makalah toksisitaspolutan udara kelas d 2013
DESCRIPTION
Farmasi LingkunganTRANSCRIPT
TOKSISITAS POLUTAN UDARA
“KARBON MONOKSIDA, SULFIDA dan SIANIDA”
NAMA KELOMPOK :
RISMAYA DESTI PARWATI (3311131138)
RITA ANDANI (3311131145)
ARIFA AMALINA IZNI (3311131150)
NURTAFIATUNNISA (3311131157)
YARED YEHUDA (3311131164)
FENNY ASRI NURDIANI (3311131170)
TYAS KHAERUNISA (3311131173)
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
FAKULTAS FARMASI
CIMAHI
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Udara merupakan campuran beberapa macam gas yang perbandingannya
tidak tetap, tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara, dan lingkungan
sekitarnya. Udara yang bersih adalah udara yang cukup akan kebutuhan oksigen
yang kita butuhkan untuk proses fisiologis normal. Jika kita menghisap udara
dalam-dalam, sekitar 99% dari udara yang kita hirup adalah gas nitrogen dan
oksigen. Kita juga menghirup gas lain dalam jumlah yang sangat sedikit, dimana
gas tersebut adalah termasuk gas pencemar. Di daerah perkotaan yang ramai, gas
pencemar berasal dari asap kendaraan, gas buangan pabrik, pembangkit tenaga
listrik, asap rokok dan sebagainya yang erat hubungannya dengan aktivitas
kehidupan manusia. Gas pencemar tersebut meliputi karbon monoksida, sianida
dan sulfida. Toksisitas polutan udara adalah efek yang diterima tubuh karena
adanya zat polutan udara yang mencapai konsentrasi toksik dan menyebabkan
terjadinya gejala keracunan.
Pencemaran udara adalah adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam
udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan
normalnya. Pencemaran udara pada suatu tingkat tertentu dapat merupakan
campuran dari satu atau lebih bahan pencemar, baik berupa padatan, cairan atau
gas yang masuk terdispersi ke udara dan kemudian menyebar ke lingkungan
sekitarnya. Kecepatan penyebaran ini sudah pasti tergantung pada keadaan
geografi dan metereologi setempat.
Penyebab pencemaran udara ada 2 macam, yaitu:
Faktor internal (secara alamiah), contoh: debu yang berterbangan akibat tiupan
angin, debu yang dikeluarkan dari letusan gunung berapi, proses pembusukan
sampah organik.
Faktor eksternal (karena ulah manusia), contoh: hasil pembakaran bahan bakar
fosil, debu dari kegiatan industri, pemakaian zat kimia yang disemprotkan ke
udara.
BAB II
ISI
2.1 Karbon monoksida (CO)
Karbon monoksida (CO) adalah gas yang tak berwarna, tak berbau, dan
tak berasa. Gas CO dapat berbentuk cairan pada suhu di bawah -1920C.
Karbon monoksida dihasilkan dari pembakaran tak sempurna dari senyawa
karbon, sering terjadi pada mesin pembakaran dalam. Karbon monoksida
terbentuk apabila terdapat kekurangan oksigen dalam proses pembakaran. Karbon
monoksida mudah terbakar dan menghasilkan lidah api berwarna biru,
menghasilkan karbon dioksida. Walaupun ia bersifat racun, CO memainkan peran
yang penting dalam teknologi modern, yakni merupakan prekursor banyak
senyawa karbon.
Prevalensi Keracunan
Kadar CO di
udara (ppm)
Perkiraan
kadar COHbPengaruh terhadap kesehatan manusia
10 2Tidak konsisten dalam penilaian dan
pendapat
100 15 Sakit kepala, pusing dan selalu khawatir
250 32 Hilang kesadaran
750 60 Meninggal dunia setelah beberapa jam
1000 66 Segera meninggal dunia
Sumber keracunan
Karbon monoksida (CO) dihasilkan dari pembakaran yang tidak sempurna
dari bahan bakar yang mengandung karbon dan oleh pembakaran pada tekanan
dan suhu tinggi yang terjadi pada mesin kendaraan bermotor. Pencemaran CO
paling banyak disebabkan oleh gas buang kendaraan bermotor dan emisi dari
pabrik atau industri dan pembangkit tenaga listrik. Di dalam rumah juga sering
terjadi pencemaran oleh CO yang disebabkan oleh gas untuk memasak, untuk
pemanas air dan pemanas ruangan. Asap rokok juga merupakan sumber utama
dari pencemaran CO ini. Asap dari tembakau dapat mengandung karbon
monoksida sampai 1000-5000 ppm.
