makkiyah dan madaniyah

29
MAKKIYAH DAN MADANIYYAH Irma Anindiati PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Al-Qur’an adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman bagi umat manusia di dunia. Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur kepada Rasulullah SAW dengan perantara malaikat Jibril. Di dalam Al-Quran terdapat dua terminologi, yaitu fase makkiyah dan fase madaniyah, dimana keduanya memiliki perbedaan kandungan isi. Umumnya Surah-surah yang tertata rapih di dalam Al- quran berkaitan dengan kedua terminologi tersebut. Melalui makalah ini penulis akan memaparkan dan menganalisis kedua fase tersebut. Sementara itu untuk mengetahui manakah ayat dan surat pada Al-Quran yang tergolong Makkiyah ataupun Madaniyah tidaklah mudah. Diperlukan penyaksian langsung tentang proses pewahyuannya. Maka salah satunya jalan ialah memahami ayat-ayat mana saja yang tergolong Makkiyah atau Madaniyyah, kecuali riwayat dari para sahabat Rasul. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, permasalahan pokok dalam makalah ini adalah bagaimanakah hakikat dari

Upload: irma-anindiati

Post on 03-Dec-2015

55 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

analisis alquran

TRANSCRIPT

Page 1: Makkiyah Dan Madaniyah

MAKKIYAH DAN MADANIYYAH

Irma Anindiati

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Al-Qur’an adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad SAW sebagai pedoman bagi umat manusia di dunia. Al-Qur’an

diturunkan secara berangsur-angsur kepada Rasulullah SAW dengan perantara

malaikat Jibril. Di dalam Al-Quran terdapat dua terminologi, yaitu fase makkiyah

dan fase madaniyah, dimana keduanya memiliki perbedaan kandungan isi.

Umumnya Surah-surah yang tertata rapih di dalam Al-quran berkaitan dengan

kedua terminologi tersebut. Melalui makalah ini penulis akan memaparkan dan

menganalisis kedua fase tersebut.

Sementara itu untuk mengetahui manakah ayat dan surat pada Al-Quran

yang tergolong Makkiyah ataupun Madaniyah tidaklah mudah. Diperlukan

penyaksian langsung tentang proses pewahyuannya. Maka salah satunya jalan

ialah memahami ayat-ayat mana saja yang tergolong Makkiyah atau Madaniyyah,

kecuali riwayat dari para sahabat Rasul.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, permasalahan pokok dalam makalah ini adalah

bagaimanakah hakikat dari Makkiyah dan Madaniyyah dalam ulumul Qur’an.

Jabaran dari permasalahan ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah definisi ayat Makkiyah dan ayat Madaniyyah?

2. Bagaimanakah ciri umum yang membedakan ayat Makkiyah dan ayat

Madaniyyah?

3. Bagaimanakah tanggapan mengenai keraguan seputar Makkiyah dan

Madaniyyah?

4. Bagaimanakah analisis perbandingan antara ayat Makkiyah dan ayat

Madaniyyah?

Page 2: Makkiyah Dan Madaniyah

3. Tujuan

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan hakikat

Makkiyah dan Madaniyyah dalam ulumul Qur’an. Jabaran dari tujuan ini adalah

sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan definisi ayat Makkiyah dan ayat Madaniyyah?

2. Mendeskripsikan ciri umum yang membedakan ayat Makkiyah dan ayat

Madaniyyah?

3. Mendeskripsikan tanggapan mengenai keraguan seputar Makkiyah dan

Madaniyyah?

4. Mendeskripsikan hasil analisis perbandingan antara ayat Makkiyah dan

ayat Madaniyyah?

Page 3: Makkiyah Dan Madaniyah

PEMBAHASAN

1. Definisi Makkiyah dan Madaniyyah

Makkiyah diambil dari nama kota Makkah, tempat Islam lahir dan tumbuh.

Kata makkiyah merupakan kata sifat yang disandarkan kepada kota tersebut. Dan

sesuatu disebut makkiyah apabila ia mengandung kriteria yang berasal dari

Makkah atau yang berkenaan dengannya. Begitu pula dengan Madaniyyah,

diambil dari nama kota Madinah, tempat Rasulullah SAW berhijrah dan

membangun masyarakat Islam serta mengembangkan Islam hingga ke segala

penjuru dunia.

Walaupun kemudian da'wah Rasulullah melewati batas-batas wilayah

kedua kota tersebut, namun Makkah dan Madinah tetap mempunyai peran yang

signifikan dalam setiap proses pengembangan Islam. Oleh karena itu, pengertian

makkiyah dan Madaniyyah tidak hanya terbatas pada ruang lingkup tempat atau

penduduk yang berdiam di dua kota tersebut, melainkan mencakup di dalamnya

periode waktu. Dari sini kemudian para ulama tafsir dalam mendefinisikan

makkiyah dan Madaniyyah tidak hanya terpaku pada pengertian yang sangat

sempit, melainkan juga memasukan unsur waktu yang tak terpisahkan dari sejarah

da’wah Rasulullah.

Jika dilihat dari proses turunnya, ayat Al-Qur’an terdiri dari dua macam,

yaitu makkiyah dan Madaniyyah. Terdapat beberapa definisi mengenai makkiyah

dan Madaniyyah di antara ulama ilmu tafsir. Definisi pertama adalah ayat-ayat Al-

Qur’an yang diturunkan sebelum Rasulullah SAW hijrah disebut ayat makkiyah,

sedangkan setiap ayat Al-Qur’an yang turun setelah Rasulullah SAW hijrah

dikategorikan sebagai ayat Madaniyyah1. Definisi tersebut didasarkan atas

susunan waktu diturunkannya Al-Qur’an, dan hijrah digunakan sebagai acuan

untuk membedakan ayat-ayat tersebut. As-Suyuti (dalam Nasr Hamid Abu Zaid,

2005) juga menyebutkan definisi makkiyah dan Madaniyyah sebagai berikut,

“Makki adalah ayat atau surat yang diturunkan sebelum hijrah, dan Madani adalah

yang diturunkan setelahnya, baik turun di Makkah ataupun di Madinah, pada

tahun penaklukan Makkah atau haji wada’, atau dalam suatu perjalanan”2.

