasokan gas

    b. Industri kertas sudah sangat kompetitif, sedangkan BUMN kertas memiliki mesin yang sudah tua dan kesulitan bahan baku serta permodalan

    c. Pemerintah telah mencabut hak ekslusif pada BUMN untuk mencetak dan mengedarkan buku pelajaran sehingga saat ini sektor percetakan dan penerbitan

    bersifat kompetitif.

    d. Skala usaha yang relatif sangat kecil dan eksistensi BUMN Percetakan dan penerbitan

    Kinerja BUMN Kertas, Percetakan dan Penerbitandalam 5 tahun terakhir

    berfluktuasi. Aset mengalami pertumbuhan rata-rata 6,5%, pendapatan mengalami

    pertumbuhan 10,8% sedangkan laba bersih cenderung berfluktuasi.

  • 34

    Perkembangan kinerja keuangan BUMN Sektor Usaha Kertas, Percetakan dan

    Penerbitan dapat dilihat dalam Tabel 18 sebagai berikut.

    Tabel 18. Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Percetakan dan

    Penerbitan

    Rp Juta

    Keterangan 2005 2006 2007 2008 Prognosa

    2009

    Aset 2.964.367 3.130.927 3.862.694 3.863.871 3.743.045

    Ekuitas 347.771 241.728 616.929 492.071 294.163

    Pendapatan 1.818.628 1.717.406 2.482.568 2.578.222 2.581.518

    Laba Bersih (110.565) (123.653) 47.289 (16.344) (145.319)

    II. 2.15. Sektor Usaha Penunjang Pertanian

    BUMN Sektor Usaha Penunjang Pertanian terdiri dari 1 (satu) BUMN Pupuk, PT

    PUSRI, 2 (dua) BUMN Perbenihan, PT SHS dan PT Pertani, 2 (dua) BUMN Pengairan,

    PT Jasa Tirta I & II, dan Perum Bulog. Isu strategis yang dihadapi BUMN Sektor

    Penunjang Pertanian antara lain:

    a. Untuk Perum Jasa Tirta I & II, tarif jasa air yang ditetapkan Pemerintah (Menteri PU) masih dibawah tingkat keekonomiannya (tidak ekonomis) sehingga perusahaan tidak

    memperoleh dana yang cukup (dari pendapatan jasa air) untuk membiayai

    pemeliharaan prasarana/sarana yang dikelola sehingga seperti pengerukan sedimentasi

    bendungan, pemeliharaan saluran irigasi dan daerah aliran sungai (DAS). Akibatnya

    umur ekonomis dari sarana/prasarana tersebut semakin pendek dan sering terjadi

    banjir.

    b. Untuk Perum Bulog, penetapan harga pembelian beras (HPB) oleh Pemerintah untuk kebutuhan raskin ditetapkan berdasarkan besarnya dana subsidi raskin yang ditetapkan

    dalam APBN dan bukan atas dasar kalkulasi biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan

    dan penyaluran raskin.

    HPB yang ditetapkan Pemerintah lebih rendah dari total biaya yang dikeluarkan oleh

    Bulog, sehingga Bulog mengalami kerugian. Terdapat kekurangfairan SK penetapan HPB oleh Menkeu, yakni apabila HPB lebih tinggi dari biaya yang dikeluarkan, maka

    kelebihannya harus disetor ke kas Negara. Sedangkan apabila HPB lebeih rendah,

    kekurangannya menjadi kerugian Bulog. Seyogianya kekurangan tersebut selayaknya

    diganti Pemerintah selaku pemberi tugas.

    c. Untuk BUMN Pupuk, usia pabrik sudah tua serta kurangnya pasokan gas.

    d. Untuk BUMN Perbenihan, sangat tergantung pada adanya subsidi benih. Apabila subsidi benih dihilangkan maka BUMN bisa merugi.

  • 35

    Selama periode 2005 2009 BUMN sektor Usaha Penunjang Pertanian mengalami

    pertumbuhan aset sebesar 13,3% yang diikuti dengan pertumbuhan laba bersih 28,9% per

    tahun. Perkembangan kinerja keuangan BUMN Sektor Usaha Penunjang Pertanian terlihat

    sebagaimana dalam Tabel 19 sebagai berikut.