Mekanisme toksisitas
Bila karbon monoksida dihirup seseorang, maka molekul tersebut akan
masuk ke dalam saluran nafas (paru-paru) dan kemudian menempel pada
hemoglobin darah membentuk ikatan COHb (karboksihemoglobin). Ikatan CO
COHb (%) Gejala yang ditimbulkan
0 – 10
10 –20
20 –30
30 – 40
40 –50
50 –60
60 – 70
70 – 80
80 – 90
>90
Tidak ada gejala
Leher seperti tercekik, sedikit sakit kepala, dilatasi pembuluh darah
tepi/kulit, dyspnea
Sakit kepala, fatigue, pening
Sakit kepala yang sangat, lemah, pening, gangguan penglihatan,
mual, muntah dan kolaps
Mirip seperti diatas, kecenderungan terjadi kolaps sangat pasti,
denyut nadi cepat, laju respirasi juga meningkat.
Pulsus nadi dan laju respirasi meningkat, konvulsi
Koma, konvulsi, dan mungkin kematian
Pulsus nadi lemah, respirasi lemah, kematian dalam beberapa jam
Kematian dalam waktu satu jam
Kematian dalam beberapa menit
dengan Hb tersebut sangat kuat yaitu 250x lebih kuat daripada ikatan dengan
oksigen.
Dalam paru-paru, CO terikat dengan eritrosit pada tempat dimana oksigen
biasanya terikat. Darah membawa sel darah yang didistribusikan ke semua
jaringan, tetapi tidak dapat mendistribusikan O2, sehingga jaringan kekurangan O2
yang menyebabakan matinya sel dalam jaringan (nekrosis).
Karakteristik keracunan
Karbon monoksida dapat mengakibatkan penurunan berat badan,
meningkatnya kematian bayi dan kerusakan otak, bergantung pada konsentrasi
polutan di udara.
Toksisitas kronis yaitu toksisitas yang terjadi karena seseorang menghirup
udara yang mengandung CO dalam kadar yang rendah yaitu 5-6 ppm, tetapi
berlangsung dalam waktu yang lama, sehingga kandungan CO dalam darah pun
rendah.
Gejala yang ditimbulkan adalah:
1. Pusing, kepala terasa berat dan badan lemas.
2. Sakit kepala, mual, muntah dan otot-otot bergetar.
3. Nadi kuat dan tekanan darah meningkat.
4. Pupil melebar, kulit kebiru-biruan dan pucat.
5. Sesak napas, bisa berakibat kematian.
Penanganan Keracunan
1) Mengatur pertukaran udara di dalam ruang
2) Bila terjadi korban keracunan maka diberikan pengobatan atau pernafasan
buatan dan kirim segera ke rumah sakit atau puskesmas terdekat
3) Lakukan evaluasi dan terapi suportif jalan nafas
4) Berikan suplemen oksigen 100% melalui masker yang melekat erat ke
wajah
5) Pemeriksaan laboratorium rutin berupa pemeriksaan darah lengkap,
glukosa, urea/kreatinin/elektrolit
6) Terapi antidotum (zat yang secara spesifik dapat menurunkan atau
menghilangkan toksisitas racun)
Sifat-sifat antidot adalah spesifik, dosis kecil, tidak menimbulkan efek
toksik dalam dosis pemakaian, sejalan dengan sifat farmakokinetik racun,
cepat bekerja.
Mekanisme kerja antidot adalah dengan pembentukan kompleks,
kompetitif berikatan dengan reseptor, mempercepat detoksifikasi racun,
menurunkan konsentrasi racun, menekan efek racun, dan mempercepat
eliminasi racun.