1 Hakim, Muhammad Baqir. 1427 H. Ulumul Qur’an. TERJEMAH. Haq, Nashirul dkk. 2006. Ulumul Qur’an. Jakarta: Al-Huda. (hal. 97)2 Zaid, Nasr Hamid Abu. 1993. Mafhum an-Nash Dirasah fi Ulum Al-Quran. TERJEMAH. Nahdliyyin, Khoiron. 2005. Tekstualitas Al-Qur’an Kritik Terhadap Al-Qur’an. Yogyakarta: LKiS

Page 4: Makkiyah Dan Madaniyah

Definisi yang kedua mengatakan bahwa jika sebuah ayat diturunkan di

kota Mekkah, maka ayat tersebut dikategorikan Makkiyah dan jika sebuah ayat

diturunkan di kota Madinah, maka ayat tersebut dikategorikan Madaniyyah.

Definisi ini menggunakan tempat sebagai acuannya. Definisi selanjutnya

menggunakan topik pembicaraan suatu ayat sebagai acuan. Pada definisi yang

ketiga ini, suatu ayat dikatakan ayat Makkiyah apabila diturunkan bagi penduduk

Mekkah. Dan sebaliknya, suatu ayat dikatakan ayat Madaniyyah apabila ditujukan

kepada penduduk Madinah.

Dari ketiga definisi mengenai Makkiyah dan Madaniyyah yang telah

disebutkan diatas, kemudian muncul pertanyaan definisi manakah yang paling

tepat. Hakim (2006) mengatakan bahwa definisi yang menggunakan waktu

(periode) turunnya suatu ayat merupakan definisi yang paling tepat. Definisi ini

merupakan pembebasan makkiyah dan Madaniyyah dari konotasi tempat dan

topik. Dalam definisi ini, Makkiyah dan Madaniyyah menjadi lebih fleksibel dan

mencakup semua unit wahyu yang diturunkan, karena titik pemisah keduanya

adalah hijrahnya Rasulullah SAW. Semua ayat yang turun sebelum hijrah,

dimanapun turunnya termasuk bagian dari Makkiyah. Begitu pula ayat yang turun

setelah hijrah adalah adalah Madaniyyah, meskipun turun di tempat selain

Madinah. Dengan demikian, tidak ada satu ayat pun yang tidak termasuk ke dalam

Makkiyah ataupun Madaniyyah.

Definisi yang menjadikan tempat dan topik pembahasan suatu ayat sebagai

acuan tidaklah salah. Akan tetapi kedua definisi tersebut memiliki kelemahan jika

dibandingkan dengan definisi yang menggunakan waktu (periode) hijrah sebagai

acuan. Definisi ketiga mengatakan bahwa ayat-ayat Al-Qur’an yang ditujukan

bagi penduduk Mekkah adalah ayat Makkiyah sedangkan ayat yang ditujukan

untuk penduduk Madinah termasuk ayat Madaniyyah. Pendapat ini tentu saja

kurang tepat karena ayat Al-Qur’an ditujukan bagi siapapun umat manusia di

muka bumi ini. Memang pada proses penurunan ayatnya, memiliki keterkaitan

dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada penduduk Mekkah dan Madinah.

Akan tetapi bukan berarti Al-Qur’an khusus ditujukan bagi mereka saja,

melainkan ditujukan kepada seluruh umat maanusia.

Yogyakarta.

Page 5: Makkiyah Dan Madaniyah

Definisi yang menggunakan tempat sebagai acuannya pun memiliki

kelemahan jika dibandingkan dengan definisi yang menggunakan waktu (periode)

sebagai acuan. Dalam konteks ini, setiap surat dan ayat yang turun di Makkah dan

sekitarnya digolongkan sebagai ayat Makkiyah. Sekalipun ia turun setelah

hijrahnya Rasulullah. Begitu pula dengan halnya yang turun di Madinah dan

sekitarnya dikategorikan sebagai ayat Madaniyyah. Lalu bagaimana dengan ayat

atau surat yang turun diluar kedua daerah tersebut? Para ulama yang mendukung

pendapat ini mengalami kesulitan, mereka melihat tidak semua unit ayat turun di

Makkah dan Madinah saja, melainkan ada yang turun di wilayah sekitar kota

tersebut tapi tidak termasuk dalam bagian kota. Imam As-Suyuthi sendiri telah

memasukkan wilayah sekitar Makkah seperti Mina, Arafat, Hudaibiyah sebagai

Makkah. Dan memasukkan wilayah sekitar Madinah seperti Badar, Uhud dan Sala

sebagai wilayah Madinah. Hal ini tentunya mengundang perdebatan. Sehingga

dari sinilah diketahui bahwa definisi tersebut sulit diterima dan tampaklah

kelemahan pengertian Makkiyah dan Madaniyyah yang hanya terpaku pada

konteks tempat.

2. Ciri Umum Ayat Makkiyah dan Ayat Madaniyyah

Pada awalnya, para ahli tafsir membedakan ayat Makkiyah dan

Madaniyyah berdasarkan riwayat atau bukti-bukti sejarah tentang waktu

diturunkannya surat tersebut. Dengan mempelajari riwayat dan bukti sejarah yang

ada, ahli tafsir dapat mengetahui lebih jauh antara golongan surat makkiyah dan

golongan surat madaniyyah serta mampu membedakan antara keduanya. Namun

setelah para ahli tafsir menguasai pengetahuan tersebut, mayoritas dari mereka

beralih pada ilmu perbandingan antara ayat Makkiyah dan ayat Madaniyah.