    Tabel 19. Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Sektor Penunjang Pertanian

    Tahun 2005-2009

    Rp Juta

    Keterangan 2005 2006 2007 2008 Prognosa

    2009

    Aset 20.646.942 21.553.074 24.586.399 33.296.701 32.994.934

    Ekuitas 8.568.255 9.098.299 11.148.122 12.601.730 15.529.732

    Pendapatan 17.224.337 17.073.962 24.473.379 39.126.581 39.297.837

    Laba Bersih 868.136 897.935 1.719.806 2.184.835 2.049.956

    II. 2.16. Sektor Usaha Pertambangan dan Semen

    BUMN Sektor Usaha Pertambangan dan Semen terdiri dari 7 BUMN yaitu 4

    (empat) BUMN Sektor Pertambangan, PT Aneka Tambang, PT Timah, PT BB Bukit

    Asam, PT Sarana Karya, dan 3 (tiga) BUMN Semen, PT Semen Gresik, PT Semen

    Baturaja dan PT Semen Kupang. Diantara isu strategis BUMN Pertambangan adalah

    rencana pembentukan BUMN Pertambangan yang terintegrasi (IRC) melalui pembentukan

    Holding Company guna meningkatkan skala ekonomis, leverage dan nilai perusahaan

    yang sampai saat ini masih dalam tahap pembahasan.

    Sedangkan isu strategis yang dihadapi BUMN Semen adalah optimalisasasi

    holding BUMN Semen (PT Semen Gresik Group Tbk) dengan melakukan pemisahan aset

    (spin off) PT Semen Gresik Tbk dan pengembangan usaha PT Semen Baturaja guna

    meningkatkan kapasitas produksi.

    Pada periode 2005 2009, BUMN sektor Pertambangan dan Semen dapat

    meningkatkan total aset dengan rata-rata pertumbuhan 13,9% per tahun dengan

    pertumbuhan laba bersih yang cukup tinggi, yaitu 38,9% per tahun. Pertumbuhan tersebut

    diikuti dengan peningkatan ekuitas rata-rata 22,6% per tahun. Perkembangan kinerja

    keuangan BUMN Sektor Pertambangan dan Semen dapat dilihat pada Tabel 20 sebagai

    berikut.

  • 36

    Tabel 20. Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Sektor Pertambangan dan Semen Tahun

    2005-2009

    Rp Juta

    Keterangan 2005 2006 2007 2008 Prognosa

    2009

    Aset 197.834.182 225.610.789 279.771.590 321.841.157 329.413.225

    Ekuitas 81.918.469 134.420.344 161.505.091 169.361.679 171.453.926

    Pendapatan 329.958.353 371.854.949 420.952.937 585.867.650 374.807.089

    Laba Bersih 9.069.349 22.081.547 33.186.800 35.566.054 19.496.734

    II. 2.17. Sektor Usaha Industri Strategis

    BUMN sektor usaha Industri Strategis terdiri dari 2 (dua) BUMN Industri

    Pertahanan, PT Dahana dan PT Pindad, 3 (tiga) BUMN Baja dan Konstruksi Baja, PT

    Krakatau Steel, PT Boma Bisma Indra, PT Barata Indonesia, 1 (satu) BUMN Industri

    Kereta Api, PT INKA, 1 (satu) BUMN Kedirgantaraan, PT Dirgantara Indonesia dan 4

    (empat) BUMN Dok Perkapalan, PT Dok Kodja Bahari, PT Dok & Perkapalan Surabaya,

    PT PAL Indonesia, PT Indusri Kapal Indonesia.

    Isu-isu strategis yang dihadpi oleh BUMN Sektor Usaha Industri Strategis adalah :

    a. Keterbatasan pendanaan, sehingga pengembangan usaha berjalan sangat lambat. b. Tingginya ketergantungan kepada bahan baku impor. c. Skala usaha dan kapasitas produksi yang masih rendah, sehingga belum efisiensi yang

    berdampak pada lemahnya daya saing.

    d. Prasarana dan saran produksi yang relatif telah berusia tua dan ketinggalan teknologi yang memerlukan dana cukup besar untuk revitalisasi dan alih teknologi.

    e. Kondisi keuangan perusahaan yang sudah mengkhawatirkan, sehingga menyulitkan untuk akses ke sumber pendanaan dan untuk mendapatkan order pekerjaan (PT Barata

    Indonesia, PT Boma Bisma Indra, PT Dirgantara Indonesia, PT PAL Indonesia, PT

    Dok dan Perkapalan Kodja Bahari, PT Industri Kapal Indonesia).

    Perkembangan kinerja BUMN Sektor Industri Strategis dari tahun 2005-2009

    terlihat dalam Tabel 21. Pada periode 2005 2009, BUMN sektor Usaha Industri Strategis

    dapat meningkatkan total aset dengan rata-rata pertumbuhan 9,3% per tahun, yang juga

    diikuti dengan pertumbuhan ekuitas rata-rata 15,8% per tahun. Pada tahun 2006 dan 2007

    BUMN Sektor Industri Strategis masih mengalami kerugian, namun pada 2 tahun terakhir

    sudah mampu membukukan laba.