Contoh Kasus
Seorang wanita berusia 34 tahun ditemukan tidak sadarkan diri pukul
09.00 di dalam rumah. Dua orang lainnya juga ditemukan di dalam rurnah telah
meninggal dunia. Korban diduga keracunan gas CO, karena mesin generator di
dalam rumah menyala dan didapatkan tidak ada ventilasi yang cukup dalam
ruangan. Pasien adalah seorang dokter kecantikan yang membuka salon
kecantikan di rumah.
2.2 Sulfida
Sulfida ialah bentuk ion sulfur dimana satu ion sulfur tersebut
membutuhkan 2 elektron lagi pada kulit terluarnya untuk mencapai kestabilannya.
Karena membutuhkan 2 ion lagi maka dilambangkan S-2. Contoh senyawa sulfida
yaitu H2S (asam sulfida) yang merupakan gas tidak berwarna, mudah terbakar,
dan sangat berbahaya, dengan bau khas seperti " telur busuk".
Prevalensi Keracunan
Tingkat H2S (PPM) Efek pada manusia
0.13 Bau minimal yang masih terasa
4.6 Mudah dideteksi, bau yang sedang
10 Permulaan iritasi mata dan mulai berair
27 Bau yang tidak enak dan tidak dapat ditoleransi lagi.
100Batuk-batuk, iritasi mata dan indera penciuman sudah
tidak berfungsi
200-300 Pembengkakan mata dan rasa kekeringan di tenggorokan
500-700Kehilangan kesadaran dan bisa mematikan dalam waktu
30 - 1 jam
Lebih dari 700Kehilangan kesadaran dengan cepat dan berlanjut
kematian
Sumber keracunan
Sumber keracunan gas sulfida dapat berasal dari sumur yang di bor dan
masuk ke dalam formasi yang mengandung H2S, penampungan lumpur bor yang
berlokasi rendah, selokan.
Mekanisme toksisitas H2S
Apabila seseorang menghirup udara yang sudah terkontaminasi dengan
gas H2S, maka kadar oksigen dalam tubuh akan berkurang, sehingga kerja otak
akan terganggu. Tingginya konsentrasi gas H2S di otak dapat mengakibatkan
lumpuhnya saraf pada indera penciuman (saraf olfaktori) dan hilangnya fungsi
kontrol otak pada paru-paru. Akibatnya paru-paru akan melemah dan berhenti
bekerja, sehingga seseorang dapat kehilangan kesadaran dan meninggal dalam
jangka waktu tertentu.
Karakteristik Keracunan
Pada konsentrasi rendah, efek fisik gas H2S dapat menyebabkan terjadinya
gejala-gejala sebagai berikut :
Sakit kepala atau pusing
Badan terasa lesu
Hilangnya nafsu makan
Rasa kering pada hidung, tenggorokan dan dada
Batuk – batuk
Kulit terasa perih
Penanganan Keracunan
Penanganan keracunan gas H2S antara lain dengan menghirup oksigen
murni, menggunakan Hyperbaric Oxygen Therapy (HBO) untuk beberapa kasus
tertentu.
Contoh Kasus
Sumur minyak Sukowati 9 di lapangan A di Desa Campurejo, Kecamatan
Kota, pada tanggal 28 Januari lalu itu, terjadi tendangan gas. Akibatnya puluhan
warga mengalami keracunan gas H2S (Hidrogen Sulfida), aftan dan turunannya,
dengan gejala, mual, muntah-muntah, pusing dan iritasi mata dan sebagian di
antaranya terpaksa harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit.
2.3 Sianida
Sianida merupakan zat beracun yang sangat mematikan. Sianida
digunakan pada saat perang dunia pertama. Dengan efek yang sangat cepat,
sianida dapat mengakibatkan kematian dalam beberapa menit.
Hidrogen sianida (H2S) merupakan cairan yang tidak berwarna atau dapat
juga berwarna biru pucat pada suhu kamar, bersifat mudah menguap dan mudah
terbakar. Hidrogen sianida dapat berdifusi baik dengan udara dan bahan peledak.
Bentuk lain ialah Natrium sianida dan Kalium sianida yang berbentuk serbuk dan
berwarna putih.