Dengan membandingkan kedua golongan ayat tersebut, ahli tafsir dapat

mengetahui ciri-ciri umum surat Makkiyah dan surat Madaniyyah.

Berikut adalah ciri umum yang terdapat pada surat-surat yang termasuk ke

dalam kelompok Makkiyah, seperti diungkapkan oleh Hakim (2006; 104).

1. Ayat dan surat-suratnya pendek dan ringkas serta memiliki kesamaan cara

penyampaian atau gaya bahasanya.

Page 6: Makkiyah Dan Madaniyah

2. Ayat atau surat-suratnya berisikan seruan-seruan tentang dasar-dasar

keimanan kepada Allah SWT, masalah wahyu, alam gaib, hari akhir serta

gambaran tentang surge dan neraka.

3. Berisikan tentang seruan untuk memegang teguh akhlaq al-karimah dan

istiqamah dalam berbuat kebaikan.

4. Berisikan tentang perlawanan terhadap kaum musyrik dan memberantas

cita-cita mereka.

5. Surah-surahnya banyak diawali dengan kalimat “wahai manusia” dan tidak

menggunakan kalimat “wahai orang-orang beriman”, kecuali surat Al-

Hajj.

Adapun ciri umum yang terdapat pada ayat Madaniyyah adalah sebagai

berikut.

1. Susunan ayat dan suratnya panjang.

2. Berisi bukti-bukti kebenaran dan dalil-dalil yang dipergunakan untuk lebih

mengutamakan kebenaran agama.

3. Berisikan tentang perlawanan terhadap Ahlukitab dan seruan kepada

mereka agar tidak berlebih-lebihan dalam menjalankan syariat agama

mereka.

4. Berisi cerita tentang orang-orang munafik dan problema-problema yang

disebabkan karena mereka.

5. Lebih banyak mengutarakan tentang sanksi-sanksi, hukum waris, hak dan

aturan-aturan politik, sosial dan negara.

Sementara itu, para ulama kuno membuat beberapa kriteria yang

berhubungan dengan kandungan teks untuk membedakan antara surat Makkiyah

dan surat Madaniyyah3. Kriteria tersebut adalah sebagai berikut.

1. Setiap surat yang di dalamnya terdapat kalimat “yaa ayyuha an-nas” dan

tidak menggunakan kalimat “yaa ayyuha al-ladzina amanu” termasuk

golongan surat Makkiyah, kecuali surat Al-Hajj.

2. Setiap surat yang di dalamnya terdapat kata “kalla” termasuk surat

Makkiyah.

3 Zaid, Nasr Hamid Abu. 1993. Mafhum an-Nash Dirasah fi Ulum Al-Quran. TERJEMAH. Nahdliyyin, Khoiron. 2005. Tekstualitas Al-Qur’an Kritik Terhadap Al-Qur’an. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta. (hal. 91)

Page 7: Makkiyah Dan Madaniyah

3. Setiap surat yang di dalamnya terdapat huruf mu’jam termasuk surat

Makkiyah, kecuali surat Al-Baqarah dan Ali Imran.

4. Setiap surat yang mengandung cerita Adam dan iblis adalah surat

Makkiyah, kecuali Al-Baqarah. Sedangkan setiap surat yang menceritakan

orang-orang munafik adalah surat Madaniyyah.

5. Setiap surat yang di dalamnya terkandung ayat-ayat tentang hukuman dan

kewajiban-kewajiban termasuk ke dalam surat Madaniyyah, dan setiap

surat yang mengandung sejarah masa lalu termasuk ke dalam surat

Makkiyah.

Seluruh ciri atau kriteria di atas tidaklah lengkap dan sempurna. Hal

tersebut disadari oleh para ahli tafsir. Oleh karena itu, pembedaan antara surat

Makkiyah dan surat Madaniyyah didasarkan ciri atau kriteria umum, namun tidak

final. Sehingga diperlukan pengetahuan lain yang berhubungan dengan hal

tersebut untuk menentukan surat Makkiyah dan surat Madaniyyah.

3. Keraguan Seputar Makkiyah dan Madaniyyah

Pembahasan seputar Makkiyah dan Madaniyyah adalah pembahasan yang

penuh dengan masalah keraguan dan perselisihan. Hakim4 menyebutkan bahwa

keraguan dan perselisihan tersebut sebenarnya didasarkan atas permasalahan

bahwa terdapat perbedaan dan keistimewaan pada surat Makkiyah maupun

Maaniyyah. Hal tersebut membuat sebagian misionaris beranggapan bahwa Al-

Qur’an tunduk dan mengikuti kekuatan dan keadaan manusia yag beragam yang

memberikan pengaruh kepada gaya bahasa yang ada pada Al-Qur’an, cara

pemaparannya, isi kandungan dan tema-tema yang menjadi pembahasan dalam

Al-Qur’an tersebut. Terdapat dua hal yang menyangkut masalah keraguan tentang

Makkiyah dan Madaniyyah, yaitu (a) hal yang berkaitan dengan gaya bahasa Al-

Qur’an dan (b) hal yang berkaitan dengan materi atau tema.

a. Gaya Bahasa Ayat Makkiyah dan Ayat Madaniyyah

Dikatakan bahwa gaya bahasa pada ayat Makkiyah memiliki keistimewaan

dibandingkan dengan ayat Madaniyyah. Keistimewaan tersebut berupa ketegasan

4 Hakim, Muhammad Baqir. 1427 H. Ulumul Qur’an. TERJEMAH. Haq, Nashirul dkk. 2006. Ulumul Qur’an. Rujukan Sebelumnya. (hal. 107)

Page 8: Makkiyah Dan Madaniyah

dan gaya bahasa yang keras, serta sering menggunakan bahasa kecaman. Hal ini

menunjukkan bahwa Muhammad memberikan pengaruh terhadap lingkungan di

Mekkah, yang merupakan kota tempat tinggal beliau sendiri.