  • 37

    Tabel 21. Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Sektor Industri Strategis

    Tahun 2005-2009

    Rp Juta

    Keterangan 2005 2006 2007 2008 Prognosa

    2009

    Aset 15.982.193 18.305.011 19.790.843 24.724.658 22.169.961

    Ekuitas 3.566.036 4.404.781 4.364.670 4.646.064 4.823.251

    Pendapatan 15.062.416 15.780.303 18.638.017 25.398.892 21.274.755

    Laba Bersih 228.707 (237.971) (181.194) 373.554 400.863

    II. 2.18. Sektor Usaha Energi dan Sumber Daya Alam

    BUMN Sektor Usaha Energi terdiri dari 5 (lima) BUMN, PT PLN, PT Pertamina,

    PT PGN, PT Batan Teknologi dan PT EMI. Dengan pertumbuhan aset selama periode

    2005 2009 rata-rata mencapai sebesar 12,4% per tahun, sedangkan ekuitas meningkat

    rata-rata sebesar 1,0 %.

    Isu-isu strategis yang dihadapi oleh BUMN sektor usaha energi antara lain :

    a. Produk yang dihasilkan berhubungan dengan hayat hidup orang banyak (mengemban tugas Public Service Obligation/PSO), sehingga penetapan harga/tarif masih diatur

    oleh Pemerintah.

    b. Perlunya dilakukan restrukturisasi secara menyeluruh (PT Pertamina, PT Perusahaan Listrik Negara), baik organisasi maupun usaha, termasuk anak-anak

    perusahaan agar operasional perusahaan lebih efisien dan efektif.

    c. Investasi untuk pembangunan pembangkit listrik baru (PT Perusahaan Listrik Negara) membutuhkan waktu dan dana yang sangat besar, sehingga kebutuhan masyarakat

    terhadap listrik belum terpenuhi sebagaimana harapan.

    Adapun perkembangan kinerja keuangan BUMN Sektor Usaha Energi adalah

    sebagaimana Tabel 22 sebagai berikut.

    Tabel 22. Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Energi Tahun 2005-2009

    Rp Juta

    Keterangan 2005 2006 2007 2008 Prognosa

    2009

    Aset 236.310.016 266.199.786 297.965.615 322.428.217 376.484.955

    Ekuitas 146.049.529 147.756.069 145.186.024 138.119.760 151.239.966

    Pendapatan 85.011.144 114.944.477 127.013.989 184,268,485 166.361.897

    Laba Bersih (3.588.986) 452.330 (3.758.415) (9.962.804) 13.040.486

  • 38

    II. 2.19. Sektor Usaha Telekomunikasi, Media dan Industri Penunjang

    Telekomunikasi

    BUMN yang bergerak di sektor usaha telekomunikasi terdiri dari 5 (lima) BUMN,

    PT Telkom, PT INTI, PT LEN Industri, Perum LKBN Antara, Perum Perusahaan Film

    Negara. Perkembangan kinerja keuangan BUMN Sektor Usaha Telekomunikasi adalah

    sebagaimana Tabel 22.

    Isu strategis yang dihadapi oleh BUMN sektor usaha telekomunikasi antara lain :

    a. Saat ini terdapat 10 perusahaan operator telepon seluler di Indonesia yang berdampak pada perang tarif dan tingkat persaingan yang sangat ketat.

    b. Untuk pengembangan infrastruktur dan layanan telekomunikasi dibutuhkan dana yang sangat besar, sementara dengan ketatnya persaingan menuntut setiap operatoe

    untuk melakukan efisiensi secara ketat.

    c. Kepemilikan asing dalam industri telekomunikasi terkait dengan masalah naionalisme dan karena telekomunikasi termasuk industry yang menguasai hayat hidup orang

    banyak.

    d. Ketatnya persaingan dan banyaknya alat-alat komunikasi yang masuk ke Indonesia dari luar negeri, mengancam keberadaan perusahaan industri peralatan

    telekomunikasi Indonesia (PT Industri Telekomunikasi Indonesia).

    Pada periode 2005 2009, BUMN sektor Usaha Industri Strategis dapat

    meningkatkan total aset dengan rata-rata pertumbuhan 11,3% per tahun dengan

    pertumbuhan laba bersih yang cukup tinggi, yaitu 6,2% per tahun. Pertumbuhan tersebut

    diikuti dengan peningkatan ekuitas rata-rata 12,6% per tahun.

    Tabel 22. Perkembangan Kinerja Keuangan BUMN Sektor Usaha Telekomunikasi Tahun

    2005-2009

    Rp Juta

    Keterangan 2005 2006 2007 2008 Prognosa

    2009

    Aset 63.176.678 76.301.596 83.230.795 92.500.325 96.378.922

    Ekuitas 23.871.848 28.651.835 34.276.989 34.847.399 38.092.656

    Pendapatan 42.528.270 52.220.931 60.496.862 62.020.947 48.617.237

    Laba Bersih 8.012.347 11.017.141 12.854.898 10.623.901 9.324.478

    II. .3. Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (GCG)

    Dalam melaksanakan tugas dan fungsi perencanaan dan evaluasi penerapan tata

    kelola perusahaan ya