Prevalensi Keracunan
Konsentrasi (mg/) Efek
300 Kematian dengan cepat
200 Mati dalam waktu10 menit
150 Mati setelah 30 menit
120-150 Sangat berbahaya (fatal) setelah 30-60 menit
50-60 Sangat berbahaya (fatal) setelah 30-60 menit
20-40 Gejala ringan setelah beberapa jam
Sumber Keracunan
Sumber keracunan sianida dapat disebabkan oleh:
Bakteri dan jamur
Rokok
Asap kendaraan bermotor
Makanan seperti bayam, kentang, kacang, tepung tapioka dan singkong.
Mekanisme Toksisitas
Gas sianida akan menjadi toksik jika berikatan dengan Fe3+. Tubuh akan
menjadi inaktif oleh enzim cytochrom oksidase. Jika sianida mengikat enzim
komplek tersebut, maka transport elektron akan terhambat, yaitu transport
elektron dari cytochrom A3 ke molekul oksigen dihambat, sehingga akan
menurunkan penggunaan oksigen oleh sel.
Sianida dapat menimbulkan gangguan fisiologi yang sama dengan
kekurangan oksigen dari semua kofaktor dalam cytochrom dalam sistem
pernapasan. Sel tidak dapat menggunakan oksigen sehingga menyebabkan
histotoksik dan hipoksia. Penderita keracunan sianida disebabkan oleh
ketidakmampuan jaringan menggunakan oksigen.
Karakteristik Keracunan
Efek utama dari racun sianida adalah timbulnya hipoksia jaringan
(kekurangan oksigen) yang timbul secara progresif (berkelanjutan dan menuju ke
arah yang lebih buruk). Seseorang yang mengalami keracunan sianida dapat
diketahui dari hal-hal berikut, yaitu:
Dosis sianida
Jumlah paparan
Jenis paparan
Tipe komponen dari sianida
Sianida dapat menimbulkan banyak gejala pada tubuh, termasuk pada
tekanan darah, penglihatan, paru, saraf pusat, jantung, sistem endokrin, sistem
otonom dan sistem metabolisme. Biasanya penderita akan mengeluh timbul rasa
pedih di mata karena iritasi dan dispnea karena mengiritasi mukosa sistem
respirasi. Gas sianida sangat berbahaya apabila terpapar dalam konsentrasi tinggi.
Hanya dalam jangka waktu 15 detik tubuh akan merespon dengan hiperpnea, 15
detik setelah itu sesorang akan kehilangan kesadarannya. 3 menit kemudian akan
mengalami apnea yang dalam jangka waktu 5-8 menit akan mengakibatkan
aktifitas otot jantung terhambat karena hipoksia dan berakhir dengan kematian.
Dalam konsentrasi rendah, efek dari sianida baru muncul sekitar 15-30
menit kemudian, sehingga masih bisa diselamatkan dengan pemberian antidotum.
Tanda awal dari keracunan sianida adalah :
Nyeri kepala
Dispnea
Kecemasan
Perubahan perilaku seperti agitasi dan gelisah
Berkeringat banyak, warna kulit kemerahan, tubuh terasa lemah dan
vertigo juga dapat muncul
Kandungan CN
(mg/L)
Derajat keracunan Gejala
0,5 – 1,0 Ringan Denyut nadi cepat, sakit kepala, lemah
1,0 – 2,5 Moderat Takikardia
2,5 - lebih Parah Koma, tidak ada reaksi hipertensi, respirasi
lambat, pupil dilatasi, sianosis, kematian
jika tak tertolong
Efek dari racun sianida adalah menghambat pengambilan dan penggunaan
oksigen, sehingga akan menurunkan jumlah oksigen dalam jaringan. Peningkatan
kadar oksigen pada pembuluh darah vena akan mengakibatkan timbulnya warna
kulit, tetapi tanda ini tidak selalu ada.
Penanganan Keracunan
Pertolongan terhadap korban keracunan sianida sangat tergantung dari
tingkat dan banyaknya paparan dengan waktu paparan. Penanganan apabila
seseorang keracunan sianida adalah sebagai berikut:
Segera menjauh dari tempat atau sumber paparan.
Jika tempat yang menjadi sumber, maka sebaiknya tetap berada di dalam
ruangan.
Jauhkan semua pakaian yang mungkin telah terkontaminasi oleh sianida.