Gaya bahasa tersebut di atas berbeda dengan gaya bahasa pada ayat

Madaniyyah. Ayat-ayat Madaniyyah bercirikan ayat-ayat yang bersifat lemah

lembut serta penuh dengan toleransi dan mudah memaafkan.

Menurut Hakim5, bahwa isu yang berkembang seputar gaya bahasa ayat

Makkiyah yang keras dan berisi dengan kecaman dibandingkan gaya bahasa ayat

Madaniyyah tidaklah sepenuhnya benar. Ada gaya bahasa ayat Makkiyah yang

lembut dan ada gaya bahasa ayat Madaniyyah yang kasar. Menurutnya ada

beberapa fakta yang perlu diungkap:

1) Tidaklah benar jika dikatakan bahwa hanya surah-surah Makkiyah yang

berisikan dan bercirikan ayat-ayat yang berisi ancaman dan peringatan.

Akan tetapi pada kenyataannya adalah bahwa cirri seperti itu juga dimiliki

ayat Madaniyyah. Di antara ayat-ayat Madaniyyah yang bercirikan keras

dan tegas adalah firman Allah Q.S.Al-baqarah:275 :

275. Orang-orang yang Makan (mengambil) riba[174] tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila[175]. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu[176] (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

5 Hakim, Muhammad Baqir. 1427 H. Ulumul Qur’an. TERJEMAH. Haq, Nashirul dkk. 2006. Ulumul Qur’an. Rujukan Sebelumnya. (hal. 112)

Page 9: Makkiyah Dan Madaniyah

Adapun ayat Makkiyah yang memiliki gaya bahasa yang lemah

lembut di antaranya seperti yang terdapat dalam Q.S. Al-Hijr: 87-88:

87. Dan Sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang[814] dan Al Quran yang agung.

88. Janganlah sekali-kali kamu menunjukkan pandanganmu kepada kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka (orang-orang kafir itu), dan janganlah kamu bersedih hati terhadap mereka dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman.

[814] Yang dimaksud tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang ialah surat Al-Faatihah yang terdiri dari tujuh ayat. sebagian ahli tafsir mengatakan tujuh surat-surat yang panjang Yaitu Al-Baqarah, Ali Imran, Al-Maaidah, An-Nissa', Al 'Araaf, Al An'aam dan Al-Anfaal atau At-Taubah.

2) Bahwasannya di dalam Al-Qur’an, tidak terdapat ayat yang berisikan lafadz

kecaman dan hardikan. Bagaimana mungkin hal itu dapat terjadi sedangkan

Al-Qur’an sendiri, di dalam ayat-ayat Makkiyahnya melarang perbuatan

mencaci dan menghardik orang lain sebagaimana terdapat dalam Q.S. Al-

An’am: 108:

108. Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan Setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.

Contoh dari peringatan keras yang terdapat dalam ayat Madaniyyah

adalah firman Allah dalam Q.S. Al-Maidah: 60:

Page 10: Makkiyah Dan Madaniyah

60. Katakanlah: "Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu disisi Allah, Yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi[424] dan (orang yang) menyembah thaghut?". mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus.

[424] Yang dimaksud disini Ialah: orang-orang Yahudi yang melanggar kehormatan hari Sabtu (Lihat surat Al Baqarah ayat 65).

Para misionaris mengatakan bahwa ayat dan surah Makkiyah relatif lebih

pendek, begitu juga sebaliknya. Hal ini menunjukkan ada keterputusan hubungan

antara kelompok surah Makkiyah dan Madaniyyah. Para misionaris juga

berpendapat bahwa kedua kelompok surah tersebut terpengaruh oleh lingkungan

hidup Nabi Muhammad saw. Saat itu masyarakat Mekkah umumnya masyarakat

ummi jadi Rasulullah tidak memberikan pemaparan berupa penjelasan ajaran

Islam secara rinci dan detail. Sebaliknya, masyarakat Madinah telah memiliki

peradaban yang maju sehingga Rasulullah saw memberikan penjelasan ajarannya

secara terperinci.

Hakim memberikan penjelasan atas pendapat para misionaris tersebut.

Pertama, bahwasannya pendek dan ringkasnya surah bukan hanya khusus untuk

kelompok surah Makkiyah. Akan tetapi, pada surah Madaniyyah juga terdapat

surah yang pendek seperti surah An-Nashr, Az-Zilzalah, Al-Bayyinah, dll. Selain

itu, surah Makkiyah yang memiliki ayat yang panjang adalah Surah Al-An’am

dan Surah Al-A’raf.

Kedua, bahwasannya penelitian mengenai gaya bahasa dan sastra yang

pernah dilakukan oleh para ulama dan ahli bahasa menunjukkan bahwa

kemampuan memaparkan sesuatu secara ringkas tetapi padat adalah kemampuan

yang luar biasa dalam mengungkapkan sesuatu. Dengan demikian, pemaparan

yang ringkas merupakan dalil kemukjizatan Al-Qur’an dan tidak menunjukkan

cacat atau aib bagi kelompok surah Makkiyah.

Page 11: Makkiyah Dan Madaniyah

b. Tema dalam Ayat Makkiyah dan Ayat Madaniyyah

Para misionaris mengatakan bahwa kelompok Surah Makkiyah tidak

pernah memberikan penjelasan tentang syariat atau aturan perundang-undangan.

Sebaliknya, kelompok Surah Madaniyyah berisikan syariat dan perundang-

undangan. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya Al-Qur’an mendapat pengaruh

dari kondisi lingkungan social masyarakat sekitar karena masyarakat Mekkah

bukanlah masyarakat yang maju dan berperadaban dan di Mekkah juga Al-Qur’an

belum membuka cakrawala berpikir para ahlulkitab dan juga merombak syariat-

syariat Islam mereka.

Hakim memberikan jawaban atas argumen dan pendapat misionaris

tersebut dengan beberapa hal sebagai berikut:

1) Kelompok Surah Makkiyah tidak mengabaikan permasalahan syariat, tetapi

sebaliknya di dalam dasar-dasar ajaran yang umum terdapat tujuan dari

agama Islam ini, sebagaimana Firman Allah dalam Q.S Al-An’am: 151-152:

151. Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu Yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar[518]". demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya).

Page 12: Makkiyah Dan Madaniyah

152. Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. dan apabila kamu berkata, Maka hendaklah kamu Berlaku adil, Kendatipun ia adalah kerabat(mu)[519], dan penuhilah janji Allah[520]. yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat.

[518] Maksudnya yang dibenarkan oleh syara' seperti qishash membunuh orang murtad, rajam dan sebagainya.

[519] Maksudnya mengatakan yang sebenarnya meskipun merugikan Kerabat sendiri.

[520] Maksudnya penuhilah segala perintah-perintah-Nya.

2) Untuk menafsirkan kenyataan bahwa kelompok Surah Makkiyah tidak

banyak menjelaskan tentang syariat dan perundang-undangan, bisa

ditafsirkan dengan menggunakan sudut pandang lain yang memiliki

keterkaitan asasi secara tematis dengan dzahir Al-Qur’an itu sendiri.

Pendapat tersebut adalah bahwasannya penjelasan tentang rincian syariat di

Mekkah adalah suatu perbuatan yang mendahului zaman semestinya, artinya

belum waktunya melakukan hal tersebut karena kondisi Islam ketika itu

belum memerlukan pembentukan dan pelurusan hukum tapi baru sebatas

meluruskan akidah. Akan tetapi, sebaliknya, di Madinah, Al-Qur’an telah

masuk ke dalam bidang syariat dan hukum perundang-undangan.

4. Analisis: Perbandingan Antara Surat Makkiyah dan Surat Madaniyyah

Terdapat beberapa kriteria umum yang membedakan surat Makkiyah dan

surat Madaniyyah. Walaupun kriteria-kriteria umum tersebut tidak dapat dijadikan

pijakan mutlak untuk mengetahui apakah suatu ayat tersebut termasuk golongan

Makkiyah atau Madaniyyah, namun kriteria tersebut dapat digunakan untuk

membantu membandingkan surat dari kedua golongan tersebut. Berikut adalah

analisis yang dilakukan penulis dalam makalah ini.

a. Perbandingan Jumlah Surat Makkiyah dan Madaniyyah

Page 13: Makkiyah Dan Madaniyah

Berikut adalah daftar surat-surat yang tergolong Makkiyah dan

Madaniyyah.

KLASIFIKASI SURAT MAKKIYAH DAN MADANIYYAH BERDASARKAN URUTAN SURAT DALAM AL-QURAN

NO URUT SURAT

NAMA SURAT

ARTIJUMLAH

AYATJENIS

SURAT1  AL-FATIHAH  PEMBUKAAN 7 MAKKIYAH2  AL-BAQARAH  SAPI BETINA 286 MADANIYYAH3  ALI IMRAN  KELUARGA IMRAN 200 MADANIYYAH4  ANNISA  WANITA 176 MADANIYYAH5  AL-MA`IDAH  HIDANGAN 120 MADANIYYAH6  AL-AN'AM  BINATANG TERNAK 165 MAKKIYAH7  AL-A'RAF  TEMPAT TERTINGGI 206 MAKKIYAH8  AL-ANFAL  RAMPASAN PERANG 75 MADANIYYAH9  ATTAUBAH  PENGAMPUNAN 129 MADANIYYAH10  YUNUS  NABI YUNUS 109 MAKKIYAH11  HUD  NABI HUD 123 MAKKIYAH12  YUSUF  NABI YUSUF 111 MAKKIYAH13  ARRA'DU  GURUH 43 MADANIYYAH14  IBRAHIM  NABI IBRAHIM 52 MAKKIYAH15  AL-HIJRU  DAERAH HIJIR 99 MAKKIYAH16  ANNAHLU  LEBAH 128 MAKKIYAH17  AL-ISRA  PERJALANAN DI MALAM HARI 111 MAKKIYAH18  AL-KAHFI  GUA 110 MAKKIYAH19  MARYAM  SITI MARYAM 98 MAKKIYAH20  TOHA  TOHA 135 MAKKIYAH21  AL-ANBIYA  NABI-NABI 112 MAKKIYAH22  AL-HAJJ  HAJI 78 MADANIYYAH