Segera cuci sisa sianida yang masih melekat pada kulit dengan sabun dan
air yang banyak.
Diberikan oksigen murni, antidotum seperti Natrium nitrit dan Natrium
tiosulfat untuk mencegah keracunan yang lebih serius.
Penggunaan oksigen hiperbarik untuk meningkatkan efek dari antidotum.
Pemberian Natrium bikarbonat secara intravena jika pasien mengalami
asidosis laktat
Pemberian obat anti konvulsan seperti diazepam jika pasien gelisah
Berikan obat anti aritmia bila terjadi gangguan pada detak jantung.
Contoh Kasus
Enam Tewas Keracunan Asam Sianida Pada Tiwul
TEMPO Interaktif, Jepara - Zat asam sianida menjadi penyebab kematian enam
korban anak pasangan Jamhamid (45) dengan Siti Junaiyah (40), warga Desa
Jebol, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Asam sianida (HCN)
itu meracuni makanan tiwul (makanan dari tepung singkong). ”Diduga kuat asam
sianida ini penyebab kematian enam korban,” Ajun Komisaris Besar Ruslan
Ependi, Kapolres Jepara, membeberkan hasil Laboratorium Kesehatan Daerah
Provinsi Jawa Tengah dan Laboratorium Forensik Kepolisian Daerah Jawa
Tengah, Selasa (18/1). Korban tewas adalah Lutfiana (24), Abdul Amin (3),
Ahmad Kusriyanto (5), M. Hisyam Ali (13), Faridatun Sholeh (15) dan Saidatul
Kusniah (8).
Menurut penuturan Jamhamid, mereka meninggal gara- gara sarapan pagi dengan
makan tiwul. Sedangkan Jamhamid dan istrinya Siti Juaniyah selamat, karena
keduanya belum sempat menikmati makanan tiwulnya. Bermula pada Jum’at
(31/12), Siti Junaiyah menanak tepung singkong untuk dibuat tiwul, untuk srapan
pagi. Seusai tiwul matang, pagi itu, Jamhamid, Siti Junaiyah dan Fikri (74),
orangtua Junaiyah, berikut enam putranya menyantapnya. Tapi pada sorenya,
dalam waktu yang hampir bersamaan, mereka mengalami pusing dan mual lalu
disusul muntah- muntah. “Kami menyangka, mereka sakit masuk angin,” kata
Jamhamid.
Tidak berapa lama, ketika masih di rumah, Lutfiana kejang- kejang dan tewas.
Melihat kondisi korban lainnya tampak serius, kemudian sore itu mereka dilarikan
ke RS PKU Muhammadiyah Mayong, dan oleh pihak PKU merujuknya ke RSUD
RA.Kartini Jepara. Setelah tiga hari kemudian, dalam perawatan rumah sakit,
mereka bergantian kemudian tewas. Sedangkan Fikri, kondisinya kritis, sekarang
sudah membaik.
Hasil otopsi yang dilakukan tim medis dari Bidang Kedokteran dan Kesehatan
Polda Jateng di bawah pimpinan Komisaris Hestry terhadap dua sample, yakni
Abdul Amin dan A.Kusriyanto, terdapat jamur jenis aspergillus sp, melinium
sp,dan negli sp pada makanan tiwul, potongan singkong, tepung ubi dan muntahan
korban. Pada jamur tersebut terdapat kuman jenis enterobackter cloacoe,
providencia rettgeri, bacillus sp dan citrobacktercliversus. “Hasilnya positif
teracuni asam sinaida (HCN),” ujar Inspektur Satu Rismanto, Kepala Satuan
Reserse Kriminal Polres Jepara.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Toksisitas polutan udara adalah efek yang diterima tubuh karena adanya
zat polutan udara yang mencapai konsentrasi toksik dan menyebabkan
terjadinya gejala keracunan.
Contoh polutan udara yang menyebabkan toksik diantaranya adalah
karbon monoksida, sulfida, dan sianida.
Apabila kadar toksikan tersebut berlebih dalam tubuh, maka dapat
menimbulkan kematian.