23 AL-MU`MINUN

 ORANG-ORANG YANG BERIMAN 118 MAKKIYAH

24  ANNUR  CAHAYA 64 MADANIYYAH25  AL-FURQAN  PEMBEDA 77 MAKKIYAH26  ASY-SYU'ARA  PENYAIR-PENYAIR 227 MAKKIYAH27  ANNAMLU  SEMUT 93 MAKKIYAH28  AL-QASHASH  KISAH-KISAH 88 MAKKIYAH29  AL-'ANKABUT  LABA-LABA 69 MAKKIYAH30  ARRUM  BANGSA RUM 60 MAKKIYAH31  LUQMAN  LUQMAN 34 MAKKIYAH32  ASSAJDAH  SUJUD 30 MAKKIYAH33  AL-AHZAB  GOLONGAN YANG BERSEKUTU 73 MADANIYYAH34  SABA`  NEGERI SABA 54 MAKKIYAH35  FATHIR  PENCIPTA 45 MAKKIYAH36  YASIN  YASIN 83 MAKKIYAH37  ASH-SHAFFAT  YANG BERBARIS 182 MAKKIYAH38  SHAD  SHAD 88 MAKKIYAH39  AZZUMAR  ROMBONGAN-ROMBONGAN 75 MAKKIYAH40  AL-MU`MIN  ORANG BERIMAN 85 MAKKIYAH41  FUSHSHILAT  YANG DIJELASKAN 54 MAKKIYAH42  ASY-SYURA  MUSYAWARAH 53 MAKKIYAH43  AZZUKHRUF  PERHIASAN 89 MAKKIYAH44  ADDUKHAN  KABUT 59 MAKKIYAH45  AL-JATSIYAH  YANG BERLUTUT 37 MAKKIYAH46  AL-AHQAF  BUKIT-BUKIT PASIR 35 MAKKIYAH47  MUHAMMAD  NABI MUHAMMAD 38 MADANIYYAH48  AL-FATHU  KEMENANGAN 29 MADANIYYAH

Page 14: Makkiyah Dan Madaniyah

49  AL-HUJURAT  KAMAR-KAMAR 18 MADANIYYAH50  QAF  QAF 45 MAKKIYAH

51 ADZ-DZARIYAT

 ANGIN YANG MENERBANGKAN 60 MAKKIYAH

52  ATH-THUR  BUKIT THUR 49 MAKKIYAH53  ANNAJMU  BINTANG 62 MAKKIYAH54  AL-QAMAR  BULAN 55 MAKKIYAH55  ARRAHMAN  MAHA PEMURAH 78 MADANIYYAH56  AL-WAQI'AH  HARI KIAMAT 96 MAKKIYAH57  AL-HADID  BESI 29 MADANIYYAH

58 AL-MUJADILAH

 WANITA YANG MENGAJUKAN GUGATAN

22 MADANIYYAH

59  AL-HASYR  PENGUSIRAN 24 MADANIYYAH

60 AL-MUMTAHANAH

 PEREMPUAN YANG DIUJI 13 MADANIYYAH

61  ASH-SHAF  BARISAN 14 MADANIYYAH62  AL-JUMU'AH  HARI JUM'AT 11 MADANIYYAH

63 AL-MUNAFIQUN

 ORANG-ORANG MUNAFIK 11 MADANIYYAH

64  ATTAGHABUN  HARI DITAMPAKKAN 18 MADANIYYAH65  ATH-THALAQ  TALAQ 12 MADANIYYAH66  ATTAHRIM  MENGAHARAMKAN 12 MADANIYYAH67  AL-MULKU  KERAJAAN 30 MAKKIYAH68  AL-QALAM  QOLAM 52 MAKKIYAH69  AL-HAQQAH  HARI KIAMAT 52 MAKKIYAH70  AL-MA'ARIJ  TEMPAT-TEMPAT NAIK 44 MAKKIYAH71  NUH  NABI NUH 28 MAKKIYAH72  AL-JINN  JIN 28 MAKKIYAH

73 AL-MUZAMMIL

 ORANG-ORANG BERSELIMUT 20 MAKKIYAH

74 AL-MUDDATS-TSIR

 ORANG YANG BERKEMUL 56 MAKKIYAH

75  AL-QIYAMAH  HARI KIAMAT 40 MAKKIYAH76  AL-INSAN  MANUSIA 31 MADANIYYAH

77 AL-MURSALAT

 MALAIKAT YANG DIUTUS 50 MAKKIYAH

78  ANNABA`  BERITA 40 MAKKIYAH79  ANNAZI'AT  MALAIKAT YANG MENCABUT 46 MAKKIYAH80  'ABASA  BERMUKA MASAM 42 MAKKIYAH81  ATTAKWIR  MENGGULUNG 29 MAKKIYAH82  AL-INFITHAR  TERBELAH 19 MAKKIYAH83  ATTATHFIF  KECURANGAN 36 MAKKIYAH84  AL-INSYIQAQ  TERBELAH 25 MAKKIYAH85  AL-BURUJ  GUGUSAN BINTANG 22 MAKKIYAH86  ATH-THARIQ  YANG DATANG DI MALAM HARI 17 MAKKIYAH87  AL-A'LA  YANG PALING TINGGI 19 MAKKIYAH

88 AL-GHASYIYAH

 HARI PEMBALASAN 26 MAKKIYAH

89  AL-FAJR  FAJAR 30 MAKKIYAH90  AL-BALAD  NEGERI 20 MAKKIYAH91  ASY-SYAMSU  MATAHARI 15 MAKKIYAH92  AL-LAIL  MALAM 21 MAKKIYAH93  ADH-DHUHA  WAKTU DUHA 11 MAKKIYAH94  AL-INSYIRAH  KELAPANGAN 8 MAKKIYAH95  ATTIN  BUAH TIN 8 MAKKIYAH96  AL-'ALAQ  SEGUMPAL DARAH 19 MAKKIYAH97  AL-QADAR  KEMULIAAN 5 MAKKIYAH

Page 15: Makkiyah Dan Madaniyah

98  AL-BAYYINAH  BUKTI 8 MADANIYYAH99  AZZILZAL  KEGONCANGAN 8 MADANIYYAH

100  AL-'ADIYAT KUDA PERANG YANG BERLARI KENCANG

11 MAKKIYAH

101  AL-QARI'AH  HARI KIAMAT 11 MAKKIYAH102  ATTAKATSUR  BERMEGAH-MEGAHAN 8 MAKKIYAH103  AL-'ASHR  WAKTU 3 MAKKIYAH104  AL-HUMAZAH  PENGUMPAT 9 MAKKIYAH105  AL-FIL  GAJAH 5 MAKKIYAH106  QURAISY  SUKU QURAISY 4 MAKKIYAH107  AL-MA'UN  BARANG-BARANG YANG BERGUNA 7 MAKKIYAH108  AL-KAUTSAR  NIKMAT YANG BESAR 3 MAKKIYAH109  AL-KAFIRUN  ORANG-ORANG KAFIR 6 MAKKIYAH110  ANNASHRU  PERTOLONGAN 3 MADANIYYAH111  ALLAHAB  GEJOLAK API 5 MAKKIYAH112  AL-IKHLASH  PEMURNIAN KEESAAN ALLAH 4 MAKKIYAH113  AL-FALAQ  WAKTU SHUBUH 5 MAKKIYAH114  ANNAS  MANUSIA 6 MAKKIYAH

STATISTIK

JUMLAH TOTAL AYAT 6236JUMLAH SURAT DENGAN AYAT LEBIH DARI 120

11

JUMLAH SURAT DENGAN AYAT ANTARA 80 SAMPAI 120

16

JUMLAH SURAT DENGAN AYAT KURANG DARI 80

87

PROSENTASE SURAT MAKKIYAH DAN MADANIYYAHMAKKIYAH MADANIYYAH

86 28

Dari data diatas, diketahui bahwa prosentase jumlah surat makkiyah

sebesar 86,75% sedangkan surat madaniyyah sebesar 28,25%. Jika dilihat

dari proses turunnya, prosentase tersebut berbanding lurus dengan fakta

bahwa dakwah Rasulullah terjadi selama 13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di

Madinah. Dakwah Rasulullah di Mekkah lebih berat daripada dakwah

Page 16: Makkiyah Dan Madaniyah

Madinah. Dari sini, penulis menarik kesimpulan bahwa ketika Rasulullah

melakukan dakwah di Mekkah, kondisi sosial dan lingkungannya menuntut

pembuktian daripada agama yang disampaikannya. Sehingga Allah

menurunkan lebih banyak ayat Al-Qur’an pada fase Mekkah.

b. Analisis Surat Al-Kautsar (Makkiyah) dan Surat An-Nashr

(Madaniyyah)

1. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.

2. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah[1605].

3. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu Dialah yang terputus[1606].

[1605] Yang dimaksud berkorban di sini ialah menyembelih hewan Qurban dan

mensyukuri nikmat Allah.

[1606] Maksudnya terputus di sini ialah terputus dari rahmat Allah.

1. Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan,

2. Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong,

3. Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun

kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.

Alasan dipilihnya Surat Al-Kautsar dan Surat An-Nashr dalam analisis ini

adalah karena keduanya sama-sama memiliki 3 ayat dan azbabun nuzul. Sehingga

menurut hemat penulis, akan lebih mudah membandingkan antara kedua surat

tersebut. Berikut adalah analisis yang dilakukan penulis terhadap kedua surat

tersebut berkaitan dengan Makkiyah dan Madaniyyah.

Surat Al-Kautsar merupakan surat Makkiyah, terdiri dari tiga ayat.

Sedangkan surat An-Nashr adalah surat Madaniyyah, terdiri dari tiga ayat. Surat

An-Nashr merupakan surat terakhir yang diturunkan Allah kepada Nabi

Muhammad SAW. Surat ini diturunkan ketika Rasulullah melakukan Haji Wada’.

Page 17: Makkiyah Dan Madaniyah

Dilihat dari jenis ayatnya, kedua surat ini memiliki ayat yang pendek. Kriteria

umum ayat Madaniyyah yang memiliki ayat yang panjang tidak berlaku dalam

kasus surat An-Nashr. Dari segi gaya bahasanya, kedua surat ini tidak

menggunakan bahasa kecaman, melainkan menggunakan bahasa mengingatkan

manusia secara halus. Sedangkan dari segi tema, kedua surat ini sama-sama

berisikan tentang seruan untuk berakhlak baik.

Surat Al-Kautsar digolongkan ke dalam surat Makkiyah, hal ini

berbanding lurus dengan azbabun nuzulnya. Imam Bukhari meriwayatkan,

“Ketika Rasulullah mi’raj ke langit, beliau mengatakan, ‘Kemudian aku

mendatangi sungai yang kedua sisinya dipenuhi dengan kubah-kubah yang

bertahtakan mutiara di tengahnya. Lalu aku bertanya, ‘Wahai Jibril, apa ini?’

Dia mengatakan, ‘Ini adalah al-Kautsar’. Lalu aku menyentuh aliran air sungai

itu, ternyata terdapat kesturi asli. Kemudian aku bertanya, ‘apakah ini, wahai

Jibril?’ Jibril pun menjawab, ‘Inilah al-Kautsar yang telah disediakan oleh Allah

Ta’ala untukmu’’”. Dari sini dapat diketahui bahwa surat Al-Kautsar turun setelah

kejadian Isra’ Mi’raj dan ketika Rasulullah berada pada fase Mekkah. Isra’ Mi’raj

dan Al-Kautsar dihadiahkan Allah untuk menghibur kesedihan yang dirasakan

Rasulullah SAW.

Penggolongan surat An-Nashr ke dalam golongan Madaniyyah sesuai

dengan kronologi turunnya ayat tersebut. Surat ini turun ketika Rasulullah

melaksanakan Haji Wada’. Bersamaan dengan hal tersebut, juga terjadi peristiwa

penaklukan kota Mekkah. Sementara itu, diketahui bahwa penaklukan kota

Mekkah terjadi setelah Rasulullah berhijrah.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penggolongan surat Al-

Kautsar ke dalam surat Makkiyah dan surat An-Nashr ke dalam surat Madaniyyah

dapat disesuaikan dengan fakta sejarah.