DAFTAR PUSTAKA
http://gameriyawan.blogspot.com/p/makalah-keracunan-co-dan i
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/CO%20Intoxication.pdf
http://nusantara.tvonenews.tv/berita/view/32797/2010/02/08/
korban_keracunan_gas_sumur_sukowati_terima_kompensasi.tvOne
Baskin SI, Brewer TG. Cyanide Poisoning. Chapter. Pharmacology Division.
Army Medical Research Institute of Chemical Defense, Aberdeen Proving
Ground, Maryland. USA. Available from:
www.bordeninstitute.army.mil/cwbw/Ch10.pdf. Access on: Nov 29, 2006.
LAMPIRAN
Jawaban atas pertanyaan
1. Pertanyaan dari Elizabeth ( kls C )
1.1. Bagaimanakah komposisi dari udara yang normal?
1.2.
1.3. Bagaimanakah terapi jalannya nafas pada keracunan?
Jawaban :
1. Komposisi udara normal terdiri dari : 20,95% O2 ; 78,09% Nitrogen ;
0,09% Argon ; dan 0.03% Karbondioksida.
2.
3. Mekanisme terapi jalannya nafas pada keracunan, hal pertama yang harus
dilakukan adalah dengan diberikannya O2 dalam jumlah yang banyak pada
pasien keracunan, banyaknya O2 yang masuk dalam tubuh, akan
melepaskan ikatan antara CO dan hemoglobin, sehingga O2 yang
jumlahnya lebih banyak dari gas CO akan menggantikan dan menjadikan
hemoglobin berikatan dengan O2, sehingga tubuh akan kembali dalam
keadaan yang normal.
2. Pertanyaan dari Puri ( kls D )
2.1. Bagaimanakah cara makanan dapat menjadi makanan yang mengandung
sianida?
2.2. Apa perbedaan dari faktor internal dan eksternal?
Jawaban :
1. Makanan yang mengandung sianida adalah jenis makanan yang
terkontaminasi oleh udara yang mengandung sianida, dan menjadikan
makanan mengandung sianida. Tetapi, beberapa makanan juga dapat
mengandung sianida dari dalam makanan itu sendiri saat makanan terpapar
dengan udara (teroksidasi) wujud dari makanan tersebut akan merubah
warna aslinya menjadi kehijauan. Contoh makanan yang mengadung
sianida saat teroksidasi adalah kentang, keluarga makanan dari umbi-
umbian.
2. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari kegiatan alam,
contohnya abu letusan gunung berapi. Sedangkan faktor eksternal
merupakan faktor yang terjadi karena hasil dari kegiatan manusia yang
mengakibatkan udara mengandung kontaminan, salah satu contoh dari
kegiatan manusia tersebut adalah kegiatan di industry.
3. Pertanyaan dari Meidy ( kls D )
3.1. Apakah dari keracunan H2S dapat menyebabkan kurangnya nafsu makan?
Jawaban :
1.
4. Pertanyaan dari Syifa ( kls D )
4.1. Mengapa pada proses pemanasan air dapat menyebabkan timbulnya gas
CO?
4.2. Bagaimana antioksidan dan penanganan dari kontaminasi gas CO?
Jawaban :
1. Saat proses pemanasan air akan membentuk gas CO2 hal tersebut dapat
didefinisikan bahwa proses pemanasan air yang sempurna. Proses
pemanasan yang menghasilkan gas CO merupakan hasil dari proses
pemanasan yang tidak sempurna.
2. CO tidak memiliki antioksidan yang spesifik, melainkan dibutuhkannya
O2 dengan jumlah yang banyak atau Hyperbaric Oxygen Therapy pada
pasien yang keracunan gas CO.
5. Pertanyaan dari Auliasari ( kls C )
5.1. Setelah prevalensi keracunan gas CO mencapai 80-90 % dapatkah pasien
dikembalikan dalam keadaan normal?
Jawaban :
1. Prevalensi pada keracunan gas CO pada 80-90% akan menyebabkan
kematian dalam waktu satu jam, jika dalam kurun waktu sebelum satu jam
dapat tertolongkan, kemungkinan besar pasien yang terkontaminasi dapat
terselamatkan. Apabila sudah satu jam atau lebih pasien tidak tertangani,
maka pasien akan mengalami kematian.