KESIMPULAN

Page 18: Makkiyah Dan Madaniyah

Dari paparan makalah di atas, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut.

Pertama, terdapat tiga jenis definisi mengenai Makkiyah dan Madaniyyah.

1. Ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan sebelum Rasulullah SAW hijrah

disebut ayat makkiyah, sedangkan setiap ayat Al-Qur’an yang turun setelah

Rasulullah SAW hijrah dikategorikan sebagai ayat Madaniyyah. Definisi

tersebut didasarkan atas susunan waktu diturunkannya Al-Qur’an, dan hijrah

digunakan sebagai acuan untuk membedakan ayat-ayat tersebut.

2. Jika sebuah ayat diturunkan di kota Mekkah, maka ayat tersebut

dikategorikan Makkiyah dan jika sebuah ayat diturunkan di kota Madinah,

maka ayat tersebut dikategorikan Madaniyyah. Definisi ini menggunakan

tempat sebagai acuannya.

3. Definisi selanjutnya menggunakan topik pembicaraan suatu ayat sebagai

acuan. Pada definisi yang ketiga ini, suatu ayat dikatakan ayat Makkiyah

apabila diturunkan bagi penduduk Mekkah. Dan sebaliknya, suatu ayat

dikatakan ayat Madaniyyah apabila ditujukan kepada penduduk Madinah.

Dari ketiga definisi tersebut, definnisi pertamalah yang paling banyak

diikuti, selain juga definisi tersebut lebih unggul jika dibandingkan dengan dua

definisi lainnya.

Kedua, seperti telah diketahui bahwa ayat Makkiyah maupun Madaniyyah

memeiliki ciri umum yang dapat membantu dalam menggolongkan suatu ayat.

Adapun ciri-ciri umu tersebut adalah sebagai berikut.

Berikut adalah ciri umum yang terdapat pada surat-surat yang termasuk ke

dalam kelompok Makkiyah, seperti diungkapkan oleh Hakim (2006; 104).

1. Ayat dan surat-suratnya pendek dan ringkas serta memiliki kesamaan cara

penyampaian atau gaya bahasanya.

2. Ayat atau surat-suratnya berisikan seruan-seruan tentang dasar-dasar

keimanan kepada Allah SWT, masalah wahyu, alam gaib, hari akhir serta

gambaran tentang surge dan neraka.

3. Berisikan tentang seruan untuk memegang teguh akhlaq al-karimah dan

istiqamah dalam berbuat kebaikan.

4. Berisikan tentang perlawanan terhadap kaum musyrik dan memberantas cita-

cita mereka.

Page 19: Makkiyah Dan Madaniyah

5. Surah-surahnya banyak diawali dengan kalimat “wahai manusia” dan tidak

menggunakan kalimat “wahai orang-orang beriman”, kecuali surat Al-Hajj.

Adapun ciri umum yang terdapat pada ayat Madaniyyah adalah sebagai

berikut.

1. Susunan ayat dan suratnya panjang.

2. Berisi bukti-bukti kebenaran dan dalil-dalil yang dipergunakan untuk lebih

mengutamakan kebenaran agama.

3. Berisikan tentang perlawanan terhadap Ahlukitab dan seruan kepada mereka

agar tidak berlebih-lebihan dalam menjalankan syariat agama mereka.

4. Berisi cerita tentang orang-orang munafik dan problema-problema yang

disebabkan karena mereka.

5. Lebih banyak mengutarakan tentang sanksi-sanksi, hukum waris, hak dan

aturan-aturan politik, sosial dan negara.

Sekalipun ciri-ciri tersebut dapat membantu dalam mengidentifikasi ayat

Makkiyah dan Madaniyyah, tetapi hal tersebut tidak dapat dijadikan pijakan

mutlak dalam menentukan golongan suatu ayat. Terdapat hal-hal atau

pengetahuan-pengetahuan lain yang juga digunakan dalam menentukannya.

Ketiga, pembahasan seputar Makkiyah dan Madaniyyah adalah

pembahasan yang penuh dengan masalah keraguan dan perselisihan. Terdapat dua

hal yang menyangkut masalah keraguan tentang Makkiyah dan Madaniyyah, yaitu

(a) hal yang berkaitan dengan gaya bahasa Al-Qur’an dan (b) hal yang berkaitan

dengan materi atau tema.

Dan terakhir, dari analisis yang telah dilakukan, penulis menyimpulkan

bahwa penetapan surat ke dalam golongan Makkiyah dan Madaniyyah berbanding

lurus dengan peristiwa atau sejarah yang berkaitan di masa lalu. Hal ini dapat

dijadikan bukti bahwa penetapan ayat Makkiyah dan Madaniyah juga didasarkan

dengan pengetahuan-pengetahuan lain yang berkaitan, seperti hasil penetapan

yang telah diriwayatkan oleh para sahabat, serta kronologi peristiwa yang

berkaitan dengan turunnya suatu ayat.

DAFTAR RUJUKAN

Ar-Rifa’i, Muhammad Nasib. 1989. Taisiru al-Aliyyul Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 4. TERJEMAH. Syihabuddin. 2007. Jakarta: Gema Insani.

Page 20: Makkiyah Dan Madaniyah

Hakim, Muhammad Baqir. 1427 H. Ulumul Qur’an. TERJEMAH. Haq, Nashirul dkk. 2006. Ulumul Qur’an. Jakarta: Al-Huda.

Zaid, Nasr Hamid Abu. 1993. Mafhum an-Nash Dirasah fi Ulum Al-Quran. TERJEMAH. Nahdliyyin, Khoiron. 2005. Tekstualitas Al-Qur’an Kritik Terhadap Al-Qur’an. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta.